Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat Indonesia saat ini masih

sangat rendah, hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang diantaranya adalah

masyarakat belum memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal, termasuk

pelayanan kesehatan di Puskesmas. Puskesmas merupakan salah satu jenis

fasilitas pelayanan kesehatan yang diprioritaskan untuk mendukung pembangunan

kesehatan masyarakat. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No 75, 2014).

Salah satu upaya pemerintah dalam rangka memeratakan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat adalah dengan penyediaan beberapa fasilitas

kesehatan terutama puskesmas dan puskesmas pembantu, penyediaan obat,

penyediaan tenaga medis dan pencegahan penyakit menular, yang dapat

menjangkau segala lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil (Riskesdas,

2013).

Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember 2016 sebanyak

9.754 unit, yang terdiri dari 3.396 unit Puskesmas rawat inap dan 6.368 unit

Puskesmas non rawat inap. Sejak tahun 2011 jumlah puskesmas semakin

Universitas Sumatera Utara


2

meningkat, yaitu sebanyak 9.321 unit menjadi 9.754 unit pada tahun 2015. Namun

demikian, peningkatan jumlah puskesmas tidak secara langsung menggambarkan

pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar di suatu wilayah. Pemenuhan

kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dilihat secara umum oleh indikator

rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap 30.000

penduduk cenderung meningkat pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013,

namun menurun pada tahun 2014 sebesar 1,16 dan tahun 2015 sebesar 1.15. hal

ini disebabkan laju pertambahan jumlah puskesmas lebih rendah dibandingkan

laju pertumbuhan penduduk (Kemenkes RI, 2016)

Di Provinsi Sumatera Utara jumlah puskesmas selama tahun 2011-2015,

dari 542 unit pada tahun 2011 menjadi 571 unit pada tahun 2015, hal ini terjadi

karena kebutuhan daerah dan adanya pemekaran kabupaten/kota. Jumlah

Puskesmas perawatan mengalami peningkatan dari 155 unit menjadi 176 unit,

puskesmas non perawatan meningkat dari 371 menjadi 394 unit, puskesmas

pembantu mengalami peningkatan dari 1.819 unit menjadi 1.927, dan puskesmas

keliling mengalami kenaikan dari 391 unit menjadi 444 unit pada tahun 2015

(Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2016).

Pembangunan puskesmas disetiap kecamatan di Provinsi Sumatera Utara

memiliki paling sedikit 1 (satu) puskesmas. Bila dibandingkan dengan jumlah

penduduk Sumatera Utara 3.766.851 jiwa, maka 1 puskesmas melayani 24.152

jiwa, bila dibanding dengan standar nasional satu puskesmas melayani 25.000

jiwa, berarti pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mampu menyediakan

Universitas Sumatera Utara


sarana pelayanan kesehatan khususnya puskesmas yang sesuai standar nasional

(Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2016).

Meskipun sarana pelayanan kesehatan kesehatan dasar telah terdapat di

setiap kecamatan dan ditunjang beberapa puskesmas pembantu namun rata-rata

penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas hanya 20,52%

penduduk baik itu di puskesmas induk maupun puskesmas pembantu (Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2016).

Masyarakat yang mengalami keluhan kesehatan lebih memilih mengobati

sendiri dari pada berobat jalan ke berbagai fasilitas kesehatan (Rumah Sakit,

Puskesmas, praktik pribadi), diantaranya 89,18% menggunakan obat modern,

2,79% menggunakan obat tradisional dan 8,24% menggunakan obat lainnya. Bila

dilihat dari tempat berobat yang dikunjungi oleh masyarakat yang memilih

berobat jalan diketahui bahwa jumlah masyarakat Sumatera Utara yang

mengunjungi praktik tenaga kesehatan dan dokter untuk mendapatkan pengobatan

lebih dominan daripada ke Puskesmas/Rumah Sakit milik pemerintah. Dapat

dilihat persentase secara berurutan mulai dari yang tertinggi adalah sebagai

berikut; praktik bidan 35,5%, puskesmas/pustu 25,2%, praktik dokter 18,7%,

rumah sakit swasta 7,7%, rumah sakit pemerintah 4,6%, praktik pengobatan

tradisional 4,9% dan dukun 0,3% lainnya 3,1% (Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara, 2016).

Jumlah puskesmas di Kota Padangsidimpuan sebanyak 9 unit dengan

rincian 1 unit puskesmas rawat inap dan 8 unit puskesmas non rawat inap.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2016,


pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas oleh masyarakat di wilayah Kota

Padangsidimpuan hanya 39% sedangkan 61% lainnya mencari pelayanan

kesehatan ke sarana kesehatan lainnya.

Puskesmas Hutaimbaru merupakan puskesmas non rawat inap yang

terletak di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Provinsi Sumatera

Utara. Jarak Puskesmas Hutaimbaru dengan Pusat pemerintahan Kota

Padangsidimpuan sekitar 6,6 km dan dari pusat pemerintahan Provinsi Sumatera

Utara sekitar 408,9 km. Puskesmas Hutaimbaru memiliki tenaga kerja berjumlah

54 orang dengan rincian berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 41 orang,

pegawai tidak tetap (PTT) sebanyak 11 orang dan TKS sebanyak 3 orang. Jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru sebanyak 16.166 jiwayang

tersebar di sepuluh desa/kelurahan. Fasilistas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

yang berada disekitar wilayah kerja puskesmas ada 3 praktek dokter dan 13

praktek bidan swasta (Puskesmas Hutaimbaru, 2016).

Angka kesakitan di Kota Padangsidimpuan cukup tinggi yaitu sebesar 26%

penduduk yang mengalami keluhan kesehatan. Sehubungan dengan hal itu, jika

dilihat dari cakupan kunjungan pasien yang berobat ke Puskesmas Hutaimbaru

tergolong masih kurang dimanfaatkan, karena pada tahun 2016 hanya sebanyak

12% masyarakat yang melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan di

Puskesmas Hutaimbaru. Berdasarkan laporan kegiatan Puskesmas Hutaimbaru

tahun 2017 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan pasien sebesar 7,4% pada

Januari, 6,9% pada Februari, 6,4% pada Maret, 3,7% pada April, 6,4% pada Mei

dan 5,4% pada Juni (Profil Puskesmas Hutaimbaru, 2015).


Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada Juni 2017 di

Puskesmas Hutaimbaru diketahui bahwa lokasi puskesmas terletak cukup jauh

dari pemukiman penduduk. Lokasi Puskesmas Hutaimbaru dapat dijangkau

dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, namun untuk kendaraan umum

jarang sekali dilewati. Kondisi jalannya juga tidak seluruhnya baik dan sebagian

masyarakat merasa cukup jauh untuk ditempuh.Tingkat pendidikan masyarakat di

Kecamatan Hutaimbaru cukup rendah, rata-rata masih tamatan SD dan SMP.

Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani.Di wilayah kerja Puskesmas

Hutaimbaru terdapat sarana pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan

swasta, praktek dokter dan praktek bidan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru pada bulan Juni 2017

diketahui bahwa rendahnya minat masyarakat dalam memanfaatkan Puskesmas

Hutaimbaru karena sebagian besar masayarakat kurang mengetahui pelayanan

kesehatan yang terdapat di Puskesmas Hutaimbaru, masyarakat juga belum

mengetahui bahwa Puskesmas Hutaimbaru buka setiap hari selama 24 jam.

Masyarakat lebih mengutamakan untuk melakukan pengobatan sendiri jika

mengalami gangguan kesehatan seperti mengkonsumsi obat-obatan yang ada di

warung. Masyarakat juga lebih mengutamakan memanfaatkan pelayanan

kesehatan lain seperti praktek-praktek dokter dan bidan dengan alasan kalau

berobat ke puskesmas jauh dan obat dari puskesmas tidak terjamin karena sudah

mendekati tanggal kadaluarsa serta respon obatnya cukup lama. Beberapa

masyarakat juga mengaku bahwa akan datang ke puskesmas karena kondisi


kesehatannya tidak kunjung sembuh dan semakin parah setelah melakukan

pengobatan sendiri. Selain faktor-faktor tersebut, masyarakat yang diwawancarai

juga menyatakan bahwa mereka harus menunggu lama untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan karena petugas tidak berada di tempat walaupun berkunjung

pada waktu jam kerja puskesmas.

Penelitian Rambe (2015) menunjukkan bahwa variabel pengetahuan,

sikap, persepsi, keterjangkauan dan sikap petugas ada hubungannya terhadap

pemanfaatan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Variabel sikap petugas

puskesmas merupakan model terbaik untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan

rawat jalan di puskesmas.

Hasil penelitian Fadhilah (2016) tentang determinan pemanfaatan

pelayanan kesehatan, mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan, kepercayaan

kesehatan, dan sikap tenaga kesehatan memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan

puskesmas oleh masyarakat di Kabupaten Solok.

Penelitian Rusdin (2015) mengemukakan bahwa faktor pendidikan dan

ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang paling dominan terhadap

pemanfaatan puskesmas, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat

maka semakin besar minat untuk memanfaatkan puskesmas, dan semakin baik

kondisi fasilitas kesehatan maka semakin besar pula minat untuk memanfaatkan

puskesmas.

Penelitian Ambarita (2015) mengemukakan bahwa faktor keterjangkauan

masih menjadi masalah sebagian besar masyarakat untuk memanfaatkan

puskesmas, dikarenakan 82,2% responden berada pada kategori sulit untuk


menjangkau puskesmas, dimana sebagian besar responden mengatakan letak

puskesmas belum strategis dengan tempat permukiman, letak puskesmas terlalu

jauh dari tempat tinggalnya, mengalami kesulitan ke puskesmas karena

transportasi, dan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas butuh

biaya yang cukup mahal.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat

di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun

2017.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan diatas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana determinan

pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2017, dilihat dari pengetahuan

responden, pendidikan, sikap petugas kesehatan, aksessibilitas (jarak tempuh,

biaya dan transportasi), kondisi kesehatan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui determinan pemanfataan pelayanan kesehatan puskesmas oleh

masyarakatdi wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan tahun 2017.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan

puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan tahun 2017.

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap petugas kesehatan terhadap pemanfaatan

pelayanan puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru

Kota Padangsidimpuan tahun 2017.

3. Untuk mengetahui pengaruh aksessibilitas (jarak tempuh, biaya dan

transportasi) terhadap pemanfaatan pelayanan puskesmas di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2017.

4. Untuk mengetahui pengaruh kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan

pelayanan puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hutaimbaru

Kota Padangsidimpuan tahun 2017.

1.4 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, hipotesis yang ingin diajukan dalam

penelitian ini adalah adanya pengaruh faktor pendidikan, pengetahuan,

aksesibilitas (jarak tempuh, biaya, transportasi), kondisi kesehatandan sikap

petugas kesehatan terhadap pemanfatan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan

mengenai sejauh mana pemanfatan pelayanan kesehatan di puskesmas,


khususnya di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi kepala Puskesmas

Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

3. Sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu kesehatan

masyarakat terutama di bidang Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan.

4. Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi peneliti selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai