Anda di halaman 1dari 67

PENGARUH METANOL DAN KOH PADA PROSES

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT


DENGAN PROSES ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN
ELEKTRODA PERAK
HALAMAN JUDUL

LAPORAN PENELITIAN

Oleh:

CELINE OLIVIA MULIANGTO


NIM 15 644 047

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
SAMARINDA
2019
PENGARUH METANOL DAN KOH PADA PROSES
PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT
DENGAN PROSES ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN
ELEKTRODA PERAK

Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Sarjana Sains Terapan pada
Program Studi Teknologi Kimia Industri
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda

Oleh:

CELINE OLIVIA MULIANGTO


NIM 15 644 047

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
SAMARINDA
2019
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Celine Olivia Muliangto

NIM : 15 664 004

Jurusan : Teknik Kimia

Program Studi : Teknologi Kimia Industri

Jenjang : S-1 Terapan

Judul Tugas Akhir : Pengaruh Metanol dan KOH pada Proses

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit

dengan Proses Elektrolisis Menggunakan

Elektroda Perak.

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian ini adalah hasil karya

saya sendiri dan semua sumber baik dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan

dengan benar.

Jika kemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam Laporan

Penelitian, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Samarinda, Januari 2019

Celine Olivia Muliangto


NIM 15 644 047
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH METANOL DAN KOH PADA PROSES


PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT
DENGAN PROSES ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN
ELEKTRODA PERAK

NAMA : CELINE OLIVIA MULIANGTO

NIM : 15 644 047

JURUSAN : TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

JENJANG STUDI : S-1 TERAPAN

Laporan Penelitian ini telah disahkan


Pada tanggal, 2019

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dedy Irawan, ST., MT Andri Kurniawan, S.Pd., M.A


NIP. 19750208 200212 1 001 NIP. 19780906 200312 1 002

Mengesahkan:
Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

Ir. H. Ibayasid, M.Sc


NIP. 19590303 198903 1 002
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

PENGARUH METANOL DAN KOH PADA PROSES


PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT
DENGAN PROSES ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN
ELEKTRODA PERAK

NAMA : CELINE OLIVIA MULIANGTO

NIM : 15 644 047

JURUSAN : TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

JENJANG STUDI : S-1 TERAPAN

Laporan Penelitian ini telah diuji dan disetujui


Pada tanggal, Januari 2019

Dewan Penguji:

Moderator,
Nama : Dedy Irawan, ST., MT tanda tangan
NIP : 19750208 200212 1 001

Penguji I,
Nama : Sirajuddin, S.T., M.Si tanda tangan
NIP : 19700909 199903 1 001

Penguji II,
Nama : Marlinda, S.T., M.Eng tanda tangan
NIP : 19730220 200112 2 002

Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Kimia, Ketua Program Studi
Teknologi Kimia Industri,

Dedy Irawan, ST., MT Irmawati Syahrir, ST., MT


NIP. 19750208 200212 1 001 NIP. 19690326 200003 2 001
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas

berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Metanol dan KOH pada Proses Pembuatan Biodiesel

dari Minyak Kelapa Sawit dengan Proses Elektrolisis Menggunakan

Elektroda Perak” dengan baik.

Laporan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

Derajat Sarjana Sains Terapan Teknologi Kimia Industri Jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Samarinda. Dengan laporan penelitian ini diharapkan dapat

menerapkan ilmu yang telah diperoleh untuk mengaplikasikannya pada kehidupan

sehari-hari dan memberikan manfaat bagi kehidupan orang banyak. Pada

kesempatan ini penulis berkenan mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. H. Ibayasid, M.Sc. selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

2. Badak Dedy Irawan , S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia dan

Dosen Pembimbing Satu Politeknik Negeri Samarinda, yang telah

memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian laporan

penelitian

3. Ibu Irmawati Syahrir, ST., M.T., selaku ketua program studi Teknologi

Kimia Industri.

4. Bapak Andri Kurniawan S.Pd., M.A, selaku Dosen Pembimbing Dua yang

telah memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian

laporan penelitian.

v
5. Bapak Ibnu Eka Rahayu, S.ST.,M.T., selaku Kepala Laboratorium Pilot

Plant dan Dosen Team Penelitian, Politeknik Negeri Samarinda.

6. Bapak Kusyanto, S.ST., M.T., selaku Kepala Laboratorium Kimia Dasar

dan Dosen Team Penelitian, Politeknik Negeri Samarinda.

7. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Analis/Teknisi serta Administrasi Jurusan

Teknik Kimia.

8. Keluarga dan teman-teman Teknik Kimia Angkatan 2015 yang selalu

memberikan do’a dan semangat dalam melaksanakan laporan skripsi.

9. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan skripsi.

Penulis menyadari Laporan Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran sehingga laporan

penelitian ini dapat lebih baik kedepannya. Besar harapan penulis laporan

penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.

Samarinda, Januari 2019

Penulis

vi
ABSTRAK

Biodiesel adalah pilihan sumber energi terbarukan sebagai bahan bakar nabati.
Sintesis biodiesel menggunakan proses elektrolisis memiliki berbagai keuntungan
seperti yield biodiesel yang diperoleh tinggi, dapat berlangsung pada suhu
lingkungan dan tingkat polusi yang rendah. Biodiesel dapat dihasilkan dari minyak
nabati salah satunya dari minyak kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh rasio mol minyak terhadap metanol dan konsentrasi KOH
serta mendapatkan komposisi metanol dan KOH terbaik untuk mendapatkan yield
biodiesel tertinggi dalam proses pembuatan biodiesel dengan metode elektrolisis
menggunakan elektroda perak (Ag). Proses pembuatan biodiesel dengan metode
elektrolisis menggunakan tegangan listrik 15V selama 90 menit. Sebanyak 75 mL
minyak kelapa sawit Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan
aquadest 2 %b/b dengan variasi katalis KOH 0,4%, 0,5%, 0,6% dan 0,7% serta
rasio mol minyak/metanol 1:5, 1:6 dan 1:7. Melalui percobaan ini didapatkan yield
biodiesel yang paling tinggi pada variasi KOH 0,5% dan rasio mol minyak/metanol
1:6 yaitu sebesar 97,01% dengan densitas 0,8764 g/mL, viskositas 3,8224 cSt,
bilangan asam 0,2907 mgKOH/g dan flash point sebesar 162,7780oC, semua
parameter yang diuji telah memenuhi standar mutu biodiesel SNI 7182:2015. Hasil
analisis GC-MS menunjukkan bahwa produk metil ester yang terbentuk adalah
metil palmitat (35,30%) dan metil oleat (49,73%).
Kata Kunci: biodiesel, elektrolisis, KOH, metanol, minyak kelapa sawit, perak

vii
ABSTRACT

Biodiesel is a choice of renewable energy sources as biofuel. The synthesis of


biodiesel using the electrolysis process has various advantages such as high
biodiesel yields, able to be carried out at ambient temperatures, and has low
emission levels. Biodiesel can be produced from vegetable oils such as palm oil.
This research aims to find out the effects of the mole ratio of methanol and oil, the
best concentration of KOH, and to produce the best methanol and KOH
composition to obtain the highest biodiesel yield in the process of making biodiesel
using the electrolysis method using silver electrodes (Ag). The process of making
biodiesel by electrolysis method used a 15V electricity voltage for 90 minutes. As
much as 75 ml of palm oil Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO)
and aquadest 2% b/b with variations of KOH catalyst of 0.4%, 0.5%, 0.6% and
0.7% and oil/methanol mole ratio 1:5, 1:6 and 1:7. Through this experiment the
highest biodiesel was produced in 0.5% KOH variation and oil/methanol 1:6 mole
ratio of 97.01% with a density of 0.8764 g/mL, viscosity of 3.8224 cSt, acid number
of 0.2907 mgKOH/g and flash point of 162.77780oC, all parameters required have
met SNI 7182:2015. Biodiesel quality standards GC-MS analysis results show
methyl ester products formed are methyl palmitate (35.30%) and methyl oleate
(49.73%).

Keywords: biodiesel, electrolysis, KOH, methanol, palm oil, silver

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI .......................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penlitian ................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

2.1 Minyak Kelapa Sawit ............................................................................. 6

2.2 Biodiesel ................................................................................................. 9

2.3 Reaksi Transesterifikasi menggunakan Metanol dan KOH ................. 11

2.4 Elektrolisis ............................................................................................ 13

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Elektrolisis ............................................ 15

2.5 GC-MS ................................................................................................. 16

BAB III METODOLOGI ....................................................................................20

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 20

ix
3.2 Rancangan Penelitian ........................................................................... 20

3.2.1 Variabel Berubah................................................................................ 20

3.2.2 Variabel Tetap .................................................................................... 20

3.2.3 Variabel Respon ................................................................................. 21

3.3 Alat dan Bahan ..................................................................................... 21

3.3.1. Alat ..................................................................................................... 21

3.3.2 Bahan .................................................................................................. 22

3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................... 23

3.4.1 Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 23

3.4.2 Prosedur Penelitian ............................................................................. 23

A. Pembuatan Biodiesel .......................................................................... 23

B. Pemurnian Biodiesel .......................................................................... 25

C. Uji Kualitas Biodiesel ........................................................................ 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................29

4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 29

4.2 Pembahasan .......................................................................................... 30

4.2.1 Identifikasi Senyawa dan Uji Kualitas Densitas, Viskositas, Bilangan


Asam dan Flash Point Biodiesel ........................................................ 32

4.2.2 Pengaruh Konsentrasi Katalis terhadap Yield Biodiesel .................... 34

4.2.3 Pengaruh Rasio Mol Minyak/Metanol terhadap Yield Biodiesel ....... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................38

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 38

5.2 Saran ..................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................39

LAMPIRAN ..........................................................................................................42

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Fraksinasi CPO menjadi RBD............................................................ 6

Gambar 2. 2 Skema Cara Kerja GC-MS ............................................................... 17

Gambar 3. 1 Diagram Alir Proses Sintesis Biodiesel............................................23

Gambar 3. 2 Skema Elektrolisis ............................................................................ 24

Gambar 4. 1 Kromatografi Gas Metil Ester dari Biodiesel pada Rasio Mol

Minyak/Metanol 1:6 dan KOH 0,5%................................................32

Gambar 4. 2 Grafik Hubungan antara Konsentrasi KOH terhadap Yield

Biodiesel.........................................................................................35

Gambar 4. 3 Grafik Hubungan antara Rasio Mol Minyak/Metanol terhadap Yield

Biodiesel ........................................................................................ 36

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit ......................... 8

Tabel 2. 2 Sifat Fisik Minyak Kelapa Sawit ........................................................... 9

Tabel 2. 3 Standar Biodiesel SNI 7182:2015 ........................................................ 10

Tabel 4.1 Yield Biodiesel Menggunakan Proses Elektrolisis pada Tegangan 15V

untuk Varasi Rasio Mol Minyak/Metanol dan Konsentrasi KOH ........29

Tabel 4.2 Hasil Analisa GC –MS Komponen Biodiesel pada Kondisi Rasio Mol

Minyak/Metanol 1:6 dan KOH 0,5% ................................................... 30

Tabel 4.3 Uji Kualitas Viskositas, Densitas dan Bilangan Asam Biodiesel ......... 30

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan minyak bumi dalam jangka panjang dan skala besar

menyebabkan cadangan minyak bumi yang semakin menipis. Pada tahun 2016,

solar merupakan bahan bakar yang dikonsumsi paling banyak, yaitu mencapai 23,4

juta kiloliter (BPH Migas 2017). Dalam rangka memenuhi kebutuhan solar nasional

tersebut, Indonesia tidak hanya mengandalkan produksi namun juga berasal dari

impor (Hendra et al., 2018). Oleh karena itu, perlu adanya sumber energi alternatif

yang ramah lingkungan sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi. Salah satu

bahan bakar nabati yang dapat digunakan untuk penganti solar adalah biodiesel

(Laila & Oktavia, 2017).

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 12 Tahun 2015

yang menyatakan bahwa pada tahun 2025 diwajibkan penggunaan biodiesel sebesar

30% dari total kebutuhan minyak solar. Indonesia sebagai negara berkembang dan

memiliki banyak potensi bahan baku perlu untuk mengembangkan biodiesel

sebagai energi terbarukan (Hendra et al., 2018).

Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki

beberapa kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses

pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi

minyak nabati menjadi biodiesel tinggi (Anggraini & Fitriani, 2018). Penghasil

devisa terbesar Indonesia untuk tahun 2017 adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan

produk turunannya sebesar US$ 22,99 miliar.


2

Minyak kelapa sawit yang berlimpah di Indonesia, dengan produksi tahun

2017 sebanyak 41,98 juta ton CPO, dapat dihasilkan biodiesel yang mampu

mensubstitusi minyak solar yang sebagian masih impor. Inovasi produksi biodiesel

mengarah pada pengembangan proses yang lebih efisien. Salah satunya adalah

pengembangan metode elektrolisis pada tahap sintesis biodiesel. Sebelumnya,

sintesis biodiesel dengan metode elektrolisis telah dilaporkan menggunakan

elektroda kerja Pt. Metode ini selain dapat mengurangi kandungan air dalam bahan

baku minyak, juga tidak membutuhkan suhu tinggi karena dilakukan pada suhu

kamar (Guan & Kusakabe, 2009). Dalam elektrolisis, arus listrik langsung lewat

antara elektroda melalui zat ionik yang baik cair atau terlarut dalam produk reaksi

yang sesuai (Lauka & Blumberga, 2015). Penerapan metode elektrolisis pada

pembuatan biodiesel ini masih tergolong jarang dilakukan. Proses elektrolisis ini

diharapkan dapat mengurangi pembentukan ester sehingga dapat menaikkan yield

produk (Putra & Putra 2011).

Secara keseluruhan, kelebihan metode elektrolisis adalah lebih rendah

konsumsi energi karena reaksi dapat berlangsung pada suhu lingkungan,

menghemat waktu reaksi dan mengurangi konsumsi air dalam mencuci biodiesel

serta memproduksi lebih sedikit air limbah (Fereidooni et al., 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Pengembangan penelitian sintesis biodiesel telah banyak dilakukan, salah

satunya adalah sintesis biodiesel dengan menggunakan metode elektrolisis. Sintesis

Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dengan metode elektrolisis menggunakan minyak
3

jagung dan Waste Cooking Oil (WCO) serta menggunakan co-solvent

tetrahidrofuran (THF) untuk meningkatkan kelarutan pada minyak nabati terhadap

metanol. Proses elektrolisis menggunakan elektroda plat Pt (20 mm x 20 mm)

berjarak 12 mm dengan variasi metanol/minyak (6-24), rasio molar THF/metanol

(0-0,5), konsentrasi NaCl (0,14 – 1,12%b/b), voltase elektrolisis (5-20)V dan

aquadest (0,1-2%b/b) pada suhu kamar. Hasil terbaik ditunjukkan pada variasi

metanol/minyak 24, rasio molar THF/metanol 0,25, konsentrasi NaCl 1,2%b/b,

voltase elektrolisis 18,6V dan aquadest 2%b/b selama 2 jam dengan yield yang

diperoleh sebesar 96,8% (Guan & Kusakabe, 2009).

Penelitian tentang sintesis biodiesel dengan proses elektrolisis juga telah

dilakukan oleh Fereidooni et al (2018) menggunakan WCO sebagai bahan baku dan

dua elektroda grafit (2cm x 2 cm x 0,1cm) dengan jarak 1 cm. Sistem proses

dijalankan dengan variasi rasio metanol/minyak (1:5, 1:6 dan 1:7), katalis KOH (0,3

dan 0,5 %b/b), voltase elektrolisis (20-50)V, acetone sebagai co-solvent (5%, 10%,

15%b/b) dengan konsentrasi aquadest 2%b/b. Hasil menunjukkan yield biodiesel

yang cukup tinggi sebesar 96% pada ratio metanol/minyak 1:6, konsentrasi katalis

KOH 0,5%, 50V, 10%b/b acetone sebagai co-solvent selama 2 jam. Penelitian

selanjutnya yang dilakukan Moeksin et al (2017) menggunakan jarak elektroda

sebesar 1,5 cm.

Pada penelitian Fereidooni et al (2018), yield yang didapat sudah baik

namum belum maksimal dibandingkan penelitian yang dilakukan Guan &

Kusakabe (2009) dengan perolehan yield 96,8%, hal ini dikarenakan penggunaan

platina yang memiliki nilai konduktivitas listrik yang lebih besar daripada grafit.
4

Penggunaan co-solvent dan elektroda platina pada sintesis biodiesel memiliki harga

yang mahal. Sedangkan elektroda perak memiliki konduktivitas yang lebih baik

dibandingkan dengan elektroda grafit. Oleh karena itu, dilakukan penelitian

menggunakan elektroda perak dan tanpa menggunakan co-solvent.

Penelitian ini menggunakan KOH sebagai katalis karena pembentukan ion

metoksida meningkatkan kebasaan dalam produksi katalitik biodiesel melalui

transesterifikasi dan metanol dan KOH merupakan katalis homogen yang dapat

memberikan yield biodiesel yang lebih tinggi pada reaksi transesterifikasi.

Dibandingkan dengan etanol dan rantai panjang hidrokarbon alkohol lainnya,

metanol mengubah jumlah minyak yang lebih tinggi menjadi bahan bakar biodiesel,

sehingga dapat bereaksi lebih mudah dengan minyak dalam transesterifikasi

(Fereidooni et al., 2018).

1.3 Tujuan dan Manfaat Penlitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio mol

minyak terhadap metanol dan konsentrasi KOH pada proses pembuatan biodiesel

dengan metode elektrolis menggunakan elektroda perak dan mendapatkan

komposisi metanol dan KOH terbaik untuk mendapatkan yield biodiesel tertinggi

dalam proses pembuatan biodiesel dengan metode elektrolisis menggunakan

elektroda perak.

Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan bahan bakar alternatif yang

lebih ekonomis dan ramah lingkungan, memanfaatkan minyak kelapa sawit

menjadi bahan baku alternatif dalam pembuatan biodiesel, meningkatkan nilai


5

ekonomis dari minyak kelapa sawit menjadi biodiesel dan mengetahui kondisi

optimum pada pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit dengan metode

elektrolisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ ) adalah tanaman yang

termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani

Elaion atau minyak, sedangkan nama species Guinensis berasal dari kata Guinea,

yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa

sawit pertama kali di pantai Guinea (Ketaren, 1986).

Demikian halnya dengan luas areal kelapa sawit, perkembangan produksi

minyak sawit (CPO) dari tahun 2011 sampai dengan 2015 meningkat sekitar 5,38

sampai dengan 8,42 persen per tahun, namun di tahun 2016 diperkirakan menurun

0,15 persen. Pada tahun 2011 produksi minyak sawit (CPO) sebesar 23,99 juta ton,

meningkat menjadi 31,07 juta ton pada tahun 2015 atau terjadi peningkatan 29,48

persen. Tahun 2016 diperkirakan produksi minyak sawit (CPO) akan menurun

menjadi 31,02 juta ton atau sebesar 0,15 persen (Badan Pusat Statistik, 2016).

Sumber : (Basiron, 2005)

Gambar 2. 1 Fraksinasi CPO menjadi RBD


7

Minyak kelapa sawit perlu melalui banyak langkah pemprosesan seperti

penggilingan, penghancuran atau ekstraksi, perbaikan, pengepresan, pemutihan,

dan penghilangan bau untuk mendapatkan produk akhir. Setelah proses

penggilingan, tandan buah segar menghasilkan CPO, minyak inti sawit, bungkil inti

sawit, cangkang, dan serat. Produk kelapa sawit terdiri dari kategori berikut: (1)

produk minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, (2) oleokimia, (3) bahan bakar

nabati, dan (4) biomassa. Produk-produk yang sudah direfinisi termasuk minyak

kelapa yang sudah dideodisasi (RBD), RBD palm olein, dan palm stearin RBD.

Berdasarkan rekam jejak keamanan dalam penggunaannya yang sudah

teruji lama, minyak sawit banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, pada berbagai

produk yang sangat luas dan beragam; baik produk pangan, maupun produk non

pangan. Dalam bidang pangan minyak sawit banyak digunakan sebagai minyak

goreng, shortening, margarin, vanaspati, cocoa butter substitutes dan berbagai

bahan baku pangan lainya. Aplikasi dalam bidang no-pangan juga terus

berkembang terutama sebagai oleokimia, biodiesel dan berbagai produk lainya

minsalkan industri farmasi (Hariyadi, 2014).

Komponen yang terkandung dalam minyak kelapa sawit sangat menentukan

mutu dari minyak kelapa sawit itu sendiri. Komposisi minyak kelapa sawit

dipengaruhi oleh faktor genetika dan faktor perlakuan pada saat panen (Ketaren,

1986). Panjang rantai asam lemak yang ada dalam trigliserida dari minyak kelapa

sawit jatuh dalam kisaran yang sangat sempit dari 12 hingga 20 karbon seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 2.1 (Basiron, 2005).


8

Tabel 2. 1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit

% Total
Asam Lemak
Rata-rata Range
12:0 Laurat 0.2 0.1–0.5
14:0 Miristat 1.0 0.9–1.4
16:0 Palmitat 39.8 37.9–41.7
16:1 Palmitoleat 0.2 0.1–0.4
18:0 Stearat 4.4 4.0–4.8
18:1 Oleat 42.5 40.7–43.9
18:2 Linoleat 11.2 10.4–13.4
18:3 linolenat 0.4 0.1-0.6
20:0 Arasidat 0.4 0.2-0.5
Sumber : (Basiron, 2005)

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa sekitar 50% asam lemak yang

ada dalam minyak sawit jenuh dan sekitar 50% tidak jenuh. Keseimbangan yang

merata antara saturasi dan tidak jenuh ini menentukan nilai yodium minyak (sekitar

53) dan memberikan stabilitas terhadap oksidasi terhadap minyak dibandingkan

dengan minyak nabati lainnya (Basiron, 2005).

Minyak kelapa sawit, yang terdiri dari trigliserida asam lemak palmitat dan

oleat, setengah padat pada suhu kamar. Minyak sawit mentah memiliki warna

oranye-merah tua yang dikontribusikan oleh kandungan karoten yang tinggi, 500

hingga 700 ppm, di mana 90% terdiri dari alfa dan beta-karoten. Karakteristik khas

untuk minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut (Surendra Babu et al., 2014):
9

Tabel 2. 2 Sifat Fisik Minyak Kelapa Sawit

Karakteristik Khas Range


Specific Gravity, 50°C - 0.888 - 0.889
Refractive Index, 50°C - 1.455 - 1.456
Iodine Value 53 46 - 56
Saponification Number 196 190 - 202
Unsaponifiable Matter, % 0.5 0.15 - 0.99
Titer, °C 46.3 40.7 - 49.0
Mettler Dropping Point, °C 37.5 35.5 - 45.0
Solidification Point, °C - 35.0 - 42.0
Carotene Content, mg/kg - 500 - 700
Sumber : Surendra Babu et al., 2014

2.2 Biodiesel

Biodiesel adalah campuran ester asam lemak monoalkil (kebanyakan metil

atau etil) yang diperoleh dari sumber daya terbarukan, seperti minyak nabati atau

lemak hewan (Aur & Bernardes, 2011). Bila dilihat dari sisi lingkungan,

penggunaan biodiesel menghasilkan pengurangan gas rumah kaca. Kebutuhan

untuk mengurangi emisi partikulat diesel telah menyebabkan meluasnya

penggunaan biodiesel. Penggunaan B20 dan pelumas berbasis tanaman

menghasilkan berkurangnya partikulat dan kemungkinan perubahan morfologi

partikulat (Erhan, 2005).

Persyaratan mutu biodesel di Indonesia telah dilakukan dan diperbarui

dalam (Badan Standardisasi Indonesia, 2015). Persyaratan mutu biodesel disajikan

dalam Tabel 2.3.


10

Tabel 2. 3 Standar Biodiesel SNI 7182:2015

No Parameter Uji Satuan, min/maks Persyaratan


1. Massa jenis 40oC kg/m3 850 – 890
2. Viskositas Kinematik pada 40oC mm2/s(cSt) 2,3 – 6,0
3. Angka Setana (Cetane Number) min 51
o
4. Titik Nyala C,min 100
o
5. Titik Kabut C,maks 18
Korosi Lempeng Tembaga (3 jam
6. Nomor 1
pada 50oC)
Residu Karbon
7. - Dalam percontoh asli, atau %-massa, maks 0,05
- Dalam 10% ampas destilasi 0,3
8. Air dan Sedimen %-volume, maks 0,05
o
9. Temperatur Destilasi 90% C, maks 360
10. Abu Tersulfatkan %-massa, maks 0,02
11. Belerang mg/kg, maks 50
12. Fosfor mg/kg, maks 4
13. Angka Asam mg-KOH/g, maks 0,5
14. Gliserol Bebas %-massa, maks 0,02
15. Gliserol Total %-massa, maks 0,24
16. Kadar Ester Metal %-massa, min 96,5
17. Angka Iodium %-massa (g-I2/100g), maks 115
18. Monogliserida %-massa, maks 0,8
Sumber : Badan Standardisasi Indonesia, 2015

Biodiesel memiliki keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar fosil

sebagai berikut (Aur & Bernardes, 2011) :

1 Biodiesel adalah sumber energi terbarukan yang bertentangan dengan minyak,

cadangan yang terbatas sebagai cadangan dari yang lain bahan bakar fosil.
11

2 Biodiesel dapat terurai dengan mudah dalam kondisi alami, dan lebih dari 90%

biodiesel murni dapat terdegradasi dalam beberapa minggu.

3 Dibandingkan dengan diesel umum dan bensin, biodiesel memiliki nilai lebih

mudah terbakar yang membuatnya relatif aman untuk disimpan dan diangkut.

4 Biodiesel mengandung jauh lebih sedikit sulfur dan dapat menjadi pelumas

yang baik.

2.3 Reaksi Transesterifikasi menggunakan Metanol dan KOH

Transesterifikasi adalah reaksi lemak atau minyak dengan alkohol untuk

membentuk ester dan gliserol. Harus dicatat bahwa reaksi keseimbangan ini

membutuhkan jumlah alkohol yang lebih besar untuk menggeser keseimbangan

reaksi ke depan untuk menghasilkan lebih banyak metil ester sebagai produk yang

diinginkan (Demirbas, 2005 dalam Aransiola et al., 2014). Reaksi transesterifikasi

disebut juga reaksi alkoholisis yang melibatkan peruraian oleh alkohol sehingga

dibutuhkan alkohol dengan kereaktifan besar (Bannon et al., 1988 dalam

Kusumaningsih et al., 2006). Alkohol rantai pendek yang sering digunakan adalah

metanol karena kereaktifannya yang tinggi (Lestari, 2017).

Metanol telah umum digunakan, karena lebih murah daripada alkohol

lainnya (Banani, et al., 2014). Dibandingkan dengan etanol, metanol mengubah

jumlah yang lebih tinggi minyak menjadi bahan bakar biodiesel karena energi untuk

memisahkan ion OH- dari metanol kurang dari etanol dan alkohol hidrokarbon

rantai panjang lainnya; jadi, ia bereaksi lebih mudah dengan minyak dalam

transesterifikasi (Fereidooni et al., 2018)


12

Metanol dengan gugus hidroksil (-OH) pada alkanol mengakibatkan sifat

polar dari molekul alkanol dan memberikan kemampuan untuk membentuk ikatan

hidrogen. Ikatan hidrogen yang dimiliki alkanol memudahkannya larut dalam air.

Rantai alkil pada alkohol yang semakin pendek dan bercabang akan meningkatkan

kelarutan. Ikatan hidrogen antar molekul alkanol meningkatkan titik didih alkohol.

Alkohol yang memiliki alkil pendek dan sedikit gugus –OH berwujud cairan encer

pada suhu kamar, semakin banyak gugus –OH yang dimiliki maka wujudnya

semakin mengental atau bahkan berbentuk padatan.

Indentifikasi jenis alkanol dapat dilakukan dengan reaksi logam alkali,

contohnya dengan menggunakan natrium dan kalium. Reaksi yang terjadi adalah

reaksi reduksi-oksidasi. Logam alkali dioksidasi menjadi ion positif, sedangkan

gugus –OH pada alkanol direduksi menjadi gas H2. Semakin pendek rantai atom

karbon pada senyawa alkanol maka kereaktifannya terhadap logam alkali makin

besar. Kereaktifan senyawa alkanol dapat dilihat dari banyaknya gas H2 yang

dihasilkan pada reaksi dengan logam alkali (Moeksin et al., 2017).

Katalis yang biasa digunakan pada transesterifikasi trigliserida adalah

katalis basa, seperti KOH dan NaOH. Sebagai katalis, KOH dan NaOH memiliki

beberapa kelebihan yaitu, nilai konversi yang tinggi, tidak bersifat korosif seperti

katalis asam, lebih aman (Schuchardt et al., 1998 dalam Abdullah et al., 2010) dan

relatif lebih murah dibandingkan katalis basa lain, misalnya alkoksida (Mittelbach

& Remschmit, 2004 dalam Abdullah et al., 2010). Keunggulan lainnya

dibandingkan dengan katalis asam yaitu dari segi kecepatan, kesempurnaan reaksi,

dan tidak memerlukan suhu operasi yang tinggi untuk menjalankan reaksi. Suhu
13

operasi yang relatif rendah memberikan keuntungan berupa kebutuhan energi untuk

proses yang rendah pula sehingga akan menurunkan biaya operasi (Swern, 1982

dalam Supardi et al., 2011). KOH sebagai katalis bersifat stabil dan menghasilkan

FAME dengan karakteristik yang baik (Supardi et al., 2011).

2.4 Elektrolisis

Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh

arus listrik. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrolisis dikarakterisasikan

dengan banyaknya elektron yang dimiliki, dengan kata lain elektrolisis adalah ilmu

yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik,

yang biasanya melibatkan sel elektrokimia yang menerapkan prinsip reaksi redoks

(reduksi-oksidasi) dalam aplikasinya.

Dalam sebuah sel, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron

pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya

(reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron dinamakan anoda sedangkan

elektroda yang menerima elektron dinamakan katoda. Jadi sebuah sel elektrokimia

selalu terdiri:

a) Anoda, elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi.

b) Katoda, elektroda tempat berlangsungnya reaksi reduksi.

c) Larutan elektrolit, larutan ionik dapat menghantarkan arus, larutan ionik

dianggap seperti resistor dalam suatu sirkuit maka ukuran dari sifat-sifat larutan

adalah tahanan (R) mengikuti hukum Ohm.


14

Penggunaan metode ini memiliki berbagai keuntungan seperti peralatan

yang diperlukan sangat sederhana, yakni terdiri dari dua/tiga batang elektroda yang

dihubungkan dengan sumber arus listrik, potensial elektroda dan rapat arusnya

dapat diatur sehingga selektivitas dan kecepatan reaksinya dapat ditempatkan pada

batas-batas yang diinginkan melalui pengaturan besarnya potensial listrik serta

tingkat polusi sangat rendah dan mudah dikontrol.

Dari keuntungan yang ditawarkan menyebabkan teknik elektrosintesis lebih

menguntungkan dibandingkan metode sintesis secara konvensional, yang sangat

dipengaruhi oleh tekanan, suhu, katalis dan konsentrasi. Prinsip dari metode

elektrosintesis didasarkan pada penerapan teori-teori elektrokimia biasa. Baik

teknik elektrosintesis maupun metode sintesis secara konvensional, mempunyai

variabel-variabel yang sama seperti suhu, pelarut, pH, konsentrasi reaktan, metode

pencampuran dan waktu. Akan tetapi perbedaannya, jika di elektrosintesis

mempunyai variabel tambahan yakni variabel listrik dan fisik seperti elektroda,

jenis elektrolit, lapisan listrik ganda, materi/jenis elektroda, jenis sel elektrolisis

yang digunakan, media elektrolisis dan derajat pengadukan pada proses elektrolisis

tersebut. Untuk elektrolisis pada transesterifikasi, mekanisme reaksinya mengikuti

persamaan (1) sampai dengan (5) berikut ini:

Reaksi Anoda:
2H2O O2 + 4H+ + 4e- (1)
Reaksi Katoda:
2H2O + 2e- H2 + 2OH- (2)
Reaksi Pembentukan Metoksida:
CH3OH + OH- CH3O- + H2O (3)
15

Reaksi Transesterifikasi:
Trigliserida + 3 Metanol Metil Ester (Biodiesel) + Gliserol (4)

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Elektrolisis

a. Penggunaan Katalisator

Misalnya H2SO4 dan KOH berfungsi mempermudah proses penguraian air

menjadi hidrogen dan oksigen karena ion-ion katalisator mampu mempengaruhi

kesetabilan molekul air menjadi menjadi ion H+ dan OH- yang lebih mudah di

elektrolisis karena terjadi penurunan energi pengaktifan. Zat tersebut tidak

mengalami perubahan yang kekal (tidak dikonsumsi dalam proses elektrolisis).

b. Luas Area Elektroda

Semakin luas area elektroda yang dialiri arus listrik yang menyentuh

elektrolit maka semakin mempermudah suatu elektrolit untuk mentransfer

elektronnya. Sehingga terjadi hubungan sebanding jika luasan yang tercelup sedikit

maka semakin mempersulit elektrolit untuk melepaskan electron dikarenakan

sedikitnya luas penampang penghantar yang menyentuh elektrolit. Sehingga

transfer elektron bekerja lambat dalam mengelektrolisis elektrolit.

c. Jenis Logam Elektroda

Penggunaan medan listrik pada logam dapat menyebabkan seluruh elektron

bebas bergerak dalam metal, sejajar, dan berlawanan arah dengan arah medan

listrik. Ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Jika

suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor,


16

muatan-muatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik.

Konduktivitas listrik didefinisikan sebagai ratio rapat arus terhadap kuat medan

listrik. Konduktifitas listrik dapat dilihat pada deret volta seperti, Li K Ba Sr Ca Na

Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au. Semakin ke kanan

maka semakin besar massa jenisnya.

d. Konsentrasi Elektrolit

Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan elektrolit pereaksi maka akan

semakin besar pula laju reaksinya. Ini dikarenakan dengan persentase katalis yang

semakin tinggi dapat mereduksi hambatan pada elektrolit. Sehingga transfer

elektron dapat lebih cepat meng-elektrolisis elektrolit dan didapat ditarik garis lurus

bahwa terjadi hubungan sebanding terhadap prosentase katalis dengan transfer

elektron (Muzakkir, 2014).

2.5 GC-MS

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan

pada perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara

dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Berdasarkan fase gerak yang digunakan,

kromatografi dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu kromatografi gas dan

kromatografi cair (Maliana, 2016). GC-MS (Gas Chromatography–Mass

Spectrometry) merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan

dua metode analisa senyawa yaitu Kromatografi gas (GC) untuk menganalisis

jumlah senyawa secara kuantitatif dan Spektrometri massa (MS) untuk mengetahui
17

massa molekul relatif dan pola frakmentasi senyawa yang dianalisis (Pavia et.al.,

2001).

Kromatografi gas adalah metode analisis dimana sampel terpisahkan secara

fisik menjadi bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat

dilihat berupa kromatogram). Sedangkan spektroskopi massa adalah metode

analisis dimana sampel yang akan dianalisis diubah menjadi ion-ionnya, dan massa

dari ion-ion tersebut dapat diukur (hasil deteksi dapat dilihat berupa spektrum

massa). Bagian pokok alat kromatografi gas adalah injektor, kolom pemisah, dan

detektor dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Skema Cara Kerja GC-MS


Instrumen GC memungkinkan untuk memisahkan molekul-molekul dari

suatu campuran, dimana hal ini tidak mungkin dipisahkan dengan cara-cara lain.

Karena sensitivitasnya yang tinggi maka hanya diperlukan sejumlah kecil cuplikan
18

(mikroliter). Pemisahan komponen-komponen dari cuplikan terjadi diantara gas

pembawa dan fasa cair.

Tabung gas paling depan adalah gas pembawa serat pangatur tekanan.

Cuplikan disuntikkan dengan bantuan jarum suntik dalam injektor yang dipanaskan

yang segera akan menguap. Kemudian akan dibawa oleh gas pembawa pada

kecepatan volume konstan melalui kolom pemisah dan akan sampai pada detektor

yang dapat bekerja dengan berbagai prinsip. Detektor akan menimbulkan sinyal

yang proporsional dengan jumlah senyawa yang datang dengan gas pembawa. Hasil

dari kromatografi gas dinyatakan dengan parameter waktu retensi (Rt) yaitu waktu

yang digunakan untuk mengelusi komponen cuplikan sampai menghasilkan

kromatogram yang akan tampak sebagai puncak (Maliana, 2016).

Prinsip kerja Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM) yaitu,

cuplikan diinjeksikan ke dalam injektor. Aliran gas dari gas pengangkut akan

membawa cuplikan yang telah teruapkan masuk ke dalam kolom. Kolom akan

memisahkan komponen-komponen dari cuplikan. Komponen-kompenen tersebut

terelusi sesuai dengan urutan semakin membesarnya nilai koefisien partisi (K),

selanjutnya masuk dalam spektrofotometer massa (MS). Pada spektroskopi massa

komponen cuplikan ditembaki dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion

muatan positif yang bertenaga tinggi (ion-ion molekuler atau ion-ion induk) dan

dapat pecah menjadi ion-ion yang lebih kecil, lepasnya elektron dari molekul atau

komponen-komponen menghasilkan radikal kation. Ion-ion pembelokan dalam

medan magnet yang berubah sesuai dengan massa dan muatannya. Perubahan

tersebut menimbulkan arus pada kolektor yang sebanding dengan limpahan


19

relatifnya. Kromatografi gas-spektroskopi massa ini biasa digunakan untuk analisis

kualitatif senyawa organik yang pada umumnya bersifat dapat diuapkan. Campuran

metil ester hasil transesterifikasi minyak nabati memenuhi kriteria ini sehingga

dapat dianalisis dengan kromatografi gas-spektroskopi massa. Pemisahan yang

dihasilkan dari setiap jenis senyawa yang dianalisis bersifat khas untuk tiap

senyawa. Demikian juga untuk senyawa-senyawa metil ester. Ion-ion pecahan dari

metil ester diakibatkan penataan ulang hidrogen dan pecahan satu ikatan yang

dipisahkan dari gugus C=O.

Analisis senyawa biodiesel dilakukan terhadap puncak-puncak fragmentasi

yang dapat diidentifikasikan sebagai senyawa biodiesel berdasarkan pada

kemiripan dengan senyawa standar. Suatu senyawa dikatakan mirip dengan

senyawa standar jika memiliki berat molekul yang sama, pola fragmen yang mirip,

dan harga Simililarity Index (SI) yang tinggi (Maliana, 2016)


BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan September hingga bulan Desember 2018.

Penelitian, serta analisa berat jenis, bilangan asam dan viskositas dilakukan di

Laboratorium Kimia Dasar Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda, analisa

flash point dilakukan di Laboratorium PT. Badak LNG Bontang dan analisa GC-

MS dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada. Bahan baku yang digunakan adalah

minyak kelapa sawit.

3.2 Rancangan Penelitian

3.2.1 Variabel Berubah

1. Rasio mol minyak/metanol : 1:5, 1:6 dan 1:7

2. Kosentrasi KOH : 0,4%, 0,5%, 0,6% dan 0,7%

3.2.2 Variabel Tetap

1. Volume minyak kelapa sawit : 75 mL

2. Aquadest : 2%b/b

3. Waktu reaksi : 90 menit

4. Jenis elektroda : Perak

5. Tegangan : 15 V
21

6. Ukuran elektroda : 2 cm x 2 cm x 0,1 cm

7. Jarak elektroda : 1,5 cm

3.2.3 Variabel Respon

1. Yield biodiesel

2. Viskositas kinematik biodiesel (40oC)

3. Densitas biodiesel

4. Flash point biodiesel

5. Bilangan asam biodiesel

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1. Alat

1. Power supply DC

2. Erlenmeyer 250 mL

3. Spatula

4. Batang pengaduk

5. Kaca arloji

6. Hotplate

7. Magnetic stirrer

8. Digital voltase meter

9. Elektroda berbentuk plat

10. Buret 50 mL

11. Pipet ukur 25 mL


22

12. Statif dan klem

13. Gabus/busa

14. Gelas beaker 100 mL, 250 mL dan 500 mL

15. Corong pisah 125 mL dan 250 mL

16. Termometer 100oC

17. Gelas ukur 10 mL dan 100 mL

18. Botol semprot

19. Neraca digital

20. Piknometer 10 mL

21. Viskometer ostwald

22. Stopwatch

3.3.2 Bahan

1. Minyak kelapa sawit RBDPO

2. Padatan KOH

3. Metanol analytical grade

4. Aquadest

5. Indikator universal
23

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Diagram Alir Penelitian

Minyak kelapa sawit RBDPO

Transesterifikasi menggunakan metode


elektrolisis dengan elektroda perak

Variasi transesterifikasi :
Rasio mol minyak/metanol : 1:5, 1:6 dan 1:7
Konsentrasi KOH : 0,4%, 0,5%, 0,6% dan 0,7%

Gliserol Pemisahan Air dan katalis

Crude biodiesel Pemisahan Biodiesel

Analisa Fisik dan Kimia ;


1. Yield
2. Viskositas kinematik biodiesel (40oC)
3. Densitas biodiesel
4. Flash point
5. GC-MS
6. Bilangan asam

Gambar 3. 1 Diagram Alir Proses Sintesis Biodiesel


3.4.2 Prosedur Penelitian

A. Pembuatan Biodiesel

1. Merangkai alat elektrolisis yang terdiri dari power supply DC, kabel, plat perak

dengan jarak antar plat 1,5 cm, gabus/busa, gelas kimia 250 mL dan hot plate.

Skematik dari prosedur elektrolisis dapat dlihat pada Gambar 3.2 dibawah ini.
24

Perak

Gambar 3. 2 Skema Elektrolisis


2. Mengukur minyak kelapa sawit sebanyak 75 mL dengan menggunakan gelas

ukur 100 mL

3. Memipet metanol sebanyak 16,1 ml (rasio mol minyak/metanol 1:5) dengan

menggunakan pipet ukur 25 mL kemudian memasukkan ke dalam gelas kimia

100 mL

4. Menimbang katalis KOH 0,2710 gram (konsentrasi KOH 0,4%) menggunakan

kaca arloji pada neraca digital analitik, kemudian memasukkan ke dalam gelas

kimia 100 mL yang telah terdapat metanol

5. Mengaduk larutan hingga katalis KOH terlarut secara sempurna

6. Memipet aquadest sebanyak 1,6 mL dengan menggunakan pipet ukur 1 mL

kemudian memasukkan aquadest ke dalam larutan KOH dan metanol

7. Memasukan minyak kelapa sawit ke dalam gelas kimia 250 mL yang terdapat

pada rangkaian alat elektrolisis. Menyalakan power supply dengan voltase 15V

dan menyalakan stirrer pada skala lima dan memastikan voltase dalam angka

15V dengan digital voltase meter


25

8. Memasukkan larutan pereaksi (metanol, KOH dan air) secara perlahan, setelah

itu memastikan voltase masih dalam angka 15V dengan menggunakan digital

voltase meter

9. Menjalankan proses elektrolisis selama 90 menit dan mengukur suhu reaksinya

10. Hasil dari elektrolisis kemudian ditampung di dalam corong pisah, didiamkan

hingga terbagi menjadi dua lapisan dan lakukan proses pemurnian

11. Mengulangi langkah satu sampai dengan sepuluh dengan variasi yang telah

ditentukan rasio mol minyak/metanol 1:5, 1:6 dan 1:7 dan konsentrasi KOH :

0,4%, 0,5%, 0,6% dan 0,7%.

B. Pemurnian Biodiesel

1. Memisahkan lapisan atas (biodiesel) dengan lapisan bawah (gliserol dan

pengotor lainnya) dan mengukur volume biodiesel

2. Mencuci biodiesel dengan aquadest panas dengan perbandingan volume 1:1

dari volume biodiesel

3. Melakukan pencucian hingga pH aquadest hasil pencucian sama dengan

aquadest sebelum dipakai untuk pencucian dan lapisan atas (biodiesel) sudah

menjadi jernih

4. Memanaskan biodisel untuk menghilangkan sisa metanol dan aquadest yang

terdapat pada lapisan atas (biodiesel) dengan hot plate pada suhu 110oC

5. Melakukan analisa produk hasil (yield, viskositas kinematik biodiesel (40oC),

densitas biodiesel, flash point , GC-MS, dan bilangan asam.


26

C. Uji Kualitas Biodiesel

1. Pengukuran Densitas

Massa jenis menunjukkan perbandingan berat per satuan volume. Massa

jenis biodiesel diukur dengan menggunakan piknometer.

a. Mencuci dan membersihkan piknometer dengan aquadest dilanjutkan dengan

etanol kemudian dikeringkan

b. Menimbang berat piknometer kosong yang sebelumnya telah dibersihkan serta

dikeringkan dengan neraca analitik dan mencatat beratnya

c. Memasukkan biodiesel ke dalam piknometer hingga meluap dan tidak

terbentuk gelembung udara

d. Membersihkan permukaannya dengan kertas tisu

e. Menimbang berat piknometer dengan neraca analitik dan mencatat beratnya

f. Menghitung massa jenis dengan rumus berikut:

𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌= … … … … … … … … … … … . … (3.1)
𝑣𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Keterangan :

𝜌 : densitas (g/mL)

mpiknometer+sampel : massa piknometer kosong dan sampel (g)

mpiknometer kosong : massa piknometer kosong (g)

Vpiknometer : volume piknometer (mL)


27

2. Pengukuran Viskositas Kinematik (40°C)

a. Memasukkan aquadest 3 mL (40°C) kedalam tabung viskometer ostwald

b. Mencatat waktu yang dibutuhkan aquadest hingga tanda batas pada viskometer

ostwald

c. Memasukkan biodiesel 3 mL pada Suhu 40°C kedalam viskometer Ostwald

d. Menghisap biodiesel dalam viskometer dengan bulp hingga melebihi tanda

batas dan diukur waktunya sampai tanda batas

e. Nilai viskositas dihitung dengan rumus:

𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 𝑥 𝑡𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 𝑥 𝜇𝑜 … … … … … … … … … … … … … … … (3.2)
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡𝑎𝑖𝑟

Keterangan :

𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 : viskositas biodiesel (cP)

𝜇𝑎𝑖𝑟 : viskositas air (cP)

𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 : densitas biodiesel (g/mL)

𝜌𝑎𝑖𝑟 : densitas air (g/mL)

𝑡𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 : waktu biodiesel (s)

𝑡𝑎𝑖𝑟 : waktu air (s)


28

3. Pengukuran Yield

Yield dinyatakan dalam persentase berat produk akhir yang dihasilkan per

berat bahan olahan, dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑(%) = 𝑥 100%. . . . . . . . . . . . . . … . . . . . (3.3)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑎𝑤𝑖𝑡

4. Pengukuran Bilangan Asam (Sudarmadji, 1997)

a. Menimbang kurang lebih 20 gram lemak atau minyak, lalu dimasukkan ke

dalam erlenmeyer dan ditambhakan 50 mL alkohol 95% netral.

b. Memanaskan larutan sampai mendidih dan dikocok untuk melarutkan asam

lemak bebasnya

c. Setelah dingin, larutan lemak dititrasi dengan 0,1 N larutan KOH standar

memakai indikator phenolphtalein (PP). Akhir titrasi tercapai apabila terbentuk

warna merah muda yang tidak hilang selama ½ menit. Apabila cairan yang

dititrasi berwarna gelap dapat ditambahkan pelarut yang cukup banyak dan

atau dipakai indikator bromothymol-blue sampai berwarna biru

d. Angka asam dinyatakan sebagai mg KOH yang dipakai untuk menetralkan

asam lemak bebas dalam 1 gram lemak atau minyak.

𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1


Perhitungan = … … … … … … … … … … … … … … … (3.4)
berat bahan (𝑔)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Tabel 4.1 Yield Biodiesel Menggunakan Proses Elektrolisis pada Tegangan


15V untuk Varasi Rasio Mol Minyak/Metanol dan Konsentrasi
KOH

Rasio Mol
Konsentrasi KOH (%) Yield (%)
Minyak/Metanol

0,4 94,58

0,5 95,05
1:5
0,6 97,03

0,7 94,81

0,4 94,82

0,5 97,01
1:6
0,6 94,77

0,7 94,68

0,4 96,05

0,5 96,09
1:7
0,6 93,84

0,7 93,74
30

Tabel 4.2 Hasil Analisa GC –MS Komponen Biodiesel pada Kondisi Rasio
Mol Minyak/Metanol 1:6 dan KOH 0,5%
Puncak Nama Senyawa Komposisi (%) SI

1 Metil Miristat 0,61 94

2 Metil Palmitat 35,30 94

3 Metil Linoleat 10,76 91

4 Metil Oleat 49,73 95

5 Metil Stearat 3,60 96

Tabel 4.3 Uji Kualitas Viskositas, Densitas dan Bilangan Asam Biodiesel
Densitas Viskositas Bilangan Asam
Rasio Mol Konsentrasi SNI SNI SNI
Minyak/Metanol KOH (%) 0,85 – 0,89 2,3 – 6,0 Maks 0,5
(g/mL) (cSt) mgKOH/g
0,4 0,8659 6,8293 0,3355
0,5 0,8822 6,7200 0,3132
1:5
0,6 0,8884 8,3045 0,3100
0,7 0,8681 2,7768 0,3008
0,4 0,8801 5,7485 0,3287
0,5 0,8764 3,8224 0,2907
1:6
0,6 0,8677 4,5416 0,2898
0,7 0,8611 2,5344 0,2765
0,4 0,8736 5,4583 0,3354
0,5 0,8739 5,3240 0,3130
1:7
0,6 0,8710 4,7133 0,2980
0,7 0,8583 2,9219 0,2882

4.2 Pembahasan

Minyak kelapa sawit diproses menjadi biodiesel dengan menggunakan

metode elektrolisis dengan perak sebagai elektrodanya. Metode elektrolisis

merupakan proses memberikan sejumlah energi listrik kepada larutan minyak


31

kelapa sawit dan larutan metanol sehingga terjadi proses transesterifikasi. Energi

listrik yang diberikan sejumlah 15 volt yang dialiri pada anoda dan katoda perak

menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi dan jarak elektroda diatur

sejauh 1,5 cm dikarenakan jarak antar elektroda mempengaruhi jumlah arus listrik

yang terjadi selama proses elektrolis (Moeksin et al., 2017).

Dalam penelitian ini, digunakan katalis dengan konsentrasi rendah (berbasis

berat minyak). Campuran reaksi yang mengandung KOH dan H2O ditambahkan ke

sel elektrolisis. Penambahan air sebanyak 2% dari berat total larutan akan

berdampak kepada penyedian senyawa air yang pada elektroda katoda dapat

direduksi sehingga menghasilkan ion hidroksil, penambahan air di jaga agar tidak

lebih dari 2% dikarena jika lebih dari 2% akan menyebabkan terjadinya reaksi lain

seperti hidrolisis dan akan membentuk sabun (Fereidooni et al., 2018).

Pada elektroda anoda, oksigen dan hidroksida akan terbentuk akibat reaksi

oksidasi dari air. Pada elektroda katoda akan terbentuk ion hidroksil dan hidrogen.

Pada dasarnya yang dikehendaki adalah adanya ion hidroksil yang banyak

terbentuk pada katoda, ion hidroksil merupakan unsur yang akan bereaksi dengan

metanol sehingga menghasilkan ion metoksida, ion metoksida merupakan ion

nukleofil yang kuat yang dapat menyerang gugus karbonil dalam molekul

trigliserida untuk menghasilkan metil ester dan gliserol (Fereidooni et al., 2018).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam pembuatan

biodiesel untuk mendapatkan yield yang optimum, salah satu diantaranya yaitu

rasio metanol dan minyak dan banyaknya jumlah katalis yang digunakan.
32

4.2.1 Identifikasi Senyawa dan Uji Kualitas Densitas, Viskositas, Bilangan

Asam dan Flash Point Biodiesel

Hasil penelitian pembuatan biodesel diperoleh hasil terbaik dengan variasi

rasio mol minyak/metanol 1:6 dan 0,5% KOH akan dilakukan analisa identifikasi

senyawa menggunakan metode analisa GC-MS, hal ini bertujuan untuk

megidentifikasikan senyawa yang terkandung dalam sampel biodiesel yang

dihasilkan. Kandungan senyawa metil ester tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1

dan Tabel 4.2.

Gambar 4. 1 Kromatogram Biodiesel pada Rasio Mol Minyak/Metanol 1:6


dan KOH 0,5%
Analisis senyawa biodiesel dilakukan terhadap puncak-puncak fragmentasi

yang dapat diidentifikasikan sebagai senyawa metil ester berdasarkan pada

kemiripan dengan senyawa standar. Suatu senyawa dikatakan mirip dengan

senyawa standar jika memiliki berat molekul yang sama, pola fragmen yang mirip,

dan harga SI (indeks kemiripan) yang tinggi (Dyah, 2011). SI merupakan singkatan

dari similarity index dengan satuan persen, yang menyatakan persentase kemiripan

senyawa dalam sampel dengan senyawa standar yang ada dalam library alat GC-

MS.
33

Kandungan metil ester pada biodiesel ditunjukkan pada Tabel 4.2, diperoleh

senyawa utama penyusun dari biodiesel yaitu metil palmitat dan metil oleat, karena

palmitat dan oleat pada minyak kelapa sawit merupakan komponen terbesar.

Senyawa utama merupakan komponen utama dari senyawa yang terkandung dalam

biodiesel tersebut dilihat dari besarnya persentase senyawa. Pada konversi biodiesel

diperoleh metil palimitat sebesar 35,30% dan metil oleat 49,73%. Metil palmitat

dan oleat berpotensi untuk dijadikan bahan bakar biodiesel berkualitas baik (Anisah

et al., 2018). Senyawa lain yang dihasilkan dari analisa dengan GC-MS adalah metil

ester yang berasal dari asam-asam lemak lain penyusun minyak kelapa sawit, yaitu

metil miristat, metil linoleat dan metil stearat.

Untuk mengetahui kualitas biodiesel yang dihasilkan maka dilakukan

pengujian karakteristik biodiesel seperti yang tercantum dalam Tabel 4.3. Pada

kondisi operasi rasio mol minyak/metanol 1:6 dan konsentrasi KOH 0,5% semua

parameter yang diuji telah memenuhi standar mutu biodiesel SNI 7182:2015

dengan densitas 0,8764 g/mL, viskositas 3,8224 cSt, bilangan asam 0,2907

mgKOH/g dan flash point sebesar 162,7780oC, hasil analisa flash point

menunjukkan nilai yang baik, hal ini disebabkan oleh nilai flash point yang jauh di

atas nilai standar (100oC) sehingga biodiesel yang diperoleh berada dalam batas

aman terhadap penurunan kualitas sistem bahan bakar serta bahaya kebakaran

selama penyimpanan, penangan dan transportasi.

Tabel 4.3 menunjukkan biodiesel yang dihasilkan dari proses elektrolisis

memiliki hasil densitas dan bilangan asam yang sesuai dengan syarat dan mutu

Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu 0,85 – 0,89 g/mL dan max 0,5 mg-KOH/g.
34

Berdasarkan SNI syarat dan mutu viskositas kinematik yaitu 2,3 – 6cSt. Hal ini

sesuai dengan biodiesel yang dihasilkan kecuali untuk data variasi konsentrasi

KOH dan rasio mol minyak/metanol yang rendah.

Viskositas yang tinggi atau fluida masih lebih kental akan mengakibatkan

kecepatan aliran akan lebih lambat sehingga proses derajat atomisasi bahan bakar

akan terlambat pada ruang bakar. Jika harga viskositas terlalu tinggi maka akan

besar kerugian gesekan di dalam pipa, kerja pompa akan berat, penyaringannya sulit

dan besar kemungkinan kotoran ikut terendap, serta sulit mengabutkan bahan bakar

(Said et al., 2014).

4.2.2 Pengaruh Konsentrasi Katalis terhadap Yield Biodiesel

Penambahan KOH sebagai katalis sangat membantu dalam terbentuknya

ion metoksida karena akan meningkatkan kebasahan pada larutan, dengan kondisi

yang basa tentu akan mempermudah dalam pembentukan ion hidroksil dan akan

membantu pula percepatan pembentukan ion metoksida yang berasal dari metanol

(Fereidooni et al., 2018)

Katalis meningkatkan kelarutan metanol dan dengan demikian

meningkatkan laju reaksi (Tomasevic et al., 2003). Oleh karena itu, peningkatan

konsentrasi KOH akan meningkatkan FAME yang dihasilkan (Rashid et al., 2014).

Akan tetapi, jumlah katalis harus dioptimalkan untuk menghindari pembentukan

sabun, karena dapat menyebabkan dua masalah yaitu pengurangan yield biodiesel

dan masalah pemisahan biodiesel dengan gliserol (Banani et al., 2014). Produksi

biodiesel dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi KOH yang berbeda, 0,4,

0,5, 0,6 dan 0,7%, pada 2% aquadest selama 90 menit dengan tiga rasio mol
35

minyak/metanol (1:5, 1:6 dan 1:7). Grafik pengaruh konsentrasi KOH terhadap

yield dapat dilihat pada Gambar 4.2.

98.00%

97.00%

96.00%
Yield

95.00% 1:5
1:6
94.00%
1:7

93.00%

92.00%
0.40% 0.50% 0.60% 0.70%
Konsentrasi KOH

Gambar 4. 2 Grafik Hubungan antara Konsentrasi KOH terhadap Yield


Biodiesel

Yield tertinggi biodiesel dihasilkan pada konsentrasi KOH 0,6% dengan

rasio mol minyak/metanol 1:5 yaitu sebesar 97,03% pada Tabel 4.1. Gambar 4.2

menunjukkan bahwa pada konsentrasi KOH 0,4% sampai 0,5% mendapatkan yield

biodiesel yang semakin meningkat. Sedangkan pada konsentrasi KOH 0,6% dan

0,7% yield yang diperoleh cenderung menurun. Penambahan jumlah konsentrasi

katalis dapat mengurangi yield biodiesel.

Semakin banyak konsentrasi KOH maka semakin banyak ion hidroksil yang

terbentuk pada katoda dan kandungan katalis dalam air akan mengakibatkan larutan

elektrolit semakin pekat sehingga pergerakan ion lebih sulit untuk menghantarkan

energi listrik sehingga yield yang diperoleh semakin menurun (Marlina,2016).


