2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11260
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
MODEL PENGELOLAAN RISIKO DAMPAK PENCEMARAN LOGAM
BERAT (Pb dan Cd) BERBASIS STUDI ANALISA RISIKO KESEHATAN
LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT YANG TERPAPAR DI
KAWASAN PESISIR BELAWAN
DISERTASI
Oleh :
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Pemimpin Sidang :
Judul Disertasi
Dengan ini penulis menyatakan bahwa disertasi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya
penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian
disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-
bagian tertentu, penulis bersia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Penulis,
ii
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga disertasi“ Model Pengelolaan Risiko
Dampak Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) Berbasis Studi ARKL Pada
Masyarakat Yang Terpapar Di Kawasan Pesisir Belawan” dapat selesai ditulis.
Selama melakukan penelitian dan penulisan disertasi ini, penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum, Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Miswar Budi Mulya, S.Si., M.Si selaku ketua Program Studi
Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang memberikan kesempatan kepada penulis
mengikuti pendidikan pada program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan.
4. Bapak Prof. Dr. Setiaty Pandia selaku Ketua promotor yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan penulisan disertasi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Herman Mawengkang, M.Sc selaku Co-promotor yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan disertasi ini.
6. Bapak Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Co-promotor yang telah
mengoreksi, membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan
disertasi ini.
7. Bapak Prof Dr. Erman Munir,M.Sc selaku anggota komisi penguji yang telah
memberikan perbaikan dan saran yang sangat konstruktif sehingga isi
disertasi ini menjadi lebih baik.
8. Bapak Dr. Delvian, SP., MP., selaku anggota komisi penguji yang telah
memberikan perbaikan dan saran guna penyempurnaan penulisan disertasi ini.
9. Ibu Dr. Onny Setiani, PhD selaku anggota komisi penguji dari luar Program
Studi PSL yang telah mengoreksi dan saran baik dari sisi penulisan maupun
dari sisi materi disertasi sehingga isi disertasi lebih baik.
10. Bapak Drs. Asman Karo-Karo, MM. selaku Ketua Yayasan STIKes Sumatera
Utara yang menyetujui dan Segenap Wakil Ketua STIKES Sumatera Utara
dan memberikan ijin tugas belajar untuk studi lanjut.
11. Bapak Prof. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes selaku Ketua STIKes SUMUT
yang memberikan dukungan dan ijin dalam melanjutkan studi ini.
12. Ayahanda Mahmud Sembiring (alm) dan Ibunda Bunga S. br Barus (almh)
yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang
dan selalu mendoakan penulis di setiap waktu, Ibu mertua Maimunah.br
Sembiring (alm) dan Bapak Mertua Ng. Sinulingga yang membimbing
penulis dalam mendidik anak anak.
iii
Penulis menyadari disertasi ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan arahan, koreksi,
masukan atau kritikan untuk memperbaiki disertasi ini dimasa mendatang. Namun
demikian ditengah kekurangan disertasi ini, harapan penulis semoga disertasi ini
bermanfaat bagi seluruh pembaca. Akhir kata kiranya Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa memberkati kita semua. Amin.
iv
Penulis bernama Sri Malem Indirawati, lahir di Medan Sumatera Utara pada
tanggal 7 Agustus 1971 dari Ayah bernama Mahmud Sembiring ( Alm) dan Ibu
bernama Bunga Siang br Barus (Almh), sebagai anak ke lima dari lima bersaudara.
Menikah pada tahun 1999 dengan Sumarlin Sinulingga dan dikaruniai dua putra yaitu
Salman Raihan Sinulingga dan Adam Helmi Sinulingga.
Penulis menempuh pendidikan Dasar di SD INPRES No.101832 Pancurbatu,
lulus tahun 1984, melanjutkan ke SMPN I Pancur batu lulus tahun 1987. Pendidikan
SMA diselesaikan tahun 1990 di SMAN I Pancur batu dan pada tahun tersebut
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi Diploma III (D3) di Universitas Sebelas
Maret Surakarta di Fakultas Kedokteran Program Studi D3 Hyperkes dan Keselamatan
Kerja lulus tahun 1993. Selang waktu 1994 – 1996 penulis bekerja dan sambil bekerja
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan S1 program ekstension di Fakultas
Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia pada tahun 1996 dan lulus tahun
1998. Pada Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang strata-2 di Program
Studi Megister Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan , Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara dan Lulus Tahun 2010. Pada tahun 2011 melanjutkan
pendidikan Program Doktoral (S3) di Program studi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Semasa Kuliah penulis di S1, penulis telah mulai bekerja dan hingga saat ini
dengan beberapa pengalaman kerja sebagai berikut :
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
vi
vii
Tabel 2.1 Nilai default faktor – faktor pemajanan untuk menghitung asupan
berbagai jalur pajanan ...................................................................... 28
Tabel 2.2 Hasil –hasil Penelitian Terdahulu ..................................................... 32
Tabel 3.1 Memilih Jumlah Sampel Berdasarkan teknik Estimasi ...................... 37
Tabel 3.2 Klasifikasi Variabel Bentukan dan variabel Terukur ......................... 42
Tabel 3.4 Confirmatory Factor Analysis Variabel Risiko Pencemaran Logam
Berat .................................................................................................. 46
Tabel 3.5 Persamaan Struktural Penelitian ...................................................... 50
Tabel 3.6 Indeks Goodness of Fit Model ......................................................... 56
Tabel 5.1 Hasil ARKL dan Besaran Risiko Paparan logam Pb ......................... 69
Tabel 5.2 Hasil analisis Kedalaman dan Konsentrasi Pb .................................. 72
Tabel 5.3 Hasil analisis jarak sumur dan konsentrasi Pb................................... 74
Tabel 5.4 Hasil analisis Kedalaman sumur dan pisiko Kesehatan
Logam Pb (RQ Pb)............................................................................. 75
Tabel 5.5 Analisis Jarak Sumur dan Risiko Kesehatab Pb (RQ Pb) .................. 76
Tabel 5.6 Hasil Studi ARKL dan Besaran Risiko (RQ) Paparan Logam Cd ..... 77
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jarak sumur dari
tepi laut dan kedalaman sumur di kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan tahun 2016 ............................................................... 80
Tabel 5.9 Hasil Analisis jarak sumur dan konsentrasi Cd ................................. 84
Tabel 5.10 Hasil analisis kedalaman dan risiko kesehatan logam Cd ................ 85
Tabel 5.11 Hasil Analisis Jarak sumur dan Risiko Kesehatan Cd (RQ Cd) ....... 87
Tabel 5.12 Rekapitulasi Keluhan Penyakit Responden .................................... 88
Tabel 5.13 Hasil Uji Validitas Risiko Pencemaran Logam Berat (X) .............. 91
Tabel 5.14 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel X ..................... 92
viii
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.15 Hasil Uji Validitas Subjek (Masyarakat) (Y2) ................................ 93
Tabel 5.16 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel Y2 ................... 93
Tabel 5.17 Hasil Uji Validitas Objek (Sumur Bor) Y1 ..................................... 94
Tabel 5.18 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel Y1.................... 95
Tabel 5.19 Hasil Uji Validitas Risiko Pencemaran Logam Berat (X) ............... 96
Tabel 5.20 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel X ..................... 96
Tabel 5.21 Hasil Uji Validitas Variabel Subjek (MAsyarakat) (Y2) ................ 97
Tabel 5.22 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel Y2.................... 98
Tabel 5.23 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel Y1.................... 99
Tabel 5.24 Uji Reliabilitas pada Variabel Risiko Pencemaran
Logam Berat (X) ........................................................................ 100
Tabel 5.25 Uji Reliabilitas Pada Variabel Laten Subjek (Masyarakat) (Y2) ... 101
Tabel 5.26 Uji Reliabilitas Pada Variabel Laten Objek (Sumur Bor) (Y1)...... 101
Tabel 5.27 Uji Reliabilitas Pada Variabel Risiko Pencemaran
Logam Berat (X) .............................................................................. 102
Tabel 5.28 Uji Reliabilitas Pada Variabel Laten Subjek (MAsyarakat) (Y2) .. 103
Tabel 5.29 Uji Reliabilitas Pada Variabel Laten Objek (Sumur Bor) (Y1)...... 103
Tabel 5.30 Indeks kesesuaian SEM Tahap Awal (Pb) .................................... 104
Tabel 5.31 Indeks Kesesuaian SEM Setelah Modifikasi Model ..................... 105
Tabel 5.32 Inddeks Kesesuaian SEM Tahap Awal (Cd) ................................. 106
Tabel 5.33 Indeks Kesesuaian SEM Setelah Modifikasi Model ..................... 107
Tabel 5.34 Hasil Pengujian Risiko pencemaran logam berat terhadap Kesehatan
Lingkungan (Z) ................................................................................ 108
Tabel 5.35 Uji Signifikansi Pb dan Cd ........................................................... 112
Tabel 5.36 Pengaruh Langsung Antara Variabel Penelitian ........................... 113
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
NO . JUDUL HALAMAN
Gambar 2.1 Kontribusi logam berat timah hitam (Pb), Merkuri (Hg)
dan kadmium (Cd), Arsenic (As), dan Cromium (Cr) pada
INTAKE manusia ....................................................................... 15
Gambar 2.2 Perjalanan timbal yang berasal dari lingkungan sampai masuk ke
dalam tubuh manusia .................................................................. 16
Gamabra 2.3 Bagan Pengaruh bebrapa jenis bahan pencemar terhadap
Lingkungan Perairan dan Kesehatan ............................................ 20
Gambar 2.4 Paradigma risk analysis dari UNC (1983) (dalam Louvar, 1998) .. 24
Gambar 2.5 Ruang lingkup risk analysis .......................................................... 25
Gambar 2.6 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................ 30
Gambar 3.1 Hubungan antara Variabel Latent dalam bentuk Struktur Model .. 40
Gambar 3.2 Confirmatory factor analysis variabel risiko pencemaran
logam berat ................................................................................. 46
Gambar 3.3 Second Order Confirmatory factor analysis lingkungan yang
berkelanjutan............................................................................... 47
Gambar 4.1 Hasil Google Map 92 Sampel Penelitian ...................................... 67
Gambar 4.2 Foto Pompa Sumur Bor Penduduk dan Pendistribusian air
ke rumah tangga lainnya di Kel. Bagan Deli Kec.
Medan Belawan ......................................................................... 68
Gambar 5.1 Peta konsentrasi Pb diatas NAB .................................................... 71
Gambar 5.2 Peta hasil analisis Spasial Konsentrasi Pb dengan
kedalaman Sumur ...................................................................... 72
Gambar 5.3 Peta Konsentrasi Pb dan Jarak dari Tepi Laut ............................... 73
Gambar 5.4 Peta analisis risiko Pb dengan Kedalaman Sumur ......................... 76
Gambar 5.5 Peta Sebaran Konsentrasi Cd ........................................................ 79
Gambar 5.6 Jarak Sumur Bor dari Tepi Laut /Sungai ....................................... 81
x
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.7 Peta Distribusi lokasi titik sampel Pb dan Cd berdasarkan
Kedalaman ................................................................................. 82
Gambar 5.8 Peta Distribusi konsentrasi Cd dengan Kedalaman Sumur Bor ..... 83
Gambar 5.9 Peta Hasil Analisis Spasial Konsentrasi Cd dan Jarak dari Tepi Laut
.................................................................................................... 85
Gambar 5.10 Peta Hasil analisis spesial besarnya risiko kesehatan (RQ Cd)
dengan Kedalaman Sumur Bor .................................................... 86
Gambar 5.11 Model Struktural dengan Sub Konstruk Variabel Endogen ...... 113
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
NO . JUDUL HALAMAN
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
xiii
xiv
PENDAHULUAN
umumnya memiliki tingkat aktivitas manusia yang sangat intensif diantaranya aktivitas
ada. Pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang berlebihan
adalah lokasi terjadinya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah industri
( Ethan et al., 2003), limbah domestik dan pertanian ( Azizullah et al., 2011).
Pencemaran wilayah pesisir terjadi akibat ulah manusia dengan prilaku yang tidak
Karakteristik wilayah pesisir pada umumnya sama dengan ciri-ciri ke arah darat
dipengaruhi oleh sifat fisik laut seperti pasang surut, angin, gelombang serta intrusi
dan ke arah laut dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat seperti sedimentasi,
aliran air tawar dari aliran DAS, buangan limbah domestik, industri dan pertanian.
dan pantai itu sendiri menjadi tidak layak untuk digunakan oleh masyarakat umum dan
pencemaran pada air laut dapat diketahui dengan adanya hasil penelitian yang
1
Universitas Sumatera Utara
2
pantai di Cina Selatan (Carman et al.,2007) dan trace metal lainnya seperti Cr, Cu, Ni,
Belawan adalah wilayah pesisir tempat bermuaranya air yang berasal dari
sejumlah sungai yang mengalir di kawasan kota Medan dan sekitarnya. Kawasan
penduduk. Belawan menjadi daerah tercemar akibat aktivitas manusia. Hal ini
didukung oleh hasil beberapa penelitian dan laporan Badan Lingkungan Hidup
pelayaran (shipping), pertanian, dan perikanan budidaya. Bahan pencemar utama yang
terkandung dalam buangan limbah tersebut berupa sedimen, unsur hara (nutriens),
logam beracun (toxic metals), pestisida, organisme pathogen, sampah dan oxygen
depleting substances (bahan-bahan yang menyebabkan oksigen yang terlarut dalam air
laut berkurang). Pencemaran pada pesisir Belawan juga sangat memprihatinkan seperti
dalam penelitian Siagian (2008) menemukan biota laut telah tercemar logam Pb, Cd
dan Cr. Penelitian Nurhayati (2009) menemukan kerang di perairan Belawan telah
tercemar Pb dan Cd. Salbiah (2009) juga menemukan kerang batu dengan kandungan
Pb di atas baku mutu yaitu 1,434 ppm dan Cd pada lokan 0.5 ppm. Analisa beberapa
parameter lingkungan yang dilakukan oleh Sitorus (2011) di perairan pesisir Timur
Sumatera Utara juga menemukan kadar Pb pada kerang telah melebihi baku mutu
yaitu 0.042 ppm (NAB 0.02 ppm), Kajian lingkungan yang dilakukan secara rutin
oleh Pelindo Belawan menemukan tiga (3) logam berat yang berbahaya dari sampel
air laut yaitu kadar Pb, Cd dan Cr yang melebihi baku mutu lingkungan ( Pelindo,
2012). Pencemaran logam berat meliputi logam Pb, Cd, Cr yang diperoleh bersumber
dari pemeriksaan air laut, biota laut maupun sedimen. Hasil studi Indirawati (2012)
berdasarkan analisa logam berat Pb dan Cd pada air laut di pesisir Belawan ditemukan
rerata kadar Pb 0.05 mg/l (NAB :0.005 mg/l) dan rerata kadar Cd 0.0042 mg/l( NAB
:0.002 mg/l), hasil studi terbaru ditemukan Pb diperairan pesisir Belawan kelurahan
Bagan Deli sejumlah 0.15 mg/l sedangkan Cd 0.0013 mg/l ( Pradifta G.dkk, 2017 ).
Logam berat di alam ini tergolong pada logam berat non esensial, yaitu logam
berat yang bersifat toksik serta keberadaannya dalam tubuh belum diketahui
manfaatnya. Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Crom (Cr), Arsen (As)
adalah logam berat non esensial (Widowati, 2008). Logam berat merupakan elemen
yang tidak dapat terurai (persisten) dan dapat terakumulasi melalui rantai makanan
(bioakumulasi), dengan efek jangka panjang yang merugikan bagi makhluk hidup dan
dapat tersebar jauh dari tempat sumber semula (Azhar et al. 2012). Logam berat
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena tidak dapat dihancurkan oleh
air dengan membentuk senyawa kompleks bersama senyawa organik dan anorganik
Keberadaan logam berat Pb, As dan Mn pada air minum menimbulkan efek
pada kesehatan khususnya pada bayi akibat dari ibu hamil yang mengkonsumsi air
minum yang telah tercemar logam berat (Rodigues et al. 2016). Penelitian tentang
risiko mengkonsumsi air minum yang tercemar di Kohistan, Pakistan Utara di ukur
risiko cemaran logam Cu, Co, Cr, Mn, Ni, Pb, Zn dan Cd pada air minum penduduk.
Pencemaran tersebut bersumber dari kegiatan geogenik yaitu proses pelapukan ,erosi
dll dan juga kegiatan antropogenik yaitu pertambangan, limbah industri, domestik dan
Kadmium dalam air laut dan sungai berasal dari pencemaran oleh limbah
domestik dan industri. Industri yang dapat menghasilkan limbah kadmium (Cd) adalah
industri tekstil, baterai, cat, industri plastik dan lain-lain. Menurut WHO (1992) dalam
perairan bagian barat Teluk Jakarta ditemukan kandungan Cd yang melebihi baku
mutu air laut (0.002 mg/l, KepMen LH No 51 tahun 2004) yaitu 0,47 mg/l (Rohyatun
& Rizak, 2007) . Kadmium (Cd) juga didapatkan pada biota air. Penelitian yang
dilakukan oleh Arifin (2011) di Teluk Kelabut kandungan kadmium pada ikan sebesar
0,47 mg/gr. Nilai ini melebihi nilai ambang baku kadar logam berat pada pangan yang
dikonsumsi.
