Anda di halaman 1dari 62

PENELITIAN PEMULA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

ANALISIS LABORATORIUM CMC (CARBOXYMETHYLCELLULOSE) BERBAHAN


DASAR BATANG PISANG PADA LUMPUR PEMBORAN

TIM PENGUSUL
KETUA : IDHAM KHALID, ST, MT
(NIDN: 1029038403)
ANGGOTA : NOVRIANTI, ST, M.T
(NIDN: 1027118403)
JHULIO RAHMAD FADLI
(NPM : 133210016)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FEBRUARI 2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : ANALISIS LABORATORIUM CMC


(CARBOXYMETHYLCELLULOSE) BERBAHAN DASAR
BATANG PISANG PADA LUMPUR PEMBORAN
Bidang Penelitian : Teknik Pemboran
Data Peneliti
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Idham Khalid, ST., MT.
b. NPK/NIDN : 1029038403
c. Fakultas/Jurusan : Teknik / Teknik Perminyakan
d. Jabatan Funsional :-
e. Program studi : Teknik Perminyakan
f. Nomor HP : 081365480707
g. Alamat surel (e-mail uir) : khalididham@eng.uirac.id
Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap : Novrianti, ST., MT.
b. NPK/NIDN : 1027118403
c. Program Studi : Teknik Perminyakan
Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap : JHULIO RAHMAD FADLI
b. NPM : 133210016
c. Program Studi : Teknik Perminyakan
Biaya Penelitian Keseluruhan :
Biaya Tahun Berjalan : - Diusulkan ke LP UIR Rp. 8,000,000.00
- Dana institusi lain Rp. -

Pekanbaru, 30 Desember 2018


Mengetahui,
Dekan
Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Ketua Peneliti,

Ir. H. Abdul Kudus Zaini MT, MS Tr. Idham Khalid, ST., MT


Menyetujui,
Direktur Lembaga Penelitian
Universitas Islam Riau

Dr. Evizal Abdul Kadir, S.T., M.Eng

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Pertama dan utama sekali, peneliti dari Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas
Teknik Universitas Islam Riau mengucapkan syukur kepada Allah SWT dimana peneliti telah
dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “ANALISIS LABORATORIUM
CMC (CARBOXYMETHYLCELLULOSE) BERBAHAN DASAR BATANG PISANG
PADA LUMPUR PEMBORAN”
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan L aporan Akhir Penelitian ini tidak
dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Dengan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
Laporan ini.
Akhir kata kepada pihak-pihak yang membaca Laporan Akhir Penelitian ini, peneliti
mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan Isi Laporan dan penelitian ini
kedepannya. Peneliti juga berharap, semoga Laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
semua yang membacanya.

Pekanbaru, 30 Desember 2018


Ketua Peneliti

Idham Khalid, ST., MT

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
RINGKASAN ............................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
Latar Belakang Masalah ...................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................................................ 2
Hipotesis Penelitian ............................................................................................................................ 2
Kontribusi Terhadap Pengetahuan ..................................................................................................... 2
Lingkup Penelitian ............................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................................... 3
2.3 Lumpur Pemboran .................................................................................................................. 7
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................................................. 12
3.1. Tahapan-tahapan Penelitian ...................................................................................................... 12
3.2. Lokasi Penelitan ........................................................................................................................ 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................................... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 34
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 36

iii
RINGKASAN

Dalam kegiatan pemboran minyak dan gas bumi, lumpur pemboran merupakan saah satu
komoditi yang sangat penting. Pada prakteknya, di Indonesia lumpur pemboran yang sering
digunakan adalah lumpur bor berbahan dasar air (water based mud). Mineral utama yang
digunakan sebagai reactive solid yang berfungi untuk menghisap air tawar dan membentuk
lumpur pemboran adalah bentonite. Bentonite yang dipergunakan untuk lumpur pemboran
memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air dan tetap
terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream,
pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna gelap dan mengkilap.
Lumpur sangat penting dalam proses pengeboran, yang berfungsi seperti untuk melumasi
bit, mengangkat cutting ke permukaan, menahan tekanan formasi melalui tekanan hidrostatik
dan menahan dinding formasi agar tidak runtuh. Jika tekanan hidrostatik lebih besar dari pada
tekanan formasi itu sendiri, maka akan terjadi situasi loss circulation, yang mana sebagian atau
keseluruhan dari lumput akan masuk ke formasi. Dikarenakan kritisnya fungsi lumpur tersebut
maka perlunya ditambahkan zat aditif pada lumpur untuk mencegah situasi tersebut. CMC
merupakan zat aditif yang dapat diandalkan, dengan salah satu material mentahnya adalah dari
batang pohon pisang. Proses pembuatan CMC dari batang pisang ini melalui beberapa proses
dan perlunya zat kima dalam mencapainya seperti NaOH, H2O2, HCl, acetic Acid, Metanol dan
Etanol.
Lumpur dengan CMC batang pisang Batu didapat densitas sebesar 8.6 – 8.85 ppg,
viskositas sebesar 2 – 8 cp, pH sebesar 5 – 7, resistivity sebesar 10 – 3.2 Ωm, yield point sebesar
1 sampai -2.5 lb/ft², gel strength sebesar 1.0°-0.33°. Sedangkan lumpur dengan CMC batang
pisang Nangka didapat densitas sebesar 8.5–8.6 ppg, viskositas sebesar 2-5 cp, pH sebesar 5 –
7, resistivity sebesar 10 – 3 Ωm, yield point sebesar 1 sampai -1 lb/ft², gel strength sebesar
1.0° –0.42°. Dari penelitian analisis rheologi lumpur pemboran dari CMC batang pisang
Nangka dan CMC batang pisang Batu didapat hasil yang bisa menjadi pertimbangan sebagai
LCM (Lost Circulation Material). Karena upaya pencegahan lost circulation dibutuhkan
densitas lumpur tetap minimum, Viscositas dijaga agar tidak terlalu tinggi, dan gel strength
dijaga agar tidak terlalu kecil. Maka CMC batang pisang yang cocok untuk dijadikan
pertimbangan sebagai LCM yaitu CMC batang pisang Nangka.

Kata Kunci: Lumpur Pemboran, Carboxymethyl Cellulose , Rheology lumpur Pemboran.

iv
v
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi komoditas yang diharapkan
dapat memberikan kontribusi besar bagi pemasukan negara dan mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional. Dalam rangka meningkatkan produksi migas di Indonesia ini, terdapat 2
langkah upaya yang dapat dilakukan, yakni secara ekstensifikasi dan intensifikasi. Langkah
ekstensifikasi adalah upaya meningkatkan cadangan dengan cara eksplorasi atau membuka
sumur minyak yang baru. Sedangkan untuk langkah intensifikasi yakni meningkatkan produksi
migas dengan cara menaikkan recovery factor dengan teknologi lanjutan untuk mengangkat
minyak yang biasa disebut Enhanced Oil Recovery (EOR). Proses pemboran merupakan
langkah ekstensifikasi dalam industri perminyakan yang bertujuan untuk mencapai target
kedalaman formasi prospek dalam memaksimalkan produksi fluida hidrokarbon dari suatu
lapangan.
Lumpur pemboran adalah salah satu komponen utama yang menentukan kelancaran dan
keberhasilan suatu operasi pemboran. Sistem lumpur yang digunakan pada suatu operasi
pemboran harus sesuai dengan kondisi formasi serta lithologi yang harus ditembus. Komposisi
dan sifat fisik lumpur sangat berpengaruh terhadap suatu operasi pemboran, karena salah satu
faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu pemboran adalah tergantung pada lumpur bor
yang digunakan. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan, dan biaya pemboran sangat
tergantung dari lumpur pemboran yang digunakan.
Carboxymethyl Cellulose (CMC) merupakan zat aditif penting yang banyak digunakan di berbagai
industri seperti industri makanan, farmasi, deterjen, tekstil, kosmetik, dan pengeboran migas (minyak
dan gas). Hal ini dikarenakan CMC memiliki fungsi sebagai pengental, penstabil emulsi dan bahan
pengikat. Adidtif ini sangat penting untuk mengatasi zona loss / loss circulation.

Rumusan Masalah
Adapun permasalahan - permasalahan yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah batang pisang bisa dibuat menjadi zat aditif CMC.
2. Apakah CMC batang pisang memiliki pengaruh terhadap rheologi lumpur pemboran.
3. Apakah CMC batang pisang memiliki hubungan dengan kondisi-kondisi Lost
Circulation Material.
4. Apakah CMC batang pisang dapat dikomersilkan secara ekonomis.

1
Tujuan Penelitian
1. Bagaimana cara pembuatan zat aditif CMC dari batang pisang.
2. Bagaimana pengaruh CMC batang pisang terhadap rheologi lumpur pemboran
(viskositas, gel strength, mud cake, filtration loss)
3. Berapa jumlah optimum CMC batang pisang yang sesuai terhadap kondisi-kondisi loss
circulation yang ada.
Hipotesis Penelitian
CMC dari batang pisang dapat mengatasi masalah loss circulation melalui pengujian
laboratorium

Kontribusi Terhadap Pengetahuan


Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah mampu memberikan hasil yang
menyatakan bahwa CMC dari batang pisang pengganti CMC impor dan mampu memberikan
sumbangan bagi perkembangan teknologi industri di Indonesia terutama dalam pengeboran
minyak dan gas bumi.

Lingkup Penelitian
CMC dari Batang pisang yaitu dari jenis pisang batu, pisang nangka dan pisang kapas
yang terdapat di Pekanbaru Riau. CMC dari batang pisang ini hanya menentukan pengaruh
terhadap rheologi lumpur pemboran khususnya viskositas, gel strength, mud cake dan
filtration loss. Penelitian ini belum mengarah kepada segi ekonomi ( kuantitatif) tetapi baru
pada tahap sifat – sifat yang ada, sehingga CMC batang Pisang tersebut apakah layak atau
tidak penggunaannya dalam lumpur pemboran.

Luaran Penelitian

1. Simposium IATMI 2018, 29 Oktober 2018

2. Journal of Earth Energy Engineering (Teknik Perminyakan UIR)

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pohon Pisang

2.1.1 Pengertian Umum Pohon Pisang

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan ternak raksasa berdaun
besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, Musa balbisiana
dan Musa × paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini
tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari yang disebut sisir.
Budidaya Pisang pada masa sekarang dianggap merupakan keturunan dari Musa
acuminata yang diploid dan tumbuh liar. Genom yang disumbangkan diberi simbol A.
Persilangan alami dengan Musa balbisiana memasukkan genom baru, disebut B, dan
menyebabkan bervariasinya jenis-jenis pisang. Pengaruh genom B terutama terlihat pada
kandungan tepung pada buah yang lebih tinggi. Secara umum, genom A menyumbang karakter
ke arah buah meja (banana), sementara genom B ke arah buah pisang olah/masak (plantain).
Hibrida Musa acuminata dengan Musa balbisiana ini dikenal sebagai Musa × paradisiaca.
Khusus untuk Kelompok AAB, nama Musa sapientum pernah digunakan.
Mengikuti anjuran Simmonds dan Shepherd yang karyanya diterbitkan pada tahun
1955, klasifikasi pisang budidaya sekarang menggunakan nama-nama kombinasi genom ini
sebagai nama kelompok budidaya (cultivar group). Di bawah kelompok masih dimungkinkan
pembagian dalam anak-kelompok (subgroup). Lihat pula artikel Musa untuk pembahasan lebih
mendalam.
Contoh:

 Kelompok AA (diploid) : pisang seribu, pisang lilin, pisang mas


 Kelompok AAA (triploid, partenokarp) : pisang susu, bananito, jenis-jenis pisang
ambon/embun (seperti 'Ambon Putih', 'Ambon Hijau', 'Gros Michel' dan
'Cavendish'), pisang barangan
 Kelompok AAB (triploid, partenokarp) : jenis-jenis pisang raja, true
plantain seperti kultivar 'Silk' dari Amerika Selatan, pisang tanduk
 Kelompok ABB (triploid, partenokarp) : pisang kepok, pisang siam
 Kelompok AAAB (tetraploid, partenokarp) :

3
 Kelompok BB (diploid) :
 Kelompok BBB :
 Kelompok AABB: Pisang Nangka

2.1.2 Spesies Pohon Pisang


Terkait dengan penelitian yang hanya membahas tentang CMC dari batang Pohon
Pisang dengan spesies pisang Batu dan Pisang Nangka. Maka penjelasan spesies-spesies pohon
Pisang sebagai berikut:

1. Pohon Pisang Batu


Tabel 2.1 Klasifikasi ilmiah Pisang Batu
Rank Scientific Name and Common Name

Kingdom Plantae – Plants

Subkingdom Tracheobionta – Vascular plants

Superdivision Spermatophyta – Seed plants

Division Magnoliophyta – Flowering plants

Class Liliopsida – Monocotyledons

Subclass Zingiberidae

Order Zingiberales

Family Musaceae – Banana family

Genus Musa L. – banana

Species Musa balbisiana Colla – banana

Sumber : https://plants.usda.gov

Pisang batu atau pisang klutuk (Musa balbisiana) adalah jenis pisang yang
berukuran lebih besar dibandingkan jenis pisang lainnya. Pisang batu merupakan jenis
pisang yang khas bukan karena rasanya yang cenderung manis, tetapi karena daging

4
buahnya dipenuhi dengan bebijian berwarna hitam. Biji tersebut memiliki tekstur kulit
yang kasar dan cangkang yang keras.

Berdasarkan hasil kesimpulan para ahli, ciri-ciri pohon pisang batu antara lain
memiliki ketinggian hingga tiga meter dengan lingkar batang mulai dari 60 cm hingga
70 cm. Batangnya berwarna hijau dengan bercak ataupun tanpa bercak. Daun pohon
pisang batu biasanya sepanjang 2 meter dengan lebar 0,6 meter. Daunnya jika
diperhatikan secara detil tampak memiliki lapisan lilin tipis dan uniknya tidak mudah
sobek seperti daun jenis pisang lainnya.

2. Pohon Pisang Nangka


Tabel 2.2 Klasifikasi ilmiah Pisang Nangka
Rank Scientific Name and Common Name

Kingdom Plantae – Plants

Subkingdom Tracheobionta – Vascular plants

Superdivision Spermatophyta – Seed plants

Division Magnoliophyta – Flowering plants

Class Liliopsida – Monocotyledons

Subclass Zingiberidae

Order Zingiberales

Family Musaceae – Banana family

Genus Musa L. – banana

Musa ×paradisiaca L. (pro sp.)


Species [acuminata × balbisiana] – French
plantain

Sumber : https://plants.usda.gov

Musa × paradisiaca adalah nama yang diterima untuk hibrida antara Musa
acuminata dan Musa balbisiana. Sebagian besar pisang dan pisang yang dibudidayakan

5
adalah kultivar triploid baik dari hibrida atau Musa acuminata saja. Linnaeus awalnya
menggunakan nama Musa paradisiaca hanya untuk pisang raja atau pisang masak,
namun pemakaian modern termasuk kultivar hibrida yang digunakan baik untuk
memasak. Musa sapientum, merupakan sinonim dari Musa × paradisiaca.
Pohon pisang Nangka mempunyai tinggi batang 2,5 - 3 m dengan warna hijau
kemerahan. Panjang Tandan 60 - 100 cm dengan berat 15 - 30 kg. Setiap tandan terdiri
dari 8 - 13 sisiran dan setiap sisiran ada 12 - 22 buah. Daunnya berwarna hijau tua.
Daging buah dari pisang ini putih kekuningan, rasanya manis agak asam,
dan lunak. Kulit buah agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning muda
halus.

2.1.3 Batang Pohon Pisang


Batang pohon pisang merupakan limbah pertanian potensial yang belum banyak
dimanfaatkan. Batang pohon pisang memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu
sekitar 63-64% namun daur hidupnya relatif pendek. Hal ini membuat batang pohon pisang
berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan carboxymethyl cellulose (CMC).
Karboksimetil selulosa merupakan senyawa turunan selulosa yang berupa eter polimer selulosa
linier bersenyawa anion, bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun,
butiran atau bubuk yang larut dalam air. Karboksimetil selulosa secara luas digunakan dalam
bidang pangan, kimia, perminyakan, pembuatan kertas, tekstil, serta bangunan. (Hastuti, Fenni.
2000)
Karboksimetil selulosa diperoleh dari proses alkalisasi dan karboksimetilasi.
Karboksimetil selulosa dibuat dari selulosa yang berasal dari serbuk kering batang
pohon pisang. Pengambilan selulosa pada serbuk batang pohon pisang kering
dilakukan melalui proses delignifikasi, bleaching, dan pemasakan dengan natrium
metabisulfit. Selulosa yang didapatkan kemudian dikeringkan dan dihaluskan.
Proses alkalisasi dilakukan dengan mereaksikan selulosa dengan larutan alkali
berupa NaOH. Sebanyak 5 gram selulosa dan 25 mL larutan NaOH 15%
direaksikan ke dalam isopropil alkohol selama 1 jam pada suhu 24°C. Proses
karboksimetilasi dilakukan dengan menambahkan natrium kloro asetat sebanyak 5
gram selama 3 jam pada suhu 55°C. Selanjutnya hasil disaring untuk memisahkan
CMC dengan filtrat. Karboksimetil selulosa yang didapat dinetralkan dengan

6
asam asetat dan dicuci dengan etanol kemudian dimasukkan ke dalam oven
sampai kering dan dihaluskan. (Hastuti, Fenni. 2000)

2.2 Sodium Carboxymethylcellulose - CMC


CMC paling terkenal, adalah merupakan produk dari tumbuhan gum yang digunakan
sebagai fluid loss control dan sebagai viscosifier. CMC merupakan organic kolloid yang
digunakan untuk mengontrol laju filtrasi. Struktur dari CMC mempunyai rantai molekul yang
panjang yang dipolymerkan ke dalam berbagai panjang yang berbeda. Terdiri dari tiga bagian,
merupakan variasi dari viskositas, suspensi dan pengontrol fluid loss.
CMC merupakan additive fluid loss yang efektif pada berbagai lumpur berdasar air,
terutama untuk lumpur jenis Calsium treated muds. Menstabilkan Calsium dan Sodium yang
terkandung dalam lumpur. Memberikan hasil yang baik pada semua range alkaline pH.
Keefektifan berkurang dengan konsentrasi garam di atas 50000 ppm. CMC. Tejadi degradasi
dengan adanya pembebanan temperatur ketika mencapai 250 oF. Penggunaan CMC tergantung
dari sifat yang dikehendaki. Untuk mengurangi sifat fluid loss dari lumpur digunakan CMC-
HV dan medium CMC. Bila dikehendaki pengurangan sifat viscous dan fluid loss ditambahkan
CMC-LV.
Keuntungan:
1. CMC sangat aktif meskipun terkontaminasi oleh konsentrasi ion tinggi, yang
membuat CMC ini sangat cocok digunakan pada inhibited muds.
2. Technical grade dan high viscosity grade dapat digunakan tergantung dari besarnya
kenaikan viskositas yang diinginkan. Technical grade biasanya lebih banyak
digunakan karena pengaruh kenaikan viskositasnya lebih rendah.
3. Aditif ini stabil sampai temperatur diatas 350oF.
Kerugian :
CMC perlu menggunakan thinner untuk mengatasi pengaruh viskositas aditif.

2.3 Lumpur Pemboran


Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran
(cutting). Lalu dengan berkembangnya pemboran, lumpur mulai digunakan. Untuk
memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat kimia ditambahkan dan akhirnya digunakan pula
udara dan gas untuk pemboran walaupun lumpur tetap bertahan. Dalam bab ini tak akan
dibahas fluida pemboran yang berupa udara dan gas.

7
Secara umum lumpur pemboran dapat dipandang mempunyai empat komponen atau
fasa :
a. Fasa cair (air atau minyak)
b. Reactive solid, yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid (clay)
c. Inert solids (zat padat yang tak bereaksi)
d. Fasa kimia
2.3.1. Fungsi Lumpur Pemboran
Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting dalam pemboran. Kecepatan
pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung pada lumpur ini.
ZABA dan DOHERTY ( 1970 ) mengklasifikasikan lumpur bor terutama berdasarkan fasa
fluidanya : air (water base), minyak ( oil base ) dan gas.
Fungsi lumpur antara lain adalah :
1. Pengangkatan cutting ke permukaan.
2. Mendinginkan dan melumas bit dan drill string.
3. Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake
4. Mengontrol tekanan formasi.
5. Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila sirkulasi
lumpur dihentikan sementara.
6. Melepaskan pasir dan cutting di permukaan
7. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing (Bouyancy effect).
8. Mengurangi efek negatif pada formasi.
9. Mendapatkan informasi (mud log, sample log).
10. Media logging

2.3.2. Rheologi Lumpur Pemboran


Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat berpengaruh pada pemboran. Perencanaan
casing, drilling rate dan completion dipengaruhi oleh lumpur yang digunakan. Adapun sifat
fisik lumpur antara lain adalah:
1. Viskositas dan Gel Strength
Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok dalam sifat-sifat
Rheology fluida pemboran. Pengukuran sifat-sifat Rheology fluida pemboran
penting mengingat efektivitas pengangkatan cutting merupakan fungsi langsung
dari viskositas. Pengukuran viskositas relatif berdasarkan pada prinsip relativitas,

8
yaitu lumpur kental mengalir lebih lambat daripada lumpur yang lebih encer, juga
sebaliknya. Pengukuran ini merupakan tes singkat terhadap konsistensi lumpur
pemboran, biasanya digunakan untuk memantau perubahan viskositas dari lumpur
yang sedang disirkulasikan.

Relative Viscosity atau Marsh Funnel Viscosity dinyatakan sebagai waktu


yang diperlukan oleh sampel lumpur sebanyak 1 quart (946 ml) untuk mengalir
keluar dari Marsh Funnel. Dinyatakan dalam satuan detik/quart.
Apparent viscosity merupakan viskositas yang diukur pada suatu titik
tertentu, yaitu pada RPM tertentu sehingga menghasilkan suatu pembacaan (dial
reading) pada alat Fann VG Meter. Persamaan yang digunakan untuk menentukan
apparent viscosity:

5.077   N 3  N
a    poise  ................................................................(1)
1.704  N N

Yield point merupakan suatu nilai shear stress minimum dimana fluida
lumpur akan bergerak karena adanya gaya tarik menarik antar partikel. Nilai yield
point dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
 
YP  2 300   600 lb / 100 ft 2 ..................................................................(2)

Gel strength adalah kemampuan fluida lumpur untuk dapat menahan cutting
agar tidak bergerak turun ketika sirkulasi dihentikan karena adanya gaya tarik
menarik partikel yang statis. Gel strength dapat ditentukan dengan membaca dial
reading Fann VG Meter pada RPM terendah, yaitu pada 3 RPM.

5.077   3
GS 
1.704  3
 
  3 lb / 100 ft 2 .............................................................(3)

Keterangan parameter dan satuannya:


  Shear stress dyne / cm 2 
  Shear rate sec 1 
 N  Dial reading pada RPM tertentu  o 
N  Kecepatan rotor, RPM
 a  Apparent viscosity cp
 P  Plastic viscosity cp

9

YP  Yield point Bingham lb / 100 ft 2 

GS  Gel strength lb / 100 ft 2 
Marsh Funnel dan Fann VG Meter dapat dilihat pad gambar 1 dan 2 1 di bawah
ini: ( Shale, 1994)

Gambar 1. Marsh Funnel

Gambar 2. Fann VG Meter

2. Filtrasi Dan Mud Cake


Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan batuan porous, batuan
tersebut akan bertindak sebagai saringan yang memungkinkan fluida dan partikel-
partikel kecil melewatinya. Fluida yang hilang ke dalam batuan tersebut disebut
filtrate. Sedangkan lapisan partikel-partikel besar tertahan dipermukaan batuan
disebut filter cake. Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak
dikontrol maka ia akan menimbulkan berbagai masalah, baik selama operasi

10
pemboran maupun dalam evaluasi formasi dan tahap produksi. Mud cake yang tipis
akan merupakan bantalan yang baik antara pipa pemboran dan permukaan lubang
bor. Mud cake yang tebal akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit diangkat dan
diputar sedangkan filtrat yang masuk ke formasi dapat menimbulkan damage pada
formasi.

Persamaan untuk volume filtrate dihasilkan dapat diturunkan dari persamaan darcy.
Persamaannya adalah sebagai berikut :
1
cc 2
2k ( − 1)
cm
Vf = A [ ∆PT] ……………………………………………………..(4)
μ

Keterangan:
A = Filtration Area.
k = Permeabilitas cake.
cc = Volume fraksi solid dalam mud cake.
P = Tekanan filtrasi.
T = Waktu filtrasi = viskositas filtrate

Gambar 3. LPLT Filter Press

11
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tahapan-tahapan Penelitian


Secara garis besar, tahapan penelitian ini dibagi 2 yaitu: studi literature dan pengujian di
laboratorium.
1. Studi literature
Studi literature dilakukan untuk mengumpulkan bahan pustaka yang terkait dengan
penelitian CMC (Carboxymethil Cellulose) dengan pemanfaatan dari batang pisang dan
prosedur percobaannya di laboratorium. Sumber pustaka diambil dari jurnal ilmiah,
artikel prosiding, dan buku.
2. Pengujian di laboratorium
a. Persiapan
b. Pembuatan sampel CMC dari batang pisang
Batang pisang di potong sekecil mungkin lalu dilakukan proses digesting dengan
pemanasan 5% NaOH yang dilarutkan dalam air lalu dipanaskan dengan
temperature 120oC. setelah proses digesting, maka dilakukan pencucian sampel
tersebut. Kemudian sampel di-press dengan menggunakan Hydraulic-Press yag
disebut dengan proses beating. Setelah itu, dilakukan proses pemutihan (Bleaching)
pada sampel dengan menggunakan larutan H2O2 (Hydrogen Piroxide) yang mana
sampel direndamkan dengan larutan yang berkomposisi 60% larutan dan 40%
sampel batang pisang.
Kemudian dilakukan proses alkalization dengan larutan 9% NaOH dengan
merendam kembali dengan sampel tersebut. Selanjutnya dilakukan proses CMC
Synthesis dengan larutan Chloroacetic Acid (CICH2CO2H 15% + HCl 15%), yang
mana direndam dengan sampel. Setelah dilakukan proses tersebut, dilakukan proses
Neutralization dengan larutan 33% Methanol + 33% Ethanol + 33% Asam Cuka.
Dan terakhir dilakukan proses pengeringan sampai sampel mengering dan dilakukan
pengayakan agar sampel menjadi bubuk seperti CMC.
c. Uji Rheologi Lumpur Pemboran
1. Uji Viskositas dan Gel Strenght
Peralatan yang dipergunakan dalam uji viskositas dan gel strength adalah

12
a. Marsh funnel
b. Timbangan
c. Gelas ukur 500 ml
d. Mud Mixer
e. Fann VG Meter
f. Cup Mud Funnel
Tahapan – tahapan yang dilakukan pada uji viskositas adalah Lumpur pemboran
adalah:
a. Pembuatan lumpur yang terdiri dari:
1. Lumpur I terdiri dari bentonite clay + 350 cc aquadest.
2. Lumpur II terdiri dari bentonite clay + 350 cc aquadest + CMC Batang Pisang

b. Menutup bagian bawah marsh funnel dengan jari tangan, menuangkan lumpur
bor melalui saringan sampai menyinggung bagian bawah saringan (1,5 liter).
c. setelah menyediakan bejana yang telah tertentu isinya (1 quart = 946 ml)
pengukuran dimulai dengan membuka jari tadi sehingga lumpur mengalir dan
menampung dalam bejana
d. Mencatat waktu yang diperlukan (detik) lumpur untuk mengisi bejana
Sedangkan tahapan – tahapan yang dilakukan dalam pengujian gel strength
adalah sebagai berikut:
1.Pembuatan lumpur :
a. Lumpur I terdiri dari bentonite clay + 350 cc aquadest.
b. Lumpur II terdiri dari bentonite clay + 350 cc aquadest + CMC Batang
Pisang
2.Lumpur diaduk dengan Fann VG pada kecepatan 600 RPM selama 10 detik.
3.Mematikan Fann VG, kemudian diamkan lumpur selama 10 detik.
4.Setelah 10 detik menggerakkan rotor pada kecepatan 3 RPM. Membaca
simpangan maksimum pada skala penunjuk.
5.Mengaduk kembali lumpur dengan Fann VG pada kecepatan rotor 600 RPM
selama 10 detik.
6.Mengulangi langkah kerja diatas untuk gel strength 10 menit (untuk gel
strength 10 menit, lama pendiaman lumpur 10 menit).

13
1. Uji Filtrasi dan Mud Cake
Peralatan yang digunakan dalam uji filtrasi dan mud cake adalah LPLT Filter
press, mud mixer, stopwatch, gelas ukur 50 cc, filter paper, Retort kit. Tahapan –
tahapan uji filtrasi dan mud cake adalah:
1.Pembuatan lumpur :
1. Lumpur I terdiri dari bentonite + 350 cc aquadest.
2. Lumpur II terdiri dari bentonite + 350 cc aquadest + CMC dari batang
pisang
2. Mempersiapkan alat LPLT filter press dan segera pasang filter paper serapat
mungkin dan letakkan gelas ukur dibawah silinder untuk menampung fluida filtrate.
3. Menuangkan campuran lumpur kedalam silinder dan segera tutup rapat.
4. Kemudian alirkan udara dengan tekanan 100 psi.
5. Segera mencatat volume filtrate sebagai fungsi dari waktu dengan stopwatch.
Interval pengamatan setiap menit pada 20 menit pertama, kemudian 5 menit untuk
20 menit selanjutnya. Catat juga volume filtrate pada menit 7,5.
6. Menghentikan penekanan udara, buang tekanan udara dengan silinder (bleed
off) dan sisa lumpur dalam silinder dituangkan kembali kedalam breaker.
7. Menentukan tebal mud cake

14
Adapun diagram alir penelitian adalah sebagai berikut:

Identifikasi Masalah

Studi Literature

Pengambilan bentonite
dan Pembuatan Sampel

Perhitungan Komposisi
Bahan yang digunakan

Proses Pembuatan CMC

Pembuatan Lumpur Pemboran


a. Bentonite
b. Bentonite + CMC

Pengujian Viskositas dan Pengujian Filtration Loss


gel Strenght dan Mud cake

Analisis hasil Pengujian dibandingkan dengan standar API


Specification 13 A

3.2. Lokasi Penelitan


Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Lumpur Pemboran Teknik Perminyakan
Universitas Islam Riau. Pengambilan beberapa sampel batang pisang yang ada di Pekanbaru.
Jadwal rencana kegiatan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.3. Peubah yang diamati

15
Pada penelitian ini, peubah yang diamati adalah viskositas, gel strength, filtration loss dan
mud cake tiap pengujian berdasarkan sensitivitas-sensitivitas parameter yang telah ditentukan

3.4. Teknik pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi
potensi pemanfaatan batang pisang yang diteliti menjadi CMC (Carboximethyl Cellulose) di
kota Pekanbaru, serta data-data yang dibaca dari keluaran alat-alat pengetesan lumpur
pemboran yang ada di Laboratorium Lumpur Pemboran, Universitas Islam Riau.

16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan berdasarkan percobaan di laboratorium untuk mengetahui


rheologi lumpur dari penambahan aditif CMC dari batang pisang. Aditif CMC batang pisang
yang diteliti ini terdiri dari dua jenis yaitu batang pisang nangka (Musa × paradisiaca) dan
pisang batu (Musa balbisiana) dan ditambah aditif CMC Industri sebagai pembanding antara
kedua aditif CMC batang pisang.

Gambar 4.1 Pohon Pisang Nangka di Riau Sumatra Tengah (Jhulio, 2017)

Alasan pemilihan batang pisang sebagai CMC, karena batang pisang merupakan salah satu
tumbuhan yang banyak mengandung selulosa dan alangkah baiknya dilakukan penelitian
sebagai CMC yang mampu berpengaruh terhadap rheologi lumpur pemboran, dapat menjadi
inovasi lumpur yang terbaru, menjadi alternatif pilihan yang ekonomis dan mudah di dapatkan.

Proses pencarian sampel batang pisang diambil dari limbah batang pisang yang terdapat
di salah satu perkebunan masyarakat yang berada di sekitaran kampus UIR. Proses
pengambilan ini pun dilakukan dengan memilih jenis batang pohon pisang yang akan diteliti,
sesuai informasi yang diterima dari si pemilik perkebunan melalui buah pisang yang tumbuh
pada pohon tersebut. Lalu dua jenis sampel batang pisang dibawa ke Laboratorium Teknik
Perminyakan, Universitas Islam Riau untuk selanjutnya dilakukan proses pembuatan CMC.

Proses pembuatan aditif CMC batang pisang dimulai dari pemotongan sampel, perebusan
dengan NaOH, pencucian sampel, pemadatan sampel, pemutihan sampel dengan direndam
H2O2, lalu sampel direndam dengan NaOH untuk alkalisasi sampel, mensintesis sampel dengan

17
HCl 15% + Acetic Acid, menetralisasi sampel dengan larutan kimia Methanol + Ethanol +
Acetic Acid, terakhir sampel dikeringkan dan disaring sampai menjadi bubuk yang disebut
CMC.

Setelah dua sampel aditif CMC batang pisang nangka dan batu dibuat, maka dilakukanlah
pengujian terhadap rheologi lumpur pemboran seperti densitas, resistivity, viskositas, Yield
Point, Gel strenght, Mud Cake, pH dan Volume Filtrat. Dengan ditambah sampel aditif CMC
Industri sebagai pembanding antara dua sampel CMC batang pisang untuk mengetahui
pengaruh rheologi lumpur pemboran.

4.1 Perbandingan Densitas


Densitas adalah berat jenis atau perbandingan massa per volume yang mana densitas
lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting, karena peranannya
berhubungan lansung dengan fungsi lumpur bor sebagai penahan tekanan formasi. Dari
penelitian ini lumpur yang digunakan adalah WBM (Water Base Mud). Dibawah ini adalah
tabel hasil pengamatan beserta grafik perbandingan antara tiga sampel lumpur menggunakan
CMC batang pisang nangka, CMC batang pisang Batu dan CMC industri.

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Percobaan Penentuan Densitas Lumpur CMC batang pisang
Nangka, CMC batang pisang batu, dan CMC Industri

Massa Densitas lumpur (ppg)


No CMC Bentonite CMC Batang CMC Batang CMC
Air (gr)
(gr) (gr) Pisang Nangka Pisang Batu Industri
1 1 22.5 350 8.55 8.6 8.6
2 2 22.5 350 8.58 8.6 8.65
3 3 22.5 350 8.65 8.58 8.65
4 4 22.5 350 8.7 8.6 8.65
5 5 22.5 350 8.75 8.6 8.65
6 6 22.5 350 8.78 8.75 8.7
7 7 22.5 350 8.6 8.85 8.75

Pada tabel 4.1 merupakan densitas lumpur dengan penambahan CMC batang pisang
nangka, batu dan CMC industri yang mengalami perbedaan. Terlihat diawal pengujian lumpur
dengan massa 1 gr pada sampel CMC batang pisang batu dan CMC Industri memiliki densitas

18
lumpur yang sama sebesar 8.6 ppg, sedangkan pada CMC batang pisang nangka memiliki
densitas yang rendah sebesar 8.55 ppg. Pada sampel lumpur CMC batang pisang Nangka
mengalami kenaikan densitas lumpur dari massa 1 gr - 6 gr sebesar 8.6 ppg – 8.78 ppg, dan
mengalami penurunan pada massa 7 gr sebesar 8.6 ppg.

8.9
CMC
8.85
Batang
8.8 Pisang
8.75
Densitas (PPG)

Nangka
8.7 CMC
8.65 Batang
8.6 Pisang Batu
8.55
CMC
8.5 Industri
8.45
8.4
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)

Gambar 4.1 Grafik Densitas Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka, CMC
batang pisang Batu dan CMC Industri

Pada sampel lumpur CMC batang pisang batu mengalami sedikit penurunan nilai
densitas pada massa 3 gr sebesar 8.58 ppg, peneliti merasa tidak yakin dengan penurunan
densitas lumpur pada massa tersebut. Setelah diulang kembali pembuatan lumpur dan diuji
kembali dengan alat mud balance, hasilnya tetap sama yaitu nilai densitas yang didapat sebesar
8.58 ppg. Tetapi pada massa 5 gr - 7 gr mengalami kenaikan densitas sebesar 8.6 ppg – 8.85
ppg. Pada sampel lumpur CMC Industri mengalami kenaikan densitas lumpur, dimana pada
massa 2 gr sampai 5 gr memiliki nilai densitas yang sama yaitu sebesar 8.65 ppg.

Dari hasil data yang didapat, jika densitas lumpur terlalu besar akan menyebabkan
lumpur hilang ke formasi (lost circulation). Terlihat pada nilai densitas ketiga sampel lumpur
CMC, semakin bertambah massa maka nilai densitas semakin besar. Kecuali pada lumpur
CMC batang pisang Nangka yang memiliki titik optimum dan densitas lumpur pada massa 6
gr mengalami penurunan. Sedangkan apabila terlalu kecil akan menyebabkan “kick”
(masuknya fluida formasi ke lubang sumur). Maka densitas lumpur harus disesuaikan dengan
keadaan formasi yang akan dibor.

19
Namun bukan berarti lumpur dengan menggunakan CMC batang pisang batu ini tidak
bisa di gunakan, lumpur dengan densitas yang tinggi ini bisa di sirkulasikan pada sumur yang
memiliki tekanan reservoir tinggi, untuk mengimbangi tekanan agar tidak terjadi kick.

4.2 Perbandingan Resistivity


Resistivitas yaitu daya tahan lumpur terhadap arus listrik. Sifat ini penting diketahui
untuk kelangsungan proses pemboran seperti logging. Dibawah ini adalah tabel hasil
pengamatan beserta grafik perbandingan antara tiga sampel lumpur menggunakan CMC batang
pisang nangka, CMC batang pisang Batu dan CMC industri.

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Resistivity lumpur CMC batang pisang nangka dan CMC batang
pisang batu

Massa Resistivity (ohm)


No CMC CMC Batang Pisang CMC Batang Pisang
(gr) Nangka Batu
1 1 10 10
2 2 10 6.5
3 3 10 2.8
4 4 10 2.2
5 5 10 3.5
6 6 8 3.5
7 7 3 3.2

12
10
CMC batang pisang
Resistivity (Ωm)

8 nangka
6
4 CMC batang pisang
batu
2
0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)

Gambar 4.2 Grafik Resistivitas Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka, CMC
batang pisang Batu dan CMC Industri

20
Pada gambar 4.2 menunjukkan adanya perbedaan nilai resistivitas pada kedua sampel lumpur
dengan CMC batang pisang nangka dan CMC batang pisang batu. resistivitas lumpur CMC batang
pisang nangka mengalami penurunan pada massa 5 gr - 7 gr sebesar 10 Ωm - 3 Ωm. Nilai resistivitas
lumpur CMC batang pisang batu mengalami penurunan dari massa 1 gr - 4 gr sebesar 10 Ωm – 2.2 Ωm
dan kenaikan pada massa 5 gr sebesar 3.5 Ωm, serta penurunan pada massa 7 gr sebesar 3.2 Ωm.
Awalnya peneliti merasa ragu dengan hasil kenaikan nilai resistivitas lumpur CMC batang pisang batu
pada massa 5 gr. Setelah diulang kembali pengujian pada massa 5 gr, nilai yang didapat masih tetap
sama.
Pada penelitian ini didapat nilai resistivitas yang sama yaitu massa 1 gr sebesar 10 Ωm pada
lumpur CMC batang pisang nangka dan CMC batang pisang batu. Idealnya semakin tinggi resistivitas
maka semakin sulit lumpur tersebut menghantarkan listrik dan semakin rendah resistivitas maka
semakin mudah lumpur menghantarkan listrik. Dengan demikian, jika semakin banyak massa CMC
batang pisang maka semakin rendah resistivitas lumpur pada kedua CMC batang pisang dan dapat
digunakan sebagai lumpur untuk proses logging.

4.3 Perbandingan pH
PH dipakai untuk menentukan tingkat kebasaan dan keasaman dari lumpur yang dipakai.
Dibawah ini adalah tabel hasil pengamatan beserta grafik perbandingan antara tiga sampel
lumpur menggunakan CMC batang pisang nangka, CMC batang pisang Batu dan CMC
industri.

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan pH lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka, CMC
batang pisang Batu dan CMC Industri

Massa pH
CMC Bentonite Air CMC Batang CMC Batang CMC
No (gr) (gr) (gr) Pisang Nangka Pisang Batu Industri

1 1 22.5 350 5 5 8
2 2 22.5 350 5 6 8
3 3 22.5 350 6 6 8
4 4 22.5 350 6 6 8
5 5 22.5 350 6 5 8
6 6 22.5 350 6 5 8

21
7 7 22.5 350 7 7 8

9
8
7 CMC batang
6 pisang nangka
5 CMC batang
pH

4 pisang batu
3
CMC Industri
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)

Gambar 4.3 Grafik pH Lumpur pada sampel lumpur CMC batang pisang Nangka, CMC
batang pisang Batu dan CMC Industri

Pada gambar 4.3 menunjukkan sampel lumpur CMC Industri memiliki pH lumpur yang
sama seiring bertambahnya massa CMC sebesar 8 dan bersifat basa. Pada sampel lumpur CMC
batang pisang Nangka mengalami kenaikan nilai pH setiap penambahan massa CMC,
didapatkan massa dari 1 gr - 6 gr sebesar 5 - 6 dikategorikan sebagai lumpur yang bersifat
asam dan massa 7 gr sebesar 7 dikatergorikan sebagai lumpur yang bersifat netral. Nilai CMC
batang pisang Batu mengalami kenaikan pH pada massa 1 gr - 4 gr sebesar 5 – 6 dan mengalami
penurunan pH pada massa 5 gr - 6 gr sebesar 5, yang mana pH lumpur tersebut bersifat asam.

Namun pada massa 7 gr menunjukkan nilai pH = 7 yang berarti lumpur tersebut bersifat
netral. Lumpur pemboran yang digunakan adalah pH yang bersifat basa. Jika lumpur yang
digunakan dalam suasana asam maka serbuk bor yang keluar dari lubang bor akan halus dan
hancur, sehingga tidak dapat ditentukan batuan apa yang ditembus oleh mata bor. Selain itu
peralatan yang dilalui oleh lumpur saat sedang sirkulasi atau tidak akan mudah berkarat. Kalau
lumpur bor terlalu basa juga tidak baik karena dapat menaikkan kekentalan dan gel
strength dari lumpur.

Maka lumpur CMC batang pisang nangka dan CMC batang pisang batu yang sesuai
untuk lumpur pemboran terdapat pada massa 7 gr, karena pH lumpur bersifat netral. Dan selisih
satu nilai untuk menyamai pH lumpur CMC Industri, pH lumpur tersebut bersifat basa.

22
4.4 Perbandingan Viscosity Time
Dalam pengukuran viskositas yang sederhana dilakukan dengan menggunakan alat
marsh funnel. Viskositas ini adalah jumlah detik yang dibutuhkan lumpur untuk mengalir
keluar dari corong marsh funnel. Bertambahnya viskositas ini direfleksikan dalam
bertambahnya apparent viscosity. Untuk fluida Non-Newtonian (suatu fluida yang akan
mengalami perubahan viskositas ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut),
informasi yang didapatkan dengan marsh funnel memberikan suatu gambaran rheology fluida
yang tidak lengkap sehingga biasa digunakan untuk membandingkan fluida yang baru (awal)
dengan kondisi sekarang.

Dibawah ini adalah tabel hasil pengamatan beserta grafik perbandingan antara tiga
sampel lumpur menggunakan CMC batang pisang Nangka, CMC batang pisang Batu dan CMC
Industri.

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Viscosity Time pada lumpur CMC Industri, CMC Batang Pisang Nangka
dan CMC Batang Pisang Batu

Massa Viscosity Time (s)


No CMC Bentonite Air CMC Batang CMC Batang
CMC Industri
(gr) (gr) (gr) Pisang Nangka Pisang Batu

1 1 22.5 350 14 15 16
2 2 22.5 350 15 15 16
3 3 22.5 350 16 15 17
4 4 22.5 350 23 16 18
5 5 22.5 350 28 17 19
6 6 22.5 350 50 17 20
7 7 22.5 350 71 18 22

23
80
70
CMC batang

Waktu Viskositas (s)


60
pisang nangka
50
40 CMC batang
pisang batu
30
20 CMC Industri
10
0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)

Gambar 4.4 Grafik Viscosity Time Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka, CMC batang
pisang Batu dan CMC Industri

Pada Gambar 4.4 menunjukkan lumpur CMC batang pisang batu memiliki selisih nilai viskositas
waktu yang tidak terlalu jauh dari CMC Industri. Maka lumpur dengan penambahan CMC batang
pisang Batu dapat direkomendasikan sebagai pengganti CMC Industri, walau nilai data viscosity time
nya sedikit berbeda. Pada CMC Industri memiliki kenaikan nilai viscosity time seiring bertambahnya
massa CMC terhadap lumpur tersebut. Yang berarti, semakin bertambah massa CMC Industri, maka
kekentalan viskositas untuk mengalir semakin lambat.
Sedangkan CMC batang pisang Nangka memiliki kenaikan nilai yang terlalu lama atau lambat.
Dimulai pada lumpur CMC batang pisang nangka dengan massa 5 gr sebesar 28 detik melebihi dari
massa 5 gr CMC Industri sebagai pembanding. Dan pada lumpur CMC batang pisang Nangka dengan
massa 7 gr memiliki nilai yang sangat tinggi sebesar 71 detik, melebihi dari CMC batang pisang Batu
dan CMC Industri. Maka pada CMC batang pisang Nangka semakin bertambah massa CMC pada
lumpur maka semakin besar nilai viskositas waktu yang didapat.
Maka dari ketiga sampel CMC ini, Nilai viskositas tertinggi atau kental didapat pada lumpur
dengan penambahan CMC batang pisang Nangka sedangkan nilai viskositas yang terendah didapat pada
lumpur dengan penambahan CMC pisang Batu. Walaupun pada lumpur dengan penambahan CMC
batang pisang Batu memiliki kenaikan viskositas waktu yang sedikit.

4.5 Perbandingan Plastic Viscosity, Gel Strength dan Yield Point


Plastic viscosity adalah suatu tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh adanya
gerakan-gerakan antara padatan - padatan di dalam lumpur, padatan - cairan dan gesekan antara
lapisan cairan. Gel strength menunjukkan kekentalan lumpur dalam kondisi diam pada periode

24
waktu tertentu. Gel strength adalah merupakan suatu harga yang menunjukkan kemampuan
lumpur untuk menahan padatan-padatan. Dalam praktek lapangan, yield point lebih sering
digunakan sebagai indikator kekentalan lumpur dibanding dengan plastic viscosity. Pada
lumpur tanpa pemberat yield point dijaga pada level yang cukup untuk pembersihan dasar
lubang (Buntoro, 1999).

Dibawah ini adalah tabel hasil pengamatan beserta grafik perbandingan antara tiga
sampel lumpur menggunakan CMC batang pisang Nangka, CMC batang pisang Batu dan CMC
Industri.

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Plastic Viscosity, Yield Point, dan Gel Strength pada lumpur CMC
Batang Pisang Nangka, CMC Batang Pisang Batu dan CMC Industri

Massa µP YP GS
No Sampel CMC
CMC (gr) (cp) (lb/100 ft2) (lb/100 ft2)
1 1 2 1 1
2 2 4 -1 1
3 3 4 -2 1
CMC Batang
4 4 4 -2 0.67
Pisang Nangka
5 5 4 -2 0.67
6 6 4 -2 0.4
7 7 4.5 -2.5 0.33
8 1 2 1 1
9 2 3 0 0.75
10 3 4 -1 0.6
CMC Batang
11 4 4 -1 0.6
Pisang Batu
12 5 4 -1 0.5
13 6 5 -1 0.43
14 7 7 -1 0.42
15 1 2 1 1
16 2 3 1 1
17 3 4 1 0.5
CMC Industri
18 4 5 1 0.5
19 5 7 1 0.5
20 6 8.5 0.5 0.5

25
21 7 11.5 0 0.5

14
12 CMC batang
pisang
Plastic Viscosity (cp)

10 Nangka
8 CMC batang
pisang Batu
6
4
CMC Industri
2
0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)

Gambar 4.5 Grafik Plastic Viscosity Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka, CMC batang
pisang Batu dan CMC Industri

Pada Gambar 4.5 menunjukan adanya kenaikan nilai plastic viscosity pada ketiga sampel
lumpur dengan penambahan CMC. Dari hasil penelitian tersebut terlihat pada CMC Industri yang
mengalami kenaikan yang signifikan seiring bertambahnya massa CMC. Sedangkan pada CMC batang
pisang Nangka mengalami kenaikan plastic viscosity yang lambat seiring bertambahnya massa CMC,
serta pada CMC batang pisang Batu mengalami kenaikan plastic viscosity melebihi CMC batang pisang
Nangka. Namun terdapat kesamaan nilai plastic viscosity pada massa 3 gr - 5 gr yaitu 4 cp.
Dari hasil penelitian berikut, dapat dijelaskan bahwa semakin bertambah massa CMC batang
pisang dan Industri pada lumpur standar, maka semakin naik plastic viscosity lumpur tersebut. Namun,
berkurangnya viskositas perlu diperhatikan karena apabila viskositas lumpur menjadi terlalu
kecil maka pengangkatan serbuk bor akan menjadi kurang sempurna dan dapat mengakibatkan
serbuk bor tertinggal di dalam lubang bor sehingga menyebabkan rangkaian pipa pemboran
akan terjepit (Hamid, 2017).

26
1.5
1
CMC batang

Yield Point (lb/100 ft2)


0.5 pisang
0 Nangka
-0.5 1 2 3 4 5 6 7 CMC batang
pisang Batu
-1
-1.5
CMC Industri
-2
-2.5
-3
Massa CMC (gr)

Gambar 4.6 Grafik Yield Point Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka, CMC batang
pisang Batu dan CMC Industri

Pada gambar 4.6 menunjukan adanya penurunan yield point pada ketiga sampel lumpur CMC.
Namun pada sampel lumpur CMC batang pisang Nangka mengalami penurunan Yield Point lebih besar
daripada kedua sampel lumpur CMC. Pada sampel lumpur CMC batang pisang Batu mengalami sedikit
penurunan yield point dan mengalami nilai yang sama pada massa 3 gr - 7 gr sebesar -1 lb/100 ft2.
Sedangkan sampel lumpur CMC Industri mengalami penurunan yield point yang dimulai pada massa 6
gr – 7 gr yaitu 0.5 - 0 lb/100 ft2.

1.2

1 CMC batang
pisang
0.8 Nangka
Gel Strength

CMC batang
0.6 pisang Batu

0.4 CMC Industri

0.2

0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)

Gambar 4.7 Grafik Gel Strength Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka, CMC batang
pisang Batu dan CMC Industri

Pada gambar 4.7 menunjukkan adanya penurunan Gel strength pada ketiga sampel
lumpur CMC. Pada sampel lumpur CMC batang pisang Nangka mengalami penurunan gel
strength pada massa 4 gr sebesar 0.67 lb/100 ft2 dan merupakan sampel lumpur CMC yang

27
memiliki nilai gel strength terendah pada massa 7 gr sebesar 0.3 lb/100 ft2 daripada sampel
lumpur CMC batang pisang Batu dan CMC Industri. Pada sampel lumpur CMC batang pisang
Batu mengalami penurunan dari massa 2 gr – 7 gr sebesar 0.75 lb/100 ft2 – 0.42 lb/100 ft2.
Sedangkan pada sampel lumpur CMC Industri mengalami penurunan pada massa 3 gr sebesar
0.5 lb/100 ft2 dan seterusnya mulai dari massa 4 gr – 7 gr memiliki nilai gel strength yang sama
yaitu 0.5 lb/100 ft2.

Pada waktu lumpur bersirkulasi yang berperan adalah Plastic viscosity, Sedangkan pada
waktu sirkulasi berhenti yang memegang peranan adalah gel strength. Lost circulation
umumnya disebabkan oleh formasi yang porous, maka penanggulangannya yaitu dengan
meningkatkan viskositas dan gel strength. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa
peningkatan viskositas fluida pemboran dapat menurunkan volume lumpur yang hilang ke
formasi (Rubiandini, 2001).
Maka dari hasil peneltian ini, viskositas pada sampel lumpur CMC batang pisang
Nangka, CMC batang pisang Batu dan CMC Industri dapat digunakan sebagai upaya
penanggulangan lost circulation, dikarenakan viskositas fluida ketiga sampel lumpur
meningkat seiring bertambahnya massa CMC tersebut. Sedangkan gel strength pada ketiga
sampel lumpur CMC tidak memenuhi syarat dalam penanggulangan lost circulation, karena
untuk penanggulangan permasalahan tersebut yaitu dengan menaikkan nilai gel strength
lumpur.

4.6 Perbandingan Mud Cake dan Volume Filtrat


Pada saat operasi pemboran filltration loss dan pembentukan mud cake perlu dikotrol.
Apabila tidak dikontrol maka akan menimbulkan berbagai masalah, baik selama operasi
pemboran maupun evaluasai formasi dan tahap produksi. Lumpur akan membuat mud cake
atau lapisan zat padat tipis di permukaan formasi yang permeable (lolosnya air). Pembentukan
mud cake ini akan menyebabkan tertahannya aliran fluida masuk ke formasi untuk selanjutnya.
Adanya aliran yang masuk yaitu cairan plus padatan menyebabkan padatan tertinggal/tersaring.
Cairan yang masuk ke formasi disebut filtrat (rubiandini, 2010).

Ketebalan mud cake standar yang dibolehkan adalah ketebalan antara 1 mm – 1 cm. Mud
cake yang tipis merupakan bantalan yang baik antara pipa dan permukaan lubang pemboran.
Mud cake yang tebal akan menyebabkan terjadinya penyempitan lubang pemboran sehingga
sulit diangkat dan diputar, sedangkan filtratnya akan menyusup ke formasi dan akan
menyebabkan damage pada formasi. Dibawah ini adalah tabel hasil pengamatan beserta grafik

28
perbandingan antara tiga sampel lumpur menggunakan CMC batang pisang nangka, CMC
batang pisang Batu dan CMC industri.

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Mud Cake dan Volume Filtrat pada Sampel Lumpur CMC Batang
Pisang Nangka, CMC Batang Pisang Batu
dan CMC Industri

Mud Cake (cm) Mud Filtrat (ml/jam)


Massa CMC CMC CMC CMC
No CMC Batang Batang CMC Batang Batang CMC
(gr) Pisang Pisang Industri Pisang Pisang Industri
Nangka Batu Nangka Batu
1 1 0.36 0.42 0.68 345 317 164
2 2 0.41 0.45 0.71 340 330 145
3 3 0.67 0.5 0.79 313 327 137
4 4 0.695 0.62 0.82 298 316 131
5 5 0.76 0.72 0.88 222 262 129
6 6 0.85 0.77 0.91 194 242 112
7 7 0.895 0.865 0.98 169 223 106

1.2

1
CMC batang
Mud Cake (cm)

0.8 pisang Nangka

0.6 CMC batang


pisang Batu
0.4
CMC Industri
0.2

0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)

Gambar 4.8 Grafik Mud Cake Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka, CMC batang
pisang Batu dan CMC Industri

Pada gambar 4.8 menunjukkan adanya kenaikan mud cake seiring bertambahnya massa CMC
pada sampel lumpur CMC batang pisang Nangka, CMC batang pisang Batu dan CMC Industri. Pada
sampel lumpur CMC batang pisang Nangka memiliki mud cake yang terendah pada massa 1 gr – 2 gr
sebesar 0.36 cm – 0.42 cm daripada sampel lumpur CMC batang pisang Batu sebesar 0.42 cm – 0.45

29
cm. namun pada massa 3 gr – 7 gr dari sampel lumpur CMC batang pisang Nangka mengalami kenaikan
mud cake sebesar 0.67 cm – 0.895 cm, melebihi sampel lumpur CMC batang pisang Batu sebesar 0.5
cm – 0.865 cm.
Sedangkan pada sampel lumpur CMC Industri memiliki kenaikan mud cake yang signifikan
seiring bertambahnya massa CMC daripada dua sampel lumpur CMC batang pisang. Maka ketiga
sampel lumpur CMC yaitu CMC batang pisang Nangka, CMC batang pisang Batu dan CMC Industri
dari massa 1 gr – 7 gr termasuk dalam katergori mud cake standar atau diperbolehkan dalam lumpur
pemboran.

400
350
300 CMC batang
Volume Filtrat (ml)

pisang Nangka
250
CMC batang
200 pisang Batu
150 CMC Industri
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)

Gambar 4.8 Grafik Volume Filtrat Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka, CMC batang
pisang Batu dan CMC Industri

Pada gambar 4.8 menunjukkan bahwa ketiga sampel CMC yang diuji volume filtrate
nya mengalami penurunan seiring bertambahnya massa CMC yang di filtrasi menggunakan
LPLT selama 1 jam atau 60 sekon. Pada sampel lumpur CMC batang pisang Nangka
mengalami penurunan daripada sampel lumpur CMC batang pisang Batu, terlihat pada massa
3 gr lumpur CMC batang pisang Nangka mengalami penurunan pada pengujian volume filtrate
nya. Sedangkan pada sampel lumpur CMC batang pisang Batu mengalami penurunan yang
tidak terlalu jauh daripada sampel lumpur CMC batang pisang Batu, terlihat pada massa 4 gr –
7 gr sebesar 316 ml – 223 ml daripada sampel lumpur CMC batang pisang Nangka yaitu sebesar
298 ml – 169 ml.

30
Pengontrolan filtration loss dan mud cake perlu dilakukan setiap waktu agar tidak
menimbulkan masalah dalam operasi pemboran dan evaluasi formasi dan tahap produksi.
Filtration loss yang tidak terlalu besar dan mud cake yang tipis menjadi keharusan yang
berguna sebagai bantalan yang baik antara drill string dengan permukaan lubang bor. Apabila
filtration besar maka mud cake yang terbentuk juga semakin tebal sehingga menimbulkan
masalah seperti terjepitnya drill string dan filtrate yang menyusup kedalam formasi akan
menyebabkan kerusakan formasi atau formation damage yaitu pengembangan clay,
penyumbatan porositas disekitar lubang bor dan juga dapat mengurangi keefektifan
permeabilitasnya.

Dari hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa semakin bertambah massa CMC pada
ketiga sampel lumpur CMC maka semakin tebal mud cake dan semakin kecil volume filtrate
pada lumpur tersebut. dan mud cake pada ketiga sampel lumpur CMC tidak terlalu tebal
melebihi dari 1 cm dan tidak terlalu tipis dari 1 mm, maka dapat dikategorikan sebagai mud
cake standar lumpur pemboran. Sehingga sampel lumpur CMC batang pisang Nangka dan
CMC batang pisang Batu dapat digunakan sebagai bantalan pada pipa pemboran pada saat
dilakukannya pengeboran karena mimiliki tebal Mud cake yang tidak terlalu tebal.

Untuk volume filtrat pada ketiga sampel lumpur CMC mengalami penurunan dan mud
cake semakin menebal seiring bertambahnya massa CMC pada setiap pengujian filtration loss.
Dapat dinyatakan bahwa volume filtrat tersebut tidak menimbulkan masalah seperti filtrat
menyusup ke dalam formasi tidak akan menyebabkan kerusakan formasi. Sehingga sifat fisik
volume filtrat dan mud cake pada ketiga sampel lumpur CMC dapat direkomendasikan sebagai
lumpur yang baik untuk proses lumpur pemboran.

31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan potensi Carboxymethyl Cellulose (CMC) dari limbah batang pisang yang
ada di Riau Sumatra Tengah memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi dan dapat
dimanfaatkan menjadi sampel lumpur yang dapat diuji untuk mengetahui rheologi
terhadap lumpur pemboran. Proses pembuatan CMC yang dimulai dari chopping,
digestion (NaOH 5%), washing, beating, bleaching (H2O2), Alkalization (NaOH 9%),
CMC Synthesis (HCl 15% + Acetic Acid) dan Neutralization (Methanol + Ethanol +
Acetic Acid), serta dilakukan proses pengeringan dan diblender sampai membentuk
bubuk seperti CMC.
2. Hasil dari pengujian terhadap lumpur dengan penambahan additive CMC dari batang
pisang nangka dan batang pisang batu menunjukkan pengaruh terhadap rheologi
lumpur, seperti lumpur dengan massa 1 – 7 gr menunjukkan pada CMC batang pisang
nangka memiliki densitas 8.55 – 8.6 ppg, plastic viscosity 2 – 4.5 cp, dan gel strength
1 – 0.33 lb/100 ft2, Sedangkan lumpur dengan penambahan CMC batang pisang batu
memiliki densitas 8.6 – 8.85 ppg, plastic viscosity 2 – 7 cp, dan gel strength 1 – 0.42
lb/100 ft2. Dibandingkan lumpur dengan penambahan CMC Industri memiliki densitas
8.6 – 8.75 ppg, plastic viscosity 2 – 11.5 cp, dan gel strength 1 – 0.5 lb/100 ft2.
3. Dari penelitian analisis rheologi lumpur pemboran dari CMC batang pisang Nangka
dan CMC batang pisang Batu yang ada di Riau Sumatra Tengah serta CMC Industri
sebagai pembanding, maka didapat hasil yang bisa menjadi pertimbangan sebagai LCM
(Lost Circulation Material). Karena untuk upaya pencegahan lost circulation
dibutuhkan densitas lumpur tetap minimum, viskositas dijaga agar tidak terlalu tinggi,
dan gel strength dijaga agar tidak terlalu kecil, sehingga CMC batang pisang yang
sesuai untuk dijadikan pertimbangan sebagai LCM yaitu CMC batang pisang Nangka
(Musa × paradisiaca).

5.2 Saran

32
Adapun saran yang dapat penulis berikan dari hasil penelitian tugas akhir ini, antara
lain sebagai berikut :

1. Peneliti selanjutnya bisa menghitung seberapa besar pengaruh additive CMC


batang pisang terhadap rheologi semen pemboran.
2. Menganalisa perbandingan ke ekonomian penggunaan CMC batang pisang dengan
CMC standar Industri sebagai bahan additive LCM terhadap lumpur pemboran.

33
DAFTAR PUSTAKA

A. Mansour, C Ezeakacha, dkk. 2017. SPE-187099-MS. Smart Lost Circulation Material for
Produktive Zones. Texas: Lousiana State Universiy & Oklahoma University.
Arum Wijayani, Khoirul Ummah, Siti Tjahjani, 2005. Characterization of Carboxymethyl
Cellulose (CMC) From Eichornia Crassipes (Mart) Solms, Surabaya : Universitas Sebelas
Maret.
Buku Pedoman II, Mencerdaskan Anak Bangsa, Duri : PT Chevron Pacific Indonesia.
Economides, Michael J., Watters, Larry T. and Dunn-Norman, Shari. 1997. Petroleum Well
Construction. Texas A&M University, Halliburton Energy Services and University of
Missouri-Rolla
Fenni WH, Kesi Indriana, 2015. Surabaya. Pembuatan Carboxymethyl Cellulose (CMC) dari
batang pohon pisang (musa acuminate) dengan proses alkalisasi dan karboksimetilasi :
Universitas Sebelas Maret.
Hughes, Baker. 2006. Drilling Fluid Reference Manual.
Lakhan Singh, Dr. Tarun K Bandyopadhyay, 2013. Handmade paper from banana stem,
Agartala, National Institute of Technology.
Ramasamy jothibasu, Md Amanullah, 2017. SPE-188101-MS. Two Component Lost
Circulation Material for Controlling Seepage to Moderate Losses, Saudi Arabia : Saudi
Aramco
Riyanto, A,1994, Bahan Galian Industri Bentonit, PPTM, Bandung
Robinson, Leon. 2004. Drilling Fluids Processing, Hanbook. Gulf Professional Publishing is
an imprint of Elsevier 30 Corporate Drive, Suite 400, Burlington, MA 01803, USA.
Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, UK
Rubiandini, Rudi. 2003. Lumpur dan suspensi semen pemboran (teknik pemboran dan
praktikum), Bandung.

34
Kode/Nama Rumpun Ilmu: 474/Teknik Perminyakan (Perminyakan)
Bidang Fokus: Penciptaan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan

CATATAN HARIAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA

ANALISIS KINERJA BENTONITE LOKAL PEKANBARU UNTUK APLIKASI


REACTIVE SOLID LUMPUR PEMBORAN

TIM PENGUSUL

NOVRIANTI, ST, M.T


1027118403
IDHAM KHALID, ST, MT
1029038403
RYCHA MELISA, ST, MT
1021088201

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


SEPTEMBER 2018

35
LAMPIRAN

Tabel Pengamatan CMC terhadap Lumpur Pemboran


Fann VG Simpangan Maksimum
Resistivity µP YP GS Mud Cake Vol Filtrat
High (RPM) Low (RPM) Ph
10 detik 10 menit
(ohm meter) 600 200 6 300 100 3 (cp) (lb/100 ft2) (lb/100 ft2) (cm) (ml)

10 5 2 1 3 1 1 1.5 2 2 1 0.75 0.36 345 5

10 6 2.5 1 3 1 0 2 7 3 0 0.29 0.41 340 5

10 6 2 1 2 1 1 2 2 4 -2 1.00 0.67 313 6

10 6 1.5 1 2 1 1 2 3 4 -2 0.67 0.695 298 6

10 6 1 1 2 1 1 2 2 4 -2 1.00 0.76 222 6

8 6 1 1 2 1 1 2 5 4 -2 0.40 0.85 194 6

3 5 1 1 2 1 0 1 1 3 -1 1.00 0.895 169 7

3 9 2 2 4 1 1 3 31 5 -1 0.10 7

10 5 2 1 3 1 0.5 1 1.5 2 1 0.67 0.42 317 5

6.5 6 2 1 3 1 1 3 6 3 0 0.50 0.45 330 7

2.8 7 2 1 3 1.5 1 3 7 4 -1 0.43 0.5 327 6

2.2 6 2 1 3 1.5 1 3 2 3 0 1.50 0.62 316 6

3.5 7 4 2 3 3 1 3 6 4 -1 0.50 0.72 262 5

3.5 9 4 1 3 3 1 3 2 6 -3 1.50 0.77 223 5

3.7 13 7 2 6 4 1 5 5 7 -1 1.00 0.865 242 6

3.7 15 7 2 7 5 1 3 2 8 -1 1.50 6

5 2 0.5 3 1 1 1 1 3 0 0.33 0.68 301 5

7 3 1 4 2 1 1 1 3 1 0.33 0.71 295 5

9 3 1 5 2 1 1 2 4 1 0.50 0.79 282 5

12 4 1 6 2 1 1 2 6 0 0.50 0.82 273 5

0.55 15 4.5 1 8 2 1 1 2 7 1 0.50 0.88 268 5

18 6.5 1 9 3.5 1 1 2 9 0 0.50 0.91 26 5

23 8 1 12 4 1 1 2 11 1 0.50 0.98 21 5

28 10 1 15 5 1 1 2 13 2 0.50 5

36
Hasil Pengamatan Densitas Lumpur dengan menggunakan Mud Balance
Nama Massa Densitas Volume Densitas Densitas
No Bahan Air Bentonite CMC Air Bentonite CMC air Bentonite CMC Lumpur Teoritis
CMC (gr) (gr) (gr) (gr/ml) (gr/ml) (gr/ml) (ml) (ml) (ml) (ppg) (ppg)
0 Lumpur Standar 350 22.5 0 1 2.5 0 350 9 0.0 8.6 8.643

1 350 22.5 1 1 2.5 0.21 350 9 4.8 8.55 8.553

2 350 22.5 2 1 2.5 0.21 350 9 9.5 8.58 8.465


a
3 gk 350 22.5 3 1 2.5 0.21 350 9 14.3 8.65 8.379
an
4 N 350 22.5 4 1 2.5 0.21 350 9 19.0 8.7 8.296
ng
sa
5 Pi 350 22.5 5 1 2.5 0.21 350 9 23.8 8.75 8.214
ng
6 ta 350 22.5 6 1 2.5 0.21 350 9 28.6 8.78 8.135
Ba
7 350 22.5 7 1 2.5 0.21 350 9 33.3 8.6 8.058

8 350 22.5 8 1 2.5 0.21 350 9 38.1 8.35 7.982

9 350 22.5 1 1 2.5 0.2 350 9 5.0 8.6 8.547

10 350 22.5 2 1 2.5 0.2 350 9 10.0 8.6 8.454


u 350 22.5 3 1 2.5 0.2 350 8.58 8.363
11
B at 9 15.0
g 350 22.5 4 1 2.5 0.2 350 9 20.0 8.6 8.275
12
s an
13 Pi 350 22.5 5 1 2.5 0.2 350 9 25.0 8.6 8.189
g
t an
350 22.5 6 1 2.5 0.2 350 8.75 8.105
14 Ba 9 30.0
15 350 22.5 7 1 2.5 0.2 350 9 35.0 8.85 8.023

16 350 22.5 8 1 2.5 0.2 350 9 40.0 8.85 7.944

17 350 22.5 1 1 2.5 1.59 350 9 0.6 8.6 8.651

18 350 22.5 2 1 2.5 1.59 350 9 1.3 8.65 8.659


i
tr 350 22.5 3 1 2.5 1.59 350 8.65 8.667
19 us 9 1.9
nd
20 rI 350 22.5 4 1 2.5 1.59 350 9 2.5 8.65 8.675
n da
21 ta 350 22.5 5 1 2.5 1.59 350 9 3.1 8.65 8.683
S
22 C 350 22.5 6 1 2.5 1.59 350 9 3.8 8.7 8.691
M
C
23 350 22.5 7 1 2.5 1.59 350 9 4.4 8.75 8.699

24 350 22.5 8 1 2.5 1.59 350 9 5.0 8.75 8.707

37
Hasil Pengamatan Lumpur dengan menggunakan Marsh Funnel

38
Kadar Massa Volume Densitas Viskositas
No Nama Bahan CMC CMC Bentonite air Lumpur Time
(gr) (gr) (ml) (ppg) (s)

0 Lumpur Standar 0 22.5 350 8.6 14

1 1 22.5 350 8.55 14

2 2 22.5 350 8.58 15

3 a 3 22.5 350 8.65 16


gk
an
4 N 4 22.5 350 8.7 230
g
s an
5 Pi 5 22.5 350 8.75 284
g
t an
6 Ba 6 22.5 350 8.78 507

7 7 22.5 350 8.6 712

8 8 22.5 350 8.35 1140

9 1 22.5 350 8.6 15

10 2 22.5 350 8.6 15

11 3 22.5 350 8.58 15


tu
Ba 4 22.5 350 8.6 16
12 ng
sa
Pi 5 22.5 350 8.6 17
13 ng
ta
14 Ba 6 22.5 350 8.75 17

15 7 22.5 350 8.85 18

16 8 22.5 350 8.85 19

17 1 22.5 350 8.6 16

18 2 22.5 350 8.65 16

ri 3 22.5 350 8.65 17


19
u st
d
20 r In 4 22.5 350 8.65 18
da
an 5 22.5 350 8.65 19
21 St
C
M 6 22.5 350 8.7 20
22 C

23 7 22.5 350 8.75 22

24 8 22.5 350 8.75 23

Hasil Pengamatan reologi Lumpur dengan menggunakan Fann VG meter

39
Kadar Volume Fann VG Simpangan Maksimum µP YP GS
No Nama Bahan CMC CMC air High (RPM) Low (RPM) (cp) (lb/100 ft2) (lb/100 ft2)
10 detik 10 menit
(gr) (ml) 600 200 6 300 100 3
1 1 350 5 2 1 3 1 1 1.5 2 2 1 0.75

2 2 350 6 2.5 1 3 1 0 2 7 3 0 0.29


a
3 gk 3 350 6 2 1 2 1 1 2 2 4 -2 1.00
an
4 N 4 350 6 1.5 1 2 1 1 2 3 4 -2 0.67
g
s an
5 Pi 5 350 6 1 1 2 1 1 2 2 4 -2 1.00
ng
6 ta 6 350 6 1 1 2 1 1 2 5 4 -2 0.40
Ba
7 7 350 5 1 1 2 1 0 1 1 3 -1 1.00

8 8 350 9 2 2 4 1 1 3 31 5 -1 0.10

9 1 350 5 2 1 3 1 0.5 1 1.5 2 1 0.67

10 2 350 6 2 1 3 1 1 3 6 3 0 0.50

11 tu 3 350 7 2 1 3 1.5 1 3 7 4 -1 0.43


Ba
g 4 350 6 2 1 3 1.5 1 3 2 3 0 1.50
12
s an
13 Pi 5 350 7 4 2 3 3 1 3 6 4 -1 0.50
a ng
t 6 350 9 4 1 3 3 1 3 2 6 -3 1.50
14 Ba
15 7 350 13 7 2 6 4 1 5 5 7 -1 1.00

16 8 350 15 7 2 7 5 1 3 2 8 -1 1.50

17 1 350 5 2 0.5 3 1 1 1 1 2 1 1.00

18 2 350 7 3 1 4 2 1 1 1 3 1 1.00
ri
st 3 350 9 3 1 5 2 1 1 2 4 1 0.50
19
n du
20 rI 4 350 12 4 1 6 2 1 1 2 6 0 0.50
n da
21 a 5 350 15 4.5 1 8 2 1 1 2 7 1 0.50
St
22 C 6 350 18 6.5 1 9 3.5 1 1 2 9 0 0.50
M
C
23 7 350 23 8 1 12 4 1 1 2 11 1 0.50
24 8 350 28 10 1 15 5 1 1 2 13 2 0.50

Hasil Pengamatan volume filtrate dan mud cake Lumpur dengan menggunakan LPLT

40
Nama Kadar Volume tekanan Temperature Volume Filtrat (ml) Tebal
No
Bahan CMC CMC (gr) air (ml) (psi) (oC) 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60 menit per jam Mud Cake
1 1 350 100 28 225 320 345 0 0 0 345 0.36
2 2 350 100 28 212 310 340 0 0 0 340 0.41

3 a 3 350 100 28 175 202 234 264 295 313 313 0.67
gk
an
4 N 4 350 100 28 126 180 222 257 282 298 298 0.695
ng
sa
5 Pi 5 350 100 28 95 131 161 185 204 222 222 0.76
ng
6 ta 6 350 100 28 75 108 122 148 174 194 194 0.85
Ba
7 7 350 100 28 62.5 90.5 112.5 133.5 151.5 169 169 0.895

8 8 350 100 28
9 1 350 100 28 154 220 270 317 0 0 317 0.42

10 2 350 100 28 180 255 321 330 0 0 330 0.45

11 u 3 350 100 28 197 273 327 0 0 0 327 0.5


B at
12 g 4 350 100 28 100 160 212 266 316 0 316 0.62
s an
13 Pi 5 350 100 28 74 128 162 195 220 262 262 0.72
ng
ta
14 Ba 6 350 100 28 64 97 134 173 201 223 223 0.77

15 7 350 100 28 55 103 148 182 212 242 242 0.865

16 8 350 100 28
17 1 350 100 28 301 0.68

18 2 350 100 28 295 0.71


i
19 tr 3 350 100 28 282 0.79
d us
20 In 4 350 100 28 273 0.82
ar
21 a nd 5 350 100 28 268 0.88
St
22 C 6 350 100 28 26 0.91
M
C
23 7 350 100 28 21 0.98
24 8 350 100 28

41
PENGARUH ADITIF CMC DARI BATANG PISANG BATU (MUSA BALBISIANA) DAN
BATANG PISANG NANGKA (MUSA × PARADISIACA) TERHADAP LUMPUR
PEMBORAN SEBAGAI LOST CIRCULATION MATERIAL
JHULIO RAHMAD FADHLI1, IDHAM KHALID1, NOVIA RITA1

UNIVERSITAS ISLAM RIAU1

Abstrak
Batang pohon pisang memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 63-64%
namun daur hidupnya relatif pendek, hal ini membuat batang pohon pisang berpotensi untuk digunakan
sebagai bahan baku pembuatan carboxymethyl cellulose (CMC). Karboksimetil selulosa (CMC)
merupakan senyawa turunan selulosa yang bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air. Dari dua jenis CMC dari batang pisang batu
(Musa balbisiana) dan batang pisang nangka (Musa × paradisiaca) yang ada di Riau – Sumatra Tengah,
maka perlu dilakukan studi laboratorium agar CMC dari batang pisang terhadap lumpur pemboran
sebagai LCM (lost circulation material).
Untuk mengetahui pengaruh sampel dua jenis CMC batang pisang ini, diawali proses pembuatan
CMC dan pengujian lumpur pemboran di Laboratorium Teknik Perminyakan – Universitas Islam Riau.
Proses pembuatan CMC dari batang pisang dimulai dari pemotongan sampel, perebusan, pencucian,
memadatkan, pemutihan sampel, proses alkalisasi, sintesis CMC, lalu menetralisasi dan proses terakhir
yaitu mengeringkan sampel lalu menyaring sampel sampai menjadi bubuk CMC. Setelah itu dilakukan
pengujian lumpur pemboran, didapat sifat-sifat rheologi seperti densitas, viscositas, pH, resistivity, yield
point, plastic viscosity, gel strength dan Mud Cake. Massa CMC yang dicampur dengan lumpur standar
(bentonite dan air) yaitu dari 1–7 gr.
Dari pengujian tersebut, lumpur dengan CMC batang pisang Batu didapat densitas sebesar 8.6 –
8.85 ppg, viskositas sebesar 2 – 8 cp, pH sebesar 5 – 7, resistivity sebesar 10 – 3.2 Ωm, yield point
sebesar 1 sampai -2.5 lb/ft², gel strength sebesar 1.0°-0.33°. Sedangkan lumpur dengan CMC batang
pisang Nangka didapat densitas sebesar 8.5–8.6 ppg, viskositas sebesar 2-5 cp, pH sebesar 5 – 7,
resistivity sebesar 10 – 3 Ωm, yield point sebesar 1 sampai -1 lb/ft², gel strength sebesar 1.0° –0.42°.
Dari penelitian analisis rheologi lumpur pemboran dari CMC batang pisang Nangka dan CMC batang
pisang Batu didapat hasil yang bisa menjadi pertimbangan sebagai LCM (Lost Circulation Material).
Karena upaya pencegahan lost circulation dibutuhkan densitas lumpur tetap minimum, Viscositas
dijaga agar tidak terlalu tinggi, dan gel strength dijaga agar tidak terlalu kecil. Maka CMC batang pisang
yang cocok untuk dijadikan pertimbangan sebagai LCM yaitu CMC batang pisang Nangka.

Kata kunci: Batang Pisang Nangka dan Batu, CMC, Lost Circulation, LCM

1. PENDAHULUAN pisang Batu dalam pengujian Lumpur


Pemboran sebagai Lost Circulation Material.
Lumpur pemboran merupakan salah satu
Daerah yang memiliki potensi sumber daya
faktor yang sangat penting dalam proses
alam seperti batang pisang sangat banyak
pengeboran migas. Komposisi dan sifat fisik
ditemukan dan tersebar hampir di seluruh
lumpur sangat berpengaruh terhadap suatu
daerah terutama di pulau jawa, sumatra, dan
pemboran, karena berhasil atau tidaknya
kalimantan, namun pemanfaatannya yang
suatu proses pengeboran tergantung dari
belum optimal. Oleh karena itu perlu
lumpur pemboran yang sesuai. Bahan dasar
dilakukan pengkajian terhadap CMC batang
dalam pembuatan lumpur standar ialah
pohon pisang tersebut untuk mengetahui
bentonite, serta ditambah additive seperti
komponen dan karakteristik apa yang
CMC. Additive CMC yang akan diteliti
terkandung dan dapat digunakan sebagai
berasal dari batang pisang Nangka dan batang
bahan additive pembuatan lumpur pemboran

42
atau tidak. Apabila CMC batang batang c. Inert solids (zat padat yang tidak
pisang yang ada di wilayah Sumatra dapat bereaksi), biasanya berupa barite
digunakan sebagai pengganti CMC standar (BaSO4) yang digunakan untuk
Laboratorium maka tentu saja biaya untuk menaikkan densitas lumpur.
pembuatan bahan dasar lumpur pemboran d. Fasa kimia, zat kimia merupakan bagian
lebih murah jika dibandingkan dengan kita dari sistem yang digunakan untuk
harus membeli dari luar negeri. mengontrol sifat-sifat lumpur, misalnya
Lost circulation adalah hilang atau zat-zat kimia untuk menaikkan viskositas
berkurangnya fluida yang dimasukkan ke misalnya CMC, Starch dan beberapa
dalam sumur dan hilang ke formasi. senyawa polimer.
Berkurangnya fluida yang dimasukkan ke
dalam sumur antara 1 bph sampai hilang total 2.3 Fungsi lumpur Pemboran
dan akhirnya sumur tersebut tidak bisa diisi 1. Pengangkatan cutting ke permukaan.
penuh.
2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drill
Terkait dengan permasalahan lost circulation
string.
pada lumpur pemboran, maka untuk
3. Memberi dinding pada lubang bor
mengatasi hal tersebut dilakukan penelitian
lost circulation material. Lost Circulation dengan mud cake.
Material (LCM) adalah additive yang 4. Mengontrol tekanan formasi.
digunakan untuk mengurangi lost circulation 5. Menahan sebagian berat drill string.
dengan cara menghambat jalur lumpur 6. Meneruskan daya putar bit.
pengeboran ke dalam formasi. Jenis LCM 7. Membersihkan lubang bor.
yang digunakan dalam situasi lost circulation, 8. Membawa cutting dan material-material
tergantung pada tingkat lost circulation dan pemberat pada suspensi bila sirkulasi
jenis formasi tersebut. lumpur dihentikan sementara.
2. TEORI DASAR
2.4 Sifat-Sifat Lumpur Pemboran
2.1 Lumpur pemboran
Rheology lumpur yang baik memiliki
Lumpur pemboran diperkenalkan pertama karakteristik nilai dari Yield Point harus lebih
kali dalam pemboran pada sekitar awal tahun tinggi dibandingkan dengan Plastic Viscosity
1900. Pada mulanya orang hanya agar dapat menjaga cutting agar tidak turun
menggunakan air untuk mengangkat serbuk kembali ke dasar sumur yang mengakibatkan
bor (cutting) secara kontinyu. Kemudian pipe stack. setiap lumpur pemboran yang akan
dengan berkembangnya teknologi pemboran, disirkulasikan memiliki Set as Baseline
lumpur mulai digunakan, dan fungsi lumpur dengan kategori sebagai berikut :
menjadi semakin komplek dan untuk Density : > 8,4 gr/ml
memperbaiki sifat-sifat lumpur tersebut Viscosity : > 26,00 SMF
ditambahkan bahan-bahan kimia (additive). (Second Marsh Funnel)
Plastic Visc osity : > 6 cp
2.2 Fasa-Fasa Lumpur Pemboran
Yield Point : > 9 lb/100 ft2
a. Fasa cair, berupa minyak atau air. Air Gel Strength : > 2 lb/100 ft2
dapat pula dibagi dua, tawar dan asin. Mud Cake : < 1 cm
75% lumpur pemboran menggunakan air. Filtrat Lost : 5-8 (cc/30 mins)
b. Reactive solids, padatan ini bereaksi
dengan sekelilingnya untuk membentuk Densitas
koloidal.

43
Adanya densitas lumpur bor yang terlalu C600 = Dial reading pada 600 RPM,
besar akan menyebabkan lumpur hilang ke derajat
formasi (lost circulation), sedang apabila C300 = Dial reading pada 300 RPM,
terlalu kecil akan menyebabkan kick. Maka derajat
densitas lumpur harus disesuaikan dengan b) Yield Point (Yp)
keadaan formasi yang akan dibor. Densitas Yield point merupakan ukuran gaya tarik-
lumpur dapat menggambarkan gradien menarik yang dinamik. Yield point
hidrostatik dari lumpur bor dalam psi/ft, tetapi merupakan tahanan terhadap aliran yang
disebabkan oleh gaya elektrokimia antara
di lapangan biasanya dipakai satuan ppg
padatan – padatan, cairan – cairan dan
(pound per gallon) yang diukur dengan
padatan – cairan. Untuk menentukan
menggunakan alat yag disebut dengan mud
yield point (Yp) digunakan persamaan
balance. Bingham plastic berikut :
Persamaan untuk menentukan densitas (Yp) = C300 − μp .................... (4)
lumpur : Dimana :
m
ρ= .............................. (1) Yp = Yield point Bingham, lb/100
V
ft2
Dimana :
C600 = Dial reading pada 600 RPM,
ρ = Densitas lumpur, PPG
derajat
m = Berat lumpur, pound
C300 = Dial reading pada 300 RPM,
V = Volume lumpur, gallon
derajat
Rheology dan Gel Strength c) Gel Strength
Viskositas
Gel strength merupakan ukuran gaya
tarik- menarik yang statik. Gel strength
Viskositas adalah tahanan terhadap aliran adalah dimana benda cair menjadi lebih
atau gerakan yang penting untuk laminar kental bila dalam keadaan diam, dan
flow. Alat untuk mengukur viscositas makin lama akan bertambah kental.
lumpur ialah Marsh Funnel. Penentuan Harga Gel Strength :
Harga gel strength dalam 100 lb/ft2
a) Plastic Viscosity (Pv)
diperoleh secara langsung dari
Plasctic viscosity merupakan tahanan
pengukuran dengan alat Fann VG Meter.
terhadap aliran yang disebabkan oleh
Simpangan skala penunjuk akibat
gesekan antara sesama benda padat
digerakkannya rotor pada kecepatan 3
didalam lubang bor dan merupakan salah
RPM, langsung menunjukkan harga gel
satu parameter kenaikan solid yang ada
strength 10 detik atau 10 menit dalam
dalam lumpur. Untuk menentukan plastic
100 lb/ft2. Dengan persamaan sebagai
viscosity (μp ) digunakan persamaan
berikut :
Bingham plastic berikut : Simp.Maksimum 10 detik
τ600 − τ300
GS = …(5)
Simp.maksimum 10 menit
(μp ) = γ600 − γ300 ...................... (2)
Dimana :
Dengan memasukkan persamaan GS = Gel Strength, lb/100 ft2
persamaan (5) didapat :
(μp ) = C600 − C300 ............... (3) Volume Filtrasi dan Mud Cake
Dimana :
μp = Plastic viscosity, cp Fluida yang hilang ke dalam batuan tersebut
disebut "filtrate". Sedangkan lapisan partikel-

44
partikel besar tertahan dipermukaan batuan Lumpur dapat ditambah dengan bahan
disebut "filter cake atau mud cake". penyumbat (lost circulation material) yang
Mud cake yang tipis akan merupakan bantalan lembut jika diperkirakan akan terjadi lost
yang baik antara pipa pemboran dan circulation.
permukaan lubang bor. Mud cake yang tebal
akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit 2.6 Carboxymethyl Cellulose - CMC
diangkat dan diputar sedangkan filtrat yang CMC merupakan aditif fluid loss yang efektif
masuk ke formasi dapat menimbulkan pada berbagai lumpur berdasar air. Terdiri
damage pada formasi. dari tiga bagian, merupakan variasi dari
viskositas, suspensi dan pengontrol fluid loss.
2.5 Pencegahan Lost Circulation CMC dapat berperan sebagai zat pengental
Lost circulation ini dapat mengakibatkan
sehingga baik untuk meningkatkan viskositas
banyak kerugian antara lain adalah hilangnya
suatu fluida.
lumpur didalm lubang bor (masuk kedalam
formasi) yang dapat menyebabkan terjadinya CMC memiliki zat dengan warna putih atau
semburan liar (blow out) dari formasi yang sedikit kekuningan, tidak berbau dan tdak
bertakanan tinggi, tidak terangkatnya serbuk berasa, berbentuk granula yang halus atau
bor (cutting) kepermukaan sehingga dapat bubuk yang bersifat higroskopis dan mudah
menimbulkan pipa bor terjepit dan larut dalam air. Molekul CMC umumnya agak
menyebabkan kerusakan formasi serta pendek dibandingkan selulosa alami.
menambah biaya.
Tindakan pencegahan hilangnya lumpur akan 2.7 Tanaman Pohon Pisang
lebih baik dari pada mengatasinya. Beberapa Pisang adalah nama umum yang diberikan
hal yang harus diperhatikan untuk mencegah pada tumbuhan ternak raksasa berdaun besar
terjadinya hilang lumpur antara lain : memanjang dari suku Musaceae. Beberapa
1. Berat jenis lumpur dijaga agar tetap jenisnya (Musa acuminata, Musa balbisiana
minimum, hanya mampu untuk dan Musa × paradisiaca) menghasilkan
buah konsumsi yang dinamakan sama. Budidaya
mengimbangi tekanan formasi.
Pisang pada masa sekarang dianggap merupakan
2. Pembersihan lubang bor harus
keturunan dari Musa acuminata yang diploid dan
diperhatikan karena cutting dapat tumbuh liar.
menambah densitas lumpur.
3. Jaga agar gel-strength tidak terlalu 2.2.1 Batang Pohon Pisang
kecil. Batang pisang (gambar 1.1) merupakan limbah
4. Viscositas dijaga agar tidak terlalu pertanian potensial yang belum banyak
tinggi karena dapat menyebabkan dimanfaatkan. Hal ini membuat batang pohon
pressure surge (lonjakan tekanan, pisang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan
baku pembuatan carboxymethyl cellulose (CMC).
kenaikan atau penurunan tekanan yang
Karboksimetil selulosa diperoleh dari proses
tiba-tiba sementara dalam pipa) yang alkalisasi dan karboksimetilasi. Karboksimetil
berhubungan dengan lost circulation. selulosa dibuat dari selulosa yang berasal dari
5. Pada saat pahat masuk hindari serbuk kering batang pohon pisang.
terjadinya pressure surge agar formasi
tidak pecah dan pada saat mencabut 2.3 Selulosa
Selulosa adalah salah satu penyusun utama
pahat hindari terjadinya penyedotan
jaringan tanaman berkayu, dapat dilihat pada tabel
(swabbing). 2.3. Bahan tersebut utamanya terdapat pada

45
tanaman kertas, namun demikian pada dasamya gr Bentonite. Caranya memasukkan air kedalam
selulosa terdapat pada setiap jenis tanaman, bejana, lalu memasang pada multi mixer dan
termasuk tanaman semusim, tanaman perdu dan memasukkan Bentonite sedikit demi sedikit
tanaman rambat bahkan tumbuhan paling setelah multi mixer dijalankan, selang beberapa
sederhana sekalipun, seperti: jamur, ganggang menit setelah mencampurkan, ambil bejana dan isi
dan lumut. Sifat fisik selulosa adalah zat yang cup mud balance dengan lumpur yang telah
padat, kuat, berwarna putih, dan tidak larut dalam dibuat.
alkohol dan eter. Pada selulosa yang berbentuk
Menutup cup dan membersihkan lumpur yang
bubuk atau yang biasa dikenal sebagai cellulose
melekat pada dinding bagian luar. Meletakkan
powder biasa digunakan dalam aplikasi anti-
balance arm pada kedudukannya semula, lalu
caking karena memiliki kemampuan higroskopis
mengatur rider hingga seimbang. Membaca
(kemampuan dalam menyerap kelembaban).
densitas yang ditunjukkan oleh skala. Dan
Mengulangi langkah mengisi cup dengan
3. METODOLOGI
komposisi campuran yang berbeda.
3.1 Sampel dan Tempat Penelitian 3.2.2.3 Pengukuran Viskositas Dan Gel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu Strength
batang pisang Batu (Musa balbisiana) dan batang a) Cara Kerja Dengan Marsh Funnel
pisang Nangka (Musa × paradisiaca) yang didapat Menutup bagian bawah marsh funnel (gambar
di Provinsi Sumatra Tengah (Riau). Penelitian ini 3.2) dengan jari tangan, menuangkan lumpur bor
dilakukan di Laboratorium Teknik Pemboran Fakultas melalui saringan sampai menyinggung bagian
Teknik Universitas Islam Riau untuk membuat batang bawah saringan. Setelah menyediakan bejana
pisang menjadi CMC dan akan dilanjutkan dengan
yang telah ditentukan isinya, pengukuran dimulai
pengujian analisa semen pemboran.
dengan membuka jari tadi sehingga lumpur
mengalir dan menampung dalam bejana tadi.
3.2 Prosedur Penelitian
Mencatat waktu yang diperlukan (detik) lumpur
3.2.1 Prosedur Pembuatan CMC dari batang
untuk mengisi bejana yang tertentu isinya tadi.
Pisang
Prosedur pembuatan CMC dari batang pisang batu b) Mengukur Shear Stress Dengan Menggunakan
dan pisang nangka menggunakan alat oven yang Fann VG Meter
ada di Laboratorium Teknik Perminyakan Mengisi bejana dengan lumpur sampai batas yang
Universitas Islam Riau. Setelah dilakukan ditentukan. Meletakkan bejana pada tempatnya,
prosedur yang terdapat pada Gambar 3.1 serta mengatur kedudukannya sedemikian rupa
Keringkan sampel didalam oven sampai bentuk sehingga rotor dan bob tercelup ke dalam lumpur
sampel mengering. Sampel diblender sampai menurut batas yang telah ditentukan.
membentuk bubuk, dan setelah itu disaring antara Menggerakkan rotor pada posisi High dan
sampel yang menjadi bubuk dan masih berbentuk menempatkan kecepatan putar rotor pada
serat. kedudukan 600 RPM. Pemutaran terus dilakukan
sehingga kedudukan skala (dial) mencapai
3.2.2 Prosedur Pengujian Sifat-sifat Lumpur keseimbangan. Mencatat harga yang ditunjukkan
Pemboran oleh skala. Pencatatan harga yang ditunjukkan
3.2.2.1Pembuatan Lumpur oleh skala penunjuk setelah mencapai
Membuat lumpur dasar: keseimbangan dilanjutkan untuk kecepatan 300,
Lumpur Standar : 350 cc air + 22.5 gr Bentonite 200, 100, 6, dan 3 RPM dengan cara yang sama
Lumpur I : LS + CMC batang pisang Batu seperti diatas.
Lumpur II : LS + CMC batang pisang Nangka
c) Mengukur Gel Strength Dengan Menggunakan
3.2.2.2 Pengujian Densitas Fann VG Meter
Mengkalibrasi peralatan mud balance. Setelah selesai pengukuran shear stress,
Menimbang beberapa zat yang digunakan. mengaduk lumpur dengan Fann VG pada
Menakar air 350 cc dan mencampur dengan 22.5 kecepatan 600 RPM selama 10 detik. Mematikan

46
Fann VG, kemudian diamkan lumpur selama 10 Pada tabel 5.1 dan gambar 5.1 terlihat diawal
detik. Setelah 10 detik menggerakkan rotor pada pengujian lumpur dengan massa 1 gr pada
kecepatan 3 RPM. Membaca simpangan sampel CMC batang pisang batu memiliki
maksimum pada skala penunjuk. Mengaduk densitas lumpur yang sama sebesar 8.6 ppg.
kembali lumpur dengan Fann VG pada kecepatan
Dari hasil data yang didapat, jika densitas
rotor 600 RPM selama 10 detik. Mengulangi
lumpur terlalu besar akan menyebabkan
langkah kerja diatas untuk gel strength 10 menit
(untuk gel strength 10 menit, lama pendiaman lumpur hilang ke formasi (lost circulation).
lumpur 10 menit). Terlihat pada nilai densitas kedua sampel
lumpur CMC, semakin bertambah massa
3.2.2.4 Pengukuran Volume Filtrasi dan Mud maka nilai densitas semakin besar. Kecuali
Cake pada lumpur CMC batang pisang Nangka
a) Filtrasi dan Mud cake yang memiliki titik optimum dan densitas
Menyiapkan alat filter press dan segera lumpur pada massa 6 gr mengalami
memasang filter paper serapat mungkin dan penurunan. Sedangkan apabila terlalu kecil
meletakkan gelas ukur dibawah silinder untuk akan menyebabkan “kick” (masuknya fluida
menampung fluid filtrate. Menuangkan campuran formasi ke lubang sumur).
lumpur ke dalam silinder sampai batas 1 inch di
bawah permukaan silinder, ukur dengan jangka Maka densitas lumpur harus disesuaikan
sorong, dan segera tutup rapat. Kemudian alirkan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
udara dengan tekanan 100 psi. Mencatat volume Namun bukan berarti lumpur dengan
filtrat sebagai fungsi dari waktu dengan menggunakan CMC batang pisang batu ini
stopwatch.
tidak bisa di gunakan, lumpur dengan densitas
Dengan catatan waktu akhir saat filtrate tidak
yang tinggi ini bisa di sirkulasikan pada
menetes lagi ke dalam gelas ukur. Menghentikan
penekanan udara, membuang tekanan udara
sumur yang memiliki tekanan reservoir
melalui silinder dan menuangkan kembali sisa tinggi, untuk mengimbangi tekanan agar tidak
lumpur dalam silinder ke dalam mixer cup. terjadi kick.
Menentukan tebal mud cake dengan
menggunakan jangka sorong. 5.2 Perbandingan Viscosity Time
Dalam pengukuran viskositas yang sederhana
4. STUDI KASUS dilakukan dengan menggunakan alat marsh
Studi kasus dalam penelitian ini difokuskan pada funnel. Viskositas ini adalah jumlah detik
pemanfaatan aditif CMC dari batang pohon yang dibutuhkan lumpur untuk mengalir
pisang Batu dan Nangka yang ada di Riau keluar dari corong marsh funnel.
Sumatra Tengah untuk mengetahui pengaruh Bertambahnya viskositas ini direfleksikan
terhadap rheology lumpur yang terdapat dari dalam bertambahnya apparent viscosity.
bahan additive CMC batang pohon pisang yang Pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.2 menunjukkan
diuji seperti densitas, viskositas, Yield point, lumpur CMC batang pisang batu memiliki
Plastic viscosity, Gel strengh, filtrasi dan Mud selisih nilai viskositas waktu yang besar.
cake. Dengan beberapa skenario lumpur standar Maka lumpur dengan penambahan CMC
yang ditambah dengan CMC dan
batang pisang Batu dapat direkomendasikan,
dikonsentrasikan pada massa sampel CMC batang
yang berarti semakin bertambah massa CMC
pisang Nangka dan Batu.
maka kekentalan viskositas untuk mengalir
semakin lambat. Sedangkan CMC batang
5. HASIL DAN PEMBAHASAN pisang Nangka memiliki kenaikan nilai yang
5.1 Perbandingan Densitas terlalu lama atau lambat. Maka pada CMC
batang pisang Nangka semakin bertambah

47
massa CMC pada lumpur maka semakin besar daripada kedua sampel lumpur CMC. Pada
nilai viskositas waktu yang didapat. sampel lumpur CMC batang pisang Batu
Maka dari kedua sampel CMC ini, Nilai mengalami sedikit penurunan yield point dan
viskositas tertinggi atau kental didapat pada mengalami nilai yang sama pada massa 3 gr -
lumpur dengan penambahan CMC batang 7 gr sebesar -1 lb/100 ft2.
pisang Nangka sedangkan nilai viskositas
yang terendah didapat pada lumpur dengan Pada tabel 5.3 dan gambar 5.5 menunjukkan
penambahan CMC pisang Batu. Walaupun adanya penurunan Gel strength pada ketiga
pada lumpur dengan penambahan CMC sampel lumpur CMC. Pada sampel lumpur
batang pisang Batu memiliki kenaikan CMC batang pisang Nangka mengalami
viskositas waktu yang sedikit. Informasi yang penurunan gel strength pada massa 4 gr
didapatkan dengan marsh funnel memberikan sebesar 0.67 lb/100 ft2 dan merupakan sampel
suatu gambaran rheology fluida yang tidak lumpur CMC yang memiliki nilai gel strength
lengkap sehingga biasa digunakan untuk
terendah pada massa 7 gr sebesar 0.3 lb/100
membandingkan fluida yang baru (awal)
ft2 daripada sampel lumpur CMC batang
dengan kondisi sekarang.
pisang Batu. Pada sampel lumpur CMC
batang pisang Batu mengalami penurunan
5.3 Perbandingan Plastic Viscosity, Gel dari massa 2 gr – 7 gr sebesar 0.75 lb/100 ft2
Strength dan Yield Point – 0.42 lb/100 ft2.
Pada Tabel 5.3 dan gambar 5.3 menunjukan Pada waktu lumpur bersirkulasi yang
adanya kenaikan nilai plastic viscosity pada berperan adalah Plastic viscosity, Sedangkan
ketiga sampel lumpur dengan penambahan pada waktu sirkulasi berhenti yang
CMC. Dari hasil penelitian tersebut terlihat memegang peranan adalah gel strength. Lost
pada CMC batang pisang Nangka mengalami circulation umumnya disebabkan oleh
kenaikan plastic viscosity yang lambat seiring formasi yang porous, maka
bertambahnya massa CMC, serta pada CMC penanggulangannya yaitu dengan
batang pisang Batu mengalami kenaikan
meningkatkan viskositas dan gel strength.
plastic viscosity melebihi CMC batang pisang
Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat
Nangka. Namun terdapat kesamaan nilai
bahwa peningkatan viskositas fluida
plastic viscosity pada massa 3 gr - 5 gr yaitu 4
cp. pemboran dapat menurunkan volume lumpur
Dari hasil penelitian berikut, dapat dijelaskan yang hilang ke formasi.
bahwa semakin bertambah massa CMC Maka dari hasil peneltian ini, viskositas pada
batang pisang pada lumpur standar, maka sampel lumpur CMC batang pisang Nangka
semakin naik plastic viscosity lumpur dan CMC batang pisang Batu dapat
tersebut. Namun, berkurangnya viskositas perlu digunakan sebagai upaya penanggulangan
diperhatikan karena apabila viskositas lumpur menjadi lost circulation, dikarenakan viskositas fluida
terlalu kecil maka pengangkatan serbuk bor akan
ketiga sampel lumpur meningkat seiring
menjadi kurang sempurna dan dapat mengakibatkan
serbuk bor tertinggal di dalam lubang bor sehingga bertambahnya massa CMC tersebut.
menyebabkan rangkaian pipa pemboran akan terjepit. Sedangkan gel strength pada ketiga sampel
lumpur CMC tidak memenuhi syarat dalam
Pada tabel 5.3 dan gambar 5.4 menunjukan penanggulangan lost circulation, karena
adanya penurunan yield point pada ketiga
untuk penanggulangan permasalahan tersebut
sampel lumpur CMC. Namun pada sampel
yaitu dengan menaikkan nilai gel strength
lumpur CMC batang pisang Nangka
lumpur.
mengalami penurunan Yield Point lebih besar

48
pisang yang sesuai untuk dijadikan
pertimbangan sebagai LCM yaitu CMC
6. KESIMPULAN
batang pisang Nangka (Musa ×
1. Berdasarkan potensi Carboxymethyl paradisiaca).
Cellulose (CMC) dari limbah batang
pisang yang ada di Riau Sumatra Tengah
memiliki kandungan selulosa yang cukup 7. REKOMENDASI
tinggi dan dapat dimanfaatkan menjadi 1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
sampel lumpur yang dapat diuji untuk mengetahui bagaimana pengaruh
mengetahui rheologi terhadap lumpur lumpur dengan penambahan CMC
pemboran. Proses pembuatan CMC yang batang pisang yang ada di Sumatra
dimulai dari chopping, digestion (NaOH dengan batang pisang yang ada daerah
lainnya.
5%), washing, beating, bleaching (H2O2),
Alkalization (NaOH 9%), CMC Synthesis 2. Perlu penelitian mengenai lebih lanjut
bagaimana pengaruh CMC selain dari
(HCl 15% + Acetic Acid) dan
batang pisang seperti pelepah, buah
Neutralization (Methanol + Ethanol + pisang, kulit pisang dan lainnya.
Acetic Acid), serta dilakukan proses 3. Perlu melakukan penelitian bagaimana
pengeringan dan diblender sampai pengaruh lumpur CMC batang pisang
membentuk bubuk seperti CMC. dengan menambahkan berbagai aditif
2. Hasil dari pengujian terhadap lumpur seperti NaOH, Barite ataupun yang
dengan penambahan additive CMC dari lainnya. Untuk mengetahui hasil
batang pisang nangka dan batang pisang rheologi lumpur tesebut.
batu menunjukkan pengaruh terhadap
rheologi lumpur, seperti lumpur dengan 8. Acknowledgement
massa 1 – 7 gr menunjukkan pada CMC
Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen
batang pisang nangka memiliki densitas pembimbing terbaik saya yaitu Pak Idham
8.55 – 8.6 ppg, plastic viscosity 2 – 4.5 cp, Khalid, ST., MT dan Ibu Novia Rita, ST., MT
dan gel strength 1 – 0.33 lb/100 ft2, yang telah memberikan Kritik dan saran dalam
Sedangkan lumpur dengan penambahan diskusi untuk paper ini.
CMC batang pisang batu memiliki
densitas 8.6 – 8.85 ppg, plastic viscosity 2 9. REFERENSI
– 7 cp, dan gel strength 1 – 0.42 lb/100 ft2.
A Mansour, C Ezeakacha, dkk. 2017. SPE-
3. Dari penelitian analisis rheologi lumpur
187099-MS. Smart Lost Circulation
pemboran dari CMC batang pisang Materials for Productive Zones. Texas :
Nangka dan CMC batang pisang Batu Lousiana State University & Oklahoma
yang ada di Riau Sumatra Tengah, maka University.
didapat hasil yang bisa menjadi Arum Wijayani, Khoirul Ummah, Siti
pertimbangan sebagai LCM (Lost Tjahjani. 2005. Characterization Of
Circulation Material). Karena untuk Carboxy Methyl Cellulose (Cmc) From
Eichornia Crassipes (Mart) Solms.
upaya pencegahan lost circulation
Surabaya : Universitas Negeri
dibutuhkan densitas lumpur tetap Semarang.
minimum, viskositas dijaga agar tidak Buntoro, Aris. 1999. LUMPUR
terlalu tinggi, dan gel strength dijaga agar PEMBORAN: Perencanaan dan Solusi
tidak terlalu kecil, sehingga CMC batang

49
Masalah Secara Praktis. Yogyakarta : Wijaya, S. M., Pitaloka, A. B., & Saputra,
UPN Veteran. A. H. 2014. Sintesis dan Karakterisasi
Dokumen File. Buku Panduan II, Carboxymethyl Cellulose (CMC) dari
Mencerdaskan Anak Bangsa. 2011. Selulosa Eceng Gondok (Eichhornia
Duri : PT. Chevron Pacific Indonesia. crassipes) dengan Media Reaksi
Fenni WH, Kesi Indriana. (2015). Isopropanol Etanol. International
Pembuatan carboxymethyl cellulose Conference on Advance Material and
(cmc) dari batang pohon pisang (musa Practical Nanotechnology (ICAMPN).
acuminata) dengan proses alkalisasi Lilholt dan Lawther, 2001, Natural
dan karboksimetilasi, Surakarta : UNS. Organic Fibers, In : Kelly, A and
Hamid, Abdul. 2017. Jurnal Petro 2017 : Zweben, C , Comprehensive Composite
Studi Pemanfaatan Ampas Tebu Materials II, Elsevier Science
Sebagai Lost Circulation Material
(LCM) dan Pengaruhnya Terhadap
Sifat Rheologi Lumpur. Jakarta :
Universitas Trisakti.
Heinze, T dan K. Pfeiffer. 1999. Studies on
the synthesis and characterization of
carboximethylcellulose. Die
Angewandie Makromolekulare
Chemie. Volume 266 : 37-45
Hilma, Dewi Y. 2012. Kajian Formulasi Tepung
Pisang Batu (Musa Balbisiana Colla) dan
Tepung Terigu dalam Pembuatan Brownies.
Universitas Lampung.
Kamal, N. 2010. Pengaruh Bahan Aditif
Cmc (CarboxylMethyl Cellulose)
Terhadap Beberapa Parameter Pada
Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi,
Volume I. Bandung : ITENAS.
Laboratorium Teknik Pemboran. 2013. Diktat
Praktikum Analisa Lumpur Pemboran.
Pekanbaru : Universitas Islam Riau
Lakhan Singh, Dr. Tarun K
Bandyopadhyay. 2013. Handmade
paper from banana stem, Agartala :
NIT.
Massey B.S. 1983. Mechanics of fluids, 5th
Ed. Wokingham: Van Nostrand
Reinhold.
Natural Resources Conservation Service. Plants
Database: Plant Profile. USDA. Diakses dari
https://plants.usda.gov
Ramasamy Jothibasu, Md Amanullah.
2017. SPE-188101-MS. Two
Component Lost Cirulation Material
for Controlling Seepage to Moderate
Losses. Saudi Arabia : Saudi Aramco.
Rubiandini, Rudi. 2001. Diktat Kuliah Teknik
Pemboran. Bandung : ITB.
Syaiful dan Aswan. 2006. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

50
DAFTAR GAMBAR

(a) (b)
Gambar 2.1 (a) Pohon Pisang (b) Batang Pisang

Digestion
Chopping Washing
(NaOH 5%)

Bleaching Alkalization
Beating
(H2O2) (NaOH 9%)

CMC Synthesis Neutralization


(HCl 15% + Acetic Acid) (Methanol + Ethanol + Acetic Acid)

Gambar 3.1 Diagram Alir Prosedur pembuatan CMC dari batang pisang

8.9
8.85
8.8
CMC Batang
8.75
Densitas (PPG)

Pisang Nangka
8.7
8.65
8.6
8.55 CMC Batang
8.5 Pisang Batu
8.45
8.4
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)

Gambar 5.1 Grafik Densitas Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka dan
CMC batang pisang Batu

1
80
70

Waktu Viskositas (s)


60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)
CMC batang pisang nangka CMC batang pisang batu

Gambar 5.2 Grafik Viscosity Time Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka dan
CMC batang pisang Batu

8
7
Plastic Viscosity (cp)

6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC
cmc btg pisang nangka cmc btg pisang batu
Gambar 5.3 Grafik Plastic Viscosity Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka dan CMC
batang pisang Batu

1.5
1
Yield Point (lb/100ft2)

0.5
0
-0.5 1 2 3 4 5 6 7
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
Massa CMC
cmc btg pisang nangka cmc btg pisang batu

Gambar 5.4 Grafik Yield Point Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka dan CMC batang
pisang Batu

2
1.20

1.00

Gel Strength (lb/100ft2)


0.80

0.60

0.40

0.20

0.00
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)
cmc btg pisang nangka cmc btg pisang batu
Gambar 5.5 Grafik Gel Strength Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka dan
CMC batang pisang Batu

1
0.9
0.8
0.7
Mud Cake (cm)

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)
cmc btg pisang nangka cmc btg pisang batu
Gambar 5.6 Grafik Mud Cake pada Lumpur CMC batang pisang Nangka dan
CMC batang pisang Batu

400
350
Volume Filtrat (ml)

300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7
Massa CMC (gr)
cmc btg pisang nangka cmc btg pisang batu

Gambar 5.7 Grafik Volume Filtrat Lumpur pada Sampel CMC batang pisang Nangka dan
CMC batang pisang Batu

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Ilmiah Pisang Batu


Rank Scientific Name and Common Name
Kingdom Plantae – Plants
Subkingdom Tracheobionta – Vascular plants
Superdivision Spermatophyta – Seed plants
Division Magnoliophyta – Flowering plants
Class Liliopsida – Monocotyledons
Subclass Zingiberidae
Order Zingiberales
Family Musaceae – Banana family
Genus Musa L. – banana
Species Musa balbisiana Colla – banana

Tabel 2.2 Klasifikasi Ilmiah Pisang Nangka


Rank Scientific Name and Common Name
Kingdom Plantae – Plants
Subkingdom Tracheobionta – Vascular plants
Superdivision Spermatophyta – Seed plants
Division Magnoliophyta – Flowering plants
Class Liliopsida – Monocotyledons
Subclass Zingiberidae
Order Zingiberales
Family Musaceae – Banana family
Genus Musa L. – banana
Musa × paradisiaca L. (pro sp.) [acuminata ×
Species
balbisiana] – French plantain]

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Serat Alam


Nama Selulosa Hemiselulosa Lignin Keterangan
Abaka 60-65 6-8 5-10 Pisang
Coir 43 1 45 Sabut Kelapa
Kapas 90 6 - Bungkus, Biji
Bagass 37-42 12,56 19,95 Kulit Batang
Nenas 80 - 12 Daunnya
Rami 80-85 3-4 0,5-1 Kulit Batang
Sisal 60-67 10-15 8-12 Daun
Straw 40 28 18 -

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Pengujian Densitas Lumpur

4
CMC batang pisang Nangka, dan CMC batang pisang batu
Massa Densitas lumpur (ppg)
CMC (gr) CMC Batang Pisang Nangka CMC Batang Pisang Batu
1 8.55 8.6
2 8.58 8.6
3 8.65 8.58
4 8.7 8.6
5 8.75 8.6
6 8.78 8.75
7 8.6 8.85

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan pengujian Viscosity Time pada Sampel Lumpur
CMC Batang Pisang Nangka dan CMC Batang Pisang Batu

Massa Viscosity Time (s)


CMC (gr) CMC Batang Pisang Nangka CMC Batang Pisang Batu
1 14 15
2 15 15
3 16 15
4 23 16
5 28 17
6 50 17
7 71 18

Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Plastic Viscosity (µP), Yield Point (YP) dan Gel Strenth (GS) pada
lumpur CMC Batang Pisang Nangka dan CMC Batang Pisang Batu

Kadar GS (lb/100
Nama Sampel CMC µP (cp) YP (lb/100 ft2)
CMC (gr) ft2)

1 2 1 1
2 4 -1 1
3 4 -2 1
Batang Pisang Nangka 4 4 -2 0.67
5 4 -2 0.67
6 4 -2 0.4
7 4.5 -2.5 0.33
1 2 1 1
2 3 0 0.75
3 4 -1 0.6
Batang Pisang Batu 4 4 -1 0.6
5 4 -1 0.5
6 5 -1 0.43
7 7 -1 0.42

5
Tabel 5.4 Hasil Pengamatan Mud Cake pada Sampel Lumpur CMC Batang Pisang Nangka dan CMC
Batang Pisang Batu
Massa Mud Cake (cm)
CMC (gr) CMC Batang Pisang Nangka CMC Batang Pisang Batu
1 0.36 0.42
2 0.41 0.45
3 0.67 0.5
4 0.695 0.62
5 0.76 0.72
6 0.85 0.77
7 0.895 0.865

Tabel 5.5 Hasil Pengamatan Mud Filtrate pada Sampel Lumpur CMC Batang Pisang Nangka dan
CMC Batang Pisang Batu
Mud Filtrat (ml/jam)
Massa
CMC (gr) CMC Batang Pisang Nangka CMC Batang Pisang Batu
1 345 317
2 340 330
3 313 327
4 298 316
5 222 262
6 194 242
7 169 223

Anda mungkin juga menyukai