36

Konsentrasi di atas 0,6% KOH meningkatkan reaksi saponifikasi. Semakin

banyaknya KOH dapat menyebabkan terbentuknya penyabunan serta adanya air

yang ditambahkan maka akan terjadi proses hidrolisis sehingga dapat terjadi

saponifikasi. Terbentuknya sabun akan meningkatkan kelarutan dari metil ester

yang diproduksi di gliserin. Akibatnya, emulsi antara dua fase akan terbentuk,

meningkatkan viskositas reaktan, dimana akan membuat pemisahan dua fase

menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, yield biodiesel menjadi berkurang.

4.2.3 Pengaruh Rasio Mol Minyak/Metanol terhadap Yield Biodiesel

Rasio mol minyak dan alkohol merupakan salah satu faktor yang paling

berkontribusi dalam produksi biodiesel. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

rasio mol minyak/metanol yang optimum terhadap yield yang diperoleh. Pengaruh

rasio mol minyak/metanol terhadap yield disajikan pada Gambar 4.3.

98.00%

97.00%

96.00%
Yield

95.00%

94.00%

93.00%

92.00%
1:5 1:6 1:7
Metanol

0,4%KOH 0,5%KOH 0,6%KOH 0,7%KOH

Gambar 4. 3 Grafik Hubungan antara Rasio Mol Minyak/Metanol terhadap


Yield Biodiesel
37

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa yield tertinggi biodiesel dihasilkan pada

rasio mol minyak/metanol 1:5 dengan konsentrasi KOH 0,6% yaitu sebesar 97,03%

pada Tabel 4.1. Kenaikan rasio mol minyak/metanol metanol dari rasio 1:5 sampai

1:7 berdampak pada kenaikan yield dalam pembuatan biodiesel.

Semakin tinggi rasio mol minyak/metanol maka semakin tingginya volume

metanol yang ditambahkan pada proses elektrolisis sehingga yield biodiesel yang

dihasilkan akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan energi elektron yang

digunakan untuk reaksi banyak terpakai untuk memecah ikatan metanol yang

berlebih karena energi ikatan rata-rata metanol lebih kecil dibandingkan ikatan

minyak sehingga energi untuk memecah ikatan minyak berkurang yang

mengakibatkan yield yang dihasilkan menurun. Metanol berfungsi sebagai

penghasil radikal bebas H+ dan OH- yang banyak bereaksi dengan minyak. Jumlah

metanol yang terlalu banyak akan mengurangi energi untuk memecah ikatan

minyak menjadi senyawa metil ester (Yudhistira & Istadi, 2013).

Semakin banyak metanol yang digunakan maka akan semakin banyak pula

metanol excess yang dihasilkan pada produknya. Metanol yang berlebihan larut

dalam gliserol yang terbentuk. Akibatnya metanol yang bereaksi dengan trigliserida

untuk membentuk metil ester semakin berkurang. Selain itu dengan adanya

peningkatan hasil ester dan gliserol yang terus terbentuk selama reaksi berlangsung

mengakibatkan reaksi dapat berbalik arah membentuk senyawa antara seperti

monogliserida. Keberadaan gliserol dapat menyebabkan kesetimbangan kembali

bergeser ke arah kiri (reaktan) sehingga mengurangi hasil ester (Sibarani et al.,

2007).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yield biodiesel

yang paling tinggi pada kondisi operasi rasio mol minyak/metanol 1:6 dan

konsentrasi KOH 0,5% dan yaitu sebesar 97,01% dengan densitas 0,8764 g/mL,

viskositas 3,8224 cSt, bilangan asam 0,2907 mgKOH/g dan flash point sebesar

162,7780oC sehingga semua parameter yang diuji telah memenuhi standar mutu

biodiesel SNI 7182:2015.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh laju

pengadukan larutan terhadap elektroda dan luas penampang elektroda untuk

mendapatkan biodiesel yang lebih baik pada proses elektrolisis.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Jaya, J. D., & Rodiansono. (2010). Optimasi Jumlah Katalis KOH dan
NaOH. Sains dan Terapan Kimia, 4, 79-89.

Anisah, P. M., Suwandi & Agustian, E. (2018). Pengaruh Waktu Transesterifikasi


terhadap Konversi Minyak Jelantah menjadi Biodiesel. e-Proceeding of
Engineering, 5, 1, 916 – 922.

Aur, M., & Bernardes, S. (2011). Biofuel Production – Recent Developments Edited
By Marco Aurélio.

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi. (2017). Konsumsi bahan bakar
minyak (BBM)di Indonesia menurut jenis BBM.

Badan Pusat Statistik. (2016). Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2016. Journal Of
Experimental Psychology: General, 136, 1, 23–42.

Badan Standardisasi Indonesia. (2015). SNI 7182:2015. Biodiesel.

Banani, R., Ayadi, M., ben hasine, D., Snoussi, Y., Bezzarga, M., & Abderrabba,
M. (2014). Biodiesel production from unrefined and refined olive pomace
oil:. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 6, 906-915.

Basiron, Y. (2005). Palm Oil - Edible Oil And Fats Product: Chemistry, Properties,
And Health Effects. Bailey’s Industrial Oil And Fat Products, 333–425.
Https://Doi.Org/10.1002/Ejlt.200600223

Dyah, S. P. (2011). Produksi Biodiesel dari Mikroalga Chlorella Sp dengan Metode


Esterifikasi In-Situ. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.

Erhan, S. Z. (2005). Industrial Uses Of Vegetable Oils.Https://Doi.Org/115118\


Nartn 11511

Fereidooni , L., Tahvildari , K., & Mehrpooya, M. (2018). Trans-esterification of


waste cooking oil with methanol by electrolysis process using KOH.
Renewable Energy, 116, 183-193.s

Guan, G., & Kusakabe, K. (2009). Synthesis of biodiesel fuel using an electrolysis
method. Chemical Engineering Journal, 153, 159-163.

Hariyadi, P. (2014). 2014-Buku-Mengenal-Minyak-Sawit-Dengan-Beberapa-


Karakter-Unggulnya.Pdf.
Hendra, D., Wibowo, S., & Wibisono, H. S. (2018). Biodiesel dari Beberapa Jenis
Tanaman Hutan. Bogor: Anggota IKAP.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Universitas


Indonesia Press, 30–36.

Kusumaningsih, T., Pranoto, & Saryoso, R. (2006). Pembuatan Bahan Bakar


Biodisel dari Minyak Jarak; Pengaruh Suhu dan Konsentrasi KOH pada
Reaksi Transesterifikasi Berbasis Katalis Basa. Bioteknologi, 3, 20-26.

Laila, L., & Oktavia, L. (2017). Kaji Eksperimen Angka Asam dan Viskositas
Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit dari PT Smart Tbk. Jurnal
Teknologi Proses dan Inovasi Industri, 2, 27-31.

Lauka, D., & Blumberga, D. (2015). Electrolysis process analysis by using low
carbon content additives: a batch test study. Energy Procedia, 72, 196-201.

Lestari, N. F. (2017). Analisis Fisik Biodiesel Berbahan Baku Minyak Hasil


Pengolahan Limbah Industri Pengalengan Ikan. Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Maliana, N. (2016). Pembuatan Biodiesel Dari Crude Palm Oil (Cpo) Melalui
Reaksi Dua Tahap Dengan Menggunakan Katalis H2SO4 Dan K2O Dari
Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit (ATKKS). Kendari: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Marlina, E. (2016). Pengaruh Variasi Larutan Elektrolit terhadap Produksi


Brown’s Gas.INFO TEKNIK, 17, 187-196.

Moeksin, R., Shofahaudy, M. Z., & Warsito, D. P. (2017). Pengaruh Rasio Metanol
dan Tegangan Arus Elektrolisis Terhadap Yield Biodiesel Dari Minyak
Jelantah. Jurnal Teknik Kimia, 23, 39-47.

Muzakkir, A. (2014). PROTOTYPE HYDROGEN FUEL GENERATOR (Pengaruh


Supply Arus Listrik dan Jumlah Lempeng Elektroda terhadap Produksi Gas
Hidrogen dengan Elektrolit Asam Sulfat). Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.

Pavia, D. L. Lampman,G.M and Kriz,G.S. (2001). Introction for Spectroscopy.


Third edition. Brooks Cole/Thomson. United state.

Perry, R. H., & Green, D. W. (1997). Perry's Chemical Engineer Handbook Seventh
Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.
Rashid, W. N., Uemura, Y., Kusakabe, K., Osman, N. B., & Abdullah, B. (2014).
Synthesis of Biodiesel from Palm Oil in Capillary Millichannel Reactor:
Effect of Temperature, Methanol to Oil Molar Ratio, and KOH
Concentration on FAME Yield. Procedia Chemistry, 9, 165-171.

Said, M. I., Leksono, T., & A. N, A. U. (2014). Pengaruh Kombinasi Lemak -


Metano dengan Rasio berbeda pada Sifat - Sifat Produk Biodiesel Berbahan
Baku Lemak Sapi Bali yang Menggunakan KOH sebagai Katalis.
Universitas Hasanudin, 1-7.

Sibarani, J., Khairi, S., Yoeswono, Wijaya, K., & Tahir, I. (2007). Effect of Palm
Empty Bunch Ash on Transesterification of Palm Oil into Biodiesel. Indo J
Chem, 7, 314-319.

Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi. (1997). Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty

Supardi, K. I., Wahyuni, S., & Alauhdin, A. (2011). Sintesis Biodiesel Dari Minyak
Limbah Biji Karet Sebagai Sumber Energi Alternatif. J. Manusia dan
Lingkungan, 18, 19-28.

Tomasevic AV, Silver-Marinkovic SS (2003). Methanolysis of used frying oil. Fuel


Process Technol, 81(1), 1-6.

Yudhistira, A. D., & Istadi, I. (2013). UNJUK KERJA REAKTOR PLASMA


DIELECTRIC BARRIER DISCHARGE UNTUK PRODUKSI BIODIESEL
DARI MINYAK KELAPA SAWIT. TEKNIK, 34, 116-123.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN

Perhitungan Persiapan Penelitian

Perhitungan jumlah metanol dan KOH yang digunakan dalam setiap variasi

dihitung dengan cara yang sama sebagai berikut :

Diketahui : Rasio mol minyak/metanol = 1:6

Konsentrasi KOH = 0,5%

Aquadest = 2%b/b

Volume minyak sawit RBDPO yang digunakan = 75 mL

Perhitungan Berat Jenis Minyak Kelapa Sawit RBDPO

Diketahui : Massa piknometer kosong = 15,4710 g

Massa piknometer + isi = 24,5050 g

Volume pikno = 10 mL

(𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑖𝑠𝑖) − (𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)


𝜌 = 𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜

24,5050 𝑔 − 15,4710 𝑔
= 10 𝑚𝐿

= 0,9034 g/mL

Perhitungan Masssa Minyak Kelapa Sawit RBDPO

Diketahui : Basis Volume Minyak Kelapa Sawit RBDPO = 75 mL

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑥 𝜌 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘

= 75 mL x 0,9034 g/mL

= 67,7550 g
Perhitungan BM Campuran

= (fraksi massamiristat x BMmiristat) + (fraksi massapalmitat x BMpalmitat) + (fraksi

massalinoleat x BMlinoleat) + (fraksi massaoleat x BMoleat) +(fraksi massastaerat

x BMstearat) + (fraksi massaLaurat x BMlaurat) + (fraksi massaPalmitoleat x

BMPalmitoleat) + (fraksi massalinolenat x BMLinolenat) + (fraksi massaaridat x

BMarisidat)

= (0,01 𝑥 722 g/gmol) + (0,398 𝑥 806 g/gmol) + (0,112 𝑥 878 g/

gmol) + (0,425𝑥 884 g/gmol) + (0,044𝑥 890 g/gmol) +

(0,002𝑥 638 g/gmol) + (0,002𝑥 800 g/gmol) + (0,004𝑥 873 g/

gmol) + (0,004𝑥 975 g/gmol)

= 851,4720 g/gmol

Sumber : (Basiron, 2005)

Perhitungan Mol Minyak Kelapa Sawit RBDPO

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝐵𝑀 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

67,7550 𝑔
= 851,4720 𝑔/𝑔𝑚𝑜𝑙

= 0,0796 gmol

Perhitungan Berat Katalis KOH

Diketahui : massa KOH = 0,5% x massa minyak

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝑂𝐻 = 0,5% 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘

= 0,5% x 67,7550 g
= 0,3388 g

Perhitungan Densitas Metanol

Diketahui : Massa piknometer kosong = 15,4736 g

Massa piknometer + isi = 24,3936 g

Volume pikno = 10 mL

(𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑖𝑠𝑖) − (𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)


𝜌 = 𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜

24,3936 𝑔 − 15,4736 𝑔
= 10 𝑚𝐿

= 0,7920 g/mL

Perhitungan Volume Metanol

Diketahui : BM Metanol = 32.04 g/gmol

Mol minyak = 0,0796 gmol

𝜌 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,7920 g/mL

6 𝑥 𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑥 𝐵𝑀 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝜌 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙

6 𝑥 0,0796 𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑥 32,04𝑔/𝑔𝑚𝑜𝑙


= 0,7920 𝑔/𝑚𝐿

= 19,3 𝑚𝐿

Perhitungan Massa Metanol dan Volume Aquadest

𝑔
Mmetanol = Volume metanol x 𝜌 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 19,3 𝑚𝑙 𝑥 0,7920 𝑚𝐿 = 15,2856 g

𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝑂𝐻


= 67,7550 g + 15,2856 g + 0,3388 g

= 83,3794 g

2
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = 98 𝑥 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝜌 𝑎𝑖𝑟

2
= 98 𝑥 83,3794 x 1 g/mL

= 1,7 mL

Tabel L.1.1 Suhu Reaksi


Rasio Konsentrasi
Suhu (0C)
Metanol KOH (%)
0,4 29
0,5 30
1:5
0,6 31
0,7 31
0,4 30
0,5 32
1:6
0,6 32
0,7 31
0,4 30
0,5 31
1:7
0,6 29
0,7 29

Perhitungan Densitas Biodiesel

Diketahui : Massa piknometer kosong = 15,4711 g

Massa piknometer + isi = 24,2346 g

Volume pikno = 10 mL

(𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑖𝑠𝑖) − (𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)


𝜌 = 𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜

24,2346 𝑔 − 15,4711 𝑔
= 10 𝑚𝐿
= 0,8764 g/mL

Tabel L.1.2 Perhitungan Densitas Biodiesel

Rasio Massa Pikno Massa Pikno


Konsentra Kosong (g) Kosong + Isi (g) Volume Densitas Densitas
Mol
si KOH Piknome Biodiesel Minyak
Minyak/
(%) Biodiesel Minyak Biodiesel Minyak ter (mL) (g/mL) (g/mL)
Metanol
0,4 15,4720 24,1314 0,8659
0,5 15,4709 24,2933 0,8822
1:5
0,6 15,4715 24,3557 0,8884
0,7 15,4694 24,1507 0,8681
0,4 15,4680 24,2687 0,8801
0,5 15,4711 15,471 24,2346 0,8764
1:6 24,4001 10 0,8929
0,6 15,4698 6 24,1469 0,8677
0,7 15,4682 24,0790 0,8611
0,4 15,4695 24,2053 0,8736
0,5 15,4697 24,2088 0,8739
1:7
0,6 15,4736 24,1837 0,8710
0,7 15,4675 24,0507 0,8583

Perhitungan Viskositas Kinematik (40℃)

Diketahui : 𝜌 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 0,8764 𝑔/𝑚𝑙

t biodiesel = 6,15 s

t air =1s

𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 0,987 g/mL

𝜇 𝑎𝑖𝑟 = 0,7 cP

1 cP = 1 cSt (air)
𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 𝑥 𝑡𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 𝑥 𝜇𝑜
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡𝑎𝑖𝑟

0,8764 𝑔/𝑚𝑙 𝑥 6,15 𝑠


= 𝑥 0,7 𝑐𝑆𝑡
0,987𝑔/𝑚𝑙 𝑥 1 𝑠

= 3,8224 𝑐𝑆𝑡
Tabel L.1.3 Perhitungan Viskositas (400C)
Waktu Waktu
Rasio Mol Konsentrasi Viskositas (cSt)
Minyak/Metanol KOH (%) Air (s) Biodiesel (s)
0,4 11,12 6,8293
0,5 10,74 6,7200
1:5
0,6 13,18 8,3045
0,7 4,51 2,7768
0,4 9,21 5,7485
0,5 6,15 3,8224
1:6 1
0,6 7,38 4,5416
0,7 4,15 2,5344
0,4 8,81 5,4583
0,5 8,59 5,3240
1:7
0,6 7,63 4,7133
0,7 4,80 2,9219

Perhitungan Yield

Massa produk = 𝜌 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 x volume biodiesel

𝑔
= 0,8764 𝑚𝐿 𝑥 75 𝑚𝐿

= 65,7263 g

Massa bahan baku= 67,7550 g

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
Yield (%) = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑥 100%

65,7263 𝑔
= 67,7550 𝑔 𝑥 100%

= 97,01%
Tabel L.1.4 Perhitungan Yield Biodiesel
Rasio Volume
Konsentra Volume Densitas
Mol Crude Massa Massa Yield
si KOH Biodiesel Biodiesel
Minyak/ Biodiesel Biodiesel (g) Minyak (g) (%)
(%) (ml) (g/ml)
Metanol (ml)
64,0796 94,58
0,4 78 74 0,8659
64,4035 95,05
0,5 77 73 0,8822
1:5
65,7431 97,03
0,6 79 74 0,8884
64,2416 94,81
0,7 79 74 0,8681
64,2451 94,82
0,4 75 73 0,8801
65,7263 97,01
0,5 82 75 0,8764
1:6 67,7550
64,2105 94,77
0,6 78 74 0,8677
64,1505 94,68
0,7 79 75 0,8611
65,0817 96,05
0,4 78 75 0,8736
65,1063 96,09
0,5 78 75 0,8739
1:7
63,5837 93,84
0,6 77 73 0,8710
63,5157 93,74
0,7 78 74 0,8583

Perhitungan Bilangan Asam

Massa Sampel Simplo = 20,0707 g

Massa Sampel Duplo = 20,0768 g

Massa Rata-rata = 20,0738 g

Volume Simplo = 1,4 mL

Volume Duplo = 1,2 mL

Volume Rata-rata = 1,3 mL


N KOH = 0,08 N

𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,11


Bilangan Asam = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

1,3 𝑚𝑙 𝑥 0,08 𝑁 𝑥 56,11


= 20.0738 𝑔

= 0,2907 mg-KOH/g

Tabel L.1.5 Perhitungan Bilangan Asam


Massa Massa
Rasio Mol Konsentra Volume Volume BM N Bilangan
Sampel Sampel
Minyak/ si KOH Simplo Duplo KOH KOH Asam (mg-
Simplo Duplo
Metanol (%) (mL) (mL) (g/gmol) (N) KOH/g)
(g) (g)
0,4 1,5 1,5 20,0667 20,0667 0,3355
0,5 1,4 1,4 20,0617 20,0617 0,3132
1:5
0,6 1,3 1,5 20,0076 20,5364 0,3100
0,7 1,5 1,2 20,0879 20,2039 0,3008
0,4 1,6 1,4 20,0687 20,9000 0,3287
0,5 1,4 1,2 20,0707 20,0768 0,2907
1:6 56,11 0,08
0,6 1,3 1,3 20,0727 20,1995 0,2898
0,7 1,1 1,4 20,0701 20,5158 0,2765
0,4 1,5 1,5 20,0767 20,0767 0,3354
0,5 1,4 1,4 20,0787 20,0787 0,3130
1:7
0,6 1,3 1,4 20,0617 20,6087 0,2980
0,7 1,2 1,4 20,0527 20,4487 0,2882
Lampiran 2
Gambar dan Hasil Analisa

Grafik Viskositas
Gambar Proses Sintesis Biodiesel

Rangkaian Alat Elektrolisis

Proses Elektrolisis

Hasil Elektrolisis Pencucian Biodiesel

Biodiesel

Anda mungkin juga menyukai