TESIS
Oleh
AZMIR
067031002/IKM
TESIS
Oleh
AZMIR
067031002/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka
(AZMIR)
TPA (The final place for garbage disposal) in Terjun District used an open
dumping system of recycling the garbage; thus, it could affect the quality of the water
fishfond nearby it and could cause the negative effect to the environment. The final
place for garbage disposal (TPA) in Terjun district started operating on 7th January
1993 with the total of garbage 1600m3. The garbage producing the lye liquid
(leachate) was produced from stagnancy of rain water on a pile of garbage. The lye
liquid (leachate) brought suspended and salulate materials which were the product of
the garbage degradation commonly containing organic substance and also some
heavy metals as Zinc (Zn), Nitrate (Nt), Ammonia (NH 3 ), Sulfide (H 2 S), Copper
(Cu), and detergent, oil and fat as well. The alm of this research was to know the
impact of the lyle liquid (leachate) of the quality of the water fishfond in the final
place for garbage disposal (TPA).
The kind of this research was analytic survey which it used to analyze the
impact of pollution caused by the final place for garbage disposal (TPA) to the
quality of the water fishfond in Terjun district Kecamatan Medan Marelan Kota
Medan. The sample of this research was check the water fishfond taken from distance
of 100m, 200m, and 300m. The data used in this reearch were used with the direct
interviews done to the owner of the fishfond and the laboratories located in Medan.
Besides, it also used secondary data.
The result of this research showed that the TPA in Terjun used open dumping
system. There were 11 (eleven) parameters were checked rosulting 6 (six) parameters
with the distance of 100m having better water quality (oil and fat, Do, Sulfide (H 2 S),
detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH 3 ) . 5 (five) parameters with distance of
200m containing oil and fat, Suilfide (H 2 S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia
(NH 3 ) and 5 (five) parameters with the distance of 300m containing oil and fat,
Nitrate (Nt), Sulfide (H 2 S), detergent, Copper (Cu), which have better criterias based
on the government’s rule.
It is sugested to the community who lived near by the TPA and also the
fishfond’s owner to always pay attention and the keep the water fishfond clean with
making the water circulation.
Keywords : The final Place for garbage disposal, the quality of the water fishfond.
Puji dan syukur penulis Panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena
dengan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul
bimbingan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan
1. Prof. dr. Chairuddin P Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr.Drs. Surya Utama. M.S, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Utara yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.
5. Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku anggota Komisi pembimbing Penulis yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran bagi penulis dalam penyelesaian tesis
ini.
7. Prof. Dr. Rer. Nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt, selaku Dosen Pembanding
tesis.
8. Bapak dan ibu Dosen beserta staff Program Studi Manajemen Kesehatan
9. Kepala Balitbang Kota Medan yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk
melakukan penelitian.
10. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan yang telah memberikan ijin melakukan
11. Teristimewa untuk kedua orang tua yang telah banyak memberikan dorongan dan
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkatNya dan terus
menyertai kita semua. Akhirnya penulis Berharap tulisan ini dapat memberikan
Azmir
Azmir lahir di Aceh Utara pada tanggal 7 Agustus 1968, anak ke lima dari lima
bersaudara dari pasangan Ayahanda Ibrahim dan Ibunda Khatidjah menetap di Medan
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Peukan Banda Aceh lulus tahun 1984. Kemudian
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri Peusangan Aceh Utara lulus tahun 1988. Kemudian
melanjutkan pendidikan D I SPPH Depkes RI Banda Aceh lulus tahun 1991, dan selanjutnya
melanjutkan pendidikan D III AKL Depkes RI Banda Aceh lulus tahun 2002. Dan selanjutnya
Utara lulus tahun 2006, selanjutnya melanjutkan pendidikan jenjang S2 pada Program Studi
sampai sekarang.
Pada tahun 1993 sebagai CPNS Dinkes Provinsi Sumatera Utara dan sebagai PNS
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1997 sampai sekarang.
4.1. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Air Tambak Jarak 100-300 m,
Air Lindi dan Dibandingkan Dengan Baku Mutu Air Golongan C................. 50
TPA (The final place for garbage disposal) in Terjun District used an open
dumping system of recycling the garbage; thus, it could affect the quality of the water
fishfond nearby it and could cause the negative effect to the environment. The final
place for garbage disposal (TPA) in Terjun district started operating on 7th January
1993 with the total of garbage 1600m3. The garbage producing the lye liquid
(leachate) was produced from stagnancy of rain water on a pile of garbage. The lye
liquid (leachate) brought suspended and salulate materials which were the product of
the garbage degradation commonly containing organic substance and also some
heavy metals as Zinc (Zn), Nitrate (Nt), Ammonia (NH 3 ), Sulfide (H 2 S), Copper
(Cu), and detergent, oil and fat as well. The alm of this research was to know the
impact of the lyle liquid (leachate) of the quality of the water fishfond in the final
place for garbage disposal (TPA).
The kind of this research was analytic survey which it used to analyze the
impact of pollution caused by the final place for garbage disposal (TPA) to the
quality of the water fishfond in Terjun district Kecamatan Medan Marelan Kota
Medan. The sample of this research was check the water fishfond taken from distance
of 100m, 200m, and 300m. The data used in this reearch were used with the direct
interviews done to the owner of the fishfond and the laboratories located in Medan.
Besides, it also used secondary data.
The result of this research showed that the TPA in Terjun used open dumping
system. There were 11 (eleven) parameters were checked rosulting 6 (six) parameters
with the distance of 100m having better water quality (oil and fat, Do, Sulfide (H 2 S),
detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH 3 ) . 5 (five) parameters with distance of
200m containing oil and fat, Suilfide (H 2 S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia
(NH 3 ) and 5 (five) parameters with the distance of 300m containing oil and fat,
Nitrate (Nt), Sulfide (H 2 S), detergent, Copper (Cu), which have better criterias based
on the government’s rule.
It is sugested to the community who lived near by the TPA and also the
fishfond’s owner to always pay attention and the keep the water fishfond clean with
making the water circulation.
Keywords : The final Place for garbage disposal, the quality of the water fishfond.
PENDAHULUAN
Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia
yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil; dan merata serta memilki
lainnya, (3). Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, tanah dan udara,
pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan,
pengendalian vektor penyakit serta penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI,
2003).
derajat kesehatan yang optimal pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari empat
faktor, yaitu : faktor lingkungan, faktor perilaku manusia, faktor pelayanan kesehatan
serta faktor keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan faktor lain :
yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental dan populasi
oleh setiap kota disemua negara di dunia. Timbunan sampah yang terus meningkat
seiring dengan bertambahnya populasi penduduk adalah suatu hal yang harus
ditangani secara serius. Sampah menjadi masalah karena mengotori dan mengganggu
keindahan serta kenyamanan manusia dan karena ditimbulkan oleh kegiatan manusia
akibatnya sampah akan selalu muncul dalam keseharian hidup manusia. Sampah
memang wajar ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketidak wajaran terjadi ketika
volume sampah berada di atas batas toleransi, terlebih pada tempat-tempat umum
(Maramis, 2008).
Pencemaran sumber air oleh sampah terjadi karena sampah yang dibuang
dengan cara open dumping dan tertimbun di TPA mengalami dekomposisi yang
bersama air hujan menghasilkan cairan lindi (leachate). Cairan lindi adalah cairan
yang mengandung zat terlarut dan tersuspensi yang sangat halus sebagai hasil
penguraian oleh mikroba, biasanya terdiri atas kalsium (Ca), magnesium (Mg),
natrium (Na), kalium (K), besi (Fe), khlorida (Cl), sulfat (SO4), seng (Zn), nikel (Ni),
karbon dioksida (CO2), air (H2O), air nitrogen (N2), amoniak (NH3), asam sulfida
kesehatan manusia. Air lindi dapat merembes ke dalam tanah, ataupun mengalir di
organik dan anorganik dengan konsentrasi 5000 kali lebih tinggi dari pada air tanah,
masuk dan mencemari air tanah atau air sungai (Maramis, 2008).
Dalam usaha budi daya ikan yang ada disekitar TPA Terjun-Medan sangat
berpotensi terjadinya pencemaran air lindi terhadap tambak masyarakat sekitar TPA.
Ikan tambak tersebut pun nantinya akan dikonsumsi oleh penduduk sekitar TPA
Terjun, yang tentunya akan berdampak buruk bagi kesehatan. Ditambah lagi jumlah
penduduk yang bertempat tinggal disekitar TPA semakin bertambah yang sebagian
pengaruhnya terhadap makhluk hidup ialah unsur logam dan senyawanya. Beberapa
jenis logam berat seperti Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Arsen (As) dan
beberapa lainnya merupakan logam yang beracun terhadap makhluk hidup. Bahan
bergantung pada jenis logamnya, jumlahnya, spesies hewan, kondisi hewan, dan
tentang batas maksimum logam berat dalam makanan yang bersumber dari ikan dan
(Sn) = 40 mg/kg, Air Raksa (Hg) = 0,5 mg/kg (Depkes RI, 1989).
menghasilkan sampah sampai tempat pembuangan akhir TPA di Kota Medan telah
ditangani oleh Dinas sejak 7 Januari 1993, luas areal 14 Ha, berjarak 100 m dari
pemukiman penduduk, 4 km dari Sungai Deli, 6 Km dari garis pantai, dan 14 km dari
pusat kota. Jenis tanah lempung dan lapisan dasar tanah liat dengan keadaan topografi
yang relatif datar. TPA Terjun menggunakan metode pengolahan sampah secara open
dumping dan belum memiliki penampungan air lindi (leacheate) dengan pengolahan
yang baik. Jadi air lindi merupakan hasil sampingan dari pengolahan sampah yang
berupa rembesan dari timbunan sampah yang banyak di TPA, sehingga air lindi perlu
2007).
1.2. Permasalahan
Terjun yang berupa air lindi dapat mempengaruhi kualitas air tambak maka penulis
terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Kota Medan.
Mengingat pencemaran TPAS Kelurahan Terjun yang berupa air lindi dapat
mempengaruhi kualitas air tambak, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
lindi.
5. Untuk mengetahui kualitas air tambak ikan dan disesuaikan dengan Peraturan
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada pengaruh air lindi tempat
1. Memberi masukan kepada Pemko Medan dan Dinas Kebersihan Kota Medan
tentang pencemaran air lindi yang ada di TPA dan bahaya kandungan logam
berat terhadap air tambak ikan di lokasi TPA Kelurahan Terjun Kecamatan
3. Sebagai bahan informasi ilmiah dan bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya
TINJAUAN PUSTAKA
Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan limbah
atau bahan buangan. Walaupun sudah disediakan tempat pembuangan akhir untuk
menimbun limbah yang dihasilkan oleh warga/manusia, namun karena limbah yang
dihasilkan terus bertambah maka tempat pembuangan akhir (TPA) makin meluas.
Mengingat akan hal ini, maka perlu pemikiran lebih lanjut bagaimana mengurangi
jumlah limbah padat dengan memanfaatkan kembali limbah padat tersebut unntuk
kepentingan manusia melalui proses daur ulang, sekaligus sebagai usaha untuk
sisa tanaman (daun-daun gugur, sisa sayuran, sisa pertanian) ataupun sisa dan kotoran
hewan, serta benda-benda lain yang setiap saat dibuang. Tetapi secara luas, segala
benda yang akhirnya dibuang disebut sampah dan dikumpulkan pada suatu tempat
penampungan yang sering disebut TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau Dump
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat karena air bekas tidak
yang terjadi karena berhubungan dengan aktivitas manusia yang tak dipakai lagi, tak
disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari
tubuh manusia.
Sampah bisa didefinisikan sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak
dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu
kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan,
sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan dan tidak terjadi
berikut :
buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang sudah tidak dapat
digunakan lagi. Untuk pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan dampak terhadap
lingkungan dan kesehatan, maka sampah harus dikelola oleh suatu likaso/badan yang
disebut TPA.
pengertian TPA adalah upaya untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu.
berikut:
2. Jarak terhadap sumber air baku untuk air minum (mata air, sumur, danau dan
lain-lain) minimal 200 meter. Hal ini mengingat, bahwa hasil dekomposisi
3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan terbawanya
lingkungan.
4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini
mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan
berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah
langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi
5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum, sedikitnya 200 meter, hal
ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa
sebagainya
estetika.
1. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak dan tidak
menimbulkan bau.
5. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gris atau tikus
terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan
pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai
kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan
persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan
Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan
- Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet)
1. Sampah domestik (domestic wastes), yaitu sampah padat yang berasal dari
umumnya berupa sampah dapur dan sampah lain hasil kegiatan rumah tangga
misalnya dedaunan, kaleng dan kardus bekas serta kertas pembungkus, pakaian
perdagangan atau jasa komersial, baik warung, ataupun pasar. Sampah ini
perdagangan atau pasar biasanya terdiri dari : kardus-kardus yang besar, kotak-
kotak pembungkus, kertas-kertas, karbon, pita mesin tik besar dan lainnya.
Dalam hal ini termasuk sampah makanan dari kantin atau restoran.
3. Sampah yang berasal dari jalan-jalan raya (street sweeping), yaitu sampah yang
produksi yang terjadi dalam industri tersebut. Jenis sampah ini relatif sama
untuk industri tertentu, namun jenis industri yang berbeda akan menghasilkan
sampah yang berbeda juga. Jadi jenis sampah, jumlah dan komposisi sampah
wastes), sampah-sampah dari daerah ini dapat berupa sampah dari hasil
tidak diproses, mengandung zat-zat kontaminan, yang apabila ada hujan dapat
(Institutional wastes),
Terdiri dari kertas-kertas, karbon-karbon, pita-pita mesin tik, klip dan lain-lain,
pembangunan/pemugaran.
tempat-tempat ibadah, dan lain-lain yang dapat berupa, kertas, sisa buah-
Misalnya sampah hasil dari penebangan kayu ataupun kegiatan reboisasi hutan
ini dapat diangkat dari air kotor pada sistem penyaluran atau pengolahan air
1. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan, kotoran
2. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri,
3. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor,
cerobong pabrik dan sebagainya yang kesemuanya berbentuk gas atau asap.
Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja), dapat dibagi menjadi
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain
a. Garbage, yaitu jenis sampah dari hasil pengolahan atau pembuatan makanan,
yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran,
b. Rabish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang
mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik dan sebaginya, maupun yang
tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan
sebagainya.
c. Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar,
d. Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan
e. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik.
sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab bakteri (bacteri
Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak
bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan
1997) :
rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka
dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembang biaknya
bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat
maksud untuk menutupi rawa, jurang, lekukan tanah di tempat terbuka dan di laut.
Cara ini murah tetapi masih menimbulkan bau, kotor, penyakit dan pencemaran. Cara
kedua adalah pengisian tanah kesehatan (sanitary landfill) dengan mengisi tanah
berlegok (berlekuk) dan kemudian menutupinya dengan tanah, pada cara ini
diperlukan tanah yang luas. Diharapkan sampah tidak akan mencemari lagi karena
ditimbun dan ditutupi. Cara ketiga adalah dengan pencacahan (grinding), limbah
menjadi anorganik pada suhu dan kelembaban udara yang sesuai dengan kehidupan
dengan hasil gas dan residu. Metode ke enam ialah dengan pirolisis yakni mengolah
limbah dengan proses dekomposisi senyawa kimia pada suhu tinggi dengan
mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan
yang dimasukkan ke tanah tidak mencemari tanah dan air tanah. Di sejumlah negara
maju, sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), sampah dipilah terlebih
dahulu antara sampah organik dan anorganik, sampah yang mudah terdegradasi dan
yang sulit. Dasar TPA dilapisi bahan kedap air dan diberi saluran untuk cairan hasil
tempat tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap
perkembangan vektor penyakit (lalat, tikus dan kecoa), menyebarkan bau, mencemari
(Sastrawijaya, 1991).
a. Sampah dapat dipergunakan untuk menimbun tanah yang kurang baik (tanah
rendah, rawa-rawa dan lainnya) dan tanah yang tidak diolah menjadi tanah
kondisi tanah.
d. Sampah yang masih bermanfaat dapat diambil kembali untuk di daur ulang
penyakit berkurang.
sampah, misal penyakit jamur, penyakit yang ditularkan oleh serangga seperti
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi
di masyarakat.
2.4. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang berada
disekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak,
a. Lingkungan Fisik, termasuk didalamnya tanah, air dan udara serta interaksi satu
sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, budaya dan psiko-sosial dan
lain-lain.
faktor yang ada di dalam lingkungan fisik yang mungkin pengaruh atau mungkin
memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial.
2. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air, termasuk dalam hal ini
pengumpulan, pengolahan dan pembuangan dari air buangan rumah tangga dan
6. Hygiene makanan
biologis
13. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada
penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi bahan-bahan fisika dan kimia dan
jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi langsung manusia, atau tidak
lingkungan TPA yaitu air lindi (leachate), selayaknya benda cair air lindi akan
mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam tanah dan
bercampur dengan air tanah, ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara
pada aliran air sungai. Kemampuan leachate mencemari air permukaan/air tanah
dipengaruhi oleh kondisi geologi (type tanah dan jenis batuan) serta kondisi hidrologi
(kedalaman dan pergerakan air tanah, jumlah curah hujan serta pengendalian aliran
a). Sumber pencemar domestik (rumah tangga) yaitu dari perkampungan, kota, pasar,
b). Sumber non domestik yaitu dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan,
kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap
kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Bentuk dan macam limbah yang
mengenal kemajuan industri dan teknologi, limbah atau bahan buangan yang
dihasilkan dari kegiatan manusia pada umumnya bersifat organik. Ditinjau dari
Air limbah/buangan adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
pengolahan yang tepat sehingga efisiensi dan efektifitas dapat tercapai. Karakteristik
a. Karakteristik Fisik, terdiri dari 99,9% air serta sejumlah kecil bahan-bahan padat
tersuspensi. Air buangan rumah tangga biasanya sedikit berbau sabun atau
berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian
terdapat pula dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya
Dengan mengetahui jenis polutan yang terdapat didalam air limbah, dapat
ditentukan unit proses yang dibutuhkan. Menurut Siregar (2005), karakter air limbah
meliputi :
1. Karakter Fisika
Karakter fisika air limbah meliputi temperatur, bau, warna dan padatan.
Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke
Fahrenheit (ºF) dan skala Celcius (ºC). Bau merupakan parameter yang subjektif.
biasanya disebabkan oleh kehadiran koloidal yang dapat dilihat dari spektrum
2. Karakter Kimia
Karakter kimia air limbah meliputi senyawa organik dan senyawa anorganik.
Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasikan dengan satu atau lebih
dalam air limbah pada umumnya terdiri atas sand, grit dan mineral-mineral, baik
3. Karakter Biologis
bentuk air limbah. Yang menjadi parameter kandungan mikroba, tumbuhan dan
hewan di dalamnya.
Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk “total solid”, “
mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik zat organik adalah dengan
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan
Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi kualitas air
buangan antara lain Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phosphor, H2O dalam
4. Gas
Adanya gas N2, O2, CO2 pada air buangan berasal dari udara yang larut ke
dalam air, sedangkan gas H2S, NH3 dan CH4 berasal dari proses dekomposisi
air buangan. Oksigen didalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur
D.O (Dissolved Oxygen). Jumlah oksigen yang ada didalam sering digunakan
makin rendah D.O suatu larutan makin tinggi kandungan zat organiknya.
5. Kandungan Bakteriologis
Bakteri golongan coli terdapat normal didalam usus dan tinja manusia.
Sumber bakteri patogen dalam air berasal dari tinja manusia yang sakit. Untuk
menganalisa bakteri patogen yang terdapat dalam air buangan cukup sulit,
jumlah golongan coliform (MPN/ Most Probable Number) dalam 100 ml air
buangan serta perkiraan tedekat jumlah golongan coliform tinja dalam 100 ml
air buangan.
5. Suhu
oksigen yang terlalu rendah akan menimbulkan bau tidak sedap akibat
Air disebut tercemar apabila air itu berubah komposisinya atau keadaannya,
secara langsung atau tidak langsung sebagai akibat kegiatan manusia sehingga air itu
menjadi kurang berguna bagi kebutuhan tertentu atau semua kebutuhan dibandingkan
dengan apabila air itu berada dalam keadaan alamiahnya semula (Kusnoputranto,
1986).
Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi
manusia. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa (Wardhana,
2000) :
Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat digunakan lagi sebagai
menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu lama
untuk memulihkannya.
Kalau terjadi pencemaran air yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat
Air tidak dapat digunakan lagi sebagai air irigasi, untuk pengairan di persawahan
mengakibatkan perubahan dratis pada pH air. Air yang bersifat terlalu basa atau
sering terdengar adanya kematian ikan maupun udang di kolam perikanan dan
Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan
air hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari air lindi ini dapat
dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi membawa materi tersuspensi dan
terlarut yang merupakan produk degradasi sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah
TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi pada umumnya
dan Galat) dan anorganik (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Khlor, Sulfat,
Fosfat, Fenol, Nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari
komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali
lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam air tanah (Maramis, 2008).
Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan dikenal dengan
istlah leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses perkolasi/percampuran
(umumnya dari air hujan yang masuk kedalam tumpukan sampah), sehingga bahan-
bahan terlarut dari sampah akan terekstraksi atau berbaur. Cairan ini harus diolah dari
Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi (bisa mencapai ribuan mg/L),
sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan (Machdar, I, 2008).
bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi maupun proses
perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi
yang sangat halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan kontaminasi
yang potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena
sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas Nitrogen dan Asam Sulfida,
adanya zat Mercury, Chrom dan Arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan
gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur
Selayaknya benda cair, air lindi ini akan mengalir ke tempat yang lebih
rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam dan bercampur dengan air tanah, ataupun
mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Bisa dibayangkan,
diketahui dan ditentukan. Indikator biologis dalam hal ini merupakan penunjuk ada
tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari garis dasar, melalui analisis kandungan
logam atau kandungan senyawa kimia tertentu yang terdapat di dalam hewan maupun
tanaman. Beberapa unsur kimia atau jenis logam yang pernah dijumpai sebagai
pencemar lingkungan perairan yang terdeteksi melalui indikator biologis antara lain
3. Indikator biologis Mollusca : Seng (Zn), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), Kadmium
Cesium (Cs), Seng (Zn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Zirkonium (Zr) dan
Strontium (Sr).
seperti tersebut diatas dapat berupa unsur kimia biasa maupun dalam bentuk unsur
Pertanian Ikan
Ikan, Bentos
Manusia
Gambar 2.1. Skema Perjalanan Logam Berat dari Sumber Pencemar Sampai ke
Manusia (Zulkifli, 1997).
buruk dari pencemaran air. Dimana air juga merupakan hal yang sangat penting bagi
kehidupan manusia sebab bukan hanya karena berat badan manusia terdiri atas 60-
70% air, tetapi juga karena air merupakan unsur penting dalam metabolisme di dalam
gangguan di dalam tubuh seperti lemas, kejang bahkan koma (Zulkifli, 1997).
yakni simpul 1, kita sebut sebagai sumber penyakit; simpul 2, komponen lingkungan
penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau
exposure dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent
penyakit.
dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui
media perantara (yang juga komponen lingkungan). Umumnya melalui produk bahan
beracun yang dihasilkannya ketika berada dalam tubuh, atau secara langsung dapat
cahaya.
mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut diatas.
hakikatnya ada 5 (lima) komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media
penyakit kalau di dalamnya terdapat bakteri Salmonella typhi, bakteri Vibrio cholerae
atau air tersebut mengandung bahan kimia beracun seperti pestisida, logam berat dan
lainnya.
minum yang mengandung cadmium, jumlah kontak pada setiap orang berbeda satu
sama lain. Ada yang mengkonsumsi air yang tercemar logam berat dalam jumlah
yang khas, yaitu : sistem pernafasan, sistem pencernaan, dan kontak kulit. Apabila
kita kesulitan mengukur besaran agent penyakit, maka diukur dengan cara tidak
langsung yang disebut sebagai biomarker atau tanda biologi. Misalnya kandungan
merkuri dalam darah atau urine, kandungan Pb dalam darah disebut biomarker kadar
merkuri dalam rambut, begitu juga dengan pencemaran lindi yang mengandung
logam berat pada tambak yang mengakibatkan ikan tercemar dan apabila dikonsumsi
Simpul 4 : Penyakit
sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan rata-rata
penduduk lainnya. Bisa kelainan bentuk, kelainan fungsi, sebagai hasil interaksi
tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara
misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan sebagainya. Tetapi
kegiatan budidaya ikan. Ikan merupakan produk perikanan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi berorientasi eksport. Tingginya harga ikan cukup menarik perhatian
lingkungan dipengaruhi oleh gabungan kualitas air, pasang surut, ketinggian lahan,
Adapun fungsi tandon adalah : sebagai tempat untuk mempersiapkan air yang
tempat mengendapkan limbah Model dan perlakuan tandon pasok perlu disesuaikan
dengan sumber air. Adapun teknologi yang diterapkan dalam budidaya tambak dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) tingkatan yaitu : pola sederhana, pola madya (semi
mempengaruhi kualitas air tambak yang ada disekitar lokasi serta dapat menimbulkan
kita makan makanan yang ternyata tanpa diketahui makanan tersebut mengandung
bahan toksik berupa bahan pengawet, bahan berwarna, logam berat, parasit atau
ikan maka dibuat kerangka konsep sebagai acuan (kerangka Pemikiran) dalam
Memenuhi Syarat
Jarak TPA dengan Mutu Air Tambak Ikan
PP No.20 tahun 1990
Tambak ikan (100m, dari Kolam Ikan
200m dan 300m) Parameter Fisik
1. suhu
2. TDS (zat padat terlarut) Tidak Memenuhi Syarat
Parameter Kimia PP No.20 tahun 1990
1. Amoniak (NH3)
2. Nitrat
3. Oksigen terlarut
4. pH
5. Seng (Zn)
6. Sulfida (H2S)
7.Tembaga (Cu)
8. Deterjen
9. Minyak dan lemak
Sanitasi TPA :
Pengelolaan Air Lindi
- SPAL
METODE PENELITIAN
sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan
Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi adalah :
Marelan.
Yang menjadi objek penelitian ini adalah : air tambak ikan di lokasi TPA
Alat pengambilan sampel yang digunakan adalah botol hitam plastik empat
buah, 3 buah untuk pemeriksaan air tambak ikan yang diambil dari jarak 100-300 m,
serta 1 botol lagi untuk pemeriksaan air lindi. Selain itu juga peneliti memakai sarung
tangan agar tidak terjadi kontaminasi dengan sampel air tambak ikan.
Cara kerja :
b. Botol sampel yang terbuat dari plastik di masukkan ke dalam air tambak. Masing-
masing botol sampel yang berisi air tambak diambil dari jarak 100 m, 200 m dan
300 m.
pengelola tambak ikan dengan petugas TPA dan menggunakan instrumen penelitian
berupa kuesioner (karakteristik pengelola tambak ikan) dan observasi langsung yang
berupa catatan atau data-data yang relevan dan dari Dinas Kebersihan Kota Medan.
3.5.1. Variabel
2. Variabel terpengaruh (dependent variabel), adalah kualitas air tambak yang diukur
1. Jarak antara TPAS dengan jarak tambak yaitu jarak yang diukur (meter)
2. Kualitas air tambak ikan adalah mutu air tambak yang berasal dari kolam ikan
yang berada disekitar tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Kota Medan
3. Air tambak memenuhi syarat adalah air yang memenuhi syarat dan sesuai
4. Air tambak tidak memenuhi syarat adalah air tambak yang tidak memenuhi
Analisa data dalam penelitian ini adalah untuk melihat gambaran deskriptif
variabel penelitian dengan tabel distribusi frekuensi. Melakukan analisis pada seluruh
variabel yaitu jarak TPAS dengan air tambak ikan untuk mendeskripsikan tiap
HASIL PENELITIAN
Kecamatan Medan Marelan Kota Medan, salah satu Kecamatan yang berada di
bagian kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Marelan memiliki
Kelurahan Terjun, Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Paya Pasir (Data
jumlah penduduk laki-laki ada 58.918 jiwa dan penduduk perempuan 62.803 jiwa.
Kelurahan Terjun mempunyai luas wilayah yaitu 16,05 km², yang terdiri dari
lahan pemukiman dan perumahan, lahan bangunan, ladang, kolam ikan serta kebun,
dengan luas areal 14 Ha. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Terjun sendiri
mulai dibuka pada tanggal 7 Januari 1993, dengan jumlah sampah per hari 1600 m³.
saja tanpa adanya pengolahan, sedangkan untuk pengolahan air lindi sendiri ditempat
Pengambilan sampel air dilakukan pada 3 (tiga) titik, yaitu sampel air tambak
dari jarak 100 m, 200 m dan 300 m, sedangkan satu sampel lagi dari air lindi yang
sampel air tambak yang terdeteksi hanya terdapat 11 (sebelas) parameter, baik secara
(NO3), DO (oksigen terlarut), Seng (Zn), Sulfida (H2S), Detergen, Tembaga (Cu), dan
Amonia (NH3). Adapun hasil pengukuran dari laboratorium kualitas fisik dan kimia
air tambak dari jarak 100 m – 300 meter dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Air Tambak Jarak 100 –
300 m, Air Lindi dan Dibandingkan dengan Baku Mutu Air
Golongan C
Berdasarkan tabel 4.1. diatas hasil pengukuran kualitas fisik dan kimia air
tambak dari jarak 100 meter sampai 300 meter yang ada di TPA Terjun Kelurahan
1. Hasil pengukuran pada jarak 100 meter, yang terdapat pada kolam III dan
dibandingkan dengan Baku mutu air golongan C ada 6 (enam) parameter yang
telah melampaui baku mutu yaitu DO (5,28 mg/l), Sulfida (0,36 mg/l), Detergen
dibandingkan dengan Baku mutu air golongan C yang telah melampaui baku
muta ada 5 (lima) parameter yaitu TDS (1800 mg/l), minyak dan lemak (1,5432
mg/l), Sulfida (0,29 mg/l), Detergen (0,231 mg/l) dan Tembaga (0,446 mg/l).
3. Hasil pengukuran pada jarak 300 meter yang terdapat pada kolam I dan
dibandingkan dengan Baku mutu air golongan C yang telah melampaui baku
mutu ada 5 (lima) parameter yang melampaui baku mutu air kelas II yaitu minyak
dan lemak (3,8560 mg/l), Nitrat (12,1 mg/l), Sulfida (0,72 mg/l), Detergen (0,281
Sedangkan hasil pengukuran kualitas fisik dan kimia air lindi yang ada di
TPA Terjun Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dan dibandingkan dengan
Baku mutu air golongan C didapat ada 5 (lima) parameter yang melebihi baku mutu
yaitu TDS (5920 mg/l), Nitrat (77 mg/l), Sulfida (0,33 mg/l), Detergen (1,53 mg/l),
PEMBAHASAN
Pengelolaan sampah di TPA pada umumnya ada dua jenis yaitu Sanitary
Landfill (sampah yang dibuang dikelilingi dan ditutup dengan material yang kedap
air) dan Open Dumping (sampah yang dibuang dibiarkan begitu saja terpapar di atas
tanah).
Marelan Kota Medan, salah satu Kecamatan yang berada di bagian kota Medan
Provinsi Sumatera Utara, sistim pembuangan sampah yang digunakan adalah dengan
SNI No.03-3241-1997 yaitu tentang tata cara pemilihan lokasi untuk TPA yang
meliputi : Jarak dari perumahan 500 m, jarak dari badan air 100 m, merupakan tanah
karakteristik lindi dan badan air penerima tempat pembuangan efluen. Hal tersebut
Air yang berasal dari rawa, bendungan/danau dan tambak merupakan air yang
diam dan terdipan dalam waktu yang cukup lama. Air jenis ini bisaanya mengandung
rumput serta mengandung algae, fungi dan jasad-jasad renik lainnya (Kusnoputranto,
2000).
Kualitas air tambak yang diukur dengan jarak 100 m, 200 m dan 300 m,
A. Jarak 100 m
Hasil pengukuran pada jarak 100 meter, yang terdapat pada kolam III letaknya
dekat dengan TPAS Terjun dan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah air
golongan C ada 6 (enam) parameter yang telah melampaui baku mutu yaitu DO (5,28
mg/l), Sulfida (0,36 mg/l), Detergen (0,259 mg/l),Tembaga (0,047 mg/l) dan
Ammonia (11,5 mg/L), sehingga kualitas air tambak tersebut sangat dipengaruhi oleh
air lindi karena cairan lindi tersebut merembes apabila terjadi hujan dan dapat
mencemari tambak tersebut. Mengacu dari hasil pengukuran tersebut berarti tidak
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1990.
Salah satu komponen lindi adalah logam, sebab sampah yang masuk TPA
terdapat pula sampah logam. Sampah yang terdiri dari bahan organik dan non organik
apabila diuraikan oleh mikroba akan menghasilkan gas, cairan dan sisa proses.
mempengaruhi kesehatan manusia disekitarnya. Dampak dari air lindi tersebut juga
dapat membahayakan bagi ikan yang dibudidayakan oleh masyarakat di sekitar TPA,
karena hasil dari tambak tersebut selain untuk menambah penghasilan juga menjadi
makanan sehari-hari. Akibat tercemarnya tambak oleh air lindi yang mengandung
pada kulit.
Kandungan DO yang tinggi pada jarak 100 m sangat diperlukan bagi ikan
seperti ikan nila, mujair, dan gurami karena DO sangat dibutuhkan untuk kehidupan
ikan. Pengaruh tidak langsung lainnya dari pembuangan sampah yang selama ini
biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif dan secara anerobik
apabila oksigen telah habis. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan
Air lindi atau leachate adalah larutan yang terjadi akibat bercampurnya air
dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi yang sangat
potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah (Soemirat, 1994).
Hasil pengukuran pada jarak 200 meter, yang terdapat pada kolam II dan
dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1990 atau baku mutu air
golongan C yang telah melampaui baku mutu ada 5 (lima) parameter yaitu TDS
(1800 mg/l), minyak dan lemak (1,5432 mg/l), Sulfida (0,29 mg/l), Detergen (0,231
Jika dilihat dari hasil penelitian bahwa kadar TDS semakin tinggi yaitu 1.800
mg/l, hal ini disebabkan karena kadar TDS di TPA pun juga tinggi yaitu 5920 mg/l,
adanya partikel zat tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga
berpengaruh terhadap kemampuan ikan dan organisme air lainnya untuk memperoleh
tertutup lumpur, insang ikan tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan
beracun seperti senyawa logam. Kadar minyak dan lemakpun mengalami peningkatan
yaitu 1,5432 mg/L ini disebabkan karena lebih banyak rembesan dari TPA yang
berupa air lindi, apabila lapisan minyak tersebut semakin meningkat dapat
diperkirakan ikan tidak dapat bernapas dan akhirnya mati dan tenggelam, kejadian ini
menganggu estetika, cairan ini berasal dari proses perkolasi (umumnya dari air hujan
yang masuk ke dalam tumpukan sampah) sehingga bahan-bahan terlarut dari sampah
akan terekstraksi serta timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga
C. Jarak 300 m
Hasil pengukuran pada jarak 300 meter yang terdapat pada kolam I dan
dibandingkan dengan Peraturan pemerintah no 20 tahun 1990 atau Baku mutu air
golongan C yang telah melampaui baku mutu ada 5 (lima) parameter yang melampaui
baku mutu air kelas II yaitu minyak dan lemak (3,8560 mg/l), Nitrat (12,1 mg/l),
Sulfida (0,72 mg/l), Detergen (0,281 mg/l) dan Tembaga (0,202 mg/l), jarak 300
meter yang terdapat pada kolam I pengaruh air lindi dari TPA kemungkinan kecil
karena lokasi tambak tersebut dekat dengan air sungai yang ada di tempat tersebut.
Air sungai yang sudah tercemar oleh limbah pembuangan rumah tangga akan
merembes dan masuk ke dalam air tambak. Air sungai selain tercemar oleh limbah
rumah tangga juga karena air sungai tersebut dipakai untuk mencuci plastik-plastik
oleh para pemulung, sehingga lebih banyak kandungan minyak dan lemak. Lapisan
Akibatnya oksigen yang seharusnya dihasilkan pada fotosintesis tersebut tidak terjadi.
A. Suhu
Hasil pengukuran suhu pada air tambak dengan jarak 100 m yaitu 26,6º C,
jarak 200 m yaitu 26,2º C dan jarak 300 m yaitu 26,6º C, sedangkan kadar suhu pada
air lindi yaitu 26ºC, ini berarti suhu dari ketiga jarak tambak yang diteliti juga pada
air lindi yang ada di TPA sudah sesuai dengan baku mutu air Kelas II, sedangkan
menurut baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 suhu yang
diperbolehkan adalah 24-30ºC. Suhu merupakan suatu karakter yang sangat penting
kualitas air. Suhu merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap ion, fase
keseimbangan dan juga mempengaruhi kecepatan proses biokimia yang akhirnya bisa
menyebabkan perubahan kadar kandungan zat organik dan mineral (Depkes RI,
1996).
Populasi termal pada organisme air terjadi pada suhu tinggi. Setiap spesies
mempunyai suhu optimumnya. Ada ikan yang mempunyai suhu optimum. 15ºC, ada
yang 24ºC dan ada juga yang 32ºC. Ikan ini dapat menenggang perbedaan suhu
sedikit, bahkan dapat mengaklimatisasi diri. Tetapi jika suhu berbeda jauh dari
optimumnya hewan itu akan mati atau berimigrasi ke daerah baru (Sastrawijaya,
1991).
itu naik. Hal ini akan menyebabkan laju metabolisme naik dalam ikan dan selanjutnya
menaikkan kebutuhan oksigen. Tetapi jika suhu air naik, maka kandungan oksigen
dalam air menurun. Jika kebutuhan oksigen melampaui oksigen yang tersedia maka
ikan itu akan mati. Suhu ini disebut suhu yang mematikan (lethaltemperature)
(Sastrawijaya, 1991).
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa TDS pada jarak 100 m yaitu 728
mg/L, jarak 200 m ada 1800 mg/L dan jarak 300 m yaitu 467 mg/L. Ini berarti pada
jarak 200 m hasilnya melebihi baku mutu air yang ditetapkan, karena dari hasil
dilapangan air tambak tersebut sangat keruh dan berdekatan dengan saluran
pembuangan air sedangkan pada jarak 100 dan 300 meter lebih jauh dari saluran
pembuangan air. Baku mutu air kelas II hasil TDS yaitu 1000 mg/L. TDS biasanya
terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka
Rupa air dalam sungai, kolam atau danau tidak tetap. Sehabis hujan
kecoklatan, karena banyak partikel tersuspensi yang terbawa masuk. Pada musim
tumbuh. Perubahan rupa air disebabkan bahan tersuspensi dan terlarut. Padatan
Menurut Darmono (2001), bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir,
lumpur, dan bahan kimia anorganik dan organik menjadi bentuk bahan tersuspensi di
Kualitas kimia yang diteliti meliputi pH, minyak dan lemak, Nitrat, DO
(Oksigen terlarut), Seng (Zn), Sulfida (H2S), Detergen, Tembaga (Cu) dan Ammonia.
1. pH (Derajat Keasaman)
Hasil penelitian pH pada air tambak dari jarak 100 yaitu 8,4, jarak 200 m ada 7,9
dan jarak 300 m yaitu 7,8, sedangkan kondisi di TPA kualitas pH yaitu 8,6. Ini berarti
kandungan pH dalam air tambak dan di TPA masih sesuai dengan baku mutu air yang
ditetapkan yaitu 6-9. Air yang mempunyai pH antara 6,7 sampai 8,6 mendukung
populasi ikan dalam kolam. Dalam jangkauan pH itu pertumbuhan dan pembiakkan
air tidak terganggu, karena ada juga ikan yang mampu hidup antara pH 5 sampai 9.
Hasil penelitian kandungan minyak dan lemak dalam air tambak didapat pada
jarak 100 m yaitu 1,3878 mg/L, pada jarak 200 m ada 1,5432 mg/L dan jarak 300 m
yaitu 3,85560 mg/L, sedangkan jika dibandingkan di TPA kualitas minyak dan lemak
0,9398 mg/L ini menunjukkan bahwa hasil minyak dan lemak pada air tambak tidak
sesuai dengan baku mutu air yang ditetapkan yaitu 1 mg/L. Minyak tidak dapat larut
dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air. Bahan buangan sampah
yang mengandung minyak/lemak yang dibuang apabila terkena air hujan akan
mengalir ke kolam dan akan mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan
penguapan dan luasan permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan
menyusut.
dalam air. Hal ini disebabkan oleh : 1). Lapisan minyak dan lemak pada permukaan
air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen
yang terlarut di dalam air menjadi berkurang, 2). Adanya lapisan minyak dan lemak
pada permukaan air juga akan meghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air
3. Nitrat (NO2)
Hasil penelitian dari laboratorium bahwa kandungan Nitrat pada air tambak
dari jarak 100 ada 4,5 mg/L, jarak 200 m yaitu 5,9 mg/L dan jarak 300 sebesar 12,1
mg/L, sedangkan jika dibandingkan dengan kandungan Nitrat pada air lindi yaitu 77
mg/L. Jadi dari hasil tersebut pada jarak 300 m dan di TPA ternyata melampaui dari
baku mutu air yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 10 mg/L. Nitrat dalam tanah dan
air terbanyak dibuat oleh mikroorganisme dengan cara biologis. Nitrat dapat juga
berasal dari dekomposisi bakteri terhadap organik yang berasal dari vegetasi atau
hewan (pupuk yang mengandung senyawa N, buangan rumah tangga dan industri).
Sampah yang mengandung nitrat, bila hujan lebat air akan membawa nitrat
dari tanah masuk menuju ke dalam aliran sungai, tambak, dan danau. Hal ini akan
merangsang tumbuhnya algae dan tanaman air lainnya. Kelimpahan unsur nitrisi
nitrat dalam air disebut Euthrophication. Pengaruh negatif dari eutrofikasi adalah
sehingga beberapa spesies ikan akan musnah dan tanaman air akan dapat
4. DO (Oksigen Terlarut)
Hasil penelitian di dapat bahwa kandungan oksigen terlarut pada air tambak
dengan jarak 100 yaitu 5,28 mg/L, jarak 200 m sebesar 2,52 mg/L dan jarak 300 m
2,84 mg/L, hal ini menujukkan pada jarak 100 m kandungan DO pada air tambak
sudah melampaui baku mutu air yang ditetapkan yaitu sebesar 4 mg/L Tingginya
kadar DO pada kolam III yang ada pada jarak 100 m sangat perlu bagi kehidupan
ikan karena oksigen adalah gas yang berwarna, tak berbau, tak berasa, dan hanya
sedikit larut dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya makhluk yang hidup di air,
baik tanaman maupun hewan, bergantung kepada oksigen terlarut ini (Sastrawijaya,
1991).
Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organik
yang terbuang dalam air tambak. Limbah organik akan mengalami degradasi dan
dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga lama
dari baku mutu air yang ditetapkan, kurangnya oksigen terlarut menyebabkan
organisme anaerob mungkin akan mati dan mungkin organisme anaerob akan
menguraikan bahan organik dan menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen
Hasil di dapat bahwa kadar seng dalam air tambak menunjukkan pada jarak
100 m sebesar 0,015 mg/L, pada jarak 200 m yaitu 0,013 mg/L dan jarak 300 m yaitu
0,002 mg/L, hal ini berarti sudah sesuai dengan baku mutu air yang ditetapkan oleh
PP No 82 tahun 2001 yaitu 0,05 mg/L. Seng adalah unsur yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah kecil yang ditemukan dalam semua makanan dan air yang dapat
diminum, dalam bentuk garam-garam atau senyawa organik yang komplek (Depkes
RI, 1996).
6. Sulfida (H2S)
Hasil penelitian di dapat bahwa kadar Sulfida dalam air tambak menunjukkan
bahwa dari jarak 100 m sebesar 0,36 mg/L, jarak 200 m yaitu 0,29 mg/L dan jarak
300 m sebesar 0,72 mg/L, jadi dari ke tiga jarak tersebut semuanya melampaui baku
mutu air yang ditetapkan oleh PP No.82 tahun 2001 yaitu 0,002 mg/L. Senyawa
sulfida menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif dan iritan. Keracunan biasanya
jarang terjadi, karena zat ini berbau busuk. Bila orang sempat menjauh, maka ia tidak
akan keracunan, tetapi apabila sulfida ini berbentuk gas yang menjalar cepat,
sehingga orang tidak sempat melarikan diri maka orang dapat menderita keracunan
7. Detergen
menunjukkan bahwa pada jarak 100 m sebesar 0,259 mg/L, pada jarak 200 m ada
0,231 mg/L dan jarak 300 m sebesar 0,281 mg/L, jadi dari ketiga jarak tersebut
0,2 mg/L.
Deterjen merupakan bahan sintesis dan terbagi dalam dua kelompok, deterjen
anionik dan kationik. Sumber detergen yang mencemari air tambak berasal dari
rumah penduduk, yang berupa air bekas cucian pakaian atau alat rumah tangga.
Untuk deterjen rumah tangga digunakan kelompok yang pertama. Telah dikenal dua
macam deterjen anionik, yakni alkil sulfonat linear dan alkil benziana sulfonat.
Golongan pertama adalah deterjen lunak dan dapat mengalami biodegradasi dan
golongan kedua ialah deterjen keras yang sifatnya melawan aksi bakteri.
Adapun pencemaran aliran sungai disebabkan oleh detergen yang berasal dari
detergen. Dampak dari deterjen ini berbahaya bagi ikan walaupun konsentrasi yang
kecil. Misalnya natrium dodesil benzena sulfonat dapat merusak insang ikan. Biarpun
hanya 5 ppm. Kotoran kita yang belum diolah dapat mengandung sampai 10 ppm
deterjen. Juga tanaman air dapat terganggu pertumbuhannya jika kadar deterjen
tinggi. Kemampuan fotositesis dapat terhenti. Ikan masih dapat bertahan selama
sebulan jika detergen mencapai 3 ppm. Tetapi bagi organisme yang menjadi makanan
ikan hal ini sudah berbahaya. Detergen juga mempermudah absorpsi racun melalui
8. Tembaga (Cu)
Hasil penelitian di dapat kadar tembaga (Cu) dalam tambak ikan pada jarak
100 m sebesar 0,847 mg/L, jarak 200 m ada 0,446 mg/L dan jarak 300 m yaitu 0,202
0,02 mg/L. Kadar tembaga merupakan unsur yang diperlukan dan pajanan melalui
Pengaruh kadar pada ikan di tambak karena Cu merupakan logam yang pada
dasarnya bersifat elektrostatistik dan pada larutan garam berbentuk ion hidrofilik,
juga merupakan komponen kovalen dan jarang berbentuk ion bebas. Logam jenis ini
apabila masuk kedalam sel hewan biasanya selalu proposional dengan tingkat
konsentrasi logam dalam air sekitarnya, sehingga logam dapat terikat dengan adanya
ketersediannya logam dalam sel.. Masuknya logam tersebut (Cu) ke dalam sel malalui
lapisan lipida dari dinding sel dengan fenomensa endositosis, sistem pemompaan dan
sistim kelas organik. Diduga logam tersebut merupakan logam berat, sangat mudah
dan cepat melakukan penetrasi dalam tubuh organisme air. Toksisitas logam tersebut
terhadap organisme air sudah tidak diragukan lagi, sehingga kerusakan yang
ditimbulkan terhadap jaringan organisme akuatik terjadi pada organ yang peka seperti
insang dan usus, kemudian jaringan bagian dalam seperti hati dan ginjal tempat
9. Ammonia (NH3)
Hasil penelitian di dapat kadar Ammonia pada jarak 100 m sebesar 11,5
mg/L, sedangkan jarak 200 m ada 4,68 mg/L dan jarak 300 m ada 3,85 mg/L.
tanaman atau hewan, atau dalam kotorannya. Jadi jika ada amoniak dalam air ada
kemungknan kotoran hewan masuk, juga dapat terbentuk jika urea dan asam urik
dalam urine mengurai. Nitrat dapat terbentuk karena tiga proses, yakni badai listrik,
1991)
6.1. Kesimpulan
terbuka).
2. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 100 m yang berada pada
kolam III yang menunjukkan tidak memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan,
dari 11 parameter yang diteliti terdapat 6 (enam) parameter yang telah melewati
baku mutu air yang diperbolehkan. Adapun parameter tersebut adalah minyak dan
lemak, okasigen terlarut (DO), Sulfida (H2S), detergen, Tembaga (Cu) dan
Ammonia (NH3).
3. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 200 m yang berada pada
kolam II yang tidak memenuhi syarat, dari 11 (sebelas) parameter yang diteliti
terdapat 5 (lima) parameter yang telah melewati baku mutu. Parameter tersebut
adalah TDS, minyak dan lemak, Sulfida (H2S), detergen, Tembaga (Cu).
4. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 300 m yang berada pada
kolam I tidak memenuhi syarat. Dari 11 (sebelas) parameter yang diteliti terdapat
5 (lima) parameter yang telah melewati baku mutu air golongan C. Parameter
(Cu).
5. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 100 m, 200 m, dan 300 m
yang dibandingkan dengan baku mutu PP No. 20 tahun 1989, terdapat 7 (tujuh)
parameter yang sudah melampaui baku mutu tersebut yaitu : TDS, Minyak dan
6.2. Saran
pengolahan sampah yang ada dengan metode dan teknik pengolahan sampah
negatif terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga pengaruh air lindi tidak
2. Kepada mayarakat yang berada disekitar TPA dan pengelola tambak agar selalu
sanitary landfiill yaitu sampah yang dibuang dikelilingi dan ditutup dengan
Connel,D.W; and Miller G.J, 1983. Chemistry and Exotoxicology of Pollution, Wiley
Interscience Publicationm, Brisbane Australia.
Daniel, T.S, Hasan, P dan Vonny, S. 1985. Teknologi Pemanfaatan Sampah Kota dan
Peran Pemulung Sampah : Suara Pendekatan Konseptual. PPLH-ITB,
Bandung.
Sugiarto, 1987. Dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia Press, Jakarta.