Anda di halaman 1dari 103

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

KAJIAN EFEKTIVITAS PENGOLAHAN AIR MINUM


MENGGUNAKAN CAMPURAN LEMPUNG DAN ANDISOL
UNTUK MENJERAP LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN
BAKTERI PATOGEN

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister


Program Studi Ilmu Lingkungan

Oleh
FATHONI FIRMANSYAH
NIM A131302003

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2015

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KAJIAN EFEKTIVITAS PENGOLAHAN AIR MINUM


MENGGUNAKAN CAMPURAN LEMPUNG DAN ANDISOL
UNTUK MENJERAP LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN
BAKTERI PATOGEN

TESIS

Oleh:
Fathoni Firmansyah
A131302003

Komisi
Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing

Pembimbing I Dr. Pranoto, M.Sc . . ....................2015


NIP. 196811241994031001

Pembimbing II Inayati, S.T.,M.T,Ph.D . . ................... 2015


NIP. 195406051991031002

Telah dinyatakan memenuhi syarat


Pada tanggal ...................... 2015

Kepala Program Studi Ilmu Lingkungan


Program Pascasarjana

Prof. Dr. Ir.commit


MTh. Sri
to Budiastuti,
user M.Si
NIP. 19591205 198503 2 001

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KAJIAN EFEKTIVITAS PENGOLAHAN AIR MINUM


MENGGUNAKAN CAMPURAN LEMPUNG DAN ANDISOL
UNTUK MENJERAP LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN
BAKTERI PATOGEN

TESIS

Oleh:
Fathoni Firmansyah
A131302003

Telah dipertahankan di depan penguji


dan dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal

Tim Penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan


Kepala Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti, M.Si ..
NIP. 195912051985032001
Sekretaris Dr. Sunarto, M.S ..
NIP. 195406051991031002
Anggota Penguji Dr. Pranoto, M.Sc ...

NIP. 196811241994031001
Anggota Penguji Inayati, S.T.,M.T,Ph.D ...

NIP. 195406051991031002

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana Kepala Program Studi Ilmu Lingkungan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti, M.Si
commit to user
NIP. 196007271987021001 NIP. 195912051985032001

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

Tesis yang berjudul: KAJIAN EFEKTIVITAS PENGOLAHAN AIR


MINUM MENGGUNAKAN CAMPURAN LEMPUNG DAN ANDISOL
UNTUK MENJERAP LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN BAKTERI
PATOGEN ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta
tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai
acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
(Permendiknas No. 17 tahun 2001).
Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS
sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester
(enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian
atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Ilmu Lingkungan PPs-UNS berhak
mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu
Lingkungan. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini,
maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 2015

Fathoni Firmansyah

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Fathoni Firmansyah. A131302003. 2015. Kajian Efektivitas Pengolahan Air


Minum Menggunakan Campuran Lempung Dan Andisol Untuk Menjerap Logam
Berat Kadmium (Cd) Dan Bakteri Patogen. Pembimbing I Dr. Pranoto, M.Sc.,
Pembimbing II Inayati, S.T.,M.T,Ph.D. Program Studi Ilmu Lingkungan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi semua mahluk
hidup. Keberadaan polutan logam berat salah satunya kadmium (Cd) di dalam
badan air merupakan masalah lingkungan yang memberi dampak negatif terhadap
kualitas sumber air. Adsorpsi merupakan salah satu cara atau metode yang sering
digunakan untuk pengolahan air limbah menjadi air bersih. Lempung dan andisol
digunakan sebagai penjerap (adsorben) ion logam kadmium (Cd) dengan metode
batch. Teknologi penjernih air menggunakan filter keramik digunakan untuk
mengurangi kandungan logam kadmium (Cd) dan bakteri patogen dalam air.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi lempung dan
andisol, suhu aktivasi dan waktu kontak terhadap kapasitas adsorpsi logam
kadmium (Cd) dalam larutan model, kondisi optimum adsorpsi dan efektivitas
pengolahan air minum sesuai Permenkes menggunakan adsorben campuran
lempung dan andisol dalam menjerap logam kadmium (Cd) dan bakteri patogen.
Identifikasi dan karakterisasi adsorben dilakukan dengan uji NaF,
Spektroskopi infra merah (FTIR), difraksi sinar-x (XRD), luas permukaan spesifik
dan keasaman total spesifik. Konsentrasi logam kadmium (Cd) dianalisis dengan
spektroskopi serapan atom. Isoterm adsorpsi ditentukan dengan persamaan
Freundlich dan Langmuir. Teknologi penjernih air dimodifikasi menggunakan
filter keramik yang dibuat dengan komposisi campuran lempung dan andisol.
Hasil penelitian menunjukkan sampel lempung dan andisol mengandung
mineral-mineral alofan. Kondisi optimum adsorpsi dicapai pada suhu aktivasi
200oC, waktu kontak 60 menit dan komposisi adsorben 60:40% lempung
berbanding andisol. Isoterm Freundlich mewakili adsorpsi kadmium (Cd) pada
adsorben lempung dan andisol dengan koefisien determinasi (R2) (0,98) dan
konstanta (k) (1,59), lebih tinggi dibandingkan Langmuir. Hasil pengukuran
menunjukkan teknologi penjernih air menggunakan filter keramik efektif
menurunkan kandungan logam kadmium (Cd) yaitu sebesar 99% dan bakteri
patogen dalam air yaitu sebesar 100%.

Kata kunci : Kadmium, Adsorpsi, Lempung, Andisol, Teknologi Penjernih Air


Filter Keramik.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Fathoni Firmansyah. A131302003. 2015. A Study on the Effectiveness of


Drinking Water Processing Using Clay and Andisol Mixture to Adsorb Cadmium
(Cd) Heavy Metal and Pathogenic Bacteria. First Counselor: Dr. Pranoto, M.Sc.
Second Counselor Inayati, S.T., M.T. Ph.D. Ecological Study Program, Surakarta
Sebelas Maret University.

Water is a natural resource very important to all of living organism. The


existence of heavy metal pollutants, one of which is Cadmium (Cd) in water body
is an environmental problem exerting negative effect on the quality of water
source. Adsorption is a way or method frequently used to process liquid waste
into clean water. Clay and andisol is used as adsorbent of cadmium (Cd) metallic
ion with batch method. Water purifying technology using ceramic filter was used
to reduce Cadmium (Cd) metal content and pathogenic bacteria in the water. This
research aimed to find out the effect of clay and andisol composition, activation
temperature and contact time on cadmium (Cd) metal adsorption in model
solution, adsorption optimum condition and effectiveness of drinking water
processing according to Permenkes using adsorbent made of clay and andisol
mixture in adsorbing Cadmium (Cd) metal and pathogenic bacteria.
Identification and characterization of adsorbent was conducted with NaF
test, infrared spectroscopy (FTIR), X-ray diffraction (XRD), specific surface
width and total specific acidity. Cadmium (Cd) metal concentration was analyzed
with atomic adsorption spectroscopy. Adsorption isotherm was determined using
Freundlich and Langmuir. Water purifying technology was modified using
ceramic filter made of clay and andisol mixture composition.
The result of research showed that clay and andisol sample contained
allophane mineral. The optimum condition of adsorption was achieved at
activation temperature of 200oC, contact time of 60 minuets and adsorbent
composition of 60:40% (clay : andisol). Freundlich isotherm represented
Cadmium (Cd) adsorption in clay and andisol adsorbent with coefficient of
determination (R2) (0.98) and constant (k) (1.59) higher than Langmuir. The result
of measurement showed that water purifying technology using ceramic filter
effectively lowered cadmium (Cd) metal content of 99% and pathogenic bacteria
of 100% in water.

Keywords: Cadmium, Adsorption, Clay, Andisol, Water Purifying Technology,


Ceramic Filter.

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul Kajian Efektivitas Pengolahan Air
Minum Menggunakan Campuran Lempung dan Andisol Untuk Menjerap Logam
Berat Kadmium (Cd) dan Bakteri Patogen.
Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai
derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Dr. Pranoto, M.Sc. selaku
pembimbing utama dan Inayati, M.T., Ph.D, selaku pembimbing anggota yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya untuk
membimbing dan mengarahkan Penulis mulai dari penyusunan proposal,
penelitian, ujian, dan penyusunan Tesis.
Tidak lupa pada kesempatan ini Penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang memberikan ijin penelitian
tesis.
2. Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu
Lingkungan UNS yang sudah memberikan ijin penelitian tesis.
3. Dr. Sunarto, M.S., selaku Sekretaris Penguji yang telah memberikan koreksi
demi
kesempurnaan penyusunan tesis ini.
4. Seluruh dosen dan staf di Program Studi Ilmu Lingkungan yang sudah
membantu dalam menyeleseikan tesis ini.
5. Orang tua, mertua, istri, kakak dan adik-adik yang selalu memberikan doa,
nasihat, kasih sayang, dan dukungan baik moril maupun materiil yang tidak
ternilai harganya sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Kepala dan staf Laboratorium Pusat, Sub Laboratorium Kimia dan Biologi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu
Penulis untuk melakukan penelitian di laboratorium.
7. Teman-teman Ilmu Lingkungan 2013 yang selalu memberikan motivasi.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu dengan kerendahan hati Penulis menerima masukan berupa saran dan
kritik membangun dari para pembaca. Besar harapan Penulis, semoga Tesis ini
bermanfaat bagi semua dan pihak-pihak terkait.

Surakarta, 2015

Penyusun

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ......................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
1. Air ........................................................................................ 6
2. Lempung .............................................................................. 7
3. Andisol ................................................................................ 9
4. Logam Berat Kadmium (Cd) ................................................ 10
5. Adsorpsi ............................................................................... 13
6. Bakteri Patogen dan Indikator Air Minum .......................... 16
7. Teknologi Penjernihan Air ................................................... 19
B. Kerangka Berpikir .................................................................... 22
C. Hipotesis ................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 24
commit
A. Tempat dan Waktu to user
Penelitian .................................................. 24

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Metode Penelitian ..................................................................... 24


C. Alat dan Bahan ......................................................................... 24
D. Prosedur Penelitian.................................................................... 25
E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ......................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 34
A. Karakteristik Adsorben ............................................................ 34
B. Uji Kinerja Adsorben terhadap Ion Logam Kadmium (Cd) .... 39
C. Penentuan Isoterm Adsorpsi .................................................... 44
D. Teknologi Penjernih Air ........................................................... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 51
A. Kesimpulan .......................................................................... 51
B. Saran .................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 52
LAMPIRAN ....................................................................................................... 58

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data hasil analisis gugus fungsi lempung dan andisol .......................... 36
Tabel 2. Hasil Analisis XRD tanah Lempung dan Andisol ............................... 37
Tabel 3. Data penentuan luas permukaan .......................................................... 38
Tabel 4. Data penentuan keasaman .................................................................... 39
Tabel 5. Persamaan Regresi Linear Jerapan Ion Logam Kadmium (Cd)
Larutan Model ....................................................................................... 46
Tabel 6. Data hasil pemeriksaan awal air sumur ................................................ 48
Tabel 7. Data hasil pemeriksaan air sumur melalui teknologi penjernih air ..... 49

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ilustrasi Adsorbsi dengan persamaan Langmuir .............................. 15
Gambar 2. Membran spiral wound atau Lilit-spiral .......................................... 21
Gambar 3. Kerangka Berpikir ............................................................................ 22
Gambar 4. Spektra FT-IR alofan ...................................................................... 35
Gambar 5. Spektra FT-IR Lempung ................................................................. 35
Gambar 6. Difraktogram XRD lempung dan tanah andisol .............................. 37
Gambar 7. Perbandingan Kapasitas Adsorpsi Berbagai Variasi Suhu
Aktivasi dan Waktu Kontak terhadap Komposisi Adsorpsi............. 43
Gambar 8. Perbandingan kapasitas adsorpsi adsorben terbaik dengan
komposisi lempung:andisol ............................................................. 44
Gambar 9. Perbandingan Kapasitas Adsorpsi Berbagai Komposisi
Adsorben dan Waktu Kontak terhadap Suhu Aktivasi..................... 45
Gambar 10.Perbandingan kapasitas adsorpsi variasi komposisi
lempung:tanah andisol dan suhu kalsinasi terhadap variasi waktu
kontak. .............................................................................................. 46
Gambar 11. Kurva Isoterm Langmuir Ion Logam Kadmium (Cd) ..................... 48
Gambar 12. Kurva Isoterm Freundlich Ion Logam Kadmium (Cd) ................... 49

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Data pengambilan sampel tanah andisol ........................................ 59
Lampiran 2. Hasil analisis gugus fungsi tanah andisol dengan FT-IR .............. 60
Lampiran 3. Hasil analisis gugus fungsi tanah andisol dengan FT-IR ............. 61
Lampiran 4. Hasil analisis gugus fungsi lempung dan tanah andisol sebelum adsorpsi
dengan FTIR ................................................................................. 62
Lanpiran 5. Hasil analisis gugus fungsi lempung dan tanah andisol sesudah
adsorpsi dengan FTIR .................................................................... 63
Lampiran 6. Spektra FT-IR Alofan Standar (Devnita, 2005) ............................. 64
Lampiran 7. Kurva standar ion logam Kadmium (Cd) ...................................... 64
Lampiran 8. Data JCPDS (Joint Committee On Difraction Standarts) .............. 65
Lampiran 9. Tabel Jarak d Mineral-mineral Lempung (Radiasi Cu K) (Tan,
1982) ............................................................................................. 67
Lampiran 10.Data konsentrasi sisa hasil analisis adsorpsi ion logam
Kadmium (Cd) oleh adsorben dengan AAS pada larutan model... 68
Lampiran 11.Data perhitungan kapasitas adsorpsi dan % Kadmium (Cd)
teradsorp ........................................................................................ 72
Lampiran 12. Hasil analisis luas permukaan lempung dengan SAA ................. 75
Lampiran 13. Hasil analisis luas permukaan tanah andisol dengan SAA .......... 76
Lampiran 14. Perhitungan penentuan keasaman ................................................ 86
Lampiran 15. Data isoterm adsorpsi ion logam Kadmium (Cd) ........................ 87
Lampiran 16. Hasil Laboratorium air sumur sebelum dan sesudah melalui
teknologi penjernih air ...................................................................... 88
Lampiran 17. Gambar alat teknologi penjernih air .............................................. 90
Lampiran 18. Biodata .......................................................................................... 91

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Air merupakan sumber daya alam yang penting bagi semua mahluk hidup.
Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan air untuk berbagai keperluan
mulai dari air minum, mencuci, mandi, dan kegiatan-kegiatan vital lainnya
sehingga pengelolaan air menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan
apakah sumber air yang telah diolah menjadi sumber air yang dapat digunakan
atau tidak (Kusnaedi, 2002). Hal utama yang perlu diperhatikan dalam mengolah
air yang akan dikonsumsi adalah menyediakan air yang aman dikonsumsi dari
segi kesehatan. Sumber air, baik air permukaan maupun air tanah, akan terus
mengalami peningkatan kontaminasi pencemar disebabkan meningkatnya
aktivitas pertanian dan industri. Air hasil produksi yang diharapkan konsumen
adalah air yang bebas dari warna, kekeruhan, rasa, bau, nitrat, ion logam
berbahaya dan berbagai macam senyawa kimia organik seperti pestisida dan
senyawa terhalogenasi. Permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan
kontaminan tersebut di atas meliputi kanker, gangguan pada bayi yang lahir,
kerusakan jaringan saraf pusat, dan penyakit jantung (Sawyer, 1994).
Di Indonesia rata-rata keperluan air adalah 60 liter per kapita, meliputi 30
liter untuk keperluan kamar mandi, 15 liter untuk keperluan minum dan sisanya
untuk kepeluan lainnya. Untuk negara-negara yang sudah maju ternyata jumlah
tersebut sangat tinggi, seperti untuk kota Chicago dan Los Angeles (Amerika
Serikat) masing masing 800 dan 640 liter, kota Paris 480 liter, kota Tokyo 530
liter dan kota Uppsala 750 liter per kapita per hari (Widiyanti dkk, 2004).
Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah
penyediaan air selalu meningkat untuk setiap saat. Akibatnya kegiatan untuk
pengadaan sumber-sumber air baru, setiap saat terus dilakukan antara lain dengan:
1) Mencari sumber-sumber air baru baik berbentuk air tanah, air sungai, air
danau.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

2) Mengolah dan menawarkan air laut.


3) Mengolah dan menjernihkan kembali sumber air kotor yang telah tercemar
seperti air sungai, air danau.
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air
minum, air mandi dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah
ditentukan peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional.
Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang
tertuang dalam Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
Keberadaan polutan logam berat di dalam badan air merupakan masalah
lingkungan saat ini yang secara signifikan memberi dampak negatif terhadap
kualitas sumber air karena material ini bersifat toksik dan tidak terbiodegradasi.
Peningkatan konsentrasi logam berat di lingkungan menyebabkan logam-
logam tersebut terkumpul di dalam rantai kehidupan air - tumbuhan - hewan -
manusia sehingga menjadi ancaman yang luar biasa bagi metabolisme kehidupan.
Karena itu, adanya logam berat di dalam air akan membahayakan kesehatan
karena daya racunnya yang tinggi (Naiya et al., 2009).
Upaya pengolahan air limbah menjadi air bersih telah dilakukan beberapa
cara. Adsorpsi merupakan salah satu cara atau metode yang sering digunakan
karena prosesnya relatif sederhana dan bahan-bahannya mudah diperoleh.
Lempung (clay), alofan, karbon aktif, zeolit, dan biomassa merupakan beberapa
contoh adsorben yang sering digunakan (Sistha, 2013).
Selain itu proses pengolahan air baku menjadi air minum, diperlukan
pengolahan yang memenuhi standar kualitas yang ada, agar produk yang
dihasilkan berkualitas tinggi dan tidak membahayakan kesehatan manusia.
Pengolahan air minum yang sudah diterapkan di Indonesia berupa pengolahan
konvensional yang terdiri dari koagulasi-flokulasi, sedimentasi dan filtrasi.
Pengolahan konvensional ini memiliki keterbatasan seperti membutuhkan luas
lahan besar, operasional dan perawatan yang rumit hingga kualitas air yang masih
di bawah standar. Hal ini menimbulkan pemikiran untuk mengembangkan lebih
jauh bahkan hingga memodifikasinya dengan teknologi baru. Akhir-akhir ini,
commit
salah satu teknologi yang banyak to user di negara- negara maju adalah
digunakan
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

teknologi membran. Teknologi ini merupakan teknologi yang ramah lingkungan


karena tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan teknologi
membran ini dapat mengurangi senyawa organik dan anorganik yang berada
dalam air tanpa adanya penggunaan bahan kimia dalam pengoperasiannya
(Wenten, 1999).
Indonesia merupakan salah satu daerah vulkanis paling aktif di dunia, yang
mempunyai sekitar 129 gunung api yang tersebar di berbagai pulau (Sudradjat,
1992). Aktivitas gunung api menghasilkan bahan piroklastik yang merupakan
sumber bahan induk tanah vulkanis, yang dalam sistem taksonomi tanah
diklasifikasikan sebagai andisol (Soil Survey Staff, 1990). Luas tanah andisol di
Indonesia mencapai 6,5 juta ha atau sekitar 3,4 % dari luas daratan dan merupakan
areal pertanian yang penting, terutama untuk tanaman hortikultura dan
perkebunan (Lembaga Penelitian Tanah, 1972).
Andisol termasuk tanah yang produktif, akan tetapi sebagian besar belum
dimanfaatkan secara optimal. Tanah ini mempunyai sifat yang unik dan khas
seperti berat jenis (bulk density) rendah, permeabilitas tinggi, struktur tanah stabil,
kandungan Al/Fe aktif tinggi, fiksasi fosfat tinggi, dan muatan. Sifat dan ciri
kimia, fisika dan morfologi andisol ini berkaitan erat dengan mineral liat non
kristalin seperti alofan dan ferihidrit serta mineral liat parakristalin imogolit yang
dijumpai pada tanah ini (Wada, 1989). Alofan merupakan mineral liat tanah yang
paling reaktif karena mempunyai daerah permukaan khas yang sangat luas dan
mempunyai banyak gugus fungsional aktif (Farmer et al., 1991).
Munir (1996) menyatakan bahwa alofan mempunyai porositas, daya serap,
dan pertukaran kation yang tinggi, sehingga alofan bisa dimanfaatkan sebagai
adsorben, misalnya adsorben logam berat dalam limbah industri. Beberapa
penelitian sebelumnya telah dilakukan dengan memanfaatkan alofan sebagai
adsorben dalam menyerap tembaga, arsen, sianida, phospat, dan kadmium. Alofan
alam dari Gunung Lawu telah dimanfaatkan sebelumnya oleh Heraldy dkk (2004)
untuk adsorpsi ion logam seng (Zn) pada limbah elektroplating.
Lempung merupakan bagian dari tanah liat yang memiliki pori-pori, situs
aktif pada permukaannya, dan commit to user
berkomposisi alumunium silikat hidrous
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

(Al2O3.2SiO2.3H2O) (Army, 2009). Lempung secara mudah dapat dikenal dari


warnanya yang abu-abu dan sifatnya yang liat. Jenis lempung tergantung pada
kandungan mineral dan susunan struktur dasarnya. Menurut Bhattacharyya dan
Gupta (2008), lempung yang umumnya mengandung komposisi mineral kaolinit
dalam tanah berperan aktif sebagai perangkap alami polutan-polutan seperti logam
berat yang mengalir bersama air di permukaan tanah melalui peristiwa adsorpsi
atau pertukaran ion. Keunggulan lempung sebagai adsorben ditunjang pula oleh
sifat-sifat yang dimilikinya, antara lain luas permukaan spesifik yang tinggi, stabil
secara kimia dan mekanik, struktur permukaan yang bervariasi, kapasitas
pertukaran ion yang tinggi serta adanya asam-asam Bronsted dan Lewis.
Berdasarkan permasalahan di atas dimana kebutuhan air semakin meningkat,
keunggulan karakter tanah andisol dan lempung serta pencampuran dan aktivasi
dalam penelitian ini, maka diharapkan ada peningkatan kemampuan sebagai
adsorben terhadap ion logam berat seperti kadmium (Cd) dan bakteri patogen
dalam air sehingga dapat dimanfaatkan sebagai air yang layak minum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh komposisi tanah lempung dan andisol, suhu aktivasi dan
waktu kontak terhadap kapasitas adsorpsi ion logam kadmium (Cd) dalam
larutan model?
2. Bagaimana kondisi optimum adsorpsi campuran tanah lempung dan andisol
sebagai penjerap ion logam kadmium (Cd) dalam larutan model?
3. Bagaimana efektivitas pengolahan air minum menggunakan campuran
lempung dan andisol untuk menjerap logam berat kadmium (Cd) dan bakteri
patogen?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh komposisi tanah lempung dan andisol, suhu aktivasi
dan waktu kontak terhadap kapasitas adsorpsi ion logam kadmium (Cd)
dalam larutan model.
2. Mengetahui kondisi optimum adsorpsi campuran tanah lempung dan andisol
sebagai penjerap ion logam kadmium (Cd) dalam larutan model.
3. Mengetahui efektivitas pengolahan air minum menggunakan campuran
lempung dan andisol untuk menjerap logam berat kadmium (Cd) dan bakteri
patogen.

D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang efektivitas
pengolahan air minum menggunakan campuran lempung banding andisol.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama yang berkaitan dengan sifat kimia-
fisika dari lempung, andisol, dan campuran lempung dan andisol serta
aktivasi campuran lempung dan andisol sehingga dapat meningkatkan
kemampuan daya serap campuran lempung dan andisol dalam pengolahan air
minum.
3. Penelitian ini diharapkan mendapatkan adsorben alternatif yang ramah
lingkungan dan efektif dalam pengolahan air minum yaitu campuran lempung
dan andisol.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Air
Air merupakan unsur yang mempunyai peran utama dalam kehidupan di bumi
ini. Air dikenal sebagai sumber daya yang terbarukan, namun dari segi kualitas
maupun kuantitas membutuhkan upaya dan waktu untuk dapat berlangsung baik.
Kriteria dan standar kualitas air didasarkan atas beberapa hal antara lain
keberadaan logam berat, anorganik, tingkat toksisitas, dan teremisinya pencemar
ke lingkungan. Air adalah pelarut yang baik, oleh sebab itu di dalamnya paling
tidak terlarut sejumlah kecil zat-zat anorganik dan organik. Dengan kata lain,
tidak ada air yang benar-benar murni dan hal ini menyebabkan dalam setiap
analisis air ditemukan zat-zat terlarut (Wijayanti, 2008).
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan
mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan
mempengaruhi kondisi kesehatan (Slamet, 2002; Azwar, 1990). Penyakit yang
ditularkan melalui air yang tidak saniter kerap disebut sebagai water borne
disease diantaranya adalah diare, penyakit kulit, dan konjungtivitis (Djohari,
1998).
Penurunan kualitas air pada sumber air mengancam kualitas kesehatan dari
air minum yang disuplai dan telah banyak tindakan peningkatan kualitas air yang
sudah dilakukan melalui instalasi pengolahan air minum dengan proses rekayasa
teknologi. Tujuan kesemua aktivitas tersebut adalah untuk menjamin kualitas air
minum yang dikonsumsi oleh manusia (Jiuhui et al., 2007).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 mengelompokkan
kualitas air menjadi beberapa kelas menurut peruntukkannya, yaitu :
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana


rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.

2. Lempung
Lempung termasuk batuan rombakan (sedimen) yang dapat berupa endapan
residu ataupun endapan sedimen. Mineral penyusun batuan asal pembentuk
lempung adalah felsfar, olivin, piroksin, amfibol dan mika. Istilah lempung
mempunyai arti dan pengertian yang sangat luas. Bagi orang awam nama lempung
dipakai untuk menerangkan jenis tanah yang mempunyai sifat plastis (liat) tanpa
membedakan jenisnya, baik menurut istilah perdagangan, maupun istilah geologi.
Lempung dan mineral lempung sering ditemukan di permukaan tanah.
Lempung merupakan salah satu komponen tanah yang tersusun atas senyawa
alumina silikat dengan ukuran partikel lebih kecil dari 2m (Lestari, 2002).
Lempung memiliki kandungan silika (SiO2) dan alumina (Al2O3) masing-masing
sebesar 61,43% dan 18,99% (Tamam, 2010). Menurut Urabe (2006), lempung
alam merupakan material yang berpori sehingga memiliki kemampuan untuk
mengadsorpsi serta memiliki ion yang bisa dipertukarkan dengan ion dari luar.
Lempung memiliki luas permukaan spesifik, stabil secara kimia dan mekanik,
dengan sifat dan struktur permukaan yang bervariasi serta memiliki kapasitas
pertukaran ion yang tinggi. Sifat-sifat ini yang membuat lempung dapat berperan
sebagai adsorben yang unggul. Adanya asam-asam Bronsted dan Lewis pada
commit
permukaan lempung juga menambah to user
kapasitas adsorpsinya pada suhu tinggi tanpa
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

mengubah bentuknya. Ada 3 jenis fire clay, yaitu flin fire clay yang memiliki
struktur kuat, plastic fire clay yang memiliki kemampuan kerja yang baik, serta
high alumina clay yang sering digunakan sebagai refraktori dan bahan tahan api.
Kandungan mineral tanah lempung dibedakan menjadi bentonit (smektit),
kaolinit, haloisit, klorit dan ilit. Peningkatan efektivitas penyerapan pada adsorben
dapat dilakukan dengan aktivasi. Aktivasi dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan luas permukaan spesifik pori dan situs aktifnya (Widihati, 2008).
Lihin, dkk (2012) telah membandingkan aktivitas antara lempung alam yang
diaktivasi kimia (NaOH 1M) dengan lempung alam tanpa aktivasi kimia.
Hasilnya, daya serap antara lempung alam tanpa aktivasi kimia dengan lempung
alam yang diaktivasi kimia ialah tidak berbeda signifikan, yaitu 95,23% dan
95,73% terhadap ion logam timbal (Pb) pada suhu sistem 30oC. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa lempung alam dapat langsung dimanfaatkan tanpa
dilakukan aktivasi kimia. Aktivasi secara fisika dapat dilakukan dengan kalsinasi
pada suhu tinggi. Suhu aktivasi yang baik untuk lempung berada pada 100 T
200oC (Igbokwe et al., 2011).
Daya adsorpsi lempung dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
luas permukaan, struktur lapis molekul, kapasitas tukar kation dan keasamaan
permukaan. Semakin tinggi nilai karakter-karakter tersebut maka semakin baik
daya adsorpsinya (Battacharyya dan Gupta, 2008). Lempung alam memiliki
kelemahaan antara lain, struktur lapis yang mudah rusak dan porositasnya dapat
hilang bila mengalami pemanasan pada suhu tinggi. Kelemahan tersebut dapat
diatasi dengan melakukan aktivasi secara kimia dan fisika sehingga diperoleh
lempung dengan karakter yang lebih baik dengan daya serap yang tinggi.
Kelemahan lempung alam dapat diatasi dengan melakukan aktivasi secara
kimia dan fisika. Aktivasi lempung secara kimia dilakukan dengan menggunakan
asam (Butar-butar, 1998), basa, kation surfaktan dan polihidroksikation (Sirait,
2012). Aktivasi secara fisika dapat dilakukan melalui pemanasan, yaitu kalsinasi.
Proses kalsinasi bermanfaat untuk menjaga stabilitas termal lempung dan
memperbesar pori-pori permukaannya (Sukamta dkk., 2009). Lempung kalsinasi
commit
memiliki beberapa kelebihan antara to user termal yang lebih tinggi hingga
lain stabilitas
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

suhu 600oC, volume pori dan luas permukaan yang lebih besar (Nusyirwan,
2005).

3. Andisol
Andisol di Jawa terdapat di daerah lereng pada ketinggian 700 - 1.500 meter
di atas permukaan laut, dengan kondisi iklim agak dingin dan lebih basah
daripada di dataran rendah. Pada tempat yang tinggi, keadaan iklim kurang cocok
untuk terjadinya kristalisasi mineral, oleh karena itu andisol banyak dijumpai
alofan dan bahan-bahan amorf. Curah hujan tahunan bervariasi dari 2.000 - 7.000
mm, temperatur tahunan bervariasi antara 18oC 22oC (Munir, 1996).
Andisol merupakan tanah yang berwarna hitam kelam, sangat porous,
mengandung bahan organik dan liat tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silika
dan alumina atau hidroksida besi, daya pengikat airnya sangat tinggi, jika ditutup
vegetasi selalu jenuh air, sangat gembur tetapi mempunyai derajat ketahanan
struktur yang tinggi sehingga mudah diolah (Darmawijaya, 1990). Tanah ini
mempunyai sifat andik, yaitu kadar bahan organik kurang dari 25% dan
kandungan bahan amorf (alofan, imogolit, ferrihidrit, atau senyawa komplek Al-
humus) cukup tinggi.
Alofan merupakan mineral liat tanah yang paling reaktif karena mempunyai
daerah permukaan khas yang sangat luas dan mempunyai banyak gugus
fungsional aktif (Farmer et al., 1991). Adanya alofan memberikan sifat-sifat unik
pada andisol. Hal ini karena alofan mempunyai muatan variasi yang besar,
struktur acak dan terbuka, serta dapat mengikat fosfat (Wada, 1989; Tan, 1982;
Ranst, 1995). Akibat kuatnya fiksasi fosfat oleh mineral ini, maka ketersediaan
fosfat yang mudah larut akan berkurang. Andisol hanya 10% dari pupuk P yang
diberikan yang dapat digunakan tanaman akibat tingginya fiksasi fosfat tanah ini.
Tingginya persentase kehilangan pupuk P merupakan masalah serius yang banyak
dijumpai pada andisol.
Alofan diklasifikasikan sebagai bahan yang bersifat short range-ordered
karena memilki struktur yang berulang pada skala molekul dan komposisinya
commit to userumumnya terbentuk sangat cepat
relatif teratur. Bahan short range-ordered
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

melalui proses kristalisasi, dimana inti benih kristal terjadi dengan mudah dan
banyak benih yang dibentuk. Besarnya jumlah benih disebabkan pembentukan
mikrokristal yang memiliki lebar dimensi sekitar 10-1000 (Wada, 1989).
Alofan yang mempunyai Al/Si molar ratio 2,0 telah diidentifikasi pada
andisol di Selandia Baru dan Jepang serta di tanah Podzol di Skotlandia (Parfitt
dan Hemni, 1980). Hasil identifikasi tersebut menjadi data dasar dalam
menentukan pengelolaan andisol disana. Oleh karena itu estimasi dan identifikasi
alofan di Indonesia perlu dilakukan, agar manajemen dan produktifitas andisol
bisa optimal.
Alofan sendiri termasuk kelompok alumino silikat alam yang bersifat amorf
terhadap difraksi sinar X, yang komponen utamanya terdiri dari Si, Al, dan
HB2BO. Molekul rasio Si/Al mineral ini 1/1 atau 2/1, serta mempunyai struktur
mineral yang acak dan terbuka/berpori. Antara lembar tetrahedral dan oktahedral
terdapat banyak daerah kosong sehingga molekul air dapat dengan mudah ke luar
masuk, dan anion seperti fosfat dan nitrat dapat terjerap. Alofan mempunyai
daerah permukaan spesifik yang luas. Luas permukaan yang besar ini
mengakibatkat sistem koloid tanah menjadi sangat reaktif sehingga pertukaran
kation, anion, jerapan air, dan fiksasi menjadi lebih tinggi (Tan, 1982).
Identifikasi alofan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Pengukuran pH setelah diperlakukan dengan pengekstrak kuat seperti NaF
yang akan menghasilkan data kualitatif dan semi kuantitatif.
b. Pengukuran retensi fosfat yang menghasilkan data kualitatif (Blakemore,
1977).
c. Pengukuran dengan DTA (Differntial Thermal Analysis) yang
mengungkapkan keberadaan alofan secara kualitatif dan kuantitatif.
d. Penggunaan mikroskop elektron yang menghasilkan data kualitatif.
e. Pemakaian larutan ammonium oksalat, DCB (Dithionite Citrate Bicarbonate)
dan asam pirofosfat, ketiga larutan ini dikenal sebagai larutan selective
dissolution menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif.
f. Pemakaian spektroskopi inframerah yang menghasilkan data kualitatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

g. Menurut Taxonomy dalam Munir (1996), menyebutkan bahwa alofan


mempunyai ciri-ciri dari tanah andisol antara lain:
1) Mengandung bahan piroklastik (bahan vulkanik) tinggi (lebih dari 80%).
2) Mengandung bahan organik lebih dari 1% dan sedikit Al dapat ditukar.
3) Kapasitas Tukar Kation (KTK) lebih dari 150 meq/100 g pada pH 8,2.
4) Luas permukaan besar dan banyak menahan air.
5) pH dari 1 gram tanah 50 cc NaF 1N lebih dari 9,4 setelah 2 menit.

4. Logam Berat Kadmium (Cd)


Logam berat merupakan unsur alam yang diperoleh dari laut, erosi batuan,
vulkanisme dan sebagainya (Carlk, 1986). Logam berat tidak dapat dihancurkan
secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan (Darmono, 1995).
Logam berat menjadi berbahaya karena tidak dapat didegradasi oleh tubuh,
memiliki sifat toksisitas (racun) pada makhluk hidup walaupun pada konsentrasi
yang rendah dan dapat terakumulasi dalam jangka waktu tertentu (Buhani, 2009).
Menurut Khasanah (2009), logam berat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu
logam berat esensial dan non esensial. Logam berat esensial adalah logam yang
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup
tapi dalam jumlah berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat
ini adalah Cu, Zn, Fe, CO, Mn, dan lain sebagainya. Sedangkan logam berat non
esensial adalah logam yang keberadaannya dalam tubuh belum diketahui
manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti merkuri (Hg), kadmium
(Cd), timbal (Pb), khrom (Cr), dan lain-lain.
Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan
seperti logam aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi. Kadmium (Cd)
digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk industri cat, enamel dan plastik.
Logam kadmium (Cd) biasanya selalu dalam bentuk campuran dengan logam lain
terutama dalam pertambangan timah hitam dan seng (Darmono 1995).
Unsur kadmium (Cd) dalam Sistem Periodik Unsur (SPU) terletak dalam
golongan IIB dengan nomor atom 48, jari-jari ion 0,97 dan konfigurasi elektron
commit
[Kr]4d105s2. Kadmium (Cd) hampir to user
selalu ditemukan pada tingkat valensi 2+.
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Kadmium (Cd) merupakan logam yang di alam biasanya bersama-sama dengan


logam seng (Zn). Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang paling banyak
ditemukan pada lingkungan, khususnya lingkungan perairan, serta memiliki efek
toksik yang tinggi, bahkan pada konsentrasi yang rendah (Almeida et al., 2009).
Logam kadmium (Cd) digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk
industri cat, enamel dan plastik. Logam kadmium (Cd) masuk ke dalam jaringan
tubuh makhluk hidup melalui beberapa cara seperti pernafasan, pencernaan dan
penetrasi melalui kulit (Krisnawati dkk, 2013).
Kadmium (Cd) diketahui memiliki waktu paruh yang panjang dalam tubuh
organisme hidup dan umumnya terakumulasi di dalam hepar dan ginjal (Flora,
2009). Pada manusia, kadmium (Cd) dapat bersifat karsinogenik, merusak
kelenjar endokrin, sistem kardiovaskular dan juga terdapat pada sistem saraf yang
memicu kerusakan neurologis dan berasosiasi dengan kanker paru-paru, prostat,
pankreas dan ginjal (Bobocea et al., 2008 & Flora, 2009). Pal (2006) menjelaskan
bahwa pada konsentrasi yang tinggi, kadmium merupakan logam berat yang
bersifat karsinogen, mutagenik dan teratogenik pada beberapa jenis hewan. Hal ini
menunjukan bahwa logam berat kadmium memberikan efek terhadap proses
genomic dan postgenomic pada liver, ginjal, paru-paru, dan otak. Sifat
karsinogenik kadmium menyebabkan logam berat tersebut diurutkan sebagai
peringkat pertama (Class 1) agen mutagenik bagi organisme hidup (Nordic, 2003
dan Flora et al., 2008).
Kadmium (Cd) memiliki sifat reaktif yang sangat tinggi dan dapat
menginaktifkan berbagai macam aktivitas enzim yang diperlukan oleh sel. Setelah
diadsorpsi, logam berat kadmium (Cd) akan terakumulasi di dalam organ target
yang utamanya adalah ginjal kemudian menimbulkan toksisitas. Di dalam ginjal,
akumulasi kadmium (Cd) terjadi umumnya di dalam tubulus proximal serta
segmen-segmen nefron lainnya yang hanya terjadi pada akhir tahap intoksifikasi
(Yokouchi et al., 2007). Selain itu, Ohta et al. (2000) melaporkan bahwa
pemberian logam berat kadmium (Cd) terhadap tikus putih jantan (Male Wistar
Rats) dapat menyebabkan osteoporosis serta umumnya terdeposit di dalam organ
liver dan ginjal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Kadmium (Cd) masuk dalam tubuh manusia dan hewan melalui makanan,
minuman dan pernapasan. Dalam tubuh, kadmium (Cd) dapat mengganti ion Ca2+
dalam tulang, sehingga tulang menjadi keropos. Kadmium (Cd) mempunyai
waktu paruh 30 tahun sehingga dapat terakumulasi pada ginjal dan dapat
menyebabkan disfungsi ginjal. Kadmium (Cd) juga dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi dan menimbulkan penyakit anemia karena kadmium (Cd) dapat
menghambat kerja enzim SH dalam protein (Darmono, 1995). Menurut badan
dunia FAO/WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah
400 500 gram per orang atau 7 mg per kilogram berat badan. Kadmium (Cd)
dalam tubuh manusia diperoleh melalui makanan, tembakau, air minum dan
udara.
Keracunan oleh kadmium (Cd) menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala
penyakit akibat keracunan senyawa merkuri (Hg) atau penyakit Minamata.
Berdasarkan baku mutu air minum yang dikeluarkan oleh WHO (1971), kadar
kadmium maksimum dalam air minum yang dibolehkan yakni 0,01 mg/l
sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 492 Tahun
2010, kadar maksimum kadmium dalam air minum yang dibolehkan yakni 0,003
mg/l. Kadmium (Cd) juga dapat menginduksi kerusakan pada fungsi membran
dengan merusak komposisi lipid pada membran sel.

5. Adsorpsi
Adsorpsi adalah akumulasi suatu zat pada antar muka (interface) diantara dua
fase. Zat yang dijerap disebut adsorbat/solute dan zat yang menjerap disebut
adsorben. Banyak zat dipakai sebagai adsorben untuk menjerap zat pengotor
dalam cairan. Adsorben yang umum dipakai secara komersial misalnya, silika gel,
alumina, molekul-molekul penyaring dan karbon aktif. Adsorben adalah bahan-
bahan yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori
atau pada letak-letak tertentu di dalam partikel itu. Pemisahan terjadi karena
perbedaan bobot molekul atau karena perbedaan polaritas yang menyebabkan
sebagian molekul melekat pada permukaan itu menjadi lebih erat daripada
commit
molekul-molekul lainnya. Efektivitas to usersangat dipengaruhi oleh beberapa
adsorpsi
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

faktor, antara lain konsentrasi awal larutan, luas permukaan adsorben, temperatur,
ukuran partikel, pH, dan waktu kontak (Cheremisinof , 2000).
Jenis adsorpsi yang umum dikenal adalah adsorpsi kimia (kemisorpsi) dan
adsorpsi fisika (fisisorpsi).
a. Adsorpsi kimia (kemisorpsi)
Adsorpsi kimia terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi
kimia. Pada afsorpsi kimia hanya stu lapisan gaya yang terjadi. Besarnya energi
adsorpsi kimia 100 kJ/mol. Adsorpsi jenis ini menyebabkan terbentuknya ikatan
kimia sehingga diikuti dengan reaksi kimia, maka adsorpsi jenis ini akan
menghasilkan produksi reaksi berupa senyawa yang baru. Ikatan kimia yang
terjadi pada kemisorpsi sangat kuat mengikat molekul gas atau cairan dengan
permukaan padatan sehingga sangat sulit untuk dilepaskan kembali (irreversibel).
Dengan demikian dapat diartikan bahwa pelepasan kembali molekul yang terikat
di adsorben pada kemisorpsi sangat kecil (Alberty and Daniel, 1997).
b. Adsorpsi fisika (fisisorpsi)
Adsorpsi fisika terjadi karena adanya gaya-gaya fisika. Pada jenis adsorpsi fisika
ini, terjadi beberapa lapisan gas. Besarnya energi adsorpsi fisika 10 kj/mol.
Molekul-molekul yang diadsorpsi secara fisika tidak terikat kuat pada permukaan,
dan biasanya terjadi proses balik cepat (reversibel), sehingga mudah untuk diganti
dengan molekul yang lain. Adsorpsi fisika didasarkan pada gaya Van Der Waals,
dan dapat terjadi pada permukaan yang polar dan non polar. Adsorpsi juga
mungkin terjadi dengan mekanisme pertukaran ion. Permukaan padatan dapat
mengadsorpsi ion-ion dari larutan dengan mekanisme pertukaran ion. Oleh karena
itu, ion pada gugus senyawa permukaan padatan adsorbennya dapat bertukar
tempat dengan ion-ion adsorbat. Mekanisme pertukaran ini merupakan
penggabungan dari mekanisme kemisorpsi dan fisisorpsi, karena adsorpsi jenis ini
akan mengikat ion-ion yang diadsorpsi dengan ikatan secara kimia, tetapi ikatan
ini mudah dilepaskan kembali untuk dapat terjadi pertukaran ion (Atkins, 1990).
Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan, yaitu tidak ada
lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terjerap maupun pada fase gas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva berupa plot
distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fase gas atau cair pada
suhu konstan. Isoterm adsorpsi merupakan hal yang mendasar dalam penentuan
kapasitas dan afinitas adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan adsorben (Kundari
dkk., 2008).
a. Isoterm Langmuir
Model isoterm Langmuir diterapkan dengan asumsi bahwa seluruh permukaan
penjerap mempunyai afinitas yang relatif sama atau perbedaannya tidak signifikan
terhadap logam. Proses jerapan berlangsung secara kemisorpsi satu lapisan. Pada
setiap situs aktif hanya ada satu molekul yang dapat dijerap, sehingga sekali
molekul terjerap menempati tempat tidak ada lagi penjerapan yang terjadi pada
tempat tersebut.

Gambar 1. Ilustrasi Adsorbsi dengan persamaan Langmuir

Isoterm Langmuir menggambarkan bahwa pada permukaan adsorben terdapat


sejumlah tertentu situs aktif yang sebanding dengan luas permukaan. Pada setiap
situs aktif hanya ada satu molekul yang dapat diadsorpsi, sehingga sekali molekul
adsorbat menempati tempat tidak ada lagi penyerapan yang terjadi pada tempat
tersebut. Oleh karena itu, model Langmuir valid untuk adsorpsi monolayer pada
permukaan dengan jumlah terbatas. Isoterm Langmuir biasanya digunakan untuk
menggambarkan proses kemisorpsi. Persamaan adsorpsi isoterm Langmuir dapat
dituliskan sebagai berikut (Tan, 1982) :

Xe = k1. Ce
m 1 + k2. Ce

Keterangan :
Ce commit
= konsentrasi to user
adsorbat pada keadaan setimbang (mg/L)
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Xe = jumlah teradsorp (mg/L)


k1, k2 = konstanta
m = massa adsorben (gram)

b. Isoterm Freundlich
Isoterm Freundlich merupakan isoterm yang umumnya digunakan untuk
menggambarkan karakteristik adsorpsi padatan terhadap suatu limbah. Isoterm
Freundlich menyatakan bahwa penyerapan senyawa organik oleh permukaan
adsorben dalam kondisi tertentu yang meliputi waktu kontak dan konsentrasi terjadi
karena adanya penyerapan secara fisika. Persamaan Freundlich dapat ditulis sebagai
berikut (Tan, 1982) :
Xe = k. Ce 1/n
m
Keterangan:
Xe = jumlah teradsorp (mg/L)
m = massa adsorben (gram)
Ce = konsentrasi larutan pada keadaan setimbang (mg/L)
k dan n = konstanta

6. Bakteri Patogen dan Indikator Air Minum


Beberapa mikroorganisme patogen dan parasit biasanya ditemukan di dalam
air limbah domestik dan juga di dalam efluen dari unit pengolahan air limbah.
Tinja atau kotoran binatang (fecal matter) mengandung lebih dari 1012 bakteria
per gram. Kandungan bakteria di dalam tinja mecapai kira-kira 9% dari berat
basah (Dean and Lund, 1981). Bakteria yang ada di dalam air limbah telah
diklasifikasikan menjadi beberapa grup yakni :
a. Bakteria gram negatif fakultatif anaerobik misalnya Aeromonas,
Plesiomonas, Vibrio, Enterobacter, Klebsiella dan Shigella.
b. Bakteria gram negatif aerobik misalnya Pseudomonas, Alcalligenes,
Lavobacterium dan Acinetobacter.
c. Bakteria gram positif pembentuk spora misalnya Bacillus spp.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

d. Bakteria gram positif non spora misalnya Arthrobacter, Corynebacterium,


Rhodococcus.
Kompilasi dari bakteria yang terpenting yang mungkin bersifat patogen
terhadap manusia dan yang dapat berpindah baik secara langsung atau tak
langsung melalui air limbah. Bitton (1994) menyatakan bahwa beberapa
mikroorganisme patogen penting yang ada di dalam air limbah antara lain
Salmonella, Vibrio Cholerae, E. Coli, Yersina, Campylobacter dan Lepstospira.
Dalam bidang mikrobiologi pangan dikenal dengan istilah bakteri indikator
sanitasi. Dalam hal ini, pengertian pangan adalah pangan seperti yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 yang mencakup makanan dan
minuman (termasuk air minum).
Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan
menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses
manusia. Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim
terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau
makanan menunjukkan bahwa dalam satu lebih tahap pengolahan air atau
makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia
dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya.
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu
dan produk-produk susu. Koliform sebagai suatu kelompok yang dicirikan sebagai
bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan
anerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan
gas dalam waktu 48 jam pada suhu 350C. Adanya bakteri Koliform di dalam
makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat
enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri
Koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu Koliform fekal misalnya
Escherichia Coli dan Koliform non fekal misalnya Enterobacter aerogenes.
Escherichia Coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia, sedangkan Enterobacter Aerogenes biasanya ditemukan di hewan atau
commit
tanaman yang telah mati (Fardiaz, to Escherichia
1993). user Coli yang ada dalam air
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia
dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum
mensyaratkan Escherichia Coli harus nol dalam 100 ml (Ni Luh dan Ni Putu,
2004).
Beberapa persyaratan kualitas air minum menentukan bahwa air minum aman
bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan
radioaktif. Hal tersebut tertulis dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum. Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum
menyebutkan bahwa dalam rangka pengawasan air minum maka parameter
kualitas air minimal yang perlu diuji adalah sebagai berikut:
a. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan meliputi parameter
mikrobiologi dan kimia an-organik seperti E.coli, total koliform, arsen,
fluoride, kromium-val.6, kadmium, sianida dan selenium.
b. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan meliputi
parameter fisik seperti bau, warna, jumlah zat padat terlarut, rasa, suhu,
kekeruhan, dan parameter kimiawi seperti aluminium, besi, kesadahan,
klorida, mangan, pH, seng, sulfat, tembaga, ammonia.

7. Teknologi Penjernihan Air


Penjernihan air dapat dilakukan secara sederhana melalui teknik penjernihan
air menggunakan filter keramik. Beberapa bahan yang digunakan untuk penjernih
air yang lain yaitu:
a. Lempung berfungsi sebagai perangkap alami polutan-polutan seperti logam
berat yang mengalir bersama air di permukaan tanah melalui peristiwa
adsorpsi atau pertukaran ion.
b. Andisol berfungsi sebagai adsorben logam berat dalam limbah industri
c. Membran berfungsi untuk memisahkan partikel berukuran lebih kecil. Yofita
(2012) pada penelitiannya menyatakan bahwa terdapat penghilangan bakteri
patogen pada air yang melalui proses biofiltrasi menggunakan metode
membran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

d. Metode reverse osmosis (RO) adalah teknik penjernihan air dengan membran
reverse osmosis yang mempunyai ukuran pemfilteran sebesar 0.0001 mikron,
yang akan berfungsi menurunkan Total Dissolved Solids (TDS) dalam air.
Membran ini terbuat dari bahan semi permeable dan mampu menyaring
kandungan logam, virus dan bakteri dalam air (Endarko dkk, 2013). William
(2003) mengatakan bahwa membran untuk kebutuhan komersial harus memiliki
sifat permeabilitas yang tinggi terhadap air dan memiliki derajat
semipermeabilitas yang tinggi dalam arti laju transportasi air melewati membran
harus jauh lebih tinggi dibandingkan laju transportasi ion-ion yang terlarut dalam
umpan. Membran juga harus memiliki ketahanan (stabil) terhadap variasi pH dan
suhu. Kestabilan dari sifat-sifat tersebut dalam periode waktu dan kondisi tertentu
dapat didefinisikan sebagai umur membran yang biasanya berkisar antara 3-5
tahun.
Membran reverse osmosis (RO) bertindak sebagai barrier yang bersifat
semi permeabel yang dengan mudah melewatkan komponen secara selektif
(pelarut, biasanya air) dan menghalangi zat terlarut secara parsial maupun
keseluruhan. Air akan berpindah dari sisi umpan ke sisi permeat dengan proses
difusi dengan tekanan sebagai driving force (Mustofa, 2007). Gradien potensial
kimia pada membran menghasilkan driving force -s yaitu gradien potensial
kimia zat terlarut, biasanya berupa perbedaan konsentrasi dan -w yaitu gradien
potensial kimia pelarut, biasanya berupa perbedaan tekanan yang mendorong
larutan untuk melewati membran (William, 2003). Tekanan operasi pada
membran RO berkisar antara 3,4-60 bar. Proses yang terjadi pada membran RO
merupakan proses hiperfiltrasi yang dapat menahan komponen-komponen seperti
bakteri, garam, gula, protein, serta komponen lain yang memiliki berat molekul
lebih dari 150-250 daltons (Mustofa, 2007).
Tipe membran RO dibagi menjadi dua kategori yaitu, membran asimetrik
yang terdiri dari satu jenis polimer dan membran komposit dengan lapisan tipis
(thin film composite membrane) yang terdiri dari dua atau lebih jenis lapisan
polimer. Membran asimetrik memiliki lapisan permselektif yang sangat tipis (0.1-
1 m) pada bagian permukaannyacommit to user
yang berpengaruh pada fluks serta selektifitas
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

dari membran. Lapisan bawah berupa lapisan penyangga berpori merupakan


penyangga mekanis yang tidak terlalu berpengaruh pada proses pemisahan.
Membran komposit dengan lapisan tipis (Thin film composite membrane) terdiri
dari lapisan polimer yang sangat tipis ( 0,1m) bertindak sebagai barrier yang
menghasilkan fluks air tinggi. Biasanya lapisan ini menggunakan jenis polimer
yang berbeda dengan lapisan permukaan. Membran RO yang paling sering
digunakan dalam industri pemurnian air adalah membran yang berbahan selulosa
asetat (CA), selulosa triasetat (CTA), dan poliamida (PA) (Mustofa, 2007).
Desain modul membran juga berpengaruh pada keefektifan membran RO
sebagai salah satu teknologi pemisahan. Jenis modul membran antara lain plate-
and-frame, tubular, spiral-wound, dan hollow-fiber. Modul plate-and-frame
terdiri dari lembaran membran yang disusun pada rangka yang memiliki jarak
tertentu satu dengan yang lainnya. Modul tubular terdiri dari membran berbentuk
pipa berdiameter 1,3 cm, disusun pada pipa stainless steel. Modul spiral-wound
terdiri dari lembaran membran yang disusun lalu digulung menyerupai gulungan
kain. Modul ini lebih efektif dari segi teknis dan ekonomi apabila dibandingkan
dengan modul plate-and-frame dan tubular. Modul hollowfiber terdiri dari banyak
membran berbentuk pipa kapiler dengan diameter 200 m yang ditempatkan
pada vessel bertekanan. Modul ini memiliki kelemahan antara lain sangat mudah
terkena fouling dan tidak dapat diterapkan pada beberapa proses pemisahan
(William, 2003).

commit
Gambar 2. Membran to user
spiral wound atau Lilit-spiral
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

William (2003) mengatakan bahwa osmosis merupakan fenomena alam yaitu


peristiwa mengalirnya pelarut (biasanya air) mengalir melewati dinding lapisan
semi permeabel, dari larutan konsentrasi zat terlarut rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut tinggi. Pada sistem pemisahan air, akan dihasilkan air
murni dari konsentrasi zat terlarut tinggi ke konsentrasi rendah dengan
menggunakan konsep reverse osmosis.
Memban reverse osmosis telah banyak diterapkan di berbagai bidang
termasuk desalinasi air laut dan air payau, penanganan air limbah, industri
makanan dan minuman, separasi biomedical, purifikasi air untuk air minum dan
kebutuhan industri. Selain itu membran reverse osmosis juga digunakan untuk
memproduksi ultra pure water untuk industri semikonduktor (Dessy, 2009).
Agmalini, dkk (2013) menyatakan bahwa membran keramik terbentuk dari
kombinasi logam (aluminium, titanium, zirkonium) dengan non logam dalam
bentuk oksida, nitrida atau karbida. Contohnya adalah membran alumina atau
zirkonia. Adanya oksida logam pada membran keramik menghasilkan muatan
listrik sehingga performance permukaan material keramik lebih kuat. Secara fisik,
membran keramik dapat berbentuk tube atau disk, bersifat porous.
Hartopo (2014) menyatakan bahwa filter air keramik bekerja berdasarkan
porositas bahan-bahannya (lempung) yang mampu melewatkan molekul air dan
menahan partikulat dan mikroba berbahaya. Li and Lee (2009) meneliti
pembuatan membran keramik sebagai penjernih air. Pori membran keramik
berperan besar dalam pemurnian air karena sifat-sifatnya, yaitu stabil pada suhu
tinggi, kekuatan mekanis tinggi dan mudah regenerasinya. Filter keramik dibuat
dengan mencampurkan lempung dengan serbuk gergaji, kulit beras (Henry et
al.,2013). Setelah dibentuk dengan cara di pres, lalu bahan filter di bakar pada
suhu 700oC 950oC. Ketika campuran lempung dan material organik dibakar,
maka material organik yang terbakar akan meninggalkan lubang pori kecil
berukuran kira-kira 1 m, yang mampu menyaring mikroba-mikroba berbahaya.
Penyaring lempung sederhana dapat menghilangkan 97,86% sampai 99,97%
bakteri E. Coli yang merupakancommit to user
indikator utama pencemaran air. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

penyaring lempung juga mampu menghilangkan partikulat dan protozoa (~3-30


m) yang mempunyai ukuran lebih besar dari bakteri (~0,5-3m). Agmalini, dkk.
(2013) menggunakan membran keramik berbahan tanah liat dan abu terbang
batubara untuk meningkatkan kualitas air rawa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Berpikir

Lempung Bekonang Mineral alumino silikat Tanah andisol (Alofan)


Sukoharjo (Si-OH, Al-OH, -OH) Gunung Lawu

Adsorben ion logam


Kadmium (Cd)

L:A
Lempung lekat
sewaktu basah
Pembukaan pori dan
Aktivasi peningkatan luas
permukaan.

Adsorben ion logam berat


Kadmium (Cd)

Isoterm Adsorpsi FT-IR, XRD, Adsorpsi


kondisi optimum
(Freundlich/Langmuir) Amonia

Filter Keramik bahan L:A Metode reverse osmosis


menggunakan filter
keramik

Air Layak Minum Uji Bakteri E Coli,


Koliform, Kadmium (Cd)
sesuai PERMENKES

Gambar 3. Kerangka Berpikir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan


hipotesis sebagai berikut :
1. Komposisi tanah lempung dan andisol, suhu aktivasi dan waktu kontak
berpengaruh terhadap kapasitas adsorpsi ion logam kadmium (Cd) dalam
larutan model.
2. Pada kondisi optimum penjerap campuran tanah lempung dan andisol mampu
menjerap ion logam kadmium (Cd) dalam larutan model dengan maksimal.
3. Pengolahan air minum menggunakan filter keramik campuran lempung dan
andisol efektif untuk mengurangi kandungan ion logam kadmium (Cd) dan
bakteri patogen dalam air.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan bulan Juni 2014 Februari 2015 di Laboratorium
Terpadu Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Balai Riset dan
Standarisasi Industri Samarinda.

B. Tata Laksana Penelitian


1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Seperangkat alat Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) merk Shimadzu
tipe AA-6650 F (di UNS).
b. Seperangkat alat Fourier Transform Infra-Red (FT-IR) merk Shimadzu
type FT-IR-8201 PC (di UNS).
c. Seperangkat alat X-Ray Diffraction (XRD) merk Shimadzu type 600 (di
UNS).
d. Seperangkat alat Surface Area Analyzer (SAA) merk Quantachrome
instrumen tipe nova 1200e Surface Area and Pore Size Analyzer (di UNS).
e. Hot plate + stirrer merk Thermolyne type 1000 Stirrer plate.
f. Seperangkat alat shaker merk Ogawa Seiki tipe OSK 6445.
g. Neraca analitik listrik merk Mettler PB 300 tipe ER-182 .
h. Furnace.
i. Centrifuge.
j. Ayakan ukuran 150 mesh.
k. Lumpang dan mortal.
l. Tang penjepit (tangkrus).
m. Desikator.
n. Pengaduk magnetic.
o. Indikator universal.
p. Seperangkat alat gelas.
commit to user
q. Autoklaf (Hirayama, Japan).

25
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

r. Lemari bersih yang dilengkapi dengan laminar air flow (ESCO).


s. Incubator (Mmmert-WG, Imperial III Lab-Line).
t. Vortex (Fischer Scientific).
u. Oven (WTB binder, Lab-Line).
v. Timbangan analitik
w. Lemari pendingin dan alat-alat gelas.

2. Bahan :
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ;
a. Lempung dari Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah.
b. Andisol dari Cemoro Kandang, Gunung Lawu, Jawa Tengah.
c. Air bawah tanah, PT United Tractors Samarinda
d. Aquades.
e. HNO3 pekat.
f. Larutan induk Cd (Cd standart solution)
g. NaF.
h. Amonia.
i. Kertas saring (Whatman 40).

3. Cara Kerja
a. Preparasi adsorben
Lempung yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah Bekonang,
Sukoharjo, Jawa Tengah. Lempung yang diperoleh dibersihkan dari pengotor dan
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka hingga kering, lalu
lempung digerus hingga halus. Lempung kemudian diayak dengan ayakan 150
mesh. Serbuk yang lolos 150 mesh direndam dalam aquades dan disaring, lalu
dikeringkan pada temperatur 105oC selama 4 jam (Sulistyarini, 2012).
Andisol yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah Cemoro
Kandang, Gunung Lawu, Jawa Timur. Tanah andisol yang diperoleh dibersihkan
dari pengotor, dicuci dengan air dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di
udara terbuka hingga kering, lalu commit
andisol to user hingga halus. Selanjutnya, tanah
digerus
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

andisol diayak dengan ayakan 150 mesh. Serbuk yang lolos 150 mesh direndam
dalam aquades dan disaring, lalu dikeringkan pada temperatur 105oC selama 4
jam (Sulistyarini, 2012).
b. Identifikasi dan Karakterisasi adsorben
Identifikasi adsorben dilakukan dengan uji pH Natrium Flourida (NaF), XRay
Diffraction (XRD), Foriur Tranform Infra-Red (FT-IR), sedangkan Surface Area
Analyzer (SAA), dan uji keasaman total spesifik dengan metode adsorpsi amonia.
1) Pengukuran pH dengan uji NaF
a) Pembuatan larutan NaF 1 M
NaF sebanyak 8 gram dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker sambil
diaduk-aduk. Setelah NaF larut, selanjutnya dimasukkan ke dalam labu
ukur 250 ml dan ditambahkan aquades sampai batas.
b) Pengukuran sampel (andisol)
Andisol sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam gelas beker dan
ditambahkan 50 ml NaF 1 M sambil diaduk-aduk. Kemudian sampel yang
telah bercampur dengan NaF diukur pHnya dengan pH meter selama 2
menit.
2) Analisis FT-IR
Analisis lempung dan andisol dengan FT-IR menggunakan teknik butiran
KBr, yaitu pelet dibuat dengan cara mencampurkan 2% (b/b) andisol dalam
KBr. Sampel pelet dianalisis dengan spektrofotometer Shimadzu model FTIR
820431 PC pada daerah pengamatan bilangan gelombang 400-4000 cm-1
3) Analisis XRD
Analisis lempung dan andisol dengan XRD menggunakan metode serbuk
dengan radiasi yang ditimbulkan oleh Cdk (pada panjang gelombang 1,5406
nm dan 1,54439 nm) dengan filter kadmium (Cd). Bubuk andisol ditempatkan
pada permukaan glass slide (tempat sampel) lalu difraktogram direkam pada
daerah (2) 2,0-60,0o untuk menentukan jenis dan komposisi mineral dalam
lempung dan tanah andisol (Sulistyarini, 2012).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

4) Analisis SAA
Analisis luas permukaan andisol dan lempung dilakukan dengan Surface Area
Analyzer (SAA).
5) Uji keasaman total spesifik
Uji keasaman total spesifik dari lempung dan andisol dilakukan dengan
metode adsorpsi amonia (Sulistyarini, 2012). Krus porselin tempat sampel
diisi dengan 0,5 gram lempung lalu ditimbang dan dimasukkan ke dalam
desikator yang tengah-tengahnya diletakkan piringan kecil berisi amonia.
Kemudian, desikator ditutup rapat dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu,
tutup desikator dibuka dan dibiarkan selama 2 jam supaya uap amonia yang
tidak teradsorpsi menguap ke udara terbuka. Selanjutnya, krus tersebut
ditimbang sehingga diperoleh berat basa yang teradsorpsi pada permukaan
padatan (Sulistyarini, 2012).
c. Aktivasi Adsorben
Aktivasi adsorben dilakukan secara kimia dan fisika. Aktivasi kimia hanya
dilakukan untuk andisol, yaitu sebanyak 50 gram tanah andisol ditambahkan 250
ml NaOH dengan konsentrasi 3 M. Selanjutnya campuran tersebut diaduk pada
temperatur 70oC dengan waktu pengadukan selama 5 jam, lalu didinginkan.
Setelah campuran tersebut dingin kemudian disaring dan dicuci dengan aquades
sampai pH filtratnya netral atau sama dengan pH pelarut. Setelah itu, tanah
andisol dikeringkan dalam oven selama 4 jam atau sampai dengan kering pada
temperatur 105oC (Sulistyarini, 2012).
Selanjutnya dibuat variasi komposisi adsorben antara lempung dan andisol,
yaitu 0:100, 20:80, 40:60, 50:50, 60:40, 80:20 dan 100:0 dimana pencampuran
antara lempung dan tanah andisol tersebut dilakukan dengan cara pengadukan
(stirer) selama 1 jam dan disonikasi selama 1 jam. Setelah itu, disaring dan fasa
padat dicuci dengan aquades beberapa kali, kemudian dilanjutkan dengan
pengeringan dalam oven pengering selama 4 jam atau sampai kering pada
temperatur 105C. Lempung:tanah andisol yang sudah kering lalu digerus dengan
lumpang dan diayak dengan ayakan 150 mesh lagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Lempung:tanah andisol selanjutnya dilakukan aktivasi fisika pada variasi


suhu kalsinasi, yaitu 100, 200, dan 400oC selama 3 jam. Adsorben tersebut
kemudian digunakan untuk uji kinerja adsorben guna mencari kondisi optimum
terhadap penyerapan ion logam Kadmium (Cd) dalam larutan model setelah itu
adsorben yang terbaik digunakan bersama teknologi penjernih air reserve osmosis
untuk menjerap bakteri patogen dan efektivitasnya ketika diaplikasikan dalam
pengolahan air minum perkotaan.
d. Uji Kinerja Adsorben
Penentuan kondisi terbaik dari adsorben terhadap ion logam Kadmium (Cd)
dalam larutan model.
1. Pembuatan larutan blanko (HNO3 0,05 M)
Sejumlah larutan HNO3 pekat dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml
kemudian ditambahkan aquades sampai batas sehingga diperoleh larutan
HNO3 0,05 M.
2. Membuat larutan kadmium (Cd) 6 ppm
Sebanyak 6 ml larutan Kadmium (Cd) 1000 ppm dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml kemudian ditambahkan larutan blanko HNO3 0,05 M sampai
batas.
3. Membuat kurva standar kadmium (Cd)
Membuat larutan kadmium (Cd) dengan konsentrasi 0 ppm; 0,1 ppm; 0,2
ppm; 0,5 ppm; 1 ppm; 2 ppm; 4 ppm, larutan tersebut diukur absorbansinya
dengan AAS lalu dibuat kurva hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi ion logam (Sulistyarini, 2012).
4. Adsorpsi ion logam kadmium (Cd) dalam larutan model.
Proses adsorpsi ion logam kadmium (Cd) dilakukan dengan metode
perendaman (batch), yaitu dengan cara sebanyak 5 gram adsorben terbaik
dimasukkan ke dalam gelas beker 100 ml yang berisi 15 ml larutan Kadmium
(Cd) 6 ppm. Kemudian dikocok dengan kecepatan konstan pada temperatur
kamar selama 30, 60, dan 120 menit (Sulistyarini, 2012). Selanjutnya disaring
dengan kertas Whatman No. 40 dan filtratnya diukur dengan Atomic
commit
Absorption Spectroscopy (AAS) to user
untuk mengetahui konsentrasi ion logam
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

kadmium (Cd) yang tidak terjerap oleh adsorben. Selanjutnya dibuat tabel
hasil daya serap adsorben terhadap ion logam kadmium (Cd) (mg/g) untuk
mengetahui waktu kontak adsorpsi mana yang mempunyai daya serap
maksimum. Ion logam kadmium (Cd) yang teradsorp dihitung dari
konsentrasi kadmium (Cd) mula-mula dikurangi dengan konsentrasi setelah
proses adsorpsi. Kemudian dibuat grafik konsentrasi kadmium (Cd) yang
terserap dengan variasi waktu.
e. Penentuan Isoterm Adsorpsi
Adsorben terbaik yang telah diperoleh kemudian dilakukan adsorpsi dengan
variasi konsentrasi adsorbat untuk mengetahui jenis isoterm adsorpsinya.
Sebanyak 0,5 gram adsorben terbaik dimasukkan ke dalam gelas beker 25 ml dan
ditambahkan masing-masing 15 ml larutan kadmium (Cd) dengan variasi
konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm lalu diaduk pada waktu optimum yang
diperoleh. Hasil adsorpsi tersebut disaring dengan kertas Whatman No. 40,
selanjutnya filtrat yang diperoleh diukur dengan AAS untuk mengetahui ion
logam kadmium (Cd) yang tidak terserap. Hasil yang diperoleh lalu dianalisis
dengan isoterm Langmuir dan Freundlich.
f. Pembuatan Filter Keramik
Proses pembuatan filter keramik dilakukan oleh pengrajin gerabah di daerah
Bayat, Klaten dengan bahan baku dan komposisi menyesuaikan keinginan
peneliti.
Adapun tahap-tahap pembuatannya adalah :
1) Dilakukan pencampuran secara kering antara tanah lempung, tanah andisol
dan serbuk tepung dengan perbandingan berat 6 : 4 : 1.
2) Campuran ketiga bahan tersebut ditambahkan air secukupnya lalu diaduk
hingga terbentuk campuran yang liat.
3) Campuran bahan dicetak berbentuk silinder dengan cetakan gipsum dengan
ukuran diameter dalam 4 cm, diameter luar 5 cm, ketebalan 0,5 cm dan
panjang 20 cm.
4) Bahan dikeluarkan dari cetakan dan dikeringkan pada suhu kamar selama 7
hari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

5. Dibakar diatas tungku kayu selama 12 jam, yaitu 4 jam dilakukan pengasapan
dan 8 jam pembakaran.
g. Uji Kinerja Filter Keramik
Air dilewatkan tiga housing yang berisi filter keramik, karbon aktif granul,
karbon block, lalu menuju housing berisi membran osmosis dan terakhir melewati
serbuk karbon aktif. Air yang sudah melewati pori-pori membran RO keluar dan
dianalisa mengenai kandungan logam kadmium (Cd), bakteri E Coli dan koliform
sesuai Permenkes No. 492 tahun 2010.

C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data


Hasil yang diperoleh dalam penelitian dapat diaplikasikan untuk skala rumah
tangga. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di
laboratorium sehingga diperoleh data kualitatif dan kuantitatif. Metode yang di
gunakan meliputi uji NaF, Fourier Transform Infra-Red (FT-IR), X-Ray
Diffraction (XRD), Surface Area Analyzer (SAA), uji keasaman total spesifik
dengan metode adsorpsi amonia dan dan penentuan kadar ion logam Kadmium
(Cd) dengan Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS).
Data-data dari awal hingga akhir dalam penelitian ini diperoleh untuk
menjawab rumusan masalah yang ada dan setiap data yang diperoleh merupakan
acuan untuk melakukan langkah berikutnya. Dari data yang diperoleh tersebut
dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Data kualitatif NaF digunakan untuk mengetahui pH dan keberadaan alofan
alam pada sampel tanah andisol yang direndam dalam larutan NaF selama 2
menit.
2. Data kualitatif FT-IR digunakan untuk mengetahui gugus-gugus fungsional
pada lempung, andisol, dan lempung: andisol sebelum dan setelah proses
adsorpsi dengan melihat spektrum gugus fungsi yang terbentuk pada daerah
pengamatan bilangan gelombang 400-4000 cm-1 serta membandingkan
dengan spektra FT-IR andisol dan lempung standar.
3. Data kualitatif XRD digunakan untuk melihat puncak difraksi dari mineral-
commitandisol,
mineral yang ada dalam lempung, to userdan lempung: andisol. Data yang
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

diperoleh berupa nilai d (jarak antar bidang atom dalam kristal) dari
difraktogram sampel kemudian membandingkan harga d dan I/Io dari spektra
difraksi sampel dengan harga d dan I/Io data JCPDS (Join Committee Powder
on Diffraction Standard) maupun literatur.
4. Data kuantitatif SAA digunakan untuk mengukur besarnya kenaikan luas
permukaan spesifik dari lempung, andisol, dan lempung andisol sebelum dan
setelah proses adsorpsi.
5. Data keasaman total spesifik diperoleh menggunakan metode adsorpsi amonia
untuk melihat perbedaan keasaman lempung, andisol, dan lempung: andisol
sebelum dan setelah proses adsorpsi. Keasaman total spesifik dapat diketahui
dengan membandingkan berat sampel sebelum dan sesudah terjadi adsorpsi
terhadap amonia. Harga keasaman total spesifik dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut (Sulistyarini, 2012) :
Keasamaan = (A-B) x 1000 mmol
BMNH3 x m Adsorben gram
Keterangan:
A = berat krus + sampel setelah adsorpsi (gram)
B = berat krus + sampel sebelum adsorpsi (gram)
BMNH3 = 17 (gram/mol)
Massa adsorben = 0,5 (gram)

6. Data kuantitatif AAS digunakan untuk mengetahui konsentrasi sebelum dan


sesudah proses adsorpsi dilakukan serta dapat digunakan untuk menghitung
efisiensi adsorpsi, kapasitas adsorpsi, dan isoterm adsorpsi. Penentuan isoterm
adsorpsi dilakukan dengan uji regresi linear sederhana menggunakan persamaan
Langmuir dan Freundlich sebagai berikut (Tan, 1982) :
a. Persamaan Langmuir
Xe = k1. Ce
m 1 + k2. Ce

Keterangan :
Ce commit
= konsentrasi to user
adsorbat pada keadaan setimbang (mg/L)
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Xe = jumlah teradsorp (mg/L)


k1, k2 = konstanta
m = massa adsorben (gram)

b. Persamaan Freundlich
Xe = k. Ce 1/n
m
Keterangan:
Xe = jumlah teradsorp (mg/L)
m = massa adsorben (gram)
Ce = konsentrasi larutan pada keadaan setimbang (mg/L)
k dan n = konstanta

Persamaan diatas dapat juga ditulis sebagai berikut:


log Xe = log k + 1 log Ce
m n

Kurva persamaan garis lurus Langmuir dan Freundlich diperoleh


dengan memplot berturut-turut Xe vs Ce dan log Xe vs log Ce dan dari
m m
persamaan isoterm tersebut dapat dicari kapasitas adsorpsi optimum
adsorben terhadap adsorbat dimana harga R2 yang diperoleh dan yang
paling mendekati 1 akan menunjukkan isoterm adsorpsi dan jenis
adsorpsinya.
7. Pengolahan air bersih menjadi air minum menggunakan filter keramik dan
teknologi membran reverse osmosis. Prosedur penelitian yang dilakukan
yaitu air sumur. Air baku tersebut dianalisa di laboratorium untuk mengetahui
kualitasnya. Parameter yang dianalisa yaitu kadmium (Cd), bakteri E.Coli dan
koliform sesuai dengan Permenkes No.492 tahun 2010. Hasil analisa akhir
dapat diketahui hasilnya apakah layak disebut sebagai air minum.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Adsorben
1. Analisis Uji NaF
Uji NaF dilakukan untuk mengetahui keberadaan alofan dalam sampel tanah
andisol. Dari hasil uji NaF diperoleh nilai pH 10,18 sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada sampel tanah andisol mengandung alofan yang memadai. Munir
(1996) menyatakan bahwa kandungan alofan dalam tanah dapat diketahui dengan
mengukur pH dari 1 gram tanah dalam 50 ml larutan NaF 1 M selama 2 menit dan
apabila nilai pH lebih besar dari 9,4 menunjukkan bahwa terdapat kandungan
alofan yang tinggi dalam tanah. NaF dapat memberikan reaksi yang cepat ketika
ditambahkan ke dalam sampel alofan, yaitu F dapat bereaksi dengan Al dan
memecah struktur sehingga akan melepaskan OH- (Parfit and Henmi, 1980).
2. Analisis Fourier Tranform Infra-Red (FT-IR)
Analisis FT-IR dilakukan bertujuan untuk mengetahui gugus fungsional
utama di dalam struktur lempung dan andisol. Pengamatan sampel lempung dan
andisol dilakukan pada bilangan gelombang antara 400 4000 cm-1 dengan
menggunakan butiran pellet KBr. Hasil spektra FT-IR ditunjukkan pada Gambar 4
dan 5.

%T

Gambar 4. Spektra FT-IR andisol


commit to user

34
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

%T

Gambar 5. Spektra FT-IR lempung

Data hasil analisis gugus fungsi lempung dan andisol dapat dilihat pada
Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat diamati perbandingan serapan bilangan
gelombang pada sampel dengan hasil analisis dari penelitian yang lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Tabel 1. Data hasil analisis gugus fungsi lempung dan andisol


Bilangan gelombang (cm-1)
Gugus Fungsi
Pustaka Lempung Andisol
(1)
3700-3000 3697,710
Uluran OH 3627,29 3405,47
(2)
3455 3226,08
Vibrasi tekuk
1640 (3) 1640,53 1654,03
H-O-H
Rentangan asimetris
973, 1108 (2) 1035,82 1008,81
O-Si-O dan atau
1039,6 (1) 1010,74 1004,96
O-Al-O
Vibrasi tekuk Si-O 470,6 (1) 795,67
790,85
dan atau Al-O 485, 579 (2) 750,34
3627,29;
3600-3800(5) 3697,7; 1004,96;
Kaolinit
1030 (4) 1010,74; 1008,81
1035,82
1030;
3405,47;
3400-3500 1010,74;
Gibsit (5) 1004,96;
1025; 1035,82
1008,81
974 (7)
647 (4) 690,55 666,43
Felspar
3405,47;
1035,82; 1635,71;
3400; 1640; 1640,53; 1654,03;
Alofan 1040; 470 430,14; 443,65;
(2)
; 670; 430 (7) 466,79; 464,86;
690,55 1008,81;
1004,96
Keterangan: (1): Wijaya dalam Wogo, dkk. (2013); (2): Devnita, dkk. (2005); (3)
:
Permanasari,dkk. (2010), (4) Hemamalini et al., (2011); (5) Tan (1982); Plasvic et al.,
(1999); (7) Iyoda et al, (2011);

Serapan-serapan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam sampel tanah


lempung maupun andisol terdapat kandungan alofan dengan ditandai adanya
gugus-gugus Si-O atau Al-O, O-Si-O atau O-Al-O, dan OH.
3. Analisis X-Ray Diffraction (XRD)
Analisis kualitatif XRD digunakan untuk menentukan jenis mineral yang
terkandung dalam lempung dan andisol. Hasil analisis tersebut ditunjukkan pada
Gambar 6.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Gambar 6. Difraktogram XRD lempung dan andisol

Tabel 2. Hasil Analisis XRD tanah Lempung dan Andisol


d ()
Gugus Fungsi Pustaka Sampel Lempung Sampel Andisol
Alofan 3,3000; 2,2500; 1,8000; 3,3280; 1,8129 3,2868; 1,7412;
1,4000(1) 1,3581
Felspar 4,00-4,20; 6,30-6,45; 4,0260; 4,2201; 3,7400; 4,0414; 3,7136;
3,80-3,90; 3,73-3,75; 3,6120; 3,7006; 6,4687;
3,64-3,67; 3,44-3,48; 3,1987 3,2171; 3,1978;
(2)
3,00-3,25 3,2755; 2,9829
3,2266; 3,5931;
3,7574; 3,4384; (3)
Gibsit 4,34; 4,83; 3,30 (2) 3,4471; 2,5273; 3,4138
4,8500; 4,3600; 2,4500;
2,3800 (4)
Kaolinit 7,10-7,20; 4,45-4,46; 8,3402; 7,1353; 7,0865; 3,7553;
4,35- 4,36; 4,17; 4,12; 3,8919; 4,3423
3,84; 3,56-3,58 (2)
8,9059; 4,6513; 4,1447;
3,8126;
3,5100 (5)
Monmorilonit 12,00-15,00; 5,90 (2) 2,5098; 1,4862 5,4808; 2,6191
15,00; 1,49; 2,53; 1,29;
4,05 (6)
Keterangan : (1)=JCPDS 38-0449, (2)=Tan commit
(1982),to(3)=JCPDS
user 70-1862,
(4)=JCPDS 01-0264, (5)=JCPDS 72-2300, (6)=JCPDS 02-0014
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Hasil analisis berdasarkan Gambar 3 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa sampel


lempung dan andisol yang akan digunakan dalam penelitian ini mengandung
beberapa mineral yang dibuktikan dengan munculnya puncak-puncak difraksi
pada d() yang karakteristik. Mineral yang terkandung dalam penjerap tanah
lempung dan tanah andisol, yaitu alofan, felspar, gibsit, kaolin dan monmorilonit.
4. Analisis Luas Permukaan
Luas permukaan merupakan faktor penting dalam proses adsorpsi karena
semakin besar luas permukaan maka semakin besar pula kemampuan
adsorpsinya. Luas permukaan dinyatakan dalam jumlah total luas permukaan
sampel yang berbentuk serbuk dalam setiap massa sampel. Analisis yang
digunakan untuk menentukan luas permukaan dilakukan dengan SAA.
Tabel 3. Data penentuan luas permukaan

Sampel Luas permukaan (m2/g)

Andisol 245,7900 (1)

Lempung 56,5410
Keterangan : (1) Sistha (2013)
Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa luas permukan
andisol lebih besar dengan perrbedaan secara signifikan. Luas permukaan inilah
yang menyediakan luasan area pada permukaan lempung maupun andisol dalam
proses adsorpsi terhadap ion logam kadmium (Cd) yang berlangsung.
5. Analisis Keasaman
Analisis keasaman dilakukan dengan menggunakan metode adsorpsi basa
amonia, yaitu melalui pengukuran jumlah basa amonia yang bereaksi dengan
gugus asam padatan, dimana jumlah basa amonia yang diadsorpsi oleh permukaan
padatan adalah sebanding dengan jumlah asam pada permukaan padatan yang
menyerap basa tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

Tabel 4. Data penentuan keasaman

Sampel Keasamaan (mmol/g)

Andisol 2,352

Lempung 3,529

Berdasarkan data pada Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa keasaman lempung
lebih tinggi dibandingkan andisol. Hal tersebut menunjukkan bahwa permukaan
lempung menyediakan situs aktif yang lebih banyak daripada permukaan andisol
dimana situs aktif ini akan menjadi media dalam proses adsorpsi ion logam
kadmium (Cd).

B. Uji Kinerja Adsorben terhadap Ion Logam Kadmium (Cd)


Aktivasi dilakukan pada tanah lempung dan andisol untuk meningkatkan
karakter fisika kimia. Aktivasi dilakukan secara kimia hanya untuk tanah andisol
yang mengandung alofan, yaitu dengan perendaman NaOH 3M selama 5 jam,
karena aktivasi kimiawi menggunakan larutan basa mampu melarutkan pengotor
yang dapat larut dalam basa yang berada dibagian luar kerangka dan yang
menutupi pori-pori permukaan. Penambahan NaOH juga berfungsi untuk
melarutkan pengotor-pengotor organik maupun anorganik yang mengisi rongga
dan pori-pori pada tanah andisol sehingga pori-pori pada permukaannya menjadi
terbuka. Dengan berkurangnya pengotor pada rongga-rongga tanah andisol maka
permukaan padatannya menjadi bersih dan luas serta keasamannya juga
meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Husna
(2012) yang mengalami peningkatan luas permukaan sebesar 22,661% dan
keasaman sebesar 63,704% pada tanah andisol alam setelah diaktivasi dengan
NaOH. Secara fisik, tanah andisol yang telah diaktivasi dengan NaOH
mempunyai warna yang lebih terang dibandingkan tanah andisol tanpa aktivasi.
Tanah andisol tanpa aktivasi berwarna coklat gelap, sedangkan setelah aktivasi
warna coklat gelap memudar menjadi warna coklat terang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Lempung yang digunakan dalam penelitian ini tidak dilakukan aktivasi


secara kimia. Hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
oleh Lihin, dkk. (2012) dimana lempung yang diaktivasi kimia dan lempung tanpa
aktivasi kimia memiliki nilai kapasitas adsorpsi yang tidak berbeda signifikan.
Kemampuan lempung ini dapat ditingkatkan dengan cara aktivasi fisik maupun
kimia (Talaat et al., 2011). Oleh karena itu, pada penelitian ini lempung tidak
dilakukan aktivasi secara kimia.
Tanah andisol dilakukan aktivasi secara kimia, selanjutnya dilakukan
pembuatan variasi komposisi perbandingan lempung:tanah andisol (0:100, 20:80,
40:60, 50:50, 60:40, 80:20 dan 100:0). Masing-masing campuran tersebut
selanjutnya dilakukan aktivasi secara fisika menggunakan variasi suhu kalsinasi,
yaitu 100, 200, dan 4000C. Sama halnya dengan aktivasi kimia, aktivasi fisika ini
juga berfungsi untuk melarutkan pengotor-pengotor organik maupun anorganik
yang mengisi rongga dan pori-pori pada adsorben sehingga pori-pori pada
permukaannya menjadi terbuka.
Proses adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu tingkat
keasaman (pH), waktu kontak, ukuran partikel, dan suhu. Pada penelitian ini,
faktor yang ingin diketahui pengaruhnya adalah komposisi penyusun adsorben,
suhu kalsinasi adsorben, dan waktu kontak adsorpsi terhadap ion logam kadmium
(Cd) dimana akan dibuktikan dengan nilai kapasitas adsorpsi atau % adsorpsi
yang diperoleh.
Adsorben yang telah diaktivasi selanjutnya digunakan dalam proses
adsorpsi terhadap larutan kadmium (Cd) 6 ppm dengan variasi waktu kontak 30,
60, dan 120 menit menggunakan metode batch. Hasil kurva standar untuk ion
logam kadmium (Cd) dapat dilihat pada Lampiran 6. Adsorben dengan variasi
komposisi lempung:tanah andisol, suhu kalsinasi, dan waktu kontak adsorpsi
terbaik ditentukan dari nilai kapasitas adsorpsi atau % adsorpsi yang tertinggi.
Data hasil adsorpsi yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 7-8. Berdasarkan
data hasil adsorpsi tersebut dapat disimpulkan bahwa variasi adsorben terbaik
diperoleh pada perbandingan lempung:tanah andisol 60:40 dengan suhu kalsinasi
200C menggunakan waktu kontak commit to user
adsorpsi 60 menit.
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Variasi komposisi adsorben terbaik diperoleh pada perbandingan lempung


dan tanah andisol 60:40. Jika dilihat dari gugus aktif keduanya, lempung dan
tanah andisol termasuk dalam kelompok mineral alumino silikat alam yang
memiliki gugus aktif berupa Si-OH, Al-OH, dan OH sehingga keduanya dapat
menyediakan muatan elektronegatif pada permukaannya yang memungkinkan
terjadinya pertukaran kation maupun proses adsorpsi ion logam kadmium (Cd).
Sifat lempung yang lekat sewaktu basah membantu melekatnya tanah andisol
pada lempung sehingga semakin banyak kandungan lempung dari pada tanah
andisol pada perbandingan lempung dan tanah andisol tersebut menyebabkan
daya adsorp optimal. Tingginya perbandingan komposisi lempung pada kondisi
ini juga didukung dengan suhu kalsinasi yang hanya 200C dimana lempung
memiliki ketahanan terhadap panas dan kapasitas adsorpsi optimum pada suhu
100 T 200C (Igbokwe, et al., 2011). Dari segi praktisnya, preparasi lempung
lebih mudah dilakukan karena pada penelitian ini lempung yang digunakan tidak
perlu diaktivasi secara kimia untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya
sedangkan tanah andisol diaktivasi secara kimia. Selain itu, keberadaan lempung
juga lebih melimpah dibandingkan tanah andisol dimana tanah andisol merupakan
bagian kecil yang terkandung dalam mineral lempung (Sajidu, et al., 2006).
Adsorben tanah lempung dan andisol mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap ion logam karena keduanya mempunyai gugus-gugus aktif Si-OH, Al-
OH dan OH sehingga keduanya mampu menyediakan muatan elektronegatif
pada permukaannya yang memungkinkan terjadinya pertukaran kation dalam
proses adsorpsi ion logam kadmium (Cd) dalam larutan (Itou et al., 2009;
Schulze, 2005). Kemampuan jerapan mineral silikat berasal dari banyaknya
muatan negatif pada struktur mineral silikat. Muatan negatif tersebut akan
dinetralkan dengan penjerapan ion terjerap bermuatan positif, misalnya kation
logam berat (Visekruna et al., 2011). Berdasarkan data hasil adsorpsi pada
lampiran di bawah ini menunjukkan bahwa kedua adsorben tanah lempung dan
andisol keduanya mempunyai kemampuan menjerap ion logam dengan kapasitas
adsorben yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Gambar 7. Perbandingan Kapasitas Adsorpsi Berbagai Variasi Suhu Aktivasi


dan Waktu Kontak terhadap Komposisi Adsorpsi

Penjerap dengan komposisi 100% tanah andisol (0:100) mempunyai


kapasitas jerapan yang lebih besar dibandingkan penjerap tanah lempung 100%
(100:0). Jumlah ion logam yang teradsorp semakin berkurang dengan
meningkatnya prosentase penjerap lempung dalam komposisi penjerap campuran
tanah lempung dan andisol. Hal ini memperlihatkan bahwa keberadaan tanah
lempung dalam campuran adsorben kurang mendukung kemampuan penjerap
dalam menjerap ion logam kadmium (Cd). Berkurangnya kemampuan adsorpsi
dari campuran tanah lempung dan andisol ini dapat dijelaskan berdasarkan data
luas permukaan maupun bilangan keasaman dari masing-masing penjerap.
Luas permukaan merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
proses adsorpsi karena luas permukaan inilah yang menyediakan luasan area pada
permukaan adsorben dalam proses adsorpsi terhadap ion logam kadmium (Cd).
Sehingga semakin besar luas permukaan adsorben maka kapasitas adsorpsinya
semakin besar pula. Tanah lempung mempunyai luas permukaan sebesar
245,7900 m2/gram, sedangkan tanah andisol mempunyai luas permukaan jauh
lebih besar, yaitu 56,5410 m2/gram. Sanchez et al., (1999) telah membuktikan
bahwa luas permukaan berpengaruh terhadap kapasitas adsorpsi. Hasil
penelitiannya menjelaskan bahwa adsorben sepiolite dengan ukuran partikel kecil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

mempunyai kapasits jerapan yang lebih baik dibanding dengan penjerap dengan
ukuran partikel lebih besar. Ukuran partikel yang kecil mampu menyediakan
bidang adsorpsi yang lebih besar dibanding partikel dengan ukuran yang lebih
besar oleh karena itu interaksinya dengan ion logam lebih maksimal. Penelitian
lain juga menjelaskan bahwa keberadaan material lain dalam campuran adsorben
dengan alofan dapat meningkatkan kapasitas adsorpsinya atau justru menurunkan
kapasitas adsorpsinya.
Efektivitas perbandingan komposisi lempung:tanah andisol pada kondisi
terbaik tersebut terhadap ion logam kadmium (Cd) dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Perbandingan kapasitas adsorpsi adsorben terbaik dengan komposisi


lempung:andisol lainnya pada suhu 200 C dan waktu kontak 60 menit.

Berdasarkan diagram pada Gambar 8 dapat ditunjukkan bahwa kapasitas


adsorpsi komposisi lempung dan tanah andisol pada kondisi terbaik (60:40)
sebesar 18,2092. Kemudian jika dibandingkan antara komposisi lempung:tanah
andisol 0:100 dan 100:0 terdapat perbedaan yang cukup signifikan dengan
kapasitas adsorpsi 16,9113 dan 11,0652. Hal ini membuktikan bahwa besarnya
prosentase tanah andisol dalam campuran penjerap berpengaruh besar terhadap
kapasitas jerapannya terhadap ion logam kadmium (Cd).
Pemanasan penjerap pada berbagai suhu aktivasi dilakukan untuk
membersihkan pengotor organik dan anorganik sehingga permukaan rongga lebih
bersih dan pori akan terbuka. Hal ini menyebabkan luas permukaan spesifik
commit to user
penjerap menjadi lebih besar sehingga meningkatkan kapasitas jerapan dalam
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

menyerap molekul adsorbat. Pemanasan pada campuran penjerap tanah lempung


dan andisol juga dimaksudkan untuk membebaskan molekul air, baik air yang
terikat secara fisik maupun yang terikat secara kimia dalam bentuk terhidrat
(Hartopo, 2014).
Pembebasan molekul air yang terikat secara lemah (fisik) dapat dilakukan
dengan pemanasan pada temperatur diatas titik didih air. Namun pada
pembebasan molekul air terhidrat, diperlukan temperatur yang lebih tinggi (400
500C) dan dikenal dengan istilah kalsinasi. Pada penelitian ini aktivasi penjerap
dilakukan pada variasi suhu 100, 200 dan 400C. Melalui aktivasi pada ketiga
variasi suhu tersebut akan diketahui pengaruh perbedaan suhu terhadap
kemampuan penjerap dalam menyerap ion logam kadmium (Cd).

Gambar 9. Perbandingan Kapasitas Adsorpsi Berbagai Komposisi Adsorben dan


Waktu Kontak terhadap Suhu Aktivasi

Berdasarkan Gambar 9, adsorben dengan suhu aktivasi 100C dan 200C


mempunyai kapasitas adsorpsi yang relatif sama dengan sebagian besar variasi
komposisi campuran adsorben. Kapasitas adsorpsi semakin turun dengan
meningkatnya suhu aktivasi menjadi 400C. Tingginya kapasitas adsorpsi pada
variasi suhu aktivasi 100C dan 200C, dan semakin berkurangnya kapasitas
adsorpsi pada variasi suhu aktivasi 400C dapat dijelaskan berdasarkan luas
permukaan spesifiknya. Peningkatan suhu aktivasi mampu membebaskan molekul
commit to
air yang terperangkap dalam matrik user lempung dan andisol sehingga
tanah
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

meninggalkan struktur rongga berpori dan meningkatkan luas permukaan bidang


adsorpsinya. Suhu aktivasi yang lebih tinggi dari pada suhu optimum
menyebabkan rusaknya struktur adsorben dan menyebabkan penurunan luas
permukaannya sehingga media jerapannya terbatas (Alemayehu et al., 2012).
Gambar 10 menunjukkan bahwa pada perbandingan antara lempung dan
tanah andisol 0:100 mengalami penurunan kapasitas adsorpsi dengan
meningkatnya variasi suhu kalsinasi dan waktu kontak adsorpsi atau dengan kata
lain nilai kapasitas adsorpsi yang terbaik diperoleh dengan suhu 200C dan waktu
60 menit. Hal ini dapat disebabkan oleh terjadinya proses desorpsi ketika suhu
ditingkatkan menjadi 400C serta waktu kontak ditingkatkan menjadi 90 menit.

Gambar 10. Perbandingan kapasitas adsorpsi variasi komposisi lempung:tanah


andisol dan suhu kalsinasi terhadap variasi waktu kontak.

Perbandingan antara lempung dan tanah andisol 0:100, 20:80, 40:60, 50:50,
60:40, 80:20 dan 100:0 pada suhu 200C memiliki kapasitas adsorpsi yang
meningkat dengan bertambahnya waktu kontak. Sedangkan ketika suhu kalsinasi
ditingkatkan menjadi 400C dan dengan bertambahnya waktu kontak,
perbandingan lempung:andisol tersebut memiliki kapasitas adsorpsi yang semakin
menurun. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pada suhu 200C, pengotor sudah
hilang dan pori-pori pada permukaan lempung maupun tanah andisol sudah dapat
terbuka sehingga menyediakan luasan area untuk terjadinya proses adsorpsi,
sedangkan suhu yang lebih tinggicommit to user sudah melebihi batas ketahanan
kemungkinan
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

suhu dari lempung tanah andisol sehingga mengakibatkan kurang optimalnya


proses adsorpsi.
Disamping itu, waktu kontak juga sangat menentukan dalam proses
adsorpsi. Perbandingan lempung:tanah andisol 0:100 dan 100:0 atau dengan kata
lain komposisi ini hanya terdiri dari tanah andisol dan lempung saja memiliki
waktu kontak optimum 60 menit. Selama 60 menit terjadi proses difusi dan
penempelan ion logam kadmium (Cd) pada gugus aktif yang dimiliki tanah
andisol maupun lempung. Akan tetapi, konsentrasi ion logam kadmium (Cd) akan
mengalami penurunan ketika waktu kontaknya telah cukup. Ketika waktu kontak
telah cukup atau bahkan berada pada titik jenuh, maka akan terjadi peristiwa
desorpsi atau ion logam kadmium (Cd) tidak diterima lagi oleh permukaan
adsorben melainkan akan dilepas kembali ke dalam larutan. Oleh karena itu, nilai
kapasitas adsorpsinya menurun ketika waktu ditambah menjadi 120 menit.
Pada waktu kontak 60 menit, sebagian besar situs aktif pada permukaan
tanah lempung dan andisol telah ditempati oleh ion logam kadmium (Cd) dan
terjadi gaya tolak antar ion logam kadmium (Cd) terjerap dan ion logam dalam
larutan untuk menempati situs-situs aktif sehingga dengan adanya gaya tolak dan
persaingan antar ion logam kadmium (Cd) tersebut menyebabkan kapasitas
jerapan ion logam kadmium (Cd) menjadi berkurang (Alemayehu et al.,2012; Eba
et al., 2010). Penyebab lainnya, dengan bertambahnya waktu kontak maka
semakin banyak terbentuk kation terhidrat dengan jari-jari yang lebih besar dari
pada jari-jari ion logamnya sehingga menghalangi proses jerapan (Hartopo, 2014 ;
Muhdarina, dkk., 2010).

C. Penentuan Isoterm Adsorpsi


Penentuan jenis adsorpsi dilakukan melalui penentuan isoterm adsorpsi.
Penentuan ini dilakukan dengan melakukan adsorpsi ion logam kadmium (Cd)
dengan adsorben terbaik pada perbandingan komposisi lempung dan andisol
60:40 pada suhu 200C dan waktu kontak 60 menit terhadap variasi konsentrasi
larutan kadmium (Cd) 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan data pada Lampiran 12 tersebut kemudian dilakukan uji secara


regresi linear sederhana dengan menggunakan persamaan Langmuir dan
Freundlich. Persamaan isoterm Langmuir ditentukan dengan menggunakan
Ce 1 Ce
persamaan isoterm Langmuir Qe
=
K Qmax
+
Qmax
lalu dibuat kurva
Ce
Ce vs Qe dengan hasil kurva isoterm yang diperoleh seperti dibawah ini:

y = -0,110x+1,703
Ce/Qe

Ce

Gambar 11. Kurva Isoterm Langmuir Ion Logam Kadmium (Cd)

Selanjutnya, persamaan isoterm Freundlich ditentukan dengan menggunakan


1
persamaan isoterm Freundlich Log Q = Log K + n Log C lalu dibuat kurva Log C
vs Log Q dengan hasil kurva isoterm yang diperoleh seperti dibawah ini:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

Log (Xe/m)

y = 0,761x+0,201

Log Ce

Gambar 10. Kurva Isoterm Freundlich Ion Logam Kadmium (Cd)

Dari hasil perhitungan keduanya, diperoleh kurva linear antara


Ce dan Ce untuk persamaan Langmuir dan kurva linear antara log Ce dan Log
Qe
Qe untuk persamaan Freundlich. Untuk melihat persamaan isoterm yang sesuai
untuk penelitian ini, maka dapat dibuktikan melalui koefisien korelasi (R2) yang
ditunjukkan pada grafik linear masing-masing persamaan dimana nilai R2 yang
mendekati 1 maka dapat dikatakan jenis isoterm adsorpsi mengikuti persamaan
isoterm tersebut.
Berdasarkan Gambar 9 dan 10 serta Tabel 5 menunjukkan bahwa persamaan
isoterm Langmuir memiliki R2 sebesar 0,979 dengan persamaan garisnya
y = -0,110x+1,703. Sedangkan untuk persamaan Freundlich diperoleh nilai R2
sebesar 0,998 dengan persamaan garisnya y = 0,761x+0,201. Jika dilihat dari nilai
R2 keduanya, nilai R2 dari persamaan Freundlich lebih besar daripada nilai R2 dari
persamaan isoterm Langmuir, sehingga dapat disimpulkan jenis isoterm pada
penelitian ini mengikuti persamaan Freundlich dengan harga konstanta dapat
dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Tabel 5. Harga konstanta Freundlich

Jenis Isoterm Konstanta Harga


Freundlich k 1,59
n 1,314

Isoterm Freundlich merupakan isoterm yang menggambarkan proses


adsorpsi secara fisika. Persamaan isoterm Freundlich menjelaskan bahwa jerapan
terjadi pada lebih dari satu permukaan (multilayer) dan penjerap mempunyai
bidang permukaan heterogen dengan energi pengikat yang berbeda-beda. Jerapan
ion logam kadmium (Cd) oleh penjerap campuran tanah lempung dan andisol
terjadi secara fisisorpsi. Jenis jerapan ini cocok untuk mekanisme jerapan yang
membutuhkan proses regenerasi karena zat yang terjerap hanya terikat lemah pada
permukaan penjerap. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai k sebesar 1,59
dan n sebesar 1,314 dengan isoterm Freundlich. Sebagai perbandingan, adsorpsi
ion logam kadmium (Cd) oleh adsorben cangkang telur bebek mengikuti isoterm
Freundlich dengan nilai k sebesar 1,4077 mg/g dan nilai n sebesar 0,9969
(Krisnawati dkk, 2013).
Malik (2002) menyatakan bahwa koefisien adsorpsi k secara kasar dapat
digunakan sebagai indikator kapasitas adsorpsi dan 1 adalah intensitas adsorpsi.
n
Secara umum, semakin tinggi nilai k, semakin tinggi juga kapasitas adsorpsi.
Sementara itu, nilai eksponen 1 memberikan indikasi yang mendukung adsorpsi,
n
nilai n >1 merupakan adsorpsi yang disukai.

D. Teknologi Penjernih Air


Air di bumi umumnya tidak dalam keadaan murni (H2O), melainkan
mengandung berbagai zat baik terlarut maupun tersuspensi termasuk mikroba,
oleh karena itu sebelum dikonsumsi, air arus diolah terlebih dahulu untuk
menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar sampai tingkat yang
aman untuk dikonsumsi. Menurut definisi, air bersih adalah air jernih yang tidak
berwarna dan tidak berbau belum tentu aman untuk dikonsumsi. Persyaratan
commit to user
kualitas air minum (air yang aman dikonsumsi langsung) diatur dalam Peraturan
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/Per/IV/2010 (Menteri Kesehatan RI,


2010). Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa air minum harus memenuhi
persyaratan fisik, kimia dan mikrobiologi. Pada penelitian ini bahan pencemar
yang dianalisis adalah logam kadmium (Cd) dan parameter airnya adalah bakteri
E Coli dan Koliform.
Hasil awal uji bakteri dan logam yang terkandung pada air sumur
berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan di Baristand Industri Samarinda
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Data hasil pemeriksaan awal air sumur
Kadar maksimum
No Parameter Hasil yang Keterangan
diperbolehkan
1 E Coli 10 0 TMS
2 Total Koliform 30 0 TMS
3 Kadmium (Cd) 0,1 0,003 TMS
Standar menurut PERMENKES NO. 492/MENKES/Per/IV/2010
Keterangan: MS (Memenuhi Syarat), TMS (Tidak Memenuhi Syarat)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa air bersih yang diuji
mengandung logam kadmium (Cd) dan bakteri Escherichia Coli dan Koliform.
Kandungan adanya logam kadmium (Cd), bakteri E.Coli dan Koliform di dalam
makanan/minuman menunjukan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat
enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri E.Coli
dan Koliform dalam jumlah tertentu dapat menjadi indikator suatu kondisi yang
bahaya dan adanya kontaminasi bakteri patogen (Balia dkk, 2011).
RO (Reverse Osmosis) dengan menggunakan filter keramik berbahan
campuran lempung dan andisol diharapkan dapat menghilangkan 90-99% dari
patogen dan kandungan logam yang ditemukan dalam air. Metode Reverse
Osmosis (RO) adalah teknik penjernihan air dengan membran reverse osmosis
yang mempunyai ukuran pemfilteran sebesar 0.0001 mikron, yang akan berfungsi
menurunkan Total Dissolved Solids (TDS) dalam air. Membran ini terbuat dari
bahan semi permeable dan mampu menyaring kandungan logam, virus dan bakteri
commit to user
dalam air (Endarko dkk, 2013). Selain itu ditambahkan dengan filter keramik
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

berbahan campuran lempung dan andisol pada reserve osmosis. Li and Lee (2009)
menjelaskan bahwa sifat-sifat istimewa membran keramik berpori, seperti
kestabilan terhadap suhu tinggi, kekuatan mekanis dan mudah dalam hal
regenerasi. Bahan-bahan untuk membuat filter keramik dapat bervariasi namun
sebagai bahan utamanya adalah tanah liat karena kemampuannya untuk dibentuk
dan tahan pada suhu tinggi.
Hasil uji bakteri dan logam yang terkandung pada air sumur sesudah melalui
teknologi penjernih air sistem reserve osmosis dengan menggunakan filter
keramik dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Data hasil pemeriksaan air sumur melalui teknologi penjernih air
Kadar maksimum
No Parameter Hasil yang Keterangan
diperbolehkan
1 E Coli 0 0 MS
2 Total Koliform 0 0 MS
3 Kadmium (Cd) <0,001 0,003 MS
Standar menurut PERMENKES NO. 492/MENKES/Per/IV/2010
Keterangan: MS (Memenuhi Syarat), TMS (Tidak Memenuhi Syarat)

Dari hasil yang ditunjukan di atas, terlihat bahwa air bersih hasil pengolahan
melalui teknologi penjernih air sistem reserve osmosis dengan menggunakan filter
keramik telah memenuhi standard air minum PERMENKES. Setelah mengalami
perlakuan kandungan logam kadmium (Cd), bakteri E.Coli dan Koliform
mengalami penurunan menjadi 0 sesuai dengan kadar maksimum yang telah
ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi penjernih air sistem reserve
osmosis menggunakan filter keramik mempunyai keefektifan dalam menurunkan
kadar logam kadmium (Cd) dan bakteri patogen dalam air sumur. Filter keramik
mampu menurunkan berbagai bahan pencemar fisik, kimia dan biologi sehingga
diperoleh air bersih yang dapat ditoleransi untuk air minum. Hartopo (2014)
menyatakan bahwa filter keramik efektif dalam menurunkan kadar ion logam Mn
dalam air dengan tingkat keefektifan sebesar 98,9%.
Penelitian ini, penyerapan ion logam kadmium (Cd) terhadap lempung dan
commit to user
tanah andisol dibuktikan pada larutan model melalui metode batch dengan
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

persentase 97,9%, hal ini dikarenakan air sumur tidak mengandung ion logam
kadmium (Cd). Partikel tanah lempung memilki kemampuan untuk mengembang
apabila kontak dengan air serta memilki kapasitas pertukaran ion yang tinggi
sehingga mampu menahan kation pada partikelnya dalam jumlah besar
(Bhatacharya and Gupta, 2006; Zhao et al., 2011; Grasi et. al., 2012). Selain itu,
adanya partikel tanah andisol yang mempunyai porositas, luas permukaan dan
daya tukar kation yang tinggi (Pranoto et al., 2013; Heraldy, dkk., 2004; Munir,
1996) menyebabkan kemampuan menurunkan ion logam kadmium (Cd)
meningkat.
Osmosis merupakan proses perpindahan air dari larutan yang konsentrasinya
rendah menuju larutan yang konsentrasinya tinggi dikarenakan adanya tekanan
osmosis. Proses perpindahan ini melalui membran semipermeabel, dimana proses
perpindahan air akan berhenti setelah konsentrasi kedua larutan sama. RO
membutuhkan tekanan hidrostatik lebih besar daripada perbedaan tekanan
osmotiknya sehingga air bisa mengalir dari larutan yang konsentrasinya lebih
tinggi melalui membran semipermeabel. Sistem RO umumnya terdiri dari 4
proses, yaitu :
1. Pengolahan Awal (pretreatment)
Air umpan terlebih dahulu diolah agar sesuai dengan kondisi membran
dengan menghilangkan padatan tersuspensi, menyesuaikan pH operasi dan
menambahkan inhibitor untuk control scaling yang disebabkan konstituen-
konstituen seperti kalsium sulfat.
2. Pemberian Tekanan
Air umpan yang sudah diolah dinaikkan tekanannya dengan pompa sampai
tekanan operasi yang diinginkan agar sesuai dengan membran dan kadar garam air
umpan.
3. Separasi Membran
Membran semipermeabel menghambat jalannya air umpan yang
melewatinya. Air hasil keluaran dari membran berupa air bersih yang disebut
permeate, dan yang tertahan pada membran disebut concentrate. Namun, karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

tidak ada membran yang dapat bekerja 100% sempurna, maka ada sebagian kecil
garam yang masih dapat melewati membran.
4. Stabilisasi
Air hasil keluaran membran (air produk) biasanya disesuaikan pHnya terlebih
dahulu sebelum ditransfer ke sistem distribusi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Variasi komposisi lempung dan andisol, suhu kalsinasi, dan waktu kontak
berpengaruh pada adsorpsi terhadap ion logam kadmium (Cd).
2. Kondisi optimum adsorpsi adsorben lempung dan andisol diperoleh pada
perbandingan lempung dan tanah andisol 60:40 dengan suhu kalsinasi 200C
dan waktu kontak 60 menit.
3. Teknologi penjernih air menggunakan filter keramik campuran lempung dan
andisol efektif umtuk mengurangi kandungan logam kadmium (Cd) dalam air
sebesar 99% dan bakteri patogen dalam air sebesar 100 %.

B. Saran
1. Perlu dilakukan modifikasi alat teknologi penjernih air menggunakan filter
keramik lempung andisol untuk menurunkan kadar parameter yang lainnya
sesuai Permenkes no. 492 Tahun 2010.
2. Menambah altenatif lain selain andisol dan lempung dalam menjerap logam
berat dan bakteri patogen.

commit to user

54
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Agmalini, S., Lingga, N.N., Nasir, S., 2013. Peningkatan Kualitas Air Rawa
Menggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat Alam dan Abu
Terbang Batubara. Jurnal Teknik Kimia. No.2, Vol.19, hlm.59-68

Alberty, R. A. and Daniel, F. 1983. Kimia Fisika. Jilid I. Terjemahan: Physical


Chemistry. Erlangga. Jakarta

Alemayehu, D. D., Sing, S. J., and Tessema, D. A., 2012. Assessment of the
Adsorption of Fired Clay Soils From Jimma (Ethiopia) for The Removal of
Cr (VI) from Aqueous Solution.Universal Journal of Environmental
Research and Technology. Volume 2, Issue 5, hlm. 411-420

Almeida, J. A., Barreto, R. E., Novelli, L. B., Castro, F. J., and Moron, S. E.,
2009. Oxidative Stress Biomarkers and Aggressive Behavior in Fish
Exposed to Aquatic Cadmium Contamination. Neotropical Ichtyology, Vol
7, pp. 103-108.

Army, A. 2009. Lempung Aktif sebagai Adsorben Ion Fosfat dalam Air. Jurnal
Chemical. Vol: 10. Nomer 2: 14-23.

Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Jilid II. Terjemahan: Physical Chemistry 4th
edition. Erlangga. Jakarta dalam Sistha, P. W. V., 2014. Uji Efektifitas
Lempung:Tanah Andisol terhadap Limbah Ion Tembaga (Cu)
Menggunakan Metode Batch. Skripsi Jurusan Kimia. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Azwar, A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara


Sumber Widya.

Balia, Rostita., Harlia., Ellin., Suryanto dan Denny. 2011. Deteksi Coliform Pada
Daging Sapi Giling Spesial yang Dijual di Hipermarket Bandung.
Pustaka.unpad.ac.id. (Diakses 19 Januari 2015).

Bhattacharayya, K.G. and Gupta, S.S. 2006. Kaolinite, montmorillonite, and their
modified derivatives as adsorbents for removal of Cu(ll) from aqueous
solution. Separation and Purification Technology 50, 388-397.

Bhattacharyya, K.G. and Gupta, SS. 2008. Kaolinite and montmorillonite as


adsorbent for Fe(III), Co(II) and Ni(II) in aqueous medium. Applied Clay
Science. 41 : 1-9.

Bitton, G. 1990. Intoduction to Enviromental Virology. Wiley, New York.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

Blakemore, L.C., Scarle, P.L., and Daly, B.K. 1987. Soil Bureau Laboratory
Methods for Chemical Analysis of Soil. New Zealand Soil mBureau. Soil
rep. 10 A. DSIRO. New Zealand.

Bobocea, A.C., Fertig, E.T., Pislea, M., Seremet, T., Katona, G., Magdalena
Mocanu, I.O., Doag, I.O., Radu, E., Horvth, J., Tanos, E,. Katona, L.,
and Katona, E., 2008. Cadmium and Soft Laser Radiation Effects on
Human T Cells Viability and Death Style Choices. Romanian J. biophys,
Vol. 18, pp, 179193.

Buhani. 2007. Alga sebagai Bioindikator dan Bioadsorben Logam Berat (Bagian
I:Bioindikator).http://www.chemistry.org/artikelkimia/biokimia/alga_seba
gai_bioindikator_dan_biosorben_logam_berat_bagian_I_bioindikator/
.diakses tanggal 22 Agustus 2014.

Butar-butar. A. 1998. Kemungkinan Pemanfaatan Lempung Alam Sebagai


Alternatif Pengganti Resin Penukar Kation. Skripsi. Jurusan Kimia
FMIPA. Universitas Riau, Pekanbaru.

Cheremisinof, N. P. 2000. Adsorption Handbook of Chemical Processing Equipment.


Butterworth-Heinemann Publisher. Woburn

Clark, R. B. 1986. Marine Polution. Claredon Press. Oxford.

Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press.


Yogyakarta.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press : Jakarta.

Dessy, A. 2009. Studi Metode Autoflush: Pengendalian Scaling Pada Sistem


Membran Reverse Osmosis Skala Rumah Tangga. Tesis Undip :
Semarang.

Devnita, R., Yuniarti, A., dan Hudhaya, R. 2005. Penggunaan Metode Selective
Dissolution dan Spektroskopi Inframerah dalam Menentukan Kadar
Alofan Andisol. Laporan Penelitian-Fakultas Pertanian UNPAD.

Djohari. 1998. Peran Air Bersih Dalam Penanggulangan Diare Pada


Masyarakat. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. XI :213.

Eba, F., Gueu, S., EyaA-Mvongbote, A., Ondo, J. A., Yao, B. K., Nlo, J. Ndong,
Biboutou, R. Kouya, 2010. Evaluation of The Adsorption Capacity of The
Natural Clay from Bikougou (Gabon) to Remove Mn(II) from Aqueous
Solution. International Journal of Engineering Science and Technology.
Vol. 2(10),hlm.5001-5016
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

Endarko, Triswantoro P., Nike I. N., Nuning A., Adi W., Agus R., dan Melania S.
M. 2013. Rancang Bangun Sistem Dekontaminasi dan Sterilisasi Pada
Proses Penjernihan Air Sungai Berbasis Lampu Ultraviolet (UV). Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Alam Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya. Vol. 16, No. 3, Juli 2013, hal 75 84. ISSN : 1410
9662.

Farmer, V. C., Russell, J.D., and Smith, B.F.L.. 1983. Extraction of inorganic
forms of translocated Al, Fe and Si in a podzol Bs horizon. J. Soil Sci. 34 :
571 576.

Flora, S.J.S., Mittal, M., and Mehta, A., 2008. Heavy Metal Induced Oxidative
Stress & Its Possible Reversal by Chelation Therapy. Indian J. Med. Res
Vol. 128. pp. 501-523.

Flora, S. J. S., 2009. Metal Poisoning: Treatment and Management. Review


Article. Al Ameen. J. Med. Sci, Vol 2, pp. 4-26.

Grasi, M., Kaykioglu, G., Belgiorno, V., and Lofrano, G. 2012. Removal of
Emerging Contaminants from Water and Wastewater by Adsorption
Process. dalam Lofrano, G. (edt.). SpringerBriefs in Green Chemistry for
Sustainability. Department of Civil Engineering, University of Salerno.
Fisciano. DOI: 10.1007/978-94-007-3916-1_2. ISBN : 978-94-007-3915-
4.

Hartopo. 2014. Kajian Efektivitas Campuran Lempung Bekonang dan Andisol


Gunung Lawu Sebagai Penjerap Logam Berat Mangan (Mn) Untuk
Peningkatkan Kualitas Air. UNS : Surakarta.

Henry, M., Maley, S., and Mehta, K. 2013. Designing a Low-Cost Ceramic Water
Filter Press. International Journal for Service Learning in Engineering.
Vol.8, No.1, pp.62-77. ISSN 1555-9033

Heraldy, E., Pranoto, dan Prowida, D. 2004. Studi Karakterisasi dan Aktivasi
Alofan Alam serta Aplikasinya sebagai Adsorben Logam Berat Zn
Menggunakan Metode Kolom. Journal Alchemy. 3(1), hlm. 32-42

Hermamalini, R., and Velraj, G. 2011. FT-IR X-Ray Diffraction and Thermal
Analysis to Estimate The Firing Temperature of The Archeological
Samples Excavated Recently at Banahalli in Karnataka, South India.
Journal of Chemical and Pharmaceutical Sciences. 4:135-140

Husna, M. N. 2012. Identifikasi, Aktivasi, dan Karakterisasi Alofan Gunung


Papandayan sebagai Adsorben Logam Krom (Cr). Skripsi Jurusan Kimia.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

Igbokwe, P.K., Olebunhe, F. L., and Nwakaudu, M. S. 2011. Effect of Activation


Parameters on Conversion in Clay-Catalyzed Esterification of Acetic Acid.
Interrnational Journal of Basic and Aplied Sciences IJBAS-IJENS.
11(5):1-6

Itou, Y., Shozugawa, K., and Matsuo, M. 2009. XAFS Speciation of Adsorbed
Zinc Ion on Allophane in Presence of Humic Acid. Photon Factory Activity
Report. 2009#27 Part B (2010). Graduate School of Arts and Sciences,
The University of Tokyo, Tokyo

Iyoda, F., Hayashi, S., Arakawa, S., and Okamoto, M. 2011. Nanostructure and
Adsorption Behaviour of Natural/Synthetic Allophanes. PPS-27, 27th
World Congress of the Polymer Processing Society, May 10-14,
Marrakech, Morocco.

Jahn. 1979. Traditional Water Purification in Tropical Developing Countries :


Existing Methods and Potential Application. GTZ. Eschborn

Jihui, Q.U., Chengqing, Y., Min, Y., and Huijuan, L. 2007. Development and
Application of Innovative Technologies Drinking Water Quality Assurance
in China. Front. Environ. Sci. Engin. China, 1(3): 257-269.

Khasanah dan Eliya, N. 2009. Adsorpsi Logam Berat. Oseana. Vol. XXXIV No.
4: 1-7. UPT Loka Konversi Biota Laut-LIPI Bitung.

Krisnawati, Jasinda dan Iriany. 2013. Penjerapan Logam Kadmium (Cd2+) dengan
Adsorben Cangkang Telur Bebek Yang Telah Diaktivasi. J Teknil Kimia
Vol 2, No 3 : Universitas Sumatera Utara.

Kundari, A.N. dan Slamet, W. 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga


dalam Limbah Pencuci PCB dengan Zeolit. Prosiding Seminar Nasional IV
SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta. ISSN 1978-0176:489-496.

Kusnaedi. 2002. Mengolah Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum. Penebar
Swadaya : Jakarta.

Lembaga Penelitian Tanah. 1972. Peta Tanah Bagan Indonesia Skala 1 : 2 500
000. Dok Bagan Indonesia Skala 1 : 2 500 000. Dok. Lembaga Penelitian
Tanah : Bogor.

Lestari dan Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat terhadap Kualitas
Air Laut dan Sumberdaya Perikanan. Makara, Sains. 8(2): 52-58

Lihin S., Nurhayati dan Erman. 2012. net a dsor s at on o eh


e ng a esa a ana ang a t as a ada a s nas h
commit to user
. Fakultas MIPA Universitas Riau.
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

Li, L., and Lee, R. 2009. Purification of Produced Water by Ceramic Membranes:
Material Screening, Process Design and Economics. Separation Science
and Technology, 44: 34553484, ISSN: 0149-6395 print=1520-5754
online DOI: 10.1080/01496390903253395

Maksum, R., Heria, O., dan Herman, S. 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air
Minum Isi Ulang Di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang Di Daerah
Lenteng Agung Dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Vol. V, No. 2, hal
101 109. ISSN : 1693-9883. UI : Depok.

Muhdarina, Muhammad, A. B., dan Muchtar, A., 2010. Prospektif Lempung Alam
Cengar sebagai Adsorben Polutan Anorganik di dalam Air : Kajian
Kinetika Adsorpsi Kation Co(II). Reaktor, Vol. 13 No.2, Desember, hlm.
81-88

Munir, 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta, hlm:71-75

Mustofa, G.M.. 2007. The Study of Pretreatment Options for Composite Fouling
of Reverse osmosis Membrane Used in Water Treatment and Production.
School of Chemical Science and Engineering. University of South Wales.

Naiya, T.K., Chowdhury, P., Bhattacharya, A.K., and Das, S.K. 2009. Sawdust
and Neem bark as Low-cost Natural Biosorbent for Adsorptive Removal of
Zn(II) and Kadmium (Cd)(II) ions from Aqueous Solutions, Chemical
Engineering Journal, 148, pp. 6879.

Ni Made S. M., Anak, A. B. P., dan James, S. 2013. Pemanfaatan Arang Batang
Pisang (Musa paradisiacal) Untuk Menurunkan Kesadahan Air. Jurnal
Kimia. MIPA : Universitas Udayana.

Nordic. 2003. Cadmium Review. Denmark: Prepared by COWI A/S on behalf of


the Nordic Council of Ministers.

Nusa, I. S. 2009. Uji Kinerja Pengolahan Air Siap Minum dengan Proses
Biofiltrasi, Ultrafiltrasi dan Reverse Osmosis (RO) dengan Air Baku Air
Sungai. JAI Vol 5. No. 2.

Nusyirwan. 2005. Karakter Permukaan dan Rasio Si/Al dari Hasil Pemillaran
e ng a ng dengan on egg n. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA.
Universitas Indonesia, Jakarta.

Ohta, H., Yamauchi, Y., Nakakita, M., Tanaka, H., Asami, S., Seki, Y and
Yoshikawa, H. 2000. Relationship between Renal Dysfunction and Bone
Metabolism Disorder in Male Rats after Long-Term Oral Quantitative
Cadmium Administration. commit to Healthol,
Industrial user Vol 38, pp. 339355.
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

Pal, M., Horvarth, E., Janda, T., Paldi, E., and Szalai, G. 2006. Physiological
Changes and Defense Mechanisme Induced by Cadmium Stress in Maize.
Review article. J. Plant. Nutr. Soil Sci, Vol 159, 230-246.

Parfitt, R. L. and T. Hemni. 1980. Structure of some Allophane from New


Zealand. Clay and Clay Minerals. 28 (4): 285-294.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang


Persyaratan Kualitas Air Minum.

Permanasari, A., Siswaningsih, W., dan Wulandari, I. 2010. Uji Kinerja Adsorben
Kitosan-Bentonit terhadap Logam Berat dan Diazinon secara Simultan.
Jurnal Sains dan teknologi Kimia. 1(2): 12-134

Plasvic, B., Kobe, S., and Orel, B. 1999. Identification of Crystallization Forms of
CaCO3 with FT-IR Spectroscopy. Kovine, Zlitine, Tehnologije. 33:517-
521

Pranoto. 2013. Pemanfaatan Adsorben Alam Alofan Gunung Vulkanik Jawa


Sebagai Penyerap Logam Berat Untuk Penjernih Air Dalam
Meningkatkan Kualitas Air Minum Perkotaan. UNS : Disertasi.

Pranoto, Sugiyarto K. H., Suranto and Ashadi. 2013. Javanese Volcanic


Allophane as Heavy Metal Adsorber to Improve the Quality of Drinking
Water in Surakarta. Journal of Environment and Earth Science. Vol. 3,
No.5, ISSN 2224-3216 (Paper) ISSN 2225-0948 (Online).

Ranst, Van. 1995. Clay Mineralogy. Lecture Notes. ITC for Post Graduate Soil
Scientist. University of Ghent. 287 p.

Sajidu, S. M. I., Person, I., Masamba, W.R.L, Henry, E.M.T., and


Kayambazinthu, D. 2006. Removal of Cd2+, Cr3+, Cu2+, Hg2+, Pb2+ and
Zn2+ Cations and AsSO43-Anions from Aqueous Solutions by Mixed Clay
from Tonolulu in Characterization of the Clay. Water SA. 32(4):519-527

Sanchez, A. G., Ayuso, E. A., and De Blas, J., 1999. Sorption of Heavy Metal
from Industrial Waste Water by Low-Cost Mineral Silicates. Clay
Minerals. 34, 469-477

Sawyer, C. N. 1994. Chemistry For Environmental Engineering, Fourth Edition.


McGraw-Hill, Inc. Singapore.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

Schulze, D. G., 2005. Clay Minerals. Purdue University, West Lafayette, IN, USA
http://www.geoinfo.amu.edu.pl/geoinf/m/GLEB/1b%20Clay%20minerals_
EncSoilEnv_S CHULZE%2005.pdf. Diakses tanggal 16 Januari 2015.

Sirait, R. 2012. Pengaruh Suhu Kalsinasi pada Karakter Lempung Alam Desa
Talanai yang Diaktivasi dengan NaOH. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA.
Universitas Riau, Pekanbaru.

Sistha, P. W. V. 2013. Uji Efektivitas Adsorpsi Lempung/Alofan terhadap Logam


Tembaga (Cu) Limbah Pertambangan Tembaga menggunakan Metode
Batch. Skripsi Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. UNS : Surakarta.

Slamet, J. S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Sobsey, M.D., and B. Olson. 1983. Microbial agents of waterborne disease, in :


Assesment of Microbilogy and Turbidity Standards of Drinking Water, P.S
Berger and Argaman. Eds EPA Repor.

Soil Survey Staff, 1999. Soil Taxonomy. A Basic System of Soil Classification for
Making and Interpreting Soil Surveys. Second edition. USDA.

Suardana, L. N. 2003. Optimalisasi daya adsorpsi zeolit terhadap ion chrom (III).
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora 2:1 hal 17-33.

Sudradjat, A. 1992. Seputar Gunung api dan Gempa bumi. Jakarta. hal : 164.

Sukamta, B. A., Sutijan, Bening, A., dan Budiharto, S. 2009. Pemecahan Senyawa
Kompleks dalam Kaolin dan Pengambilan Alumina dengan Metode
Kalsinasi dan Elutrasi. Jurnal Teknologi Technoscienta 1 (2): 1-5.

Sulistyarini, A. 2012. Identifikasi, Aktivasi, dan Karakterisasi Tanah Vulkanik


Gunung Arjuna sebagai Adsorben Logam Tembaga (Cu). Prosiding
Skripsi Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret.

Talaat, H. A., El Delrawy, N. M., Abulnour, A. G. dan Hani, H. A., 2011.


Evaluation of Heavy Metals Removing Using Some Egyptian Clays. 2nd
International Conference on Environmental Science and Technology.
IPCBEE. Vol. 6. IACSIT Press

Tan, K. H. 1982. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Terjemahan : Principles of Soil


Chemistry. University Gajah Mada Press. Yogyakarta.
commit toReinhold
Tan, K. H. 1984. Andosols. Van Nostrand user Company. New York. 418 p.
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Urabe, M. 1986. Interaction of Metal Ion with Clays: I. A case study with Cu (II).
Applied Clay Science. 30: 199-208.

Visekruna, A., Strkalj, A., and Pajc, L. M. 2011. The Use of Low Cost Adsorbents
for Purification Wastewater. The Holistic Approach to Environment.
1(2011)1, 29-37. ISSN 1848-0071

Wada, K. 1989. Allophane and Imogolite. In : J. B. Dixon and S. B. Weed.


Minerals in Soil Environments. SSSA. Madison. Pp 1051-1087.

Wenten, I. G. 1999. Teknologi Membran Industri. Bandung.

Widayanti dan Ristiati. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Kaliform Pada Depo Air
Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Pendidikan Biologi MIPA
IKIP Negeri Singaraja.

Widihati, I. A. G. 2008. Adsorpsi Anion Cr (VI) oleh Batu Pasir Teraktivasi Asam
dan Tersalut Fe2O3. Jurnal Kimia. 1(2): 25-30

Wijayanti, F. K. 2008. Profil Pencemaran Logam Berat Di Air Dan Sedimen


Sungai Citarum Segmen Dayeuh Kolot Sampai Nanjung. Tugas Akhir S1.
Program Studi teknik Lingkungan, FTSL, ITB : Bandung

William, M. E. 2003. A Brief Review of Reverse osmosis Membrane Technology.


EET Corporation and Williams Engineering Services Company.

Wogo, H. E., Nitbani, F. O., dan Tjitda, P. J. P. 2013. Sintesis Lempung


Terinterkalasi Anilin dan Pemanfaatannya sebagai Adsorben Fenol. Jurnal
Sains dan Terapan Kimia. 7(1):29-41.

Yokouchi, M., Hiramatsu, N., Hakayawa, R., Kasal, A., Takano, Y., Yao, J and
Kitamura, M. 2007. Atypical, bidirection regulation of cadmium-induced
apoptosis via disctinct siganaling of unfolded protein response. Cell Death
and Differentiation, Vol 14, pp.1467-1474.

Yuan, P., Fan, M., Yang, D., He, H., Lui, D., Yuan, A., Zhu, J., and Chen, T.
2009. Monmorilonit-Supported Magnetite Nanopaticles for The Removal
of Hexavalent Chromium Cr(VI) from Aqueous Solutions, J. Hazard
Mater. No.166, hlm.821- 829 dalam Alemayehu, D. D., Sing, S. J., and
Tessema, D. A., 2012. Assessment of the Adsorption of Fired Clay Soils
From Jimma (Ethiopia) for The Removal of Cr (VI) from Aqueous
Solution.Universal Journal of Environmental Research and Technology.
Volume 2, Issue 5, hlm. 411-420.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Zhao, G., Wu, X., Tan, X., dan Wang, X. 2011. Sorption of Heavy Metal Ions
from Aqueous Solution: A Review. The Open Colloid Science Journal. 4.
19-31

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

Lampiran 1. Data pengambilan sampel tanah andisol

Warna tanah = coklat


Kecerahan warna = cerah
Struktur = halus
Waktu pengambilan = 5 April 2014
Lokasi = daerah Cemoro Kandang, salah satu lereng Gunung
Lawu, Jawa Timur
pH NaF = 10,18
Keterangan:
Uji dengan pH NaF dilakukan dengan mengukur pH dari 1 gram tanah dalam 50
ml dalam larutan NaF 1M selama 2 menit, sehingga diperoleh hasil pH 10,18.
Hasil ini didukung dengan pernyataan Maeda (1980) yang telah menggunakan uji
pH NaF untuk mengetahui keberadaan alofan dengan prosedur yang sama, yaitu 1
gram sampel tanah dilarutkan dalam 50 ml larutan NaF 1 M sehingga diperoleh
pH 10,5.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Lampiran 2. Hasil analisis gugus fungsi tanah andisol dengan FTIR

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

Lampiran 3. Hasil analisis gugus fungsi lempung dengan FTIR

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

Lampiran 4. Hasil analisis gugus fungsi lempung dan tanah andisol sebelum adsorpsi
dengan FTIR

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Lampiran 5. Hasil analisis gugus fungsi lempung dan tanah andisol sesudah adsorpsi
dengan FTIR

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Lampiran 6. Spektra FT-IR Alofan Standar (Devnita, 2005)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

Lampiran 7. Kurva standar ion logam Kadmium (Cd)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

Lampiran 8. Data JCPDS (Joint Committee On Difraction Standarts)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

Lampiran 9. Tabel Jarak d Mineral-mineral Lempung (Radiasi Cu K) (Tan,


1982)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

Lampiran 10. Data konsentrasi sisa hasil analisis adsorpsi ion logam Kadmium
(Cd) oleh adsorben dengan AAS pada larutan model

Konsentrasi sisa
Komposisi Suhu Waktu Absorbansi Rata-
(ppm)
(L:A) (C) (Menit) rata
1 2 1 2

30 0,1133 0,1118 0,3038 0,3032 0,2080

100 60 0,2550 0,2584 1,2056 1,2075 0,7316

120 0,4550 0,4850 2,0700 2,1900 1,3000

30 0,1293 0,1229 0,2794 0,2876 0,2048

0 : 100 200 60 0,3710 0,4020 0,5480 0,5778 0,4747

120 0,5790 0,5891 0,8770 0,9430 0,7470

30 0,1410 0,1407 0,4686 0,4679 0,3046

400 60 0,5165 0,6154 1,0487 1,0450 0,8064

120 0,0221 0,0311 0,8339 0,8305 0,4294

30 0,0143 0,0140 0,2763 0,2250 0,1324

100 60 0,2173 0,2184 0,5545 0,6590 0,4123

120 0,2500 0,2450 0,7495 0,8400 0,5211

30 0,3079 0,4103 0,5157 0,5202 0,4385

20 : 80 200 60 0,2511 0,2674 0,3526 0,4062 0,3193

120 0,2106 0,2109 0,5080 0,5098 0,3598

30 0,4562 0,4827 0,8543 0,8763 0,6674

400 60 0,6154 0,6106 1,0450 1,0288 0,8250

120 1,0168 1,0166 2,0498 2,0491 1,5331

30 0,3192 0,3198 0,6623 0,6648 0,4915

100 60 0,2184 0,2576 0,2290 0,2094 0,2286

120 0,0121 0,0122 0,0899 0,9420 0,2641

40 : 60 30 0,1909 0,1981 0,7705 0,8002 0,4899

200 60 0,3806 0,3851 0,8860 0,8951 0,6367

0,4104 0,4102 0,8782 0,8575 0,6391


120 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

30 0,3699 0,3803 1,2420 1,2770 0,8173

400 60 0,8560 0,8493 2,1668 2,1648 1,5092

120 0,6537 0,7536 2,1743 2,1740 1,4389

30 0,0649 0,0625 0,2508 0,2409 0,1548

100 60 0,2258 0,3536 0,9145 1,4420 0,7340

120 0,3087 0,4009 1,0224 2,0234 0,9389

30 0,0834 0,0822 0,3446 0,3397 0,2125

50 : 50 200 60 1,0548 1,5510 1,2290 1,2307 1,2664

120 2,0108 2,0113 1,5595 1,2612 1,7107

30 4,7900 4,1910 1,5270 1,4960 3,0010

400 60 6,8950 6,4850 2,2950 2,1700 4,4613

120 1,8700 1,9400 2,5100 2,7350 2,2638

30 0,4265 0,4301 1,7420 1,7570 1,0889

100 60 0,4105 0,5818 1,6764 2,3830 1,2629

120 0,4077 0,4116 1,3690 1,3820 0,8926

30 0,3976 0,3947 1,6232 1,6112 1,0067

60 : 40 200 60 0,0517 0,0512 0,1305 0,1300 0,0909

120 0,3690 0,3631 0,9760 0,9211 0,6573

30 0,3600 0,3650 1,9000 1,8850 1,1275

400 60 1,4190 1,4185 2,5950 2,5275 1,9900

120 1,0137 1,0122 3,0393 3,0342 2,0249

30 0,9140 0,8990 2,5850 2,0400 1,6095

100 60 0,6150 0,6270 1,9900 1,3950 1,1568

120 0,6200 0,5650 1,1200 1,9350 1,0600

80 : 20 30 7,8800 7,2600 2,1150 1,9650 4,8050

200 60 6,5540 6,4370 2,5990 2,5565 4,5366

120 6,1750 6,1700 3,2450 3,2250 4,7038

400 30 0,8701 0,8534 1,7740 1,4591 1,2392


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

60 1,2535 1,2078 2,3008 2,2994 1,7654

120 1,1400 0,9900 3,8850 3,2400 2,3138

30 1,0050 0,9450 3,3000 3,0550 2,0763

100 60 1,0341 1,0116 3,4500 3,3700 2,2164

120 1,0950 1,0800 3,3500 3,3000 2,2063

30 1,5950 1,4550 2,7350 2,1550 1,9850

100 : 0 200 60 1,1290 1,0994 2,5530 2,4702 1,8129

120 0,6100 0,6005 2,8900 2,3015 1,6005

30 8,8650 8,7800 2,7300 2,7050 5,7700

400 60 1,4800 1,4000 2,6500 2,3800 1,9775

120 1,6700 1,7000 3,2900 3,3900 2,5125

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

Lampiran 11. Data perhitungan kapasitas adsorpsi dan % Kadmium (Cd) teradsorp

Komposisi Suhu Waktu Konsentrasi %Kadmium


Kapasitas
teradsorb (Cd)
Adsorpsi
(L:A) (C) (Menit) (ppm) Teradsorp

30 5,8965 17,68953 95,12

100 60 4,99345 14,98035 80,54

120 4,07 12,21 65,65

30 5,9165 17,7495 95,43

0 : 100 200 60 5,6371 16,9113 90,92

120 5,29 15,87 85,32

30 5,73175 17,19525 92,45

400 60 5,15315 15,45945 83,12

120 5,3678 16,1034 86,58

30 5,949345 17,848035 95,96

100 60 5,59325 16,77975 90,21

120 5,40525 16,21575 87,18

30 5,68205 17,04615 91,65

20 : 80 200 60 5,8206 17,4618 93,88

120 5,6911 17,0733 91,79

30 5,3347 16,0041 86,04

400 60 5,1631 15,4893 83,27

120 4,15055 12,45165 66,944

30 5,53645 16,60935 89,31

100 60 5,9808 17,9424 96,46

40 : 60 120 5,68405 17,05215 91,68

30 5,41465 16,24395 87,33


200
60 5,30945 15,92835 85,63

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

120 5,33215 15,99645 86,00

30 4,9405 14,8215 79,68

400 60 4,0342 12,1026 65,06

120 4,02585 12,07755 64,93

30 5,95415 17,86245 96,03

100 60 5,02175 15,06525 80,99

120 4,6771 14,0313 75,44

30 5,85785 17,57355 94,48

50 : 50 200 60 4,97015 14,91045 80,16

120 4,7897 14,36895 77,25

30 4,6885 14,0655 75,62

400 60 3,9675 11,9025 63,9

120 3,5775 10,7325 57,70

30 4,4505 13,3515 71,78

100 60 4,1703 12,5109 67,26

120 4,8245 14,4735 77,81

30 4,5828 13,7484 73,91

60 : 40 200 60 6,06975 18,20925 97,89

120 5,25145 15,75435 84,70

30 4,3075 12,9225 69,47

400 60 3,63875 10,91625 58,68

120 3,16325 9,48975 51,02

30 3,8875 11,6625 62,70

100 60 4,5075 13,5225 72,70


80 : 20
120 4,6725 14,0175 75,36

200 30 4,16 12,48 67,09


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

60 3,62225 10,86675 58,42

120 2,965 8,895 47,82

30 4,58345 13,75035 73,92

400 60 3,8999 11,6997 62,90

120 2,6375 7,9125 42,54

30 3,0225 9,0675 48,75

100 60 2,7900 8,37 45

120 2,875 8,625 46,37

30 3,755 11,265 60,56

100 : 0 200 60 3,6884 11,0652 59,49

120 3,60425 10,81275 58,13

30 3,4825 10,4475 56,16

400 60 3,685 11,055 59,43

120 2,86 8,58 46,12

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa adsorben terbaik diperoleh


dari adsorben dengan perbandingan komposisi lempung:tanah andisol 60 :40 pada
suhu kalsinasi 200 C dengan aktu kontak adsorpsi selama 60 menit (1), diikuti
oleh adsorben lempung:tanah andisol 50:50 pada suhu kalsinasi 200 C dengan
waktu kontak adsorpsi selama 60 menit (2), dan lempung:tanah andisol 40:60
pada suhu kalsinasi 100 C dengan waktu kontak adsorpsi selama 60 menit (3).
Contoh Perhitungan kapasitas adsorpsi dan % Kadmium (Cd) teradsorp:
K = Ct.V % Kadmium (Cd) teradsorp = Ct x 100%
S Ci
Keterangan :
k = kapasitas adsorpsi (mg/g)
Ct = konsentrasi teradsorp (mg/L)
= konsentrasi awal larutan (Ci) konsentrasi akhir larutan (Ca)
V = Volume larutan (L)
S = massa adsorben (g)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

Lampiran 12. Hasil analisis luas permukaan lempung dengan SAA

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

Lampiran 13. Hasil analisis luas permukaan tanah andisol dengan SAA (Sistha,
2013)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

Lampiran 14. Perhitungan penentuan keasaman

Keasaman = A B x1000 mmol/berat sampel (g)


BMNH3

Keterangan :
A = berat wadah + sampel setelah terjadi adsorpsi (g)
B = berat wadah + sampel mula-mula (g)
BMNH3 = 17 g/mol
Berat sampel = 0,5 gram

a. Alofan (1)
Keasamaan = 11,814 - 11, 794 x 1000/0,5 = 2,3529 mmol/g
17
Alofan (2)
Keasamaan = 13,469 - 13,449 x 1000/0,5 = 2,3529 mmol/g
17

b. Lempung (1)
Keasamaan = 11,937 - 11,907 x 1000/0,5 = 3,529 mmol/g
17
Lempung (2)
Keasamaan = 13,421 - 13,391 x 1000/0,5 = 3,529 mmol/g
17

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

Lampiran 15. Data isoterm adsorpsi ion logam Kadmium (Cd)

Konsentrasi (ppm)
C
Awal (C) Sisa Teradsorp x/m Log C Log x/m
x/m
1,97 1,49 0,47 0,95 1,57 -0,02 0,17

3,96 2,90 1,06 2,12 1,36 0,32 0,46

6,10 4,29 1,81 3,62 1,18 0,55 0,63

8,23 5,62 2,60 5,21 1,07 0,71 0,75

10,43 6,89 3,54 7,09 0,97 0,85 0,83=

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

Lampiran 16. Hasil Laboratorium air baku PT United Tractors Tbk Cabang
Samarinda

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

Lampiran 17. Gambar Alat Penjernih Air

Filter Keramik

Alat Penjernih Air

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

Lampiran 18. Biodata

Nama : Fathoni Firmansyah


Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 13 Maret 1988
Profesi/Jabatan : Staff EHS PT. United Tractors Tbk
Alamat rumah : Perum Waru Surya Indah Blok B7 Sukoharjo.
Telp. : 085728745489
e-mail : fathonif@gmail.com

Riwayat pendidikan di Perguruan Tinggi:


Institut Bidang Ilmu Tahun Gelar
Universitas Sebelas Maret Kesehatan Kerja 2010 SST
Surakarta (UNS)

Karya Ilmiah

Judul Penerbit/Forum Tahun


Ilmiah
Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Skripsi FK 2010
Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja Bagian D4 Kesehatan
Pengepakan PT. Ikapharmindo Putramas Jakarta Kerja UNS
Timur

Surakarta, 2015

Fathoni Firmasyah

commit to user

Anda mungkin juga menyukai