LAPORAN PENELITIAN
Oleh:
Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Sarjana Sains Terapan pada
Program Studi Teknologi Kimia Industri
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda
Oleh:
Elektroda Perak.
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian ini adalah hasil karya
saya sendiri dan semua sumber baik dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.
Menyetujui:
Mengesahkan:
Direktur Politeknik Negeri Samarinda,
Dewan Penguji:
Moderator,
Nama : Dedy Irawan, ST., MT tanda tangan
NIP : 19750208 200212 1 001
Penguji I,
Nama : Sirajuddin, S.T., M.Si tanda tangan
NIP : 19700909 199903 1 001
Penguji II,
Nama : Marlinda, S.T., M.Eng tanda tangan
NIP : 19730220 200112 2 002
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Kimia, Ketua Program Studi
Teknologi Kimia Industri,
Derajat Sarjana Sains Terapan Teknologi Kimia Industri Jurusan Teknik Kimia
2. Badak Dedy Irawan , S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia dan
penelitian
3. Ibu Irmawati Syahrir, ST., M.T., selaku ketua program studi Teknologi
Kimia Industri.
4. Bapak Andri Kurniawan S.Pd., M.A, selaku Dosen Pembimbing Dua yang
laporan penelitian.
v
5. Bapak Ibnu Eka Rahayu, S.ST.,M.T., selaku Kepala Laboratorium Pilot
Teknik Kimia.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran sehingga laporan
penelitian ini dapat lebih baik kedepannya. Besar harapan penulis laporan
Penulis
vi
ABSTRAK
Biodiesel adalah pilihan sumber energi terbarukan sebagai bahan bakar nabati.
Sintesis biodiesel menggunakan proses elektrolisis memiliki berbagai keuntungan
seperti yield biodiesel yang diperoleh tinggi, dapat berlangsung pada suhu
lingkungan dan tingkat polusi yang rendah. Biodiesel dapat dihasilkan dari minyak
nabati salah satunya dari minyak kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh rasio mol minyak terhadap metanol dan konsentrasi KOH
serta mendapatkan komposisi metanol dan KOH terbaik untuk mendapatkan yield
biodiesel tertinggi dalam proses pembuatan biodiesel dengan metode elektrolisis
menggunakan elektroda perak (Ag). Proses pembuatan biodiesel dengan metode
elektrolisis menggunakan tegangan listrik 15V selama 90 menit. Sebanyak 75 mL
minyak kelapa sawit Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan
aquadest 2 %b/b dengan variasi katalis KOH 0,4%, 0,5%, 0,6% dan 0,7% serta
rasio mol minyak/metanol 1:5, 1:6 dan 1:7. Melalui percobaan ini didapatkan yield
biodiesel yang paling tinggi pada variasi KOH 0,5% dan rasio mol minyak/metanol
1:6 yaitu sebesar 97,01% dengan densitas 0,8764 g/mL, viskositas 3,8224 cSt,
bilangan asam 0,2907 mgKOH/g dan flash point sebesar 162,7780oC, semua
parameter yang diuji telah memenuhi standar mutu biodiesel SNI 7182:2015. Hasil
analisis GC-MS menunjukkan bahwa produk metil ester yang terbentuk adalah
metil palmitat (35,30%) dan metil oleat (49,73%).
Kata Kunci: biodiesel, elektrolisis, KOH, metanol, minyak kelapa sawit, perak
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
3.2 Rancangan Penelitian ........................................................................... 20
LAMPIRAN ..........................................................................................................42
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Kromatografi Gas Metil Ester dari Biodiesel pada Rasio Mol
Biodiesel.........................................................................................35
Biodiesel ........................................................................................ 36
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Yield Biodiesel Menggunakan Proses Elektrolisis pada Tegangan 15V
Tabel 4.2 Hasil Analisa GC –MS Komponen Biodiesel pada Kondisi Rasio Mol
Tabel 4.3 Uji Kualitas Viskositas, Densitas dan Bilangan Asam Biodiesel ......... 30
xii
BAB I
PENDAHULUAN
menyebabkan cadangan minyak bumi yang semakin menipis. Pada tahun 2016,
solar merupakan bahan bakar yang dikonsumsi paling banyak, yaitu mencapai 23,4
juta kiloliter (BPH Migas 2017). Dalam rangka memenuhi kebutuhan solar nasional
tersebut, Indonesia tidak hanya mengandalkan produksi namun juga berasal dari
impor (Hendra et al., 2018). Oleh karena itu, perlu adanya sumber energi alternatif
yang ramah lingkungan sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi. Salah satu
bahan bakar nabati yang dapat digunakan untuk penganti solar adalah biodiesel
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 12 Tahun 2015
yang menyatakan bahwa pada tahun 2025 diwajibkan penggunaan biodiesel sebesar
30% dari total kebutuhan minyak solar. Indonesia sebagai negara berkembang dan
pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi
minyak nabati menjadi biodiesel tinggi (Anggraini & Fitriani, 2018). Penghasil
devisa terbesar Indonesia untuk tahun 2017 adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan
2017 sebanyak 41,98 juta ton CPO, dapat dihasilkan biodiesel yang mampu
mensubstitusi minyak solar yang sebagian masih impor. Inovasi produksi biodiesel
mengarah pada pengembangan proses yang lebih efisien. Salah satunya adalah
elektroda kerja Pt. Metode ini selain dapat mengurangi kandungan air dalam bahan
baku minyak, juga tidak membutuhkan suhu tinggi karena dilakukan pada suhu
kamar (Guan & Kusakabe, 2009). Dalam elektrolisis, arus listrik langsung lewat
antara elektroda melalui zat ionik yang baik cair atau terlarut dalam produk reaksi
yang sesuai (Lauka & Blumberga, 2015). Penerapan metode elektrolisis pada
pembuatan biodiesel ini masih tergolong jarang dilakukan. Proses elektrolisis ini
menghemat waktu reaksi dan mengurangi konsumsi air dalam mencuci biodiesel
Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dengan metode elektrolisis menggunakan minyak
3
aquadest (0,1-2%b/b) pada suhu kamar. Hasil terbaik ditunjukkan pada variasi
voltase elektrolisis 18,6V dan aquadest 2%b/b selama 2 jam dengan yield yang
dilakukan oleh Fereidooni et al (2018) menggunakan WCO sebagai bahan baku dan
dua elektroda grafit (2cm x 2 cm x 0,1cm) dengan jarak 1 cm. Sistem proses
dijalankan dengan variasi rasio metanol/minyak (1:5, 1:6 dan 1:7), katalis KOH (0,3
dan 0,5 %b/b), voltase elektrolisis (20-50)V, acetone sebagai co-solvent (5%, 10%,
yang cukup tinggi sebesar 96% pada ratio metanol/minyak 1:6, konsentrasi katalis
KOH 0,5%, 50V, 10%b/b acetone sebagai co-solvent selama 2 jam. Penelitian
Kusakabe (2009) dengan perolehan yield 96,8%, hal ini dikarenakan penggunaan
platina yang memiliki nilai konduktivitas listrik yang lebih besar daripada grafit.
4
Penggunaan co-solvent dan elektroda platina pada sintesis biodiesel memiliki harga
yang mahal. Sedangkan elektroda perak memiliki konduktivitas yang lebih baik
transesterifikasi dan metanol dan KOH merupakan katalis homogen yang dapat
metanol mengubah jumlah minyak yang lebih tinggi menjadi bahan bakar biodiesel,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio mol
minyak terhadap metanol dan konsentrasi KOH pada proses pembuatan biodiesel
komposisi metanol dan KOH terbaik untuk mendapatkan yield biodiesel tertinggi
elektroda perak.
Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan bahan bakar alternatif yang
ekonomis dari minyak kelapa sawit menjadi biodiesel dan mengetahui kondisi
optimum pada pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit dengan metode
elektrolisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani
Elaion atau minyak, sedangkan nama species Guinensis berasal dari kata Guinea,
yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa
minyak sawit (CPO) dari tahun 2011 sampai dengan 2015 meningkat sekitar 5,38
sampai dengan 8,42 persen per tahun, namun di tahun 2016 diperkirakan menurun
0,15 persen. Pada tahun 2011 produksi minyak sawit (CPO) sebesar 23,99 juta ton,
meningkat menjadi 31,07 juta ton pada tahun 2015 atau terjadi peningkatan 29,48
persen. Tahun 2016 diperkirakan produksi minyak sawit (CPO) akan menurun
menjadi 31,02 juta ton atau sebesar 0,15 persen (Badan Pusat Statistik, 2016).
penggilingan, tandan buah segar menghasilkan CPO, minyak inti sawit, bungkil inti
sawit, cangkang, dan serat. Produk kelapa sawit terdiri dari kategori berikut: (1)
produk minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, (2) oleokimia, (3) bahan bakar
nabati, dan (4) biomassa. Produk-produk yang sudah direfinisi termasuk minyak
kelapa yang sudah dideodisasi (RBD), RBD palm olein, dan palm stearin RBD.
teruji lama, minyak sawit banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, pada berbagai
produk yang sangat luas dan beragam; baik produk pangan, maupun produk non
pangan. Dalam bidang pangan minyak sawit banyak digunakan sebagai minyak
bahan baku pangan lainya. Aplikasi dalam bidang no-pangan juga terus
mutu dari minyak kelapa sawit itu sendiri. Komposisi minyak kelapa sawit
dipengaruhi oleh faktor genetika dan faktor perlakuan pada saat panen (Ketaren,
1986). Panjang rantai asam lemak yang ada dalam trigliserida dari minyak kelapa
sawit jatuh dalam kisaran yang sangat sempit dari 12 hingga 20 karbon seperti yang
% Total
Asam Lemak
Rata-rata Range
12:0 Laurat 0.2 0.1–0.5
14:0 Miristat 1.0 0.9–1.4
16:0 Palmitat 39.8 37.9–41.7
16:1 Palmitoleat 0.2 0.1–0.4
18:0 Stearat 4.4 4.0–4.8
18:1 Oleat 42.5 40.7–43.9
18:2 Linoleat 11.2 10.4–13.4
18:3 linolenat 0.4 0.1-0.6
20:0 Arasidat 0.4 0.2-0.5
Sumber : (Basiron, 2005)
Berdasarkan Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa sekitar 50% asam lemak yang
ada dalam minyak sawit jenuh dan sekitar 50% tidak jenuh. Keseimbangan yang
merata antara saturasi dan tidak jenuh ini menentukan nilai yodium minyak (sekitar
Minyak kelapa sawit, yang terdiri dari trigliserida asam lemak palmitat dan
oleat, setengah padat pada suhu kamar. Minyak sawit mentah memiliki warna
oranye-merah tua yang dikontribusikan oleh kandungan karoten yang tinggi, 500
hingga 700 ppm, di mana 90% terdiri dari alfa dan beta-karoten. Karakteristik khas
untuk minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut (Surendra Babu et al., 2014):
9
2.2 Biodiesel
atau etil) yang diperoleh dari sumber daya terbarukan, seperti minyak nabati atau
lemak hewan (Aur & Bernardes, 2011). Bila dilihat dari sisi lingkungan,
cadangan yang terbatas sebagai cadangan dari yang lain bahan bakar fosil.
11
2 Biodiesel dapat terurai dengan mudah dalam kondisi alami, dan lebih dari 90%
3 Dibandingkan dengan diesel umum dan bensin, biodiesel memiliki nilai lebih
mudah terbakar yang membuatnya relatif aman untuk disimpan dan diangkut.
4 Biodiesel mengandung jauh lebih sedikit sulfur dan dapat menjadi pelumas
yang baik.
membentuk ester dan gliserol. Harus dicatat bahwa reaksi keseimbangan ini
reaksi ke depan untuk menghasilkan lebih banyak metil ester sebagai produk yang
disebut juga reaksi alkoholisis yang melibatkan peruraian oleh alkohol sehingga
Kusumaningsih et al., 2006). Alkohol rantai pendek yang sering digunakan adalah
jumlah yang lebih tinggi minyak menjadi bahan bakar biodiesel karena energi untuk
memisahkan ion OH- dari metanol kurang dari etanol dan alkohol hidrokarbon
rantai panjang lainnya; jadi, ia bereaksi lebih mudah dengan minyak dalam
polar dari molekul alkanol dan memberikan kemampuan untuk membentuk ikatan
hidrogen. Ikatan hidrogen yang dimiliki alkanol memudahkannya larut dalam air.
Rantai alkil pada alkohol yang semakin pendek dan bercabang akan meningkatkan
kelarutan. Ikatan hidrogen antar molekul alkanol meningkatkan titik didih alkohol.
Alkohol yang memiliki alkil pendek dan sedikit gugus –OH berwujud cairan encer
pada suhu kamar, semakin banyak gugus –OH yang dimiliki maka wujudnya
contohnya dengan menggunakan natrium dan kalium. Reaksi yang terjadi adalah
gugus –OH pada alkanol direduksi menjadi gas H2. Semakin pendek rantai atom
karbon pada senyawa alkanol maka kereaktifannya terhadap logam alkali makin
besar. Kereaktifan senyawa alkanol dapat dilihat dari banyaknya gas H2 yang
katalis basa, seperti KOH dan NaOH. Sebagai katalis, KOH dan NaOH memiliki
beberapa kelebihan yaitu, nilai konversi yang tinggi, tidak bersifat korosif seperti
katalis asam, lebih aman (Schuchardt et al., 1998 dalam Abdullah et al., 2010) dan
relatif lebih murah dibandingkan katalis basa lain, misalnya alkoksida (Mittelbach
dibandingkan dengan katalis asam yaitu dari segi kecepatan, kesempurnaan reaksi,
dan tidak memerlukan suhu operasi yang tinggi untuk menjalankan reaksi. Suhu
13
operasi yang relatif rendah memberikan keuntungan berupa kebutuhan energi untuk
proses yang rendah pula sehingga akan menurunkan biaya operasi (Swern, 1982
dalam Supardi et al., 2011). KOH sebagai katalis bersifat stabil dan menghasilkan
2.4 Elektrolisis
dengan banyaknya elektron yang dimiliki, dengan kata lain elektrolisis adalah ilmu
yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik,
yang biasanya melibatkan sel elektrokimia yang menerapkan prinsip reaksi redoks
Dalam sebuah sel, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron
pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya
elektroda yang menerima elektron dinamakan katoda. Jadi sebuah sel elektrokimia
selalu terdiri:
dianggap seperti resistor dalam suatu sirkuit maka ukuran dari sifat-sifat larutan
yang diperlukan sangat sederhana, yakni terdiri dari dua/tiga batang elektroda yang
dihubungkan dengan sumber arus listrik, potensial elektroda dan rapat arusnya
dapat diatur sehingga selektivitas dan kecepatan reaksinya dapat ditempatkan pada
dipengaruhi oleh tekanan, suhu, katalis dan konsentrasi. Prinsip dari metode
variabel-variabel yang sama seperti suhu, pelarut, pH, konsentrasi reaktan, metode
mempunyai variabel tambahan yakni variabel listrik dan fisik seperti elektroda,
jenis elektrolit, lapisan listrik ganda, materi/jenis elektroda, jenis sel elektrolisis
yang digunakan, media elektrolisis dan derajat pengadukan pada proses elektrolisis
Reaksi Anoda:
2H2O O2 + 4H+ + 4e- (1)
Reaksi Katoda:
2H2O + 2e- H2 + 2OH- (2)
Reaksi Pembentukan Metoksida:
CH3OH + OH- CH3O- + H2O (3)
15
Reaksi Transesterifikasi:
Trigliserida + 3 Metanol Metil Ester (Biodiesel) + Gliserol (4)
a. Penggunaan Katalisator
kesetabilan molekul air menjadi menjadi ion H+ dan OH- yang lebih mudah di
Semakin luas area elektroda yang dialiri arus listrik yang menyentuh
elektronnya. Sehingga terjadi hubungan sebanding jika luasan yang tercelup sedikit
bebas bergerak dalam metal, sejajar, dan berlawanan arah dengan arah medan
listrik. Ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Jika
Konduktivitas listrik didefinisikan sebagai ratio rapat arus terhadap kuat medan
d. Konsentrasi Elektrolit
semakin besar pula laju reaksinya. Ini dikarenakan dengan persentase katalis yang
elektron dapat lebih cepat meng-elektrolisis elektrolit dan didapat ditarik garis lurus
2.5 GC-MS
dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Berdasarkan fase gerak yang digunakan,
kromatografi dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu kromatografi gas dan
dua metode analisa senyawa yaitu Kromatografi gas (GC) untuk menganalisis
jumlah senyawa secara kuantitatif dan Spektrometri massa (MS) untuk mengetahui
17
massa molekul relatif dan pola frakmentasi senyawa yang dianalisis (Pavia et.al.,
2001).
fisik menjadi bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat
analisis dimana sampel yang akan dianalisis diubah menjadi ion-ionnya, dan massa
dari ion-ion tersebut dapat diukur (hasil deteksi dapat dilihat berupa spektrum
massa). Bagian pokok alat kromatografi gas adalah injektor, kolom pemisah, dan
suatu campuran, dimana hal ini tidak mungkin dipisahkan dengan cara-cara lain.
Karena sensitivitasnya yang tinggi maka hanya diperlukan sejumlah kecil cuplikan
18
Tabung gas paling depan adalah gas pembawa serat pangatur tekanan.
Cuplikan disuntikkan dengan bantuan jarum suntik dalam injektor yang dipanaskan
yang segera akan menguap. Kemudian akan dibawa oleh gas pembawa pada
kecepatan volume konstan melalui kolom pemisah dan akan sampai pada detektor
yang dapat bekerja dengan berbagai prinsip. Detektor akan menimbulkan sinyal
yang proporsional dengan jumlah senyawa yang datang dengan gas pembawa. Hasil
dari kromatografi gas dinyatakan dengan parameter waktu retensi (Rt) yaitu waktu
cuplikan diinjeksikan ke dalam injektor. Aliran gas dari gas pengangkut akan
membawa cuplikan yang telah teruapkan masuk ke dalam kolom. Kolom akan
terelusi sesuai dengan urutan semakin membesarnya nilai koefisien partisi (K),
komponen cuplikan ditembaki dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion
muatan positif yang bertenaga tinggi (ion-ion molekuler atau ion-ion induk) dan
dapat pecah menjadi ion-ion yang lebih kecil, lepasnya elektron dari molekul atau
medan magnet yang berubah sesuai dengan massa dan muatannya. Perubahan
kualitatif senyawa organik yang pada umumnya bersifat dapat diuapkan. Campuran
metil ester hasil transesterifikasi minyak nabati memenuhi kriteria ini sehingga
dihasilkan dari setiap jenis senyawa yang dianalisis bersifat khas untuk tiap
senyawa. Demikian juga untuk senyawa-senyawa metil ester. Ion-ion pecahan dari
metil ester diakibatkan penataan ulang hidrogen dan pecahan satu ikatan yang
senyawa standar jika memiliki berat molekul yang sama, pola fragmen yang mirip,
Penelitian ini dimulai dari bulan September hingga bulan Desember 2018.
Penelitian, serta analisa berat jenis, bilangan asam dan viskositas dilakukan di
flash point dilakukan di Laboratorium PT. Badak LNG Bontang dan analisa GC-
Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada. Bahan baku yang digunakan adalah
2. Aquadest : 2%b/b
5. Tegangan : 15 V
21
1. Yield biodiesel
3. Densitas biodiesel
3.3.1. Alat
1. Power supply DC
2. Erlenmeyer 250 mL
3. Spatula
4. Batang pengaduk
5. Kaca arloji
6. Hotplate
7. Magnetic stirrer
10. Buret 50 mL
13. Gabus/busa
20. Piknometer 10 mL
22. Stopwatch
3.3.2 Bahan
2. Padatan KOH
4. Aquadest
5. Indikator universal
23
Variasi transesterifikasi :
Rasio mol minyak/metanol : 1:5, 1:6 dan 1:7
Konsentrasi KOH : 0,4%, 0,5%, 0,6% dan 0,7%
A. Pembuatan Biodiesel
1. Merangkai alat elektrolisis yang terdiri dari power supply DC, kabel, plat perak
dengan jarak antar plat 1,5 cm, gabus/busa, gelas kimia 250 mL dan hot plate.
Skematik dari prosedur elektrolisis dapat dlihat pada Gambar 3.2 dibawah ini.
24
Perak
ukur 100 mL
100 mL
kaca arloji pada neraca digital analitik, kemudian memasukkan ke dalam gelas
7. Memasukan minyak kelapa sawit ke dalam gelas kimia 250 mL yang terdapat
pada rangkaian alat elektrolisis. Menyalakan power supply dengan voltase 15V
dan menyalakan stirrer pada skala lima dan memastikan voltase dalam angka
8. Memasukkan larutan pereaksi (metanol, KOH dan air) secara perlahan, setelah
itu memastikan voltase masih dalam angka 15V dengan menggunakan digital
voltase meter
10. Hasil dari elektrolisis kemudian ditampung di dalam corong pisah, didiamkan
11. Mengulangi langkah satu sampai dengan sepuluh dengan variasi yang telah
ditentukan rasio mol minyak/metanol 1:5, 1:6 dan 1:7 dan konsentrasi KOH :
B. Pemurnian Biodiesel
aquadest sebelum dipakai untuk pencucian dan lapisan atas (biodiesel) sudah
menjadi jernih
terdapat pada lapisan atas (biodiesel) dengan hot plate pada suhu 110oC
1. Pengukuran Densitas
Keterangan :
𝜌 : densitas (g/mL)
b. Mencatat waktu yang dibutuhkan aquadest hingga tanda batas pada viskometer
ostwald
𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 𝑥 𝑡𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 𝑥 𝜇𝑜 … … … … … … … … … … … … … … … (3.2)
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡𝑎𝑖𝑟
Keterangan :
3. Pengukuran Yield
Yield dinyatakan dalam persentase berat produk akhir yang dihasilkan per
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑(%) = 𝑥 100%. . . . . . . . . . . . . . … . . . . . (3.3)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑎𝑤𝑖𝑡
lemak bebasnya
c. Setelah dingin, larutan lemak dititrasi dengan 0,1 N larutan KOH standar
warna merah muda yang tidak hilang selama ½ menit. Apabila cairan yang
dititrasi berwarna gelap dapat ditambahkan pelarut yang cukup banyak dan
Rasio Mol
Konsentrasi KOH (%) Yield (%)
Minyak/Metanol
0,4 94,58
0,5 95,05
1:5
0,6 97,03
0,7 94,81
0,4 94,82
0,5 97,01
1:6
0,6 94,77
0,7 94,68
0,4 96,05
0,5 96,09
1:7
0,6 93,84
0,7 93,74
30
Tabel 4.2 Hasil Analisa GC –MS Komponen Biodiesel pada Kondisi Rasio
Mol Minyak/Metanol 1:6 dan KOH 0,5%
Puncak Nama Senyawa Komposisi (%) SI
Tabel 4.3 Uji Kualitas Viskositas, Densitas dan Bilangan Asam Biodiesel
Densitas Viskositas Bilangan Asam
Rasio Mol Konsentrasi SNI SNI SNI
Minyak/Metanol KOH (%) 0,85 – 0,89 2,3 – 6,0 Maks 0,5
(g/mL) (cSt) mgKOH/g
0,4 0,8659 6,8293 0,3355
0,5 0,8822 6,7200 0,3132
1:5
0,6 0,8884 8,3045 0,3100
0,7 0,8681 2,7768 0,3008
0,4 0,8801 5,7485 0,3287
0,5 0,8764 3,8224 0,2907
1:6
0,6 0,8677 4,5416 0,2898
0,7 0,8611 2,5344 0,2765
0,4 0,8736 5,4583 0,3354
0,5 0,8739 5,3240 0,3130
1:7
0,6 0,8710 4,7133 0,2980
0,7 0,8583 2,9219 0,2882
4.2 Pembahasan
kelapa sawit dan larutan metanol sehingga terjadi proses transesterifikasi. Energi
listrik yang diberikan sejumlah 15 volt yang dialiri pada anoda dan katoda perak
menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi dan jarak elektroda diatur
sejauh 1,5 cm dikarenakan jarak antar elektroda mempengaruhi jumlah arus listrik
berat minyak). Campuran reaksi yang mengandung KOH dan H2O ditambahkan ke
sel elektrolisis. Penambahan air sebanyak 2% dari berat total larutan akan
berdampak kepada penyedian senyawa air yang pada elektroda katoda dapat
direduksi sehingga menghasilkan ion hidroksil, penambahan air di jaga agar tidak
lebih dari 2% dikarena jika lebih dari 2% akan menyebabkan terjadinya reaksi lain
Pada elektroda anoda, oksigen dan hidroksida akan terbentuk akibat reaksi
oksidasi dari air. Pada elektroda katoda akan terbentuk ion hidroksil dan hidrogen.
Pada dasarnya yang dikehendaki adalah adanya ion hidroksil yang banyak
terbentuk pada katoda, ion hidroksil merupakan unsur yang akan bereaksi dengan
nukleofil yang kuat yang dapat menyerang gugus karbonil dalam molekul
trigliserida untuk menghasilkan metil ester dan gliserol (Fereidooni et al., 2018).
biodiesel untuk mendapatkan yield yang optimum, salah satu diantaranya yaitu
rasio metanol dan minyak dan banyaknya jumlah katalis yang digunakan.
32
rasio mol minyak/metanol 1:6 dan 0,5% KOH akan dilakukan analisa identifikasi
dihasilkan. Kandungan senyawa metil ester tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1
senyawa standar jika memiliki berat molekul yang sama, pola fragmen yang mirip,
dan harga SI (indeks kemiripan) yang tinggi (Dyah, 2011). SI merupakan singkatan
dari similarity index dengan satuan persen, yang menyatakan persentase kemiripan
senyawa dalam sampel dengan senyawa standar yang ada dalam library alat GC-
MS.
33
Kandungan metil ester pada biodiesel ditunjukkan pada Tabel 4.2, diperoleh
senyawa utama penyusun dari biodiesel yaitu metil palmitat dan metil oleat, karena
palmitat dan oleat pada minyak kelapa sawit merupakan komponen terbesar.
Senyawa utama merupakan komponen utama dari senyawa yang terkandung dalam
biodiesel tersebut dilihat dari besarnya persentase senyawa. Pada konversi biodiesel
diperoleh metil palimitat sebesar 35,30% dan metil oleat 49,73%. Metil palmitat
dan oleat berpotensi untuk dijadikan bahan bakar biodiesel berkualitas baik (Anisah
et al., 2018). Senyawa lain yang dihasilkan dari analisa dengan GC-MS adalah metil
ester yang berasal dari asam-asam lemak lain penyusun minyak kelapa sawit, yaitu
pengujian karakteristik biodiesel seperti yang tercantum dalam Tabel 4.3. Pada
kondisi operasi rasio mol minyak/metanol 1:6 dan konsentrasi KOH 0,5% semua
parameter yang diuji telah memenuhi standar mutu biodiesel SNI 7182:2015
dengan densitas 0,8764 g/mL, viskositas 3,8224 cSt, bilangan asam 0,2907
mgKOH/g dan flash point sebesar 162,7780oC, hasil analisa flash point
menunjukkan nilai yang baik, hal ini disebabkan oleh nilai flash point yang jauh di
atas nilai standar (100oC) sehingga biodiesel yang diperoleh berada dalam batas
aman terhadap penurunan kualitas sistem bahan bakar serta bahaya kebakaran
memiliki hasil densitas dan bilangan asam yang sesuai dengan syarat dan mutu
Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu 0,85 – 0,89 g/mL dan max 0,5 mg-KOH/g.
34
Berdasarkan SNI syarat dan mutu viskositas kinematik yaitu 2,3 – 6cSt. Hal ini
sesuai dengan biodiesel yang dihasilkan kecuali untuk data variasi konsentrasi
Viskositas yang tinggi atau fluida masih lebih kental akan mengakibatkan
kecepatan aliran akan lebih lambat sehingga proses derajat atomisasi bahan bakar
akan terlambat pada ruang bakar. Jika harga viskositas terlalu tinggi maka akan
besar kerugian gesekan di dalam pipa, kerja pompa akan berat, penyaringannya sulit
dan besar kemungkinan kotoran ikut terendap, serta sulit mengabutkan bahan bakar
ion metoksida karena akan meningkatkan kebasahan pada larutan, dengan kondisi
yang basa tentu akan mempermudah dalam pembentukan ion hidroksil dan akan
membantu pula percepatan pembentukan ion metoksida yang berasal dari metanol
meningkatkan laju reaksi (Tomasevic et al., 2003). Oleh karena itu, peningkatan
konsentrasi KOH akan meningkatkan FAME yang dihasilkan (Rashid et al., 2014).
sabun, karena dapat menyebabkan dua masalah yaitu pengurangan yield biodiesel
dan masalah pemisahan biodiesel dengan gliserol (Banani et al., 2014). Produksi
0,5, 0,6 dan 0,7%, pada 2% aquadest selama 90 menit dengan tiga rasio mol
35
minyak/metanol (1:5, 1:6 dan 1:7). Grafik pengaruh konsentrasi KOH terhadap
98.00%
97.00%
96.00%
Yield
95.00% 1:5
1:6
94.00%
1:7
93.00%
92.00%
0.40% 0.50% 0.60% 0.70%
Konsentrasi KOH
rasio mol minyak/metanol 1:5 yaitu sebesar 97,03% pada Tabel 4.1. Gambar 4.2
menunjukkan bahwa pada konsentrasi KOH 0,4% sampai 0,5% mendapatkan yield
biodiesel yang semakin meningkat. Sedangkan pada konsentrasi KOH 0,6% dan
Semakin banyak konsentrasi KOH maka semakin banyak ion hidroksil yang
terbentuk pada katoda dan kandungan katalis dalam air akan mengakibatkan larutan
elektrolit semakin pekat sehingga pergerakan ion lebih sulit untuk menghantarkan
yang ditambahkan maka akan terjadi proses hidrolisis sehingga dapat terjadi
yang diproduksi di gliserin. Akibatnya, emulsi antara dua fase akan terbentuk,
menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, yield biodiesel menjadi berkurang.
Rasio mol minyak dan alkohol merupakan salah satu faktor yang paling
rasio mol minyak/metanol yang optimum terhadap yield yang diperoleh. Pengaruh
98.00%
97.00%
96.00%
Yield
95.00%
94.00%
93.00%
92.00%
1:5 1:6 1:7
Metanol
rasio mol minyak/metanol 1:5 dengan konsentrasi KOH 0,6% yaitu sebesar 97,03%
pada Tabel 4.1. Kenaikan rasio mol minyak/metanol metanol dari rasio 1:5 sampai
metanol yang ditambahkan pada proses elektrolisis sehingga yield biodiesel yang
dihasilkan akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan energi elektron yang
digunakan untuk reaksi banyak terpakai untuk memecah ikatan metanol yang
berlebih karena energi ikatan rata-rata metanol lebih kecil dibandingkan ikatan
penghasil radikal bebas H+ dan OH- yang banyak bereaksi dengan minyak. Jumlah
metanol yang terlalu banyak akan mengurangi energi untuk memecah ikatan
Semakin banyak metanol yang digunakan maka akan semakin banyak pula
metanol excess yang dihasilkan pada produknya. Metanol yang berlebihan larut
dalam gliserol yang terbentuk. Akibatnya metanol yang bereaksi dengan trigliserida
untuk membentuk metil ester semakin berkurang. Selain itu dengan adanya
peningkatan hasil ester dan gliserol yang terus terbentuk selama reaksi berlangsung
bergeser ke arah kiri (reaktan) sehingga mengurangi hasil ester (Sibarani et al.,
2007).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
yang paling tinggi pada kondisi operasi rasio mol minyak/metanol 1:6 dan
konsentrasi KOH 0,5% dan yaitu sebesar 97,01% dengan densitas 0,8764 g/mL,
viskositas 3,8224 cSt, bilangan asam 0,2907 mgKOH/g dan flash point sebesar
162,7780oC sehingga semua parameter yang diuji telah memenuhi standar mutu
5.2 Saran
Abdullah, Jaya, J. D., & Rodiansono. (2010). Optimasi Jumlah Katalis KOH dan
NaOH. Sains dan Terapan Kimia, 4, 79-89.
Aur, M., & Bernardes, S. (2011). Biofuel Production – Recent Developments Edited
By Marco Aurélio.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi. (2017). Konsumsi bahan bakar
minyak (BBM)di Indonesia menurut jenis BBM.
Badan Pusat Statistik. (2016). Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2016. Journal Of
Experimental Psychology: General, 136, 1, 23–42.
Banani, R., Ayadi, M., ben hasine, D., Snoussi, Y., Bezzarga, M., & Abderrabba,
M. (2014). Biodiesel production from unrefined and refined olive pomace
oil:. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 6, 906-915.
Basiron, Y. (2005). Palm Oil - Edible Oil And Fats Product: Chemistry, Properties,
And Health Effects. Bailey’s Industrial Oil And Fat Products, 333–425.
Https://Doi.Org/10.1002/Ejlt.200600223
Guan, G., & Kusakabe, K. (2009). Synthesis of biodiesel fuel using an electrolysis
method. Chemical Engineering Journal, 153, 159-163.
Laila, L., & Oktavia, L. (2017). Kaji Eksperimen Angka Asam dan Viskositas
Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit dari PT Smart Tbk. Jurnal
Teknologi Proses dan Inovasi Industri, 2, 27-31.
Lauka, D., & Blumberga, D. (2015). Electrolysis process analysis by using low
carbon content additives: a batch test study. Energy Procedia, 72, 196-201.
Maliana, N. (2016). Pembuatan Biodiesel Dari Crude Palm Oil (Cpo) Melalui
Reaksi Dua Tahap Dengan Menggunakan Katalis H2SO4 Dan K2O Dari
Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit (ATKKS). Kendari: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Moeksin, R., Shofahaudy, M. Z., & Warsito, D. P. (2017). Pengaruh Rasio Metanol
dan Tegangan Arus Elektrolisis Terhadap Yield Biodiesel Dari Minyak
Jelantah. Jurnal Teknik Kimia, 23, 39-47.
Perry, R. H., & Green, D. W. (1997). Perry's Chemical Engineer Handbook Seventh
Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.
Rashid, W. N., Uemura, Y., Kusakabe, K., Osman, N. B., & Abdullah, B. (2014).
Synthesis of Biodiesel from Palm Oil in Capillary Millichannel Reactor:
Effect of Temperature, Methanol to Oil Molar Ratio, and KOH
Concentration on FAME Yield. Procedia Chemistry, 9, 165-171.
Sibarani, J., Khairi, S., Yoeswono, Wijaya, K., & Tahir, I. (2007). Effect of Palm
Empty Bunch Ash on Transesterification of Palm Oil into Biodiesel. Indo J
Chem, 7, 314-319.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi. (1997). Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty
Supardi, K. I., Wahyuni, S., & Alauhdin, A. (2011). Sintesis Biodiesel Dari Minyak
Limbah Biji Karet Sebagai Sumber Energi Alternatif. J. Manusia dan
Lingkungan, 18, 19-28.
Perhitungan jumlah metanol dan KOH yang digunakan dalam setiap variasi
Aquadest = 2%b/b
Volume pikno = 10 mL
24,5050 𝑔 − 15,4710 𝑔
= 10 𝑚𝐿
= 0,9034 g/mL
= 75 mL x 0,9034 g/mL
= 67,7550 g
Perhitungan BM Campuran
BMarisidat)
= 851,4720 g/gmol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝐵𝑀 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
67,7550 𝑔
= 851,4720 𝑔/𝑔𝑚𝑜𝑙
= 0,0796 gmol
= 0,5% x 67,7550 g
= 0,3388 g
Volume pikno = 10 mL
24,3936 𝑔 − 15,4736 𝑔
= 10 𝑚𝐿
= 0,7920 g/mL
= 19,3 𝑚𝐿
𝑔
Mmetanol = Volume metanol x 𝜌 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 19,3 𝑚𝑙 𝑥 0,7920 𝑚𝐿 = 15,2856 g
= 83,3794 g
2
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = 98 𝑥 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝜌 𝑎𝑖𝑟
2
= 98 𝑥 83,3794 x 1 g/mL
= 1,7 mL
Volume pikno = 10 mL
24,2346 𝑔 − 15,4711 𝑔
= 10 𝑚𝐿
= 0,8764 g/mL
t biodiesel = 6,15 s
t air =1s
𝜇 𝑎𝑖𝑟 = 0,7 cP
1 cP = 1 cSt (air)
𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 𝑥 𝑡𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 𝑥 𝜇𝑜
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡𝑎𝑖𝑟
= 3,8224 𝑐𝑆𝑡
Tabel L.1.3 Perhitungan Viskositas (400C)
Waktu Waktu
Rasio Mol Konsentrasi Viskositas (cSt)
Minyak/Metanol KOH (%) Air (s) Biodiesel (s)
0,4 11,12 6,8293
0,5 10,74 6,7200
1:5
0,6 13,18 8,3045
0,7 4,51 2,7768
0,4 9,21 5,7485
0,5 6,15 3,8224
1:6 1
0,6 7,38 4,5416
0,7 4,15 2,5344
0,4 8,81 5,4583
0,5 8,59 5,3240
1:7
0,6 7,63 4,7133
0,7 4,80 2,9219
Perhitungan Yield
𝑔
= 0,8764 𝑚𝐿 𝑥 75 𝑚𝐿
= 65,7263 g
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
Yield (%) = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑥 100%
65,7263 𝑔
= 67,7550 𝑔 𝑥 100%
= 97,01%
Tabel L.1.4 Perhitungan Yield Biodiesel
Rasio Volume
Konsentra Volume Densitas
Mol Crude Massa Massa Yield
si KOH Biodiesel Biodiesel
Minyak/ Biodiesel Biodiesel (g) Minyak (g) (%)
(%) (ml) (g/ml)
Metanol (ml)
64,0796 94,58
0,4 78 74 0,8659
64,4035 95,05
0,5 77 73 0,8822
1:5
65,7431 97,03
0,6 79 74 0,8884
64,2416 94,81
0,7 79 74 0,8681
64,2451 94,82
0,4 75 73 0,8801
65,7263 97,01
0,5 82 75 0,8764
1:6 67,7550
64,2105 94,77
0,6 78 74 0,8677
64,1505 94,68
0,7 79 75 0,8611
65,0817 96,05
0,4 78 75 0,8736
65,1063 96,09
0,5 78 75 0,8739
1:7
63,5837 93,84
0,6 77 73 0,8710
63,5157 93,74
0,7 78 74 0,8583
= 0,2907 mg-KOH/g
Grafik Viskositas
Gambar Proses Sintesis Biodiesel
Proses Elektrolisis
Biodiesel