Anda di halaman 1dari 93

ANALISIS KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR LAUNDRY DI

KECAMATAN MEDAN SELAYANG KOTA MEDAN


TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh

AYU WENING MAHARANI PANGESTI


NIM. 161000160

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR LAUNDRY DI
KECAMATAN MEDAN SELAYANG KOTA MEDAN
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

AYU WENING MAHARANI PANGESTI


NIM. 161000160

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 14 Januari 2021

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Sri Malem Indirawati, S.K.M., M.Si.


Anggota : 1. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes.
2. Ir. Evi Naria, M.Kes.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Karakteristik Limbah Cair Laundry di Kecamatan Medan Selayang Kota

Medan Tahun 2020” berserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, 14 Januari 2021

Ayu Wening Maharani Pangesti

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Usaha laundry semakin tumbuh pesat, dikarenakan tingginya mobilitas masyarakat


masa kini. Semakin banyak kegiatan pencucian pakaian akan menghasilkan limbah
cair yang mengandung deterjen yang umumnya terdiri atas bahan kimia yang tidak
dapat di urai oleh mikroorganisme (non biodegradable). Bahan tersebut akan
terakumulasi di perairan, sehingga dapat menimbulkan masalah pencemaran air
maupun tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik limbah
laundry yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Pengumpulan data karakteristik laundry dan
sarana pembuangan air limbah laundry diperoleh dengan menggunakan kuesioner
dan pengujian kandungan COD pada limbah cair pada 32 laundry yang berada di
Kecamatan Medan Selayang Tahun 2020. Hasil penelitian diperoleh berdasarkan
karakteristik, laundry yang telah berdiri selama 0 – 3 tahun sejumlah 20 laundry
(62,5%), laundry yang menggunakan deterjen curah ada 21 laundry (65,6%),
kebutuhan airnya kurang dari 1000 L ada 18 laundry (56,3%), daya tampung cucian
maksimal 1 – 75 kg/hari ada 5 laundry (46,9%) dan seluruh laundry tidak memiliki
IPAL. Sarana pembuangan air limbah yang digunakan di seluruh launrdy adalah
membuang langsung limbah ke Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tanpa
diolah terlebih dahulu. Hasil pemeriksaan laboratorium kandungan COD 180,3
mg/L – 283,11 mg/L, dengan kandungan tertinggi ada pada sampel laundry 19 dan
terendah pada sampel laundry 25, dan didapatkan seluruh laundry (100%) memiliki
nilai COD diatas baku mutu yang telah ditetapkan Permen LH No. 5 tahun 2014
yaitu 180 mg/L. Saran penelitian diharapkan bagi pengusaha laundry untuk
menggunakan deterjen yang ramah lingkungan serta melakukan pengolahan
sebelum membuang limbah cair ke SPAL.

Kata kunci : Laundry, limbah cair, COD

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Laundry business is growing rapidly, due to the high mobility of today's society. As
clothes washing activities are increasing, it will produce wastewater containing
detergents which generally consist of chemicals that cannot be broken down by
microorganisms (non-biodegradable). This material will accumulate in the waters,
causing problems with water and soil pollution. The purpose of this study was to
analyze the characteristics of the laundry waste water in Medan Selayang District,
Medan City in 2020. This type of research is descriptive. Data collection on the
characteristics of laundry and laundry wastewater disposal facilities was obtained
by using a questionnaire and testing the COD content of waste water in 32 laundry
in Medan Selayang District in 2020. The results of the study were obtained based
on the characteristics, laundry that has been established for 0 - 3 years is 20
laundry (62.5%), laundry that uses unbranded detergent are 21 laundry (65.6%),
need water supply less than 1000 L are 18 laundry ( 56.3%), the maximum capacity
for laundry is 1 - 75 kg / day, are 5 laundry (46.9%) and all laundry do not have
Wastewater Treament Plant (WWTP). Wastewater disposal facilities used
throughout laundry are disposing of waste directly into Wastewater Disposal
Channels (SPAL) without being treated first. The results of laboratory examination
of COD content of 180.3 mg / L - 283.11 mg / L, with the highest content in laundry
sample 19 and the lowest in laundry sample 25, and it was found that all laundry
(100%) had COD values above the established quality standards. stipulated
Permen LH No. 5 of 2014, namely 180 mg / L. Research suggestions are expected
for laundry entrepreneurs to use environmentally friendly detergents and carry out
processing before disposing of liquid waste to SPAL.

Keywords: Laundry, liquid waste, COD

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan karunia

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Karakteristik Limbah Cair Laundry di Kecamatan Medan

Selayang Kota Medan Tahun 2020”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang

ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis

menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes. selaku Plt. Kepala Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan

selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam

penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Sri Malem Indirawati, S.K.M., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, serta

masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Ir. Evi Naria, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu

dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.

vi
Universitas Sumatera Utara
6. dr. Rahayu Lubis, M.Kes. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan

selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staff Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Departemen Kesehatan

Lingkungan, Kak Dian Afriyanti yang telah banyak membantu dan memberikan

bekal ilmu selama menulis mengikuti perkuliahan.

9. Kepala PT. Radar Akurasi Laboratorium serta jajaran Staff yang telah

membantu penulis dalam meneliti.

10. Teristimewa untuk orang tua penulis Ir. Widodo Langgeng Ahmad dan Dra.

Irma Hariani yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan

kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.

11. Teman – teman terdekat penulis yang telah menyemangati dan mendukung

selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

12. Seluruh pihak yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telah memberikan kontribusinya dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih

atas segala sesuatunya penulis ucapkan.

vii
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab

itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari seluruh

pihak dalam rnagka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi

ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 14 Januari 2021

Ayu Wening Maharani Pangesti

viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji Skripsi ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Daftar Istilah xv
Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7
Pencemaran Air 7
Limbah 9
Jenis limbah
9

Karakteristik limbah 10
Kualitas limbah 11
Penanganan limbah
13

Laundry 13
Perizinan laundry 14
Tahapan proses usaha laundry 15
Proses kegiatan di laundry 16
Limbah laundry 17

ix
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik limbah cair laundry
18
Dampak limbah cair laundry 18
Deterjen 19
Jenis – jenis deterjen 20
Komponen penyusun deterjen 22
Komposisi deterjen
26
Baku Mutu Limbah Cair Laundry
27
COD 28
Landasan Teori 29
Kerangka Konsep 30

Metode Penelitian 31
Jenis Penelitian 31
Lokasi dan Waktu Penelitian 31
Populasi dan Sampel 31
Definisi Operasional 32
Metode Pengumpulan Data 33
Metode Pengukuran 33
Metode Analisis Data 39

Hasil Penelitian 40
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 40
Data Hasil Karakteristik Laundry 41
Data Hasil Sarana Pembuangan Air Limbah 46
Hasil Pemeriksaan COD Terhadap Limbah Cair Laundry 47

Pembahasan 49
Gambaran Karakteristik Laundry 49
Gambaran Sarana Pembuangan Air Limbah 58
Kandungan COD pada Limbah Cair Laundry 59
Keterbatasan Penelitian 61

Kesimpulan dan Saran 62


Kesimpulan 62
Saran 63

Daftar Pustaka 64
Lampiran 67

x
Universitas Sumatera Utara
xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Karakteristik Limbah Cair Laundry 18

2 Komposisi Deterjen 26

3 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri


Sabun, Deterjen, dan Produk – Produk Minyak Nabati
27

4 Distribusi Lama Berdirinya Laundry di Kecamatan Medan


Selayang Kota Medan Tahun 2020 41

5 Distribusi Jenis Deterjen yang Digunakan oleh Laundy di


Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020 42

6 Distribusi Kebutuhan Air Sehari–Hari di Laundry Kecamatan


Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020 42

7 Distribusi Daya Tampung Maksimal Cucian Laundry di


Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020 43

8 Distribusi Kepemilikan IPAL di Laundry Kecamatan Medan


Selayang Kota Medan Tahun 2020 43

9 Distribusi Jumlah Pelanggan yang Datang di Laundry


Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020 44

10 Distribusi Beban Cucian per Hari Laundry di Kecamatan


Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020 44

11 Distribusi Sumber Air yang Dipakai oleh Laundry di


Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020 45

12 Distribusi Kepemilikan Izin Laundry di Kecamatan Medan


Selayang Kota Medan tahun 2020 45

13 Distribusi Keluhan Masyarakat Sekitar Laundry di Kecamatan


Medan Selayang Kota Medan tahun 2020 46

14 Distribusi Pembuangan Limbah Laundry di Kecamatan Medan


Selayang Kota Medan tahun 2020 46

xii
Universitas Sumatera Utara
15 Hasil Pemeriksaan COD terhadap Limbah Cair Laundry yang
Terdapat di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun
2020 47

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Proses kegiatan laundary 16

2 Kerangka teori 29

3 Kerangka konsep 30

xiv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 67

2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kandungan COD


pada Limbah Cair Laundry 69

3 Output SPSS 71

4 Dokumentasi Penelitian 73

xv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

COD Chemical Oxygen Demand

xvi
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Ayu Wening Maharani Pangesti berumur 21 tahun,

dilahirkan di Medan pada tanggal 31 Desember 1998. Penulis beragama Islam, anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ir. Widodo Langgeng dan Dra. Irma

Hariani.

Pendidikan formal penulis bersekolah di SD di RSBI Kota Pagaralam

Sumatera Selatan Tahun 2004, sekolah menengah pertama di SMP Harapan 3

Medan Tahun 2010, dan sekolah menegah atas di SMA N 2 Medan Tahun 2013,

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, 14 Januari 2021

Ayu Wening Maharani Pangesti

xvii
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki peran

penting untuk keberlangsungan makhluk hidup di bumi. Air juga termasuk

kebutuhan dasar maka bisa dikatakan air merupakan sumber kehidupan bagi

makhluk hidup. Sudah sepatutnya harus dilestarikan keberadaannya dan dijaga baik

kualitas maupun kuantitasnya.

Penyediaan air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat agar

tidak mudah menimbukannya penyakit. Volume rata -rata kebutuhan air setiap

individu berkisar antara 150 – 200 liter per hari. Kebutuhan tersebut sangat variatif

dan bergantung pada iklim, standar kehidupan , dan kebiasaan yang ada di

masyarakat. Dalam kehidupan manusia, air dapat digunakan untuk berbagai jenis

kegiatan, seperti kebutuhan personal, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan umum,

dan kebutuhan industry (Chandra, 2014). Salah satu industry yang menggunakan

air sebagai bahan bakunya dan banyak diminati saat ini adalah industry penyediaan

jasa laundry/ penatu.

Laundry adalah jenis usaha yang menyediakan jasa pencucian dan setrika

pakaian. Laundry banyak diminati dikarenakan tingginya mobilitas masyarakat

masa kini yang karena kesibukannya tidak sempat untuk mencuci pakaiannya.

Perkembangan laundry yang dulu dianggap hanya untuk kalangan menengah ke

atas, kemudian seiring berkembangnya teknologi sekarang dapat dengan mudah

dijumpai laundry yang harganya dapat dijangkau oleh semua kalangan. Dianggap

1
Universitas Sumatera Utara
2

praktis dan ekonomis maka dari itu banyak orang yang memanfaatkan laundry.

Karena tingginya minat masyarakat, maka bermunculan jenis usaha ini (Widyarini,

2015).

Angka pengguna jasa laundry meningkat setiap tahunnya di kota Medan,

pada tahun 2016 jumlah konsumen antara 1.078 s/d 2.056 pelanggan, sedangkan di

tahun 2017 meningkat menjadi 2.500 s/d 4.000 pelanggan dan di tahun 2018 dan

awal tahun 2019 pelanggan semakin meningkat menjadi 6.000. Kenaikan pengguna

ini berdampak pula pada perkembangan laundry. Berdasarkan Ketua Asosiasi

Laundry Indonesia (ASLI) menyebutkan bahwa bisnis laundry dari tahun ke tahun

mengalami pertumbuhan sebesar 20%, walaupun pada tahun 2017 bisnis laundry

hanya tumbuh 15% saja akan tetapi tidak memberikan dampak negative terhadap

perkembangan bisnis laundry. Tahun 2018 tercatat bahwa jumlah bisnis laundry di

Indonesia telah mencapai 4.000 usaha yang terdiri dari berbagai jenis laundry. Data

ini membuktikan bahwa usaha jasa laundry adalah salah satu bisnis yang diminati

pengusaha dan sekarang tengah berkembang (Siregar, 2019).

Menurut Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pencemaran lingkungan adalah masuk atau

dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu

lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Limbah cair laundry atau pencucian pakaian termasuk zat yang mencemari

lingkungan atau polutan laundry disebabkan oleh kandungan air sisa pencucian

pakaian yang banyak mengandung deterjen dan pelembut pakaian. Bahan kimia

Universitas Sumatera Utara


3

yang dominan digunakan dalam deterjen dan pelembut pakaian adalah ammonium

klorida), sodium dodecyl benzene sulfonate, natrium carbonate, natrium sulfonate,

Alkyl Benzene Sulfonate (ABS). Bahan kimia tersebut adalah bahan yang tidak

ramah lingkungan karena tidak dapat di urai oleh mikroorganisme (non-

biodegradable) (Kurniati, 2008). Penggunaan deterjen yang semakin meningkat

akan berdampak negatif terhadap akumulasi surfaktan pada bahan-bahan perairan,

sehingga dapat menimbulkan masalah pendangkalan perairan, terhambatnya

transfer oksigen, dan lain-lain (Yamtama, 2017).

Limbah dari laundry umumnya tidak diolah terlebih dahulu yang kemudian

dapat menimbulkan pencemaran baik untuk tanah maupun air. Pencemaran tanah

dapat mengubah pH tanah, kandungan mineral berubah serta gangguan kandungan

nutrisi yang digunakan untuk penyerapan tumbuhan dan tercemarnya sumber air

tanah. Sementara pencemaran air dapat mengganggu kehidupan biota air, kualitas

air yang semakin menurun akan menyebabkan kelangkaan air bersih untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia (Hakim, 2016). Limbah cair laundry yang

dibuang tanpa diolah terlebih dahulu juga dapat mengakibatkan perubahan BOD,

COD, serta DO, terdapat juga dampak psikologis akibat dari pencemaran

lingkungan yang tidak kalah berbahaya jika dibandingkan dengan dampak fisik

yang diakibatkannya (Haderiah, 2015).

Berdasarkan artikel BLH Kota Yogyakarta yang telah melakukan studi

untuk meneliti kandungan yang terdapat di dalam limbah laundry yang di lakukan

di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan DIY hasilnya limbah cair yang

dihasilkan dari laundry ditemukan kandungan deterjen 339 mg/L, konsentrasi fosfat

Universitas Sumatera Utara


4

600 mg/L, kadar TSS 455 mg/L, kadar BOD 420 mg/L, dan kadar COD 1350 mg/L

yang berarti semua parameter yang diperiksa tidak memenuhi baku mutu air limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ardiyanto (2016) di Kota Semarang,

kadar COD tertinggi yang didapatkan dari pengukuran air limbah laundry yang

adalah 2418 mg/L, serta kadar COD tertinggi pada badan air atau sungai kecil

penerima aliran laundry yaitu sebesar 1488 mg/L. Kedua hasil pengukuran tersebut

jauh dari angka baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 180 mg/L. Menurut Mulia

(2005) air limbah yang langsung dibuang dapat menyebabkan kenaikan kadar COD

di dalam air sehingga akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang

membutuhkan oksigen akan terganggu akibat turunnya kandungan oksigen di air.

Kemudian berdasarkan hasil analisis laboratorium dari sampel limbah laundry dan

kelima sampel perairan penerima air limbah semuanya berbau. Sehingga kualitas

perairan penerima tidak memenuhi syarat secara fisika dikarenakan sudah terlarut

bahan kimia atau organik. Bau dari perairan ini adalah salah satu indikator

pencemaran menunjukkan badan perairan ataupun sungai kecil ini sudah tercemar

(Ardiyanto, 2016).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah penulis lakukan bahwa

terdapat 32 laundry yang tersebar di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.

Adapun alas an dipilihnya Kecamatan Medan Selayang sebagai lokasi penelitian

adalah karena tingginya penggunaan jasa laundry dan tidak ada regulasi tentang

pengolahan limbah cair laundry di Kota Medan. Mayoritas usaha laundry tersebut

menggunakan deterjen dan pewangi yang dibuat untuk kalangan sendiri sehingga

Universitas Sumatera Utara


5

tidak mencantumkan bahan aktif dan komposisi yang jelas. Lalu limbah cair yang

dihasilkan oleh usaha laundry biasanya dibuang tanpa diolah terlebih dahulu dan

langsung dibuang ke selokan. Berdasarkan pemaparan diatas oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik limbah laundry

yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah semakin merebaknya

penyediaan jasa pencucian pakaian akibat tingginya minat pengguna jasa tersebut

yang menyebabkan semakin banyaknya volume limbah cair yang dibuang yang

akan menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan dan manusia (Zairinayati,

2019).

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk

menganalisis karakteristik limbah laundry yang terdapat di Kecamatan Medan

Selayang Kota Medan.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui karakteristik usaha laundry seperti lama laundry telah

berdiri, jenis deterjen yang digunakan, kebutuhan air sehari – hari, daya

tampung maksimal harian laundry , dan kepemilikan IPAL di laundry.

2. Untuk mengetahui sarana pembuangan air limbah laundry

3. Untuk mengetahui kandungan COD pada limbah laundry

Manfaat Penelitian

Universitas Sumatera Utara


6

Manfaat teoritis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai

landasan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang sejenis.

Manfaat praktis. Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Memberikan informasi kepada pengusaha industri laundry untuk lebih peduli

terhadap lingkungan seperti penggunaan deterjen ramah lingkungan dan

penggunaan air yang tidak berlebihan.

2. Memberikan informasi kepada pengusaha laundry untuk dan melakukan

pengolahan terlebih dahulu kepada limbah cair yang akan dibuang.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Pencemaran Air

Pencemaran air dapat diartikan perubahan langsung ataupun tidak langsung

keadaan air yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan

bagi kehidupan makhluk hidup. Perubahan langsung dan tidak langsung ini bisa

meruapakan perubahan fisik, kimia, termal atau suhu, biologi, atau radioaktif.

Kualitas air merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam menentukan

kesejahteraan manusia, kehadiran bahan pencemar di dalam air dalam jumlah diatas

normal dapat disebutkan bahwa air tersebut dinyatakan sebagai air terpolusi.

Penggunaan air selain secara konvensional seperti kebutuhan air minum,

sanitasi, pengairan pertanian, kolam perikanan, transportasi baik di sungai maupun

laut, air juga diperlukan untuk menunjang kegiatan industry dan teknologi. Dalam

peruntukannya air yang telah digunakan tidak boleh langsung dibuang ke

lingkungan karna dapat melakukan pencemaran.

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:

1. Adanya perubahan suhu air.

2. Adanya perubahan ph.

3. Adanya perubahan warna, rasa, bau air.

4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut.

5. Adanya mikroorganisme.

6. Meningkatnya radioaktif air lingkungan (Wardhana, 2004).

Berikut ini beberapa jenis pencemar air dan dampaknya, antara lain:

7
Universitas Sumatera Utara
8

1. Sedimen

Sedimen tersusun atas partikel anorganik tanah, antara lain seperti pasir,

debu dan lempung yang terorisi dari permukaan tanah. Sedimen dapat berasal dari

sumber alami seperti pengikisan tepian sungai maupun buatan manusia, seperti

penggundulan hutan. Kerugian akibat sedimentasi ini sangat besar. Waduk yang

dibangun untuk irigasi dan pembangkit listrik tidak dapat beroperasi secara optimal

akibat sedimen ini.

2. Nutrisi Anorganik

Pencemar berupa nutrisi anorganik adalah fosfat dan nitrat, dimana kedua

nutrisi anorganik ini berupa pupuk, limbah rumah tangga dan limbah peternakan.

Pupuk yang diberikan petani ke lahan pertanian tidak semua diserap oleh tanaman.

Sebagian zat dari pupuk ini terbawa oleh air lalu mencapai sungai. Nitrat juga

terdapat pada limbah rumah tangga dan limbah peternakan. Air yang memiliki

nutrisi anorganik yang tinggi menyebabkan air menjadi keruh dan bau. Hal ini

disebabkan oleh pertumbuhan populasi ganggang yang sangat tinggi akibat dari

nutrisi anorganik.

3. Logam Berat

Logam berat adalah logam yang memiliki berat jenis lebih berat dari 6

(6g/cc), yaitu besi (Fe), tembaga (Cu), timbale (Pb), air raksa atau merkuri (Hg) dan

logam lainnya. Pencemar air berupa logam berat yang utama adalah merkuri dan

timbal. Logam berat tidak dapat mudah diurai oleh bakteri sehingga bertahan lama

dalam lingkungan. Sumber pencemaran logam berat ini adalah pertambangan,

pembangkit tenaga listrik berbahan baku batu bara dan industri.

Universitas Sumatera Utara


9

Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,

disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black

water) dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water)

(Wikipedia, 2015).

Jenis limbah. Air limbah yang harus dibuang dari suatu daerah pemukiman

terdiri dari:

1. Limbah rumah tangga yang juga disebut sebagai saniter, yaitu air limbah dari

daerah perumahan serta sarana-sarana komersial, institusional, dan yang serupa

dengan itu;

2. Air limbah industri yaitu limbah yang kandungan bahan-bahan buangan industri

merupakan bagian terbesar dari limbah tersebut;

3. Air resapan / aliran masuk, yaitu air dari luar yang masuk ke dalam sistem

pembuangan dengan berbagai cara, serta air hujan yang tercurah dari sumber-

sumber seperti talang dan drainasi pondasi;

4. Air hujan hasil dari aliran curah hujan.

Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat

bagian yaitu:

1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen

pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan

buangan organik, dan bahan buangan anorganik;

2. Limbah padat;

Universitas Sumatera Utara


10

3. Limbah gas dan partikel

Karakteristik limbah. Karakteristik limbah cair dapat diketahui

berdasarkan sifat – sifat serta karakteristik biologis, fisika, dan kimianya.

Penentuan karakteristik limbah perlu dilakukan agar dapat memahami sifat–sifat

tersebut serta konsentrasinya dan sejauh mana tingkat pencemaran dapat

ditimbulkan limbah terhadap lingkungan (Ginting, 2007).

Konsentrasi yang dikandung didalam limbah juga dapat menentukan beban

limbah terhadap lingkungan, yang mana beban ini dipengaruhi oleh debit limbah.

Semakin tinggi debit limbah maka semakin tinggi beban terhadap lingkungan.

Dalam menentukan karakteristik limbah, maka ada tiga jenis sifat yang harus

diketahui yaitu:

1. Sifat Biologis

Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan.

Seperti protein yang merupakan salah satu senyawa kimia organik yang mudah

terurai atau larut dalam air. Bahan yang mudah larut dalam air akan terurai menjadi

enzim dan bakteri tertentu. Bahan-bahan ini dalam limbah akan diubah oleh

mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sederhana seperti karbon dioksida

dan air serta amoniak.

2. Sifat Fisik

Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut,

tersuspensi dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar

listrik, bau dan temperatur.

Universitas Sumatera Utara


11

3. Sifat Kimia

Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh Biochemical Oksigen

Demand (BOD), Chemical Oksigen Demand (COD) dan logam-logam berat yang

terkandung dalam air limbah. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri

untuk menguraikan (mengoksidasikan) semua zat-zat organik yang terlarut maupun

sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana.

Sedangkan COD merupakan oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat

anorganis dan organis sebagaimana pada BOD.

Kualitas limbah. Kualitas limbah dapat ditentukan melalui spesifikasi

limbah yang telah diukur dari kandungan pencemaran dalam limbah. Kandungan

pencemar dalam limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin sedikit parameter

dan semakin kecil konsentrasi, menunjukkan peluang pencemar terhadap

lingkungan semakin kecil.

Kualitas limbah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain volume air

limbah, kandungan bahan pencemar, frekuensi pembuangan limbah. Penetapan

standar kualitas limbah harus dihubungkan dengan kualitas lingkungan. Kualitas

lingkungan dipengaruhi berbagai komponen yang ada dalam lingkungan itu seperti

kualitas air, kepadatan penduduk, flora dan fauna, kesuburan tanah, tumbuh-

tumbuhan dan lain-lain.

Apabila limbah masuk ke dalam lingkungan, ada beberapa kemungkinan

yang diciptakan yaitu:

1. Lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti (pencemaran ringan).

Universitas Sumatera Utara


12

2. Ada pengaruh perubahan tapi tidak menyebabkan pencemaran (pencemaran

sedang).

3. Memberi perubahan dan menimbulkan pencemaran (pencemaran berat).

Ada berbagai alasan untuk mengatakan demikian. Tidak memberi pengaruh

terhadap lingkungan karena volume limbah kecil dan parameter pencemar yang

terdapat di dalamnya sedikit dengan konsentrasi kecil. Karena itu andai kata masuk

pun dalam lingkungan ternyata lingkungan mampu menetralisasinya. Kandungan

bahan yang terdapat dalam limbah konsentrasinya barangkali dapat diabaikan

karena kecilnya.

Terdapat berbagai parameter pencemar yang menimbulkan perubahan

kualitas lingkungan namun tidak menimbulkan pencemaran, artinya lingkungan itu

memberikan toleransi terhadap perubahan serta tidak menimbulkan dampak

negatif. Adanya perubahan konsentrasi limbah menyebabkan terjadinya perubahan

keadaan badan penerima. Semakin lama badan penerima dituangi air limbah,

semakin tinggi pula konsentrasi bahan pencemar di dalamnya. Pada suatu saat

badan penerima tidak mampu lagi memulihkan keadaannya. Zat-zat pencemar yang

masuk sudah terlalu banyak dan mengakibatkan tidak ada lagi kemampuannya

menetralisasinya. Atas dasar ini perlu ditetapkan batas konsentrasi air limbah yang

masuk dalam lingkungan badan penerima. Dengan demikian walau dalam jangka

waktu seberapa pun lingkungan tetap mampu mentolerirnya. Toleransi ini

menunjukkan kemampuan lingkungan untuk menetralisasi ataupun mengeliminasi

bahan pencemaran sehingga perubahan kualitas negatif dapat dicegah. Dalam hal

Universitas Sumatera Utara


13

inilah perlunya batasan-batasan konsentrasi yang disebut dengan standar kualitas

limbah.

Penanganan limbah. Sistem penanganan limbah telah dirancang untuk

menurunkan kadar limbah. Selain itu pada penanganan limbah tersebut juga

diinginkan penghilangan nitrogen dalam bentuk amonia. Hal ini disebabkan karena

amonia dapat menyebabkan keadaan kekurangan oksigen pada air karena pada

konversi ammonia menjadi nitrat membutuhkan 4,5 bagian oksigen untuk setiap

bagian amonia. Bila terjadi perubahan amonia menjadi nitrat maka kadar oksigen

terlarut dalam cairan akan turun yang menyebabkan makhluk biologis, misalnya

ikan tidak dapat hidup di sana.

Proses penanganan Limbah Cair pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap

yaitu:

1. Primer : Untuk memisahkan air buangan dengan padatan

2. Sekunder : Penyaringan lanjutan dan lumpur aktif

3. Tersier : Proses biologis, adsorbsi, destilasi, dll

Laundry

Laundry pertama kali dilakukan disungai dengan cara membiarkan air

mengalir membawa bahan yang dapat menyebabkan noda dan bau. Usaha ini

dilakukan dengan cara menggosok, memutar dan memuku-mukulkan ke batu untuk

menghilangkan kotoran yang terdapat pada pakaian atau kain. Pengertian umum

laundry adalah jasa pencucian pakaian kotor sampai dengan kering dan siap pakai,

dalam arti pakaian yang semula dibawa ke jasa laundry dalam keadaan kotor dan

saat diterima kembali oleh konsumen pemakai jasa laundry pakaian tersebut sudah

Universitas Sumatera Utara


14

siap digunakan kembali (sudah bersih, dalam keadaan rapi dan telah disetrika).

Namun seiring berkembangnya zaman maka ditemukan proses mekanik jasa

laundry menggunakan mesin cuci. Sehingga proses laundry ini menciptakan

lapangan pekerjaan berupa praktik jasa. Akan tetapi dalam praktiknya jasa yang

ditawarkan kemudian berkembang menjadi jasa cuci basah, cuci kering, cuci

sampai setrika dan setrika saja.

Sekarang sudah banyak muncul industri kecil pencucian pakaian (laundry).

Pertumbuhan laundry ini memiliki sisi positif dan negatif dalam kehidupan

masyarakat. Salah satu sisi positif dari laundry ini adalah kita dapat menghemat

waktu serta biaya untuk mencuci pakaian dan menyetrika. Pertumbuhan industri

laundry ini juga memiliki sisi negatif yang kurang baik, sebab industri-industri ini

langsung membuang limbahnya berupa sisa penggunaan detergen ke selokan atau

badan air tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dapat mencemari

lingkungan, karena di dalam limbah industri laundry ini terdapat bahan pencemar

yang berbahaya antara lain yang terkandung didalam deterjen.

Perizinan laundry. Laundry dalam perizinannya seharusnya memiliki :

1. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (DISPERINDAG).

2. Izin pembuangan air limbah

3. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau Izin gangguan (HO)

4. Surat pernyataan bahwa usaha tersebut tidak memberatkan lingkungan atau

tetangga sekitar.

5. IMB dan site plan

Universitas Sumatera Utara


15

6. Akta pendirian perusahaan

7. Peta lokasi pembuangan sumber air dengan skala minimal 1:100 dan peta situasi

skala 1:1000

8. Proposal teknis rencana mengenai volume air yang akan dibuang ke sumber

sungai atau saluran.

9. Surat rekomendasi dari BLH setempat

10. Gambar konstruksi bangunan yang telah disetujui oleh instansi setempat dengan

memperhatikan garis sempadan saluran sungai.

Namun, karena laundry dianggap usaha mikro dan rumahan, maka yang

perlu hanya memiliki izin gangguan dari lurah atau camat.

Tahapan proses usaha laundry. Dalam usaha laundry terdapat lima tahap

proses produksi yaitu prewashing, washing, dryer, pressing dan finishing.

Pre washing. Tahapan proses diawali dengan tahapan prewashing dengan

spotting, yaitu proses memilih pakaian yang bernoda atau proses pembersihan noda

awal. Pada proses ini pekerja laundry akan membersihkan noda – noda yang

kelihatan dan kelihatannya tidak dapat dihilangkan hanya dengan mesin cuci saja.

Dalam proses prewasing biasanya bahan kimia yang dibutuhkan adalah General

spotter/emulsifier/ oxy booster.

Washing. Proses washing adalah proses pencucian dengan menggunakan

deterjen dan mesin cuci. Kegiatan ini seperti halnya mencuci pakaian dirumah,

setelah direndam kemudian pakaian akan diperas (spin). Dalam proses washing

bahan kimia yang digunakan adalah deterjen, pelembut, dan lainnya yang

membantu proses pencucian menjadi lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


16

Dryer. Proses ini merupakan proses pengeringan pakaian. untuk laundry

yang memiliki mesin dryer maka akan menggunakan mesin dryer, jika tidak maka

pakaian akan dijemur hingga kering.

Pressing. Pressing merupakan proses penyetrikaan atau ironing, agar

pakaian yang sudah kering menjadi rapid dan tidak kusut akibat proses pencucian.

Biasanya penyetrikaan dilakukan dengan setrika uap, setrika listrik, steamer,

maupun mesin pressing. Biasanya dibutuhkan pelicin dalam proses ini agar

memperlicin hasil setrikaan.

Finishing. Finishing merupakan proses packing. Pakaian yang telah selesai

melalui semua proses akan dilakukan pengemasan berupa dimasukkan ke dalam

plastic.

Proses kegiatan di laundry.

Input Proses Output

- Pakaian
- Pakaian kotor
kotor - Pre washing - Produk
- Air (pakaian bersih)
- Washing
- Sabun - Limbah
- Drying
(air sisa pencucian pakaian)
- Pressing

- Finishing

Gambar 1. Proses kegiatan di laundry

Limbah laundry. Limbah cair laundry dihasilkan dari air yang

mengandung deterjen sisa pencucian pakaian. Deterjen umumnya tersusun atas

berbagai bahan, antara lain surfaktan yang merupakan senyawa Alkyl Bensen

Universitas Sumatera Utara


17

Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pakaian. Alkyl Bensen

Sulfonat bersifat nonbiodegradable atau sulit terurai di lingkungan. Bahan utama

dari pembuatan detergen adalah suatu senyawa surfaktan. Surfaktan atau surface

active agent atau wetting agent merupakan bahan organik yang berperan sebagai

bahan aktif pada detergen, sabun, dan shampoo. Surfaktan dapat menurunkan

tegangan permukaan sehingga memungkinkan partikel – partikel yang menempel

pada bahan – bahan yang dicuci terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air

(Putra, 2015).

Limbah cair laundry terdapat detergen mengandung fosfat yang tinggi.

Fosfat ini berasal dari Sodium Tripolyphospate (STPP) yang merupakan salah satu

bahan yang kadarnya besar dalam detergen. Dalam detergen, STPP ini berfungsi

sebagai builder yang merupakan unsur terpenting kedua setelah surfaktan karena

kemampuannya menonaktifkan mineral kesadahan dalam air sehingga detergen

dapat bekerja secara optimal. STPP ini akan terhidrolisa menjadi PO 4 dan P2O7

yang selanjutnya juga terhidrolisa menjasi PO4.

Keberadaan bahan buangan zat kimia tersebut di dalam air lingkungan jelas

merupakan racun yang mengganggu dan bahkan dapat mematikan hewan air,

tanaman, dan mungkin juga manusia (Wardhana, 2004). Pada dasarnya jasa

pencucian pakaian (laundry) tidak memiliki sistem pengolahan limbah untuk

menangani limbah cair yang dihasilkan dari proses laundry. Oleh karena itu,

diperlukan suatu metode pengolahan limbah yang cukup efisien (Rachmawati,

2014).

Karakteristik limbah cair laundry.

Universitas Sumatera Utara


18

Tabel 1

Karakteristik Limbah Cair Laundry

Parameter Nilai Satuan


Hudori Padmanabha
(2008) (2015)
Suhu 23,6 – 26,0 - Co

pH 8,67 – 10,53 8,6 mg/L


Surfaktan 256,87 – 363,72 - mg/L
COD 599,44 – 754,35 346,84 mg/L
BOD - 182,78 mg/L
TSS - 48,65 mg/L
Total Fosfat 7,36 – 7,84 7,3 mg/L
Sumber : Anggreini (2015)

Dampak limbah laundry. Pembuangan limbah laundry yang dibuang

secara langsung ke sungai maupun ke selokan tanpa pengolahan terlebih dahulu

memiliki berbagai dampak negatif.

Beberapa dampak yang terjadi kepada lingkungan akibat pembuangan

limbah tanpa pengolahan yaitu mengganggu ekosistem ikan. Limbah detergen dari

laundry yang tidak memiliki tempat pembuangan limbah yang jelas akan bermuara

ke selokan, bahkan akan bermuara ke sungai dan dapat mengganggu ekosistem

ikan. Karena detergen dapat menghancurkan lapisan eksternal lendir yang

melindungi ikan, bakteri dan parasit. Selain itu juga dapat menyebabkan kerusakan

pada insang.

Menurut Masduqi, kegiatan pencucian pakaian mengakibatkan penggunaan

jumlah detergen yang meningkat. Faktanya pengerjaan cucian pada jasa laundry ini

mencapai 75 s/d 80 kg setiap harinya dan limbah laundry yang dihasilkan berkisar

35 s/d 50 liter (Ridho, 2013). Air limbah laundry mengandung deterjen yang

merupakan zat organik sehingga akumulasinya bahan kimia detergen yang tersusun

Universitas Sumatera Utara


19

atas fosfat dari nitrogen dapat menyebabkan alga dan tumbuhan air menjadi lebih

subur, sehingga menyebabkan terjadinya eutrofikasi (perairan menjadi subur). Busa

yang dihasilkan dari sabun dan detergen dipermukaan air menjadi penyebab udara

dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen. Maka dapat menyebabkan

organisme air kekurangan oksigen.

Sedangkan dampak kesehatan dari limbah sendiri ialah akibat dari

eutrofikasiyaitu kadar oksigen yang berkurang di dalam air sehingga

membahayakan manusia jika dikonsumsi ataupun digunakan secara langsung

(Zairinayati, 2019).

Kemudian, limbah yang langsung dibuang ke lingkungan dapat

menimbulkan dampak yang mungkin saja saat ini belum bermunculan, akan tetapi

akan muncul dalan jangka waktu yang panjang dan berdampak serius. Dampak

yang dapat ditimbulkan oleh limbah laundry bagi kesehatan antara lain diare

dikarenakan virus, penyakit kulit seperti gatal – gatal, kudis dan kurap, akibat iritasi

sedangkan bagi lingkungan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem (Ardiyanto,

2016).

Deterjen

Deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung bahan petrokimia atau

surfaktan sintetik lainya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang

terdapat dalam deterjen. Penggunaan deterjen terus berkembang selama 20 tahun

terakhir karena efisiensinya serta pembersih yang baik terutama di air sadah atau

air yang mengandung ion-ion mineral.

Universitas Sumatera Utara


20

Komposisi deterjen terdiri dari bermacam-macam komponen yang dapat

dibedakan menjadi tiga grup yaitu, surfaktan, bahan pembentuk dan bahan lain-lain

(Fardiaz, 1992).

Jenis-jenis deterjen.

Berdasarkan bentuk fisik. Deterjen bila dibagi berdasarkan bentuk fisik

dan bahan penyusunanya dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:

Deterjen batangan. Deterjen ini berbentuk padat dan memiliki tingkat alkali

yang tinggi. Sekarang sudah jarang di pakai untuk mencuci karena membuat kulit

iritasi dan dapat melunturkan warna baju.

Deterjen bubuk. Salah satu jenis deterjen yang paling umum digunakan,

dapat disimpan dan dikemas kembali dengan mudah, mudah ditakar seberapa yang

ingin digunakan, serta punya konsentrasi paling tinggi diantara jenis deterjen

lainnya. Ada yang berongga sehingga tampak lebih banyak, dan ada yang padat

memperlihatkan volume deterjen sedikit.

Deterjen colek. Deterjen cuci pasta yang punya banyak filler serta air.

Deterjen colek memiliki daya cuci yang lebih rendah dari pada daya cuci deterjen

bentuk lainnya.

Deterjen cair. Deterjen jenis ini banyak digunakan untuk laundry. Tidak ada

filler sehingga daya cuci cukup tinggi, kadar air didalamnya nya tinggi sehingga

tidak seefektif deterjen berbentuk serbuk.

Deterjen lerak. Detergen lerak tak hanya ramah lingkungan, tapi juga

ampuh membersihkan kotoran dan mengawetkan warna pakaian. Biji lerak itu

mengandung saponin yang menghasilkan busa dan berfungsi sebagai bahan pencuci

Universitas Sumatera Utara


21

dan pembersih. Biji lerak terbungkus kulit cukup keras bulat seperti kelereng. Lerak

yang sudah masak warnanya cokelat kehitaman dan permukaan licin dan mengilat.

Biji lerak juga bisa dimanfaatkan sebagai pembersih berbagai perkakas memasak.

Saat ini, detergen lerak banyak dipakai untuk mencuci kain batik guna menjaga

kualitas warna sehingga tidak kusam (zerowaste.id). Pencucian secara tradisional

dapat menggunakan lerak atau Sapindus rarak De Condole, atau S. mukoros,

tumbuhan ini dikenal karena bijinya yang dapat digunakan sebagai deterjen

tradisional dan dianjurkan untuk mencuci batik agar terjaga kualitasnya (Musman,

2011: 154-156).

Deterjen berdasarkan degradasi zat aktif. Berdasarkan dapat tidaknya zat

aktif terdegradasi deterjen dalam:

Deterjen keras. Deterjen ini mengandung zat aktif yang sukar dirusak oleh

mikroorganisme, baik sebelum digunakan maupun setelah dibuang. Karena

terdapat rantai bercabang pada atom karbon, sifatnya tidak dapat terdegradasi yang

mengakibatkan zat tersebut masih aktif dan mencemari lingkungan. Contoh zat ini

yaitu alkil benzenesulfonat (ABS), yang pada umumnya zat ini terkandung dalam

deterjen di pasaran.

Deterjen lunak. Jenis deterjen ini mudah dirusak oleh mikroorganisme,

karena memiliki rantai karbon yang tidak bercabang. Contohnya yaitu linear alkil

benzene sulphonate (LAS). Jenis deterjen yang menggunakan LAS ini biasanya

dianggap sebagai deterjen yang biodegradable, deterjen jenis ini sudah cukup

tersebar dipasaran.

Universitas Sumatera Utara


22

Deterjen berdasarkan merek atau nama dagang. Terdapat berbagai

macam jenis deterjen berdasarkan merek dagang yang beredar dipasaran yaitu:

Deterjen bubuk/serbuk. Terdapat berbagai macam deterjen bubuk di

pasaran dengan merek yang cukup terkenal contohnya yaitu: Rinso, So klin, Jazz,

Daia, dan Attack.

Deterjen cair. Masa kini perkembangan deterjen cukup maju dengan

hadirnya deterjen cair yang fungsinya hampir sama dengan deterjen bubuk hanya

saja berbeda pada bentuknya contohnya yaitu: rinso cair, attack cair, so klin cair.

Deterjen cream.Selain bubuk dan cair ada juga deterjen cream deterjen

cream ini lebih dahulu muncul daripada deterjen cair. Contohnya yaitu: deterjen

cream ekonomi, deterjen cream wings biru.

Deterjen batangan. Deterjen batangan, dewasa ini cukup sulit untuk

mencari deterjen jenis ini karena memang sudah jarang beredar di pasaran kecuali

hanya tertentu saja. Contohnya yaitu deterjen batang exstra aktif.

Deterjen lerak. Deterjen jenis ini dikenal dengan fungsinya yaitu untuk

mencuci batik saja. Padahal deterjen lerak ini cukup efektif untuk mencuci segala

jenis pakaian. Deterjen lerak ini berbentuk cair dengan kemasan botol

(zerowaste.id).

Komponen penyusun deterjen. Fungsi deterjen adalah untuk menurunkan

tegangan permukaan, melepaskan kotoran, serta menguraikan kotoran (KS

Parasuram, 2002:9). Kandungan dalam deterjen yaitu zat pembangun aktif tinggi,

enzim dan atau pemutih juga bahan pengisi tambahan lainnya.

Universitas Sumatera Utara


23

Surfaktan. Surfaktan (surface active agents) berfungsi sebagai daya

pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan

dan mengangkat kotoran pada kain serta mensuspensikan kotoran yang telah

terangkat. Surfaktan adalah komponen penghasil busa dan menurunkan tegangan

permukaan air. Surfaktan dalam air akan mengalami ionisasi pada dua ujung gugus

aktifnya dan membentuk komponen bipolar aktif. Surfaktan terdiri dari dua bagian

sifat yang berbeda. Bagian yang satu bersifat hidrofobik dan bagian yang lainnya

bersifat hidrofilik.

Surfaktan dibedakan menjadi dua jika ditinjau dari rumus strukturnya.

Rantai lurus yang dikenal dengan linier alkil benzensulfonat dan rantai bercabang

dikenal dengan alkil benzensulfonat. Dalam segi komersial surfaktan dibagi

menjadi empat macam anionic, nonionic, cationic, dan amphoteric. Surfaktan

memiliki rantai atom karbon yang panjang yang merupakan bagian yang

hidrofobik. Oleh karena adanya kedua bagian ini dalam suatu senyawa maka

disebut dengan ampifilik.

Imam Taufik (2006) juga membagi surfaktan menjadi empat kelompok

yaitu: surfaktan anionic, surfaktan kationik, surfaktan ninionik dan surfaktan

amfoterik. Adapun jenis dari surfaktan yaitu:

Surfaktan anionic. Banyak dipakai untuk tujuan domestic karena lebih

murah, lebih stabil dalam air, memiliki daya bersih yang baik serta memiliki busa

yang banyak daya bersih kuat, murah, mudah diperoleh masyarakat. Deterjen

anionic merupakan garam Na dan terionisasi untuk menghasilkan Na+ dan ion aktif

permukaan (suface active ion) yang bermuatan negatif. Surfaktan anionic yang

Universitas Sumatera Utara


24

berasal dari sulfat adalah hasil reaksi antara alcohol rantai panjang dengan asam

sulfat yang akan menghasilkan sulfat alcohol yang mempunyai sifat aktif

permukaan (Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol. 2 No. 2 2018). Surfaktan dari

kelompok anionic yang paling sering digunakan sebagai bahan pencucian (Jurnal

Media Akuakultur Vol. 1 No. 1 tahun 2006). Surfaktan yang termasuk dalam jenis

ini yaitu: linier alkil benzensulfonat (LAS), alkyil benzensulfonat (ABS),

etoksisulfat dan alkilsulfat. Alkil benzene sulfonate banyak digantikan dengan alkil

linear benzene sulfonate maupun natrium lauryl sulfat yang dianggap lebih mudah

terdegradasi. Surfactant anionic menyumbang sekitar 50% dari produk dunia.

Surfaktan kationik. Surfaktan ini biasanya dugunakan sebagai pelembut

(softener), deterjen ini baik karena kemampuanya sebagai bakterisida maupun

bakteriostatik. Deterjen ini memiliki lebih banyak busa dan pelembut karena itu

harganya mahal dan tidak digunakan untuk rumah tangga tapi sebagai desinfektan

rumah sakit dan hotel. Deterjen kationik merupakan garam Ammonium Hidroksida

(NH4OH) kuarterner. Senyawa ammonium kuarterner menjadi partikel muatan

postitif jika terlarut dalam air. Contoh surfaktan kationik yaitu: fatty amina, fatty

amidoamina, fatty amina oksida, tertari amina etoksilat, dimetil alkil amina, dan

dialkil metal amina.

Surfaktan nonionic. Surfaktan ninionik 45% industri menggunakan

surfaktan jenis ini tidak terionisasi dalam air karena gugus hidrofilik mereka adalah

jenis yang tidak dapat dipisahkan, busa yang dihasilkan sedikit tapi dapat bekerja

di air sadah, dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran. Contoh:

Universitas Sumatera Utara


25

dietanolamida, alcohol etoksilat, sukrosa ester, fatty alcohol poliglikol eter, gliserol

monostearat, dan sukrosa distearat.

Surfaktan ampoterik. Surfaktan ampoterik dapat bersifat sebagai non ionik,

kationik, dan anionik di dalam larutan, jadi surfaktan ini mengandung muatan

negatif maupun muatan positif pada bagian aktif pada permukaannya. Surfaktan

jneis ini cukup mahal sehingga terbatas penggunaanya dan aplikasi yang sangat

khusus seperti kosmetik. Contohnya: sulfobetain.

Builder (penguat). Sering ditambahkan dalam deterjen berfungsi untuk

menguatkan efisiensi pencucian dari surfaktan, dengan cara menonaktifkan mineral

penyebab kesadahan air. Builder juga membantu dalam mempertahankan ph

larutan, bahan campuran ini tidak boleh digunakan terlalu banyak karena dapat

menimbulkan efek samping yaitu panas di tangan. Senyawa builder yang sering

digunakan yaitu: fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.

Pengisi (filler). Bahan ini berfungsi untuk pengisi bahan campuran utama

atau bahan baku berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume sehingga

kemasannya lebih ekonomis. Bahan pengisi yang dimaksud adalah natrium sulfat

dalam deterjen bubuk, air dan pelarut dalam deterjen cair.

Pemutih (bleacing agent). Bahan ini berfungsi sebagai penghilang noda

yang membandel dan menjamin higienitas dengan membunuh bakteri melalui

reaksi oksidasi.

Enzim. Ada beberapa enzim yang biasanya ditambahkan dalam deterjen

khususnya yaitu enzim protease, lipase dan amilase. Enzim-enzim tersebut

Universitas Sumatera Utara


26

merupakan katalisator penghancur beberapa jenis kotoran sehingga memudahkan

dalam mencuci.

Bahan tambahan lain. Biasanya bahan tambahan additive ini digunakan

sebagai bahan penarik dari sebuah produk deterjen. Bahan ini ditambahkan dalam

jumlah kecil untuk meningkatkan sifat suatu komponen dalam detrjen namun tidak

berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Bahan ini bertujuan untuk

meningkatkan komersial produk deterjen. Contohnya: pewangi, pelembut,

penstabil enzim, pemutih flourese, antibakteri, penghambat karat.

OBA/Optical Brighter Agent. Untuk meningkatkan kualitas hasil

pencucian, bahan ini sangat ampuh untuk digunakan pada pakaian yang kusam

karena pemakaian terlalu lama, atau karena proses pengeringan saat dijemur bahan

ini berfungi untuk membuat pakaian lebih cemerlang. Bahan ini biasanya

digunakan pada pengusaha Laundry.

Komposisi deterjen. Bahan – bahan aktif yang terkandung dalam deterjen

curah dan pemutih yang digunakan di laundry antara lain :

Tabel 2

Komposisi Deterjen

Produk Bahan Aktif


Deterjen Surfaktan
Anti-redeposition agent 1%
Fosfat 28 %
Pemutih Sodium hypochlorite 5,25%

Dalam penggunaan deterjen 5 ml digunakan untuk 1 kg pakaian, sehingga

dibutuhkan sekitar 50 ml deterjen dalam satu kali pencucian 10 kg. Dalam satu hari

Universitas Sumatera Utara


27

proses pencucian dapat dilakukan hingga 10 – 15 kali, sehingga deterjen yang

dibutuhkan dalam satu hari kurang lebih sebanyak 500 – 750 ml (Putri, 2020).

Baku Mutu Limbah Cair Laundry

Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan

atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaanya dalam air limbah yang

akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan.

Semenatara parameter adalah suatu nilai atau kondisi yang dijadikan sebagai tolak

ukur terhadap nilai atau kondsi yg lainnya. Parameter dianggap sebagai nilai atau

kondsi yang diharapkan. Tabel 3 berisikan daftar parameter baku mutu air limbah

laundry berdasarkan PERMEN LH Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air

Limbah.

Tabel 3

Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industry Sabun, Deterjen
dan Produk – Produk Minyak Nabati

Parameter Kadar Paling Beban Pencemaran Paling Tinggi (kg/ton)


Tinggi Sabun Minyak Deterjen
(mg/L) nabati
BOD5 75 0,60 1,88 0,075
COD 180 1,44 4,50 0,180
TSS 60 0,48 1,50 0,06
Minyak dan 15 0,120 0,375 0,015
Lemak
Fosfat (PO4) 2 0,016 0,05 0,02
MBAS 3 0,024 0,075 0,03
pH 6,0 – 9,0
Debit Limbah Paling Tinggi 8 m3 per ton 25 m3 per ton 1 m3 per ton
Sabun produk sabun produk produk
minyak nabati deterjen
Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah

Universitas Sumatera Utara


28

Chemical Oxygen Demand (COD). COD atau Chemical Oxygen Demand

adalah jumlah oksigen yang diperlukan seluruh bahan organik atau bahan buangan

yang ada di dalam air agar dapat terurai melalui reaksi kimiawi. Hal ini karena

bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator

kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat,

sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang

kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD,

tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah

total bahan organik yang ada. Parameter ini biasanya digunakan sebagai baku mutu

limbah industri.

Pada prinsipnya Kalium Bichromat (K2Cr2O7) digunakan sebagai sumber

oksigen. Dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium

Bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom. Makin banyak

jumlah Kalium Bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti semakin

banyak oksigen yang diperlukan. Ini menunjukkan bahwa air lingkungan makin

banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Berdasarkan kemampuan oksidasi,

penentuan nilai COD dianggap paling baik dalam menggambarkan keberadaan

bahan organik, baik yang dapat didekomposisi secara biologis maupun yang tidak

(Atima, 2015).

Dampak COD terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Terhadap kesehatan manusia. Secara umum konsentrasi COD yang tinggi

dalam air menunjukkan adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang

banyak. Sejalan dengan hal ini jumlah mikroorganisme, baik yang merupakan

Universitas Sumatera Utara


29

patogen maupun tidak patogen juga banyak. Adapun mikroorganisme patogen

dapat menimbulkan berbagai macam penyakit bagi manusia. Karena itu, dapat

dikatakan bahwa konsentrasi COD yang tinggi di dalam air dapat menyebabkan

berbagai penyakit bagi manusia.

Terhadap lingkungan. Konsentrasi COD yang tinggi menyebabkan

kandungan oksigen terlarut di dalam air menjadi rendah, bahkan habis sama sekali.

Akibatnya oksigen sebagai sumber kehidupan bagi makhluk air (hewan dan

tumbuh-tumbuhan) tidak dapat terpenuhi sehingga makhluk air tersebut manjadi

mati (Monahan, 1993).

Landasan Teori
LIMBAH

Limbah Padat Limbah Cair Limbah Gas

1. Rumah tangga Nitriat, Fosfat,


2. Industri
3. Pertanian TSS, COD
4. Rembesan dan luapan
pH, BOD
Gambar 2. Kerangka teori

Pada dasarnya jasa pencucian pakaian (laundry) tidak memiliki sistem

pengolahan limbah untuk menangani limbah cair yang dihasilkan dari proses

laundry (Rachmawati, 2014).

Limbah cair laundry yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu juga dapat

mengakibatkan perubahan BOD, COD, serta DO, terdapat juga dampak psikologis

akibat dari pencemaran lingkungan yang tidak kalah berbahaya jika dibandingkan

dengan dampak fisik yang diakibatkannya (Haderiah, 2015).

Universitas Sumatera Utara


30

Kerangka Konsep

Karakteristik Laundry

- Lama laundry telah berdiri


- Jenis deterjen yang
digunakan
- Kebutuhan air sehari – hari
- Kepemilikan IPAL
- Daya tampung maksimal
harian laundry
Kegiatan Usaha
Laundry

Sarana Pembuangan Air


Limbah Laundry

Kandungan COD pada


limbah Laundry

Gambar 2. Kerangka konsep

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu untuk

mengetahui gambaran karakteristik limbah laundry yang terdapat di Kecamatan

Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian dilakukan di laundry yang terdapat di

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut

sebagai lokasi penelitian adalah karena tingginya penggunaan jasa laundry dan

tidak ada regulasi tentang pengolahan limbah cair laundry secara khusus di Kota

Medan. Pemeriksaan laboratorium di laksanakan PT. Radar Akurasi Laboratorium

di Medan.

Waktu penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari

2020 sampai dengan selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laundry yang terdapat di

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Jumlah seluruh laundry adalah sebanyak

32 laundry.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah air limbah laundry dan seluruh

laundry yang ada di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Metode

pengambilan sampel dilakukan dnegan cara total sampling. Total sampling adalah

teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi, alasan

31
Universitas Sumatera Utara
32

digunakannya metode ini adalah jumlah populasi yang kurang dari 100 dijadikan

sampel penelitian seluruhnya (Sugiono, 2007). Jumlah sampel penelitian ini adalah

sebanyak 32 laundry.

Definisi Operasional

1. Karakteristik laundry adalah segala hal yang berkaitan dengan laundry.

2. Lama berdirinya laundry adalah sejak laundry pertama kali dibuka dan

beroperasional hingga pada waktu saat penelitian.

3. Jenis deterjen yang digunakan adalah jenis yang terbagi atas dua yaitu deterjen

curah atau deterjen konvensional.

4. Kebutuhan air sehari – hari adalah volume air yang diperlukan laundry untuk

menjalankan operasionalnya sehari – hari.

5. Daya tampung maksimal harian laundry adalah jumlah cucian maksimal yang

mampu dicuci dalam satu hari.

6. Keberadaan IPAL di laundry adalah ada atau tidaknya Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) sebagai upaya pengolahan air limbah sebelum dibuang ke

SPAL atau badan air.

7. Sarana pembuangan air limbah laundry adalah sarana membuang limbah

pencucian di laundry yaitu bisa diolah terlebih dahulu ataupun langsung

dibuang langsung ke SPAL masyarakat.

8. COD pada limbah laundry adalah jumlah oksigen yang diperlukan seluruh

bahan organik atau bahan buangan yang ada di dalam air agar dapat terurai

melalui reaksi kimiawi yang di ukur dari hasil buangan limbah laundry.

Universitas Sumatera Utara


33

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dari pengambilan 32 sampel limbah

cair laundry dan diuji di Laboratorium Radar Akurasi dengan Spektrofotometri

dengan acuan SNI 6989.2.2.2009, dan kuesioner tentang karakteristik laundry daan

sarana pembuangan air limbah kepada pemilik usaha laundry .

Metode Pengukuran

Metode pengukuran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Karakteristik laundry. Karakteristik laundry diukur dengan melakukan

wawancara kepada pengusaha laundry di seluruh Kecamatan Medan Selayang

Kota Medan. Variabel yang digunakan untuk mengetahui karakteristik laundry

yaitu:

1. Lama berdirinya laundry

Untuk mengetahui lama berdirinya laundry dapat dilakukan dengan wawancara

menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel ini dengan kategori sebagai

berikut:

1. 0 – 3 tahun

2. 4 – 7 tahun

3. > 7 tahun

2. Kebutuhan air sehari – hari

1. <1000 liter

2. 1000 liter – 2000 liter

3. >2000 liter

Universitas Sumatera Utara


34

3. Daya tampung maksimal cucian perhari

Untuk mengetahui daya tamping maksimal perhari dapat dilakukan dengan

wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel ini dengan kategori

sebagai berikut:

1. 1 – 75 kg/hari

2. 76 – 150 kg/hari

3. > 150 kg/ hari

4. Jumlah pelanggan yang datang perhari

Untuk mengetahui jumlah pelanggan yang datang perhari dapat dilakukan

dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel ini dengan

kategori sebagai berikut:

1. 1 – 15 orang

2. 16 – 30 orang

3. > 30 orang

5. Rata-rata cucian perhari

Untuk mengetahui rata-rata cucian perhari dapat dilakukan dengan wawancara

menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel ini dengan kategori sebagai

berikut:

1. 1 – 50 kg/hari

2. 51 – 100 kg/hari

3. > 100 kg/hari

6. Sumber air yang digunakan

Universitas Sumatera Utara


35

Untuk mengetahui sumber air yang digunakan laundry dapat dilakukan dengan

wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel ini dengan kategori

sebagai berikut:

1. PDAM

2. Sumur

3. Lainnya

7. Jenis detergen

Untuk mengetahui jenis detergen dapat dilakukan dengan wawancara

menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel ini dengan kategori sebagai

berikut:

1. Deterjen curah

2. Deterjen konvensional

8. Ketersediaan IPAL

Untuk mengetahui ketersediaan IPAL di laundry dapat dilakukan dengan

wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel ini dengan kategori

sebagai berikut:

1. Ya

2. Tidak

9. Ketersediaan izin pendirian laundry

Untuk mengetahui ketersediaan izin pendirian laundry dapat dilakukan dengan

wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel ini dengan kategori

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


36

1. Ada

2. Tidak ada

10. Keluhan dari masyarakat

Untuk mengetahui ada tidaknya keluhan dari masyarakat selama laundry berdiri

dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran

variabel ini dengan kategori sebagai berikut:

1. Ya

2. Tidak

Sarana pembuangan air limbah. Sarana pembuangan air limbah diukur

dengan melakukan wawancara kepada pengusaha laundry di seluruh Kecamatan

Medan Selayang Kota Medan. Adapun tujuannya untuk mengetahui apakah

laundry tersebut mengolah terlebih dahulu limbah yang dihasilkan ataupun

membuang langsung ke SPAL. Pengukuran variabel ini dengan kategori:

1. Diolah terlebih dahulu

2. Dibuang langsung ke SPAL

Kandungan COD. COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan seluruh

bahan organik atau bahan buangan yang ada di dalam air agar dapat terurai melalui

reaksi kimiawi. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun

2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, kadar COD paling tinggi yang diperbolehkan

adalah 180 mg/L. Kandungan COD diukur dengan melakukan pemeriksaan COD

pada limbah cair laundry di Laboratorium Radar Kota Medan. Pengambilan sampel

air limbah laundry dilakukan pada sewaktu kunjungan untuk wawancara dengan

laundry terkait.

Universitas Sumatera Utara


37

Pengambilan dan pengiriman sampel ke laboratorium.

Limbah cair laundry.

1. Sediakan botol sampling sebagai wadah sampel.

2. Botol sampling yang akan digunakan disterilkan dengan aquadest.

3. Tampung limbah cair ke dalam ember.

4. Benamkan botol sampling ke dalam ember yang berisi air limbah.

5. Sampel air limbah diambil sampai botol terisi penuh dan tidak ada gelembung

udara kemudian ditutup rapat.

6. Sampel dibawa ke laboratorium.

Pemeriksaan sampel.

Pemeriksaan COD.

Alat.

1. Erlenmeyer

2. Statif dan klem

3. Gelas ukur

4. Beaker glass

5. Pipet tetes

6. Bunsen

Bahan.

1. Air sampel

2. Larutan KMnO4 0,1 N

3. Larutan KI 10%

4. Larutan H2SO4 4 N

Universitas Sumatera Utara


38

5. Larutan amilum 1%

6. Larutan Na2S2O3 0,05 N

Prosedur pemeriksaan sampel.

Prosedur pengukuran COD.

A. Standarisasi larutan natrium tiosulfat

Masukkan 10 ml larutan standard primer K2Cr2O7 0,05 N ke dalam Erlenmeyer,

dengan segera titrasi I2 yang terbentuk dalam larutan Na2S2O3 sampai warnanya

menjadi kuning pucat. Tambahkan 1 ml larutan amilum 1% hingga warnanya

berubah menjadi biru. Lakukan titrasi sehingga warna biru hilang dan normalitas

larutan Na2S2O3 dihitung :

10
N Na2S2O3 = 𝑥 0,05
𝑚𝑙 Na2S2O3 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛

B. Pengukuran kebutuhan oksigen kimia

Sebanyak 50 ml sampel dimasukkan ke Erlenmeyer dan ditambahkan 5 ml

KMnSO4 0,1 N dan panaskan selama 1 jam didalam penangas air. Kemudian

dinginkan selama 10 menit dan setelah dingin tambahkan 5 ml KI 10% dan 10 ml

H2SO4 4 N.

Lakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai terbentuk kuning pucat.

Tambahkan larutan 1 ml amilum 1% sampai terbentuk warna biru. lakukan titrasi

kembali sampai warna birunya hilang. Catat berapa banyak larutan tiosulfat yang

dipakai. Lakukan hal yang sama untuk aquadest sebagai blanko.

(𝐴 − 𝐵)𝑥 𝑁 Na2S2O3 𝑥 8 𝑥 1000


COD (ppm) =
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

A = ml Na2S2O3 untuk titrasi blanko

Universitas Sumatera Utara


39

B = ml Na2S2O3 untuk sampel air

Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat. Data yang diperoleh

dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan hasil pengukuran COD pada air

limbah laundry, dianalisis secara deskriptif dan dinarasikan.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu kecamatan di Kota

Medan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan selayang terdiri atas 6

desa/kelurahan dengan luas 9,01 km2. Kecamatan Medan Selayang mempunyai

penduduk sebesar 48.028 Jiwa dengan kepadatan penduduknya 5.330,52 jiwa/km2.

Walaupun bukan daerah pusat industri namun, di Kecamatan Medan

Selayang banyak terdapat usaha industri kecil seperti, konveksi dan laundry

dikarenakan lokasinya yang berdampingan dengan salah satu universitas negeri

yang terletak di Medan yaitu Universitas Sumatera Utara. Sehingga banyak

mahasiswa yang berasal dari luar daerah yang memilih jasa laundry sebagai

alternatif yang efisien, karena alasan itulah jasa laundry berkembang pesat di

Kecamatan Medan Selayang. Selain efisien, harga yang ditawarkan juga bersaing,

sehingga lebih banyak menarik peminat.

Alur proses dimulai dari penerimaan pakaian kotor di laundry, kemudian

pakaian kotor tersebut ditimbang dan dihitung berapa jumlah pakaian yang akan

dicuci. Pakaian tersebut kemudian akan dicuci, proses pencucian inilah yang

menghasilkan limbah cair yang mengandung deterjen dan limbah cairnya langsung

dibuang ke Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL). Pakaian setengah kering

yang sudah dicuci akan dikeringkan. Setelah kering pakaian yang sudah bersih

disetrika dan dimasukkan ke dalam plastik dan siap diambil oleh pemiliknya. Proses

pakaian kotor menjadi pakaian bersih biasanya memakan waktu biasanya 1-2 hari

bergantung pada cuaca dan banyaknya cucian.

40
Universitas Sumatera Utara
41

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa dari 32 laundry

terdapat 5 laundry yang berada di jalan raya dan 27 laundry berada di pemukiman

di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Hal ini tentunya dapat menyebabkan

dampak ke masyarakat sekitar laundry yang berada di pemukiman, karena limbah

yang dibuang tanpa pengolahan akan mencemari tanah dan air disekitarnya, apabila

masyarakat menggunakan air dan tanah yang sudah tercemar maka akan berdampak

pada kesehatan masyarakat di sekitar laundry.

Data Hasil Karakteristik Laundry

Data hasil penelitian diperoleh dari 32 laundry menggunakan kuesioner

yang berisikan tentang karakteristik laundry yang terdapat di Kecamatan Medan

Selayang Kota Medan.

Lama laundry telah berdiri.

Tabel 4

Distribusi Lama Berdirinya Laundry di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan


Tahun 2020

Lama Berdiri Laundry n %


0 – 3 tahun 20 62,5
4 – 7 tahun 8 25,0
Lebih dari 7 tahun 4 12,5
Jumlah 32 100

Distribusi lama berdirinya laundry yang terletak di Kecamatan Medan

Selayang Kota Medan menunjukkan bahwa dari 32 laundry, paling banyak laundry

baru berdiri selama 0 – 3 tahun yaitu sebanyak 20 laundry (62,5%), telah berdiri

selama 4 – 7 tahun sebanyak 8 laundry (25,0%), dan laundry yang telah berdiri lebih

dari 7 tahun sebanyak 4 laundry (12,5%).

Jenis deterjen yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 5

Distribusi Jenis Deterjen yang Digunakan oleh Laundry di Kecamatan Medan


Selayang Kota Medan Tahun 2020

Jenis deterjen n %
Deterjen konvensional 11 34,4
Deterjen curah 21 65,6
Jumlah 32 100.0

Distribusi jenis deterjen yang digunakan oleh laundry yang terletak di

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan menunjukkan bahwa dari 32 laundry,

paling banyak laundry menggunakan deterjen curah yaitu sebanyak 21 laundry

(65,6%) , dan terdapat 11 laundry (34,4%) yang menggunakan deterjen

konvensional.

Kebutuhan air sehari – hari.

Tabel 6

Distribusi Kebutuhan Air Sehari – Hari di Laundry Kecamatan Medan Selayang


Tahun 2020

Kebutuhan Air n %
Kurang dari 1000 L 18 56,3
1001 L – 2000 L 10 31,3
Lebih dari 2000 L 4 12,5
Jumlah 32 100

Distribusi kebutuhan air sehari – hari di laundry yang terletak di Kecamatan

Medan Selayang Kota Medan menunjukkan bahwa dari 32 laundry, paling banyak

laundry membutuhkan air kurang dari 1000 liter dalam satu hari untuk

operasionalnya yaitu sebanyak 18 laundry (56,3%), laundry yang membutuhkan

1001 liter – 2000 liter air untuk operasionalnya dalam sehari sebanyak 10 laundry

(31,3%), dan membutuhkan lebih dari 2000 liter air untuk operasional sehari –

harinya sebanyak 4 laundry (12,5%).

Universitas Sumatera Utara


43

Daya tampung maksimal harian laundry.

Tabel 7

Distribusi Daya Tampung Maksimal Harian Laundry di Kecamatan Medan


Selayang Kota Medan Tahun 2020

Jumlah Daya Tampung n %


1 – 75 kg/hari 15 46,9
76 – 150 kg/hari 10 31,3
Lebih dari 150 kg/hari 7 21,9
Jumlah 32 100

Distribusi daya tampung maksimal harian di laundry yang terletak di

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan menunjukkan bahwa dari 32 laundry,

paling banyak laundry memiliki daya tampung maksimal sebesar 1 – 75 kg/hari

yaitu sebanyak 15 laundry (46,9%), laundry yang memiliki daya tampung maksimal

sebesar 76 – 150 kg/hari sebanyak 10 laundry (31,3%), dan laundry yang memiliki

daya tampung maksimal lebih dari 150 kg/hari sebanyak 7 laundry (21,9%).

Kepemilikan IPAL.

Tabel 8

Distribusi Kepemilikan IPAL di Laundry di Kecamatan Medan Selayang Kota


Medan Tahun 2020

Kepemilikan IPAL n %
Ada 0 0
Tidak ada 32 100
Jumlah 32 100

Distribusi kepemilikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di laundry

yang terletak di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan menunjukkan bahwa dari

32 laundry, seluruh laundry yang terletak di Kecamatan Medan Selayang Kota

Universitas Sumatera Utara


44

Medan tidak memiliki IPAL dan tidak melakukan pengolahan sebelum membuang

limbah ke SPAL atau badan air.

Jumlah pelanggan yang datang perhari.

Tabel 9

Distribusi Jumlah Pelanggan yang Datang Perhari di Laundry Kecamatan Medan


Selayang Kota Medan Tahun 2020

Jumlah Pelanggan n %
1 – 15 orang 16 50,0
16 - 30 Orang 10 31,3
Lebih dari 30 orang 6 18,8
Jumlah 32 100,0

Distribusi jumlah pelanggan yang datang di laundry yang terletak di

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan menunjukkan bahwa dari 32 laundry,

paling banyak laundry dengan rata – rata pelanggan 1 – 15 orang per hari yaitu

sebanyak 16 laundry (50,0%), laundry dengan rata – rata pelanggan 16 – 30 orang

per hari yaitu sebanyak 10 laundry (31,3%), dan laundry dengan rata – rata

pelanggan lebih dari 30 orang per hari sebanyak 6 laundry (18,8%).

Beban cucian perhari.

Tabel 10

Distribusi Beban Cucian Perhari Laundry di Kecamatan Medan Selayang Kota


Medan Tahun 2020

Jumlah Beban Cucian n %


1 – 50 kg/hari 14 43,8
51 kg – 100 kg/hari 11 34,4
Lebih dari 100 kg/hari 7 21,9
Jumlah 32 100

Distribusi beban cucian per hari di laundry yang terletak di Kecamatan

Medan Selayang Kota Medan menunjukkan bahwa dari 32 laundry, paling banyak

laundry yang memiliki beban cucian 1 – 50 kg/hari yaitu sebanyak 14 laundry,

Universitas Sumatera Utara


45

laundry yang memiliki beban cucian sebanyak 51 – 100 kg/hari yaitu sebanyak 11

laundry (34,4%), dan laundry yang memiliki beban cucian lebih dari 100 kg/hari

ada sebanyak 7 laundry (21,9%).

Sumber air.

Tabel 11

Distribusi Sumber Air yang Dipakai oleh Laundry di Kecamatan Medan Selayang
Kota Medan Tahun 2020

Sumber Air n %
PDAM 29 90,6
Sumur 3 9,4
Lainnya 0 0
Jumlah 32 100

Distribusi penggunaan sumber air oleh laundry yang terletak di Kecamatan

Medan Selayang Kota Medan menunjukkan bahwa dari 32 laundry, paling banyak

laundry laundry yang menggunakan PDAM sebagai sumber airnya yaitu sebanyak

29 laundry (90,6%), dan laundry yang menggunakan air sumur sebagai sumber air

ada sebanyak 3 laundry (9,4%).

Kepemilikan izin.

Tabel 12

Distribusi Kepemilikan Izin Laundry di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan


Tahun 2020

Kepemilikan izin n %
Ada 32 100
Tidak ada 0 0
Jumlah 32 100

Distribusi karakteristik laundry bila dilihat dari variabel kepemilikan izin

laundry yang terletak di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


46

bahwa dari 32 laundry, seluruh laundry memiliki izin dalam menjalankan

operasional laundry (100%).

Keluhan masyarakat.

Tabel 13

Distribusi Keluhan Masyarakat Sekitar Laundry di Kecamatan Medan Selayang


Kota Medan Tahun 2020

Keluhan Masyarakat n %
Ada 0 0
Tidak ada 32 32
Jumlah 32 100

Distribusi keluhan masyarakat sekitar laundry yang terletak di Kecamatan

Medan Selayang Kota Medan menunjukkan bahwa dari 32 laundry, seluruh laundry

tidak pernah mendapatkan keluhan dari masyarakat di sekitarnya. (100%).

Data Hasil Sarana Pembuangan Limbah

Tabel 14

Distribusi Pembuangan Limbah oleh Laundry di Kecamatan Medan Selayang Kota


Medan Tahun 2020

Pembuangan Limbah n %
Dibuang langsung ke SPAL 32 100
Diolah terlebih dahulu 0 0
Jumlah 32 100

Universitas Sumatera Utara


47

Distribusi pembuangan limbah oleh laundry yang terletak di Kecamatan

Medan Selayang Kota Medan menunjukkan bahwa dari 32 laundry, seluruh laundry

membuang limbahnya langsung ke Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

(100%).

Hasil Pemeriksaan COD terhadap Limbah Cair Laundry yang terdapat di


Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

Hasil pemeriksaan COD di laboratorium pada limbah cair laundry yang

terdapat di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan adalah sebagai berikut :

Tabel 15

Hasil Pemeriksaan COD terhadap Limbah Cair Laundry yang Terdapat di


Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020

Uraian Hasil Uji COD Baku Mutu Keterangan


Contoh Uji K2Cr2O7
(mg/L)
Laundry 1 277,86 180 mg/L Melewati
Laundry 2 204,69 180 mg/L Melewati
Laundry 3 186,18 180 mg/L Melewati
Laundry 4 274,17 180 mg/L Melewati
Laundry 5 213,42 180 mg/L Melewati
Laundry 6 180,77 180 mg/L Melewati
Laundry 7 260,55 180 mg/L Melewati
Laundry 8 263,19 180 mg/L Melewati
Laundry 9 196,29 180 mg/L Melewati
Laundry 10 250,71 180 mg/L Melewati
Laundry 11 183,64 180 mg/L Melewati
Laundry 12 280,83 180 mg/L Melewati
Laundry 13 203,34 180 mg/L Melewati
Laundry 14 274,41 180 mg/L Melewati
Laundry 15 282,63 180 mg/L Melewati
Laundry 16 274,29 180 mg/L Melewati
Laundry 17 265,29 180 mg/L Melewati
Laundry 18 280,08 180 mg/L Melewati
Laundry 19 283,11 180 mg/L Melewati
Laundry 20 258,33 180 mg/L Melewati
Laundry 21 259,23 180 mg/L Melewati
Laundry 22 265,74 180 mg/L Melewati
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 15

Hasil Pemeriksaan COD terhadap Limbah Cair Laundry yang Terdapat di


Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020

Uraian Hasil Uji COD Baku Mutu Keterangan


Contoh Uji K2Cr2O7
(mg/L)
Laundry 23 276,57 18 0 mg/L Melewati
Laundry 24 221,25 180 mg/L Melewati
Laundry 25 180,38 180 mg/L Melewati
Laundry 26 209,43 180 mg/L Melewati
Laundry 27 195,45 180 mg/L Melewati
Laundry 28 278,82 180 mg/L Melewati
Laundry 29 282,72 180 mg/L Melewati
Laundry 30 183,78 180 mg/L Melewati
Laundry 31 187,57 180 mg/L Melewati
Laundry 32 265,95 180 mg/L Melewati

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari pemeriksaan

laboratorium menggunakan baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.

5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah didapatkan bahwa seluruh laundry

yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan memiliki kandungan

COD diatas baku mutu yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 yaitu sebesar 180 mg/L.

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Gambaran Karakteristik Laundry di Kecamatan Medan Selayang Kota


Medan Tahun 2020

Gambaran lama berdirinya laundry. Gambaran lama berdirinya laundry

berdasarkan hasil kuesioner kepada laundry didapatkan paling banyak laundry baru

berdiri selama 0 – 3 tahun yaitu sebanyak 20 laundry (62,5%) hal ini sejalan dengan

penelitian Siregar (2019), Ketua Asosiasi Laundry Indonesia (ASLI) menyebutkan

bahwa bisnis laundry dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan sebesar 20%,

walaupun pada tahun 2017 bisnis laundry hanya tumbuh 15% saja akan tetapi tidak

memberikan dampak negatif terhadap perkembangan bisnis laundry. Data ini

membuktikan bahwa usaha jasa laundry adalah salah satu bisnis yang diminati

pengusaha dan sekarang tengah berkembang.

Pertumbuhan laundry juga disebabkan oleh tren pemanfaatan jasa laundry

baru berkembang beberapa tahun belakangan, yang juga dikarenakan penurunan

harga jasa yang ditawarkan. Sebelumnya jenis jasa yang ditawarkan adalah jenis

cucian perpotong pakaian yang mana secara tidak langsung menjadikan tagihan

lebih mahal namun, sekarang sudah banyak yang menyediakan laundry dengan jasa

cucian perkilo yang secara tidak langsung membuat tagihan menjadi lebih murah

sehingga menarik perhatian masyarakat untuk menggunakan jasa laundry

Gambaran jenis deterjen yang digunakan. Gambaran jenis deterjen yang

digunakan di laundry berdasarkan hasil kuesioner didapatkan hasil, laundry yang

menggunakan deterjen curah ada sebanyak 21 laundry (65,6%). Pemilihan

penggunaan produk deterjen deterjen curah ini didasari oleh beberapa hal seperti

49
Universitas Sumatera Utara
50

harga yang lebih murah, wangi yang lebih tahan lama dan pakaian yang lebih

mudah bersih.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, kandungan COD tertinggi

adalah sampel 19 yaitu sebesar 283,11 mg/L yang berdasarkan kuesioner

menggunakan deterjen curah, sedangkan kandungan COD terendah berada di

sampel 25 yaitu sebesar 180,38 mg/L, yang berdasarkan kuesioner menggunakan

deterjen konvensional. Hal ini sesuai dengan penelitian I Gede Herry Purnama

(2015) menyebutkan, untuk mendapatkan keuntungan yang memadai pengusaha

laundry banyak menggunakan deterjen, pewangi, dan pelembut pakaian curah yang

tidak jelas asal – usul dan sertifikasinya. Produk tersebut jelas belum melakukan

pengujian terhadap dampak lingkungan. Produk itupun merupakan produk yang

secara ekonomis lebih murah, lebih bersih, serta lebih lembut. Sehingga hal tersebut

perlu dipertanyakan dan dapat dipastikan produk tersebut mngandung bahan

sintetis berlebih. Menurut penelitian Paramitha, limbah laundry banyak

mengandung sejumlah surfaktan, carboxyl methyl cellulose (CMC), minyak

tumbuhan, kalsium (Ca), phospat (P), SiO3 2-, pemutih pakaian dan tanah. Pada

umumnya air limbah laundry mengandung deterjen karena dalam proses kegiatan

laundry selalu menggunakan deterjen.

Bahan penyusun deterjen secara umum dibagi menjadi empat yaitu

surfaktan, builders, bleaching agent, dan bahan tambahan. Surfaktan yang

berfungsi mengangkat kotoran ditambahkan dengan bahan builders seperti fosfat

sehingga efisiensi nya meningkat serta mencegah kotoran menempel kembali.

Surfaktan yang digunakan dalam deterjen yang tidak ramah lingkungan adalah jenis

Universitas Sumatera Utara


51

BAS (Branched Alkylbenzene Sulphonate) yang memiliki rantai karbon bercabang.

Jenis ini tahan terhadap penguraian biologis sehingga dikenal sebagai senyawa

toksik pada biota air (Connel dan Miller, 1995). Sekarang pada deterjen ramah

lingkungan dikenal bahan aktif deterjen sintetis baru yang mudah terurai yaitu

surfaktan jenis LAS (Linear Alkylbenzene Sulphonate) dan kandungan fosfat yang

sudah dikurangi sehingga menyebabkan deterjen lebih sedikit menghasilkan busa

(Pemerintah Kabupaten Pati, 2015).

Gambaran kebutuhan air. Gambaran kebutuhan air di laundry

didapatkan dari hasil kuesioner dengan hasil paling banyak adalah laundry yang

kebutuhan airnya kurang dari 1000 L yaitu sebanyak 18 laundry (56,3%). Hal ini

berkaitan dengan jumlah pelanggan yang datang serta beban cucian dari laundry

tersebut. Air yang digunakan sebagian besar akan dibuang dan mengandung

deterjen didalamnya, yang mana akan mencemari lingkungan. Menurut penelitian

Yusmidiarti (2016) di Bengkulu, kebutuhan air untuk laundry membutuhkan rata-

rata 15 L untuk memproses 1 kg pakaian. Jumlah pemakaian air juga berpengaruh

pada jumlah limbah cair yang dibuang, laundry dapat menghasilkan hingga 400 m 3

limbah cair perhari.

Berdasarkan kuesioner penelitian, seluruh laundry membuang limbah

pencucian yang mengandung deterjen akan dibuang tanpa diolah terlebih dahulu.

Bila dilihat dari nilai COD yang telah diperiksa di laboratorium, semua nilai COD

dari air limbah laundry berada diatas baku mutu yang telah ditetapkan Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 sebesar 180 mg/L. Volume air yang

digunakan tentu berpengaruh terhadap volume limbah yang dibuang, menurut

Universitas Sumatera Utara


52

Mulia (2005) air limbah yang langsung dibuang akan menyebabkan kenaikan kadar

COD di dalam sungai dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air

yang membuthkan oksigen terganggu dan adakalanya air limbah yang meresap ke

dalam air tanah sehingga mencemari air tanah.

Gambaran beban cucian perhari dan daya tampung maksimal

laundry. Gambaran beban cucian laundry perhari menurut hasil kuesioner

didapatkan hasil yang paling banyak adalah laundry dengan beban cucian 1 – 50

kg/hari yaitu ada sebanyak 14 laundry (43,8%) dan variabel daya tampung

maksimal paling banyak adalah laundry dengan daya tampung maksimal 1 – 75

kg/hari yaitu ada 15 laundry (46,9%) . Hal ini dikarenakan jumlah pelanggan yang

datang hanya kurang dari 30 orang sehingga beban cucian yang dilakukan di

seluruh laundry hanya kurang dari 250 kg/hari. Serta pelanggan cenderung tidak

menumpuk pakaian kotornya. Berdasarkan kuesioner, akibatnya pemakaian jumlah

air juga berpengaruh, sekitar 56,3% laundry membutuhkan kurang dari 1000 Liter

perharinya.

Berdasarkan artikel Asosiasi Laundry Indonesia (ASLI) (2018), laundry

dapat membalikan modal minimal satu tahun dengan catatan mampu mencapai

target mencuci 200 kg pakaian perhari, yang mana berarti saat ini laundry juga

mengalami penurunan omset dan pelanggan.

Gambaran kepemilikan IPAL. Gambaran kepemilikan IPAL menurut

hasil kuesioner diperoleh hasil bahwa seluruh laundry yang berada di Kecamatan

Medan Selayang tidak memiliki IPAL untuk mengolah air limbahnya. Air limbah

Universitas Sumatera Utara


53

yang dihasilkan langsung dibuang ke SPAL yang selanjutnya mengalir ke badan air

yang lebih besar.

Berdasarkan artikel BLH Kota Yogyakarta, BLH Yogyakarta menciptakan

alat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) untuk mengurangi dampak buruk dari

zat – zat kimia yang terkandung di air limbah laundry. IPAL ini telah diterapkan ke

sejumlah laundry di Kota Yokyakarta. IPAL ini berfungsi menyerap fosfat berlebih

yang terkandung didalam deterjen supaya aman bagi lingkungan. Namun, di Kota

Medan sendiri belum ada peraturan yang mewajibkan untuk memiliki IPAL.

Tidak memiliki IPAL dianggap lebih ekonomis karena tidak membutuhkan

biaya jika langsung dibuang ke Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), padahal

akan terjadi pencemaran air bila limbah cair yang mengandung deterjen. Hal ini

sejalan dengan penelitian I Gede Herry Purnama (2015), menyebutkan munculnya

banyak usaha binatu (laundry) di Kota Denpasar akan memberikan andil yang besar

terhadap pencemaran air. Pengolahan air terlebih dahulu bertujuan untuk mencegah

penyebaran penyakit yang bisa menular melalui air limbah dan mencegah

kerusakan lingkungan. Kandungan kwartener ammonium klorida, LAS, sodium

dedocyl benzene sulfonate pada deterjen dan pelembut pakaian yang berlebihan di

badan air akan menyebabkan kandungan COD dan fosfat yang tinggi. fosfat yang

tinggi akan menyebabkan bahaya eutrofikasi dan ledakan alga bila mencapai ke

laut.

Gambaran pelanggan yang datang perhari. Gambaran jumlah pelanggan

yang datang perharinya menurut hasil kuesioner didapatkan hasil paling banyak

adalah laundry yang memiliki rata – rata pelanggan 1 – 15 orang yaitu sebanyak 16

Universitas Sumatera Utara


54

laundry (50%). Hal ini dikarenakan banyak nya laundry yang tersedia sehingga

terjadi persaingan pasar. Konsumen dapat memilih jenis laundry yang diinginkan

mulai dari yang murah hingga yang mahal.Terdapat 32 laundry konvensional yang

terletak di Kecamatan Medan Selayang. Maka jumlah kategori terbanyak adalah

laundry dengan rata – rata pelanggan 1 – 15 pelanggan perharinya. Jumlah pakaian

yang dicuci juga berpengaruh, berdasarkan hasil kuesioner, masing – masing

laundry memiliki beban cucian 1 – 50 kg/hari yang berarti terjadi penyebaran

pelanggan.

Bila dibandingkan dengan penelitian Fadhilah, et al (2019) yang dilakukan

di Karawang pada tahun 2018, jumlah pelanggan ABC Laundry periode Agustus

2017 – Juli 2018 laundry ABC memiliki rata-rata jumlah pelanggan yang tidak

stabil atau mengalami perubahan setiap bulannya baik kenaikan ataupun penurunan

jumlah pelanggan. Kunjungan terbanyak adalah sebanyak 1.796 pelanggan

sedangkan kunjungan terkecil adalah sebanyak 825 pelanggan. Data jumlah

pelanggan ABC Laundry dari bulan Agustus 2017 sampai Juli 2018 sebanyak

14.786 pelanggan. Maka, rata-rata pelanggan ABC Laundry adalah 1.232

pelanggan per bulan atau 41 orang perhari.

Gambaran penggunaan sumber air. Dari hasil kuesioner hasil yang

paling banyak adalah laundry yang menggunakan PDAM sebagai sumber airnya

yaitu sebanyak 29 laundry (90,6%). Hal ini dikarenakan kualitas air yang lebih baik

dan akses yang lebih mudah. Sebelumnya, penelitian Fanny Eka Adiastuti, dkk

(2018) menyebutkan, proses dalam industri laundry membutuhkan air yang banyak

serta menghasilkan limbah yang banyak juga.

Universitas Sumatera Utara


55

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hampir seluruh laundry

memiliki kapasitas cucian maksimal 0 – 75 kg perhari dan memiliki kebutuhan air

kurang dari 1000 L perhari. Dalam satu kali proses pencucian, laundry

membutuhkan air kurang lebih 15 L per kg yang dicuci. Oleh karena itu, banyak

yang menggunakan PDAM sebagai sumber air dikarenakan akses yang mudah dan

terjamin kebersihannya.

Air buangan sisa detergen dapat menimbulkan permasalahan serius karena

produk detergen dan bahan-bahan kimianya dapat berakibat toksik bagi kehidupan

dalam air. Air buangan sisa detergen yang dihasilkan dalam volume besar sangat

berbahaya untuk kelestarian sungai dan tanah. Karena sifatnya yang kompleks, air

limbah detergen/laundry sangat sukar untuk diolah. (Ciabatti, 2009).

Menurut penelitian Yusmidiarti (2016) adanya fosfat dalam limbah laundry

adalah penyebab utama pencemaran air. Keberadaan fosfat bila berlebih di badan

air menyebabkan suatu fenomena yang disebut eutrofikasi (pengkayaan nutrien).

Masalah eutrofikasi baru ditemukan penyebabnya pada dekade awal abad Ke-20

saat algae banyak tumbuh di ekosistem air. Masalah ini disinyalir akibat langsung

dari aliran limbah yang mengandung fosfat tinggi.

Limbah cair laundry yang dibuang langsung ke lingkungan dapat

mencemari air tanah, limbah cair akan merembes dan mengakibatkan tercemarnya

air tanah. Limbah cair laundry menimbulkan permasalahan serius karena produk

deterjen dan bahan-bahan penyusunnya menyebabkan toksik bagi kehidupan dalam

air. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa air buangan sisa pencucian pakaian

yang mengandung deterjen yang dihasilkan dalam volume besar dan terus –

Universitas Sumatera Utara


56

menerus akan berbahaya untuk kelestarian sungai dan tanah. Proses laundry

menghasilkan limbah cair yang berasal dari bleaching, water softener, dan surfaktan

( Yusmidiarti, 2016).

Gambaran kepemilikan izin. Gambaran kepemilikan izin laundry

menurut hasil kuesioner didapatkan hasil, semua laundry yang terdapat di

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan memliki izin mendirikan laundry. Izin

tersebut didapatkan dari Lurah ataupun Camat dan tetangga sekitar, dan Organisasi

ASLI (Asosiasi Laundry Indonesia) karena belum ada peraturan Kota Medan yang

mengatur tentang perizinan usaha laundry.

Kota Yogyakarta, menurut artikel BLH Yogyakarta (2018), mewajibkan

laundry memiliki perizinan dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Pengawasan

kepemilikan izin terus dilakukan, total laundry yang sudah memiliki izin berjumlah

85 usaha di Kota Yogyakarta sampai dengan tahun 2018. BLH Kota Yogya juga

menyediakan IPAL portable bagi laundry yang sudah berizin.

Sementara itu, dalam jurnal Paramitha, et al dimuat bahwa Kota Denpasar

telah membuat Peraturan dan Sanksi mengenai pembuangan air limbah laundry ke

sumber air diatur dalam Pasal 58 ayat (2) Perda Kota Denpasar No. 1 Tahun 2015

yang menentukan bahwa, setiap orang yang melanggar 10 ketentuan dalam Pasal

12 Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)

bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan dapat

dikenakan sanksi lain dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. Melihat

dari ketentuan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila pengusaha laundry

Universitas Sumatera Utara


57

membuang limbah laundry ke sumber air maka langsung akan dikenakan sanksi

pidana.

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanan fungsi pengaturan dan

bersifat pengadilan yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan – kegiatan

yang dilakukan oleh masyarakat. Perijinan dibidang lingkungan juga merupakan

instrument hukum lingkungan yang mempunyai fungsi preventif, yaitu mencegah

tejadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan yang harus dipenuhi oleh setiap

pemilik kegiatan atau pelaku usaha yang bertujuan tercipta keseimbangan antara

kepentingan suatu usaha dengan lingkungan (Saija, 2014).

Gambaran keluhan masyarakat. Gambaran keluhan masyarakat menurut

hasil kuesioner didapatkan hasil seluruh laundry tidak pernah menerima keluhan

dari masyarakat sekitarnya atau tetangga nya. Hal ini kemungkinan terjadi

dikarenakan 62,5% laundry yang ada baru berdiri 0 – 3 tahun sehingga belum

menimbulkan dampak, karena jika dilihat dari nilai COD yang diperiksa di

laboratorium nilai COD seluruh laundry berada diatas baku mutu yang telah di

tetapkan pemerintah melalui Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup No. 5

tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah yaitu sebesar 180 mg/L.

Pada penelitian Majid, et al (2017) disebutkan dampak langsung yang

terjadi adalah pada karyawan yang bekerja di laundry seperti tangan terasa panas

dan kulit terasa kering. Hal ini disebabkan oleh pH air limbah laundry yaitu 8,2,

dimana pH yang dapat ditoleransi kulit manusia 6-8. Dari hasil penelitian ini pula,

menunjukkan bahwa kadar fosfat yang tinggi mempercepat pertumbuhan alga

Universitas Sumatera Utara


58

(blue-green-alga) yang akan berdampak toksin pada manusia melalui rantai

makanan dalam jangka waktu panjang.

Gambaran Sarana Pembuangan Air Limbah Laundry di Kecamatan Medan


Selayang Kota Medan Tahun 2020

Gambaran sarana pembuangan limbah. Gambaran pembuangan limbah

menurut hasil kuesioner didapatkan seluruh laundry membuang limbahnya ke

SPAL atau selokan (100%). Hal ini dikarenakan membuang limbah ke SPAL

dianggap efektif dan tidak menggunakan biaya karena menggunakan selokan yang

sudah ada untuk kebutuhan sehari – hari.

Menurut penelitian Junita N.Y. Siahaan (2014) seluruh limbah laundry

dibuang ke lingkungan seperti selokan, resapan rumah tangga, bahkan langsung ke

badan sungai. Hal ini menyebabkan bahwa air limbah laundry berpotensi untuk

mencemari air tanah apabila dibuang langsung tanpa diolah terlebih dahulu.

Berdasarkan penelitian Fanty Eka Adiastuti, et al (2018) menyebutkan,

perkembangan industri laundry perlu diperhatikan karena pada umumnya limbah

akan dibuang langsung ke selokan atau badan air tanpa diolah terlebih dahulu.

Pencemaran ke lingkungan dapat terjadi karena air limbah tersebut mengandung

polutan berupa lemak dan senyawa organik lainnya yang berasal dari pakaian kotor,

beberapa senyawa kimia seperti natrium tripolyphospat sebagai pengisi, dan

deterjen/surfaktan yang sulit terombak alami di alam.

Belum adanya peraturan yang mengatur tentang pembuangan limbah cair

laundry di Kota Medan mengakibatkan seluruh laundry membuang limbahnya ke

SPAL tanpa izin. Sementara itu, menurut penelitian Paramitha, et al, di Kota

Denpasar telah membuat peraturan tentang pembuangan limbah cair ke sumber air

Universitas Sumatera Utara


59

di Kota Denpasar diatur dalam Peraturan Walikota Denpasar Nomor 40 Tahun 2013

tentang Tata Cara Penyelenggaraan Ijin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (PPLH) di Kota Denpasar yang diatur dalam Pasal 7, Pasal 9, Pasal 9 dan

Pasal 10. Sebagai pengusaha laundry yang menghasilkan limbah cair serta

melakukan pembuangan air limbahnya ke sumber air, harus memiliki Izin PPLH .

Kajian Teknis Pembuangan Air Limbah berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang.

Kandungan COD pada Limbah Cair Laundry yang Terdapat di Kecamatan


Medan Selayang Kota Medan Tahun 2020

Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan COD yang

terdapat di limbah cair di laundry yang berada di Kecamatan Medan Selayang Kota

Medan. Adapun titik pengambilan sampel adalah seluruh laundry yang berada di

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Terdapat 32 laundry yang berada di

kawasan Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan COD terhadap 32 sampel limbah cair dari

masing – masing laundry didapatkan hasil bahwa seluruh laundry yang berada di

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan memiliki kandungan COD diatas baku

mutu yang telah ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah yaitu

kandungan COD maksimal sebesar 180 mg/L. Kandungan tertinggi ada pada

sampel laundry 19 yang dengan COD sebesar 283,11 mg/L. Bila dilihat dari

kuesioner, sampel 19 memakai deterjen curah yang belum terdaftar. Limbah yang

dihasilkan tentu lebih berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan, namun

belum ada keluhan masyarakat terhadap laundry sampel 19. Hal ini karena jumlah

Universitas Sumatera Utara


60

pelanggan yang datang 1 - 15 orang perhari dan rata – rata beban cucian 1 – 15 kg

per hari, akibatnya air yang digunakan juga tidak banyak yaitu kurang dari 1000 L

per hari, sehingga limbah yang dihasilkan belum menyebabkan dampak yang dapat

dirasakan. Penggunaan air yang sedikit, dapat juga menyebabkan tingginya

kandungan COD di laundry sampel 19.

Kandungan COD paling tinggi dari sampel yang diperiksa adalah laundry

19 dengan kandungan COD sebesar 283,11 mg/L. sementara itu kandungan COD

paling rendah ada di laundry 25 yaitu sebesar 180,38 mg/L.

Dalam penelitian Fanty Eka Adiastuti, dkk (2018) tentang pengolahan air

limbah laundry dengan metode adsorpsi karbon aktif yang juga melakukan

pemeriksaan COD. Kandungan COD yang ditemukan adalah sebesar 668,83 mg/L

yang juga diatas baku mutu yang telah ditentukan.

Penelitian Dhimas Aji Kusuma, dkk (2019) tentang pengolahan limbah

laundry juga melakukan pemeriksaan COD terhadap air limbah laundry di Kota

Pontianak menunjukkan hasil COD sebesar 910,5 mg.

Angka COD yang tinggi yang berarti jugatinggi kandungan bahan organik,

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperlukan pengolahan untuk

limbah sebelum dibuang ke SPAL. Pengolahan yang umumnya digunakan untuk

limbah cair laundry antara lain koagulasi dan flokulasi (EPA, 2000). Berdasarkan

penelitian Rahimah (2016) mengenai pengolahan limbah deterjen dengan metode

koagulasi flokulasi, koagulan kapur merupakan yang paling efektif diantara bahan

lainnya untuk menurukan kandungan COD pada limbah. Pada 5 gram koagulan

kapur didapatkan hasil penurunan sebesar 78,57% untuk nilai COD.

Universitas Sumatera Utara


61

Keterbatasan Penelitian

Selama proses penelitian peneliti mengalami kendala dikarenakan masa

pandemi Covid 19 ini, dimana penelitian berlangsung menjadi lama dari proses

administrasi, penelitian, dan bimbingan.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Analisis

Karakteristik Limbah Cair Laundry di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

Tahun 2020” maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik usaha laundry dilihat dari variabel laundry yang telah berdiri

selama 0 – 3 tahun sebanyak 20 laundry (62,5%), dilihat dari variabel

menggunakan deterjen deterjen curah sebanyak 22 laundry (68,8%), dilihat dari

variabel membutuhkan air kurang dari 1000 liter dalam sehari untuk kebutuhan

operasionalnya sebanyak 18 laundry (56,3%), dilihat dari variabel daya

tampung cucian maksimal 1 – 75 kg/hari sebanyak 15 laundry (46,9%),dan

dilihat dari variabel tidak memiliki IPAL sebanyak 32 laundry (100%).

2. Sarana pembuangan air limbah yang digunakan seluruh laundry di Kecamatan

Medan Selayang Kota Medan adalah membuang langsung limbah ke SPAL

tanpa diolah terlebih dahulu.

3. Kandungan COD dari 32 sampel limbah laundry yang telah diuji, kandungan

COD tertinggi adalah laundry 19 sebesar 283,11 mg/L dan kandungan COD

terendah di laundry 25 yaitu sebesar 180,38 mg/L, keduanya melewati baku

mutu yang telah ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Menteri Nomor 5

Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah yaitu sebesar 180 mg/L.

62
Universitas Sumatera Utara
63

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti maka saran yang dapat

diberikan oleh peneliti agar dapat ditindaklanjuti antara lain :

1. Bagi pengusaha laundry untuk menggunakan deterjen yang ramah lingkungan

serta melakukan pengolahan sebelum membuang limbah cair ke SPAL.

2. Bagi pemerintah untuk rutin melakukan pemeriksaan perizinan pendirian

laundry dan penegasan pembuatan perizinan laundry.

3. Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan pemeriksaan parameter

lainnya seperti BOD, surfaktan, dan fosfat.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Adiastuti, F. E., Ratih, Y. W., & Afany, M. R. (2018). Kajian pengolahan limbah
laundry dengan metode adsorpsi karbon aktif serta pengaruhnya terhadap
pertumbuhan Azolla. Jurnal Tanah dan Air, 15(1), 38 – 46.

Ardiyanto, P. (2016). Analisis limbah laundry informal dengan tingkat pencemaran


lingkungan di Kelurahan Mukhtiarjo Kidul Kecamatan Pedurungan
Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan, 2(1), 1-12.

Atima, W. A. (2015). BOD dan COD sebagai parameter pencemaran air dan baku
mutu air limbah. Ambon. Jurnal Biology Science & Education, 4(1), 83 –
93

Chandra, B. (2014). Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Ciabatti, I. F., Cesaro, L., Faralli, E., Fatrella, & Togotti, F. (2009). Demonstration
of a treatment system for purification and reuse of laundry waste water,
desalination. Jakarta: Penebarswadaya.

Fadillah, H., Hadining, A. F., & Sari, R. P. (2019). Analisis kepuasan pelanggan
abc laundry dengan menggunakan metode service quality, Importance
Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction Index (CSI). Jurnal
Teknik Industri, 15(1).

Haderiah & Dewi, N. U. (2015). Meminimalisir kadar deterjen dengan penambahan


koagulan dan filtrasi media saring pada limbah kamar mandi. Higiene, 1(1),
33-41.

Hakim, L. (2016). Pengolahan limbah laundry dengan menggunakan tanaman


kenaf (Hibiscus Cannabinus L.) (Thesis, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember). Diakses dari http://repository.its.ac.id/1358/1/3314201004-
Master_Theses.pdf

Kurniati, E. (2008). Penurunan konsentrasi detergent pada limbah industri laundry


dengan metode pengendapan menggunakan Ca(OH)2. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan, 1(1).

Kusuma, D. A., Fitria, L., & Kadaria, U. (2019). Pengolahan limbah laundry dengan
metode moving bed biofilm reaction. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan
Basah, 2(1), 1 – 10.

Lapau, B. (2015). Metodelogi penelitian kesehatan: metode ilmiah penulisan


skripsi, tesis, dan disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

64
Universitas Sumatera Utara
65

Musman, A. & Ambar, B. A. (2011). Batik : warisan adiulung nusantara.


Yogyakarta: Andi Offest.

Paramitha, A. A. & Suyatna, I. N. (2017) Penegakan hukum terhadap pelanggaran


pembuangan limbah laundry di Kecamatan Denpasar Selatan Kota
Denpasar. Jurnal Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum
Universitas Udayana. Diakses dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/
Kerthanegara/article/download/41957/25522

Parasuram, K. S. (2002). Soap and detergent. New Delhi, India: Tata McGraw-Hill
Compenies Limited.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah.

Purnama, I. G. H. & Purnama, S. G. (2015). Pengolahan air limbah binatu


(laundry) dengan menggunakan metode lahan basah buatan (horizontal sub
surface flow constracted wetlands (Skripsi, Univeristas Udayana). Diakses
dari https://repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/
repositori/12855fb49316442cb7b57140e9a678c3.pdf

Rachmawati, B., Surya Y., & Mirwan, M. (2014). Proses elektrokoagulasi


pengolahan limbah laundry. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 6(1), 15-22.

Rahimah, Z., Heldawati, H., & Syauqiah, I. (2016). Pengolahan limbah deterjen
dengan metode koagulasi-flokuasi mengunakan koagulan kapur dan PAC.
Konversi, 5(2), 52 – 59.

Siregar, L. V. (2019). Analisis prospek dan strategi pengembangan usaha jasa


laundry berbasis syariah di Kota Medan (Thesis, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara). Diakses dari http://repository.uinsu.ac.id/6566/1/
TESIS%20FULL.pdf

Taufik, I. (2006). Pencemaran deterjen dalam perairan dan dampaknya terhadap


organisme air. Jurnal Media Akuakultur,1(1). Bogor: Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar.

Utomo, W. P., Nugraheni Z. V., Rosyidah, A., Shafwah, O. M., Naashihah, L. K.,
Nurfitria, N. & Ulfindrayani, I. F. (2018). Penurunan kadar surfaktan
anionik dan fosfat dalam air limbah laundry di Kawasan Keputih, Surabaya
menggunakan karbon aktif. Akta Kimia Indonesia, 3(1), 127-140. DOI:
http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528

Wardhana, W. A. (2004). Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta: Andi.

Universitas Sumatera Utara


66

Widyarini. (2015). Pemanfaatan peluang bisnis laundry syariah. Jurnal Ekonomi


dan Bisnis Islam, 11(1), 41-56.

Yamtama. (2017). Pengolahan koagulasi biofilter dan karbon aktif untuk perbaikan
kualitas limbah cair laundry. Seminar Nasional IENAC, 313-320.

Yusmidiarti. (2016). Analisis pengolahan limbah cair usaha laundry. Jurnal Media
Kesehatan, 9(1), 30 – 34.

Zairinayati & Shatriadi, H. (2019). Biodegradasi fosfat pada limbah laundry


menggunakan bakteri consorsium pelarut fosfat. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 18(1), 57- 61. doi : 10.14710/jkli.18.1.57-61

Universitas Sumatera Utara


67

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Analisis Karakteristik Limbah Cair Laundry di Kecamatan Medan Selayang Kota


Medan
Nomor :
Nama Laundry :
Lokasi :
1. Berapa lama laundry telah berdiri
a. 0 – 3 Tahun
b. 4 – 7 Tahun
c. > 7 Tahun
2. Jumlah pelanggan yang datang perharinya
a. 1 – 15 orang
b. 16 – 30 orang
c. >30 orang
3. Berapa rata-rata jumlah cucian sehari – hari
a. <250 kg/hari
b. 250 – 300 kg/hari
c. >300 kg/hari
4. Berapa daya tampung maksimal cucian sehari –hari
a. 1 - 50 kg/hari
b. 51 – 100 kg/hari
c. > 100 kg/hari
5. Sumber air yang digunakan
a. PDAM
b. Sumur
c. Lainnya
6. Kebutuhan air sehari – hari
a. 1 - 1000 liter
b. 1001 liter – 2000 liter
c. >2000 liter

Universitas Sumatera Utara


68

7. Apakah merek / jenis deterjen yang digunakan dalam pencucian


a. Deterjen Konvensional (Rinso, Attack, Daia, dll)
b. Deterjen Curah
8. Apakah limbah yang dibuang diolah terlebih dahulu atau dibuang
langsung ke SPAL?
a. Diolah terlebih dahulu
b. Dibuang langsung ke SPAL
9. Apakah terdapat IPAL
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah laundry tersebut memiliki izin
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah selama laundry ini berdiri pernah menerima keluhan dari
masyarakat
a. Ya
b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


69

Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium terhadap Kandungan COD pada


Limbah Cair Laundry

Universitas Sumatera Utara


70

Universitas Sumatera Utara


71

Lampiran 3. Output SPSS

Lama_laundry_berdiri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 - 3 tahun 20 62.5 62.5 62.5
4 - 7 tahun 8 25.0 25.0 87.5
lebih dari 7 tahun 4 12.5 12.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

Jumlah_pelanggan_perhari
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 - 15 orang 16 50.0 50.0 50.0
16 - 30 orang 10 31.3 31.3 81.3
lebih dari 30 orang 6 18.8 18.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

Rata2_jumlah_cucian_perhari
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 - 50 kg/hari 14 43.8 43.8 43.8
51 - 100 kg/hari 11 34.4 34.4 78.1
lebih dari 100 kg/hari 7 21.9 21.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Daya_tampung_maksimal_cucian
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 - 75 kg/hari 15 46.9 46.9 46.9
76 - 150 kg/hari 10 31.3 31.3 78.1
lebih dari 150 kg/hari 7 21.9 21.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Sumber_air
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PDAM 29 90.6 90.6 90.6
sumur 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


72

Kebutuhan_air_perhari
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 - 1000 L 18 56.3 56.3 56.3
1001 L - 2000 L 9 28.1 28.1 84.4
lebih dari 2000 L 5 15.6 15.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

Jenis_deterjen
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid deterjen konvensional 11 34.4 34.4 34.4
deterjen curah 21 65.6 65.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pembuangan_limbah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid dibuang langsung ke SPAL 32 100.0 100.0 100.0

Keberadaan_IPAL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 32 100.0 100.0 100.0

Izin_laundry
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 32 100.0 100.0 100.0

Pernah_terima_keluhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 32 100.0 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


73

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara

Gambar 2. Hasil lab

Universitas Sumatera Utara


74

Gambar 3. Observasi

Gambar 4. Wawancara

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai