LAPORAN PENELITIAN
Oleh:
Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Sarjana Sains Terapan pada
Program Studi Teknologi Kimia Industri
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda
Oleh:
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : 17644019
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian ini adalah hasil karya
sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah dinyatakan
dengan benar.
Penelitian ini, maka kami bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundangan-
Mohammad Rezza P.
NIM. 17644019
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Menyetujui
Mengesahkan
Direktur Politeknik Negeri Samarinda
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
NIM : 17644019
Dewan Penguji :
Moderator,
Nama : Mustafa, S.T., M.T
NIP : 19740306 200112 1 00 ________________________
Penguji I,
Nama : Damianus Samosir , S.Si., M.Si
NIP : 19690908 199802 1 002 ________________________
Penguji II,
Nama : Syarifuddin Oko S.Si., M.Sc
NIP : 19760225 200502 1 007 ________________________
Mengetahui :
Muh. Irwan, S.T., M.T., Ph.D Ir. Irmawati Syahrir, S.T., M.T
NIP. 19740310 200212 1 010 NIP. 19690326 200003 2 001
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Pengaruh Laju Alir Terhadap Penurunan COD dan TSS Limbah Cair
dengan baik.
Kimia Industri jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda. Dengan laporan
terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Ramli, S.T., M.T selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda
3. Ibu Ir. Irmawati Syahrir, S.T., M.T, selaku Koordinator Program Studi
4. Bapak Mustafa, S.T., M.T, selaku Dosen Pembimbing Satu yang telah
5. Bapak Firman, S.T., M.Eng, selaku Dosen Pembimbing dua yang telah
v
6. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Analis/Teknisi serta Administrasi Jurusan Teknik
Kimia.
7. Keluarga dan teman – teman Teknik Kimia Angkatan 2017 yang selalu
karena itu penulis mengharapkan kritik serta saran sehingga laporan penelitian ini
dapat lebih baik kedepannya. Besar harapan penulis laporan penelitian ini dapat
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
vii
2.3. Bahan Baku Pembuatan Sabun................................................................. 7
viii
3.4.1. Diagram Alir Penelitian ............................................................... 22
LAMPIRAN ......................................................................................................... 40
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Analisa awal limbah dan nilai standar baku mutu ....................... 26
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Variasi laju alir terhadap efisiensi penurunan COD .......................... 29
Gambar 4.2 Variasi laju alir terhadap efisiensi penurunan TSS ........................... 31
xi
ABSTRAK
Industri sabun merupakan salah satu industri yang banyak dijumpai di indonesia.
Industri sabun menghasilkan limbah cair dengan kandungan bahan organik yang
tinggi. Akibat dari pembuangan limbah cair yang dihasilkan dari industri sabun
tanpa pengolahan terlebih dahulu mengakibatkan terjadinya pencemaran
lingkungan perairan, maka perlu adanya alternatif pengolahan dengan
menggunakan biofilter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi
laju alir umpan terhadap penurunan COD dan TSS limbah cair sabun di Samarinda
pada proses biofilter secara anaerob. Variasi laju alir yang di gunakan pada yaitu 6
L/jam, 5 L/jam, 4 L/jam, 3 L/jam, dan 2 L/jam. Parameter yang diukur yaitu COD
dan TSS serta parameter pH. Pada penelitian ini, hasil persentase penurunan kadar
COD dan TSS terbaik diperoleh pada variasi laju alir 2 L/jam dengan penurunan
COD sebesar 72,80%, penurunan TSS sebesar 65,06% , serta pH yang didapatkan
yaitu 7,25. Hasil pengolahan limbah cair sabun pada Parameter COD dan TSS
belum memenuhi standar baku mutu air limbah.
xii
ABSTRACT
The soap industry is one industry that is often found in Indonesia. The soap industry
produces liquid waste with a high organic material content. As a result of the
disposal of liquid waste produced from the soap industry without prior treatment
resulting in pollution of the aquatic environment, it is necessary to have an
alternative treatment using a biofilter. This study aims to determine the effect of
variations in the feed flow rate on reducing COD and TSS of liquid soap waste in
Samarinda in the anaerobic biofilter process. Variations in the flow rate used are
6 L / hour, 5 L / hour, 4 L / hour, 3 L / hour, and 2 L / hour. Parameters measured
were COD and TSS and pH parameters. In this study, the best percentage reduction
in COD and TSS levels was obtained at a variation of the flow rate of 2 L / hour
with a decrease in COD of 72.80%, a decrease in TSS of 65.06%, and a pH of 7.25.
Only the pH parameter has met the quality standard of soap business waste water.
The results of liquid soap waste treatment on COD and TSS parameters have not
met the standard of wastewater quality.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Sabun merupakan salah satu hasil industri yang cukup penting, karena
merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Di Indonesia sudah ada
industri sabun yang ditunjang dengan semakin berkembangnya banyak kota dan
industri sabun diharapkan taraf hidup masyarakat akan dapat ditingkatkan lagi.
Akan tetapi, dengan munculnya industri ini perlu dipikirkan juga efek sampingnya
yang berupa limbah. Limbah tersebut dapat berupa limbah padat, limbah cair,
Limbah cair yang langsung dibuang ke badan air memiliki dampak negatif
limbah cair sabun ini adalah kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) dan TSS
(Total Suspended Solid). Keberadaan COD dan TSS dalam konsentrasi tinggi dan
melebihi baku mutu yang telah ditetapkan di badan air dapat menyebabkan
yang tinggi akan mengurangi kemampuan badan air dalam menjaga ekosistem yang
ada. Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu usaha pengolahan limbah yang bertujuan
1
2
untuk mengolah kandungan COD dan TSS tersebut agar didapatkan kandungan
COD dan TSS yang sesuai dengan baku mutu (Mahida, 1981).
tiga jenis yaitu pengolahan secara fisika, biologi, dan kimia. Pemilihan metode pada
pengolahan limbah biasanya salah satu dari metode tersebut atau kombinasi dari
ketiganya. Proses pemilihan metode berdasarkan sifat polutan yang akan diolah
(Riffat, 2012).
Limbah cair sabun mengandung bahan organik yang tinggi karena itu
polutan organik. (Indriyati, 2005) Salah satu alternatif pengolahan limbah cair
adalah dalam prosesnya menghasilkan energi dalam bentuk biogas, lumpur yang
dihasilkan sedikit, tidak memerlukan lahan yang besar dan tidak membutuhkan
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Parasmita et al., 2013) penurunan COD
dan TSS air lindi menggunakan biofilter anaerob-aerob dengan media kerikil
mevariasikan waktu tinggal untuk anaerob yaitu 15 jam, 20 jam, dan 25 jam. Hasil
terbaik didapat pada waktu tinggal 25 jam dengan effisiensi penurunan COD
sebesar 29,21 %, dan penurunan TSS sebesar 39,50%, dengan waktu aklimatisasi
selama 72 hari. Kekurangan dari penelitian ini ialah hasil pengolahan effisiensi
penurunan COD dan TSS masih terlalu rendah dan waktu aklimatisasi terlalu lama.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Ariani et al., 2014) penurunan COD dan
TSS air limbah rumah makan menggunakan biofilter anaerob-aerob dengan media
mL/menit dan 10 mL/menit. Hasil terbaik didapat pada laju alir umpan 10 mL/menit
dengan effisiensi penurunan COD sebesar 55,52 % dan penurunan TSS sebesar
76,83 %, dengan waktu aklimatisasi selama 17 hari. Kekurangan dari penelitian ini
ialah menggunakan media bioring yang susah didapatkan dalam jumlah besar
Pada penelitian sebelumnya telah memvariasikan waktu tinggal dan laju alir
dengan berbagai media yaitu kerikil dan bioring, maka dalam penelitian kali ini
untuk menurunkan nilai COD dan TSS pada limbah cair sabun menggunakan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laju alir umpan
pada metode biofilter anaerob terhadap penurunan COD dan TSS limbah cair sabun
mangacu pada baku Mutu Air Limbah usaha sabun menurut PERMEN LH RI No.
5 tahun 2014.
sederhana untuk mengurangi kandungan polutan pada limbah cair sabun. Dan
hewani atau lemak nabati. Sabun dapat berbentuk wujud cair, padat, dan lunak
mencuci, terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan sodium atau
Industri sabun ialah industri yang menghasilkan produk sabun yang menjadi
memiliki fungsi sebagai pembersih dan pencuci kotoran seperti tubuh manusia,
pakaian, dan lainnya. Bahan pembuatan sabun yaitu asam lemak, NaOH atau KOH,
air, zat aditif, gliserin monostearat, dan surfaktan. Empat cara pembuatan sabun di
industri yaitu saponifikasi lemak netral, pengeringan sabun, netralisasi asam lemak,
Proses ini merupakan yang paling tua diantara proses – proses yang ada,
karena bahan baku untuk proses ini sangat mudah diperoleh. Dahulu digunakan
lemak hewan dan sekarang telah digunakan pula minyak nabati. Pada saat ini, telah
5
6
saponifikasi trigliserida sistem batch. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah:
basa alkali (KOH) didalam reaktor berpengaduk untuk membentuk sabun cair dan
gravitasi yang bekerja dengan prinsip perbedaan densitas untuk memisahkan sabun
cair dengan gliserol. Pada unit ini akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan sabun
pada bagian atas dan lapisan iye pada bagian bawah. Lye terdiri dari gliserin, sisa
alkali, dan air yang secara keseluruhan membentuk lapisan yang lebih berat dari
sabun sehingga berada pada lapisan bagian bawah di dalam pemisah statis. Dari
unit ini kemudian sabun cair dipompakan ke unit tangki pencampuran untuk
dicampurkan dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya. Kemudian sabun
A. Asam Lemak
Secara umum, asam lemak berfasa cair atau padat dengan suhu 27°C.
Panjangnya rantai karbon akan mudah beku dan sukar larut. Asam lemak bisa
(Fauzi, 2019).
Alkali yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun yaitu NaOH dan KOH.
dalam formulasi sebagai pengatur pH. KOH juga digunakan dalam berbagai
bentuk kristal kecil berwarna putih dan mudah rapuh, KOH bersifat
C. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K
(0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik
(Wenang, 2010). Dalam pembuatan sabun, air yang baik digunakan sebagai
pelarut yang baik adalah air sulingan atau air minum kemasan. Air dari PAM
D. Zat Aditif
Zat aditif yang paling umum ditambahkan dalam pembuatan sabun adalah
suatu produk dengan tujuan menutupi bau yang tidak enak serta untuk
E. Surfaktan
Bahan ini mampu untuk mengangkat kotoran. Sabun menghasilkan busa berasal dari
bahan surfaktan. Bahan surfaktan yang umum dipakai adalah Emal 20, Emal TD,
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya dan
beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara
2010).
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah
air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu
campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air
buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan. Berdasarkan sifat
fisiknya limbah dapat dikategorikan atas limbah padat, cair, dan gas. Teknologi
Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang
telah dikembangkan tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga metode
pembersih dan pencuci kotoran seperti tubuh manusia, pakaian, dan lainnya. Bahan
10
pembuatan sabun yaitu asam lemak, NaOH atau KOH, air, zat aditif, gliserin
monostearat, dan surfaktan. Limbah cair sabun menjadi sumber bahan pencemar
permukaan air. Industri sabun menghasilkan limbah berupa minyak lemak, gliserin,
Menurut PERMEN LH RI No. 5 tahun 2014 baku mutu air limbah adalah
ukuran batas atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan
atau kegiatan. Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri sabun
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah usaha sabun, Menurut PERMEN LH RI
pH 6-9
COD 180
TSS 60
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel
2005).
Uji COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bahan –bahan organik yang terdapat didalam air. Pengukuran COD hampir
semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan
bantuan oksidator kuat yaitu kalium dikormat (K2Cr2O7) dalam susunan asam,
sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan
berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi
terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang
dipakai pada reaksi tersebut diatas. Makin banyak kalium bichromat yang dipakai
pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti
bahwa air lingkungan banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan
demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan dapat ditentukan
Total Suspended Solid (TSS) atau Padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap,
terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen,
tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan milli-pore dengan
Derajat keasaman (pH) menunjukkan suatu proses reaksi yang berada dalam
perairan seperti reaksi dalam kondisi asam atau basa. Derajat keasaman menyatakan
intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili
praktis, karena banyak reaksi-reaksi kimia dan biokimia yang penting terjadi pada
tingkat pH yang khusus atau pada lingkungan pH yang sangat sempit. Derajat
yang netral memiliki nilai pH yaitu 7, perairan yang bersifat asam pH < 7 dan
2.10. Biofilter
Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter dilakukan dengan cara
mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang telah diisi dengan media
Untuk proses aerobik dilakukan dengan pemeberian udara atau oksigen. Biofiler
menyerupai saringan dan tersusun dari tumpukan media penyangga yang disusun
baik secara teratur maupun acak di dalam suatu biofilter. Adapun fungsi dari media
penyangga yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya bakteri yang akan
Pengolahan air limbah anaerob bertujuan untuk merombak bahan organik dalam
air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana yang tidak berbahaya. Disamping
itu pada proses pengolahan anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan
CO2. Proses ini dapat diaplikasikan untuk air limbah organik dengan beban bahan
Senyawa hasil penguraian senyawa organik secara anaerobik amin, H2S dan
komponen fosfor mempunyai bau yang menyengat. Bau busuk terjadi akibat
perubahan kondisi aerob ke kondisi anaerob yang tidak diinginkan (Agusnar, 2004).
Menurut (said, 2001) proses anaerob terdiri atas empat tahap yaitu :
A. Hidrolisis
tinggi menjadi senyawa organik dengan berat molekul yang lebih rendah.
bahan organik kompleks. Aktivitas terjadi karena bahan organic tidak larut
B. Asidogenesis
Pada tahap ini produk yang telah dihidrolisa dikonversikan menjadi asam
lemak volatil (VFA), alkohol, aldehid, keton, amonia, karbondioksida, air dan
hidrogen oleh bakteri pembentuk asam. Asam organik yang terbentuk adalah
asam asetat, asam propionat, asam butirat dan asam valeric. Asam lemak
15
volatil dengan rantai lebih dari empat-karbon tidak dapat digunakan langsung
C. Asetogenesis
dan Actinomyces, Asam lemak volatil dengan empat atau lebih rantai karbon
ini dioksidasi terlebih dahulu menjadi asam asetat dan hidrogen oleh bakteri
Asetogenesis juga temasuk pada produksi asetat dari hidrogen dan karbon
oksidasi ini adalah bakteri syntrofik atau bakteri asetogen atau mikroba
D. Metanogenesis
berasal dari proses asidogenesis dikonversi menjadi gas metana dan CO2 .
Pada tahap ini akan terjadi kenaikan pH dan turunnya asam lemak mudah
yang diperoleh dari kotoran sapi ataupun kerbau dan sekaligus mereduksi
limbah dengan BOD yang tinggi namun biodegradasi yang terjadi tidak
A. Keasaman pH
B. Temperatur
reaktor. Proses akan berfungsi dengan baik pada dua kondisi temperatur, yaitu
Oleh karena itu pengoperasian di luar batas tersebut akan berjalan kurang baik
C. Kebutuhan Nutrien
nutrien mikro yang terdiri dari Fe2+ , Ni2+, Mg2+, Ca2+, Ba2+, Co2+ dan SO42-
18
D. Waktu Tinggal
Waktu Tinggal adalah waktu perjalanan limbah cair di dalam reaktor, atau
METODELOGI PENELITIAN
Waktu penelitian ini dimulai dari bulan September 2020 sampai bulan Januari
Samarinda. Limbah cair sabun yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini
berasal dari usaha sabun laundry N@CO jalan APT PRANOTO Samarinda
seberang.
dan 2 liter/jam,)
c. pH (SNI 06-6989.11-2004)
19
20
3.3.1. Alat
1. Reaktor biofilter anaerob dari akrilik dengan volume 43,2 liter dan
2. Jerigen
3. Rak Vessel
6. Heating block
7. Bulp
8. Hot plate
9. Oven
11. Termometer
12. Pompa
13. Aerator
16. pH meter
3.3.2. Bahan
2. Aquadest
3. Aquabidest
4. K2Cr2O7 p.a
6. HgSO4 p.a
7. Ag2SO4 p.a
9. H2SO4 20%
22
A. Proses Seeding
B. Proses Aklimatisasi
C. Proses running
4. Mengulangi langkah satu sampai dengan tiga dengan variasi yang telah
ditentukan laju alir umpan yaitu 5 L/jam dan 4 L/jam, 3 L/jam dan 2
L/jam
24
1. Membuat kurva kalibrasi untuk COD konsentrasi rendah dan COD tinggi
ruangan.
1. Memanaskan kertas saring dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam.
gram).
gram).
𝑚𝑔 (𝐴−𝐵)×1000
TSS (mg/L) = 𝑇𝑆𝑆 ( )= ………...……….(3.1)
𝐿 𝐶
Keterangan :
2. air suling.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variasi laju alir
terhadap kadar COD, TSS dan pH limbah cair sabun. Pada penelitian ini
menggunakan metode biofilter anaerob pada variasi laju alir 6 L/jam, 5 L/jam, 4
L/jam 3 L/jam dan 2 L/jam terhadap kadar COD, TSS, pH dan dapat dilhat pada
tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Analisa Awal Limbah dan Nilai Standar Baku Mutu
26
27
4.2. Pembahasan
Limbah cair sabun yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini
berasal dari usaha sabun laundry N@CO jalan APT PRANOTO Samarinda
seberang. Apabila data tabel kualitas air limbah sebelum diolah dibandingkan
dengan nilai baku mutu limbah cair sabun, maka limbah cair tersebut belum layak
dibuang langsung ke perairan karena nilai COD dan TSS melebihi ambang batas,
oleh karena itu perlu perlakuan sebelum limbah tersebut dibuang ke perairan.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh laju alir dalam pengolahan
dahulu dilakukan proses seeding pada media kerikil dilakukan secara alami yaitu
dengan cara mengalirkan air limbah sabun secara kontinyu ke dalam reaktor,
dijalankan dengan debit 6 L/jam. Dalam tahap ini dilakukan pengukuran 1 hari
sekali terhadap konsentrasi COD sampai diperoleh kondisi tunak (steady state).
Kondisi tunak ditandai dengan efisiensi penyisihan bahan organik (COD) relatif
konstan dengan toleransi 10%. Pada penelitian ini proses aklimatisasi dicapai pada
hari ke 10 dengan besar efisiensi penyisihan COD sebesar 72% pada hari ke 10.
29
Hasil analisa konsentrasi COD pada 5 variasi laju alir serta efisiensi penurunan
80
Persentase Penurunan COD (%)
70
60
50
40
30
20
1 2 3 4 5 6 7
Laju Alir (L/jam)
COD semakin meningkat seiring dengan semakin rendah laju alir. Angka
penurunan terbesar ditunjukkan pada laju alir 2 L/jam dan dengan efisiensi
penurunan COD yaitu 72,80 %. Mengalami penurunan kadar COD dari 850,67
mg/L menjadi 233,33 mg/L Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ariani dkk (2014)
penyisihan organik yang lebih baik. Hal ini dikarenakan semakin rendah laju alir
berlangsung lebih lama. Hal serupa juga terjadi pada penelitian yang dilakukan Sari
(2013) efisiensi penurunan COD pada laju alir 500 mL/menit lebih tinggi daripada
metode biofilter anaerob dapat dikatakan sebagai penurunan yang cukup efektif.
perkenankan sebesar 180 mg/L. Hal ini berarti bahwa kadar COD hasil pengolahan
dengan biofilter anaerob belum memenuhi persyaratan baku mutu yang telah
ditetapkan, karena itu untuk menghasilkan efisiensi penyisihan yang cukup tinggi,
Hasil analisa konsentrasi TSS pada 5 variasi laju alir serta efisiensi penurunan TSS
70
65
Persentase Penurunan TSS (%)
60
55
50
45
40
35
30
25
20
1 2 3 4 5 6 7
Laju Alir (L/jam)
Dari grafik tersebut menunjukkan semakin kecil laju alir maka semakin besar
adanya proses pengolahan zat organik yang terkandung didalam limbah seperti
media biofilter (Ariani dkk, 2014). Dari total lima variasi laju alir diatas dapat
dilihat bahwa efisiensi penurunan TSS yang paling besar yaitu 64,06 %. Mengalami
penurunan kadar TSS dari 549 mg/L menjadi 197,34 mg/L pada laju alir 2 L/jam
dikarenakan semakin kecil laju alir maka semakin lama pula limbah terkontak
dengan biofilm bakteri yang terbentuk pada media kerikil sehingga akan
metode biofilter anaerob dapat dikatakan sebagai penurunan yang cukup efektif.
perkenankan sebesar 80 mg/L. Hal ini berarti bahwa kadar TSS hasil pengolahan
dengan biofilter anaerob belum memenuhi persyaratan baku mutu yang telah
Hasil analisa pH pada 5 variasi laju alir dapat dilihat pada grafik berikut ini.
8.0
7.5
7.0
pH
pH keluar
pH masuk
6.5
6.0
1 2 3 4 5 6 7
laju alir (l/jam)
ditunjukkan seperti pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.4. Dari data yang dihasilkan dapat
diketahui bahwa pH pada setiap laju alir memiliki kecenderungan yang sama,
dimana setelah limbah melewati tahapan proses, maka pH akan semakin naik. Pada
Hal ini dapat dipahami, bahwa tahap terakhir dari proses anaerob adalah
metanogenesis, yang hasil akhirnya adalah gas metan dan karbon dioksida.
+ H2O, asam format, asam asetat, metanol, metal amin, dan karbon monoksida.
Proses yang bisa memungkinkan efluen anaerobik bersifat agak basa (pH > 7)
adalah proses pembentukan metana yang berasal dari metil amin, dimana proses
Pada penelitian kali ini pada laju alir 2 L/jam dapat menaikan pH 6,59
masuk dalam rentang pH yang ditentukan dan sudah memenuhi persyaratan baku
5.1. Kesimpulan
berikut :
1. Parameter COD dan TSS cenderung semakin menurun jika laju alir semakin
kecil. Dikarenakan semakin kecil laju alir maka semakin besar waktu tinggal,
limbah.
2. Efisiensi penurunan COD dan TSS tertinggi diperoleh pada laju alir 2 L/jam
3. Parameter COD, TSS, dan pH pada limbah cair sabun dapat diturunkan
dengan efektif menggunakan biofilter anaerob pada laju alir 2 L/jam, hanya
saja belum maksimal sehingga limbah yang diolah belum memenuhi baku
5.2. Saran
menurunkan laju alir untuk melihat pengaruh variasi laju alir yang lebih kecil
34
35
kimia koagulan. supaya efluen yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu
DAFTAR PUSTAKA
Press.
Ariani, W, Sumiyati S, Wardana I.W. (2014). Studi Penurunan Kadar Cod Dan Tss
Dewati R, Teddy H. (2018). Pengolahan Limbah Pabrik Sabun Dari Soap Gliserin
Fardiaz Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
36
37
Fauzi, I. G., Ananda, R., Gultom, M. D. P., & Sari, I. N. (2019, June 12). Industri
Sabun. Https://Doi.Org/10.31227/Osf.Io/Etbhx
No.3
Kibbe, AH., 2009, Povidone, In: Rowe, R.C., Sheskey, P.J. dan Quinn M.E. (eds.)
Pharmaceutical Press.
Mahida. 1981. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri Pangan. Jakarta:
Cv Rajawali.
Nasution, Mi. 2008. Penentuan Jumlah Amoniak Dan Total Padatan Tersuspensi
Pada Pengolahan Air Limbah Pt. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok
Peraturan Menteri Lngkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah
Pescod, M.B., 1973. Investigation Of Rational Effluen And Standard For Tropical
Press.
Said, N.I. (2001). Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Dengan Proses Biologis
Said, N I. (2005). Aplikasi Bioball Untuk Media Biofilter Studi Kasus Pengolahan
Air Limbah Pencucian Jeans. JAI Vol. 1 Pusat Pengkajian Dan Penerapan
SNI 6989.2_2019 Air Dan Air Limbah - Bagian 2; Cara Uji Kebutuhan Oksigen
Spektofotometri.
SNI 06-6989.3_2004 Air Dan Air Limbah – Bagian 3: Cara Uji Padatan
SNI 06-6989.11-2004 Air Dan Air Limbah - Bagian 11: Cara Uji Derajat Keasaman
Suharto. (2010). Limbah Kimia Dalam Pencemaran Udara Dan Air. Yogyakarta :
Andi Offset.
Utami, P. 2009. Proses Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Goreng Bekas. Laporan
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Bak Anaerob.
Debit Limbah = 6 L/jam
Untuk pengolahan limbah dengan proses biofilter memiliki kisaran beban BOD
1 𝑘𝑔 24 𝑗𝑎𝑚
Beban BOD dalam air limbah = 6 L/jam x 260 mg/L × 106 𝑚𝑔 × 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 0,0249 m3
= 24960 cm3
= 41600 cm3
Ditetapkan dimensi reaktor :
Panjang = 27 cm
Lebar = 40 cm
Kedalaman = 40 cm
= 7,2 jam
1. Data Absorbansi pembuatan kurva kalibrasi
a. COD Tinggi
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
COD (ppm)
b. COD Rendah
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
y = -0.0016x + 0.009
Absorbansi
-0.05
R² = 0.9905
-0.1
-0.15
COD (mg/L)
2. Data Absorbansi pengukuran COD aklimatisasi
y = 0.0003x + 0.0035
R² = 0.9902
a.debit 6 L/jam
y = 0.0003x + 0.0035
x = 286
a.debit 6 L/jam
y = 0.0003x + 0.0035
x = 569,778
= 15,338 %
Massa (g)
TSS % penurunan
No Nama Sampel Kertas Kertas saring
(mg/l) TSS
saring + residu
Awal Debit 6
1 0.6704 0.6758 540.0000
L/jam
37.037
Keluar Debit 6
2 0.6865 0.6899 340.0000
L/jam
Awal Debit 5
3 0.6707 0.6764 570.0000
L/jam
42.105
Keluar Debit 5
4 0.6846 0.6878 330.0000
L/jam
Awal Debit 4
5 0.6691 0.6745 540.0000
L/jam
42.593
Keluar Debit 4
6 0.6755 0.6786 310.0000
L/jam
Awal Debit 3
7 0.6741 0.6796 550.0000
L/jam
54.545
Keluar Debit 3
8 0.6637 0.6662 250.0000
L/jam
Awal Debit 2
9 0.6743 0.6797 540.0000
L/jam
62.963
Keluar Debit 2
10 0.6637 0.6657 200.0000
L/jam
Mg TSS per liter = (A-B) x 1000 x 1000 /Volume contoh uji (ml)
= 540 mg/L
- Sesudah Pengolahan debit 6 L/jam
= 340 mg/L
= 37,037 %