LAPORAN PENELITIAN
Oleh:
Oleh:
NIM : 19644033
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian ini adalah hasil karya
sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah dinyatakan
dengan benar.
Samarinda, 2023
NIM. 19644033
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Dewan Penguji:
Moderator,
Nama : Drs. Harjanto, M.Sc
NIP : 19610629 199003 1 001 _______________________
Penguji I,
Nama : Syarifuddin Oko, S.Si., M.Sc
NIP : 19760225 200502 1 007 _______________________
Penguji II,
Nama : Dr. Ramli Thahir, S.T, M.T
NIP : 19710721 200112 1 003 _______________________
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Kimia, Koordinator Program Studi
S1 Terapan Teknologi Kimia Industri,
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang senantiasa memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik, sehingga Laporan Penelitian
yang berjudul “ Biobriket Hasil Pirolisis Kulit Durian Dengan Menggunakan
Perekat Pati Kulit Singkong ” dapat terselesaikan.
v
7. Keluarga dan teman-teman Teknik Kimia Angkatan 2019 yang selalu
memberikan do’a dan semangat selama penyusunan laporan penelitian ini.
8. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan penelitian.
Penulis menyadari Laporan Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran sehingga laporan
penelitian ini dapat lebih baik kedepannya. Besar harapan penulis laporan penelitian
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.
Samarinda, 2023
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iiii
DAFTAR PERSAMAAN..................................................................................... xi
2.4 Pirolisis..........................................................................................................8
vii
2.7.2 Kadar abu .............................................................................................11
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Mutu Biobriket Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI ...............7
Tabel 4.1 Data Pengamatan Uji Kadar Air Bioriket Hasil Pirolisis Kulit Durian
Tabel 4.2 Data Pengamatan Uji Durability Bioriket Hasil Pirolisis Kulit Durian
Tabel 4.3 Data Pengamatan Uji Kuat Tekan Bioriket Hasil Pirolisis Kulit Durian
Tabel 4.4 Data Pengamatan Uji Proksimat hasil terbaik uji kuat tekan dan uji
x
DAFTAR PERSAMAAN
xi
ABSTRAK
Krisis energi di dunia yang terjadi saat ini disebabkan karena kebutuhan energi
semakin meningkat terutama bahan bakar minyak yang diperoleh dari fosil
tumbuhan maupun hewan yang ketersediaannya semakin langka. Dibutuhkan
adanya alternatif energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan terhadap
sumber energi fosil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase
terbaik pati kulit singkong sebagai bahan perekat pada biobriket kulit durian agar
sesuai dengan ASAE uji durability, ISO uji kuat tekan, dan SNI uji proksimat yang
telah ditetapkan. Kulit durian dipirolisis dengan suhu 350oC selama ±4 jam.
Penelitian ini memvariasikan perekat pati kulit singkong 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, dan
10% dari berat total bahan baku biobriket. Biobriket yang dihasilkan dilakukan uji
proksimat dengan acuan SNI 01-6235-2000 terhadap hasil biobriket terbaik dari uji
kuat tekan dan durability sebagai parameter utama. Persentase bahan perekat pati
kulit singkong memberikan pengaruh berbeda terhadap nilai kuat tekan dan
durability. Biobriket terbaik pada pengujian durability oleh biobriket dengan
persentase perekat 10% (93,98%) tidak memenuhi standar ASAE S 269.4. Nilai
kuat tekan terbaik pada biobriket dengan persentase perekat 0% (5,92 kg/cm2) tidak
memenuhi standar ISO 17225‑1. Nilai kalor terbaik pada biobriket dengan
persentase perekat 0% (5.350 kal/gr) memenuhi Standar Nasional Indonesia.
xii
ABSTRACT
The energy crisis in the world that is happening right now is due to the increasing
demand for energy, especially fuel oil obtained from plant and animal fossils whose
availability is increasingly scarce. There is a need for alternative renewable energy
to reduce dependence on fossil energy sources. The purpose of this study was to
find out the best percentage of cassava peel starch as an adhesive in durian peel
biobriquettes to comply with the ASAE durability test, ISO compressive strength
test, and SNI proximate test that has been set. Durian peel is pyrolyzed at 350oC
for ± 4 hours. This study varied the cassava peel starch adhesive 0%, 2%, 4%, 6%,
8%, and 10% of the total weight of the biobriquette raw material. The resulting
biobriquettes were subjected to a proximate test with reference to SNI 01-6235-
2000 for the best biobriquettes results from the compressive strength and durability
tests as the main parameters. The percentage of cassava peel starch adhesive has
a different effect on the compressive strength and durability values. The best
biobriquettes in the durability test by biobriquettes with an adhesive percentage of
10% (93.98%) didn’t occupied the ASAE S 269.4 standard. The best compressive
strength value for biobriquettes with 0% adhesive percentage (5.92 kg/cm2) didn’t
occupied ISO 17225‑1 standards. The best calorific value in biobriquettes with 0%
adhesive percentage (5,350 cal/gr) occupieds the Indonesian National Standard.
Keywords : Biobriquette, Durian Peel, Cassava Peel Starch, Pyrolysis
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini krisis energi menjadi perbincangan hangat di dunia. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan energi semakin meningkat setiap tahun seiring
dengan meningkatnya aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar terutama
bahan bakar minyak yang diperoleh dari fosil tumbuhan maupun hewan.
Ketersediaan bahan bakar fosil yang semakin langka berakibat pada kenaikan harga
BBM. Di Indonesia kebutuhan dan konsumsi energi terfokus pada penggunaan
bahan bakar minyak yang cadangannya makin menipis sedangkan pada sisi lain
terdapat energi biomassa yang jumlahnya cukup melimpah namun penggunaannya
belum optimal (Smith & Idrus, 2017).
Salah satu peluang sumber energi alternatif adalah biomassa dengan cara
mengubahnya menjadi biobriket. Biobriket merupakan bahan bakar padat dari
bahan organik yang mengandung karbon, nilai kalor tinggi, dapat menyala dalam
waktu lama, sebagai bahan bakar pengganti gas dan batu bara (Abnisa dkk., 2013).
Biobriket yang paling umum digunakan adalah biobriket batu bara, biobriket arang,
biobriket gambut, dan biobriket biomassa. Biobriket dari kulit durian termasuk
sebagai biobriket biomassa. Energi biomassa merupakan sumber energi yang
berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui sehingga berpeluang untuk
dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif (Hadi S & Sudirman, 2021).
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Samarinda, pada tahun 2019 kota
Samarinda memproduksi sebanyak 5.159 kuintal buah durian. Satu buah durian
memiliki bobot kulit durian mencapai 60-75% dari bobot total buah (Nurrohmah
dkk. 2021). Kulit durian memiliki kandungan selulosa yang tinggi sebanyak 50-
60% dan lignin serta kandungan pati yang rendah masing-masing sebanyak 5%,
sehingga proses pendegradasiannya lama. Karena kandungan selulosa dan lignin
yang cukup tinggi, sehingga kulit durian berpotensi untuk digunakan sebagai bahan
baku pembuatan biobriket. Penggunaan limbah kulit durian hanya sebagai bahan
bakar pada tungku masak dengan nilai kalor 3786,95 kal/g (Hatta, 2007). Apabila
dijadikan biobriket dapat memperbesar nilai kalornya yakni 5152 kal/g,
2
Penelitian Ellyta dkk., (2018) membuat biobriket dari arang kulit durian
dengan campuran tempurung kelapa dan cangkang kelapa sawit perbandingan 2:1
dengan konsentrasi perekat tepung tapioka 10% dari berat total bahan baku
biobriket menggunakan proses pirolisis variasi temperatur 200oC, 300oC dan 400oC
selama 2 jam. Nilai kuat tekan tertinggi dicapai pada temperatur pirolisis 300oC
biobriket arang kulit durian dengan campuran tempurung kelapa dan perekat tepung
tapioka dengan nilai kuat tekan 12,7 g/cm2.
