2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2188
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN BISING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA
PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI PT
PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN SAWIT
SEBERANG KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA
TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
MARIA GESLY SARAGIH
NIM : 131000653
OLEH
MARIA GESLY SARAGIH
NIM : 131000653
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
4. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing I dan Eka Lestari
5. Dra. Lina Tarigan, Apt. MS dan Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM., M.Kes
selaku anggota penguji yang telah memberi saran dan kritik agar penulisan
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat atas ilmunya yang telah diberikan.
8. Kedua orangtua saya, Jonly Saragih dan Gesita Siagian serta saudara penulis,
drg.Runggu Saragih, Kurnia Saragih, S.Si, dan Ruth Saragih yang telah
Sawit Seberang dan juga pekerja di pabrik pengolahan kelapa sawit yang
10. Terima kasih kepada pihak Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan.
11. Terima kasih kepada keluarga rohani saya, KTB Adriella Clairine, Ellisaios,
Sola Gratia, dan Ozora, kepada adik-adik rohani saya, Kelompok kecil Atarah
Bernice dan JIMYE, Kelompok PBL Kota Pari, dan Kelompok LKP Jambu
yang telah banyak membantu, memberikan semangat, motivasi, dan juga doa
kepada penulis.
12. Terima kasih kepada adik-adik saya, Orang Fokus, Tri Siska, dan Koordinasi
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 26
3.2.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 26
3.2.2 Waktu Penelitian .......................................................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 26
3.3.1 Populasi........................................................................................ 26
3.3.2 Sampel ......................................................................................... 27
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 27
3.4.1 Data Primer ................................................................................... 27
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................... 27
3.5 Variabel dan Definisi Operasional .......................................................... 27
3.5.1 Variabel........................................................................................ 27
3.5.2 Definisi Operasional ..................................................................... 28
3.6 Metode Pengukuran ............................................................................... 28
3.6.1 Pengukuran Kebisinagan .............................................................. 28
3.6.2 Pengukuran KelelahanKerja.......................................................... 28
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 29
3.7.1 Teknik Pengolahan Data..................................................... ............ 29
3.7.2 Metode Analisis Data ................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 31
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6.1 Kesimpulan....................................................................................................................48
6.2 Saran................................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................50
LAMPIRAN.........................................................................................................................52
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intensitas Kebisingan dan Waktu Paparan Per Hari.................................14
Tabel 4.8 Hubungan Bising dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit di PT Perkebunan Nusantara II
Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat Sumatera Utara
Tahun 2017 43
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Maria Gesly Saragih, lahir pada tanggal 30 Maret 1995 di
Ujung gang Beringin no 12 A, Kota Medan. Penulis merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara pasangan Ayahanda Jonly Saragih dan Ibunda Gesita Siagian.
Binjai, Kota Medan. Pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2001, penulis
tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di Santo Thomas 1 Medan, pada tahun 2007 dan selesai pada
di Santo Thomas 1 Medan, pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh
diseases), bahaya kimia (chemical hazards), temperatur udara dan panas (heat
and air temperature), kualitas udara (air quality), cahaya dan pencahayaan (light
Pekerjaan harus dilakukan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja
persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka terjadi gangguan pada kesehatan dan
daya kerja tenaga kerja yang pada akhirnya berpengaruh buruk terhadap
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
melebihi ambang batas merupakan salah satu faktor fisik yang dapat
sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang
longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan
gelombang tersebut merambat melalui media udara atau pengantar lainya, dan
manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu
adanya hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja dengan p value, yaitu 0,000
yang berarti p < 0,05. Hasil pengukuran kelelahan kerja di bagian proses produksi
Penelitian yang senada dilakukan juga oleh Fitri Nur Hayati dengan judul
hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja dengan p value, yaitu 0.017 yang
berarti p < 0,05. Hasil pengukuran kelelahn kerja di bagian ringframe terdapat
kelapa sawit yang mengolah bahan baku tandan buah segar menjadi minyak sawit
dan inti sawit. Berdasarkan survey awal yang dilakukan pabrik ini memiliki 10
area kerja, yaitu stasiun timbangan, loading ramp, rebusan, penebah, pressan,
klarifikasi, pabrik biji, boiler, kamar mesin, dan water treatment (Profil PT
yang telah ditimbang kemudian diterima oleh bagian loading ramp, untuk
dilakukan penyortiran. Proses ini dilakukan untuk memisahkan antara tandan buah
segar yang layak diolah atau tidak. Setelah disortir, tandan buah segar yang layak
olah lalu dimasukkan kedalam lori rebusan yang terbuat dari plat besi dan
perebusan ini biasanya berlangsung selama 90 menit. Tandan buah yang sudah
Setelah buah pisah dari tandannya, lalu buah dikirim ke Digester dengan cara
buah masuk ke Conveyor Under Threser. Di dalam digester tersebut buah atau
berondolon yang sudah terisi penuh, akan diputar dan diaduk dengan
menggunakan mesin Screw Press. Buah-buah sawit yang telah diaduk secara
conveyor. Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, berondolon buah
dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasiun klarifikasi,
sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun kernel. Setelah melewati proses screw
press, maka didapatlah minyak kasar/crude palm oil. Setelah di press, maka
Crude Palm Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand trap tank.
Kemudian akan crude palm oil disaring dari serabut-serabut yang dapat
menghasilkan Crude oil dan Fiber. Fiber tersebut akan masuk ke dalam Kernel
dan akan dilakukan pemisahan antara fiber dengan nut. Lalu nut akan disimpan
pada Nut silo sebelum diolah pada proses berikutnya. Nut akan dipecahkan yang
kemudian cangkak dan inti sawit yang pecah akan dipisahkan, lalu akan disimpan
pengolahan kelapa sawit, didapati ada pekerja yang tidak nyaman bekerja, sulit
berkomunikasi, dan cepat lelah akibat adanya bising yang ditimbulkan oleh
2017”.
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana Hubungan Bising Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik
Kabupaten Langkat.
1.4 Hipotesis
kebisingan dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik pengolaha kelapa sawit.
1. Institusi Pendidikan
kesehatan masyarakat.
2. Pekerja
3. Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebisingan
Bising adalah bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf
dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media
udara atau pengantar lainya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak
dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu
No. Per.13/MEN/X/2011).
alam. Kebisingan dapat diartika sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang
suara dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu. Di sektor industri,
bising berarti bunyi yang sangat mengganggu dan menjengkelkan serta sangat
Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja saat
2005).
sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
kerja adalah standar sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 (delapan) jam sehari dan 5
(lima) hari kerja seminggu atau 40 jam seminggu. Sebagaimana telah dinyatakan
sebelumnya yang dimaksud dengan kebisingan dalam NAB ini adalah semua
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan
atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertntu dapat menimbulkan gangguan
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja dan merupakan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-063-2004 Nilai Ambang Batas iklim kerja
(panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat
selama 8 jam kerja secara kontiniu adalah 85 dB. Jika tingkat kebisingan berada
antara 65-70 dB, daya konsentrasi mulai berkurang, pembicaraa mulai terganggu.
Pada tingkat 75 dB, pembicaraan telpon sudah sulit dilakukan dan pembicaraan
tatap muka harus dilakukan dengan suara keras, dan pada tingkat 80 dB,
merugikan baik ditinjau dari pelaksanaan kerja maupun dari hasil kerja boleh
Sesuai dengan definisinya, kebisingan adalah suara atau bunyi yang tidak
dikehendaki, maka dari itu kebisingan di mana pun menyebabkan gangguan bagi
siapa yang berada pada lingkungan bising yang bersangkutan. Terhadap kegiatan
pengalihan perhatian sehingga tidak fokus kepada masalah yang sedang dihadapi.
yang kekuatannya tinggi dan lebih nyata lagi apabila dilakukan dengan cara
pada penggunaan tenaga kerja baru oleh karena timbulnya salah faham dan salah
pengertian.
kepada pelaksanaan pekerjaan dan juga pencapaian hasil kerja yang sebaik-
baiknya. Maka dari itu, tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan
Menurut Sri Rejeki (2015) efek atau dampak kebisingan terhadap pekerja,
antara lain :
a. Gangguan Fisiologis
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing atau sakit kepala.
Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam
b. Gangguan Psikologis
susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
dan lain-lain.
c. Gangguan Komunikasi
d. Gangguan Keseimbangan
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera
b. Kelelahan
c. Perubahan penampilan
d. Gangguan komunikasi
1. Efek Psikologis
2. Gangguan komunikasi
3. Efek Fisiologis
Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter. Alat
Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi
kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur oleh
dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu cara sederhana menggunakan alat
sound level meter selama 10 menit, pengukuran dan pembacaan dilakukan setiap
berikut :
1. Bising Kontiniu
2. Bising terputus-putus
3. Bising Impulsif
Bising dengan satu atau beberapa puncak intensitasnya yang sangat tinggi.
4. Kebisingan impulsive
85 8 jam
88 4 jm
91 2 jam
94 1 jam
97 30 menit
100 15 menit
140 0 detik
Kebisingan tersebut dihasilkan oleh ledakan yang hebat dengan energi yang
tinggi.
bagian, yaitu :
1. Kebisingan kontiniu
3. Kebisingan impulsif
menempatkan peredam pada sumber getaran, tetapi umumnya hal itu dilakukan
dengan melakukan riset dan membuat perencanaan mesin atau peralatan yang
baru.
Isolasi tenaga kerja atau mesin atau unit operasi adalah upaya segera dan baik
dalam upaya mengurangi kebisingan. Untuk itu perencanaan harus matang dan
material yang dipakai untuk isolasi harus mampu menyerap suara. Penutup atau
pintu ke ruang isolasi harus mempunyai bobot yang cukup berat, menutup dengan
benar lobang yang ditutupnya dan lapisan dalamnya terbuat dari bahan yang
menyerap suara agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat sehingga merupakan
sumber kebisingan.
Alat pelindung diri sumbat atau tutup telinga harus diseleksi, sehingga dipilih
yang tepat ukurannya bagi pemakainya. Dengan memakai tutup atau sumbat
sebagai berikut :
a. Pengendalian administratif
kemajuan dan masalah yang timbul pada pelaksanaan program ini kepada
atasannya.
spesifikasinya sesuai dengan standar yang disyaratkan dan tidak melampaui nilai
pekerja yang bekerja di tempat dengan berisiko tinggi terpajan bising perlu
b. Pengendalian teknik
teknologi yang lebih maju guna mendapatkan mesin dengan suara halus,
pelemah getaran lempeng sumber suara. Cara berikutnya yang dapat dilakukan
komponen peralatan yang bergetar, serta mengurngi bunyi yang dihasilkan akibat
melalui benda padat dengan menggunakan bantalan yang fleksibel atau yang
menggunakan bahan peredam suara pada dinding dan atap ruangan, mengisolasi
sumber bising, dan mengisolasi operator pada ruangan yang kedap suara.
kebisingan atau emisi kebisingan yang dipancarkn oleh sumber. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah dengan membuat peredam yang menutupi sumber bising
tersebut.
suatu penghalang bising (noise barrier) yang dibangun diantara sumber bising dan
penerima yang umumnya merupakan tembok atau dapat juga berupa bangunan.
laboratorium
dihindari, penerima bising harus menggunakan alat pelindung diri. Alat pelindung
Sumbat telinga atau earplug dapat dibedakan atas tiga, yaitu pertama sumbat
telinga sekali pakai. Dibuat dari bahan yang lunak, sehingga ukuran dapat berubah
infeksi, bahannya harus berongga untuk dapat menyerap udara dan uap air.
Kedua, sumbat telinga yang dipakai berulang. Dibuat dari bahan karet silikon
lunak agar dapat disterilisasi dengan alkohol atau dengan pemanasan. Ketiga,
Sumbat telinga ketat. Sumbat telinga yang dibuat dari bahan yang seperti karet,
difiksasi dengan pita penutup yang dilekatkan dengan ketat untuk menambah daya
pentutup mangkok harus diganti secara teratur setiap 3-6 bulan sekali untuk
antara lain earplugs dan earmuffs. Earplugs memiliki bentuk yang lebih kecil dan
lebih murah daripada earmuffs. Earmuffs memberi daya proteksi yang lebih baik.
Pekerja-pekerja sering tidak menggunakan alat pelindung diri dengan alasan tidak
2.2 Kelelahan
keadaan tubuh dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada
(Suma’mur, 2013).
Kelelahan kerja adalah kelelahan yang terjadi pada manusia oleh karena kerja
yang dilakukan. Lelah seperti itu mempunyai arti yang lebih luas daripada
kelelahan otot yang dirasakan sebagai sakit atau nyeri pada otot-otot, kelelahan
seperti itu adalah kelelahan yang bersifat umum. Kelelahan ini merupakan suatu
pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap
(Sumardiono, 2008).
umum merupakan konsep yang lebih rumit. Pegelompokan dalam konsep ini
(Nurmianto, 2008).
dan mental. Secara medis, kelelahan adalah gejala nonspesifik, yang berarti bahwa
2014).
a. Kelelahan Otot
b. Kelelahan Umum
disebabkan oleh karena monotoni; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan
a. Kelelahan Fisiologis
Kelelahan Fisiologis atau kelelahan otot, yaitu kelelahan pada susunan saraf
pusat atau perifer (otot yang sedang bekerja). Kelelahan ini disebabkan oleh otot
atau fisik karena beban yang berat yang dapat menimbulkan rasa nyeri atau tremor
(Suma’mur, 2013).
a. Kelelahan Akut
Kelelahan akut terjadi terutama disebablan oleh kerja suatu organ atau seluruh
b. Kelelahan Kronis
meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga menjadi kurang toleran terhadap
orang lain, munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan, dan depresi yang berat.
1. Kelelahan tubuh
2. Kelelahan mental
3. Kelelahan kronis
Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja
dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan
maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan
tenaga <20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga
otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika
c. Kewaspadaan berkurang
a. Gangguan pencernaan
fatigue). Merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan
tentang pelemahan motivasi (11 s/d 20), dan 10 pertanyaan tentang gambaran
untuk kelelahan yang berat, diperlukan waktu yang lama untuk mengadakan
Diperlukan tindakan
68-90 3 Sangat Tinggi menyeluruh sesegera
mungkin
METODE PENELITIAN
cross sectional. Dalam penelitian cross sectional variabel sebab atau risiko dan
akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan
mengetahui hubungan faktor bahaya fisik bising dengan kelelahan kerja pada
Desember 2017.
3.3.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2012). Populasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah pekerja
yang bekerja pada pabrik pengolahan kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara II,
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
sebanyak 21 orang, yaitu stasiun rebusan 2 orang, pabrik biji 1 orang, pressan 2
orang, loading ramp 4 orang, penebah 1 orang, dan water treatment 1 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
ini adalah total populasi dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja yang bekerja di pabrik
orang, pabrik biji 1 orang, pressan 2 orang, klarifikasi 3 orang, boiler 3 orang,
kamar mesin 2 orang, timbangan 1 orang, loading ramp 4 orang, penebah 1 orang,
3.5.1 Variabel
mempengaruhi variabel terikat. Varibel bebas dalam penelitian ini adalah bising.
2. Kelelahan kerja adalah suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara
umum terjadi pada pekerja pabrik yang disebabkan oleh karena bising.
Total skor 0-21 kategori rendah, 22-44 kategori sedang, 45-67 kategori
tinggi, dan 68-90 kategori sangat tinggi.Kuesioner akan ditanya langsung kepada
Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang
2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan
entry data.
3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam
bivariat.
Data yang telah diolah melalui teknik pengolahan data dengan bantuan komputer
1. Analisis Univariat
dari hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap
variabel.
2. Analisis Bivariat
probabilitas dengan α (0,05). Ho diterima jika p>α berarti tidak ada hubungan dan
Pabrik Kelapa Sawit Unit Sawit Seberang merupakan salah satu unit kerja
Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, yang terletak ±78 km dari Kota
Madya Medan.
Pada mulanya Kebun Sawit Seberang berasal dari Eks Perusahaan Belanda
yang bernama: Verenigde Deli Mastgcppj (VDM) yang dibuka dan ditanam
kelapa sawit sejak tahun 1923, Kebun Sawit Seberang penghasil CPO dan Inti
kelapa sawit, di Rayon Babalan terdiri dari Afdeling I, II, III, IV, V dan di Rayon
Sawit Seberang terdiri dari Afdeling VI, VII, VIII, IX. Pada bulan Februari 2013,
PKS Sawit Seberang dipisah dan bergabung dengan PKS Sawit Hulu dan PKS
Kuala Sawit menjadi PKS Padang Tualang. Pada bulan Juli 2013, Kebun Sawit
a Visi
saing tinggi.”
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
b Misi
“Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya dan usaha, memberikan
KETUA
Dedi Gurning, ST
Sekretaris
Jumhardi Mansyur
Sumber:
Gambar 4.1 Sekretariat P2K3 PKPT Unit Sawit Seberang
PTPerkebunan Nusantara II 2016
a. Stasiun Timbangan
sewaktu berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). Selisih antara bruto dengan
tarra adalah jumlah tandan buah segar yang diterima di pabrik pengolahan kelapa
sawit (netto). Tandan buah segar diangkat dari perkebunan dengan truck dibawa
ke pabrik dan ditimbang. Hasil penimbangan berupa print out dan dikumpulkan
oleh operator timbangan untuk diserahkan ke bagian pembelian tandan buah segar
Tandan buah segar yang telah disortir, dituang ke dalam peron dari loading
ramp, setelah pintu loading ramp dibuka dengan cara hydraulic,maka tiap-tiap lori
akan berisi TBS yang bermuatan 2,3-2,4 ton.Fungsi loading ramp adalah untuk
c. Stasiun Rebusan
tandan buah segar dengan uap (steam). Steam yang digunakan adalah saturated
2 0
steam dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm dan pada suhu 140 C yang berasal dari
Back Pressure Vessel. Lori adalah alat yang digunakan untuk mengangkat TBS.
hinggat 9 lori dengan tekanan uap pada bejana rebusan harus mencapai 2,5-3,0
3
kg/cm dan suhu uap rebusan sekitar 126 °c yang dioperasikan oleh operator
sempurna.
d. Stasiun Penebah
pemisahan brondolan jadi tandan dengan gaya mekanis disambung dengan gaya
e. Stasiun Pressan
yang telah direbus dengan jalan melumat dan mengepresnya. pengepresan yang
f. Stasiun Klarifikasi
Stasiun proses pemisahan minyak dari air, dan kotoran yang dilakukan
dari stasiun pressan. Kemudian juga pada stasiun ini akan dilakukan pemisahan
Kebun
STERILIZER BOILER
Kondensat
THRESHER
DIGESTER &
Fiber
PRESS
CO KERNEL PLAN
Data umur terendah adalah 40 tahun dan yang tertinggi adalah 61 tahun.
Berdasarkan tabel 4.1, pekerja pabrik paling banyak berumur 40-44 tahun,
tingakat masa kerja dan yang paling dominan adalah ≤ 5 tahun dan > 5 tahun,
yang paling terendah 2 tahun dan tertinggi 10 tahun. Distribusi pekerja pabrik
Berdasarkan tabel 4.2, masa kerja pekerja pabrik paling banyak adalah >5
tahun, yaitu berjumlah 12 orang (57,1%) sedangkan masa kerja pekerja ≤ 5 tahun
berjumlah 9 orang (42,9%).
4.2.3 Lama Kerja Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT
Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017
paling terendah 7jam dan tertinggi 12 jam. Distribusi pekerja pabrik berdasarkan
lama kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Lama Kerja di PT
Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.3, lama kerja pekerja pabrik paling banyak adalah > 7
jam, yaitu berjumlah 13 orang (61,9%) sedangkan lama kerja pekerja ≤ 7 jam
intensitas bising diatas NAB dan 3 titik dengan intensitas dibawah NAB, dimana
nilai kebisingan terendah sebesar 61 dB(A), yaitu stasiun water treatment dengan
1 orang pekerja (4,8%) dan kebisingan tertinggi sebesar 101,7 dB(A), yaitu
kerja dengan intensitas kebisingan > 85 dB(A), yaitu berjumlah 15 orang (71,4%),
yang terpapar intensitas bising diatas >85 dB(A) berada pada stasiun rebusan (2
orang), boiler (3 orang), dan kamar mesin (2 orang). Pekerja yang terpapar
untuk kelelahan kerja kategori rendah,yaitu sebanyak 6 orang pekerja (28,6%) dan
untuk kelelahan kerja kategori tinggi, yaitu sebanyak 2 orang pekerja (9,5%).
Pekerja yang mengalami kelelahan kerja kategori rendah berada pada stasiun
timbangan (1 orang pekerja), stasiun loading ramp (4 orang), dan pada stasiun
kategori sedang berada pada stasiun rebusan (2 orang pekerja), stasiun penebah (1
pekerja), stasiun pabrik biji (1 orang), stasiun boiler (1 orang pekerja), dan kamar
mesin (2 orang pekerja). Pekerja yang mengalami kelelahan kerja kategori tinggi
hasil skoring kuesioner. Kategori rendah dengan total skor 0-21, kategori sedang
dengan total skor 22-44, kategori tinggi dengan total skor 45-67, dan kategori
apakah ada hubungan bising dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik
Berdasarkan tabel hasil uji statistik di atas dapat dilihat bahwa terdapat 15
orang mengalami kelelahan kerja yang terdiri dari 13 orang pekerja (61,9%)
didapatkan nilai p = 0,000 dimana p < 0,05, artinya ada hubungan antara bising
Dari hasil uji statistik yang dilakukan, diperoleh nilai p = 0,000 dimana
p<0,05 yang artinya ada hubungan antara bising dengan kelelahan kerja pada
pekerja (1 orang) mengalami kelelahan kerja dengan kategori rendah, tidak terjadi
dilakukan kepada pekerja, pekerja mengatakan mengalami rasa takut apabila salah
menulis angka yang tertera pada monitar timbangan karena jika salah menulis
membuat pekerja harus berkonsentrasi agar tidak salah menulis hasil timbangan
kelapa sawit yang akan diolah. Pada stasiunloading ramp dengan intensitas bising
Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi
pada stasiun ini adalah tertimpa tandan buah segar karena pada stasiun ini tandan
buah segar disortir dan dipilih untuk diolah, terjatuh karena lantai pabrik yang
dengan pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi pada stasiun ini adalah terjatuh
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
dari lantai karena licin dan terkena panas.Pada stasiun penebah dengan intensitas
bising > 85 dB(A) pekerja (1 orang) mengalami kelelahan kerja dengan kategori
sedang. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari pekerja, potensi bahaya
yang dapat terjadi di stasiun ini adalah terjatuh dari tangga karena licin, tertimpa
lori karena rantai hosting crane putus, selain itu pada stasiun ini juga jam kerja
melebihi 8 jam satu hari. Pada stasiun pressan dengan intensitas bising > 85
Berdasarkan hasil wawancara kepada pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi
pada stasiun ini adalah terjatuh karena lantai pabrik licin, kebakaran, selain itu
pekerja pada stasiun ini jam kerjanya melebihi 8 jam satu hari. Pada stasiun pabrik
biji dengan intensitas bising > 85 dB(A) pekerja (1 orang) mengalami kelelahan
potensi bahaya yang dapat terjadi pada stasiun ini adalah gangguan pendengaran
dan gangguan pernafasan, selain itu pekerja pada stasiun ini memiliki jam kerja
wawancara dengan pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi pada stasiun ini
adalah terjatuh karena licin, terkena steam/minyak, dan heatstress. Pada stasiun
boiler dengan intensitas bising > 85 dB(A) pekerja mengalami kelelahan kerja
dengan kategori sedang (1 orang) dan kategori tinggi (2 orang). Berdasarkan hasil
wawancara dengan pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi pada stasiun ini
tersembur api, ledakan, gangguan pendengaran, dan heat stress. Pada stasiun
kamar mesin dengan intensitas bising > 85 dB(A) pekerja (2 orang) mengalami
pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi pada stasiun ini adalah gangguan
pendengaran dan heat sress. Pada stasiunwater treatment dengan intensitas bising
Berdasarkan hasil wawancara kepada pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi
pada stasiun ini adalah terjatuh karena lantai licin dan gangguan penyakit kulit
akibat dari bahaya bahan kimia, selain itu pekerja pada stasiun ini memiliki jam
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nela Budiyaningsih
(2010) yang mengatakan ada hubungan intensitas bising dengan kelelahan kerja
pada pekerja di PT DIC Astra Chemicals Jakarta yang memiliki kebisingan rata-
rata 90 dB(A). Hasil yang sama juga diperoleh berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Irwan Harwanto (2003) yang mengatakan bahwa ada hubungan
antara intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja, dengan hasil yang sangat
6.1 Kesimpulan
dapat disimpulkan :
memiliki intensitas kebisingan sebesar > 85 dB(A) dan 3 titik yang memiliki
klarifikasi, pabrik biji, boiler, dan kamar mesin) mengalami kelelahan kerja
kerja kategori tinggi, dan tidak ada pekerja yang mengalami kelelahan kerja
c. Hasil uji statistik (p value = 0,000< 0,05) diperoleh adanya hubungan antara
bising dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit di
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
6.2 Saran
c. Mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang lebih
nyaman.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2011. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di TempatKerja.Jakarta:
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
Harrianto, Ridwan. 2012. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Hayati, F.N. 2010. Hubungan Tingkat Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Di Bagian Ringframe PT Kusumaputra Santoso Karanganyar.
Jurnal Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Diakses pada 03 Maret 2017.
Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi, Konsep Dasar, dan Aplikasinya Edisi Kedua.
Surabaya : Prima Printing.
Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi, Hygiene, dan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3).
Bandung : Rekaya Sains.
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
1. Nama :
2. Umur (thn) :
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
0 1 2 3
tidak stabil?
kelopak mata?
Keterangan Skoring :
JK = Jenis Kelamin
TK = Tempat Kerja
LK = Lama Kerja
MK = Masa Kerja
ANALISIS UNIVARIAT
Um ur
Cumulativ e
Frequenc y Percent Valid Percent Percent
V alid 40-44 10 47,6 47,6 47,6
45-49 4 19,0 19,0 66,7
50-54 6 28,6 28,6 95,2
60-64 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0
JK
Cumulativ e
Frequenc y Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 21 100,0 100,0 100,0
Bis ing
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid bising 15 71,4 71,4 71,4
tidak bising 6 28,6 28,6 100,0
Total 21 100,0 100,0
KelKerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Validrendah 6 28,6 28,6 28,6
sedang 13 61,9 61,9 90,5
tinggi 2 9,5 9,5 100,0
Total 21 100,0 100,0
TK
Cumulativ e
Frequenc y Percent Valid Percent Percent
V alidtimbangan 1 4,8 4,8 4,8
loadingramp 4 19,0 19,0 23,8
rebus an 2 9,5 9,5 33,3
penebah 1 4,8 4,8 38,1
press an 3 14,3 14,3 52,4
klarif ikas i 3 14,3 14,3 66,7
pabrikbiji 1 4,8 4,8 71,4
boiler 3 14,3 14,3 85,7
kamarmesin 2 9,5 9,5 95,2
w atertreatment 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0
ANALISIS BIVARIAT
Cor relations
Bising KelKerja
Spearman's rho Bising Correlation Coeffic ient 1,000 ,806**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 21 21
KelKerja Correlation Coeffic ient ,806** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 21 21
**. Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 4. Dokumentasi