Anda di halaman 1dari 139

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT

DI PABRIK PT. X TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
ANIS SYAFIRA PULUNGAN
NIM: 131000018

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI
PABRIK PT. X TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
ANIS SYAFIRA PULUNGAN
NIM: 131000018

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI PABRIK PT. X

TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri

dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini

Medan, Oktober 2017


Penulis,

Anis Syafira Pulungan

i
Universitas Sumatera
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI PABRIK
PT. X TAHUN 2017

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh

ANIS SYAFIRA PULUNGAN


MM: 131000018

Disahkan oleh:
Komisi Pembimbing Skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

D r . d r . T A M KM Prof. Dr. awati Marsaulina MS


NIP. 19 ':0331 200312 2 NIP. 19650 1994032002

Medan, Oktober 2017


„Perli(14zseb Masyarakat
brtioirsi umat= a Utara-./


, idDe: Dia: Ida Yustim
M.Si
- t496803201993082001

Universitas Sumatera
ABSTRAK

Pembangunan di sektor industri akhir-akhir ini berkembang sangat pesat.


Namun demikian, perkembangan di sektor industri ini juga memberikan dampak
negatif, yaitu berupa limbah industri yang bila tidak dikelola dengan baik akan
mengganggu keseimbangan lingkungan. Dapat dilihat dari terjadinya masalah-
masalah pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan. Mengingat
tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair yang tidak
dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai
pengelolaan limbah cair secara benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengelolaan limbah cair dan kualitas air limbah cair pabrik kelapa
sawit PT. X Tahun 2017.
Metode penelitian yang digunakan adalah survey yang bersifat deskriptif
yaitu untuk mengetahui gambaran tentang sistem pengelolaan limbah cair dan
kualitas air limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X. Hasil pengelolaan limbah
diperoleh dari survey lapangan dan data yang diperoleh dari hasil pengujian
sampel air limbah di laboraturium BTKL dan Baristand Medan.
Hasil pemeriksaan laboratorium air limbah pabrik kelapa sawit PT. X
menunjukkan bahwa parameter fisik (TSS) yaitu 875 mg/L dan parameter kimia
BOD yaitu 227,2 mg/L serta COD yaitu 710,0 mg/L berada di atas baku mutu air
limbah dan pada parameter kimia pH yaitu 8,19, minyak dan lemak yaitu 5,75
dengan keadaan netral pada baku mutu air limbah sesuai dengan Permen LH No. 5
Tahun 2014. Proses pengolahan air limbah pabrik kelapa sawit PT. X
menggunakan metode Biological Ponding System dan Land Application. Hasil
penelitian pada penggunaan sistem kolam biologi pabrik kelapa sawit PT. X tidak
optimal dalam proses pengolahan dan tidak rutinnya melakukan pengerukan
endapan lumpur pada dasar kolam sehingga limbah terbuang ke badan air.
Berdasarkan hal tersebut, pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT.
X belum baik dan kualitas air limbah yang masih berada di atas baku mutu maka
pihak pabrik menjadikan limbah sebagai Land aplikasi tetapi sistem kolam biologi
yang belum optimal membuat limbah terbuang ke badan air. Oleh karena itu, PT.
X harus meningkatkan dan menjaga pengolahan limbah cairnya berkala dan
memiliki jadwal yang rutin.

Kata kunci: Limbah Cair, Kolam Biologi, Land Aplikasi, Kualitas Air
Limbah Cair.

ii
Universitas Sumatera
ABSTRACT

Industrial sector development has recently grown very rapidly. However, it


also has a negative impact on environment, that is, industrial waste. If the
industrial waste is not treated properly, it will disrupt the environmental balance.
It could be observed by some problems that happened around us such as
air,water, and land pollutions. The water pollution as liquid waste gives high
potential of pollution. So, it is necessary to convey information and understanding
about how to treat liquid waste properly. The purpose of this research is to
analyze the liquid waste treatment and the water quality of liquid waste of plm oil
factory at PT. X of 2017.
The research method used is descriptive survey, that is to know the
description of liquid waste treatment system and the water quality of liquid waste
of palm oil factory at PT. X. Its result were obtained from field surveys and data of
samples testing on liquid waste at BTKL and Baristand laboratories in Medan.
The result of laboratory testing water liquid waste of palm oil factory PT.
X Kabupaten Langkat indicates that the physical parameters TSS is 875 mg/L and
chemical parameters BOD is 227,2 mg/L, and COD is 710,0 mg/L are above
standard quality of water waste, and chemical parameters pH is 8,19, oil and fat is
5,75 is in neutral conditions standard of liquid waste according to PERMEN LH
No. 5 of 2014. The process of water waste treatment of palm oil factory PT. X
Kabupaten Langkat use the biology pond system method and land application. In
this research it is found that the processing of biological pond system at that
factory is not optimal, and not routinely doing dredging of silt sludge on its
bottom. It cause waste float and mix with water bodies.
Based on the condition, the liquid waste treatment in palm oil of PT. X
Kabupaten Langkat is not good and water waste quality is still above standard.
Then the factory management makes the waste as land application but biological
pond has not been optimal as the waste float and mix with the water bodies.
Therefore the PT. X Kabupaten Langkat must improve its liquid water treatment
and has a regular maintaining schedule of it.

Keywords: Liquid Waste, Biological Pond, Land Application, Water Waste


Quality

i
Universitas Sumatera
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas

segala berkah yang telah di berikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Analisis Pengelolaan Limbah Cair Kelapa Sawit Di Pabrik

Pt. X Tahun 2017. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua, Ayahanda Puli

Pulungan, dan Ibunda Dra. Lailan Suraiya yang telah mendidik penulis dan tiada

henti memberikan kasih sayang, do’a yang tiada putus-putusnya, bimbingan,

motivasi dan nasehat kepada penulis.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil,

oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

v
Universitas Sumatera Utara
4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing II yang

telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan

masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Ir. Indra Cahaya S,MSi selaku Dosen Penguji I dan ibu dr. Devi Nuraini Santi, MKes

selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam

penyempurnaan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Kak Dian selaku staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak

membantu penulis dan seluruh dosen serta staf pegawai FKM USU.

8. Manajer PT. X Bapak Syahrowardi, ST yang telah memberikan izin

melakukan penelitian dan Bapak Selamat Riyadi yang telah mendampingi

penulis selama melakukan penelitian dan memberikan informasi terkait dalam

penyelesaian skripsi ini.

9. Keluargaku Ayahanda Puli Pulungan, Ibunda Dra. Lailan Suraiya, Abang

tersayang Arlian Armada Pulungan, Amd dan Adik-adik sepupu tersayang

Aulia Alfi Syahri, Naurah Salsabila, Naifah Salsabila dan anggota keluarga

lainnya yang telah memberikan semangat dan mendoakan penulis selama

menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat tersayangku dari SD sampai dengan sekarang Tia

Rahmadianti, Balqis Natasya, Rido Toryan Pratama Putra, Fanny Fadhilah,

dan Suci Khairil Lestari yang telah setia menjadi teman sekaligus keluarga,

vi
Universitas Sumatera
memberikan semangat, dukungan, bantuan, mendengarkan keluh kesah dan

doa selama ini kepada penulis.

11. Sahabat “Wanirus” Yulia Annisa Tanjung, Tri Nanda Putri, Balqis Nurmauli

Damanik, Kelsa Wilantari, Mutia Respati yang telah memberikan semangat,

dukungan, dan doa selama ini kepada penulis,semoga kita menjadi orang

yang sukses ya.

12. Terkhusus buat Arie Amanda yang selalu setia menjadi tempat berbagi keluh

kesah, member dukungan, semangat, motivasi, dan mendoakan sehingga

penulis dapat selalu bersemangat untuk menjalani perkuliahan hingga

menyelesaikan skripsi ini.

13. Anak kosan tersayang Kak Ezi, Kak Yenni, Kak Fika, Kak Eka, Tia, Rini,

Kak Ade yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, masukan dan

nasihatnya.

14. Teman-teman “Tim Golek” Fenny Syardilla, Rira Syahara, Khairunnisa,

Eriga Syahputra, Darin Syahputra, Hendra Gunawan, dan yang lainnya yang

telah memberikan semangat, semoga sukses semua untuk kita.

15. Teman-teman seperjuangan PBL (Fitri, Rika, Satrio, Uci, Mput) dan teman

selama LKP (Fahmi, Jani, Julham, Riris). Terimakasih atas doa, dukungan,

masukan, nasehat, serta waktu kalian selama penelitian ini.

16. Teman-teman angkatan 2013 khususnya kepada teman-teman Departemen

Kesehatan Lingkungan yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

vii
Universitas Sumatera
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan

terdapat banyak kekurangan, sehingga saran dan masukan dari berbagai pihak

sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat. Amin

Medan, Oktober 2017

ANIS SYAFIRA PULUNGAN

vii
Universitas Sumatera
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK............................................................................................................. iii
ABSTRACT............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................... v
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................ 6
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8


2.1 Limbah............................................................................................. 8
2.1.1 Pengertian Limbah................................................................. 8
2.1.2 Karakteristik Limbah............................................................. 8
2.2 Limbah Cair..................................................................................... 8
2.2.1 Pengertian Limbah Cair......................................................... 8
2.2.2 Sumber Air Limbah............................................................. 11
2.2.3 Komposisi Air Limbah........................................................ 12
2.2.4 Karakteristik Air Limbah..................................................... 12
2.2.5 Parameter Air Limbah.......................................................... 13
2.2.6 Tujuan Pengelolaan Air Limbah.......................................... 15
2.2.7 Dampak Buruk Air Limbah Industri...................................... 16
2.2.8 Tahapan Pengolahan Air Limbah........................................ 18
2.2.9 Cara Pengolahan Air Limbah............................................... 29
2.3 Proses Pengolahan Minyak Sawit.................................................. 31
2.3.1 Bahan Baku dan Penolong Minyak Sawit........................... 33
2.3.2 Sumber Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit ............................. 34
2.3.3 Parameter Air Limbah Industri Kelapa Sawit...................... 35
2.3.4 Cara Pengolahan Air Limbah Minyak Sawit....................... 35
2.4 Kerangka Konsep........................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 42


3.1 Jenis Penelitian................................................................................. 42
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................... 42

ix
Universitas Sumatera Utara
3.3 Objek Penelitian................................................................................. 42
3.4 Metode Dan Pengumpulan Data........................................................ 43
3.4.1 Data Primer.............................................................................. 43
3.4.2 Data Sekunder......................................................................... 43
3.5 Definisi Operasional.......................................................................... 43
3.6 Titik Pengambilan Sampel................................................................. 46
3.6.1 Air Limbah Industri Kelapa Sawit.......................................... 46
3.7 Prosedur Pengambilan Sampel.......................................................... 47
3.7.1 Air Limbah Industri Kelapa Sawit.......................................... 47
3.8 Aspek Pengukuran............................................................................. 48
3.9 Teknik Analisa Data.......................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................ 57


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................. 57
4.1.1 Pabrik Kelapa Sawit PT. X...................................................... 57
4.2 Proses Produksi Pengolahan Minyak Sawit...................................... 58
4.3 Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit PT. X .......................................... 64
4.3.1 Sumber Limbah Cair............................................................... 64
4.3.2 Proses Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit PT. X............. 64
4.3.2.1Pengolahan Pendahuluan (pretreatment)..................... 64
4.3.2.2Pengolahan Pertama (primary treatment).................... 65
4.3.2.3Pengolahan Kedua (secondary treatment)................... 65
4.3.2.4Pengolahan Ketiga (tertiery treatment)....................... 65
4.4 Permasalahan Pada Pengelolaan IPAL Pabrik Kelapa Sawit PT. X 68
4.5 Hasil Pemeriksaan Laboraturium Air Limbah................................... 71

BAB V PEMBAHASAN.................................................................................... 72
5.1 Metode Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit Pabrik PT. X.......... 72
5.2 Permasalahan Sistem Pengelolaan IPAL Pabrik Kelapa Sawit
PT.X ................................................................................................. 74
5.2.1 Land Aplikasi ......................................................................... 77
5.3 Baku Mutu Air Limbah Cair Kelapa Sawit PT. X............................. 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 85


6.1 Kesimpulan........................................................................................ 85
6.2 Saran.................................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

x
Universitas Sumatera
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Industri Minyak Sawit....................................................................... 35
Tabel 4.1 Penjelasan Unit Proses pada IPAL Pabrik Kelapa Sawit PT. X........ 67
Tabel 4.2 Mutu Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit Pt. X Sebelum (Inlet)
dan Sesudah (Outlet) Pengolahan IPAL pada Bulan September
2017.................................................................................................. 71

xi
Universitas Sumatera
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air
Limbah.......................................................................................... 12
Gambar 2.2 Alur proses pengolahan minyak kelapa sawit............................... 33
Gambar 2.3 Skema pengolahan air limbah minyak kelapa sawit..................... 40
Gambar 4.1 Proses produksi CPO di PT. X...................................................... 58
Gambar 4.2 Skema aliran proses pengolahan limbah di IPAL pabrik kelapa
sawit PT. X.................................................................................... 66

xii
Universitas Sumatera
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi


Lampiran 2. Berita acara pengambilan sampel/contoh uji
Lampiran 3. Baku Mutu Air Limbah PermenLH No. 5 Tahun 2014
Lampiran 4. Hasil pemeriksaan air limbah pabrik kelapa sawit
Lampiran 5. Surat permohonan izin penelitian
Lampiran 6. Surat keterangan selesai penelitian dari pihak pabrik kelapa sawit
PT. X
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian

xiii
Universitas Sumatera
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Anis Syafira Pulungan yang dilahirkan pada tanggal 24

Februari 1996 di Pangkalan Berandan. Beragama Islam, tinggal di Jalan Ikan

Senangin No. 31 Tanah Tinggi, Binjai. Penulis merupakan anak kedua dari dua

bersaudara pasangan Ayahanda Puli Pulungan dan Ibunda Dra. Lailan Suraiya.

Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Taman Kanak-Kanak

Dharma Patra Pangkalan Berandan pada tahun 2000 dan selesai tahun 2001,

Sekolah Dasar Dharma Patra Pangkalan Berandan pada tahun 2001 dan selesai

tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Dharma Patra Pangkalan Berandan pada

tahun 2007 dan selesai tahun 2010, Sekolah Menengah Atas Dharma Patra

Pangkalan Berandan pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun 2013

melanjutkan pendidikan SI di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan

Masyarakat Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan dan selesai tahun 2017.

xiv
Universitas Sumatera
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di sektor industri akhir-akhir ini berkembang sangat pesat.

Perkembangan industri ini memberikan dampak positif antara lain berupa

kenaikan devisa negara, transpor teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Namun

demikian, perkembangan di sektor industri ini juga memberikan dampak negatif,

yaitu berupa limbah industri yang bila tidak dikelola dengan baik akan

mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga pembangunan yang

berwawasan lingkungan tidak dapat tercapai (Pramudyanto, 2003).

Kegiatan industri dan teknologi dapat memberikan dampak langsung.Di

samping juga memberikan dampak tak langsung.Dikatakan dampak langsung

apabila akibat kegiatan industri dan teknologi tersebut dapat langsung di rasakan

oleh manusia.Dampak langsung yang bersifat positif memang diharapkan.Akan

tetapi, dampak tak langsung yang bersifat negatif yang mengurangi kualitas hidup

manusia harus dihindari atau dikurangi.Adapun dampak langsung yang bersifat

negatif akibat kegiatan industri dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya

masalah-masalah pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan

(Wardhana, 2004).

Pencemaran lingkungan menurut UU No. 23 tahun 1997 tentang

Lingkungan Hidup pasal 1 (ayat 12) adalah masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup

oleh kegiatan hidup manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu

1
Universitas Sumatera Utara
2

yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai dengan

peruntukannya. Sedangkan lingkungan hidup menurut UU No. 23 tahun 1997

tentang Lingkungan Hidup pasal 1 (ayat 1) adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain.

Perkembangan industri yang sangat cepat saat ini menyebabkan limbah-

limbah industri pun menjadi bertambah.Sebagai akibatnya limbah yang di buang

ke lingkungan semakin berat.Padahal kemampuam alam untuk menerima beban

limbah sangat terbatas, sehingga dipastikan bahwa self purification saat ini telah

terlampaui (Taufiq, 2010). Jenis limbah industri banyak macamnya, tergantung

dari bahan baku yang di pakai dalam industri dan sesuai dengan proses dari

masing-masing industri. Dengan demikian, pemecahan yang di butuhkan juga

berbeda untuk mencapai baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah

(Miswan, 2004).

Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan

industri kelapa sawit (Manurung,2004). Pada saat ini Indonesia merupakan salah

satu produsen utama minyak sawit, bahkan saat ini telah menempati posisi kedua

di dunia. Indonesia adalah Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di

dunia,yaitu sebesar 34,18% dari luas areal kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi

rata-rata kelapa sawit Indonesia tahun 2004-2008 tercatat sebesar 75,54 juta ton

tandan buah segar (TBS) atau 40,26% dari total produksi kelapa sawit dunia (Yan

Fauzi,2012).

Universitas Sumatera
3

Proses pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah cair.

Sebagaimana limbah industri pertanian lainnya, limbah cair kelapa sawit pun

mempunyai kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya bahan organik tersebut

mengakibatkan beban pencemaran yang semakin besar, karena diperlukan

degradasi bahan organis yang lebih besar.Limbah cair kelapa sawit mengandung

padatan melayang dan terlarut maupun emulsi minyak dalam air. Apabila limbah

tersebut langsung di buang kesungai maka sebagian akan mengendap, terurai

secara perlahan, mengonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan,

mengeluarkan bau yang sangat tajam, dan dapat merusak daerah pembiakan ikan

(said, 1996). Mengingat tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh

limbah cair yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan

informasi mengenai pengelolaan limbah cair secara benar. Limbah cair industri

kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial

mencemari air tanah dan badan air (Rusmey, 2009).

Keputusan Menteri Negara lingkungan hidup nomor 51/X/1995

menyebutkan bahwa jenis beban pencemar berbahaya yang terkandung dalam

limbah hasil kegiatan minyak sawit berupa : BOD (Biological Oxygen Demand)

sebesar 250 mg/L), COD (Chemical Oxygen Demand) sebesar 500 mg/L, TSS

(Total Suspended Solid) sebesar 300 mg/L, minyak dan lemak sebesar 30 mg/L,

amonia total (sebagai NH3,-N) sebesar 20 mg/L, dan pH sebesar 6,0-9,0. Dari

parameter-parameter tersebut dapat ditentukan berapa banyak limbah cair yang

memenuhi baku mutu untuk dapat dialirkan ke badan sungai. Kesemua bahan

Universitas Sumatera
4

pencemar tersebut dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan, maka itu perlu

dilakukan pengawasan dalam pengolahan limbah tersebut.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Verawaty,Dian dan Ramly

pada tahun 2014 mengenai analisis kadar BOD dan COD pada pengolahan limbah

cair kelapa sawit PT. Lestari Tani Teladan (LTT) Di Provinsi Sulawesi Tengah

mengatakan bahwa hasil kadar BOD sebelum pengolahan ialah pada titik pertama

pengambilan sampel sebesar 435 mg/l dan pada titik kedua sebesar 552,5 mg/l,

sedangkan kadar BOD sesudah pengolahan ialah pada titik pertama sebesar 792,5

mg/l dan titik kedua 610 mg/l. Sedangkan kadar COD sebelum pengolahan ialah

pada titik pertama pengambilan sampel sebesar 222 mg/l dan pada titik kedua

sebesar 246 mg/l, sedangkan kadar COD sesudah pengolahan ialah pada titik

pertama sebesar 125 mg/l dan titik kedua sebesar 141 mg/l. Dari kedua parameter

kimia yang telah diuji yang belum memenuhi standar baku mutu kualitas limbah

cair bagi kegiatan industri kelapa sawit sesuai PermenLH No. 5 tahun 2014, yaitu

nilai BOD karena melebihi 100 mg/l. Sedangkan nilai COD sudah memenuhi

standar baku mutu karena kurang dari 350 mg/l.

PT. X adalah salah satu pabrik kelapa sawit yang menghasilkan minyak

sawit (Crude Palm Oil), untuk menghasilkan minyak sawit membutuhkan tandan

buah segar dengan kapasitas olah adalah 20 Ton TBS/jam. Limbah cair kelapa

sawit pabrik PT. X berasal dari kegiatan pengolahan tandan buah segar meliputi air

untuk proses pengolahan maupun untuk air cleaning pabrik. Inilah merupakan

salah satu alasan mengapa peneliti menjadikan air limbah cair kelapa sawit pabrik

PT. X sebagai objek penelitian. Dengan banyak nya kapasitas olah tandan buah

Universitas Sumatera
5

segar yaitu 20 ton TBS/jam pabrik kelapa sawit harus melakukan pengendalian

terhadap air limbah dan pengawasan mutu air limbah.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada pabrik PT. Xyaitu

proses penampungan limbah cair kelapa sawit menggunakan sistem IPAL yang

yang terdiri dari 10 kolam untuk menangani limbah cair dengan kapasitas dari

masing-masing kolam serta fungsi karakter kolam tersebut yang nantinya hasil

akhir dari pengolahan limbah akan mengeluarkan kualitas limbah yang memenuhi

syarat untuk di buang ke sungai atau ke badan air, namun pabrik kelapa sawit PT.

X masih belum membuang limbah pengolahan akhir ke sungai atau badan air tetapi

apabila hujan turun limbah meluap dan terbuang ke badan air yang menuju ke

sungai yang masih di gunakan masyarakat, dan masyarakat mengeluhkan kepada

pihak pabrik apabila limbah tersebut meluap ketika hujan turun.

Berdasarkan data limbah terakhir yang di uji oleh pihak pabrik PT. X yang

peneliti dapat pada survey pendahuluan Bahwa hasil akhir (outlet) untuk

konsentrasi BOD yaitu 20167,20 mg/l, COD yaitu 2179,44 mg/l, TSS yaitu 720

mg/l. Dari data tersebut menunjukkan bahwa hasil akhir yang di uji pada bulan juni

2016 masih melebihi syarat baku mutu lingkungan berdasarkan PermenLH No. 5

tahun 2014. Oleh karena itu, perlu proses pengolahan air limbah kembali sehingga

semua parameter untuk pabrik kelapa sawit memenuhi syarat baku mutu

lingkungan dan apabila di buang kelingkungan atau badan air tidak mencemari.

Maka peneliti ingin mengetahui sistem pengelolaan limbah cair kelapa sawit dan

kualitas limbah cair yang berasal dari inlet dan outlet IPAL yang dihasilkan dari

Universitas Sumatera
6

limbah pabrik kelapa sawit PT. X sudah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah. 1.2

Rumusan masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah tingginya

kadarparameter yang dikeluarkan IPAL dan belum diketahuinya proses pengolahan

di IPAL pabrik kelapa sawit PT. X.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis pengelolaan limbah cair kelapa sawit dan kualitas air

limbah cair di pabrik kelapa sawit PT. X.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk menganalisis kualitas limbah cair sebelum pengolahan (inlet) berupa

pengukuran kadarDO, BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak pada pabrik

kelapa sawit PT. X.

2. Untuk mengetahui metode pengolahan limbah cair kelapa sawit PT. X.

3. Untuk menganalisis kualitas limbah cair sesudah pengolahan (oulet) berupa

pengukuran kadar DO, BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak pada pabrik

kelapa sawit PT. Xdan membandingkan dengan Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup RI No. 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.

4. Untuk mengetahui permasalahan pada pengelolaan IPAL pada pabrik kelapa

sawit PT. X.

Universitas Sumatera
7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang penanganan limbah

cair pabrik kelapa sawit.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam rangka pembangunan industri

berwawasan lingkungan.

3. Sebagai bahan masukan bagi pabrik mengenai air limbah dan prosesnya,

sehingga pabrik melakukan pengelolaan limbah pabrik lebih baik lagi agar

hasil pengelolaan limbah cair memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014.

4. Sebagai bahan pembelajaran bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara pada umum dan khusus nya bagi peminatan kesehatan

lingkungan.

Universitas Sumatera
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah

2.1.1 Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga). Air limbah atau air buangan adalah sisa

air yang di buang yang berasal dari rumah tangga, industri ataupun tempat-tempat

umum lainnya, serta pada umumnya mengandung zat-zat yang dapat

membahayakan bagi kesehatan manusia, mempengaruhi aktivitas makhluk hidup

lain, dan dapat merusak lingkungan hidup (Notoatmojo.2011).

Menurut Kristanto (2002) Limbah adalah buangan yang kehadirannya

pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak

memiliki nilai ekonomi.Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki

sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai

bahan yang dalam jumlah relative sedikit tetapi berpotensi untuk merusak

lingkungan hidup dan sumber daya.

2.1.2 Karakteristik Limbah

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi

tiga bagian yaitu limbah cair, limbah gas dan partikel dan limbah padat.

2.2 Limbah cair

2.2.1 Pengertian Limbah Cair

Keputusan Menteri Negara lingkungan hidup nomor 51/X/1995

menyebutkan bahwa Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan

8
Universitas Sumatera Utara
9

oleh kegiatan industri yang di buang ke lingkungan dan di duga dapat menurunkan

kualitas lingkungan.

Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan

pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi

yang terbuang dari sumber dosmetik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan),

sumber industri dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan,

atau air hujan (Suparman, Suparmin, 2002).

Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang

berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat

menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar,

2004).

Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara

langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung

dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses

produksi sedang berlangsung, dimana produk dan limbah hadir pada saat yang

sama. Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun

sesudah proses produksi (Ginting, 2007).

Menurut Chandra (2006), limbah industri (industrial waste) adalah limbah

yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan

air pada proses produksinya. Selain itu limbah cair juga dapat berasal dari bahan

baku yang mengandung air sehingga di dalam proses pengolahannya, air harus

dibuang.

Universitas Sumatera
10

Menurut Mulia (2005), air limbah industri umunya terjadi sebagai akibat

adanya pemakaian air dalam proses produksi. Di industri, air umumnya memiliki

beberapa fungsi berikut:

1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses

industri

2. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku

3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler, pada pabrik minuman

4. Untuk mencuci dan membilas produk dan/atau gedung serta instalasi

Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi

tergantung dari jenis dan besar-kecilnya industri, pengawasan pada proses industri,

derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi

aliran selalu tidak akan dilewati apabila menggunakan tangki penahan dan bak

pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industri

yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar 50 m3/ha/hari. Sebagai

patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa 85 – 95% dari jumlah air yang

digunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan

kembali air limbah. Apabila industri tersebut memanfaatkan kembali air

limbahnya, maka jumlahnya akan lebih kecil lagi (Sugiharto, 1987).

Menurut Azwar (1996), untuk menentukan derajat pengotoran air limbah

industri, ada beberapa cara, yakni:

1. Mengukur adanya E.Coli dalam air. Ukuran yang dipakai biasanya jumlah

E.Coli untuk setiap ml air limbah. Jelaslah yang diukur disini ialah bahan

pengotor yang bersifat organis.

Universitas Sumatera
11

2. Mengukur suspended solid, yang biasanya dinyatakan dalam ppm.

3. Mengukur zat-zat yang mengendap dalam air limbah industri yang dinyatakan

dalam ppm.

4. Mengukur kadar oksigen yang larut yang dinyatakan dalam ppm. Pengukuran

kadar oksigen yang larut ini dianggap pokok karena dengan diketahuinya kadar

oksigen, dapat ditentukan apakah air tersebut dapat dipakai untuk kehidupan,

misalnya untuk memlihara ikan, tumbuhan dan lain sebagainya. Ada beberapa

cara yang dikenal untuk mengukur kadar oksigen dalam air limbah industri,

antara lain yaitu Kebutuhan Oksigen Biologi (Biological Oxygen Demand),

Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemical Oxygen Demand), dan Oksigen Terlarut

(Dissolved Oxygen).

2.2.2 Sumber Air Limbah

Menurut Kusnoputranto (2002) air limbah ini berasal dari berbagai sumber,

secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu

air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah

ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar

mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis

industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat

bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,

antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,

mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan

Universitas Sumatera
12

jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih

rumit.

3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang

berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-

tempatumum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat

yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah

tangga.

2.2.3 Komposisi Air Limbah

Menurut Sugiharto (1987), sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah

mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat.

Akan tetapi, secara garis besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dapat di

kelompokkan seperti pada skema berikut ini.

Air limbah

Utara
Bahan padat
Air (0,1%)
(99,9%) Protein (65%) Butiran

Organik (25%) Anorganik


Karbohidrat Garam

Lemak (10%) Metal

Gambar 2.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air

limbah 2.2.4 karakteristik Air Limbah

Menurut Chandra (2006), ada beberapa karakteristik khas yang dimiliki air

limbah seperti berikut ini:

Universitas Sumatera
1

1. Karakteristik fisik

Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan bahan padatnya

mencapai 0,1% dalam bentuk suspensi padat (suspended solid) yang volumenya

bervariasi anatara 100-500 mg/l. apabila volume suspensi padat kurang dari 100

mg/l, air limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500 mg/l disebut kuat.

2. Karakteristik kimia

Air limbah biasanya bercampur dengan zat kimia anorganik yang berasal

dari air bersih dan zat organk dari limbah itu sendiri.Saat keluar dari sumber, air

limbah bersifat basa. Namun, air limbah yang sudah lama atau membusuk akan

bersifat asam karena sudah mengalami kandungan bahan organiknya telah

mengalami proses dekomposisi yang dapat menimbulkan bau tidak

menyenangkan.

Komposisi campuran dari zat-zat itu dapat berupa:

a. Gabungan dengan nitrogen misalnya urea, protein, atau asam amino

b. Gabungan dengan non-nitrogen misalnya lemak, sabun, atau karbohidrat.

3. Karakteristik bakteriologis

Bakteri patogen yang terdapat dalam air limbah biasanya termasuk

golongan E.coli .

2.2.5 Parameter Air Limbah

Parameter air limbah perlu diketahui agar dapat ditentukan apakah air

tersebut sudah tercemar dan dapat dikatakan air limbah. Menurut Kusnoputranto

(2002), beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air limbah

antara lain adalah:

Universitas Sumatera
14

1. Kandungan zat padat

Yang diukur adalah dalam bentuk total solid, suspended solid, dan

dissolved solid.

2. Kandungan zat organik

Salah satu penentuan zat organik adalah dengan mengukur BOD

(Biochemical Oxygen Demand) dari air buangan. BOD adalah jumlah oksigen

yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi aerobik bahan-bahan

dalam larutan, dibawah kondisi waktu dan suhu tertentu (biasanya lima hari pada

20°C).

3. Kandungan zat anorganik

Beberapa komponen zat anorganik yang penting adalah nitrogen dalam

senyawaan nitrat, fosfor, H2O dalam zat beracun, dan logam berat seperti Hg, Cd,

Pb, dan lainnya.

4. Gas

Adanya gas N2, O2, dan CO2 pada air limbah berasal dari udara yang

larut kedalam air sedangkan gas H2S, NH3, dan CH4 berasal dari proses

dekomposisi air limbah. Oksigen dapat diketahui dengan mengukur DO

(Dissolved Oxygen).Makin rendah DO maka makin tinggi kandungan zat

organiknya.

5. Kandungan bakteriologis

Untuk menganalisis bakteri patogen dalam air limbah cukup sulit sehingga

parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat jumlah golongan coliform

Universitas Sumatera
15

(MPN/Most Probably Number) dalam sepuluh mili limbah serta perkiraan terdekat

jumlah golongan coliform tinja dalam seratus mili air limbah.

6. pH

Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan bilogis karena pH

yang kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan menganggu kehidupan dalam

air bila dibuang ke perairan terbuka.

7. Suhu

Suhu air limbah umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara, tapi

lebih tinggi dari suhu air minum.

2.2.6 Tujuan Pengelolaan Air Limbah

Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu limbah dan

sesuai dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana

kegiatan industri sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus tersedia

nilainya sebelum masuk sistem pengolahan dan setelah limbah keluar sistem

pengolahan harus ditetapkan nilai-nilai parameter yang harus dicapai. Artinya

harus diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan apakah

limbah ini memenuhi syarat baku mutu (Ginting, 2007).

Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani

pengolahan terlebih dahulu.Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang

efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Disamping itu, pengelolaan air

limbah penting dilakukan agar air limbah yang mengandung banyak

mikroorganisme patogen dan menimbulkan bau dapat diolah agar saat dibuang

tidak mencemari badan air maupun dari segi estetikanya dan sesuai

Universitas Sumatera
16

dengan baku mutu. Menurut Chandra (2006), adapun tujuan dari pengelolaan air

limbah itu sendiri, anatara lain:

1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.

2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air.

3. Menghindari pecemaran tanah permukaan.

4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit.

Menrut Azwar (1996), pengolahan air limbah pada dasarnya bertujuan untuk:

1. Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman terjangkitnya penyakit.

Hal ini mudah dipahami karena air limbah sering dipakai sebagai tempat

berkembangbiaknya berbagai macam bibit penyakit.

2. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut

mengandung zat organis yang membahayakan kelangsungan hidup.

3. Menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup sehari-hari,

terutama jika sulit ditemukan air yang bersih.

2.2.7 Dampak Buruk Air Limbah Industri

Menurut Sugiharto (1987), sesuai dengan batasan dari air limbah yang

merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan

benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi, tidak berarti bahwa air

limbah tersebut tidak perlu di lakukan pengelolaan, karna apabila limbah ini tidak

di kelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap

lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada.

Universitas Sumatera
17

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak

buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Menurut Mulia (2005), beberapa

dampak buruk tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gangguan kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan

penyakit bawaan air (waterborne disease).Selain itu di dalam air limbah mungkin

juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan bagi mahluk hidup yang mengkonsumsinya.Adakalanya air limbah yang

tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya

nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).

2. Penurunan Kualitas Lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya: sungai dan

danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Adakalanya, air

limbah juga merembes ke dalam tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air

tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak

dapat lagi digunakan sesuai peruntukannya.

3. Gangguan terhadap keindahan

Adakalnya air limbah mengadung polutan yang tidak mengganggu

kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan.Kadang-kadang air limbah

dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila terurai menghasilkan gas-gas yang

berbau.Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat menimbulkan

gangguan keindahan pada badan air tersebut.

Universitas Sumatera
18

4. Gangguan terhadap kerusakan benda

Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh

bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat

proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air

limbah) dan buangan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut maka

biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan

kerugian material.

Untuk menghindari terjadinya gangguan – gangguan di atas, air limbah

yang dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan

dalam Baku Mutu Air Limbah.

2.2.8 Tahapan Pengolahan Air Limbah

Menurut Sugiharto (1987) tujuan utama pengolahan air limbah adalah

untuk mengurangi BOD, partikel tercampur, serta membunuh organime

patogen.Selain itu, diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan

bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan

agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.Untuk itu diperlukan pengolahan secara

bertahap agar bahan tersebut di atas dapat dikurangi.

Proses pengolahan limbah cair pada umumnya dibagi menjadi empat

kelompok, yaitu (Soeparman dan Soeparmin, 2002) :

1. Pengolahan Pendahuluan

Pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan kasar,

mengurangi ukuran padatan, memisahkan lemak/minyak, dan proses

Universitas Sumatera
19

menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat

dalam pengolahan pendahuluan:

a. Saringan (bar screen/bar racks)

b. Pencacah (communitor)

c. Bak penangkap pasir (gift chamber)

d. Penangkap lemak dan minyak (skinner and grease trap)

e. Bak penyetaraan (equalization basin)

2. Pengolahan Tahap Pertama

Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan padatan

tersuspensi melalui proses pengendapan (sedimentation). Pada proses

pengendapan, partikel padat dibiarkan dibiarkan mengendap ke dasar tangki.

Bahan kimia biasanya ditambahkan untuk menetralisasi dan meningkatkan

kemampuan pengurangan padatan tersuspensi.BOD dapat mencapai 35%

sedangkan TSS berkurang sampai 60%. Pengurangan BOD dan padatan pada

tahap awal ini selanjutnya akan mengurangi beban pengolahan tahap kedua.

3. Pengolahan Tahap Kedua

Pengolahan tahap kedua berupa aplikasi proses biologis yang bertujuan

untuk mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Proses

biologis yang dipilih didasarkan atas pertimbangan kuantitas limbah cair yang

masuk unit pengolahan, kemampuan pengurangan zat organik yang ada pada

limbah tersebut (biodegrability of wastes), serta tersedianya lahan.Pada unit ini

diperkirakan terjadi pengurangan kandungan BOD dalam rentang 35-95%

bergantung pada kapasitas unit pengolahnya.Pengolahan tahap kedua yang

20 Universitas Sumatera
menggunakan high rate treatment mampu menurunkan BOD dengan efisiensi

berkisar 50-85%.Unit yang biasa digunakan pada pengolahan tahap kedua berupa

saringan tetes (trickling filters), unit lumpur aktif, dan kolam stabilisasi.

4. Pengolahan Tahap Ketiga atau Pengolahan Lanjutan

Beberapa standar efluen membutuhkan pengolahan tahap ketiga ataupun

pengolahan tahap lanjutan untuk menghilangkan kontaminan tertentu ataupun

menyiapkan limbah cair tersebut untuk pemanfaatan kembali.Pengolahan pada

tahap ini lebih difungsikan sebagai upaya peningkatan kualitas limbah cair dari

pengolahan tahap kedua agar dapat dibuang ke badan air penerima dan penggunaan

kembali efluen tersebut.

Pengolahan tahap ketiga, disamping masih dibutuhkan untuk menurunkan

kandungan BOD, juga dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa fosfor dengan

bahan kimia sebagai koagulan, menghilangkan senyawa nitrogen melalui proses

ammonia stripping menggunakan udara ataupun nitrifikasi denitrifikasi dengan

memanfaatkan reaktor biologis, menghilangkan sisa bahan organik dan senyawa

penyebab warna melalui proses absorpsi menggunakan karbon aktif,

menghilangkan padatan terlarut melalui proses pertukaran ion, osmosis balik,

maupun elektrodialisis.

Menurut Sugiharto (1987), pengolahan limbah cair dapat dikelompokkan

menjadi enam tingkatan :

1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)


21

Pada pengolahan pendahuluan ini, kegiatan yang dilakukan adalah

pengambilan benda yang terapung dan pengambilan benda mengendap seperti

pasir.Pengambilan terhadap benda terapung ini dilakukan dengan melewatkan air

limbah tersebut melalui celah-celah saringan kasar dan dapat juga digunakan

communitor untuk memotong zat padat pada air limbah tanpa mengambilnya dari

aliran air tersebut.Untuk pengambilan benda mengendap, disediakan bak

pengendap pasir untuk mencegah terjadinya kerusakan alat karena pengikisan dan

mencegah terganggunya saluran serta mengurangi endapan pada pipa penyalur dan

sambungan, serta mengurangi frekuensi pembersihan pada tangki pencerna sebagai

akibat terjadinya tumpukan pasir.

2. Pengolahan pertama (primary treatment)

Pengolahan ini bertujuan untuk menghilangkan zat padat terlarut melalui

pengendapan atau pengapungan. Pengendapan adalah kegiatan utama pada tahap

ini dan pengendapan yang dihasilkan karena adanya kondisi yang sangat

tenang.Bahan kimia juga dapat ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau

meningkatkan pengurangan dari partikel yang terlarut.

3. Pengolahan kedua (secondary treatment)

Pengolahan kedua ini mencakup proses biologis untuk mengurangi bahan-

bahan organik melalui mikroorganisme yang ada didalamnya. Proses ini sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: jumlah air limbah, tingkat kekotoran,

jenis kotoran yang ada, dan sebagainya. Reaktor pengolahan lumpur aktif

(activated sludge) dan saringan penjernihan biasanya dipergunakan dalam tahap

ini. Pada proses penggunaan lumpur aktif, maka air limbah yang telah lama

Universitas Sumatera
22

ditambahkan pada tangki aerasi dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah

bakteri secara cepat agar proses biologis dalam menguraikan bahan organik

berjalan lebih cepat. Lumpur aktif tersebut dikenal dengan MLSS (Mizeed

Liquiour Suspended Solid).

4. Pengolahan ketiga (tertiary treatment)

Pengolahan ini merupakan lanjutan dari pengolahan-pengolahan terdahulu.

Pengolahan jenis ini baru akan dipergunakan apabila pada pengolahan pertama

dan kedua masih banyak terdapat zat tertentu yang masih berbahaya bagi

masyarakat umum. Pengolahan ketiga ini merupakan pengolahan secara khusus

sesuai dengan kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah.Biasanya

dilaksanakan pada pabrik yang menghasilkan limbah yang khusus pula.

5. Pembunuhan bakteri (disinfectant)

Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh

mikroorganisme patogen yang ada dalam air limbah.

6. Pengolahan lanjut (ultimate disposal)

Dari setiap tahap pengolahan air limbah, maka hasilnya adalah berupa

lumpur yang perlu dilakukan pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut

dapat digunakan kembali untuk keperluan kehidupan, misalnya untuk menimbun

lubang.

Menurut Achmad (2004), bahwa metode dan tahapan proses pengolahan

limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Merode ditetapkan

berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi yang terkandung dalam air

Universitas Sumatera
23

limbah. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan

membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan

tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses

atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai

dengan kebutuhan atau faktor finansial terdiri dari :

1. Pengolahan Primer (primary treatment)

Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses

pengolahan secara fisika :

1. Penyaringan (Screening)

Limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan

jeruji saring.Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara

yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar

dari air limbah.

2. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak

yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang

berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut gritchamber dan

cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel –

partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk

proses selanjutnya.

3. Pengendapan

Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ketangki

atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama

Universitas Sumatera
24

dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di

tangki pengendapan, limbah cair di diamkan agar partikel – partikel padat yang

tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Endapan partikel

tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah

kesaluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga

metode pengapungan (Floation).

4. Pengapungan (Floation)

Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak

atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat

menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).

Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke

permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan. Bila limbah cair

hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui proses

pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan

primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila

limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui

proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan

anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan

selanjutnya.

2. Pengolahan Sekunder (secondary treatment)

Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis,

yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi

Universitas Sumatera
25

bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.

Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu :

a. Metode penyaringan dengan tetesan (Metode Trickling Filter)

Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan

organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa

serpihan batu atau plastik, dengan ketebalan ± 1 – 3 m. Limbah cair kemudian

disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media

tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam

limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar

lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian

disalurkan ke tangki pengendapan.

Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses

pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme

dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan

limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau

disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan

b. Metode lumpur aktif (Metode Activated Sludge)

Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke

sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan

bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama

beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian

oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah.

Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses

Universitas Sumatera
26

pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke

tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui

proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih

dperlukan.

c. Metode kolam perlakuan (Metode Treatment ponds/ Lagoons)

Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode

yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat.Pada metode ini, limbah

cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan

kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian

digunakan oleh bakteri aerob untuk proses penguraian/degradasi bahan organik

dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses

degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah

limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat

disalurkan untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.

3. Pengolahan Tersier (tertiery treatment)

Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder

masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi

lingkungan atau masyarakat.Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya

pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair /

air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses

pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti

nitrat, fosfat, dan garam- garaman.

Universitas Sumatera
27

Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced

treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.

Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan

pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan

dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.

Beberapa jenis pengolahan yang sering dipergunakan antara lain :

a. Saringan pasir

Penyaringan adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel koloid

dari air limbah dengan melewatkan pada media yang porous.Saringan ini ada dua

jenis yaitu saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat.

b. Saringan multimedia

Penyaringan multimedia ini dengan menggunakan saringan yang berbeda

granulanya misalnya 0.5 meter antacid dengan 1 mm pada bagian atas, 0.3 meter

pasir silika dengan diameter 0.5 mm. Satu penyaringan menghasilkan 2.7 – 5.4

liter/ meter kubik per detik.

c. Microstainning

Saringan microstainning terdiri dari bahan drum yang diputar sedangkan

drum itu dibungkus ayakan bahan stainless steel. Pada penggunaannya drum

diputar dengan 2/3 bagian dari drum terendam di dalam air limbah sehingga air

cukup jernih dapat masuk ke dalam drum sedangkan lumpur tertahan pada ayakan

pembungkusnya dan melekat sehingga ikut terangkat ke atas pada waktu berputar.

d. Vacuum filter

Universitas Sumatera
28

Saringan ini terdiri dari drum horizontal yang dilapisi dengan filter medium

atau spiral, kemudian diputar dalam campuran lumpur dan limbah dengan 1/4

bagian dari drum terendam larutan.

e. Penyerapan

Penyerapan secara umum adalah proses pengumpulan benda-benda terlarut

yang terdapat dalam antara dua permukaan.

f. Pengurangan besi dan mangaan

Keberadaan ferric dan manganic larutan dapat terbentuk dengan adanya

pabrik tenun, kertas, dan pro industri. Fe dan Mn dapat dihilangkan dari dalam air

dengan melakukan oksidasi menjadi Fe(OH3) dan MnO2 yang tidak larut dalam

air, kemudian diikuti dengan pengendapan dan penyaringan. Oksidator utama

adalah molekul oksigen dari udara, klosin atau KMNO4.

g. Osmosis bolak-balik

Osmosis bolak-balik adalah satu diantara sekian banyak teknik

pengurangan bahan mineral yang diterapkan untuk memproduk air yang siap

dipergunakan lagi.

Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan

limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses

pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

5. Desinfeksi (Pembunuh Kuman)

Tahap selanjutnya adalah proses desinfeksi yang akan menurunkan atau

menghilangkan mikroorganisme pathogen. Desinfeksi dapat dilakukan dengan

berbagai cara fisik atau dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Dalam

Universitas Sumatera
29

menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Daya racun zat

b. Waktu kontak yang diperlukan

c. Efektivitas zat

d. Kadar dosis yang digunakan

e. Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan

f. Tahan terhadap air

g. Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin

(klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet (UV), atau dengan ozon (O3).

Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses

pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier,

sebelum limbah dibuang ke lingkungan.

6. Pengolahan Lanjut (Ultimated Disposal)

Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder maupun tersier,

akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dpat

dibuang secara langsung, melainkan perlu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur

hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara

aerob (anerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternative, yaitu

dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos,

atau dibakar (incinerated).

2.2.9 Cara Pengolahan Air Limbah

Universitas Sumatera
30

Menurut Kusnoputranto 2002, pengolahan air limbah adalah memberi

perlakuan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik air limbah yang dihasilkan,

dengan maksud untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air

limbah tersebut. Beberapa cara pengolahan air buangan adalah :

1. Pengenceran (dilution)

Yakni pengolahan dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai

konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Akan

tetapi dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya

kegiatan manusia terutama di bidang industri, maka jumlah air limbah yang harus

dibuang menjadi terlalu banyak. Karenanya diperlukan air pengenceran yang

terlalu banyak pula maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu,

cara ini mendatangkan kerugian antara lain adalah bahaya kontaminasi terhadap

badan-badan air, oksigen terlarut dalam air menjadi cepat habis sehingga

menggangu kehidupan organisme dalam air, serta meningkatnya pengendapan zat-

zat padat dan mempercepat pendangakalan sehingga terjadi penyumbatan yang

akan menghasilkan banjir.

2. Kolam oksidasi (oxidation ponds)

Prinsip kerja darai pengolahan ini adalah pemanfaatn sinar matahari, ganggang

(Algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah

dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segiempat dengan kedalaman antara 12

meter.Lokasi kolam harus di daerah yang terbuka sehingga memungkinkan

Universitas Sumatera
31

sirkulasi angin dengan baik. Pengolahan dengan cara ini menurunkan nilai BOD

sehingga relative aman bila dibuang ke badan air.

3. Irigasi (irrigation)

Yaitu pengolahan dengan mengalirkan air limbah ke dalam parit-parit terbuka

yang digali, dan air akan merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding

parit-parit tersebut. Air limbah yang berasal dari rumah tangga, perusahaan susu

sapi, rumah potong hewan yang banyak mengandung zat-zat organic dan kadar

protein yang tinggi, dapat digunakan untuk pengairan lading pertanian atau

perkebunan dan sekaligus berfungsi sebagai pemupukan.

2.3 Proses Pengolahan Minyak Sawit

Menurut Basiron (2005), pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit

(Crude Plam Oil) di lakukan dalam beberapa tahap yaitu penerimaan tandan buah

segar (TBS), perebusan, perontokan, pelumatan, ekstraksi minyak dan klarifikasi.

1. Penerimaan Tandan Buah Segar

Tandan buah segar (TBS) di kelola dengan baik untuk menghindari kerusakan

pada buah yang menyebabkan rendahnya kualitas minyak yang di hasilkan.

2. Perebusan

Perebusan dilakukan menggunakan uap pada tekanan 3 kg/cm2 pada suhu 143

oC selama 1 jam. Proses ini di lakukan untuk mencegah naiknya jumlah asam

lemak bebas karena reaksi enzimatik, mempermudah perontokan buah, dan

mengkondisika inti sawit untuk meminimalkan pecahnya inti sawit selama

pengolahan berikutnya.

3. Perontokan

Universitas Sumatera
32

Tujuan dari perontokan adalah memisahkan buah yang sudah dierbus dari

tandannya. Perontokan di lakukan dengan dua cara yaitu penggoyongan dengan

cepat dan pemukulan.

4. Pelumatan

Pelumatan dilakukan untuk memanaskan buah kembali, memisahkan perikrap

dari inti, dan memecah sel minyak sebelum mengalami ekstraksi.Kondisi

terbaik pelumatan ada pada suhu 95-100 oC selama 20 menit.

5. Ekstraksi minyak

Ekstraksi minyak biasanya dilakukan dengan mesin pres akan menghasilkan

dua kelompok produk yaitu 1. campuran antara air, minyak dan padatan, 2.

Cake yang mengandung serat dan inti.

6. Klarifikasi

Minyak kasar hasil ekstraksi akan memiliki komposisi 66% minyak, 24% air,

dan 10% padatan bukan minyak (nonoily solids, NOS). karena kandungan

padatannya cukup tinggi, maka harus dilarutkan dengan air untuk mendapatkan

pengendapan yang diinginkann. Setelah dilarutkan, minyak kasar di saring

untuk memisahkan bahan berserat.Produk kemudian di endapkan untuk

memisahkan minyak dan endapan.Minyak pada bagian atas di ambil dan di

lewatkan pada pemurni setrifugal yang diikuti oleh pengering

vakum.Selanjutnya didinginkan sebelum di simpan dalam tangki penyimpanan.

Universitas Sumatera
3

Penerimaan TBS

Proses sterilisasi

Mesin bantingan

Tandan kosong Buah sawit

Proses pengepresan

Bui sawit
CPO kotor
Pemecahan biji se ra t
Proses penjernihan

Pengolahan limbah Pengolahan CPO bersih hydrocyclone


limbah

Limbah Limbah
cair cair

Palm cangkang
kernel

Digunakan untuk Pembuangan Digunakan untuk


pupuk tanaman di sesuai bahan bakar
lapangan ketentuan boiler
pemerintah

Gambar 2.2 Alur proses pengolahan minyak kelapa sawit

2.3.1 Bahan Baku dan Penolong Minyak Sawit

Bahan baku utama di PT. X untuk proses pengolahan atau produksinya

adalah tandan buah segar (TBS) dengan menerima tandan buah segar (TBS)

sekitar 20 ton/ hari. Penilaian tarhadap mutu dari TBS di dasarkan pada standar

produksi tandan.
Universitas Sumatera Utara
34

Bahan baku pembantu dalam proses pengolahan produksi minyak mentah

(CPO) adalah raw water atau air pengolahan yang mengunakan bahan kimia

seperti tawas/alumunium sulfat (12.040 gr/ton TBS), soda ash (60gr/ton TBS),

koporit (1-2 gr/ton TBS), serta kebutuhan air/ton TBS (1,20 – 1.50 m3).

2.3.2 Sumber Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit adalah ekses atau hasil

sampingan dari suatu proses kegiatan industri yang menggunakan air per satuan

waktu atau per satuan bahan baku (produksi), biasa di ukur dalam satuan liter per

detik, meter kubik per bahan baku, dan meter kubik per produksi

(Hamonangan,2009).

Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses

pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah

cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang sangat tinggi,

sehingga mengakibatkan tingginya kadar bahan pencemar dalam limbah cair yang

di hasilkan. Diantara sejumlah limbah yang di hasilkan pabrik kelapa sawit di atas,

yang menjadi permasalahan utama terhadap lingkungan hidup adalah limbah cair

karena di samping volumenya yang cukup banyak serta pengelolaannya yang

sering kali terabaikan oleh pihak manajemen.Apabila kandungan bahan organik

dalam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit tinggi dengan angka perbandingan

BOD dan COD cukup besar, menunjukan bahwa air limbah buang pabrik kelapa

sawit tidak mengandung komponen-komponen organik yang sukar didegradasi

(Chin, 1981).

Universitas Sumatera
3

2.3.3 Parameter Air Limbah Industri Minyak Sawit

Berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan RI No. 5 tahun 2014 tentang

baku mutu air limbah, parameter limbah cair untuk industri minyak sawit dapat di

lihat pada tabel 2.1 yaitu:

Tabel 2.1. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Industri
Minyak Sawit
Kadar paling tinggi Beban pencemaran
Parameter paling tinggi (Kg/ton)
(mg/L)

BOD 100 0,25

COD 350 0,88

TSS 250 0,63

Minyak dan lemak 25 0,063

Nitrogen Total (sebagai 50 0,125


N)

pH 6,0-9,0

Debit limbah paling 2,5 m2 per ton produk minyak sawit (CPO)
tinggi

Sumber: PermenLH No. 5 tahun 2014

2.3.4 Cara Pengolahan Air Limbah Minyak Sawit

Menurut Hamonangan (2009), limbah pabrik kelapa sawit terdiri dari

limbah padat dan limbah cair. Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan limbah

yang mengandung padatan terlarut dan emulsi minyak di dalam air dan senyawa

organik. Proses pengolahan limbah cair secara umum dapat dilakukan dalam

beberapa metode atau sistem yaitu mencakup sistem aplikasi lahan, sistem kolam

dan sistem kolam dengan elektrokoagulasi:

Universitas Sumatera
36

1. Sistem aplikasi lahan (Land Application)

Sistem ini hanya menggunakan kolam limbah cair untuk proses

pengolahannya, selanjutnya hasil akhir di manfaatkan ke areal tanaman yang dapat

di jadikan sebagai subsitusi penampungan kedalam lahan-lahan tanaman yang

telah di buat sedemikian rupa dalam bentu sistem distribusinya limbah cair.

Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit dapat di lakukan dengan metode

flatbed (perparitan), yaitu mengalirkan atau memompakan limbah cair dari

instalasi pengolahan air limbah fakultatif ke dalam bak distribusi, dan secara

grafitasi dialirkan melalui saluran parit penghubung hingga ke ujung saluran.

Pembuatan pabrik dan teras yaitu dengan membangun kontruksi saluran di antara

dua baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan

limbah cair dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu, sehingga lumpur

tertinggal di dalam parit, dan secara periodic lumpur yang tertinggal pada parit

harus di kuras secara berkala agar aliran limbah cair dengan mudah dapat mengalir

(Hamonangan 2009).

Pada prinsipnya konsep pembuangan limbah cair kelapa sawit ke areal

perkebunan kelapa sawit seperti dijelaskan di atas adalah suatu metode

pemanfaatan limbah cair yang dapat berfungsi sebagai pupuk sehingga dapat

mengehamat dalam pemupukan terhadap tanaman kelapa sawit, dari aspek

ekonomis metode ini sangat menguntungkan tetapi tetap harus memperhatikan

aspek kesehatan lingkungan dengan berpegang pada baku mutu sebelum dialirkan

ke parit-parit di dalam kebun, tidak di benarkan pembuangan atau mengalirkan

tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan limbah cair dari

Universitas Sumatera
37

hasil produksi kelapa sawit. Pemanfaatan metode ini meliputi pengawasan

terhadap pemakaian limbah di arel, agar diperoleh keuntungan dari segi argonomis

dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan. Pemilihan teknik aplikasi yang

sesuai untuk tanaman kelapa sawit sangat tergantung kepada kondisi maupun

faktor berikut:

a. Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri,

b. Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman kelapa

sawit,

c. Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya

dengan air sungai atau pemukiman penduduk.

2. Sistem kolam (Ponding System)

Pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem kolam ini merupakan

sistem yang lazimnya digunakan oleh sejumlah pabrik kelapa sawit di Indonesia.

Penggunaan sistem ini bertujuan untuk menanggulangi masalah limbah cair pada

unit pengolahan limbah cair, pengolahan limbah cair kelapa sawit yang

menggunakan sistem kolam (Ponding system) secara umum membutuhkan lahan

yang cukup luas untuk proses tahapan sehingga dapat menghasilkan limbah cair

akhir yang sesuai dengan nilai baku mutu air limbah yang direkomendasikan.

Adapun tahapan tersebut adalah:

a. Fat, fit (Kolam Pengumpulan Losis Minyak)

Pada kola ini minyak yang masih ada dan terikut pada limbah cair hasil

proses klarifikasi dapat diambil kembali.

Universitas Sumatera
38

b. Sludge Recovery Pons (Kolam Pengendapan Lumpur)

Lumpur yang berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu serat halus dari

Tandan Buah Segar ikut serta dalam limbah cair, maka perlu dilakukan

pengendapan.

c. Cooling Tower (Menara Pendingin)

Menara ini diperlukan untuk mendinginkan limbah cair pabrik kelapa sawit

agar proses selanjutnya lebih mudah dilakukan, dan jika masih ada sisa minyak di

dalamnya, dapat di ambil kembali pada kolam pendingin dan juga untuk proses

pada kolam anaerob limbah cair yang masih panas.

d. Cooling Pond (Kolam Pendingin)

Kolam ini merupakan lanjutan proses pendinginan dari menara pendingin,

proses ini dilakukan agar menghasilkan suhu yang sesuai untuk proses anaerobic

dengan memanfaatkan bakteri.

e. Mixing Pond (Kolam Pencampur)

Air limbah pada kola mini mengalami asidifikasi, sehingga air limbah yang

mengandung bahan organik lebih mudah mengalam biodegradasi dalam suasana

anaerobic. Setelah hidrolisis sempurna, pH air limbah di netralkan (pH 7,0-7,5),

dan kemudian diteruskan pada proses selanjutnya.

f. Primary An Aerobik (Kolam Anaerobik)

Pada kolam ini limbah cair kelapa sawit yang mengandung senyawa

organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan protein akan dirombak oleh

bakteri an aerobic menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana,

karbohidrat dan air.

Universitas Sumatera
39

g. Secondary An Aerobik Pond (Kolam Penyempurnaan Anaerobik)

Pada kolam ini proses an aerobik yang belum sempurna dari kolam an

aerobik primer dilakukan penyempurnaan.

h. Facultative Pond (Kolam Peralihan)

Kolam ini merupakan kolam peraliham dari kolam an aerobik ke kolam

aerobik. Pada kolam ini proses an aerobik masih tetap berlanjut, yaitu

menyelesaikanproses yang belum terselesaikan pada an aerobik.

i. Aerobik Pond (Kolam Aerobik)

Pada kolam ini cairan limbah cair di perkaya kandungan oksigen dengan

aerator, oksigen ini di perlukan untuk proses oksidasi (proses aerobic) yang

dilakukan oleh bakteri aerobik.

j. Stabilization

Pada kolam ini limbah cair sudah di buang ke badan air, tetapi sebelumnya

di stabilisasi baik sifat fisik maupun sifat kimianya.

3. Sistem Kolam dengan Elektrokoaguliasi

Sistem ini juga menggunakan kolam seperti pada sistem kolam di atas,

namun dilakukan pengembangan untuk memfasilitasi jumlah padatan terlarut yang

menyebabkan limbah cair berwarna coklat kehitam-hitaman.Penggunaan

elektrokoagulasi pada prinsipnya adalah menggunakan sel dalam elektrolisis,

dimana anoda merupakan tempat berlangsungnya reaksi reduksi.Elektrolik

berfungsi sebagai media transportasi ionic, sekaliguas mencegah terjadinya

hubungan singkat antara anoda dan katoda.Elektron yang di lepaskan pada reaksi

Universitas Sumatera
40

anodic, dimana berpindahnya rangkaian listrik menuju sumber arus yang di

pandang dli luar sel.

Elektron dari sumber arus mengalir menuju katoda, sehingga pada katoda

terjadi reaksi reduksi. Reaksi elektrolisis merupakan suatu proses kimia heterogen

yang mencakup perpindahan muatan dari atau ke sebuah elektroda. Untuk

mencegah terjadi akumulasi muatan positif dan muatan negatif di suatu tempat di

dalam sel, maka jumlah elektron yang digunakan untuk proses oksidasi pada anoda

harus sama (Hamonangan, 2009).

FAT PIT

COOLING POND I

Utara
COOLING POND

AN AEROBIK AN AEROBIK AN AEROBIK

MATURITY

KOLAM APLIKASI

Gambar. 2.3 Skema Pengolahan Air Limbah Minyak Sawit

Universitas Sumatera
4

2.4 Kerangka konsep

Kualitas air
limbah (inlet):
1. DO
2. BOD
3. COD
4. TSS
5. pH
6. minyak dan
lemak

Metode Kualitas air Baku Mutu


pengolahanlimbah Limbah Cair
limbah: (outlet PermenLH
1.
1. pre treatment No 5 Tahun
2. Primery2. 2014
3.
treatment I
4.
3. Secondary
5.
treatment
6.
4. Tertiery
treatment Limbah tidak
memenuhi
syarat

Universitas Sumatera
Lim
bah
me
men
uhi
syar
at
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif yaitu untuk

mengetahui gambaran tentang Sistem pengelolaan limbah cair, dan kualitas air

limbah cair sebelum (inlet) dan sesudah (outlet) pengolahan limbah sesuai dengan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air

limbah bagi kegiatan industri untuk mengukur DO, BOD, COD, TSS, pH, minyak

dan lemak pada IPAL pabrik kelapa sawit PT. X tahun 2017.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian analisa pengelolaan air limbah cair kelapa sawit serta analisa

kualitas air limbah cair dilakukan di pabrik kelapa sawit PT. X.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian di mulai dari tanggal 25 Maret 2017 sampai bulan

Oktober2017.

3.3 Objek penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah unit pengelolaan limbah cair

yang meliputi pengolahan limbah cair dan kualitas air limbah cair sebelum dan

sesudah pengelolaan limbah pabrik kelapa sawit PT. Xserta petugas di bidang

instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada pabrik kelapa sawit PT. X berjumlah

2 petugas.

42
Universitas Sumatera Utara
4

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu yang di peroleh dari hasil observasi langsung ke lokasi

pabrik tentang cara pengelolaan limbah cair dan pengujian sampel limbah cair dari

sebelum (inlet) dan sesudah (outlet) pengolahan limbah cair kelapa sawit di

laboraturium BTKL (Badan Teknik Kesehatan Lingkungan) dan Baristand (Balai

Riset dan Standarisasi Industri) Medan, serta wawancara langsung dengan staf

bagian penanganan pengelolaan limbah cair pabrik PT. X.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari profil dan dokumen-dokumen yang ada di

pabrik kelapa sawit PT. Xdimana data-data berupa sejarah perusahaan,struktur

organisasi, dan untuk data limbah cair diperoleh dari data-data yang telah ada, dari

arsip bagian pengolahan limbah untuk data inlet dan outlet IPAL terakhir di uji

oleh pabrik, serta penelusuran kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian.

3.5 Defenisi Operasional

1. Limbah cair

Adalah limbah cair yang di hasilkan dari kegiatan produksi kelapa sawit

menjadi minyak sawit pabrik PT. X di bandingkan berdasarkan Permen LH

No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegatan Industri.

2. Proses pengelolaan limbah cair

Adalah kegiatan atau langkah-langkah pengolahan limbah cair di instalasi

pengolahan air limbah (IPAL) pabrik kelapa sawit PT. X yang meliputi

pengolahan pendahuluan (Pre Treatment), pengolahan pertama (primary

Universitas Sumatera
44

treatment), pengolahan kedua (secondary treatment), Pengolahan ketiga

(Tertiery Treatment), pembunuhan kuman (desinfection), dan pembuangn

lanjutam (ultimate disposal).

3. Pengolahan pendahuluan (Pre Treatment)

Adalah kegiatan yang dilakukan untuk pengambilan benda terapung dan

terendap yang ada pada limbah cair pabrik kelapa sawitPT. X.

4. Pengolahan pertama (Primary Treatment)

Adalah proses untuk memisahkan padatan dari air secara fisik. Hal ini dapat

dilakukan dengan melewatkan air limbah melalui saringan (filter) dan / atau

bak sedimentasi.

5. Pengolahan kedua (Secondary Treatment)

Adalah proses pengolahan limbah cair untuk mengkoagulasikan dan

menghilangkan koloid serta untuk menstabilisasi zat organik dalam air

limbah, dimana proses penguraian bilogik bahan organik pada tahap ini

dilakukan oleh mikroorganisme secara aerobic san anaerobik.

6. Pengolahan ketiga (Tertiery Treatment)

Adalah proses yang dilakukan apabila dengan pengolahan tahap-tahap

sebelumnya (tahap pertama dan tahap kedua) kualitas limbah cair olahan

belum memenuhi persyaratan yang diinginkan.

7. Kualitas air limbah sebelum pengolahan (inlet)

Adalah semua buangan yang berbentuk cair yang berasal dari kegiatan

pengolahan pabrik kelapa sawit sebelum proses pengolahan air limbah kelapa

sawit pabrik PT. X.

Universitas Sumatera
4

8. Kualitas air limbah sesudah pengolahan (outlet)

Adalah semua buangan yang berbentuk cair yang berasal dari kegiatan

pengoalahan pabrik kelapa sawit setelah proses pengolahan air limbah kelapa

sawit pabrik PT. X.

9. DO

Adalah kebutuhan oksigen dalam mg/l yang di butuhkan dalam pengolahan

limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X.

10. BOD(Biological Oxygen Demand)

Adalah banyaknya oksigen dalam mg/l yang dibutuhkan oleh bakteri untuk

menguraikan zat-zat organik dalam air limbah kelapa sawit pabrik PT. X.

11. COD (Chemical Oxygen Demand)

Adalah banyaknya oksigen dalam mg/l yang dibutuhkan untuk menguraikan

bahan kimia dalam air limbah kelapa sawit pabrik PT. X.

12. TSS (Total Suspended Solid)

Adalah bahan-bahan yang terdiri dari zat-zat padat yang tersuspensi yang ada

di dalam air limbah dan bersifat organik, dalam keadaan tenang dapat

mengendap setiap waktu tertentu karena pengaruh gaya gravitasi.

13. Minyak dan lemak

Adalah kandungan minyak dan lemak yang terdapat di dalam limbah cair

kelapa sawit PT. X.

14. pH

Adalah angka yang digunakan untuk menyatakan derajat keasaman air limbah

cair pabrik kelapa sawit PT. X.

Universitas Sumatera
46

15. Baku mutu air limbah pabrik kelapa sawit

Adalah standar/batas kadar yang diperbolehkan bagi air limbah pabrik kelapa

sawit sebelum di buang ke badan air berdasarkan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah bagi

kegiatan industri.

16. Memenuhi syarat

Adalah apabila kadarmya tidak melampaui baku mutu air limbah berdasarkan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu

air limbah bagi kegiatan industri kelapa sawit yaitu BOD = < 100 mg/l, COD

= < 350 mg/l, TSS = < 250 mg/l, minyak dan lemak = < 25 mg/l, pH = < 6,0

– 9,0.

17. Tidak memenuhi syarat

Adalah apabila kadarnya melampaui baku mutu air limbah berdasarkan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu

air limbah bagi kegiatan industri kelapa sawit yaitu BOD = > 100 mg/l, COD

= > 350 mg/l, TSS = > 250 mg/l, minyak dan lemak = > 25 mg/l, pH = > 6,0

– 9,0.

3.6 Titik Pengambilan Sampel

3.6.1 Air Limbah Industri Kelapa Sawit

Sampel di ambil pada titik sebelum (inlet) dan setelah (outlet) pengolahan

limbah dengan memperhatikan waktu tinggal (retention time) limbah di dalam

IPAL.Pengambilan sampel di inlet dilakukan pada kolam, sedangkan pengambilan

Universitas Sumatera
47

sampel di outlet dilakukan pada kolam atau lokasi di mana air limbah yang

mengalir sebelum memasuki ke badan penerima.

3.7 Prosedur Pengambilan Sampel

3.7.1 Air Limbah Industri Kelapa Sawit

1. Tujuan

Sebagai panduan cara pengambilan sampel air limbah.

2. Peralatan

1. Timba kaca/plastik

2. Botol kaca/plastik

3. Cool box/ wadah lain

3. Cara Kerja

1)Tentukan titik pengambilan sampel air limbah yang dapat mewakili

secara keseluruhan air.

2)Ambil sampel dengan menggunakan timba kaca/plastik sesuai dengan

jumlah yang dibutuhkan.

3)Masukan sampel dalam botol kaca/plastik.

4)Tulis nomor kode sampel pada botolnya.

5)Catat nomor kode sampel, tempat, jumlah sampel, dan tanggal/jam

pengambilan sampel pada formulir rekaman data pengambilan sampel

air limbah.

6)Masukan botol sampel kedalam cool box atau wadah lain.

7)Bawa sampel ke laboratorium untuk dianalisa.

Universitas Sumatera
48

3.8 Aspek Pengukuran

Adapun aspek pengukuran pemeriksaan DO, BOD, COD, TSS, pH, minyak

dan lemak berdasarkan prosedur dari BTKL medan adalah:

1. DO (dissolved oxygen)

a. Metode : Titrimetri

b. Peralatan : - Botol Oksigen

- Inkubator Udara Atau Pemanas Air 20o ± 1 O

C - Alat Titrasi (Buret)

c. Reagensia :

- Aquades

- Larutan Buffer Fosfat

- Larutan Magnesium Fosfat, Mgso 4

- Larutan Kalsium Klorida, Cacl

- Ferri Klorida, Fecl3

- Larutan Asam Dan Basa 1 N

- Larutan Natrium Suklfit 0,025 N

d. Cara kerja

1. Sampel air limbah sebanyak 100 ml di masukkan dalam labu

erlenmeyer 250 ml dan di tambahkan dengan 1 ml MnSO 4 5H2O 10%

dan 1 ml alkali iodine

2. Selanjutnya dikocok-kocok sampai homogeny dan tampak lapisan

atasnya bening

3. Tambahkan 3 ml H3 PO4 pekat

Universitas Sumatera
49

4. Titrasi larutan itu dengan larutan Na2 S2 O3 sampai warna kuning pucat

5. Berikutnya tambahkan 1 ml larutan amilum 1% dan warnanya akan

menjadi biru

6. Seterusnya titrasi lagi sampai warna biru hilang

7. Kadar oksigen terlarut dalam sampel yang di periksa dapat di hitung

dengan rumus:

Kadar O2 (ppm) = ( )

2. BOD (Biochemical Oxygen demand)

a. Metode : Titrimetri

b. Peralatan : - Botol Oksigen

- Inkubator Udara Atau Pemanas Air 20o 1 O C\

- Alat Titrasi (Buret)

c. Reagensia :

- Aquades

- Larutan Buffer Fosfat

- Larutan Magnesium Fosfat, Mgso 4

- Larutan Kalsium Klorida, Cacl

- Ferri Klorida, Fecl 3

- Larutan Asam Dan Basa 1 N

- Larutan Natrium Suklfit 0,025 N

d. Cara kerja

1) Persiapam air pengencer

Universitas Sumatera
50

- Semua larutan di campur,di alirkan udara dari pompa udara selama

30 menit, tutup.

2) Perlakuan pendahuluan

- Sampel bersifat asam atau basa dinetralkan dengan H2SO4 atau NaOH

1 N sampai pH 7.0

- Sampel mengandung sisa klor yang tinggi di netralkan dengan

larutan Natrium Tio Sulfat 0,025 N.

- Di buat beberapa pengenceran dari sampel yang disiapkan untuk

mendapatkan depletion yang diinginkan (Depletion= Pengurangan

kandungan oksigen).

- Pindahkan ke dalam 2 botol oksigen dengan hati-hati (tidak boleh

terjadi aerasi) 1 botol untuk inkubasi dan 1 botol untuk di tentukan

DO segera, inkubasi selama 5 hari pada 20o C, sesudah di tetapkan

DO.

- Waktu inkubasi, inkubasi blanko air pengencer dan sampel yang

telah di encerkan 5 hari pada 20o C.

3) Perhitungan

a. Uji tanpa pengenceran

KBO = C0 –C5

b. Uji yang di encerkan:

KBO= (C0 –C5) – K (AP0 - AP5 ) x p

Dengan penjelasan:

Universitas Sumatera
5

C0 : kadar oksigen terlarut (OT) mg/l nol hari sampel

C5 : kadar OT mg/l lima hari sampel

AP0 : kadar OT mg/l nol hari larutan pengencer

AP5 : kadar OT mg/l lima hari larutan pengencer

K : koreksi sebesar (p-1)/p

P : faktor pengenceran

KBO : botol yang berisi sampel

e. COD (Chemical Oxygen Demond)

a. Metode : Titrimetri

b. Peralatan : Alat COD (COD reactor)

c. Reagensia :

- Standard Kalium Bikromat (K 2 Cr2 O2) 0.25 N

- Reagen Asam Sulfat

- Standard Ferro Ammonium Sulfat (0.1 N)

- Larutan Indikator Ferroin (Fe SO 4 )

- Mercuri Sulfat (Hg SO 4 )

- Asam Sulfat

d. Cara kerja

1. Perlakuan pendahuluan

Sampel diperiksa terhadap NO2 apabila kadar NO2 lebih dari 2 mg +

10 mg asam sulfamat tiap mg/l NO2 yang kurang dari 2 mg/l dapat di

abaikan

2. Cara kerja dengan alat COD

Universitas Sumatera
52

- 2 ml sampel masukkan ke dalam tabung COD + 40 mg HgSO 4 dan

batu didih

- + 3 ml reagen H2 SO4 pelan-pelan sampai HgSO4 larut sambil

didinginkan

- 1 ml K 2Cr2 O7 0,25 N campur, kocok sampai homogen, masukkan

dalam COD reactor (1500 ) selama 2 jam.

- Setelah 2 jam didinginkan, pindahkan isinya kedalam Erlenmeyer +

aquades sampai 2 kali volume. Tambahkan 2 tetes indikator ferroin,

titrasi dengan ferro ammonium sulfat 0,01.

3. Perhitungan
( )

Mg/COD =___

a= ml titrasi blanko

b= ml titrasi sampel (pemeriksaan)

N= Normalitet Fe (NH4)2 (SO4)2 f. TSS

(Total Suspended Solid)

a. Metode : Gravimetri

b. Peralatan : - Gooch Krus

- Oven

- Desikator

- Timbangan Analitik

- Labu Penghisap Kapasitas 500 Ml

- Pompa Vakum

c. Reagensia : Aquades

Universitas Sumatera
5

d. Cara kerja :

- dikeringkan 103-1050 C selama 1 jam, hingga berat tetap

- Simpan dalam desikator

- 100 ml sampel yang sudah di campur baik, saring dengan Gooch krus

- Keringkan pada suhu 103-105 0 C selama 1 jam, dinginkan dalam

desikator timbang sampe berat konstan.

e. Cara perhtungan:

berat zat yang tersuspensi = ( )

A= berat saringan + residu

B= berat saringan

g. Derajat Keasaman (pH)

a. Metode : Elektroda gelas

b. Peralatan :

- elektroda ph meter yang dilenglapi dengan pengatur temperature

- Pengaduk magnetik, dengan batang pengaduk dilapisi Teflon atau


pengaduk mekanis yang dilengkapi plastic atau dibuat dari gelas

- Flow chamber untuk mengukur aliran secara terus menerus atau larutan

yang tidak di buffer

c. Reagensia : Mempersiapkan larutan standar secara umum

d. Cara kerja :

- Elektroda gelas dan referensi, ujungnya di celupkan dalam air selama 1

malam atau sesuai dengan petunjuk

Universitas Sumatera
54

- Temperatur sampel diukur dan tombol temperature pada ph meter

disesuaikan dengan temperature sampel

- Temperature dan ph dicatat.

h. Minyak dan lemak

a. Metode : gravimetri

b. Peralatan :

- Neraca analitik

- Corong pisah, 2000 mL

- Labu destilasi,125 mL

- Corong gelas

- Kertas saring, diameter 11 cm

- Alat sentrifugal, yang mampu mencapai putaran sampai 2400 rpm

- Pompa vakum

- Adapter destilasi dengan drip tip

- Penangas air yang di lengkapi pengatur suhu dan dapat diatur suhunya

- Wadah buangan pelarut

- Desikator

- Botol gelas mulut lebar

c. Cara kerja:

1) Pindahkan contoh uji ke corong pisah. Tentukan volume contoh uji

seluruhnya (tandai botol contoh uji pada meniscus air atau timbang

berat contoh uji). Bilas botol contoh uji dengan 30 mL pelarut organik

dan tambahkan pelarut pencuci ke dalam corong pisah.

Universitas Sumatera
55

2) Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan lapisan memisah,

keluarkan lapisan air.

3) Keluarkan lapisan pelarut melalui corong yang telah di pasang kertas

saringdan 10 g Na2SO4 , anhidrat, yang keduanya telah dicuci dengan

pelarut, ke dalam labu bersih yang telah di timbang.

4) Jika tidak dapat di peroleh lapisan pelarut yang jernih (tembus

pandang), dan terdapat emulsi lebih dari 5 mL, lakukan sentrifugasi

selama 5 menit pada putaran 2400 rpm. Pindahkan bahan yang di

sentrifugasi ke corong pisah dan keringkan lapisan pelarut melalui

corong dengan kertas saring dan 10 g Na2 SO4 , yang kedua nya telah di

cuci sebelumnya, ke dalam labu bersih yang telah di timbang.

5) Gabungkan lapisan air dan emulsi sisa atau padatan dalam corong pisah.

Ekstraksi 2 kali lagi dengan pelarut 30 mL tiap kalinya, sebelumnya

cuci dahulu wadah contoh uji dengan tiap bagian pelarut.

6) Ulangi langkah 5 jika terdapat emulsi dalam tahap ekstraksi berikutnya.

7) Gabungkan eksktrak dalam labu destilasi yang telah ditimbang,

termasuk cucian terakhir dari saringan dan Na2 SO4 anhidrat dengan

tambahan 10 mL sampai dengan 20 mL pelarut.

8) Destilasi pelarut dalam penangas air pada suhu 85 0 . untuk

memaksimalkan perolehan kembali pelarut lakukan destilasi

9) Saat terlihat kondensasi pelarut berhenti, pindahkan labu dari penangas

air. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit pastikan labu kering

dan timbang sampai diperoleh berat tetap.

Universitas Sumatera
5

d. Perhitungan

Jumlah minyak dan lemak dalam contoh uji:

Kadar minyak dan lemak (mg/L) = ( )

Dengan pengertian :

A= adalah berat labu + ekstrak, mg

B= adalah berat labu kosong, mg

3.9 Teknik Analisa Data

Data yang di peroleh disajikan dalam bentuk tabel dan di analisa secara

deskriptif untuk mengetahui hasil pengelolaan air limbah cair kelapa sawit pada

pabrik PT. X. Hasil pemeriksaan air limbah cair yang dilakukan di BTKL (Badan

Teknik Kesehatan Lingkungan) Medan tersebut di analisa dengan cara

membandingkan dengan baku mutu air limbah pabrik kelapa sawit berdasarkan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air

limbah bagi kegiatan industri.

Universitas Sumatera
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Pabrik Kelapa Sawit PT. X

PT. X merupakan salah satu perusahaan swasta nasional menanamkan

modalnya pada bidang industri Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang berdiri sudah 3

tahun. Pabrik PT. X memproduksi kelapa sawit atau tandan buah segar dengan

jenis produksi yang di hasilkan adalah minyak sawit (Crude Palm Oil) dan jenis

lainnya yang dihasilkan yaitu inti kelapa sawit. Pabrik PT. X membangun pabrik

dengan kapasitas olah produksi yaitu 20 ton TBS/jam sehingga pencapaian jumlah

kapasitas produksi Crude Palm Oil yaitu 17.280 ton/Tahun.

Pabrik kelapa sawit ini berlokasi di Dusun Sirjadi, Desa Simpang Pulo

Rambung, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Pabrik kelapa sawt ini merupakan salah satu pabrik pengolahan tandan buah segar

yang terletak diatas tanah ± 6 Ha dengan batas-batas sebagai berikut:

Batas-batas wilayah Kecamatan Bahorok:

1. Sebelah Utara dengan Kecamatan Batang Serangan.

2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo.

3. Sebelah Barat dengan Provinsi Aceh.

4. Sebelah Timur dengan Kecamatan Serapit, Kecamatan Salapian, dan

Kecamatan Kutambaru.

57
Universitas Sumatera Utara
5

4.2 Proses produksi pengolahan minyak sawit

Proses produksi CPO di PT. X dapat dilihat pada gambar

Stasiun penerimaan buah

Stasiun sortasi buah

Stasiun loading ramp

Stasiun sterilizer

Stasiun perontokan
(threshing)

Stasiun pengempaan
(press)

Stasiun klarifikasi

Storage tank

Penumpukan CPO dalam


tangki timbun

Gambar 4.1 Proses produksi CPO di PT.X

Sumber: Laporan Kegiatan Pabrik PT. X Tahun 2014

Adapun proses pengolahan tandan buah segar menjadi CPO adalah sebagai

berikut:

1. Stasiun Penerimaan Buah

Buah sawit yang dibawa dari perkebunan diterima pertama kalinya di

stasiun penerimaan buah.Stasiun ini di lengkapi dengan jembatan penimbangan

Universitas Sumatera
59

yang berfungsi untuk menimbang berat TBS yang masuk ke dalam pabrik untuk

diolah lebih lanjut.Jembatan timbangan dipakai menggunakan sistem komputer

untuk menentukan berat.Jembatan timbangan dengan kapasitas timbangan ini

adalah 20 ton.

Prinsip kerja dari jembatan timbang adalah yaitu truk yang melewati

jembatan timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal (berat bruto)

sebelum TBS di bongkar dan disortir, kemudian setelah di bongkar truk kembali di

timbang untuk mendapatkan selisih berat awal dan berat akhirdari truk sebagai

berat sawit (berat bersih) yang di terima oleh pabrik. Hal ini sesuai dengan tujuan

penimbangan yaitu mengetahui berat muatan TBS sehingga memudahkan dalam

perhitungan atau pembayaran hasil panen serta memudahkan untuk proses

pengolahan selanjutnya.

2. Stasiun Sortasi Buah

Kegiatan sortasi pada stasium ini mempengaruhi hasil yang akan diperoleh

pada pengolahan selanjutnya, sehingga dengan pelaksanaan sortasi sebaik

mungkin akan mempengaruhi kualitas minyak yang akan diolah.

3. Stasiun Loading Ramp

TBS yang sudah selesai disortasi ditampung di loading ramp kemudian

diisikan kedalam lori yang akan membawa TBS ke sterilizer untuk

perebusan .loading ramp mempunyai pintu-pintu berjumlah 20 buah. Pintu-pintu

tersebut berfungsi sebagai tempat penampungan dan mempermudah pengisian

TBS kedalam lori. Untuk menggerakan pintu digunaka double blanks handle

control, setelah lori penuh maka pintu loading ramp akan ditutup kembali.

Kapasitas

Universitas Sumatera
60

loading ramp adalah 200 ton. Loading ramp yang ada pada pabrik PT.X yaitu

penampungan tandan buah segar yang berasal dari tandan buah segar dari kebun

masyarakat local yang di antarkan ke pabrik.

4. Stasiun Sterilizer

Proses ini lebih dikenal dengan istilah perebusan. Proses ini mempunyai 5

tujuan, yaitu menghentikan aktivitas enzim lipase dan oksidasi yang dapat

menyebabkan meningkatnya kadar asam lemak bebas dalam TBS, melepaskan

buah dari spiklet, untuk mempercepat proses ekstraksi pengutipan minyak dari inti

sawit, menurunkan kadar air buah dan inti untuk mempermudah proses

pengempaan, pemecahan emulsi dan melepaskan serat dan biji serta membantu

proses pelepasan inti dari cangkang. Kapasitas 1 sterilzer adalah 40 ton/jam.

Perebusan dilakukan dengan menggunakan uap panas dari boiler yang di alirkan

pada suhu antara 120-130oC selama 90 menit.

5. Stasiun Perontokan Buah

Buah dalam lori yang telah direbus dikeluarkan dari sterilizer dengan

menggunakan capstand. Kemudian lori yang berisi buah tersebut dicurahkan ke

autofeeder. Dari autofeeder, buah rebusan tersebut menuju tresher (mesin

perontok) yang berputar. Di dalam unit ini akan terjadi perontokan sehingga buah

akan terpisah dari tandannya dan buah yang telah terlepas ini ditransfer oleh

bucket conveyer ke digester feeder. Tandan kosong di cek kembali jika ada tandan

yang masih terdapat brondolan maka akn di ambil dan direbus kembali untuk

menghindari losis dengan batas minimal brondolan yang tersisa untuk

dikembalikkan sekitar 3%.

Universitas Sumatera
61

6. Stasiun Pengempaan (Press)

Pada stasiun ini terjadi 2 proses yaitu proses pelumatan dan proses

pengempaan minyak dari daging buah pada screw press.

a. Digester (ketel aduk)

Digester (ketel aduk) dilengkapi dengan perajang atau pisau dengan tujuan

lain agar mudah di tempa dalam screw press. Proses pengadukan akan berjalan

lebih baik bila suhu dan volume di dalam digester dikontrol dengan baik. Faktor

temperature sangat berpengaruh dalam proses pelumatan. Temperature dalam

tabung digester adalah 90-95 0C yang di dapat dari uap dan di alirkan ketabung

digester. Pemberian uap dengan suhu 90-95 0C ini bertujuan pada suhu tersebut

minyak sudah mencair sedangkan yang masih berbentuk emulsi akan pecah

menjadi minyak dan cairannya lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pardamean

(2012) suhu yang digunakan dalam screw press berkisar 90-95 0C. Pengadukan ini

berjalan selama 15 menit kemudian pintu digester yang menuju ke screw press

dibuka.

b. Pengepresan

Dalam proses pengepresan tekanan hidrolik sangat menentukn

keberhasilan pemisahan minyak dari serat. Pada saat pengepresan terlalu rendah

maka akan mengakibatkan oil lossis dan sebaiknya jika terlalu kuat maka akan

menyebabkan presentasi kernel pecah semakin meningkat. Hasil pengepresan

berupa minyak kasar kemudian masuk ke sand trap tank. Minyak kasar tersebut

selanjutnya akan masuk ke stasiun pemurnian, sedangkan ampas pengempaan

berupa serabut keluar melalui celah- celah cone dikirim ke depericarter

62 Universitas Sumatera
menggunakan cake break conveyer. Oil lossis pada pengempaan sebesar 4% per

ons sampel. Kapasitas press adalah 15 ton/jam.

7. Stasiun Klarifikasi Minyak

Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim kestasiun klarifikasi untuk

diproses lebih lanjut hingga mendapat hasil CPO yang sesuai dengan standar

yang diharapkan perusahaan.

a. Pemisahan pasir dari minyak (sand trap tank)

Minyak yang sudah keluar dari screw press melalui oil gutter di alirkan

kedalam sand trap tank dengan tujuan pemisahan minyak dengan

kotoran/mengendapkan pasir. Untuk memudahkan pengendapan maka suhu

minyak harus di atur antara 85-96 0C.selanjutnya minyak masuk ke crude oil tank

yang sebelumnya disaring pada vibrating screen yang bergetar secara horizontal.

b. Vibrating Screen

Minyak kasar yang disaring pada vibrating screen terdiri dari dua tingkat

yaitu berukuran 20 mesh untuk saringan atas dan 40 mesh untuk saringan bawah.

Saringan tersebut untuk memisahkan partikel-partikel padat seperti pasir, serabut,

lumpur dan kotoran-kotoran lainnya. Kotoran dari proses penyaringan ini di

dikembalikkan lagi fruit elevator untunk di ekstrak kembali.

c. Pemisahan lumpur, air dan kotoran-kotoran yang terbawa pada minyak

kasar (clarifier tank)

Fungsi clarifier tank adalah untuk mengendapkan lumpur yang masi

terkandung dalam minyak kasar. Untuk mempermudah adanya proses

pengendapan maka suhu operasi didalam clarifier tank di pertahankan 950C.


63

tangki ini dilengkapi stirrer yang berputar 3-5 rpm supaya minyak akan terpisah

sendirinya karena pengaruh panas. Lama proses pengendapan pada tangki ini

sekitar 3 jam sehingga minyak yang naik akan membentuk lapisan tersendiri dan

selanjutnya akan keluar melalui pipa oil tank. Sedangkan air, solid dan sludge akan

mengendap kebagian dasar tangki dan keluar melalui pipa akibat tekanan menuju

sludge tank.

d. Tangki Penampungan Minyak (Oil Tank)

Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah, kemudian ditampung

dalam tangki ini untuk dipanaskan lebih lanjut sebelum diproses pada sentrifugasi

minyak.Operasi kerja alat ini berkisar pada suhu 90-95 0C.Sistem pemanasannya

dilakukan dengan alat heat excharger dibuat dari sebuah pipa dengan posisi

melingkar dan dialiri uap dengan tekanan kerja uap ±3kg/cm2.

e. Pengurangan kadar air pada minyak (vacuum drier)

Berfungsi untuk memisahkan air dan minyak dengan pompa vacum

drier dengan suhu antara 90-95 0C. Sehingga didapat minyak yang standar untuk

dijual dipasaran. Minyak masuk kedalam vacum drier melalui nozzle untuk

memercikkan minyak kedalam vacum, akibat adanya kandungan air yang larut

dalam minyak akan menguap dan akan keluar keatas vacuum drier yang

disebabkan hisapan pompa vacum, sedangkan minyak yang telah murni

dipompakan ke storange tank.

Universitas Sumatera
6

4.3 Limbah cair Pabrik Kelapa Sawit PT. X

4.3.1 Sumber Limbah Cair

Sumber air limbah pabrik kelapa sawit PT. X berasal dari kegiatan proses

produksi yaitu pada stasiun klarifikasi minyak, proses pencucian dalam suatu

pabrik adalah suatu proses yang rutin dilakukan untuk kebersihan dan

pemeliharaan sistem dalam lokasi pabrik dan dilakukan setiap suatu periode

tertentu. Pencucian dilakukan terhadap unit-unit perangkat proses atau mesin-

mesin proses produksi minyak sawit, pembersihan lokasi sekitar unit pemroses

dan di beberapa bagian penunjang, seperti bengkel, power house, pump house dan

lain sebagainya.

4.3.2 Proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X

Pabrik kelapa sawit PT. X menghasilkan buangan limbah cair pada setiap

unit produksinya. Buangan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X dengan total

limbah sebanyak 200 ton/hari. Proses pengolahan air buangan pabrik kelapa sawit

PT. X dilakukan dengan metode Biological Ponding System dengan 10 kolam dan

Land Aplikasi. Proses pengolahannya sebagai berikut:

4.3.2.1 Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)

Pabrik kelapa sawit PT. X melakukan pengolahan pendahuluan berupa

proses pengolahan penyaringan minyak yang masih terikut pada limbah. Metode

penyaringan minyak pada limbah digunakan di unit fatpit.Limbah yang telah

disaring kemudian disalurkan ke sludge recovery pondyang berfungsi untuk

mengendapkan lumpur pada imbah agar serat-serat halus dari TBS terdapat

didalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki.

Universitas Sumatera
65

4.3.2.2 Pengolahan Pertama(Primary Treatment)

Pengolahan pertama (Primary treatment) limbah cair pada IPAL pabrik

kelapa sawit PT. X sama fungsinya pada tahap pengolahan pendahuluan namun

pada pengolahan pertama air limbah yang dialirkan dari fatpit dan sludge recovery

pond masih memiliki suhu yang terlalu tinggi untuk dilakukan pengolahan

selanjutnya, maka pada pengolahan pertama pada cooling pond I dan II selain

untuk menjaga suhu, pengolahan pertama untuk penghilangan senyawa apung

secara fisika, dan target penghilangan adalah suspended solid atau minyak dengan

cara pengendapan dan pengapungan. Untuk membantu kerja cooling pond pabrik

kelapa sawit PT. X menambahkan 2 kolam fakultatif sebagai kolam peralihan atau

sebagai kolam netralisasi dari cooling pond menuju anaerobik pond, limbah yang

sudah diproses pada cooling pond II di lanjutkan pengolahan terlebih dahulu pada

kolam fakultatif I, selesai dari kolam fakultatif I limbah di alirkan ke kolam

fakultatif II dan biarkan terlebih dahulu sebelum diproses ke kolam selanjutnya.

4.3.2.3 Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan sekunder limbah cair kelapa sawit pada IPAL pabrik kelapa

sawit PT. X bertujuan untuk penghilangan senyawa organik didalam air limbah

menggunakan metode perlakuan atau menggunakan kolam pengolahan anaerobik

yang melibatkan bakteri dan kolam aerobic dengan menggunakan bantuan aerator.

Selama proses degradasi pada kolam limbah juga mengalami pengendapan.

4.3.2.4 Pengolahan Ketiga (Tertiery Treatment)

Pengolahan tersier (tertiery treatment) limbah cair pada pabrik kelapa

sawit PT. X yaitu upaya peningkatan kualitas limbah cair dari pengolahan tahap

Universitas Sumatera
66

kedua untuk menurunkan kadar BOD, COD, nitrogen dan lain-lain yang masih

tinggi sampai kadar BOD sesuai untuk dipergunakan sebagai land aplikasi untuk

lahan kebun kelapa sawit pabrik PT. X, apabila limbah sudah mencapai kadar

BOD yang sesuai untuk dijadikan land aplikasi limbah di alirkan menuju lahan

kebun kelapa sawit pabrik kelapa sawt PT. X. Pengolahan tersebut dilakukan pada

kolam sedimentasi dan dilakukan pengendapan lumpur kembali.

Secara umum,aliran IPAL pabrik kelapa sawit PT. X sebagai berikut:


Fat pit

Sludge
recovery pons

Cooling Cooling Fakultatif Fakultatif


pond 1 pond 2 pond pond

Anaerobik
pond Anaerobik
Anaerobik pond
pond

Aerobic pond

Sedimentasi pond

X (control pond)

Gambar 4.2 Skema aliran Proses Pengolahan Limbah di IPAL pabrik kelapa
sawit PT. X
Sumber: Laporan Kegiatan IPAL Pabrik PT. XTahun 2014

Universitas Sumatera
6

Tabel 4.1 Penjelasan Unit Proses Pada IPAL Pabrik Kelapa Sawit PT. X

No Unit Proses Waktu Volume Kedalaman Proses


tinggal kolam

1 Fat pit 16 jam 6 x 40 m2 2m Minyak yang masih ada dan terikut


pada limbah cair hasil proses
klarifikasi dapat dilakukan
penyaringan kembali dengan limbah
dipanaskan dengan temperatur 60 0C
menggunakan skimmer.

2 Sludge 16 jam Lumpur yang berasal dari proses


Recovery TBS menuju minyak pada pabrik PT. X yaitu serat halus
pons dari tandan buah segar ikut serta dalam limbah cair dan
(kolam dilakukan pengendapan
pengendapa
8,7 hari 2320 m3 5m Cooling pond dilakukan agar
n lumpur)
menghasilkan suhu yang sesuai untuk proses anaerobik.
3 2 unit Cooling Selain itu untuk mengendapkan lumpur dan minyak yang
masih terikut pada saluran pipa dari fatpit dan sludge
recovery pond

8,7 hari 2325 m3 5m Kolam peralihan dari cooling pond k


ekolam anaerobik yang berfungsi untuk menyelesaikan proses
yang belum terselesaikan untuk mengendapkan lumpur dan
4 2 unit fakultatif menyisihkan minyak yang masih terdapat dalam proses
pond limbah di cooling pond.

Universitas Sumatera
6

5 3 unit anaerobic 50 hari 13.524 m3 7m Limbah cair buangan pabrik kelapa


pond sawit yang mengandung senyawa
organik kompleks seperti lemak,
karbohidrat dan protein. Pada
kolam anaerobik terjadi perlakuan
biologis terhadap limbah dengan
menggunakan bakteri mesophill.
Unsur organik yang terdapat dalam
limbah cair digunakan bakteri
sebagai makanan dalam proses
mengubahnya menjadi bahan yang
tidak berbahaya bagi lingkungan
dan juga akan dirombak oleh
bakteri menjadi asam organik dan
selanjutnya menjadi gas metana,
karbhidrat dan air. Pada kolam
anaerobik memiliki sirkulasi pump
yang berguna untuk menjaga
keseimbangan pH air dan menjaga
kelangsungan hidup bakteri yang
bersifat aerob dan anaerob dengan
tujuan memakan sisa-sisa minyak.

6 Aerobic pond 27 hari 7332 m3 3,5 m Kolam aerobik ini membutuhkan


oksigen melalui udara. Oksigen
diperlukan untuk pertumbuhan
maupun respirasi. Pada kolam
aerobic menggunakan mesin aerator
untuk menyuntikkan oksigen ke
dalam kolam. Oksigen ini diperlukan
untuk proses oksidasi (proses
aerobik) yang dilakukan oleh bkteri
aerobik.

7 S e d i m e n t a t i o n 12 hari 3220 m3 5m Pada proses akhir kolam sedimentasi


pond merupakan untuk memisahkan
cairan dari lumpur yang mengalir
secara kontinyu dari kolam aerob.
Limbah yang terdapat di kolam
sedimentasi di biarkan, karna
limbah tersebut digunakan untuk
land aplikasi pada kebun kelapa
sawit PT. X

8 Land aplikasi Pada land aplikasi yang digunakan


limbah berasal dari kolam aerobic
dan kolam sedimentasi yang
memiliki kadar BOD berkisar antara
3500 mg/l sampai 5000 mg/l dan pH

Universitas Sumatera
69

6-9. Biasa limbah akan di sedot


langsung dari kolam menuju lahan
aplikasi di kebun kelapa sawit PT. X

Sumber : Laporan Kegiatan IPAL Pabrik PT.X Tahun 2014

4.4 Permasalahan pada pengelolaan IPAL pabrik kelapa sawit PT.X

Permasalahan yang terjadi pada pengelolaan IPAL pabrik kelapa sawit PT. X

berdasarkan hasil observasi langsung ke lapangam yaitu:

1. Unit fat pit

Pada unit fat pit yang dimiliki pabrik kelapa sawit PT. X jumlah minyak yang

dapat dikutip dari unit fat pit ini masih sedikit. Jadi masih banyak minyak yang

terapung dan teremulsi dalam air limbah dan tidak terambil, sehingga terlalu

banyak minyak yang terikut di fatpit kedalam kolam pengolahan limbah cair di

cooling pond.

2. Kolam anaerobik

Pada kolam anaerobik dengan waktu tinggal sekitar 50 hari proses didalam

kolam belum optimal karena tidak adanya jadwal rutin (minimal 1 bulan sekali)

pengerukan endapan lumpur pada dasar kolam, sehingga pada ke 3 kolam

anaerobik dipenuhi oleh lumpur dipermukaan dan dasar kolam, bahkan lumpur

pada bagian permukaan sudah mengeras dan berwarna hitam. Melihat pada IPAL

dilapangan effluent yang keluar dari anaerobik masih berwarna hitam. Dengan

kondisi seperti ini terlihat bahwa perawatan unit anaerobik tidak dilakukan dengan

benar, jarangnya dilakukan pengerukan lumpur endapan secara berkala sehingga

endapan sudah meluas, terjadi pengurangan volume efektif unit pengolahan

anaerobik ini dan kapasitas penampungan limbah cair yang sudah tidak sesuai

Universitas Sumatera
70

dengan kemampuan optimal lagi, sehingga pada kolam anaerobik masih banyaj

limbah yang mengendap.

3. Kolam aerobik

Pada kolam aerobik hampir serupa dengan kolam anaerobik, yaitu di penuhi

oleh lumpur pada permukaan kolam tetapi tidak separah kolam anaerobik,

sehingga pengerakan pada bagian permukaan kolam menyebabkan terhambatnya

proses kontak dengan udara. Karena dipenuhi oleh lumpur maka efektif pada

kolam aerobik berkurang banyak.

4. Kolam sedimentasi

Pada proses pengolahan limbah cair di kolam sedimentasi berfungsi sebagai

memisahkan cairan dari lumpur yang mengalir secara kontinyu dari kolam aerob.

Karena pihak pabrik menggunakan limbah pada kolam sedimentasi dimanfaatkan

sebagai land aplikasi karena kadar BOD dan COD pada kolam sedimentasi

berkisar 3000. Jadi lumpur yang berada di kolam sedimentasi apabila mengalami

pengendapan lumpur di dalam dan lama di angkat maka limbah di dalam kolam

akan penuh, dan apabila terjadi hujan maka kolam akan meluap sehingga air

limbah yang berada pada kolam sedimentasi tersebut terbuang ke badan air

menuju sungai masyarakat.

5. Kolam pengontrol

Pada pengolahan limbah cair dari kolam sedimentasi melanjutkan proses

pengolahan akhir limbah ke kolam pengontrol yang berfungsi air limbah

menggunakan ikan sebagai indikator dan setelah diproses akan dibuang ke sungai,

tetapi karena pihak pabrik tidak membuang limbah ke badan air melainkan limbah

Universitas Sumatera
71

dibiarkan terisi tetap berada di dalam kolam pengontrol maka kolam pengontrol

tidak digunakan lagi dan apabila kolam penuh atau hujan dan terjadi banjir maka

limbah akan meluap dan terbuang ke badan air yang jarak antara kolam-kolam

IPAL pabrik kelapa sawit PT. X dengan badan air tersebut sekitar 2 meter.

Sebenarnya pada IPAL kelapa sawit PT. X pihak pabrik sengaja tidak

membuang air limbah ke badan air karena pihak pabrik menggunakan limbah

tersebut sebagai land aplikasi dan mengakui bahwa limbah masih belum

memenuhi baku mutu limbah, tetapi pihak pabrik membiarkan limbah apabila

meluap ke badan air.

4.5 Hasil Pemeriksaan Laboraturium Air Limbah

Baku mutu air limbah sebelum pengolahan (inlet) dan sesudah pengolahan

(outlet) dapat di lihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2Mutu air limbah pabrik kelapa sawit PT. X sebelum (inlet)
dan sesudah (outlet) pengolahan IPAL pada bulan September 2017
No Parameter Hasil analisa Hasil Baku mutu
(Inlet) analisa (mg/L)
(Outlet)
1 BOD 480,0 227,2 100

2 COD 1500 710,0 350

3 TSS 9380 875 250

4 pH 4,72 8,19 6,0-9,0

5 Minyak dan 2031 5,75 25


lemak
6 DO 0,100 0,150 6

Berdasarkan tabel di atas, semua parameter hasil analisa di inlet masih di

atas baku mutu yang telah ditetapkan. Dilihat dari proses pengolahan limbah cair

sesudah pengolahan (outlet) mengalami penurunan dari sebelum pengolahan

Universitas Sumatera
72

(inlet). Dilihat dari tabel, semua parameter masih di atas baku mutu kecuali pH

yaitu 8,19, minyak dan lemak yaitu 5,75 dengan keadaan netral yang ditetapkan

yang sesuai dengan Baku Mutu PerMenLH RI No. 5 Tahun 2014 tentang Baku

Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Sawit dan

untuk kadar DO hasil pemeriksaan laboratorium yaitu 0,150 dan meurut

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air

dan pengendalian pencemaran air COD yaitu 6 mg/l. Hal ini dikarenakan oleh

belum baiknya sistem pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X.

Sehingga diharapkan jika limbah cair tersebut dibuang kesungai maka sungai

tidak terjaga kualitasnya dan mengalami pencemaran serta menurunnya kualitas

air sungai.Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengelolaan limbah cair

kelapa sawit PT.X.

Universitas Sumatera
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Metode Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Pabrik PT. X

Pada dasarnya proses pengolahan limbah cair kelapa sawit pabrik PT. X

dilakukan dengan metode Biological ponding system dan land application.

Menurut Kristanto (2002), kelebihan Biological Ponding System adalah

penanganannya lebih mudah dengan biaya yang rendah. Keterbatasan sistem ini

adalah bahwa harus tersedia areal yang cukup luas dan volume limbah yang di

olah tidak terlalu kecil. Sedangkan Land Application( pemanfaatan air limbah ke

tanah) adalah suatu kegiatan dimana air limbah atau sisa dari suatu usaha dan

atau kegiatan yang berwujud cair digunakan atau difungsikan sebagai fertilizer

(penyuplai unsur hara) bagi tanah dan tanaman (KLH, 2005). Penggunaan air

limbah untuk pertanian mempunyai fungsi ganda disamping menanggulangi

pencemaran. Dengan memanfaatkan air limbah pada lahan maka air limbah akan

berkurang masuk daerah aliran sungai, dan sudah mengalami penyaringan lebih

dulu. Unsur-unsur hara yang terdapat dalam limbah berfungsi sebagai unsur

pupuk yang menyuburkan tanaman. Dengan demikian akan dapat memperbaiki

struktur tanah (Ginting, 2007).

Pada IPAL pabrik kelapa sawit PT. X melakukan pengolahan pendahuluan

(pre treatment), pengolahan primer (primary treatment), pengolahan sekunder

(secondary treatment), dan pengolahan tersier (tertiery treatment), menurut

Suparmin (2002) proses pengolahan limbah cair umunya dibagi menjadi empat

kelompok yaitu pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan

73
Universitas Sumatera Utara
74

kasar, mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak, dan proses

menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat

dalam pengolahan pendahuluan adalah saringan (bar screeen/bar racks), pencacah

(communitor), bak penangkap pasir (grift chamber), penangkap lemak dan minyak

(skimmer and grease trap), bak penyetaraan (equalization basin).

Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan

padatan tersuspensi melalui proses pengendapan (sedimentation). Pada proses

pengendapan, partikel dibiarkan mengendap ke dasar tangki. Dalam unit ini,

pengurangan BOD dapat mencapai 35%, sedangkan Suspended Solid berkurang

sampai 60%.

Pengolahan tahap kedua merupakan aplikasi proses biologis yang bertujuan

untuk mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Pada unit ini

diperkirakan terjadi pengurangan kandungan BOD dalam rentang 35-95%

bergantung pada kapasitas unit pengolahannya.Unit yang biasa digunakan pada

pengolahan tahap kedua berupa saringan tetes (trickling filters), unit lumpur aktif,

dan kolam stabilisasi.

Pengolahan tahap ketiga atau pengolahan lanjutan, beberapa standar efluen

membutuhkan pengolahan tahap ketiga ataupun pengolahan tahap lanjutan untuk

menghilangkan kontaminan tertentu ataupun menyiapkan limbah cair tersebut

untuk pemanfaatan kembali.Pengolahan pada tahap ini lebih difungsikan sebagai

upaya peningkatan kualitas limbah cair dari pengolahan tahap kedua agar dapat

dibuang ke badan air penerima dan penggunaan kembali efluen tersebut.

Pengolahan tahap ketiga, disamping masih dibutuhkan untuk menurunkan

Universitas Sumatera
75

kandungan BOD, juga dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa fosfor dengan

bahan kimia sebagai koagulan, menghilangkan senyawa nitrogen melalui proses

ammonia stripping menggunakan udara ataupun nitrifikasi denitrifikasi dengan

memanfaatkan reaktor biologis, menghilangkan sisa bahan organik dan senyawa

penyebab warna melalui proses absorpsi menggunakan karbon aktif

menghilangkan padatan terlarut melalui proses pertukaran ion, osmosis balik,

maupun elektrodial.

5.2 Permasalahan Sistem Pengelolaan IPAL pabrik kelapa sawit PT.X

Pengelolaan IPAL pada pabrik kelapa sawit PT. X menggunakan Biological

Ponding System berjumlah 11 kolam dan yang dipakai hanya 9 kolam yaitu

dengan 2 cooling pond, 2 fakultatif pond, 3 anaerobic pond, 1 aerobic pond, dan 1

kolam sedimentasi tidak memberikan hasil akhir yang berkualitas karena dampak

dari tidak rutinnya pengangkutan lumpur di dalam permukaan kolam sehingga

kerja pada setiap kolam tidak optimal dan kualitas air limbah tidak menghasilkan

mutu yang memenuhi syarat berasal dari unit fat pit yang mengeluarkan minyak

terlalu banyak tetapi tidak semua minyak yang dapat diolah kembali menjadi

minyak sawit melainkan masih banyak minyak yang teremulsi dalam air limbah

menuju ke kolam pengolahan limbah, Limbah dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

dialirkan masuk kedalam fat pit. Kolam fat pit digunakan untuk menampung

cairan – cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat

dan stasiun klarifikasi. Pada fat pit ini terjadi pemanasan dengan menggunakan

steam dengan suhu 60-80 0C. Pemanasan ini diperlukan untuk memudahkan

pemisahan minyak dengan sludge, sebab pada fat pit ini masih dimungkinkan

Universitas Sumatera
76

untuk melakukan pengutipan minyak dengan menggunakan skimmer. Limbah dari

fat pit ini kemudian dialirkan ke kolam cooling pond yang berguna untuk

mendinginkan limbah yang telah dipanaskan (Wibisono dalam William, 2011).

menurut Pusat Penelitian Perkebunan (RISPA) Medan dan Dirjen adalah

karena limbah cair dari fit pat masih bersuasana asam, maka di butuhkan

penetralan dengan penambahan Kaustik Soda. Pembiakan bakteri dapat juga

dilakukan dengan proses seeding dan lamanya pembiakan antara 3 sampai 7 hari.

Bila bakteri sudah cukup tersedia pada kolam pembiakan, maka proses

pengolahan selanjutnya dapat berlangsung tanpa melalui kolam pembiakan, yaitu

dari fat pit ke kolam pengasaman. Kolam pengasaman limbah cair dari fat pit

mempunyai suhu yang masih relatif tinggi, yaitu sekitar 60 sampai 70 0C.karena

itu kolam pengasaman dapat pula berfungsi sebagai kolam pendingin (Cooling

Pond). Namun yang diutamakan dalam kolam pengasaman adalah proses

pengasaman itu sendiri, dimana terjadi kenaikan kadar asam dari komponen-

komponen asam yang mudah menguap, yaitu dari 100 mg/l menjadi 5000 mg/l.

Lamanya limbah cair dalam kolam pengasaman ini adalah sekitar 5 hari.

Pada pengolahan sekunder pada IPAL pabrik kelapa sawit masih tidak

optimal karena masih banyaknya lumpur yang terendap di dasar kolam karena

jarangnya dilakukan pengerukan lumpur dengan minimal pengerukan sebulan

sekali (Rahardjo, 2006) sehingga terjadi pengurangan volume efektif unit

pengolahan anaerobik dan kapasitas penampungan limbah cair yang sudah tidak

sesuai dengan kemampuan optimal lagi. Pada kolam aerobik di IPAL pabrik

kelapa sawit PT. X sama dengan kolam anaerobik terdapatnya lumpur yang masih

Universitas Sumatera
77

mengendap di dasar kolam sehingga kualitas air limbah belum memenuhi syarat

untuk dibuang ke badan sungai dan pihak pabrik menggunakan air limbah pada

kolam aerobik sebagai land aplikasi. Menurut Pusat Penelitian Perkebunan

(RISPA) Medan dan Dirjen pada kolam aerob proses yang berlangsung dengan

membutuhkan oksigen melalui udara. Oksigen diperlukan untuk pertumbuhan

maupun untuk respirasi.Waktu penahanan hidrolis selama 15 hari. Dengan

menggunakan aerator dan suplai oksigen yang cukup, maka angka BOD dapat

ditekan dari 1750 mg/l menjadi di bawah 100 mg/l. Efisiensi penguraian dengan

cara oksidasi dapat mencapai 95%. Effluent dari kolam aerob ini sudah memenuhi

baku mutu limbah sehingga boleh dibuang langsung ke badan air penerima seperti

sungai atau lainnya.

Menurut penelitian Rahardjo (2006) menyebutkan bahwa sistem proses

pengolahan limbah cair yang di usulkan yaitu Aerobic Bioreactor (Bioreaktor

aerobic) merupakan tempat berlangsungnya proses penguraian secara biologis

terhadap zat-zat organik yang tersisa pada kondisi aerob (membutuhkan oksigen

atau udara). Pada bagian dasar reaktor ini terdapat pipa distributor untuk

mengalirkan udara secara homogen. Dengan sistem ini proses penguraian akan

berlangsung dengan cepat. Namun peralatan pendukung unit ini adalah sebuah

kompresor atau blower.Waktu penahanan hidrolis dalam unit ini adalah selama 5

hari.

Pada pengolahan ketiga limbah cair kelapa sawit pabrik PT. X pada kolam

sedimentasi dijadikan sebagai land aplikasi pada lahan kebun kelapa sawit pabrik

PT. X karena memiliki kadar BOD 3500 mg/l dan kolam mengalami pengendapan

78 Universitas Sumatera
lumpur di dalam dan lama di angkat maka limbah didalam kolam penuh dan

meluap ke sehingga air limbah terbuang ke badan penerima air. Menurut Pusat

Penelitian Perkebunan (RISPA) Medan dan Dirjen sebenarnya hasil pengolahan

limbah cair yang keluar dari kolam sedimentasi sudah memenuhi syarat baku mutu

limbah untuk dibuang langsung ke badan air penerima.

5.2.1 Land Aplikasi

Pada pabrik kelapa sawit PT. X menggunakan limbah sebagai land aplikasi

memanfaatkan limbah berasal dari kola aerobik dan kolam sedimentasi dengan

kadar BOD 3500 mg/l dan pH 7,5 untuk dialirkan ke lahan kebun pabrik kelapa

sawit PT. X.

Sistem ini hanya menggunakan beberapa kolam limbah untuk pengolahan,

selanjutnya hasil yang akhir dimanfaatkan ke areal tanaman yang dapat sebagai

substitusi pemupukan di lahan-lahan tanaman yang telah dibuat sistem

pendistribusiannya (Nainggolan, 2011).

Karakteristik limbah cair industri kelapa sawit yang diperkenankan untuk

dimanfaatkan sebagai suplemen pupuk dan air irigasi pada perkebunan kelapa

sawit adalah pada kadar BOD < 5.000 mg/L atau COD < 10.000 mg/L dengan pH

antara 6 – 9 (KepMen LH No. 29 tahun 2003).

Menurut Rahardjo (2009), Pengelolaan limbah cair dengan sistem Land

Application atau aplikasi lahan adalah pemanfaatan limbah cair dari industri

kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan penyubur atau pemupukan tanaman

kelapa sawit dalam areal perkebunan kelapa sawit itu sendiri. Dasar dari Land

Application ini adalah bahwa dalam limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung
79

unsur-unsur yang dapat menyuburkan tanah.Unsur-unsur tersebut adalah Nitrogen,

Phospor dan Kalium.Jumlah Nitrogen dan Kalium dalam limbah cair pabrik kelapa

sawit sangat besar.

Limbah cair PKS yang dapat digunakan Land application adalah limbah

cair yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga kadar BOD-nya berkisar antara

3.500 mg/l sampai 5000 mg/l dan pH 6-9. Dengan komposisi yang cukup kaya

akan unsur hara (N, P dan K), maka limbah cair tersebut mempunyai potensi yang

baik untuk menggantikan peran pupuk anorganik. Dengan pemanfaatan limbah

cair tersebut untuk keperluan pemupukan, jadi land application akan mengurangi

beban biaya pemupukan.

Pemanfaatan limbah cair dengan land application dapat menurunkan biaya

pemupukan sekitar 5-0%-60%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh

para ahli perkebunan sawit Indonesia, limbah cair pabrik kelapa sawit yang sudah

diolah dengan proses anaerobik (BOD maksimal 5000 mg/l) merupakan sumber

air dan nutrisi bagi tanaman. Disamping itu limbah cair trsebut juga mampu

memperbaiki sifat dan struktur fisik tanah, meningkatkan infiltrasi tanah,

meningkatkan kelembapan tanah, menambah kandungan senyawa organik,

menaikkan pH tanah, meningkatkan aktivitas mikro flora dan fauna tanah.

5.3 Baku Mutu Air Limbah Cair Kelapa Sawit PT. X

Dari hasil pemeriksaan air limbah pada tabel 4.1 diketahui semua parameter

limbah yang di uji pH, BOD, COD, TSS pada inlet IPAL di atas baku mutu air

limbah dan pada outlet IPAL masih di atas baku mutu kecuali pH, minyak dan

lemak pada air limbah yang ditetapkan PermenLH No. 5 Tahun 2014 tentang

80 Universitas Sumatera
baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri minyak sawit dengan

nilai baku mutu BOD yaitu 100 mg/l, COD yaitu 350 mg/l, TSS yaitu 250 mg/l,

pH yaitu 6,0-9,0, minyak dan lemak yaitu 25. Dalam hal ini proses pengolahan

limbah cair kelapa sawit pabrik PT. X belum melakukan proses pengolahan

limbahnya dengan baik.

Pabrik kelapa sawit PT. X melakukan pemeriksaan limbah cairnya secara

berkala 1 bulan sekali atau 3 bulan sekali dalam satu tahun. Dalam hal

pembuangan air limbah ke badan air atau sungai, pabrik kelapa sawit PT. X belum

memilki izin pembuangan air limbah ke sungai kepada pemerintah daerah tentang

pembuangan limbah cair karena pabrik tidak membuang air limbah ke badan

sungai dan pabrik menggunakan limbah untuk land aplikasi, tetapi apabila terjadi

hujan dan banjir maka limbah terbuang ke badan air.

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak

buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Menurut Mulia (2005), beberapa

dampak buruk tersebut termasuk penurunan kualitas lingkungan, air limbah yang

dibuang langsung ke air permukaan (misalnya: sungai dan danau) dapat

mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Adakalanya, air limbah juga

merembes ke dalam tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air

tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi

digunakan sesuai peruntukannya.

Menurut Nasution (2004), kerugian yang ditimbulkan oleh pengelolaan

limbah cair yang kurang baik akan memberikan dampak negatif terhadap

lingkungan berupa, pencemaran lingkungan, karena mengandung nilai COD,


81

BOD serta padatan tersuspensi yang tinggi. Apabila limbah tersebut langsung

dibuang ke badan penerima, maka sebagian akan mengendap, terurai secara

perlahan, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang tajam dan dapat

merusak ekosistem pada badan penerima dan akan menimbulkan presepsi negatif

dari masyarakat sekitar

Dampak buruk lainnya yaitu membahayakan kesehatan manusia karena

merupakan sumber penyakit (sebagai vehicle).Limbah PKS dapat merugikan dari

segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan,

tanaman, peternakan dan dapat merusak bahkan membunuh kehidupan yang ada

didalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya. Limbah PKS dapat

merusak keindahan karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap

dipandang (Rusmery,T. 2009).

Menurut (Bitton, 2005) penurunan konsentrasi BOD pada limbah cair

kelapa sawit dengan cara sistem aerasi dan lumpur aktif. Sistem pengolahan lumpur

aktif adalah pengolahan dengan cara pembiakan bakteri aerobik dalam tanki aerasi

yang bertujuan untuk penurunan organik karbon atau organik nitrogen. Air limbah

bersama lumpur aktif masuk kedalam tanki aerasi dimana dilakukan aerasi terus

menerus untuk memberikan oksigen. Di dalam tangki aerasi ini, terjadi reaksi

penguraian zat organik yang terkandung di dalam air limbah secara biokimia oleh

mikroba yang terkandung di dalam lumpur aktif menjadi gas CO2 dan sel baru.

Jumlah mikroba dalam tangki aerasi akan bertambah banyak dengan dihasilkannya

sel-sel baru. Prinsip pengolahan limbah dengan sistem. Lumpur aktif pada

dasarnyaterdiri atas dua unit proses utama,yaitu bioreaktor

Universitas Sumatera
82

(tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem lumpur aktif, limbah cair dan

biomassa dicampur secara sempurna dalam suatu reaktor dan diaerasi. Lumpur

aktif (activated sludge) adalah suatu gabungan flok (massa) yang mengandung

beberapa mikroba yang heterogen yang terdiri dari berbagai bakteri, yeast, jamur

dan protozoa, dan juga “organic matter” serta “slime material”. Umumnya lumpur

aktif mempunyai komposisi 70% - 90% bahan organik dan 10% bahan anorganik.

Struktur flok lumpur aktif cenderung bermuatan negatif sebagai hasil interaksi

kimia-fisika antara mikroorganisme (khususnya bakteri), partikel organik (oksida

silikat, fosfat, besi), polimer eksoseluler dan berbagai kation. Proses ini pada

dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik

menjadi CO2, H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara

yang disalurkan melalui pompa blower atau melalui aerase mekanik. Sel mikroba

membentuk flok yang membentuk flok yang akan mengendap di tangki

pengendapan. Di dalam proses lumpur aktif, bakteri merupakan partikel biokoloid-

hidrofilik yang memiliki muatan permukaan elektronegatif (Milano, 1998).

Menurut Jekkins (1993), bakteri dominandi dalam reaktor aerasi karena mampu

mendegradasi senyawa organik dan mampu membentuk flok supaya biomassanya

mudah dipisahkan dari effluent serta diharapkan mikroorganismetersebut dapat

bertahan dalam sistem pengolahan ini.

Menurut Setyobudiarso (2012) menggunakan filtrasi anaerobik aliran

upflow dengan mengalirkan limbah cair dalam media kerikil dan pasir dari bawah

ke atas maka akan didapatkan aliran keluar dengan nilai BOD yang berkurang

karena limbah kontak dengan mikroorganisme dalam media. Pengoperasian

Universitas Sumatera
83

efektif adalah mengembangbiakkan mikroorganisme dalam kondisi anaerob yaitu

dengan membuat limbah cair tertampung selama 12 jam dalam media sehingga

limbah terdegradasi oleh mikroorganisme.

Untuk menurunkan TSS menggunakan proses koagulasi flokulasi terjadi

pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada bak pengaduk cepat,

dibubuhkan bahan kimia yang disebut koagulan. Terdapat dua jenis koagulan yang

digunakan dalam pengolahan air limbah, yaitu koagulan kimia dan koagulan alami

(Nurasiah, dkk., 2002). Proses koagulasi dan flokulasi adalah proses

penggumpalan lumpur ataupun sludge dengan menggunakan bahan kimia yang

bernama koagulan. Pertama air limbah dikondisikan dengan cara ditambahkan

Basa agar memiliki suasana basa, untuk kemudian dikoagulasikan dengan bahan

kimia. bahan kimia yang biasa digunakan pada proses ini adalah PAC, Alum,

FeCl3. Biasanya setelah dilakukan proses koagulasi ini, maka TSS akan

berkumpul dan mengendap bersama. Untuk itu diperlukan proses selanjutnya yang

disebut sebagai proses sedimentasi.

Proses menggunakan sistem DAF (Dissolve Air Floatation) proses ini

digunakan untuk menurunkan TSS yang memiliki karakter mengambang diatas

permukaan air. Biasanya TSS tersebut berasal dari zat organik yang terbawa pada

air limbah. Prinsip kerjanya adalah membuat digumpalan sludge dengan proses

koagulasi dan flokulasi untuk selanjutnya endapan yang tercipta ditiupkan ke atas

dengan bantuan blower. Dan kemudian masuk kedalam tangki sludge thickener.

Sedangkan air yang bersih akan berada dibawah dan dipompakan menuju kolam

selanjutnya (Nurbana, 2015).

Universitas Sumatera
84

Menurut Nurbana (2015) untuk menurunkan kadar COD pada limbah cair

yaitu menggunakan Bahan Kimia Pengendap yaitu dengan mengikat sludge

tersebut satu sama lain sehingga menjadi gumpalan sludge yang lebih besar dan

kemudian dapat diendapkan dalam sebuah tangki sedimentasi. Beberapa bahan

kimia yang biasa digunakan sebagai koagulan antara lain; PAC, FeCl3 (Ferric

Chloride), dan Alum. Proses pengendapan ini, akan sangat mempengaruhi

terhadap nilai COD. Khususnya pada air limbah dengan jumlah TSS yang cukup

tinggi. Sebagai informasi tambahan untuk 1 mg/L TSS anda bisa mendapatkan

penurunan hingga 10 mg/L COD. Agar proses penurunan COD menjadi lebih

sempurna, disarankan untuk turut memperhatikan proses mixing dan juga

sedimentasi. Dikarenakan tanpa proses mixing yang tepat, maka reaksi

pengendapan yang terjadi akan kurang sempurna.

Menurunkan COD dengan proses mikrobiologi proses penurunan cod

dengan metode menggunakan bakteri atau mikroorganisme, ditujukan untuk COD

yang berasal dari zat organik dengan kandungan biodegradable yang tinggi. Proses

ini dilakukan melalui dua cara utama, yakni aerasi dan anaerob. Pada proses

aerasi, COD diturunkan dengan cara membuat bakteri dapat memecah senyawa

organik dalam air. Bakteri ini disebut bakter heterotrop karena memecah senyawa

organik dengan menggunakan bantuan oksigen. Proses ini biasanya digunakan

pada air limbah dengan COD kurang dari 3000 mg/L. Pada Proses Anaerob,

bakteri bekerja pada ruangan dengan kandungan Oksigen yang minim. Proses ini

juga disebut proses fermentasi, dimana bakteri autotrop bekerja dengan memecah

senyawa organik dari air limbah dengan tiga tahapan salah satunya

Universitas Sumatera
85

adalah dengan mengambil oksigen dari senyawa organik. Proses anaerob ini

cocok untuk air limbah dengan kadar BOD lebih dari 2000 mg/L. Sebelum

memutuskan apakah ingin mengambil metode ini, penting sekali bagi Anda untuk

memahami apakah jenis air limbah yang Anda hadapi. Karena proses

mikrobiologi ini hanya cocok untuk limbah dengan kandungan organik. Anda bisa

mengetahui hal ini dengan melihat perbandingan antara COD dan BOD.

Universitas Sumatera
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Hasil pemeriksaan air limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X sebelum

pengolahan (inlet) pada parameter DO 0,100 mg/l, BOD yaitu 480,0 mg/l, COD

yaitu 1500 mg/l, TSS yaitu 9380 mg/l, pH yaitu 4,72, minyak dan lemak yaitu

2031.

2. Metode pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X adalah dengan

menggunakan metode Biological Ponding System dengan tahapan pengolahan

limbah cair mulai dari pengolahan pendahuluan, pengolahan pertama,

pengolahan kedua, pengolahan ketiga dengan menggunakan unit fatpit, sludge

recovery pond, cooling pond, fakultatif pond, anaerobik pond, aerobic pond,

sedimentation pond dan memanfaatkan limbah sebagai land aplikasi.

3. Hasil pemeriksaan air limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X sesudah

pengolahan (outlet) pada parameter DO yaitu 0,150 mg/l, BOD yaitu 227,2

mg/l, COD yaitu 710,0 mg/l, TSS yaitu 875 mg/l belum memenuhi syarat baku

mutu kecuali pada parameter pH yaitu 8,19, minyak dan lemak 5,75 sesuai

dengan Permen LH No. 5 Tahun 2014.

4. IPAL pabrik PT. X pada kolam proses pengolahan limbah tidak dioperasikan

dan dipelihara dengan benar, sehingga keberadaan kolam-kolam mengalami

penimbunan lumpur pada dasar kolam yang tidak rutin dilakukan pengerukan

dan mengganggu kerja kolam.

86
Universitas Sumatera Utara
8

6.2 SARAN

1. Pabrik kelapa sawit PT. X disarankan agar lebih menjaga pengolahan limbah

cairnya dengan baik, meningkatkan sistem kerja dan jadwal ruitn dalam

pelaksanaan kerja setiap kolam agar optimal.

2. Selain pemeriksaan limbah cair kelapa sawit, pihak pabrik juga harus

melakukan pemeriksaan secara berkala kualitas air sungai sebagai badan

penerima apabila limbah terbuang ke sungai agar kualitas air sungai tetap

terjaga.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengelolaan limbah cair kelapa

sawit dengan kualitas air limbah apabila air limbah terbuang ke sungai dan

tercemar dengan baku mutu limbah sesuai Permen LH No. 5 Tahun 2014.

4. Perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki sistem teknologi pengolahan limbah

cair pabrik minyak kelapa sawit (CPO) agar limbah tidak terbuang ke badan air

sungai dan upaya untuk.

Universitas Sumatera
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta. Andi

Anggraini, S. 2017. Efektivitas Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk


Menurunkan BOD Dan COD Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Padang Tualang. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara
Anonymous, “Pengendalian dan Pengoperasian Limbah Pabrik Kelapa
Sawit”, 1990, Pusat Penelitian Perkebunan (RISPA), Medan, 1994.

Azwar, A.1996. Pengantar ilmu kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara


Sumber Widya.

Basiron,Y. 2005. Palm Oil. Di dalam: Shahidi F , editor. Baileys Industrial Oil
and Fat Products: Ed ke-6 Volume ke-2 Edible Oil and Fat Products:
Edible Oil. Hoboken. John Wiley & Sons, Inc.
Bitton, G. 2005. “Waste water Microbiology 3rd edition ”. John Wiley & Sons,
inc, New Jersey

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta


Chin, K.K. 1981. Anaerobic Treatment Kinetics of Palm Oil Sludge. Water
Res., 15, 199-202.

Euis Nurul Hidayah dan Wahyu Aditya. 2011. Potensi dan Pengaruh Tanaman
pada Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Constructed
Wetland. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 2(2): 11-18.
Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah
Industri, Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya.
Hamonangan, N. 2009. Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit, Diktat Kuliah
Departemen Kimia FMIPA USU, Medan

Irvan, dkk. 2012. Pengolahan Lanjut Limbah Cair Kelapa Sawit Secara
Erobik Menggunakan Effective Microorganism Guna Mengurangi
Nilai TSS. Jurnal teknik kimia. Unisversitas Sumatera Utara. Vol 1 No.2
Jenkins D. 1993. Manual on the Cause & control of Activated Sludge
Bulkingand Forming. Ed ke-2. London: Lewis Publisher
Kementerian Lingkungan Hidup. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu
Air Limbah. Jakarta

Kementrian Lingkungan Hidup. 2005. Pedoman penanggulangan limbah cair


domestik dan tinja. Jakarta

88
Universitas Sumatera Utara
89

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Kep – 51 / MENLH/ 10/ 1995. Baku


Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pedoman syarat dan tata cara
perizinian pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada
tanah diperkebunan kelapa sawit nomor 29 tahun 3003. Jakarta
Kristanto, Phillip. 2002. Ekologi Industri. Andi. Yogyakarta
Kusnoputranto, H, 2002. Kesehatan Lingkungan. FKM UI, Jakarta.

Manurung, Renita. 2004. Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Untuk


Mengolah Limbah Sawit. Jurnal (Online) http://library.usu.ac.id.
Diakses 2 Mei 2017.

Milano P. 1998. “Bioflokulasi Mikroorganisme dan peranannya dalam


Pengolahan air limbah secara Biologis”, JKTI, 8, No.1-2,
Desember
Miswan. 2004. Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Rumah Potong
Hewan Dengan Menggunakan Sabut Kelapa. Tesis. Makassar:
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Edisi pertama, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Munir, E. 2006. Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi
Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan. Universitas Sumatera
Utara. Medan

Nasution Y.D. 2004 Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Yang
Berasal Dari Kolam Akhir (Final Pond) Dengan Proses Koagulasi
Melalui Elektrolisis. Jurnal Sains Kimia.Universitas Sumatra Utara.
Sumatera Utara.3 hal

Nainggolan, H. 2011. Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air


Gambut menjadi Air Bersih. USU Press.Medan

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi


Revisi. PT. Rhineka Cipta. Jakarta

Nurasiah, K. S., Vogel, A., & Kramadhati, N. N. 2002. Coagulation of Turbid


Water Using Moringa oleifera Seeds from Two Distinct Source.
Water Supply. 2(5): 83–88

Nurbana, A. 2015. Cara menurunkan TSS dalam air limbah. Artikel


http://www.olah-air.com/2015/12/cara-menurunkan-tss-total-
suspended.html 30 Oktober 2017

Universitas Sumatera
90

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Pramudyanto, B, 2003. Pemeriksaan Industri dalam Pengendalian
Pencemaran. Agung, Semarang.
Rahardjo, nugroho. 2006. Teknologi Pengelolaan Limbah Cair yang Ideal
Untuk Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Vol. 2 No. 1.
http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/2291/1909 diaskes 30
september 2017

Raharjo P.N. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah cair Pabrik
Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Lingkungan. Jakarta 18 Hal

Rusmery, T. 2009. Korelasi Antara Biological Oxygen Demand (Bod) Limbah


Cair Pabrik Kelapa Sawit Terhadap pH, Total Suspended Solid (Tss),
Alkaliniti dan Minyak/ Lemak. https://www.wordpress.com. 30
september 2017

Said, E. G., 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit.


Cetakan Pertama. Bogor: Trubus Agriwidya
Setyobudiarso, H. 2012. Aplikasi filtrasi anaerobik aliran upflow dalam
menurunkan kadar BOD limbah cair. Teknik lingkungan FTSP.
ITN Malang

Siregar, Rita D. 2015. Penurunan Kadar Cod (Chemical Oxygen Demand)


Limbah Cair Industri Kelapa Sawit Menggunakan Arang Aktif
Biji Kapuk (Ceiba Petandra). Jurnal Volume 4(2), halaman 62-66
ISSN2303-1077 Diaskes 27 Oktober 2017
Soeparmin, Soeparman. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu
Pengantar. EGC. Jakarta

Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Suwondo, Sri Wulandari dan Syaiful Anshar. 2014. Degradasi Limbah Cair
Kelapa Sawit Dengan Penambahan Bakteri Rizosfir
Actinomycetes Dan Tanaman Typha Angustifolia Dengan Model
Constructed Treatment Wetland (Ctw). Artikel online diaskes 27
oktober 2017

Taufiq, M. 2010. Pemanfaatan Abu Sekam Padi Dengan Metode Filterisasi


Untuk Menurunkan Kandungan BOD dan COD Pada Limbah
Cair RSUD Undata Palu. Tugas Akhir. Palu: Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu.

Universitas Sumatera
91

Togatorop, Rusmey. 2009. Korelasi Antara Biological Oxygen Demand (BOD)


Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Terhadap pH, Total Suspended
Solid (TSS), Alkaliniti Dan Minyak/ Lemak. Tesis (Online)
http://repository.usu.ac.id Diakses 3 juni 2017
Indonesia. 1997. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta

Verawaty, Dian Saraswati, Ramly Abadi, 2014. Analisis kadar BOD dan COD
pada pengolahan limbah cair di pabrik kelapa sawit PT. Lestari
Tanis Teladan (LTT) di Provinsi Sulawesi Tengah. (Online)
eprints.ung.ac.id/11765 diakses 3 juni 2017
Wardhana, W. A, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi, Yogyakarta.
William. 2011. Limbah Kelapa Sawit, (online), (Williamzeva.Com/2011/01/
Limbah -Kelapa-Sawit.Html?M=1, diunduh 27 Oktober 2017

Yan, fauzi . 2012. Kelapa sawit. Jakarta: penebar swadaya

Universitas Sumatera
9

LAMPIRAN 1.

LEMBAR OBSERVASI

“ANALISA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI


PABRIK KELAPA SAWIT PT. X
TAHUN 2017

Ditujukan kepada : Karyawan di bidang instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

Identitas Karyawan di bidang IPAL :


1. Nama :
2. Jabatan :
3. Jenis Kelamin :
4. Umur :
5. Pendidikan :
6. Lama Bekerja :

I. Air Limbah

1. Jelaskan proses/langkah-langkah yang terjadi pada Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL):
Pengolahan pendahuluan (Pre treatment):

Pengolahan pertama (Primary treatment):

Pengolahan kedua (Secondary treatment)

Pengolahan ketiga (Tertiary treatment)

Pengolahan lanjut (Ultimate disposal)

Universitas Sumatera
9

2. Sebutkan sumber-sumber utama air limbah !

No Jenis Limbah Sumber

3. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama melakukan tahap-tahap

pengolahan primer seperti penyaringan, pengolahan awal, pengendapan,

dan pengapungan ? Jika ya, jelaskan !

4. Jelaskan tahapan-tahapan pengolahan limbah cair di PT. Langkat Sawit

Hijau Pratama !

5. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama melakukan penyaringan

terhadap pengolahan air limbah hasil produksi? Jelaskan !

Universitas Sumatera
94

6. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama melakukan proses pengendapan

pada pengolahan air limbah? Jelaskan!

7. Apakah ada di lakukan perlakuan khusus oleh PT. Langkat Sawit Hijau

Pratama untuk proses pengendapan air limbah?

8. Berapa lama jangka waktu pengangkutan dari hasil pengendapan

pengolahan air limbah di PT. Langkat Sawit Hijau Pratama ?

9. Kemana di buang hasil pengendapan dari pengolahan air limbah tersebut?

10. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama melakukan proses pengolahan

secara biologis dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat

mengurai/mendegradasi bahan organik?

Universitas Sumatera
95

11. Jelaskan jenis/metode pengolahan limbah cair PT. Langkat Sawit Hijau

Pratama !

12. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama telah membuat saluran

pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan

limbah cair ke lingkungan ?

13. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama telah memasang alat ukur

debit atau laju air limbah cair dan melakukan pencatatan debit aliran limbah

cair tersebut ?

14. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama telah memiliki izin

pembuangan limbah cair ? kalau iya, kemana ? (Bapedal, Gubernur atau

instansi lainnya)

15. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama telah memeriksakan kadar

parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya enam bulan sekali

meliputi BOD5, COD, TSS, Amonia Total, Nitrogen Total, dan pH ?

Universitas Sumatera
96

16. Parameter apa saja yang diukur pada pengolahan limbah cair sebelum

diolah dan sesudah diolah ?

17. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama telah menyampaikan laporan

tentang catatan debit harian, kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair, dan

Produksi bulanan sesuai dengan fakta sekurang-kurangnya tiga bulan sekali

kepada Bapedal atau instansi lainnya ? jika iya, kemana ?

18. Sebutkan parameter dan hasil analisis kualitas limbah cair PT. Langkat Sawit

Hijau Pratama

Utara
Parameter Kadar Beban Hasil Limbah Cair PT. Memenu
pali pencemar Langkat Sawit Hijau hi syarat
ng an paling Pratama / tidak
ting tinggi Kadar Beban memenu
paling pencemar hi syarat
tinggi an paling
(mg/L) tinggi

BOD5

COD

TSS

Minyak dan
lemak
Nitrogen Total
(sebagai N)

pH 6,0-9,0

Debit limbah 2,5 m2 per ton produk minyak


paling tinggi sawit (CPO)

Sumber: PermenLH No. 5 tahun 2014

Universitas Sumatera
97

19. Sebutkan lokasi pembuangan limbah cair! (misalnya sungai, laut, selokan

umum atau lainnya)

20. Pernahkah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama mendapat

teguran/diperkarakan ke pengadilan atas pelanggaran terhadap peraturan

pengadilan pencemaran air limbah selama tiga tahun terakhir ? Jika ya,

jelaskan!

Universitas Sumatera
LAMPIRAN 2.
BERITA ACARA
PENGAMBILAN SAMPEL/CONTOH UJI
Pada hari ini, ..............tanggal ......... bulan ...............tahun .............pukul ..............WIB, di
......................................... Kabupaten/Kota ,
Propinsi....................................... kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama :
Instansi :
Jabatan :
2. Nama :
Instansi :
Jabatan :
Telah melakukan pengambilan sampel di lokasi

Titik pengambilan sampel serta perlakuan seperlunya telah dilakukan sebagaimana


diuraikan dalam tabel di bawah ini :

NO TITIK LOKASI SAMPEL KODE SAMPEL

Dokumen perencanaan pengambilan sampel dan rekaman data pengambilan sampel


merupakan bagian tidak terpisahkan dari berita acara pengambilan sampel ini. Demikian
berita acara pengambilan sampel ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pengambil sampel, Mengetahui Pelanggan/saksi,

(.................................) (...................................)

111

Universitas Sumatera Utara


BERITA ACARA
Pada hari ini, ..............tanggal ......... bulan ................tahun............pukul .............WIB, di
..................................... Kabupaten/Kota .................................,
Propinsi................................... kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Pekerjaan :
Perusahaan :
Jabatan :

Telah menyerahkan kepada :


Nama
:
Instansi :
Pangkat/Gol :
Jabatan :

Barang-barang berupa sampel cair/padat/sludge/gas* sebanyak ..................... (..................)


kotak dengan penyegelan, masing-masing seberat .............. (...................)
gram/kilogram/ton/........*) dengan kode dan deskripsi sampel sebagai berikut :
No Kode Sampel Jenis Sampel Metoda Lokasi Parameter Keterangan
Sampling Uji

Universitas Sumatera Utara


11

LAMPIRAN 3.

Universitas Sumatera
11

LAMPIRAN 4

-
OP KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT 3ENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
WIMP

ROO BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAICIT


(BTKLPP) KELAS I MEDAN
Jalan K.H. Wahid Hasyim 15 Medan 20154
Telp. (061) 4512305, Fax (061) 4521053
E-mail: btkIppmmdn@yahoo.co.id. Website www.btkinomedamorid

18 September 2017
Nomor : PM.05.16/VIII.7/ 9->-; /2017
Lampiran : 1 berkas
Hal : Hag( Ulf Laborotorium

Yth:
Syalyra
Mahasisvra FIG4
U.9J di
MEDAN

Berdasarkan Nomor PPCU FiBTKPINIX/20/7/1853, bersama ini kami sampaikan basil


pemeriksaan contoh uji air limbah dari Anis Syafira, yang terdiri dad:

Nash! Uif Kimia No Contoh :


1. 6254/K/AL/09/2017 contah uji air limbah dad Inlet IPAL
2. 6255/K/AL/09/2017 contoh uji air limbah dari Outlet IPAL

Pengambilan contob uji dilakukan oleh pelanggan (Raguna & Anis) pada tangga) 04
September 2017 dan diterima BTKLPP Medan tanggal 04 September 2017.

Demiklan basil pemeriksaan yang dapat kami berikan, etas perhatian dan kerjasamanya
kami ur_apkan terima kasih.

a.n Kepala,
Bag -RI

( Ir. Tetra F, Suciari, M.Kes


NW. 196501291995022001

Universitas Sumatera
115
Utara

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


D/REKTOFtAT JENDEFtAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT-1—


(BTKLPP) KELAS I MEDAN
.lalan K.H. Wahid Hasyim 15 Medan 20154
Telp. (061) 4512305, Fax (061) 4521053

EfiErIKL-MDK/5.1.0.1.K
JARMAN HASIL WI
PerimMan Laboratorium Kimia
Nomor Contoh Uji : 6254/K/AL/09/2017
Hal : Air Limbah
Asal Contoh Uji : Anis Syafira
mahasswa USU Fakultas Krnas
Keterangan Contoh Uji : 1 (sate) Contoh Uji Air Limbah Dalam Botol 1 Liter
- Inlet
Lokasi Pengambilan Contoh Uji : Medan
Pengambil Contoh Uji : Pelanggan (Raguna & Anis Syafira)
Tanggal Pengambilan Contoh Uji : 04 September 2017
Tanggal Pengambilan Contoh Uji : 04 September 2017

No Parameter Satuan Baku Mutu Hasil AnaIlse Mebsde/Alat


A. iamm
1 pH - 6.0-9.0 4,72 SN106-6989.11:2004

• Berdasarkan PerMen1.11 No. 05 Tahun 2014 LampIran LEI Tentang Baku MuPm Air limbah Ragg Usaha dantakno
Iodustri SawIt
gii1133.1
1. 1-1.17 llp di at. harrya berlaku untuk sampel
yang 0.0 Lapuran Hall Uii ini terdin clan 1
halaman
3. Laporan hall up mi tidak DOSS digandakan, kecuali seam lergkap dan sewn tertulis dari ESTIO. PP Medan

Mervetahui, Manajer Teknik


11 An, Kepala Balai Laboratorium Kimia

,
Kepala ksi FFL

h Faisal. S.Si. M. Kes ahyudi, ST,M.Kes


NIP. 197003162001121001 NIP. 196802051989031002

Universitas Sumatera
116
Universitas Sumatera Utara

4. Labor-atm-km rnelayani pengadLon / complaint malsmum 1 (sato) rninggu terhitung tanggar penyerahan mU

a'
5. Lagam yang dap adalah !warn terlarut
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT
(BTKLPP) KELAS I MEDAN
Jalan K.H. Wahid Hasyim 15 Medan 20154

LAPORAN HASIL WI
Penautian Laboratorium Kimia
Nomor Contoh Uji : 6254/K/AL/09/2017
Hal : Air Limbah
Asal Contoh Uji ; Anis Syafira
Mahasiswa USU Fakultas Kesmas
Keterangan Contoh Uji : 1 (satu) Contoh Uji Air IJmbah Dalam Botol 1 Liter

Lokasi Pengambilan Contoh : Medan


Uji Pengambtl Contoh Uji : Pelanggan (Ragusa & Anis
Tanggal Pengambilan Contoh Syafira) : 04 September 2017
Uji Tanggal Pengambilan 04 September 2017

No Parameter Satuan Baku Muth Masi! Analisa Metode/Alat


A. FISIKA
1 Total Padatan Tersuspensi (TSS) mg/I 250 9380 Spektrofotometri
B. KIMIA
1 BOD mg/I 100 480,0 SNI 06-6989.14:200.4
2 COD mg/I 350 1500 Spektrofotometri
3 Minyak dan Lemak mg/I 25 4,-** Spektrofotometri
4 DO mg/I 0,100 Elektroda
Berdasarkan Pertlenill No. 05 Tahun 2014 Lampiran TT/ Tentang Baku Hutu Air 1.nnbah Bagi Usaha daniatau
Industri Sawn

Tidak Dluji
catatuu

1. Hasil La a anrs hanya beclaka untuk sarnpel yang diup

Laparan Hand Ui ini terthri dal 1 Solomon

3. Laporan hasll vji li i lidak boieh digandahan, kectali secara lengkap clan sans tertalis clad BISI_ PP Medan

4. Laboratorium melayani pengaluan I complaint Inakarnurn 1 (satu) cninggu terhitung tsnagal penyerahon LI-111

5. Logam yang [114 agalab lapacn terlarut

QC Mengetahui, Manajer Teknik


z An. Kepala Balai Laboratorium
Kimia

Faisal S.Si M. 4ahyudi ST M.Kes


NIP.
117

Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

G O INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL
BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT
(BTKLPP) KELAS I MEDAN
Jalan K.H. Wahid Hasyim 15 Medan 20154

F/
1..APORANFLASK
fteaulian Laboratorium Kbnia
Nomor Contoh Uji 6255/K/AL/09/2017
Hal : Air Limbah
Asal Contoh Uji : Anis Syafira
Mahasiswa USU Fakultas Kesrnas
Keterangan Contoh Uji : 1 (satu) Contoh Uji Air Limbah Dalam Botol 1

Lokasi Pengambilan : Medan


Contoh Uji Pengambil : Pelanggan (Raguna & Anis
Contoh Uji Syafira) 04 September 2017 :
Tangga Pengambilan Contoh 04 September 2017

No Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Analisa MetodefMat


A, KIMIA
1 pH 6.0-9.0 8,19 5N1 05-6969.11:2004

Serdasarican PerkienLtIfie. 05 Tahun 2014 lam Oran III Teniang Baku Mutu Air Limbah haul Lisaha

clan/afau Xfulustri Say&

1. tiasil in di 39535 hanya 11.11.1ku mit* seepel yaw dim

2. Leporan Hosil Uj kni terchn dui I halamen


3. Laporannagi LOIN Mak nelen clIgarelaean, kecuall secara lenekap den seein lertulis deri 5TICL PP
Medan 4, WOOratotions melayam pengaduan / complaint mat:Amery 1 (sal.) minggu terhitung teinggal
perlyerahan tflU. 5. Logem yang dimi adolah logam tenant

MengetahU4 _ Manajer Tab*


An, Kepala Balai
Kepala Seksi PTL

A Mahyudi,
NIP. NIP.

Universitas Sumatera Utara


118

KEME

BALAI TEKNIK

F/RIKL-NDA/5.10.1.K
LAPORA
N NASIL
LW
p
e
n
q
u
i
l
a
n

L
a
b
o
r
a
t
o
r
i
u
m

K
i
m
i
a
N
o
m
o
r

C
o
n
t
o
h

U
j
i
:

6
2
5
5
/
K
/
A
1
/
0
9
/
2
0
1
7
H
a
l
:

A
i
r

L
i
m
b
a
h
A
s
a
l
C
o
n
t
o
h

U
j
i
:

A
n
i
s

S
y
a
f
i
r
a
Mahasiswa USU Fakuttas Kesm
K
e
t
e
r
a
n
g
a
n

C
o
n
t
o
h

U
j
i
:

(
s
a
t
u
)

C
o
n
t
o
h

U
j
i
A
i
r

U
m
b
a
h

D
a
l
a
m

B
o
t
o
l
1

L
i
t
e
r
- Outlet
Lokasi Pengambilan Contoh Uji
Pengambil Contoh Uji
Tanggal Pengambilan Contoh Uji
Tanggal Pengambilan Contoh Uji

No Parameter
A. FISIKA
1 Total Padatan Tersuspen
B. KIMIA
1 BOO
2 COO
3 Minyak dan Lemak
4 DO
Besdas
arkan
Perlae
nt11
No. OS
Tahun
2014
Lampi
ran III
Tertia
n Baku
Motu
Air
timbah
Bagi
Usaha
darsfat
au
industr
i
saws[
Tidak
MAE
O
R
M
a
n
s
1.
h
a
s
h

U
j
1

d
i
a
U
s

h
a
n
y
a

b
e
d
a
k
u

u
n
t
u
k

s
a
r
n
p
e
l
y
a
n
g

d
m
P
2.
L
a
p
o
r
a
n

H
a
s
a

U
p

i
n
i
t
e
r
d
i
n

b
e

1
h
a
l
a
r
n
a
n
3.
L
a
p
o
r
a
n

h
a
s
h

u
i
l
i
n
i
t
i
d
a
k

b
o
l
e
h

d
i
g
a
n
d
a
k
a
n
,
k
e
c
u
a
l
i
s
e
c
a
r
a

l
e
n
g
k
a
p

c
l
a
n

s
e
t
i
n

t
e
d
u
l
i
s

d
a
r
i
a
r
e
.
P
P

M
e
d
a
n
4.
L
a
b
o
r
a
t
o
r
i
u
m

m
e
l
a
y
a
n
i
p
e
n
g
a
d
u
a
n

/
c
o
m
p
l
a
i
n
t
m
a
k
s
i
m
u
m

(
5
4
1
)

r
r
a
n
g
g
u

t
e
r
h
i
t
u
n
g

t
a
n
g
g
a
l
p
e
r
y
e
r
a
h
a
n

L
H
U
5.
L
o
g
a
n
,
y
a
n
g

d
i
n
j
i
a
d
a
l
a
h

l
o

ahvudi ST,M.Kes g
a
m

W
O
O
S

Mengetahui,
Manajer Teknik
An. Kepala Balai
Laboratorium Kimia
Kepala Seksi PTL

Alfa
Faisal S.Si,
Kes
NIP.
1970031620011
21001
NIP.
1968020519890
31002
Univers
itas
Sumat
era
Utara
119

Kementerian BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN BCLIM DAN MUTU


· , Penndustrian INDUSTRI BALM RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI
MEDAN LABORATORIUM PENGUJI
The Testing Laboratory The Institute for industrial Research and Stinderdiza non of Medan

JI. Siaingamentgaraje No.24, Telp.(061) 7363471, 7867495 Fax.(061) 7362830


bundnayahearmn
DIAN Q...,
=MI
)
11114

SERTIFIKAT HASIL UJI Dok.tio. F-LP-D16/2-1.-00/13

Certificate of Test Results

Nomor Seri : 01798 Kepada Yth.


Sada/ Number To
Anis Syafira Pulungan NIM 131000018
Nomor Pengujian : PA.0696 Jur FKM USU Medan
Testing Number din. Dr Mansyur Gg. Dame No. 04
Medan
No. Surat Permohonan Pengujian : -
Requestation Number

Halaman 1 dari 2
Page

yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa hasil pengujian dari
The undersigned certifies that the examination of

terian
Name I Janis Contoh ir Lirnbah PK1
Sample (s)
t.A 6 'SwF

Etiket I Mark
Trade Mark Perindustrian
Kode Inlet
Code

Pengambil Contoh Diantar langsung


Sampler

Prosedur Pengambilan Contoh


Sampling Procedure

Keterangan Contoh : Tidak disegel


Description of Sample (s)

Tanggal diterima : 06 September 2017


Date of Received

Tanggal Pengujian : 06 September 2017


Date of Testing

Adalah sebagai berikut


As follows

Seditikat Hasll UJI 1111 berlake 90 hart sejak tanggal tlikeluarkan hanya untek name/jar:es confab dikes.
The certificate of Test Resells veer melon 90 days sures. the date issued to the narneetted of sump, ,s at.o.e
Dilarang memperbanyak Mau rnenesublikasikan sertifikat lel tanpa persetujuan terndis dari teadaiernen tPrBIH
Do nut reproduce tills core-Poeta mewed a valid wetter, .gp.oeheet dud LP-Sty htunewerte,

Universitas Sumatera
Utara
120

LABORATORIUM PENGUJI BALM RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI


MEDAN The Testing Laboratory The Institute for Industrial Research and Standardization of
Medan

No. Sertifikat 01798 Validasi

Certifirak No. Mitiaty


Halaman : 2 dari 2

Page of

HASIL UT!
The Test Result

No Parameter Satuan Basil Metode

1 Minyak dan Lemak mg/I 2031 SNI 06-6989.10-2004

Medan, 26 September
Manajer Teknis
nical Manager

usno, ST. .-
1025 198303 1
Hasa Uji b0rlaku 90 had sujah Laraggo.: undlk 0a• ;jeans coptak •:!4d-as.

Dilafana raerapeLtanyak aLzu n.rupliblkadkail sr, ffkat E0-3;•.!

Universitas Sumatera Utara


12

BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI


ik
BALM RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MEDAN
A

IN)
Kementeri LABORATORIUM PENGUJI
Y KAN Q.,.
The Testing Laboratory The Institute for industrial Research and Standardization of Medan ,

...
)1. Sisingamangaraja 50.24, Telp.(061) 7363471, 7867495 Fax.(061) 7362830
e-.....„,,ink y ....... , ,
mar. t 1909001
lreratr' O.
' a

Dok.No. F-LP-016/2-
SERTIFIKAT HASIL UJI
Certificate of Test Results

Nomor Seri : 01799 Kepada Yth.


Serial Number To
Anis Syafira
Pulungan
NIM
131000018
Nomor Pengujian : PA 0697 Jur FKM
USU Medan
Testing Number Jln. Dr
Mansyur Gg. Dame No. 04
Medan
No. Surat Permohonan Pengujian : -
Requestation Number

Ilalaman : 1 dari 2
Page

yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan,


bahwa hasil pengujian dari :
The undersigned certifies that the examination of

Nama / Jenis Contoh : Air Limbah PKS


Sample (s) 1
Etiket I Merk
Trade Mark

Kode : Outlet
Code

Pengambil Contoh Diantar langsung


Sampler

Prosedur Pengambilan Contoh


Sampling Procedure

Keterangan Contoh Tidak disegel


Description of Sample (s)

Tanggal diterima 06 September 2017


Date of Received

Tanggal Pengujian : 06 September 2017


Date of Testing

Adalah sebagai berikut


As follows
Serntikat Hesil Uji ini berlaku 90 Ilan
sejarn lannign0 &Icahn...am hasp
rank mesa henis canton glean. the
eertreCate or Test Results valid within 9C
days some the dare .rssped, Ise the
raelehrla sample 'Si above only Dila
rang rnemperbanyak eau
mempubinkasn0rn Se ail= r nanpa
nweranlaignan Wrings one Ma
najernen La- am Do eel reproduce this
cettrtieste ,v7/tact a 6-akf .enter:
apirrztral

Universitas Sumatera
122

Utara

LABORATORIUM PENGUJI BALM RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MEDAN The


Testing Laboratory The Institute for Industrial Research and Standardization of Medan

No. Sedifikat : 01799 ji


Cettffiegfe No.

Halarnan : 2 dad 2
Validasi
Page of validate

HASIL Uf I
The Test Result

No Parameter Satuan Hasil Metode

1 Minyak dan Lemak mg/I 5,75 SNI 06-6989.10-2004

Medan, 26 September 2017


"r7i" Manajer Teknis '14
Technical Manager

Kusno, ST.
Ni .,:1,9611025 1 98303 1 004

Sertiffkat Hash uji ini belitiku 90 Fan sejak tanggal dikeluarkan hanya untak namaijenis contah diatas. cortficate of
Test Results valid within 90 days since the date respect, to the namedand eamMe (a) above only.
Dilarang Memperbanyak atau rnempublikasikan sertifikat trot tanpa persetujuan tertulis dart Manajemen LP-11114 Do
not reproduce ma teroficate KoMoor a vote waiter; approval from 1.g-81M Management

Universitas Sumatera
12

LAMPIRAN 5

3 KEMENTERLAN illsET, TEl DAN PE AN TINGG1


UNIVERSITAS SUMATERA 'TIARA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Universitas No. 21 Kampus USU Medan 20155
-
Telp.( 061) 8213221. Fax. (061) 8213221 Webaite : http 11fItm.usu.ackl Email : flumususnedan mail.com

NomorC'/UN5.2.1.10/KRK/2017
Latnpiran : 21 AUG 2017
Ha1 : Permohonan kin Penelitian

Yth.
Direktur Pabrik Kelapa Sawit PT. Langkat Sawit Hijau Pratama Kabupaten Langkat
di-
Tempat

Dengan hormat, dalam rangka memenuhi kewajibanitugas sebagai syarat menyelesaikan studi
pada Faktiltas Kesehatan Masyarakat USU, kami mohon bantuan Saudara kepada mahasiswa
tersebut di bawah ini:
Nama Anis Syafira Pulungan
NIM : 131000018
Jenis Kelamin Perempuan
TempatiTgl. Lahir : P. Berandan / 24 Februari 1996
Peminatan : Kesehatan Lingkungan

untuk diberi izin mengadakan Penelitian (Riset) di tempat yang Saudara pimpin dengan judul
skripsi:

"ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAM KELAPA SAWIT DI PABRIK PT.


LANGKAT SAWIT FILIAL PRATAMA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2017".

Sehubungan dengan nn kami sangat mengharapkan bantuan Saudara agar berkenan


rnemberikan bantuan dalam bentuk keterangan, brosur, buku (referensi) serta penjelasan
lainnya.

Bahan dan keterangan yang diperoleh akan digunakan semata-mata demi perkembangan ilmu
pengetahuan. Selanjutnya setelah mahasiswa yang bersangkutan menyelesaikan penelitian, akan
menyerahkan 1 (satu) eksemplar skripsi ke instansi atau unit ketja Saudara.

Demikian disampaikan atas bantuan dan kerjasama yang baik diucapf i terima kasih.

Dekan,

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina,


NIP. 19680320 199308 2
001

Universitas Sumatera Utara


12

LAMPIRAN 6

Ilk PT. LANG AT SAW1THLIFIU PRATAMA


D.ur. Dana Simpang Pule Rambo rug, Kocamar. hag*, Kabrupagen laingkal
ProvbAi Sumatera Man.

SURAT KETERANGAN
Norrior : 003 / SK — LSP / VIII/ 2017

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Selamat Riady

Jabatan : Mill Manager

Perusahaan : PT. Langkat Sawithijau Pratama ( LSP )

Alamat : Dusun Srijadi. Desa Simpang Pula Rambung, Kec. Bahorok, Kab. Langkat

Menerangkan Bahwa

Nama : Anis Syaiira Pulungan

N 1M : 131000018

Jenis Kelamin : Perempuan

Ternpat / Tgl. Lahir : P. Berandan / 24 Februari 1996

Jurusan : Kesehatan Lingkungan

Adalah benar teiah melalcsanakan penelitian di PT. Langkat Sawithijau Pratama ( LSP) pada tanggal
04 September 2017

Demikian surat keterangan ini kami perbuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Srijadi, 05 September 2017


PT. Langkat Sawithijau Pratama

PT.I WITHIN PRONA


e Mill
Manager

Universitas Sumatera
12

LAMPIRAN 7

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Wawancara pada pihak pabrik

Gambar 2. Pengambilan sampel air limbah di inlet

Universitas Sumatera
12

Gambar 3. Pengambilan sampel air limbah outlet

Gambar 4. Kolam 1 pada IPAL (cooling pond)

Universitas Sumatera
12

Gambar 5. Kolam anaerobik

Gambar 6. Kolam aerobik

Universitas Sumatera

Anda mungkin juga menyukai