Disusun Oleh:
Menyetujui
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG INDUSTRI
BALIKPAPAN
Disusun oleh:
Mohammad Rezza Pachrurazi (17 644 019)
Menyetujui: Mengetahui:
ii
DISCLAIMER
Sesuai UU No. 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada ketentuan
umum pasal 1 ayat 2 menyatakan Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan,
disimpan, dikelola, dikirm, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan
dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang - Undang ini serta
informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Seluruh data dan informasi
pada laporan Magang Industri ini adalah milik PT. PERTAMINA ( Persero ). Dilarang
menyalin, memperbanyak, dan memperjualbelikan isi laporan tanpa seizin dari PT.
PERTAMINA ( Persero ). Pelanggar ketentuan ini akan ditindak sesuai dengan hukum
yang berlaku.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanu wata’ala. yang telah
meberikan kesehatan dan keimanan, sehingga penyusun dapat melaksanakan kerja
praktik di PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan dan dapat menyusun laporan
kerja praktik ini. Sholawat serta Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarga, sahabat, dan kita sebagai pengikutnya
hngga akhir zaman.
Kerja praktik ini berlangsung selama dua bulan, terhitung mulai dari tanggal 1
Maret sampai 30 April 2020. Pelaksanaan kerja praktik ini terdiri orientasi umum dan
studi literatur guna mendalami materi dalam pengerjaan tugas khusus yang diberikan
oleh pembimbing.
Kerja praktik merupakan serangkaian tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan S1-
Terapan pada Program Studi Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda.
iv
5. Bapak Oky Adi Purnomo, B. Sc. selaku pembimbing kerja praktik di PT.
PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas bimbingan dan arahannya selama melaksanakan kerja
praktik.
6. Seluruh staff Process Engineering atas kesediaannya berbagi ilmu selama
penulis melakukan praktik.
7. Seluruh operator di Ruang Pusat Pengendalian Kilang (RPPK) PT
PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan
8. Teman-teman seperjuangan kerja praktik.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................ii
DISCLAIMER................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL..........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
vi
2.2.4.4. Energy Conservation and Loss Control Section................................13
3.1. Bahan...............................................................................................................16
3.3. Produk..............................................................................................................55
3.3.1. LPG............................................................................................................56
3.3.2. Naphta........................................................................................................58
3.3.3. Premium....................................................................................................60
3.3.4. Kerosin......................................................................................................62
3.3.8. Avtur..........................................................................................................65
3.3.9. LSWR........................................................................................................66
3.5.1. Utilitas.......................................................................................................68
4.1. Kesimpulan...................................................................................................99
4.2. Saran............................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................101
ix
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
a.........................................................................................................................................2
t........................................................................................................................................34
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Long residu yang dihasilkan selanjutnya diolah dalam unit distilasi hampa/ High
Vacuum Unit (HVU) yang bertekanan 30-50 mmHg. Produk HVU berupa Light
Vacuum Gas Oil (LVGO), Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO) serta short residu. HVGO
selanjutnya diolah dalam unit HydrocrackingComplex (HCC) sehingga menghasilkan
beberapa fraksi berupa LPG, naphta, kerosin, serta solar.
Pada Flare Gas Recovery System dihasilkan produk recovered fuel gas dan
recovered LPG dari umpan off gas paling dominan berasal dari Crude Distillation Unit
(CDU) IV di kilang Balikpapan II. Hydrogen Recovery System menggunakan teknologi
membran dalam proses pemisahan gas hydrogen dari LPG off gas. Gas hydrogen yang
diperoleh kembali dengan kemurnian 98% mol dapat digunakan sebagai make up gas
hydrogen untuk kebutuhan proses di HCC.
Pada gambar 6.1 di bawah menjelaskan secara garis besar tata letak pabrik di
PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan, dimana pembagiannya terdiri atas
Kilang Balikpapan I yang meliputi area Diswax (Distillation and Wax Plant), Kilang
Balikpapan II yang meliputi area HSC dan HCC, dan kemudian fasilitas penunjang
lainnya seperti Oil Movement (Tangki minyak, Loading Master, Jetty, dll), Utilitas,
Laboratorium, Gudang – Gudang (Peralatan proses, bahan kimia, Limbah, dll), HSE,
dan Gedung Perkantoran.
Gambar 2.1 Tata Letak Pabrik PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan
2.2. Struktur Organisasi
PT. PERTAMINA (Persero) mempunyai sistem organisasi dimana para staff
dibagi atas cabang-cabang berdasarkan regional. Organisasi PT. PERTAMINA
(Persero)Refinery Unit V Balikpapan berada di bawah wewenang dan tanggung jawab
General Manager RU V (GM), yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Pengolahan Pertamina.
➢ Terminal Balikpapan
Terminal Balikpapan memiliki dua seksi yaitu seksi Tank. Farm Storage yang
bertugas mengawasi kegiatan pemompaan di 10 rumah pompa yang dimiliki kilang
serta seksi jembatan dan terminal yang bertugas dan bertanggung jawab melakukan
kegiatan bongkar muat crude, produk BBM, produk non BBM ke kapal.
➢ Terminal Lawe–lawe
Terminal ini merupakan pintu masuk crude oil import sebelum masuk ke
terminal Balikpapan. Unloading Crude oil dari kapal dilakukan dengan Single Buoy
Mooring (SBM) yang terletak di tengah laut berupa terminal mengambang tempat
berlautnya pipa tangker. Penyaluran crude dari terminal Lawe – Lawe terminal
Balikpapan dilakukan melalui jaringan pipa bawah laut.
6. Laboratory
Bertugas untuk melakukan pemeriksaan, penelitian secara rutin dan memberikan
hasil secara analisis terhadap bahan baku dan kualitas produk yang diperoleh serta
penelitian atas pengembangan produk laboratorium di RU V Balikpapan terdiri atas
beberapa laboratorium utama yaitu:
1. Seksi Pengembangan
2. Seksi Proses Kontrol
3. Seksi Proses Environmental dan Safety
4. Seksi Kontak Engineer
2.2.4.2. Facility Engineering Section
Fungsi bagian ini adalah merencanakan, mengoordinasikan, mengarahkan, dan
mengendalikan kegiatan analisis dan studi terhadap potensi pengembangan peralatan
kilang dan pemecahan permasalahan operasi kilang dari segi mekanis, rotating,
instrumentasi, dan material termasuk penyimpanan rancangan teknik untuk optimalisasi
dan efisiensi, peningkatan yield, utilitasi, dan pengangkatan orientasi lingkungan dan
keselamatan pada unit proses selaras dengan perkembangan teknologi pengilangan
minyak bumi dengan biaya optimal guna mendapatkan nilai tambah serta peningkatan
refinery margins. Bagian ini memberikan saran kepada bagian – bagian produksi
terhadap kinerja fasilitas kilang (listrik, mekanik rotating equitment dan material) dan
juga melakukan evaluasi modifikasi serta pengembangan non-proses yang diusulkan
oleh Proses Engineering. Bagian Facility Engineering terdiri dari enam seksi, yaitu:
1. Mechanical Engineering
2. Electrical Engineering
3. Instrument Engineering
4. Rotating Engineering
5. Material Engineering
6. Civil Engineering
2.2.4.3. Project Engineering Section
Fungsi bagian Project Engineering adalah mengatur kontrak kerja, mengelola
dan mengendalikan kegiatan perencanaan, pelaksanaan proses pengadaan barang dan
jasa, mempersiapkan cetak biru modifikasi terhadap kilang, menentukan pemilihan alat
serta mengadakan evaluasi terhadap masalah keteknikan, dan penanganan pengawasan
pelaksanaan seluruh proyek untuk mencapai hasil proyek yang memenuhi standar
kualitas serta biaya/jadwal yang telah ditetapkan dan dinilai manfaat proyek yang
menguntungkan dalam rangka mencapai target rencana kerja Refinery Unit V yang
menjadi tanggung jadwal serta merupakan visi dan misi fungsi Engineering dan
pengembangan. Bagian project Engineering terdiri dari 4 seksi, yaitu:
Pengadaan
Ahli Proyek
Pengawas Kontruksi
Pengatur Administrasi Proyek Engineering
3.1. Bahan
Saat ini kilang Balikpapan mengolah minyak mentah (crude oil) yang berasal
dari dalam maupun luar negeri. Hasil produksi kilang Balikpapan berupa produk BBM
dan non BBM, yaitu premium, kerosene (minyak tanah), avtur, solar (minyak diesel),
fuel oil (minyak bakar), LPG, LSWR, MGO, LAWS, dan Smooth fluid.
3. Inhibitor, yang dimaksud dengan inhibitor dalam hal ini adalah inhibitor
korosi yang digunakan dalam proses-proses yang rentan terhadap gas/cairan
yang bersifat korosif. Sebagai contoh dalam proses LPG recovery, dimana
sejumlah inhibitor diinjeksikan di bagian overhead deethanizer karena umpan
mengandung sejumlah gas H2S sehingga dapat menyebabkan korosi pada
pipa- pipa pada bagian overhead.
5. Methyl Mercaptan, digunakan sebagai aditif dalam LPG agar memiliki bau
sehingga diharapkan dapat menjadi indikator terhadap kebocoran LPG.
6. Static Dissipator Additive, digunakan untuk menaikkan konduktivitas elektrik
dari avtur.
3. Proses Treating
Proses treating dapat diartikan sebagai penghilangan, pemisahan atau
pengubahan senyawa yang tidak diinginkan yang terdapat pada minyak mentah, produk
tengah dan produk akhir. Selain itu, proses treating dapat dikatakan sebagai pemisahan
atau peniadaan sebagian hidrokarbon yang tidak diinginkan dengan maksud menaikkan
kadar hidrokarbon yang diinginkan untuk menaikkan kualitas produk.PT.
PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan memiliki kapasitas 260 MBSD, yang
merupakan kapasitas terbesar kedua setelah Cilacap. PT. PERTAMINA (Persero) RU V
Balikpapan terdiri dari dua daerah kilang, yaitu kilang Balikpapan I dan kilang
Balikpapan II. Kilang Balikpapan I memiliki kapasitas 60 MBSD dan mengolah minyak
yang bersifat parafinik. Kilang Balikpapan II memiliki kapasitas 200 MBSD dan
mengolah cooctail crude. Berikut gambar proses sederhana dari kilang Balikpapan.
Karena sebagian fraksi HGO masih terikut pada bagian bottom dari crude
column maka diinjeksikan Low Pressure Superheated Steam (LPSS) dengan tekanan 3
kg/cm2, yang berfungsi untuk mengurangi tekanan parsial hidrokarbon sehingga fraksi-
fraksi ringan yang masih terdapat pada bagian bottom dapat teruapkan. Overhead gas
(O/H) yang keluar dari top kolom diinjeksikan NH3 dan UNICOR-LHS (corrosion
inhibitor). Gas ammonia berfungsi untuk menetralisasi air yang terkondensasi pada
accumulator boot dan untuk mempertahankan pH air pada range 7-9, sedangkan
corrosion inhibitor berfungsi untuk melindungi sistem overhead dari korosi. Overhead
gas tersebut dikondensasikan dalam main fractionators overhead condenser
menggunakan finfan untuk memisahkan uap, air dan hidrokarbon pada separator.
Tekanan gas pada accumulator di kontrol pada 0,3 Kg/cm2 dengan mengalirkan fuel gas
atau kelebihan gas ke flare. Hidrokarbon dialirkan ke recontact cooler untuk
dikontakkan kembali dengan aliran uap dari Knock Out Drum untuk mengabsorbsi
fraksi berat pada uap.
Naphta dari recontact cooler akan ditampung dalam Stabilizer Feed Surge Drum
dan dialirkan ke dalam Stabilizer Column/ debuthanizer setelah dipanaskan hingga
1270C (mixed crude) atau 1450C (minas crude) untuk memisahkan fraksi ringan LPG
dan fraksi naphta. Produk atasnya dikumpulkan di Stabilizer overhead accumulator
yang kemudian dikirim ke LPG Recovery Unit yang berupa deethanizer untuk
memisahkan hidrokatbon rantai pendek (C-1 sampai C-2) hingga mencapai spesifikasi
produk yaitu 0,2% vol max untuk C-2 dan 2 % vol max untuk C-5, sedangkan fraksi
naphta dimasukkan ke dalam Naphta Splitter Feed Surge Drum dijaga dengan
menginjeksikan off gas dari Stabilizer Overhead Accumulator atau membuang
kelebihan gas ke flare.
Diagram proses yang disederhanakan dari CDU V dapat dilihat pada gambar
berikut:
HVU III didesain untuk memproses reduced crude dari CDU V dan dari tangki
penyimpanan long residu. Kapasitas pengolahan unit ini adalah 25.000 BPSD untuk hot
case (umpan dari CDU V) dan 20.000 BPSD untuk cold case (umpan dari tangki export
oil existing). Produk dari High Vacuum Unit III adalah Light Vacuum Gas Oil
(LVGO),
Parafinnic Oil Distillate (POD), Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO) dan short
residue. Desain awal menunjukkan bahwa produk HVGO dan POD diambil pada tray
yang sama sehingga pemilihan pengambilan produk HVGO dan POD didasarkan pada
mood produksi. Pada tahun 2001, dilakukan modifikasi kolom sehingga produk HVGO
dan POD dapat diambil secara bersamaan pada tray yang berbeda.
b. Sistem Proses
Reduced crude dari CDU V dan dari tangki timbun long residue (pada saat shut
down) ditampung ke dalam Vacuum Feed Surge Drum untuk menstabilkan tekanannya.
Kemudian reduced crude dialirkan ke Vacuum Coloumn. Sebelum masuk ke Vacuum
Coloumn, reduced crude terlebih dahulu melalui sistem pemanasan dalam rangkaian
HE, kemudian dipanaskan kedalam sistem pemanas di tungku (furnace) pada Vacuum
Heater sampai temperatur operasi Vacuum Coloumn tercapai. Pemanasan bertujuan
untuk menaikkan temperatur umpan sehingga mencapai 341℃. Vacuum Heater yang
digunakan dirancang untuk dapat menggunakan bahan bakar fuel oil atau fuel gas.
b. Sistem Proses
Proses pemisahan air dalam minyak bumi dilakukan dengan cara
menginjeksikan demulsifier ke dalam stok minyak bumi yang akan diproses, sehingga
emulsi antara minyak dan air dapat dipecah. Demulsifier diinjeksikan melalui pipa
dengan ukuran inlet 20 inch selama pentransferan minyak berlangsung. Crude tersebut
dipanaskan hingga temperatur mencapai 50-65℃ dengan Heat Exchanger E-1-01A/B.
Sebelum dimasukkan ke dalam tangki T-1-01A/B, crude dilewatkan Wear Demister
untuk mengeluarkan gas yang terkandung dalam minyak ke flare. Di dalam wear
demister tersebut terdapat saringan yang berfungsi untuk menahan minyak supaya tidak
terikut keluar ke flare. Di atas tangki terdapat Brading Valve, dan Sringkler Water.
Brading Valve berfungsi untuk menjaga tekanan dalam tangki dengan cara
mengeluarkan gas yang terdapat dalam tangki jika tekanan dalam tangki terlalu besar.
Sedangkan Sringkler Water berfungsi untuk menyemprotkan air jika terjadi kebakaran
pada tangki. Crude ini kemudian ditampung dalam tangki T-1-01A/B untuk dipisahkan
antara airnya secara gravitasi. Didalam tangki terdapat tray coke yang berfungsi untuk
mengontrol ketinggian air dan minyak dalam tangki tersebut. Selain itu, didalam tangki
juga terdapat piringan yang berfungsi untuk menahan air agar tidak naik ke atas dan
bercampur dengan minyak. Setelah itu, crude dimasukkan ke dalam Stabilizer untuk
memisahkan gas yang masih terkandung didalam crude. Gas tersebut dilewatkan pada
Knock OutDown untuk dibuang ke flare. Di atas stabilizer terdapat Pressure
SafetyValve yang berfungsi untuk menjaga tekanan dalam stabilizer dengan cara
mengeluarkan gas yang terdapat didalamnya jika tekanan dalam Stabilizer terlalu besar
kemudian di transfer ke tangki yang ada di TBL.
Refinery Water
Pada proses Refinery ProcessWastes Treatment terdapat tiga macam proses,
yaitu proses fisik, kimiawi, dan biologis. Air buangan yang mengandung minyak kilang
Balikpapan I/II dipompakan masuk ke Refinery Waste Stilling Zone (RWSZ) yang
bertujuan untuk menyediakan zona pengendapan sebagai tahap awal pemisahan minyak.
Air keluaran RWSZ dimasukkan ke dalam Gravity Separator (GS) dimana pada unit ini
terjadi lagi pemisahan fisik secara gravitasi. Sludge akan berada pada bagian bawah GS
dan minyak pada bagian atas. Sekitar 85-92% minyak akan terpisah pada bagian ini.
Minyak akan dibawa ke Oil Skimmer sedangkan sludge akan ditampung pada Sludge
Hopper Bottom. Skimmed oil akan dialirkan ke Recovered Slop Sump. Waktu tinggal
yang cukup pada Recovered Slop Sump akan mengakumulasikan dan memisahkan
minyak. Air dari GS dialirkan ke dalam Equalization Basin (EB).
Setengah bagian pada EB akan dilengkapi dengan alat pengaduk, seperti air
diffuser, air piping, dan agitation blower sementara setengah bagian lagi tanpa
dilengkapi dengan pengaduk. Pada EB angin pengaduk digunakan membuat campuran
dari bahan- bahan pencemar yang terdapat dalam air menjadi merata untuk
memudahkan proses koagulasi pengurangan partikel-partikel tersuspensi yang terdapat
dalam air. pencampuran udara juga digunakan untuk menyakinkan tidak ada proses
anaerobik yang berlangsung. Keluaran dari EB akan masuk ke Coagulation Tank (CG).
Pada proses koagulasi ini digunakan aluminium sulfat dan anion polimer untuk
membantu proses koagulasi. Asam klorida dan kaustik soda digunakan untuk
mengontrol pH. Tahapan proses selanjutnya adalah Dissolved Air Flotator (DAF). Di
dalam DAF, flok dari partikel-partikel tersuspensi diapungkan ke permukaan dengan
injeksi angina. Dengan adanya injeksi angin ini akan terbentuk lapisan buih pada
permukaan air yang secara terus menerus akan dipisahkan dengan skimmer. Lalu
keluaran akan dialirkan secara gravitasi ke Bio-Aeration Basin (BAB) dimana terjadi
proses pengolahan limbah secara biologis. Temperatur optimum untuk mikroba yang
bekerja pada unit ini antara 36-38℃. Air limbah kemudian masuk ke Biological Sludge
Clarifier dimana lumpur yang terbentuk selama proses BioAerotion diendapkan agar
dapat diambil untuk dialirkan ke BAB. Kelebihan sludge akan diproses oleh proses
perlakuan sludge. Air jernih yang dihasilkan kemudian secara overflow dialirkan ke
Gravity HeadDischarge Chamber.
Storm Water
Pada proses Storm Water hanya terdiri dari proses fisika, dimana air hujan mula-
mula dimasukkan ke Storm Water Stilling Zone (SWSZ) untuk memisahkan minyak
dengan lumpurnya, dimana lumpur dialirkan ke OC-104 dan OC-106, sedangkan airnya
dialirkan ke Storm Water Basin (SWB) yang dirancang agar butiran minyak yang masih
tersisa dalam keluaran dapat naik mengapung akibat gravitasi dan retention time yang
cukup lama. Untuk mengalirkan air dari SWB ke TPI separator 28, digunakan pompa
jenis screw pump dengan maksud agar tidak terjadi turbulensi yang mengakibatkan
butiran minyak teraduk kembali. Setelah itu air dialirkan ke Tilted Plate Interceptor
Separator 28 untuk memisahkan minyak yang biasanya berdiameter cukup kecil (<60𝜇)
dengan pelat lamela, Butiran-butiran minyak yang sudah terpisahkan ditangkap oleh
skimmer dan dimasukkan ke Recovered Slop Sump II, dan dipompakan ke V16/17. Air
dialirkan menuju Gravity Head Discharge Chamber dan bergabung dengan air dari
Clarifier.
Pada Sludge Treatment, sludge yang berasal dari DAF Scum Pump, Surplus
Sludge Sump, dan Off-site Oily Sludge Sump akan dialirkan ke Sludge Coagulator
untuk mengendapkansludge. Pada unit ini, sludge dicampur dengan polimer kation dan
mengalir gravitasi ke Sludge Dewatering Centrifuges. Pada SDC, sludge yang tak berair
akan berada pada bagian bawah dan dialirkan ke Centrifuge Cake Hooper. Chemical
Dosing System terdiri atas Caustic Soda Dosing Unit yang menginjeksikan soda kaustik
pada Coagulation Tank dan Gravity Head Discharge Chamber untuk mengontrol pH,
HCl Dosing Unit yang menginjeksikan asam klorida pada Coagulation Tank dan
Gravity Head Discharge Chamber untuk mengontrol pH, HPO3 Dosing Unit yang
menginjeksikan HPO3 ke BAB sebagai nutrient, Urea Dosing Unit yang
menginjeksikan urea ke BAB sebagai nutrien, Alum Dosing Unit yang menginjeksikan
alum ke Coagulant Tank sebagai koagulan, Anion Polymer Dosing Unit yang
menginjeksikan anion polimer ke Coagulation Tank sebagai flokulan, dan Kation
Polymer Dosing Unit yang menginjeksikan polimer kation ke Sludge Coagulator
sebagai koagulan untuk memisahkan sludge dengan air.
Unit ini berdasarkan desainnya mengolah minyak bumi yang berasal dari handil
dan bekapai dengan kapasitas pengolahan 200 MBSD. Karena keterbatasan pasokan
minyak bumi dari handil dan bekapai, maka CDU IV juga mengolah minyak bumi dari
tempat lain yang berasal dari dalam dan luar negeri. Sebelum masuk ke-CDU IV,
minyak bumi dicampur (blending) dahulu di tanki Crude lawe-lawe.
b. Sistem Proses
Minyak bumi dialirkan dari tangki minyak mentah, kemudian dipanaskan dalam
rangkaian HE yang memanfaatkan panas dari produk fraksionasi. Setelah melewati HE
(sebelum masuk crude desalter), aliran diinjeksikan air dan demulsifier. Penambahan air
bertujuan untuk melarutkan garam-garam dalam minyak, sedangkan demulsifier
berguna untuk memecahkan emulsi antara air dengan minyak.
Setelah mengalami pemanasan, minyak bumi mentah masuk crude column pada
temperatur 3540C. Pada bagian bottom dari Crude Column dinjeksikkan Low Pressure
Steam (LPS) dengan tekanan 10 Kg/cm2 yang berfungsi untuk mengurangi tekanan
parsial hidrokarbon sehingga fraksi-fraksi ringan yang masih terdapat pada bagian
bottom dapat teruapkan. Overhead gas (O/H) yang keluar dari puncak kolom
diinjeksikan NH3 dan UNICOR-LHS (Corrosion Inhibitor). Gas ammonia berfungsi
untuk menetralisir air yang terkondensasi pada accumulator boot dan untuk
mempertahankan pH air pada range 7-9, sedangkan corrosion inhibitor berfungsi
melindungi sistem Overhead dari korosi. Kondensat yang terdapat di dalam accumulator
selanjutnya dialirkan dalam Stabilizer Column agar fraksi ringan (< C4) terpisah dengan
fraksi yang lebih berat (> C5).
Fraksi LGO merupakan produk samping antara tray 32 dan 33 dikirim ke LGO
stripper untuk dipisahkan antara LGO dengan fraksi ringan yang masih terbawa.
b. Sistem Proses
1. Desulfurisasi
2. Denitrifikasi
3. Hidrogenasi olefin
4. Eliminasi olefin
Heavy naphta yang merupakan keluaran dari HCU A/B dan CDU IV ditampung
dalam feed surge drum yang ditambahkan H2 kemudian dipanaskan dalam HE dan
Charge Heater. Sebelum melewati HE, umpan diinjeksikan butyl merkaptan, yang
berfungsi sebagai “sulfiding agent” bagi katalis, yang akan mempercepat kinerja katalis
baru atau memperbaiki kereaktifan katalis yang telah diregenerasi. Setelah itu masuk
reaktor pada suhu 368oC dan keluar pada suhu 371oC.
Aliran yang keluar dari reaktor dilewatkan HE, kemudian diinjeksikan dengan
kondensat dari Wash Water Drum. Aliran tersebut ditampung dalam produk Separator
untuk dipisakan antara H2O dengan H2. Air yang tertampung dalam Water Boot
dikirim ke Sour Water Stripper, sedangkan H2 yang tidak bereaksi dikembalikan lagi ke
aliran umpan.
b. Sistem Proses
Fungsi utama dari unit platformer (plant 5) adalah untuk menaikkan bilangan
oktan (ON) heavy naphta yang dihasilkan pada unit destilasi atmosferik di plant 1.
Naphta yang dihasilkan dari unit platformer ini disebut dengan Reformat, melalui Unit
Platformer diharapkan bilangan oktan naphta diangkat dari 56 menjadi sekitar 96.
Reformat yang dihasilkan digunakan sebagai bahan dalam proses blending untuk
menghasilkan produk premium hingga pertamax resin.
Di dalam Unit Platformer terdapat dua bagian utama yaitu bagian Platformer dan
bagian CCR (Continous Catalyst Regeneration). Dalam Unit Platformer terjadi reaksi
isomerisasi. Pada aliran umpan juga diinjeksikan propilen diklorida (PDC) dan
kondensat untuk menjaga neraca air-klor pada katalis, karena senyawa klorida pada
konsentrasi tertentu akan berguna untuk menstabilkan katalis. Berikut ini adalah bagan
sederhana proses Platformer Unit:
Umpan bagi unit LPG Recovery berdasarkan desain adalah dari CDU IV, CDU
V, Platformer Unit dan HCC Unit. Kapasitas pengolahan plant ini sebesar 242 metrik
ton per hari.
b. Sistem Proses
Gas umpan dari Platformer, Hydrocracker dan CDU dipanaskan terlebih dahulu
tanpa mengalami penguapan, kemudian dialirkan kedalam Deethanizer. Gas yang keluar
dari kolom dikondensasikan dan didinginkan oleh Deethanizer Overhead Condenser
lalu ditampung dalam Overhead Receiver. Sebelum didinginkan gas diinjeksikan
dengan
“corrosion inhibitor” karena masih mengandung H2S yang dapat menimbulkan
korosi. Gas yang tidak terkondensasi dikirim ke Fuel Gas System, sedangkan air yang
terbentuk pada bagian bawah/bootleg Overhead Receiver dikirim ke Sour Water
Stripper. Gas yang mengandung fraksi propane, butane, dan sedikit isopentena, yang
merupakan produk bawah Deethanizer Coloumn dikirim ke unit LPG Treater Unit jika
mengandung Sulfur terlalu banyak, atau dapat langsung dimasukan ke dalam tangki
penyimpanan jika kandungan Sulfur yang ada di dalam LPG sudah cukup rendah.
Berikut ini adalah Diagram sederhana Proses pada LPG Recovery:
b. Sistem Proses
Sour Water System adalah unit yang dirancang untuk mengelola semua air
buangan proses baik dari HSC (Hydroskiming Complex), sedemikian sehingga air
buangan tersebut dapat digunakan kembali di dalam proses.
Air umpan yang diproses dalam unit SWS mengandung kadar sulfur yang cukup
tinggi, oleh Karena itu disebut air asam (sour water), air keluaran SWS diharapkan tidak
memiliki kandungan Sulfur di atas 50 ppm sebagai H2S dan konsentrasi NH3 dibawah
100 ppm. Kapasitas terpasang unit ini adalah 600 metrik ton per hari.
b. Sistem Proses
Air buangan/Sour water masuk DeggasingDrum untuk dipisahkan antara fraksi
gas/hidrokarbon ringan, minyak dan air yang terdapat pada Sour Water. Minyak yang
terdapat pada permukaan air dipisahkan ke Slop Tank, sedangkan fraksi gasnya dikirim
ke Incinerator. Kandungan air diumpankan ke Sour Water Stripper. Sebelum masuk
SWS, aliran air dipisahkan terlebih dahulu. Produk atas kolom stripper, yang berupa gas
dikirim ke Incinerator. Sedangkan produk bawah yang berupa Stripped Water
digunakan kembali pada CDU IV dan HVU II. Diagram singkat proses pada Sour Water
Stripper dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut.
b. Sistem Proses
Long residu yang berasal dari CDU IV dan CDU V dirasakan masih memiliki
nilai ekonomis, oleh karena itu residu dari kedua unit tersebut kembali mengalami
proses pemisahan secara distilasi pada tekanan vakum untuk menghindari terjadinya
perengkahan selama proses pemisahan berlangsung. Umpan yang akan diolah di HVU
II ini terlebih dahulu melalui sistem pemanas awal (preheat menggunakan steam dan
produk bawah HVU II sendiri, lalu setelah itu masuk ke dalam sistem pemanas di
tungku furnace.
Minyak mentah yang akan diolah dimasukkan dalam surge drum untuk
mencegah minyak mentah terangkat ke atas akibat keadaan vakum. Di dalam kolom
HVU II terdapat 3 buah tray dan 2 buah kolom packing untuk proses pemisahan.
Kondisi vakum didalam kolom dipertahankan dengan menggunakan steam
ejector tiga tahap. Bagian atas kolom dihubungkan dengan ejector tahap pertama,
kemudian campuran steam dan uap hidrokarbon yang tidak terkondensasikan, sebagian
uap hidrokarbon yang tidak terkondensasikan terhubung lagi dengan sistem ejector
kedua, campuran steam dan uap hidrokarbon yang belum terkondensasikan ini
dikondensasikan lagi dengan sedangkan uap hidrokarbon yang belum terkondensasikan
dihubungkan lagi dengan sistem ejector ketiga. Kondensat dari tiap-tiap ejector
dialirkan kedalam suatu drum penampung. Campuran air dan sebagian minyak dialirkan
ke sour water stripper sedangkan gas-gas yang tidak terkondensasikan dialirkan ke
System Flare.
LVGO diambil dari Chimney tray dibawah packing bed pertama, kemudian
didinginkan dan ditampung dalam tangki penyimpanan minyak diesel. HVGO diambil
dari Chimney tray dibawah packing bed kedua. Setelah didinginkan HVGO dialirkan
sebagai feed Hydrocracker unit. Slop wax diambil dari Chimney tray paling bawah dan
dikrim sebagai campuran fuel oil. Sedangkan vacuum residue/short residue dikeluarkan
dari bagian bawah kolom, setelah didinginkan short residue digunakan untuk campuran
fuel oil.
(mm)
Freeze Point - - -80 -45 -
(0F)
Flash Point (0F) - - - - 154
b. Sistem Proses
Umpan hydrocarbon recycle yang berasal dari produk fraksinator yang tidak
terkonversi dan terdiri dari HVGO setelah lebih dahulu dilewatkan fresh feed reactor.
Hasil dasar ini kemudian di recycle dengan Recycle reactor. Umpan HVGO dapat
diperoleh dari Intermediate Storage Tank serta filter oil dari wax plant yang dicampur
dengan HVGO. Pertama kali feed masuk melalui Fresh Feed Filter untuk menhasilkan
padatan yang berukuran lebih dari 25 mikron. Kemudian masuk ke Fresh Feed Surge
Drum.
Kondisi dijaga pada temperatur 770C. Dari bawah, feed dialirkan ke Fresh Feed
Reactor/Effluent Exchanger bersama – sama dengan gas H2 dari kompresor make up
gas dengan bantuan Feed Exchanger Pump (G3-01A/B/C) sehingga temperatur naik
menjadi 4100C. Feed kemudian dipanaskan lebih lanjut dalam Reactor Charge Heater
untuk menaikkan temperatur inlet yang kemudian masuk pada bagian atas reaktor
pertama melalui distributor yang terletak pada top inlet flange reactor. Dibawah inlet
distributor merupakan uap cairan untuk mendistribusi cairan dan gas pada daerah cross
section katalis dibawahnya. Reaktor yang pertama kali dilewati adalah Fresh Feed
Reactor. Dibawah vapour liquid redistributors terdapat 2 bed katalis yang dipisahkan
oleh support katalis dan quench gas distributor serta vapour liquid distributor.
Quenching gas berguna untuk mengalirkan gas H2 dengan temperatur rendah (38-650C)
untuk mengatur dan mengendalikan suhu reaktor yang cenderung naik, karena reaksi
eksotermis. Vapour
Produk yang keluar dari Fresh Feed Reactor ditambah gas recycle bersuhu 2210C
dialirkan dari dasar fraksinator ke Recycle Surge Drum bertekanan 3,5 kg/cm2g melalui
Recycle Filter. Dari dasar recycle surge drum, feed dialirkan ke Recycle Feed/Reactor
Effluent Exchanger (dengan bantuan Recycle Charge Pump). Feed digabungkan dengan
H2 recycle dari Compressor dan mengalami pemanasan dari suhu 150-361 0C dalam
exchanger dan dipanaskan lagi sampai 4130C dalam Reactor Charge Heater. Setelah itu
masuk pada Recycle Reactor dan mengalami reaksi lebih lanjut. Produk sebelum
didinginkan melalui tube Recycle Feed/Reactor Effluent Exchanger dan Recycle
Product Condenser (sehingga terjadi penurunan temperatur dari 2120C menjadi 540C,
diinjeksikan dengan air dan NaOH. Aliran ini bersama-sama dengan Fresh Feed Reactor
dan masuk ke High Pressure Separator.
2. Seksi Fraksinasi
Gambar 3.13 Blok diagram proses fraksinasi Hydrocracker
Produk cair reaktor keluar dari Low Pressure Drum dipompa ke tray 16 dari tray
30 Debuthanizer. Sebagian butana dan hidrokarbon dengan BM lebih rendah
dikeluarkan sebagai produk overhead, sedangkan cairan hasil masuk ke Product
Fractionator.
Uap yang keluar dari puncak kolom didinginkan oleh Fin-FanCondenser dan
Trim Condenser dengan pendingin air laut dan kemudian masuk ke Overhead Receiver
Hidrokarbon termasuk H2S dan H2 serta digunakan dalam fuel gas sistem. Sedangkan
fasa cairan sebagian di refluks ke kolom atas dan sebagian dikirim ke plant 6.
Produk samping fraksionator yang pertama dari total Trap Tray antara tray 10
dan 11, yaitu light kerosene. Sekitar 75% dari cairan ini dipompa kembali ke kolom
pada tray 11, sedangkan 25% merupakan net light kerosene yang distripping dalam
Light Cut Stripper.
Hasil samping terbawah dari kolom adalah diesel oil yang diambil dari total trap
tray antara tray 37 dan 38. Sebanyak 7% distripping dan dikembalikan ke storage
sebagai net produk diesel, 30% cairan langsung dikembalikan ke tray 38 sebagai hot
refluks, dan sisanya didinginkan dengan mendidihkan stripper produk samping lainnya
serta membangkitkan steam 17 kg/cm2g. aliran pump around dari diesel yang
didinginkan merupakan intermediate refluks pada tray 35.
Hasil dasar yang merupakan umpan yang tidak terfraksinasi diinjeksikan dengan
steam 3 kg/cm2g, kemudian dialirkan menuju recycle feed surge drum. Hasil overhead
kolom fraksionator terdapat light dan heavy naphta yang harus dipisahkan untuk umpan
plant 5 (patformer). Light Naphta dialirkan ke Naphta Splitter dan masuk tray 16
Naphta Splitter. Hasil dasar dari heavy naphta ini dikirimkan ke plant 4 (naphta
hydrotreater) melewati Naphta Splitter Feed/Bottom Exchanger untuk mendinginkan
dari suhu 164 menjadi 820C dan Heavy Naphta Cooler (untuk menurunkan suhu sampai
380C). Hasil puncak berupa Light Naphta dikondensasikan dan kemudian ditampung
dalam Naphta Splitter Receiver pada suhu 540C, dari sini gas dibuang ke flare, sekitar
4% dari overhead destilat dikembalikan ke top tray sebagai refluks. Sedangkan Net
Overhead Product dipompa ke Light Naphta Splitter melewati Naphta Stripper/Bottom
Exchanger untuk dipanaskan sampai 840C. Light Naphta Splitter terdiri dari 30 tray
dengan kondisi operasi atas 58C dan 4,92 kg/cm2g.
Uap stripper pada dasar kolom diperoleh dari sirkulasi cairan dasar melalui
Reboiler dengan memanfaatkan panas dari produk diesel. Cairan dasar Light Naphta
Splitter merupakan produk Light Naphta selanjutnya didinginkan dari 115 sampai 840C
dalam Feed/Bottom Exchanger, dilanjutkan pendinginan sampai 380C dalam Light
Naphta Cooler lalu dikirim ke Storage. Produk overhead dari Light Naphta Splitter
merupakan LPG dan dikirim ke LPG Storage.
b. Sistem Proses
Proses pembuatan Hidrogen didasarkan atas reaksi gas Metana dengan kukus.
Untuk menghilangkan senyawa Sulfur, yang dapat merusak katalis pada proses
pembentukan Hidrogen, gas Metana juga mengalami pretreating.
1. Desrufurisasi
2. Steam Reforming
Reaksi antara kukus dan gas metan untuk menghasilkan gas hidrogen dikenal
dengan steam reforming. Karakteristik dari steam reforming adalah:
Gas CO yang terbentuk dari reaksi steam reforming masih dapat direaksikan
dengan kukus untuk menghasilkan gas Hidrogen dengan bantuan katalis. Reaksi antara
gas CO dengan kukus adalah sebagai berikut:
CO + H2O ←→ CO2 + H2
4. CO2 Removal
Proses metanasi adalah konversi CO sisa menjadi Metana (CH4). Tujuan utama
dari proses ini adalah mengurangi sesedikit mungkin kandungan CO dan CO2 pada
produk hasil reaktor. Reaksi metanasi dapat dilihat sebagai berikut :
3.3. Produk
Produk yang dihasilkan oleh PERTAMINA RU V Balikpapan terdiri dari
produk setengah jadi serta produk jadi yang siap untuk dipasarkan. Beberapa contoh
produk setengah jadi (Stream Product) yang dihasilkan adalah Light Naphta, Heavy
Naphta, Light Kerosene, Heavy Kerosene, Light Gas Oil (LGO), Heavy Gas Oil
(HGO), Residu, Short Residu, Long Residu, Stripped Diesel, Naphta Feed, Sweet
Naphta, Reformat, Light Vacuum Gas Oil (LVGO) dan Heavy Vacuum Gas Oil
(HVGO). Produk jadi yang dihasilkan oleh Kilang Balikpapan dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1. Bahan Bakar Minyak (BBM): premium, kerosin, solar (Industrial Diesel Oil/
IDO dan Automotive Diesel Oil/ ADO), dan Industrial Fuel Oil (IFO).
2. Non Bahan Bakar Minyak (NBBM): LPG, wax (lilin), naphta, smooth fluid
dan Low Sulphur Waxy Residue (LSWR).
3. Bahan Bakar Khusus (BBK): pertamax, pertadex dan avtur.
Semua produk yang dihasilkan tersebut dianalisa atau diuji kualitas produknya
sebelum dipasarkan dengan memperhatikan semua spesifikasi setiap produk. Kontrol
kualitas produk dilakukan di Laboratorium PERTAMINA RU V Balikpapan. Jumlah
produk yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 3.16 berikut.
Gambar 3.16 Blok Diagram RU V- Balikpapan Refinery
3.3.1. LPG
Syarat LPG yang dipasarkan di Indonesia adalah kandungan fraksi ringan etana
harus kurang dari 0,2% volume. Selain itu, kandungan i-C5, n-C5 dan fraksi yang lebih
berat dalam LPG maksimum 2% volume. Dengan alasan keselamatan, LPG dicampur
dengan etil merkaptan untuk memberi bau khas sebagai indikator kebocoran. Spesifikasi
produk LPG berdasarkan masing- masing jenisnya dapat dilihat pada tabel 3.7, tabel 3.8
dan tabel 3.9 berikut:
C5 - -
C5 + (C5and heavier) - -
C6 + (C6and heavier) - Nil
3. R.V.P. (100˚F) Psi ASTM D-1267 - 210
4. Weathering Test (36˚F) %vol ASTM D-1837 95 -
Grain/100
5. Total Sulphur ASTM D-2784 - 15
ft3
Komposisi:
C4 -
C3 +C4 -
2. C5 %vol ASTM D-2163 2,5
C5 + (C5and heavier) 97,5 -
-
C6 + (C6and heavier) - Nil
-
3. R.V.P. (100˚F) Psi ASTM D-1267 - 70
Grain/100
5. Total Sulphur ASTM D-2784 15
ft3
Copper Corrosion 1 hour
6. ASTM D-1838 To be reported
(100˚F)
C4 + (C4and heavier) - -
2. C3 +C4 %vol ASTM D-2163 97,5 -
C5 - 2,0
C5 + (C5and heavier) - -
C6 + (C6and heavier) - Nil
3. R.V.P. (100˚F) Psi ASTM D-1267 - 120
(Sumber: Data PERTAMINA RU V Balikpapan)
3.3.2. Naphta
Naphta yang diproduksi PERTAMINA RU V Balikpapan selain dijadikan bahan
blending bensin, juga digunakan sebagai bahan baku oleh perusahaan lain seperti British
Petroleum dan Sietco. Spesifikasi naphta yang dijual mempunyai spesifikasi yang dapat
dilihat pada tabel 3.10, tabel 3.11 dan tabel 3.12 berikut.
Komposisi: IBP
˚C ASTM D-86 45 -
6. End Point
˚C - 180
Residu
%vol - 2,0
mg/100
9. Existent Gum ASTM D-381 - 4,0
mL
3.3.3. Premium
Untuk mencapai bilangan oktan 88, Premium dibuat dengan cara mem-blending
reformat (ON= 92-94), light naphta (ON=70) dan heavy naphta (ON=60). Jika belum
mencapai bilangan oktan 88, maka ditambahkan HOMC (High Octane Mogas
Component) yang memiliki bilangan oktan 95. Selain Premium, PERTAMINA RU V
juga memproduksi Pertamax yang memiliki bilangan oktan 92 dan Pertamax
Plus yang memiliki bilangan oktan 94. Spesifikasi Premium dan Pertamax disajikan
dalam Tabel 3.13 dan Tabel 3.14.
Tabel 3.13 Spesifikasi Premium menurut Dirjen Migas
Research Octane
1. RON ASTM D-2699 88,0 -
Number
mg/100
5. Existent Gum ASTM D-381 - 4
mL
Research Octane
1. RON ASTM D-2699 92 -
Number
3.3.4. Kerosin
Kerosin adalah fraksi minyak mentah yang pada rentang suhu 150-250˚C.
Kerosin tidak bisa terbakar pada fasa cair. Kerosin hanya bisa dibakar pada keadaan
teruapkan dan bercampur dengan udara. Kerosin digunakan sebagai bahan bakar rumah
tangga baik sebagai bahan bakar maupun bahan penerangan. Pada proses
pembakarannya, kerosin diuapkan dengan panas ataupun dengan tekanan. Panas dapat
berasal dari pembakaran kerosin sendiri. Spesifikasi kerosin menurut Dirjen Migas
disajikan pada Tabel 3.15.
Distillation, recovery
6. % vol ASTM D-86 40 -
(300˚C)
KOH/g
KOH/g
3.3.8. Avtur
Avtur digunakan untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara. Avtur
digunakan pada mesin pesawat terbang bermesin turbin. Avtur mempunyai komposisi
yang mirip dengan kerosene. Hanya saja spesifikasinya lebih ketat karena
penggunaannya untuk pesawat terbang. Avtur tidak diambil untuk produk blending
untuk menjaga kualitas yang mengacu pada standar internasional. Parameter yang harus
diperhatikan dalam penentuan kualitas avtur adalah titik asap, titik tuang dan turbinitas.
Spesifikasi produk avtur disajikan pada tabel 3.19 berikut.
mg/100
8. Existent Gum ASTM D-381 - 0,3
mL
mg
9. Total Acidity IP-273 - 7
KOH/g
3.3.9. LSWR
Low Sulphur Wax Residue merupakan salah satu produk yang diekspor,
terutama ke Jepang. Produk ini merupakan campuran dari 63% short residu,25-35%
ADO dan 2% kerosin. Spesifikasi LSWR dapat dilihat pada tabel 3.20 berikut.
2. Fuel System
5. Air plant
6. Nitrogen plant
7. Electrochlorination plant
8. Steam system
9. Penyediaan listrik
1. LPGplant, selain bertujuan sebagai unit produksi, plant ini juga berfungsiuntuk
menekan terbuangnya gas-gas naphta.
4. Flare, berfungsi untuk membakar gas-gas berlebih dari kilang. Desain flare
dibuat cukup tinggi untuk memperkecil pencemaran gas hidrokarbon ke udara.
5. Fuel gas system, berfungsi untuk memperkecil jumlah gas buangan dengan
menyalurkan gas-gas dari kilang dan juga dari lapangan (Unocal dan Vico) serta
liquid-liquid yang mudah menguap (LPG) ke kilang. Gas tersebut
didistribusikan sebagai fuel gas ke furnace dan boiler.
6. Flare Gas Recovery System, gas buang (off gas) yang akan dibakar di flare
direcovery menghasilkan Fuel Gas dan LPG Component sehingga pencemaran
lingkungan dapat dikurangi.
2. Kondensat yang diperoleh dari kondensor dan exhaust pompa turbin ditampung
dan di- recovery sebagai boiler feed water.
3. Air proses atau air bekas pabrik dialirkan ke sour water stripper plant dan
produknya dimanfaatkan kembali untuk proses.
3. Melakukan analisis secara berkala terhadap effluent water dari EWTP yang
meliputi analisis pH, suspended solid, amoniak, nitrogen, dissolved oxygen,
COD, BOD, sludge volume index, NaOH strength,MSG, phenol, sulphides,
chloride, oil content, settled volume, dan mixed liquor.
crude distilling unit untuk melarutkan garam, dan HCU sebagai pencuci, serta
untuk mencegah pengendapan garam pada heat exchanger.
Air limbah dari kilang lama, wax plant dan crude desalter masuk ke stilling zone
untuk memisahkan minyak dengan menggunakan oil skimmer dan buffle. Self cleaning
wax screen pada bagian atas stilling zone akan menangkap wax. Minyak dialirkan ke
recover slop sump, lumpur yang mengendap dialirkan melalui empat buah sludge
removal pipe, sedangkan airnya dialirkan ke gravity separator.
Gravity separator dan scrapper yang bergerak kontinyu akan memisahkan
minyak dengan sludge. Dalam gravity separator, 85-92 % minyak yang terkandung
dalam limbah dapat diipisahkan. Air yang rendah kadar minyaknya dikirim ke
equalization basin. Air diaduk dengan udara bertekanan di dalam kolam ini untuk
mencegah perubahan komposisi yang drastis.
Setelah melalui DAF, aliran menuju bioaeration basin untuk menurunkan BOD
limbah dengan bantuan mikroorganisme. Secara berkala asam phosphate, urea, dan
biological sludge clarifier dari sePT.ic tank ditambahkan. Kemudian limbah dialirkan
ke biological sludge clarifier untuk dipisahkan antara biological sludge dan air. Busa
yang terbentuk di permukaan dipisahkan dengan scump scrapper, sedangkan biological
sludge di dasar kolam dipisahkan dengan sludge scrapper. Lumpur di dasar kolam
didorong ke dalam internalsludge hopper yang kemudian dipompa kembali ke
bioaeration basin.
digunakan tidak pada kondisi tersebut maka monitor akan menunjukkan angka
pengukuran yang tidak menentu. Perlu diperhatikan juga bahwa sample harus dalam
keadaan kering, karena alat ini tidak mau bekerja untuk sample basah.
Alat dan cara kerja dari pemeriksaan gas sama dengan pemeriksaan komposisi
pada LPG. Beda hanya pada jumlah kolom yang digunakan, Gas Chromatography
untuk memeriksa komposisi natural gas terdiri dari 3 kolom, yaitu Long Partition
Coloumn (Hexametyl Phosphoramide Coloumn), Sort Partition (Diisodecyl Phtalate
Dimethylsulfolane Coloumn), dan Adsorption Coloumn (silicone 200/500 Coloumn).
Pengujian Cooper Strip Corrotion pada gas dilakukan sama dengan yang
dilakukan pada fase cair (ASTM D 130-80), hanya fase gas harus diubah dulu menjadi
fase cair.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan kerja praktik di PT Pertamina (Persero) RU V di
Balikpapan, dapat disimpulkan bahwa:
4.2. Saran
1. Etos Kerja yang ditunjukkan karyawan pada umumnya sangat baik, agar
selalu dipertahankan dan ditingkatkan .
Ramadhan, Tiara Rizky. 2018. Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA (Persero) RU
V Balikpapan. Politeknik Negeri Samarinda, Samarinda.
Wardhani, Annisa Trimukti. 2017. Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA (Persero)
RU V BALIKPAPAN. Politeknik Negeri Samarinda, Samarinda.