Fenomena lain adalah logam berat juga telah di temukan pada sumber air
bersih masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir Belawan. Intrusi air laut diduga
sebagai penyebab utama dimana telah terjadi proses kenaikan muka air laut sehingga
air laut masuk ke dalam sumur penduduk (sumur dangkal maupun sumur dalam). Kota
Medan berdasarkan penelitian Zaldy ( 2008) menyatakan intrusi air laut di Belawan
sudah mencapai 13 Km dari garis pantai. Intrusi air laut diasumsikan dapat
menyebabkan pencemaran logam berat pada sumber air bersih penduduk yaitu sumur
dangkal maupun sumur dalam (bor). Masyarakat pesisir Belawan masih ada yang
bawah tanah yang memungkinkan terjadinya proses kompaksasi akibat tekanan beban
tanah atau batuan di atasnya Hal ini tercermin dipermukaan sebagai penurunan
tiba. Perhitungan terjadinya penurunan permukaan tanah ini sulit diprediksi sama
halnya dengan memprediksi datangnya gempa. Pada aquifier yang dekat dengan
mengakibatkan perubahan kesetimbangan hidrolik antara tekanan air tawar dan air
laut,yang mengakibatkan masuknya air laut ke arah darat atau yang dikenal dengan
intrusi air laut. Kejadian ini dapat menghambat terjadinya amblesan, namun demikian
kualitas air tanahnya menjadi menurun dari tahun ke tahun akibat masuknya air laut
dan merembesnya pencemaran limbah domestik dan limbah lainnya yang lebih jauh
Hasil penelitian Purba (2009) pada air sumur bor masyarakat yang berdomisili
di kecamatan Medan Belawan, bahwa telah terjadi pencemaran logam berat Pb, Cd, Cu
dan Hg. Faktor jarak sumur dari garis pantai dan kedalaman sumur berpengaruh nyata
terhadap kandungan logam berat pada sumur bor. Pencemaran logam berat di pesisir
bor sebagai sumber air minum, instalasi PDAM belum seluruhnya dapat menjangkau
kecamatan tersebut. Sementara itu hasil temuan BLH Propinsi Sumatera Utara ,
masyarakat pengguna jasa PDAM di Belawan sudah terintrusi air laut (BLH Sumut,
2012). Survey awal telah dilakukan pengambilan sampel pada sumur penduduk untuk
melihat kontaminasi logam berat, ternyata kandungan Pb dan Cd pada sampel sumur
penduduk berada di atas baku mutu lingkungan. Kondisi ini jika berlangsung lama dan
Berdasarkan data Puskesmas Bagan Deli (2015) dari 10 penyakit terbesar gangguan
gastro intestinal (diare) berada pada urutan ke 2, penyakit ini merupakan gejala awal
pencemaran Cd.
pengelolaan dan pemantauan risiko. Studi analisa risiko kesehatan lingkungan (ARKL)
merupakan salah satu metoda kajian efek lingkungan terhadap kesehatan. Metoda ini
sangat cocok dipakai untuk kajian dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat
pemajanan ke depan. ARKL terdiri dari empat tahap kajian, yaitu identifikasi bahaya,
ini tidak harus dilakukan secara berurutan, kecuali karakterisasi risiko sebagai tahap
berdasarkan studi chohort ( Argos et al., 2010). Studi lainnya adalah studi analisis
risiko kesehatan pada masyarakat yang terpapar arsen dalam air minum di desa Buyat
menemukan bahwa arsen menyebabkan kelainan pada kulit (keratosis) (Daud et al.,
2009). Studi lain yang menerapkan ARKL adalah studi tentang paparan Pb pada anak
yang tinggal di pesisir melalui makanan jajanan, sampel tanah dan udara, dampak
diukur melalui darah, kuku dan rambut selanjutnya hasil ARKL dan analisis spasial
Pencemaran air laut pada lingkungan pesisir Belawan juga dikhawatirkan telah
merambat ke sumur bor penduduk. Hal ini perlu diantisipasi agar tidak berefek pada
hal ini perlu dilakukan studi analisa risiko kesehatan lingkungan untuk melihat
besarnya risiko kesehatan yang akan muncul akibat pencemaran logam Pb dan Cd
pada air minum sumber sumur bor yang dikonsumsi masyarakat pesisir. Selanjutnya
berdasarkan hasil studi analisa risiko tersebut nantinya dapat digunakan sebagai dasar
Pesisir Belawan.
Pencemaran dan intrusi air laut menyebabkan air sumur penduduk telah
tercemar oleh logam berat di kawasan pesisir Belawan khususnya di Bagan Deli.
Pencemaran ini akan menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat yang bermukim
semakin banyak rongga tanah yang terbuka dan akan mempercepat laju intrusi.
Dampak lebih lanjut adalah sumur bor dapat terkontaminasi oleh pencemaran logam
berat yang ada. Berdasarkan hal tersebut maka masalah dalam penelitian ini adalah:
pencemaran logam berat (Pb, Cd) pada masyarakat yang terpapar di kawasan pesisir
Belawan
1.3.2.Tujuan Khusus
5. Membangun model pengelolaan risiko dampak pencemaran logam berat (Pb dan
1. Manfaat Ilmiah
b. Memprediksi besaran risiko dampak konsumsi air minum yang telah tercemar
2. Manfaat Praktis
a. Hasil analisa ini sebagai bahan model untuk mengatur lokasi sumur bor dengan
b. Bahan masukan bagi masyarakat yang berada dilokasi penelitian bahwa risiko
konsumsi air minum yang telah terpapar logam Pb dan Cd berbahaya bagi
kesehatan mereka.
Sumur adalah sumber air bersih masyarakat yang terdiri dari sumur dangkal dan
sumur dalam. Pencemaran air sumur bisa terjadi berdasarkan lokasi dimana sumur
tersebut berada, sumur yang berlokasi dekat dengan sumber pencemaran seperti sumber
limbah domestik, limbah industri dan intrusi air laut. Pencemaran logam berat di
badan air tanpa diolah seperti limbah industri dengan bahan baku logam berat yang
akhirnyamelalui badan air dapat mencemari sumur masyarakat.Sumber air bersih yang
dikonsumsi penduduk dapat berasal dari berbagai sumber seperti sumur bor, sumur gali,
air perpipaan (PDAM), air sungai dll. Meresapnya air yang telah tercemar ke dalam
permukaan tanah dapat mencemari air sumur dilokasi sekitarnya dan jika air tersebut
dikonsumsi oleh masyarakat anak-anak, ibu hamil dan orang dewasa maka akan
mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan fisik dari anak tersebut ( Mukono, 2009).
Wilayah pesisir tergolong daerah yang sulit air bersih, wilayah pesisir adalah
daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di
darat dan di laut (UU No 7 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan wilayah pesisir dan Pulau-
pulau kecil). Pengaruh perubahan di darat dan di laut tersebut mempengaruhi fenomena
peningkatan salinitas yang mengancam ketersediaan sumber daya air khususnya air
bersih, ditambah lagi beban pencemaran air laut dengan proses intrusi dapat mencemari
10
Universitas Sumatera Utara
11
pengambilan air langsung dari dalam tanah seperti sumur bor, permukaan air tanah dan
PDAM. Jika laju pengambilan air tanah pada aquifer melebihi laju pengisiannya maka
akan terjadi penurunan volume air tanah dan penambahan volume udara yang besarnya
setara dengan volume air yang dikeluarkan dari aquifer. Kondisi ini memungkinkan
terjadinya penurunan muka air tanah (land subsidence). Pengambilan air tanah akan
mengubah aliran air tanah. Bersamaan dengan keluarnya air dari aquifer ,tekanan
hidrostatik air tanah mengalami penurunan sehingga aliran air tanah dari arah laut akan
mengisi daerah yang disedot airnya tersebut. Berdasarkan hal ini maka pengambilan air
tanah di daerah pesisir secara berlebihan dapat mengakibatkan terjadinya intrusi air laut,
dan akhirnya menyebabkan air tanah menjadi asin dan tidak dapat digunakan lagi
sebagai sumber air bersih (Effendi, 2003). Fenomena intrusi air laut pada umumnya
terjadi di wilayah pesisir perkotaan akibat intensitas pengambilan air tanah cukup besar.
Air sumur di daerah pesisir dapat tercemar akibat adanya intruisi air laut di
samping itu pesisir adalah daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut. Proses
pencemaran logam berat pada air laut dapat bersumber dari udara, tanah dan air yang
terkontaminasi logam berat. Logam berat bersifat akumulatif dalam tubuh manusia.
Proses rantai makanan menyebabkan manusia dapat terpapar oleh logam berat tersebut.
Akumulasi logam berat dalam tubuh jika berlangsung lama menyebabkan perubahan
pada beberapa fungsi sel bahkan terjadi mutagen. Lebih jauh muncul penyakit akibat
kelainan gen seperti cacat, keguguran, kelainan sumsum tulang belakang dan kasus
atau konsentrasi ion hidrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan
konsentrasi bahan kimia dalam air laut, kemudian pengukuran kadar logam pada
sedimen dan komunitas biota laut. Hasil penelitian Amriani et al., (2011) di Teluk
Kendari mengukur kadar logam Pb dan Zn di air pada tiap lokasi penelitian ditemukan
telah melampaui baku mutu.Kadar tertinggi masing-masing 0,018 mg/l dan 0,793 mg/l,
sedangkan pada sedimen tertinggi masing-masing 0,823 mg/kg dan 6,919 mg/kg, dan
pada jaringan kerang menunjukan hasil bahwa kerang ukuran besar mengandung logam
Pb dan Zn lebih tinggi (kadar pada sedimen dan kerang belum melampaui baku mutu).
Akumulasi logam berat dalam tubuh hewan air dipengaruhi banyak faktor, antara
lain: 1) konsentrasi logam berat dalam air, 2) konsentrasi logam berat dalam sedimen, 3)
pH air dan pH sedimen dasar perairan, 4) tingkat pencemaran air dalam bentuk COD
(chemical oxygen demand), 5) kandungan sulfur dalam air dan sedimen, 6) jenis hewan
air, 7) umur dan bobot tubuh, dan 8) fase hidup (telur, larva) bila konsentrasi logam
berat tinggi dalam air, ada kecenderungan konsentrasi logam berat tersebut tinggi dalam
sedimen, dan akumulasi logam berat dalam tubuh hewan demersal semakin tinggi
(Manahan, 2002).
ekosistem laut baik sedimen dan biotanya. Pencemaran laut ini menimbulkan efek bagi
daratan misalnya penggunaan air bawah tanah dan air permukaan sebagai sumber air
bersih masyarakat.
keberadaannya di kerak bumi, batuan, tanah dan air. Namun, Pb juga bisa berasal dari
aktivitas manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan
sebagai zat anti letup pada bahan bakar, zat penyusun patri atau solder, sebagai
minum dengan Pb. Menurut WHO, korosi internalpipa dapat menambah logam berat
Efek toksik Pb pada manusia bersumber dari kontaminasi pada makanan dan
minuman , melalui inhalasi dari udara, debu tercemar Pb, dan kontak lewat kulit .
Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh, Pb dalam tubuh manusia dapat menghambat
aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan Hb. Toksisitas Pb bersifat kronis dan
aborsi spontan pada wanita, daya ingat menurun, gangguan fungsi syaraf dan gangguan
Penelitian kadar logam berat pada air minum di Malaysia ditemukan kadar Pb
dan Al berada di atas baku mutu MMOH dan WHO, diidentifikasi sebagai sumber
pencemar adalah limbah industri, sampah perkotaan dan perpipaan yang berkarat
MANUSIA
Gambar 2.2 Perjalanan timbal yang berasal dari lingkungan sampai masuk ke
dalam tubuh manusia (National Health and Medical Research Councils, 2009)
Berdasarkan sifat-sifat fisiknya, kadmium (Cd) merupakan logam yang lunak, berwarna
putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam udara
yang basah atau lembab serta cepat akan mengalami kerusakan bila dikenai uap
amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Berdasarkan pada sifat kimianya, logam
bilangan valensi 2, sangat sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1 . Bila dimasukkan
ke dalam larutan yang mengandung ion OH, ion-ion Cd2+ akan mengalami proses
pengendapan. Endapan yang terbentuk dari ion-ion Cd2+ dalam larutan OH biasanya
pekerjaan industri, seperti dalam proses electroplating. Kadmium juga ditemukan dalam
industri cat. Umumnya Kadmium terdapat dalam kombinasi dengan elemen lain seperti
Sulfide). Kebanyakan Kadmium (Cd) merupakan produk samping dari pengecoran seng,
timah atau tembaga Kadmium yang banyak digunakan berbagai industri, terutama
Kadmium yang ada di air berasal dari berbagai proses yaitu kadmium masuk
kedalam perairan karena adanya proses erosi tanah, pelapukan batuan induk dan lebih
banyak masuk kedalam air karena kegiatan manusia seperti limbahindustri dibuang
Cd dapat masuk kedalam organisme yang hidup di air melalui oral, inhalasi atau dermal.
Cd yang masuk kedalam tubuh organisme seperti ikan, akan terakumulasi pada ginjal
dan hati karena kedua organ tersebut sangat spesifik untuk melawan racun yang masuk
Kadmium adalah logam yang sangat toksik dan dapat terakumulasi cukup besar
pernapasan serta pencernaan. Jika teradsorpsi ke dalam sistem pencernaan dan sistem
diangkut dan menyebar ke hati dan ginjal bahkan sejumlah kecil dapat sampai ke
pankreas, usus, dan tulang. Selain itu, kadmium juga akan mengganggu aktivitas enzim
dan sel. Hal ini akan menimbulkan terratogenik, mutagenik, dan karsinogenik
Kadmium masuk kedalam tubuh bisa melalui berbagai cara yaitu dari pernafasan
(dari asap rokok dan kendaraan), bisa melalui oral (makanan), dan bisa melalui suntikan
ke daerah kulit. Jumlah Cd yang dapat diterima oleh tubuh manusia adalah sebanyak
400-500 mikrogram setiap kilogram berat badan setiap hari. Batasan toleransi Cd dalam
ginjal pada manusia adalah 200 ppm, bila batas tersebut terlewati akan timbul efek-efek
tertentu. Keracunan Cd pada hewan akan membuat Cd tertimbun didalam hati dan
korteks ginjal. keracunan akut akan ditemukan penimbunan logam Cd di dalam hati.
dalam ginjal, hati, dan paru-paru, juga ditimbun di dalam pankreas, jantung, limpa, alat
kelamin dan jaringan adiposa. Kadmium yang masuk ke dalam tubuh biasanya akan
tertimbun di dalam organ target yang paling banyak menyerap Cd yaitu hati dan ginjal
(Satarug et al.,2010).
interaksi antara kadmium (Cd) dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan
terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh (Satarug et al, 2010). Efek keracunan
kadmium (Cd) juga dapat mengakibatkan kerapuhan pada tulang. Gejala rasa sakit pada
tulang sehingga menyulitkan untuk berjalan. Terjadi pada pekerja yang bekerja pada
(Ming, 2005)
Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap
lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara skematik pada
gambar 2.3 di bawah ini :
undang N0.32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 18 undang-
undang ini menyatakan bahwa izin melakukan usaha atau kegiatan yang menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup hanya diberikan apabila usaha
atau kegiatan itu memiliki dokumen AMDAL, dalam hal ini pemerintah menerbitkan PP
Permen LH N0.8 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Bab II lampiran
IV peraturan ini menyebutkan bahwa kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek
lingkungan hidup yang harus dipantau dan dicantumkan dalam Rencana Pemantauan
Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam AMDAL secara khusus diatur dalam
Kesehatan Lingkungan (ADKL), berisikan panduan kajian yang harus dilaksanakan bagi
suatu kegiatan atau usaha mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. ADKL
hukum yang kuat dan jelas, selanjutnya PHA ini berguna untuk kajian dampak
Analisis risiko adalah suatu cara menghitung atau memperkirakan risiko pada
ketidakpastian yang menyertainya, setelah terpajan oleh agent tertentu. Risiko sendiri
didefenisikan sebagai probabilitas suatu efek yang merugikan pada suatu organisme,
sistem atau (sub) populasi yang disebabkan oleh pemajanan suatu agent dalam keadaan
dan regulator, industri dan warganegara yang peduli lainnya) dalam memecahkan
masalah-masalah lingkungan dan kesehatan (Louvar and Louvar, 1998), selain itu
ARKL juga bertujuan untuk menghitung atau menaksir risiko yang telah, sedang dan
akan terjadi dan ARKL menawarkan pengelolaan risiko secara kuantitatif seperti
Analisa risiko digunakan untuk menilai dan menaksir risiko kesehatan manusia
yang disebabkan oleh pajanan bahaya lingkungan. Bahaya adalah sifat yang melekat
pada suatu risk agent atau situasi yang memiliki potensi menimbulkan efek merugikan
jika suatu organisme, sistem atau (sub) populasi terpajan oleh risk agent tersebut.
Bahaya lingkungan terdiri dari dari tiga risk agent yaitu chemical agents (bahan-bahan
kimia), physical agents (bahan fisika), dan biological agent (makhluk hidup atau
organisma). Analisis risiko biasa dilakukan untuk pemajanan bahaya lingkungan yang
telah lampau (post exposure), dengan efek merugikan baik yang sudah terjadi ataupun
belum terjadi, biasanya juga dilakukan sebagai suatu prediksi risiko untuk pemajanan
ARKL meja dilakukan untuk menghitung estimasi risiko dengan segera tanpa
harus mengumpulkan data dan informasi baru dari lapangan. Kajian ini biasanya
social, atau dalam situasi kecelakaan dan bencana. ARKL lengkap biasanya
berlangsung dalam suasana yang normal, tidak ada tuntutan mendesak namum perlu
of Risk from Exposure to Chemicals yang lebih dikenal dengan IPCS Harmonization
1992 di Brazil sebagai tindak lanjut dari program Chapter 19 Agenda 21. Misi akhir
dari proyek harmonisasi ini adalah memastikan agar analisis risiko bahan kimia dan
dikemukan oleh US National Academic of Science tahun 1983 untuk menilai risiko
kanker oleh bahan kimia dalam makanan. Berdasarkan paradigma ini, risk assessment
terbagi dalam tiga langkah utama yaitu kajian (research), analisis risiko (risk
assessment) dan manajemen risiko (risk management) seperti pada gambar 2.4 di
bawah ini:
Dalam bagan di atas, analisis risiko sendiri selanjutnya dibagi dalam 4 kegiatan
tahapan studi ARKL dengan manajemen risiko dan komunikasi risiko ( Rahman,2005).
Saat ini analisis risiko digunakan untuk menilai dan menaksir risiko kesehatan
manusia yang disebabkan oleh pajanan bahaya lingkungan. Bahaya adalah sifat yang
melekat pada suatu risk agent atau situasi yang memiliki potensi menimbulkan efek
merugikan jika suatu organism, system atau sub populasi terpajan oleh risk agent (IPCS,
2004).
