Anda di halaman 1dari 119

DETERMINAN PEMANFAATAN PUSKESMAS OLEH MASYARAKAT

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN HUTAIMBARU


KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
Nur Hamiah Siregar
NIM : 131000068

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :
Nur Hamiah Siregar
NIM.131000068

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“DETERMINAN PEMANFAATAN PUSKESMAS OLEH MASYARAKAT

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN HUTAIMBARU

KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah

benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2018


Yang Membuat Pernyataan

Nur Hamiah Siregar


NIM. 13100068

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENSESAHAN
Skripsi deztgan Judul

DETERMINAN PEMANFAATAN PUSKESMAS OLEH MASYARAKAT


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN HUTAIMBARU
KOTA PADANGSlDINtPUAN TAHUN 2017

Yqng disiapkao dan dipertabaakao oleb

Nor Harwich 5lregar


NIM : 131000068

Disahkan oleh
Komisi Pembimbing Skripsi

Pembimbing I Pembimbing 11

dt. Rusmalawaw, M.Kes


NIP, 19750804 20021 2 2 NIP. 140052649
001

Medan, Januari 2018


Pakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Pr f. NI stina M.Si 308 2 001

ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang


diprioritaskan untuk mendukung pembangunan kesehatan masyarakat. Sampai
saat ini pemanfaatan Puskesmas Hutaimbaru oleh masyarakat (12%
kunjungan/hari) masih di bawah rata-rata pemanfaatan puskesmas yang ada di
Kota Padangsidimpuan (18% kunjungan/hari). Tujuan penellitian ini untuk
menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan dan pengetahuan), faktor
kemampuan (sikap tenaga kesehatan dan aksesibilitas), faktor kebutuhan (kondisi
kesehatan) terhadap pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2017.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan
pendekatan explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kepala keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Hutaimbaru sebanyak 3.727 KK. Sampel berjumlah 100 KK diambil dengan
teknik simpel random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 41 responden (49%)
memanfaatkan puksesmas dan 59 responden (59%) tidak memanfaatkan
Puskesmas Hutaimbaru. Berdasarkan uji bivariat dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel pengetahuan (p=0,020), aksesibilitas (p=0,039) dan
kondisi kesehatan (p=0,001) memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas,
sedangkan berdasarkan uji multivariat variabel kondisi kesehatan mempunyai
nilai Exp (B) sebesar 2,013 dan pengetahuan memiliki nilai Exp (B) sebesar
1,806, merupakan model terbaik untuk menentukan determinan terhadap
pemanfaatan Puskemas Hutaimbaru.
Berdasarkan hasil penelitian, puskesmas sebagai pemberi pelayanan
kesehatan tingkat pertama, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, meningkatkan promosi kesehatan atau edukasi kepada
masyarakat dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat, khusunya
mengenai pelayanan yang ada di puskesmas, meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas sehingga menimbulkan
sugesti positif masyarakat terhadap puskesmas dan memperhatikan dan
memperbaiki kondisi jalan dan transportasi agar masyarakat dapat dengan mudah
menjangkau pelayanan kesehatan di puskesmas.

Kata kunci: Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan, Puskesmas

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Public health center is one type of health care facility that prioritized to
support the development of public health. Until now the utilization of Hutaimbaru
public health center (12% visit/day) is still below the average utilization of public
health center in Padangsidimpuan City (18% visit/day). The purpose of this
research is to explain the influence of predisposing factors (education and
knowledge), ability factor (attitude of health manpower and accessibility), factor
of requirement (health condition) to utilization of public health center by
community in work area of Hutaimbaru public health center City
Padangsidimpuan 2017.
Research type is using explanatory research approach. The population of
this reaserch was the head of the family who lived in area Hutaimbaru public
health center working as many as 3727 families. Sample of these were 100
household taken by sample random sampling method. Collecting the data by
using questionnaires and analyzed by logistic regression test.
The result of the research showed that 41 respondents (41%) utilize
puksesmas and 59 respondents (59%) didn’t utilize Hutaimbaru Public Health
Center. Based on bivariate test in this research indicate that knowledge variable
(p=0,020), accessibility (p=0,039) and health condition (p=0,001) have influence
to utilization of puskesmas, while based on multivariate test variable of work
relationship 2.013 and knowledge have value Exp B of 1.806, is the best model to
determine the determinant of the utilization of Hutaimbaru public health center.
Based on the results of the research, puskesmas as the first rate health care
providers, efforts should be made to improve health promotion or education to the
community by doing counseling, especially about the existing services in
puskesmas, increasing public confidence in health services at puskesmas thus
raising the positive suggestion of the community towards the puskesmas and
paying attention and improving the condition of roads and transportation so that
people can easily reach health services at public health center.

Keywords: Health Service Utilization, Puskesmas

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Determinan Pemanfaatan Puskesmas Oleh Masyarakat Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2017”,

guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari

bimbingan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk

itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis.

4. dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

memberikan saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

5. dr. Fauzi, S.K.M, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan

saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

v
Universitas Sumatera Utara
6. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran

dan arahan dalam perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

7. Putri Citra Cinta Asyura Nst, SKM, MPH, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan saran dan arahan dalam perbaikan dan penyempurnaan skripsi

ini.

8. Siti Khadijah, Nst, SKM, M. Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik

selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh dosen dan staf pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat terutama

Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

10. Kepala Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru dr. Ervina Sari Dalimunthe yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah

Kerja Puskesmas Hutaimbaru.

11. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua

tersayang, Ayahanda Kali Ahmad Siregar dan Ibunda Maisaroh Hutasuhut,

yang senantiasa selalu memberi doa, kasih sayang, cinta dan perhatian,

dukungan dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis.

12. Kepada abang penulis Saidal Amin Siregar S. Pd. I, Abdul Malik, Mhd Sajali

dan adik penulis Supriadi dan Roni Rahmad yang selalu mendukung dan

memberikan semangat dan doa kepada penulis.

13. Keluarga dan kerabat khususnya kepada Nenek, Nantulang Hani, Kak Fitri,

Kak Maya dan Fauziah Harahap yang senantiasa memberikan do’a serta

dukungan semangat kepada penulis.

vi
Universitas Sumatera Utara
14. Sahabat-sahabat tersayang, Depri Apsari, Afrida Sari, Nurul Andini dan

Hapni Khairani Harahap, yang selalu setia menemani penulis serta selalu

memberikan dukungan, saran, motivasi, perhatian dan sayang kepada penulis.

15. Teman-teman PBL di Desa Naga Kisar yaitu Asrina, Mona, Lastiar Nelvi,

Mona dan Toper dan teman-teman LKP di Rumah Sakit Haji yaitu Intan,

Widya, Nisya, Cindy, Anggi, Balqis, Kelsa dan Icha yang selalu memberikan

doa dan semangat kepada penulis.

16. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis, yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk perbaikan lebih baik bagi skripsi ini. Akhir kata semoga Allah SWT

senantiasa melimpahkan karunia-nya kepada kita dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi yang membacanya serta menjadi referensi bagi pengetahuan.

Medan, Januari 2018

Penulis

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.4 Hipotesis .................................................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10
2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat ................................................................... 10
2.1.1 Pengertian ..................................................................................... 10
2.1.2 Fungsi Puskesmas ......................................................................... 11
2.1.3 Upaya Puskesmas ......................................................................... 11
2.1.4 Wewenang Puskesmas ................................................................... 13
2.2 Pelayanan Kesehatan ............................................................................... 14
2.2.1 Pengertian ..................................................................................... 14
2.2.2 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ............................................... 15
2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ......................................................... 17
2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
kesehatan ....................................................................................... 17
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pelayanan Kesehatan ... 22
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan....................................................................................... 23
2.3.4 Persepsi dan Konsep Sehat – Sakit ................................................ 26
2.3.5 Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan ...................................... 28
2.3.6 Tujuan Penggunaan Pelayanan Kesehatan .................................... 29
2.3.7 Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan ..................................... 29
2.4 Kerangka Konsep ..................................................................................... 36

viii
Universitas Sumatera Utara
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 37
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 37
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 37
3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 39
3.5 Variabel dan Definisi Operasional .......................................................... 39
3.6 Metode Pengukuran ................................................................................ 40
3.7 Metode Analisis Data .............................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 43
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 43
4.2 Analisis Univariat ................................................................................... 44
4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas ................................. 44
4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi ................ 45
4.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ........................ 46
4.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan...................... 46
4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Kemampuan ............... 48
4.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan .. 48
4.2.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Aksesibilitas ..................... 50
4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Kebutuhan .................. 51
4.2.4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan............ 51
4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas ....... 53
4.3 Analisis Uji Bivariat ............................................................................... 54
4.3.1 Tabulasi Silang dan Hasil Uji Statistik .......................................... 54
4.3.1.1 Hubungan Antara Pendidikan dan Pemanfaatan Puskesmas .... 54
4.3.1.2 Hubungan Antara Pengetahuan dan Pemanfaatan
Puskesmas ................................................................................. 55
4.3.1.3 Hubungan Antara Sikap Tenaga Kesehatan dan
Pemanfaatan Puskesmas ........................................................... 55
4.3.1.4 Hubungan Antara Aksesibilitas dan Pemanfaatan
Puskesmas ................................................................................. 56
4.3.1.5 Hubungan Antara Kondisi kesehatan dan
Pemanfaatan Puskesmas ........................................................... 57
4.3.2 Ringkasan Hasil Uji Statistik Chi-Square ..................................... 57
4.4 Analisis Multivariat ................................................................................ 58
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 60
5.1 Pemanfaatan Puskesmas Oleh Masyarakat Di Wilayah Kerja
Puskesmas Hutaimbaru ........................................................................... 61
5.2 Pengaruh Faktor Peredisposisi Terhadap Pemanfaatan Puskesmas ......... 61
5.2.1 Pengaruh Variabel Pendidikan Terhadap Pemanfaatan
Puskesmas ..................................................................................... 61
5.2.2 Pengaruh Variabel Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan
Puskesmas ...................................................................................... 63
5.3 Pengaruh Faktor Kemampuan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas ......... 64

ix
Universitas Sumatera Utara
5.3.1 Pengaruh Sikap Tenaga Kesehatan Terhadap Pemanfaatan
Puskesmas ...................................................................................... 64
5.3.2 Pengaruh Aksesibilitas Terhadap Pemanfaatan Puskesmas .......... 66
5.4 Pengaruh Faktor Kebutuhan Terhadap Pemasnfaatan Puskesmas ........... 68
5.4.1 Pengaruh Variabel Kondisi Kesehatan Terhadap
Pemanfaatan Puskesmas ................................................................ 68

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 71


6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 71
6.2 Saran ......................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 73
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Sampel Menurut Populasi....................................................38

Tabel 3.2 Metode Pengukuran..............................................................................41

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru...........44

Tabel 4.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru Distribusi......................44

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Identitas.........................................................45

Tabel 4.4 Distibusi Responden Berdasarkan Pendidikan......................................46

Tabel 4.5 Distibusi Responden Berdasarkan Pengetahuan...................................47

Tabel 4.6 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan......................................47

Tabel 4.7 Distibusi Responden Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan................49

Tabel 4.8 Distribusi Kategori Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan..................49

Tabel 4.9 Distibusi Responden Berdasarkan Aksesibilitas...................................50

Tabel 4.10 Distribusi Kategori Berdasarkan Aksesibilitas...................................51

Tabel 4.11 Distibusi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan.......................52

Tabel 4.12 Distribusi Kategori Berdasarkan Kondisi Kesehatan..........................53

Tabel 4.13 Distibusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas..............53

Tabel 4.14 Distribusi Kategori Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas.................53

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Pemanfaatan........................54

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dan Pemanfaatan......................55

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Antara sikap tenaga kesehatan dan Pemanfaatan . 56

Tabel 4.18 Tabulasi Silang Antara Aksesibilitas dan Pemanfaatan......................57

Tabel 4.19 Tabulasi Silang Antara Kondisi Kesehatan dan Pemanfaatan............57

Tabel 4.21 Hasil Uji Regresi Logistik...................................................................59

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Konsep Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan........................20


Gambar 2.2 Ilustrasi Model Sistem Kesehatan...................................................32
Gambar 2.3 Ilustrasi Teory Model Kepercayaan Kesehatan..............................34
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian...........................................................36

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Master Tabel
Lampiran 3 Output Hasil Penelitian
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 6 Peta Lokasi Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

xiii

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nur Hamiah Siregar, lahir pada tanggal 10 April 1995

di Hutapadang, beragama Islam, anak keempat dari pasangan Kali Ahmad Siregar

dan Maisaroh Hutasuhut. Alamat penulis di Desa Hutapadang Kecamatan

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri

200407 Kota Padangsidimpuan (2001-2007), SMP Negeri 7 Kota

Padangsidimpuan (2007-2010), SMA Negeri 6 Kota Padangsidimpuan (2010-

2013), dan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (2013-

2017).

xiv

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat Indonesia saat ini masih

sangat rendah, hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang diantaranya adalah

masyarakat belum memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal, termasuk

pelayanan kesehatan di Puskesmas. Puskesmas merupakan salah satu jenis

fasilitas pelayanan kesehatan yang diprioritaskan untuk mendukung pembangunan

kesehatan masyarakat. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No 75, 2014).

Salah satu upaya pemerintah dalam rangka memeratakan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat adalah dengan penyediaan beberapa fasilitas

kesehatan terutama puskesmas dan puskesmas pembantu, penyediaan obat,

penyediaan tenaga medis dan pencegahan penyakit menular, yang dapat

menjangkau segala lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil (Riskesdas,

2013).

Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember 2016 sebanyak

9.754 unit, yang terdiri dari 3.396 unit Puskesmas rawat inap dan 6.368 unit

Puskesmas non rawat inap. Sejak tahun 2011 jumlah puskesmas semakin

Universitas Sumatera Utara


2

meningkat, yaitu sebanyak 9.321 unit menjadi 9.754 unit pada tahun 2015. Namun

demikian, peningkatan jumlah puskesmas tidak secara langsung menggambarkan

pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar di suatu wilayah. Pemenuhan

kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dilihat secara umum oleh indikator

rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap 30.000

penduduk cenderung meningkat pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013,

namun menurun pada tahun 2014 sebesar 1,16 dan tahun 2015 sebesar 1.15. hal

ini disebabkan laju pertambahan jumlah puskesmas lebih rendah dibandingkan

laju pertumbuhan penduduk (Kemenkes RI, 2016)

Di Provinsi Sumatera Utara jumlah puskesmas selama tahun 2011-2015,

dari 542 unit pada tahun 2011 menjadi 571 unit pada tahun 2015, hal ini terjadi

karena kebutuhan daerah dan adanya pemekaran kabupaten/kota. Jumlah

Puskesmas perawatan mengalami peningkatan dari 155 unit menjadi 176 unit,

puskesmas non perawatan meningkat dari 371 menjadi 394 unit, puskesmas

pembantu mengalami peningkatan dari 1.819 unit menjadi 1.927, dan puskesmas

keliling mengalami kenaikan dari 391 unit menjadi 444 unit pada tahun 2015

(Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2016).

Pembangunan puskesmas disetiap kecamatan di Provinsi Sumatera Utara

memiliki paling sedikit 1 (satu) puskesmas. Bila dibandingkan dengan jumlah

penduduk Sumatera Utara 3.766.851 jiwa, maka 1 puskesmas melayani 24.152

jiwa, bila dibanding dengan standar nasional satu puskesmas melayani 25.000

jiwa, berarti pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mampu menyediakan

Universitas Sumatera Utara


sarana pelayanan kesehatan khususnya puskesmas yang sesuai standar nasional

(Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2016).

Meskipun sarana pelayanan kesehatan kesehatan dasar telah terdapat di

setiap kecamatan dan ditunjang beberapa puskesmas pembantu namun rata-rata

penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas hanya 20,52%

penduduk baik itu di puskesmas induk maupun puskesmas pembantu (Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2016).

Masyarakat yang mengalami keluhan kesehatan lebih memilih mengobati

sendiri dari pada berobat jalan ke berbagai fasilitas kesehatan (Rumah Sakit,

Puskesmas, praktik pribadi), diantaranya 89,18% menggunakan obat modern,

2,79% menggunakan obat tradisional dan 8,24% menggunakan obat lainnya. Bila

dilihat dari tempat berobat yang dikunjungi oleh masyarakat yang memilih

berobat jalan diketahui bahwa jumlah masyarakat Sumatera Utara yang

mengunjungi praktik tenaga kesehatan dan dokter untuk mendapatkan pengobatan

lebih dominan daripada ke Puskesmas/Rumah Sakit milik pemerintah. Dapat

dilihat persentase secara berurutan mulai dari yang tertinggi adalah sebagai

berikut; praktik bidan 35,5%, puskesmas/pustu 25,2%, praktik dokter 18,7%,

rumah sakit swasta 7,7%, rumah sakit pemerintah 4,6%, praktik pengobatan

tradisional 4,9% dan dukun 0,3% lainnya 3,1% (Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara, 2016).

Jumlah puskesmas di Kota Padangsidimpuan sebanyak 9 unit dengan

rincian 1 unit puskesmas rawat inap dan 8 unit puskesmas non rawat inap.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2016,


pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas oleh masyarakat di wilayah Kota

Padangsidimpuan hanya 39% sedangkan 61% lainnya mencari pelayanan

kesehatan ke sarana kesehatan lainnya.

Puskesmas Hutaimbaru merupakan puskesmas non rawat inap yang

terletak di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Provinsi Sumatera

Utara. Jarak Puskesmas Hutaimbaru dengan Pusat pemerintahan Kota

Padangsidimpuan sekitar 6,6 km dan dari pusat pemerintahan Provinsi Sumatera

Utara sekitar 408,9 km. Puskesmas Hutaimbaru memiliki tenaga kerja berjumlah

54 orang dengan rincian berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 41 orang,

pegawai tidak tetap (PTT) sebanyak 11 orang dan TKS sebanyak 3 orang. Jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru sebanyak 16.166 jiwayang

tersebar di sepuluh desa/kelurahan. Fasilistas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

yang berada disekitar wilayah kerja puskesmas ada 3 praktek dokter dan 13

praktek bidan swasta (Puskesmas Hutaimbaru, 2016).

Angka kesakitan di Kota Padangsidimpuan cukup tinggi yaitu sebesar 26%

penduduk yang mengalami keluhan kesehatan. Sehubungan dengan hal itu, jika

dilihat dari cakupan kunjungan pasien yang berobat ke Puskesmas Hutaimbaru

tergolong masih kurang dimanfaatkan, karena pada tahun 2016 hanya sebanyak

12% masyarakat yang melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan di

Puskesmas Hutaimbaru. Berdasarkan laporan kegiatan Puskesmas Hutaimbaru

tahun 2017 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan pasien sebesar 7,4% pada

Januari, 6,9% pada Februari, 6,4% pada Maret, 3,7% pada April, 6,4% pada Mei

dan 5,4% pada Juni (Profil Puskesmas Hutaimbaru, 2015).


Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada Juni 2017 di

Puskesmas Hutaimbaru diketahui bahwa lokasi puskesmas terletak cukup jauh

dari pemukiman penduduk. Lokasi Puskesmas Hutaimbaru dapat dijangkau

dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, namun untuk kendaraan umum

jarang sekali dilewati. Kondisi jalannya juga tidak seluruhnya baik dan sebagian

masyarakat merasa cukup jauh untuk ditempuh.Tingkat pendidikan masyarakat di

Kecamatan Hutaimbaru cukup rendah, rata-rata masih tamatan SD dan SMP.

Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani.Di wilayah kerja Puskesmas

Hutaimbaru terdapat sarana pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan

swasta, praktek dokter dan praktek bidan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru pada bulan Juni 2017

diketahui bahwa rendahnya minat masyarakat dalam memanfaatkan Puskesmas

Hutaimbaru karena sebagian besar masayarakat kurang mengetahui pelayanan

kesehatan yang terdapat di Puskesmas Hutaimbaru, masyarakat juga belum

mengetahui bahwa Puskesmas Hutaimbaru buka setiap hari selama 24 jam.

Masyarakat lebih mengutamakan untuk melakukan pengobatan sendiri jika

mengalami gangguan kesehatan seperti mengkonsumsi obat-obatan yang ada di

warung. Masyarakat juga lebih mengutamakan memanfaatkan pelayanan

kesehatan lain seperti praktek-praktek dokter dan bidan dengan alasan kalau

berobat ke puskesmas jauh dan obat dari puskesmas tidak terjamin karena sudah

mendekati tanggal kadaluarsa serta respon obatnya cukup lama. Beberapa

masyarakat juga mengaku bahwa akan datang ke puskesmas karena kondisi


kesehatannya tidak kunjung sembuh dan semakin parah setelah melakukan

pengobatan sendiri. Selain faktor-faktor tersebut, masyarakat yang diwawancarai

juga menyatakan bahwa mereka harus menunggu lama untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan karena petugas tidak berada di tempat walaupun berkunjung

pada waktu jam kerja puskesmas.

Penelitian Rambe (2015) menunjukkan bahwa variabel pengetahuan,

sikap, persepsi, keterjangkauan dan sikap petugas ada hubungannya terhadap

pemanfaatan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Variabel sikap petugas

puskesmas merupakan model terbaik untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan

rawat jalan di puskesmas.

Hasil penelitian Fadhilah (2016) tentang determinan pemanfaatan

pelayanan kesehatan, mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan, kepercayaan

kesehatan, dan sikap tenaga kesehatan memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan

puskesmas oleh masyarakat di Kabupaten Solok.

Penelitian Rusdin (2015) mengemukakan bahwa faktor pendidikan dan

ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang paling dominan terhadap

pemanfaatan puskesmas, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat

maka semakin besar minat untuk memanfaatkan puskesmas, dan semakin baik

kondisi fasilitas kesehatan maka semakin besar pula minat untuk memanfaatkan

puskesmas.

Penelitian Ambarita (2015) mengemukakan bahwa faktor keterjangkauan

masih menjadi masalah sebagian besar masyarakat untuk memanfaatkan

puskesmas, dikarenakan 82,2% responden berada pada kategori sulit untuk


menjangkau puskesmas, dimana sebagian besar responden mengatakan letak

puskesmas belum strategis dengan tempat permukiman, letak puskesmas terlalu

jauh dari tempat tinggalnya, mengalami kesulitan ke puskesmas karena

transportasi, dan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas butuh

biaya yang cukup mahal.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat

di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun

2017.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan diatas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana determinan

pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2017, dilihat dari pengetahuan

responden, pendidikan, sikap petugas kesehatan, aksessibilitas (jarak tempuh,

biaya dan transportasi), kondisi kesehatan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui determinan pemanfataan pelayanan kesehatan puskesmas oleh

masyarakatdi wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan tahun 2017.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan

puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan tahun 2017.

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap petugas kesehatan terhadap pemanfaatan

pelayanan puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru

Kota Padangsidimpuan tahun 2017.

3. Untuk mengetahui pengaruh aksessibilitas (jarak tempuh, biaya dan

transportasi) terhadap pemanfaatan pelayanan puskesmas di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2017.

4. Untuk mengetahui pengaruh kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan

pelayanan puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru

Kota Padangsidimpuan tahun 2017.

1.4 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, hipotesis yang ingin diajukan dalam

penelitian ini adalah adanya pengaruh faktor pendidikan, pengetahuan,

aksesibilitas (jarak tempuh, biaya, transportasi), kondisi kesehatandan sikap

petugas kesehatan terhadap pemanfatan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan

mengenai sejauh mana pemanfatan pelayanan kesehatan di puskesmas,


khususnya di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi kepala Puskesmas Kecamatan

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

3. Sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu kesehatan masyarakat

terutama di bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

4. Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat

2.1.1 Pengertian

Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (Permenkes RI No 75

Tahun 2014).

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan

untuk mewujudkan masyarakat yang :

a. Memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.

c. Hidup dalam lingkungan yang sehat.

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan

terdepan, kehadirannya di tengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai

pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat komunikasi

masyarakat. Di samping itu, keberadaan Puskesmas di suatu wilayah

dimanfaatkan sebagai upaya-upaya pembaharuan (inovasi) baik di bidang

10

Universitas Sumatera Utara


11

kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan lainnya bagi kehidupan

masyarakat sekitar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Oleh karena itu keberadaan Puskesmas dapat dapat diumpamakan sebagai agen

perubahan di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul gerakan-

gerakan upaya kesehatan masyarakat yang bersumber pada masyarakat

(Kemenkes RI, 2016).

2.1.2 Fungsi Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas

sebagaimana simaksud dalam Permenkes RI No 75 tahun 2014 puskesmas

melaksanakan fungsi :

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

c. Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

2.1.3 Upaya Puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni

terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional

merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut

dikelompokkan menjadi dua yakni :

1. Upaya Kesehatan Masayarakat (UKM)

Universitas Sumatera Utara


Upaya kesehatan masyarakat essensial harus diselenggarakan oleh setiap

puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal

Kabupaten/Kota bidang kesehatan, yaitu :

1. Pelayanan Promosi Kesehatan

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB

4. Pelayanan Gizi, dan

5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

a. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan

masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/

atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, yang disesuaikan

dengan prioritas masalah kesehatan, khususnya wilayah kerja dan potensi

sumber daya yang tersedia di masing-masing puskesmas.

2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dilaksanakan sesuaikan

dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan yang meliputi :

a. pelayanan kesehatan

b. Pelayanan Gawat Darurat

c. Pelayanan satu hari (one day care)

d. Home care, dan

e. Pelayanan Rawat Inap

Untuk melaksanakan upaya kesehatan, puskesmas juga harus

menyelenggarakan manajemen puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan


keperawatan kesehatan masyarakat dan pelayanan laboratorium (Permenkes RI,

2014).

2.1.4 Wewenang Puskesmas

Dalam menyelenggarakan fungsi Puskesmas yaitu menyelenggarakan

UKM tingkat pertama diwilayah kerjanya, Puskesmas berwewenang untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat pengembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan

upaya kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses mutu, dan

cakupan Pelayanan Kesehatan.

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

Dalam menyelenggarakan fungsi Puskesmas yaitu menyelenggarakan

UKP tingkat pertama diwilayah kerjanya, Puskesmas berwewenang untuk :


a. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif.

c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan

keselamatan pasien, petugas dan pengunjung..

e. Melaksanakan rekam medis.

f. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan akses

Pelayanan Kesehatan.

g. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.

h. Mengkordinasiakan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi media dan Sistem

Rujukan.

2.2 Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Pengertian

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat

(UU No 36 Tahun 2009).


Bentuk dan jenis pelyanan kesehatan ditentukan oleh (Azwar, 2010):

1. Pengorganisasian pelayanan,apakah dilaksanakan sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi.

2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencangkup kegiatan pemeliharaan

kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan

penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya.

3. Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk perorangan, keluarga, kelompok

ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan.

Adapun bentuk dan jenis pelayanan kesehatan menurut Hodgetts dan

Cascio (1983) dalam Azwar (2010) adalah :

a. Pelayanan Kedokteran

Pelayanan kedokteran (medical services) bertujuan untuk menyembuhkan

penyakit ataupun memulihkan kesehatan dimana yang menjadi sasaran

utamanya adalah individu dan keluarga. Pelayanan kedokteran dapat

dilaksanakan secara mandiri maupun bersama-sama dalam suatu organisasi.

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) bertujuan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta upaya pencegahan penyakit.

Sasaran utama adalah kelompok dan masyarakat. Biasanya pelayanan

dilaksanakan secara secara bersama-sama dalam suatu organisasi

2.2.2 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Syarat pokok yang harus dimiliki pelayanan kesehatan yang baik menurut

pendapat Azwar (2010) adalah sebagai berikut :


1. Tersedia dan berkesinambungan (available and continiuos)

Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat harus tersedia,

tidak sulit ditemukan dan sedia setiap saat masyarakat membutuhkannya.

Prinsip ketersediaan dan kesinambungan (available and continous).

2. Dapat diterima dan wajar (acceptable and appropriate)

Pelayanan kesehatan dapat diterima dan sifatnya wajar (appropriate) sehingga

tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat yaitu adat

istiadat maupun kebudayaan setempat.

3. Mudah dicapai (accessible)

Lokasi pelayanan kesehatan seharusnya mudah dicapai (accessible) sehingga

dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik dan merata.

4. Mudah dijangkau (affordable)

Pelayanan kesehatan sebaiknya mudah dijangkau (affordable) olehmasyarakat

terutama dari segi biayanya. Sehingga sangat pentingmengupayakan biaya

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuanekonomi masyarakat.

Biaya pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan standar ekonomi

masyarakat tidak mampu memberikan pelayanan yangmerata dan hanya dapat

dinikmati oleh sebagian masyarakat saja.

5. Bermutu (quality)

Mutu (quality) adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yang mana pelayanan kesehatan

diharapkan dapat memuaskan para pengguna jasa dan dari segi


penyelenggaraannya harus sesuai dengan kode etik dan standar yang telah

ditetapkan.

2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat hubungannya dengan kapan

seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektifitas

pelayanan tersebut. Bila berbicara kapan memerlukan pelayanan kesehatan,

umumnya semua orang akan menjawab bila merasa adanya gangguan pada

kesehatan (sakit). Seseorang tidak pernah akan tahu kapan sakit, dan tidak

seorangpun dapat menjawab dengan pasti. Hal ini memberi informasi bagi

konsumen pelayanan kesehatan selalu dihadapkan dengan masalah ketidakpastian

(Azwar, 2010).

Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan menurut

(Permenkes, 2010) dapat disebabkan oleh :

1. Jarak yang jauh (faktor geografi).

2. Tidak tahu adanya suatu kemanpuan fasilitas (faktor informasi).

3. Biaya yang tidak terjangkau (ekonomi faktor).

4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya).

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Keputusan seseorang untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak terlepas dari

faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor

yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan Teori Lawrence

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010), yang dibedakan dalam tiga

faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar

atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan,

sikap, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi

seseorang atau kelompok untuk bertindak.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang

memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam

faktor pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas.

Seperti tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat alat kontrasepsi,

keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada

tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

Seseorang akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan sarana

pelayanan kesehatan berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang

memengaruhinya. Proses penggunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh

masyarakat atau konsumen selanjutnya dijelaskan oleh Anderson dalam

Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam

menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan tergantung pada :


1. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristic)

Karakteristik predisposisi menggambarkan fakta bahwa individu mempunyai

kecenderungan untuk menggunakan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan

yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat dibagi ke dalam 3

kelompok yakni :

a. Ciri-ciri demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah

anggota keluarga.

b. Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, agama,

kesukuan.

c. Sikap dan keyakinan individu terhadap pelayanan kesehatan.

2. Karakteristik pendukung (enabling characteristic)

a. Sumber daya keluarga (family resources) meliputi penghasilan keluarga,

kemampuan membeli jasa pelayanan.

b. Sumber daya masyarakat (community resources) meliputi jumlah sarana

pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dengan

tenaga kesehatan dan lokasi sarana, ketercapaian pelayanan dan sumber

yang ada didalam masyarakat.

3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristic)

Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu ada.

Karakteristik kebutuhan itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 kategori yakni:

a. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need), yaitu keadaan kesehatan

yang dirasakan.
b. Evaluate clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit

didasarkan oleh penilaian petugas.

Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut

Anderson (1995) dalam Notoatmodjo (2010), digambarkan sebagai berikut :

Faktor predisposisi Faktor pemungkin Kebutuhan

Demografi : Umur, Jenis kelamin, Status perkawinan, Penyakit masa lalu

Struktur sosial :
Pendidikan, Ras, Pekerjaan, Besar Keluarga,Agama

Keluarga : Pendapatan, dukungan, asuransi kesehatan

Keyakinan : persepsi, sikap, dan pengetahuan

Komunitas/ masyarakat:
Tingkat rasa sakit: Ketidakmampuan, Gejala penyakit, Diagnosa, Keadaan umum
informasi, tersedianya fasilitas
dan petugas kesehatan,
lokasi/jarak, transportasi, biaya pelayanan

Evaluasi : Gejala- gejala, Diagnosis- diagnosis

Gambar 2.1 Skema Konsep Pemanfaatan Kesehatan Menurut Anderson

Cumming dalam Notoatmodjo (2010), mengungkapkan suatu kategori

variabel utama yang muncul dari analisa terhadap model-model yang terdahulu

bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh : (1). Hal-hal yang


menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan, seperti kemampuan

individu membayar biaya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan, kesadaran

mereka untuk menggunakan pelayanan kesehatan, dan tersedianya fasilitas


pelayanan kesehatan; (2). Hal-hal yang menyangkut sikap individu terhadap

pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan terhadap manfaat pengobatan, dan

kualitas pelayanan yang tersedia; (3). Hal-hal yang menyangkut ancaman penyakit

seperti persepsi individu terhadap gejala-gejala penyakit dan kepercayaan

terhadap gangguan serta akibat-akibat penyakit tersebut; (4). Hal-hal yang

berkaitan dengan pengetahuan tentang penyakit; (5). Hal-hal yang berkaitan

dengan interaksi sosial individu, norma sosial dan struktur sosial, dan (6). Hal-hal

yang berkaitan dengan karakteristik demografi (status sosial, penghasilan).

Model penggunaan pelayanan kesehatan yang sering dipakai adalah Health

Belief Model dicetuskan oleh Becker dalam Notoatmodjo (2010), yaitu model

kepercayaan kesehatan menjelaskan kesiapan individu dalam memahami perilaku

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Ada 4 (empat) variabel yang terlibat dalam

tindakan tersebut yaitu:

a. Perceived seriousness (keseriusan yang dirasakan), yaitu persepsi

seseorang terhadap keseriusan dari penyakit yang didasarkan pada

penilaian terhadap kerusakan yang ditimbulkan penyakit tertentu.

b. Perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan), yaitu kepekaan

seseorang terhadap penyakit, agar seseorang bertindak untuk mengobati

atau mencegah penyakitnya, maka dia harus merasakan bahwa dia rentan

atau peka terhadap penyakit tersebut.

c. Perceived benefits (manfaat yang dirasakan), yaitu persepsi seseorang

terhadap manfaat yang diperoleh apabila mengambil tindakan untuk

mengobati atau mencegah penyakit.


d. Perceived barriers (hambatan-hambatan yang dirasakan), yaitu persepsi

seseorang terhadap hambatan-hambatan dalam bertindak untuk mengobati

atau mencegah penyakit, dapat berupa keadaan yang tidak menyenangkan

atau rasa sakit yang ditimbulkan pada perawatan. Disamping itu hambatan

dapat berupa biaya baik bersifat monetary cost yaitu biaya pengobatan

ataupun time cost (waktu menunggu diruang tunggu, atau waktu yang

digunakan selama perawatan dan waktu yang digunakan ke tempat

pelayanan kesehatan), serta kualitas pelayanan yang diberikan.

Faktor-faktor yang menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan

kesehatan, seperti kemampuan individu membayar biaya pelayanan dan

pemeliharaan kesehatan, kesadaran mereka untuk menggunakan pelayanan

kesehatan, dan tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan harus diperhatikan. Hal-

hal yang menyangkut sikap individu terhadap pelayanan kesehatan, seperti

kepercayaan terhadap manfaat pengobatan, dan kepercayaan terhadap kualitas

pelayanan yang tersedia. Hal-hal yang menyangkut ancaman penyakit seperti

persepsi individu terhadap gejala-gejala penyakit tersebut. Hal-hal yang berkaitan

dengan pengetahuan tentang penyakit. Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi

sosial individu, norma sosial dan struktur sosial, dan hal-hal yang berkaitan

dengan karakteristik demografi (status sosial, penghasilan dan pendidikan).

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pelayanan Kesehatan

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan pelayanan

kesehatan telah digolongkan oleh Notoadmodjo (2010) dalam beberapa model,

yaitu:
a. Model Demografi (Demografi Model)

Variabel yang digunakan dalam model ini adalah : umur, jenis kelamin,

status perkawinan dan besarnya keluarga. Perbedaan akan derajat kesehatan,

derajat kesekitan dan tingkat penggunaan pelayanan kesehatan diasumsikan akan

berhubungan dengan seluruh variabel tersebut. Variabel yang digunakan dalam

model ini adalah variabel yang berasal dari dalam individu sendiri yang secara

langsung akan mempengaruhi kebutuhan seseorang.

b. Model Struktur Sosial (Social Struktur Model)

Variabel yang digunakan dalam model ini adalah : pendidikan, pekerjaan

dan suku bangsa atau etnis. Penggunaan pelayanan kesehatan adalah suatu aspek

gaya hidup (life style) seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial

fisikologisnya. Seseorang yang sedang sakit perut (diare) mencari pengobatan

dengan cara tradisional (memakan daun sirih atau bawang dengan minyak). Sesuai

dengan kebiasaan yang ada di desa tersebut sedangkan orang lain yang memiliki

latar belakang pendidikan SLTA juga menderita diare merasakan membutuhkan

pertolongan dokter dan langsung pergi kedokter untuk mendapatkan pertolongan.

Sehingga latar belakang sosial seseorang sangat berpengaruh pada kebutuhan

seseorang dan pada akhirnya mempengaruhi juga tingkat penggunaan pelayanan

kesehatan.

2.3.3 Faktor yang Dapat Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Beberapa faktor-faktor yang dapat memepengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan telah digolongkan oleh Donabedian dalam Notoadmodjo

(2012), yaitu:
1. Faktor Sosiokultural

a. Teknologi

Kemajuan teknologi dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan,

dimana kemajuan dibidang teknologi disatu sisi dapat meningkatkan

pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti transplantasi organ, penemuan

organ artifisial, serta kemajuan dibidang radiologi. Sedangkan disisi lain

kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,

sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai vaksin untuk pencegahan

penyakit menular akan mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan.

b. Norma dan nilai yang ada di masyarakat.

Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi

seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan

kesehatan.

2. Faktor Organisasional

a. Ketersediaan Sumberdaya

Suatu sumber daya tersedia apabila sumber daya itu ada atau bisa didapat,

tanpa mempertimbangkan sulit ataupun mudahnya penggunaannya. Suatu

pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.

b. Akses Geografis

Akses geografis dimaksudkan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan

tempat yang memfasilitasinya atau menghambat pemanfaatan, ini ada

hubungan antara lokasi suplai dan lokasi klien, yang dapat diukur dengan

jarak waktu tempuh, atau biaya tempuh. Hubungan antara akses geografis dan
volume dari pelayanan tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya

yang ada. Peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu

tempuh ataupun biaya tempuh mungkin mengakibatkan peningkatan pelayanan

yang berhubungan dengan keluhan-keluhan ringan. Dengan kata lain, pemakaian

pelayanan preventif lebih banyak dihubungkan dengan akses geografis dari pada

pemakaian pelayanan kuratif sebagai mana pemanfaatan pelayanan umum bila

dibandingkan dengan pelayanan spesialis. Semakin hebat suatu penyakit atau

keluhan, dan semakin canggih atau semakin khusus sumber daya dari pelayanan,

semakin berkurang pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses

geografis dan volume pemanfaatan pelayanan.

c. Akses Sosial

Akses sosial terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan terjangkau.

Dapat diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial dan faktor budaya,

sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Konsumen

memperhitungkan sikap dan karakteristik yang ada pada provider seperti

etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan.

d. Karakteristik dari stuktur perawatan dan proses

Praktek pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter tunggal,

praktek dokter bersama, grup praktek dokter spesialis atau yang lainnya

membuat pola pemanfaatan yang berbeda.

3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan

provider (penyedia pelayanan). Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang


dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan pengunaan atau

permintaan terhadap pelayanan kesehatan.

Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan

diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) ini

dipengaruhi oleh:

a. Faktor sosiodemografis yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku

bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga, dan status sosial ekonomi

(pendidikan, pekerjaan, penghasilan).

b. Faktor sosiopsikologis terdiri dari persepsi, dan kepercayaan terhadap

pelayanan medis atau dokter.

4. Faktor yang berhubungan dengan produsen.

Faktor yang berhubungan dengan produsen, yaitu faktor ekonomi konsumen

tidak sepenuhnya memiliki referensi yang cukup akan pelayanan yang

diterima, sehingga mereka menyerahkan hal ini sepenuhnya ketangan

provider. Karakteristik provider, yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap

petugas, serta fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan yang

bersangkutan.

2.3.4 Persepsi dan Konsep Sehat – Sakit

Notoatmodjo (2010) mengungkapkan bahwa persepsi adalah pengalaman

tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan

makna kepada stimulus. Persepsi berbeda dengan sensasi namun keduanya

berhubungan. Sensasi (sense/alat pengindraan) yang menghubungkan alat


organisme/manusia dengan lingkungan. Jadi sensasi merupakan pengalaman

elementer yang segera dan tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis atau

konseptual. Sensasi terjadi setelah seseorang mengalami stimulus melalui indra

sesuai dengan obyeknya. Sedangkan persepsi adalah bagaimana seseorang

memberi arti terhadap stimulus yang diterimanya.

Timbulnya perbedaan konsep sehat-sakit di masyarakat antara

penyelenggara pelayanan kesehatan dan masyarakat adalah berkisar dengan

rasasakit dan penyakit. Penyakit adalah bentuk reaksi biologis terhadap

suatuorganisme, luka atau benda asing yang ditandai dengan perubahan fungsi-

fungsi tubuh sebagai organisme biologis, sedangkan sakit adalah penilaian

individu terhadap penyakit yang dialaminya sehingga hal ini sangat dipengaruhi

oleh feeling/perasaan individu. Misalnya: ada dua orang yang mempunyai

penyakit yang sama namun persepsi antara kedua orang tersebut akan berbeda,

mungkin yang satu akan merasa sakit dan yang satunya lagi tidak merasa dirinya

sakit.

Seseorang yang terkena penyakit secara obyektif organ tubuhnya

mengalami gangguan fungsi namun dia tidak merasa sakit. Sebaliknya, seseorang

dapat merasa sakit jika merasakan sesuatu dalam tubuhnya, namun dari

pemeriksaan klinis tidak ditemukan bukti penyakitnya.

Konsep sehat yang berkembang di masyarakat yakni bila orang dapat

bekerja atau menjalankan rutinitasnya sehari-hari, sedangkan orang sakit adalah

orang yang sudah tidak dapat menjalankan pekerjaannya atau sudah tidak dapat

bangkit dari tempat tidur.


Selama perbedaan konsep sehat sakit tersebut masih ada dan konsep-

konsep ini tidak diluruskan maka pemanfaatan pelayanan kesehatan akan berjalan

dengan lambat. Hal ini juga merupakan pengaruh dari aspek-aspek sosial budaya

yang berkembang di masyarakat, sehingga di masing-masig unit pelayanan

kesehatan komunitas akan berbeda pula penanganannya.

2.3.5 Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Respon anggota masyarakat apabila sakit beragam, Notoatmodjo

menjelaskan dalam Ilmu Perilaku Kesehatan (2010) adalah sebagai berikut:

1. No action (tidak bertindak apa-apa)

Alasan dari tindakan ini adalah kondisi kesehatannya tidak mengganggu

kegiatan/aktivitas sehari-hari mereka. Prioritas tugas/pekerjaan yang lain

lebih penting dari pada mengobati sakitnya. Alasan lain karena letak

fasilitas kesehatan jauh, petugas tidak ramah, takut mahal biayanya, takut

dengan dokter, takut pergi ke rumah sakit dan sebagainya. Keadaan ini

membuktikan bahwa kesehatan belum menjadi prioritas dalam kehidupan

masyarakat.

2. Self treatment atau self medication (tindakan mengobati sendiri)

Alasan bisa sama dengan tindakan no action atau alasan lain karena orang

tersebut percaya kepada diri sendiri berdasarkan pengalaman pengobatan

yang lalu dan berhasil sembuh sehingga tidak perlu mencari pengobatan dari

luar. Contoh tindakan ini adalah: minum obat yang dibeli di

warung/apotik,minum jamu, kerokan dan pijat.

3. Tradisional remedy (mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional)


Masyarakat ferifer khususnya masih sangat kental dengan perilaku ini,

masalah sehat-sakit bersifat budaya daripada gangguan fisik. Pengobatan

dukun yang merupakan bagian dari masyarakat, lebih dekat dengan

masyarakat, pengobatannya merupakan kebudayaan masyarakat sehingga

lebih dapat diterima dari pada dokter, bidan, perawat dan sebagainya.

4. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern (professional)

Fasilitas kesehatan milik pemerintah, swasta, balai pengobatan,

puskesmas,rumah sakit dan dokter praktek merupakan fasilitas pengobatan

modern.

2.3.6 Tujuan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Menurut Anderson dan Newman (1973) dalam Notoatmodjo (2010) tujuan

dari penggunaan pelayanan kesehatan adalah:

1. Menggambarkan hubungan faktor penentu penggunaan pelayanan kesehatan.

2. Perencanaan kebutuhan masa depan/target pelayanan kesehatan.

3. Menentukan adanya ketidakseimbangan pelayanan dari penggunaan

pelayanan kesehatan.

4. Menyarankan cara-cara manipulasi kebijakan yang berhubungan

dengan variabel-variabel untuk memberikan perubahan yang diinginkan

5. Evaluasi program-program pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang baru.

2.3.7 Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor-faktor determinan/penentu dalam penggunaan pelayanan kesehatan

didasarkan pada beberapa kategori antara lain kependudukan, struktur sosial,


psikologi sosial, sumber keluarga, sumber daya masyarakat, organisasi dan

model-model sistem kesehatan.

1. Model sistem kesehatan (Health System Model)

Teori ini dikemukaan oleh Anderson (1974) dalam Muzaham (2007) yang

menggambarkan model sistem kesehatan yang terdiri dari 3 faktor utama yaitu

karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, dan karakteristik kebutuhan.

a. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics)

Fungsi dari karakteristik ini dapat menggambarkan fakta bahwa tiap

individu mempunyai kecendrungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan

yang berbeda-beda. Ciri-ciri individu tersebut digolongkan ke dalam 3

kelompok yaitu:

 Ciri-ciri demografi yaitu jenis kelamin, umur, dan status perkawinan.

 Struktur sosial yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, agama dan

sebagainya.

 Manfaat-manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan

dapat menolong proses penyembuhan penyakit (termasuk stress dan

kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan).


Setiap individu mempunyai perbedaan karakteristik, perbedaan tipe dan
frekuensi penyakit, dan perbedaan pola penggunaan pelayanankesehatan.


Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, perbedaan gaya
hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan

kesehatan.

Individu percaya akan kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.
b. Karakteristik kemampuan (enabling characteristics)

Karakteristik ini menggambarkan kondisi yang memungkinkan orang

memanfaatkan pelayanan kesehatan karena walaupun mempunyai predisposisi

untuk menggunakan pelayanan kesehatan namun tidak akan menggunakannya

kecuali jika ia mampu menggunakannya. Kemampuan tersebut berasal dari

keluarga (misalnya: penghasilan dan simpanan/tabungan, asuransi kesehatan

atau sumber lainnya) dan dari komunitas (misalnya: tersedianya fasilitas dan

tenaga, lamanya menunggu pelayanan serta lama waktu yang digunakan untuk

mencapai fasilitas pelayanan kesehatan tersebut/ lokasi pemukiman). Jadi

penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada konsumer untuk

membayar.

c. Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan enabling dapat terwujud bila hal itu dirasakan

sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk

menggunakan pelayanan kesehatan jika faktor predisposisi dan enabling itu ada.

Kebutuhan dibedakan menjadi 2 karakter yaitu dirasa atau perceived (subyekas

sessment) dan evaluated (clinical diagnosis).

Perceived need dapat diukur dengan perasaan subyektif terhadap

penyakit (misalnya: jumlah hari sakit, gejala-gejala sakit yang dialami dan

laporan tentang keadaan kesehatan umum). Sedangkan evaluated merupakan

evaluasi klinis terhadap penyakit yakni penilaian beratnya penyakit dari dokter

yang merawatmya, biasanya berdasarkan keluhan-keluhan yang mungkin


memerlukan pengobatan dari hasil pemeriksaan dan diagnosa penyakit. Model

ini diilustrasikan pada gambar berikut ini:

Predisposing Enabling Need Health


Services Use

Demography Family Perceived


resources

Social structure Community Evaluated


resources

Health beliefs
Gambar

2.2 Ilustrasi Model Sistem Kesehatan

Hipotesis umum dari teori tersebut menurut Anderson dalam Muzaham

(2007) adalah jumlah pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh suatu keluarga

merupakan karakteristik predisposisi, kemampuan serta kebutuhan keluarga

tersebut atas pelayanan medis. Semua komponen dari model ini mempunyai

peranan tersendiri dalam memahami perbedaan pemanfaatan pelayanan kesehatan,

sedangkan kebutuhan merupakan faktor yang lebih penting dibandingkan

predisposisi maupun kemampuan.

2. Model kepercayaan kesehatan (Helath Belief Model)

Teori yang dikemukakan oleh Lewin dalam Notoatmodjo (2010)

menjelaskan bahwa orang tidak akan menggunakan pelayanan kesehatan medis


jika mereka tidak mempunyai pengetehuan dan juga motivasi yang relevan

tentang kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi individu mengenai ancaman

penyakit dan keyakinannya terhadap nilai manfaat dari tindakan kesehatan. Ada

empat variabel kunci dalam HBM (Health Belief Model) yaitu:


Kerentanan yang dirasakan (perceived suscepbility) menggambarkan seseorang
akan mencari pengobatan atau menggunakan pelayanan kesehatan

jika ia merasa rentan (susceptible) terhadap penyakit. Jadi suatu tindakan

pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah

merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut.


Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness) menggambarkan bahwa
tindakan menggunakan pelayanan kesehatan didorong oleh keseriusan

penyakit yang dialaminya. Contoh, penyakit polio akan dirasakan lebih

serius bila dibandingkan dengan flu, oleh karena itutindakan pencegahan

polio akan lebih banyak dilakukan bila dibandingkan dengan

pencegahan/pengobatan penyakit flu.


Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benefits and
barriers). Jika individu merasa rentan terhadap penyakit-penyakit yang

dianggap serius, maka ia akan melakukan tindakan mencari pelayanan

kesehatan. Tindakan ini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan atau

rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.


Isyarat/tanda-tanda (cues) merupakan pendorong untuk bertindak untuk
mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan

dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa


faktor eksternal. Misalnya berasal dari pesan-pesan di media, melalui

nasehat/anjuran teman atau anggota keluarga dari si sakit.

Model kepercayaan kesehatan diilustrasikan sebagai berikut:

aatau kelompok etnis). Variabel sosial (peer,referencegroups, kepribadian,pengalaman sebelumnya). Variabel struktur (kela

Kecendrungan yang Ancaman yang Manfaat yang dilihat


dilihat (perceived)
dilihat dari pengambilan
Mengenai gejala/
Mengenai tindakan dikurangi
penyakit. Syaratnya
gejala dan biaya (rintangan)
yang dilihat mengenai
penyakit. yang dilihat dari
gejala dan penyakitnya.
pengambilan.

Pendorong (cues) untuk Kemungkinan


bertindak(kampanye mengambil
mediamasa, peringatandari tindakan tepat
dokter/dokter gigi, tulisan untuk perilaku
dalamsurat kabar,majalah). sehat/sakit

Gambar 2.3 Ilustrasi Teory Model Kepercayaan Kesehatan

3. Model jaringan sosial (Social Network Model)

Dalam buku Muzaham (2007) Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan

tentang teori Social Network yang dikemukakan oleh Langlie (1977) yang

merupakan pengembangan dari teori Suchman (1965), mengemukakan kerangka

analisis dengan mengkombinasikan faktor kepercayaan kesehatan dan jaringan


sosial dalam mencari penyebab perilaku penggunaan pelayanan kesehatan.

Langlie memodifikasikan 3 variabel yaitu minat yang besar terhadap kesehatan,

persepsi tentang pengontrolan kesehatan dan sikap terhadap pemberi pelayanan

kesehatan. Ia mengukur variabel jaringan sosial dengan tingkat sosial ekonomi

keluarga, interaksi dengan kerabat dan non kerabat, struktur perkawinan dan

agama yang dianut.

4. Model pengambilan keputusan (Decision Theoretic Model)

Dikemukakan oleh Fabrega (1973) dalam Muzaham (2007), merupakan

hasil pendekatan antropologi yang menitikberatkan pada proses informasi tentang

penyakit dan keputusan pengobatan yang diharapkan seseorang disaat kejadian

penyakit. Model ini dapat digunakan untuk membandingkan nilai serta biaya dari

suatu pengobatan menurut masing-masing kebudayaan yang berbeda. Model

aplikasi lintas budaya ini mengemukakan bahwa seseorang mempunyai 4 sistem

yang berpengaruh pada perilaku sakit, yaitu:

 Sistem biologis, dimana terdapat proses fisiologis dan kimia.

 Sistem sosial, dimana terdapat hubungan dengan individu, kelompok


danlembaga.

 Sistem fenomenoligis, dimana terdapat tingkat kesadaran dan pengertian


masing-masing individu.

 Sistem memori, yaitu pengalaman sakit disertai sikap dan kepercayaan


terhadap kesehatan yang akan mempengaruhi ketiga sistem lainnya.
2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan teoritis diatas, determinan yang berhubungan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan, digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen


Faktor Predisposisi:
Pendidikan


Pengetahuan

Faktor Kemampuan :

 
Sikap tenagakesehatan
Memanfaatkan
 Tidak memanfaatkan
Aksesibilitas (jarak tempuh, biaya, transportasi)

Faktor kebutuhan :
Kondisi kesehatan

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan

pendekatan explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor

yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas oleh

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan. Adapun alasan memilih lokasi ini

berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa cakupan

kunjungan puskesmas oleh masyarakat di wilayah kerja puskesmas masih sangat

rendah (12% kunjungan) dibandingkan dengan rata-rata pemanfaatan puskesmas

yang ada di Kota Padangsidimpuan (18% kunjungan), serta belum pernah

dilakukan penelitian sebelumnya dilokasi ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Juni 2017 sampai dengan Desember 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan. Berdasarkan

37
Universitas Sumatera Utara
38

data dinas kesehatan Kota Padangsidimpuan (2017), diketahui jumlah kepala

keluarga di Kecamatan Hutaimbaru sebesar 3.727 kepala keluarga (KK).

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian jumlah kepala keluarga yang

tinggal diwilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru. Pengambilan sampel dilakukan

dengan simple random sampling, dengan besar sampel yang dihitung dengan

rumus Slovin (Sugiono, 2009), yang di formulasikan sebagai berikut :

2
n=N/(1+N.(e) )
2
n = 3727 / ( 1 + 3727 . ( 0,1) )
n = 99

n=100

dimana : n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Total Populasi

E = Batas Toleransi Error

Jadi jumlah sampel berdasarkan desa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Distribusi Sampel Menurut Populasi


No Desa Populasi (KK) Perhitungan Sampel
1. Partihaman Saroha 180 5

2. Hutaimbaru 790 21

3. Palopat Maria 513 14

4. Sabungan Jae 459 12

5. Lembah Lubuk Manik 403 11

6. Sabungan Sipabangun 395 11

Universitas Sumatera Utara


7. Singali 164 4

8. Hutapadang 327 9

9. Lubuk Raya 280 8

10 Tinjoman 216 5

Jumlah 3.727 100

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer penelitian ini yaitu data yang diperoleh melalui wawancara

langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini diperoleh dari laporan-laporan maupun

dokumen-dokumen dari Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan dan Profil

Puskesmas Hutaimbaru tahun 2017.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Bebas (Independent)

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang

pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Hutaimbaru.

2. Pendidikan adalah jenjang sekolah formal yang pernah dicapai oleh

responden berdasarkan ijazah terakhir yaitu : Pendidikan rendah (tidak

sekolah/tidak tamat SD, tamat SLTP/Mts, tamat SLTA/SMA), Pendidikan

tinggi (tamat D3/PT).


3. Aksesibilitas adalah kemampuan responden untuk menjangkau pelayanan

kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru dalam hal jarak tempuh dan biaya

transportasi.

4. Sikap tenaga kesehatan yaitu tanggapan atau respon yang ditunjukan oleh

tenaga kesehatan selama melayani responden dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru disaat responden datang sampai pulang.

5. Kondisi kesehatan adalah keadaan kesehatan angota keluarga responden yang

diukur dengan perasaan subjektif terhadap penyakit yang didasarkan atas

keluhan-keluhan yang mungkin memerlukan pelayanan kesehatan di

puskesmas.

3.5.2 Variabel Terikat (Dependent)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan puskesmas adalah kegiatan/tindakan yang

dilakukan oleh responden memanfaatkan atau tidak memanfaatakan pelayanan

kesehatan (sehat/sakit) di Puskesmas Hutaimbaru dalam kurun waktu tertentu (1

tahun). Dikatakan memanfaatkan jika responden pernah mengalami sakit dalam satu

tahun terakhir dan berobat ke Puskesmas Hutaimbaru, dan dikatakan tidak

memanfaatkan jika responden pernah mengalami sakit dalam satu tahun terakhir

tetapi tidak berobat ke Puskesmas Hutaimbaru.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap

tenaga kesehatan, aksessibilitas, dan kondisi kesehatan. Skala pengukurannya

secara rinci di tampilkan dalam tabel 3.2 berikut ini:


Tabel 3.2 aspek pengukuran variabel Independen
No Variabel Jl Kategori Kriteria Skor Skala
h jawaban ukur
I Faktor Predisposisi
1 Pengetahuan 8 1. Benar 1. Baik 6-8 Ordinal
0. Salah 2. Buruk 0-5
II Faktor Kemampuan
2 Sikap tenaga kesehatan 6 1. Ya 1. Baik 4-6 Ordinal
0. Tidak 2. Buruk 0-3
3 Aksesibilitas 4 1. Ya 1. Sulit 3-4 Ordinal
0. Tidak 2. Mudah 0-2
III Faktor Kebutuhan
4 Kondisi kesehatan 4 1. Ya 1. Baik 3-4 Ordinal
0. Tidak 2. Buruk 0-2

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah pemanfaatan puskesmas

oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru. Skala

pengukurannya secara rinci ditampilkan dalam tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Dependen

Variabel Jlh Kategori Kriteria Skala


jawaban ukur
Pemanfaatan 2 1. Ya 1. Memanfaatkan Nominal
Puskesmas 0. Tidak 2. Tidak memanfaatkan

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:

a. Analisis Univariat

Untuk menggambarkan secara tunggal variabel penelitian baik dependen

maupun variabel independen yaitu pendidikan, pengetahuan, sikap tenaga

kesehatan, aksesibilitas, kondisi kesehatan dsan pemanfaatan Puskesmas

Hutaimbaru yang dibuat dalam bentuk distribusi frekuensi dan dideskripsikan.


b. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel

independen terhadap pemanfaatan Puskesmas Hutaimbaru dengan menggunakan

Uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan ( α ) = 0,05, dengan kriteria:

1. Ho ditolak jika p<α (0,05) maka terdapat hubungan variabel independen

terhadap variabel dependen.

2. Ho diterima jika p> α (0,05) maka tidak terdapat hubungan variabel

independen terhadap variabel dependen.

c. AnalisisMultivariat

Analisis lanjutan yang menggunakan Uji regresi logistik untuk mengetahui

variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap variabel terikat yang bersifat

dikotomus. Tujuannya adalah untuk mendapatkan model yang paling baik dan

sederhana untuk menentukan determinan pemanfaatan puskesmas.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Hutaimbaru salah satu sarana pelayanan kesehatan yang

terdapat di wilayah Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan. Wilayah

kerja Puskesmas Hutaimbaru terdiri dari 5 Kelurahan dan 5 Desa diantaranya

kelurahan Hutaimbaru, Palopat Maria, Lembah Lubuk Manik, Lubuk Raya,

Sabungan Jae dan desa Partihaman Saroha, Singali, Sabungan Sipabangun,

Tinjoman, Hutapadang.

Secara geografis, luas wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru adalah 703

2
km , terletak di daerah perbukitan dan dataran di lembah. Lokasi Puskesmas

Hutaimbaru dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat,

namun untuk angkutan umum jarang sekali dilewati. Jarak Puskesmas Hutaimbaru

dengan Pusat pemerintahan Kota Padangsidimpuan sekitar 6,6 km dan dari pusat

pemerintahan Provinsi Sumatera Utara sekitar 408,9 km.

Batas wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru adalah:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Angkola JuluSebelah selatan

berbatasan dengan Padangsidimpuan Utara

2. Sebelah barat berbatasan dengan angkola barat Tapsel

3. Sebelah timur berbatasa dengan Kecamatan Angkola Julu

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru berjumlah

16.611 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 8.208 jiwa penduduk berjenis

kelamin laki-laki dan sebanyak 8.403 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan.

Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Universitas Sumatera Utara


43

Universitas Sumatera Utara


44

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru


Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) (%)
1. Laki-laki 8.208 49,4%
2. Perempuan 8.403 50,6%
Jumlah 16.611 100%
Sumber: Profil Puskesmas Hutaimbaru Tahun 2016

Berdasarkan jenis sarana kesehatan yang terdapat diwilayah kerja

Puskesmas Hutaimbaru, terdapat 1 puskesmas dengan 3 puskesmas pembantu

(Pustu lembah lubuk manik, Pustu hutapadang dan Pustu sabungan Sipabangun).

Untuk pelayanan kesehatan swasta di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru

terdapat 3 praktek dokter dan dan 19 praktek bidan swasta.

Berdasarkan jenis tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas

Hutaimbaru terdapat 41 orang tenaga kesehatan. Secara rinci dapat dilihat pada

tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru


No Tenaga kesehatan Jumlah (Jiwa)
1. Dokter umum 2
2. Perawat 11
3. Perawat gigi 1
4. Bidan 20
5. Tenaga farmasi 3
6. Gizi 1
7. Analis kesehatan 1
8 Kesehatan masyarakat 2
Sumber: Profil Puskesmas Hutaimbaru tahun 2016

4.2 Analisi Univariat

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas

Distribusi responden berdasarkan identitas yang meliputi umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan responden diperoleh dari 100

responden sebagian besar berada dalam kelompok umur 20-39 tahun yaitu

sebanyak 52 responden(52%). Distribusi jenis kelamin responden terdiri dari 62

Universitas Sumatera Utara


responden (62%) berjenis kelamin laki-laki dan 38 responden (38,4%) berjenis

kelamin perempuan. Status pendidikan responden sebangian besar berpendidikan

SMP sebesar 35 (35%) dan SD sebesar 30 (30%). Status pekerjaan responden

yang tidak bekerja/ibu rumah tangga sebanyak 13 responden (13%) dan kategori

bekerja (PNS/Pensiun, petanu/buruh tani, pedagang/wiraswasta) yaitu sebanyak

86 (86%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas (Umur, Jenis


Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan) di Wilayah Kerja Puskesmas
Hutaimbaru tahun 2017
No Variabel Jumlah (%)
1 Umur
a. 21-39 tahun 52 52,0
b. 40-60 tahun 42 42,0
c. > 60 tahun 6 6,0
2 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 62 62,0
b. Perempuan 38 38,0
3 Pendidikan
a. Tidak sekolah/tidak tamat SD 3 3,0
b. Tamat SD 30 30,0
c. Tamat SMP 35 35,0
d. Tamat SMA 25 25,0
e. Akademik/perguruan tinggi 7 7,0
4 Pekerjaan
a. Tidak bekerja/IRT 13 13,0
b. PNS/Pensiun 6 6,0
c. Petani/Buruh tani 64 64,0
d. Pedagang/Wiraswasta 17 17,0

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi

Faktor predisiposisi mencangkup pendidikan dan pengetahuan responden

sebagai berikut:

4.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai tingkat pendidikan

responden, diketahui bahwa dari 100 responden terdapat 8 responden (8%) yang
memiliki pendidikan tinggi dan terdapat sebanyak 92 (92%) responden yang memiliki

pendidikan rendah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4

Kategori Berdasarkan Pendidikan


No Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tinggi 8 8,0
2 Rendah 92 92,0
Jumlah 100 100

4.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai tingkat pengetahuan

responden, diketahui bahwa dari 100 responden terdapat 71 responden (71%) yang

mengetahui bahwa keluarga sebaiknya memeriksakan kesehatannya secara teratur

meskipun dalam keadaan sehat, sebanyak 87 responden (87%) yang mengetahui

bahwa Puskesmas Hutaimbaru merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi

keluarga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik saat sakit maupun sehat.

Sebanyak 71 responden (71%) yang mengetahui bahwa pelayanan di Puskesmas

Hutaimbaru terdapat pelayanan kesehatan, upaya pencegahan, peningkatan dan

pemulihan kesehatan. Terdapat 42 responden (42,4%) yang mengatakan bahwa

pelayanan di Puskesmas Hutaimbaru hanya pelayanan pengobatan kesehatan.

Sebanyak 63 responden (63%) yang mengetahui bahwa di Puskesmas

Hutaimbaru terdapat pelayanan kesehatan ibu dan anak, sebanyak 60 responden

(60%) yang mengetahui bahwa di Puskesmas Hutaimbaru terdapat pelayanan

keluarga berencana (KB). Hanya sebanyak 37 responden (37%) yang mengetahui

bahwa Puskesmas Hutaimbaru melakukan pelayanan kesehatan setiap hari dan

juga selama 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja
Puskesmas Hutaimbaru Tahun 2017
NoPertanyaan tentang pengetahuan Benar Salah Jumlah
N% N% N%
1 Keluarga sebaiknya memeriksakan 71 71,0 29 29,0 100100
kesehatannya secara teratur
meskipun dalam keadaan sehat
2 Puskesmas Hutaimbaru merupakan 87 87,0 13 13,0 100 100
salah satu sarana kesehatan bagi
keluarga untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan baik saat sakit
maupun sehat
3 Pelayanan kesehatan di Puskesmas 71 71,0 29 29,0 100 100 Hutaimbaru
terdapat pelayanan
kesehatan,upayapencegahan,
peningkatan kesehatan serta
pemulihan kesehatan
4 Pelayanan kesehatan di Puskesmas 42 42,0 58 58,0 100 100 Hutaimbaru
hanya pengobatan saja
5 Di Puskesmas Hutaimbaru terdapat 63 63,0 37 37,0 100 100 pelayanan
kesehatan Ibu dan anak
6 Di Puskesmas Hutaimbaru terdapat 60 60,0 40 40,0 100 100 pelayanan
keluarga Berencana
7 Pelayanan kesehatan di Puskesmas 37 37,0 63 63,0 100 100 Hutaimbaru
dilaksanakan setiap
hari (24 jam)

Distribusi kategori berdasarkan pengetahuan di dapat bahwa dari 100

responden kategori tertinggi berada dalam kategori berpengetahuan baik yaitu

sebanyak 27 responden (27%) dan berpengetahuan buruk sebanyak 73 responden

(73%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Kategori Berdasarkan Pengetahuan


No Pengetahuan Jumlah Persentase
1 Baik 27 27,0
2 Buruk 73 73,0
Jumlah 100 100

4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Kemampuan

Faktor kemampuan mencangkup sikap tenaga kesehatan dan aksessibilitas

sebagai berikut:
4.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai sikap tenaga

kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru menurut responden diketahui dari 100

responden terdapat sebanyak 80 responden (80%) yang mengatakan bahwa tenaga

kesehatan melakukan jam pelayanan tidak sesuai dengan jadwal. Sebanyak 64

responden (64%)yang mengatakan bahwa Tenaga kesehatan di Puskesmas

Hutaimbaru ramah dan cekatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Sebanyak97 responden (97%) yang mengatakan bahwa Tenaga kesehatan di

Puskesmas Hutaimbaru mendengarkan dengan baik keluhan pasien. Sebanyak 81

responden (81%) yang mengatakan bahwa Tenaga kesehatan di Puskesmas

Hutaimbaru menghargai pasien dan menjaga rahasia pasien. Sebanyak99

responden (99%) yang menyatakan bahwaTenaga kesehatan di Puskesmas

Hutaimbaru mau berkomunikasi dan memberikan informasi secara jelas seputar

keluhan pasien dan obat yang diberikan kepada pasien. Sebanyak 73 responden

(73%) yang berpendapat bahwa Ketika berkunjung ke Puskesmas Hutaimbaru

tenaga kesehatan tidak berada di tempat. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7

berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan di
Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru Tahun 2017
No Pertanyaan tentang sikap tenaga Ya Tidak Jumlah
kesehatan N % N % N %
1 Petugas melakukan jam pelayanan 20 20,0 80 80,0 100 100
sesuai dengan jadwal
2 Tenaga kesehatan di Puskesma 64 64,0 36 36,0 100 100
s
Hutaimbaru ramah dan cekatan
dalam memberikan pelayanan
kepada pasien
3 Tenaga kesehatan di Puskesma 97 97,0 3 3,0 100 100
s
Hutaimbaru mendengarkan
dengan baik keluhan pasien
4 Tenaga kesehatan di Puskesma 19 19,0 81 81,0 100 100
s
Hutaimbaru menghargai pasien
dan menjaga rahasia pasien
5 Tenaga kesehatan di Puskesma 99 99,0 1 1,0 100 100
s
Hutaimbaru mau berkomunikasi
dan memberikan informasi secara
jelas seputar keluhan pasien dan
obat yang diberikan kepada pasien
6 Ketika saudara berkunjung ke 27 27,0 73 73,0 100 100
Puskesmas Hutaimbaru tenaga
kesehatan berada di tempat

Distribusi kategori berdasarkan sikap tenaga kesehatan di dapat bahwa

dari 100 responden terdapat sebanyak 38 responden (38%) yang menyatakan

bahwa sikap tenaga kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru sudah baik dan terdapat

62 responden (62%) yang masih menyatakan bahwa sikap tenaga kesehatan di

Puskesmas Hutaimbaru tidak baik dalam memberikan pelayanan kepeda pasien.

Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan


No Sikap tenaga kesehatan Jumlah Persentase
1 Baik 38 38,0
2 Buruk 62 62,0
Jumlah 100 100
4.2.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Aksessibilitas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai aksessibilitas,

diketahui dari 100 responden terdapat sebanyak40 responden (40%) yang

menyatakan bahwa letak puskesmas Hutaimbaru sudah strategis dengan

pemukiman masyarakat dan 60 responden (60%) menyatakan letak puskesmas

belum strategis dengan pemukiman masyarakat. Sebanyak 76 responden (76%)

menyatakan bahwa Puskesmas Hutaimbaru masih terlalu jauh dengan tempat

tinggal responden, sebanyak 73 responden (73%) menyatakan bahwa responden

masih mengalami kesulitan ke puskesmas karena transportasi, dan sebanyak 72

responden (72%) menyatakan bahwa responden membutuhkan biaya transportasi

yang cukup mahal untuk mendapatkan pelayanan ke sehatan di Puskesmas

Hutaimbaru. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Aksessibilitas di Wilayah Kerja


Puskesmas Hutaimbaru Tahun 2017
No Pertanyaan Aksessibilitas Ya Tidak Jumlah
N % N % N %
1 Menurut saudara letak puskesmas 40 40,0 60 60,0 100 100
sudah strategis dengan tempat
pemukimana masyarakat
2 Menurut saudara letak puskesmas 76 76,0 24 24,0 100 100
terlalu jauh dari tempat tinggal
saudara
3 Apakah saudara mengalami 73 73,0 27 27,0 100 100
kesulitan ke puskesmas karena
transportasi
4 Menurut saudara untuk 72 72,0 28 28,0 100 100
mendapatkan pelayanan kesehatan
di puskesmas butuh biaya
transportasi yang terjangkau

Distribusi kategori berdasarkan aksessibilitas di dapat bahwa dari 100

responden, terdapat sebanyak 62 responden (62%) yang menyatakan sulit untuk

menjangkau puskesmas dan terdapat 38 responden (38%) yang menyatakan


mudah untuk menjangkau puskesmas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.10

berikut:

Tabel 4.10 Distribusi kategori Berdasarkan Aksessibilitas


No Aksessibilitas Jumlah Persentase
1 Sulit 62 62,0
2 Mudah 38 38,0
Jumlah 100 100

4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Kebutuhan

Faktor kebutuhan yaitu kondisi kesehatan, sebagai berikut:

4.2.4.1 Distribusi Responden Berdaasarkan Kondisi Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai kondisi kesehatan

responden yang memerlukan pelayanan kesehatn, diketahui dari 100 responden

terdapat sebanyak 46 responden (46%) yang menyatakan bahwa responden akan

membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan dan sebanyak 54 responden (54%) tidak akan membawa

anggota keluarga yang sakit ke puskesmas untuk mendapakan pelayanan

kesehatan. Sebanyak 89 responden (89%) menyatakan akan memanfaatkan

pelayanan kesehatan di puskesmas juka hanya mengalami sakit saja dan sebanyak

11 responden (11%) tidak berminat memanfaatkan pelayanan kesehatan

puskesmas disaat mempunyai gejala-gejala penyakit.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 95

responden (95%) yang menyatakan bahwa responden akan memanfaatkan

pelayanan kesehatan di puskesmas jika terdapat anggota keluarga yang mengalami

sakit parah yang menahun dan sebanyak 5 responden (5%) tidak akan

memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas jika terdapat anggota keluarga

yang mengalami sakit parah menahun. Sebanyak 24 responden (24%) menyatakan


bahwa responden akan membawa ke puskesmas untuk mendapatkan pertolongang

pertama jika terdapat anggota keluarga yang mengalami kondisi kesehatan yang

darurat dan sebanyak 76 responden (76%) tidak akan langsung membawa ke

puskesmas untuk mendapatkan pertolongan pertama jika terdapat anggota

keluarga yang mengalami kondisi kesehatan yang darurat.Secara rinci dapat

dilihat pada tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan di Wilayah


Kerja Puskesmas Hutaimbaru Tahun 2017

No Pertanyaan tentang kondisi Ya Tidak Jumlah


kesehatan N % N % N %
1 Disaat saudara/anggota keluarga 46 46,0 54 54,0 100 100
sakit, apakah saudara akan
membawa ke puskesmas untuk
mendapatkan pengobatan?
2 Apakah sau jika hanya 89 89 11 11,0 100 100
mempunyai keluhan penyakit?
3 Disaat saudara/anggota keluarga 95 95,0 5 5,0 100 100
mengalami sakit parah yang
menahun apakah saudara
memanfaatka pelayanan kesehatan
di puskesmas?
4 Disaaat saudara/anggota keluarga 24 24,0 76 76,0 100 100 mengalami
kondisi kesehatan yang
darurat, apakah saudara akan
langsung mrmbawa ke puskesmas
untuk mendapatkan pertolongan
pertama?

Distribusi kategori berdasarkan kebutuhan di dapat bahwa dari 100

responden, terdapat sebanyak 60 responden (60%) berada pada kategori

kebutuhan tinggi dan sebaliknya terdapat sebanyak 40 responden (40%) yang

berada pada kategori kebutuhan rendah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.12

berikut:
Tabel 4.12 Distribusi Kategori Berdasarkan Kebutuhan
No Kebutuhan Jumlah Persentase
1 Tinggi 60 60,0
2 Rendah 40 40,0
Jumlah 100 100

4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pemanfaatan

puskesmas di dapatkan bahwa dari 100 responden semua responden yang anggota

keluarganya pernah sakit dalam 1 (satu) tahun terakhir ini. Sebanyak 59

responden (59%) yang anggota keluarganya sakit tidak memanfaatkan pelayanan

kesehatan di Puskesmas sedangkan 41 responden (41%) memanfaatkan

puskesmas saat anggota keluarganya sakit. Secara rinci dapat dilihat pada tabel

4.13 berikut:

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas di


Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru Tahun 2017
No Pertanyaan tentang kondisi Ya Tidak Jumlah
kesehatan N % N % N %
1 Apakah saudara /anggota 100 100 0 0 100 100
keluaraga ada yang sakit dalam 1
(satu) tahun terakhir ini?
2 Apakah saudara/anggota keluarga 41 41,0 59 59,0 100 100
yang sakit tersebut memanfaatkan
pelayanan kesehatan di puskesmas

Distribusi kategori berdasarkan pemanfaatan puskesmas di dapat bahwa

dari 100 responden hanya ada 41 responden (41%) yang memanfaatkan

puskesmas dan 59 responden (59%) yang tidak memanfaatkan puskesmas. Secara

rinci dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14 Distribusi Kategori Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas


No Pemanfaatan puskesmas Jumlah Persentase
1 Memanfaatkan 41 41,0
2 Tidak memanfaatkan 59 59,0
Jumlah 100 100
4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Tabulasi Silang dan Hasil Uji Statistik

Analisa bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel

bebas meliputi faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan), faktor pemungkin

(sikap tenaga kesehatan, aksessibilitas) dan faktor kebutuhan (kondisi kesehatan)

terhadap variabel terikat pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Hutaimbaru pada tingkat kemaknaan α = 0,05 sebagai berikut:

4.3.1.1 Hubungan Antara Pendidikan dengan Pemanfaatan Puskesmas Oleh


Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru Tahun 2017

Tabulasi silang antara pendidikan dengan pemanfaatan puskesmas

diperoleh dari 8 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 5 responden

yang memanfaatkan puskesmas dan 3 responden lainnya tidak memanfaatkan

puskesmas, sedangkan dari 92 responden yang memiliki pendidikan yang rendah

36 diantaranya memanfaatkan puskesmas dan 56 responden lainnya tidak

memanfaatkan puskesmas. Hasil analisis uji chi-square menunjukkan bahwa nilai

p=0,197 (p>0,05) yang berarti variabel pendidikan tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pemanfaatan puskesmas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel

4.15 berikut ini:

Tabel 4.15 Hubungan Antara Pendidikan dengan Pemanfaatan Puskesmas


Oleh Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru
Tahun 2017
Pendidikan Pemanfaatan puskesmas Total P value
Memanfaatkan Tidak
memanfaatkan
F % F % F %
Tinggi 5 5,0 3 3,0 5 8,0 0,197
Rendah 36 36,0 56 56,0 92 92,0
Jumlah 41 41,0 59 59,0 100 100
4.3.1.2 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan Puskesmas
Oleh Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru Tahun
2017

Tabulasi silang antara pengetahuan dengan pemanfaatan puskesmas

diperoleh dari 27 responden yang berpengetahuan baik, 6 responden

memanfaatkan puskesmas dan 21 responden tidak memanfaatkan puskesmas. Dari

72 responden yang berpengetahuan buruk 35 responden memanfaatkan puskesmas

dan 38 responden tidak memanfaatkan puskesmas. Hasil analisis uji chi-

squarediperoleh nilai p=0,020 (p<0,05) yang berarti ada hubungan variabel

pengetahuan terhadap pemanfaatan puskesmas. Secara rinci dapat dilihat pada

tabel 4.16berikut

Tabel 4.16 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan Puskesmas


Oleh Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru
Tahun 2017

Pengetahuan Pemanfaatan puskesmas Total P value


Memanfaatkan Tidak
memanfaatkan
F % F % F %
Baik 6 6,0 21 21,0 27 27,0 0,020
Buruk 35 35,0 38 38,0 73 73,0
Jumlah 41 41,0 59 59,0 100 100

4.3.1.3 Hubungan Antara Sikap Tenaga Kesehatan dengan Pemanfaatan


Puskesmas Oleh Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Hutaimbaru Tahun 2017

Tabulasi silang antara sikap tenaga kesehatan dengan pemanfaatan

puskesmas diperoleh dari 38 yang menyatakan sikap tenaga kesehatan di

Puskesmas Huataimbaru baik dalam melayani pasien, 16 responden

memanfaatkan puskesmas dan 22 responden tidak memanfaatkan puskesmas. Dari

62 responden yang menyatakan bahwa sikap tenaga kesehatan di Puskesmas


Hutaimbaru tidak baik dalam melayani pasien, 25 responden memanfaatkan

puskesmas dan 37 responden tidak memanfaatkan puskesmas. Hasil analisis uji

chi-square diperoleh dari p=0,860 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan dari

variabel sikap tenaga kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas. Secara rinci

dsapat dilihat pada tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.17 Hubungan Antara Sikap Tenaga Kesehatan dengan Pemanfaatan


Puskesmas Oleh Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Hutaimbaru Tahun 2017

Sikap Pemanfaatan puskesmas Total P value


Tenaga Memanfaatkan Tidak
Kesehatan memanfaatkan
F % F % F %
Baik 16 16,0 22 22,0 38 38,0 0,860
Buruk 25 25,0 37 37,0 62 62,0
Jumlah 41 41,0 59 59,0 100 100

4.3.1.4 Hubungan Antara Aksesibilitas dengan Pemanfaatan Puskesmas


Oleh Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru Tahun
2017

Tabulasi silang antara aksessibilitas dengan pemanfaatan puskesmas

diperoleh dari 62 responden yang menyatakan sulit untuk menjangkau puskesmas,

31 responden memanfaatkan puskesmas dan 31 responden tidak memanfaatkan

puskesmas. Dari 38 responden yang menyatakan mudah untuk menjangkau

puskesmas, 10 responden memanfaatkan puskesmas dan 28 responden tidak

memanfaatkan puskesmas. Hasil analisis uji chi-square yang diperoleh nilai

p=0,039 (p<0,05) yang berarti ada hubungan variabel aksessibilitas terhadap

pemanfaatan puskesmas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut:
Tabel 4.18 Hubungan Antara Aksessibilitas dengan Pemanfaatan Puskesmas
Oleh Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru
Tahun 2017
Aksessibilitas Pemanfaatan puskesmas Total P value
Memanfaatkan Tidak
memanfaatkan
F % F % F %
Sulit 31 31,0 31 30,0 62 62,0 0,039
Mudah 10 10,0 28 28,0 38 38,0
Jumlah 41 41,0 59 59,0 100 100

4.3.1.5 HubunganAntara Kondisi Kesehatan dengan Pemanfaatan


Puskesmas Oleh Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Hutaimbaru Tahun 2017

Tabulasi silang antara kondisi kesehatan dengan pemanfaatan puskesmas

diperoleh dari 60 responden yang memiliki kondisi kesehatan yang baik, 32

responden memanfaatkan puskesmas dan 28 responden tidak memanfaatkan

puskesmas. Dari 40 responden yang memiliki kondisi kesehatan yang buruk, 9

responden memanfaatakan puskesmas dan 31 responden tidak memanfaatakan

puskesmas. Hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p=0,002 (p<0,05) yang

berarti ada hubungan variabel kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan

puskesmas.secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut:

Tabel 4.19 Hubungan Antara Kondisi Kesehatan dengan Pemanfaatan


Puskesmas Oleh Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Hutaimbaru Tahun 2017
Kondisi Pemanfaatan puskesmas Total P value
kesehatan Memanfaatkan Tidak
memanfaatkan
F % F % F %
Baik 32 32,0 28 28,0 60 60,0 0,002
Buruk 9 9,0 31 31,0 40 40,0
Jumlah 41 41,0 59 59,0 100 100

4.3.2 Ringkasan Hasil Uji Statistik chi-square

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-

square, maka didapatkan tiga variabel yang berhubungan terhadap pemanfaatan


puskesmas dan dua variabel yang tidak berhubungan terhadap pemanfaatan

puskesmas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.20 Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

No Variabel Bebas Variabel Terikat Nilai p Keterangan


1. Pendidikan 0,197 Tidak Ada Hubungan
2. Pengetahuan Pemanfaatan 0,020 Ada Hubungan
3. Sikap tenaga kesehatan Puskesmas 0,860 Tidak Ada Hubungan
4. Aksessibilitas 0,039 Ada Hubungan
5. Kondisi kesehatan 0,001 Ada Hubungan

4.4 Analisis Multivariat

Dalam analisis bivariat diketahui bahwa variabel pengetahuan,

aksessibilitas dan kondisi kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan

puskesmas. Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik

dalam menentukan variabel dominan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan

puskesmas oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru. Dalam

pemodelan ini semua variabel yang memiliki p=<0,05 pada analisa bivariat akan

dimasukkan ke dalam uji regresi logistik.

Berdasarkan hasil uji statistik multivariat didapatkan bahwa variabel

pengetahuan (p=0,009) dan variabel kondisi kesehatan (p=0,001) memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan puskesmas karena nilai p<0,05

sedangkan variabel aksessibilitas (p=0,114) tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap pemanfaatan puskesmas karena p>0,05.

Variabel pengetahuan mempunyai nilai Exp (B) 1,806 artinya responden

yang memiliki pengetahuan yang baik akan memanfaatkan puskesmas sebanyak

1,806 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yangberpengetahuan

buruk. Variabel aksesibilitas mempunyai nilai Exp (B) 0,401 artinya responden
yang memiliki aksesibilitas yang mudah akan memanfaatkan puskesmas 0,401

kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki aksesibilitas yang

sulit. Variabel kondisi kesehatan mempunyai nilai Exp (B) 2,013 artinya

responden yang memiliki kondisi kesehatan yang baik akan memanfaatkan

puskesmas 2,013 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak

memiliki kondisi kesehatan yang baik.

Variabel kondisi kesehatan merupakan variabel yang paling berhubungan

terhadap pemanfaatan puskesmas karena memiliki nilai Exp (B) yang paling besar

dari pada variabel lainnya. Secara keseluruhan dijelaskan dari nilai overall

percentage sebesar 71%, artinya Variabel pengetahuan, aksesibilitas, dan kondisi

kesehatan berhubungan sebesar 71% terhadap pemanfaatan puskesmas oleh

masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru. Secara rinci dapat dilihat

pada Tabel 4.21 di bawah ini:

Tabel 4.21 Hasil Uji Regresi Logistik


No Variabel Bebas Nilai p Exp (B)
1. Pengetahuan 0,003 1,806
2. Aksessibilitas 0,066 0,401
3. Kondisi kesehatan 0,002 2,013
*Overall persentage = 71,0
BAB V

PEMBAHASAN

Hasil analisis uji statistik multivariat dengan menggunakan uji regresi

logistik dalam penelitian ini terhadap sampel penelitian yang berjumlah 100

responden menunjukkan bahwa variabel pengetahuan dan kondisi kesehatan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan puskesmas, sedangkan

variabel aksessibilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pemanfaatan puskesmas.

5.1 Pemanfaatan Puskesmas Oleh Masyarakat di Wilayah Kerja Puskemas


Hutaimbaru

Salah satu indikator dalam menilai bagaimana pemanfaatan Puskesmas

sebagai pusat pelayanan kesehatan oleh masyarakat dapat dilihat dari banyak atau

tidaknya jumlah kunjungan ke puskesmas tersebut. Rendahnya kunjunagan

masyarakat ke pusat pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa masyarakat kurang

memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas.

Pemanfaatan Puskesmas Hutaimbaru oleh masyarakat di tahun 2016

sebanyak 12% dari jumlah penduduk dan sampai juni 2017 rata-rata pemanfaatan

Puskesmas Hutaimbaru sebanyak 6,3% dari jumlah penduduk di kecamatan

Hutaimbaru yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru. Pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru dari hasil penelitian ini

menunjukkan dalam satu tahun terakhir sebagian besar masyarakat Kecamatan

Hutaimbaru tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru,

60

Universitas Sumatera Utara


61

dimana dari 100 responden hanya 41 responden yang memanfaatkan dan terdapat

59 responden yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Hutaimbaru.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Wahyuni (2012) dimana hasil

yang diperoleh adalah sebanyak 67 (64,4%) responden memanfaatkan pelayanan

kesehatan sedangkan 37 (35,6%) responden lainnya tidak memanfaatkan

Puskesmas Sumber Rejo.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil yang berbeda, hal ini disebabkan

karena, masyarakat lebih mengutamakan memanfaatkan pelayanan kesehatan lain

seperti praktek bidan dengan alasan kalau berobat ke puskesmas jauh dan obat

dari puskesmas kurang terjamin karena respon obat yang dirasakan responden

cukup lama. Masyarakat juga lebih mengutamakan untuk melakukan pengobatan

sendiri jika mengalami gangguan kesehatan seperti mengonsumsi obat-obatan

yang ada di warung. Sebagian besar masyarakat kurang mengetahui bahwa

puskesmass Hutaimbaru buka selama 24 jam. Selain faktor tersebut, diketahui

juga bahwa masyarakat akan mengunjungi puskesmas untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan jika kondisi kesehatannya tidak kunjung sembuh dan

semakin parah setelah mencari alternatif pengobatan di tempat lain.

5.2 Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Pemanfaatan Puskesmas

5.2.1 Pengaruh Variabel Pendidikan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas


Hutaimbaru

Variabel pendidikan tidak termasuk dalam kandidat uji regresi logistic

karena memiliki nilai p=0,197 (p>0,05) sehingga dapat diartikan bahwa variabel

pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan antara pendidikan terhadap

pemanfaatan puskesmas antara responden yang pendidikan tinggi dan responden

Universitas Sumatera Utara


yang pendidikannya rendah. Responden yang berpendidikan tinggi berpeluang

hampir sama untuk tidak memanfaatakan pelayanan kesehatan dibandingkan

responden dengan pendidikan rendah.

Berdasarkan penelitian melalui tingkat pendidikan, responden yang lebih

banyak memanfaatkan puskesmas adalah responden dengan tingkat pendidikan

SMP dan SD. Sementara yang sedikit memanfaatkan puskesmas adalah responden

dengan tingkat pendidikan akademi/perguruan tinggi. Disini dapat kita lihat

bahwa tingginya pendidikan responden tidak menentukan bahwa responden akan

memanfaatkan puskesmas, hasil penelitian responden dengan tingkat pendidikan

SMA dan akademi/perguruan tinggi lebih banyak untuk memilih berobat ke bidan.

Menurut L Green dalam Notoadmojo (2010) secara teoritis pendidikan

formal akan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang sehingga apabila

seseorang mempunyai pendidikan formal tinggi akan mempunyai pengetahuan

yang lebih tinggi dibandingkan dibandingkan dengan sesorang dengan pendidikan

rendah. Pada analisis ini hanya membahas pendidikan formal dan seseorang

dengan pendidikan lebih tinggi diharapkan lebih cepat dan mudah memahami

pentingnya kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rusdin (2015)

yang mengemukakan bahwa faktor pendidikan dan fasilitas kesehatan memiliki

hubungan yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat

pesisir di wilayah kerja Puskesmas Bowong Cindea Kabupaten Pangkep.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin besar

keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Berdasarkan wawancara di


lapangan masih banyak responden yang berpendidikan tinggi yang tidak

memanfaatkan puskesmas ketika ia sakit melainkan pengetahuan dan informasilah

yang mempengaruhi seseorang unutuk mengambil keputusan untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

5.2.2 Pengaruh Variabel Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas


Hutaimbaru

Hasil analisis uji regresi logistik diperoleh hasil p= 0,003 (p<0,05) yang

berarti adanya pengaruh yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan

pemanfaatan puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap

100 responden dalam pemanfaatan puskesmas, ada sebanyak 73 responden yang

memiliki pengetahuan baik dan 23 responden lainnya memiliki pengetahuan

tentang pelayanan di puskesmas masih kurang .

Walaupun pengetahuan responden baik terkait pelayanan puskesmas tetapi

masih banyak responden yang tidak mau memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan yang ada di Puskesmas Hutaimbaru, karena jarak puskesmas yang

terlalu jauh dari tempat tinggal mereka dan sarana trasportasi yang sangat kurang

untuk menjangkau puskesmas serta adanya kenyakinan mereka tidak cocok

berobat ke puskesmas, hal tersebut mendorong masyarakat lebih memilih berobat

ke sarana kesehatan lain yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka seperti ke

tempat bidan dan prektek dokter.

Sebaliknya masyarakat yang memiliki pengetahuan rendah cenderung

tidak memanfaatkan puskesmas untuk memperoleh pelayanan kesehatan karena

ketidaktahuan responden tentang manfaat puskesmas, apa saja yang dapat

diperoleh dari pelayanan kesehatan di puskesmas dan program-program serta

kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat diperoleh oleh responden dalam


memperoleh pelayanan kesehatan menyebabkan mereka tidak ingin

memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Responden cenderung berpikir

bahwa puskesmas hanya untuk pelayanan pengobatan saja. Masyarakat juga

kurang mengetahui bahwa pelayanan di Puskesmas Hutaimbaru dilaksanakan 24

jam. Hal ini dikarenakan oleh tidak berjalannya promosi kesehatan.

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan merupakan indikator dari orang

melakukan tindakan seseorang terhadap sesuatu. Jika seseorang didasari

pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami

bagaimana bagaimana kesehatan itu dan mendorong untuk mengaplikasikan apa

yang diketahuinya.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Fadillah (2016)

yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak memiliki pengaruh dengan

pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sulit Air

Kabupaten Solok.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Handayani (2013) yang menyatakan

bahwa pengetahuan memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan pelayanan kesehatan oleh peserta jamkesmas di Puskesmas Medan

Helvetia.

5.3 Pengaruh Faktor Kemampuan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas

5.3.1 Pengaruh Sikap Tenaga Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas


Hutaimbaru

Hasil uji regresi logistik untuk variabel sikap tenaga kesehatan diperoleh

nilai p=0,860 (p>0,05). Sehingga dapat diartikan bahwa variabel sikap tenaga

kesehatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan

Puskesmas Hutaimbaru.
Hasil wawancara dengan responden mengatakan bahwa responden

mengeluhkan jam pelayanan yang tidak sesuai dengan yang dijadwalkan, hal ini

disebabkan oleh dokter seringkali datang terlambat, bahkan beberapa resopnden

mengatakan saat berkunjung ke puskesmas tenaga kesehatan tidak berada di

tempat jika responden datang pada siang dan sore hari. Responden juga

berpendapat bahwa dokter di Puskesmas Hutaimbaru tidak ada setiap hari,

melainkan hanya hari senin dan kamis saja melakukan pelayanan kesehatan di

Puskesmas Hutaimbaru.

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden mengenai kurang

kecekatannya dan kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan

hal tersebut dikarenakan keterlambatan tenaga kesehatan, jadi pasien sering

menungggu lama untuk mendapatkan pelayanan. Responden juhga berpendapat

bahwa petugas kesehatan seperti perawat tidak fokus terhadap pasien melainkan

mereka mengobrol dengan petugas lain bahkan bahkan ada perawat yang bersikap

acuh tak acuh.

Menurut Azwar (2010), menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan

petugas merupakan salah satu penunjang keberhasilan pelayanan kepada pasien

yang sedang menjalani pengobatan serta perawatan. Perilaku pelayanan oleh

perawat, dokter, bidan dan petuggas lainnya harusnya ditunjukkan dengan baik

kepada pasien.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muninjaya

(2004), yang menyatakan rendahnya kunjunngan masyarakat ke puskesmas antara

lain buruknya citra pelayanan di puskesmas, di antaranya pengawai tidak disiplin,

kurang ramah dan kurang profesional.


Sebaliknya hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fadillah

(2016) yang menyatakan bahwa sikap tenaga kesehatan memiliki hubungan

dengan pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sulit

Air Kabupaten Solok.

Pada umumnya masyarakat membutuhkan pelayanan yang baik dari tenaga

kesehatan, tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, serta sigap/cekatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini tidak dijumpai responden ketika akan

memanfaatkan puskesmas, padahal sikap petugas kesehatan merupakan hal yang

sangat mempengarui kepuasan masyarakat, dan kepuasan masyarakat ini nantinya

juga akan mempengaruhi minat masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan di

Puskesmas Hutaimbaru.

5.3.2 Pengaruh Aksessibilitas Terhadap Pemanfaatan Puskesmas


Hutaimbaru

Hasil analisis multivariat yang menggunakan uji regresi logistik diperoleh

nilai p=0,066 yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

aksessibilitas dengan pemanfaatan puskesmas.

Hasil analisis menunjukkan aksessibilitas memiliki hubungan yang

bermakna terhadap pemanfaatan Puskesmas Hutaimbaru, dalam hal ini

disebabkan karena masyarakat mengalami kesulitan untuk menjangkau

puskesmas, lebih banyak yang tidak memanfaatkan dibanding dengan masyarakat

yang memanfaatkan. Sebangian besar masyarakat mengatakan bahwa letak

puskesmas terlalu jauh dari tempat tinggal mereka dan masyarakat juga

mengalami kesulitan ke puskesmas dengan alasan sulitnya transportasi. Hal ini

dikarenakan hanya angkot sebagai transfortasi yang tersedia untuk masyarakat

umum, dan banyak responden yang tidak memiliki kendaraan pribadi.


Secara garis besar dapat digambarkan bahwa wilayah kerja Puskesmas

Hutaimbaru terdiri dari beberapa wilayah perbukitan dan dataran. Dari sepuluh

desa terdapat enam desa (Palopat Maria, Lubuk Raya, Tinjoman, Hutapadang,

Lembah Lubuk Manik, Partihaman Saroha) yang berada di daerah perbukitan

yaitu di kaki gunung Lubuk Raya. Akses dari enam desa tersebut dapat dikatakan

sulit karena jarak tempuh yang cukup jauh (4-7 km), dan transportasi umum yang

kurang memadai. Hal inilah yang menjadi alasan responden yang berdomisili di

enam desa tersebut sedikit yang memanfaatkan puskesmas.

Notoadmojo (2012), jarak dari tempat tinggal ke sarana kesehatan

mendukung tindakan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan. Dari

hasil penelitian menunjuk responden responden terbanyak berada pada kategori

sulit dalam menjangkau puskesmas, keterjangkauan dalam penelitian ini meliputi

masalah jarak yang terlalu jauh dari rumah/pemukiman masyarakat dan

ketersediaan transportasi. Masyarakat yang memiliki kesulitan dalam hal ini tidak

memiliki kendaraan serta transportasi umum yang sangat terbatas lebih memilih

ke praktek bidan dan membeli obat warung saja.

Jarak ke tempat pelayanan kesehatan yakni puskesmas merupakan salah

satu faktor yang berperan dalam penggunaan sarana dan prasarana kesehatan,

semakin dekat dengan fasilitas kesehatan maka akan memudahkan seseorang

untuk mengakses fasilitas kesehatan yang ada. Peningkatan akses dapat

dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh.

Fasilitas-fasilitas kesehatan yang belum digunakan dengan efisien oleh masyrakat

karena lokasi pusat-pusat pelayanan tidak berada dalam radius masyarakat banyak
dan lebih banyak berpusat di kota-kota dan lokasi sarana yang tidak terjangkau

dari segi transfortasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ambarita (2015) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor

keterjangkauan/aksessibilitas terhadap pemanfaatkan Puskesmas Kecamatan

Pematang Sidamanik oleh peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) Kabupaten Simalungun.

Sedangkan hasil penelitian Wahyuni (2010) tidak sejalan dengan

penelitian ini yaitutidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara jarak

(aksessibilitas) ke puskesmas dengan pemanfaatan pelayanan di Puskesmas

Sumber Rejo Kota Balikpapan.

5.4 Pengaruh Faktor Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas

5.4.1 Pengaruh Variabel Kondisi Kesehatan Terhadap Pemanfaatan


Puskesmas Hutaimbaru

Hasil uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik diperoleh

hasil p=0,002 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel

kondisi kesehatan dengan pemanfaatan puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan ada sebanyak 40 responden (40%) yang memiliki kondisi kesehatan

yang tidak baik, dari 40 responden tersebut hanya 9 diantaranya yang

memanfaatkan puskesmas sedangkan 31 responden lainnya tidak memanfaatkan

puskesmas. Hal ini dikarenakan responden tidak langsung berobat ke puskesmas

apabila mengalami gangguan kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

menyatakan tidak akan memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas di saat

mempunyai gejala-gejala penyakit, dan banyak responden yang tidak akan


langsung ke puskesmas untuk mendapatkan pertolongan pertama jika terdapat

anggota keluarga yang mengalami kondisi kesehatan yang darurat dan sebagian

besar responden yang menyatakan bahwa responden akan memanfaatkan

pelayanan kesehatan di puskesmas jika terdapat anggota keluarga yang mengalami

sakit parah yang menahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dilapangan kepada responden,

mereka mengatakan tidak perlu pergi ke puskesmas untuk memperoleh

pengobatan apabila mengalami gangguan kesehatan yang sebatas gejala-gejala

saja. Mereka beranggapan gejala-gejala tersebut sudah biasa dan akan sembuh

dengan sendirinya. Responden juga menyatakan bahwa responden dan anggota

keluarganya yang membutuhkan pelayanan puskesmas tidak memanfaatkan

puskesmas untuk memperoleh pengobatan karena responden lebih memilih

berobat ke bidan. Beberapa masyarakat juga mengaku bahwa akan datang ke

puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan setelah penyakit yang mereka

alami semakin parah dan tidak kunjung sembuh setelah melakukan pengobatan

sendiri ataupun setelah berobat ke bidan.

Berdasarkan penelitian ini juga diketahui bahwa responden atau anggota

keluarganya yang mengalami kondisi kesehatan yang darurat tidak akan langsung

membawanya ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini

dikarenakan puskesmas jauh dari pemukiman masyarakat, serta tenaga kesehatan

seperti dokter susah untuk ditemui terutama pada malam hari di puskesmas,

sehingga responden lebih memilih untuk berobat ke bidan, dokter ataupun

langsung ke RSUD Kota Padangsidimpuan ataupun RS TNI-AD

Padangsidimpuan walaupun harus menempuh perjalanan yang lebih jauh.


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga

(2014), yang menyatakan bahwa variabel kondisi kesehatan berpengaruh terhadap

pemanfaatan puskesmas 24 jam.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Variabel yang memiliki hubungan terhadap pemanfaatan Puskesmas

Hutaimbaru yaitu pengetahuan, aksesibilitas dan kondisi kesehatan.

2. Hasil uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan

bahwa variabel pengetahuan dan kondisi kesehatan yang memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap pemanfaatan puskesmas di wilayah kerja

Puskesmas Hutaimbaru.

3. Nilai overall percentage didapat sebesar 71%, dimana variabel

pengetahuan, aksesibilitas, dan kondisi kesehatan memberikan pengaruh

sebesar 71% terhadap pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Hutaimbaru tahun 2017.

6.2 Saran

Dinas Kesehatan

1. Kepada dinas kesehatan diharapkan memberikan pelatihan kepada seluruh

tenaga kesehatan yang bekerja dibidang Promosi kesehatan mengenai

penyuluhan kepada masyarakat tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang

ada di puskesnas.

Puskesmas

1. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama puskesmas harus

meningkatkan promosi kesehatan atau edukasi kepada masyarakat dengan

71

Universitas Sumatera Utara


72

melakukan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya mengenai pelayanan

yang ada di puskesmas. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan di puskesmas sehingga menimbulkan sugesti positif

masyarakat terhadap puskesmas.

2. Mengadakan puskesmas keliling ke lokasi desa yang jauh dari puskesmas,

dengan demikian masalah aksesibilitas mencakup letak, jalan, transportasi

dan jarak tidak lagi menjadi persoalan bagi masyarakat yang tempat

tinggalnya jauh dari Puskesmas Hutaimbaru.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, A.M.R. 2015. Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan


Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kabupaten Simalungun Tahun
2015. Skripsi. FKM USU. http://repository.usu.ac.id/handle/ 12345 6789/
56047, diakses pada tanggal 6 Juni 2017.

Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Binarupa


Aksara Publisher. Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2016. Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Utara 2016.

Fadhilah, H. 2016. Determinan Pemanfaatan Puskesmas Oleh Masyarakat


Diwilayah Kerja Puskesmas Sulit Air Kabupaten Solok Tahun 2016.
Skripsi.FKMUSU.http://repository.usu.ac.nid:143dok_determinan_pemanf
aatan_puskesmas_oleh_masyarakat_di_wilayah_kerja_puskesmas_sulit_k
abuupaten_solok.pdf, diakses pada tanggal 23 juni 2017.

Handayani, P. S. 2013. Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh


Peserta Jamkesmas Di Puskesmas Medan Helvetia Medan Tahun
2013. Skripsi, FKM USU.

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Muninjaya, A. A. 2004. Manajemen Kesehatan, EGC. Jakarta.

Muzaham, F. 2007. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. UI Pers. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.


Jakarta.

. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka


Cipta. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Puskesmas Hutaimbaru. 2016. Profil Puskesmas Hutaimbaru Tahun 2016.

Rambe, A. K. 2015. Deteminan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di


Puskesmas Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015.
Skripsi. FKMUSU.http://repository.usu.ac.nid:123dok_determinan_peman

73
Universitas Sumatera Utara
74

faatan_pelayanan_rawat_jalan_di_puskesmas_batang_toru_kecamatan_bat
ang_toru_kabupat.pdf, diakses pada tanggal 4 juni 2017

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2013. Jakarta

Rusdin, M. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan Masyarakat Pesisir di Wilayah Kerja Puskesmas Bowong
Cindea Kabupaten Pangkep. Skripsi. FKM UNHAS.
http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/366/--megawatiru-
18283-1-skripsi-%29.’/pdf, diakses pada tanggal 4 Juni 2017.

Sinaga, H. S. 2014. Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan


Terhadap Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam di Kecamatan Pematang
Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Skripsi FKM USU.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R &


D.alfabeta. Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


Jakarta

Wahyuni, N. S. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan


Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sumber Rejo Kota Balikpapan
Prov. Kalimantan Timur Tahun 2012. Skripsi FKM UI.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

LEMBAR KUESIONER
DETERMINAN PEMANFAATAN PUSKESMAS OLEH MASYARAKAT DI
WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN HUTAIMBARU KOTA
PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017

I. Identitas Responden
Nama Responden :
Alamat :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Pendidikan:
a. Tidak sekolah/Tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Akademik/Pergutuan Tinggi
Pekerjaan :
a. Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga
b. PNS/Pensiun
c. Petani/Buruh tani
d. Pedangang/Wiraswasa

II. Pengetahuan
No Pertanyaan tentang pengetahuan Benar Salah

1 Keluarga sebaiknya memeriksakan kesehatannya


secara teratur meskipun dalam keadaan sehat
2 Puskesmas Hutaimbaru merupakan salah satu
sarana kesehatan bagi keluarga untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan baik saat sakit
maupun sehat
3 Pelayanan kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru
terdapat pelayanan kesehatan, upaya pencegahan,
peningkatan kesehatan serta pemulihan kesehatan
4 Pelayanan kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru

Universitas Sumatera Utara


hanya pengobatan saja
5 Di Puskesmas Hutaimbaru terdapat pelayanan
kesehatan Ibu dan anak
6 Di Puskesmas Hutaimbaru terdapat pelayanan
keluarga Berencana
7 Pelayanan kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru
dilaksanakan setiap hari (24 jam)
8 Puskesmas Hutaimbaru hanya melayani orang
sakit saja

III. Sikap Tenaga Kesehatan


No Pertanyaan tentang sikap tenaga kesehatan Ya Tidak

1 Petugas melakukan jam pelayanan sesuai dengan


jadwal
2 Tenaga kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru
ramah dan cekatan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien
3 Tenaga kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru
mendengarkan dengan baik keluhan pasien
4 Tenaga kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru
menghargai pasien dan menjaga rahasia pasien
5 Tenaga kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru mau
berkomunikasi dan memberikan informasi secara
jelas seputar keluhan pasien dan obat yang
diberikan kepada pasien
6 Ketika saudara berkunjung ke Puskesmas
Hutaimbaru tenaga kesehatan berada di tempat

IV. Aksesibilitas (jarak tempuh, biaya dan transportasi)


1. Menurut saudara letak puskesmas sudah strategis dengan tempat pemukiman
masyarakat
1. Ya 0. Tidak
2. Menurut saudara letak puskesmas terlalu jauh dari tempat tinggal saudara
1. Ya 0. Tidak
3. Apakah saudara mengalami kesulitan ke puskesmas karena transportasi?
1. Ya 0. Tidak
4. Menurut saudara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas butuh
biaya transportasi yang cukup mahal
1. Ya 0. Tidak

Universitas Sumatera Utara


V. Kondisi kesehatan
1. Disaat saudara atau anggota keluarga lainnya sakit, apakah saudara akan
membawa ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan?
1. Ya
0. Tidak
Jika tidak kemana saudaraakan pergi untuk mendapatkan pelayanan?
2. Disaat saudara atau anggota keluarga lainnya mengalami kondisi kesehatan
yang darurat pada malam hari, apakah saudara akan langsung membawanya ke
puskesmas untuk mendapatkan pertolongan pertama?
2. Ya
1. Tidak
3. Disaat saudara atau anggota keluarga lainnya mengalami sakit parah yang
menahun, apakah saudara memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas?
2. Ya
0. Tidak
4. Apakah saudara memanfaatkan puskesmas untuk mendapatkan layanan
kesehatan jika hanya karena mempunyai keluhan penyakit?
1. Ya
0. Tidak

VI. Pemanfaatan Puskesmas


1. Apakah saudara /anggota keluaraga ada yang sakit dalam 1 (satu) tahun
terakhir ini?

0. Tidak
2. Apakah saudara/anggota keluarga yang sakit tersebut memanfaatkan
pelayanan kesehatan di puskesmas
1. Ya
1. Tidak

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2 MASTER

TABEL

V2 V3 V4 V5 Pemanfaatan
R Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Q24
R1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0
R2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1
R3 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1
R4 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
R5 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0
R6 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0
R7 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
R8 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
R9 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
R10 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0
R11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
R12 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0
R13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0
R14 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
R15 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
R16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1
R17 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
R18 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0
R19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0
R20 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1
R21 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R22 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1
R23 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0
R24 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
R25 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0

Universitas Sumatera Utara


R26 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0
R27 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0
R28 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0
R29 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
R30 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
R31 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
R32 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0
R33 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
R34 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0
R35 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1
R36 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1
R37 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
R38 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R39 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R40 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0
R41 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0
R42 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
R43 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R44 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0
R45 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0
R46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R47 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
R48 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
R49 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
R50 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
R51 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
R52 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
R53 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
R54 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
R55 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
R56 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0

Universitas Sumatera Utara


R57 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0
R58 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0
R59 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
R60 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
R61 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
R62 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R63 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R64 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
R65 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
R66 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0
R67 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0
R68 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
R69 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0
R70 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R71 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
R72 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0
R73 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
R74 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0
R75 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0
R76 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0
R77 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
R78 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0
R79 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0
R80 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R81 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0
R82 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
R83 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
R84 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0
R85 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0
R86 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
R87 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0

Universitas Sumatera Utara


R88 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
R89 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
R90 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0
R91 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
R92 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0
R93 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0
R94 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
R95 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1
R96 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
R97 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
R98 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0
R99 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1
R100 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

OUTPUT HASIL UJI UNIVARIAT

2. IDENTITAS RESPONDEN
umur responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20 - 39 52 52,0 52,0 52,0
40 - 60 42 42,0 42,0 94,0
> 60 6 6,0 6,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

jenis kelamin responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 62 62,0 62,0 62,0
perempuan 38 38,0 38,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pendidikan responden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Vali tidak sekolah/tidak
d tamat SD 3 3,0 3,0 3,0
tamat SD 30 30,0 30,0 33,0
tamat SMP 35 35,0 35,0 68,0
tamat SMA 25 25,0 25,0 93,0
akademik/pergurua
7 7,0 7,0 100,0
n tinggi
Total 100 100,0 100,0

pekerjaan responden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak bekerja/IRT 13 13,0 13,0 13,0
PNS/pensiun 6 6,0 6,0 19,0
petani/buruh tani 64 64,0 64,0 83,0
pedangang/wiraswasta 17 17,0 17,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan auditor1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 29 29,0 29,0 29,0
1 71 71,0 71,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan auditor2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 13 13,0 13,0 13,0
1 87 87,0 87,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
pengetahuan auditor3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 29 29,0 29,0 29,0
1 71 71,0 71,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan auditor4
Cumulative
Valid
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 58 58,0 58,0 58,0
1 42 42,0 42,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan auditor5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 37 37,0 37,0 37,0
1 63 63,0 63,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan auditor6
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 40 40,0 40,0 40,0
1 60 60,0 60,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan auditor7
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 63 63,0 63,0 63,0
1 37 37,0 37,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan auditor8
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 74 74,0 74,0 74,0
1 26 26,0 26,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 27 27,0 27,0 27,0
buruk 73 73,0 73,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

sikap petugas auditor1


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 80 80,0 80,0 80,0
1 20 20,0 20,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

sikap petugas auditor2


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 36 36,0 36,0 36,0
1 64 64,0 64,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


sikap petugas auditor3
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 3 3,0 3,0 3,0
1 97 97,0 97,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

sikap petugas auditor4


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 81 81,0 81,0 81,0
1 19 19,0 19,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

sikap petugas auditor5


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 1 1,0 1,0 1,0
1 99 99,0 99,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

sikap petugas auditor6


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 73 73,0 73,0 73,0
1 27 27,0 27,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Sikap Tenakes
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 38 38,0 38,0 38,0
buruk 62 62,0 62,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


aksessibilitas auditor1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 60 60,0 60,0 60,0
1 40 40,0 40,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

aksessibilitas auditor2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 24 24,0 24,0 24,0
1 76 76,0 76,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

aksessibilitas auditor3
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 27 27,0 27,0 27,0
1 73 73,0 73,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

aksessibilitas auditor4
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 28 28,0 28,0 28,0
1 72 72,0 72,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

aksessibilitas auditor4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sulit 62 62,0 62,0 62,0
mudah 38 38,0 38,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


kondisi kesehatan auditor1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 54 54,0 54,0 54,0
1 46 46,0 46,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

kondisi kesehatan auditor2


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 76 76,0 76,0 76,0
1 24 24,0 24,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

kondisi kesehatan auditor3


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 5 5,0 5,0 5,0
1 95 95,0 95,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

kondisi kesehatan auditor4


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 11 11,0 11,0 11,0
1 89 89,0 89,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Kondidi Kesehatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid kebutuhan tinggi 60 60,0 60,0 60,0
kebutuhan rendah 40 40,0 40,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


pemanfaatan auditor1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 100 100,0 100,0 100,0

pemanfaatan auditor2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 59 59,0 59,0 59,0
1 41 41,0 41,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Pemanfaatan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak
memanfaatkan 59 59,0 59,0 59,0
memanfaatkan 41 41,0 41,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


OUTPUT HASIL UJI BIVARIAT
Pemanfaatan * pendidikanB Crosstabulation

penidkanB
rendah Tinggi Total
Pemanfaatan tidak memanfaatkan 54 5 59
memanfaatkan 38 3 41
Total 92 8 100

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,854(b) 1 ,197
Continuity Correction(a) ,499 1 ,480
Likelihood Ratio ,864 1 ,353
Fisher's Exact Test ,391 ,241
Linear-by-Linear
Association ,845 1 ,358

N of Valid Cases 100


a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,12.

Pemanfaatan * Pengetahuan Crosstabulation


Pengetahuan Total
Baik Buruk baik
Pemanfaatan tidak Count 21 38 59
memanfaatkan % of
21,0% 38,0% 59,0%
Total
memanfaatkan Count 6 35 41
% of
6,0% 35,0% 41,0%
Total
Total Count 27 73 100
% of
27,0% 73,0% 100,0%
Total

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,391(b) 1 ,020
Continuity
Correction(a) 4,380 1 ,036
Likelihood Ratio 5,691 1 ,017
Fisher's Exact Test ,023 ,017
Linear-by-Linear
Association 5,337 1 ,021
N of Valid Cases 100
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11,07.
Pemanfaatan * Sikap Tenakes Crosstabulation
Sikap Tenakes
Baik Buruk Total
Pemanfaatan tidak Count 22 37 59
memanfaatkan % of
22,0% 37,0% 59,0%
Total
Memanfaatkan Count 16 25 41
% of
16,0% 25,0% 41,0%
Total
Total Count 38 62 100
% of
38,0% 62,0% 100,0%
Total
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,031(b) 1 ,860
Continuity
Correction(a) ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,031 1 ,860
Fisher's Exact Test 1,000 ,512
Linear-by-Linear
Association ,031 1 ,861
N of Valid Cases 100
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
15,58.

Universitas Sumatera Utara


Pemanfaatan * Aksessibilitas Crosstabulation
Aksessibilitas
sulit mudah Total
Pemanfaatan tidak Count
memanfaatkan 31 28 59
% of Total 31,0% 28,0% 59,0%
Memanfaatkan Count 31 10 41
% of Total 31,0% 10,0% 41,0%
Total Count 61 38 100

% of Total 61,0% 38,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 6,514(a) 2 ,039
Likelihood Ratio 7,023 2 ,030
Linear-by-Linear
5,640 1 ,018
Association
N of Valid Cases 100
a 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
,41.

Sikap Tenaga Kesehatan

Crosstab
Sikap Tenakes
baik Buruk Total
Pemanfaatan tidak Count 22 37 59
memanfaatkan % of
22,0% 37,0% 59,0%
Total
Memanfaatkan Count 16 25 41
% of
16,0% 25,0% 41,0%
Total
Total Count 38 62 100
% of
38,0% 62,0% 100,0%
Total

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,031(b) 1 ,860
Continuity
Correction(a) ,000 1 1,00
0
Likelihood Ratio ,031 1 ,860
Fisher's Exact Test 1,00 ,512
Linear-by-Linear 0
Association ,031 1 ,861
N of Valid Cases 100
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
15,58.
Kondisi Kesehatan
Pemanfaatan * Kondidi Kesehatan Crosstabulation

Kondidi Kesehatan
kebutuhan kebutuhan Total
tinggi rendah
Pemanfaata tidak Count
n memanfaatkan 28 31 59
Expected Count 35,4 23,6 59,0
% of Total 28,0% 31,0% 59,0%
Memanfaatkan Count 32 9 41
Expected Count 24,6 16,4 41,0
% of Total 32,0% 9,0% 41,0%
Total Count 60 40 100
Expected Count 60,0 40,0 100,0
% of Total 60,0% 40,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9,432(b) 1 ,002
Continuity
Correction(a) 8,201 1 ,004
Likelihood Ratio 9,808 1 ,002
Fisher's Exact Test
,003 ,002
Linear-by-Linear
Association 9,338 1 ,002
N of Valid Cases 100
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,40.

Universitas Sumatera Utara


OUTPUT HASIL UJI MULTIVARIAT

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
tidak memanfaatkan 0
Memanfaatkan 1

Iteration History(a,b,c)
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant Constant
Step 0 1 135,372 -,360
2 135,372 -,364
3 135,372 -,364
a Constant is included in the model.
b Initial -2 Log Likelihood: 135,372
c Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed
by less than ,001.

Classification Table(a,b)

Observed Predicted
Percentage
Pemanfaatan Correct
tidak tidak
memanfa memanfa memanfaat
atkan atkan kan
Step Pemanfaatan tidak
0 memanfaatkan 59 0 100,0
memanfaatkan 41 0 ,0
Overall Percentage 59,0
a Constant is included in the model.
b The cut value is ,500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Lower Upper Lower Upper Lower Upper
Step Constan
-,364 ,203 3,204 1 ,073 ,695
0 t

Universitas Sumatera Utara


Variables not in the Equation
Score Df Sig.
Step 0 Variables jumlahPengtahuan 5,391 1 ,020
AKSES 5,697 1 ,017
JLHKonkes 16,446 1 ,000
Overall Statistics 24,553 3 ,000

Iteration History(a,b,c,d)
-2 Log
Iteration likelihood Coefficients

Constant jumlahPengtahuan AKSES JLHKonkes Constant


Step 1 1 113,316 4,087 -1,321 -,724 -1,263
2 112,446 5,002 -1,649 -,895 -1,524
3 112,439 5,089 -1,681 -,914 -1,547
4 112,439 5,090 -1,681 -,914 -1,547
a Method: Enter
b Constant is included in the model.
c Initial -2 Log Likelihood: 135,372
d Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step
22,933 3 ,000
Block
22,933 3 ,000
Model
22,933 3 ,000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square


1
112,439(a) ,205 ,276
a Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Universitas Sumatera Utara


Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1
3,745 4 ,442

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test


Pemanfaatan = tidak Pemanfaatan =
memanfaatkan memanfaatkan Total

Observed Expected Observed Expected Observed


Step 1 1 13 11,542 0 1,458 13
2 15 14,754 3 3,246 18
3 9 10,154 6 4,846 15
4 8 9,039 6 4,961 14
5 4 5,409 7 5,591 11
6 10 8,102 19 20,898 29

Classification Table(a)

Observed Predicted

Percentage
Pemanfaatan Correct
tidak
memanfaat memanfaat tidak
kan kan memanfaatkan
Step 1 Pemanfaatan tidak memanfaatkan 45 14 76,3
memanfaatkan 15 26 63,4
Overall Percentage 71,0
a The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Lower Upper Lower Upper Lower Upper
Step jumlahPengtahuan
1(a) -1,681 ,572 8,637 1 ,003 1,806
AKSES -,914 ,496 3,394 1 ,065 ,401
JLHKonkes -1,547 ,506 9,358 1 ,002 2,013
Constant 5,090 1,300 15,340 1 ,000 162,373
a Variable(s) entered on step 1: jumlahPengtahuan, AKSES, JLHKonkes.

I}INAS KESEIIATAI{ NAERATI KOTA PADAFTGSTDIMPUAFI


? $$6

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran lokasi Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai