Anda di halaman 1dari 178

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Sekolah Pascasarjana Disertasi Doktor (Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan)

2018

Model Pengelolaan Risiko Dampak


Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd)
Berbasis Studi ARKL pada Masyarakat
yang Terpapar di Kawasan Pesisir Belawan

Indirawati, Sri Malem


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11260
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
MODEL PENGELOLAAN RISIKO DAMPAK PENCEMARAN LOGAM
BERAT (Pb dan Cd) BERBASIS STUDI ANALISA RISIKO KESEHATAN
LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT YANG TERPAPAR DI
KAWASAN PESISIR BELAWAN

DISERTASI

Oleh :

SRI MALEM INDIRAWATI


NIM. 118106008
Program Doktor (S3) Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
PENETAPAN PANITIA PENGUJI DISERTASI

Diuji pada Ujian Disertasi Terbuka (Promosi)

Tanggal : 23 Mei 2018

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Pemimpin Sidang :

Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum

Ketua : Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia


Anggota : Prof. Dr. Herman Mawengkang
Dr. dr. Wirsal Hasan
Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.
Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc
Dr. Delvian, Sp., MP
Dr. Onny Setiani, PhD

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Judul Disertasi

MODEL PENGELOLAAN RISIKO DAMPAK PENCEMARAN LOGAM


BERAT (Pb dan Cd) BERBASIS STUDI ANALISA RISIKO KESEHATAN
LINGKUNGAN (ARKL) PADA MASYARAKAT YANG TERPAPAR DI
KAWASAN PESISIR BELAWAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa disertasi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya
penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian
disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-
bagian tertentu, penulis bersia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.

Medan, 23 Mei 2018

Penulis,

Sri Malem Indirawati

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kawasan pesisir Belawan adalah daerah potensial tercemar, sumber


pencemaran berasal dari aktivitas pelabuhan Belawan, aktivitas masyarakat, limbah
industri dan intrusi air laut yang memperburuk kualitas lingkungan. Masyarakat
pengguna sumur gali dan sumur bor terpapar dengan logam berat seperti Pb pada air
minum mereka. Sifat akumulatif logam berat akan menimbulkan dampak bagi
kesehatan saat ini atau masa yang akan datang.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun model pengelolaan risiko dampak
pencemaran logam berat Pb dan Cd berbasis studi Analisa Risiko Kesehatan
Lingkungan (ARKL). Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan penelitian
kuantitatif yaitu melakukan pengukuran parameter kualitas air sumur bor untuk melihat
kandungan logam berat Pb dan Cd pada air minum, kemudian di analisa dengan metode
analisa risiko kesehatan lingkungan (ARKL) untuk mengukur besaran risiko kesehatan
dampak dari paparan Pb dan Cd pada air minum penduduk. Selanjutnya dilakukan analisis
spasial (IDW) untuk memetakan besarnya risiko dengan jarak dan kedalaman sumur dan
analisa SEM (Structural Equation Modelling) untuk menyusun model pengelolaan risiko.
Sampel masyarakat pengguna sumur bor sejumlah 250 orang .
Pencemaran Pb pada air minum berasal dari sumur dengan kedalaman 0 -100 m
sejumlah 73,5% sumur dengan konsentrasi diatas baku mutu lingkungan dan sisanya berada
pada kedalaman 100 – 200 m sedangkan untuk Cd seluruh hasil pengukuran masih di bawah
baku mutu lingkungan. Berdasarkan jarak, kosentrasi Pb dan Cd memiliki kecenderungan
semakin jauh dari sumber pencemar konsentrasi semakin berkurang. Hasil yang diperoleh
dari studi ARKL untuk logam Pb dan Cd memilki RQ < 1, namun efek toksik Pb diestimasi
akan muncul pada masyarakat yang mengkonsumsi air minum sejumlah 2 l/hari dengan nilai
konsentrasi Pb maksimum 0.026 mg/l dalam waktu 13 tahun yang akan datang. RQ Pb dan
Cd berdasarkan jarak memiliki kecenderungan semakin dekat dengan garis pantai (sumber
pencemar) besaran risiko (RQ) cenderung mendekati nilai mean sama halnya dengan
kedalaman . Model pengelolaan risiko berbasis studi ARKL yang diperoleh adalah :
Y = 1,39 y 1 (Sumur bor ) + 0,36 y 2 (Masyarakat) dimana risiko kesehatan lingkungan lebih
besar dipengaruhi oleh variabel karakteristik sumur bor dibandingkan dengan variabel
masyarakat.
Pengelolaan lingkungan dalam upaya menurunkan risiko kesehatan lingkungan pada
penduduk yang bermukim di pesisir adalah dengan menitik beratkan pada pengelolaan sumur
bor khususnya pengaturan pada kedalaman dan jarak sumur dari garis pantai sehingga intake
sesuai dengan RfD menurunkan risiko kesehatan bagi masyarakat pesisir.

Kata Kunci : risiko kesehatan, sumur bor, masyarakat pesisir

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The coastal area of Belawan is potentially polluted area. The source of


pollution is from the activities around the port of Belawan. People who live in
coastal areas experiencing health risks due to environmental pollution. The source
of water for the community has also been polluted. People who live around
Belawan get water from dug wells and bore wells. However, these wells are
exposed to heavy metals Pb. This study aims to measure the magnitude of
environmental health risks in coastal communities that use bore wells as a source
of drinking water. The exposed measurement to analyze patterns of Pb is based on
the distance of the waterfront and the depth of the wellbore and build an
environmental management model.
This research is analytic survey with cross sectional design. Methods used
for analyzing environmental health risks is measured by the EHRA
(environmental Health Risks Assessment) method, spacing and depth of wells
drilled in the spatial analysis using IDW (Inverse Distance Weighted) method and
statistic analysis using SEM (Structural Equation Modeling) analysis to develop
risk management model. The sample is the community who use wellbore are 250
respondents.
The health risks of Pb with RQ <1 will not pose a risk, The risk increased
with the proximity of the wellbore to the sea front while the risk varies widely
based on the depth of the well. Based on the depth, there are 73,5% of wellbore
are in depths 0-100 m is Pb contaminated in drinking water and the remainder are
in depth of 100 - 200 m while for Cd the entire measurement results are still
below environmental quality standards. The concentrations of Pb and Cd by
distance have a tendency farther away from pollutant sources of concentration will
decreases.
The results obtained from ARKL studies for Pb and Cd metals have RQ
<1, but the Pb toxic effect is estimated to occur in people who consume drinking
water of 2 l/day with a maximum Pb concentration of 0.026 mg/l in 13 years later
. RQ Pb and Cd by distance have a tendency to get closer to the coastline
(pollutant source) risk scale (RQ) tends to approach the mean value as well as the
depth. The ARKL-based risk management model obtained is:
Y = 1,39 y1 + 0,36 y2 where is the risk of environmental health is greater
influenced by the characteristics variable of the wellbore than the commnity
variable. Environmental management in efforts to reduce environmental health
risks in coastal populations is emphasized in the management of wells, especially
in the depth and well spacing of the coastline so that the intake in accordance with
RfD reduces health risks for coastal communities.

Keywords: health risks, wellbore, coastal communities

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga disertasi“ Model Pengelolaan Risiko
Dampak Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) Berbasis Studi ARKL Pada
Masyarakat Yang Terpapar Di Kawasan Pesisir Belawan” dapat selesai ditulis.
Selama melakukan penelitian dan penulisan disertasi ini, penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum, Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Miswar Budi Mulya, S.Si., M.Si selaku ketua Program Studi
Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang memberikan kesempatan kepada penulis
mengikuti pendidikan pada program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan.
4. Bapak Prof. Dr. Setiaty Pandia selaku Ketua promotor yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan penulisan disertasi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Herman Mawengkang, M.Sc selaku Co-promotor yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan disertasi ini.
6. Bapak Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Co-promotor yang telah
mengoreksi, membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan
disertasi ini.
7. Bapak Prof Dr. Erman Munir,M.Sc selaku anggota komisi penguji yang telah
memberikan perbaikan dan saran yang sangat konstruktif sehingga isi
disertasi ini menjadi lebih baik.
8. Bapak Dr. Delvian, SP., MP., selaku anggota komisi penguji yang telah
memberikan perbaikan dan saran guna penyempurnaan penulisan disertasi ini.
9. Ibu Dr. Onny Setiani, PhD selaku anggota komisi penguji dari luar Program
Studi PSL yang telah mengoreksi dan saran baik dari sisi penulisan maupun
dari sisi materi disertasi sehingga isi disertasi lebih baik.
10. Bapak Drs. Asman Karo-Karo, MM. selaku Ketua Yayasan STIKes Sumatera
Utara yang menyetujui dan Segenap Wakil Ketua STIKES Sumatera Utara
dan memberikan ijin tugas belajar untuk studi lanjut.
11. Bapak Prof. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes selaku Ketua STIKes SUMUT
yang memberikan dukungan dan ijin dalam melanjutkan studi ini.
12. Ayahanda Mahmud Sembiring (alm) dan Ibunda Bunga S. br Barus (almh)
yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang
dan selalu mendoakan penulis di setiap waktu, Ibu mertua Maimunah.br
Sembiring (alm) dan Bapak Mertua Ng. Sinulingga yang membimbing
penulis dalam mendidik anak anak.

iii

Universitas Sumatera Utara


13. Suami tercinta Sumarlin Sinulingga, S,Kom, M.Kom, dan ananda Salman
Raihan Sinulingga dan Adam Helmi Sinulingga disampaikan terimakasih
atas pengertiannya selama ini yang diberikan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan hingga dapat menyelesaikan studi Doktor.
14. Para sahabat mahasiswa Program Doktor khususnya angkatan 2011 yaitu: Dr.
Ir . Sindak Hutauruk, Delima Panjaitan, M,Si, Ir. Janter H, M.Si dan seluruh
teman seperjuangan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, Kita
bersama-sama saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman untuk mengatasi
masalah yang kita hadapi selama menjadi mahasiswa dan telah membantu
dan mendorong penulis untuk segera menyelesaikan studi Doktor. Abang
Senior Dr. Ali Musri, Dr.Hotman sebagai motivator grup PSL dan adik junior
yang turut mendukung.

Penulis menyadari disertasi ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan arahan, koreksi,
masukan atau kritikan untuk memperbaiki disertasi ini dimasa mendatang. Namun
demikian ditengah kekurangan disertasi ini, harapan penulis semoga disertasi ini
bermanfaat bagi seluruh pembaca. Akhir kata kiranya Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa memberkati kita semua. Amin.

Medan, Mei 2018

Sri Malem Indirawati,SKM, M.Si

iv

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sri Malem Indirawati, lahir di Medan Sumatera Utara pada
tanggal 7 Agustus 1971 dari Ayah bernama Mahmud Sembiring ( Alm) dan Ibu
bernama Bunga Siang br Barus (Almh), sebagai anak ke lima dari lima bersaudara.
Menikah pada tahun 1999 dengan Sumarlin Sinulingga dan dikaruniai dua putra yaitu
Salman Raihan Sinulingga dan Adam Helmi Sinulingga.
Penulis menempuh pendidikan Dasar di SD INPRES No.101832 Pancurbatu,
lulus tahun 1984, melanjutkan ke SMPN I Pancur batu lulus tahun 1987. Pendidikan
SMA diselesaikan tahun 1990 di SMAN I Pancur batu dan pada tahun tersebut
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi Diploma III (D3) di Universitas Sebelas
Maret Surakarta di Fakultas Kedokteran Program Studi D3 Hyperkes dan Keselamatan
Kerja lulus tahun 1993. Selang waktu 1994 – 1996 penulis bekerja dan sambil bekerja
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan S1 program ekstension di Fakultas
Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia pada tahun 1996 dan lulus tahun
1998. Pada Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang strata-2 di Program
Studi Megister Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan , Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara dan Lulus Tahun 2010. Pada tahun 2011 melanjutkan
pendidikan Program Doktoral (S3) di Program studi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Semasa Kuliah penulis di S1, penulis telah mulai bekerja dan hingga saat ini
dengan beberapa pengalaman kerja sebagai berikut :

1994-1998 : Pekerja Sosial di ILO-IPEC Project di Bantargebang Bekasi dan gur


Pendidikan Luar Sekolah (PLS Dikbud Kec.Bantargebang) kejar
Paket A dan B
1998-2008 : Staf Pengajar di AKBID Medistra Lubuk Pakam
2008 sd saat ini : Staf Pengajar di STIKES Sumatera Utara Medan
2010 -2017 : Menjabat sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES Sumatera Utara
2018 sd saat ini : Menjabat sebagai Wakil Ketua I bidang Akademik di STIKES
Sumatera Utara

Penulis juga terlibat dalam organisasi di masyarakat maupun profesi diantaranya


Pembina Remaja Mesjid (IRM Muslimin Kel.Baru Ladangbambu), Pengurus
Perwiridan Kelurahan dan terlibat dalam organisasi profesi IAKMI (Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10


2.1 Pencemaran Logam Berat pada Air Sumur di Daerah Pesisir ................. 10
2.1.1 Timbal (Pb) .................................................. ............................. 13
2.1.2 Kadmium (Cd)................... ....................................................... 15
2.2 Analisa Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) ...................................... 22
2.3 Paradigma Analisis Risiko ...................................................................... 24
2.3.1 Identifikasi Bahaya............................................... ...................... 24
2.3.2 Analisis Pemajanan .................................................................... 25
2.3.3 Analisis Dosis respon ............................................................... 27
2.3.4 Karakteristik Risiko .................................................................. 27
2.4 Manajemen Risiko .................................................................................. 28
2.5 Intrusi Air Laut ....................................................................................... 29
2.6 Sumur Bor .............................................................................................. 32
2.6.1 Kualitas Air Sumur Bor ............................................................ 33
2.6.2 Sumur Bor dan Sumber Pencemarannya .................................. 34
2.6.3 Structural Equation Modelling (SEM) ...................................... 39
2.7 Kerangka Konsep ................................................................................... 40
2.8 Hipotesa Penelitian ................................................................................ 43
2.9 Novelty .................................................................................................. 43

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 45


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 45
3.2 Jenis Penelitian ...................................................................................... 45
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 46
3.3.1 Populasi............................................................................................ 46
3.3.2 Sampel.............................................................................................. 46
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 46

vi

Universitas Sumatera Utara


3.5 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 47
3.6 Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................... 47
3.6.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 50
3.7 Analisis Data ......................................................................................... 51
3.8 Tahapan Penelitian ................................................................................. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 61


4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................................... 61
4.2 Hasil Studi ARKL dan Besaran Risiko Paparan Logam Pb .................... 65
4.3 Pencemaran Pb Berdasarkan Kedalaman dan Jarak sumur bor dari
gaaris pantai ........................................................................................... 65
4.3.1 Sebaran konsetrasi Pb di wilayah penelitian berdasarkan
kedalaman .................................................................................... 67
4.3.2 Analisa Jarak Sumur dan Konsentrasi Pb ....................................... 67
4.4 Analisis Besaran Risiko Kesehatan Lingkungan (RQ)
Akibat paparan Pb Berdasarkan Kedalaman Sumur Bor ......................... 72
4.5 Analisa Jarak sumur dan Risiko Kesehatan Pb (RQ Pb) .......................... 75
4.6 Hasil Studi ARKL dan Besaran Risiko Pparan Logam Cd ....................... 78
4.7 Sebaran Pencemaran Pb dan Cd Berdasarkan jarak
dan Kedalaman Sumur Bor ..................................................................... 80
4.8 Analisa Risiko Cd ................................................................................... 82
4.8.1 Analisa Kedalaman Sumur dan Konsentrasi Cd ............................. 85
4.9 Analisa Hasil analisa Jarak sumur dan Konsentrasi Cd ............................ 85
4.10 Analisis Besaran Risiko Kesehatan Lingkungan (RQ)
Akibat Paparan Cd Berdasarkan Kedalaman Sumur Bor
Dan Jarak Sumur dari Tepi Laut ............................................................. 89
4.10.1 Analisa Kedalaman sumur dan risiko kesehatan Cd (RQ Cd) ....... 89
4.10.2 Analisa jarak sumur dan Risiko Kesehatan Cd (RQ Cd) .............. 91

4.11 Hasil Analisa SEM .................................................................................. 93


4.12 Model Persamaan Struktural .................................................................... 98
4.13 Keluhan Penyakit Masyarakat ................................................................. 100

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 103


5.1 Pencemaran Pb dan Cd Berdasarkan Jarak dan Kedalaman Sumur Bor ...... 103
5.2 Risiko Kesehatan Lingkungan (RQ) Pb dan Cd ......................................... 109
5.3 Manjemen Risiko ...................................................................................... 113
5.4 Model Pengelolaan Lingkungan ................................................................. 114

BAB VI KESIMPULAN ............................................................................... 119


6.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 119
6.2 Saran ………………………………………………………………….........120

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 122

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

NO. JUDUL HALAMAN

Tabel 2.1 Nilai default faktor – faktor pemajanan untuk menghitung asupan
berbagai jalur pajanan ...................................................................... 28
Tabel 2.2 Hasil –hasil Penelitian Terdahulu ..................................................... 32
Tabel 3.1 Memilih Jumlah Sampel Berdasarkan teknik Estimasi ...................... 37
Tabel 3.2 Klasifikasi Variabel Bentukan dan variabel Terukur ......................... 42
Tabel 3.4 Confirmatory Factor Analysis Variabel Risiko Pencemaran Logam
Berat .................................................................................................. 46
Tabel 3.5 Persamaan Struktural Penelitian ...................................................... 50
Tabel 3.6 Indeks Goodness of Fit Model ......................................................... 56
Tabel 5.1 Hasil ARKL dan Besaran Risiko Paparan logam Pb ......................... 69
Tabel 5.2 Hasil analisis Kedalaman dan Konsentrasi Pb .................................. 72
Tabel 5.3 Hasil analisis jarak sumur dan konsentrasi Pb................................... 74
Tabel 5.4 Hasil analisis Kedalaman sumur dan pisiko Kesehatan
Logam Pb (RQ Pb)............................................................................. 75
Tabel 5.5 Analisis Jarak Sumur dan Risiko Kesehatab Pb (RQ Pb) .................. 76
Tabel 5.6 Hasil Studi ARKL dan Besaran Risiko (RQ) Paparan Logam Cd ..... 77
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jarak sumur dari
tepi laut dan kedalaman sumur di kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan tahun 2016 ............................................................... 80
Tabel 5.9 Hasil Analisis jarak sumur dan konsentrasi Cd ................................. 84
Tabel 5.10 Hasil analisis kedalaman dan risiko kesehatan logam Cd ................ 85
Tabel 5.11 Hasil Analisis Jarak sumur dan Risiko Kesehatan Cd (RQ Cd) ....... 87
Tabel 5.12 Rekapitulasi Keluhan Penyakit Responden .................................... 88
Tabel 5.13 Hasil Uji Validitas Risiko Pencemaran Logam Berat (X) .............. 91
Tabel 5.14 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel X ..................... 92

viii
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.15 Hasil Uji Validitas Subjek (Masyarakat) (Y2) ................................ 93
Tabel 5.16 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel Y2 ................... 93
Tabel 5.17 Hasil Uji Validitas Objek (Sumur Bor) Y1 ..................................... 94
Tabel 5.18 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel Y1.................... 95
Tabel 5.19 Hasil Uji Validitas Risiko Pencemaran Logam Berat (X) ............... 96
Tabel 5.20 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel X ..................... 96
Tabel 5.21 Hasil Uji Validitas Variabel Subjek (MAsyarakat) (Y2) ................ 97
Tabel 5.22 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel Y2.................... 98
Tabel 5.23 Perhitungan Average Variance Extracted Variabel Y1.................... 99
Tabel 5.24 Uji Reliabilitas pada Variabel Risiko Pencemaran
Logam Berat (X) ........................................................................ 100
Tabel 5.25 Uji Reliabilitas Pada Variabel Laten Subjek (Masyarakat) (Y2) ... 101
Tabel 5.26 Uji Reliabilitas Pada Variabel Laten Objek (Sumur Bor) (Y1)...... 101
Tabel 5.27 Uji Reliabilitas Pada Variabel Risiko Pencemaran
Logam Berat (X) .............................................................................. 102
Tabel 5.28 Uji Reliabilitas Pada Variabel Laten Subjek (MAsyarakat) (Y2) .. 103
Tabel 5.29 Uji Reliabilitas Pada Variabel Laten Objek (Sumur Bor) (Y1)...... 103
Tabel 5.30 Indeks kesesuaian SEM Tahap Awal (Pb) .................................... 104
Tabel 5.31 Indeks Kesesuaian SEM Setelah Modifikasi Model ..................... 105
Tabel 5.32 Inddeks Kesesuaian SEM Tahap Awal (Cd) ................................. 106
Tabel 5.33 Indeks Kesesuaian SEM Setelah Modifikasi Model ..................... 107
Tabel 5.34 Hasil Pengujian Risiko pencemaran logam berat terhadap Kesehatan
Lingkungan (Z) ................................................................................ 108
Tabel 5.35 Uji Signifikansi Pb dan Cd ........................................................... 112
Tabel 5.36 Pengaruh Langsung Antara Variabel Penelitian ........................... 113

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

NO . JUDUL HALAMAN

Gambar 2.1 Kontribusi logam berat timah hitam (Pb), Merkuri (Hg)
dan kadmium (Cd), Arsenic (As), dan Cromium (Cr) pada
INTAKE manusia ....................................................................... 15
Gambar 2.2 Perjalanan timbal yang berasal dari lingkungan sampai masuk ke
dalam tubuh manusia .................................................................. 16
Gamabra 2.3 Bagan Pengaruh bebrapa jenis bahan pencemar terhadap
Lingkungan Perairan dan Kesehatan ............................................ 20
Gambar 2.4 Paradigma risk analysis dari UNC (1983) (dalam Louvar, 1998) .. 24
Gambar 2.5 Ruang lingkup risk analysis .......................................................... 25
Gambar 2.6 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................ 30
Gambar 3.1 Hubungan antara Variabel Latent dalam bentuk Struktur Model .. 40
Gambar 3.2 Confirmatory factor analysis variabel risiko pencemaran
logam berat ................................................................................. 46
Gambar 3.3 Second Order Confirmatory factor analysis lingkungan yang
berkelanjutan............................................................................... 47
Gambar 4.1 Hasil Google Map 92 Sampel Penelitian ...................................... 67
Gambar 4.2 Foto Pompa Sumur Bor Penduduk dan Pendistribusian air
ke rumah tangga lainnya di Kel. Bagan Deli Kec.
Medan Belawan ......................................................................... 68
Gambar 5.1 Peta konsentrasi Pb diatas NAB .................................................... 71
Gambar 5.2 Peta hasil analisis Spasial Konsentrasi Pb dengan
kedalaman Sumur ...................................................................... 72
Gambar 5.3 Peta Konsentrasi Pb dan Jarak dari Tepi Laut ............................... 73
Gambar 5.4 Peta analisis risiko Pb dengan Kedalaman Sumur ......................... 76
Gambar 5.5 Peta Sebaran Konsentrasi Cd ........................................................ 79
Gambar 5.6 Jarak Sumur Bor dari Tepi Laut /Sungai ....................................... 81

x
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.7 Peta Distribusi lokasi titik sampel Pb dan Cd berdasarkan
Kedalaman ................................................................................. 82
Gambar 5.8 Peta Distribusi konsentrasi Cd dengan Kedalaman Sumur Bor ..... 83
Gambar 5.9 Peta Hasil Analisis Spasial Konsentrasi Cd dan Jarak dari Tepi Laut
.................................................................................................... 85
Gambar 5.10 Peta Hasil analisis spesial besarnya risiko kesehatan (RQ Cd)
dengan Kedalaman Sumur Bor .................................................... 86
Gambar 5.11 Model Struktural dengan Sub Konstruk Variabel Endogen ...... 113

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

NO . JUDUL HALAMAN

1 Kuesioner Penelitian ....................................................................... 1

2 Data Sumur Tercemar Pb .............................................................. 2


3 Hasil Analisa SEM ....................................................................... 8
4 Data Litologi Belawan .................................................................. 9
5 Daftar Nama Perusahaan lokasi di Hulu Sungai ........................... 13
6 Peta Lokasi Sungai di Sepanjang Sungai Deli .............................. 14
7 Hasil Analisa Statistik Deskriptif .................................................. 15
8 Master Tabel Data Penelitian ........................................................ 20

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN

ADKL = Analisis Dampak Lingkungan


AGFI = Adjusted Goodness of Fit Index
AMDAL = Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
AMOS = Analysis Moment Of Structure
ARKL = Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
ARKL = Analisa Risiko Kesehatan Lingkungan
As = Arsenic
BLH = Badan Lingkungan Hidup
BOD = Biochemical Oxygen Demand
CAT = Cekungan Air Tanah
CCR =Cancer Unit Risk
Cd = Cadmium
CFA = Confirmatory Factor Analysis
CFI = Comparative Fit Index
Co = Cobalt
COD = Chemical Oxygen Demand
CPO = Crude Palm Oil
Cr = Chromium
CR = Contruct Reliability
CSF = Cancer Slofe Factor
Cu = Copper
DAS = Daerah Aliran Sungai
DF = Degree of Freedom
DO = Dissolved Oxygen
ECR = Excess Cancer Risk
EPA = Environmental Protection Agency
GFI = Goodness of Fit Index
GOF = Goodness-of-fit
GPS = Global Positioning System
Hb = Hemoglobin
Hg = Mercury
IDW = Inverse Distance Weighted
IPCS = International Programme on
Chemical Safety
KK = Kepala Keluarga
LISREL = Linier Structural Relationship
LRB = Lubang Resapan Biopori
Mn = Mangan

xiii

Universitas Sumatera Utara


NAB = Nilai Ambang Batas
NGO = Non Government Organisation
Ni = Nickel
Pb = Timbal
PBB = Perserikatan Bangsa – bangsa
PCE = Perchlorethylene
PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum
PHA = Public Health Assessment
PLS = Partial Least Square
PNPM = Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat
Ppm = Part Per Milion
PPSB = Pelabuhan Pemeriksa Samudera
Belawan
PUSTU = Puskesmas Pembantu
RfD = Reference Dose
RMSEA = Root Mean Square Error
Approximation
RPL = Rencana Pemantauan Lingkungan
RQ = Risk Qoutient
RTH = Ruang Terbuka Hijau
SEM = Structural Equation Modeling
SPAL = Sistem Pembuangan Air Limbah
TCE = TrichloroethyleneI
TLI = Trucker Lewis Index
UNCED = United Nations Conference on
Environment and Development
VE = Variance Extractednya
WHO = World Health Organization
Zn = Zinc

xiv

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota-kota besar di Indonesia umumnya berada di wilayah pesisir pantai seperti

Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Makasar, dan lain-lain.Wilayah pesisir pada

umumnya memiliki tingkat aktivitas manusia yang sangat intensif diantaranya aktivitas

pelabuhan, transportasi laut, dan industri mendorong tersedotnya sumberdaya yang

ada. Pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang berlebihan

berdampak pada penurunan kualitas lingkungan pesisir. Umumnya wilayah pesisir

adalah lokasi terjadinya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah industri

( Ethan et al., 2003), limbah domestik dan pertanian ( Azizullah et al., 2011).

Pencemaran wilayah pesisir terjadi akibat ulah manusia dengan prilaku yang tidak

ramah terhadap lingkungan (Harrera et al., 2005).

Karakteristik wilayah pesisir pada umumnya sama dengan ciri-ciri ke arah darat

dipengaruhi oleh sifat fisik laut seperti pasang surut, angin, gelombang serta intrusi

dan ke arah laut dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat seperti sedimentasi,

aliran air tawar dari aliran DAS, buangan limbah domestik, industri dan pertanian.

Pencemaran lingkungan di wilayah pesisir membuat perairan di sepanjang garis pantai

dan pantai itu sendiri menjadi tidak layak untuk digunakan oleh masyarakat umum dan

telah menjadi masalah kesehatan yang global (Clark et al.,2003). Indikator

pencemaran pada air laut dapat diketahui dengan adanya hasil penelitian yang

menemukan pencemaran logam berat Pb pada sedimen di muara sepanjang pesisir

1
Universitas Sumatera Utara
2

pantai di Cina Selatan (Carman et al.,2007) dan trace metal lainnya seperti Cr, Cu, Ni,

Pb, dan Zn (Xiujuan et al., 2010).

Belawan adalah wilayah pesisir tempat bermuaranya air yang berasal dari

sejumlah sungai yang mengalir di kawasan kota Medan dan sekitarnya. Kawasan

perairan Belawan berdekatan dengan kawasan Industri, pelabuhan dan pemukiman

penduduk. Belawan menjadi daerah tercemar akibat aktivitas manusia. Hal ini

didukung oleh hasil beberapa penelitian dan laporan Badan Lingkungan Hidup

Provinsi Sumatera Utara mempertegas kondisi pencemaran pesisir Belawan ( Status

Lingkungan Hidup Daerah , 2015).

Sumber pencemaran perairan pesisir Belawan berasal dari limbah industri,

limbah cair pemukiman (sewage), limbah cair perkotaan (urban stormwater),

pelayaran (shipping), pertanian, dan perikanan budidaya. Bahan pencemar utama yang

terkandung dalam buangan limbah tersebut berupa sedimen, unsur hara (nutriens),

logam beracun (toxic metals), pestisida, organisme pathogen, sampah dan oxygen

depleting substances (bahan-bahan yang menyebabkan oksigen yang terlarut dalam air

laut berkurang). Pencemaran pada pesisir Belawan juga sangat memprihatinkan seperti

dalam penelitian Siagian (2008) menemukan biota laut telah tercemar logam Pb, Cd

dan Cr. Penelitian Nurhayati (2009) menemukan kerang di perairan Belawan telah

tercemar Pb dan Cd. Salbiah (2009) juga menemukan kerang batu dengan kandungan

Pb di atas baku mutu yaitu 1,434 ppm dan Cd pada lokan 0.5 ppm. Analisa beberapa

parameter lingkungan yang dilakukan oleh Sitorus (2011) di perairan pesisir Timur

Sumatera Utara juga menemukan kadar Pb pada kerang telah melebihi baku mutu

yaitu 0.042 ppm (NAB 0.02 ppm), Kajian lingkungan yang dilakukan secara rutin

Universitas Sumatera Utara


3

oleh Pelindo Belawan menemukan tiga (3) logam berat yang berbahaya dari sampel

air laut yaitu kadar Pb, Cd dan Cr yang melebihi baku mutu lingkungan ( Pelindo,

2012). Pencemaran logam berat meliputi logam Pb, Cd, Cr yang diperoleh bersumber

dari pemeriksaan air laut, biota laut maupun sedimen. Hasil studi Indirawati (2012)

berdasarkan analisa logam berat Pb dan Cd pada air laut di pesisir Belawan ditemukan

rerata kadar Pb 0.05 mg/l (NAB :0.005 mg/l) dan rerata kadar Cd 0.0042 mg/l( NAB

:0.002 mg/l), hasil studi terbaru ditemukan Pb diperairan pesisir Belawan kelurahan

Bagan Deli sejumlah 0.15 mg/l sedangkan Cd 0.0013 mg/l ( Pradifta G.dkk, 2017 ).

Logam berat di alam ini tergolong pada logam berat non esensial, yaitu logam

berat yang bersifat toksik serta keberadaannya dalam tubuh belum diketahui

manfaatnya. Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Crom (Cr), Arsen (As)

adalah logam berat non esensial (Widowati, 2008). Logam berat merupakan elemen

yang tidak dapat terurai (persisten) dan dapat terakumulasi melalui rantai makanan

(bioakumulasi), dengan efek jangka panjang yang merugikan bagi makhluk hidup dan

dapat tersebar jauh dari tempat sumber semula (Azhar et al. 2012). Logam berat

sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena tidak dapat dihancurkan oleh

mikroorganisme dan terakumulasi dalam komponen –komponen lingkungan terutama

air dengan membentuk senyawa kompleks bersama senyawa organik dan anorganik

secara adsorpsi dan berkombinasi (Jerrol B L. dan Frank P P, 2008).

Keberadaan logam berat Pb, As dan Mn pada air minum menimbulkan efek

pada kesehatan khususnya pada bayi akibat dari ibu hamil yang mengkonsumsi air

minum yang telah tercemar logam berat (Rodigues et al. 2016). Penelitian tentang

risiko mengkonsumsi air minum yang tercemar di Kohistan, Pakistan Utara di ukur

Universitas Sumatera Utara


4

risiko cemaran logam Cu, Co, Cr, Mn, Ni, Pb, Zn dan Cd pada air minum penduduk.

Pencemaran tersebut bersumber dari kegiatan geogenik yaitu proses pelapukan ,erosi

dll dan juga kegiatan antropogenik yaitu pertambangan, limbah industri, domestik dan

pertanian (Said et al. , 2011)

Kadmium dalam air laut dan sungai berasal dari pencemaran oleh limbah

domestik dan industri. Industri yang dapat menghasilkan limbah kadmium (Cd) adalah

industri tekstil, baterai, cat, industri plastik dan lain-lain. Menurut WHO (1992) dalam

air Cd dapat tersebar sejauh 50 km dari sumbernya . Penelitian yang dilakukan di

perairan bagian barat Teluk Jakarta ditemukan kandungan Cd yang melebihi baku

mutu air laut (0.002 mg/l, KepMen LH No 51 tahun 2004) yaitu 0,47 mg/l (Rohyatun

& Rizak, 2007) . Kadmium (Cd) juga didapatkan pada biota air. Penelitian yang

dilakukan oleh Arifin (2011) di Teluk Kelabut kandungan kadmium pada ikan sebesar

0,47 mg/gr. Nilai ini melebihi nilai ambang baku kadar logam berat pada pangan yang

dikonsumsi.

Fenomena lain adalah logam berat juga telah di temukan pada sumber air

bersih masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir Belawan. Intrusi air laut diduga

sebagai penyebab utama dimana telah terjadi proses kenaikan muka air laut sehingga

air laut masuk ke dalam sumur penduduk (sumur dangkal maupun sumur dalam). Kota

Medan berdasarkan penelitian Zaldy ( 2008) menyatakan intrusi air laut di Belawan

sudah mencapai 13 Km dari garis pantai. Intrusi air laut diasumsikan dapat

menyebabkan pencemaran logam berat pada sumber air bersih penduduk yaitu sumur

dangkal maupun sumur dalam (bor). Masyarakat pesisir Belawan masih ada yang

memanfaatkan air sumur bor sebagai sumber air minum.

Universitas Sumatera Utara


5

Pengambilan air tanah yang berlebihan akan menimbulkan ruang kosong di

bawah tanah yang memungkinkan terjadinya proses kompaksasi akibat tekanan beban

tanah atau batuan di atasnya Hal ini tercermin dipermukaan sebagai penurunan

permukaan tanah (amblesan) dimana kedatangannya secara berlahan-lahan atau tiba-

tiba. Perhitungan terjadinya penurunan permukaan tanah ini sulit diprediksi sama

halnya dengan memprediksi datangnya gempa. Pada aquifier yang dekat dengan

pantai, kekosongan akibat pengambilan air tanah yang berlebihan dapat

mengakibatkan perubahan kesetimbangan hidrolik antara tekanan air tawar dan air

laut,yang mengakibatkan masuknya air laut ke arah darat atau yang dikenal dengan

intrusi air laut. Kejadian ini dapat menghambat terjadinya amblesan, namun demikian

kualitas air tanahnya menjadi menurun dari tahun ke tahun akibat masuknya air laut

dan merembesnya pencemaran limbah domestik dan limbah lainnya yang lebih jauh

pada air tanah dangkal ( Herlambang A, Indriatmo H.R, 2005).

Hasil penelitian Purba (2009) pada air sumur bor masyarakat yang berdomisili

di kecamatan Medan Belawan, bahwa telah terjadi pencemaran logam berat Pb, Cd, Cu

dan Hg. Faktor jarak sumur dari garis pantai dan kedalaman sumur berpengaruh nyata

terhadap kandungan logam berat pada sumur bor. Pencemaran logam berat di pesisir

Belawan dikhawatirkan berdampak pada sumber air minum penduduk. Berdasarkan

survey awal di Kecamatan Medan Belawan masyarakat masih menggunakan sumur

bor sebagai sumber air minum, instalasi PDAM belum seluruhnya dapat menjangkau

kecamatan tersebut. Sementara itu hasil temuan BLH Propinsi Sumatera Utara ,

masyarakat pengguna jasa PDAM di Belawan sudah terintrusi air laut (BLH Sumut,

2012). Survey awal telah dilakukan pengambilan sampel pada sumur penduduk untuk

Universitas Sumatera Utara


6

melihat kontaminasi logam berat, ternyata kandungan Pb dan Cd pada sampel sumur

penduduk berada di atas baku mutu lingkungan. Kondisi ini jika berlangsung lama dan

tanpa pengelolaan lingkungan akan menimbulkan dampak pada kesehatan masyarakat.

Berdasarkan data Puskesmas Bagan Deli (2015) dari 10 penyakit terbesar gangguan

gastro intestinal (diare) berada pada urutan ke 2, penyakit ini merupakan gejala awal

pencemaran Cd.

Health Risk Assesment (analisa risiko kesehatan) adalah studi mengenal,

memahami dan meramalkan kondisi dan karateristik lingkungan yang berpotensi

menimbulkan risiko kesehatan sebagai dasar untuk menyusun atau mengembangkan

pengelolaan dan pemantauan risiko. Studi analisa risiko kesehatan lingkungan (ARKL)

merupakan salah satu metoda kajian efek lingkungan terhadap kesehatan. Metoda ini

sangat cocok dipakai untuk kajian dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat

di dalam AMDAL karena mampu meramalkan risiko menurut proyeksi waktu

pemajanan ke depan. ARKL terdiri dari empat tahap kajian, yaitu identifikasi bahaya,

analisis dosis-respon, analisis pemajanan dan karakterisasi risiko. Langkah-langkah

ini tidak harus dilakukan secara berurutan, kecuali karakterisasi risiko sebagai tahap

terakhir (IPCS, 2004).

Beberapa studi yang menggunakan metode ARKL adalah hasil penelitian

paparan arsenic pada air minum masyarakat di Bangladesh menimbulkan kematian

berdasarkan studi chohort ( Argos et al., 2010). Studi lainnya adalah studi analisis

risiko kesehatan pada masyarakat yang terpapar arsen dalam air minum di desa Buyat

menemukan bahwa arsen menyebabkan kelainan pada kulit (keratosis) (Daud et al.,

2009). Studi lain yang menerapkan ARKL adalah studi tentang paparan Pb pada anak

Universitas Sumatera Utara


7

yang tinggal di pesisir melalui makanan jajanan, sampel tanah dan udara, dampak

diukur melalui darah, kuku dan rambut selanjutnya hasil ARKL dan analisis spasial

dibangun menjadi model dynamic ( Birawida AB, 2014).

Pencemaran air laut pada lingkungan pesisir Belawan juga dikhawatirkan telah

merambat ke sumur bor penduduk. Hal ini perlu diantisipasi agar tidak berefek pada

kesehatan masyarakat dengan risiko yang akan ditimbulkan nantinya. Berdasarkan

hal ini perlu dilakukan studi analisa risiko kesehatan lingkungan untuk melihat

besarnya risiko kesehatan yang akan muncul akibat pencemaran logam Pb dan Cd

pada air minum sumber sumur bor yang dikonsumsi masyarakat pesisir. Selanjutnya

berdasarkan hasil studi analisa risiko tersebut nantinya dapat digunakan sebagai dasar

penyusunan model pengelolaan risiko kesehatan pada masyarakat yang bermukim di

Pesisir Belawan.

1.2 Perumusan Masalah

Pencemaran dan intrusi air laut menyebabkan air sumur penduduk telah

tercemar oleh logam berat di kawasan pesisir Belawan khususnya di Bagan Deli.

Pencemaran ini akan menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat yang bermukim

di kawasan tersebut. Pembuatan sumur bor pada lapisan tanah mengakibatkan

semakin banyak rongga tanah yang terbuka dan akan mempercepat laju intrusi.

Dampak lebih lanjut adalah sumur bor dapat terkontaminasi oleh pencemaran logam

berat yang ada. Berdasarkan hal tersebut maka masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah gambaran pencemaran Pb dan Cd berdasarkan kedalaman dan

jarak sumur bor dari garis pantai dengan analisis spasial?

Universitas Sumatera Utara


8

2. Berapakah besaran risiko kesehatan lingkungan (RQ) akibat paparan Pb dan

Cd pada masyarakat pesisir Belawan berdasarkan studi ARKL ?

3. Bagaimanakah besaran risiko kesehatan lingkungan (RQ) akibat paparan Pb

dan Cd berdasarkan kedalaman sumur bor dari garis pantai?

4. Berapakah besaran risiko kesehatan lingkungan (RQ) akibat paparan Pb dan

Cd berdasarkan jarak sumur bor?

5. Bagaimana model pengelolaan risiko lingkungan berbasis analisa risiko

kesehatan lingkungan (ARKL) dampak pencemaran logam berat?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Membangun model pengelolaan risiko berbasis studi ARKL dampak

pencemaran logam berat (Pb, Cd) pada masyarakat yang terpapar di kawasan pesisir

Belawan

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pencemaran Pb dan Cd berdasarkan kedalaman dan

jarak sumur bor dari garis pantai dengan spasial analisis.

2. Menganalisa besaran risiko kesehatan lingkungan akibat paparan Pb dan Cd pada

masyarakat pesisir Belawan berdasarkan studi ARKL

3. Untuk mengetahui besaran risiko kesehatan lingkungan (RQ) akibat paparan Pb

dan Cd berdasarkan kedalaman sumur bor.

Universitas Sumatera Utara


9

4. Untuk mengetahui besaran risiko kesehatan lingkungan (RQ) akibat paparan Pb

dan Cd berdasarkan jarak sumur bor dari tepi laut.

5. Membangun model pengelolaan risiko dampak pencemaran logam berat (Pb dan

Cd) pada masyarakat yang terpapar di kawasan pesisir Belawan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Sebagai dasar penyusunan kebijakan dalam pengaturan pembuatan sumur bor

di wilayah pesisir dalam upaya pengelolaan lingkungan

b. Memprediksi besaran risiko dampak konsumsi air minum yang telah tercemar

logam Pb dan Cd di masa yang akan datang

2. Manfaat Praktis

a. Hasil analisa ini sebagai bahan model untuk mengatur lokasi sumur bor dengan

jarak dan kedalaman yang aman di pesisir pantai.

b. Bahan masukan bagi masyarakat yang berada dilokasi penelitian bahwa risiko

konsumsi air minum yang telah terpapar logam Pb dan Cd berbahaya bagi

kesehatan mereka.

Universitas Sumatera Utara


1BAB II
2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Logam Berat pada Air Sumur di Daerah Pesisir

Sumur adalah sumber air bersih masyarakat yang terdiri dari sumur dangkal dan

sumur dalam. Pencemaran air sumur bisa terjadi berdasarkan lokasi dimana sumur

tersebut berada, sumur yang berlokasi dekat dengan sumber pencemaran seperti sumber

limbah domestik, limbah industri dan intrusi air laut. Pencemaran logam berat di

lingkungan terjadi akibat aktivitas manusia (antropogenik) yang membuang limbah ke

badan air tanpa diolah seperti limbah industri dengan bahan baku logam berat yang

akhirnyamelalui badan air dapat mencemari sumur masyarakat.Sumber air bersih yang

dikonsumsi penduduk dapat berasal dari berbagai sumber seperti sumur bor, sumur gali,

air perpipaan (PDAM), air sungai dll. Meresapnya air yang telah tercemar ke dalam

permukaan tanah dapat mencemari air sumur dilokasi sekitarnya dan jika air tersebut

dikonsumsi oleh masyarakat anak-anak, ibu hamil dan orang dewasa maka akan

mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan fisik dari anak tersebut ( Mukono, 2009).

Wilayah pesisir tergolong daerah yang sulit air bersih, wilayah pesisir adalah

daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di

darat dan di laut (UU No 7 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan wilayah pesisir dan Pulau-

pulau kecil). Pengaruh perubahan di darat dan di laut tersebut mempengaruhi fenomena

peningkatan salinitas yang mengancam ketersediaan sumber daya air khususnya air

bersih, ditambah lagi beban pencemaran air laut dengan proses intrusi dapat mencemari

sumber air bersih masyarakat di pesisir (Pramushinto, 2013).

10
Universitas Sumatera Utara
11

Pengambilan air bersih dapat dilakukan dengan beberapa alternatif seperti

pengambilan air langsung dari dalam tanah seperti sumur bor, permukaan air tanah dan

PDAM. Jika laju pengambilan air tanah pada aquifer melebihi laju pengisiannya maka

akan terjadi penurunan volume air tanah dan penambahan volume udara yang besarnya

setara dengan volume air yang dikeluarkan dari aquifer. Kondisi ini memungkinkan

terjadinya penurunan muka air tanah (land subsidence). Pengambilan air tanah akan

mengubah aliran air tanah. Bersamaan dengan keluarnya air dari aquifer ,tekanan

hidrostatik air tanah mengalami penurunan sehingga aliran air tanah dari arah laut akan

mengisi daerah yang disedot airnya tersebut. Berdasarkan hal ini maka pengambilan air

tanah di daerah pesisir secara berlebihan dapat mengakibatkan terjadinya intrusi air laut,

dan akhirnya menyebabkan air tanah menjadi asin dan tidak dapat digunakan lagi

sebagai sumber air bersih (Effendi, 2003). Fenomena intrusi air laut pada umumnya

terjadi di wilayah pesisir perkotaan akibat intensitas pengambilan air tanah cukup besar.

Air sumur di daerah pesisir dapat tercemar akibat adanya intruisi air laut di

samping itu pesisir adalah daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut. Proses

pencemaran logam berat pada air laut dapat bersumber dari udara, tanah dan air yang

terkontaminasi logam berat. Logam berat bersifat akumulatif dalam tubuh manusia.

Proses rantai makanan menyebabkan manusia dapat terpapar oleh logam berat tersebut.

Akumulasi logam berat dalam tubuh jika berlangsung lama menyebabkan perubahan

pada beberapa fungsi sel bahkan terjadi mutagen. Lebih jauh muncul penyakit akibat

kelainan gen seperti cacat, keguguran, kelainan sumsum tulang belakang dan kasus

terbesar yang pernah terjadi adalah minamata desease dan itai-itai.

Universitas Sumatera Utara


12

Gambar 2.1 berikut ini menjelaskan bagaimana pajanan logam berat di

lingkungan yang menimbulkan dampak bagi status kesehatan manusia.

Gambar 2.1 Pajanan Timah hitam (Pb), Merkuri (Hg) ,Kadmium


(Cd), Arsenic (As) dan Cromium (Cr) pada manusia

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH

atau konsentrasi ion hidrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan

oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen

kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD). Pemantauan pencemaran laut yang

digunakan di Indonesia selama ini dilakukan dengan mengadakan pengukuran

konsentrasi bahan kimia dalam air laut, kemudian pengukuran kadar logam pada

sedimen dan komunitas biota laut. Hasil penelitian Amriani et al., (2011) di Teluk

Universitas Sumatera Utara


13

Kendari mengukur kadar logam Pb dan Zn di air pada tiap lokasi penelitian ditemukan

telah melampaui baku mutu.Kadar tertinggi masing-masing 0,018 mg/l dan 0,793 mg/l,

sedangkan pada sedimen tertinggi masing-masing 0,823 mg/kg dan 6,919 mg/kg, dan

pada jaringan kerang menunjukan hasil bahwa kerang ukuran besar mengandung logam

Pb dan Zn lebih tinggi (kadar pada sedimen dan kerang belum melampaui baku mutu).

Akumulasi logam berat dalam tubuh hewan air dipengaruhi banyak faktor, antara

lain: 1) konsentrasi logam berat dalam air, 2) konsentrasi logam berat dalam sedimen, 3)

pH air dan pH sedimen dasar perairan, 4) tingkat pencemaran air dalam bentuk COD

(chemical oxygen demand), 5) kandungan sulfur dalam air dan sedimen, 6) jenis hewan

air, 7) umur dan bobot tubuh, dan 8) fase hidup (telur, larva) bila konsentrasi logam

berat tinggi dalam air, ada kecenderungan konsentrasi logam berat tersebut tinggi dalam

sedimen, dan akumulasi logam berat dalam tubuh hewan demersal semakin tinggi

(Manahan, 2002).

Kondisi di atas menjelaskan bagaimana pencemaran air laut dapat mencemari

ekosistem laut baik sedimen dan biotanya. Pencemaran laut ini menimbulkan efek bagi

daratan misalnya penggunaan air bawah tanah dan air permukaan sebagai sumber air

bersih masyarakat.

2.1.1 Timbal ( Pb)


Pb adalah logam berat yang secara alami terdapat di lingkungan dimana

keberadaannya di kerak bumi, batuan, tanah dan air. Namun, Pb juga bisa berasal dari

aktivitas manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan

Pb alami. Pb banyak digunakan pada industri baterai, kabel, penyepuhan, pestisida,

Universitas Sumatera Utara


14

sebagai zat anti letup pada bahan bakar, zat penyusun patri atau solder, sebagai

formulasi penyambung pipa sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air

minum dengan Pb. Menurut WHO, korosi internalpipa dapat menambah logam berat

seperti Pb, Cu danFe ke dalam air minum (WHO, 2006).

Efek toksik Pb pada manusia bersumber dari kontaminasi pada makanan dan

minuman , melalui inhalasi dari udara, debu tercemar Pb, dan kontak lewat kulit .

Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh, Pb dalam tubuh manusia dapat menghambat

aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan Hb. Toksisitas Pb bersifat kronis dan

akut. Pb dapat menimbulkan gangguan gastrointestinal, infertilitas pada laki-laki,

aborsi spontan pada wanita, daya ingat menurun, gangguan fungsi syaraf dan gangguan

fungsi ginjal (Esquinas., 2013).

Penelitian kadar logam berat pada air minum di Malaysia ditemukan kadar Pb

dan Al berada di atas baku mutu MMOH dan WHO, diidentifikasi sebagai sumber

pencemar adalah limbah industri, sampah perkotaan dan perpipaan yang berkarat

(Hafiza N. AR et al, 2015). Berikut ini adalah mekanisme perjalanan Pb di lingkungan

dan mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


15

MANUSIA

Gambar 2.2 Perjalanan timbal yang berasal dari lingkungan sampai masuk ke
dalam tubuh manusia (National Health and Medical Research Councils, 2009)

2.1.2 Kadmium (Cd)

Logam kadmium (Cd) mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam.

Berdasarkan sifat-sifat fisiknya, kadmium (Cd) merupakan logam yang lunak, berwarna

putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam udara

yang basah atau lembab serta cepat akan mengalami kerusakan bila dikenai uap

amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Berdasarkan pada sifat kimianya, logam

kadmium (Cd) didalam persenyawaan yang dibentuknya umumnya mempunyai

bilangan valensi 2, sangat sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1 . Bila dimasukkan

ke dalam larutan yang mengandung ion OH, ion-ion Cd2+ akan mengalami proses

Universitas Sumatera Utara


16

pengendapan. Endapan yang terbentuk dari ion-ion Cd2+ dalam larutan OH biasanya

dalam bentuk senyawa terhidrasi yang berwarna putih (Palar, 2004).

Kadmium adalah logam toksik yang umumnya ditemukan dalam pekerjaan-

pekerjaan industri, seperti dalam proses electroplating. Kadmium juga ditemukan dalam

industri cat. Umumnya Kadmium terdapat dalam kombinasi dengan elemen lain seperti

Oxigen (Kadmium Oxide), Clorine (Kadmium Chloride) atau belerang (Kadmium

Sulfide). Kebanyakan Kadmium (Cd) merupakan produk samping dari pengecoran seng,

timah atau tembaga Kadmium yang banyak digunakan berbagai industri, terutama

pelapisan logam, pigmen, baterai dan plastik .

Kadmium yang ada di air berasal dari berbagai proses yaitu kadmium masuk

kedalam perairan karena adanya proses erosi tanah, pelapukan batuan induk dan lebih

banyak masuk kedalam air karena kegiatan manusia seperti limbahindustri dibuang

langsung kedalam perairan akan terakumulasi di dasar perairan membentuk sedimen.

Cd dapat masuk kedalam organisme yang hidup di air melalui oral, inhalasi atau dermal.

Cd yang masuk kedalam tubuh organisme seperti ikan, akan terakumulasi pada ginjal

dan hati karena kedua organ tersebut sangat spesifik untuk melawan racun yang masuk

kedalam tubuh(Ming, 2005).

Kadmium adalah logam yang sangat toksik dan dapat terakumulasi cukup besar

pada organisme hidup karena mudah diadsorpsi selanjutnya mengganggu sistem

pernapasan serta pencernaan. Jika teradsorpsi ke dalam sistem pencernaan dan sistem

paru-paru, kadmium akan membentuk kompleks dengan protein sehingga mudah

Universitas Sumatera Utara


17

diangkut dan menyebar ke hati dan ginjal bahkan sejumlah kecil dapat sampai ke

pankreas, usus, dan tulang. Selain itu, kadmium juga akan mengganggu aktivitas enzim

dan sel. Hal ini akan menimbulkan terratogenik, mutagenik, dan karsinogenik

(Szymczyk dan Zalewski,2003).

Kadmium masuk kedalam tubuh bisa melalui berbagai cara yaitu dari pernafasan

(dari asap rokok dan kendaraan), bisa melalui oral (makanan), dan bisa melalui suntikan

ke daerah kulit. Jumlah Cd yang dapat diterima oleh tubuh manusia adalah sebanyak

400-500 mikrogram setiap kilogram berat badan setiap hari. Batasan toleransi Cd dalam

ginjal pada manusia adalah 200 ppm, bila batas tersebut terlewati akan timbul efek-efek

tertentu. Keracunan Cd pada hewan akan membuat Cd tertimbun didalam hati dan

korteks ginjal. keracunan akut akan ditemukan penimbunan logam Cd di dalam hati.

Keracunan kronis akan mengakibatkan penimbunan di dalam organ tubuh terutama di

dalam ginjal, hati, dan paru-paru, juga ditimbun di dalam pankreas, jantung, limpa, alat

kelamin dan jaringan adiposa. Kadmium yang masuk ke dalam tubuh biasanya akan

tertimbun di dalam organ target yang paling banyak menyerap Cd yaitu hati dan ginjal

(Satarug et al.,2010).

Kemungkinan besar pengaruh toksisitas kadmium (Cd) disebabkan oleh

interaksi antara kadmium (Cd) dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan

terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh (Satarug et al, 2010). Efek keracunan

kadmium (Cd) juga dapat mengakibatkan kerapuhan pada tulang. Gejala rasa sakit pada

tulang sehingga menyulitkan untuk berjalan. Terjadi pada pekerja yang bekerja pada

Universitas Sumatera Utara


18

industri yang menggunakan kadmium (Cd). Penyakit tersebut dinamakan “itai-itai”

(Ming, 2005)

Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap
lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara skematik pada
gambar 2.3 di bawah ini :

Gambar 2.3 Bagan Pengaruh beberapa jenis bahan pencemar


terhadap Lingkungan Perairan dan kesehatan

Sumber : Effendi (2003)

2.2 Analisa Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Peraturan perundang-undangan di Indonesia tentang risiko kesehatan akibat

aktivitas manusia dan upaya-upaya untuk mengendalikannya diatur dalam Undang-

undang N0.32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 18 undang-

Universitas Sumatera Utara


19

undang ini menyatakan bahwa izin melakukan usaha atau kegiatan yang menimbulkan

dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup hanya diberikan apabila usaha

atau kegiatan itu memiliki dokumen AMDAL, dalam hal ini pemerintah menerbitkan PP

no 27 tahun 1999 tentang AMDAL sedangkan pedoman penyusunannya dirinci dalam

Permen LH N0.8 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Bab II lampiran

IV peraturan ini menyebutkan bahwa kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek

lingkungan hidup yang harus dipantau dan dicantumkan dalam Rencana Pemantauan

Lingkungan Hidup (RPL) (Rahman. 2005)

Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam AMDAL secara khusus diatur dalam

keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan N0.Kep-124/12/1997 tentang

panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL. Menteri

Kesehatan dengan berpedomankan pada keputusan Kepala Bapedal ini mengeluarkan

keputusan No.876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang pedoman teknis Analisis Dampak

Kesehatan Lingkungan (ADKL), berisikan panduan kajian yang harus dilaksanakan bagi

suatu kegiatan atau usaha mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. ADKL

merupakan model kajian dengan pendekatan ARKL (Analisa Risiko Kesehatan

Lingkungan) untuk mengenal,memahami dan meramalkan kondisi dan karakteristik

lingkungan yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan sebagai dasar menyusun

pemantauan dan pengelolaan risiko tersebut. Berdasarkan uraian di atas penerapan

pengukuran atas kesehatan masyarakat (Public Health Assessment) memiliki landasan

hukum yang kuat dan jelas, selanjutnya PHA ini berguna untuk kajian dampak

kesehatan dari kasus-kasus pencemaran secara umum (Rahman, 2005).

Universitas Sumatera Utara


20

Analisis risiko adalah suatu cara menghitung atau memperkirakan risiko pada

suatu organisme sasaran, sistem atau (sub) populasi, termasuk identifikasi

ketidakpastian yang menyertainya, setelah terpajan oleh agent tertentu. Risiko sendiri

didefenisikan sebagai probabilitas suatu efek yang merugikan pada suatu organisme,

sistem atau (sub) populasi yang disebabkan oleh pemajanan suatu agent dalam keadaan

tertentu (Rahman, 2005).

Tujuan analisa risiko adalah untuk menyediakan kerangka ilmiah guna

membantu para pengambil keputusan dan orang-orang yang berkepentingan (legislator

dan regulator, industri dan warganegara yang peduli lainnya) dalam memecahkan

masalah-masalah lingkungan dan kesehatan (Louvar and Louvar, 1998), selain itu

ARKL juga bertujuan untuk menghitung atau menaksir risiko yang telah, sedang dan

akan terjadi dan ARKL menawarkan pengelolaan risiko secara kuantitatif seperti

penetapan baku mutu dan reduksi konsentrasi.

Analisa risiko digunakan untuk menilai dan menaksir risiko kesehatan manusia

yang disebabkan oleh pajanan bahaya lingkungan. Bahaya adalah sifat yang melekat

pada suatu risk agent atau situasi yang memiliki potensi menimbulkan efek merugikan

jika suatu organisme, sistem atau (sub) populasi terpajan oleh risk agent tersebut.

Bahaya lingkungan terdiri dari dari tiga risk agent yaitu chemical agents (bahan-bahan

kimia), physical agents (bahan fisika), dan biological agent (makhluk hidup atau

organisma). Analisis risiko biasa dilakukan untuk pemajanan bahaya lingkungan yang

telah lampau (post exposure), dengan efek merugikan baik yang sudah terjadi ataupun

belum terjadi, biasanya juga dilakukan sebagai suatu prediksi risiko untuk pemajanan

yang akan datang (Kolluru, 1996).

Universitas Sumatera Utara


21

Kajian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dapat dilakukan dalam

dua cara yaitu :

1. Evaluasi di atas meja (Desktop Evaluation), disebut ARKL Meja

2. Kajian lapangan (Field Study), disebut ARKL Lengkap.

ARKL meja dilakukan untuk menghitung estimasi risiko dengan segera tanpa

harus mengumpulkan data dan informasi baru dari lapangan. Kajian ini biasanya

dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khalayak ramai yang biasa

menimbulkan kepanikan meluas, mencegah provokasi yang dapat memicu ketegangan

social, atau dalam situasi kecelakaan dan bencana. ARKL lengkap biasanya

berlangsung dalam suasana yang normal, tidak ada tuntutan mendesak namum perlu

dilakukan sebagai tindakan proaktif untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan

masyarakat ( Rahman, 2007)

Istilah Analisis risiko lingkungan oleh International Programme on Chemical

Safety (IPCS) dan WHO membentuk Harmonization of Approaches to the Assesment

of Risk from Exposure to Chemicals yang lebih dikenal dengan IPCS Harmonization

Project. Proyek ini merupakan program yang menindaklanjuti pelaksanaan

rekomendasi Konferensi PBB tentang lingkungan dan pembangunan ,UNCED tahun

1992 di Brazil sebagai tindak lanjut dari program Chapter 19 Agenda 21. Misi akhir

dari proyek harmonisasi ini adalah memastikan agar analisis risiko bahan kimia dan

pengelolaannya berjalan secara lebih baik untuk meningkatkan perlindungan kesehatan

manusia dan lingkungan di dalam kerangka pembangunan berkelanjutan (IPCS, 2004)

Universitas Sumatera Utara


22

2.3 Paradigma Analisis Risiko

Paradigma risk assessment untuk kesehatan masyarakat pertama sekali

dikemukan oleh US National Academic of Science tahun 1983 untuk menilai risiko

kanker oleh bahan kimia dalam makanan. Berdasarkan paradigma ini, risk assessment

terbagi dalam tiga langkah utama yaitu kajian (research), analisis risiko (risk

assessment) dan manajemen risiko (risk management) seperti pada gambar 2.4 di

bawah ini:

Gambar 2.4 Paradigma risk analysis dari UNC ( Louvar,1998)

Dalam bagan di atas, analisis risiko sendiri selanjutnya dibagi dalam 4 kegiatan

yaitu identifikasi bahaya (hazard indentification), analisis pemajanan (exposure

assessment), analisis dosis respon (dose-response assessment), dan karakterisasi risiko

(risk characterization). Selanjutnya akan dijelaskan mengenai ruang lingkup meliputi

Universitas Sumatera Utara


23

tahapan studi ARKL dengan manajemen risiko dan komunikasi risiko ( Rahman,2005).

Gambar 5 di bawah ini menjelaskan ruang lingkup studi ARKL.

Gambar 2.5 Ruang lingkup risk analysis


Sumber : Kolluru,1996.

Saat ini analisis risiko digunakan untuk menilai dan menaksir risiko kesehatan

manusia yang disebabkan oleh pajanan bahaya lingkungan. Bahaya adalah sifat yang

melekat pada suatu risk agent atau situasi yang memiliki potensi menimbulkan efek

merugikan jika suatu organism, system atau sub populasi terpajan oleh risk agent (IPCS,

2004).

Universitas Sumatera Utara


24

2.3.1.Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya, atau hazard identification adalah tahap awal Analisis Risiko

Kesehatan Lingkungan (ARKL) untuk mengenali sumber risiko. Kegiatan yang

dilakukan adalah dengan mengamati gejala dan penyakit yang berhubungan dengan

toksisitas risk agent di masyarakat yang telah terkumpul dari studi-studi sebelumnya,

baik di wilayah kajian atau di tempat lain. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan

disease oriented (WHO, 1981)

ARKL biasanya dilakukan jika ada peristiwa yang menjadi perhatian umum, bisa

juga karena ada kebutuhan tertentu meskipun belum ada peristiwa yang menjadi

perhatian umum. Kasus-kasus yang dapat dijadikan sebagai dasar studi ARKL biasanya

berdasarkan dua masalah utama yakni adanya indikasi pencemaran atau indikasi

gangguan kesehatan. Data insiden dan prevalensi penyakit berbasis lingkungan, angka

morbiditas dan mortalitas, hasil monitoring kualitas lingkungan biasanya dijadikan dasar

merumuskan masalah (Rahman, 2005)

2.3.2 Analisis Pemajanan


Analisis pemajanan yang sering disebut sebagai penilaian kontak, bertujuan

untuk mengenal jalur-jalur pajanan risk agent agar jumlah asupan yang diterima

individu dalam populasi berisiko bisa dihitung. Pemajanan adalah proses yang

menyebabkan organisme kontak dengan bahaya, dan merupakan penghubung antara

bahaya dan risiko. Pemajanan dapat terjadi karena risk agent terhirup dalam udara,

tertelan bersama air atau makanan, terserap melalui kulit atau kontak langsung misalnya

dalam kasus radiasi (Kolluru, 1996).

Universitas Sumatera Utara


25

Risk agent bisa berada di dalam tanah, di udara, air atau pangan seperti ikan,

daging, telur, sayuran dan buah-buahan. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk

asupan adalah semua variable dalam persamaan di bawah ini :

× × ×
I= (1)
×

Keterangan :

I = Asupan (intake), mg/kg/hari


C = konsentrasi risk agent, mg/L untuk air minum
R = laju asupan atau konsumsi, L/hari untuk air minum

f = Frekuensi pajanan, hari/tahun


E

D = Durasi pajanan, tahun (real timeatau proyeksi, 30 tahun untuk nilai


t
default residensial)
W = Berat badan, kg
b

t = perioda waktu rata-rata (D ×365 hari/tahun untuk zat


avg t
nonkarsinogen, 70 tahun×365 hari/tahun untuk zat karsinogen)

Analisis pemajanan perlu memperhatikan semua rute pajanan (inhalasi, ingesi

dan absorbsi) dan media ( air, udara, tanah, makanan, dan minuman). Dalam

menganalisis pemajanan biasanya dicari jalur pemajanan (critical pathway) yang

dominan.

2.3.3Analisis Dosis respon


Analisis dosis respon atau toxicity assessment adalah suatu cara menetapkan

nilai-nilai kuantitatif toksisitas risk agent untuk setiap bentuk spesi kimianya. Toksisitas

dinyatakan sebagai dosis referensi (Reference Dose, RfD) untuk efek non karsinogenik

dan Cancer Slofe Factor (CSF) atau Cancer Unit Risk (CCR) untuk efek-efek

Universitas Sumatera Utara


26

karsinogenik. Analisis dosis respon merupakan tahapan yang paling menentukan dalam

studi ARKL karena ARKL hanya dapat dilakukan untuk risk agent yang sudah ada

dosis-responnya (Kolluru,1996).

Konsep risiko mengandung pengertian probabilitas yang disebut dengan RfD

(Reference Dose). RfD bukan dosis yang dapat diterima (acceptable) melainkan hanya

acuan saja, jika dosis yang diterima manusia melebihi RfD maka probabilitas

mendapatkan risiko juga bertambah. RfD adalah toksisitas kuantitatif nonkarsinogenik,

yang menyatakan estimasi dosis pajanan harian yang diperkirakan tidak menimbulkan

efek merugikan kesehatan meskipun pajanan berlanjut sepanjang hayat. Dosis referensi

dibedakan untuk pajanan oral atau tertelan (ingesi untuk makanan atau minuman) yang

disebut RfD dan untuk pajanan inhalasi (udara) yang disebut Reference Concentration

(RFC) (Rahman, 2005) .

Tabel dibawah ini menjelaskan nilai default faktor pemajanan untuk menghitung

jalur pajanan baik melalui air minum, inhalasi serta jalur lainnya.

Universitas Sumatera Utara


27

Tabel 2.1 Nilai default faktor-faktor pemajanan untuk menghitung asupan


berbagai jalur pajanan

Sumber: Rahman A. 2005

2.3.4. Karakteristik Risiko


Karakteristik risiko merupakan tahapan terakhir dari analisa risiko, merupakan

penghubung antara analisis risiko dengan manajemen risiko. Asupan pada manusia

(intake) dibandingkan dengan dosis acuan (RfD). Rasio asupan dengan RfD dikenal

dengan bilangan risiko (Risk Quatiens), disingkat RQ. Dalam ARKL, RQ menyatakan

kemungkinan risiko yang potensial terjadi.

Risiko dapat diterima jika tingkat bahaya (hazard indeksnya) lebih kecil dari

satu. Risiko non karsinogen yang bersifat sistemik dihitung dengan menggabungkan

exposure assessment dan dose response assessment, dinyatakan sebagai Risk Qoutient

(RQ), cara menghitungnya seperti persamaaan di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


28

(2)

Keterangan :

RQ = risiko non karsinogen


I = Intake , jumlah asupan yang diterima individu per berat badan
per hari
RfD = Dosis referensi
RfD Cd = 5 x 10 -4
RfD Pb = 3 x 10 -4

Keterangan :

1. Jika RQ > 1 , risiko dinyatakan ada dan perlu pengelolaan

2. Pengelolaan risiko dirumuskan dengan I = RfD, dengan skenario mengurangi

waktu kontak, menurunkan konsentrasi atau kombinasi keduanya

3. Jika RQ < 1 , Risiko kesehatan kecil kemungkinan untuk terjadi (Kolluru,1996)

2.4 Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah upaya yang didasarkan pada informasi tentang risiko

kesehatan yang diperoleh melalui suatu analisis risiko untuk mencegah, menanggulangi

atau memulihkan efek yang merugikan kesehatan oleh pajanan zat toksik. Hasil dari

karakterisasi risiko kemudian digunakan untuk memutuskan upaya-upaya pengendalian

dengan memperhatikan faktor-faktor lain seperti ketersediaan teknologi, perangkat

hukum dan perundangan, sosial, ekonomi dan informasi politik.

Formula untuk manajemen risiko adalah membuat berbagai macam skenario

sedemikian rupa sehingga intake suaturisk agent sama dengan RfD-nya. Caranya adalah

dengan mengurangi masa pajanan atau waktu kontak atau dengan menurunkan

Universitas Sumatera Utara


29

konsentrasinya (Rahman,2005).Berdasarkan karakterisasi risiko dapat dirumuskan

pilihan-pilihan manajemen risiko untuk meminimalkan RQ dan ECR (Excess Cancer

Risk)dengan memanipulasi (mengubah) nilai faktor-faktor pemajanan yang tercakup

dalam Persamaan (1) sedemikian rupa sehingga asupan lebih kecil atau sama dengan

dosis referensi toksisitasnya. Pada dasarnya hanya ada dua cara untuk menyamakan Ink

dengan RfD atau RfC atau mengubah Ink sedemikian rupa sehingga ECR tidak melebihi

E-4, yaitu menurunkan konsentrasi risk agent atau mengurangi waktu kontak. Ini berarti

hanya variabel-variabel Persamaan (1) tertentu saja yang bisa diubah-ubah nilainya.

Berikut penjelasan cara-cara manajemen risiko secara lengkap (Basri, 2010) yaitu :

1) Menurunkan konsentrasi risk agent apabila pola dan waktu konsumsi tidak dapat di

ubah. Cara ini menggunakan prinsip RfD= Ink, dan persamaan yang digunakan adalah :

× ×
C= (3)
×

2) Mengurangi pola (laju) asupan apabila konsentrasi risk agent dan waktu konsumsi

tidak dapat diubah. Persamaan yang digunakan dalam manajemen risiko cara ini adalah :

R = L/hari (4)

3) Mengurangi waktu kontak apabila konsentrasi risk agent dan pola konsumsi tidak

dapat di ubah. Cara ini sering juga digunakan dalam strategi studi Epidemiologi

Kesehatan Lingkungan. Persamaan yang digunakan disini adalah :

Dt = Tahun (5)

2.5 Intrusi Air Laut

Intrusi air laut adalah suatu peristiwa penyusupan air laut ke dalam aquifer di

mana air laut menggantikan atau tercampur dengan air tanah tawar yang ada di dalam

Universitas Sumatera Utara


30

akuifer., Terjadi proses terdesaknya air bawah tanah tawar oleh air laut di dalam

akuifer pada daerah pantai. Apabila keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah

tawar dan air bawah tanah asin di daerah pantai terganggu, maka akan terjadi

pergerakan air bawah tanah asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut.

Terminologi intrusi pada hakekatnya digunakan hanya setelah ada aksi, yaitu

pengambilan air bawah tanah yang mengganggu keseimbangan hidrostatik. Adanya

intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah tanah di daerah

pantai, karena berakibat langsung pada mutu air bawah tanah. Air bawah tanah yang

sebelumnya layak digunakan untuk air minum akibat intrusi air laut, menjadi tidak layak

lagi digunakan untuk air minum karena telah terjadi degradasi mutu. Penyusupan air

asin ini dapat terjadi antara lain akibat :

1. Penurunan muka air bawah tanah atau bidang pisometrik di daerah pantai.

2. Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan di daerah pantai.

3. Eksploitasi air tanah yang berlebihan dari aquifer memaksa conate water tersebut

keluar menggantikan air tanah tawar menyebabkan intrusi laut

4. Masuknya air laut ke daratan melalui sungai, kanal, saluran, rawa, atau pun cekungan

lainnya (Hendrayana, 2005)

Salah satu mekanisme terjadinya intrusi air laut menurut Todd (1980) adalah

pengurangan gradient air tanah yang mengakibatkan air asin yang lebih berat menggeser

air tanah. Kondisi ini biasanya terjadi pada akifer pesisir pada saat keseimbangan

hidrodinamika terganggu karena eksploitasi air tanah yang berlebihan.

Intrusi air laut terjadi pada beberapa kota di Indonesia yang berada dipesisir

pantai seperti kota Semarang. Salah satu faktor pendukung terjadinya intusi air laut

Universitas Sumatera Utara


31

adalah kerusakan pantai yang terjadi di Semarang yang disebabkan oleh abrasi pantai,

yang mengakibatkan rusaknya hutan mangrove sebagai penahan gelombang dan

pelindung panatai dari erosi laut/abrasi, serta intrusi air laut (Suprayogi et al, 2006).

Intrusi air asin yang terjadi di Jakarta sebagian besar penyebabnya adalah keberadaan

conate water (air purba) yang mempengaruhi salinitas air tanah sekitarnya. Pengaruh

intrusi akibat air laut pada aquifer air tanah juga terjadi sepanjang pesisir pantai utara

Jakarta. (Octonovrilna dan Pudja , 2007)

Penanggulangan intrusi dapat dilakukan dengan teknik lubang resapan biopori

(LRB) cara LRB ini mudah dilakukan pada rumah yang tidak ada halamannya sekalipun

teknik LRB ini akan membuat keseimbangan alam terjaga, sehingga dapat digunakan

sebagai adsorben, memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah, dan menambah

cadangan air tanah, serta pembuatan kompos alami dari sampah organik dimungkinkan

dapat mengurangi intrusi air laut(Suprayogi et al, 2006). Selain itu pengendalian intrusi

air laut pada akuifer pantai dapat dilakukan denganberbagai cara antara

lain(Hendrayana, 2005) :

1. Dengan mengurangi pemompaan di derah pantai.

2. Membuat pengisian buatan ("artificial recharge") pada akuifer pantai.

3. Memompa air laut yang berada pada akuifer pantai.

4. Membuat penghalang di bawah tanah di daerah pantai

5 . Mengurangi pemompaan air bawah tanah di daerah-daerah tertentu misalnya

daerah pantai.

6. Memperketat pemberian izin pembuatan sumur bor.

7. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan pembuatan sumur bor.

Universitas Sumatera Utara


32

8. Membuat sumur bor pantau di tempat-tempat tertentu yang dilengkapidengan

pencatat muka air bawah tanah (water level recorder)

Permasalahan sumber daya air tersebut di atas dapat diatasi dengan suatu upaya

yang besar dan menyeluruh, diantaranya adalah dengan langkah optimalisasi fungsi

ekologis RTH seperti yang dilakukan di Jakarta.

2.6 Sumur Bor

2.6.1 Kualitas Air Sumur Bor


Sumur bor merupakan salah satu sumber air bersih yaitu air tanah.Air tanah

adalah air yang berada di dalam tanah. Air tanah dibagi menjadi dua, air tanah dangkal

dan air tanah dalam. Air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air hujan yang

diikat oleh akar pohon. Air tanah ini terletak tidak jauh dari permukaan tanah serta

berada di atas lapisan kedap air(soil water). Sedangkan air tanah dalam adalah air hujan

yang menyerap ke dalam tanah lebih dalam lagi melalui proses adsorpsi serta filtrasi

oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Air tanah ini bisa didapatkan dengan cara

membuat sumur (groundwater)(Kumalasari dan Satoto, 2011).Sumur bor merupakan

salah satu cara untuk mengambil groundwater yang dapat digunakan sebagai

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Karena air sumur bor merupakan sumber air bersih

kualitas air sumur bor sama dengan kualitas air bersih yang mengacu pada permenkes

nomor 492 Tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara


33

Gambar 2.6. sumber daya air dan komponennya (Kodoatie, 2012).

Kualitas air sumur bor juga dapat dilihat dari jumlah pemakaian yang berlebihan.
selain selain didasarkan pada peruntukan (designatedbeneficial water uses), juga
didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yangmungkin berada antara satu daerah
dengan daerah lainnya. Oleh karena itu,penetapan baku mutu air dengan pendekatan
golongan peruntukkan perludisesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi
kualitas air (kelasair). Penetapan baku mutu air yang didasarkan pada peruntukan
semataakan menghadapai kesulitan serta tidak realistis dan sulit dicapai pada airyang
kondisi nyata kualitasnya tidak layak untuk semua golonganperuntukan (PP RI No 82
Tahun 2001).

Universitas Sumatera Utara


34

Masalah yang paling umum terkait dengan air tanah mungkin menjadi hard

water, disebabkan oleh kelimpahan kalsium atau magnesium. hard water tidak

menyebabkan masalah kesehatan, tapi bisa menjadi gangguan.Kalsium dan magnesium

ditemukan di air tanah karena pembubaran batu gamping. Batu kapur larut saat bereaksi

dengan air hujan asam melalui reaksi dengan karbon dioksida. Rasa "berkarat" dalam air

adalah hasil zat besi dalam air tanah. Tidak Hanya memberi rasa tidak enak, tapi juga

bisa menodai pipa dan pakaian. Besi bersifat alami, jadi kebanyakan air tanah memang

memiliki beberapa jumlah besi di dalamnya. Besi berasal dari mineral yang terkandung

di dalam bumi, seperti batu kapur, serpih, dan batu bara (National Ground Water

Association, 2016).

2.6.2 Sumur Bor Dan Sumber Pencemarannya

Tercemarnya air sumur bor atau groundwater sangat dipengeruhi oleh siklus

hidrologi dan bentuk tanah. Seluruh bagian pantai sumatera utara merupakan daerah

cekungan air tanah (CAT) yang berarti daerah pesisir Belawan juga merupakan daerah

CAT yang memiliki aliran air tanah berupa soil water (air tanah) dan groundwater (air

yang lebih dalam dari soil water) (Kodoatie, 2012). Mengingat geografis daerah

Belawan yang dikelilingi oleh muara dari beberapa sungai dan berbatasan langung

dengan selat malaka maka kemungkinan tidak hanya soil water yang terintrusi air laut

tetapi groundwater pun juga terintrusi air laut akibat dari semakin banyaknya

percampuran antara air asin dan air laut. Daerah ini terdapat muara sungai Belawan dan

sungai Deli yang hulunya pegunungan selatan Medan. Sungai sungai ini sudah sangat

Universitas Sumatera Utara


35

dipengaruhi oleh pasang naik dan pasang surut air laut dan airnya masih terasa air payau

hingga 3-4 km ke arah hulu (Sitorus, 2011).

Pb dalam air merupakan indikator adanya bahaya kesehatan akibat pencemaran

lingkungan. Kadar Pb pada air bawah tanah secara alami berkisar 1-60 µg/L (Wahyuni,

2017). Keberadaan secara alami logam-logam berat juga dapat menambah pencemaran

pada goundwater. Logam-logam berat tersebut sudah ada pada batuan bumi dan

sedimen pembawa air secara alami. Pencemaran yang terjadi pada goundwater sangat

dipengaruhi oleh kedalaman sumur, jarak sumur dari sumber pencemaran, jenis dan

bentuk tanah, kedalaman sumur, pasang surut air, serta yang sangat mempengaruhi

pencemaran tersebut adalah jenis siklus hidrologi. Siklus hidrologi di daerah Belawan

merupakan siklus hidrologi derah CAT(Kodoatie, 2012).

Gambar 2.7 Siklus hidrologi CAT (Kodoatie, 2012)

Universitas Sumatera Utara


36

Keterangan gambar :
No Deskripsi notasi No Deskirpsi Notasi
1 Hujan P 15 Horton oberlan flow qn
2 Hujan di saluran/sungai Pe 16 Saturated everland flow qs
3 Intensitas hujan I 17 Return flow qr
4 Evaporasitranportasi et 18 Aliran pipa (pipa flow) T
5 Kehilangan intersepsi ec 19 Simpanan pipa T
kanopi
6 Simpanan kanopi & L 20 Unsaturated throughflow mu
intersepsi
7 Stemflow dan drip flow S 21 Saturated thoughflow ms
8 Aliran di sampah (litter L 22 Soill-moisture storage M
flow)
9 Kehilangan intersepsi Ei 23 Sepage into bedrock sb
sampah
10 Simpanan sampah Lr 24 Interflow in A
badrock/alluvial
11 Evaporasi E 25 Aerotaion sona storage A
12 Depression strorage Rp 26 Deep seepage D
(percolation)
13 Detention storage Rt 27 Baseflow B
14 Infiltrasi F 28 Groundwater storage B

Hidrologi air tanah secara tradisional termasuk karakterisasi akuifer, merupakan

aplikasi hukum Darcyyaitu aliran air tanah melalui media berpori, infiltrasi ke tanah,

dan mengalir dalam sistem akuifer dangkal dan dalam. Mencakup mekanikamengalir

dengan baik dalam koordinat radial untuk sistem sumur tunggal atau ganda.Daftar

Prioritas Nasional dari EPA untuk sumber pencemaran air tanah mencakup tempat

pembuangan sampah, limbah permukaankolam, tangki penyimpanan bawah tanah, di

atas tangki tanah, jaringan pipa, sumur injeksi, aplikasi lahanlimbah dan pestisida,

tangki septik, tempat pembuangan limbah radioaktif, intrusi air asin,dan drainase asam

tambang. Selain itu juga tempat pembuangan sampah, permukaankolam limbah, tangki

penyimpanan bawah tanah, jaringan pipa, sumurinjeksi, aplikasi lahan limbah dan

Universitas Sumatera Utara


37

pestisida, septic tank, pembuangan limbah radioaktif, dan intrusi air laut.Kontaminan

utama mencakup hidrokarbon minyak bumi seperti benzena, toluena, dan xilena;

terklorinasi organik seperti perchlorethylene (PCE), trichloroethylene (TCE); logam

berat seperti timbal, seng, dan kromium, dan anorganik tertentu garam. Bagian tentang

bahan kimia organik juga disertakan (Bedient, 1994).

Gambar 2.8 Cara pembuangan limbah mencemari sistem air tanah

Berdasarkan data geologi jenis batuan yang terdapat di daerah Belawan terdiri

dari sedimen lepas berupa bongkahan, kerikil, pasir, lempung dan batu gamping

termasuk di dalam satuan alluvium dan ketebalan antara 10-30 meter (Sitorus, 2011).

Struktur tanah ini merupakan struktur yang mudah dilalui oleh air kecuali baru gamping.

Universitas Sumatera Utara


38

Tetapi jika kedalaman sumur dapat menembus baru gamping maka air yang didapat

berupa air groundwater yang kemungkinan juga bisa terkena intrusi air laut karena

bentuk wilayah Belawan yang diapit oleh air laut. Bagian pesisir timur sumatera

merupakan derah CAT yang juga rentan terhadap intrusi air laut (Kodoatie, 2012).

Berikut ini ada peta daerah CAT di pulau Sumatera.

Gambar 2.8 Daerah CAT di pulau Sumatera

Universitas Sumatera Utara


39

2.6.3 Structural Equation Modelling (SEM)

Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat statistik yang dipergunakan

untuk menyelesaikan model bertingkat secara serempak yang tidak dapat diselesaikan

oleh persamaan regresi linear. SEM dapat juga dianggap sebagai gabungan dari analisis

regresi dan analisis faktor. SEM dapat dipergunakan untuk menyelesaikan model

persamaan dengan variabel terikat lebih dari satu dan juga pengaruh timbal balik

(recursive). SEM berbasis pada analisis kovarians sehingga memberikan matriks

covarians yang lebih akurat dari pada analisis regresi linear. Program-program statistik

yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan SEM misalnya Analysis Moment of

Structure (AMOS) atau LISREL (Solimun,2002).

SEM mampu menyelesaikan model yang rumit yang sering muncul dalam dunia

pemasaran atau bidang konsentrasi yang lain. Model yang akan diselesaikan dengan

SEM harus mempunyai dasar teori yang kuat, karena SEM tidak dapat digunakan untuk

menyelesaikan model kausalitas imaginer. Model ini hanyalah untuk mengkonfirmasi

apakah observasi sesuai dengan model teoretis yang telah dibentuk berdasarkan telaah

teori yang mendalam. Metode lain yang tidak memerlukan telaah teori adalah Partial

Least Square (PLS), sebuah metode alternatif yang berdasarkan variance(Kline , 2011).

SEM adalah penggabungan antara dua konsep statistika, yaitu konsep analisis

faktor yang masuk pada model pengukuran (measurement model) dan konsep regresi

melalui model struktural (structural model).Model pengukuran menjelaskan hubungan

antara variabel dengan indikator-indikatornya dan model struktural menjelaskan

Universitas Sumatera Utara


40

hubungan antar variabel. Model pengukuran merupakan kajian dari

psikometrikasedangkan model struktural merupakan kajian dari statistika (Kline , 2011)

Dalam analisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM),

(Ferdinand, 2002)menyatakan bahwa variabel dapat diklasifikasikan menjadi

2 kelompok yakni:

1. Varabel terukur (Observed Variable), adalah variabel yang datanya harus dicari

melalui penelitian lapangan, misalnya melalui instrumen-instrumen survey. Variabel

ini disebut juga measured variable, indicator variable atau manifest variables.

2. Variabel bentukan yaitu variabel yang dibentuk melalui indikator-indikator yang

diamati dalam dunia nyata. Oleh karena merupakan variabel bentukan, maka disebut

juga latent variables. Nama lain untuk latent variables adalah unobserved variables.

2.7 Kerangka Konsep

Pencemaran air laut di wilayah pesisir menyebabkan logam berat berpotensi

mencemari sumber air minum masyarakat melalui proses intrusi. Pengambilan air tanah

yang berlebihan (eksploitasi) pada lapisan aquifer menyebabkan air laut masuk ke

lapisan aquifer darat. Jarak sumber pencemaran (laut) dan kedalaman sumur berperan

dalam peningkatan kadar logam berat pencemar dalam sumur bor. Sumur bor yang

dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air minum akan menjadi jalan masuknya

(path way) zat pencemar ke dalam air minum masyarakat. Kondisi ini jika berlangsung

tanpa adanya pengelolaan lingkungan maka akan menimbulkan masalah bagi kesehatan

masyarakat, keluhan dari masyarakat dan dapat diasumsikan menjadi gejala awal

Universitas Sumatera Utara


41

pencemaran telah berefek. Studi analisa risiko lingkungan perlu dilakukan agar dapat

mengukur dampak yang telah ditimbulkan akibat pencemaran logam berat (Pb dan Cd)

pada sumber air minum penduduk (sumur bor). Gambar 2.6 berikut ini adalah

kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


42

Universitas Sumatera Utara


43

2.8 Hipotesa Penelitian

1. Ada pengaruh positif karakteristik sumur bor terhadap intake (pencemaran

logam berat Pb dan Cd) pada masyarakat yang mengkonsumsi air minum di pesisir

Belawan.

2. Ada pengaruh positif karakteristik masyarakat terhadap intake (pencemaran

logam berat Pb dan Cd) pada masyarakat yang mengkonsumsi air minum di pesisir

Belawan.

3. Intake mempengaruhi risiko kesehatan lingkungan masyarakat yang

mengkonsumsi air minum sumber sumur bor di pesisir Belawan

2.9 Novelty

Penelitian sebelumnya menganalisa risiko kesehatan dampak pencemaran Pb

atau Cd pada sumber air minum di perairan sungai Musi, dan ditemukan sumber

tertinggi melalui makanan (Sekharet al, 2005), menganalisa keberadaan Pb pada air

minum penduduk ( Purba, 2004 ), dan penelitian lainnya membangun model dinamis

analisis risiko sebaran Pb dengan mengukur sumber Pb dari udara, tanah dan jajanan

yang dikonsumsi anak SD di Makassar serta mengukur dampaknya pada darah, urine

dan rambut pada masyarakat pesisir Makassar ( Birawida, 2014). Ketiga penelitian ini

menggunakan metode ARKL saja tanpa melihat faktor lingkungan seperti karakteristik

sumur bor.

Universitas Sumatera Utara


44

Kebaruan dalam penelitian ini membangun model pengelolaan risiko kesehatan

dengan metode studi ARKL dan pendekatan spasial analisis, dimana model ini

mempertimbangkan jarak dari sumber pencemar dan kedalaman sumur bor, sertabesar

risiko kesehatan. Model yang dibangun dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian

sebelumnya karena penelitian sebelumnya mengukur risiko kesehatan dan model yang

dibentuk untuk melihat dinamika jalur pajanan saja.

Berikut ini adalah hasil penelitian sebelumnya yang mengukur konsentrasi dan

risiko kesehatan serta model yang dibangun dari hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB III.
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di wilayah pesisir Belawan yaitu Kecamatan

Medan Belawan yang diwakili kelurahan Bagan Deli. Pemilihan lokasi ini

karena umumnya pesisir memiliki karakteristik yang sama dengan pesisir lainnya.

Kelurahan Bagan Deli dapat mewakili kondisi pada umumnya pesisir di Indonesia

yaitu sebagai lokasi pemukiman penduduk, industri dan pelabuhan. Selain hal

tersebut, berdasarkan data sekunder dari kecamatan, kelurahan Bagan Deli

memiliki jumlah masyarakat pengguna sumur bor sebagai sumber air minum

lebih besar jika dibandingkan dengan kelurahan lainnya. Terdapat sejumlah 1510

masyarakat pengguna sumur bor . Penelitian ini dilakukan April 2014 – Januari

2015.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross sectional

yaitu melakukan pengukuran kadar logam berat Pb dan Cd pada satu waktu.

Pendekatan studi yang digunakan untuk melihat risiko kesehatan adalah studi

ARKL (Analisa Risiko Kesehatan Lingkungan) mengukur tingkat risiko

kesehatan pada populasi masyarakat yang mengkonsumsi sumber air minum dari

sumur bor .

45
Universitas Sumatera Utara
46

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menggunakan

sumur bor sebagai sumber air minum utama yang berdomisili di kelurahan

Bagan Deli sejumlah 1510 penduduk .

3.3.2 Sampel
Sampel adalah sejumlah 250 responden yang dipilih dengan cara Non

Random Sampling dengan besar sampel menggunakan teknik Purposive

Sampling dengan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

a. Sampel adalah masyarakat yang bermukim di lokasi penelitian dan

menggunakan sumur bor sebagai sumber utama air minum keluarga.

b. Sampel mengkonsumsi air minum yang berasal dari sumur bor tanpa

pengolahan dengan jumlah ≥ 1 liter per hari.

c. Sampel memiliki sumur bor utama yang tidak merupakan percabangan

pipa dari sumber sumur bor lainnya.

d. Sampel adalah keluarga yang diwakili ayah, ibu dan anak yang

ditemui pada saat pengambilan sampel.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian untuk sampel air dikumpulkan dari sumur bor masyarakat

yang berada di pesisir dengan mengambil sampel air lalu diperiksa di

laboratorium BTKL Provinsi Sumatera Utara untuk parameter Pb dan Cd. Alat

analisa yang digunakan adalah Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

Universitas Sumatera Utara


47

Data Jarak sumur bor dari tepi pantai dikumpulkan dengan diukur dengan

alat GPS merk Garmin 15 dalam satuan titik ordinat kemudian dihitung dalam

meter. Data Kedalaman sumur bor dikumpulkan melalui kuesioner dengan

menanyakan jumlah pipa yang ditanam dalam satuan meter (m).

Data karakteristik sumur bor, dan masyarakat dan variabel dalam ARKL

dikumpulkan dengan alat kuesioner penelitian yang telah melalui uji validitas dan

realibilitas.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data Primer berupa karakteristik sumur (jarak sumur dari sumber

pencemar, kedalaman, dan umur sumur, konsentrasi logam berat dalam air) dan

karakteristik masyarakat (berat badan, jumlah konsumsi air minum, usia dan lama

tinggal) dikumpulkan melalui instrumen kuesioner.

Data Sekunder berupa data jumlah penduduk, keberadaan jumlah sumur

bor masyarakat diperoleh dari data kantor kecamatan dan kelurahan. Data litologi

Belawan diperoleh dari PDAM kota Medan dan PELINDO.

3.6 Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu pencemaran

logam berat (Intake) dengan karakteristik sumur bor dan karakeristik masyarakat

sedangkan variabel dependen adalah risiko kesehatan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


48

Pencemaran Masyarakat
sumur bor (Y2)
(Y1)

Intake Risiko Kesehatan


Lingkungan
(Y3)
(Y4)

Gambar.3.1. Hubungan antar Variabel Latent dalam bentuk Struktur


Model

Variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :

1). Pencemaran Sumur Bor (Y1)

Pencemaran logam berat merupakan sebuah studi yang menjadi tujuan

utama dalam penelitian desertasi ini. Pencemaran logam berat, perlu

memperhatikan beberapa faktor-faktor sebagai berikut:

X1 = Jarak sumur bor dari tepi pantai (sumber pencemar)

X2 =Kedalaman sumur bor

X3 = Umur sumur bor

X4 = Konsentrasi Pb, Cd dalam sumur bor

2) Karakteristik Masyarakat (Y2)

X5 = Berat badan

X6 = Jumlah konsumsi air minum

X7 = Usia responden

X8 = lama tinggal

Universitas Sumatera Utara


49

3) Pencemaran logam berat diukur dari ratio Intake logam yang dikonsumsi

Masyarakat (Y3)

X 9 = Intake Pb (jumlah asupan Pb yang diterima responden/BB/hari)

X10 = Intake Cd (jumlah asupan yang diterima responden/BB/hari)

4) Risiko kesehatan (RQ)

X11 = RQ Pb

X12 = RQ Cd

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencemaran logam

berat terhadap risiko kesehatan lingkungan. Adapun variabel yang diukur untuk

masing-masing aspek, adalah sebagai berikut:

Variabel Laten (Y1 ) dibentuk dari Variabel ( Aspek karakteristik sumur bor),

variabel laten Y2 ( Karkteristik masyarakat), variabel laten intake (Y3) dan

Variabel Risiko kesehatan lingkungan (RQ Pb dan RQ Cd) sebagai berikut :

Klasifikasi variabel bentukan dan variabel terukur dalam studi ini, dapat

dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel.3.1 Klasifikasi Variabel Bentukan Dan Variabel Terukur


Variabel Variabel Terukur
Bentukan
Sumur Bor (Y1) X1 Jarak Sumur Bor dari Garis Pantai
(sumber pecemar)
X2 Kedalaman sumur bor
X3 Umur Sumur Bor
X4 Konsentrasi Pb, Cd dalam sumur
bor
Masyarakat (Y2) X5 Berat badan (Kg)
X6 Jumlah konsumsi (mg/l)
X7 Usia responden
X8 lama tinggal

Intake (Y3) X9 Intake Pb

Universitas Sumatera Utara


50

Variabel Variabel Terukur


Bentukan
X10 Intake Cd
Risiko Kesehatan X11 RQ Pb
X12 RQ Cd
Sumber: Data diolah peneliti, 2015

3.6.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

1. Jarak (X1) adalah ukuran titik sampel sumur bor dengan garis pantai

(sumber pencemar) dalam hal ini asumsi sumber pencemar adalah laut

atau sungai yang di ukur dalam satuan meter (m) dengan alat ukur

GPS

2. Kedalaman sumur bor (X2) adalah ukuran panjang pipa sumur bor

untuk mengetahui dalamnya sumur dalam satuan meter (m)

3. Umur sumur bor (X3) adalah lamanya keberadaan sumur bor

responden sejak mulai dibuat sampai penelitian dilakukan,dengan

satuan tahun

4. Konsentrasi Pb dan Cd (X4) adalah keberadaan logam Pb dan Cd pada

air bersih sumber sumur bor satuannya mg/l.

5. Berat badan (X5) adalah ukuran berat badan responden pada saat

penelitian dilakukan dengan alat ukur timbangan berat badan dan

satuannya Kilogram (Kg).

6. Jumlah Konsumsi air minum (X6) adalah jumlah air yang dikonsumsi

oleh masyarakat bersumber dari sumur bor penduduk dengan satuan

liter (L)

7. Usia responden (X7) adalah umur responden yang diukur dari tanggal

lahir sampai saat wawancara dilakukan dengan satuan tahun (thn)

Universitas Sumatera Utara


51

8. Lama tinggal ( X8) adalah waktu yang menunjukkan lamanya

responden berdomisi di wilayah penelitian diukur dalam satuan tahun

(thn)

9. Intake Pb (X9) adalah hasil perhitungan dari rumus yang menunjukkan

jumlah asupan Pb yang diterima responden/BB/hari

10. Intake Cd ( X10) adalah hasil perhitungan dari rumus yang

menunjukkan jumlah asupan Pb yang diterima responden/BB/hari

11. RQ Pb ( X11) adalah ukuran hasil perhitungan dari I/Rfd yang

menyatakan besarnya kemungkinan risiko akibat logam Pb yang

potensial terjadi.

12. RQ Cd (X12) adalah ukuran hasil perhitungan dari I/Rfd yang

menyatakan besarnya kemungkinan risiko akibat logam Cd yang

potensial terjadi.

3.7 Analisis Data

a. Teknik Analisis Risiko Kesehatan

Analisis data risiko dampak pencemaran logam berat (Pb, Cd)

berpedoman pada studi ARKL. Studi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

risiko kesehatan dampak pencemaran pada masyarakat akibat mengkonsumsi air

minum yang telah terpajan logam berat Pb dan Cd. Analisis ini memiliki empat

tahapan yaitu identifikasi hazard, analisis dosis-respons, analisis pemajanan dan

karakterisasi risiko.

Universitas Sumatera Utara


52

Pertama, identifikasi hazard (identifikasi bahaya) yang dilakukan melalui

pengukuran konsentrasi Pb dan Cd pada sumber air minum penduduk.

Kedua analisis pemajanan yaitu mengenali jalur pemajanan agen risikountuk

mengetahui jumlah asupan air minum responden pada populasi. Dalam penelitian

ini meghitung jumlah intake Pb dan Cd yang dikonsumsi melalui air minum. Data

yang dibutuhkan adalah laju asupan atau konsumsi (l/hari), Konsentrasi risk agent

(mg/kg),waktu pajanan (jam/hari), frekuensi pajanan (hari/tahun), dan durasi

pajanan (tahun).

Ketiga, analisis dosis respon berguna untuk menetapkan nilai kuantitatif toksisitas

suatu risk agent untuk bahan kimia Pb dan Cd yang dinyatakan dengan RfD

(melalui intake minuman) yang menimbulkan efek non karsinogenik. Nilai

kuantitatif bahan kimia ini sudah tertera dalam Integrated Risk Information Sistem

dari US –EPA (IRIS,2007). RfD Pb =4 x10-4 dan RfD Cd = 5x 10-4

Ke empat, Karakterisasi risiko adalah perkiraan risiko secara numerik, melalui

estimasi risiko dengan menghitung rasio antara asupan (intake) dengan dosis

acuan (RfD) dengan rumus sbb:

Intake (mg/kg hari)


Risk Quatient (RQ) = ______________________
RfD

Risiko dinyatakan ada dan perlu dikendalikan jika RQ>=1 dan Jika RQ<1 risiko

belum muncul namun segala kondisi dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak

melebihi 1.

b. Teknik Analisis Spasial

Universitas Sumatera Utara


53

Sebaran spasial di wilayah penelitian dipetakan berdasarkan hasil analisis

laboratorium yang diplotkan dalam peta dasar dengan menggunakan koordinat

pengambilan sampel di laangan. Selanjutnya penentuan tingkat konsentrasi

parameter logam berat diinterpolasikan dengan menggunakan metode Inverse

distance weighted (IDW). Metode interpolasi ini dengan system geostatistik. Hasil

inerpolasi data parameter konsentrasi Pb dan Cd pada sumur bor masyarakat

disajikan dalam bentuk peta sebaran pencemaran logam Pb dan Cd.

c. Analisis SEM (Structural Equation Model)


SEM merupakan singkatan dari Structural Equation Modelling yaitu suatu

metode untuk menganalisa hubungan antar variabel eksogen dengan variabel

endogen, dimana variabel eksogen dan variabel endogen tersebut tidak dapat

diobservasi secara langsung melainkan diobservasi melalui indikator variabelnya

yang disebut variabel manifest.

Analisa untuk mencari hubungan/pengaruh variabel eksogen terhadap

variabel endogen berbasis kovarian sehingga sering disebut Covariance Based

SEM (CB SEM) software yang biasa dipakai oleh CBSEM adalah LISREL dan

AMOS. Penelitian ini menggunakan software LISREL. Analisa SEM memuat

tiga tahapan analisa yaitu:

1). Melakukan Uji Confirmatory Factor Analysis.

Dalam uji Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang akan dilihat adalah

nilai loading factor untuk masing-masing konstruk, variance extracted, construct

reliability serta melihat Goodness-of-fit (GOF) statistics. Loading faktor

merupakan salah satu pertimbangan yang sangat penting dalam analisa SEM.

Universitas Sumatera Utara


54

Loading faktor disini merupakan seberapa besar nilai masing-masing indikator

yang membentuk konstruk tersebut secara statistik. Loading faktor yang

signifikan adalah apabila nilainya lebih besar dari 0.5, atau yang ideal adalah

sebesar 0,7

Sedangkan Variance extracted menunjukkan jumlah varian dari indikator

yang diekstraksi oleh variabel laten yang dikembangkan. Nilai varian extracted

yang dapat diterima adalah minimum 0,50. Nilai variance extracted dapat dicari

dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
λ = Standadized Loading Factor
n = Jumlah indikator

Construct Reliability merupakan pengujian derajat kekonsistenan

pengukuran variabel. Nilai Contruct Reliability (CR) minimal sebesar 0,7 yang

dapat diterima, namun bisa juga kita terima nilainya antara 0,6 - 0,7 manakala

indikator yang lainnya untuk validitas konstruk bagus. Nilai CR ini diperoleh

dengan rumus sebagai berikut :

CR = (∑λi)2
2+
Keterangan : (∑λi) (∑δi)
λ = Standardized Loading Factor
δ = Error measuremen/variance error (1-λ2 )

2) Goodness-of-fit (GOF) statistics

Universitas Sumatera Utara


55

Goodness-of-fit (GOF) statistics mengindikasikan bahwa seberapa bagus

model yang dihasilkan oleh kovarian matrik dengan item indikatornya. Nilai GOF

yang dihasilkan ini sangat unik dan dibagi menjadi tiga kategory yaitu absolute

measures, incremental measures dan parsimony fit measures. Berikut GOF untuk

masing masing kateory dan nilai yang dianjurkan.

Kriteria Goodness of Fit Statistics


Kategori GOF Kriteria Model
Absolute fit measure
Chi-Square Diharapkan kecil
P-Value > 0,05
Goodness-of-fit Index (GFI) > 0,90
Average Goodness-of-fit Index (AGFI) Biasanya dibawah nilai GFI
Root Means Square Error of < 0,08
Approximation (RMSEA)

Incremental fit indices


Normed Fit Index (NFI) 0–1
Comparative Fit Index (CFI) > 0,90
Tuker Lewis Index (TLI) < 0 atau > 1
Relative Noncentrality Index (RNI) 0–1
Parsimony fit indices
Parsimony Goodness-of-fit Index (PGFI) 0–1
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) Nilai tinggi lebih bagus

3). Melakukan Uji Struktural Equation Modeling

Pada tahap ini merupakan tahap akhir didalam melakukan analisa

Structural Equation Modeling (SEM). Hasil dari tahap ini adalah persamaan

struktural sesuai dengan model yang dibangun. Dalam penelitian ini ada dua

persamaan struktural yang akan dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara


56

3.8 Tahapan Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer meliputi data

penimbangan berat badan dan hasil pemeriksaan laboratorium konsentrasi Pb dan

Cd dalam air sumur. Alat yang digunakan adalah kuesioner, timbangan berat

badan, perlengkapan sampling air bersih. Data kuesioner berisikan berat badan

sampel, jumlah air minum yang dikonsumsi perhari, lama menetap di lokasi dan

keluhan masyarakat (gejala keracunan Pb dan Cd). Berikut ini tahapan penelitian:

Tahap I. Mengukur Besaran Risiko Kesehatan Lingkungan

1. Identifikasi dan Pemetaan sumber pencemaran Pb dan Cd

2. Pengumpulan data karakteristik sumur bor dan data penduduk berdasarkan

lama tinggal, jumlah konsumsi air minum sumber sumur bor (l/hari), berat

badan individu.

3. Pengumpulan data konsentrasi Pb dan Cd pada sumur bor, analisa

laboratorium

4. Penyebaran kuesioner karakteristik sumur bor dan data konsumsi air

minum oleh penduduk

5. Studi analisa risiko kesehatan, menganalisa besaran risiko kesehatan pada

masyarakat yang mengkonsumsi sumber air minum dari sumur bor

(menghitung Intake dan RQ).

1) Identifikasi sumber pencemaran Pb dan Cd

Universitas Sumatera Utara


57

Melakukan inventarisasi sumber pencemaran Pb dan Cd, mendata media

lingkungan potensial, mendata keluhan masyarakat yang berkaitan dengan

dampak Pb dan Cd pada masyarakat.

2) Analisis Dosis Respon


Dosis respon Pb dan Cd diperoleh dari US EPA (2003) menyatakan dosis
acuan (RfD) untuk pajanan kronik Pb dan Cd dalam asir minum. RfD Pb =4x 10-4
RfD Cd =5 x 10-4 .

3) Analisis Pajanan
Melakukan perhitungan terhadap besarnya pajanan Pb dan Cd yang

dikonsumsi oleh penduduk yaitu dengan mengestimasi jumlah asupan (Intake)

dengan menggunakan rumus (1) :

× × ×
= ×

I = Asupan (intake), mg/kg/hari


C = konsentrasi risk agent, mg/L untuk air minum
R = laju asupan atau konsumsi, L/hari untuk air minum

f = Frekuensi pajanan, hari/tahun


E

D = Durasi pajanan, tahun (real time atau proyeksi, 30 tahun untuk nilai
t
default residensial)
W = Berat badan, kg
b

t = perioda waktu rata-rata (D ×365 hari/tahun untuk zat


avg t
nonkarsinogen, 70 tahun×365 hari/tahun untuk zat karsinogen)

4) Karakterisasi Risiko
Karakterisasi risiko adalah perkiraan risiko secara numeric, melalui

estimasi risiko dengan menghitung rasio antara asupan (intake) dengan dosis

acuan (RfD)dengan rumus sbb:

Universitas Sumatera Utara


58

Intake (mg/kg hari)


Risk Quatient (RQ) =______________________
RfD
5) Pendataan keluhan penyakit dengan gejala umum keracunan Pb dan Cd

Tahap II. Pengukuran Jarak Sumur bor dari tepi laut dan Kedalaman

dengan GPS dan di Analisa secara spasial dengan IDW(Inverse Distance

Weighted)

1) Pengukuran data sumur bor berdasarkan jarak dari pinggir laut 100 m, 200

m dan 300

m dan mengukur kedalaman sumur bor.

2) Pemetaan dengan metode IDW (Inverse Distance Weighted)

Tahap III . Pemetaan besaran risiko berdasarkan hasil jarak sumur dan

kedalaman

Pengukuran titik pengambilan sampel sumur bor dengan alat GPS merk

Garmin, hasil setiap titik ordinat di olah dengan metode IDW (Inverse

Distance Weighted ), kemudian di lakukan langkah sebagai berikut:

1) Esktrapolasi peta pencemaran Pb dan Cd dengan besaran risiko kesehatan

lingkungan

2) Analisa Spasial besaran risiko kesehatan lingkungan dengan jarak sumur

3) Analisa Spasial Besaran risiko kesehatan dengan kedalaman sumur

Tahap IV. Menyusun Model Pengelolaan Risiko dengan Structural Equation

Modelling (SEM) dengan menggunakan paket program LISREL80

Universitas Sumatera Utara


59

dan SPSS versi 20.0

Langkah –langkah analisa SEM sebagai berikut:

1) Langkah pertama: Pengembangan Model Teoritis.

2) Langkah kedua: pengembangan diagram alur (path diagram).

3) Langkah ketiga: Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan Struktural dan

Model Pengukuran.

4) Langkah keempat: memilih jenis matrik Input dan estimasi model yang

diusulkan.

a. Estimasi Model Pengukuran (Measurement Model).

b. Model Struktur Persamaan (Structure Equation Model).

5) Langkah kelima: kemungkinan munculnya masalah identifikasi

a. Standard error yang besar untuk satu atau beberapa koefisien.

b. Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang

seharusnya disajikan.

c. Munculnya angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang

negatif.

d. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang

didapat (misalnya x ≥ 0,9).

6). Langkah keenam : evaluasi kriteria Goodness of Fit

a. Uji Kesesuaian dan Uji Statistik

: Likelihood ratio chi-square statistic (χ2), Root Mean Square Error

Approximation (RMSEA), Goodness of Fit Index (GFI), Adjusted

Goodness of Fit Index (AGFI), The Minimum Sampel Discrepancy

Universitas Sumatera Utara


60

Function atau Degree of Freedom (CMIN/DF), Tucker Lewis Index (TLI)

dan Comparative Fit Index (CFI).

b. Uji Validitas CFA

c. Uji Reliabilitas: Construct Reliability dan Variance extracted

d. Asumsi-asumsi SEM : ukuran sampel, normalitas, outliers,

multicollinearity dan singularity

Universitas Sumatera Utara


61

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kelurahan Bagan Deli adalah salah satu dari 6 kelurahan yang ada didalam

wilayah administrasi Kecamatan Medan Belawan. Kelurahan ini merupakan

kelurahan yang terletak paling timur di Kecamatan Medan Belawan dan berbatasan

langsung dengan Selat Malaka. Berdasarkan letak astronomis, Kelurahan Bagan

Deliberadapada 03° 47°LU − 03° 48°LU dan 98° 41’BT − 98° 42’BT, sedangkan

berdasarkan letak geografis, Kelurahan Bagan Deli berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Belawan I, dan Hamparan Perak,

Kabupaten Deli Serdang,

2. Sebelah selatan berbatasan muara sungai Deli .

3. Sebelah timur dengan selat Malaka

4. Sebelah baratberbatasan dengan Kelurahan Belawan II dan

KelurahanBelawan Bahari

Kelurahan Bagan deli memiliki luas wilayah administrasi 304,74 Ha yang terdiri dari

15 distrik lingkungan dengan jumlah penduduk 4125 KK, dengan 17.999 jiwa. Data

mayarakat Bagan deli berdasarkan pemakaian air bersih adalah sebagai berikut :

Air PAM : 1926 KK

Air sumur dangkal : 204 KK

Air sumur bor : 1510 KK

Universitas Sumatera Utara


62

a. Lainnya : 485 KK

Total Jumlah 4125 KK (Sumber data : Kelurahan Bagan Deli 2015)

Sejumlah 1510 data pengguna sumur bor di kelurahan Bagan delimenggunakan air

tersebut sebagai sumber air minum utama selain sebagai sumber air bersih. Data

tersebut jika ditinjau ke lapangan ternyata sumur bor yang digunakan sebagai sumber

utama air minum sejumlah 92 sumur bor, dari masing-masing sumur masyarakat

mensuplai ke beberapa tetangga mereka. Sumur bor lainnya adalah sumur bor bantua

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian 92 Sumur Bor

bantuan dari pemerintah (PNPM mandiri) disamping itu ada juga bantuan dari NGO.

Universitas Sumatera Utara


63

Seluas 3,8 Ha Kelurahan Bagan Deli digunakan untuk sektor industri

perikanan yaitu dermaga pelabuhan yang merupakan salah satu dermaga terbesar di

Sumatera Utara dan Pulau Sumatera, yaitu Pelabuhan Gabion. Pelabuhan ini

merupakan Pusat Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB) yang juga adalah

salah satu dari 4 pelabuhan di Sumatera Utara. Pelabuhan ini adalah pelabuhan peti

kemas tempat dilakukannya bongkar muat hasil tangkap nelayan. Pelabuhan ini

menjadi salah satu sumber pendapatan bagi penduduk yang bekerja sebagai buruh

nelayan pada pemilik kapal ikan.

Sektor utama lainnya yaitu lahan industri (seluas 59,12 Ha) yang digunakan

sebagai industri hilir CPO, Semen, Pupuk, dan Aspal, lapangan penumpukan depo

peti kemas dan fasilitas pendukung (seluas 78,78 Ha), Kawasan Rekreasi Pantai

(seluas 6 Ha), dan 7,63 Ha luas lahan yang digunakan sebagai perkantoran. Sebagian

besar lain, lahan di Kelurahan Bagan Deli adalah kawasan lindung, rawa, dan lahan

kosong yang seluas 85 Ha (27,8% dari luas lahan).Kelurahan Bagan Deli terdapat

21% luas lahan yang digunakan sebagai areal pemukiman penduduk. Pada lahan ini

terdapat 40,16 Ha pemukimanpadat dan 24,25 Ha pemukiman sedang.

Pengambilan sampel sejumlah 92 sumur bor di Kelurahan Bagan deli dengan

cara mencari rumah tangga yang memiliki sumur bor, dan rumah tersebut sebagai

sumber utama air minum. Umumnya masyarakat pengguna sumur bor mensuplai

kebutuhan air bersih tetangganya dengan mencabangkan pipa kerumahtangga lainnya

sejumlah 5 sampai7 pipa yang bertetangga dengan pemilik sumur bor seperti dalam

gambar dibawah ini (Gambar 4.2). Jumlah 1510 KK penguna sumur bor terdiri dari

Universitas Sumatera Utara


64

sumur bor milik pribadi dan selebihnya adalah pengguna sumur bor yang merupakan

bantuan dari PNPM mandiri maupun dari NGO. Sumur bor bantuan di tempatkan di

rumah kepala lingkungan atau rumah Lurah, kemudian masyarakat mendapatkan

suplai dengan mencabangkan pipa dari bak penampungan atau mengambil dengan

jerigen dan diangkut kerumah masing-masing.

Gambar 4.2 Foto pompa sumur bor penduduk dan pendistribusian air ke
rumahtangga lainnya di kel.Bagan deli kec.Medan Belawan

Universitas Sumatera Utara


65

Sumber Data Puskesmas Pembantu (PUSTU) di Kelurahan Bagan deli Tahun

2014 melaporkan dari data10 Penyakit terbesar di PUSTU tersebut diare menduduki

urutan ke-2 setelah ISPA kemudian rematik dan infeksi kulit. Cakupan Prilaku Hidup

Bersih dan Sehat dari 4125 KK terdapat sejumlah 2,063 rumah tidak sehat, Sistem

Pembuangan Air Limbah (SPAL) langsung ke laut.

4.2 Hasil Studi ARKL dan Besaran Risiko Paparan Logam Pb

Tabel 4.1 Hasil ARKL dan besaran risiko (RQ) paparan logam Pb

Variabel Mean Median Min-Max SD

Konsentrasi (C) mg/L 0.0045 0.0025 0.0054 - 0.0262 0.0560

Laju Asupan (R), L/hari 1.879 2.000 1–5 0.69

Frekuensi Pajanan (fE) 323 350 48–350 59.56


,hari/Tahun
Durasi pajanan (Dt) tahun 23.2 20.0 1- 70 15.96

Berat Badan (Wb),Kg 56.38 59.00 20–94 16.065

T avg 8470 7300 365–25550 5826

Intake (I) 8x 10-5 5 x10-5 5x10-6 - 5 x10-4 8.7x 10-5

RQ Pb 0.0419 0.0241 0.0190 - 0.3250 0.5250


(Besarnya Risiko
Pencemaran Pb)

Berdasarkan tabel 4.1 konsentrasi Pb tertinggi adalah 0.026 mg/l dan hasil

pengukuran konsentrasi Pb diperoleh 34 titik sampel dengan konsentrasi diatas NAB

( NAB Pb : 0.01 mg/l). Rerata laju asupan (R) adalah 1.879 L, nilai rerata Intake (I)

Universitas Sumatera Utara


66

adalah 8x10-5, dengan rerata Berat badan 56.38 Kg. Distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin laki-laki 145 orang dan wanita 105 orang. Besarnya

risiko (RQ) bagi masyarakat yang mengkonsumsi air minum yang mengandung Pb

dengan rerata adalah 0.0419, RQ Pb< 1, dengan nilai maksimum RQ adalah 0.325

(RQ<1) , ini berarti kandungan Pb dalam air minum masyarakat belum

menimbulkan risiko pada saat dilakukannya pengukuran.

Tabel 4.2 Karakteristik Sumur Bor Berdasarkan Jarak, kedalaman


Dan Umur Sumur Bor

Variabel Mean Median Min-Max SD

Jarak dari Pinggir laut (m) 143.674 85 1.2- 462 120.40


3
Kedalaman sumur bor (m) 98.96 90 66–220 29.258

Umur Sumur (tahun) 9.75 10 1 –34 7.399

Karakteristik 92 sumur bor dengan 250 pengguna sumur ternyata jarak terjauh

sumur dari tepi pantai adalah 462 meter, terdekat 1.2 m dan kedalaman maksimum

sumur adalah 220 m dan minimum 66 m, rerata umur sumur adalah 9 tahun 9 bulan.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Sumur Dari Tepi
Pantai Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2016
No Jarak (m) n %
1 0-100 132 52.8
2 101 -200 45 18.0
3 > 200 73 29.2
Total 250 100

Universitas Sumatera Utara


67

Pada Tabel 4.3 di atas 52.8 % sumur ada dijarak 0 -100 m, bahwa jarak sumur

bor sebagai sumber air minum penduduk yang terdekat adalah 1.2 meter dan terjauh

adalah 462 meter.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kedalaman Sumur Di


Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2016

Kedalaman Sumur (m) n f (%)


0-100 197 78.8
101-200 44 17.6
>200 9 3.6
Total 250 100
Kedalaman sumur sejumlah 78.8% berada di kedalaman 0 - 100 m,kedalaman yang

terendah adalah 60 meter dan terdalam adalah 220 meter. Hasil spasial jarak masing-

masing sumur bor di jelaskan dalam gambar di bawah ini. Gambar di atas

menjelaskan bahwa jarak sampel sumur bor dari tepi pantai/sungai berkisar 0- 200

m. Asumsi peneliti sumber pencemar adalah jarak terdekat dengan badan air (tepi

pantai).

4.3Pencemaran Pb berdasarkan Kedalaman dan Jarak Sumur Bor dari garis


Pantai

4.3.1 Sebaran Konsentrasi Pb di wilayah penelitian berdasarkan Kedalaman


Peta di bawah ini akan menjelaskan sebaran logam Pb dalam 92 titik sampel,

dimana diantaranya terdapat 34 titik sampel yang memiliki konsentrasi Pb di atas

Universitas Sumatera Utara


68

NAB. Gambar 4.3 dan gambar 4.4 di bawah ini menjelaskan gambaran sebaran Pb

berdasarkan kedalaman sumur, dapat dilihat bahwa dari sejumlah 34 sampel dengan

konsentrasi di atas NAB yang terdiri dari sejumlah 75.53% ( 25 sampel) dengan

kedalaman≤ 100 m, dan sejumlah 20.5 % sampel ( 9 sampel) dengan kedalaman

sumur bor > 100 meter.

Sumur yang tercemar Pb berjarak terdekat adalah 13.5 m dari tepi pantai dan

kedalaman sumur120 m dengan konsentrasi Pb 0.0263 mg/l , jarak terjauh sumur

yang tercemar adalah 423 m dengan kedalaman 84 m dengan konsentrasi 0.011 mg/l.

Hal ini ini bisa saja terjadi karena berdasarkan data geologi jenis batuan yang terdapat

di daerah Belawan terdiri dari sedimen lepas berupa bongkahan, kerikil, pasir,

lempung dan batu gamping (Sitorus, 2011). Struktur tanah ini merupakan struktur

yang mudah dilalui oleh air kecuali batu gamping. Jika kedalaman air sumur dapat

menembus batu gamping maka air tersebut kemungkinan bisa terkena intrusi air laut

karena bentuk wilayah Belawan diapit oleh air laut dan Belawan berada di pesisir

timur sumatera tergolong wilayah CAT (Cekungan Air Tanah) ( Kodoatie, 2012).

Universitas Sumatera Utara


69

Gbr 4.3 Peta Lokasi Pencemaran Pb

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
70

Gambar 4.4 Peta Analisa konsentrasi Pb dan Kedalaman Sumur


71

Hasil analisa pada tabel 4.5 di bawah ini dapat menjelaskan bahwa dari 197

sampel yang berada di kedalaman 0-100 m, ada sejumlah 25 sampel (12.7%) yang

memiliki konsentrasi Pb di atas NAB. Hasil analisis uji chi square membuktikan

bahwa kedalaman tidak berhubungan secara signifkan dengan konsentrasi Pb dalam

air sumur (Pv nilai > 0,05). Namun jika dilihat dari prosentase jumlah sumur

berdasarkan kedalaman maka terlihat konsentrasi Pb menurun sesuai dengan

kedalaman sumur bor. Ini berarti semakin dalam sumur bor konsentrasi Pb dalam air

sumur semakin menurun.

Tabel. 4.5 Hasil analisa Kedalaman dan Konsentrasi Pb

Konsentrasi Pb Jumlah
No. Kedalaman ≥NAB < NAB
N % n % N % Pv = 0.19
1. 0 – 100 m 25 12.7 172 87.3 197 100
2. 101-200 m 9 20.5 35 79.5 44 100
3 >200 m 0 0 9 4.2 9 100
Jumlah 34 216 250 100
Sumber : data diolah

Berdasarkan sampel kedalaman minimal sumur bor adalah 66 m, jika dianalisa

berdasarkan jenis batuan di kedalaman 66 m – 100 m pada lapisan ini sifat batuannya

bervariasi berdasarkan kedalaman yaitu lempung, lempung dan berpasir, lempung

kerikil (Litologi Belawan 2014) dan lapisan lempung memiliki porositas 45%

(Linsley.K, Kohler, and Paulhus J. 1996). Hasil penelitian di Lapisan tanah Bagan

Deli Belawan (Situmorang R, Panjaitan V, 2016)

Universitas Sumatera Utara


72

Berdasarkan data Litologi Belawan lapisan tanah pada kedalaman 100 -200 bervariasi

100 -119 m lempung, 120-125 pasir kerikil, kemudian lempung dan pada kedalaman

185 -190 m pasir kerikil,selanjutnya lempung dan pasir dilihat dari karakteristik

lapisan penyusun memiliki sifat porosif,bercelah memudahkan air laut

menyusup.Perbatasan antara air asin dan air tawar dalam akifer terkekang ditentukan

oleh dalamnya akifer, permeabilitas, besar tekanan dan lain-lain. Ini menunjukkan

bahwa meskipun sumur itu dalam dan terletak di tepi pantai, tidak akan terdapat

intrusi, kadang percampuran itu terjadi meskipun sumur dangkal dan cukup jauh dari

tepi pantai (Hukum Herzberg). Hal ini berbeda dengan penelitian di daerah sungai

Chishui Taiwan pada kedalaman 200 m, kondisi air tanah sangat baik sebagai

sumber air minum (Shin., 2011).

4.3.2 Analisa Jarak Sumur Dan Konsentrasi Pb


Hasil analisis uji chi square membuktikan bahwa jarak berhubungan

signifikan dengan konsentrasi Pb dalam air sumur (Pv nilai < 0,05 dijelaskan pada

tabel 4.6 di bawah ini.

Tabel. 4.6 Hasil analisa Jarak Sumur dari tepi laut dengan Konsentrasi Pb

Konsentrasi Pb Jumlah
Jarak Sumur
No. ≥ NAB < NAB
(Meter)
n % n % n %
1. 0-100 4 3 128 97 132 100 P v = 0.00
2. 101- 200 7 15.6 38 84.4 45 100
3 >200 23 31.5 50 68.5 73 100
Jumlah 34 216 250 100

Universitas Sumatera Utara


73

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa adanya kecenderungan semakin jauh

jarak sumur bor dari sumber pencemar (tepi pantai), jumlah sumur bor dengan

konsentasi Pb di atas NAB semakin meningkat jumlahnya. Hal ini bisa terjadi karena

sumber pencemar lainnya seperti pelabuhan dan lokasi pemukiman penduduk dapat

menjadi faktor pengacau karena asumsi peneliti mengukur sumber pencemar dari tepi

pantai.

Hasil analisa sebaran konsentrasi Pb berdasarkan jarak sumur dari tepi

laut/sungai dapat dijelaskan pada gambar 4.5 dibawah ini, dari 132 sumur bor yang

berada pada jarak 0 – 100 m dari tepi laut ditemukan sumur (3%) memiliki

konsentrasi di atas bakumutu lingkungan. Sumur dengan jarak 101- 200 m sejumlah

45 sumur, 7 (tujuh) diantaranya (15,6%) memiliki konsentrasi Pb melebihi baku

mutu sedangkan sejumlah 23 sumur (31.5%) berada pada jarak >200m memiliki

konsentrasi Pb melebihi Baku mutu.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
74

Gambar 4.5 Peta Konsentrasi Pb dan Jarak dari Tepi Laut


75

4.4Analisis Besaran Risiko Kesehatan Lingkungan (RQ) Akibat Paparan Pb

Berdasarkan Kedalaman Sumur Bor

Hasil pengukuran besarnya risiko non karsinogen (RQ) logam Pb pada saat

pengukuran menunjukkan nilai RQ < 1 (tabel 4.1), ini berarti pada saat ini Pb belum

menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat. Berdasarkan tabel 4.5 di bawah ini

dari sejumlah 197 sampel dengan kedalaman sumur bor 0-100 m, sejumlah 31 %(61)

sampel diantaranya memiliki nilai RQ ≥ mean dan ada sejumlah 45.5 % (20) sampel

dari kedalaman sumur 101-200 m memiliki nilai RQ ≥ mean dan dari 9 sampel

dengan kedalaman >200 m ada sejumlah 88.9% (8) memiliki RQ ≥ mean. Besarnya

risiko lebih tergantung kepada Intake (asupan) dimana variable intake meliputi

jumlah konsumsi air, berat badan responden, durasi pajanan dan konsentrasi Pb pada

air minum.

Tabel 4.7 Hasil analisa kedalaman sumur dan risiko kesehatan logam Pb
(RQ Pb)
Risiko Kesehatan Non Jumlah
Kedalaman Karsinogen
No. Sumur
≥ Mean < Mean
(Meter)
n % n % n % Pv=
0.001
1. 0 – 100 m 61 31 136 69 197 100
2 101- 200 m 20 45.5 24 54.5 44 100
3 >200m 8 88.9 1 11.1 9 100
Jumlah 89 161 250 100

Universitas Sumatera Utara


76

Hasil analisa statistik di atas memberi makna bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kedalaman dengan risiko kesehatan (RQ Pb). Semakin dalam sumur

maka risiko kesehatan melebihi rerata mean. Gambar 4.6 ini merupakan hasil analisa

spasial RQ Pb dengan kedalaman, dapat dilihat dalam peta di bawah ini bahwa risiko

Pb yang melebihi NAB tidak selalu berada pada kedalaman < 100 m. Namun dapat

dibandingkan berdasarkan gradasi warna untuk menganalisa kedalaman sumur

dengan besarnya risiko Pb, ternyata ada sejumlah 52.8 % sumur dengan kedalaman

diatas 100 m dengan risiko kesehatan di atas rerata mean.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
77

Gambar 4.6 Peta analisa risiko RQ Pb dengan Kedalaman


78

4.5 Analisa Jarak sumur dan Risiko Kesehatan Pb ( RQ Pb)

Tabel 4.8 Hasil analisa Jarak Sumur dan Risiko Kesehatan (RQ Pb)

Risiko Kesehatan (RQ) Jumlah


Jarak Sumur
No. ≥mean < mean
(meter)
n % n % n % Pv = 0.58
1 0 - 100 m 38 42.7 94 58.4 132 100
2 101-200 m 19 21.4 26 16.1 45 100
3 >200 m 32 35.9 41 25.5 73 100
Jumlah 89 161 250 100

Berdasarkan tabel di atas, jarak sumur dari tepi laut tidak berhubungan secara
signifikan dengan besarnya risiko kesehatan ditandai dengan nilai Pv =0.58. Namun
dari data dapat dijelaskan bahwa risiko kesehatan di atas rerata mean (RQ> mean )
menyebar pada semua jarak sumur dari tepi pantai. Pada jarak 0-100 m ada sejumlah
42.7% pemilik sumur bor memiliki risiko di atas rerata mean. Besarnya risiko
kesehatan tidak hanya disebabkan oleh jarak sumber pencemar namun disebabkan
oleh faktor lain seperti jumlah konsumsi per hari, lama tinggal responden dan lain
sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
79

Gambar 4.7 Peta analisa risiko RQ Pb dengan Jarak Sumur


80

4.6 Hasil Studi ARKL dan Besaran Risiko Paparan Logam Cd

Tabel 4.9 di bawah ini merupakan hasil dari perhitungan analisa risiko

kesehatan lingkungan dari kandungan logam Cd pada sumber air minum penduduk

beserta karakteristik sumur bor.

Tabel 4.9 Hasil Studi ARKL dan Besaran Risiko (RQ) Paparan Logam Cd
Variabel Mean Median Min-Max SD
Median
Konsentrasi (C) mg/L 0.00127 0.0013 0.00004 0.0007
0.0024
Laju Asupan (R), L/hari 1.8795 2.0000 1 0.69
5
Frekuensi Pajanan (fE) 323 350 48 59.56
,hari/Tahun 350
Durasi pajanan (Dt) tahun 23.2 20.0 1 15.96
70
Berat Badan (Wb),Kg 56.38 59.00 20 16.065
94
Perioda waktu rata-rata 8470 7300 365 5826
hari/Tahun (T avg ) 25550
Intake (I) 4.8 x10-5 4.1 x10-5 7.1x10-7 4.3x10-5
3.9x10-4
Besarnya Risiko (RQ) 0.097 0.082 0.001 0.086
Non karsinogen 0.781

Berdasarkan karakteristik responden diperoleh hasil dari 92 sumur bor rerata

konsentrasi adalah 0.00127 mg/l kondisi ini masih di bawah NAB Permenkes No.

420/Menkes/2010 (0.003mg/l). Rerata laju asupan adalah 1.87 L/hari, durasi pajanan

23.2 tahun. Rerata intake 4.8 x10-5. dengan 250 pengguna sumur. Nilai Risk Quation

(RQ) atau besarnya risiko kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsi air minum

yang mengandung Cd dengan rerata RQ < 1, begitu juga dengan nilai maksimum RQ

Universitas Sumatera Utara


81

adalah 0.781 (RQ<1) , ini berarti kandungan Cd dalam air minum masyarakat belum

menimbulkan risiko pada saat dilakukannya pengukuran. Pada hasil pengukuran

konsentrasi Cd diperoleh satu titik sampel dengan konsentrasi diatas NAB pada titik

sampel ST 19 kedalaman 99 m dan jarak dari tepi pantai 177 m. Berikut adalah

gambar 4.8 peta sebaran Cd pada lokasi sampel.


Gambar 4.8 Peta Sebaran Konsentrasi Cd

Universitas Sumatera Utara


82

Pada gambar di atas konsentrasi dikategorikan berdasarkan nilai rerata

konsentrasi Cd. Pola sebaran Cd selanjutnya dianalisa berdasarkan jarak dan

konsentrasi. Pemetaan di atas menggunakan metode IDW (Inverse Distance

Weighted) . Metode IDW merupakan metode interpolasi konvesional yang

memperhitungkan jarak sebagai bobot. Jarak yang dimaksud disini adalah jarak

(datar) dari titik data (sampel) terhadap blok yang akan diestimasi. Jadi semakin

dekat jarak antara titik sampel dan blok yang akan diestimasi maka semakin

besarbobotnya, begitu juga sebaliknya. Jadi nilai konsentrasi sampel yang diukur

akan digunakan untuk mengestimasi titik lain yang tidak diukur (Sayful H, 2013).

4.7 Sebaran Pencemaran Pb dan Cd Berdasarkan Jarak dan Kedalaman


Sumur Bor

Gambar 4.9 di bawah menjelaskan hasil analisa spasial kedalaman sumur

setiap titik sampel penelitian, dimana kedalaman sumur dibagi dalam 3 kategori,

sejumlah 78.8% sampel berada pada kedalaman 0-100 m, 17.6% pada kedalaman

101-200m dan sejumlah 3.6 % berada pada kedalaman di atas 200m.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
83

Gambar 4.9 Peta Distribusi lokasi Titik Sampel Pb dan Cd berdasarkanJarak


Universitas Sumatera Utara
84

Gambar 4.10 Peta Distribusi lokasi Titik Sampel Pb dan Cd berdasarkanKedalaman


85

4.8 Analisa Risiko Cd

4.8.1 Analisa Kedalaman Sumur Dan Konsentrasi Cd

Kondisi gambar 4.10 dapat dilihat pola sebaran konsentrasi Cd menyebar

berdasarkan variasi kedalaman sumur yang berbeda, jika dilihat dari hasil analisa

pada tabel 4.10 ada sejumlah 5.7 % sampel dengan konsentrasi di atas mean dengan

kedalaman di atas 100 m.

Tabel 4.10 Hasil analisa kedalaman dan konsentrasi logam Cd

Konsentrasi Cd Jumlah
Kedalaman
No. ≥ Mean <Mean
Sumur (Meter)
n % n % n % P v =0.11
1. 0 – 100 m 107 54.3 90 45.7 197 100
2. 101-200 m 17 38.6 27 61.4 44 100
3. >200 m 6 66.7 3 33.3 9 100
Jumlah 130 120 250 100

Tabel ini menjelaskan dari 197 sampel yang berada di kedalaman 0-100 m

ada sejumlah 54.3 % (107) sampel yang memiliki konsentrasi melebihi nilai rerata

konsentrasi kelompok. Kedalaman sumur dengan konsentrasi tidak memiliki

hubungan yang signifikan ditandai dengan nilai Pv =0.11. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai konsentrasi Cd melebihi rerata ada pada semua tingkat kedalaman.

Namun dari sebaran data dalam tabel ini ada kecenderungan jumlah sumur yang

memiliki konsentrasi ≥ mean kelompok menurun sesuai dengan bertambahnya

kedalaman sumur . Kedalaman sumur dengan konsentrasi tidak memiliki hubungan

Universitas Sumatera Utara


86

yang signifikan ditandai dengan nilai Pv =0.11.Hal ini menunjukkan bahwa

koonsentrasi Cd melebihi rerata ada pada semua tingkat kedalaman.


Gambar 4.11 Peta Distribusi konsentrasi Cd dengan Kedalaman Sumur Bor

Universitas Sumatera Utara


87

4.9 Analisa Hasil analisa Jarak sumur dan Konsentrasi Cd

Tabel. 4.11 Hasil analisa Jarak sumur dan Konsentrasi Cd

Jarak Konsentrasi Jumlah


No. Sumur ≥ mean <mean
(Meter)n % n % n % P value = 0.14
1. 0-100 m 38 28.8 94 71.2 132 100
2. 101-200 m 19 42.3 26 57.7 45 100
2. > 200 m 32 43.8 41 56.2 73 100
Jumlah 89 161 250 100

Tabel ini menjelaskan jarak sumur dengan konsentrasi Cd tidak memiliki

hubungan yang signifikan ditandai dengan nilai Pv =0.14, Ini berarti walaupun jarak

sumur di bawah 100 m bukan berarti memiliki konsentrasi yang lebih besar jika

dibandingkan dengan sumur dengan jarak sumur di atas 100 m. Gambar 5.9 di bawah

ini menjelaskan hubungan jarak sumur bor dengan konsentrasi Cd dalam air minum.

Hasil laboratorium dari semua titik sampel masih di bawah bakumutu lingkungan,

maka nilai ukuran konsentrasi digunakan rerata konsentrasi Cd.,sebaran sampel

dengan konsentrasidi bawah rerata (area hijau) bervariasi menyebar pada semua

jarak.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
88

Gambar 4.12 Peta Hasil Analisis Spasial Konsentrasi Cd dan Jarak dari Tepi Pantai
89

4.10 Analisis Besaran Risiko Kesehatan Lingkungan (RQ) akibat paparan Cd


berdasarkan Kedalaman sumur bor Dan Jarak Sumur Dari Tepi Laut

4.10.1 Analisa Kedalaman sumur dan Risiko Kesehatan Cd ( RQ Cd)

Tabel. 4.12 Hasil analisa kedalaman dan risiko kesehatan logam Cd

RQ Cd Jumlah
Kedalaman
No. ≥ Mean < Mean
Sumur (meter)
n % n % N % P v = 0.00
1. 0- 100 m 82 41.6 115 58.4 197 100
2. 101-200 m 13 29.5 31 70.5 44 100
3. > 200 m 9 100 0 0 9 100
Jumlah 104 146 250 100

Berdasarkan Tabel 4.12 diatas kedalaman sumur dengan besarnya risiko

kesehatan memiliki hubungan yang signifikan ditandai dengan nilai Pv =0.00, dapat

dijelaskan dari tabel tersebut jumlah sampel dengan RQ ≥ Mean memiliki proporsi

semakin meningkat sesuai dengan kedalaman sumur yang semakin dangkal ditandai

dengan sejumlah 82 sampel berada di kedalaman 0-100 m. Hasil analisa laboratorium

menjelaskan bahwa konsentrasi Cd belum melebihi NAB.

Kedalaman sumur berhubungan dengan besarnya risiko kesehatan akibat

paparan Cd. Gambar 4.12 di bawah ini menjelaskan hubungan kedalaman sumur bor

dengan risiko Cd dalam air minum.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
90

Gambar 4.13 Peta Hasil Analisa Spasial Besarnya Risiko Kesehatan (RQ) dengan Kedalaman
Cd) dengan Kedalaman Sumur Bor
91

4.10.2 Analisa Jarak sumur dan Risiko Kesehatan Cd ( RQ Cd)

Tabel. 4.13 Hasil Analisa Jarak Sumur dan Risiko Kesehatan Cd ( RQ Cd)

Risiko Kesehatan Non Jumlah


Jarak Karsinogen
No. Sumur
≥ Mean < Mean
(Meter)
n % n % n % P v = 0.71
1. 0 – 100 m 58 43.9 74 56.1 132 100
2. 101 - 200 m 18 39 27 61 44 100
3 >200 m 28 38.4 45 61.6 73 100
Jumlah 250

Berdasarkan tabel di atas, hasil analisa jarak sumur dari tepi laut dengan besarnya

risiko kesehatan memilikinilai Pv =0.71, ini menjelaskan tidak ada hubungan yang

signifikan antara jarak dengan risiko kesehatan .Namun jika dilihat dari distribusi

data jumlah responden yang memiliki risiko di atas rerata risiko kelompok cenderung

berada pada jarak 0-100 m dari sumber pencemar, seperti yang tergambar dalam

grafik di bawah ini.

Gambar 4.14Hubungan antara jarak dengan resiko kesehatan (RQ Cd)

Universitas Sumatera Utara


92

Gambar 4.14 di bawah ini menjelaskan jarak titik sampel dari tepi laut dengan risiko

kesehatan (RQ) Cd berdasarkan analisa spasial.


Gambar 4.15. Peta Hasil Analisa Spasial Besarnya Risiko Kesehatan (RQCd) dengan Jarak
Sumur Bor

Universitas Sumatera Utara


93

4.11 Hasil Analisis SEM

Hasil analisa Structural Equation Modeling (SEM) berikut ini akan dijelaskan

tahapan demi tahapan. Dalam analisa SEM, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan

sebagai berikut :

1. Confirmatory Faktor Analysis (CFA)

Analisa CFA dilakukan untuk melihat seberapa bagus variabel observed yang

dilibatkan membentuk variabel laten. Ukuran tingkat kebaikkannya dilihat validitas konstruk

yang dibuat. Validitas konstruk bisa dilihat dari nilai loading faktor, variance extracted dan

reliability. Loading faktor merupakan nilai yang dihasilkan oleh variabel observed dimana

nilai yang bagus minimal 0,5. Nilai tersebut memberikan bahwa variabel observed tersebut

merupakan variabel pembentuk variabel laten yang baik. Sedangkan variance extracted

merupakan nilai yang digunakan untuk melihat sebaran data dalam penelitian yang

diekstraksikan. Variance data dikatakan memenuhi persyaratan apabila nilai variance

extractednya(VE) lebih besar dari 0,5. Sementara itu reliability digunakan untuk melihat

seberapa konsisten pengukuran variabel yang digunakan. Dalam analisis SEM, reliability bisa

dilihat dari nilai Construct Reliabnulity (CR), dimana nilai CR minimal 0,6. Berikut ini hasil

validitas konstruk untuk masing-masing variabel laten.

TABEL 4.14. ANALISIS CFA VARIABEL SUMUR BOR

Variabel Observed Loading Faktor


VE CR
Laten Variabel Cut Value Hasil Kesimpulan
X1 0,5 0,66 Valid
Sumur X2 0,5 0,54 Valid
0,67 0,71
BOR X3 0,5 0,74 Valid
X4 0,5 0,58 Valid

Universitas Sumatera Utara


94

Variabel sumur bor yang merupakan variabellaten memiliki4 indikator


X1(Jarak sumur bor dari tepi pantai), X2 (Kedalaman sumur bor), X3 (Umur sumur
bor) dan X4 ( Konsentrasi Pb dan Cd dalam sumur bor). Berdasarkan
nilaiyangdihasilkanterlihat bahwa hasil loading faktor memenuhi syarat melebihi 0.5,
berarti valid sebagai variabelpembentuk variabel laten yang bisa
dipertanggungjawabkan.

Tabel 4.15 ANALISIS CFA VARIABEL MASYARAKAT

Variabel Observed Loading Faktor


VE CR
Laten Variabel Cut Value Hasil Kesimpulan
X5 0,5 0,64 Valid
X6 0,5 0,51 Valid
Masyarakat 0,54 0,68
X7 0,5 0,55 Valid
X8 0,5 0,89 Valid

Variabel masyarakat merupakan variabel laten memiliki 4 indikator yaitu X5 (


Berat badan), X6 (Jumlah konsumsi air minum), X7 ( Usia responden), X8 (lama
tinggal) . Berdasarkan nilai yang dihasilkan terlihat bahwa hasil loading faktor
memenuhi syarat melebihi 0.5, berarti valid sebagai variabel pembentuk variabel
laten yang bisa dipertanggungjawabkan.

Tabel 4.16 ANALISIS CFA VARIABEL INTAKE

Variabel Observed Loading Faktor


VE CR
Laten Variabel Cut Value Hasil Kesimpulan
X9 0,5 0,50 Valid
Intake 0,73 0,81
X10 0,5 0,71 Valid

Variabel Intake merupakan variabel laten memiliki 2 indikator yaitu X 9

(Intake Pb ;jumlah asupan Pb yang diterima responden/BB/hari) dan X10 ( Intake Cd


;jumlah asupan yang diterima responden/BB/hari).Berdasarkan nilai yang dihasilkan

Universitas Sumatera Utara


95

terlihat bahwa hasil loading faktor memenuhi syarat melebihi 0.5, berarti valid
sebagai variabel pembentuk variabel laten yang bisa dipertanggungjawabkan.
Tabel 4.17 ANALISIS CFA VARIABEL RISIKO

Variabel Observed Loading Faktor


VE CR
Laten Variabel Cut Value Hasil Kesimpulan
X11 0,5 0,53 Valid
Resiko 0,52 0,65
X12 0,5 0,79 Valid

Variabel risiko merupakan variabel laten memiliki 2 indikator yaitu X11 ( RQ


Pb ) dan X12 (RQ Cd), berdasarkan nilai yang dihasilkan terlihat bahwa hasil loading
faktor memenuhi syarat melebihi 0.5, berarti valid sebagai variabel pembentuk
variabel laten yang bisa dipertanggungjawabkan.

2. Goodness of Fit Statistics

Selain loading faktor untuk masing-masing indikatornya, CFA juga digunakan


untuk melihat sejauhmana model yang dibangun memenuhi standar Goodness of Fit
Statistics. Nilai Goodness of Fit Statistics diperlihatkan dari nilai P-Value
(probability), Root Mean Square Errors Approximation (RMSEA), Goodness of Fit
Index (GFI) dan AGFI. Adapun kriterianya sebagi berikut :

Tabel 4. 18 Kriteria Evaluasi Goodness of Fit Statistics

No Kriteria Cut-Value
1 Chi-Square Diharapkan kecil
2 Probability > 0,05
3 RMSEA < 0,08
4 GFI < 0,9
5 AGFI Biasanya kecil dari GFI

Untuk melihat hasil Goodness of Fit Statistics bisa dilihat pada hasil pengolahan
datanya sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


96

Tabel 4.19 Hasil Evaluasi Goodness of Fit Statistics

No Kriteria Cut-Value Hasil Kesimpulan


1 Chi-Square Diharapkan kecil 84,23 Good Fit
2 Probability > 0,05 0,061 Good Fit
3 RMSEA < 0,08 0,043 Good Fit
4 GFI < 0,9 0,94 Good Fit
5 AGFI Biasanya kecil dari GFI 0,89 Good Fit

Dari hasil evaluasi dataGoodness of Fit Statistics diatas, nilai chi square

84.23dengan probability 0.061 sementara itu RMSEA 0.043 dan GFI 0.94 .darisemua

nilayang ada padatabel diatas menunjukkan bahwa model dalam keadaan fit yang

berarti sudah dapat dilanjutkan untuk proses penyusunan persamaan structural.

3. Stuctural Equation

Pada tahap ketiga ini merupakan tahap akhir dari analisa Structural Equation

Modeling (SEM). Pada tahap ini merupakan tahap untuk melihat pengaruh variabel

endogen terhadap variabel eksogen.

3.1 Korelasi antar variabel laten

Dalam penelitian parametrik maka diperlukan adanya hubungan antar

variabel, berikut ini hasil pengolahan data korelasi antar variabel dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


97

Tabel 4.20 Tabel Korelasi antar Variabel

Correlation
Sumur Bor Masyarakat Intake Resiko
Sumur Bor 1
(Y1)
Masyarakat 0,62 1
(Y2)
Intake (Y3) 0,52 0,46 1
Resiko (X) 0,74 0,51 0,67 1

Tabel diatas menunjukkan korelasi masing-masing variabel laten, dari tabel diatas

memperlihatkan korelasi antar variabel, baik antar variabel eksogen dengan endogen maupun

variabel endogen dengan variabel endogen lainnya. Korelasi menunjukkan hubungan antar

variabel dimana nilainya berkisar 0 – 1, jika nilai r = 0 berarti tidak ada hubungan linier, jika

nilai = -1 menunjukkan hubungan linier negatif sempurna dan nilai r= + 1 menunjukkan

hubungan linier positif sempurna. Kekutan hubungan dua variabel dibagi dalam 4 kategori

yaitu :

r = 0,00 – 0,25 tidak ada hubungan/hubungan lemah

r = 0,26 – 0,5 hubungan sedang

r = 0,51- 0.75 hubungan kuat

r = 0,76 – 1.00 hubungan sangat kuat.

Dari data tersebut terlihat bahwa hubungan antara variabel sumurbor dengan

masyarakat sebesar 0,62 artinya hubungan tersebut kuat. Hal yang sama juga terjadi antara

intake dengan resiko sebesar 0,67 dan sumurbor dengan resiko mempunyai hubungan yang

kuat dimana nilainya adalah 0,74. Sementara itu hubungan antara variabel sumur bor dengan

intake sebesar 0,52, artinya hubungan tersebut sedang,sama halnya hubungan antara variabel

Universitas Sumatera Utara


98

masyarakat dengan resiko sebesar 0,51 dan hubungan masyarakat dengan intake adalah 0,46

yang berarti kekuatan hubungannya lemah.

4.12. Model Persamaan Struktural

Tindaklanjut setelah terbukti semua variabel memiliki korelasi berikut inihasil

persamaan struktural yang terbentuk.

Tabel 4. 21 Hasil AnalisaPersamaan Struktural

Hubungan Kooefisien t-hitung Kesimpulan


Sumur Bor– Intake 1,39 9,03 Signifikan
Masyarakat – 0,36 3,93 Signifikan
Intake
Intake – Resiko 0,67 4,49 Signifikan

Tabel diatas menunjukkan pengaruh antar variabel laten, dimana karakteristik

sumur bor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap intake dengan besarnya

pengaruh sebesar 1,39 dengan t-hitung sebesar 9,03 (t- hit > 1,96). Begitu juga

dengan variabel masyarakat secara signifikan mempengaruhi intake dengan besar

pengaruh sebesar 0,36 dan nilai t-hitung sebesar 3,93 (t- hit > 1,96). Variabel intake

secara signifikan mempengaruhi risiko dengan besar pengaruh sebesar 0,67 dan nilai

t-hitung sebesar 4,49 (t -hit > 1,96).

Berikut ini persamaan strukturalnya :

Intake = 1,39 Sumurbor + 0,36 Masyarakat, R2 = 0,64

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa koefisein determinasinya (R2) sebesar

0,64, artinya kedua variabel tersebut mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap

intake sebesar 64%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Universitas Sumatera Utara


99

Sedangkan persamaan struktural kedua adalah sebagai berikut :


Resiko = 0,67 Intake, R2 = 0,44

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa koefisein determinasinya (R2) sebesar

0,44, artinya kedua variabel tersebut mampu menjelaskan pengaruhnya terhadaprisiko

kesehatan sebesar 44%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Berikut path

diagram pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen.

Gambar 4.16. Skema model hubungan antar variabel

Besarnya risiko kesehatan lingkungan yang di alami oleh masyarakat yang

bermukim di pesisir belawan di pengaruhi oleh intake (jumlah asupan/pajanan zat

pencemar logam dan yang diterima oleh masyarakat melalui konsumsi air minum

sumber sumur bor) sebesar 0.67, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti pajanan

dari udara (inhalasi). Pb dan Cd dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui

mengkonsumsi makanan dan minuman, melalui inhalasi dari udara dan debu,kontak

Universitas Sumatera Utara


100

kulit, dan parental. Secara umum masuknya Pb dan Cd ke dalam tubuh manusia

melalui sistem pencernaan, pernafasan dan kulit (Widowati, Sastiono dan Yusuf,

2008).

4.13 Keluhan Penyakit Masyarakat

Tabel 4.14 Rekapitulasi Keluhan Penyakit Responden

Keluhan Penyakit 3 Jumlah Persentase


bulan terakhir (%)
1. Diare 57 22.8
2. Gatal-gatal 43 17.2
3. Sesak Nafas 36 14.4
4. Pusing-pusing 43 17.2
5. Rematik 15 6
6. Hipertensi 16 6.2
7. Mual, 25 10
kembung(maag)
8. Sakit Pinggang 11 4.4
9. Tanpa keluhan 4 1,6
Total 250
Sumber : Data diolah

Data keluhan penyakit responden dalam 3 bulan terakhir menunjukkan

beberapa ciri-ciri keluhan keracunan logam berat Pb dan Cd. Keluhan yang umum

terjadi yaitu diare, gatal-gatal pada kulit ,pusing-pusing , mual dan kembung (maag).

Keluhan kesehatan yang diderita oleh responden pada dasarnya merupakan gejala

umum. Gangguan kesehatan yang diperkirakan keracunan Timbal (Pb), dan

Kadmium (Cd) seperti mual, sakit kepala, sakit pinggang, kepala pusing, terasa

lemas, diare,hipertensi merupakan keluhan kesehatan yang pernah dialami oleh

sampel penelitian dalam tiga bulan terakhir. Keluhan - keluhan tersebut belum dapat

Universitas Sumatera Utara


101

dipastikan sebagai gejala keracunan akibat logam berat karena masih banyak faktor

pendukung lain yang dimungkinkan turut memicu munculnya keluhan tersebut

seperti pengaruh pola makan yang menyebabkan keluhan lambung (maag) sehingga

responden merasa mual, nafsu makan kurang, terasa lemas, dan berat badan

menurun. Hal tersebut di atas dapat dibuktikan jika dilakukan pengambilan sampel

darah, urine, atau rambut sebagai biomonitoring logam pada tubuh manusia.

Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel darah atau urine

atau jaringan tubuh sehingga belum dapat diketahui dengan pasti apakah keluhan

penyakit yang timbul dalam 3 bulan terakhir itu merupakan akibat keracunan logam

Pb atau Cd. Walaupun dalam perhitungan ARKL belum ditemukan nilai RQ >1

namun logam berat memiliki sifat akumulatif dalam tubuh, saat dilakukan penelitian

tidak ditemukan efek paparan jika kondisi lingkungan semakin buruk maka risiko

kesehatan(RQ) dapat diprediksi akan muncul.

Hasil penelitian Eum dkk (2008) menemukan adanya hubungan dosis respon

antara kadar kadmium dalam urin dengan hipertensi, hubungan yang signifikan juga

ditemukan antara kadar cadmium dalam darah dengan tekanan darah di Amerika

Serikat. Kadmium pada ginjal dapat menginduksi retensi garam dan peningkatan

volume yang menjadi peyebab hipertensi, kadmium meyebabkan kerusakan ginjal

(Satarug et al, 2010).

Baik Pb dan Cd dalam tubuh bersifat akumulatif, toksisitas Pb dalam tubuh

dapat menyebabkan gangguan hematopoetik yang menyebabkan terhambatnya

Universitas Sumatera Utara


102

pembentukan hemoglobin sehingga dapat menyebabkan anemia. Pb terakumulasi

dalam tubuh disimpan di ginjal, kuku, rambut dan jaringan lemak. Pb dapat masuk ke

dalam tubuh melalui inhalasi, pencernaan dan kulit (Ferdiaz, 2011). Akumulasi Pb

dalam darah pada orang dewasa dapat mengganggu fungsi ginjal, saluran

pencernaan, sistem syaraf, menurunkan kesuburan dengan menurunnya jumlah

sperma bahkan dapat juga menyababkan aborsi spontan, perkembangan janin

terhambat, menyebabkan gangguan emosional dan prilaku (Gilbert, 2005; ATSDR,

2007).

Universitas Sumatera Utara


103

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pencemaran Pb dan Cd berdasarkan Jarak dan Kedalaman Sumur Bor

Hasil analisa konsentrasi logam Pb dan Cd berdasarkan jarak sangat

bervariasi, berdasarkan tabel 4.6 dapat diasumsikan dengan sebaran jarak 0 – 462 m,

konsentrasi Pb di atas NAB berada pada jarak lebih dari 200 m dari tepi pantai.

Sumur yang tercemar Pb dengan jarak terdekat adalah 13.5 m dari tepi pantai dan

kedalaman sumur 120 m dengan konsentrasi Pb 0.0263 mg/l , jarak terjauh sumur

yang tercemar adalah 423 m dengan kedalaman 84 m dengan konsentrasi 0.011 mg/l.

Sementara konsentrasi Cd dari semua sampel sumur bor masih berada dibawah NAB,

Cd belum menimbulkan pencemaran pada sumber air minum penduduk. Berikut

grafik sebaran konsentrasi Pb berdasarkan jarak.

Gambar 5.2 Sebaran Konsentrasi Pb dengan Jarak sumur bor dari

Universitas Sumatera Utara


104

Sumber Pencemar

Fenomena konsentrasi Pb jika di kaitkan dengan jarak dan kedalaman sangat

bervariasi, hal ini bisa saja terjadi karena berdasarkan data geologi jenis batuan yang

terdapat di daerah Belawan terdiri dari sedimen lepas berupa bongkahan, kerikil,

pasir, lempung dan batu gamping (Sitorus, 2011). Struktur tanah ini merupakan

struktur yang mudah dilalui oleh air kecuali batu gamping. Jika kedalaman air sumur

dapat menembus batu gamping maka air tersebut kemungkinan bisa terkena intrusi air

laut karena bentuk wilayah Belawan diapit oleh air laut dan Belawan berada di

pesisir timur sumatera tergolong wilayah CAT (Cekungan Air Tanah) ( Kodoatie,

2012).

Hasil penelitian tentang intrusi air laut di kelurahan Bagan Deli Tahun 2012

ditemukan bahwa telah terjadi penyusupan air laut ke arah daratan mencapai 385 m

dari garis pantai (Situmorang R dan Penjaitan V, 2012). Berdasarkan hasil penelitian

tersebut bisa dipahami untuk pesisir kelurahan Bagan Deli pada 3 lintasan analisis

intrusi air laut dengan metode geolistrik yaitu jarak lintasan 300 m, 310 m, 385 m

sudah terintrusi air laut dengan kedalaman 10.9 m.

Hasil analisa kedalaman sumur bor dengan konsentrasi logam Pb dan Cd

berdasarkan tabel 4.5 dan 4.11 dapat dijelaskan bahwa konsentrasi bervariasi

berdasarkan kedalaman laut. Khususnya untuk Cd tidak melebihi NAB untuk semua

titik sampel sumur bor berdasarkan kedalaman, namun untuk Pb kedalaman

terendah adalah 66 m dengan konsentrasi di bawah NAB, sedangkan kedalaman

Universitas Sumatera Utara


105

tertinggi adalah 220 m dengan konsentrasi dibawah NAB, sampel yang memiliki

konsentrasi di atas NAB tersebar pada variasi kedalaman sumur 78 – 120 m.

Konsentrasi Pb pada kedalaman sumur 120 m adalah 0.0263 mg/l berada di atas

NAB, pada kedalaman 84 m ditemukan kadar Pb dengan konsentrasi 0.011 mg/l

juga berada di atas NAB. Hal ini menunjukkan bahwa konsnetrasi Pb berbeda dalam

setiap kedalaman lapisan tanah.

Berdasarkan karakteristik lapisan tanah di lokasi penelitian dapat dijelaskan

berdasarkan data litologi belawan lapisan tanah pada kedalaman 78 m merupakan

lempung berpasir dan untuk kedalaman 120 m sifat tanahnya adalah pasir campur

kerikil, dan pada kedalaman 185 -190 m pasir kerikil, selanjutnya lempung dan pasir

dilihat dari karakteristik lapisan penyusun memiliki sifat porosif, bercelah

memudahkan air laut menyusup ( Litologi Pelindo, 2012). Berdasarkan hasil

laboratorium sampel air sumur bor yang digunakan sebagai air minum pada

kedalaman tersebut konsentrasi Pb berada diatas NAB dapat diasumsikan bahwa

terjadi intrusi pada kedalaman tersebut.

Perbatasan antara air asin dan air tawar dalam akifer terkekang ditentukan

oleh dalamnya akifer, permeabilitas, besar tekanan dan lain-lain. Ini menunjukkan

bahwa meskipun sumur itu dalam dan terletak di tepi pantai, tidak akan terdapat

intrusi, kadang percampuran itu terjadi meskipun sumur dangkal dan cukup jauh dari

tepi pantai (Hukum Herzberg). Hal ini berbeda dengan penelitian di daerah sungai

Chishui Taiwan pada kedalaman 200 m, kondisi air tanah sangat baik sebagai

Universitas Sumatera Utara


106

sumber air minum (Shin., 2011). Grafik di bawah ini menjelaskan pola sebaran

konsentrasi berdasarkan kedalaman.

Gambar 5.2 Sebaran konsentrasi Pb dengan Kedalaman sumur bor

Belawan adalah daerah pesisir dengan aktivitas manusia sebagai sumber

pencemar, di sekitar lokasi penelitian Kecamatan Medan Belawan di temukan

sejumlah 35 industri (lampiran ) berikut adalah Peta sumber pencemar Pb dan Cd

sebagai bahan baku dan hasil dari proses produksi industri tersebut.

Universitas Sumatera Utara


107

Gambar 5.3. Lokasi Sumber Pencemar

Keterangan Gambar :

Lokasi NAMA INDUSTRI

X1 PT. SUPER ANDALAS


X2 PT.GUNUNG GAHAPI SAKTI ( Arsen,Cr, Pb)
X3 PT.GROWTH SUMATERA INDUSTRI
X4 CV. COBER
X5 PEMUKIMAN PENDUDUK KELURAHAN BAGANDELI
X6 PELABUHAN BELAWAN
X7 PEMUKIMAN PENDUDUK NELAYAN INDAH

Berdasarkan gambar di atas sumber pencemaran Pb dan Cd pada air minum

sumber sumur bor dapat diidentifikasi adalah limbah industri, limbah dari

pemukiman penduduk dan pelabuhan. Beberapa penelitian terdahulu menemukan

bahwa perairan Belawan sudah tercemar dengan berbagai logam berat seperti Pb dan

Cd, baik di air, biota dan sedimen.

Universitas Sumatera Utara


108

Air laut Belawan yang sudah tercemar dengan adanya proses intrusi dapat

masuk ke dalam pipa sumur bor. Berdasarkan hasil penelitian ginting dkk (2013)

tentang peta sebaran salinitas pada sumur bor di kelurahan Belawan II Kecamatan

Medan Belawan dengan 198 sampel di temukan hanya 4% sampel sumur bor dengan

kualitas baik , 46 % dengan salinitas yang berbahaya (2333-3000 mg/l) pada

kedalaman lebih dari 100 m. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi intrusi air laut

pada sumur bor.

Hasil penelitian kadar logam berat pada 9 titik sampel yang diwakili dari 3

(tiga kecamatan) yang berada di pesisir pantai yaitu Medan belawan, Medan marelan

dan Medan labuhan pada saat pasang dan surut ditemukan rerata Pb dan Cd untuk

masing –masing kecamatan berada di atas NAB dimana untuk rerata Pb:0,0042

mg/l; 0,002mg/l; 0,0029 mg/l, dan rerata Cd : 0,052 mg/l; 0,057 mg/l; 0,053 mg/l

(Indirawati, 2013). Penelitian lainnya dilokasi Bagan Deli ( Sitorus, 2011) Kecamatan

Medan belawan ditemukan sejumlah 22 sumur bor telah terintruisi air laut dengan

kedalaman 78 m, disimpulkan telah terjadi intrusi air lau sejauh 3060 m di kelurahan

Bagan deli.

Kondisi yang memperburuk keadaan adalah jumlah sumur bor meningkat dari

hari ke hari dengan maraknya industri serta pemukiman, pengambilan air tanah tidak

dibatasi dan dikontrol. Intrusi air laut di suatu wilayah dapat terjadi karena

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu muka airtanah di bawah muka air laut, curah

hujan yang kering, sifat fisik tanah dan batuan kurang/lambat meluluskan air,

letaknya dekat dengan pantai, luas lahan terbangun sangat luas dan penduduknya

Universitas Sumatera Utara


109

sangat padat (Hamid, 2000). Pemanfaatan dan pengambilan airtanah di suatu

cekungan airtanah yang tidak terkendali dalam arti pengambilan jumlah airtanah

melebihi jumlah pengisian airtanah, atau secara keseluruhan output sistem air lebih

besar daripada input, akan menimbulkan efek-efek antara lain:

a. Penurunan cadangan airtanah.

b. Penurunan muka airtanah secara terus-menerus.

c. Terjadinya susupan air bergaram dari laut ke arah daratan.

d. Terjadinya land subsidence (penurunan tanah).

(Zaporozec A, 2002)

5.2 Risiko kesehatan lingkungan (RQ) Pb dan Cd

Hasil penelitian pada tabel 4.1 dan tabel 4.9 diperolah hasil RQ Pb dan RQ

Cd masih dibawah 1 (RQ < 1 ) dimana nilai rerata RQ Pb 0.0419, dengan nilai

minimal 0.019 dan nilai maksimal 0.325. Hasil RQ Cd dengan rerata 0.097 dengan

nilai minimal 0.001 dan nilai maksimal 0.781. Hasil ini merupakan hasil pengukuran

sesaat (cross sectional) pada saat penelitian. Berikut ilustrasi kondisi besarnya risiko

untuk 30 tahun ke depan jika tidak dilakukan pengelolaan lingkungan.

Hasil perhitungan analisa risiko berdasarkan penelitian nilai RQ <1, ini berarti

pada saat pengukuran risiko kesehatan belum muncul walaupun demikian mengingat

sifat logam berat terakumulasi dalam tubuh perlu dilakukan pengelolaan lingkungan

agar kondisi lingkungan tetap mendukung kesehatan masyarakat

Universitas Sumatera Utara


110

Estimasi risiko untuk durasi pajanan real time yang dialami penduduk

dikelompokkan mulai dari 10 tahun seperti dalam estimasi di bawah ini:

Hasil penelitian konsentasi Pb berada dalam air minum dengan nilai

minimum 0.005 mg/L dan maksimum konsentrasi 0.026 mg/L, jika konsumsi air

minum 2L/hari dengan berat badan 55 Kg dapat dihitung Intake dalam durasi

pajanan yang berbeda sebagai berikut :

A.Konsentrasi Pb dengan nilai maksimum (0.026 mg/l)

Ink(10 tahun) = 0,026 mg/L x 2 L/hari x 350 hari/tahun x 10 tahun = 182/602250


55 kg x 365 hari/tahun x 30 tahun
= 0.0003 mg/kg/hari
Ink(20 tahun) = 0,026 mg/L x 2 L/hari x 350 hari/tahun x 20 tahun = 364/602250
55 kg x 365 hari/tahun x 30 tahun
= 0.0006 mg/kg/hari
RQ (10 tahun) = 0.0003 mg/kg/hari= 0,75
0.0004 mg/kg/hari

RQ (20 tahun) = 0.0006 mg/kg/hari= 1,5


0.0004 mg/kg/hari

Berdasarkan perbandingan dua durasi pajanan mengakibatkan besaran risiko

(RQ) berbeda untuk efek non karsinogen responden dengan Berat badan 55 kg dan

konsumsi 2 L/hari akan berisiko (RQ >1) jika terpapar selama 20 tahun di lingkungan

tanpa adanya pengelolaan.

Survey epidemiologi bisa menemukan gejala atau penyakit berbasis toksisitas

Pb dapat dihitung durasi pajanan berapa lama risiko mulai harus dikendalikan dengan

menyusun ulang persamaan (1) dan Ink disubstitusi dengan RfD menjadi persamaan

(3) yang telah diuraikan pada bab II di atas, asumsi

Universitas Sumatera Utara


111

Rfd =Ink

Dt = RfD x Wb x tavg (tahun) (5)


C x R x fE
= 0.0004 mg/kg/hari x 55 kg x 365 hari/tahun x 30 tahun = 13.23 tahun

0.026 mg/L x 2 L/hari x 350 hari/tahun

Ini berarti, efek toksik Pb diestimasi akan ditemukan pada orang dewasa dengan

berat badan 55 kg yang telah mengkonsumsi air minum mengandung Pb 0.026 mg/L

(konsentrasi maksimum penelitian) selama 13.23 tahun atau 13 tahun 2 bulan

lebih 3 minggu dengan laju konsumsi 2 L/hari selama 350 hari/tahun.

A. Konsentrasi Pb dengan nilai minimum (0.005 mg/l)

Berikut adalah perhitungan dengan konsentrasi Pb minimum (0.005 mg/L)

dikonsumsi 2L/hari dan berat badan 55 Kg , batas durasi pajanan beresiko adalah sbb

Dt = 0.0004 mg/kg/hari x 55 kg x 365 hari/tahun x 30 tahun = 68.82 tahun


0.005 mg/l x 2 L/hari x 350 hari/tahun

Berdasarkan perhitungan ini maka masyarakat dengan berat 55 kg mengkonsumsi air

2L/hari dengan konsentrasi Pb 0.005 mg/l akan mendapatkan efek dari pencemaran

Pb setelah 68.82 tahun kemudian.Jadi survey selanjutnya berdasarkan konsumsi air

minum yang mengandung Pb dengan konsentrasi maksimum (0.026 mg/l) secara

epidemiologi untuk melihat munculnya risiko difokuskan pada masyarakat yang

telah bermukim di Bagan Deli Belawan selama 13.23 tahun dan 68.82 tahun untuk

konsentrasi Pb minimum 0.005 mg/L dalam air minum.

Universitas Sumatera Utara


112

Pilihan Pengelolaan risiko berikutnya adalah mengubah-ubah laju konsumsi

(R) pada konsentrasi Pb minimum dan maksimum untuk kelompok beresiko menurut

kenaikan berat badan dengan menyusun ulang persamaan (1) menjadi persamaan (4)

.Variabel lainnya dibiarkan tetap 350 hari/tahun untuk frekuensi pajanan dan 30 tahun

durasi pajanan sepanjang hayat. Hasil simulasi ditampilkan dalam tabel 4.21 dibawah

ini:

Tabel 5.1 Jumlah konsumsi air minum yang aman (L/hari) dari risiko non
karsinogen Pb dari air sumur bor menurut kelompok berat badan masyarakat
dengan fE 350 hari/tahun dan Dt 30 tahun di Bagan Deli Belawan

Berat Konsentrasi Pb Minimum Konsentrasi Pb Maksimum


Badan(Kg) ( 0.005 mg/L) ( 0.026 mg/L)

20 0.727 0.149
30 1.091 0.209
40 1.454 0.279
50 1.818 0.349
55 2.0 0.385
60 2.2 0.419
70 2.5 0.489
80 2.9 0.559
94 3.5 0.657

Berdasarkan tabel di atas masyarakat dengan berat badan 55 Kg aman

mengkonsumsi air minum yang mengandung Pb dengan konsentrasi 0.005 mg/l

sejumlah 2 L/hari , namun untuk air minum yang mengandung Pb dengan konsentrasi

0.026 mg/l hanya aman dikonsumsi sejumlah 0.385 L /hari.

Berdasarkan karakterisasi risiko dapat dirumuskan pilihan-pilihan manajemen

risiko untuk meminimalkan nilai RQ sehingga sama atau lebih kecil dari 1. Cara yang

Universitas Sumatera Utara


113

dapat dilakukan, yaitu dengan memanipulasi (mengubah) nilai faktor-faktor

pemajanan yang tercakup dalam persamaan (1) sedemikian rupa sehingga nilai

asupan (Ink) menjadi lebih kecil atau sama nilainya dengan dosis referensi (Rfd)

toksisitasnya. Terdapat tiga pilihan cara untuk menyamakan nilai Ink dengan Rfd,

yaitu menurunkan konsentrasi risk agent(C), mengurangi jumlah konsumsi (R) atau

mengurangi durasi paparan (Dt). Ini berarti hanya variabel-variabel pada persamaan

(1) tersebut saja yang bisa diubah-ubah atau disesuaikan nilainya seperti yang telah

dijelaskan pada contoh responden dengan berat badan 55 Kg diatas.

5.3 Manajemen Risiko

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai RQ < 1, namun jika diasumsikan

konsentrasi tertinggi dari Pb dikonsumsi oleh masyarakat sejumlah minimal2liter

perhari dengan berat badan 55 Kg selama 13 tahun maka risikomkesehatan

lingkungan akan muncul. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan upaya

manajemen risiko dengan berdasarkan karakterisasi risiko dalam studi ARKL ini.

Berikut adalah pilihan –pilihan manajemen untuk meminimalkan nilaiRQ dengan

mengubah nilai faktor pemajanan dalam persamaan (1) sedemikian rupa sehingga

asupan lebih kecil atau sama dengan dosis referensi toksisitasnya. Berikuta penjelasan

cara-cara manajemen risiko ( Basri,2010).

1. Hal yang dapat dilakukan adalah menupayakan agar nilai Intake sama

dengan RfD.

Universitas Sumatera Utara


114

2. Menurunkan konsentrasi Pb dan Cd pada air minum, mengurangi jumlah

konsumsi air minum

3. Mengurangi waktu kontak, apabila konsentrsi risk agent dan pola konsumsi

tidak dapat diubah.

5.4 Model Pengelolaan Lingkungan

Hasil analisis SEM di atas menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi

Intake adalah pencemaran sumur bor dimana variabel ini dibangun dari variabel jarak

sumur bor dari tepi pantai(X1), kedalaman sumurbor (X2), umur sumur bor (X3) dan

konsentrasi Pb dan Cd dalam air (X4), pencemaran sumur bor juga mempengaruhi

karakteristik masyarakat pesisir dengan korelasi yang kuat (0.62 ). Pencemaran sumur

bor mempengaruhi Risiko kesehatan lingkungan dengan korelasi kuat sebesar 0,74

(74%), selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain (26%). Faktor lain ini

tersebutantaralain paparan Pb diudara,tanah bahkan melalui sumber makanan lainnya

yang terpapar Pb. Begitu juga halnya dengan intake mempengaruhi risiko kesehatan

lingkungan bagi masyarakat di pesisir Belawan sebesar 0,67 (67%).Karakteristik

masyarakat hanya memberi pegaruh sebesar 0,51 (51%). Hal ini berarti variabel berat

badan, jumlah konsumsi air minum yang mengandung Pb per hari, umur responden

dan lama tinggal dilokasi penelitian bukanlah variabel yang berkontribusi besar

sebagai penyebab munculnya risiko kesehatan lingkungan. Jika diurutkan

berdasarkan kekuatan korelasi dari karakteristik sumur bor dengan intake berturut-

turut adalah umur sumur (0.74), jarak dari sumber pencemar (0,66), konsentrasi

Universitas Sumatera Utara


115

Pb/Cd dalam air minum (0,58) dan selanjutnya kedalaman sumur bor (0,54).

Sedangkan untuk korelasi antara karakteristik masyarakat dengan Intake yang

mempengaruhi risiko kesehatan lingkungan jika diurutkan besarnya korelasi berturut-

turut adalah lama tinggal (0,89), Berat badan responden (0,64), umur penduduk

(0,55) dan jumlah konsumsi air minum (0,51).

Hasil analisa SEM ini menunjukkan bahwa Pencemaran sumur bor dengan

karakteristiknya memberikan pengaruh lebih besar (0,74) jika dibandingkan variabel

lainnya.

Berkaitan dengan hasil penelitian ini variabel pencemaran sumur bor meliputi

jarak sumur bor dari sumber pencemar,konsentrasi, kedalaman sumur dan umur

sumur dapat dijelaskan bahwa kondisi saat ini dimana pengambilan air tanah dalam

di daerah padat penduduk seperti pesisir Bagan deli Belawan semakin marak.

Pengambilan air tanah tanpa pengawasan sehingga timbul “perebutan/persaingan

kedalaman” sumur bor. Saat ini belum ada kebijakan yang mengatur kawasan yang

aman untuk pembuatan sumur bor dalam upaya pembangunan berkelanjutan yang

tidak merusak lingkungan. Persyaratan izin pembuatan sumur bor hanya

berdasarkan aturan diameter sumur bor dibawah 2 inci (5 cm), debit air tidak

melebihi 2 L/detik seperti yang diatur dalam Pasal 61 ayat 1 Peraturan Pemerintah RI

No.43 tentang air tanah. Harusnya dalam pemberian izin oleh instansi berwenang

memperhitungkan jarak antar sumur bor, kedalaman , jarak sumur dengan sumber

pencemar dan kapasitas mesin pompa, sehingga pengurasan artesis tidak dipaksa,

yang berakibat pada perubahan geology.

Universitas Sumatera Utara


116

Model yang dapat dibangun dari hasil uji SEM ini dapat dilihat pada skema

Model hubungan antar variabel di bawah ini ( gambar 5.3 ).

Universitas Sumatera Utara


117

SKEMA MODEL PENELITIAN


RQ Pb (X11)
Pb dan Cd

PENCEMARAN SUMUR
BOR :
 JARAK (X1) RISIKO
 KEDALAMAN (X2) INTAKE KESEHATAN
 UMUR SUMUR BOR (X10) LINGKUNGAN
(X3)
 KONSENTRASI (X4)

MASYARAKAT :
RQ Cd (X12)
 BERAT BADAN (X5)
 KONSUMSI (X6)
 UMUR (X7)
 LAMA TINGGAL (X8)

Gambar 5.3 Skema Model Penelitian

Universitas Sumatera Utara


118

Berdasarkan skema tersebut dapat dijelaskan bahwa risiko kesehatan

lingkungan masyarakat yang bermukim di pesisir di pengaruhi oleh jumlah konsumsi

air minum/BB/hari (Intake). Sementara Intake dipengaruhi oleh karakteristik sumur

bor dan karakteristik masyarakat. Risiko kesehatan lingkungan lebih besar

dipengaruhi oleh karakteristik sumur bor (umur sumur, jarak, konsentrasi dan

kedalaman sumur). Berdasarkan model tersebut maka pengelolaan lingkungan dalam

upaya menurunkan risiko kesehatan lingkungan pada penduduk yang bermukim di

pesisir adalah pertama dengan menitik beratkan pada pengelolaan sumur bor.

Pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan antara lain adalah dalam

mengatasi peningkatan jumlah sumur bor yang dibuat baik oleh masyarakat,

pemerintah maupun industri di sekitar pesisir Belawan perlu memperhatikan hal-

haldi bawah ini:

1. Penentuan lokasi pemompaan (kedalaman sumur bor dan jarak sumur dari tepi

pantai/sumber pecemar)

Kedalaman sumur bor sangat mempengaruhi kualitas air karena terkait dengan

lapisan aquifer dengan banyak lapisan dan karakteristik. Jarak sumur dari tepi

pantai bahkan jarak antar sumur bor juga harus diperhatikan karena

pengambilan air tanah melalui sumur yang berdekatan akan menyebabkan

penurunan muka air tanah yang lebih dalam (Hendrayana, 2002).

2. Penentuan pengambilan air/penyadapan pada kedalaman tertentu di aquifer

tertentu sebaiknya dilakukan pengaturan. Pengaturan kedalaman pengambilan

air tanah disatu titik kedalaman yang sama dapat menyebabkan eksploitasi air

Universitas Sumatera Utara


119

tanah yang terkonsentrasi pada satu lapisan tertentu sehingga sangat

disarankan pengambilanair tanah dibeberapa lapisan aqiferdan kedalaman

yang berbeda.

3. Pembatasan debit pemompaan

Pembatasan debit pemompaan air tanah ini bertujuan agar penurunan mukaair

tanah dapat dibatasi pada tingkatan yang aman sehingga dapat mencegah

intrusi air laut pada air tanah di daerah pantai. Pengambilan air tanah harus

memperhatikan jumlah recharge (imbuhan air tanah).

4. Penentuan kawasan lindung

Pertimbangan yang dapat dilakukan dalam penentuan kawasan lindung air

tanah harus mempertimbangkan kondisi hidrogeologi, pengunaan lahan dan

keberadaan infrastruktur.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pencemaran Pb pada air minum berasal dari sumur dengan kedalaman 0 -

100 m sejumlah 73,5% sumur dengan konsentrasi diatas baku mutu

lingkungan dan sisanya berada pada kedalaman 100 – 200 m sedangkan

untuk Cd seluruh hasil pengukuran masih di bawah baku mutu

lingkungan. Berdasarkan jarak, konsentrasi Pb dan Cd memiliki

kecenderungan semakin jauh dari garis pantai konsentrasi semakin

berkurang

2. Besaran risiko kesehatan (RQ) untuk logam Pb dan Cd masih dibawah

nilai 1 ( RQ < 1), namun efek toksik Pb diestimasi akan muncul pada

masyarakat yang mengkonsumsi air minum sejumlah 2 L/hari dengan

nilai konsntrasi Pb maksimum 0.026 mg/l dalam waktu 13 tahun yang

akan datang.

3. Besaran risiko kesehatan lingkungan (RQ) Pb dan Cd berdasarkan

kedalaman memiliki kecenderungan semakin dalam sumur bor besaran

risiko cenderung mendekati nilai mean.

4. Besaran Risiko berdasarkan jarak memiliki kecenderungan semakin dekat

dengan garis pantai (sumber pencemar) besaran risiko (RQ) cenderung

mendekati nilai mean

5. Model pengelolaan risiko berbasis studi ARKL yang diperoleh adalah

120
Universitas Sumatera Utara
121

Y = 1,39 y1 (Sumur bor ) + 0,36 y2 (Masyarakat) dimana risiko kesehatan

lingkungan lebih besar dipengaruhi oleh variabel karakteristik sumur bor

dibandingkan dengan variabel masyarakat oleh sebab itu pengelolaan

lingkungan dalam upaya menurunkan risiko kesehatan lingkungan pada

penduduk yang bermukim di pesisir adalah dengan menitik beratkan pada

pengelolaan sumur bor khususnya pengaturan pada kedalaman dan jarak

sumur dari garis pantai.

6.2 Saran

1. Masyarakat yang memiliki sumur bor dengan kandungan Pb yang

melebihi NAB agar tidak mengkonsumsi air minum yang bersumber dari

sumur tersebut. Akumulasi Pb selain dari konsumsi air minum tersebut

ditambah pencemaran Pb yang bersumber dari lingkungan seperti udara

dan sumber pencemar lainnya akan menambah akumulasi Pb dalam tubuh

sehinggga efek dari pencemaran Pb akan didapatkan oleh masyarakat lebih

awal dibandingkan dengan menghindari mengkonsumsi air minum yang

bersumber dari sumur bor dengan kandungan konsentrasi melebihi NAB.

2. Pengelolaan lingkungan pesisir khususnya dalam pembuatan sumur bor

hendaknya diberlakukan penetapan kawasan lindung air tanah, pembatasan

pengambilan air tanah dan peraturan pembuatan sumur bor yang

memfokuskan pengaturan jarak antar sumur bor dengan sumber

pencemar, jarak antar sumur bor masyarakat, mengatur kedalaman sumur

bor agar intrusi tidak meluas. Penerapan Ruang Terbuka Hijau serta

Universitas Sumatera Utara


122

meningkatkan gerakan penghijaun pada kawasan pesisir dengan hutan

mangrove.

3. Dalam pembuatan sumur bor agar diperhatikan konstruksi sumur dengan

mengatur jarak dari sumber pencemar (garis pantai) minimal 100 meter

dan memastikan pipa dengan kualitas yang baik dan tidak bocor.

4. Bagi instansi terkait agar disusun suatu kebijakan yang mengatur lokasi

zona aman bagi pengambilan air tanah di wilayah pesisir khususnya dalam

memenuhi persyaratan sumur bor yang aman agar masyarakat terhindar

dari keluhan kesehatan dampak dari pencemaran logam Pb pada air

minum.

Universitas Sumatera Utara


123

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Bintal, Afriyani, Evy, Saputra, Mikel A, 2011. Distribusi Spasial Logam Pb dan Cu
pada Sedimen dan Air Laut Permukaan di Perairan Tanjung Buton Kabupaten Siak
Provinsi Riau. Jurnal Teknologi II V0l .1 p. 1 – 8.

Amriani A, Hendarto B , Hadiyarto A. 2011. Bioakumulasi logam berat timbal (pb) dan seng
(zn) pada kerang darah (Anadara granosa L.) dan Kerang Bakau (Polymesoda
bengalensis l.) Di perairan teluk kendari. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 9 No.2 p. 45-
53

Anwar D, Mukono, Hadju V,Anwar, Amiruddin D. 2012. Relationship Between Drinking


Water With Blood ArsenicLevel and Skin Lesions Occurrence in BuyatVillage
Sulawesi Indonesia. Jurnal Bumi Lestari Vol.12 No. 1 p. 9-15

Argos M, Karla T, Rathouz PJ,.2010. Arsenic exposure from drinking water, and all-cause
and chronic-disease mortalities in Bangladesh (HEALS): a prospective cohort study.
Lancet; p.252–376.

Athena, Anwar M, Sukar,. 2008. Risiko Kesehatan Masyarakat Akibat Konsumsi Air Bersih
Dan Hasil Laut Yang Mengandung Kadmium (Cd) Di Kepulauan Seribu. Jurnal
Ekologi Kesehatan. Vol 7. p.678-688.

Azhar, C. 2004. Kandungan Logam Berat Cd (Kadmium), Pb (Timah Hitam), dan Zn (Seng)
dalam Daging Ikan Bandeng, Ikan Baronang dan Ikan Kakap Putih yang Diperoleh
dari perairan Belawan. Jurnal Komunikasi Penelitian. Vol. 16, No. 5. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Azhar, H.,Widowati, I & Suprijanto,J. 2012. Studi Kandungan Logam Berat Pb, Cu, Cd, Cr
pada kerang Simping (Amusium Pleuronectes),Air dan Sedimen Di Perairan Wadung
Demak Serta Analisis Maksimum Tolerable Intake Pada Manusia. Journal of Marine
Research Vol 1. p. 35 -44.

Azizullah, Khattak K MN, Richeter P, Hader DP. 2011. Water pollution in Pakistan and its
impact on public health — Areview. Environment International Journal, 2011 Vol .37
p.479-497 homepage: www.elsevie r.com/locate/envint

Birawida AB. 2014. Model Dinamis Dan Analisa Risiko Sebaran Logam Berat Timbal
Terhadap Kesehatan Masyarakat Pesisir Makassar. Disertasi Perpustakaan FK
UNHAS Makasar.

BLH Pemprov SU. 2014. Status Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara, p.65 -67

Carman C.M.IP. 2007. Trace metal distribution in sediments of the Pearl River Estuary and
the surrounding coastal area, South China. Environmental Pollution Volume 147,
Issue 2, p. 311–323 Environmental Pollution in China

Universitas Sumatera Utara


124

Clark A, Turner T, Dorothy KP, Goutham J, Kalavati C, Rajanna B. . 2003. Health hazards
due to pollution of waters along the coast of Visakhapatnam, east coast of India.
Ecotoxicology and Environmental Safety Volume 56, Issue 3: p. 390–397

Dahuri R., Jacub R, Ginting S.P dan Sitepu. M J, . 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Edisi Revisi, Pradnya Paramita, Jakarta

Daniela C, Scagliarini M. 2005. Modelling the Effect of Salinity on the Multivariate


Distribution of A Water Quality Index, Journal of Math.and Stat., Vol 1 No 4.p. 268-
272

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi


Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Daud A, Noor N N, Mukono H. J. Sjahrul. 2009. Analisis Risiko Kesehatan Terhadap


Kontaminasi Arsen Pada Air Minum di Daerah Buyat Sulawesi Utara, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Madani, Jakarta . ISSN.1979-2287,Vol.02 No.03. p.45-50

Dir Jen POM. 1989. Keputusan Dir Jen POM No. 0375/B/SK/VII/1989 tentang Batas
Maksimum Cemaran Logam Berat Pada Makanan, Jakarta

Doll, W.J., W. Xia dan G. Torkzadeh. 1994. Confirmatory F actor Analysis of End User
Computing Satisfaction Instrument. MIS Quarterly, p, 453-461

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan
Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Esquinas, Garcia. 2013. Lead, Mercury and Cadmium in Umbilical cord blood and its
association with parental epidemiological variables and birth factor.. BMC Public
Health Vol 13.p.841.

Ethan J N, Richard W M and Michael G K. 2003. The Effect of an Industrial Effluent on an


Urban Stream benthic community, Water Quality vs Habitat Quality, 2003.
Enviromental Pollution, Vol 123, Issue 1. P.1-13.

enHealth. 2002.Enviromental Health Risk Assesment, Guidelines forAssesing Human Health


Risks From Enviromental Hazards. Departemen of Health And Ageing and enHealth
Council.p. 15-18

Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen: Aplikasi


Model-Model Rumit Dalam Penelitian untuk Tesis Magister dan Disertasi Doktor,
Edisi 2, Semarang: BP Undip.

Ghozali, I. 2004. Model Persamaan Struktural, Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos
Ver. 5.0,Semarang: Universitas Diponegoro.

Ginting I. 2013. Persebaran Salinitas Pada Sumur Bor di Kelurahan Belawan II Kecamatan
Medan Belawan. Program Studi Managemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian USU

Universitas Sumatera Utara


125

Giri S, Mahato M K, Singh G, Jha V N. 2012. Risk Assesment Due to Intake of Heavy
Metals through the ingestion of groundwater around two purposes Uranium Mining
Areas in Jharkand, India. Enviromen Monit Assess No. 184 March p.1351-1358
Hair J.F., Anderson Rolp. Tatham E., Ronald L., and Black William C.. 1998. Multivariate
Data Analysis, Fifth Edition, New York: Prentice-Hall International Inc.

Hafiza N. AR . 2015. Drinking water studies: A review on heavy metal, application


of biomarker and health risk assessment (a special focus in Malaysia). Journal of
Epidemiology and Global Health p. 297– 310
Hamzah. FL, Setiawan A. 2010 . Akumulasi Logam Berat Pb, Cu dan Zn di Hutan
Mangrove Muara Angke, Jakarta Utara, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
Vol. 2. No. 2. p. 41-50.
Hamzah MS. 2001. Hidrologi Pantai Dan Kebutuhan Air Masyarakat Pesisir. Jurnal Fisika
“FUSI” Vol 9 No. 1, p.34-40

Herrara A J et al. 2004. Coastal water quality assessment in the Yucatan Peninsula:
management implications. Venezuela Ocean & Coastal Management Vol 47.p. 625–
639

Herlambang A, Indriatmo H R,.2005. Pengelolaan Air Tanah Dan Intrusi Air Laut, JAI
Vol 1, No. 2 p.35-41.

Hidayah, Anny M, Purwanto dan Soeprobowati TR. 2012. Kandungan Logam Berat Pada
Air, Sedimen dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn.) di Karamba Danau
Rawapening. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, Semarang, 11 September 2012. p. 95-101.

Hutagalung, H.P. 1991. Pencemaran Laut oleh Logam Berat. Puslitbang Oseanologi. Status
Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauannya. LIPI. Jakarta.

IARC. 1993. Cadmium and cadmium compounds, Beryllium, Cadmium, Mercury and
Exposure in the Glass Manufacturing Industry, IARC Monographs on the Evaluation
of Carcinogenic Risks-Humans No. 58, p. 119–135 Lyon.

IPCS. 2004. Environmental Health Criteria XXX: Principles for modelling dose-response for
the risk assessment of chemicals (Draft). Geneva: World Health Organization and
International Programme on Chemical Safety.

Indarto, F.2012. Konsep Dasar Analisis Spasial, C.V Andi Offset, Yogyakarta; p. 6-9

Irvine dan Birch. 1998 . Distribution of heavy metals in surficial sediments of Port Jackson,
Sidney, New South Wales.Aust.J.Earth Sci., No.45.p.297-304.

Jerrold B., Leikin, M . Frank P. Palouce.. P.2008. Poisoning and Toxicology Handbook.
Fourth Edition ed.New Yok: Informa Healthcare USA,Inc.

Kolluru, R.V., Bartel, Pitblado, R. 1996. Risk Assesment And Management Hand Book for
Enviromental, Health and Safety Professional. New York, McGraw-Hill

Universitas Sumatera Utara


126

KMNLH. 2004. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Kep-51/MNLH/2004. Sekretariat Negara,
Jakarta.

__________, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 51


Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut

______. 2004. Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.

______. 2004. Prosiding Teknis Ke IV Program Pantai dan Laut Lestari. Jakarta: : Penerbit
Deputi Urusan Ekosistem Pesisir dan Laut

Lina, W. 2004. Pencemaran Air, Dampak dan Penanggulangannya . Pasca Sarjana IPB,
Bogor.

Louvar, F.L.Louvar, B.D. 1998, Health and Enviromental Risk Analysis:Fundamental with
Application, Volume 2, New Jersey, Prentice Hall PTR.

Manahan, S. E. 2002. Environmental Chemistry. Seventh Edition. Lewis Publisher,New York

Ming HoYu, 2005 . Enviromental Toxicology, Biological and Health Effects of Pollutant
Second Edition CRC Press, New York p: 185-196

Miswadi, Siti Sundari, Penurunan Tingkat Intrusi air Laut berdasarkan “Chloride Bicarbonate
Ratio” menggunakan lubang resapan biopori studi kasus di kota semarang, Jurnal
Manusia dan lingkungan, Vol.17. No.3, November 2010:150-161

Mukono, 2009. Dampak Pb dan Cd Terhadap Kesehatan Serta Penanggulangannya,


Airlangga University Press

______, 2002. Epidemiologi Lingkungan, Airlangga University Press p:133-137

Munfiah S, Nurjazuli, Setiani O. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur
Bor di Wilayah Keraja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak, Jurnal Kesehatan
Indonesia Vol 12 No. 2 Oktober p. 154-159

Nasjono, 2010 . Pola Penyebaran Salinitas Pada Akuifer Pantai Pasir Panjang, Kota Kupang
NTT. Jurnal Bumi Lestari, Volume 10 No. 2, Agustus. hlm. 263 –269

Noviandi. 2012. Analisis Risiko Kandungan Mangan Pada Air Minum dari Sumur Gali
Terhadap Parkinson Like Syndrome di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang. Tesis IKM USU

Norberg GF,Nogawa K, Norberg M, Friberg LT. 2007. Cadmium. In Handbook on


toxicology of metals.3 rdEdition. Eds Nordberg FG,Fowler BA, Nordberg M, Fridberg
LT Elsevier, publisher, Amsterdam,; p. 445-487

Nurhayati. 2009. Analisis Kadar Arsen pada kerang (Bivalvia) Yang Berasal dari Laut
Belawan. Skripsi FKM USU

Universitas Sumatera Utara


127

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.

PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero), 2011. Annual Report Tahun 2011. Medan.

____.2011. Strategi Pengembangan Pelabuhan di Lingkungan PT. Pelabuhan Indonesia I


(Persero). Disampaikan dalam Rapat Finalisasi Rencana Induk Pelabuhan Nasional,
Jakarta, 9 Agustus

Pramushinto R, Ma’arif S. 2013.Pola Pemanfaatan Sumberdaya Air bersih oleh Masyarakat


sebagai Antisipasi Dampak Salinisasi di Wilayah Pesisir Kecamatan Jepara ( Studi
Kasus Kelurahan Bulu, Kelurahan Kauman, Kelurahan Jabu Koto dan Kelurahan
Ujung Batu). Jurnal Teknik PWK Vol 2. 3p:765-774

Peraturan Pemerintah RI No.43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah, Salinan.

Purba. 2009. Analisis Pencemaran Logam Berat Pada Air Sumur Bor Dengan Metoda Spek-
tro fotometri Untuk Dapat Digunakan Sebagai Air Minum Di Kecamatan Medan
Belawan. Skripsi FMIFA USU

Rahman A, 2005. Prinsip-prinsip Dasar , Metode, Teknik dan Prosedur Analisis Risiko Kese
hatan Lingkungan, bahan ajar pelatihan aspek-aspek kesehatan masyarakat dalam
AMDAL,(Purwokerto 23-26 Nopember 2005). Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan
dan Industri.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok (Tidak
dipublikasi)

_______. 2007. Public Health Assesment : Model kajian Prediktif Dampak Lingkungan dan
Aplikasinya untuk Manajemen Risiko. FKM UI: Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan
dan Industri. Diakses tanggal 14 Maret 2013

Rex B. Kline , 2011. Principles and Practice of Structural Equation Modeling Third Edition
Guilford Publications, New York. p.19-28

Rochyatun E , Kaisupy M. Taufik dan Rozak A. 2006. Distribusi Logam Berat dalam air dan
sedimen di Perairan Muara Sungai Cisadane, Jurnal Sains, Vol. 10, No. 1, : 35-40

Rodigues et al. 2016. Neurodevelopmental outcomes among 2- to 3-year-old children in


Bangladesh with elevated blood lead and exposure to arsenic and manganese in
drinking water, Enviromental Health Journal No1 p.2-9

Said,M , Thahir S.M, Khan S. 2011. Health risk assessment of heavy metals and their source
apportionment in drinking water of Kohistan region, northern Pakistan,
Microchemical Journal No. 98p. 334- 343.homepage: www.elsevier.com/
locate/microc

Santoso AD, 2007. Phenomena Intrusi Dasar di Teluk Hurun Lampung, JAI Vol. 3, No. 1 p.
15-19

Satarug S, Garret SH, Sens MA, Sens DA, 2010. Cadmium, Environmental Exposure, and
Health Outcomes of Pathology, Environmental Health Perspectives Vol.118 N0.2 p.
78-85

Universitas Sumatera Utara


128

Sayful H . 2013. Metode Interpolasi Spasial dalam Studi Geografi, Geomedia Volume 11
No. 2. p;235-244

Selamet, J.S. 2003. Toksikologi Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta

________. 2009. Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta

Shin Jang C. 2011. Regional assessment of groundwater quality for drinking purpose,
Environ Monit Assess Vol 184. p.3063–3075

Siagian, L. 2008. Pengaruh Pencemaran Logam Berat, Pb, Cd, Cr Terhadap Biota Laut
Dan Konsumennya di Kelurahan Bagan Deli Belawan. Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara, http://www.usu.Library:perpustakaanuniversitassumatera
utara.ac.id diakses tanggal 4 Maret 2015

Sianipar, R.,2009. Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida pada Masyarakat Sekitar TPA
Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan, Tesis, Universitas Sumatera Utara

Siregar. 2006. Singkap Buyat (online) http:///www. Isi Buyat Out Put.pmd Diakses 12 Maret
2013

Sitorus, H. 2004. Analisis Beberapa Karakteristik Lingkungan Perairan yang Mempengaruhi


Akumulasi Logam Berat Timbal dalam Tubuh Kerang Dara di Perairan Pesisir Timur
Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Lingkungan Dan Perairan-Perairan di Indonesia Jilid 11
No.1 p. 53-60

Solimun. 2002. Structural Equation Modeling (SEM): Lisrel dan AMOS, Cetakan I. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Sugiono. 2010. Statisika untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.

Suprayogi I, Anwar N dan Irawan M I, 2006 Fenomena Intrusi air laut di estuary akibat
pengaruh tinggi pasang air laut di estuary akibat pengaruh tinggi pasang air laut
dengan debit hulu sungai menggunakan pendekatan model fisik, Jurnal Purifikasi, Vol
7, No.2. p. 133-138,

Szymezyk, K. and Zalewski. 2003. Copper, zinc, and cadmium content in liver and muscles
of Mallards and other hunting Fowl spesies in Warnia and Mazury in 1999 – 2000. J.
Environ. Vol 12.No 3.p. 382 – 386. Diakses 20 September 2015

Todd, Cadid Keith, 1980. Groundwater Hydrology. John Wiley and Sons New York

US EPA (2006). Integreted risk information system (IRIS).US EPA,office of Research


and Development, National Center for Enviromental Assessment.
WHO. 2006. Health Aspect of plumbing. http://www.who.int/water_sanitation_health/
publications/plumbinghealthasp.pdf>; Diakses 21 July, 2014

Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam, Pencegahan dan Penanggulangan, Jakarta,


Penerbit Andi offset.

Universitas Sumatera Utara


129

Wardhana. 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi Offset Jogyakarta

Winkel. 2008. Predicting Groundwater Pb dan Cd Contamination in South Asia from


Surface parameters, Nature Geoscience Vol. 1 August 2008.
www.nature.com/naturegeoscience. Diakses 12 Mei 2013

Xiujuan Y, Yan Y and Wen-Xiong W. 2010.The distribution and speciation of trace metals
in surface sediments from the Pearl River Estuary and the Daya Bay, Southern China,
Marine Pollution Bulletin Volume 60, Issue 8, August 2010, Pages 1364–1371

Yorhanita F. 2001. Zonasi Potensi Pencemaran Air Tanah Pada Teras Sungai Code Yogya
karta. Manusia dan Lingkungan, Vol VIII, No.2, Agustus 2001.p: 61-69. Pusat Studi
Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia.

Zaldy S. 2009. Analisis Intrusi Air Laut dan Zona Klorida pada Sumur Bor Dalam dan
Dangkal di Kawasan Kota Medan dan Sekitarnya. Tesis PSL USU.

Universitas Sumatera Utara


130

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


1

KUESIONER PENELITIAN

MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAMPAK PENCEMARAN LOGAM


BERAT (Pb, Cd) BERBASIS STUDI ARKL PADA MASYARAKAT YANG
TERPAPAR DI KAWASAN PESISIR BELAWAN
No Sampel Sumur bor : Tanggal Wawancara:
Nama KK Responden :
Alamat :
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Variabel Responden Ayah Ibu Anak
Umur (Thn)
Berat Badan (Kg)
Jumlah air yang
dikonsumsi asal
sumur bor (l/hari)
Keluhan Penyakit 1.
dalam 3 bulan
2.
terakhir.
Lama tinggal (
jam/hari)

II. KARAKTERISTIK SUMUR BOR


a. Umur sumur : Tahun. Tahun di buat :
b. Kedalaman sumur : m (jumlah pipa = pipa)
c. Jarak sumur dari tepi pantai: m (diukur dengan GPS)
d. Tinggi permukaan sumur dr permukaan laut : dpl (diukur dengan GPS)
e. Apakah anda melakukan pengolahan pada air sumur bor sebelum di minum
1. Ya 2. Tidak.
f. Jika Ya, Pengolahan yang dilakukan a. Penyaringan
b. Pengendapan
c. lainnya :
f. Jarak dengan WC ( Septic Tank) = m
g. Tinggi tembok sumur ke permukaan tanah = ( minimal 3m)
h. Penutup ada/tidak jika ada, berapa meter ?

Universitas Sumatera Utara


2

Universitas Sumatera Utara


DATA SUMUR YANG TERCEMAR Pb
NO Jarak(m) Kedalaman (m) Lama tinggal JK Umur (Thn)Berat badan Konsentrasi Pb
1 13,5 120 20 pipa (120 m) 4 1. ayah L 60 70 0,02623
2 13,5 120 20 pipa (120 m) 4 2. ibu P 62 69 0,02623
3 13,5 120 20 pipa (120 m) 4 3. anak L 30 60 0,02623
4 80,1 120 20 pipa (120 m) 12 1. ayah L 55 70 0,02331
5 80,1 120 20 pipa (120 m) 12 2. ibu P 60 73 0,02331
6 126,2 84 14 pipa (84 m) 13 1. ayah L 55 80 0,01496
7 126,2 84 14 pipa (84 m) 13 2. ibu P 56 80 0,01496
8 126,2 84 14 pipa (84 m) 13 3. anak P 12 37 0,01496
9 291,7 144 12 pipa (144 m) 16 1. ayah L 55 68 0,01824
10 291,7 144 12 pipa (144 m) 16 2. ibu P 50 48 0,01824
11 291,7 144 12 pipa (144 m) 16 3. anak L 15 45 0,01824
12 234,7 84 14 pipa (84 m) 30 1. IBU TUA P 70 65 0,01599
13 234,7 84 14 pipa (84 m) 30 2. ibu (HAMIL)
P 40 72 0,01599
14 234,7 84 14 pipa (84 m) 30 3. anak L 14 32 0,01599
15 336,6 78 13 pipa (78 m) 2 1. ayah L 55 65 0,01922
16 336,6 78 13 pipa (78 m) 2 2. ibu P 50 71 0,01922
17 336,6 78 13 pipa (78 m) 2 3. anak L 25 51 0,01922
18 423,8 84 14 pipa (84 m) 12 1. ayah L 67 70 0,01054
19 423,8 84 14 pipa (84 m) 12 2. ibu P 65 63 0,01054
20 423,8 84 14 pipa (84 m) 12 3. anak P 34 49 0,01054
21 187,0 87 14.5 pipa (87 m) 11 1. ayah L 65 49 0,02599
22 214,8 120 20 pipa (120 m) 20 1. ayah L 56 70 0,01198
23 214,8 120 20 pipa (120 m) 20 2. ibu P 54 73 0,01198
24 259,4 84 14 pipa (84 m) 20 1. ayah L 56 70 0,01905
25 259,4 84 14 pipa (84 m) 20 2. ibu P 55 70 0,01905
26 259,4 84 14 pipa (84 m) 20 3. anak L 21 39 0,01905
27 298,4 96 16 pipa (96 m) 10 1. ayah L 55 60 0,01001
28 298,4 96 16 pipa (96 m) 10 2. ibu P 51 59 0,01001
29 298,4 96 16 pipa (96 m) 10 3. anak L 15 40 0,01001
30 159,2 72 12 pipa (72 m) 4 1. ayah L 65 70 0,01952
31 159,2 72 12 pipa (72 m) 4 2. ibu P 60 75 0,01952
32 159,2 72 12 pipa (72 m) 4 3. anak L 21 44 0,01952
33 216,4 96 16 pipa (96 m) 4 1. ayah L 55 62 0,02102
34 216,4 96 16 pipa (96 m) 4 2. ibu P 50 68 0,02102

Universitas Sumatera Utara


3
DATE: 5/20/2017
TIME: 18:08

LISREL 8.80 (STUDENT EDITION)

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by


Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2006
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file D:\PASCA C\IBU SRI\HASIL LAINNYA\SEMPB.spj:

Raw Data from file 'D:\PASCA C\IBU SRI\HASIL LAINNYA\SEMPB.psf'


Latent Variables SUMURBOR MASYARAKAT INTAKE RESIKO
Relationships
X1 - X4 = SUMURBOR
X5 - X8 = MASYARAKAT
X9 - X10 = INTAKE
X11 - X12 = RESIKO
INTAKE = SUMURBOR MASYARAKAT
RESIKO = INTAKE
Path Diagram
End of Problem

Sample Size = 250

Covariance Matrix

X9 X10 X11 X12 X1 X2


-------- -------- -------- -------- -------- --------
X9 0.74
X10 0.14 1.50
X11 -0.05 0.03 1.51
X12 0.17 0.19 -0.23 1.71
X1 0.15 0.25 -0.22 0.13 0.97
X2 0.07 0.05 0.10 -0.06 0.00 0.26
X3 0.10 0.18 0.08 0.03 0.26 0.12
Universitas Sumatera Utara

file:///E|/...2015/DISERTASI%20SRIMALEM/BAHAN%20DIBUAT%20SOFT%20COPY/LAMPIRAN/(3)%20LAMPIRAN%20SEM.txt[7/17/2018 10:44:55 AM]


X4 0.52 0.28 -0.25 0.32 0.23 0.05
X5 0.11 -0.13 0.41 0.02 -0.11 0.11
X6 0.00 0.07 -0.25 0.45 0.05 -0.04
X7 -0.38 -0.10 0.10 -0.23 -0.25 0.08
X8 -0.04 0.02 -0.24 0.92 0.03 0.05

Covariance Matrix

X3 X4 X5 X6 X7 X8
-------- -------- -------- -------- -------- --------
X3 1.92
X4 0.19 0.79
X5 0.20 -0.04 0.58
X6 0.01 0.09 0.13 0.65
X7 0.29 -0.36 0.27 0.17 1.98
X8 0.07 0.05 0.20 0.54 0.28 1.40

Number of Iterations = 35

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

Measurement Equations

X9 = 0.42*INTAKE, Errorvar.= 0.57 , R² = 0.40


(0.064)
8.78

X10 = 0.52*INTAKE, Errorvar.= 1.45 , R² = 0.33


(0.057) (0.13)
3.93 11.26

X11 = 0.40*RESIKO, Errorvar.= 1.35 , R² = 0.50


(0.14)
9.98

X12 = 0.58*RESIKO, Errorvar.= 1.38 , R² = 0.60


(0.14) (0.18)
4.22 7.75

X1 = 0.60*SUMURBOR, Errorvar.= 0.89 , R² = 0.71


(0.066) (0.081)
4.51 10.97

X2 = 0.54*SUMURBOR, Errorvar.= 0.26 , R² = 0.51


(0.035) (0.023)
1.56 11.14

X3 = 0.51*SUMURBOR, Errorvar.= 1.87 , R² = 0.64


Universitas Sumatera Utara

file:///E|/...2015/DISERTASI%20SRIMALEM/BAHAN%20DIBUAT%20SOFT%20COPY/LAMPIRAN/(3)%20LAMPIRAN%20SEM.txt[7/17/2018 10:44:55 AM]


(0.094) (0.17)
2.28 11.12

X4 = 0.81*SUMURBOR, Errorvar.= 0.14 , R² = 0.82


(0.074) (0.097)
10.96 1.43

X5 = 0.72*MASYARAK, Errorvar.= 0.53 , R² = 0.84


(0.054) (0.049)
4.05 10.82

X6 = 0.56*MASYARAK, Errorvar.= 0.34 , R² = 0.48


(0.064) (0.060)
8.73 5.61

X7 = 0.58*MASYARAK, Errorvar.= 1.90 , R² = 0.39


(0.10) (0.17)
2.75 11.01

X8 = 0.97*MASYARAK, Errorvar.= 0.45 , R² = 0.68


(0.10) (0.16)
9.69 2.82

Structural Equations

INTAKE = 1.39*SUMURBOR + 0.36*MASYARAK, Errorvar.= 1.13 , R² = 0.64


(0.15) (0.091) (0.38)
9.03 3.93 2.96

RESIKO = 0.67*INTAKE, Errorvar.= 0.56 , R² = 0.44


(0.15) (0.45)
4.49 1.22

Reduced Form Equations

INTAKE = 1.39*SUMURBOR + 0.36*MASYARAK, Errorvar.= -1.13, R² = 0.64


(0.15) (0.091)
9.03 3.93

RESIKO = 0.93*SUMURBOR + 0.24*MASYARAK, Errorvar.= 0.053, R² = 0.95


(0.20) (0.075)
4.61 3.17

Correlation Matrix of Independent Variables

SUMURBOR MASYARAK
-------- --------
SUMURBOR 1.00
MASYARAK 0.74 1.00
Universitas Sumatera Utara

file:///E|/...2015/DISERTASI%20SRIMALEM/BAHAN%20DIBUAT%20SOFT%20COPY/LAMPIRAN/(3)%20LAMPIRAN%20SEM.txt[7/17/2018 10:44:55 AM]


(0.08)
1.93

Covariance Matrix of Latent Variables

INTAKE RESIKO SUMURBOR MASYARAK


-------- -------- -------- --------
INTAKE 1.00
RESIKO 0.67 1.00
SUMURBOR 0.52 0.74 1.00
MASYARAK 0.46 0.51 0.62 1.00

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 50
Minimum Fit Function Chi-Square = 416.07 (P = 0.0)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 104.74 (P = 0.051)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 295.74
90 Percent Confidence Interval for NCP = (240.53 ; 358.45)

Minimum Fit Function Value = 1.67


Population Discrepancy Function Value (F0) = 1.19
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.97 ; 1.44)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.075
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.075 ; 0.077)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.00

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.61


90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.39 ; 1.87)
ECVI for Saturated Model = 0.63
ECVI for Independence Model = 3.06

Chi-Square for Independence Model with 66 Degrees of Freedom = 737.52


Independence AIC = 761.52
Model AIC = 401.74
Saturated AIC = 156.00
Independence CAIC = 815.77
Model CAIC = 528.35
Saturated CAIC = 508.67

Normed Fit Index (NFI) = 0.74


Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.68
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.73
Comparative Fit Index (CFI) = 0.45
Incremental Fit Index (IFI) = 0.47
Relative Fit Index (RFI) = 0.26

Critical N (CN) = 46.58

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.16


Standardized RMR = 0.14
Universitas Sumatera Utara

file:///E|/...2015/DISERTASI%20SRIMALEM/BAHAN%20DIBUAT%20SOFT%20COPY/LAMPIRAN/(3)%20LAMPIRAN%20SEM.txt[7/17/2018 10:44:55 AM]


Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.87
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.82

Time used: 0.031 Seconds

Universitas Sumatera Utara

file:///E|/...2015/DISERTASI%20SRIMALEM/BAHAN%20DIBUAT%20SOFT%20COPY/LAMPIRAN/(3)%20LAMPIRAN%20SEM.txt[7/17/2018 10:44:55 AM]


11:50 PM 5/8/2018
DATE: 5/20/2017
TIME: 18:04

LISREL 8.80 (STUDENT EDITION)

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by


Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2006
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file D:\PASCA C\IBU SRI\HASIL LAINNYA\SEMPB.spj:

Raw Data from file 'D:\PASCA C\IBU SRI\HASIL LAINNYA\SEMPB.psf'


Latent Variables SUMURBOR MASYARAKAT INTAKE RESIKO
Relationships
X1 - X4 = SUMURBOR
X5 - X8 = MASYARAKAT
X9 - X10 = INTAKE
X11 - X12 = RESIKO
Path Diagram
End of Problem

Sample Size = 250

Covariance Matrix

X1 X2 X3 X4 X5 X6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
X1 0.97
X2 0.00 0.26
X3 0.26 0.12 1.92
X4 0.23 0.05 0.19 0.79
X5 -0.11 0.11 0.20 -0.04 0.58
X6 0.05 -0.04 0.01 0.09 0.13 0.65
X7 -0.25 0.08 0.29 -0.36 0.27 0.17
X8 0.03 0.05 0.07 0.05 0.20 0.54
X9 0.15 0.07 0.10 0.52 0.11 0.00
X10 0.25 0.05 0.18 0.28 -0.13 0.07
Universitas Sumatera Utara

file:///E|/...2015/DISERTASI%20SRIMALEM/BAHAN%20DIBUAT%20SOFT%20COPY/LAMPIRAN/(2)%20LAMPIRAN%20CFA.txt[7/17/2018 10:45:02 AM]


X11 -0.22 0.10 0.08 -0.25 0.41 -0.25
X12 0.13 -0.06 0.03 0.32 0.02 0.45

Covariance Matrix

X7 X8 X9 X10 X11 X12


-------- -------- -------- -------- -------- --------
X7 1.98
X8 0.28 1.40
X9 -0.38 -0.04 0.74
X10 -0.10 0.02 0.14 1.50
X11 0.10 -0.24 -0.05 0.03 1.51
X12 -0.23 0.92 0.17 0.19 -0.23 1.71

Number of Iterations = 22

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

Measurement Equations

X1 = 0.66*SUMURBOR, Errorvar.= 0.89 , R² = 0.86


(0.066) (0.081)
4.39 10.98

X2 = 0.54*SUMURBOR, Errorvar.= 0.26 , R² = 0.51


(0.035) (0.023)
1.79 11.13

X3 = 0.74*SUMURBOR, Errorvar.= 1.87 , R² = 0.62


(0.094) (0.17)
2.38 11.11

X4 = 0.58*SUMURBOR, Errorvar.= 0.14 , R² = 0.82


(0.074) (0.098)
10.87 1.44

X5 = 0.64*MASYARAK, Errorvar.= 0.55 , R² = 0.45


(0.051) (0.050)
3.18 11.08

X6 = 0.51*MASYARAK, Errorvar.= 0.40 , R² = 0.39


(0.052) (0.043)
9.78 9.24

X7 = 0.55*MASYARAK, Errorvar.= 1.93 , R² = 0.72


(0.094) (0.17)
2.49 11.11

X8 = 0.89*MASYARAK, Errorvar.= 0.19 , R² = 0.86


Universitas Sumatera Utara

file:///E|/...2015/DISERTASI%20SRIMALEM/BAHAN%20DIBUAT%20SOFT%20COPY/LAMPIRAN/(2)%20LAMPIRAN%20CFA.txt[7/17/2018 10:45:02 AM]


(0.076) (0.11)
14.45 1.73

X9 = 0.50*INTAKE, Errorvar.= 0.49 , R² = 0.53


(0.10) (0.099)
4.85 5.00

X10 = 0.71*INTAKE, Errorvar.= 1.43 , R² = 0.50


(0.091) (0.13)
3.00 10.92

X11 = 0.53*RESIKO, Errorvar.= 1.43 , R² = 0.56


(0.091) (0.13)
3.22 10.90

X12 = 0.79*RESIKO, Errorvar.= 1.09 , R² = 0.66


(0.15) (0.23)
5.24 4.77

Correlation Matrix of Independent Variables

SUMURBOR MASYARAK INTAKE RESIKO


-------- -------- -------- --------
SUMURBOR 1.00
MASYARAK 0.06 1.00
(0.07)
0.82
INTAKE 1.31 -0.06 1.00
(0.26) (0.11)
5.10 -0.52
RESIKO -0.55 -1.03 -0.45 1.00
(0.14) (0.18) (0.19)
-4.06 -5.76 -2.33

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 48
Minimum Fit Function Chi-Square = 318.64 (P = 0.0)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 84.23 (P = 0.061)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 246.23
90 Percent Confidence Interval for NCP = (195.85 ; 304.11)

Minimum Fit Function Value = 1.28


Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.99
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.79 ; 1.22)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.043
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.043 ; 0.046)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.00

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.42


Universitas Sumatera Utara

file:///E|/...2015/DISERTASI%20SRIMALEM/BAHAN%20DIBUAT%20SOFT%20COPY/LAMPIRAN/(2)%20LAMPIRAN%20CFA.txt[7/17/2018 10:45:02 AM]


90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.22 ; 1.66)
ECVI for Saturated Model = 0.63
ECVI for Independence Model = 3.06

Chi-Square for Independence Model with 66 Degrees of Freedom = 737.52


Independence AIC = 761.52
Model AIC = 354.23
Saturated AIC = 156.00
Independence CAIC = 815.77
Model CAIC = 489.87
Saturated CAIC = 508.67

Normed Fit Index (NFI) = 0.87


Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.75
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.71
Comparative Fit Index (CFI) = 0.80
Incremental Fit Index (IFI) = 0.81
Relative Fit Index (RFI) = 0.71

Critical N (CN) = 78.58

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.13


Standardized RMR = 0.11
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.94
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.89
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.51

Time used: 0.094 Seconds

Universitas Sumatera Utara

file:///E|/...2015/DISERTASI%20SRIMALEM/BAHAN%20DIBUAT%20SOFT%20COPY/LAMPIRAN/(2)%20LAMPIRAN%20CFA.txt[7/17/2018 10:45:02 AM]


13

DAFTAR NAMA PERUSAHAAN YANG BERADA DI HULU SUNGAI DELI

No. Nama Perusahaan Alamat Jenis Usaha Polutan


A. Di Bagian Hulu
Sungai
1. CV. KOBER Jl. K.L. Yos Barang dan Logam berat, Cd, Pb,
Sudarso Km 10 Plastik Sn
2. PT. NIPSEA PAINT Jl. K.L. Yos Industri Cat Sludge Cat, Logam
Sudarso Km 8.3 Berat
3. PT. GOLGON Jl. K.L. Yos Industri Logam Debu Besi, Sludge
Sudarso Km 6.8 dan Plastik IPAL, Logam Berat
4. PT. MUSIM MAS Jl. K.L. Yos Minyak Goreng As, Cr, Pb, Sludge
Sudarso Minyak dan Lemak
5. PT. JAYA PRATAMA Jl. K.L. Yos Besi Beton Debu besi, logam
IRON STEEL Sudarso Km 8.9 berat As, Cr, Pb
6. PT. SUMATERA Jl. K.L. Yos Industri Cat Logam berat As, Ba,
INDUSTRI CAT Sudarso Km 7.8 Cd, Cr, Pb, Sn
7. PT. NASIONAL Jl. K.L. Yos Lembaran Seng Logam
IRON INDUSTRI Sudarso Km
10.3
8. PT. GROWTH Jl. K.L. Yos Besi Beton Debu Besi, Logam
SUMATERA Sudarso Km 10 Berat, As, Cr, Pb
INDUSTRI
9. PT. GUNUNG Jl. K.L. Yos Besi Beton, Debu Besi, Logam
GAHAPI SAKTI Sudarso Km 10 Industri Cat Berat, As, Cr, Pb
10. PT. ABDI RAKYAT Jl. K.L. Yos Kaca Lembaran Debu besi, logam As,
BAKTI Sudarso Km Cr, Pb
10.5
11. PT. ASTRISCO Jl. K.L. Yos Asbes, Seng Logam berat, Zn, Pb,
ASBESTOS Sudarso Km 7.5 Cd, residu asam
CHEMICAL
12. PT. DAYA KIMIA Road III Gabion Bahan kimia (cat
RAYA & tiner)
13. PT. SUPER Jl. K.L. Yos Boiler
ANDALAS STEEL Sudarso Km 8.8
14. PT. SUMATERA Jl. K.L. Yos Blau Pigmen warna
BLAU Sudarso Km 8.5
15. PT. KARET DELI Jl. K.L. Yos Ban Sisa Ban
Sudarso Km 8.2
17. CV. MALAKA Jl. K.L. Yos Jaring Ikan Sisa jaring
Sudarso Km 7
18. PT. BERLIAN SAKTI Jl. K.L. Yos Minyak Goreng Sisa minyak, sludge
Sudarso Km 6 bleaching
19. PT. CIPTA RIMBA Jl. K.L. Yos Plywood Limbah Cair, serbuk
JAYA Sudarso Km 7.5 kayu, asap boiler
23. PT. NG UTAMA Jl. K.L. Yos Sabun Nitrat, Zn, Residu
Sudarso Km asam organik
17.5
24. PT. INDUSTRI BAJA Jl. K.L. Yos Pipa, Seng, Plat

Universitas Sumatera Utara


14

GARUDA Sudarso Km 9.8 Besi


25. PT. SUMATERA OIL Jl. K.L. Yos Minyak, CPO
Sudarso Km 7.3
26. RS MARTHA Jl. K.L. Yos Rumah Sakit Limbah klinis, residu
FRISKA Sudarso Km 6 farmasi
27. PT. SINGAMAS Jl. K.L. Yos Minyak Goreng Minyak & lemak,
JAYA Sudarso Km bleaching earth
16.5
28. PT. BUMI AYU Jl. K.L. Yos Pengalengan Sisa air pencucian
SEJATI Sudarso Km Udang udang
15.5
29. PT. AGRO JAYA Minyak Inti Sawit Minyak & lemak,
PERDANA bleaching earth
30. PT. COCA COLA Jl. K.L. Yos Minuman ringan
Sudarso Km 14
B. Pelabuhan Belawan
1 PT. PUPUK Jl. Sulawesi II Pengantongan
SRIWIJAYA Pupuk
2 PT. PERKEBUNAN Jl. Sulawesi II Tangki Timbun
NUSANTARA III Latex
3 PT. SEMEN Jl. Sulawesi Pengantongan
ANDALAS Semen
INDONESIA
4 PT. WARUNA NUSA Road III Gabion Galangan Kapal
SENTANA
5 PT. BELAWAN Jl. Sulawesi II Tangki Timbun
BUANA INDONESIA CPO
6 PT. MUSIM MAS Jl. Sulawesi II Tangki Timbun
CPO
7 PT. ANEKA KIMIA Jl. Anggada I Tangki Penimbunan bahan kimia
RAYA
8 PT. BERLIAN EKA Jl. Anggada I Tangki penimbunan bahan minyak nabati
SAKTI (BEST)
9 PT. HANDA Road III Gabion Penyimpanan Bahan Kimia cair dan BBM
TERMINAL
10 PT. ECO GREEN Road III Gabion Industri kimia
OLEO CHEMICALS khusus
No. Nama Perusahaan Alamat Jenis Usaha Polutan
11 PT. BELAWAN TANGKI Jl. Selat Laut Minyak kelapa sawit goreng
INDONESIA dan CPO
12 PT. BELAWAN DELI Road III Gabion Tangki timbun bahan kimia,
CHEMICAL industry perekat
13 PT. SALIM IVOMAS Jl. Ujung Baru Tangki timbun CPO
PRATAMA
14 PT. PERTAMINA Jl. Minyak Tangki timbun / jalur pipa
15 PT. INDOTERMINAL Jl. Ujung Baru Rak terpadu
BELAWAN PERKASA
16 PT. NUBIKA JAYA Jl. Ujung Baru Tangki timbun CPO
17 PT. SMART TBK Jl. Raya Pelabuhan Pengolahan kernel
18 PT. SOCFIN INDONESIA Jl. Ujung Baru Tangki timbun CPO/Gudang

Universitas Sumatera Utara


15

19 PT. PASIFIC MEDAN Jl. Selat Laut Tangki Timbun CPO


INDUSTRY
20 PT. SARANA AGRO Jl. Ujung Baru Tangki timbun minyak
NUSANTARA nabati dan gula tetes
21 PT. PAMINA ADOLINA Jl. Sulawesi Tangki timbun CPO dan
(PTPN- IV) Rafinery
22 PT. TOBA GENA UTAMA Road III Gabion Aspal curah
23 PT. SUMATERA PERKASA Road III Gabion Pengantongan semen
SEMEN
24
25 PT. SUCOFINDO (PERSERO) Jl. Dosomuko Kantor dan Laboratorium
26 PT. SINAR OLEOCHEMICAL Jl. Ujung Baru CPO/Amoniak
INT (SOCI)
27 PT. BAKRI SUMATERA Jl. Ujung Baru/Jl. Tangki latex dan gudang
PLANT Dosomuko
28 PT. CIPTA RIMBA JAYA Jl. P. Sicanang Kayu log/dermaga
29 PT. GRESIK CIPTA Jl. Dosomuko Amoniak/Gas Sulfat
SEJAHTERA
30 PT. PERUSAHAAN GAS Jalur Pipa Jalur Pipa
NEGARA
31 PT. PRISTIGE PACKAGES Jl. Dosomuko Zag Semen
32 PT. OMYA INDONESIA Jl. dosomuko
33 PT. TERMINAL LIQUID Jl. Ujung Baru
BELAWAN
34 UNIT GALANGAN KAPAL Jl. Sumatra I Galangan Kapal
35 DEPO PETI KEMAS/BLC Jl. Raya Gabion Depo Peti Kemas

Universitas Sumatera Utara


16

PETA LOKASI PABRIK SEPANJANG SUNGAI DELI

Lokasi Sumber Pencemar:


1. Titik 1 : PT. Super Andalas
N= 03.658680
E = 098.665470
2. Titik 2 : PT. Gunung Gahapi Sakti
N = 03.664100
E = 098.666500
3. Titik 3 : PT. Growth Sumatera Industri
N = 03.667560
E = 098.667050
4. Titik 4 : CV. Cober
N = 03.674340
E = 098.666000
5. Titik 5 : Pelabuhan Belawan
N = 03.78730
E = 098.70470

Universitas Sumatera Utara


17

6. Garis pantai Bagan Deli


N = 03.77078
E = 098.70479
7. Sungai Deli dekat lokasi industry
N= 03.68812
E = 098.66548
Pemukiman Penduduk :
8. Pemukiman Bagan Deli (Kantor Lurah)
N=03.77422
E = 098.70344
9. Jembatan Penghubung antar lingkungan di Bagan Deli
N = 03.77262
E = 09870260
10. Pemukiman Kec. Medan Labuhan
N = 03.75272
E = 098.69532
Sungai Deli berbatas dengan pemukiman
1. penduduk
N = 03.74990
E = 098.70198

Universitas Sumatera Utara


5

LAMPIRAN HASIL UJI STATISTIK


Jarakkat * Konsentrasi Pb Crosstabulation

Konsentrasi Pb Total
< NAB > NAB < NAB
Jarakkat 0 -100 m Count 122 4 126
Expected Count 108.2 17.8 126.0
% within Jarakkat 96.8% 3.2% 100.0%
% within Konsentrasi Pb 58.9% 11.8% 52.3%
% of Total 50.6% 1.7% 52.3%
101 - 200 m Count 38 7 45
Expected Count 38.7 6.3 45.0
% within Jarakkat 84.4% 15.6% 100.0%
% within Konsentrasi Pb 18.4% 20.6% 18.7%
% of Total 15.8% 2.9% 18.7%
> 200 m Count 47 23 70
Expected Count 60.1 9.9 70.0
% within Jarakkat 67.1% 32.9% 100.0%
% within Konsentrasi Pb 22.7% 67.6% 29.0%
% of Total 19.5% 9.5% 29.0%
Total Count 207 34 241
Expected Count 207.0 34.0 241.0
% within Jarakkat 85.9% 14.1% 100.0%
% within Konsentrasi Pb 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 85.9% 14.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 32.815(a) 2 .000
Likelihood Ratio 33.119 2 .000
Linear-by-Linear
32.499 1 .000
Association
N of Valid Cases
241
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.35.

Universitas Sumatera Utara


6

Jarakkat * Risiko kesehatan Crosstabulation

Risiko kesehatan Total


<= Mean > Mean <= Mean
Jarakkat 0 -100 m Count 89 37 126
Expected Count 83.7 42.3 126.0
% within Jarakkat 70.6% 29.4% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 55.6% 45.7% 52.3%
% of Total 36.9% 15.4% 52.3%
101 - 200 m Count 29 16 45
Expected Count 29.9 15.1 45.0
% within Jarakkat 64.4% 35.6% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 18.1% 19.8% 18.7%
% of Total 12.0% 6.6% 18.7%
> 200 m Count 42 28 70
Expected Count 46.5 23.5 70.0
% within Jarakkat 60.0% 40.0% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 26.3% 34.6% 29.0%
% of Total 17.4% 11.6% 29.0%
Total Count 160 81 241
Expected Count 160.0 81.0 241.0
% within Jarakkat 66.4% 33.6% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.4% 33.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.375(a) 2 .305
Likelihood Ratio 2.363 2 .307
Linear-by-Linear
2.353 1 .125
Association
N of Valid Cases
241
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.12.

Universitas Sumatera Utara


7

Pb Kedalaman Sumur * Risiko kesehatan Crosstabulation

Risiko kesehatan Total


<= Mean > Mean <= Mean
Kedalaman 0 - 100 m Count 135 62 197
Sumur Expected Count 130.8 66.2 197.0
% within Kedalaman
Sumur 68.5% 31.5% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 84.4% 76.5% 81.7%
% of Total 56.0% 25.7% 81.7%
> 100 m Count 25 19 44
Expected Count 29.2 14.8 44.0
% within Kedalaman
Sumur 56.8% 43.2% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 15.6% 23.5% 18.3%
% of Total 10.4% 7.9% 18.3%
Total Count 160 81 241
Expected Count 160.0 81.0 241.0
% within Kedalaman
Sumur 66.4% 33.6% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.4% 33.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.210(b) 1 .137
Continuity
1.717 1 .190
Correction(a)
Likelihood Ratio 2.146 1 .143
Fisher's Exact Test .159 .096
Linear-by-Linear
Association 2.201 1 .138
N of Valid Cases 241
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.79.

Universitas Sumatera Utara


8

4.3.3 Analisa Kedalaman sumur dan Risiko Kesehatan Cd ( RQ Cd)

Tabel. Hasil analisa Kedalaman dan Risiko Kesehatan Masyarakat Cd

Risiko Kesehatan Non Karsinogen Jumlah


Jarak Sumur
No. < Mean >Mean
(Meter)
n % n % n % P value = 0.71

1. 0 – 100 m 131 66.5 66 33.5 197 100


OR = 1.134
2. > 100 m 28 63.6 16 36.4 44 100

Jumlah 159 82 241 100

4.3.2 Analisa Jarak sumur dan Risiko Kesehatan Cd ( RQ Cd)

Tabel. Hasil analisa Jarak sumur dan Risiko Kesehatan Cd ( RQ Cd)

Risiko Kesehatan Non Karsinogen Jumlah


Kedalaman
No. < Mean >Mean
Sumur (Meter)
n % n % n % P value = 0.052

1. 0 – 100 m 76 60.3 50 39.7 126 100


OR = 0.058
2. 101 - 200 m 83 75.9 32 24.1 115 100

Jumlah 159 82 241 100

Universitas Sumatera Utara


9

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Jarak 241 1.20 462.00 144.3710 121.64572
kedalaman 241 66.00 180.00 94.4398 17.83926
Umur 241 1.00 70.00 23.5166 16.14510
Konsentrasi Pb 241 .000540 .026230 .00458963 .005735409
RQ 241 .000189 .148067 .02051059 .020806356
Valid N (listwise) 241

Jarakkat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 - 100 m 126 52.3 52.3 52.3
101 - 200 m 115 47.7 47.7 100.0
Total 241 100.0 100.0

Kedalaman Sumur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 - 100 m 197 81.7 81.7 81.7
> 100 m 44 18.3 18.3 100.0
Total 241 100.0 100.0

Konsentrasi Pb

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < NAB 207 85.9 85.9 85.9
> NAB 34 14.1 14.1 100.0
Total 241 100.0 100.0

Risiko kesehatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= Mean 160 66.4 66.4 66.4
> Mean 81 33.6 33.6 100.0
Total 241 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


10

Analisis Bivariat
Konsentrasi Pb * Risiko kesehatan Crosstabulation

Risiko kesehatan Total


<= Mean > Mean <= Mean
Konsentrasi < NAB Count 151 56 207
Pb Expected Count 137.4 69.6 207.0
% within Konsentrasi Pb 72.9% 27.1% 100.0%
% within Risiko kesehatan
94.4% 69.1% 85.9%
% of Total 62.7% 23.2% 85.9%
> NAB Count 9 25 34
Expected Count 22.6 11.4 34.0
% within Konsentrasi Pb 26.5% 73.5% 100.0%
% within Risiko kesehatan
5.6% 30.9% 14.1%
% of Total 3.7% 10.4% 14.1%
Total Count 160 81 241
Expected Count 160.0 81.0 241.0
% within Konsentrasi Pb 66.4% 33.6% 100.0%
% within Risiko kesehatan
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.4% 33.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 28.270(b) 1 .000
Continuity
26.225 1 .000
Correction(a)
Likelihood Ratio 26.729 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 28.153 1 .000
N of Valid Cases 241
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.43.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
Konsentrasi Pb (< NAB 7.490 3.295 17.028
/ > NAB)
For cohort Risiko
kesehatan = <= Mean 2.756 1.564 4.855

Universitas Sumatera Utara


11

For cohort Risiko


kesehatan = > Mean .368 .272 .497

N of Valid Cases 241

Kedalaman Sumur * Risiko kesehatan Crosstabulation

Risiko kesehatan Total


<= Mean > Mean <= Mean
Kedalaman 0 - 100 m Count 135 62 197
Sumur Expected Count 130.8 66.2 197.0
% within Kedalaman
Sumur 68.5% 31.5% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 84.4% 76.5% 81.7%
% of Total 56.0% 25.7% 81.7%
> 100 m Count 25 19 44
Expected Count 29.2 14.8 44.0
% within Kedalaman
Sumur 56.8% 43.2% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 15.6% 23.5% 18.3%
% of Total 10.4% 7.9% 18.3%
Total Count 160 81 241
Expected Count 160.0 81.0 241.0
% within Kedalaman
Sumur 66.4% 33.6% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.4% 33.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.210(b) 1 .137
Continuity
1.717 1 .190
Correction(a)
Likelihood Ratio 2.146 1 .143
Fisher's Exact Test .159 .096
Linear-by-Linear
Association 2.201 1 .138
N of Valid Cases 241
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.79.

Universitas Sumatera Utara


12

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
Kedalaman Sumur (0 - 1.655 .848 3.228
100 m / > 100 m)
For cohort Risiko
kesehatan = <= Mean 1.206 .917 1.587
For cohort Risiko
kesehatan = > Mean .729 .490 1.084
N of Valid Cases 241

JARAK SUMUR DAN RQ


Jarakkat * Risiko kesehatan Crosstabulation

Risiko kesehatan Total


<= Mean > Mean <= Mean
Jarakkat 0 - 100 m Count 89 37 126
Expected Count 83.7 42.3 126.0
% within Jarakkat 70.6% 29.4% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 55.6% 45.7% 52.3%
% of Total 36.9% 15.4% 52.3%
101 - 200 m Count 71 44 115
Expected Count 76.3 38.7 115.0
% within Jarakkat 61.7% 38.3% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 44.4% 54.3% 47.7%
% of Total 29.5% 18.3% 47.7%
Total Count 160 81 241
Expected Count 160.0 81.0 241.0
% within Jarakkat 66.4% 33.6% 100.0%
% within Risiko
kesehatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.4% 33.6% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


13

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.132(b) 1 .144
Continuity
1.752 1 .186
Correction(a)
Likelihood Ratio 2.133 1 .144
Fisher's Exact Test .172 .093
Linear-by-Linear
Association 2.123 1 .145
N of Valid Cases 241
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38.65.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for Jarakkat (0
- 100 m / 101 - 200 m) 1.491 .871 2.550
For cohort Risiko
kesehatan = <= Mean 1.144 .953 1.373
For cohort Risiko
kesehatan = > Mean .767 .537 1.096
N of Valid Cases 241

Universitas Sumatera Utara


Umur sumur Ik= C.R.fE.Dt/Wb. tavg
No Jarak dari tepi Kedalaman Sumur bor Umur fE tavg Karsinogen (n . RQ= Keluhan Keluhan
Titik lokasi dd(x) dd(y) Kode Sampel Nama Pemilik Alamat Jelas Kedalaman (m) bor Bantuan Responden Responden Wb ( Kg) C (mg/L) R(L/hari) Dt (Tahun) Rfd CxRxfEx Dt Wb x tavg (mg/kg/hr)
Stasiun perairan (meter) (1pipa= 6 m) Responden (Hari/Tahun) tahun x365 Hari) Ik/RfD(sekarang) Penyakit penyakit
/milik sendiri

1 N 03.77137° 98,704580 3,771370 ST 1 Ani Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 80,5 72 12 pipa (72m) 15 1. ayah L 65 70 0,00054 2 15 365 5475 0,0035 5,913 383250 1,54286E-05 0,004408163 Rematik 5
1 E 098.70458° 98,704580 3,771370 ST 1 Ani Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 80,5 72 12 pipa (72m) 15 2. ibu P 55 53 0,00054 2 15 365 5475 0,0035 5,913 290175 2,03774E-05 0,005822102 Pusing 4
1 98,704580 3,771370 ST 1 Ani Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 80,5 72 12 pipa (72m) 15 3. anak L 27 57 0,00054 2 15 365 5475 0,0035 5,913 312075 1,89474E-05 0,005413534 Pusing 2
2 N 03.77103° 98,705070 3,771030 ST 2 Ati Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 13,5 120 20 pipa (120 m) 4 1. ayah L 60 70 0,02623 3 7 365 2555 0,0035 201,05295 178850 0,001124143 0,321183673 Rematik 5
2 E 098.70507° 98,705070 3,771030 ST 2 Ati Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 13,5 120 20 pipa (120 m) 4 2. ibu P 62 69 0,02623 3 7 365 2555 0,0035 201,05295 176295 0,001140435 0,325838509 Rematik 5
2 98,705070 3,771030 ST 2 Ati Ling. 4 lorong mesjid (pemerintah) 13,5 120 20 pipa (120 m) 4 3. anak L 30 60 0,02623 2,5 7 365 2555 0,0035 167,544125 153300 0,001092917 0,312261905 Rematik 5
3 N 03.77120° 98,704460 3,771200 ST 3 Martinem Ling. 4 lorong mesjid 80,1 120 20 pipa (120 m) 12 1. ayah L 55 70 0,02331 2,5 12 365 4380 0,0035 255,2445 306600 0,0008325 0,237857143 Pusing 4
3 E 098.70446° 98,704460 3,771200 ST 3 Martinem Ling. 4 lorong mesjid 80,1 120 20 pipa (120 m) 12 2. ibu P 60 73 0,00409 2,5 12 365 4380 0,0035 44,7855 319740 0,000140068 0,040019569 Pusing 4
4 N 03.77191° 98,702630 3,771910 ST 4 Zainab Ling. 5 lorong ujung tanjung 11,2 84 14 pipa (84 m) 14 1. ayah L 60 70 0,00409 2,5 15 365 5475 0,0035 55,981875 383250 0,000146071 0,041734694 Pusing 4
4 E 098.70263° 98,702630 3,771910 ST 4 Zainab Ling. 5 lorong ujung tanjung 11,2 84 14 pipa (84 m) 14 2. ibu P 67 85 0,00409 2,5 15 365 5475 0,0035 55,981875 465375 0,000120294 0,034369748 Hb rendah 3
° Nila
5 N 03.77236 98,703950 3,772360 ST 5 Ling. 5 (persimpangan) 126,2 84 14 pipa (84 m) 13 1. ayah L 55 80 0,01496 2,5 13 365 4745 0,0035 177,463 379600 0,0004675 0,133571429 Rematik 5
5 E 098.70395° 98,703950 3,772360 ST 5 Nila Ling. 5 (persimpangan) 126,2 84 14 pipa (84 m) 13 2. ibu P 56 80 0,01496 2,5 13 365 4745 0,0035 177,463 379600 0,0004675 0,133571429 Rematik 5
5 98,703950 3,772360 ST 5 Nila Ling. 5 (persimpangan) 126,2 84 14 pipa (84 m) 13 3. anak P 12 37 0,01496 1,25 13 365 4745 0,0035 88,7315 175565 0,000505405 0,144401544 Rematik 5
6 N 03.77712° 98,702320 3,777120 ST 6 Apriadi Ling. 1 lorong buntu 291,7 144 12 pipa (144 m) 16 1. ayah L 55 68 0,01824 2,5 16 365 5840 0,0035 266,304 397120 0,000670588 0,191596639 Diare 2
6 E 098.70232° 98,702320 3,777120 ST 6 Apriadi Ling. 1 lorong buntu 291,7 144 12 pipa (144 m) 16 2. ibu P 50 48 0,01824 2,5 16 365 5840 0,0035 266,304 280320 0,00095 0,271428571 Hb rendah 3
6 98,702320 3,777120 ST 6 Apriadi Ling. 1 lorong buntu 291,7 144 12 pipa (144 m) 16 3. anak L 15 45 0,01824 2,5 16 365 5840 0,0035 266,304 262800 0,001013333 0,28952381 Batuk 2
7 N 03.77678° 98,703160 3,776780 ST 7 Sukarman Ling1. Lorong 1 umum 290,1 90 15 pipa (90 m) 4 1. ayah L 45 66 0,00185 1,875 4 365 1460 0,0035 5,064375 96360 5,25568E-05 0,015016234 Batuk 2
7 E 098.70316° 98,703160 3,776780 ST 7 Sukarman Ling1. Lorong 1 umum 290,1 90 15 pipa (90 m) 4 2. ibu P 40 70 0,00185 1,5 4 365 1460 0,0035 4,0515 102200 3,96429E-05 0,011326531 Batuk 4
7 98,703160 3,776780 ST 7 Sukarman Ling1. Lorong 1 umum 290,1 90 15 pipa (90 m) 4 3. anak L 18 49 0,00185 1,25 4 365 1460 0,0035 3,37625 71540 4,71939E-05 0,013483965 Pusing 3
8 N 03.77633° 98,702960 3,776330 ST 8 Sri Ling. 2 lorong 1 umum 234,7 84 14 pipa (84 m) 30 1. IBU TUA P 70 65 0,01599 1 13 365 4745 0,0035 75,87255 308425 0,000246 0,070285714 gatal-gatal 5
8 E 098.70296° 98,702960 3,776330 ST 8 Sri Ling. 2 lorong 1 umum 234,7 84 14 pipa (84 m) 30 2. ibu (HAMIL) P 40 72 0,01599 1 13 365 4745 0,0035 75,87255 341640 0,000222083 0,063452381 Pusing 3
8 98,702960 3,776330 ST 8 Sri Ling. 2 lorong 1 umum 234,7 84 14 pipa (84 m) 30 3. anak L 14 32 0,01599 0,625 13 365 4745 0,0035 47,42034375 151840 0,000312305 0,089229911 hipertensi 1
9 N 03.77663° 98,704150 3,776630 ST 9 Anum Ling. 2 lorong 2 umum 336,6 78 13 pipa (78 m) 2 1. ayah L 55 65 0,01922 1,875 2 365 730 0,0035 26,307375 47450 0,000554423 0,158406593 gatal-gatal 6
9 E 098.70415° 98,704150 3,776630 ST 9 Anum Ling. 2 lorong 2 umum 336,6 78 13 pipa (78 m) 2 2. ibu P 50 71 0,01922 0,625 2 365 730 0,0035 8,769125 51830 0,00016919 0,04834004 maag 7
9 98,704150 3,776630 ST 9 Anum Ling. 2 lorong 2 umum 336,6 78 13 pipa (78 m) 2 3. anak L 25 51 0,01922 1,25 2 365 730 0,0035 17,53825 37230 0,000471078 0,134593838 Hb rendah 2
10 N 03.77688° 98,704990 3,776880 ST 10 Sami Ling. 1 lorong 2 umum 423,8 84 14 pipa (84 m) 12 1. ayah L 67 70 0,01054 1,25 12 365 4380 0,0035 57,7065 306600 0,000188214 0,05377551 Batuk 4
10 E 098.70499° 98,704990 3,776880 ST 10 Sami Ling. 1 lorong 2 umum 423,8 84 14 pipa (84 m) 12 2. ibu P 65 63 0,01054 2,5 12 365 4380 0,0035 115,413 275940 0,000418254 0,119501134 Batuk 4
10 98,704990 3,776880 ST 10 Sami Ling. 1 lorong 2 umum 423,8 84 14 pipa (84 m) 12 3. anak P 34 49 0,01054 1,875 12 365 4380 0,0035 86,55975 214620 0,000403316 0,115233236 hipertensi 3
11 N 03.77630° 98,704320 3,776300 ST 11 Suherianto Ling. 1 lorong 2 umum 322,7 84 14 pipa (84 m) 1 1. ayah L 48 56 0,00583 1,5 1 365 365 0,0035 3,191925 20440 0,000156161 0,044617347 demam 4
11 98,704320 3,776300 ST 11 Suherianto Ling. 1 lorong 2 umum 322,7 84 14 pipa (84 m) 1 3. anak P 23 65 0,00583 0,625 1 365 365 0,0035 1,32996875 23725 5,60577E-05 0,016016484 demam 3
12 N 03.77582° 98,702970 3,775820 ST 12 Tajudin Ling. 1 lorong 3 umum 187,0 87 14.5 pipa (87 m) 11 1. ayah L 65 49 0,02599 1,25 11 365 4015 0,0035 130,4373125 196735 0,00066301 0,189431487 Pusing 3
13 N 03.77565° 98,703580 3,775650 ST 13 Asni Ling. 2 lorong 4 umum 214,8 120 20 pipa (120 m) 20 1. ayah L 56 70 0,01198 1,5 20 365 7300 0,0035 131,181 511000 0,000256714 0,073346939 Diare 2
13 E 098.70358° 98,703580 3,775650 ST 13 Asni Ling. 2 lorong 4 umum 214,8 120 20 pipa (120 m) 20 2. ibu P 54 73 0,01198 1,5 20 365 7300 0,0035 131,181 532900 0,000246164 0,070332681 hipertensi 1
14 N 03.77621° 98,705160 3,776210 ST 14 Dedek Ling. 2 Lorong 4 umum 352,5 84 14 pipa (84 m) 34 1. ayah L 65 81 0,00623 0,75 34 365 12410 0,0035 57,985725 1005210 5,76852E-05 0,016481481 Pusing 3
14 E 098.70516° 98,705160 3,776210 ST 14 Dedek Ling. 2 Lorong 4 umum 352,5 84 14 pipa (84 m) 34 2. ibu P 64 79 0,00623 0,75 34 365 12410 0,0035 57,985725 980390 5,91456E-05 0,016898734 Diare 2
14 98,705160 3,776210 ST 14 Dedek Ling. 2 Lorong 4 umum 352,5 84 14 pipa (84 m) 34 3. anak P 27 20 0,00623 0,625 34 365 12410 0,0035 48,3214375 248200 0,000194688 0,055625 diare 2
15 N 03.77605° 98,706180 3,776050 ST 15 Wati Ling. 3 lorong 5 umum 259,4 84 14 pipa (84 m) 20 1. ayah L 56 70 0,01905 0,625 15 365 5475 0,0035 65,18671875 383250 0,000170089 0,048596939 Diare 2
15 E 098.70618° 98,706180 3,776050 ST 15 Wati Ling. 3 lorong 5 umum 259,4 84 14 pipa (84 m) 20 2. ibu P 55 70 0,01905 0,625 15 365 5475 0,0035 65,18671875 383250 0,000170089 0,048596939 demam 4
15 98,706180 3,776050 ST 15 Wati Ling. 3 lorong 5 umum 259,4 84 14 pipa (84 m) 20 3. anak L 21 39 0,01905 0,625 15 365 5475 0,0035 65,18671875 213525 0,000305288 0,087225275 gatal-gatal 0
16 N 03.77575° 98,705410 3,775750 ST16 Dinar Ling. 3 lorong 5 umum 298,4 96 16 pipa (96 m) 10 1. ayah L 55 60 0,01001 1,5 10 365 3650 0,0035 54,80475 219000 0,00025025 0,0715 gatal-gatal 0
16 E 098.70541° 98,705410 3,775750 ST16 Dinar Ling. 3 lorong 5 umum 298,4 96 16 pipa (96 m) 10 2. ibu P 51 59 0,01001 1,5 10 365 3650 0,0035 54,80475 215350 0,000254492 0,072711864 Diare 2
16 98,705410 3,775750 ST16 Dinar Ling. 3 lorong 5 umum 298,4 96 16 pipa (96 m) 10 3. anak L 15 40 0,01001 1,5 10 365 3650 0,0035 54,80475 146000 0,000375375 0,10725 demam 3
17 N 03.77468° 98,703790 3,774680 ST 17 Idah Ling. 3 lorong 5 umum 159,2 72 12 pipa (72 m) 4 1. ayah L 65 70 0,01952 1 4 365 1460 0,0035 28,4992 102200 0,000278857 0,079673469 Pusing 5
17 E 098.70379° 98,703790 3,774680 ST 17 Idah Ling. 3 lorong 5 umum 159,2 72 12 pipa (72 m) 4 2. ibu P 60 75 0,01952 1 4 365 1460 0,0035 28,4992 109500 0,000260267 0,074361905 Diare 5
17 98,703790 3,774680 ST 17 Idah Ling. 3 lorong 5 umum 159,2 72 12 pipa (72 m) 4 3. anak L 21 44 0,01952 1 4 365 1460 0,0035 28,4992 64240 0,000443636 0,126753247 Pusing 3
18 N 03.77550° 98,705740 3,775500 ST 18 Nuraini Ling. 8 Lorong 6 umum 250,5 90 15 pipa (90 m) 12 1. ayah L 56 60 0,0059 0,625 12 365 4380 0,0035 16,15125 262800 6,14583E-05 0,017559524 demam 4
18 E 098.70574° 98,705740 3,775500 ST 18 Nuraini Ling. 8 Lorong 6 umum 250,5 90 15 pipa (90 m) 12 2. ibu P 52 53 0,0059 0,625 12 365 4380 0,0035 16,15125 232140 6,95755E-05 0,019878706 Diare 4
18 98,705740 3,775500 ST 18 Nuraini Ling. 8 Lorong 6 umum 250,5 90 15 pipa (90 m) 12 3. anak P 12 22 0,0059 0,625 12 365 4380 0,0035 16,15125 96360 0,000167614 0,04788961 maag 1
19 E 098.70647° 98,706470 3,775290 ST 19 Ani Ling. 8 lorong 6 umum 177,9 99 16.5 pipa (99 m) 8 2. ibu P 67 70 0,00653 1,5 8 365 2920 0,0035 28,6014 204400 0,000139929 0,039979592 Pusing 2
20 N 03.77480° 98,705560 3,774800 ST 20 Idar Ling. 3 lorong 7 umum 223,5 90 15 pipa (90 m) 3 1. ayah L 65 26 0,00064 0,625 3 365 1095 0,0035 0,438 28470 1,53846E-05 0,004395604 gatal-gatal 4
20 E 098.70556° 98,705560 3,774800 ST 20 Idar Ling. 3 lorong 7 umum 223,5 90 15 pipa (90 m) 3 2. ibu P 55 58 0,00064 0,625 3 365 1095 0,0035 0,438 63510 6,89655E-06 0,001970443 Diare 5
20 98,705560 3,774800 ST 20 Idar Ling. 3 lorong 7 umum 223,5 90 15 pipa (90 m) 3 3. anak L 20 48 0,00064 1,25 3 365 1095 0,0035 0,876 52560 1,66667E-05 0,004761905 Diare 3
21 N 03.77461° 98,704470 3,774610 ST 21 Haryanto Ling. 3 lorong 7 umum 216,4 96 16 pipa (96 m) 4 1. ayah L 55 62 0,02102 2 4 365 1460 0,0035 61,3784 90520 0,000678065 0,193732719 demam 5
21 E 098.70447° 98,704470 3,774610 ST 21 Haryanto Ling. 3 lorong 7 umum 216,4 96 16 pipa (96 m) 4 2. ibu P 50 68 0,02102 1,25 4 365 1460 0,0035 38,3615 99280 0,000386397 0,11039916 Diare 5
21 98,704470 3,774610 ST 21 Haryanto Ling. 3 lorong 7 umum 216,4 96 16 pipa (96 m) 4 3. anak P 21 40 0,02102 0,75 4 365 1460 0,0035 23,0169 58400 0,000394125 0,112607143 Diare 3
22 N 03.77443° 98,704250 3,774430 ST 22 Haidir Panjaitan Ling. 3 lorong 7 umum 185,3 81 13.5 pipa (81 m) 1 1. ayah L 54 69 0,00938 1,875 14 365 5110 0,0035 89,872125 352590 0,000254891 0,072826087 Diare 2
22 E 098.70425° 98,704250 3,774430 ST 22 Haidir Panjaitan (Kepling)
Ling. 3 lorong 7 umum 185,3 81 13.5 pipa (81 m) 1 2. ibu P 43 61 0,00938 1,875 14 365 5110 0,0035 89,872125 311710 0,00028832 0,082377049 gatal-gatal 2
23 N 03.77254 ° 98,703270 3,772540 ST 23 Rahmad Lorong ujung tanjung 2 45,7 96 16 pipa (96 m) 3 1. ayah L 40 68 0,0018 3 40 365 14600 0,0035 78,84 992800 7,94118E-05 0,022689076 gatal-gatal 5
23 E 098.70327 ° 98,703270 3,772540 ST 23 Rahmad Lorong ujung tanjung 2 45,7 96 16 pipa (96 m) 3 2. ibu P 38 75 0,0018 4 38 365 13870 0,0035 99,864 1040250 0,000096 0,027428571 diare 5
23 98,703270 3,772540 ST 23 Rahmad Lorong ujung tanjung 2 45,7 96 16 pipa (96 m) 3 3. anak P 20 55 0,0018 2 20 365 7300 0,0035 26,28 401500 6,54545E-05 0,018701299 Rematik 2
24 E 098.70349 ° 98,703490 3,772830 ST 24 Ida Lorong ujung tanjung 2 64,3 90 15 pipa (90 m) 22 2. ibu P 50 61 0,003 2 50 365 18250 0,0035 109,5 1113250 9,83607E-05 0,028103044 Sawan 5
24 98,703490 3,772830 ST 24 Ida Lorong ujung tanjung 2 64,3 90 15 pipa (90 m) 22 3. anak P 20 55 0,003 2 22 365 8030 0,0035 48,18 441650 0,000109091 0,031168831 Pusing 2
25 N 03.77308° 98,703390 3,773080 ST 25 M.Aminudin Lorong Sekolah2 51,9 90 15 pipa (90 m) 1 1. ayah L 53 65 0,0021 2 53 365 19345 0,0035 81,249 1257425 6,46154E-05 0,018461538 gatal-gatal 5
25 E 098.70339° 98,703390 3,773080 ST 25 M.Aminudin Lorong Sekolah2 51,9 90 15 pipa (90 m) 1 2. ibu P 55 54 0,0021 2 51 365 18615 0,0035 78,183 1005210 7,77778E-05 0,022222222 Diare 5
25 98,703390 3,773080 ST 25 M.Aminudin Lorong Sekolah2 51,9 90 15 pipa (90 m) 1 3. anak P 30 55 0,0021 2 27 365 9855 0,0035 41,391 542025 7,63636E-05 0,021818182 Pusing 3
26 E 098. 70303° 98,703030 3,773150 ST 26 Rosmawati Lorong Sekolah 2 13,2 78 13 pipa (78 m) 1 2. ibu P 54 55 0,0044 2 13 365 4745 0,0035 41,756 260975 0,00016 0,045714286 hipertensi 4
26 98,703030 3,773150 ST 26 Rosmawati Lorong Sekolah 2 13,2 78 13 pipa (78 m) 1 3. anak L 43 34 0,0044 2 13 365 4745 0,0035 41,756 161330 0,000258824 0,07394958 Diare 4
27 N 03.77342 ° 98,702850 3,773420 ST 27 Nurdin Lorong sekolah 1 1,2 90 15 pipa (90 m) 10 1. ayah L 55 56 0,0031 2 30 365 10950 0,0035 67,89 613200 0,000110714 0,031632653 Pusing 4
27 E 098. 70285° 98,702850 3,773420 ST 27 Nurdin Lorong sekolah 1 1,2 90 15 pipa (90 m) 10 2. ibu P 54 50 0,0031 3 30 365 10950 0,0035 101,835 547500 0,000186 0,053142857 hipertensi 4
27 98,702850 3,773420 ST 27 Nurdin Lorong sekolah 1 1,2 90 15 pipa (90 m) 10 3. anak L 18 40 0,0031 2 13 365 4745 0,0035 29,419 189800 0,000155 0,044285714 Rematik 1
28 N 03. 77341° 98,703270 3,773410 ST 28 Hasan Lorong sekolah 1 43,3 78 13 pipa (78 m) 14 1. ayah L 45 43 0,0019 3 62 365 22630 0,0035 128,991 973090 0,000132558 0,037873754 Sawan 1
28 98,703270 3,773410 ST 28 Hasan Lorong sekolah 1 43,3 78 13 pipa (78 m) 14 3. anak L 16 58 0,0019 3 62 365 22630 0,0035 128,991 1312540 9,82759E-05 0,028078818 Pusing 1
29 N 03. 77356° 98,703430 3,773560 ST 29 Ibrahim Lorong Sekolah 1 63,2 96 16 pipa (96 m) 15 1. ayah L 67 63 0,0021 2 47 365 17155 0,0035 72,051 1080765 6,66667E-05 0,019047619 gatal-gatal 3
29 E 098. 70343° 98,703430 3,773560 ST 29 Ibrahim Lorong Sekolah 1 63,2 96 16 pipa (96 m) 15 2. ibu P 59 85 0,0021 2 38 365 13870 0,0035 58,254 1178950 4,94118E-05 0,014117647 Diare 3
29 98,703430 3,773560 ST 29 Ibrahim Lorong Sekolah 1 63,2 96 16 pipa (96 m) 15 3. anak L 23 55 0,0021 2 22 365 8030 0,0035 33,726 441650 7,63636E-05 0,021818182 Pusing 2
30 N 03. 77289° 98,703190 3,772890 ST 30 H.Ismail Z Lorong ujung tanjung 2 31,7 120 20 pipa (120 m) 3 1. ayah L 67 72 0,0011 2 60 365 21900 0,0035 48,18 1576800 3,05556E-05 0,008730159 hipertensi 4
30 E 098. 70319° 98,703190 3,772890 ST 30 H.Ismail Z Lorong ujung tanjung 2 31,7 120 20 pipa (120 m) 3 2. ibu P 56 55 0,0011 3 45 365 16425 0,0035 54,2025 903375 0,00006 0,017142857 Diare 4
30 98,703190 3,772890 ST 30 H.Ismail Z Lorong ujung tanjung 2 31,7 120 20 pipa (120 m) 3 3. anak L 10 28 0,0011 1,5 24 365 8760 0,0035 14,454 245280 5,89286E-05 0,016836735 Pusing 1
31 E 098. 70344° 98,703440 3,772110 ST 31 Ibnu Hasim Lorong ujung tanjung 2 82,6 90 15 pipa (90 m) 15 2. ibu P 66 71 0,0024 2 44 365 16060 0,0035 77,088 1140260 6,76056E-05 0,019315895 hipertensi 4
31 98,703440 3,772110 ST 31 Ibnu Hasim Lorong ujung tanjung 2 82,6 90 15 pipa (90 m) 15 3. anak L 21 55 0,0024 2 25 365 9125 0,0035 43,8 501875 8,72727E-05 0,024935065 gatal-gatal 2
32 N 03.77203 ° 98,702800 3,772030 ST32 Rusdi Lorong ujung tanjung 2 22,8 90 15 pipa (90 m) 1,5 1. ayah L 46 50 0,0027 2 52 365 18980 0,0035 102,492 949000 0,000108 0,030857143 gatal-gatal 3
32 E 098. 70280 98,702800 3,772030 ST32 Rusdi Lorong ujung tanjung 2 22,8 90 15 pipa (90 m) 1,5 2. ibu P 50 91 0,0027 3 49 365 17885 0,0035 144,8685 1627535 8,9011E-05 0,025431711 Sesak Pernapasan 3
32 98,702800 3,772030 ST32 Rusdi Lorong ujung tanjung 2 22,8 90 15 pipa (90 m) 1,5 3. anak L 20 60 0,0027 2 25 365 9125 0,0035 49,275 547500 0,00009 0,025714286 Hb rendah 1
33 N 03. 77207° 98,703120 3,772070 ST33 Junaidi Lorong ujung tanjung 2 52,9 84 14 pipa (84 m) 10 1. ayah L 67 70 0,0013 2 21 365 7665 0,0035 19,929 536550 3,71429E-05 0,010612245 Batuk 3
33 E 098. 70312° 98,703120 3,772070 ST33 Junaidi Lorong ujung tanjung 2 52,9 84 14 pipa (84 m) 10 2. ibu P 65 91 0,0013 2 21 365 7665 0,0035 19,929 697515 2,85714E-05 0,008163265 Batuk 3
33 98,703120 3,772070 ST33 Junaidi Lorong ujung tanjung 2 52,9 84 14 pipa (84 m) 10 3. anak L 13 21 0,0013 2 21 365 7665 0,0035 19,929 160965 0,00012381 0,03537415 hipertensi 1
34 E 098. 70184° 98,701840 3,772550 ST 34 Sarah Lorong Ujung Tanjung Seberang 61,2 66 11 pipa (66 m) 6 2. ibu P 55 69 0,0032 2 40 365 14600 0,0035 93,44 1007400 9,27536E-05 0,026501035 demam 3
34 98,701840 3,772550 ST 34 Sarah Lorong Ujung Tanjung Seberang 61,2 66 11 pipa (66 m) 6 3. anak P 15 45 0,0032 1,5 28 365 10220 0,0035 49,056 459900 0,000106667 0,03047619 demam 1
35 N 03. 77247° 98,701270 3,772470 ST 35 Samsul Bahri Lorong Ujung Tanjung Seberang 46,3 90 15 pipa (90 m) 3 1. ayah L 55 62 0,0025 1,5 3 365 1095 0,0035 4,10625 67890 6,04839E-05 0,017281106 Pusing 4
35 E 098. 70127° 98,701270 3,772470 ST 35 Samsul Bahri Lorong Ujung Tanjung Seberang 46,3 90 15 pipa (90 m) 3 2. ibu P 50 56 0,0025 1,5 3 365 1095 0,0035 4,10625 61320 6,69643E-05 0,019132653 gatal-gatal 4

Universitas Sumatera Utara


35 98,701270 3,772470 ST 35 Samsul Bahri Lorong Ujung Tanjung Seberang 46,3 90 15 pipa (90 m) 3 3. anak L 16 38 0,0025 1 3 365 1095 0,0035 2,7375 41610 6,57895E-05 0,018796992 Diare 1
36 N 03. 77238° 98,701550 3,772380 ST 36 M.Yunus Lorong Ujung Tanjung Seberang 67,9 90 15 pipa (90 m) 2 1. ayah L 67 52 0,0023 2 17 365 6205 0,0035 28,543 322660 8,84615E-05 0,025274725 Diare 3
36 E 098. 70155° 98,701550 3,772380 ST 36 M.Yunus Lorong Ujung Tanjung Seberang 67,9 90 15 pipa (90 m) 2 2. ibu P 59 80 0,0023 2 17 365 6205 0,0035 28,543 496400 0,0000575 0,016428571 Pusing 3
36 98,701550 3,772380 ST 36 M.Yunus Lorong Ujung Tanjung Seberang 67,9 90 15 pipa (90 m) 2 3. anak L 23 38 0,0023 1 17 365 6205 0,0035 14,2715 235790 6,05263E-05 0,017293233 hipertensi 1
37 N 03. 77194° 98,701760 3,771940 ST 37 Herizal Lorong Ujung Tanjung Seberang 42,9 90 15 pipa (90 m) 1 1. ayah L 55 56 0,0017 1 11 365 4015 0,0035 6,8255 224840 3,03571E-05 0,008673469 Diare 3
37 E 098. 70176° 98,701760 3,771940 ST 37 Herizal Lorong Ujung Tanjung Seberang 42,9 90 15 pipa (90 m) 1 2. ibu P 50 62 0,0017 1 11 365 4015 0,0035 6,8255 248930 2,74194E-05 0,007834101 Pusing 3
37 98,701760 3,771940 ST 37 Herizal Lorong Ujung Tanjung Seberang 42,9 90 15 pipa (90 m) 1 3. anak L 25 25 0,0017 1 11 365 4015 0,0035 6,8255 100375 0,000068 0,019428571 Diare 1
38 N 03. 77173° 98,701360 3,771730 ST 38 Alubian Lorong Ujung Tanjung Seberang 79,4 78 13 pipa (78 m) 12 1. ayah L 67 50 0,0015 2 15 365 5475 0,0035 16,425 273750 0,00006 0,017142857 diare 5
38 E 098. 70136° 98,701360 3,771730 ST 38 Alubian Lorong Ujung Tanjung Seberang 79,4 78 13 pipa (78 m) 12 2. ibu P 65 58 0,0015 2 15 365 5475 0,0035 16,425 317550 5,17241E-05 0,014778325 gatal-gatal 5
38 98,701360 3,771730 ST 38 Alubian Lorong Ujung Tanjung Seberang 79,4 78 13 pipa (78 m) 12 3. anak L 34 25 0,0015 1 10 365 3650 0,0035 5,475 91250 0,00006 0,017142857 gatal-gatal 3
39 N 03. 77129° 98,701120 3,771290 ST 39 M.Rusni Lorong Ujung Tanjung Seberang 45,0 90 15 pipa (90 m) 10 1. ayah L 45 50 0,0037 2 39 365 14235 0,0035 105,339 711750 0,000148 0,042285714 Rematik 4
39 E 098. 70112° 98,701120 3,771290 ST 39 M.Rusni Lorong Ujung Tanjung Seberang 45,0 90 15 pipa (90 m) 10 2. ibu P 46 63 0,0037 2 32 365 11680 0,0035 86,432 735840 0,00011746 0,033560091 Sawan 3
39 98,701120 3,771290 ST 39 M.Rusni Lorong Ujung Tanjung Seberang 45,0 90 15 pipa (90 m) 10 3. anak L 11 20 0,0037 2 17 365 6205 0,0035 45,917 124100 0,00037 0,105714286 Pusing 1
40 N 03. 77138° 98,701640 3,771380 ST 40 M.Yani Lorong Ujung Tanjung Seberang 27,3 81 13,5 pipa (81 m) 3 1. ayah L 55 55 0,0033 1,5 13 365 4745 0,0035 23,48775 260975 0,00009 0,025714286 gatal-gatal 5
40 E 098. 70164° 98,701640 3,771380 ST 40 M.Yani Lorong Ujung Tanjung Seberang 27,3 81 13,5 pipa (81 m) 3 2. ibu P 50 92 0,0033 2 13 365 4745 0,0035 31,317 436540 7,17391E-05 0,020496894 Diare 4
40 98,701640 3,771380 ST 40 M.Yani Lorong Ujung Tanjung Seberang 27,3 81 13,5 pipa (81 m) 3 3. anak L 25 70 0,0033 2 13 365 4745 0,0035 31,317 332150 9,42857E-05 0,026938776 Pusing 1
41 E 098. 70381° 98,703810 3,773660 ST 41 Sisam Lorong Proyek 109,1 120 20 pipa (120 m) 6 2. ibu P 43 59 0,0029 2 26 365 9490 0,0035 55,042 559910 9,83051E-05 0,028087167 hipertensi 1
41 98,703810 3,773660 ST 41 Sisam Lorong Proyek 109,1 120 20 pipa (120 m) 6 3. anak L 16 45 0,0029 2 26 365 9490 0,0035 55,042 427050 0,000128889 0,036825397 Diare 1
42 N 03. 77233° 98,704730 3,772330 ST 42 Abdul Azis Gg Bana 1 131,9 111 18,5 pipa (111 m) 1 1. ayah L 55 50 0,0038 1 26 365 9490 0,0035 36,062 474500 0,000076 0,021714286 Pusing 2
42 E 098. 70473° 98,704730 3,772330 ST 42 Abdul Azis Gg Bana 1 131,9 111 18,5 pipa (111 m) 1 2. ibu P 50 57 0,0038 2 26 365 9490 0,0035 72,124 540930 0,000133333 0,038095238 hipertensi 3
42 98,704730 3,772330 ST 42 Abdul Azis Gg Bana 1 131,9 111 18,5 pipa (111 m) 1 3. anak P 25 53 0,0038 1 26 365 9490 0,0035 36,062 502970 7,16981E-05 0,020485175 Diare 1
43 N 03. 77263° 98,705180 3,772630 ST 43 Hasbullah Lorong Mesjid 112,8 78 13 pipa (78 m) 5 1. ayah L 55 55 0,0018 1,5 30 365 10950 0,0035 29,565 602250 4,90909E-05 0,014025974 demam 2
43 E 098. 70518° 98,705180 3,772630 ST 43 Hasbullah Lorong Mesjid 112,8 78 13 pipa (78 m) 5 2. ibu P 45 48 0,0018 1,5 30 365 10950 0,0035 29,565 525600 0,00005625 0,016071429 Rematik 2
43 98,705180 3,772630 ST 43 Hasbullah Lorong Mesjid 112,8 78 13 pipa (78 m) 5 3. anak L 11 23 0,0018 1,5 9 365 3285 0,0035 8,8695 75555 0,000117391 0,033540373 Diare 1
44 N 03. 77286 ° 98,705180 3,772860 ST 44 Hamdan Lorong Mesjid Gg.Iman 129,5 90 15 pipa (90 m) 20 1. ayah L 65 56 0,002 2 23 365 8395 0,0035 33,58 470120 7,14286E-05 0,020408163 Rematik 4
44 E 098. 70518° 98,705180 3,772860 ST 44 Hamdan Lorong Mesjid Gg.Iman 129,5 90 15 pipa (90 m) 20 2. ibu P 59 69 0,002 2 23 365 8395 0,0035 33,58 579255 5,7971E-05 0,016563147 Sawan 4
44 98,705180 3,772860 ST 44 Hamdan Lorong Mesjid Gg.Iman 129,5 90 15 pipa (90 m) 20 3. anak L 21 70 0,002 1,5 20 365 7300 0,0035 21,9 511000 4,28571E-05 0,012244898 Pusing 1
45 E 098. 70530° 98,705300 3,773280 ST 45 Supriani Lorong Proyek Gg Berjaya 146,8 90 15 pipa (90 m) 2 2. ibu P 37 42 0,0031 2 30 365 10950 0,0035 67,89 459900 0,000147619 0,042176871 Rematik 1
45 98,705300 3,773280 ST 45 Supriani Lorong Proyek Gg Berjaya 146,8 90 15 pipa (90 m) 2 3. anak L 18 49 0,0031 1 26 365 9490 0,0035 29,419 465010 6,32653E-05 0,018075802 Diare 1
46 N 03. 77294° 98,705730 3,772940 ST 46 Sulaiman Lorong Mesjid 84,1 120 20 pipa (120 m) 20 1. ayah L 55 56 0,0024 1 32 365 11680 0,0035 28,032 654080 4,28571E-05 0,012244898 Pusing 3
46 E 098. 70573° 98,705730 3,772940 ST 46 Sulaiman Lorong Mesjid 84,1 120 20 pipa (120 m) 20 2. ibu P 50 56 0,0024 1 32 365 11680 0,0035 28,032 654080 4,28571E-05 0,012244898 Pusing 3
46 98,705730 3,772940 ST 46 Sulaiman Lorong Mesjid 84,1 120 20 pipa (120 m) 20 3. anak L 25 34 0,0024 1 12 365 4380 0,0035 10,512 148920 7,05882E-05 0,020168067 0 1
47 N 03. 77330° 98,706060 3,773300 ST 47 Sihan Lorong Proyek 78,7 84 14 pipa (84 m) 12 1. ayah L 67 75 0,0041 2 49 365 17885 0,0035 146,657 1341375 0,000109333 0,031238095 0 3
47 E 098. 70606° 98,706060 3,773300 ST 47 Sihan Lorong Proyek 78,7 84 14 pipa (84 m) 12 2. ibu P 65 70 0,0041 1 49 365 17885 0,0035 73,3285 1251950 5,85714E-05 0,016734694 maag 4
47 98,706060 3,773300 ST 47 Sihan Lorong Proyek 78,7 84 14 pipa (84 m) 12 3. anak L 34 70 0,0041 2 31 365 11315 0,0035 92,783 792050 0,000117143 0,033469388 Hb rendah 2
48 N 03. 77358° 98,706470 3,773580 ST 48 Mustafah Lorong Proyek 62,3 90 15 pipa (90 m) 13 1. ayah L 37 45 0,003 1,5 13 365 4745 0,0035 21,3525 213525 0,0001 0,028571429 Batuk 3
48 E 098. 70647° 98,706470 3,773580 ST 48 Mustafah Lorong Proyek 62,3 90 15 pipa (90 m) 13 2. ibu P 35 59 0,003 1,5 13 365 4745 0,0035 21,3525 279955 7,62712E-05 0,021791768 Batuk 3
48 98,706470 3,773580 ST 48 Mustafah Lorong Proyek 62,3 90 15 pipa (90 m) 13 3. anak P 11 35 0,003 1,5 13 365 4745 0,0035 21,3525 166075 0,000128571 0,036734694 1
49 N 03. 77424° 98,706550 3,774240 ST 49 Ruslan Lorong ProyekGudang 98,7 72 12 pipa (72m) 3 1. ayah L 55 48 0,0027 2 3 365 1095 0,0035 5,913 52560 0,0001125 0,032142857 demam 3
49 E 098. 70655° 98,706550 3,774240 ST 49 Ruslan Lorong ProyekGudang 98,7 72 12 pipa (72m) 3 2. ibu P 50 59 0,0027 2 3 365 1095 0,0035 5,913 64605 9,15254E-05 0,026150121 demam 3
49 98,706550 3,774240 ST 49 Ruslan Lorong ProyekGudang 98,7 72 12 pipa (72m) 3 3. anak L 4 10 0,0028 1 3 365 1095 0,0035 3,066 10950 0,00028 0,08 Pusing 1
50 N 03. 77414° 98,706730 3,774140 ST 50 Erwin Lorong Proyek 73,2 84 14 pipa (84 m) 3 1. ayah L 45 50 0,0028 2 6 365 2190 0,0035 12,264 109500 0,000112 0,032 Diare 2
50 E 098. 70673° 98,706730 3,774140 ST 50 Erwin Lorong Proyek 73,2 84 14 pipa (84 m) 3 2. ibu P 46 70 0,0019 2 6 365 2190 0,0035 8,322 153300 5,42857E-05 0,015510204 2
50 98,706730 3,774140 ST 50 Erwin Lorong Proyek 73,2 84 14 pipa (84 m) 3 3. anak L 11 25 0,0019 2 6 365 2190 0,0035 8,322 54750 0,000152 0,043428571 Pusing 1
51 N 03. 77479° 98,705850 3,774790 ST 51 Mujilan Lorong Proyek 195,4 100 16,5 pipa (100 m) 1 1. ayah L 55 65 0,0019 2 40 365 14600 0,0035 55,48 949000 5,84615E-05 0,016703297 Diare 3
51 98,705850 3,774790 ST 51 Mujilan Lorong Proyek 195,4 100 16,5 pipa (100 m) 1 3. anak L 50 60 0,0027 2 28 365 10220 0,0035 55,188 613200 0,00009 0,025714286 3
52 N 03. 77392° 98,705560 3,773920 ST 52 Arman Lorong Proyek 166,1 84 14 pipa (84 m) 15 1. ayah L 67 70 0,0027 2 49 365 17885 0,0035 96,579 1251950 7,71429E-05 0,022040816 4
52 E 098. 70556° 98,705560 3,773920 ST 52 Arman Lorong Proyek 166,1 84 14 pipa (84 m) 15 2. ibu P 65 75 0,0012 2 45 365 16425 0,0035 39,42 1231875 0,000032 0,009142857 demam 4
52 98,705560 3,773920 ST 52 Arman Lorong Proyek 166,1 84 14 pipa (84 m) 15 3. anak L 34 60 0,0012 2 25 365 9125 0,0035 21,9 547500 0,00004 0,011428571 1
53 N 03.77618° 98,700650 3,776180 ST 53 Wak Keling Lorong 6 Veteran 128 96 16 pipa (96 m) 10 1. ayah L 56 60 0,0012 3 54 365 19710 0,0035 70,956 1182600 0,00006 0,017142857 2
53 98,700650 3,776180 ST 53 Wak Keling Lorong 6 Veteran 128 96 16 pipa (96 m) 10 3. anak P 32 60 0,003 2 20 365 7300 0,0035 43,8 438000 0,0001 0,028571429 Diare 1
54 N 03.77607° 98,700420 3,776070 ST 54 M.Sihotang Lorong 6 Veteran 100 144 12 pipa (144 m) 16 1. ayah L 55 80 0,003 2,5 16 365 5840 0,0035 43,8 467200 0,00009375 0,026785714 demam 2
54 E 098.70042° 98,700420 3,776070 ST 54 M.Sihotang Lorong 6 Veteran 100 144 12 pipa (144 m) 16 2. ibu P 50 60 0,002 1,5 16 365 5840 0,0035 17,52 350400 0,00005 0,014285714 Pusing 2
54 98,700420 3,776070 ST 54 M.Sihotang Lorong 6 Veteran 100 144 12 pipa (144 m) 16 3. anak L 25 31 0,002 1 12 365 4380 0,0035 8,76 135780 6,45161E-05 0,01843318 Diare 1
55 N 03.77591° 98,700330 3,775910 ST 55 S.Sihite Lorong 6 Veteran 85 84 14 pipa (84 m) 14 1. ayah L 67 57 0,002 3,5 45 365 16425 0,0035 114,975 936225 0,000122807 0,035087719 Pusing 3
55 98,700330 3,775910 ST 55 S.Sihite Lorong 6 Veteran 85 84 14 pipa (84 m) 14 3. anak L 23 25 0,001 1,5 10 365 3650 0,0035 5,475 91250 0,00006 0,017142857 demam 1
56 N 03.77549° 98,699940 3,775490 ST 56 S.Siregar Lorong 5 Veteran 22 96 16 pipa (96 m) 10 1. ayah L 34 80 0,001 2,5 42 365 15330 0,0035 38,325 1226400 0,00003125 0,008928571 Diare 2
56 E 098.69994° 98,699940 3,775490 ST 56 S.Siregar Lorong 5 Veteran 22 96 16 pipa (96 m) 10 2. ibu P 65 53 0,0007 2,5 20 365 7300 0,0035 12,775 386900 3,30189E-05 0,009433962 3
56 98,699940 3,775490 ST 56 S.Siregar Lorong 5 Veteran 22 96 16 pipa (96 m) 10 3. anak L 35 70 0,0007 2,5 17 365 6205 0,0035 10,85875 434350 0,000025 0,007142857 Pusing 1
57 E 098.70111° 98,701110 3,775920 ST 57 Op.Joik Lorong 5 Veteran 160 120 20 pipa (120 m) 5 2. ibu P 56 51 0,0017 2,5 54 365 19710 0,0035 83,7675 1005210 8,33333E-05 0,023809524 gatal-gatal 3
57 98,701110 3,775920 ST 57 Op.Joik Lorong 5 Veteran 160 120 20 pipa (120 m) 5 3. anak L 23 50 0,0017 2,5 17 365 6205 0,0035 26,37125 310250 0,000085 0,024285714 gatal-gatal 1
58 E 098.70618° 98,706180 3,776100 ST 58 Fatmah Lorong 5 Veteran 225 90 15 pipa (90 m) 10 2. ibu P 55 45 0,0014 1,5 38 365 13870 0,0035 29,127 624150 4,66667E-05 0,013333333 Rematik 3
58 98,706180 3,776100 ST 58 Fatmah Lorong 5 Veteran 225 90 15 pipa (90 m) 10 3. anak L 16 43 0,0014 1,5 20 365 7300 0,0035 15,33 313900 4,88372E-05 0,013953488 Sawan 1
59 N 03.77530° 98,700770 3,775300 ST 59 Ludrawan Lorong 4 Veteran 103 90 15 pipa (90 m) 10 1. ayah L 57 65 0,0014 2 2 365 730 0,0035 2,044 47450 4,30769E-05 0,012307692 Pusing 3
59 E 098.70077° 98,700770 3,775300 ST 59 Ludrawan Lorong 4 Veteran 103 90 15 pipa (90 m) 10 2. ibu P 55 43 0,002 1,5 2 365 730 0,0035 2,19 31390 6,97674E-05 0,019933555 gatal-gatal 3
60 N 03.77512° 98,700220 3,775120 ST 60 M.Sihombing Lorong 4 Veteran 40 90 15 pipa (90 m) 13 1. ayah L 65 94 0,002 2,5 25 365 9125 0,0035 45,625 857750 5,31915E-05 0,015197568 Diare 4
60 E 098.70022° 98,700220 3,775120 ST 60 M.Sihombing Lorong 4 Veteran 40 90 15 pipa (90 m) 13 2. ibu P 56 70 0,0019 1 25 365 9125 0,0035 17,3375 638750 2,71429E-05 0,007755102 Pusing 3
60 98,700220 3,775120 ST 60 M.Sihombing Lorong 4 Veteran 40 90 15 pipa (90 m) 13 3. anak L 16 45 0,0019 1,5 25 365 9125 0,0035 26,00625 410625 6,33333E-05 0,018095238 hipertensi 1
61 N 03.77498° 98,701100 3,774980 ST 61 Ramdan lorong 3 Veteran 130 90 15 pipa (90 m) 11 1. ayah L 45 59 0,0019 2,5 49 365 17885 0,0035 84,95375 1055215 8,05085E-05 0,023002421 Diare 2
61 E 098.70110° 98,701100 3,774980 ST 61 Ramdan lorong 3 Veteran 130 90 15 pipa (90 m) 11 2. ibu P 44 60 0,0012 2,5 29 365 10585 0,0035 31,755 635100 0,00005 0,014285714 Pusing 2
61 98,701100 3,774980 ST 61 Ramdan lorong 3 Veteran 130 90 15 pipa (90 m) 11 3. anak L 21 60 0,0012 2,5 21 365 7665 0,0035 22,995 459900 0,00005 0,014285714 hipertensi 1
62 N 03.77475° 98,700530 3,774750 ST 62 Feri Manalu lorong 3 Veteran 60 90 15 pipa (90 m) 3 1. ayah L 65 60 0,0012 2,5 20 365 7300 0,0035 21,9 438000 0,00005 0,014285714 Diare 4
62 E 098.70053° 98,700530 3,774750 ST 62 Feri Manalu lorong 3 Veteran 60 90 15 pipa (90 m) 3 2. ibu P 55 79 0,0016 2,5 41 365 14965 0,0035 59,86 1182235 5,06329E-05 0,014466546 demam 2
62 98,700530 3,774750 ST 62 Feri Manalu lorong 3 Veteran 60 90 15 pipa (90 m) 3 3. anak L 28 63 0,0016 1,5 19 365 6935 0,0035 16,644 436905 3,80952E-05 0,010884354 demam 1
63 N 03.77428° 98,700290 3,774280 ST 63 Wardin Lorong 2 Veteran 20 102 17 pipa (102 m) 7 1. ayah L 43 45 0,0016 2,5 50 365 18250 0,0035 73 821250 8,88889E-05 0,025396825 Diare 3
63 E 098.70029° 98,700290 3,774280 ST 63 Wardin Lorong 2 Veteran 20 102 17 pipa (102 m) 7 2. ibu P 42 52 0,0014 2,5 30 365 10950 0,0035 38,325 569400 6,73077E-05 0,019230769 Rematik 3
63 98,700290 3,774280 ST 63 Wardin Lorong 2 Veteran 20 102 17 pipa (102 m) 7 3. anak L 23 45 0,0014 2,5 18 365 6570 0,0035 22,995 295650 7,77778E-05 0,022222222 Sawan 1
64 N 03.77501° 98,702380 3,775010 ST 64 Sulaiman Lorong 2 Veteran 65 84 14 pipa (84 m) 15 1. ayah L 56 68 0,0014 2,5 40 365 14600 0,0035 51,1 992800 5,14706E-05 0,014705882 Pusing 3
64 98,702380 3,775010 ST 64 Sulaiman Lorong 2 Veteran 65 84 14 pipa (84 m) 15 3. anak L 18 50 0,0019 1,5 35 365 12775 0,0035 36,40875 638750 0,000057 0,016285714 gatal-gatal 1
65 N 03.77460° 98,702470 3,774600 ST 65 Ali Imran Lorong 1 Veteran 73 87 14,5 pipa (87 m) 10 1. ayah L 65 65 0,0019 1,5 55 365 20075 0,0035 57,21375 1304875 4,38462E-05 0,012527473 Diare 3
65 E 098.70247° 98,702470 3,774600 ST 65 Ali Imran Lorong 1 Veteran 73 87 14,5 pipa (87 m) 10 2. ibu P 54 58 0,0017 2 52 365 18980 0,0035 64,532 1100840 5,86207E-05 0,016748768 Pusing 4
65 98,702470 3,774600 ST 65 Ali Imran Lorong 1 Veteran 73 87 14,5 pipa (87 m) 10 3. anak L 30 70 0,0017 1,5 28 365 10220 0,0035 26,061 715400 3,64286E-05 0,010408163 Pusing 2
66 N 03.77425° 98,702520 3,774250 ST 66 Rusli Lorong Pertamina 30 90 15 pipa (90 m) 5 1. ayah L 45 58 0,0017 2 56 365 20440 0,0035 69,496 1185520 5,86207E-05 0,016748768 Diare 3
66 E 098.70252° 98,702520 3,774250 ST 66 Rusli Lorong Pertamina 30 90 15 pipa (90 m) 5 2. ibu P 44 54 0,0009 2 56 365 20440 0,0035 36,792 1103760 3,33333E-05 0,00952381 Pusing 2
66 98,702520 3,774250 ST 66 Rusli Lorong Pertamina 30 90 15 pipa (90 m) 5 3. anak L 16 47 0,0009 1,5 23 365 8395 0,0035 11,33325 394565 2,87234E-05 0,008206687 hipertensi 1
67 N 03.77198° 98,703930 3,771980 ST 67 Asmawia Lorong ujung tanjung 140 132 22 pipa (132 m) 6 1. ayah L 67 60 0,0009 1,5 55 365 20075 0,0035 27,10125 1204500 0,0000225 0,006428571 Diare 3
67 E 098.70393° 98,703930 3,771980 ST 67 Asmawia Lorong ujung tanjung 140 132 22 pipa (132 m) 6 2. ibu P 59 59 0,0014 2 49 365 17885 0,0035 50,078 1055215 4,74576E-05 0,013559322 Pusing 2
67 98,703930 3,771980 ST 67 Asmawia Lorong ujung tanjung 140 132 22 pipa (132 m) 6 3. anak L 23 40 0,0014 1,5 15 365 5475 0,0035 11,4975 219000 0,0000525 0,015 hipertensi 1
68 N 03.77073° 98,704350 3,770730 ST 68 Ridwan Lorong ujung tanjung 1 30 90 15 pipa (90 m) 1 1. ayah L 65 70 0,0014 1,5 65 365 23725 0,0035 49,8225 1660750 0,00003 0,008571429 Diare 3
68 E 098.70435° 98,704350 3,770730 ST 68 Ridwan Lorong ujung tanjung 1 30 90 15 pipa (90 m) 1 2. ibu P 61 55 0,0013 1,5 28 365 10220 0,0035 19,929 562100 3,54545E-05 0,01012987 demam 3
68 98,704350 3,770730 ST 68 Ridwan Lorong ujung tanjung 1 30 90 15 pipa (90 m) 1 3. anak L 34 60 0,0013 2 24 365 8760 0,0035 22,776 525600 4,33333E-05 0,012380952 demam 2
69 N 03.77089° 98,703870 3,770890 ST 69 Rustika Lorong ujung tanjung 1 40 90 15 pipa (90 m) 10 1. ayah L 46 80 0,0013 1,5 69 365 25185 0,0035 49,11075 2014800 0,000024375 0,006964286 Diare 1
69 E 098.70387° 98,703870 3,770890 ST 69 Rustika Lorong ujung tanjung 1 40 90 15 pipa (90 m) 10 2. ibu P 43 59 0,0015 1,5 30 365 10950 0,0035 24,6375 646050 3,81356E-05 0,010895884 Rematik 3
69 98,703870 3,770890 ST 69 Rustika Lorong ujung tanjung 1 40 90 15 pipa (90 m) 10 3. anak L 3 12 0,0015 2 3 365 1095 0,0035 3,285 13140 0,00025 0,071428571 Sawan 1
70 N 03.77139° 98,703530 3,771390 ST 70 Zakaria Lorong ujung tanjung 1 85 120 20 pipa (120 m) 20 1. ayah L 67 60 0,0015 1,5 58 365 21170 0,0035 47,6325 1270200 0,0000375 0,010714286 Pusing 4

Universitas Sumatera Utara


70 E 098.70353° 98,703530 3,771390 ST 70 Zakaria Lorong ujung tanjung 1 85 120 20 pipa (120 m) 20 2. ibu P 55 50 0,0017 1,5 31 365 11315 0,0035 28,85325 565750 0,000051 0,014571429 gatal-gatal 3
70 98,703530 3,771390 ST 70 Zakaria Lorong ujung tanjung 1 85 120 20 pipa (120 m) 20 3. anak L 23 20 0,0017 1 9 365 3285 0,0035 5,5845 65700 0,000085 0,024285714 Diare 1
71 N 03.77163° 98,703310 3,771630 ST 71 Naibel Harun Lorong ujung tanjung 1 110 108 18 pipa (108 m) 8 1. ayah L 45 60 0,0017 1,5 56 365 20440 0,0035 52,122 1226400 0,0000425 0,012142857 Pusing 2
71 E 098.70331° 98,703310 3,771630 ST 71 Naibel Harun Lorong ujung tanjung 1 110 108 18 pipa (108 m) 8 2. ibu P 44 60 0,0008 1,5 54 365 19710 0,0035 23,652 1182600 0,00002 0,005714286 Pusing 2
71 98,703310 3,771630 ST 71 Naibel Harun Lorong ujung tanjung 1 110 108 18 pipa (108 m) 8 3. anak L 17 45 0,0008 2 17 365 6205 0,0035 9,928 279225 3,55556E-05 0,01015873 Diare 2
72 N 03.77187° 98,703000 3,771870 ST 72 Fatalilah Lorong ujung tanjung 1 80 96 16 pipa (96 m) 6 1. ayah L 55 62 0,0008 1,5 45 365 16425 0,0035 19,71 1018350 1,93548E-05 0,005529954 Pusing 1
72 E 098.70300° 98,703000 3,771870 ST 72 Fatalilah Lorong ujung tanjung 1 80 96 16 pipa (96 m) 6 2. ibu P 50 80 0,0014 1,5 30 365 10950 0,0035 22,995 876000 0,00002625 0,0075 hipertensi 4
72 98,703000 3,771870 ST 72 Fatalilah Lorong ujung tanjung 1 80 96 16 pipa (96 m) 6 3. anak L 12 30 0,0014 1 10 365 3650 0,0035 5,11 109500 4,66667E-05 0,013333333 Diare 3
73 N 03.77117° 98,703330 3,771170 ST 73 Siyad Lorong ujung tanjung 1 72 90 15 pipa (90 m) 1 1. ayah L 65 65 0,0014 1 42 365 15330 0,0035 21,462 996450 2,15385E-05 0,006153846 Pusing 1
73 E 098.70333° 98,703330 3,771170 ST 73 Siyad Lorong ujung tanjung 1 72 90 15 pipa (90 m) 1 2. ibu P 50 55 0,0011 2 37 365 13505 0,0035 29,711 742775 0,00004 0,011428571 hipertensi 4
73 98,703330 3,771170 ST 73 Siyad Lorong ujung tanjung 1 72 90 15 pipa (90 m) 1 3. anak L 23 48 0,0011 2 18 365 6570 0,0035 14,454 315360 4,58333E-05 0,013095238 Diare 3
74 N 03.77058° 98,703540 3,770580 ST 74 Ahmad Ridwan Lorong ujung tanjung 1 15 96 16 pipa (96 m) 3 1. ayah L 66 65 0,0011 1,5 45 365 16425 0,0035 27,10125 1067625 2,53846E-05 0,007252747 demam 1
74 E 098.70354° 98,703540 3,770580 ST 74 Ahmad Ridwan Lorong ujung tanjung 1 15 96 16 pipa (96 m) 3 2. ibu P 59 70 0,0014 1,5 20 365 7300 0,0035 15,33 511000 0,00003 0,008571429 demam 3
74 98,703540 3,770580 ST 74 Ahmad Ridwan Lorong ujung tanjung 1 15 96 16 pipa (96 m) 3 3. anak P 18 35 0,0014 1 17 365 6205 0,0035 8,687 217175 0,00004 0,011428571 Diare 3
75 N 03.77133° 98,702610 3,771330 ST 75 Muhamad Nasir Lorong ujung tanjung 1 25 96 16 pipa (96 m) 9 1. ayah L 67 80 0,0014 5 49 365 17885 0,0035 125,195 1430800 0,0000875 0,025 Rematik 1
75 E 098.70261° 98,702610 3,771330 ST 75 Muhamad Nasir Lorong ujung tanjung 1 25 96 16 pipa (96 m) 9 2. ibu P 55 51 0,0017 3 45 365 16425 0,0035 83,7675 837675 0,0001 0,028571429 Sawan 3
75 98,702610 3,771330 ST 75 Muhamad Nasir Lorong ujung tanjung 1 25 96 16 pipa (96 m) 9 3. anak L 21 60 0,0017 2 19 365 6935 0,0035 23,579 416100 5,66667E-05 0,016190476 Pusing 1
76 N 03.77124° 98,702780 3,771240 ST 76 Aziadi Lorong ujung tanjung 1 45 96 16 pipa (96 m) 1 1. ayah L 56 58 0,0017 1,5 38 365 13870 0,0035 35,3685 804460 4,39655E-05 0,012561576 gatal-gatal 3
76 E 098.70278° 98,702780 3,771240 ST 76 Aziadi Lorong ujung tanjung 1 45 96 16 pipa (96 m) 1 2. ibu P 40 50 0,0018 1 32 365 11680 0,0035 21,024 584000 0,000036 0,010285714 Diare 2
76 98,702780 3,771240 ST 76 Aziadi Lorong ujung tanjung 1 45 96 16 pipa (96 m) 1 3. anak L 6 15 0,0018 1 6 365 2190 0,0035 3,942 32850 0,00012 0,034285714 Pusing 1
77 N 03.77149° 98,702380 3,771490 ST 77 Efendi Lorong ujung tanjung 1 15 96 16 pipa (96 m) 12 1. ayah L 67 50 0,0018 2 1,5 365 547,5 0,0035 1,971 27375 0,000072 0,020571429 Pusing 3
77 E 098.70238° 98,702380 3,771490 ST 77 Efendi Lorong ujung tanjung 1 15 96 16 pipa (96 m) 12 2. ibu P 59 60 0,0022 2 1,5 365 547,5 0,0035 2,409 32850 7,33333E-05 0,020952381 Diare 2
77 98,702380 3,771490 ST 77 Efendi Lorong ujung tanjung 1 15 96 16 pipa (96 m) 12 3. anak P 23 33 0,0022 2 1,5 365 547,5 0,0035 2,409 18067,5 0,000133333 0,038095238 Pusing 1
78 N 03.77572° 98,704960 3,775720 ST 78 Nardi E Pane Lorong 5 Umum 260 90 15 pipa (90 m) 20 1. ayah L 67 75 0,0022 2,5 14 365 5110 0,0035 28,105 383250 7,33333E-05 0,020952381 hipertensi 4
78 E 098.70496° 98,704960 3,775720 ST 78 Nardi E Pane Lorong 5 Umum 260 90 15 pipa (90 m) 20 2. ibu P 59 80 0,0027 2,5 14 365 5110 0,0035 34,4925 408800 0,000084375 0,024107143 Diare 5
78 98,704960 3,775720 ST 78 Nardi E Pane Lorong 5 Umum 260 90 15 pipa (90 m) 20 3. anak L 16 40 0,0027 2,5 14 365 5110 0,0035 34,4925 204400 0,00016875 0,048214286 Pusing 1
79 N 03.77502° 98,703350 3,775020 ST 79 Rusli Lorong 5 Umum 180 96 16 pipa (96 m) 20 1. ayah L 65 65 0,0027 1,5 70 365 25550 0,0035 103,4775 1660750 6,23077E-05 0,017802198 hipertensi 4
79 98,703350 3,775020 ST 79 Rusli Lorong 5 Umum 180 96 16 pipa (96 m) 20 3. anak L 34 70 0,003 2,5 41 365 14965 0,0035 112,2375 1047550 0,000107143 0,030612245 Diare 2
80 E 098.70424° 98,704240 3,775820 ST 80 Saddiah Lorong 4 Umum 310 96 16 pipa (96 m) 2 2. ibu P 55 82 0,0021 1 53 365 19345 0,0035 40,6245 1586290 2,56098E-05 0,007317073 demam 3
80 98,704240 3,775820 ST 80 Saddiah Lorong 4 Umum 310 96 16 pipa (96 m) 2 3. anak P 23 60 0,0021 1,5 25 365 9125 0,0035 28,74375 547500 0,0000525 0,015 demam 1
81 N 03.77626° 98,705590 3,776260 ST 81 Wamadi Lorong 4 Umum 275 180 30 pipa (180 m) 1 1. ayah L 65 70 0,0021 2 39 365 14235 0,0035 59,787 996450 0,00006 0,017142857 Diare 3
81 E 098.70559° 98,705590 3,776260 ST 81 Wamadi Lorong 4 Umum 275 180 30 pipa (180 m) 1 2. ibu P 61 52 0,0025 2 39 365 14235 0,0035 71,175 740220 9,61538E-05 0,027472527 Rematik 3
81 98,705590 3,776260 ST 81 Wamadi Lorong 4 Umum 275 180 30 pipa (180 m) 1 3. anak L 34 42 0,0025 1,5 20 365 7300 0,0035 27,375 306600 8,92857E-05 0,025510204 Sawan 2
82 N 03.77660° 98,705080 3,776600 ST 82 Rudi Lorong 3 Umum 330 75 12,5 pipa (75 m) 2 1. ayah L 63 54 0,0025 2,5 30 365 10950 0,0035 68,4375 591300 0,000115741 0,033068783 Pusing 4
82 E 098.70508° 98,705080 3,776600 ST 82 Rudi Lorong 3 Umum 330 75 12,5 pipa (75 m) 2 2. ibu P 61 55 0,002 2 30 365 10950 0,0035 43,8 602250 7,27273E-05 0,020779221 gatal-gatal 5
82 98,705080 3,776600 ST 82 Rudi Lorong 3 Umum 330 75 12,5 pipa (75 m) 2 3. anak L 34 40 0,002 1,5 13 365 4745 0,0035 14,235 189800 0,000075 0,021428571 Diare 2
83 N 03.77620° 98,703870 3,776200 ST 83 Pak Min Lorong 3 Umum 300 84 14 pipa (84 m) 11 1. ayah L 65 65 0,002 3,5 30 365 10950 0,0035 76,65 711750 0,000107692 0,030769231 Pusing 4
83 E 098.70387° 98,703870 3,776200 ST 83 Pak Min Lorong 3 Umum 300 84 14 pipa (84 m) 11 2. ibu P 55 65 0,0027 3,5 30 365 10950 0,0035 103,4775 711750 0,000145385 0,041538462 Pusing 4
83 98,703870 3,776200 ST 83 Pak Min Lorong 3 Umum 300 84 14 pipa (84 m) 11 3. anak L 34 68 0,0027 3,5 27 365 9855 0,0035 93,12975 670140 0,000138971 0,039705882 Diare 1
84 N 03.77717° 98,703700 3,777170 ST 84 Ahmad Sahun Lorong 1 Umum 372 120 20 pipa (120 m) 5 1. ayah L 67 58 0,0027 2 30 365 10950 0,0035 59,13 635100 9,31034E-05 0,026600985 Pusing 3
84 E 098.70370° 98,703700 3,777170 ST 84 Ahmad Sahun Lorong 1 Umum 372 120 20 pipa (120 m) 5 2. ibu P 59 60 0,004 2 30 365 10950 0,0035 87,6 657000 0,000133333 0,038095238 hipertensi 2
84 98,703700 3,777170 ST 84 Ahmad Sahun Lorong 1 Umum 372 120 20 pipa (120 m) 5 3. anak P 23 60 0,004 2 21 365 7665 0,0035 61,32 459900 0,000133333 0,038095238 Diare 1
85 E 098.70410° 98,704100 3,777360 ST 85 P.Siregar Lorong 1 Umum 410 96 16 pipa (96 m) 20 2. ibu P 56 43 0,0045 1,5 20 365 7300 0,0035 49,275 313900 0,000156977 0,044850498 Pusing 3
85 98,704100 3,777360 ST 85 P.Siregar Lorong 1 Umum 410 96 16 pipa (96 m) 20 3. anak L 25 50 0,0045 2 18 365 6570 0,0035 59,13 328500 0,00018 0,051428571 hipertensi 1
86 N 03.77757° 98,703720 3,777570 ST 86 Ali I. Bangun lingkungan 1 412 78 13 pipa (78 m) 20 1. ayah L 63 75 0,0045 2 32 365 11680 0,0035 105,12 876000 0,00012 0,034285714 Diare 3
86 E 098.70372° 98,703720 3,777570 ST 86 Ali I. Bangun lingkungan 1 412 78 13 pipa (78 m) 20 2. ibu P 59 55 0,0045 2 32 365 11680 0,0035 105,12 642400 0,000163636 0,046753247 demam 4
86 98,703720 3,777570 ST 86 Ali I. Bangun lingkungan 1 412 78 13 pipa (78 m) 20 3. anak L 23 25 0,0045 1,5 10 365 3650 0,0035 24,6375 91250 0,00027 0,077142857 demam 1
87 N 03.77771° 98,704370 3,777710 ST 87 Bisker Siregar Lingkungan 12 462 84 14 pipa (84 m) 20 1. ayah L 65 63 0,0045 3 20 365 7300 0,0035 98,55 459900 0,000214286 0,06122449 Diare 4
87 E 098.70437° 98,704370 3,777710 ST 87 Bisker Siregar Lingkungan 12 462 84 14 pipa (84 m) 20 2. ibu P 56 72 0,0042 3 20 365 7300 0,0035 91,98 525600 0,000175 0,05 Rematik 4
87 98,704370 3,777710 ST 87 Bisker Siregar Lingkungan 12 462 84 14 pipa (84 m) 20 3. anak L 31 60 0,0042 3 20 365 7300 0,0035 91,98 438000 0,00021 0,06 Sawan 2
88 N 03.77717° 98,705940 3,777170 ST 88 Sihombing Lingkungan 12 305 90 15 pipa (90 m) 6 1. ayah L 65 73 0,0042 3 6 365 2190 0,0035 27,594 159870 0,000172603 0,049315068 Pusing 4
88 E 098.70594° 98,705940 3,777170 ST 88 Sihombing Lingkungan 12 305 90 15 pipa (90 m) 6 2. ibu P 57 50 0,003 1,5 6 365 2190 0,0035 9,855 109500 0,00009 0,025714286 gatal-gatal 4
88 98,705940 3,777170 ST 88 Sihombing Lingkungan 12 305 90 15 pipa (90 m) 6 3. anak P 31 20 0,003 1,5 6 365 2190 0,0035 9,855 43800 0,000225 0,064285714 Diare 1
89 N 03.77845° 98,705650 3,778450 ST 89 P.liyah Lingkungan 12 425 90 15 pipa (90 m) 15 1. ayah L 45 70 0,003 1,5 15 365 5475 0,0035 24,6375 383250 6,42857E-05 0,018367347 Pusing 2
89 E 098.70565° 98,705650 3,778450 ST 89 P.liyah Lingkungan 12 425 90 15 pipa (90 m) 15 2. ibu P 41 60 0,003 2 15 365 5475 0,0035 32,85 328500 0,0001 0,028571429 Pusing 2
89 98,705650 3,778450 ST 89 P.liyah Lingkungan 12 425 90 15 pipa (90 m) 15 3. anak L 10 16 0,003 1,5 2 365 730 0,0035 3,285 11680 0,00028125 0,080357143 Diare 1
90 N 03.78569° 98,694530 3,785690 ST 90 PELINDO PELINDO 80 220 25 pipa (150m) 20 1. ayah L 56 56 0,0035 3,5 15 365 5475 0,0035 67,06875 306600 0,00021875 0,0625 Pusing 3
90 E 098.69453° 98,694530 3,785690 ST 90 PELINDO PELINDO 80 220 25 pipa (150m) 20 2. ibu P 61 50 0,0035 4 15 365 5475 0,0035 76,65 273750 0,00028 0,08 hipertensi 4
90 98,694530 3,785690 ST 90 PELINDO PELINDO 80 220 25 pipa (150m) 20 3. anak L 32 34 0,0035 3 15 365 5475 0,0035 57,4875 186150 0,000308824 0,088235294 Diare 1
91 N 03.78239° 98,681500 3,782390 ST 91 PELINDO PELINDO 235 220 25 pipa (150m) 25 1. ayah L 67 65 0,0041 4 20 365 7300 0,0035 119,72 474500 0,000252308 0,072087912 Pusing 3
91 E 098.68150° 98,681500 3,782390 ST 91 PELINDO PELINDO 235 220 25 pipa (150m) 25 2. ibu P 56 61 0,0041 3 20 365 7300 0,0035 89,79 445300 0,000201639 0,057611241 hipertensi 5
91 98,681500 3,782390 ST 91 PELINDO PELINDO 235 220 25 pipa (150m) 25 3. anak P 34 30 0,0041 4 20 365 7300 0,0035 119,72 219000 0,000546667 0,156190476 Diare 1
92 N 03.78322° 98,699460 3,783220 ST 92 PELINDO PELINDO 60 220 25 pipa (150m) 15 1. ayah L 65 67 0,0044 3 14 365 5110 0,0035 67,452 342370 0,000197015 0,056289979 demam 3
92 E 098.69946° 98,699460 3,783220 ST 92 PELINDO PELINDO 60 220 25 pipa (150m) 15 2. ibu P 54 60 0,0044 2 14 365 5110 0,0035 44,968 306600 0,000146667 0,041904762 demam 1
92 98,699460 3,783220 ST 92 PELINDO PELINDO 60 220 25 pipa (150m) 15 3. anak P 23 32 0,0044 2,5 14 365 5110 0,0035 56,21 163520 0,00034375 0,098214286 Rematik 1

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai