Anda di halaman 1dari 54

POTENSI PEMANFAATAN ECO-ENZYM TERHADAP PENURUNAN

KADAR SULFAT (SO4) DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT


PENCEMARAN PADA SUNGAI

KARYA ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi


Pada Program Studi D-III Analis Kimia

KARINDA
F0B020001

PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2023
POTENSI PEMANFAATAN ECO-ENZYM TERHADAP PENURUNAN
KADAR SULFAT (SO4) DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT
PENCEMARAN PADA SUNGAI

Karya Ilmiah

KARINDA
F0B020001

PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2023
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini benar- benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali
sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang
telah lazim.
Tanda tangan yang tertera dalam halaman pengesahan ini adalah asli,
jika tidak asli saya siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Jambi, April 2023


Yang menyatakan

Karinda
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS KADAR BESI PADA SAMPEL AIR SUNGAI BATANGHARI SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DI UPTD LABORATORIUM
LINGKUNGAN HIDUP MUARO JAMBI

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Oleh:

KARINDA
F0B020001

Disetujui:
Dosen Pembimbing

Rahmi, S.Pd., M.Si.


NIP. 199001232019032014

Diketahui Oleh

Ketua Jurusan Matematika dan Ilmu Ketua Program Studi Analis Kimia
Pengetahuan Alam

Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si. Rahmi, S.Pd., M.Si.


NIP. 196809241999032001 NIP. 199001232019032014
RINGKASAN
Program Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan mata kuliah wajib
yang harus diambil oleh mahasiswa D-III Analis Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Jambi. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Ahli Madya (A,Md). Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan
kemampuan menganalisis dan sintesis kepada mahasiswa agar lulusan D-III
Analis Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi memiliki
kompetensi dalam menganalisis permasalahan nyata yang ada di dunia kerja.
Selain itu praktik kerja lapangan juga bertujuan utnuk memberikan
kemampuan mahasiswa untuk mengasah soft skill agar dapat bersaing dalam
dunia kerja. Dalam hal imi, penulis melaksanakan praktik kerja lapangan di
UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi yang
dimulai pada tanggal 04 Januari – 10 Maret 2023.
Dinas lingkungan hidup merupakan salah satu instansi pemerintah yang
berfungsi untuk mengendalikan kualitas lingkungan. Selama penulis
melaksanakan praktik kerja lapangan di UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup, penulis memiliki tugas saat melaksanakan praktik kerja
lapangan yaitu mempelajari beberapa parameter uji di laboratorium. Parameter
uji yang dipelajari penulis meliputi COD, BOD, TSS, N-total, Nitrat, Nitrit,
Logam dan Minyak Lemak. Pengujian pada setiap parameter uji ini dilakukan
pada sampel air limbah, air sungai dan air sumur.
Dalam kegiatan praktik kerja lapangan penulis mendapat kesempatan
untuk mengambil tugas khusus mengenai analisis kadar Besi (Fe) pada sampel
air sungai batanghari secara Spektrofotometri Serapa Atom (SSA). Proses
analisa dilakukan mengacu pada SNI yang ada yaitu SNI 6989.4:2009: Cara uji
kadar logam terlarut dan logam total secara Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA). Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kadar Fe yang diperoleh
pada hulu sungai adalah sebesar 0.69165 mg/L dan kadar Fe pada hilir sungai
yaitu 0,40655.Dari nilai kadar Fe yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
kualitas air pada bagian hulu dan hilir sungai Batanghari menunjukkan nilai
yang melewati baku mutu air permukaan sesuai dengan peraturan pada PP LH
No. 22 tahun 2021 dengan batas baku mutu air yakni 0,3 mg/L.
PRAKATA
Segala puji dan rasa syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah
Subhanahu Wata’ala atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di UPTD Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi sekaligus dapat
menyelesaikan laporan hasil pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang
dilaksanakan selama dua bulan.
Dalam pelaksanaan kegiatan PKL ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dari berbagai pihak serta mendapatkan pengalaman kerja, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. Jefri Marzal, M.Sc., D.I.T selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Jambi yang memberi kesempatan untuk
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Muaro Jambi.
2. Dr. Yusnaidar, S. Si., M.Si selaku ketua jurusan matematika dan ilmu
pengetahuan alam Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi.
3. Rahmi, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Analis Kimia Fakultas
Sains dan Teknologi Sains dan Teknologi Universitas Jambi sekaligus
sebagai dosen pembimbing Praktik Kerja Lapangan (PKL) Yang selalu
memberi dukungan dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi.
4. Evi Syahrul, S.IP selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Muaro Jambi. yang telah bersedia menerima penulis untuk melakukan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) beserta penelitian yang dilaksanakan di
UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi.
5. Lita Maharani, SE. selaku Kepala UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Muaro Jambi yang telah bersedia menerima penulis
untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) beserta penelitian yang
dilaksanakan di UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Muaro Jambi.
6. Nelly Yanti AM, AK. selaku Manager Teknis UPTD Laboratorium Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi yang telah membina selama
penulis berada di UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Muaro Jambi.
7. Seluruh staff UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Muaro Jambi yang telah memberikan waktu, tenaga serta dukungan
dalam pelaksanaan Praktek Kerja lapangan (PKL) selama kurang lebih
dua bulan.
8. Kedua Orang Tua penulis dan keluarga besar yang selalu memberikan
dukungan serta mendoakan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL).
9. Kepada rekan-rekan seperjuangan yaitu mahasiswa Program Studi
Analis Kimia Universitas Jambi angkatan 2020.
10. Kepada Ria Hikmarina selaku rekan satu tempat magang sekaligus
teman satu program studi.
Serta pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu. Semoga
dengan adanya laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca.

Jambi, April 2023


Yang menyatakan

Karinda
F0B020001
DAFTAR ISI

Halaman
SURAT PERNYATAAN........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
RINGKASAN..................................................................................................... iii
PRAKATA......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................x
I. PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 3
1.3 Manfaat.................................................................................................... 3
II. METODE PELAKSANAAN.............................................................................4
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..............................................................4
2.2 Jadwal dan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.....................................4
2.3 Bidang Unit Kerja.....................................................................................4
III. GAMBARAN UMUM INSTANSI....................................................................6
3.1 Sejarah Instansi.......................................................................................6
3.2 Visi dan Misi Dinas Lingkungan hidup Kabupaten Muaro Jambi..............6
3.3 Tujuan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi......................7
3.4 Tugas Pokok Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi..............8
3.5 Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi.......................8
3.6 Struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi. . .8
3.7 Parameter Uji.........................................................................................10
pH/ Derajat keasaman...........................................................................10
Kekeruhan............................................................................................. 10
Suhu...................................................................................................... 11
Total Suspended Solid (TSS)....................................................................11
Minyak dan Lemak..................................................................................13
Sulfat...................................................................................................... 15
Total Disolved Solid (TDS)........................................................................16
Nitrit....................................................................................................... 18
Daya Hantar Listrik (DHL)......................................................................19
Biochemical Oxygen Demand (BOD)........................................................19
N-Total.................................................................................................. 20
IV. PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN..........................................22
4.1 Topik Praktik Kerja Lapangan.................................................................22
4.2 Tinjauan Pustaka...................................................................................22
4.3 Cara Uji Logam Besi (Fe) menurut SNI 6989.4:2009...............................26
4.4 Hasil dan Pembahasan..........................................................................29t
V. PENUTUP.................................................................................................... 34
5.2 Kesimpulan............................................................................................ 34
5.2 saran...................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................35
LAMPIRAN...................................................................................................... 37
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jadwal dan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan…………………………….....4


2. Larutan Standar .....................................................................................31
3. Hasil Pengujian Sampel...........................................................................32
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Standar Operasional UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup


Kabupaten Muaro Jambi...........................................................................4
2. UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi....6
3. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup………………………………..…9
4. Cara kerja spektrofotometer serapan atom ……………………………………..26
5. Grafik Larutan Standar………………………..……………………………………..32
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema Kerja ……………………………………………………………………………..37


2. Perhitungan………………………………………………………………………………38
3. Dokumentasi……………………………………………………………………………..39
4. Loogbook…………………………………………………………………………………..42
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah mata kuliah wajib di
program studi Analis Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini ditempuh dalam waktu dua bulan atau setara dengan 300
jam kerja sesuai dengan kurikulum diprogram studi Analis Kimia. Mata kuliah
PKL ini mempunyai beban studi sebesar 4 (empat) Satuan Kredit Semester
(SKS). Praktik Kerja Lapangan (PKL) bertujuan untuk mengasah keilmuan dan
kemampuan teoritik mahasiswa dalam konteks terapan dan merupakan suatu
kegiatan akademik yang mewajibkan mahasiswa melakukan kegiatan praktik
kerja lapangan secara langsung pada lembaga atau instansi yang relevan
dengan pendidikan yang diambil oleh mahasiswa dalam perkuliahan.
Mahasiswa perlu melakukan kerja secara langsung di instansi atau
lembaga yang relevan dengan program studi yang diikuti agar mahasiswa dapat
menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama masa pendidikan.
Dinas Lingkungan Hidup merupakan salah satu instansi pemerintah daerah
yang melakukan transfer ilmu pengetahuan dan informasi melalui program
Praktik Kerja Lapangan yang dijalankan. Instansi pemerintah ini mengurusi
aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Unit Pelayanan
Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Muaro Jambi. Laboratorium lingkungan hidup adalah laboratorium
pengujian yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dan perusahaan
atau instansi. UPTD Laboratorium Lingkungan Hidup dipilih sebagai tempat
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dikarenakan laboratorium ini
bergerak di bidang pengujian. Dalam hal ini mahasiswa dapat menerapkan
ilmu-ilmu yang didapatkan selama perkuliahan pada saat Praktik Kerja
Lapangan (PKL). UPTD Laboratorium Lingkungan merupakan salah satu
laboratorium yang melayani pengujian analisis kualitas air limbah, air sumur,
dan air sungai. Adapun parameter uji yang dilakukan yaitu: pH/ Derajat
keasaman, Suhu, Kekeruhan , Total Dissolved Solid (TDS), Sulfat, Minyak dan
lemak, klorida, Nitrat, Nitrit, Total Suspended Solid (TSS), Biochemical Oxygen

1
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD, N-Total dan Turbidity dan
logam berat seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn) dan Timbal (Pb).
Air merupakan salah satu komponen yang penting bagi sumber
kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tidak dapat terlepas dari
kebutuhan akan air. Namun demikian, air dapat menjadi berbahaya bilamana
tidak tersedia dalam kondisi yang baik dalam kualitas maupun kuantitasnya.
Air bersih sangat diperlukan oleh manusia, baik untuk keperluan sehari-hari,
untuk industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan
pertanian dan lain sebagainya. Menurut perhitungan World Healt Organisation
(WHO) di semua nergara-negara setiap orang membutuhkan air antara 60-120
liter perhari (Warlina, 2004).
Keberadaan logam berat dalam air mempengaruhi kehidupan biota air,
karena kemampuan biota dalam mengakumulasi logam berat yang ada dalam
air. Logam berat merupakan bahan pencemar yang berbahaya karena bersifat
toksik jika terdapat dalam jumlah besar dan mempengaruhi berbagai aspek
dalam perairan, baik secara biologis maupun ekologis. Pencemaran logam berat
terhadap lingkungan terjadi karena adanya penggunaan logam tersebut dalam
kegiatan manusia, sehingga menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan.
Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung.
Sumber-sumber pencemaran air Sungai antara lain berasal dari limbah
domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Pada daerah aliran sungai
(DAS) sumber pencemaran yang utama berasal dari limbah domestik rumah
tangga dan limbah pertanian. Masuknya bahan organik ke dalam perairan
mempunyai akibat yang sangat kompleks. Logam berat adalah unsur logam
yang mempunyai densitas >5 g/cm3 dalam air laut, logam berat terdapat dalam
bentuk terlarut dan tersuspensi. Dalam kondisi alami ini, logam berat
dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya.
Peningkatan kadar logam berat dalam air sungai umumnya disebabkan oleh
masuknya limbah industri, pertambangan, pertanian dan domestik yang
banyak mengandung logam berat.
Peningkatan kadar logam berat dalam air akan mengakibatkan logam
berat yang semula dibutuhkan untuk berbagai proses metabolisme akan
berubah menjadi racun bagi organisme akuatik (Yudo, 2006). Besi terlarut
dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe 2+) atau kation ferri (Fe 3+). Hal ini
tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air. Besi terlarut dapat
berbentuk senyawa tersuspensi, sebagai butir kolodial seperti Fe(OH) 3, FeO,
Fe2O3 dan lain-lain. Apabila konsentersi besi terlarut dalam air melebihi batas
akan menyebabkan berbagai masalah yaitu gangguan teknis berupa endapan

2
korosif, gangguan fisik timbul warna, bau dan rasa yang tidak enak, serta
gangguan kesehatan. Uji parameter Fe dilakukan untuk mengetahui kadar Fe
pada aliran sungai batanghari yang terdapat di Kabupaten Muaro Jambi.
Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan studi “Analisis Kadar Besi Pada
Sampel Air Sungai Batanghari Secara Spektrofotometri Serapan Atom di
UPTD Laboratorium Lingkungan Hidup Muaro Jambi”. Sangat penting untuk
dilakukan pemeriksaan baku mutu dari kualitas air di daerah Kabupaten
Muaro Jambi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Adapun parameter yang diteliti adalah parameter kadar Besi (Fe) dengan metode
spektrofotometri serapan atom (SSA) yang mengacu padaa SNI 6989.4:2009
tentang Cara Uji Kebutuhan Kadar Besi (Fe) dengan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) secara Tungku Karbon.
1.2 Tujuan
Penyelenggaraan kegiatan magang ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pengalaman, keterampilan, penyesuaian sikap dan
penghayatan dalam pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan.
2. Menganalisis kadar Fe pada hulu dan hilir sungai Batanghari di
Kabupaten Muaro Jambi.
3. Menetukan kualitas air pada bagian hulu dan hilir Sungai Batanghari di
Kabupaten Muaro Jambi.
1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan analisis ini adalah:
1. Melatih keterampilan mahasiswa sesuai dengan ilmu yang diperoleh
selama proses perkuliahan dalam dunia kerja.
2. Memperoleh wawasan dan keterampilan mengenai uji dan analisis
sampel sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

3
II. METODE PELAKSANAAN
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan :
Waktu : 04 Januari 2023- 10 Maret 2023
Tempat : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi
2.2 Jadwal dan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Praktik kerja lapangan dilaksanakan selama 2 bulan (300 jam) di UPTD
Laboratorium Dinas Lingungan Hidup Kaupaten Muaro Jambi.
Tabel 1. Jadwal dan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Minggu Ke
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
Pengenalan Instansi
Perusahaan (alat, instrument,
1.
SOP, SNI, baku mutu, metode
kerja)
Praktik dan pengumpulan data
2.
di laboratorium

3. Penyusunan Laporan

2.3 Bidang Unit Kerja


Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Muaro Jambi di tempatkan di Unit Pelayanan Teknis Daerah
(UPTD) Laboratorium Lingkungan. Adapun Unit Pelaksanaan Teknis Daerah
(UPTD) Labortorium Lingkungan ini mempunyai mekanisme kerja sebagai
berikut :
P
n
a
M
rg
u
t
D
A
slm
ic
je
k
T n
a
S
e
p
y

Gambar 1. Standar Operasional UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup


Kabupaten Muaro Jambi
- Tahap 1: Alur penerimaan sampel, dimulai dari konsumen yang datang
menyerahkan sampel di meja penerimaan sampel dan sampel diambil oleh

4
penerima atau petugas administrasi, serta memberikan informasi untuk
pengisian data formulir dan menentukan pemeriksaan yang di inginkan.
 Tahap 2: Selanjutnya petugas penerima sampel bertugas untuk mengisi
buku induk, menghilangkan identitas sampel dan memberi label pada
sampel, yang selanjutnya di bawa ke ruang penyimpanan sampel.
 Tahap 3: Pada tahap selanjutnya petugas analis untuk melakukan
pemeriksaan Laboratorium terhadap sampel yang di terima, sesuai dengan
permintaan konsumen.
 Tahap 4: Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh analis akan diverifikasi
oleh penyelia, kemudian penyelia membuat Laporan Hasil Uji Sementara
(LHUS).
 Tahap 5: Setelah itu pada tahap selanjutnya LHUS di serahkan ke petugas
administrasi Tata Usaha Laboratorium.
 Tahap 6: pada tahap ini petugas administrasi Laboratorium akan mengetik
LHUS menjadi LHU (Lembar Hasil Uji).
 Tahap 7: Selanjutnya Manajer Teknis akan melakukan verifikasi dan
memberikan paraf pada Lembar Hasil Uji, yang kemudian di tandatangai oleh
Kepala laboratorium.
 Tahap 8: Pada tahap selanjutnya Manajer Puncak menandatangani LHU.
 Tahap 9: Setelah di tandatangani petugas administrasi Laboratorium akan
menyerahkan Lembar Hasil Uji (LHU) kepada konsumen dan sekaligus
melakukan pengarsipan serta pelanggan melakukan pembayaran retribusi.

5
III. GAMBARAN UMUM INSTANSI
3.1 Sejarah Instansi

Gambar 2. UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro


Jambi
Pada tahun 2008 melalui Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi
Nomor 06 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan daerah dan Penanaman Modal serta Lembaga
teknis Daerah Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi membentuk Kantor
Lingkungan Hidup yang diserahkan tugas dalam bidang lingkungan hidup.
Kemudian pada tahun 2013 terjadi perubahan struktur organisasi
melalui Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 16 Tahun 2013
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi
Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Penanaman Modal Serta Lembaga
Teknis Daerah, dari semula Kantor Lingkungan Hidup berubah menjadi Badan
Lingkungan Hidup. Kembali terjadi perubahan struktur organisasi pada tahun
2017 dimana Badan Lingkungan Hidup Berubah menjai Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten muaro Jambi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Muaro Jambi Nomor 1-7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah. Tidak Lanjut dari Peraturan daerah ini maka
ditetapkan Peraturan Bupati Muari Jambi Nomor 46 Tahun 2016 tentang
kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi.
3.2 Visi dan Misi Dinas Lingkungan hidup Kabupaten Muaro Jambi
Visi :
Terwujudnya Penegelolaan Potensi Sumber Daya Alam Secara Optimal
Berkelanjutan dan berwawasan Lingkungan Menuju Muaro Jambi Tuntas
Tahun 2022.

6
Misi :
1. Meningkatkan kemampuan institusi dan kualitas aparatur lingkungan
hidup;
2. Mewujudkan sistem informasi lingkungan hidup yang terintegrasi;
3. Meningkatkan kualitas penataan dan pengkajian dampak lingkungan
hidup;
4. Meningkatkan kualitas pengawasan, pengendalian dan pencegahan
kerusakan lingkungan;
5. Meningkatkan kualitas penegakan hukum lingkungan;
6. Meningkatkan fungsi laboratorium lingkungan hidup sesuai ISO17025;
dan
7. Meningkatkan pembinaan dan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam lingkungan hidup.
3.3 Tujuan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi
1. Terwujudnya aparatur lingkungan hidup yang berkualitas;
2. Peningkatan kualitas SDM bidang teknis laboratorium lingkungan;
3. Terciptanya SDM yang berkualitas dan taat hukum lingkungan;
4. Peningkatan aparatur pengelola, verifikator, penganalisis data informasi
lingkungan;
5. Terpantaunya perubahan iklim di Kabupaten Muaro Jambi;
6. Terintegrasinya data informasi lingkungan di Kabupaten Muaro Jambi;
7. Terwujudnya kualitas pelayanan dan akses informasi SDA dan
lingkungan;
8. Terwujudnya penataan dan kajian dokumen Linkungan Hidup;
9. Terciptanya pembinaan dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
SDA dan lingkungan hidup;
10. Terwujudnya pengawasan, pengendalian dan pencegahan kerusakan
lingkungan hidup yang berkualitas;
11. Terciptanya masyarakat, penanggung jawab kegiatan atau usaha yang
taat hukum;
12. Terciptanya pelayanan penyelesaian hukum lingkungan kepada
masyarakat terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan;
13. Terpenuhinya pelayanan pengujian atas sampel air, udara dan tanah;
14. Terkendalinya mutu pengujian melalui kelengkapan sarana prasarana,
terra ulang peralatan maupun sureilen rutin atas akreditasi; dan
15. Terwujudnya pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

7
3.4 Tugas Pokok Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi
Melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas
desentralisasi bidang lingkungan hidup.
3.5 Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup daerah;
2. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang lingkungan hidup;
3. Penyelenggaran tugas pembantuan dan dana alokasi khusus bidang
lingkungan hidup;
4. Pemberian rekomendasi atas penerbitan izin lingkungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dan izin gangguan;
5. Pengevaluasian pelaksanaan program kegiatan pada sekretariat, bidang
kelompok jabatan fungsional serta Unit Pelaksana teknis Dinas; dan
6. Pemberian saran dan pertimbangan dibidang tugas kepada atasan.
3.6 Struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi
Berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi.

8
Kepala Dinas

Sekretariat

Kelompok Jabatan
Fungsional
Sub Bagian Sub Sub Bagian
Perencanaan Bagian Umum Dan
Keuanga Kepegawaian
n
Bidang Bidang Pengelolaan Bidang Penaatan
Bidang Tata Persampahan Dan SDA, Hukum,
Lingkungan Limbah B3 Keanekaragaman Pengendalian
Hayati Dan Pencemaran Dan
Peningkatan Kerusakan
Seksi Seksi Kapasitas
Seksi Lingkungan
Seksi
Perencanaan Persampahan Pengelolaan SDA Dan Pengaduan,Pengawasa
Lingkungan Keanekaragaman n Dan Penegakan
Seksi Hayati Hukum Lingkungan
Seksi Limbah Bahan Seksi Peningkatan
Berbahaya Dan Seksi Pengendalian
Kajian Dampak Kapasitas Pencemaran Dan
Lingkungan Beracun
Seksi UPTD Laboratorium Kerusakan

9
Sarana Prasarana Lingkungan Lingkungan
3.7 Parameter Uji
1) pH/ Derajat keasaman
Metode ini meliputi cara uji derajat uji keasaman (pH) air dan air limbah
dengan menggunakan alat pH meter. Metode pengukuran pH berdasarkan
pengukuran aktifitas ion hidrogen secara potensiometri dengan menggunakan
pH meter. Pengujian pH di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi
mengacu pada SNI 06-6989.11-2004 tentang cara uji derajat keasaman (pH)
dengan menggunakan alat pH meter. Adapun prosedur pengujian sebagai
berikut:
Dilakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai
instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
 Dikondisikan contoh uji sampai suhu kamar untuk contoh uji yang
mempunyai suhu tinggi.
 Dikeringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.
 Dibilas elktroda dengan contoh uji.
 Dicelupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter
menunjukkan pembacaan yang tetap.
 Dicatat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
2) Kekeruhan
Cara uji ini digunakan untuk menetapkan kekeruhan air dan air limbah
dengan nefelometer, kekeruhan maksimum yang dapat diukur dalam
pengujian ini adalah 40 Nefelometrik Turbidity Unit (NTU). Apabila contoh uji
mempunyai kekeruhan lebih dari 40 NTU maka contoh harus diencerkan.
Kekeruhan adalah sifat pembiasan dan atau penyerapan optik dari suatu
cairan, dihitung dalam satuan Nefelometrik Turbidity Unit (NTU) atau unit kerja
kekeruhan Nefelometri (UKN). Prinsip dari uji ini adalah intensitas cahaya
contoh uji yang diserap dan dibiaskan, dibandingkan terhadap intensitas
cahaya suspense baku. Pengujian kekeruhan di Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Muaro Jambi mengacu pada SNI 06-6989-.25-2005 tentang cara
uji kekeruhan dengan nefelometer. Adapun prosedur pengujiannya sebagai
berikut :
 Dioptimalkan nefelometer untuk pengujian kekeruhan, sesuai petunjuk
penggunaan alat
 Dimasukkan suspense baku kekeruhan (misalnya 40 NTU) ke dalam
tabung pada nefelometer dan dipasang tutupnya
 Dibiarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil

10
 Diatur alat sehingga menunjukkan angka kekeruhan larutan baku
(misalnya 40 NTU)
 Dicuci tabung nefelometer dengan air suling
 Dikocok contoh dan masukkan contoh ke dalam tabung pada neelometer
 Dipasang tutupnya
 Dibiarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil
 Dicatat nilai kekeruhan contoh teramati.
Perhitungan :
Kekeruhan (NTU) : A x fp
Keteranagan
A = kekeruhan dalam NTU contoh yang diencerkan
fp = factor pengenceran
3) Suhu
Cara uji ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air limbah
dengan termometer air raksa. Prinsip pada pengujian ini adalah air raksa
dalam termometer akan memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang
diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala termometer (°C).
Peralatan yang digunakan adalah Termometer air raksa yang mempunyai
skala sampai 110°C. Pada pengujian ini di Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Muaro Jambi mengacu pada SNI 06-6989.23-2005 tentang cara uji
suhu dengan termometer.
Penetapan contoh uji air permukaan
 Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan 2
menit sampai dengan 5 menit sampai termometer menunjukkan nilai
yang stabil
 Dicatat pembacaan skala termometer tanpa mengangkat lebih dahulu
termometer dari air.
Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu
 Dipasang termometer pada alat pengambil contoh uji
 Dimasukkan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman
tertentu untuk mengambil contoh uji
 Tarik alat pengambil contoh uji sampai ke permukaan
 Dicatat skala yang ditunjukkan termometer sebelum contoh air
dikeluarkan dari alat pengambil contoh
4) Total Suspended Solid (TSS)
Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang
terdapat dalam contoh uji air dan air limbah secara gravimetri. Metode ini
tidak termasuk penentuan bahan yang mengapung, padatan yang mudah

11
menguap dan dekomposisi garam mineral. residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2µm atau lebih besar
dari ukuran partikel koloid. Prinsip pada pengujian ini adalah Contoh uji yang
telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah di timbang. Residu
yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan
pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili
padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat
saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu
diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi
TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
Persiapan contoh uji
Gunakan wadah gelas atau botol plastik polietilen atau yang setara.
Pengawetan contoh
 Awetkan contoh uji pada suhu 4ºC, untuk meminimalkan dekomposisi
mikrobiologikal terhadap padatan. Contoh uji sebaiknya disimpan tidak
lebih dari 24 jam. Pengurangan gangguan Pisahkan partikel besar yang
mengapung.
 Residu yang berlebihan dalam saringan dapat mengering membentuk
kerak dan menjebak air, untuk itu batasi contoh uji agar tidak
menghasilkan residu lebih dari 200 mg. Untuk contoh uji yang
mengandung padatan terlarut tinggi, bilas residu yang menempel dalam
kertas saring untuk memastikan zat yang terlarut telah benar-benar
dihilangkan. Hindari melakukan penyaringan yang lebih lama, sebab
untuk mencegah penyumbatan oleh zat koloidal yang terperangkap pada
saringan.
Persiapan pengujian
Persiapan kertas saring atau cawan Gooch
 Letakkan kertas saring pada peralatan filtrasi. Pasang vakum dan wadah
pencuci dengan air suling berlebih 20 mL. Lanjutkan penyedotan untuk
menghilangkan semua sisa air, matikan vakum, dan hentikan
pencucian.
 Pindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi ke wadah timbang
aluminium. Jika digunakan cawan Gooch dapat langsung dikeringkan.
Keringkan dalam oven pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC selama 1
jam, dinginkan dalam desikator kemudian timbang. Ulangi langkah
sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil
dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

12
Prosedur
 penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan sedikit
air suling.
 Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh
uji yang lebih homogen.
 Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk
dengan pengaduk magnetik
 Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, biarkan
kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3
menit agar diperoleh penyaringan sempurna. Contoh uji dengan padatan
terlarut yang tinggi memerlukan pencucian tambahan.
 Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan
pindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika
digunakan cawan Gooch pindahkan cawan dari rangkaian alatnya.
 Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103ºC
sampai dengan 105ºC, dinginkan dalam desikator untuk
menyeimbangkan suhu dan timbang.
 Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan lakukan
penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan
berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih
kecil dari 0,5 mg.
Perhitungan :
( A−B ) x 1000
mg TSS per liter =
volume contoh uji
keterangan:
A = berat kertas saring + residu kering, mg;
B = berat kertas saring, mg.
5) Minyak dan Lemak
Metoda ini untuk menentukan minyak dan lemak dalam contoh uji air
dan air limbah secara gravimetri. Metoda ini termasuk penanganan emulsi
tertentu, zat yang tidak menguap, zat lain yang terekstraksi oleh pelarut dari
contoh uji yang diasamkan seperti senyawa belerang, pewarna organik
tertentu dan klorofil. Metoda ini tidak dapat digunakan untuk mengukur
fraksi yang mempunyai titik didih lebih kecil dari 70°C bila menggunakan
pelarut trichlorotriflouroethane atau bila menggunakan pelarut campuran n-
hexana dengan methyl tert buthyl ether (80 : 20) pada titik didih di bawah
85ºC. Metoda ini dapat digunakan untuk contoh uji yang mengandung minyak
dan lemak lebih besar dari 10 mg/L.

13
Minyak mineral, minyak nabati, asam lemak, sabun, malam yang dapat
terekstrak oleh pelarut campuran n-hexana dan methyl tert buthyl ether
(MTBE) (80:20). Minyak mineral adalah minyak yang berasal dari tambang
minyak termasuk crude oil dan fraksi-fraksi lainnya. Prinsip pada pengujian
ini adalah Minyak dan lemak dalam contoh uji air diekstraksi dengan pelarut
organik dalam corong pisah dan untuk menghilangkan air yang masih tersisa
digunakan Na2SO4 anhidrat. Ekstrak minyak dan lemak dipisahkan dari
pelarut organik secara destilasi. Residu yang tertinggal pada labu destilasi
ditimbang sebagai minyak dan lemak. Pengujian minyak dan lemak di Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi mengacu pada SNI 06-6989.10-
2004 tentang cara uji minyak dan lemak secara gravimetri.
Prosedur
 Pindahkan contoh uji ke corong pisah. Tentukan volume contoh uji
seluruhnya (tandai botol contoh uji pada meniskus air atau timbang
berat contoh uji). Bilas botol contoh uji dengan 30 mL pelarut organik
dan tambahkan pelarut pencuci ke dalam corong pisah.
 Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan lapisan memisah, keluarkan
lapisan air.
 Keluarkan lapisan pelarut melalui corong yang telah dipasang kertas
saring dan 10 g Na2SO4 anhidrat, yang keduanya telah dicuci dengan
pelarut, ke dalam labu bersih yang telah ditimbang.
 Jika tidak dapat diperoleh lapisan pelarut yang jernih (tembus pandang),
dan terdapat emulsi lebih dari 5 mL, lakukan sentrifugasi selama 5
menit pada putaran 2400 rpm.
 Pindahkan bahan yang disentrifugasi ke corong pisah dan keringkan
lapisan pelarut melalui corong dengan kertas saring dan 10 g Na 2SO4,
yang keduanya telah dicuci sebelumnya, ke dalam labu bersih yang telah
ditimbang.
 Gabungkan lapisan air dan emulsi sisa atau padatan dalam corong
pisah. Ekstraksi 2 kali lagi dengan pelarut 30 mL tiap kalinya,
sebelumnya cuci dahulu wadah contoh uji dengan tiap bagian pelarut.
 Ulangi langkah pada butir e) jika terdapat emulsi dalam tahap ekstraksi
berikutnya.
 Gabungkan ekstrak dalam labu destilasi yang telah ditimbang, termasuk
cucian terakhir dari saringan dan Na 2SO4 anhidrat dengan tambahan 10
mL sampai dengan 20 mL pelarut.
 Destilasi pelarut dalam penangas air pada suhu 85°C. Untuk
memaksimalkan perolehan kembali pelarut lakukan destilasi .

14
 Saat terlihat kondensasi pelarut berhenti, pindahkan labu dari penangas
air. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit pastikan labu kering
dan timbang sampai diperoleh berat tetap.

Perhitungan :
Jumlah minyak-lemak dalam contoh uji:
( A−B ) x 1000
Kadar minyak-lemak (mg /L) =
volume contoh uji
Keterangan
A = berat labu + ekstrak, mg;
B = berat labu kosong, mg.
6) Sulfat
Metode ini digunakan untuk penentuan sulfat, SO 42- dalam air dan air
limbah secara turbidimetri pada kisaran 1 mg/L sampai dengan 40 mg/L pada
panjang gelombang 420 nm. Larutan blanko atau air suling bebas sulfat
adalah air suling yang tidak mengandung sulfat atau mengandung sulfat
dengan kadar lebih rendah dari batas deteksi. Kertas saring bebas sulfat
adalah kertas saring yang bahan bakunya tidak mengandung sulfat. Prinsip
pada pengujian ini adalah Ion sulfat bereaksi dengan barium klorida dalam
suasana asam akan membentuk suspensi barium sulfat dengan membentuk
kristal barium sulfat yang sama besarnya diukur dengan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 420 nm. Pada pengujian ini Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Muaro Jambi mengacu pada SNI 06-6989.20-2019 tentang
cara uji sulfat SO42- secara turbidimetri.
SO42- + BaCl2 →BaSO4 + 2Cl
Persiapan dan pengawetan contoh uji
 Saring contoh uji dengan kertas saring bebas s ulfat.
 Apabila tidak dapat segera dianalisa maka contoh uji disimpan pada
suhu 40˚C dengan waktu simpan tidak lebih 28 hari.
Pembuatan larutan induk sulfat SO42- 100 mg/L
 Keringkan serbuk Na2SO4 anhidrat dalam oven pada suhu 105˚C selama
24 jam kemudian dinginkan dalam desikator.
 Timbang 1,479 g Na2SO4 anhidrat dan larutkan dengan air suling bebas
sulfat dalam labu ukur 1000 mL.
 Tepatkan sampai tanda tera dan kocok sampai homogen.
Pembuatan larutan kerja sulfat SO42-
 Pipet 0 mL; 10 mL; 20 mL dan 30 mL larutan baku sulfat 100 mg/L,
masukkan ke dalam labu ukur 100 mL.

15
 Tambahkan air suling bebas sulfat sampai tanda tera sehingg diperoleh
konsentrasi sulfat: 0,0 mg/L; 10,0 mg/L; 20,0 mg/L dan 30,0 mg/L.
Pembuatan kurva kalibrasi
 Optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk alat untuk pengujian
kadar sulfat.
 Pindahkan masing-masing 50 mL larutan kerja sulfat ke dalam
erlenmeyer 250 mL.
 Tambahkan 20 mL larutan buffer dan homogenkan dengan cara diaduk
menggunakan pengaduk magnet pada kecepatan tetap selama (60 + 2)
detik, sambil di aduk tambahkan 0,2 g sampai dengan 0,3 g barium
klorida, BaCl2.
 Lakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
420 nm setelah (5 + 0,5) menit penambahan barium klorida.
 Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.
Prosedur
 Gunakan 100,0 mL contoh uji, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
 Lakukan analisis pada langkah pembuatan kurva kalibrasi
 Lakukan analisis duplo - triplo.
 Buat spike matriks dengan cara sebagai berikut: - ambil 50 mL contoh
uji, di tambah 20 mL larutan baku sulfat 1,0 mg/mL dan encerkan
dengan air suling hingga volumenya 100,0 mL, masukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL.
Perhitungan :
Konsentrasi sulfat (mg/L) = C x f
Keterangan :
C = konsentrasi contoh uji hasil pengukuran;
f = faktor pengenceran.
7) Total Disolved Solid (TDS)
Cara uji untuk menentukan kadar padatan total dalam air dan air
limbah, termasuk padatan total yang menguap dan padatan total yang terikat.
Dalam pengujiannya, penimbangan padatan total tidak boleh lebih dari 200
mg. Padatan total adalah semua bahan yang terdapat dalam contoh air setelah
dipanaskan 103˚C sampai dengan 105˚C selama tidak kurang dari 1 jam.
Padatan total yang menguap adalah padatan total yang menghilang setelah
pemanasan pada suhu 550˚C selama tidak kurang dari 15 menit. Padatan
total yang terikat padatan total yang tersisa adalah setelah pemanasan pada
suhu 550˚C tidak kurang dari 15 menit. Prinsip pada pengujian ini adalah
Penguapan contoh uji pada suhu 103˚C sampai dengan 105˚C kemudian

16
timbang hingga berat tetap. Pengujian TDS di Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Muaro Jambi mengacu pada SNI 06-6989.26-2005 tentang Cara uji
kadar padatan total secara gravimetri.
Persiapan cawan
 masukkan cawan ke oven pada suhu 103˚C sampai dengan 105˚C
selama 1 jam;
 Keluarkan cawan dari oven dan dinginkan dalam desikator;
 Segera timbang dengan neraca analitik;
 Ulangi langkah tersebut sehingga diperoleh berat tetap (catat sebagai
A1(g));
 Jika ingin menguji total solid yang menguap, maka masukkan cawan ke
dalam tanur pada suhu 550˚C selama 60 menit;
 Keluarkan cawan dari tanur dan biarkan pada suhu kamar;
 Dinginkan dalam desikator, segera timbang dengan neraca analitik (catat
sebagai A2(g)).
Pengujian padatan total
 kocok contoh uji sampai homogen;
 pipet 50 mL sampai dengan 100 mL contoh uji, masukkan ke dalam
cawan. Volume contoh uji ini disesuaikan agar padatan tersuspensi yang
ditimbang tidak lebih besar dari 200 mg;
 uapkan contoh uji yang ada dalam cawan sehingga kering pada
penangas air;
 masukkan cawan yang berisi padatan total yang sudah kering ke dalam
oven pada suhu 103˚C - 105˚C selama tidak kurang dari 1 jam;
 pindahkan cawan dari oven dengan penjepit dan dinginkan dalam
desikator;
 keluarkan cawan dari desikator dan segera timbang dengan neraca
analitik;
 ulangi langkah tersebut sehingga diperoleh berat tetap (catat sebagai B
(g)).
Pengujian padatan total yang menguap
 lanjutkan langkah tersebut dengan memanaskan cawan yang berisi
padatan total yang sudah ditimbang di dalam tanur pada suhu 550˚C
selama 15 sampai 20 menit;
 keluarkan cawan dari tanur dan biarkan pada suhu kamar; dinginkan
dalam desikator dan segera timbang dengan neraca analitik;

17
 ulangi langkah tersebut sehingga diperoleh berat tetap (catat sebagai C
(g)).
Perhitungan :

B – A 1¿ x 106 mL ¿
Kadar padatan total (mg/L) =
ml contohuji
Keterangan:
B =berat tetap (g) cawan berisi padatan total setelah pemanasan 103˚C -
105˚C;
A1 = berat tetap (g) cawan kosong setelah pemanasan 103˚C - 105˚C
8) Nitrit
Metode ini digunakan untuk penentuan nitrit, NO 2 dalam air dan air
limbah secara spektrofotometri pada kisaran kadar 0,01 mg/L sampai dengan
1,00 mg/L NO2 . Jika menggunakan kuvet 1 (satu) cm dalam penetuan kadar
nitrit, NO2 dapat diperoleh kadar sampai dengan 0,18 mg/L NO 2. Untuk
meningkatkan ketelitian pembacaan dapat digunakan kuvet yang lebih
panjang lintasannya (5 cm atau 10 cm) Metode ini digunakan untuk contoh uji
air yang tidak berwarna. Prinsip pada pengujian ini adalah Nitrit dalam
suasana asam pada pH 2,0 – 2,5 akan bereaksi dengan sulfanilamid (SA) dan
N- (1-naphthyl) ethylene diamine dihydrochloride (NED dihydrochloride)
membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan. Warna yang
terbentuk diukur absorbansinya secara spektrofotometri pada panjang
gelombang maksimum 543 nm.
Pembuatan kurva kalibrasi
 Optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat.
 Ke dalam masing-masing 50 mL larutan kerja tambahkan 1 mL larutan
sulfanilamida, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit.
 Tambahkan 1 mL larutan NED dihidrochlorida, kocok dan biarkan
selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi
(pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam)
 Baca masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm
 Buat kurva kalibrasinya.
Prosedur
 Pipet 50 mL contoh uji, masukkan ke dalam gelas piala 200 mL
 Tambahkan 1 mL larutan sulfanilamida, kocok dan biarkan 2 menit
sampai dengan 8 menit
 Tambahkan 1 mL larutan NED dihidrochlorida, kocok biarkan selama 10
menit dan segera lakukan pengukuran (pengukuran tidak boleh
dilakukan lebih dari 2 jam).

18
 Baca absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm.
Perhitungan :
 Masukkan hasil pembacaan absorbansi contoh uji ke dalam kurva
kalibrasi.
 Kadar nitrit adalah hasil pembacaan larutan konsentrasi contoh uji dari
kurva kalibrasi.
9) Daya Hantar Listrik (DHL)
Metode ini meliputi cara uji daya hantar listrik (DHL) air dan air limbah
dengan menggunakan alat konduktimeter. daya hantar listrik adalah
kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam
µmhos/cm (µS/cm). Prinsip pada pengujian ini adalah Daya hantar listrik
diukur dengan elektroda konduktimeter dengan menggunakan larutan kalium
klorida, KCl sebagai larutan baku pada suhu 25°C. pengujian DHL di Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi mengacu pada SNI 06-6989.1-
2004 tentang cara uji daya hantar lsitrik (DHL).
Prosedur
 Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.
 Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktimeter
menunjukkan pembacaan yang tetap.
 Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktimeter
dan catat suhu contoh uji
10) Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Cara uji ini digunakan untuk menentukan jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh mikroba aerobik untuk mengoksidasi bahan organik karbon
dalam contoh uji air limbah atau air yang tercemar yang tidak mengandung
atau yang telah dihilangkan zat-zat toksik dan zat-zat pengganggu lainnya.
Pengujian dilakukan pada suhu 20°C ± 1°C selama 5 hari ± 6 jam. Prinsip
pada pengujian ini adalah sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan
pengencer jenuh oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi dan bibit
mikroba, kemudian diinkubasi dalam ruang gelap pada suhu 20°C ± 1°C
selama 5 hari. Nilai BOD dihitung berdasarkan selisih konsentrasi oksigen
terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari. Bahan kontrol standar dalam uji BOD
ini, digunakan larutan glukosa-asam glutamat. Pengujian BOD di Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi mengacu pada SNI 6989.72:2009
tentang Cara uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand/
BOD). Pengambilan contoh uji Contoh uji di ambil berdasarkan SNI 06-
6989.57-2008 untuk metoda pengambilan contoh air permukaan dan SNI 06-
6989.59-2008 untuk metoda pengambilan contoh air limbah.

19
Pengujian
 Siapkan 2 buah botol DO, tandai masing-masing botol dengan notasi A1;
A2;
 Masukkan larutan contoh uji ke dalam masing-masing botol DO A1 dan
A2;
 Sampai meluap, kemudian tutup masing masing botol secara hati-hati
untuk menghindari terbentuknya gelembung udara
 Lakukan pengocokan beberapa kali, kemudian tambahkan air bebas
mineral pada sekitar mulut botol DO yang telah ditutup; d) simpan botol
A2 dalam lemari inkubator 20°C ± 1°C selama 5 hari;
 Lakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan dalam botol A1
dengan alat DO meter yang terkalibrasi sesuai dengan metoda titrasi
secara iodometri (modifikasi Azida) sesuai dengan SNI 06- 6989.14-2004.
Hasil pengukuran, merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (A1).
Pengukuran oksigen terlarut pada nol hari harus dilakukan paling lama
30 menit setelah pengenceran;
 Ulangi pengerjaan perlakuan ke-4) untuk botol A2 yang telah diinkubasi
5 hari ± 6 jam. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai
oksigen terlarut 5 hari (A2);
 Lakukan pengerjaan perlakuan pertama sampai keenam untuk
penetapan blanko dengan menggunakan larutan pengencer tanpa contoh
uji. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut
nol hari (B1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (B2);
 Lakukan pengerjaan perlakuan pertama sampai keenam untuk
penetapan kontrol standar dengan menggunakan larutan glukosa-asam
glutamate. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen
terlarut nol hari (C1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (C2);
 Lakukan kembali pengerjaan perlakuan pertama sampai keenam
terhadap beberapa macam pengenceran contoh uji.
11) N-Total
Nitrogen total adalah jumlah keseluruhan nitrogen yang terdapat dalam
limbah cair atau sampel, air permukaan dan lainnya. Analisis air limbah
terhadap nitrogen total meliputi berbagai nitrogen yang berbeda-beda yaitu
amoniak, nitrit, dan nitrat. Hubungan yang timbul diantara berbagai bentuk
campuran nitrogen dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam alam pada
umumnya digambarkan dengan siklus nitrogen. Di dalam air limbah
kebanyakan dari nitrogen itu pada dasarnya terdapat dalam bentuk organik
atau nitrogen protein dan amoniak. Setingkat demi setingkat nitrogen organik

20
dirubah menjadi nitrogen amoniak, dalam kondisi-kondisi aerobic , oksidasi
dari amoniak menjadi nitrit dan nitrat terjadi sesuai waktunya.

21
IV. PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
4.1 Topik Praktik Kerja Lapangan
Kegiatan yang dilakukan saat melaksanakan praktik kerja lapangan
yaitu melakukan analisa terhadap sampel yang masuk ke UPTD Laboratorium
Lingkungan DLH Muaro Jambi untuk dilakukan pengujian. Dalam penentuan
topik pada laporan ini, penulis melakukan uji terhadap parameter yang
digunakan yaitu parameter uji untuk menentukan kadar logam Besi (Fe)
terlarut pada hulu dan hilir air sungai Batanghari. Apabila kadar logam Besi
(Fe) terlarut melebihi batas maksimum di dalam air, maka akan mengakibatkan
dampak yang tidak baik bagi kelestarian lingkungan serta bagi kesehatan
masyarakat.
Penentuan kadar Fe terlarut ini menggunakan alat spektrofotometer
yaitu Spektrometer Serapan Atom (SSA). Jadi dalam laporan ini akan
membahas mengenai cara penentuan kadar Fe terlarut pada hulu dan hilir air
sungai Batanghari dengan menggunakan instrumen berupa spektrometer
Serapan Atom (SSA).
4.2 Tinjauan Pustaka
Logam Besi (Fe) Terlarut
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai densitas > 5 g/cm 3
dalam air laut, logam berat terdapat dalam bentuk terlarut dan tersuspensi.
Dalam kondisi alami ini, logam berat dibutuhkan oleh organisme untuk
pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Peningkatan kadar logam berat
dalam air sungai umumnya disebabkan oleh masuknya limbah industri,
pertambangan, pertanian dan domestik yang banyak mengandung logam berat.
Peningkatan kadar logam berat dalam air akan mengakibatkan logam berat
yang semula dibutuhkan untuk berbagai proses metabolisme akan berubah
menjadi racun bagi organisme akuatik (Yudo, 2006).
Besi merupakan logam dengan nomor atom 26, dan memiliki berat atom
55. Besi (Fe) merupakan salah satu unsur dibumi yang terdapat pada berbagai
lapisan bumi. Besi menyusun 5-5,6% dari kerak bumi dan 35% dari masa
bumi. Besi (Fe) sendiri merupakan unsur esensial yang dibutuhkan oleh
mahluk hidup termasuk manusia, dimana besi (Fe) berperan dalam proses
respirasi sel serta sebagai kofaktor enzim yang digunakan dalam reaksi reduksi
dan oksidasi untuk produksi energi yang terdapat pada semua sel tubuh. Besi
(Fe) merupakan salah satu logam yang banyak ditemukan pada lapisan tanah
atau batuan bumi dan pada badan air, bahkan pada beberapa tempat dibumi
konsentrasi Fe mencapai 70%. Besi (Fe2+) dapat ditemukan pada kondisi
anaerob dan dalam suasana asam, di air tanah sendiri biasanya terbentuk

22
anaerob akibat memiliki CO2 dengan jumlah yang relatif banyak dengan
memiliki ciri pH yang rendah (Widowati et al., 2008).
Keberadaan Fe dalam air dapat menimbulkan rasa anyir, warna kuning,
pertumbuhan bakteri besi, serta secara keseluruhan keberadaannya dalam air
menampakan kekeruhan. Besi dalam air berbentuk ion bervalensi dua (Fe 2+)
dan bervalensi tiga (Fe3+). Dalam bentuk ikatan dapat berupa Fe 2O3, Fe(OH)2,
Fe(OH)3 atau FeSO4 tergantung dari unsur lain yang mengikatnya. Besi dalam
air dapat bersumber dari dalam tanah sendiri di samping dapat pula berasal
dari sumber lain, diantaranya dari larutnya logam besi, cemaran dari besi atau
endapan buangan industri. Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh
manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, tetapi zat besi yang
melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah
kesehatan, dan apabila terakumulasi di dalam tubuh, Fe dapat menyebabkan
beberapa gangguan kesehatan, misalnya pada manusia menyebabakan iritasi
pada kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan dalam jangka panjang
menyebabkan kanker (Kurniawan et al., 2020).
Air sungai
Air merupakan sumber daya alam yang krusial bagi kelangsungan hidup
seluruh makhluk bumi. Kebutuhan air rata-rata umumnya adalah sebesar 60
liter/orang/hari untuk segala keperluannya. Pada tahun 2000, dengan jumlah
penduduk dunia sebesar 6,121 miliar diperlukan air bersih sebanyak 367 km 3,
diperkirakan pada tahun 2025 diPerlukan sebanyak 492 km 3 dan pada tahun
2100 diperlukan 611 km3 air bersih perhari (Utomo et al., 2018). Dewasa ini air
menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Hal
ini disebabkan untuk mendapatkan air yang bersih sesuai dengan standar, saat
ini air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil
kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan
lainnya (Harmayani dan Konsukartha, 2007).
Sungai Batanghari Provinsi Jambi merupakan sumber baku utama air
PDAM Kota Jambi. Berbagai macam aktivitas di sepanjang Sungai Batanghari
seperti pertanian, industri, kompleks Pasar Angso Duo (Pasar Induk Kota
Jambi), pertambangan dan objek wisata menjadikan kualitas air Sungai
Batanghari harus diperhatikan secara khusus agar tidak tercemar. Berbagai
limbah yang dihasilkan dari aktivitas – aktivitas tersebut dapat mepengaruhi
kualitas air Sungai Batanghari, terutama kandungan logam beratnya. Kualitas
pasokan air dari daerah tangkapan tersebut dipengaruhi oleh berbagai aktivitas
manusia yang tercakup di dalamnya. Semakin meningkatnya beban pencemar
yang masuk ke dalam badan air dapat menyebabkan meningkatnya degradasi

23
lingkungan perairan sehingga memengaruhi daya dukung dan daya tampung
perairan (Yanova et al, 2020).
Pencemaran yang berbahaya yang ada di perairan sungai antara lain
ialah pencemaran logam berat. Logam berat merupakan salah satu jenis zat
polutan lingkungan yang paling umum dijumpai dalam perairan. Logam berat
yang ada pada perairan, suatu saat akan turun dan mengendap pada dasar
perairan, membentuk sedimentasi dan juga menyebabkan masyarakat yang
menggunakan air yang mengandung logam berat tersebut akan memiliki
peluang yang sangat besar untuk terkontaminasi logam berat tersebut. Air yang
mengandung logam berat akan menjadi bahan racun dalam tubuh makhluk
hidup dan organisme lain yang ada didalam sungai tersebut (Gala et al., 2022).
Salah satu parameter yang menjadi perhatian adalah keberadaan Fe.
Buangan industri yang mengandung senyawa logam berat Fe bukan hanya
bersifat toksik terhadap tumbuhan tetapi juga terhadap hewan dan manusia.
Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat yang sulit di degradasi, sehingga
mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara
alami sulit dihilangkan, dapat terakumulasi dalam biota perairan termasuk
kerang, ikan dan sedimen, memiliki waktu paruh yang tinggi dalam tubuh biota
laut serta memiliki nilai factor konsentrasi yang besar dalam tubuh organisme
(Supriyanti dan Endrawati, 2015). Parulian (2009) Menjelaskan Logam Fe
merupakan logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih dapat
menimbulkan efek racun. Tingginya kandungan logam Fe akan berdampak
terhadap kesehatan manusia diantaranya bisa menyebabkan keracunan
(muntah), kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, radang
sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare,
pusing, mudah lelah, hepatitis, hipertensi dan insomnia.
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pertama kali
dikembangkan oleh Metals. SSA ditujukan untuk mengetahui unsur logam
renik didalam sampel yang dianalisa. Spektrofotometer Serapan Atom
didasarkan pada penyerapan energy sinar oleh atom atom netral dalam keadaan
gas, untuk itu diperlukan kalor atau panas. Alat ini digunakan untuk analisa
logam sedangkan untuk non logam jarang sekali. Pada metode ini larutan
sampel diubah menjadi bentuk aerosol didalam bagian pengkabutan (Nebulizer)
pada alat SSA, selanjutnya diubah ke dalam bentuk atom-atomnya barupa garis
didalam nyala. SSA nyala memberikan kemudahan dalam pengoprasian alat
dengan ketelitian dan kepekaan yang cukup tinggi tetapi mempunyai

24
kelemahan dalam penggunaan nyala yaitu efesiensi pengatoman rendah,
penggunaan gas mempertinggi biaya oprasional, kemungkinan bahaya ledakan
dan memerlukan cuplikan dalam jumlah cukup banyak. Untuk mengatasi hal-
hal tersebut, dikembangkan teknik tanpa nyala menggunakan tungku grafit
sebagai pengganti nyala yang mempunyai efesiensi atomisasi 90% dibanding
nyala efesiensi atomisasi 10%.
Menurut Syahputra (2004), Komponen-komponen instrumen
Spektrofotometer Serapan Atom:
1. Sumber Sinar, sumber radiasi SSA adalah Hallow Cathode Lamp
(HCL). Setiap pengukuran dengan menggunakan SSA harus menggunakan
Hallow Cathode Lamp khusus dimana lampu ini akan memancarkan energi
radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron
atom.
2. Sumber Atomisasi dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem nyala dan
sistem tanpa nyala. Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala
dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel akan masuk ke
nyala dalam bentuk aerosol. Jenis nyala yang digunakan secara luas untuk
pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan
kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit
dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi, dan
flourosensi.
3. Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan
radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh
Hallow Cathode Lamp.
4. Detektor merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah energi
cahaya menjadi energi listrik yang memberikan suatu isyarat listrik
berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.
5. Sistem Pengolah Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat
arus dari detektor menjadi besaran daya serap atom transmisi yang selanjutnya
diubah menjadi data dalam sistem pembacaan. Sistem pembacaan merupakan
bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh
mata.
Kondisi optimum parameter pada saat Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) yang perlu mendapatkan perhatian adalah panjang gelombang, laju alir
pembakar, laju alir oksidan, kuat arus lampu katoda cekung (Hallow Catode
Lamp), lebar celah dan tinggi pembakar burner. Pada kondisi optimum
perubahan serapan akibat perubahan konsentrasi akan lebih sensitif kondisi
optimum peralatan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) (Rohman & Gandjar,

25
2007). Tahapan proses yang terjadi dalam tungku adalah penguapan pelarut
(100°C-200°C), pengabuan bahan organik (600°C-1000°C), setelah langkah ini
gas inert dialirkan dan kemudian logam diuapkan (1500 °C-3000°C) dan
absorbansinya diukur. Suatu modifier dapat ditambahkan untuk mencegah
hilangnya analit.

Gambar 4. Cara kerja spektrofotometer serapan atom


4.3 Cara Uji Logam Besi (Fe) menurut SNI 6989.4:2009
1. Ruang lingkup
Metode ini digunakan untuk penentuan logam besi (Fe) total dan terlarut
dalam air dan air limbah secara spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA)
pada kisaran kadar Fe 0,3 mg/L sampai dengan 10 mg/L dengan panjang
gelombang 248,3 nm.
2. Istilah dan Definisi
a. Air bebas mineral
Air yang diperoleh dengan cara penyulingan ataupun proses
demineralisasi sehingga diperoleh air dengan konduktifitas lebih kecil
dari 2 μ S/cm
b. Besi terlarut
Besi dalam air yang dapat lolos melalui saringan membran
berpori 0,45 μ m
c. Besi total
Besi yang terlarut dan tersuspensi dalam air setelah dilakukan
proses pemanasan denganasam kuat
d. Blind sampel
Larutan dengan kadar analit tertentu yang diperlakukan seperti
contoh uji
e. Kurva kalibrasi
Grafik yang menyatakan hubungan kadar larutan kerja dengan
hasil pembacaan serapan yang merupakan garis lurus

26
f. Larutan induk
Logam besi (Fe) larutan yang mempunyai kadar logam besi 100
mg Fe/L yang digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar
yang lebih rendah
g. Larutan baku
Logam besi (Fe) larutan induk logam besi yang diencerkan
dengan air bebas mineral sampai kadar tertentu
h. Larutan kerja
Logam besi (Fe) larutan baku logam besi yang diencerkan,
digunakan untuk membuat kurva kalibrasi
i. Larutan blanko
Air bebas mineral yang diasamkan atau perlakuannya sama
dengan contoh uji.
j. Larutan pengencer
Larutan yang digunakan untuk mengencerkan larutan kerja,
yang dibuat dengan cara menambahkan asam nitrat pekat ke dalam air
bebas mineral hingga pH ≤ 2
k. Larutan pencuci
Larutan yang digunakan untuk mencuci semua peralatan gelas
dan plastik
l. Matrix modifier
Bahan yang digunakan untuk mengurangi gangguan matriks
contoh uji
m. Spike matrix
Contoh uji yang diperkaya dengan larutan baku dengan kadar tertentu.
3. Cara Uji
a. Prinsip
Analit logam besi dalam nyala udara asetilen diubah menjadi
bentuk atomnya, menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasal
dari lampu katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan
kadar analit.
b. Bahan
a) Air bebas mineral
b) Asam nitrat (HNO3 ) pekat
c) Larutan standar logam besi (Fe)
d) Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi
e) Larutan pengencer HNO3 0,05 M
f) Larutan pencuci HNO3 5% (v/v)

27
g) Larutan kalsium
c. Peralatan
a) Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyalab)
b) Lampu katoda berongga ( Hollow Cathode Lamp , HCL) besi;c)
c) Gelas piala 100 mL dan 250 mL
d) Pipet volumetrik 10,0 mL dan 50,0 mL
e) Labu ukur 50,0 mL; 100,0 dan 1000,0 mL
f) Erlenmeyer 100 mL
g) Corong gelas
h) Kaca arloji pemanas listrik
i) Seperangkat alat saring vakum
j) Saringan membran dengan ukuran pori 0,45 µm
k) Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001
l) Labu semprot.
d. Pengawetan contoh uji
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji
diawetkan sesuai petunjuk di bawahini
Wadah : Botol plastik (polyethylene) atau botol gelas
Pengawet :
a) Untuk logam terlarut, saring dengan saringan membrane berpori
0,45 μm dan diasamkan dengan HNO3 hingga pH < 2
b) Untuk logam total, asamkan dengan HNO3 hingga pH < 2
Lama Penyimpanan : 6 bulan
Kondisi Penyimpanan : Suhu ruang
e. Persiapan pengujian
1. Persiapan contoh uji besi terlarut
Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan
membran berpori 0,45 μ m dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.
2. Pembuatan larutan induk logam besi 100 mg Fe/L
a) Timbang ± 0,100 g logam besi, masukkan ke dalam labu ukur
1000,0 mL
b) Tambahkan campuran 10 mL HCl (1+1) dan 3 mL HNO 3 pekat
sampai larut (100 mg Fe/L)
c) Tambahkan 5 mL HNO3 pekat lalu encerkan dengan air bebas
mineral hingga tanda tera
d) Hitung kembali kadar sesungguhnya berdasarkan hasil
penimbangan.
3. Pembuatan larutan baku logam besi 10 mg Fe/L

28
a) Pipet 10,0 mL larutan induk logam besi 100 mg Fe/L, masukkan
ke dalam labu ukur100,0 mL
b) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan
homogenkan.
4. Pembuatan larutan kerja logam besi
Buat deret larutan kerja dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3
(tiga) kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada
rentang pengukuran.
f. Pembuatan kurva kalibrasi
1. Operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk
penggunaan alat untuk pengukuran besi
2. Aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-nyala kemudian atur
serapan hingga nol
3. Aspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA-nyala, lalu
ukur serapannya pada panjang gelombang 248,3 nm, kemudian
catat, lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan
pengencer
4. Buat kurva kalibrasi dari data pada 2 dan 3 di atas, dan tentukan
persamaan garis lurusnya
5. Jika koefisien korelasi regresi linier (r) < dari 0,995, periksa kondisi
alat dan ulangi langkah pada butir 2 dan 3 hingga diperoleh nilai
koefisien r ≥ 0,995.
g. Pengukuran contoh uji
1. Aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya
pada panjang gelombang 248,3 nm. Bila diperlukan, lakukan
pengenceran
2. Catat hasil pengukuran
h. Perhitungan
% RPD pada sampel dihitung sebagai berikut:
Hasil terbesar −Hasilterkecil
% RPD ¿ ×100
rata−rata
4.4 Hasil dan Pembahasan
Uji analisis analisi kadar besi (Fe) terlarut pada hulu dan hilir sungai
yang dilakukan di UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Muaro Jambi. Berbagai limbah yang dihasilkan dari aktivitas – aktivitas
tersebut dapat memengaruhi kualitas air Sungai Batanghari, terutama
kandungan logam beratnya. Semakin meningkatnya beban pencemar yang
masuk ke dalam badan air dapat menyebabkan meningkatnya degradasi

29
lingkungan perairan sehingga memengaruhi daya dukung dan daya tampung
perairan hulu adalah awal mula aliran sungai dan air yang mengalir di hulu
biasanya lebih jernih. Pengujian sampel ini dilakukan berdasarkan SNI
6989.4:2009 dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Metode ini
digunakan untuk penentuan logam besi (Fe) total dan terlarut dalam air dan air
limbah secara spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA) pada kisaran kadar Fe
0,3 mg/L sampai dengan 10 mg/L dengan panjang gelombang 248,3 nm.
Pada penentuan kadar besi (Fe) ini menggunakan metode Spektrometri
Serapan Atom (SSA) jenis flame dengan gas asetilen (C 2H2) dan O2, asetilen
digunakan karena stabil, lebih mudah dioperasikan dan cukup menghasilkan
atomisasi yang memungkinkan dengan sensitivitas yang bagus dan bebas dari
inteferensi untuk banyak logam. Selain itu dapat juga merusak beberapa
senyawa tahan panas yang dapat bereaksi dengan analit. Metode ini berprinsip
pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada
panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Setiap alat SSA
terdiri atas tiga komponen yaitu unit atomisasi, sumber radiasi, sistem
pengukuran fotometrik. Sumber cahaya SSA adalah sumber cahaya dari lampu
katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan
kedalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudian radiasi
tersebut diteruskan ke detector melalui monokromator. Chopper digunakan
untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi dan radiasi yang
berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah, searah arus (DC) dari emisi
nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel.
Pada pengujian kadar besi (Fe) terlarut, tahap pertama yang dilakukan
adalah preparasi sampel. Sampel yang diambil dari bagian hulu dan hilir sungai
batanghari. Hulu sungai adalah titik mula suatu sungai dan tempat sumber
airnya muncul. Sedangkan hilir adalah sebuah aliran sungai yang berada
dibawah yang merupakan ujung akhir aliran sungai atau biasa disebut dengan
daerah tempat berakhirnya sebuah aliran sungai. Di bagian hilir inilah sampel
yang diuji mempunyai kadar logam yang tinggi, karena terjadinya erosi dari
hulu sungai dan dapat mengangkut partikel-partikel tersuspensi kebagian hilir
sungai.
Sampel yang berwujud cairan limbah yang masih pekat dan keruh ini
merupakan logam total. Sampel yang didapat kemudian disaring menggunakan
kertas saring 0,45 m. Tujuan penyaringan memisahkan larutan atau sampel
dari partikel-patikel yang mengganggu, sehingga sampel yang semula
merupakan logam total menjadi logam terlarut yang dapat dianalisa. Pada
preparasi sampel ini dilakukan proses destruksi dengan asam kuat, asam kuat

30
yang digunakan yaitu HNO3 pekat sampai pH kecil <2, penambahan HNO3
sebagai pengawet sampel karena dapat menghambat perubahan secara
mikrobiologi, kimia, maupun fisika terhadap sampel yang akan dianalisis
sehingga stabil dalam waktu tertentu. Proses destruksi ini bertujuan untuk
memecahkan senyawa menjadi unsur-unsur atau proses perombakan dari
bentuk logam menjadi bentuk logam-logam anorganik.
Selain sampel yang akan dianalisis, diperlukan juga larutan standar
yang akan digunakan dalam pengukuran. Dari larutan standar yang ada, dapat
dibuat kurva kalibrasi. Kurva ini merupakan grafik yang menyatakan hubungan
kadar larutan baku dengan hasil pembacaan absorbansi larutan, yang biasanya
merupakan garis lurus. Fungsi dari larutan standar ini adalah sebagai standar
dalam mengukur analit yang nanti hasilnya akan dilihat pada nilai regresi dari
kurva. Jika koefisien korelasi regresi linier (r) < 0,995 maka periksa kondisi alat
dan ulangi pembacaan untuk larutan standar hingga diperoleh nilai koefisien r>
0,995. Jika nilai regresi ini masih < 0,995 saat pengulangan pembacaan pada
alat SSA, maka pengujian sampel tidak bisa dilanjutkan, karena tidak dapat
membandingkan hasil pembacaan sampel dengan kurva kalibrasi yang
kemungkinan hasil pembacaan sampel tidak dapat dikatakan akurat. Kurva
kalibrasi juga merupakan acuan ketelitian analis dalam bekerja dan juga
keakuratan alat. Berikut pembahasan hasil pengukuran konsenterasi logam
besi (Fe) terhadap contoh uji.
Larutan Standar
Tabel 2. Larutan Standar
No Standar Absorbansi Konsenterasi
mg/L
1. Fe Standar 1 0,0113 0,3000

2. Fe Standar 2 0,0243 0,5000

3. Fe Standar 3 0,1136 2,0000

4. Fe Standar 4 0,3473 8,0000

5. Fe Standar 5 0,3983 10,000


Pengenceran larutan induk 1000 PPM yang diencerkan menjadi 100
PPM, dengan memipet 10 mL larutan induk Fe 1000 mg/L ke dalam labu ukur
100 mL. Kemudian ditambahkan larutan pengencer sampai tanda tera, larutan
pengencer terbuat dari aquades dan HNO 3 pekat yang dimasukkan ke dalam
labu ukur 1000 mL, pH harus <2. Selanjutnya pembuatan larutan baku Fe 10
PPM dari larutan standar Fe 100 PPM, dengan memipet 10 mL larutan standar
Fe 100 PPM ke dalam labu ukur 100 mL. Tujuan pembuatan larutan induk

31
adalah larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan
digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah.
Larutan baku adalah suatu larutan yang mengandung konsenterasi yang
diketahui secara tepat dari unsur atau zat. Tahap selanjutnya yaitu pembuatan
kurva kalibrasi dengan cara mengoperasikan instrument SSA (Thermoscientific
Sistem Flame) sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengukuran besi.
Adapun hasil pembacaan larutan standar dapat dilihat pada kurva berikut ini:
0.45
0.4 f(x) = 0.0401135774702978 x + 0.0120875177235613
0.35 R² = 0.991666309819128
0.3
Absorbansi

0.25
0.2
abs
0.15
Linear (abs)
0.1
0.05
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi mg/L

Gambar 5. Grafik larutan standar


Dari kurva di atas, didapatkan persamaan y= 0,0401x + 0,0121, dan
nilai koefisien korelasi (r2) yang diperoleh memenuhi batasan yang telah
diisyaratkan dalam metode pengujian yang digunakan. Berdasarkan kuva
kalibrasi nilai R2 yang diperoleh 0,9917. Jadi, ini telah memenuhi persyaratan
yang ada, karena nilai koefesien r2 >0,9917, sehingga data tersebut dapat
digunakan sebagai acuan dalam analisa kadar logam terlarut besi (Fe) terhadap
sampel yang akan dianalisa. Banyak faktor yang menyebabkan kurva kalibrasi
tidak sesuai dengan garis linearitas diantaranya ketidaktelitiannya seorang
analis dalam melakukan penambahan bahan kimia pada larutan yang diuji,
bahan kimia yang sudah kadaluarsa, peralatan yang kurang bersih, kesalahan
dalam melakukan pengujian dan lain sebagainya.
Sampel
Tabel 3. Hasil Pengujian Sampel
No Sampel Absorbansi Konsenterasi
mg/L
1. Air sungai hulu /ABA A 0,0374 0,7115
2. Air sungai hulu /ABA B 0,0358 0,6718
3. Air sungai hirir/ABA A 0,0253 0,4115
4. Air sungai hilir/ABA B 0,0249 0,4016

32
Berdasarkan hasil pembacaan dengan menggunakan metode
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada tabel 2 dapat dilihat kadar logam
besi terlarut pada hulu air sungai batanghari dengan pengujian duplo yaitu
0,7115 mg/L dan 0,6718 mg/L dengan rata-rata sebesar 0.69165 mg/L yang
mana hasil dari hulu melewati baku mutu air permukaan. Sedangkan kadar
logam besi pada hilir sungai yaitu 0,4115 mg/L dan 0,4106 mg/L dengan rata-
rata sebesar 0,40655 mg/L kadar besi tersebut juga melewati standar baku
mutu air permukaan
Berdasarkan PP No 22 tahun 2021 tentang penyelenggaraan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan hasil dapat
diketahui bahwa sepanjang aliran sungai terdapat tambang batubara dan
industri lainnya. Hal ini mengidentifikasikan adanya kontaminasi atau cemaran
yang terdapat pada aliran sungai tersebut. Pencemaran ini masih tergolong
kategori sedang, karena tidak melebihi dari 1 ppm.
Berdasarkan permasalahan mengenai kadar Fe yang melewati baku
mutu dapat digunakan beberapa solusi untuk mengontrol pembuangan air
limbah yang akan dibuang ke sungai sehingga ekosistem tetap terjaga ke
seimbangannya dan limbah yang dihasilkan akan sesuai dengan baku mutu
yang telah ditetapkan. Adapun penanngan yang harus dilakukan untuk
menurunkan Fe pada limbah sebagai berikut:
1. Pemantauan berkala oleh pihak pemerintah, Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Muaro Jambi sehingga mampu mengontrol dan
mengevaluasi limbah yang akan dibuang ke badan air.
2. Peninjauan eksploitasi tambang
3. Pemantauan kulatitas air sungai secara bertahap selama tiga bulan
sekali untuk mengetahui kulitas air sungai.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Klasifikasi mutu air
dan penggunaannya dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Kelas satu, air yang diperuntukkan dapat digunakan untuk air
minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut
2. Kelas dua, air yang dapat digunakan untuk prasrana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman dan peruntukan lain yang sama dengan
kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

33
4. Kelas empat, air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

34
V. PENUTUP
5.2 Kesimpulan
1) Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan di UPTD Laboratorium
Dinas Lingkungan Hidup Ma.Jambi dapat memberikan peningkatan
pengalaman, keterampilan, penyesuaian sikap dan penghayatan bagi
mahasiswa.
2) Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kadar Fe yang diperoleh
pada hulu sungai adalah sebesar 0.69165 mg/L dan kadar Fe pada hilir
sungai yaitu 0,40655.
3) Dari nilai kadar Fe yang diperoleh, dapat diketahui bahwa kualitas air
pada bagian hulu dan hilir sungai Batanghari menunjukkan nilai yang
melewati baku mutu air permukaan sesuai dengan peraturan pada PP LH
No. 22 tahun 2021 dengan batas baku mutu air yakni 0,3 mg/L.
5.2 Saran
Pencemaran logam berat khususnya besi (Fe) perlu diperhatikan secara
serius, karena mengingat akan timbulnya akibat buruk bagi keseimbangan
lingkungan hidup dan perlu adanya inovasi perlakuan sebagai upaya
pengurangan jumlah kadar Fe pada air sungai Batanghari.

35
DAFTAR PUSTAKA
Gala, G., J.L. Aljabar dan D. Aminin. 2022. “Analisis Kandungan Logam Fe pada
Air Sungai di Kabupaten Musi Banyuasin dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA)”. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi
Terapan. Vol 5 (1): 353 – 357.
Harmayani, K. D dan I. G. M. Konsukartha. 2007. “Pencemaran Air Tanah
Akibat Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh”. Jurnal
Permukiman Natah. Vol 5(2): 62 – 108.
Indonesia. 2021. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP No. 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta.graf
Kurniawan, P., M. Kasmiyatun dan Soebiyono. 2020. “Reduksi Kandungan
Logam Berat Fe Pada Air Sungai Jetis Salatiga Secara Adsorbsi
Menggunakan Karbon Aktif”. Journal Of Chemical Engineering. Vol 1 (1):
12 – 17.
Parulian, A. 2009. Monitoring dan Analisis Kadar Aluminium (Al) dan Besi (Fe)
Pada Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi Sunggal. Medan :
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).
Peraturan Pemerintah RI Nomer 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Rohman, A. dan I. G. Gandjar. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Syahputra, R. 2004. Modul Pelatihan Instrumentasi AAS. Laboratorium
Instrumentasi Terpadu UII.
Supriyanti, E dan H. Endrawati. 2015. “Kandungan Logam Berat Besi (Fe) Pada
Air, Sedimen, Dan Kerang Hijau (Perna viridis) Di Perairan Tanjung
Emas Semarang”. Jurnal Kelautan Tropis. Vol 18 (1): 38-45.
Utomo, W. P., Z. V. Nugraheni., A. Rosyidah., O. M. Shafwah., L. K. Naashihah.,
N. Nurfitria., I. F. Ulfindrayani. 2018. “Penurunan Kadar Surfaktan
Anionik dan Fosfat dalam Air Limbah Laundry di Kawasan Keputih,
Surabaya Menggunakan Karbon Aktif”. Jurnal Akta Kimia Indonesia. Vol
3(1): 127-140.
Warlina, L. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampal dan Penanggulangannya.
Jawa barat :Institut Pertanian Bogor.
Widowati, W., A. Sastiono dan R. Jusuf. 2008. Efek Tokisk Logam Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: ANDI.

36
Yanova, S. K.A.M. Siagian dan R. Gusanti. 2020.” Tingkat Cemaran Logam Berat
Pada Air Sungai Batanghari Provinsi Jambi berdasarkan Indeks C/P
(Contamination/Pollution)”. Jurnal Daur Lingkungan. Vol 3 (2): 62-65.
Yudo, S. 2006. “Kondisi Pencemaran Logam Berat Di Perairan Sungai Dki
Jakarta”. Jurnal Analisis Lingkungan. Vol 2 (1): 1-15.

37
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema kerja

 Preparasi sampel

Contoh uji 100 mL

Disaring masing-masing sampel menggunakan alat-alat saring


vakum dengan kertas saring berpori 0,45 m
Ditambahkan HNO3 pekat sampai pH kecil dari dua
Dioperasikan alat SSA sesuai dengan petunjuk penggunaan
alat
Diatur serapan hingga nol dengan larutan blanko
Dibaca serapan larutan blanko dan larutan standar
Dibuat kurva kalibrasi
Diukur serapan Fe pada panjang gelombang 248,3 nm

Hasil

38
Lampiran 2. perhitungan
No Sampel Absorbansi Konsenterasi
mg/L
3. Air sungai hulu /ABA A 0,0374 0,7115
4. Air sungai hulu/ABA B 0,0358 0,6718
3. Air sungai hilir/ABA A 0,0253 0,4115
4. Air sungai hilir/ABA B 0,0249 0,4016
- Rata-rata sampel Air Sungai Hulu
Pengujian ke 1+ pengujian ke 2
¿
2
0,7115 mg/L+0,6718 mg / L
¿
2
¿ 0.69165 mg / L

- Rata-rata sampel Air Sungai Hilir


Pengujian ke 1+ pengujian ke 2
¿
2
0,4115 mg/L+0,4016 mg /L
¿
2
¿ 0,40655 mg/ L

- % RPD Sampel Air Sungai Hulu


Hasil terbesar −Hasilterkecil
¿ ×100
rata−rata
0,6718 mg/L−0,7115 mg/L
¿ ×100
0,7115 mg/L
¿4,4%

- % RPD Sampel Air Sungai Hilir


Hasil terbesar −Hasilterkecil
¿ ×100
rata−rata
0,4016 mg/L−0,4115 mg/ L
¿ ×100
0,4115 mg/L
¿4,8%

39
Lampiran 3. Dokumentasi

Gambar 2. Hidupkan pronik dengan


Gambar 1. Hidupkan skring menekan tombol ON

Gambar 3. Nyalakan pendingin Gambar 4. Hidupkan kompresor

Gambar 5. Dialirkan gas acitilent dengan Gambar 6. Tekanan gas acitilent


memutar tuas tabung

40
Gambar 7. Preparasi sampel hulu dan hilir Gambar 8. Pembuatan larutan
sungai pengencer

Gambar 9. Larutan standar 100 mg/L Gambar 10. Larutan standar 10 mg/L

Gambar 11. Membuat Metode Baru Flame Gambar 12. Pengujian

41
Gambar 13. Alat Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) yang running secara
otomatis

42

Anda mungkin juga menyukai