Anda di halaman 1dari 123

TUGAS AKHIR – CL 224801

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DARI BUDIDAYA IKAN AIR


TAWAR DI KABUPATEN MOJOKERTO

Devi Alvisha
03211940000044

Dosen Pembimbing
Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
NIP. 19600308 198903 1 001

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2023
2
TUGAS AKHIR – CL 224801

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DARI BUDIDAYA IKAN AIR


TAWAR DI KABUPATEN MOJOKERTO

Devi Alvisha
03211940000044

Dosen Pembimbing
Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
NIP. 19600308 198903 1 001

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2023
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

4
TUGAS AKHIR – CL 224801

WASTEWATER MANAGEMENT FROM FRESHWATER


FISH CULTIVATION IN MOJOKERTO REGENCY

Devi Alvisha
03211940000044

Supervisor
Ir. Eddy Setiadi Soedjono Dipl.SE. M.Sc, Ph.D
NIP. 19600308 198903 1 001

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2023
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

6
LEMBAR PENGESAHAN

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DARI BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR


DI KABUPATEN MOJOKERTO

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada

Bidang Studi S-1 Departemen Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan dan Kebumian

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh: Devi Alvisha


NRP. 03211940000044

Disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir :

1. Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE., M.Sc., Ph.D. Dosen Pembimbing

2. Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng. Dosen Pengarah

3. Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D. Dosen Pengarah

SURABAYA
30 Januari 2023

i
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa / NRP : Devi Alvisha / 03211940000044


Departemen : Teknik Lingkungan FTSPK -ITS
Dosen Pembimbing / NIP : Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE., M.Sc., Ph.D /
19600308 198903 1 001
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “PENGELOLAAN AIR LIMBAH
DARI BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR DI KABUPATEN MOJOKERTO” adalah hasil
karya sendiri, bersifat orisinal, dan ditulis dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah

Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Surabaya, 30 Januari 2023


Mengetahui
Dosen Pembimbing Mahasiswa,

Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE., M.Sc., Ph.D Devi Alvisha


19600308 198903 1 001 03211940000044

iii
iv
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DARI BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR
DI KABUPATEN MOJOKERTO

Nama Mahasiswa / NRP : Devi Alvisha / 03211940000044


Departemen : Teknik Lingkungan FTSPK - ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE., M.Sc., Ph.D.

Abstrak
Semakin tingginya permintaan pasar terhadap ikan air tawar menjadi salah satu
penyebab makin maraknya usaha budidaya ikan air tawar. Budidaya ikan dapat diartikan
sebagai proses pemeliharaan ikan dari ukuran kecil hingga ukuran layak konsumsi. Kegiatan
budidaya ikan air tawar menghasilkan beberapa limbah, salah satu limbah yang tidak
terhindarkan adalah air limbah budidaya. Air limbah budidaya ikan air tawar mengandung dua
bahan pencemar utama yaitu senyawa organik dan amoniak. Pemasukan kedua bahan pencemar
ini secara berkelanjutan dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Kadar amonia
yang tinggi dapat memicu terjadinya eutrofikasi, serta tingginya senyawa organik dapat
menimbulkan penurunan kualitas badan air.
Pada penelitian ini akan diperlukan data primer yang diperoleh dari kegiatan wawancara
dan uji laboratorium. Kedua kegiatan tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi kuantitas dan
kualitas air limbah budidaya ikan air tawar. Uji laboratorium dilakukan untuk menganlisis
empat parameter kunci pada air limbah budidaya ikan air tawar yaitu BOD,COD,TSS dan NH3.
Sampel air yang diujikan berasal dari kolam budidaya ikan air tawar yang berada pada wilayah
studi yaitu Kabupaten Mojokerto. Hasil uji laboratorium menunjukkan kualitas air limbah yang
berbeda akibat perbedaan frekuensi pemberian pakan yang berbeda, jenis ikan, kerapatan kolam
serta sumber air yang digunakan. Wawancara dilakukan secara terstuktur dan mendalam guna
memperoleh informasi terkait pola penggunaan air serta potensi air limbah yang dihasilkan dari
kegiatan budidaya ikan air tawar.
Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik air limbah dengan beberapa parameter
yang masih melebihi baku mutu seperti TSS, BOD serta ammonia. Oleh karena itu dilakukan
analisis penentuan rekomendasi teknologi pengolahan dan pengelolaan air limbah dari
budidaya ikan air tawar diberdasarkan klasifikasinya. Adapun teknologi pengolahan yang
terpilih untuk industri budidaya rakyat adalah bak penampung dan Constructed Wetland
menggunakan tumbuhan bunga kana. Sedangkan rekomendasi teknologi pengolahan untuk
industri budidaya negara adalah Constructed Wetland menggunakan tumbuhan kangkung air.
Hal ini didasarkan pada karakterisitk air limbah, kondisi di lapangan serta ketersediaan lahan
dan sumber daya manusia yang terlibat pada industri budidaya tersebut. Kedua teknologi yang
direkomendasikan merupakan unit pengolahan yang mudah untuk dioperasikan oleh
masyarakat karena tidak memerlukan keahlian khusus. Selain itu kedua teknologi pengolahan
ini memiliki tingkat efisiensi yang cukup tinggi.

Kata Kunci : Air Limbah, Amonia Budidaya Ikan, Teknologi, Pengolahan, Senyawa
Organik.

v
vi
WASTEWATER MANAGEMENT FROM FRESHWATER FISH CULTIVATION IN
MOJOKERTO REGENCY

Student Name / NRP : Devi Alvisha / 03211940000044


Departement : Teknik Lingkungan FTSPK - ITS
Supervisor : Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE. M.Sc, Ph.D

Abstrak
The increasing market demand for freshwater fish is one of the reasons for the rise of
freshwater fish farming. Fish farming can be interpreted as the process of rearing fish from
small sizes to sizes suitable for consumption. Freshwater fish farming activities produce several
wastes, one of the unavoidable wastes is aquaculture wastewater. Freshwater fish farming
wastewater contains two main pollutant substances, namely organic compounds, and ammonia.
The inclusion of these two pollutant materials in a sustainable manner can have a negative
impact on the environment. High levels of ammonia can lead to eutrophication, and high levels
of organic compounds can cause a decrease in the quality of water bodies.
In this study, primary data will be needed obtained from interviews and laboratory tests.
These two activities were carried out to identify the quantity and quality of freshwater fish
farming wastewater. Laboratory tests were carried out to analyze four key parameters in
freshwater fish farming wastewater, namely BOD, COD, TSS, and NH3. The water samples
tested came from freshwater fish farming ponds in the study area, namely Mojokerto Regency.
The results of laboratory tests showed that the quality of the wastewater was different due to
the different feeding frequencies, fish species, pond density, and water sources used. Interviews
were conducted in a structured and in-depth manner to obtain information related to water use
patterns and the potential for wastewater generated from freshwater fish farming activities.
From the research results, it was found that the characteristics of wastewater with
several parameters that still exceed quality standards such as TSS, BOD and ammonia.
Therefore, an analysis is carried out to determine recommendations for treatment technology
and management of freshwater fish farming based on its classification. The processing
technology chosen for the people's cultivation industry is a reservoir and Constructed Wetlands
using kana flowers. Meanwhile, the recommendation for processing technology for the state
aquaculture industry is Constructed Wetlands using kangkung plants. This is based on the
characteristics of wastewater, conditions in the field and the availability of land and human
resources involved in the aquaculture industry. The two recommended technologies are
processing units that are easy for the community to operate because they do not require special
expertise. In addition, these two processing technologies have a high level of efficiency.

Keywords: Ammonia, Fish Cultivation, Organic Compounds, Processing, Technology,


Wastewater,

vii
viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang memberikan berkah,
rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“PENGELOLAAN AIR LIMBAH DARI BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR DI
KABUPATEN MOJOKERTO” ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan masukan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing
yang senantiasa dengan sabar memberikan ilmu, bimbingan serta arahan yang
menunjang dalam penyusunan tugas akhir ini.
2. Bapak Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng, serta Ibu Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.
selaku dosen pengarah yang senantiasa memberikan saran dan masukan dalam
menunjang penyusunan tugas akhir.
3. Para pelaku usaha budidaya ikan air tawar serta laboran Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Mojokerto yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
4. Papa Totok Hendarto, yang selalu memberikan dukungan selama perkuliahan termasuk
motivasi dan biaya untuk menunjang penelitian ini.
5. Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan berupa doa dan motivasi agar penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
6. Teman-teman Mahasiswa Teknik Lingkungan angkatan 2019 yang selalu membantu
menemani dan memberikan dukungan pada penyusunan laporan tugas akhir.
Penyusunan tugas ini telah dilakukan semaksimal mungkin, namun layaknya manusia
biasa, penyusun menyadari bahwa dalam tugas ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata,
semoga penyusunan tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 30 Januari 2023

Penulis

ix
x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... i


PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 2
1.4 Ruang Lingkup ................................................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3
2.1 Budidaya Ikan Air Tawar.................................................................................................. 3
2.1.1 Gambaran Umum ....................................................................................................... 3
2.1.2 Jenis Budidaya Ikan Air Tawar .................................................................................. 3
2.1.3 Sarana Produksi Budidaya Ikan Air Tawar ................................................................ 4
2.1.4 Potensi Dampak Budidaya Ikan Air Tawar................................................................ 5
2.2 Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar .......................................................... 6
2.2.1 Karakteristik Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar ................................................. 6
2.2.2 Baku Mutu Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar .................................................... 6
2.2.3 Biodegradability ......................................................................................................... 7
2.2.4 Alternatif Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar ................................... 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 11
3.1 Umum ............................................................................................................................. 11
3.2 Kerangka Penelitian ........................................................................................................ 11
3.3 Rangkaian Kegiatan Studi .............................................................................................. 12
3.3.1 Ide Studi ................................................................................................................... 13
3.3.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 13
3.3.3 Tujuan....................................................................................................................... 13
3.3.4 Metodologi ............................................................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 17
xi
4.1 Profil Industri Budidaya Ikan Air Tawar .........................................................................17
4.1.1 Industri Rakyat Budidaya Ikan Air Tawar ................................................................18
4.1.2 Industri Negara Budidaya Ikan Air Tawar................................................................21
4.2 Karakteristik Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar.......................................................24
4.3 Teknologi Pengolahan Air Limbah di Berbagai Industri Budidaya Ikan Air Tawar.......25
4.3.1 Unit-unit Teknologi Pengolahan Air limbah Budidaya Ikan Air Tawar ..................25
4.3.2 Efisiensi Unit Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar ...........................35
4.4 Penentuan Rekomendasi Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar.................37
4.5 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Studi Kasus) ........................................42
4.5.1 Siklus Penggunaan Air dan Debit Air Limbah .........................................................42
4.5.2 Diagram Alir dan Preliminary Sizing .......................................................................44
4.5.3 Lokasi dan Denah IPAL ...........................................................................................57
4.5.4 BOQ dan RAB ..........................................................................................................58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................68
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................69
5.2 Saran ................................................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................70
LAMPIRAN .............................................................................................................................77

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Jenis – Jenis Ikan Budidaya Ikan Air tawar .............................................................. 4


Tabel 2. 2 Jenis - jenis Pakan Budidaya Ikan Air Tawar ........................................................... 4
Tabel 2. 3 Perbandingan Nilai Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Tawar .................................. 5
Tabel 2. 4 Baku Mutu Kelas III Untuk Pembudidayaan Ikan Air Tawar ................................... 5
Tabel 2. 5 Karakteristik Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar ................................................ 6
Tabel 2. 6 Baku Mutu Efluen Air Budidaya Tambak Udang ..................................................... 7
Tabel 2. 7 Nilai Biodegradable Index ......................................................................................... 7
Tabel 3. 1 Metode pengambilan dan Uji Karakteristik Air Limbah......................................... 14
Tabel 4. 1 Persebaran Industri Budidaya Ikan Air Tawar di Mojokerto .................................. 17
Tabel 4. 2 Penamaan Sampel Air yang Dianalisis .................................................................... 24
Tabel 4. 3 Hasil Uji Laboratorium............................................................................................ 25
Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Biodegradibilty Index ................................................................ 25
Tabel 4. 5 Kriteria Design Bak Ekualisasi ............................................................................... 26
Tabel 4. 6 Kriteria Design Bak Sedimentasi ............................................................................ 27
Tabel 4. 7 Kriteria Design Kolam Anaerobik........................................................................... 28
Tabel 4. 8 Kriteria Design Unit Pengolahan Constructed Wetland .......................................... 34
Tabel 4. 9 Kelebihan dan Kekurangan Constructed Wetland .................................................. 34
Tabel 4. 10 Efisiensi Removal Unit Bak Penampung .............................................................. 36
Tabel 4. 11 Efisiensi Removal Unit Contructed Wetland ........................................................ 36
Tabel 4. 12 Hasil Perhitungan Konsentrasi Campuran Air Limbah Industri Rakyat ............... 37
Tabel 4. 13 Hasil Perhitungan Konsentrasi Campuran Air Limbah Industri Negara ............... 37
Tabel 4. 14 Baku Mutu Untuk Air Limbah yang Dilepaskan Ke Badan Air ........................... 38
Tabel 4. 15 Baku Mutu Untuk Air Limbah yang Digunakan Kembali .................................... 38
Tabel 4. 16 Hasil Analisis Pemilihan Alternatif Teknologi Pengolahan Industri Rakyat ........ 39
Tabel 4. 17 Hasil Analisis Pemilihan Alternatif Teknologi Pengolahan Industri Negara ........ 40
Tabel 4. 18 Kualitas Efluen Air Limbah Industri Rakyat ........................................................ 41
Tabel 4. 19 Kualitas Efluen Air Limbah Industri Negara ........................................................ 41
Tabel 4. 20 Siklus Air Limbah Budidaya Ikan Nila Pada Kondisi Eksisting ........................... 43
Tabel 4. 21 Siklus Air Limbah Budidaya Ikan Nila Yang Direncanakan ................................ 44
Tabel 4. 22 Volume Pekerjaan Unit Bak Penampung .............................................................. 58
Tabel 4. 23 Volume Pekerjaan Unit Constructed Wetland ...................................................... 59
Tabel 4. 24 Volume Pekerjaan Unit Reservoir ......................................................................... 59
Tabel 4. 25 Volume Pekerjaan Unit Sludge Drying Bed ......................................................... 60
Tabel 4. 26 Total Volume Pekerjaan Unit Pengolahan ............................................................ 60
Tabel 4. 27 Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm ... 60
Tabel 4. 28 Koefisien Kebutuhan Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1 Bata 61
Tabel 4. 29 Koefisien Kebutuhan Pekerja Galian Biasa + Pembuangan Tanah Sisa ............... 61
Tabel 4. 30 Bill of Quantity (BOQ) Bak Penampung .............................................................. 62
Tabel 4. 31 Bill of Quantity (BOQ) Constructed Wetland ....................................................... 63
Tabel 4. 32 Bill of Quantity (BOQ) Reservoir ......................................................................... 64
Tabel 4. 33 Bill of Quantity (BOQ) Sludge Drying Bed .......................................................... 64
Tabel 4. 34 Bill of Quantity (BOQ) Kebutuhan Peratan Penunjang IPAL .............................. 65
Tabel 4. 35 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Bak Penampung ............................................... 65

xiii
Tabel 4. 36 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Constructed Wetland ....................................... 66
Tabel 4. 37 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Reservoir ......................................................... 67
Tabel 4. 38 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Sludge Drying Bed .......................................... 67
Tabel 4. 39 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Peralatan Penunjang IPAL .............................. 68
Tabel 4. 40 Total Rencana Anggaran Biaya Unit Pengolahan ................................................ 68

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Metodologi Penelitian.......................................................................................... 11


Gambar 3. 2 Lanjutan Gambar 3.1 ........................................................................................... 12
Gambar 3. 3 Peta Kabupaten Mojokerto sebagai Wilayah Studi ............................................. 15
Gambar 4. 1 Peta Lokasi Industri Rakyat Budidaya Ikan Air Tawar ....................................... 18
Gambar 4. 2 Kolam Beton Berbentuk Persegi .......................................................................... 19
Gambar 4. 3 Kolam Terpal Berbentuk Persegi ......................................................................... 19
Gambar 4. 4 Kolam Terpal Berbentuk Lingkaran .................................................................... 19
Gambar 4. 5 Pakan yang Digunakan Dalam Budidaya Ikan Pak Andre .................................. 20
Gambar 4. 6 Peta Lokasi Industri Negara Budidaya Ikan Air Tawar ....................................... 21
Gambar 4. 7 Kolam Beton Kecil .............................................................................................. 22
Gambar 4. 8 Kolam Beton Besar .............................................................................................. 22
Gambar 4. 9 Pakan yang Digunakan pada Balai Benih Ikan .................................................... 23
Gambar 4. 10 Kondisi Sisa Lahan di Balai Benih Ikan ............................................................ 23
Gambar 4. 11 Lokasi Titik Sampling Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar.......................... 24
Gambar 4. 12 Perbedaan Kedua Jenis Constructed Wetland.................................................... 29
Gambar 4. 13 Tanaman Typha Angustifolia atau Cattail ......................................................... 31
Gambar 4. 14 Tanaman Phragmites Australis atau Reed ......................................................... 32
Gambar 4. 15 Tanaman Canna Indica atau Bunga Kana ......................................................... 33
Gambar 4. 16 Tanaman Ipomoea Aquatica atau kangkung...................................................... 34
Gambar 4. 17 Siklus Penggunaan Air Untuk Budidaya Ikan Lele ........................................... 42
Gambar 4. 18 Siklus Penggunaan Air Untuk Budidaya Ikan Nila ........................................... 43
Gambar 4. 19 Diagram Alir Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar .................... 44
Gambar 4. 20 Pompa Submersible ........................................................................................... 47
Gambar 4. 21 Dimensi Ruang Lumpur .................................................................................... 48
Gambar 4. 22 Media Biofilter Crossflow ................................................................................. 49
Gambar 4. 23 Ilustrasi Bak Penampung ................................................................................... 50
Gambar 4. 24 Ilustrasi Constructed Wetland............................................................................ 52
Gambar 4. 25 Pompa Submersible yang digunakan pada unit Reservoir ................................ 54
Gambar 4. 26 Ilustrasi Reservoir .............................................................................................. 54
Gambar 4. 27 Ilustrasi Sludge Drying Bed .............................................................................. 56
Gambar 4. 28 Lokasi dan Denah IPAL Budidaya Ikan Air Tawar Industri Rakyat ................ 57

xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sungai memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kualitas air
sungai dengan kegiatan manusia memiliki saling keterkaitan yang tidak bisa dilepaskan.
Aktivitas manusia mempengaruhi pemanfaatan sungai seperti sebagai sumber air, bisa juga
sebagai tempat mandi dan mencuci. Dengan aktivitas manusia yang terus meningkat, maka
beban pencemar yang masuk ke badan air akan semakin besar apabila pembuangan limbah
terjadi tanpa kendali. Kebiasaan membuang air limbah ke badan air ternyata sudah menjadi
kebiasaan yang melekat di masyarakat (Saputri dan Arsi, 2019). Saat ini banyak unit-unit
usaha yang melibatkan sungai dalam prosesnya, seperti usaha yang bergerak dibidang
ketahanan pangan, yaitu budidaya ikan air tawar seperti gurami, lele atau bahkan ikan nila.
Kegiatan budidaya ikan air tawar dianggap memiliki potensi yang besar karena banyaknya
permintaan pasar terhadap berbagai jenis ikan air tawar (Sutiani dan Bachtiar, 2020).
Skala Budidaya ikan air tawar di Indonesia didominasi oleh skala rumah tangga hingga
sedang, sehingga masih sering mengalami kekurangan sarana dan prasarana penunjang unit
usaha. Sedangkan dari kegiatan budidaya, akan menghasilkan produk samping atau limbah
cair berupa air kolam. Air limbah yang dihasilkan biasanya keruh dan berwarna coklat
kehijauan. Secara garis besar limbah cair yang dihasilkan banyak mengandung senyawa
nitrogen dalam bentuk ammonia (NH3) serta zat organik (Widyantoro et al., 2018). Kedua
senyawa ini dianggap sebagai polutan yang terdapat pada air limbah budidaya ikan air
tawar. Senyawa ammonia dan senyawa organik berasal dari akibat proses pemberian pakan
yang berlebih serta hasil metabolit dari ikan tersebut. Kedua senyawa ini berpotensi untuk
menurunkan kualitas air serta dapat menimbulakan bau busuk yang menyengat (Tamyiz,
2015).
Pada umumnya masyarakat yang memiliki usaha budidaya ikan air tawar akan
langsung mengalirkan limbah cair yang dihasilkan menuju badan air atau sungai.
Pelimpahan limbah cair dilakukan begitu saja tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Hal
ini tentu saja berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan, apabila pelimpahan air limbah
terus dilakukan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi pencemaran air terutama air
sungai (Widyantoro et al., 2018). Selain itu, jumlah unsur hara nitrogen yang cukup banyak
pada air limbah dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Salah satu ciri terjadinya
eutrofikasi adalah tingginya pertumbuhan alga dan cyanobacteria.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian terhadap cara
pengolahan limbah cair dari kegiatan budidaya ikan air tawar. Dengan harapan pengolahan
yang akan dilakukan dapat menurunkan angka pencemaran air serta mencegah timbulnya
permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat akibat limbah cair budidaya ikan air
tawar. Teknologi pengolahan yang direncanakan juga harus mempertimbangkan kinerja,
biaya, operasional dan perawatan dari masing-masing pengolahan, sehingga dapat menjadi
pilihan teknologi yang implementatif di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik air limbah yang dihasilkan berdasarkan klasifikasi skala
budidaya ikan air tawar?
2. Bagaimana penentuan dan penerapan teknolgi pengolahan yang efektif dan sesuai
dengan karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar menurut klasifikasinya?

1
3. Bagaimana penentuan dan penerapan teknologi pengolahan yang efektif pada studi
kasus?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji karakteristik air limbah yang dihasilkan berdasarkan klasifikasi skala
budidaya ikan air tawar
2. Menentukan rekomendasi teknologi pengolahan air limbah yang efektif untuk
diterapkan oleh masyarakat
3. Menentukan dan merencanakan teknologi pengolahan dan pengelolaan air limbah pada
studi kasus.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkung memiliki tujuan untuk membatasi masalah yang akan dibahas pada
penelitian ini. Ruang lingkup penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wilayah penelitian adalah kolam budidaya ikan yang berada di wilayah Kabupaten
Mojokerto.
2. Air limbah yang dimaksud adalah air buangan kolam yang dihasilkan selama proses
pembudidayaan ikan air tawar.
3. Jenis data yang digunakan yakni data primer dan data sekunder, data sekunder berasal
dari buku, jurnal, Tugas Akhir, Thesis serta publikasi lainnya. Sedangkan data primer
diperoleh dari wawancara dan uji laboratorium.
4. Data primer digunakan untuk mengidentifikasi proses selama kegiatan budidaya dan
karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar.
5. Klasifikasi skala industri dibedakan berdasarkan subjek pengelola dan dikelompokkan
menjadi dua yaitu Industri rakyat dan Industri negara
6. Analisis karakteristik air limbah budidaya hanya menggunakan 4 parameter kunci:
BOD,COD,TSS, dan NH3.
7. Baku mutu efluen mengacu pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
KEP. 28/MEN/2004 Tentang Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak.
8. Penentuan teknologi air limbah budidaya ikan air tawar berdasarkan karakteristik air
limbah, klasifikasi skala industri, kemudahan operasional, dan biaya investasi.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi terkait karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar.
2. Memberikan informasi rekomendasi teknologi pengolahan yang implementatif untuk
mengolah air limbah budidaya ikan air tawar.
3. Memberikan solusi alternatif untuk pengelolaan air limbah pada studi kasus.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Ikan Air Tawar
2.1.1 Gambaran Umum
Budidaya ikan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk memproduksi
organisme akuatik di lingkungan yang sudah dikontrol dengan maksud mendapatkan
keuntungan. Kegiatan budidaya sering juga disebut sebagai akuakultur, karena sangat berkaitan
erat dengan sumber daya air. Dalam kegiatan buidaya ikan terdapat beberapa kegiatan
diantaranaya pemeliharaan untuk reproduksi, menumbuhkan, dan meningkatkan mutu biota
akuatik hingga akhirnya ikan siap untuk dipanen (Tejo dan Pabendon, 2022).
Dalam arti sederhana, budidaya dapat dipahami sebagai usaha pemeliharaan ikan,
sedangkan apabila diartikan secara luas, budidaya ikan dapat diartikan sebagai hubungan timbal
balik antara biota perairan, habitat biota atau lingkungan, serta manusia sebagai pengguna
sumber daya tersebut (Putri, 2017). Adapun pengertian yang dijelaskan di dalam UU RI no. 31
tahun 2004 yang berisi akan penjelasan perikanan menyatakan: Perikanan adalah sebuah upaya
untuk membesarkan, membiakkan dan memlihara ikan serta melakukan pengambilan hasil
(panen) di sebuah lingkungan yang baik ini juga termasuk didalamnya sebuah kegiatan memuat,
menyimpan, mengolah, menangani, mendinginkan maupun pengawetan.
Menurut Singkawijaya dan Fadjarajani (2019), terdapat beberapa tahapan yang
dilakukan pada proses budidaya ikan air tawar sebagai berikut:
a. Persiapan kolam, pada tahap ini biasanya dilakukan pengecekan terhadap kolam
yang akan digunakan untuk kegiatan budidaya. Pengeringan kolam setelah panen,
pembersihan daerah sekitar kolam hingga pemberian kapur untuk sterilisasi dan
penyeimbangan ph.
b. Pemijahan, kegiatan pemijahan ini dilakukan dengan memilihin indukan dengan
kualitas baik dengan tujuan dapat menghasilkan benih ikan yang baik dan sehat.
c. Penetasan, kegiatan merawat telur ikan hingga menjadi larva, biasanya diberikan
media sebagai tempat menempelnya telur-telur ikan yang sudah dibuahi. Media
yang sering digunakan adalah ijuk (Sutiani dan Bachtiar, 2020).
d. Pendederan, merupakan kegiatan pembesaran ikan kecil yang awalnya berukuran
1-3 cm hingga menjadi ikan berukuran 5-8 cm.
e. Pembesaran, kegiatan utama yang dilakukan pada kegiatan budidaya, yakni
pemeliharaan ikan hingga mencapai ukuran siap konsums atau memiliki massa 300-
500 gram. Proses pembesaran merupakan tahapan yang paling lama, dibutuhkan
idealnya adalah 3-5 bulan agar ikan siap dipanen. Dalam jangka waktu tersebut,
ikan sudah mengalami pertumbuhan yang optimal. Pada bulan ke-5 dan ke-6 ikan
hanya menggunakan energi yang diperoleh untuk bergerak, tidak untuk bertambah
besar (Jahan dan Janiam, 2020).
f. Pemanenan, kegiatan ini dapat dilakukan secara total ataupun selektif. Apabila
dalam satu kolam seluruh ikan dianggap memiliki laju pertumbuhan yang seragam
makan ikan akan dipanen seluruhnya. Namun apabila terdapat perbedaan laju
pertumbuhan maka kegiata pemanenan akan dilakukan secara selektif atau hanya
sebagaian.
2.1.2 Jenis Budidaya Ikan Air Tawar
Menurut Kementerian dan Kelautan Republik Indonesia (2017:3-5) terdapat 45 jenis budidaya
ikan air tawar yang ada di Indonesia. Adapun jenis-jenis budidaya air tawar yang terdapat di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1.

3
Tabel 2. 1 Jenis – Jenis Ikan Budidaya Ikan Air tawar
No Jenis No Jenis No Jenis
1 Baung Putih 16 Kancera 31 Nila
2 Bawal 17 Kehung 32 Nilem
3 Belida 18 Kelabau Padi 33 Patin
4 Belut 19 Kerandang Ketub 34 Payangka
5 Betok 20 Kodok 35 Sadarin
6 Betutu 21 Kowan 36 Sepat Rawa
7 Buaya 22 Kura-kura 37 Sepat Siam
8 Bulu-bulu 23 Labi-labi 38 Seren
9 Gabus 24 Lais Tabirin 39 Sidat
10 Gurami 25 Lais Timah 40 Singarinfan
11 Hampal 26 Lampan 41 Tambakan
12 Ikan Mas 27 Lele 42 Tawes
13 Ikan Mola 28 Lindi 43 Tempeh
14 Ikan Toman 29 Moa Kembang 44 Udang
15 Jelawat 30 Mujair 45 Galah

Dari sekian banyak jenis budidaya air tawar yang ada, terdapat 5 jenis ikan yang paling digemari
karena permintaan pasar yang cukup tinggi yakni ikan Lele, Gurame, Nila, Mujair dan Patin
karena kemudahan perawatan selama proses budidaya (Pungkasanti, 2019). Menurut
Syamsunarno dan Sunarno (2016) Wadah budidaya ikan air tawar terbagi menjadi 2 jenis
• Memanfaatkan daratan sebagai lahan produktif dengan sumber air berasal dari irigasi
anak sungai atau air tanah contohnya : kolam tanah, kolam semen, dan kolam terpal
• Memanfaatkan perairan umum sebagai lahar produktif dengan sumber air berasal
dari badan air tersebut contohnya : keramba ikan atau jaring apung yang ada di danau
atau waduk
2.1.3 Sarana Produksi Budidaya Ikan Air Tawar
Guna menunjang proses budidaya ikan air tawar diperlukan beberapa sarana produksi sebagai
berikut
• Benih ikan, dimana hal ini akan menjadi penentu proses budidaya. Selain kualitas benih
ikan yang digunakan, kuantitas benih ikan yang ditebar setiap luasan kolam dapat
mempengaruhi potensi kematian ikan. Menurut (Wahyudi et al., 2016) semakin banyak
jumlah ikan yang ditebar dalam satuan luas, maka semakin tinggi pula potensi kematian
ikan, begitu sebaliknya. Hal ini karenakan laju pertumbuhan ikan yang terhambat akibat
terlalu padatnya populasi kolam. Jumlah benih ikan yang dianjurkan setiap 1 m3 adalah
berkisar 70-100 ekor ikan.
• Pakan, Adapun jenis pakan yang digunakan dalam proses budidaya ikan air tawar dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2. 2 Jenis - jenis Pakan Budidaya Ikan Air Tawar
No. Jenis Pakan Kegunaan
Diberikan pada ikan yang masih berukuran kecil
1 Kutu Air
(Burayak)
Daun dan Diberikan pada ikan dewasa untuk jenis ikan mas,
2
Pakan Alami ikan gurame dan ikan lele

4
No. Jenis Pakan Kegunaan
Terdapat dua jenis pelet yang biasa digunakan
yakni min-2 dengan ukuran 2mm dan min-3
3 Pelet dengan ukuran 3 mm. Pelet min-2 biasa diberikan
kepada ikan yang berukuran 5-7 cm, setelah
menjadi lebih besar akan diberikan pelet min-3

Jumlah pakan yang dibutuhkan dalam setiap 1 m3 luasan kolam, membutuhkan massa
pakan yang berbeda-beda, bergantung pada jenis ikan. Pakan yang dibutuhkan untuk jenis
ikan nila sebesar 24,59 kg/m3 sedangkan untuk ikan jenis patin membutuhkan massa
pakan sebesar 89,34 kg/m3.
• Air, media yang digunakan dalam budidaya ikan air tawar menjadi salah satu penunjang
keberhasilan budidaya. Kualitas air dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia, dan biologi. Salah
satu parameter yang menjadi syarat budidaya ikan air tawar adalah tingkat salinitas.
Salinitas dapat diartikan sebagai jumlah kadar garam yang ada pada setiap satu liter air.
Salinitas air tawar berkisar pada nilai <0,5 % sedangkan salinitas air asin berkisar pada
35%. Menurut Pungkasanti et al., (2019) terdapat pula parameter-parameter lainnya yang
menunjang kualitas air untuk kegiatan budidaya ikan air tawar yang dapat dilihat pada
Tabel 2.3.

Tabel 2. 3 Perbandingan Nilai Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Tawar


No Parameter Kondisi Perairan Ideal
1 Suhu 23°C - 28°C
2 Kecerahan Air 2 meter
3 Oksigen Terlarut > 5 mg/L
4 pH air 6,8 - 8,5

Selain itu untuk syarat kualitas kualitas air yang digunakan dapat mengacu pada baku
mutu badan air kelas III yang tercantum pada peraturan pemerintah No. 22 tahun 2021.
Adapun parameter yang disyaratkan dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2. 4 Baku Mutu Kelas III Untuk Pembudidayaan Ikan Air Tawar
No Parameter Unit Baku Mutu
1 Derajat Keasaman (pH) - 6 sampai 9
2 Temperatur °C Dev 3
3 Total Suspended Solid (TSS) mg/l 100
4 Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) mg/l 6
5 Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD) mg/l 80
6 Amonia (NH3-N) mg/l 1,9

2.1.4 Potensi Dampak Budidaya Ikan Air Tawar


Secara garis besar kendala utama dalam proses budidaya ikan air tawar adalah
keterbatasan sumber daya manusia dan keterbatasan modal sehingga budidaya ikan air tawar
yang ada dimasyarakat biasanya hanya berskala rumah tangga ataupun kecil. Keterbatasan
modal menjadi alasan banyak pembudidaya kewalahan dalam pemenuhan keinginan pasar.
Keterbatasan sumber daya manusia dan keterbatasan modal menjadi alasan pengelolaan

5
budidaya ikan air tawar masih dilakukan secara tradisional. Banyak dijumpai para pembudidaya
langsung melimpahkan air limbah ke badan air tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu (Jahan
dan Jamian, 2020). Pelimpahan air limbah yang dihasilkan dari proses budidaya dapat
menyebabkan akumulasi bahan pencemar berupa ammonia dan senyawa organik yang cukup
tinggi. Hal ini dapat memicu terjadinya peristiwa eutrofikasi serta kematian biota perairan yang
berujung pada penurunan kualitas badan air (Syamsunarno dan Sunarno, 2016).
Eutrofikasi merupakan suatu bentuk pencemaran air dimana tumbuhan air tumbuh
dalam jumlah yang sangat banyak. Hal ini dapat terjadi akibat limbahan nutrient pada perairan.
Eutrofikasi juga berpotensi meningkatkan jumlah ammonia pada perairan (Alfionita et al.,
2019). Dengan adanya eutrofikasi dapat merubah sifat fisik air, terutama warna air yang lama-
kelamaan akan berubah menjadi warna kehijau-hijauan. Perubahan warna disebabkan
peningkatan fitoplankton pada air akibat melimphnya nutrient dalam badan air (Garno, 2012).

2.2 Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar


Air limbah budidaya berasal dari air kolam yang sudah tidak digunakan. Seperti yang
tertera dalam PP nomor 22 tahun 2022, Air Limbah adalah air yang berasal dari suatu proses
dalam suatu kegiatan. Dengan tujuan menjaga kelestarian lingkungan perlu dilakukan
pengolahan air limbah agar tidak mencemari badan air yang berfungsi sebagai badan penerima.

2.2.1 Karakteristik Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar


Karakteristik air limbah budidaya menjadi penting karena dapat mempengaruhi kualitas
air bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Karakteristik air limbah dibedakan menjadi
dua yaitu sifat fisik dan sifat kimia. Adapun parameter-parameter yang termasuk kedalam sifat
fisik adalah warna, suhu, total dissolved solid (TDS) dan total suspended solid (TSS).
Sedangkan untuk sifat kimia terdapat beberapa parameter seperti pH, BOD, COD dan Amonia
(NH3). Menurut (Soedjono et al., 2011) dan (Purwanta, 2010), Pada Tabel 2.5 terdapat contoh
karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar meliputi parameter fisik dan parameter kimia.

Tabel 2. 5 Karakteristik Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar


No Parameter Karakteristik Satuan
Sifat Fisik
1 Warna Coklat - Coklat Kehijauan
2 Suhu 29 °C
3 Total Dissolved Solid (TDS) 139 mg/L
4 Total Suspended Solid (TSS) 5 mg/L
Sifat Kimia
1 pH 8,3
2 BOD 210 mg/L
No Parameter Karakteristik Satuan
3 COD 400 mg/L
4 DO 2,8 mg/L
5 Amonia (NH3) 92,29 mg/L

2.2.2 Baku Mutu Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar


Dalam proses budidaya ikan, akan dihasilkan air limbah dari kegiatan produksi yang
dilakukan. Air limbah yang dihasilkan biasanya mengandung bahan pencemar yang berasal

6
dari sisa pakan ataupun hasil metabolisme ikan tersebut. Air limbah dari proses budidaya
biasanya akan dilimpahkan pada badan air (Febrianto et al., 2016). Oleh karena itu, dengan
tujuan menjaga kualitas badan air dan mencegah terjadinya pencemaran badan air maka
diperlukan baku mutu air limbah budidaya. Menurut PP no.22 Tahun 2021 Baku Mutu Air
Limbah dapat didefiniskan sebagai ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau
dilepas ke dalam media air dan tanah dari suatu Usaha dan/atau Kegiatan. Dapat diartikan
sebagai jumlah maksimum bahan pencemar yang diperbolehkan sebelum efluen dibuang ke
badan air. Baku mutu air limbah budidaya menurut Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan no.28 tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.6

Tabel 2. 6 Baku Mutu Efluen Air Budidaya Tambak Udang


No Parameter Baku Mutu Lingkungan (mg/l)
1 pH 6-9
3 TSS ≤ 200
4 BOD ≤ 45
5 NH3 ≤1

2.2.3 Biodegradability
Salah satu faktor keberhasilan dalam pengolahan air limbah adalah menggunakan
teknolgi yang efektif dan efisien. Guna menentukan teknologi yang akan digunakan untuk
mengolah air limbah maka diperlukan identifikasi komposisi dan karakteristik air limbah
yang akan diolah. Dari banyak parameter air, BOD dan COD merupakan parameter yang
paling sering digunakan. Hal ini disebabkan karena kedua parameter ini akan berhubungan
dengan biodegradibility index (Abdalla dan Hammam, 2014). Biodegradibility dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan bahan pencemar dalam air limbah. Salah
satu bahan pencemar yang terdapat dalam air limbah budidaya ikan air tawar adalah senyawa
organik. Sedangkan parameter BOD dan COD dapat mempresentasinya kandungan senyawa
organik dalam air limbah. Rasio perbandingan antara BOD dan COD akan menunjukkan
nilai biodegradability index. Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

𝐵𝑂𝐷
𝐵𝑖𝑜𝑑𝑒𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 =
𝐶𝑂𝐷

Menurut nilai biodegradability index memiliki variasi 0.3 hingga 0.96, terdapat 3 zona
yang ada dalam perairan diantaranya zona stabil, zona biodegradable dan zona toksik.
Menurut Tamyiz, 2015 nilai biodegradability index berkisar pada > 0,6 dan < 0,3 dengan
klasifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2. 7 Nilai Biodegradable Index


No Nilai Ratio Biodegradibility
1 > 0,6 Biodegradable
2 0,3 - 0,6 Diperlukan Treatment
3 < 0,3 non-Biodegradable

Dari data diatas dapat disimpulkan, apabila nilai biodegradibilty index lebih dari 0,6 maka air
limbah dapat diolah secara biologis. Pengolahan biologis dapat berlangsung efektif pada air

7
limbah dengan rasio BOD/COD > 0,6. Dengan nilai biodegradibilty index antara 0,3 – 0,6,
maka diperlukan perlakuan tambahan untuk mendukung proses reaksi yang terjadi karena pada
air limbah ini reaksi akan berjalan relatif lambat. Selanjutnya untuk nilai biodegradibilty index
kurang dari 0,3 tidak dapat diolah secara biologis karena pada kondisi tersebut akan muncul
senyawa yang dapat menghambat aktivitas mikroorganisme (Abdalla dan Hammam, 2014).

2.2.4 Alternatif Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar


Dalam air limbah terdapat beberapa bahan pencemar oleh karena itu diperlukan
pengolahan terhadap air limbah, agar bahan pencemar dapat dihilangkan sebelum
dilimpahkan ke badan air. Secara garis besar terdapat 3 senyawa yang dipisahkan yakni
senyawa tersuspensi, senyawa koloid dan senyawa terlarut. Jika ditinjau dari prosesnya
terdapat 3 jenis yakni pengolahan Fisik, pengolahan kimia dan pengolahan biologis. Dalam
pengolahan air limbah ketiga jenis pengolahan ini dapat di kombinasikan, hal ini bergantung
pada karakteristik yang dimiliki air limbah (Mere et al., 2021)
2.4.1 Pengolahan Fisik
Pengolahan fisik merupaka pengolahan yang biasanya dilakuakan pada tahapan
awal pada proses pengolahan. Pengolahan fisik berfungsi sebagai proses penyisihan
senyawa tersuspensi pada air limbah. Contoh dari pengolahan fisik adalah proses
penyaringan atau pengendapan (Indrayani dan Rahmah, 2018).
a. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan suatu tahapan pengolahan dimana bahan pencemar pada
air limbah akan tersisihkan akibat proses pengendapan. Proses ini bisanya
memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bahan pencemar yang bersifat tersuspensi dapat
mengendap, menyebabkan bagian bawah akan menjadi lebih keruh dan bagian atas
menjadi lebih jernih. Contoh unit pengolahan air limbah yang mengalami proses
sedimentasi merupakan grit chamber serta secondary clarifier (Rahmah dan Mulasari,
2015). Keberhasilan proses sedimentasi bergantung pada laju pengendapan.
Sedanagkan, laju pengendapan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti berat jenis
partikel, bentuk serta ukuran partikel, jenis aliran serta nilai viskositas air (Rumbino dan
Abigael, 2020).
b. Adsorpsi dan Filtrasi
Adsorpsi dan filtrasi merupakan contoh pengolahan air limbah yang paling sering
digunakan. Adsorpsi dapat diartikan sebagai proses pemanfaatan daya tarik van deer
wall dalam suatu senyawa. Pada proses adsorpsi padatan yang menyerap bahan
pencemar atau poultan disebut sebagai adsorben. Sedangkan larutan yang melewati
adsorben disebut sebagai adsorbat (Soedjono et al., 2021). Proses ini sering dikaitkan
dengan proses filtrasi karena dapat dikombinasi menjadi unit yang efektif dan efisien.
Filtrasi dapat diartikan sebagai proses penjernihan air limbah dengn cara melewatkan
air limbah yang diolah pada suatu media (Edahwati dan Suprihatin, 2020). Salah satu
adsorben yang paling sering digunakan ialah karbon aktif dan zeolit karena dianggap
memiliki efisiensi yang tinggi.
2.4.2 Pengolahan Kimia
Pengolahan kimia merupakan proses pengolahan yang memanfaatkan reaksi
kimia. Pada pengolahan ini biasanya akan ditambahkan senyawa kimia tertentu untuk
memicu terjadinya reaksi kimia dalam air. Pada pengolahan secara kimia dapat
mengyisihkan senyawa koloid yang sukar mengendap. Contoh dari pengolahan secara
kimia adalah proses Koagulasi-flokulasi dan AOP’s (Indrayani dan Rahmah, 2018).

8
a. Koagulasi-flokulasi
Koagulasi-flokulasi merupakan proses yang saling berkaitan, atau dapat dikatakan
akan selau berurutan. Koagulasi-flokulasi secara efektif dapat mereduski Padatan
tersuspensi, kekeruhan, senyawa organik, COD hingga warna. (Alazaiza et all,2022).
Koagulasi-flokulasi merupakan proses destabilisasi senyawa koloid dalam air limbah
sehingga dapat menggumpal dan mengendap yang nantinya akan disisihkan secara fisik.
Senyawa koloid yang dimaksud adalah senyawa yang berukuran dalam rentang 1 µm
hingga 100 µm. Senyawa koloid ini sukar dilihat dengan mata telanjang, karena
ukurannya yang terlalu kecil (Diharjo et al., 2022).
Secara Garis besar proses ini terbagi menjadi dua proses yakni Koagulasi atau yang
sering disebut sebagai pengadukan cepat dan Flokulasi atau yang sering disebut sebagai
pengadukan lambat. Pada proses Koagulasi, akan ditambahkan koagulan yang berfungsi
untuk merubah senyawa koloid menjadi micro-floc (Alazaiza et al., 2022). Koagulan
yang sering digunakan diantaranya Ferric Chloride, Ferrous Sulfate, Magnesium
Chloride, Allum dan Lime (Khazaie et al., 2022). Flokulasi dapat diartikan sebagai
penyatuan micro-floc menjadi macro-floc yang lebih mudah mengendap karena
ukurannnya yang lebih besar (Diharjo et all,2022). Pada proses ini akan ditambahkan
flocculant berupa polimer yang dapat meningkatkan efisiensi proses flokulasi (Khazaie
et all,2022). Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingkat keberhasilan proses
koagulasi-flokulasi diantarnya adalah waktu pengendapan, kecepatan pengadukan, jenis
koagulan yang digunakan serta dosis koagulan yang digunakan dalam proses koagulasi-
flokulasi (Alazaiza et all,2022). Guna menentukan dosis optimum koagulan maka perlu
dilakukan percobaan Jar Test, dosis yang digunakan untuk menyisihkan bahan
pencemar secara efektif dan efisien (Khazaie et al., 2022).
b. Advance Oxidation Process (AOPs)
Advance Oxidation Process (AOPs) merupaka teknologi yang dapat mendegradasi
senyawa organik dengan memanfaatkan senyawa radikal hidroksil (Ghime and Ghosh,
2021). Selain mampu mereduksi senyawa organik, metode AOPs juga dapat
menghilangkan warna, bau ataupun rasa. Radikal hidroksil merupakan oksidator kuat
yang bersifat sangat reaktif. Pada dasarnya metode AOPs merupakan proses
mempercepat proses oksidasi sehingga reaksi dapat berjalan dengan efektif (Akbari et
al., 2021). Pada perkembangannya AOPs dapat dikombinasikan dengan ozon (O3),
Katalis atau sinar ultraviolet (UV). Beberapa metode AOPs juga menggunakan berkas
electron, plasma hingga ultrasonic sebagai alternaitf oksidator (Ghime and Ghosh,
2021).Teknologi AOPs memilik efisiensi yang tinggi karena penggunaan radikal
hidroksil sebagai oksidator dapat mengoksidasi bahan pencemar secara menyeluruh.
Bahkan radikal hidroksil dapat mengoksidasi senyawa yang tidak dapat dioksidasi oleh
klorin (Akbari et al., 2021).
2.4.3 Pengolahan Biologis
Pengolahan biologis merupakan pengolahan yang paling sering digunakan
dalam proses pengolahan air limbah karena sifat ekonomis dan memiliki tingkat removal
yang cukup signifikan. Pada pengolahan biologis terjadi penyisihan senyawa terlarut
dengan memenafaatkan mikroorgansme atau organisme lainnya (Indrayani dan Rahmah,
2018)
a. Lumpur Aktif
Pengolahan biologis dengan metode lumpur aktif merupakan pengolahan
biologis tersuspensi. Pada lumpur aktif oksidasi secara biologis terjadi dalam tanki
aerasi, dimana mikroorganisme akan bercampur dengan air limbah kemudian
menguraikan senyawa teralarut sebagai nutrisi mikroorgnisme tersebut.

9
Mikroorganisme yang terlibat dalam lumpur aktif bermacam-macam mulai dari
protozoa, fungi, alga hingga bakteri. Mikroogranisme yang ada dalam reaktor nantinya
akan tumbuh dan membentuk suatu kumpulan flok yang selanjutnya disebut sebagai
sludge atau lumpur. Pengolahan lumpur aktif merupakan salah satu pengolahan biologis
secara aerobik yang paling efektif jika dibandingan dengan metode yang lain (Marquez
et al., 2022). Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pengolahan
lumpur aktif yaitu F/M ratio. Parameter ini menunjukkan perbandingan antara jumlah
substrat atau sumber nutrisi dengan jumlah mikroorganisme yang ada pada reaktor.
Selain memperhatikan jumlah makanan, perlu diperhatikan pasokan oksigen untuk
menunjang metabolisme mikroorganisme sehingga dapat menguraikan bahan pencemar
secara optimal. Oleh karena itu pada lumpur aktif selalu dilengkap dengan proses aerasi
serta pengadukan antara air limbah dengan biomassa pada reactor (Dewi dan
Dwipayanti, 2021).
b. Anaerobic Baffle Reaktor (ABR)
Anaerobik Baffle Reaktor merupakan alternatif yang sering digunaka karena
bersifat ekonomis serta memiliki desain yang sederhana. Pengolahan ABR merupakan
salah satu seri dari proses Up-flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB). Pada pengolahan
ABR air limbah akan dialirkan naik turun melewati baffle, hal ini bertujuan untuk
memperbanyak kontak air limbah dengan biomassa anaerobik. Biomassa
mikroorganisme yang ada pada reaktor nantinya akan mendegradasi bahan pencemar
yang ada pada air limbah (Soedjono dan Wijaya, 2018). Pengolahan ABR banyak
menjadi alternatif pengolahan air limbah dengan bahan pencemar yang tinggi, atau
sering disebut sebagai limbah cair kuat. Pada ABR terdapat kompartemen-kompartmen
yang disusun seri, pada ruang pertama akan terjadi proses pengendapan selanjutunya
diikuti proses penguraian bahan pencemar padar ruang-ruang berikutnya (Surbakti et
al., 2020)
c. Construted Wetland
Salah satu teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan tanaman air,
tanah atau media lain serta mikroorganisme untuk menguraikan bahan pencemar.
Prinsip kerja dari Constructed Wetland adalah penggunakan tanaman air sebagai
bioakumulator atau media yang menyerap bahan pencemar. Selain itu tanaman juga
berfungsi sebagai tempat tumbuhnya mikrooganisme pengurai serta sebagai penyuplai
oksigen bagi mikroorganisme (Dewi dan Dwipayanti, 2021). Menurut Soedjono, (2018)
Constructed Wetland merupakan teknologi yang banyak digunakan karena memiliki
tingkat removal BOD dan COD yang cukup tinggi. Tidak hanya dapat menyisihkan
senyawa organik, teknologi ini dapat menurunkan kadar total-N pada air limbah.

10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Metode penulisan dibutuhkan untuk memberikan arahan dan acuan selama
proses studi berlangsung. Penyusunan studi pustaka ini dilakukan dengan mengkaji
literatur dan menerapkannya dalam bentuk studi kasus yang berkaitan dengan topik
yang diambil. Jumlah literatur yang digunakan minimal 30 pustaka dengan kurun waktu
10 tahun terakhir, yaitu dari jurnal dan berbagai sumber literatur lainnya seperti
prosiding ilmiah, buku teks, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
3.2 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian merupakan pedoman untuk melakukan penelitian yang
berguna untuk memudahkan dan memahami penelitian yang dilakukan. Selain itu,
kerangka penelitian dapat digunakan sebagai gambaran awal dalam tahap penelitian
sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian. Secara Garis besar terdapat
beberapa aspek utama dalam penelitian ini diantaranya, karakteristik air limbah
budidaya ikan, baku mutu efluen dan alternatif teknologi pengolahan. Berikut adalah
kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Kondisi Eksisting Kondisi Ideal


Air Limbah budidaya ikan air Dilakukan pengolahan terhadap
tawar dibuang tanpa dilakukan air limbah budidaya ikan air
pengolahan sehingga tawar yang mudah dan efisien
menyebabkan pencemaran badan agar tidak menyebabkan
air seperti sungai. pencemaran badan air.

Ide Penelitian
Pengelolaan air limbah dari budidaya ikan air tawar di Kabupaten Mojokerto

Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik air limbah yang dihasilkan berdasarkan klasifikasi skala
budidaya ikan air tawar ?
2. Bagaimana penentuan dan penerapan teknolgi pengolahan yang efektif dan sesuai
dengan karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar menurut klasifikasinya?
3. Bagaimana penentuan dan penerapan teknologi pengolahan yang efektif pada
studi kasus?

Gambar 3. 1 Metodologi Penelitian

11
A

Tujuan
1. Mengkaji karakteristik air limbah yang dihasilkan berdasarkan klasifikasi skala
budidaya ikan air tawar
2. Menentukan rekomendasi teknologi pengolahan air limbah yang efektif untuk
diterapkan oleh masyarakat
3. Menentukan dan merencanakan teknologi pengolahan dan pengelolaan air limbah
pada studi kasus.

Peninjauan Pustaka dan Pra-survey


Informasi awal terkait proses budidaya ikan air tawar, karakteristik air limbah yang
dihasilkan dari proses budidaya ikan air tawar, kemampuan bahan pencemar untuk
terurai, Teknologi pengolahan yang digunakan untuk menyisihkan bahan pencemar.

Wawancara
Mengidentifikasi proses selama kegiatan budidaya ikan air tawar serta mengidentifikasi
kuantitas dan kualitas air limbah yang dihasilkan dari kegiatan budidaya ikan air tawar

Uji laboratorium
Mengidentifikasi karakteristik air limbah setiap skala kegiatan yaitu budidaya ikan air
tawar skala kecil dan budidaya ikan air tawar skala besar

Analisis dan Pembahasan


Analisis data dari tinjauan pustaka, hasil wawancara dan hasil uji laboratorium untuk
menentukan teknologi pengolahan air limbah budidaya ikan air tawar.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan hasil analisis dan pemberian solusi alternatif terhadap hasil studi kasus

Gambar 3. 2 Lanjutan Gambar 3.1

3.3 Rangkaian Kegiatan Studi


Rangkaian kegiatan studi merupakan penjelasan tahapan kegiatan berdasarkan
pada kerangka studi yang telah disusun. Rangkaian kegiatan yang dilakukan selama
pelaksanaan studi adalah sebagai berikut:

12
3.3.1 Ide Studi
Ide studi didapatkan dari mulai menjamurnya usaha budidaya ikan air tawar di
Kabupaten Mojokerto sebagai pendukung ekonomi serta upaya ketahanan pangan. Proses
budidaya ikan air tawar selain menghasilkan ikan yang siap panen, dihasilkan juga produk
samping berupa air limbah budidaya ikan air tawar. Keterbatasan sumber daya manusia
dan keterbatasan modal menyebabkan air limbah yang dihasilkan dari proses budidaya
kurang diperhatikan. Banyak para pemilik usaha hanya melimpahkan air limbah budidaya
ikan air tawar langsung ke badan air tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Hal ini
apabila dibiarkan dapat memicu penurunan kualitas badan air dan dapat memicu
terjadinya pencemaran air. Selain itu, bahan pencemar yang ada pada air limbah juga
berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar seperti bau yang menyengat.
Dari permasalahan tersebut maka diperlukan adanya pengelolaan terhadap air limbah
budidaya ikan air tawar. Sehingga diperoleh ide studi “Pengelolaan Air Limbah dari
Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Mojokerto”
3.3.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah mengidentifikasi bagaimana
karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar. Karakteristik air limbah harus diuji pada
laboratorium untuk mengetahui kandungan bahan pencemar yang paling banyak dijumpai
pada air limbah tersebut. Selain itu perlu ditentukan pula teknologi pengolahan air limbah
budidaya ikan air tawar berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha serta
karakteristik hasil uji laboratorium. Selanjutnya akan dilakukan dilakukan penentuan
solusi alternatif pada salah satu studi kasus yang telah ditetapkan.
3.3.3 Tujuan
Tujuan dari studi ini menjawab rumusan masalah yang telah dibuat yaitu mengkaji
karakteristik air limbah budidaya ikan air. Dari data yang diperoleh akan dianalisis
kualitas dan kuantitas air limbah budidaya ikan air tawar, dengan harapan dapat
menentukan teknologi yang paling efektif. Perencanaan teknologi pengolahan diharapkan
dapat bersifat aplikatif dimasayarakat, sehingga dapat menekan resiko terjadinya
pencemaran lingkungan akibat pelimbahan air limbah budidaya ikan air tawar. Selain itu
pengelolaan air limbah diharapkan dapat menghasilkan efluen air yang dapat digunakan
kembali sebagai wujud usaha menciptakan sistem usaha yang berkelanjutan.
3.3.4 Metodologi
1. Peninjauan Pustaka dan Pra-Survey
Tahapan peninjauan pra-pustaka studi literatur merupakan tahap pencarian pustaka terkait
ide pokok bahasan menggunakan Google Scholar, Mendeley, maupun Science Direct.
Adapun sumber literatur lainnya yang digunakan seperti buku teks, laporan penelitian,
skripsi, tesis, maupun disertasi. Pra-survey dilakukan dengan tujuan mengetahui kondisi
eksisting yang ada pada industri budidaya ikan air tawar. Pra-survey dilakukan pada
ketiga skala industry budidaya ikan air tawar yaitu skala menengah milik suatu lembaga
(negara) dan skala rumah tangga (rakyat) untuk mengidentifikasi perbedaan pada kedua
skala industri tersebut.

13
2. Wawancara
Pada penelitian ini diperlukan data primer berupa informasi terkait segala proses
budidaya ikan air tawar, Sehingga diperlukan penggalian informasi lebih lanjut kepada
pemilik usaha atau kegiatan budidaya ikan air tawar. Adapun informasi yang akan
ditanyakan seputar siklus air kolam hingga kuantitas air limbah yang akan dihasilkan,
penggunaan jenis serta jumlah pakan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas air
limbah budidaya ikan air tawar. Wawancara dilakukan kepada para pelaku budidaya ikan
air tawar dengan dua skala kegiatan yang berbeda. Skala industri dibedakan menjadi dua
yaitu industri negara dan industri rakyat, Industri skala didasarkan pada cara budidaya,
jumlah kolam, jumlah pekerja atau karyawan serta hal-hal lainnya yang mendukung
kegiatan usaha. Parameter penentu jenis skala akan disesuaikan dengan hasil temuan
dilapangan.
3. Uji Laboratorium
Guna memperoleh pengolahan yang efektif dan efisien maka diperlukan identifikasi
karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar. Karakteristik air limbah meliputi
beberapa sifat air limbah budidaya ikan air tawar diantaranya sifat fisik (TSS dan TDS)
serta sifat kimia (pH, BOD, COD dan ammonia) pengambilan sampel air dilakuakn sesuai
ketentuan yang tertuang dalam SNI 6989.59:2008 tentang metode pengambilan contoh
air limbah. Dari sampel air limbah budidaya ikan air tawar akan dilakukan uji terdapat
beberapa parameter kunci yang tertera pada Tabel 3.1

Tabel 3. 1 Metode Pengambilan dan Uji Karakteristik Air Limbah


No Parameter SNI Judul

1 pH SNI 6989.11:2019 Air dan air limbah Bagian 11 : Cara uji


derajat keasaman (pH) dengan
menggunakan pH meter

Air dan air limbah Bagian 27 : Cara uji


2 TDS SNI 6989.27:2019
pdatan terlarut total (TDS) secara
gravimetri

Air dan air limbah Bagian 11 : Cara uji


3 TSS SNI 6989.11:2019 pdatan tersuspensi total (TDS) secara
gravimetri

4 BOD SNI 6989.72:2009 Air dan air limbah Bagian 72 : Cara uji
kebutuhan oksigen biokimia (BOD)
Air dan air limbah bagian 73 : Carauji
5 COD SNI 6889.2:2019 kebutuhan oksigen kimiawi (COD)
dengan refluks tertutup secara
spektrofotometri
SNI 06-6989.30- Cara uji kadar amoniak dalam air dengan
6 NH3
2005 metode fenat

14
Pengambilan sampel akan dilakukan pada Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.
Pada Gambar 3.3 disajikan Peta Kabupaten Mojokerto.

Gambar 3. 3 Peta Kabupaten Mojokerto sebagai Wilayah Studi

Sebanyak 4 sampel air limbah budidaya ikan air tawar yang berasal dari industri budidaya
ikan dengan skala yang berbeda akan diujikan pada laboratorium. Berikut adalah
pembagian sampel air yang akan diujikan:
a. Sampel air limbah dari skala industri rakyat sebanyak 2 sampel
b. Sampel air limbah dari skala industri negara sebanyak 2 sampel
Penentuan jumlah sampel mempertimbangkan jumlah pelaku usaha yang terdapat pada
wilayah studi Pengujian sampel air dilakukan lebih dari satu sampel dengan tujuan
mengetahui kecenderungan karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar berdasarkan
skala industri atau usahanya. Uji laboratorium akan dilakukan pada laboratorium Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto tersertifikasi kan LP-451-IDN. Hasil uji

15
laboratorium akan dibandingkan dengan baku mutu efluen guna menentukan teknologi
pengolahan yang efektif dan efisien.

4. Peninjauan Pustaka Pokok


Setelah memperoleh data primer maka penelitian akan dilanjutkan dengan peninjauan
pustaka yang dapat mendukung proses analisis yang akan dilakukan nantinya. Pada
tahapan ini akan ditemukan informasi lebih detail dan mendalam terkait topik penilitian.
Pustaka dapat dijadinkan acuan dalam proses analisis sehingga dapat mengolah data yang
sudah diperoleh. Guna memperoleh alternatif teknologi pengolahan yang efektif maka
diperlukan peninjauan pustaka. Diperlukan informasi lebih detail terkait teknologi
pengolahan yang dapat menguraikan bahan pencemar yang terdapat pada air limbah
budidaya ikan air tawar. Menurut Syamsunarno dan Sunarno,(2016) Air limbah budidaya
ikan air tawar mengandung bahan pencemar berupa senyawa organik (BOD,COD) serta
amoniak. Oleh karena itu dilakukan peninjauan pustaka terhadap teknologi pengolahan
yang dampat mereduksi atau mengurai kedua bahan pencemar tersebut. Ditinjau
berdasarkan proses reaksinya, teknologi pengolahan dibagi menjadi 3 kelompok
diantaranya:
1. Pengolahan Fisik, pengolahan berupa Sedimentasi, Adsorpsi dan Filtrasi
2. Pengolahan Kimia, pengolahan berupa Koagulasi-Flokulasi dan Advance Oxidation
Process (AOPs)
3. Pengolahan Biologis, pengolahan berupa Lumpur Aktif, Anaerobik Baffle Reaktor
(ABR) dan Constructed Wetland
5. Analisis data
Data primer dan sekunder yang telah diperolah kemudian dianalisis dengan tujuan
menjawab rumusan masalah. Bermula pada hasil wawancara untuk mengidentifikasi
potensi dampak yang disebabkan oleh air limbah budidaya ikan air tawar, kemudian
membandingkan hasil uji laboratorium air limbah budidaya ikan dengan baku mutu yang
ada. Selanjutnya, akan dilakukan analisis berupa perencanaan teknologi pengolahan air
limbah budidaya ikan air tawar yang efektif dsn efisien, serta bersifat aplikatif sehingga
tidak memberatkan pelaku usaha serta mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat.
Berikut adalah alur rencana analisis data yang akan dilakukan

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Industri Budidaya Ikan Air Tawar
Kabupaten Mojokerto memiliki potensi yang baik di bidang perikanan, hal ini
ditunjukkan dengan adanya usaha budidaya ikan disetiap kecamatan yang terdapat pada
Kabupaten Mojokerto. Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2021
Kabupaten Mojokerto memiliki industri budidaya ikan sebanyak 1268 usaha dengan hasil
produksi mencapai 1416,5 ton ikan. Pada Tabel 4.1 terdapat data persebaran industri
budidaya ikan air tawar di Kabupaten Mojokerto.
Tabel 4. 1 Persebaran Industri Budidaya Ikan Air Tawar di Mojokerto
No. Kecamatan Jumlah Industri Total Produksi (ton)
1 Jatirejo 81 85,5
2 Gondang 10 87
3 Pacet 11 45
4 Trawas 32 50
5 Ngoro 120 60
6 Pungging 101 90
7 Kutorejo 23 45
8 Mojosari 80 112
9 Bangsal 70 94
10 Mojoanyar 50 60
11 Dlanggu 80 103
12 Puri 90 95
13 Trowulan 80 112
14 Sooko 140 120
15 Gedeg 140 60
16 Kemlagi 70 78
17 Jetis 80 38
18 Dawarblandong 10 82
Kabupaten Mojokerto 1268 1416,5

Industri budidaya ikan di Kabupaten Mojokerto didominasi oleh industri perseorangan


yang dikelola oleh masyarakat secara pribadi. Menurut peraturan pemerintah nomor 28
tahun 2021 tentang penyelengaraan bidang perindustrian, masyarakat dapat berperan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan industri, baik secara perseorangan atau menjadi
bagian kelompok yang berbadan hukum. Berdasarkan keterlibatan masyarakat dalam
pelaksaan industri berikut jenis industri budidaya ikan air tawar di Kabupaten Mojokerto:
1. Industri Rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik masyarakat
secara perorangan contohnya industri makanan ringan dan industri kerajinan.
2. Industri Negara, yaitu indsutri yang dikelola dan merupakan milik negara seperti
usaha yang dimiliki oleh dinas setempat atau sejenis BUMN (Muji,2018).
17
4.1.1 Industri Rakyat Budidaya Ikan Air Tawar
Salah satu industri budidaya ikan air tawar yang dikelola perseorangan di
Kabupaten Mojokerto adalah kolam milik Pak Andre Hermawan. Industri Budidaya ikan
berlokasi pada Jl. Raya Medali No.190, Pesantren, Medali, Kec. Puri, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur 61363. Lokasi industri budidaya ikan milik Pak Andre dapat dilihat
pada Gambar 4.1

Gambar 4. 1 Peta Lokasi Industri Rakyat Budidaya Ikan Air Tawar

Industri yang dimiliki berlokasi sama dengan tempat tinggal pemilik, dan
memanfaatkan sisa lahan yang ada di pekarangan rumah. Industri budidaya ikan air tawar
yang dimiliki Pak Andre sudah berdiri sejak tahun 2009. Hingga saat ini industri budidaya
ikan milik Pak Andre tidak memiliki karyawan atau tenaga kerja tetap dikarenakan
keterbatasan kemampuan finansial dan pekerjaan yang harus dilakukan, dirasa masih bisa
diatasi sendiri tanpa bantuan karyawan atau tenaga kerja lainnya. Usaha budidaya ikan
milik Pak Andre berfokus pada proses pembesaran ikan yang nantinya akan dijual kembali
kepada tengkulak ikan. Proses pembesaran ikan dimulai dari benih ikan dengan ukuran 1-3
cm yang nantinya dibudidaya hingga berukuran siap panen. Satu kali masa panen biasanya
membutuhkan waktu 1-3 bulan. Pada masa panen inilah biasaya Pak Andre menggunakan
bantuan warga sekitar kemudian memberi upah harian selama proses pemanenan.
Satu kali panen bisa memproduksi ikan seberat 500 kg atau 5 kwintal. Jenis ikan
yang dibudidayakan didominasi oleh ikan lele dan ikan nila, hal ini disebabkan tingginya
permintaan pasar serta harga yang bersaing membuat kedua jenis ikan tersebut dapat
memberikan keuntunganyang paling tinggi. Jenis kolam yang ada pada industri ini terdiri
dari dua jenis yang pertama ada kolam beton dan yang kedua kolam terpal. Pada wilayah
studi kasus ini terdapat 10 kolam yang aktif digunakan sebagai sarana budidaya ikan air
tawar dengan jenis serta ukuran yang berbeda. Pada Gambar 4.2 hingga Gambar 4.4
merupakan rincian kolam yang terdapat pada industri tersebut.

18
• 3 kolam beton berbentuk persegi dengan ukuran (3x3x1,2m)

Gambar 4. 2 Kolam Beton Berbentuk Persegi

• 3 kolam terpal berbentuk persegi dengan ukuran (7,5x15x1,2 m)

Gambar 4. 3 Kolam Terpal Berbentuk Persegi

• 4 kolam terpal berbentuk lingkaran dengan diameter 3 m

Gambar 4. 4 Kolam Terpal Berbentuk Lingkaran

19
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa jenis dan ukuran kolam
akan mempengaruhi jenis ikan yang akan dibudidayakan. Kolam beton dan terpal dengan
ukuran yang relatif lebih kecil biasnya digunakan untuk budidaya ikan lele. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan ikan lele bertahan hidup yang lebih baik di kondisi yang
kurang menguntungkan seperti kadar oksigen yang rendah (Gunawan et al., 2019).
Sedangkan kolam dengan ukuran yang lebih besar biasanya digunakan untuk
membudidayakan ikan nila akibat tingkat kerentanan ikan nila yang cukup tinggi. Jenis
pakan yang digunakan Pak Andre adalah pellet yang dibeli dari toko- toko pakan yang
tersedia. Pemilihan jenis pakan dilatarbelakangi oleh minimnya tenaga kerja yang tersedia
sehingga pellet dirasa menjadi solusi yang mudah dan praktis. Pemberian pakan dilakukan
sebanyak 2-3 kali sehari. Dalam waktu satu bulan Pak Andre bisa menghabiskan 500 kg
hingga 1 ton pakan pellet untuk kebutuhan budidaya ikan yang beliau miliki. Pada Gambar
4.5 dapat dilihat jenis pakan yang digunakan dalam industri budidaya ikan milik Pak Andre:

Gambar 4. 5 Pakan yang Digunakan Dalam Budidaya Ikan Pak Andre

Sumber air yang digunakan untuk mengisi kolam budidaya ikan berasal dari sumur
bor miliki pribadi, dimana sumur bor akan mengambil air tanah yang ada dibawah lapisan
pekaranganmilik Pak Andre. Guna memenuhi kebutuhan air kolam budidaya ikan biasanya
diperlukan air sebesar ± 600 m3 setiap bulanya, Kebutuhan air paling besar terjadi ketika
awal proses budidaya karena setelah panen air akan dibuang dan kolam akan dibersihkan,
kemudian diganti dengan air yang baru. Kebutuhan air lainnya hanya digunakan untuk
menambahkan volume kolam yang semakin berkurang tiap harinya akibat adanya
penguapan.
Air bekas kolam setelah panen akan langsung dialirkan ke lahan belakang
pekarangan yangterdapat lahan kosong yang belum dimanfaatkan. Jumlah air yang cukup
banyak menyebabkan airbekas kolam nantinya akan mengalir menuju anak sungai yang
berada disekitar lokasi budidaya ikan milik Pak Andre. Sementara ini belum ada
pengolahan terhadap bekas air kolam karena keterbatasan informasi dan biaya. Terdapat
beberapa lahan yang bisa dimanfaatkan namun diperlukan pembersihan lahan terlebih
dahulu.

20
4.1.2 Industri Negara Budidaya Ikan Air Tawar
Dinas perikanan Kabupaten Mojokerto menyediakan fasilitas bagi masyarakat
sekitar berupa tempat memperoleh bibit ikan sebagai langkah awal usaha budidaya ikan
berbasis masyarakat. Balai Benih Ikan Kabupaten Mojokerto berdiri pada tahun 2002.
Balai Benih Ikan Kabupaten Mojokerto menjadi rujukan masyarakat ketika ingin membeli
bibit ikan air tawar seperti ikan lele, nila, patin bahkan gurami karena harga yang relatif lebih
murah jika dibandingkan dengan distributor bibit ikan lainnya. Pada balai benih ikan,
masyarakat dapat membeli benih dengan jumlah yang kecil yang dimulai dari angka 500
bibit ikan. Balai benih ikan ini terletak pada Dsn. Urung-Urung, 61363, Kali Putih,
Kebonagung, Puri, Mojokerto Regency, East Java 61363. Peta atau lokasi Balai Benih Ikan
Dinas Perikanan Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4. 6 Peta Lokasi Industri Negara Budidaya Ikan Air Tawar

Balai Benih Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Mojokerto berfokus pada penyediaan
benih ikan untuk masyarakat sekitar sehingga untuk kegiatan yang ada di balai benih
dimulai dari tahappembenihan-pembesaran-pemijahan-hingga memperoleh kembali lebih
banyak benih ikan. Berikut adalah gambaran kegiatan budidaya di Balai Benih Ikan Dinas
Perikanan Kabupaten Mojokerto :
• Persiapan kolam, dimana kolam akan dikeringkan dan dibersihkan semua
lumut atau alga-alga yang menempel pada dinding-dinding kolam
• Pemijahan, pemisahaan ikan indukan dengan tujuan memberikan bibit yang
bagusdan berkualitas, pada tahapan ini kepadatan kolam harus dikurangi
dengan tujuan mengurangi resiko stress pada ikan indukan. Kepadatan bisa
dikurangi hingga 50%yang normalnya untuk jenis ikan nila bisa diisi 20 ekor
hanya diisi 10 ekor.

21
• Penetasan, kegiatan ini biasanya membutuhkan waktu 54 hari, setelah telur
telur menetas menjadi larva indukan akan dipindah ke kolam yang lain
dengan tujuan mengamankan larva-larva yang nantinya akan menjadi benih
ikan
• Pembesaran, merupakan kegiatan pembesaran ikan kecil yang awalnya
berukuran 1-3 cm hingga menjadi ikan berukuran 5-8 cm, pada ukuran ini
biasanya benih ikan dijual kepada masyarakat yang ingin melakukan
budidaya ikan di rumah masing- masing.
• Screening, pemilihan ikan berdasarkan ukurannya. Ikan yang lebih besar
nantinyaakan dibudidayakan dan dijadikan indukan ikan. Siklus kegiatan
akan berputar terus hingga diperoleh benih bibit ikan yang lebih banyak.
Saat ini Balai benih ikan hanya memiliki 5 pekerja yang membantu melakukan operasional
dan perawatan budidaya ikan. Balai benih ikan kerap kali menjadi tempat pembelajaran
siswa atau mahasiswa dengan jurusan terkait sebagai tempat kerja praktik. Terdapat
beberapa bagian di Balai benih ikan yang pertama ada kantor, ada kolam kecil untuk
penetasan telur ikan dan kolam besar sebagai tempat tinggal ikan indukan.Jumlah kolam
yang tersedia kurang lebih berkisar 60 kolam namun yang saat ini aktif digunakan sebagai
sarana budidaya hanya 30 kolam saja, dengan rincian pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8

• 20 kolam beton berbentuk persegi dengan ukuran (3 x 5 x1m)

Gambar 4. 7 Kolam Beton Kecil

• 10 kolam beton berbentuk persegi dengan ukuran (20x 25 x 0,8 m)

Gambar 4. 8 Kolam Beton Besar

22
Pada saat ini Balai Benih Ikan Dinas Kabupaten Mojokerto Hanya berfokus pada budidaya
dua jenis ikan yaitu ikan lele dan ikan nila. Tingginya permintaan masyarakat terhadap
kedua bibit ikan tersebut menjadi alasan balai benih ikan dinas perikanan Kabupaten
Mojokerto menyediakan bibit ikan yang didominasi oleh dua jenis ikan tersebut. Jenis
pakan yang digunakan pada Balai Benih Ikan adalah pellet dan lumut-lumut yang biasnya
tumbuh dengan sendirinya di dinding- dinging kolam. Pemberian pakan dilakukan
sebanyak 1-2 kali sehari. Dalam waktu satu tahun dibutuhkan pakan pellet sebanyak 10 ton,
atau setara 0,83 ton setiap bulannya.Gambar 4.9 menunjukkan jenis pakan pada Balai
Benih Ikan.

Gambar 4. 9 Pakan yang Digunakan pada Balai Benih Ikan


Air yang digunakan untuk mengisi kolam-kolam ikan berasal dari 2 sumber yaitu
dari sungai dan air sumur bor. Air sungai biasanya digunakan di saat musim hujan
sedangkan untuk air bor digunakan pada saat musim kemarau karena debit air sungai yang
menurun pada musim. Sungai berada di bagian belakang dan depan. Sungai pada bagian
belakang digunakan sebagai sumber air baku sedangkan sungai pada bagian depan
digunakan sebagai tempat mengalirkan air bekas kolam yang sudah digunakan. Belum
terdapat pengolahan air bekas kolam yang sudah digunakan. Pada Balai Benih Ikan masih
terdapat banyak lahan yang bisa dimanfaatkan namun dengan kondisi yang tidak datar
karena lahan yang tersedia sudah berupa kolam-kolam yang sudah tidak digunakan dan
ditumbuhin dengan banyak rumput liar yang dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4. 10 Kondisi Sisa Lahan di Balai Benih Ikan

23
4.2 Karakteristik Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar
Pada penelitian ini telah dilakukan uji laboratorium air sampel yang berasal dari
kolam budidaya ikan air tawar. Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui karakteristik
air limbah budidaya ikan air tawar, yang nantinya digunakan sebagai acuan perencanaan
IPAL. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat diartikan sebagai suatu struktur
teknik berupa peralatan yang mampu memproses air limbah sedemikian rupa sehingga
aman dibuang ke lingkungan. Secara garis besar perencanaan IPAL dilakukan secara 3
tahap yang pertama adalah survey lapangan, yang kedua adalah analisis data dan yang
terakhir adalah pemilihan teknologi pengolahan (Belladona et a.l, 2020). Uji karakteristik
air limbah merupakan salah satu bentuk analisis data yang nantinya akan membantu
mengidentifikasi jenis pencemar dan bagaimana menghilangkan pencemar tersebut.
Pengolahan air limbah menggabungkan beberapa jenis pengolahan memiliki tingkat
penyisihan polutan yang lebih tinggi (Novita et all,2020). Berdasarkan kondisi yang ada di
lapangan, telah dilakukan uji laboratorium dengan jumlah 4 air sampel dari kolam yang
berbeda yang tertera pada Tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Penamaan Sampel Air yang Dianalisis
No Sampel Air Nama Sampel
1 Kolam Ikan Lele Industri Rakyat (Perorangan) A1
2 Kolam Ikan Nila Industri Rakyat (Perorangan) A2
3 Kolam Ikan Lele Industri Negara (Lembaga) B1
4 Kolam Ikan Nila Industri Negara (Lembaga) B2

Pada Gambar 4.11 dapat dilihat peta titik sampling yang telah dilakukan:

Gambar 4. 11 Lokasi Titik Sampling Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar

Adapun beberapa parameter yang diujikan adalah pH,suhu,TSS,BOD,COD,dan NH3-N.


Hasil uji laboratorium ini nantinya akan dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku.
Pada Tabel 4.3 dicantumkan hasil uji laboratorium untuk ke-4 sampel yang diujikan.

24
Tabel 4. 3 Hasil Uji Laboratorium
No Parameter Unit Baku Mutu A1 A2 B1 B2
1 Derajat Keasaman (pH) - 6-9 7,11 7,27 7,32 7,96
2 Temperatur °C - 28 28 28 27
3 TDS mg/l - 788,1 381 208,5 172
4 TSS mg/l ≤ 200 1017 9,1 169,4 121,2
5 BOD mg/l < 45 1087 32,3 17,8 12,2
6 COD mg/l - 2713 80,1 44,6 30,5
7 Amonia (NH3-N) mg/l < 0,1 14,7 0,269 1,72 0,243

Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya pengolahan
secara fisik, kimia dan biologi. Guna mengetahui kecenderungan jenis pengolahan yang
akan digunakan maka dapat dihitung Biodegradibilty Index. Berikut adalah contoh
perhitungan biodegradibilty index untuk sampel air A1 :
𝐵𝑂𝐷
𝐵𝑖𝑜𝑑𝑒𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 =
𝐶𝑂𝐷
1087
𝐵𝑖𝑜𝑑𝑒𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 =
2713
𝐵𝑖𝑜𝑑𝑒𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 = 0,4
Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh hasil perhitungan biodegradibilty index dari
keempat sampel yang disajikan pada Tabel 4.3

Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Biodegradibilty Index


Sampel Air BOD (mg/l) COD (mg/l) Biodegradibilty Index
A1 1087 2713 0,4
A2 32,3 80,1 0,4
B1 17,8 44,6 0,4
B2 12,2 30,5 0,4
Dari hasil perhitungan biodegradibilty index berada pada angka 0,4 yang berada di range
0,3 - 0,6 dimana jenis pengolahan secara biologis dapat dilakukan namun perlu dilakukan
adanya perlakuanawal seperti proses sedimentasi yang nantinya mampu mendukung proses
pengolahan selanjutnya.

4.3 Teknologi Pengolahan Air Limbah di Berbagai Industri Budidaya Ikan Air Tawar
Teknologi pengolahan air limbah berupa unit-unit teknik yang mampu mereduksi
adanya polutan dalam air limbah. Setelah mengetahui karakteristik air limbah dapat
disimpulkan bahwa parameter yang masih melebihi baku mutu adalah parameter TSS, BOD
dan Amonia (NH3). Oleh karena itu, pemilihan teknologi pengolahan akan berfokus kepada
unit-unit yang memiliki kemampuan untuk mereduksi ketiga jenis parameter tersebut.

4.3.1 Unit-unit Teknologi Pengolahan Air limbah Budidaya Ikan Air Tawar
Adapun beberapa alternatif teknologi pengolahan yang akan digunakan sebagai berikut :

25
1. Bak Penampung
Pada dasarnya bak penampung memiliki fungsi utama sebagai wadah menampung
unit bak penampung yang akan direncanakan terjadi beberapa proses diantaranya:
a. Penyamaan aliran serta konsentrasi air limbah (Ekualisasi)
Air limbah yang akan diolah berasal dari kolam ikan yang berbeda-beda. Hal ini
menyebabkan konsentrasi air limbah yang dihasilkan dari kolam satu dengan kolam
yang lain juga berbeda. Bak penampung yang direncanakan akan menerima seluruh air
limbah, sehingga terjadi proses ekualisasi aliran dan konsentrasi air limbah. Proses ini
menguntungkan proses pengolahan selanjutnya, karena mengatasi permasalahan
fluktuasi debit air limbah dari waktu ke waktu dan mencegah terjadinya loading shock
pada proses pengolahan biologis (Santoso, 2015). Terdapat beberapa tujuan lain dari
proses ekualisasi dalam pengolahan air limbah industri diantaranya:
1. Membantu menstabilkan pH atau meminimumkan kebutuhan bahan kimia dalam
proses netralisasi (apabila diperlukan)
2. Memberikan kapasitas untuk mengontrol aliran limbah
3. Meminimumkan aliran pada proses pengolahan fisik – kimia
Dengan adanya proses ekualisasi, karakteristik air limbah yang dialirkan pada unit
selanjutnya akan bersifat homogen dengan debit yang cenderung stabil. Direncakan
penggunaan pompa submersible untuk menunjang proses aliran air limbah ke unit
selanjutnya (Sari dan Yuniarto, 2016). Adapun kriteria design unit yang menunjang
proses ekualisasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
nomor 04 tahun 2017 pada Tabel 4.5.
Tabel 4. 5 Kriteria Design Bak Ekualisasi
No Parameter Besaran Satuan
1 Kecepatan Aliran (V) 0,3 - 3 m/s
2 Slope Bak (S) 1:1 -
3 Kedalaman (H) 1-3 m

b. Pengendapan atau Sedimentasi


Pada perencanaan bak penampung untuk pengolahan air limbah budidaya ikan tidak
dilakukan proses pengadukan atau proses aerasi. Hal ini bertujuan untuk menekan
anggaran biaya dan memungkinkan terjadi proses sedimentasi. Proses sedimentasi
dapat diartikan sebagai proses pemisahan senyawa padatan dalam air limbah. Proses
sedimentasi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas diataranya sedimentasi
partikel diskrit, sedimentasi flokulan, sedimentasi terhambat dan sedimentasi
terkompres. Kedua jenis sedimentasi yang paling sering digunakan dalam pengolahan
air limbah adalah sedimentasi partikel diskrit dan sedimentasi flokulan. Pada bak
penampung akan terjadi proses pengendapan padatan flokulan yang berasal dari air
limbah, hal ini akan mengurangi beban pengolahan dengan memanfaatkan gaya
gravitasi, proses ini sering disebut sebagai plain sedimentation. Besar partikel akan
mempengaruhi proses sedimentasi, semakin besar ukuran partikel makan akan semakin
mudah partikel tersebut untuk mengendap (Tauhid et al., 2018).
Proses sedimentasi merupakan salah satu proses yang sering terjadi pada unit
pengolahan air limbah. Hal ini disebabkan proses sedimentasi yang mudah serta murah
karena tidak perlu membutuhkan tambahan bahan kimia tertentu hanya memanfaatkan
26
gaya gravitasi. Sedangkan salah satu kelemahan proses sedimentasi adalah kebutuhan
lahan yang cukup besar guna memperoleh zona pengendapan yang lebih besar. Proses
sedimentasi dapat membantu mengurangi kadar beberapa jenis polutan diantaranya
total suspended solid (TSS), BOD serta COD hingga kadar kekeruhan (Husaeni et al.,
2013). Adapun kriteria design unit yang menunjang proses ekualisasi menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 04 tahun 2017 pada
Tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Kriteria Design Bak Sedimentasi
No Parameter Besaran Satuan
1 Waktu Detensi (td) 4–6 jam
2 Konsentrasi BOD 10.000 mg/L
3 Solid Loading (SS) 25 – 50 Kg SS/ m2. hari
4 Kedalaman Bak Pengendap (h) 1-3 m

c. Penguraian zat organik secara anaerobik


Pada perencanaan bak penampung, air limbah budidaya ikan akan ditampung dan
dialirkan secara bertahap selama 1 bulan atau sekitar 30 hari. Hal ini menyebabkan
waktu detensi air pada bak penampung menjadi sangat lama dan memungkinkan terjadi
proses penguraian senyawa organik secara anaerobik. Degradasi senyawa organik
secara anaerobik membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan penguraian
organik secara aerobik. Pada perencanaan kolam anaerobik biasanya memiliki waktu
detensi berkisar 1-20 hari untuk memastikan terjadi proses penguraian organik secara
anaerobik (Widyatama et al., 2016).
Proses pengolahan limbah secara anaerobik adalah suatu metabolisme tanpa
menggunakan oksigen yang dilakukan oleh bakteri anaerobik (Santoso,2105). Proses
pengolahan secara anaerobik sangat cocok untuk air limbah dengan konsentrasi yang
tinggi. Dengan konsentrasi polutan yang tinggi, maka dapat dilakukan penambahan
beban BOD pada unit pengolahan melebihi kemampuan fotosintesi secara alami dalam
memproduksi oksigen sehingga terjadi proses degradasi secara anaerobik (Mulyani dan
Solikhin, 2018). Ciri khas dari proses secara anaerobik adalah terbentuknya gas metan
(CH4). Di dalam proses anaerobik yang sangat berperan adalah aktifitas
mikroorganisme anaerob.
Dekomposisi senyawa organik melalui proses anaerob ini terjadi melalui tiga
tahapan proses, yaitu tahap reaksi hidrolisis, tahap reaksi pembentukan asam, dan tahap
reaksi pembentukan metana. Berikut adalah persamaan reaksi yang terjadi pada proses
dekomposisi secara anaerobic (Santoso, 2015):

Zat Organik CH4 + CO2 + H2 + N2 + H2S

Adapun beberapa kelebihan daru proses anaerobik adalah :


• Derajat stabilitas yang tinggi.
• Produk lumpur buangan biologis rendah.
• Dihasilkan gas metan yang dapat digunakan sebagai sumber energi
Adapun kriteria design unit yang menunjang proses penyamaan aliran menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 04 tahun 2017 pada Tabel 4.7
27
Tabel 4. 7 Kriteria Design Kolam Anaerobik
No Parameter Besaran Satuan
1 Penyisihan BOD 50 -70 %
2 Waktu Detensi 1 - 20 hari
3 Kedalaman (H) 2-5 m

Pada proses pengendapan dan penguraian secara anaerobik terjadi penyisihan


beberapa parameter diataranya TSS, BOD, dan COD. Hal ini akan membantu
pemenuhan kualitas efluen IPAL terhadap baku mutu yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, proses sedimentasi dan penguraian
anorganik mampu meremoval kadar total suspended solid sebesar 83%, sedangkan
untuk kadar BOD dan COD mampu tersisihkan masing masing sebesar 65%. Guna
memperoleh efluen dengan kualitas yang baik, maka diperlukan kombinasi bak
penampung dengan beberapa unit pengolahan lainnya untuk meningkatkan tingkat
removal polutan yang terdapat pada air limbah.
Terdapat alternatif yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi atau kinerja
penyisihan polutan pada bak penampung yaitu dengan menambahkan biofilter.
Biofilter merupakan salah satu alternatif teknologi pengolahan air limbah yang
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang menempel pada suatu media (attached
growth). Aktivitas mikroorganisme nantinya akan membantu proses penguraian
polutan yang terdapat pada air limbah. Salah satu keunggulan dari teknologi
pengolahan biofilter adalah kemudahan operasional serta biaya yang terjangkau
(Filliazati et al., 2013). Selain itu, teknologi biofilter memiliki ketahanan terhadap
fluktuasi debit, konsentrasi hingga pengaruh suhu.
Pada proses pengolahan air limbah menggunakan biofilter, air limbah akan
dialirkan melewati media penyangga yang nantinya akan berfungsi sebagai tempak
melekatnya mikroorganisme dan membentuk biofilm. Biofilm dapat didefinisikan
sebagai mikroorganisme yang hidup secara berkoloni yang menempel dan tumbuh pada
suatu media. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan polisakarida ekstraseluler
(PSE) yang menyebabkan kumpulan membentuk suatu lapisan yang kemudiandisebut
sebagai biofilm. Dengan adanya aktivitas mikroorganisme, senyawa BOD,COD dan
ammonia dapat terurai pada proses yang terjadi pada biofilter (Pamungkas, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian (Ningrum et al., 2019), biofilter menggunakan media
crossflow memiliki efisiensi removal yang paling besar. Hal ini sebabkan media
crossflow memiliki luas permukaan spesifik yang besar dan volume rongga yang besar
sehingga dapat menyediakan ruang yang besar bagi mikroorganisme untuk melekat,
serta memperkecil resiko terjadinya clogging atau kebuntuan (Filliazati et al., 2013).
2. Constructed Wetland
Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara baik secara fisik,
kimia ataupun biologis. Salah satu pengolahan air limbah yang ramah lingkungan
adalah Constructed Wetland. Pada unit pengolahan ini akan digunakan mikroorganisme
atau tanaman untuk membantu menguraikan polutan yang terdapat pada air limbah. Proses
degradasi polutan akibat adanya metabolisme tumbuhan dapat disebut sebagai
fitodegradasi. Pengolahan menggunakan constarcted wetland mampu mereduksi
polutan BOD, COD, TSS hingga ammonia dalam air limbah (Kholisah et al., 2022).

28
Proses yang terjadi pada pengolahan secara Constructed Wetland juga terjadi beberapa
mekanisme lainnya yang mendukung proses penyisihan polutan seperti sedimentasi,
filtrasi, transfer gas, adsorbsi, reaksi kimia dan aktivitas biologi.
Secara garis besar terdapat dua jenis Constructed Wetland yaitu aliran permukaan
(Surface Flow Constructed Wetland) dan aliran bawah permukaan (Sub-Surface Flow
Constructed Wetland). Dengan prinsip yang sama namun dengan beberapa kondisi
yang berbeda. Ilustrasi kedua jenis Constructed Wetland dapat dilihat pada Gambar
4.12

Gambar 4. 12 Perbedaan Kedua Jenis Constructed Wetland


Sumber : Siti Kamariah,2006
Pada Constructed Wetland dengan jenis surface flow, air limbah akan berada diatas
permukaan tanah, media tumbuhan untuk tumbuh. Pada surface flow Constructed
Wetlanddigunakan dasar kolam yang bersifat impermeable dengan tujuan mencegah air
limbah merembes ke luar unit pengolahan. Jenis pengolahan ini memberikan efek
samping berupa potensi bau busuk serta menimbulkan sarang nyamuk sehingga jarang
digunakan sebagai alternatif pengolahan. Selanjutnya terdapat jenis subsurface flow
Constructed Wetland, dimana air akan mengalir dibawah permukaan media tempat
vegetasi tumbuh.
Sub-surface contracted wetland dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis jika
ditinjau berdasarkan pola alirannya. Pada jenis yang pertama yaitu aliran vertikal,
dimana air limbah akan dialirkan dari atas ke bawah melewati zona akar dan media.
Pada pengolahan dengan aliran vertikal biasanya cocok digunakan untuk sistem
pengolahan secara batch. Pola aliran vertikal mampu memperbesar proses transfer
oksigen sehingga memberikan dampak tingkat penyisihan polutan yang lebih tinggi.
Selanjutnya terdapat jenis aliran horizontal dimana air limbah akan dialirkan secara
horizontal. Sistem aliran seperti ini biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah
yang bersifat kontinu. Sistem aliran ini cocok digunakan untuk menyisihkan padatan
tersuspensi, serta memiliki resiko clogging yang lebih rendah.

29
Media pendukung yang digunakan pada unit pengolahan Constructed Wetland
biasanya berupa pasir ataupun batu (gravel). Terdapat penelitian terhadap modifikasi
media yang digunakan dalam Constructed Wetland dengan tujuan meningkatkan
kinerja penyisihan polutan yang ada pada air limbah. Menurut penilitian (Gloria and
Marsono, 2022) terdapat potensi pemanfaatan lumpur alum dari kegiatan instalasi
pengolahan air minum. Penggunaan lumpur alum sebagai substrat pada unit pengolahan
Constructed Wetland memberikan efisiensi removal yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan penggunaan media lainnya. Proses penguraian polutan terjadi
ketika air limbah dialirkan pada sistem constructed wetlend dan akan dibiarkan
merembes melewati akar tumbuhan dan media yang telah direncanakan (Cahyana dan
Aulia, 2019).
Pada unit pengolahan Constructed Wetland, tumbuhan atau vegetasi memiliki
peranan yang penting sebagai penyedia oksigen. Tumbuhan memiliki kemampuan
untuk berfotosintesis sehingga mampu menghasilkan oksigen. Ketersediaan oksigen
yang cukupmemungkinkan terjadinya penguraian polutan oleh mikroorganisme yang
terdapat pada akar tumbuhan. Jenis tumbuhan atau vegetasi yang digunakan dalam unit
Constructed Wetland mempengaruhi kemampuan me-removal polutan yang terdapat
pada air limbah Secara umum Constructed Wetland membutuhkan species tumbuhan
yang digunakan sebagai bioakumulator, adapun beberapa jenis tumbuhan yang
digunakan dalam unit pengolahan Constructed Wetland adalah Typha Angustifolia,
Phragmites Australis dan Canna indica (Andrawina et al., 2020). Namun seiring
perjalanan waktu banyak unit pengolahan yang menggunakan tumbuhan konsumsi
sebagai bioakumulator. Hal ini memberikan kelebihan berupa hasil produk yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti tumbuhan kangkung ataupun selada.
1. Typha Angustifolia atau Cattail
Tumbuhan Cattail merupakan tumbuhan air yang memiliki daun sedikit membulat
dan mampu tumbuh hingga ketinggian mencapai 3 meter. Tanaman ini memiliki
bunga berwarna cokelat gelap berbentuk silindris dengan panjang sakitar 15-50 cm.
Tumbuhan Cattail dapat tumbuh pada daerah yang hanya sebagian terendam air.
Tanaman cattail memiliki potensi sebagai bioakumulator pada unit Constructed
Wetland karena memiliki tingkan penyisihan ammonia yang cukup tinggi. Tanaman
cattail memiliki kemampuan berkembang biak yang baik karena memiliki rentang
toleransi suhu yang cukup luas antara 25◦C - 30◦C. Berikut adalah merupakan
klasifikasi ilmiah tumbuhan Typha Angustifolia atau Cattail:
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Magnoliophyta
- Kelas : Liliopsida
- Ordo : Typhales
- Famili : Typhaceae
- Genus : Typha
- Spesies : Typha Angustifolia

30
Gambar 4. 13 Tanaman Typha Angustifolia atau Cattail
(Sumber: Fatchurosaddi, 2020)
2. Phragmites Australis atau Common Reed
Tumbuhan Phragmites Australis merupakan salah satu tumbuhan yang dapat hidup
diseluruh dataran rendah. Struktur tumbuhan ini berbentuk menyerupai pagar
tumbuhdan tersusun berdiri dengan tegak. Tumbuhan ini dapat dijumpai pada
wilayah perairan tenang seperti daerah rawa-rawa, payau hingga tanah berlumpur.
Tumbuhan ini mempunyai batang berongga, seperti polongan yang keras dan
mempunyai tangkai daun yang kasar dan keras. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan
baik karena memilik ketahanan terhadap berbagai jenis ph yang cukup variatif
mulai dari ph 2,5 hingga 9,8 tumbuhan ini masih dapat hidup dengan baik (Packer
et al, 2017). Berikut adalah merupakan klasifikasi ilmiah tumbuhan Phragmites
Australis atau Common Reed:
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Magnoliophyta
- Kelas : Liliopsida
- Ordo : Poales
- Famili : Poaceae
- Genus : Phragmites
- Spesies : Phragmites Australis

31
Gambar 4. 14 Tanaman Phragmites Australis atau Reed
Sumber: http://cnps-yerbabuena.org/common-reed-phragmites-australis/

3. Canna Indica atau Bunga Kana


Tanaman bunga kana merupakan tumbuhan yang memiliki rimpang tebal
menyerupai ubi. Akar rimpang tumbuhan kana dapat tumbuh menyebar ke segala
arah dengan Panjang kurang lebih 30 cm – 40 cm. Tumbuhan ini memiliki potensi
sebagai bioakumulator pada unit Constructed Wetland karena memiliki akar
serabut, serta batang yang mampu menyerap air limbah secara alami. Tumbuhan
kana dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 2 meter.
Menurut (Husnabilah, 2016) bunga kana memiliki relative growth rate (RGR)
yang rendah. Hal ini memberikan keuntungan dalam proses pemanfaatan tumbuhan
kana sebagai bioakumulator karena membutuhkan perawatan yang lebih sedikit,
serta memeliki siklus daur hidup yang lebih lama. Telah dilakukan beberapa
penelitian terhadap kemampuan tumbuhan kana dalam menyisihkan polutan yang
terdapat pada air limbah dan menunjukkan angka removal yang cukup tinggi.
Tumbuhan kana banyak dijumpai dibeberapa taman sebagai tanaman hias.
Hal ini disebabkan akibat bunga besar dengan warna yang cerah menambah nilai
dari tumbuhan tersebut. Tanaman kana dapat tumbuh diberbagai jenis tanah dan
memiliki ketahanan terhadap fluktuasi cuaca. Dalam proses perawatannya
tumbuhan ini tidak membutuhkan perlakuan khusus. Berikut adalah klasifikasi
ilmiah tumbuhan Phragmites Canna Indica atau Bunga Kana:
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Magnoliophyta
- Kelas : Liliopsida
- Ordo : Zingiberales
- Famili : Cannaceae
- Genus : Canna
- Spesies : Canna Indica

32
Gambar 4. 15 Tanaman Canna Indica atau Bunga Kana
Sumber: https://www.csbe.org/indian-shot-canna-indica

4. Ipomoea Aquatica atau Kangkung


Ipomoea Aquatica atau yang sering disebut kangkung merupakan salah satu
jenis tanaman yang dijadikan sebagai tanaman sayuran di Indonesia. Tanaman
kangkung dapat dijumpai hampir diseluruh wilayah Indonesia. Tumbuhan
kangkung memiliki batang yang berongga, dan hidup menjalar serta memiliki
bunga berwarna putih kemerahan. Dengan karakteristik yang dimiliki oleh
tumbuhan kangkung air memunginkan mikroorganisme banyak tumbuh di akar dan
batang. Sehingga tumbuhan kankung dijadikan salah satu bioakumulator dalam unit
Constructed Wetland (Fajariyah,2017). Tidak hanya mampu menyisihkan senyawa
organik, tanaman kangkung juga memiliki kemampuan untuk menyisihkan logam
berat. Dengan kemampuan adaptasi yang baik, tumbuhan kangkung dapat tumbuh
dengan mudah tanpa memerlukan perawatan yang sulit. Berikut adalah klasifikasi
ilmiah tumbuhan Ipomoea Aquatica atau kangkung (Suhar et all,2022):
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Spermatophyta
- Kelas : Dicotyledoneae
- Ordo : Tubiflorae
- Famili : Convolvulaceae
- Genus : Ipomoea
- Spesies : Ipomoea Aquatica

33
Gambar 4. 16 Tanaman Ipomoea Aquatica atau kangkung
Sumber: (Fajariyah, 2017)

Guna merencakan unit pengolahan constrcted wetland yang baik, terdapat beberapa
kriteria design yang harus dipenuhi mulai dari rentang waktu tinggal, ketinggian muka
air, beban rata-rata BOD, beban hidrolis, hingga ketinggian media. Kriteria design
untuk unit pengolahan Constructed Wetland dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4. 8 Kriteria Design Unit Pengolahan Constructed Wetland


No Komponen Kriteria Design

1 Waktu Detensi 3 - 10 hari

2 Tinggi muka air 0,3 - 0,6 m

3 Beban BOD <112 kg/ha.hari

4 Beban Hidrolis 0,015 - 0,05 m3/ m2 . Hari

5 Tinggi Media 0,5 - 0,8 m

Dalam pelaksanaannya pengolahan air limbah menggunakan teknologi Constructed


Wetland memiliki kelebihandan kekurangan dalam proses pelaksanannya. Pada Tabel
4.9 terdapat kelebihan dan kekurangan dari pengolahan menggunakan Constructed
Wetland
Tabel 4. 9 Kelebihan dan Kekurangan Constructed Wetland
No Kelebihan Kekurangan
1 Teknologi yang membutuhkan Pengolahan tidak efektif pada suhu
biaya yang cukup terjangkau yang terlalu tinggi ataupun suhu
yang terlalu rendah

34
No Kelebihan Kekurangan
2 Membutuhkan perawatan yang berpotensi menimbulkan bau yang
mudah dan memiliki ketahanan tidak sedap
yang cukup baik
3 Tidak memerlukan teknologi berpotensi menjadi sarang bagi
yang rumit dan peralatan mesin vektor penyakit (nyamuk)
atau bahan kimia
4 Mampu memanfaatkan sumber Berpotensi terjadi penyumbatan
daya yang tersedia atau clogging pada media
pendukung
5 Bersifat fleksibel dan dapat
disesuaikan berdasarkan skala
pengolahan
6 Menambahkan nilai estetika dari
vegetasi yang digunakan

4.3.2 Efisiensi Unit Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar
Permasalahn utama dalam air limbah budidaya ikan air tawar adalah adanya polutan
yang dapat menurunkan kualitas lingkungan. Oleh karena itu dilakukan pengolahan air
limbah dengan tujuan mereduksi kadar polutan. Kemampuan me-removal inilah yang
sering disebut tingkat efisiensi. Berdasarkan karakteristik air limbah budidaya ikan air
tawar dapat diidentifikasi bahwa jenis polutan utama yang terkandung dalam air limbah
adalah TSS, BOD, COD dan Ammonia yang relatif tinggi. Sehingga dipilih beberapa
alternatif unit pengolahan dengan tingkat efisiensi me-removal keempat jenis polutan
tersebut.
Dengan memperhatikan kemudahan operasional dan perawatannya, unit teknologi
pengolahan yang dijadikan alternatif adalah unit teknologi yang sederhana yaitu bak
penampung dan Constructed Wetland. Namun pada perencanaan pemilihan alternatif
teknologi pengolahan terdapat beberapa modifikasi pada kedua jenis teknologi. Pada unit
teknologi bak penampung ditambahkan biofilter, sedangkan untuk unit teknologi
Constructed Wetland menggunakan vegetasi atau tumbuhan yang berbeda dan jenis media
yang berbeda pula. Digunakan beberapa sumber dalam proses penentuan tingkat efisiensi
unit pengolahan yang diperoleh dari hasil penelitian terdahulu serta dilakukan uji coba
langsung untuk mengetahui kemampuan polutan dalam air limbah budidaya ikan air tawar
untuk mengendap. Efisiensi penyisihan dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.

35
Tabel 4. 10 Efisiensi Removal Unit Bak Penampung

Variasi Removal Waktu Detensi Sumber


TSS = 50%
Bak Penampung BOD = 40% - Qasim,2013
COD = 40%
Bak Penampung + TSS = 45%
Ningrum et
Biofilter BOD = 94% 87 jam
all,2019
CrossFlow COD = 92%
Bak Penampung TSS = 85%
Hasil Uji
berdasarkan Hasil BOD = 65% 24 jam
Laboratorium
Uji COD = 65%

Tabel 4. 11 Efisiensi Removal Unit Contructed Wetland

Jenis
Variasi Removal Jenis Media Sumber
Tumbuhan
TSS = 84 %
Typha
BOD = 94,5 % Medium
Angustifolia Fatchurosadhi,2020
Constructed COD = 92,5% Gravel
atau Cattail
Wetland Sub- NH3 = 96,52%
Surface TSS = 87%
Horizontal BOD = 80% Phragmites Medium
Lopez,2016
COD = 80% australis (Phr) Gravel
NH3 = 60%
TSS = 92%
Constructed BOD = 94% Phragmites Lumpur Gloria dan
Wetland Sub-
COD = 83% australis (Phr) Alum Marsono,2022
Surface Vertikal
NH3 = 97%
Constructed TSS = 87% (1) Medium Husnabillah,2016 (1)
Wetland Sub- BOD = 85% (1) Gravel +
Canna Indica
Surface COD = 85% (1) Lumpur Houndedjihou et
Horizontal NH3 = 97% (2) Alum all,2021 (2)
TSS = 50% (1)
Salim,2021 (1)
Constructed BOD = 47% (1) Ipomoea
Medium
Wetland Sub- aquatica atau Gulton dan
COD = 30% (2) Gravel
Surface Vertikal Kangkung Sutanto,2019 (2)
NH3 = 97,7% (3) Fajariyah,2012 (3)

36
4.4 Penentuan Rekomendasi Teknologi Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air
Tawar
Dalam proses pemilihan alternatif teknologi pengolaham, akan dilakukan
perhitungan konsentrasi baru dari air limbah campuran yang berasal dari kolam dengan
jenis ikan yang berbeda. Hal ini dilakukan karena dalam perencanaan instalasi pengolah air
limbah air limbah yang berasal dari kolam lele dan kolam nila akan masuk kedalam unit
instalasi yang sama sedangkan konsentrasi dari kedua air limab tersebut berbeda. Sehingga
perlu dilakukan perhitungan konsentrasi baru untuk air limbah campuran dengan
persamanan sebagai berikut:

(𝐶1 𝑥 𝑄1) + (𝐶2 𝑥 𝑄2)


𝐶3 =
𝑄3
Keterangan:
C1 : Konsentrasi air limbah kolam lele (mg/L)
C2 : Konsentrasi air limbah kolam nila (mg/L)
C3 : Nilai konsentrasi campuran air limbah kolam (mg/L)
Q1 : Volume air limbah kolam lele (m3)
Q2 : Volume air limbah kolam lele (m3)
Q3 : Volume air Total (m3)

Hasil perhitungan konsentrasi air limbah campuran untuk industri rakyat dan
industri negara dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13

Tabel 4. 12 Hasil Perhitungan Konsentrasi Campuran Air Limbah Industri Rakyat


A1 A2 Volume Volume Konsentrasi
Parameter
(mg/L) (mg/L) A1 (m3) A2 (m3) Campuran (mg/L)
TSS 1017 9,1 339,07
BOD 1087 32,3 377,59
55 113
COD 2713 80,1 942,06
Amonia 14,7 0,269 4,89

Tabel 4. 13 Hasil Perhitungan Konsentrasi Campuran Air Limbah Industri Negara


B1 B2 Volume Volume Konsentrasi
Parameter
(mg/L) (mg/L) B1 (m3) B2 (m3) Campuran (mg/L)
TSS 169,4 9,1 23,67
BOD 17,8 32,3 30,98
300 3000
COD 44,6 80,1 76,87
Amonia 1,72 0,269 0,40

Dengan hasil perhitungan tersebut dapat dilakukan analisa perhitungan kualitas


efluen yang akan dihasilkan dengan data efisiensi removal tiap unit pengolahan yang
terpilih. Dalam proses penentuan rekomendasi teknologi pengolahan air limbah budidaya
ikan air tawar, hasil perhitungan kualitas efluen akan dibandingkan dengan 2 baku mutu 37
dengan tujuan yang berbeda yaitu dilepaskan ke badan air atau digunakan kembali untuk
mengisi kolam ikan. Kualitas efluen yang akan dilepaskan badan air akan mengacu pada
Keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan no.28 tahun 2004 yang dapat dilihat pada Tabel
4.14

Tabel 4. 14 Baku Mutu Untuk Air Limbah yang Dilepaskan Ke Badan Air

No Parameter Unit Baku Mutu

1 Derajat Keasaman (pH) - 6 Sampai 9


2 Total Suspended Solid (TSS) mg/l ≤ 200
3 Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) mg/l ≤ 45
4 Amonia (NH3-N) mg/l ≤ 0,1

Sedangkan untuk kualitas efluen air yang akan digunakan kembali mengacu pada
baku mutu peraturan pemerintah no. 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk standar baku mutu badan air kelas tiga. Badan
air kelas tiga merupakan badan air yang dimanfaatkan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengaliri tanaman. Baku mutu yang mengatur kualitas badan air
kelas tiga dapat dilihat pada Tabel 4.15

Tabel 4. 15 Baku Mutu Untuk Air Limbah yang Digunakan Kembali

No Parameter Unit Baku Mutu

1 Derajat Keasaman (pH) - 6 sampai 9

2 Total Suspended Solid (TSS) mg/l 100

3 Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) mg/l 6

4 Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD) mg/l 40

5 Amonia (NH3-N) mg/l 1,9

Dilakukan analisis perhitungan kualitas efluen air limbah budidaya ikan air tawar dengan menggunakan
beberapa alternatif kombinasi unit teknologi bak penampung dengan unit teknologi Constructed
Wetland. Berdasarkan hasil analisis, tidak semua kombinasi dapat dijadikan sebagai alternatif
pengolahan karena kualitas efluen yang belum memenuhi baku mutu baik untuk tujuan dilepaskan ke
badan air ataupun untuk digunakan kembali untuk mengisi air kolam. Hasil analisis kualitas efluen dapat
dilihat pada Tabel 4.16 dan Tabel 4.17.

38
Tabel 4. 16 Hasil Analisis Pemilihan Alternatif Teknologi Pengolahan Industri Rakyat

Industri Rakyat

No Unit pertama Unit kedua Dapat Dapat Kelebihan Kekurangan


dibuang ke digunakan
lingkungan kembali

Pertumbuhan vegetasi
CW Typha Angustifolia Diperlukan penanganan
yang cepat karena
1 atau Cattail media √ √ lanjutan untuk vegetasi
menghasilkan banyak
gravel yang digunakan
benih

CW Phragmites Diperlukan penanganan


Pemanfaat limbah lumpur
2 australis media lumpur √ √ awal untuk media lumpur
alum
alum alum
Bak Penampung
+ biofilter
crossflow CW Canna Indica Umur tanaman yang lebih Diperlukan penanganan
3 media gravel + lumpur √ √ lama, menambah estetika lanjutan untuk vegetasi
alum karena berbunga cerah yang digunakan

Menghasilkan vegetasi Belum bisa dimanfaatkan


CW Ipomoea aquatica yang dapat dikonsumi kembali karena belum
4 √ -
media gravel dan memiliki nilai memenuhi baku mutu
ekonomi badan air kelas III
Tabel 4. 17 Hasil Analisis Pemilihan Alternatif Teknologi Pengolahan Industri Negara

Dapat Dapat
No Unit Pengolahan dibuang ke digunakan Kelebihan Kekurangan
lingkungan kembali
Pertumbuhan vegetasi
Diperlukan penanganan
CW Typha Angustifolia atau yang cepat karena
1 √ √ lanjutan untuk vegetasi yang
Cattail media gravel menghasilkan banyak
digunakan
benih
Dapat tumbuh Diperlukan penanganan
CW Phragmites australis media
2 √ √ diseluruh dataran lanjutan untuk vegetasi yang
gravel
rendah digunakan

CW Phragmites australis media Pemanfaat limbah Diperlukan penanganan awal


3 √ √
lumpur alum lumpur alum untuk media lumpur alum
Umur tanaman yang
lebih lama, menambah
estetika karena Diperlukan penanganan awal
4 CW Canna Indica media gravel √ √
memiliki bungan besar untuk media lumpur alum
dengan warna yang
cerah
Menghasilkan vegetasi Umur tanaman yang relatif
CW Ipomoea aquatica media yang dapat dikonsumi lebih pendek menambah
5 √ -
gravel dan memiliki nilai frekuensi kegiatan perawatan
ekonomi lebih rutin

40
Alternatif pengolahan yang direkomendasikan untuk karakteristik air limbah
budidaya ikan air tawar industri rakyat adalah kombinasi bak penampung dengan
menggunakan biofilter crossflow dengan Constructed Wetland menggunakan vegetasi
canna indica dengan media gravel dan lumpur alum. Hasil analisis menunjukkan efluen
yang dihasilkan memenuhi kedua baku mutu baik baku mutu efluen untuk dilepaskan ke
badan air ataupun baku mutu untuk dimanfaatkan kembali. Pada industri rakyat sumber air
biasanya diperoleh dari air tanah, hal ini memperkuat tujuan penggunaan kembali air hasil
olahan agar tidak terjadi eksploitasi air tanah secara berlebihan. Pada Tabel 4.18 dapat
dilihat kualitas efluen dari pengolahan yang telah direkomendasikan

Tabel 4. 18 Kualitas Efluen Air Limbah Industri Rakyat


Hasil Removal Baku Mutu
Baku Mutu
Parameter Influen Bak Penampung+ Digunakan
CW Canna Indica Efluen
Filter Crossflow kembali
TSS 339 45% 186,5 87% 24,24 ≤ 200 100
BOD 378 94% 22,7 85% 3,40 < 45 6
COD 942 92% 75,4 85% 11,30 - 40
Amonia 5 0,0% 4,7 97,0% 0,1 < 0,1 1,9
Status Dapat dibuang ke lingkungan atau digunakan kembali

Penggunaan vegetasi canna indica atau bunga kana dianggap sesuai dengan kondisi
industri yang tidak memiliki banyak tenaga kerja. Bunga kana memiliki umur rata rata yang
cukup lama sehingga mempermudah perawatan rutin seperti mengganti tanaman pada unit
Constructed Wetland.
Sedangkan untuk rekomendasi alternatif pengolahan air limbah budidaya ikan air
tawar industri negara adalah Constructed Wetland menggunakan vegetasi Ipomoea
aquatica atau kangkung, sistem ini sering disebut sebagai akuaponik, Sistem ini
memadukan sistem budidaya ikan (Aquakultur) dengan hidroponik, dimana menaman
tanaman dengan menggunakan media selain tanah (Ramadhan,2021). Jenis vegetasi atau
tumbuhan yang digunakan dapat memeberikan nilai ekonomi karena dapar diperjual-
belikan atau dikonsumsi oleh pihak pengelola. Kualitas efluen air limbah industri negara
nantinya akan dilepaskan kembali ke badan air. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan badan
air karena pada industi negara sumber air yang digunakan untuk mengisi kolam ikan bersumber dari
sungai dan air tanah. Kualitas efluen dapat dilihat pada Tabel 4.19

Tabel 4. 19 Kualitas Efluen Air Limbah Industri Negara


Hasil Removal Baku Baku Mutu
Parameter Influent Mutu Digunakan
CW Ipomoea aquatica Efluen kembali
TSS 23,67 50% 11,84 ≤ 200 100
BOD 30,98 47% 16,42 < 45 6
COD 76,87 33% 51,50 - 40
Amonia 0,40 98% 0,01 < 0,1 1,9
Status Dapat dibuang ke lingkungan
41
4.5 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Studi Kasus)
4.5.1 Siklus Penggunaan Air dan Debit Air Limbah
Langkah pertama dalam proses perencanaan adalah menghitung jumlah debit
rata-rata air limbah yang dihasilkan oleh indsutri rakyat budidaya ikan air tawar
milik perorangan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi siklus penggunaan air
untuk kegiatan budidaya. Pada industri budidaya miki Pak Andre, kolam dibagi
menjadi 2 yaitu kolam untuk budidaya ikan lele dan ikan nila. Kolam yang digunakan
untuk membudidayakan ikan lele berjumlah 7 yang dapat dilihat pada Gambar 4.17
Bulan ke -1 (bibit) Bulan ke- 2 (1 kg 100 ekor) Bulan ke-3 (1 kg 40 ekor) siap panen

Volume = 3m x 3m x 1m = 9 m3 Volume = 3m x 3m x 1m (2) = 18 m3

Volume =3,14 x 1,5m x 1,5m x 1m (4) = 28 m3

Gambar 4. 17 Siklus Penggunaan Air Untuk Budidaya Ikan Lele

Dibutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan untuk proses budidaya ikan lele dari
bibit hingga ukuran siap panen. Pada proses budidaya ikan lele akan dilakukan
pemisahan ikan berdasarkan ukurannya. Proses pemisahan ini dilakukan sebanyak
dua kali yaitu pada bulan pertama dan bulan kedua. Pada proses pemisahan yang
pertama ikan yang awalnya ditempatkan pada satu kolam akan dipindahkan ke dua
kolam. Air kolam yang pertama akan dibuang kemudian kolam akan diisi kembali
dengan bibit lele yang baru. Pada bulan pertama hanya akan dihasilkan air limbah
dari kolam pertama. Selanjutnya pada proses pemisahan yang kedua, ikan yang
berasal dari dua kolam akan dipindahkan ke empat kolam disebabkan bertambahnya
ukuran ikan sehingga membutuhkan ruang yang lebih luas. Pada bulan kedua akan
dihasilkan air limbah dari kolam pertama dan dua kolam yang kedua. Setelah ikan
siap dipanen, maka dibulan ketiga akan dihasilkan air limbah dari kolam pertama,
kolam kedua dan kolam ketiga, dan selanjutnya akan memebentuk siklus secara
kontinu.
Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan panen ikan setiap bulan. Sehingga pada
kondisi yang sudah berjalan, dari kegiatan budidaya ikan lele akan menghasilakan
air limbah 55 m3 setiap bulannya. Sedangkan untuk budidaya nila terdapat sedikit
perbedaan cara budidaya. Ikan nila membutuhkan kolam yang lebih luas dengan
aliran yang lebih tenang. Terdapat 3 kolam dengan ilustrasi pada Gambar 4.18

42
15 m

7,5 m
Volume air = 7,5m x 15 m x 1m
= 113 m3 x (3) = 338 m3

Gambar 4. 18 Siklus Penggunaan Air Untuk Budidaya Ikan Nila

Pada proses budidaya ikan nila tidak dilakukan pemindahan ikan ke kolam yang
berbeda, mulai dari ikan berukuran kecil hingga berukuran siap panen akan
ditempatkan dikolam yang sama. Pada kondisi existing saat ini, ketiga kolam ikan
nila ditanami bibit pada waktu yang bersamaan. Sistem ini memberikan keuntungan
berupa frekuensi panen yang lebih sedikit namun menyebabkan harga ikan yang
kurang stabil karena jumlah ketersediaan yang tinggi. Selain itu sistem penanaman
bibit ikan secara bersamaan menghasilkan debit air limbah yang besar pada waktu
tertentu. Berdasarkan siklus penggunaan air selama proses pembesaran ikan nila
dihasilkan air limbah 338 m3 setiap 3 bulan sekali. Siklus air limbah pada budidaya
ikan nila dapat dilihat Tabel 4.19
Tabel 4. 20 Siklus Air Limbah Budidaya Ikan Nila Pada Kondisi Eksisting
Jan Feb Mar April May Jun Juli Agt Sept Okt Nov Des
Siklus 1 0 0 338
Siklus 2 0 0 338
Siklus 3 0 0 338
Siklus 4 0 0 338
Jumlah 0 0 338 0 0 338 0 0 338 0 0 338

Melihat kondisi tersebut, dilakukan rekomendasi pengaturan waktu penanaman bibit


ikan nila. Kolam nila akan diisi bibit setiap bulan satu kolam, jumlah kolam untuk
budidaya ikan nila yang berjumlah tiga memungkinkan dilakukan sistem panen setiap
bulan. Hal ini mampu memberikan beberapa keuntungan seperti harga ikan nila yang
jauh lebih stabil dan bersaing karena jumlah ketersediaan yang tidak berlebihan.
Menurut Indrawati, (2013) Pada saat jumlah persediaan suatu barang sedang
tinggi, harga beli rata-rata terhadap barang tersebut akan mengalami penurunan
sebesar 28,13%. Sedangkan saat terjadi kelangkaan suatu barang, harga beli rata-rata
barang tersebut akan mengalami kenaikan sebesar 63,78%. Selain itu air limbah yang
dihasilkan cenderung lebih stabil setiap bulannya sehingga memudahkan proses
pengelolaan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan budidaya ikan air tawar.
Dengan perencanaan sistem penanaman bibit ikan nila dengan waktu yang
berbeda maka siklus air limbah pada inudstri budidaya ikan pada wilayah studi kasus
43
dapat dilihat pada Tabel 4.20
Tabel 4. 21 Siklus Air Limbah Budidaya Ikan Nila Yang Direncanakan
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sept Okt Nov Des
Kolam Lele Nila Lele Nila Lele Nila Lele Nila Lele Nila Lele Nila Lele Nila Lele Nila Lele Nila Lele Nila Lele Nila Lele Nila
Siklus 1 9 0 18 0 28 113
Siklus 2 9 0 18 0 28 113
Siklus 3 9 0 18 0 28 113
Siklus 4 9 0 18 0 28 113
Siklus 5 9 0 18 0 28 113
Siklus 6 9 0 18 0 28 113
Siklus 7 9 0 18 0 28 113
Siklus 8 9 0 18 0 28 113
Siklus 9 9 0 18 0 28 113
Siklus 10 9 0 18 0 28 113
Siklus 11 9 0 18 0
Siklus 12 9 0
Jumlah 9 27 168 168 168 168 168 168 168 168 168 168
Dengan siklus yang telah direncakan maka dapat diperoleh debit air limbah yang akan
dihasilkan setiap bulannya dari kedua jenis kolam ikan adalah 168 m3. Sehingga
seluruh air limbah yang dihasilkan akan dialirkan menuju instalasi pengolahan air
limba (IPAL) yang akan direncanakan.

4.5.2 Diagram Alir dan Preliminary Sizing


Berdasarkan hasil analisis pemilihan alternatif teknologi pengolahan yang
direkomendasikan untuk air limbah budidaya ikan air tawar industry rakyat adalah
bak penampung yang dilengkapi dengan biofilter crossflow dan dilanjutkan dengan
pengolahan menggunakan Constructed Wetland dan berakhir pada unit reservoir.
Penambahan unit reservoir bertujuan untuk menampung sementara air yang telah
diolah, yang nantinya akan digunakan kembali untuk mengisi kolam ikan. Diagram
alir pengolahan air limbah budidaya ikan air tawar dapat dilihat pada Gambar 4.19

Gambar 4. 19 Diagram Alir Pengolahan Air Limbah Budidaya Ikan Air Tawar
a. Bak Penampung
Direncanakan
1. Jumlah = 1 bak
2. Debit = 168 m3 / hari = 0,001944 m3/s
4. ʋ = 0,0000008039 m2/detik
5. Vo = 0,0008 m2/detik
44
6. Kedalaman (H) = 2 m
7. Rasio P:L =2
8. Td direncanakan = 30 hari
Perhitungan:

1. A surface (As) = Q/H


= 168 m3/hari / 2 m
= 84 m2
𝐴 𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒
2. Lebar (L) =√
2

84 𝑚2
=√ 2

= 6,481 m ~ 6,5 m
3. Panjang (P) =2xL
= 2 x 6,5 m = 13.00 m
4. Volume (V) =PxLxH
= 13 m x 6,5 m x 2 m
= 169 m3
5. vh = 12 x Vo
= 0,005 m/s
1
8 𝑥 𝑘(𝑝 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 − 𝑝 𝑎𝑖𝑟) 𝑥 𝑔 𝑥 𝑑 2
6. vs = ( )
𝑓
= 0,263 m/s
7. Jari-jari hidrolis = (L x H) / (L + 2H)
= (6,5 m x 2 m) / (6,5 m + 2 (2m))
= 1,2389 m
8. Nre = (vh x R) / c
= (0,005 m/s x 1,2389 m) / 0,0000804 m2/detik
= 1478,5 (< 2000, Memenuhi)
𝑣
9. Nfr =
√𝑔.ℎ
0,01
=
√9,81 𝑥 2
= 0,000047(>10-5,Memenuhi)

Nilai bilangan Reynolds dan bilangan Froude sudah memenuhi kriteria design
sehingga mengurangi resiko terjadinya aliran yang tidak laminar dan resiko terjadi
short circuit. Selanjutnya dilakukan perhitungan diameter pipa yang akan digunakan
sebagai penghubung unit teknologi dengan menggunakan persamaan Hazen William
sebagai berikut:
1. Slope = 0,01
2. Panjang =2m
3. Debit = 168 m3 / hari = 0,0001944 m3/s 45
4. C pipa PVC = 140
Perhitungan :
1. Headloss = Slope / Panjang
= 0,01 / 1 m
= 0,005 m
𝑄
2. Hf =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63
3. Diameter Pipa = 0,059601342 m
= 59 mm
Diamater pasaran = 60 mm ~ 2 Inch
Selanjutnya akan dilakukan perhitungan headloss pada unit bak penampung
𝑄
1. Headloss Mayor = ( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63

0,001944
=( )1,85 x 13 m
0,2785 𝑥 140 𝑥 0,0062,63

= 0,1258 m

𝑣
2. Headloss Minor = Kx = 0,02 m
2𝑥𝑔
3. Headloss Total = Hf Mayor + Hf Minor
= 0,146 m

Pada bak penampung akan digunakan pompa submersible yang akan diletakkan pada dasar
bak penampung dan membantu mengalirkan air menuju unit constructed wetland.
Direncanakan:

1. Debit air yang masuk = 16,3 m3/hari


2. Waktu operasi pompa = 6 jam/hari
3. Debit (Q) aliran = Qin / Waktu Operasi
= 5,6 m3/hari / 6 jam/hari
= 0,93 m3/hari
4. Head Statis =2m
5. Head Sistem = 0,146 m
6. Head Pompa = Head Statis + Head Sistem
= 2,146 m
Dengan hasil perhitungan head pompa yang telah dilakukan maka direncanakan penggunaan
pompa submersible GRUNDFOS tipe DMH 550-10D B-PVCL/V/C-X-E7U3B8XEMAG
dengan spesifikasi sebagai berikut:
- Imput Daya : 3 x 230/400 V
- Head max : 10 m
- Debit air : 0,55 m3/jam
Gambar pompa submersible yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 4.20

46
Gambar 4. 20 Pompa Submersible

Kemudian akan dilakuakan perhitungan dimensi ruang lumpur yang digunakan


sebagai settling zone, berikut adalah perhitungan ruang lumpur serta waktu yang
dibutuhkan untuk menguras ruang lumpur:

1. Jumlah = 1 bak
2. Debit = 168 m3/hari
= 1,94 L/detik
3. Removal (%R) = 80%
4. [TSS] = 339 mg/L
5. Massa TSS removal = Q x %R x [TSS]
𝐿 𝑚𝑔 86400
= 1,94 𝑥 80% 𝑥 339 𝑥
𝑆 𝐿 10^6
= 45,562 kg/hari
6. % Air = 95%
7. % Solid = 5%
8. ρ Solid = 2650 kg/m3
9. ρ Air = 1000 kg/m3
100
10. Massa Lumpur = 𝑥 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑆𝑆 𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙
5
100
= 𝑥 45,562 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
5
= 911,232 kg/hari
11. ρ Lumpur = (% Air x ρ Air) + (% Solid x ρ Solid)
= (95% x 1000 kg/m3) + (5% x 2650 kg/m3)
= 1083 kg/m3
12. Debit Lumpur = Massa Lumpur / ρ Lumpur
= 911,232 kg/hari / 1083 kg/m3
= 0,842 m3/hari

Setelah ditentukan debit lumpur yang dihasilkan, selanjutnya dapat direncanakan


ruang lumpur. Pada perencanaan ini didesain ruang lumpur berbentuk bangun
trapesium yang dapat dilihat pada Gambar 4.21 47
Gambar 4. 21 Dimensi Ruang Lumpur

Ruang Lumpur:
1. Kedalaman (H) =1m
2. P1 =5m
3. L1 = 6,5 m (lebar bak)
4. P2 = 3,33 m (⅔ P1)
5. L2 = 4,3 m (⅔ L1)
6. A1 = P1 x L1
= 5 m x 6,5 m
= 32,5 m2
7. A2 = P2 x L2
= 3,33 m x 4,3 m
= 14,4 m2
𝐻
8. Volume Ruang Lumpur = 3 𝑥 (𝐴1 + 𝐴2 + √𝐴1 𝑥 𝐴2)
𝐻
= 𝑥 ( 32,5 𝑚2 + 14,4 𝑚2 + √32,5 𝑚2 𝑥 14,4 𝑚2)
3
= 22,87 m
9. Volume Ruang Lumpur = Volume Ruang Lumpur / Debit Lumpur
= 22,87 m3 / 0,842 m3/hari
= 27,169 hari ~ 28 hari
Pada ruang lumpur akan direncanakan penggunaan pompa submersible untuk
mengalirkan lumpur yang masuk menuju Sludge Drying Bed. Dilakuka perhitungan
headpompa yang dibutuhkan untuk mengalirkan lumpur yang dihasilkan dengan
perhitungan sebagai berikut :

1. Slope = 0,01
2. Panjang =2m
3. Debit = 0,842 m3/hari
4. C pipa PVC = 140
Perhitungan :
4. Headloss = Slope / Panjang
= 0,01 / 2 m
= 0,005 m
48
𝑄
5. Hf =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63
6. Diameter Pipa = 0,0105 m
= 10 mm
Diamater pasaran = 42 mm ~ 1,25 Inch
Selanjutnya akan dilakukan perhitungan headloss pada unit bak penampung
𝑄
1. Headloss Mayor =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63

0,001944
=( )1,85 x 13 m
0,2785 𝑥 140 𝑥 0,0422,63

= 0,0000083 m
𝑣
2. Headloss Minor = K x 2 𝑥 𝑔 = 0,02 m
3. Headloss Sistem = Hf Mayor + Hf Minor
= 0,020 m
Pada bak penampung akan digunakan pompa submersible yang akan diletakkan pada
dasar ruang lumpur dan membantu mengalirkan air menuju unit Sludge Drying Bed
Direncanakan:
7. Head Statis =2m
8. Head Sistem = 0,146 m
9. Head Pompa = Head Statis + Head Sistem
= 2,02 m
Dengan hasil perhitungan head pompa yang telah dilakukan maka direncanakan
penggunaan pompa submersible GRUNDFOS tipe DMH 550-10D B-PVCL/V/C-X-
E7U3B8XEMAG dengan spesifikasi yang sama dengan pompa submersible yang
direncakan sebelumnya.
Guna meningkatkan kinerja dari proses sedimentasi pada bak penampung,
akan ditambahkan biofilter pada bagian ujung bak penampung. Penambahan biofilter
akan membantu proses penyisihan senyawa BOD dan COD. Menurut (Ningrum et
all,2019) media biofilter dengan jenis crossflow memiliki ukuran standar 1,2 m x 0,5
m x 0,6 m. Media biofilter standard yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4. 22

49
Gambar 4. 22 Media Biofilter Crossflow
Sumber : (https://tricklingfilters.com.au/products/trickling-filters/)
Sehingga diperoleh perhitungan kebutuhan media biofilter sebagai berikut:
1. Debit = 168 m3/hari = 168000 L/hari
2. Konsentrasi BODin = 378 mg/L
3. Beban BOD = Konsentrasi BODin x Debit
= 16800 L/hari x 378 mg/L
= 63504000 mg/hari
= 63,504 kg/hari
4. Standard beban BOD = 3,2 m kg BOD/m3. hari (0,6 – 3,2)
5. Volume media biofilter = Beban BOD / Standard beban BOD
= 63,405 kg/hari / 3,2 m kg BOD/m3. hari
= 19,845 m3
6. Direncanakan pengisian volume terisi media biofilter sebesar 80%
Volume terisi media biofilter = 80% x 19,845 m3 = 15,876 m3
7. Volume standard biofilter = 0,36 m3
8. Jumlah media (n) = Volume terisi media biofilter / Volume standard
= 15,876 m3 / 0,36 m3
= 44,1 ~ 45 m

Sehingga dari hasil perhitungan akan dibutuhkan 45 buah media crossflow untuk
proses peningkatan kinerja bak penampung. Media akan disusun menjadi 4 tingkatan.
Ilustrasi perencanaan bak penampung dapat dilihat pada Gambar 4.23.

Gambar 4. 23 Ilustrasi Bak Penampung

50
b. Constructed Wetland
Direncanakan
1. Jumlah = 1 bak
2. Debit = 168 m3 akan dialirkan secara bertahap selama 30 hari
= 5,6 m3/hari
3. HLR = 0,5 m3 / m2 hari ( 0,02 – 1 m3 / m2 hari)
4. Kedalaman (H) = 1 m
5. Rasio P:L =4
Perhitungan :
1. A Surface (As) = Debit / HLR
= 5,6 m3/hari / 0,5 m3 / m2 hari
= 11,2 m2
𝐴 𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒
2. Lebar (L) =√ 4

11,2 𝑚2
=√ 4
= 1,672 m ~ 2 m
3. Panjang (P) =4xL
=4x2m
=8m
4. Cek Td = V/ Q
=PxLxH/Q
= (8 m x 2 m x 1 m) / 5,6 m3 hari
= 2,86 hari (Sesuai Kriteria Design)
5. Kebutuhan tanaman
Direncanakan terdapat 6 tanaman dengan tinggi tumbuhan 50cm disetiap 1 m3
sehingga diperoleh jumlah tanaman yang dibutuhkan sebagai berikut:
Kebutuhan tanaman = As x Kerapatan
= 11,2 m2 x 6 tanaman/m2
= 67,2 ~ 68 m tanaman

Kemudian akan dilakukan perhitungan diameter pipa inlet outlet yang akan digunakan
serta headloss pada unit constructed wetland dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Slope = 0,01
2. Panjang =1m
3. Debit = 5,6 m3 / hari = 6,481 x 10-5 m3/s
4. C pipa PVC = 140

Perhitungan :

7. Headloss = Slope / Panjang


= 0,01 / 1 m 51
= 0,01 m
𝑄
8. Hf =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63

9. Diameter Pipa = 0,021744 m


= 22 mm
Diamater pasaran = 42 mm ~ 1,25 Inch

𝑄
10. Headloss =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63

0,001944
=( )1,85 x 8m
0,2785 𝑥 140 𝑥 0,0422,63

= 0,0000001179 m

Ilustrasi perencanaan Constructed Wetland dapat dilihat pada Gambar 4.24

Gambar 4. 24 Ilustrasi Constructed Wetland

Vegetasi yang digunakan pada unit ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Hal ini lakukan dalam upaya pemenuhan zero waste sehingga seluruh hasil
samping dari instalasi pengolahan air limbah dapat digunakan kembali. Pemanfaatan
vegetasi akan menimbulkan hubungan saling menguntungkan antara pengelola
industri budidaya ikan air tawar dengan peternak yang berada disekitar lokasi industri.
c. Reservoir
Direncanakan :
1. Jumlah bak = 1 bak
2. Debit = 168 m3/hari
3. Waktu Detensi = 6 jam = 0,25 hari
4. Kedalaman (H) = 1,5 m
5. Rasio P:L =2
Perhitungan :
6. Volume = Debit x Td
= 168 m3/hari x 0,25 hari
= 42 m3

52
7. Asurface = Volume / Kedalaman
= 42 m3 / 1,5 m
= 28 m2
𝐴 𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒
8. Lebar (L) =√ 4

28 𝑚2
=√ 2
= 3,74 m ~ 4 m
9. Panjang (P) =2xL
=2x4m
=8m
Kemudian akan dilakukan perhitungan diameter pipa inlet outlet yang akan digunakan
serta headloss pada unit reservoir dengan perhitungan sebagai berikut :

1. Slope = 0,01
2. Panjang pipa = 20 m
3. Debit = 168 m3 / hari = 0,0001944 m3/s
4. C pipa PVC = 140
5. Headloss = Slope / Panjang
= 0,01 / 20 m
= 0,0005 m
𝑄
6. Hf =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63
7. Diameter Pipa = 0,204199 m
= 204 mm
Diamater pasaran = 216 mm ~ 8 Inch

Selanjutnya akan dilakukan perhitungan headloss pada unit bak penampung


𝑄
1. Headloss Mayor =( )1,85 x L
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63

0,001944
=( )1,85 x 8m
0,2785 𝑥 140 𝑥 0,2162,63
= 0,0000052 m
𝑣
2. Headloss Minor = K x 2 𝑥 𝑔 = 0,02 m
3. Headloss Sistem = Hf Mayor + Hf Minor
= 0,0205 m
Pada Reservoir akan digunakan pompa submersible yang akan ditambahkan pompa
dengan tujuan membantu mengalirkan air menuju kolam ikan nila
Direncanakan:
53
1. Debit air yang masuk = 9 m3/hari
2. Waktu operasi pompa = 3 jam/hari
3. Debit (Q) aliran = Qin / Waktu Operasi
= 9 m3/hari / 3 jam/hari
= 3 m3/hari
4. Head Statis =2m
5. Head Sistem = 0,0205 m
6. Head Pompa = Head Statis + Head Sistem
= 2,0205 m
Dengan hasil perhitungan head pompa yang telah dilakukan maka direncanakan penggunaan
pompa submersible DMH 1500-4D B-SS/T/SS-X-E1C1C1XMPAG dengan spesifikasi
sebagai berikut:
- Imput Daya : 3 x 230/400 V
- Head max : 10 m
- Debit air : 1,5 m3/jam
Gambar pompa submersible yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 4.25

Gambar 4. 25 Pompa Submersible yang digunakan pada unit Reservoir

Ilustrasi perencanaan Reservoir dapat dilihat pada Gambar 4.26.

Gambar 4. 26 Ilustrasi Reservoir

Dalam proses budidaya ikan air tawar, air kolam mengalami penguapan dan
membuat volume air kolam semakin berkurang dari hari ke hari. Air olahan yang
berasal dari reservoir dapat dimanfaatkan untuk memastikan volume air kolam cukup
baik untuk kegiatan budidaya ikan air tawar. Guna menjaga kualitas air hasil olahan
unit reservoir dilengkapi dengan penutup sederhana bisa menggunakan asbes atau
kain jaring untuk mencegah berbagai macam kotoran masuk kedalam bak reservoir.
54
d. Sludge Drying Bed
Direncanakan
1. Jumlah = 1 bak
2. Tebal Pasir = 0,2 m
3. Tebal Kerikil = 0,4 m
4. Tebal Lumpur = 0,3 m
5. Rasio P:L =2
6. Waktu Pengeringan = 14 hari
7. Massa Lumpur Penampung = 911,23 kg/hari
8. Massa Lumpur Biofilter = 15,67 kg/hari
9. Debit Lumpur Penampung = 0,84 m3/hari
10. Debit Lumpur Biofilter = 0,31 m3/hari
11. Kadar Solid = 30-40%

Perhitungan :
= (M. Lumpur Penampung + M. Lumpur Biofilter)
1. Massa Lumpur Total
x Waktu Pengeringan)
= (911,23 kg/hari + 15,67 kg/hari) x 14 hari
= 12976,68 kg
(Q. Lumpur BP I + Q. Lumpur BP II) x Waktu
2. Volume Lumpur Total =
Pengeringan
= (0,84 m3/hari + 0,31 m3/hari) x 14 hari
= 16,07 m³
3. Volume Cake Kering = V Lumpur Total x (1-97%) / (1-70%)
= 16,07 m³ x (1-97%) / (1-70%)
= 1,61 m³
4. Volume Filtrate = V. Lumpur Total – V. Cake Kering
= 16,07 m³ - 1,61 m³
= 14,46 m³
5. Asurface (As) = V. filtrate per bak / H lumpur
= 14,46 m³/ 0,3 m
= 48,2 m²
𝐴𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒
6. Lebar (L) = √
2

48,2
= √
2
= 4,91 m = 5 m
7. Panjang (P) = 2xL
= 2 x 5 m = 10 m

55
Ilustrasi perencanaan Reservoir dapat dilihat pada Gambar 4.27.

Gambar 4. 27 Ilustrasi Sludge Drying Bed


Lumpur yang dihasilkan dari unit pengolahan air limbah memiliki potensi
untuk dimanfaatkan kembali dalam upaya zero waste. Beberapa alternatif menfaatkan
lumpur IPAL adalah penggunaan lumpur sebagai bahan baku pembuatan bata beton
dan penggunaan lumpur sebagai bahan baku pupuk tanaman. Sebelum dilakukan
pemanfaatan lumpur IPAL perlu dilakukan adanya proses pengurangan kadar air pada
lumpur, atau yang sering disebut sebagai dewatering process.
Proses pengeringan lumpur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
alami ataupun mekanis. Salah satu contoh pengeringan lumpur scara alami adalah
menggunakan Sludge Drying Bed (SDB), sedangkan contoh pengeringan secara
mekanis adalah menggunakan filter presses. Proses pengeringan alami lebih sering
digunakan karena memberikan beberapa keuntungan diantaranya:
• Biaya pengadaan terjangkau
• Tidak membutuhkan energi yang tinggi
• Kemudahan dalam proses operasional dan maintenance
• Tidak memutuhkan operator dengan keahlian khusus
• Mampu menghasilkan cake lumpur dengan kadar air yang
rendah
Namun proses pengeringan secara alami akan sangat bergantung pada kondisi cuaca.
Proses pengeringan alami akan berlangsung efektif pada saat musim kemarau karena
suhu rata-rata yang relatif lebih tinggi serta intensitas sinar matahari yang stabil.
Menurut penelitian yang dilakukan (Ruliansyah et al., 2013) penggunaan
lumpur IPAL sebagai bahan campuran pembuatan bata beton memberikan
keuntungan ekonomi karena mampu mengurangi penggunakan semen dan pasir.
Namun hal ini berdampak terhadap kualitas bata beton yang dihasilkan. Penambahan
lumpur IPAL pada proses pembuatan bata beton menyebabkan penurunan kekuatan
bata beton. Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan lumpur IPAL
adalah memanfaatkan lumpur sebagai bahan baku pupuk atau tanah penutup
(Cahyadhi, 2016). Sludge atau lumpur yang dihasilkan IPAL mengandung beberapa
nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Pemanfaatan lumpur sebagai bahan baku
pembuatan pupuk dapat menjadi pilihan upaya pemenuhan zero waste.

56
4.5.3 Lokasi dan Denah IPAL
Perencanaan pembangunan instalasi pengolahan air limbah untuk industri budidaya ikan air tawar memanfaatkan
sisan lahan yang dimiliki oleh pengelola. Lahan yang tersedia masih cukup luas namun membutuhkan perlakuan awal karena
pada kondisi eksisting sisa lahan masih ditumbuhi beberapa tumbuhan seperti pohon mangga dan semak belukar. Denah
perencanaan IPAL dapat dilihat pada Gambar 4.28

Gambar 4. 28 Lokasi dan Denah Perencanaan IPAL Budidaya Ikan Air Tawar Industri Rakyat

57
4.5.4 BOQ dan RAB
Pada perencanaan IPAL budidaya ikan air tawar dibutuhkan perhitungan Bill of Quantity
(BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) guna menghitung kebutuhan penggalian tanah,
pembuatan pondasi batu kali serta pemasangan dinding batu bata. Pada penelitian ini belum
dilakukan analisis kelayakan dari segi ekonomi, karena membutuhkan kajian lebih lanjut.
Berikut adalah contoh perhitungan volume pekerjaan yang dibutuhkan untuk tiap tiap unit
pengolahan pada perencanaan IPAL budidayai ikan air tawar industry rakyat :
Diketahui:
1) Panjang (p) = 13 m
2) Lebar (l) = 6,5 m
3) Kedalaman (h) =2m
4) Tebal dinding (t) = 0,25 m

Perhitungan:
1) Volume struktur = [(𝑝 + (2𝑡)) 𝑥 (𝑙 + (2𝑡)) 𝑥 (ℎ + (2𝑡))]
= [(13 𝑚 + 0,5 𝑚) 𝑥 (6,5 𝑚 + 0,5 𝑚) 𝑥 (2 𝑚 + 0,5 𝑚)]
= 212,63 m3
2) Volume bagian dalam = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛
= 13 m x 6,5 m x 2 m
= 169 m3
3) Volume Dinding = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
= 212,63 m3 – 169 m3
= 43,63 m3
Dengan perhitungan yang sama diperoleh volume pekerjaan untuk tiap-tiap unit pengolahan
dapat dilihat pada Tabel 4.22 hingga Tabel 4.26
Tabel 4. 22 Volume Pekerjaan Unit Bak Penampung
BAK PENAMPUNG
Zona Pengendapan - Pekerjaan Pondasi + Dinding Bata Merah + Penggalian Tanah
1 Panjang = 13,00 m
2 Lebar = 6,50 m
3 Kedalaman = 2,00 m
4 Tebal Dinding = 0,25 m
5 Volume Struktur = 212,63 m³
6 Volume Bagian Dalam = 169,00 m³
7 Volume Dinding = 43,63 m³
8 Jumlah Unit = 1 unit
9 Volume Total Struktur = 212,63 m³
10 Volume Total Dinding = 43,63 m³
11 Volume Total Pondasi = 5,67 m³

58
Zona Pengendapan - Pekerjaan Pondasi + Dinding Bata Merah + Penggalian Tanah
1 Lebar Atas = 1,20 m
2 Lebar Bawah = 1 m
3 Luas Atas Bagian Dalam = 1,44 m²
4 Luas Bawah Bagian Dalam = 0,64 m²
5 Luas Atas Total = 2,89 m²
6 Luas Bawah Total = 1,69 m²
7 Kedalaman = 1 m
8 Tebal Dinding = 0,25 m
9 Volume Struktur = 1,70 m³
10 Volume Bagian Dalam = 0,51 m³
11 Volume dinding = 1,19 m³
12 Jumlah Unit = 1 unit
13 Volume Total Struktur = 1,70 m³
14 Volume Total dinding = 1,19 m³
Tabel 4. 23 Volume Pekerjaan Unit Constructed Wetland
CONSTRUCTED WETLAND
Zona Pengendapan - Pekerjaan Pondasi + Dinding Bata Merah + Penggalian Tanah
1 Panjang = 8,00 m
2 Lebar = 2,00 m
3 Kedalaman = 1,00 m
4 Tebal Dinding = 0,25 m
5 Volume Struktur = 26,56 m³
6 Volume Bagian Dalam = 16,00 m³
7 Volume dinding = 10,56 m³
8 Jumlah Unit = 1 unit
9 Volume Total Struktur = 26,56 m³
10 Volume Total dinding = 10,56 m³
11 Volume Total Pondasi = 2,11 m³

Tabel 4. 24 Volume Pekerjaan Unit Reservoir


RESERVOIR
Zona Pengendapan - Pekerjaan Pondasi + Dinding Bata Merah + Penggalian Tanah
1 Panjang = 8,00 m
2 Lebar = 4,00 m
3 Kedalaman = 1,50 m
4 Tebal Dinding = 0,25 m
5 Volume Struktur = 66,94 m³
6 Volume Bagian Dalam = 48,00 m³
7 Volume Dinding = 18,94 m³
8 Jumlah Unit = 1 unit
9 Volume Total Struktur = 66,94 m³
10 Volume Total dinding = 18,94 m³
11 Volume Total Pondasi = 2,46 m³
59
Tabel 4. 25 Volume Pekerjaan Unit Sludge Drying Bed
Zona Pengendapan - Pekerjaan Pondasi + Dinding Bata Merah + Penggalian Tanah
1 Panjang = 10,00 m
2 Lebar = 5,00 m
3 Kedalaman = 1,00 m
4 Tebal Dinding = 0,25 m
5 Volume Struktur = 72,19 m³
6 Volume Bagian Dalam = 50,00 m³
7 Volume Dinding = 22,19 m³
8 Jumlah Unit = 1 unit
9 Volume Total Struktur = 72,19 m³
10 Volume Total dinding = 22,19 m³
11 Volume Total Pondasi = 4,44 m³

Tabel 4. 26 Total Volume Pekerjaan Unit Pengolahan


Total Pekerjaan
Pekerjaan Pondasi Batu Belah
1 Bak Penampung = 5,67 m³
2 Constructed Wetland = 2,11 m³
3 Reservoir = 2,46 m³
4 Sludge Drying Bed = 4,44 m³
Pekerjaan Dinding Batu Bata
1 Bak Penampung = 44,82 m³
2 Constructed Wetland = 10,56 m³
3 Reservoir = 18,94 m³
4 Sludge Drying Bed = 22,19 m³
Penggalian Tanah
1 Bak Penampung = 214,32 m³
2 Constructed Wetland = 26,56 m³
3 Reservoir = 66,94 m³
4 Sludge Drying Bed = 72,19 m³

Selanjutnya akan dihitung koefisien Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kabupaten
Mojokerto tahun 2020 untuk mengetahui kebutuhan baik bahan maupun peralatan yang akan
digunakan untuk melakukan pekerjaan konstruksi pembangunan IPAL budidaya ikan air tawar.
Nilai Koefisien Harga Satuan Pokok Kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.27 hingga Tabel 4.2

Tabel 4. 27 Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm (1 Pc:3 Pp)
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm,
Campuran (1 Pc : 3 Pp)
No Bahan Koefisien Satuan Harga
1 Batu Belah 1,2 m³ Rp 168.600

60
No Bahan Koefisien Satuan Harga
2 Semen Portland 202 kg Rp 1.000
3 Pasir Pasang 0,485 m³ Rp 179.800
No Pekerja Koefisien Satuan
1 Mandor 0,075 orang.hari Rp 200.000
2 Kepala Tukang 0,075 orang.hari Rp 150.000
3 Tukang Batu 0,75 orang.hari Rp 150.000
6 Pekerja 1,5 orang.hari Rp 100.000

Tabel 4. 28 Koefisien Kebutuhan Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1 Bata (1 Pc:2 Pp)
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah
Tebal 1 Bata (1 Pc : 2 Pp)

No Bahan Koefisien Satuan Harga


1 Semen Portland 44 kg Rp 1.000
2 Bata Merah 140 Buah Rp 800
3 Pasir Pasang 0,08 m³ Rp 179.800
No Pekerja Koefisien Satuan
1 Mandor 0,03 orang.hari Rp 200.000
2 Kepala Tukang 0,02 orang.hari Rp 150.000
3 Tukang Batu 0,2 orang.hari Rp 150.000
4 Pekerja 0,6 orang.hari Rp 100.000

Tabel 4. 29 Koefisien Kebutuhan Pekerja Galian Biasa + Pembuangan Tanah Sisa


Koefisien Kebutuhan Pekerja Galian Biasa + Pembuangan Tanah Sisa
No Kebutuhan Koefisien Satuan
1 Mandor 0,003 orang.hari Rp 200.000
2 Pekerja 0,006 orang.hari Rp 100.000
No Peralatan Koefisien Satuan
1 Excavator 0,026 jam Rp 191.785
2 Dump Truck 0,334 jam Rp 97.531

Contoh Perhitungan BOQ Unit Bak Penampung (Pekerjaan Pondasi Batu Belah)
Pada perhitungan BOQ diperlukan data koefisien dari setiap kebutuhkan yang diperlukan
dalam suratu pekerjaan sesuai dengan HSPK Kabupaten Mojokerto tahun 2020
Diketahui:
1) Volume Pekerjaan = 5,67 m3
2) Koefisien Batu Belah = 1,2
3) Koefisien Semen Portland = 202 61
4) Koefisien Pasir Pasang = 0,485
5) Koefisien Mandor = 0,075
6) Koefisien Kepala Tukang = 0,075
7) Koefisien Tukang Batu = 0,75
8) Koefisien Pekerja = 1,5
Perhitungan:
1) Kebutuhan Batu Belah = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑒𝑙𝑎ℎ
= 5,67 m3 x 1,2
= 6,808 m3
2) Kebutuhan Semen Portland =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑡𝑙𝑎𝑛𝑑
= 5,67 m3 x 202
= 11145,6 kg
3) Kebutuhan Pasir Pasang =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
= 5,67 m3 x 0,485
= 2,751 m3
4) Kebutuhan Mandor = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑑𝑜𝑟
= 5,67 m3 x 0,075
= 0,425 orang.hari
5) Kebutuhan Kepala Tukang = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑑𝑜𝑟
= 5,67 m3 x 0,075
= 0,425 orang.hari
6) Kebutuhan Tukang Batu =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢
= 5,67 m3 x 0,75
= 4,253 orang.hari
7) Kebutuhan Pekerja = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
= 5,67 m3 x 1,5
= 8,507 orang.hari
Dengan cara perhitungan yang sama sehingga diperoleh hasil perhitungan Bill of Quantity
yang dapat dilihat pada Tabel 4.30 hingga Tabel 4.34

Tabel 4. 30 Bill of Quantity (BOQ) Bak Penampung


BAK PENAMPUNG
Volume Pekerjaan Bahan & Pekerja Koefisien Kebutuhan Satuan
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm,
Campuran (1 Pc : 3 Pp)
Batu Belah 1,2 6,806 m³
Semen Portland 202 1145,593 kg
Pasir Pasang 0,485 2,751 m³
5,67 Mandor 0,075 0,425 orang.hari
Kepala Tukang 0,075 0,425 orang.hari
Tukang Batu 0,75 4,253 orang.hari
Pekerja 1,5 8,507 orang.hari

62
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1
Bata (1 Pc : 3 Pp)
Semen Portland 44 1971,9 kg
Bata Merah 140 6274,2 Buah
Pasir Pasang 0,08 3,585 m³
44,82 Mandor 0,03 1,344 orang.hari
Kepala Tukang 0,02 0,896 orang.hari
Tukang Batu 0,2 8,963 orang.hari
Pekerja 0,6 26,890 orang.hari
Koefisien Kebutuhan Pekerja dan Peralatan Pekerjaan Galian Biasa +
Pembuangan Tanah Sisa
Mandor 0,003 0,643 orang.hari
Pekerja 0,006 1,286 orang.hari
214,32
Excavator 0,026 5,572 jam
Dump Truck 0,334 71,584 jam

Tabel 4. 31 Bill of Quantity (BOQ) Constructed Wetland


CONSTRUCTED WETLAND
Volume Pekerjaan Bahan & Pekerja Koefisien Kebutuhan Satuan
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm,
Campuran (1 Pc : 3 Pp)
Batu Belah 1,2 2,535 m³
Semen Portland 202 426,725 kg
2.11 Pasir Pasang 0,485 1,025 m³
Mandor 0,075 0,158 orang.hari
Kepala Tukang 0,075 0,158 orang.hari
Tukang Batu 0,75 1,584 orang.hari
Pekerja 1,5 3,169 orang.hari
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1
Bata (1 Pc : 2 Pp)
Semen Portland 44 464,8 kg
10,56
Bata Merah 140 1478,8 Buah
Volume Pekerjaan Bahan & Pekerja Koefisien Kebutuhan Satuan
Pasir Pasang 0,08 0,8 m³
Mandor 0,03 0,3 orang.hari
Kepala Tukang 0,02 0,2 orang.hari
10,56
Tukang Batu 0,2 2,1 orang.hari
Pekerja 0,6 6,3 orang.hari
Koefisien Kebutuhan Pekerja dan Peralatan Pekerjaan Galian Biasa +
Pembuangan Tanah Sisa
Mandor 0,003 0,080 orang.hari
26,56 Pekerja 0,006 0,159 orang.hari
Excavator 0,026 0,691 jam
Dump Truck 0,334 8,872 jam
63
Tabel 4. 32 Bill of Quantity (BOQ) Reservoir

RESERVOIR
Volume Pekerjaan Bahan & Pekerja Koefisien Kebutuhan Satuan
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm, Campuran
(1 Pc : 3 Pp)
Batu Belah 1,2 2,954 m³
Semen Portland 202 497,299 kg
Pasir Pasang 0,485 1,194 m³
2,46 Mandor 0,075 0,185 orang.hari
Kepala Tukang 0,075 0,185 orang.hari
Tukang Batu 0,75 1,846 orang.hari
Pekerja 1,5 3,693 orang.hari
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1
Bata (1 Pc : 2 Pp)
Semen Portland 44 833,3 kg
Bata Merah 140 2651,3 Buah
18,94 Pasir Pasang 0,08 1,5 m³
Mandor 0,03 0,6 orang.hari
Kepala Tukang 0,02 0,4 orang.hari
Tukang Batu 0,2 3,8 orang.hari
Pekerja 0,6 11,4 orang.hari
Koefisien Kebutuhan Pekerja dan Peralatan Pekerjaan Galian Biasa + Pembuangan
Tanah Sisa
Mandor 0,003 0,201 orang.hari
Pekerja 0,006 0,402 orang.hari
66,94
Excavator 0,026 1,740 jam
Dump Truck 0,334 22,357 jam

Tabel 4. 33 Bill of Quantity (BOQ) Sludge Drying Bed

SLUDGE DRYING BED


Volume Pekerjaan Bahan & Pekerja Koefisien Kebutuhan Satuan
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm,
Campuran (1 Pc : 3 Pp)
Batu Belah 1,2 5,325 m³
Semen Portland 202 896,375 kg
Pasir Pasang 0,485 2,152 m³
4,44 Mandor 0,075 0,333 orang.hari
Kepala Tukang 0,075 0,333 orang.hari
Tukang Batu 0,75 3,328 orang.hari
Pekerja 1,5 6,656 orang.hari

64
Koefisien Kebutuhan Bahan & Pekerja Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1
Bata (1 Pc : 2 Pp)
Semen Portland 44 976,3 kg
Bata Merah 140 3106,3 Buah
Pasir Pasang 0,08 1,8 m³
22,19 Mandor 0,03 0,7 orang.hari
Kepala Tukang 0,02 0,4 orang.hari
Tukang Batu 0,2 4,4 orang.hari
Pekerja 0,6 13,3 orang.hari
Koefisien Kebutuhan Pekerja dan Peralatan Pekerjaan Galian Biasa + Pembuangan
Tanah Sisa
Mandor 0,003 0,217 orang.hari
Pekerja 0,006 0,433 orang.hari
72,19
Excavator 0,026 1,877 jam
Dump Truck 0,334 24,111 jam

Tabel 4. 34 Bill of Quantity (BOQ) Kebutuhan Peratan Penunjang IPAL

Kebutuhan Peralatan Penunjang IPAL


No Jenis Pipa Panjang pipa Panjang tiap batang
Kebutuhan
1 Pipa PVC ø 42 mm 3 4 1
2 Pipa PVC ø 60 mm 1 4 1
3 Pipa PVC ø 216 mm 20 4 5
No Jenis Pompa Letak Unit Kebutuhan
Pompa DMH 550-10D B-
4 PVCL/V/C-X- Bak Penampung 2
E7U3B8XEMAG
Pompa DMH 1500-4D B-
5 SS/T/SS-X- Reservoir 1
E1C1C1XMPAG

Berikut adalah hasil perhitungan rencana anggaran biaya IPAL budidaya ikan air tawar pada
Tabel 4.35 hinga Tabel 4.40

Tabel 4. 35 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Bak Penampung


BAK PENAMPUNG
No. Bahan & Pekerja Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total Harga
Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm, Campuran (1 Pc : 3 Pp)
1 Batu Belah 15,727 m³ Rp 168.600 Rp 2.651.533
2 Semen Portland 2647,339 kg Rp 1.000 Rp 2.647.339
3 Pasir Pasang 6,356 m³ Rp 179.800 Rp 1.142.851
4 Mandor 0,983 orang.hari Rp 200.000 Rp 196.585
5 Kepala Tukang 0,983 orang.hari Rp 150.000 Rp 147.438
6 Tukang Batu 9,829 orang.hari Rp 150.000 Rp 65
1.474.384
7 Pekerja 19,658 orang.hari Rp 100.000 Rp 1.965.846
Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1 Bata (1 Pc : 2 Pp)
1 Semen Portland 1971,9 kg Rp 1.000 Rp 1.971.897
No. Bahan & Pekerja Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total Harga
2 Bata Merah 14280,5 Buah Rp 800 Rp 11.424.385
3 Pasir Pasang 3,585 m³ Rp 179.800 Rp 644.631
4 Mandor 3,060 orang.hari Rp 200.000 Rp 612.021
5 Kepala Tukang 2,040 orang.hari Rp 150.000 Rp 306.010
6 Tukang Batu 20,401 orang.hari Rp 150.000 Rp 3.060.103
7 Pekerja 61,202 orang.hari Rp 100.000 Rp 6.120.206
Pekerjaan Galian Biasa + Pembuangan Tanah Sisa
1 Mandor 0,1 m³ Rp 200.000 Rp 13.157
2 Pekerja 0,1 kg Rp 100.000 Rp 13.157
3 Excavator 0,570 m³ Rp 191.785 Rp 109.340
4 Dump Truck 7,324 orang.hari Rp 97.531 Rp 714.296
Total Rp 35.215.176

Tabel 4. 36 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Constructed Wetland


CONSTRUCTED WETLAND
No. Bahan & Pekerja Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total Harga
Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm, Campuran (1 Pc : 3 Pp)
1 Batu Belah 2,535 m³ Rp 168.600 Rp 427.401
2 Semen Portland 426,725 kg Rp 1.000 Rp 426.725
3 Pasir Pasang 1,025 m³ Rp 179.800 Rp 184.216
4 Mandor 0,158 orang.hari Rp 200.000 Rp 31.688
5 Kepala Tukang 0,158 orang.hari Rp 150.000 Rp 23.766
6 Tukang Batu 1,584 orang.hari Rp 150.000 Rp 237.656
7 Pekerja 3,169 orang.hari Rp 100.000 Rp 316.875
Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1 Bata (1 Pc : 2 Pp)
1 Semen Portland 464,8 kg Rp 1.000 Rp 464.750
No. Bahan & Pekerja Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total Harga
2 Bata Merah 1478,8 Buah Rp 800 Rp 1.183.000
3 Pasir Pasang 0,845 m³ Rp 179.800 Rp 151.931
4 Mandor 0,317 orang.hari Rp 200.000 Rp 63.375
5 Kepala Tukang 0,211 orang.hari Rp 150.000 Rp 31.688
6 Tukang Batu 2,113 orang.hari Rp 150.000 Rp 316.875
7 Pekerja 6,338 orang.hari Rp 100.000 Rp 633.750
Pekerjaan Galian Biasa + Pembuangan Tanah Sisa
1 Mandor 0,1 m³ Rp 200.000 Rp 15.938
2 Pekerja 0,2 kg Rp 100.000 Rp 15.938
3 Excavator 0,691 m³ Rp 191.785 Rp 132.452
4 Dump Truck 8,872 orang.hari Rp 97.531 Rp 865.283
Total Rp 5.523.305

66
Tabel 4. 37 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Reservoir

RESERVOIR
No. Bahan & Pekerja Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total Harga
Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm, Campuran (1 Pc : 3 Pp)
1 Batu Belah 2,954 m³ Rp 168.600 Rp 498.087
2 Semen Portland 497,299 kg Rp 1.000 Rp 497.299
3 Pasir Pasang 1,194 m³ Rp 179.800 Rp 214.683
4 Mandor 0,185 orang.hari Rp 200.000 Rp 36.928
5 Kepala Tukang 0,185 orang.hari Rp 150.000 Rp 27.696
6 Tukang Batu 1,846 orang.hari Rp 150.000 Rp 276.961
7 Pekerja 3,693 orang.hari Rp 100.000 Rp 369.281
Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1 Bata (1 Pc : 2 Pp)
1 Semen Portland 833,3 kg Rp 1.000 Rp 833.250
2 Bata Merah 2651,3 Buah Rp 800 Rp 2.121.000
3 Pasir Pasang 1,515 m³ Rp 179.800 Rp 272.397
4 Mandor 0,568 orang.hari Rp 200.000 Rp 113.625
5 Kepala Tukang 0,379 orang.hari Rp 150.000 Rp 56.813
6 Tukang Batu 3,788 orang.hari Rp 150.000 Rp 568.125
7 Pekerja 11,363 orang.hari Rp 100.000 Rp 1.136.250
Pekerjaan Galian Biasa + Pembuangan Tanah Sisa
1 Mandor 0,2 m³ Rp 200.000 Rp 40.163
2 Pekerja 0,4 kg Rp 100.000 Rp 40.163
3 Excavator 1,740 m³ Rp 191.785 Rp 333.778
No. Bahan & Pekerja Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total Harga
4 Dump Truck 22,357 orang.hari Rp 97.531 Rp 2.180.513
Total Rp 9.617.010

Tabel 4. 38 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Sludge Drying Bed

SLUDGE DRYING BED


No. Bahan & Pekerja Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total Harga
Pekerjaan Pondasi Batu Belah 20 cm, Campuran (1 Pc : 3 Pp)
1 Batu Belah 5,325 m³ Rp 168.600 Rp 897.795
2 Semen Portland 896,375 kg Rp 1.000 Rp 896.375
3 Pasir Pasang 2,152 m³ Rp 179.800 Rp 386.963
4 Mandor 0,333 orang.hari Rp 200.000 Rp 66.563
5 Kepala Tukang 0,333 orang.hari Rp 150.000 Rp 49.922
6 Tukang Batu 3,328 orang.hari Rp 150.000 Rp 499.219
7 Pekerja 6,656 orang.hari Rp 100.000 Rp 665.625
Pekerjaan Pemasangan Bata Merah Tebal 1 Bata (1 Pc : 2 Pp)
1 Semen Portland 976,3 kg Rp 1.000 Rp 976.250
67
2 Bata Merah 3106,3 Buah Rp 800 Rp 2.485.000
3 Pasir Pasang 1,775 m³ Rp 179.800 Rp 319.145
No. Bahan & Pekerja Kebutuhan Satuan Harga Satuan Total Harga
4 Mandor 0,666 orang.hari Rp 200.000 Rp 133.125
5 Kepala Tukang 0,444 orang.hari Rp 150.000 Rp 66.563
6 Tukang Batu 4,438 orang.hari Rp 150.000 Rp 665.625
7 Pekerja 13,313 orang.hari Rp 100.000 Rp 1.331.250
Pekerjaan Galian Biasa + Pembuangan Tanah Sisa
1 Mandor 0,2 m³ Rp 200.000 Rp 43.313
2 Pekerja 0,4 kg Rp 100.000 Rp 43.313
3 Excavator 1,877 m³ Rp 191.785 Rp 359.956
4 Dump Truck 24,111 orang.hari Rp 97.531 Rp 2.351.533
Total Rp 12.237.534

Tabel 4. 39 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Peralatan Penunjang IPAL

Kebutuhan Peralatan Penunjang IPAL


No Jenis Peralatan Kebutuh Harga Satuan Total
1 Pipa PVC ø 40 mm 1 Rp 100.200 Rp 100.200
2 Pipa PVC ø 60 mm 1 Rp 186.700 Rp 186.700
3 Pipa PVC ø 216 mm 5 Rp 1.623.500 Rp 8.117.500
Pompa DMH 550-10D B-
4 PVCL/V/C-X- 2 Rp 11.000.000 Rp 22.000.000
E7U3B8XEMAG
Pompa DMH 1500-4D B-
5 1 Rp 17.000.000 Rp 17.000.000
SS/T/SS-X-E1C1C1XMPAG
Total Rp 47.404.400

Tabel 4. 40 Total Rencana Anggaran Biaya Unit Pengolahan

No Unit Biaya
1 Bak Penampung Rp 35.215.176
2 Constructed Wetland Rp 5.523.305
3 Reservoir Rp 9.617.010
4 Sludge Drying Bed Rp 2.351.533
4 Pipa + Pompa Rp 52.707.024
Total Rp 105.414.047

68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakuakan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar dikelompokkan menjadi dua jenis
berdasarkan keterlibatan masyarakat dalam pelaksaan industri yaitu industri rakyat dan
industri negara. Industri rakyat merupakan industri yang dikelola masyarakat secara
perorangan atau pribadi. Sedangkan untuk industri negara merupakan industri yang
dikelola masyarakat yang berada dibawah nauangan suatu lembaga milik negara.
Terdapat beberapa perbedaan dalam proses pengelolaan sehingga mempengaruhi
kualitas air limbah yang dihasilkan. Perbedaan yang dapat diidentifikasi adalah
frekuensi pemberian pakan, tujuan pembudidayaan ikan, kepadatan kolam dan sumber
air yang digunakan.
2) Karakteristik air limbah budidaya ikan air tawar menunjukkan masih terdapat beberapa
parameter yang masih melampaui baku mutu yang telah ditetapkan seperti parameter
TSS, BOD dan Ammonia. Karakteristik air limbah dari Industri rakyat memiliki TSS,
BOD dan Amonia yang masih melebihi baku mutu, dengan konsentrasi TSS sebesar
339,07 mg/L, BOD sebesar 377,59 mg/L dan Ammonia sebesar 4,89 mg/L. Sedangkan
untuk konsentrasi air limbah yang berasal dari industri negara hanya konsentrasi
Ammonia yang masih melebihi baku mutu sebesar 0,4 mg/L.
3) Penentuan rekomendasi teknologi pengolahan yang efektif untuk proses pengolahan
air limbah budidaya ikan air tawar:
a. Untuk air limbah kolam industri rakyat, teknologi yang direkomendasikan
adalah Bak penampung dengan kombinasi pemasangan biofilter dan
dilanjutkan dengan Constructed Wetland yang memenfaatkan lumpur alum
sebagai media dan bunga kana sebagai bioakumulator.
b. Untuk air limbah kolam industri negara, teknolgi yang direkomendasikan
adalah Constructed Wetland menggunakan tumbuhan kangkung. Dengan
menerapkan prinsip akuaponik dapat memberikan produk samping yang
memiliki nilai ekonomi
5.2 Saran
Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat
dilakukan untuk pelaksanaan perencanan IPAL untuk Industri budidaya ikan air tawar
diantaranya:
1. Perlu dilakukan penelitian kajian lebih lanjut terkait removal pada percobaan
pengendapan dan penguraian anaerobik, dengan melakukan beberapa
pengulangan percobaan untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait kelayakan ekonomi secara lebih rinci
dan mendetail sehingga mampu menyesuaikan kondisi di masyarakat.

69
DAFTAR PUSTAKA

Abdalla, K. Zaher, dan Gina Hammam. 2014. “Correlation between Biochemical Oxygen
Demand and Chemical Oxygen Demand for Various Wastewater Treatment Plants in
Egypt to Obtain the Biodegradability Indices.” International Journal of Sciences: Basic
and Applied Research, 13(1), 42–48.
Akbari, M. Z., Yifeng Xu, Zhikun Lu, dan Lai Peng. 2021. “Review of Antibiotics Treatment
by Advance Oxidation Processes.” Environmental Advances, 5, 100111.
https://doi.org/10.1016/j.envadv.2021.100111
Alazaiza, M. Y. D., Albahnasawi, A., Ali, G. A. M., Bashir, M. J. K., Nassani, D. E., Al
Maskari, T., Abu Amr, S. S., & Abujazar, M. S. S. 2022. “Application of Natural
Coagulants for Pharmaceutical Removal from Water and Wastewater: A Review.”
Water (Switzerland), 14(2), 1–16. https://doi.org/10.3390/w14020140
Alfionita, A. N. A., Patang, P., dan E. S. Kaseng. 2019. "Pengaruh Eutrofikasi Terhadap
Kualitas Air Di Sungai Jeneberang:" Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 5(1), 9.
https://doi.org/10.26858/jptp.v5i1.8190
Andrawina., Ernawati, Rika., Cahyadi, T. Agung., Waterman SB., & Amri, Nur Ali. 2020.
“Penerapan Metode Constructed Wetland dalam Upaya Pengelolaan Limbah Air Asam
Tambang pada Penambangan Batubara, Berdasarkan Literatur Review.” ReTII, 2020,
201–207. https://journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/2027
Belladona, M., Nasir, N., & Agustomi, E. 2020. “Perancangan Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL) Industri Batik Besurek di Kota Bengkulu.” Jurnal Teknologi, 12(1), 6–13.
Cahyadhi, Dicky. 2016. “Pemanfaatan Limbah Lumpur (Sludge) Wastewater Treatment Plant
PT.X Sebagai Bahan Baku Kompos.” Jurnal Teknik Mesin 5(1)
Cahyana, G. H., & Aulia, A. N. 2019. “Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Menggunakan
Horizontal Subsurface Flow Constructed Wetland.” EnViroSan: Jurnal Teknik
Lingkungan, 2(2), 58–64.
Dewi, Ni Luh Putu Intan Sintya dan Ni Made Utami Dwipayanti. 2021. ”Metode Pengolahan
Air Limbah Domestik untuk Penurunan Kadar Amonia : Studi Literatur”. Arc. Com.
Health •. 8(409), 409–424.
Diharjo, D. F. M. W., Jannie, J., Permatasari, W. S. R., & Wikaningrum, T. 2022. “Comparison
of Coagulant Dose (Poly Aluminum Chloride) Use in The Water Treatments Process of
Kalimalang River.” Jurnal Serambi Engineering, 7(1), 2791–2797.
https://doi.org/10.32672/jse.v7i1.3889
Endahwati, luluk dan Suprihatin, 2009. “Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, Dan Filtrasi Pada
Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan.” Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan, 2(1), 79–83.
Fajariyah, Chusna. 2017. “Studi Literatur Pengolahan Lindi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah dengan Teknik Constructed Wetland Menggunakan Tumbuhan Air.”
Surabaya:Institut Teknologi Sepuluh Nopember

70
Fatchurosadhi, Habib. 2020. “Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL ) Kegiatan
Perikanan di Pasar Ikan Tradisional Pabean.” Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Febrianto, J., M. Yanuar J. Purwanto, Roh Santoso. B. W. 2016. “Pengolahan Air Limbah
Budidaya Perikanan Melalui Proses Anaerob Menggunakan Bantuan Material Bambu.”
Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 1(2).
Filliazati, Mega., Isna Apriani dan Titin Anita Zahara. 2013. “Pengolahan Limbah Cair
Domestik Dengan Biofilter Aerob Menggunakan Media Bioball Dan Tanaman
Kiambang.” Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 1(1), 1–10.
https://doi.org/10.26418/jtllb.v1i1.4028
Garno, Y. S. (2016). Dampak Eutrofikasi Terhadap Struktur Komunitas dan Evaluasi Metode
Penentuan Kelimpahan Fitoplankton. Jurnal Teknologi Lingkungan, 13(1), 67.
https://doi.org/10.29122/jtl.v13i1.1406
Ghime, Damodhar dan Ghosh Prabir 2020. “Advanced Oxidation Processes: A Powerful
Treatment Option for removal of Recalcitrant Organic Compounds.” London:
IntechOpen https://doi.org/10.1201/9780203506219.ch4
Gloria, Yemima., dan Bowo Djoko Marsono. 2022.”Kejian Pemanfaatan Lumpur Alum
Sebagai Media Constructed Wetlands untuk Menurunkan Nutrien pada Efluent IPAL
Komunal.” Jurnal Teknik ITS 2337-3539
Gultom, T. 2019. “Penerapan Hibrid Sistem Biofilter dan Hidroponik Sebagai Alternatif
Pengolahan Limbah Pemukiman Low Income People.” SAINTEK: Jurnal Ilmiah Sains
Dan Teknologi Industri, 3(2), 70. https://doi.org/10.32524/saintek.v3i2.599
Houndedjihou, D., Kodom, T., Wolff, D. B., Marchioro, L. G., Formentini, T. A., Bawa, L. M.,
& Djaneye-Boundjou, G. 2021. “Pollutants Removal in Sewage Wastewater Efficiency
and Kinetic of Ammonia Nitrogen Removal through Subsurface Vertikal Flow
Constructed Wetlands (SSVFCW).” International Research Journal of Pure and
Applied Chemistry, 22(1), 22–37. https://doi.org/10.9734/irjpac/2021/v22i130365
Husaeni, N., Nurul, E., & C, O. H. 2013. “Penurunan Konsentrasi Total Suspended Solid Pada
Proses Air Bersih Menggunakan Plate Settler.” Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 4(1),
67–74.
Husnabilah, Athif. 2016.”Perencanaan Constructed Wetland untuk Pengolahan Greywater
Menggunakan Tumbuhan Canna indica (Studi Kasus : Kelurahan Keputih Surabaya).”
Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Indrawati, Toti. 2013.”Analisis Perilaku Pedagang Dalam Pembentukan Harga Barang


Kebutuhan Pokok di Kota Pekanbaru.” Jurnal Ekonomi 21(1).

Indrayani, L., & Rahmah, N. (2018). Nilai Parameter Kadar Pencemar Sebagai Penentu Tingkat
Efektivitas Tahapan Pengolahan Limbah Cair Industri Batik. Jurnal Rekayasa Proses,
12(1), 41. https://doi.org/10.22146/jrekpros.35754
71
Jahan, K dan Moushumi Janiam. (2020). Freshwater Fish Cultivation. Journal Siplieria
Sciences, 1(2), 25–29. https://doi.org/10.48173/jss.v1i2.61
Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat, 2017, Permen PUPR No.4/PRT/M/2017,
Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik.

Khazaie, A., Mazarji, M., Samali, B., Osborne, D., Minkina, T., Sushkova, S., Mandzhieva, S.,
& Soldatov, A. (2022). A Review on Coagulation/Flocculation in Dewatering of Coal
Slurry. Water (Switzerland), 14(6). https://doi.org/10.3390/w14060918
Kholisah, A. N., & Pramitasari, N. 2018. “Tahu Menggunakan Tanaman Bambu Air Dengan
Sistem Sub Surface Flow Constructed Wetland.” Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi, 66–73.
Márquez, P., Gutiérrez, M. C., Toledo, M., Alhama, J., Michán, C., & Martín, M. A. 2022.
“Activated Sludge Process Versus Rotating Biological Contactors in WWTPs:
Evaluating the Influence of Operation and Sludge Bacterial Content on Their Odor
Impact.” Process Safety and Environmental Protection, 160, 775–785.
https://doi.org/10.1016/j.psep.2022.02.071
Mere, Y. J., S, Bagus Widhi. D., dan Baiq Reni Dewi, S. 2021. “Prediksi Air Limbah Domestik
(Kelola Swadaya Masyarakat Hidup Sehat) Ipal Komunal , Desa Kebon Ayu Kecamatan
Gerung.” Jurnal Sosial Sains Dan Teknologi SOSINTEK, 1(68), 88–92.
Mulyani, Neny dan Mukhamad Solikhin. 2018. “Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT) Babakam Karet Kabupaten Cianjur Menggunakan Kolam Stabilisasi
Tahun 2017.” Jurnal Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan 5(2), pp 24-39
Ningrum, Maria Mustika., Kustamar dan Hery Setyobudiarso. 2019.”Analisis Kinerja
Bangunan Prasedimentasi Dalam Penurunan Kadar BOD, COD dan TSS Pada Instalasi
Pengolahan Air Siwalan Panji Sidoarjo.” Jurnal Info Manajemen Proyek Teknik Sipil-
S2 , Institut Teknologi Nasional Malang
Novita, E., Wahyuningsih, S., Jannah, D. A. N., & Pradana, H. A. 2020.”Fitoremediasi Air
Limbah Laboratorium Analitik Universitas Jember Dengan Pemanfaatan Tanaman
Eceng Gondok Dan Lembang.” Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI), 7(1).
https://doi.org/10.29122/jbbi.v7i1.3850
Packer, Jasmin G., Laura A Meterson, Hana Skalova, Petr Pysek and Christoph Kueffer. 2017.
“Biological flora of the British Isle : Phragmiter Austrlis.” Journal of Ecology, 105
1123-1162
Pamungkas, Eko. 2015. “Studi Kinerja Biofilter Aerob untuk Mengolah Air Limbah Laundry.”
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Pramleonita, Meilinda., Nia Yuliani, Ridha Arizal dan Supriyono Eko Wardoyo. 2018.
“Parameter Fisik dan Kimia Air Kolam Ikan Nila Hitam (Oreochromis Niloticus)”.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Biologi dan Kimia. 8(1) https://doi.org/10.31938/jsn.v8i1.107
Priambodo, G., Mangkoedihardjo, S., Hadi, W., & Soedjono, E. S. 2011.”Wastewater
Treatment Strategy for Fish Processing Industry in Kota Pantai Muncar of Indonesia.”
International Journal of Academic Research,3(1), 93–97

72
Pungkasanti, P. T., S. R. Cholil, & B. V. Christioko. 2019. "Perancangan Sistem Pemilihan
Budidaya Ikan Air Tawar Berbasis Web". Jurnal Pengembangan Rekayasa Dan
Teknologi, 15(1), 21. https://doi.org/10.26623/jprt.v15i1.1485
Purwanta, Jaka. 2010. “Kajian Kualitas Air Kolam Ikan Bawal Pada Kelompok Budidaya Ikan
(KPI) Mina Mulya Tempelsari, Maguwaharjo, Depok, Sleman, D.I Yogyakarta”
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Putri, A. D. R. 2017. "Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Usaha Karamba Ikan Di
Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta". Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Qasim. (2013). “Design Standard For Municipal Wastewater Treatment Plants Second Edition”
Japan: Sewage Works Association.

Rahmah, R., dan S. A. Mulasari. 2016. “Pengaruh Metode Koagulasi, Sedimentasi Dan Variasi
Filtrasi Terhadap Penurunan Kadar TSS, COD dan Warna Pada Limbah Cair Batik.”
CHEMICA: Jurnal Teknik Kimia, 2(1), 7. https://doi.org/10.26555/chemica.v2i1.4560
Ramadhan, G. M. 2021. “Pelatihan Pengembangan Sistem Aquaponik Budikdamber Untuk
Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kecerdasan Ekologis Masyarakat.” Madaniya,
2(1), 51–59. https://doi.org/10.53696/27214834.56
Ruliansyah, Fauzi Rahman dan Zakhroful Maimun. 2012.” Pemanfaatan Limbah Sludge IPAL
PT. BSKP Sebagai Bahan Substitusi Pembuatan Bata Beton.” Info Teknik 13(1), Juli
2012.
Rumbino, Y., & Abigael, K. 2020. “Penentuan Laju Pengendapan Partikel di Kolam
Penampungan Air Hasil Pencucian Bijih Mangan Determination of Particle Deposition
Rate in Water Separation Outcomes of Manganese Oil Washing.” Jurnal Ilmiah
Teknologi FST Undana, 14(1), 55–59.
Salim, Yonatan Ananda. 2021. “Efektifitas Sistem Constructed Wetland Sebagai Pengolahan
Limbah Batik Ecoprint Menggunakan Tanamanan Kangkung Air.” Yogyakarta:
Universitas Kristen Duta Wacana.
Santoso,Arga. (2015). Perencanaan Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Alternatif Media
BIofilter (Studi Kasus : Kejawan Gebang Kelurahan Keputih Surabaya). Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Saputri, Gita dan Antan Ayuning Asri. 2019. “Pemanfaatan Sungai Langkap Sebagai Tempat
Pembuangan Limbah Rumah Tangga Di Kabupaten Purbalingga”. Indonesia Journal of
Sociology, Education and Development. 1(1), 32-41.

Sari, Adelia Puspita dan Adhi Yuniarto. (2016). Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) Industri Agar-Agar. Simposium I Jaringan Perguruan Tinggi untuk
Pembangunan Infrastruktur Indonesia.

73
Singkawijaya, E. B dan Siti Fadjarajani. (2019). "Potensi Perikanan Air Tawar Sebagai Daya
Dukung Minawisata Di Kelurahan Cibunigeulis Kota Tasikmalaya". JURNAL
GEOGRAFI Geografi Dan Pengajarannya, 17(2), 51.
https://doi.org/10.26740/jggp.v17n2.p51-64
Soedjono, Eddy Setiadi., Ayob, S., N. Othman, W. Ali Hamood Altowayti, F. S. Khalid, N. A.
Bakar, Tahir, M 2021. A Review on Adsorption of Heavy Metals from Wood-Industrial
Wastewater by Oil Palm Waste. Journal of Ecological Engineering, 22(3), 249–265.
https://doi.org/10.12911/22998993/132854
Suhar, Ekar Marya Mistar.,Ida Hasmita dan Teuku Muhammad Zulfikar. (2022). Efektifitas
Tanaman Kangkugn Air (Ipomoea Aquatic) Sebagai Media Penyerap Merkuri (Hg).
Jurnal Perisai LPPM-Universitas Serambi Mekkah 1(1) ISSN 2964-8904
Surbakti, S., Sebayang, N., & Mundra, I. W. (2020). Desain Teknologi Ipal Sistem Anaerobic
Baffle Reactor Di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Mamuju
Utara Sulawesi Barat. Jurnal Sondir, 4(3).
Sutiani, L., & Bachtiar, Y. (2020). “Analisis Model Budidaya Ikan Air Tawar Berdominansi
Ikan Gurame (Osphronemus Gouramy) di Desa Sukawening , Bogor , Jawa Barat”.
Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. 2(2), 207–214
Syamsunarno, M. B., dan M. T. Sunarno. 2016. "Budidaya ikan air tawar ramah lingkungan
untuk mendukung keberlanjutan penyediaan ikan bagi masyarakat". Seminar Nasional
Perikanan Dan Kelautan 2016. Pembangunan Perikanan Dan Kelautan Dalam
Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional, January 2016, 1–16.
Tamyiz, Muchammad, 2015. Perbandingan Rasio BOD/COD Pada Area Tambak di Hulu dan
Hilir Terhadap Biodegradabilitas Bahan Organik. Journal of Research and Technology.
1(1), 9–15.
Tauhid, A. I., Oktiawan, W., & Samudro, G. 2018. “Penentuan Surface Loading Rate (Vo) dan
Waktu Detensi (td) Air Baku Air Minum Sungai Kreo dalam Perencanaan
Prasedimentasi dan Sedimentasi HR-WTP Jatibarang.” Jurnal Sains &Teknologi
Lingkungan, 10(2), 77–87. https://doi.org/10.20885/jstl.vol10.iss2.art1
Tejo, H., & Pabendon, T. 2022. “Analisis Potensi Pemngembangan Perikanan Budidaya Ikan
Air Tawae di Kabupaten Mimika.” Jurnal KRITIS (Kebijakan, Riset, Dan Inovasi), 6(1),
21-44
Widyantoro, Hendro. Marini Wijayanti, Sefti Heza Dwinanti. 2018. “Modifikasi Media
Spirulina Plantesis Sebagai Usaha Pemanfaatan Air Limbah Budidayaa Ikan Lele”.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 6(2), 153-164.
Widyatama, Fx. Ganesa Satria., Wiharyanto Oktiawan., dan Arya Rezagama. 2016. “Rencana
Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Kabupaten
dan Kota Magelang.” Jurnal Teknik Lingkungan 5 (1) pp 1-16.
Wijaya, I. M. W., & Soedjono, E. S. 2018.”Domestic wastewater in Indonesia: Challenge in
The Future Related to Nitrogen Content.” International Journal of GEOMATE, 15(47),
32–41. https://doi.org/10.21660/2018.47.06582

74
Wijaya, I. M.W., & Soedjono, E. S. 2018.”Physicochemical Characteristic of Municipal
Wastewater in Tropical Area: Case Study of Surabaya City, Indonesia.” IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science, 135(1). https://doi.org/10.1088/1755-
1315/135/1/012018

75
LIST PERTANYAAN TUGAS AKHIR

Pengelolaan Air Limbah dari Budidaya Ikan Air Tawar di


Kabupaten Mojokerto

FRESHWATER FISH CULTIVATION WASTEWATER


MANAGEMENT MOJOKERTO REGENCY

Devi Alvisha
03211940000044

Dosen Pembimbing
Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE. M.Sc, Ph.D
NIP. 19600308 198903 1 001

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan
Kebumian Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Surabaya
2023

76
LAMPIRAN

LIST PERTANYAAN TUGAS AKHIR UNTUK PELAKU USAHA


Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk menjawab pertanyaa seputar usaha kegiatan
budidaya ikan air tawar. Wawancara ini dilaksanakan dalam rangka penunjang pelaksanaan
penelitian Tugas Akhir. Jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr akan digunakan sebagai sumber data
untuk mengetahui kondisi exsisting di wilayah studi.

Skala Industri : Industri Rakyat


Data diambil pada tanggal : Minggu, 2 Oktober 202

BAGIAN I : DATA DIRI


1. Siapa Nama Bapak/Ibu ?
Jawab : Bapak Andre Hermawan
2. Dimanakah Alamat Bapak/Ibu ?
Jawab : Jl. Raya Medali No.190, Pesantren, Medali, Kec. Puri, Kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur 61363
3. Berapa usia Bapak/Ibu ?
Jawab : 35 tahun
4. Apa pendidikan Terakhir Bapak/Ibu ?
Jawab : D3-Keperawatan
5. Pengalaman kerja apa saja yang Bapak/Ibu miliki ?
Jawab : Perawat RS. Citra Medika Sidoarjo

BAGIAN II : BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR


1. Sudah berapa lama menggeluti usaha budidaya ikan air tawar?
Jawab : hampir selama 13 tahun bermula diumur 22 karena awalanya budidaya ikan
menjadi hobi pak andre serta dijadikan kegiatan untuk menambah uang saku saat
berusia muda, akan tetapi ada beberapa saat pak andre berhenti melakukan budidaya
ikan dikarenakan kesibukannya lainnya. Namun pertama kali melakukan percobaan
budidaya pada saat beliau berumur 22 tahun.
2. Ada berapa unit kolam yang Bapak/Ibu miliki?
Jawab : Terdapat 10 unit kolam yang aktif sebagai sarana produksi dengan ukuran 77
serta jenis yang berbeda. Kolam digunakan untuk membudidayakan 2 jenis ikan saja
yaitu ikan lele dan nila karena memiliki permintaan yang cukup di pasar serta cara
pembudidayaan yang lebih mudah.
3. Berapa ukuran kolam yang Bapak/Ibu miliki?
Jawab : 10 Kolam yang aktif digunakan terdapat 10 unit
1. 3 kolam beton berbentuk persegi dengan ukuran (3x3x1,2m)
2. 3 kolam terpal berbentuk persegi dengan ukuran (7,5x15x1,2 m)
3. 4 kolam terpal berbentuk lingkaran dengan diameter 3 m
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk satu kali masa panen?
Jawab : bergantung pada jenis ikan yang akan di budidayakan, untuk ikan lele biasnya
membutuhkan waktu 3 bulan, sedangkan untuk ikan nila membutuhkan waktu yang
lebih lama yaitu 4 bulan
5. Berapa omset dan keuntungan bersih dalam satu kali masa panen ?
Jawab : Paling banyak sekali masa panen lele + nila bisa mencapai 5 kwintal atau 500
kg untuk omset bisa mencapai 12 juta hingga 14 juta bergantung dengan harga pasar
saat itu juga
6. Berapa jumlah pekerja yang ada pada kegiatan usaha budidaya yang Bapak/Ibu miliki
?
Jawab : untuk pekerja tetap yang mengelola setiap hari hanya pak andre sendiri tanpa
bantuan orang lain, karena beliau merasa senang ketika melakukan proses pemberian
makan hingga melakukan perawatan-perawatan lainnya, karena sudah menjadi hobi
sejak lama. Namun ketika memasuki masa panen ada 4-5 orang yang membantu
proses pemanenan ikan dan diberi upah harian yang merupakan pemuda yang tinggal
disekitar rumah pak andre.
7. Apa jenis ikan yang Bapak/Ibu pilih untuk di budidayakan?
Jawab : pak andre pernah mencoba membudidayakan ikan dengan jenis lele, nila,
gurami, dan tombro. Namun akhir-akhir ini pak andre lebih memilih untuk
membudidayakan ikan lele dan nila karena tingkat permintaan pasar yang cukup tinggi
serta dirasa paling menguntungkan.
8. Apa jenis pakan yang Bapak/ibu gunakan ? mengapa?
Jawab : Full pellet, karena jadi pilihan pakan yang paling praktis dan mudah ditambah
pak andre juga bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit sehingga lebih
memilih jenis pakan yang mudah ditemukan dan tahan lama.
9. Berapa jumlah pakan yang dihabiskan dalam waktu 1 bulan ?

78
Jawab : paling sedikit 500 kg ketika mendekati masa panen dan kepadatan ikan dibuat
lebih padat bisa mencapai 1 ton pellet pakan ikan.
10. Pada kegiatan usaha Bapak/Ibu, terdapat proses apa saja? dari awal hingga akhir (siap
panen)
Jawab : usaha budidaya yang dilakukan pak andre berfokus pada proses pembesaran,
pak andre membeli benih ikan yang dapat dibeli pada balai benih ikan milik dinas
perikanan kabupaten mojokerto, kemudian di budidayakan hingga mencapai ukuran
siap panen dan selanjutnya akan di jual ke tengkulak ikan untuk dijual ke berbagai
pasar daerah dan tempat makan. Pada proses budidaya pak andre menambahkan kultur
bakteri pencernaan untuk membantu proses pertumbuhan pada ikan air tawar. Proses
pembesaran pada usaha budidaya milik pak andre
1. 1 – 2 bulan pertama dilakukan budidaya zero plankton dengan maksud ikan
dibudidaya tanpa adanya penambahan kultur bakteri pencernaan
2. 3-4 bulan akan ditambahkan kultur bakteri untuk membantu proses penguraian
amoniak akibat sisa makanan dan hasil metabolit ikan.

BAGIAN III : KUANTITAS AIR LIMBAH


1. Bagaimana terkait siklus penggunaan air kolam pada kegiatan usaha budidaya ikan air
tawar milik Bapak/ibu ?
Jawab : Air yang digunakan berasal dari air tanah, dan tidak dilakukan pergantian air
karena luas kolam yang lumayan luas otomatis akan terjadi penguapan dan air akan
berkurang dengan sendirinya, sehingga pak andre tidak mengganti airnya namun
hanya menambahkan apabila kedalam air dirasa mengalami penurunan yang cukup
signifikan
2. Dari manakah sumber air yang digunakan untuk mengisi kolam budidaya ?
Jawab : air tanah yang diambil dari sumur bor milik pribadi.
3. Seberapa sering Bapak/ibu mengganti air kolam ?
Jawab : dilakukan pergantian air kolam hanya sekali ketika melakukan screening
ukuran ikan dari bibit ke kolam remaja.
4. Berapa debit air yang digunakan dalam 1 bulan ?
Jawab : kalau semua kolam sedang ada isinya sebulan kira kira bisa mencapai 500m3/
atau lebih, dipengaruhi beberapa faktor sepert cuaca dan kondisi kolam 79
5. Bagaimana pengelolaan air limbah dari budidaya ikan air tawar diatau air limbah
bekas penggunaan kolam budidaya ?
Jawab : sementara ini air kolam setelah dipanen langsung di alirkan ke lahan belakang
terdapat tanah kosong, yang nantinya akan mengalir ke anak sungai disebelah rumah
6. Apakah didalam kegiatan usaha Bapak/Ibu sudah terdapat IPAL atau mendengar
tentang IPAL?
Jawab : pernah mendengar tapi belum ada di usaha budidaya ikan pak andre
7. Kendala yang dirasakan selama proses budidaya ?
Jawab : Setiap jenis ikan pasti memiliki resiko terjangkit penyakit. Sisa makanan dan
hasil metabolism ikan akan menghasilakan ammonia dan akan mempengaruhi tingkat
ph. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengelupasan lendir yang melindungi ikan
seperti pada ikan lele yang menyebabkan bakteri pathogen lebih mudah masuk dan
menyebabkan kematian pada ikan.
BAGIAN IV : PREFERENSI TERHADAP UNIT PENGOLAHAN
8. Apakah terdapat sisa lahan yang cukup luas pada kegiatan usaha budidaya milik
Bapak/Ibu?
Jawab : mungkin ada tapi tidak luas dan terdapat beberapa tumbuhan
9. Apabila direncanakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada kegiatan usaha
budidaya, apa harapan Bapak/Ibu terhadap perencanaan IPAL pada usaha kegiatan
Bapak/Ibu?
Jawab : harapan pak andre terkait perencanaan IPAL budidaya ikan air tawar yang
pertama dari segi finansial harus murah seta cara operasi dan perawatan yang mudah
karena beliau merasa masih awam dengan unit pengolah air limbah
10. Apakah terdapat pekerja yang mengawasi kegiatan usaha secara terus menerus ?
Jawab : tidak ada, karena saya mengerjakannya sendiri dan harus disambi dengan
bekerja di rumah sakit
11. Apakah para pekerja pada kegiatan usaha budidaya memilik pengalaman terkait IPAL?
Jawab : tidak ada

80
LIST PERTANYAAN TUGAS AKHIR UNTUK PELAKU USAHA
Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk menjawab pertanyaa seputar usaha kegiatan
budidaya ikan air tawar. Wawancara ini dilaksanakan dalam rangka penunjang pelaksanaan
penelitian Tugas Akhir. Jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr akan digunakan sebagai sumber data
untuk mengetahui kondisi exsisting di wilayah studi.
Skala Industri : Industri Negara
Data diambil pada tanggal : Sabtu-Minggu, 8-9 Oktober 2022

BAGIAN I : DATA DIRI


6. Siapa Nama Bapak/Ibu ?
Jawab : Mbah Jo
7. Dimanakah Alamat Bapak/Ibu ?
Jawab : Dsn. Urung-Urung, 61363, Kali Putih, Kebonagung, Puri, Mojokerto
Regency, East Java 61363
8. Berapa usia Bapak/Ibu ?
Jawab : 62 tahun
9. Apa pendidikan Terakhir Bapak/Ibu ?
Jawab : SMA
10. Pengalaman kerja apa saja yang Bapak/Ibu miliki ?
Jawab : saya hanya seorang lulusan SD dulunya bekerja sebagai supir truk, belajar
budidaya ikan secara otodidak
BAGIAN II : BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR
11. Sudah berapa lama menggeluti usaha budidaya ikan air tawar?
Jawab : kurang lebih 20 tahun sudah bekerja di balai benih ikan ini, dulu awalnya
diajak teman untuk cari uang saku tambah karena sudah lama bekerja di balai benih
sekarang menjadi kepala pengelola di balai benih ikan dinas perikanan kabupaten
mojokerto.
12. Ada berapa unit kolam yang Bapak/Ibu miliki?
Jawab : Pada balai benih ikan Dinas Kabupaten Mojokerto terdapat sekitar 60 unit
kolam, namun tidak semua aktif digunakan sebagai saran produksi. Jenis kolam
digunakan hanya satu jenis yaitu kolam beton berbentuk persegi. Unit kolam yang
digunakan hanya berkisar 30 sedangkan sisanya dibiarkan kosong sebagai persiapan
wadah ikan selanjutnya yang siap digunakan. 81
13. Berapa ukuran kolam yang Bapak/Ibu miliki?
Jawab :
1. 20 kolam beton berbentuk persegi dengan ukuran (3x5x1m)
2. 10 kolam beton berbentuk persegi dengan ukuran (20x25x0,8 m)
14. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk satu kali masa panen?
Jawab : kegiatan budidaya dibalai benih ikan berfokus pada penyediaan
15. Berapa omset dan keuntungan bersih dalam satu kali masa panen ?
Jawab : untuk target yang diberikan dinas setiap tahunnya adalah 100 juta tapi tidak
selalu terpenuhi tergantung kondisi pasar dan permintaan dari masyarakat kadang
hanya mencapai 80 juta atau 75 juta dalam satu tahun.
16. Berapa jumlah pekerja yang ada pada kegiatan usaha budidaya yang Bapak miliki ?
Jawab : untuk pekerja tetap saat ini ada 5 orang, dan total ber-6 dengan saya. Dulu
banyak pekerja serabutan yang ikut membantu tapi saat ini hanya sedikit pekerja
karena untuk mempermudah koordinasi dan ditambah lagi balai benih ikan sering
mendapat bantuan tenaga kerja dari beberapa mahasiswa yang melaksanakan magang
di balai benih ikan.
17. Apa jenis ikan yang Bapak/Ibu pilih untuk di budidayakan?
Jawab : untuk jenis ikan di balai benih ikan sekrang berfokus pada 4 jenis ikan saja
yaitu ikan lele, nila, patin dan gurami, Jenis ikan patin gurami tidak sebanyak ikan lele
dan nila karena permintaan masnyarakat yang lebih banyak memilih bibit ikan lele dan
nila
18. Apa jenis pakan yang Bapak/ibu gunakan ? mengapa?
Jawab : Pellet dan mungkin lumut-lumut yang ada didinding-dinding kolam,
Pemilihan pakan pellet karena tinggi protein jadi bagus untuk proses pemijahan ikan
19. Berapa jumlah pakan yang dihabiskan dalam waktu 1 bulan ?
Jawab : ketika permintaan tinggi dari masyarakat bisa menghabiskan 16 ton pakan
pellet dalam 1 tahun atau sekitar 1,3 ton setiap bulannya, tapi pakan tersebut
digunakan untuk seluruh kolam yang sedang digunakan untuk produksi budidaya ikan
20. Pada kegiatan usaha Bapak/Ibu, terdapat proses apa saja? dari awal hingga akhir (siap
panen)
Jawab : Balai Benih Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Mojokerto berfokus pada
penyediaan benih ikan untuk masyarkat sekitar sehingga untuk kegiatan yang ada di
balai benih dimulai dari tahap pembenihan-pembesaran-pemijahan-hingga

82
memperoleh kembali lebih banyak benih ikan. Berikut adalah gambaran kegiatan
budidaya di Balai Benih Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Mojokerto :
a. Persiapan kolam, dimana kolam akan dikeringkan dan dibersihkan semua
lumut atau alga-alga yang menempel pada dinding-dinding kolam
b. Pemijahan, pemisahaan ikan indukan dengan tujuan memberikan bibit yang
bagus dan berkualitas, pada tahapan ini kepadatan kolam harus dikurangi
dengan tujuan mengurangi resiko stress pada ikan indukan. Kepadatan bisa
dikurangi hingga 50% yang normalnya untuk jenis ikan nila bisa diisi 20 ekor
hanya diisi 10 ekor.
c. Penetasan, kegiatan ini biasanya membutuhkan waktu 54 hari, setelah telur
telur menetas menjadi larva indukan akan dipindah ke kolam yang lain dengan
tujuan mengamankan larva-larva yang nantinya akan menjadi benih ikan
d. Pembesaran, merupakan kegiatan pembesaran ikan kecil yang awalnya
berukuran 1-3 cm hingga menjadi ikan berukuran 5-8 cm, pada ukuran ini
biasanya benih ikan dijual kepada masyarakat yang ingin melakukan budidaya
ikan di rumah masing-masing.
e. Screening, pemilihan ikan berdasarkan ukurannya. Ikan yang lebih besar
nantinya akan dibudidayakan dan dijadikan indukan ikan. Siklus kegiatan akan
berputar terus hingga diperoleh benih bibit ikan yang lebih banyak.
BAGIAN III : KUANTITAS AIR LIMBAH
12. Bagaimana terkait siklus penggunaan air kolam pada kegiatan usaha budidaya ikan air
tawar milik Bapak/ibu ?
Jawab : pergantian kolam biasanya dilakukan saat pemisahan ikan indukan dengan
telur dan kegiatan pemisahan ikan berdasarkan ukurannya karena dibutuhkan kolam
lain untuk menempatkan indukan ikan atau calon indukan ikan. Selebihnya air kolam
hanya rutin ditambahkan sedikit-sedikit apabila dirasa kurang akibat adanya
penguapan.
13. Dari manakah sumber air yang digunakan untuk mengisi kolam budidaya ?
Jawab : air yang digunakan berasal dari 2 sumber yaitu dari sungai dan air sumur bor.
Air sungai biasnya digunakan di saat musim hujan sedangkan untuk air bor digunakan
pada saat musim kemarau karena debit air sungai yang menurun pada musim kemarau.
14. Seberapa sering Bapak/ibu mengganti air kolam ? 83
Jawab : Pergantian air kolam hanya dilakukan saat panen dan proses screening atau
pemisahan ikan berdasarkan ukurannya.
15. Berapa debit air yang digunakan dalam 1 bulan ?
Jawab : kurang tahu berapa persis air yang digunakan, namun jika diliaht dari jumlah
kolam yang saat ini digunakan bisa menggunakan air sampai 2000 m3 setiap bulan
16. Bagaimana pengelolaan air limbah dari budidaya ikan air tawar diatau air limbah
bekas penggunaan kolam budidaya ?
Jawab : Air bekas kolam langsung dialirkan ke sungai depan balai benih ikan
17. Apakah didalam kegiatan usaha Bapak/Ibu sudah terdapat IPAL atau mendengar
tentang IPAL?
Jawab : kurang tahu, karena mbah jo hanya bertugas untuk mengelola balai benih ikan
sesuai dengan tujuan awal yaitu menyediakan benih ikan bagi masyarakat sekitar
18. Kendala yang dirasakan selama proses budidaya ?
Jawab : minimnya saran dan prasarana penunjang, banyak alat alat yang sudah tidak
berfungsi seperti jaring, mesin diesel untuk aerasi dan pompa sumur bor.
BAGIAN IV : PREFERENSI TERHADAP UNIT PENGOLAHAN
19. Apakah terdapat sisa lahan yang cukup luas pada kegiatan usaha budidaya milik
Bapak/Ibu?
Jawab : terdapat cukup sisa lahan namun berupa kolam-kolam yang tidak digunakan
20. Apabila direncanakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada kegiatan usaha
budidaya, apa harapan Bapak/Ibu terhadap perencanaan IPAL pada usaha kegiatan
Bapak/Ibu?
Jawab : -
21. Apakah terdapat pekerja yang mengawasi kegiatan usaha secara terus menerus ?
Jawab : tidak ada, seperti saya dan pekerja yang lain dari jam 08.00 15.00
22. Apakah para pekerja pada kegiatan usaha budidaya memilik pengalaman terkait
IPAL?
Jawab : tidak ada

84
LAMPIRAN II : FOTO KEGIATAN PENELITIAN

85
BIODATA PENULIS

Devi Alvisha lahir di Mojokerto, 23 Juli 2000. Penulis adalah


anak kedua dari tiga bersaudara dari Dr. Ir. Totok Hendarto,
M.SiBapak dan Emi Sudarti, S.Pd. Riwayat pendidikan penulis
dimulai dari pendidikan dasar yang ditempuh dari tahun 2006-
2012 di SDN Mlaten II, Mojokerto. Penulis melanjutkan
pendidikan di SMP 1 Dlanggu pada tahun 2012-2015. kemudian
dilanjutkan di SMAN 1 Sooko, Mojokerto pada tahun 2015-
2018 dan memenangkan kejuaran oliampiade nasional mata
pelajaran biologi 2th winner Kabupaten Mojokerto. Pendidikan
selanjutnya yaitu pendidikan S1 di Jurusan Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan dan Kebumian (FTSPK)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada
tahun 2019 dengan NRP 03211940000044. Selama perkuliahan
penulis aktif dalam berbagai macam kegiatan baik kepanitiaan
ataupun organisasi.
Penulis merupakan pribadi yang bersemangat dan menyenangkan. Selalu berusaha mengiktu
seluruh kegiatan yang diminati. Penulis secara aktif mengikuti Himpunan Mahasiswa Teknik
Lingkungan (HMTL) ITS dari awal masa perkuliahan hingga akhir perkuliahan. Mengawali
kepengurangan sebagai staff divisi minat dan bakat, kemudian melanjutkan keterlibatannya
didalam HMTL ITS sebagai Kepala Bidang seni divisi minat dan bakat. Selain itu penulis juga
berperan aktif dalam Paduan Suara Mahasiswa ITS sebagai Badan Pengurus Harian (BPH)
Bendahara II. Penulis juga aktif mengikuti berbagai macam kepanitian kegiatan yang
dilaksanakan oleh ITS serperti GERIGI ITS sebagai mentor, Steering Committee (SC) pada
kegiatan Latihan Alam yang diselenggarakan oleh PSM ITS. Selain itu penulis juga diberikan
kepercayaan sebagai Bendahara I pada konser “Aurerra” yang di selenggarakan oleh PSM ITS.
Penulis juga aktif berkontribusi dalam kegiatan dalam lingkup jurusan seperti menjadi panitia
pelepasan para wisudawan sebagai staff acara, panitia kampung mitra sebagai staff
kewirausahaan, panitian envication sebagai staff hubungan masyarakat.
Dalam prakteknya di lapangan penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. Dalam kesempatan tersebut penulis membantu bagian
pengawasan dan penegakan lingkungan hidup selama kurun waktu 2 bulan. Penulis juga sering
dipercayai sebagai ketua kelas dalm beberapa mata kuliah selama proses pembelajaran di
Teknik Lingkungan ITS. Terakhir penulis untuk memenuhi tugas sebagai mahasiswa S1 Teknik
Lingkungan ITS dengan membuat tugas akhir. Tugas akhir yang dibuat berjudul “Pengelolaan
Air Limbah dari Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Mojokerto” dibawah bimbingan Ir.
Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE. M.Sc, Ph.D. Segala informasi dan masukan dapat
menghubungi penulis melalui email devialvisha12@gmail.com

86
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
TUGAS AKHIR
A
TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023

JUDUL
Denah Bak Penampung

B B DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
6,5 m

15712,25
DOSEN PENGARAH

Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng


Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

Legenda

Batu Bata

Muka air

A MAHASISWA
31424,5
Devi Alvisha
13 m NRP
03211940000044

SKALA No.

1 : 100 1
MEDIA BIOFILTER CROSSFLOW

2m TEKNIK LINGKUNGAN

6509,15
FTSPK-ITS
2022
TUGAS AKHIR

TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023
1m

2789,63
JUDUL
Potongan
20767,28

Bak Penampung
6,5 m
DOSEN PEMBIMBING
POTONGAN A-A Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.

DOSEN PENGARAH
MEDIA BIOFILTER CROSSFLOW Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng
Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

Legenda

Batu Bata
2m
5300,46

Muka air

MAHASISWA
1m
2524,03

6022,97

2m Devi Alvisha
NRP
03211940000044
34579,22

13 m
SKALA No.
POTONGAN B-B
1 : 100 2
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
TUGAS AKHIR

A TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023

JUDUL
Denah Constructed Wetland
B B

2m DOSEN PEMBIMBING

9013,71
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.

DOSEN PENGARAH

Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng


A Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

33596,57

Legenda
8m
Batu Bata

Muka air

MAHASISWA
Devi Alvisha
NRP
03211940000044

SKALA No.

1 : 100 3
TUMBUHAN CANNA INDICA

TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
1m

4330,77
TUGAS AKHIR

TANGGAL PENGUMPULAN
LUMPUR ALUM
4 Januari 2023
8661,54

2m JUDUL
MEDIA GRAVEL
Potongan
Constructed Wetland
POTONGAN A-A
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.

DOSEN PENGARAH
Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng
Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

TUMBUHAN CANNA INDICA Legenda

Gravel

Muka air

0,8 m

3149,65
MAHASISWA
Devi Alvisha
NRP
32283,92

03211940000044
LUMPUR ALUM 8m
MEDIA GRAVEL
SKALA No.
POTONGAN B-B
1 : 100 4
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
A 2022
TUGAS AKHIR

TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023

JUDUL
Denah Reservoir
B B
4m DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono

15863,31
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.

DOSEN PENGARAH

Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng


Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

Legenda

Batu Bata

Muka air
A
MAHASISWA

31726,62
Devi Alvisha
NRP
8m 03211940000044

SKALA No.

1 : 100 5
1,5 m

5819,54
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
TUGAS AKHIR

TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023
15276,3

JUDUL
4m
Potongan Reservoir

DOSEN PEMBIMBING
POTONGAN A-A
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.

DOSEN PENGARAH

Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng


Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

Legenda

Beton

1,5 m POMPA Muka air


5558,32

SUBMERSIBLE
MAHASISWA
Devi Alvisha
28486,39
NRP
03211940000044
8m
SKALA No.

POTONGAN B-B
1 : 100 6
CAKE
LUMPUR TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
B MEDIA MEDIA TUGAS AKHIR
PASIR KERIKIL
PIPA TANGGAL PENGUMPULAN
OUTLET
4 Januari 2023

PIPA
JUDUL
INLET Denah Sludge Drying Bed

DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
5m Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
A A

11275,43
DOSEN PENGARAH

Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng


Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

Legenda

Batu Bata

Muka air
20995,67

10 m MAHASISWA
Devi Alvisha
B
NRP
03211940000044

SKALA No.

1 : 100 7
MEDIA MEDIA
PIPA
PASIR CAKE TEKNIK LINGKUNGAN
INLET KERIKIL
LUMPUR FTSPK-ITS
2022
PIPA TUGAS AKHIR
OUTLET
TANGGAL PENGUMPULAN
3595,37

1m
4 Januari 2023

JUDUL
20995,67

Potongan Slude Drying Bed


10 m

DOSEN PEMBIMBING
POTONGAN A - A
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.

DOSEN PENGARAH

Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng


Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

MEDIA MEDIA Legenda


KERIKIL PASIR CAKE
PIPA Batu Bata
LUMPUR
OUTLET
Muka air

2979,65
MAHASISWA
Devi Alvisha
NRP
03211940000044
5m

SKALA No.
POTONGAN B - B
1 : 100 8
Keterangan
1. Rumah orang tua Pak Andre 6. Kolam Nila
2. Rumah Pak Andre 7. Bak Penampung TEKNIK LINGKUNGAN
3. Gudang penyimpanan pakan 8. Constructed Wetland FTSPK-ITS
4. Kolam lele kecil 9.Resevoir
2022
5. Kolam lele siap panen 10 Sludge Drying Bed
TUGAS AKHIR

10 8 TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023
7
9 JUDUL
Layout IPAL

6 DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.

DOSEN PENGARAH
5
Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng
3 4 Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

Legenda

Beton

Muka air
1 2
MAHASISWA
Devi Alvisha
NRP
03211940000044

SKALA No.

1 : 100 9
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
2022
TUGAS AKHIR

TANGGAL PENGUMPULAN
4 Januari 2023

JUDUL
Profil Hidrolis 1
+8 +8 +8
+7,5 +7,5 DOSEN PEMBIMBING
CW
+7 +7 +7
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Kolam Lele Kolam Nila +6 Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.
+5,5 Reservoir
Bak Penampung DOSEN PENGARAH
+4,5
Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng
Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

Legenda

Batu Bata

Muka air

MAHASISWA
Devi Alvisha
NRP
03211940000044

SKALA No.

1 : 100 10
+8

+7,5
TEKNIK LINGKUNGAN
FTSPK-ITS
+7
2022
TUGAS AKHIR

TANGGAL PENGUMPULAN
Sludge Drying Bed 4 Januari 2023
+5,5
JUDUL

Bak Penampung Profil Hidrolis 2


+4,5
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy Setiadi Soedjono
Dipl.SE. M.Sc, Ph.D.

DOSEN PENGARAH

Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng


Ervin Nurhayati, S.T., M.T., Ph.D.

+8 Legenda

Beton
+7,5
Muka air
+7

MAHASISWA
Kolam Ikan Devi Alvisha
+6 NRP
03211940000044

Reservoir SKALA No.

1 : 100 11

Anda mungkin juga menyukai