PEN/TK/2019/041
PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Kimia
Konsentrasi Teknik Kimia
Oleh :
Nama : Wisnu Mawas Sasongko Nama : Amirah Mufida
NIM : 15521002 NIM : 15521129
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN
Oleh:
Nama : Wisnu Mawas Sasongko Nama : Amirah Mufida
NIM : 15521002 NIM : 15521129
Mengetahui:
Ketua Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT
yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis
dapat melaksanakan penelitian serta dapat menyelesaikan laporannya tepat waktu
dan tanpa adanya halangan yang berarti.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat wajib yang harus ditempuh
dalam Program Studi Teknik Kimia. Selain untuk menuntas program studi yang
kami tempuh, penelitian ini ternyata telah memberikan banyak manfaat kepada
penulis baik dari segi akademik maupun untuk pengalaman yang tidak dapat
penulis temukan saat berada di bangku kuliah.
Dalam penyusunan laporan penelitian ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini.
2. Bapak Ir. Suharno Rusdi, Ph. D. selaku Kepala Jurusan Teknik Kimia FTI – UII.
3. Bapak Ir. Tuasikal Muhammad Amin, M.Sn. selaku dosen pembimbing
Penelitian Program Studi Teknik Kimia FTI -UII.
4. Bapak Supardi selaku laboran di Evaluasi Lab. Tekstil yang telah membantu
kami selama pengujian kain.
5. Kedua Orang Tua kami yang telah memberikan banyak doa, motivasi serta
dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini maupun dalam penyelesaian laporan
penelitian ini.
6. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak terkait
lainnya yang telah banyak membantu baik untuk melaksanakan penelitian
maupun dalam penyelesaian laporan penelitian ini.
Penulis juga menyadari bahwa di dalam pelaksanaan penelitian maupun
penyusunan laporan ini terdapat banyak kekurangan dan keksalahan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga laporan
kami selanjutnya dapat menjadi lebih baik.
iii
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
pada umumnya dan bagi kami pada khususnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
v
2.5.4 Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian ........................................ 16
2.5.5 Uji Gosok .......................................................................................... 18
vi
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 34
vii
DAFTAR TABEL
viii
ABSTRAK
Kata Kunci : Kulit buah manggis ; ekstraksi ; gray scale laundrymeter ; zat warna
alam ; kain.
ix
ABSTRACT
The coloring of batik cloth can be done using natural dyes and synthetic dyes. The
advantages of using natural dyes are: cheaper, more environmentally friendly,
harmless, easy to use materials around, and can produce distinctive colors. One
of the natural dyes produced from plants that can be used because there are many
available in the surrounding environment is the skin of the mangosteen fruit. The
disadvantages of using natural dyes are color fastness and relatively poor color
intensity. The use of locking / fixation is one alternative to solve this problem. The
purpose of this study is to remove ingredients for natural dyes from the
mangosteen peel through an extraction process which is then carried out by
mordanting, dyeing, and locking processes; Knowing the potential of the
mangosteen peel as a natural dye that gives a distinctive color to cotton cloth, and
knows the fading safety of the dyes of the mangosteen peel with a color aging test,
washing test (blurring), and a test of rubbing. The material used is a cotton cloth
dyed with mangosteen peel extract, then the fixation is completed on the
completion of alum, lime and tunjung. In each fixation agent as a free and
sustaining variable namely resistance to rubbing, fastness in washing and color
aging. The results of the fastness test on leaching and sunlight showed that the use
of tunjung fixation substances obtained a better fastness value compared to
fixation substances from alum and lime.
Keywords: Mangosteen peel; extraction; gray scale laundry meter; natural dyes;
fabric.
x
No. PEN/TK/2019/041
BAB I
PENDAHULUAN
bidang industri, dari skala kecil hingga besar. Khususnya pada industri tekstil
yang banyak menggunakan bahan pewarna buatan untuk memberikan warna yang
menarik pada kain. Peningkatan kebutuhan sandang serta gaya hidup juga
halnya industri batik. Pertumbuhan tersebut memicu kebutuhan zat warna yang
praktis berdampak pada limbah yang dihasilkan. Terlebih pada proses pembuatan
menjadi limbah yang mengandung zat warna sintetis dengan berbagai kandungan
logam berbahaya. Air limbah industri tekstil yang menggunakan zat pewarna
sintesis jika pengolahan limbahnya kurang optimal dan dibuang ke sungai maka
air sungai menjadi tercemar dan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Bahkan air sungai
yang telah tercemar dapat meresap ke sumur-sumur penduduk. Padahal sumur itu
Pemanfaatan zat pewarna alami untuk tekstil menjadi salah satu alternatif
pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat pewarna alami semakin
berkurang dalam suatu industri yang digantikan lebih banyak oleh pewarna
sintetik lebih murah dan memberikan warna yang lebih stabil dibandingkan
pewarna alami. Padahal zat warna alami sangat ramah terhadap lingkungan serta
pembuatannya tidak begitu rumit. Bahan pewarna alami tidak sulit di temukan di
kaya akan jenis tumbuh- tumbuhan yang dapat menghasilkan zat warna. Daun
pewarna alami dengan proses pengolahan yang lebih mudah dan praktis serta
tersedia dalam jumlah relatif banyak (Zahrah, 2015). Selain itu regenerasi daun
yang lebih baik dan tidak mengganggu proses pertumbuhan tumbuhan. Daun-
daun hijau pada tanaman mengandung klorofil yang biasanya digunakan pada
proses fotosintesis. Klorofil merupakan pewarna hijau alami yang ada pada
tropis, seperti Indonesia. Tanaman ini banyak dimanfaatkan dari buah dan
kulit buah manggis yang sekitar 81,34% dari utuh, mengandung pigmen merah
ungu dan antosianin. Hal ini memungkinkan bahwa pigmen yang terkandung
2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja bahan yang terkandung dalam kulit buah manggis (Garcinia
1.3.1 Untuk memperoleh zat pewarna alami dari kulit buah manggis
penguncian.
dan daya ketahanan luntur warna pada kain rayon yang telah diberi zat
warna alami.
hati.
3
1.4.2 Bagi perusahaan tekstil semoga nantinya akan mulai tertarik untuk
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
buah berpohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di
Merauke. Tanaman yang sekerabat dengan kandis ini dapat mencapai tinggi
tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-600 m dpl, suhu udara rata-rata 20-
gambut, manggis tetap mampu tumbuh dengan baik. Curah hujan yang sesuai
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Theales
Famili : Clusiaceae
Gambar 2.1 Buah manggis (Gracinia Mangostana)
5
KANDUNGAN ANTOSIANIN KULIT BUAH MANGGIS
196,19 g/mol. Dalam penamaan 7 menurut IUPAC, senyawa ini diberi nama
(2005), kandungan xanton tertinggi terdapat dalam kulit buah manggis, yakni
107,76 mg per 100 g kulit buah. Selain sebagai antioksidan, senyawa xanton
6
tuberculosis. Hasil penelitian Martin (1980) menyatakan sifat antioksidan zat
yang terdapat pada kulit manggis itu jauh lebih efektif jika dibandingkan
manggis dimiliki oleh fraksi metanol dengan nilai IC50 sebesar 8,00 mg/L dan
rendemen yaitu sebesar 21% dan nilai IC50 sebesar 44,49 mg/L.
1. Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis
dibuat dengan reaksi kimia dengan bahan dasar arang batu bara atau
variasi warna, dan proses yang dikerjakan singkat. Kerugian dari zat
pewarna sintetis adalah limbah dari zat pewarna tersebut tidak ramah
lingkungan.
2. Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-
bahan alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan (akar, batang,
daun, buah, kulit dan bunga ) atau hewan (lac dyes) . Keuntungan
7
dari pemakaian zat warna alam pada batik ialah merupakan warisan
tekstil.
Rayon atau kain rayon adalah kain yang dibuat dari serat hasil
regenerasi selulosa. Serat yang dijadikan benang rayon berasal dari polimer
industritekstil, kain rayon dikenal dengan nama rayon viskosa atau sutra
buatan. Kain ini terlihat berkilau dan tidak mudah kusut. Serat rayon
kain lainnya. Permukaan kain rayon yang halus, lembut dan nyaman. Kilau
alaminya yang dihasilkan tinggi. Memiliki daya serap terhadap cairan yang
sangat tinggi. Daya tahan dan retensi bentuk rendah, terutama ketika basah.
8
2.4 Ekstraksi
proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen
komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah
mencampur antara lain menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis
suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik, dalam hal ini
metode ekstraksi dari padatan dengan solvent (pelarut) cair secara kontinu.
ekstraksi :
9
Pelarut (media ekstraksi) : Cairan yang digunakan untuk
melangsungkan ekstraksi
ekstraknya
rendah, dan jumlah total pelarut yang dibutuhkan menjadi besar, sehingga
semakin besar jika kapiler-kapiler bahan padat semakin halus dan jika
10
ekstrak semakin terbungkus di dalam sel (misalnya pada bahan-bahan
alami).
saling campur), dan jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen
11
sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi
dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
juga disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling
baik dan popular. Pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro. Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling
yang berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk
kerja.
saling kontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara
difusi pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan
Larutan ekstrak langsung dapat diolah lebih lanjut atau diolah setelah
dipekatkan.
12
2.5 Uji Tekstil
tepat.
lainnya.
2.5.2 GreyScale
13
GreyScale, penilaian tahan luntur warna dan perubahan warna yang
5 0 +0,2
4 1,7 +0,3
3 3,4 +0,4
2 6,8 +0,6
1 13,6 +1,0
besar. Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng
14
dengan lempeng abu – abu netral sama tetapi lebih muda. Perbedaan
2.5.3 StainingScale
perbedaan warna kain putih yang dinodai dan kain putih tidak ternodai,
abu dan putih dan setiap pasang mewakili perbedaan warna atau
Nilai tahan luntur 5 ditunjukan pada skala oleh dua lempeng yang
kurang dari 85%. Perbedaan warna sama dengan nol, nilai tahan luntur
15
Table 2.2 Rumus Nilai Kekhromatikan Adam
Toleransi untuk
Nilai tahan luntur warna Perbedaan warna (CIE lab) standar kerja (CIE lab)
5 0 +0,2
4 4,3 +0,3
3 8,5 +0,5
2 16,9 +1,0
1 34,1 +2,0
helai kain putih dengan ukuran yang sama. Sehelai dari kain putih
tersebut adalah sejenis dengan kain yang diuji, sedangkan helai lainnya
16
menggunakan skala abu-abu (gray scale) sedangkan penodaan
Contoh uji dicuci dengan suatu alat launderometer atau alat yang
pada suhu 40C netralkan dengan larutan 0,2 g/L asam asetat glacial
kemudian bilas lagi dan keringkan. Perubahan warna pada contoh uji
dinilai dengan standar skala abu – abu, penodaan warna pada kain
rendah dan sejumlah kelereng baja yang sesuai. Jenis sabun yang
17
Kadar sabun non hidrat maksimum 85%
18
2. Gosokan yang terjadi antara kain dengan benda lain.
pada kain, terutama akibat dari gosokan antara kain dengan benda
lain.
19
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
o Baskom
o Gunting
o Kompor listrik
o Saringan
o Sendok pengaduk
o Gelas Beker
o Pisau
o Neraca digital
o Gawangan
o Mistar
o Crockmeter
o Staining scale
o Greyscale
o Panci
3.2.2 Bahan
21
o Larutan sabun yang mengandung 5gr/liter air suling (TRO)
22
3.3.3 Proses Pencelupan
23
3.3.4 Proses Fiksasi
24
3.3.5 Uji tahan luntur warna menggunakan metode gosokan kain
(crockmeter)
25
3.3.6 Uji Tahan Luntur Menggunakan Metode Pencucian Sabun
diwarnai bebas dari komponen dalam serat yang dapat menghambat proses
bertujuan aga pori-pori kain terbuka hingga pewrna dpat masuk secara
hingga kering.
Pada proses ini baik bunga maupun kulit digunakan perbandingan 1 bahan
baku : 4 pelarut (cairan).Bahan baku di pisahkan antara isi buah dan kulitnya/
26
antara batang dan bunganya.Kemudian dikeringkan dengan menjemurnya pada
bahan baku : 2 liter air.Tunggu rebusan air hingga menjadi separuh,setelah itu
saring rebusan bahan baku hingga diperoleh ekstraksi bahan baku tersebut
sekitar 60-70 derajat Celcius,ini bertujuan dalam suhu tinggi zat warna akan
lebih mdah masuk pada serat-serat kain secara merata.Masukkan kain putih
dikeringkan.
air+tunjung dengan volume airnya dan berat zat fiksasi (tawas dan tunjung)
27
3.4.5 Uji tahan luntur warna menggunakan metode gosokan kain
(crockmeter)
Langkah awal yang harus dilakukan Contoh uji kain yang telah diwarnai
kain yang putih untuk penggosok kain yang berwarna tadi.Kemudian kain
ukuran 5x5 cm psang pada selubung yang ada pada bagian penggosokan.Uji
gosok kering kain putih ukuran 5x5cm pasang pada selubung yang ada pada
dibasahi dengan di celup di air kemudian keringkan dengan tisu supaya keadan
tahan luntur warna bisa penggosokan dengan sistem kering dan penggosokan
diuji kemudian dinilai penodaan warna yang telah menempel terhadap kain
putih tadi dengan menggunakan alat ukur skala abu-abu (staining scale) berapa
memanaskan dan mengaduk sampel pada suhu 40-50 derajat celcius selama 30
28
menit.Ini bertujuan agar membuka pori-pori pada kain dan melihat kekuatan
sampel dari gelas beker dan sampel dibilas dengan air suling sebanyak 2
yaitu mengukur nilai perubahan warna dengan alat pengukur grey scale.
29
BAB IV
Pada pengujian tahan luntur terhadap cuci sabun, pengujian untuk mengetahui
seberapa baik tahan luntur dan penodaan dari suatu sampel terhadap tahan cuci sabun.
Uji ketahanan ini menggunakan alat GreyScale pada uji tahan luntur, StainingScale
pada uji penodaan, kedua alat tersebut memiliki 5 skala, skala 1 memiliki kategori
jelek, skala 2 kategori kurang baik, skala 3 kategori cukup baik, skala 4 kategori baik,
30
dan kategori 5 sangat baik. Dengan pencelupan terhadap 2 larutan pembangkit atau
StainingScale. Metode ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu uji gosok kering dan uji
gosok basah. Perbedaanya terletak pada perlakuan blanko katun putih. Pada uji
gosok kering kain putih tidak dibasahi, sedangkan pada uji gosok basah kain
4.2 Pembahasan
terdapat pada kulit buahnya. Pada kulit buah manggis terdapat zat yang disebut
yang dapat digunakan pada pewarna alami. Selain itu juga masih ada beberapa
dilakukan pada kulit buah manggis. Uji fitokimia dilakukan untui mengetahui
ada tidaknya komponen – komponen bioaktif yang terdapat pada sampel uji.
dan sebagai kain dasarnya dan digunakan 3 jenis larutan pengikat atau larutan
fixer yaitu tawas,kapur dan tunjung. Larutan fixer ini digunakan untuk
membangkitkan zat warna yang telah diserap di dalam kain mori putih agar
31
terhadap jenis larutan fixernya. Untuk mengetahui hasil kualitas pewarnaan
pada kain terhadap jenis larutan fixer yang digunakan, maka di lakukan
beberapa tes uji kualitas yaitu uji tahan kelunturan, uji penodaan, dan uji
yang telah dicelupkan ke dalam ekstraksi kulit buah manggis dengan banyak
kategori cukup.
kategori cukup.
menggosokan kain katun putih terhadap kain sampel. Skala pengukuran yang
digunakan adalah StainingScale. Metode ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu uji
gosok kering dan uji gosok basah. Perbedaannya terletak pada perlakuan
blanko kain putihnya. Pada uji gosok kering kain putoh tidak dibasahi,
32
sedangkan pada uji gosok basah kain putih di bilas air terlebih dahulu dengan
air.
Pada uji gosok kering terhadap sampel TW-A, TW-B, dan TW-C yang
kategori baik. Untuk uji gosok kering terhadap sampel yang menggunakan
tunjung diperoleh hasil skala 4 – 5 dengan kategori baik untuk sampel TJ-A,
Pada uji gosok basah terhadap sampel TW-A dan TW-C yang
tawas memperoleh skala 3 – 4 dengan kategori cukup baik. Sampel TJ-B dan
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada sampel uji kelunturan yang menggunakan tawas hasil yang lebih
baik ialah pada sampel TW-B dengan skala 3 – 4 kategori cukup baik.
lebih baik ialah pada sampel TJ-B dan TJ-C dengan skala 3 kategori
cukup.
Pada uji luntur ini dapat diketahui bahwa makin banyak pencelupan ke
Pada sampel uji gosok kering yang menggunakan tawas hasil yang
lebih baik ialah pada semua sampel dengan skala 4 – 5 kategori baik.
Pada sampel uji gosok kering yang menggunakan tunjung hasil yang
lebih baik ialah pada sampel TJ-A dengan skala 4 – 5 kategori baik.
Pada sampel uji gosok basah yang menggunakan tawas hasil yang
lebih baik ialah pada sampel TW-A dan TW-B dengan skala 4 – 5
kategori baik.
Pada sampel uji gosok basah yang menggunakan tunjung hasil yang
lebih baik ialah pada sampel TJ-A dengan skala 3 – 4 katagori cukup
baik.
34
Secara umum penggunaan larutan tunjung memberikan warna yang
lebih pekat atau tua pada setiap sampel jika dibandingkan dengan
5.2 Saran
teliti.
35
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, W. G. (2011). Potensi Pewarna Alam dari Campuran Biji Pinang, Daun
Universitas Udayana.
Prayitno, E. K. (2003). Proses Ekstraksi Bahan Pewarna Alam dari Limbah Kayu
36
37