Devi Alvisha
03211940000044
Dosen Pembimbing
Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
NIP. 19600308 198903 1 001
Devi Alvisha
03211940000044
Dosen Pembimbing
Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
NIP. 19600308 198903 1 001
4
TUGAS AKHIR – CL 224801
Devi Alvisha
03211940000044
Supervisor
Ir. Eddy Setiadi Soedjono Dipl.SE. M.Sc, Ph.D
NIP. 19600308 198903 1 001
6
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
SURABAYA
30 Januari 2023
i
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
iii
iv
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DARI BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR
DI KABUPATEN MOJOKERTO
Abstrak
Semakin tingginya permintaan pasar terhadap ikan air tawar menjadi salah satu
penyebab makin maraknya usaha budidaya ikan air tawar. Budidaya ikan dapat diartikan
sebagai proses pemeliharaan ikan dari ukuran kecil hingga ukuran layak konsumsi. Kegiatan
budidaya ikan air tawar menghasilkan beberapa limbah, salah satu limbah yang tidak
terhindarkan adalah air limbah budidaya. Air limbah budidaya ikan air tawar mengandung dua
bahan pencemar utama yaitu senyawa organik dan amoniak. Pemasukan kedua bahan pencemar
ini secara berkelanjutan dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Kadar amonia
yang tinggi dapat memicu terjadinya eutrofikasi, serta tingginya senyawa organik dapat
menimbulkan penurunan kualitas badan air.
Pada penelitian ini akan diperlukan data primer yang diperoleh dari kegiatan wawancara
dan uji laboratorium. Kedua kegiatan tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi kuantitas dan
kualitas air limbah budidaya ikan air tawar. Uji laboratorium dilakukan untuk menganlisis
empat parameter kunci pada air limbah budidaya ikan air tawar yaitu BOD,COD,TSS dan NH3.
Sampel air yang diujikan berasal dari kolam budidaya ikan air tawar yang berada pada wilayah
studi yaitu Kabupaten Mojokerto. Hasil uji laboratorium menunjukkan kualitas air limbah yang
berbeda akibat perbedaan frekuensi pemberian pakan yang berbeda, jenis ikan, kerapatan kolam
serta sumber air yang digunakan. Wawancara dilakukan secara terstuktur dan mendalam guna
memperoleh informasi terkait pola penggunaan air serta potensi air limbah yang dihasilkan dari
kegiatan budidaya ikan air tawar.
Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik air limbah dengan beberapa parameter
yang masih melebihi baku mutu seperti TSS, BOD serta ammonia. Oleh karena itu dilakukan
analisis penentuan rekomendasi teknologi pengolahan dan pengelolaan air limbah dari
budidaya ikan air tawar diberdasarkan klasifikasinya. Adapun teknologi pengolahan yang
terpilih untuk industri budidaya rakyat adalah bak penampung dan Constructed Wetland
menggunakan tumbuhan bunga kana. Sedangkan rekomendasi teknologi pengolahan untuk
industri budidaya negara adalah Constructed Wetland menggunakan tumbuhan kangkung air.
Hal ini didasarkan pada karakterisitk air limbah, kondisi di lapangan serta ketersediaan lahan
dan sumber daya manusia yang terlibat pada industri budidaya tersebut. Kedua teknologi yang
direkomendasikan merupakan unit pengolahan yang mudah untuk dioperasikan oleh
masyarakat karena tidak memerlukan keahlian khusus. Selain itu kedua teknologi pengolahan
ini memiliki tingkat efisiensi yang cukup tinggi.
Kata Kunci : Air Limbah, Amonia Budidaya Ikan, Teknologi, Pengolahan, Senyawa
Organik.
v
vi
WASTEWATER MANAGEMENT FROM FRESHWATER FISH CULTIVATION IN
MOJOKERTO REGENCY
Abstrak
The increasing market demand for freshwater fish is one of the reasons for the rise of
freshwater fish farming. Fish farming can be interpreted as the process of rearing fish from
small sizes to sizes suitable for consumption. Freshwater fish farming activities produce several
wastes, one of the unavoidable wastes is aquaculture wastewater. Freshwater fish farming
wastewater contains two main pollutant substances, namely organic compounds, and ammonia.
The inclusion of these two pollutant materials in a sustainable manner can have a negative
impact on the environment. High levels of ammonia can lead to eutrophication, and high levels
of organic compounds can cause a decrease in the quality of water bodies.
In this study, primary data will be needed obtained from interviews and laboratory tests.
These two activities were carried out to identify the quantity and quality of freshwater fish
farming wastewater. Laboratory tests were carried out to analyze four key parameters in
freshwater fish farming wastewater, namely BOD, COD, TSS, and NH3. The water samples
tested came from freshwater fish farming ponds in the study area, namely Mojokerto Regency.
The results of laboratory tests showed that the quality of the wastewater was different due to
the different feeding frequencies, fish species, pond density, and water sources used. Interviews
were conducted in a structured and in-depth manner to obtain information related to water use
patterns and the potential for wastewater generated from freshwater fish farming activities.
From the research results, it was found that the characteristics of wastewater with
several parameters that still exceed quality standards such as TSS, BOD and ammonia.
Therefore, an analysis is carried out to determine recommendations for treatment technology
and management of freshwater fish farming based on its classification. The processing
technology chosen for the people's cultivation industry is a reservoir and Constructed Wetlands
using kana flowers. Meanwhile, the recommendation for processing technology for the state
aquaculture industry is Constructed Wetlands using kangkung plants. This is based on the
characteristics of wastewater, conditions in the field and the availability of land and human
resources involved in the aquaculture industry. The two recommended technologies are
processing units that are easy for the community to operate because they do not require special
expertise. In addition, these two processing technologies have a high level of efficiency.
vii
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang memberikan berkah,
rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“PENGELOLAAN AIR LIMBAH DARI BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR DI
KABUPATEN MOJOKERTO” ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan masukan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing
yang senantiasa dengan sabar memberikan ilmu, bimbingan serta arahan yang
menunjang dalam penyusunan tugas akhir ini.
2. Bapak Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng, serta Ibu Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.
selaku dosen pengarah yang senantiasa memberikan saran dan masukan dalam
menunjang penyusunan tugas akhir.
3. Para pelaku usaha budidaya ikan air tawar serta laboran Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Mojokerto yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
4. Papa Totok Hendarto, yang selalu memberikan dukungan selama perkuliahan termasuk
motivasi dan biaya untuk menunjang penelitian ini.
5. Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan berupa doa dan motivasi agar penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
6. Teman-teman Mahasiswa Teknik Lingkungan angkatan 2019 yang selalu membantu
menemani dan memberikan dukungan pada penyusunan laporan tugas akhir.
Penyusunan tugas ini telah dilakukan semaksimal mungkin, namun layaknya manusia
biasa, penyusun menyadari bahwa dalam tugas ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata,
semoga penyusunan tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ix
x
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR TABEL
xiii
Tabel 4. 36 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Constructed Wetland ....................................... 66
Tabel 4. 37 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Reservoir ......................................................... 67
Tabel 4. 38 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Sludge Drying Bed .......................................... 67
Tabel 4. 39 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Peralatan Penunjang IPAL .............................. 68
Tabel 4. 40 Total Rencana Anggaran Biaya Unit Pengolahan ................................................ 68
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sungai memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kualitas air
sungai dengan kegiatan manusia memiliki saling keterkaitan yang tidak bisa dilepaskan.
Aktivitas manusia mempengaruhi pemanfaatan sungai seperti sebagai sumber air, bisa juga
sebagai tempat mandi dan mencuci. Dengan aktivitas manusia yang terus meningkat, maka
beban pencemar yang masuk ke badan air akan semakin besar apabila pembuangan limbah
terjadi tanpa kendali. Kebiasaan membuang air limbah ke badan air ternyata sudah menjadi
kebiasaan yang melekat di masyarakat (Saputri dan Arsi, 2019). Saat ini banyak unit-unit
usaha yang melibatkan sungai dalam prosesnya, seperti usaha yang bergerak dibidang
ketahanan pangan, yaitu budidaya ikan air tawar seperti gurami, lele atau bahkan ikan nila.
Kegiatan budidaya ikan air tawar dianggap memiliki potensi yang besar karena banyaknya
permintaan pasar terhadap berbagai jenis ikan air tawar (Sutiani dan Bachtiar, 2020).
Skala Budidaya ikan air tawar di Indonesia didominasi oleh skala rumah tangga hingga
sedang, sehingga masih sering mengalami kekurangan sarana dan prasarana penunjang unit
usaha. Sedangkan dari kegiatan budidaya, akan menghasilkan produk samping atau limbah
cair berupa air kolam. Air limbah yang dihasilkan biasanya keruh dan berwarna coklat
kehijauan. Secara garis besar limbah cair yang dihasilkan banyak mengandung senyawa
nitrogen dalam bentuk ammonia (NH3) serta zat organik (Widyantoro et al., 2018). Kedua
senyawa ini dianggap sebagai polutan yang terdapat pada air limbah budidaya ikan air
tawar. Senyawa ammonia dan senyawa organik berasal dari akibat proses pemberian pakan
yang berlebih serta hasil metabolit dari ikan tersebut. Kedua senyawa ini berpotensi untuk
menurunkan kualitas air serta dapat menimbulakan bau busuk yang menyengat (Tamyiz,
2015).
Pada umumnya masyarakat yang memiliki usaha budidaya ikan air tawar akan
langsung mengalirkan limbah cair yang dihasilkan menuju badan air atau sungai.
Pelimpahan limbah cair dilakukan begitu saja tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Hal
ini tentu saja berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan, apabila pelimpahan air limbah
terus dilakukan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi pencemaran air terutama air
sungai (Widyantoro et al., 2018). Selain itu, jumlah unsur hara nitrogen yang cukup banyak
pada air limbah dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Salah satu ciri terjadinya
eutrofikasi adalah tingginya pertumbuhan alga dan cyanobacteria.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian terhadap cara
pengolahan limbah cair dari kegiatan budidaya ikan air tawar. Dengan harapan pengolahan
yang akan dilakukan dapat menurunkan angka pencemaran air serta mencegah timbulnya
permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat akibat limbah cair budidaya ikan air
tawar. Teknologi pengolahan yang direncanakan juga harus mempertimbangkan kinerja,
biaya, operasional dan perawatan dari masing-masing pengolahan, sehingga dapat menjadi
pilihan teknologi yang implementatif di masyarakat.
1
3. Bagaimana penentuan dan penerapan teknologi pengolahan yang efektif pada studi
kasus?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Ikan Air Tawar
2.1.1 Gambaran Umum
Budidaya ikan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk memproduksi
organisme akuatik di lingkungan yang sudah dikontrol dengan maksud mendapatkan
keuntungan. Kegiatan budidaya sering juga disebut sebagai akuakultur, karena sangat berkaitan
erat dengan sumber daya air. Dalam kegiatan buidaya ikan terdapat beberapa kegiatan
diantaranaya pemeliharaan untuk reproduksi, menumbuhkan, dan meningkatkan mutu biota
akuatik hingga akhirnya ikan siap untuk dipanen (Tejo dan Pabendon, 2022).
Dalam arti sederhana, budidaya dapat dipahami sebagai usaha pemeliharaan ikan,
sedangkan apabila diartikan secara luas, budidaya ikan dapat diartikan sebagai hubungan timbal
balik antara biota perairan, habitat biota atau lingkungan, serta manusia sebagai pengguna
sumber daya tersebut (Putri, 2017). Adapun pengertian yang dijelaskan di dalam UU RI no. 31
tahun 2004 yang berisi akan penjelasan perikanan menyatakan: Perikanan adalah sebuah upaya
untuk membesarkan, membiakkan dan memlihara ikan serta melakukan pengambilan hasil
(panen) di sebuah lingkungan yang baik ini juga termasuk didalamnya sebuah kegiatan memuat,
menyimpan, mengolah, menangani, mendinginkan maupun pengawetan.
Menurut Singkawijaya dan Fadjarajani (2019), terdapat beberapa tahapan yang
dilakukan pada proses budidaya ikan air tawar sebagai berikut:
a. Persiapan kolam, pada tahap ini biasanya dilakukan pengecekan terhadap kolam
yang akan digunakan untuk kegiatan budidaya. Pengeringan kolam setelah panen,
pembersihan daerah sekitar kolam hingga pemberian kapur untuk sterilisasi dan
penyeimbangan ph.
b. Pemijahan, kegiatan pemijahan ini dilakukan dengan memilihin indukan dengan
kualitas baik dengan tujuan dapat menghasilkan benih ikan yang baik dan sehat.
c. Penetasan, kegiatan merawat telur ikan hingga menjadi larva, biasanya diberikan
media sebagai tempat menempelnya telur-telur ikan yang sudah dibuahi. Media
yang sering digunakan adalah ijuk (Sutiani dan Bachtiar, 2020).
d. Pendederan, merupakan kegiatan pembesaran ikan kecil yang awalnya berukuran
1-3 cm hingga menjadi ikan berukuran 5-8 cm.
e. Pembesaran, kegiatan utama yang dilakukan pada kegiatan budidaya, yakni
pemeliharaan ikan hingga mencapai ukuran siap konsums atau memiliki massa 300-
500 gram. Proses pembesaran merupakan tahapan yang paling lama, dibutuhkan
idealnya adalah 3-5 bulan agar ikan siap dipanen. Dalam jangka waktu tersebut,
ikan sudah mengalami pertumbuhan yang optimal. Pada bulan ke-5 dan ke-6 ikan
hanya menggunakan energi yang diperoleh untuk bergerak, tidak untuk bertambah
besar (Jahan dan Janiam, 2020).
f. Pemanenan, kegiatan ini dapat dilakukan secara total ataupun selektif. Apabila
dalam satu kolam seluruh ikan dianggap memiliki laju pertumbuhan yang seragam
makan ikan akan dipanen seluruhnya. Namun apabila terdapat perbedaan laju
pertumbuhan maka kegiata pemanenan akan dilakukan secara selektif atau hanya
sebagaian.
2.1.2 Jenis Budidaya Ikan Air Tawar
Menurut Kementerian dan Kelautan Republik Indonesia (2017:3-5) terdapat 45 jenis budidaya
ikan air tawar yang ada di Indonesia. Adapun jenis-jenis budidaya air tawar yang terdapat di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1.
3
Tabel 2. 1 Jenis – Jenis Ikan Budidaya Ikan Air tawar
No Jenis No Jenis No Jenis
1 Baung Putih 16 Kancera 31 Nila
2 Bawal 17 Kehung 32 Nilem
3 Belida 18 Kelabau Padi 33 Patin
4 Belut 19 Kerandang Ketub 34 Payangka
5 Betok 20 Kodok 35 Sadarin
6 Betutu 21 Kowan 36 Sepat Rawa
7 Buaya 22 Kura-kura 37 Sepat Siam
8 Bulu-bulu 23 Labi-labi 38 Seren
9 Gabus 24 Lais Tabirin 39 Sidat
10 Gurami 25 Lais Timah 40 Singarinfan
11 Hampal 26 Lampan 41 Tambakan
12 Ikan Mas 27 Lele 42 Tawes
13 Ikan Mola 28 Lindi 43 Tempeh
14 Ikan Toman 29 Moa Kembang 44 Udang
15 Jelawat 30 Mujair 45 Galah
Dari sekian banyak jenis budidaya air tawar yang ada, terdapat 5 jenis ikan yang paling digemari
karena permintaan pasar yang cukup tinggi yakni ikan Lele, Gurame, Nila, Mujair dan Patin
karena kemudahan perawatan selama proses budidaya (Pungkasanti, 2019). Menurut
Syamsunarno dan Sunarno (2016) Wadah budidaya ikan air tawar terbagi menjadi 2 jenis
• Memanfaatkan daratan sebagai lahan produktif dengan sumber air berasal dari irigasi
anak sungai atau air tanah contohnya : kolam tanah, kolam semen, dan kolam terpal
• Memanfaatkan perairan umum sebagai lahar produktif dengan sumber air berasal
dari badan air tersebut contohnya : keramba ikan atau jaring apung yang ada di danau
atau waduk
2.1.3 Sarana Produksi Budidaya Ikan Air Tawar
Guna menunjang proses budidaya ikan air tawar diperlukan beberapa sarana produksi sebagai
berikut
• Benih ikan, dimana hal ini akan menjadi penentu proses budidaya. Selain kualitas benih
ikan yang digunakan, kuantitas benih ikan yang ditebar setiap luasan kolam dapat
mempengaruhi potensi kematian ikan. Menurut (Wahyudi et al., 2016) semakin banyak
jumlah ikan yang ditebar dalam satuan luas, maka semakin tinggi pula potensi kematian
ikan, begitu sebaliknya. Hal ini karenakan laju pertumbuhan ikan yang terhambat akibat
terlalu padatnya populasi kolam. Jumlah benih ikan yang dianjurkan setiap 1 m3 adalah
berkisar 70-100 ekor ikan.
• Pakan, Adapun jenis pakan yang digunakan dalam proses budidaya ikan air tawar dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2. 2 Jenis - jenis Pakan Budidaya Ikan Air Tawar
No. Jenis Pakan Kegunaan
Diberikan pada ikan yang masih berukuran kecil
1 Kutu Air
(Burayak)
Daun dan Diberikan pada ikan dewasa untuk jenis ikan mas,
2
Pakan Alami ikan gurame dan ikan lele
4
No. Jenis Pakan Kegunaan
Terdapat dua jenis pelet yang biasa digunakan
yakni min-2 dengan ukuran 2mm dan min-3
3 Pelet dengan ukuran 3 mm. Pelet min-2 biasa diberikan
kepada ikan yang berukuran 5-7 cm, setelah
menjadi lebih besar akan diberikan pelet min-3
Jumlah pakan yang dibutuhkan dalam setiap 1 m3 luasan kolam, membutuhkan massa
pakan yang berbeda-beda, bergantung pada jenis ikan. Pakan yang dibutuhkan untuk jenis
ikan nila sebesar 24,59 kg/m3 sedangkan untuk ikan jenis patin membutuhkan massa
pakan sebesar 89,34 kg/m3.
• Air, media yang digunakan dalam budidaya ikan air tawar menjadi salah satu penunjang
keberhasilan budidaya. Kualitas air dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia, dan biologi. Salah
satu parameter yang menjadi syarat budidaya ikan air tawar adalah tingkat salinitas.
Salinitas dapat diartikan sebagai jumlah kadar garam yang ada pada setiap satu liter air.
Salinitas air tawar berkisar pada nilai <0,5 % sedangkan salinitas air asin berkisar pada
35%. Menurut Pungkasanti et al., (2019) terdapat pula parameter-parameter lainnya yang
menunjang kualitas air untuk kegiatan budidaya ikan air tawar yang dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Selain itu untuk syarat kualitas kualitas air yang digunakan dapat mengacu pada baku
mutu badan air kelas III yang tercantum pada peraturan pemerintah No. 22 tahun 2021.
Adapun parameter yang disyaratkan dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2. 4 Baku Mutu Kelas III Untuk Pembudidayaan Ikan Air Tawar
No Parameter Unit Baku Mutu
1 Derajat Keasaman (pH) - 6 sampai 9
2 Temperatur °C Dev 3
3 Total Suspended Solid (TSS) mg/l 100
4 Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) mg/l 6
5 Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD) mg/l 80
6 Amonia (NH3-N) mg/l 1,9
5
budidaya ikan air tawar masih dilakukan secara tradisional. Banyak dijumpai para pembudidaya
langsung melimpahkan air limbah ke badan air tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu (Jahan
dan Jamian, 2020). Pelimpahan air limbah yang dihasilkan dari proses budidaya dapat
menyebabkan akumulasi bahan pencemar berupa ammonia dan senyawa organik yang cukup
tinggi. Hal ini dapat memicu terjadinya peristiwa eutrofikasi serta kematian biota perairan yang
berujung pada penurunan kualitas badan air (Syamsunarno dan Sunarno, 2016).
Eutrofikasi merupakan suatu bentuk pencemaran air dimana tumbuhan air tumbuh
dalam jumlah yang sangat banyak. Hal ini dapat terjadi akibat limbahan nutrient pada perairan.
Eutrofikasi juga berpotensi meningkatkan jumlah ammonia pada perairan (Alfionita et al.,
2019). Dengan adanya eutrofikasi dapat merubah sifat fisik air, terutama warna air yang lama-
kelamaan akan berubah menjadi warna kehijau-hijauan. Perubahan warna disebabkan
peningkatan fitoplankton pada air akibat melimphnya nutrient dalam badan air (Garno, 2012).
6
dari sisa pakan ataupun hasil metabolisme ikan tersebut. Air limbah dari proses budidaya
biasanya akan dilimpahkan pada badan air (Febrianto et al., 2016). Oleh karena itu, dengan
tujuan menjaga kualitas badan air dan mencegah terjadinya pencemaran badan air maka
diperlukan baku mutu air limbah budidaya. Menurut PP no.22 Tahun 2021 Baku Mutu Air
Limbah dapat didefiniskan sebagai ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau
dilepas ke dalam media air dan tanah dari suatu Usaha dan/atau Kegiatan. Dapat diartikan
sebagai jumlah maksimum bahan pencemar yang diperbolehkan sebelum efluen dibuang ke
badan air. Baku mutu air limbah budidaya menurut Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan no.28 tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.6
2.2.3 Biodegradability
Salah satu faktor keberhasilan dalam pengolahan air limbah adalah menggunakan
teknolgi yang efektif dan efisien. Guna menentukan teknologi yang akan digunakan untuk
mengolah air limbah maka diperlukan identifikasi komposisi dan karakteristik air limbah
yang akan diolah. Dari banyak parameter air, BOD dan COD merupakan parameter yang
paling sering digunakan. Hal ini disebabkan karena kedua parameter ini akan berhubungan
dengan biodegradibility index (Abdalla dan Hammam, 2014). Biodegradibility dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan bahan pencemar dalam air limbah. Salah
satu bahan pencemar yang terdapat dalam air limbah budidaya ikan air tawar adalah senyawa
organik. Sedangkan parameter BOD dan COD dapat mempresentasinya kandungan senyawa
organik dalam air limbah. Rasio perbandingan antara BOD dan COD akan menunjukkan
nilai biodegradability index. Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
𝐵𝑂𝐷
𝐵𝑖𝑜𝑑𝑒𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 =
𝐶𝑂𝐷
Menurut nilai biodegradability index memiliki variasi 0.3 hingga 0.96, terdapat 3 zona
yang ada dalam perairan diantaranya zona stabil, zona biodegradable dan zona toksik.
Menurut Tamyiz, 2015 nilai biodegradability index berkisar pada > 0,6 dan < 0,3 dengan
klasifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Dari data diatas dapat disimpulkan, apabila nilai biodegradibilty index lebih dari 0,6 maka air
limbah dapat diolah secara biologis. Pengolahan biologis dapat berlangsung efektif pada air
7
limbah dengan rasio BOD/COD > 0,6. Dengan nilai biodegradibilty index antara 0,3 – 0,6,
maka diperlukan perlakuan tambahan untuk mendukung proses reaksi yang terjadi karena pada
air limbah ini reaksi akan berjalan relatif lambat. Selanjutnya untuk nilai biodegradibilty index
kurang dari 0,3 tidak dapat diolah secara biologis karena pada kondisi tersebut akan muncul
senyawa yang dapat menghambat aktivitas mikroorganisme (Abdalla dan Hammam, 2014).
8
a. Koagulasi-flokulasi
Koagulasi-flokulasi merupakan proses yang saling berkaitan, atau dapat dikatakan
akan selau berurutan. Koagulasi-flokulasi secara efektif dapat mereduski Padatan
tersuspensi, kekeruhan, senyawa organik, COD hingga warna. (Alazaiza et all,2022).
Koagulasi-flokulasi merupakan proses destabilisasi senyawa koloid dalam air limbah
sehingga dapat menggumpal dan mengendap yang nantinya akan disisihkan secara fisik.
Senyawa koloid yang dimaksud adalah senyawa yang berukuran dalam rentang 1 µm
hingga 100 µm. Senyawa koloid ini sukar dilihat dengan mata telanjang, karena
ukurannya yang terlalu kecil (Diharjo et al., 2022).
Secara Garis besar proses ini terbagi menjadi dua proses yakni Koagulasi atau yang
sering disebut sebagai pengadukan cepat dan Flokulasi atau yang sering disebut sebagai
pengadukan lambat. Pada proses Koagulasi, akan ditambahkan koagulan yang berfungsi
untuk merubah senyawa koloid menjadi micro-floc (Alazaiza et al., 2022). Koagulan
yang sering digunakan diantaranya Ferric Chloride, Ferrous Sulfate, Magnesium
Chloride, Allum dan Lime (Khazaie et al., 2022). Flokulasi dapat diartikan sebagai
penyatuan micro-floc menjadi macro-floc yang lebih mudah mengendap karena
ukurannnya yang lebih besar (Diharjo et all,2022). Pada proses ini akan ditambahkan
flocculant berupa polimer yang dapat meningkatkan efisiensi proses flokulasi (Khazaie
et all,2022). Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingkat keberhasilan proses
koagulasi-flokulasi diantarnya adalah waktu pengendapan, kecepatan pengadukan, jenis
koagulan yang digunakan serta dosis koagulan yang digunakan dalam proses koagulasi-
flokulasi (Alazaiza et all,2022). Guna menentukan dosis optimum koagulan maka perlu
dilakukan percobaan Jar Test, dosis yang digunakan untuk menyisihkan bahan
pencemar secara efektif dan efisien (Khazaie et al., 2022).
b. Advance Oxidation Process (AOPs)
Advance Oxidation Process (AOPs) merupaka teknologi yang dapat mendegradasi
senyawa organik dengan memanfaatkan senyawa radikal hidroksil (Ghime and Ghosh,
2021). Selain mampu mereduksi senyawa organik, metode AOPs juga dapat
menghilangkan warna, bau ataupun rasa. Radikal hidroksil merupakan oksidator kuat
yang bersifat sangat reaktif. Pada dasarnya metode AOPs merupakan proses
mempercepat proses oksidasi sehingga reaksi dapat berjalan dengan efektif (Akbari et
al., 2021). Pada perkembangannya AOPs dapat dikombinasikan dengan ozon (O3),
Katalis atau sinar ultraviolet (UV). Beberapa metode AOPs juga menggunakan berkas
electron, plasma hingga ultrasonic sebagai alternaitf oksidator (Ghime and Ghosh,
2021).Teknologi AOPs memilik efisiensi yang tinggi karena penggunaan radikal
hidroksil sebagai oksidator dapat mengoksidasi bahan pencemar secara menyeluruh.
Bahkan radikal hidroksil dapat mengoksidasi senyawa yang tidak dapat dioksidasi oleh
klorin (Akbari et al., 2021).
2.4.3 Pengolahan Biologis
Pengolahan biologis merupakan pengolahan yang paling sering digunakan
dalam proses pengolahan air limbah karena sifat ekonomis dan memiliki tingkat removal
yang cukup signifikan. Pada pengolahan biologis terjadi penyisihan senyawa terlarut
dengan memenafaatkan mikroorgansme atau organisme lainnya (Indrayani dan Rahmah,
2018)
a. Lumpur Aktif
Pengolahan biologis dengan metode lumpur aktif merupakan pengolahan
biologis tersuspensi. Pada lumpur aktif oksidasi secara biologis terjadi dalam tanki
aerasi, dimana mikroorganisme akan bercampur dengan air limbah kemudian
menguraikan senyawa teralarut sebagai nutrisi mikroorgnisme tersebut.
9
Mikroorganisme yang terlibat dalam lumpur aktif bermacam-macam mulai dari
protozoa, fungi, alga hingga bakteri. Mikroogranisme yang ada dalam reaktor nantinya
akan tumbuh dan membentuk suatu kumpulan flok yang selanjutnya disebut sebagai
sludge atau lumpur. Pengolahan lumpur aktif merupakan salah satu pengolahan biologis
secara aerobik yang paling efektif jika dibandingan dengan metode yang lain (Marquez
et al., 2022). Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pengolahan
lumpur aktif yaitu F/M ratio. Parameter ini menunjukkan perbandingan antara jumlah
substrat atau sumber nutrisi dengan jumlah mikroorganisme yang ada pada reaktor.
Selain memperhatikan jumlah makanan, perlu diperhatikan pasokan oksigen untuk
menunjang metabolisme mikroorganisme sehingga dapat menguraikan bahan pencemar
secara optimal. Oleh karena itu pada lumpur aktif selalu dilengkap dengan proses aerasi
serta pengadukan antara air limbah dengan biomassa pada reactor (Dewi dan
Dwipayanti, 2021).
b. Anaerobic Baffle Reaktor (ABR)
Anaerobik Baffle Reaktor merupakan alternatif yang sering digunaka karena
bersifat ekonomis serta memiliki desain yang sederhana. Pengolahan ABR merupakan
salah satu seri dari proses Up-flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB). Pada pengolahan
ABR air limbah akan dialirkan naik turun melewati baffle, hal ini bertujuan untuk
memperbanyak kontak air limbah dengan biomassa anaerobik. Biomassa
mikroorganisme yang ada pada reaktor nantinya akan mendegradasi bahan pencemar
yang ada pada air limbah (Soedjono dan Wijaya, 2018). Pengolahan ABR banyak
menjadi alternatif pengolahan air limbah dengan bahan pencemar yang tinggi, atau
sering disebut sebagai limbah cair kuat. Pada ABR terdapat kompartemen-kompartmen
yang disusun seri, pada ruang pertama akan terjadi proses pengendapan selanjutunya
diikuti proses penguraian bahan pencemar padar ruang-ruang berikutnya (Surbakti et
al., 2020)
c. Construted Wetland
Salah satu teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan tanaman air,
tanah atau media lain serta mikroorganisme untuk menguraikan bahan pencemar.
Prinsip kerja dari Constructed Wetland adalah penggunakan tanaman air sebagai
bioakumulator atau media yang menyerap bahan pencemar. Selain itu tanaman juga
berfungsi sebagai tempat tumbuhnya mikrooganisme pengurai serta sebagai penyuplai
oksigen bagi mikroorganisme (Dewi dan Dwipayanti, 2021). Menurut Soedjono, (2018)
Constructed Wetland merupakan teknologi yang banyak digunakan karena memiliki
tingkat removal BOD dan COD yang cukup tinggi. Tidak hanya dapat menyisihkan
senyawa organik, teknologi ini dapat menurunkan kadar total-N pada air limbah.
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Metode penulisan dibutuhkan untuk memberikan arahan dan acuan selama
proses studi berlangsung. Penyusunan studi pustaka ini dilakukan dengan mengkaji
literatur dan menerapkannya dalam bentuk studi kasus yang berkaitan dengan topik
yang diambil. Jumlah literatur yang digunakan minimal 30 pustaka dengan kurun waktu
10 tahun terakhir, yaitu dari jurnal dan berbagai sumber literatur lainnya seperti
prosiding ilmiah, buku teks, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
3.2 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian merupakan pedoman untuk melakukan penelitian yang
berguna untuk memudahkan dan memahami penelitian yang dilakukan. Selain itu,
kerangka penelitian dapat digunakan sebagai gambaran awal dalam tahap penelitian
sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian. Secara Garis besar terdapat
beberapa aspek utama dalam penelitian ini diantaranya, karakteristik air limbah
budidaya ikan, baku mutu efluen dan alternatif teknologi pengolahan. Berikut adalah
kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Ide Penelitian
Pengelolaan air limbah dari budidaya ikan air tawar di Kabupaten Mojokerto
Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik air limbah yang dihasilkan berdasarkan klasifikasi skala
budidaya ikan air tawar ?
2. Bagaimana penentuan dan penerapan teknolgi pengolahan yang efektif dan sesuai
dengan karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar menurut klasifikasinya?
3. Bagaimana penentuan dan penerapan teknologi pengolahan yang efektif pada
studi kasus?
11
A
Tujuan
1. Mengkaji karakteristik air limbah yang dihasilkan berdasarkan klasifikasi skala
budidaya ikan air tawar
2. Menentukan rekomendasi teknologi pengolahan air limbah yang efektif untuk
diterapkan oleh masyarakat
3. Menentukan dan merencanakan teknologi pengolahan dan pengelolaan air limbah
pada studi kasus.
Wawancara
Mengidentifikasi proses selama kegiatan budidaya ikan air tawar serta mengidentifikasi
kuantitas dan kualitas air limbah yang dihasilkan dari kegiatan budidaya ikan air tawar
Uji laboratorium
Mengidentifikasi karakteristik air limbah setiap skala kegiatan yaitu budidaya ikan air
tawar skala kecil dan budidaya ikan air tawar skala besar
12
3.3.1 Ide Studi
Ide studi didapatkan dari mulai menjamurnya usaha budidaya ikan air tawar di
Kabupaten Mojokerto sebagai pendukung ekonomi serta upaya ketahanan pangan. Proses
budidaya ikan air tawar selain menghasilkan ikan yang siap panen, dihasilkan juga produk
samping berupa air limbah budidaya ikan air tawar. Keterbatasan sumber daya manusia
dan keterbatasan modal menyebabkan air limbah yang dihasilkan dari proses budidaya
kurang diperhatikan. Banyak para pemilik usaha hanya melimpahkan air limbah budidaya
ikan air tawar langsung ke badan air tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Hal ini
apabila dibiarkan dapat memicu penurunan kualitas badan air dan dapat memicu
terjadinya pencemaran air. Selain itu, bahan pencemar yang ada pada air limbah juga
berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar seperti bau yang menyengat.
Dari permasalahan tersebut maka diperlukan adanya pengelolaan terhadap air limbah
budidaya ikan air tawar. Sehingga diperoleh ide studi “Pengelolaan Air Limbah dari
Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Mojokerto”
3.3.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah mengidentifikasi bagaimana
karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar. Karakteristik air limbah harus diuji pada
laboratorium untuk mengetahui kandungan bahan pencemar yang paling banyak dijumpai
pada air limbah tersebut. Selain itu perlu ditentukan pula teknologi pengolahan air limbah
budidaya ikan air tawar berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha serta
karakteristik hasil uji laboratorium. Selanjutnya akan dilakukan dilakukan penentuan
solusi alternatif pada salah satu studi kasus yang telah ditetapkan.
3.3.3 Tujuan
Tujuan dari studi ini menjawab rumusan masalah yang telah dibuat yaitu mengkaji
karakteristik air limbah budidaya ikan air. Dari data yang diperoleh akan dianalisis
kualitas dan kuantitas air limbah budidaya ikan air tawar, dengan harapan dapat
menentukan teknologi yang paling efektif. Perencanaan teknologi pengolahan diharapkan
dapat bersifat aplikatif dimasayarakat, sehingga dapat menekan resiko terjadinya
pencemaran lingkungan akibat pelimbahan air limbah budidaya ikan air tawar. Selain itu
pengelolaan air limbah diharapkan dapat menghasilkan efluen air yang dapat digunakan
kembali sebagai wujud usaha menciptakan sistem usaha yang berkelanjutan.
3.3.4 Metodologi
1. Peninjauan Pustaka dan Pra-Survey
Tahapan peninjauan pra-pustaka studi literatur merupakan tahap pencarian pustaka terkait
ide pokok bahasan menggunakan Google Scholar, Mendeley, maupun Science Direct.
Adapun sumber literatur lainnya yang digunakan seperti buku teks, laporan penelitian,
skripsi, tesis, maupun disertasi. Pra-survey dilakukan dengan tujuan mengetahui kondisi
eksisting yang ada pada industri budidaya ikan air tawar. Pra-survey dilakukan pada
ketiga skala industry budidaya ikan air tawar yaitu skala menengah milik suatu lembaga
(negara) dan skala rumah tangga (rakyat) untuk mengidentifikasi perbedaan pada kedua
skala industri tersebut.
13
2. Wawancara
Pada penelitian ini diperlukan data primer berupa informasi terkait segala proses
budidaya ikan air tawar, Sehingga diperlukan penggalian informasi lebih lanjut kepada
pemilik usaha atau kegiatan budidaya ikan air tawar. Adapun informasi yang akan
ditanyakan seputar siklus air kolam hingga kuantitas air limbah yang akan dihasilkan,
penggunaan jenis serta jumlah pakan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas air
limbah budidaya ikan air tawar. Wawancara dilakukan kepada para pelaku budidaya ikan
air tawar dengan dua skala kegiatan yang berbeda. Skala industri dibedakan menjadi dua
yaitu industri negara dan industri rakyat, Industri skala didasarkan pada cara budidaya,
jumlah kolam, jumlah pekerja atau karyawan serta hal-hal lainnya yang mendukung
kegiatan usaha. Parameter penentu jenis skala akan disesuaikan dengan hasil temuan
dilapangan.
3. Uji Laboratorium
Guna memperoleh pengolahan yang efektif dan efisien maka diperlukan identifikasi
karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar. Karakteristik air limbah meliputi
beberapa sifat air limbah budidaya ikan air tawar diantaranya sifat fisik (TSS dan TDS)
serta sifat kimia (pH, BOD, COD dan ammonia) pengambilan sampel air dilakuakn sesuai
ketentuan yang tertuang dalam SNI 6989.59:2008 tentang metode pengambilan contoh
air limbah. Dari sampel air limbah budidaya ikan air tawar akan dilakukan uji terdapat
beberapa parameter kunci yang tertera pada Tabel 3.1
4 BOD SNI 6989.72:2009 Air dan air limbah Bagian 72 : Cara uji
kebutuhan oksigen biokimia (BOD)
Air dan air limbah bagian 73 : Carauji
5 COD SNI 6889.2:2019 kebutuhan oksigen kimiawi (COD)
dengan refluks tertutup secara
spektrofotometri
SNI 06-6989.30- Cara uji kadar amoniak dalam air dengan
6 NH3
2005 metode fenat
14
Pengambilan sampel akan dilakukan pada Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.
Pada Gambar 3.3 disajikan Peta Kabupaten Mojokerto.
Sebanyak 4 sampel air limbah budidaya ikan air tawar yang berasal dari industri budidaya
ikan dengan skala yang berbeda akan diujikan pada laboratorium. Berikut adalah
pembagian sampel air yang akan diujikan:
a. Sampel air limbah dari skala industri rakyat sebanyak 2 sampel
b. Sampel air limbah dari skala industri negara sebanyak 2 sampel
Penentuan jumlah sampel mempertimbangkan jumlah pelaku usaha yang terdapat pada
wilayah studi Pengujian sampel air dilakukan lebih dari satu sampel dengan tujuan
mengetahui kecenderungan karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar berdasarkan
skala industri atau usahanya. Uji laboratorium akan dilakukan pada laboratorium Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto tersertifikasi kan LP-451-IDN. Hasil uji
15
laboratorium akan dibandingkan dengan baku mutu efluen guna menentukan teknologi
pengolahan yang efektif dan efisien.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Industri Budidaya Ikan Air Tawar
Kabupaten Mojokerto memiliki potensi yang baik di bidang perikanan, hal ini
ditunjukkan dengan adanya usaha budidaya ikan disetiap kecamatan yang terdapat pada
Kabupaten Mojokerto. Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2021
Kabupaten Mojokerto memiliki industri budidaya ikan sebanyak 1268 usaha dengan hasil
produksi mencapai 1416,5 ton ikan. Pada Tabel 4.1 terdapat data persebaran industri
budidaya ikan air tawar di Kabupaten Mojokerto.
Tabel 4. 1 Persebaran Industri Budidaya Ikan Air Tawar di Mojokerto
No. Kecamatan Jumlah Industri Total Produksi (ton)
1 Jatirejo 81 85,5
2 Gondang 10 87
3 Pacet 11 45
4 Trawas 32 50
5 Ngoro 120 60
6 Pungging 101 90
7 Kutorejo 23 45
8 Mojosari 80 112
9 Bangsal 70 94
10 Mojoanyar 50 60
11 Dlanggu 80 103
12 Puri 90 95
13 Trowulan 80 112
14 Sooko 140 120
15 Gedeg 140 60
16 Kemlagi 70 78
17 Jetis 80 38
18 Dawarblandong 10 82
Kabupaten Mojokerto 1268 1416,5
Industri yang dimiliki berlokasi sama dengan tempat tinggal pemilik, dan
memanfaatkan sisa lahan yang ada di pekarangan rumah. Industri budidaya ikan air tawar
yang dimiliki Pak Andre sudah berdiri sejak tahun 2009. Hingga saat ini industri budidaya
ikan milik Pak Andre tidak memiliki karyawan atau tenaga kerja tetap dikarenakan
keterbatasan kemampuan finansial dan pekerjaan yang harus dilakukan, dirasa masih bisa
diatasi sendiri tanpa bantuan karyawan atau tenaga kerja lainnya. Usaha budidaya ikan
milik Pak Andre berfokus pada proses pembesaran ikan yang nantinya akan dijual kembali
kepada tengkulak ikan. Proses pembesaran ikan dimulai dari benih ikan dengan ukuran 1-3
cm yang nantinya dibudidaya hingga berukuran siap panen. Satu kali masa panen biasanya
membutuhkan waktu 1-3 bulan. Pada masa panen inilah biasaya Pak Andre menggunakan
bantuan warga sekitar kemudian memberi upah harian selama proses pemanenan.
Satu kali panen bisa memproduksi ikan seberat 500 kg atau 5 kwintal. Jenis ikan
yang dibudidayakan didominasi oleh ikan lele dan ikan nila, hal ini disebabkan tingginya
permintaan pasar serta harga yang bersaing membuat kedua jenis ikan tersebut dapat
memberikan keuntunganyang paling tinggi. Jenis kolam yang ada pada industri ini terdiri
dari dua jenis yang pertama ada kolam beton dan yang kedua kolam terpal. Pada wilayah
studi kasus ini terdapat 10 kolam yang aktif digunakan sebagai sarana budidaya ikan air
tawar dengan jenis serta ukuran yang berbeda. Pada Gambar 4.2 hingga Gambar 4.4
merupakan rincian kolam yang terdapat pada industri tersebut.
18
• 3 kolam beton berbentuk persegi dengan ukuran (3x3x1,2m)
19
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa jenis dan ukuran kolam
akan mempengaruhi jenis ikan yang akan dibudidayakan. Kolam beton dan terpal dengan
ukuran yang relatif lebih kecil biasnya digunakan untuk budidaya ikan lele. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan ikan lele bertahan hidup yang lebih baik di kondisi yang
kurang menguntungkan seperti kadar oksigen yang rendah (Gunawan et al., 2019).
Sedangkan kolam dengan ukuran yang lebih besar biasanya digunakan untuk
membudidayakan ikan nila akibat tingkat kerentanan ikan nila yang cukup tinggi. Jenis
pakan yang digunakan Pak Andre adalah pellet yang dibeli dari toko- toko pakan yang
tersedia. Pemilihan jenis pakan dilatarbelakangi oleh minimnya tenaga kerja yang tersedia
sehingga pellet dirasa menjadi solusi yang mudah dan praktis. Pemberian pakan dilakukan
sebanyak 2-3 kali sehari. Dalam waktu satu bulan Pak Andre bisa menghabiskan 500 kg
hingga 1 ton pakan pellet untuk kebutuhan budidaya ikan yang beliau miliki. Pada Gambar
4.5 dapat dilihat jenis pakan yang digunakan dalam industri budidaya ikan milik Pak Andre:
Sumber air yang digunakan untuk mengisi kolam budidaya ikan berasal dari sumur
bor miliki pribadi, dimana sumur bor akan mengambil air tanah yang ada dibawah lapisan
pekaranganmilik Pak Andre. Guna memenuhi kebutuhan air kolam budidaya ikan biasanya
diperlukan air sebesar ± 600 m3 setiap bulanya, Kebutuhan air paling besar terjadi ketika
awal proses budidaya karena setelah panen air akan dibuang dan kolam akan dibersihkan,
kemudian diganti dengan air yang baru. Kebutuhan air lainnya hanya digunakan untuk
menambahkan volume kolam yang semakin berkurang tiap harinya akibat adanya
penguapan.
Air bekas kolam setelah panen akan langsung dialirkan ke lahan belakang
pekarangan yangterdapat lahan kosong yang belum dimanfaatkan. Jumlah air yang cukup
banyak menyebabkan airbekas kolam nantinya akan mengalir menuju anak sungai yang
berada disekitar lokasi budidaya ikan milik Pak Andre. Sementara ini belum ada
pengolahan terhadap bekas air kolam karena keterbatasan informasi dan biaya. Terdapat
beberapa lahan yang bisa dimanfaatkan namun diperlukan pembersihan lahan terlebih
dahulu.
20
4.1.2 Industri Negara Budidaya Ikan Air Tawar
Dinas perikanan Kabupaten Mojokerto menyediakan fasilitas bagi masyarakat
sekitar berupa tempat memperoleh bibit ikan sebagai langkah awal usaha budidaya ikan
berbasis masyarakat. Balai Benih Ikan Kabupaten Mojokerto berdiri pada tahun 2002.
Balai Benih Ikan Kabupaten Mojokerto menjadi rujukan masyarakat ketika ingin membeli
bibit ikan air tawar seperti ikan lele, nila, patin bahkan gurami karena harga yang relatif lebih
murah jika dibandingkan dengan distributor bibit ikan lainnya. Pada balai benih ikan,
masyarakat dapat membeli benih dengan jumlah yang kecil yang dimulai dari angka 500
bibit ikan. Balai benih ikan ini terletak pada Dsn. Urung-Urung, 61363, Kali Putih,
Kebonagung, Puri, Mojokerto Regency, East Java 61363. Peta atau lokasi Balai Benih Ikan
Dinas Perikanan Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada Gambar 4.6
Balai Benih Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Mojokerto berfokus pada penyediaan
benih ikan untuk masyarakat sekitar sehingga untuk kegiatan yang ada di balai benih
dimulai dari tahappembenihan-pembesaran-pemijahan-hingga memperoleh kembali lebih
banyak benih ikan. Berikut adalah gambaran kegiatan budidaya di Balai Benih Ikan Dinas
Perikanan Kabupaten Mojokerto :
• Persiapan kolam, dimana kolam akan dikeringkan dan dibersihkan semua
lumut atau alga-alga yang menempel pada dinding-dinding kolam
• Pemijahan, pemisahaan ikan indukan dengan tujuan memberikan bibit yang
bagusdan berkualitas, pada tahapan ini kepadatan kolam harus dikurangi
dengan tujuan mengurangi resiko stress pada ikan indukan. Kepadatan bisa
dikurangi hingga 50%yang normalnya untuk jenis ikan nila bisa diisi 20 ekor
hanya diisi 10 ekor.
21
• Penetasan, kegiatan ini biasanya membutuhkan waktu 54 hari, setelah telur
telur menetas menjadi larva indukan akan dipindah ke kolam yang lain
dengan tujuan mengamankan larva-larva yang nantinya akan menjadi benih
ikan
• Pembesaran, merupakan kegiatan pembesaran ikan kecil yang awalnya
berukuran 1-3 cm hingga menjadi ikan berukuran 5-8 cm, pada ukuran ini
biasanya benih ikan dijual kepada masyarakat yang ingin melakukan
budidaya ikan di rumah masing- masing.
• Screening, pemilihan ikan berdasarkan ukurannya. Ikan yang lebih besar
nantinyaakan dibudidayakan dan dijadikan indukan ikan. Siklus kegiatan
akan berputar terus hingga diperoleh benih bibit ikan yang lebih banyak.
Saat ini Balai benih ikan hanya memiliki 5 pekerja yang membantu melakukan operasional
dan perawatan budidaya ikan. Balai benih ikan kerap kali menjadi tempat pembelajaran
siswa atau mahasiswa dengan jurusan terkait sebagai tempat kerja praktik. Terdapat
beberapa bagian di Balai benih ikan yang pertama ada kantor, ada kolam kecil untuk
penetasan telur ikan dan kolam besar sebagai tempat tinggal ikan indukan.Jumlah kolam
yang tersedia kurang lebih berkisar 60 kolam namun yang saat ini aktif digunakan sebagai
sarana budidaya hanya 30 kolam saja, dengan rincian pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8
22
Pada saat ini Balai Benih Ikan Dinas Kabupaten Mojokerto Hanya berfokus pada budidaya
dua jenis ikan yaitu ikan lele dan ikan nila. Tingginya permintaan masyarakat terhadap
kedua bibit ikan tersebut menjadi alasan balai benih ikan dinas perikanan Kabupaten
Mojokerto menyediakan bibit ikan yang didominasi oleh dua jenis ikan tersebut. Jenis
pakan yang digunakan pada Balai Benih Ikan adalah pellet dan lumut-lumut yang biasnya
tumbuh dengan sendirinya di dinding- dinging kolam. Pemberian pakan dilakukan
sebanyak 1-2 kali sehari. Dalam waktu satu tahun dibutuhkan pakan pellet sebanyak 10 ton,
atau setara 0,83 ton setiap bulannya.Gambar 4.9 menunjukkan jenis pakan pada Balai
Benih Ikan.
23
4.2 Karakteristik Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar
Pada penelitian ini telah dilakukan uji laboratorium air sampel yang berasal dari
kolam budidaya ikan air tawar. Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui karakteristik
air limbah budidaya ikan air tawar, yang nantinya digunakan sebagai acuan perencanaan
IPAL. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat diartikan sebagai suatu struktur
teknik berupa peralatan yang mampu memproses air limbah sedemikian rupa sehingga
aman dibuang ke lingkungan. Secara garis besar perencanaan IPAL dilakukan secara 3
tahap yang pertama adalah survey lapangan, yang kedua adalah analisis data dan yang
terakhir adalah pemilihan teknologi pengolahan (Belladona et a.l, 2020). Uji karakteristik
air limbah merupakan salah satu bentuk analisis data yang nantinya akan membantu
mengidentifikasi jenis pencemar dan bagaimana menghilangkan pencemar tersebut.
Pengolahan air limbah menggabungkan beberapa jenis pengolahan memiliki tingkat
penyisihan polutan yang lebih tinggi (Novita et all,2020). Berdasarkan kondisi yang ada di
lapangan, telah dilakukan uji laboratorium dengan jumlah 4 air sampel dari kolam yang
berbeda yang tertera pada Tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Penamaan Sampel Air yang Dianalisis
No Sampel Air Nama Sampel
1 Kolam Ikan Lele Industri Rakyat (Perorangan) A1
2 Kolam Ikan Nila Industri Rakyat (Perorangan) A2
3 Kolam Ikan Lele Industri Negara (Lembaga) B1
4 Kolam Ikan Nila Industri Negara (Lembaga) B2
Pada Gambar 4.11 dapat dilihat peta titik sampling yang telah dilakukan:
Gambar 4. 11 Lokasi Titik Sampling Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar
24
Tabel 4. 3 Hasil Uji Laboratorium
No Parameter Unit Baku Mutu A1 A2 B1 B2
1 Derajat Keasaman (pH) - 6-9 7,11 7,27 7,32 7,96
2 Temperatur °C - 28 28 28 27
3 TDS mg/l - 788,1 381 208,5 172
4 TSS mg/l ≤ 200 1017 9,1 169,4 121,2
5 BOD mg/l < 45 1087 32,3 17,8 12,2
6 COD mg/l - 2713 80,1 44,6 30,5
7 Amonia (NH3-N) mg/l < 0,1 14,7 0,269 1,72 0,243
Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya pengolahan
secara fisik, kimia dan biologi. Guna mengetahui kecenderungan jenis pengolahan yang
akan digunakan maka dapat dihitung Biodegradibilty Index. Berikut adalah contoh
perhitungan biodegradibilty index untuk sampel air A1 :
𝐵𝑂𝐷
𝐵𝑖𝑜𝑑𝑒𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 =
𝐶𝑂𝐷
1087
𝐵𝑖𝑜𝑑𝑒𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 =
2713
𝐵𝑖𝑜𝑑𝑒𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 = 0,4
Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh hasil perhitungan biodegradibilty index dari
keempat sampel yang disajikan pada Tabel 4.3
4.3 Teknologi Pengolahan Air Limbah di Berbagai Industri Budidaya Ikan Air Tawar
Teknologi pengolahan air limbah berupa unit-unit teknik yang mampu mereduksi
adanya polutan dalam air limbah. Setelah mengetahui karakteristik air limbah dapat
disimpulkan bahwa parameter yang masih melebihi baku mutu adalah parameter TSS, BOD
dan Amonia (NH3). Oleh karena itu, pemilihan teknologi pengolahan akan berfokus kepada
unit-unit yang memiliki kemampuan untuk mereduksi ketiga jenis parameter tersebut.
4.3.1 Unit-unit Teknologi Pengolahan Air limbah Budidaya Ikan Air Tawar
Adapun beberapa alternatif teknologi pengolahan yang akan digunakan sebagai berikut :
25
1. Bak Penampung
Pada dasarnya bak penampung memiliki fungsi utama sebagai wadah menampung
unit bak penampung yang akan direncanakan terjadi beberapa proses diantaranya:
a. Penyamaan aliran serta konsentrasi air limbah (Ekualisasi)
Air limbah yang akan diolah berasal dari kolam ikan yang berbeda-beda. Hal ini
menyebabkan konsentrasi air limbah yang dihasilkan dari kolam satu dengan kolam
yang lain juga berbeda. Bak penampung yang direncanakan akan menerima seluruh air
limbah, sehingga terjadi proses ekualisasi aliran dan konsentrasi air limbah. Proses ini
menguntungkan proses pengolahan selanjutnya, karena mengatasi permasalahan
fluktuasi debit air limbah dari waktu ke waktu dan mencegah terjadinya loading shock
pada proses pengolahan biologis (Santoso, 2015). Terdapat beberapa tujuan lain dari
proses ekualisasi dalam pengolahan air limbah industri diantaranya:
1. Membantu menstabilkan pH atau meminimumkan kebutuhan bahan kimia dalam
proses netralisasi (apabila diperlukan)
2. Memberikan kapasitas untuk mengontrol aliran limbah
3. Meminimumkan aliran pada proses pengolahan fisik – kimia
Dengan adanya proses ekualisasi, karakteristik air limbah yang dialirkan pada unit
selanjutnya akan bersifat homogen dengan debit yang cenderung stabil. Direncakan
penggunaan pompa submersible untuk menunjang proses aliran air limbah ke unit
selanjutnya (Sari dan Yuniarto, 2016). Adapun kriteria design unit yang menunjang
proses ekualisasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
nomor 04 tahun 2017 pada Tabel 4.5.
Tabel 4. 5 Kriteria Design Bak Ekualisasi
No Parameter Besaran Satuan
1 Kecepatan Aliran (V) 0,3 - 3 m/s
2 Slope Bak (S) 1:1 -
3 Kedalaman (H) 1-3 m
28
Proses yang terjadi pada pengolahan secara Constructed Wetland juga terjadi beberapa
mekanisme lainnya yang mendukung proses penyisihan polutan seperti sedimentasi,
filtrasi, transfer gas, adsorbsi, reaksi kimia dan aktivitas biologi.
Secara garis besar terdapat dua jenis Constructed Wetland yaitu aliran permukaan
(Surface Flow Constructed Wetland) dan aliran bawah permukaan (Sub-Surface Flow
Constructed Wetland). Dengan prinsip yang sama namun dengan beberapa kondisi
yang berbeda. Ilustrasi kedua jenis Constructed Wetland dapat dilihat pada Gambar
4.12
29
Media pendukung yang digunakan pada unit pengolahan Constructed Wetland
biasanya berupa pasir ataupun batu (gravel). Terdapat penelitian terhadap modifikasi
media yang digunakan dalam Constructed Wetland dengan tujuan meningkatkan
kinerja penyisihan polutan yang ada pada air limbah. Menurut penilitian (Gloria and
Marsono, 2022) terdapat potensi pemanfaatan lumpur alum dari kegiatan instalasi
pengolahan air minum. Penggunaan lumpur alum sebagai substrat pada unit pengolahan
Constructed Wetland memberikan efisiensi removal yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan penggunaan media lainnya. Proses penguraian polutan terjadi
ketika air limbah dialirkan pada sistem constructed wetlend dan akan dibiarkan
merembes melewati akar tumbuhan dan media yang telah direncanakan (Cahyana dan
Aulia, 2019).
Pada unit pengolahan Constructed Wetland, tumbuhan atau vegetasi memiliki
peranan yang penting sebagai penyedia oksigen. Tumbuhan memiliki kemampuan
untuk berfotosintesis sehingga mampu menghasilkan oksigen. Ketersediaan oksigen
yang cukupmemungkinkan terjadinya penguraian polutan oleh mikroorganisme yang
terdapat pada akar tumbuhan. Jenis tumbuhan atau vegetasi yang digunakan dalam unit
Constructed Wetland mempengaruhi kemampuan me-removal polutan yang terdapat
pada air limbah Secara umum Constructed Wetland membutuhkan species tumbuhan
yang digunakan sebagai bioakumulator, adapun beberapa jenis tumbuhan yang
digunakan dalam unit pengolahan Constructed Wetland adalah Typha Angustifolia,
Phragmites Australis dan Canna indica (Andrawina et al., 2020). Namun seiring
perjalanan waktu banyak unit pengolahan yang menggunakan tumbuhan konsumsi
sebagai bioakumulator. Hal ini memberikan kelebihan berupa hasil produk yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti tumbuhan kangkung ataupun selada.
1. Typha Angustifolia atau Cattail
Tumbuhan Cattail merupakan tumbuhan air yang memiliki daun sedikit membulat
dan mampu tumbuh hingga ketinggian mencapai 3 meter. Tanaman ini memiliki
bunga berwarna cokelat gelap berbentuk silindris dengan panjang sakitar 15-50 cm.
Tumbuhan Cattail dapat tumbuh pada daerah yang hanya sebagian terendam air.
Tanaman cattail memiliki potensi sebagai bioakumulator pada unit Constructed
Wetland karena memiliki tingkan penyisihan ammonia yang cukup tinggi. Tanaman
cattail memiliki kemampuan berkembang biak yang baik karena memiliki rentang
toleransi suhu yang cukup luas antara 25◦C - 30◦C. Berikut adalah merupakan
klasifikasi ilmiah tumbuhan Typha Angustifolia atau Cattail:
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Magnoliophyta
- Kelas : Liliopsida
- Ordo : Typhales
- Famili : Typhaceae
- Genus : Typha
- Spesies : Typha Angustifolia
30
Gambar 4. 13 Tanaman Typha Angustifolia atau Cattail
(Sumber: Fatchurosaddi, 2020)
2. Phragmites Australis atau Common Reed
Tumbuhan Phragmites Australis merupakan salah satu tumbuhan yang dapat hidup
diseluruh dataran rendah. Struktur tumbuhan ini berbentuk menyerupai pagar
tumbuhdan tersusun berdiri dengan tegak. Tumbuhan ini dapat dijumpai pada
wilayah perairan tenang seperti daerah rawa-rawa, payau hingga tanah berlumpur.
Tumbuhan ini mempunyai batang berongga, seperti polongan yang keras dan
mempunyai tangkai daun yang kasar dan keras. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan
baik karena memilik ketahanan terhadap berbagai jenis ph yang cukup variatif
mulai dari ph 2,5 hingga 9,8 tumbuhan ini masih dapat hidup dengan baik (Packer
et al, 2017). Berikut adalah merupakan klasifikasi ilmiah tumbuhan Phragmites
Australis atau Common Reed:
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Magnoliophyta
- Kelas : Liliopsida
- Ordo : Poales
- Famili : Poaceae
- Genus : Phragmites
- Spesies : Phragmites Australis
31
Gambar 4. 14 Tanaman Phragmites Australis atau Reed
Sumber: http://cnps-yerbabuena.org/common-reed-phragmites-australis/
32
Gambar 4. 15 Tanaman Canna Indica atau Bunga Kana
Sumber: https://www.csbe.org/indian-shot-canna-indica
33
Gambar 4. 16 Tanaman Ipomoea Aquatica atau kangkung
Sumber: (Fajariyah, 2017)
Guna merencakan unit pengolahan constrcted wetland yang baik, terdapat beberapa
kriteria design yang harus dipenuhi mulai dari rentang waktu tinggal, ketinggian muka
air, beban rata-rata BOD, beban hidrolis, hingga ketinggian media. Kriteria design
untuk unit pengolahan Constructed Wetland dapat dilihat pada Tabel 4.8
34
No Kelebihan Kekurangan
2 Membutuhkan perawatan yang berpotensi menimbulkan bau yang
mudah dan memiliki ketahanan tidak sedap
yang cukup baik
3 Tidak memerlukan teknologi berpotensi menjadi sarang bagi
yang rumit dan peralatan mesin vektor penyakit (nyamuk)
atau bahan kimia
4 Mampu memanfaatkan sumber Berpotensi terjadi penyumbatan
daya yang tersedia atau clogging pada media
pendukung
5 Bersifat fleksibel dan dapat
disesuaikan berdasarkan skala
pengolahan
6 Menambahkan nilai estetika dari
vegetasi yang digunakan
4.3.2 Efisiensi Unit Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar
Permasalahn utama dalam air limbah budidaya ikan air tawar adalah adanya polutan
yang dapat menurunkan kualitas lingkungan. Oleh karena itu dilakukan pengolahan air
limbah dengan tujuan mereduksi kadar polutan. Kemampuan me-removal inilah yang
sering disebut tingkat efisiensi. Berdasarkan karakteristik air limbah budidaya ikan air
tawar dapat diidentifikasi bahwa jenis polutan utama yang terkandung dalam air limbah
adalah TSS, BOD, COD dan Ammonia yang relatif tinggi. Sehingga dipilih beberapa
alternatif unit pengolahan dengan tingkat efisiensi me-removal keempat jenis polutan
tersebut.
Dengan memperhatikan kemudahan operasional dan perawatannya, unit teknologi
pengolahan yang dijadikan alternatif adalah unit teknologi yang sederhana yaitu bak
penampung dan Constructed Wetland. Namun pada perencanaan pemilihan alternatif
teknologi pengolahan terdapat beberapa modifikasi pada kedua jenis teknologi. Pada unit
teknologi bak penampung ditambahkan biofilter, sedangkan untuk unit teknologi
Constructed Wetland menggunakan vegetasi atau tumbuhan yang berbeda dan jenis media
yang berbeda pula. Digunakan beberapa sumber dalam proses penentuan tingkat efisiensi
unit pengolahan yang diperoleh dari hasil penelitian terdahulu serta dilakukan uji coba
langsung untuk mengetahui kemampuan polutan dalam air limbah budidaya ikan air tawar
untuk mengendap. Efisiensi penyisihan dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.
35
Tabel 4. 10 Efisiensi Removal Unit Bak Penampung
Jenis
Variasi Removal Jenis Media Sumber
Tumbuhan
TSS = 84 %
Typha
BOD = 94,5 % Medium
Angustifolia Fatchurosadhi,2020
Constructed COD = 92,5% Gravel
atau Cattail
Wetland Sub- NH3 = 96,52%
Surface TSS = 87%
Horizontal BOD = 80% Phragmites Medium
Lopez,2016
COD = 80% australis (Phr) Gravel
NH3 = 60%
TSS = 92%
Constructed BOD = 94% Phragmites Lumpur Gloria dan
Wetland Sub-
COD = 83% australis (Phr) Alum Marsono,2022
Surface Vertikal
NH3 = 97%
Constructed TSS = 87% (1) Medium Husnabillah,2016 (1)
Wetland Sub- BOD = 85% (1) Gravel +
Canna Indica
Surface COD = 85% (1) Lumpur Houndedjihou et
Horizontal NH3 = 97% (2) Alum all,2021 (2)
TSS = 50% (1)
Salim,2021 (1)
Constructed BOD = 47% (1) Ipomoea
Medium
Wetland Sub- aquatica atau Gulton dan
COD = 30% (2) Gravel
Surface Vertikal Kangkung Sutanto,2019 (2)
NH3 = 97,7% (3) Fajariyah,2012 (3)
36
4.4 Penentuan Rekomendasi Teknologi Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air
Tawar
Dalam proses pemilihan alternatif teknologi pengolaham, akan dilakukan
perhitungan konsentrasi baru dari air limbah campuran yang berasal dari kolam dengan
jenis ikan yang berbeda. Hal ini dilakukan karena dalam perencanaan instalasi pengolah air
limbah air limbah yang berasal dari kolam lele dan kolam nila akan masuk kedalam unit
instalasi yang sama sedangkan konsentrasi dari kedua air limab tersebut berbeda. Sehingga
perlu dilakukan perhitungan konsentrasi baru untuk air limbah campuran dengan
persamanan sebagai berikut:
Hasil perhitungan konsentrasi air limbah campuran untuk industri rakyat dan
industri negara dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13
Tabel 4. 14 Baku Mutu Untuk Air Limbah yang Dilepaskan Ke Badan Air
Sedangkan untuk kualitas efluen air yang akan digunakan kembali mengacu pada
baku mutu peraturan pemerintah no. 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk standar baku mutu badan air kelas tiga. Badan
air kelas tiga merupakan badan air yang dimanfaatkan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengaliri tanaman. Baku mutu yang mengatur kualitas badan air
kelas tiga dapat dilihat pada Tabel 4.15
Dilakukan analisis perhitungan kualitas efluen air limbah budidaya ikan air tawar dengan menggunakan
beberapa alternatif kombinasi unit teknologi bak penampung dengan unit teknologi Constructed
Wetland. Berdasarkan hasil analisis, tidak semua kombinasi dapat dijadikan sebagai alternatif
pengolahan karena kualitas efluen yang belum memenuhi baku mutu baik untuk tujuan dilepaskan ke
badan air ataupun untuk digunakan kembali untuk mengisi air kolam. Hasil analisis kualitas efluen dapat
dilihat pada Tabel 4.16 dan Tabel 4.17.
38
Tabel 4. 16 Hasil Analisis Pemilihan Alternatif Teknologi Pengolahan Industri Rakyat
Industri Rakyat
Pertumbuhan vegetasi
CW Typha Angustifolia Diperlukan penanganan
yang cepat karena
1 atau Cattail media √ √ lanjutan untuk vegetasi
menghasilkan banyak
gravel yang digunakan
benih
Dapat Dapat
No Unit Pengolahan dibuang ke digunakan Kelebihan Kekurangan
lingkungan kembali
Pertumbuhan vegetasi
Diperlukan penanganan
CW Typha Angustifolia atau yang cepat karena
1 √ √ lanjutan untuk vegetasi yang
Cattail media gravel menghasilkan banyak
digunakan
benih
Dapat tumbuh Diperlukan penanganan
CW Phragmites australis media
2 √ √ diseluruh dataran lanjutan untuk vegetasi yang
gravel
rendah digunakan
40
Alternatif pengolahan yang direkomendasikan untuk karakteristik air limbah
budidaya ikan air tawar industri rakyat adalah kombinasi bak penampung dengan
menggunakan biofilter crossflow dengan Constructed Wetland menggunakan vegetasi
canna indica dengan media gravel dan lumpur alum. Hasil analisis menunjukkan efluen
yang dihasilkan memenuhi kedua baku mutu baik baku mutu efluen untuk dilepaskan ke
badan air ataupun baku mutu untuk dimanfaatkan kembali. Pada industri rakyat sumber air
biasanya diperoleh dari air tanah, hal ini memperkuat tujuan penggunaan kembali air hasil
olahan agar tidak terjadi eksploitasi air tanah secara berlebihan. Pada Tabel 4.18 dapat
dilihat kualitas efluen dari pengolahan yang telah direkomendasikan
Penggunaan vegetasi canna indica atau bunga kana dianggap sesuai dengan kondisi
industri yang tidak memiliki banyak tenaga kerja. Bunga kana memiliki umur rata rata yang
cukup lama sehingga mempermudah perawatan rutin seperti mengganti tanaman pada unit
Constructed Wetland.
Sedangkan untuk rekomendasi alternatif pengolahan air limbah budidaya ikan air
tawar industri negara adalah Constructed Wetland menggunakan vegetasi Ipomoea
aquatica atau kangkung, sistem ini sering disebut sebagai akuaponik, Sistem ini
memadukan sistem budidaya ikan (Aquakultur) dengan hidroponik, dimana menaman
tanaman dengan menggunakan media selain tanah (Ramadhan,2021). Jenis vegetasi atau
tumbuhan yang digunakan dapat memeberikan nilai ekonomi karena dapar diperjual-
belikan atau dikonsumsi oleh pihak pengelola. Kualitas efluen air limbah industri negara
nantinya akan dilepaskan kembali ke badan air. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan badan
air karena pada industi negara sumber air yang digunakan untuk mengisi kolam ikan bersumber dari
sungai dan air tanah. Kualitas efluen dapat dilihat pada Tabel 4.19
Dibutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan untuk proses budidaya ikan lele dari
bibit hingga ukuran siap panen. Pada proses budidaya ikan lele akan dilakukan
pemisahan ikan berdasarkan ukurannya. Proses pemisahan ini dilakukan sebanyak
dua kali yaitu pada bulan pertama dan bulan kedua. Pada proses pemisahan yang
pertama ikan yang awalnya ditempatkan pada satu kolam akan dipindahkan ke dua
kolam. Air kolam yang pertama akan dibuang kemudian kolam akan diisi kembali
dengan bibit lele yang baru. Pada bulan pertama hanya akan dihasilkan air limbah
dari kolam pertama. Selanjutnya pada proses pemisahan yang kedua, ikan yang
berasal dari dua kolam akan dipindahkan ke empat kolam disebabkan bertambahnya
ukuran ikan sehingga membutuhkan ruang yang lebih luas. Pada bulan kedua akan
dihasilkan air limbah dari kolam pertama dan dua kolam yang kedua. Setelah ikan
siap dipanen, maka dibulan ketiga akan dihasilkan air limbah dari kolam pertama,
kolam kedua dan kolam ketiga, dan selanjutnya akan memebentuk siklus secara
kontinu.
Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan panen ikan setiap bulan. Sehingga pada
kondisi yang sudah berjalan, dari kegiatan budidaya ikan lele akan menghasilakan
air limbah 55 m3 setiap bulannya. Sedangkan untuk budidaya nila terdapat sedikit
perbedaan cara budidaya. Ikan nila membutuhkan kolam yang lebih luas dengan
aliran yang lebih tenang. Terdapat 3 kolam dengan ilustrasi pada Gambar 4.18
42
15 m
7,5 m
Volume air = 7,5m x 15 m x 1m
= 113 m3 x (3) = 338 m3
Pada proses budidaya ikan nila tidak dilakukan pemindahan ikan ke kolam yang
berbeda, mulai dari ikan berukuran kecil hingga berukuran siap panen akan
ditempatkan dikolam yang sama. Pada kondisi existing saat ini, ketiga kolam ikan
nila ditanami bibit pada waktu yang bersamaan. Sistem ini memberikan keuntungan
berupa frekuensi panen yang lebih sedikit namun menyebabkan harga ikan yang
kurang stabil karena jumlah ketersediaan yang tinggi. Selain itu sistem penanaman
bibit ikan secara bersamaan menghasilkan debit air limbah yang besar pada waktu
tertentu. Berdasarkan siklus penggunaan air selama proses pembesaran ikan nila
dihasilkan air limbah 338 m3 setiap 3 bulan sekali. Siklus air limbah pada budidaya
ikan nila dapat dilihat Tabel 4.19
Tabel 4. 20 Siklus Air Limbah Budidaya Ikan Nila Pada Kondisi Eksisting
Jan Feb Mar April May Jun Juli Agt Sept Okt Nov Des
Siklus 1 0 0 338
Siklus 2 0 0 338
Siklus 3 0 0 338
Siklus 4 0 0 338
Jumlah 0 0 338 0 0 338 0 0 338 0 0 338
Gambar 4. 19 Diagram Alir Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar
a. Bak Penampung
Direncanakan
1. Jumlah = 1 bak
2. Debit = 168 m3 / hari = 0,001944 m3/s
4. ʋ = 0,0000008039 m2/detik
5. Vo = 0,0008 m2/detik
44
6. Kedalaman (H) = 2 m
7. Rasio P:L =2
8. Td direncanakan = 30 hari
Perhitungan:
84 𝑚2
=√ 2
= 6,481 m ~ 6,5 m
3. Panjang (P) =2xL
= 2 x 6,5 m = 13.00 m
4. Volume (V) =PxLxH
= 13 m x 6,5 m x 2 m
= 169 m3
5. vh = 12 x Vo
= 0,005 m/s
1
8 𝑥 𝑘(𝑝 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 − 𝑝 𝑎𝑖𝑟) 𝑥 𝑔 𝑥 𝑑 2
6. vs = ( )
𝑓
= 0,263 m/s
7. Jari-jari hidrolis = (L x H) / (L + 2H)
= (6,5 m x 2 m) / (6,5 m + 2 (2m))
= 1,2389 m
8. Nre = (vh x R) / c
= (0,005 m/s x 1,2389 m) / 0,0000804 m2/detik
= 1478,5 (< 2000, Memenuhi)
𝑣
9. Nfr =
√𝑔.ℎ
0,01
=
√9,81 𝑥 2
= 0,000047(>10-5,Memenuhi)
Nilai bilangan Reynolds dan bilangan Froude sudah memenuhi kriteria design
sehingga mengurangi resiko terjadinya aliran yang tidak laminar dan resiko terjadi
short circuit. Selanjutnya dilakukan perhitungan diameter pipa yang akan digunakan
sebagai penghubung unit teknologi dengan menggunakan persamaan Hazen William
sebagai berikut:
1. Slope = 0,01
2. Panjang =2m
3. Debit = 168 m3 / hari = 0,0001944 m3/s 45
4. C pipa PVC = 140
Perhitungan :
1. Headloss = Slope / Panjang
= 0,01 / 1 m
= 0,005 m
𝑄
2. Hf =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63
3. Diameter Pipa = 0,059601342 m
= 59 mm
Diamater pasaran = 60 mm ~ 2 Inch
Selanjutnya akan dilakukan perhitungan headloss pada unit bak penampung
𝑄
1. Headloss Mayor = ( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63
0,001944
=( )1,85 x 13 m
0,2785 𝑥 140 𝑥 0,0062,63
= 0,1258 m
𝑣
2. Headloss Minor = Kx = 0,02 m
2𝑥𝑔
3. Headloss Total = Hf Mayor + Hf Minor
= 0,146 m
Pada bak penampung akan digunakan pompa submersible yang akan diletakkan pada dasar
bak penampung dan membantu mengalirkan air menuju unit constructed wetland.
Direncanakan:
46
Gambar 4. 20 Pompa Submersible
1. Jumlah = 1 bak
2. Debit = 168 m3/hari
= 1,94 L/detik
3. Removal (%R) = 80%
4. [TSS] = 339 mg/L
5. Massa TSS removal = Q x %R x [TSS]
𝐿 𝑚𝑔 86400
= 1,94 𝑥 80% 𝑥 339 𝑥
𝑆 𝐿 10^6
= 45,562 kg/hari
6. % Air = 95%
7. % Solid = 5%
8. ρ Solid = 2650 kg/m3
9. ρ Air = 1000 kg/m3
100
10. Massa Lumpur = 𝑥 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑆𝑆 𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙
5
100
= 𝑥 45,562 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
5
= 911,232 kg/hari
11. ρ Lumpur = (% Air x ρ Air) + (% Solid x ρ Solid)
= (95% x 1000 kg/m3) + (5% x 2650 kg/m3)
= 1083 kg/m3
12. Debit Lumpur = Massa Lumpur / ρ Lumpur
= 911,232 kg/hari / 1083 kg/m3
= 0,842 m3/hari
Ruang Lumpur:
1. Kedalaman (H) =1m
2. P1 =5m
3. L1 = 6,5 m (lebar bak)
4. P2 = 3,33 m (⅔ P1)
5. L2 = 4,3 m (⅔ L1)
6. A1 = P1 x L1
= 5 m x 6,5 m
= 32,5 m2
7. A2 = P2 x L2
= 3,33 m x 4,3 m
= 14,4 m2
𝐻
8. Volume Ruang Lumpur = 3 𝑥 (𝐴1 + 𝐴2 + √𝐴1 𝑥 𝐴2)
𝐻
= 𝑥 ( 32,5 𝑚2 + 14,4 𝑚2 + √32,5 𝑚2 𝑥 14,4 𝑚2)
3
= 22,87 m
9. Volume Ruang Lumpur = Volume Ruang Lumpur / Debit Lumpur
= 22,87 m3 / 0,842 m3/hari
= 27,169 hari ~ 28 hari
Pada ruang lumpur akan direncanakan penggunaan pompa submersible untuk
mengalirkan lumpur yang masuk menuju Sludge Drying Bed. Dilakuka perhitungan
headpompa yang dibutuhkan untuk mengalirkan lumpur yang dihasilkan dengan
perhitungan sebagai berikut :
1. Slope = 0,01
2. Panjang =2m
3. Debit = 0,842 m3/hari
4. C pipa PVC = 140
Perhitungan :
4. Headloss = Slope / Panjang
= 0,01 / 2 m
= 0,005 m
48
𝑄
5. Hf =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63
6. Diameter Pipa = 0,0105 m
= 10 mm
Diamater pasaran = 42 mm ~ 1,25 Inch
Selanjutnya akan dilakukan perhitungan headloss pada unit bak penampung
𝑄
1. Headloss Mayor =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63
0,001944
=( )1,85 x 13 m
0,2785 𝑥 140 𝑥 0,0422,63
= 0,0000083 m
𝑣
2. Headloss Minor = K x 2 𝑥 𝑔 = 0,02 m
3. Headloss Sistem = Hf Mayor + Hf Minor
= 0,020 m
Pada bak penampung akan digunakan pompa submersible yang akan diletakkan pada
dasar ruang lumpur dan membantu mengalirkan air menuju unit Sludge Drying Bed
Direncanakan:
7. Head Statis =2m
8. Head Sistem = 0,146 m
9. Head Pompa = Head Statis + Head Sistem
= 2,02 m
Dengan hasil perhitungan head pompa yang telah dilakukan maka direncanakan
penggunaan pompa submersible GRUNDFOS tipe DMH 550-10D B-PVCL/V/C-X-
E7U3B8XEMAG dengan spesifikasi yang sama dengan pompa submersible yang
direncakan sebelumnya.
Guna meningkatkan kinerja dari proses sedimentasi pada bak penampung,
akan ditambahkan biofilter pada bagian ujung bak penampung. Penambahan biofilter
akan membantu proses penyisihan senyawa BOD dan COD. Menurut (Ningrum et
all,2019) media biofilter dengan jenis crossflow memiliki ukuran standar 1,2 m x 0,5
m x 0,6 m. Media biofilter standard yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4. 22
49
Gambar 4. 22 Media Biofilter Crossflow
Sumber : (https://tricklingfilters.com.au/products/trickling-filters/)
Sehingga diperoleh perhitungan kebutuhan media biofilter sebagai berikut:
1. Debit = 168 m3/hari = 168000 L/hari
2. Konsentrasi BODin = 378 mg/L
3. Beban BOD = Konsentrasi BODin x Debit
= 16800 L/hari x 378 mg/L
= 63504000 mg/hari
= 63,504 kg/hari
4. Standard beban BOD = 3,2 m kg BOD/m3. hari (0,6 – 3,2)
5. Volume media biofilter = Beban BOD / Standard beban BOD
= 63,405 kg/hari / 3,2 m kg BOD/m3. hari
= 19,845 m3
6. Direncanakan pengisian volume terisi media biofilter sebesar 80%
Volume terisi media biofilter = 80% x 19,845 m3 = 15,876 m3
7. Volume standard biofilter = 0,36 m3
8. Jumlah media (n) = Volume terisi media biofilter / Volume standard
= 15,876 m3 / 0,36 m3
= 44,1 ~ 45 m
Sehingga dari hasil perhitungan akan dibutuhkan 45 buah media crossflow untuk
proses peningkatan kinerja bak penampung. Media akan disusun menjadi 4 tingkatan.
Ilustrasi perencanaan bak penampung dapat dilihat pada Gambar 4.23.
50
b. Constructed Wetland
Direncanakan
1. Jumlah = 1 bak
2. Debit = 168 m3 akan dialirkan secara bertahap selama 30 hari
= 5,6 m3/hari
3. HLR = 0,5 m3 / m2 hari ( 0,02 – 1 m3 / m2 hari)
4. Kedalaman (H) = 1 m
5. Rasio P:L =4
Perhitungan :
1. A Surface (As) = Debit / HLR
= 5,6 m3/hari / 0,5 m3 / m2 hari
= 11,2 m2
𝐴 𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒
2. Lebar (L) =√ 4
11,2 𝑚2
=√ 4
= 1,672 m ~ 2 m
3. Panjang (P) =4xL
=4x2m
=8m
4. Cek Td = V/ Q
=PxLxH/Q
= (8 m x 2 m x 1 m) / 5,6 m3 hari
= 2,86 hari (Sesuai Kriteria Design)
5. Kebutuhan tanaman
Direncanakan terdapat 6 tanaman dengan tinggi tumbuhan 50cm disetiap 1 m3
sehingga diperoleh jumlah tanaman yang dibutuhkan sebagai berikut:
Kebutuhan tanaman = As x Kerapatan
= 11,2 m2 x 6 tanaman/m2
= 67,2 ~ 68 m tanaman
Kemudian akan dilakukan perhitungan diameter pipa inlet outlet yang akan digunakan
serta headloss pada unit constructed wetland dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Slope = 0,01
2. Panjang =1m
3. Debit = 5,6 m3 / hari = 6,481 x 10-5 m3/s
4. C pipa PVC = 140
Perhitungan :
𝑄
10. Headloss =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63
0,001944
=( )1,85 x 8m
0,2785 𝑥 140 𝑥 0,0422,63
= 0,0000001179 m
Vegetasi yang digunakan pada unit ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Hal ini lakukan dalam upaya pemenuhan zero waste sehingga seluruh hasil
samping dari instalasi pengolahan air limbah dapat digunakan kembali. Pemanfaatan
vegetasi akan menimbulkan hubungan saling menguntungkan antara pengelola
industri budidaya ikan air tawar dengan peternak yang berada disekitar lokasi industri.
c. Reservoir
Direncanakan :
1. Jumlah bak = 1 bak
2. Debit = 168 m3/hari
3. Waktu Detensi = 6 jam = 0,25 hari
4. Kedalaman (H) = 1,5 m
5. Rasio P:L =2
Perhitungan :
6. Volume = Debit x Td
= 168 m3/hari x 0,25 hari
= 42 m3
52
7. Asurface = Volume / Kedalaman
= 42 m3 / 1,5 m
= 28 m2
𝐴 𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒
8. Lebar (L) =√ 4
28 𝑚2
=√ 2
= 3,74 m ~ 4 m
9. Panjang (P) =2xL
=2x4m
=8m
Kemudian akan dilakukan perhitungan diameter pipa inlet outlet yang akan digunakan
serta headloss pada unit reservoir dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Slope = 0,01
2. Panjang pipa = 20 m
3. Debit = 168 m3 / hari = 0,0001944 m3/s
4. C pipa PVC = 140
5. Headloss = Slope / Panjang
= 0,01 / 20 m
= 0,0005 m
𝑄
6. Hf =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63
7. Diameter Pipa = 0,204199 m
= 204 mm
Diamater pasaran = 216 mm ~ 8 Inch
0,001944
=( )1,85 x 8m
0,2785 𝑥 140 𝑥 0,2162,63
= 0,0000052 m
𝑣
2. Headloss Minor = K x 2 𝑥 𝑔 = 0,02 m
3. Headloss Sistem = Hf Mayor + Hf Minor
= 0,0205 m
Pada Reservoir akan digunakan pompa submersible yang akan ditambahkan pompa
dengan tujuan membantu mengalirkan air menuju kolam ikan nila
Direncanakan:
53
1. Debit air yang masuk = 9 m3/hari
2. Waktu operasi pompa = 3 jam/hari
3. Debit (Q) aliran = Qin / Waktu Operasi
= 9 m3/hari / 3 jam/hari
= 3 m3/hari
4. Head Statis =2m
5. Head Sistem = 0,0205 m
6. Head Pompa = Head Statis + Head Sistem
= 2,0205 m
Dengan hasil perhitungan head pompa yang telah dilakukan maka direncanakan penggunaan
pompa submersible DMH 1500-4D B-SS/T/SS-X-E1C1C1XMPAG dengan spesifikasi
sebagai berikut:
- Imput Daya : 3 x 230/400 V
- Head max : 10 m
- Debit air : 1,5 m3/jam
Gambar pompa submersible yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 4.25
Dalam proses budidaya ikan air tawar, air kolam mengalami penguapan dan
membuat volume air kolam semakin berkurang dari hari ke hari. Air olahan yang
berasal dari reservoir dapat dimanfaatkan untuk memastikan volume air kolam cukup
baik untuk kegiatan budidaya ikan air tawar. Guna menjaga kualitas air hasil olahan
unit reservoir dilengkapi dengan penutup sederhana bisa menggunakan asbes atau
kain jaring untuk mencegah berbagai macam kotoran masuk kedalam bak reservoir.
54
d. Sludge Drying Bed
Direncanakan
1. Jumlah = 1 bak
2. Tebal Pasir = 0,2 m
3. Tebal Kerikil = 0,4 m
4. Tebal Lumpur = 0,3 m
5. Rasio P:L =2
6. Waktu Pengeringan = 14 hari
7. Massa Lumpur Penampung = 911,23 kg/hari
8. Massa Lumpur Biofilter = 15,67 kg/hari
9. Debit Lumpur Penampung = 0,84 m3/hari
10. Debit Lumpur Biofilter = 0,31 m3/hari
11. Kadar Solid = 30-40%
Perhitungan :
= (M. Lumpur Penampung + M. Lumpur Biofilter)
1. Massa Lumpur Total
x Waktu Pengeringan)
= (911,23 kg/hari + 15,67 kg/hari) x 14 hari
= 12976,68 kg
(Q. Lumpur BP I + Q. Lumpur BP II) x Waktu
2. Volume Lumpur Total =
Pengeringan
= (0,84 m3/hari + 0,31 m3/hari) x 14 hari
= 16,07 m³
3. Volume Cake Kering = V Lumpur Total x (1-97%) / (1-70%)
= 16,07 m³ x (1-97%) / (1-70%)
= 1,61 m³
4. Volume Filtrate = V. Lumpur Total – V. Cake Kering
= 16,07 m³ - 1,61 m³
= 14,46 m³
5. Asurface (As) = V. filtrate per bak / H lumpur
= 14,46 m³/ 0,3 m
= 48,2 m²
𝐴𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒
6. Lebar (L) = √
2
48,2
= √
2
= 4,91 m = 5 m
7. Panjang (P) = 2xL
= 2 x 5 m = 10 m
55
Ilustrasi perencanaan Reservoir dapat dilihat pada Gambar 4.27.
56
4.5.3 Lokasi dan Denah IPAL
Perencanaan pembangunan instalasi pengolahan air limbah untuk industri budidaya ikan air tawar memanfaatkan
sisan lahan yang dimiliki oleh pengelola. Lahan yang tersedia masih cukup luas namun membutuhkan perlakuan awal karena
pada kondisi eksisting sisa lahan masih ditumbuhi beberapa tumbuhan seperti pohon mangga dan semak belukar. Denah
perencanaan IPAL dapat dilihat pada Gambar 4.28
Gambar 4. 28 Lokasi dan Denah Perencanaan IPAL Budidaya Ikan Air Tawar Industri Rakyat
57
4.5.4 BOQ dan RAB
Pada perencanaan IPAL budidaya ikan air tawar dibutuhkan perhitungan Bill of Quantity
(BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) guna menghitung kebutuhan penggalian tanah,
pembuatan pondasi batu kali serta pemasangan dinding batu bata. Pada penelitian ini belum
dilakukan analisis kelayakan dari segi ekonomi, karena membutuhkan kajian lebih lanjut.
Berikut adalah contoh perhitungan volume pekerjaan yang dibutuhkan untuk tiap tiap unit
pengolahan pada perencanaan IPAL budidayai ikan air tawar industry rakyat :
Diketahui:
1) Panjang (p) = 13 m
2) Lebar (l) = 6,5 m
3) Kedalaman (h) =2m
4) Tebal dinding (t) = 0,25 m
Perhitungan:
1) Volume struktur = [(𝑝 + (2𝑡)) 𝑥 (𝑙 + (2𝑡)) 𝑥 (ℎ + (2𝑡))]
= [(13 𝑚 + 0,5 𝑚) 𝑥 (6,5 𝑚 + 0,5 𝑚) 𝑥 (2 𝑚 + 0,5 𝑚)]
= 212,63 m3
2) Volume bagian dalam = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛
= 13 m x 6,5 m x 2 m
= 169 m3
3) Volume Dinding = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
= 212,63 m3 – 169 m3
= 43,63 m3
Dengan perhitungan yang sama diperoleh volume pekerjaan untuk tiap-tiap unit pengolahan
dapat dilihat pada Tabel 4.22 hingga Tabel 4.26
Tabel 4. 22 Volume Pekerjaan Unit Bak Penampung
BAK PENAMPUNG
Zona Pengendapan - Pekerjaan Pondasi + Dinding Bata Merah + Penggalian Tanah
1 Panjang = 13,00 m
2 Lebar = 6,50 m
3 Kedalaman = 2,00 m
4 Tebal Dinding = 0,25 m
5 Volume Struktur = 212,63 m³
6 Volume Bagian Dalam = 169,00 m³
7 Volume Dinding = 43,63 m³
8 Jumlah Unit = 1 unit
9 Volume Total Struktur = 212,63 m³
10 Volume Total Dinding = 43,63 m³
11 Volume Total Pondasi = 5,67 m³
58
Zona Pengendapan - Pekerjaan Pondasi + Dinding Bata Merah + Penggalian Tanah
1 Lebar Atas = 1,20 m
2 Lebar Bawah = 1 m
3 Luas Atas Bagian Dalam = 1,44 m²
4 Luas Bawah Bagian Dalam = 0,64 m²
5 Luas Atas Total = 2,89 m²
6 Luas Bawah Total = 1,69 m²
7 Kedalaman = 1 m
8 Tebal Dinding = 0,25 m
9 Volume Struktur = 1,70 m³
10 Volume Bagian Dalam = 0,51 m³
11 Volume dinding = 1,19 m³
12 Jumlah Unit = 1 unit
13 Volume Total Struktur = 1,70 m³
14 Volume Total dinding = 1,19 m³
Tabel 4. 23 Volume Pekerjaan Unit Constructed Wetland
CONSTRUCTED WETLAND
Zona Pengendapan - Pekerjaan Pondasi + Dinding Bata Merah + Penggalian Tanah
1 Panjang = 8,00 m
2 Lebar = 2,00 m
3 Kedalaman = 1,00 m
4 Tebal Dinding = 0,25 m
5 Volume Struktur = 26,56 m³
6 Volume Bagian Dalam = 16,00 m³
7 Volume dinding = 10,56 m³
8 Jumlah Unit = 1 unit
9 Volume Total Struktur = 26,56 m³
10 Volume Total dinding = 10,56 m³
11 Volume Total Pondasi = 2,11 m³
Selanjutnya akan dihitung koefisien Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kabupaten
Mojokerto tahun 2020 untuk mengetahui kebutuhan baik bahan maupun peralatan yang akan
digunakan untuk melakukan pekerjaan konstruksi pembangunan IPAL budidaya ikan air tawar.
Nilai Koefisien Harga Satuan Pokok Kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.27 hingga Tabel 4.2
Tabel 4. 27 Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm (1 Pc:3 Pp)
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm,
Campuran (1 Pc : 3 Pp)
No Bahan Koefisien Satuan Harga
1 Batu Belah 1,2 m³ Rp 168.600
60
No Bahan Koefisien Satuan Harga
2 Semen Portland 202 kg Rp 1.000
3 Pasir Pasang 0,485 m³ Rp 179.800
No Pekerja Koefisien Satuan
1 Mandor 0,075 orang.hari Rp 200.000
2 Kepala Tukang 0,075 orang.hari Rp 150.000
3 Tukang Batu 0,75 orang.hari Rp 150.000
6 Pekerja 1,5 orang.hari Rp 100.000
Tabel 4. 28 Koefisien Kebutuhan Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1 Bata (1 Pc:2 Pp)
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah
Tebal 1 Bata (1 Pc : 2 Pp)
Contoh Perhitungan BOQ Unit Bak Penampung (Pekerjaan Pondasi Batu Belah)
Pada perhitungan BOQ diperlukan data koefisien dari setiap kebutuhkan yang diperlukan
dalam suratu pekerjaan sesuai dengan HSPK Kabupaten Mojokerto tahun 2020
Diketahui:
1) Volume Pekerjaan = 5,67 m3
2) Koefisien Batu Belah = 1,2
3) Koefisien Semen Portland = 202 61
4) Koefisien Pasir Pasang = 0,485
5) Koefisien Mandor = 0,075
6) Koefisien Kepala Tukang = 0,075
7) Koefisien Tukang Batu = 0,75
8) Koefisien Pekerja = 1,5
Perhitungan:
1) Kebutuhan Batu Belah = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑒𝑙𝑎ℎ
= 5,67 m3 x 1,2
= 6,808 m3
2) Kebutuhan Semen Portland =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑡𝑙𝑎𝑛𝑑
= 5,67 m3 x 202
= 11145,6 kg
3) Kebutuhan Pasir Pasang =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
= 5,67 m3 x 0,485
= 2,751 m3
4) Kebutuhan Mandor = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑑𝑜𝑟
= 5,67 m3 x 0,075
= 0,425 orang.hari
5) Kebutuhan Kepala Tukang = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑑𝑜𝑟
= 5,67 m3 x 0,075
= 0,425 orang.hari
6) Kebutuhan Tukang Batu =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢
= 5,67 m3 x 0,75
= 4,253 orang.hari
7) Kebutuhan Pekerja = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
= 5,67 m3 x 1,5
= 8,507 orang.hari
Dengan cara perhitungan yang sama sehingga diperoleh hasil perhitungan Bill of Quantity
yang dapat dilihat pada Tabel 4.30 hingga Tabel 4.34
62
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1
Bata (1 Pc : 3 Pp)
Semen Portland 44 1971,9 kg
Bata Merah 140 6274,2 Buah
Pasir Pasang 0,08 3,585 m³
44,82 Mandor 0,03 1,344 orang.hari
Kepala Tukang 0,02 0,896 orang.hari
Tukang Batu 0,2 8,963 orang.hari
Pekerja 0,6 26,890 orang.hari
Koefisien Kebutuhan Pekerja dan Peralatan Pekerjaan Galian Biasa +
Pembuangan Tanah Sisa
Mandor 0,003 0,643 orang.hari
Pekerja 0,006 1,286 orang.hari
214,32
Excavator 0,026 5,572 jam
Dump Truck 0,334 71,584 jam
RESERVOIR
Volume Pekerjaan Bahan & Pekerja Koefisien Kebutuhan Satuan
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm, Campuran
(1 Pc : 3 Pp)
Batu Belah 1,2 2,954 m³
Semen Portland 202 497,299 kg
Pasir Pasang 0,485 1,194 m³
2,46 Mandor 0,075 0,185 orang.hari
Kepala Tukang 0,075 0,185 orang.hari
Tukang Batu 0,75 1,846 orang.hari
Pekerja 1,5 3,693 orang.hari
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1
Bata (1 Pc : 2 Pp)
Semen Portland 44 833,3 kg
Bata Merah 140 2651,3 Buah
18,94 Pasir Pasang 0,08 1,5 m³
Mandor 0,03 0,6 orang.hari
Kepala Tukang 0,02 0,4 orang.hari
Tukang Batu 0,2 3,8 orang.hari
Pekerja 0,6 11,4 orang.hari
Koefisien Kebutuhan Pekerja dan Peralatan Pekerjaan Galian Biasa + Pembuangan
Tanah Sisa
Mandor 0,003 0,201 orang.hari
Pekerja 0,006 0,402 orang.hari
66,94
Excavator 0,026 1,740 jam
Dump Truck 0,334 22,357 jam
64
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1
Bata (1 Pc : 2 Pp)
Semen Portland 44 976,3 kg
Bata Merah 140 3106,3 Buah
Pasir Pasang 0,08 1,8 m³
22,19 Mandor 0,03 0,7 orang.hari
Kepala Tukang 0,02 0,4 orang.hari
Tukang Batu 0,2 4,4 orang.hari
Pekerja 0,6 13,3 orang.hari
Koefisien Kebutuhan Pekerja dan Peralatan Pekerjaan Galian Biasa + Pembuangan
Tanah Sisa
Mandor 0,003 0,217 orang.hari
Pekerja 0,006 0,433 orang.hari
72,19
Excavator 0,026 1,877 jam
Dump Truck 0,334 24,111 jam
Berikut adalah hasil perhitungan rencana anggaran biaya IPAL budidaya ikan air tawar pada
Tabel 4.35 hinga Tabel 4.40
66
Tabel 4. 37 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Reservoir
RESERVOIR
No. Bahan & Pekerja Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total Harga
Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm, Campuran (1 Pc : 3 Pp)
1 Batu Belah 2,954 m³ Rp 168.600 Rp 498.087
2 Semen Portland 497,299 kg Rp 1.000 Rp 497.299
3 Pasir Pasang 1,194 m³ Rp 179.800 Rp 214.683
4 Mandor 0,185 orang.hari Rp 200.000 Rp 36.928
5 Kepala Tukang 0,185 orang.hari Rp 150.000 Rp 27.696
6 Tukang Batu 1,846 orang.hari Rp 150.000 Rp 276.961
7 Pekerja 3,693 orang.hari Rp 100.000 Rp 369.281
Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1 Bata (1 Pc : 2 Pp)
1 Semen Portland 833,3 kg Rp 1.000 Rp 833.250
2 Bata Merah 2651,3 Buah Rp 800 Rp 2.121.000
3 Pasir Pasang 1,515 m³ Rp 179.800 Rp 272.397
4 Mandor 0,568 orang.hari Rp 200.000 Rp 113.625
5 Kepala Tukang 0,379 orang.hari Rp 150.000 Rp 56.813
6 Tukang Batu 3,788 orang.hari Rp 150.000 Rp 568.125
7 Pekerja 11,363 orang.hari Rp 100.000 Rp 1.136.250
Pekerjaan Galian Biasa + Pembuangan Tanah Sisa
1 Mandor 0,2 m³ Rp 200.000 Rp 40.163
2 Pekerja 0,4 kg Rp 100.000 Rp 40.163
3 Excavator 1,740 m³ Rp 191.785 Rp 333.778
No. Bahan & Pekerja Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total Harga
4 Dump Truck 22,357 orang.hari Rp 97.531 Rp 2.180.513
Total Rp 9.617.010
No Unit Biaya
1 Bak Penampung Rp 35.215.176
2 Constructed Wetland Rp 5.523.305
3 Reservoir Rp 9.617.010
4 Sludge Drying Bed Rp 2.351.533
4 Pipa + Pompa Rp 52.707.024
Total Rp 105.414.047
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakuakan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar dikelompokkan menjadi dua jenis
berdasarkan keterlibatan masyarakat dalam pelaksaan industri yaitu industri rakyat dan
industri negara. Industri rakyat merupakan industri yang dikelola masyarakat secara
perorangan atau pribadi. Sedangkan untuk industri negara merupakan industri yang
dikelola masyarakat yang berada dibawah nauangan suatu lembaga milik negara.
Terdapat beberapa perbedaan dalam proses pengelolaan sehingga mempengaruhi
kualitas air limbah yang dihasilkan. Perbedaan yang dapat diidentifikasi adalah
frekuensi pemberian pakan, tujuan pembudidayaan ikan, kepadatan kolam dan sumber
air yang digunakan.
2) Karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar menunjukkan masih terdapat beberapa
parameter yang masih melampaui baku mutu yang telah ditetapkan seperti parameter
TSS, BOD dan Ammonia. Karakteristik air limbah dari Industri rakyat memiliki TSS,
BOD dan Amonia yang masih melebihi baku mutu, dengan konsentrasi TSS sebesar
339,07 mg/L, BOD sebesar 377,59 mg/L dan Ammonia sebesar 4,89 mg/L. Sedangkan
untuk konsentrasi air limbah yang berasal dari industri negara hanya konsentrasi
Ammonia yang masih melebihi baku mutu sebesar 0,4 mg/L.
3) Penentuan rekomendasi teknologi pengolahan yang efektif untuk proses pengolahan
air limbah budidaya ikan air tawar:
a. Untuk air limbah kolam industri rakyat, teknologi yang direkomendasikan
adalah Bak penampung dengan kombinasi pemasangan biofilter dan
dilanjutkan dengan Constructed Wetland yang memenfaatkan lumpur alum
sebagai media dan bunga kana sebagai bioakumulator.
b. Untuk air limbah kolam industri negara, teknolgi yang direkomendasikan
adalah Constructed Wetland menggunakan tumbuhan kangkung. Dengan
menerapkan prinsip akuaponik dapat memberikan produk samping yang
memiliki nilai ekonomi
5.2 Saran
Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat
dilakukan untuk pelaksanaan perencanan IPAL untuk Industri budidaya ikan air tawar
diantaranya:
1. Perlu dilakukan penelitian kajian lebih lanjut terkait removal pada percobaan
pengendapan dan penguraian anaerobik, dengan melakukan beberapa
pengulangan percobaan untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait kelayakan ekonomi secara lebih rinci
dan mendetail sehingga mampu menyesuaikan kondisi di masyarakat.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla, K. Zaher, dan Gina Hammam. 2014. “Correlation between Biochemical Oxygen
Demand and Chemical Oxygen Demand for Various Wastewater Treatment Plants in
Egypt to Obtain the Biodegradability Indices.” International Journal of Sciences: Basic
and Applied Research, 13(1), 42–48.
Akbari, M. Z., Yifeng Xu, Zhikun Lu, dan Lai Peng. 2021. “Review of Antibiotics Treatment
by Advance Oxidation Processes.” Environmental Advances, 5, 100111.
https://doi.org/10.1016/j.envadv.2021.100111
Alazaiza, M. Y. D., Albahnasawi, A., Ali, G. A. M., Bashir, M. J. K., Nassani, D. E., Al
Maskari, T., Abu Amr, S. S., & Abujazar, M. S. S. 2022. “Application of Natural
Coagulants for Pharmaceutical Removal from Water and Wastewater: A Review.”
Water (Switzerland), 14(2), 1–16. https://doi.org/10.3390/w14020140
Alfionita, A. N. A., Patang, P., dan E. S. Kaseng. 2019. "Pengaruh Eutrofikasi Terhadap
Kualitas Air Di Sungai Jeneberang:" Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 5(1), 9.
https://doi.org/10.26858/jptp.v5i1.8190
Andrawina., Ernawati, Rika., Cahyadi, T. Agung., Waterman SB., & Amri, Nur Ali. 2020.
“Penerapan Metode Constructed Wetland dalam Upaya Pengelolaan Limbah Air Asam
Tambang pada Penambangan Batubara, Berdasarkan Literatur Review.” ReTII, 2020,
201–207. https://journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/2027
Belladona, M., Nasir, N., & Agustomi, E. 2020. “Perancangan Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL) Industri Batik Besurek di Kota Bengkulu.” Jurnal Teknologi, 12(1), 6–13.
Cahyadhi, Dicky. 2016. “Pemanfaatan Limbah Lumpur (Sludge) Wastewater Treatment Plant
PT.X Sebagai Bahan Baku Kompos.” Jurnal Teknik Mesin 5(1)
Cahyana, G. H., & Aulia, A. N. 2019. “Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Menggunakan
Horizontal Subsurface Flow Constructed Wetland.” EnViroSan: Jurnal Teknik
Lingkungan, 2(2), 58–64.
Dewi, Ni Luh Putu Intan Sintya dan Ni Made Utami Dwipayanti. 2021. ”Metode Pengolahan
Air Limbah Domestik untuk Penurunan Kadar Amonia : Studi Literatur”. Arc. Com.
Health •. 8(409), 409–424.
Diharjo, D. F. M. W., Jannie, J., Permatasari, W. S. R., & Wikaningrum, T. 2022. “Comparison
of Coagulant Dose (Poly Aluminum Chloride) Use in The Water Treatments Process of
Kalimalang River.” Jurnal Serambi Engineering, 7(1), 2791–2797.
https://doi.org/10.32672/jse.v7i1.3889
Endahwati, luluk dan Suprihatin, 2009. “Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, Dan Filtrasi Pada
Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan.” Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan, 2(1), 79–83.
Fajariyah, Chusna. 2017. “Studi Literatur Pengolahan Lindi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah dengan Teknik Constructed Wetland Menggunakan Tumbuhan Air.”
Surabaya:Institut Teknologi Sepuluh Nopember
70
Fatchurosadhi, Habib. 2020. “Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL ) Kegiatan
Perikanan di Pasar Ikan Tradisional Pabean.” Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Febrianto, J., M. Yanuar J. Purwanto, Roh Santoso. B. W. 2016. “Pengolahan Air Limbah
Budidaya Perikanan Melalui Proses Anaerob Menggunakan Bantuan Material Bambu.”
Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 1(2).
Filliazati, Mega., Isna Apriani dan Titin Anita Zahara. 2013. “Pengolahan Limbah Cair
Domestik Dengan Biofilter Aerob Menggunakan Media Bioball Dan Tanaman
Kiambang.” Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 1(1), 1–10.
https://doi.org/10.26418/jtllb.v1i1.4028
Garno, Y. S. (2016). Dampak Eutrofikasi Terhadap Struktur Komunitas dan Evaluasi Metode
Penentuan Kelimpahan Fitoplankton. Jurnal Teknologi Lingkungan, 13(1), 67.
https://doi.org/10.29122/jtl.v13i1.1406
Ghime, Damodhar dan Ghosh Prabir 2020. “Advanced Oxidation Processes: A Powerful
Treatment Option for removal of Recalcitrant Organic Compounds.” London:
IntechOpen https://doi.org/10.1201/9780203506219.ch4
Gloria, Yemima., dan Bowo Djoko Marsono. 2022.”Kejian Pemanfaatan Lumpur Alum
Sebagai Media Constructed Wetlands untuk Menurunkan Nutrien pada Efluent IPAL
Komunal.” Jurnal Teknik ITS 2337-3539
Gultom, T. 2019. “Penerapan Hibrid Sistem Biofilter dan Hidroponik Sebagai Alternatif
Pengolahan Limbah Pemukiman Low Income People.” SAINTEK: Jurnal Ilmiah Sains
Dan Teknologi Industri, 3(2), 70. https://doi.org/10.32524/saintek.v3i2.599
Houndedjihou, D., Kodom, T., Wolff, D. B., Marchioro, L. G., Formentini, T. A., Bawa, L. M.,
& Djaneye-Boundjou, G. 2021. “Pollutants Removal in Sewage Wastewater Efficiency
and Kinetic of Ammonia Nitrogen Removal through Subsurface Vertikal Flow
Constructed Wetlands (SSVFCW).” International Research Journal of Pure and
Applied Chemistry, 22(1), 22–37. https://doi.org/10.9734/irjpac/2021/v22i130365
Husaeni, N., Nurul, E., & C, O. H. 2013. “Penurunan Konsentrasi Total Suspended Solid Pada
Proses Air Bersih Menggunakan Plate Settler.” Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 4(1),
67–74.
Husnabilah, Athif. 2016.”Perencanaan Constructed Wetland untuk Pengolahan Greywater
Menggunakan Tumbuhan Canna indica (Studi Kasus : Kelurahan Keputih Surabaya).”
Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Indrayani, L., & Rahmah, N. (2018). Nilai Parameter Kadar Pencemar Sebagai Penentu Tingkat
Efektivitas Tahapan Pengolahan Limbah Cair Industri Batik. Jurnal Rekayasa Proses,
12(1), 41. https://doi.org/10.22146/jrekpros.35754
71
Jahan, K dan Moushumi Janiam. (2020). Freshwater Fish Cultivation. Journal Siplieria
Sciences, 1(2), 25–29. https://doi.org/10.48173/jss.v1i2.61
Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat, 2017, Permen PUPR No.4/PRT/M/2017,
Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik.
Khazaie, A., Mazarji, M., Samali, B., Osborne, D., Minkina, T., Sushkova, S., Mandzhieva, S.,
& Soldatov, A. (2022). A Review on Coagulation/Flocculation in Dewatering of Coal
Slurry. Water (Switzerland), 14(6). https://doi.org/10.3390/w14060918
Kholisah, A. N., & Pramitasari, N. 2018. “Tahu Menggunakan Tanaman Bambu Air Dengan
Sistem Sub Surface Flow Constructed Wetland.” Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi, 66–73.
Márquez, P., Gutiérrez, M. C., Toledo, M., Alhama, J., Michán, C., & Martín, M. A. 2022.
“Activated Sludge Process Versus Rotating Biological Contactors in WWTPs:
Evaluating the Influence of Operation and Sludge Bacterial Content on Their Odor
Impact.” Process Safety and Environmental Protection, 160, 775–785.
https://doi.org/10.1016/j.psep.2022.02.071
Mere, Y. J., S, Bagus Widhi. D., dan Baiq Reni Dewi, S. 2021. “Prediksi Air Limbah Domestik
(Kelola Swadaya Masyarakat Hidup Sehat) Ipal Komunal , Desa Kebon Ayu Kecamatan
Gerung.” Jurnal Sosial Sains Dan Teknologi SOSINTEK, 1(68), 88–92.
Mulyani, Neny dan Mukhamad Solikhin. 2018. “Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT) Babakam Karet Kabupaten Cianjur Menggunakan Kolam Stabilisasi
Tahun 2017.” Jurnal Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan 5(2), pp 24-39
Ningrum, Maria Mustika., Kustamar dan Hery Setyobudiarso. 2019.”Analisis Kinerja
Bangunan Prasedimentasi Dalam Penurunan Kadar BOD, COD dan TSS Pada Instalasi
Pengolahan Air Siwalan Panji Sidoarjo.” Jurnal Info Manajemen Proyek Teknik Sipil-
S2 , Institut Teknologi Nasional Malang
Novita, E., Wahyuningsih, S., Jannah, D. A. N., & Pradana, H. A. 2020.”Fitoremediasi Air
Limbah Laboratorium Analitik Universitas Jember Dengan Pemanfaatan Tanaman
Eceng Gondok Dan Lembang.” Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI), 7(1).
https://doi.org/10.29122/jbbi.v7i1.3850
Packer, Jasmin G., Laura A Meterson, Hana Skalova, Petr Pysek and Christoph Kueffer. 2017.
“Biological flora of the British Isle : Phragmiter Austrlis.” Journal of Ecology, 105
1123-1162
Pamungkas, Eko. 2015. “Studi Kinerja Biofilter Aerob untuk Mengolah Air Limbah Laundry.”
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Pramleonita, Meilinda., Nia Yuliani, Ridha Arizal dan Supriyono Eko Wardoyo. 2018.
“Parameter Fisik dan Kimia Air Kolam Ikan Nila Hitam (Oreochromis Niloticus)”.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Biologi dan Kimia. 8(1) https://doi.org/10.31938/jsn.v8i1.107
Priambodo, G., Mangkoedihardjo, S., Hadi, W., & Soedjono, E. S. 2011.”Wastewater
Treatment Strategy for Fish Processing Industry in Kota Pantai Muncar of Indonesia.”
International Journal of Academic Research,3(1), 93–97
72
Pungkasanti, P. T., S. R. Cholil, & B. V. Christioko. 2019. "Perancangan Sistem Pemilihan
Budidaya Ikan Air Tawar Berbasis Web". Jurnal Pengembangan Rekayasa Dan
Teknologi, 15(1), 21. https://doi.org/10.26623/jprt.v15i1.1485
Purwanta, Jaka. 2010. “Kajian Kualitas Air Kolam Ikan Bawal Pada Kelompok Budidaya Ikan
(KPI) Mina Mulya Tempelsari, Maguwaharjo, Depok, Sleman, D.I Yogyakarta”
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Putri, A. D. R. 2017. "Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Usaha Karamba Ikan Di
Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta". Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Qasim. (2013). “Design Standard For Municipal Wastewater Treatment Plants Second Edition”
Japan: Sewage Works Association.
Rahmah, R., dan S. A. Mulasari. 2016. “Pengaruh Metode Koagulasi, Sedimentasi Dan Variasi
Filtrasi Terhadap Penurunan Kadar TSS, COD dan Warna Pada Limbah Cair Batik.”
CHEMICA: Jurnal Teknik Kimia, 2(1), 7. https://doi.org/10.26555/chemica.v2i1.4560
Ramadhan, G. M. 2021. “Pelatihan Pengembangan Sistem Aquaponik Budikdamber Untuk
Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kecerdasan Ekologis Masyarakat.” Madaniya,
2(1), 51–59. https://doi.org/10.53696/27214834.56
Ruliansyah, Fauzi Rahman dan Zakhroful Maimun. 2012.” Pemanfaatan Limbah Sludge IPAL
PT. BSKP Sebagai Bahan Substitusi Pembuatan Bata Beton.” Info Teknik 13(1), Juli
2012.
Rumbino, Y., & Abigael, K. 2020. “Penentuan Laju Pengendapan Partikel di Kolam
Penampungan Air Hasil Pencucian Bijih Mangan Determination of Particle Deposition
Rate in Water Separation Outcomes of Manganese Oil Washing.” Jurnal Ilmiah
Teknologi FST Undana, 14(1), 55–59.
Salim, Yonatan Ananda. 2021. “Efektifitas Sistem Constructed Wetland Sebagai Pengolahan
Limbah Batik Ecoprint Menggunakan Tanamanan Kangkung Air.” Yogyakarta:
Universitas Kristen Duta Wacana.
Santoso,Arga. (2015). Perencanaan Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Alternatif Media
BIofilter (Studi Kasus : Kejawan Gebang Kelurahan Keputih Surabaya). Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Saputri, Gita dan Antan Ayuning Asri. 2019. “Pemanfaatan Sungai Langkap Sebagai Tempat
Pembuangan Limbah Rumah Tangga Di Kabupaten Purbalingga”. Indonesia Journal of
Sociology, Education and Development. 1(1), 32-41.
Sari, Adelia Puspita dan Adhi Yuniarto. (2016). Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) Industri Agar-Agar. Simposium I Jaringan Perguruan Tinggi untuk
Pembangunan Infrastruktur Indonesia.
73
Singkawijaya, E. B dan Siti Fadjarajani. (2019). "Potensi Perikanan Air Tawar Sebagai Daya
Dukung Minawisata Di Kelurahan Cibunigeulis Kota Tasikmalaya". JURNAL
GEOGRAFI Geografi Dan Pengajarannya, 17(2), 51.
https://doi.org/10.26740/jggp.v17n2.p51-64
Soedjono, Eddy Setiadi., Ayob, S., N. Othman, W. Ali Hamood Altowayti, F. S. Khalid, N. A.
Bakar, Tahir, M 2021. A Review on Adsorption of Heavy Metals from Wood-Industrial
Wastewater by Oil Palm Waste. Journal of Ecological Engineering, 22(3), 249–265.
https://doi.org/10.12911/22998993/132854
Suhar, Ekar Marya Mistar.,Ida Hasmita dan Teuku Muhammad Zulfikar. (2022). Efektifitas
Tanaman Kangkugn Air (Ipomoea Aquatic) Sebagai Media Penyerap Merkuri (Hg).
Jurnal Perisai LPPM-Universitas Serambi Mekkah 1(1) ISSN 2964-8904
Surbakti, S., Sebayang, N., & Mundra, I. W. (2020). Desain Teknologi Ipal Sistem Anaerobic
Baffle Reactor Di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Mamuju
Utara Sulawesi Barat. Jurnal Sondir, 4(3).
Sutiani, L., & Bachtiar, Y. (2020). “Analisis Model Budidaya Ikan Air Tawar Berdominansi
Ikan Gurame (Osphronemus Gouramy) di Desa Sukawening , Bogor , Jawa Barat”.
Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. 2(2), 207–214
Syamsunarno, M. B., dan M. T. Sunarno. 2016. "Budidaya ikan air tawar ramah lingkungan
untuk mendukung keberlanjutan penyediaan ikan bagi masyarakat". Seminar Nasional
Perikanan Dan Kelautan 2016. Pembangunan Perikanan Dan Kelautan Dalam
Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional, January 2016, 1–16.
Tamyiz, Muchammad, 2015. Perbandingan Rasio BOD/COD Pada Area Tambak di Hulu dan
Hilir Terhadap Biodegradabilitas Bahan Organik. Journal of Research and Technology.
1(1), 9–15.
Tauhid, A. I., Oktiawan, W., & Samudro, G. 2018. “Penentuan Surface Loading Rate (Vo) dan
Waktu Detensi (td) Air Baku Air Minum Sungai Kreo dalam Perencanaan
Prasedimentasi dan Sedimentasi HR-WTP Jatibarang.” Jurnal Sains &Teknologi
Lingkungan, 10(2), 77–87. https://doi.org/10.20885/jstl.vol10.iss2.art1
Tejo, H., & Pabendon, T. 2022. “Analisis Potensi Pemngembangan Perikanan Budidaya Ikan
Air Tawae di Kabupaten Mimika.” Jurnal KRITIS (Kebijakan, Riset, Dan Inovasi), 6(1),
21-44
Widyantoro, Hendro. Marini Wijayanti, Sefti Heza Dwinanti. 2018. “Modifikasi Media
Spirulina Plantesis Sebagai Usaha Pemanfaatan Air Limbah Budidayaa Ikan Lele”.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 6(2), 153-164.
Widyatama, Fx. Ganesa Satria., Wiharyanto Oktiawan., dan Arya Rezagama. 2016. “Rencana
Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Kabupaten
dan Kota Magelang.” Jurnal Teknik Lingkungan 5 (1) pp 1-16.
Wijaya, I. M. W., & Soedjono, E. S. 2018.”Domestic wastewater in Indonesia: Challenge in
The Future Related to Nitrogen Content.” International Journal of GEOMATE, 15(47),
32–41. https://doi.org/10.21660/2018.47.06582
74
Wijaya, I. M.W., & Soedjono, E. S. 2018.”Physicochemical Characteristic of Municipal
Wastewater in Tropical Area: Case Study of Surabaya City, Indonesia.” IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science, 135(1). https://doi.org/10.1088/1755-
1315/135/1/012018
75
LIST PERTANYAAN TUGAS AKHIR
Devi Alvisha
03211940000044
Dosen Pembimbing
Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE. M.Sc, Ph.D
NIP. 19600308 198903 1 001
76
LAMPIRAN
78
Jawab : paling sedikit 500 kg ketika mendekati masa panen dan kepadatan ikan dibuat
lebih padat bisa mencapai 1 ton pellet pakan ikan.
10. Pada kegiatan usaha Bapak/Ibu, terdapat proses apa saja? dari awal hingga akhir (siap
panen)
Jawab : usaha budidaya yang dilakukan pak andre berfokus pada proses pembesaran,
pak andre membeli benih ikan yang dapat dibeli pada balai benih ikan milik dinas
perikanan kabupaten mojokerto, kemudian di budidayakan hingga mencapai ukuran
siap panen dan selanjutnya akan di jual ke tengkulak ikan untuk dijual ke berbagai
pasar daerah dan tempat makan. Pada proses budidaya pak andre menambahkan kultur
bakteri pencernaan untuk membantu proses pertumbuhan pada ikan air tawar. Proses
pembesaran pada usaha budidaya milik pak andre
1. 1 – 2 bulan pertama dilakukan budidaya zero plankton dengan maksud ikan
dibudidaya tanpa adanya penambahan kultur bakteri pencernaan
2. 3-4 bulan akan ditambahkan kultur bakteri untuk membantu proses penguraian
amoniak akibat sisa makanan dan hasil metabolit ikan.
80
LIST PERTANYAAN TUGAS AKHIR UNTUK PELAKU USAHA
Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk menjawab pertanyaa seputar usaha kegiatan
budidaya ikan air tawar. Wawancara ini dilaksanakan dalam rangka penunjang pelaksanaan
penelitian Tugas Akhir. Jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr akan digunakan sebagai sumber data
untuk mengetahui kondisi exsisting di wilayah studi.
Skala Industri : Industri Negara
Data diambil pada tanggal : Sabtu-Minggu, 8-9 Oktober 2022
82
memperoleh kembali lebih banyak benih ikan. Berikut adalah gambaran kegiatan
budidaya di Balai Benih Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Mojokerto :
a. Persiapan kolam, dimana kolam akan dikeringkan dan dibersihkan semua
lumut atau alga-alga yang menempel pada dinding-dinding kolam
b. Pemijahan, pemisahaan ikan indukan dengan tujuan memberikan bibit yang
bagus dan berkualitas, pada tahapan ini kepadatan kolam harus dikurangi
dengan tujuan mengurangi resiko stress pada ikan indukan. Kepadatan bisa
dikurangi hingga 50% yang normalnya untuk jenis ikan nila bisa diisi 20 ekor
hanya diisi 10 ekor.
c. Penetasan, kegiatan ini biasanya membutuhkan waktu 54 hari, setelah telur
telur menetas menjadi larva indukan akan dipindah ke kolam yang lain dengan
tujuan mengamankan larva-larva yang nantinya akan menjadi benih ikan
d. Pembesaran, merupakan kegiatan pembesaran ikan kecil yang awalnya
berukuran 1-3 cm hingga menjadi ikan berukuran 5-8 cm, pada ukuran ini
biasanya benih ikan dijual kepada masyarakat yang ingin melakukan budidaya
ikan di rumah masing-masing.
e. Screening, pemilihan ikan berdasarkan ukurannya. Ikan yang lebih besar
nantinya akan dibudidayakan dan dijadikan indukan ikan. Siklus kegiatan akan
berputar terus hingga diperoleh benih bibit ikan yang lebih banyak.
BAGIAN III : KUANTITAS AIR LIMBAH
12. Bagaimana terkait siklus penggunaan air kolam pada kegiatan usaha budidaya ikan air
tawar milik Bapak/ibu ?
Jawab : pergantian kolam biasanya dilakukan saat pemisahan ikan indukan dengan
telur dan kegiatan pemisahan ikan berdasarkan ukurannya karena dibutuhkan kolam
lain untuk menempatkan indukan ikan atau calon indukan ikan. Selebihnya air kolam
hanya rutin ditambahkan sedikit-sedikit apabila dirasa kurang akibat adanya
penguapan.
13. Dari manakah sumber air yang digunakan untuk mengisi kolam budidaya ?
Jawab : air yang digunakan berasal dari 2 sumber yaitu dari sungai dan air sumur bor.
Air sungai biasnya digunakan di saat musim hujan sedangkan untuk air bor digunakan
pada saat musim kemarau karena debit air sungai yang menurun pada musim kemarau.
14. Seberapa sering Bapak/ibu mengganti air kolam ? 83
Jawab : Pergantian air kolam hanya dilakukan saat panen dan proses screening atau
pemisahan ikan berdasarkan ukurannya.
15. Berapa debit air yang digunakan dalam 1 bulan ?
Jawab : kurang tahu berapa persis air yang digunakan, namun jika diliaht dari jumlah
kolam yang saat ini digunakan bisa menggunakan air sampai 2000 m3 setiap bulan
16. Bagaimana pengelolaan air limbah dari budidaya ikan air tawar diatau air limbah
bekas penggunaan kolam budidaya ?
Jawab : Air bekas kolam langsung dialirkan ke sungai depan balai benih ikan
17. Apakah didalam kegiatan usaha Bapak/Ibu sudah terdapat IPAL atau mendengar
tentang IPAL?
Jawab : kurang tahu, karena mbah jo hanya bertugas untuk mengelola balai benih ikan
sesuai dengan tujuan awal yaitu menyediakan benih ikan bagi masyarakat sekitar
18. Kendala yang dirasakan selama proses budidaya ?
Jawab : minimnya saran dan prasarana penunjang, banyak alat alat yang sudah tidak
berfungsi seperti jaring, mesin diesel untuk aerasi dan pompa sumur bor.
BAGIAN IV : PREFERENSI TERHADAP UNIT PENGOLAHAN
19. Apakah terdapat sisa lahan yang cukup luas pada kegiatan usaha budidaya milik
Bapak/Ibu?
Jawab : terdapat cukup sisa lahan namun berupa kolam-kolam yang tidak digunakan
20. Apabila direncanakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada kegiatan usaha
budidaya, apa harapan Bapak/Ibu terhadap perencanaan IPAL pada usaha kegiatan
Bapak/Ibu?
Jawab : -
21. Apakah terdapat pekerja yang mengawasi kegiatan usaha secara terus menerus ?
Jawab : tidak ada, seperti saya dan pekerja yang lain dari jam 08.00 15.00
22. Apakah para pekerja pada kegiatan usaha budidaya memilik pengalaman terkait
IPAL?
Jawab : tidak ada
84
LAMPIRAN II : FOTO KEGIATAN PENELITIAN
85
BIODATA PENULIS
86
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
TUGAS AKHIR
A
TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023
JUDUL
Denah Bak Penampung
B B DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
6,5 m
15712,25
DOSEN PENGARAH
Legenda
Batu Bata
Muka air
A MAHASISWA
31424,5
Devi Alvisha
13 m NRP
03211940000044
SKALA No.
1 : 100 1
MEDIA BIOFILTER CROSSFLOW
2m TEKNIK LINGKUNGAN
6509,15
FTSPK-ITS
2022
TUGAS AKHIR
TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023
1m
2789,63
JUDUL
Potongan
20767,28
Bak Penampung
6,5 m
DOSEN PEMBIMBING
POTONGAN A-A Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
DOSEN PENGARAH
MEDIA BIOFILTER CROSSFLOW Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng
Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.
Legenda
Batu Bata
2m
5300,46
Muka air
MAHASISWA
1m
2524,03
6022,97
2m Devi Alvisha
NRP
03211940000044
34579,22
13 m
SKALA No.
POTONGAN B-B
1 : 100 2
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
TUGAS AKHIR
A TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023
JUDUL
Denah Constructed Wetland
B B
2m DOSEN PEMBIMBING
9013,71
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
DOSEN PENGARAH
33596,57
Legenda
8m
Batu Bata
Muka air
MAHASISWA
Devi Alvisha
NRP
03211940000044
SKALA No.
1 : 100 3
TUMBUHAN CANNA INDICA
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
1m
4330,77
TUGAS AKHIR
TANGGAL PENGUMPULAN
LUMPUR ALUM
4 Januari 2023
8661,54
2m JUDUL
MEDIA GRAVEL
Potongan
Constructed Wetland
POTONGAN A-A
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
DOSEN PENGARAH
Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng
Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.
Gravel
Muka air
0,8 m
3149,65
MAHASISWA
Devi Alvisha
NRP
32283,92
03211940000044
LUMPUR ALUM 8m
MEDIA GRAVEL
SKALA No.
POTONGAN B-B
1 : 100 4
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
A 2022
TUGAS AKHIR
TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023
JUDUL
Denah Reservoir
B B
4m DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
15863,31
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
DOSEN PENGARAH
Legenda
Batu Bata
Muka air
A
MAHASISWA
31726,62
Devi Alvisha
NRP
8m 03211940000044
SKALA No.
1 : 100 5
1,5 m
5819,54
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
TUGAS AKHIR
TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023
15276,3
JUDUL
4m
Potongan Reservoir
DOSEN PEMBIMBING
POTONGAN A-A
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
DOSEN PENGARAH
Legenda
Beton
SUBMERSIBLE
MAHASISWA
Devi Alvisha
28486,39
NRP
03211940000044
8m
SKALA No.
POTONGAN B-B
1 : 100 6
CAKE
LUMPUR TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
B MEDIA MEDIA TUGAS AKHIR
PASIR KERIKIL
PIPA TANGGAL PENGUMPULAN
OUTLET
4 Januari 2023
PIPA
JUDUL
INLET Denah Sludge Drying Bed
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
5m Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
A A
11275,43
DOSEN PENGARAH
Legenda
Batu Bata
Muka air
20995,67
10 m MAHASISWA
Devi Alvisha
B
NRP
03211940000044
SKALA No.
1 : 100 7
MEDIA MEDIA
PIPA
PASIR CAKE TEKNIK LINGKUNGAN
INLET KERIKIL
LUMPUR FTSPK-ITS
2022
PIPA TUGAS AKHIR
OUTLET
TANGGAL PENGUMPULAN
3595,37
1m
4 Januari 2023
JUDUL
20995,67
DOSEN PEMBIMBING
POTONGAN A - A
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
DOSEN PENGARAH
2979,65
MAHASISWA
Devi Alvisha
NRP
03211940000044
5m
SKALA No.
POTONGAN B - B
1 : 100 8
Keterangan
1. Rumah orang tua Pak Andre 6. Kolam Nila
2. Rumah Pak Andre 7. Bak Penampung TEKNIK LINGKUNGAN
3. Gudang penyimpanan pakan 8. Constructed Wetland FTSPK-ITS
4. Kolam lele kecil 9.Resevoir
2022
5. Kolam lele siap panen 10 Sludge Drying Bed
TUGAS AKHIR
10 8 TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023
7
9 JUDUL
Layout IPAL
6 DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
DOSEN PENGARAH
5
Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng
3 4 Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.
Legenda
Beton
Muka air
1 2
MAHASISWA
Devi Alvisha
NRP
03211940000044
SKALA No.
1 : 100 9
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
TUGAS AKHIR
TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023
JUDUL
Profil Hidrolis 1
+8 +8 +8
+7,5 +7,5 DOSEN PEMBIMBING
CW
+7 +7 +7
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Kolam Lele Kolam Nila +6 Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
+5,5 Reservoir
Bak Penampung DOSEN PENGARAH
+4,5
Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng
Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.
Legenda
Batu Bata
Muka air
MAHASISWA
Devi Alvisha
NRP
03211940000044
SKALA No.
1 : 100 10
+8
+7,5
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
+7
2022
TUGAS AKHIR
TANGGAL PENGUMPULAN
Sludge Drying Bed 4 Januari 2023
+5,5
JUDUL
DOSEN PENGARAH
+8 Legenda
Beton
+7,5
Muka air
+7
MAHASISWA
Kolam Ikan Devi Alvisha
+6 NRP
03211940000044
1 : 100 11