Anda di halaman 1dari 179

ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT

KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT UMUM


HAJI MEDAN TAHUN 2018

SKRIPSI

OLEH :
LASMIDA MUTIARA R
NIM : 141000512

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT
KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT UMUM
HAJI MEDAN TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :
LASMIDA MUTIARA R
NIM : 141000512

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI RUMAH

SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah

benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2018

Yang membuat pernyataan

Lasmida Mutiara R

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Kebakaran adalah api yang tidak terkendali diluar kemampuan dan


keinginan manusia. Kebakaran ditempat kerja salah satunya adalah Rumah Sakit
merupakan suatu bentuk bencana yang dapat menjadi kecelakaan kerja dan
membawa dampak yang merugikan banyak pihak, untuk itu perlu merencanakan
dan menerapkan sistem tanggap darurat sebagai metode yang digunakan untuk
manajemen proteksi kebakaran, sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan sistem tanggap
darurat kebakaran di RSU Haji Medan Tahun 2018.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
observasional yang menggambarkan bagaimana penerapan sistem tanggap darurat
kebakaran di RSU Haji Medan. Pengambilan data dilakukan melalui observasi
langsung dengan lembar checklist, wawancara dengan pedoman wawancara
kepada kepala pelaksana harian K3, staff K3, Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit (IPSRS) dan Karyawan RSU Haji Medan terhadap objek penelitian.
Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, untuk
menjelaskan gambaran penerapan sistem tanggap darurat kebakaran di Rumah
Sakit Umum Haji Medan apakah sudah sesuai dengan standar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen proteksi kebakaran di
RSU Haji Medan yaitu 50% prosedur tanggap darurat, 100 % Organisasi tanggap
darurat dan 50 % SDM dalam penanggulangan darurat kebakaran telah sesuai
dengan standar. Sistem proteksi aktif yaitu 85,7% alarm kebakaran, 80% detektor,
0% sprinkler atau belum memliki sprinkler, 55% APAR dan 66,7% Hidran telah
sesuai dengan standar. Dan sistem proteksi pasif yaitu 50% jalur evakuasi, 16,7%
pintu darurat, 50% tangga darurat dan 100% tempat berhimpun telah sesuai
dengan standar.
Kesimpulan dari penelitian bahwa sistem tanggap darurat kebakaran di
RSU Haji Medan masih perlu ditingkatkan dan perbaikan bagi manajemen dan
sistem proteksi kebakaran yang belum memenuhi persyaratan sesuai dengan
standar peraturan yang digunakan.

Kata kunci: Kebakaran, RSU Haji Medan, Sistem Tanggap Darurat

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Fire is a fire that is out of control beyond human capabilities and desires.
Fire in the workplace one of which is the Hospital is a form of disaster that can be
a work accident and bring adverse impacts of many parties, therefore necessary
to plan and implement an emergency response system as a method to a fire
emergency which consists of fire protection management, active protection
systems and passive protection systems. The purpose of the study is to determine
the suitability of the implementation of fire emergency response system in RSU
Haji Medan Year 2018.
This research uses descriptive method with observational approach that
describes the implementation of fire emergency response system at Medan Public
Hospital. Data collection is done through direct observation with checklist,
interview with interview guidance to chief executor of K3 daily, staff of K3, IPSRS
and employee and documentation of research object. The data analyzed by
descriptive statistics and then discussed by describing and comparing with the
regulatory reference standards used
The result of the research shows that the average fire protection
management in RSU Haji Medan is 50% emergency response procedure, 100%
emergency response organization and 50% human resources in emergency fire
prevention according to standard. Active protection system is 85,7% fire alarm,
80% detector, 0% sprinkler or no sprinkler, 55% APAR and 66.7% Hydrant
according to standard. And the passive protection system is 50% evacuation
route, 16.7% emergency exit, 50% emergency staircase and 100% gathering
place according to standard.
Concluded of the research that fire emergency response system in RSU
Haji Medan still needs improvement fire protection management and system
which has not fulfill the requirement in accordance with regulation standard used.

Keywords: Fire, RSU Haji Medan, Emergency Response System

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas

berkat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Analisis Penerapan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di

Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2018” yang merupakan salah satu

syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) FKM USU sekaligus selaku penguji I yang telah

banyak memberi saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ir. Kalsum, M.Kes., selaku dosen pembimbing dan Ketua Penguji skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan petunjuk, saran,

dan nasihat bimbingan serta arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes., selaku dosen penguji II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Fitri Ardiani, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah banyak memberikan nasehat dan masukan kepada penulis selama kuliah

di FKM USU.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis

mengikuti pendidikan.

8. Dr. Yulinda Elvi Nasution, M.Kes., selaku Kepala Bidang Pendidikan dan

Penelitian RSU Haji Medan dan Khairun Akbar, SP. selaku Kepala Pelaksana

Harian Instalasi Sanitasi dan K3 RSU Haji Medan yang telah memberikan izin

dan bantuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Teristimewa untuk orangtua tercinta Ibunda Rosdemina Lumban Gaol, serta

saudara kandung penulis Kakanda Jon Andrikson Rumahorbo, Desmon

Rumahorbo, Robert Rumahorbo dan Devi Monica Rumahorbo yang selalu

mendukung, mendoakan dan membantu penulis selama penyelesaian skripsi

ini.

10. Sahabat-sahabat penulis dari awal perkuliahan serta semua pihak yang tidak

bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan

semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membangun agar penulis dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2018

Penulis

Lasmida Mutiara R

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 7
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9


2.1 Kebakaran ................................................................................................ 9
2.1.1 Pengertian Kebakaran .................................................................. 9
2.1.2 Teori Api ...................................................................................... 8
2.1.3 Sumber Penyalaan Api ................................................................. 11
2.1.4 Bahaya Kebakaran ........................................................................ 13
2.1.5 Proses Penyalaan Api ................................................................... 15
2.1.6 Proses Penjalaran Api ................................................................... 16
2.1.7 Faktor Penyebab Kebakaran ......................................................... 17
2.1.8 Klasifikasi Kebakaran .................................................................. 18
2.1.9 Konsep Pemadaman Kebakaran ................................................... 19
2.2 Kebakaran di Rumah Sakit ...................................................................... 20
2.3 Sistem Tanggap Darurat Kebakaran ........................................................ 23
2.4 Manajemen Proteksi Kebakaran .............................................................. 25
2.4.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran ......................................... 26
2.4.2 Organisasi Tanggap Darurat Kebakaran ...................................... 27
2.4.3 Sumber Daya Manusia (SDM) ..................................................... 29
2.5 Sistem Proteksi Kebakaran Aktif ............................................................. 31
2.5.1 Detektor ........................................................................................ 32
2.5.2 Alarm Kebakaran ......................................................................... 34
2.5.3 Sprinkler ....................................................................................... 36
2.5.4 APAR ........................................................................................... 37
2.5.5 Hidran ........................................................................................... 40
2.6 Sistem Proteksi Pasif ................................................................................. 41

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6.1 Jalur Evakuasi .............................................................................. 42
2.6.2 Pintu Darurat ................................................................................ 43
2.6.3 Tangga Darurat ............................................................................. 44
2.6.4 Tempat Berhimpun ....................................................................... 44
2.6 Kerangka Konsep ..................................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 46


3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 46
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 46
3.3 Objek Penelitian ....................................................................................... 46
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 47
3.5 Instrument Penelitian ............................................................................... 48
3.6 Definisi Operasional ................................................................................ 48
3.7 Metode Analisis Data ............................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 51


4.1 Gambaran Umum RSU Haji Medan ........................................................ 51
4.1.1 Sejarah Berdirinya RSU Haji Medan ........................................... 52
4.1.2 Visi dan Misi ................................................................................ 54
4.1.3 Sruktur Organisasi ........................................................................ 55
4.1.4 Klasifikasi Gedung ....................................................................... 56
4.2 Manajemen Proteksi Kebakaran .............................................................. 57
4.2.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran ......................................... 57
4.2.2 Organisasi Tanggap Darurat Kebakaran ...................................... 61
4.2.3 SDM dalam Darurat Kebakaran ................................................... 63
4.3 Sistem Proteksi Aktif ................................................................................ 65
4.3.1 Alarm Kebakaran ......................................................................... 65
4.3.2 Detektor ........................................................................................ 67
4.3.3 Sprinkler ....................................................................................... 69
4.3.4 APAR ........................................................................................... 69
4.3.5 Hidran ........................................................................................... 73
4.4 Sistem Proteksi Pasif................................................................................. 75
4.4.1 Jalur Evakuasi .............................................................................. 75
4.4.2 Pintu Darurat ................................................................................ 77
4.4.3 Tangga Darurat ............................................................................. 78
4.4.4 Tempat Berhimpun ....................................................................... 80

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 82


5.1 Analisis Penerapan Manajemen Proteksi Kebakaran ............................... 82
5.1.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran .......................................... 82
5.1.2 Organisasi Tanggap Darurat Kebakaran ....................................... 86
5.1.3 SDM dalam Darurat Kebakaran ................................................... 88
5.2 Analisis Penerapan Sistem Proteksi Aktif Kebakaran ............................. 91
5.2.1 Alarm Kebakaran ......................................................................... 91
5.2.2 Detektor ........................................................................................ 93
5.2.3 Sprinkler ....................................................................................... 95

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2.4 APAR .......................................................................................... 95
5.2.5 Hidran ........................................................................................... 99
5.3 Analisis Penerapan Sistem Proteksi Pasif Kebakaran ............................. 101
5.3.1 Jalur Evakuasi .............................................................................. 101
5.3.2 Pintu Darurat ................................................................................ 103
5.3.3 Tangga Darurat ............................................................................. 105
5.3.4 Tempat Berhimpun ....................................................................... 106

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 108


6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 108
6.2 Saran ........................................................................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 111

LAMPIRAN

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Luka Bakar ................................................................. 13

Tabel 2.2 Efek Kebakaran ............................................................................. 14

Tabel 2.3 Efek Gas CO ................................................................................. 15

Tabel 2.4 Penyebab Kebakaran di Rumah Sakit .......................................... 21

Tabel 4.1 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di RSU Haji


Medan ........................................................................................... 59

Tabel 4.2 Kesesuaian Organisasi Darurat Kebakaran di RSU Haji Medan 62

Tabel 4.3 Kesesuaian SDM Tanggap Darurat Kebakaran di RSU Haji


Medan ........................................................................................... 64

Tabel 4.4 Kesesuaian Alarm Kebakaran di RSU Haji Medan ..................... 66

Tabel 4.5 Kesesuaian Detektor Kebakaran di RSU Haji Medan ................. 68

Tabel 4.6 Kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di RSU Haji
Medan ........................................................................................... 70

Tabel 4.7 Kesesuaian Hidran Kebakaran di RSU Haji Medan .................... 74

Tabel 4.8 Kesesuaian Jalur Evakuasi di RSU Haji Medan ......................... 76

Tabel 4.9 Kesesuaian Pintu Darurat Kebakaran di RSU Haji Medan .......... 78

Tabel 4.10 Kesesuaian Tangga Darurat Kebakaran di RSU Haji Medan ...... 80

Tabel 4.11 Kesesuaian Tempat Berhimpun di RSU Haji Medan ................... 81

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Fire Triangle ........................................................................... 10

Gambar 2.2 Fire Tetrahedron ..................................................................... 11

Gambar 2.3 Bagan Penanggungjawab Tim Penanggulangan Kebakaran ... 28

Gambar 2.4 Kerangka Konsep .................................................................... 45

Gambar 4.1 Gambaran Umum Gedung RSU Haji Medan .......................... 52

Gambar 4.2 Alarm Kebakaran di RSU Haji Medan .................................... 66

Gambar 4.3 Smoke Detektor Kebakaran di RSU Haji Medan .................... 68

Gambar 4.4 APAR di RSU Haji Medan ...................................................... 70

Gambar 4.5 Hidran Halaman di RSU Haji Medan ...................................... 73

Gambar 4.6 Penandaan Jalur Evakuasi ....................................................... 75

Gambar 4.7 Pintu Darurat Kebakaran di RSU Haji Medan ........................ 77

Gambar 4.8 Tangga Darurat Kebakaran di RSU Haji Medan ..................... 79

Gambar 4.9 Penandaan Titik Kumpul di RSU Haji Medan ........................ 81

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi .................................................................... 113

Lampiran 2. Pedoman Wawancara .............................................................. 125

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian ................................................................ 129

Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian ........................................................... 130

Lampiran 5. Hasil checklist Observasi ......................................................... 131

Lampiran 6. Hasil Wawancara ..................................................................... 143

Lampiran 7. Output SPSS ............................................................................ 148

Lampiran 8. Dokumentasi ............................................................................ 151

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Lasmida Mutiara Rumahorbo, dilahirkan di Kota Dumai pada tanggal 12

Oktober 1996. Anak ketiga dari 5 bersaudara pasangan Alm.Rokimun Rumahorbo

dan Rosdemina Lumban Gaol. Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar

di SD Estomihi Dumai pada tahun 2008. Peneliti melanjutkan Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMP Swasta Santo Tarcisius Dumai tahun 2008 dan tamat

pada tahun 2011. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri

1 Dumai pada tahun 2011 dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun 2014 memulai

kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang artinya kebakaran itu

di luar kemampuan dan keinginan manusia (Ramli,2010). Menurut Kepmen PU

RI NO.26 Tahun 2008, Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi

kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. Menurut teori

segi tiga api (fire triangel) kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang

menjadi unsur api yaitu bahan bakar (fuel), sumber panas (heat) dan oksigen

(oxygen) (Ramli, 2010).

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),

kejadian bencana diindonesia selama 10 tahun terakhir mencapai 2.163 kasus.

Khusus kebakaran, tercatat 980 kasus kebakaran dari tahun 2011-2017 di

Indonesia. Di Medan sendiri, menurut Dinas Pencegahan dan Pemadam

Kebakaran (P2K) Kota Medan, kasus kebakaran di kota medan sepanjang tahun

2017 berjumlah 197 kasus dengan jumlah korban yaitu 14 orang luka-luka dan 6

orang meninggal.

Masih tingginya kasus kebakaran yang terjadi setiap tahunnya dapat

diketahui bahwa kebakaran merupakan masalah serius bagi kehidupan manusia.

Berdasarkan itu pihak atau pemilik bangunan harus menyediakan suatu sistem

tanggap darurat kebakaran sebagai upaya penanggulangan awal apabila terjadi

kebakaran. Seperti dijelaskan di Permen PU No.20 Tahun 2009 tentang pedoman

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan bahwa setiap

pemilik/pengguna bangunan gedung harus memanfaatkan bangunan gedung

sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung

termasuk pengelolaan risiko kebakaran mulai kegiatan pemeliharaan, perawatan

dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan

personil terlatih dalam pengendalian kebakaran.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja

meyatakan bahwa setiap tenaga kerja maupun setiap orang yang berada ditempat

kerja harus terjamin keselamatannya yang salah satu syarat-syarat keselamatan

kerja adalah untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

Kebakaran ditempat kerja merupakan suatu bentuk bencana yang dapat menjadi

kecelakaan kerja dan membawa dampak yang merugikan banyak pihak baik

pengusaha, tenaga kerja maupun masyarakat luas. Semua kejadian kebakaran,

salah satunya yang sering ditempat kerja adalah pada rumah sakit.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan dawat darurat. Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko

tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit,

pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan (Permenkes,2016).

Berdasarkan penggolongan risiko kebakaran, Rumah Sakit sendiri

tergolong risiko kebakaran 6, artinya termasuk kategori cukup rawan

(Ramli,2010). Seperti sudah dijelaskan oleh Hesna dkk (2009) di penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

sebelumnya tentang sumber terjadinya kebakaran di rumah sakit, peneliti juga

menemukan beberapa hal yang berpotensi mengakibatkan kebakaran di Rumah

Sakit, seperti pemakaian beberapa macam bahan kimia yang berisiko meledak

dan terbakar seperti jenis bahan kimia flammable, alkohol etanol, propanol jenis

bahan kimia ini sangat mudah terbakar, selain itu jenis bahan kimia oksidasi

seperti benzoil peroksida, bahan kimia ini akan menimbulkan api jika bereaksi

dengan cairan kimia lainnya serta penggunaan daya listrik yang sangat besar

untuk ruangan radiologi, penggunaan dan penyimpanan tabung gas bertekanan

tinggi dan penggunaan beberapa kompor dan tabung gas LPG di dapur rumah

sakit.

Beberapa kasus terbaru kebakaran yang terjadi di rumah sakit diantaranya: 1)

Kejadian kebakaran pada tanggal 26 Januari 2018 di rumah sakit Sejong di

Mieryang, Korea Selatan. Dalam peristiwa ini 33 orang tewas, 13 orang terluka

parah dan 66 lainnya menderita luka ringan. Berdasarkan keterangan dua perawat,

api tiba-tiba muncul dan menjalar yang diduga karena arus pendek listrik di ruang

Unit Gawat Darurat (UGD) (CNN Indonesia, 2018). 2) Kejadian kebakaran pada

tanggal 14 Desember 2017 di Rumah Sakit Kurnia di Kota Cilegon. Kejadian ini

tidak menelan korban jiwa, Kebakaran diduga akibat arus pendek listrik dari

ruang anak di rumah sakit tersebut (detik.com, 2017). 3) Kejadian kebakaran

pada 14 september 2017 di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

Peristiwa kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun asap tebal

yang keluar dari ruangan membuat pasien panik. Karena kejadian kebakaran,

dinas pemadam kebakaran menurunkan 7 armada mobil penyemprotan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

memadamkan api dikarenakan saat kejadian sistem proteksi gedung rumah

sakit wahidin tidak pada kondisi otomatis sehingga pemadaman dilakukan

secara manual (detik.com, 2017).

Setiap tempat kerja yang salah satunya adalah rumah sakit tentu

menginginkan rumah sakit yang aman, terutama pada situasi adanya bencana dan

keadaan darurat seperti kebakaran. Akibat yang ditimbulkan dari bencana tersebut

akan berdampak buruk dan menyeluruh bagi pelayanan, operasional, sarana dan

prasarana pendukung lainnya, dimana didalamnya juga terdapat pasien, keluarga,

pekerja dan penunjang lainnya. Oleh sebab itu, setiap tempat kerja ataupun

kegiatan yang mengandung bahan atau proses berbahaya diperlukan suatu upaya

penanggulangan yang terencana dan terkoordinasi beserta organisasi pelaksananya

yang siap selalu pada saat kondisi darurat dengan tujuan untuk menolong dan

menyelamatkan jiwa juga harta dan lingkungan.

Berdasarkan tingginya risiko kebakaran di rumah sakit, pemerintah dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) mewajibkan setiap

rumah sakit menyelenggarakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

(K3RS) yang salah satunya berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan

kebakaran dengan pemenuhan alat pemadaman, alat pendeteksian kebakaran

sarana penyelamatan serta adanya tim penanggulangan kebakaran. Selain itu

untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari pihak rumah sakit, Komisi

Akreditasi Rumah Sakit (KARS) menetapkan pengamanan kebakaran di sebuah

rumah sakit menjadi salah satu elemen penilaian untuk kelompok standar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

manajemen rumah sakit. Oleh karena itu, setiap rumah sakit dalam tahap

persiapan maupun sudah mendapatkan akreditasi rumah sakit harus menerapkan

dan merencanakan sistem tanggap darurat kebakaran berupa manajemen tanggap

darurat, sistem proteksi aktif dan adanya sistem proteksi pasif berupa tindakan

penyelamatan dengan sarana penyelamat dan evakuasi untuk memastikan bahwa

seluruh penghuni di rumah sakit aman dari kebakaran, asap atau kedaruratan

lainnya.

Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai sistem tanggap darurat

kebakaran, hasil penelitian Ashary dkk (2015) dengan judul”Analisis sistem

tanggap darurat kebakaran di area produksi kimia PT X Tahun 2015” menyatakan

bahwa berdasarkan penelitian tersebut, secara garis besar PT X telah menerapkan

sistem tanggap darurat kebakaran dengan cukup baik yang ditunjukkan dengan

adanya petugas penanggungjawab yang memiliki kompetensi dibidang kebakaran

dan hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk manajemen tanggap darurat telah

sesuai dengan standar peraturan, sistem proteksi aktif sudah sesuai dengan standar

namun ada beberapa bagian dari sistem yang tidak terpasang, dan sarana

penyelamatan jiwa yang telah sesuai dengan kriteria standar namun ada beberapa

hal seperti tidak tersedianya tanda tempat berkumpul. Selain itu, menurut hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti Kowara dkk (2017) dengan judul “Analisis

sistem proteksi kebakaran sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di PT PJB UP Barantas Malang” menyatakan bahwa manajemen

tanggap darurat mendapat nilai kesesuaian sebesar 80% (Cukup), sistem proteksi

aktif 59 % (Kurang), sarana penyelamat jiwa 43% (Kurang).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah Rumah Sakit milik Pemerintah

Sumatera Utara dan termaksud kedalam rumah sakit kelas B. Berdasarkan hasil

survey awal yang telah dilakukan peneliti di RSU Haji Medan, diketahui bahwa

penerapan sistem tanggap darurat sebagai upaya penanggulangan kebakaran di

rumah sakit tersebut masih kurang dalam penerapannya seperti pemeriksaan

APAR tidak disertai dengan label pemeriksaan, tidak diterapkan alat pemadam

sprinkler, belum memiliki struktur organisasi khusus kebakaran, pelatihan

terhadap seluruh karyawan hanya dilakukan pada penggunaan APAR dan

penerapan untuk tanda-tanda jalur evakuasi tidak jelas dan tidak terdapat peta

petunjuk jalur evakuasi untuk memudahkan dalam penyelamatan diri jika terjadi

keadaan darurat.

Dilihat dari dampak yang ditimbulkan dan berbagai fakta-fakta yang ada,

pihak RSU Haji Medan memliki kewajiban untuk mencegah terjadinya kebakaran

tersebut. Untuk mencegah terjadinya kebakaran dan meminimalisir dampak yang

yang ditimbulkan, pihak rumah sakit harus memproteksi aset yang mereka miliki

termasuk karyawan. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu mengaplikasikan

sistem tanggap darurat kebakaran. Dimana rumah sakit melakukan usaha untuk

menghadapi kejadian kebakaran tersebut baik dari pencegahan maupun

penanggulangan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

berjudul analisis penerapan sistem tanggap darurat kebakaran di RSU Haji

Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, adapun yang

menjadi permasalah dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah kasus

kebakaran yang terjadi dan dampak kerugian yang diakibatkan serta risiko

bencana kebakaran di rumah sakit yang cukup tinggi. Penyediaan sistem tanggap

darurat sesuai dengan standar yang berlaku merupakan salah satu cara pencegahan

yang efektif apabila terjadi kedaruratan kebakaran. Berdasarkan masalah tersebut

dilakukan penelitian mengenai analisis penerapan sistem tanggap darurat di RSU

Haji Medan tahun 2018.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengetahui penerapan sistem

tanggap darurat kebakaran di RSU Haji Medan Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kesesuaian penerapan manajemen proteksi kebakaran di RSU

Haji Medan (Prosedur tanggap darurat, Organisasi tanggap darurat, dan

sumber daya manusia dalam darurat kebakaran)

2. Mengetahui kesesuaian penerapan sistem proteksi kebakaran aktif di RSU

Haji Medan (Detektor, alarm kebakaran, sprinkler, APAR dan hydrant)

3. Mengetahui kesesuaian penerapan sistem proteksi pasif yaitu sarana

penyelamatan jiwa di RSU Haji Medan (Jalur evakuasi, pintu darurat, tangga

darurat dan tempat berhimpun).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan pengalaman untuk

mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan kerja mengenai sistem tanggap darurat

kebakaran yang meliputi manajemen proteksi kebakaran, sistem proteksi aktif

kebakaran dan sistem proteksi pasif berupa penyelamatan jiwa.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit

1. Menjadi bahan pertimbangan bagi pihak rumah sakit untuk memperbaiki

penerapan sistem tanggap darurat kebakaran di Rumah Sakit Umum Haji

Medan yang belum sesuai dengan standar yang yang digunakan.

2. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai potensi bahaya kebakaran

yang dapat terjadi, sehingga bisa diantisipasi dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebakaran

2.1.1 Pengertian Kebakaran

Menurut Ramli (2010), kebakaran adalah api yang tidak terkendali

artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia.

Menurut SNI 03-3985-2000, kebakaran adalah sebuah fenomena yang

terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia

dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya,

asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida, atau produk dan efek lainnya.

Menurut Permen PU RI No. 26/PRT/M/2008, bahaya kebakaran adalah

bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena

pancaran api sejak awal kebakaran hingga penjalaran api yang menimbulkan asap

dan gas.

2.1.2 Teori Api

Api adalah suatu proses penyalaan yang cukup kuat, cepat dan

menghasilkan panas dan cahaya. Untuk terjadinya suatu api, bahan bakar, oksigen,

panas, dan reaksi kimia berantai bersama-sama berada dalam suatu hubungan

simbiosis. Dalam penyalaan api, energi panas terlepas melalui suatu reaksi katalis,

menyangkut kondisi suatu bahan bakar pada tahap kondensasi, tahap gas, atau

kedua-duanya. Proses penyalaan biasanya berhubungan dengan oksidasi cepat

suatu bahan bakar oleh oksigen diudara. Bila oksigen terjadi diudara tertutup maka

akan menyebabkan peningkatan tekanan, dan dapat mengakibatkan terjadinya

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10

ledakan (Rijanto, 2011).

Soehatman Ramli (2010) menjelaskan bahwa api tidak terjadi begitu saja

tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen

dan bantuan panas. Teori ini dikenal dengan segitiga api (fire triangle). Menurut

teori ini kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor yang menjadi unsur api yaitu

(Ramli,2010):

 Bahan bakar (Fuel) , yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas

yang dapat terbakar yang bercampur dengan oksigen dari udara.

 Sumber Panas (Heat), yaitu yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi

yang cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari

udara.

 Oksigen, terkandung dalam udara. Tanpa adanya udara atau oksigen,

maka proses kebakaran tidak dapat terjadi.

Gambar 2.1 Fire Triangle

Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu

dengan yang lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat

terjadi. Bahkan masih ada unsur keempat yang disebut reaksi berantai, karena

tanpa adanya reaksi pembakaran maka api tidak akan menyala terus-menerus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Keempat unsur api ini sering disebut juga Fire Tetrahedron.

Gambar 2.2 Fire Tetrahedron

2.1.3 Sumber Penyalaan Api

Api dapat terjadi jika ada sumber panas yang potensial untuk menyalakan

bahan bakar yang telah bercampur dengan oksigen. Terdapat berbagai sumber

penyalaan api yang dapat memicu terjadinya api antara lain (Ramli,2010):

1. Api Terbuka

Api terbuka yang dimaksud adalah panas langsung dan permukaan panas,

misalnya api rokok, benda panas, api dapur dan bentuk api terbuka lainnya. Api

rokok merupakan salah satu sumber kebakaran yang paling banyak terjadi di

daerah perkotaan dan perumahan.

2. Pengelasan dan pemotongan

Api dari kegiatan ini berpotensi untuk menyalakan bahan mudah terbakar

lainnya. Banyak kebakaran disulut oleh kegiatan pengelasan, misalnya saat

melakukan perbaikan mesin-mesin pada industri.

3. Percikan Mekanis

Yaitu sumber penyalaan yang berasal dari benturan logam dan alat-alat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

mekanis seperti palu besi atau gerinda. Percikan juga dapat timbul dari benda

jatuh yang menimpa beton atau batu.

4. Energi Kimia

Sumber penyalaan yang berasal dari reaksi kimia misalnya reaksi antara

phirophoric sulfide dengan udara atau oksigen.

5. Energi Listrik

Sumber panas yang berasal dari energi listrik. Panas dari listrik dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu hubungan singkat dan beban lebih (over

load). Hubungan singkat adalah terjadinya kontak antara muatan positif dan

negatif. Beban misalnya kabel untuk 12 ampere dialiri listrik 16 ampere, maka

kabel dan isolasinya akan menjadi panas. Peralatan listrik juga bisa menimbulkan

percikan api karena adanya loncatan arus listrik karena pemasangan tidak baik

atau rusak.

6. Kendaraan bermotor

Kendaraan bermotor disini dapat diartikan juga mesin yang sedang

bekerja. Sumber api yang berasal dari mesin yang bekerja berupa bunga api atau

percikan dari gesekan bagian-bagian pada mesin.

7. Listrik Statis

Listrik statis yaitu energi yang timbul akibat adanya muatan listrik statis

misalnya timbul karena adanya beda potensial antara dua benda yang

mengandung muatan listrik positif dan negatif yang mengakibatkna terjadinya

loncatan bunga api listrik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

8. Petir

Petir juga bersumber dari beda potensial diudara yang dapat

mengakibatkan kebakaran. Banyak kasus kebakaran khususnya di industri yang

bersumber dari petir.

2.1.4 Bahaya Kebakaran

Kebakaran mengandung berbagai potensi bahaya baik bagi manusia,

harta benda maupun lingkungan. Berikut ini dijelaskan bahaya utama suatu

kebakaran menurut Ramli (2010):

a. Terbakar api secara langsung

Karena terjebak dalam api yang sedang berkobar. Panas yang tinggi akan

mengakibatkan luka bakar. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan,

atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin

yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya dan radiasi. Berikut dijelaskan

klasifikasi luka bakar menurut Wikipedia.

Tabel 2.1 Klasifikasi Luka Bakar


Klasifikasi Kedalaman Luka Bakar Bentuk Klinis
Superficial Lapisan epidermis Erythema (kemerahan), rasa
thickness sakit seperti tersengat, blister
(Derajat 1) (gelembung cairan)
Partial Epidermis superficial Blister (gelembung cairan),
thickness- (Lapisan papillary) ketika gelembung pecah, rasa
superficial Kedalaman > 0,1 mm nyeri
(Derajat 2
Full thickness Dermis dan struktur tubuh Adanya eschar (kulit
(Derajat 3) dibawah dermis, tulang, atau melepuh), cairan berwarna,
otot, kedalaman lebih dari tidak berasa sakit.
2 mm
Sumber: wikipedia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Soehatman Ramli (2010) juga menjelaskan kerusakan pada kulit

dipengaruhi oleh temperature api yang dimulai dan suhu 45°C sampai yang

terparah diatas 72°C. Berikut tabel yang menjelaskan tentang efek terbakar

pada manusia ditentukan oleh derajat panas yang diterima.

Tabel 2.2 Efek Kebakaran


Tingkat Panas Dampak Kebakaran
(Flux KW/m2)
37,5 100% kematian dalam waktu 1 menit
25 1% kematian dalam 10 detik
15,8 100% kematian dalam 1 menit, cedera parah dalam
10 detik
12,5 1% kematian dalam 1 menit, luka bakar derajat 1 dalam
10 detik
6,3 Tindakan darurat dapat dilakukan oleh personal dengan
pakaian pelindung yang sesuai
4,7 Tindakan darurat dapat dilakukan beberapa menit dengan
pakaian pelindung memadai.
Sumber: Ramli, 2010

b. Terjebak karena asap yang ditimbulkan kebakaran.

Kematian akibat asap dapat disebabkan dua faktor yaitu, pertama kerena

kekurangan oksigen dan kedua karena terhirup gas beracun. Pada saat kebakaran

terjadi, asap yang terbentuk akan mengusir oksigen dari ruangan sehingga ruangan

menjadi sesak.

Gas racun berbahaya dan paling sering dihasilkan akibat kebakaran adalah

gas Karbon Monoksida (CO). Efek dari menghirup gas karbon monoksida dapat

digambarkan sebagai berikut (Ramli,2010):

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Tabel 2.3 Efek Gas CO


Konsentrasi CO Efek
(ppm)
1500 Sakit kepala dalam 15 menit, pingsan dalam 30 menit,
meninggal dalam 1 jam
2000 Sakit kepala dalam 10 menit, pingsan dalam 20 menit
dan meninggal dalam 45 menit
3000 Waktu aman maksimum 5 menit, berbahaya dan pingsan
dalam waktu 10 menit
6000 Sakit kepala, tidak sadar dalam 1-2 menit, dan kematian
dalam 10-15 menit
12.000 Efek langsung, pingsan dalam 2-3 hirupan nafas,
kematian dalam 1-3 menit.
Sumber: Ramli, 2010

c. Bahaya lain akibat kebakaran

Misalnya kejatuhan benda akibat runtuhnya konstruksi. Bahaya ini

banyak sekali terjadi dan mengancam keselamatan penghuni, bahkan juga petugas

pemadam kebakaran yang memasuki bangunan yang sedang terbakar. Bahaya

lainnya dapat bersumber dari ledakan bahan atau material yang terdapat dalam

ruangan yang terbakar. Salah satu bahaya lain yang sering terjadi adalah ledakan

gas yang terkena paparan panas.

d. Trauma akibat kebakaran

Bahaya ini juga banyak mengancam korban kebakaran yang

terperangkap, panik, kehilangan orientasi dan akhirnya dapat berakibat fatal. Hal

ini banyak terjadi dalam kebakaran gedung bertingkat dimana penghuninya

kesulitan untuk mencari jalan keluar yang sudah dipenuhi asap.

2.1.5 Proses Penyalaan Api

Pada proses penyalaan, api mengalami empat tahapan mulai dari tahap

permulaan hingga menjadi besar, berikut penjelasannya (Ramli,2010):

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

1. Incipien Stage (Tahap Permulaan)

Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api atau panas, tetapi terbentuk

partikel pembakaran dalam jumlah yang signifikan selama periode tertentu

2. Smoldering Stage ( Tahap Membara)

Partikel pembakaran telah bertambah membentuk apa yang kita lihat

sebagai“asap”. Masih belum ada nyala api atau panas yang signifikan.

3. Flame Stage

Tercapai titik nyala dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai

berkurang sedangkan panas meningkat.

4. Heat Stage

Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap dan gas beracun dalam jumlah

besar. Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya sangat cepat seolah-olah

menjadi satu dalam fase sendiri.

2.1.6 Proses Penjalaran Api

Kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil, kemudian membesar dan

menjalar ke daerah sekitarnya. Penjalaran api menurut Soehatman Ramli (2010),

dapat melalui beberapa cara yaitu:

a. Konveksi

Yaitu penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat melalui

besi, beton, kayu, atau dinding. Jika terjadi kebakaran disuatu ruangan, maka

panas dapat merambat melalui dinding sehingga ruangan disebelah akan

mengalami pemanasan yang menyebabkan api dapat merambat dengan mudah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

b. Konduksi

Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara, atau bahan

cair lainnya. Suatu ruangan yan terbakar dapat menyebarkan panas melalui

hembusan angin yang terbawa udara panas ke daerah sekitarnya.

c. Radiasi

Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran cahaya atau

gelombang elektro-magnetik yang dikeluarkan oleh nyala api. Dalam proses

radiasi ini, terjadi proses perpindahan panas (heat transfer) dari sumber panas ke

objek penerimanya. Faktor inilah yang sering menjadi penyebab penjalaran api

dari suatu bangunan lain disebelahnya.

2.1.7 Faktor Penyebab Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut (Ramli,2010) :

a. Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang peduli

terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran sebagai contoh :

1. Merokok disembarang tempat, termasuk sambil tiduran atau di dekat bahan

yang mudah terbakar

2. Menggunakan atau merusak instalasi listrik, penyambungan dengan cara tidak

benar, atau mengganti sekring dengan kawat.

3. Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa melakukan

pengamanan yang memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak

atau bahan mudah terbakar lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

4. Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa mengikuti persyaratan

keselamatan misalnya mengoperasikan dan mengoplos tabung gas LPG

dengan cara tidak aman atau memasak menggunakan gas LPG secara tidak

aman.

b. Faktor Teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi

tidak aman dan membahayakan sebagai contoh :

1. Kondisi instalasi listrik yang sudah tua atau tidak standar

2. Peralatan masak tidak aman misalnya slang atau tabung LPG bocor, kompor

tidak baik atau peralatan listrik yang rusak

3. Penempatan bahan mudah terbakar seperti minyak, gas atau kertas berdekatan

dengan sumber api atau panas.

2.1.8 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan macam-macam kebakaran

berdasarkan jenis bahan bakarnya. Tujuan klasifikasi kebakaran adalah agar

memudahkan usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran. Menurut Peraturan

Menteri No.04/MEN/1980, kebakaran diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

1. Kelas A : Suatu kejadian kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat

kecuali logam, sifat dari kebakaran ini adalah bahan bakarnya tidak mengalir

dan sanggup menyimpan panas yang banyak dalam bentuk bara, seperti

contohnya kayu, kertas dan plastik.

2. Kelas B : Kebakaran benda bahan bakar cair atau gas, kebakaran terjadi karena

diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas tersebutlah yang terbakar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Sifat dari kebakaran ini mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat

lainnya. Contohnya bensin, LPG dan minyak.

3. Kelas C : Sebuah kebakaran yang disebabkan oleh suatu instalasi listrik yang

rusak atau korslet, contohnya braker listrik, peralatan alat elektronik.

4. Kelas D : Kebakaran pada benda-benda logam, seperti magnesium, aluminium,

natrium.

2.1.9 Konsep Pemadaman Kebakaran

Kebakaran dapat dipadamkan dengan dilakukan beberapa teknik atau

pendekatan, yaitu (Ramli,2010) :

a. Teknik Pendinginan

Teknik pendinginan (cooling) adalah teknik memadamkan kebakaran

dengan cara medinginkan atau menurunkan uap atau gas yang terbakar sampai

dibawah temperatur nyalanya. Cara ini banyak dilakukan oleh petugas pemadam

kebakaran dengan menggunakan semprotan air ke lokasi atau titik kebakaran

sehingga api secara perlahan dapat berkurang dan mati.

Semprotan air yang disiramkan ke titik api akan mengakibatkan udara

sekitar api mendingin. Sebagian panas akan diserap oleh air yang kemudian

berubah bentuk menjadi uap air yang akan mendinginkan api.

b. Pembatasan Oksigen

Proses pembakaran suatu bahan bakar memerlukan oksigen yang cukup,

misalnya kayu akan mulai menyala bila kadar oksigen 4-5%, acetylene

memerlukan oksigen dibawah 5%, sedangkan gas dan uap hidrokarbon biasanya

tidak akan terbakar bila kadar oksigen dibawah 15%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Teknik ini disebut smothering, sesuai dengan teori segitiga api, kebakaran

dapat dihentikan dengan menghilangkan atau mengurangi suplai oksigen supaya

api dapat padam.

c. Penghilangan Bahan Bakar

Api akan mati dengan sendirinya jika bahan yang terbakar (fuel) sudah

habis. Atas dasar ini, api dapat dipadamkan dengan menghilangkan atau

mengurangi bahan yang terbakar. Teknik ini disebut starvation.

Teknik starvition juga dapat dilakukan dengan menyemprot bahan yang

terbakar dengan busa sehingga suplai bahan bakar untuk kelangsungan kebakaran

terhenti atau berkurang sehingga api akan mati. Teknik ini juga dapat dilakukan

dengan menjauhkan bahan yang terbakar ke tempat yang aman.

d. Memutuskan Reaksi Berantai

Cara terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah terjadinya

reaksi berantai dalam proses pembakaran. Beberapa zat kimia mempunyai sifat

memecah sehingga terjadi reaksi berantai oleh atom-atom yang dibutuhkan oleh

nyala api untuk tetap terbakar.

Bahan pemadam jenis tepung kimia kering juga mempunyai kemampuan

untuk memutuskan mata rantai reaksi. Ketika terjadi panas akibat kebakaran,

maka senyawa yang terurai dari tepung kering ini akan merusak reaksi

pembakaran sehingga reaksi berantai terputus (Ramli,2010).

2.2 Kebakaran di Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 tahun 2016 tentang

keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit, rumah sakit merupakan tempat kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya

manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan

rumah sakit.

Menurut NFPA yang dikutip oleh Iswara (2011), bangunan rumah sakit

adalah bangunan yang dipergunakan untuk tujuan medis atau perawatan untuk

seseorang yang menderita sakit fisik ataupun mental, menyediakan fasilitas untuk

istirahat bagi penghuni, karena kondisinya tidak mampu melayani dirinya sendiri.

Bangunan Rumah Sakit merupakan bagian dari jenis hunian untuk perawatan

kesehatan diantaranya perawatan medis, perawatan jiwa, kebidanan dan bedah .

Melihat karakteristik spesifik penghuni dan bangunan Rumah Sakit,

NFPA mengeluarkan pedoman untuk pencegahan kebakaran (NFPA 1Fire

Prevention Code) dan keselamatan jiwa (NFPA 101 Life Safety Code) yang terkait

tentang pelayanan terhadap pasien, perencanaan evakuasi, latihan penyelamatan

darurat kebakaran, prosedur baku dalam kasus kebakaran, pemeliharaan sarana

jalan keluar, pembatasan dalam aktivitas merokok, pengaturan tempat tidur,

tingkat bahaya dari bahan perabotan dan interior ruangan (Iswara, 2011).

Menurut NFPA yang dikutip oleh Iswara (2011), penyebab kejadian

kebakaran yang terjadi di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Penyebab Kebakaran di Rumah Sakit


Kategori Kasus Angka kejadian (%)
Berhubungan dengan rokok 32,0
Sabotase 13,8
Peralatan rusak 10,0
System distribusi listrik 8,0
Korek api, lampu dan pembakaran di
6,1
tempat terbuka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Lanjutan Tabel 2.4

Pengering 3,6
AC (Pendingin) 2,6
Penghangat ruangan 2,0
Perlengkapan listrik (sinar-x, computer,
1,7
telepon)
Generator 1,3
Incennerator 1,1
TV, radio, mesin fax 0,8
Alat-alat biologi 0,5
Elevator 0,1
Alat-alat lain 2,5
Perlengkapan lain 2,1
Penyebab lain yang tidak diketahui 10,3

Soehatman Ramli (2010) dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Kebakaran menjelaskan bahwa kebakaran di Rumah Sakit memiliki karakteristik

berbeda dengan kejadian kebakaran di tempat lainnya berikut penjelasannya:

a. Sifat penghuni yang beragam. Mulai dari pekerja medis, pasien dan

pengunjung yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda. Pekerja

rumah sakit relative terdidik, dapat diatur dan diarahkan. Pasien paling rawan

saat terjadi kebakaran karena berada dalam kondisi tidak mampu secara fisik,

sehingga membutuhkan bantuan dalam evakuasi.

b. Tingkat kepanikan tinggi. Khususnya dikalangan pasien yang sedang sakit.

Untuk itu perlu dipertimbangkan dalam merancang sistem alarm supaya tidak

menimbulkan kepanikan.

c. Sifat pekerja yang beragam. Mulai dari kegiatan medis sampai keiatan yang

menggunakan sumber api misalnya bagian dapur dan insenerator. Kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

lainnya mulai dari adminstratif, perawatan pasien operasi, sarana penunjang,

semuanya memiliki karakteristik berbeda.

d. Bahan yang mudah terbakar relatif tinggi. Khususnya untuk jenis api kelas A

(Bahan Padat) dan kelas B (Cair dan Gas) yang bersumber dari berbagai jenis

obat-obatan dan bahan kimia lainnya.

e. Bangunan ditempati selama 24 jam. sehingga kebakaran relatif lebih mudah

dan cepat dideteksi dan dipadamkan.

2.3 Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Rumah Sakit

2.3.1 Sistem Tanggap Darurat Kebakaran

Keadaan darurat adalah suatu kejadian mendadak yang menyebabkan

banyak kematian atau cedera yang parah terhadap pekerja dan masyarakat sekitar

atau yang dapat mengganggu dan menghentikan proses industri, perdagangan, dan

menyebabkan kerusakan lingkungan, serta merugikan secara finansial dan citra

masyarakat secara umum (Salami dkk, 2015).

Tanggap darurat merupakan elemen penting dalam Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), untuk menghadapi setiap

kemungkinan yang dapat terjadi untuk mencegah kejadian atau kecelakaan yang

tidak diinginkan. Namun demikian, hendaknya keparahan atau konsekuensi yang

ditimbulkan dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan sistem tanggap

darurat guna mengantisipasi berbagai kemungkinan seperti kecelakaan,

kebakaran/peledakan, bocoran bahan kimia atau pencemaran (Ramli,2010).

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta

benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana (Ramli,2010).

Tanggap darurat kebakaran adalah tindakan segera dengan mengarahkan

sumber daya yang tersedia, sebelum bantuan dari luar datang. Tanggap darurat

adalah tindakan segera yang dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana

misalnya dalam suatu proses kebakaran atau ledakan dilingkungan industri.

Tindakan tersebut meliputi (Ramli,2010):

a. Memadamkan kebakaran atau ledakan

b. Menyelamatkan manusia dan korban

c. Menyelamatkan harta benda dan dokumen penting

Tindakan ini dilakukan oleh tim penanggulangan bencana yang dibentuk

dimasing-masing daerah atau organisasi (Ramli,2010). Selama kegiatan tanggap

darurat, upaya yang dilakukan adalah upaya penanggulangan kebakaran

(Ramli,2010).

Menurut KEPMEN PU No.26/PRT/M/2008, sistem tanggap darurat

kebakaran adalah salah satu kombinasi dari metode yang digunakan pada

bangunan/gedung untuk memperingatkan orang terhadap keadaan darurat,

penyediaan tempat penyelamat, membatasi penyebaran kebakaran, dan

pemadaman kebakaran.

2.3.2 Komponen Penyusun Sistem Tanggap Darurat Kebakaran

Menurut Ramli (2010), beberapa komponen penyusun sistem tanggap

darurat kebakaran di rumah sakit, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

a. Manajemen proteksi kebakaran

Sesuai dengan kondisi bangunan, di lingkungan rumah sakit perlu

dibangun dan dikembangkan sistem tanggap darurat yang meliputi organisasi

tanggap darurat, prosedur penanganannya dan sumber daya manusia dalam

penanggulangan kebakaran.

b. Sistem proteksi kebakaran aktif

Di lingkungan rumah sakit, yang menjadi sistem proteksi aktif dalam

penanggulangan kebakaran yaitu sistem deteksi kebakaran (sistem alarm dan

detektor) dan sistem pemadam kebakaran (APAR, sprinkler dan hidran).

c. Sistem Proteksi Pasif

Hal ini sangat penting untuk bangunan rumah sakit karena kondisi pesien

yang dirawat. Sistem proteksi pasif digunakan sebagai saran penyelamatan jiwa.

Adapun sarana penyelamatan jiwa yang dimaksud adalah sarana jalan keluar,

petunjuk jalan keluar, dan titik kumpul apabila terjadi kebakaran.

2.4 Manajemen Proteksi Kebakaran

Berdasarkan Permen PU RI No.20/PRT/M/2009, bangunan yang memiliki

luas bangunan minimal 5000 m2 atau dengan beban hunian 500 orang, atau

dengan luas area/site minimal 5000 m2 dan bangunan khususnya rumah sakit yang

memiliki lebih dari 40 tempat rawat inap atau terdapat bahan berbahaya yang

mudah terbakar diwajibkan menerapkan manajemen proteksi kebakaran.

Menurut Permen PU RI No.20/PRT/M/2009, Manajemen proteksi

kebakaran bangunan gedung adalah bagian dari “Manajemen Bangunan” untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

gedung.

Setiap pemilik/pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

pengelolaan risiko kebakaran, meliputi kegiatan bersiap diri, merespon, dam

pemulihan akibat kebakaran. Setiap pemilik/pengguna bangunan harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala sistem

proteksi kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian

kebakaran. Khusus bangunan rumah sakit yang memiliki lebih dari 40 tempat

tidur rawat inap, diwajibkan menerapkan manajemen proteksi kebakaran terutama

dalam mengidentifikasikan secara proaktif proses penyelamatan jiwa manusia.

2.4.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat adalah tatalaksana minimal yang harus diikuti

dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Prosedur tanggap

darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan, penyusunan

analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran, pembuatan dan

pelaksanaan rencana pengaman kebakaran dan rencana tindak darurat kebakaran

(Kementerian PU RI, 2009).

Komponen pokok rencana pengamanan kebakaran mencakup rencana

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran, rencana ketagrahan yang baik dan

rencana tindakan darurat kebakaran (Kementerian PU RI, 2009).

Adapun ketentuan prosedur tanggap darurat adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

a. Prosedur tanggap darurat harus dimiliki oleh setiap bangunan gedung,

khususnya bangunan gedung umum, perhotelan, perkantoran, pusat belanja,

dan rumah sakit.

b. Setiap bangunan gedung harus memiliki kelengkapan prosedur tanggap

darurat, antara lain mengenai: pemberitahuan awal, pemadaman kebakaran

manual, pelaksanaan evakuasi, pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan

proteksi kebakaran.

c. Prosedur tanggap darurat harus dikoordinasikan dengan instansi pemadam

kebakaran. (Permen PU RI,2009)

2.4.2 Organisasi Tanggap Darurat Kebakaran

Organisasi/Tim keadaan darurat adalah sekelompok orang yang

ditunjuk/dipilih sebagai pelaksana keadaan darurat. Menurut Permen PU RI

No.20/PRT/M/2009, unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran

bangunan gedung terdiri dari penanggungjawab, personil komunikasi, pemadam

kebakaran, penyelamat, ahli teknik, pemegang peran kebakaran lantai (floor

warden) dan keamanan (Security).

a. Kewajiban pemilik/pengguna gedung

Pemilik/pengelola gedung bangunan wajib melaksanakan manajemen

penanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi penanggulangan

kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

yang akan mengimplimentasikan rencana pengamanan kebakaran (fire safety

plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kepmen PU

RI,2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

b. Struktur Organisasi

Besar kecilnya struktur organisasi kebakaran penaggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan terhadap bahaya kebakaran, tapak,

dan fasilitas yang tersedia pada bangunan.

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan kebakaran

bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor

20/PRT/M/2009, yaitu:

1. Bentuk struktur organisasi TPK tergantung pada situasi dan kondisi bangunan

gedung masing-masing, klasifikasi risiko bangunan terhadap bahaya

kebakaran.

2. Bila terdapat unit bangunan lebih dari satu, maka setiap unit bangunan

gedung mempunyai TPK masing-masing dan dipimpin oleh koordinator TPK

unit bangunan.
PEMILIK/PENGELOLA/
PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG JAWAT
TPK (PJ-TPK)

KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR


TPK UNIT TPK UNIT TPK UNIT
BANGUNAN BANGUNAN BANGUNAN

Gambar 2.3 Bagan Penanggung Jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

3. Struktur Organisasi TPK antara lain terdiri dari:

a. Penanggung jawab TPK.

b. Kepala Bagian Teknik Pemeliharaan, membawahi:

1). Operator ruang monitor dan komunikasi

2). Operator lift

3). Operator listrik dan genset

4). Operator air conditioning dan ventilasi , dan

5). Operator pompa

c. Kepala Bagian Keamanan, membawahi:

1). Tim Pemadam Api (TPA)

2). Tim Penyelamat Kebakaran (TPK), dan

3). Tim Pengamanan.

2.4.3 SDM dalam Darurat Kebakaran

Penanganan keadaan darurat memerlukan sumber daya manusia yang

memadai baik dari segi jumlah maupun kompetensi dan kemampuannya. Banyak

permasalahan yang timbul ketika bencana terjadi karena sumber daya yang

terlibat dalam penanggulangan kurang memadai atau tidak tahu tugas dan

tanggungjawabnya. Oleh karena itu, sebelum menyusun sistem manajemen

keadaan darurat atau bencana yang baik, terlebih dahulu harus diidentifikasi

kebutuhan sumber daya manusia yang diperlukan untuk tim penanggulangan

(Ramli,2010).

Menurut Permen PU RI N.20/PRT/M/2009, yang dimaksud dengan

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah seluruh personil yang terlibat dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

kegiatan dan fungsi manajemen proteksi kebakaran bangunan gedung. Serta untuk

mencapai hasil kerja yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga

yang mempunyai dasar pengetahuan, pengalaman, dan keahlian dibidang proteksi

kebakaran, meliputi (Kementrian PU RI,2009) :

a. Keahlian dibidang pengamanan kebakaran (Fire Safety)

b. Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat

c. Keahlian dibidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemen proteksi kebakaran

harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi bangunan gedung,

klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran, situasi dan kondisi

infrasturktur sekeliling bangunan gedung. Sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan ditingkatkan kemampuannya

(Kementrian PU RI,2009).

Personil penanggulangan kebakaran menurut Kepmenaker RI

No.Kep.186/Men/1999 adalah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi menangani

masalah penanggulangan ditempat kerja yang meliputi kegiatan administrative,

identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan

sistem proteksi kebakaran. Terdiri dari petugas peran kebakaran, regu

penanggulangan kebakaran, unit penanggulangan kebakaran Ahli K3 spesialis

kebakaran, dimana masing-masing mempunyai peran dan tugasnya sendiri,

seperti:

a. Petugas peran kebakaran bertugas mengidentifikasi dan melaporkan tentang

adanya faktor yang menimbulkan bahaya kebakaran, memadamkan kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

pada tahap awal, mengarahkan evakuasi orang dan barang.

b. Regu penanggulangan kebakaran bertugas melakukan pemeliharaan sarana

proteksi kebakaran, memadamkan api, penyuluhan tentang tanggap darurat

kebakaran, memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan.

c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran bertugas memimpin

penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang

berwenang, menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara

penanggulangan kebakaran, mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas

penanggulangan kebakaran kepada pengurus.

d. Ahli K3 spesialis pencegahan dan penanggulangan kebakaran bertugas

membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang

penanggulangan kebakaran, memberikan laporan kepada menteri atau pejabat

yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

melakukan koordinasi dengan instansi yang terkait atau berwenang.

2.5 Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Kepmen PU RI NO.26/PRT/M/2008, Sistem proteksi kebakaran

aktif adalah sistem proteksi kebakaran secara lengkap terdiri atas sistem

pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam

kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta

sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam

khusus.

