Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS METODE PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI

PT. TRITEGUH MANUNGGALSEJATI (spasi atau tidak)

LAPORAN AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Muda (A.Ma)
Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng (spasi 1)

Oleh:

EMILESTARI (spasi atau tdk) NIM.


20AK074

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA


AKADEMI KOMUNITAS INDUSTRI MANUFAKTUR
BANTAENG
2022
ANALISIS METODE PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI
PT. TRITEGUH MANUNGGALSEJATI

Disusun oleh:

EMILESTARI NIM. 20AK074

Disetujui oleh:
1 Pembimbing I Muhammad Taufiq T., M.Sc
………………………...
NIP. 1987040720190110001

2 Pembimbing II Dra. Sherly Towolioe, M.Si., Ph.D


………………………...
NIP. 196103281981032001

Mengetahui,
Pembantu Direktur Ketua Program Studi
Akademi Komunitas Manufaktur Industri Analisis Kimia
Bantaeng

Mahlina Ekawati, S.T., M.T. Neny Rasnyanti M.Aras, M.Si.


NIP.197704242001122005 NIP.198902202018012001

ii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS METODE PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI
PT. TRITEGUH MANUNGGALSEJATI

Disusun Oleh:
EMILESTARI NIM. 20AK074

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Emilestari
NIM : 20AK074
Program Studi : Analisis Kimia

Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan sesuai
dengan hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia bahwa tugas akhir
saya adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut tanpa melibatkan institusi Akademi Komunitas Industri
Manufaktur Bantaeng atau orang lain.

Bantaeng, November 2022


Yang Menyatakan

(Emilestari)

iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Emilestari
Nim : 20AK074
Program Studi : Analisis Kimia
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui memberikan kepada
Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng. Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif (Non-exclusive Royalti-Free Right) atas karya ilmiah kami yang
berjudul: “Analisis Metode pengolahan Air Limbah Di PT. Triteguh
Manunggalsejati”.
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini pihak Akademi Komunitas
Industri Manufaktur Bantaeng berhak menyimpan, mengalih-media atau meng-
format-kan, mengelolanya dalam pangkalan data (database), mendistribusikannya
dan menampilkan atau mempublikasikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari kami selama tetap
mencantumkan nama kami sebagai penulis/pencipta karya ilmiah tersebut.
Segala tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya
ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bantaeng, November 2022


Yang menyatakan

(Emilestari)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkah dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS METODE PENGOLAHAN AIR
LIMBAH DI PT. TRITEGUH MANUNGGALSEJATI”. Tugas Akhir
merupakan salah satu dari mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh setiap
mahasiswa Program Studi Analisis Kimia. Penyusunan Proposal ini merupakan
salah satu syarat untuk menjalankan Tugas Akhir Program Studi Analisis Kimia
Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng.
Dalam penyusunan laporan ini,penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Zainal Abidin, M.Si.,M.T selaku direktur Akademi Komunitas Industri
Manufaktur Bantaeng.
2. Mahlina Ekawati, ST.,M.T selaku wakil direktur Akademi Komunitas Industri
Manufaktur Bantaeng.
3. Neny Rasnyanti M.Aras,M.Si selaku ketua Program Studi Analisis Kimia
Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng.
4. Muhammad Taufiq T., M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang
dengan bijak dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya untuk
membantu menyelesaikan proposal ini.
5. Dra. Sherly Towolioe, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan, kritik, saran, dan ilmunya sebagai bekal penulisan
laporan akhir ini.
6. Semua Pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selalu
memberikan dukungan dan semangat.

Terima kasih kepada bapak Sahim dan ibu Romba selaku orang tua saya,
yang selalu memberikan doa, dukungan, nasehat, serta motivasi yang tak
terhingga kepada saya, sehingga saya mampu menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik.
Semua hal yang luar biasa selama penyusunan tugas yang terjadi di dalam
dan di luar kegiatan akan kami jadikan pengalaman dan motivasi. Penulis

vi
menyadari proposal ini masih jauh dari kesempatan. Untuk itu, saran dan
masukan yang bersifat membangun sangan penulis harapkan demi
penyempurnaan lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar laporan ini lebih baik lagi atas dukungan dan
perhatiannya.
Akhir kata, Penulis berharap laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis secara pribadi, bagi pembaca pada umumnya, dan kepada mahasiswa
Program Studi Analisis Kimia Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng
semoga ini dapat menambah wawasan kita semua, Aamiin.

Bantaeng, Januari 2022

Emilestari

vii
ABSTRAK
Emilestari. “Analisa Metode Pengolahan Air Limbah Di PT. Triteguh
Manunggalsejati”. Pembimbing: (1) Muhammad Taufiq T., M.Sc., (2) Dra.
Sherly Towolioe, M.Si., Ph.D
Laporan Akhir, Program Studi Analisis Kimia, Akademi Komunitas Industri
Manufaktur Bantaeng, 2020.
Limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu badan usaha dan atau
kegiatan manusia. Limbah cair industri minuman ringan mengandung bahan-
bahan organik yang cukup tinggi. Limbah industri dapat menjadi limbah yang
sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia. Oleh karena itu,
dibutuhkan alternatif pengolahan limbah cair dengan metode secara fisika seperti
penyaringan (screening), filtrasi, pengendapan (sedimentation), secara kimia
seperti koagulasi-flokukasi, serta secara biologi seperti lumpur aktif, aerob dan
anaerob. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses atau metode
pengolahan limbah, serta kualitas air limbah hasil pengolahan di PT. Triteguh
Manunggalsejati berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5
Tahun 2014 tentang baku mutu industri minuman ringan dan Kepmen LH No.
KEP-51/MENLH/10/1995 tentang air limbah untuk industri dengan parameter uji
seperti pH, DO, COD, TSS, dan Kekeruhan. Data yang diperoleh pada penelitian
ini yaitu, nilai pH berkisar 7,0-7,4. Nilai DO berkisar 3-4 ppm, dan nilai COD
berkisar 50 ppm. Sedangkan untuk nilai TSS diperoleh hasil sebesar 10 ppm, dan
nilai kekeruhan sebesar 3,9-5,0 NTU. Berdasarkan hasil yang di peroleh, air
limbah di PT. Triteguh Manunggalsejati, masih memenuhi standar yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014
tentang baku mutu industri minuman ringan dan Kepmen LH No.
KEP-51/MENLH/10/1995 tentang air limbah.

KATA KUNCI: Limbah, kualitas, fisika, kimia, biologi

viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK AKHIR...................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..............................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................viii
KATA PENGANTAR..............................................................................................ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xi
DAFTAR TABEL....................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................2
1.4 Manfaat Dan Relevansi Penelitian...........................................................3
1.5 Batasan Masalah.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah.......................................................................................................4
2.1.1 Limbah Padat...................................................................................4
2.1.2 Limbah Cair.....................................................................................4
2.1.3 Limbah Gas......................................................................................5
2.2 Limbah Cair...............................................................................................5
2.2.1 Pengolahan Limbah Cair…………………………………………..6
2.2.2 Baku Mutu Air Limbah……………………………………………6
2.3 Waste Water ( setahuku penulisannya tanpa spasi) Treatment Process...7
2.3.1 Tujuan Waste Water Treatment Process..........................................7
2.3.2 Fungsi proses IPAL di PT. Triteguh Manunggalsejati.....................8

ix
2.3.3 Mekanisme Pengolahan Limbah.....................................................12
2.4 Parameter Uji............................................................................................15
2.4.1 Parameter Fisika..............................................................................15
2.4.2 Parameter Kimia..............................................................................16
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................18
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................18
3.3 Alat dan Bahan........................................................................................18
3.3.1 Alat................................................................................................18
3.3.2 Bahan.............................................................................................18
3.4 Teknik Pengumpulan Data......................................................................18
3.4.1 Preparasi Air Limbah....................................................................18
3.4.2 Analisa pH.....................................................................................19
3.4.3 Analisa DO....................................................................................19
3.4.4 Analisa COD.................................................................................19
3.4.5 Analissa Kekeruhan......................................................................20
3.4.6 Analisa TSS...................................................................................20
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian.........................................................................................22
4.1.1 Hasil Analisa Limbah Cair Minggu Pertama..................................22
4.1.2 Hasil Analisa Limbah Cair Minggu Kedua....................................23
4.1.3 Hasil Analisa Limbah Cair Minggu Ketiga....................................24
4.2 Pembahasan...............................................................................................24
BAB V PENUTUP...................................................................................................32
5.1 Kesimpulan...............................................................................................32
5.2 Saran..........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................33
LAMPIRAN.............................................................................................................35

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Proses WWTP di PT. Triteguh Manunggalsejati.................................8
Gambar 2.2 Bak inlet................................................................................................8
Gambar 2.3 Bak equalising 1....................................................................................9
Gambar 2.4 Bak equalising 2....................................................................................9
Gambar 2.5 Bak equalising 3...................................................................................10
Gambar 2.6 Bak anaerob..........................................................................................10
Gambar 2.7 Bak aerasi/aerob...................................................................................11
Gambar 2.8 Bak clarifier.........................................................................................11
Gambar 2.9 Bak effluent..........................................................................................12
Gambar 4.1 Grafik analisa pH ................................................................................25
Gambar 4.2 Grafik analisa COD..............................................................................26
Gambar 4.2 Grafik analisa DO.................................................................................27
Gambar 4.2 Grafik analisa TSS...............................................................................28
Gambar 4.2 Grafik analisa kekeruhan......................................................................29

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Baku mutu air limbah industri..................................................................7
Tabel 2.2 Baku mutu air limbah industri minuman ringan.......................................7
Tabel 4.1 Hasil analisa pH ......................................................................................22
Tabel 4.2 Hasil analisa DO......................................................................................22
Tabel 4.3 Hasil analisa COD....................................................................................23
Tabel 4.4 Hasil analisa TSS.....................................................................................23
Tabel 4.5 Hasil analisa kekeruhan...........................................................................23

xii
DAFTAR LAMPIRAN

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri dan teknologi di berbagai bidang kehidupan selain
meningkatkan kualitas hidup manusia juga memberikan dampak lain terhadap
keberlangsungan lingkungan hidup yaitu berupa pencemaran. Industri minuman
ringan merupakan industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia (Indriyati,
2008). Menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, pada tahun 2012
pertumbuhannya sebanyak 8 % dan pada tahun 2013 menjadi 11 %. Pesatnya
pertumbuhan tersebut meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negeri ini. Namun,
industri juga membawa pengaruh buruk terhadap lingkungan.
Kegiatan industri dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang dapat
berpengaruh terhadap kualitas air yang ada di masyarakat, limbah industri
minuman ringan mengandung zat kimia yang dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas air. Oleh karena itu, kualitas air harus di lindungi (setahuku tdk pake
spasi) agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup lainnya. Kualitas air berhubungan dengan adanya bahan-bahan lain yang
terkandung dalam air, terutama senyawa-senyawa sintetik baik dalam bentuk
organik maupun anorganik juga adanya mikroorganisme (Achmad, 2004).
Pengolahan air di Indonesia umumnya digunakan beberapa metode.
Pengolahan air dapat dilakukan secara fisika seperti penyaringan (screening),
filtrasi, dan pengendapan (sedimentation), secara kimia seperti koagulasi-
flokukasi (itu penulisannya flokukasi atau flokulasi), serta secara biologi seperti
lumpur aktif, aerob dan anaerob. Salah satu alternatif pengolahan yang digunakan
pada perusahaan industri minuman ringan adalah metode koagulasi-flokulasi.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi pada partikel tersuspensi dan koloid
dengan pengadukan cepat yang bertujuan untuk mempercepat penyebaran
koagulan melalui air yang diolah. Flokulasi merupakan proses aglomerasi dari
partikel-partikel yang terdestabilisasi dan koloid menjadi partikel yang
terendapkan dengan pengadukan lambat. Pada proses koagulasi-flokulasi
diperlukan penambahan zat untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel

1
2

tersuspensi yaitu koagulan, ketika koagulan direaksikan dengan air limbah maka
partikel-partikel koloid pada air limbah akan membentuk agregasi atau
penggabungan partikel kecil untuk membentuk partikel yang lebih besar karena
akibat dari perbedaan muatan antar partikel koloid dengan koagulan (Risdianto,
2007).
Pada penelitian ini, pengolahan limbah minuman ringan digunakan koagulan
yang mudah dijumpai yakni tawas. Tawas merupakan koagulan yang banyak
digunakan karena ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah
penyimpanannya. Tawas juga mampu mengendapkan zat-zat organik lebih cepat
dibandingkan dengan koagulan lain seperti Poly Aluminium Cloride (begini
setauku penulisannya polyaluminium Chlorida) (PAC) dan Ferric Chloride
(FeCl3.6H2O). Tawas dapat mengendapkan partikel terlarut dalam air yang kotor
dengan menghilangkan muatan pada partikel atau menetralkan partikel agar dapat
mengendap (Nurlina dkk, 2015). Selain menggunakan koagulan, pengolahan
limbah pada PT. Triteguh Manunggalsejati juga menggunakan metode biologi
dengan menggunakan lumpur aktif dengan bantuan bakteri anaerob dan aerob
dan pengolahan limbah secara fisik seperti penyaringan dan pengendapan.
Berdasarkan hal di atas (tanpa spasi), maka penulis tergerak melakukan
penelitian untuk menganalisis metode dan kualitas pengolahan limbah di PT.
Triteguh Manunggalsejati berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu industri minuman ringan dan Kepmen
LH No. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang air limbah untuk industri.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diselesaikan pada penelitian tugas akhir
ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pengolahan air limbah di PT. Triteguh
Manunggalsejati Gowa?
2. Bagaimanakah kualitas air limbah dari hasil pengolahan limbah di PT.
Triteguh Manunggalsejati?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proses pengolahan air limbah WWTP di PT. Triteguh
3

Manunggalsejati Gowa.
2. Mengetahui kualitas air limbah dari hasil pengolahan limbah di PT.
Triteguh Manunggalsejati Gowa.
1.4 Manfaat dan Relevansi Penelitian
1.4.1 Manfaat Penelitian
1. Peneliti memperoleh pengetahuan baru mengenai pengolahan limbah cair
industri minuman ringan.
2. Bagi Industri, sebagai sumbangsih pemikiran untuk mengoptimalkan
pengolahan limbah cair industri minuman ringan.
3. Untuk dunia pendidikan, sebagai salah satu referensi bagi para akademis
dalam pengembangan penelitian dan pengetahuan.
4. Bagi khalayak umum/ masyarakat memperoleh pengetahuan baru
mengenai pengolahan limbah industri minuman ringan
1.4.2 Relevansi penelitian
Penelitian ini berkaitan dengan materi kuliah yang telah dipelajari sebelumnya
yakni teknik pengambilan sampel dengan menggunakan parameter fisika dan
kimia yaitu uji pH, COD, TSS, dan kekeruhan (turbidity). Serta materi titrimetri
yaitu titrasi, dan materi gravimetri.
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini yakni sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah limbah cair industri minuman ringan di PT. Triteguh
Manunggalsejati Gowa. Parameter yang diuji ialah COD, TSS, pH, dan kekeruhan
(turbidity).
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.18/1999, limbah didefinisikan sebagai
sisa atau buangan dari suatu badan usaha dan atau kegiatan manusia. Limbah adalah
buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak
dikelola dengan baik. Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik) apabila
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak bagi kesehatan. Limbah
industri adalah semua jenis bahan sisa atau buangan yang berasal dari hasil samping
suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat
berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar, 2004). Berdasarkan wujudnya
limbah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2.1.1 Limbah Padat
Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas domestik
yang berbentuk padat. Contoh dari limbah padat di antaranya yaitu: kertas, plastik,
serbuk besi, serbuk kayu, kain, dan lain-lain. Menurut Lestiani dkk (2010), limbah
padat dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun)
Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun) di antaranya lumpur,
boiler ash, sampah kantor, sampah rumah tangga, spare part, alat berat, sarung
tangan, dan sebagainya.
2) Limbah padat B3 ( bahan berbahaya dan beracun)
Limbah padat B3 di antaranya bahan radioaktif, bahan kimia, minyak, dan
sebagainya. Menurut PP No. 18 tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan beracun
disingkat limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun yang karena sifat dan konsentrasinya dan jumlahnya, baik
serta langsung maupun tidak langsung yang dapat membahayakan lingkungan hidup.
2.1.2 Limbah Cair
Limbah cair adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestik
yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan
lainnya yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair
5

bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem
prosesnya. Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok di antaranya:
limbah cair domestik, limbah cair industri, rembesan dan luapan, dan air hujan.
2.1.3 Limbah gas
Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Secara
alami, udara mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2, dan lain-
lain. Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara alami akan
menurunkan kualitas udara serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Zat
pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas.
Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata seperti uap
air, debu, asap, dan kabut. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat
dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung.
2.2 Limbah Cair
Menurut Asmadi dan Suharno (2012), limbah cair atau buangan (waste water)
adalah cairan atau buangan yang berasal dari limbah rumah tangga, perdagangan,
industri, maupun tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-
bahan atau zat- zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia
serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Limbah industri dapat menjadi
limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia. Limbah industri
adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari hasil samping
suatu proses perindustrian. Limbah yang bersumber langsung dari kegiatan industri
yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses produksi sedang
berlangsung, di mana produk dan limbah hadir pada saat yang sama, sedangkan
limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun sudah produksi (Ginting,
2007).
Bahan yang sering ditemukan dalam limbah antara lain senyawa organik yang
dapat mengurai, senyawa organik yang mudah menguap, senyawa organik yang sulit
terurai (rekalsitran), logam berat yang toksik, padatan tersuspensi, nutrien, mikroba
patogen, dan parasit (Waluyo, 2010). Menurut Ginting (1992), tingkat bahaya
keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan karakteristiknya baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
6

2.2.1 Pengolahan Limbah Cair


Menurut (Kristanto, 2004), pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi
pengolahan menurut tingkat perlakuan dan pengolahan berdasarkan karakteristik
limbah. Berdasarkan karakteristik limbah, proses pengolahan dapat digolongkan
menjadi tiga bagian yaitu, proses fisika, proses kimia, dan proses biologi. Berikut
adalah proses pengolahan limbah berdasarkan karakteristiknya:
1. Proses Fisika, merupakan perlakuan terhadap air limbah dengan cara fisika,
yaitu proses pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan
kimia. Proses-proses tersebut ialah penyaringan atau filtrasi, penghancuran
dan sedimentasi.
2. Proses Kimia, merupakan proses pengolahan limbah dengan menggunakan
bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat tercemar di dalam limbah.
Kegiatan yang termasuk dalam proses kimia di antaranya adalah koagulasi,
klorinasi, oksidasi dan reduksi, netralisasi, pertukaran ion (ion exchange), dan
desinfektan.
3. Proses Biologi, merupakan proses pengolahan limbah yang memanfaatkan
mikroorganisme (ganggang, bakteri, dan protozoa) untuk mengurangi senyawa
organik dalam air limbah menjadi senyawa sederhana dan dengan demikian
menjadi lebih mudah mengolahnya. Proses ini dilakukan jika proses kimia atau
fisika atau gabungan keduanya tidak memuaskan. Proses biologi membutuhkan
zat organik sehingga kadar oksigen semakin lama semakin sedikit. Pada proses
ini zat kimia tersebut diendapkan dengan menambahkan bahan koagulan dan
kemudian endapannya diambil.
2.2.2 Baku Mutu Air Limbah
Perkembangan industri dan teknologi di berbagai bidang kehidupan selain
meningkatkan kualitas hidup manusia juga memberikan dampak lain terhadap
kelangsungan hidup yaitu berupa pencemaran. Untuk mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan yang tidak diinginkan maka pemerintah mengeluarkan suatu
standar baku mutu untuk buangan limbah khususnya untuk limbah cair. Berikut
adalah tabel baku mutu limbah cair yang dikeluarkan oleh Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu industri minuman
7

ringan dan Keputusan Menteri LH No. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang air limbah


untuk industri
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Industri Minuman Ringan
Baban Pencemaran Paling Tinggi (gram/m3)
Dengan Dengan Tanpa Tanpa
Kadar
Pencucian Pencucian Pencucian Pencucian
Param Paling
Botol dan Botol dan Botol dan Botol dan
eter Tinggi
Dengan Tanpa Dengan Tanpa
(mg/L)
Pembuatan Pembuatan Pembuatan Pembuatan
Sirup Sirup Sirup Sirup
BOD5 50 175 140 85 60
TSS 6 21 17 10.2 7.2
COD 30 105 84 51 36
Ph 6,0 - 9,0 6,0 - 9,0 6,0 - 9,0 6,0 - 9,0
3.5 L per L 3.5 L per L 3.5 L per 3.5 L per L
Debit Limbah Paling
produk produk L produk produk
Tinggi
minuman minuman minuman minuman
Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu industri
minuman ringan
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Industri

Parameter Konsentrasi (mg/l atau ppm)

COD 100-300
BOD 50-150
Zat padat tersuspensi (TSS) 200-400
pH 6.0-9,0
Minyak nabati 5-10
Minyak mineral 10-50
Sumber: Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang air limbah untuk industri
2.3 Waste Water Treatment Process
Waste Water Treatment Process (WWTP) adalah suatu perangkat peralatan
teknik beserta perlengkapannya yang mengolah cairan sisa proses produksi pabrik,
sehingga cairan tersebut layak dibuang ke lingkungan atau struktur yang dirancang
untuk membuang limbah digunakan pada aktivitas yang lain.
2.3.1 Tujuan adanya WWTP
Tujuan waste water treatment process (WWTP), yaitu untuk menyaring dan
8

membersihkan air yang sudah tercemar baik dari domestik maupun bahan
kimia industri. Adapun fungsinya sebagai berikut; tempat diolahnya air sisa-
sisa industri (produksi) maupun domestik agar menjadi air yang siap
digunakan lagi, untuk menetralisasi zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan
sebelum dibuang ke lingkungan atau sebelum digunakan kembali, tempat
mengurai berbagai zat organik di mana bakteri sebagai pengurai, pengolahan
limbah industri, untuk pengolahan limbah cair dari aktivitas manufaktur
sebuah industri dan komersial.

Gambar 2.1 Alur Skema WWTP di PT. Triteguh Manunggalsejati


2.3.2 Fungsi dari proses WWTP di PT. Triteguh Manunggalsejati
Fungsi dari masing-masing proses WWTP di PT. Triteguh Manunggalsejati
yang terdapat pada gambar 2.1 di atas dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Inlet Produksi
9

Gambar 2.2 Bak Inlet (Dokumen Pribadi, 2022)


Pada gambar 2.2 di atas, fungsi dari bak inlet tersebut adalah tempat di
kumpulkan limbah cair dari seluruh hasil kegiatan produksi. Pada bak ini juga
terjadi pengendapan secara alami, dan akan dipisahkan dengan rotary screen
dengan sistem spray, limbah padat yang terpisah (banyak nata) diambil secara
manual dan di buang, sedangkan limbah cair lanjutan akan di proses di kolam
reaktor fermentasi.
2. Equalising 1

Gambar 2.3 Bak Equalising 1 (Dokumen pribadi)


Ekualisasi bukan merupakan suatu proses pengolahan tetapi merupakan suatu
cara atau teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses pengolahan
selanjutnya, bak ekualisasi dapat dilihat pada gambar 2.3 (Karyadi, 2010). Proses
keluaran dari bak ekualisasi adalah parameter operasional bagi unit pengolahan
selanjutnya seperti aliran level atau derajat kandungan polutan, temperatur,
padatan. Pada bak ini terjadi penetralan pH, dengan penambahan zat kimia.

3. Equalising 2

Gambar 2.4 Bak


Pada gambar 2.4 mengenai bak equalising dua, yang merupakan bak lanjutan
10

dari proses sebelumnya. Bak ini berfungsi sebagai tempat penampungan air dari
equlising satu dan air dari sisa buangan produk rusak (reject) bak ini difungsikan
sebagai tempat berkumpulnya air limbah dari seluruh aliran yang keluar dari
proses produksi. Jenis tangki kedua ini sudah umum ada hampir di setiap unit
IPAL. Biasanya di equalisation bak, ada beberapa alat untuk menghomogenkan
air limbah yang datang. Caranya adalah dengan semburan angin dari
kompresor/blower ataupun dengan cara mixing menggunakan vertical/submersible
agitator.

4. Equalising 3

Gambar 2.5 Bak Equalising 3 (Dokumen


pribadi, 2022)
Pada bak ini terjadi perombakan bahan-bahan organik, serta tempat di mana air
limbah dengan padatan (nata) dipisahkan, dan terjadi penyaringan menggunakan
drum screen. Pada bak ini pula tempat di kumpulkan seluruh limbah. Di bak ini
juga kita akan dapat menentukan jumlah debit air limbah, proses ekualisasi ini
dapat dilihat pada gambar 2.5.

5. Anaerob
11

Gambar 2.6 Bak Anaerob (Dokumen pribadi, 2022)


Bak selanjutnya adalah bak anaerob. Bak ini dapat dilihat pada gambar 2.6, di
mana bak ini merupakan tempat terjadinya degradasi limbah menjadi bahan
organik dengan bantuan mikroorganisme dalam keadaan anaerob (tanpa kontak
udara). Pada bak inilah degradasi limbah akan berubah menjadi komponen–
komponen yang lebih sederhana (Said, 2015).

6. Aerob

Gambar 2.7 Bak Aerob/ aerasi (Dokumen pribadi, 2022)


Sebagai langkah lanjutan, bak aerasi berfungsi sebagai tempat penguraian
limbah secara aerobik dengan bantuan bakteri yang butuh oksigen dalam
penguraian dikolam aerasi yang dapat dilihat pada gambar 2.7 (Hartaja, 2015).
Pada bak ini dilengkapi blower untuk suplai oksigen, sehingga dapat menambah
kadar oksigen dalam larutan limbah yang diserap bakteri aerob dari udara.

7. Clarifier

Gambar 2.8 Bak Clarifier (Dokumen


pribadi, 2022)
Limbah cair kemudian masuk ke bak clarifier seperti pada gambar 2.8 di atas.
Berfungsi untuk memisahkan bakteri aerobik dalam larutan dengan hasil
penguraian dari bakteri tersebut. Bakteri aerob yang terpisah akan dikembalikan
12

lagi ke kolam aerobik dan apabila berlebih maka akan dimasukkan ke bak dryng
(penulisannya drying) bed. Pada bak ini pula ditambahkan koagulan tawas sebagai
langkah lanjutan dalam proses pengolahan limbah. Koagulasi dan flokulasi
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan material limbah
berbentuk koloid (Wirandani, 2017).

8. Effluent

Gambar 2.9 Bak Effluent (Dokumen pribadi,


2022)
Hasil pemisahan lainnya akan masuk ke kolam effluent (outlet) yang terdapat
pada gambar 2.9, sebelum air limbah dibuang disungai (pake spasi) atau ke
lingkungan air limbah harus diuji kualitasnya terlebih dahulu. Adapun parameter
uji dari air limbah yaitu meliputi nilai pH, DO, COD, TSS, dan Kekeruhan.
2.2.3 Mekanisme pengolahan limbah di PT Triteguh Manunggalsejati
Pengolahan limbah di PT. Triteguh Manunggalsejati terdiri dari beberapa
metode yakni secara kimia yang terdiri dari proses netralisasi dan proses koagulasi,
dan secara biologi yang terdiri dari proses anaerob dan aerobik, serta secara fisika
yakni proses penyaringan dan pengendapan.
1. Proses pengapungan, pengendapan, dan penyaringan
Pengolahan fisik umumnya terdiri atas pengapungan, penyaringan, dan
pengendapan. Pengapungan (flotation) adalah proses memisahkan zat padat
tersuspensi atau dapat berupa cairan dari air limbah dengan cara menaikan nya ke
atas permukaan air limbah akibat berat jenis yang lebih kecil dari air limbahnya.
Penyaringan (screening) adalah memisahkan kotoran-kotoran yang berupa zat padat
kasar dan berukuran relative besar yang ada dalam air limbah. Sedangkan
13

pengendapan (sedimentation) adalah proses memisahkan zat padat tersuspensi dari


air limbah dengan cara mengendapkannya. Proses pengendapan terjadi akibat gaya
gravitasi. Unit pengolahan limbah secara fisik terdiri dari bak penampungan (inlet),
saringan sampah (screeni), bak penangkap pasir (grift chamber), bak pengendap I
(primary sedimentation), dan bak pengendap II (clarifier).
2. Proses netralisasi
Proses netralisasi bertujuan untuk melakukan perubahan derajat keasaman (pH)
air limbah. Proses ini dilakukan pada awal proses air limbah sebelum dilakukan
proses lanjutan atau pada akhir proses sebelum air limbah dibuang ke lingkungan
dalam rangka memenuhi standar baku mutu air limbah yakni pH 6-9. Beberapa air
limbah memiliki derajat keasaman atau kebasaan, dalam proses netralisasi
diharapkan pH air limbah menjadi netral atau berkisar antara 6-9. Pada air limbah
yang bersifat asam, dibutuhkan basa untuk netralisasi atau sebaliknya. Pada
netralisasi air limbah dapat pula terbentuk padatan sehingga dibutuhkan proses
pemisahan padatan.
3. Proses koagulasi-flokulasi
Koagulasi dan flokulasi merupakan proses pengolahan air dan air limbah secara
kimia yaitu dengan penambahan bahan kimia ke dalam air limbah. Air limbah pada
umumnya mengandung padatan tersuspensi, partikel koloid dan bahan pelarut.
Padatan-padatan dalam air pada umumnya bermuatan negatif dan padatan-padatan
tersebut sangat sulit dipisahkan secara fisik dan dapat dilakukan secara kimia
melalui proses koagulasi-flokulasi. Koagulasi merupakan proses destabilisasi
partikel, sedangkan flokulasi merupakan proses penggabungan partikel yang telah
mengalami destabilisasi. Proses destabilisasi partikel dilakukan dengan penambahan
bahan kimia yang bermuatan positif yang dapat menyelimuti permukaan partikel
sehingga partikel tersebut dapat berikatan dengan partikel lainnya. Prinsip dasar
koagulasi adalah terjadinya gaya tarik menarik antara ion-ion negatif dengan ion-ion
positif (Risdianto, 2017).
Koagulasi merupakan proses pengolahan air di mana zat padat melayang dengan
ukuran sangat kecil dan koloid digabungkan dan membentuk flok-flok dengan cara
menambahkan zat-zat kimia. Flok sendiri merupakan endapan yang dihasilkan dari
14

pembubuhan koagulan sedangkan mikro merupakan suatu yang berukuran kecil, jadi
mikro flok merupakan endapan yang berukuran kecil yang dihasilkan dari
penambahan koagulan. Koagulasi dilakukan untuk menurunkan atau menetralkan
muatan listrik pada koloid dan partikel tersuspensi. Sedangkan flokulasi bertujuan
untuk menyisihkan kekeruhan yang terdapat pada air limbah dengan cara
menggumpalkan mikroflok menjadi flok yang lebih besar. Tujuan flokulasi adalah
pembentukan partikel melalui pengumpulan dari partikel mikro yang dapat
disisihkan dengan pemisahan partikel yang efisien. Flokulasi air limbah dapat
digunakan untuk meningkatkan penyisihan BOD dan partikel tersuspensi pada unit
pengendapan primer, serta dapat memperbaiki kinerja unit pengendapan sekunder
setelah proses lumpur aktif yang merupakan salah satu pengolahan pendahuluan
untuk proses penyaringan effluent sekuder (Wirandani, 2017).
Pada penelitian ini koagulan yang digunakan adalah tawas atau Aluminium sulfat
Al2 (SO4 )3. Koagulan tawas dapat bekerja pada rentang pH 5,8-7,4 (Amir, 2012).
Menurut penelitian Nurlina dkk (2015), penambahan tawas cenderung menurunkan
pH larutan karena tawas menghasilkan ion H+ setelah bereaksi dengan air. Sehingga
pada penelitian ini dilakukan penetralan pH pada awal dan akhir pengolahan agar
alkalinitas pada air tersebut sesuai dalam rentang kerja tawas.
4. Secara anaerob dan aerob
Pengolahan limbah secara anaerob dan aerob adalah pengolahan limbah secara
biologi. Pengolahan limbah secara anaerobik dan aerobik merupakan pengolahan
limbah yang termasuk kategori biologi atau memanfaatkan mikroorganisme dan
lumpur aktif dalam proses pengolahannya. Pada PT.Triteguh Manunggalsejati,
sebelum menggunakan koagulan proses pengolahan limbah sebelumnya adalah
menggunakan metode aerobik dan anaerobik. Ditinjau dari kandungan bahan yang
ada di dalam limbah, air buangan ada yang bersifat biodegrable yaitu buangan yang
secara alami dapat atau mudah terurai oleh jasad renik (mikroba). Pada limbah
organik akan terjadi proses regenerasi terus menerus sehingga dapat meningkatkan
proses dekomposisi atau biokonversi. Pengolahan limbah secara anaerob merupakan
pengolahan limbah dengan menggunakan bakteri tanpa adanya kontak langsung
dengan oksigen. Bahkan mikroba yang bersifat obligat anaerob tidak dapat hidup
15

bila ada oksigen terlarut. Proses anaerobik memperoleh energi dari oksidasi bahan-
bahan organik kompleks tanpa menggunakan oksigen terlarut, tetapi menggunakan
senyawa-senyawa lain sebagai pengoksidasi. Pada proses anaerob terjadi proses
fermentasi dan metanasi oleh bakteri anaerob. Pada proses ini bahan-bahan organik
diubah menjadi gas metana. Pengubahan asam organik menjadi gas metana
menghasilkan sedikit energi, sehingga laju pertumbuhannya lambat. Laju
pengurangan buangan organik pada proses anaerob dan lumpur yang dihasilkan
menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan proses pengolahan secara aerobik. Pada
dekomposisi anaerobik hasil proses penguraian bahan organik menjadi biogas yang
mengandung metana, CO2, dan sejumlah kecil unsur H2 - N2 - H2S. Proses anaerobik
pada dasarnya merupakan proses yang terjadi karena aktivitas mikroba. Produk akhir
dari proses fermentasi ini adalah gas metana (CH4) (Rahayu, 1993).
Sedangkan pengolahan limbah secara aerobik merupakan pengolahan limbah
dengan menggunakan bakteri aerob dengan adanya kontak langsung dengan oksigen.
Proses biologis secara aerobik berarti proses di mana terdapat oksigen terlarut.
Oksidasi bahan organik menggunakan molekul oksigen sebagai akseptor elektron
akhir adalah proses utama yang menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme
dalam proses ini. Senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam limbah cair dapat
dipecahkan oleh mikroorganisme aerobik menjadi senyawa-senyawa yang tidak
mencemari lingkungan, di mana pemecahan ini berlangsung dalam suasana aerobik
atau ada oksigen (Mahida, 1993).
2.4 Parameter Uji
2.4.1 Parameter Fisika
Parameter fisika merupakan parameter yang dapat diamati berdasarkan
perubahan fisik air seperti cahaya, suhu, kekeruhan (Turbidity), warna, padatan
tersuspensi, dan padatan terlarut. Adapun parameter fisika yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Analisa Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi seperti lumpur,
zat organik, planton, dan mikroorganisme lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optis
suatu larutan yaitu hamburan dari absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak dapat
16

dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis zat
tersuspensi karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir partikel. Alat
yang digunakan dalam mengukur kekeruhan air limbah adalah turbidimeter. Prinsip
kerja dari alat tersebut yaitu, mengukur hamburan cahaya yang mengenai partikel
yang terkandung dalam air dengan cara menyinarkan sumber cahaya yang berasal
dari lampu kuvet, kemudian partikel tersebut akan menyerap energi cahaya ke segala
arah (Saidar, dkk 2002).
2. Analisa Total Suspended Solids (TSS)
Total Suspended Solids ( TSS) merupakan hasil dari penyaringan padatan terlarut
dengan pengendapan secara gravitasi, biasanya merupakan partikel koloid serta
untuk mengidentifikasi laju sedimentasi (Siswanto, 2010). Secara umum, TSS
merupakan padatan yang terdapat pada larutan namun tidak larut, dapat
menyebabkan air menjadi keruh dan tidak dapat langsung mengendap pada larutan.
2.4.2 Parameter Kimia
Dalam penelitian ini parameter kimia yang diuji adalah pH, DO (Dissolved
oxygen), dan COD (Chemical Oxygen Demand).
1. Analisa pH
Konsentrasi ion hidrogen (pH) merupakan parameter penting untuk mengetahui
kualitas air dan air limbah, pH sangat berpengaruh dalam proses pengolahan limbah
cair. Baku mutu pH yang telah di tetapkan mempunyai nilai antara 6-9. Apabila pH
terlalu rendah dapat berpengaruh pada penurunan oksigen terlarut, dan kebutuhan
oksigen menurun. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengolahan limbah,
diperlukan pengukuran pH serta penambahan larutan penyangga agar didapatkan pH
yang optimal.
2. Dissolved Oxygen (DO)
Dissolved oxygen (DO) atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan
oksigen dalam air. Kemampuan air dalam melarutkan oksigen sangat tergantung
pada suhu air, tekanan gas oksigen dan kemurnian pada air. Oksigen terlarut
(dissolved oxygen) sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (oxygen demand)
merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang
biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi menunjukkan jumlah oksigen (O2) yang
17

tersedia dalam suatu badan air. Di mana, semakin besar nilai DO maka semakin
baik kualitas dalam air. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua makhluk hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dari dalam suatu perairan berasal dari proses difusi
dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(Salmin, 2000).
3. Chemical Oxigen (ini penulisannya oxygen) Demand (COD)
Chemical Oxigen Demand (COD) dapat diartikan sebagai jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasi bahan buangan yang terkandung dalam air melalui
reaksi kimia, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sulit
didegradasi. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih
tinggi dibandingkan dengan uji BOD. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan yang
stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dengan uji
COD. Semakin besar nilai COD menunjukkan semakin tinggi pula cemaran
sehingga kualitas air limbahnya semakin buruk, karena tingginya COD
menunjukkan semakin banyak oksigen yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat
organik maka dari itu, tingginya COD perlu dilakukan pengurangan zat-zat organik
yang terkandung di dalam limbah sebelum ke perairan (Alearts, 1984).
18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yang meliputi
kualitatif dan kualitatif pada air limbah di PT. Triteguh Manunggalsejati, Gowa,
Sulawesi Selatan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Sampel air limbah yang digunakan berasal dari beberapa bak pengolahan air
limbah di salah satu perusahaan industri minuman ringan di Gowa. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juni tahun 2022 di laboratorium limbah WWTP di
PT.Triteguh Manunggalsejati, Gowa, Sulawesi Selatan.
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Buret, erlemeyer, statif, klem, pipet tetes, hot plate, magnetic stirrer gelas
kimia, gelas ukur, oven, neraca analitik, kertas saring, desikator, pH meter,
kondensor, DO meter, cawan porselen, pompa vacuum, dan pipet volume.
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan uji (sampel), dan
bahan kimia. Bahan uji atau sampel yang digunakan adalah diambil dari bak
equalizing, bak anaerob, bak aerasi, dan bab effluent. Sedangkan bahan kimia yang
digunakan adalah perak sulfat (HgSO4), kalium dikromat (K2Cr2O7), asam sulfat-
perak sulfat (Hg2SO4.H2SO4), larutan fero (ferro) ammonium sulfat (FAS), indikator
phenotroline (phenanthroline), aluminium sulfat [Al2 (SO4 )3], akuades (aquades),
dan kertas saring whatman no 42.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Preparasi air limbah
Sebelum sampel digunakan, maka air limbah terlebih dahulu dipreparasi.
19

Untuk bak ekualisasi dilakukan penetralan pH dengan menambahkan larutan NaOH


hingga pH netral sekitar 6-8, pada bak anaerob dan aerasi dilakukan penambahan
bakteri, dan untuk bak clarifier ditambahkan tawas sebagai koagulan dan perlakuan
terakhir dalam proses pengolahan limbah sebelum dilakukan uji parameter seperti
pH, DO,COD,TSS, dan Kekeruhan.
3.4.2 Analisa pH
1) Alat pH disiapkan, lalu elektroda dibilas dengan akuades kemudian
keringkan dengan tissu. Pastikan alat pH meter telah dikalibrasi sebelum
digunakan.
2) Sampel air limbah masing-masing dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml
3) Elektroda dicelupkan kedalam sampel dan lakukan pembacaan serta catat
hasil yang muncul pada layar alat pH meter.
4) Elektroda dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue lalu
disimpan kedalam (pake spasi) wadah yang telah disiapkan.
3.4.3 Analisa DO (Dissolved Oxygen)
1) Sampel yang akan di analisis (tdk Pake Spasi) dimasukkan ke dalam gelas
kimia 100 ml
2) Pasang probe pada alat multimeter, lalu tekan tombol power.
3) Celupkan probe pada sampel yang akan diuji selama beberapa menit, hingga
angka pada layar multimeter stabil.
4) Jika angkanya sudah stabil, tekan tombol hold dan catat hasilnya.
3.4.4 Analisa COD (Chemical Oxygen Demand)
1) Disiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
2) Jika sampel keruh dilakukan pengenceran 10 x, dengan cara:
a) Masukkan 10 mL sampel limbah ke dalam labu ukur 100 mL, lalu
ditambahkan akuades sampai tanda tera (sampel E3).
b) Dihomogenkan larutan, kemudian di pipet (tdk pake spasi) 10 mL sampel
limbah ke dalam erlenmeyer 250 mL (AnO2 dan EFF)
3) Jika sampel jernih di pipet 10 mL sampel limbah ke dalam erlenmeyer 250
mL.
20

4) Ditambahkan 0.2 gram serbuk HgSO4 dan 1 butir batu didih.


5) Ditambahkan 5 mL larutan K2Cr2O7 0,25 N
6) Dipasang erlenmeyer di pendingin refluks, pasang selang dan di hubungkan
langsung dengan sumber air.
7) Ditambahkan 15 mL pereaksi asam sulfat- perak sulfat melalui bagian atas
pendingin refluks secara perlahan lahan.

8) Dididihkan di atas hot plate selama 2 jam suhu 300 o C.


9) Dinginkan dan diencerkan hingga volume 75 ml.
10) Dinginkan sampai suhu kamar kemudian di tambahkan (tdk pake spasi) 2-3
tetes indikator feroin.
11) Dimasukkan FAS 0,1 N ke dalam buret 25 mL yang telah di letakkan (tdk
pake spasi) pada statif hingga tanda tera.
12) Dititrasi dengan menggunakan FAS 0,1N sampai terjadi perubahan warna
merah kecoklatan.
13) Dicatat mL titrasi dengan melihat skala pada buret.
14) Untuk blangko, dimasukkan 10 mL akuades ke dalam erlenmeyer 250 mL,
dilakukan langkah 4 sampai 13..
15) Menghitung nilai COD dengan menggunakan rumus seperti berikut:
mg ( A−B ) × N FAS × 8000× faktor pengenceran
COD( )=
L volume sampel
Keterangan: A = Volume FAS yang digunakan (pada blanko)
B = Volume FAS yang digunakan (pada sampel)
(SNI-6989.2:2009)

3.4.5 Analisa Kekeruhan


1) Alat turbidimeter dihidupkan kemudian dibilas kuvet dengan sampel yang
digunakan
2) Mengisi kuvet dengan sampel pada level yang ditunjukkan dengan indikator
garis. Lalu tekan tombol test/call.
3) Mencatat hasil yang ditunjukkan pada display alat. Kemudian bilas kuvet
dengan aquades hingga bersih. Lalu tekan tombol O pada alat.
21

3.4.6 Analisa Total Suspended Solids (TSS)


1) Panaskan cawan + kertas saring whatman no 42 pada oven dengan suhu
103-105 o C selama 1 jam.
2) Dinginkan dalam desikator selama 15-30 menit.
3) Timbang cawang+kertas saring dengan menggunakan neraca analitik, lalu
catat sebagai nilai (B gram)
4) Sampel air limbah disaring menggunakan kertas saring pada pompa vakum.
5) Residu yang tertahan pada kertas saring dikeringkan pada oven dengan suhu
103-105 o C selama 1 jam.
6) Dinginkan desikator selama 15-30 menit, lalu timbang sebagai nilai (A
gram).
7) Menghitung nilai TSS dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
( A−B ) X 1000
TSS ¿) =
Volume contoh uji ,(mL)
Keterangan :
TSS : Total Supended (penulisannya Suspended) Solid (mg/L)
A : Berat kertas saring + residu kering (mg)
B : Berat kertas saring (mg)

(SNI-06-6989.3-2004)
22

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil analisa dari pengolahan limbah cair industri minuman ringan di PT.
Triteguh Manunggalsejati dengan menggunakan beberapa parameter uji di
antaranya analisa pH, COD, DO, TSS, dan kekeruhan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Analisa pH
Sampel Equalising Anaerob Aerob/aerasi Effluent
H-1 4.1 4.2 7.4 7.4
H-2 4.1 4.0 7.3 7.4
H-3 4.2 4.1 7.2 7.3
H-4 4.2 4.0 7.2 7.1
H-5 4.2 4.2 7.2 7.0
H-6 4.1 4.0 7.3 7.2
H-7 4.2 4.1 7.0 7.2
H-8 4.0 4.1 7.0 7.3
H-9 4.2 4.0 7.2 7.3

Tabel 4.2 Hasil Analisa DO (Dissolved Oxygen)


Lumpur balik hasil
Sampel Aerob/aerasi aerasi (TL) Effluent

H-1 3,5 0,8 3,8


H-2 3,0 0,9 3,5
H-3 3,1 0,8 3,5
H-4 2,9 0,8 3,8
23

H-5 3,1 0,7 3,9


H-6 3,1 0,8 3,7
H-7 3,2 0,9 4,0
H-8 3,0 0,7 3,8
H-9 3,2 0,8 4,0

Tabel 4.3 Hasil Analisa COD


Sampel Equalising Anaerob Effluent
H-1 5052,9 4602,4 50,79
H-2 5396,4 4682,2 47,61
H-3 5713,9 4761,6 35,7
H-4 5237,7 4285,0 35,7
H-5 5555,2 4602,8 39,68
H-6 5079,0 4126,7 15,87
H-7 5555,2 4602,8 27,7
H-8 5237,7 4296,5 31,74
H-9 5396,4 4126,7 15,87

Tabel 4.4 Hasil analisa TSS


Sampel Equalising Anaerob Aerob/aerasi Effluent
H-1 572,5 112,5 360 18
H-2 237,5 325 385 19
H-3 316 147,5 220 11
H-4 487,5 237,5 312,5 23
H-5 312,5 167,5 282,5 25
H-6 205 150 312,5 27
H-7 225 110 300 25
H-8 222,5 240 250 19
H-9 297,5 150 237,5 15

Tabel 4.5 Hasil Analisa Kekeruhan


Sampel Equalising Anaerob Effluent
24

H-1 21,4 16,7 5,0


H-2 21,2 15,4 4,7
H-3 21,0 13,2 3,5
H-4 20,4 15,9 4,8
H-5 20,4 17,6 5,0
H-6 21,2 15,4 4,7
H-7 21,4 18,2 3,9
H-8 22,1 18,4 5,0
H-9 21,2 15,7 4,7

4.2 Pembahasan
Pengolahan limbah di PT. Triteguh Manunggalsejati dikenal dengan
pengolahan dengan rangkaian WWTP (Waste water treatment process). WWTP atau
instalasi pengolahan air limbah adalah suatu perangkat peralatan teknik beserta
perlengkapannya yang mengolah cairan sisa proses produksi pabrik, sehingga cairan
tersebut layak dibuang ke lingkungan atau struktur yang dirancang untuk membuang
limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk
digunakan pada aktivitas yang lain. WWTP terdiri dari beberapa bak yakni bak inlet,
equalising, anaerob, aerob/aerasi, clarifier, dan bak effluent. Pengolahan limbah di
PT. Triteguh Manunggalsejati terdiri dari beberapa metode yakni secara kimia yang
terdiri dari proses netralisasi dan proses koagulasi, dan secara biologi yang terdiri
dari proses anaerob dan aerobik, serta secara fisik yakni penyaringan dan
pengendapan.
4.2.1 Analisa pH
Analisa pH dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman atau kebasaan dari
suatu sampel yang akan diuji. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat
pH meter. Prinsip kerja dari pH meter terletak pada sensor probe berupa elektroda
kaca (glass elektroda). Pada penelitian ini sampel yang diukur pH-nya adalah
berasal dari semua bak pengolahan air limbah di PT. Triteguh Manunggal sejati.
Grafik analisa pH pada pengolahan air limbah di PT. Triteguh Manunggal sejati
dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:
25

7.5
Hari 1
7
Hari 2
6.5 Hari 3
Hari 4
6
pH

Hari 5
5.5 Hari 6
Hari 7
5
Hari 8
4.5 Hari 9

4
Equalising Anaerob Aerob Effluent

Gambar 4.1 Grafik analisa pH


Dari gambar 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan nilai pH pada
bak effluent yakni berkisar 7,0-7,4 (suasana netral), di mana nilai pH yang awalnya
berkisar 4,0-4,3 (suasana asam). Artinya terjadi perubahan pH yang awalnya bersifat
asam menjadi bersifat netral, hal ini disebabkan karena adanya proses penetralan pH
dengan menggunakan larutan NaOH, pada awal pengolahan dan pada akhir
pengolahan limbah. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5
Tahun 2014 tentang baku mutu industri minuman ringan dan Kepmen LH No. KEP-
51/MENLH/10/1995 tentang air limbah menyatakan bahwa, pH yang baik untuk air
limbah berkisar 6,0-9,0. Sehingga nilai pH air limbah pada PT. Triteguh Manunggal
sejati masih memenuhi standar baku mutu limbah industri. Adapun reaksi yang
terjadi pada proses netralisasi pada air limbah yaitu sebagai berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(aq) + H2O(l)
4.2.2 Analisa COD (Chemical Oxygen Demand)
Analisa selanjutnya adalah analisa COD (Chemical Oxygen Demand), di mana
analisa COD bertujuan untuk mengetahui jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi bahan buangan yang terkandung dalam air melalui reaksi kimia, baik
yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sulit didegradasi. Semakin
tinggi kandungan COD dalam perairan, maka semakin tinggi pula tingkat cemaran
pada perairan tersebut. Prinsip dasar penentuan COD adalah zat organik yang
26

terdapat dalam sampel dioksidasi dengan menggunakan campuran mendidih asam


sulfat dan kalium dikromat melalui refluks selama 2 jam, lalu zat organik yang tidak
tereduksi dengan kalium dikromat di titrasi (tidak spasi) kembali menggunakan
Fero Amonium Sulfat (FAS) dengan penambahan indikator feroin. Berikut adalah
grafik penurunan nilai COD pada air limbah di PT. Triteguh Manunggalsejati.
6050

5050
Hari 1
Hari 2
4050
Hari 3
COD

Hari 4
3050
Hari 5
Hari 6
2050
Hari 7
Hari 8
1050 Hari 9

50
Equalising Anaerob Effluent

Gambar 4.2 Grafik analisis nilai COD


Pada gambar 4.2 di atas, dapat diketahui pada bak effluent mengalami
penurunan nilai COD sebesar 98%, yang awalnya berkisar 5000 ppm menjadi 50
ppm. Penurunan nilai pada parameter COD terjadi saat koagulan teraktivasi
bermuatan positif untuk menetralkan partikel koloid dan tersuspensi pada limbah
cair yang memiliki muatan negatif dengan berat molekul rendah, reaksi ini
menyebabkan gaya tarik menarik atau partikel koloid membentuk mikroflok.
Partikel koloid yang saling berikatan membentuk flok-flok menjadi flok dengan
ukuran yang lebih besar sehingga terjadi pengendapan dengan cepat dan
menyebabkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik
dalam limbah berkurang sehingga parameter COD mengalami penurunan (Novita
dkk, 2014). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014
tentang baku mutu industri minuman ringan dan Kepmen LH No.
KEP-51/MENLH/10/1995 tentang air limbah menyatakan bahwa, batas maksimal
kandungan COD dalam air limbah adalah 100 ppm. Maka nilai COD pada air limbah
27

yang diuji masih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.


Penambahan zat kimia Hg2SO4 bertujuan untuk menghilangkan adanya
gangguan unsur klorin yang ikut teroksidasi dalam air, karena hal terebut dapat
mengganggu reaksi. Penambahan larutan K2Cr2O7 bertujuan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) dan sebagai pengoksidasi bahan organik yang terdapat dalam air
limbah. K2Cr2O7 yang tersisa di dalam larutan digunakan untuk menentukan berapa
oksigen yang telah terpakai. Penambahan katalisator perak bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Sampel dipanaskan selama 2 jam pada suhu 225 oC
bertujuan untuk mempercepat reaksi dan mempercepat proses oksidasi bahan
organik yang terdapat dalam sampel air limbah yang dianalisis. Untuk memastikan
bahwa, semua zat organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K 2Cr2O7
merupakan pereaksi berlebih. Sehingga setelah pemanasan (refluks), masih terdapat
K2Cr2O7 yang dapat digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang terpakai.
Kelebihan K2Cr2O7 ditentukan melalui titrasi dengan Fe(NH4)2(SO4)2 atau FAS (Fero
Amonium Sulfat). Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:
6Fe2+(s) + Cr2O72-(aq) + 14H+(aq)  6Fe3+(s) + 7H2O (l) +2Cr3+(aq)
4.2.3 Analisa DO (Dissolved Oxygen)
Analisa DO dilakukan untuk mengetahui kadar oksigen terlarut dalam air, di
mana semakin besar nilai DO dalam air maka semakin baik kualitas air. Oleh karena
itu pengujian DO merupakan salah satu parameter penting dalam pengolahan air.
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan nilai pada pengujian DO (Dissolved
Oxygen), sampel yang diuji adalah sampel yang berasal dari bak aerasi karena pada
bak ini terjadi perombakan limbah secara aerobik yang menggunakan bakteri
aerobik yang membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya dan pada bak effluent.
Grafik analisa DO pada air limbah dapat dilihat pada gambar berikut:
28

4.5

3.5 Hari 1
3 Hari 2
Hari 3
2.5
Hari 4
DO

2 Hari 5
1.5 Hari 6
Hari 7
1
Hari 8
0.5 Hari 9
0
TL (lumpur ba- Aerasi/O2 Effluent
lik hasil aerasi)

Gambar 4.3 Grafik analisa DO


Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pada bak effluent kandungan DO-nya
berkisar 3-4 ppm. Sedangkan pada bak aerasi nilai DO nya berkisar 0-4 ppm.
Berdasarkan referensi yang didapatkan, semakin tinggi nilai DO pada suatu perairan
maka semakin bagus pula kualitas perairan tersebut. Berdasarkan standar dari
perusahaan dan referensi yang didapatkan standar nilai DO pada bak aerasi
maksimal 4 ppm dan pada bak effluent. Sehingga nilai DO pada bak aerasi masih
memenuhi standar. Pada bak aerasi terjadi pengolahan limbah secara aerob atau
pengolahan limbah yang membutuhkan oksigen dalam pengolahannya. pengolahan
limbah secara aerobik dan anaerobik bertujuan untuk menguraikan limbah yang
bersifat bio-degrable atau yang dapat terurai dengan jasad renik (mikroba). Reaksi
yang terbentuk pada proses anaerob adalah:
C6H12O6(aq)  CH4(g)+ CO2(g) + H2(g) + N2 (g)+ H2S(g)
Proses anaerobik pada dasarnya merupakan proses yang terjadi karena aktivitas
mikroba. produk akhir dari proses fermentasi ini adalah gas metana (CH 4) (Rahayu,
1993). Adapun reaksi yang terbentuk pada proses aerob adalah:
Zat organik + Mikroba+O2  Sisa mikroba + CO2(g) + H2O(l) + Energi

4.2.4 Analisa TSS (Total Suspended Solids)


29

TSS (Total Suspended Solids) merupakan padatan yang terdapat pada larutan
namun tidak larut, dapat menyebabkan air menjadi keruh dan tidak dapat langsung
mengendap pada larutan. Tingginya nilai TSS dapat mempengaruhi kualitas
perairan. Prinsip dasar pengujian TSS adalah sampel uji yang telah homogen
disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada
saringan dikeringkan pada suhu 103-105oC. Kenaikan berat saringan mewakili
padatan tersuspensi total (TSS). Pada penelitian yang dilakukan, nilai TSS
mengalami penurunan setelah penambahan koagulan. Penurunan nilai TSS ini dapat
dilihat pada grafik berikut:
610

510
Hari 1
410
Hari 2
Hari 3
Hari 4
310
TSS

Hari 5
Hari 6
210 Hari 7
Hari 8
110 Hari 9

10
Equalising Anaerob Aerob Effluent

Gambar 4.3 Grafik penurunan nilai TSS pada air limbah


Pada gambar 4.3 di atas diketahui bahwa pada bak effluent terjadi penurunan
nilai TSS yang awalnya berkisar 500 ppm menjadi 10 ppm. Penurunan nilai TSS
tersebut, disebabkan karena koagulan yang digunakan memiliki kemampuan untuk
mengendapkan partikel dalam air yang kotor dengan menghilangkan muatan pada
partikel (atau partikel) agar dapat mengendap. Koagulan yang digunakan adalah
tawas (Aluminium Sulfat). Tawas mampu mengendapkan zat-zat organik lebih cepat
dibandingkan koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) dan Ferric Chloride
(FeCl3.6H2O). Adapun reaksi hidrolisis tawas dalam air adalah sebagai berikut:
Al2(SO4)3(aq) + 6H2O(l)  2Al(OH)3(s) + 6H+(g) + SO42-
30

Berdasarkan Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang air limbah


untuk industri batas nilai TSS untuk air limbah ialah 200 ppm, sedangkan pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu
industri minuman ringan dengan kategori (tanpa pencucian botol dengan pembuatan
sirup), batas nilai TSS adalah 10,2 ppm. Sehingga, air limbah yang diuji memiliki
nilai TSS yang masih memenuhi standar baku mutu air limbah industri.
4.2.5 Analisa kekeruhan (turbidity)
Analisa selanjutnya adalah analisa kekeruhan (turbidity). Analisa kekeruhan
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekeruhan dalam air limbah yang
disebabkan oleh partikel-partikel yang tidak terlarut yang masih terdapat dalam
perairan. Grafik penurunan nilai kekeruhan pada air limbah dapat dilihat pada
gambar berikut:
25

20
Hari 1
Hari 2
15 Hari 3
Kekeruhan

Hari 4
Hari 5
10 Hari 6
Hari 7
Hari 8
5
Hari 9

0
Equalising Anaerob Effluent

Gambar 4.4 Grafik analisis kekeruhan pada air limbah


Dari gambar 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan kekeruhan
pada air limbah yang awalnya berkisar 21,4-24,0 NTU menjadi 3,9-5,0 NTU.
Kekeruhan pada air sangat berkaitan dengan parameter TSS. Tingginya kandungan
TSS pada suatu perairan dapat menyebabkan air menjadi keruh. Penyaringan
(screening) bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang berupa zat padat
kasar dan berukuran relative besar yang ada dalam air limbah. Sedangkan
31

pengendapan (sedimentation) bertujuan memisahkan zat padat tersuspensi dari air


limbah dengan cara mengendapkannya. Selanjutnya pengapungan (flotation)
adalah proses memisahkan zat padat tersuspensi atau dapat berupa cairan dari air
limbah dengan cara menaikannya ke atas permukaan air limbah akibat berat jenis
yang lebih kecil dari air limbahnya.

BAB V
32

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pengolahan limbah cair industri minuman di PT. Triteguh
Manunggalsejati terdiri dari beberapa metode yakni secara kimia seperti
netralisasi dan koagulasi-flokulasi, secara biologi seperti anaerobik dan aerobik,
dan secara fisika seperti penyaringan dan pengendapan.
2. Kualitas air limbah hasil pengolahan limbah cair di PT. Triteguh
Manunggalsejati dengan parameter uji kimia seperti pH, DO, COD, dan
parameter fisika seperti kekeruhan (Turbidity), dan TSS, masih memenuhi
standar baku mutu yang di tetapkan (tdk spasi) dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu industri minuman
ringan dan Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang air limbah untuk
industri.

5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis memiliki beberapa saran dapat
dijadikan sebagai acuan bagi pihak yang terkait dalam kegiatan tersebut.
1. Bagi Mahasiswa/Peneliti
Menaati setiap tata tertib, syarat dan aturan yang diberlakukan dalam
melaksanakan penelitian dengan penuh tanggung jawab dan harus disiplin.
Meningkatkan ketelitian dalam menggunakan bahan kimia.
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan diharapkan dapat meningkatkan fasilitas pengujian dalam
laboratorium dan menyediakan APD, baik untuk karyawan maupun bagi analis.
33

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih, (2004). Kimia Lingkungan. ANDI: Yogyakarta, Hal:132-135
Alearts, G, (1984). Metode Penelitian Air. Usaha Nasional: Surabaya. Hal: 232
Amir, (2012). Penentuan Dosis Optimum Aluminium Sulfat Dalam Pengolahan Air
Sungai Cileuleur Kota Ciamis dan Pemanfaatan Resirkulasi Lumpur
dengan Parameter pH, Warna, Kekeruhan, dan TSS. Intitut Teknologi
Bandung: Bandung
Asmadi dan Suharno, (2012). Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Goesyen Publishing: Yogyakarta. Hal:4
Badan Standarisasi Nasional, (2004). SNI 06-6989-3-2004 Tentang Cara Uji
Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid) Secara Gravimetri:
BSNI
Badan Standarisasi Nasional, (2009). SNI 06-6989-2-2009 Tentang Cara Uji
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand) : BSNI
Ginting, P., (1992). Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Edisi
Pertama. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta
Ginting, P., (2007). Sistem Pengolahan Lingkungan dan Limbah Industri . Cetakan
Pertama, Yrama Widya: Bandung
Hartaja, D.R.K., Setiyno, (2015). Modifikasi dan Optimalisasi Gedung BPPT
Dengan Proses Lumpur Aktif dan Biofilte. Jurnal Vol.8.No 1 . 2015.
Indriyati, (2008). Pengolahan Limbah Cair Industri Minuman, Peneliti di Pusat
Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Vol 9
No.1 Hal 25-30: Jakarta
Karyadi, L., (2010). Partisipasi Masyarakat Dalam Program Instalasi Pengolahan
Air Limbah Komunal di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo.
Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta.
Keputusan Menteri, (1995). KEPMEN LH NO/51/MENLH/10/1995: Tentang Baku
Mutu Air Limbah Industri.: Jakarta.
Kristanto Philip, (2004). Ekologi Industri, ANDI: Yogyakarta
34

Lestiani, Diah D., Natalia, A., (2010). Karakteristik Unsur Pada Abu Dasar Terbang
Batu Bara Menggunakan Analisis Aktivasi Neutron Instrumental, Jurnal
Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia.
Mahida, U.N., (1993). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri .Edisi
keempat, PT. Rajawali Grafindo: Jakarta
Novita, E. I. D., (2014). Optimasi Penggunaan Koagulan Alami Biji Kelor (Moringa
Oliefera) Pada Pengolahan Limbah Cair Mocaf. Jurnal Agroteknologi,
Vol 08 (02), 171-178.
Nurlina, G, Kartika, I.D., Zahara, T.A., (2015). Efektivitas Penggunaan Tawas dan
Karbon Aktif Pada Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu. Jurusan Kimia
Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura: Pontianak. Hal (690-699)
Palar, H., (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Bera. Rineka Cipta: Jakarta
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Minuman Ringan, 2014: Jakarta
Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. IDIH BPK RI: Jakarta
Rahayu, (1993). Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius: Jakarta
Risdianto, D. (2007). Optimasi Proses Koagulasi-Flokulasi Untuk Pengolahan Air
Limbah Industri Jamu (Studi Kasus PT. Sidomuncul). Tesis, Magister
Teknik Kimia, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro: Semarang.
Said, N.I., Hartaja, D.R.K., (2015). Pengolahan Air Lindi Dengan Proses Biofilter
Anaerob-Aerob dan Denitrifikasi. Jurnal Vol. 8. No.1.2015.
Saidar, dkk, (2002). pH Meter dan Turbidimeter, http:// instrumentalist. Diakses
pada tanggal 17 November 2022.
Salmin, (2000). Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan, LIPL:
Jakarta.
Siswanto, A.D., (2010). Analisa Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Perairan
Pantai Kabupaten Bangkalan Pasca Jembatan Suramadu, Jurnal Kelautan
3,No 2: Hal 91-96.
Waluyo, L., (2010). Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. UMM Press.
35

Wirandani, S.P., (2017). Pengolahan Lindi Menggunakan Metode Koagulasi


Flokulasi Dengan Koagulan FeCl3 (Ferric Chloride) dan Aops (Advanced
Oxidation Process) dengan Fe-H2O2. Studi Kasus: TPA Jatibarang. Jurnal
Teknik Lingkungan. Vol.6(1)

Anda mungkin juga menyukai