2.3.1.Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya, atau hazard identification adalah tahap awal Analisis Risiko
dilakukan adalah dengan mengamati gejala dan penyakit yang berhubungan dengan
toksisitas risk agent di masyarakat yang telah terkumpul dari studi-studi sebelumnya,
baik di wilayah kajian atau di tempat lain. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan
ARKL biasanya dilakukan jika ada peristiwa yang menjadi perhatian umum, bisa
juga karena ada kebutuhan tertentu meskipun belum ada peristiwa yang menjadi
perhatian umum. Kasus-kasus yang dapat dijadikan sebagai dasar studi ARKL biasanya
berdasarkan dua masalah utama yakni adanya indikasi pencemaran atau indikasi
gangguan kesehatan. Data insiden dan prevalensi penyakit berbasis lingkungan, angka
morbiditas dan mortalitas, hasil monitoring kualitas lingkungan biasanya dijadikan dasar
untuk mengenal jalur-jalur pajanan risk agent agar jumlah asupan yang diterima
individu dalam populasi berisiko bisa dihitung. Pemajanan adalah proses yang
bahaya dan risiko. Pemajanan dapat terjadi karena risk agent terhirup dalam udara,
tertelan bersama air atau makanan, terserap melalui kulit atau kontak langsung misalnya
Risk agent bisa berada di dalam tanah, di udara, air atau pangan seperti ikan,
daging, telur, sayuran dan buah-buahan. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk
× × ×
I= (1)
×
Keterangan :
dan absorbsi) dan media ( air, udara, tanah, makanan, dan minuman). Dalam
dominan.
nilai-nilai kuantitatif toksisitas risk agent untuk setiap bentuk spesi kimianya. Toksisitas
dinyatakan sebagai dosis referensi (Reference Dose, RfD) untuk efek non karsinogenik
dan Cancer Slofe Factor (CSF) atau Cancer Unit Risk (CCR) untuk efek-efek
karsinogenik. Analisis dosis respon merupakan tahapan yang paling menentukan dalam
studi ARKL karena ARKL hanya dapat dilakukan untuk risk agent yang sudah ada
dosis-responnya (Kolluru,1996).
(Reference Dose). RfD bukan dosis yang dapat diterima (acceptable) melainkan hanya
acuan saja, jika dosis yang diterima manusia melebihi RfD maka probabilitas
yang menyatakan estimasi dosis pajanan harian yang diperkirakan tidak menimbulkan
efek merugikan kesehatan meskipun pajanan berlanjut sepanjang hayat. Dosis referensi
dibedakan untuk pajanan oral atau tertelan (ingesi untuk makanan atau minuman) yang
disebut RfD dan untuk pajanan inhalasi (udara) yang disebut Reference Concentration
Tabel dibawah ini menjelaskan nilai default faktor pemajanan untuk menghitung
jalur pajanan baik melalui air minum, inhalasi serta jalur lainnya.
penghubung antara analisis risiko dengan manajemen risiko. Asupan pada manusia
(intake) dibandingkan dengan dosis acuan (RfD). Rasio asupan dengan RfD dikenal
dengan bilangan risiko (Risk Quatiens), disingkat RQ. Dalam ARKL, RQ menyatakan
Risiko dapat diterima jika tingkat bahaya (hazard indeksnya) lebih kecil dari
satu. Risiko non karsinogen yang bersifat sistemik dihitung dengan menggabungkan
exposure assessment dan dose response assessment, dinyatakan sebagai Risk Qoutient
(2)
Keterangan :
Keterangan :
Manajemen risiko adalah upaya yang didasarkan pada informasi tentang risiko
kesehatan yang diperoleh melalui suatu analisis risiko untuk mencegah, menanggulangi
atau memulihkan efek yang merugikan kesehatan oleh pajanan zat toksik. Hasil dari
sedemikian rupa sehingga intake suaturisk agent sama dengan RfD-nya. Caranya adalah
dengan mengurangi masa pajanan atau waktu kontak atau dengan menurunkan
dalam Persamaan (1) sedemikian rupa sehingga asupan lebih kecil atau sama dengan
dosis referensi toksisitasnya. Pada dasarnya hanya ada dua cara untuk menyamakan Ink
dengan RfD atau RfC atau mengubah Ink sedemikian rupa sehingga ECR tidak melebihi
E-4, yaitu menurunkan konsentrasi risk agent atau mengurangi waktu kontak. Ini berarti
hanya variabel-variabel Persamaan (1) tertentu saja yang bisa diubah-ubah nilainya.
Berikut penjelasan cara-cara manajemen risiko secara lengkap (Basri, 2010) yaitu :
1) Menurunkan konsentrasi risk agent apabila pola dan waktu konsumsi tidak dapat di
ubah. Cara ini menggunakan prinsip RfD= Ink, dan persamaan yang digunakan adalah :
× ×
C= (3)
×
2) Mengurangi pola (laju) asupan apabila konsentrasi risk agent dan waktu konsumsi
tidak dapat diubah. Persamaan yang digunakan dalam manajemen risiko cara ini adalah :
R = L/hari (4)
3) Mengurangi waktu kontak apabila konsentrasi risk agent dan pola konsumsi tidak
dapat di ubah. Cara ini sering juga digunakan dalam strategi studi Epidemiologi
Dt = Tahun (5)
Intrusi air laut adalah suatu peristiwa penyusupan air laut ke dalam aquifer di
mana air laut menggantikan atau tercampur dengan air tanah tawar yang ada di dalam
akuifer., Terjadi proses terdesaknya air bawah tanah tawar oleh air laut di dalam
akuifer pada daerah pantai. Apabila keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah
tawar dan air bawah tanah asin di daerah pantai terganggu, maka akan terjadi
pergerakan air bawah tanah asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut.
Terminologi intrusi pada hakekatnya digunakan hanya setelah ada aksi, yaitu
intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah tanah di daerah
pantai, karena berakibat langsung pada mutu air bawah tanah. Air bawah tanah yang
sebelumnya layak digunakan untuk air minum akibat intrusi air laut, menjadi tidak layak
lagi digunakan untuk air minum karena telah terjadi degradasi mutu. Penyusupan air
1. Penurunan muka air bawah tanah atau bidang pisometrik di daerah pantai.
3. Eksploitasi air tanah yang berlebihan dari aquifer memaksa conate water tersebut
4. Masuknya air laut ke daratan melalui sungai, kanal, saluran, rawa, atau pun cekungan
Salah satu mekanisme terjadinya intrusi air laut menurut Todd (1980) adalah
pengurangan gradient air tanah yang mengakibatkan air asin yang lebih berat menggeser
air tanah. Kondisi ini biasanya terjadi pada akifer pesisir pada saat keseimbangan
Intrusi air laut terjadi pada beberapa kota di Indonesia yang berada dipesisir
pantai seperti kota Semarang. Salah satu faktor pendukung terjadinya intusi air laut
adalah kerusakan pantai yang terjadi di Semarang yang disebabkan oleh abrasi pantai,
pelindung panatai dari erosi laut/abrasi, serta intrusi air laut (Suprayogi et al, 2006).
Intrusi air asin yang terjadi di Jakarta sebagian besar penyebabnya adalah keberadaan
conate water (air purba) yang mempengaruhi salinitas air tanah sekitarnya. Pengaruh
intrusi akibat air laut pada aquifer air tanah juga terjadi sepanjang pesisir pantai utara
(LRB) cara LRB ini mudah dilakukan pada rumah yang tidak ada halamannya sekalipun
teknik LRB ini akan membuat keseimbangan alam terjaga, sehingga dapat digunakan
sebagai adsorben, memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah, dan menambah
cadangan air tanah, serta pembuatan kompos alami dari sampah organik dimungkinkan
dapat mengurangi intrusi air laut(Suprayogi et al, 2006). Selain itu pengendalian intrusi
air laut pada akuifer pantai dapat dilakukan denganberbagai cara antara
lain(Hendrayana, 2005) :
daerah pantai.
Permasalahan sumber daya air tersebut di atas dapat diatasi dengan suatu upaya
yang besar dan menyeluruh, diantaranya adalah dengan langkah optimalisasi fungsi
adalah air yang berada di dalam tanah. Air tanah dibagi menjadi dua, air tanah dangkal
dan air tanah dalam. Air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air hujan yang
diikat oleh akar pohon. Air tanah ini terletak tidak jauh dari permukaan tanah serta
berada di atas lapisan kedap air(soil water). Sedangkan air tanah dalam adalah air hujan
yang menyerap ke dalam tanah lebih dalam lagi melalui proses adsorpsi serta filtrasi
oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Air tanah ini bisa didapatkan dengan cara
salah satu cara untuk mengambil groundwater yang dapat digunakan sebagai
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Karena air sumur bor merupakan sumber air bersih
kualitas air sumur bor sama dengan kualitas air bersih yang mengacu pada permenkes
Kualitas air sumur bor juga dapat dilihat dari jumlah pemakaian yang berlebihan.
selain selain didasarkan pada peruntukan (designatedbeneficial water uses), juga
didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yangmungkin berada antara satu daerah
dengan daerah lainnya. Oleh karena itu,penetapan baku mutu air dengan pendekatan
golongan peruntukkan perludisesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi
kualitas air (kelasair). Penetapan baku mutu air yang didasarkan pada peruntukan
semataakan menghadapai kesulitan serta tidak realistis dan sulit dicapai pada airyang
kondisi nyata kualitasnya tidak layak untuk semua golonganperuntukan (PP RI No 82
Tahun 2001).
Masalah yang paling umum terkait dengan air tanah mungkin menjadi hard
water, disebabkan oleh kelimpahan kalsium atau magnesium. hard water tidak
ditemukan di air tanah karena pembubaran batu gamping. Batu kapur larut saat bereaksi
dengan air hujan asam melalui reaksi dengan karbon dioksida. Rasa "berkarat" dalam air
adalah hasil zat besi dalam air tanah. Tidak Hanya memberi rasa tidak enak, tapi juga
bisa menodai pipa dan pakaian. Besi bersifat alami, jadi kebanyakan air tanah memang
memiliki beberapa jumlah besi di dalamnya. Besi berasal dari mineral yang terkandung
di dalam bumi, seperti batu kapur, serpih, dan batu bara (National Ground Water
Association, 2016).
Tercemarnya air sumur bor atau groundwater sangat dipengeruhi oleh siklus
hidrologi dan bentuk tanah. Seluruh bagian pantai sumatera utara merupakan daerah
cekungan air tanah (CAT) yang berarti daerah pesisir Belawan juga merupakan daerah
CAT yang memiliki aliran air tanah berupa soil water (air tanah) dan groundwater (air
yang lebih dalam dari soil water) (Kodoatie, 2012). Mengingat geografis daerah
Belawan yang dikelilingi oleh muara dari beberapa sungai dan berbatasan langung
dengan selat malaka maka kemungkinan tidak hanya soil water yang terintrusi air laut
tetapi groundwater pun juga terintrusi air laut akibat dari semakin banyaknya
percampuran antara air asin dan air laut. Daerah ini terdapat muara sungai Belawan dan
sungai Deli yang hulunya pegunungan selatan Medan. Sungai sungai ini sudah sangat
dipengaruhi oleh pasang naik dan pasang surut air laut dan airnya masih terasa air payau
lingkungan. Kadar Pb pada air bawah tanah secara alami berkisar 1-60 µg/L (Wahyuni,
2017). Keberadaan secara alami logam-logam berat juga dapat menambah pencemaran
pada goundwater. Logam-logam berat tersebut sudah ada pada batuan bumi dan
sedimen pembawa air secara alami. Pencemaran yang terjadi pada goundwater sangat
dipengaruhi oleh kedalaman sumur, jarak sumur dari sumber pencemaran, jenis dan
bentuk tanah, kedalaman sumur, pasang surut air, serta yang sangat mempengaruhi
pencemaran tersebut adalah jenis siklus hidrologi. Siklus hidrologi di daerah Belawan
Keterangan gambar :
No Deskripsi notasi No Deskirpsi Notasi
1 Hujan P 15 Horton oberlan flow qn
2 Hujan di saluran/sungai Pe 16 Saturated everland flow qs
3 Intensitas hujan I 17 Return flow qr
4 Evaporasitranportasi et 18 Aliran pipa (pipa flow) T
5 Kehilangan intersepsi ec 19 Simpanan pipa T
kanopi
6 Simpanan kanopi & L 20 Unsaturated throughflow mu
intersepsi
7 Stemflow dan drip flow S 21 Saturated thoughflow ms
8 Aliran di sampah (litter L 22 Soill-moisture storage M
flow)
9 Kehilangan intersepsi Ei 23 Sepage into bedrock sb
sampah
10 Simpanan sampah Lr 24 Interflow in A
badrock/alluvial
11 Evaporasi E 25 Aerotaion sona storage A
12 Depression strorage Rp 26 Deep seepage D
(percolation)
13 Detention storage Rt 27 Baseflow B
14 Infiltrasi F 28 Groundwater storage B
aplikasi hukum Darcyyaitu aliran air tanah melalui media berpori, infiltrasi ke tanah,
dan mengalir dalam sistem akuifer dangkal dan dalam. Mencakup mekanikamengalir
dengan baik dalam koordinat radial untuk sistem sumur tunggal atau ganda.Daftar
Prioritas Nasional dari EPA untuk sumber pencemaran air tanah mencakup tempat
atas tangki tanah, jaringan pipa, sumur injeksi, aplikasi lahanlimbah dan pestisida,
tangki septik, tempat pembuangan limbah radioaktif, intrusi air asin,dan drainase asam
tambang. Selain itu juga tempat pembuangan sampah, permukaankolam limbah, tangki
penyimpanan bawah tanah, jaringan pipa, sumurinjeksi, aplikasi lahan limbah dan
pestisida, septic tank, pembuangan limbah radioaktif, dan intrusi air laut.Kontaminan
utama mencakup hidrokarbon minyak bumi seperti benzena, toluena, dan xilena;
berat seperti timbal, seng, dan kromium, dan anorganik tertentu garam. Bagian tentang
Berdasarkan data geologi jenis batuan yang terdapat di daerah Belawan terdiri
dari sedimen lepas berupa bongkahan, kerikil, pasir, lempung dan batu gamping
termasuk di dalam satuan alluvium dan ketebalan antara 10-30 meter (Sitorus, 2011).
Struktur tanah ini merupakan struktur yang mudah dilalui oleh air kecuali baru gamping.
Tetapi jika kedalaman sumur dapat menembus baru gamping maka air yang didapat
berupa air groundwater yang kemungkinan juga bisa terkena intrusi air laut karena
bentuk wilayah Belawan yang diapit oleh air laut. Bagian pesisir timur sumatera
merupakan derah CAT yang juga rentan terhadap intrusi air laut (Kodoatie, 2012).
untuk menyelesaikan model bertingkat secara serempak yang tidak dapat diselesaikan
oleh persamaan regresi linear. SEM dapat juga dianggap sebagai gabungan dari analisis
regresi dan analisis faktor. SEM dapat dipergunakan untuk menyelesaikan model
persamaan dengan variabel terikat lebih dari satu dan juga pengaruh timbal balik
covarians yang lebih akurat dari pada analisis regresi linear. Program-program statistik
SEM mampu menyelesaikan model yang rumit yang sering muncul dalam dunia
pemasaran atau bidang konsentrasi yang lain. Model yang akan diselesaikan dengan
SEM harus mempunyai dasar teori yang kuat, karena SEM tidak dapat digunakan untuk
apakah observasi sesuai dengan model teoretis yang telah dibentuk berdasarkan telaah
teori yang mendalam. Metode lain yang tidak memerlukan telaah teori adalah Partial
Least Square (PLS), sebuah metode alternatif yang berdasarkan variance(Kline , 2011).
SEM adalah penggabungan antara dua konsep statistika, yaitu konsep analisis
faktor yang masuk pada model pengukuran (measurement model) dan konsep regresi
2 kelompok yakni:
1. Varabel terukur (Observed Variable), adalah variabel yang datanya harus dicari
ini disebut juga measured variable, indicator variable atau manifest variables.
diamati dalam dunia nyata. Oleh karena merupakan variabel bentukan, maka disebut
juga latent variables. Nama lain untuk latent variables adalah unobserved variables.
mencemari sumber air minum masyarakat melalui proses intrusi. Pengambilan air tanah
yang berlebihan (eksploitasi) pada lapisan aquifer menyebabkan air laut masuk ke
lapisan aquifer darat. Jarak sumber pencemaran (laut) dan kedalaman sumur berperan
dalam peningkatan kadar logam berat pencemar dalam sumur bor. Sumur bor yang
dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air minum akan menjadi jalan masuknya
(path way) zat pencemar ke dalam air minum masyarakat. Kondisi ini jika berlangsung
tanpa adanya pengelolaan lingkungan maka akan menimbulkan masalah bagi kesehatan
masyarakat, keluhan dari masyarakat dan dapat diasumsikan menjadi gejala awal
pencemaran telah berefek. Studi analisa risiko lingkungan perlu dilakukan agar dapat
mengukur dampak yang telah ditimbulkan akibat pencemaran logam berat (Pb dan Cd)
pada sumber air minum penduduk (sumur bor). Gambar 2.6 berikut ini adalah
logam berat Pb dan Cd) pada masyarakat yang mengkonsumsi air minum di pesisir
Belawan.
logam berat Pb dan Cd) pada masyarakat yang mengkonsumsi air minum di pesisir
Belawan.
2.9 Novelty
atau Cd pada sumber air minum di perairan sungai Musi, dan ditemukan sumber
tertinggi melalui makanan (Sekharet al, 2005), menganalisa keberadaan Pb pada air
minum penduduk ( Purba, 2004 ), dan penelitian lainnya membangun model dinamis
analisis risiko sebaran Pb dengan mengukur sumber Pb dari udara, tanah dan jajanan
yang dikonsumsi anak SD di Makassar serta mengukur dampaknya pada darah, urine
dan rambut pada masyarakat pesisir Makassar ( Birawida, 2014). Ketiga penelitian ini
menggunakan metode ARKL saja tanpa melihat faktor lingkungan seperti karakteristik
sumur bor.
dengan metode studi ARKL dan pendekatan spasial analisis, dimana model ini
mempertimbangkan jarak dari sumber pencemar dan kedalaman sumur bor, sertabesar
risiko kesehatan. Model yang dibangun dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya karena penelitian sebelumnya mengukur risiko kesehatan dan model yang
Berikut ini adalah hasil penelitian sebelumnya yang mengukur konsentrasi dan
Medan Belawan yang diwakili kelurahan Bagan Deli. Pemilihan lokasi ini
karena umumnya pesisir memiliki karakteristik yang sama dengan pesisir lainnya.
Kelurahan Bagan Deli dapat mewakili kondisi pada umumnya pesisir di Indonesia
yaitu sebagai lokasi pemukiman penduduk, industri dan pelabuhan. Selain hal
memiliki jumlah masyarakat pengguna sumur bor sebagai sumber air minum
lebih besar jika dibandingkan dengan kelurahan lainnya. Terdapat sejumlah 1510
masyarakat pengguna sumur bor . Penelitian ini dilakukan April 2014 – Januari
2015.
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross sectional
yaitu melakukan pengukuran kadar logam berat Pb dan Cd pada satu waktu.
Pendekatan studi yang digunakan untuk melihat risiko kesehatan adalah studi
kesehatan pada populasi masyarakat yang mengkonsumsi sumber air minum dari
sumur bor .
45
Universitas Sumatera Utara
46
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menggunakan
sumur bor sebagai sumber air minum utama yang berdomisili di kelurahan
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sejumlah 250 responden yang dipilih dengan cara Non
b. Sampel mengkonsumsi air minum yang berasal dari sumur bor tanpa
d. Sampel adalah keluarga yang diwakili ayah, ibu dan anak yang
Data penelitian untuk sampel air dikumpulkan dari sumur bor masyarakat
laboratorium BTKL Provinsi Sumatera Utara untuk parameter Pb dan Cd. Alat
Data Jarak sumur bor dari tepi pantai dikumpulkan dengan diukur dengan
alat GPS merk Garmin 15 dalam satuan titik ordinat kemudian dihitung dalam
Data karakteristik sumur bor, dan masyarakat dan variabel dalam ARKL
dikumpulkan dengan alat kuesioner penelitian yang telah melalui uji validitas dan
realibilitas.
pencemar, kedalaman, dan umur sumur, konsentrasi logam berat dalam air) dan
karakteristik masyarakat (berat badan, jumlah konsumsi air minum, usia dan lama
bor masyarakat diperoleh dari data kantor kecamatan dan kelurahan. Data litologi
logam berat (Intake) dengan karakteristik sumur bor dan karakeristik masyarakat
Pencemaran Masyarakat
sumur bor (Y2)
(Y1)
X5 = Berat badan
X7 = Usia responden
X8 = lama tinggal
3) Pencemaran logam berat diukur dari ratio Intake logam yang dikonsumsi
Masyarakat (Y3)
X11 = RQ Pb
X12 = RQ Cd
berat terhadap risiko kesehatan lingkungan. Adapun variabel yang diukur untuk
Variabel Laten (Y1 ) dibentuk dari Variabel ( Aspek karakteristik sumur bor),
Klasifikasi variabel bentukan dan variabel terukur dalam studi ini, dapat
1. Jarak (X1) adalah ukuran titik sampel sumur bor dengan garis pantai
(sumber pencemar) dalam hal ini asumsi sumber pencemar adalah laut
atau sungai yang di ukur dalam satuan meter (m) dengan alat ukur
GPS
2. Kedalaman sumur bor (X2) adalah ukuran panjang pipa sumur bor
satuan tahun
5. Berat badan (X5) adalah ukuran berat badan responden pada saat
6. Jumlah Konsumsi air minum (X6) adalah jumlah air yang dikonsumsi
liter (L)
7. Usia responden (X7) adalah umur responden yang diukur dari tanggal
(thn)
potensial terjadi.
potensial terjadi.
berpedoman pada studi ARKL. Studi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
minum yang telah terpajan logam berat Pb dan Cd. Analisis ini memiliki empat
karakterisasi risiko.
mengetahui jumlah asupan air minum responden pada populasi. Dalam penelitian
ini meghitung jumlah intake Pb dan Cd yang dikonsumsi melalui air minum. Data
yang dibutuhkan adalah laju asupan atau konsumsi (l/hari), Konsentrasi risk agent
pajanan (tahun).
Ketiga, analisis dosis respon berguna untuk menetapkan nilai kuantitatif toksisitas
suatu risk agent untuk bahan kimia Pb dan Cd yang dinyatakan dengan RfD
kuantitatif bahan kimia ini sudah tertera dalam Integrated Risk Information Sistem
estimasi risiko dengan menghitung rasio antara asupan (intake) dengan dosis
Risiko dinyatakan ada dan perlu dikendalikan jika RQ>=1 dan Jika RQ<1 risiko
belum muncul namun segala kondisi dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak
melebihi 1.
distance weighted (IDW). Metode interpolasi ini dengan system geostatistik. Hasil
endogen, dimana variabel eksogen dan variabel endogen tersebut tidak dapat
SEM (CB SEM) software yang biasa dipakai oleh CBSEM adalah LISREL dan
Dalam uji Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang akan dilihat adalah
merupakan salah satu pertimbangan yang sangat penting dalam analisa SEM.
signifikan adalah apabila nilainya lebih besar dari 0.5, atau yang ideal adalah
sebesar 0,7
yang diekstraksi oleh variabel laten yang dikembangkan. Nilai varian extracted
yang dapat diterima adalah minimum 0,50. Nilai variance extracted dapat dicari
Keterangan :
λ = Standadized Loading Factor
n = Jumlah indikator
pengukuran variabel. Nilai Contruct Reliability (CR) minimal sebesar 0,7 yang
dapat diterima, namun bisa juga kita terima nilainya antara 0,6 - 0,7 manakala
indikator yang lainnya untuk validitas konstruk bagus. Nilai CR ini diperoleh
CR = (∑λi)2
2+
Keterangan : (∑λi) (∑δi)
λ = Standardized Loading Factor
δ = Error measuremen/variance error (1-λ2 )
model yang dihasilkan oleh kovarian matrik dengan item indikatornya. Nilai GOF
yang dihasilkan ini sangat unik dan dibagi menjadi tiga kategory yaitu absolute
measures, incremental measures dan parsimony fit measures. Berikut GOF untuk
Structural Equation Modeling (SEM). Hasil dari tahap ini adalah persamaan
struktural sesuai dengan model yang dibangun. Dalam penelitian ini ada dua
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer meliputi data
Cd dalam air sumur. Alat yang digunakan adalah kuesioner, timbangan berat
badan, perlengkapan sampling air bersih. Data kuesioner berisikan berat badan
sampel, jumlah air minum yang dikonsumsi perhari, lama menetap di lokasi dan
keluhan masyarakat (gejala keracunan Pb dan Cd). Berikut ini tahapan penelitian:
lama tinggal, jumlah konsumsi air minum sumber sumur bor (l/hari), berat
badan individu.
laboratorium
3) Analisis Pajanan
Melakukan perhitungan terhadap besarnya pajanan Pb dan Cd yang
× × ×
= ×
D = Durasi pajanan, tahun (real time atau proyeksi, 30 tahun untuk nilai
t
default residensial)
W = Berat badan, kg
b
4) Karakterisasi Risiko
Karakterisasi risiko adalah perkiraan risiko secara numeric, melalui
estimasi risiko dengan menghitung rasio antara asupan (intake) dengan dosis
Tahap II. Pengukuran Jarak Sumur bor dari tepi laut dan Kedalaman
Weighted)
1) Pengukuran data sumur bor berdasarkan jarak dari pinggir laut 100 m, 200
m dan 300
Tahap III . Pemetaan besaran risiko berdasarkan hasil jarak sumur dan
kedalaman
Pengukuran titik pengambilan sampel sumur bor dengan alat GPS merk
Garmin, hasil setiap titik ordinat di olah dengan metode IDW (Inverse
lingkungan
Model Pengukuran.
4) Langkah keempat: memilih jenis matrik Input dan estimasi model yang
diusulkan.
seharusnya disajikan.
negatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelurahan Bagan Deli adalah salah satu dari 6 kelurahan yang ada didalam
kelurahan yang terletak paling timur di Kecamatan Medan Belawan dan berbatasan
Deliberadapada 03° 47°LU − 03° 48°LU dan 98° 41’BT − 98° 42’BT, sedangkan
KelurahanBelawan Bahari
Kelurahan Bagan deli memiliki luas wilayah administrasi 304,74 Ha yang terdiri dari
15 distrik lingkungan dengan jumlah penduduk 4125 KK, dengan 17.999 jiwa. Data
mayarakat Bagan deli berdasarkan pemakaian air bersih adalah sebagai berikut :
a. Lainnya : 485 KK
Sejumlah 1510 data pengguna sumur bor di kelurahan Bagan delimenggunakan air
tersebut sebagai sumber air minum utama selain sebagai sumber air bersih. Data
tersebut jika ditinjau ke lapangan ternyata sumur bor yang digunakan sebagai sumber
utama air minum sejumlah 92 sumur bor, dari masing-masing sumur masyarakat
mensuplai ke beberapa tetangga mereka. Sumur bor lainnya adalah sumur bor bantua
bantuan dari pemerintah (PNPM mandiri) disamping itu ada juga bantuan dari NGO.
perikanan yaitu dermaga pelabuhan yang merupakan salah satu dermaga terbesar di
Sumatera Utara dan Pulau Sumatera, yaitu Pelabuhan Gabion. Pelabuhan ini
merupakan Pusat Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB) yang juga adalah
salah satu dari 4 pelabuhan di Sumatera Utara. Pelabuhan ini adalah pelabuhan peti
kemas tempat dilakukannya bongkar muat hasil tangkap nelayan. Pelabuhan ini
menjadi salah satu sumber pendapatan bagi penduduk yang bekerja sebagai buruh
Sektor utama lainnya yaitu lahan industri (seluas 59,12 Ha) yang digunakan
sebagai industri hilir CPO, Semen, Pupuk, dan Aspal, lapangan penumpukan depo
peti kemas dan fasilitas pendukung (seluas 78,78 Ha), Kawasan Rekreasi Pantai
(seluas 6 Ha), dan 7,63 Ha luas lahan yang digunakan sebagai perkantoran. Sebagian
besar lain, lahan di Kelurahan Bagan Deli adalah kawasan lindung, rawa, dan lahan
kosong yang seluas 85 Ha (27,8% dari luas lahan).Kelurahan Bagan Deli terdapat
21% luas lahan yang digunakan sebagai areal pemukiman penduduk. Pada lahan ini
cara mencari rumah tangga yang memiliki sumur bor, dan rumah tersebut sebagai
sumber utama air minum. Umumnya masyarakat pengguna sumur bor mensuplai
sejumlah 5 sampai7 pipa yang bertetangga dengan pemilik sumur bor seperti dalam
gambar dibawah ini (Gambar 4.2). Jumlah 1510 KK penguna sumur bor terdiri dari
sumur bor milik pribadi dan selebihnya adalah pengguna sumur bor yang merupakan
bantuan dari PNPM mandiri maupun dari NGO. Sumur bor bantuan di tempatkan di
suplai dengan mencabangkan pipa dari bak penampungan atau mengambil dengan
Gambar 4.2 Foto pompa sumur bor penduduk dan pendistribusian air ke
rumahtangga lainnya di kel.Bagan deli kec.Medan Belawan
2014 melaporkan dari data10 Penyakit terbesar di PUSTU tersebut diare menduduki
urutan ke-2 setelah ISPA kemudian rematik dan infeksi kulit. Cakupan Prilaku Hidup
Bersih dan Sehat dari 4125 KK terdapat sejumlah 2,063 rumah tidak sehat, Sistem
Tabel 4.1 Hasil ARKL dan besaran risiko (RQ) paparan logam Pb
Berdasarkan tabel 4.1 konsentrasi Pb tertinggi adalah 0.026 mg/l dan hasil
( NAB Pb : 0.01 mg/l). Rerata laju asupan (R) adalah 1.879 L, nilai rerata Intake (I)
adalah 8x10-5, dengan rerata Berat badan 56.38 Kg. Distribusi responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki 145 orang dan wanita 105 orang. Besarnya
risiko (RQ) bagi masyarakat yang mengkonsumsi air minum yang mengandung Pb
dengan rerata adalah 0.0419, RQ Pb< 1, dengan nilai maksimum RQ adalah 0.325
Karakteristik 92 sumur bor dengan 250 pengguna sumur ternyata jarak terjauh
sumur dari tepi pantai adalah 462 meter, terdekat 1.2 m dan kedalaman maksimum
sumur adalah 220 m dan minimum 66 m, rerata umur sumur adalah 9 tahun 9 bulan.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Sumur Dari Tepi
Pantai Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2016
No Jarak (m) n %
1 0-100 132 52.8
2 101 -200 45 18.0
3 > 200 73 29.2
Total 250 100
Pada Tabel 4.3 di atas 52.8 % sumur ada dijarak 0 -100 m, bahwa jarak sumur
bor sebagai sumber air minum penduduk yang terdekat adalah 1.2 meter dan terjauh
terendah adalah 60 meter dan terdalam adalah 220 meter. Hasil spasial jarak masing-
masing sumur bor di jelaskan dalam gambar di bawah ini. Gambar di atas
menjelaskan bahwa jarak sampel sumur bor dari tepi pantai/sungai berkisar 0- 200
m. Asumsi peneliti sumber pencemar adalah jarak terdekat dengan badan air (tepi
pantai).
NAB. Gambar 4.3 dan gambar 4.4 di bawah ini menjelaskan gambaran sebaran Pb
berdasarkan kedalaman sumur, dapat dilihat bahwa dari sejumlah 34 sampel dengan
konsentrasi di atas NAB yang terdiri dari sejumlah 75.53% ( 25 sampel) dengan
Sumur yang tercemar Pb berjarak terdekat adalah 13.5 m dari tepi pantai dan
yang tercemar adalah 423 m dengan kedalaman 84 m dengan konsentrasi 0.011 mg/l.
Hal ini ini bisa saja terjadi karena berdasarkan data geologi jenis batuan yang terdapat
di daerah Belawan terdiri dari sedimen lepas berupa bongkahan, kerikil, pasir,
lempung dan batu gamping (Sitorus, 2011). Struktur tanah ini merupakan struktur
yang mudah dilalui oleh air kecuali batu gamping. Jika kedalaman air sumur dapat
menembus batu gamping maka air tersebut kemungkinan bisa terkena intrusi air laut
karena bentuk wilayah Belawan diapit oleh air laut dan Belawan berada di pesisir
timur sumatera tergolong wilayah CAT (Cekungan Air Tanah) ( Kodoatie, 2012).
Hasil analisa pada tabel 4.5 di bawah ini dapat menjelaskan bahwa dari 197
sampel yang berada di kedalaman 0-100 m, ada sejumlah 25 sampel (12.7%) yang
memiliki konsentrasi Pb di atas NAB. Hasil analisis uji chi square membuktikan
air sumur (Pv nilai > 0,05). Namun jika dilihat dari prosentase jumlah sumur
kedalaman sumur bor. Ini berarti semakin dalam sumur bor konsentrasi Pb dalam air
Konsentrasi Pb Jumlah
No. Kedalaman ≥NAB < NAB
N % n % N % Pv = 0.19
1. 0 – 100 m 25 12.7 172 87.3 197 100
2. 101-200 m 9 20.5 35 79.5 44 100
3 >200 m 0 0 9 4.2 9 100
Jumlah 34 216 250 100
Sumber : data diolah
berdasarkan jenis batuan di kedalaman 66 m – 100 m pada lapisan ini sifat batuannya
kerikil (Litologi Belawan 2014) dan lapisan lempung memiliki porositas 45%
(Linsley.K, Kohler, and Paulhus J. 1996). Hasil penelitian di Lapisan tanah Bagan
Berdasarkan data Litologi Belawan lapisan tanah pada kedalaman 100 -200 bervariasi
100 -119 m lempung, 120-125 pasir kerikil, kemudian lempung dan pada kedalaman
185 -190 m pasir kerikil,selanjutnya lempung dan pasir dilihat dari karakteristik
menyusup.Perbatasan antara air asin dan air tawar dalam akifer terkekang ditentukan
oleh dalamnya akifer, permeabilitas, besar tekanan dan lain-lain. Ini menunjukkan
bahwa meskipun sumur itu dalam dan terletak di tepi pantai, tidak akan terdapat
intrusi, kadang percampuran itu terjadi meskipun sumur dangkal dan cukup jauh dari
tepi pantai (Hukum Herzberg). Hal ini berbeda dengan penelitian di daerah sungai
Chishui Taiwan pada kedalaman 200 m, kondisi air tanah sangat baik sebagai
signifikan dengan konsentrasi Pb dalam air sumur (Pv nilai < 0,05 dijelaskan pada
Tabel. 4.6 Hasil analisa Jarak Sumur dari tepi laut dengan Konsentrasi Pb
Konsentrasi Pb Jumlah
Jarak Sumur
No. ≥ NAB < NAB
(Meter)
n % n % n %
1. 0-100 4 3 128 97 132 100 P v = 0.00
2. 101- 200 7 15.6 38 84.4 45 100
3 >200 23 31.5 50 68.5 73 100
Jumlah 34 216 250 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa adanya kecenderungan semakin jauh
jarak sumur bor dari sumber pencemar (tepi pantai), jumlah sumur bor dengan
konsentasi Pb di atas NAB semakin meningkat jumlahnya. Hal ini bisa terjadi karena
sumber pencemar lainnya seperti pelabuhan dan lokasi pemukiman penduduk dapat
menjadi faktor pengacau karena asumsi peneliti mengukur sumber pencemar dari tepi
pantai.
laut/sungai dapat dijelaskan pada gambar 4.5 dibawah ini, dari 132 sumur bor yang
berada pada jarak 0 – 100 m dari tepi laut ditemukan sumur (3%) memiliki
konsentrasi di atas bakumutu lingkungan. Sumur dengan jarak 101- 200 m sejumlah
mutu sedangkan sejumlah 23 sumur (31.5%) berada pada jarak >200m memiliki
Hasil pengukuran besarnya risiko non karsinogen (RQ) logam Pb pada saat
pengukuran menunjukkan nilai RQ < 1 (tabel 4.1), ini berarti pada saat ini Pb belum
menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat. Berdasarkan tabel 4.5 di bawah ini
dari sejumlah 197 sampel dengan kedalaman sumur bor 0-100 m, sejumlah 31 %(61)
sampel diantaranya memiliki nilai RQ ≥ mean dan ada sejumlah 45.5 % (20) sampel
dari kedalaman sumur 101-200 m memiliki nilai RQ ≥ mean dan dari 9 sampel
dengan kedalaman >200 m ada sejumlah 88.9% (8) memiliki RQ ≥ mean. Besarnya
risiko lebih tergantung kepada Intake (asupan) dimana variable intake meliputi
jumlah konsumsi air, berat badan responden, durasi pajanan dan konsentrasi Pb pada
air minum.
Tabel 4.7 Hasil analisa kedalaman sumur dan risiko kesehatan logam Pb
(RQ Pb)
Risiko Kesehatan Non Jumlah
Kedalaman Karsinogen
No. Sumur
≥ Mean < Mean
(Meter)
n % n % n % Pv=
0.001
1. 0 – 100 m 61 31 136 69 197 100
2 101- 200 m 20 45.5 24 54.5 44 100
3 >200m 8 88.9 1 11.1 9 100
Jumlah 89 161 250 100
Hasil analisa statistik di atas memberi makna bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kedalaman dengan risiko kesehatan (RQ Pb). Semakin dalam sumur
maka risiko kesehatan melebihi rerata mean. Gambar 4.6 ini merupakan hasil analisa
spasial RQ Pb dengan kedalaman, dapat dilihat dalam peta di bawah ini bahwa risiko
Pb yang melebihi NAB tidak selalu berada pada kedalaman < 100 m. Namun dapat
dengan besarnya risiko Pb, ternyata ada sejumlah 52.8 % sumur dengan kedalaman
Tabel 4.8 Hasil analisa Jarak Sumur dan Risiko Kesehatan (RQ Pb)
Berdasarkan tabel di atas, jarak sumur dari tepi laut tidak berhubungan secara
signifikan dengan besarnya risiko kesehatan ditandai dengan nilai Pv =0.58. Namun
dari data dapat dijelaskan bahwa risiko kesehatan di atas rerata mean (RQ> mean )
menyebar pada semua jarak sumur dari tepi pantai. Pada jarak 0-100 m ada sejumlah
42.7% pemilik sumur bor memiliki risiko di atas rerata mean. Besarnya risiko
kesehatan tidak hanya disebabkan oleh jarak sumber pencemar namun disebabkan
oleh faktor lain seperti jumlah konsumsi per hari, lama tinggal responden dan lain
sebagainya.
Tabel 4.9 di bawah ini merupakan hasil dari perhitungan analisa risiko
kesehatan lingkungan dari kandungan logam Cd pada sumber air minum penduduk
Tabel 4.9 Hasil Studi ARKL dan Besaran Risiko (RQ) Paparan Logam Cd
Variabel Mean Median Min-Max SD
Median
Konsentrasi (C) mg/L 0.00127 0.0013 0.00004 0.0007
0.0024
Laju Asupan (R), L/hari 1.8795 2.0000 1 0.69
5
Frekuensi Pajanan (fE) 323 350 48 59.56
,hari/Tahun 350
Durasi pajanan (Dt) tahun 23.2 20.0 1 15.96
70
Berat Badan (Wb),Kg 56.38 59.00 20 16.065
94
Perioda waktu rata-rata 8470 7300 365 5826
hari/Tahun (T avg ) 25550
Intake (I) 4.8 x10-5 4.1 x10-5 7.1x10-7 4.3x10-5
3.9x10-4
Besarnya Risiko (RQ) 0.097 0.082 0.001 0.086
Non karsinogen 0.781
konsentrasi adalah 0.00127 mg/l kondisi ini masih di bawah NAB Permenkes No.
420/Menkes/2010 (0.003mg/l). Rerata laju asupan adalah 1.87 L/hari, durasi pajanan
23.2 tahun. Rerata intake 4.8 x10-5. dengan 250 pengguna sumur. Nilai Risk Quation
(RQ) atau besarnya risiko kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsi air minum
yang mengandung Cd dengan rerata RQ < 1, begitu juga dengan nilai maksimum RQ
adalah 0.781 (RQ<1) , ini berarti kandungan Cd dalam air minum masyarakat belum
konsentrasi Cd diperoleh satu titik sampel dengan konsentrasi diatas NAB pada titik
sampel ST 19 kedalaman 99 m dan jarak dari tepi pantai 177 m. Berikut adalah
memperhitungkan jarak sebagai bobot. Jarak yang dimaksud disini adalah jarak
(datar) dari titik data (sampel) terhadap blok yang akan diestimasi. Jadi semakin
dekat jarak antara titik sampel dan blok yang akan diestimasi maka semakin
besarbobotnya, begitu juga sebaliknya. Jadi nilai konsentrasi sampel yang diukur
akan digunakan untuk mengestimasi titik lain yang tidak diukur (Sayful H, 2013).
setiap titik sampel penelitian, dimana kedalaman sumur dibagi dalam 3 kategori,
sejumlah 78.8% sampel berada pada kedalaman 0-100 m, 17.6% pada kedalaman
berdasarkan variasi kedalaman sumur yang berbeda, jika dilihat dari hasil analisa
pada tabel 4.10 ada sejumlah 5.7 % sampel dengan konsentrasi di atas mean dengan
Konsentrasi Cd Jumlah
Kedalaman
No. ≥ Mean <Mean
Sumur (Meter)
n % n % n % P v =0.11
1. 0 – 100 m 107 54.3 90 45.7 197 100
2. 101-200 m 17 38.6 27 61.4 44 100
3. >200 m 6 66.7 3 33.3 9 100
Jumlah 130 120 250 100
Tabel ini menjelaskan dari 197 sampel yang berada di kedalaman 0-100 m
ada sejumlah 54.3 % (107) sampel yang memiliki konsentrasi melebihi nilai rerata
hubungan yang signifikan ditandai dengan nilai Pv =0.11. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai konsentrasi Cd melebihi rerata ada pada semua tingkat kedalaman.
Namun dari sebaran data dalam tabel ini ada kecenderungan jumlah sumur yang
hubungan yang signifikan ditandai dengan nilai Pv =0.14, Ini berarti walaupun jarak
sumur di bawah 100 m bukan berarti memiliki konsentrasi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan sumur dengan jarak sumur di atas 100 m. Gambar 5.9 di bawah
ini menjelaskan hubungan jarak sumur bor dengan konsentrasi Cd dalam air minum.
Hasil laboratorium dari semua titik sampel masih di bawah bakumutu lingkungan,
dengan konsentrasidi bawah rerata (area hijau) bervariasi menyebar pada semua
jarak.
Gambar 4.12 Peta Hasil Analisis Spasial Konsentrasi Cd dan Jarak dari Tepi Pantai
89
RQ Cd Jumlah
Kedalaman
No. ≥ Mean < Mean
Sumur (meter)
n % n % N % P v = 0.00
1. 0- 100 m 82 41.6 115 58.4 197 100
2. 101-200 m 13 29.5 31 70.5 44 100
3. > 200 m 9 100 0 0 9 100
Jumlah 104 146 250 100
kesehatan memiliki hubungan yang signifikan ditandai dengan nilai Pv =0.00, dapat
dijelaskan dari tabel tersebut jumlah sampel dengan RQ ≥ Mean memiliki proporsi
semakin meningkat sesuai dengan kedalaman sumur yang semakin dangkal ditandai
paparan Cd. Gambar 4.12 di bawah ini menjelaskan hubungan kedalaman sumur bor
Gambar 4.13 Peta Hasil Analisa Spasial Besarnya Risiko Kesehatan (RQ) dengan Kedalaman
Cd) dengan Kedalaman Sumur Bor
91
Tabel. 4.13 Hasil Analisa Jarak Sumur dan Risiko Kesehatan Cd ( RQ Cd)
Berdasarkan tabel di atas, hasil analisa jarak sumur dari tepi laut dengan besarnya
risiko kesehatan memilikinilai Pv =0.71, ini menjelaskan tidak ada hubungan yang
signifikan antara jarak dengan risiko kesehatan .Namun jika dilihat dari distribusi
data jumlah responden yang memiliki risiko di atas rerata risiko kelompok cenderung
berada pada jarak 0-100 m dari sumber pencemar, seperti yang tergambar dalam
Gambar 4.14 di bawah ini menjelaskan jarak titik sampel dari tepi laut dengan risiko
Hasil analisa Structural Equation Modeling (SEM) berikut ini akan dijelaskan
tahapan demi tahapan. Dalam analisa SEM, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan
sebagai berikut :
Analisa CFA dilakukan untuk melihat seberapa bagus variabel observed yang
dilibatkan membentuk variabel laten. Ukuran tingkat kebaikkannya dilihat validitas konstruk
yang dibuat. Validitas konstruk bisa dilihat dari nilai loading faktor, variance extracted dan
reliability. Loading faktor merupakan nilai yang dihasilkan oleh variabel observed dimana
nilai yang bagus minimal 0,5. Nilai tersebut memberikan bahwa variabel observed tersebut
merupakan variabel pembentuk variabel laten yang baik. Sedangkan variance extracted
merupakan nilai yang digunakan untuk melihat sebaran data dalam penelitian yang
extractednya(VE) lebih besar dari 0,5. Sementara itu reliability digunakan untuk melihat
seberapa konsisten pengukuran variabel yang digunakan. Dalam analisis SEM, reliability bisa
dilihat dari nilai Construct Reliabnulity (CR), dimana nilai CR minimal 0,6. Berikut ini hasil
terlihat bahwa hasil loading faktor memenuhi syarat melebihi 0.5, berarti valid
sebagai variabel pembentuk variabel laten yang bisa dipertanggungjawabkan.
Tabel 4.17 ANALISIS CFA VARIABEL RISIKO
No Kriteria Cut-Value
1 Chi-Square Diharapkan kecil
2 Probability > 0,05
3 RMSEA < 0,08
4 GFI < 0,9
5 AGFI Biasanya kecil dari GFI
Untuk melihat hasil Goodness of Fit Statistics bisa dilihat pada hasil pengolahan
datanya sebagai berikut :
Dari hasil evaluasi dataGoodness of Fit Statistics diatas, nilai chi square
84.23dengan probability 0.061 sementara itu RMSEA 0.043 dan GFI 0.94 .darisemua
nilayang ada padatabel diatas menunjukkan bahwa model dalam keadaan fit yang
3. Stuctural Equation
Pada tahap ketiga ini merupakan tahap akhir dari analisa Structural Equation
Modeling (SEM). Pada tahap ini merupakan tahap untuk melihat pengaruh variabel
variabel, berikut ini hasil pengolahan data korelasi antar variabel dalam penelitian ini.
Correlation
Sumur Bor Masyarakat Intake Resiko
Sumur Bor 1
(Y1)
Masyarakat 0,62 1
(Y2)
Intake (Y3) 0,52 0,46 1
Resiko (X) 0,74 0,51 0,67 1
Tabel diatas menunjukkan korelasi masing-masing variabel laten, dari tabel diatas
memperlihatkan korelasi antar variabel, baik antar variabel eksogen dengan endogen maupun
variabel endogen dengan variabel endogen lainnya. Korelasi menunjukkan hubungan antar
variabel dimana nilainya berkisar 0 – 1, jika nilai r = 0 berarti tidak ada hubungan linier, jika
hubungan linier positif sempurna. Kekutan hubungan dua variabel dibagi dalam 4 kategori
yaitu :
Dari data tersebut terlihat bahwa hubungan antara variabel sumurbor dengan
masyarakat sebesar 0,62 artinya hubungan tersebut kuat. Hal yang sama juga terjadi antara
intake dengan resiko sebesar 0,67 dan sumurbor dengan resiko mempunyai hubungan yang
kuat dimana nilainya adalah 0,74. Sementara itu hubungan antara variabel sumur bor dengan
intake sebesar 0,52, artinya hubungan tersebut sedang,sama halnya hubungan antara variabel
masyarakat dengan resiko sebesar 0,51 dan hubungan masyarakat dengan intake adalah 0,46
sumur bor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap intake dengan besarnya
pengaruh sebesar 1,39 dengan t-hitung sebesar 9,03 (t- hit > 1,96). Begitu juga
pengaruh sebesar 0,36 dan nilai t-hitung sebesar 3,93 (t- hit > 1,96). Variabel intake
secara signifikan mempengaruhi risiko dengan besar pengaruh sebesar 0,67 dan nilai
kesehatan sebesar 44%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Berikut path
pencemar logam dan yang diterima oleh masyarakat melalui konsumsi air minum
sumber sumur bor) sebesar 0.67, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti pajanan
dari udara (inhalasi). Pb dan Cd dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
mengkonsumsi makanan dan minuman, melalui inhalasi dari udara dan debu,kontak
kulit, dan parental. Secara umum masuknya Pb dan Cd ke dalam tubuh manusia
melalui sistem pencernaan, pernafasan dan kulit (Widowati, Sastiono dan Yusuf,
2008).
beberapa ciri-ciri keluhan keracunan logam berat Pb dan Cd. Keluhan yang umum
terjadi yaitu diare, gatal-gatal pada kulit ,pusing-pusing , mual dan kembung (maag).
Keluhan kesehatan yang diderita oleh responden pada dasarnya merupakan gejala
Kadmium (Cd) seperti mual, sakit kepala, sakit pinggang, kepala pusing, terasa
sampel penelitian dalam tiga bulan terakhir. Keluhan - keluhan tersebut belum dapat
dipastikan sebagai gejala keracunan akibat logam berat karena masih banyak faktor
seperti pengaruh pola makan yang menyebabkan keluhan lambung (maag) sehingga
responden merasa mual, nafsu makan kurang, terasa lemas, dan berat badan
menurun. Hal tersebut di atas dapat dibuktikan jika dilakukan pengambilan sampel
darah, urine, atau rambut sebagai biomonitoring logam pada tubuh manusia.
Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel darah atau urine
atau jaringan tubuh sehingga belum dapat diketahui dengan pasti apakah keluhan
penyakit yang timbul dalam 3 bulan terakhir itu merupakan akibat keracunan logam
Pb atau Cd. Walaupun dalam perhitungan ARKL belum ditemukan nilai RQ >1
namun logam berat memiliki sifat akumulatif dalam tubuh, saat dilakukan penelitian
tidak ditemukan efek paparan jika kondisi lingkungan semakin buruk maka risiko
Hasil penelitian Eum dkk (2008) menemukan adanya hubungan dosis respon
antara kadar kadmium dalam urin dengan hipertensi, hubungan yang signifikan juga
ditemukan antara kadar cadmium dalam darah dengan tekanan darah di Amerika
Serikat. Kadmium pada ginjal dapat menginduksi retensi garam dan peningkatan
dalam tubuh disimpan di ginjal, kuku, rambut dan jaringan lemak. Pb dapat masuk ke
dalam tubuh melalui inhalasi, pencernaan dan kulit (Ferdiaz, 2011). Akumulasi Pb
dalam darah pada orang dewasa dapat mengganggu fungsi ginjal, saluran
2007).
BAB V
PEMBAHASAN
bervariasi, berdasarkan tabel 4.6 dapat diasumsikan dengan sebaran jarak 0 – 462 m,
konsentrasi Pb di atas NAB berada pada jarak lebih dari 200 m dari tepi pantai.
Sumur yang tercemar Pb dengan jarak terdekat adalah 13.5 m dari tepi pantai dan
kedalaman sumur 120 m dengan konsentrasi Pb 0.0263 mg/l , jarak terjauh sumur
yang tercemar adalah 423 m dengan kedalaman 84 m dengan konsentrasi 0.011 mg/l.
Sementara konsentrasi Cd dari semua sampel sumur bor masih berada dibawah NAB,
Sumber Pencemar
bervariasi, hal ini bisa saja terjadi karena berdasarkan data geologi jenis batuan yang
terdapat di daerah Belawan terdiri dari sedimen lepas berupa bongkahan, kerikil,
pasir, lempung dan batu gamping (Sitorus, 2011). Struktur tanah ini merupakan
struktur yang mudah dilalui oleh air kecuali batu gamping. Jika kedalaman air sumur
dapat menembus batu gamping maka air tersebut kemungkinan bisa terkena intrusi air
laut karena bentuk wilayah Belawan diapit oleh air laut dan Belawan berada di
pesisir timur sumatera tergolong wilayah CAT (Cekungan Air Tanah) ( Kodoatie,
2012).
Hasil penelitian tentang intrusi air laut di kelurahan Bagan Deli Tahun 2012
ditemukan bahwa telah terjadi penyusupan air laut ke arah daratan mencapai 385 m
dari garis pantai (Situmorang R dan Penjaitan V, 2012). Berdasarkan hasil penelitian
tersebut bisa dipahami untuk pesisir kelurahan Bagan Deli pada 3 lintasan analisis
intrusi air laut dengan metode geolistrik yaitu jarak lintasan 300 m, 310 m, 385 m
berdasarkan tabel 4.5 dan 4.11 dapat dijelaskan bahwa konsentrasi bervariasi
berdasarkan kedalaman laut. Khususnya untuk Cd tidak melebihi NAB untuk semua
tertinggi adalah 220 m dengan konsentrasi dibawah NAB, sampel yang memiliki
Konsentrasi Pb pada kedalaman sumur 120 m adalah 0.0263 mg/l berada di atas
juga berada di atas NAB. Hal ini menunjukkan bahwa konsnetrasi Pb berbeda dalam
lempung berpasir dan untuk kedalaman 120 m sifat tanahnya adalah pasir campur
kerikil, dan pada kedalaman 185 -190 m pasir kerikil, selanjutnya lempung dan pasir
laboratorium sampel air sumur bor yang digunakan sebagai air minum pada
Perbatasan antara air asin dan air tawar dalam akifer terkekang ditentukan
oleh dalamnya akifer, permeabilitas, besar tekanan dan lain-lain. Ini menunjukkan
bahwa meskipun sumur itu dalam dan terletak di tepi pantai, tidak akan terdapat
intrusi, kadang percampuran itu terjadi meskipun sumur dangkal dan cukup jauh dari
tepi pantai (Hukum Herzberg). Hal ini berbeda dengan penelitian di daerah sungai
Chishui Taiwan pada kedalaman 200 m, kondisi air tanah sangat baik sebagai
sumber air minum (Shin., 2011). Grafik di bawah ini menjelaskan pola sebaran
sebagai bahan baku dan hasil dari proses produksi industri tersebut.
Keterangan Gambar :
sumber sumur bor dapat diidentifikasi adalah limbah industri, limbah dari
bahwa perairan Belawan sudah tercemar dengan berbagai logam berat seperti Pb dan
Air laut Belawan yang sudah tercemar dengan adanya proses intrusi dapat
masuk ke dalam pipa sumur bor. Berdasarkan hasil penelitian ginting dkk (2013)
tentang peta sebaran salinitas pada sumur bor di kelurahan Belawan II Kecamatan
Medan Belawan dengan 198 sampel di temukan hanya 4% sampel sumur bor dengan
kedalaman lebih dari 100 m. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi intrusi air laut
Hasil penelitian kadar logam berat pada 9 titik sampel yang diwakili dari 3
(tiga kecamatan) yang berada di pesisir pantai yaitu Medan belawan, Medan marelan
dan Medan labuhan pada saat pasang dan surut ditemukan rerata Pb dan Cd untuk
masing –masing kecamatan berada di atas NAB dimana untuk rerata Pb:0,0042
mg/l; 0,002mg/l; 0,0029 mg/l, dan rerata Cd : 0,052 mg/l; 0,057 mg/l; 0,053 mg/l
(Indirawati, 2013). Penelitian lainnya dilokasi Bagan Deli ( Sitorus, 2011) Kecamatan
Medan belawan ditemukan sejumlah 22 sumur bor telah terintruisi air laut dengan
kedalaman 78 m, disimpulkan telah terjadi intrusi air lau sejauh 3060 m di kelurahan
Bagan deli.
Kondisi yang memperburuk keadaan adalah jumlah sumur bor meningkat dari
hari ke hari dengan maraknya industri serta pemukiman, pengambilan air tanah tidak
dibatasi dan dikontrol. Intrusi air laut di suatu wilayah dapat terjadi karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu muka airtanah di bawah muka air laut, curah
hujan yang kering, sifat fisik tanah dan batuan kurang/lambat meluluskan air,
letaknya dekat dengan pantai, luas lahan terbangun sangat luas dan penduduknya
cekungan airtanah yang tidak terkendali dalam arti pengambilan jumlah airtanah
melebihi jumlah pengisian airtanah, atau secara keseluruhan output sistem air lebih
(Zaporozec A, 2002)
Hasil penelitian pada tabel 4.1 dan tabel 4.9 diperolah hasil RQ Pb dan RQ
Cd masih dibawah 1 (RQ < 1 ) dimana nilai rerata RQ Pb 0.0419, dengan nilai
minimal 0.019 dan nilai maksimal 0.325. Hasil RQ Cd dengan rerata 0.097 dengan
nilai minimal 0.001 dan nilai maksimal 0.781. Hasil ini merupakan hasil pengukuran
sesaat (cross sectional) pada saat penelitian. Berikut ilustrasi kondisi besarnya risiko
Hasil perhitungan analisa risiko berdasarkan penelitian nilai RQ <1, ini berarti
pada saat pengukuran risiko kesehatan belum muncul walaupun demikian mengingat
sifat logam berat terakumulasi dalam tubuh perlu dilakukan pengelolaan lingkungan
Estimasi risiko untuk durasi pajanan real time yang dialami penduduk
minimum 0.005 mg/L dan maksimum konsentrasi 0.026 mg/L, jika konsumsi air
minum 2L/hari dengan berat badan 55 Kg dapat dihitung Intake dalam durasi
(RQ) berbeda untuk efek non karsinogen responden dengan Berat badan 55 kg dan
konsumsi 2 L/hari akan berisiko (RQ >1) jika terpapar selama 20 tahun di lingkungan
Pb dapat dihitung durasi pajanan berapa lama risiko mulai harus dikendalikan dengan
menyusun ulang persamaan (1) dan Ink disubstitusi dengan RfD menjadi persamaan
Rfd =Ink
Ini berarti, efek toksik Pb diestimasi akan ditemukan pada orang dewasa dengan
berat badan 55 kg yang telah mengkonsumsi air minum mengandung Pb 0.026 mg/L
dikonsumsi 2L/hari dan berat badan 55 Kg , batas durasi pajanan beresiko adalah sbb
2L/hari dengan konsentrasi Pb 0.005 mg/l akan mendapatkan efek dari pencemaran
telah bermukim di Bagan Deli Belawan selama 13.23 tahun dan 68.82 tahun untuk
(R) pada konsentrasi Pb minimum dan maksimum untuk kelompok beresiko menurut
kenaikan berat badan dengan menyusun ulang persamaan (1) menjadi persamaan (4)
.Variabel lainnya dibiarkan tetap 350 hari/tahun untuk frekuensi pajanan dan 30 tahun
durasi pajanan sepanjang hayat. Hasil simulasi ditampilkan dalam tabel 4.21 dibawah
ini:
Tabel 5.1 Jumlah konsumsi air minum yang aman (L/hari) dari risiko non
karsinogen Pb dari air sumur bor menurut kelompok berat badan masyarakat
dengan fE 350 hari/tahun dan Dt 30 tahun di Bagan Deli Belawan
20 0.727 0.149
30 1.091 0.209
40 1.454 0.279
50 1.818 0.349
55 2.0 0.385
60 2.2 0.419
70 2.5 0.489
80 2.9 0.559
94 3.5 0.657
sejumlah 2 L/hari , namun untuk air minum yang mengandung Pb dengan konsentrasi
risiko untuk meminimalkan nilai RQ sehingga sama atau lebih kecil dari 1. Cara yang
pemajanan yang tercakup dalam persamaan (1) sedemikian rupa sehingga nilai
asupan (Ink) menjadi lebih kecil atau sama nilainya dengan dosis referensi (Rfd)
toksisitasnya. Terdapat tiga pilihan cara untuk menyamakan nilai Ink dengan Rfd,
yaitu menurunkan konsentrasi risk agent(C), mengurangi jumlah konsumsi (R) atau
mengurangi durasi paparan (Dt). Ini berarti hanya variabel-variabel pada persamaan
(1) tersebut saja yang bisa diubah-ubah atau disesuaikan nilainya seperti yang telah
manajemen risiko dengan berdasarkan karakterisasi risiko dalam studi ARKL ini.
mengubah nilai faktor pemajanan dalam persamaan (1) sedemikian rupa sehingga
asupan lebih kecil atau sama dengan dosis referensi toksisitasnya. Berikuta penjelasan
1. Hal yang dapat dilakukan adalah menupayakan agar nilai Intake sama
dengan RfD.
3. Mengurangi waktu kontak, apabila konsentrsi risk agent dan pola konsumsi
Intake adalah pencemaran sumur bor dimana variabel ini dibangun dari variabel jarak
sumur bor dari tepi pantai(X1), kedalaman sumurbor (X2), umur sumur bor (X3) dan
konsentrasi Pb dan Cd dalam air (X4), pencemaran sumur bor juga mempengaruhi
karakteristik masyarakat pesisir dengan korelasi yang kuat (0.62 ). Pencemaran sumur
bor mempengaruhi Risiko kesehatan lingkungan dengan korelasi kuat sebesar 0,74
(74%), selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain (26%). Faktor lain ini
yang terpapar Pb. Begitu juga halnya dengan intake mempengaruhi risiko kesehatan
masyarakat hanya memberi pegaruh sebesar 0,51 (51%). Hal ini berarti variabel berat
badan, jumlah konsumsi air minum yang mengandung Pb per hari, umur responden
dan lama tinggal dilokasi penelitian bukanlah variabel yang berkontribusi besar
berdasarkan kekuatan korelasi dari karakteristik sumur bor dengan intake berturut-
turut adalah umur sumur (0.74), jarak dari sumber pencemar (0,66), konsentrasi
Pb/Cd dalam air minum (0,58) dan selanjutnya kedalaman sumur bor (0,54).
turut adalah lama tinggal (0,89), Berat badan responden (0,64), umur penduduk
Hasil analisa SEM ini menunjukkan bahwa Pencemaran sumur bor dengan
lainnya.
Berkaitan dengan hasil penelitian ini variabel pencemaran sumur bor meliputi
jarak sumur bor dari sumber pencemar,konsentrasi, kedalaman sumur dan umur
sumur dapat dijelaskan bahwa kondisi saat ini dimana pengambilan air tanah dalam
di daerah padat penduduk seperti pesisir Bagan deli Belawan semakin marak.
kedalaman” sumur bor. Saat ini belum ada kebijakan yang mengatur kawasan yang
aman untuk pembuatan sumur bor dalam upaya pembangunan berkelanjutan yang
berdasarkan aturan diameter sumur bor dibawah 2 inci (5 cm), debit air tidak
melebihi 2 L/detik seperti yang diatur dalam Pasal 61 ayat 1 Peraturan Pemerintah RI
No.43 tentang air tanah. Harusnya dalam pemberian izin oleh instansi berwenang
memperhitungkan jarak antar sumur bor, kedalaman , jarak sumur dengan sumber
pencemar dan kapasitas mesin pompa, sehingga pengurasan artesis tidak dipaksa,
Model yang dapat dibangun dari hasil uji SEM ini dapat dilihat pada skema
PENCEMARAN SUMUR
BOR :
JARAK (X1) RISIKO
KEDALAMAN (X2) INTAKE KESEHATAN
UMUR SUMUR BOR (X10) LINGKUNGAN
(X3)
KONSENTRASI (X4)
MASYARAKAT :
RQ Cd (X12)
BERAT BADAN (X5)
KONSUMSI (X6)
UMUR (X7)
LAMA TINGGAL (X8)
dipengaruhi oleh karakteristik sumur bor (umur sumur, jarak, konsentrasi dan
pesisir adalah pertama dengan menitik beratkan pada pengelolaan sumur bor.
mengatasi peningkatan jumlah sumur bor yang dibuat baik oleh masyarakat,
1. Penentuan lokasi pemompaan (kedalaman sumur bor dan jarak sumur dari tepi
pantai/sumber pecemar)
Kedalaman sumur bor sangat mempengaruhi kualitas air karena terkait dengan
lapisan aquifer dengan banyak lapisan dan karakteristik. Jarak sumur dari tepi
pantai bahkan jarak antar sumur bor juga harus diperhatikan karena
air tanah disatu titik kedalaman yang sama dapat menyebabkan eksploitasi air
yang berbeda.
Pembatasan debit pemompaan air tanah ini bertujuan agar penurunan mukaair
tanah dapat dibatasi pada tingkatan yang aman sehingga dapat mencegah
intrusi air laut pada air tanah di daerah pantai. Pengambilan air tanah harus
keberadaan infrastruktur.
6.1 Kesimpulan
berkurang
nilai 1 ( RQ < 1), namun efek toksik Pb diestimasi akan muncul pada
akan datang.
120
Universitas Sumatera Utara
121
6.2 Saran
melebihi NAB agar tidak mengkonsumsi air minum yang bersumber dari
bor agar intrusi tidak meluas. Penerapan Ruang Terbuka Hijau serta
mangrove.
mengatur jarak dari sumber pencemar (garis pantai) minimal 100 meter
dan memastikan pipa dengan kualitas yang baik dan tidak bocor.
4. Bagi instansi terkait agar disusun suatu kebijakan yang mengatur lokasi
zona aman bagi pengambilan air tanah di wilayah pesisir khususnya dalam
minum.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Bintal, Afriyani, Evy, Saputra, Mikel A, 2011. Distribusi Spasial Logam Pb dan Cu
pada Sedimen dan Air Laut Permukaan di Perairan Tanjung Buton Kabupaten Siak
Provinsi Riau. Jurnal Teknologi II V0l .1 p. 1 – 8.
Amriani A, Hendarto B , Hadiyarto A. 2011. Bioakumulasi logam berat timbal (pb) dan seng
(zn) pada kerang darah (Anadara granosa L.) dan Kerang Bakau (Polymesoda
bengalensis l.) Di perairan teluk kendari. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 9 No.2 p. 45-
53
Argos M, Karla T, Rathouz PJ,.2010. Arsenic exposure from drinking water, and all-cause
and chronic-disease mortalities in Bangladesh (HEALS): a prospective cohort study.
Lancet; p.252–376.
Athena, Anwar M, Sukar,. 2008. Risiko Kesehatan Masyarakat Akibat Konsumsi Air Bersih
Dan Hasil Laut Yang Mengandung Kadmium (Cd) Di Kepulauan Seribu. Jurnal
Ekologi Kesehatan. Vol 7. p.678-688.
Azhar, C. 2004. Kandungan Logam Berat Cd (Kadmium), Pb (Timah Hitam), dan Zn (Seng)
dalam Daging Ikan Bandeng, Ikan Baronang dan Ikan Kakap Putih yang Diperoleh
dari perairan Belawan. Jurnal Komunikasi Penelitian. Vol. 16, No. 5. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Azhar, H.,Widowati, I & Suprijanto,J. 2012. Studi Kandungan Logam Berat Pb, Cu, Cd, Cr
pada kerang Simping (Amusium Pleuronectes),Air dan Sedimen Di Perairan Wadung
Demak Serta Analisis Maksimum Tolerable Intake Pada Manusia. Journal of Marine
Research Vol 1. p. 35 -44.
Azizullah, Khattak K MN, Richeter P, Hader DP. 2011. Water pollution in Pakistan and its
impact on public health — Areview. Environment International Journal, 2011 Vol .37
p.479-497 homepage: www.elsevie r.com/locate/envint
Birawida AB. 2014. Model Dinamis Dan Analisa Risiko Sebaran Logam Berat Timbal
Terhadap Kesehatan Masyarakat Pesisir Makassar. Disertasi Perpustakaan FK
UNHAS Makasar.
BLH Pemprov SU. 2014. Status Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara, p.65 -67
Carman C.M.IP. 2007. Trace metal distribution in sediments of the Pearl River Estuary and
the surrounding coastal area, South China. Environmental Pollution Volume 147,
Issue 2, p. 311–323 Environmental Pollution in China
Clark A, Turner T, Dorothy KP, Goutham J, Kalavati C, Rajanna B. . 2003. Health hazards
due to pollution of waters along the coast of Visakhapatnam, east coast of India.
Ecotoxicology and Environmental Safety Volume 56, Issue 3: p. 390–397
Dahuri R., Jacub R, Ginting S.P dan Sitepu. M J, . 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Edisi Revisi, Pradnya Paramita, Jakarta
Dir Jen POM. 1989. Keputusan Dir Jen POM No. 0375/B/SK/VII/1989 tentang Batas
Maksimum Cemaran Logam Berat Pada Makanan, Jakarta
Doll, W.J., W. Xia dan G. Torkzadeh. 1994. Confirmatory F actor Analysis of End User
Computing Satisfaction Instrument. MIS Quarterly, p, 453-461
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan
Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Esquinas, Garcia. 2013. Lead, Mercury and Cadmium in Umbilical cord blood and its
association with parental epidemiological variables and birth factor.. BMC Public
Health Vol 13.p.841.
Ghozali, I. 2004. Model Persamaan Struktural, Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos
Ver. 5.0,Semarang: Universitas Diponegoro.
Ginting I. 2013. Persebaran Salinitas Pada Sumur Bor di Kelurahan Belawan II Kecamatan
Medan Belawan. Program Studi Managemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian USU
Giri S, Mahato M K, Singh G, Jha V N. 2012. Risk Assesment Due to Intake of Heavy
Metals through the ingestion of groundwater around two purposes Uranium Mining
Areas in Jharkand, India. Enviromen Monit Assess No. 184 March p.1351-1358
Hair J.F., Anderson Rolp. Tatham E., Ronald L., and Black William C.. 1998. Multivariate
Data Analysis, Fifth Edition, New York: Prentice-Hall International Inc.
Herrara A J et al. 2004. Coastal water quality assessment in the Yucatan Peninsula:
management implications. Venezuela Ocean & Coastal Management Vol 47.p. 625–
639
Herlambang A, Indriatmo H R,.2005. Pengelolaan Air Tanah Dan Intrusi Air Laut, JAI
Vol 1, No. 2 p.35-41.
Hidayah, Anny M, Purwanto dan Soeprobowati TR. 2012. Kandungan Logam Berat Pada
Air, Sedimen dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn.) di Karamba Danau
Rawapening. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, Semarang, 11 September 2012. p. 95-101.
Hutagalung, H.P. 1991. Pencemaran Laut oleh Logam Berat. Puslitbang Oseanologi. Status
Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauannya. LIPI. Jakarta.
IARC. 1993. Cadmium and cadmium compounds, Beryllium, Cadmium, Mercury and
Exposure in the Glass Manufacturing Industry, IARC Monographs on the Evaluation
of Carcinogenic Risks-Humans No. 58, p. 119–135 Lyon.
IPCS. 2004. Environmental Health Criteria XXX: Principles for modelling dose-response for
the risk assessment of chemicals (Draft). Geneva: World Health Organization and
International Programme on Chemical Safety.
Indarto, F.2012. Konsep Dasar Analisis Spasial, C.V Andi Offset, Yogyakarta; p. 6-9
Irvine dan Birch. 1998 . Distribution of heavy metals in surficial sediments of Port Jackson,
Sidney, New South Wales.Aust.J.Earth Sci., No.45.p.297-304.
Jerrold B., Leikin, M . Frank P. Palouce.. P.2008. Poisoning and Toxicology Handbook.
Fourth Edition ed.New Yok: Informa Healthcare USA,Inc.
Kolluru, R.V., Bartel, Pitblado, R. 1996. Risk Assesment And Management Hand Book for
Enviromental, Health and Safety Professional. New York, McGraw-Hill
KMNLH. 2004. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Kep-51/MNLH/2004. Sekretariat Negara,
Jakarta.
______. 2004. Prosiding Teknis Ke IV Program Pantai dan Laut Lestari. Jakarta: : Penerbit
Deputi Urusan Ekosistem Pesisir dan Laut
Lina, W. 2004. Pencemaran Air, Dampak dan Penanggulangannya . Pasca Sarjana IPB,
Bogor.
Louvar, F.L.Louvar, B.D. 1998, Health and Enviromental Risk Analysis:Fundamental with
Application, Volume 2, New Jersey, Prentice Hall PTR.
Ming HoYu, 2005 . Enviromental Toxicology, Biological and Health Effects of Pollutant
Second Edition CRC Press, New York p: 185-196
Miswadi, Siti Sundari, Penurunan Tingkat Intrusi air Laut berdasarkan “Chloride Bicarbonate
Ratio” menggunakan lubang resapan biopori studi kasus di kota semarang, Jurnal
Manusia dan lingkungan, Vol.17. No.3, November 2010:150-161
Munfiah S, Nurjazuli, Setiani O. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur
Bor di Wilayah Keraja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak, Jurnal Kesehatan
Indonesia Vol 12 No. 2 Oktober p. 154-159
Nasjono, 2010 . Pola Penyebaran Salinitas Pada Akuifer Pantai Pasir Panjang, Kota Kupang
NTT. Jurnal Bumi Lestari, Volume 10 No. 2, Agustus. hlm. 263 –269
Noviandi. 2012. Analisis Risiko Kandungan Mangan Pada Air Minum dari Sumur Gali
Terhadap Parkinson Like Syndrome di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang. Tesis IKM USU
Nurhayati. 2009. Analisis Kadar Arsen pada kerang (Bivalvia) Yang Berasal dari Laut
Belawan. Skripsi FKM USU
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero), 2011. Annual Report Tahun 2011. Medan.
Purba. 2009. Analisis Pencemaran Logam Berat Pada Air Sumur Bor Dengan Metoda Spek-
tro fotometri Untuk Dapat Digunakan Sebagai Air Minum Di Kecamatan Medan
Belawan. Skripsi FMIFA USU
Rahman A, 2005. Prinsip-prinsip Dasar , Metode, Teknik dan Prosedur Analisis Risiko Kese
hatan Lingkungan, bahan ajar pelatihan aspek-aspek kesehatan masyarakat dalam
AMDAL,(Purwokerto 23-26 Nopember 2005). Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan
dan Industri.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok (Tidak
dipublikasi)
_______. 2007. Public Health Assesment : Model kajian Prediktif Dampak Lingkungan dan
Aplikasinya untuk Manajemen Risiko. FKM UI: Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan
dan Industri. Diakses tanggal 14 Maret 2013
Rex B. Kline , 2011. Principles and Practice of Structural Equation Modeling Third Edition
Guilford Publications, New York. p.19-28
Rochyatun E , Kaisupy M. Taufik dan Rozak A. 2006. Distribusi Logam Berat dalam air dan
sedimen di Perairan Muara Sungai Cisadane, Jurnal Sains, Vol. 10, No. 1, : 35-40
Said,M , Thahir S.M, Khan S. 2011. Health risk assessment of heavy metals and their source
apportionment in drinking water of Kohistan region, northern Pakistan,
Microchemical Journal No. 98p. 334- 343.homepage: www.elsevier.com/
locate/microc
Santoso AD, 2007. Phenomena Intrusi Dasar di Teluk Hurun Lampung, JAI Vol. 3, No. 1 p.
15-19
Satarug S, Garret SH, Sens MA, Sens DA, 2010. Cadmium, Environmental Exposure, and
Health Outcomes of Pathology, Environmental Health Perspectives Vol.118 N0.2 p.
78-85
Sayful H . 2013. Metode Interpolasi Spasial dalam Studi Geografi, Geomedia Volume 11
No. 2. p;235-244
Selamet, J.S. 2003. Toksikologi Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta
Shin Jang C. 2011. Regional assessment of groundwater quality for drinking purpose,
Environ Monit Assess Vol 184. p.3063–3075
Siagian, L. 2008. Pengaruh Pencemaran Logam Berat, Pb, Cd, Cr Terhadap Biota Laut
Dan Konsumennya di Kelurahan Bagan Deli Belawan. Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara, http://www.usu.Library:perpustakaanuniversitassumatera
utara.ac.id diakses tanggal 4 Maret 2015
Sianipar, R.,2009. Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida pada Masyarakat Sekitar TPA
Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan, Tesis, Universitas Sumatera Utara
Siregar. 2006. Singkap Buyat (online) http:///www. Isi Buyat Out Put.pmd Diakses 12 Maret
2013
Solimun. 2002. Structural Equation Modeling (SEM): Lisrel dan AMOS, Cetakan I. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Suprayogi I, Anwar N dan Irawan M I, 2006 Fenomena Intrusi air laut di estuary akibat
pengaruh tinggi pasang air laut di estuary akibat pengaruh tinggi pasang air laut
dengan debit hulu sungai menggunakan pendekatan model fisik, Jurnal Purifikasi, Vol
7, No.2. p. 133-138,
Szymezyk, K. and Zalewski. 2003. Copper, zinc, and cadmium content in liver and muscles
of Mallards and other hunting Fowl spesies in Warnia and Mazury in 1999 – 2000. J.
Environ. Vol 12.No 3.p. 382 – 386. Diakses 20 September 2015
Todd, Cadid Keith, 1980. Groundwater Hydrology. John Wiley and Sons New York
Xiujuan Y, Yan Y and Wen-Xiong W. 2010.The distribution and speciation of trace metals
in surface sediments from the Pearl River Estuary and the Daya Bay, Southern China,
Marine Pollution Bulletin Volume 60, Issue 8, August 2010, Pages 1364–1371
Yorhanita F. 2001. Zonasi Potensi Pencemaran Air Tanah Pada Teras Sungai Code Yogya
karta. Manusia dan Lingkungan, Vol VIII, No.2, Agustus 2001.p: 61-69. Pusat Studi
Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia.
Zaldy S. 2009. Analisis Intrusi Air Laut dan Zona Klorida pada Sumur Bor Dalam dan
Dangkal di Kawasan Kota Medan dan Sekitarnya. Tesis PSL USU.
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
BY
The following lines were read from file D:\PASCA C\IBU SRI\HASIL LAINNYA\SEMPB.spj:
Covariance Matrix
Covariance Matrix
X3 X4 X5 X6 X7 X8
-------- -------- -------- -------- -------- --------
X3 1.92
X4 0.19 0.79
X5 0.20 -0.04 0.58
X6 0.01 0.09 0.13 0.65
X7 0.29 -0.36 0.27 0.17 1.98
X8 0.07 0.05 0.20 0.54 0.28 1.40
Number of Iterations = 35
Measurement Equations
Structural Equations
SUMURBOR MASYARAK
-------- --------
SUMURBOR 1.00
MASYARAK 0.74 1.00
Universitas Sumatera Utara
Degrees of Freedom = 50
Minimum Fit Function Chi-Square = 416.07 (P = 0.0)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 104.74 (P = 0.051)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 295.74
90 Percent Confidence Interval for NCP = (240.53 ; 358.45)
BY
The following lines were read from file D:\PASCA C\IBU SRI\HASIL LAINNYA\SEMPB.spj:
Covariance Matrix
X1 X2 X3 X4 X5 X6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
X1 0.97
X2 0.00 0.26
X3 0.26 0.12 1.92
X4 0.23 0.05 0.19 0.79
X5 -0.11 0.11 0.20 -0.04 0.58
X6 0.05 -0.04 0.01 0.09 0.13 0.65
X7 -0.25 0.08 0.29 -0.36 0.27 0.17
X8 0.03 0.05 0.07 0.05 0.20 0.54
X9 0.15 0.07 0.10 0.52 0.11 0.00
X10 0.25 0.05 0.18 0.28 -0.13 0.07
Universitas Sumatera Utara
Covariance Matrix
Number of Iterations = 22
Measurement Equations
Degrees of Freedom = 48
Minimum Fit Function Chi-Square = 318.64 (P = 0.0)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 84.23 (P = 0.061)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 246.23
90 Percent Confidence Interval for NCP = (195.85 ; 304.11)
Konsentrasi Pb Total
< NAB > NAB < NAB
Jarakkat 0 -100 m Count 122 4 126
Expected Count 108.2 17.8 126.0
% within Jarakkat 96.8% 3.2% 100.0%
% within Konsentrasi Pb 58.9% 11.8% 52.3%
% of Total 50.6% 1.7% 52.3%
101 - 200 m Count 38 7 45
Expected Count 38.7 6.3 45.0
% within Jarakkat 84.4% 15.6% 100.0%
% within Konsentrasi Pb 18.4% 20.6% 18.7%
% of Total 15.8% 2.9% 18.7%
> 200 m Count 47 23 70
Expected Count 60.1 9.9 70.0
% within Jarakkat 67.1% 32.9% 100.0%
% within Konsentrasi Pb 22.7% 67.6% 29.0%
% of Total 19.5% 9.5% 29.0%
Total Count 207 34 241
Expected Count 207.0 34.0 241.0
% within Jarakkat 85.9% 14.1% 100.0%
% within Konsentrasi Pb 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 85.9% 14.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 32.815(a) 2 .000
Likelihood Ratio 33.119 2 .000
Linear-by-Linear
32.499 1 .000
Association
N of Valid Cases
241
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.35.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.375(a) 2 .305
Likelihood Ratio 2.363 2 .307
Linear-by-Linear
2.353 1 .125
Association
N of Valid Cases
241
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.12.
Chi-Square Tests
Descriptive Statistics
Jarakkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 - 100 m 126 52.3 52.3 52.3
101 - 200 m 115 47.7 47.7 100.0
Total 241 100.0 100.0
Kedalaman Sumur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 - 100 m 197 81.7 81.7 81.7
> 100 m 44 18.3 18.3 100.0
Total 241 100.0 100.0
Konsentrasi Pb
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < NAB 207 85.9 85.9 85.9
> NAB 34 14.1 14.1 100.0
Total 241 100.0 100.0
Risiko kesehatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= Mean 160 66.4 66.4 66.4
> Mean 81 33.6 33.6 100.0
Total 241 100.0 100.0
Analisis Bivariat
Konsentrasi Pb * Risiko kesehatan Crosstabulation
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Chi-Square Tests
Risk Estimate
1 N 03.77137° 98,704580 3,771370 ST 1 Ani Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 80,5 72 12 pipa (72m) 15 1. ayah L 65 70 0,00054 2 15 365 5475 0,0035 5,913 383250 1,54286E-05 0,004408163 Rematik 5
1 E 098.70458° 98,704580 3,771370 ST 1 Ani Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 80,5 72 12 pipa (72m) 15 2. ibu P 55 53 0,00054 2 15 365 5475 0,0035 5,913 290175 2,03774E-05 0,005822102 Pusing 4
1 98,704580 3,771370 ST 1 Ani Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 80,5 72 12 pipa (72m) 15 3. anak L 27 57 0,00054 2 15 365 5475 0,0035 5,913 312075 1,89474E-05 0,005413534 Pusing 2
2 N 03.77103° 98,705070 3,771030 ST 2 Ati Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 13,5 120 20 pipa (120 m) 4 1. ayah L 60 70 0,02623 3 7 365 2555 0,0035 201,05295 178850 0,001124143 0,321183673 Rematik 5
2 E 098.70507° 98,705070 3,771030 ST 2 Ati Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 13,5 120 20 pipa (120 m) 4 2. ibu P 62 69 0,02623 3 7 365 2555 0,0035 201,05295 176295 0,001140435 0,325838509 Rematik 5
2 98,705070 3,771030 ST 2 Ati Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 13,5 120 20 pipa (120 m) 4 3. anak L 30 60 0,02623 2,5 7 365 2555 0,0035 167,544125 153300 0,001092917 0,312261905 Rematik 5
3 N 03.77120° 98,704460 3,771200 ST 3 Martinem Ling. 4 lorong mesjid 80,1 120 20 pipa (120 m) 12 1. ayah L 55 70 0,02331 2,5 12 365 4380 0,0035 255,2445 306600 0,0008325 0,237857143 Pusing 4
3 E 098.70446° 98,704460 3,771200 ST 3 Martinem Ling. 4 lorong mesjid 80,1 120 20 pipa (120 m) 12 2. ibu P 60 73 0,00409 2,5 12 365 4380 0,0035 44,7855 319740 0,000140068 0,040019569 Pusing 4
4 N 03.77191° 98,702630 3,771910 ST 4 Zainab Ling. 5 lorong ujung tanjung 11,2 84 14 pipa (84 m) 14 1. ayah L 60 70 0,00409 2,5 15 365 5475 0,0035 55,981875 383250 0,000146071 0,041734694 Pusing 4
4 E 098.70263° 98,702630 3,771910 ST 4 Zainab Ling. 5 lorong ujung tanjung 11,2 84 14 pipa (84 m) 14 2. ibu P 67 85 0,00409 2,5 15 365 5475 0,0035 55,981875 465375 0,000120294 0,034369748 Hb rendah 3
° Nila
5 N 03.77236 98,703950 3,772360 ST 5 Ling. 5 (persimpangan) 126,2 84 14 pipa (84 m) 13 1. ayah L 55 80 0,01496 2,5 13 365 4745 0,0035 177,463 379600 0,0004675 0,133571429 Rematik 5
5 E 098.70395° 98,703950 3,772360 ST 5 Nila Ling. 5 (persimpangan) 126,2 84 14 pipa (84 m) 13 2. ibu P 56 80 0,01496 2,5 13 365 4745 0,0035 177,463 379600 0,0004675 0,133571429 Rematik 5
5 98,703950 3,772360 ST 5 Nila Ling. 5 (persimpangan) 126,2 84 14 pipa (84 m) 13 3. anak P 12 37 0,01496 1,25 13 365 4745 0,0035 88,7315 175565 0,000505405 0,144401544 Rematik 5
6 N 03.77712° 98,702320 3,777120 ST 6 Apriadi Ling. 1 lorong buntu 291,7 144 12 pipa (144 m) 16 1. ayah L 55 68 0,01824 2,5 16 365 5840 0,0035 266,304 397120 0,000670588 0,191596639 Diare 2
6 E 098.70232° 98,702320 3,777120 ST 6 Apriadi Ling. 1 lorong buntu 291,7 144 12 pipa (144 m) 16 2. ibu P 50 48 0,01824 2,5 16 365 5840 0,0035 266,304 280320 0,00095 0,271428571 Hb rendah 3
6 98,702320 3,777120 ST 6 Apriadi Ling. 1 lorong buntu 291,7 144 12 pipa (144 m) 16 3. anak L 15 45 0,01824 2,5 16 365 5840 0,0035 266,304 262800 0,001013333 0,28952381 Batuk 2
7 N 03.77678° 98,703160 3,776780 ST 7 Sukarman Ling1. Lorong 1 umum 290,1 90 15 pipa (90 m) 4 1. ayah L 45 66 0,00185 1,875 4 365 1460 0,0035 5,064375 96360 5,25568E-05 0,015016234 Batuk 2
7 E 098.70316° 98,703160 3,776780 ST 7 Sukarman Ling1. Lorong 1 umum 290,1 90 15 pipa (90 m) 4 2. ibu P 40 70 0,00185 1,5 4 365 1460 0,0035 4,0515 102200 3,96429E-05 0,011326531 Batuk 4
7 98,703160 3,776780 ST 7 Sukarman Ling1. Lorong 1 umum 290,1 90 15 pipa (90 m) 4 3. anak L 18 49 0,00185 1,25 4 365 1460 0,0035 3,37625 71540 4,71939E-05 0,013483965 Pusing 3
8 N 03.77633° 98,702960 3,776330 ST 8 Sri Ling. 2 lorong 1 umum 234,7 84 14 pipa (84 m) 30 1. IBU TUA P 70 65 0,01599 1 13 365 4745 0,0035 75,87255 308425 0,000246 0,070285714 gatal-gatal 5
8 E 098.70296° 98,702960 3,776330 ST 8 Sri Ling. 2 lorong 1 umum 234,7 84 14 pipa (84 m) 30 2. ibu (HAMIL) P 40 72 0,01599 1 13 365 4745 0,0035 75,87255 341640 0,000222083 0,063452381 Pusing 3
8 98,702960 3,776330 ST 8 Sri Ling. 2 lorong 1 umum 234,7 84 14 pipa (84 m) 30 3. anak L 14 32 0,01599 0,625 13 365 4745 0,0035 47,42034375 151840 0,000312305 0,089229911 hipertensi 1
9 N 03.77663° 98,704150 3,776630 ST 9 Anum Ling. 2 lorong 2 umum 336,6 78 13 pipa (78 m) 2 1. ayah L 55 65 0,01922 1,875 2 365 730 0,0035 26,307375 47450 0,000554423 0,158406593 gatal-gatal 6
9 E 098.70415° 98,704150 3,776630 ST 9 Anum Ling. 2 lorong 2 umum 336,6 78 13 pipa (78 m) 2 2. ibu P 50 71 0,01922 0,625 2 365 730 0,0035 8,769125 51830 0,00016919 0,04834004 maag 7
9 98,704150 3,776630 ST 9 Anum Ling. 2 lorong 2 umum 336,6 78 13 pipa (78 m) 2 3. anak L 25 51 0,01922 1,25 2 365 730 0,0035 17,53825 37230 0,000471078 0,134593838 Hb rendah 2
10 N 03.77688° 98,704990 3,776880 ST 10 Sami Ling. 1 lorong 2 umum 423,8 84 14 pipa (84 m) 12 1. ayah L 67 70 0,01054 1,25 12 365 4380 0,0035 57,7065 306600 0,000188214 0,05377551 Batuk 4
10 E 098.70499° 98,704990 3,776880 ST 10 Sami Ling. 1 lorong 2 umum 423,8 84 14 pipa (84 m) 12 2. ibu P 65 63 0,01054 2,5 12 365 4380 0,0035 115,413 275940 0,000418254 0,119501134 Batuk 4
10 98,704990 3,776880 ST 10 Sami Ling. 1 lorong 2 umum 423,8 84 14 pipa (84 m) 12 3. anak P 34 49 0,01054 1,875 12 365 4380 0,0035 86,55975 214620 0,000403316 0,115233236 hipertensi 3
11 N 03.77630° 98,704320 3,776300 ST 11 Suherianto Ling. 1 lorong 2 umum 322,7 84 14 pipa (84 m) 1 1. ayah L 48 56 0,00583 1,5 1 365 365 0,0035 3,191925 20440 0,000156161 0,044617347 demam 4
11 98,704320 3,776300 ST 11 Suherianto Ling. 1 lorong 2 umum 322,7 84 14 pipa (84 m) 1 3. anak P 23 65 0,00583 0,625 1 365 365 0,0035 1,32996875 23725 5,60577E-05 0,016016484 demam 3
12 N 03.77582° 98,702970 3,775820 ST 12 Tajudin Ling. 1 lorong 3 umum 187,0 87 14.5 pipa (87 m) 11 1. ayah L 65 49 0,02599 1,25 11 365 4015 0,0035 130,4373125 196735 0,00066301 0,189431487 Pusing 3
13 N 03.77565° 98,703580 3,775650 ST 13 Asni Ling. 2 lorong 4 umum 214,8 120 20 pipa (120 m) 20 1. ayah L 56 70 0,01198 1,5 20 365 7300 0,0035 131,181 511000 0,000256714 0,073346939 Diare 2
13 E 098.70358° 98,703580 3,775650 ST 13 Asni Ling. 2 lorong 4 umum 214,8 120 20 pipa (120 m) 20 2. ibu P 54 73 0,01198 1,5 20 365 7300 0,0035 131,181 532900 0,000246164 0,070332681 hipertensi 1
14 N 03.77621° 98,705160 3,776210 ST 14 Dedek Ling. 2 Lorong 4 umum 352,5 84 14 pipa (84 m) 34 1. ayah L 65 81 0,00623 0,75 34 365 12410 0,0035 57,985725 1005210 5,76852E-05 0,016481481 Pusing 3
14 E 098.70516° 98,705160 3,776210 ST 14 Dedek Ling. 2 Lorong 4 umum 352,5 84 14 pipa (84 m) 34 2. ibu P 64 79 0,00623 0,75 34 365 12410 0,0035 57,985725 980390 5,91456E-05 0,016898734 Diare 2
14 98,705160 3,776210 ST 14 Dedek Ling. 2 Lorong 4 umum 352,5 84 14 pipa (84 m) 34 3. anak P 27 20 0,00623 0,625 34 365 12410 0,0035 48,3214375 248200 0,000194688 0,055625 diare 2
15 N 03.77605° 98,706180 3,776050 ST 15 Wati Ling. 3 lorong 5 umum 259,4 84 14 pipa (84 m) 20 1. ayah L 56 70 0,01905 0,625 15 365 5475 0,0035 65,18671875 383250 0,000170089 0,048596939 Diare 2
15 E 098.70618° 98,706180 3,776050 ST 15 Wati Ling. 3 lorong 5 umum 259,4 84 14 pipa (84 m) 20 2. ibu P 55 70 0,01905 0,625 15 365 5475 0,0035 65,18671875 383250 0,000170089 0,048596939 demam 4
15 98,706180 3,776050 ST 15 Wati Ling. 3 lorong 5 umum 259,4 84 14 pipa (84 m) 20 3. anak L 21 39 0,01905 0,625 15 365 5475 0,0035 65,18671875 213525 0,000305288 0,087225275 gatal-gatal 0
16 N 03.77575° 98,705410 3,775750 ST16 Dinar Ling. 3 lorong 5 umum 298,4 96 16 pipa (96 m) 10 1. ayah L 55 60 0,01001 1,5 10 365 3650 0,0035 54,80475 219000 0,00025025 0,0715 gatal-gatal 0
16 E 098.70541° 98,705410 3,775750 ST16 Dinar Ling. 3 lorong 5 umum 298,4 96 16 pipa (96 m) 10 2. ibu P 51 59 0,01001 1,5 10 365 3650 0,0035 54,80475 215350 0,000254492 0,072711864 Diare 2
16 98,705410 3,775750 ST16 Dinar Ling. 3 lorong 5 umum 298,4 96 16 pipa (96 m) 10 3. anak L 15 40 0,01001 1,5 10 365 3650 0,0035 54,80475 146000 0,000375375 0,10725 demam 3
17 N 03.77468° 98,703790 3,774680 ST 17 Idah Ling. 3 lorong 5 umum 159,2 72 12 pipa (72 m) 4 1. ayah L 65 70 0,01952 1 4 365 1460 0,0035 28,4992 102200 0,000278857 0,079673469 Pusing 5
17 E 098.70379° 98,703790 3,774680 ST 17 Idah Ling. 3 lorong 5 umum 159,2 72 12 pipa (72 m) 4 2. ibu P 60 75 0,01952 1 4 365 1460 0,0035 28,4992 109500 0,000260267 0,074361905 Diare 5
17 98,703790 3,774680 ST 17 Idah Ling. 3 lorong 5 umum 159,2 72 12 pipa (72 m) 4 3. anak L 21 44 0,01952 1 4 365 1460 0,0035 28,4992 64240 0,000443636 0,126753247 Pusing 3
18 N 03.77550° 98,705740 3,775500 ST 18 Nuraini Ling. 8 Lorong 6 umum 250,5 90 15 pipa (90 m) 12 1. ayah L 56 60 0,0059 0,625 12 365 4380 0,0035 16,15125 262800 6,14583E-05 0,017559524 demam 4
18 E 098.70574° 98,705740 3,775500 ST 18 Nuraini Ling. 8 Lorong 6 umum 250,5 90 15 pipa (90 m) 12 2. ibu P 52 53 0,0059 0,625 12 365 4380 0,0035 16,15125 232140 6,95755E-05 0,019878706 Diare 4
18 98,705740 3,775500 ST 18 Nuraini Ling. 8 Lorong 6 umum 250,5 90 15 pipa (90 m) 12 3. anak P 12 22 0,0059 0,625 12 365 4380 0,0035 16,15125 96360 0,000167614 0,04788961 maag 1
19 E 098.70647° 98,706470 3,775290 ST 19 Ani Ling. 8 lorong 6 umum 177,9 99 16.5 pipa (99 m) 8 2. ibu P 67 70 0,00653 1,5 8 365 2920 0,0035 28,6014 204400 0,000139929 0,039979592 Pusing 2
20 N 03.77480° 98,705560 3,774800 ST 20 Idar Ling. 3 lorong 7 umum 223,5 90 15 pipa (90 m) 3 1. ayah L 65 26 0,00064 0,625 3 365 1095 0,0035 0,438 28470 1,53846E-05 0,004395604 gatal-gatal 4
20 E 098.70556° 98,705560 3,774800 ST 20 Idar Ling. 3 lorong 7 umum 223,5 90 15 pipa (90 m) 3 2. ibu P 55 58 0,00064 0,625 3 365 1095 0,0035 0,438 63510 6,89655E-06 0,001970443 Diare 5
20 98,705560 3,774800 ST 20 Idar Ling. 3 lorong 7 umum 223,5 90 15 pipa (90 m) 3 3. anak L 20 48 0,00064 1,25 3 365 1095 0,0035 0,876 52560 1,66667E-05 0,004761905 Diare 3
21 N 03.77461° 98,704470 3,774610 ST 21 Haryanto Ling. 3 lorong 7 umum 216,4 96 16 pipa (96 m) 4 1. ayah L 55 62 0,02102 2 4 365 1460 0,0035 61,3784 90520 0,000678065 0,193732719 demam 5
21 E 098.70447° 98,704470 3,774610 ST 21 Haryanto Ling. 3 lorong 7 umum 216,4 96 16 pipa (96 m) 4 2. ibu P 50 68 0,02102 1,25 4 365 1460 0,0035 38,3615 99280 0,000386397 0,11039916 Diare 5
21 98,704470 3,774610 ST 21 Haryanto Ling. 3 lorong 7 umum 216,4 96 16 pipa (96 m) 4 3. anak P 21 40 0,02102 0,75 4 365 1460 0,0035 23,0169 58400 0,000394125 0,112607143 Diare 3
22 N 03.77443° 98,704250 3,774430 ST 22 Haidir Panjaitan Ling. 3 lorong 7 umum 185,3 81 13.5 pipa (81 m) 1 1. ayah L 54 69 0,00938 1,875 14 365 5110 0,0035 89,872125 352590 0,000254891 0,072826087 Diare 2
22 E 098.70425° 98,704250 3,774430 ST 22 Haidir Panjaitan (Kepling)
Ling. 3 lorong 7 umum 185,3 81 13.5 pipa (81 m) 1 2. ibu P 43 61 0,00938 1,875 14 365 5110 0,0035 89,872125 311710 0,00028832 0,082377049 gatal-gatal 2
23 N 03.77254 ° 98,703270 3,772540 ST 23 Rahmad Lorong ujung tanjung 2 45,7 96 16 pipa (96 m) 3 1. ayah L 40 68 0,0018 3 40 365 14600 0,0035 78,84 992800 7,94118E-05 0,022689076 gatal-gatal 5
23 E 098.70327 ° 98,703270 3,772540 ST 23 Rahmad Lorong ujung tanjung 2 45,7 96 16 pipa (96 m) 3 2. ibu P 38 75 0,0018 4 38 365 13870 0,0035 99,864 1040250 0,000096 0,027428571 diare 5
23 98,703270 3,772540 ST 23 Rahmad Lorong ujung tanjung 2 45,7 96 16 pipa (96 m) 3 3. anak P 20 55 0,0018 2 20 365 7300 0,0035 26,28 401500 6,54545E-05 0,018701299 Rematik 2
24 E 098.70349 ° 98,703490 3,772830 ST 24 Ida Lorong ujung tanjung 2 64,3 90 15 pipa (90 m) 22 2. ibu P 50 61 0,003 2 50 365 18250 0,0035 109,5 1113250 9,83607E-05 0,028103044 Sawan 5
24 98,703490 3,772830 ST 24 Ida Lorong ujung tanjung 2 64,3 90 15 pipa (90 m) 22 3. anak P 20 55 0,003 2 22 365 8030 0,0035 48,18 441650 0,000109091 0,031168831 Pusing 2
25 N 03.77308° 98,703390 3,773080 ST 25 M.Aminudin Lorong Sekolah2 51,9 90 15 pipa (90 m) 1 1. ayah L 53 65 0,0021 2 53 365 19345 0,0035 81,249 1257425 6,46154E-05 0,018461538 gatal-gatal 5
25 E 098.70339° 98,703390 3,773080 ST 25 M.Aminudin Lorong Sekolah2 51,9 90 15 pipa (90 m) 1 2. ibu P 55 54 0,0021 2 51 365 18615 0,0035 78,183 1005210 7,77778E-05 0,022222222 Diare 5
25 98,703390 3,773080 ST 25 M.Aminudin Lorong Sekolah2 51,9 90 15 pipa (90 m) 1 3. anak P 30 55 0,0021 2 27 365 9855 0,0035 41,391 542025 7,63636E-05 0,021818182 Pusing 3
26 E 098. 70303° 98,703030 3,773150 ST 26 Rosmawati Lorong Sekolah 2 13,2 78 13 pipa (78 m) 1 2. ibu P 54 55 0,0044 2 13 365 4745 0,0035 41,756 260975 0,00016 0,045714286 hipertensi 4
26 98,703030 3,773150 ST 26 Rosmawati Lorong Sekolah 2 13,2 78 13 pipa (78 m) 1 3. anak L 43 34 0,0044 2 13 365 4745 0,0035 41,756 161330 0,000258824 0,07394958 Diare 4
27 N 03.77342 ° 98,702850 3,773420 ST 27 Nurdin Lorong sekolah 1 1,2 90 15 pipa (90 m) 10 1. ayah L 55 56 0,0031 2 30 365 10950 0,0035 67,89 613200 0,000110714 0,031632653 Pusing 4
27 E 098. 70285° 98,702850 3,773420 ST 27 Nurdin Lorong sekolah 1 1,2 90 15 pipa (90 m) 10 2. ibu P 54 50 0,0031 3 30 365 10950 0,0035 101,835 547500 0,000186 0,053142857 hipertensi 4
27 98,702850 3,773420 ST 27 Nurdin Lorong sekolah 1 1,2 90 15 pipa (90 m) 10 3. anak L 18 40 0,0031 2 13 365 4745 0,0035 29,419 189800 0,000155 0,044285714 Rematik 1
28 N 03. 77341° 98,703270 3,773410 ST 28 Hasan Lorong sekolah 1 43,3 78 13 pipa (78 m) 14 1. ayah L 45 43 0,0019 3 62 365 22630 0,0035 128,991 973090 0,000132558 0,037873754 Sawan 1
28 98,703270 3,773410 ST 28 Hasan Lorong sekolah 1 43,3 78 13 pipa (78 m) 14 3. anak L 16 58 0,0019 3 62 365 22630 0,0035 128,991 1312540 9,82759E-05 0,028078818 Pusing 1
29 N 03. 77356° 98,703430 3,773560 ST 29 Ibrahim Lorong Sekolah 1 63,2 96 16 pipa (96 m) 15 1. ayah L 67 63 0,0021 2 47 365 17155 0,0035 72,051 1080765 6,66667E-05 0,019047619 gatal-gatal 3
29 E 098. 70343° 98,703430 3,773560 ST 29 Ibrahim Lorong Sekolah 1 63,2 96 16 pipa (96 m) 15 2. ibu P 59 85 0,0021 2 38 365 13870 0,0035 58,254 1178950 4,94118E-05 0,014117647 Diare 3
29 98,703430 3,773560 ST 29 Ibrahim Lorong Sekolah 1 63,2 96 16 pipa (96 m) 15 3. anak L 23 55 0,0021 2 22 365 8030 0,0035 33,726 441650 7,63636E-05 0,021818182 Pusing 2
30 N 03. 77289° 98,703190 3,772890 ST 30 H.Ismail Z Lorong ujung tanjung 2 31,7 120 20 pipa (120 m) 3 1. ayah L 67 72 0,0011 2 60 365 21900 0,0035 48,18 1576800 3,05556E-05 0,008730159 hipertensi 4
30 E 098. 70319° 98,703190 3,772890 ST 30 H.Ismail Z Lorong ujung tanjung 2 31,7 120 20 pipa (120 m) 3 2. ibu P 56 55 0,0011 3 45 365 16425 0,0035 54,2025 903375 0,00006 0,017142857 Diare 4
30 98,703190 3,772890 ST 30 H.Ismail Z Lorong ujung tanjung 2 31,7 120 20 pipa (120 m) 3 3. anak L 10 28 0,0011 1,5 24 365 8760 0,0035 14,454 245280 5,89286E-05 0,016836735 Pusing 1
31 E 098. 70344° 98,703440 3,772110 ST 31 Ibnu Hasim Lorong ujung tanjung 2 82,6 90 15 pipa (90 m) 15 2. ibu P 66 71 0,0024 2 44 365 16060 0,0035 77,088 1140260 6,76056E-05 0,019315895 hipertensi 4
31 98,703440 3,772110 ST 31 Ibnu Hasim Lorong ujung tanjung 2 82,6 90 15 pipa (90 m) 15 3. anak L 21 55 0,0024 2 25 365 9125 0,0035 43,8 501875 8,72727E-05 0,024935065 gatal-gatal 2
32 N 03.77203 ° 98,702800 3,772030 ST32 Rusdi Lorong ujung tanjung 2 22,8 90 15 pipa (90 m) 1,5 1. ayah L 46 50 0,0027 2 52 365 18980 0,0035 102,492 949000 0,000108 0,030857143 gatal-gatal 3
32 E 098. 70280 98,702800 3,772030 ST32 Rusdi Lorong ujung tanjung 2 22,8 90 15 pipa (90 m) 1,5 2. ibu P 50 91 0,0027 3 49 365 17885 0,0035 144,8685 1627535 8,9011E-05 0,025431711 Sesak Pernapasan 3
32 98,702800 3,772030 ST32 Rusdi Lorong ujung tanjung 2 22,8 90 15 pipa (90 m) 1,5 3. anak L 20 60 0,0027 2 25 365 9125 0,0035 49,275 547500 0,00009 0,025714286 Hb rendah 1
33 N 03. 77207° 98,703120 3,772070 ST33 Junaidi Lorong ujung tanjung 2 52,9 84 14 pipa (84 m) 10 1. ayah L 67 70 0,0013 2 21 365 7665 0,0035 19,929 536550 3,71429E-05 0,010612245 Batuk 3
33 E 098. 70312° 98,703120 3,772070 ST33 Junaidi Lorong ujung tanjung 2 52,9 84 14 pipa (84 m) 10 2. ibu P 65 91 0,0013 2 21 365 7665 0,0035 19,929 697515 2,85714E-05 0,008163265 Batuk 3
33 98,703120 3,772070 ST33 Junaidi Lorong ujung tanjung 2 52,9 84 14 pipa (84 m) 10 3. anak L 13 21 0,0013 2 21 365 7665 0,0035 19,929 160965 0,00012381 0,03537415 hipertensi 1
34 E 098. 70184° 98,701840 3,772550 ST 34 Sarah Lorong Ujung Tanjung Seberang 61,2 66 11 pipa (66 m) 6 2. ibu P 55 69 0,0032 2 40 365 14600 0,0035 93,44 1007400 9,27536E-05 0,026501035 demam 3
34 98,701840 3,772550 ST 34 Sarah Lorong Ujung Tanjung Seberang 61,2 66 11 pipa (66 m) 6 3. anak P 15 45 0,0032 1,5 28 365 10220 0,0035 49,056 459900 0,000106667 0,03047619 demam 1
35 N 03. 77247° 98,701270 3,772470 ST 35 Samsul Bahri Lorong Ujung Tanjung Seberang 46,3 90 15 pipa (90 m) 3 1. ayah L 55 62 0,0025 1,5 3 365 1095 0,0035 4,10625 67890 6,04839E-05 0,017281106 Pusing 4
35 E 098. 70127° 98,701270 3,772470 ST 35 Samsul Bahri Lorong Ujung Tanjung Seberang 46,3 90 15 pipa (90 m) 3 2. ibu P 50 56 0,0025 1,5 3 365 1095 0,0035 4,10625 61320 6,69643E-05 0,019132653 gatal-gatal 4