Ardila dkk., (2017) melakukan penelitian terhadap pati kulit singkong
sebagai bahan perekat dalam pembuatan biobriket dari pelepah kelapa sawit melalui
proses karbonisasi di dalam furnace pada temperatur 4000C selama 3 jam dengan
variasi perekat sebanyak 5%, 10%, 15%, dan 20%. Hasil terbaik didapatkan pada
3
komposisi perekat 5% dengan nilai kalor 5389.809 kal/g, kadar air 21,67%, dan
kadar abu 19,29%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pati kulit singkong dapat
dimanfaatkan sebagai bahan perekat pembuatan biobriket.
Ameen dkk., (2021) meneliti biobriket dari sekam padi dengan variasi kadar
air awal 12%, 14%, dan 16% menggunakan perekat kraft lignin persentase perekat
10% dari berat total bahan baku biobriket untuk kemudian dilakukan uji durability
berkala pada hari ke 1, 3, 5, dan 7. Nilai durability tertinggi pada hari ke 7 yaitu
biobriket persentase kadar air awal 12% dengan nilai durability 99%.
Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan biobriket dari kulit durian
dengan metode pirolisis menggunakan perekat pati kulit singkong dengan
memvariasikan persentase perekat (0%, 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%). Dalam
penelitian ini diharapkan biobriket yang dihasilkan memiliki nilai uji durability, uji
kuat tekan, dan uji proksimat yang besar sehingga tahan terhadap guncangan dan
gesekan serta sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase terbaik pati kulit
singkong sebagai bahan perekat pada briket kulit durian agar sesuai dengan ASAE
uji durability, ISO uji kuat tekan, dan SNI uji proksimat yang telah ditetapkan.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menaikkan nilai guna dari
biomassa kulit durian sebagai bahan bakar alternatif pengganti fosil dan dapat
mengetahui bahan alternatif selain tepung tapioka sebagai bahan perekat alami
kulit durian juga akan teratasi dengan baik, dengan efektif dan efisien, disamping
itu dengan adanya usaha pemanfaatan pengolahan kulit durian sebagai produk
biobriket bernilai ekonomis akan meningkatkan perekonomian masyarakat
pedagang durian.
Dari aspek implementasinya kebijakan pengoptimalan biobriket ini rasanya
sangat fleksible dan rasional untuk diterapkan. Kebijakan Umum Bidang Energi
(KUBE) 1988 maupun Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2003 yang telah
menetapkan bahwa pemakaian biobriket harus semakin didorong untuk
menggantikan minyak tanah. Kedua, menurut Pri Agung Rakhmanto harga
keekonomian 1 kg biobriket jauh lebih murah dibandingkan harga eceran tertinggi
minyak tanah sebesar Rp2.250. Tanpa memberikan subsidi pun biobriket kulit
durian secara ekonomis sudah jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan minyak
tanah. Ketiga, pemanfaatan biobriket akan menghidupkan industri kerakyatan
dalam produksi biobriket yang lebih bersifat padat karya, sehingga kebijakan ini
dapat membantu mengembangkan perekonomian daerah pedesaan, membuka
lapangan pekerjaan baru, dan mengurangi angka kemiskinan. Selain untuk
keperluan rumah tangga, biobriket selama ini juga telah dapat dimanfaatkan untuk
berbagai industri ekonomi rakyat (industri rumahan, industri kecil dan menengah).
Ditinjau dari aspek wawasan lingkungan, pemanfaatan produksi biobriket kulit
durian jelas sangat potensial dalam membangun ekonomi negara yang berwawasan
lingkungan.
Menurut Saleh, (2013) syarat biobriket yang baik adalah biobriket yang
permukaannya halus dan tidak tidek meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain
itu, sebagai bahan bakar, biobriket juga harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mudah dinyalakan.
2. Tidak mengeluarkan asap.
3. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun.
4. Kadar air dan hasil pembakaran tidek berjamur bila disimpan pada waktu lama.
5. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu
pembakaran yang baik.
7
Kulit ubi kayu yang juga dikenal sebagai singkong/ketela pohon, dalam
bahasa Inggris bernama cassava, adalah pohon dari keluarga Euphorbiaceae dan
merupakan tanaman tahunan dari negara tropis dan subtropis. Kulit singkong
tergolong sebagai limbah dari tanaman yang memiliki karbohidrat tinggi, yaitu
sekitar 72,49%-85,99% yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan pakan
ternak. Kulit singkong tergolong sebagai sampah organik, karena sampah ini sangat
membantu dan meminimalisasi sampah yang ada dimasyarakat. Sampah kulit
singkong adalah sampah organik yang mudah terurai secara alami. Sampah kulit
singkong setelah pengupasan harus segera diolah agar tidak membusuk. Karena
kulit singkong mengandung air sehingga mikroorganisme mudah tumbuh dan
membuat kulit singkong cepat membusuk (Akanbi, 2007).
CO, CO2, CH4, H2, dan hidrokarbon-hidrokarbon ringan. Jenis gas yang dihasilkan
bermacam-macam tergantung pada bahan baku. Salah satu contoh pada pirolisis
dengan bahan baku batubara menghasilkan gas seperti CO, CO2, NO, dan SO. Bila
dalam jumlah besar, gas-gas tersebut dapat mencemari lingkungan dan
membahayakan kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
4. Ukuran bahan, berpengaruh sekali terhadap perataan panas. Makin kecil ukuran
bahan makin cepat perataan keseluruhan umpan sehingga proses pirolisis
berjalan lebih sempurna.
2.5 Uji Kuat Tekan
Kuat tekan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh briket untuk
memberikan daya tahan terhadap pecah atau hancurnya briket ketika diberikan
beban kepada briket. kuat tekan briket dipengaruhi oleh jenis bahan baku pembuat
briket. Setiap jenis bahan memiliki kerapatan yang berbeda-beda. Nilai kuat tekan
yang tinggi disebabkan oleh ukuran arang yang cenderung lebih seragam hal
tersebut akan memudahkan arang untuk saling mengisi ruang dan celah yang
kosong ketika proses pemampatan briket. Persamaan kuat tekan pada rumus
berikut:
Ϝ 𝑘𝑔𝑓
𝜎= ( ) … … … … … … . . (2.1)
Α 𝑐𝑚2
Keterangan:
𝑘𝑔𝑓
𝜎 = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑐𝑚2 ) A= Luas Penampang (cm2)
F = Gaya (kgf)
2.6 Uji Durability
Durability (daya tahan) merupakan tolak ukur yang penting untuk
mengambarkan kualitas fisik dari berbagai bahan bakar padat yang berupa pellet
maupun briket. Pengujian durability adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui perubahan dimensi dan berat dari briket setelah briket diputar dalam
drum/wadah dengan kecepatan 76 rpm selama 60 detik.
Dalam pengujian ini dapat dilihat apakah ada partikel briket yang terlepas
dari briket atau tidak. Jika ada partikel yang terlepas, diharapkan tidak melebi 0,1
gram. Dalam pengujian ini mengunakan rumus:
𝒶−𝒷
Partikel yang hilang (%) = × 100% ……………..(2.2)
𝒶
Dimana :
a = Berat briket sebelum diuji (gram)
b = Berat briket sesudah diuji (gram)
11
Dimana:
wo = berat sampel dan cawan sebelum dikeringkan (gr)
w = berat sampel dan cawan sesudah dikeringkan (gr)
wso = berat sampel awal (gr)
2.7.2 Kandungan Abu
Abu adalah bahan yang tersisa apabila bahan bakar padat dipanskan hingga
berat konstan. Kandungan abu dapat ditentukan melalui metode ASTM D 3174
‘Standard practice of determination of ash in the analysis sample of coal and coke
from coal’. Kandungan abu dapat ditentukan dengan rumus berikut:
(𝑚3 − 𝑚4)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (%) = × 100% … … … … … (2.4)
(𝑚2 − m1)
Dimana:
m1 = berat cawan dan tutupnya (gr)
m2 = berat cawan dan tutupnya tambah sampel (gr)
m3 = berat cawan dan tutupnya tambah ash (gr)
m3 = berat cawan dan tutupnya setelah semua ash dibuang dan dibersihkan
(gr)
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu bulan September 2022 hingga
Januari 2023. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda dan Laboratorium Produksi Jurusan Teknik
Pengolahan Kayu Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dengan analisa mutu
biobriket. Sampel limbah kulit Durian didapatkan dari pedagang Durian di Kota
Samarinda, Kalimantan Timur.
8. Mendinginkan hasil pirolis arang kulit Durian 6kg pada hari ke-1 dan 18kg
pada hari ke-2 pada suhu ruang 2x24 jam.
3.4.4 Pembuatan Biobriket
1. Mengecilkan ukuran arang kulit Durian menggunakan crusher.
2. Mengayak bubuk arang kulit durian pada ukuran +40-60 mesh.
3. Mencampurkan arang dengan perkat 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dengan
berat total 300g (perbandingan pelarut 1:10).
a) Membuat campuran perekat 0%: 0 gram perekat dan 300 gram arang
kulit durian.
b) Membuat campuran perekat 2%: 6 gram perekat dan 294 gram arang
kulit durian.
c) Membuat campuran perekat 4% : 12 gram perekat dan 288 gram arang
kulit durian.
d) Membuat campuran perekat 6% : 18 gram perekat dan 282 gram arang
kulit durian.
e) Membuat campuran perekat 8% : 24 gram perekat dan 276 gram arang
kulit durian.
f) Membuat campuran perekat 10% : 30 gram perekat dan 270 gram arang
kulit durian.
4. Mencetak adonan biobriket dengan bobot masing-masing 27-28g.
5. Mengeringkan biobriket pada oven hingga kadar air 8-7%.
3.4.5 Prosedur Analisa Biobriket
3.4.5.1 Uji Kuat Tekan (ISO 17225‑1)
Penentuan nilai keteguhan tekan pada briket ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kekuatan dari briket ini untukmenahan beban yang
diberikan (kg/cm2).
1) Sampel biobriket diletakkan sedemikian rupa tegak lurus terhadap sumbu
simetri briket pada landasan uji alat Universal Testing Machine.
2) Kemudian diatur pembebanan sebesar 5 ton dan diatur setiap kenaikan
strip skala ukur 5 kg.
17
Keterangan:
Kt = Beban keteguhan tekan (kgf/cm2 )
F = Beban penekanan (kgf)
A = Luas Permukaan (cm2 )
3.4.5.2 Pengujian Durability (ASAE S 269.4)
1) Dimasukkan briket sebanyak 3 buah ke dalam drum.
2) Setelah itu diputar diputar dengan kecepatan 76 rpm selama 1 menit.
3) Keluarkan briket dan timbang massa briket.
4) Hitung jumlah partikel yang hilang dengan menggunakan persamaan
dibawah ini
𝒶−𝒷
𝐷𝑢𝑟𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 (%) = × 100%
𝒶
Dimana :
a = Berat briket sebelum diuji (gram)
b = Berat briket sesudah diuji (gram)
3.4.5.3 Analisa Kadar Air (ASTM D-3173)
1) Dinaikkan suhu oven hingga 105-110 C.
2) Ditimbang cawan petridish kosong dan tutupnya lalu catat data.
3) Ditimbang sampel 1 gram ke dalam cawan petridish, dan letakkan diatas
tray.
18
Dimana:
m1 = berat cawan kosong + tutupnya (gr)
m2 = berat cawan kosong + tutupnya + sampel sebelum dipanskan (gr)
m3 = berat cawan kosong + tutupnya + sampel setelah dipanskan (gr)
m4 = persen moisture dalam sampel yang dianalisis (gr)
3.4.5.5 Volatile Matter (ASTM D 3157)
1) Dinaikkan suhu furnace hingga 950 C.
2) Catat nomor sampel, nomor pekerjaan dan nomor cawan crusible pada
lembar kerja analisa.
3) Ditimbang cawan crusible kosong beserta tutup kemudian catat pada
lembar kerja analisa.
4) Ditimbang secara merata sample 1 gram ke dalam cawan crusible lalu
tutup kembali dan catat hasil timbangan.
5) Dimasukkan cawan crusible yang berisi sampel ke dalam furnace beserta
tutupnya dan dipijarkan selama 7 menit.
6) Keluarkan cawan crusible dari furnace dan didinginkan pada desikator
selama 7 menit.
7) Timbang cawan yang berisi residu yang telah didinginkan tersebut
beserta tutupnya dan catat pada lembar kerja analisa.
8) Lakukan perhitungan dengan persamaan :
(𝑚2 − 𝑚3)
𝑉𝑀 = { × 100%} − 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟
(𝑚2 − 𝑚1)
Dimana:
m1 = berat cawan kosong + tutupnya (gr)
m2 = berat cawan kosong + tutupnya + sampel sebelum dipanskan (gr)
m3 = berat cawan kosong + tutupnya + sampel setelah dipanskan (gr)
3.4.5.6 Fixed Carbon (ASTM D 5142 – 02)
Penetapan nilai karbon terikat dilakukan setelah didapatkan hasil
kadar air, zat terbang dan kadar abu. Kadar karbon terikat dihitung dengan
rumus: %𝐹𝐶 = 100% − (𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 + 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 + 𝑉𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑀𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟).
3.4.5.7 Pengujian Nilai Kalor
Pengujian nilai kalor menggunakan alat Oksigen Bom Kalorimeter.
Cara pengujian nilai kalor mengikuti metode ASTM D 5865-01.
20
Keterangan:
nkb = nilai kalor sampel (kal/g)
ΔTb = Selisih suhu bahan briket (K)
ΔTs = Selisih suhu standar(oK) = 1,9602 (K)
Nks = Nilai kalor standar (J/g) = 26460 (J/g)
mb = Massa bahan (gr)
ms = Massa Standar (gr) = 0,5 gr
21
Preparasi Kulit
Durian
Pengovenan bioriket
Vari Berat Berat sebelum Berat sesudah Kadar air Rata- rata
asi sampel (g) dioven (g) dioven (g) (%) (%)
2,0057 2,4906 2,3262 8,20
0% 7,93
2,0013 2,5442 2,3909 7,66
2,0005 4,9900 4,8341 7,79
2% 8,00
2,0022 4,9903 4,8261 8,20
2,0031 5,0111 4,8412 8,48
4% 8,42
2,0009 5,0108 4,8435 8,36
2,0046 5,0602 4,9134 7,32
6% 7,31
2,0007 4,9240 4,7782 7,29
2,0066 5,0282 4,8573 8,52
8% 8,43
2,0078 4,9952 4,8277 8,34
2,0019 4,9968 4,8440 7,63
10% 7,82
2,0018 5,0217 4,8614 8,01
Standar Nasional Indonesia (SNI No. 01-6235-2000) : Kadar Air= < 8%
Variasi Perekat Massa Awal Massa Akhir Partikel yang Durability (%)
(%) (gr) (gr) Hilang (%)
0 51,01 47 7,86 92,14
2 52,38 49 6,45 93,55
4 52,44 46 12,28 87,22
6 51,83 47 9,31 90,68
8 50,28 47 6,52 93,48
10 53,20 50 6,02 93,98
(ASAE S 269.4): 90%
23
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi perekat pati
kulit singkong terhadap karakteristik sifat fisik biobriket dari kulit durian.
Pembuatan biobriket menggunakan bahan baku kulit durian dengan metode
pirolisis. Kulit durian yang telah dipreparasi selanjutnya dipirolisis pada suhu 350oC
selama + 4 jam. Arang yang terbentuk kemudian diayak dengan ukuran partikel
lolos 40 mesh dan tertahan di 60 mesh. Setelah itu dilakukan pencampuran serbuk
arang kulit durian dengan perekat pati kulit singkong yang sebelumnya telah
dipreparasi. Campuran tersebut kemudian dicetak dan dipres dengan cetakan
manual. Kemudian bioriket dikeringkan pada suhu 105oC selama 15 jam. Setelah
itu dilakukan uji kuat tekan, durabilitas, dan proksimat dari hasil terbaik uji kuat
tekan dan durabilitas.
4.2.1 Pengaruh Persentase Perekat Terhadap Nilai Kuat Tekan
Biobriket yang telah jadi, kemudian dilakukan analisa semua variasi perekat
pada uji kuat tekan sesuai dengan ISO 17225‑1. Pada uji kuat tekan didapatkan hasil
seperti grafik di bawah ini:
1
0.9
0.8678
0.8
Kuat Tekan (kgf/cm2)
0.7
0.6 0.5916
0.5545
0.5
0.4569
0.4
0.3765
0.3488
0.3
0.2
0.1
0
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%
persentase perekat
8.60
8.40
8.42 8.43
Kadar Air rata-rata (%)
8.20
8.00
8.00
7.80 7.93
7.82
7.60
7.40
7.20 7.31
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%
Variasi Perekat Pati Kulit Singkong
yang dilakukan oleh Fajriatun dan Siti., (2020) bahwa setiap jenis bahan
memiliki kerapatan yang berbeda-beda. Nilai kuat tekan yang tinggi
disebabkan oleh ukuran arang yang cenderung lebih seragam hal tersebut akan
memudahkan arang untuk saling mengisi ruang dan celah yang kosong ketika
proses pemampatan briket. Selain itu terlihat juga pada grafik 1 nilai kuat tekan
tertinggi setelah variasi perekat 0% ialah variasi perekat 6% sebesar 5,92
Kg.f/cm2 dimana kandungan kadar air pada varisai perekat 6% adalah kadar air
terkecil diantara variasi perekat yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan air dalam biobriket juga dapat mempengaruhi kekuatan tekan dari
biobriket tersebut.
4.2.2 Pengaruh Persentase Perekat Terhadap Nilai Durabilitas Biobriket
95
94 93.98
93.55 93.48
93
92 92.14
Durability (%)
91
90.68
90
89
88
87 87.22
86
0 2 4 6 8 10 12
Variasi perekat (%)
biobriket variasi perekat 0% sebesar 5350 cal. Nilai kalor yang tinggi
mengindikasikan bahwa bahan bakar tersebut memiliki kualitas yang baik.
SNI-01-6235-2000 menyebutkan syarat nilai kalor untuk briket minimal 5000
kal/g (Fajriatun dan Siti., 2020).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Nilai uji kuat tekan tertinggi oleh biobriket variasi perekat 0% sebesar 8,68
kg.f/cm2 belum memenuhi standar ISO 17225‑1.
2. Nilai uji durability tertinggi oleh biobriket variasi perekat 10% sebesar
93,98% memenuhi standar ASAE S 269.4.
3. Nilai uji proksimat dari hasil terbaik uji kuat tekan dan durability hanya
memenuhi SNI pada nilai kalori. Nilai kalori tertinggi oleh biobriket
variasi perekat 0% sebsear 5350 cal.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan perekat dan
tambahan bahan biomassa lain pada briket kulit durian agar dapat
menghasilkan briket yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abnisa, F., Arami-Niya, A., Wan Daud, W. M. A., Sahu, J. N., & Noor, I. M.
(2013). Utilization of oil palm tree residues to produce bio-oil and bio-char
via pyrolysis. Energy Conversion and Management, 76, 1073–1082.
Akanbi et al. (2007). Pengolahan Limbah Organik. Bogor: Jurusan Teknologi
Pertanian IPB.
Ardilla, Desi, dan Misril Fuadi. 2017. “Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis) Dengan Penambahan Pati Kulit Singkong (Manihot Utilissima)
Dalam Pembuatan Briket” 1 (1): 1–9.
Bahrin, Desi Ardilla, dan Muhammad Taufik. 2011. “Optimasi Penambahan Zat
Aditif Terhadap Nilai Kalor Briket Cangkang Kelapa Sawit” Jurusan Ilmu
Teknologi dan Pangan ITM.
Basu, P. (2010). Biomass Gasification and Pyrolysis: Practical Design and Theory.
Elsevier Inc., Amsterdam.
Bhakti, P. D., Andhika, M., Sari, E., dan Rahman, E. D. 2014. Pembuatan Briket
Kulit Durian Dengan Variasi Campuran Biomassa (Arang Cangkang Sawit)
dan Variasi Perekat. Jurnal Penelitian Teknik. Vol. 3, No. 4.
Brades AC dan Febrina ST. 2008. Pembuatan Briket Arang Dari Enceng Gondok
(Eichornia Crasipess Solm) Dengan Sagu Sebagai Pengikat. [19 Maret 2009].
Ellyta Sari, Pasymi, Umar khatab, Reni Desmiarti, Rian Ariansyah, Hariadi, Sutra.
2021. Studies Of Carbonization Process On The Production Of Durian Peel
Briobriquettes With Mixed Biomass Coconut And Palm Shell.
Hatta, V. 2007. Manfaat Kulit Durian Selezat Buahnya. Karya Ilmiah. Jurusan
Teknik Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat.
Indriyati, O., Nurrahmania, V., Wibowo, T., Studi, P., Kimia, P., Islam, U.,
Walisongo, N., Semarang, K., & Tengah, J. (2022). Processing Of Cassava
Peel Waste As An Effort To Reduce. 7(1), 33–37.
Jati E dan Santoso AB,2005. Penentuan Kalor Bakar Arang Dari Sejumlah Jenis
Kayu dan Lama Pirolisis. J Fisika Indonesia, F MIPA UGM Yogyakarta
IX(28):11-13.
Muzi, I., & Mulasari, S. A. (2015). Perbedaan Konsentrasi Perekat Antara Briket
Bioarang Tandan Kosong Sawit Dengan Briket Bioarang Tempurung Kelapa
Terhadap Waktu Lama Membara. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 1–10.
Nugraha, Andy & Widodo, Agung & Wahyudi, Slamet. (2017). Pengaruh Tekanan
Pembriketan dan Presentase Briket Campuran Gambut dan Arang Pelepah
Daun Kelapa Sawit terhadap Karakteristik Pembakaran Briket. Jurnal
Rekayasa Mesin.
Nugraheni, D., Haskarini, D., & Yulis, H. (2019). Karakteristik Buah Durian
Kawuk (Durio Zibethinus Rumph . Ex Murray) Dari Desa Tunjungan ,
Kabupaten. Prosiding Seminar Nasional Kesiapan Sumber Daya Pertanian
Dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0 Karakteristik, 530–
535.
Nurrohmah, K., Komala Sari, A., Riziani, D., Kusumasari, S., Studi Teknologi
Pangan, P., Pertanian, F., & Sultan Ageng Tirtayasa, U. (2021). MAKUDU
(Makaroni Kulit Durian): Potensi Pangan Olahan Praktis untuk Mengurangi
Limbah Kulit Durian. Jitipari, 6(1), 30.
32
Polii, F. F. 2017. Pengaruh Suhu dan Lama Aktifasi terhadap Mutu Arang Aktif
dari Kayu Kelapa. Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 2 No. 2 hal. 26.
Priyanto, Asep, dan Sudarno. 2018. “Pengaruh Variasi Ukuran Partikel Briket
Terhadap Kerapatan, Kadar Air, Dan Laju Pembakaran Pada Briket Kayu
Sengon.” Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Terapan VI, 541–46.
Ramdani, L. M. A., Ahzan, S., & Prasetya, D. S. B. (2020). The Effect of the Type
and Composition of the Adhesive on the Physical Properties and the Rate of
Combustion Hyacinth Biobriquettes.
Rianawati, F., Abidin, Z., Naparin, M., Kehutanan, F., & Mangkurat, U. L. (2021).
Dari Limbah Pasca Panen Di Lahan Gambut Quality Test of Brickets from
Mixing Straw and Rice Husk From Post-Harvest Waste in Peatland. 9(3), 282–
289.
Sinurat, E. 2011. Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete dan Tongkol Jagung
Sebagai Bahan Bakar Alternatif [Skripsi]. Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Smith, H., & Idrus, S. (2017). Pengaruh Penggunaan Perekat Sagu Dan Tapioka
Terhadap Karakteristik Briket Dari Biomassa Limbah Penyulingan Minyak
Kayu Putih Di Maluku.
Permatasari, Ika & Utami, Budi. (2015). Pembuatan dan Karakteristik Briket Arang
dari Limbah Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) dengan Menggunakan
Variasi Jenis Bahan Perekat dan Jumlah Bahan Perekat.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
𝑤𝑜 − 𝑤
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
𝑤𝑠𝑜
4,4963 − 2,3262
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
2,0057
𝜋𝐷2
𝐴=
4
𝐴 = 12,7491 𝑐𝑚2
14 𝑘𝑔
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = = 1,0981 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
12,7491
DOKUMENTASI PENELITIAN
Pencetakan Biobriket
Pengeringan Biobriket
Pengujian Biobriket
38