Anda di halaman 1dari 80

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Hubungan Bising dengan Kelelahan


Kerja pada Pekerja Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit di PT
Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit
Seberang Kabupaten Langkat
Sumatera Utara Tahun 2017

Saragih, Maria Gesly

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2188
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN BISING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA
PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI PT
PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN SAWIT
SEBERANG KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA
TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
MARIA GESLY SARAGIH
NIM : 131000653

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HUBUNGAN BISING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA
PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI PT
PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN SAWIT
SEBERANG KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
MARIA GESLY SARAGIH
NIM : 131000653

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN


BISING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PABRIK
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA II
KEBUN SAWIT SEBERANG KABUPATEN LANGKAT SUMATERA
UTARA TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Medan, Januari 2018


Yang membuat pernyataan,

Maria Gesly Saragih

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana para pekerja beraktivitas


sehari-hari mengandung bahaya, baik langsung maupun tidak langsung, bagi
keselamatan dan kesehatan pekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai : bahaya biologis dan penyakit, bahaya kimia, temperatur
udara dan panas, kualitas udara, cahaya dan pencahayaan, warna,serta kebisingan.
Salah satu efek kebisingan pada pekerjaan adalah kelelahan kerja. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan bising dengan kelelahan kerja pada pekerja
pabrik pengolahan kelap sawit di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit
Seberang Kabupaten Langkat Sumatera Utara Tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan desain cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan sampel sebanyak 21 orang. Data primer untuk kebisingan diperoleh
melalui pengukuran menggunakan sound level meter. Pengukuran intensitas
bising dilakukan pada 10 stasiun pabrik pengolahan kelapa sawit. Data primer
untuk kelelahan kerja diperoleh melalui wawancara langsung kepada pekerja
pabrik pengolahan kelapa sawit dengan menggunakan kuesiner Industrial Fatigue
Research Commitee (IFRC).
Berdasarkan hasil pengukuran intensitas bising dengan menggunakan alat
sound level meter diperoleh tujuh stasiun dengan intensitas bising > 85 dB(A) dan
tiga stasiun dengan intensitas bising ≤ 85 dB(A). Melalui hasil wawancara dengan
pekerja dengan menggunakan kuesioner Industrial Fatigue Research Commitee
(IFRC), diperoleh hasil enam orang pekerja (28,6%) mengalami kelelahan kerja
kategori rendah, 13 orang pekerja (61,9%) mengalami kelelahan kerja kategori
sedang, dan dua orang pekerja (9,5%) mengalami kelelahan kerja kategori tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk intensitas kebisingan > 85 dB(A)
terdapat 13 orang pekerja (61,9%) mengalami kelelahan kerja kategori sedang dan
dua orang pekerja (9,5%) mengalami kelelahan kerja kategori tinggi. Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,000< 0,05 artinya ada hubungan antara bising
dengan kelelahan kerja.
Saran yang dapat diberikan adalah supaya pekerja dapat lebih
memanfaatkan jam istirahat yang diberikan oleh perusahaan agar pekerja dapat
mengurangi paparan bising dari mesin produksi kelapa sawit.

Kata Kunci : pekerja pengolahan kelapa sawit, bising, kelelahan kerja

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

The physical condition of the workplace which the workers engaged


activities contain hazards in daily, directly or indirectly, such as noise. This
research aims to find out the relation of noise with work fatigue on the workers of
palm oil processing factory in PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit
Seberang Kabupaten Langkat Sumatera Utara 2017.
This research used an analytical survey with cross sectional design.The
population in this research is palm oil processing factory workers on 21 samples.
Data for noise obtained through measurement using sound level meter while the
data for work fatigue obtained through direct interview to factory workers of
palm oil processing.Work fatigue obtained through direct interviews to palm oil
workers using the Industrial Fatigue Research Committee(IFRC)questionnaire.
Based on the noise intensity measurement using sound level meter device,
there are seven stations with noise intensity> 85 dB (A) and three stations with
noise intensity ≤ 85 dB (A). Through the results of interviews with workers using
the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) questionnaire, six workers
(28,6%) had low categorywork fatigue, thirteen workers (61,9%) hadmedium
category work fatigue, and twoworkers (9,5%) had high category work
fatigue.The results showed that for noise intensity> 85 dB (A) there were thirteen
workers (61,9%) had medium work fatigue category and two workers (9,5%) had
high work fatigue category. From the statistic test results obtained p value =
0.000<0.05 means there is a relationship between the noise with work fatigue.
Suggestedto the workers using the break time provided by the company to
reduce exposure the noise from palm oil production machine.

Keywords: workersof palm oil processing,noise, work fatigue

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Hubungan Bising Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit Di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit

Seberang Kabupaten Langkat Sumatera Utara Tahun 2017” guna memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Pada penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

4. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing I dan Eka Lestari

Mahyuni, SKM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Dra. Lina Tarigan, Apt. MS dan Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM., M.Kes

selaku anggota penguji yang telah memberi saran dan kritik agar penulisan

skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen penasehat akademik.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat atas ilmunya yang telah diberikan.

8. Kedua orangtua saya, Jonly Saragih dan Gesita Siagian serta saudara penulis,

drg.Runggu Saragih, Kurnia Saragih, S.Si, dan Ruth Saragih yang telah

banyak memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis.

9. Terima kasih kepada pihak Pimpinan PT Perkebunan Nusantara II Kebun

Sawit Seberang dan juga pekerja di pabrik pengolahan kelapa sawit yang

telah membantu selama pengerjaan skripsi ini.

10. Terima kasih kepada pihak Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan.

11. Terima kasih kepada keluarga rohani saya, KTB Adriella Clairine, Ellisaios,

Sola Gratia, dan Ozora, kepada adik-adik rohani saya, Kelompok kecil Atarah

Bernice dan JIMYE, Kelompok PBL Kota Pari, dan Kelompok LKP Jambu

yang telah banyak membantu, memberikan semangat, motivasi, dan juga doa

kepada penulis.

12. Terima kasih kepada adik-adik saya, Orang Fokus, Tri Siska, dan Koordinasi

POMK FKM 2017 yang telah banyak membantu, memberikan semangat,

motivasi, dan juga doa kepada penulis.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Medan, Januari 2018

Maria Gesly Saragih

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK..................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Permasalahan Penelitian ........................................................................... 5


1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 5
1.4 Hipotesis .................................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7

2.1 Kebisingan .............................................................................................. 7

2.1.1 Pengertian Kebisingan .................................................................... 7


2.1.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan ..................................................... 8
2.1.3 Efek Kebisingan Kepada Daya Kerja .............................................. 9
2.1.4 Pengukuran Kebisingan ................................................................ 12
2.1.5 Jenis-Jenis Kebisingan........................ ........................................... 13
2.1.6 Pengendalian Kebisingan.................. ............................................. 15
2.1.7 Alat Pelindung Diri ....................................................................... 18
2.2 Kelelahan........................................................... ...................................... 20
2.2.1 Pengertian Kelelahan .................................................................... 20
2.2.2 Jenis-Jenis Kelelahan .................................................................... 21
2.2.3 Faktor Penyebab Kelelahan ........................................................... 22
2.2.4 Efek Kelelahan.............................................................................. 23
2.2.5 Pengukuran Kelelahan .................................................................. 23
2.2.6 Kerangka Konsep .......................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 26

3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 26

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 26
3.2.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 26
3.2.2 Waktu Penelitian .......................................................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 26
3.3.1 Populasi........................................................................................ 26
3.3.2 Sampel ......................................................................................... 27
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 27
3.4.1 Data Primer ................................................................................... 27
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................... 27
3.5 Variabel dan Definisi Operasional .......................................................... 27
3.5.1 Variabel........................................................................................ 27
3.5.2 Definisi Operasional ..................................................................... 28
3.6 Metode Pengukuran ............................................................................... 28
3.6.1 Pengukuran Kebisinagan .............................................................. 28
3.6.2 Pengukuran KelelahanKerja.......................................................... 28
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 29
3.7.1 Teknik Pengolahan Data..................................................... ............ 29
3.7.2 Metode Analisis Data ................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 31

4.1 Gambaran UmumTempat Penelitian ....................................................... 31

4.1.1 SejarahUmum Perusahaan ............................................................ 31


4.1.2 Visi dan Misi ................................................................................ 31
4.1.3 P2K3 ............................................................................................ 32
4.1.4 ProsesPengolahan ......................................................................... 33
4.1.5 Alur Proses Pengolahan KelapaSawit ........................................... 35
4.2 Karakteristik Pekerja Pabrik ................................................................... 35
4.2.1 Umur Pekerja Pabrik ..................................................................... 35
4.2.2 Masa Kerja Pekerja Pabrik ............................................................ 36
4.2.3 Lama Kerja Pekerja Pabrik ............................................................ 36
4.2.4 Intensitas Bising di Pabrik ............................................................. 37
4.2.5 Paparan BisingPadaPekerjaPabrik ................................................. 38
4.2.6 Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik ............................................. 38
4.3 Hubungan Bising Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit Di PT Perkebunan Nusantara II Kebun
Sawit Seberang Kabupaten Langkat Tahun 2017 .................................... 43
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 45

5.1 Hubungan Bising Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit Di PT Perkebunan Nusantara IIKebun


Sawit Seberang Kabupaten Langkat Tahun 2017 .................................... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 48

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6.1 Kesimpulan....................................................................................................................48
6.2 Saran................................................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................50
LAMPIRAN.........................................................................................................................52

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intensitas Kebisingan dan Waktu Paparan Per Hari.................................14

Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat dan Kategori Kelelahan Subjektif Berdasarkan


Total Skor Individu............................................................................................24

Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Umur di PT Perkebunan


Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat
Sumatera Utara Tahun 2017............................................................................36

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Masa Kerja di PT


PerkebunanNusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten
Langkat Sumatera Utara Tahun 2017 36

Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Lama Kerja di PT


Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten
Langkat Sumatera Utara Tahun 2017 37

Tabel 4.4 Intensitas Bising di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT


Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten
Langkat Sumatera Utara Tahun 2017 37

Tabel 4.5 Distribusi Pekerja berdasarkan Paparan Bising di PT Perkebunan


Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat
Sumatera Utara Tahun 2017............................................................................38

Tabel 4.6 Distribusi Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik di PT Perkebunan


Nusantara II KebunSawitSeberang Kabupaten
Langkat Sumatera Utara Tahun 2017 39

Tabel 4.7 Distribusi Kelelahan Kerja Berdasarkan Hasil Industrial


Fatigue Research Commitee (IFRC)...........................................................40

Tabel 4.8 Hubungan Bising dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit di PT Perkebunan Nusantara II
Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat Sumatera Utara
Tahun 2017 43

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep........................................................................................25


Gambar 4.1 Struktur P2K3..............................................................................................32
Gambar 4.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit...........................................................35

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian...................................................................................52


Lampiran 2. Master Data...................................................................................................55
Lampiran3. HasilStatistik..................................................................................................56
Lampiran4. Dokumentasi..................................................................................................58
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian....................................................................................62
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian......................................................63
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Intensitas Bising.......................................................64

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Maria Gesly Saragih, lahir pada tanggal 30 Maret 1995 di

Kota Medan. Beragama Kristen Protestan, bertempat tinggal di Jalan Gaperta

Ujung gang Beringin no 12 A, Kota Medan. Penulis merupakan anak ketiga dari

empat bersaudara pasangan Ayahanda Jonly Saragih dan Ibunda Gesita Siagian.

Pendidikan formal penulis di mulai di Taman Kanak-Kanak Methodist- 6

Binjai, Kota Medan. Pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2001, penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Methodist-6 Binjai, Kota Medan pada

tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di Santo Thomas 1 Medan, pada tahun 2007 dan selesai pada

tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas

di Santo Thomas 1 Medan, pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada

tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan

selesai pada tahun 2017.

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kelelahan kerja didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan atau

berkurangnya kemampuan atau ketidakmampuan untuk merespon suatu situasi

karena sebelumnya melakukan aktivitas secara berlebihan baik mental, emosional

maupun fisik (Tarwaka, 2015).

Kelelahan akibat kerja sering diartikan sebagai proses menurunnya

efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh

untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2009).

Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana para pekerja beraktivitas

sehari-hari mengandung bahaya, baik langsung maupun tidak langsung, bagi

keselamatan dan kesehatan pekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai : bahaya biologis dan penyakit (biological hazards and

diseases), bahaya kimia (chemical hazards), temperatur udara dan panas (heat

and air temperature), kualitas udara (air quality), cahaya dan pencahayaan (light

and lighting), warna (colour), kebisingan (noise) (Togar, 2005).

Pekerjaan harus dilakukan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja

yang memenuhi syarat kesehatan agar bekerja secara produktif, apabila

persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka terjadi gangguan pada kesehatan dan

daya kerja tenaga kerja yang pada akhirnya berpengaruh buruk terhadap

produktivitas kerja (Suma’mur, 2013).

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat misalnya bising yang

melebihi ambang batas merupakan salah satu faktor fisik yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan. Bising adalah bunyi atau suara didengar

sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang

longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan

gelombang tersebut merambat melalui media udara atau pengantar lainya, dan

manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu

atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan (Suma’mur, 2013).

Salah satu efek kebisingan pada pekerjaan adalah kelelahan kerja.

Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi

semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja

serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri Zudhah Ferryka dengan

judul Hubungan Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja Di Penggilingan Padi

Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar (2010), diperoleh

adanya hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja dengan p value, yaitu 0,000

yang berarti p < 0,05. Hasil pengukuran kelelahan kerja di bagian proses produksi

terdapat 3 pekerja mengalami kelelahan sedang dan 12 pekerja mengalami

kelelahan berat. Hasil pengukuran kelelahan kerja di bagian administrasi terdapat

7 pekerja tidak mengalami kelelahan dan 8 pekerja mengalami kelelahan ringan.

Penelitian yang senada dilakukan juga oleh Fitri Nur Hayati dengan judul

Hubungan Tingkat Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Bagian

Ringframe PT Kusumaputra Santoso Karanganyar (2010), diperoleh adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja dengan p value, yaitu 0.017 yang

berarti p < 0,05. Hasil pengukuran kelelahn kerja di bagian ringframe terdapat

26,67% tidak mengalami kelelahan dan 73,33% mengalami kelelahan.

PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang merupakan pabrik

kelapa sawit yang mengolah bahan baku tandan buah segar menjadi minyak sawit

dan inti sawit. Berdasarkan survey awal yang dilakukan pabrik ini memiliki 10

area kerja, yaitu stasiun timbangan, loading ramp, rebusan, penebah, pressan,

klarifikasi, pabrik biji, boiler, kamar mesin, dan water treatment (Profil PT

Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang, 2016).

Pengolahan kelapa sawit dimulai dari penimbangan. Tandan Buah Segar

yang telah ditimbang kemudian diterima oleh bagian loading ramp, untuk

dilakukan penyortiran. Proses ini dilakukan untuk memisahkan antara tandan buah

segar yang layak diolah atau tidak. Setelah disortir, tandan buah segar yang layak

olah lalu dimasukkan kedalam lori rebusan yang terbuat dari plat besi dan

langsung dimasukkan ke dalam sterilizer, yaitu bejana perebusan. Proses

perebusan ini biasanya berlangsung selama 90 menit. Tandan buah yang sudah

selesai direbus dimasukkan ke dalam Threser, yang berfungsi untuk memisahkan

antara berondolon sawit dengan tandannya, dengan menggunakan Hoisting Crane.

Setelah buah pisah dari tandannya, lalu buah dikirim ke Digester dengan cara

buah masuk ke Conveyor Under Threser. Di dalam digester tersebut buah atau

berondolon yang sudah terisi penuh, akan diputar dan diaduk dengan

menggunakan pisau pengaduk. Kemudian berondolon diperas dengan

menggunakan mesin Screw Press. Buah-buah sawit yang telah diaduk secara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

bertahap dengan bantuan pisau-pisau pelempar dimasukkan ke dalam feed screw

conveyor. Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, berondolon buah

sawit terebut diperas sehingga melalui lubang-lubang press cage, minyak

dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasiun klarifikasi,

sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun kernel. Setelah melewati proses screw

press, maka didapatlah minyak kasar/crude palm oil. Setelah di press, maka

Crude Palm Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand trap tank.

Kemudian akan crude palm oil disaring dari serabut-serabut yang dapat

mengganggu proses pemisahan minyak. Setelah itu minyak yang sudah

dipisahkan disimpan didalam storage tank. Setelah proses pengepresan akan

menghasilkan Crude oil dan Fiber. Fiber tersebut akan masuk ke dalam Kernel

dan akan dilakukan pemisahan antara fiber dengan nut. Lalu nut akan disimpan

pada Nut silo sebelum diolah pada proses berikutnya. Nut akan dipecahkan yang

kemudian cangkak dan inti sawit yang pecah akan dipisahkan, lalu akan disimpan

didalam Kernel storage ini disebut proses pengolahan biji.

Berdasarkan survei awal, melakukan wawancara kepada pekerja pabrik

pengolahan kelapa sawit, didapati ada pekerja yang tidak nyaman bekerja, sulit

berkomunikasi, dan cepat lelah akibat adanya bising yang ditimbulkan oleh

mesin-mesin pengolahan kelapa sawit.Berdasarkan survei awal yang dilakukan,

maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian “Hubungan Bising Dengan

Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT Perkebunan

Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat Sumatera Utara Tahun

2017”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

1.2 Permasalahan Penelitian

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah bagaimana Hubungan Bising Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang

Kabupaten Langkat.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubunganbising

dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit di PT

Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahuikebisingan pada pabrik pengolahan kelapa sawit di PT

Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat Sumatera

Utara Tahun 2017

2. Untuk mengetahui kelelahan kerja pada pekerja pabrik pengolahan kelapa

sawit di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten

Langkat Sumatera Utara Tahun 2017

1.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini

merupakan pernyataan yang harus dibuktikan. Ho : tidak ada hubungan

kebisingan dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik pengolaha kelapa sawit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Ha : ada hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik

pengolahan kelapa sawit.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Institusi Pendidikan

Sebagai masukan untuk memberikan informasi tambahan dalam bidang ilmu

kesehatan masyarakat.

2. Pekerja

Sebagai informasi bagi pekerja tentang kebisingan di tempat kerjanya, dampak

dari kebisingan, dan mencegah terjadi kelelahan kerja.

3. Peneliti

Sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam bidang

penelitian kesehatan masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebisingan

2.1.1 Pengertian Kebisingan

Bising adalah bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf

pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media

udara atau pengantar lainya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak

dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang

bersangkutan (Suma’mur, 2013).

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber

dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu

dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.

No. Per.13/MEN/X/2011).

Kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang

tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktivitas-aktivitas

alam. Kebisingan dapat diartika sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang

dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang

maupun populasi (Rejeki, 2015).

Bising (noise) adalah bunyi yang ditimbulkan oleh adanya gelombang

suara dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu. Di sektor industri,

bising berarti bunyi yang sangat mengganggu dan menjengkelkan serta sangat

membuang energi (Harrianto, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja saat

keberadaannya dirasakan mengganggu atau tidak diinginkan secara fisik dan

psikis yang akan menjadi polutasn bagi lingkungan, sehingga kebisingan

didefinisikan sebagai polusi lingkungan yang disebabkan oleh suara (Togar,

2005).

Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja, kebisingan diartikan

sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat

proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran (Suma’mur, 2013).

2.1.2. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebagai faktor bahaya di tempat

kerja adalah standar sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat

mengahadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam

pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 (delapan) jam sehari dan 5

(lima) hari kerja seminggu atau 40 jam seminggu. Sebagaimana telah dinyatakan

sebelumnya yang dimaksud dengan kebisingan dalam NAB ini adalah semua

suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan

atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertntu dapat menimbulkan gangguan

pendengaran (Suma’mur, 2013).

NAB kebisingan adalah 85 dB (A). NAB kebisingan tersebut merupakan

ketentuan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/MEN/1999

tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja dan merupakan

Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-063-2004 Nilai Ambang Batas iklim kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

(panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat

kerja (Rusjadi, 2015).

Tingkat maksimal yang diperbolehkan untuk menghadapi kebisingan

selama 8 jam kerja secara kontiniu adalah 85 dB. Jika tingkat kebisingan berada

antara 65-70 dB, daya konsentrasi mulai berkurang, pembicaraa mulai terganggu.

Pada tingkat 75 dB, pembicaraan telpon sudah sulit dilakukan dan pembicaraan

tatap muka harus dilakukan dengan suara keras, dan pada tingkat 80 dB,

pembicaraan tatap muka sudah sulit dilakukan (Winarsunu, 2008).

2.1.3. Efek Kebisingan Kepada Daya Kerja

Bahwa kebisingan mempengaruhi daya kerja seseorang dan efek tersebut

merugikan baik ditinjau dari pelaksanaan kerja maupun dari hasil kerja boleh

dikatakan telah merupakan pendapat masyarakat pada umumnya. Pengaruh

negatif demikian adalah sebagai berikut:

a. Gangguan Secara Umum

Sesuai dengan definisinya, kebisingan adalah suara atau bunyi yang tidak

dikehendaki, maka dari itu kebisingan di mana pun menyebabkan gangguan bagi

siapa yang berada pada lingkungan bising yang bersangkutan. Terhadap kegiatan

hidup sehari-hari kebisingan dapat mengganggu konsentrai dan menyebabkan

pengalihan perhatian sehingga tidak fokus kepada masalah yang sedang dihadapi.

Kebisingan dapat mempengaruhi ketelitian seseorang untuk berbuat dan

bertindak. Selain gangguan terhadap kemampuan memusatkan perhatian atau

mengalihkan perhatian atau melemahkan motivasi, kebisingan dapat

menyebabkan rasa terganggu yang merupakan reaksi psikologis seseorang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Kebisingan menyebabkan orang tidak dapat tenang beristirahat atau terganggu

tidur sehingga tidak dapat memulihkan kondisi fisik dan psikisnya.

b. Gangguan Komunikasi Dengan Pembicaraan

Sebagai pegangan, gangguan komunikasi oleh kebisingan telah terjadi,

apabila komunikasi pembicaraan dalam pekerjaan harus dijalankan dengan suara

yang kekuatannya tinggi dan lebih nyata lagi apabila dilakukan dengan cara

berteriak. Gangguan komunikasi seperti itu menyebabkan terganggunya

pekerjaan, bahkan mungkin mengakibatkan kesalahan atau kecelakaan, terutama

pada penggunaan tenaga kerja baru oleh karena timbulnya salah faham dan salah

pengertian.

c. Efek Pada Pekerjaan

Kebisingan mengganggu perhatian yang perlu terus-menerus dicurahkan

kepada pelaksanaan pekerjaan dan juga pencapaian hasil kerja yang sebaik-

baiknya. Maka dari itu, tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan

pengawasan terhadap satu proses produksi atau hasilnya dapat membuat

kesalahan-kesalahan, akibat dari terganggunya konsentrasi dan kurang fokusnya

perhatian. Demikian pula, terganggunya pelaksanaan dan pencapaian hasil kerja

oleh kebisingan dapat dikarenakan adanya perasaan terganggu atau melemahnya

semangat kerja atau masalah lainnya seperti, kurang sempurnanya istirhat,

terganggunya pencernaan, sistem kardiovaskuler, sistem saraf, dan lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Menurut Sri Rejeki (2015) efek atau dampak kebisingan terhadap pekerja,

antara lain :

a. Gangguan Fisiologis

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing atau sakit kepala.

Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam

telinga yang menyebabkan pusing atau vertigo.

b. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,

susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat

menyebabkan penyakit psikosomatik berupa, gastritis, jantung, stres, kelelahan,

dan lain-lain.

c. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang

menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.

Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini

menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya

kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya.

d. Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang

angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa

kepala pusing dan mual-mual.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

e. Efek Pada Pendengaran

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera

pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif.

Menurut Mukono (2006), efek dari kebisingan antara lain:

1. Efek terhadap pendengaran, terdiri dari:

a. Pergeseran nilai ambang batas sementara

b. Pergeseran nilai ambang batas menetap

2. Efek terhadap bukan pendengaran, terdiri dari:

a. Penyakit akibat stress

b. Kelelahan

c. Perubahan penampilan

d. Gangguan komunikasi

MenurutIndah Rachmatiah (2015), efek dari kebisingan adalah:

1. Efek Psikologis

2. Gangguan komunikasi

3. Efek Fisiologis

2.1.4 Pengukuran Kebisingan

Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter. Alat

ini mengukur kebisingan diantara 30 – 130 dB dan frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi

mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai alat

kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur oleh

amplifier (Suma’mur 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Dalam upaya pengendalian kebisingan perlu dilakukan evaluasi tingkat

kebisingan dari lingkungan tertentu. Pengukuran tingkat kebisingan dapat

dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu cara sederhana menggunakan alat

sound level meter selama 10 menit, pengukuran dan pembacaan dilakukan setiap

5 detik. Cara langsung menggunakan alat integrating sound level meter,

pengukuran dilakukan selama 24 jam.

2.1.5 Jenis-Jenis Kebisingan

Menurut Ridwan Harrianto (2012), mengklasifikasikan kebisingan sebagai

berikut :

1. Bising Kontiniu

Suara bising yang berlangsung terus-menerus, biasanya intensitas dan

spektrumnya konstan, sehingga paling mudah untuk menentukan amplitudo,

frekuensi, dan lama pajanannya.

2. Bising terputus-putus

Bising yang dihasilkan beberapa kali dengan jeda waktu, intensitasnya

mungkin sama atau berbeda.

3. Bising Impulsif

Bising dengan satu atau beberapa puncak intensitasnya yang sangat tinggi.

Menurut Suma’mur (2009) mengklasifikasikan kebisingan sebagai berikut:

1. Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi yang luas

2. Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi yang sempit

3. Kebisingan terputus-putus (intermiten)

4. Kebisingan impulsive

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Tabel 2.1 Intensitas Kebisingan Dan Waktu Paparan Per Hari

Intensitas (dB) Waktu paparan per hari

85 8 jam

88 4 jm

91 2 jam

94 1 jam

97 30 menit

100 15 menit

103 7,5 menit

106 3,75 menit

109 1,88 menit

112 0,94 menit

115 28,12 detik

118 14,06 detik

121 7,03 detik

124 3,52 detik

127 1,76 detik

130 0,88 detik

133 0,44 detik

136 0,22 detik

139 0,11 detik

140 0 detik

Sumber : Suma’mur 2013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Menurut Mukono (2006) jenis kebisingan terdiri dari:

1. Continious noise (kebisingan kontiniu)

Kebisingan tersebut dihasilkan oleh aliran bunyi dengan velositas

yangtinggi(high velocity air flow in).

2. Impact noise (kebisingan kejut intensitas tinggi)

Kebisingan tersebut dihasilkan oleh ledakan yang hebat dengan energi yang

tinggi.

Menurut Ricki Mulia (2005), mengklasifikasika kebisingan menjadi empat

bagian, yaitu :

1. Kebisingan kontiniu

2. Kebisingan terputus-putus (intermittent).

3. Kebisingan impulsif

4. Kebisingan impulsif berulang

2.1.6 Pengendalian Kebisingan

Kebisingan dapat dikendalikan dengan :

a. Pengurangan kebisingan pada sumbernya

Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan misalnya dengan

menempatkan peredam pada sumber getaran, tetapi umumnya hal itu dilakukan

dengan melakukan riset dan membuat perencanaan mesin atau peralatan yang

baru.

b. Penempatan penghalang pada jalan transmisi

Isolasi tenaga kerja atau mesin atau unit operasi adalah upaya segera dan baik

dalam upaya mengurangi kebisingan. Untuk itu perencanaan harus matang dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

material yang dipakai untuk isolasi harus mampu menyerap suara. Penutup atau

pintu ke ruang isolasi harus mempunyai bobot yang cukup berat, menutup dengan

benar lobang yang ditutupnya dan lapisan dalamnya terbuat dari bahan yang

menyerap suara agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat sehingga merupakan

sumber kebisingan.

c. Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga

Alat pelindung diri sumbat atau tutup telinga harus diseleksi, sehingga dipilih

yang tepat ukurannya bagi pemakainya. Dengan memakai tutup atau sumbat

telinga, perbaikan cara komunikasi harus diperbaiki sebagai akibat teredamnya

intensitas suara pembicaraan yang masuk ke dalam telinga.

Menurut Ridwan Harrianto (2012), pengendalian kebisigan antara lain

sebagai berikut :

a. Pengendalian administratif

Dibutuhkan tindakan yang dapat menjamin bahwa setiap individu di

lingkungan kerja memiliki tanggungjawab untuk berkoordinasi dalam menjaga

keberhasilan program perlindungan terhadap bahaya dengan cara melaporkan

kemajuan dan masalah yang timbul pada pelaksanaan program ini kepada

atasannya.

Diperlukan keputusan administratif yang dapat mendukung program

perlindungan terhadapat bahaya akibat kerja, misalnya pembelian mesin yang

spesifikasinya sesuai dengan standar yang disyaratkan dan tidak melampaui nilai

ambang batas pajanan pada operator.Untuk mengurangi lama pajanan pada

pekerja yang bekerja di tempat dengan berisiko tinggi terpajan bising perlu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

dilaksanakan penjadwalan mengenai lamanya operasi mesin atau dilaksanakan

rotasi pekerja secara reguler

b. Pengendalian teknik

Mengurangi intensitas sumber bising dengan cara memilh mesin dengan

teknologi yang lebih maju guna mendapatkan mesin dengan suara halus,

memodifikasi teknologi sumber bising dengan cara mengubah jenis pendorong

mesin, memasang peralatan yang menghambat distribusi suara, dan menggunakan

pelemah getaran lempeng sumber suara. Cara berikutnya yang dapat dilakukan

adalah dengan pemeliharaan mesin, substitusi, mengurangi intensitas bunyi dari

komponen peralatan yang bergetar, serta mengurngi bunyi yang dihasilkan akibat

aliran gas dengan menggunakan saringan gas.

Menghambat transmisi bising dengan cara mengurangi transmisi suara

melalui benda padat dengan menggunakan bantalan yang fleksibel atau yang

mempunyai daya pegas, mengurangi transmisi bising melalui udara dengan

menggunakan bahan peredam suara pada dinding dan atap ruangan, mengisolasi

sumber bising, dan mengisolasi operator pada ruangan yang kedap suara.

Menurut Dodi Rusjadi (2015), pengendalian kebisingan antara lain :

a. Pengendalian pada sumber

Pengendalian pada sumber dapat dilakukan dengan membatasi ambien

kebisingan atau emisi kebisingan yang dipancarkn oleh sumber. Cara lain yang

dapat dilakukan adalah dengan membuat peredam yang menutupi sumber bising

tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

b. Pengendalian pada medium perambatan

Pengendalian kebisingan pada medium perambat biasanya dengan membuat

suatu penghalang bising (noise barrier) yang dibangun diantara sumber bising dan

penerima yang umumnya merupakan tembok atau dapat juga berupa bangunan.

Penghalang bising ini berfungsi untuk mengurangi transmisi bising yang

dirambatkan melalui udara dan memberikan zona bayangan yang mempunyai

bising yang lebih kecil pada penerima.

c. Pengendalian pada penerima

Pengendalian pada penerima adalah dengan membuat papan peringatan untuk

menggunakan alat pelindung telinga dengan tujuan untuk mengurangi paparan

kebisingan yang masuk ke dalam telinga.

Menurut Mukono (2006) pengendalian terhadap kebisingan antara lain:

1. Pemeriksaan kebisingan secara berkala baik di lapangan maupun di

laboratorium

2. Menganalisis hasil pemeriksaan tersebut

3. Merumuskan saran dan pemecahan masalah berdasarkan hasil pemeriksaan

dan analisis hasil.

2.1.7 Alat Pelindung Diri

Menurut Ridwan Harrianto (2012), bila pajanan bising tidak dapat

dihindari, penerima bising harus menggunakan alat pelindung diri. Alat pelindung

diri dibedakan atas :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

a. Sumbat telinga atau earplug

Sumbat telinga atau earplug dapat dibedakan atas tiga, yaitu pertama sumbat

telinga sekali pakai. Dibuat dari bahan yang lunak, sehingga ukuran dapat berubah

untuk menyesuaikan bentuk liang telinga. Agar tidak menyebabkan timbulnya

infeksi, bahannya harus berongga untuk dapat menyerap udara dan uap air.

Kedua, sumbat telinga yang dipakai berulang. Dibuat dari bahan karet silikon

lunak agar dapat disterilisasi dengan alkohol atau dengan pemanasan. Ketiga,

Sumbat telinga ketat. Sumbat telinga yang dibuat dari bahan yang seperti karet,

difiksasi dengan pita penutup yang dilekatkan dengan ketat untuk menambah daya

pengurangan intensita bising.

b. Penutup telinga atau earmuff

Terdiri dari dua buah mangkok yang dihubungkan dengan tangkai

penghubung untuk menempel dengan ketat pada telinga pemakai. Bantalan

pentutup mangkok harus diganti secara teratur setiap 3-6 bulan sekali untuk

menjamin penutupan telinga tetap ketat dan nyaman.

Ada dua alat pelindung diri untuk perlindungan terhadap kebisingan,

antara lain earplugs dan earmuffs. Earplugs memiliki bentuk yang lebih kecil dan

lebih murah daripada earmuffs. Earmuffs memberi daya proteksi yang lebih baik.

Pekerja-pekerja sering tidak menggunakan alat pelindung diri dengan alasan tidak

nyaman dan mengganggu komunikasi (Winarsunu, 2008)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

2.2 Kelelahan

2.2.1 Pengertian Kelelahan

Kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap

individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan

kapsitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2015). Kelelahan menunjukkan

keadaan tubuh dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada

penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja

(Suma’mur, 2013).

Kelelahan kerja merupakan penurunan efisiensi dan ketahanan tubuh.

Kelelahan kerja adalah kelelahan yang terjadi pada manusia oleh karena kerja

yang dilakukan. Lelah seperti itu mempunyai arti yang lebih luas daripada

kelelahan otot yang dirasakan sebagai sakit atau nyeri pada otot-otot, kelelahan

seperti itu adalah kelelahan yang bersifat umum. Kelelahan ini merupakan suatu

pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap

individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya

(Sumardiono, 2008).

Kelelahan adalah pengurangan dan/ atau penurunan kerja. Kelelahan

umum merupakan konsep yang lebih rumit. Pegelompokan dalam konsep ini

adalah berada dalam perkembangan seperti stres, kelelahan memiliki aspek

subjektif, perilaku, dan fisik. Kelelahan tubuh merupakan perpanjangan kerja

(Nurmianto, 2008).

Kelelahan adalah perasaan subjektif, yang dapat disebabakan secara fisik

dan mental. Secara medis, kelelahan adalah gejala nonspesifik, yang berarti bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

ia memiliki kemungkinan banyak penyebab. Kelelahan fisik atau kelelahan otot

adalah ketidakmampuan fisik untuk tampil maksimal. Kelelahan mental adalah

ketidakmampuan untuk mempertahankan kinerja kognitif yang optimal (Kuswana,

2014).

2.2.2 Jenis-Jenis Kelelahan

Menurut Tarwaka (2015), kelelahan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kelelahan Otot

Tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot

b. Kelelahan Umum

Biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang

disebabkan oleh karena monotoni; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan

lingkungan; sebab-sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi.

Secara umum, kelelahan dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu:

1. Berdasarkan proses dalam otot

Terdapat 2 jenis kelelahan, yaitu :

a. Kelelahan Fisiologis

Kelelahan Fisiologis atau kelelahan otot, yaitu kelelahan pada susunan saraf

pusat atau perifer (otot yang sedang bekerja). Kelelahan ini disebabkan oleh otot

atau fisik karena beban yang berat yang dapat menimbulkan rasa nyeri atau tremor

pada otot (Suma’mur, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

b. Kelelahan umum atau psikis

Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang

penyebabnya adalah keadaan persarafan atau kondisi-kondisi psikis-psikologis

(Suma’mur, 2013).

2. Berdasarkan waktu terjadinya

Terdapat 2 jenis kelelahan berdasarkan waktu terjadinya, yaitu :

a. Kelelahan Akut

Kelelahan akut terjadi terutama disebablan oleh kerja suatu organ atau seluruh

tubuh secara berlebihan.

b. Kelelahan Kronis

Kelelahan kronis biasanya terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari,

berkepanjangan bahkan kadang-kadang telah terjadi pada sebelum memulai suatu

pekerjaan. Gejala-gelaja yang tampak jelas akibat kelelahan kronis, seperti

meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga menjadi kurang toleran terhadap

orang lain, munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan, dan depresi yang berat.

Menurut Eko Nurmianti (2008), kelelahan dapat dikasifikasikan menjadi

tiga jenis, yaitu:

1. Kelelahan tubuh

2. Kelelahan mental

3. Kelelahan kronis

2.2.3 Faktor Penyebab Kelelahan

Grandjean (1991) dalam Tarwaka (2015) menjelaskan bahwa faktor

penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

dan mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan

di luar tekanan (cancel out the stres).

Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja

dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan

maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan

tenaga <20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga

otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika

pembebanan berlangsung sepanjang hari.

2.2.4 Efek Kelelahan

Menurut Wowo Sunaryo Kuswana (2014), efek kelelahan dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Efek jangka pendek, yaitu :

a. Kesulitan dalam konsntrasi dan mudah terganggu

b. Mengurangi kapasitas komunikasi interpersonal yang efektif

c. Kewaspadaan berkurang

d. Waktu reaksi lebih lambat

2. Efek jangka panjang, yaitu :

a. Gangguan pencernaan

b. Tekanan darah tinggi

c. Kecemasan dan depresi

2.2.5 Pengukuran Kelelahan

Menurut Tarwaka (2015), pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan

menggunakan Pengukuran Kelelahan Secara Subjektif (Subjective feelings of

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

fatigue). Merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan

subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari : 10

pertanyaan tentang pelemahan kegiatan (pertanyaan no 1 s/d 10), 10 pertanyaan

tentang pelemahan motivasi (11 s/d 20), dan 10 pertanyaan tentang gambaran

kelelahan fisik (21 s/d 30).

Kelelahan biasanya terjadi hanya bersifat sementara, dan dapat pulih

kembali setelah diberikan istirahat dan energi secukupnya. Jika demikian

kondisinya, maka kelelahan demikian merupakan kelelahan yang ringan. Tetapi

untuk kelelahan yang berat, diperlukan waktu yang lama untuk mengadakan

pemulihan kembali dan ada kalanya bahkan diperlukan obat-obatan untuk

memulihkan kondisi agar dapat fit kembali (Tarwaka, 2015).

Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat dan Kategori Kelelahan Subjektif


Berdasarkan Total Skor Individu
Total Skor Tingkat Kategori
Tindakan Perbaikan
Individu Kelelahan Kelelahan

Belum diperlukan adanya


0-21 0 Rendah
tindakan perbaikan

Mungkin diperlukan tindakan


22-44 1 Sedang
dikemudian hari

45-67 2 Tinggi Diperlukan tindakan segera

Diperlukan tindakan
68-90 3 Sangat Tinggi menyeluruh sesegera

mungkin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

2.2.6 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

Bising Kelelahan Kerja

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dan dengan desain

cross sectional. Dalam penelitian cross sectional variabel sebab atau risiko dan

akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan

dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012) yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan faktor bahaya fisik bising dengan kelelahan kerja pada

pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit

Seberang Kabupaten Langkat Sumatera Utara Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit

Seberang Kabupaten Langkat Sumatera Utara Tahun 2017.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai dengan

Desember 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah pekerja

yang bekerja pada pabrik pengolahan kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara II,

Kebun Sawit Seberang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara adalah

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27

sebanyak 21 orang, yaitu stasiun rebusan 2 orang, pabrik biji 1 orang, pressan 2

orang, klarifikasi 3 orang, boiler 3 orang, kamar mesin 2 orang, timbangan 1

orang, loading ramp 4 orang, penebah 1 orang, dan water treatment 1 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Saryono, 2008). Teknik Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah total populasi dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja yang bekerja di pabrik

pengolahan kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara II, Kebun Sawit Seberang,

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara sebanyak 21 orang, yaitu stasiun rebusan 2

orang, pabrik biji 1 orang, pressan 2 orang, klarifikasi 3 orang, boiler 3 orang,

kamar mesin 2 orang, timbangan 1 orang, loading ramp 4 orang, penebah 1 orang,

dan water treatment 1 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui wawancara

kepada pekerja yang bekerja di bagian pengolahan kelapa sawit.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak PT Perkebunan

Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai faktor yang

mempengaruhi variabel terikat. Varibel bebas dalam penelitian ini adalah bising.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja.

3.5.2 Definisi Operasional

1. Bisingadalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber darimesin

yang terdapat di pabrik pengolahan kelapa sawit.

2. Kelelahan kerja adalah suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara

umum terjadi pada pekerja pabrik yang disebabkan oleh karena bising.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Kebisingan

Hasil pengukuran kebisingan dikelompokkan menjadi 2 kelompok,yaitu :

1. Kebisingan diatas Nilai Ambang Batas (>85 dBA)

2. Kebisingan dibawah Nilai Ambang Batas (≤85 dBA)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat sound level meter dan

akan diukur oleh Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan.

3.6.2 Pengukuran Kelelahan Secara Subjektif (Subjective feelings of fatigue)

Pengukuran kelelahan menggunakan kuesioner kelelahan subjektif

menggunakan desain penilaian dengan skoring (skala likert). Dari kuesioner

kelelahan subjektif didapatkan :

1. Skor 0 = tidak pernah merasakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

2. Skor 1 = kadang-kadang merasakan

3. Skor 2 = sering merasakan

4. Skor 3 = sering sekali merasakan

Total skor 0-21 kategori rendah, 22-44 kategori sedang, 45-67 kategori

tinggi, dan 68-90 kategori sangat tinggi.Kuesioner akan ditanya langsung kepada

pekerja oleh peneliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang

mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau

kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan

entry data.

3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam

program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4. Cleaning, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang masuk

sebelum data dianalisis.

5. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan

bivariat.

3.7.2 Metode Analisis Data

Data yang telah diolah melalui teknik pengolahan data dengan bantuan komputer

menggunakan program pengolahan data statistik :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

1. Analisis Univariat

Analisis univariatadalah analisis yang dilakukan terhadap setiap variabel

dari hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap

variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan

hubungan variabel bebasdan variabel terikatmelalui uji korelasi-spearman dengan

tingkat kepercayaan 95%. Analisa data dilakukan dengan membandingkan nilai

probabilitas dengan α (0,05). Ho diterima jika p>α berarti tidak ada hubungan dan

Ho ditolak jika p<α berarti ada hubungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan

Pabrik Kelapa Sawit Unit Sawit Seberang merupakan salah satu unit kerja

PT. Perkebunan Nusantara II yang terletak di Kecamatan Sawit Seberang

Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, yang terletak ±78 km dari Kota

Madya Medan.

Pada mulanya Kebun Sawit Seberang berasal dari Eks Perusahaan Belanda

yang bernama: Verenigde Deli Mastgcppj (VDM) yang dibuka dan ditanam

kelapa sawit sejak tahun 1923, Kebun Sawit Seberang penghasil CPO dan Inti

Sawit diolah oleh PKS berkapasitas 30 Ton TBS/Jam.

PTPN II Kebun Sawit Seberang adalah kebun yang memiliki tanaman

kelapa sawit, di Rayon Babalan terdiri dari Afdeling I, II, III, IV, V dan di Rayon

Sawit Seberang terdiri dari Afdeling VI, VII, VIII, IX. Pada bulan Februari 2013,

PKS Sawit Seberang dipisah dan bergabung dengan PKS Sawit Hulu dan PKS

Kuala Sawit menjadi PKS Padang Tualang. Pada bulan Juli 2013, Kebun Sawit

Seberang dibagi menjadi 2 kebun

4.1.2 Visi dan Misi

a Visi

“Dari perusahaan perkebunan menjadi perusahaan multi usaha berdaya

saing tinggi.”

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32

b Misi
“Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya dan usaha, memberikan

kontribusi optimal, menjaga kelestarian dan pemtambahan nilai”.

4.1.3 P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di


Perusahaan

STRUKTUR ORGANISASI PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA DI PKS SAWIT SEBERANG
UNIT SAWIT SEBERANG

KETUA
Dedi Gurning, ST

Sekretaris

Jumhardi Mansyur

BID. BID. BID. BID. BID. EVAKUASI


PENGAWASAN PENELITIAN PELATIHAN KESEHATAN KOORINATOR
KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR 1.Iman Subekti,SE
Irawan Mudianto 2.Jaya Bana
ZH.Sihombing,ST Mulyadi Sembiring
Junijal Amri, ST

Sumber:
Gambar 4.1 Sekretariat P2K3 PKPT Unit Sawit Seberang
PTPerkebunan Nusantara II 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

4.1.4 Proses Pengolahan

a. Stasiun Timbangan

Setiap truk yang mengangkut tandan buah segar ke pabrik ditimbang

terlebih dahulu di jembatan timbang (bridge weighing) untuk memperoleh berat

sewaktu berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). Selisih antara bruto dengan

tarra adalah jumlah tandan buah segar yang diterima di pabrik pengolahan kelapa

sawit (netto). Tandan buah segar diangkat dari perkebunan dengan truck dibawa

ke pabrik dan ditimbang. Hasil penimbangan berupa print out dan dikumpulkan

oleh operator timbangan untuk diserahkan ke bagian pembelian tandan buah segar

dan krani afdeling.

b. Stasiun Loading Ramp

Tandan buah segar yang telah disortir, dituang ke dalam peron dari loading

ramp, setelah pintu loading ramp dibuka dengan cara hydraulic,maka tiap-tiap lori

akan berisi TBS yang bermuatan 2,3-2,4 ton.Fungsi loading ramp adalah untuk

penimbunan sementara TBS sebelum masuk kedalam lori rebusan.

c. Stasiun Rebusan

Rebusan adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus

tandan buah segar dengan uap (steam). Steam yang digunakan adalah saturated

2 0
steam dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm dan pada suhu 140 C yang berasal dari

Back Pressure Vessel. Lori adalah alat yang digunakan untuk mengangkat TBS.

Lori-lori tersebut dimasukkan ke tempat perebusan besar yang dapat memuat

hinggat 9 lori dengan tekanan uap pada bejana rebusan harus mencapai 2,5-3,0

3
kg/cm dan suhu uap rebusan sekitar 126 °c yang dioperasikan oleh operator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

rebusan. pembuangan kondesat harus dilakukan untuk mencapai perebusan yang

sempurna.

d. Stasiun Penebah

Stasiun penebah diawali dengan penuangan buah ke threser, pemisahan

berondolan dari tandan, dan pengiriman brondolan sampai ke digester. sistem

pemisahan brondolan jadi tandan dengan gaya mekanis disambung dengan gaya

sentrifugal dan efek gravitasi.

e. Stasiun Pressan

Stasiun ini adalah tempat dimulainya pengambilan minyak dari brondolan

yang telah direbus dengan jalan melumat dan mengepresnya. pengepresan yang

baik pada proses ini akan mempengaruhi efesiensi pengutipan minyak.

f. Stasiun Klarifikasi

Stasiun proses pemisahan minyak dari air, dan kotoran yang dilakukan

dengan sistem endapan, sentrifugal, dan penguapan dengan pemanasan.

g. Stasiun Pabrik Biji

Stasiun ini berfungsi untuk membawa dan memecahkan gumpalan cake

dari stasiun pressan. Kemudian juga pada stasiun ini akan dilakukan pemisahan

antara fiber dengan nut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

4.1.5 Alur Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Kebun

TIMBANGAN LOADING RAMP

STERILIZER BOILER
Kondensat
THRESHER

DIGESTER &
Fiber
PRESS

CO KERNEL PLAN

KLARIFIKASI KERNEL BIN

Gambar 4.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Sumber :
Profil PT. Perkebunan Nusantara II
Kebun Sawit Seberang

4.2 Karakteristik Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT


Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

4.2.1 Distribusi Umur Pekerja PabrikPengolahan Kelapa Sawit di PT


Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

Data umur terendah adalah 40 tahun dan yang tertinggi adalah 61 tahun.

Data dikelompokkan berdasarkan kelas interval.Distribusi pekerja pabrik

berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Tabel 4.1Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Umur di PT Perkebunan


Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

Umur (Tahun) Jumlah %


40-44 10 47,6
45-49 4 19,0
50-54 6 28,6
60-64 1 4,8
Jumlah 21 100

Berdasarkan tabel 4.1, pekerja pabrik paling banyak berumur 40-44 tahun,

yaitu berjumlah 10 orang (47,6%).

4.2.2 Masa Kerja Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT


Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

Pengukuran masa kerja pada pekerja pabrik dilakukan untuk mengetahui

tingakat masa kerja dan yang paling dominan adalah ≤ 5 tahun dan > 5 tahun,

yang paling terendah 2 tahun dan tertinggi 10 tahun. Distribusi pekerja pabrik

berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Masa Kerja di PT


Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

Masa Kerja (tahun) Jumlah %


≤5 9 42,9
>5 12 57,1
Jumlah 21 100

Berdasarkan tabel 4.2, masa kerja pekerja pabrik paling banyak adalah >5
tahun, yaitu berjumlah 12 orang (57,1%) sedangkan masa kerja pekerja ≤ 5 tahun
berjumlah 9 orang (42,9%).
4.2.3 Lama Kerja Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT
Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

Pengukuran lama kerja pada pekerja pabrik dilakukan untuk mengetahui


tingakat lama kerja dan yang paling dominan adalah ≤ 7 jam dan > 7 jam, yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

paling terendah 7jam dan tertinggi 12 jam. Distribusi pekerja pabrik berdasarkan
lama kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Lama Kerja di PT
Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

Lama Kerja (jam) Jumlah %


≤ 7 jam 8 38,1
> 7 jam 13 61,9
Jumlah 21 100

Berdasarkan tabel 4.3, lama kerja pekerja pabrik paling banyak adalah > 7

jam, yaitu berjumlah 13 orang (61,9%) sedangkan lama kerja pekerja ≤ 7 jam

berjumlah 8 orang (38,1%).

4.2.4 IntensitasBising di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT


Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

Pengukuran intensitas bising dilakukan di 10 titik. Bising pada pabrik

berasal dari mesin pengolahan kelapa sawit.

Tabel 4.4IntensitasBising di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT


Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

Lokasi/Stasiun Intensitas Bising Keterangan


dB(A)
Timbangan 69 ≤ NAB
Loading Ramp 72 ≤ NAB
Water Treatment 61 ≤ NAB
Rebusan 88,1 >NAB
Penebah 86 > NAB
Pressan 87,4 >NAB
Klarifikasi 89,2 > NAB
Pabrik Biji 90,3 > NAB
Boiler 86,5 > NAB
Kamar Mesin 101,7 > NAB

Berdasarkan tabel 4.4, terdapat 10 titik pengukuran bising, 7 titik dengan

intensitas bising diatas NAB dan 3 titik dengan intensitas dibawah NAB, dimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

nilai kebisingan terendah sebesar 61 dB(A), yaitu stasiun water treatment dengan

1 orang pekerja (4,8%) dan kebisingan tertinggi sebesar 101,7 dB(A), yaitu

stasiun kamar mesin dengan 2 orang pekerja (9,5%).

4.2.5 Paparan Bising Pada Pekerja Pabrik Berdasarkan Intensitas Bising di


Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara II Kebun
Sawit Seberang Tahun 2017

Distribusi pekerja berdasarkan paparan bising di pabrik pengolahan kelapa

sawit dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5Distribusi Pekerja Berdasarkan Paparan Bising di PT Perkebunan


Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

Intensitas Kebisingan Jumlah Pekerja %


(dB) (orang)
> 85 15 71,4
≤ 85 6 28,6
Jumlah 21 100

Berdasarkan tabel 4.5, pekerja pabrik lebih banyak bekerja di lingkungan

kerja dengan intensitas kebisingan > 85 dB(A), yaitu berjumlah 15 orang (71,4%),

sedangkan pada kebisingan ≤ 85 dB(A), yaitu berjumlah 6 orang (28,6%).Pekerja

yang terpapar intensitas bising diatas >85 dB(A) berada pada stasiun rebusan (2

orang), penebah (1 orang), pressan (3 orang), klarifikasi (3 orang), pabrik biji (1

orang), boiler (3 orang), dan kamar mesin (2 orang). Pekerja yang terpapar

intensitas bising ≤ 85dB(A) berada pada stasiun timbangan (1 orang), loading

ramp(4 orang), dan water treatment (1 orang).

4.2.6 Kelelahan Kerja pada Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT


Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Tahun 2017

Distribusi pekerja di pabrik pengolahan kelapa sawit berdasarkan

kelelahan kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Tabel 4.6Distribusi Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT Perkebunan


Nusantara II Kebun Sawit Seberang

Kelelahan Kerja Jumlah Pekerja (orang) %


Rendah 6 28,6
Sedang 13 61,9
Tinggi 2 9,5
Jumlah 21 100

Berdasarkan tabel 4.6, pekerja paling banyak mengalami kelelahan kerja

dengan kategori sedang, yaitu sebanyak 13 orang pekerja (61,9 %) sedangkan

untuk kelelahan kerja kategori rendah,yaitu sebanyak 6 orang pekerja (28,6%) dan

untuk kelelahan kerja kategori tinggi, yaitu sebanyak 2 orang pekerja (9,5%).

Pekerja yang mengalami kelelahan kerja kategori rendah berada pada stasiun

timbangan (1 orang pekerja), stasiun loading ramp (4 orang), dan pada stasiun

water treatment (1 orang pekerja). Pekerja yang mengalami kelelahan kerja

kategori sedang berada pada stasiun rebusan (2 orang pekerja), stasiun penebah (1

orang pekerja), stasiun pressan (3 orang pekerja), stasiun klarifikasi (3 orang

pekerja), stasiun pabrik biji (1 orang), stasiun boiler (1 orang pekerja), dan kamar

mesin (2 orang pekerja). Pekerja yang mengalami kelelahan kerja kategori tinggi

berada pada stasiun boiler (2 orang pekerja). Kategori didapatkan berdasarkan

hasil skoring kuesioner. Kategori rendah dengan total skor 0-21, kategori sedang

dengan total skor 22-44, kategori tinggi dengan total skor 45-67, dan kategori

sangat tinggi dengan total skor 68-90.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Tabel 4.7Distribusi Kelelahan Kerja Berdasarkan Hasil Industrial Fatigue


Research Commitee (IFRC)

No Penilaian Skoring Total


Kelelahan 0 1 2 3
N n n n
1. Perasaan berat di 0 5 14 2 21
kepala
2. Lelah pada seluruh 0 1 14 6 21
badan
3. Berat di kaki 0 7 11 3 21
4. Sering Menguap 1 6 14 0 21
pada saat bekerja
5. Kacau pada saat 11 10 0 0 21
bekerja
6. Merasa Mengantuk 1 5 15 0 21
7. Beban pada bagian 6 13 2 0 21
mata
8. Perasaan Canggung 6 11 4 0 21
dan kaku
9. Tidak stabil pada 0 11 10 0 21
saat berdiri
10. Perasaan ingin 1 16 4 0 21
berbaring
11. Merasa susah 4 15 2 0 21
berpikir
12. Malas untuk 20 1 0 0 21
berbicara
13. Merasa Gugup 7 9 5 0 21
14. Tidak dapat 11 10 0 0 21
berkonsentrasi
15. Sulit memusatkan 12 9 0 0 21
perhatian
16. Mudah melupakan 5 16 0 0 21
sesuatu
17. Kepercayaan diri 17 4 0 0 21
berkurang
18. Merasa Cemas 2 9 8 2 21
19. Sulit mengontrol 8 12 1 0 21
sikap
20. Tidak tekun dalam 21 0 0 0 21
pekerjaan
21. Perasaan sakit 1 7 12 1 21
dibagian kepala
22. Perasaan kaku 1 6 8 6 21
dibagian bahu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

23. Perasaan nyeri 0 4 11 6 21


dibagian punggung
24. Perasaan sesak nafas 13 7 1 0 21
25. Perasaan haus 0 1 18 2 21
26. Perasaan serak 21 0 0 0 21
27. Perasaan pening 1 7 11 2 21
28. Perasaan mengganjal 21 0 0 0 21
di kelopak mata
29. Perasaan gemetar 11 8 2 0 21
30. Perasaan kurang 10 11 0 0 21
sehat

Berdasarkan tabel 4.7, dapat dilihat jawaban responden tentang kelelahan

kerja. Pada pertanyaan pertama mayoritas responden menjawab sering merasakan

sebnayak 14 orang (66,7%). Pada pertanyaan kedua mayoritas responden

menjawab sering merasakan sebanyak 14 orang (66,7%). Pada pertanyaan ketiga

mayoritas responden menjawab sering merasakan sebanyak 11 orang (52,4%).

Pada pertanyaan keempat mayoritas responden menjawab sering merasakan

sebanyak 14 orang (66,7%). Pada pertanyaan kelima mayoritas responden

menjawab tidak pernah merasakan sebanyak 11 orang (52,4%). Pada pertanyaan

keenam mayoritas responden menjawab kadang-kadang merasakan sebanyak 13

orang (61,9%). Pada pertanyaan ketujuh mayoritas responden menjawab kadang-

kadang merasakan sebanyak 13 orang (61,9%). Pada pertanyaan kedelapan

mayoritas responden menjawab kadang-kadang merasakan sebanyak 11 orang

(52,4%). Pada pertanyaan kesembilan mayoritas responden menjawab kadang-

kadang merasakan sebanyak 11 orang (52,4%). Pada pertanyaan kesepuluh

mayoritas responden menjawab kadang-kadang merasakan sebanyak 16 orang

(76,2%). Pada pertanyaan kesebelas mayoritas responden menjawab kadang-

kadang merasakan sebanyak 15 orang (71,4%). Pada pertanyaan keduabelas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

mayoritas responden menjawab tidak pernah merasakan sebanyak 20 orang

(95,2%). Pada pertanyaan ketigabelas mayoritas responden menjawab kadang-

kadang merasakan sebanyak 9 orang (42,9%). Pada pertanyaan keempatbelas

mayoritas responden menjawab tidak pernah merasakan sebanyak 11 orang

(52,4%). Pada pertanyaan kelimabelas mayoritas responden menjawab tidak

pernah merasakan sebanyak 12orang (57,1%). Pada pertanyaan keenambelas

mayoritas responden menjawab kadang-kadang merasakan sebanyak 16 orang

(76,2%). Pada pertanyaan ketujuhbelas mayoritas responden menjawab tidak

pernah merasakan sebanyak 17 orang (81,0%). Pada pertanyaan kedelapanbelas

mayoritas responden menjawab kadang-kadang merasakan sebanyak 9 orang

(42,9%). Pada pertanyaan kesembilanbelas mayoritas responden menjawab

kadang-kadang merasakan sebanyak 12 orang (57,1%). Pada pertanyaan

keduapuluhsemua responden menjawab tidak pernah merasakan sebanyak 21

orang (100%). Pada pertanyaan ke-21 mayoritas responden menjawab sering

merasakan sebanyak 12 orang (57,1%). Pada pertanyaan ke-22 mayoritas

responden menjawab sering merasakan sebanyak 18 orang (38,1%). Pada

pertanyaan ke-23 mayoritas responden menjawab sering merasakan sebanyak 11

orang (52,4%). Pada pertanyaan ke-24 mayoritas responden menjawab tidak

pernah merasakan sebanyak 13 orang (61,9%). Pada pertanyaan ke-25 mayoritas

responden menjawab sering merasakan sebanyak 18 orang (85,7%). Pada

pertanyaan ke-26 semua responden menjawab tidak pernah merasakan sebanyak

21 orang (100%). Pada pertanyaan ke-27 mayoritas responden menjawab sering

merasakan sebanyak 11 orang (52,4%). Pada pertanyaan ke-28 semua responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

menjawab tidak pernah merasakan sebanyak 21 orang (100%). Pada pertanyaan

ke-29 mayoritas responden menjawab tidak pernah merasakan sebanyak 11 orang

(52,4%). Pada pertanyaan ke-30 mayoritas responden menjawab kadang-kadang

merasakan sebanyak 11 orang (52,4%).

4.3 Hubungan Bising Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik


Pengolahan Kelapa Sawit di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit
Seberang Tahun 2017

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan dan hasil kuesioner

kelelahan kerja, maka dilakukan uji statistik korelasi-spearmen untuk melihat

apakah ada hubungan bising dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik

pengolahan kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang

Kabupaten Langkat Tahun 2017.

Hubungan bising dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik pengolahan

kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten

Langkat Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8Hubungan Bising Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik


Pengolahan Kelapa Sawit di PT Perkebunan Nusantara II
Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat Sumatera Utara
2017

Kebisingan Kelelahan Kerja Jumlah Sig (p)


(dB) Rendah Sedang Tinggi
n % n % n % n % 0,000
> 85 0 0 13 61,9 2 9,5 15 71,4
≤ 85 6 28,6 0 0 0 0 6 28,6
Jumlah 6 28,6 13 61,9 2 9,5 21 100

Berdasarkan tabel hasil uji statistik di atas dapat dilihat bahwa terdapat 15

orang mengalami kelelahan kerja yang terdiri dari 13 orang pekerja (61,9%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

mengalami kelelahan kerja kategori sedang dan 2 orang pekerja (9,5%)

mengalami kelelahan kerja kategori tinggi.

Hasil uji korelasi-spearmen antara bising dengan kelelahan kerja

didapatkan nilai p = 0,000 dimana p < 0,05, artinya ada hubungan antara bising

dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit di PT

Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat Sumatera

Utara Tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Bising dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pabrik


Pengolahan Kelapa Sawit Di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit
Seberang Tahun 2017

Dari hasil uji statistik yang dilakukan, diperoleh nilai p = 0,000 dimana

p<0,05 yang artinya ada hubungan antara bising dengan kelelahan kerja pada

pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara II Kebun

Sawit Seberang.Pada stasiun timbangan dengan intensitas bising≤ 85dB(A)

pekerja (1 orang) mengalami kelelahan kerja dengan kategori rendah, tidak terjadi

kelelahan kerja pada pekerja di stasiun tiimbangan. Melalui wawancara yang

dilakukan kepada pekerja, pekerja mengatakan mengalami rasa takut apabila salah

menulis angka yang tertera pada monitar timbangan karena jika salah menulis

hasil timbangan akan mempengaruhi pengerjaan proses produksi. Kondisi tersebut

membuat pekerja harus berkonsentrasi agar tidak salah menulis hasil timbangan

kelapa sawit yang akan diolah. Pada stasiunloading ramp dengan intensitas bising

≤ 85 dB(A) pekerja (4 orang) mengalami kelelahan kerja dengan kategori rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi

pada stasiun ini adalah tertimpa tandan buah segar karena pada stasiun ini tandan

buah segar disortir dan dipilih untuk diolah, terjatuh karena lantai pabrik yang

licin, terjatuh dari tangga, dan terlilit tali sling capstand.

Pada stasiun rebusan dengan intensitas bising > 85 dB(A) pekerja (2

orang) mengalami kelelahan kerja dengan kategori sedang. Melalui wawancara

dengan pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi pada stasiun ini adalah terjatuh

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46

dari lantai karena licin dan terkena panas.Pada stasiun penebah dengan intensitas

bising > 85 dB(A) pekerja (1 orang) mengalami kelelahan kerja dengan kategori

sedang. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari pekerja, potensi bahaya

yang dapat terjadi di stasiun ini adalah terjatuh dari tangga karena licin, tertimpa

lori karena rantai hosting crane putus, selain itu pada stasiun ini juga jam kerja

melebihi 8 jam satu hari. Pada stasiun pressan dengan intensitas bising > 85

dB(A) pekerja (3 orang) mengalami kelelahan kerja dengan kategori sedang.

Berdasarkan hasil wawancara kepada pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi

pada stasiun ini adalah terjatuh karena lantai pabrik licin, kebakaran, selain itu

pekerja pada stasiun ini jam kerjanya melebihi 8 jam satu hari. Pada stasiun pabrik

biji dengan intensitas bising > 85 dB(A) pekerja (1 orang) mengalami kelelahan

kerja dengan kategori sedang. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja,

potensi bahaya yang dapat terjadi pada stasiun ini adalah gangguan pendengaran

dan gangguan pernafasan, selain itu pekerja pada stasiun ini memiliki jam kerja

melebihi 8 jam dalam satu hari.

Pada stasiun klarifikasi dengan intensitas bising > 85 dB(A) pekerja (3

orang) mengalami kelelahan kerja dengan kategori sedang. Berdasarkan hasil

wawancara dengan pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi pada stasiun ini

adalah terjatuh karena licin, terkena steam/minyak, dan heatstress. Pada stasiun

boiler dengan intensitas bising > 85 dB(A) pekerja mengalami kelelahan kerja

dengan kategori sedang (1 orang) dan kategori tinggi (2 orang). Berdasarkan hasil

wawancara dengan pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi pada stasiun ini

tersembur api, ledakan, gangguan pendengaran, dan heat stress. Pada stasiun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

kamar mesin dengan intensitas bising > 85 dB(A) pekerja (2 orang) mengalami

kelelahan kerja dengan kategori sedang. Berdasarkan hasil wawancara kepada

pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi pada stasiun ini adalah gangguan

pendengaran dan heat sress. Pada stasiunwater treatment dengan intensitas bising

≤ 85 dB(A) pekerja (1 orang) mengalami kelelahan kerja kategori rendah.

Berdasarkan hasil wawancara kepada pekerja, potensi bahaya yang dapat terjadi

pada stasiun ini adalah terjatuh karena lantai licin dan gangguan penyakit kulit

akibat dari bahaya bahan kimia, selain itu pekerja pada stasiun ini memiliki jam

kerja melebihi 8 jam dalam satu hari.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nela Budiyaningsih

(2010) yang mengatakan ada hubungan intensitas bising dengan kelelahan kerja

pada pekerja di PT DIC Astra Chemicals Jakarta yang memiliki kebisingan rata-

rata 90 dB(A). Hasil yang sama juga diperoleh berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Irwan Harwanto (2003) yang mengatakan bahwa ada hubungan

antara intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja, dengan hasil yang sangat

signifikan pada probabilitasnya sebesar P = 0.000, artinya P ≤ 0,001. Hal ini

menunjukkan bahwa intensitas kebisingan berpengaruh terhadap kelelahan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja pabrik

pengolahan kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang

dapat disimpulkan :

a. Pengukuran kebisingan dilakukan di 10 titik, dimana ada 7 titik yang

memiliki intensitas kebisingan sebesar > 85 dB(A) dan 3 titik yang memiliki

intensitas kebisingan ≤ 85 dB(A).

b. Penilaian kelelahan kerja pada pekerja pengolahan kelapa sawit dengan

sampel sebanyak 21 orang, diperoleh 6 orang pekerja (pada stasiun

timbangan, loading ramp, dan water treatment) mengalami kelelahan kerja

kategori rendah, 13 orang pekerja (pada rebusan, penebah, pressan,

klarifikasi, pabrik biji, boiler, dan kamar mesin) mengalami kelelahan kerja

kategori sedang, 2 orang pekerja (pada stasiun boiler) mengalami kelelahan

kerja kategori tinggi, dan tidak ada pekerja yang mengalami kelelahan kerja

kategori sangat tinggi.

c. Hasil uji statistik (p value = 0,000< 0,05) diperoleh adanya hubungan antara

bising dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit di

PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat

Sumatera Utara Tahun 2017.

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49

6.2 Saran

a. Memanfaatkan jam istirahat yang sudah diberikan oleh perusahaan

b. Hasil pengukuran intensitas bising disosialisasikan kepada pekerja agar

pekerja mengetahui informsi tentang kebisingan yang terdapat pada stasiun

tempat mereka bekerja

c. Mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang lebih

nyaman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2011. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di TempatKerja.Jakarta:
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Ferryka, P.Z. 2010. Hubungan Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja Di


Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang
Karanganyar. Jurnal Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Diakses pada 03 Maret 2017.

Harrianto, Ridwan. 2012. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.

Hayati, F.N. 2010. Hubungan Tingkat Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Di Bagian Ringframe PT Kusumaputra Santoso Karanganyar.
Jurnal Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Diakses pada 03 Maret 2017.

Kuswana, W.S. 2014. Ergonomi dan K3. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulia, R.M. 2005.KesehatanL ingkungan. Yogyakarta :GrahaIlmu.

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi, Konsep Dasar, dan Aplikasinya Edisi Kedua.
Surabaya : Prima Printing.

Profil PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang 2016

Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi, Hygiene, dan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3).
Bandung : Rekaya Sains.

Rusjadi, Dodi. 2015. Konsep Dasar Akustik; untuk Pengendalian Kebisingan


Lingkungan.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia


Press.

Sumardiyono. 2008. Pedoman Praktikum Semester II. Surakarta: Program DIII


Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakults Kedokteran UNS.

Suma’mur, P.K. 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).


Jakarta : Sagung Seto.

50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51

Tambunan, Sihat Tigor Benjamin, 2005. Kebisingan di Tempat Kerja. ANDI,


Yogyakarta.

Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri : Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan


Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.

Togar, S. 2005. Kebisingan Di Tempat Kerja (Occupation Noise). Jakarta: Andi


Publisher.

Winarsunu, T. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONERHUBUNGAN BISING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA


PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI PT PERKEBUNAN
NUSANTARA II KEBUN SAWIT SEBERANG KABUPATEN LANGKAT
SUMATERA UTARA TAHUN 2017

1. Nama :
2. Umur (thn) :
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

No Daftar Pertanyaan Skoring

0 1 2 3

1. Apakah saudara ada perasaan berat di kepala?

2. Apakah saudara merasa lelah pada seluruh


badan?

3. Apakah saudara merasa berat di kaki?

4. Apakah saudara sering menguap pada saat


bekerja?

5. Apakah pikiran saudara kacau pada saat bekerja?

6. Apakah saudara merasa mengantuk?

7. Apakah saudara merasa ada beban pada bagian


mata?

8. Apakah gerakan saudara terasa canggung dan


kaku?

9. Apakah saudara merasakan pada saat berdiri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

tidak stabil?

10 Apakah saudara merasa ingin berbaring?

11 Apakah saudara merasa susah berpikir?

12 Apakah saudara merasa malas untuk berbicara?

13 Apakah saudara merasa gugup?

14 Apakah saudara tidak dapat berkonsentrasi?

15. Apakah saudara merasa sulit memusatkan


perhatian?

16. Apakah saudara merasa mudah melupakan


sesuatu?

17. Apakah saudara merasakan kepercayaan diri


berkurang?

18 Apakah saudara merasa cemas?

19. Apakah saudara merasa sulit untuk mengontrol


sikap?

20. Apakah saudara merasa tidak tekun dalam


pekerjaan?

21. Apakah saudara merasakan sakit di bagian


kepala?

22 Apakah saudara merasakan kaku di bagian bahu?

23. Apakah saudara merasakan nyeri di bagian


punggung?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

24 Apakah saudara merasa sesak nafas?

25 Apakah saudara merasa haus?

26 Apakah suara saudara terasa serak?

27 Apakah saudara merasa pening?

28. Apakah saudara merasa ada yang mengganjal di

kelopak mata?

29. Apakah anggota badan saudara terasa gemetar?

30. Apakah saudara merasa kurang sehat?

Jumlah skor pada masig-masing kolom

Total skor kelelahan individu

Sumber : Tarwaka, 2015

Keterangan Skoring :

1. Skor 0 = tidak pernah merasakan

2. Skor 1 = kadang-kadang merasakan

3. Skor 2 = sering merasakan

4. Skor 3 = sering sekali merasakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Lampiran 2. Master Data

Nama Umur JK Bising KelKerja TK LK MK


Haryanto 1 1 2 1 10 1 1
Tohasan 3 1 1 3 8 2 2
Agustianto 5 1 1 2 8 2 2
Maryanto 1 1 1 2 9 2 2
Nagimin 2 1 1 3 8 2 2
Alviansyah 1 1 1 2 7 1 1
Muchlis 1 1 1 2 4 1 1
Iswanto 3 1 1 2 5 1 2
Barita 3 1 1 2 3 2 2
Suprianto 1 1 2 1 2 2 1
Ruswito 1 1 2 1 2 2 1
Misdi 2 1 2 1 2 2 2
Suherman 1 1 1 2 3 2 2
Hermansyah 2 1 1 2 6 2 1
Tulus 3 1 1 2 6 2 2
Arwiansyah 3 1 1 2 9 2 2
Budiman 1 1 2 1 4 1 1
Edi 3 1 1 2 5 1 2
Syahrul 1 1 1 2 5 1 1
Agus 2 1 1 2 6 2 2
Suhendra 1 1 2 1 2 1 1
Keterangan :

JK = Jenis Kelamin

KelKerja = Kelelahan Kerja

TK = Tempat Kerja

LK = Lama Kerja

MK = Masa Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Lampiran3. Hasil Statistik

ANALISIS UNIVARIAT

Um ur
Cumulativ e
Frequenc y Percent Valid Percent Percent
V alid 40-44 10 47,6 47,6 47,6
45-49 4 19,0 19,0 66,7
50-54 6 28,6 28,6 95,2
60-64 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

JK

Cumulativ e
Frequenc y Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 21 100,0 100,0 100,0
Bis ing

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid bising 15 71,4 71,4 71,4
tidak bising 6 28,6 28,6 100,0
Total 21 100,0 100,0

KelKerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Validrendah 6 28,6 28,6 28,6
sedang 13 61,9 61,9 90,5
tinggi 2 9,5 9,5 100,0
Total 21 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

TK
Cumulativ e
Frequenc y Percent Valid Percent Percent
V alidtimbangan 1 4,8 4,8 4,8
loadingramp 4 19,0 19,0 23,8
rebus an 2 9,5 9,5 33,3
penebah 1 4,8 4,8 38,1
press an 3 14,3 14,3 52,4
klarif ikas i 3 14,3 14,3 66,7
pabrikbiji 1 4,8 4,8 71,4
boiler 3 14,3 14,3 85,7
kamarmesin 2 9,5 9,5 95,2
w atertreatment 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

ANALISIS BIVARIAT
Cor relations

Bising KelKerja
Spearman's rho Bising Correlation Coeffic ient 1,000 ,806**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 21 21
KelKerja Correlation Coeffic ient ,806** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 21 21
**. Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Lampiran 4. Dokumentasi

Gambar 1. Pengukuran Kebisingan

Gambar 2.Sound Level Meter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Gambar 3. Pengukuran Kebisingan

Gambar 4. Wawancara kepada Pekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Gambar 5. Wawancara kepada Pekerja

Gambar 6. Wawancara kepada Pekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Gambar 7. Pekerja pada Stasiun Loading Ramp

Gambar 8. Stasiun Water Treatment

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Intensitas Bising

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai