Oleh:
ULVIRA
18180013
PADANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Ulvira
No. BP : 18180013
Jurusan : Teknologi Indusri Pertanian
Padang, 2023
Mahasiswa Yang Bersangkutan
Ulvira
18180013
Menyetujui,
(Prof. Dr. rer nat. Ir. Anwar Kasim) (Malse Anggia, S.TP, M.P)
NIDN. 0027015503 NIDN. 1024028701
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, karena limpahan rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Lilin
Aromaterapi Beraroma Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus L)”. Dengan
selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Orang Tua tercinta terimakasih untuk segala perjuangan dan pengorbanannya
baik dari segi moral dan material, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
2. Bapak Dr. Dodi Devianto, M.Sc selaku Rektor Universitas Dharma Andalas.
3. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Ir. Anwar Kasim selaku Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian Universitas Dharma Andalas.
4. Ibu Dewi Arziyah, S.TP, M.P selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Ir. Anwar Kasim selaku Dosen Pembimbing 1 dalam
menyusun proposal penelitian ini.
6. Ibu Malse Anggia S.TP, M.P selaku Dosen Pembimbing 2 dalam menyusun
proposal penelitian ini.
7. Teman-teman mahasiswa Program Studi Teknologi Industri Pertanian angkatan
2018 yang telah membantu secara langsung maupun tidak secara langsung dan
semoga sukses di masa mendatang.
Semoga kebaikan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan yang dimiliki penulis baik itu secara sistematis penulisan
dan bahasa yang digunakan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Akhir kata penulis berdoa semoga bantuan yang telah diberikan tersebut
mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT.
ii
Hormat penulis
Ulvira
iii
DAFTAR ISI
iv
3.5 Pelaksanaan Pengamatan ...................................................................................... 22
3.5.1 Analisa Bahan Baku ....................................................................................... 22
3.5.1.1 Bobot Jenis ............................................................................................... 22
3.5.1.2 Kelarutan Dalam Ethanol 80% ................................................................ 23
3.5.1.3 Sitronelal .................................................................................................. 23
3.5.1.4 Rendemen................................................................................................. 23
3.5.2 Analisa Produk ............................................................................................... 23
3.5.2.1 Kejernihan ................................................................................................ 23
3.5.2.2 Waktu Bakar ............................................................................................ 24
3.5.2.3 Titik Cair .................................................................................................. 24
3.5.2.4 Organoleptik............................................................................................. 24
3.5.3 Tahap 3 Analisa Break Even Point (BEP)...................................................... 24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 26
4.1 Rendemen Pengolahan ...................................................................................... 26
4.2 Karakteristik Minyak Sereh Wangi ................................................................... 27
4.3 Sifat Fisika Lilin Aromaterapi Sereh Wangi ..................................................... 28
4.4 Hasil Uji Organoleptik ...................................................................................... 32
4.5 Analisa Ekonomi Pada Lilin Aromaterapi Minyak Sereh ................................. 36
BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 40
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 40
5.2 Saran .................................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 41
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat Fisik Dan Kimia Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus L) ... 13
Tabel 2.2 Senyawa Penyusun Minyak Atsiri Serai ..................................................... 15
Tabel 3.1 Formulasi Lilin Aromaterapi Beraroma Minyak Sereh Wangi...................21
Tabel 4. 1 Rendemen.................................................................................................. 26
Tabel 4. 2 Analisi Minyak Sereh Wangi ..................................................................... 27
Tabel 4. 3 Rata-rata Kejernihan Lilin Aromaterapi Minyak Sereh ............................. 29
Tabel 4. 4 Rata-rata Waktu Bakar Lilin Aromaterapi Minyak Sereh ......................... 30
Tabel 4. 5 Rata-Rata Titik Cair Lilin Aromaterapi Minyak Sereh ............................. 31
Tabel 4.6 Rata-rata Penerimaan Panelis Terhadap Warna Pada Lilin Aromaterapi Sereh
Wangi .......................................................................................................................... 33
Tabel 4.7 Rata-rata Penerimaan Panelis Terhadap Warna Pada Lilin Aromaterapi Sereh
Wangi .......................................................................................................................... 34
Tabel 4.8 Besarnya Biaya Investasi Pembuatan Lilin Aromaterapi ........................... 37
Tabel 4.9 Analisa Biaya Tetap Pembuatan Lilin Aromaterapi Penyusutan ................ 37
Tabel 4.10 Biaya Variabel Pembuatan Lilin Aromaterapi .......................................... 38
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I. PENDAHULUAN
9
Aromaterapi merupakan suatu metode pengobatan alternatif yang berasal dari
bahan tanaman yang mudah menguap/minyak atsiri. Aromaterapi dapat memberikan
efek menenangkan, menyegarkan. Berbagai macam bentuk aromaterapi yaitu
penguapan, parfum dan pijatan (Novita, W. 2009).
Lilin aromaterapi adalah alternatif aplikasi aromaterapi secara inhalasi
(penghirupan), yaitu penghirupan uap aroma yang dihasilkan dari beberapa tetes
minyak atsiri dalam wadah berisi air panas. Lilin aromaterapi akan menghasilkan
aroma yang memberikan efek terapi bila dibakar. Lilin aromaterapi banyak
diformulasikan dengan mempunyai fungsi ganda, yaitu selain sebagai aromaterapi juga
berfungsi sebagai anti nyamuk. Lilin aromaterapi merupakan terapi yang di hasilkan
oleh uap dari minyak atsiri yang di kemas menjadi produk lilin (Primadiati 2002).
Penelitian pembuatan lilin aromaterapi dari minyak sereh sudah dilakukan oleh
(Herawaty, 2021). Berdasarkan hasil penelitiannya formulasi terbaik pembuatan lilin
terdapat pada penambahan minyak kemangi dan sereh wangi dengan perbandingan
(1%:5%). Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh titik leleh rendah, waktu bakar
lebih cepat, dan aroma lilin dapat berkurang setelah berkali-kali digunakan
berpengaruh terhadap penerimaan penalis.
Formulasi dalam pembuatan lilin sangat perlu untuk menentukan kualitas seperti
sifat fisik. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, aroma sereh wangi tercium saat
dibakar yaitu pada pembuatan lilin aromaterapi dengan penambahan minyak sereh
sebanyak 6%. Sedangkan dengan penambahan 4% belum tercium aroma serehnya.
10
1.3 Manfaat Penelitian
1. Terciptanya produk formulasi lilin aromaterapi beraroma minyak atsiri sereh
wangi (Cymbopogon Nardus L) dan sebagai zat aromatik.
11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
12
lebar 1-5 cm, memiliki bangun daun garis, permukaan daun kasar, tulang daunnya
sejajar dengan ujung daun runcing. Bunganya tidak memiliki mahkota dan merupakan
buka berbentuk bulir majemuk, bertangkai atau duduk (Dacosta, Sudirga, and Muksin
2017).
Tabel 2.1 Sifat Fisik Dan Kimia Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus L)
13
2.3 Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbogopon Nardus L)
Minyak sereh wangi atau Citronella oil adalah minyak esensial yang
didapatkan dari daun dan batang sereh. Kualitas minyak sereh wangi ditentukan oleh
faktor kemurniannya dan komponen utama di dalamnya yaitu kandungan sitronela dan
geraniol. Minyak sereh wangi biasanya berwarna kuning muda dan bersifat menguap.
Minyak sereh wangi juga dapat digunakan sebagai repellant nyamuk atau penolak
gigitan nyamuk. Larutan sereh wangi mengandung 35% sitronela dan geraniol 35%-
40% (Retno Sri Endah Lestari, 2012).
Minyak atsiri (volatile oils atau essential oils) di definisikan sebagai campuran
kompleks yang menunjukkan dan merupakan senyawa yang menguap bersama uap air.
Sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada suhu kamar
(sering digunakan untuk parfum). Selain itu, mempunyai rasa getir, berbau wangi
sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya dan umumnya larut dalam
pelarut organik. (Agoes, 2007; Lutony dan Rahmayati, 2002). Tanaman Cymbopogon
nardus terdapat senyawa sitronellal, sitronellol dan geraniol dapat dilihat pada Gambar
2.2.
Minyak sereh wangi juga sering digunakan sebagai repelan serangga alami.
Kemampuan menolak serangga yang dimiliki minyak sereh wangi dari bau dan aroma
khasnya dibuktikan pada penelitan Kim, dkk. 2005 menggunakan formula minyak
sereh wangi dengan cara mengoleskan minyak di kulit selama 60 menit. Hasil ujinya
menyimpulkan bahwa minyak sereh wangi sangat efektif digunakan sebagai penolak
nyamuk (Dewi Ekowati, Ahmad Nuzulul Abid, Dan Jason Merari P, 2013). Senyawa
penyusun minyak atsiri serai dapat dilihat pada Tabel 2.2
14
Tabel 2.2 Senyawa Penyusun Minyak Atsiri Serah
2.4 Parafin
Parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkan dengan formula CnH2n+2.
Lilin parafin merujuk pada benda padat dengan n=20–40. Molekul parafin paling
simpel adalah metana (CH4) sebuah gas dalam temperatur ruangan. Anggota sejenis ini
yang lebih berat, seperti oktan C8H18, muncul sebagai cairan pada temperatur ruangan.
Bentuk padat parafin, disebut lilin parafin, berasal dari molekul terberat mulai C20H42
hingga C40H82. Lilin parafin pertama ditemukan oleh Carl Reichenbachtahun 1830.
Parafin, atau hidrokarbon parafin, juga merupakan nama teknis untuk sebuah alkan
pada umumnya, tapi dalam beberapa hal kata ini merujuk pada satu linear, atau alkan
normal - dimana bercabang, atau isoalkan juga disebut isoparafin. Parafin merupakan
residu dari minyak bumi. Bentuk paraffin ini berbentuk balok dan padat dan merupakan
bahan utama dalam pembuatan lilin. Paraffin terdapat dua jenis yakni, paraffin lokal
dan import. Paraffin lokal dicirikan dengan warnanya yang putih kekuningan dan
memiliki tekstur lebih lembek serta harga yang lebih terjangkau di bandingkan dengan
paraffin impor. Parafin Import memiliki warna lebih bersih dan jernih. Banyak beredar
dipasaran berasal dari cina, dengan harga yang lebih mahal, memiliki masa bakar lebih
lama, dan tingkat kepadatan lebih tinggi dibanding dengan paraffin local (Apriyanto et
all, 2019).
15
2.5 Asam Stearat
Asam Stearat (Stearic Acid) adalah asam lemak jenuh yang memiliki berbagai
kegunaan seperti sebagai komposisi tumbuhan dalam makanan, kosmetik, dan produk
industri. Asam stearat adalah sebuah asam karboksilat linier dengan 18 atom karbon,
dengan rumus molekul C17H35COOH, mempunyai berat molekul 284,7 titik leleh
69,600C, dan titik didih 376,10C. Molekul asam stearat memiliki daerah hidrofobik dan
hidrifilik sekaligus, dua sifat yang saling bertolak belakang, atau mempunyai sifat
amfilik, karena mengandung gugus karboksilat ionik yang hidrofilik (suka air) pada
satu ujung dan rantai karbon hidrokarbon hidrofobik (benci air). Dalam suasana air,
molekuk-molekul stearat secara spontan mengatur sendiri sedemikian agar persentuhan
antara gugus-gugus hidrofobik dan air sedikit mungkin, stuktur-stuktur tersusun untuk
memperkecil penyentuhan antara bagian hidrokarbon apolar dari ion stearat dan air.
Asam stearat diekstrak dari berbagai jenis lemak hewani, nabati dan minyak bumi serta
memiliki tekstur keras, berkristal, dan putih bersih. Asam stearat paling sering
digunakan sebagai bahan pembuatan lilin. Penambahan Stearic Acid dalam pembuatan
lilin, dapat meningkatkan daya tahan titik leleh api dan nyala api pada lilin (Akiyoshi,
2017).
2.6 Aromaterapi
Aromaterapi merupakan istilah modern yang dipakai untuk proses
penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan aromatik murni tujuannya
adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa. Sari
tumbuhan yang dipakai melalui berbagai cra pengolahan dan di kenal dengan minyak
essensial atau minyak atsiri (Nurcahyo, 2016).
16
kedalam bahan herbal yaitu terapi yang menggunakan tanaman atau bahan tanaman
sebagai sarana pengobatan. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan bahan tanaman
adalah minyak yang terkandung dalam terapi komplementer yaitu terapi yang
dilakukan untuk melengkapi terapi konvensional (Koensoemardiyah, 2014:1).
17
Hansen dan Mowen (2009) mengatakan titik impas (Break Even Point) adalah
tiitk dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan
nol. Oleh sebab itu pihak perusahaan harus berusaha bagaimana cara meningkatkan
laba untuk memperoleh laba yang maksimum dengan melihat volume penjualannya.
18
2. Biaya Variabel (Variabel Cost)
Biaya ini berhubungan langsung dengan tingkat produksi atas tingkat penjualan,
karena besarnya ditentukan oleh volume produksi atau penjualan yang dilakukan.
Misalnya : biaya bahan mentah, tenaga kerja langsung, dan lain-lainnya.
19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sumbu lilin, cetakan lilin, alat
destilasi, corong pemisah, erlenmeyer, neraca analitik, pipet volume, gelas ukur, gelas
beaker dan termometer.
20
Yij = Hasil pengamatan formulasi lilin aromaterapi pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke–j
µ = Nilai rata-rata
ai = Pengaruh formulasi lilin aromaterapi pada taraf ke–i
i = Banyak perlakuan (I = 1, 2, 3, 4, 5)
j = Ulangan dari tiap perlakuan (j = 3)
Pembuatan lilin aromaterapi dari formulasi asam stearat dan paraffin wax,
dengan menambahkan minyak atsiri sereh wangi 6%, 7%, 8%, 9%, 10%. Ditimbang
21
asam stearat dan paraffin wax sebanyak yang dibutuhkan. Dimasukkan asam stearat
dan paraffin wax kedalam cawan porselin sesuai dengan konsentrasi yang sudah
ditentukan, kemudian dilelehkan di atas hot plate pada kisaran suhu 65-840C. Setelah
itu diaduk dan dihomogenkan menggunakan batang pengaduk, ditunggu hingga
suhunya turun pada kisaran 550C yaitu pada suhu dimana asam stearat memadat
kembali, kemudian diteteskan minyak sereh wangi sesuai dengan konsentrasi yang
telah ditetapkan, diaduk dan dihomogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.
Kemudian dimasukkan ke dalam cetakan yang sudah dipasangkan sumbu lilin pada
bagian tengahnya dan ditunggu hingga lilin memadat menjadi lilin. Diagram alir proses
pembuatan lilin aromaterapi pada Lampiran 4.
Bobot jenis = m2 - m
m1 - m
22
Keterangan:
m = piknometer kosong
m1 = piknometer berisi air
m2 = piknometer berisi cairan
3.5.1.3 Sitronelal
Pengujian ini dilakukan dengan alat GC-FID dengan suhu 600C selama 1 menit
lalu perlahan ditingkatkan hingga suhu 1400C dengan peningkatan 50C/menit dan
ditahan selama 1 menit. Lalu ditingkatkan lagi hingga 2300C dengan peningkatan
100C/menit dan ditahan selama 3 menit (AOAC, 2016).
3.5.1.4 Rendemen
Rendemen adalah persentase bahan baku utama yang menjadi produk akhir. Ini
dapat dinyatakan dalam desimal atau persen (Muchtadi dan Sugiono,1992). Dengan
perhitungan sebagai berikut:
3.5.2.1 Kejernihan
23
L*, a*, b*. Pengukuran total derajat warna digunakan basis warna putih sebagai standar
(AOAC, 2004).
3.5.2.4 Organoleptik
Pengujian ini dilakukan dengan penglihatan mata biasa, kualitas warna dan
aroma sangat relatif tergantung pada selera konsumen. Pada umumnya warna lilin
aromaterapi berwaran putih dan aroma lilin aromaterapi khas minyak atsiri sereh wangi
(Herawaty, 2021).
24
FC
BEP (Q) =
P – VC
Keterangan :
FC = Biaya Tetap
P = Harga
VC = Biaya Tidak Tetap
b. Perhitungan Break Event Point Atas Dasar Penjumlahan Produk Dalam Rupiah
FC
BEP (Q) = 1– P
VC
Keterangan :
FC = Biaya Tetap
P = Penjualan
Vc = Biaya Tetap
25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4. 1 Rendemen
Komponen Kadar
Rendemen 1,7 %
26
4.2 Karakteristik Minyak Sereh Wangi
Analisis yang dilakukan pada bahan baku minyak sereh wangi adalah bobot
jenis, kelarutan dalam etanol 80% dan sitronelal. Hasil analisis tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Bobot jenis minyak atsiri merupakan perbandingan berat minyak atsiri dengan
air dalam volume dan suhu yang sama. Bobot jenis minyak mempengaruhi komponen-
komponen penyusun minyak atsiri. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria yang
penting dalam menentukan kualitas mutu minyak atsiri. Bobot jenis sering
dihubungkan dengan fraksi berat dari komponen yang terkandung pada minyak atsiri
tersebut (Susetyo dan Reny, 2004).
Hasil analisis terhadap bobot jenis minyak sereh wangi dengan nilai 0,884945
gr/cm3. Menurut Standar SNI 06-3953-1995 tentang minyak sereh dinyatakan bahwa
bobot jenis pada minyak sereh berkisar 0,880-0,922. Berdasarkan hasil analisi terhadap
bobot jenis minyak sereh tersebut maka bobot jenis minyak sereh sudah memenuhi
standar SNI.
Uji kelarutan dalam etanol memberikan gambaran kelarutan minyak dalam
etanol. Semakin banyak minyak yang larut dalam etanol maka semakin banyak
kandungan senyawa polar dalam minyak (Susetyo dan Reny, 2004). Kelarutan minyak
dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak.
Semakin banyak komponen mengandung gugus OH makan semakin tinggi
kelarutannya (Kawiji, 2010). Hasil analisis terhadap kelarutan minyak dalam etanol
80% pada minyak sereh sudah memenuhi standar SNI adalah 1:2. Berdasarkan standar
27
SNI 06-3953-1995 kelarutan dalam etanol memenuhi persyaratan standar yaitu 1:2
larutan jernih.
Sitronelal adalah konstituen utama minyak sereh wangi dan dijumpai pula pada
minyak atsiri. Sitronelal (C10H16O) merupakan senyawa penting yang terdapat pada
sereh wangi. Jika kandungan sitronelal tinggi dalam minyak atsiri, maka kandungan
geraniol juga tinggi. Penggunaan sitronelal yang terpenting adalah pembuatan hidroksi
sitronelal melalui hidrasi. Senyawa ini perperan penting dalam pewangian.
Hasil analisis terdapat sitronelal minyak sereh wangi dengan nilai 3,32% hasil
tersebut tidak sesuai SNI. Penelitian tentang ekstrak minyak sereh dilakukan oleh
Santosa Ginting menghasilkan kadar sitronelal 35%. Semakin lama waktu ekstraksi
maka semakin sedikit sitronella yang dihasilkan dan semakin banyak geraniol yang
dihasilkan. Perbedaan hasil karna berbeda sumber daun sereh wangi yang digunakan
yaitu Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Metode pengujian sitronelal juga berbeda
yaitu menggunakan titrasi blanko dan GC-FID.
28
Tabel 4. 3 Rata-rata Kejernihan Lilin Aromaterapi Minyak Sereh
Perlakuan Kejernihan (NTU)±SD
A (6%:3%:84%) 254,51±0,85 A
E (10%:3%:84%) 255,83±0,86 Ab
C (8%:3%:84%) 258,33±0,86 C
B (7%:3%:84%) 259,90±0,86 D
D (9%:3%:84%) 261,44±0,85 E
KK = 9%
Ket: Angka yang ditandai notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada perbedaan
yang nyata menurut DNMRT (p<0,05) antar perlakuan.
Kejernihan (NTU)
300
254,51 255,83 258,33 259,9 261,44
250
200
150
100
50
0
A E C B D
(6%:3%:84%) (10%:3%:84%) (8%:3%:84%) (7%:3%:84%) (9%:3%:84%)
29
waktu awal pembakaran dan waktu saat sumbu lilin habis terbakar (api padam)
(Herawaty, 2021).
Hasil uji ANOVA diketahui bahwa F hitung > F tabel. Hal ini menunjukkan
terdapat perbedaan nyata pada taraf α=5%. Hasil analisi waktu bakar lilin aromaterapi
minyak sereh dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Rata-rata Waktu Bakar Lilin Aromaterapi Minyak Sereh
Perlakuan Waktu Bakar (Menit)±SD
C (8%:3%:84%) 219,83±2,00 A
A (6%:3%:84%) 225,08±2,10 B
E (10%:3%:84%) 225,46±1,97 Bc
D (9%:3%:84%) 225,84±2,01 Bd
B (7%:3%:84%) 240,81±2,00 E
KK = 15%
Ket : Angka yang ditandai notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada
perbedaan yang nyata menurut DNMRT (p<0,05) antar perlakuan.
Waktu Bakar %
300
250 240,8133
219,83 225,0833 225,4667 225,8467
200
150
100
50
0
C (8%:3%:84%) A (6%:3%:84%) E (10%:3%:84%) D (9%:3%:84%) B (7%:3%:84%)
30
bakar lilin tercepat yaitu pada perlakuan C (minyak sereh wangi 8% : parafin wax 10%
: asam stearat 84%) dengan rata-rata waktu bakar selama 219,83 menit. Berdasarkan
hasil statistik formulasi lilin aromaterapi yang dihasilkan semakin banyak penambahan
persentase minyak sereh maka waktu bakar semakin tinggi. Perbedaan waktu bakar
lilin dipengaruhi oleh penambahan minyak atsiri, semakin tinggi kadar minyak atsiri
semakin cepat lilin terbakar, karena sifat minyak atsiri yang mudah menguap ketika
pembakaran lilin (Lestari, E, et all., 2020). Menurut Djarot et all. (2019) lama waktu
bakar lilin selain dari konsentrasi bahan aktif juga ditentukan oleh ukuran dan letak
sumbu. semakin besar ukuran sumbu atau makin kepinggir letak sumbu lilin makin
cepat habis. Waktu bakar lilin juga dipengaruhi oleh tinggi dan lebar lilin, karena
semakin tinggi dan lebar lilin maka waktu bakarnya akan semakin lama, begitu juga
sebaliknya. Semakin lama waktu bakar menunjukkan semakin bagus kualitas lilin
(Fatimah, 2016).
31
Titik Cair ℃
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
C A E B D
(8%:3%:84%) (6%:3%:84%) (10%:3%:84%) (7%:3%:84%) (9%:3%:84%)
32
Pengujian organoleptik dilakukan dengan menggunakan indera manusia sebagai alat
utama untuk menilai mutu produk. Uji kesukaan menrupakan salah satu faktor penentu
tingkat kesukaan penalis terhadap lilin aromaterapi beraroma minyak sereh wangi
dengan pengamatan warna dan aroma pada lilin aromaterapi yang dihasilkan.
Pengujian warna dan aroma terhadap lilin aromaterapi yang dilakukan oleh 30 orang
penalis tidak terlatih yang dapat dilihat pada Gambar 4.4.
4.4.1 Warna
Warna merupakan salah satu faktor yang menentukan mutudan secara visual
warna tampil lebih dahulu dsn kadang-kadang sangat menentukan, sehingga warna
dijadikan atribut organoleptik yang penting dalam suatu bahan pangan (Winarno,
2004). Hasil kesukaan pada warna dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Rata-rata Penerimaan Panelis Terhadap Warna Pada Lilin
Aromaterapi Sereh Wangi
Perlakuan Penerimaan Panelis
A (6%:3%:84%) 4
C (8%:3%:84%) 3,93
E (10%:3%:84%) 3,93
B (7%:3%:84%) 3,86
D (9%:3%:84%) 3,8
Warna
5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A (6%:3%:84%) C (8%:3%:84%) E (10%:3%:84%) B (7%:3%:84%) D (9%:3%:84%)
Gambar 4.4 Grafik Batang Pada Warna Lilin Aromaterapi Sereh Wangi
33
Berdasarkan Gambar 4.4 uji kesukaan warna terhadap lilin aromaterapi sereh
wangi dihasilkan nilai kesukaan dengan rentang dari 3,8 (biasa) – 4 (suka). Perlakuan
yang paling banyak disukai terdapat pada perlakuan A (minyak sereh wangi 6%:parafin
10%: asam stearat 25,2%) dengan nilai rata-rata 4 (suka) dan yang tidak disukai panelis
pada perlakuan D (minyak sereh wangi 9%:parafin 10%: asam stearat 25,2%) dengan
nilai rata-rata 3,8 (biasa). Perlakuan A banyak disukai karena penambahan persentase
minyak sereh wangi yang rendah sebesar 6%. Menurut Pancarani et all (2020),
Penambahan minyak atsiri tidak merubah warna dari lilin aromaterapi yang berwarna
putih, warna putih tersebut dihasilkan dari asam stearat dan parafin yang memiliki
warna putih.
4.4.2 Aroma
Aroma adalah sesuatu yang dapat dirasakan oleh indra penciuman manusia
yakni hidung. Aroma yang tercium oleh indra manusia merupakan campuran dari
berbagai macam senyawa yang memiliki bau (Pancarani et all, 2020). Aroma sebelum
dibakar yang dihasilkan lilin memiliki perbedaan disetiap perlakuan, hal tersebut
dikarenakan perbedaan penambahan pensentase minyak sereh wangi yang berbeda.
Hasil kesukaan pada aroma dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Rata-rata Penerimaan Panelis Terhadap Warna Pada Lilin
Aromaterapi Sereh Wangi
Perlakuan Penerimaan Panelis
A (6%:3%:84%) 3,73
C (8%:3%:84%) 3,66
E (10%:3%:84%) 3,56
B (7%:3%:84%) 3,46
D (9%:3%:84%) 3,43
34
Aroma
5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A (6%:3%:84%) C (8%:3%:84%) E (10%:3%:84%) B (7%:3%:84%) D (9%:3%:84%)
Gambar 4.5 Grafik Batang Pada Aroma Lilin Aromaterapi Sereh Wangi
Berdasarkan Gambar 4.5 uji kesukaan aroma terhadap lilin aromaterapi sereh
wangi dihasilkan nilai kesukaan dengan rentang dari 3,8 (biasa) – 4 (suka). Perlakuan
yang paling banyak disukai terdapat pada perlakuan A (minyak sereh wangi 6%:parafin
10%: asam stearat 25,2%) dengan nilai rata-rata 4 (suka) dan yang tidak disukai panelis
pada perlakuan D (minyak sereh wangi 9%:parafin 10%: asam stearat 25,2%) dengan
nilai rata-rata 3,8 (biasa). Menurut Lestari et all (2020), semakin lama lilin dinyalakan
makan akan semakin pekat aroma yang dihasilkan oleh lilin sehingga memberikan efek
agak sedikit menggangu dan menurunkan tingkat penerimaan panelis.
35
Organoleptik
5
4,5 4 3,93 3,93
3,73 3,66 3,86 3,8
4 3,56 3,46 3,43
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A C E B D
(6%:3%:84%) (8%:3%:84%) (10%:3%:84%) (7%:3%:84%) (9%:3%:84%)
Warna Aroma
36
Tabel 4.8 Besarnya Biaya Investasi Pembuatan Lilin Aromaterapi
37
stearad 1.512 gram, minyak sereh 108 ml. Dalam 1 kali produksi menghasilkan 60
cetakan isi 10 gram. Besarnya biaya variabel lilin aromaterapi dapat dilihat pada Tabel
4.10.
BEP (Q) = FC
P – VC
38
2. Perhitungan Break Event Point Atas Dasar Penjumlahan Produk Dalam Rupiah
FC
1– P
BEP (Rp) =
VC
= 5.980.000 / 1- 31.346,69 / 35.000
= 5.980.000 / 1- 0,89
= 5.980.000 / 0,11
= Rp 54.363.636,4
Berdasarkan perhitungan BEP diatas perusahaan tidak mengalami kerugian dan
keuntungan pada penjualan 1.636,87 unit produk setiap tahunnya dan penjualan
tersebut harus mencapai angka Rp 54.363.636,4.
39
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji organoleptik formulasi yang paling disukai penalis terdapat pada
perlakuan A dengan penambahan minyak sereh wangi sebanyak 6%.
3. Perbedaan persentase minyak sereh wangi tidak berpengaruh nyata terhadap titik
cair pada lilin aromaterapi yang dihasilkan.
4. BEP berdasarkan unit pada lilin aromaterapi minyak sereh adalah 1.636,87 unit
sedangkan BEP berdasarkan rupiah adalah Rp 54.363.636,4
5.2 Saran
1. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya dapat menggunakan basis lilin
yang berasal dari tumbuhan seperti palm wax, soy wax sebagai pengembangan
menjadi bio lilin.
40
DAFTAR PUSTAKA
AOAC, 2005. Official and Tentative Method. American Oil Chemists Society.
Champaign. Illinois.
AOAC Internasional, “Official Methods of Analysis of AOAC International”, AOAC
Official Analysis, 1-17, 2016.
Adiandasari J., Wusnah, Azhari. 2021. Pengaruh Suhu dan Waktu Terhadap Proses
Penyulingan Minyak Serah Wangi. Jurnal Teknik Kimia. Vol 1(1) :22-28
Agoes, G., 2007. Teknologi Bahan Alam. ITB Press Bandung.
Agus Harjito, Martono. 2008. Manajemen Keuangan, edisi1. Yogyakarta:
Ekonisia.
Akiyoshi. “Pengaruh produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan serta loyalitas
pelanggan pada PT. Kartika tirta hema”. Thesis. Bandung. 2017. Hal :3
Ali, B., Ahmad, A., Al-wabel, N. A., Khan, S. A., & Anwar, F. 2015. Essential
Oil Used in Aromatherapy, A Systemic review. Asian Pacific Journal of
Tropical Biomedicine, 8, 589.
Apriyanto, V. Murhananto. Teknik membuat lilin hias. Bandar lampung. h. (10- 11).
2019.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2017. Info Tek Perkebunan.
Pertimabangan Teknis Pengusahaan Serai Wangi sebagai Tanaman Sela
Perkebunan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian
Pertanian. Jakarta. ISSN 2085-319X.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 06-3953, 1995. Minyak Sereh.
Baridwan, Zaki. 2008. Sistem Informasi Akuntasi, Edisi ke-2. BPFE,
Yogyakarta.
Carter, William K dan Usry, Mitton F. 2009. Akuntansi Biaya II. Edisi 14.
Jakarta:Salemba Empat.
Dascota, M. Perbandingan kandungan minyak Atsiri tanaman sereh wangi
(Cymbopogon nardus) yang ditanami di lokasi yang berbeda. Skripsi. Bali.
Universitas udayana, h. (4, 6-8). 2017
Departemen kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes
RI.
Djarot P., Moerfiah., Ambarwati D. 2019. Lilin Aromatik Minyak Atsiri Kulit Batang
Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Sebagai Repelen Lalat Rumah (Musca
domestica). Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup, 55-64.
41
Ekowati, D. Ahmad N. Jason M. Uji aktivitas minyak kulit buah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam sediaan motion sebagai repelan terhadap nyamuk Aedes
aegypti. Jurnalbiomedika. UGB. Vol 6(1), h. (19-20). 2018.
Faidliyah. 2017. Pembuatan Lilin Aroma Terapi Berbasis BahanAlami. Jurnal Prodi
Teknik Kimia Intitut Teknologi Malang.
Fatimah, Lestari E, Khusnul K. 2016. Penggunaan Lilin Lebah Dengan Penambahan
Konsentrasi Minyak Atsiri Tanaman Serai (Cymbopogon Citrartus) Sebagai
Pengusir Lalat (Musca Domestica). Jurnal Penelitian. Kalimantan Selatan :
Politeknik Negeri Tanah Laut.
Firdaus. 2013. Variasi kadar mannitol daun corn syrup sebagai basis dalam formulasi
nutraseutikal sediaan gummy candies sari b uah markisa kuning (passifora
edulis Vae: flavicarfa). Jurnal penelitian saintek, vol 18. Nomor 1. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Ginting, Sentosa. 2004. Pengaruh Lama Penyulingan Terhadap Rendemen dan Mutu
Minyak Atsiri Daun Serh Wangi: Universitas Sumatera Utara.
Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri, Jilid I. Diterje (vika aura rislianti)mahkan oleh
Kateren, S., UI Press, Jakarta, 170-183, 296- 297.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri, Penerjemah S. Ketaren dan R. Mulyono J., Jilid IV
A, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Gunawan, Imam. 2016. Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Buku 1 edisi 8. Jakarta:
Salemba Empat.
Herawaty, A., Prabandari, S., Susiyarti. 2021. Formulasi dan Uji Sifat Fisik Lilin
Aromaterapi Kombinasi Minyak Atsiri Daun Kemangi dan Sereh. Jurnal Ilmiah
Farmasi, Vol 1. No 1. Tegal: Politeknik Harapan Bersama.
Herjanto, Eddy. 2008, Manajemen Operasi Edisi Ketiga, Jakarta: Grasindo.
Hilman G. 2007. Analisa Proses Penyulingan Minyak Atsiri Daun Serai Wangi
(Citronellal) Menggunakan Metode Uap Langsung. Laboratorium Teknik
Prosesing Hasil Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Jalaluddin, Aji A, Nuriani S. 2018. Pemanfaatan minyak sereh (Cymbopogon Nardus
L) sebagai antioksidan pada sabun mandi padat. Jurnal teknologi kima unimal
7:1. 52-60
Kadarohman A. 2009. Eksplorasi Minyak Atsiri Sebagai Bioaditif Bahan Bakar Solar.
Jurnal Pengajaran MIPA 14(2):121-124.
42
Kim. 2005. [6]-Gingerol, a pungent ingredient of ginger, inhibts angiogenesis in vitro
and in vivo, Biochemical and Biophysical Research Communications. 355:300-
308.
Koensoemardiyah. 2014. Aromaterapi untuk kesehatan, kebugaran, dan kecantikan.
Edisi 1. Yogyakarta: Lily publisher.
Lestari, Ayu. 2017. Mutu Fisik Dan Penerimaan Volunteer Spray Antinyamuk Minyak
Kenanga (Canangium odoratum). Malang.
Lestari, D., Vidayanti, E., & Jumari, A. (2020). Lilin Aromaterapi dari Minyak Atsiri
Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis). Equilibrium Journal of Chemical
Engineering, 3(2), 69. https://doi.org/10.20961/equilibrium.v3i2.43098
Lestari, T., Ruswanto. 2015. Potensi Antikanker Dari Ekstrak Bunga Kecombrang
Dengan Berebagai Tingkat Kepolaran Terhadap Sel T47D . Jurnal kesehatan
balai tunas husada Vol 14 No. 1, 8-11.
Lotuny, T.L dan Rahmayati, Y. 2002. Produksi dan perdagangan minyak atsiri.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Menkes, RI. Formularium Ramuan ObatTradisional. Jakarta: Kemenker RI; 2017.
Minah, F. N. 2017. Pembuatan Lilin Aroma terapi Berbasis Bahan Alami. Industri
Inovatif Jurnal Teknik Industri, 7(1), 29-34.
Muyasarroh. 2012. Sitronellal Dari Minyak Sereh Wangi dengan Variasi Kecepatan
Pengadukan dan Penambahan Natrium Bisulfit. Institut Teknologi Nasional.
Malang.
Naibaho, DH., Yamkan V, Y., Weni, Wiyono. 2013. Pengaruh basis salep terhadap
formulasi sediaan salep ekstrak daun kemangi (Ovinum sanchum L.) pada kulit
punggung kelinci yang dibuat injeksi staphilacocus aures. Jurnal ilmiah
farmasi. UNSTRAT. Vol 2. No.2.
Novita, W. 2009. Merawat Kecantikan Dirumah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurcahyo, Heru. 2016. Formulasi minyak atsiri daun jeruk purut (Citrus Hystrix D.C)
sebagai sediaan aromaterapi. Pancasakti science education journal.
Pancarani, L., Amananti, W., & Santoso, J. (2020). Formulasi dan Evaluasi Sediaan
Ginger Scented Candle Sebagai Aroma Terapi. Jurnal Farmasi, 7(1), 1–7.
Primadiati, R. 2002. Aromaterapi :Perawatan Alami Untuk Sehat dan Cantik. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Retno Sri Indah L., Djumali M., Ani S., Anas Miftah, dan MeikaSyahbana R. 2012.
Kajian Finansial Isolasi Citronellal Dan Rhodinol Pada Industri Berbasis
Senyawa Turunan Minyak Sereh Wangi, Agrointek Volume 6 Nomor 1, hal.
45-54.
43
Revika, Rachmaniar, Haruman, Kertamihardja, Nitta NS, Theo, Barata. 2015.
Formulasi dan evaluasi gel aromaterapi minyak atsiri bunga kenanga
(Cananga odorata) sebagai antidepresi. Journal Of Pharmaceutical science and
Technology Vol.4 No.2.
Rochim, A. 2009. Memproduksi 15 Jenis Minyak atsiri berkualitas. Penebar swadaya,
jakarta. Indonesia.
Rusli, N., Rerung, Y, W, R. 2018. Formulasi Sediaan Lilin Aromaterapi sebagai Anti
Nyamuk Dari Minyak Atsiri Daun Nilam (Pogostemoncablin Benth)
Kombinasi Minyak Atsiri Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle).
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia vol. 4 no.1, 68-73.
Santoso, B. M. 2007. Sereh Wangi Bertanam dan Penyulingan, Cetakan Ke 10,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Halaman 29-34.
Sarkic, A. & Stappen,I. 2018. Essential Oils and Their Single Compounds in
Cosmetics-A Critical Review. Cosmetics, 5(11).
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sulaswatty, Anny. 2019. Minyak Serai Wangi dan Produk Turunannya. Jakarta : LIPI
Pres.
Sumarni, N.BAji, Solekan. 2008. Pengaruh Volume Air dan Berat Bahan Pada
Penyulingan Minyak Atsiri. Jurnal TeknologiVol1.No1, 83 –88.
Susetyo R., dan Reny H. 2004. Kiat Menghasilkan Minyak Sereh Wangi. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Wei LS, Wee W. 2013. Chemical composition and antimicrobial activity of
Cymbopogon Nardus citronella essential oil against systemic bacteria of aquatic
animals. Iranian Journal of Microbiology 5:147-152
44
Lampiran 1. SNI 06-3953-1995 Minyak Sereh Wangi
45
Lampiran 2. SNI 06-0386-1989 Lilin Penerangan, Mutu dan Cara Uji
Keadaan fisik lilin : warna serba sama, serba rata tidak retak, tidak
patah, tidak cacat
46
Lampiran 3. Proses Ektraksi Minyak Sereh Wangi (Modifikasi Adiandasari,
Wusnah dan Azhari, 2021)
Daun
sereh
wangi
Pemotongan 2 cm
Penyulingan
Air 500 mL T = 1000C, t = 3 jam
Pemisahan Air
Pengujian
Minyak atsiri
sereh wangi - Analisa Fisik
• Bobot Jenis
• Rendemen
- Analisa Kimia
• Kelarutan dalam etanol
80%
• Sitronelal
47
Lampiran 4. Proses Pembuatan Lilin Aromaterapi (Rislianti, Aryati dan Rijai,
2021)
Pengujian
Lilin - Analisa Fisik
Aromaterapi
• Kejernihan
• Waktu bakar
• Titik cair
- Organoleptik
- BEP
48
Lampiran 5. Formulir Uji Organoleptik
Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
1 Tidak suka
2 Kurang suka
Warna 3 Biasa
4 Suka
5 Sangat suka
1 Tidak suka
2 Kurang suka
Aroma 3 Biasa
4 Suka
5 Sangat suka
49
Lampiran 6. Hasil Minyak Atsiri Minyak Sereh Wangi
50
Lampiran 7. Dokumentasi Produk
Keterangan :
51
Lampiran 8. Hasil Sidik Ragam Lilin Aromaterapi Minyak Sereh Wangi
1. Kejernihan
SK DB JK KT Fhit Ftab 5%
Perlakuan 4 10,81 2,70 3,73* 3,71
Galat 10 7,25 0,72
Total 14 18,06
KK = 9%
Keterangan : *) = significan (berpengaruh nyata) **) = non significan (tidak berpengaruh nyata)
2. Waktu Bakar
SK DB JK KT Fhit Ftab 5%
Perlakuan 4 746,22 186,55 24,52* 3,71
Galat 10 76,09 7,61
Total 14 822,31
KK = 15%
Keterangan : *) = significan (berpengaruh nyata) **) = non significan (tidak berpengaruh nyata)
3. Titik Cair
SK DB JK KT Fhit Ftab 5%
Perlakuan 4 3,33 0,83 2,08** 3,36
Galat 10 4,00 0,4
Total 14 7,33
KK = 9%
Keterangan : *) = significan (berpengaruh nyata) **) = non significan (tidak berpengaruh nyata)
52