SKRIPSI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Teknik Bidang Ilmu dan Teknologi Lingkungan pada
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
Oleh:
ANNISA NURUL FAHMI
NIM 080810258
Disetujui oleh :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga,
ii
Judul
Penyusun
Nomor Induk
Program Studi
Pembimbing I
Pembimbing II
Disetujui oleh :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga,
iii
iv
KATA PENGANTAR
Ibu Dr. Alfiah Hayati selaku Ketua Departemen Biologi FST Unair
Bapak Prof. Dr. Ir. Agoes Soegianto, DEA selaku Ketua Program Studi Ilmu
dan Teknologi Lingkungan
3. Bapak Drs. Trisnadi Widyaleksono C.P., M.Si. selaku dosen pembimbing I
yang telah banyak membantu memberi arahan, koreksi, dan saran
4. Ibu Nur Indradewi Oktavitri, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II yang
telah banyak membantu memberikan arahan, koreksi, saran, dan semangat
5. Ibu Nita Citrasari, S.Si., M.T. selaku dosen penguji III yang telah banyak
memberikan koreksi dan saran
6. Ibu Tri Nurhariyati, S.Si., M.Kes selaku dosen penguji IV yang telah banyak
memberi koreksi dan saran
7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Airlangga
8. Keluarga tercinta, ibuku, bapakku, adikku serta seluruh saudaraku yang tidak
henti-hentinya memberikan dukungan baik spiritual maupun material
9. Rekan-rekan seperjuangan di ITL-01 atas doa, dukungan dan spiritnya
10. Anika Nabila, Dwi Retno, Risvy Valentine, Widhianti Manika, Whidiastri
Hardini, dan Zulva An Nauva yang selalu ada dalam suka dan duka
11. Moch. Arif Rahman dan keluarga atas doa, dukungan dan perhatiannya
12. semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu kami selama ini.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi debit terhadap
konsentrasi besi dan mangan pada air sumur dengan saringan pasir aktif.
Penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa variasi debit sedangkan
variabel terikatnya adalah konsentrasi Fe dan Mn. Tiga macam variasi debit
digunakan dalam penelitian ini yaitu, 15 ml/menit, 30 ml/menit, dan 60 ml/menit.
Ketinggian media pasir aktif berukuran sama yaitu, 110 cm dan pengaktifan
media pasir menggunakan KMnO4. Analisis data menggunakan analisis deskriptif
dengan Indeks Canberra dilanjutkan dengan analisis group average clustering
method. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin kecil debit akan
menunjukkan penurunan konsentrasi Fe dan Mn pada saringan pasir aktif.
Persentase penurunan konsentrasi Fe pada debit 15 ml/menit, 30 ml/menit, dan 60
ml/menit secara berturut-turut adalah 53,98%; 53,48%; 45,39%. Sedangkan
penurunan konsentrasi Mn pada debit 15 ml/menit, 30 ml/menit, dan 60 ml/menit
secara berturut-turut adalah 97,29%; 96,91%; 88,96%. Berdasarkan hasil analisis
deskriptif diketahui bahwa debit 15 ml/menit memberikan efek penurunan paling
besar dalam penurunan konsentrasi Mn.
Kata kunci: debit, penurunan konsentrasi Fe dan Mn, saringan pasir aktif.
vii
Fahmi, A. N., 2012. The influenced of flowrate variance in removal of Iron and
manganese from groundwater using activated sand filtration technique. This
script was guidance by Drs. Trisnadi Widyaleksono C.P., M.Si. and Nur
Indradewi Oktavitri, S.T., M.T. Environmental Science and Technology,
Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Airlangga University.
ABSTRACT
The aims of this research were to determine the influenced of flowrate variance in
removal of iron (Fe) and manganese (Mn) from groundwater used activated sand
filtration technique. This research used independent variable was variance of
flowrate and dependent variable were removal of Fe and Mn. The three variance
of flowrate which were used in this research were 15 ml/minute, 30 ml/minute,
and 60 ml/minute. The thickness of activated sand was 110 cm for all the three of
flowrate variance and KMnO4 was used for activating the sand media. To analyze
data used desciptive analysis with Canberra Matrix and Group Average
Clustering Methods. The result of this research was the decreasing of flowrate
would eliminated Fe and Mn. Efficiency removal of Fe with the variance of
flowrate 15 ml/minute, 30 ml/minute, and 60 ml/minute respectively were 53.98%;
53.48%; 45.39%. Efficiency removal of Mn with the variance of flowrate 15
ml/minute, 30 ml/minute, and 60 ml/minute respectively were 97.29%; 96.91%;
88.96%. Based on the result of descriptive analysis was flowrate 15 ml/minute
showed the best effect to remove Mn.
Key word: activated sand filtration, flowrate, removal of Fe and Mn
viii
DAFTAR ISI
JUDUL ...
LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...
LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI .....................................
KATA PENGANTAR ...
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
ABSTRAK ....................................................................................................
ABSTRACT ..................................................................................................
DAFTAR ISI ..
DAFTAR GAMBAR .........
DAFTAR TABEL ..
DAFTAR LAMPIRAN ..
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah ..
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan ..................................................................................
1.3.2 Manfaat ................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Tanah
2.2 Logam Berat
2.2.1 Tinjauan umum tentang logam berat ....................................
2.2.2 Besi
2.2.2.1 Besi dalam air ....................................................................
2.2.2.2 Dampak besi terhadap kesehatan ......................................
2.2.3 Mangan
2.2.3.1 Mangan dalam air ......
2.2.3.2 Dampak mangan terhadap kesehatan
2.3 Metode Pengolahan Besi dan Mangan ...
2.4 Saringan Pasir Aktif ...
2.5 Mekanisme Filtrasi .
2.6 Aerasi ..
2.7 Debit Aliran
2.8 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) .
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat penelitian .
3.1.2 Waktu penelitian ..
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1 Alat penelitian ..
3.2.2 Bahan penelitian ...
3.3 Cara Kerja ...
ix
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xii
xiii
1
3
4
4
5
6
7
9
10
10
11
14
15
18
19
21
25
25
26
27
27
29
29
29
30
32
33
34
36
39
40
40
42
45
47
51
61
62
65
74
76
79
80
81
84
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1
2.2
2.3
2.4
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
8
21
23
24
28
30
31
37
39
43
45
49
53
63
67
4.8
xi
75
77
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
3.1
3.2
4.1
4.2
36
38
46
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
xii
47
51
58
61
62
66
71
74
76
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
1
2
Jurnal Ilmiah
Hasil Pengukuran pH Sebelum dan Sesudah Melewati Saringan
Pasir Aktif
Hasil Pengukuran Suhu Sebelum dan Sesudah Melewati Saringan
Pasir Aktif
Perhitungan Indeks Canberra
Gambar Alat
Gambar Persiapan Media
3
4
5
6
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Besi (Fe) dan mangan (Mn) merupakan contoh logam esensial. Logam
esensial adalah logam yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek racun (Khasanah, 2009). Besi dibutuhkan oleh tubuh salah
satunya untuk pembentukan hemoglobin sedangkan mangan dibutuhkan tubuh
untuk membantu menghasilkan enzim untuk metabolisme tubuh (Joko, 2010).
Dalam jumlah yang besar, besi dan mangan dapat mengakibatkan rusaknya
dinding usus serta dapat menimbulkan gejala susunan syaraf (Slamet, 2007 dalam
Yuanita, 2009).
Terkait permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan upaya penyediaan
sistem alat pengolah skala rumah tangga yang dapat mereduksi konsentrasi Fe dan
Mn pada air sumur sehingga memenuhi standar yang berlaku. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan
kualitas air minum, konsentrasi Fe maksimum untuk air minum adalah 0,3 mg/lt
dan konsentrasi Mn maksimum adalah 0,4 mg/lt (Anonim, 2010). Penyediaan
sistem alat pengolah ini perlu disesuaikan dengan kondisi sumber air baku,
kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan SDM setempat (Sari dan Nieke, 2010).
Salah satu sistem alat pengolah yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan aerator kemudian diteruskan dengan saringan pasir aktif. Sistem ini
memiliki desain yang sederhana dan tidak memerlukan investasi yang mahal
dalam pembuatannya sehingga cocok untuk diaplikasikan dalam skala rumah
tangga.
Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam kondisi anaerob (anoksik) dan suasana asam (Cole, 1988 dalam Effendi,
2003). Bentuk besi di dalam air digambarkan pada Gambar 2.1.
Besi Total
Besi II (Ferro)
Bentuk
kompleks
Bebas
Endapan:
1. FeS2
2. FeCO3
3. Fe(OH)2
Terlarut:
1. Fe2+
2. Fe(OH)+
Kompleks
mineral :
1. Silikat
2. Fofat
Kompleks
organik :
1. Asam humus
2. Asam fulfik
Bebas
Kompleks
mineral :
1. Silikat
2. Fofat
mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe 3+. Pada pH 6-8 Fe3+ sulit
larut, bahkan dapat menjadi ferihidroksida Fe(OH)3, atau salah satu jenis oksida
yang merupakan zat padat dan dapat mengendap (Alaerts dan Santika, 1984).
Prinsip penurunan kadar besi adalah proses oksidasi dan pengendapan.
Penurunan kadar besi dalam air pada hakikatnya mengubah dari bentuk yang larut
dalam air menjadi yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, hasil dari reaksi
oksidasi ini selalu menghasilkan endapan. Mengingat hal ini, dalam penerapannya
biasanya disertai penyaringan. Proses penyaringan ini dilakukan apabila kadar
besi lebih rendah dari 5 mg/l (Joko, 2010).
2.2.2.2 Dampak besi (Fe) terhadap kesehatan
Sebenarnya zat Fe dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin.
Perkiraan minimum kebutuhan harian besi tergantung pada usia, jenis kelamin,
status fisik, dan metabolisme tubuh. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang
diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan
tubuh manusia tidak dapat mengekskresi Fe sehingga bagi mereka yang sering
mendapatkan transfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe.
Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila
dikonsumsi. Selain itu, dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kadar Fe
yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit.
Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau
seperti telur busuk (Joko, 2010).
10
2.2.3 Mangan
2.2.3.1 Mangan dalam air
Pada tabel periodik unsur kimia, Mangan memiliki lambang Mn dengan
nomor atom 25 dan termasuk dalam golongan VIIB dan periode 4. Mangan (Mn)
adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi.
Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Pada
perairan dengan kondisi anaerob akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar
yang tinggi, Mn4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami reduksi menjadi
Mn2+ yang bersifat larut. Mn2+ berikatan dengan nitrit, sulfat, klorida, dan larut
dalam air. Jika perairan kembali mendapat cukup aerasi, Mn2+ mengalami
reoksidasi membentuk Mn4+ yang selanjutnya mengalami presipitasi dan
mengendap di dasar perairan (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003).
Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/l atau kurang. Kadar
yang lebih besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam.
Perairan asam dapat mengandung mangan sekitar 10-150 mg/l/, perairan laut
mengandung mangan sekitar 0,002 mg/l (McNeely dkk., 1979 dalam Effendi,
2003).
2.2.3.2 Dampak mangan (Mn) terhadap kesehatan
Mangan merupakan nutrien renik yang esensial bagi tumbuhan dan hewan.
Logam ini berperan dalam pertumbuhan dan merupakan salah satu komponen
penting pada sistem enzim. Defisiensi mangan dapat mengakibatkan pertumbuhan
terhambat, serta sistem syaraf dan proses reproduksi terganggu. Pada tumbuhan,
mangan merupakan unsur esensial dalam proses metabolisme (Effendi, 2003).
11
Dalam jumlah yang kecil (< 0,5 mg/l), mangan (Mn) dalam air tidak
menimbulkan gangguan kesehatan, melainkan bermanfaat dalam menjaga
kesehatan otak dan tulang, berperan dalam pertumbuhan rambut dan kuku, serta
membantu menghasilkan enzim untuk metabolisme tubuh untuk mengubah
karbohidrat dan protein membentuk energi yang akan digunakan. Mangan tersebar
di seluruh jaringan tubuh. Konsentrasi mangan tertinggi terdapat di hati, kelenjar
tiroid, pituitari, pankreas, ginjal, dan tulang. Jumlah pemasukan harian sampai
saat ini belum dapat ditentukan secara pasti, meskipun demikian, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa jumlah minimal sekitar 2,5 hingga 7 mg per hari
dapat mencukupi kebutuhan manusia (Anonimous, 2010 dalam Yuanita, 2009).
Dalam jumlah yang besar (> 5 mg/l), mangan (Mn) dalam air minum
bersifat neurotoksik. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf, insomnia,
kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku,
dan muka tampak seperti topeng/mask (Slamet, 2007 dalam Yuanita 2009).
12
(1)
13
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
14
15
16
a. Mechanical straining
Mechanical straining merupakan proses penyaringan partikel tersuspensi
yang terlalu besar untuk dapat lolos melalui ruang antara butiran media. Proses ini
terjadi di permukaan filter dan tidak bergantung pada kecepatan filtrasi. Clogging
pada unit filter akan mengurangi porositas media sehingga secara teoritis dengan
bertambahnya waktu akan meningkatkan headloss pada filter.
b. Sedimentasi
Pada proses ini partikel dari bahan tersuspensi yang ukurannya lebih halus
daripada antar media akan mengendap biasa. Pada prinsipnya semua butiran
media dapat menjadi tempat pengendapan ini. Seiring dengan waktu, endapan
partikel dari bahan tersuspensi ini akan mengurangi ukuran efektif pori antar
media dan kecepatan aliran akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan proses
pengendapan yang telah terbentuk membawanya serta kebagian filter bed yang
lebih dalam. Akhirnya bahan tersuspensi tersebut akan keluar bersama efluen. Ini
pertanda filter perlu dicuci.
c. Adsorpsi
Prinsip proses ini adalah akibat adanya perbedaan muatan antara
permukaan butiran dengan partikel tersuspensi yang ada di sekitarnya sehingga
terjadi gaya tarik-menarik. Adsorpsi memegang peranan penting dalam proses
filtrasi karena akan menghilangkan partikel yang lebih kecil daripada partikel
tersuspensi seperti partikel koloid dan partikel pengotor di sekitarnya. Partikel
koloid yang berasal dari organik umumnya bermuatan negatif tidak akan
teradsorpsi pada saat filter masih bersih dan baru beroperasi. Setelah filtrasi dan
17
banyak partikel bermuatan positif yang tertahan di butiran partikel, filter menjadi
terlalu jenuh dan bermuatan positif. Semakin lama gaya penyebab adsorpsi
menjadi menurun kekuatannya yang diakibatkan karena semakin tebalnya kotoran
yang menempel di permukaan filter, begitu pula dengan efisiensi filter juga ikut
turun sehingga hal ini mengakibatkan banyak kotoran yang melewati filter begitu
saja sehingga kualitas efluen menurun dan diperlukan backwash.
d. Aktifitas Kimia
Aktifitas kimia merupakan proses dimana partikel yang terlarut diuraikan
menjadi substansi sederhana dan tidak berbahaya atau diubah menjadi partikel
tidak terlarut sehingga dapat dihilangkan dengan proses penyaringan, sedimentasi,
dan adsorpsi pada media berikutnya.
e. Aktifitas Biologi
Aktifitas biologi merupakan proses yang disebabkan oleh aktifitas
mikroorganisme yang hidup di dalam filter.
Dalam proses filtrasi juga terjadi reaksi kimia dan fisika sehingga banyak
faktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi kualitas hasil filtrasi,
efisiensi proses dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Debit Filtrasi
Debit filtrasi dengan kondisi media yang ada akan mempengaruhi hasil
filtrasi. Seringkali debit yang terlalu besar menyebabkan tidak berfungsinya filter
secara efisien. Dengan adanya aliran yang terlalu cepat dalam melewati ruang pori
di antara butiran media akan menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara
18
permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring sehingga
proses filtrasi tidak dapat terjadi sempurna.
b. Kedalaman, ukuran, dan jenis media
Partikel tersuspensi yang terdapat pada influen akan tertahan pada
permukaan filter karena adanya mekanisme filtrasi (straining). Oleh karena itu,
efisiensi filter merupakan fungsi karakteristik fisik dari filter bed yang meliputi
porositas dan rasio kedalaman media terhadap ukuran media. Tebal tidaknya
media akan mempengaruhi lama pengaliran dan besarnya daya saring. Demikian
pula dengan ukuran (diameter) butiran media baik komposisi, proporsi maupun
bentuk dan susunan diameter butiran berpengaruh pada porositas, rate filtration,
serta daya saring.
c. Kualitas air limbah
Kualitas air limbah akan mempengaruhi efisiensi filtrasi, khususnya
kekeruhan. Kekeruhan yang terlalu tinggi akan menyebabkan ruang pori antara
butiran media cepat tersumbat. Oleh karena itu, dalam melakukan filtrasi harus
dibatasi kandungan kekeruhan dari air limbah yang akan diolah.
2.6 Aerasi
Aerasi merupakan proses pengolahan air dengan cara mengontakkan
dengan udara. Aerasi secara luas telah digunakan untuk pengolahan air yang
mempunyai kandungan besi dan mangan terlarut tinggi (mengurangi kandungan
zat padat terlarut). Lebih jauh, aerasi adalah pencampuran udara dengan air
sehingga terjadi perubahan konsentrasi zat-zat yang mudah menguap di dalam air.
19
Aerasi dilakukan untuk menambah jumlah oksigen terlarut dalam air. Dengan
tersedianya oksigen terlarut dapat meningkatkan karakteristik fisik dan kimia air,
keadaan ini dapat dilihat dari bertambahnya oksigen, dan atau berkurangnya
konsentrasi zat-zat yang mudah menguap (Joko, 2010).
Proses aerasi pada dasarnya adalah untuk memberikan oksigen ke dalam
air atau meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air, diantaranya
bertujuan untuk (Joko, 2010):
1. Perpindahan gas (gas transfer), proses ini terjadi pada:
a. Menghilangkan CO2 yang terlarut dalam air, dengan cara melepaskan CO2
ke udara, dengan proses ini sekaligus menaikkan pH air.
b. Menghilangkan gas amoniak (NH3); H2S dengan kondisi tertentu.
2. Proses oksidasi, contoh pada proses penghilangan besi dan mangan terlarut
menjadi besi endapan (tersuspensi halus), dengan jalan oksidasi dengan
oksigen.
20
(7)
21
Mn lebih banyak dikarenakan dalam debit kecil waktu kontak air dalam media
lebih lama.
merupakan
suatu
metode
analisis
kuantitatif
yang
22
23
lembam pada tekanan rendah. Ketika diberikan potensial listrik maka muatan
positif ion gas akan menumbuk katoda sehingga tejadi pemancaran spektrum garis
logam yang bersangkutan (Anshori, 2005).
24
Untuk menambah kinerja alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada
instrumen utama maupun pada alat bantu lain seperti autosampler (Anshori,
2005).
25
BAB III
METODE PENELITIAN
sebagai
tempat
penelitian
adalah
sebagai berikut:
1. Sumur gali milik umum di Jalan Mulyorejo Utara gang III Surabaya, sebagai
titik pengambilan sampel air sumur.
2. Laboratorium basah Universitas Airlangga, merupakan tempat penelitian, yaitu
unit saringan pasir aktif.
3. Laboratorium Instrumen Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
sebagai tempat untuk menganalisis sampel air sumur untuk mengetahui
konsentrasi besi (Fe) dan mangan (Mn) dari air sumur gali.
3.1.2 Waktu penelitian
Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu dari bulan Februari
2012-April 2012 yang meliputi kegiatan persiapan alat dan bahan, perakitan
reaktor, pengoperasian reaktor, dan analisis data.
25
26
yang
digunakan
untuk
analisis
uji
besi
(Fe)
adalah
27
28
Studi Literatur
1.
2.
3.
4.
: Debit aliran
: Konsentrasi besi (Fe) dan mangan (Mn)
: Ketinggian media dan jenis media
Pelaksanaan Penelitian
1. Pengoperasian saringan pasir aktif secara kontinyu dengan variasi debit 15
ml/menit; 30 ml/menit; dan 60 ml/menit
2. Pengecekan parameter besi (Fe) dan mangan (Mn) pada influen dan efluen
3. Analisis parameter Fe dan Mn pada influen dan efluen pada jam ke-0, 16,
24, dan 40
Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
29
30
Underdrain 20 cm
5 cm
Gambar 3.2 Reaktor Uji
31
Aerator
Media Pasir
Aktif
Reservoir
Media
Pasir
Aktif
Media
Pasir
Aktif
Pompa
110 cm
20 cm
Underdrain
Bak Efluen
20 cm
10 cm
32
B. Pemasangan tanki/reservoir
Dalam pemasangan tanki/reservoir agar dapat mengalirkan air ke dalam
tabung saringan adalah dengan dipasang pompa celup untuk menaikkan air ke
dalam tabung saringan (head pompa 3 m) selanjutnya dibuat 1 buah pipa menuju
ke atas untuk mengalirkan air yang kemudian bercabang 3 menuju tabung
saringan pasir aktif. Pada ujung 3 buah pipa tersebut dipasang kran ukuran
yang berfungsi untuk mengalirkan air masuk ke dalam saringan pasir aktif
kemudian atur debit aliran (sesuai variasi debit yang telah ditentukan, dalam
ml/menit) pada ke-3 buah kran tersebut dan kunci arah putaran kran agar aliran
yang keluar stabil.
3.3.4.2 Pembuatan media saringan pasir aktif
A. Pencucian pasir silika
Pencucian pasir silika dapat dilakukan dengan memasukkan pasir ke dalam
wadah/toples plastik, dialiri air bersih sambil diaduk-aduk. Tandanya pasir sudah
bersih adalah apabila air bekas untuk mencuci kelihatan jernih kemudian pasir
silika ditiriskan dan dijemur hingga kering.
B. Mempersiapkan media pasir aktif
Pasir silika yang telah kering dicuci kembali dalam air yang tidak
mengalir, tetapi air pencuci dibubuhi dengan kalium permanganat (KMnO4)
sebanyak 1-5 gr/l dan diaduk-aduk selama kurang lebih 15 menit kemudian
dibiarkan terendam kurang lebih 24 jam (Suparmin, 1999). Pencucian dengan
KMnO4 selain untuk aktivasi juga untuk menghilangkan besi (Fe) pada air
pencuci. Apabila larutan KMnO4 yang terdapat dalam bak pencuci berwarna
33
coklat hitam, maka harus dibuang dan diganti dengan larutan baru setelah
direndam. Dicuci kembali dengan air mengalir sampai warna ungu pada air bekas
cucian hilang. Pasir ditiriskan kembali dan dijemur agar benar-benar kering.
Kemudian untuk aktivasi media maka pasir silika yang telah kering dimasukkan
ke dalam furnace dengan suhu 500o C selama 1 jam kemudian di oven dengan
suhu 105o C selama 1 jam. Setelah kondisi pasir sudah tidak panas maka siap
dimasukkan ke dalam kolom saringan.
Dalam penelitian ini pasir silika yang harus diambil dan direndam dengan
larutan KMnO4 sebanyak 6,6 liter dengan volume setiap tabung 2,2 liter.
Menyiapkan 2,2 liter larutan KMnO4 yang dibuat dengan cara melarutkan 5 gram
kristal
KMnO4 dalam 2,2 liter aquades pada proses perendaman untuk setiap tabung.
Setelah melewati proses seperti di atas, pasir silika kering yang sudah direndam
dengan KMnO4 dimasukkan ke dalam tabung saringan dengan ketebalan 110 cm
dari underdrain, kemudian beri label.
3.3.5 Penentuan lokasi sampling dan penelitian pendahuluan
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada hasil survei dan penelitian
pendahuluan. Berdasarkan hasil survei dan penelitian pendahuluan yang
dilakukan pada air sumur gali di Jalan Mulyorejo Utara gang III Surabaya
diperoleh hasil konsentrasi besi (Fe) dan mangan (Mn) yang tinggi (Fe: 0,31 mg/l
dan Mn: 2,702 mg/l). Gangguan yang dirasakan masyarakat pemakai air sumur
gali tersebut adalah air berwarna kuning kecoklatan dan menyebabkan noda pada
baju dan perkakas dapur. Berdasarkan hasil survei tersebut, maka lokasi
34
pengambilan sampel di sumur gali milik umum di Jalan Mulyorejo Utara gang III
Surabaya.
3.3.6 Pelaksanaan penelitian
3.3.6.1 Mekanisme proses kontinyu
Pada proses kontinyu, penelitian diawali dengan melakukan pengaturan
debit terhadap debit yang mengalir ke dalam reaktor. Pengaturan debit dilakukan
dengan menyesuaikan bukaan kran yang digunakan pada setiap reaktor. Untuk
memastikan bahwa debit yang mengalir sesuai, dilakukan pengecekan dan
pengaturan ulang setiap waktu. Pengukuran debit dilakukan dengan gelas ukur, di
mana air ditampung dalam gelas ukur dan dicatat berapa waktu yang diperlukan
untuk memenuhi volume yang ditentukan. Bukaan kran diatur sampai
mendapatkan debit aliran yang sesuai.
Periode penelitian adalah 40 jam dan dilakukan dalam reaktor saringan
pasir aktif dengan didahului proses aerasi. Seluruh media pada reaktor saringan
pasir aktif dengan aerasi pendahuluan dirancang dengan ketinggian total media
110 cm. Diharapkan melalui reaktor saringan pasir aktif dengan aerasi
pendahuluan dapat mengolah air sumur dan menghasilkan efluen yang memenuhi
kriteria baku mutu air minum. Aliran air pada saringan pasir aktif dijalankan
secara kontinyu.
Air yang keluar dari efluen saringan pasir aktif langsung dialirkan pada
bak penerima efluen atau bak penampung yang kemudian air efluen diuji untuk
parameter besi (Fe) dan mangan (Mn). Berikut ini adalah proses sampling dan
pengoperasian reaktor:
35
1. Air baku berasal dari air sumur gali milik umum di Jalan Mulyorejo Utara
gang III Surabaya.
2. Pemompaan air baku dari reservoar ke reaktor yang ketinggiannya diatur
sesuai dengan tekanan yang diharapkan. Air baku dialirkan secara kontinyu ke
dalam reaktor saringan pasir aktif yang didahului proses aerasi. Proses
pengaliran air sumur dilakukan setiap hari selama penelitian dilakukan.
3. Pengukuran parameter uji, yakni suhu dengan termometer dan pH dengan pH
meter serta pengaturan debit dilakukan setiap hari di titik influen dan efluen
dari setiap reaktor. Pengukuran debit dilakukan dengan gelas ukur, dengan air
ditampung dalam gelas ukur dan dicatat berapa waktu yang diperlukan untuk
memenuhi volume yang ditentukan. Bukaan kran diatur sampai mendapatkan
debit aliran yang sesuai, yakni 15 ml/menit, 30 ml/menit, dan 60 ml/menit.
4. Pengambilan sampel air untuk diperiksa konsentrasi besi (Fe) dan mangan
(Mn), yaitu pada influen dan efluen reaktor, pengambilan sampel dilakukan
pada jam ke-0, 16, 24, dan 40 yang dimulai pada jam 17.00 WIB. Pemilihan
waktu pengambilan sampel ini didasarkan dari penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Rakhman (2001). Pada single media (pasir aktif) dengan
ketinggian media 110 cm didapatkan waktu jenuh media, yaitu rata-rata pada
jam ke-18 sehingga pada penelitian ini digunakan interval waktu tersebut
untuk mengetahui kinerja media pasir aktif berdasarkan variasi debit.
Pengambilan sampel air yakni pada 4 titik, yaitu titik pada influen (pada
tempat reservoir), titik pada efluen reaktor saringan pasir aktif dengan debit
aliran 15 ml/menit, titik pada efluen saringan pasir aktif dengan debit aliran 30
36
ml/menit dan titik pada efluen reaktor saringan pasir aktif dengan debit aliran
60 ml/menit.
3.3.6.2 Analisis parameter besi (Fe) dan mangan (Mn)
1.
a)
b) Preparasi sampel dengan cara sampel air sumur disaring menggunakan kertas
saring dan corong gelas.
c)
Absorbansi
0,5
0,0188
1
0,0447
1,5
0,07069
2
0,0967
Sumber: Hasil Pengukuran (2012)
37
(8)
R = 0,9999
keterangan: y = Nilai absorbansi
x = Kadar Fe (mg/l) yang akan dihitung
konsentrasinya berdasarkan persamaan (8)
Dari persamaan tersebut, maka dapat dibuat kurva kalibrasi Fe seperti tampak
pada Gambar 3.4.
a)
b) Preparasi sampel dengan cara sampel air sumur disaring menggunakan kertas
saring dan corong gelas.
c)
38
Absorbansi
1
0,17087
2
0,32326
3
0,47569
4
0,62808
Sumber: Hasil Pengukuran (2012)
(9)
R2 = 1,000
keterangan: y = Nilai absorbansi
x = Kadar Mn (mg/l) yang akan dihitng
konsentrasinya berdasarkan persamaan (9)
Dari persamaan tersebut, maka dapat dibuat kurva kalibrasi Mn seperti
tampak pada Gambar 3.5.
39
hasil pengukuran parameter meliputi konsentrasi besi (Fe) dan mangan (Mn).
Analisis data tersebut dapat dihitung besarnya persentase penurunan kandungan
setiap parameter pada setiap reaktor. Persentase penurunan dari setiap reaktor
disajikan dalam bentuk grafik dan tabel sehingga dapat diketahui besarnya
penurunan konsentrasi untuk setiap parameter. Setelah diketahui hasil dari setiap
variabel penelitian maka dilakukan pembahasan mengenai faktor-faktor yang
berkaitan dengan hasil tersebut. Faktor dan dasar pertimbangan mengacu pada
literatur dan penelitian terkait sebelumnya. Selain itu, dilakukan pula analisis
40
41
2. Analisis deskriptif
Setelah data diperoleh maka dilakukan analisis deskriptif dengan mencari
persentase perbedaan menggunakan Indeks Canberra (Ic) dengan rumus:
(11)
keterangan:
n
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
42
43
Berdasarkan data analisis kualitas air baku maka pada penelitian ini digunakan
single-stage separation (filtrasi) yang didahului dengan proses aerasi. Gambar 4.1
merupakan gambar reaktor saringan pasir aktif
(a)
(b)
Gambar 4.1 Gambar (a) Reaktor Saringan Pasir Aktif (b) Media Pasir Aktif
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)
44
tidak stabil namun demikian kolom air tetap dapat terbentuk. Sedangkan untuk
kran pada efluen debit air cenderung lebih stabil selama 40 jam periode penelitian.
Pemompaan air baku dari reservoir ke reaktor dilakukan setelah
pengaturan debit kemudian terjadi proses aerasi yang berfungsi untuk
pengurangan sifat fisik air. Proses selanjutnya adalah penyaringan dengan pasir
aktif sebagai media penyaring, dimana media ini memiliki fungsi ganda. Pasir
aktif disamping sebagai media penyaring, berfungsi pula sebagai oksidator karena
permukaannya dilapisi zat aktif (MnO2) sebagai oksidan.
Pada penelitian skala laboratorium ini, variabel yang telah ditentukan
terlebih dahulu untuk pelaksanaan proses filtrasi adalah debit aliran influen.
Penentuan variabel dari hasil penelitian laboratorium diharapkan dapat digunakan
untuk memprediksi performa kolom skala lapangan.
Debit aliran influen yang diaplikasikan pada kolom skala laboratorium
merupakan variabel penting untuk menentukan waktu kontak (Hydraulic
Retention Time) dalam kolom. Waktu kontak (HRT) adalah waktu kontak antara
liquid dengan media. Pada penelitian ini digunakan diameter kolom 2, tinggi
kolom 160 cm, diameter media (pasir aktif) 0,4 - 0,8 mm dan debit aliran influen
adalah 15 ml/menit; 30 ml/menit dan 60 ml/menit.
Dari hasil percobaan proses kontinyu didapatkan waktu kontak untuk
setiap debit aliran influen adalah:
1. Waktu kontak (HRT) untuk debit 15 ml/menit adalah 53 menit.
2. Waktu kontak (HRT) untuk debit 30 ml/menit adalah 10 menit.
3. Waktu kontak (HRT) untuk debit 60 ml/menit adalah 7 menit.
45
Waktu kontak (HRT) ini dapat digunakan sebagai bahan untuk analisis efisiensi
penurunan konsentrasi Fe dan Mn dalam air setelah mengalami proses aerasi dan
filtrasi dengan KMnO4 sebagai oksidan.
46
konsentrasi Fe dan Mn pada air sumur. Hasil pengukuran kualitas air sumur
ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Parameter
47
perlu dilakukan pengolahan agar kualitas air sumur yang dimanfaatkan oleh warga
supaya dapat memenuhi baku mutu sehingga aman untuk dikonsumsi.
4.2.2 Analisis konsentrasi Fe pada saringan pasir aktif
Dalam penelitian ini, pengukuran konsentrasi Fe dilakukan pada jam ke-0,
16, 24, dan 40. Jumlah titik sampling yang dianalisis sebanyak 4 titik, yaitu pada
titik influen dan pada titik efluen tiap reaktor saringan pasir aktif dengan debit 15
ml/menit, 30 ml/menit, dan 60 ml/menit. Sampel yang telah diambil dari titik
sampling kemudian dianalisis konsentrasi Fe secara bersamaan setelah 40 jam.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan hasil
pengukuran konsentrasi Fe setelah mengalami perlakuan pada saringan pasir aktif.
Tabel 4.2 menunjukkan hasil pengukuran konsentrasi Fe sebelum dan sesudah
melewati saringan pasir aktif dengan metode AAS berdasarkan variasi debit.
Jam
No.
ke-
Influen
(mg/l)
Debit 15
ml/menit
Debit 30
ml/menit
Debit 60
ml/menit
Efluen
(mg/l)
Efluen
(mg/l)
Efluen
(mg/l)
0,37640
0,18387
0,20504
0,21852
16
0,43993
0,21082
0,18772
0,22815
24
0,46688
0,18387
0,19542
0,26088
40
0,44800
0,21467
0,21082
0,23585
Baku
Mutu
(mg/l)
0,3
48
49
50
diatas. Konsentrasi Fe yang mampu dihasilkan oleh kolom saringan ini berkisar
0,18772 mg/l - 0,21082 mg/l dengan rata-rata konsentrasi sebesar 0,19975 mg/l.
Penurunan konsentrasi Fe tertinggi terjadi pada jam ke-16 kemudian terus
meningkat sampai jam ke-40.
Kolom saringan dengan debit 60 ml/menit menunjukkan kinerja terburuk
dibandingkan dengan dua kolom saringan yang lain. Konsentrasi Fe yang
dihasilkan oleh kolom ini berfluktuatif berkisar antara 0,21852 mg/l - 0,26088
mg/l. Namun demikian nilai yang dihasilkan tersebut masih berada di bawah baku
mutu. Rata-rata konsentrasi Fe yang dihasilkan oleh kolom saringan ini setelah
melewati saringan pasir aktif sebesar 0,23585 mg/l.
Secara keseluruhan berdasarkan Gambar 4.3, terlihat bahwa konsentrasi Fe
pada inlet akan mengalami penurunan setelah melalui setiap kolom saringan.
Setelah mengalami perlakuan dengan menggunakan saringan pasir aktif
konsentrasi Fe mengalami penurunan yang bervariatif berkisar antara 0,18387
mg/l - 0,26088 mg/l sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga reaktor dapat
menurunkan konsentrasi Fe sampai di bawah baku mutu yang telah ditetapkan
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang persyaratan kualitas air minum, yaitu sebesar 0,3 mg/l.
Pola penurunan konsentrasi Fe yang ditunjukkan pada kolom saringan
dengan debit 15 ml/menit dan 30 ml/menit memiliki pola yang serupa, yakni
terjadi penurunan optimum pada jam ke-24 dan mulai mengalami penurunan
kinerja kolom saringan pada jam berikutnya, ditunjukkan dengan meningkatnya
konsentrasi Fe yang terukur pada jam ke-40. Sedangkan hasil penurunan
51
konsentrasi Fe pada kolom saringan dengan debit 60 ml/menit terbaik terjadi pada
jam ke-0 dan pada jam berikutnya konsentrasi Fe yang terukur semakin
meningkat.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa kolom saringan dengan debit
15 ml/menit memiliki kemampuan yang baik dalam menurunkan konsentrasi Fe.
Hal ini dapat disebabkan karena adanya hubungan antara debit aliran dengan
waktu kontak, yakni apabila aliran air yang melewati ruang pori terlalu cepat di
antara permukaan butiran media maka akan menyebabkan berkurangnya waktu
kontak antara permukaan butiran media dengan air yang akan difiltrasi sehingga
proses filtrasi tidak dapat terjadi sempurna (Darmawanti, 2005).
4.2.3 Analisis efisiensi penurunan konsentrasi Fe pada saringan pasir aktif
Pada penelitian ini untuk mengetahui persentase efisiensi penurunan
konsentrasi Fe pada saringan pasir aktif maka dilakukan perhitungan dengan
memasukkan nilai konsentrasi Fe pada Tabel 4.2 ke dalam persamaan (10). Tabel
4.3 merupakan hasil perhitungan persentase efisiensi penurunan konsentrasi Fe
pada saringan pasir aktif.
Efluen (mg/l)
Debit 15
%
Debit 30
%
ml/menit penurunan ml/menit penurunan
0
0,37640 0,18387
51,15
0,20504
45,52
16 0,43993 0,21082
52,08
0,18772
57,33
24 0,46688 0,18387
60,62
0,19542
58,14
40 0,44800 0,21467
52,08
0,21082
52,94
Sumber: Hasil Perhitungan (2012)
Jam Influen
Ke- (mg/l)
Debit 60
ml/menit
0,21852
0,22815
0,26088
0,23585
%
penurunan
41,94
48,14
44,12
47,36
52
Contoh perhitungan:
Co = Konsentrasi Fe awal (influen) : 0,37640 mg/l
C1 = Konsentrasi Fe pada efluen reaktor (efluen) : 0,18387 mg/l
Persentase penurunan (%)
= 51,15%
53
54
aliran yang masuk ke dalam kolom saringan tidak terlalu cepat sehingga media
pasir aktif yang terdapat di dalam kolom saringan dapat mengadsorpsi Fe lebih
optimal.
Pada kolom saringan dengan debit 60 ml/menit menunjukkan hasil yang
paling buruk dibandingkan dengan kedua kolom saringan sebelumnya. Pada hari
pertama, kolom ini hanya dapat menurunkan konsentrasi Fe sebesar 45,04% dan
turun menjadi 42,40% pada hari kedua. Tampak pula pada Gambar 4.4 bahwa
efisiensi penurunan konsentrasi Fe dengan debit 60 ml/menit terlihat fluktuatif.
Hal ini disebabkan karena debit aliran yang terlalu besar pada kolom saringan ini
sehingga menyebabkan media pasir aktif yang berada di dalam kolom saringan
tidak bekerja dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka
55
4Fe(OH)3 + 8CO2
(12)
Proses oksidasi dan filtrasi yang terjadi pada penelitian ini adalah ketika
Fe2+ yang terlarut akan teroksidasi oleh KMnO4 yang mengaktifkan pasir sebagai
media saring menurut persamaan (3). Reaksi yang terjadi pada persamaan tersebut
menghasilkan presipitat Fe(OH)3 yang mengendap pada media filter sehingga
akan mengurangi jumlah Fe yang keluar dari saringan. Terbentuknya presipitat
Fe(OH)3 ini kemudian mengalami proses mechanical straining (proses
penyaringan) dalam kolom saringan sehingga lama-kelamaan saringan pasir aktif
ini akan mengalami kejenuhan yang dapat menyebabkan clogging.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa saringan pasir aktif hanya dapat
menurunkan konsentrasi Fe rata-rata sebesar 50%. Hal ini disebabkan karena
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja saringan pasir aktif, seperti tidak
adanya kontrol terhadap pH air serta proses aerasi pendahuluan yang kurang
efektif.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai pH (lampiran 2) diketahui
bahwa pH rata-rata pada influen (sebelum perlakuan) sebesar 6,23. Sedangkan
nilai pH rata-rata pada efluen (setelah perlakuan) dari tiap kolom saringan adalah
56
6,30 untuk kolom saringan dengan debit 15 ml/menit, 6,37 untuk kolom saringan
dengan debit 30 ml/menit dan 6,39 untuk kolom saringan dengan debit 60
ml/menit. Nilai pH seharusnya
oksidasi untuk menurunkan konsentrasi Fe dari air sumur (Barlokova dan Ilavsky,
2010). Menurut Joko (2010) bahwa pada pH netral dan adanya oksigen terlarut
yang cukup, maka ion ferro (Fe2+) yang terlarut dapat teroksidasi menjadi ion ferri
(Fe3+) dan selanjutnya membentuk endapan.
Faktor berikutnya adalah karena proses aerasi pendahuluan yang kurang
efektif. Proses aerasi pada dasarnya adalah untuk memberikan oksigen ke dalam
air atau meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air yang kemudian
bertujuan untuk menghilangkan atau menurunkan CO2 yang terlarut dalam air,
dengan cara melepaskan CO2 ke udara, yang kemudian berdampak dengan
meningkatnya pH air. Namun, proses aerasi pendahuluan pada penelitian ini
kurang efektif dikarenakan terdapat faktor-faktor yang kurang diperhatikan,
seperti diameter gelembung udara, tenaga yang diperlukan untuk menginjeksi
udara, tipe distributor udara, dimensi bak aerasi, lama waktu aerasi, dan
komponen-komponen penyebab reaksi kimia (Rakhman, 2001).
Hasil pengujian konsentrasi Fe pada penelitian ini yang hanya mencapai
efisiensi penurunan rata-rata 50% tidak hanya dipengaruhi oleh faktor aerasi tetapi
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya. Jika dibandingkan dengan hasil
penelitian terdahulu, saringan pasir aktif memiliki efisiensi penurunan rata-rata
hingga 90% untuk menurunkan konsentrasi Fe pada air. Tabel 4.4 akan
menampilkan perbandingan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu.
Judul Penelitian
Pengaruh variasi debit terhadap
efisiensi penurunan konsentrasi besi
(Fe) dan mangan (Mn) air sumur
gali dengan menggunakan teknik
saringan pasir aktif
Sampel Uji
1. Air sumur gali
2. Rata-rata Fe
influen 0,43 mg/l
3. pH awal 6,23
Hasil Penelitian
1. % Penurunan Fe:
a. Debit 15 ml/menit = 53,98%
b. Debit 30 ml/menit = 53,49%
c. Debit 60 ml/menit = 45,39%
Referensi
Hasil
Penelitian
(2012)
2. pH akhir 6,35
2.
3.
1. % Penurunan Fe = 56,95%
1. Air simulasi
2. Fe influen
konstan 5 mg/l
3. pH awal konstan
7,8
1. % Penurunan Fe = 98,8%
Suparmin
(1999)
2. pH akhir 6,75
Rakhman
(2001)
2. pH akhir 8,24
57
58
59
60
KMnO4 yang menempel pada pasir silika yang pada akhirnya akan habis terpakai
karena adanya batas kapasitas dari pasir silika dalam mengadsorbsi KMnO4
(Santoso, 2004).
Parameter
61
terjadinya proses oksidasi Mn2+ menjadi Mn4+. Koloid ini mengalami presipitasi
membentuk warna coklat gelap sehingga air menjadi keruh (Effendi, 2003).
Dampak merugikan lainnya dari tingginya konsentrasi Mn pada air dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem penyaluran air dan penurunan kualitas air
yang disebabkan karena Mn yang berada pada air dengan kadar oksigen yang
sedikit dapat mengakibatkan pengecilan penampang pada pipa (Barlokova dan
Ilavsky, 2010). Terkait permasalahan tersebut maka diperlukan pengolahan agar
kualitas air sumur dapat memenuhi baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, yaitu
sebesar 0,4 mg/l (Anonim, 2010).
4.3.2 Analisis konsentrasi Mn pada saringan pasir aktif
Seperti pada pengukuran konsentrasi Fe, pengukuran konsentrasi Mn juga
dilakukan pada jam ke-0, 16, 24, dan 40. Jumlah titik sampling yang dianalisis
sebanyak 4 titik, yaitu pada titik influen dan pada titik efluen setiap reaktor
saringan pasir aktif dengan debit 15 ml/menit, 30 ml/menit, dan 60 ml/menit.
Sampel yang telah diambil dari titik sampling kemudian dianalisis konsentrasi Mn
secara bersamaan setelah 40 jam. Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan
konsentrasi Mn sebelum dan sesudah melewati saringan pasir aktif seperti
ditunjukkan pada Tabel 4.6.
62
No.
Jam Influen
ke- (mg/l)
Debit 15
ml/menit
Debit 30 Debit 60
ml/menit ml/menit
Efluen
(mg/l)
Efluen
(mg/l)
Efluen
(mg/l)
2,1203
0,19780
0,25950
0,23099
16
1,9871
0,02850
0,000928
0,1959
24
2,1222
0,000928
0,000928
0,2492
40
1,8834
0,000928
0,000928
0,2199
Baku
Mutu
(mg/l)
0,4
63
64
masih menunjukkan hasil yang baik hingga pengukuran pada jam ke-40 atau
dapat dikatakan bahwa media pasir aktif belum mengalami kejenuhan.
Penurunan konsentrasi Mn juga terlihat pada kolom saringan dengan debit
30 ml/menit. Konsentrasi Mn yang telah diturunkan berkisar antara 0,000928 mg/l
- 0,25950 mg/l. Dari Gambar 4.5 terlihat kinerja kolom saringan ini memiiki pola
yang mirip dengan kolom saringan dengan debit 15 ml/menit, yaitu masih
menunjukkan hasil yang baik hingga pengukuran pada jam ke-40. Kinerja terbaik
dari kolom saringan ini terjadi pada jam ke-16 dan masih tetap stabil hingga jam
ke-40.
Berdasarkan Gambar 4.5 tampak bahwa kinerja kolom saringan dengan
debit 60 ml/menit menunjukkan hasil terburuk dibandingkan dengan dua kolom
saringan yang menggunakan debit lebih kecil dari 60 ml/menit. Konsentrasi Mn
yang mampu diturunkan oleh kolom saringan ini berkisar antara 0,1959 mg/l 0,2492 mg/l, namun nilai tersebut masih berada dibawah baku mutu yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa setiap kolom saringan
dengan variasi debit mampu menurunkan konsentrasi Mn pada influen hingga
konsentrasinya berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan. Rata-rata
konsentrasi Mn yang dihasilkan setelah melalui saringan pasir aktif adalah
0,05704 mg/l untuk kolom saringan dengan debit 15 ml/menit, 0,06557 mg/l
untuk kolom saringan debit 30 ml/menit, dan 0,2239 mg/l untuk kolom saringan
65
debit 60 ml/menit. Hasil yang ditunjukkan sebelum dan sesudah perlakuan juga
mengalami penurunan yang berarti.
Kemampuan setiap kolom saringan dalam menurunkan konsentrasi Mn
berdasarkan hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh Gambar 4.5 menunjukkan
bahwa kolom saringan dengan debit 15 ml/menit adalah yang terbaik
dibandingkan dengan dua kolom saringan lainnya. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa debit aliran yang semakin kecil akan dapat menghasilkan penurunan
konsentrasi Mn yang semakin kecil pula.
4.3.3 Analisis efisiensi penurunan konsentrasi Mn pada saringan pasir aktif
Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel 4.6 didapatkan pula nilai
efisiensi penurunan konsentrasi Mn dengan memasukkan data ke persamaan (10).
Tabel hasil perhitungan persentase efisiensi penurunan konsentrasi Mn disajikan
pada Tabel 4.7.
Efluen (mg/l)
Debit 15
%
Debit 30
%
Debit 60
%
ml/menit penurunan ml/menit penurunan ml/menit penurunan
0
2,12030 0,19780
90,67
0,25950
87,76
0,23099
89,11
16
1,98710 0,02850
98,57
0,00093
99,95
0,19590
90,14
24
2,12220 0,00093
99,96
0,00093
99,96
0,24920
88,26
40
1,88340 0,00093
99,95
0,00093
99,95
0,21990
88,32
Sumber: Hasil Perhitungan (2012)
Jam
Ke-
Influen
(mg/l)
66
Contoh perhitungan:
Co = Konsentrasi Mn awal (influen) : 2,12030 mg/l
C1 = Konsentrasi Mn pada efluen reaktor (efluen) : 0,19780 mg/l
Persentase penurunan (%)
= 90,67%
Berdasarkan data dari Tabel 4.7 dapat dibuat grafik yang menggambarkan
efisiensi penurunan konsentrasi Mn untuk setiap variasi debit. Gambar 4.6
merupakan grafik efisiensi penurunan konsentrasi Mn.
4.6
menunjukkan
hubungan
antara
efisiensi
penurunan
67
68
16 hingga 90,14% namun menurun pada pengukuran jam ke-24 dan jam ke-40
menjadi 88,32%
Kenaikan maupun penurunan efisiensi penurunan konsentrasi ini dapat
bergantung pada kondisi media dan debit aliran. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa kolom saringan dengan debit 15 ml/menit dan 30 ml/menit
memiliki pola yang hampir sama, hal ini karena debit aliran yang mengalir
melalui kolom saringan tidak terlalu cepat sehingga media pasir aktif bekerja
secara efektif dalam menurunkan konsentrasi Mn. Pada kolom saringan debit 60
ml/menit selain karena memiliki aliran yang cukup besar maka dimungkinkan
penurunan itu juga diakibatkan karena ikut luruhnya Mn3+ yang telah teradsorpsi
menuju efluen saringan pasir aktif.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa reaktor saringan pasir aktif dapat
menurunkan konsentrasi Mn pada air sumur. Secara keseluruhan efisiensi setiap
kolom filter akan semakin meningkat seiring lamanya waktu operasi namun, akan
menurun jika media telah mencapai titik jenuh. Rata-rata efisiensi penurunan
konsentrasi yang dihasilkan setelah melalui saringan pasir aktif adalah 97,29%
untuk kolom saringan debit 15 ml/menit, 96,91% untuk kolom saringan 30
ml/menit, dan 88,96% untuk kolom saringan dengan debit 60 ml/menit.
Pada penelitian ini konsentrasi Mn dalam air sumur diketahui lebih tinggi
dibanding dengan konsentrasi Fe, namun metode yang digunakan dalam
menurunkan konsentrasi keduanya adalah sama. Kinerja saringan pasir aktif
69
(13)
GLUMRB (2003) dalam Davis (2010) merekomendasikan waktu tinggal (td) air
dalam kolom saringan minimum adalah 30 menit setelah aerasi. Penelitian ini
menggunakan sistem pengaliran secara kontinyu sehingga waktu tinggal (td) air
dalam kolom disesuaikan dengan waktu kontak (HRT) antara air dengan media.
Waktu kontak (HRT) antara media dengan air yang akan difiltrasi akan
berpengaruh pada hasil efisiensi penurunan. Semakin lama waktu kontak (HRT)
antara media dengan air yang akan difiltrasi maka akan semakin banyak
konsentrasi Mn yang dapat diadsorpsi. Berdasarkan analisis proses kontinyu
diperoleh bahwa HRT paling lama terjadi pada debit 15 ml/menit, yaitu selama 53
menit.
Proses selanjutnya yang terjadi adalah proses oksidasi dan filtrasi, yaitu
ketika Mn2+ yang terlarut akan teroksidasi oleh KMnO4 yang mengaktifkan media
pasir sesuai dengan persamaan (4). Proses oksidasi dan filtrasi ini terjadi pada
kolom media pasir aktif. Media pasir aktif dalam hal ini memiliki fungsi ganda,
yaitu selain sebagai media penyaring untuk menahan endapan mangan juga
berfungsi sebagai oksidator. Penurunan konsentrasi Mn dengan cara oksidasi
70
merupakan salah satu metode untuk mengurangi Mn yang larut dalam air. KMnO4
yang digunakan dalam proses pengaktifan pasir dapat menjadi sebuah katalis
dalam proses oksidasi (Barlokova dan Ilavsky, 2010).
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap konsentrasi Mn setelah melalui
saringan pasir aktif diketahui bahwa rata-rata efisiensi penurunan konsentrasi Mn
adalah sebesar 94%. Hal ini menunjukkan bahwa proses yang berlangsung dalam
kolom filter bekerja dengan baik. Tabel 4.8 merupakan perbandingan hasil
penelitian dengan penelitian terdahulu.
Judul Penelitian
Sampel Uji
Hasil Penelitian
1. % Penurunan Mn:
a. Debit 15 ml/menit = 97,29%
b. Debit 30 ml/menit = 96,91%
c. Debit 60 ml/menit = 88,96%
Referensi
Hasil
Penelitian
(2012)
2. pH akhir 6,35
2.
3.
1. Air permukaan
2. Mn influen 1,1
mg/l
3. pH awal 8,5
1. % Penurunan Mn = 97%
1. Air sumur
2. Mn influen 2,50
mg/l
1. % Penurunan Mn = 97,27%
Zogo dkk.
(2010)
2. pH akhir 8,5
Fauziah
(2011)
72
Khlorin
O2 .
73
air (Zogo dkk., 2011). Namun nilai pH pada penelitian ini hanya merupakan data
pendukung sehingga tidak ada perlakuan terhadap nilai pH. Berdasarkan
pengukuran nilai pH (Lampiran 2) diketahui bahwa rata-rata nilai pH pada air
sumur setelah melewati saringan pasir aktif berada pada kisaran 6.
Apabila dibandingkan dengan hasil persentase penurunan konsentrasi Fe
maka hasil penurunan konsentrasi Mn memperoleh hasil yang lebih baik, hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik atom Mn. Diketahui bahwa
atom Fe dan Mn berada dalam satu periode yakni periode 4 dengan atom Mn
memiliki nomer atom 25 dan atom Fe memiliki nomer atom 26. Menurut tabel
unsur periodik didapatkan bahwa dalam satu periode unsur maka semakin besar
nomor atom maka akan semakin kecil jari-jari atomnya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka diketahui bahwa Mn memiliki jarijari atom yang lebih besar dibandingkan Fe. Hal ini menyebabkan kesempatan Mn
tersaring dalam pori-pori media lebih banyak. Sedangkan Fe karena memiliki jarijari atom yang lebih kecil maka kesempatan Fe untuk lolos dari pori media akan
semakin besar sehingga Fe yang dapat teradsorpsi tidak optimal.
Analisis berdasarkan perbedaan karakteristik ini menyebabkan pada proses
penurunan konsentrasi Fe dibutuhkan peningkatan nilai pH hingga 7 agar Fe
dapat teroksidasi maksimal sehingga didapatkan penurunan konsentrasi Fe
maksimal. Sedangkan pada Mn, pengaruh pH tidak begitu berpengaruh
disebabkan karena dengan debit yang cukup besar dengan nilai pH 6 tetap dapat
menghasilkan penurunan konsentrasi Mn secara optimal.
74
II
III
100%
96%
91%
II
4%
100%
92%
III
9%
8%
100%
= Tingkat kesamaan
= Tingkat ketidaksamaan
75
76
yang hanya berkisar 6%-9% menunjukkan perbedaan yang relatif rendah, dengan
kata lain perlakuan variasi memiliki pengaruh beda yang rendah atau memiliki
persamaan yang tinggi pada semua variasi debit.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlakuan variasi
debit tidak memberikan perbedaan terhadap penurunan konsentrasi Fe. Hal
tersebut juga didukung hasil efisiensi penurunan konsentrasi Fe dari berbagai
variasi debit bahwa nilai efisiensi penurunan konsentrasi Fe antar variasi debit
menunjukkan nilai yang tidak berbeda.
4.4.2 Analisis data parameter Mn
Data penelitian yang telah didapat kemudian dilakukan analisis deskriptif
untuk mengetahui perbedaan efisiensi penurunan konsentrasi Mn dari berbagai
variasi debit. Analisis deskriptif dengan Indeks Canberra dilakukan dengan
memasukkan data pada Tabel 4.7 ke dalam persamaan (11). Tabel 4.10
merupakan tabel hasil analisis dengan menggunakan Indeks Canberra.
II
III
100%
73%
29%
II
27%
100%
24%
III
71%
76%
100%
= Tingkat kesamaan
= Tingkat ketidaksamaan
77
30
ml/menit
memiliki
ketidaksamaan
sebesar
76%.
Perhitungan
26,5
78
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Efisiensi penurunan konsentrasi Fe yang dapat dicapai dengan saringan
pasir aktif berdasarkan variasi debit adalah 53,98% untuk debit 15
ml/menit; 53,48% untuk debit 30 ml/menit; dan 45,39% untuk debit 60
ml/menit dan efisiensi penurunan konsentrasi Mn yang dapat dicapai
dengan saringan pasir aktif berdasarkan variasi debit adalah 97,29% untuk
debit 15ml/menit; 96,91% untuk debit 30 ml/menit; dan 88,96% untuk
debit 60 ml/menit.
2. Berdasarkan analisis deskriptif dengan Indeks Canberra dan dilanjutkan
dengan analisis Group Average Clustering Methods diperoleh bahwa
variasi debit tidak memberikan perbedaan efisiensi penurunan konsentrasi
Fe namun, memberikan perbedaan efisiensi penurunan konsentrasi Mn
dengan debit 15 ml/menit menunjukkan hasil yang terbaik.
79
80
5.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah:
1. Saringan pasir aktif dalam aplikasinya dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif pengolahan air sumur terutama dalam penurunan konsentrasi
Mn.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai umur saringan sehingga
dapat diketahui waktu jenuh media.
3. Perlu kontrol terhadap pH air influen mengingat pH air dapat
mempengaruhi kelarutan Fe dan Mn.
4. Perlu dilakukan penyempurnaan pada desain alatnya, seperti menggunakan
sistem backwash dan sistem regenerasi.
81
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. dan Santika, S. S., 1984. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional,
Surabaya. 118
Anonim,
1999.
Chapter
6
Water
Treatment,
http://140.194.76.129/publications/eng-manuals/EM_1110-2-503/c-6.pdf.
Diakses tanggal 13 April 2012.
Anonim, 2010. PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, Jakarta.
Anshori, J. A., 2005. Spektrometri Serapan Atom. Materi Ajar Pelatihan
Instrumentasi Analisa Kimia Jurusan Kimia FMIPA Unpad. 6-10.
Barlokova, D dan Ilavsky, J., 2010. Research Paper Removal of Iron and
Manganese From Water Using Filtration By Natural Materials. Poish J. Of
Environ. Stud 19(6). 1117-1122.
Darmawanti, I. C., 2005. Studi Kemampuan Low rate Biofilter terhadap
Perubahan Konsentrasi Ammonia, Nitrit, dan Nitrat Air Kali Surabaya. Tugas
Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 20-22.
Davis, M.L., 2010. Water and Wastewater Engineering. McGraw Hill. 14-5.
Edahwati, L dan Suprihatin, 2012. Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, dan
Filtrasi Pada Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan. Jurnal Ilmiah
Teknik Lingkungan 1(2). 1-5
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius, Yogyakarta. 44-166
Fauziah, A., 2011. Efektivitas Saringan Pasir Cepat dalam Menurunkan Kadar
Mangan (Mn) pada Air Sumur dengan Penambahan Kalium Permanganat
(KMnO4). Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara, Medan. 40-54
Joko, T., 2010. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu,
Yogyakarta. 182-192
Khasanah, E. N., 2009. Adsorpsi Logam Berat. Jurnal Oseana XXXIV(4). 1-7
81
82
83
Sunarti, 2010. Perbedaan Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Bor Yang Disaring
Dengan Zeolit dan Karbon Aktif. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara, Medan. 7-9.
Suparmin, 1999. Penurunan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Saringan Pasir Aktif.
Tugas Akhir Program Diploma IV Kesehatan Lingkungan, Jurusan Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh November, Surabaya. II-8 V-8
Triatmodjo, B., 1996. Hidraulika I. Beta Offset, Yogyakarta 134 135
Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf,R. 2008.Efek Toksik Logam, Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2-5.
Yuanita, L., 2009. Analisis Kuantitatif Besi (Fe), Seng (Zn) dan Mangan (Mn)
Dalam Air Sumur Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Karya
Ilmiah Program Studi Diploma 3 Kimia Analis, Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara, Medan. 7-8.
Zogo, dkk., 2011. Research Paper Influence Of Pre-oxidation With Potassium
Permanganate On The Efficiency Of Iron and Manganese Removal From
Surface Water By Coagulation-Flocculation Using Aluminium Sulphate:
Case Of The Okpara Dam In The Republic Of Benin. Journal of
Environmental Chemistry and Ecotoxicology 3(1) January 2011.
84
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jurnal Ilmiah
PENGARUH VARIASI DEBIT TERHADAP EFISIENSI PENURUNAN
KONSENTRASI BESI DAN MANGAN PADA AIR SUMUR GALI
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SARINGAN PASIR AKTIF
ABSTRACT
The aims of this research were to determine the influenced of flowrate variance in
removal of iron (Fe) and manganese (Mn) from groundwater used activated sand
filtration technique. This research used independent variable was variance of
flowrate and dependent variable were removal of Fe and Mn. The three variance
of flowrate which were used in this research were 15 ml/minute, 30 ml/minute,
and 60 ml/minute. The thickness of activated sand was 110 cm for all the three of
flowrate variance and KMnO4 was used for activating the sand media. To analyze
data used desciptive analysis with Canberra Matrix and Group Average
Clustering Methods. The result of this research was the decreasing of flowrate
would eliminated Fe and Mn. Efficiency removal of Fe with the variance of
flowrate 15 ml/minute, 30 ml/minute, and 60 ml/minute respectively were 53.98%;
53.48%; 45.39%. Efficiency removal of Mn with the variance of flowrate 15
ml/minute, 30 ml/minute, and 60 ml/minute respectively were 97.29%; 96.91%;
88.96%. Based on the result of descriptive analysis was flowrate 15 ml/minute
showed the best effect to remove Mn.
85
PENDAHULUAN
Permasalahan kualitas air tanah yang digunakan masyarakat adalah kurang
memenuhi syarat sebagai air minum. Air tanah biasanya memiliki kandungan besi
(Fe) dan mangan (Mn) yang relatif tinggi. Kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn)
menyebabkan warna air menjadi kuning pada dinding bak serta bercak-bercak
kuning pada pakaian (Pratama, 2010). Oleh karena itu, penggunaan air tanah
sebagai sumber air minum harus memenuhi standar kualitas air minum yang
berlaku.
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
86
jam kemudian di oven dengan suhu 105o C selama 1 jam. Setelah kondisi pasir
sudah tidak panas maka siap dimasukkan ke dalam kolom saringan.
Pasir yang telah aktif dimasukkan ke dalam kolom filter yang telah
disiapkan setinggi 110 cm, yang sebelumnya telah diisi kerikil setinggi 20 cm
yang berfungsi sebagai penyangga agar media pasir aktif tidak lolos ke kran
efluen. Dilakukan pengisian kolom filter hingga tercipta kolom air setinggi 10 cm
di atas permukaan media pasir aktif, kemudian nyalakan aerator lalu setting debit
influen dan efluen sesuai dengan debit yang telah ditetapkan yaitu 15ml/menit.
Gambar 1 merupakan skema reaktor saringan pasir aktif.
87
88
89
berdasarkan
waktu
pengoperasian
reaktor
maka
dibuat
grafik
yang
90
Khlorin
O2. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Roccaro dkk. (2007) dalam Zogo dkk. (2011)
didapatkan bahwa setelah mengalami proses oksidasi dengan KMnO4 diperoleh
efisiensi penurunan sebesar 95% terhadap konsentrasi Mn pada air sumur.
Apabila dibandingkan dengan hasil persentase penurunan konsentrasi Fe
maka hasil penurunan konsentrasi Mn memperoleh hasil yang lebih baik, hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik atom Mn. Mn memiliki jari-jari
atom yang lebih besar dibandingkan Fe. Hal ini menyebabkan kesempatan Mn
tersaring dalam pori-pori media lebih banyak. Sedangkan Fe karena memiliki jari-
91
jari atom yang lebih kecil maka kesempatan Fe untuk lolos dari pori media akan
semakin besar sehingga Fe yang dapat teradsorpsi tidak optimal.
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Efisiensi penurunan konsentrasi Fe yang dapat dicapai dengan saringan
pasir aktif berdasarkan variasi debit adalah 53,98% untuk debit 15
ml/menit; 53,48% untuk debit 30 ml/menit; dan 45,39% untuk debit 60
ml/menit dan efisiensi penurunan konsentrasi Mn yang dapat dicapai
dengan saringan pasir aktif berdasarkan variasi debit adalah 97,29% untuk
debit 15ml/menit; 96,91% untuk debit 30 ml/menit; dan 88,96% untuk
debit 60 ml/menit.
2. Berdasarkan analisis deskriptif dengan Indeks Canberra dan dilanjutkan
dengan analisis Group Average Clustering Methods diperoleh bahwa
variasi debit tidak memberikan perbedaan efisiensi penurunan konsentrasi
Fe namun, memberikan perbedaan efisiensi penurunan konsentrasi Mn
dengan debit 15 ml/menit menunjukkan hasil yang terbaik.
92
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, Jakarta.
Barlokova, D dan Ilavsky, J., 2010. Research Paper Removal of Iron and
Manganese From Water Using Filtration By Natural Materials. Poish J. Of
Environ. Stud 19(6). 1117-1122.
Joko, T., 2010. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu,
Yogyakarta. 182-192
Pratama, P., 2010 . Model Alat Pengolahan Fe dan Mn Menggunakan Sistem
Venturi Aerator Dengan Variabel Diameter Pipa Venturi Dan Kemiringan
Irisan Pipa Venturi. Ringkasan Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya. 1-3
Rakhman, F., 2001. Penurunan Kadar Fe Dalam Air Dengan Teknik Saringan
Pasir Aktif. Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. II-9 IV22
Zogo, dkk., 2011. Research Paper Influence Of Pre-oxidation With Potassium
Permanganate On The Efficiency Of Iron and Manganese Removal From
Surface Water By Coagulation-Flocculation Using Aluminium Sulphate:
Case Of The Okpara Dam In The Republic Of Benin. Journal of
Environmental Chemistry and Ecotoxicology 3(1) January 2011.
93
No.
1
2
3
4
Sampel
dengan
jangka
Influen
waktu
pengambilan
(Jam Ke-)
0
6,17
16
6,23
24
6,26
40
6,27
Pasir
Aktif
Efluen
Pasir
Aktif
Pasir
Aktif
15
ml/menit
30
ml/menit
60
ml/menit
6,19
6,28
6,28
6,45
6,23
6,31
6,40
6,53
6,12
6,39
6,42
6,65
Lampiran 3 Hasil pengukuran suhu sebelum dan sesudah melewati saringan pasir
aktif
No.
1
2
3
4
Sampel
dengan
jangka
waktu
pengambilan
(Jam Ke-)
0
16
24
40
Infuen
(oC)
Pasir
Aktif
Efluen (o C)
Pasir
Aktif
Pasir
Aktif
15
ml/menit
30
ml/menit
60
ml/menit
28
26
26,5
26
28
25
26
26
28
26
26
26
28
26
27
26
94
= 0,96 x 100%
= 96%
b. Debit 15 ml/menit dengan debit 60 ml/menit
= 0,91 x 100%
= 91%
c. Debit 30 ml/menit dengan debit 60 ml/menit
= 0,92 x 100%
= 92%
95
2. Parameter mangan
a. Debit 15 ml/menit dengan debit 30 ml/menit
= 0,7325 x 100%
= 73%
b. Debit 15 ml/menit dengan debit 60 ml/menit
= 0, 2975 x 100%
= 29%
c. Debit 30 ml/menit dengan debit 60 ml/menit
= 0,2425 x 100%
= 24%
96
Gambar Aerator
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)
Gambar pH meter
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)
Gambar Termometer
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)
Gambar Furnace
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)
Gambar Oven
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)
97
Gambar Kerikil
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)
Gambar glasswool
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)