Anda di halaman 1dari 53

UNIVERSITAS GUNADARMA

PENULISAN ILMIAH

MEMPELAJARI LINGKUNGAN KERJA FISIK DI


UMKM TAHU MAS HARDI

Nama : Ayu Lestari


NPM : 31418262
Jurusan : Teknik Industri
Pembimbing : Moehamad Adi Rochmat, S.T., MMSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat


Mencapai Jenjang D III/Setara Sarjana Muda
UNIVERSITAS GUNADARMA
2021
PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini,


Nama : Ayu Lestari
NPM : 31418262
Judul PI : Mempelajari Lingkungan Kerja Fisik Di
UMKM Tahu Mas Hardi
Tanggal Sidang : 22 September 2021
Tanggal Lulus : 22 September 2021

Menyatakan bahwa tulisan ini adalah merupakan hasil karya saya sendiri dan
dapat dipublikasikan sepenuhnya oleh Universitas Gunadarma. Segala kutipan
dalam bentuk apa pun telah mengikuti kaidah etika yang berlaku. Mengenai isi
dan tulisan merupakan tanggung jawab penulis, bukan Universitas Gunadarma.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran.

Bekasi, 10 September 2021

(Ayu Lestari)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penulisan Ilmiah : Mempelajari Lingkungan Kerja Fisik Di


UMKM Tahu Mas Hardi
Nama : Ayu Lestari
NPM : 31418262
Tanggal Sidang : 22 September 2021
Tanggal Lulus : 22 September 2021

Menyetujui,

Pembimbing Koordinator PI

(Moehamad Adi Rochmat, S.T., MMSI) (Dr. Achmad Fahrurozi, S.Si., M.Si.)

Ketua Jurusan Teknik Industri

(Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT.)

iii
ABSTRAK

Ayu Lestari (31418262)


MEMPELAJARI LINGKUNGAN KERJA FISIK DI UMKM TAHU MAS
HARDI
Penulisan Ilmiah, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Gunadarma, 2021.
Kata Kunci : Proses Produksi, Lingkungan Kerja Fisik, UMKM Tahu Mas Hardi
(xi+39+Lampiran)

Lingkungan kerja fisik berpengaruh pada tingkat produktivitas para


pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya serta terpenuhi atau tidaknya
permintaan konsumen yang menimbulkan tingkat kenaikan dan penurunan
produksi pada perusahaan, hal tersebut berpengaruh pada keuntungan dan
kerugian pada perusahaan tersebut. Pengamatan yang dilakukan di UMKM Tahu
Mas Hardi bertujuan agar memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai
proses produksi pembuatan tahu serta dapat mempelajari lingkungan kerja fisik
pada bagian proses produksi berupa temperatur atau suhu, pencahayaan,
kebisingan, dan bau-bauan yang mempengaruhi hasil kerja pada seorang pekerja.
Proses produksi tahu kuning di UMKM Tahu Mas Hardi dilakukan mulai
dari pembersihan kedelai, perendaman kedelai, penggilingan kedelai, perebusan
kedelai, penyaringan kedelai, pemberian biang tahu pada sari kedelai, pencetakan
tahu dari gumpalan hasil biang sari kedelai, pewarnaan tahu dengan air rebusan
kunyit, kemudian disimpan dan siap di distribusikan. Pengamatan dilakukan pada
proses penyaringan dan perebusan. Hasil pengukuran rata-rata temperatur 33,5 °C
dan 32,5 °C, pencahayaan 232,9 lux dan 718,4 lux, kebisingan 81 dB dan 84,8 dB.
Bau-bauan bersumber pada uap perebusan kedelai, selokan di samping area
produksi, asap pembakaran pada proses pewarnaan namun bau tersebut tidak
mengganggu indra penciuman karena menyiapkan kipas sehingga uap perebusan
dan asap pembakaran dapat terhembus dan keluar melalui ventilasi, melakukan
pembersihan rutin setelah proses produksi selesai.

DAFTAR PUSTAKA (2006-2019)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ilmiah kerja praktek berjudul “Mempelajari Lingkungan Kerja
Fisik Di UMKM Tahu Mas Hardi” dengan tepat waktu. Laporan penulisan ilmiah
kerja praktek disusun sebagai syarat untuk mencapai jenjang D III atau setara
Sarjana Muda.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan penelitian ilmiah
kerja praktek ini masih terdapat kekurangan, namun berkat bantuan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak hal tersebut dapat dihadapi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.
2. Prof. Dr. Ing. Adang Suhendra, S.Si., S.Kom., M.Sc. selaku Dekan
Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma.
3. Dr. Ir Rakhma Oktavina, MT., selaku ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Gunadarma.
4. Dr. Achmad Fahrurozi, S.Si., M.Si., selaku koordinator Penulisan Ilmiah
Universitas Gunadarma.
5. Moehamad Adi Rochmat, S.T., MMSI, selaku Dosen Pembimbing yang
selalu membimbing dengan sabar serta selalu memberi masukan yang
bermanfaat.
6. Suhardi, selaku pemilik UMKM Tahu Mas Hardi yang telah memberi izin
untuk melakukan penelitian ilmiah.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan
motivasi.
8. Khanza Haiqal Gifary, yang selalu memberikan motivasi, semangat serta
bantuan dengan sabar dan penuh perhatian sehingga laporan penelitian
ilmiah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

v
9. Aditya Yudha dan Geres Perbina, yang telah memberikan bantuan dalam
menyusun laporan penelitian ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
10. Teman-teman teknik industri angkatan 2018 Universitas Gunadarma, yang
memberikan semangat hingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ilmiah ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar laporan penelitian ilmiah ini menjadi lebih baik pada penulisan
yang akan datang. Harapannya adalah semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca dan penulisnya sebagai acuan dan pedoman untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Bekasi, 10 September 2021

(Ayu Lestari)

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI ......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................ I-1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... I-2
1.3 Batasan Masalah ............................................................. I-2
1.4 Tujuan Penulisan............................................................. I-2
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................... I-3

BAB II LANDASAN TEORI


2.1. Proses Produksi ............................................................... II-1
2.1.1 Jenis-Jenis Proses Produksi ................................... II-1
2.2 Lingkungan Kerja ........................................................... II-2
2.3. Lingkungan Kerja Fisik .................................................. II-3
2.3.1 Manfaat Lingkungan Kerja Fisik .......................... II-3
2.3.2 Tujuan Lingkungan Kerja Fisik ............................ II-4
2.3.3 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Fisik ................. II-5

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


3.1 Sejarah Umum Perusahaan ............................................ III-1
vii
3.2 Profil Perusahaan ............................................................ III-1
3.3 Logo Perusahaan ............................................................. III-2
3.4 Visi dan Misi Perusahaan ............................................... III-3
3.5 Struktur Organisasi ......................................................... III-3
3.6 Produk yang Dihasilkan Perusahaan............................... III-4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Proses Produksi Tahu ..................................................... IV-1
4.2. Lingkungan Kerja Fisik Di UMKM Tahu
Mas Hardi ....................................................................... IV-6
4.2.1 Temperatur atau Suhu ........................................... IV-7
4.2.2 Pencahayaan ......................................................... IV-9
4.2.3 Kebisingan ............................................................. IV-12
4.2.4 Bau-Bauan ............................................................. IV-14
4.3 Perbandingan Hasil Pengukuran ..................................... IV-16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ..................................................................... V-1
5.2 Saran ............................................................................... V-2

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Standar Pencahayaan ............................................................. II-6
Tabel 2.2 Skala Intensitas Bunyi ........................................................... II-7
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Temperatur .............................................. IV-8
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Pencahayaan ............................................. IV-10
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kebisingan ................................................ IV-13
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Pengukuran ............................................ IV-17

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Lokasi UMKM Tahu Mas Hardi ............................................ III-2


Gambar 3.2 Logo Produk UMKM Tahu Mas Hardi ................................. III-2
Gambar 3.3 Struktur Organisasi UMKM Tahu Mas Hardi ........................ III-4
Gambar 3.4 Produk Tahu Kuning UMKM Tahu Mas Hardi ..................... III-4
Gambar 4.1 Flowchart Proses Produksi Di UMKM Tahu Mas Hardi ....... IV-1
Gambar 4.2 Proses Perendaman Kedelai ................................................... IV-2
Gambar 4.3 Proses Penggilingan Kedelai .................................................. IV-3
Gambar 4.4 Proses Perebusan Kedelai ....................................................... IV-3
Gambar 4.5 Proses Penyaringan ................................................................. IV-4
Gambar 4.6 Proses Pemberian Biang Tahu ................................................ IV-4
Gambar 4.7 Proses Pencetakan Tahu ......................................................... IV-5
Gambar 4.8 Proses Pewarnaan Tahu Kuning ............................................. IV-5
Gambar 4.9 Pengukuran Temperatur Proses Penyaringan dan
Proses Pencetakan .................................................................. IV-7
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Pengukuran Temperatur ....................... IV-9
Gambar 4.11 Pengukuran Pencahayaan Proses Penyaringan dan
Proses pencetakan................................................................... IV-10
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Pengukuran Pencahayaan ..................... IV-11
Gambar 4.13 Pengukuran Kebisingan Proses Penyaringan dan
Proses Pencetakan .................................................................. IV-12
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Pengukuran Kebisingan ....................... IV-14
Gambar 4.15 Pembuangan Air Sisa ............................................................. IV-15
Gambar 4.16 Kipas UMKM Tahu Mas Hardi .............................................. IV-15
Gambar 4.17 Asap Pembakaran ................................................................... IV-16
Gambar 4.18 Ventilasi Udara UMKM Tahu Mas Hardi .............................. IV-16

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Surat Keterangan Kerja Praktek .................................................................. L-1
Lembar Bimbingan Penulisan Ilmiah.......................................................... L-2

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup, manusia pasti tidak luput dari berbagai kesalahan.
Kemampuan manusia dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan pasti dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor tersebut salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan
kerja seorang pekerja tersebut. Lingkungan kerja sangat mempengaruhi hasil kerja
dari seorang pekerja atau karyawan tersebut. Lingkungan kerja yang baik akan
membuat nyaman seorang pekerja, sehingga akan menimbulkan rasa semangat
bekerja pada seorang pekerja atau karyawan tersebut. Hal tersebut berpengaruh
juga pada peranan sumber daya manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan perusahaan mencapai target dan tujuan dari
perusahaan itu sendiri, sehingga kinerja seorang manusia dalam melakukan
kegiatannya merupakan hal yang penting dalam sebuah perusahaan atau
organisasi yang pasti dituntut untuk melakukan pengelolaan pekerjaan yang baik.
Penerapan lingkungan kerja fisik yang dilakukan pada perusahaan yang
bergerak dalam industri makanan khususnya memproduksi pembuatan tahu.
Lingkungan kerja fisik ini dilakukan dengan mengamati temperature atau suhu,
pencahayaan, kebisingan, dan bau-bauan yang ada di lingkungan kerja tersebut.
Lingkungan kerja yang baik membuat seorang pekerja merasa nyaman dan
semangat dalam menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan jika lingkungan kerja
yang tidak mendukung akan membuat seorang pekerja menjadi tidak semangat
dan malas dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Lingkungan kerja fisik juga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas
pada pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya serta terpenuhi atau tidaknya
permintaan konsumen yang dapat menimbulkan tingkat kenaikan dan penurunan
produksi pada perusahaan, sehingga akan berpengaruh pada keuntungan dan
kerugian pada perusahaan tersebut. Pengamatan yang dilakukan di UMKM Tahu
Mas Hardi diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai

I-1
I-2

proses produksi pembuatan tahu serta dapat mempelajari lingkungan kerja fisik
pada proses produksi di UMKM Tahu Mas Hardi berupa temperature atau suhu,
pencahayaan, kebisingan, dan bau-bauan yang mempengaruhi hasil kerja pada
seorang pekerja.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah berisi tentang hal-hal yang bertujuan menyelesaikan
masalah yang di dapatkan pada saat penulisan laporan. Berikut ini merupakan
perumusan masalah dalam penulisan ilmiah yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana proses produksi di UMKM Tahu Mas Hardi.
2. Bagaimana lingkungan kerja fisik pada proses produksi di UMKM Tahu
Mas Hardi.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dilakukan agar pembahasan dalam penulisan laporan ini
tidak menyimpang dan meluas dengan batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh
penulis. Batasan masalah yang ditetapkan adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran atau pengambilan data lingkungan kerja fisik yang dilakukan
berupa temperature atau suhu, pencahayaan, kebisingan, dan bau-bauan
pada bagian proses produksi pembuatan tahu.
2. Pengukuran yang diamati bagian proses penyaringan dan pencetakan tahu.

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan yaitu hal-hal yang ingin dicapai dalam melakukan
penulisan ilmiah. Adapun tujuan dari laporan penulisan hasil pelaksanaan kerja
praktek ini adalah sebagai berikut.
1. Mempelajari proses produksi di UMKM Tahu Mas Hardi.
2. Mempelajari lingkungan kerja fisik pada bagian proses penyaringan dan
pencetakan berupa temperature atau suhu, pencahayaan, kebisingan, serta
bau-bauan yang ada di UMKM Tahu Mas Hardi.
I-3

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan merupakan kerangka dalam penyusunan penulisan
laporan ilmiah dari setiap bab. Sistematika penulisan digunakan agar dapat
mempermudah pembuatan laporan penulisan ilmiah. Sistematika penulisan terdiri
dari 5 bab diantaranya sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan membahas mengenai latar belakang, yaitu hal yang
melatarbelakangi penulisan laporan kerja praktek. Perumusan
masalah yaitu berisi tentang hal-hal yang bertujuan menyelesaikan
masalah yang di dapatkan pada saat penulisan laporan. Pembatasan
masalah adalah pembahasan dalam penulisan laporan agar tidak
menyimpang dari batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh
penulis. Tujuan penulisan adalah hal-hal yang ingin dicapai dalam
melakukan penulisan ilmiah.
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori merupakan sebuah teori yang diambil dari beberapa
sumber pustaka dan sumber lainnya yang ada. Teori yang
digunakan dapat berasal dari buku maupun jurnal yang memiliki
keterkaitan dengan permasalah yang akan dibahas. Landasan teori
dapat digunakan untuk memperkuat atau memperjelas sebuah
pembahasan dalam penelitian yang dilakukan. Landasan teori juga
memiliki fungsi lain sebagai acuan peneliti dalam mengerjakan
suatu laporan.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Gambaran umum perusahaan berisi mengenai sejarah UMKM,
Profil UMKM, visi dan misi, struktur organisasi, serta produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan berisikan mengenai data-data yang diambil
dari hasil penelitian berupa proses produksi tahu, data-data yang
diperoleh melalui pengamatan di UMKM Tahu Mas Hardi.
I-4

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang beriisi ringkasan atau rangkuman dari
pembahasan yang berisi jawaban tersirat dari tujuan penulisan yang
ada. Saran berisikan beberapa masukan yang ditulis oleh penyusun
dengan harapan bahwa penulisan maupun penelitian selanjutnya
dapat dilakukan dengan lebih baik.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Proses Produksi


Setiap membuat atau menciptakan suatu barang jadi atau produk, maka
sebuah perusahaan pasti melakukan kegiatan yang dinamakan produksi. Produksi
merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menciptakan suatu
benda atau produk guna menambah nilai suatu benda serta dapat bermanfaat bagi
kebutuhan. Produksi jasa yaitu sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menambah
nilai guna suatu benda tanpa mengubah bentuk dari barang atau produk tersebut.
Produksi barang yaitu sebuah kegiatan menambah daya guna suatu benda yang
dapat dilakukan dengan mengubah sifat dan bentuk dari barang atau produk
tersebut. Proses produksi adalah suatu cara atau metode untuk mengubah dan
memperoleh sebuah hasil melalui sumber-sumber berupa tenaga kerja, mesin,
bahan, dan dana yang ada (Mahdiyan,2019).
Proses produksi merupakan suatu metode, cara, dan teknik untuk
menciptakan suatu bentuk guna menghasilkan barang atau produk yang
dikehendaki dengan beberapa faktor produksi sehingga barang atau produk yang
dihasilkan memiliki manfaat yang baik sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
konsumen. Proses produksi rangkaian kegiatan yang saling berhuungan dalam
menghasilkan barang atau produk sehingga dapat menambah nilai kegunaan dari
barang atau produk tersebut. Suatu proses produksi dapat dilihat melalui proses
pembuatan barang atau produk tersebut mulai dari mengelola bahan baku hingga
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Setiawati,2014).

2.1.1 Jenis-Jenis Proses Produksi


Sebuah proses produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara guna
menghasilkan suatu barang atau produk yang bermanfaat bagi kebutuhan
konsumen. Secara umum proses produksi dapat dibedakan menjadi beberapa
macam diantaranya sebagai berikut (Setiawati,2014).

II-1
II-2

1. Proses Produksi Terus-Menerus (Continuous Process)


Proses produksi terus-menerus (continuous process) merupakan salah satu
porses produksi yang pola urutan prosesnya pasti dan tidak berubah-ubah mulai
dari bahan baku hingga menjadi barang atau produk jadi dalam pelaksanaan
produksi yang dilakukan dari perusahaan tersebut.
2. Proses Produksi Terputus-Putus (Intermitten Process)
Proses produksi terputus-putus (intermitten process) merupakan salah satu
proses produksi yang beberapa pola atau urutan prosesnya terputus-putus dalam
kumpulan produk dalam pelaksanaan produksi dalam perusahaan tersebut mulai
dari bahan baku sampai menjadi produk akhir.

2.2 Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja merupakan suatu peristiwa yang ada di sekitar pekerja
yang dimana peristiwa tersebut dapat mempengaruhi kondisi seorang pekerja
dalam melakukan serta menyelesaikan pekerjaannya baik secara fisik maupun
nonfisik. Lingkungan kerja mempunyai kriteria apabila lingkungan kerja bagi
seorang pekerja sudah baik maka kegiatan pekerjaan tersebut akan optimal, begitu
juga sebaliknya. Secara umum lingkungan kerja dibagi menjadi beberapa macam,
diantaranya adalah sebagai berikut (Yasin,2016).
1. Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik merupakan suatu kondisi yang ada disekitar area
kerja yang dapat mempengaruhi kondisi fisik seorang pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Kondisi fisik seorang pekerja sangat penting karena
akan berpengaruh pada tingkat produktivitas seorang pekerja. Lingkungan kerja
yang nyaman bagi seorang pekerja akan membuat pekerja tersebut merasa
semangat dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga pekerjaan menjadi
optimal dan perusahaan dapat mencapai target dengan baik.
2. Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik merupakan suatu kondisi atau keadaan yang
terjadi akibat hibungan kerja, hibungan kerja tersebut dapat terjadi antara pekerja
dengan atasan atau dapat terjadi akubat sesame rekan kerja. Hal tersebut membuat
II-3

perusahaan harus menciptakan kondisi hubungan kerja yang baik sesama pekerja,
baik itu atasan, bawahan, ataupun seorang pekerja yang memiliki tingkat
pekerjaan yang sama. Kondisi hubungan kerja yang baik dapat dilakukan dengan
berbagai hal seperti komunikasi yang baik serta mengendalikan diri agar
menciptakan perilaku yang tidak merugikan orang lain.

2.3. Lingkungan Kerja Fisik


Lingkungan kerja fisik merupakan suatu kondisi yang ada di area
lingkungan kerja seorang pekerja seperti temperatur atau suhu, kelembaban,
penerangan atau pencahayaan, kebisingan, serta kebersihan pada area tempat kerja
tersebut mempengaruhi seorang pekerja ketika menjalankan dan menyelesaikan
suatu pekerjaannya. Lingkungan di area tempat kerja akan mempengaruhi fisik
dan hasil kerja dari seorang pekerja serta berpengaruh pada tingkat produksi pada
perusahaan. Kondisi fisik seorang pekerja atau karyawan dipengaruhi oleh kondisi
luar area tempat (Gunawan,2014).
Lingkungan kerja yang baik akan membuat pekerja atau karyawan
melakukan pekerjaannya dengan optimal, sehingga memperoleh hasil yang baik
juga. Lingkungan yang baik di area tempat kerja juga akan mempengaruhi
seorang pekerja atau karyawan nyaman untuk melakukan pekerjaan, sehingga
akan menimbulkan rasa semangat bekerja pada seorang pekerja atau karyawan
tersebut dalam menyelesaikan pekerjaannya. Rasa nyaman tersebut dapat timbul
dari beberapa faktor yang berpengaruh salah satunya adalah faktor eksternal atau
pengaruh luar yang mempengaruhi kenyamanan seorang pekerja atau karyawan
dalam menyelesaikan pekerjaannya (Sutalaksana,2006).

2.3.1 Manfaat Lingkungan Kerja fisik


Pentingnya memperhatikan area lingkungan kerja sangat berpengaruh bagi
kondisi fisik seorang pekerja dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya.
Kondisi lingkungan salah satunya disebabkan oleh faktor luar di area lingkungan
kerja. Manfaat dari lingkungan kerja yaitu dapat membuat seorang pekerja
menjadi bergairah atau semangat dalam melakukan pekerjaannya, sehingga
II-4

tercapainya tingkat produktivitas dan prestasi kerja bagi seorang pekerja. Hal itu
juga akan membuat pekerja lainnya termotivasi untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan tepat. Apabila pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik
sesuai standar serta diselesaikan dalam jangka waktu yang tepat, maka akan
memperoleh prestasi kerja bagi pekerja tersebut (Yasin,2016).

2.3.2 Tujuan Lingkungan Kerja fisik


Kenyataannya lingkungan yang ada di sekitar manusia berpengaruh pada
hasil kerja manusia tersebut. Manusia akan dapat atau mampu melaksanakan
pekerjaannya dengan baik dengan tujuan tercapainya hasil yang optimal, hal
tersebut dapat tercapai apabila di tentukan oleh sebuah kondisi lingkungan yang
baik pula. Lingkungan kerja yang baik dapat meningkatkan kinerja seorang
pekerja, sedangkan apabila lingkungan kerja yang tidak baik dapat membuat
kinerja karyawan menjadi menurun. Hal tersebut berpengaruh pada peranan
pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya agar tingkat keberhasilan perusahaan
mencapai target, sehingga kinerja seorang manusia dalam melakukan kegiatannya
merupakan hal yang penting dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang pasti
dituntut untuk melakukan pengelolaan pekerjaan yang baik. Tujuan utama dari
lingkungan kerja fisik yaitu mengetahui apa saja faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Berikut ini
adalah beberapa tujuan lingkungan kerja fisik (Sutalaksana,2006).
• Mengetahui apakah lingkungan kerja fisik yang ada di area kerja
seorang karyawan atau pekerja sudah baik atau tidak.
• Memperbaiki kondisi lingkungan kerja jika memungkinkan.
• Mengetahui tingkat kenyamanan seorang pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya sehingga akan memberikan rasa semangat seorang
perkerja yang mempengaruhi tingkat produktivitas perusahaan agar
dapat memenuhi target perusahaan.
• Membantu sebuah perusahaan baru untuk memberi kenyamanan
fasilitas pada karyawan atau pekerjanya sehingga akan menghasilkan
pekerjaan yang optimal.
II-5

2.3.3 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja fisik


Kemampuan seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan kerja. Berikut ini adalah beberapa
faktor lingkungan kerja.
1. Temperatur (Suhu)
Setiap lingkungan area tempat kerja mempunyai tingkat suhu yang
berbeda pula, sehingga akan mempengaruhi suhu seorang pekerja. Pada dasarnya
suhu seorang pekerja atau karyawan akan menyesuaikan dengan perubahan
temperatur yang ada di area tempat kerja. Berikut ini adalah beberapa tingkatan
suhu yang berpengaruh dalam pekerjaan seorang pekerja atau karyawan.
• ±49˚C : Temperatur yang dapat ditahan oleh seorang pekerja atau
karyawan dalam waktu kisaran 1 jam, namun suhu tersebut
jauh di atas tingkat kemampuan fisik seorang pekerja atau
karyawan sehingga akan menyebabkan kelelahan fisik.
• ±30˚C : Aktivitas mental dan daya tingkat fokus terhadap suatu
pekerjaan menurun, sehingga membuat kesalahan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Hal tersebut juga membuat
timbulnya kelelahan fisik.
• ±24˚C : Kondisi yang optimum dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan.
• ±10˚C : Terlalu dingin sehingga membuat kelakuan ekstrim yang
mulai muncul, dan gairah bekerja yang menurun.
Tubuh manusia dapat melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan,
apabila suhu udara yang terlampau dingin akan membuat semangat seorang
pekerja atau karyawan menurun, sedangkan jika suhu udara yang lebih panas akan
membuat seorang pekerja atau karyawan kelelahan sehingga cenderung membuat
kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaannya (Sutalaksana,2006).
2. Pencahayaan
Tingkat pencahayaan dalam lingkungan area kerja sangat mempengaruhi
kemampuan seorang pekerja atau karyawan dalam melihat objek atau benda kerja
II-6

yang ada pada area tempat kerja. Pencahayaan yang kurang memadai atau suram
akan membuat timbulnya rasa lelah pada mata seorang pekerja karena berusaha
untuk dapat melihat dengan jelas, begitu sebaliknya jika pencahayaan terlalu
terang akan timbul rusaknya penglihatan karena cahaya yang menyilaukan.
Kemampuan mata setiap orang dalam melihat dipengaruhi oleh ukuran objek atau
benda kerja, tingkat kontras objek pada daerah sekitarnya, dan waktu atau
lamanya mata dalam melihat (Sutalaksana,2006).
Tingkat pencahayaan mempengaruhi kesehatan pada mata. Hal tersebut
dikarenakan pencahayaan yang suram akan membuat mata kelelahan, sedangkan
apabila pencahayaan tinggi membuat rusaknya mata karena cahaya tersebut
menyilaukan. Pencahayaan juga memiliki nilai standar yang sudah diatur oleh
menteri kesehatan Republik Indonesia oleh menteri kesehatan Republik Indonesia
yaitu Kepmenkes No.1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran ataupun industri. Berikut ini adalah standar
pencahayaan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia
(Ardita,2017).
Tabel 2.1 Standar Pencahayaan
(Sumber : Ardita, 2017)
Tingkat Pencahayaan
Jenis Kegiatan Keterangan
(Lux )
Ruang penyimpanan & ruang
Pekerjaan kasar dan tidak
100 peralatan/instansi yang memerlukan
terus menerus
pekerjaan yang kontinu
Pekerjaan kasar dan terus Pekerjaan dengan mesin dan perakitan
200
menerus kasar
Ruang administrasi, ruang kontrol,
300 Pekerjaan rutin
pekerjaan mesin dan perakitan/penyusun

Pembuatan gambar atau bekerja dengan


500 Pekerjaan agak halus mesin kantor Pekerja pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,
1000 Pekerjaan halus pekerjaan mesin halus dan perakitan
halus
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan
1500 (Tidak menimbulkan
Pekerjaan amat halus pekerjaan mesin dan perakitan yang
bayangan)
sangat halus
3000 (Tidak menimbulkan Pemeriksaan pekerjaan dan perakitan
Pekerjaan terperinci
bayangan) sangat halus
Hasil kerja yang baik dilihat dari ketelitian seorang pekerja atau karyawan
tersebut dalam menjalankan tugasnya, yang dimana tingkat ketelitian dipengaruhi
II-7

oleh kondisi pencahayaan yang baik ketika melihat objek atau benda kerja.
Pencahayaan tidak hanya pada penerangan oleh cahaya lampu listrik, namun juga
pencahayaan dari sinar matahari.
3. Kebisingan
Kebisingan merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga
atau bunyi yang dapat mengganggu pendengaran telinga. Kebisingan yang terjadi
di lingkungan kerja dapat mengganggu kegiatan pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya dan membuat konsentrasi pekerja dalam melakukan pekerjaan
menjadi tergangggu. Kebisingan juga dapat membuat seorang pekerja kesulitan
dalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kebisingan yang berlebihan atau dalam
jangka waktu yang panjang dapat merusak pendengaran pekerja.
Suatu tingkat kebisingan yang dapat mengganggu manusia memiliki
beberapa aspek. Aspek tersebut di antaranya yang pertama yaitu lamanya
kebisingan atau suara bunyi yang mengganggu pada lingkungan kerja, kedua
intensitas kebisingan atau bunyi yang terjadi, ketiga frekuensi bunyi tersebut.
Intensitas bunyi umumnya diukur menggunakan satuan desibel (dB) yang dimana
satuan tersebut menunjukkan besarnya arus energi suara per satuan luas. Berikut
ini adalah beberapa skala intensitas bunyi yang terjadi di suatu tempat atau suara
yang disebabkan oleh sebuah alat atau keadaan (Sutalaksana,2006).
Tabel 2.2 Skala Intensitas Bunyi
(Sumber : Sutalaksana, 2006)
Batas Dengar Batas Dengar
Skala Desibel (dB) Skala Desibel (dB)
Tertinggi Tertinggi

120 Halilintar 50 Rumah gaduh


Memulihkan 110 Meriam 40 Kantor umumnya
Sedang
100 Mesin Uap Percakapan kuat
90 Jalan hiruk-pikuk Radio perlahan
Sangat Kuat 80 Pabrik sangat gaduh 30 Rumah tenang
Peluit polisi 20 Kantor perorangan
Tenang
70 Kantor gaduh Auditorium
60 Jalan pada umumnya Percakapan
Kuat
Radio 10 Suara daun-daun
Perusahaan Sangat Tenang 0 Berdesis
Batas dengar terendah
II-8

4. Bau Bauan
Bau-bauan yang ada di sekitar lingkungan kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran. Pencemaran yang ada di lingkungan kerja mempengaruhi kepekaan
indra penciuman. Bau-bauan yang disebabkan oleh pencemaran di lingkungan
kerja juga dapat mengganggu seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Oleh karena itu faktor lingkungan yang ada di lingkungan sekitar pekerja
mempengaruhi tingkat ketajaman indra penciuman seseorang, yang dapat
mempengaruhi hasil kerja seorang pekerja (Sutalaksana,2006).
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Umum Perusahaan


UMKM Tahu Mas Hardi merupakan suatu usaha mikro kecil menengah
yang dimana proses produksinya menghasilkan tahu kuning. Berawal dari seorang
peternak sapi yaitu pak Suhardi di sebuah kampung, yang dimana peternakan sapi
yang dijalaninya mengalami kerugian karena sebagian besar pendapatannya
digunakan untuk perawatan sapi serta tidak sanggup untuk memberi makan sapi
berupa rumput dan ampas tahu yang dapat membuat sapi menjadi terisi yang
dimana makanan tersebut diambil dari daerah sawah letaknya jauh dari
peternakan. Hal tersebut membuat pak Suhardi memberikan solusi untuk
membangun sebuah produksi tahu sendiri yang letaknya berdekatan dengan sapi
yang beliau ternak agar mengurangi ongkos transportasi dan dapat menambah
keuntungan yang maksimal. UMKM Tahu Mas Hardi dapat didirikan dengan
bantuan teman pak Suhardi yang tinggal di daerah Bandung, sehingga tahu yang
di produksi adalah tahu bandung.
Awalnya UMKM Tahu Mas Hardi tidak memproduksi tahu begitu banyak,
namun karena lokasi tempat produksi tahu pak Suhardi yang begitu strategis
sehingga membuat produksi UMKM Tahu Mas Hardi menjadi meningkat.
UMKM Tahu Mas Hardi melakukan distribusinya hampir ke seluruh pasar di
daerah Jakarta dan Bekasi. Hal tersebut membuat pak Suhardi sebagai pemilik
UMKM mendapatkan keuntungan yang besar dan mampu menambah 5 hingga 10
ekor sapi.

3.2 Profil Perusahaan


UMKM Tahu Mas Hardi memproduksi tahu kuning yang dimana UMKM
tersebut merupakan salah satu jenis industri rumahan yang bergerak dalam bidang
makanan yaitu tahu kuning. Bahan utama yang digunakan pada UMKM Tahu
Mas Hardi adalah kedelai yang dalam tiap proses hariannya dapat menghabiskan

III-1
III-2

500 hingga 600 kg kedelai. Jadwal produksi pada UMKM Tahu Mas Hardi
dilakukan hampir setiap harinya. UMKM Tahu Mas Hardi berdiri sejak tahun
2007 yang berlokasi di Jalan Bulak Baru, RT.008/RW.009 Kecamatan Pondok
Gede Kota Bekasi, Jawa Barat. Berikut ini adalah lokasi UMKM Tahu Mas Hardi.

Gambar 3.1 Lokasi UMKM Tahu Mas Hardi


(Sumber : Google Maps, 2021)

3.3 Logo Perusahaan


Logo memberikan gambaran ciri ataupun identitas perusahaan, sehingga
logo bisa dikatakan sebuah lambang ataupun ciri untuk memudahkan pengenalan
sebuah perusahaan dan juga identitas perusahaan yang menunjukkan karateristik
perusahaan. Logo juga bisa menunjukkan sebuah merk atau nama produk dari
suatu perusahaan. Berikut ini adalah logo pada produk yang dihasilkan UMKM
Tahu Mas Hardi.

Gambar 3.2 Logo Produk UMKM Tahu Mas Hardi


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Perusahaan memberikan warna kuning sebagai latar belakang untuk
memberi kesamaan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Sebuah tahu
III-3

kuning pada latar belakang mengartikan bahwa produk yang dihasilkan


perusahaan adalah tahu kuning. Tulisan ‘TAHU BANDUNG ASLI’ memberi arti
bahwa produk yang dihasilkan perusahaan adalah tahu asli Bandung berdasarkan
kerja sama yang dilakukan. Sebuah gambar yang ada di sebelah kanan
menampilkan sebuah gambar tahu kuning yang telah selesai di produksi yang
memberikan arti bahwa produk yang dihasilkan perusahaan adalah tahu kuning,
sedangkan gambar sebelah kiri adalah sebuah kunyit yang digunakan sebagai
bawah pewarna dalam membuat tahu kuning. Tulisan ‘TANPA PENGAWET
WARNA KUNYIT ASLI’ diberikan perusahaan dengan arti bahwa tahu yang di
produksi tidak menggunakan pengawet dan pemberian warna pada tahu asli
berasal dari kunyit. Simbol halal yang ada di sebelah kiri mengartikan bahwa
produk yang dihasilkan halal dan aman untuk di konsumsi. Tulisan ‘PD RIHAFA’
pada logo memberikan arti bahwa perusahaan Rihafa membantu pemilik UMKM
untuk membangun tempat produksi tahu dan melakukan kerja sama diantara
keduanya sehingga sekarang dikenal dengan UMKM Tahu Mas Hardi.

3.4 Visi dan Misi Perusahaan


Visi merupakan suatu pernyataan mengenai sesuatu yang ingin dicapai
oleh sebuah perusahaan di waktu yang akan datang. Visi dari UMKM Tahu Mas
Hardi adalah menjual tahu dengan maksimal agar menambah keuntungan.
Setiap visi pasti didampingi oleh sebuah misi. Misi merupakan suatu
pernyataan mengenai hal yang harus dikerjakan atau dilakukan oleh sebuah
perusahaan dalam usahanya untuk mewujudkan visi tersebut. Misi dari UMKM
Tahu Mas Hardi adalah melakukan kegiatan produksi tahu hampir setiap hari serta
melakukan distribusi tahu hampir di seluruh pasar daerah Jakarta dan Bekasi.

3.5 Struktur Organisasi


Struktur organisasi merupakan kerangka susunan dan hubungan antar
bagian dan menggambarkan tiap posisi dalam perusahaan. Struktur organisasi
menjelaskan aktivitas kerja tiap pekerja, serta menampilkan hubungan fungsi dan
aktivitas antar pekerja dalam menjalankan berbagai proses kerja dalam suatu
III-4

perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaan itu sendiri sehingga terjadi
pola hubungan komunikasi antara satu dengan yang lain. UMKM Tahu Mas Hardi
sturktur organisasinya adalah sebagai berikut.
Pemilik
Pak Suhardi

Karyawan 1 Karyawan 2 Karyawan 3


(Produksi) (Produksi) (Produksi)

Gambar 3.3 Struktur Organisasi UMKM Tahu Mas Hardi


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Berdasarkan pada gambar 3.2 mengenai struktur organisasi UMKM Tahu
Mas Hardi menjelaskan bahwa UMKM ini terdiri dari pemilik UMKM produk
dan karyawan 1,2,3 sebagai produksi. Pemilik diartikan sebagai orang yang
mendirikan serta kepemilikan perusahaan yang bertugas mengatur pendistribusian
produksi tahu. Karyawan diartikan sebagai orang di bagian produksi yang
bertugas sebagai penanggung jawab setiap proses produksi yang dilakukan dan
memastikan tahu sudah berkualitas baik.

3.6 Produk yang Dihasilkan Perusahaan


UMKM Tahu Mas Hardi menghasilkan produk yaitu tahu kuning yang
bahan dasarnya terbuat dari kedelai yang mengalami pengolahan di berbagai
proses. Tahu kuning yang diproduksi berbentuk kotak persegi dengan panjangnya
berukuran kurang lebih 5 cm dan tebalnya kurang lebih 3 cm. Berikut ini adalah
gambar produk dari proses produksi pada UMKM Tahu Mas Hardi.

Gambar 3.4 Produk Tahu Kuning UMKM Tahu Mas Hardi


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
III-5

Tahu kuning yang dihasilkan melawati beberapa proses mulai dari


pembersihan kedelai hingga pewarnaan tahu lalu disimpan. Hasil produksi dari
disimpan dalam sebuah box berukuran sedang yang didalamnya berisikan sebuah
air untuk menjaga kualitas dan rasa dari tahu. UMKM Tahu Mas Hardi melakukan
distribusi ke hampir seluruh pasar daerah Jakarta dan Bekasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Produksi Tahu


Proses produksi merupakan suatu metode, cara, dan teknik untuk
menciptakan sesuatu agar menghasilkan sebuah produk yang dilakukan mulai dari
masukan berupa bahan baku hingga menghasilkan sebuah keluaran berupa barang
jadi atau produk. Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan pada
UMKM Tahu Mas Hardi diketahui bahwa produk yang dihasilkan adalah tahu
kuning. Proses produksi pada UMKM Tahu Mas Hardi akan dijelaskan pada
flowchart. Berikut ini adalah gambar flowchart proses produksi UMKM Tahu
Mas Hardi.
Mulai

Pembersihan Kedelai

Perendaman Kedelai

Penggilingan Kedelai

Perebusan Kedelai

Penyaringan

Pemisahan Ampas
Menghasilkan Sari Tidak (Bahan Baku Oncom)
Kedelai
(Makanan Ternak)
Ya
Pemberian Biang Tahu

Pemisahan Gumpalan

Pencetakan Tahu

Pewarnaan Tahu

Penyimpanan Tahu
Kuning

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart Proses Produksi Di UMKM Tahu Mas Hardi


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Flowchart merupakan suatu diagram yang digunakan sebagai alat dalam
menggambarkan suatu proses secara jelas. Tujuan dari adanya flowchart yaitu

IV-1
IV-2

membantu atau mempermudah dalam mengetahui jalannya suatu proses secara


sederhana tetapi jelas dengan menggunakan simbol yang memiliki arti pada tiap
simbolnya. UMKM Tahu Mas Hardi merupakan usaha menengah yang termasuk
salah satu jenis industri rumahan yang bergerak dalam bidang makanan yaitu tahu
kuning. Tipe proses produksi yang ada pada UMKM Tahu Mas Hardi ialah
continuous process, yang dimana kegiatan produksi pada UMKM Tahu Mas
Hardi dilakukan secara terus menerus tanpa ada proses yang terputus mulai dari
bahan baku hingga menjadi sebuah produk yaitu tahu kuning. UMKM Tahu Mas
Hardi memiliki kerja sama dengan Pd.Rihafa sehingga UMKM Tahu Mas Hardi
menghasilkan beberapa jenis tahu dengan ruangan yang tergabung tetapi tiap jenis
tahu memiliki area yang berbeda tiap jenis tahu seperti tahu bandung putih dan
tahu bandung kuning, namun pengukuran dilakukan pada produksi tahu kuning
sehingga pengamatan yang dilakukan hanya pada area produksi tahu kuning.
Berdasarkan flowchart proses produksi tahu di UMKM Tahu Mas Hardi,
pastinya urutan awal dalam pembuatan tahu adalah menyiapkan kedelai, pada
UMKM Tahu Mas Hardi kedelai yang digunakan pada satu proses menghabiskan
kurang lebih 5 – 6 kwintal atau sama dengan 500 - 600 kg kedelai perhari-nya.
Langkah pertama yang dilakukan dalam membuat tahu adalah melakukan
pencucian kedelai sehingga menghilangkan kotoran yang ada pada kedelai serta
kedelai dalam keadaan yang bersih untuk diolah menjadi tahu. Langkah
selanjutnya yaitu perendaman kedelai, setelah kedelai dibersihkan kemudian
direndam yang dilakukan selama kurang lebih 3 jam agar kedelai mengembang
serta dalam keadaan yang lunak.

Gambar 4.2 Proses Perendaman Kedelai


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
IV-3

Kedelai hasil perendaman yang dilakukan selama kurang lebih 3 jam


selanjutnya dihaluskan dengan cara memasukkan kedelai ke dalam mesin
penggiling lalu digiling dengan keadaan air yang mengalir dari sebuah selang air
yang ada tepat di atas tempat kedelai dimasukkan. Penggilingan tersebut
dilakukan hingga kedelai tersebut menjadi seperti bubur kedelai. Berikut ini
adalah gambar dari proses penggilingan kedelai.

Gambar 4.3 Proses Penggilingan Kedelai


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Penggilingan yang dilakukan sebelumnya mengubah kedelai menjadi halus
seperti bubur kedelai, berikutnya dimasukkan ke dalam sebuah wadah besar untuk
dilakukan perebusan. Perebusan kedelai yang telah digiling menggunakan api
yang besar dengan tujuan agar kedelai cepat matang. Proses perebusan tahu
dilakukan tanpa waktu yang ditentukan, yang dimana perebusan dilakukan hingga
mendidih sambil diaduk sewaktu-waktu hingga matang.

Gambar 4.4 Proses Perebusan Kedelai


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
IV-4

Langkah berikutnya melakukan penyaringan dengan cara memindahkan


hasil perebusan ke sebuah wadah besar dengan sebuah saringan yang berada
diatasnya. Penyaringan dibantu dengan sebuah kain saringan sehingga dapat
memisahkan sari kedelai dengan ampas kedelai. Sari kedelai yang telah dihasilkan
dari penyaringan akan digunakan dalam membuat tahu, sedangkan ampas dari
hasil penyaringan tersebut akan digunakan menjadi bahan baku oncom, serta
dapat juga dijadikan untuk makanan ternak seperti sapi.

Gambar 4.5 Proses Penyaringan


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Langkah selanjutnya adalah pemberian biang tahu pada sari kedelai yang
diperoleh dari penyaringan yang sebelumnya telah dilakukan. Biang tahu yang
digunakan pada sari kedelai berasal dari hasil fermentasi air tahu yang dibiarkan
selama 1 hari. Proses tersebut dilakukan sambil mengaduk antara sari kedelai
dengan biang tahu selama kurang lebih 5 – 10 menit hingga terlihat sebuah
gumpalan. Berikut ini adalah gambar pemberian biang tahu.

Gambar 4.6 Proses Pemberian Biang Tahu


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
IV-5

Langkah yang berikutnya adalah melakukan pemisahan antara air dan


gumpalan. Gumpalan yang telah dipisahkan kemudian dipindahkan ke sebuah
cetakan tahu yang dilapisi dengan kain saring. Selanjutnya ditutup dan ditahan,
hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar sisa air yang masih terdapat dalam
cetakan tahu keluar sehingga gumpalan tersebut menjadi padat dan berbentuk
sesuai dengan cetakan tahu. Pencetakan dilakukan sudah berbentuk kotak kecil,
sehingga tidak perlu dilakukan pemotongan lagi. Alat pencetakan tahu yang
digunakan dalam satu cetakan dapat menghasilkan sebanyak 100 kotak tahu.
Berikut ini adalah proses pencetakan tahu.

Gambar 4.7 Proses Pencetakan Tahu


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Tahu yang telah jadi masih berwarna putih, sehingga perlu dilakukan
pewarnaan sesuai dengan produksi pada UMKM Tahu Mas Hardi bahwa
produksinya adalah tahu kuning. Pewarnaan tahu menjadi kuning dilakukan
dengan memasukkan tahu putih yang telah di cetak ke dalam wadah besar dengan
air rebusan kunyit yang diberi garam.

Gambar 4.8 Proses Pewarnaan Tahu Kuning


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
IV-6

Perebusan tahu dengan air kunyit dilakukan diatas wadah besar dengan
kayu dibawahnya sebagai bahan bakar, hal tersebut dikarenakan bahan bakar kayu
lebih ekonomis, serta penggunaan kayu membuat air rebusan kunyit lebih cepat
mendidih. Proses pewarnaan tahu dilakukan dengan waktu kurang lebih 20 menit
hingga tahu terlihat sudah berubah warna menjadi kuning. Tahu yang telah selesai
dilakukan pewarnaan kemudian disisihkan dan didiamkan lebih dulu hingga
kondisi tahu sudah tidak panas. Langkah terakhir yaitu tahu yang telah selesai di
proses kemudian disimpan dan dimasukkan ke dalam sebuah box berukuran
sedang, serta siap untuk di produksi.

4.2. Lingkungan Kerja Fisik Di UMKM Tahu Mas Hardi


Lingkungan kerja fisik merupakan suatu kondisi yang ada disekitar area
kerja yang dapat mempengaruhi kondisi fisik seorang pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Tujuan utama dari lingkungan kerja fisik yaitu
mengetahui apa saja faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi seorang pekerja
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Lingkungan kerja fisik pada UMKM Tahu
Mas Hardi dilakukan dengan mengamati berupa temperatur atau suhu,
pencahayaan, kebisingan, dan bau-bauan pada beberapa bagian proses produksi
tahu. Pengukuran temperatur atau suhu dibantu dengan sebuah alat yaitu
termometer dengan satuannya adalah °C. Pengukuran pada pencahayaan yang
digunakan yaitu lux meter dengan satuannya adalah lux. Pengukuran kebisingan
yang digunakan adalah sebuah aplikasi dalam ponsel yaitu meter kebisingan yang
dapat diunduh pada playstore android, satuan mengukur kebisingan adalah decibel
(dB). Bau-bauan dapat ditentukan dengan melihat dari sumber bau seperti
pembuangan atau limbah dari UMKM Tahu Mas Hardi.
Pengamatan di UMKM Tahu Mas Hardi dilakukan selama 30 hari.
Kegiatan pengamatan dilakukan selama sebulan saat UMKM Tahu Mas Hardi
melakukan produksi yaitu pukul 12:00 WIB. Pengamatan yang dilakukan dengan
mengukur berupa temperatur atau suhu, pencahayaan, kebisingan pada bagian
proses penyaringan dan pencetakan serta bau-bauan pada tempat tersebut. Alasan
hanya mengukur bagian proses penyaringan dan proses pencetakan adalah karena
IV-7

lokasi proses lainnya memiliki keterbatasan akses jalan yang dimana UMKM
Tahu Mas Hardi memiiki tempat yang tidak begitu leluasa sehingga pengukuran
yang dilakukan hanya pada bagian proses produksi penyaringan dan proses
pencetakan. Berikut ini adalah data yang telah didapatkan pada UMKM Tahu Mas
Hardi.

4.2.1 Temperatur atau Suhu


Setiap lingkungan area tempat kerja mempunyai tingkat suhu yang
berbeda pula, sehingga akan mempengaruhi suhu seorang pekerja. Pada dasarnya
suhu seorang pekerja atau karyawan akan menyesuaikan dengan perubahan
temperatur yang ada di area tempat kerja. Suhu atau temperatur yang diukur di
UMKM Tahu Mas Hardi dibantu dengan alat termometer dengan satuannya
adalah °C. Pengukuran suhu dilakukan pada proses penyaringan dan pencetakkan.
Berikut ini adalah hasil pengukuran temperatur pada proses penyaringan dan
proses pencetakkan tahu.

Gambar 4.9 Pengukuran Temperatur Proses Penyaringan dan Proses Pencetakan


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Pengukuran yang dilakukan pada proses penyaringan dan proses
pencetakan UMKM Tahu Mas Hardi dibantu dengan alat ukur termometer dengan
satuan yang digunakan adalah °C. Pengamatan yang dilakukan selama beberapa
hari memiliki tingkatan temperatur yang tidak jauh berbeda dari hari-hari
sebelumnya sehingga data tersebut dirangkum berdasarkan range pengukuran
IV-8

yang dilakukan beberapa hari. Hal tersebut dikarenakan proses produksi di


UMKM Tahu Mas Hardi merupakan pekerjaan yang monoton, sehingga data yang
dihasilkan tidak jauh berbeda. Berikut ini adalah rangkuman hasil pengukuran
temperatur yang dilakukan selama 30 hari.
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Temperatur
(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Temperatur (°C) Temperatur (°C)
Pengamatan Pengamatan
Penyaringan Pencetakan Penyaringan Pencetakan
Hari Ke-1 33,4 32,9 Hari Ke-17 33,8 32,3
Hari Ke-2 33,9 32,2 Hari Ke-18 33,5 32,6
Hari Ke-3 33,2 32 Hari Ke-19 33,7 32
Hari Ke-4 33,8 32,5 Hari Ke-20 33,4 32,5
Hari Ke-5 33,2 32,1 Hari Ke-21 33,9 32,1
Hari Ke-6 33,3 32,4 Hari Ke-22 33,7 32,8
Hari Ke-7 33,7 32,3 Hari Ke-23 33,3 32,5
Hari Ke-8 33,6 32,7 Hari Ke-24 33,5 32,7
Hari Ke-9 33,2 32,8 Hari Ke-25 33,8 32,6
Hari Ke-10 33,4 32,6 Hari Ke-26 33,3 32,2
Hari Ke-11 33,5 32,5 Hari Ke-27 33,6 32,4
Hari Ke-12 33,3 32,4 Hari Ke-28 33,5 32,9
Hari Ke-13 33,9 32,2 Hari Ke-29 33,4 32,6
Hari Ke-14 33,7 32,9 Hari Ke-30 33,2 32,8
Hari Ke-15 33,4 32,7 Rata-Rata 33,5 32,5
Hari Ke-16 33,6 32,4 Range 33,4 - 33,9 32,2 - 32,9

Berdasarkan tabel 4.1 hasil pengukuran temperatur proses penyaringan dan


proses pencetakan tahu pada UMKM Tahu Mas Hardi diketahui bahwa rata-rata
dari hasil pengukuran bagian proses penyaringan adalah 33,5 °C hasil tersebut
diperoleh dengan menjumlahkan seluruh hasil pengamatan pada tiap proses
kemudian dibagi dengan 30 sesuai dengan banyaknya data, serta nilai range pada
proses penyaringan yaitu 33,4 °C hingga 33,9 °C tingginya nilai temperatur atau
suhu tersebut dikarenakan lokasi tempat penyaringan berdekatan dengan wadah
besar dengan api besar yang menyala pada proses perebusan kedelai, serta proses
penyaringan kedelai yang didapatkan dari perebusan masih bersifat panas
sehingga timbulnya uap. Nilai rata - rata proses pencetakan 32,5°C hasil tersebut
diperoleh dengan menjumlahkan seluruh hasil pengamatan pada tiap proses
kemudian dibagi dengan 30 sesuai dengan banyaknya data., serta nilai range pada
proses pencetakan yaitu 32,2 hingga 32,9 °C tingginya temperatur tersebut
dikarenakan letak proses pencetakan mendekati proses pewarnaan yang dimana
IV-9

pewarnaan tersebut dilakukan di wadah besar dengan tungku pembakaran


dibawahnya.

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Pengukuran Temperatur


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Grafik perbandingan pengukuran temperatur dibuat untuk mengetahui
proses perubahan temperatur antar proses penyaringan dan proses pencetakan.
Grafik 4.10 diperoleh berdasarkan banyaknya pengamatan yang dilakukan, nilai
ukur temperatur pada kedua proses, serta terdapat nilai batas. Berdasarkan grafik
yang telah dibuat diketahui bahwa temperatur pada kedua proses memiliki nilai
temperatur yang melebihi nilai batas. Hal tersebut dapat diketahui bahwa
temperatur pada kedua proses di UMKM Tahu Mas Hardi belum cukup baik.

4.2.2 Pencahayaan
Tingkat pencahayaan mempengaruhi kesehatan pada mata. Hal tersebut
dikarenakan pencahayaan yang suram akan membuat mata kelelahan, sedangkan
apabila pencahayaan tinggi membuat rusaknya mata karena cahaya tersebut
menyilaukan. Pencahayaan yang kurang memadai atau suram akan membuat
timbulnya rasa lelah pada mata seorang pekerja karena berusaha untuk dapat
melihat dengan jelas, begitu sebaliknya jika pencahayaan terlalu terang akan
timbul rusaknya penglihatan karena cahaya yang menyilaukan. Pengukuran
pencahayaan dilakukan pada waktu sekitar pukul 12:00 WIB siang hari, serta alat
yang digunakan adalah lux meter dengan satuan pencahayaan yang digunakan
adalah lux. Berikut ini adalah hasil pengukuran pencahayaan pada proses
penyaringan dan pencetakan pada UMKM Tahu Mas Hardi.
IV-10

Gambar 4.11 Pengukuran Pencahayaan Proses Penyaringan dan Proses Pencetakan


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Pengukuran pencahayaan pada proses penyaringan dan proses pencetakan
yang dilakukan pada UMKM Tahu Mas Hardi di ukur menggunakan alat lux
meter dengan satuan pencahayaan yang digunakan adalah lux. Pengamatan yang
dilakukan selama beberapa hari memperoleh hasil pengukuran yang tidak jauh
dari hari-hari sebelumnya sehingga data tersebut dirangkum berdasarkan range
pengukuran yang dilakukan beberapa hari. Berikut ini adalah rangkuman hasil
pengukuran pencahayaan yang dilakukan selama 30 hari.
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Pencahayaan
(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Pencahayaan (lux) Pencahayaan (lux)
Pengamatan Pengamatan
Penyaringan Pencetakan Penyaringan Pencetakan
Hari Ke-1 221 737 Hari Ke-17 231 735
Hari Ke-2 268 755 Hari Ke-18 247 746
Hari Ke-3 252 740 Hari Ke-19 260 744
Hari Ke-4 245 738 Hari Ke-20 228 752
Hari Ke-5 235 745 Hari Ke-21 223 742
Hari Ke-6 225 751 Hari Ke-22 244 737
Hari Ke-7 227 742 Hari Ke-23 236 741
Hari Ke-8 226 739 Hari Ke-24 224 753
Hari Ke-9 257 744 Hari Ke-25 227 738
Hari Ke-10 260 752 Hari Ke-26 245 742
Hari Ke-11 255 754 Hari Ke-27 265 739
Hari Ke-12 247 751 Hari Ke-28 229 738
Hari Ke-13 235 737 Hari Ke-29 241 743
Hari Ke-14 267 739 Hari Ke-30 236 741
Hari Ke-15 232 737 Rata-Rata 232,9 718,4
Hari Ke-16 231 735 Range 221 - 268 737 - 755
IV-11

Kemampuan mata setiap orang dalam melihat dipengaruhi oleh ukuran


objek atau benda kerja, tingkat kontras objek pada daerah sekitarnya, dan waktu
atau lamanya mata dalam melihat. Berdasarkan tabel 4.2 hasil pengukuran
pencahayaan pada proses penyaringan dan pencetakan pada UMKM Tahu Mas
Hardi, rata-rata pada proses penyaringan adalah 232,9 lux hasil tersebut diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh hasil pengamatan pada tiap proses kemudian
dibagi dengan 30 sesuai dengan banyaknya data dengan range 221 hingga 268
lux, tingkatan cahaya (lux) tersebut diperoleh karena proses penyaringan terletak
di bagian dalam sehingga sumber cahaya yang masuk hanya beasal dari lubang
udara atau ventilasi yang ada disekitar area produksi. Proses pencetakan
memperoleh nilai rata-rata 718,4 lux hasil tersebut diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh hasil pengamatan pada tiap proses kemudian dibagi
dengan 30 sesuai dengan banyaknya data dengan range 737 hingga 755 lux,
tingkatan cahaya (lux) tersebut didapatkan karena lokasi proses pencetakan berada
dekat gerbang atau berada dibagian depan UMKM sehingga memperoleh sumber
cahaya yang banyak.

Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Pengukuran Pencahayaan


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Grafik perbandingan pengukuran pencahayaan dibuat untuk mengetahui
proses perubahan pencahayaan antar proses penyaringan dan proses pencetakan.
Grafik 4.11 diperoleh berdasarkan banyaknya pengamatan yang dilakukan, nilai
ukur pencahayaan pada kedua proses, serta terdapat nilai batas. Berdasarkan
grafik yang telah dibuat diketahui bahwa temperatur pada kedua proses memiliki
IV-12

nilai pencahayaan yang melebihi nilai batas. Pencahayaan yang melebihi nilai
standar berarti kondisi pencahayaan pada ruang kerja sudah baik, namun
pencahayaan yang berlebihan juga dapat membuat dampak buruk bagi mata. Hal
tersebut dapat diketahui bahwa pencahayaan pada kedua proses di UMKM Tahu
Mas Hardi sudah cukup baik dan tidak memberi dampak buruk bagi mata.

4.2.3 Kebisingan
Kebisingan merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga
atau bunyi yang dapat mengganggu pendengaran telinga. Kebisingan yang terjadi
di lingkungan kerja dapat mengganggu kegiatan pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya dan membuat konsentrasi pekerja dalam melakukan pekerjaan
menjadi tergangggu. Kebisingan juga dapat membuat seorang pekerja kesulitan
dalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kebisingan yang berlebihan atau dalam
jangka waktu yang panjang dapat merusak pendengaran pekerja. Kebisingan yang
berlebihan atau dalam jangka waktu yang panjang dapat merusak pendengaran
pekerja. Pengukuran kebisingan di UMKM Tahu Mas Hardi dilakukan dengan
sebuah aplikasi dalam ponsel yaitu meter kebisingan yang dapat diunduh pada
playstore android, satuan mengukur kebisingan adalah decibel (dB). Berikut ini
hasil pengukuran kebisingan di UMKM Tahu Mas Hardi.

Gambar 4.13 Pengukuran Kebisingan Proses Penyaringan dan Proses Pencetakan


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Pengukuran kebisingan yang dilakukan di UMKM Tahu Mas Hardi di
bantu dengan sebuah aplikasi dalam ponsel yaitu meter kebisingan yang dapat
IV-13

diunduh pada playstore android, satuan mengukur kebisingan adalah decibel (dB).
Pengamatan kebisingan yang dilakukan selama beberapa hari menghasilkan nilai
decibel yang tak jauh dari hari-hari sebelumnya. Berikut ini adalah rangkuman
hasil pengukuran kebisingan di UMKM Tahu Mas Hardi.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kebisingan
(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Kebisingan (dB) Kebisingan (dB)
Pengamatan Pengamatan
Penyaringan Pencetakan Penyaringan Pencetakan
Hari Ke-1 78 81 Hari Ke-17 83,2 82,3
Hari Ke-2 87,6 89,7 Hari Ke-18 79,1 86,7
Hari Ke-3 80,2 82,3 Hari Ke-19 79,7 88,2
Hari Ke-4 79,3 86,4 Hari Ke-20 82,2 83
Hari Ke-5 83 84 Hari Ke-21 81,5 85,7
Hari Ke-6 86,5 85,3 Hari Ke-22 84,3 82,6
Hari Ke-7 78,3 81,8 Hari Ke-23 82 81
Hari Ke-8 81,1 83 Hari Ke-24 81,5 86,7
Hari Ke-9 79 87,2 Hari Ke-25 78,9 87,9
Hari Ke-10 80,2 89 Hari Ke-26 80,3 88
Hari Ke-11 78,3 82,1 Hari Ke-27 79,5 83,4
Hari Ke-12 79 84,2 Hari Ke-28 79,8 85,1
Hari Ke-13 85,6 85 Hari Ke-29 81,7 86,5
Hari Ke-14 78,5 81,1 Hari Ke-30 78,4 81,2
Hari Ke-15 80,3 86,8 Rata-Rata 81 84,8
Hari Ke-16 82,4 87 Range 78 - 87,6 81-89,7
Berdasarkan tabel 4.3 hasil pengukuran kebisingan pada proses
penyaringan dan pencetakan, diketahui bahwa nilai rata-rata pada proses
penyaringan adalah 81 hasil tersebut diperoleh dengan menjumlahkan seluruh
hasil pengamatan pada tiap proses kemudian dibagi dengan 30 sesuai dengan
banyaknya data dengan range 78 hingga 87,6 dB, tinggi decibel pada proses
penyaringan didapatkan karena lokasi proses penyaringan berada dekat dengan
proses perebusan yang dimana proses tersebut menggunakan api yang besar yang
timbul dari gas yang keluar sehingga menimbulkan suara yang cukup besar. Hasil
nilai rata-rata pada proses pencetakan adalah 84,8 dB hasil tersebut diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh hasil pengamatan pada tiap proses kemudian
dibagi dengan 30 sesuai dengan banyaknya data dengan range 81 hingga 89,7 dB,
tinggi decibel pada proses pencetakan didapatkan karena lokasi tersebut dengan
dengan mesin penggiling serta suara kendaraan yang lewat sebab proses
pencetakan berada di dekat pintu depan UMKM.
IV-14

Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Pengukuran Kebisingan


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Grafik perbandingan pengukuran kebisingan dibuat untuk mengetahui
proses perubahan kebisingan antar proses penyaringan dan proses pencetakan.
Grafik 4.13 diperoleh berdasarkan banyaknya pengamatan yang dilakukan, nilai
ukur kebisingan pada kedua proses, serta terdapat nilai batas. Berdasarkan grafik
yang telah dibuat bahwa nilai kebisingan pada proses penyaringan mengalami
tingkat kebisingan naik turun, namun berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh
kebisingan pada proses penyaringan berada di atas nilai batas, sedangkan pada
proses pencetakan memperoleh nilai ukur di atas nilai batas yang dilakukan
selama 30 hari pengamatan. Hal tersebut dapat diketahui bahwa kebisingan pada
kedua proses di UMKM Tahu Mas Hardi belum cukup baik.

4.2.4 Bau-Bauan
Bau-bauan yang ada di sekitar lingkungan kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran. Pencemaran yang ada di lingkungan kerja mempengaruhi kepekaan
indra penciuman. Bau-bauan yang disebabkan oleh pencemaran di lingkungan
kerja juga dapat mengganggu seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Oleh karena itu faktor lingkungan yang ada di lingkungan sekitar pekerja
mempengaruhi tingkat ketajaman indra penciuman seseorang, yang dapat
mempengaruhi hasil kerja seorang pekerja. Cara melakukan pengukuran bau-
IV-15

bauan di UMKM Tahu Mas Hardi adalah dengan mencari sumber bau yang ada
disekitar area produksi pada UMKM Tahu Mas Hardi.
Bau-bauan yang ada pada UMKM Tahu Mas Hardi bersumber dari kedelai
yang direbus, namun UMKM Tahu Mas Hardi menyediakan kipas yang ada di
dekat area perebusan sehingga uap yang keluar dari air rebusan kedelai akan
terhembus oleh angin dengan begitu bau tersebut tidak mengganggu indra
penciuman seorang pekerja. Hal bau lainnya adalah terdapatnya sampah pada
selokan pembuangan sisa air penyaringan yang berada di samping tempat
produksi, namun bau tersebut tidak mengganggu indra penciuman pekerja dan
bukan termasuk bau yang tidak sedap karena UMKM Tahu Mas Hardi selalu
membersihkan limbah tersebut dengan cara melakukan penyiraman air ke sumber
bau tersebut serta melakukan pembersihan rutin setelah UMKM Tahu Mas Hardi
selesai melakukan kegiatan proses produksi.

Gambar 4.15 Pembuangan Air Sisa


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)

Gambar 4.16 Kipas UMKM Tahu Mas Hardi


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
IV-16

Bau lainnya adanya asap pembakaran dari proses pewarnaan yang dimana
proses tersebut menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar, namun asap
tersebut tidak menghalangi jalannya proses produksi sebab penggunaan kayu
bakar pada proses pewarnaan tidak banyak dan terdapatnya ventilasi yang cukup
pada tiap proses serta letak area proses pewarnaan berada di dekat pintu depan
UMKM sehingga asap yang keluar terhembus oleh angin melalui ventilasi
maupun jalan terbuka dekat pintu depan UMKM, oleh karena itu perebusan air
kunyit pada proses pewarnaan dilakukan dengan memakan waktu yang cukup
lama dalam menunggu air kunyit menjadi mendidih.

Gambar 4.17 Asap Pembakaran


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)

Gambar 4.18 Ventilasi Udara UMKM Tahu Mas Hardi


(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)

4.3 Perbandingan Hasil Pengukuran


Pengukuran lingkungan kerja fisik dilakukan dengan waktu yang sama
pada siang hari ketika UMKM melakukan proses produksinya. Hasil pengukuran
IV-17

dilakukan perbandingan untuk mengetahui apakah kondisi tersebut sudah baik


atau belum. Pada tiap faktor lingkungan kerja fisik memiliki nilai standarisasi
yang berbeda di tiap pengukuran, menurut sumber ahli Sutalaksana nilai
standarisasi temperatur ±24˚C merupakan kondisi temperatur yang optimum di
ruang kerja, menurut sumber penulis Ardita nilai standarisasi pada pencahayaan
nilai standarisasi minimum cahaya adalah 100 lux untuk jenis pekerjaan yang
tidak kasar dan tidak terus menerus dan nilai 200 lux untuk jenis pekerjaan yang
kasar dan terus menerus, menurut kriteria ahli Sutalaksana pada kebisingan nilai
standarisasi pada kebisingan pabrik adalah 80 dB. Berikut ini adalah tabel
perbandingan pengukuran hasil pengamatan yang telah dilakukan.
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Pengukuran
(Sumber : UMKM Tahu Mas Hardi, 2021)
Proses Penyaringan Proses Pencetakan
Pengukuran Nilai Batas
Rata-Rata Range Rata-Rata Range
Temperatur (ºC) 33,5 33,4 - 33,9 32,5 32,2 - 32,9 30
Pencahayaan (lux ) 232,9 221 - 268 718,4 737 - 755 100
Kebisingan (dB) 81 78 - 87,6 84,8 81-89,7 80
Berdasarkan hasil perbandingan pada tabel 4.4 diketahui bahwa temperatur
pada kedua proses memperoleh nilai rata-rata yaitu 33,5 pada proses penyaringan
dan 32,5 pada proses pencetakan, menurut kriteria ahli Sutalaksana pada bagian
landasan teori nilai batas temperatur tempat kerja yang melebihi 30 °C berarti
kondisi tersebut dapat menyebabkan kelelahan fisik aktivitas mental dan daya
tingkat fokus terhadap suatu pekerjaan menurun, dengan begitu dapat membuat
kesalahan seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Hal tersebut
berarti kondisi temperatur pada UMKM Tahu Mas Hardi belum cukup baik
karena lokasi proses penyaringan dan proses pencetakan berdekatan dengan
produksi yang dapat membuat temperatur menjadi naik seperti perebusan kedelai
dan perebusan air kunyit. Keadaan temperatur yang belum optimal atau belum
cukup baik dapat diberikan solusi atau tindakan seperti menambahkan exhaust fan
pada area produksi sehingga uap panas dari perebusan atau tungku pembakaran
pewarnaan dapat keluar, menyiapkan kipas di sumber-sumber yang membuat
temperatur menjadi naik, memberikan ventilasi pada area yang belum ada,
IV-18

memberikan fasilitas air minum untuk mengurangi dehidrasi yang dapat


menyebabkan kelelahan fisik.
Hasil perbandingan pada tabel 4.4 juga menunjukkan pencahayaan dari
kedua proses memperoleh nilai rata-rata yaitu 232,9 lux pada proses penyaringan
dan 718,4 lux pada proses pencetakan, menurut kriteria sumber Ardita pada
bagian landasan teori tingkat penerangan paling minimal dalam pekerjaan adalah
100 lux. Hal tersebut berarti kondisi pencahayaan kedua proses pada UMKM
Tahu Mas Hardi sudah dapat dikatakan baik dan tidak menyebabkan dampak
buruk bagi mata untuk kegiatan pekerjaan yang tidak memberatkan sebab lokasi
proses penyaringan mendapatkan cukup cahaya melalui ventilasi besar yang ada
didekatnya. Pencayahayaa pada proses pencetakan yang sangat besar yaitu 718,4
lux dikarenakan pengukuran yang dilakukan pada waktu siang hari dan lokasi
pada proses pencetakan berada di bagian depan UMKM serta sensor cahaya yang
langsung di arahkan pada sumber cahaya matahari dengan begitu pencahayaan
pada proses pencetakan memiliki hasil nilai pengukuran yang sangat besar.
Apabila pencahayaan yang di ukur belum optimal atau belum cukup baik dapat
dilakukan solusi atau tindakan dengan mengatur sistem penerangan yang ada
seperti posisi lampu, mengganti atau menambahkan lampu, apabila pencahayaan
bersumber pada pencahayaan alami dapat diberikan solusi dengan cara
memperhatikan jalan masuk atau keluarnya cahaya tersebut.
Sesuai dengan tabel 4.4 nilai rata-rata kebisingan pada proses penyaringan
81 dB dan proses pencetakan 84,8 dB, menurut kriteria ahli Sutalaksana pada
bagian landasan teori nilai bunyi yang melebihi 80 dB berarti bahwa kondisi
tempat kerja sangat gaduh. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan suara
kebisingan pada proses penyaringan timbul dari suara mesin dari penggilingan
yang lokasinya dekat dengan proses penyaringan, suara tersebut juga timbul dari
perebusan yang dimana proses tersebut menggunakan api yang sangat besar
sehingga terdengar suara yang timbul, sedangkan letak pada proses pencetakan
suara tersebut timbul dari suara mesin penggiling yang tak jauh dari pencetakan
ditambah lagi dengan letaknya proses pencetakan yang berada di bagian depan
atau pintu masuk UMKM sehingga suara dapat timbul dari suara kendaraan yang
IV-19

sedang lewat atau orang-orang yang mengobrol. Kebisingan pada UMKM Tahu
Mas Hardi memperoleh nilai melebihi batas sehingga dapat di berikan solusi atau
tindakan seperti memperbaiki lokasi pemetaan atau tempat kerja yang ada pada
UMKM, melakukan perawatan mesin dengan baik, menyediakan alat pelindung
diri berupa earplug pada UMKM apabila kebisingan tak terhindarkan.
Bau-bauan termasuk dalam kategori pencemaran yang menyebabkan tidak
nyamannya indra penciuman seorang pekerja, sehingga pengukuran bau-bauan di
ukur dengan mencari sumber bau-bauan yang ada di sekitar area proses produksi
UMKM. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bahwa bau-bauan pada
UMKM Tahu Mas Hardi bersumber pada uap perebusan kedelai yang dimana bau
tersebut bukan termasuk bau yang tidak sedap dan mengganggu indra penciuman,
sehingga UMKM Tahu Mas Hardi menyiapkan kipas yang tak jauh dari perebusan
kedelai dengan begitu uap dapat terhembus oleh angin melewati ventilasi udara
yang ada. Bau lain terdapatnya sampah pada selokan pembuangan sisa air
penyaringan yang berada di samping tempat produksi, namun bau tersebut tidak
mengganggu indra penciuman pekerja karena UMKM Tahu Mas Hardi selalu
membersihkan limbah tersebut dengan cara melakukan pembersihan rutin setelah
UMKM Tahu Mas Hardi selesai melakukan kegiatan proses produksi. Bau
lainnya adanya asap pembakaran dari proses pewarnaan yang dimana proses
tersebut menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar, namun asap tersebut tidak
menghalangi jalannya proses produksi sebab letak area proses pewarnaan berada
di dekat pintu depan UMKM sehingga asap yang keluar terhembus oleh angin
melalui ventilasi maupun jalan terbuka dekat pintu depan UMKM. Apabila bau-
bauan tak dapat terhindarkan UMKM dapat melakukan solusi atau tindakan
dengan menambahkan air condition atau exhaust fan, serta selalu menjaga
kebersihkan yang ada pada area kerja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan ringkasan atau rangkuman dari pembahasan yang
dicapai dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan dari
laporan penulisan. berikut merupakan kesimpulan dari laporan penulisan ilmiah.
1. Proses produksi tahu kuning di UMKM Tahu Mas Hardi terdapat 10
tahapan proses yang dilakukan mulai dari pembersihan kedelai,
perendaman yang dilakukan selama kurang lebih 3 jam, penggilingan
kedelai, perebusan kedelai, penyaringan kedelai yang telah direbus,
pemberian biang tahu pada sari kedelai, melakukan pencetakan tahu dari
gumpalan hasil biang dengan sari kedelai, melakukan pewarnaan tahu
dengan air rebusan kunyit, kemudian disimpan dan siap di distribusikan ke
hampir seluruh pasar daerah Jakarta dan Bekasi.
2. Lingkungan kerja fisik yang diamati berupa temperatur, pencahayaan,
kebisingan, dan bau-bauan pada proses penyaringan dan pencetakan. Hasil
pengamatan lalu ditentukan nilai rata-rata. Pada proses penyaringan
temperatur 33,5°C dan proses pencetakan 32,5°C berarti dapat
menyebabkan kelelahan fisik karena aktivitas mental dan tingkat fokus
terhadap suatu pekerjaan menurun. Pencahayaan proses penyaringan 240,9
lux dan proses pencetakan 743,1 lux berarti memiliki cukup cahaya dan
tidak membahayakan mata. Kebisingan proses penyaringan 81 dB dan
proses pencetakan 84,8 dB, yang berarti suara tersebut masih aman dalam
pendengaran. Bau-bauan pada UMKM Tahu Mas Hardi bersumber pada
proses perebusan kedelai, adanya selokan di samping area produksi, dan
adanya asap pembakaran namun tidak mengganggu karena menyiapkan
kipas sehingga uap perebusan dan asap pembakaran dapat terhembus
keluar melalui ventilasi.

V-1
V-2

5.2 Saran
Saran merupakan sebuah pendapat yang diberikan untuk memberikan
usulan serta dapat memperbaiki suatu keadaan sebelumnya agar lebih baik.
Adapun saran yang diberikan oleh penulis yaitu UMKM Tahu Mas Hardi harus
tetap memperhatikan lingkungan kerja di tiap area produksi agar memberi
kenyamanan pada pekerja sehingga menciptakan rasa semangat bekerja dan
pekerjaan yang dilakukan menjadi optimal dengan begitu dapat meningkatkan
produktifitas serta dapat meraih keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA

Ardita, Mounique. 2017. Analisis Tingkat Pencahayaan Terhadap Kelelahan


Mata Operator Pada Bagian Quality Control Di Pt Pabrik Es Siantar.
Medan: Universitas Sumatera Utara diunduh pada
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20267/120403124.p
df?sequence=1&isAllowed=y
Azhari, Fico. 2016. Strategi Pencapaian Visi dan Misi Program Studi Pendidikan
Teknik Mesin (S1) Universitas Negeri Jakarta dengan Menggunakan
Dasar Kriteria MBNQA. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Diunduh
pada
http://repository.unj.ac.id/2205/2/BAB%20II%20SKRIPSI%20FICO.pdf
Gunawan. 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Pt Maton Land Pekanbaru. Pekanbaru: Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau diunduh pada http://repository.uin-
suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Lathifah, Hania, 2017. Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi Dan Struktur
Organisasi Terhadap Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen.
Bandung: Universitas Pasundan Bandung. Diunduh Pada
http://repository.unpas.ac.id/27394/5/BAB%20II.pdf
Mahdiyan, Nur Wahyu. 2019. Sistem Prediksi Produksi Insektisida Menggunakan
Metode Fuzzy Sugeno Study Kasus PT Petrosida Gresik. Gresik:
Universitas Muhammadiyah Gresik. Diunduh Pada
http://eprints.umg.ac.id/812/3/BAB%20II.pdf
Setiawati, Fitria. 2014. Analisis Pengendalian Proses Produksi Untuk
Meningkatkan Kualitas Produk Pada Perusahaan PT Batik Dan Liris
Sukoharjo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diunduh
Pada http://eprints.ums.ac.id/29614/6/05._BAB_II.pdf
Sutalaksana, Iftikar dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Yasin, Rusli. 2016. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Pada Direktorat Sumber Daya Manusia Pt Bio Farma
(Persero) Di Bandung. Bandung: Universitas Pasundan. Diunduh Pada
http://repository.unpas.ac.id/13780/4/BAB%20II.pdf
SURAT KETERANGAN KERJA PRAKTEK

L-1
LEMBAR BIMBINGAN PENULISAN ILMIAH

Nama : Ayu Lestari

NPM : 31418262
Judul PI : Mempelajari Lingkungan Kerja Fisik Di

UMKM Tahu Mas Hardi


Pembimbing : Moehamad Adi Rochmat, S.T., MMSI

Hari, Tgl/Bln/Thn Keterangan TTD

Rabu, 14/Juli.2021 Bimbingan Proposal 

Sabtu, 17/Juli/2021 Revisi Proposal 

Rabu, 25/Agustus/2021 Revisi Proposal 

Kamis, 26/Agustus/2021 Revisi Proposal 

Sabtu, 28/Agustus/2021 ACC Proposal 

Kamis, 2/September/2021 Revisi Bab 2, Bab 3, Daftar Pustaka 

Jumat, 3/September/2021 Revisi Bab 2 & Bab 3 

Minggu, 5/September/2021 Revisi Bab 2, Bab 4, Bab 5 

Senin, 6/September/2021 Revisi Bab 4 & Bab 5 

Selasa, 7/September/2021 Revisi Bab 4 

Kamis, 9/September/2021 Revisi Bab 4 

Pembimbing

(Moehamad Adi Rochmat, S.T., MMSI.)

L-2

Anda mungkin juga menyukai