Anda di halaman 1dari 76

OPTIMASI PENGGUNAAN ALUMINIUM SULFATE DAN

POLYACRYLAMIDE DALAM PROSES PENJERNIHAN AIR


PADA UNIT PRE-TREATMENT PLANT
PT. CEPA BLOCK II

TUGAS AKHIR

Oleh:

Muhammad Soleh Irwanto


NIM : 15TKM006

Diajukan untuk memenuhi sabagian persyaratan


guna menyelesaikan program Diploma Tiga
Jurusan Teknik Kimia Mineral

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R. I
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : OPTIMASI PENGGUNAAN ALUMINIUM SULFATE


DAN POLYACRYLAMIDE DALAM PROSES
PENJERNIHAN AIR PADA UNIT PRE-TREATMENT
PLANT PT. CEPA BLOCK II

NAMA MAHASISWA : Muhammad Soleh Irwanto

NOMOR STAMBUK : 15TKM006

JURUSAN : TEKNIK KIMIA MINERAL

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Idi Amin, ST.,M.Si Sri Diana, S.S.,M.Ed

NIP: 19731124 200121 2 001 NIP:19731112 200212 2 001

Mengetahui :

Direktur Politeknik ATI Makassar, Ketua Jurusan

Teknik Kimia Mineral,

Amrin Rapi, ST., MT Hj. Andi Arninda, ST.,M.Si

NIP: 19691011 199412 1 001 NIP: 19771030 200604 2 001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diterima oleh Panitia Ujian Akhir Program Diploma Tiga (D3) yang
ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Politeknik ATI Makassar Nomor :
214 / Kpts / SJ-IND.7.8 / 2 / 2018 tanggal 1 Februari 2018 yang telah dipertahankan
di depan Tim Penguji pada hari Rabu tanggal 29 Agustus 2018 sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Teknik Kimia Mineral Politeknik ATI
Makassar.

PANITIA UJIAN :

Pengawas : 1. Kepala Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian R.I.

2. Direktur Politeknik ATI Makassar

Ketua : Herlina Rahim, ST.,M.Si (……………………………….)

Sekretaris : Hj. Andi Arninda, ST.,M.Si (………………………….……)

Penguji I : Herlina Rahim, ST.,M.Si (……………………………….)

Penguji II : Hj. Andi Arninda, ST.,M.Si (……………………………….)

Penguji III : Dra. Hj. Hartini, M.Si (……………………………….)

Pembimbing I : DR. Idi Amin, ST.,M.Si (……………………………….)

Pembimbing II : Sri Diana, SS.,M.Ed (…………………………….…)

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Soleh Irwanto

NIM : 15TKM006

Jurusan : TEKNIK KIMIA MINERAL

Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan sesuai dengan
hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia bahwa tugas akhir saya adalah
hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
tanpa melibatkan institusi Politeknik ATI Makassar atau orang lain.

Makassar, 28 Agustus 2018


Yang menyatakan,

(Muhammad Soleh Irwanto)

iv
KATA PENGANTAR

Tak henti-hentinya lisan ini selalu memuji nama Allah SWT yang senantiasa
memberikan kami rahmat, hidayah, nikmat kesehatan dan kesempatan serta
kemudahan dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan Tugas Akhir yang berjudul “Optimasi Penggunaan Aluminium Sulfate
(Al2(SO4)3) dan Polyacrylamide Dalam Proses Penjernihan Air Pada Unit Pre-
Treatment Plant PT. Consolidated Electric Power Asia Block II”. Dan tak lupa pula
salawat serta salam selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW.
serta para keluarga dan sahabat yang membawa kita dari zaman kebodohan sampai
zaman intelektual seperti yang kita rasakan seperti saat ini.

Laporan Tugas Akhir adalah laporan karya ilmiah mahasiswa dari hasil
penelitian, sekaligus sebagai laporan akhir studi yang wajib disusun oleh setiap
mahasiswa yang telah menduduki semester akhir, guna menyelesaikan studinya
pada Program Diploma Tiga (D3) di Politeknik ATI Makassar.
Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai hasil penelitian selama kuliah kerja
praktek di PT. Consolidated Electric Power Asia (PT. CEPA), mahasiswa D-III jurusan
Teknik Kimia Mineral Politeknik ATI Makassar. Mulai pelaksanaan penelitian hingga
selesainya penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberi begitu banyak nikmat-Nya yang tak dapat
terhitung;
2. Keluarga tercinta yaitu ayahanda Gafsir dan ibunda Suliani semoga Allah selalu
menjaga nya beserta keluarga yang senantiasa selalu memberikan dukungan
spiritual, moril, fasilitas sehingga kami dapat termotivasi akan dukungan yang
diberikan;
3. Bapak Amrin Rapi, ST., MT, selaku Direktur Politeknik ATI Makassar;
4. Ibu Hj. Andi Arninda, ST., M.Si, selaku ketua Jurusan Teknik Kimia Mineral yang
selalu memberikan arahan dan motivasi bagi teman-teman mahasiswa
terkhusus Teknik Kimia Mineral;
5. Bapak DR. Idi Amin, ST., M.Si, selaku pembimbing I tugas akhir yang tak henti-
hentinya memberi arahan dalam memperbaiki isi laporan tugas akhir kami;
6. Ibu Sri Diana, S.S., M.Ed, selaku pembimbing II tugas akhir yang dengan sabar
membimbing dan memperbaiki tata penulisan laporan tugas akhir yang kami

v
susun;
7. Bapak H. Abdul Malik selaku Pembimbing Kuliah Kerja Praktek yang selalu
memberikan arahan serta informasi mengenai mekanisme proses di PT. CEPA.
8. Kakak Takdir, Andika, Nurjumaedi, Sarman, Musawwir, dan Erra Fasirah selaku
Chemist Operation yang selalu memberikan ilmunya serta membantu dalam
pengambilan data penelitian tugas akhir ini;
9. Teman-teman ikhwan halaqah Abdullah bin Mubarak dan adik-adik rohis
Karimun yang tak henti-hentinya memberi semangat dalam terselesainya
laporan tugas akhir ini;
10. Teman-teman mahasiswa angkatan 2015 Politeknik ATI Makassar yang banyak
memberikan informasi dan semangat;
11. Senior-senior Teknik Kimia yang begitu banyak memberi bantuan seta informasi
yang memadahi. Serta masih banyak lagi yang tak sempat kami sebutkan satu
per satu. Semoga Allah senantiasa memberkahi ilmu kita sehingga kita dapat
mengaplikasikannya dengan bijak dalam kehidupan kita sehari-hari.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan Tugas Akhir ini, maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi sempurnanya laporan ini. Akhirnya semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Makassar, 28 Agustus 2018

Muhammad Soleh Irwanto

vi
ABSTRAK

MUHAMMAD SOLEH IRWANTO. 2018. Optimasi Penggunaan Aluminium Sulfate Dan


Polyacrylamide Dalam Proses Penjernihan Air Pada Unit Pre-Treatment Plant PT.
CEPA Block II. Di bawah bimbingan Bapak IDI AMIN sebagai Pembimbing I dan Ibu
SRI DIANA sebagai Pembimbing II.

PT. Consolidated Electric Power Asia (PT. CEPA) merupakan salah satu
perusahaan penyedia Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU). Pada unit
PLTU PT. CEPA Block II, memiliki system pengolahan penjernihan air yaitu Pre-
Treatment Plant. Dalam proses penjernihan air, diperlukan bahan koagulan
(Al2(SO4)3) dan flokulan (polyacrylamide) dengan tujuan sebagai penunjang
penjernihan air dalam menurunkan tingkat kekeruhan yang terkandung dalam air.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum
penggunaan Al2(SO4)3 Dan Polyacrylamide di aktual berdasarkan analisis
laboratorium terhadap pengaruh penurunan turbidity, suspended solid, total
dissolved solid, pH, dan conductivity. Serta menghitung penggunaan berlebih
Al2(SO4)3 dan polyacrylamide terhadap aktual berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan dan persen efektivitas. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Februari
hingga 2 Maret 2018 di PT. CEPA Block II. Pengambilan data dilakukan di Central
Control Room dan di laboratorium.

Hasil penelitian menunjukkan hasil optimum penggunaan Al2(SO4)3 sebesar


26 ppm dan polyacrylamide sebesar 0,1 ppm efisien dapat menurunkan turbidity
dari 227 FAU menjadi 14 FAU, suspended solid dari 167 menjadi 9 mg/l, Total
disolved solid dari 95,17 mg/kg menjadi 95,08 mg/kg, pH dari 8,23 menjadi 7,36 ,
dan conductivity dari 203,8 µS/cm menjadi 203,0 µS/cm. Pada perhitungan
kelebihan Al2(SO4)3 dan polyacrylamide didapatkan kelebihan penggunaan Al2(SO4)3
pada proses penjernihan air di aktual yaitu sebesar 35% dan kelebihan penggunaan
polyacrylamide yaitu sebesar 50%. Sedangkan perhitungan persen efektivitas
menunjukkan turbidity pada aktual didapatkan sebesar 40% dan suspended solid
50%. Hasil eksperimen didapatkan optimum turbidity sebesar 30% dan suspended
solid 50%.

Kata kunci: Al2(SO4)3, polyacrylamide, metode eksperimen, aktual pre-treatment


plant.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .......................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii
DAFTAR ISTILAH .................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN......................................................................... 5


A. Sejarah PT. Consolidated Electric Power Asia ......................................... 5
B. Air Sebagai Bahan Baku........................................................................... 6
C. Air Sungai ................................................................................................ 9
D. Penanggulangan Kandungan Air ............................................................. 11
E. Pre-Treatment Plant ................................................................................ 11
1. Flocculation Tank ................................................................................ 14
2. Clarifier ............................................................................................... 15
3. Gravity Filter ....................................................................................... 15
4. Carbon Filter ....................................................................................... 16
5. Sludge Thickener ................................................................................. 17
6. Sludge Belt Press ................................................................................. 17
7. Wash Water Recovery ........................................................................ 18
F. Koagulasi ................................................................................................. 18
G. Flokulasi................................................................................................... 19
H. Spechtrophotometer hach DR/2010 ....................................................... 20
I. Prinsip Kerja Spectrophotometer Hach DR/2010 .................................... 22
J. Myron L Ultrameter II .............................................................................. 22
K. Parameter-Parameter Air Yang Di Analisa .............................................. 23
viii
1. Turbidity (Kekeruhan) ......................................................................... 23
2. Suspended Solid .................................................................................. 23
3. Total Dissolved Solid ........................................................................... 24
4. Conductivity ........................................................................................ 24
5. pH........................................................................................................ 24
L. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 28


A. Waktu dan Tempat.................................................................................. 28
B. Alat dan Bahan ........................................................................................ 28
1. Alat ...................................................................................................... 28
2. Bahan .................................................................................................. 29
C. Jenis Penelitian ........................................................................................ 29
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 29
1. Metode Eksperimen ........................................................................... 29
2. Metode Pada Aktual ........................................................................... 31
E. Analisis Data ............................................................................................ 33

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................ 35


A. Hasil ......................................................................................................... 35
1. Data Pengamatan Hasil Metode Eksperimen ..................................... 35
2. Data Proses Aktual Pre-Treatment Plant ............................................ 36
B. Pembahasan ............................................................................................ 37
1. Metode Eksperimen ........................................................................... 37
2. Aktual Pre-Treatment Plant ................................................................ 42
3. Perbandingan Aktual Pre-Treatment Plant dan Hasil Eksperimen ..... 43

BAB IV PENUTUP................................................................................................. 48
A. Kesimpulan .............................................................................................. 48
B. Saran........................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 50
LAMPIRAN........................................................................................................... 52

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Utama Dalam Air Sungai ............................................... 11


Tabel 2.2 Jenis-Jenis Koagulan ......................................................................... 19
Tabel 2.3 Jenis-Jenis Flokulan .......................................................................... 20
Tabel 4.1 Data Analisis Raw Water Tetap ........................................................ 35
Tabel 4.2 Optimum hasil metode eksperimen penjernihan air ....................... 35
Tabel 4.3 Data Optimum 26 ppm hasil eksperimen ........................................ 36
Tabel 4.4 Data Ketetapan Standar Baku Mutu Air ........................................... 37
Tabel 4.5 Data Analisis Parameter Air Pada Aktual ......................................... 37

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 PT. CEPA Blok I dan Blok II ............................................................... 5


Gambar 2.2 Plant Overview Of Pre-Treatment Plant .......................................... 13
Gambar 2.3 Proses Pengikatan Oleh Flokulan .................................................... 20
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir ............................................................................. 25
Gambar 4.1 Grafik Hasil Optimasi ....................................................................... 38
Gambar 4.2 Grafik Turbidity 40 ppm Aktual Dengan 26 ppm Hasil eksperimen 44
Gambar 4.3 Grafik S. Solid 40 ppm Aktual Dengan 26 ppm Hasil Eksperimen ... 45

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran IV.A.1 Data operasional perusahaan PT. CEPA ................................... 52


Lampiran IV.A.2 Data dosing pemakaian koagulan pada kondisi aktual ............ 53
Lampiran IV.A.3 Data dosing pemakaian flokulan pada kondisi aktual .............. 54
Lampiran IV.A.4 Data pengamatan hasil metode eksperimen ........................... 55
Lampiran IV.B.1 Perhitungan % efektivitas ......................................................... 58
Lampiran IV.B.2 Kebutuhan koagulan-flokulan pada kondisi Aktual .................. 61
Lampiran II.F Identifikasi MSDS produk koagulan .............................................. 65
Lampiran II.G Identifikasi MSDS produk flokulan ............................................... 67

xii
DAFTAR ISTILAH

Pre-Treatment Plant = Proses tahap awal pengolahan air


Water Treatment Plant = Proses tahap akhir pengolahan air
Raw Water = Sampel air sungai yang akan di Treatment
Optimasi = hasil yang ideal atau optimal
Koagulan = Bahan zat kimia pembentuk molekul-molekul kecil
dalam air
Flokulan = Bahan zat kimia untuk penambahan massa molekul
hasil penambahan koagulan
Turbidity = Kekeruhan pada air
Suspended Solid = Padatan tak larut
Total Dissolved Solid = Total padatan yang terlarut
pH = Derajat Keasaman
Conductivity = Daya Hantar Listrik
Aglomerasi = Proses pengikatan partikel koloid
(pengendapan)
Cuvet = Tempat untuk pengujian analisis
Flocculation Tank = Proses penampungan awal penjernihan air pre-
treatment plant
Clarifier = Wadah untuk menginjeksi polyacrylamide
Gravity Filter = Lapisan-lapisan coarse (pasir kasar), krikil halus,
pasir, dan karbon aktif
Backwash = Proses pencucian kembali
Belt Press = Alat untuk mengeluarkan air dari lumpur
Sludge Thickner = Wadah penjernihan air setelah dari clarifier
Wash Water Recovery = Wadah penyimpanan air setelah sludge thickner

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PT. Consolidated Electric Power Asia (PT. CEPA) adalah salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

(PLTGU). Pada unit PLTU PT. CEPA, memiliki sistem penyediaan air yang

bersumber dari air sungai atau raw water yang akan digunakan sebagai air

proses. Namun dalam proses penjernihan raw water tersebut, air harus

memenuhi standar operasional yang ditetapkan oleh perusahaan.

Raw water yang digunakan pada unit PLTU PT. CEPA Block II berasal dari

air Sungai Cenranea. Sebelum digunakan, raw water tersebut harus diolah pada

unit pengolahan penjernihan air. Salah satu instalasi yang sangat berperan

penting dalam pengolahan penyediaan air di PT. CEPA Block II yaitu unit Pre-

Treatment Plant sebagai proses penjernihan air. Akan tetapi, hasil penjernihan

raw water tersebut masih mengandung tingkat kekeruhan yang sangat tinggi

sehingga diperlukan bahan tambahan untuk menurunkan tingkat kekeruhan

tersebut.

Pada proses aktual Pre-Treatment Plant, diperlukan bahan koagulan-

flokulan (aluminium sulfate dan polyacrylamide) dengan tujuan sebagai

1
penunjang penjernihan air dalam menurunkan tingkat kekeruhan yang tinggi

pada air. Adapun parameter utama dalam menganalisis hasil penjernian air yaitu

turbidity (kekeruhan), suspended solid (padatan tak terlarut), total dissolved solid

(padatan terlarut), pH (derajat keasaman), conductivity (daya hantar listrik). Hasil

analisis ini dipengaruhi oleh seberapa efisien penggunaan aluminium sulfate dan

polyacrylamide yang diberikan. Maka dari itu, penggunaan aluminium sulfate dan

polyacrylamide harus pada dosis yang tepat sehingga kualitas air yang dihasilkan

sesuai dengan standar operational perusahaan.

PT. CEPA Block II pada unit proses penjernihan air Pre-Treatment Plant

menggunakan konsentrasi aluminium sulfate sebesar 40 ppm dan polyacrylamide

sebesar 0,2 ppm. Konsentrasi aluminium sulfate dan polyacrylamide yang

digunakan pada saat ini dapat mampu menurunkan kandungan partikel tak

terlarut yang cukup tinggi dan tingkat kekeruhan dalam air. Namun penggunaan

konsentrasi tersebut masih belum optimal dikarenakan tingkat kekeruhan yang

seringkali berubah-ubah tergantung pada kondisi cuaca di daerah tersebut. Oleh

karena itu, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penjernihan air

agar dapat diketahui berapa kondisi optimum penggunaan aluminium sulfate dan

polyacrylamide yang tepat pada unit pengolahan air PLTU PT. CEPA Block II

sehingga air yang dihasilkan memenuhi persyaratan perusahaan dan dapat

digunakan sebagai air proses.

2
B. Rumusan Masalah

1. Berapakah kondisi kadar optimum penggunaan Al2(SO4)3 dan polyacrylamide

pada unit Pre-Treatment Plant PLTU PT. Consolidated Electric Power Asia

dengan metode eksperimen terhadap penurunan parameter turbidity,

suspended solid, total dissolved solid, conductivity, dan pH?

2. Berapakah nilai kelebihan penggunaan Al2(SO4)3 dan polyacrylamide terhadap

proses di aktual berdasarkan hasil eksperimen yang didapatkan?

3. Berapakah nilai persen efektivitas pada kondisi aktual serta hasil eksperimen

yang didapatkan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui berapa kondisi kadar optimum penggunaan aluminium

sulfate dan polyacrylamide pada unit Pre-Treatment Plant PLTU PT.

Consolidatetd Electric Power Asia dengan metode eksperimen terhadap

penurunan parameter turbidity, suspended solid, total dissolved solid,

conductivity, dan pH.

2. Untuk menghitung nilai kelebihan penggunaan aluminium sulfate dan

polyacrylamide pada kondisi aktual berdasarkan hasil eksperimen yang

didapatkan.

3. Untuk menghitung nilai persen efektivitas pada kondisi aktual Pre-Treatment

Plant dan hasil eksperimen yang didapatkan terhadap penurunan turbidity dan

suspended solid.

3
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Manfaat bagi perusahaan

Dapat mengetahui kondisi optimum penggunaan aluminium sulfate

dan polyacrylamide pada proses penjernian air di unit Pre-Treatment Plant

PLTU PT. Consolidated Electric Power Asia.

2. Manfaat bagi penelitian selanjutnya

Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai optimum

penggunaan koagulan-flokulan dengan mendapatkan hasil yang maksimal dan

dapat menguntungkan bagi suatu perusahaan yang mengalami permasalahan

dalam menemukan optimum penggunaan koagulan-flokulan pada proses

pengolahan penjernian air.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah PT. Consolidated Electric Power Asia

Gambar 2.1 PT. Consolidated Electric Power Asia Blok I dan Blok II (Kaisar, 2016)

PT.Consolidated Electric Power Asia (PT. CEPA) merupakan perusahaan

penanaman modal asing yang bergerak dalam bidang pengoperasian dan

pemeliharaan unit pembangkit tenaga listrik. Dimana PT. Consolidated Electric

Power Asia dalam menjalankan bisnisnya memiliki komitmen untuk memastikan

seluruh proses operasi berjalan dengan cara aman, efisien dan ramah terhadap

lingkungan. Saat ini PT. Consolidated Electric Power Asia dikontrak PT. Energi

Sengkang (Pemilik Power Plant) dalam hal Operational and Maintenance PLTGU

Sengkang yang mulai berlaku sejak tanggal 13 Maret 2012 setelah kontrak dari

PT. Alstom Energy selesai yaitu tanggal 12 Maret 2012. PT. Alstom Energi

5
merupakan perusahaan yang sebelumnya dikontrak oleh PT. Energi Sengkang

dalam hal Operational and Maintenance PLTGU Sengkang. PT. Consolidated

Electric Power Asia telah memperoleh sertifikat Quality Management System

Standard ISO 9001:2008, Environmental Management System Standard ISO

14001:2004, Occupational Health and Safety Management System Standard

OHSAS 18001:2007, penghargaan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

mengenai penerapan prinsip-prinsip manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja (SMK3) dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), penghargaan

dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam hal kecelakaan kerja zero

(Kaisar, 2016).

B. Air Sebagai Bahan Baku

Air yang akan dijadikan sebagai air baku tentu saja harus memliki mutu

yang baik dan sesuai dengan baku mutu air yang telah ditetapkan. Mutu air

adalah kondisi dan kualitas air yang diuji dengan parameter-parameter dan

metode tertentu berdasarkan peraturan yang berlaku. Sementara baku mutu air

adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang

ada atau harus ada atau unsur pencemar yang ditoleransi keberadaannya di

dalam air (Departemen Kesehatan, 1990).

Kualitas dari air baku akan menentukan besar kecilnya investasi instalasi

penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya, sehingga semakin jelek

kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air

6
bersih. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan

menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air

bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang

meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi

tidak menimbulkan efek samping (Departemen Kesehatan, 1990).

Tiga perempat permukaan bumi terdiri dari air, zat yang unik dan esensial.

Air digunakan sebagai bahan baku utama dalam banyak industri khususnya PLTU.

Molekul air mempunyai kemampuan melarutkan apa saja yang bersentuhan

dengannya seperti logam, tanah, batu, udara dan sebagainya. Sifat istimewa ini

menyebabkan air disebut sebagai pelarut universal (Nurjumaedi, 2013).

Menurut Rachmat (2015), sumber air untuk penggunaan industri

digolongkan sebagai air permukaan dan air tanah. Sumber air tersebut

mempunyai karakteristik yang berbeda seperti berikut ini:

1. Air sungai

a. Kandungan padatan terlarut rendah.

b. Kandungan padatan tersuspensi tinggi.

c. Kualitas terpengaruh oleh musim.

2. Air sumur

a. Kandungan padatan terlarut tinggi.

b. Kandungan padatan tersuspensi rendah.

7
c. Kandungan besi dan mangan tinggi.

d. Kandungan oksigen rendah dan kemungkinan mengandung gas sulfida.

e. Kualitas relatif stabil.

3. Air laut

a. Kandungan partikel tak terlarut cukup tinggi.

b. Tingkat kekeruhan sering berubah-ubah.

c. Kualitas terpengaruh oleh musim.

Air juga digunakan sebagai bahan baku utama dalam industri. Beberapa

alasan mengapa air banyak digunakan dalam industri adalah sebagai berikut :

1. Persediaan melimpah, mudah diperoleh dan murah.

2. Tidak beracun.

3. Dapat menyerap energi panas dalam jumlah yang besar.

4. Tidak memuai dan menyusut secara signifikan pada temperatur dimana air

sering dipergunakan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan

air adalah semua air yang terdapat diatas ataupun di bawah permukaan tanah,

termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut

yang berada di darat (Permatasari, 2016).

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air

merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi

8
dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia

H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara

kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berbau pada kondisi standar (Permatasari, 2016).

C. Air Sungai

Air sungai termasuk ke dalam air permukaan yang banyak digunakan oleh

masyarakat. Umumnya, air sungai masih digunakan untuk mencuci, mandi,

sumber air minum dan juga pengairan sawah. Menurut Hendrawan (2005),

sungai banyak digunakan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan

air, sarana transportasi, pengairan sawah, keperluan peternakan, keperluan

industri, perumahan, daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersedian air,

irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi.

Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang

mempunyai fungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Fungsi

sungai yaitu sebagai sumber air minum, sarana transportasi, sumber irigasi,

peikanan dan lain sebagainya. Aktivitas manusia inilah yang menyebabkan sungai

menjadi rentan terhadap pencemaran air. Begitu pula pertumbuhan industri

dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan (Soemarwoto, 2003).

Sungai memiliki tiga bagian kondisi lingkungan yaitu hulu, hilir dan muara

sungai. Ketiga kondisi tersebut memiliki perbedaan kualitas air, yaitu:

9
1. Pada bagian hulu, kualitas airnya lebih baik, lebih jernih, mempunyai variasi

kandungan senyawa kimiawi lebih rendah/sedikit, dan kandungan biologis

lebih rendah.

2. Pada bagian hilir mempunyai potensial tercemar jauh lebih besar sehingga

kandungan kimiawi dan biologis lebih bervariasi dan cukup tinggi. Pada

umumnya diperlukan pengolahan secara lengkap.

3. Muara sungai letaknya hampir mencapai laut atau pertemuan sungai-sungai

lain, arus air sangat lambat dengan volume yang lebih besar, banyak

mengandung bahan terlarut, lumpur dari hilir membentuk delta dan warna air

sangat keruh.

Air sungai yang akan diolah untuk dijernihkan memiliki standar

operasional perusahaan tertentu pada parameter conductivity sebesar 185-267

µs/cm, turbidity sebesar <20 FAU, total suspended solid sebesar <18 mg/l, total

dissolved solid sebesar <127 ppm, pH sebesar 6.5 - 8.0. Hal ini mempengaruhi

proses selanjutnya dimana air yang telah dijernihkan akan dimurnihkan kembali

pada unit Water Treatment Plant (PT. CEPA, 2018).

Air sungai mengandung beberapa unsur utama ditunjukkan pada Tabel 2.2

sebagai berikut:

10
Tabel 2.1 Kandungan utama dalam air sungai (Septianraha, 2016)
No. Ion Value (%) berat air sungai
1. Cl- 5.68
2. Na+ 5.79
3. SO42+ 12.14
4. Mg42+ 3.41
5. Ca2+ 20.29
6. K+ 2.12
7. Silica 11.67
8. Oksida 2.75
9. Nitrat 0.9
10. CO32+ 35.15
11. Fe2+ < 0.03

D. Penanggulangan Kandungan Air

Menurut Nurjumaedi (2013), untuk menanggulangi kandungan air dengan

melakukan pengolahan air pada unit Water Treatment Plant dimana suspended

solid dan dissolved solid harus dihilangkan dengan sempurna. Sebagian kecil air

dari clarifier disaring untuk menghilangkan sisa-sisa suspended solid dan

selanjutnya dialirkan ke demineralization plant. Di tempat inilah kandungan

disolved solid dihilangkan. Untuk mencegah terjadinya gangguan pada sistem

seperti kerak dan korosi.

E. Pre-Treatment Plant

Proses Pre-Treatment Plant diawali dengan penjernihan air baku yang

dipompa dari Sungai Cenranea. Kandungan partikel padat yang terlarut dalam air

sungai tersebut relatif rendah namun partikel padat yang tidak terlarut relatif

tinggi akibatnya air sungai yang dipompa dari sungai Cenranea sangat keruh

sehingga diperlukan proses penghilangan padatan padatan yang tidak terlarut

11
(suspended solid). Proses penghilangan suspendes solid pada air baku dengan

penambahan zat kimia agar terbentuk flok (endapan) yang nantinya akan

mengendap ke bawah. Dari poses Pre-Treatment Plant air dijernihkan dan

selanjutnya akan dimurnihkan kembali dengan menghilangkan padatan

terlarutnya (disolved solid) melalui proses water treatment plant (PT. CEPA,

2018).

Bahan koagulan yang digunakan pada Pre-Treatment Plant di PT. CEPA

BLOCK II adalah alum (aluminium sulfate). Penambahan alum pada kondisi yang

tepat membuat suspended solid terpecah dengan halus dalam air koagulasi

menjadi partikel-pertikel yang lebih besar yang disebut flok (flock) yang dapat

diendapkan atau dikeluarkan dari air. Dissolved organik yang terbentuk akan

terikut flok oleh gaya listrik yang lemah dan dikeluarkan dari air (Rachmat, 2015).

Polyacrylamide atau polymer ditambahkan untuk meningkatkan ukuran

dari flok yang menyebabkan pengendapan yang lebih cepat. Polimer adalah

molekul-molekul organik yang besar yang membentuk jembatan antara partikel-

partikel dan menambah ukuran dari partikel-partikel yang tersisa (Rachmat,

2015).

Bahan kimia lain yang digunakan di PTP adalah caustic soda dan sodium

hypoclorite. Alum bersifat asam ringan dan bereaksi secara kimia dengan disolved

bicarbonate alkalinity dalam air. Hal ini membuat pH air menjadi lebih rendah.

Flokulasi (pengendapan) dengan alum biasanya terbaik pada pH 6,0-6,5. Namun

12
demikian jika dibutuhkan dosing yang tinggi dan alkalinitas air yang rendah pH

mungkin turun di bawah 6,0. Hal ini akan membuat sejumlah flok terlarut kembali

dengan air (re-dissolving) dan kemudian sejumlah ion-ion alum ikut terlarut. Hal

ini tidak diinginkan untuk demineralization plant juga karena sejumlah air akan

digunakan sebagai air konsumsi (potable). Karena itulah terdapat fasilitas untuk

menambahkan caustic soda (NaOH) ke flocculation tank untuk menjaga pH

terkontrol sesuai yang diinginkan (Rachmat, 2015).

Gambar 2.2 Plant Overview of Pre-Treatment Plant (PT. CEPA, 2018)

Bagian utama peralatan Pre-Treatment Plant pada Block II adalah

flocculation tank, clarifier, grafity filters, activated carbon filters, sludge storage

tank, sludge thickener, wash water recovery dan sludge belt press (PT. CEPA,

2018).

13
1. Flocculation Tank

Flocculation Tank adalah proses awal penjernian air dimana air (Raw

water) di pompa masuk ke dalam flocculation tank dengan Kecepatan 180 –

200 M3/hour. Proses pertama yang terjadi adalah menginjeksi aluminium

sulfate dan polyacrylamide. Sebelum masuk ke flocculation tank, air terlebih

dulu melewati static mixer yang akan mengubah aliran air menjadi terputar

(turbulens). Pada flocculation tank, diinjeksikan polyacrylamide untuk

membentuk flok-flok agar mempermudah proses pengendapan pada clarifier

tank. Setelah di flocculation tank, proses selanjutnya adalah mengalirkan air

yang telah diolah menuju clarifier untuk proses selanjutnya (PT. CEPA, 2018).

Menurut Rachmat (2015), kegunaan penambahan zat kimia pada

flocculation tank bertujuan untuk membentuk terjadinya flok-flok pada

proses penjernian air. Adapun fungsi dari beberapa penambahan zat kimia

yang digunakan:

a. Al2(SO4)3 (aluminium sulfate) berfungsi sebagai koagulan, untuk

memutus rantai partikel-partikel di dalam air untuk membentuk

molekul-molekul kecil, sehingga dengan adanya gaya gravitasi maka

molekul-molekul tadi akan mengendap. Pada proses koagulasi dikenal

istilah pengadukan cepat, hal ini berfungsi untuk mempercepat

tersebarnya koagulan tersebut sehingga dapat berfungsi dengan baik.

14
b. Polyacrylamide berfungsi sebagai flokulan, untuk menambah massa

molekul hasil dari proses koagulasi sehingga lebih cepat mengendap. Hal

ini dikarenakan flok-flok yang telah terbentuk menjadi besar akan

dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga partikel-partikel tersebut akan

lebih cepat mengendap.

2. Clarifier

Setelah dari flocculation tank selanjutnya air akan dialirkan masuk ke

clarifier dengan cara over flow dari flocculation tank. Proses selanjutnya yang

dilakukan pada clarifier adalah menginjeksikan polyacrylamide yang

berfungsi untuk memudahkan terjadinya flok-flok yang akan mengendap ke

dasar clarifier ketika proses pengadukan.

Flok yang terbentuk kebanyakan mengendap ke dasar clarifier dalam

bentuk lumpur sementara air bersih akan mengalir melalui weir plate di

bagian atas. Sebagian besar dari air ini mengalir langsung ke cooling tower

sekitar  80% dan sebagian menuju ke gravity filter dengan proses secara

over flow (Rachmat, 2015).

3. Gravity Filter

Gravity filter terdiri dari lapisan-lapisan coarse (pasir kasar) dan kerikil

halus, pasir dan karbon aktif. Filter-filter ini menyaring partikel-partikel flok

yang halus yang terbawa dari clarifier. Air dari clarifier mengalir ke bawah

15
melalui filter dan masuk ke tangki penyimpanan air yang telah disaring

(filtered basin).

Di dalam tangki penyimpanan air terdapat tiga pompa yang memiliki

fungsi masing-masing. Fungsi ketiga pompa ini sebagai berikut:

a. Backwash pump berfungsi sebagai air pencuci dengan sedikit bantuan

udara yang di kompresikan untuk meningkatkan daya pencucian pada

saringan gravity filter;

b. Filter feed pump berfungsi untuk menyuplai air ke carbon filter untuk

dihilangkan kandungan chlorine dalam air serta menghilangkan kotoran-

kotoran dalam air. Selanjutnya disuplai ke penampungan terakhir Pre-

Treatment Plant yaitu portable water dan break water tank untuk proses

pengolahan selanjutnya pada Water Treatment Plant (pemurnian air).

c. Service Pump berfungsi untuk mengalirkan air ke setiap tangki dosing

untuk pembuatan bahan kimia.

Flok-flok yang tersaring secara periodik dibuang dengan cara

pencucian (backwash). Air pencuci (wash water) dari pencucian gravity filter

pada awalnya dikumpulkan pada tangki air pencuci (wash water tank) dan

selanjutnya dipompa ke sludge storage tank (PT. CEPA, 2018).

4. Carbon Filters

Karbon aktif berfungsi sebagai filter terakhir untuk partikel-partikel

padat yang tidak terlarut dan dilakukan backwash pada karbon filter dengan

16
air pada periode tertentu. Tujuan utama dialirkan ke karbon filter adalah

untuk menghilangkan sejumlah hypoclorite, warna, dan bau dari proses PTP

sebelum memasuki demineralization plant. Carbon filter digunakan jika

demineralization plant atau potable water tank level membutuhkan air untuk

diolah atau digunakan (Rachmat, 2015).

5. Sludge Thickener

Lumpur dari clarifier pada awalnya dikumpulkan pada tangki

penyimpanan lumpur (sludge storage tank) dimana flok akan ke bagian

dasar. Dari sludge storage tank kemudian dipompa ke sludge thickener dan

selanjutnya ditambahkan polimer. Lumpur kemudian menjadi lebih kental

dan mengendap. Overflow dari sludge thickener adalah air bersih yang akan

diteruskan ke wash water recovery pump dan dipompa kembali ke clarifier

untuk pengolahan ulang. Lumpur dari dasar sludge thickener kemudian

dikumpulkan di belt press (Rachmat, 2015).

6. Sludge Belt Press

Belt Press adalah suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan air

dari lumpur yang digunakan pada unit pengolahan air. Sludge belt press

memeras secara mekanikal lumpur kental yang diambil dari dasar sludge

thickener. Polimer digunakan untk mengentalkan lumpur. Lumpur dari hasil

perasan dapat digunakan sebagai bentuk padat dan air perasan yang

dihasilkan dikembalikan ke sludge thickener (Rachmat, 2015).

17
7. Wash Water Recovery

Air pencucian dari gravity filter dan carbon filter serta overflow dari

sludge thickener tank akan menuju wash water recovery tank. Overflow dari

wash water recovery tank kemudian dipompa ke clarifier untuk pengolahan

ulang (Rachmat, 2015).

F. Mekanisme Koagulasi

Proses koagulasi merupakan suatu proses yang sangat berpengaruh pada

unit pengolahan air sehingga memudahkan untuk proses-proses selanjutnya

sesuai tingkat kebutuhan. Koagulasi merupakan proses membesarnya ukuran

partikel-partikel dalam air dengan penambahan zat kimia yang biasa disebut

dengan koagulan (Nurjumaedi, 2013).

Partikel (kotoran) mempunyai sifat listrik, dengan penambahan ion-ion

yang mempunyai muatan berlawanan akan menimbulkan destabilisasi partikel

koloid. Lapisan difusi akan mengecil dan memungkinkan bekerjanya gaya tarik

menarik antara partikel koloid dengan ion-ion dari elektrolit yang muatannya

berlawanan. Diharapkan muatan ini dapat dinetralkan, sehingga terjadi

penggumpalan dan akhirnya mengendap (Linggarwati, 2001).

Proses koagulasi terjadi proses pengadukan cepat karena koagulan harus

tersebar dan membentuk flock secara cepat sebab reaksi hidrolisa hanya terjadi

dalam beberapa detik, jadi destabilisasi muatan negatif oleh muatan positif harus

dilakukan dalam periode waktu hanya beberapa detik, serta dilakukan

18
pengadukan lambat dengan waktu yang cukup lama, agar flock yang terbentuk

tidak mudah pecah untuk mendapatkan total flock yang maksimal. Dalam proses

koagulasi tidak semua partikel-partikel akan mengendap secara sempurna, maka

dari itu dalam proses koagulasi dikenal juga dengan proses flokulasi dimana

partikel partikel ringan yang tidak mampu tersuspensi oleh koagulan akan

membentuk flock dengan penambahan flokulan (Nurjumaedi, 2013).

Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan

air adalah seperti terlihat pada tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.2 Jenis Koagulan (Nurjumaedi, 2013)


Nama Bentuk Reaksi Dengan Air pH Optimum

Bongkah,
Aluminium Sulfat Asam 6,0 - 7,8
bubuk
Sodium Aluminat Bubuk Basa 6,0 - 7,8

Polyaluminium Chloride
Cairan, bubuk Asam 6,0 - 7,8
(PAC)
Ferri Sulfat Kristal halus Asam 4,0 - 9,0

Bongkah,
Ferri Klorida Asam 4,0 - 9,0
cairan
Ferro Sulfat Kristal halus Asam > 8,5

(Identifikasi terlampir pada lampiran II. F)

G. Flokulasi

Flokulasi adalah aglomerasi dari partikel yang terdestabilisasi dan koloid

menjadi partikel terendapkan (Eckenfelder., & Wesley, 2000). Flokulasi

merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya merupakan

pengelompokan/aglomerasi antara partikel dengan koagulan (menggunakan

19
proses pengadukan lambat atau slow mixing), proses pengikatan partikel koloid

oleh flokulan dapat dilihat pada gambar 2.3 Pada flokulasi terjadi proses

penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel

yang berukuran besar akan mudah diendapkan (Risdianto, 2007).

Gambar 2.3 Proses pengikatan partikel koloid oleh flokulan (Risdianto, 2007)

flokulan yang umum digunakan pada pengolahan air adalah seperti

terlihat pada tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.3 Jenis Flokulan (Ebelling, J. 2003)

Dosis Optimum
Jenis Flokulan Nama Umum
(ppm = mg/l)

Clay Tanah liat 3.0 - 20.0


Polyacrylic acid - 0.25 - 1.0
Polyetheylene lmine - 2.0 - 5.0
(Identifikasi terlampir pada lampiran II. G)

H. Spectrophotometer Hach DR/2010

Menurut Spectrophotometer portable DR/2010 Hach model adalah

mikroprosesor yang dikendalikan, instrument dengan berkas tunggal (single

20
beam) ini digunakan untuk pengujian kolorimetri di laboratorium atau lapangan.

Instrumen ini dikalibrasikan selama lebih dari 120 pengukuran kolorimetri yang

berbeda dan memungkinkan pengguna untuk memasuki kalibrasi yang sesuai

(Hach, 1999).

Fitur dari instrumen ini meliputi :

1. Hasil tes ditampilkan dalam persen transmitansi, absorbansi atau

konsentrasi.

2. Operator bahasa dapat dipilih.

3. Hasil yang diterima cepat selama pengujian.

4. Pesan eror berguna untuk mengatasi masalah prosedur atau penggunaan

instrumen.

5. Waktu untuk memonitor waktu reaksi spesifik yang disebut dalam prosedur

pengujian. Interval waktu yang tepat disimpan dalam program untuk tes.

Timer juga dapat digunakan secara manual oleh operator independen dari

program yang tersimpan.

6. Kemampuan antar muka RS232 memungkinkan hasil eksternal atau

komputer untuk antar muka dengan spektrofotometer. Hal ini mudah untuk

mengupgrade perangkat lunak yang dilakukan dengan komputer dan

piringan perangkat lunak dari Hach.

7. Spectrophotometer ini juga dapat beroperasi dengan daya baterai.

21
I. Prinsip Kerja Spectrophotometer Hach DR/2010

Cahaya berupa infra red ditembakkan ke dalam suatu media yang berisi

larutan sampel, pada saat cahaya infra red ditembakkan, maka ada cahaya yang

terbiaskan dan ada cahaya yang diteruskan cahaya yang diteruskan inilah yang

menghasilkan pengukuran dalam bentuk satuan mg/l pada panjang gelombang

tertentu (Situmorang, 2015).

J. Instrumen Myron L Ultrameter II

Myron L Ultrameter II adalah alat instrumen yang digunakan untuk

mengetahui spesifikasi parameter yang terkandung dalam air. Adapun fitur

pembacaan parameter yang di sering digunakan oleh Myron L Ultrameter II yaitu

pembacaan parameter conductivity, pH, dan total dissolved solid. Sistem ini dapat

membaca spesifikasi parameter dengan tingkat akurasi yang sangat baik sehingga

alat ini sangat tepat digunakan baik untuk keperluan proses penjernihan air

maupun lainnya (Myronl, 2011).

Menurut Myronl (2011), prosedur penggunaan alat instrumen Myron L

Ultrameter II sebagai berikut:

1. Pembacaan parameter dapat diperoleh dengan cara mengisi sensor individu

atau seluruh area cup sel.

2. Menekan tombol pengukuran parameter yang diinginkan.

3. Menekan tombol lagi ketika akan me-restart time selama 15 detik.

22
4. Memperhatikan nilai yang tertampil pada layar atau tekan tombol kunci pada

alat untuk menyimpan bacaan.

K. Parameter-parameter Air yang Dianalisa

1. Turbidity

Turbidity (kekeruhan) air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi

seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton, dan zat-zat halus lainnya.

Kekeruhan merupakan pengukuran sampai sejauh mana sinar diserap atau

dipantulkan oleh suspended solid di dalam air (Alaerts., & Santika, 1984).

Kekeruhan dapat dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia

dengan sifat-sifat tertentu yang disebut koagulan. Umumnya koagulan

tersebut polyaluminium chloride (PAC) dan Aluminium Sulfate (Al2(SO4)3).

Selain pembubuhan koagulan, diperlukan pula pengadukan sampai flok-flok

terbentuk dan akhirnya mengendap bersama-sama (Alaerts., & Santika, 1984).

2. Suspended Solid

Padatan tersuspensi (suspended solid) adalah padatan yang

menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap

langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran

maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, sel-sel

mikroorganisme, dan sebagainya. Analisis zat padat dalam air sangat penting

bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap, juga untuk

perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam bidang air

23
minum, air untuk kebutuhan dalam industri maupun dalam bidang air buangan

(Nurjumaedi, 2013).

3. Total Dissolved Solid

Total padatan terlarut atau biasa disebut total dissolved solid (TDS)

adalah padatan-padatan yang memiliki ukuran lebih kecil daripada padatan

tersuspensi. Padatan terlarut ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan

organik yang larut air, mineral dan garam-garamnya (Nurjumaedi, 2013).

4. Conductivity

Konduktivitas adalah ukuran kemampuan air untuk menghantarkan

arus listrik. Air murni tidak mengandung padatan terlarut, sehingga tidak akan

menghantarkan arus listrik. Konduktivitas air akan meningkat seiring dengan

bertambahnya padatan terlarut dalam air. Dengan bertambahnya

konduktivitas air, maka potensi air untuk mengakibatkan korosi dan kerak

akan meningkat (Nurjumaedi, 2013).

5. pH

Tingkat keasaman diukur dari nilai pH. Dengan bertambahnya ion

hidrogen, pH akan berkurang dan air bertambah asam. Nilai pH diukur dengan

skala 1 – 14. Pada pH 7 dianggap sebagai pH netral. Air dengan pH 7 tidak

berarti bahwa air tersebut adalah air murni, tetapi hanya berarti air tersebut

mengandung ion hidrogen (H+) dan ion hidroksida (OH-) dalam jumlah yang

seimbang.

24
Semakin tinggi pH, semakin tinggi potensi terbentuknya kerak.

Sebaliknya semakin rendah pH, semakin tinggi potensi terjadinya korosi. Nilai

pH air harus dikontrol dalam batas yang ditentukan agar program pengolahan

air dapat berjalan dengan baik (Nurjumaedi, 2013).

L. Kerangka Berfikir

PT. Consolidated
Electric Power Asia

Sampel input
Raw Water

Aktual Eksperimen

Pengujian
Turbidity
SS
TDS
pH
Conductivity

Hasil Optimasi
Koagulan-Flokulan
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir

PT. Consolidated Electric Power Asia (PT. CEPA) adalah salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

25
(PLTGU). Pada unit PLTU PT. CEPA, memiliki sistem penyediaan air yang

bersumber dari air sungai atau raw water yang akan digunakan sebagai air

proses. Namun dalam proses penjernihan raw water tersebut, air harus

memenuhi standar operasional yang ditetapkan oleh perusahaan.

Raw water yang digunakan pada unit PLTU PT. CEPA Block II berasal dari

air Sungai Cenranea. Sebelum digunakan, raw water tersebut harus diolah pada

unit pengolahan penjernihan air. Salah satu instalasi yang sangat berperan

penting dalam pengolahan penyediaan air di PT. CEPA Block II yaitu unit Pre-

Treatment Plant sebagai proses penjernihan air. Akan tetapi, hasil penjernihan

raw water tersebut masih mengandung tingkat kekeruhan yang sangat tinggi

sehingga diperlukan bahan tambahan untuk menurunkan tingkat kekeruhan

tersebut.

Pada proses aktual Pre-Treatment Plant, diperlukan bahan koagulan-

flokulan (aluminium sulfate dan polyacrylamide) dengan tujuan sebagai

penunjang penjernihan air dalam menurunkan tingkat kekeruhan yang tinggi

pada air. Adapun parameter utama dalam menganalisis hasil penjernian air yaitu

turbidity (kekeruhan), suspended solid (padatan tak terlarut), total dissolved solid

(padatan terlarut), pH (derajat keasaman), conductivity (daya hantar listrik). Hasil

analisis ini dipengaruhi oleh seberapa efisien penggunaan aluminium sulfate dan

polyacrylamide yang diberikan. Maka dari itu, penggunaan aluminium sulfate dan

26
polyacrylamide harus pada dosis yang tepat sehingga kualitas air yang dihasilkan

sesuai dengan standar operational perusahaan.

PT. CEPA Block II pada unit proses penjernihan air Pre-Treatment Plant

menggunakan konsentrasi aluminium sulfate sebesar 40 ppm dan polyacrylamide

sebesar 0,2 ppm. Konsentrasi aluminium sulfate dan polyacrylamide yang

digunakan pada saat ini dapat mampu menurunkan kandungan partikel tak

terlarut yang cukup tinggi dan tingkat kekeruhan dalam air. Namun penggunaan

konsentrasi tersebut masih belum optimal dikarenakan tingkat kekeruhan yang

seringkali berubah-ubah tergantung pada kondisi cuaca di daerah tersebut. Oleh

karena itu, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penjernihan air

agar dapat diketahui berapa kondisi optimum penggunaan aluminium sulfate dan

polyacrylamide yang tepat pada unit pengolahan air PLTU PT. CEPA Block II

sehingga air yang dihasilkan memenuhi persyaratan perusahaan dan dapat

digunakan sebagai air proses.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Februari hingga 2 Maret

2018 di PT. Consolidated Electric Power Asia yang berlokasi di jalan PLTGU

Sengkang, Desa Patila, Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo, Sulawesi

Selatan.

2. Waktu

Selama melakukan penelitian, pengambilan data dilakukan pada ruang

Central Control Room PLTU PT. CEPA Block II serta berdasarkan hasil analisis

parameter raw water di laboratorium.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Neraca analitik

b. Spectrophotometer Hach DR/2010

c. Myron L Ultrameter II

d. Cuvet Volume 25 ml

e. Beaker Glass 500 ml

28
f. Labu Ukur 1000 ml

g. Sendok Pengaduk

h. Pipet Volume 20 ml

i. Pipet Volume 1 ml

j. Stopwatch

2. Bahan

a. Sampel raw water

b. Larutan induk aluminium sulfate 1000 ppm

c. Larutan induk polyacrylamide 100 ppm

d. Air demineralisasi

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium.

Data kuantitatif diperoleh secara langsung dari hasil pengujian parameter sampel

dan perbandingan

D. Teknik Pengumpulan data

Data kuantitatif diperoleh berdasarkan hasil analisis parameter raw water

dengan metode ekperimen penjernihan air dan hasil pada kondisi aktual dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Metode Eksperimen

a. Menganalisa parameter turbidity dan suspended solid pada sampel raw

water dengan Spectrophotometer Hach DR/2010

29
1) Mengambil sampel raw water yang telah disediakan kedalam

beaker gelas 500 ml.

2) Menambahkan larutan induk aluminium sulfate dengan pipet volume 20

ml sebanyak yang di perlukan untuk proses penelitian.

3) Menambahkan larutan induk polyacrylamide dengan pipet volume 1 ml

sebanyak yang di perlukan untuk proses penelitian.

4) Mengaduk sampel yang telah di tambahkan aluminium sulfate dan

Polyacrylamide selama 2 menit.

5) Mendiamkan sampel raw water yang telah diaduk selama 8 menit,

tunggu hingga mengalami proses aglomerasi atau pengendapan.

6) Menuang sampel blanko (air demineralisasi) sebagai pembacaan zeroing

pada saat analisis; dan sampel raw water yang telah didiamkan ke dalam

masing-masing cuvet 25 ml.

7) Mengatur spectrophotometer hach DR/2010 dengan mengatur panjang

gelombang 630 nm untuk pembacaan suspended solid dan 750 nm untuk

pembacaan turbidity.

8) Memasukkan terlebih dahulu cuvet yang berisi sampel blanko ke dalam

alat instrument spectrophotometer hach DR/2010 lalu menekan tombol

“zeroing”.

9) Setelah itu, memasukkan cuvet yang berisi sampel raw water ke dalam

alat instrumen spectrophotometer hach DR/2010 lalu menekan tombol

30
“start”.

10) Mencatat hasil analisa yang di dapatkan berdasarkan prosedur yang

telah dilakukan diatas.

b. Menganalisa parameter total dissolved solid, conductivity, dan pH pada

sampel raw water dengan Myron L Ultrameter II

1) Menyiapkan alat instrumen Myron L Ultrameter II.

2) Sampel raw water yang masih tersisah pada pengujian analisis turbidity

dan suspended solid, digunakan kembali untuk menganalisis parameter

total dissolved solid, conductivity, dan pH.

3) Menuang sampel raw water yang tersisah ke alat pembacaan Myron L

Ultrameter II pada bagian atas alat instrumen.

4) Menekan tombol “Cond” untuk pembacaan analisis conductivity.

5) Menekan tombol “TDS” untuk pembacaan analisis total dissolved solid.

6) Menekan tombol “pH” untuk pembacaan analisis pH.

7) Mencatat hasil yang di dapatkan pada analisis alat instrumen Myron L

Ultrameter II.

2. Metode Aktual

a. Menganalisa Parameter turbidity dan suspended solid pada sampel raw

water dengan Spectrophotometer Hach DR/2010

1) Mengambil sampel raw water yang telah diolah pada aktual pre-

treatment plant.

31
2) Menuang sampel blanko (air demineralisasi) sebagai pembacaan zeroing

pada saat analisis dan sampel raw water ke dalam masing-masing cuvet

25 ml.

3) Mengatur spectrophotometer hach DR/2010 dengan mengatur panjang

gelombang 630 nm untuk pembacaan suspended solid dan 750 nm untuk

pembacaan turbidity.

4) Memasukkan terlebih dahulu cuvet yang berisi sampel blanko ke dalam

alat instrument spectrophotometer hach DR/2010 lalu menekan tombol

“zeroing”.

5) Setelah itu, memasukkan cuvet yang berisi sampel raw water ke dalam

alat instrumen spectrophotometer hach DR/2010 lalu menekan tombol

“start”.

6) Mencatat hasil analisis yang di dapatkan berdasarkan prosedur yang

telah dilakukan diatas.

b. Menganalisa parameter total dissolved solid, conductivity, dan pH pada

sampel raw water dengan Myron L Ultrameter II

1) Menuang sampel raw water ke alat pembacaan Myron L Ultrameter II

pada bagian atas alat instrumen.

2) Menekan tombol “Cond” untuk pembacaan analisis conductivity.

3) Menekan tombol “TDS” untuk pembacaan analisis total dissolved solid.

4) Menekan tombol “pH” untuk pembacaan analisis pH.

32
5) Mencatat hasil yang di dapatkan pada analisis alat instrumen Myron L

Ultrameter II.

E. Analisis Data

Adapun analisis data meliputi:

1. Menganalisis grafik perbandingan penurunan turbidity dan suspended solid

pada hasil eksperimen dan proses aktual di lapangan.

2. Menghitung persen efektifvitas terhadap penurunan parameter turbidity dan

suspended solid untuk hasil metode eksperimen dan proses aktual di lapangan

a. Hasil eksperimen

Keterangan : SS A = Standar operasional perusahaan

SS B = Hasil eksperimen yang didapatkan

SS A − SS B
% 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
SS A

b. Hasil proses aktual di lapangan

Keterangan : SS A = Standar operasional perusahaan

SS B = Hasil proses aktual di lapangan

SS A − SS B
% 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
SS A

3. Kebutuhan penggunaan aluminium sulfate dan polyacrylamide dengan

menggunakan rumus pengenceran

Rumus : V1 . N1 = V2 . N2

33
Keterangan :

V1 = volume sampel

N1 = konsentrasi dalam pelarut sampel

V2 = volume larutan induk koagulan-flokulan

N2 = konsentrasi dalam larutan induk koagulan-flokulan

34
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Data Pengamatan Hasil Metode eksperimen

Data pengamatan hasil optimasi Penggunaan aluminium sulfate Dan

polyacrylamide yang dilakukan pada tanggal 26 Februari s.d 2 Maret 2018 di

Laboratorium PT. Consolidated Electric Power Asia dapat dilihat pada tabel 4.1

dan tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.1 Data pengamatan analisis sampel raw water tetap


sebelum dilakukan penenelitian
PARAMETER

RAW WATER Turbidity SS TDS pH Conductivity


227 FAU 167 mg/l 95,17 mg/kg 8,23 203,3 µS/cm
(Sumber: Data primer sebelum diolah)

Tabel 4.2 Optimum hasil metode eksperimen penjernihan air


Parameter Standar Kualitas Air Baku Perusahaan
Turbidity SS TDS pH Conductivity
Konsentrasi Konsentrasi
< 20 < 18 127 6,5 - 185- 263
No. Aluminium Polymer
FAU mg/l mg/kg 8,0 µS/cm
sulfat (ppm) (ppm)
Parameter Hasil Analisis
Turbidity SS TDS pH Conductivity
1 10 ppm 0.1 161 120 95.9 7.69 203.4
2 12 ppm 0.1 134 88 95.41 7.07 202.9
3 14 ppm 0.1 109 65 95.91 7.31 203.8

35
4 16 ppm 0.1 120 83 95.75 7.33 203.1
5 18 ppm 0.1 81 44 95.62 7.52 202.7
Parameter Standar Kualitas Air Baku Perusahaan
Turbidity SS TDS pH Conductivity
Konsentrasi Konsentrasi
< 18 127 6,5 - 185- 263
No. Aluminium Polymer < 20 FAU
mg/l mg/kg 8,0 µS/cm
sulfat (ppm) (ppm)
Parameter Hasil Analisis
Turbidity SS TDS pH Conductivity
6 20 ppm 0.1 81 57 95.67 7.38 203.1
7 22 ppm 0.1 51 28 95.63 6.44 202.6
8 24 ppm 0.1 32 23 95.62 7.01 202.8
9 26 ppm 0.1 14 9 95.08 7.36 203
10 28 ppm 0.1 21 16 96.33 7.77 204.2
11 30 ppm 0.1 38 17 96.84 6.58 205.4
12 32 ppm 0.1 37 21 96.72 6.91 205.1
13 34 ppm 0.1 36 24 97.11 7.07 206
14 36 ppm 0.1 29 22 96.78 7.1 205.2
15 38 ppm 0.1 30 15 96.8 7.16 205.5
16 40 ppm 0.1 25 16 96.48 7.21 204.9
(Sumber : Data primer setelah diolah)
Keterangan : = Optimum hasil metode eksperimen penjernihan air

Tabel 4.3 Data pengamatan analisis optimum hasil metode eksperimen


26 ppm aluminium sulfate dan polyacrylamide
konsentrasi konsentrasi Parameter
Alum (ppm) Polymer (ppm) Turbidity SS TDS pH S.Cond
0.06 ppm 43 23 96.08 7.38 203.7
26 ppm 0.08 ppm 26 18 95.85 7.37 203.3
0.1 ppm 14 9 95.08 7.36 203
(Sumber : Data primer setelah diolah)

2. Data Proses aktual Pre-Treatment Plant

Data aktual Pre-Treatment Plant yang di dapatkan berdasarkan analisa

di laboratorium PT. Consolidated Electric Power Asia dengan penggunaan

36
aluminium sulfate yaitu 40 ppm pan penggunaan polyacrylamide 0.2 ppm.

Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 sebagai berikut.

Tabel 4.4 Data ketetapan parameter standar operational perusahaan


(PT. CEPA, 2018)
Parameter Standar Kualitas Air Baku Perusahaan

Turbidity SS TDS pH Conductivity

< 20 FAU < 18 mg/l 127 mg/kg 6,5 - 8,0 185 - 263 μS/cm

Tabel 4.5 Data analisis parameter air pada proses aktual Pre-Treatment Plant
(PT. CEPA, 2018)
konsentrasi konsentrasi Parameter
Alum Polymer
(ppm) (ppm) Turbidity SS TDS pH Cond.
0.2 ppm 12 9 124.4 7.57 253.4
40 ppm 0.2 ppm 10 12 113.4 7.87 229.6
0.2 ppm 15 36 140 6.83 281.4

B. Pembahasan

1. Metode Eksperimen

Berdasarkan hasil penelitian optimasi penggunaan aluminium sulfate

dan polyacrylamide dengan metode eksperimen, didapatkan optimum

penggunaan konsentrasi aluminium sulfate sebesar 26 ppm dan

polyacrylamide sebesar 0,1 ppm. Dengan konsentrasi ini, dapat mampu

menurunkan parameter kandungan air setelah dilakukan pengolahan

penjernihan air dan sesuai dengan persyaratan standar operational yang

ditetapkan oleh perusahaan.

37
Adapun hasil grafik yang didapatkan berdasarkan hasil olahan data

metode eksperimen yang dilakukan sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik hasil optimasi penggunaan aluminium sulfate dan


polyacrylamide

Dari hasil gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik konsentrasi optimum

dengan metode eksperimen dapat terlihat jelas pada 26 ppm aluminium

sulfate dan 0,1 ppm polyacrylamide.

Pada grafik gambar 4.1 untuk penurunan parameter turbidity,

menunjukkan bahwa konsentrasi 26 ppm aluminium sulfate dan 0,1 ppm

polyacrylamide mampu menurunkan turbidity sebesar 14 FAU dari data

analisis parameter raw water sebelum dilakukan penelitian yaitu 227 FAU.

Berdasarkan grafik tersebut, dapat terlihat tingkat penurunan yang cukup

38
signifikan pada data 10 ppm hingga 26 ppm. Hal ini menunjukkan penggunaan

aluminium sulfate dan polyacrylamide harus pada dosis yang tepat. Sedangkan

penggunaan konsentrasi 26 ppm hingga 40 ppm aluminium sulfate dan 0,1

ppm polyacrylamide mengalami kenaikan yang menunjukkan bahwa

konsentrasi 26 ppm ke atas telah berada pada titik jenuh dalam pembentukan

aglomerasi (endapan atau flok-flok) dalam air. Pada data 16 ppm mengalami

kenaikan yang menyebabkan ketidak keserasian penurunan pada 10 ppm

hingga 26 ppm. Adapun faktor yang memungkinkan terjadinya kesalahan data

ini adalah pada saat penambahan volume konsentrasi yang kurang maupun

dari segi pengadukan sehingga data yang didapatkan tidak sesuai.

Pada gambar grafik 4.1 untuk penurunan parameter suspended solid,

menunjukkan bahwa konsentrasi 26 ppm aluminium sulfate dan 0,1 ppm

polyacrylamide dapat mampu menurunkan suspended solid sebesar 9 mg/l

dari data analisis parameter raw water sebelum dilakukan penelitian yaitu 167

mg/l. Dari grafik dapat dilihat bahwa data grafik penurunan suspended solid

hampir sama dengan data grafik penurunan turbidity yaitu terdapat

penurunan yang cukup signifikan pada data 10 ppm hingga 26 ppm. Begitu pun

dengan konsentrasi 26 ppm ke atas yang menunjukkan telah berada pada titik

jenuh dalam pembentukan aglomerasi (endapan atau flok-flok) dalam air

sehingga penambahan konsentrasi tersebut melebihi batas titik optimum dari

parameter penjernihan air berdasarkan metode eksperimen yang dilakukan.

39
Adapun hasil grafik pada 16 dan 20 ppm mengalami kenaikan yang

menyebabkan ketidak keserasian penurunan pada 10 ppm hingga 26 ppm.

Penyebab yang memungkinkan terjadinya kesalahan data ini sama dengan

parameter turbidity yaitu pada saat penambahan volume konsentrasi yang

kurang maupun dari segi pengadukan sehingga data yang didapatkan tidak

sesuai.

Pada grafik gambar 4.1 untuk penurunan total dissolved solid, pH, dan

conductivity, tak dapat terlihat dengan jelas optimum penggunaan konsentrasi

aluminium sulfate dan polyacrylamide. Namun jika dilihat berdasarkan data

penelitian metode eksperimen, diperoleh penurunan total dissolved solid

terbaik yaitu sebesar 95,08 mg/kg dari analisis parameter raw water sebelum

dilakukan penelitian yaitu 95,17 mg/kg. Penurunan pH terbaik yaitu sebesar

7,36 kg dari 8,23. Penurunan parameter conductivity terbaik yaitu sebesar

203,0 µS/cm dari 203,8 µS/cm. Konsentrasi optimum tersebut ditunjukkan

pada konsentrasi 26 ppm aluminium sulfate dan 0,1 ppm polyacrylamide.

Berdasarkan grafik penurunan terhadap parameter total dissolved

solid, pH, dan conductivity dapat dilihat data yang diperoleh relatif stabil

dibandingkan grafik data parameter turbidity dan suspended solid. Hal ini

didasarkan pada nilai data yang diperoleh tidak berbeda jauh sehingga

memungkinkan grafik yang didapatkan pun cenderung lebih stabil atau

konstan.

40
Berdasarkan analisis parameter air dengan metode eksperimen,

diperoleh efisiensi penggunaan aluminium sulfate dan polyacrylamide yakni

dengan hasil turbidity sebesar 14 FAU, suspended solid sebesar 9 mg/l, total

disolved solide sebesar 95,08 mg/kg, pH sebesar 7,36, dan conductivity sebesar

203,0 µS/cm. Dari hasil analisis tersebut, didapatkan optimum penggunaan

aluminium sulfate sebesar 26 ppm dan polyacrylamide sebesar 0,1 ppm.

Sedangkan penggunaan aluminium sulfate dan polyacrylamide aktual pada

unit Pre-Treatment Plant PLTU PT. Consolidated Electric Power Asia Block II

adalah 40 ppm aluminium sulfate dan 0.2 ppm polyacrylamide.

Hasil data yang telah diperoleh tidak terlepas dari pengaruh

pengadukan. Pengadukan sangat berperan penting dalam menentukan dosis

yang tepat pada proses penjernihan air baik dari segi penelitian yang di

lakukan maupun dari proses langsung penjernihan air Pre-Treatment Plant.

Penelitian ini dilakukan selama 1 pekan dengan memakai sampel raw

water yang sama. Salah satu faktor yang memungkinkan adanya kesalahan

data yaitu dikarenakan faktor suhu yang mempengaruhi kandungan sampel

raw water sebelum di lakukan pengujian. Akibatnya hasil data yang di

dapatkan setelah di lakukan pengujian berada jauh dari hasil yang di dapatkan

sebelumnya.

Adapun kekurangan selama melakukan penelitian ini adalah hasil

penelitian didapatkan secara manual (tanpa menggunakan alat Jar test).

41
Proses pengadukan dilakukan secara manual untuk membantu proses

aglomerasi (pengendapan atau pembentukan flok-flok) yang terjadi di dalam

air pada saat penambahan aluminium sulfate dan polyacrylamide.

Kemungkinan juga yang terjadi bahwa selama melakukan penelitian metode

eksperimen terdapat adanya faktor kesalahan kelebihan maupun kekurangan

waktu yang telah di tetapkan pada saat pengadukan maupun pendiaman

(setelah pengadukan). Hal ini mengakibatkan hasil data penelitian yang

diperoleh sangat berpengaruh. Maka dari itu, kesalahan-kesalahan dalam

setiap melakukan penelitian tersebut dapat dikatakan sebagai human error

(kesalahan manusia).

2. Aktual Pre-Treatment Plant

Berdasarkan proses penjernihan air pada aktual Pre-Treatment Plant,

penggunaan aluminium sulfate dan polyacrylamide harus pada dosis yang

tepat sehingga dapat menghasilkan kualitas air yang diinginkan dan dapat di

pakai sebagai air proses. Pada proses penjernihan air Pre-Treatment Plant,

optimum penggunaan koagulan-flokulan yang dipakai 40 ppm aluminium

sulfate dan 0,2 ppm polyacrylamide. Penggunaan konsentrasi aluminium

sulfate dan polyacrylamide dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi air yang

akan di treatment. Konsentrasi penggunaan 40 ppm aluminium sulfate dan 0,2

ppm polyacrylamide ini terbukti mampu menghasilkan kualitas air yang baik

berdasarkan parameter-parameter yang dilakukan.

42
Adapun bukti penurunan yang cukup signifikan terhadap parameter

turbidity dan suspended solid berdasarkan waktu analisis yang dilakukan di

laboratorium yakni sebagai berikut:

1. Pada tanggal 2 Maret 2018 didapatkan hasil analisis air baku di Pre-

Treatment Plant yakni penurunan turbidity sebesar 12 FAU dan suspended

solid sebesar 9 mg/l.

2. Pada tanggal 16 Maret 2018 didapatkan hasil analisis air baku di Pre-

Treatment Plant yakni penurunan turbidity sebesar 10 FAU dan suspended

solid sebesar 12 mg/l.

Namun penggunaan konsentrasi tersebut masih belum optimal

dikarenakan tingkat kekeruhan yang seringkali berubah-ubah tergantung pada

kondisi cuaca di daerah tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut untuk mendapatkan kondisi optimum penambahan aluminium

sulfate dan polyacrylamide pada unit penjernihan air Pre-Treatment Plant.

3. Perbandingan Data Proses Aktual Pre-Treatment Plant dan Hasil Eksperimen

Perbandingan hasil data proses aktual Pre-Treatment Plant dan hasil

eksperimen merupakan hal yan

g paling penting untuk dilakukan pada proses penelitian ini. Upaya ini

dilakukan sebagai acuan untuk mendapatkan optimum yang tepat untuk

proses penjernian air Pre-Treatment Plant dengan membandingkan data hasil

eksperimen berdasarkan konsentrasi penggunaan nya. Oleh karena itu, perlu

43
dilakukan perbandingan berdasarkan analisis parameter yang paling umum

untuk proses penjernihan air yaitu turbidity dan suspended solid terhadap

grafik yang telah diperoleh sebagai berikut:

a. Grafik 40 ppm aktual dengan 26 ppm hasil optimum metode eksperimen

terhadap turbidity

Gambar 4.2 Perbandingan penurunan terhadap turbidity

Pada grafik gambar 4.2 dapat dilihat pada tabel 4.5 untuk data

aktual Pre-Treatment Plant dan tabel 4.3 untuk data hasil eksperimen.

Berdasarkan data parameter turbidity pada grafik gambar 4.2 bahwa

konsentrasi 40 ppm aluminium sulfate dan konsentrasi sama 0,2 ppm

polyacrylamide pada aktual Pre-Treatment Plant cenderung meningkat.

Data pertama didapatkan sebesar 12 FAU, kedua sebesar 10 FAU, dan

ketiga sebesar 15 FAU. Berdasarkan syarat standar operational perusahaan

44
bahwa pemakaian konsentrasi aluminium sulfate dan polyacrylamide pada

aktual efisien untuk digunakan pada proses penjernihan air Pre-Treatment

Plant walaupun data grafik akhir yang di dapatkan meningkat dari 10 FAU

menjadi 15 FAU. Sedangkan data optimum hasil metode eksperimen

menunjukkan bahwa pemakaian 26 ppm aluminium sulfate dan 0,1 ppm

polyacrylamide juga efisien untuk digunakan pada proses penjernihan air

Pre-Treatment Plant. Hal ini dapat dilihat pada grafik dengan tingkat

penurunan turbidity yang baik sehingga dapat memenuhi persyaratan

standar operational perusahaan penjernihan air dan menghemat pemakain

aluminium sulfate dan polyacrylamide.

b. Grafik 40 ppm aktual dengan 26 ppm hasil optimum metode eksperimen

terhadap suspended solid

Gambar 4.3 Perbandingan penurunan terhadap suspended solid

45
Data pada grafik gambar 4.3 dapat dilihat pada tabel 4.5 untuk data

aktual Pre-Treatment Plant dan tabel 4.3 untuk data hasil eksperimen.

Berdasarkan data parameter total suspended solid pada grafik gambar 4.3

bahwa konsentrasi 40 ppm aluminium sulfate dan konsentrasi sama 0,2

ppm polyacrylamide pada aktual Pre-Treatment Plant cenderung

meningkat. Dapat dilihat bahwa data pertama di dapatkan sebesar 9 mg/l,

data kedua naik sebesar 12 mg/l, dan data ketiga naik hingga sebesar 36

mg/l. berdasarkan hasil data aktual diatas, data grafik akhir yang di

dapatkan tidak memenuhi standar operational perusahaan penjernihan air

Pre-Treatment Plant yaitu < 18 mg/l. Sedangkan data optimum hasil

metode eksperimen menunjukkan bahwa pemakaian 26 ppm aluminium

sulfate dan 0,1 ppm polyacrylamide lebih efisien untuk digunakan pada

proses penjernihan air Pre-Treatment Plant karena dapat menurunkan

turbidity sebesar 9 mg/l pada data akhir grafik.

Berdasarkan hasil grafik data perbandingan aktual Pre-Treatment Plant

dan metode eksperimen didapatkan persen efektivitas penurunan turbidity

paling optimum pada aktual 40 ppm yaitu awal pengambilan data (12 FAU)

yaitu 40 % dan suspended solid (9 mg/l) yaitu 50 %. Sedangkan data optimum

hasil metode eksperimen 26 ppm di dapatkan penurunan turbidity yaitu 30%

dan suspended solid yaitu 50%.

46
Perhitungan penggunaan aluminium sulfate pada aktual Pre-Treatment

Plant, dimana volume aluminium sulfate yang dibutuhkan untuk memperoleh

konsentrasi 40 ppm dalam 20.000 liter air baku (konsentrasi larutan induk

200.000 ppm dalam 5000 liter) adalah sebesar 4 liter. Sedangkan perhitungan

penggunaan aluminium sulfate optimum hasil metode eksperimen dengan

konsentrasi 26 ppm bila diterapkan di aktual Pre-Treatment Plant didapatkan

volume sebesar 2,6 liter.

Untuk perhitungan penggunaan polyacrylamide pada aktual Pre-

Treatment Plant, dimana volume polyacrylamide yang di butuhkan untuk

memperoleh 0,2 ppm dalam 20.000 liter air baku (konsentrasi 1250 ppm

dalam 200 liter) adalah sebesar 3,2 liter. Sedangkan perhitungan penggunaan

polyacrylamide optimum hasil metode eksperimen dengan konsentrasi 0,1

ppm bila diterapkan pada aktual Pre-Treatment Plant didapatkan volume

sebesar 1,6 liter.

Berdasarkan hasil kebutuhan penggunaan aluminium sulfate dan

polyacrylamide diatas apabila dibandingkan antara data aktual Pre-Treatment

Plant dan data optimum hasil eksperimen bila di terapkan di aktual Pre-

Treatment Plant, maka didapatkan kelebihan penggunaan aluminium sulfate

pada proses penjernihan air aktual Pre-Treatment Plant yaitu sebesar 35% dan

kelebihan penggunaan polyacrylamide yaitu sebesar 50%.

47
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kondisi kadar optimum penggunaan aluminium sulfate dan polyacrylamide

hasil metode eksperimen adalah 26 ppm aluminium sulfate dan 0,1 ppm

polyacrylamide efisien bagi perusahaan dengan penurunan turbidity dari 227

FAU menjadi 14 FAU, suspended solid dari 167 menjadi 9 mg/l, total disolved

solide dari 95,17 mg/kg menjadi 95,08 mg/kg, pH dari 8,23 menjadi 7,36 , dan

conductivity dari 203,8 µS/cm menjadi 203,0 µS/cm.

2. Kelebihan penggunaan aluminium sulfate pada proses penjernihan air di

aktual Pre-Treatment Plant yaitu sebesar 35% dan kelebihan penggunaan

polyacrylamide yaitu sebesar 50%.

3. Nilai persen efektivitas yang didapatkan pada aktual Pre-Treatment Plant

yang paling optimum terhadap penurunan turbidity (12 FAU) yaitu 40 % dan

suspended solid (9 mg/l) yaitu 50 %. Sedangkan data optimum hasil metode

48
eksperimen 26 ppm aluminium sulfate dan 0,1 ppm polyacrylamide di

dapatkan penurunan turbidity yaitu 30% dan suspended solid yaitu 50%.

B. Saran

1. Dalam rangka penentuan kadar optimum penggunaan koagulan-flokulan pada

unit Pre-Treatment Plant PLTU PT. Consolidated Electric Power Asia, sebaiknya

dilakukan Jar test secara rutin (minimal sekali dalam sebulan).

2. Dengan kondisi air baku sebagai berikut: turbidity 227 FAU, suspended solid

167 mg/l, total dissolved solid 203,8 mg/kg, pH 8,23, dan conductivity 95,17

µS/cm sebaiknya menggunakan aluminium sulfate dengan konsentrasi 26 ppm

dan konsentrasi polyacrylamide divariasikan.

3. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai optimasi penggunaan

koagulan-flokulan dengan menggunakan alat Jar test terhadap penjernihan air

pada unit Pre-Treatment Plant PLTU PT. Consolidated Electric Power Asia Block

II agar dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penelitian

sebelumnya.

49
L
A
M
P
I
R
50
A
N
LAMPIRAN IV. A. 4. Data Pengamatan Hasil Eksperimen Pada Pre-Tretment Plant

Tabel 1 Hasil data pengamatan analisa sampel raw water


setelah dilakukan penelitian

Konsentrasi
Konsentrasi Parameter
Polymer
Aluminium (ppm)
sulfat (ppm) Turbidity SS TDS pH S. Cond
0.02 183 136 96.42 7.89 204.5
0.04 164 122 95.91 7.89 203.8
10 ppm 0.06 169 125 95.64 7.87 203.5
0.08 176 132 95.72 7.72 203.4
0.1 161 120 95.90 7.69 203.4
0.02 152 107 95.67 6.35 203.6
0.04 149 101 95.28 6.83 202.7
12 ppm 0.06 132 92 95.57 7.10 203.0
0.08 136 99 95.40 7.05 202.9
0.1 134 88 95.41 7.07 202.9
0.02 134 94 95.62 7.12 203.3
0.04 138 97 95.96 7.19 203.7
14 ppm 0.06 119 83 95.70 7.20 203.4
0.08 115 74 95.88 7.28 203.8
0.1 109 65 95.91 7.31 203.8
0.02 109 67 96.15 7.28 204.0
0.04 119 83 96.15 7.26 204.0
16 ppm 0.06 129 87 96.19 7.24 204.4
0.08 93 62 95.51 7.27 203.1
0.1 120 83 95.75 7.33 203.1
51
0.02 103 72 95.66 7.23 202.9
0.04 118 83 95.56 7.13 202.5
18 ppm 0.06 102 69 95.52 7.38 202.6
0.08 115 82 95.63 7.33 202.8
0.1 81 44 95.62 7.52 202.7
0.02 113 83 95.68 7.38 203.1
0.04 111 76 95.75 7.44 203.2
20 ppm 0.06 92 64 95.71 7.38 203.1
0.08 99 65 95.85 7.43 203.3
0.1 81 57 95.67 7.38 203.1
0.02 101 65 95.97 7.39 203.7
0.04 104 71 95.99 7.37 203.7
22 ppm 0.06 100 60 95.96 7.37 203.7
0.08 109 78 96.25 7.38 204.3
0.1 51 28 95.63 6.44 202.6
0.02 65 46 95.60 6.54 202.9
0.04 62 40 95.75 6.73 203.3
24 ppm 0.06 74 48 95.76 6.84 203.2
0.08 77 51 95.79 6.92 203.2
0.1 32 23 95.62 7.01 202.8
0.02 74 48 96.01 7.37 203.6
0.04 44 29 96.21 7.45 203.9
26 ppm 0.06 43 23 96.08 7.38 203.7
0.08 26 18 95.85 7.37 203.3
0.1 14 9 95.08 7.36 203.0
0.02 71 47 96.07 7.34 203.7
0.04 66 42 96.14 7.37 203.9
28 ppm 0.06 37 21 95.84 7.33 203.2
0.08 42 28 96.43 7.50 204.4
0.1 21 16 96.33 7.77 204.2
0.02 86 52 96.38 7.69 204.2
0.04 48 35 96.02 7.56 203.3
30 ppm 0.06 56 38 96.57 6.06 204.8
0.08 46 29 96.25 6.44 204.0
0.1 38 17 96.84 6.58 205.4
0.02 44 29 96.53 6.66 204.7
32 ppm
0.04 58 33 96.94 6.74 205.5

52
0.06 30 32 96.83 6.81 205.4
0.08 43 32 97.04 6.89 205.7
0.1 37 21 96.72 6.91 205.1
0.02 69 45 97.20 6.98 206.2
0.04 66 40 97.00 6.98 205.8
34 ppm 0.06 41 26 97.12 7.02 206.0
0.08 69 36 96.99 7.03 205.8
0.1 36 24 97.11 7.07 206.0
0.02 41 28 96.99 7.05 206.7
0.04 38 24 97.16 7.11 206.0
36 ppm 0.06 51 32 97.16 7.10 206.1
0.08 37 24 96.83 7.10 205.5
0.1 29 22 96.78 7.10 205.2
0.02 50 32 97.12 7.14 206.0
0.04 30 18 97.16 7.11 206.1
38 ppm 0.06 43 27 97.19 7.18 206.2
0.08 37 25 96.78 7.15 205.5
0.1 30 15 96.80 7.16 205.5
0.02 37 23 96.65 7.15 205.2
0.04 28 19 96.70 7.29 205.3
40 ppm 0.06 34 24 96.80 7.23 205.5
0.08 25 18 96.62 7.24 205.2
0.1 25 16 96.48 7.21 204.9
Sumber : Data primer sebelum diolah

53
LAMPIRAN IV. B. 1. Perhitungan % Efektivitas Penurunan Turbidity dan Suspended

Solid

1. Untuk Penurunan Turbidity

a. % Efektivitas penurunan Turbidity pada aktual 40 ppm Aluminium Sulfate dan

dan 0,2 ppm Polyacrylamide.

Keterangan : Turb1 = Data Standar Operational Perusahaan

Turb2 = Data Proses Aktual Pre-Treatment Plant

Turb1 − Turb2
% 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
Turb1
20 − 12
= 𝑥 100%
20

= 40 %

“Menandakan bahwa penggunaan 40 ppm Aluminium Sulfate dan 0,2 ppm

Polyacrylamide pada aktual pada penurunan turbidity didapatkan %

Efektivitas sebesar 40 %”

b. % Efektivitas penurunan Turbidity pada optimum hasil metode eksperimen

26 ppm Aluminium Sulfate dan dan 0,1 ppm Polyacrylamide.

54
Keterangan : Turb1 = Data Standar Operational Perusahaan

Turb2 = Data Optimum Hasil Metode eksperimen

Turb1 − Turb2
% 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
Turb1

20 − 14
= 𝑥 100%
20

= 30 %

“% Efektivitas penurunan turbidity pada optimum hasil metode eksperimen bila

diterapkan di aktual Pre-Treatment Plant didapatkan sebesar 30 %”

2. Untuk Penurunan Suspended Solid

a. % Efektivitas Penurunan Suspended Solid Pada aktual 40 ppm Aluminium

Sulfate dan dan 0,2 ppm Polyacrylamide.

Keterangan : SS1 = Data Standar Operational Perusahaan

SS2 = Data Proses Aktual Pre-Treatment Plant

SS1 − SS2
% 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
SS1

18 − 9
= 𝑥 100%
18

= 50 %

“Menandahkan bahwa penurunan suspended solid dengan penggunaan 40

ppm Aluminium Sulfate dan dan 0,2 ppm Polyacrylamide pada aktual efektif

sebesar 50%”

55
b. % Efektivitas penurunan Suspended Solid pada optimum hasil metode

eksperimen 26 ppm Aluminium Sulfate dan dan 0,1 ppm Polyacrylamide.

Keterangan : SS1 = Data Standar Operational Perusahaan

SS2 = Data Optimum Hasil Metode eksperimen

SS1 − SS2
% 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
SS1
18 − 9
= 𝑥 100%
18

= 50 %

“% Efektivitas penurunan suspended solid pada optimum hasil metode

eksperimen bila diterapkan di aktual didapatkan % efektivitas yang sama dengan

pemakaian konsentrasi pada aktual yaitu sebesar 50 %”

56
LAMPIRAN IV. B. 2. Perhitungan Kebutuhan Koagulan-Flokulan Pada Actual Di

Lapangan

1. Kebutuhan Koagulan (Aluminium Sulfate)

a. Fakta di aktual dengan pemakaian 40 ppm Aluminium Sulfate (Standar

Perusahaan)

Keterangan :

Volume Sample Raw Water (V1) = 20.000 L

Konsentrasi Aluminium Sulfate dalam 20.000 L (N1) = 40 ppm

Konsentrasi Larutan Induk Aluminium Sulfate Pada Aktual (N2) = 200.000 ppm

V1 . N 1 = V 2 . N 2
V1 .N 1
V2 =
N2
20.000 l . 40 ppm
V2 =
200.000 ppm
V2 = 4 liter

57
b. Untuk optimum hasil metode eksperimen pemakaian 26 ppm Aluminium

Sulfate bila diterapkan pada aktual Pre-Treatment Plant.

Keterangan :

Volume Sample Raw Water (V1) = 20.000 L

Konsentrasi Aluminium Sulfate dalam 20.000 L (N1) = 26 ppm

Konsentrasi Larutan Induk Aluminium Sulfate Pada Aktual (N2) = 200.000 ppm

V1 . N 1 = V 2 . N 2
V1 .N 1
V2 =
N2
20.000 l . 26 ppm
V2 =
200.000 ppm
V2 = 2,6 liter

b. Perhitungan % Kelebihan Penggunaan Aluminium Sulfate

Keterangan :

Volume Aluminium Sulfate Aktual/Lapangan (X1) : 4 liter

Volume Aluminium Sulfate Hasil Eksperimen (X2) : 2,6 liter

X1 − X 2
% Kelebihan Penggunaan Aluminium Sulfate =
X1

4 liter − 2,6 liter


= x 100 %
4 liter

= 35 %

58
“Persentase kelebihan penggunaan Aluminium Sulfate pada Pre-Treatment Plant

PT. Consolidated Electric Power Asia apabila di bandingkan dengan hasil metode

Eksperimen sebesar 35 %”

2. Kebutuhan Flokulan (Polyacrylamide)

a. Untuk fakta di actual dengan pemakaian 0,2 ppm Polyacrylamide (Standar

Perusahaan)

Keterangan :

Volume Sample Raw Water (V1) = 20.000 L

Konsentrasi Polyacrylamide dalam 20.000 L (N1) = 0,2 ppm

Konsentrasi Larutan Induk Polyacrylamide Pada Aktual (N2) = 1250 ppm

V1 . N 1 = V 2 . N 2
V1 .N 1
V2 =
N2
20.000 l . 0,2 ppm
V2 =
1250 ppm
V2 = 3,2 liter

b. Untuk optimum hasil metode eksperimen pemakaian 0,1 ppm Polyacrylamide

bila diterapkan pada aktual Pre-Treatment Plant.

Keterangan :

Volume Sample Raw Water (V1) = 20.000 L

Konsentrasi Polyacrylamide dalam 20.000 L (N1) = 0,1 ppm

Konsentrasi Larutan Induk Polyacrylamide Pada Aktual (N2) = 1250 ppm

59
V1 . N 1 = V 2 . N 2
V1 .N 1
V2 =
N2
20.000 l . 0,1 ppm
V2 =
1250 ppm
V2 = 1,6 liter

c. Perhitungan % Kelebihan Penggunaan Polyacrylamide

Keterangan :

Volume Polyacrylamide Aktual/Lapangan (X1) : 3,6 liter

Volume Polyacrylamide Hasil Eksperimen (X2) : 1,6 liter

X1 − X 2
% Kelebihan Penggunaan Polyacrylamide =
X1

3,6 liter − 1,6 liter


= x 100 %
3,6 liter

= 50 %

“Persentase kelebihan penggunaan Polyacrylamide pada Pre-Treatment Plant PT.

Consolidated Electric Power Asia apabila di bandingkan dengan hasil metode

Eksperimen sebesar 50 %”

60
LAMPIRAN II. F. Identifikasi Produk Koagulan

61
Lampiran II. G. Identifikasi Produk Polyacrylamide

62
63

Anda mungkin juga menyukai