SKRIPSI
OLEH :
LASMIDA MUTIARA R
NIM : 141000512
OLEH :
LASMIDA MUTIARA R
NIM : 141000512
SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah
benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari
Lasmida Mutiara R
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Fire is a fire that is out of control beyond human capabilities and desires.
Fire in the workplace one of which is the Hospital is a form of disaster that can be
a work accident and bring adverse impacts of many parties, therefore necessary
to plan and implement an emergency response system as a method to a fire
emergency which consists of fire protection management, active protection
systems and passive protection systems. The purpose of the study is to determine
the suitability of the implementation of fire emergency response system in RSU
Haji Medan Year 2018.
This research uses descriptive method with observational approach that
describes the implementation of fire emergency response system at Medan Public
Hospital. Data collection is done through direct observation with checklist,
interview with interview guidance to chief executor of K3 daily, staff of K3, IPSRS
and employee and documentation of research object. The data analyzed by
descriptive statistics and then discussed by describing and comparing with the
regulatory reference standards used
The result of the research shows that the average fire protection
management in RSU Haji Medan is 50% emergency response procedure, 100%
emergency response organization and 50% human resources in emergency fire
prevention according to standard. Active protection system is 85,7% fire alarm,
80% detector, 0% sprinkler or no sprinkler, 55% APAR and 66.7% Hydrant
according to standard. And the passive protection system is 50% evacuation
route, 16.7% emergency exit, 50% emergency staircase and 100% gathering
place according to standard.
Concluded of the research that fire emergency response system in RSU
Haji Medan still needs improvement fire protection management and system
which has not fulfill the requirement in accordance with regulation standard used.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
berkat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2018” yang merupakan salah satu
Dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) FKM USU sekaligus selaku penguji I yang telah
4. Ir. Kalsum, M.Kes., selaku dosen pembimbing dan Ketua Penguji skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan petunjuk, saran,
dan nasihat bimbingan serta arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes., selaku dosen penguji II yang telah banyak
telah banyak memberikan nasehat dan masukan kepada penulis selama kuliah
di FKM USU.
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis
mengikuti pendidikan.
8. Dr. Yulinda Elvi Nasution, M.Kes., selaku Kepala Bidang Pendidikan dan
Penelitian RSU Haji Medan dan Khairun Akbar, SP. selaku Kepala Pelaksana
Harian Instalasi Sanitasi dan K3 RSU Haji Medan yang telah memberikan izin
ini.
10. Sahabat-sahabat penulis dari awal perkuliahan serta semua pihak yang tidak
bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membangun agar penulis dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
Penulis
Lasmida Mutiara R
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ xiv
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6.1 Jalur Evakuasi .............................................................................. 42
2.6.2 Pintu Darurat ................................................................................ 43
2.6.3 Tangga Darurat ............................................................................. 44
2.6.4 Tempat Berhimpun ....................................................................... 44
2.6 Kerangka Konsep ..................................................................................... 45
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2.4 APAR .......................................................................................... 95
5.2.5 Hidran ........................................................................................... 99
5.3 Analisis Penerapan Sistem Proteksi Pasif Kebakaran ............................. 101
5.3.1 Jalur Evakuasi .............................................................................. 101
5.3.2 Pintu Darurat ................................................................................ 103
5.3.3 Tangga Darurat ............................................................................. 105
5.3.4 Tempat Berhimpun ....................................................................... 106
LAMPIRAN
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Luka Bakar ................................................................. 13
Tabel 4.6 Kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di RSU Haji
Medan ........................................................................................... 70
Tabel 4.9 Kesesuaian Pintu Darurat Kebakaran di RSU Haji Medan .......... 78
Tabel 4.10 Kesesuaian Tangga Darurat Kebakaran di RSU Haji Medan ...... 80
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fire Triangle ........................................................................... 10
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Menengah Pertama di SMP Swasta Santo Tarcisius Dumai tahun 2008 dan tamat
pada tahun 2011. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri
1 Dumai pada tahun 2011 dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun 2014 memulai
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang artinya kebakaran itu
RI NO.26 Tahun 2008, Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi
kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. Menurut teori
segi tiga api (fire triangel) kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang
menjadi unsur api yaitu bahan bakar (fuel), sumber panas (heat) dan oksigen
Kebakaran (P2K) Kota Medan, kasus kebakaran di kota medan sepanjang tahun
2017 berjumlah 197 kasus dengan jumlah korban yaitu 14 orang luka-luka dan 6
orang meninggal.
Berdasarkan itu pihak atau pemilik bangunan harus menyediakan suatu sistem
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung
meyatakan bahwa setiap tenaga kerja maupun setiap orang yang berada ditempat
Kebakaran ditempat kerja merupakan suatu bentuk bencana yang dapat menjadi
kecelakaan kerja dan membawa dampak yang merugikan banyak pihak baik
salah satunya yang sering ditempat kerja adalah pada rumah sakit.
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan dawat darurat. Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko
tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit,
Sakit, seperti pemakaian beberapa macam bahan kimia yang berisiko meledak
dan terbakar seperti jenis bahan kimia flammable, alkohol etanol, propanol jenis
bahan kimia ini sangat mudah terbakar, selain itu jenis bahan kimia oksidasi
seperti benzoil peroksida, bahan kimia ini akan menimbulkan api jika bereaksi
dengan cairan kimia lainnya serta penggunaan daya listrik yang sangat besar
tinggi dan penggunaan beberapa kompor dan tabung gas LPG di dapur rumah
sakit.
Mieryang, Korea Selatan. Dalam peristiwa ini 33 orang tewas, 13 orang terluka
parah dan 66 lainnya menderita luka ringan. Berdasarkan keterangan dua perawat,
api tiba-tiba muncul dan menjalar yang diduga karena arus pendek listrik di ruang
Unit Gawat Darurat (UGD) (CNN Indonesia, 2018). 2) Kejadian kebakaran pada
tanggal 14 Desember 2017 di Rumah Sakit Kurnia di Kota Cilegon. Kejadian ini
tidak menelan korban jiwa, Kebakaran diduga akibat arus pendek listrik dari
Peristiwa kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun asap tebal
yang keluar dari ruangan membuat pasien panik. Karena kejadian kebakaran,
Setiap tempat kerja yang salah satunya adalah rumah sakit tentu
menginginkan rumah sakit yang aman, terutama pada situasi adanya bencana dan
keadaan darurat seperti kebakaran. Akibat yang ditimbulkan dari bencana tersebut
akan berdampak buruk dan menyeluruh bagi pelayanan, operasional, sarana dan
pekerja dan penunjang lainnya. Oleh sebab itu, setiap tempat kerja ataupun
kegiatan yang mengandung bahan atau proses berbahaya diperlukan suatu upaya
yang siap selalu pada saat kondisi darurat dengan tujuan untuk menolong dan
untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari pihak rumah sakit, Komisi
rumah sakit menjadi salah satu elemen penilaian untuk kelompok standar
manajemen rumah sakit. Oleh karena itu, setiap rumah sakit dalam tahap
darurat, sistem proteksi aktif dan adanya sistem proteksi pasif berupa tindakan
seluruh penghuni di rumah sakit aman dari kebakaran, asap atau kedaruratan
lainnya.
sistem tanggap darurat kebakaran dengan cukup baik yang ditunjukkan dengan
dan hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk manajemen tanggap darurat telah
sesuai dengan standar peraturan, sistem proteksi aktif sudah sesuai dengan standar
namun ada beberapa bagian dari sistem yang tidak terpasang, dan sarana
penyelamatan jiwa yang telah sesuai dengan kriteria standar namun ada beberapa
hal seperti tidak tersedianya tanda tempat berkumpul. Selain itu, menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti Kowara dkk (2017) dengan judul “Analisis
tanggap darurat mendapat nilai kesesuaian sebesar 80% (Cukup), sistem proteksi
Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah Rumah Sakit milik Pemerintah
Sumatera Utara dan termaksud kedalam rumah sakit kelas B. Berdasarkan hasil
survey awal yang telah dilakukan peneliti di RSU Haji Medan, diketahui bahwa
APAR tidak disertai dengan label pemeriksaan, tidak diterapkan alat pemadam
penerapan untuk tanda-tanda jalur evakuasi tidak jelas dan tidak terdapat peta
petunjuk jalur evakuasi untuk memudahkan dalam penyelamatan diri jika terjadi
keadaan darurat.
Dilihat dari dampak yang ditimbulkan dan berbagai fakta-fakta yang ada,
pihak RSU Haji Medan memliki kewajiban untuk mencegah terjadinya kebakaran
yang ditimbulkan, pihak rumah sakit harus memproteksi aset yang mereka miliki
termasuk karyawan. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu mengaplikasikan
sistem tanggap darurat kebakaran. Dimana rumah sakit melakukan usaha untuk
Medan.
kebakaran yang terjadi dan dampak kerugian yang diakibatkan serta risiko
bencana kebakaran di rumah sakit yang cukup tinggi. Penyediaan sistem tanggap
darurat sesuai dengan standar yang berlaku merupakan salah satu cara pencegahan
penyelamatan jiwa di RSU Haji Medan (Jalur evakuasi, pintu darurat, tangga
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebakaran
terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia
dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya,
asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida, atau produk dan efek lainnya.
bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena
pancaran api sejak awal kebakaran hingga penjalaran api yang menimbulkan asap
dan gas.
Api adalah suatu proses penyalaan yang cukup kuat, cepat dan
menghasilkan panas dan cahaya. Untuk terjadinya suatu api, bahan bakar, oksigen,
panas, dan reaksi kimia berantai bersama-sama berada dalam suatu hubungan
simbiosis. Dalam penyalaan api, energi panas terlepas melalui suatu reaksi katalis,
menyangkut kondisi suatu bahan bakar pada tahap kondensasi, tahap gas, atau
suatu bahan bakar oleh oksigen diudara. Bila oksigen terjadi diudara tertutup maka
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Soehatman Ramli (2010) menjelaskan bahwa api tidak terjadi begitu saja
tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen
dan bantuan panas. Teori ini dikenal dengan segitiga api (fire triangle). Menurut
teori ini kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor yang menjadi unsur api yaitu
(Ramli,2010):
Bahan bakar (Fuel) , yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas
Sumber Panas (Heat), yaitu yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi
yang cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari
udara.
Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu
dengan yang lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat
terjadi. Bahkan masih ada unsur keempat yang disebut reaksi berantai, karena
tanpa adanya reaksi pembakaran maka api tidak akan menyala terus-menerus.
Api dapat terjadi jika ada sumber panas yang potensial untuk menyalakan
bahan bakar yang telah bercampur dengan oksigen. Terdapat berbagai sumber
penyalaan api yang dapat memicu terjadinya api antara lain (Ramli,2010):
1. Api Terbuka
Api terbuka yang dimaksud adalah panas langsung dan permukaan panas,
misalnya api rokok, benda panas, api dapur dan bentuk api terbuka lainnya. Api
rokok merupakan salah satu sumber kebakaran yang paling banyak terjadi di
Api dari kegiatan ini berpotensi untuk menyalakan bahan mudah terbakar
3. Percikan Mekanis
Yaitu sumber penyalaan yang berasal dari benturan logam dan alat-alat
mekanis seperti palu besi atau gerinda. Percikan juga dapat timbul dari benda
4. Energi Kimia
Sumber penyalaan yang berasal dari reaksi kimia misalnya reaksi antara
5. Energi Listrik
Sumber panas yang berasal dari energi listrik. Panas dari listrik dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu hubungan singkat dan beban lebih (over
load). Hubungan singkat adalah terjadinya kontak antara muatan positif dan
negatif. Beban misalnya kabel untuk 12 ampere dialiri listrik 16 ampere, maka
kabel dan isolasinya akan menjadi panas. Peralatan listrik juga bisa menimbulkan
percikan api karena adanya loncatan arus listrik karena pemasangan tidak baik
atau rusak.
6. Kendaraan bermotor
bekerja. Sumber api yang berasal dari mesin yang bekerja berupa bunga api atau
7. Listrik Statis
Listrik statis yaitu energi yang timbul akibat adanya muatan listrik statis
misalnya timbul karena adanya beda potensial antara dua benda yang
8. Petir
harta benda maupun lingkungan. Berikut ini dijelaskan bahaya utama suatu
Karena terjebak dalam api yang sedang berkobar. Panas yang tinggi akan
mengakibatkan luka bakar. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan,
atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin
yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya dan radiasi. Berikut dijelaskan
dipengaruhi oleh temperature api yang dimulai dan suhu 45°C sampai yang
terparah diatas 72°C. Berikut tabel yang menjelaskan tentang efek terbakar
Kematian akibat asap dapat disebabkan dua faktor yaitu, pertama kerena
kekurangan oksigen dan kedua karena terhirup gas beracun. Pada saat kebakaran
terjadi, asap yang terbentuk akan mengusir oksigen dari ruangan sehingga ruangan
menjadi sesak.
Gas racun berbahaya dan paling sering dihasilkan akibat kebakaran adalah
gas Karbon Monoksida (CO). Efek dari menghirup gas karbon monoksida dapat
banyak sekali terjadi dan mengancam keselamatan penghuni, bahkan juga petugas
lainnya dapat bersumber dari ledakan bahan atau material yang terdapat dalam
ruangan yang terbakar. Salah satu bahaya lain yang sering terjadi adalah ledakan
terperangkap, panik, kehilangan orientasi dan akhirnya dapat berakibat fatal. Hal
Pada proses penyalaan, api mengalami empat tahapan mulai dari tahap
Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api atau panas, tetapi terbentuk
sebagai“asap”. Masih belum ada nyala api atau panas yang signifikan.
3. Flame Stage
Tercapai titik nyala dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai
4. Heat Stage
Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap dan gas beracun dalam jumlah
besar. Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya sangat cepat seolah-olah
Kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil, kemudian membesar dan
a. Konveksi
besi, beton, kayu, atau dinding. Jika terjadi kebakaran disuatu ruangan, maka
b. Konduksi
Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara, atau bahan
cair lainnya. Suatu ruangan yan terbakar dapat menyebarkan panas melalui
c. Radiasi
Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran cahaya atau
radiasi ini, terjadi proses perpindahan panas (heat transfer) dari sumber panas ke
objek penerimanya. Faktor inilah yang sering menjadi penyebab penjalaran api
a. Faktor manusia
4. Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa mengikuti persyaratan
dengan cara tidak aman atau memasak menggunakan gas LPG secara tidak
aman.
b. Faktor Teknis
2. Peralatan masak tidak aman misalnya slang atau tabung LPG bocor, kompor
3. Penempatan bahan mudah terbakar seperti minyak, gas atau kertas berdekatan
kecuali logam, sifat dari kebakaran ini adalah bahan bakarnya tidak mengalir
dan sanggup menyimpan panas yang banyak dalam bentuk bara, seperti
2. Kelas B : Kebakaran benda bahan bakar cair atau gas, kebakaran terjadi karena
diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas tersebutlah yang terbakar.
Sifat dari kebakaran ini mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat
3. Kelas C : Sebuah kebakaran yang disebabkan oleh suatu instalasi listrik yang
natrium.
a. Teknik Pendinginan
dengan cara medinginkan atau menurunkan uap atau gas yang terbakar sampai
dibawah temperatur nyalanya. Cara ini banyak dilakukan oleh petugas pemadam
sekitar api mendingin. Sebagian panas akan diserap oleh air yang kemudian
b. Pembatasan Oksigen
misalnya kayu akan mulai menyala bila kadar oksigen 4-5%, acetylene
memerlukan oksigen dibawah 5%, sedangkan gas dan uap hidrokarbon biasanya
Teknik ini disebut smothering, sesuai dengan teori segitiga api, kebakaran
Api akan mati dengan sendirinya jika bahan yang terbakar (fuel) sudah
habis. Atas dasar ini, api dapat dipadamkan dengan menghilangkan atau
terbakar dengan busa sehingga suplai bahan bakar untuk kelangsungan kebakaran
terhenti atau berkurang sehingga api akan mati. Teknik ini juga dapat dilakukan
reaksi berantai dalam proses pembakaran. Beberapa zat kimia mempunyai sifat
memecah sehingga terjadi reaksi berantai oleh atom-atom yang dibutuhkan oleh
untuk memutuskan mata rantai reaksi. Ketika terjadi panas akibat kebakaran,
maka senyawa yang terurai dari tepung kering ini akan merusak reaksi
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit, rumah sakit merupakan tempat kerja
yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya
rumah sakit.
Menurut NFPA yang dikutip oleh Iswara (2011), bangunan rumah sakit
adalah bangunan yang dipergunakan untuk tujuan medis atau perawatan untuk
seseorang yang menderita sakit fisik ataupun mental, menyediakan fasilitas untuk
istirahat bagi penghuni, karena kondisinya tidak mampu melayani dirinya sendiri.
Bangunan Rumah Sakit merupakan bagian dari jenis hunian untuk perawatan
Prevention Code) dan keselamatan jiwa (NFPA 101 Life Safety Code) yang terkait
tingkat bahaya dari bahan perabotan dan interior ruangan (Iswara, 2011).
Pengering 3,6
AC (Pendingin) 2,6
Penghangat ruangan 2,0
Perlengkapan listrik (sinar-x, computer,
1,7
telepon)
Generator 1,3
Incennerator 1,1
TV, radio, mesin fax 0,8
Alat-alat biologi 0,5
Elevator 0,1
Alat-alat lain 2,5
Perlengkapan lain 2,1
Penyebab lain yang tidak diketahui 10,3
a. Sifat penghuni yang beragam. Mulai dari pekerja medis, pasien dan
rumah sakit relative terdidik, dapat diatur dan diarahkan. Pasien paling rawan
saat terjadi kebakaran karena berada dalam kondisi tidak mampu secara fisik,
Untuk itu perlu dipertimbangkan dalam merancang sistem alarm supaya tidak
menimbulkan kepanikan.
c. Sifat pekerja yang beragam. Mulai dari kegiatan medis sampai keiatan yang
d. Bahan yang mudah terbakar relatif tinggi. Khususnya untuk jenis api kelas A
(Bahan Padat) dan kelas B (Cair dan Gas) yang bersumber dari berbagai jenis
banyak kematian atau cedera yang parah terhadap pekerja dan masyarakat sekitar
atau yang dapat mengganggu dan menghentikan proses industri, perdagangan, dan
kemungkinan yang dapat terjadi untuk mencegah kejadian atau kecelakaan yang
ditimbulkan dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan sistem tanggap
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
sumber daya yang tersedia, sebelum bantuan dari luar datang. Tanggap darurat
(Ramli,2010).
kebakaran adalah salah satu kombinasi dari metode yang digunakan pada
pemadaman kebakaran.
penanggulangan kebakaran.
Hal ini sangat penting untuk bangunan rumah sakit karena kondisi pesien
yang dirawat. Sistem proteksi pasif digunakan sebagai saran penyelamatan jiwa.
Adapun sarana penyelamatan jiwa yang dimaksud adalah sarana jalan keluar,
luas bangunan minimal 5000 m2 atau dengan beban hunian 500 orang, atau
dengan luas area/site minimal 5000 m2 dan bangunan khususnya rumah sakit yang
memiliki lebih dari 40 tempat rawat inap atau terdapat bahan berbahaya yang
gedung.
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
kebakaran. Khusus bangunan rumah sakit yang memiliki lebih dari 40 tempat
proteksi kebakaran.
plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kepmen PU
RI,2009).
b. Struktur Organisasi
20/PRT/M/2009, yaitu:
1. Bentuk struktur organisasi TPK tergantung pada situasi dan kondisi bangunan
kebakaran.
2. Bila terdapat unit bangunan lebih dari satu, maka setiap unit bangunan
unit bangunan.
PEMILIK/PENGELOLA/
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG JAWAT
TPK (PJ-TPK)
memadai baik dari segi jumlah maupun kompetensi dan kemampuannya. Banyak
permasalahan yang timbul ketika bencana terjadi karena sumber daya yang
terlibat dalam penanggulangan kurang memadai atau tidak tahu tugas dan
keadaan darurat atau bencana yang baik, terlebih dahulu harus diidentifikasi
(Ramli,2010).
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah seluruh personil yang terlibat dalam
kegiatan dan fungsi manajemen proteksi kebakaran bangunan gedung. Serta untuk
mencapai hasil kerja yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga
(Kementrian PU RI,2009).
seperti:
aktif adalah sistem proteksi kebakaran secara lengkap terdiri atas sistem
kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta
sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam
khusus.
dengan sistem proteksi aktif terhadap kebakaran yang terdiri dari (Ramli,2010):
2. Alarm kebakaran
1. Sprinkler Otomatis
3. Hydrant kebakaran.
untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada
semua pihak dengan menggunakan sistem alarm. Sistem alarm yang digunakan
Sistem alarm kebakaran dilengkapi dengan tanda atau alarm yang bisa
dilihat atau didengar. Penempatan alarm kebakaran ini biasanya pada koridor atau
Ada alarm sistem yang bekerja dengan manual yang bisa ditekan melalui
tombol yang berada dalam lemari atau kotak alarm (break glass). Jika kaca
dipecah, maka tombol akan aktif dan segera mengeluarkan sinyal alarm dan
mengaktifkan sistem kebakaran lainnya. Ada juga sistem alarm yang diaktifkan
oleh sistem detektor, ketika detektor mendeteksi adanya api, maka detektor akan
(Ramli,2010).
1. Bel
Bel merupakan alarm yang akan berdering jika terjadi kebakaran. Dapat
digerakkan secara manual atau dikoneksi dengan sistem kebakaran. Suara bel
agak terbatas, sehingga sesuai ditempatkan dalam ruangan terbatas seperti kantor.
2. Sirine
Fungsi sama dengan bel, namun jenis suara yang dikeluarkan berupa
sirine. Ada yang digerakkan secara manual dan ada yang bekerja secara otomatis.
Sirine mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
3. Horn
Horn juga berupa suara yang cukup keras namun lebih rendah dibanding
sirine.
4. Pengeras Suara
Dalam suatu bangunan yang luas dimana penghuni tidak dapat mengetahui
tidak dapat mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan
pengeras suara yang dilengkapi dengan penguatnya sebagai pengganti sistem bel
Bila alarm berbunyi pada setiap sudut bangunan, pekerja harus tahu arti
alarm tersebut. Setiap sistem alarm, baik itu yang sudah ada, yang baru dipasang
1. Bila alarm berbunyi, suara alarm harus jelas dan segera dapat dibedakan
2. Letakkan perangkat alarm pada lokasi yang strategis sehingga dapat didengar
jelas oleh seluruh personil. Latih pekerja untuk mengenali tanda dan
3. Pelihara sistem alarm agar selalu dapat berfungsi dengan baik. Lakukan test
mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat membangkitkan alarm dalam suatu
adanya kebakaran dan mengawali suatu tindakan. Sistem deteksi kebakaran ini
(Ramli,2010).
didasarkan atas asap. Prinsip kerja deteksi ini bila terjadi kebakaran yang
kemudian ada asap memasuki ruang deteksi maka partikel asap tersebut
mempengaruhi perubahan nilai ion diruang deteksi, dengan perubahan nilai ion
pada ruang deteksi mengakibatkan rangkaian elektronik kontak menjadi aktif dan
berbunyi. Alat ini mempunyai kepekaan yang tingi dan akan menyalakan alarm
bila terdapat asap diruangan tempat alat ini dipasang. Karena kepekaannya, alat
Detektor nyala api adalah detektor yang sistem bekerjanya didasarkan atas
panas api. Prinsip alat ini berdasarkan sensitivitas terhadap cahaya api yang
atas panas. Prinsip kerja deteksi ini berdasarkan kepekaan menerima panas dengan
derajat suhu yang ditentukan oleh kepekaan deteksi, maka sensor bimetal
deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar ke semua
arah secara merata. Sprinkler otomatis merupakan sistem pemadam api tetap yang
paling luas dan instalasi paling efektif digunakan. Tingkat efisiensinya diatas
95%.
Sistem sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yang dilengkapi dengan ujung
penyemprot (discharge nozzle) yang kecil dan ditempatkan dalam suatu bangunan
jika terjadi kebakaran maka panas dari api akan melelehkan sambungan solder
atau memecahkan bulb, kemudian kepala sprinkler akan mengeluarkan air (Ramli,
2010).
yaitu (Rijanto,2011):
Sistem ini paling banyak dipergunakan. Seluruh bagian dari sistem ini
karena pipanya berada pada area dengan suhu beku. Pada sistem ini pipa berisi
udara bertekanan, yang menekan suatu katup air. Apabila kepala sprinkler
terbuka dan air mengalir ke pipa. Bila dibandingkan dengan sistem wet-pipa maka
sistem ini.
Sistem ini sama dengan sistem wet-pipe tetapi dapat lebih cepat bereaksi,
action), yang mengontrol suplai air ke pipa, diaktifkan oleh suatu sistem deteksi
api yang terpisah. Detektor api ditempatkan diarea yang sama dengan sprinkler.
Oleh karena sistem detektor lebih sensitif terhadap panas daripada sprinkler, maka
katup suplai air dalam sistem pipa kering akan terbuka sesudahnya. Biasanya
suatu alarm akan berbunyi bila katup terbuka dan air mulai mengisi pipa. Sistem
ini efektif khususnya untuk di area tempat menangani atau menyimpan barang
(APAR) adalah alat yang ringan dengan berat maksimal 16 kg serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal mula kebakaran.
1. Kelas A: untuk kebakaran biasa pada semua benda padat kecuali logam,
2. Kelas B: untuk kebakaran cairan dan gas mudah terbakar, seperti oil, bensin,
3. Kelas C: untuk kebakaran pada kabel dan peralatan listrik akibat arus listrik.
APAR jenis ini membutuhkan gas CO2 atau N2 yang bertekanan yang
APAR jenis ini juga membutuhkan gas CO2 ata N2 yang bertekanan untuk
a. Tabung berisi serbuk kimia dan sebuah tabung kecil yang berisi gas
dalam tabung bersama serbuk kimia. Pada bagian luar tabung terdapat
berbentuk melebar, berfungsi untuk merubah CO2 yang keluar menjadi bentuk
a. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
b. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar lantai
tepat diatas satu atau kelompok alat pemdam api ringan bersangkutan.
c. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan
d. Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok
satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain
APAR dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh setiap orang yang berada
dan melihat kebakaran. Karena itu dirancang untuk mudah digunakan oleh setiap
Langkah pertama adalah menarik pin atau pengaman yang ada di bagian
atas. Kunci ini besi atau kawat kecil yang diberi rantai. Jika pin terpasang, maka
angin dan sebaiknya berada diatas angin agar pemadaman dapat efektif dan tidak
APAR dilengkapi dengan katup atau pemegangnya yang jika dipijit, maka
akan membuka saluran media pemadam, sehingga baham pemadam akan keluar
Selanjutnya, slang penyalur dikibaskan kekiri dan kanan atau menurut arah
api sampai api berhasil dipadamkan. Pemadam sebaiknya dimulai dari pangkal api
2.5.5 Hidran
dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air
setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung dan hidran
a. Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan sistem
Hidran gedung harus berbentuk kotak yang letaknya harus mudah dilihat dan
dijangkau dan kotak hidran tidak boleh dalam keadaan terkunci. Pipa hidran dan
kotak hidran harus dicat warna merah. Pipa pemancar (nozzle) juga harus sudah
b. Hidran halaman
hidran yang terletak diluar bangunan/gedung dan alat yang dilengkapi dengan
slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang
bangunan gedung. Hidran halaman harus di cat warna merah dan biasanya hidran
harus dihubungkan dengan pipa induk uang ukuran diameternya minimal 4-6
inchi. Penempatan hidran halaman juga harus mudah dicapai kendaraan petugas
pemadam.
sistem atau rancangan yang menjadi bagian dari sistem sehingga tidak perlu
digerakkan secara aktif. Sarana penyelamatan diri adalah salah satu bagian dari
setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat. Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
adalah: jalur evakuasi, tanda petunjuk arah jalan keluar, tangga kebakaran, pintu
suatu tempat yang aman di suatu tempat didalam atau diluar bangunan. Jalur
evakuasi merupakan sarana jalan keluar apabila terjadi darurat kebakaran. Kondisi
jalan keluar adalah merupakan aspek yang sangat penting dalam perencanaan
mencapai jalan keluar. Jalan keluar penyelamatan dan evakuasi jangan sampai
(termasuk jalan keluar, korido umum atau sejenisnya) dari setiap bangunan
gedung termasuk didalam unit hunian tunggal ke temapat yang aman atau titik
kumpul atau titik aman yang telah ditentukan oleh instansi terkait. Penandaan
tanda jalur evakuasi harus memenuhi syarat seperti berwarna hijau dan bertulisan
warna putih dengan ukuran tinggi huruf 10 cm dan tebal huruf 1 cm, dapat terlihat
jelas dari jarak 20 meter, dan penandaan harus disertai dengan penerangan. Selain
itu, keberadaan peta jalur evakuasi yang terbaru dipersiapkan dan diletakkan di
beberapa titik lokasi agar setiap orang dapat mengetahui letak jalur evakuasi
terdekat.
pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan apabila
terjadi kebakaran. Setiap pintu pada sarana jalan keluar harus jenis engsel sisi atau
pintu ayun, pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari
yang digunakan secara luas. Pintu kebakaran yang dipasang pada bangunan dinilai
sampai tiga jam. Konstruksi daun pintunya dibuat dari bahan logam atau kayu
sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar
(exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan. Jumlah pintu darurat minimal 2
buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60, dan dilengkapi
dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan keluar menghadap ke koridor, mudah
dicapai dan dapat mengeluarkan seluruh penghuni dalam waktu 2,5 menit.
pencegahan kebakaran pada bangunan. Pastikan bahwa lubang pintu dan area
(Rijanto, 2011).
Tangga kebakaran dilindungi oleh staf tahan api dan termasuk didalamnya lantai
dan atap atau ujung atas struktur penutup. Tangga darurat dibuat untuk mencegah
terjadinya kecelakaan atau luka- luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat.
b. Dari sana penghuni bisa secara aman berhambur setelah menyelamatkan diri
1. Manajemen Proteksi
Standar acuan
kebakaran :
Permenakertrans No.Per
Prosedur tanggap
04/Men/1980
darurat Permenaker No.Per
Organisasi tanggap 02/Men/1983
darurat Permenaker
No.KEP.186/MEN/1999
Sumber Daya Manusia SNI 03-1746-2000
(SDM) SNI 03-3989-2000
2. Sistem Proteksi Aktif : Permen PU RI
No.26/PRT/M/2008
Alarm kebakaran
Permen PU RI
Detektor No.20/PRT/M/2009
Sprinkler
APAR
Hydrant
3. Sistem Proteksi Pasif : Kesesuaian sistem terhadap
standar
Sarana Penyelamatan Jiwa
Jalur Evakuasi
Pintu darurat
Tangga darurat
Tempat Berhimpun
METODE PENELITIAN
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau
Lokasi penelitian ini dilakukan di RSU Haji Medan yang terletak di Jalan
Rumah Sakit Haji Medan , Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan
aktif (APAR, hidran, sprinkler, detektor dan alarm kebakaran) dan sarana
penyelamatan jiwa (pintu darurat, tangga darurat, petunjuk jalan keluar dan
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
1. Data Primer
Kepmenaker RI Kep.No.186/Men/1999.
yang diteliti yaitu sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa.
2. Data Sekunder
berkaitan dengan sistem tanggap darurat terhadap bahaya kebakaran, serta data-
alat bantu lembar checklist observasi sistem tanggap darurat kebakaran, meteran
wawancara dengan alat bantu berupa kamera, voice recorder, buku dan alat tulis.
dimaksud:
a. Detektor aalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat untuk memadamkan api
e. Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar
b. Pintu Darurat adalah pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan
cara menggambarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi di RSU Haji Medan. Data yang diperoleh diolah dan disajikan
berupa bentuk teks (textular) dan penyajian dalam bentuk tabel. Kemudian data
tanggap darurat kebakaran di Rumah Sakit Umum Haji Medan apakah sudah
sesuai dengan standar acuan yang digunakan yaitu Peraturan Mentri Tenaga Kerja
HASIL PENELITIAN
Lokasi penelitian ini adalah RSU Haji Medan yang merupakan Rumah
Sakit milik Pemerintah Sumatera Utara yang berwujud RSU, dinaungi oleh
PROVINSI SUMATERA UTARA dengan Sifat Tetap, dan berlaku sampai 2019.
Pelaksanaan Perda No.6 Tahun 2013 tentang Retribusi Daerah. Pasal 7 Tata Cara
Mei 2014 tentang Penetapan RSU Haji Medan Provinsi Sumatera Utara sebagai
BLUD dan Perda NO. 11 Tahun 2014 tanggal 2 November 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja RSU Haji Medan Provinsi Sumatera Utara. Rumah
Sakit Umum Haji Medan memiliki paradigma, yaitu: Memberikan pelayanan yang
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
Sejak awal tahun 1960-an sudah mulai terdengar suara dari kalangan umat
sebuah rumah sakit yang benar-benar bernafaskan Islam. Hal ini disebabkan
karena rumah sakit yang telah ada dirasakan belum mampu membawakan dakwah
atau misi Islam secara menyeluruh. Sementara itu beberapa rumah sakit membawa
misi dari agama lain sudah lebih dulu ada di kota Medan. Disamping itu, Rumah
Sakit Umum Haji medan berdiri tahun 1992 atas bantuan dari kerajaan Saudi
Arabia sebagai rasa simpatik atas musibah terjadinya korban kecelakaan yang
jamaah haji yang berasal dari Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makasar.
berkembang pada musim haji tahun 1992 terjadi pula musibah terowongan Minah
gagasan dan pelaksanaan pembangunan rumah sakit ini sejalan pula dengan niat
pemerintah untuk membangun Rumah Sakit Haji di empat lokasi calon jemaah
Haji Indonesia. Oleh sebab itu, rencana membangun rumah sakit bernafaskan
Islam yang salah satunya daerah Sumatera Utara pada waktu ini sedang dalam
proses segera mendapat persetujuan dan dukungan nyata dari pemerintah pusat
yakni berupa penyaluran bantuan Garuda Indonesia, Yayasan Amal Bakti Muslim
Dukungan dari masyarakat juga melalui infaq para jemaah Haji dan infaq
Pegawai Negeri yang beragama Islam. Pada tanggal 28 Februari 1991 di Jakarta,
Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Melalui Surat Keputusan Gubernur
dibentuk Panitia Pembangunan Rumah Sakit Haji Medan oleh Menteri Agama RI
(Bapak H. Munawir Syadjali) dan Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara (Bapak
H.Raja Inal Siregar) pada tanggal 11 Maret 1991. Alhamdulilah, pada tanggal 4
juni 1992, Bapak Presiden Soeharto berkenan meresmikan Rumah Sakit Haji
Medan.
a. Visi
Visi rumah sakit umum haji medan adalah “Rumah Sakit Unggulan dan
Pusat Rujukan dengan Pelayanan Bernuansa Islami Berdaya Saing Sesuai Standar
b. Misi
dan keselamatan.
Umum.
pengelolaan lingkungan RSU Haji Medan Provinsi Sumatera Utara yang sehat
dipertanggungjawabkan.
2. Organisasi P3KRS
KETUA
Direktur RSU Haji Medan
WAKIL KETUA
SEKRETARIS
BIDANG IV BIDANG V
“Kalau untuk prosedur tanggap darurat Ada, kalau berdasarkan SOP dan
panduan rumah sakit prosedur tanggap darurat kebakaran yang dilakukan
pertama kali adalah personel/pegawai yang pertama melihat api langsung
melakukan tindakan pemadaman api dengan APAR jika api memungkinkan untuk
dipadamkan. Biasanya untuk kebakaran yang ringan seperti korslet kecil. Jika api
tidak dapat dipadamkan,karyawan ruangan memecahkan kotak alarm sebagai
tanda bahwa terjadi kebakaran dan tim piket petugas pelaksana kebakaran di
ruangan tempat kebakaran terjadi melakukan tugasnya sesuai uraian tugas yang
sudah ditentukan berdasarkan warna helm yaitu komando, pemadam, penyingkir,
dan evakuasi. Kemudian salah satu dari pegawai yang lain melapor kepada
operator informasi rumah sakit, bagian teknik dan bagian keamanan. Untuk
operator informasimengumumkan “kode merah” ke seluruh ruangan, untuk
IPSRS memutuskan aliran listrik, untuk bagian keamanan melapor kepada
Direktur RS. Tim kemanan membantu pemadaman menggunakan APAR kemudian
hidran dan terakhir bantuan mobil pemadaman kebakaran dan penyelamatan
serta evakuasi menggunakan sarana evakuasi yang sudah ada kemudian
berkumpul di titik kumpul. Untuk bagian prosedur pemeliharaan alat proteksi
kebakaran itu pihak IPSRS” (KA,28 April 2018).
“Kalau untuk inspeksi,inspeksi yang rutin dilakukan itu hanya pada APAR
yaitu setiap bulannya, yang melakukan inspeksi staff-nya bagian sanitasi dan k3
rumah sakit aminn namanya. Kalau untuk prosedur inspeksi dan uji coba kami
belum ada. Untuk peralatan yang lain seperti hidran, alarm, detektor tidak
pernah kami lakukan inspeksi. Untuk uji coba dan pemeliharaan itu seharusnya
kami sendiri memang yang lakukan, namun sampai saat ini untuk alat seperti
hidran, alarm, detektor tidak pernah kami uji coba kecuali pada saat pemasangan
saja yang kami uji coba dikarenakan kalau kami uji coba seperti detektor dengan
alarm akan bunyi jadi mengganggu kenyamanan dan pekerjaan dirumah sakit.
Sedangkan untuk APAR dilakukan pemeliharaan yaitu service atau isi ulang
APAR setiap satu tahun sekali tapi itupun bukan kami pihak rumah sakit yang
melakukan melain dari pihak ketiga yang berkerjasama dengan rumah sakit
sebagai penyedia, service dan isi ulang APAR” (SM,1 Mei 2018).
rumah sakit, pada dasarnya mengatakan hal yang sama tentang prosedur tanggap
darurat. Semua langkah yang dilakukan ketika terjadi bahaya kebakaran di rumah
terdapat 9 (50%) kondisi sesuai dengan persyaratan dan 9 (50%) kondisi tidak
unit kerja yang ditandai dengan papan beserta warna helm yang mewakili uraian
tugasnya masing-masing dan tiap hari juga di rolling tugasnya. Terdiri dari 4
darurat kebakaran di RSU Haji Medan yang dibandingkan dengan standar Permen
PU RI NO.20/PRT/M/2009.
Sumber daya manusia dalam darurat kebakaran di RSU Haji Medan adalah
semua penghuni rumah sakit. Sumber daya manusia atau seluruh karyawan di
rumah sakit umum haji medan belum pernah diberikan pendidikan dan pelatihan
tanggap darurat kebakaran dan evakuasi. Pelatihan hanya dilakukan kepada tim
PK3RS, namun untuk karyawan pelatihan yang pernah diberikan hanya mengenai
penggunaan APAR setiap hari senin pagi secara bergantian kepada seluruh
karyawan.
darurat kebakaran di RSU Haji Medan yang dibandingkan dengan standar Permen
sesuai dengan persyaratan dan 3 (50%) kondisi tidak sesuai dengan persyaratan.
Sakit Umum Haji Medan mempunyai sistem alarm yang dapat difungsikan secara
otomatis dan manual. Alarm yang digunakan di RSU Haji Medan adalah alarm
yang sudah terintegrasi dengan detektor. Alarm kebakaran di RSU Haji Medan
(85,7%) kondisi sesuai dengan persyaratan dan 1 (14,3%) kondisi tidak sesuai
dengan persyaratan.
4.3.2 Detektor
terdapat pada setiap unit , kecuali toilet. Detektor yang digunakan yaitu detektor
Smoke detektor terhubung langsung dengan alarm, jika ada asap berlebihan yang
terdeteksi oleh detektor maka alarm pun akan berbunyi secara otomatis.
kondisi sesuai dengan persyaratan dan 1 (20%) kondisi tidak sesuai dengan
persyaratan.
4.3.2 Sprinkler
Berdasarkan hasil wawancara, Gedung RSU Haji medan sampai saat ini
belum mempunyai sistem sprinkler untuk kebakaran. Hal ini dikarenakan belum
buah, yang diletakkan pada dinding dengan sekat penguat besi tanpa
menggunakan lemari/box. APAR yang digunakan ada 2 jenis yaitu APAR jenis
berjumlah 20 buah. APAR yang digunakan di RSU Haji Medan ada yang
berwarna merah dan biru. Masing-masing jenis APAR diletakkan sesuai dengan
penggolongan atau kelas kebakaran seperti jenis powder diletakkan pada bagian
inspeksi APAR dilakukan secara berkala yaitu setiap bulan sekali meliputi kondisi
pin, selang, jarum indikator, yang dilakukan oleh staff K3 RSU Haji Medan.
sistem proteksi aktif dalam sistem tanggap darurat kebakaran di RSU Haji Medan
terdapat 11 (55%) sesuai dengan persyaratan dan 9 (45%) tidak sesuai dengan
persyaratan.
4.3.4 Hidran
hanya Hidran halaman yang terdiri dari 2 titik. Pompa air hidran kapasitasnya 2
bar. Hidran halaman diletakkan di dua bagian yang mudah untuk diakses
pemadam kebakaran yaitu depan kantin dan depan pav.marwa. Hidran di RSU
sebagai bagian dari sistem proteksi aktif untuk pemadaman kebakaran di RSU
Jalur evakuasi di RSU Haji Medan yaitu jalur menerus sebagai jalur yang
penandaan yang jelas yang mengarah ke ruang terbuka atau titik kumpul yang
sudah ditentukan.
evakuasi sebagai bagian dari sistem proteksi pasif dalam penyelamatan jiwa di
Pintu darurat berjenis pintu kaca tidak ber-engsel. Pintu darurat tidak disertai
penandaan untuk menandakan bahwa pintu tersebut merupakan pintu darurat yang
darurat kebakaran sebagai bagian dari sistem proteksi pasif untuk penyelamatan
No.26/PRT/M/2008.
1(16,67%) kondisi sesuai dengan persyaratan dan 5(83,33%) kondisi tidak sesuai
dengan persyaratan.
sakit disisi kiri dan kanan gedung. Tangga darurat memiliki pegangan disalah satu
sisinya, permukaan tangga tidak licin. Penandaan tangga darurat ditandai dengan
tulisan berwarna putih dan warna dasar hijau. Tangga darurat bagian bawah
dibatasi atau ditutup oleh dinding bahan tripleks dan dibagian tangga digunakan
darurat kebakaran sebagai bagian dari sistem proteksi pasif untuk penyelamatan
No.26/PRT/M/2008.
terdapat 3(50%) kondisi sesuai dengan persyaratan dan 3(50%) kondisi tidak
Tempat berhimpun terletak dibeberapa titik yang terdiri dari 5 titik kumpul. Untuk
area berhimpun sudah diberi keterangan atau papan berupa petunjuk bahwa area
berkumpul sebagai bagian akhir penyelamatan jiwa di RSU Haji Medan yang
PEMBAHASAN
kebakaran. Berdasarkan data yang diperoleh, RSU Haji Medan memiliki luas
lebih dari 5000 m2 yaitu 6 hektar, oleh karena itu RSU Haji Medan wajib
Kepmenaker RI NO.KEP.186/MEN/1999.
darurat di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu 50% telah sesuai
RSU Haji Medan sendiri merupakan gedung yang wajib memiliki prosedur
tanggap darurat. Rumah Sakit Umum Haji Medan sudah menerapkan manajemen
sesuai dengan pernyataan dari kepala pelaksana harian K3 dan karyawan Rumah
82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
terdapat adanya tim perencana pengaman kebakaran yaitu tim PK3RS RSU Haji
Medan di bidang pengamanan dan kewaspadaan bencana. Selain itu juga terdapat
rangkaian tindakan atau prosedur yang harus dilakukan oleh pengguna bangunan
RSU Haji Medan juga menjelaskan informasi tentang daftar panggil keadaan
darurat Rumah Sakit juga memberi informasi tentang adanya alarm kebakaran
atau titik panggil manual, jalan keluar seperti jalur evakuasi, pintu darurat, tangga
darurat dan rute evakuasi sebagai tindakan evakuasi apabila dalam keadaan
yaitu tim petugas pelaksana kebakaran dan tim keamanan dan penyelamatan oleh
pelatihan tanggap darurat bagi tim K3RS dan seluruh karyawan rumah sakit.
Namun, pelatihan yang diberikan pada karyawan hanya pelatihan yang diarahkan
kepada peralatan yang digunakan pada saat darurat kebakaran yaitu penggunaan
APAR saja yang diadakan setiap hari senin kepada seluruh karyawan secara
secara keseluruhan hanya pernah diberikan kepada tim PK3RS RSU Haji Medan.
peralatan proteksi kebakaran yang salah satunya yaitu APAR. Semua persyaratan
Rumah Sakit Umum Haji Medan tidak terdapat bagaimana prosedur dan jadwal
yang digunakan untuk inspeksi, uji coba dan pemeliharaan pada sistem proteksi
kebakaran di rumah sakit. Dalam hal inspeksi, uji coba dan pemeliharaan setiap
sistem proteksi kebakaran tidak rutin dilakukan kepada seluruh sistem proteksi.
Untuk Inspeksi yang rutin dilakukan hanya pada APAR yaitu sekali dalam
sebulan yang dilakukan oleh staff ins.sanitasi dan k3 rumah sakit tetapi untuk
inspeksi seperti pada hidran, alarm dan detektor belum pernah dilakukan inspeksi
dikarenakan rumah sakit tidak ada prosedur dan jadwal khusus untuk melakukan
inspeksi pada peralatan tersebut oleh sebab itu tidak pernah dilakukan inspeksi.
Sementara untuk uji coba dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran juga
rumah sakit belum menerapkan prosedur dan jadwal dalam uji coba dikarenakan
menurut bagian pemeliharaan sarana RSU Haji Medan selain karena rumah sakit
sendiri juga tidak mempunyai prosedur dan jadwal khusus yang tepat untuk uji
coba tetapi juga apabila dilakukan uji coba pada peralatan kebakaran dapat
mengganggu proses kerja atau kegiatan didalam rumah sakit seperti alarm yang
apabila dilakukan uji coba terhadap alarm maka bunyi dari alarm akan
mengganggu seluruh penghuni rumah sakit dan membuat pekerja dan penghuni
panik apabila mendengar alarm yang diduga terjadi kebakaran. RSU Haji Medan
evakuasi dan penampungan tidak pernah sama sekali dilakukan untuk seluruh
dilakukan kepada tim K3RS RSU Haji Medan namun tidak pernah kepada
secara berkala, tetapi di RSU Haji Medan rencana prosedur tanggap darurat
mencakup kegiatan audit sistem proteksi kebakaran yang harus dilakukan secara
berkala, karena sistem proteksi kebakaran adalah hal yang paling penting dan
baik, jika didapatkan kerusakan atau tidak berfungsinya maka sistem proteksi
peraturan tersebut, di RSU Haji sendiri tidak memenuhi syarat tersebut yaitu
dan evakuasi. Rumah Sakit juga sebaiknya membuat prosedur dan jadwal khusus
secara berkala untuk melakukan inspeksi, uji coba dan pemeliharaan sitem
proteksi kebakaran yang digunakan dirumah sakit agar peralatan yang digunakan
dapat dipastikan dapat aktif digunakan dan pasti dalam keadaan tidak rusak.
darurat di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu 100% seluruhnya
bahwa unsur pokok organisasi tanggap kebakaran bangunan gedung terdiri dari
teknik dan keamanan. Organisasi tanggap darurat kebakaran merupakan salah satu
setiap bangunan gedung yaitu tim atau sekelompok orang yang dipilih sebagai tim
pelaksana harian PK3RS dan dokumen, RSU Haji Medan mempunyai tim PK3RS
tersusun ketua, wakil ketua, ketua pelaksana harian K3, dan 5 bidang yang salah
membawahi tim pelaksanaan apabila terjadi bencana. Di tiap unit kerja tersebut
juga ada petugas pelaksana yang dibawahi tim penanggulangan bencana dengan
susunan ketua tim penangulangan bencana, ketua petugas pelaksana bencana dan
satuan pelaksana tugas individu atau jadwal piket setiap harinya yang terdiri dari 4
orang dipagi hari, 4 orang disore hari dan 4 orang dimalam hari. Pembagian
tugasnya dirolling sesuai warna helm, yaitu helm putih sebagai komando yaitu
melapor ke bagian informasi ataupun petugas piket rumah sakit. Helm merah
sebagai penanggungjawab api seperti melakukan proses memutus rantai api dan
penyingkir dokumen-dokumen penting rumah sakit dan pasien. Dan helm kuning
masing-masing unit. Hal ini telah sesuai dengan peraturan yang menyatakan
bahwa bila terdapat init bangunan lebih dari satu maka masing-masing unit
Sakit) dan kepala bagian keamanan. Pada bagian teknik sebagai penanggungjawab
operator listrik dan genset dan operator pompa atau sistem proteksi kebakaran
sebagai pemadaman api dan tim penyelamatan apabila terjadi bencana kebakaran.
Hal ini semua sesuai dengan standar yang digunakan menurut Peraturan Menteri
darurat kebakaran di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu 50%
NO.20/PRT/M/2009.
hasil kerja yang efektif dan efesien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang
kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk menangani masalah
pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran. Unit kerja dalam darurat
RSU Haji Medan adalah seluruh karyawan tenaga kesehatan, petugas pengamanan
darurat kebakaran di RSU Haji Medan ialah tim PK3RS terkhusus dibidang
dan penanggulangan kebakaran di RSU Haji Medan belum ada personil khusus
sudah terpenuhi dan sesuai dengan standar yaitu terdapat sumber daya manusia
seluruh karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Haji Medan dan sebagai
unit kerja dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Selain itu, yang
terpenuhi dari regu dan koordinator penaggulangan kebakaran yang terdiri dari
tim keamanan dan tim teknik dan tim PK3RS sudah memenuhi syarat sehat baik
tamatan SMA dan masing-masing personil dari regu dan koordinator ini sudah
sudah sesuai yaitu pekerja yang dalam keadaan sehat jasmani dan rata-rata
pendidikan dalam petugas peran ini minimal diatas SMA, namun masing-masing
di RSU Haji Medan pada sumber daya manusia atau seluruh tenaga kerja pernah
diadakan pelatih secara berkala tetapi hanya pada APAR, untuk keseluruhan
Hal ini tidak sesuai dengan standar yang digunakan dimana manajemen proteksi
tingkat kesesuaian alarm di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu
adalah bagian dari sistem alarm kebakaran yang terdiri dari lampu, saklar,
hantaran, titik panggil dan detektor sehubungan dengan perlindungan satu area.
Alarm kebakaran harus dimiliki oleh setiap bangunan gedung. RSU Haji Medan
di setiap unit pelayanan atau instalasi masing-masing terdapat alarm manual dan
otomatis. Penempatan alarm kebakaran di RSU Haji Medan terdapat pada koridor
atau gang-gang dan jalan dalam bangunan atau suatu instalasi. Alarm yang
bekerja manual yang digunakan tipe break glass yang digunakan dengan
rumah sakit untuk membuat alarm bunyi dan segera mengeluarkan sinyal alarm
apabila menemukan sumber api dan informasi bahwa rumah sakit dalam keadaan
detektor dan sprinkler, namun alarm di RSU Haji hanya terhubung dengan
detektor saja tidak pada sprinkler dikarenakan tidak ada sprinkler dirumah sakit.
maka detektor akan mengirim sinyal kepada alarm dan kemudian alarm kebakaran
yang belum terpenuhi yaitu alarm diletakkan pada lintasan jalur keluar dengan
tinggi yang lebih dari 1,4 m dari lantai sehingga sulit untuk dijangkau, hal ini
belum sesuai dengan peraturan yang menyatakan bahwa tinggi alam dari lantai
tidak melebihi 1,4 meter. Sedangkan syarat yang sudah terpenuhi yaitu terdapat
Alarm yang berwarna merah dan berada pada koridor atau di jalur keluar masuk
yang strategis sehingga alarm dapat dilihat dengan jelas dan didengan jelas oleh
control panel alarm dan alarm peringatan dalam kondisi baik dan siap digunakan
dalam keadaan darurat. Sistem alarm di RSU Haji sendiri sudah dilengkapi
dengan peringatan yang berbunyi sirine untuk mudah didengar dengan lebih keras
sehingga dapat terdengar ke seluruh ruangan dan dapat dibedakan dari suara-suara
lain yang ada dirumah sakit dan lampu peringatan akan berkelip kelip berwarna
merah apabila sistem alarm bunyi. Hal ini menyatakan bahwa secara keseluruhan
penerapan alarm kebakaran di RSU Haji Medan ini telah sesuai dengan standar
alarm selalu dapat berfungsi dengan baik dengan test periodik tetapi untuk di
Rumah Sakit Haji sendiri alarm belum pernah dilakukan pemeriksaan secara
periodik, pengetesan atau uji coba hanya dilakukan pada saat pemasangan alarm
saat itu saja. Dan menurut teori Rijanto juga mengatakan, bahwa pekerja harus
tahu lokasi dan prosedur yang tepat bagaimana menghidupkan alarm bila
mendeteksi adanya api, tetapi di RSU Haji Medan untuk prosedur darurat apabila
alarm hidup mendeteksi adanya api belum ada kebijakan khusus untuk hal
tersebut.
5.2.2 Detektor
di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu 80 % telah sesuai dengan
Permenaker No.02.Per/Men/1983.
alat untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat membangkitkan alarm
dalam suatu sistem. Terdapat sistem pendeteksi dini terhadap bahaya kebakaran,
detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan
buah yang tersebar pada beberapa ruang. Detektor asap merupakan detektor yang
sitem kerjanya didasarkan atas asap yang berfungsi ketika asap memasuki ruang
deteksi maka partikel asap tersebut akan mempengaruhi perubahan nilai ion
berbunyi.
observasi, syarat yang tidak terpenuhi yaitu detektor asap tidak pernah dilakukan
pemeriksaan ataupun uji coba secara berkala kecuali pada saat baru pemasangan.
Hal ini dikarenakan apabila dilakukan uji coba secara berkala dirumah sakit maka
karena ada yang baru ditambah dan telah di uji fungsi pada saat pemasangan.
Sementara, untuk syarat yang lain semuanya terpenuhi yaitu detektor asap dalam
keadaan aktif. Detektor asap dipasang pada bagian bangunan dan jarak antar
detektor asap tidak boleh melebihi dari 12 meter dalam ruangan biasa. Setiap
detektor asap mempunyai jarak antar detektor yang berbeda beda disetiap
ruangan, ada yang berjarak 1 meter, 10 meter, namun tidak melebihi dari 12
meter. Hal tersebut telah sesuai dengan standar yang berlaku. Selain itu, detektor
terlihat bersih dan tidak ada cat pada elemen detektor. Serta detektor terdapat
sehingga apabila detektor mendeteksi adanya asap akan tau diruangan mana
sumber asap terdeksi. Hal ini menyatakan bahwa walaupun ada yang belum sesuai
yang berlaku.
5.2.3 Sprinkler
sprinkler. Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian sprinkler di RSU Haji Medan dari
data checklist observasi, seluruhnya tidak terpenuhi atau 0 %. Hal ini disebabkan
gedung RSU Haji Medan sampai saat ini tidak memiliki alat pemadaman
kebakaran berupa sprinkler. RSU Haji Medan tidak memiliki sprinkler karena
dirumah sakit.
kesesuaian APAR di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu hanya
Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan dengan berat maksimal 16
kg serta mudah dilayani satu orang untuk memadamkan api pada awal mula
kebakaran. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang digunakan di gedung Rumah
Sakit Umum Haji Medan sebagian besar berjenis Powder dan Karbondioksida
(CO2). Secara keseluruhan jumlah APAR yang tersedia berjumlah 70 tabung siap
pakai yang terdiri dari 50 buah jenis powder dan 20 buah jenis Karbondioksida
(CO2).
pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas yang ditempatkan di sepanjang jalur
keluar masuk tiap unit ruangan dan koridor-koridor rumah sakit. APAR
terhalang benda lain sehingga mudah dicapai dan diambil. Pemasangan dan
kimia, oil) dan C (listrik). APAR masih ada yang berwarna biru, hal tersebut tidak
merah sehingga dengan begitu APAR dapat dengan mudah diketahui terlebih bagi
orang yang belum mengetahui bentuk dan APAR. Tabung APAR berdasarkan
standar yaitu tidak berlubang dan tidak berkarat. Namun, di RSU Haji penerapan
beberapa tabung APAR ada yang berkarat. Hal tersebut tidak sesuai dengan
sakit umum haji medan. Warna dasar tanda pemasangan APAR yaitu merah.
berbentuk segitiga sama sisi yang berukuran 18 cm, tingggi huruf 2 cm dan tinggi
tanda panah berukuran 6 cm. Tanda pemasangan APAR masih berukuran kecil
sehingga sulit untuk dilihat apabila di jarak jauh. Hal tersebut tidak sesuai dengan
standar peraturan menteri tenaga kerja yang menyatakan bahwa tanda pemasangan
APAR warna merah segitiga sama sisi berukuran 35 cm, tinggi huruf 3 cm dan
dengan penguat sengkang dan ditempatkan tidak pada suhu tinggi melebihi 49 oC
dan suhu rendah kurang dari -4oC. Karena jika APAR ditempatkan dibawah suhu
4 derajat celcius maka powder akan membeku dan tidak dapat digunakan, jika
APAR ditempatkan pada suhu diatas 49 derajat celcius maka APAR akan
meledak karena berpengaruh pada tekanan gas yang ada didalam tabung APAR.
Terdapat petunjuk cara pemakaian APAR. Hal ini berguna bagi seseorang
dan tidak pernah mengikuti pelatihan sehingga APAR dapat digunakan secara
Petunjuk penggunaan APAR kurang jelas untuk dibaca dikarenakan ukuran kertas
ada yang kecil dan warna kurang kontras dan tulisan langkah-langkah yang tidak
jelas dibaca.
pemeriksaan pada slang , kondisi pin, jarum indikator apakah dalam kondisi yang
tidak rusak, jika rusak maka harus segera diganti agar tidak membahayakan bagi
pemeriksaan yang terisi adalah catatan pemeriksaan tahun yang sudah lama.
hasil rumah sakit, untuk di label tabungnya langsung sudah tidak pernah dicatat.
Hal tersebut tidak sesuai dengan standar yang digunakan yang seharusnya terdapat
label pemeriksaan dan secara rutin juga dicatat. Isi tabung gas sesuai dengan
tekanan yang dipergunakan dan dijaga tetap penuh. Tekanan pada semua APAR
di RSU Haji Medan memiliki tekanan penuh yaitu jarum menunjukkan pada
warna hijau.
dari syarat peraturan telah sesuai namun masih ada setengah lagi yang tidak
beum sesuai seperti dengan mengganti tanda pemasangan yang berukuran lebih
besar lagi sesuai dengan standar, tabung APAR sebaiknya semuanya berwarna
merah dan tidak ada yang berkarat, mengganti petunjuk penggunaan APAR
menjadi yang lebih besar dan mudah untuk dibaca serta memperbaiki sistem
tabung APAR.
5.2.5 Hidran
Medan dari data checklist observasi yaitu hanya 66,7 % yang telah sesuai dengan
Permen PU RI NO.26/PRT/M/2008.
bahwa, Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar untuk
kebakaran. Sistem hidran terdiri dari pemipaan, sambungan selang dan kesatuan
dapat dikeluarkan dalam aliran atau pola semprotan melalui selang dan pipa
digunakan digedung RSU Haji Medan adalah hidran halaman. Hidran halaman
berjumlah 2 titik yaitu terdapat didepan kantin RSU Haji Medan dan di halaman
Gedung RSU Haji Medan hanya memiliki hidran halaman saja. Hal ini
harus memiliki dua jenis hidran yaitu hidran gedung dan hidran halaman. Dari
hasil observasi dan wawancara terdapat hidran halaman yang masih berfungsi
dengan baik. Kotak hidran dengan tipe break glass jadi bisa dikunci dan
digunakan saat terjadi kebakaran dengan memecahkan kaca yang terdapat pada
kotak hidran untuk mengambil peralatan hidran yang terdapat didalamnya. Hidran
halaman terdapat kelengkapan hidran yaitu selang yang lebih dari 30 meter ,
nozzle dan kran pembuka untuk penyaluran air. Semua peralatan hidran halaman
di RSU Haji Medan dicat merah dan kotak hidran berwarna merah bertuliskan
dimana dapat diakses mobil pemadam kebakaran yaitu terletak disamping rumah
sakit. Hal tersebut telah sesuai dengan peraturan bahwa hidran halaman harus
ditempatkan dimana dapat diakses mobil kebakaran. RSU Haji Medan tidak
pernah dilakukan pemeriksaan dan uji coba secara berkala kecuali pada saat
besar telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Rekomendasi yang diberikan
adalah Rumah Sakit Umum Haji Medan sebaiknya menyediakan hidran gedung
sekali.
tentang tata cara pemasangan saran jalan keluar. Berdasarkan tabel tingkat
kesesuaian jalur evakuasi di RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu
halaman depan lobby Rumah Sakit, halaman depan kantin Rumah Sakit , halaman
samping ruang fitrah, halaman parkir depan ruang pav.marwa, dan Halaman
belakang mesjid Rumah Sakit. Dengan adanya jalur evakuasi ini, karyawan atau
penghuni rumah sakit dapat segera mengevakuasi diri ketika terjadi suatu bencana
kebakaran.
yaitu terdapatnya jalur evakuasi disetiap koridor bangunan dan jalur keluar unit
bangunan rumah sakit yang mengarah ke titik kumpul atau titik aman yang sudah
penandaan yang sesuai yaitu berwarna dasar hijau dan bertulisan warna putih dan
untuk penandaan jalur evakuasi dapat dilihat jelas pada jarak 20 meter. Jalur
evakuasi di RSU Haji Medan juga memenuhi syarat dimana jalur evakuasi harus
mengarah ke titik kumpul yaitu 5 titik kumpul dan masing-masing jalur mengarah
terpenuhi penerapannya di RSU Haji Medan seperti penandaan yang kurang jelas
dilihat, terhalang, ukuran penandaan yang tidak sesuai dan tidak disertai
penerangan, serta tidak adanya peta jalur evakuasi. Penandaan jalur evakuasi tidak
jelas dilihat karena penandaan yang posisinya tidak konsisten atau tidak sejajar
seperti penandaan jalur evakuasi ada yang peletakkannya dibawah dan ada yang di
tengah atau diatas bagian dinding kemudian ada penandaan jalur evakuasi yang
copot dan rusak sehingga dengan begitu akan menyulitkan penghuni yang melihat
Penandaan jalur evakuasi di Rumah Sakit Umum Haji Medan terhalang oleh
barang-barang seperti terhalang oleh meja dan kursi. Ukuran penandaan jalur
evakuasi belum sesuai dengan standar yang digunakan dimana ukuran tinggi huruf
3 cm, hal tersebut tidak sesuai dimana seharusnya dalam penerapannya penandaan
evakuasi rumah sakit juga tidak diserta penerangan sehingga apabila terjadi
bencana kebakaran di malam hari dan bagian gedung yang minim cahaya maka
Umum Haji Medan dalam penerapan jalur evakuasi tidak disertai peta jalur
bangunan gedung. Berdasarkan tabel tingkat kesesuaian pintu darurat di RSU Haji
Medan dari data checklist observasi yaitu hanya 16,67% yang telah sesuai dengan
Permen PU RI NO.26/PRT/M/2008.
kebakaran adalah pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya
dipergunakan apabila terjadi. Setiap pintu harus dari jenis sisi atau pintu ayun,
pintu yang dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
Pintu darurat di gedung Rumah Sakit Umum Haji Medan berjumlah dua
pintu yang masing-masing terletak dilantai 2 disebelah kiri dan kanan gedung
yang terhubung langsung dengan tangga darurat, sedangkan untuk dilantai 1 tidak
ada pintu darut karena pintu darurat sudah ditutup dengan dinding tripleks.
yaitu hanya pintu yang tertutup setiap saat, namun 5 persyarat lain semuanya
belum tepenuhi seperti jenis pintu tidak engsel sisi dan tidak mampu berayun,
pintu mengarah ke jalan keluar, pintu yang dikunci dan pintu tidak menutup
otomatis. Pintu darurat di gedung RSU Haji Medan tidak berjenis engsel sisi
sehingga tidak mampu berayun. Hal ini tidak sesuai dengan standar berlaku yang
mengatakan bahwa pintu darurat harus berjenis engsel dan mampu berayun
kebakaran. Pintu darurat mengarah kejalan keluar yaitu tangga darurat dan
ruangan terbuka atau titik kumpul, namun untuk pintu lantai pertama ditutup
sehingga pintu darurat tidak berfungsi karena tidak dapat dilewati ke arah titik
kumpul. Pintu darurat dalam kondisi tertutup setiap saat, namun pintu darurat
dikunci dan pintu darurat dilantai 1 tidak ada karena sudah ditutup penuh dengan
tripleks sehingga tidak akan bisa dilewati. Pintu darurat di Rumah Sakit juga tidak
dapat menutup otomatis. Semua pintu darurat yang terdapat di Rumah Sakit
Umum Haji Medan belum dipasang petunjuk atau tanda yang menandakan bahwa
Pintu Darurat di Rumah Sakit Umum Haji Medan merupakan salah satu
yang paling tidak sesuai dikarenakan pintu darurat tidak dapat berfungsi dengan
baik dan tidak pintu ayun. Hal tersebut tidak sesuai dikarenakan belum adanya
Sakit akan pentingnya pintu darurat kebakaran dan menganggap pintu darurat
hanya sebagai simbol yang penting ada saja tanpa memperdulikan kegunaannya.
sakit memperbaiki atau mengganti pintu darurat menjadi pintu berjenis engsel
terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya ada disetiap lantai dan tidak ditutup
ataupun dihalang sehingga pintu darurat dapat digunakan dan mengarah pada
ruang terbuka dan tempat berkumpul yang telah disediakan rumah sakit.
Haji Medan dari data checklist observasi yaitu hanya 50 % yang telah sesuai
Tangga darurat merupakan salah satu dari sarana penyelamatan jiwa yang
wajib dimiliki oleh bangunan gedung bertingkat seperti RSU Haji Medan. Permen
Haji Medan memiliki tangga darurat sebanyak 2 tangga didalam gedung yaitu
tangga darurat, sebanyak 3 persyaratan yang terpenuhi yaitu tangga darurat yang
disertai penandaan, bordes antar tangga tidak kurang dari 8 dan lebih dari 18, dan
tangga darurat tidak berbentuk spiral melainkan bentuk zigzag. Persyarat tersebut
telah sesuai dengan standar yang digunakan, tangga di gedung RSU Haji medan
tangga darurat. Tangga di RSU Haji Medan memiliki bordes diatas 8 yaitu
berjumlah 9, hal ini sesuai dengan standar yang digunakan bahwa bordes antar
keberadaan lantai pada saat terjadi bahaya kebakaran. Kemudian syarat lain yang
tidak terpenuhi yaitu tangga yang digunakan terdapat ruang kosong dibawah
tangga yang dibatasi atau ditutup dengan dinding tripleks sehingga tangga tidak
berkumpul atau ruang terbuka yang aman. Tangga darurat di RSU Haji juga
dibawah tangga terdapat tempat penyimpanan barang yang tidak dipakai lagi
sehingga tangga tidak bisa dilewati dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
RSU Haji Medan dari data checklist observasi yaitu hanya 100 % sesuai dengan
NO.26/PRT/M/2008.
merupakan tempat aman yang tidak ada ancaman api atau ruang terbuka dimana
Jumlah tempat berhimpun di gedung RSU Haji Medan terdiri dari 5 titik yaitu
terletak didekat Halaman depan lobby Rumah Sakit (Titik kumpul 1) , halaman
depan kantin Rumah Sakit (titik kumpul 2), halaman samping ruang fitrah (Titik
kumpul 3), halaman parkir depan ruang pav.marwa (Titik kumpul 4), halaman
belakang mesjid Rumah Sakit (Titik kumpul 5). Kelima tempat berhimpun sudah
terpenuhi yaitu, RSU Haji terdapat ruang terbuka sebagai tempat aman berkumpul
setelah evakuasi yang terdiri dari 5 titik lokasi, tanda petunjuk tempat berhimpun
juga sudah ada, luas tempat berhimpunnya cukup luas karena salah satu titik
kumpul pertama bangunan rumah sakit yaitu terdapat dipingir jalan jadi jika
terjadi bahaya kebakaran pengguna gedung dapat langsung keluar dari area rumah
sakit. Luas tempat berhimpun minimal 0,3 m/orang, hal ini sudah sesuai dengan
6.1 Kesimpulan
sistem proteksi aktif kebakaran dan sistem proteksi pasif di RSU Haji Medan,
RI NO.20/PRT/M/2009.
Permen PU RI NO.20/PRT/M/2009.
NO.Kep.186/Men/1999.
2. Sistem proteksi aktif kebakaran di RSU Haji Medan telah sesuai dengan
NO.Per.02/Men/1983.
108
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
109
NO.Per.02/Men/1983.
NO.Per.04/Men/1980.
3. Sistem proteksi pasif atau sarana peneyelamatan jiwa di RSU Haji Medan
NO.26/PRT/M/2008.
NO.26/PRT/M/2008.
RI NO.26/PRT/M/2008.
6.2 Saran
kebakaran dan sistem proteksi kebakaran bukan hanya pelatihan pada APAR
saja.
kegiatan inspeksi, uji coba dan pemeliharaan sistem proteksi secara rutin dan
berkala.
sehingga dapat mudah dicapai oleh banyak orang atau penghuni di rumah
sakit.
5. Sebaiknya RSU Haji Medan menambahkan sprinkler sebagai lat pemancar air
tersedia petunjuk penggunaan yang berukuran cukup dan jelas untuk dilihat
dan terdapat label pemeriksaan sebulan sekali yang diletakkan pada tabung
APAR.
8. Sebaiknya penandaan jalur evakuasi di RSU Haji Medan diganti menjadi yang
lebih jelas sesuai persyaratan dan menambahkan peta jalur evakuasi dimasing-
masing lokasi.
10. Sebaiknya tangga darurat tidak dibatasi atau ditutup dengan dinding dan tidak
Badan Standar Nasional Indonesia, 2000. SNI 03-3989-2000 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatik Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. Jakarta:
Badan Standar Nasional Indonesia.
Badan Standar Nasional Indonesia, 2000. SNI 03-1746-2000 tentang Tata Cara
Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar Untuk
Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
Jakarta: Badan Standar Nasional Indonesia.
Detik News. 2017. Rumah Sakit Kurnia di Kota Cilegon Kebakaran, Pasien
diEvakuasi.Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3770369/rumah-
sakit-kurnia-di-kota-cilegon-kebakaran-pasien-dievakuasi pada tanggal 10
Januari 2018.
111
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
112
Tabel 1
Prosedur tanggap darurat kebakaran di RSU Haji Medan
NO Kondisi Aktual Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Permen PU RI N0.20/PRT/M/2009)
Tidak
Sesuai
Terdapat tim perencana pengaman
1.
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
2. kebakaran (fire emergency plan)
dalam rencana pengamanan kebakaran
Terdapat prosedur inspeksi, uji
3. coba, dan pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran
Terdapat jadwal inspeksi, uji coba
4. dan pemeliharaan setiap sistem
proteksi kebakaran
Perencanaan tindakan darurat
kebakaran menjelaskan dengan rinci
tentang rangkaian tindakan (prosedur)
5. yang harus dilakukan oleh
penanggung jawab dan pengguna
bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Perencanaan tindakan darurat
kebakaran memuat informasi
tentang daftar panggil keadaan
6. darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus
dilibatkan dalam merespon keadaan
darurat setiap waktu
Perencanaan tindakan darurat
kebakaran memuat informasi
tentang denah lantai yang berisi:
a. Alarm kebakaran dan titik
7.
panggil manual
b. Jalan keluar
c. Rute evakuasi
Tabel 2
Organisasi tanggap darurat kebakaran di RSU Haji Medan
Kondisi Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
NO Sesuai Ada/
(Permen PU RI N0.20/PRT/M/2009)
Tidak
Sesuai
1. Pemilik/Pengelola bangunan gedung
wajib membentuk Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2. Setiap unit bangunan gedung
mempunyai tim penanggulangan
kebakaran (TPK) masing-masing
3. Terdapat penanggungjawab yang
membawa seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
4. Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulangan kebakaran
5. Terdapat kepala bagian keamanan
pada struktur organisasi tim
penanggulangan kebakaran
6. Terdapat operator komunikasi
Tabel 3
Sumber Daya Manusia (SDM) Penanggulangan Kebakaran di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Kepmenaker RI
Tidak
No.KEP.186/MEN/1999) dan
Sesuai
(Permen PU RI N0.20/PRT/M/2009)
Tabel 4
Alarm Kebakaran di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Permenaker No.02/Men/1983)
Tidak
Sesuai
1. Terdapat sistem alarm kebakaran
2. Alarm dapat dilihat dengan jelas
3. Alarm dalam kondisi baik dan siap
digunakan
4. Alarm diletakkan pada lintasan jalur
keluar dengan tinggi tidak lebih dari
1,4 m dari lantai
5. Setiap sistem alarm kebakaran harus
mempunyai gambar instalasi secara
lengkap yang mencantumkan letak
detektor dan kelompok alarm
6. Setiap lantai harus ada kelompok
alarm kebakaran tersendiri
7. Sistem alarm kebakaran harus
dilengkapi sekurang-kurangnya sebuah
lonceng
Tabel 5
Alat Deteksi Kebakaran (Detektor) di RSU Haji Medan dengan
NO Kondisi Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
(Permenaker No.02/Men/1983)
Sesuai Sesuai
1. Terdapat sistem pendeteksi dini
bahaya kebakaran dalam keadaan aktif
2. Detektor harus dipasang pada bagian
bangunan kecuali bagian bangunan
telah dilindungi sistem pemadam
kebakaran
3. Jarak antar detektor asap atau alat
penangkap asap tidak boleh melebihi
dari 12 m dalam ruangan biasa
4. Elemen sensor pada detektor dalam
keadaan bersih dan tidak dicat
5. Pengujian detektor dilakukan secara
berkala
Tabel 6
Sprinkler di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(SNI 03-3989-2000) Tidak
Sesuai
1. Terpasang sprinkler otomatik
Tabel 7
Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR) di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen
Ada/ Tidak
(Permenaker No.Per 04/Men/1980) Sesuai Ada/
Tidak
Sesuai
1. APAR ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas
2. APAR ditempatkan pada posisi yang
mudah dicapai dan diambil
3. Pemasangan dan penempatan APAR
harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran
4. APAR dilengkapi dengan pemberian
tanda pemasangan
5. Tinggi pemberian tanda pemasangan
APAR 125 cm dari dasar lantai
6. Pemberian tanda pemasangan
berbentuk segitiga sama sisi berwarna
dasar merah dan berukuran 35 cm
7. Tinggi huruf tanda pemasangan
berukuran 3 cm dan berwarna putih
8. Tinggi tanda panah pada tanda
pemasangan berukuran 7,5 cm dan
berwarna putih
9. Penempatan APAR satu dengan APAR
lainnya tidak melebihi 15 meter
10. Semua tabung APAR sebaiknya
berwarna merah
11. Tabung APAR tidak berlubang
Tabel 8
Hidran di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
( Permen PU RI No.26/PRT/M/2008) Tidak
Sesuai
1. Terdapat Hidran:
- Hidran Gedung
- Hidran Halaman
2. Kotak hidran gedung harus mudah
dibuka, dilihat, tidak terhalang oleh
benda lain
3. Semua peralatan hidran di cat merah
dan kotak hidran berwarna merah
bertuliskan “HIDRAN” yang di cat
putih.
4. Terdapat petunjuk penggunaan yang
dipasang ditempat yang mudah dilihat.
5. Terdapat kelengkapan hidran: selang,
nozzle, kran pembuka
6. Hidran dalam keadaan siap digunakan
Tabel 9
Jalur Evakuasi di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(SNI 03-1746-2000) Tidak
Sesuai
1. Terdapat sarana jalan keluar dan evakuasi
2. Bebas hambatan
Tabel 10
Pintu Darurat di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Permen PU RI N0.26/PRT/M/2008) Tidak
Sesuai
1. Pintu pada sarana jalan keluar harus
berjenis engsel sisi atau pintu ayun
Tabel 11
Tangga Darurat di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Permen PU RI N0.26/PRT/M/2008) Tidak
Sesuai
1. Tangga kebakaran ini harus disediakan
dengan tanda pengenal khusus
Tabel 12
Tempat Berkumpul di RSU Haji Medan
NO Kondisi Ket.
Elemen Ada/ Tidak
Sesuai Ada/
(Permen PU RI N0.26/PRT/M/2008) Tidak
Sesuai
1. Terdapat tempat berhimpun setelah
evakuasi
2. Tersedia petunjuk tempat berhimpun
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Kepala pelaksana harian K3RS)
Tanggal wawancara:
Pertanyaan
1. Apakah di RSU.Haji Medan pernah terjadi kebakaran ?
Jika Ya, ........................................................................................................
2. Apakah di RSU.Haji Medan sudah ada prosedur tanggap darurat yang
dilakukan apabila terjadi kebakaran?
..............................................................................................................................
3. Jika Ada, bagaimana tahapan dalam prosedur tanggap darurat di RSU.Haji
Medan?
..............................................................................................................................
4. Apakah RSU.Haji Medan mempunyai organisasi atau tim dalam tanggap
darurat kebakaran?
.......................................................................................................................
5. Jika ada, apa tugasdan tanggungjawab masing-masing personil?
..............................................................................................................................
6. Apakah di RSU.Haji pernah diadakan pendidikan dan pelatihan terkait
kebakaran ?
..............................................................................................................................
7. Jika ya, pelatihan apa saja pelatihan seperti apa yang didapatkan?
..............................................................................................................................
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Staff K3)
Tanggal wawancara:
Pertanyaan
1. Apakah rumah sakit rutin melakukan inspeksi terhadap peralatan kebakaran
tersebut? Jika Ya, peralatan apa saja yang dilakukan inspeksi dan berapa kali
dalam setahun?
..............................................................................................................................
2. Apa saja yang dilakukan saat melakukan kegiatan inspeksi?
..............................................................................................................................
3. Apakah ada rekaman hasil inspeksi kebakaran ?
..............................................................................................................................
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Bagian IPSRS)
Tanggal wawancara:
Pertanyaan
1. Apakah rumah sakit rutin melakukan pemeliharaan dan uji coba terhadap
peralatan kebakaran?
..............................................................................................................................
2. Jika ya, peralatan apa saja yang dilakukan pemeliharaan dan uji coba dan
berapa kali setahun dilakukan pemeliharaan dan uji coba?
.............................................................................................................................
3. Apakah ada rekaman hasil pemeliharaan peralatan kebakaran?
..............................................................................................................................
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Perwakilan Karyawan)
Tanggal wawancara:
Pertanyaan
1. Apakah anda mengetahui prosedur tanggap darurat yang dilakukan apabila
terjadi kebakaran di rumah sakit?
..............................................................................................................................
2. Jika ya, bagaimana tahapan dalam prosedur tanggap darurat yang dilakukan
apabila terjadi kebakaran?
..............................................................................................................................
3. Apakah anda pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan pemadam kebakaran
di rumah sakit ini ?
..............................................................................................................................
4. Jika Ya, Pendidikan dan pelatihan apa saja yang diberikan?
..............................................................................................................................
2. Bebas hambatan √
HASIL WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Untuk Kepala Pelaksana Harian K3RS)
Inisial : KA
Tanggal Wawancara : 28 April 2018
7. Jika ya, pelatihan apa saja pelatihan seperti apa yang didapatkan?
Jawaban : Untuk pelatihan darurat kebakaran secara keseluruhan kami pernah
lakukan sekali namun tidak rutin. Pelatihan tanggap darurat
dilakukan kepada tim K3RS yaitu seminar dan simulasi bencana
kebakaran serta evakuasi pasien. Kalau untuk seluruh
pegawai/karyawan pelatihan yang dilakukan rutin hanya
mempraktekkan langsung cara menggunakan APAR
HASIL WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Staff K3)
Inisial : MA
Tanggal Wawancara : 28 April 2018
HASIL WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Bagian IPSRS)
Inisial : SM
Tanggal Wawancara : 1 Mei 2018
1. Apakah rumah sakit rutin melakukan pemeliharaan dan uji coba terhadap
peralatan kebakaran?
Jawaban : Tidak pernah dilakukan uji coba.
2. Jika ya, peralatan apa saja yang dilakukan pemeliharaan dan uji coba dan
berapa kali setahun dilakukan pemeliharaan dan uji coba?
Jawaban : Untuk uji coba dan pemeliharaan itu seharusnya kami sendiri
memang yang lakukan, namun sampai saat ini untuk alat seperti
hidran, alarm, detektor tidak pernah kami uji coba kecuali pada saat
pemasangan saja yang kami uji coba dikarenakan kalau kami uji
coba seperti detektor dengan alarm akan bunyi jadi mengganggu
kenyamanan dan pekerjaan dirumah sakit. Sedangkan untuk APAR
dilakukan pemeliharaan yaitu service atau isi ulang APAR setiap
satu tahun sekali tapi itupun bukan kami pihak rumah sakit yang
melakukan melain dari pihak ketiga yang berkerjasama dengan
rumah sakit sebagai penyedia, service dan isi ulang APAR.
HASIL WAWANCARA
ANALISIS PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI RSU.HAJI MEDAN
(Karyawan Rumah Sakit)
Inisial :S
Tanggal Wawancara : 5 Mei 2018
2. Jika ya, bagaimana tahapan dalam prosedur tanggap darurat yang dilakukan
apabila terjadi kebakaran?
Jawaban : Tetapi yang saya tau kalau terjadi kebakaran kami padamkan
dengan APAR, kalau belum bisa dipadamkan dengan APAR kami
melapor kepada bagian operator informasi dengan “kode merah”
yang menandakan bahwa terjadi kebakaran. Selain itu, di setiap
ruangan kan sudah ada kayak papan dengan helm warna, jadi papan
itu seperti papan piket beserta uraian tugas apabila terjadi
kebakaran. Kami melaksanakan nya ya sesuai dari masing-masing
tugas yang tertera dipapan itulah. Setelah itu tergantung instruksi.
Lampiran 8. Dokumentasi
Gambar 18. Sosialisasi Penggunaan APAR pada Karyawan di RSU Haji Medan
Gambar 19. Pelatihan Penggunaan APAR pada Karyawan RSU Haji Medan
Gambar 22. Wawancara dengan Kepala Pelaksana Harian K3 di RSU Haji Medan
Gambar 23. Wawancara dengan Staff Sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan