KARYA ILMIAH
Oleh:
NIM: 21000122210011
SEMARANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang,
Pembimbing I Pembimbing II
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA ILMIAH
ANALISIS TEKNIS PENGARUH PERLAKUAN KHUSUS WATER BALLAST
TREATMENT DENGAN MENGGUNAKAN ACTIVE CARBON PADA KAPAL
DAN LINGKUNGAN
Disusun Oleh:
RIANTO ARITONANG
21000120210025
Tim Penguji,
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Bambang Sudarsono, M.S., IPU Dr.rer.nat. Ir. Thomas Triadi Putranto,
NIP: 195709131986031001 S.T., M.Eng., IPU., ASEAN Eng.
NIP: 197108181997021001
Penguji I Penguji II
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Ilmiah ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
RIANTO ARITONANG
21000120210025
iv
ABSTRAK
Pertukaran air ballast yang dilakukan oleh kapal dari satu pelabuhan ke pelabuhan
lain dapat menimbulkan suatu permasalahan. Pertukaran air ballast tersebut dapat
menyebabkan berpindahnya mikroorganisme berbahaya yang akan menjadi
predator bagi ekosistem yang dituju. Untuk mencegah hal tersebut, IMO
mengeluarkan beberapa aturan mengenai pembuangan air ballast, yaitu air ballast
yang dikeluarkan kapal harus dalam kondisi bersih atau harus ada treatment terlebih
dahulu sebelum dibuang. Pada tugas akhir ini, dikembangkan salah satu alternative
treatment dengan menggunakan bahan kimia karbon aktif dengan objek kajian
kapal MT JAG LEELA dengan rute pelayaran Singapura – Surabaya dan waktu
perencanaan yang didesain selama 12 jam. Pemilihan metode uji sampel yang
dilakukan di laboratorium dipilih untuk mengetahui aplikasi penggunaan karbon
aktif terhadap air ballast Surabaya dan Singapura sudah sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Lalu selanjutnya merancang perencanaan sistem atau desain yang
cocok untuk digunakan di kapal. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan filtrasi berbahan dasar karbon aktif, air yang dilalui karbon aktif
ternyata mampu mengurangi jumlah mikroorganisme seperti E. Coli, Vibrio
Cholerae, dan Intestinal Enterococci sesuai dengan standar IMO. Berdasarkan hasil
laboratorium maka desain filter karbon aktif air ballast dapat diwujudkan.
v
ABSTRACT
Ballast water exchange is made by a vessel from one port to another port can cause
a problem. The ballast water exchange can be harmful microorganisms that shifts
will be a predator for the ecosystem of the intended recipients. To prevent this, IMO
issued several rules regarding the disposal of water ballast, ballast water i.e. issued
a ship must be in clean condition or there should be a treatment first before being
dumped. Various alternative treatments ever used to be able to satisfy this rule. In
this final task, developed one of the alternative treatment with using chemicals
activated carbon with the object of study of ship cruise route with MT JAG LEELA
Singapore – Surabaya and time planning is designed for 12 hours. The selection of
the method of test samples conducted in the laboratories chosen to know the
applications the use of activated carbon to water ballasts of Surabaya and
Singapore is in compliance with the specified standards. Then the next design
planning systems or designs are suitable for use on the ship. From the results of the
study showed that by using activated carbon filtration, activated carbon the water
turned out to be able to reduce the number of microorganisms such as E. Coli,
Vibrio Cholerae, and Intestinal Enterococci in accordance with the IMO standards.
Based on the results of the laboratory activated carbon filter design then the water
ballast can be realized.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang tiada hentinya mencurahkan kasih-Nya, sehingga dengan segala
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Analisis
Teknis Pengaruh Perlakuan Khusus Water Ballast Treatment Dengan
Menggunakan Active Carbon Pada Kapal Dan Lingkungan
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam
menyelesaikan Karya ilmiah ini, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M. Hum, selaku Rektor Universitas
Diponegoro.
2. Prof. Dr. Widayat, ST., MT., IPM, selaku ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Insinyur.
3. Ir. Bambang Sudarsono, M.S., IPU, selaku Pembimbing I
4. Dr.rer.nat. Ir. Thomas Triadi Putranto, S.T., M.Eng., IPU., ASEAN Eng.,
selaku Pembimbing II.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan moril
dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari akan kekurangan dan
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki sehingga tentu saja penyusunan karya
ilmiah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi kemajuan penulis untuk masa yang akan
datang. Akhir kata, dengan selesainya karya ilmiah ini berarti selesai pula masa
studi penulis di Program Studi Pendidikan Profesi Insinyur. Penulis berharap
semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya robbal alamin.
Terima kasih.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
viii
3.4 Analisis Data .................................................................................................. 18
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Ballast merupakan salah satu komponen dalam kapal yang sangat penting.
Kapal memerlukan ballast untuk stabilitas kapal. Biasanya air ballast dimasukkan
ke dalam tanki ballast di kapal saat kapal tidak bermuatan. Dan ketika kapal tidak
bermuatan, maka air ballast akan dikeluarkan dari tanki ballast kapal.
Pertukaran air ballast yang dilakukan oleh kapal dari satu pelabuhan ke
pelabuhan lain menimbulkan suatu permasalahan. Air ballast yang dibawa suatu
lingkungan asal dan dibuang di lingkungan yang baru. Air laut yang dihisap oleh
pompa ke dalam tanki ballast kapal selama pelayaran, umumnya terdiri dari air
bebatuan. Mikroorganisme laut yang ikut terbawa dan tertukar melalui tangki
ballast kapal akan dapat bertahan hidup pada perairan yang baru, namun biota
tersebut akan berubah dan cenderung bersifat predator. Hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada rantai makanan dan lingkungan pada perairan yang baru. Maka
pada saat pengangkutan air ballast perlu adanya perhatian yang khusus agar adanya
diinginkan tersebut.
pembuangan air ballast kapal. Peraturan IMO tersebut mengatur tentang air
pembuangan ballast harus bersih atau harus ada treatment terlebih dahulu sebelum
1
2
dibuang. Dan untuk memenuhinya semua kapal yang dibangun harus menerapkan
system pengananan air ballast (water ballast treatment), dimana peraturan tersebut
pertukaran air ballast pada saat berlayar (ballast water exchange) dan system
Metode flow through, emptying and filling dan water exchange adalah yang
banyak dilakukan namun memiliki resiko ternadap keselamatan kapal dan juga
memiliki effektivitas yang rendah. Oleh karena itu dilakukanlah studi modifikasi
pengolahan air ballast tersebut dengan menerapkan metode karbon aktif pada kapal.
jika ingin mengacu pada fungsi hasil dan fungsi waktu tergolong masih kurang
efektif dan efisien. Pemilihan penggunaan karbon aktif ini dikarenakan beberapa
1. Karbon aktif adalah salah satu alat terbaik yang dapat digunakan untuk
2. Karbon aktif adalah adsorben yang efektif karena bentuk pori-porinya yang
besar. Ini memberikan area permukaan yang relatif besar terhadap ukuran
bahan dasar karbon aktif diharapkan dapat memenuhi standar yang ditetapkan oleh
IMO.
treatment di kapal.
ditentukan.
3. Air ballast yang digunakan diambil dari air laut Singapura dan air laut
Surabaya.
1.4 Tujuan
terpenuhi.
4
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah:
ballast.
Rancangan sistematika penulisan pada studi kasus ini terdiri dari 5 bab,
Bab I: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang teori-teori, kajian pustaka serta peraturan peraturan
dibahas. Bab ini menyajikan terkait definisi sistem ballast, mikroorganisme air laut
yang terkandung pada air ballast, uraian tentang karbon aktif yang digunakan
5
sebagai filter air ballast. Pada bab ini dibahas juga peraturan peraturan dari IMO
ballast dan terakhir adalah penyajian berbagai solusi yang pernah ditawarkan untuk
Pada bab ini berisi tentang metode penilitian, object penelitian, pengambilan
sampel dilakukan di dua tempat yaitu di Surabaya dan Singapura, kemudian di uji
perangkat lunak tiga dimensi. Alat dan bahan menjelaskan spesifikasi alat-alat yang
Berisi kesimpulan dari seluruh uraian kegiatan yang telah dilakukan dan saran
pengembangan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cara kerja sistem ballast, secara umum adalah untuk mengisi tangki ballast yang
berada di double bottom, dengan air laut, yang diambil dari seachest. Melalui pompa
ballast, dan saluran pipa utama dan pipa cabang. Sistem ballast merupakan sistem untuk
dapat memposisikan kapal dalam keadaan seimbang baik dalam keadaan trim depan
memasukkan air sebagai bahan ballast agar posisi kapal dapat kembali pada posisi yang
sempurna. Adapun komponen-komponen sistem ballast meliputi, sea chest, jalur pipa
ballast, pipa yang melalui tangki, sistem perpipaan, pompa ballas, tangki ballast, jumlah
Air ballast masuk ke dalam kapal dengan cara dipompa melalui sea chest. Biasanya
volume air ballast adalah 30-40% dari DWT kapal, tergantung dari jumlah muatan yang
akan dimasukkan.
7
8
Pada gambar 2.1 terlihat bahwa proses masuknya air ballast ke dalam kapal terjadi
ketika kapal sedang membongkar muatan, karena pada saat proses membongkar muatan
draft kapal akan naik sehingga untuk menjaga kestabilan kapal, air ballast dipompa dari
laut ke dalam kapal. Selama pelayaran tanpa muatan, peran muatan digantikan oleh air
ballast, dan setelah sampai di pelabuhan tujuan, air ballast akan dipompa keluar kembali
ke laut.
sistem ini dapat berjalan dengan lancar. Pipa ballast tidak boleh
melewati instalasi tanki air minum, feed water, fuel oil tank, dan
berikut :
𝑉
𝑄 = 𝑡 ; dan dilanjutkan dengan Q = A × v
Dimana :
Q = kapasitas aliran
V = volume yangki ballast
t = waktu pengosongan tangki
A = luas permukaan pipa
v = kecepatan aliran air ballast
d = diameter pipa
9
kebutuhan kapal (BV Rules Vol 1 Part C). Ukuran pemilihan pompa
v2d
𝐻 = ℎ𝛼 + ∆ℎ1 + ………………………....(2.2)
2g
ha = head statis total (m) head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air di sisi keluar
∆hp = perbedaan head tekanan yang bekerja pada permukaan air (m)
Setelah perhitungan head total dari sistem diperoleh, maka dengan hasil
2.2 Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah sebuah organisme yang begitu kecil sehingga
unicell terlihat oleh mata telanjang, dan beberapa spesies multisel tidak terlihat mata
telanjang. Air ballast yang dipompa dari laut ke dalam kapal akan membawa serta
mikroorganisme yang hidup di ekosistem tersebut, air ballast tersebut akan tersimpan
selama kapal berlayar dan kemudian air ballast tersebut akan dibuang di pelabuhan
10
tujuan. Mikroorganisme yang terbawa oleh air ballast sebagian besar tidak akan mampu
bertahan pada saat berlayar, namun mikroorganisme yang tetap hidup dan kemudian
menempati ekosistem baru akan menjadi predator bagi ekosistem yang telah ada [2].
Karbon aktif adalah padatan berpori yang memiliki komposisi 85-95% karbon
yang dipanaskan dengan suhu tinggi dan menghasilkan padatan yang terkarbonasi.
Menurut Napitupulu (2003) padatan berpori yang terkarbonasi tersebut dapat diaktivasi
dengan menggunakan larutan kimia agar daya serapnya meningkat. Bahan-bahan kimia
sebagai aktivator yang sering digunakan diantaranya H3PO4, ZnCl2, dan H2SO4 [3]
Karbon aktif pada dasarnya dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon, baik bahan
organik maupun anorganik. Bahan baku yang banyak digunakan sebagai bahan baku
limbah kayu, tempurung kelapa, biji trembesi, nasi aking, bahan polimer seperti
poliakrilonitril dan rayon. Menurut [4] volume pori suatu karbon aktif ukurannya sebesar
0,2 cm3/gram. Luas permukaan internal suatu pori yang telah diteliti dapat mencapai
lebih dari 400 m2/gram. Sedangkan luas permukaan karbon aktif yang dikarakterisasi
Karbon aktif banyak digunakan sebgai adsorben karena luas permukaannya yang besar
dan porositas tinggi sehingga daya serapnya baik. Hal ini dikarenakan proses aktivasi dari
bahan baku karbon aktif tersebut yang terdiri dari 2 metode yaitu aktivasi termal dan
aktivasi kimia. Aktivasi termal dilakukan dengan cara pemanasan material karbon pada
suhu tinggi dengan adanya gas pengoksidasi. Sedangkan untuk aktivasi kimia dilakukan
11
Dampak yang ditimbulkan akibat pertukaran air ballast oleh kapal maka perlu
lingkungan laut. Melalui aturan yang ditetapkan oleh IMO, diharapkan dampak dari
pertukaran air ballast kapal dapat diminimalkan. Pada tanggal 13 Februari 2004, IMO
melakukan konvensi bertempat di London yang dihadiri perwakilan dari 74 negara dan
organisasi internasional lainnya. Konvensi ini diberi judul “International Convention for
the Control and Management of Ships Ballast Water & Sediments”. Tujuan dari konvensi
yang berbahaya yang terbawa melalui perpindahan air ballast dengan jalan melakukan
pengolahan pertukaran air ballast dan endapannya. Dari konvensi tersebut lahirlah
berbagai aturan mengenai penagangan pertukaran air ballast di kapal yang lebih dikenal
dengan nama ANNEX. Berikut adalah standar manajemen air ballast disesuaikan dengan
ukuran kapal dan tahun pembuatan berdasarkan ANNEX III - Section D, Standar
1. Kapal dengan sistem manajemen air ballast tidak boleh mengeluarkan lebih
dari 10 organisme hidup tiap meter kubik atau setara dengan ukuran lebih
ditentukan berikut:
1. Toxicogenic vibrio cholera kurang dari 1 cfu (colony forming unit) tiap
2. Sistem manajemen air ballast harus disetujui oleh pihak sesuai dengan
regulasi IMO. Metode lain pengelolaan air ballast juga dapat diterima
sebagai alternatif untuk standar pertukaran air ballast dan baku kinerja air
atau sumber daya, dan disetujui pada prinsipnya oleh Marine Environment
Ballast yang diadakan pada tahun 2004, mewajibkan semua kapal yang
dengan pengolahan air ballast (ballast water treatment) pada tahun 2016.
Teknologi pada pengolahan air ballast yang disyaratkan oleh IMO harus
harus melakukan pengolahan air ballast terlebih dahulu. Beberapa solusi inovasi
Pengolahan air ballast dengan injeksi sinar ultraviolet (UV) pada tangki ballast
kapal merupakan metode yang efektif dan aman. Hal ini terbukti bahwasanya sinar
ultraviolet tidak menimbulkan radiasi yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu water
ballast treatment dengan sinar ultraviolet ini telah mendapat pengakuan dari IMO
Namun dilihat dari sisi ekonomisnya, pemasangan injeksi sinar ultraviolet sebagai
pengolahan air ballast kapal tergolong mahal. Berdasarkan perhitungan dalam penelitian
sebelumnya, untuk 1 buah unit injeksi ultraviolet membutuhkan biaya sekitar US122.000.
Padahal dalam pengolahan air laut tangki ballast membutuhkan lebih dari 1 unit injeksi
Filtration
Air ballast dapat disaring terlebih dahulu sebelum memasuki tanki ballast
(suction) atau ketika air ballast dibuang (discharged). Keuntungan penyaringan air yang
dipompa ke dalam tangki yakni mikrorganisme yang disaring dapat dipertahankan dalam
habitat aslinya. Jika air ballast disaring saat proses discharged, pembuangan
agar tidak mempengaruhi lingkungan sekitar. Namun kelemahan dari filtrasi ini yaitu
memerlukan peralatan khusus yang sangat mahal untuk diaplikasikan dan diinstal di
dalam kapal sebagai Ballast Water Treatment. Biaya filtrasi semakin meningkat setara
dengan semakin kecilnya partikel yang disaring dan mikroorganisme di dalam air ballast
yang dihilangkan. Karena ukuran filter yang digunakan untuk pengolahan air ballast tidak
mikroorganisme invasif. Teknologi baru yang sekarang ini mulai dikembangkan yakni
Lakes) dengan memakan biaya sebesar $1.300.000 yang dirancang untuk mengukur
penyaring plankton dipasang sejak 1996. Pembersihan dengan metode penyaringan back
mikroorganisme lebih banyak dengan metode filtrasi, eksperimen lain yang dilakukan
yakni mempelajari mengenai mikroorganisme pathogen di dalam air ballast. Setelah itu
daripada metode pengolahan air ballast ini diharapkan akan lebih memberikan manfaat
di kemudian hari.
16
Obyek penelitian pada karya ilmiah ini adalah kapal MT JAG LEELA. Kapal
yang teridentifikasi pada IMO dengan nomor 9173654 ini merupakan kapal berjenis
umum Tanker – Hazard A (Major), dan secara detail berjenis Crude Oil Tanker. Di
Jumlah berat yang dapat ditampung oleh kapal ini adalah 105148 t DWT.
Adapun panjang dari kapal ini adalah 242.98 meter sedangkan lebarnya adalah
42.03 meter.
17
18
terkait dengan air ballast, mikroorganisme yang berhubungan dengan air ballast,
konvensi IMO yang mengatur tentang pembuangan air ballast, dan karakteristik
karbon aktif. Sumber yang diambil pada tahap ini berasal dari modul, paper,
informasi sesuai dengan judul penelitian ini, maka data yang diambil adalah data
tentang water ballast management plan pada kapal MT JAG LEELA, sampel air
ballast yang diambil di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan PSA Pasir Panjang
Singapura masing-masing sebanyak 1,5 liter dari kapal MT JAG LEELA kemudian
mengetahui apakah kadar karbon aktif yang digunakan cukup untuk membunuh
mikroorganisme air ballast pada kapal. Perancangan ini berupa desain model
selanjutnya.
Pengambilan data penilitian ini didapat dari pengujian sampel yang dilakukan
Enterococci, dan Vibrio Cholerae. Data-data yang diperoleh saat pengambilan data
Asal
E. Coli Vib. Int. E. Vib. Int.
Air Cholerae Enterococci Coli Cholerae Enterococci
Surabaya + 84 + 68 +5 + 12
Positif Positif
koloni koloni koloni koloni
Singapura + 13 + 67 +4
Positif Negatif Positif
koloni koloni koloni
20
21
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Surabaya Singapura
14
12
10
0
Surabaya Singapura
Dari grafik batang 4.1, untuk dua lokasi pengambilan sample yaitu air ballast
kapal dengan rute pelayaran Surabaya dan Singapura tampak jumlah bakteri yang
masih belum mendapatkan perlakuan khusus. Standar aturan IMO mengenai jumlah
bakteri E. Coli tiap koloni adalah kurang dari 250 koloni, Vibrio Cholerae adalah
kurang dari 1 koloni, dan Intestinal Enterococci kurang dari 100 koloni. Jika dilihat
dari table dan grafik maka jumlah bakteri E. Coli sebelum mendapatkan perlakuan
khusus telah memenuhi standar. Lalu untuk Vibrio Cholerae sebelum mendapatkan
perlakuan khusus masih belum memenuhi standar. Dan untuk kandungan Intestinal
22
Enterococci masih positif namun menurut hasil uji sampel lab tidak diketahui
jumlahnya.
1. Sample air Surabaya (SA1) Hasil: 2. Sample air Singapura (SA2) Hasil:
Positif + 84 koloni Positif + 13 koloni
Hasil EMB Air Surabaya (SA 1) Hasil EMB Air Singapura (SA 2)
1. Sample air Surabaya (SA1) Hasil: 2. Sample air Singapura (SA2) Hasil:
Positif + 68 koloni Positif + 67 koloni
Hasil uji TCBS Air Surabaya (SA 1) Hasil uji TCBS Air Singapura (SA 2)
Air Surabaya (SA1) (diduga positif) Air Singapura (SA2) (diduga positif)
Dari grafik batang 4.2, untuk dua lokasi pengambilan sample yaitu air ballast
kapal dengan rute pelayaran Surabaya dan Singapura tampak jumlah bakteri yang
jumlah bakteri E. Coli tiap koloni adalah kurang dari 250 koloni telah memenuhi
standar dari jumlah bakteri sebelumnya yaitu 84 koloni berkurang menjadi 5 koloni.
Lalu Vibrio Cholerae adalah kurang dari 1 koloni masih belum memenuhi standar
untuk air ballast Surabaya karena masih terkandung bakteri tersebut namun untuk
air ballast Singapura telah memenuhi standar karena tidak terkandung bakteri
tersebut atau negative. Dan Intestinal Enterococci kurang dari 100 koloni masih
belum teridenfitikasi jumlah bakterinya, namun jika dilihat dari jumlah total
1. Sample air Surabaya aktif (SA3) 2. Sample air Singapura aktif (SA4)
Hasil: positif + 5 koloni Hasil: positif + 4 koloni
Hasil uji EMB sampel air Hasil uji EMB sampel air Singapura
Surabaya aktif (SA3) aktif (SA4)
1. Sample air Surabaya aktif (SA3) 2. Sample air Singapura aktif (SA4)
Hasil: positif + 12 koloni Hasil: negatif
Hasil uji TCBS sampel air Hasil uji EMB sampel air Singapura
Surabaya aktif (SA3) aktif (SA4)
Air Surabaya aktif (SA3) (diduga positif) Air Singapura aktif (SA3) (diduga positif)
masing-masing 1,5 liter dengan menggunakan karbon aktif sebanyak 10 gr, maka
3. Flag : Indonesia
dan diameter pipa 40 cm maka didapatkan volume 352 cm3 atau 0.4 liter atau 400
gr. Dan pipa yang berisikan karbon aktif yang direncakan sebanyak 32 buah, maka
total karbon aktif yang dibutuhkan sebanyak 12800 gr atau 12.8 kg atau 13 kg
dengan menggunakan karbon aktif yang diproduksi pabrik. Namun ada cara lain
selain menggunakan pipa yang berisikan karbon aktif yaitu menggunakan activated
carbon fiber filter sesuai dengan gambar 4.15. Dalam perencanannya air melewati
jalur saluran masuk dan akan disaring dengan menggunakan filter sebagai treatment
yang pertama.
29
Lalu selanjutnya melewati filter fiber karbon aktif yang berjumlah 32 buah sebagai
treatment yang kedua. Dirancang seperti cartridge yang bisa diganti ketika
pemakaiannya mencapai batas maksimal.
Setelah itu air yang telah disaring melewati karbon aktif filter bisa dibuang
sesuai dengan standar IMO. Adapun spesifikasi fiber filter activated carbon sebagai
berikut:
1. Panjang filter: 75 cm
2. Diameter filter: 3.8 cm
3. Highest working pressure: 0.4 Mpa
4. Velocity: 4 m/s
Pada dokumen ballast water management plan kapal MT. JAG LEELA
diketahui kapasitas pompa yang dipasang di kapal. Dengan dasar kapasitas pompa
tersebut, maka waktu yang diperlukan untuk melakukan penanganan air ballast
𝑉
dapat diketahui. Menggunakan perumusuan = 𝑡
Dimana:
V = volume tangki air ballast,
Q = kapasitas pompa, dan
t = waktu penanganan air ballast.
𝑉
𝑡=
𝑄
7913.62
𝑡= 𝑗𝑎𝑚
600
Jadi waktu yang diperlukan untuk melakukan penanganan air ballast di kapal
adalah 12 jam.
Profesi insinyur memiliki peran penting dalam melakukan layanan jasa pada
Adapun implementasi kode etik profesional insinyur pada kegiatan ini antara
lain:
2. Memastikan semua material dan alat yang digunakan dalam penelitian ini
sumber daya manusia dalam melaksanakan penelitian ini mulai dari awal
hingga akhir.
awak kapal.
dari penggunaan alat pelindung diri (APD), alat dan perlangkapan kerja dan
Sesuai ketentuan yang ada dan telah diregulasikan oleh IMO (International
Maritime Organization) pengelolaan air ballast yang dilakukan oleh kapal harus
dicatat sesuai dengan ketentuan. Dalam pengoperasian air ballast hal-hal yang perlu
ballast.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada dua sampel yang berasal
dari dua pelabuhan yaitu Surabaya dan Singapura dari kapal MT JAG LEELA maka
jam.
5.2 Saran
1. Karbon aktif yang digunakan seharusnya tidak dari buatan pabrik saja,
32
33
3. Output dari penelitian ini yaitu hanya desain filter karbon aktif, penulis
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif MS, Kurniawati HA, Misbah MN. 2016. ANALISA TEKNIS DAN
EKONOMIS PEMILIHAN MANAJEMEN AIR BALLAS PADA KAPAL
(SHIP BALLAST WATER MANAGEMENT) DI INDONESIA. Kapal: Jurnal
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan [Online]. 2016 Nov;13(3):126-134.
https://doi.org/10.14710/kpl.v13i3.12351.
4. Sudibandriyo, M., Pan, Z., Fitzgerald, J. E., Robinson, Jr., R. L., Gasem, K. A.
M., Adsorption of Methane, Nitrogen, Carbon Dioxide and their Binary
Mixtures on Dry Activated Carbon at 318.2 K and Pressures to 13.6 MPa,
Langmuir 19 (13), 5323-5331 (2003).
8. Cipranic, Ivana & Jevric, Marija & Sekulić, Goran & Tomovic, Sreten. 2019.
The Problem of Ballast Water in Montenegro Ports and Possibility of its
Treatment. Polish Maritime Research. 26. 188-193. 10.2478/pomr-2019-0060.
11. www.marinetraffic.com/en/ais/details/ships/shipid:705279/mmsi:-
9173654/imo:9173654/vessel:JAG_LEELA. Diakses 2022
12. www.ntjhhb.com/en/pro_show.asp?belong_id=139&i_id=48&b_tb=user_pro.
Diakses pada 2022
35
36
37
38
39
40