Anda di halaman 1dari 87

PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH

TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN


TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN
KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

AZMIR
067031002/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH
TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN
TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN
KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

AZMIR
067031002/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : PENGARUH AIR LINDI TEMPAT
PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERHADAP
KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI
KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN
MARELAN KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Azmir
Nomor Induk Mahasiswa : 067031002
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan dan Industri

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr.Dra. Irnawati Marsaulina, M.S) (Ir. Indra Chahaya S, M.Si)

Ketua Program Studi Dekan

(Dr.Drs. Surya Utama, M.S) ( dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

Tanggal Lulus : 31 Agustus 2009

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji

Pada Tanggal : 31 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S
Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya S, M.Si
2. Prof. Dr. Rer. Nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt
3. Ir. Evinaria, M.Kes

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH


TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN
TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN
KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka

Medan, 31 Agustus 2009

(AZMIR)

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

TPA Kelurahan Terjun menggunakan sistem penelolaan sampah secara open


dumping, sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tambak yang ada di sekitar
lokasi serta dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. TPA Terjun
mulai beroperasi pada tanggal 7 Januari 1993, dengan jumlah sampah per hari
1600m3. Sampah yang menghasilkan cairan lindi (leachate) sebagai suatu cairan yang
dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah, air lindi membawa
materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi sampah dan pada
umumnya mengandung senyawa-senyawa organik serta mengandung sejumlah logam
berat, seperti seng (Zn), Nitrat (Nt), Ammonik (NH 3 ), Sulfida (H 2 S), Tembaga (Cu),
serta mengandung detergen, minyak dan lemak. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh air lindi pada tempat pembuangan sampah terhadap
kualitas air tambak.
Jenis penelitian ini adalah survei bersifat analitik yaitu untuk menganalisis
pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air
tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Sampel
dalam penelitian ini adalah pemeriksaan air tambak yang diambil dari jarak 100m,
200m, 300m. Data yang digunakan dengan wawancara langsung kepada pengelola
tambak ikan kemudian pemeriksaan air tambak ikan melalui laboratorium yang ada di
Medan selain itu juga menggunakan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuangan sampah di TPA Terjun
dengan menggunakan sistem open dumping (sistem pembuangan terbuka), dari 11
(sebelas) parameter yang diteliti ternyata pada lokasi jarak 100m ada 6 (enam)
parameter yang melebihi baku mutu air (minyak dan lemak, DO, Sulfida (H 2 S),
Detergen, Tembaga (Cu) dan Ammonia (NH 3 ) sedangkan 300m terdapat 5 (lima)
parameter yaitu minyak dan lemak, Nitrat (Nt), Sulfida (H 2 S), Detergen, Tembaga
(Cu) yang melebihi kriteria yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah.
Kepada masyarakat yang berada di sekitar TPA dan pengelola tambak agar
selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan air tambak tersebut dengan pembuatan
sirkulasi air.

Kata Kunci : Tempat pembuangan akhir sampah, kualitas air tambak.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

TPA (The final place for garbage disposal) in Terjun District used an open
dumping system of recycling the garbage; thus, it could affect the quality of the water
fishfond nearby it and could cause the negative effect to the environment. The final
place for garbage disposal (TPA) in Terjun district started operating on 7th January
1993 with the total of garbage 1600m3. The garbage producing the lye liquid
(leachate) was produced from stagnancy of rain water on a pile of garbage. The lye
liquid (leachate) brought suspended and salulate materials which were the product of
the garbage degradation commonly containing organic substance and also some
heavy metals as Zinc (Zn), Nitrate (Nt), Ammonia (NH 3 ), Sulfide (H 2 S), Copper
(Cu), and detergent, oil and fat as well. The alm of this research was to know the
impact of the lyle liquid (leachate) of the quality of the water fishfond in the final
place for garbage disposal (TPA).
The kind of this research was analytic survey which it used to analyze the
impact of pollution caused by the final place for garbage disposal (TPA) to the
quality of the water fishfond in Terjun district Kecamatan Medan Marelan Kota
Medan. The sample of this research was check the water fishfond taken from distance
of 100m, 200m, and 300m. The data used in this reearch were used with the direct
interviews done to the owner of the fishfond and the laboratories located in Medan.
Besides, it also used secondary data.
The result of this research showed that the TPA in Terjun used open dumping
system. There were 11 (eleven) parameters were checked rosulting 6 (six) parameters
with the distance of 100m having better water quality (oil and fat, Do, Sulfide (H 2 S),
detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH 3 ) . 5 (five) parameters with distance of
200m containing oil and fat, Suilfide (H 2 S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia
(NH 3 ) and 5 (five) parameters with the distance of 300m containing oil and fat,
Nitrate (Nt), Sulfide (H 2 S), detergent, Copper (Cu), which have better criterias based
on the government’s rule.
It is sugested to the community who lived near by the TPA and also the
fishfond’s owner to always pay attention and the keep the water fishfond clean with
making the water circulation.

Keywords : The final Place for garbage disposal, the quality of the water fishfond.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis Panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena

dengan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul

”Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah terhadap Kualitas

Air Tambak Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan”

Dalam penulisan Tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Chairuddin P Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr.Drs. Surya Utama. M.S, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

dan Ketua Pembimbing I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.

5. Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku anggota Komisi pembimbing Penulis yang telah

banyak memberikan bimbingan dan saran bagi penulis dalam penyelesaian tesis

ini.

Universitas Sumatera Utara


6. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Penguji tesis.

7. Prof. Dr. Rer. Nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt, selaku Dosen Pembanding

tesis.

8. Bapak dan ibu Dosen beserta staff Program Studi Manajemen Kesehatan

Lingkungan Industri Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, yang memberikan arahan, bimbingan dan bantuan selama

pendidikan serta saran dalam penyelesaian tesis ini

9. Kepala Balitbang Kota Medan yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk

melakukan penelitian.

10. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan yang telah memberikan ijin melakukan

penelitian di tempat tersebut

11. Teristimewa untuk kedua orang tua yang telah banyak memberikan dorongan dan

dukungan baik moril maupun materiil dalam penyelesaian tesis ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan, yang telah banyak memberikan dukungan

dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan,

untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun

untuk penyempurnaan dimasa mendatang.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkatNya dan terus

menyertai kita semua. Akhirnya penulis Berharap tulisan ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca dan terima kasih.

Medan, 31 Agustus 2009


Penulis

Azmir

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Azmir lahir di Aceh Utara pada tanggal 7 Agustus 1968, anak ke lima dari lima

bersaudara dari pasangan Ayahanda Ibrahim dan Ibunda Khatidjah menetap di Medan

Memulai pendidikan di SD Negeri No. 24 Banda Aceh lulus tahun 1981,

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Peukan Banda Aceh lulus tahun 1984. Kemudian

melanjutkan pendidikan di SMA Negeri Peusangan Aceh Utara lulus tahun 1988. Kemudian

melanjutkan pendidikan D I SPPH Depkes RI Banda Aceh lulus tahun 1991, dan selanjutnya

melanjutkan pendidikan D III AKL Depkes RI Banda Aceh lulus tahun 2002. Dan selanjutnya

melanjutkan pendidikan jenjang S1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara lulus tahun 2006, selanjutnya melanjutkan pendidikan jenjang S2 pada Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

sampai sekarang.

Pada tahun 1993 sebagai CPNS Dinkes Provinsi Sumatera Utara dan sebagai PNS

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1997 sampai sekarang.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ...................................................................................................... . ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...... .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Permasalahan ................................................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.4. Hipotesis ........................................................................................................ 5
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 7


2.1. Sampah dan TPA .......................................................................................... 7
2.2. Pengelolaan Sampah Padat ......................................................................... 16
2.3. Pengaruh Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan ..................... 19
2.4. Lingkungan ................................................................................................... 21
2.5. Pengertian dan Sumber Air Buangan/Limbah .......................................... 25
2.6. Pengertian Air Lindi ..................................................................................... 32
2.7. Landasan Teori ............................................................................................. 40
2.8. Kerangka Konsep ......................................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 42

3.1. Jenis Penelitian ............................................................................................. 42


3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 42
3.3. Pengambilan Sampel ................................................................................... 43
3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 44
3.5. Variabel dan Definisi Operasional .............................................................. 44
3.6. Metode Pengukuran ..................................................................................... 46
3.7. Metode Analisis Data ................................................................................... 47

Universitas Sumatera Utara


BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................................ 48

4.1. Gambaran Daerah Penelitian ...................................................................... 48


4.2. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Air Tambak ........................ 49

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................................... 52

5.1. Sanitasi TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan .................................. 52


5.2. Pengukuran Kualitas Air Tambak dibandingkan dengan Peraturan
Pemerintah No. 20 tahun 1990 .................................................................. 53
5.3. Pengaruh Parameter Kualitas Fisik dan Kimia .......................................... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 66

6.1. Kesimpulan ................................................................................................... 66


6.2. Saran .............................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 68


LAMPIRAN ............................................................................................................................. 70

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Daftar Kualitas Air Golongan C .......................................................................... 30

3.1. Variabel, Definisi Operasional, Jumlah Indikator, AlatUkur, Kategori dan


dan Skala Ukur TPAS Terhadap Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan
Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2008 ....................... 46

4.1. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Air Tambak Jarak 100-300 m,
Air Lindi dan Dibandingkan Dengan Baku Mutu Air Golongan C................. 50

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Skema Perjalanaan Logam Berat dari Sumber Pencemar sampai


ke Manusia ................................................................................................... 35

1.2.. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 41

1.3. Peta Wilayah Kecamatan Medan Marelan ................................ 72

1.4. Gambar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan .. 76

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Laboratorium dari Balai Teknik Kesehatan Lingkundan dan


Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) ................................ 70

2.. Jadwal Penelitian .............................................................................. 75

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

TPA Kelurahan Terjun menggunakan sistem penelolaan sampah secara open


dumping, sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tambak yang ada di sekitar
lokasi serta dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. TPA Terjun
mulai beroperasi pada tanggal 7 Januari 1993, dengan jumlah sampah per hari
1600m3. Sampah yang menghasilkan cairan lindi (leachate) sebagai suatu cairan yang
dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah, air lindi membawa
materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi sampah dan pada
umumnya mengandung senyawa-senyawa organik serta mengandung sejumlah logam
berat, seperti seng (Zn), Nitrat (Nt), Ammonik (NH 3 ), Sulfida (H 2 S), Tembaga (Cu),
serta mengandung detergen, minyak dan lemak. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh air lindi pada tempat pembuangan sampah terhadap
kualitas air tambak.
Jenis penelitian ini adalah survei bersifat analitik yaitu untuk menganalisis
pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air
tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Sampel
dalam penelitian ini adalah pemeriksaan air tambak yang diambil dari jarak 100m,
200m, 300m. Data yang digunakan dengan wawancara langsung kepada pengelola
tambak ikan kemudian pemeriksaan air tambak ikan melalui laboratorium yang ada di
Medan selain itu juga menggunakan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuangan sampah di TPA Terjun
dengan menggunakan sistem open dumping (sistem pembuangan terbuka), dari 11
(sebelas) parameter yang diteliti ternyata pada lokasi jarak 100m ada 6 (enam)
parameter yang melebihi baku mutu air (minyak dan lemak, DO, Sulfida (H 2 S),
Detergen, Tembaga (Cu) dan Ammonia (NH 3 ) sedangkan 300m terdapat 5 (lima)
parameter yaitu minyak dan lemak, Nitrat (Nt), Sulfida (H 2 S), Detergen, Tembaga
(Cu) yang melebihi kriteria yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah.
Kepada masyarakat yang berada di sekitar TPA dan pengelola tambak agar
selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan air tambak tersebut dengan pembuatan
sirkulasi air.

Kata Kunci : Tempat pembuangan akhir sampah, kualitas air tambak.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

TPA (The final place for garbage disposal) in Terjun District used an open
dumping system of recycling the garbage; thus, it could affect the quality of the water
fishfond nearby it and could cause the negative effect to the environment. The final
place for garbage disposal (TPA) in Terjun district started operating on 7th January
1993 with the total of garbage 1600m3. The garbage producing the lye liquid
(leachate) was produced from stagnancy of rain water on a pile of garbage. The lye
liquid (leachate) brought suspended and salulate materials which were the product of
the garbage degradation commonly containing organic substance and also some
heavy metals as Zinc (Zn), Nitrate (Nt), Ammonia (NH 3 ), Sulfide (H 2 S), Copper
(Cu), and detergent, oil and fat as well. The alm of this research was to know the
impact of the lyle liquid (leachate) of the quality of the water fishfond in the final
place for garbage disposal (TPA).
The kind of this research was analytic survey which it used to analyze the
impact of pollution caused by the final place for garbage disposal (TPA) to the
quality of the water fishfond in Terjun district Kecamatan Medan Marelan Kota
Medan. The sample of this research was check the water fishfond taken from distance
of 100m, 200m, and 300m. The data used in this reearch were used with the direct
interviews done to the owner of the fishfond and the laboratories located in Medan.
Besides, it also used secondary data.
The result of this research showed that the TPA in Terjun used open dumping
system. There were 11 (eleven) parameters were checked rosulting 6 (six) parameters
with the distance of 100m having better water quality (oil and fat, Do, Sulfide (H 2 S),
detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH 3 ) . 5 (five) parameters with distance of
200m containing oil and fat, Suilfide (H 2 S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia
(NH 3 ) and 5 (five) parameters with the distance of 300m containing oil and fat,
Nitrate (Nt), Sulfide (H 2 S), detergent, Copper (Cu), which have better criterias based
on the government’s rule.
It is sugested to the community who lived near by the TPA and also the
fishfond’s owner to always pay attention and the keep the water fishfond clean with
making the water circulation.

Keywords : The final Place for garbage disposal, the quality of the water fishfond.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil; dan merata serta memilki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2005).

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan antara

lain bahwa : (1). Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, (2). Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat

umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan

lainnya, (3). Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, tanah dan udara,

pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan,

pengendalian vektor penyakit serta penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI,

2003).

Menurut Hendrik L.Blum yang dikutip oleh (Kusnoputranto, 1986), bahwa

derajat kesehatan yang optimal pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari empat

faktor, yaitu : faktor lingkungan, faktor perilaku manusia, faktor pelayanan kesehatan

serta faktor keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan faktor lain :

yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental dan populasi

Universitas Sumatera Utara


sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap

derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik,

lingkungan biologik dan lingkungan sosio kultural.

Pembuangan sampah merupakan salah satu masalah yang sedang di hadapi

oleh setiap kota disemua negara di dunia. Timbunan sampah yang terus meningkat

seiring dengan bertambahnya populasi penduduk adalah suatu hal yang harus

ditangani secara serius. Sampah menjadi masalah karena mengotori dan mengganggu

keindahan serta kenyamanan manusia dan karena ditimbulkan oleh kegiatan manusia

akibatnya sampah akan selalu muncul dalam keseharian hidup manusia. Sampah

memang wajar ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketidak wajaran terjadi ketika

volume sampah berada di atas batas toleransi, terlebih pada tempat-tempat umum

(Maramis, 2008).

Pencemaran sumber air oleh sampah terjadi karena sampah yang dibuang

dengan cara open dumping dan tertimbun di TPA mengalami dekomposisi yang

bersama air hujan menghasilkan cairan lindi (leachate). Cairan lindi adalah cairan

yang mengandung zat terlarut dan tersuspensi yang sangat halus sebagai hasil

penguraian oleh mikroba, biasanya terdiri atas kalsium (Ca), magnesium (Mg),

natrium (Na), kalium (K), besi (Fe), khlorida (Cl), sulfat (SO4), seng (Zn), nikel (Ni),

karbon dioksida (CO2), air (H2O), air nitrogen (N2), amoniak (NH3), asam sulfida

(H2S), asam organik dan gas hidrogen (H2) (Soemirat, 1999).

Lindi adalah bahan pencemar yang berpotensial mengganggu lingkungan dan

kesehatan manusia. Air lindi dapat merembes ke dalam tanah, ataupun mengalir di

Universitas Sumatera Utara


permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Air lindi selalu menyertai

pembuangan akhir sampah padat. Air lindi yang mengandung senyawa-senyawa

organik dan anorganik dengan konsentrasi 5000 kali lebih tinggi dari pada air tanah,

masuk dan mencemari air tanah atau air sungai (Maramis, 2008).

Dalam usaha budi daya ikan yang ada disekitar TPA Terjun-Medan sangat

berpotensi terjadinya pencemaran air lindi terhadap tambak masyarakat sekitar TPA.

Ikan tambak tersebut pun nantinya akan dikonsumsi oleh penduduk sekitar TPA

Terjun, yang tentunya akan berdampak buruk bagi kesehatan. Ditambah lagi jumlah

penduduk yang bertempat tinggal disekitar TPA semakin bertambah yang sebagian

besar dari mereka adalah pemulung.

Bahan anorganik pencemar lingkungan yang telah banyak diteliti

pengaruhnya terhadap makhluk hidup ialah unsur logam dan senyawanya. Beberapa

jenis logam berat seperti Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Arsen (As) dan

beberapa lainnya merupakan logam yang beracun terhadap makhluk hidup. Bahan

kimia anorganik tersebut dapat menyebabkan keracunan akut maupun kronis,

bergantung pada jenis logamnya, jumlahnya, spesies hewan, kondisi hewan, dan

umurnya (Darmono, 2001).

Pemerintah melalui Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawasan

Obat dan Makanan telah mengeluarkan Surat Keputusan No. 03725/B/SK/VII/1989

tentang batas maksimum logam berat dalam makanan yang bersumber dari ikan dan

olahannya. Batas maksimum yang dianjurkan adalah arsen (Ar) = 10 mg/kg,

Universitas Sumatera Utara


Plumbum (Pb) = 2 mg/kg, Cupper (Cu) = 3 mg/kg, Seng (Zn) = 100 mg/kg, Timah

(Sn) = 40 mg/kg, Air Raksa (Hg) = 0,5 mg/kg (Depkes RI, 1989).

Pengelolaan sampah di TPA mulai dari penanganan kegiatan yang

menghasilkan sampah sampai tempat pembuangan akhir TPA di Kota Medan telah

ditangani oleh Dinas sejak 7 Januari 1993, luas areal 14 Ha, berjarak 100 m dari

pemukiman penduduk, 4 km dari Sungai Deli, 6 Km dari garis pantai, dan 14 km dari

pusat kota. Jenis tanah lempung dan lapisan dasar tanah liat dengan keadaan topografi

yang relatif datar. TPA Terjun menggunakan metode pengolahan sampah secara open

dumping dan belum memiliki penampungan air lindi (leacheate) dengan pengolahan

yang baik. Jadi air lindi merupakan hasil sampingan dari pengolahan sampah yang

berupa rembesan dari timbunan sampah yang banyak di TPA, sehingga air lindi perlu

pengelolaan terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan/sungai dan menyebabkan

pencemaran yang berdampak buruk pada makhluk hidup (TPA Terjun-Marelan,

2007).

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas dan mengingat pencemaran TPA Kelurahan

Terjun yang berupa air lindi dapat mempengaruhi kualitas air tambak maka penulis

ingin mengetahui pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir sampah (TPAS)

terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


1.3. Tujuan Penelitian

Mengingat pencemaran TPAS Kelurahan Terjun yang berupa air lindi dapat

mempengaruhi kualitas air tambak, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sanitasi TPAS yaitu khususnya sistem pengelolaan air

lindi.

2. Untuk mengetahui kualitas air tambak dengan jarak 100 m.

3. Untuk mengetahui kualitas air tambak dengan jarak 200 m.

4. Untuk mengetahui kualitas air tambak dengan jarak 300 m.

5. Untuk mengetahui kualitas air tambak ikan dan disesuaikan dengan Peraturan

Pemerintah RI No. 20 tahun 1990.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada pengaruh air lindi tempat

pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan kepada Pemko Medan dan Dinas Kebersihan Kota Medan

tentang pencemaran air lindi yang ada di TPA dan bahaya kandungan logam

berat terhadap air tambak ikan di lokasi TPA Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


2. Dapat memberikan masukan kepada masyarakat sekitar TPA dan kepada

pengelola tambak untuk menciptakan lingkungan yang bersih serta menjaga

kebersihan air tambak.

3. Sebagai bahan informasi ilmiah dan bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan limbah

atau bahan buangan. Walaupun sudah disediakan tempat pembuangan akhir untuk

menimbun limbah yang dihasilkan oleh warga/manusia, namun karena limbah yang

dihasilkan terus bertambah maka tempat pembuangan akhir (TPA) makin meluas.

Mengingat akan hal ini, maka perlu pemikiran lebih lanjut bagaimana mengurangi

jumlah limbah padat dengan memanfaatkan kembali limbah padat tersebut unntuk

kepentingan manusia melalui proses daur ulang, sekaligus sebagai usaha untuk

mengurangi pencemaran (Wardhana, 2000).

2.1. Sampah dan TPA


Secara terbatas yang disebut sampah hanya merupakan tumpukan bekas dan

sisa tanaman (daun-daun gugur, sisa sayuran, sisa pertanian) ataupun sisa dan kotoran

hewan, serta benda-benda lain yang setiap saat dibuang. Tetapi secara luas, segala

benda yang akhirnya dibuang disebut sampah dan dikumpulkan pada suatu tempat

penampungan yang sering disebut TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau Dump

Station (Suriawiria, 2003).

2.1.1. Pengertian Sampah dan TPA

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau

sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara


manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi yang bukan biologis (karena human waste

tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat karena air bekas tidak

termasuk di dalamnya (Azwar, 1990).

Menurut Kusnoputranto, (2000), sampah adalah sesuatu bahan/benda padat

yang terjadi karena berhubungan dengan aktivitas manusia yang tak dipakai lagi, tak

disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari

tubuh manusia.

Sampah bisa didefinisikan sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak

dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu

kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan,

sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan dan tidak terjadi

dengan sendirinya Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai

berikut :

a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

b. Adanya hubungan langsung/tak langsung dengan kegiatan manusia.

c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmodjo, 2000).

Menurut Maramis, (2008), sampah didefinisikan sebagai segala macam

buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang sudah tidak dapat

digunakan lagi. Untuk pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan dampak terhadap

lingkungan dan kesehatan, maka sampah harus dikelola oleh suatu likaso/badan yang

disebut TPA.

Universitas Sumatera Utara


Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI (1989), mengemukakan

pengertian TPA adalah upaya untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu.

A. Lokasi untuk penempatan TPA harus memenuhi persyaratan teknis sebagai

berikut:

1. Jarak terhadap pemukiman minimal 3 km.

2. Jarak terhadap sumber air baku untuk air minum (mata air, sumur, danau dan

lain-lain) minimal 200 meter. Hal ini mengingat, bahwa hasil dekomposisi

sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran

terhadap sunber air tersebut.

3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan terbawanya

sampah TPA oleh air yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap

lingkungan.

4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini

mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan

berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah

langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi

dalam waktu yang lama.

5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum, sedikitnya 200 meter, hal

ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa

dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan

sebagainya

Universitas Sumatera Utara


6. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memeperhatikan aspek

estetika.

7. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 km.

B. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak dan tidak

menimbulkan bau.

2. Memiliki drainase yang baik dan lancar.

3. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran.

4. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya,

lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda.

5. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gris atau tikus

terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan

pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.

C. TPA yang sudah tidak digunakan :

1. Tidak boleh untuk pemukiman

2. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan seharí-hari

Untuk mengantisipasi dampak negatif yang diakibatkan oleh metode

pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai

kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan

persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan

Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan

akhir sampah adalah :

Universitas Sumatera Utara


- Jarak dari perumahan terdekat 500 m

- Jarak dari badan air 100 m

- Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet)

- Muka air tanah > 3 m

- Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det

- Merupakan tanah tidak produktif

- Bebas banjir minimal periode 25 tahun

2.1.2. Sampah Menurut Sumbernya

1. Sampah domestik (domestic wastes), yaitu sampah padat yang berasal dari

pemukiman masyarakat. Jenis sampah padat ini cukup beragam, namun

umumnya berupa sampah dapur dan sampah lain hasil kegiatan rumah tangga

seperti sampah-sampah hasil pengolahan makanan, sampah dari halaman

misalnya dedaunan, kaleng dan kardus bekas serta kertas pembungkus, pakaian

bekas, karpet tua, perabotan rumah tangga dan sejenisnya.

2. Sampah komersial (commercial wastes), yaitu sampah padat dari lingkungan

perdagangan atau jasa komersial, baik warung, ataupun pasar. Sampah ini

beragam sesuai dengan jenis barang yang diperdagangkan. Sampah di pusat

perdagangan atau pasar biasanya terdiri dari : kardus-kardus yang besar, kotak-

kotak pembungkus, kertas-kertas, karbon, pita mesin tik besar dan lainnya.

Dalam hal ini termasuk sampah makanan dari kantin atau restoran.

3. Sampah yang berasal dari jalan-jalan raya (street sweeping), yaitu sampah yang

berasal dari pembersihan jalan-jalan, biasanya terdiri dari kertas-kertas, kardus-

Universitas Sumatera Utara


kardus kecil tercampur dengan batu-batuan, debu, pasir, benda-benda yang jatuh

dari truk/kendaraan, sobekan-sobekan ban atau onderdil-onderdil yang jatuh,

juga daun-daunan, sampah-sampah yang dibuang dari mobil, kantong-kantong

plastik dan lain-lain.

4. Sampah-sampah Industri (Industrial wastes)

Sampah-sampah yang berasal dari pembangunan industri dan dari proses-proses

produksi yang terjadi dalam industri tersebut. Jenis sampah ini relatif sama

untuk industri tertentu, namun jenis industri yang berbeda akan menghasilkan

sampah yang berbeda juga. Jadi jenis sampah, jumlah dan komposisi sampah

industri bergantung pada jenis industrinya, misalnya sampah industri, sampah

pengepakan barang, sampah bahan makanan, logam, plastik, kayu, potongan

tekstil dan lain-lain.

5. Sampah-sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan (agriculture

wastes), sampah-sampah dari daerah ini dapat berupa sampah dari hasil

perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur-mayur, batang jagung,

pohon kacang-kacangan dan lain-lain yang umumnya jumlahnya cukup besar

sewaktu musim panen. Umumnya sampah-sampah ini dibakar dan

dikembalikan pada tanah pertanian ataupun dijadikan pupuk untuk pertanian.

6. Sampah yang berasal dari daerah pertambangan

Pertambangan dapat menghasilkan sejumlah sampah yang tergantung pada jenis

usaha tambangnya. Pengumpulan sejumlah mineral yang diproses maupun yang

tidak diproses, mengandung zat-zat kontaminan, yang apabila ada hujan dapat

Universitas Sumatera Utara


merembes dan membawa zat-zat yang toksik dan berbahaya ke suatu sumber air

serta mencemari sumber air tersebut. Sampah-sampahnya berupa bahan-bahan

tambang disamping sampah-sampah dari aktivitas manusia pengelolanya.

7. Sampah-sampah yang berasal dari gedung-gedung atau perkantoran

(Institutional wastes),

Terdiri dari kertas-kertas, karbon-karbon, pita-pita mesin tik, klip dan lain-lain,

umumnya bersifat rubbish, kering dan mudah terbakar.

8. Sampah-sampah yang berasal dari daerah penghancuran gedung-gedung dan

pembangunan/pemugaran.

Terdiri dari puing-puing, pipa plastik/besi, paku, kayu-kayu, kaca, kaleng-

kaleng, potongan-potongan besi dan lain-lain.

9. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Contohnya sampah dari tempat-tempat hiburan, tempat-tempat olah raga,

tempat-tempat ibadah, dan lain-lain yang dapat berupa, kertas, sisa buah-

buahan, plastik dan lain-lain.

10. Sampah yang berasal dari daerah kehutanan

Misalnya sampah hasil dari penebangan kayu ataupun kegiatan reboisasi hutan

sebagian besar terdiri dari sampah daun dan ranting.

11. Sampah yang berasal dari pusat-pusat pengolahan air buangan

Dengan adanya sampah-sampah yang terangkut oleh air maka sampah-sampah

ini dapat diangkat dari air kotor pada sistem penyaluran atau pengolahan air

kotor, misalnya pada saringan besi. Sampah-sampah dapat berupa plastik,

Universitas Sumatera Utara


kertas, kayu dan lain-lain. Disamping itu dihasilkan juga lumpur dari proses

pengolahan air buangan ini.

12. Dari daerah peternakan dan perikanan

Sampah–sampah dari sini dapat berupa kotoran ternak atau sisa-sisa

makanannya ataupun bangkai-bangkai binatang. Dari perikanan misalnya

bangkai-bangkai ikan, sisa-sisa ikan atau lumpur (Kusnoputranto, 2000).

Berdasarkan kepada bentuknya, sampah digolongkan kepada tiga kelompok

besar yaitu (Suriawiria, 2003) :

1. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan, kotoran

ataupun benda-benda lain yang berbentuk padat.

2. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri,

pertanian, perikanan, peternakan ataupun manusia yang berbentuk cair misal

air-buangan, air-seni dan sebagainya.

3. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor,

cerobong pabrik dan sebagainya yang kesemuanya berbentuk gas atau asap.

2.1.3. Jenis-Jenis sampah

Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja), dapat dibagi menjadi

berbagai jenis, yakni (Notoatmodjo, 2000) :

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi :

a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya : logam/besi, botol, plastik, gelas dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunnan, buah-buahan dan sebagainya.

2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain

bekas dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng-kaleng bekas, besi/logam,

pecahan gelas, kaca dan sebaganya.

3. Berdasarkan karakteristik sampah

a. Garbage, yaitu jenis sampah dari hasil pengolahan atau pembuatan makanan,

yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran,

hotel dan sebagainya.

b. Rabish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang

mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik dan sebaginya, maupun yang

tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan

sebagainya.

c. Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar,

termasuk abu rokok.

d. Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan

jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan,

kertas, plastik, pecahan kaca, debu dan sebagainya.

e. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik.

Universitas Sumatera Utara


f. Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena

alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang.

g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda motor,

sepeda dan sebagainya.

h. Sampah pembangunan (construction waste), yaitu sampah dari proses

pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing,

potongan kayu, besi beton dan sebagainya.

2.2. Pengelolaan Sampah Padat

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah-

sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab bakteri (bacteri

pathogen) dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor).

Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak

mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik,

bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan

Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah ini adalah meliputi pengumpulan,

pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa

sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan

hidup. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo,

1997) :

Universitas Sumatera Utara


1. Pengumpulan dan Pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing

rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka

harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan

sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut

harus diangkut ke tempat pengumpulan sementara (TPS) sampah, dan

selanjutnya ke tempat pembuangan akhir (TPA).

2. Pemusnahan dan Pengolahan sampah

Pemusnahan dan Pengolahan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara,

antara lain sebagai berikut :

a. Ditanam (Landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang

ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.

b. Dibakar (Incenerator), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar

di dalam tungku pembakaran (incenerator),

c. Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk

(Kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan

dan sampah lain yang dapat membusuk.

Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah yaitu perlakuan terhadap sampah

yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan

dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan suatu pengolahan sampah

dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembang biaknya

bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat

Universitas Sumatera Utara


lain harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air ataupun tanah, tidak

menimbulkan bau dan tidak menimbulkan kebakaran.

Menurut Sastrawijaya, (1991), penanganan sampah adalah mencegah

timbulnya pencemaran. Misalnya dengan cara penimbunan (dumping) dengan

maksud untuk menutupi rawa, jurang, lekukan tanah di tempat terbuka dan di laut.

Cara ini murah tetapi masih menimbulkan bau, kotor, penyakit dan pencemaran. Cara

kedua adalah pengisian tanah kesehatan (sanitary landfill) dengan mengisi tanah

berlegok (berlekuk) dan kemudian menutupinya dengan tanah, pada cara ini

diperlukan tanah yang luas. Diharapkan sampah tidak akan mencemari lagi karena

ditimbun dan ditutupi. Cara ketiga adalah dengan pencacahan (grinding), limbah

organik dimasukkan ke dalam alat penggiling sehingga menjadi kecil-kecil, dialirkan

ke selokan, hanyut ke tempat pengolahan lebih lanjut. Cara keempat adalah

pengkomposan (composting), yakni pengolahan limbah untuk memperoleh kompos

untuk menyuburkan tanah. Mikroorganisme membantu menguraikan limbah organik

menjadi anorganik pada suhu dan kelembaban udara yang sesuai dengan kehidupan

mikroorganisme itu (bakteri, jamur). Cara kelima adalah pembakaran (incenerator)

dengan hasil gas dan residu. Metode ke enam ialah dengan pirolisis yakni mengolah

limbah dengan proses dekomposisi senyawa kimia pada suhu tinggi dengan

pembakaran tidak sempurna atau suatu proses peruraian kimia isomerisasi,

deoksigenisasi, dan denitrogenisasi.

Sistem Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang

mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan

Universitas Sumatera Utara


porositas tanah. Tentunya harus memenuhi desain teknis tertentu sehingga sampah

yang dimasukkan ke tanah tidak mencemari tanah dan air tanah. Di sejumlah negara

maju, sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), sampah dipilah terlebih

dahulu antara sampah organik dan anorganik, sampah yang mudah terdegradasi dan

yang sulit. Dasar TPA dilapisi bahan kedap air dan diberi saluran untuk cairan hasil

dari pembusukan sampah (lindi) (Putra,Y, 2004).

Sedangkan sistem open dumping merupakan sistem Tertua yang dikenal

manusia dalam pembuangan sampah. Sampah hanya dibuang/ditimbun di suatu

tempat tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap

lingkungan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat

perkembangan vektor penyakit (lalat, tikus dan kecoa), menyebarkan bau, mencemari

udara, mencemari tambak di sekitarnya serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran

(Sastrawijaya, 1991).

2.3. Pengaruh Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

A. Pengaruh positif dari pengelolaan sampah

1. Pemanfaatan sampah bagi keperluan masyarakat dan lingkngan

a. Sampah dapat dipergunakan untuk menimbun tanah yang kurang baik (tanah

rendah, rawa-rawa dan lainnya) dan tanah yang tidak diolah menjadi tanah

yang pada akhirnya dapat dipergunakan atau dapat diolah sehingga

mendatangkan hasil, ataupun dijadikan lahan pemukiman, taman, lapangan

olah raga dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


b. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk penyubur tanah dan memperbaiki

kondisi tanah.

c. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, sampah tersebut diolah

untuk menghilangkan hal-hal yang dapat berdampak negatif bagi ternak

ataupun konsumen yang mengkonsumsi ternak tersebut.

d. Sampah yang masih bermanfaat dapat diambil kembali untuk di daur ulang

dan dimanfaatkan untuk keperluan lain

2. Pengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi

a. Berkurangnya tempat untuk berkembang biaknya serangga dan binatang

pengerat sehingga dengan demikian diharapkan kepadatan populasi vektor

penyakit berkurang.

b. Berkurangnya insiden penyakit yang erat hubungannya dengan pengolahan

sampah, misal penyakit jamur, penyakit yang ditularkan oleh serangga seperti

penyakit saluran pencernaan dan lain-lain.

c. Keadaan estetika lingkungan (udara, air, tanah) lebih saniter sehingga

menimbulkan rasa nyaman bagi masyarakat

d. Keadaan lingkungan yang baik secara tidak langsung akan menghemat

pengeluaran daerah/devisa sehingga dapat meningkatkan kondisi ekonomi

daerah dan negara. Selain itu, dengan meningkatnya derajat kesehatan

masyarakat, produktivitas masyarakat akan meningkat pula, sehingga dapat

meningkatkan taraf sosial ekonomi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


B. Pengaruh negatif dari pengelolaan sampah yang kurang baik

I. Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi

vektor penyakit, seperti serangga dan hewan pengerat. Sebagai tempat

berkembang biak sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya insidens penyakit

di masyarakat.

2. Pengaruh terhadap lingkungan

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan

menjadi kurang sedap dipandang mata akibat banyaknya tebaran/tumpukan

sampah mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat (Kusnoputranto, 2000).

2.4. Lingkungan

Lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang berada

disekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak,

termasuk manusia lainnya. Secara lebih terperinci, lingkungan disekitar manusia

dapat dikategorikan dalam (Kusnoputranto, 1986) :

a. Lingkungan Fisik, termasuk didalamnya tanah, air dan udara serta interaksi satu

sama lain diantara faktor-faktor tersebut.

b. Lingkungan Biologi, termasuk semua organisme hidup baik binatang, tumbuh-

tumbuhan maupun mikroorganisme, kecuali manusia sendiri.

Universitas Sumatera Utara


c. Lingkungan Sosial, termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk

sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, budaya dan psiko-sosial dan

lain-lain.

2.4.1. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan

Menurut Ehlers dan Steel (1958), yang ditulis Kusnoputranto (1986)

mengemukakan, sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap

faktor-faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit,

sedangkan sanitasi lingkungan merupakan usaha-usaha pengawasan terhadap semua

faktor yang ada di dalam lingkungan fisik yang mungkin pengaruh atau mungkin

memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial.

Kesehatan lingkungan mencakup aspek yang sangat luas yang meliputi

hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Menurut Kusnoputranto (1986) ruang

lingkup dari kesehatan lingkungan meliputi :

1. Penyediaan air minum

2. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air, termasuk dalam hal ini

pengumpulan, pengolahan dan pembuangan dari air buangan rumah tangga dan

sampah-sampah cair lainnya yang dapat menularkan penyakit.

3. Pengelolaan sampah padat

4. Pengendalian vektor penyakit

5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah

6. Hygiene makanan

7. Pengendalian pencemaran udara

Universitas Sumatera Utara


8. Pengendalian radiasi

9. Kesehatan kerja, terutama pengendalan dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan

biologis

10. Pengendalian kebisingan

11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari

perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi.

12. Perencanaan daerah dan perkotaan

13. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat

14. Pencegahan kecelakaan

15. Rekreasi umum dan pariwisata

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi, bencana

alam, perpindahan penduduk, keadaan darurat.

17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada

umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan.

2.4.2. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak

menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan pola

penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi bahan-bahan fisika dan kimia dan

jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi langsung manusia, atau tidak

langsung melalui air, hasil pertanian, peternakan, benda-benda, perilaku dalam

apresiasi dan rekreasi dari alam bebas (Sastrawijaya, 1991).

Universitas Sumatera Utara


Materi pencemar yang biasanya terbentuk atau hadir (turunan sampah) di

lingkungan TPA yaitu air lindi (leachate), selayaknya benda cair air lindi akan

mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam tanah dan

bercampur dengan air tanah, ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara

pada aliran air sungai. Kemampuan leachate mencemari air permukaan/air tanah

dipengaruhi oleh kondisi geologi (type tanah dan jenis batuan) serta kondisi hidrologi

(kedalaman dan pergerakan air tanah, jumlah curah hujan serta pengendalian aliran

permukaan) dimana lokasi TPA berada (Maramis, 2008).

Sumber Pencemar dapat dibedakan menjadi dua :

a). Sumber pencemar domestik (rumah tangga) yaitu dari perkampungan, kota, pasar,

jalan, terminal, rumah sakit, dan sebagainya

b). Sumber non domestik yaitu dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan,

transportasi dan sumber-sumber lainnya.

Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat

kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap

kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Bentuk dan macam limbah yang

dihasilkan manusia tergantung pada tingkat peradaban manusia. Sebelum manusia

mengenal kemajuan industri dan teknologi, limbah atau bahan buangan yang

dihasilkan dari kegiatan manusia pada umumnya bersifat organik. Ditinjau dari

kepentingan kelestarian lingkungan, limbah yang bersifat organik lebih

menguntungkan karena dengan mudah dapat didegradasi atau dipecah oleh

Universitas Sumatera Utara


mikroorganisme, menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam tanpa

menimbulkan pencemaran pada lingkungan.

2.5. Pengertian Sumber Air Buangan/Limbah

Air limbah/buangan adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,

industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-

bahan/zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu

kelestarian lingkungan hidup.

Menurut Kusnoputranto (1986), beberapa sumber dari air buangan/limbah

antara lain adalah :

a. Air buangan rumah tangga (domestic wastes water)

b. Air buangan kotapraja (municipal wastes water)

c. Air buangan industri (industrial wastes water)

2.5.1. Karakteristik Air Limbah

Karakteristik atau sifat-sifat air buangan diperlukan untuk menentukan cara

pengolahan yang tepat sehingga efisiensi dan efektifitas dapat tercapai. Karakteristik

air buangan/limbah terbagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu :

a. Karakteristik Fisik, terdiri dari 99,9% air serta sejumlah kecil bahan-bahan padat

tersuspensi. Air buangan rumah tangga biasanya sedikit berbau sabun atau

minyak, dengan warna suram seperti larutan sabun. Kadang-kadang mengandung

sisa-sisa kertas, sabun serta bagian-bagian dari tinja.

Universitas Sumatera Utara


b. Karakteristik Kimiawi, mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang

berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian

tinja, urine serta sampah-sampah lainnya.

c. Karakteristik biologis, kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli

terdapat pula dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya

tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan (Kusnoputranto, 1986).

Dengan mengetahui jenis polutan yang terdapat didalam air limbah, dapat

ditentukan unit proses yang dibutuhkan. Menurut Siregar (2005), karakter air limbah

meliputi :

1. Karakter Fisika

Karakter fisika air limbah meliputi temperatur, bau, warna dan padatan.

Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke

dalam skala-skala. Skala temperatur yang biasanya digunakan adalah skala

Fahrenheit (ºF) dan skala Celcius (ºC). Bau merupakan parameter yang subjektif.

Pengukuran tergantung pada sensitivitas indera penciuman seseorang. Warna

biasanya disebabkan oleh kehadiran koloidal yang dapat dilihat dari spektrum

warna yang terjadi. Padatan diklasifikasikan menjadi floating, settleable,

suspendend atau dissolved.

2. Karakter Kimia

Karakter kimia air limbah meliputi senyawa organik dan senyawa anorganik.

Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasikan dengan satu atau lebih

elemen-elemen lain (O, N, P, H). Senyawa anorganik terdiri atas semua

Universitas Sumatera Utara


kombinasi elemen yang bukan tersusun dari karbon organik. Karbon anorganik

dalam air limbah pada umumnya terdiri atas sand, grit dan mineral-mineral, baik

suspended maupun dissolved. Misalnya : klorida, ion hidrogen, nitrogen, fosfor,

logam berat dan asam.

3. Karakter Biologis

Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir semua

bentuk air limbah. Yang menjadi parameter kandungan mikroba, tumbuhan dan

hewan di dalamnya.

2.5.2. Parameter Air Limbah

Beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air buangan

di badan air sungai antara lain (Kusnoputranto, 2000) adalah :

1. Kandungan Zat Padat

Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk “total solid”, “

suspended solids” dan “dissolved solids”.

2. Kandungan Zat Organik

Zat organik didalam pengurainya, memerlukan oksigen dan bantuan

mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik zat organik adalah dengan

mengukur B.O.D (Biochemical Oxygen Demand) dari air buangan tersebut.

BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan

dekomposisi aerobik bahan-bahan organik dalam larutan dibawah kondisi

waktu dan suhu tertentu (biasanya 5 hari pada 20°C).

Universitas Sumatera Utara


3. Kandungan Zat Anorganik

Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi kualitas air

buangan antara lain Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phosphor, H2O dalam

zat beracun dan logam berat seperti Hg CD, Pb dan lain-lain.

4. Gas

Adanya gas N2, O2, CO2 pada air buangan berasal dari udara yang larut ke

dalam air, sedangkan gas H2S, NH3 dan CH4 berasal dari proses dekomposisi

air buangan. Oksigen didalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur

D.O (Dissolved Oxygen). Jumlah oksigen yang ada didalam sering digunakan

untuk menentukan banyaknya/besarnya pencemaran zat organik dalam larutan

makin rendah D.O suatu larutan makin tinggi kandungan zat organiknya.

5. Kandungan Bakteriologis

Bakteri golongan coli terdapat normal didalam usus dan tinja manusia.

Sumber bakteri patogen dalam air berasal dari tinja manusia yang sakit. Untuk

menganalisa bakteri patogen yang terdapat dalam air buangan cukup sulit,

sehingga sebagai parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat

jumlah golongan coliform (MPN/ Most Probable Number) dalam 100 ml air

buangan serta perkiraan tedekat jumlah golongan coliform tinja dalam 100 ml

air buangan.

Universitas Sumatera Utara


4. pH (derajat keasaman)

Pengukuran pH berkitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang

kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam

air bila dibuang ke perairan terbuka.

5. Suhu

Kenaikan suhu mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar

oksigen yang terlalu rendah akan menimbulkan bau tidak sedap akibat

terjadinya degradasi anaerobik yang mungkin terjadi

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan C

No. Parameter Satuan Kadar Keterangan


Maksimum
A. FISIKA
1. Suhu ºC Suhu air normal
± 3ºC
2. Zat padat terlarut Mg/L 1000
B. KIMIAWI
a. Kimia Anorganik
1. Air Raksa Mg/L 0,002 -
2. Amoniak bebas Mg/L 0,02 -
3. Arsen Mg/L 1,0 -
4. Fluorida Mg/L 1,5 -
5. Kadmium Mg/L 0,01 -
6. Klorin bebas Mg/L 0,003 -
7. Kromium, valensi 6 Mg/L 0,05 -
8. Nitrit, sebagai N Mg/L 0,06 -
9. Oksigen terlarut (DO) Mg/L - Disyaratkan
lebih dari 3
10. pH - 6-9 -
11. Selenium Mg/L 0,05 -
12. Seng Mg/L 0,02 -
13. Sianida Mg/L 0,02 -
14. Sulfida, sebagai H2S Mg/L 0,002 -
15. Tembaga Mg/L 0,02 -
16. Timbal Mg/L 0,03 -
b. Kimia Organik
1. BHC Mg/L 0,21 -
2. DDT Mg/L 0,002 -
3. Endrine Mg/L 0,004 -
4. Fenol Mg/L 0,001 -
5. Minyak dan lemak Mg/L 1 -
6. Organosfosfat dan Mg/L 0,1 -
carbamate
7. Senyawa aktif biru metilen Mg/L 0,2 -
(surfaktan)
C. RADIOAKTIF
1. Aktivitas Alpha (Gross Bq/L 0,1 -
Alpha Activity)
2. Aktivitas Beta (Gross Beta Bq/L 1,0 -
Activity)
Sumber : PP N0 20 tahun 1990

Universitas Sumatera Utara


2.5.3. Dampak Pencemaran Air

Air disebut tercemar apabila air itu berubah komposisinya atau keadaannya,

secara langsung atau tidak langsung sebagai akibat kegiatan manusia sehingga air itu

menjadi kurang berguna bagi kebutuhan tertentu atau semua kebutuhan dibandingkan

dengan apabila air itu berada dalam keadaan alamiahnya semula (Kusnoputranto,

1986).

Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi

manusia. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa (Wardhana,

2000) :

A. Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga

Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat digunakan lagi sebagai

penunjang kehidupan manusia, terutama untuk keperluan rumah tangga, akan

menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu lama

untuk memulihkannya.

B. Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri

Kalau terjadi pencemaran air yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat

digunakan untuk keperluan industri berarti usaha untuk meningkatkan kehidupan

manusia tidak akan tercapai.

C. Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian.

Air tidak dapat digunakan lagi sebagai air irigasi, untuk pengairan di persawahan

dan kolam perikanan karena adanya senyawa-senyawa anorganik yang

mengakibatkan perubahan dratis pada pH air. Air yang bersifat terlalu basa atau

Universitas Sumatera Utara


terlalu asam akan mematikan tanaman dan hewan air. Selain itu banyak senyawa

anorganik yang bersifat racun yang menyebabkan kematian. Air yang

mengandung racun seringkali justru bening, seolah-olah tidak tercemar. Sudah

sering terdengar adanya kematian ikan maupun udang di kolam perikanan dan

tambak yang disebabkan air lingkungan yang tercemar.

2.6. Pengertian Air Lindi

Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan

air hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari air lindi ini dapat

dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi membawa materi tersuspensi dan

terlarut yang merupakan produk degradasi sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah

TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi pada umumnya

mengandung senyawa-senyawa organik (Hidrokarbon, Asam Humat, Sulfat, Tanat

dan Galat) dan anorganik (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Khlor, Sulfat,

Fosfat, Fenol, Nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari

komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali

lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam air tanah (Maramis, 2008).

Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan dikenal dengan

istlah leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses perkolasi/percampuran

(umumnya dari air hujan yang masuk kedalam tumpukan sampah), sehingga bahan-

bahan terlarut dari sampah akan terekstraksi atau berbaur. Cairan ini harus diolah dari

Universitas Sumatera Utara


suatu unit pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke lingkungan.

Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi (bisa mencapai ribuan mg/L),

sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan (Machdar, I, 2008).

Menurut Soemirat, (1996), Leachate adalah larutan yang terjadi akibat

bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi maupun proses

perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi

yang sangat halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan kontaminasi

yang potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena

kandungan BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.

2.6.1. Sampah Sebagai Sumber Air Lindi

Timbunan sampah yang berasal dari sampah domestik dapat

mengganggu/mencemari karena : lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan

sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas Nitrogen dan Asam Sulfida,

adanya zat Mercury, Chrom dan Arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan

gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur

permukaan tanah menjadi racun (Pustekom, 2005).

Selayaknya benda cair, air lindi ini akan mengalir ke tempat yang lebih

rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam dan bercampur dengan air tanah, ataupun

mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Bisa dibayangkan,

air lindi yang mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik dengan

Universitas Sumatera Utara


konsenterasi sekitar 5000 kali lebih tinggi dari pada dalam air tanah, masuk dan

mencemari tanah atau air sungai.

Dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah indikator biologis perlu

diketahui dan ditentukan. Indikator biologis dalam hal ini merupakan penunjuk ada

tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari garis dasar, melalui analisis kandungan

logam atau kandungan senyawa kimia tertentu yang terdapat di dalam hewan maupun

tanaman. Beberapa unsur kimia atau jenis logam yang pernah dijumpai sebagai

pencemar lingkungan perairan yang terdeteksi melalui indikator biologis antara lain

sebagai berikut (Wardhana, 2003) :

1. Indikator biologis Phytoplankton : Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),

plutonim (Pu), Cesium (Cs), ytrium (Y), dan Tritium (H3).

2. Indikator biologis Zooplankton : Mangan (Mn), Strontium (Sr), Ytrium (Y),

Besi (Fe), Nikel (Ni), Kobalt (Co), Zirkonium (Zr).

3. Indikator biologis Mollusca : Seng (Zn), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), Kadmium

(Cd), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Cesium (Cs), Kobalt (Co).

4. Indikator biologis Crustacea : Strontium (Sr), Ytrium (Y), Cesium (Cs),

Kobalt (Co), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tritium ( H3).

5. Indikator biologis ikan dan sejenisnya : Plutonium (Pu), Mangan (Mn),

Cesium (Cs), Seng (Zn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Zirkonium (Zr) dan

Strontium (Sr).

Unsur kimia atau sejenisnya yang terkandung di dalam indikator biologis

seperti tersebut diatas dapat berupa unsur kimia biasa maupun dalam bentuk unsur

Universitas Sumatera Utara


radioaktif. Selain itu dalam masalah indikator biologis suatu pengertian yang disebut

dengan Biological Magnification, yaitu pelipatan kandungan bahan pencemar oleh

organisme yang tingkatannya lebih tinggi.

2.6.2. Proses Pencemaran dari Sumber Pencemar Sampai ke Manusia

Proses perjalanan sumber pencemar hingga sampai ke tubuh manusia dapat

dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :

Industri Limbah Sungai


Logam Berat Laut

Air Minum Irigasi Tambak Fitoplanton,


Zooplanton

Pertanian Ikan
Ikan, Bentos

Manusia

Gambar 2.1. Skema Perjalanan Logam Berat dari Sumber Pencemar Sampai ke
Manusia (Zulkifli, 1997).

Berdasarkan gambar 1 diatas, bahwa manusia juga akan menerima dampak

buruk dari pencemaran air. Dimana air juga merupakan hal yang sangat penting bagi

kehidupan manusia sebab bukan hanya karena berat badan manusia terdiri atas 60-

70% air, tetapi juga karena air merupakan unsur penting dalam metabolisme di dalam

Universitas Sumatera Utara


tubuh, dan pengangkut hasil metabolisme tersebut kekurangan air dalam tubuh 15%

akan menyebabkan kematian dan sebaliknya jika kelebihan akan menyebabkan

gangguan di dalam tubuh seperti lemas, kejang bahkan koma (Zulkifli, 1997).

Patogenesis atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 simpul,

yakni simpul 1, kita sebut sebagai sumber penyakit; simpul 2, komponen lingkungan

yang merupakan media transmisi penyakit; simpul 3, penduduk dengan berbagai

variabel seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, jender; sedangkan simpul 4,

penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau

exposure dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent

penyakit.

Simpul 1 : Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan mengeluarkan atau

”mengemisikan” agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang

dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui

media perantara (yang juga komponen lingkungan). Umumnya melalui produk bahan

beracun yang dihasilkannya ketika berada dalam tubuh, atau secara langsung dapat

mencederai sebagian atau seluruh bagian tubuh manusia sehingga menimbulkan

gangguan fungsi maupun morfologi (bentuk organ tubuh).

Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapat dikelompokkan ke

dalam 3 besar yaitu :

Universitas Sumatera Utara


a. Mikroba, seperti virus, amoeba, jamur, bakteri, parasit dan lain-lain.

b. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan, kekuatan

cahaya.

c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, merkuri, cadmium, CO,

H2S dan lain-lain.

Sumber penyakit yaitu titik secara konstan maupun kadang-kadang

mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut diatas.

Simpul 2 : Media Transmisi Penyakit

Komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit pada

hakikatnya ada 5 (lima) komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media

transmisi penyakit yaitu : udara, air, tanah/pangan, binatang/serangga dan

manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau di

dalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent bibit penyakit.

Air (komponen lingkungan) dikatakan memiliki potensi menimbulkan

penyakit kalau di dalamnya terdapat bakteri Salmonella typhi, bakteri Vibrio cholerae

atau air tersebut mengandung bahan kimia beracun seperti pestisida, logam berat dan

lainnya.

Simpul 3 : Perilaku Pemajaan (Behavioural Exposure)

Perilaku pemajaan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen

lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit. Misalnya mengkonsumsi air

minum yang mengandung cadmium, jumlah kontak pada setiap orang berbeda satu

sama lain. Ada yang mengkonsumsi air yang tercemar logam berat dalam jumlah

Universitas Sumatera Utara


besar, ada juga dalam jumlah kecil. Semua ditentukan oleh perilaku masing-masing

orang yang dipengaruhi pendidikan, pengetahuan dan sebagainya.

Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara

yang khas, yaitu : sistem pernafasan, sistem pencernaan, dan kontak kulit. Apabila

kita kesulitan mengukur besaran agent penyakit, maka diukur dengan cara tidak

langsung yang disebut sebagai biomarker atau tanda biologi. Misalnya kandungan

merkuri dalam darah atau urine, kandungan Pb dalam darah disebut biomarker kadar

merkuri dalam rambut, begitu juga dengan pencemaran lindi yang mengandung

logam berat pada tambak yang mengakibatkan ikan tercemar dan apabila dikonsumsi

manusia dapat menimbulkan penyakit..

Simpul 4 : Penyakit

Penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan

lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan

sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan rata-rata

penduduk lainnya. Bisa kelainan bentuk, kelainan fungsi, sebagai hasil interaksi

dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial (Achmadi, 2005).

2.6.3. Pengelolaan Budidaya Tambak

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai

tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara

umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu,

walaupun sebenamya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di tambak

misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan sebagainya. Tetapi

Universitas Sumatera Utara


tambak yang ada di dekat TPA Kelurahan Terjun lebih dominan digunakan untuk

kegiatan budidaya ikan. Ikan merupakan produk perikanan yang memiliki nilai

ekonomis tinggi berorientasi eksport. Tingginya harga ikan cukup menarik perhatian

para pengusaha untuk terjun dalam usaha budidaya ikan.

Kegiatan budidaya menyiratkan semacam intervensi dalam proses

pemeliharaan untuk meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur,

pemberian pakan, perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap

serangan penyakit dan sebagainya (Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2001).

Pemilihan lokasi lahan yang akan digunakan untuk tambak harus

memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity). Daya dukung

lingkungan dipengaruhi oleh gabungan kualitas air, pasang surut, ketinggian lahan,

iklim, dan kondisi tanah

Beberapa cara penanganan limbah tersebut antara lain adalah melalui :

a) Penyaringan air saat dimasukkan ke tambak.

b) Penggunaan petak perlakuan (tandon air).

Adapun fungsi tandon adalah : sebagai tempat untuk mempersiapkan air yang

berkualitas baik sebelum dimasukkan ke dalam petakan pemeliharaan dan sebagai

tempat mengendapkan limbah Model dan perlakuan tandon pasok perlu disesuaikan

dengan sumber air. Adapun teknologi yang diterapkan dalam budidaya tambak dapat

dibedakan menjadi 3 (tiga) tingkatan yaitu : pola sederhana, pola madya (semi

intensif), pola maju (intensif).

Universitas Sumatera Utara


2.7. Landasan Teori

Tempat pembuangan akhir sampah di TPA Kelurahan Terjun dengan

menggunakan metode pengolahan sampah secara open dumping, sehingga dapat

mempengaruhi kualitas air tambak yang ada disekitar lokasi serta dapat menimbulkan

dampak negatif terhadap lingkungan. Menurut teori Achmadi (2005), dalam

perspektif manusia, lingkungan dapat dikelompokkan berbagai kategori, tergantung

keperluan kita. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan

lingkungannya, dalam hubungan interaksi tersebut faktor komponen lingkungan

seringkali mengandung atau memiliki potensi timbulnya penyakit. Misalnya ketika

kita makan makanan yang ternyata tanpa diketahui makanan tersebut mengandung

bahan toksik berupa bahan pengawet, bahan berwarna, logam berat, parasit atau

bahan radioaktif. Contoh lain ikan yang mengandung merkuri.

Universitas Sumatera Utara


2.8. Kerangka Konsep

Dalam mengetahui bagaimana pengaruh pencemaran TPAS terhadap tambak

ikan maka dibuat kerangka konsep sebagai acuan (kerangka Pemikiran) dalam

pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

Memenuhi Syarat
Jarak TPA dengan Mutu Air Tambak Ikan
PP No.20 tahun 1990
Tambak ikan (100m, dari Kolam Ikan
200m dan 300m) Parameter Fisik
1. suhu
2. TDS (zat padat terlarut) Tidak Memenuhi Syarat
Parameter Kimia PP No.20 tahun 1990
1. Amoniak (NH3)
2. Nitrat
3. Oksigen terlarut
4. pH
5. Seng (Zn)
6. Sulfida (H2S)
7.Tembaga (Cu)
8. Deterjen
9. Minyak dan lemak

Sanitasi TPA :
Pengelolaan Air Lindi
- SPAL

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah jenis survai bersifat deskriptif

analitik yaitu untuk mengetahui pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir

sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan Kota Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi adalah :

- Karena banyaknya sampah yang bertumpuk di TPAS Kelurahan Terjun

mengkibatkan pencemaran yang dapat mempengaruhi kualitas air tambak ikan.

- Belum pernah diadakan penelitian di TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dengan pengajuan judul penelitian, survai awal,

penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal, konsultasi dengan pembimbing,

pelaksanaan penelitian, pengumpulan data dan pengolahan data sampai dengan

Universitas Sumatera Utara


penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008

sampai Oktober 2009.

3.2.3. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah : air tambak ikan di lokasi TPA

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.

3.3. Pengambilan Sampel

3.3.1. Alat Pengambilan Sampel

Alat pengambilan sampel yang digunakan adalah botol hitam plastik empat

buah, 3 buah untuk pemeriksaan air tambak ikan yang diambil dari jarak 100-300 m,

serta 1 botol lagi untuk pemeriksaan air lindi. Selain itu juga peneliti memakai sarung

tangan agar tidak terjadi kontaminasi dengan sampel air tambak ikan.

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Alat : 1 botol sampel 1000 ml

Cara kerja :

a. Botol sampel dibilas dengan air sampel 2 sampai 3 kali

b. Botol sampel yang terbuat dari plastik di masukkan ke dalam air tambak. Masing-

masing botol sampel yang berisi air tambak diambil dari jarak 100 m, 200 m dan

300 m.

c. Pegang botol pada bagian bawah dan celupkan sampai ke dalaman ± 20 cm

dengan bibir botol sedikit menghadap keatas ke arah aliran air.

d. Sampel diambil ± 1.000 ml

Universitas Sumatera Utara


e. Tutup botol kembali

f. Kemudian untuk pemeriksaan dibawa ke laboratorium BTKL Medan

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara (Interview) langsung kepada

pengelola tambak ikan dengan petugas TPA dan menggunakan instrumen penelitian

berupa kuesioner (karakteristik pengelola tambak ikan) dan observasi langsung yang

dilakukan untuk mengamati kegiatan proses pembuangan sampah di TPAS, kemudian

pemeriksaan air tambak ikan melalui laboratorium yang ada di Medan.

3.4.2. Data Sekunder

Data Sekunder, diperoleh dari studi kepustakaan dan pengumpulan informasi

berupa catatan atau data-data yang relevan dan dari Dinas Kebersihan Kota Medan.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel

1. Variabel pengaruh (independent variabel), adalah jarak tambak dari Tempat

Pembuangan Akhir Sampah Terjun.

2. Variabel terpengaruh (dependent variabel), adalah kualitas air tambak yang diukur

berdasarkan baku mutu air golongan C dan sanitasi TPA.

Universitas Sumatera Utara


3.5.2. Definisi Operasional

1. Jarak antara TPAS dengan jarak tambak yaitu jarak yang diukur (meter)

antara TPAS dengan tambak ikan.

2. Kualitas air tambak ikan adalah mutu air tambak yang berasal dari kolam ikan

yang berada disekitar tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Kota Medan

berdasarkan pemeriksaan laboratorium dengan parameter yang sesuai dengan

PP No. 82 tahun 2001.

3. Air tambak memenuhi syarat adalah air yang memenuhi syarat dan sesuai

dengan Peraturan Pemeritah RI No.20 tahun 1989.

4. Air tambak tidak memenuhi syarat adalah air tambak yang tidak memenuhi

syarat oleh Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1989.

5. Sanitasi TPA adalah usaha untuk melakukan pencegahan pencemaran

pembuangan akhir sampah.

Universitas Sumatera Utara


3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Jumlah Indikator, Alat Ukur,


Kategori dan Skala Ukur TPAS Terhadap Kualitas Air Tambak
Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

No. Variabel Definisi Operasional Jumlah Indikator Peralatan Skala


Ukur
Variabel Independent
1. Jarak - Jarak antara TPAS dengan 1. 100 m
tambak yaitu jarak tepi 2. 200 m Meteran panjang
paling dekat terhadap 3. 300 m Interval
tambak
Variabel Dependent
1. Kualitas Air Tambak Kualitas air tambak yaitu mutu Observasi
air tambak yang berasal dari
kolam ikan yang berada disekitar
TPAS Terjun, berdasarkan baku
mutu air golongan C
2. Suhu Adalah suhu air tambak ikan 1. ± 3ºC Thermometer air Ordinal
2. 25º-26ºC
3. TDS/zat padat terlarut Pengukuran TDS dalam air 1.<1000 mg/L Alat Titrasi Ordinal
tambak ikan 2. >1000 mg/L
4. Air Raksa (Hg) Pengukuran kadar Hg dalam air 1.< 0,002 mg/L Spektrofotometer Ordinal
tambak ikan 2. > 0,002 mg/L
5. Amoniak (NH3) Pengukuran kadar NH3 dalam 1. < 0,02 mg/L Spektrofotometer Ordinal
air tambak ikan 2. > 0,02 mg/L
6. Arsen (As) Pengukuran kadar As dalam air 1. < 1 mg/L Spektrofotometer Ordinal
tambak ikan 2. > 1 mg/L
7. Fluorida (F) Pengukuran kadar F dalam air 1. < 1,5 mg/L Spektrofotometer Ordinal
tambak ikan 2. > 1,5 mg/L
8. Kadmium (Cd) Pengukuran kadar Cd dalam air 1. < 0,01 mg/L ICP Ordinal
tambak ikan 2. > 0,01 mg/L
9. Klorin bebas Pengukuran klorin bebas dalam 1. < 0,003 mg/L Alat Titrasi Ordinal
air tambak 2. > 0,003 mg/L
10. Kromium (Cr) Pengukuran kadar Cr dalam air 1. < 0,05 mg/L Spektrofotometer Ordinal
tambak ikan 2. > 0.05 mg/L
11. Nitrit (N) Pengukuran kadar N dalam air 1. < 0,06 mg/L Spektrofotometer Ordinal
tambak ikan 2. > 0,06 mg/L
12. Oksigen terlarut (DO) Yang disyaratkan > 3 Alat Titrasi Ordinal
13. pH Pengukuran kadar pH dalam air 1. < 6-9 pH meter Ordinal
tambak ikan 2. > 6-9
14. Selenium (Se) Pengukuran kadar Se dalam air 1. < 0,05 mg/L Spektrofotometer Ordinal
tambak ikan 2. > 0,05mg/L
15. Seng (Zn) Pengukuran kadar Zn dalam air 1. < 0,02 mg/L Spektrofotometer Ordinal
tambak ikan 2. > 0,02 mg/L
16. Sianida Pengukuran kadar sianida dalam 1. < 0,02 mg/L Spektrofotometer Ordinal
air tambak ikan 2. > 0,02 mg/L
17. Sulfida (H2S) Pengukuran kadar H2S dalam air 1. Terdeteksi Spektrofotometer Ordinal
tambak ikan 2. Tdk terdeteksi
18. Tembaga (Cu) Pengukuran kadar Cu dalam air 1. < 0,02 mg/L Spektrofotometer Ordinal
tambak ikan 2. > 0,02 mg/L
19. Timbal (Pb) Pengukuran kadar Pb dalam air 1. < 0,03 mg/L ICP Ordinal
tambak ikan 2. > 0,03 mg/L
20. Deterjen 1. < 0,002 mg/L Spektrofotometer
2. > 0,002 mg/L
21. Minyak dan lemak Pengukuran minyak dan lemak 1. < 1 mg/L Alat titrasi
dalam air tambak 2. > 1 mg/L
22. Sanitasi TPA : Pengelolaan air lindi yang 1. Ada
- SPAL sesuai dengan ketentuan 2. Tidak ada -
Peraturan Pemerintah

Universitas Sumatera Utara


3.7. Metode Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini adalah untuk melihat gambaran deskriptif

variabel penelitian dengan tabel distribusi frekuensi. Melakukan analisis pada seluruh

variabel yaitu jarak TPAS dengan air tambak ikan untuk mendeskripsikan tiap

variabel (independent dan dependen) yang akan diteliti.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Daerah Penelitian

4.1.1. Data Geografi

Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Kelurahan Terjun terletak di

Kecamatan Medan Marelan Kota Medan, salah satu Kecamatan yang berada di

bagian kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Marelan memiliki

luas wilayah 44,47 km², dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

4. Sebelah Timur berbatasasn dengan Kecamatan Medan Labuhan

Sedangkan Kecamatan Medan Marelan terbagi menjadi 5 (lima) wilayah

Kelurahan diantaranya adalah Kelurahan Labuhan Deli, Kelurahan Rengas Pulau,

Kelurahan Terjun, Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Paya Pasir (Data

monografi Kecamatan, 2008).

4.1.2. Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Marelan berjumlah 121.721 jiwa dengan

jumlah penduduk laki-laki ada 58.918 jiwa dan penduduk perempuan 62.803 jiwa.

Kelurahan Terjun sendiri terdiri dari 22 lingkungan, sedangkan tempat pembuangan

Universitas Sumatera Utara


akhir (TPA) Terjun berada di wilayah lingkungan 6 (enam) Kelurahan Terjun (BPS,

Kota Medan, 2008).

4.1.3. Sejarah TPA Terjun

Kelurahan Terjun mempunyai luas wilayah yaitu 16,05 km², yang terdiri dari

lahan pemukiman dan perumahan, lahan bangunan, ladang, kolam ikan serta kebun,

dengan luas areal 14 Ha. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Terjun sendiri

mulai dibuka pada tanggal 7 Januari 1993, dengan jumlah sampah per hari 1600 m³.

Sarana angkutan yang dipakai dengan menggunakan container yang berjumlah 7

container dengan rincian 11,5 m³ sampah x 7 container, apabila menggunakan truk

kecil sekali angkut 6,5 m³ sampah x 34 truk. Sistem pembuangan sampah di

Kelurahan Terjun dengan menggunakan open dumping.

4.1.4. Sistim Pengolahan Air Lindi

TPA Terjun yang ada di Kecamatan Medan Marelan menggunakan sistim

pembuangan sampah dengan open dumping, sampah hanya dibuang/ditimbun begitu

saja tanpa adanya pengolahan, sedangkan untuk pengolahan air lindi sendiri ditempat

tersebut tisdak ada.

4.2. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Air tambak

Pengambilan sampel air dilakukan pada 3 (tiga) titik, yaitu sampel air tambak

dari jarak 100 m, 200 m dan 300 m, sedangkan satu sampel lagi dari air lindi yang

ada di TPA Terjun Kelurahan Medan Marelan. Pemeriksaan laboratorium terhadap

sampel air tambak yang terdeteksi hanya terdapat 11 (sebelas) parameter, baik secara

Universitas Sumatera Utara


fisika maupun kimia, yang terdiri dari suhu, TDS, pH, Minyak dan Lemak, Nitrat

(NO3), DO (oksigen terlarut), Seng (Zn), Sulfida (H2S), Detergen, Tembaga (Cu), dan

Amonia (NH3). Adapun hasil pengukuran dari laboratorium kualitas fisik dan kimia

air tambak dari jarak 100 m – 300 meter dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini

Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Air Tambak Jarak 100 –
300 m, Air Lindi dan Dibandingkan dengan Baku Mutu Air
Golongan C

No Parameter Baku Jarak Jarak Jarak Air Lindi


Mutu I00 m 200 m 300 m
FISIKA
1. Suhu 24 – 30 26,5 26,2 26,6 26
2. TDS 1000 728 1800 467 5920*
KIMIA
1. pH 6–9 8,4 7,9 7,8 8,6
2. Minyak dan Lemak 1 1,3878 1,5432 3,8560 0,9398
3. Nitrat (N) 10 4,5 5,9 12,1 77*
4. DO 4 5,28 2,52 2,84 0
5. Seng (Zn) 0,02 0,015 0,013 0,002 0,082
6. Sulfida (H2S) 0,002 0,36 0,29 0,72 0,33*
7. Detergen 0,2 0,259 0,231 0,281 1,53*
8. Tembaga (Cu) 0,02 0,847 0,446 0,202 4,851*
9. Ammonia BEBAS 0,02 11,5 4,68 3,85 87,5*

Berdasarkan tabel 4.1. diatas hasil pengukuran kualitas fisik dan kimia air

tambak dari jarak 100 meter sampai 300 meter yang ada di TPA Terjun Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan yaitu sebagai berikut :

1. Hasil pengukuran pada jarak 100 meter, yang terdapat pada kolam III dan

dibandingkan dengan Baku mutu air golongan C ada 6 (enam) parameter yang

telah melampaui baku mutu yaitu DO (5,28 mg/l), Sulfida (0,36 mg/l), Detergen

(0,259 mg/l),Tembaga (0,047 mg/l) dan ammonia (11,5 mg/L).

Universitas Sumatera Utara


2. Hasil pengukuran pada jarak 200 meter, yang terdapat pada kolam II dan

dibandingkan dengan Baku mutu air golongan C yang telah melampaui baku

muta ada 5 (lima) parameter yaitu TDS (1800 mg/l), minyak dan lemak (1,5432

mg/l), Sulfida (0,29 mg/l), Detergen (0,231 mg/l) dan Tembaga (0,446 mg/l).

3. Hasil pengukuran pada jarak 300 meter yang terdapat pada kolam I dan

dibandingkan dengan Baku mutu air golongan C yang telah melampaui baku

mutu ada 5 (lima) parameter yang melampaui baku mutu air kelas II yaitu minyak

dan lemak (3,8560 mg/l), Nitrat (12,1 mg/l), Sulfida (0,72 mg/l), Detergen (0,281

mg/l) dan Tembaga (0,202 mg/l).

Sedangkan hasil pengukuran kualitas fisik dan kimia air lindi yang ada di

TPA Terjun Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dan dibandingkan dengan

Baku mutu air golongan C didapat ada 5 (lima) parameter yang melebihi baku mutu

yaitu TDS (5920 mg/l), Nitrat (77 mg/l), Sulfida (0,33 mg/l), Detergen (1,53 mg/l),

dan Tembaga (4,851 mg/l).

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Sanitasi TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan

Pengelolaan sampah di TPA pada umumnya ada dua jenis yaitu Sanitary

Landfill (sampah yang dibuang dikelilingi dan ditutup dengan material yang kedap

air) dan Open Dumping (sampah yang dibuang dibiarkan begitu saja terpapar di atas

tanah).

TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan terletak di Kecamatan Medan

Marelan Kota Medan, salah satu Kecamatan yang berada di bagian kota Medan

Provinsi Sumatera Utara, sistim pembuangan sampah yang digunakan adalah dengan

open dumping. Pembuangan sampah dengan sistem terbuka dapat menjadi

sarang/tempat berkembang biak vektor penyakit, dapat menimbulkan bau, mencemari

udara juga dapat menimbulkan kebakaran.

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) harus sesuai dengan persyaratan

SNI No.03-3241-1997 yaitu tentang tata cara pemilihan lokasi untuk TPA yang

meliputi : Jarak dari perumahan 500 m, jarak dari badan air 100 m, merupakan tanah

tidak produktif dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk proses pengolahan lindi perlu memperhatikan debit lindi,

karakteristik lindi dan badan air penerima tempat pembuangan efluen. Hal tersebut

berkaitan dengan pemilihan proses pengolahan, penentuan kapasitas dan dimensi

kolam serta perhitungan waktu detensi (Dep.PU, 1994).

Universitas Sumatera Utara


5.2. Pengukuran Kualitas Air Tambak dibandingkan dengan Peraturan
Pemerintah No 20 Tahun 1990

Air yang berasal dari rawa, bendungan/danau dan tambak merupakan air yang

diam dan terdipan dalam waktu yang cukup lama. Air jenis ini bisaanya mengandung

sisa-sisa pembusukan di alam seperti misalnya pembusukan akar-akar, rumput-

rumput serta mengandung algae, fungi dan jasad-jasad renik lainnya (Kusnoputranto,

2000).

Kualitas air tambak yang diukur dengan jarak 100 m, 200 m dan 300 m,

kemudian dibandingkan dengan PP No. 20 tahun 1990 menunjukkan hasil temuan

yaitu sebagai berikut :

A. Jarak 100 m

Hasil pengukuran pada jarak 100 meter, yang terdapat pada kolam III letaknya

dekat dengan TPAS Terjun dan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah air

golongan C ada 6 (enam) parameter yang telah melampaui baku mutu yaitu DO (5,28

mg/l), Sulfida (0,36 mg/l), Detergen (0,259 mg/l),Tembaga (0,047 mg/l) dan

Ammonia (11,5 mg/L), sehingga kualitas air tambak tersebut sangat dipengaruhi oleh

air lindi karena cairan lindi tersebut merembes apabila terjadi hujan dan dapat

mencemari tambak tersebut. Mengacu dari hasil pengukuran tersebut berarti tidak

memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1990.

Salah satu komponen lindi adalah logam, sebab sampah yang masuk TPA

terdapat pula sampah logam. Sampah yang terdiri dari bahan organik dan non organik

apabila diuraikan oleh mikroba akan menghasilkan gas, cairan dan sisa proses.

Universitas Sumatera Utara


Produk peruraian sampah harus dilokalisir agar tidak mencemari lingkungan dan

mempengaruhi kesehatan manusia disekitarnya. Dampak dari air lindi tersebut juga

dapat membahayakan bagi ikan yang dibudidayakan oleh masyarakat di sekitar TPA,

karena hasil dari tambak tersebut selain untuk menambah penghasilan juga menjadi

makanan sehari-hari. Akibat tercemarnya tambak oleh air lindi yang mengandung

unsur-unsur logam yang berbahaya sehingga akan berdampak kepada masyarakat

yang mengkonsumsi ikan akan mengalami keracunan, juga menyebabkan gatal-gatal

pada kulit.

Kandungan DO yang tinggi pada jarak 100 m sangat diperlukan bagi ikan

seperti ikan nila, mujair, dan gurami karena DO sangat dibutuhkan untuk kehidupan

ikan. Pengaruh tidak langsung lainnya dari pembuangan sampah yang selama ini

dirasakan yaitu akibat proses pembusukan, dan pembakaran. Dekomposisi sampah

biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif dan secara anerobik

apabila oksigen telah habis. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan

vektor yang berkembang biak di dalam sampah.

Air lindi atau leachate adalah larutan yang terjadi akibat bercampurnya air

limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi/penyaringan maupun proses perkolasi)

dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi yang sangat

halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan kontaminasi yang

potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah (Soemirat, 1994).

Universitas Sumatera Utara


B. Jarak 200 m

Hasil pengukuran pada jarak 200 meter, yang terdapat pada kolam II dan

dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1990 atau baku mutu air

golongan C yang telah melampaui baku mutu ada 5 (lima) parameter yaitu TDS

(1800 mg/l), minyak dan lemak (1,5432 mg/l), Sulfida (0,29 mg/l), Detergen (0,231

mg/l) dan Tembaga (0,446 mg/l).

Jika dilihat dari hasil penelitian bahwa kadar TDS semakin tinggi yaitu 1.800

mg/l, hal ini disebabkan karena kadar TDS di TPA pun juga tinggi yaitu 5920 mg/l,

adanya partikel zat tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga

berpengaruh terhadap kemampuan ikan dan organisme air lainnya untuk memperoleh

makanan, mengurangi tanaman air melakukan fotosintesa, pakan ikan menjadi

tertutup lumpur, insang ikan tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan

beracun seperti senyawa logam. Kadar minyak dan lemakpun mengalami peningkatan

yaitu 1,5432 mg/L ini disebabkan karena lebih banyak rembesan dari TPA yang

berupa air lindi, apabila lapisan minyak tersebut semakin meningkat dapat

diperkirakan ikan tidak dapat bernapas dan akhirnya mati dan tenggelam, kejadian ini

akan berlangsung cukup lama diperkirakan sekitar bulanan.

Timbunan sampah yang dapat menimbulkan bau, menghasilkan leachate dan

menganggu estetika, cairan ini berasal dari proses perkolasi (umumnya dari air hujan

yang masuk ke dalam tumpukan sampah) sehingga bahan-bahan terlarut dari sampah

akan terekstraksi serta timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga

Universitas Sumatera Utara


tanah tidak bisa dimanfaatkan lagi, selain itu timbunan sampah juga menghasilkan

gas nitrogen dan asam sulfida (Pustekom, 2005).

C. Jarak 300 m

Hasil pengukuran pada jarak 300 meter yang terdapat pada kolam I dan

dibandingkan dengan Peraturan pemerintah no 20 tahun 1990 atau Baku mutu air

golongan C yang telah melampaui baku mutu ada 5 (lima) parameter yang melampaui

baku mutu air kelas II yaitu minyak dan lemak (3,8560 mg/l), Nitrat (12,1 mg/l),

Sulfida (0,72 mg/l), Detergen (0,281 mg/l) dan Tembaga (0,202 mg/l), jarak 300

meter yang terdapat pada kolam I pengaruh air lindi dari TPA kemungkinan kecil

karena lokasi tambak tersebut dekat dengan air sungai yang ada di tempat tersebut.

Air sungai yang sudah tercemar oleh limbah pembuangan rumah tangga akan

merembes dan masuk ke dalam air tambak. Air sungai selain tercemar oleh limbah

rumah tangga juga karena air sungai tersebut dipakai untuk mencuci plastik-plastik

oleh para pemulung, sehingga lebih banyak kandungan minyak dan lemak. Lapisan

minyak di permukaan air akan mengganggu kehidupan organisme di dalam air.

Akibatnya oksigen yang seharusnya dihasilkan pada fotosintesis tersebut tidak terjadi.

Kandungan oksigen dalam air jadi semakin menurun (Wardhana, 2000).

Universitas Sumatera Utara


5.3. Pengaruh Parameter Kualitas Fisik dan Kimia

5.3.1. Pengaruh Parameter Kualitas Fisik

A. Suhu

Hasil pengukuran suhu pada air tambak dengan jarak 100 m yaitu 26,6º C,

jarak 200 m yaitu 26,2º C dan jarak 300 m yaitu 26,6º C, sedangkan kadar suhu pada

air lindi yaitu 26ºC, ini berarti suhu dari ketiga jarak tambak yang diteliti juga pada

air lindi yang ada di TPA sudah sesuai dengan baku mutu air Kelas II, sedangkan

menurut baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 suhu yang

diperbolehkan adalah 24-30ºC. Suhu merupakan suatu karakter yang sangat penting

untuk diperhatikan, karena perubahan suhu akan memberikan perubahan pada

kualitas air. Suhu merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap ion, fase

keseimbangan dan juga mempengaruhi kecepatan proses biokimia yang akhirnya bisa

menyebabkan perubahan kadar kandungan zat organik dan mineral (Depkes RI,

1996).

Suhu juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen.

Populasi termal pada organisme air terjadi pada suhu tinggi. Setiap spesies

mempunyai suhu optimumnya. Ada ikan yang mempunyai suhu optimum. 15ºC, ada

yang 24ºC dan ada juga yang 32ºC. Ikan ini dapat menenggang perbedaan suhu

sedikit, bahkan dapat mengaklimatisasi diri. Tetapi jika suhu berbeda jauh dari

optimumnya hewan itu akan mati atau berimigrasi ke daerah baru (Sastrawijaya,

1991).

Universitas Sumatera Utara


Kenaikan suhu air menyebabkan suhu badan hewan berdarah dingin dalam air

itu naik. Hal ini akan menyebabkan laju metabolisme naik dalam ikan dan selanjutnya

menaikkan kebutuhan oksigen. Tetapi jika suhu air naik, maka kandungan oksigen

dalam air menurun. Jika kebutuhan oksigen melampaui oksigen yang tersedia maka

ikan itu akan mati. Suhu ini disebut suhu yang mematikan (lethaltemperature)

(Sastrawijaya, 1991).

B. TDS (Zat Padat Terlarut)

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa TDS pada jarak 100 m yaitu 728

mg/L, jarak 200 m ada 1800 mg/L dan jarak 300 m yaitu 467 mg/L. Ini berarti pada

jarak 200 m hasilnya melebihi baku mutu air yang ditetapkan, karena dari hasil

dilapangan air tambak tersebut sangat keruh dan berdekatan dengan saluran

pembuangan air sedangkan pada jarak 100 dan 300 meter lebih jauh dari saluran

pembuangan air. Baku mutu air kelas II hasil TDS yaitu 1000 mg/L. TDS biasanya

terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka

kesadahan air akan naik pula (Soemirat, 2004).

Rupa air dalam sungai, kolam atau danau tidak tetap. Sehabis hujan

kecoklatan, karena banyak partikel tersuspensi yang terbawa masuk. Pada musim

kemarau banyak yang kelihatan kehijauan karena disebabkan banyaknya ganggang

tumbuh. Perubahan rupa air disebabkan bahan tersuspensi dan terlarut. Padatan

terlarut mempengaruhi ketransparanan dan warna air (Sastrawijaya, 1991).

Menurut Darmono (2001), bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir,

lumpur, dan bahan kimia anorganik dan organik menjadi bentuk bahan tersuspensi di

Universitas Sumatera Utara


dalam air. Pertikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan di dalam air, sehingga

mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya memperoleh makanan,

pakan ikan menjadi tertutup lumpur.

5.2.2. Pengaruh Parameter Kualitas Kimia

Kualitas kimia yang diteliti meliputi pH, minyak dan lemak, Nitrat, DO

(Oksigen terlarut), Seng (Zn), Sulfida (H2S), Detergen, Tembaga (Cu) dan Ammonia.

1. pH (Derajat Keasaman)

Hasil penelitian pH pada air tambak dari jarak 100 yaitu 8,4, jarak 200 m ada 7,9

dan jarak 300 m yaitu 7,8, sedangkan kondisi di TPA kualitas pH yaitu 8,6. Ini berarti

kandungan pH dalam air tambak dan di TPA masih sesuai dengan baku mutu air yang

ditetapkan yaitu 6-9. Air yang mempunyai pH antara 6,7 sampai 8,6 mendukung

populasi ikan dalam kolam. Dalam jangkauan pH itu pertumbuhan dan pembiakkan

air tidak terganggu, karena ada juga ikan yang mampu hidup antara pH 5 sampai 9.

2. Minyak dan Lemak

Hasil penelitian kandungan minyak dan lemak dalam air tambak didapat pada

jarak 100 m yaitu 1,3878 mg/L, pada jarak 200 m ada 1,5432 mg/L dan jarak 300 m

yaitu 3,85560 mg/L, sedangkan jika dibandingkan di TPA kualitas minyak dan lemak

0,9398 mg/L ini menunjukkan bahwa hasil minyak dan lemak pada air tambak tidak

sesuai dengan baku mutu air yang ditetapkan yaitu 1 mg/L. Minyak tidak dapat larut

dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air. Bahan buangan sampah

yang mengandung minyak/lemak yang dibuang apabila terkena air hujan akan

mengalir ke kolam dan akan mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan

Universitas Sumatera Utara


buangan cairan berminyak mengandung senyawa yang relatil maka akan terjadi

penguapan dan luasan permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan

menyusut.

Lapisan minyak di permukaan air akan mengganggu kehidupan organisme di

dalam air. Hal ini disebabkan oleh : 1). Lapisan minyak dan lemak pada permukaan

air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen

yang terlarut di dalam air menjadi berkurang, 2). Adanya lapisan minyak dan lemak

pada permukaan air juga akan meghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air

sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat berlangsung.

3. Nitrat (NO2)

Hasil penelitian dari laboratorium bahwa kandungan Nitrat pada air tambak

dari jarak 100 ada 4,5 mg/L, jarak 200 m yaitu 5,9 mg/L dan jarak 300 sebesar 12,1

mg/L, sedangkan jika dibandingkan dengan kandungan Nitrat pada air lindi yaitu 77

mg/L. Jadi dari hasil tersebut pada jarak 300 m dan di TPA ternyata melampaui dari

baku mutu air yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 10 mg/L. Nitrat dalam tanah dan

air terbanyak dibuat oleh mikroorganisme dengan cara biologis. Nitrat dapat juga

berasal dari dekomposisi bakteri terhadap organik yang berasal dari vegetasi atau

hewan (pupuk yang mengandung senyawa N, buangan rumah tangga dan industri).

Sampah yang mengandung nitrat, bila hujan lebat air akan membawa nitrat

dari tanah masuk menuju ke dalam aliran sungai, tambak, dan danau. Hal ini akan

merangsang tumbuhnya algae dan tanaman air lainnya. Kelimpahan unsur nitrisi

nitrat dalam air disebut Euthrophication. Pengaruh negatif dari eutrofikasi adalah

Universitas Sumatera Utara


terjadinya perubahan keseimbangan kehidupan antara tanaman air dengan hewan air,

sehingga beberapa spesies ikan akan musnah dan tanaman air akan dapat

menghambat laju arus air (Darmono, 2001).

4. DO (Oksigen Terlarut)

Hasil penelitian di dapat bahwa kandungan oksigen terlarut pada air tambak

dengan jarak 100 yaitu 5,28 mg/L, jarak 200 m sebesar 2,52 mg/L dan jarak 300 m

2,84 mg/L, hal ini menujukkan pada jarak 100 m kandungan DO pada air tambak

sudah melampaui baku mutu air yang ditetapkan yaitu sebesar 4 mg/L Tingginya

kadar DO pada kolam III yang ada pada jarak 100 m sangat perlu bagi kehidupan

ikan karena oksigen adalah gas yang berwarna, tak berbau, tak berasa, dan hanya

sedikit larut dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya makhluk yang hidup di air,

baik tanaman maupun hewan, bergantung kepada oksigen terlarut ini (Sastrawijaya,

1991).

Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organik

yang terbuang dalam air tambak. Limbah organik akan mengalami degradasi dan

dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga lama

kelamaan oksigen yang terlarut akan berkurang (Darmono, 2001).

Sedangkan pada kolam I dan kolam II jumlah DO (oksigen terlarut) kurang

dari baku mutu air yang ditetapkan, kurangnya oksigen terlarut menyebabkan

organisme anaerob mungkin akan mati dan mungkin organisme anaerob akan

menguraikan bahan organik dan menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen

sulfida sehingga menyebabkan air dapat berbau busuk.

Universitas Sumatera Utara


5. Seng (Zn)

Hasil di dapat bahwa kadar seng dalam air tambak menunjukkan pada jarak

100 m sebesar 0,015 mg/L, pada jarak 200 m yaitu 0,013 mg/L dan jarak 300 m yaitu

0,002 mg/L, hal ini berarti sudah sesuai dengan baku mutu air yang ditetapkan oleh

PP No 82 tahun 2001 yaitu 0,05 mg/L. Seng adalah unsur yang dibutuhkan tubuh

dalam jumlah kecil yang ditemukan dalam semua makanan dan air yang dapat

diminum, dalam bentuk garam-garam atau senyawa organik yang komplek (Depkes

RI, 1996).

6. Sulfida (H2S)

Hasil penelitian di dapat bahwa kadar Sulfida dalam air tambak menunjukkan

bahwa dari jarak 100 m sebesar 0,36 mg/L, jarak 200 m yaitu 0,29 mg/L dan jarak

300 m sebesar 0,72 mg/L, jadi dari ke tiga jarak tersebut semuanya melampaui baku

mutu air yang ditetapkan oleh PP No.82 tahun 2001 yaitu 0,002 mg/L. Senyawa

sulfida menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif dan iritan. Keracunan biasanya

jarang terjadi, karena zat ini berbau busuk. Bila orang sempat menjauh, maka ia tidak

akan keracunan, tetapi apabila sulfida ini berbentuk gas yang menjalar cepat,

sehingga orang tidak sempat melarikan diri maka orang dapat menderita keracunan

akut yang mematikan dalam waktu singkat karena asphyxia.

7. Detergen

Hasil penelitian di daapt bahwa kadar detergen dalam air tambak

menunjukkan bahwa pada jarak 100 m sebesar 0,259 mg/L, pada jarak 200 m ada

0,231 mg/L dan jarak 300 m sebesar 0,281 mg/L, jadi dari ketiga jarak tersebut

Universitas Sumatera Utara


semuanya melampaui baku mutu air yang ditetapkan oleh PP No. 82 tahun 2001 yaitu

0,2 mg/L.

Deterjen merupakan bahan sintesis dan terbagi dalam dua kelompok, deterjen

anionik dan kationik. Sumber detergen yang mencemari air tambak berasal dari

rumah penduduk, yang berupa air bekas cucian pakaian atau alat rumah tangga.

Untuk deterjen rumah tangga digunakan kelompok yang pertama. Telah dikenal dua

macam deterjen anionik, yakni alkil sulfonat linear dan alkil benziana sulfonat.

Golongan pertama adalah deterjen lunak dan dapat mengalami biodegradasi dan

golongan kedua ialah deterjen keras yang sifatnya melawan aksi bakteri.

Adapun pencemaran aliran sungai disebabkan oleh detergen yang berasal dari

sampah-sampah plastik yang dibersihkan oleh para pemulung dengan menggunakan

detergen. Dampak dari deterjen ini berbahaya bagi ikan walaupun konsentrasi yang

kecil. Misalnya natrium dodesil benzena sulfonat dapat merusak insang ikan. Biarpun

hanya 5 ppm. Kotoran kita yang belum diolah dapat mengandung sampai 10 ppm

deterjen. Juga tanaman air dapat terganggu pertumbuhannya jika kadar deterjen

tinggi. Kemampuan fotositesis dapat terhenti. Ikan masih dapat bertahan selama

sebulan jika detergen mencapai 3 ppm. Tetapi bagi organisme yang menjadi makanan

ikan hal ini sudah berbahaya. Detergen juga mempermudah absorpsi racun melalui

insang (Sastrawijaya, 1991).

8. Tembaga (Cu)

Hasil penelitian di dapat kadar tembaga (Cu) dalam tambak ikan pada jarak

100 m sebesar 0,847 mg/L, jarak 200 m ada 0,446 mg/L dan jarak 300 m yaitu 0,202

Universitas Sumatera Utara


mg/L Jadi dari ketiga jarak sudah melampaui baku mutu air yang ditetapkan yaitu

0,02 mg/L. Kadar tembaga merupakan unsur yang diperlukan dan pajanan melalui

makanan umumnya adalah 1-3 mg/hari.

Pengaruh kadar pada ikan di tambak karena Cu merupakan logam yang pada

dasarnya bersifat elektrostatistik dan pada larutan garam berbentuk ion hidrofilik,

juga merupakan komponen kovalen dan jarang berbentuk ion bebas. Logam jenis ini

apabila masuk kedalam sel hewan biasanya selalu proposional dengan tingkat

konsentrasi logam dalam air sekitarnya, sehingga logam dapat terikat dengan adanya

ketersediannya logam dalam sel.. Masuknya logam tersebut (Cu) ke dalam sel malalui

lapisan lipida dari dinding sel dengan fenomensa endositosis, sistem pemompaan dan

sistim kelas organik. Diduga logam tersebut merupakan logam berat, sangat mudah

dan cepat melakukan penetrasi dalam tubuh organisme air. Toksisitas logam tersebut

terhadap organisme air sudah tidak diragukan lagi, sehingga kerusakan yang

ditimbulkan terhadap jaringan organisme akuatik terjadi pada organ yang peka seperti

insang dan usus, kemudian jaringan bagian dalam seperti hati dan ginjal tempat

logam tersebut terakumulasi (Darmono, 2001).

9. Ammonia (NH3)

Hasil penelitian di dapat kadar Ammonia pada jarak 100 m sebesar 11,5

mg/L, sedangkan jarak 200 m ada 4,68 mg/L dan jarak 300 m ada 3,85 mg/L.

Ammonia merupakan hasil tambahan penguraian (pembusukan). Ammonia adalah

penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, dan

mengganggu proses desinfeksi dengan Khlor (Soemirat, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Amoniak merupakan hasil tambahan penguraian (pembusukan protein

tanaman atau hewan, atau dalam kotorannya. Jadi jika ada amoniak dalam air ada

kemungknan kotoran hewan masuk, juga dapat terbentuk jika urea dan asam urik

dalam urine mengurai. Nitrat dapat terbentuk karena tiga proses, yakni badai listrik,

organisme pengikat nitrogen dan bakteri yang menggunakan amoniak (Sastrawijaya,

1991)

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Metode pembuangan akhir sampah di TPA Kelurahan Terjun umumnya

dilakukan dengan cara menggunakan sistem open dumping (sistem pembuangan

terbuka).

2. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 100 m yang berada pada

kolam III yang menunjukkan tidak memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan,

dari 11 parameter yang diteliti terdapat 6 (enam) parameter yang telah melewati

baku mutu air yang diperbolehkan. Adapun parameter tersebut adalah minyak dan

lemak, okasigen terlarut (DO), Sulfida (H2S), detergen, Tembaga (Cu) dan

Ammonia (NH3).

3. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 200 m yang berada pada

kolam II yang tidak memenuhi syarat, dari 11 (sebelas) parameter yang diteliti

terdapat 5 (lima) parameter yang telah melewati baku mutu. Parameter tersebut

adalah TDS, minyak dan lemak, Sulfida (H2S), detergen, Tembaga (Cu).

4. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 300 m yang berada pada

kolam I tidak memenuhi syarat. Dari 11 (sebelas) parameter yang diteliti terdapat

5 (lima) parameter yang telah melewati baku mutu air golongan C. Parameter

Universitas Sumatera Utara


tersebut adalah minyak dan lemak, Nitrat (N), Sulfida (H2S), detergen, Tembaga

(Cu).

5. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 100 m, 200 m, dan 300 m

yang dibandingkan dengan baku mutu PP No. 20 tahun 1989, terdapat 7 (tujuh)

parameter yang sudah melampaui baku mutu tersebut yaitu : TDS, Minyak dan

lemak, DO, Nitrat (N), Sulfida (H2S), detergen, Tembaga (Cu).

6.2. Saran

1. Sebagai masukan bagi pemerintah kota Medan untuk memperbaiki sistem

pengolahan sampah yang ada dengan metode dan teknik pengolahan sampah

contohnya yang berwawasan lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak

negatif terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga pengaruh air lindi tidak

mencemar air tambak yang ada disekitarnya

2. Kepada mayarakat yang berada disekitar TPA dan pengelola tambak agar selalu

memperhatikan dan menjaga kebersihan air tambak tersebut dengan cara

pembuatan sirkulasi air.

3. Diharapkan dalam pembuangan sampah sebaiknya dilakukan dengan cara sistim

sanitary landfiill yaitu sampah yang dibuang dikelilingi dan ditutup dengan

material yang kedap air.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya,


Jakarta.

Bapedal, 2001. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.

Bapedal, 1997. Undang-Undang No 23 tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup, Bapedal, Jakarta.

Connel,D.W; and Miller G.J, 1983. Chemistry and Exotoxicology of Pollution, Wiley
Interscience Publicationm, Brisbane Australia.

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Penerbit Universitas Indonesia-


Press, Jakarta.

Daniel, T.S, Hasan, P dan Vonny, S. 1985. Teknologi Pemanfaatan Sampah Kota dan
Peran Pemulung Sampah : Suara Pendekatan Konseptual. PPLH-ITB,
Bandung.

Depkes RI, 1989, Keputusan Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/1989 Tentang Batas


Maksimum Pencemaran Logam Berat dalam Makanan, Jakarta.

_________, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1457/Menkes/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

_________, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air , Jakarta.

Kusnoputranto, 1986. Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia, Jakarta.

_________, 1996. Toksikologi Lingkungan Logam Toksik dan B3, Fakultas


Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

_________, 2000. Kesehatan Lingkungan, Edisi Revisi Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Machdar, I. 2008. Antisipasi Sanitasi Landfill. http://www.serambinews.com.
Diakses tanggal 26 April 2008.

Maramis, A, 2008. Pengelolaan Sampah dan Turunannya di TPA, Alumni Program


Pasca Sarjana Magister Biologi Terapan, Universitas Satyawacana,
Salatiga.

Notoatmodjo, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

_________, 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Cetakan ke 2 PT


Rineka Cipta, Jakarta.

Paramitha, I, 2008. Hubungan Jarak Pembuangan Sampah Terhadap Kualitas Kimia


Air Tambak dan Status Kesehatan Masyrakat Pengkonsumsi Ikan Hasil
Tambak. http://www.fkm@unair.ac.id. Diakses tanggal 22-1-2008.

Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 1990. Tentang Pengendalian Pencemaran Air.

Pustekom, 2005. Pencemaran Tanah, http://www.full.php. Di akses tanggal Maret


2005.

Putra, Y, 2004. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga (Upaya Pendekatan dalam


Arsitektur) Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik USU-Medan.

Sastrawijaya, T,A, 1991. Pencemaran Lingkungan, PT Rineka Cipta , Jakarta.

Soemirat, J, 2000. Kesehatan Lingkungan, Cetakan Keempat, Gajah Mada University


Press, Yogyakarta.

Sugiarto, 1987. Dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Suriawiria, 2003. Mikrobiologi Air, PT Alumni, Bandung.

Sutomo, A.H, 1997. Dasar-Dasar Epidemiologi, Gajah Mada University Press,


Yogyakarta.

Wardhana, 2000. Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Zulkifli, H, 1997. Biologi Lingkungan. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan RI, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai