OLEH:
WIDIA LESTARI
NIM: 1913201058
DOSEN PEMBIMBING
Dr.EFRIZA,SKM.MKM
COVER
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRACK
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................iii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................9
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................10
Assalamu’alaikuamWr.Wb
rahmat dan karunia-nya serta telah memberi nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran
Tahun 2021”.
arahan, dan dukungan dari berbagai pihat. Oleh karena itu pada kesempatan
1. Ibu Hj. Ns. Evi Hasnita, SPd, M.Kes, selaku Rektor Universitas Fort De
Kock Bukuttinggi.
2. Ibu Oktavianis, S.ST, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lengkapnya sarana dan fasilitas kerja, semua tidak akan punya arti tanpa
kendali Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bernama PT. Pertamina
sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien, serta menjamin
segala bidang usaha, mulai dari industri kecil terlebih lagi industri besar.
kerja. Jika terjadi kecelakaan kerja, kerugian yang didapat bisa bersifat
dengan Standar ISO 14001 tentang jaminan mutu, ISO 9001 tentang
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Alat Pelindung Diri, dan Jam
manusia yang dimiliki dapat digunakan secara efektif dan efisien sehingga
tidak terjadi penggunaan biaya yang sia-sia dan target perusahaan dapat
bahwa karyawan sebagai aset yang bernilai bagi perusahaan wajib untuk
berupa terciptanya masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan
kecelakaan kerja baik ringan maupun berat yang menimpa karyawan dan
perusahaan tersebut.
dari tahun ke tahun tidak berkelanjutan. Pada tahun 2011 kasus kecelakaan
lebih dari 100% yaitu sebanyak 21.735, selanjutnya di tahun 2013 angka
provinsi Sumatera Barat yang melibatkan tenaga kerja tahun 2018 yang
Sumatera Barat pada kuartal I tahun 2016 dan tenaga kerja yang tewas
kota Bukittinggi tercatat ada 40.096 tenaga kerja yang telah terdaftar pada
bahan bakar umum, yaitu di Lubuk Sikaping, Panti, Kauman dan Rao.
karyawan terluka di bagian kaki karena tertimpa tabung gas 3kg saat
pemindahan tabung gas dari tangki gas menuju gudang penyimpanan gas.
tahun 2015 pernah terjadi kasus kebakaran sepeda motor saat melakukan
perlu ditingkatkan
baju 24 pasang, helm atau topi sebanyak 24, sarung tangan sebanyak 24
pasang.pada SPBU Rao terdapat baju 18 pasang, helm atau topi sebanyak
dan cleaning service 1 orang . Saat observasi ditemui operator yang tidak
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker dan topi. Pada
rehabilitas.
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Pasaman.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Pasaman.
2. Tujuan khusus
Pasaman.
2. Menganalisis komponen Proses yang meliputi ,Pengetahuan,
Kabupaten Pasaman.
D. Manfaat Penelitian
1. Tempat Penelitan
Kabupaten Pasaman.
2. Peneliti
masyarakat.
E. Ruang Lingkup
TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat yang adil dan makmur. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sangat penting untuk diperhatikan bagi semua tenaga kerja. Pada kenyataannya
keselamatan dan kesehatan kerja juga masih kurang memadai dan kurang
mendapatkan perhatian dari instansi terkait serta masih banayak tenaga kerja yang
“keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu pengetahuan yang diterapkan untuk
merupakan citra baik yang selalu ingin diwujudkan oleh sebagian besar
maka akan sulit bersaing dengan perusahaan lain khususnya perusahaan asing..
PT Pertamina memiliki standar K3LL yang berlaku untuk seluruh karyawan tanpa
tangan.
d) Grounding system.
e) Oil catcher.
f) Perlengkapan P3K.
Pada saat ini pemerintah sudah turun tangan dalam upaya meningkatkan
karyawan baik secara fisik maupun mental seperti yang tertuang dalam
Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada intinya adalah untuk
melindungi pekerja dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Menurut Sutrisno
dan Ruswandi (2007), “tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk
tercapainya keselamatan karyawan saat bekerja dan setelah bekerja”.
Perlindungan kesehatan kerja berlangsung pada saat bekerja dan setelah bekerja.
Kesehatan kerja tidak hanya berlaku bagi karyawan saja, namun berlaku bagi
orang lain yang berada di tempat kerja. Widarto (2008) berpendapat, “K3
bertujuan agar pekerja dapat nyaman, sehat, dan selamat selama bekerja”.
maka akan semakin besar pula peluang tercapainya zero accident .penerapan K3
yang baik akan memberikan rasa aman dan karyawan akan merasa terlindungi saat
perusahaan.
Agar tercipta kondisi yang aman dan sehat dalam bekerja diperlukan adanya
kesehatan kerja menurut Sutrisno dan Ruswandi (2007) adalah sebagai berikut:
lingkungan kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu, kotoran,
asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan,
kerja.
berikut:
b) Prasarana
1) Organisasi.
2) Anggaran.
4) Pendokumentasian.
5) Prosedur kerja.
c) Kegiatan
1) Tindakan pengendalian.
pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja. Menurut Mutiara,
(2004), tujuan penanganan program K3 karyawan dapat dicapai jika ada unsur-
bertindak aman.
g) Melaksanakan peraturan.
ahli, disimpulkan unsur keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan agar
tercipta kondisi yang aman dan sehat dalam bekerja adalah adanya peraturan yang
mengatur tentang penggunaan APD, tanda bahaya, tempat kerja yang aman,
kepatuhan dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja yang dicakup dalam
beberapa elemen yaitu sumber daya manusia, prasarana, dan kegiatan. Selain itu
peranan berbagai pihak termasuk manajemen puncak, direktur keselamatan, serta
syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu diketahui oleh pihak perusahaan
keselamatan dan kesehatan kerja dapat digunakan sebagai acuan bagi perusahaan
dalam mencegah dan menghindari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Menurut
Daryanto (2001), dalam pencegahan kecelakaan kerja dalam industri tidak hanya
terpusat pada keahlian, syarat lain agar tidak terjadi kecelakaan kerja kita harus
mengetahui bagaimana bekerja tanpa melukai diri sendiri atau melukai rekan kerja
yang lain. Oleh karena itu dalam hal keselamatan kerja perlu dimiliki oleh setiap
kerja.
Tempat kerja yang sehat dan aman dapat memberi rasa nyaman bagi karyawan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan syarat keselamatan kerja yang
dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan syarat keselamatan dan kesehatan
kesejahteraan hidup. Selain itu syarat keselamatan kerja yang tercantum dalam
legalitas hukum Indonesia adalah sebagai dasar hukum agar setiap orang selain
karyawan yang berada di tempat kerja terjamin keselamatannya serta sumber daya
perlu dipergunakan secara aman dan efisien. Dengan adanya undang-undang yang
mengatur syarat keselamatan dan kesehatan kerja akan dapat membina norma-
dasar penentu baik buruk suatu keselamatan dan kesehatan kerja, indikator-
indikator tersebut dibagi menjadi dua macam yaitu: faktor manusia dan
lingkungan.”
kesehatan kerja, moral, dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harga dan
martabat manusia serta nilai-nilai agama (UU RI No. 13 tahun 2003 tentang
yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe action) adalah sebesar
80% dan kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kondisi tidak aman (unsafe
condotion) adalah sebesar 20%.” Kecelakaan kerja akibat perbuatan lebih besar
dibandingkan kecelakaan kerja akibat kondisi yang tidak aman. Kecelakaan kerja
akibat faktor kelalaian manusia lebih sering terjadi, salah satu penyebabnya adalah
dengan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman timbul karena mengabaikan
peraturan dan ketentuan kerja yang ada.” misalnya tidak menggunakan alat
pelindung diri (APD), bekerja tidak berhati-hati, bekerja tidak sesuai prosedur,
tidak meletakkan alat kerja pada tempatnya, serta bekerja dengan posisi dan
kecepatan tidak aman. Tindakan tidak aman dapat muncul dari perilaku dan sikap
karyawan yang mengacu pada tindakan negatif dan disiplin kerja yang rendah.
Sikap karyawan dipengaruhi oleh asumsi atau persepsi pada diri karyawan itu
sendiri baik persepsi positif maupun persepsi negatif. Persepsi positif akan
berdampak bagi karyawan karena dari persepsi positif akan memicu karyawan
berperilaku aman, begitu dengan sebaliknya. Hal ini sama dengan pendapat John
kerjanya.
diterima.
keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau dari faktor manusia meliputi disiplin
kerja, sikap karyawan, dan pengawasan. Kedisiplinan kerja perlu agar keryawan
karena itu kepatuhan karyawan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
b. Faktor Lingkungan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan tercipta dengan baik apabila
didukung dengan lingkungan yang aman. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sutrisno dan Ruswandi (2007) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja yang
jelas.
diberikan.
masyarakat setempat.
tersebut adalah:
a) Tempat kerja steril dari debu, kotoran, asap rokok, uap gas,
Conduct)
Operating Procedure)
digunakan untuk mengukur kinerja K3. Data kecelakaan kerja dapat digunakan
kinerja K3 tidak hanya menggunakan data kecelakaan kerja seperti standar house-
di suatu perusahaan akan dikatakan berhasil apabila dapat mencapai zero accident
(kecelakaan nihil). Lingkungan kerja yang sehat dapat didukung dengan adanya
baik dari kesehatan para karyawan maupun kesehatan yang ditimbulkan dari
kesehatan rohani di tempat kerja, dan unsur penunjang kesehatan lingkungan kerja
di tempat kerja.
terkonsentasi
kerja, yaitu:
ketertiban;
bahwa indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditinjau dari faktor
lingkungan meliputi:
dan pra sarana ibadah, adanya tata laku di tempat kerja, dan adanya
dengan banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi yang merugikan jasmani, rohani,
kerja.
B. Kebijakan K3
kendalinya juga pihak –pihak yang berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan
tersebut.
Kebijakan K3 dalam klausul OHSAS 18001:2007 Occupational Health and
Safety Managemnt System OHS Policy didefinisikan sebagai segala arah dan
target dari suatu organisasi yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan
Kesehatan Kerja)
perusahaan.
kewajiban K3 masing-masing.
operasional perusahaan.
berbagai faktor yang dapat merusak kondisi kesehatan dan produktivitas tenaga
biologi berupa: virus, bakteri; 4) Faktor ergonomi berupa: cara kerja, posisi kerja,
keadaan tidak aman (Unsafe Condition) atau tindakan yang tidak memenuhi
keselamatan (Unsafe Act). Keadaan yang tidak aman (Unsafe Condition) adalah
mengalami kecelakaan kerja. Hal ini dapat berupa: 1) Kondisi tempat kerja yang
tidak baik; 2) Peralatan, mesin, dan alat pelindung yang tidak aman; 3) Desain
peralatan, mesin, dan alat pelindung yang tidak baik; 4) Penerangan, ventilasi
atau rusak; 2) Tidak menggunakan alat pelindung diri yang ditentukan; 3) Tidak
Keadaan tempat lingkungan kerja yang aman dan nyaman mendukung kelancaran
dari aktifitas perbengkelan. Nyaman dalam hal ini adalah keadaan tempat kerja
yang bersih, rapi, ruang kerja yang tidak terlalu padat dan sesak. Penyusunan dan
tidak terpakai.
Pergantian sirkulasi udara di ruang kerja atau bengkel sangat penting mengingat
bengkel sering menjadi kotor, berdebu, lembab, dan berbau karena aktifitas
ruangan agar tetap nyaman bagi para pekerja bengkel dalam hal ini siswa.
3) Pengaturan penerangan
Bengkel kerja, dan laboratorium harus memiliki sistem penerangan yang baik.
praktikum. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tepat untuk bengkel
sumber cahaya yang tepat selain dapat mendukung kelancaran proses kegiatan
praktikum juga untuk mengefisienkan pemakaian daya listrik di bengkel dan
laboratorium.
Penggunaan peralatan kerja yang sudah usang, aus, atau rusak dapat
elektronik tanpa pengaman yang tepat juga dapat menimbulkan bahaya terjadinya
kecelakaan kerja.
Emosi yang labil, kepribadian yang rapuh, cara berpikir dan persepsi yang lemah
adalah kondisi mental yang sering kali menjadi salah satu fator penyebab
terjadinya kecelakaan kerja. Sikap ceroboh, serta kurang cermat dalam bekerja
membahayakan dirinya sendiri tetapi juga orang lain dilingkungan keja tersebut.
tempat dimana berlangsungnya suatu kegiatan kerja. Lingkungan Kerja yang baik
harus memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) agar tercapai
dari bahaya. Hal-hal yang berpotensi menimbulkan bahaya kecelakaan kerja harus
1) Fisik.
Lingkungan kerja aspek fisik adalah sesuatu yang dapat dilihat langsung oleh
mata. Aspek fisik dalam lingkungan kerja dapat berupa tempat kerja dan stasiun
kerja. Tempat kerja yang nyaman dan aman dipengaruhi oleh penataan cahaya,
penataan udara dan penataan peralatan yang tepat serta ketersediaan alat
pelindung diri. Stasiun kerja harus sesuai dengan prinsip ergonomi demi
menciptakan suatu lingkungan kerja yang sehat agar terhindar dari penyakit akibat
kerja.
2) Psikis.
Kesehatan dan keselamatan kerja tidak hanya berorientasi pada fisik pelaku kerja
saja, tetapi juga psikologis pekerja. Kesehatan fisik dan mental pekerja serta
hubungan antar individu yang baik merupakan faktor yang diperlukan untuk
membentuk suatu lingkungan kerja yang nyaman. Adanya punishment dan reward
yang bertujuan untuk memberikan informasi dan motivasi bagi para pelaku kerja.
Reward dapat berupa finansial yaitu berbentuk gaji, upah, bonus, komisi, asuransi,
bantuan sosial, tunjangan libur atau cuti tetap dibayar dan sebagainya, maupun
bentuk nonfinancial seperti tugas yang menarik, tantangan tugas, tanggung jawab
menarik.
3) Promosi K3.
Promosi kesehatan di tempat kerja kerja adalah upaya promosi kesehatan yang
tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu
dan meningkatkan tempat kerja yang sehat. Tujuan Promosi kesehatan yaitu
kesehatan, serta menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat. Media promosi
K3 dapat melalui media cetak misalnya poster K3, stiker dan diktat, selain itu ada
pula kampanye serta soft talk yang merupakan promosi K3 secara lisan.
4) Budaya kerja.
Cara hidup bersama dengan segala tindakan yang harus dibiasakan dengan belajar
serta merupakan perpaduan antara sikap kerja yang benar danaman, kebiasaan
Menurut (Tarwaka, 2008) salah satu hal yang mempengaruhi Sarana Prasarana
terdapatnya Alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat
alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau
Tarwaka (2018) Menjelaskan syarat-syarat APD agar dapat dipakai dan efektif
pemakainya.
cukup lama.
peringatan.
di pasaran.
10) Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang
ditetapkan.
matahari.
Pelindung kepala juga dapat melindungi kepala dan rambut terjerat pada mesin
1) Safety Helmets
Melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh
2) Tutup Kepala
Melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas atau dingin. Tutup kepala
ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air.
3) Topi
Melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu atau mesin yang berputar. Topi
Masalah pencegahan kecelakaan yang paling sulit adalah kecelakaan pada mata.
matahari.
Alat ini bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga dalam selain itu, alat
ini melindungi pemakaiannya dari bahaya percikan api atau logam-logam panas
tiap individu berbeda-beda dan bahkan antara kedua telinga dari individu yang
Tutup telinga (ear muff) terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga dapat
berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi.
disebabkan karena bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Reaksi ini juga
dapat terjadi pada sumbat telinga, sehingga pada pemilihan tutup telinga
disarankan agar memilih jenis yang berukuran agak besar (Tim Penyusun, 2008).
Tutup telinga dapat mengurangi intensitas suara sampai 30 dB (A) dan juga dapat
melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko
paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang
pelindung ini juga dipakai secara rutin atau berkala dengan tujuan inspeksi,
kerja yang udaranya telah terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia berbahaya (Tim
menjadi :
a) Masker
Masker umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang didesinfektan terlebih
debu atau partikel-partikel yang lebih besar masuk ke dalam saluran pernapasan.
b) Respirator
Respirator digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap
Alat pelindung tangan mungkin yang paling banyak digunakan. Hal ini tidak
mengherankan karena jumlah kecelakaan pada tangan adalah yang banyak dari
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan
benda-benda berat, kepercikan larutan asam dan basa yang korosit atau cairan
Menurut jenis pekerjaan yang dilakukan suatu pengaman dapat dibedakan menjadi
empat yaitu :
gasper/tali pengikat.
5) Pakaian Pelindung
dari tubuh yaitu dari dada sampai lutut dan yang menutupi seluruh badan. Pakaian
larutan bahan-bahan kimia korosif dan di cuaca kerja (panas, dingin, dan
kelembaban). Appron dapat dibuat dari kain, kulit, plastik (PVC, polietilen) karet,
asbes atau yang dilapisi alumunium. Perlu diingat bahwa apron tidak boleh
dipakai di tempat-tempat kerja yang terdapat pada mesin berputar (Tim Penyusun,
2008).
alumunium.
kapal, sumur atau tangki. Selain itu, alat pengaman ini juga
bangunan.
D. Pengetahuan
merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara
menjelaskan bahwa Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan
bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni dalam pengelolaan
kerja yang aman dan sehat maka produktifitas perusahaan akan meningkat dan
bagian dari ilmu kesehatan sebagai unsur-unsur yang menunjang terhadap adanya
jiwa-raga dan lingkungan kerja yang sehat. Kesehatan kerja meliputi kesehatan
jasmani dan rohani. Kesehatan rohani dan jasmani saling berkaitan, terutama
Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan atau tidak
disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian, baik harta maupun jiwa
kejadian tidak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu
aktivitas yang telah diatur. Kesehatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan
dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya
manusia pada khususnya. Kecelakaan kerja dapat berarti, kecelakaan kerja terjadi
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan maka dalam
hal ini terdapat dua permasalahan penting, yaitu: 1) kecelakaan adalah akibat
Kesehatan kerja adalah keadaan fisik dan psikis pekerja yang dipengaruhi oleh
lingkungan kerja atau tekanan psikologis kerja yang berasal dari area kerja,
pekerja lain, peralatan kerja dan kondisi kerja serta mengakibatkan penyakit yang
timbul baik pada jangka pendek (langsung) maupun jangka panjang (tak
kerja adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan kerja yang aman, bebas dari
tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan sebagai akibat kondisi
kerja yang tidak aman dan tidak sehat. Dilihat dari segi ilmu pengetahuan dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja. Keselamatan kerja merupakan saran utama
kerja.
luka fisik yang mungkin dialami oleh pekerja, seperti luka, lecet, tusukan, luka
bakar, patah tulang kaki atau lengan; kesehatan bagi mereka cedera fisiologis
yang biasanya dikaitkan dengan penyakit dan kelemahan yang disebabkan oleh
paparan racun kimia atau agen biologis menular; kesejahteraan untuk berbagai
kondisi psikologis, termasuk stres, yang mungkin berasal dari lingkungan tempat
kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dipandang dari segi keilmuan adalah
akibat kerja (KAK) dan penyaki akibat kerja (PAK). Ketidaksesuaian kondisi
sebagai berikut :
1) Lingkungan Kerja
kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, suhu, penerangan dan situasinya.
kerja sangatlah vital digunakan oleh para pekerja (praktikan) dalam melakukan
kegiatan proses produksi disamping itu adalah bahan-bahan utama yang akan
dijadikan barang.
meliputi: material, kegiatan dan proses yang terjadi saat melakukan kerja. Resiko
kerusakan, meliputi : material, kegiatan dan proses yang terjadi saat melakukan
Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi yang
hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross, 1998). Bahaya
diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan
menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian
hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana baik
di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek
(dua), yaitu:
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang dapat
arus listrik
c) Bahaya Kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang
sifatnya explosive.
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis
gas, vapor.
Kata risiko dipercaya berasa dari bahasa arab yaitu “rizk” yang berarti “Hadiah
munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu objek.
umum yang digunakan untuk melakukan perhitungan nilai risiko dalam AS/NZS
4360:2004 adalah:
Health, and Safety Profesional, (Kolluru, 1996). Risiko dibagi menjadi 5 (lima)
Risiko ini secara umum memiliki ciri-ciri antara lain probabilitas rendah (low
secara jelas dan lebih fokus pada keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya
Risiko ini memiliki cirri-ciri antara lain memiliki probabilitas yang tinggi high
Hubungan sebab akibatnya tidak mudah ditentukan. Risiko ini fokus pada
kesehatan manusia terutama yang berada di luar tempat kerja atau fasilitas.
Risk)
Risiko ini memiliki cirri-ciri antara lain melibatkan interaksi yang beragam antara
populasi dan komunitas ekosistem pada tingkat mikro maupun makro, ada
ketidakpastian yang tinggi antara sebab dan akibat, risiko ini fokus pada habitat
dan dampak ekosistem yang mungkin bisa bermanifestasi jauh dari sumber risiko.
Risk)
Ciri dari risiko ini lebih berkaitan dengan persepsi kelompok atau umum tentang
penggunaan sumber daya yang terbatas. Fokusnya pada nilainilai yang terdapat
Ciri-ciri dari risiko ini antara lain memiliki risiko yang jangka panjang dan jangka
pertimbangan akan selalu berkaitan dengan finansial dan mengacu pada tingkat
Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya Shift kerja disamakan
dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00- 17.00). Ciri khas
tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum
yang dimaksud dengan Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai
pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan.
jenis Shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara
permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur (Kuswadji, 1997).
Menurut Suma’mur (1994), Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang
diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan
biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja Shift semakin
meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan
menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai
akibatnya pekerja juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan
banyak masalah terutama bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat
Shift kerja menurut Riggio (1996) Alasan penting mengapa shift kerja sering
sampai proses produksi terhenti, hal ini banyak terjadi pada mesin-
semula.
Menurut Tayari and Smith (1997) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
sedikit 24 jam libur dan tiap Shift malam dengan paling sedikit 2
mereka.
5) Memungkinkan adanya interaksi sosial dengan teman kerja.
berguna.
Sistem Shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun
biasanya menggunakan tiga Shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap Shift.
Menurut Stanton (1999) dikenal dua macam sistem Shift kerja yang terdiri dari:
1) Shift Permanen
Tenaga kerja bekerja pada Shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang
bekerja pada Shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja
2) Sistem Rotasi
Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus di tempatkan pada Shift yang tetap. Shift
rotasi adalah Shift rotasi yang dapat dilakukan dengan rotasi lambat dan rotasi
cepat. Rotasi lambat, pergantian shift dilakukan 1 bulan. Untuk rotasi shift cepat
Menurut Kroll (2010) shift kerja terdiri dari dua indikator , antara lain:
perusahaan.
Menurut Cooper dan Payne (1988) mengemukakan bahwa efek Shift kerja yang
antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil
yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi
pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
masyarakat.
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
Survei pengaruh Shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi
terjadi pada akhir rotasi Shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan
0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa
kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada Shift malam. Terdapat suatu
kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama Shift pagi dan lebih
Menurut Keputusan Presiden RI No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul
karena hubungan kerja menjelaskan bahwa PAK adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. PAK mempunyai penyebab yang spesifik
atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di
tempat kerja. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja meliputi sebanyak 31
penyakit antara lain penyakit paru dan saluran pernafasan, kelainan pendengaran,
Penyakit pada pekerja dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penyakit umum
pada pekerja, PAK dan penyakit akibat hubungan kerja (PAHK) dan cedera akibat
Penyebab PAK menurut Jeyaratnam dan Koh (2010) disebabkan oleh faktor fisik
seperti suara bising yang menyebabkan tuli akibat kerja, suhu yang terlalu tinggi
kesehatan pekerja adalah kebisingan. Gangguan daya dengar akibat bising (Noise
Faktor kimiawi juga merupakan penyebab PAK seperti debu yang menyebabkan
pneumokoniosis, dermatosis akibat kerja, keracunan oleh zat toksis. Penyakit paru
akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh partikel, gas, uap atau kabut
(Mukhtar, 2010). Penyebab lainnya adalah faktor biologis, misalnya penyakit kulit
Penyakit kulit merupakan PAK yang paling sering ditemukan, kira-kira 40% dari
kulit akibat kerja (dermatitis) adalah peradangan kulit akibat kontak langsung
dengan bahan yang berada pada lingkungan kerja dan menyebabkan infeksi dan
iritasi. Dermatitis kontak iritasi menahun disebabkan oleh kontak yang berulang
kali oleh substansi iritan yang lemah, biasanya hanya menyebabkan kelainan kulit
pada individu yang sensitive (Harrianto, 2009). Penyakit kulit akibat kerja
ketidakhadiran karena sakit dalam dunia industri (Jeyaratnam dan Koh, 2010).
kesalahan dalam bekerja, sikap badan yang tidak benar dalam melakukan
yang dihasilkan karena bahaya. Untuk itu perlu dilakukan suatu pengendalian
terhadap agen berbahaya sampai pada apa yang dianggap aman dan tingkat yang
tesebut tidak dapat digunakan juga, maka dapat dilakukan penggunaan APD. APD
merupakan cara terakhir yang digunakan untuk melindungi tenaga kerja dari
kecelakaan. Namun bagi kegiatan konstruksi, APD bisa menjadi pilihan satu-
Penerapan K3 di SPBU
Permasalahan:
a. Kurangnya kepatuhan
karyawan terhadap
peraturan.
b. Sikap karyawan dalam
bekerja belum sesuai dengan
peraturan.
c. Terdapat karyawan yang
belum menggunakan APD.
d. Terdapat karyawan yang
belum bekerja sesuai dengan
SOP.
Indikator K3:
Faktor Manusia
Indikator K3:
a. Disiplin kerja dalam menggunakan
Faktor Lingkungan:
APD:
1. Menggunakan sepatu safety. a. Tempat kerja yang
2. Menggunakan masker. memenuhi syarat-
3. Menggunakan sarung tangan. syarat K3.
4. Menggunakan baju kerja. b. Ketersediaan fasilitas
b. Sikap pekerja dalam bekerja: kesehatan.
1. Tidak mengoperasikan HP saat c. Peraturan kerja yang
berada di area pompa BBM. fleksibel.
2. Menaati rambu peringatan. d. Prosedur kerja yang
c. Pengetahuan karyawan tentang K3.
d. Pengetahuan karyawan tentang
bahaya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di tempat kerja.
e. Pengawasan.
A. Kerangka Berpikir
kerangka pikir penelitian ini dimana yang menjadi input pada penelitian
ini adalah kebijakan dan sumber daya manusia sumber dana dan sarana
kerja, jam kerja dan penyakit akibat kerja. Sedangkan output dari
Adapun alur pikir peneltian ini terlihat pada bagan sebagai berikut:
Bagan 3.1
Kerangka Pikir
Proses: Output :
Input
Pengetahuan Penerapan k3
Kebijakan
Lingkungan
Sumber Daya pada karyawan
kerja
Manusia Shift kerja operator
Penyakit pengisian bahan
Sarana dan
akibat kerja
prasarana bakar di SPBU
B. Definisi Istilah
4. Input
a. Kebijakan
negara yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang belum
4. Proses
a. Pengetahuan
raba.
b. Lingkungan Kerja
c. Shif Kerja
tidur pada siang hari. Pergeseran waktu kerja dari pagi, siang
5. Output
sebagai tujuan dari organisasi. Output pada penelitian ini adalah dapat
K3.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dan teliti dari sebuah fenomena yang bertujuan untuk mendalami sebuah
1. Tempat Penelitian
Pasaman.
2. Waktu Penelitian
C. Informan Penelitian
Informan penelitian merupakan orang atau pihak yang berkaitan
kondisi yang ada dilokasi penelitian sehingga dapat memberikan data yang
penelitian.
yang diteliti.
1. Wawancara Mendalam
peneliti.
c. Memepersiapkan alat perekam yang sesuai.
2. Observasi
3. Dokumentasi
kredibilitas yang sangat tinggi, sehingga harus semua selektif dan hati-
peneliti ini adalah peneliti sendiri, oleh karena itu sebagai instrumen
wawasan teori bidang yang diteliti serta kesiapan dan bekal memasuki
F. Analisis Data
a. Tahap Reduksi Data Pada tahap ini peneliti mereduksi data yang
2. Triangulasi Data
(Reabilitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data
dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu sendiri,
data itu.
3. Analisa dilapangan
pilahkan
dunianya.
e. Kode proses, menunjuk pada periode waktu, tahapan, fase, bagian,
h. Kode strategi, merujuk pada taktik, cara, teknik, dan berbagai hal
i. Kode relasi dan struktur sosial, pola-pola prilaku tetap dan teratur
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Karakteristik Informan
C. Hasil Wawancara
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Kerangka Penyajian.
B. Keterbatasan Peneitian
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran