Anda di halaman 1dari 43

PENENTUAN KADAR MINYAK LEMAK PADA LIMBAH

DOMESTIK MENGGUNAKAN PERBANDINGAN


VARIABEL MASSA BENTONIT DENGAN ALAT
DISSOLVED AIR FLOTATION (DAF)

KARYA ILMIAH

MAHARANI
F0A020001

PROGRAM STUDI D-III KIMIA INDUSTRI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2023
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maharani

NIM : F0A020001

Program Studi : D-III Kimia Industri

Jurusan : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah dengan judul “


Penentuan kadar minyak lemak pada limbah domestic menggunakan
perbandingan variabel massa bentonit dengan alat Dissolved Air Flotation“ ini
benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat
karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai
acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah
lazim.
Tanda tangan yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika
tidak asli, saya siap menerima sanksi dengan peraturan yang berlaku.

Jambi, 07 Juli 2023


Yang menyatakan

MAHARANI
F0A020001
PENENTUAN KADAR MINYAK LEMAK PADA LIMBAH
DOMESTIK MENGGUNAKAN PERBANDINGAN
VARIABEL MASSA BENTONIT DENGAN ALAT
DISSOLVED AIR FLOTATION (DAF)

KARYA ILMIAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Ahli


Madya pada Program Studi D-III Kimia Industri

MAHARANI
F0A020001

PROGRAM STUDI D-III KIMIA INDUSTRI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2023
RINGKASAN
Limbah adalah suatu zat yang kehadirannya sudah tidak dibutuhkan di
lingkungan dan kehadirannya dapat menurunkan kualitas lingkungan. Limbah
cair adalah salah satu jenis limbah berdasarkan karakteristiknyabaik itu
berasal dari kegiatan industi, kegiatan sehari-hari/domestic maupun dari
kegiatan rumah tangga. Limbah domestic atau yang dikenal sebagai limbah
rumah tangga adalah jenis limbah yang paling sering kita temui.pengolahan
limbah cair diperlukan sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak mencemari
yang dapat menurunkan kualitas dari lingkungan tersebut. Salah satu
parameter yang berpengaruh pada kualitas lingkungan adalah kadar minyak
lemak. Pada proses pengolahan limbah cair tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Dissolved Air Flotation (DAF). Penggunaan Dissolved Air
Flotation (DAF) dengan prinsip flotasi yaitu pengapungan yang terjadi karena
adanya udara yang tersuplai dari kompressor dapat membuat partikel yang
telah terapug dengan bentonit sebagai adsorben akan tersapu menuju outlet
minyak. Menggunakan bentonit sebagai adsorben menghasilkan penurunan
kadar minyak lemak pada limbah hingga 96,6%. Pada proses pengolahan
limbah domestic dengan menggunakan adsorben, semakin banyak jumlah
variabel massa yang digunakan maka semakin besar juga penurunan kadar
minyak yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah menggunakan bentonit
sebagai adsorben.

Kata kunci: limbah, limbah cair, limbah cair domestik, dissolvet air flotation.
desain unit flotasi daf, kadar minyak lemak, bentonit.
SUMMARY
Waste is a substance whose presence is no longer needed in the
environment and its presence can reduce environmental quality. Liquid waste is
a type of waste based on its characteristics, whether it comes from industrial
activities, daily/domestic activities or from household activities. Domestic waste
or what is known as household waste is the type of waste that we most often
encounter. Liquid waste treatment is required before being discharged into the
environment so that it does not contaminate which can reduce the quality of the
environment. One of the parameters that affect the quality of the environment is
the fat content. The liquid waste treatment process can be carried out using a
Dissolved Air Flotation (DAF) tool. The use of Dissolved Air Flotation (DAF) with
the principle of flotation, namely flotation that occurs due to the presence of air
supplied from the compressor can make particles that have been floated with
bentonite as an adsorbent to be swept towards the oil outlet. Using bentonite as
an adsorbent results in a reduction of the fatty oil content in the waste by up to
96.6%. In the domestic sewage treatment process using adsorbents, the greater
the number of mass variables used, the greater the decrease in oil content
resulting from the waste treatment process using bentonite as an adsorbent.

Keywords: waste, liquid waste, domestic liquid waste, flotation water dissolvet.
daf flotation unit design, fat content, bentonite.
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul PENENTUAN KADAR MINYAK LEMAK PADA


LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN PERBANDINGAN VARIABEL MASSA
BENTONIT DENGAN ALAT DOSSOLVED AIR FLOTATION (DAF) yang disusun
oleh MAHARANI, NIM: F0A020001 telah dipertahankan di depan tim penguji
pada tanggal 07 Juli 2023

Susunan Tim Penguji:

Ketua : Ir. Edwin Permana, S. T., M. T., IPM., ASEAN ENG

Anggota : 1. Dr. Intan Lestari, S.Si., M.Si.

2. Ratih Dyah Puspitasari, S.Si., M.Si.

Disetujui:

Pembimbing

Ir. Edwin Permana, S. T., M. T., IPM., ASEAN ENG.


NIP. 198610052014021002
Diketahui:

Dekan Dekan Ketua Jurusan MIPA


FakultasSains
Fakultas Sainsdan
danTeknologi
Teknologi Fakultas Sains dan Teknologi

Drs. Jefri Marzal, M.Sc., D.I.T. Dr. Yusnaidar, S.Si., M. Si.


NIP. 196806021993031004 NIP. 196809241999032001
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah


SWT atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir berupa Karya Ilmiah dengan waktu yang
telah ditentukan. Tugas Akhir dengan judul “PENENTUAN KADAR
MINYAK PADA LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN PERBANDINGAN
VARIABEL MASSA BENTONIT DENGAN ALAT DISSOLVED AIR FLOTATION
(DAF)” ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat lulus pendidikan
diploma III Kimia Industri Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (MIPA).

Dalam pelaksanaan kegiatan magang ini penulis banyak


mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak serta mendapatkan
pengalaman kerja, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar besarnya kepada:

1. Drs. Jefri Marzal, M.Sc., D.I.T. selaku Dekan Fakultas Sains Dan
Teknologi
2. Ir. Bambang Hariyadi, M.Si., Ph.D. selaku wakil Dekan Bidang
Akademik, Kerjasama dan Sistem Informasi Fakultas Sains dan
Teknologi
3. Dr. Yusnaidar, S,Si,M.Si. Selaku Ketua Jurusan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
4. Ibu Restina Bemis, S.Si., M.Si. selaku Ketua Program Studi D-III
Kimia Industri.
5. Bapak Ir. Edwin Permana, ST., MT., IPM., ASEAN ENG. selaku dosen
pembimbing tugas akhir atas bimbingan dan dukungannya selama proses
penyelesaian tugas akhir saya.
6. Seluruh Dosen pada Program Studi D-III Kimia Industri Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Jambi atas Ilmunya Yang
Bermanfaat.
7. Kedua orang tua Penulis, Ibu Despriani dan Bapak Edi Sucipto
selaku mama dan ayah saya terkasih yang tak henti-hentinya
memberikan kasih sayang, dukungan dan do'a yang terbaik
untuk penulis
8. Saudara penulis, Jepriansyah Despredy Palpa dan Yolandika Dwi
Permadi selaku abang saya serta Misya Jeni Safitri selaku
keponakan saya yang telah memberikan support dan semangat
yang begitu hangat dalam menyelesaikan studi ini.
9. Makwo Dartina selaku nenek penulis yang tidak henti-hentinya
memberikan doa, semangat serta berbagai nasihat yang
membuat penulis bersemangat dalam menjalani proses
menyelesaikan studi ini.
10. Rekan-rekan seperjuangan yaitu mahasiswa program studi Kimia
Industri dan Analis Kimia Universitas Jambi angkatan 2020.
11. Serta semua pihak yang membantu yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu selama pelaksanan pengerjaan karya tulis ilmiah.
12. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing
in me, I wanna thank me for doing all these hard work, I wanna
thank me for having no days off, I wanna thank me for never quitting,
I wanna thank me for always being a giver and trying to give more
than I receive. I wanna thank me for trying to do more right than
wrong, Iwanna thank me for just being me all time.
Serta orang-orang yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu
persatu, Namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan karya ilmiah ini, penulis sangat banyak meminta kritik dan sarannya
dalam penyempurnaan karya ilmiah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian kami ucapkan terimakasih.

Jambi, Juli 2023


Penulis

MAHARANI
NIM. F0A020001
RIWAYAT HIDUP

Seorang mahasiswa yang berdarah


Minang-Melayu, Maharani yang
merupakan anak bungsu dari tiga
bersaudara dari seorang ayah Edi Sucipto
dan ibunda Despriani yang lahir pada
tanggal 03 Maret 2003 di Jambi. Latar
belakang pendidikan penulis yaitu
bersekolah di SD N 1 Benakat, SMP N 1
Muara Enim, SMA N 1 Gunung Megang dan sedang
menempuh perkuliahan di Universitas Jambi. Penulis
merupakan mahasiswa Program Studi Diploma III
Kimia Industri di Fakultas Sains dan Teknologi, penulis telah selesai
melaksanakan perkuliahan dan dilanjutkan dengan penulisan Karya tulis
ilmiah yang mana menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
tinggi di Universitas Jambi. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di
PT. Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju yang merupakan
salah satu industri yang bergerak di bidang pengolahan minyak dan gas bumi.
Penulis menempatkan diri di PT. Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit
III Plaju yang berlokasi di Plaju, Sumatera Selatan. Penulis mengambil tugas
khusus yaitu melakukan Evaluasi efisiensi furnace I F-82-001 Crude Distiller
Unit II CD&GP di PT. Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju, dan
mengambil judul tugas akhir dengan Analisa pada alat Dissolved Air Flotation
(DAF) yang telah dilakukan perancangan yaitu Penentuan Kadar Minyak Lemak
Pada Limbah Domestik Menggunakan Perbandingan Variabel Massa Dengan
Alat Dissolved Air Flotation (DAF).
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN.......................................................................................ii
RINGKASAN..................................................................................................... iv
SUMMARY........................................................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. ix
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiv
BAB I................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup........................................................................................4
BAB II............................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................5
2.1 Limbah Cair............................................................................................ 5
2.2 Limbah Domestik....................................................................................8
2.3 Dissolved Air Flotation (DAF).................................................................11
2.4 Bentonit................................................................................................ 13
2.5 Minyak dan Lemak................................................................................15
BAB III............................................................................................................ 17
METEDOLOGI PELAKSANAAN........................................................................17
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...........................................................17
3.2 Bahan dan Peralatan.............................................................................17
3.3 Prosedur Pengujian...............................................................................17
3.4 Metode Analisa......................................................................................18
BAB IV............................................................................................................ 19
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................19
4.2 Analisa kadar minyak lemak pada hasil adsorpsi Dissolved Air Flotation
(DAF)........................................................................................................... 20
4.3 Analisa hasil kadar minyak lemak dan Baku Mutu limbah domestik.....22
4.4 Faktor yang mempengaruhi kadar minyak lemak pada limbah domestik
................................................................................................................... 23
BAB V............................................................................................................. 24
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................24
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 24
5.2 Saran.................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 25
LAMPIRAN...................................................................................................... 26
DAFTAR TABEL

Tabel 1. PERMEN LHK Nomor 68 tahun 2016 tentang baku mutu limbah
domestik........................................................................................................... 9
Tabel 2. Data hasil Analisa pengolahan..........................................................22
Tabel 3. Hasil Analisa minyak lemak..............................................................23
Tabel 4. Data efisiensi penurunan kadar minyak lemak.................................23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Dissolved Air Flotation (DAF).........................................................13
Gambar 2. Grafik kadar minyak lemak dan persentase penurunan kadar
minyak lemak................................................................................................. 24
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur pengujian....................................................................28


Lampiran 2. Perhitungan...............................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupakan suatu zat buangan yang kehadirannya pada tempat
tertentu tidak dikehendaki di lingkungan karena dapat menurunkan kualitas
lingkungan, berdasarkan wujud atau karakteristiknya limbah dikelompokkan
menjadi limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Limbah cair merupakan
limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dibuang ke
lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu akan mencemari
lingkungan. Limbah cair adalah sisa buangan hasil suatu proses yang tidak
dipergunakan lagi, baik berupa sisa dari kegiatan industry, domestik, pertanian
dan sebagainya. Komponen dari limbah cair selain mengandung komponen
utama air, juga mengandung komponen bahan padat yang bergantung pada
asal buangan limbah tersebut. Limbah cair yang sering kita jumpai pada
kehidupan sehari-hari adalah limbah domestic atau limbah rumah
tangga.Limbah domestik limbah yang dihasilkan dari pemukiman hingga
kegiatan manusia di kehidupan sehari-hari (Susi dan Alifya, 2019).
Banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh manusia dapat
mengakibatkan system pembuangan limbah domestic atau rumah tangga
seperti limbah kamar mandi dan dapur sehingga limbah tersebut dapat
mengakibatkan pemcemaran terjadi hingga dapat merugikan manusia. Sifat
utama dari limbah domestic yang sangat banyak mengandung bakteri, virus,
parasit menyebabkan penyebaran penyakit dengan cepat, kandungan detergen
dalam air limbah domestic meningkatkan unsur hara terutama komponen
fosfor dan nitrogen tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi.
Selain itu, kontaminan utama dari limbah domestik berasal dari bahan
makanan, proses memasak, dan tahap pembersihan peralatan dari pencucian
berupa bahan-bahan organik dan bahan pencuci sabun atau deterjen. Senyawa
organic yang terkandung dalam air limbah domestic berupa karbohidrat,
protein, lemak, dan minyak ( Sirait et al., 2008).
Komponen yang terkandung dalam limbah domestik jika tidak
dilakukan pengolahan terlebih dahulu akan menimbulkan masalah,, merusak,
dan mencemari air dan lingkungan sekitar. Masalah akibat limbah domestik
harus diperhatikan sehingga dibutuhkan suatu proses pengolahan limbah
tersebut. Pengolahan limbah adalah suatu usaha untuk mengurangi atau
menstabilkan komponen pencemar sehingga saat dibuang tidak
membahayakan lingkungan dan Kesehatan. Pengolahan limbah ini bertujuan
untuk mengurangi kandungan bahan pemcemar terutama komponen senyawa
organic, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organic yang
tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme alami. Pengolahan limbah secara
prinsipnya terbagi menjadi tiga, meliputi Pengolahan secara fisik yaitu
pengolahan secara mekanis seperti penyaringan, pengambangan dan
sedimentasi. Pengolahan secara kimiawi yaitu pengolahan dengan perlakuan
penambahan bahan kimia, dan Pengolahan secara biologi yaitu pengolahan
dengan memanfaatkan keaktifan mikroorganisme. Namun ada juga pengolahan
limbah gabungan secara fisik dan kimiawi seperti pengolahan limbah dengan
menggunakan Dissolved Air Flotation (DAF) (Ali et al., 2020).
Dissolved Air Flotation (DAF) merupakan suatu metode yang dapat
dilakukan dalam pengolahan air. Prinsip kerja pada Dissolved Air Flotation
(DAF) melakukan pengapungan dengan melarutkan udara ke dalam fluida
dengan tekanan yang cukup tingi kemudian dilepaskan dalam tekanan
atmosfer. Penggabungan dari gelembung-gelembung gas halus yang dihasilkan
dari tekanan udara tinggi dan suspended solid atau minyak mengakibatkan
penurunan gravitasi sehingga menambah daya pengapungan berbagai
komponen organic yang massa jenisnya lebih ringan dibandingkan air seperti
minyak dan lemak. Untuk komponen organik maupun anorganik yang massa
jenisnya lebih berat dibandingkan air akan mengalami gravitasi proses flotasi
atau pengendapan dengan adanya bantuan penambahan bahan kimia seperti
bentonit. Menurut cara kerja Metode tersebut dapat disebut dengan metode
pengolahan limbah secara fisik dan kimiawi karena adanya pengolahan secara
fisik yaitu pengapungan dan pengendapan serta pengolahan secara kimiawi
yaitu penambahan bahan kimia bentonit untuk membantu proses flotasi dan
pengendapan (Haryo dan Nurul, 2021).
Penambahan bahan kimia berupa bentonite dapat membantu
mempercepat proses flotasi dan mempercepat terjadinya proses gravitasi pada
flok-flok yang sudah terbentuk. Bentonit berfungsi sebagai adsorben dalam
proses pengolahan limbah cair. Bentonite yang memiliki karakteristik sifat
permukaan yang luas, berpori, dan memiliki situs aktif sehingga bentonite
dapat diaplikasikan dalam proses adsorpsi. Dalam proses adsorpsi bentonite
akan mengikat atau menyerap partikel-partikel yang terlarut dalam limbah cair
lalu membentuk flok-flok yang nantinya akan tersedimentasi. Hal inilah yang
mengakibatkan terjadinya proses pengolahan limbah secara kimiawi pada
Dissolved Air Flotation (DAF) (Anne, 2018).
Dalam menganalisa kualitas air limbah yang sudah dapat dibuang ke
lingkungan terdapat beberapa parameter yang menjadi tolak ukur keberhasilan
pengolahan limbah yaitu, kadar minyak lemak, Dissolved Oxygen, BOD, COD,
TSS, dan DO. Kadar minyak lemak adalah salah satu senyawa yang disebabkan
oleh kandungan komponen organic yang ada di limbah cair. Minyak lemak ini
dapat menyebabkan pencemaran sehingga konsentrasinya harus dibatasi.
Minyak yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari air akan membentuk
lapisan tipis dipermukaan dan kondisi ini dapat mengurangi konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air yang dapat mengganggu ketidakseimbangan
rantai makanan (Setyani dan Aris, 2014).
Minyak dan lemak pada limbah domestik adalah komponen organik
yang bersifat tetap dan susah terurai oleh mikroorganisme atau bakteri,
sehingga harus dilakukan upaya pengolahan air limbah terlebih dahulu dengan
salah satu metode pengolahan air limbah secara fisik dan kimiawi
menggunakan alat Dissolved Air Flotation (DAF).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada maka dalam kegiatan
Analisa ini dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses kerja pengolahan air limbah domestik
menggunakan alat Dissolved Air Flotation (DAF)?
2. Bagaimanakah pengaruh kadar minyak lemak sebelum dan sesudah
penambahan bentonit meningkatkan hasil kualitas pengolahan air
limbah domestik menggunakan alat Dissolved Air Flotation (DAF)?
3. Berapakah pengaruh massa bentonite terhadap kadar minyak lemak
sesuai baku mutu setelah pengolahan menggunakan alat Dissolved Air
Flotation (DAF)?
1.3 Tujuan
Kegiatan Analisa ini dilakukan bertujuan untuk:
1. Menganalisa proses kerja pengolahan air limbah Dissolved
Air Flotation (DAF).
2. Menentukan atau menghitung kadar minyak lemak sebelum
dan setelah dilakukan penambahan bahan kimia bentonite
3. Menganalisa pengaruh massa bentonit terhadap kadar
minyak lemak sesuai baku mutu setelah pengolahan
menggunakan alat Dissolved Air Flotation (DAF)
1.4 Ruang Lingkup
Analisa penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data
secara objektif pada penggunaan alat Dissolved Air Flotation (DAF)
dengan adanya penambahan bahan kimia bentonite dengan
beberapa variabel massa yang berbeda. Kualitas air hasil
pengolahan tersebut akan dibandingkan melalui penentuan
parameter nilai kadar minyak lemak yang terkandung pada air.
Tujuan Analisa penelitian ini untuk mengetahui cara dan kadar
penambahan bahan kimia yang tepat dalam proses pengolahan
air limbah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Cair


Menurut Rustama et al. (1998), limbah cair merupakan sisa buangan
hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik berupa sisa
industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan sebagainya. Komponen
utama limbah cair adalah air, sedangkan komponen lainnya adalah bahan
padat yang bergantung asal buangan tersebut. Sesuai dengan sumbernya maka
limbah cair memiliki komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan
proses. Menurut Sirait et al. (2008), secara garis besar zat-zat yang terkandung
dalam limbah cair dapat dikelompokkan menjadi organik dan anorganik.
Bahan organik yang terdapat dalam limbah cair adalah protein, karbohidrat,
lemak, amoniak, senyawa nitrit dan nitrat, dan asam-asam organik.
Sedangkan, bahan anorganiknya adalah butiran-butiran, garam-garam, dan
logam-logam. Karena kontaminan utama limbah cair rumah makan seluruhnya
berasal dari bahan makanan, proses memasak, dan tahap pembersihan
peralatan, dan dari toilet, maka komponen limbah rumah makan terutama
berupa bahan-bahan organik dan bahan pencuci, yaitu sabun/deterjen.
Karakteristik limbah cair diketahui dari berbagai parameter kualitas
limbah cair tersebut. Menurut Sirait et al. (2008), parameter kualitas limbah
cair yang penting diketahui adalah:
1. Bahan padat tersuspensi
Bahan padat tersuspensi adalah bahan padat yang dapat dihilangkan pada
penyaringan (filtration) melalui media standar halus dengan diameter 1
mikron. Badan padat tersuspensi dikelompokkan lagi menjadi bahan padat
yang tetap (fixed solids) dan yang menguap (volatile solids). Bahan padat
yang menguap merupakan bahan yang bersifat organik yang diharapkan
dapat dihilangkan melalui penguraian biologis atau pembakaran. Bahan
padat tetap merupakan bahan padat yang sifatnya tetap. Bahan padat
tersuspensi juga dapat dikelompokkan menjadi bahan padat yang dapat
diendapkan (settleable solids) dan bahan padat yang tidak dapat
diendapkan (nonsettleable solids) secara normal.
2. Bahan padat terlarut
Bahan padat terlarut adalah bahan padat yang terdapat dalam filtrat yang
diperoleh setelah penghilangan bahan padat tersuspensi. Bahan ini
mewakili garam-garam dalam larutan, termasuk garam-garam mineral dari
penyediaan bagian air. Bahan padat terlarut penting terutama apabila
limbah cair akan digunakan kembali setelah pengolahan. Bahan padat
terlarut tidak dapat dihilangkan melalui pengolahan konvensional.
3. BOD ( Biochemical Oxygen Demand )
BOD (kebutuhan oksigen biokimia) adalah ukuran kandungan bahan
organik dalam limbah cair. BOD ditentukan dengan mengukur jumlah
oksigen yang diserap oleh sampel limbah cair akibat adanya
mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu, biasanya lima hari,
pada satu temperatur tertentu, umumnya 20 oC. BOD merupakan ukuran
utama kekuatan suatu limbah. BOD juga merupakan petunjuk dari
pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan
dengan pengurangan kandungan oksigennya. Secara umum, derajat
pengolahan yang dicapai oleh bangunan pengolahan harus dipilih
sedemikian rupa sehingga BOD efluent tidak akan menurunkan derajat
kandungan oksigen sampai tingkat tertentu pada badan air penerima agar
badan air dapat tetap berfungsi sesuai peruntukannya.
4. COD (Chemical Oxygen Demand)
Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) merupakan ukuran persyaratan
kebutuhan oksidasi sampel yang berada pada kondisi tertentu, yang
ditentukan dengan menggunakan suatu oksidan kimiawi. Pada suatu
sistem tertentu terdapat hubungan COD dengan BOD, tetapi bervariasi
antara yang satu dengan yang lain.
5. TOC (Total Organic Carbon)
Karbon organik total (TOC) mengukur semua bahan yang bersifat organik.
TOC diukur dengan konversi karbon organik dalam air limbah secara
oksidasi, katalitik, pada suhu 900oC, menjadi karbondioksida.
6. TOD (Total Oxygen Demand)
Kebutuhan oksigen total (TOD) dari suatu bahan, didefenisikan sebagai
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran semua bahan pada
suhu 900oC menggunakan katalis Platinum.
7. pH
pH limbah cair adalah ukuran keasaman (acility) atau kebasaan (alkilinity)
limbah cair. pH menunjukkan perlu atau tidaknya pengolahan
pendahuluan (pretreatment) untuk mencegah terjadinya gangguan pada
proses pengolahan limbah cair secara konvensional. Secara umum dapat
dikatakan bahwa pH limbah cair domestik adalah mendekati netral.
8. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut (DO) penting dalam pengoperasian sistem saluran
pembuangan maupun bangunan pengolahan limbah cair. Derajat
kandungan oksigen pada limbah cair sangat bervariasi dan sama sekali
tidak stabil. Tujuan pengelolaan limbah cair sebelum diolah adalah
memelihara kandungan oksigen terlatut dan cukup untuk mencegah
terjadinya kondisi anaerobik. Pada efluent yang telah diolah, derajat
kandungan oksigen 1 atau 2 mg per liter dapat dicapai.
9. Kandungan nitrogen
Dalam bahan limbah nitrogen dapat berada dalam bentuk-bentuk amonia
tereduksi sampai senyawa nitrat teroksidasi. Konsentrasi tinggi dari
berbagai bentuk nitrogen beracun terhadap fauna dan flora tertentu.
Bentuk yang paling umum dari nitrogen yang ditemukan dalam air limbah
adalah amoniak, protein, nitrit, dan nitrat. Polutan ini dapat diukur dengan
metode nitrogen Kjeldahl total.
Limbah cair disebut juga air buangan yang sudah dikategorikan tercemar
secara fisik, biologi, dan kimia. Air limbah yang keluar dari sumber air limbah
disebut efluen, sedangkan air buangan yang masuk ke tempat pengumpulan
atau IPAL disebut influen.
Limbah cair dapat dikategorikan tercemar jika memiliki dasar-dasar sebagai
berikut:
1. Air pada suatu tempat penampungan dikatakan tercemar, jika pembebasan
akan bahan-bahan buangan sampai pada tingkat yang dpat
membahayakan fungsi air.
2. Tempat penampungan air mempunyai standart kualitas tersendiri, sehingga
jika kualitas air melewati ambang batas standart bisa dikatakan badan air
itu tercemar
3. Setiap standart yang telah ditentukan secara local, nasional dan
internasional, badan air dapat dikatakan tercemar tergantung pada
dominasi sasaran yang akan dilindungi.
Menurut Djajadiningrat (1992), karakteristik air limbah baik kualitas maupun
kuantitas suatu hal yang perlu dipahami, ada beberapa karakteristik yang
perlu dipahami pada air limbah sebagai berikut:
1. Karakteristik kimiawi
Air limbah mengandung campuran zat-zat kimia organic yang berasal dari
air bersih serta macam-macam zat organic. Subtansi zat organic limbah
cair terbagi menjadi :
a. Gabungan yang mengandung nitrogen. Seperti, urea, protein, amina dan
asam amino.
b. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen. Seperti, lemak, sabun,
karbohidrat dan sellulosa.
2. Karakteristik fisik
Limbah cair memiliki karakteristik fisik yang terdiri dari 99,9% air serta
sejumlah kecil bahan-bahan padat tersuspensi.
3. Karateristik bakteriologis
Menurut kusnoprato (1983), kandungan bakteri pathogen serta organisme
coli terdapat pula dalam air buangan tergantung dari sumbernya, namun
tidak memiliki peran dalam pengolahan limbah cair.
2.2 Limbah Domestik
Menurut Yudo dan Setiyono (2008), air limbah domestik suatu material
buangan yang berasal dari usaha, kegiatan, pemukiman, rumah makan,
perkantoran, perniagaan, apartment dan asrama. Air limbah domestic semua
buangan cair yang berasal dari buangan rumah tangga yang meliputi buangan
kamar mandi, dapur, air bekas pencucian makanan, dan lainnya. Sebelum
dibuang kelingkungan air limbah domestik harus diolah terlebih dahulu di Unit
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar tidak menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah suatu sistem yang
digunakan untuk mengolah limbah domestik yang dilakukan pada suatu
wilayah. Biasanya digunakan di industri, perkantoran, rumah sakit, maupun
wilayah rumah tangga agar limbah yang dihasilkan lebih aman pada saat
dibuang ke lingkungan dan sesuai dengan baku mutu lingkungan. Baku mutu
air limbah domestik merupakan ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan
atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah
domestik yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan. Jadi semua air
limbah domestik sebelum dibuang ke perairan/ saluran umum harus diolah
terlebih dahulu sampai memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan
Pemerintah. Pengolahan dapat dilakukan secara individu maupun secara
terpadu. Pengolahan air limbah domestik terpadu adalah sistem pengolahan air
limbah yang dilakukan secara bersama-sama (kolektif) sebelum dibuang ke air
permukaan (Karyadi 2010).
Salah satu Teknik pengolahan air limbah domestic yaitu dengan
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan memanfaatkan teknik flotasi
dengan proses filterisasi fisik dan kimiawi pada prinsip prosesnya.
Parameter analisis kualitas dari limbah domestik yang digunakan
mengacu kepada PERMEN LHK Nomor 68 tahun 2016 tentang baku mutu
limbah domestik. Parameternya terdiri dari analisis pH, Biochemical Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solids (TSS),
amonia (NH3), minyak dan lemak, serta total coliform. Parameter yang
digunakan ini merupakan parameter yang umumnya menjadi acuan untuk
melihat kualitas limbah domestik yang telah diolah melalui IPAL yaitu baik
atau tidaknya untuk dibuang ke lingkungan yang biasanya berupa sungai.
Menurut PERMEN LHK Nomor 68 tahun 2016 tentang baku mutu limbah
domestik ambang batas parameter limbah domestic sebagai berikut:
Tabel 1. PERMEN LHK Nomor 68 tahun 2016 tentang baku mutu limbah
domestik

Parameter Satuan Kadar Maksimum


pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/orang/hari 100

1. Potential Hydrogen (pH)


Potential Hydrogen (pH) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu
larutan. pH didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H +)
yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
Skala pH bukanlah skala absolut. Hal ini bersifat relatif terhadap
sekumpulan larutan standar yang pHnya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional. Nilai pH merupakan ukuran untuk konsentrasi
ion hidrogen dalam larutan akuatik. Nilai pH menentukan sifat dari suatu
larutan yaitu bersifat basa, netral atau basa. Jika pH 1 sangat asam, pH 7
netral, dan pH 14 sangat basa. Nilai pH dapat ditentukan dengan
elektrometrik atau dengan indikator warna (Zulius 2017).
2. COD
Analisis COD adalah menentukan banyaknya oksigen yang diperlukan
untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. Chemical Oxygen
Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen
(mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zatzat organis dalam 1 liter
sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh
zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses
mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam
air (Mubin 2016).
3. BOD
Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB)
adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global
prosesproses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri (aerobik) untuk
menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut
dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Parameter BOD
adalah parameter yang paling banyak digunakan dalam pengujian air limbah
dan air permukaan. Penentuan ini melibatkan pengukuran oksigen terlarut
yang digunakan oleh mikro-organisme untuk menguraikan bahan-bahan
organik (Mubin 2016).
4. Total Suspended Solids (TSS)
Total Suspended Solids (TSS) merupakan material yang halus di dalam air
yang mengandung lanau, bahan organik, mikroorganisme, limbah industri
dan limbah rumah tangga yang dapat diketahui beratnya setelah disaring
dengan kertas filter ukuran 0.042 mm. Nilai konsentrasi TSS yang tinggi
dapat menurunkan aktivitas fotosintesa dan penambahan panas di
permukaan air sehingga oksigen yang dilepaskan tumbuhan air menjadi
berkurang dan mengakibatkan ikan-ikan menjadi mati (Budianto dan
Hariyanto 2017).
5. Nitrogen
Nitrogen dalam air pada umumnya terdapat dalam bentuk organik dan oleh
bakteri berubah menjadi nitrogen amonia. Amonia yang terukur di perairan
berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia merupakan hasil tambahan
penguraian (pembusukan) protein tanaman atau hewan atau dalam
kotorannya. Pupuk buatan juga menganduk amonia dan senyawanya,
sehingga hasil rembesan dari pupuk yang terbawa air dapat terurai dan
berkemungkinan menambah kandungan amonia dalam air (Sastrawijaya
2000).
6. Minyak dan lemak
Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai komponen
utama karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air.
Bahan-bahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan, manusia
dan bahkan ada dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat
lainnya adalah relatif stabil, tidak mudah terdekomposisi oleh bakteri.
Minyak dan lemak merupakan salah satu senyawa yang dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran di suatu perairan sehingga konsentrasinya harus
dibatasi. Minyak mempunyai berat jenis lebih kecil dari air sehingga akan
membentuk lapisan tipis di permukaan air. Kondisi ini dapat mengurangi
konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi
terhambat. Minyak yang menutupi permukaan air juga akan menghalangi
penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga menganggu
ketidakseimbangan rantai makanan. Minyak dan lemak merupakan bahan
organik bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri (Mubin 2016).
7. Coliform
Bakteri coliform merupakan bakteri indikator kehadiran bakteri patogen dan
memiliki ketahanan paling besar terhadap desinfektan. Bakteri coliform yang
dinyatakan sebagai nilai total coliform dapat digunakan sebagai indikator
karena berbanding lurus dengan pencemaran air, semakin sedikit
kandungan coliform artinya kualitas air semakin baik (Sari dan Sutrisno
2018).
Parameter yang menjadi tolak ukur kualitas air limbah tersebut perlu
dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum langsung dibuang ke
lingkungan karena jika kadar dari salah satu parameter tersebutmelebihi
ambang batas akan berdampak sangat buruk tidak hanya pada lingkungan
namun juga pada masyarakat di sekitarnya. Salah satu IPAL yang dapat
digunakan dalam mengelolah limbah domestic adalah menggunakan alat
Dissolved Air Flotation (DAF) yang bekerja secara proses fisik dan kimiawi.
2.3 Dissolved Air Flotation (DAF)
Flotasi merupakan suatu metode pemisahan yang dapat menghilangkan
minyak yang terelmulsikan pada air limbah. Proses ini memanfaatkan tekanan
udara dan reaksi bersamaan dengan oksigen yang nantinya akan membuat
minyak terflotasi. Penurunan konsentrasi minyak dan lemak akan berproses
berbanding terbalik dengan penambahan waktu kontak. Sampel air limbah
domestic yang masih mengandung minyak dan lemak yang cukup tinggi dapat
diturunkan dibantu dengan penambahn bahan kimia bentonit. Penurunan
kadar minyak dan lemak dapat terjadi karena adanya biodegradasi senyawa
minyak dalam larutan yang akan dikat oleh senyawa bentonite. Aerasi dan
penambahan nutrien menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme sehingga
penguraian minyak dan lemak dapat meningkat pula. Mikroorganisme mampu
mengoksidasi senyawa hidrokarbon alifatik jenuh dengan bantuan oksigen.
Semakin lama waktu kontak, maka semakin banyak yang teroksidasi hingga
minyak dan lemak yang terkandung dalam limbah menghilang (Suyasa dan
Arsa, 2013).
Dissolved Air Flotation (DAF) adalah salah satu unit pengolahan yang
membawa partikel tersuspensi ke atas permukaan kimbah dengan bantuan
udara. Menurut Al Shamrani et al., (2002), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja DAF dalam menurunkan minyak dan lemak, salah
satunya dengan adanya pre-treatment berupa koagulasi dan flokulasi. Sampel
yang digunakan berasal dari industri minyak bumi. Pre-treatment dilakukan
untuk memudahkan pemisahan minyak dan lemak karena telah terbentuk
flok-flok. Faktor lain yang mempengaruhi efisiensi penurunan minyak dan
lemak adalah tekanan. Semakin tinggi tekanan dan dosis bahan kimia bentonit
yang digunakan dalam DAF maka efisiensi penurunannya akan semakin tinggi
pula.
Berikut gambar rancangan dari alat Dissolved Air Flotation (DAF):

Gambar 1. Dissolved Air Flotation (DAF)

Pada setiap bagian pada alat Dissolved Air Flotation (DAF) memiliki fungsi
sebagai berikut:

1. Tangki umpan berfungsi sebagai tempan sampel yang akan dilakukan


pengolahan
2. Pompa celup berfungsi sebagai alat yang akan memompakan sampel yang
akan dilakukan proses flotasi
3. Rotameter sebagai alat yang berfungsi mengukur tingkat aliran cair yang
ada pada tangki umpan
4. Kompressor alat yang menghasilkan udara bertekanan dengan cara
menghisap atau memampatkan udara pada proses flotasi
5. Tangki saturasi berfungsi untuk mengatur udara yang keluar dari
kompressor agar kapasitas yang disuplai dalam kapasitas yang normal
6. Zona kontak adalah inlet dari sampel limbah yang akan diolah, jika pada
zona ini telah mengalami overflow maka sampel akan masuk ke zona
separasi.
7. Zona separasi merupakan tempat terjadinya flotasi, yangmana minyak akan
terapung karena adanya tekanan udara dan padatan tersuspensi akan
tersedimentasi dengan bantuan bentonit yang membentuk flok-flok dari
proses flokulasi.
8. Zona pengendap adalah tempat flok-flok akan mengendap karena
dipengaruhi gaya gravitasi
9. Outlet air adalah output dari air limbah yang telah mengalami proses
pengolahan
10. Outlet minyak adalah wadah dari minyak yang telah terpisah akibat adanya
proses pengolahan.
Pada Dissolved Air Flotation (DAF) merupakan alat pengolahan air limbah
secara fisik dan kimia. Proses yang terjadi pada alat Dissolved Air Flotation
(DAF) meliputi proses flotasi, flokulasi, dan adsorpsi. Proses flotasi terjadi
karena adanya suplai udara bertekanan dari kompressor yang mana pada
proses ini terjadi pemisahan campuran zat dan air berdasarkan massa
jenisnya, jika massa jenis zat lebih ringan dibandingkan air maka flotasi akan
terjadi. Proses flokulasi adalah pembentukan flok-flok yang akan
tersedimentasi, sedimentasi akan terjadi karena adanya bantuan dari gaya
gravitasi bumi. Proses adsorpsi merupakan proses penyerapan, pada hal ini
terjadi secara kimia karena adanya bantuan bahan kimia bentonite yang
menyerap atau mengikat padatan-padatan tersuspensi yang ada pada air
limbah proses adsorpsi ini berbanding lurus dengan proses flokulasi.

2.4 Bentonit
Bentonit merupakan bahan kimia yang memiliki berbagai fungsi.
Bentonit terbentuk dari transformasi hidrotermal abu vulkanik, yang mayoritas
komponennya tergolong ke dalam kelas mineral smektit (struktur lembaran),
yaitu montmorillonit. Mineral lain yang tergolong ke dalam smektit adalah
hektorit, saponit, beidelit dan nontronit.
Bentonite memiliki tingkat adsopsi yang baik. Menurut Kumar et al.
(2004), Adsorpsi adalah proses pengikatan molekul dalam suatu fluida baik cair
maupun gas ke permukaan pori benda padat. Proses adsorpsi biasanya
dilakukan dengan mengkontakan larutan atau gas dengan padatan, sehingga
sebagian komponen larutan atau gas diserap pada permukaan pori padatan,
akibatnya akan mengubah komposisi larutan tersebut. Bahan yang dipakai
untuk melakukan proses adsorpsi dinamakan adsorben, sedangkan bahan
yang disebut adsorbat. Bentonite mempunyai sifat mengadsorbsi karena
ukuran partikel koloidnya sangat kecil dan memiliki kapasitas permukaan ion
yang tinggi. Pengembangan bentonite disebabkan oleh adanya penggantian
isomorphous pada lapisan oktohedral (Mg oleh Al) dalam menghadapi kelebihan
muatan di ujung kisi-kisinya.
Menurut Teplitskiy (2005), Secara umum bentonite dapat dibedakan
tergantung kepada sifat fisika dan kimianya (kapasitas pertukaran basa, waktu
pengendapan, kekuatan mengembang, nilai pH , dan lainnya) serta komposisi
bahannya. Terdapat 2 jenis bentonite :
1. Swelling (sodium bentonite) : bentonite yang bisa mengembang Bentonit jenis
ini disebut juga bentonit tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite)
atau drilling bentonit mengandung ion Na+ relative lebih banyak jika
2+ 2 +
dibandingkan dengan ion Ca dan in Mg . Na bentonit memiliki daya
mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air dan tetap
terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna
putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan
berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal
mempunyai pH 8,5-9,8 (bersifat basa), tidak dapat diaktifkan, posisi
pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+) Mineral ini sering
dipergunakan untuk Lumpur pemboran, penyumbat kebocoran bendungan,
bahan pencampur pembuatan cat, bahan baku farmasi, dan perekat pasir
cetak pada industri pengecoran logam.
2. Non-swelling (calcium bentonite) : bentonite yang tidak bisa mengembang
Bentonit jenis ini disebut Mg, Ca-bentonit (Ca-bentonit-nonswelling
bentonite). Jenis ini mengandung kalsium (K2 O) dan magnesium (MgO) lebih
banyak dibandingkan natriumnya dan mempunyai sifat sedikit menyerap air
sehingga apabila didipersikan dalam air akan cepat mengendap (tidak
membentuk suspensi), tetapi secara alami atau setelah diaktifkan
mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca
rendah, suspensi keloidal memiliki pH 4-7 (bersifat asam). Posisi pertukaran
ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam
keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna abuabu, biru, kuning,
merah dan coklat. Penggunaan mineral ini dipergunakan untuk bahan
pemucat warna untuk minyak. Bentonite termasuk mineral yang memiliki
gugus alumino silikat.

Partikel bentonite bermuatan negatif yang diimbangi dengan kation


dapat dipertukarkan dan terikat lemah (Na, Ca, Mg, atau K). Adanya kation
yang dapat dipertukarkan ini memungkinkan bentonite memisahkan logam
berat dari air, dan juga memisahkan senyawa organik kationik melalui
mekanisme pertukaran ion. Adanya gaya elektostatis yang mengikat kristal
pada jarak 4,5 A0 dari permukaan cukup kuat untuk mempertahankan unit-
unitnya, akan tetap terjaga unit itu untuk tidak saling merapat. Pada
pencampuran dengan air, adanya pengembangan membuat jarak antara setiap
unit makin melebar dan lapisannya menjadi bentuk serpihan, serta mempunyai
permukaan luas jika dalam zat pengsuspensi (Sneanabrezovska, et al., 2004).

2.5 Minyak dan Lemak


Minyak dan lemak adalah salah satu parameter yang menjadi tolak
ukur dalam kualitas pengolahan air limbah. Menurut Herlina dan Ginting
(2002), Minyak dan lemak merupakan senyawa organik yang berasal dari alam
dan tidak dapat larut di dalam air namun dapat larut dalam pelarut organik
non-polar. Minyak dan lemak dapat larut karena memiliki polaritas yang sama
dengan pelarut organik non-polar, contohnya adalah dietil eter (C 2H5OC2H5),
kloroform (CHCl3), dan benzena.
Minyak dan lemak termasuk kedalam salah satu anggota golongan lipid
yaitu merupakan lipid netral. Berdasarkan sifat fisiknya, minyak dan lemak
merupakan senyawa yang tak larut dalam air yang diestrak dari organisme
hidup menggunakan pelarut yang kepolarannya lemah atau pelarut non polar.
Minyak dan lemak merupakan campuran lipid yang terdiri dari triacylglycerols
95% dan sisanya adalah diacylglycerols, monoacylglycerols dan free fatty acids
(FFA) . Minyak memiliki struktur ester, sedangkan lemak memiliki struktur
asam karboksilat dengan rantai hidrokarbon yang berkisar mulai dari 4 hingga
36 C4 – C36. Minyak banyak mengandung ikatan rangkap sedangkan lemak
banyak mengandung ikatan tunggal (Ngili, 2009).

Minyak dan lemak memiliki karakteristik fisik dan kimia. Menurut


Gustone (2008), berikut karakteristik yang miliki oleh minyak dan lemak:
Karakteristik fisik minyak dan lemak dapat dilihat berdasarkan:
1. Polimerisasi, struktur kristal dan titik lebur
Polimerisasi merupakan proses dari pembentukan rangkaian molekul
panjang yang tersusun dari pengulangan kesatuan molekul kecil dan
sederhana. Struktur kristal adalah susunan sekumpulan atom yang
membentuk bangun ruang tiga dimensi. Titik lebur adalah titik dimana dua
komponen menjadi satu.
2. Densitas
Densitas atau massa jenis minyak dan lemak menunjukkan perbandingan
antara massa per satuan volume. Nilai densitas akan berbeda-beda, sesuai
dengan masing-masing zat penyusunnya.
3. Visikositas
Visikositas menunjukkan ketahanan yang dimiliki oleh suatu bahan cair
yang dialirkan dalam pipa kapiler. Apabila suatu zat memiliki visikositas
yang rendah maka ketahanan yang dimiliki semakin kecil sehingga
kecepatan aliran akan semakin besar.
4. Indeks bias
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya dalam
ruang hampa udara dengan cepat rambat cahaya pada suatu medium.
5. Kelarutan gas dalam minyak
Kelarutan gas dalam minyak dan lemak bergantung pada kelarutan
masing-masing gas sesuai dengan konsentrasinya.
6. Ester gliserol
Ester gliserol adalah gugus ester yang terdapat pada senyawa gliserol.

Karakteristik kimia minyak dan lemak dapat dilihat berdasarkan:


1. Hidrogenasi
Hidrogenasi merupakan proses yang menggunakan gas hidrogen untuk
menstabilkan minyak dan lemak. Selain itu, mencegah terjadinya
pembusukan akibat oksidasi.
2. Hidroksilasi
Hidroksilasi merupakan proses kimia yang menambahkan gugus hidroksil
ke dalam senyawa organik.
3. Halogenasi
Halogenasi merupakan reaksi kimia dengan melibatkan penambahan satu
atau lebih halogen pada suatu senyawa.
4. Dimerisasi
Dimerisasi merupakan reaksi dari penggabungan monomermonomer yang
membentuk dimer.
5. Perubahan dalam keadaan thermal
Minyak dan lemak akan mengalami oksidasi apabila suhu mencapai lebih
dari 180oC, sehingga sifat kimianya akan berubah pula.
Minyak dan lemak dapat berbahaya bagi lingkungan jika kadar yang
terkandung melebihi dari ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan.
Minyak dan lemak yang terdapat di perairan akan berada di lapisan paling atas
permukaan air. Hal ini disebabkan karena massa jenis minyak yang lebih
ringan dibandingkan air. Lapisan minyak dan lemak yang ada pada permukaan
air akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga
tumbuhan air tidak mampu melakukan fotosintesis. Disamping itu, minyak
dan lemak mampu mengikat oksigen yang dibutuhkan oleh biota air untuk
proses respirasi. Turunnya nilai estetika pada ekosistem juga terdampak di
perairan apabila adanya pencemaran minyak dan lemak.
BAB III
METEDOLOGI PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan di Laboratorium dan workshop Kimia
Terapan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi. Pada bulan Mei-
Juni 2023.

3.2 Bahan dan Peralatan


Berdasarkan SNI 6989.10-2011 Air dan Air limbah -Bagian 10: Cara uji
Minyak Lemak. Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan analisis ini
adalah limbah domestik sebagai sampel inti pada Analisa ini, bentonite
sebagai koagulan pada Analisa, asam sulfat pekat, Aquades, n-heksan,
kertas saring.
Berdasarkan SNI 6989.10-2011 Air dan Air limbah -Bagian 10: Cara uji
Minyak Lemak . Alat yang digunakan adalah neraca analitik, corong pisah,
labu destilasi, corong gelas, kertas saring, pompa vakum, seperangkat alat
destilasi, penangas air, wadah buangan pelarut, desikator, oven, corong,
dan botol semprot.

3.3 Prosedur Pengujian


A. Aktivasi Bentonit
Bentonit yang telah dihancurkan atau berbentuk clay kemudian
dicamapur dengan aktivator asam dengan perbandingan setiap 50gram
bentonite ditambahkan 200ml aktivator asam. Diaduk dengan
kecepatan 200 rpm selama 30 menit di suhu ruangan. Lalu bentonite
disaring menggunakan kertas saring dicuci dengan aquades hingga pH
air pencuci ≥3, kemudian dikeringkan di suhu 105˚C hingga berat
konstan.
B. Proses Absorpsi menggunakan Dissolved Air Flotation (DAF)
Proses absorpsi yang terjadi dengan menggunakan alat DAF
menggunakan sampel air limbah domestik. Air limbah yang menjadi
sampel terjadi proses pengadukan pada tangki umpan menggunakan
mixer yang bertujuan adar tidak ada pengendapan sludge pada tangka
umpan. Kemudian air limbah dipompa dengan laju alir hingga 5
liter/menit menggunakan pompa celup yang nantinya akan bertemu
dengan aliran recycle udara bertekanan dengan variasi tekanan hingga
6 bar. Air limbah yang kontak langsung dengan gelembung udara akan
mengalir hingga overflow ke bagian inti tangka DAF. Adanya perbedaan
antara densitas air dan flok-flok air limbah, maka air akan mengalir
menuju outlet air, sedangkan flok-flok akan mengapung lalu tersapu
menuju outlrt minyak. Sludge yang terendapkan akan berada di zona
pengendapan dapat dibuang melalui drainvalve. Kemudian dilakukan
Analisis terhadap air hasil effluent DAF untuk menentukan kadar
minyak lemak.
C. Analisis Kadar Minyak Lemak
Pada Analisa ini terdapat prosedur pengujian yaitu, Ditambahkan asam
sulfat hingga ph lebih kecil dari 2 sebelum sampel dianalisa (sebagai
bahan pengawetan, Dimasukkan sampel kedalam corong pisah,
Ditambahkan n-heksan 30ml per 1 liter sampel, Dilakukan
penggojlokkan, Dibuang gas yang ada dialam corong pisah selang
beberapa saat, Dipisahkan lapisan atas dan lapisan bawah, Disaring
lapisan bawah dengan kertas saring, Dimasukkan lapisan bawah ke
labu distilasi, Distilasi hingga pelarut menguap, Dioven selama 30 menit
, Timbang Kembali sampel hingga berat konstan, Dihitung kadar
minyak lemak menggunakan rumus yang telah ditentukan.

3.4 Metode Analisa


Metode Analisa yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan SNI
6989.10-2011 Air dan Air limbah -Bagian 10: Cara uji Minyak Lemak.
Pengujian kadar minyak lemak yang dilakukan menggunakan metode
gravimetri. Metode gravimetri adalah suatu metode analisis kimia yang
digunakan menentukan suatu konsentrasi atau kadar suatu zat dalam
sampel dengan mengukur perubahan massa yang terjadi selama proses
analisis. Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung kadar minyak
lemak menggunakan metode gravimetri berdasarkan SNI 06-6989.10-2004
Air dan Air limbah -Bagian 10: Cara uji Minyak Lemak

W 2 ( gr )−W 1 (gr )
Minyak lemak= × 1000
V (l)
Keterangan:
W1: Berat awal sebelum dioven (gr)
W2: Berat akhir setelah dioven (gr)
V : Volume sampel (L)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa proses adsorpsi pada alat Dissolved Air Flotation (DAF)
Dissolved Air Flotation (DAF) yang dilengkapi dengan compressor sebagai
sumber angin bertekanan tinggi pada proses flotasi. Limbah domestic yang
telah ditambahkan adsorben bentonite dengan variasi variabel massa dimulai
dari 5gr, 10gr, 15gr, 20gr, dan 25gr diaduk menggunakan mixer lalu
dipompakan menuju zona kontak menggunakan pompa celup. Terjadi proses
overflow dengan Laju alir dengan kecepatan 4-5liter/menit, akan menyebabkan
limbah akan masuk kedalam zona separasi dan kontak langsung dengan
kandungan udara bertekanan yang disuplai dari compressor bertekanan 2-4
bar. Adanya proses flotasi tersebut dengan perbedaan densitas antara air dan
flok-flok air limbah. Air akan mengalir menuju outlet air, sedangkan flok- flok
yang mengalami flotasi akan mengapung menuju outlet minyak.
Bentonite sebagai adsorben yang telah diaktivasi terlebih dahulu
memiliki pori-pori yang dapat menyerap zat yang terlarut pada air limbah.
Dengan bantuan bentonit proses pembentukan flok-flok yang kontak dengan
angin bertekanan akan terflotasi kemudian tersapu skimmer menuju outlet
minyak.
Adsorben bentonite yang digunakan sebelum digunakan dilakukan
aktivasi terlebih dahulu dengan tujuan agar pori-pori pada bentonit lebih
terbuka sehingga dapat meningkatkan daya penyerapan untuk bentonite
tersebut. Menurut literatur ISSN 1412-5064 semakin tinggi konsentrasi
aktivator, semakin besar dampak kapasitas penyerapan. Studi ini
menginformasikan bahwa konsentrasi yang signifikan akan berdampak pada
pembersihan area permukaan. Aktivasi kimiawi berpengaruh dalam
mendegradasi atau menghidrasi bentonit selama proses karbonisasi,
membatasi pembentukan tar, membantu dekomposisi senyawa bentonit untuk
aktivasi selanjutnya, mendehidrasi air yang terperangkap dalam rongga
bentonit, menghilangkan endapan hidrokarbon yang dihasilkan selama proses
karbonisasi dan melindungi permukaan bahan. bentonit, untuk mengurangi
kemungkinan oksidasi. Aktivator ini berpengaruh untuk menekan pengotor
hidrokarbon di pori-porinya. Activator yang digunakan pada proses aktivasi
tersebut adalah HCL. HCL yang menjadi activator dalam proses aktivasi
memiliki konsentrasi 5M. menurut (Naswir et al., 2020), pada konsentrasi
tersebut dapat membersihkan pori dari bentonite sehingga memperlebar pori
yang dapat meningkatkan daya serap dari adsorben tersebut
4.2 Analisa kadar minyak lemak pada hasil adsorpsi Dissolved Air
Flotation (DAF)
Analisa kadar minyak lemak ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
dari outlet hasil limbah domestic yang telah dilakukan pengolahan
menggunakan lat Dissolved Air Flotation (DAF). Analisa kadar minyak lemak ini
dilakukan dengan beberapa perbandingan variabel massa adsorben yang
digunakan. Proses Analisa kadar minyak lemak ini menggunakan metode
gravimetri. Metote gravimetri merupakan sebuah metode Analisa yang
menentukan kuantitas suatu zat atau komponen dengan cara mengukur berat
komponen murni dengan komponen yang telah dilakukan proses pemisahan.
Penentuan kadar minyak lemak dilakukan sesuai dengan SNI 6989.03.2011.
Proses pemisahan kandungan minyak lemak dan air akan dilakukan
dengan corong pisah dan penambahan larutan n-heksan. Larutan n-heksan
merupakan larutan non polar yang tidak dapat larut dengan air. Pada proses
penambahan n-heksan pada limbah domestic dengan ukuran sampel 250mL,
n-heksan akan mengikat kandungan minyak sehingga n-heksan akan ter-
ekstrak dan menghasilkan 2 lapisan pada corong pisah. Lapisan dipisahkan,
lapisan atas berupa minyak ditimbang sebagai W 0 kemudian dimasukkan
kedalam labu destilasi. Lapisan bawah yang berupa air Kembali diekstrak
menggunakan n-heksan seperti perlakuan sebelumnya hingga terbantuk 2
lapisan. Gabungkan lapisan n-heksan yang berupa ekstrak dalam labu
destilasi. Dilakukan destilasi hingga dengan penangas air di suhu 70 0 C.
hentikan proses destilasi jika kondensasi pelarut berhenti. Dinginkan lalu
keringkan sampel yang telah didestilasi disuhu 70-72 0 C selama 30 menit.
Selanjutnya masukkan sampel kedalam desikator selama 30 menit lakukan
hingga berat sampel konstan.
Dari proses adsorpsi, maka didapatlah data kadar literatur minyak
lemak hasil Analisa sebagai berikut:
Tabel 2. Data hasil Analisa pengolahan

Variabel Massa (gr) Wo (gr) W1 (gr)


0 192,3 193,3092
5 190,3 190,3065
10 197,1 197,10425
15 192,8 192,80225
20 193,6 193,601275
25 192,4 192,401125
Dari data yang telah diperoleh dapat ditentukan kadar minyak lemak
serta efisiensi kadar minyak dari pengolahan limbah domestik. Sesuai SNI
6889.2011 kadar minyak lemak dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :

W 2 ( gr )−W 1 (gr )
Minyak lemak= × 1000
V (l)
Kadar minyak lemak yang diperoleh dengan perbandingan variabel
massa adsorben sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Analisa minyak lemak

Variabel Massa (gr) Kadar minyak lemak (mg/l)


0 38
5 26
10 17
15 9
20 5,1
25 4,5
Hasil kadar minyak yang diperoleh dari perhitungan sesuai SNI
6989.2011 menunjukkan ada penurunan kadar minyak lemak seiring
bertambahnya variabel massa adsorben yang ditambahkan. Presentase
penurunan konsentrasi dari kadar minyak lemak dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 4. Data efisiensi penurunan kadar minyak lemak

Variabel Massa (gr) Efisiensi penurunan (%)


0 71
5 80
10 87
15 93,3
20 96
25 96,6

Hasil Analisa Minyak Lemak Limbah Domestik dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut:
Grafik hasil analisa minyak lemak
93.3 96 96.6
87
100 80
71
90
80
70
60
50 38
40 26
30 17
20 9 5.1 4.5
10
0
0 5 10 15 20 25
kadar minyak lemak (mg/L)
Variabel massa adsorben Persentase penurunan(%)

Gambar 2. Grafik kadar minyak lemak dan persentase penurunan kadar


minyak lemak

Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin besar variabel massa


adsorben yang ditambahkan pada limbah domestic maka semakin besar
penurunan kadar minyak lemak yang diperoleh. Hal tersebut terjadi karena
kapasitas air limbah pada tangki umpan sebanyak 20 Liter dapat teradsorpsi
dengan baik oleh bentonit dengan massa 20-25gr. Grafik persentase
penurunan terlihat Berbanding terbaik dengan nilai minyak lemak, semakin
besar variabel massa adsorben yang digunakan maka semakin tinggi
persentase penurunan yang dihasilkan.

4.3 Analisa hasil kadar minyak lemak dan Baku Mutu limbah domestik
Berdasarkan hasil analisis minyak lemak , terjadi penurunan yang
sangat besar dari nilai kadar minyak yang sebelumnya. Hal ini dapat terjadi
karena pada saat proses pegolahan pada alat DAF terdapat proses pemisahan
minyak lemak yang dilakukan dengan metode flotasi dan gravitasi. Menurut
baku mutu PERMEN LHK tahun 2016 ambang batas baku mutu kadar minyak
lemak pada limbah domestic sebesar 5 mg/L. kadar minyak lemak pada limbah
domestic setelah mengalami proses pengolahan pada variabel massa 5, 10 dan
15 masih berada pada nilai ambang batas. Sedangkan pada penambahan
variabel massa bentonite 20 dan 25 gram sudah berada dibawah ambang batas
baku mutu. Konsentrasi kadar minyak lemak yang masih tinggi dapat terjadi
karena proses penghilangan minyak lemak kurang efisien karena koagulan
yang digunakan sedikit dibandingkan kapasitas limbah yang digunakan. Pada
variabel massa bentonite 20gr dan 25gr kadar minyak lemak yang dihasilkan
sudah memenuhi ambang batas pada baku mutu, hal ini dikarenakan massa
bentonite sebagai adsorben sebanding dengan kapasitas air limbah yang
menjadi sampel pada proses pengolahan limbah domestic tersebut.
4.4 Faktor yang mempengaruhi kadar minyak lemak pada limbah domestik
Pada Analisa kadar minyak lemak limbah domestic yang telah
mengalami pengolahan dengan alat Dissolved Air Flotation (DAF) terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tersebut, yaitu:
a. Adsorben,bentonit yang digunakan sebagai adsorben pada Analisa sangat
mempengaruhi kadar minyak lemak yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan
jika adsorben yang digunakan dengan variabel massa yang lebih tinggi,
maka persentase penurunan kadar minyak lemak pun semakin berkurang.
b. Tekanan yang disuplai oleh compressor. Angin bertekanan yang diberikan
pada penggunaan alat Dissolved Air Flotation (DAF) sebesar 4-6 bar. Jika
tekanan disuplai kurang dari 4-6 bar maka proses flotasi tidak akan efisien
dan juga akan berlangsung lama. Sedangkan jika lebih dari 4-6 bar tekanan
yang diberikan bisa menyebabkan air limbah overflow pada zona separasi
karena desain kapasitas alat Dissolved Air Flotation (DAF) hanya bisa
digunakan pada tekanan 4-6 bar.
c. Kualitas dari bahan-bahan kimia yang digunakan pada proses Analisa.
Bahan yang digunakan dalam Analisa digunakan bahan yang Proanalisa.
Hal ini bertujuan agar saat penambahan bahan didapatkan hasil yang
diinginkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Proses pengolahan limbah dengan alat Dissolved Air Flotation (DAF)
terjadi dengan adanya flotasi dan sedimentasi. Pengapungan dapat
terjadi karena adanya suplai udara bertekanan dari kompressor yang
akan kontak langsung dengan air limbah pada zona separasi.
2. Pengaruh kadar minyak lemak setelah dilakukan penambahan bentonit
terjadi dan dapat dilihat dari persentase penurunan kadar minyak
lemak hingga 96,6%. Sebelum penambahan kadar minyak lemak
sebesar 38 mg/L setelah penambahan bentonit menjadi 26 mg/L pada
variasi massa 5gr dan 4,5 mg/L pada variasi massa 25gr.
3. Variabel massa bentonit yang paling berpengaruh adalah 20gr dan 25gr.
Hal ini dikarenakan kadar minyak lemak yang dihasilkan sudah
memenuhi ambang batas baku mutu sesuai PERMEN LHK Nomor 68
tahun 2016.
5.2 Saran
Pada proses Analisa minyak lemak selanjutnya disarankan menggunakan
variabel massa adsorben dengan variasi yang lebih agar kadar minyak lemak
yang dihasilkan lebih baik dan tidak melebihi ambang batas baku mutu
PERMEN LHK Nomor 68 tahun 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghouti, MA dan Da'ana, DA (2020) Pedoman penggunaan dan interpretasi
model isoterm adsorpsi: Tinjauan, Jurnal Bahan Berbahaya, 393, 1– 22.
Ayawei, N., Ebelegi, AN, Wankasi, D. (2017) Pemodelan dan interpretasi isoterm
adsorpsi,Hindawi: Jurnal Kimia, 2017, 1–11.
[BSN] Standar Nasional Indonesia 06- 6989.10. 2004. Air dan air limbah:
Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri. Jakarta (ID):
Badan Standardisasi Nasional.
Li, C., Tang, H., Duan, Y., Zhu, C., Zheng, Y., Huang, T. (2018) Adsorben
berbasis kalsium sintetik untuk adsorpsi gas merkuri (II) dari gas buang
dan mempelajari mekanisme adsorpsi merkurinya, Bahan bakar, 234,
384– 391.
[MENLHK] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68.
2016. Baku Mutu Air Limbah Domestik. Jakarta (ID): Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur pengujian

a. Aktivasi bentonit

Bentonit

- Ditambahkan HCl 1,5 M sebanyak 200 Ml


- Diaduk dengan kecepatan 200 rpm selama 30 menit di suhu
ruang
- Disaring menggunakan kertas saring
- Dicuci dengan aquades hingga ph kurang dari 3
- Dikeringkan pada suhu 105˚ C hingga berat konstan

Hasil

b. Proses adsorpsi bentonit

Limbah domestik

- Dimasukkan kedalam tangki umpan


- Dimasukkan bentonit dengan variabel massa 5gr,10gr,15gr,20gr,
dan 25gr
- Dipompakan oleh pompa celum kedalam DAF
- Disuplai udara tekanan kedalam DAF dengan tekanan 4-6 bar
- Ditunggu hingga lapisan minyak tersapu hingga ke outlet
minyak
- Diambil sampel hasil pengolahan limbah pada outlet air

Hasil

c. Analisa kadar miyak lemak

Sampel limbah

- Ditambahkan n-heksan sebanyak 7,5 ml


- Digoyang-goyangkan selama 2 menit hingga terbentuk 2 lapisan
- Dibuang gas yang ada di dalam corong pisah selang beberapa
saat
- Dipisahkan lapisan atas dan lapisan bawah
- Dimasukkan lapisan bawah ke dalam Erlenmeyer
- Diekstraksi Kembali lapisan atas dengan n-heksan
- Digabunggan hasil ekstraksi kedua kedalam Erlenmeyer
- Dimasukkan hasil ekstraksi 1 dan 2 kedalam labu destilasi
- Didestilasi pada penangas air selama 30 menit hingga tidak
terjadi lagi penguapan
- Dioven larutan pada labu destilasi selama 30 menit
- Dimasukkan larutan didalam labu destilasi pada desikator
- Ditimbang sampai berat konstan

Hasil
Lampiran 2. Perhitungan

W 2 ( gr )−W 1 (gr )
Minyak lemak= × 1000
V (l)
Variabel massa tanpa bentonit

W 2 ( gr )−W 1 (gr )
ML= × 1000
V (l)
193,3092−192 ,3
= ×1000=38 mg/ L
0 , 25
Variabel massa 1

W 2 ( gr )−W 1 (gr )
ML= × 1000
V (l)
190,3065−190 , 3
= × 1000=26 mg /L
0 , 25
Variabel massa 2

W 2 ( gr )−W 1 (gr )
ML= × 1000
V (l)
197,10425−197 , 1
= × 1000=17 mg/ L
0 , 25
Variabel massa 3

W 2 ( gr )−W 1 (gr )
ML= × 1000
V (l)
192,80225−192 , 8
= × 1000=9 mg/ L
0 , 25
Variabel massa 4

W 2 ( gr )−W 1 (gr )
ML= × 1000
V (l)
193,601275−193 , 6
= × 1000=5 , 1 mg/ L
0 ,25
Variabel massa 5

W 2 ( gr )−W 1 (gr )
ML= × 1000
V (l)
192,401124−192 , 4
= ×1000=4 , 5 mg/ L
0 ,25

Anda mungkin juga menyukai