Setiap bangunan harus melakukan melaksanakan pengaturan pengamanan

terhadap bahaya kebakaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembangunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

sampai pada pemanfaatannya sehingga bangunan gedung andal dan berkualitas

sesuai dengan fungsinya. Salah satu penerapannya adalah melengkapi gedung

dengan sistem proteksi aktif terhadap kebakaran yang terdiri dari (Ramli,2010):

a. Sistem Pendeteksian dan peringatan kebakaran

1. Alat deteksi kebakaran (Detektor)

2. Alarm kebakaran

b. Sistem pemadaman kebakaran

1. Sprinkler Otomatis

2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

3. Hydrant kebakaran.

2.5.1 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran (Fire Alarm) merupakan peralatan yang dipergunakan

untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada

suatu tempat (Anizar,2012).

Sistem alarm kebakaran bekerja secara manual atau otomatis yang

diintegrasikan dengan sistem deteksi kebakaran. Setelah api dideteksi, maka

adanya kebakaran harus dengan segera diinformasikan untuk diketahui oleh

semua pihak dengan menggunakan sistem alarm. Sistem alarm yang digunakan

untuk pemberitahuan kepada pekerja atau penghuni dimana suatu bahaya

kebakaran bermula (Ramli,2010).

Sistem alarm kebakaran dilengkapi dengan tanda atau alarm yang bisa

dilihat atau didengar. Penempatan alarm kebakaran ini biasanya pada koridor atau

gang-gang dan jalan dalam bangunan atau suatu instalasi (Ramli,2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Ada alarm sistem yang bekerja dengan manual yang bisa ditekan melalui

tombol yang berada dalam lemari atau kotak alarm (break glass). Jika kaca

dipecah, maka tombol akan aktif dan segera mengeluarkan sinyal alarm dan

mengaktifkan sistem kebakaran lainnya. Ada juga sistem alarm yang diaktifkan

oleh sistem detektor, ketika detektor mendeteksi adanya api, maka detektor akan

segera mengaktifkan alarm atau langsung sistem pemadam yang ada

(Ramli,2010).

Alarm kebakaran terdiri dari beberapa macam antara lain (Ramli,2010):

1. Bel

Bel merupakan alarm yang akan berdering jika terjadi kebakaran. Dapat

digerakkan secara manual atau dikoneksi dengan sistem kebakaran. Suara bel

agak terbatas, sehingga sesuai ditempatkan dalam ruangan terbatas seperti kantor.

2. Sirine

Fungsi sama dengan bel, namun jenis suara yang dikeluarkan berupa

sirine. Ada yang digerakkan secara manual dan ada yang bekerja secara otomatis.

Sirine mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas seperti pabrik.

3. Horn

Horn juga berupa suara yang cukup keras namun lebih rendah dibanding

sirine.

4. Pengeras Suara

Dalam suatu bangunan yang luas dimana penghuni tidak dapat mengetahui

tidak dapat mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

pengeras suara yang dilengkapi dengan penguatnya sebagai pengganti sistem bel

dan horn. Sistem ini memungkinkan digunakannya komunikasi searah kepada

penghuni agar mereka mengetahui cara dan sarana untuk evakuasi.

Bila alarm berbunyi pada setiap sudut bangunan, pekerja harus tahu arti

alarm tersebut. Setiap sistem alarm, baik itu yang sudah ada, yang baru dipasang

atau diperbaiki, harus memenuhi kriteria berikut (Rijanto,2011):

1. Bila alarm berbunyi, suara alarm harus jelas dan segera dapat dibedakan

dengan suara tanda-tanda dibangunan.

2. Letakkan perangkat alarm pada lokasi yang strategis sehingga dapat didengar

jelas oleh seluruh personil. Latih pekerja untuk mengenali tanda dan

memproses sehubungan dengan prosedur kontrol lokasi bencana khusus.

3. Pelihara sistem alarm agar selalu dapat berfungsi dengan baik. Lakukan test

secara periodik untuk meyakinkan dapat berfungsi dengan baik. Periode

pengetesan jangan lebih dari satu bulan.

4. Semua pekerja harus tahu lokasi dan cara menghubungi sumber-sumber

penanggulangan kebakaran. Juga, semua pekerja harus tahu prosedur yang

tepat bagaimana menghidupkan alarm bila mereka mendeteksi adanya api.

2.5.2 Detektor Kebakaran

Menurut Permenaker NO.PER.02/MEN/1983, Detektor adalah alat untuk

mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat membangkitkan alarm dalam suatu

sistem. SNI 03-3985-2000 tentang Sistem Deteksi Dan Alarm Kebakaran

menjelaskan detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi

adanya kebakaran dan mengawali suatu tindakan. Sistem deteksi kebakaran ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

merupakan sistem peratama yang menjadi ujung tombak proteksi kebakaran

(Ramli,2010).

Menurut Peraturan Menteri RI No.02/MEN/1983, Detektor kebakaran di

bagi menjadi beberapa tipe, yaitu:

1. Deteksi Asap (Smoke Detector)

Detektor asap (smoke detector) adalah detektor yang sistem bekerjanya

didasarkan atas asap. Prinsip kerja deteksi ini bila terjadi kebakaran yang

kemudian ada asap memasuki ruang deteksi maka partikel asap tersebut

mempengaruhi perubahan nilai ion diruang deteksi, dengan perubahan nilai ion

pada ruang deteksi mengakibatkan rangkaian elektronik kontak menjadi aktif dan

berbunyi. Alat ini mempunyai kepekaan yang tingi dan akan menyalakan alarm

bila terdapat asap diruangan tempat alat ini dipasang. Karena kepekaannya, alat

deteksi ini akan langsung aktif bila terdapat asap rokok.

2. Deteksi Nyala Api (Flame Detector)

Detektor nyala api adalah detektor yang sistem bekerjanya didasarkan atas

panas api. Prinsip alat ini berdasarkan sensitivitas terhadap cahaya api yang

memancarkan cahaya inframerah atau ultraviolet.

3. Deteksi Panas (Heat Detector)

Detektor panas adalah suatu detektor yang sistem bekerjanya didasarkan

atas panas. Prinsip kerja deteksi ini berdasarkan kepekaan menerima panas dengan

derajat suhu yang ditentukan oleh kepekaan deteksi, maka sensor bimetal

mendorong mekanikal kontal menjadi aktif dengan demikian alarm berbunyi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

2.5.3 Sprinkler Otomatis

Menurut Permen PU RI N0.26/PTR/M/2008, Sprinkler adalah alat

pemancar air untuk pemdaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar ke semua

arah secara merata. Sprinkler otomatis merupakan sistem pemadam api tetap yang

paling luas dan instalasi paling efektif digunakan. Tingkat efisiensinya diatas

95%.

Sistem sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yang dilengkapi dengan ujung

penyemprot (discharge nozzle) yang kecil dan ditempatkan dalam suatu bangunan

jika terjadi kebakaran maka panas dari api akan melelehkan sambungan solder

atau memecahkan bulb, kemudian kepala sprinkler akan mengeluarkan air (Ramli,

2010).

Secara umum beberapa sistem sprinkler otomatis yang umum digunakan,

yaitu (Rijanto,2011):

1. Sistem Pipa-basah (Wet-pipe)

Sistem ini paling banyak dipergunakan. Seluruh bagian dari sistem ini

sampai ke kepala sprinkler berisi air bertekanan. Kemudian apabila kepala

sprinkler bekerja, air seketika akan menyemprot ke area dibawahnya.

2. Sistem Dry-pipe (Pipa-Kering)

Sistem ini secara umum digunakan sebagai pengganti sistem wet-pipe

karena pipanya berada pada area dengan suhu beku. Pada sistem ini pipa berisi

udara bertekanan, yang menekan suatu katup air. Apabila kepala sprinkler

terbuka, udara terlepas, tekanannya turun, menyebabkan katup penahan air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

terbuka dan air mengalir ke pipa. Bila dibandingkan dengan sistem wet-pipa maka

waktu mulai penyemprotan sprinkler mengalami penundaan beberapa saat. Karena

penundaan ini, bangunan-bangunan dengan ekstra bahaya sulit dilindungi dengan

sistem ini.

3. Sistem Pra-aksi (Pre-action)

Sistem ini sama dengan sistem wet-pipe tetapi dapat lebih cepat bereaksi,

dengan demikian meminimalkan kegagalan suplai air. Katup pra-aksi (pre-

action), yang mengontrol suplai air ke pipa, diaktifkan oleh suatu sistem deteksi

api yang terpisah. Detektor api ditempatkan diarea yang sama dengan sprinkler.

Oleh karena sistem detektor lebih sensitif terhadap panas daripada sprinkler, maka

katup suplai air dalam sistem pipa kering akan terbuka sesudahnya. Biasanya

suatu alarm akan berbunyi bila katup terbuka dan air mulai mengisi pipa. Sistem

ini efektif khususnya untuk di area tempat menangani atau menyimpan barang

dagangan yang berharga.

2.5.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Permenakertrans PER.04/MEN/1980, Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat yang ringan dengan berat maksimal 16 kg serta mudah

dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal mula kebakaran.

Menurut Rijanto (2011), alat pemadam api ringan diklasifikasikan untuk

menunjukkan kemampuannya menangani kelas dan ukuran kebakaran itu.

Klasifikasi alat pemadam api kebakaran dibagi beberapa kelas, yaitu:

1. Kelas A: untuk kebakaran biasa pada semua benda padat kecuali logam,

seperti kayu, kertas, plastik, dan tekstil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

2. Kelas B: untuk kebakaran cairan dan gas mudah terbakar, seperti oil, bensin,

cat, kimia cair.

3. Kelas C: untuk kebakaran pada kabel dan peralatan listrik akibat arus listrik.

4. Kelas D: untuk kebakaran logam, seperti magnesium, potassium, serbuk

aluminium, seng, sodium, titanium, sirkonium, litium.

Jenis APAR berdasarkan media yang digunakan:

1. APAR dengan media air

APAR jenis ini membutuhkan gas CO2 atau N2 yang bertekanan yang

berfungsi untuk menekan air keluar.

2. APAR dengan media busa

APAR jenis ini juga membutuhkan gas CO2 ata N2 yang bertekanan untuk

menekan busa keluar.

3. APAR dengan serbuk kimia

APAR dengan serbuk kimia terdiri dari 2 jenis, yaitu:

a. Tabung berisi serbuk kimia dan sebuah tabung kecil yang berisi gas

bertekanan CO2 atau N2 sebagai pendorong serbuk kimia.

b. Tabung berisi serbuk kimia yang gas bertekanan langsung dimasukkan ke

dalam tabung bersama serbuk kimia. Pada bagian luar tabung terdapat

indikator tekanan gas untuk mengetahui apakah kondisi tekanan di dalam

tabung masih memenuhi syarat atau tidak.

4. APAR dengan media gas

Tabung gas biasanya dilengkapi dengan indikator tekanan pada bagian

luarnya. Khusus untuk tabung yang berisi gas C2 corong semprotnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

berbentuk melebar, berfungsi untuk merubah CO2 yang keluar menjadi bentuk

kabut bila disemprotkan.

Syarat pemasangan APAR (Permenkertrans,1980):

a. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada

posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta

dilengapi dengan pemeberian tanda pemasangan.

b. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar lantai

tepat diatas satu atau kelompok alat pemdam api ringan bersangkutan.

c. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan

jenis dan penggolongan kebakaran.

d. Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok

satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain

oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

e. Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.

APAR dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh setiap orang yang berada

dan melihat kebakaran. Karena itu dirancang untuk mudah digunakan oleh setiap

orang. Cara penggunaan biasanya tercantum disetiap badan APAR(Ramli,2010).

Penggunaan APAR secara mudah adalah dengan menggunakan teknik

“PASS” yaitu sebagai berikut (Ramli,2010):

1. Pull the Pin (cabut pin)

Langkah pertama adalah menarik pin atau pengaman yang ada di bagian

atas. Kunci ini besi atau kawat kecil yang diberi rantai. Jika pin terpasang, maka

katup tidak bisa digerakkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

2. Aim (arahkan ke api)

Api diarahkan ke pangkal api sebagai sasaran pemadaman. Perhatikan arah

angin dan sebaiknya berada diatas angin agar pemadaman dapat efektif dan tidak

terkena semburan media pemadam.

3. Squezee the hendle (pijit katup)

APAR dilengkapi dengan katup atau pemegangnya yang jika dipijit, maka

akan membuka saluran media pemadam, sehingga baham pemadam akan keluar

dari ujung penyemprot.

4. SWEEP (kibaskan ke kiri dan kanan)

Selanjutnya, slang penyalur dikibaskan kekiri dan kanan atau menurut arah

api sampai api berhasil dipadamkan. Pemadam sebaiknya dimulai dari pangkal api

dan diarahkan menurut kobaran api.

2.5.5 Hidran

Menurut Permen PU RI No.26/PRT/M/2008, Hidran adalah alat yang

dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air

bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.

Menurut Boedi Rijanto (2010), berdasarkan lokasi penempatannya,

setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung dan hidran

halaman sebagai berikut:

a. Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan sistem

serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan/gedung tersebut.

Hidran gedung harus berbentuk kotak yang letaknya harus mudah dilihat dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

dijangkau dan kotak hidran tidak boleh dalam keadaan terkunci. Pipa hidran dan

kotak hidran harus dicat warna merah. Pipa pemancar (nozzle) juga harus sudah

terpasang pada ujung selang. (Rijanto, 2010).

b. Hidran halaman

Menurut Permen PU RI No.26/PRT/M/2008, hidran halaman adalah

hidran yang terletak diluar bangunan/gedung dan alat yang dilengkapi dengan

slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang

digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran dan diletakkan di halaman

bangunan gedung. Hidran halaman harus di cat warna merah dan biasanya hidran

harus dihubungkan dengan pipa induk uang ukuran diameternya minimal 4-6

inchi. Penempatan hidran halaman juga harus mudah dicapai kendaraan petugas

pemadam.

2.6 Sistem Proteksi Pasif

Berdasarkan Permen PU No.26/PRT/M/2008, Sistem proteksi pasif adalah

sistem atau rancangan yang menjadi bagian dari sistem sehingga tidak perlu

digerakkan secara aktif. Sarana penyelamatan diri adalah salah satu bagian dari

sistem proteksi pasif.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No.26/PRT/M/2008,

setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat. Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

saat keadaan darurat terjadi.

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa

adalah: jalur evakuasi, tanda petunjuk arah jalan keluar, tangga kebakaran, pintu

darurat, dan tempat berhimpun (Kementrian Pekerjaan Umum RI, 2008).

2.6.1 Jalur Evakuasi Kebakaran

Evakuasi (pengungsian) adalah dalam arti mengumpulkan penghuni pada

suatu tempat yang aman di suatu tempat didalam atau diluar bangunan. Jalur

evakuasi merupakan sarana jalan keluar apabila terjadi darurat kebakaran. Kondisi

jalan keluar adalah merupakan aspek yang sangat penting dalam perencanaan

bangunan jika dilihat bahwa rata-rata 1 orang meninggal diantara 4 orang

penghuni gedung yang sedang terbakar hanya disebabkan masalah sulitnya

mencapai jalan keluar. Jalan keluar penyelamatan dan evakuasi jangan sampai

berbelok-belok, melalui koridor yang panjang, dan menggunakan terlalu banyak

tangga (Rijanto, 2010).

Jalan evakuasi/penyelamatan adalah jalur perjalanan yang menerus

(termasuk jalan keluar, korido umum atau sejenisnya) dari setiap bangunan

gedung termasuk didalam unit hunian tunggal ke temapat yang aman atau titik

kumpul di bangunan gedung (Kementerian PU,2008).

Menurut SNI 03-1746-2000, jalur evakuasi harus mengarah ke titik

kumpul atau titik aman yang telah ditentukan oleh instansi terkait. Penandaan

tanda jalur evakuasi harus memenuhi syarat seperti berwarna hijau dan bertulisan

warna putih dengan ukuran tinggi huruf 10 cm dan tebal huruf 1 cm, dapat terlihat

jelas dari jarak 20 meter, dan penandaan harus disertai dengan penerangan. Selain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

itu, keberadaan peta jalur evakuasi yang terbaru dipersiapkan dan diletakkan di

beberapa titik lokasi agar setiap orang dapat mengetahui letak jalur evakuasi

terdekat.

2.6.2 Pintu Darurat Kebakaran

Menurut Kepmen PU N0.26/PRT/M/2008, pintu kebakaran adalan pintu-

pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan apabila

terjadi kebakaran. Setiap pintu pada sarana jalan keluar harus jenis engsel sisi atau

pintu ayun, pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh.

Menurut Boedi Rijanto (2011), pintu kebakaran adalah alat pelindung

yang digunakan secara luas. Pintu kebakaran yang dipasang pada bangunan dinilai

dari hasil pengujian di laboratorium. Biasanya mempunyai nilai tiga-perempat

sampai tiga jam. Konstruksi daun pintunya dibuat dari bahan logam atau kayu

dilapisi logam, dipasang dengan engsel atau cara geser.

Menurut SNI 03-1746-2000, penempatan pintu darurat harus diatur

sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar

(exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan. Jumlah pintu darurat minimal 2

buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60, dan dilengkapi

dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan keluar menghadap ke koridor, mudah

dicapai dan dapat mengeluarkan seluruh penghuni dalam waktu 2,5 menit.

Pintu kebakaran harus selalu diperiksa saat melakukan inspeksi

pencegahan kebakaran pada bangunan. Pastikan bahwa lubang pintu dan area

sekitarnya bebas sesuatu yang dapat mengganggu beroperasinya pintu kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

(Rijanto, 2011).

2.6.3 Tangga Darurat Kebakaran

Menurut Kepmen PU N0.26/PRT/M/2008, tangga kebakaran adalah

tangga yang direncanakan kusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran.

Tangga kebakaran dilindungi oleh staf tahan api dan termasuk didalamnya lantai

dan atap atau ujung atas struktur penutup. Tangga darurat dibuat untuk mencegah

terjadinya kecelakaan atau luka- luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat.

2.6.4 Tempat Berhimpun / Titik Kumpul

Menurut SNI 03-1746-2000, yang dimaksud dengan tempat berhimpun

adalah suatu tempat berlindung yang pencapaiannya memenuhi persyaratan rute

sesuai ketentuan yang berlaku.

Sedangkan menurut Permen No.26/PRT/M/2008, tempat berhimpun

merupakan suatu tempat aman seperti:

a. Yang tidak ada ancaman api

b. Dari sana penghuni bisa secara aman berhambur setelah menyelamatkan diri

dari keadaan darurat menuju jalan atau ruang terbuka

c. Suatu jalan atau ruang terbuka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

2.7 Kerangka Konsep

Sistem Tanggap Darurat


Kebakaran :

1. Manajemen Proteksi
Standar acuan
kebakaran :
 Permenakertrans No.Per
 Prosedur tanggap
04/Men/1980
darurat  Permenaker No.Per
 Organisasi tanggap 02/Men/1983
darurat  Permenaker
No.KEP.186/MEN/1999
 Sumber Daya Manusia  SNI 03-1746-2000
(SDM)  SNI 03-3989-2000
2. Sistem Proteksi Aktif :  Permen PU RI
No.26/PRT/M/2008
 Alarm kebakaran
 Permen PU RI
 Detektor No.20/PRT/M/2009
 Sprinkler
 APAR
 Hydrant
3. Sistem Proteksi Pasif : Kesesuaian sistem terhadap
standar
Sarana Penyelamatan Jiwa
 Jalur Evakuasi
 Pintu darurat
 Tangga darurat
 Tempat Berhimpun

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif bersifat

deskriptif dengan pendekatan observasional. Penelitian bersifat deskriptif

merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono,2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di RSU Haji Medan yang terletak di Jalan

Rumah Sakit Haji Medan , Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan

Januari 2018 sampai dengan Mei 2018.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah manajemen proteksi kebakaran(organisasi,

prosedur dan SDM dalam penanggulangan kebakaran) , sistem proteksi kebakaran

aktif (APAR, hidran, sprinkler, detektor dan alarm kebakaran) dan sarana

penyelamatan jiwa (pintu darurat, tangga darurat, petunjuk jalan keluar dan

tempat berhimpun) di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari

data primer dan data sekunder, yaitu:

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47

1. Data Primer

Data ini diperoleh dari:

a. Observasi langsung dilapangan, Hasil pengamatan atau observasi secara

langsung menggunakan lembar observasi dengan daftar checklist terhadap

objek penelitian, dengan menggunakan standar acuan Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum RI NO.20/PRT/M/2009, Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum RI NO.26/PRT/M/2008, SNI 03-3989-2000, SNI 03-1746-200,

Permenakertrans No.04/Men/1980, Permenaker No.02/Men/1983 dan

Kepmenaker RI Kep.No.186/Men/1999.

b. Wawancara, wawancara semi terbuka dilakukan dengan tujuan untuk

mendukung hasil observasi atau pengamatan serta untuk mendapatkan

informasi yang akurat sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi di

RSU.Haji Medan. Wawancara dilakukan kepada kepala pelaksana harian

K3RS, staff K3, IPSRS dan karyawan di RSU.Haji Medan.

c. Dokumentasi, dokumnetasi dalam penelitian ini menggunakan kamera

untuk mendokumentasikan komponen-komponen sistem tanggap darurat

yang diteliti yaitu sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen rumah sakit yang

berkaitan dengan sistem tanggap darurat terhadap bahaya kebakaran, serta data-

data pendukung mengenai gambaran umum RSU Haji Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

3.4.2 Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah untuk observasi dilakukan dengan

alat bantu lembar checklist observasi sistem tanggap darurat kebakaran, meteran

untuk melakukan pengukuran, dan kamera untuk dokumentasi. Sedangkan

instrumen penelitian untuk wawancara peneliti menggunakan pedoman

wawancara dengan alat bantu berupa kamera, voice recorder, buku dan alat tulis.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud:

1. Manajemen Proteksi Kebakaran

a. Prosedur tanggap darurat kebakaran adalah kegiatan pembentukan tim

perencanaan tindak darurat kebakaran.

b. Organisasi tanggap darurat kebakaran adalah organisasi/tim khusus yang

dibentuk untuk mengantisipasi dan menanggulangi bahaya kebakaran.

c. Sumber daya manusia adalah orang/personil yang bertugas dalam

manajemen penanggulangan kebakaran mempunyai dasar pengetahuan

dan keahlian dalam bidang proteksi kebakaran.

2. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

a. Detektor aalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran dan mengawali suatu tindakan.

b. Alarm Kebakaran adalah peralatan yang dipergunakan untuk

memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran

pada suatu tempat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

c. Sprinkler adalah alat yang dapat menyemburkan air secara otomatis

bilamana temperatur ruangan mencapai suhu tertentu.

d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat untuk memadamkan api

pada mula terjadinya kebakaran.

e. Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar

(nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi

keperluan pemadaman kebakaran.

3. Sarana Penyelamat Jiwa

a. Jalur Evakuasi adalah jalur perjalanan yang menerus ke tempat yang

aman atau titik kumpul di suatu bangunan/gedung.

b. Pintu Darurat adalah pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan

hanya dipergunakan apabila terjadi darurat kebakaran.

c. Tangga Darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

penyelamatan bila terjadi kebakaran.

d. Tempat Berhimpun adalah suatu tempat berlindung yang pencapaiannya

memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, dengan

cara menggambarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi di RSU Haji Medan. Data yang diperoleh diolah dan disajikan

berupa bentuk teks (textular) dan penyajian dalam bentuk tabel. Kemudian data

akan dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan gambaran penerapan sistem

tanggap darurat kebakaran di Rumah Sakit Umum Haji Medan apakah sudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

sesuai dengan standar acuan yang digunakan yaitu Peraturan Mentri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi RI No.Per.04/Men/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan Dan

Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Peraturan Menteri Tenaga

Kerja No.Per.02/Men/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik,

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.186/MEN/1999 tentang Unit

Penanggulangan Kebakaran, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI

NO.26/PRT/M/2008 tentang Sistem Proteksi Kebakaran, Permen PU RI

NO.20/PRT/M/2009 tentang Manajemen Proteksi Kebakaran, SNI 03-3989-2000

tentang Sprinkler dan SNI 03-1746-2000 tentang Sarana Jalan Keluar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSU Haji Medan

Lokasi penelitian ini adalah RSU Haji Medan yang merupakan Rumah

Sakit milik Pemerintah Sumatera Utara yang berwujud RSU, dinaungi oleh

Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dan termaksud kedalam RS kelas B.

Rumah Sakit ini telah terdaftar semenjak 29/01/2013 dengan nomor

440.442/9551/VI/TAHUN 2014 dan Tanggal surat Ijin 16/06/2014 dari DINKES

PROVINSI SUMATERA UTARA dengan Sifat Tetap, dan berlaku sampai 2019.

Setelah mengadakan metode Akreditasi RS seluruh Indonesia dengan proses

pentahapan I (5 Pelayanan) akhirnya diberikan status Lulus.

Berdasarkan Perda No.43 Tahun 2014 tanggal 04 Desember 2014 tentang

Pelaksanaan Perda No.6 Tahun 2013 tentang Retribusi Daerah. Pasal 7 Tata Cara

Pengelolaan RSU Haji Medan dilaksakan melalui pengelolaan BLUD (Badan

Layanan Umum Daerah) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada Tahun 2014 Keputusan Gubernur No 188.44/365/KPTS/2014 tanggal 13

Mei 2014 tentang Penetapan RSU Haji Medan Provinsi Sumatera Utara sebagai

BLUD dan Perda NO. 11 Tahun 2014 tanggal 2 November 2014 tentang

Organisasi dan Tata Kerja RSU Haji Medan Provinsi Sumatera Utara. Rumah

Sakit Umum Haji Medan memiliki paradigma, yaitu: Memberikan pelayanan yang

bernuansa islami kepada masyarakat muslim khususnya dan mempunyai tanggung

jawab kepada masyarakat.

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52

Gambar 4.1 Gambaran Umum Gedung RSU Haji Medan

4.1.1 Sejarah Berdirinya RSU Haji Medan

Sejak awal tahun 1960-an sudah mulai terdengar suara dari kalangan umat

Islam di Sumatera Utara khususnya di Kotamadya Medan yang mendambakan

sebuah rumah sakit yang benar-benar bernafaskan Islam. Hal ini disebabkan

karena rumah sakit yang telah ada dirasakan belum mampu membawakan dakwah

atau misi Islam secara menyeluruh. Sementara itu beberapa rumah sakit membawa

misi dari agama lain sudah lebih dulu ada di kota Medan. Disamping itu, Rumah

Sakit Umum Haji medan berdiri tahun 1992 atas bantuan dari kerajaan Saudi

Arabia sebagai rasa simpatik atas musibah terjadinya korban kecelakaan yang

menimpa masyarakat haji Indonesia dalam kejadian terowongan minah yang

menyebabkan banyaknya jamaah haji Indonesia yang meninggal khususnya dari

jamaah haji yang berasal dari Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makasar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Sementara gagasan mendirikan rumah sakit yang bernafaskan Islam terus

berkembang pada musim haji tahun 1992 terjadi pula musibah terowongan Minah

yang banyak menimbulkan korban jemaah Haji Indonesia. Kebetulan sekali

gagasan dan pelaksanaan pembangunan rumah sakit ini sejalan pula dengan niat

pemerintah untuk membangun Rumah Sakit Haji di empat lokasi calon jemaah

Haji Indonesia. Oleh sebab itu, rencana membangun rumah sakit bernafaskan

Islam yang salah satunya daerah Sumatera Utara pada waktu ini sedang dalam

proses segera mendapat persetujuan dan dukungan nyata dari pemerintah pusat

yakni berupa penyaluran bantuan Garuda Indonesia, Yayasan Amal Bakti Muslim

Pancasila bahkan bantuan-bantuan dari pihak Pemda Tingkat II seluruh Sumatera

Utara serta bantuan dari Negara Sahabat (Kerajaan Saudi Arabia).

Dukungan dari masyarakat juga melalui infaq para jemaah Haji dan infaq

Pegawai Negeri yang beragama Islam. Pada tanggal 28 Februari 1991 di Jakarta,

Presiden RI menandatangani prasasti untuk keempat Rumah Sakit tersebut, yakni:

Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Melalui Surat Keputusan Gubernur

KDH Tk. I Provinsi Sumatera Utara No.445.05/712.K, tanggal 7 Maret 1991

dibentuk Panitia Pembangunan Rumah Sakit Haji Medan oleh Menteri Agama RI

(Bapak H. Munawir Syadjali) dan Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara (Bapak

H.Raja Inal Siregar) pada tanggal 11 Maret 1991. Alhamdulilah, pada tanggal 4

juni 1992, Bapak Presiden Soeharto berkenan meresmikan Rumah Sakit Haji

Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

4.1.2 Visi dan Misi

a. Visi

Visi rumah sakit umum haji medan adalah “Rumah Sakit Unggulan dan

Pusat Rujukan dengan Pelayanan Bernuansa Islami Berdaya Saing Sesuai Standar

Nasional dan Internasional serta Ramah Lingkungan”.

b. Misi

Adapun misi dari Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah:

1. Meningkatkan professional, kompetensi pegawai RSU Haji Medan Provinsi

Sumatera Utara yang memiliki integritas dan religious.

2. Meningkatkan kualitas dan prasarana RSU Haji Medan Provinsi Sumatera

Utara sesuai standar Nasional dan Internasional dengan prinsip kenyamanan

dan keselamatan.

3. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kesehatan dan pegawai RSU Haji Medan

Provinsi Sumatera Utara melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum.

4. Meningkatkan kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan dengan prinsip

pengelolaan lingkungan RSU Haji Medan Provinsi Sumatera Utara yang sehat

bersih bernuansa Go Green.

5. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas, transparan, bersih dan dapat

dipertanggungjawabkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

4.1.3 Struktur Organisasi

1. Struktur organisasi RSU Haji Medan

DIREKTUR RSU HAJI

Wakil Direktur Wakil Direktur Wakil Direktur


Bidang Pel.Medis Bidang Penunjang Bidang Umum &
& Keperawatan Medis & Pendidikan Keuangan

1. Instalasi Rawat 1. Instalasi Radiologi 1. Bagian Umum


Jalan 2. Instalasi 2. Bagian
2. Instalasi Rawat Inap Laboratorium Penyusunan
3. Instalasi Rawat 3. Instalasi Farmasi Anggaran dan
Darurat 4. Instalasi Gizi Pembedaharaan
4. ICU (instalasi Unit 5. Instalasi Binatu 3. Bagian
Care) 6. Instalasi Akuntansi
5. Instalasi Bedah Pemeliharaan 4. Bagian
6. Instalasi Hemodialis Rumah Sakit Perencanaan dan
7. Instalasi Rekam medis
Rehabilitasi Medis 5. Bagian
8. Instalasi Sanitasi & Kerohanian
K3
9. CSSD
10. Instalasi
Pemulasaran
Jenazah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

2. Organisasi P3KRS

KETUA
Direktur RSU Haji Medan

WAKIL KETUA

KEPALA PELAKSANA HARIAN

SEKRETARIS

BIDANG I BIDANG II BIDANG III

Pengamanan Pengamanan Pengembangan


peralatan medik, Peralatan Non Sanitasi dan Sarana
pengamanan radiasi Medis, Pegamanan Kesehatan
dan limbah dan Keselamatan
radioaktif Bangunan

BIDANG IV BIDANG V

Pelayanan Kesehatan Pencegahan dan


Kerja dan Pencegahan Penanggulangan
Penyakit Akibat Kerja Bencana

4.1.4 Klasifikasi Gedung

Berdasarkan penggunaan bangunan gedung termasuk klasifikasi bangunan

kelas 9a yaitu bangunan perawatan kesehatan (Permen PU RI

NO.26/PRT/M/2008). Bangunan RSU.Haji Medan terdiri dari 2 lantai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

4.2 Manajemen Proteksi Kebakaran

4.2.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Pelaksana Harian K3 yaitu

mengenai pernah terjadinya kebakaran yaitu:

“Disini belum pernah terjadi kebakaran tapi kalau kebakaran ringan


seperti korslet biasa pernah dan sudah lama dan itupun langsung cepat
tertangan” (KA,28 April 2018).

Hasil wawancara kepada Kepala Pelaksana Harian K3 yaitu mengenai

prosedur tanggap darurat kebakaran yaitu:

“Kalau untuk prosedur tanggap darurat Ada, kalau berdasarkan SOP dan
panduan rumah sakit prosedur tanggap darurat kebakaran yang dilakukan
pertama kali adalah personel/pegawai yang pertama melihat api langsung
melakukan tindakan pemadaman api dengan APAR jika api memungkinkan untuk
dipadamkan. Biasanya untuk kebakaran yang ringan seperti korslet kecil. Jika api
tidak dapat dipadamkan,karyawan ruangan memecahkan kotak alarm sebagai
tanda bahwa terjadi kebakaran dan tim piket petugas pelaksana kebakaran di
ruangan tempat kebakaran terjadi melakukan tugasnya sesuai uraian tugas yang
sudah ditentukan berdasarkan warna helm yaitu komando, pemadam, penyingkir,
dan evakuasi. Kemudian salah satu dari pegawai yang lain melapor kepada
operator informasi rumah sakit, bagian teknik dan bagian keamanan. Untuk
operator informasimengumumkan “kode merah” ke seluruh ruangan, untuk
IPSRS memutuskan aliran listrik, untuk bagian keamanan melapor kepada
Direktur RS. Tim kemanan membantu pemadaman menggunakan APAR kemudian
hidran dan terakhir bantuan mobil pemadaman kebakaran dan penyelamatan
serta evakuasi menggunakan sarana evakuasi yang sudah ada kemudian
berkumpul di titik kumpul. Untuk bagian prosedur pemeliharaan alat proteksi
kebakaran itu pihak IPSRS” (KA,28 April 2018).

Hasil wawancara kepada Kepala Pelaksana Harian K3 yaitu mengenai

pelatihan darurat kebakaran yaitu:

“Untuk pelatihan darurat kebakaran secara keseluruhan kami pernah


lakukan sekali namun tidak rutin. Pelatihan tanggap darurat dilakukan kepada
tim K3RS yaitu seminar dan simulasi bencana kebakaran serta evakuasi pasien.
Kalau untuk seluruh pegawai/karyawan pelatihan yang dilakukan rutin hanya
mempraktekkan langsung cara menggunakan APAR” (KA,28 April 2018).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan RSU Haji Medan yang

mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran, yaitu :

“Kami sebenarnya belum pernah dikasih pelatihan bagaimana prosedur


tanggap darurat kebakaran, yang dikasih tau hanya bagaimana penggunaan
APAR. Tetapi yang saya tau kalau terjadi kebakaran kami padamkan dengan
APAR, kalau belum bisa dipadamkan dengan APAR kami melapor kepada bagian
operator informasi dengan “kode merah” yang menandakan bahwa terjadi
kebakaran. Selain itu, di setiap ruangan kan sudah ada kayak papan dengan helm
warna, jadi papan itu seperti papan piket beserta uraian tugas apabila terjadi
kebakaran. Kami melaksanakan nya ya sesuai dari masing-masing tugas yang
tertera dipapan itulah. Setelah itu tergantung instruksi” (S, 5 Mei 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian IPSRS yang mengenai

inspeksi, uji coba dan pemeliharaan sistem proteksi kebakaran, yaitu:

“Kalau untuk inspeksi,inspeksi yang rutin dilakukan itu hanya pada APAR
yaitu setiap bulannya, yang melakukan inspeksi staff-nya bagian sanitasi dan k3
rumah sakit aminn namanya. Kalau untuk prosedur inspeksi dan uji coba kami
belum ada. Untuk peralatan yang lain seperti hidran, alarm, detektor tidak
pernah kami lakukan inspeksi. Untuk uji coba dan pemeliharaan itu seharusnya
kami sendiri memang yang lakukan, namun sampai saat ini untuk alat seperti
hidran, alarm, detektor tidak pernah kami uji coba kecuali pada saat pemasangan
saja yang kami uji coba dikarenakan kalau kami uji coba seperti detektor dengan
alarm akan bunyi jadi mengganggu kenyamanan dan pekerjaan dirumah sakit.
Sedangkan untuk APAR dilakukan pemeliharaan yaitu service atau isi ulang
APAR setiap satu tahun sekali tapi itupun bukan kami pihak rumah sakit yang
melakukan melain dari pihak ketiga yang berkerjasama dengan rumah sakit
sebagai penyedia, service dan isi ulang APAR” (SM,1 Mei 2018).

Berdasarkan pernyataan dari kepala pelaksana harian K3RS dan karyawan

rumah sakit, pada dasarnya mengatakan hal yang sama tentang prosedur tanggap

darurat. Semua langkah yang dilakukan ketika terjadi bahaya kebakaran di rumah

sakit yaitu melapor petugas tanggap darurat kebakaran, memadamkan api,

melakukan evakuasi dengan sarana evakuasi yang tersedia.

Berikut hasil checklist prosedur tanggap darurat kebakaran di RSU Haji

Medan yang dibandingkan dengan standar Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Tabel 4.1 Kesesuaian Penerapan Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di


RSU Haji Medan
No Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. Terdapat tim perencana Terdapat tim perencana √
pengaman kebakaran yaitu tim PK3RS dan tim
penanggulangan
bencana.
2. Terdapat rencana Terdapat rencana √
tindakan darurat tindakan darurat
kebakaran (fire kebakaran (fire
emergency plan) dalam emergency plan) dalam
rencana pengamanan rencana pengamanan
kebakaran kebakaran.
3. Terdapat prosedur Tidak Terdapat √
inspeksi, uji coba, dan prosedur inspeksi, uji
pemeliharaan sistem coba, dan pemeliharaan
proteksi kebakaran sistem proteksi
kebakaran.
4. Terdapat jadwal Tidak Terdapat jadwal √
inspeksi, uji coba dan rutin inspeksi, uji
pemeliharaan setiap coba dan pemelihara-
sistem proteksi kebakaran an sistem proteksi
kebakaran.
5. Perencanaan tindakan Perencanaan tindakan √
darurat kebakaran darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci men-jelaskan dengan
tentang rangkaian rinci tentang rangkaian
tindakan (prosedur) yang tindakan (prosedur)
harus dilakukan oleh yang harus dilakukan
penanggung jawab dan oleh penanggungjawab
pengguna bangunan dan pengguna
dalam setiap keadaan bangunan yaitu seluruh
darurat karyawan dalam setiap
keadaan darurat.
6. Perencanaan tindakan Perencanaan memuat √
darurat kebakaran informasi tentang daftar
memuat informasi panggil keadaan darurat
tentang daftar panggil (emergency call) yaitu
keadaan darurat simbol ”code red” dan
(emergency call) dari sistem alarm dengan
semua personil yang semua personil yang
harus dilibatkan dalam harus dilibatkan dalam
merespon keadaan merespon keadaan
darurat setiap waktu darurat setiap waktu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Lanjutan Tabel 4.1

7. Perencanaan tindakan Perencanaan tindakan √


darurat kebakaran darurat kebakaran
memuat informasi tentang memuat informasi
denah lantai yang berisi:tentang yang berisi:
Alarm kebakaran dan titika. Alarm kebakaran
panggil manual, Jalan dan titik panggil
keluar & Rute evakuasi manual
b. Jalan keluar
c. Rute evakuasi
8. Evakuasi rencana Evakuasi rencana √
pengamanan terhadap pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan kebakaran melibatkan
seluruh tingkatan seluruh tingkatan
manajemen manajemen yaitu
seluruh organisasi dan
karyawan dirumah sakit.
9. Diadakan pelatihan Diadakannya pelatihan √
tanggap darurat tanggap darurat bagi
karyawan dan tim
PK3RS.
10. Pelatihan karyawan Tidak diadakan √
diarahkan pada peran pelatihan karyawan
dan tanggung jawab yang diarahkan pada
individu peran dan tanggung
jawab individu.
11. Pelatihan karyawan di- Tidak diadakan √
arahkan pada informasi Pelatihan karyawan
tentang ancaman, bahaya diarahkan pada
dan tindakan. informasi tentang
ancaman, bahaya dan
tindakan .
12. Pelatihan karyawan Tidak diadakan √
diarahkan pada prosedur Pelatihan karyawan
pemberitahuan, peringat- diarahkan kepada
an dan komunikasi prosedur pemberitahuan,
peringatan dan
komunikasi.
13. Pelatihan karyawan Tidak diadakan √
diarahkan kepada Pelatihan karyawan
prosedur tanggap darurat diarahkan pada
prosedur tanggap
darurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Lanjutan Tabel 4.1

14. Pelatihan karyawan Tidak diadakan √


diarahkan pada prosedur Pelatihan karyawan
evakuasi, penampungan. diarahkan pada
prosedur evakuasi, pe-
nampungan.
15. Pelatihan karyawan Diadakan pelatihan √
diarahkan pada pem- karyawan diarahkan
beritahuan lokasi tempat pada pemberitahuan
peralatan yang biasa lokasi tempat
digunakan dalam peralatan yang biasa
keadaan darurat dan digunakan dalam
penggunaannya keadaan darurat dan
penggunaannya yaitu
pelatihan APAR setiap
hari senin pagi.
16. Rencana pengamanan Tidak diadakan evaluasi √
kebakaran dievaluasi dan dikaji tentang
dan dikaji sedikitnya rencana pengamanan
sekali dalam sebulan kebakaran setiap
bulannya.
17. Dilakukan audit sistem Tidak dilakukannya √
proteksi kebakaran. audit sistem proteksi
kebakaran.
18. Dilakukan sosialisasi Dilakukan sosialisasi √
pentingnya proteksi pentingnya proteksi
kebakaran kebakaran seperti
sosialisasi APAR setiap
hari senin.
9 9
PERSENTASE
(50%) (50%)

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan prosedur dalam tanggap

darurat kebakaran menurut Permen NO.20/PRT/M/2009, dari 18 persyaratan

terdapat 9 (50%) kondisi sesuai dengan persyaratan dan 9 (50%) kondisi tidak

sesuai dengan persyaratan.

4.2.2 Organisasi Tanggap Darurat Kebakaran

Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen, RSU Haji Medan

sudah memiliki organisasi dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Untuk mengantisipasi keadaan darurat, manajemen Rumah Sakit Umum Haji

Medan membentuk organisasi berupa pembentukan panitia keselamatan kerja,

kebakaran dan kewaspadaan bencana (PK3RS). Tim PK3RS membawahi tim

penanggulangan bencana yang mempunyai tim petugas pelaksana di setiap unit

rumah sakit. Tim petugas pelaksana adalah seluruh karyawan dimasing-masing

unit kerja yang ditandai dengan papan beserta warna helm yang mewakili uraian

tugasnya masing-masing dan tiap hari juga di rolling tugasnya. Terdiri dari 4

tugas yaitu komando, pemadam, penyingkir dan evakuasi.

Berikut hasil checklist organisasi proteksi kebakaran dalam tanggap

darurat kebakaran di RSU Haji Medan yang dibandingkan dengan standar Permen

PU RI NO.20/PRT/M/2009.

Tabel 4.2 Kesesuaian Penerapan Organisasi Tanggap Darurat Kebakaran


di RSU Haji Medan
No Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pemilik/Pengelola Terdapat tim penanggula- √
bangunan wajib mem- ngan bencana dan tim
bentuk Tim Penang- petugas pelaksana
gulangan Kebakaran. bencana.
2. Setiap unit bangunan Terdapat tim petugas √
mempunyai tim pe- pelaksana kebakaran
nanggulangan kebakaran sesuai uraian warna helm
masing-masing di setiap unit RS.
3. Terdapat penanggung Tim penanggulangan √
jawab yang membawa setiap unit bangunan yaitu
seluruh pimpinan tim pe-nanggungjawab dan
kebakaran setiap unit tim PK3RS.
4. Terdapat kepala bagian Terdapat kepala bagian √
teknik pemeliharaan pada teknik pemeliharaan pada
organisasi tim penang- struktur organisasi pe-
gulangan kebakaran nanggulangan bencana.
5. Terdapat kepala bagian Terdapat kepala bagian √
keamanan pada tim keamanan pada struktur
penanggulangan organisasi tim penang-
kebakaran gulangan bencana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Lanjutan Tabel 4.2

6. Terdapat operator Terdapat operator √


komunikasi komunikasi.
7. Kepala bagian teknik Kepala bagian teknik √
pemeliharaan mem- pemeliharaan membawahi
bawahi operator listrik operator listrik dan genset.
dan genset
8. Kepala bagian teknik Kepala bagian teknik √
pemeliharaan mem- pemeliharaan membawahi
bawahi operator pompa. operator pompa.
9. Kepala bagian keamanan Kepala bagian keamanan √
membawahi tim membawahi tim pemadam
pemadam api api.
10. Terdapat tim penyelamat Terdapat tim penyelamat √
kebakaran kebakaran yaitu security.
10 0
PERSENTASE
(100%) (0%)

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan organisasi dalam

tanggap darurat kebakaran menurut Permen NO.20/PRT/M/2009, dari 10

persyaratan terdapat 10(100%) semuanya kondisi sesuai dengan persyaratan.

4.2.3 SDM (Sumber Daya Manusia) dalam Darurat Kebakaran

Sumber daya manusia dalam darurat kebakaran di RSU Haji Medan adalah

seluruh karyawan yaitu perawat, petugas keamanan, petugas kebersihan atau

semua penghuni rumah sakit. Sumber daya manusia atau seluruh karyawan di

rumah sakit umum haji medan belum pernah diberikan pendidikan dan pelatihan

tanggap darurat kebakaran dan evakuasi. Pelatihan hanya dilakukan kepada tim

PK3RS, namun untuk karyawan pelatihan yang pernah diberikan hanya mengenai

penggunaan APAR setiap hari senin pagi secara bergantian kepada seluruh

karyawan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Berikut hasil checklist Sumber Daya Manusia (SDM) dalam tanggap

darurat kebakaran di RSU Haji Medan yang dibandingkan dengan standar Permen

PU RI NO.20/PRT/M/2009 dan Kepemenaker Kep.No.186/Men/1999.

Tabel 4.3 Kesesuaian Penerapan SDM dalam Darurat Kebakaran di RSU


Haji Medan
No. Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. Terdapat SDM berperan Terdapat Sumber daya √
sebagai unit penang- manusia berperan sebagai
gulangan kebakaran. unit penanggulangan
kebakaran yaitu seluruh
karyawan di rumah sakit.
2. Petugas peran Petugas peran kebakaran √
kebakaran Unit penang- di rumah sakit umum haji
gulangan kebakaran medan adalah seluruh
memenuhi syarat telah karyawan rumah sakit.
mengikuti kursus teknis Untuk tugasnya ditetapkan
penaggulangan pada masing-masing unit
kebakaran sesuai uraian yang ditandai
dengan warna helm.
Namun belum pernah
mengikuti kursus teknis
penanggulangan kebakaran
kecuali tim K3RS sendiri.
3. Regu penanggulangan Regu penaggulangan √
kebakaran Unit penang- kebakaran yaitu tim
gulangan kebakaran penanggulangan bencana
memenuhi syarat: telah yang dibantu oleh tim
mengikuti kursus teknis keamanan dan IPSRS.
penaggulangan Rata-rata pendidikan
kebakaran minimal SMA, D3 dan S1.
Masing-masing tim regu
pernah mengikuti kursus
teknis penanggulangan
kebakaran yang sudah
disertai sertifikat.
4. Koordinator Unit Koordinator atau √
penanggulangan penanggungjawab dalam
kebakaran memenuhi penanggulangan kebakaran
syarat: telah mengikuti yaitu tim PK3RS. Masing-
kursus teknis penag- masing personil atau
gulangan kebakaran tenaga kerja pernah
tingkat dasar dan mengikuti kursus teknis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Lanjutan Tabel 4.3

tingkat ahli K3 Pratama penanggulangan kebakaran


dan tingkat ahli K3 yang
disertai sertifikat.
5. Ahli K3 spesialis Tidak terdapat tenaga kerja √
kebakaran memenuhi Ahli K3 spesialis
syarat: telah mengikuti kebakaran.
kursus teknis kebakaran
ahli K3 dan ahli madya.
6. Sumber daya manusia Tenaga kerja yang √
yang berada dalam berperan dalam tanggap
Manajemen penang- darurat kebakaran tidak
gulangan kebakaran dilakukan pelatihan dan
diadakan pelatihan dan peningkatan kemampuan
peningkatan ke- secara berkala. Pelatihan
mampuannya secara yang berkala hanya
berkala. dilakukan pada APAR
tidak untuk keseluruhan.
3 3
PERSENTASE
(50%) (50%)

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan Sumber Daya Manusia

(SDM) dalam darurat kebakaran menurut Permen NO.20/PRT/M/2009 dan

Kepemenaker Kep.No.186/Men/1999, dari 6 persyaratan terdapat 3 (50%) kondisi

sesuai dengan persyaratan dan 3 (50%) kondisi tidak sesuai dengan persyaratan.

4.3 Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

4.3.1 Alarm Kebakaran

Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara, Rumah

Sakit Umum Haji Medan mempunyai sistem alarm yang dapat difungsikan secara

otomatis dan manual. Alarm yang digunakan di RSU Haji Medan adalah alarm

yang sudah terintegrasi dengan detektor. Alarm kebakaran di RSU Haji Medan

mempunyai sinyal suara berupa sirine kebakaran yang terhubung dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

keseluruhan ruangan. Alarm kebakaran di RSU Haji Medan belum pernah di

lakukan pemeriksaan kecuali pemeriksaaan saat alarm baru dipasang.

Gambar 4.2 Alarm Kebakaran di RSU Haji Medan

Berikut hasil checklist sitem alarm kebakaran di RSU Haji Medan

dibandingkan dengan standar Permenaker PER.No.02/MEN/1983.

Tabel 4.4 Kesesuaian Penerapan Alarm Kebakaran di RSU Haji Medan


No Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. Terdapat sistem alarm Terdapat sistem alarm √
kebakaran kebakaran
2. Alarm dapat dilihat Alarm dapat dilihat dengan √
dengan jelas jelas dan tidak terhalang.
3. Alarm dalam kondisi Alarm dalam kondisi aktif √
baik dan siap dan siap digunakan.
digunakan
4. Alarm diletakkan pada Alarm diletakkan di- √
lintasan jalur keluar lintasan jalus keluar namun
dengan tinggi tidak tingginya melebihi 1,4
lebih dari 1,4 m dari meter dari lantai yaitu 160
lantai cm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Lanjutan Tabel 4.4


5. Setiap sistem alarm Terdapat sistem alarm yang √
kebakaran harus mem- menggambarkan secara
punyai instalasi secara lengkap kelompok alarm
lengkap yang men- yaitu terdapat di control
cantumkan kelompok panel.
alarm
6. Setiap lantai harus ada Alarm terdapat disetiap √
kelompok alarm lantai dan dimasing-masing
kebakaran tersendiri koridor.
7. Sistem alarm Sistem alarm mempunyai √
kebakaran harus di- sinyal suara yang berjenis
lengkapi sekurang- sirine.
kurangnya sebuah
lonceng
6 1
PERSENTASE
(85,7%) (14,3%)

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan detektor kebakaran

menurut Permenaker PER.NO.02/MEN/1983 dari 7 persyaratan terdapat 6

(85,7%) kondisi sesuai dengan persyaratan dan 1 (14,3%) kondisi tidak sesuai

dengan persyaratan.

4.3.2 Detektor

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, detektor di RSU Haji

terdapat pada setiap unit , kecuali toilet. Detektor yang digunakan yaitu detektor

asap (smoke detector). Berdasarkan data, Smoke detektor berjumlah 36 buah.

Smoke detektor terhubung langsung dengan alarm, jika ada asap berlebihan yang

terdeteksi oleh detektor maka alarm pun akan berbunyi secara otomatis.

Berikut gambar smoke detector di gedung RSU Haji Medan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Gambar 4.3 Smoke Detektor di RSU Haji Medan

Berikut hasil observasi checklist sistem detektor kebakaran di RSU Haji

Medan dibandingkan dengan standar Permenaker PER.No.02/MEN/1983.

Tabel 4.5 Kesesuaian Penerapan Detektor Kebakaran di RSU Haji Medan


No. Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. Terdapat sistem pendeteksi Terdapat sistem √
dini terhadap bahaya pendeteksi kebakaran
kebakaran keadaan aktif yaitu smoke detektor aktif.
2. Detektor harus dipasang Detektor asap dipasang √
pada bangunan kecuali pada setiap unit bangunan.
apabila dilindungi dengan
sistem pemadam.
3. Jarak antar detektor asap Jarak antar detektor di satu √
atau alat penangkap asap ruangan unit kurang dari
tidak boleh melebihi dari 12 meter.
12 m dalam ruangan biasa
4. Elemen sensor pada Detektor dalam keadaan √
detektor dalam keadaan bersih dan tidak dicat.
bersih dan tidak dicat
5. Pengujian detektor Smoke detektor belum √
dilakukan secara berkala pernah dilakukan
pengujian.
4 1
PERSENTASE
(80%) (20%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan detektor kebakaran

menurut Permenaker PER.NO.02/MEN/1983 dari 5 persyaratan terdapat 4 (80%)

kondisi sesuai dengan persyaratan dan 1 (20%) kondisi tidak sesuai dengan

persyaratan.

4.3.2 Sprinkler

Berdasarkan hasil wawancara, Gedung RSU Haji medan sampai saat ini

belum mempunyai sistem sprinkler untuk kebakaran. Hal ini dikarenakan belum

adanya anggaran untuk membuat alat pemadaman kebakaran berupa sprinkler.

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan sprinkler menurut SNI

03-3989-2000 , 0 % seluruhnya tidak sesuai dikarenakan belum tersedianya

sprinkler untuk pemadaman api di RSU Haji Medan.

4.3.3 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di RSU Haji Medan berjumlah 70

buah, yang diletakkan pada dinding dengan sekat penguat besi tanpa

menggunakan lemari/box. APAR yang digunakan ada 2 jenis yaitu APAR jenis

Dry Chemical Powder berjumlah 50 buah dan jenis Karbondioksida (CO 2)

berjumlah 20 buah. APAR yang digunakan di RSU Haji Medan ada yang

berwarna merah dan biru. Masing-masing jenis APAR diletakkan sesuai dengan

penggolongan atau kelas kebakaran seperti jenis powder diletakkan pada bagian

kantor-kantor dan jenis karbondioksida diletakkan pada ruang-ruang yang terdapat

bahan kimia, minyak, elektronik dan sebagainya. Untuk pemeriksaan atau

inspeksi APAR dilakukan secara berkala yaitu setiap bulan sekali meliputi kondisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

pin, selang, jarum indikator, yang dilakukan oleh staff K3 RSU Haji Medan.

Untuk pengisian ulang dan service biasanya dilakukan setahun sekali.

Berikut gambar APAR di gedung RSU Haji Medan:

Gambar 4.4 APAR di gedung RSU Haji Medan

Berikut ini adalah hasil observasi checklist mengenai APAR sebagai

sistem proteksi aktif dalam sistem tanggap darurat kebakaran di RSU Haji Medan

yang dibandingkan dengan Permenakertrans PER.No.04/MEN/1980.

Tabel 4.6 Kesesuaian Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di


RSU Haji Medan
No Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. APAR ditempatkan pada APAR ditempatkan di √
posisi yang mudah dilihat sepanjang jalur
dengan jelas lintasan mudah dilihat
jelas, menyolok mata
dan tidak terhalang
oleh benda lain.
2. APAR ditempatkan pada APAR ditempatkan di √
posisi yang mudah dicapai sepanjang jalur
dan diambil lintasan yang mudah
untuk dijangkau.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Lanjutan Tabel 4.6

3. Pemasangan dan penempat- PemasanganAPAR √


an APAR harus sesuai jenis sesuai dengan
penggolongan kebakaran klasifikasi bahaya
bangunan.
4. APAR dilengkapi dengan Terdapat tanda pe- √
pemberian tanda masangan APAR
pemasangan
5. Tinggi pemberian tanda Tinggi tanda √
pemasangan APAR 125 cm pemasangan APAR
dari dasar lantai >125 cm dari dasar
lantai.
6. Pemberian tanda Tanda pemasangan √
pemasangan berbentuk APAR berbentuk
segitiga sama sisi berwarna segitiga sama sisi
dasar merah dan berukuran berukuran 18 cm dan
35 cm berwarna dasar merah.
7. Tinggi huruf tanda Tinggi huruf tanda √
pemasangan berukuran 3 cm pemasangan APAR
dan berwarna putih yaitu 2 cm dan
berwarna putih.
8. Tinggi tanda panah pada Tinggi tanda panah √
tanda pemasang-an ber- pada tanda
ukuran 7,5 cm dan berwarna pemasangan APAR
putih yaitu 6 cm dan
berwarna putih.
9. Penempatan APAR satu Jarak APAR dengan √
dengan APAR lainnya tidak yang lain kurang dari
melebihi 15 meter 15 meter disetiap unit
ruangan.
10. Semua tabung APAR Jumlah APAR yaitu √
sebaiknya berwarna merah 70 buah. Warna
APAR yaitu merah
dan biru.
11. Tabung APAR tidak Seluruh tabung APAR √
berlubang tidak ada yang
berlubang.
12. Tabung APAR tidak berkarat Sebagian APAR ada √
yang berkarat.
13. APAR harus dipasang APAR dipasang √
menggantung pada dinding/ meng-gantung pada
ditempatkan dalam lemari/ dinding dengan
box yang tidak dikunci sengkang penguat besi
yang kuat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Lanjutan Tabel 4.6

14. Pemasangan APAR 1,2 Semua APAR jenis √


meter dari permukaan lantai powder maupun CO2
sampai puncak/ paling atas untuk pemasangannya
APAR. melebihi 1,2 meter
dari permukaan lantai
sampai ke puncak atas
APAR.
15. APAR tidak dipasang pada APAR dipasang pada √
suhu >49 oC suhu ruangan <49 oC.
16. APAR diperiksa secara APAR dilakukan pe- √
berkala meriksaan/inspeksi
secara berkala yaitu
sebulan sekali.
17. Terdapat Petunjuk cara Petunjuk cara √
pemakaian APAR dan dapat pemakaian APAR ada
dibaca dengan jelas yang kecil, warna
yang kurang kontras.
18. Terdapat label catatan Sebagian APAR tidak √
pemeriksaan dilengkapi label
checklist catatan
pemeriksaan.
19. Terdapat label percobaan dan Terdapat label √
pengisian yang dicatat pengisian dan service
dengan selembar di badan yang dicatat dan
tabung. Dan terdapat tanggal terdapat tanggal,
bulan dan tahun dicatat. bulan, dan tahun
terakhir di lakukan
refil/service.
20. Isi tabung gas sesuai dengan Semua APAR √
tekanan yang dipergunakan memiliki isi/tekanan
dan dijaga tetap penuh. penuh ke arah hijau.
11 9
PERSENTASE
(55%) (45%)

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan Alat Pemadam Api

Ringan (APAR) menurut Permenaker PER.NO.04/MEN/1980, dari 20 persyaratan

terdapat 11 (55%) sesuai dengan persyaratan dan 9 (45%) tidak sesuai dengan

persyaratan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

4.3.4 Hidran

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di RSU Haji Medan terdapat

hanya Hidran halaman yang terdiri dari 2 titik. Pompa air hidran kapasitasnya 2

bar. Hidran halaman diletakkan di dua bagian yang mudah untuk diakses

pemadam kebakaran yaitu depan kantin dan depan pav.marwa. Hidran di RSU

Haji Medan semua di cat warna merah.

Berikut gambar Hidran Halaman di gedung RSU Haji Medan:

Gambar 4.5 Hidran halaman di RSU Haji Medan

Berikut adalah hasil observasi dengan lembar checklist mengenai hidran

sebagai bagian dari sistem proteksi aktif untuk pemadaman kebakaran di RSU

Haji Medan yang dibandingkan dengan Permen PU RI No.26/PRT/M/2008.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Tabel 4.7 Kesesuaian Penerapan Hidran di RSU Haji Medan


No Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. Terdapat Hidran: Hanya terdapat hidran √
- Hidran Gedung halaman dengan jumlah 2
- Hidran Halaman titik.
2. Kotak hidran harus Kotak hidran sistem √
mudah dibuka, di- dipecahkan (Break glass),
lihat, tidak terhalang mudah dilihat dan tidak
oleh benda lain terhalang.
3. Semua peralatan Peralatan hidran di cat √
hidran di cat merah warna merah dan
dan kotak hidran bertuliskan “HYDRANT”
berwarna merah ber- yang dicat warna putih.
tuliskan “HIDRAN”
yang di cat putih.
4. Terdapat petunjuk Tidak terdapat petunjuk √
penggunaan yang penggunaan pada hidran
dipasang ditempat halaman.
yang mudah dilihat.
5. Terdapat kelengkapan Pada hidran halaman √
hidran:selang, nozzle, terdapat Kotak hidran yang
kran pembuka berisi selang, nozzle, kran
dan pipa tegak hidran.
6. Hidran dalam Hidran siap digunakan atau √
keadaan siap diguna- dalam keadaan aktif apabila
kan digunakan saat kebakaran.
7. Hidran halaman di- Hidran diletakkan di- √
letakkandisepanjang sepanjang jalur akses mobil
jalur akses mobil pemadam kebakaran.
pemadam kebakaran
8. Panjang selang Panjang selang hidran >30 √
hidran dipasang meter.
dengan minimal 30m
9. Dilakukan pemeriksa- Hidran tidak pernah √
an hidran setiap 1 dilakukan pemeriksaan.
tahun sekali
6 3
PERSENTASE
(66,7%) (33,3%)

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan Hidran menurut Permen

PU RI No.26/PRT/M/2008, dari 9 persyaratan terdapat 6 (66,7%) kondisi sesuai

dengan persyaratan dan 3(33,3%) kondisi tidak sesuai dengan persyaratan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

4.4 Sistem Proteksi Kebakaran Pasif

4.4.1 Jalur Evakuasi

Jalur evakuasi di RSU Haji Medan yaitu jalur menerus sebagai jalur yang

digunakan saat penyelamatan atau evakuasi. Jalur evakuasi disertai dengan

penandaan yang jelas yang mengarah ke ruang terbuka atau titik kumpul yang

sudah ditentukan.

Berikut gambar penandaan jalur evakuasi di gedung RSU Haji Medan:

Gambar 4.6 Penandaan Jalur Evakuasi di RSU Haji Medan

Berikut adalah hasil observasi dengan lembar checklist mengenai jalur

evakuasi sebagai bagian dari sistem proteksi pasif dalam penyelamatan jiwa di

RSU Haji Medan yang dibandingkan dengan SNI 03-1746-2000.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Tabel 4.8 Kesesuaian Penerapan Jalur Evakuasi di RSU Haji Medan


No Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. Terdapat jalur Terdapat jalur evakuasi disetiap √
evakuasi bangunan rumah sakit yang
melewati koridor.
2. Bebas hambatan Jalur evakuasi bebas hambatan. √
3. Terdapat penanda yang Penandaan jalur evakuasi tidak
jelas dan mudah sejajar peletakannya, ada yang √
terlihat dibuat dibawah ada yang diatas
sehingga tidak jelas posisi nya
apabila dilihat saat darurat
kebakaran dan tanda jalur
evakuasi ada yang rusak dan
copot.
4. Tidak ada penghalang Terdapat Penandaan yang √
terhalang oleh benda lain
seperti kursi dan meja.
5. Penandaan tanda jalur Penandaan tanda jalur berwarna √
evakuasi berwarna dasar hijau dan bertulisan warna
dasar hijau dan ber- putih.
tulisan warna putih
6. Ukuran tinggi huruf Ukuran tinggi huruf pada √
pada penandaan jalur penandaaan jalur evakuasi 3
evakuasi 10 cm dan cm dan tebal huruf 0,7 cm.
tebal huruf 1 cm
7. Penandaan jalur Penandaan tanda jalur evakuasi √
evakuasi dapat terlihat dapat dilihat dari jarak 20
dari jarak 20 meter meter.
8. Penandaan harus Terdapat penandaan yang √
disertai dengan minim penerangan.
penerangan
9. Berhubungan langsung Terdapat pengarahan tanda jalur √
dengan jalan atau evakuasi yang berhubungan
ruang terbuka dengan ruang terbuka atau titik
kumpul di RS.
10. Peta jalur evakuasi Tidak terdapat peta jalur √
yang terbaru diletak- evakuasi dibeberapa titik lokasi.
kan dibeberapa titik
lokasi
5 5
PERSENTASE
(50%) (50%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan jalur evakuasi menurut

SNI 03-1746-2000, dari 10 persyaratan terdapat 5 (50%) kondisi sesuai dengan

persyaratan dan 5(50%) kondisi tidak sesuai dengan persyaratan.

4.4.2 Pintu Darurat

Pintu darurat kebakaran di RSU Haji Medan berjumlah 2 hanya di lantai 2.

Pintu darurat berjenis pintu kaca tidak ber-engsel. Pintu darurat tidak disertai

penandaan untuk menandakan bahwa pintu tersebut merupakan pintu darurat yang

digunakan pada saat darurat kebakaran.Berikut gambar pintu darurat di gedung

RSU Haji Medan:

Gambar 4.7 Pintu Darurat Kebakaran di RSU Haji Medan

Berikut adalah hasil observasi dengan lembar checklist mengenai pintu

darurat kebakaran sebagai bagian dari sistem proteksi pasif untuk penyelamatan

jiwa di RSU Haji Medan yang dibandingkan dengan Permen PU RI

No.26/PRT/M/2008.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Tabel 4.9 Kesesuaian Penerapan Pintu Darurat di RSU Haji Medan


No Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pintu pada sarana jalan Pintu tidak berjenis √
keluar harus berjenis engsel sisi atau pintu
engsel sisi atau pintu ayun ayun.
2. Pintu dipasang dan di- Pintu tidak mampu √
rancang sehingga mampu berayun
berayun dari posisi
manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
3. Pintu darurat membuka Pintu darurat mengarah √
kearah jalur jalan keluar ke jalur jalan keluar
namun ditutup oleh
dinding tripleks
sehingga tidak dapat
keluar ke titik kumpul
lagi.
4. Pintu darurat tidak Terdapat Pintu darurat √
membutuhkan sebuah yang dikunci.
anak kunci/alat khusus
atau membukanya dari
dalam bangunan gedung.
5. Pintu darurat tidak dalam Pintu darurat tertutup √
kondisi terbuka setiap saat setiap saat.
6. Pintu darurat menutup Pintu darurat tidak √
sendiri atau otomatis. menutup otomatis.
1 5
PERSENTASE
(16,7%) (83,3%)

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan pintu darurat kebakaran

menurut Permen PU RI No.26/PRT/M/2008, dari 6 persyaratan terdapat

1(16,67%) kondisi sesuai dengan persyaratan dan 5(83,33%) kondisi tidak sesuai

dengan persyaratan.

4.4.3 Tangga Darurat

Tangga darurat kebakaran di RSU Haji Medan terdapat di lantai 2 rumah

sakit disisi kiri dan kanan gedung. Tangga darurat memiliki pegangan disalah satu

sisinya, permukaan tangga tidak licin. Penandaan tangga darurat ditandai dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

tulisan berwarna putih dan warna dasar hijau. Tangga darurat bagian bawah

dibatasi atau ditutup oleh dinding bahan tripleks dan dibagian tangga digunakan

sebagai tempat menyimpan benda-benda sehingga menghalangi tangga.

Berikut gambar tangga darurat di gedung RSU Haji Medan:

Gambar 4.8 Tangga Darurat di RSU Haji Medan

Berikut adalah hasil observasi dengan lembar checklist mengenai tangga

darurat kebakaran sebagai bagian dari sistem proteksi pasif untuk penyelamatan

jiwa di RSU Haji Medan yang dibandingkan dengan Permen PU RI

No.26/PRT/M/2008.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Tabel 4.10 Kesesuaian Penerapan Tangga Darurat di RSU Haji Medan


No Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. Tangga kebakaran ini Terdapat tangga kebakaran √
harus disediakan tanda dengan tanda bertuliskan
pengenal khusus. “jalur evakuasi” dengan
gambar tangga.
2. Penandaan menunjukkan Penandaan tidak menunjuk √
tingkat lantai. kan tingkat lantai berapa.
3. Bordes antar tangga min Borders antar tangga √
8 dan maks 18. berjumlah 9.
4. Tangga kebakaran tidak Tangga dibatasi dinding √
dibatasi dengan dinding yang ditutup dibagian
bawah.
5. Ruang kosong di-bawah Terdapat penyimpanan √
tangga tidak untuk barang dibagian tangga dan
menyimpan barang dibawah tangga.
6. Tidak boleh berbentuk Tangga berbentuk zigzag. √
tangga spiral sebagai
tangga utama
3 3
PERSENTASE
(50%) (50%)

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan tangga darurat

kebakaran menurut Permen PU RI No.26/PRT/M/2008, dari 6 persyaratan

terdapat 3(50%) kondisi sesuai dengan persyaratan dan 3(50%) kondisi tidak

sesuai dengan persyaratan.

4.4.4 Tempat Berhimpun

RSU Haji Medan memiliki tempat berhimpun jika terjadi kebakaran.

Tempat berhimpun terletak dibeberapa titik yang terdiri dari 5 titik kumpul. Untuk

area berhimpun sudah diberi keterangan atau papan berupa petunjuk bahwa area

tersebut merupakan tempat berhimpun/titik kumpul setelah evakuasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Gambar 4.9 Penandaan Titik Kumpul di RSU Haji Medan

Berikut adalah hasil observasi dengan lembar checklist mengenai tempat

berkumpul sebagai bagian akhir penyelamatan jiwa di RSU Haji Medan yang

dibandingkan dengan Permen PU RI No.26/PRT/M/2008.

Tabel 4.11 Kesesuaian Penerapan Tempat Berkumpul di RSU Haji Medan


No Elemen Kondisi Lapangan Sesuai Tidak
Sesuai
1. Terdapat tempat Tempat berhimpun setelah √
berhimpun setelah evakuasi terdiri dari 5 titik.
evakuasi
2. Tersedia petunjuk Terdapat tanda petunjuk yang √
tempat berhimpun bertuliskan “titik kumpul”.
3. Luas tempat berhimpun Luas tempat berkumpul dapat √
sesuai, minimal 0,3 menampung banyak orang.
m/orang
3 0
PERSENTASE
(100%) (0%)

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian penerapan tempat berhimpun

menurut Permen PU RI No.26/PRT/M/2008, dari 3 persyaratan terdapat 3(100%)

kondisi seluruhnya sesuai dengan persyaratan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Penerapan Manajemen Proteksi Kebakaran

Menurut Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009, setiap bangunan yang

mempunyai luas lantai minimal 5.000 m 2 wajib menerapkan manajemen

kebakaran. Berdasarkan data yang diperoleh, RSU Haji Medan memiliki luas

lebih dari 5000 m2 yaitu 6 hektar, oleh karena itu RSU Haji Medan wajib

menerapkan manajemen penanggulangan kebakaran.

Penerapan manajemen proteksi kebakaran akan dianalisis dengan

membandingkan dengan standar yaitu Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009 dan

Kepmenaker RI NO.KEP.186/MEN/1999.

5.1.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Penerapan prosedur tanggap darurat di RSU Haji Medan dibandingkan

dengan Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009 tentang Pedoman teknis manajemen

proteksi kebakaran. Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian prosedur tanggap

darurat di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu 50% telah sesuai

dengan Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009.

RSU Haji Medan sendiri merupakan gedung yang wajib memiliki prosedur

tanggap darurat. Rumah Sakit Umum Haji Medan sudah menerapkan manajemen

penanggulangan kebakaran dan sudah mempunyai prosedur tanggap daruratnya

sesuai dengan pernyataan dari kepala pelaksana harian K3 dan karyawan Rumah

Sakit. Hal ini sesuai dengan Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009, bahwa setiap

82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83

bangunan gedung, khususnya bangunan gedung umum harus memiliki prosedur

tanggap darurat dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

Berdasarkan analisis menunjukkan, 18 persyaratan mengenai prosedur

tanggap darurat kebakaran menurut Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009, sebagian

dari persyaratan sudah terpenuhi. Persyaratan yang terpenuhi diantaranya yaitu

terdapat adanya tim perencana pengaman kebakaran yaitu tim PK3RS RSU Haji

Medan di bidang pengamanan dan kewaspadaan bencana. Selain itu juga terdapat

rencana tindakan darurat kebakaran (fire emergency) dalam rencana pengamanan

yaitu tindakan-tidakan yang dilakukan apabila terjadi darurat kebakaran.

Perencanaan tindakan darurat kebakaran Rumah Sakit juga menjelaskan tentang

rangkaian tindakan atau prosedur yang harus dilakukan oleh pengguna bangunan

gedung dalam setiap keadaan darurat. Perencanaan tindakan darurat kebakaran,

RSU Haji Medan juga menjelaskan informasi tentang daftar panggil keadaan

darurat dengan menyimbolkan emergency call dengan sebutan “kode merah”

untuk darurat kebakaran dan panggil darurat menggunakan alarm kebakaran

dalam merespon keadaan darurat kebakaran setiap waktu. Perencanaan tindakan

darurat Rumah Sakit juga memberi informasi tentang adanya alarm kebakaran

atau titik panggil manual, jalan keluar seperti jalur evakuasi, pintu darurat, tangga

darurat dan rute evakuasi sebagai tindakan evakuasi apabila dalam keadaan

darurat kebakaran dan evakuasi juga melibatkan seluruh tingkatan manajemen

yaitu tim petugas pelaksana kebakaran dan tim keamanan dan penyelamatan oleh

petugas keamanan (security). Rumah Sakit Umum Haji Medan mengadakan

pelatihan tanggap darurat bagi tim K3RS dan seluruh karyawan rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Namun, pelatihan yang diberikan pada karyawan hanya pelatihan yang diarahkan

kepada peralatan yang digunakan pada saat darurat kebakaran yaitu penggunaan

APAR saja yang diadakan setiap hari senin kepada seluruh karyawan secara

bergantian. Sementara untuk pelatihan tindakan darurat kebakaran dan evakuasi

secara keseluruhan hanya pernah diberikan kepada tim PK3RS RSU Haji Medan.

Pelatihan APAR tersebut dilakukan bersamaan dengan sosialisasi pentingnya

peralatan proteksi kebakaran yang salah satunya yaitu APAR. Semua persyaratan

yang sudah terpenuhi tersebut telah sesuai dengan elemen-elemen berdasarkan

peraturan sebagai standar acuan yang digunakan RSU Haji Medan.

Sementara itu, ada 9 persyaratan lainnya yang tidak terpenuhi diantaranya

Rumah Sakit Umum Haji Medan tidak terdapat bagaimana prosedur dan jadwal

yang digunakan untuk inspeksi, uji coba dan pemeliharaan pada sistem proteksi

kebakaran di rumah sakit. Dalam hal inspeksi, uji coba dan pemeliharaan setiap

sistem proteksi kebakaran tidak rutin dilakukan kepada seluruh sistem proteksi.

Untuk Inspeksi yang rutin dilakukan hanya pada APAR yaitu sekali dalam

sebulan yang dilakukan oleh staff ins.sanitasi dan k3 rumah sakit tetapi untuk

inspeksi seperti pada hidran, alarm dan detektor belum pernah dilakukan inspeksi

dikarenakan rumah sakit tidak ada prosedur dan jadwal khusus untuk melakukan

inspeksi pada peralatan tersebut oleh sebab itu tidak pernah dilakukan inspeksi.

Sementara untuk uji coba dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran juga

rumah sakit belum menerapkan prosedur dan jadwal dalam uji coba dikarenakan

menurut bagian pemeliharaan sarana RSU Haji Medan selain karena rumah sakit

sendiri juga tidak mempunyai prosedur dan jadwal khusus yang tepat untuk uji

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

coba tetapi juga apabila dilakukan uji coba pada peralatan kebakaran dapat

mengganggu proses kerja atau kegiatan didalam rumah sakit seperti alarm yang

apabila dilakukan uji coba terhadap alarm maka bunyi dari alarm akan

mengganggu seluruh penghuni rumah sakit dan membuat pekerja dan penghuni

panik apabila mendengar alarm yang diduga terjadi kebakaran. RSU Haji Medan

sudah menerapkan pelatihan namun pelatihan yang dilakukan hanya pada

peralatan kebakaran seperti APAR, tetapi untuk pelatihan seperti pelatihan

karyawan akan peran dan tanggungjawab mereka, pelatihan kepada prosedur

pemberitahuan dan komunikasi, pelatihan prosedur tanggap darurat beserta

evakuasi dan penampungan tidak pernah sama sekali dilakukan untuk seluruh

karyawan. Pelatihan, seminar dan simulasi kebakaran dan evakuasi hanya

dilakukan kepada tim K3RS RSU Haji Medan namun tidak pernah kepada

karyawan. Rencana pengamanan kebakaran seharusnya di evaluasi dan dikaji

secara berkala, tetapi di RSU Haji Medan rencana prosedur tanggap darurat

kebakaran tidak pernah dikaji sedikitnya sekali dalam sebulannya. Menurut

Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009 prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan audit sistem proteksi kebakaran yang harus dilakukan secara

berkala, karena sistem proteksi kebakaran adalah hal yang paling penting dan

utama dalam melindungi pengguna gedung sehingga harus dipelihara dengan

baik, jika didapatkan kerusakan atau tidak berfungsinya maka sistem proteksi

kebakaran harus diganti atau diperbaiki seluruhnya. Berdasarkan menurut

peraturan tersebut, di RSU Haji sendiri tidak memenuhi syarat tersebut yaitu

tidak pernah melakukan audit sistem proteksi kebakaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Rekomendasi yang disarankan, sebaiknya RSU Haji Medan tidak hanya

memberikan pelatihan yang diarahkan pada alat pemadam kebakaran saja

melainkan juga pelatihan secara keseluruan prosedur tangga darurat kebakaran

dan evakuasi. Rumah Sakit juga sebaiknya membuat prosedur dan jadwal khusus

secara berkala untuk melakukan inspeksi, uji coba dan pemeliharaan sitem

proteksi kebakaran yang digunakan dirumah sakit agar peralatan yang digunakan

dapat dipastikan dapat aktif digunakan dan pasti dalam keadaan tidak rusak.

5.1.2 Organisasi Tanggap Darurat

Penerapan organisasi tanggap darurat di RSU Haji Medan dibandingkan

dengan Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009 tentang Pedoman teknis manajemen

proteksi kebakaran. Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian organisasi tanggap

darurat di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu 100% seluruhnya

telah sesuai dan terpenuhi berdasarkan Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI NO.20/PRT/M/2009, menyatakan

bahwa unsur pokok organisasi tanggap kebakaran bangunan gedung terdiri dari

penanggungjawab, personil komunikasi, pemadam kebakaran, penyelamat, ahli

teknik dan keamanan. Organisasi tanggap darurat kebakaran merupakan salah satu

komponen dari manajemen proteksi kebakaran yang wajib dilaksanakan oleh

setiap bangunan gedung yaitu tim atau sekelompok orang yang dipilih sebagai tim

pelaksana apabila terjadi darurat kebakaran. Untuk mengantisipasi keadaan

darurat, manajemen Rumah Sakit Umum Haji Medan membentuk organisasi

tanggap darurat bencana kebakaran berupa pembentukan Panitia Keselamatan

Kerja , Kebakaran Dan Kewaspadaan Bencana (PK3RS) sebagai pembuat rencana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

pengamanan dan tindakan darurat kebakaran. Berdasarkan pernyataan dari kepala

pelaksana harian PK3RS dan dokumen, RSU Haji Medan mempunyai tim PK3RS

tersusun ketua, wakil ketua, ketua pelaksana harian K3, dan 5 bidang yang salah

satunya yaitu dibidang kewaspadaan bencana. Di bidang kewaspadaan bencana

organisasi PK3RS membawahi tim penanggulangan bencana dengan susunan

ketua, sekretaris, pengarah dan anggota penanggungjawab. Tim penanggulangan

membawahi tim pelaksanaan apabila terjadi bencana. Di tiap unit kerja tersebut

juga ada petugas pelaksana yang dibawahi tim penanggulangan bencana dengan

susunan ketua tim penangulangan bencana, ketua petugas pelaksana bencana dan

satuan pelaksana tugas individu atau jadwal piket setiap harinya yang terdiri dari 4

orang dipagi hari, 4 orang disore hari dan 4 orang dimalam hari. Pembagian

tugasnya dirolling sesuai warna helm, yaitu helm putih sebagai komando yaitu

memimpin proses penanggulangan mengatur tim piket pelaksana bencana dan

melapor ke bagian informasi ataupun petugas piket rumah sakit. Helm merah

sebagai penanggungjawab api seperti melakukan proses memutus rantai api dan

mengatur pemadaman api dengan APAR. Helm biru sebagai penanggungjawab

penyingkir dokumen-dokumen penting rumah sakit dan pasien. Dan helm kuning

sebagai penanggungjawab evakuasi dengan seluruh anggotanya segera

memindahkan pasien dari lokasi bencana ketempat berkumpul dibantu oleh

petugas lain atau anggota disekitar lokasi.

Berdasarkan analisis menunjukkan, dari 10 persyaratan mengenai

organisasi tanggap darurat kebakaran menurut Permen PU RI

NO.20/PRT/M/2009, semuanya telah terpenuhi yaitu sudah terdapat tim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

penanggulangan kebakaran. Setiap unit bangunan gedung di RSU Haji Medan

memiliki tim penanggulangan kebakaran yang membawahi tim petugas satuan

pelaksana apabila terjadi bencana kebakaran dan sudah ada penanggungjawab

masing-masing unit. Hal ini telah sesuai dengan peraturan yang menyatakan

bahwa bila terdapat init bangunan lebih dari satu maka masing-masing unit

mempunyai tim penanganan darurat kebakaran. Rumah Sakit Umum Haji

mempunyai penanggungjawab dari tim penanggulangan bencana tersebut yaitu

tim PK3RS. Didalam organisasi darurat kebakaran, PK3RS membawahi kepala

bagian teknik pemeliharaan yaitu IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah

Sakit) dan kepala bagian keamanan. Pada bagian teknik sebagai penanggungjawab

operator listrik dan genset dan operator pompa atau sistem proteksi kebakaran

lainnya, sedangkan bagian keamanan sebagai penanggungjawab keamanan,

sebagai pemadaman api dan tim penyelamatan apabila terjadi bencana kebakaran.

Hal ini semua sesuai dengan standar yang digunakan menurut Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum RI NO.20/PRT/M/2009.

5.1.3 Sumber Daya Manusia (SDM)

Penerapan sumber daya manusia tanggap darurat kebakaran di RSU Haji

Medan dibandingkan dengan Kepmen NO.Kep.186/Men/1999 tentang unit

penanggulangan kebakaran ditempat kerja dan Permen PU RI

NO.20/PRT/M/2009 tentang Pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran.

Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian sumber daya manusia dalam tanggap

darurat kebakaran di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu 50%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

sesuai berdasarkan Kepmen NO.Kep.186/Men/1999 dan Permen PU RI

NO.20/PRT/M/2009.

Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009 menyatakan bahwa untuk mencapai

hasil kerja yang efektif dan efesien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang

mempunyai dasar pengetahuan, pengalaman dan keahlian dibidang proteksi

kebakaran. Kepmen NO.Kep.186/Men/1999 menyatakan bahwa sumber daya

manusia yang dimaksud dalam darurat kebakaran yaitu unit penanggulangan

kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk menangani masalah

penanggulangan kebakaran ditempat kerja yang meliputi kegiatan pemeriksaan,

pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran. Unit kerja dalam darurat

kebakaran menurut Kepmen NO.Kep.186/Men/1999 adalah petugas peran

penanggulangan kebakaran, regu penanggulangan kebakaran, koordinator dan ahli

spesialis kebakaran. Sumber daya manusia dalam darurat kebakaran di gedung

RSU Haji Medan adalah seluruh karyawan tenaga kesehatan, petugas pengamanan

atau seluruh penghuni Rumah Sakit. Petugas peran penanggulangan darurat

kebakaran tersebut di RSU Haji adalah seluruh karyawan sebagai satuan

pelaksana yang dibentuk disetiap unit kerja masing-masing. Regu

penanggulangan darurat kebakaran di RSU Haji Medan ialah penanggung jawab

darurat kebakaran yaitu tim keamanan dan IPSRS. Koordinator penanggulangan

darurat kebakaran di RSU Haji Medan ialah tim PK3RS terkhusus dibidang

kewaspadaan bencana sebagai penanggungjawab rencana dan pengarahan

pengamanan darurat kebakaran. Sedangkan untuk Ahli K3 spesialis pencegahan

dan penanggulangan kebakaran di RSU Haji Medan belum ada personil khusus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

sebagai ahli yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-

undangan dibidang kebakaran.

Berdasarkan analisis menunjukkan ada 6 persyaratan mengenai sumber

daya manusia dalam tanggap darurat kebakaran menurut Permen PU RI

NO.20/PRT/M/2009 dan Kepmen NO.Kep.186/Men/1999, ada 3 diantaranya

sudah terpenuhi dan sesuai dengan standar yaitu terdapat sumber daya manusia

seluruh karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Haji Medan dan sebagai

unit kerja dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Selain itu, yang

terpenuhi dari regu dan koordinator penaggulangan kebakaran yang terdiri dari

tim keamanan dan tim teknik dan tim PK3RS sudah memenuhi syarat sehat baik

jasmani dan rohani, pendidikan minimal masing-masing personil adalah diatas

tamatan SMA dan masing-masing personil dari regu dan koordinator ini sudah

pernah dilakukan pendidikan dan pelatihan teknis dalam penanggulangan

kebakaran yang disertai sertifikat.

Adapun 3 persyarat yang tidak terpenuhi yaitu, petugas peran kebakaran

sudah sesuai yaitu pekerja yang dalam keadaan sehat jasmani dan rata-rata

pendidikan dalam petugas peran ini minimal diatas SMA, namun masing-masing

personil dari petugas peran penanggulangan bahaya kebakaran tidak pernah

diberikan pendidikan dan pelatihan disertai sertifikat yang menyatakan personil

pernah mengikuti sosialisasi, seminar dan pelatihan teknis keseluruhan dalam

menghadapi darurat kebakaran. Yang pernah dilakukan hanya pelatihan

pemadaman dengan APAR. Manajemen di RSU Haji Medan juga tidak

mempunyai ahli K3 khusus spesialis kebakaran. Manajemen proteksi kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

di RSU Haji Medan pada sumber daya manusia atau seluruh tenaga kerja pernah

diadakan pelatih secara berkala tetapi hanya pada APAR, untuk keseluruhan

sistem proteksi kebakaran tidak pernah diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan dalam penanggulangan tanggap darurat kebakaran secara berkala.

Hal ini tidak sesuai dengan standar yang digunakan dimana manajemen proteksi

kebakaran dalam suatu bangunan gedung harus dilakukan pelatihan dan

peningkatan kemampuan seluruh sumber daya manusia secara berkala.

5.2 Analisis Penerapan Sistem Proteksi Aktif

Penerapan sistem proteksi aktif kebakaran di RSU Haji Medan akan

dianalisis dengan membandingkan dengan stadar peraturan, yaitu Permenaker

NO.PER.04/MEN/1980, Permenaker NO.PER.02/MEN/1983 dan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum RI NO.26/PRT/M/2008.

5.2.1 Alarm Kebakaran

Penerapan alarm kebakaran di RSU Haji Medan dibandingkan dengan

Permenaker No.02.Per/Men/1983 tentang syarat-syarat pemasangan dan

pemeliharaan instalasi sistem alarm kebakaran automatik. Berdasarkan tabel

tingkat kesesuaian alarm di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu

85,7 % telah sesuai dengan Permenaker No.02.Per/Men/1983.

Permenaker NO.PER.02/MEN/1983 menyatakan bahwa kelompok alarm

adalah bagian dari sistem alarm kebakaran yang terdiri dari lampu, saklar,

hantaran, titik panggil dan detektor sehubungan dengan perlindungan satu area.

Alarm kebakaran harus dimiliki oleh setiap bangunan gedung. RSU Haji Medan

di setiap unit pelayanan atau instalasi masing-masing terdapat alarm manual dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

otomatis. Penempatan alarm kebakaran di RSU Haji Medan terdapat pada koridor

atau gang-gang dan jalan dalam bangunan atau suatu instalasi. Alarm yang

bekerja manual yang digunakan tipe break glass yang digunakan dengan

memecahkan kaca yang terdapat dikotak alarm yang dilakukan personel/karyawan

rumah sakit untuk membuat alarm bunyi dan segera mengeluarkan sinyal alarm

apabila menemukan sumber api dan informasi bahwa rumah sakit dalam keadaan

darurat kebakaran. Alarm otomatis, digunakan apabila alarm terhubung dengan

detektor dan sprinkler, namun alarm di RSU Haji hanya terhubung dengan

detektor saja tidak pada sprinkler dikarenakan tidak ada sprinkler dirumah sakit.

Alarm otomatis terhubung dengan dengan detektor saat detektor menangkap

adanya tanda-tanda bahaya kebakaran seperti detektor mendeteksi adanya api,

maka detektor akan mengirim sinyal kepada alarm dan kemudian alarm kebakaran

akan berbunyi untuk memberikan peringatan pada seluruh penghuni.

Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa ada 7 persyaratan berdasarkan

Permenaker No.02.Per/Men/1983, 6 diantara sudah terpenuhi. Beberapa syarat

yang belum terpenuhi yaitu alarm diletakkan pada lintasan jalur keluar dengan

tinggi yang lebih dari 1,4 m dari lantai sehingga sulit untuk dijangkau, hal ini

belum sesuai dengan peraturan yang menyatakan bahwa tinggi alam dari lantai

tidak melebihi 1,4 meter. Sedangkan syarat yang sudah terpenuhi yaitu terdapat

Alarm yang berwarna merah dan berada pada koridor atau di jalur keluar masuk

yang strategis sehingga alarm dapat dilihat dengan jelas dan didengan jelas oleh

seluruh personil. Terdapat sistem yang menggambarkan kelompok alarm di

control panel alarm dan alarm peringatan dalam kondisi baik dan siap digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

dalam keadaan darurat. Sistem alarm di RSU Haji sendiri sudah dilengkapi

dengan peringatan yang berbunyi sirine untuk mudah didengar dengan lebih keras

sehingga dapat terdengar ke seluruh ruangan dan dapat dibedakan dari suara-suara

lain yang ada dirumah sakit dan lampu peringatan akan berkelip kelip berwarna

merah apabila sistem alarm bunyi. Hal ini menyatakan bahwa secara keseluruhan

penerapan alarm kebakaran di RSU Haji Medan ini telah sesuai dengan standar

yang digunakan. Namun, berdasarkan teori Rijanto (2011), pemeliharaan sistem

alarm selalu dapat berfungsi dengan baik dengan test periodik tetapi untuk di

Rumah Sakit Haji sendiri alarm belum pernah dilakukan pemeriksaan secara

periodik, pengetesan atau uji coba hanya dilakukan pada saat pemasangan alarm

saat itu saja. Dan menurut teori Rijanto juga mengatakan, bahwa pekerja harus

tahu lokasi dan prosedur yang tepat bagaimana menghidupkan alarm bila

mendeteksi adanya api, tetapi di RSU Haji Medan untuk prosedur darurat apabila

alarm hidup mendeteksi adanya api belum ada kebijakan khusus untuk hal

tersebut.

5.2.2 Detektor

Penerapan detektor kebakaran dibandingkan dengan Permenaker

No.02.Per/Men/1983 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan instalasi

sistem alarm kebakaran automatik. Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian detektor

di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu 80 % telah sesuai dengan

Permenaker No.02.Per/Men/1983.

Permenaker NO.PER.02/MEN/1983 menyatakan bahwa detektor adalah

alat untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat membangkitkan alarm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

dalam suatu sistem. Terdapat sistem pendeteksi dini terhadap bahaya kebakaran,

detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan

telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik. Detektor yang

digunakan hanya smoke detektor (detektor asap). Detektor asap berjumlah 36

buah yang tersebar pada beberapa ruang. Detektor asap merupakan detektor yang

sitem kerjanya didasarkan atas asap yang berfungsi ketika asap memasuki ruang

deteksi maka partikel asap tersebut akan mempengaruhi perubahan nilai ion

diruang deteksi yang mengakibatkan elektronik kontak menjadi aktif dan

berbunyi.

Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa dari 5 persyaratan berdasarkan

Permenaker No.02.Per/Men/1983, ada 4 diantara sudah terpenuhi. Dari hasil

observasi, syarat yang tidak terpenuhi yaitu detektor asap tidak pernah dilakukan

pemeriksaan ataupun uji coba secara berkala kecuali pada saat baru pemasangan.

Hal ini dikarenakan apabila dilakukan uji coba secara berkala dirumah sakit maka

akan mempengaruhi dan mengganggu kerja karyawan karena alarm yang

berbunyi. Namun, berdasarkan wawancara detektor masih dalam keadaan aktif,

karena ada yang baru ditambah dan telah di uji fungsi pada saat pemasangan.

Sementara, untuk syarat yang lain semuanya terpenuhi yaitu detektor asap dalam

keadaan aktif. Detektor asap dipasang pada bagian bangunan dan jarak antar

detektor asap tidak boleh melebihi dari 12 meter dalam ruangan biasa. Setiap

detektor asap mempunyai jarak antar detektor yang berbeda beda disetiap

ruangan, ada yang berjarak 1 meter, 10 meter, namun tidak melebihi dari 12

meter. Hal tersebut telah sesuai dengan standar yang berlaku. Selain itu, detektor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

terlihat bersih dan tidak ada cat pada elemen detektor. Serta detektor terdapat

control panel yang menggambarkan kelompok detektor di masing-masing ruang

sehingga apabila detektor mendeteksi adanya asap akan tau diruangan mana

sumber asap terdeksi. Hal ini menyatakan bahwa walaupun ada yang belum sesuai

namun secara keseluruhan detektor telah sesuai penerapannya dengan standar

yang berlaku.

5.2.3 Sprinkler

Penerapan sprinkler di RSU Haji Medan dibandingkan dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan

sprinkler. Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian sprinkler di RSU Haji Medan dari

data checklist observasi, seluruhnya tidak terpenuhi atau 0 %. Hal ini disebabkan

gedung RSU Haji Medan sampai saat ini tidak memiliki alat pemadaman

kebakaran berupa sprinkler. RSU Haji Medan tidak memiliki sprinkler karena

belum adanya anggaran untuk penyediaan sprinkler sebagai alat kebakaran

dirumah sakit.

5.2.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Penerapan APAR di RSU Haji Medan dibandingkan dengan

Permenakertrans No.04.Per/Men/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan

pemeliharaan alat pemadam api ringan (APAR). Berdasarkan tabel tingkat

kesesuaian APAR di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu hanya

55 % yang telah sesuai dengan Permenakertrans No.04.Per/Men/1980.

Permenakertrans NO.PER.04/MEN/1980 menyatakan bahwa Alat

Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan dengan berat maksimal 16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

kg serta mudah dilayani satu orang untuk memadamkan api pada awal mula

kebakaran. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang digunakan di gedung Rumah

Sakit Umum Haji Medan sebagian besar berjenis Powder dan Karbondioksida

(CO2). Secara keseluruhan jumlah APAR yang tersedia berjumlah 70 tabung siap

pakai yang terdiri dari 50 buah jenis powder dan 20 buah jenis Karbondioksida

(CO2).

Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa dari 20 syarat penerapan

berdasarkan Permenakertrans No.04.Per/Men/1980, ada 11 yang kondisinya

terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi, di RSU Haji Medan APAR ditempatkan

pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas yang ditempatkan di sepanjang jalur

keluar masuk tiap unit ruangan dan koridor-koridor rumah sakit. APAR

diletakkan menggantung di dinding dengan penguat sengkang besi dan tidak

terhalang benda lain sehingga mudah dicapai dan diambil. Pemasangan dan

penempatan APAR sudah sesuai dengan jenis penggolongan kebakaran seperti

APAR jenis powder untuk kelas kebakaran A (kayu,kertas), B (cair:minyak,LPG),

C (listrik: AC,TV,mesin,dll) yang biasanya diletak di koridor dan dibagian kantor

dan untuk APAR jenis karbondioksida untuk kelas kebakaran B (cair:bahan

kimia, oil) dan C (listrik). APAR masih ada yang berwarna biru, hal tersebut tidak

sesuai dengan peraturan yang menyatakan bahwa sebaiknya APAR berwarna

merah sehingga dengan begitu APAR dapat dengan mudah diketahui terlebih bagi

orang yang belum mengetahui bentuk dan APAR. Tabung APAR berdasarkan

standar yaitu tidak berlubang dan tidak berkarat. Namun, di RSU Haji penerapan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

beberapa tabung APAR ada yang berkarat. Hal tersebut tidak sesuai dengan

standar yang berlaku bahwa semua APAR tidak boleh berkarat.

APAR terdapat tanda pemasangan yang menandakan APAR di rumah

sakit umum haji medan. Warna dasar tanda pemasangan APAR yaitu merah.

Berdasarkan obsevasi, semua tanda pemasangan APAR berwarna merah dan

berbentuk segitiga sama sisi yang berukuran 18 cm, tingggi huruf 2 cm dan tinggi

tanda panah berukuran 6 cm. Tanda pemasangan APAR masih berukuran kecil

sehingga sulit untuk dilihat apabila di jarak jauh. Hal tersebut tidak sesuai dengan

standar peraturan menteri tenaga kerja yang menyatakan bahwa tanda pemasangan

APAR warna merah segitiga sama sisi berukuran 35 cm, tinggi huruf 3 cm dan

tinggi tanda panah berukuran 7,5 cm berwarna putih.

Setiap APAR di RSU Haji Medan dipasang menggantung pada dinding

dengan penguat sengkang dan ditempatkan tidak pada suhu tinggi melebihi 49 oC

dan suhu rendah kurang dari -4oC. Karena jika APAR ditempatkan dibawah suhu

4 derajat celcius maka powder akan membeku dan tidak dapat digunakan, jika

APAR ditempatkan pada suhu diatas 49 derajat celcius maka APAR akan

meledak karena berpengaruh pada tekanan gas yang ada didalam tabung APAR.

Terdapat petunjuk cara pemakaian APAR. Hal ini berguna bagi seseorang

yang akan menggunakan APAR tetapi tidak mengetahui cara menggunakannya

dan tidak pernah mengikuti pelatihan sehingga APAR dapat digunakan secara

optimal. Petunjuk penggunaannya dengan menggunakan metode “PASS”.

Petunjuk penggunaan APAR kurang jelas untuk dibaca dikarenakan ukuran kertas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

ada yang kecil dan warna kurang kontras dan tulisan langkah-langkah yang tidak

jelas dibaca.

APAR dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala. Pemeriksaan

dilakukan sebulan sekali. Pemeriksaan dilakukan pada fisik tabung yaitu

pemeriksaan pada slang , kondisi pin, jarum indikator apakah dalam kondisi yang

tidak rusak, jika rusak maka harus segera diganti agar tidak membahayakan bagi

pengguna. Pemeriksaan dilakukan secara berkala sudah sesuai dengan standar

namun dalam melakukan pemeriksaannya, di RSU Haji tidak pernah mencatat

hasil pemeriksaan di label pemeriksaan dekat tabung APAR tersebut. Label

pemeriksaan yang terisi adalah catatan pemeriksaan tahun yang sudah lama.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, staff k3 yang bertugas bagian

pemeriksaan tabung APAR hanya mencatatat hasil pemeriksaan untuk rekaman

hasil rumah sakit, untuk di label tabungnya langsung sudah tidak pernah dicatat.

Hal tersebut tidak sesuai dengan standar yang digunakan yang seharusnya terdapat

label pemeriksaan dan secara rutin juga dicatat. Isi tabung gas sesuai dengan

tekanan yang dipergunakan dan dijaga tetap penuh. Tekanan pada semua APAR

di RSU Haji Medan memiliki tekanan penuh yaitu jarum menunjukkan pada

warna hijau.

Berdasarkan hal tersebut, penerapan APAR di RSU Haji Medan setengah

dari syarat peraturan telah sesuai namun masih ada setengah lagi yang tidak

sesuai dengan Permenaker RI NO.PER.04/PER/1980. Rekomendasi yang dapat

diberikan adalah Rumah Sakit melakukan perbaikan terhadap elemen-emen yang

beum sesuai seperti dengan mengganti tanda pemasangan yang berukuran lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

besar lagi sesuai dengan standar, tabung APAR sebaiknya semuanya berwarna

merah dan tidak ada yang berkarat, mengganti petunjuk penggunaan APAR

menjadi yang lebih besar dan mudah untuk dibaca serta memperbaiki sistem

pemeriksaan dengan melakukan pencatata setiap melakukan pemeriksaan terhadap

tabung APAR.

5.2.5 Hidran

Penerapan hidran akan dibandingkan dengan Permen PU RI

NO.26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung. Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian hidran di RSU Haji

Medan dari data checklist observasi yaitu hanya 66,7 % yang telah sesuai dengan

Permen PU RI NO.26/PRT/M/2008.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI NO.26/PRT/M/2008 menyatakan

bahwa, Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar untuk

mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman

kebakaran. Sistem hidran terdiri dari pemipaan, sambungan selang dan kesatuan

peralatan dengan sambungan slang dipasangkan sedemikian rupa sehingga air

dapat dikeluarkan dalam aliran atau pola semprotan melalui selang dan pipa

pemancar yang dihubungkan untuk keperluan memadamkan api. Hidran yang

digunakan digedung RSU Haji Medan adalah hidran halaman. Hidran halaman

berjumlah 2 titik yaitu terdapat didepan kantin RSU Haji Medan dan di halaman

depan ruang Pav.Marwa.

Gedung RSU Haji Medan hanya memiliki hidran halaman saja. Hal ini

tidak sesuai dengan Permen PU RI NO.26/PRT/M/2008 bahwa setiap bangunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

harus memiliki dua jenis hidran yaitu hidran gedung dan hidran halaman. Dari

hasil observasi dan wawancara terdapat hidran halaman yang masih berfungsi

dengan baik. Kotak hidran dengan tipe break glass jadi bisa dikunci dan

digunakan saat terjadi kebakaran dengan memecahkan kaca yang terdapat pada

kotak hidran untuk mengambil peralatan hidran yang terdapat didalamnya. Hidran

halaman terdapat kelengkapan hidran yaitu selang yang lebih dari 30 meter ,

nozzle dan kran pembuka untuk penyaluran air. Semua peralatan hidran halaman

di RSU Haji Medan dicat merah dan kotak hidran berwarna merah bertuliskan

“HYDRANT” yang dicat putih. Hidran halaman diletakkan disepanjang jalur

dimana dapat diakses mobil pemadam kebakaran yaitu terletak disamping rumah

sakit. Hal tersebut telah sesuai dengan peraturan bahwa hidran halaman harus

ditempatkan dimana dapat diakses mobil kebakaran. RSU Haji Medan tidak

pernah dilakukan pemeriksaan dan uji coba secara berkala kecuali pada saat

pemasangan hidran. Hal tersebut tidak sesuai dengan Permen PU RI

NO.26/PRT/M/2008 bahwa pemeriksaan hidran di suatu gedung harus dilakukan

pemeriksaan setiap 1 tahun sekali.

Berdasarkan hal tersebut, penerapan Hidran RSU Haji Medan sebagian

besar telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Rekomendasi yang diberikan

adalah Rumah Sakit Umum Haji Medan sebaiknya menyediakan hidran gedung

serta hidran sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara berkala setiap setahun

sekali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

5.3 Analisis Penerapan Sistem Proteksi Pasif

5.3.1 Jalur Evakuasi

Penerapan jalur evakuasi akan dibandingkan dengan SNI 03-1746-2000

tentang tata cara pemasangan saran jalan keluar. Berdasarkan tabel tingkat

kesesuaian jalur evakuasi di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu

hanya 50 % yang telah sesuai dengan SNI 03-1746-2000.

RSU Haji Medan memiliki sebanyak 5 jalur evakuasi yang dapat

digunakan saat terjadi bencana kebakaran. Jalur evakuasi ini mengarah ke

halaman depan lobby Rumah Sakit, halaman depan kantin Rumah Sakit , halaman

samping ruang fitrah, halaman parkir depan ruang pav.marwa, dan Halaman

belakang mesjid Rumah Sakit. Dengan adanya jalur evakuasi ini, karyawan atau

penghuni rumah sakit dapat segera mengevakuasi diri ketika terjadi suatu bencana

kebakaran.

Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa dari 10 persyaratan, ada 5

diantaranya yang penerapannya sesuai dan terpenuhi dengan SNI 03-1746-2000

yaitu terdapatnya jalur evakuasi disetiap koridor bangunan dan jalur keluar unit

bangunan rumah sakit yang mengarah ke titik kumpul atau titik aman yang sudah

ditentukan. Jalur evakuasi melewati koridor-koridor yang bebas hambatan

sehingga dapat memperlancar jalan untuk evakuasi. Jalur evakuasi disertai

penandaan yang sesuai yaitu berwarna dasar hijau dan bertulisan warna putih dan

untuk penandaan jalur evakuasi dapat dilihat jelas pada jarak 20 meter. Jalur

evakuasi di RSU Haji Medan juga memenuhi syarat dimana jalur evakuasi harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

mengarah ke titik kumpul yaitu 5 titik kumpul dan masing-masing jalur mengarah

ke titik kumpul yang berbeda.

Sementara untuk 5 persyaratan lagi diantaranya tidak sesuai atau tidak

terpenuhi penerapannya di RSU Haji Medan seperti penandaan yang kurang jelas

dilihat, terhalang, ukuran penandaan yang tidak sesuai dan tidak disertai

penerangan, serta tidak adanya peta jalur evakuasi. Penandaan jalur evakuasi tidak

jelas dilihat karena penandaan yang posisinya tidak konsisten atau tidak sejajar

seperti penandaan jalur evakuasi ada yang peletakkannya dibawah dan ada yang di

tengah atau diatas bagian dinding kemudian ada penandaan jalur evakuasi yang

copot dan rusak sehingga dengan begitu akan menyulitkan penghuni yang melihat

bingung dan memperlama evakuasi apabila terjadi darurat bencana kebakaran.

Penandaan jalur evakuasi di Rumah Sakit Umum Haji Medan terhalang oleh

barang-barang seperti terhalang oleh meja dan kursi. Ukuran penandaan jalur

evakuasi belum sesuai dengan standar yang digunakan dimana ukuran tinggi huruf

3 cm, hal tersebut tidak sesuai dimana seharusnya dalam penerapannya penandaan

tersebut tingginya berukuran 10 cm dan tebal huruf 1 cm. Penandaan jalur

evakuasi rumah sakit juga tidak diserta penerangan sehingga apabila terjadi

bencana kebakaran di malam hari dan bagian gedung yang minim cahaya maka

akan menyulitkan evakuasi karena penandaannya tidak tampak. Rumah Sakit

Umum Haji Medan dalam penerapan jalur evakuasi tidak disertai peta jalur

evakuasi disetiap titik lokasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

5.3.2 Pintu Darurat

Penerapan pintu darurat akan dibandingkan dengan Permen PU RI

NO.26/PRT/M/2008 tentang pedoman teknis sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung. Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian pintu darurat di RSU Haji

Medan dari data checklist observasi yaitu hanya 16,67% yang telah sesuai dengan

Permen PU RI NO.26/PRT/M/2008.

Permen PU RI NO.26/PRT/M/2008 menyatakan bahwa pintu darurat

kebakaran adalah pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya

dipergunakan apabila terjadi. Setiap pintu harus dari jenis sisi atau pintu ayun,

pintu yang dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

hingga mencapai posisi terbuka penuh.

Pintu darurat di gedung Rumah Sakit Umum Haji Medan berjumlah dua

pintu yang masing-masing terletak dilantai 2 disebelah kiri dan kanan gedung

yang terhubung langsung dengan tangga darurat, sedangkan untuk dilantai 1 tidak

ada pintu darut karena pintu darurat sudah ditutup dengan dinding tripleks.

Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa dari 6 persyarat, yang terpenuhi

yaitu hanya pintu yang tertutup setiap saat, namun 5 persyarat lain semuanya

belum tepenuhi seperti jenis pintu tidak engsel sisi dan tidak mampu berayun,

pintu mengarah ke jalan keluar, pintu yang dikunci dan pintu tidak menutup

otomatis. Pintu darurat di gedung RSU Haji Medan tidak berjenis engsel sisi

sehingga tidak mampu berayun. Hal ini tidak sesuai dengan standar berlaku yang

mengatakan bahwa pintu darurat harus berjenis engsel dan mampu berayun

sehingga dapat memudahkan dalam proses evakuasi apabila terjadi bahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

kebakaran. Pintu darurat mengarah kejalan keluar yaitu tangga darurat dan

ruangan terbuka atau titik kumpul, namun untuk pintu lantai pertama ditutup

sehingga pintu darurat tidak berfungsi karena tidak dapat dilewati ke arah titik

kumpul. Pintu darurat dalam kondisi tertutup setiap saat, namun pintu darurat

dikunci dan pintu darurat dilantai 1 tidak ada karena sudah ditutup penuh dengan

tripleks sehingga tidak akan bisa dilewati. Pintu darurat di Rumah Sakit juga tidak

dapat menutup otomatis. Semua pintu darurat yang terdapat di Rumah Sakit

Umum Haji Medan belum dipasang petunjuk atau tanda yang menandakan bahwa

pintu tersebut adalah pintu darurat.

Pintu Darurat di Rumah Sakit Umum Haji Medan merupakan salah satu

yang paling tidak sesuai dikarenakan pintu darurat tidak dapat berfungsi dengan

baik dan tidak pintu ayun. Hal tersebut tidak sesuai dikarenakan belum adanya

anggaran untuk memperbaiki pintu dan kurangnya pengetahuan pengelola Rumah

Sakit akan pentingnya pintu darurat kebakaran dan menganggap pintu darurat

hanya sebagai simbol yang penting ada saja tanpa memperdulikan kegunaannya.

Rekomendasi yang diberikan yaitu sebaiknya pemilik/pengelola gedung rumah

sakit memperbaiki atau mengganti pintu darurat menjadi pintu berjenis engsel

yang mampu berayun sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya ada disetiap lantai dan tidak ditutup

ataupun dihalang sehingga pintu darurat dapat digunakan dan mengarah pada

ruang terbuka dan tempat berkumpul yang telah disediakan rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

5.3.3 Tangga Darurat

Penerapan tangga darurat akan dibandingkan dengan Permen PU RI

NO.26/PRT/M/2008 tentang pedoman teknis sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung. Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian tangga darurat di RSU

Haji Medan dari data checklist observasi yaitu hanya 50 % yang telah sesuai

dengan Permen PU RI NO.26/PRT/M/2008.

Tangga darurat merupakan salah satu dari sarana penyelamatan jiwa yang

wajib dimiliki oleh bangunan gedung bertingkat seperti RSU Haji Medan. Permen

PU RI NO.26/PRT/M/2008 menyatakan bahwa tangga darurat adalah yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran. Gedung RSU

Haji Medan memiliki tangga darurat sebanyak 2 tangga didalam gedung yaitu

terletak disisi sebelah kiri dan kanan gedung.

Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa dari 6 persyaratan mengenai

tangga darurat, sebanyak 3 persyaratan yang terpenuhi yaitu tangga darurat yang

disertai penandaan, bordes antar tangga tidak kurang dari 8 dan lebih dari 18, dan

tangga darurat tidak berbentuk spiral melainkan bentuk zigzag. Persyarat tersebut

telah sesuai dengan standar yang digunakan, tangga di gedung RSU Haji medan

yang disertai penandaan sehingga memudahkan untuk mengetahui dengan mudah

tangga darurat. Tangga di RSU Haji Medan memiliki bordes diatas 8 yaitu

berjumlah 9, hal ini sesuai dengan standar yang digunakan bahwa bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18.

Sedangkan 3 syarat lainnya tidak terpenuhi yaitu: penandaan tangga tidak

menandakan setiap lantainya. Penandaan ini berfungsi untuk mengetahui posisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

lantai disetiap bangunan gedung. Seharusnya RSU Haji Medan memberikan

penandaan disetiap lantainya agar para pengguna dapat mengetahui posisi

keberadaan lantai pada saat terjadi bahaya kebakaran. Kemudian syarat lain yang

tidak terpenuhi yaitu tangga yang digunakan terdapat ruang kosong dibawah

tangga yang dibatasi atau ditutup dengan dinding tripleks sehingga tangga tidak

dapat berfungsi digunakan sehingga menghalangi pengguna tidak dapat ke tempat

berkumpul atau ruang terbuka yang aman. Tangga darurat di RSU Haji juga

dibawah tangga terdapat tempat penyimpanan barang yang tidak dipakai lagi

sehingga tangga tidak bisa dilewati dan tidak dapat berfungsi dengan baik.

5.3.4 Tempat Berhimpun

Penerapan pintu darurat akan dibandingkan dengan Permen PU RI

NO.26/PRT/M/2008 tentang pedoman teknis sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung. Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian tempat berkumpul di

RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu hanya 100 % sesuai dengan

Permen PU RI NO.26/PRT/M/2008. Hal ini ditunjukkan dengan terpenuhinya

seluruh yaitu 3 persyaratan penerapan berdasarkan Permen PU RI

NO.26/PRT/M/2008.

Permen PU RI NO.26/PRT/M/2008 menyatakan bahwa tempat berkumpul

merupakan tempat aman yang tidak ada ancaman api atau ruang terbuka dimana

penghuni bisa berhamburan setelah menyelamatkan diri dari keadaan darurat.

Jumlah tempat berhimpun di gedung RSU Haji Medan terdiri dari 5 titik yaitu

terletak didekat Halaman depan lobby Rumah Sakit (Titik kumpul 1) , halaman

depan kantin Rumah Sakit (titik kumpul 2), halaman samping ruang fitrah (Titik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

kumpul 3), halaman parkir depan ruang pav.marwa (Titik kumpul 4), halaman

belakang mesjid Rumah Sakit (Titik kumpul 5). Kelima tempat berhimpun sudah

memiliki petunjuk yang menandakan bahwa lapangan/halaman merupakan tempat

berkumpul yang bertuliskan “Titik Kumpul”. Semua persyarat sudah terpenuhi

terpenuhi yaitu, RSU Haji terdapat ruang terbuka sebagai tempat aman berkumpul

setelah evakuasi yang terdiri dari 5 titik lokasi, tanda petunjuk tempat berhimpun

juga sudah ada, luas tempat berhimpunnya cukup luas karena salah satu titik

kumpul pertama bangunan rumah sakit yaitu terdapat dipingir jalan jadi jika

terjadi bahaya kebakaran pengguna gedung dapat langsung keluar dari area rumah

sakit. Luas tempat berhimpun minimal 0,3 m/orang, hal ini sudah sesuai dengan

peraturan yang digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap manajemen proteksi kebakaran,

sistem proteksi aktif kebakaran dan sistem proteksi pasif di RSU Haji Medan,

maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Manajemen proteksi kebakaran di RSU Haji Medan telah sesuai dengan

standar peraturan yang digunakan, yaitu:

a. Tingkat kesesuaian penerapan prosedur tanggap darurat kebakaran di RSU

Haji Medan menunjukkan bahwa sebesar 50 % sesuai dengan Permen PU

RI NO.20/PRT/M/2009.

b. Tingkat kesesuaian penerapan organisasi tanggap darurat kebakaran di

RSU Haji Medan menunjukkan bahwa sebesar 100 % sesuai dengan

Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009.

c. Tingkat kesesuaian penerapan sumber daya manusia dalam darurat

kebakaran di RSU Haji Medan menunjukkan bahwa sebesar 50 % sesuai

dengan Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009 dan Kepmenaker

NO.Kep.186/Men/1999.

2. Sistem proteksi aktif kebakaran di RSU Haji Medan telah sesuai dengan

standar peraturan yang digunakan, yaitu:

a. Tingkat kesesuaian penerapan alarm kebakaran di RSU Haji Medan

menunjukkan bahwa sebesar 85,7% sesuai dengan Permenaker

NO.Per.02/Men/1983.

108
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
109

b. Tingkat kesesuaian penerapan detektor kebakaran di RSU Haji Medan

menunjukkan bahwa sebesar 80% sesuai dengan Permenaker

NO.Per.02/Men/1983.

c. Tingkat kesesuaian penerapan sprinkler di RSU Haji Medan menunjukkan

bahwa sebesar 0% dikarenakan tidak adanya sprinkler.

d. Tingkat kesesuaian penerapan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di RSU

Haji Medan menunjukkan bahwa sebesar 55% sesuai dengan Permenaker

NO.Per.04/Men/1980.

e. Tingkat kesesuaian penerapan Hidran di RSU Haji Medan menunjukkan

bahwa sebesar 66,7% sesuai dengan Permen PU RI NO.26/PRT/M/2008.

3. Sistem proteksi pasif atau sarana peneyelamatan jiwa di RSU Haji Medan

telah sesuai dengan standar peraturan yang digunakan, yaitu:

a. Tingkat kesesuaian penerapan jalur evakuasi di RSU Haji Medan

menunjukkan bahwa sebesar 50% sesuai dengan SNI 03-1746-2000.

b. Tingkat kesesuaian penerapan pintu darurat kebakaran di RSU Haji Medan

menunjukkan bahwa sebesar 16,7% sesuai dengan Permen PU RI

NO.26/PRT/M/2008.

c. Tingkat kesesuaian penerapan tangga darurat kebakaran di RSU Haji

Medan menunjukkan bahwa sebesar 50% sesuai dengan Permen PU RI

NO.26/PRT/M/2008.

d. Tingkat kesesuaian penerapan tempat berkumpul atau titik kumpul di RSU

Haji Medan menunjukkan bahwa sebesar 100% sesuai dengan Permen PU

RI NO.26/PRT/M/2008.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain:

1. Sebaiknya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam

mencegah terjadinya bahaya kebakaran di RSU Haji Medan, seluruh karyawan

di RSU Haji Medan diberikan pendidikan dan pelatihan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran secara keseluruhan mengenai prosedur darurat

kebakaran dan sistem proteksi kebakaran bukan hanya pelatihan pada APAR

saja.

2. Sebaiknya pengelola RSU Haji Medan membuat prosedur dan menjadwalkan

kegiatan inspeksi, uji coba dan pemeliharaan sistem proteksi secara rutin dan

berkala.

3. Sebaiknya pemasangan alarm kebakaran tingginya tidak melibihi 1,4 meter

sehingga dapat mudah dicapai oleh banyak orang atau penghuni di rumah

sakit.

4. Sebaiknya detektor kebakaran dilakukan pemeriksaan secara berkala dan

rekaman hasil inspeksi disimpan.

5. Sebaiknya RSU Haji Medan menambahkan sprinkler sebagai lat pemancar air

dalam pemadaman penanggulangan bahaya kebakaran.

6. Sebaiknya APAR untuk tanda pemasangannya diperhatikan sesuai

peraturandan semua APAR sebaiknya berwarna merah serta tida berkarat,

tersedia petunjuk penggunaan yang berukuran cukup dan jelas untuk dilihat

dan terdapat label pemeriksaan sebulan sekali yang diletakkan pada tabung

APAR.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

7. Sebaiknya gedung RSU Haji Medan menambahkan hidran gedung untuk

bangunan rumah sakit yang disertai petunjuk penggunaan serta hidran

sebaiknya dilakukan pemeriksaan hidran secara berkala untuk mengetahui

kondisi hidran dapat masih digunakan atau tidak.

8. Sebaiknya penandaan jalur evakuasi di RSU Haji Medan diganti menjadi yang

lebih jelas sesuai persyaratan dan menambahkan peta jalur evakuasi dimasing-

masing lokasi.

9. Sebaiknya pengelola/pemilik gedung RSU Haji Medan mengganti pintu

darurat kebakaran menjadi pintu berjenis engsel dan siap digunakan.

10. Sebaiknya tangga darurat tidak dibatasi atau ditutup dengan dinding dan tidak

digunakan sebagai tempat penyimpanan barang sehingga tangga dapat

digunakan pada saat darurat kebakaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Graha


Ilmu. Yogyakarta.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Data Bencana Kebakaran


2017. Diakses dari www.bnpb.go.id tanggal 10 Januari 2018.

Badan Standar Nasional Indonesia, 2000. SNI 03-3989-2000 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatik Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. Jakarta:
Badan Standar Nasional Indonesia.

Badan Standar Nasional Indonesia, 2000. SNI 03-1746-2000 tentang Tata Cara
Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar Untuk
Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
Jakarta: Badan Standar Nasional Indonesia.

CNN Indonesia. 2018. Kebakaran Rumah Sakit di Korsel. Diakses dari


https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180126105932-113-
271726/kebakaran-rumah-sakit-di-korsel-33-tewas pada tanggal 10 Januari
2018.

Detik News. 2017. Kebakaran di RS Wahidin Sudirohusodo. Diakses dari


https://news.detik.com/berita/3643838/kebakaran-di-rs-wahidin-
sudirohusodo-pasien-panik pada tanggal 10 Januari 2018.

Detik News. 2017. Rumah Sakit Kurnia di Kota Cilegon Kebakaran, Pasien
diEvakuasi.Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3770369/rumah-
sakit-kurnia-di-kota-cilegon-kebakaran-pasien-dievakuasi pada tanggal 10
Januari 2018.

Hesna, Y., dan Hidayat. 2009. Evaluasi Penerapan Sistem Keselamatan


Kebakaran pada Bangunan Gedung Rumah Sakit Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Rekayasa Masyarakat Vol.5 No.2. Diaskes dari
http://jrs.ft.unand.ac.id/index.php/jrs/article/viewFile/v5-n2-hesna/60 pada
tanggal 15 Januari 2018.

Iswara, I. 2011. Analisis Risiko Kebakaran di Rumah Sakit Metropolitan


Medical Centre. Skripsi, Universitas Sumatera Utara. Diakses dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20291355.pdf pada tanggal 20
Januari 2018.

111
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
112

Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI N0.KEP.186/MEN/1999 tentang Unit


Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2009 tentang Pedoman


Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan


Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per 04/MEN/1980 tentang


Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.PER.02/MEN/1983 tentang Instalasi


Alarm kebakaran Automatik.

Ramli, S. 2010. Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management).


Dian Rakyat. Jakarta.

Ramli,S. 2010.Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster


Management). Dian Rakyat. Jakarta.

Rijanto, B. 2011.Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Mitra Wacana


Media. Jakarta.

Rijanto, B. 2010. Kebakaran dan Perencanaan Bangunan. Mitra Wacana


Media. Jakarta.

Salami, I.R.S dkk. 2015. Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja.


Gadjha Mada University Press. Yogyakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Penelitian Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

Lampiran 1. Lembar observasi

Tabel 1
Prosedur tanggap darurat kebakaran di RSU Haji Medan
NO Kondisi Aktual Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Permen PU RI N0.20/PRT/M/2009)
Tidak
Sesuai
Terdapat tim perencana pengaman
1.
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
2. kebakaran (fire emergency plan)
dalam rencana pengamanan kebakaran
Terdapat prosedur inspeksi, uji
3. coba, dan pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran
Terdapat jadwal inspeksi, uji coba
4. dan pemeliharaan setiap sistem
proteksi kebakaran
Perencanaan tindakan darurat
kebakaran menjelaskan dengan rinci
tentang rangkaian tindakan (prosedur)
5. yang harus dilakukan oleh
penanggung jawab dan pengguna
bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Perencanaan tindakan darurat
kebakaran memuat informasi
tentang daftar panggil keadaan
6. darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus
dilibatkan dalam merespon keadaan
darurat setiap waktu
Perencanaan tindakan darurat
kebakaran memuat informasi
tentang denah lantai yang berisi:
a. Alarm kebakaran dan titik
7.
panggil manual
b. Jalan keluar
c. Rute evakuasi

Evakuasi rencana pengamanan


8. terhadap kebakaran melibatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

seluruh tingkatan manajemen korporat

9. Diadakan pelatihan tanggap darurat


Pelatihan karyawan diarahkan
10. pada peran dan tanggungjawab
individu
Pelatihan karyawan diarahkan pada
11. informasi tentang ancaman, bahaya
dan tindakan.
Pelatihan karyawan diarahkan kepada
12. prosedur pemberitahuan, peringatan
dan komunikasi
Pelatihan karyawan diarahkan
13. kepada prosedur tanggap darurat
Pelatihan karyawan diarahkan kepada
14. prosedur evakuasi, penampungan.
Pelatihan karyawan diarahkan
kepada pemberitahuan lokasi tempat
15. peralatan yang biasa digunakan
dalam keadaan darurat dan
penggunaannya
Rencana pengamanan kebakaran
16. dievaluasi dan dikaji sedikitnya
sekali dalam sebulan
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang yang terdiri dari
17. audit keselamatan sekilas (6 bulan
sekali), audit awal (setahun sekali),
dan audit lengkap (lima tahun sekali)
Dilakukan sosialisasi pentingnya
18. proteksi kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

Tabel 2
Organisasi tanggap darurat kebakaran di RSU Haji Medan
Kondisi Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
NO Sesuai Ada/
(Permen PU RI N0.20/PRT/M/2009)
Tidak
Sesuai
1. Pemilik/Pengelola bangunan gedung
wajib membentuk Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2. Setiap unit bangunan gedung
mempunyai tim penanggulangan
kebakaran (TPK) masing-masing
3. Terdapat penanggungjawab yang
membawa seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
4. Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulangan kebakaran
5. Terdapat kepala bagian keamanan
pada struktur organisasi tim
penanggulangan kebakaran
6. Terdapat operator komunikasi

7. Kepala bagian teknik pemeliharaan


membawahi operator listrik dan genset
8. Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa (sistem
proteksi kebakaran)
9. Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
10. Terdapat tim penyelamat kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

Tabel 3
Sumber Daya Manusia (SDM) Penanggulangan Kebakaran di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Kepmenaker RI
Tidak
No.KEP.186/MEN/1999) dan
Sesuai
(Permen PU RI N0.20/PRT/M/2009)

1. Terdapat Sumber daya manusia berperan


sebagai unit penanggulangan kebakaran.

2. Petugas peran kebakaran Unit


penanggulangan kebakaran memenuhi
syarat:
- Sehat jasmani dan rohani
- Pendidikan minimal SLTP
- Telah mengikuti kursus teknis
penaggulangan kebakaran
3. Regu penanggulangan kebakaran Unit
penanggulangan kebakaran memenuhi
syarat:
- Sehat jasmani dan rohani
- Pendidikan minimal SLTA
- Telah mengikuti kursus teknis
penaggulangan kebakaran
4. Koordinator Unit penanggulangan
kebakaran memenuhi syarat:
- Sehat jasmani dan rohani
- Pendidikan minimal SLTA
- Telah mengikuti kursus teknis
penaggulangan kebakaran tingkat
dasar dan tingkat ahli K3 Pratama
5. Ahli K3 spesialis kebakaran memenuhi
syarat:
- Sehat jasmani dan rohani
- Pendidikan minimal D3 Teknik
- Telah mengikuti kursus teknis
penaggulangan tingkat dasar sampai
tingkat ahli K3 dan ahli madya.
6. Sumber daya manusia yang berada dalam
Manajemen penang-gulangan kebakaran
diadakan pelatihan dan peningkatan ke-
mampuannya secara berkala.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

Tabel 4
Alarm Kebakaran di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Permenaker No.02/Men/1983)
Tidak
Sesuai
1. Terdapat sistem alarm kebakaran
2. Alarm dapat dilihat dengan jelas
3. Alarm dalam kondisi baik dan siap
digunakan
4. Alarm diletakkan pada lintasan jalur
keluar dengan tinggi tidak lebih dari
1,4 m dari lantai
5. Setiap sistem alarm kebakaran harus
mempunyai gambar instalasi secara
lengkap yang mencantumkan letak
detektor dan kelompok alarm
6. Setiap lantai harus ada kelompok
alarm kebakaran tersendiri
7. Sistem alarm kebakaran harus
dilengkapi sekurang-kurangnya sebuah
lonceng

Tabel 5
Alat Deteksi Kebakaran (Detektor) di RSU Haji Medan dengan
NO Kondisi Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
(Permenaker No.02/Men/1983)
Sesuai Sesuai
1. Terdapat sistem pendeteksi dini
bahaya kebakaran dalam keadaan aktif
2. Detektor harus dipasang pada bagian
bangunan kecuali bagian bangunan
telah dilindungi sistem pemadam
kebakaran
3. Jarak antar detektor asap atau alat
penangkap asap tidak boleh melebihi
dari 12 m dalam ruangan biasa
4. Elemen sensor pada detektor dalam
keadaan bersih dan tidak dicat
5. Pengujian detektor dilakukan secara
berkala

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

Tabel 6
Sprinkler di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(SNI 03-3989-2000) Tidak
Sesuai
1. Terpasang sprinkler otomatik

2. Sprinkler tidak diberi ornament, cat atau


di-beri pelapisan
3. Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
4. Air yang digunakan tidak mengandung
serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
5. Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan sekurang-
kurangnya satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara otomatis,
bertekanan dan berkapasitas cukup,
serta dapat diandalkan setiap saat
6. Sistem penyediaan air harus dibawah
penguasaan pemilik gedung
7. Harus disediakan sebuah sambungan
yang memungkinkan petugas
pemadam kebakaran memompakan
air kedalam sistem sprinkler
8. Jarak minimum antara dua kepala
sprinkler
≤2m
9. Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
10. Sprinkler cadangan sesuai baik tipe
maupun temperature rating dengan
semua sprinkler yang telah dipasang
11. Tersedia sebuah kunci khusus untuk
sprinkler

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

Tabel 7
Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR) di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
(Permenaker No.Per 04/Men/1980) Sesuai Ada/
Tidak
Sesuai
1. APAR ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas
2. APAR ditempatkan pada posisi yang
mudah dicapai dan diambil
3. Pemasangan dan penempatan APAR
harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran
4. APAR dilengkapi dengan pemberian
tanda pemasangan
5. Tinggi pemberian tanda pemasangan
APAR 125 cm dari dasar lantai
6. Pemberian tanda pemasangan
berbentuk segitiga sama sisi berwarna
dasar merah dan berukuran 35 cm
7. Tinggi huruf tanda pemasangan
berukuran 3 cm dan berwarna putih
8. Tinggi tanda panah pada tanda
pemasangan berukuran 7,5 cm dan
berwarna putih
9. Penempatan APAR satu dengan APAR
lainnya tidak melebihi 15 meter
10. Semua tabung APAR sebaiknya
berwarna merah
11. Tabung APAR tidak berlubang

12. Tabung APAR tidak berkarat

13. APAR harus dipasang menggantung


pada dinding dengan penguatan
sengkang/ konstruksi
penguat/ditempatkan dalam lemari/box
yang tidak dikunci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

14. Pemasangan APAR 1,2 meter dari


permukaan lantai sampai
puncak/paling atas APAR.
15. APAR tidak dipasang pada suhu >49
o
C atau -4 oC
16. APAR diperiksa secara berkala

17. Terdapat Petunjuk cara pemakaian


APAR dan dapat dibaca dengan jelas
18. Terdapat label catatan pemeriksaan

19. Terdapat label percobaan dan pengisian


yang dicatat dengan selembar di badan
tabung.
Dan terdapat tanggal bulan dan tahun
dicatat.
20. Isi tabung gas sesuai dengan tekanan
yang dipergunakan dan dijaga tetap
penuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

Tabel 8
Hidran di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
( Permen PU RI No.26/PRT/M/2008) Tidak
Sesuai
1. Terdapat Hidran:
- Hidran Gedung
- Hidran Halaman
2. Kotak hidran gedung harus mudah
dibuka, dilihat, tidak terhalang oleh
benda lain
3. Semua peralatan hidran di cat merah
dan kotak hidran berwarna merah
bertuliskan “HIDRAN” yang di cat
putih.
4. Terdapat petunjuk penggunaan yang
dipasang ditempat yang mudah dilihat.
5. Terdapat kelengkapan hidran: selang,
nozzle, kran pembuka
6. Hidran dalam keadaan siap digunakan

7. Hidran halaman diletakkan diepanjang


jalur akses mobil pemadam kebakaran
8. Panjang selang hidran dipasang
dengan minimal 30 meter
9. Dilakukan pemeriksaan hidran setiap 1
tahun sekali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


122

Tabel 9
Jalur Evakuasi di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(SNI 03-1746-2000) Tidak
Sesuai
1. Terdapat sarana jalan keluar dan evakuasi

2. Bebas hambatan

3. Terdapat penanda yang jelas dan mudah


terlihat
4. Tidak ada penghalang

5. Penandaan tanda jalur evakuasi berwarna


dasar hijau dan bertulisan warna putih
6. Ukuran tinggi huruf pada penandaan jalur
evakuasi 10 cm dan tebal huruf 1 cm
7. Penandaan jalur evakuasi dapat terlihat
jelas dari jarak 20 meter
8. Penandaan harus disertai dengan
peneragan
9. Berhubungan langsung dengan jalan atau
ruang terbuka
10. Peta jalur evakuasi yang terbaru
diletakkan dibeberapa titik lokasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


123

Tabel 10
Pintu Darurat di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Permen PU RI N0.26/PRT/M/2008) Tidak
Sesuai
1. Pintu pada sarana jalan keluar harus
berjenis engsel sisi atau pintu ayun

2. Pintu dipasang dan dirancang


sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi
terbuka penuh

3. Pintu darurat membuka kearah jalur


jalan keluar

4. Pintu darurat tidak membutuhkan


sebuah anak kunci, alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung

5. Pintu darurat tidak dalam kondisi


terbuka setiap saat

6. Pintu darurat menutup sendiri atau


menutup otomatis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


124

Tabel 11
Tangga Darurat di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Permen PU RI N0.26/PRT/M/2008) Tidak
Sesuai
1. Tangga kebakaran ini harus disediakan
dengan tanda pengenal khusus

2. Penandaan tersebut harus menunjukkan


tingkat lantai

3. Bordes antar tangga minimal 8 dan


maksimal 18

4. Tangga kebakaran tidak dibatasi dengan


dinding

5. Ruang kosong dibawah tangga tidak


untuk menyimpan barang

6. Tidak boleh berbentuk tangga spiral


sebagai tangga utama

Tabel 12
Tempat Berkumpul di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Permen PU RI N0.26/PRT/M/2008) Tidak
Sesuai
1. Terdapat tempat berhimpun setelah
evakuasi
2. Tersedia petunjuk tempat berhimpun

3. Luas tempat berhimpun sesuai, minimal


0,3 m/orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


125

Lampiran 2. Pedoman wawancara

PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Kepala pelaksana harian K3RS)
Tanggal wawancara:

Pertanyaan
1. Apakah di RSU.Haji Medan pernah terjadi kebakaran ?
Jika Ya, ........................................................................................................
2. Apakah di RSU.Haji Medan sudah ada prosedur tanggap darurat yang
dilakukan apabila terjadi kebakaran?
..............................................................................................................................
3. Jika Ada, bagaimana tahapan dalam prosedur tanggap darurat di RSU.Haji
Medan?
..............................................................................................................................
4. Apakah RSU.Haji Medan mempunyai organisasi atau tim dalam tanggap
darurat kebakaran?
.......................................................................................................................
5. Jika ada, apa tugasdan tanggungjawab masing-masing personil?
..............................................................................................................................
6. Apakah di RSU.Haji pernah diadakan pendidikan dan pelatihan terkait
kebakaran ?
..............................................................................................................................
7. Jika ya, pelatihan apa saja pelatihan seperti apa yang didapatkan?
..............................................................................................................................

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


126

PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Staff K3)
Tanggal wawancara:

Pertanyaan
1. Apakah rumah sakit rutin melakukan inspeksi terhadap peralatan kebakaran
tersebut? Jika Ya, peralatan apa saja yang dilakukan inspeksi dan berapa kali
dalam setahun?
..............................................................................................................................
2. Apa saja yang dilakukan saat melakukan kegiatan inspeksi?
..............................................................................................................................
3. Apakah ada rekaman hasil inspeksi kebakaran ?
..............................................................................................................................

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


127

PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Bagian IPSRS)
Tanggal wawancara:

Pertanyaan
1. Apakah rumah sakit rutin melakukan pemeliharaan dan uji coba terhadap
peralatan kebakaran?
..............................................................................................................................
2. Jika ya, peralatan apa saja yang dilakukan pemeliharaan dan uji coba dan
berapa kali setahun dilakukan pemeliharaan dan uji coba?
.............................................................................................................................
3. Apakah ada rekaman hasil pemeliharaan peralatan kebakaran?
..............................................................................................................................

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


128

PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Perwakilan Karyawan)
Tanggal wawancara:

Pertanyaan
1. Apakah anda mengetahui prosedur tanggap darurat yang dilakukan apabila
terjadi kebakaran di rumah sakit?
..............................................................................................................................
2. Jika ya, bagaimana tahapan dalam prosedur tanggap darurat yang dilakukan
apabila terjadi kebakaran?
..............................................................................................................................
3. Apakah anda pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan pemadam kebakaran
di rumah sakit ini ?
..............................................................................................................................
4. Jika Ya, Pendidikan dan pelatihan apa saja yang diberikan?
..............................................................................................................................

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


129

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


130

Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


131

Lampiran 5. Hasil checklist observasi

Checklist Prosedur tanggap darurat kebakaran di RSU.Haji Medan


NO Kondisi Aktual
Elemen
Sesuai Tidak
Sesuai
(Permen PU RI N0.20/PRT/M/2009)

1. Terdapat tim perencana pengaman kebakaran √

2. Terdapat rencana tindakan darurat kebakaran (fire √


emergency plan) dalam rencana pengamanan kebakaran
3. Terdapat prosedur inspeksi, uji coba, dan √
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
4. Terdapat jadwal inspeksi, uji coba dan √
pemeliharaan setiap sistem proteksi kebakaran
5. Perencanaan tindakan darurat kebakaran √
menjelaskan dengan rinci tentang rangkaian tindakan
(prosedur) yang harus dilakukan oleh penanggung
jawab dan pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
6. Perencanaan tindakan darurat kebakaran √
memuat informasi tentang daftar panggil keadaan
darurat (emergency call) dari semua personil
yang harus dilibatkan dalam merespon keadaan
darurat setiap waktu
7. Perencanaan tindakan darurat kebakaran √
memuat informasi tentang denah lantai yang berisi:
d. Alarm kebakaran dan titik panggil manual
e. Jalan keluar
f. Rute evakuasi
8. Evakuasi rencana pengamanan terhadap √
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan manajemen
korporat
9. Diadakan pelatihan tanggap darurat √
10. Pelatihan karyawan diarahkan pada peran dan √
tanggungjawab individu
11. Pelatihan karyawan diarahkan pada informasi √
tentang ancaman, bahaya dan tindakan protektif

12. Pelatihan karyawan diarahkan kepada prosedur √


pemberitahuan, peringatan dan komunikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


132

13. Pelatihan karyawan diarahkan kepada prosedur √


tanggap darurat
14. Pelatihan karyawan diarahkan kepada prosedur √
evakuasi, penampungan.
15. Pelatihan karyawan diarahkan kepada √
pemberitahuan lokasi tempat peralatan yang biasa
digunakan dalam keadaan darurat dan penggunaannya
16. Rencana pengamanan kebakaran dievaluasi dan √
dikaji sedikitnya sekali dalam sebulan
17. Dilakukan audit sistem proteksi kebakaran yang √
yang terdiri dari audit keselamatan sekilas (6 bulan
sekali), audit awal (setahun sekali), dan audit lengkap
(lima tahun sekali)
18. Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi kebakaran √

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


133

Checklist Organisasi tanggap darurat kebakaran di RSU.Haji Medan


NO Kondisi
Elemen
Sesuai Tidak
Sesuai
(Permen PU RI N0.20/PRT/M/2009)

1. Pemilik/Pengelola bangunan gedung wajib √


membentuk Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2. Setiap unit bangunan gedung mempunyai tim √
penanggulangan kebakaran (TPK) masing-masing
3. Terdapat penanggungjawab yang membawa seluruh √
pimpinan tim penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
4. Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan pada √
struktur organisasi tim penanggulangan kebakaran
5. Terdapat kepala bagian keamanan pada struktur √
organisasi tim penanggulangan kebakaran
6. Terdapat operator komunikasi √

7. Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi √


operator listrik dan genset
8. Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi √
operator pompa (sistem proteksi kebakaran)
9. Kepala bagian keamanan membawahi tim pemadam √
api
10. Terdapat tim penyelamat kebakaran √

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


134

Checklist Sumber Daya Manusia (SDM) di RSU.Haji Medan


NO Kondisi
Elemen
Sesuai Tidak
Sesuai
(Kepmenaker RI No.KEP.186/MEN/1999) dan
(Permen PU RI N0.20/PRT/M/2009)

1. Terdapat Sumber daya manusia berperan sebagai √


unit penanggulangan kebakaran.
2. Petugas peran kebakaran Unit penanggulangan √
kebakaran memenuhi syarat:
- Sehat jasmani dan rohani
- Pendidikan minimal SLTP
- Telah mengikuti kursus teknis penaggulangan
kebakaran

3. Regu penanggulangan kebakaran Unit √


penanggulangan kebakaran memenuhi syarat:
- Sehat jasmani dan rohani
- Pendidikan minimal SLTA
e. Telah mengikuti kursus teknis penaggulangan
kebakaran

4. Koordinator Unit penanggulangan kebakaran √


memenuhi syarat:
- Sehat jasmani dan rohani
- Pendidikan minimal SLTA
f. Telah mengikuti kursus teknis penaggulangan
kebakaran tingkat dasar dan tingkat ahli K3
Pratama

5. Ahli K3 spesialis kebakaran memenuhi syarat: √


- Sehat jasmani dan rohani
- Pendidikan minimal D3 Teknik
g. Telah mengikuti kursus teknis penaggulangan
tingkat dasar sampai tingkat ahli K3 dan ahli
madya.

6. Sumber daya manusia yang berada dalam √


Manajemen penang-gulangan kebakaran diadakan
pelatihan dan peningkatan ke-mampuannya secara
berkala.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


135

Checklist Alarm Kebakaran di RSU.Haji Medan


NO Kondisi
Elemen
Sesuai Tidak
Sesuai
(Permenaker No.02/Men/1983)

1. Terdapat sistem alarm kebakaran √


2. Alarm dapat dilihat dengan jelas √
3. Alarm dalam kondisi baik dan siap digunakan √
4. Alarm diletakkan pada lintasan jalur keluar dengan √
tinggi tidak lebih dari 1,4 m dari lantai
5. Setiap sistem alarm kebakaran harus mempunyai √
gambar instalasi secara lengkap yang mencantumkan
letak detektor dan kelompok alarm
6. Setiap lantai harus ada kelompok alarm kebakaran √
tersendiri
7. Sistem alarm kebakaran harus dilengkapi sekurang- √
kurangnya sebuah lonceng

Checklist Detektor di RSU.Haji Medan dengan


NO Kondisi
Elemen
Sesuai Tidak
Sesuai
(Permenaker No.02/Men/1983)
1. Terdapat sistem pendeteksi dini terhadap bahaya √
kebakaran dalam keadaan aktif
2. Detektor harus dipasang pada bagian bangunan √
kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah
dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran
automatik
3. Jarak antar detektor asap atau alat penangkap asap √
tidak boleh melebihi dari 12 m dalam ruangan biasa
4. Elemen sensor pada detektor dalam keadaan bersih √
dan tidak dicat
5. Pengujian detektor dilakukan secara berkala √

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


136

Checklist Sprinkler di RSU.Haji Medan


NO Kondisi
Elemen Sesuai Tidak
Sesuai
(SNI 03-3989-2000)

1. Terpasang sprinkler otomatik √

2. Sprinkler tidak diberi ornament, cat atau di-beri √


pelapisan
3. Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia √
yang dapat mengakibatkan korosi
4. Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan √
lain yang dapat mengganggu bekerjanya sprinkler
5. Setiap sistem sprinkler otomatis harus dilengkapi √
dengan sekurang-kurangnya satu jenis sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis,
bertekanan dan berkapasitas cukup, serta dapat
diandalkan setiap saat
6. Sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan √
pemilik gedung
7. Harus disediakan sebuah sambungan yang √
memungkinkan petugas pemadam kebakaran
memompakan air kedalam sistem sprinkler
8. Jarak minimum antara dua kepala sprinkler √
≤2m
9. Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala √
sprinkler yang tahan korosi
10. Sprinkler cadangan sesuai baik tipe maupun √
temperature rating dengan semua sprinkler yang telah
dipasang
11. Tersedia sebuah kunci khusus untuk sprinkler √

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


137

Checklist Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR) di RSU Haji Medan


NO Kondisi
Elemen
Sesuai Tidak
(Permenaker No.Per 04/Men/1980) Sesuai

1. APAR ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat √


dengan jelas
2. APAR ditempatkan pada posisi yang mudah dicapai √
dan diambil

3. Pemasangan dan penempatan APAR harus sesuai √


dengan jenis dan penggolongan kebakaran
4. APAR dilengkapi dengan pemberian tanda √
pemasangan
5. Tinggi pemberian tanda pemasangan APAR 125 cm √
dari dasar lantai
6. Pemberian tanda pemasangan berbentuk segitiga √
sama sisi berwarna dasar merah dan berukuran 35 cm
7. Tinggi huruf tanda pemasangan berukuran 3 cm dan √
berwarna putih
8. Tinggi tanda panah pada tanda pemasangan √
berukuran 7,5 cm dan berwarna putih
9. Penempatan APAR satu dengan APAR lainnya tidak √
melebihi 15 meter
10. Semua tabung APAR sebaiknya berarna merah √

11. Tabung APAR tidak berlubang √

12. Tabung APAR tidak berkarat √

13. APAR harus dipasang menggantung pada dinding √


dengan penguatan sengkang/ konstruksi
penguat/ditempatkan dalam lemari/box yang tidak
dikunci
14. Pemasangan APAR 1,2 meter dari permukaan lantai √
sampai puncak/paling atas APAR.
Kecuali,: CO2 & tepung Kering (<15cm/lebih rendah).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


138

15. APAR tidak dipasang pada suhu >49 oC atau -4 oC √

16. APAR diperiksa secara berkala √

17. Terdapat Petunjuk cara pemakaian APAR dan dapat √


dibaca dengan jelas
18. Terdapat label catatan pemeriksaan √

19. Terdapat label percobaan dan pengisian yang dicatat √


dengan selembar di badan tabung.
Dan terdapat tanggal bulan dan tahun dicatat.
20. Isi tabung gas sesuai dengan tekanan yang √
dipergunakan dan dijaga tetap penuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


139

Checklist Hidran di RSU Haji Medan


NO Kondisi
Elemen Sesuai Tidak
Sesuai
( Permen PU RI No.26/PRT/M/2008)
1. Terdapat Hidran: √
- Hidran Gedung
- Hidran Halaman
2. Kotak hidran gedung harus mudah dibuka, dilihat, tidak √
terhalang oleh benda lain
3. Semua peralatan hidran di cat merah dan kotak hidran √
berwarna merah bertuliskan “HIDRAN” yang di cat
putih.
4. terdapat petunjuk penggunaan yang dipasang ditempat √
yang mudah dilihat.
5. Terdapat kelengkapan hidran: selang, nozzle, kran √
pembuka
6. Hidran dalam keadaan siap digunakan √

7. Hidran halaman diletakkan diepanjang jalur akses mobil √


pemadam kebakaran
8. Panjang selang hidran dipasang dengan minimal 30 √
meter
9. Dilakukan pemeriksaan hidran setiap 1 tahun sekali √

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


140

Checklist Jalur Evakuasi di RSU.Haji Medan


NO Kondisi
Elemen Sesuai Tidak
Sesuai
(SNI 03-1746-2000)

1. Terdapat sarana jalan keluar dan evakuasi √

2. Bebas hambatan √

3. Terdapat penanda yang jelas dan mudah terlihat



4. Tidak ada penghalang √

5. Penandaan tanda jalur evakuasi berwarna dasar hijau √


dan bertulisan warna putih
6. Ukuran tinggi huruf pada penandaan jalur evakuasi 10 √
cm dan tebal huruf 1 cm
7. Penandaan jalur evakuasi dapat terlihat jelas dari jarak √
20 meter
8. Penandaan harus disertai dengan peneragan √

9. Berhubungan langsung dengan jalan atau ruang terbuka √


10. Peta jalur evakuasi yang terbaru diletakkan dibeberapa √
titik lokasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


141

Checklist Pintu Darurat di RSU Haji Medan


NO Kondisi
Elemen Sesuai Tidak
Sesuai
(Permen PU RI N0.26/PRT/M/2008)

1. Pintu pada sarana jalan keluar harus berjenis engsel sisi √


atau pintu ayun

2. Pintu dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun √


dari posisi manapun hingga mencapai posisi terbuka
penuh

3. Pintu darurat membuka kearah jalur jalan keluar √

4. Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci, √


alat atau pengetahuan khusus atau upaya tindakan
untuk membukanya dari dalam bangunan gedung

5. Pintu darurat tidak dalam kondisi terbuka setiap saat √

6. Pintu darurat menutup sendiri atau menutup otomatis √

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


142

Checklist Tangga Darurat di RSU Haji Medan


NO Kondisi
Elemen Sesuai Tidak
Sesuai
(Permen PU RI N0.26/PRT/M/2008)

1. Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan √


tanda pengenal khusus

2. Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai √

3. Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 √

4. Tangga kebakaran tidak dibatasi dengan dinding √

5. Ruang kosong dibawah tangga tidak untuk √


menyimpan barang

6. Tidak boleh berbentuk tangga spiral sebagai tangga √


utama

Checklist Tempat Berkumpul di RSU Haji Medan


NO Kondisi
Elemen Sesuai Tidak
Sesuai
(Permen PU RI N0.26/PRT/M/2008)

1. Terdapat tempat berhimpun setelah evakuasi √

2. Tersedia petunjuk tempat berhimpun √

3. Luas tempat berhimpun sesuai, minimal 0,3 m/orang √

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


143

Lampiran 6. Hasil Wawancara

HASIL WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Untuk Kepala Pelaksana Harian K3RS)

Inisial : KA
Tanggal Wawancara : 28 April 2018

1. Apakah di RSU.Haji Medan pernah terjadi kebakaran ?


Jawaban : Disini belum pernah terjadi kebakaran tapi kalau kebakaran ringan
seperti korslet biasa pernah dan sudah lama dan itupun langsung
cepat tertangan.

2. Apakah di RSU.Haji Medan sudah ada prosedur tanggap darurat yang


dilakukan apabila terjadi kebakaran?
Jawaban : Ada.

3. Jika Ada, bagaimana tahapan dalam prosedur tanggap darurat di RSU.Haji


Medan?
Jawaban : Kalau berdasarkan SOP dan panduan rumah sakit prosedur tanggap
darurat kebakaran yang dilakukan pertama kali adalah
personel/pegawai yang pertama melihat api langsung melakukan
tindakan pemadaman api dengan APAR jika api memungkinkan
untuk dipadamkan. Biasanya untuk kebakaran yang ringan seperti
korslet kecil. Jika api tidak dapat dipadamkan,karyawan ruangan
memecahkan kotak alarm sebagai tanda bahwa terjadi kebakaran
dan tim piket petugas pelaksana kebakaran di ruangan tempat
kebakaran terjadi melakukan tugasnya sesuai uraian tugas yang
sudah ditentukan berdasarkan warna helm yaitu komando,
pemadam, penyingkir, dan evakuasi. Kemudian salah satu dari
pegawai yang lain melapor kepada operator informasi rumah sakit,
bagian teknik dan bagian keamanan. Untuk operator
informasimengumumkan “kode merah” ke seluruh ruangan, untuk
IPSRS memutuskan aliran listrik, untuk bagian keamanan melapor
kepada Direktur RS. Tim kemanan membantu pemadaman
menggunakan APAR kemudian hidran dan terakhir bantuan mobil
pemadaman kebakaran dan penyelamatan serta evakuasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


144

menggunakan sarana evakuasi yang sudah ada kemudian


berkumpul di titik kumpul. Untuk bagian prosedur pemeliharaan
alat proteksi kebakaran itu pihak IPSRS.

4. Apakah RSU.Haji Medan mempunyai organisasi atau tim dalam tanggap


darurat kebakaran?
Jawaban : Ada. Tapi kalau disini tim tanggap darurat kebakaran itu terdiri dari
tim PK3RS yang sebagai perencana atau tim pokoknya di bidang
kewaspadaan bencana yang membawahi tim penanggulangan
bencana. Nah tim penanggulangan bencana sebagai
penanggungjawab tim pelaksana. Tim pelaksana itu ada disetiap
unit kerja masing-masing yang ada tandanya ada papan piket
dengan helm 4 warna itu.

5. Jika ada, apa tugasdan tanggungjawab masing-masing personil?


Jawaban : Kalau tim K3RS bidang kewaspadaan bencana sebagai perencana
program nya sedangkan untuk tim penanggulangan bencana
sebagai penanggungjawab atau koordinator. Nah yang paling
berperan penting pada saat darurat kebakaran seluruh pekerjanya
kan sebagai petugas pelaksana yang terdiri dari 4. Kalau komando
yang memimpinnya, kalau pemadam bagian memadamkan api
apalagi pada awal adanya api, kalau evakuasi sebagai
penanggungjawab evakuasi pasien apabila api sulit dipadamkan
dan segera melakukan evakuasi ke arah titik kumpul yang sudah
ditentukan, dan kalau penyingkir itu sebagai penanggungjawab
untuk mengambil atau menyingkirkan dokumen-dokumen penting
rumah sakit.

6. Apakah di RSU.Haji pernah diadakan pendidikan dan pelatihan terkait


kebakaran ?
Jawaban : Ya.

7. Jika ya, pelatihan apa saja pelatihan seperti apa yang didapatkan?
Jawaban : Untuk pelatihan darurat kebakaran secara keseluruhan kami pernah
lakukan sekali namun tidak rutin. Pelatihan tanggap darurat
dilakukan kepada tim K3RS yaitu seminar dan simulasi bencana
kebakaran serta evakuasi pasien. Kalau untuk seluruh
pegawai/karyawan pelatihan yang dilakukan rutin hanya
mempraktekkan langsung cara menggunakan APAR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


145

HASIL WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Staff K3)

Inisial : MA
Tanggal Wawancara : 28 April 2018

1. Apakah rumah sakit rutin melakukan inspeksi terhadap peralatan kebakaran


tersebut? Jika Ya, peralatan apa saja yang dilakukan inspeksi dan berapa kali
dalam setahun?
Jawaban : Kalau pada APAR kami rutin lakukan inspeksi yaitu sekali seiap
bulannya, tapi kalau peralatan lain seperti hidran, detektor, alarm
dan sebagainya saya kurang tau karena bukan saya yang bagian
inspeksi peralatan itu. Saya hanya ditugasi inspeksi APAR saja.

2. Apa saja yang dilakukan saat melakukan kegiatan inspeksi?


Jawaban : Inspeksi atau pemeriksaan kami lakukan secara berkala. Yang kami
lakukan saat melakukan inspeksi itu seperti pemeriksaan pada fisik
tabung yaitu pemeriksaan pada slang, kondisi pin, jarun indikator
apakah dalam kondisi masih ada atau ada yang rusak atau tidak.

3. Apakah ada rekaman hasil inspeksi kebakaran ?


Jawaban : Rekaman hasil inspeksi kami selalu ada dokumennya disetiap
bulannya. Tapi untuk pencatatan dilabel dekat APAR kami gak
pernah buat lagi kalaupun ada itupun bekas tahun yang lama kalau
tahun ini kami tidak ada catat label pemeriksaannya karena sudah
ada rekaman hasilnya yang disimpan dikantor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


146

HASIL WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Bagian IPSRS)

Inisial : SM
Tanggal Wawancara : 1 Mei 2018

1. Apakah rumah sakit rutin melakukan pemeliharaan dan uji coba terhadap
peralatan kebakaran?
Jawaban : Tidak pernah dilakukan uji coba.

2. Jika ya, peralatan apa saja yang dilakukan pemeliharaan dan uji coba dan
berapa kali setahun dilakukan pemeliharaan dan uji coba?
Jawaban : Untuk uji coba dan pemeliharaan itu seharusnya kami sendiri
memang yang lakukan, namun sampai saat ini untuk alat seperti
hidran, alarm, detektor tidak pernah kami uji coba kecuali pada saat
pemasangan saja yang kami uji coba dikarenakan kalau kami uji
coba seperti detektor dengan alarm akan bunyi jadi mengganggu
kenyamanan dan pekerjaan dirumah sakit. Sedangkan untuk APAR
dilakukan pemeliharaan yaitu service atau isi ulang APAR setiap
satu tahun sekali tapi itupun bukan kami pihak rumah sakit yang
melakukan melain dari pihak ketiga yang berkerjasama dengan
rumah sakit sebagai penyedia, service dan isi ulang APAR.

3. Apakah ada rekaman hasil pemeliharaan peralatan kebakaran?


Jawaban : Tidak ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


147

HASIL WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Karyawan Rumah Sakit)

Inisial :S
Tanggal Wawancara : 5 Mei 2018

1. Apakah anda mengetahui prosedur tanggap darurat yang dilakukan apabila


terjadi kebakaran di rumah sakit?
Jawaban : Iya tau.

2. Jika ya, bagaimana tahapan dalam prosedur tanggap darurat yang dilakukan
apabila terjadi kebakaran?
Jawaban : Tetapi yang saya tau kalau terjadi kebakaran kami padamkan
dengan APAR, kalau belum bisa dipadamkan dengan APAR kami
melapor kepada bagian operator informasi dengan “kode merah”
yang menandakan bahwa terjadi kebakaran. Selain itu, di setiap
ruangan kan sudah ada kayak papan dengan helm warna, jadi papan
itu seperti papan piket beserta uraian tugas apabila terjadi
kebakaran. Kami melaksanakan nya ya sesuai dari masing-masing
tugas yang tertera dipapan itulah. Setelah itu tergantung instruksi.

3. Apakah anda pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan prosedur dan


pemadam kebakaran di rumah sakit ini ?
Jawaban : Kami sebenarnya belum pernah dikasih pelatihan bagaimana
prosedur tanggap darurat kebakaran.

4. Jika Ya, Pendidikan dan pelatihan apa saja yang diberikan?


Jawaban : Sosialisasi dan pelatihan yang dikasih tau hanya bagaimana
penggunaan APAR. Pelatihan APAR setiap hari senin. Itu semua
karyawan rumah sakit kadang di rolling setiap seninnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


148

Lampiran 7. Output SPSS

Kategori Kesesuaian Penerapan Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran


di RSU Haji Medan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 9 50,0 50,0 50,0

tidak sesuai 9 50,0 50,0 100,0

Total 18 100,0 100,0

Kategori Kesesuaian Penerapan Organisasi Tanggap Darurat


di RSU Haji Medan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 10 100,0 100,0 100,0

Kategori Kesesuaian Penerapan SDM Tanggap Darurat Kebakaran


di RSU Haji Medan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 3 50,0 50,0 50,0

tidak sesuai 3 50,0 50,0 100,0

Total 6 100,0 100,0

Kategori kesesuaian penerapan alarm kebakaran di RSU Haji Medan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 6 85,7 85,7 85,7

tidak sesuai 1 14,3 14,3 100,0

Total 7 100,0 100,0

Kategori Kesesuaian Penerapan Detektor Kebakaran di RSU.Haji Medan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 4 80,0 80,0 80,0

tidak sesuai 1 20,0 20,0 100,0


Total 5 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


149

Kategori Kesesuaian Penerapan APAR di RSU Haji Medan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 11 55,0 55,0 55,0

tidak sesuai 9 45,0 45,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Kategori Kesesuaian Penerapan Hidran Kebakaran di RSU Haji Medan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 6 66,7 66,7 66,7

tidak sesuai 3 33,3 33,3 100,0

Total 9 100,0 100,0

Kategori Kesesuaian Penerapan Jalur Evakuasi di RSU Haji Medan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 5 50,0 50,0 50,0

tidak sesuai 5 50,0 50,0 100,0


Total 10 100,0 100,0

Kategori Kesesuaian Penerapan Pintu Darurat Kebakaran di RSU.Haji Medan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 1 16,7 16,7 16,7

tidak sesuai 5 83,3 83,3 100,0

Total 6 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


150

Kategori Kesesuaian Penerapan Tangga Darurat Kebakaran di RSU.Haji Medan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 3 50,0 50,0 50,0

tidak sesuai 3 50,0 50,0 100,0

Total 6 100,0 100,0

Kategori Kesesuaian Penerapan Tempat Berhimpun di RSU.Haji Medan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 3 100,0 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


151

Lampiran 8. Dokumentasi

Gambar 1. Kotak Alarm Kebakaran di RSU Haji Medan

Gambar 2. Sistem Alarm Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


152

Gambar 3. Control Panel Alarm Kebakaran

Gambar 4. Detektor Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


153

Gambar 5. Control Panel Detektor Kebakaran

Gambar 6. Keadaan APAR di RSU Haji Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


154

Gambar 7. Tanda Pemasangan APAR di RSU Haji Medan

Gambar 8. Petunjuk Cara Penggunaan APAR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


155

Gambar 9. Hidran Halaman di RSU Haji Medan

Gambar 10. Pompa Air Hidran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


156

Gambar 11. Penandaan Jalur Evakuasi di RSU Haji Medan

Gambar 12. Keadaan Jalur Evakuasi Terhalang Kursi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


157

Gambar 13. Penandaan Jalur Evakuasi Terhalang Meja

Gambar 14. Pintu Darurat Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


158

Gambar 15. Tangga Darurat Kebakaran

Gambar 16. Tempat Berhimpun di RSU Haji Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


159

Gambar 17. Papan Tim Piket Petugas Pelaksana Kebakaran

Gambar 18. Sosialisasi Penggunaan APAR pada Karyawan di RSU Haji Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


160

Gambar 19. Pelatihan Penggunaan APAR pada Karyawan RSU Haji Medan

Gambar 20. Observasi APAR dengan Staff K3 di RSU Haji Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


161

Gambar 21. Observasi Alarm Bersama Staff K3 di RSU Haji Medan

Gambar 22. Wawancara dengan Kepala Pelaksana Harian K3 di RSU Haji Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


162

Gambar 23. Wawancara dengan Staff Sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai