Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN PAPARAN GETARAN DENGAN TERJADINYA

HAND ARM VIBRATION SYNDROMEPADA PEKERJA PARUT


KELAPA DI PASAR TRADISIONAL TEMBUNG
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
CHAIRUNISA
NIM : 131000308

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HUBUNGAN PAPARAN GETARAN DENGAN TERJADINYA
HAND ARM VIBRATION SYNDROMEPADA PEKERJA PARUT
KELAPA DI PASAR TRADISIONAL TEMBUNG
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
CHAIRUNISA
NIM : 131000308

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ HUBUNGAN

PAPARAN GETARAN DENGAN TERJADINYA HAND ARM VIBRATION

SYNDROMEPADA PEKERJA PARUT KELAPA DI PASAR

TRADISIONAL TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN

2017” ini beserta seluruh isi nya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak dengan

etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2018


Yang membuat pernyataan

Chairunisa a
NIM.131000308

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Hand Arm Vibration Syndrome merupakan gangguan kesehatan yang


dirasakan pekerja parut kelapa yang disebabkan oleh pengoperasian alat yang
bergetar secara terus- menerus dengan intensitas getaran ≥4m/s². Keluhan yang
dirasakan pada pekerja parut kelapa berupa nyeri, kaku, dan kesemutan pada
tangan atau lengan. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan paparan
getaran dengan terjadinya Hand Arm Vibration Syndrome pada pekerja parut
kelapa di Pasar Gambir Kecamatan Percut Sei Tuan.
Penelitian ini merupakan penelitian jenis survei analitik dengan disain
cross sectional. Populasi adalah pekerja parut kelapa di Pasar Gambir Kecamatan
Percut Sei Tuan berjumlah 25 orang. Pengambilan sampel menggunakan total
populasi dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 25 orang. Pengukuran paparan
getaran menggunakan alat ukur vibration meter sedangkan keluhan Hand Arm
Vibration Syndrome menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian terhadap pekerja parut kelapa di Pasar Gambir Kecamatan
Percut Sei Tuan yang mengalami Hand Arm Vibration Syndrome sebanyak 18
orang (72%) dan terdapat 7 orang (28%) pekerja yang mengalami keluhan Hand
Arm Vibration Syndrome. Hasil uji statistik Exact Fisher menunjukan tidak ada
hubungan antara paparan getaran dengan Hand Arm Vibration Syndrome (p
value = 0,07).
Disarankan kepada pekerja parut kelapa dapat mengurangi waktu kerja dan
menggunakan alat pelindung getaran berupa sarung tangan untuk mengurangi
paparan getaran yang diterima pekerja parut kelapa.

Kata Kunci : Paparan Getaran, Hand Arm Vibration Syndrome

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Hand Arm Vibration Syndrome is a perceived health disturbance of


coconut scar workers caused by the operation of tools that vibrate continuously
with the intensity of vibration ≥4m/ . Complaints felt by coconut scar workers in
the form in pain, stiffness, and tingling in the hands or arms. The aim of this study
was to find out the related of the vibration exposure to Hand Arm Vibration
Syndrome in coconut scar workers in traditional market of Tembung, subdistrict
Percut Sei Tuan.
This research is an analytic type research with cross sectional design. The
population is scar workers in traditional markets of Tembung, subdistrict Percut
Sei Tuan amounted to 25 people. Sampling using the population and obtained the
number of samples as many as 25 people. Measurement of vibration exposure
using vibration metern while Hand Arm Vibration Syndrome complaint using
questionnaire.
Result of research on coconut scar at traditional market of Tembung,
subdistrict Percut Sei Tuan who suffered Hand Arm Vibration Syndrome as many
as 18 people (72%) and there are 7 workers (28%) who have complaint Hand
Arm Vibration Syndrome. The result of statistical tes of exact fisher shows there is
notrelationship between vibrational exposure with Hand Arm Vibration Syndrome
(p value = 0.07).
Suggested to coconut scar workers to reduce working time and use
vibration protection to reduce the exposure of vibration received by coconut scar.

Keywords :VibrationExposure, Hand Arm Vibration Syndrome

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyaraka t pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul: “ Hubungan Paparan
Getaran dengan terjadinya Hand Arm Vibration Syndrome pada Pekerja Parut
Kelapa di Pasar Tradisional Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.” Penulis
menyadari bahwa di dalam pelaksanaan penulisan ini banyak mengalami
kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan arahan dari dosen
pembimbing maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan serta
kekurangan-kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan serta
saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan,


bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes,selaku Ketua Departemen Peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

4. Ir. Kalsum, M. Kes, sebagai Dosen Pembimbing I, terima kasih atas

bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih

atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.

6. Dra. Lina Tarigan, Apt. MS, sebagai Dosen Penguji I, terima kasih atas

bimbingan dan dukungan Bapak kepada penulis selama penulisan skripsi.

7. Isyatun Mardiyah, SKM, M. Kes, sebagai Dosen Penguji II, terima kasih atas

bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.

8. Dr. Etty Sudaryati, SKM, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik selama

penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

9. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

10. Kepada orang tua yang paling saya sayangi dan cintai yang selalu mendoakan,

memberikan semangat dan dukungan Abdul Halim (Ayah) dan Ernila (Ibu).

11. Kepada adik – adik tersayang Muhammad Fahriza dan Nia Azhara yang telah

memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.

12. Kepada sahabat seperjuangan akademik sampai dengan selesai, Sri Mei

Suzannah Nst, Siska Anggraini, Laila Fitriana Dewi, Deani Rahma Suri

Admaja dan Kiki Damayanthy yang selalu memberi semangat dan dukungan

kepada penulis.

13. Kepada sahabat – sahabat yang tidak dapat disebut satu persatu, terimakasih

atas dukungan, doa, dan motivasi kepada penulis.

14. Dan semua pihak yang membantu selesainya skripsi ini.

Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua,
yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.
Senantiasa memberikan doa, dukungan, nasihat, izin kebebasan belajar sehingga
member pengajaran berarti dalam hidup ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja serta untuk
kemajuan ilmu pengetahuan. Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas
segala kesalahan dan kekurangannya penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Medan, April 2018

Penulis

Chairunisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 8


2.1 Pengertian Getaran ..................................................................................... 8
2.2 Getaran Mekanis ........................................................................................ 9
2.2.1 Getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration) ............................... 11
2.2.2 Getaran tangan – lengan (Tool – Hand Vibration)........................... 14
2.3 Sumber Getaran .......................................................................................... 17
2.4 Alat Ukur Getaran ..................................................................................... 19
2.5 Cara Mengukur Getaran ............................................................................. 19
2.6 Efek Getaran Tangan - Lengan .................................................................. 20
2.7 Pengendalian Getaran................................................................................. 21
2.8 Mesin .......................................................................................................... 23
2.8.1 Mesin Pemarut Kelapa ..................................................................... 23
2.9 Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) .................................................. 24
2.9.1 Keluhan Hand Arm Vbration Syndrome akibat Getaran ................ 31
2.9.2 Upaya Pengendalian Hand Arm Vibration Syndrome .................... 33
2.10 Kerangka Konsep ..................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 35


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 35
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................... 35

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 35
3.2.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 35
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 35
3.3.1 Populasi ............................................................................................ 35
3.3.2 Sampel .............................................................................................. 36
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 36
3.4.1 Data Primer ...................................................................................... 36
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ............................................................. 36
3.5.1 Variabel ........................................................................................... 36
3.5.2 Definisi Oprasional ........................................................................ 36
3.6 Metode Pengukuran.................................................................................... 37
3.7 Metode Analisa Data .................................................................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 40


4.1 Diskripsi Lokasi penelitian......................................................................... 40
4.1.1 Gambaran Umum Pasar Tradisional Tembung, Kecamatan Percut
Sei Tuan ........................................................................................... 40
4.2 Analisis Univariat....................................................................................... 41
4.2.1 Karakteristik Responden .................................................................. 41
4.3 Analisis Bivariat ......................................................................................... 45

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 47


5.1 Analisis Univariat....................................................................................... 47
5.1.1 Karateristik Responden .................................................................... 47
5.1.2 Paparan Getaran ............................................................................... 49
5.1.3 Keluhan Hand Arm Vibration Syndrome ......................................... 50
5.2 Analisis Bivariat ......................................................................................... 50
5.2.1 Hubungan Paparan Getaran Dengan Hand Arm Vibration
Syndrome ......................................................................................... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 54


6.1 Kesimpulan................................................................................................. 54
6.2 Saran ........................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56


DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. 58

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengendalian Waktu Pemaparan Menurut Nilai Percepatan


Getaran Mekanis Tangan Lengan ......................................................... 17

Tabel 2.2 Skala Klasifikasi Stockholm Untuk Gejala Vaskular yang Diinduksi
Oleh Rasa Dingin Pada Jari Penderita HAVS ........................................ 26

Tabel 2.3 Klasifikasi Stockholm Untuk Perubahan Sensorineural Pada Jari


Pada Penderita HAVS ........................................................................... 27

Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efek Getaran Pada Tangan .......... 29

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ................................................ 38

Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Jenis Kelamin di


Pasar Tradisional Tembung ................................................................. 41

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Umur di Pasar


Tradisional Tembung ........................................................................... 41

Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Masa Kerja di


Pasar Tradisional Tembung .............................................................. 42

Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Lama Kerja di Pasar
Tradisional Tembung .......................................................................... 42

Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Besar Paparan


Getaran di Pasar Tradisional Tembung ................................................. 43

Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Keluhan Hand


Arm Vibration Syndrome di Pasar Tradisional Tembung ..................... 43

Tabel 4.7 Indikator Kekuhan Hand Arm Vibration Syndrome Terhadap

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pekerja Parut Kelapa Di Pasar Tradisional Temb ung........................... 44

Tabel 4.8 Hubungan Paparan Getaran dengan Hand Arm Vibration


Syndrome Pada Pekerja di Pasar Tradisional, Tembung ....................... 45

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner .............................................................................................57

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................................59

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian di Pasar Gambir ............................60

Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian........................................................................61

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Balai HIPERKES ...................................................62

Lampiran 6. Data Karakteristik Individu dan Keluhan HAVS ................................64

Lampiran 7. Master Data SPSS ................................................................................65

Lampiran 8. Hasil SPSS ........................................................................................ 68

Lampiran 9. Hasil Dokumentasi................................................................................ 75

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Chairunisa, lahir pada tanggal 23 Februari 1996 di

Pangkalan Brandan, bertempat tinggal di Pangkalan Brandan Kecamatan Babalan

Kab. Langkat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan

Ayahanda Abdul Halim dan Ibunda Ernila.

Pendidikan penulis mulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 050746

Pangkalan Brandan pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 BABALAN pada

tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 BABALAN pada tahun 2010 dan

selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan S1 di

Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik

yang ada di sektor formal maupun informal. Keselamatan secara umum adalah

suatu keadaan aman atau terbebas dari kondisi berbahaya yang dapat

menyebabkan kerugian dalam secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis,

emosional, dan psikologis. Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah

timbulnya kecelakaan agar setiap karyawan dapat bekerja dengan aman dan

nyaman serta terhindar dari kecelakaan kerja.

Kesehatan kerja sesuai dengan UU RI No. 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1

yaitu “Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup

sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang

diakibatkan oleh pekerjaan”. Dalam hal ini konsep budaya kerja dalam prespektif

kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberi pengertian tentang berbagai aspek

penanganan dan pencegahan penyakit akibat kerja sebagai tata nilai yang diadopsi

oleh perusahaan yang bersangkutan. Implementasi kesehatan kerja menjadi amat

penting untuk alasan moral, legal, dan ekonomi. Kewajiban moral termasuk

perlindungan kesehatan dan kehidupan tenaga kerja. Alasan legal berhubungan

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan efek perundang- undangan terhadap pencegahan, tindakan hukum, dan

kompensasi melindungi keselamatan dan kerja bagi tenaga kerja.

Tingginya angka pengangguran di Indonesia memaksa untuk setiap individu

menjadi lebih kreatif dan mampu mencari peluang demi mencukupi kebutuhan

pribadi dan keluarga masing - masing. Berbagai pekerjaan akan dilakukan

seseorang guna memenuhi kebutuhan tersebut. Tidak jarang pada akhirnya

seseorang akan memilih untuk berwirausaha. Salah satu bentuk wirausaha tersebut

adalah dengan mendirikan usaha berbentuk jasa yaitu jasa parut kelapa.

Namun dalam perkembangannya sektor ini sangat jarang mendapatkan

perhatian dari pemerintah maupun pribadi masing- masing mengenai penerapan

dan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. Banyak yang mengira

pekerjaan ini hanya sebatas memarut kelapa tanpa ada risiko untuk mendapatkan

kecelakaan. Salah satu bentuk ketidakpedulian tersebut dapat kita temukan dengan

sedikitnya literatur yang dapat membantu kita guna memahami faktor risiko yang

ada di pekerjaan ini. Jika menelaah lebih dalam terhadap pekerjaan maka kita

akan menemukan berbagai resiko pekerjaan mulai dari unsafe action dan unsafe

condition. Salah satunya ada pada paparan getaran yang dihasilkan dari mesin

parut kelapa tersebut.

Paparan getaran terhadap pekerja yang tersebar di berbagai industri dapat

berakibat menimbulkan penyakit atau kecelakaan kerja. Berdasarkan pendapat

Chandra (2015) yang mengutip pendapat Wijaya, gangguan yang disebabkan oleh

getaran dapat muncul dalam waktu yang berbeda-beda sejak pertama kali

terpapar, tetapi kadang-kadang gejala ini mucul dalam waktu beberapa bulan

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


setelah paparan berat. Getaran diukur dengan menentukan besarnya energi

mekanis yang dihantarkan per satuan permukaan selama periode waktu tertentu.

Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan kepada

tubuh tenaga kerja dalam bentuk getaran mekanis (Suma’mur, 2014). Getaran-

getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis sebagian dari getaran tersebut sampai

ke seluruh tubuh dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada

tubuh kita. Menambahnya tonus otot-otot oleh karena getaran dibawah frekuensi

20 Hz menjadi sebab kelelahan. Sebaliknya frekuensi di atas 20 Hz menyebabkan

pengenduran otot.

Getaran yang dihasilkan oleh mesin yang melebihi NAB bila terpapar oleh

manusia atau pekerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Suma’mur, 2014).

Pekerja yang terpapar getaran secara kontiniu akan mengalami gangguan

kesehatan pada bagian tubuh. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi berupa

fenomena Raynaud (Jari-jariputih), gangguan tulang, sendi, otot, gangguan

neuropati, gangguan pada thorax, leher dan kepala, pinggul dan perineum, otot

dan tulang , pharynx, mata. Lama pajanan merupakan jumlah jam kerja pekerja

dalam melakukan pekerjaan sehari – hari. Lamanya waktu pemajanan perhari

kerja dapat meningkatkan keparahan gejala yang diderita pekerja akibat paparan

getaran.

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak

– balik dari kedudukan seimbangan (PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011).

Getaran diukur dengan menentukan besarnya energi mekanik yang dihantarkan

per satuan permukaan selama periode waktu tertentu. Energi mekanis ini adalah

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


fungsi dari frekuensi dan intensitas gerakan osilasi yang menghasilkan getaran.

Besar energi yang di absorbsi fungsi dari frekuensi, intensitas, dan lamanya

getaran (Wijaya, 1995).

Getaran terdiri atas 2 jenis yaitu : Hand Arm Vibration atau getaran tangan

dan lengan dan Whole Body Vibration atau getaran seluruh tubuh. Hand Arm

Vibration Syndrome adalah kumpulan gejala vaskuler, neuologic, dan

musculoskeletal yang mengenai jari, tangan dan lengan yang disebabkan oleh

penggunaan alat – alat yang menggetarkan tangan, seperti mesin yang bergetar

(Handayani, dkk. 2014). Efek getaran yang ditimbulkan tergantung dari besarnya

getaran, lama penggunaan dan frekuensinya. Semakin lama pekerja menggunakan

alat-alat tersebut dan,semakin cepat getarannya maka makin tinggi risiko terkena

Hand Arm Vibration Syndrome. Makin pendek periode laten, makin berat Hand

Arm Vibration Syndrome yang terjadi bila pajanan pada tangan dengan alat-alat

yang bergetar tetap berlanjut.

Menurut penelitian Wahyu, (2011) yang dilakukan di Jakarta pada 18 supir

bajaj dengan getaran terendah 1.05 m/s² dan tertinggi 9.22 m/s². Keluhan

kesehatan yang diderita oleh supir bajaj akibat getaran adalah keluhan jari pucat

sebesar 33.3%, jari dingin sebesar 22.2% nyeri sebesar 94.4%, mati rasa sebesar

11.1% kesemutan sebesar 38.9%. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh

Hidayat, pada tahun 2011. Penelitian ini dilakasanakan di pekerja Abadi Dental

Laboratorium Gigi Surabaya. Dalam hasilnya Saiful menuliskan bahwa intensitas

getaran yang dihasilkan oleh alat bor gigi tersebut adalah 0.3 m/dt² - 1,2 m/dt².

Sebagian besar responden (72%) mengalami keluhan Hand Arm Vibration

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Syndrome. Dengan keluhan terbanyak adalah kesemutan (38.9%). Menurut

penelitian Handayani, dkk. (2014), responden mengalami nyeri lengan atas

sebanyak 22 orang (75,9%) terdiri dari 15 pekerja, dan kesemutan pada jari

sebanyak 16 orang (55,2%).

Salah satu jenis pekerjaan yang juga mempunyai risiko terpapar getaran

lengan – tangan adalah pekerjaan yang berhubungan dengan mesin pemarut

kelapa. Pekerja pemarut kelapa biasanya akan memarut satu – persatu potongan

kelapa untuk dihaluskan dengan cara memegang bagian dari kelapa agar terkena

bagian pemarut. Pekerja tanpa menyadari terkena getaran yang ditimbulkan mesin

pemarut kelapa.

Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa terdapat pekerja yang

mengalami keluhan seperti nyeri, kaku, dan kesemutan pada tangan atau lengan

pekerja. Namun mereka tidak mengetahui bahwa keluhan yang mereka rasakan

merupakan bagian dari gangguan kesehatan (Hand Arm Vibration Syndrome)

akibat getaran. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik dan

melihat apakah ada “Hubungan paparan getaran dengan terjadinya Hand Arm

Vibration Syndrome pada pekerja parut kelapa di pasar tradisional Tembung

Kecamatan Percut Sei TuanTahun 2017“.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Hubungan paparan getaran

dengan terjadinya Hand Arm Vibration Syndrome pada pekerja parut kelapa di

pasar tradisional Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2017“

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan paparan getaran dengan terjadinya Hand

Arm Vibration Syndrome pada pekerja parut kelapa di pasar tradisional Tembung

Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2017“.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik responden pekerja parut kelapa di

pasar tradisional Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2017.

2. Untuk mengetahui besarnya paparan getaran dengan terjadinya Hand Arm

Vibration Syndrome pada pekerja parut kelapa di pasar tradisional Tembung

Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pekerja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan atau saran kepada

pekerja mengenai bahaya dan efek yang dapat ditimbulkan oleh getaran mesin

pemarut kelapa yang digunakan untuk bekerja sehari - hari sehingga dapat

melakukan tindakan pencegahan.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan bacaan bagi

dunia pendidikan program studi S-1 Kesehatan Masyarakat dapat bermanfaat

sebagai referensi dan masukan bagi pengembangan program studi S-1 Kesehatan

Masyarakat serta menambah pengetahuan bagi para pembaca, khususnya dalam

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


upaya pencegahan dan pengendalian getaran mekanis atau getaran lengan tangan

di tempat kerja.

1.4.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang sangat berharga dan

menambah wawasan serta pengetahuan bagi peneliti dalam menerapkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh selama proses perkuliahan.

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Getaran

Getaran adalah “gerakan teratur dari benda atau media dengan arah bolak-

balik dari kedudukan keseimbangannya” (Suma’mur, 2014). Getaran memiliki

amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan titik tengah) yang sama. Jika dikaji

lebih dalam maka kita akan menemukan didalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang

Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

Gangguan yang disebabkan oleh getaran dapat muncul dalam waktu yang

berbeda-beda sejak pertama kali terpapar, tetapi kadang - kadang gejala ini

muncul dalam waktu beberapa bulan setelah paparan berat. Getaran diukur dengan

menentukan besarnya energi mekanik yang dihantarkan per satuan permukaa n

selama periode waktu tertentu. Energi mekanis ini adalah fungsi dari frekuensi

dan intensitas gerakan osilasi yang menghasilkan getaran. Besar energi yang di

absorbsi fungsi dari frekuensi, intensitas, dan lamanya getaran (Wijaya, 1995).

Tenaga kerja diatas usia 26 tahun khususnya rentan terhadap pengaruh

getaran. Efek getaran yang merugikan adanya disfungsi otonom, penyakit

pembuluh dan saraf tepi, sengatan dingin sebelumnya pada tangan (Wijaya,

1995). Getaran diukur dengan menentukan besarnya energi mekanis yang

dihantarkan per satuan permukaan selama periode waktu tertentu. Sebagian dari

kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan kepada tubuh tenaga kerja

dalam bentuk getaran mekanis (Suma’mur, 2014). Getaran- getaran yang

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ditimbulkan oleh alat mekanis sebagian dari getaran tersebut sampai ke seluruh

tubuh dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita.

Menambahnya tonus otot-otot oleh karena getaran dibawah frekuensi 20 Hz

menjadi sebab kelelahan. Sebaliknya frekuensi di atas 20 Hz menyebabkan

pengenduran otot. Getaran yang dihasilkan oleh mesin yang melebihi NAB bila

terpapar oleh manusia atau pekerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan

(Suma’mur, 2014).

2.2 Getaran Mekanis

Proses industrialisasi dan modrenisasi kehidupan disertai dengan semakin

meluasnya aplikasi teknologi maju yang antara lain jelas nampak dari kian

bertambahnya dengan cepat penggunaan beraneka ragam mesin dan peralatan

kerja mekanis yang dijalankan oleh motor penggerak. Mesin dan peralatan kerja

mekanis tersebut menimbulkan getaran yaitu yang teratur dari benda atau media

dengan arah bolak - balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran ini

menyebar kepada lingkungan yang merupakan bagian dari tenaga yang s umbernya

mesin atau peralatan mekanis. Pada umumnya getaran mekanis yang berasal dari

suatu mesin atau benda bergerak merupakan suatu hal yang tidak disukai, dan

tidak dikehendaki. Selain itu, getaran mekanis ternyata dapat menyebabkan efek

buruk kepada kesehatan dan mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Penyebab

terjadinya keluhan atau gangguan kesehatan dari getaran mekanis kepada tenaga

kerja adalah :

a. Efek mekanis getaran kepada jaringan tubuh ; dan

b. Rangsangan oleh getaran mekaniskepada reseptor saraf di dalam jaringan.

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada efek mekanis, sel – sel jaringan mungkin rusak atau metabolismenya

terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui saraf

sentral atau langsung pada sistem saraf otonom. Kedua mekanisme demikian

terjadi secara bersama – sama.

Efek getaran mekanis pada tenaga kerja dibedakan atas tiga tingkat yaitu

sebagai berikut (Suma’mur, 2014) :

a. Gangguan kenyamanan kerja :dalam hal ini, pengaruh getaran mekanis

kepada tenaga kerja hanya terbatas pada tidak kemungkinan bekerja secara

nyaman.

b. Terganggunya tugas yang terjadi bersamaan dengan cepatnya timbul

kelelahan.

c. Gangguan dan bahaya terhadap kesehatan.

Penentuan tiga tingkat efek getaran mekanis tersebut berdasarkan 3 faktor, yaitu :

1. Tingkat Accelerasi/ percepatan getaran :

a. Mengganggu kenyamanan : 0,01 – 0,1 m/s²

b. Mempercepat timbulnya kelelahan : 0,1 – 1,1 m/s²

c. Gangguan kesehatan : 1 – 10 m/s²

2. Tingkat percepatan ini diperbolehkan dengan batas waktu tertentu misalnya :

a. 1 – 1,5 m/s² : 4 jam

b. 1,5 – 3 m/s² : 2,5 jam

c. 3 – 5 m/s² : 1 jam

d. 5 – 6 m/s² : 25 menit

e. 6,3 – 10 m/s² : 1 menit

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


f. > 10 m/s² : sama sekali tidak diperkenankan

3. Frekunsi getaran : berpengaruh terhadap tubuh yaitu :

a. Sumbu Z : arah kaki kepala atau senaliknya yaitu 4 – 8 Hz

b. Sumbu X : arah depan belakang atau sebaliknya

c. Sumbu Y : arah kanan kekiri atau sebaliknya

d. Sumbu X dan sumbu Y yaitu 1 – 2 Hz

Adapun getaran mekanis menurut Suma’mur (2014) dibedakan atas:

2.2.1 Getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration)

Getaran seluruh badan terutama terjadi pada alat angkut. Alat angkutan

penyebab getaran seluruh badan bukan mobil yang pembuatnya sempurna ditinjau

dari sudut halusnya mesin atau efektifnya fungsi peredam getaran, melainkan

pada truk, alat angkut yang dugunakan dalam kegiatan industri, traktor pertanian

dan perlengkapan untuk mengerjakan tanah. Selain getaran seluruh tubuh oleh alat

angkut tersebut, seluruh badan dapat ikut bergetar oleh beroperasinya alat – alat

berat yang kerja lewat getaran lantai melalui kaki.

Sebenarnya pada getaran seluruh badan hanya getaran mekanis dari tempat

duduk dan topangan kaki di lantai yang penting artinya dilihat dari sudut efeknya

kepada tenaga kerja, karena getaran mekanis dari lokasi tersebut diteruskan ke

badan. Kekuatan getaran mekanis yang disalurkan ke badan tergantung kepada

sifat bantal duduk atau injakan kaki yaitu peredam yang menurunkan kekuatan

getaran atau ikut bergetar (beresonansi) sehingga menambah kekuatan getaran.

Bahan peredam bagi getaran mekanis antara lain bantalan tempat duduk atau

injakan kaki yang berisikan kapuk atau busa. Adapun material yang menambah

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kekuatan getaran adalah logam atau benda padat lainnya yang frekuensi dirinya

sama atau serupa dengan sumber getaran mekanis yang bersangkutan. Jika

pemasangan peredam getaran kurang baik, lebih- lebih bila suatu alat angkutan

atau peralatan mekanis tidak memiliki peredam getaran sama sekali biasanya

terjadi resonansi yang mungkin beberapa kali menambah besarnya getaran

mekanis. Untuk semua kendaraan angkutan, selalu harus diperhatikan sifat tempat

duduk dalam hal kemampuannya meredam getaran. Tempat duduk yang

menghantar dan beresonansi dengan getaran tidak boleh digunakan.

Badan manusia merupakan suatu susunan elastis yang kompleks dengan

tulang sebagai penyokong otot dan urat serta merupakan landasan bagi kekuatan

otot bekerja. Kerangka, organ tubuh, urat, dan otot secara bersama-sama

menentukan elastisitas tubuh dan kelambanan sebagai reaksi menahan gaya

mekanis yang bekerja kepadanya. Untuk getaran mekanis, sifat susunan tubuh

yang demikian merupakan massa peredam tetapi juga penghantar sekaligus. Pada

model dinamis tubuh manusia sebagai reaksi terhadap getaran mekanis, organ

dalam pada tubuh yang meliputi paru dan isi perut dianggap sebagai satu unit

bagian dari keseluruhan sistem. Demikian pula dengan lengan dan bahu adalah

satu unit sebagai bagian dari sistem. Fungsi kaki sehubungan dengan

penghantaran atau peredaman getaran mekanis berbeda pada satu orang terhadap

orang lainnya dan tergantung dari bengkokan pada sendi lutut. Tungkai pada

posisi lurus menghantar 100% getaran ke badan, sedangkan pada posisi bengkok

tungkai berlaku sebagai peredam terhadap getaran.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Getaran suatu sistem akan berkekuatan sebesar-besarnya, apabila getaran

mekanis yang mengenai sistem tersebut sesuai dengan frekuensi alami sistem it u

sendiri, sehingga seluruh sistem beresonansi maksimal terhadap getaran yang

bersangkutan. Pada manusia ternyata frekuensi getaran demikian adalah 4-6 Hz.

Dalam beberapa keadaan ditemukan pula puncak resonansi yang lain yaitu pada

getaran dengan frekuensi 10-11 Hz tetapi untuk frekuensi tersebut terdapat tingkat

peredaman yang lebih besar dari jaringan. Dalam keadaan duduk, seluruh tubuh

dapat dianggap satu kesatuan massa terhadap getaran. Pada posisi tubuh yang

berbeda dengan arah getaran, penghantaran getaran oleh suatu organ tubuh

mungkin berbeda-beda. Isi perut pada segala sikap tubuh dapat dianggap sebagai

satu kesatuan terhadap getaran sampai dengan 9 Hz, tetapi dengan frekuensi yang

lebih besar organ dalam isi perut kemudian beresonansi mengikuti getaran secara

sendiri-sendiri. Organ tubuh seperti tenggorokan atau kantung kencing

mempunyai frekuensi alami masing masing terutama pada pemaparan terhadap

getaran yang frekuensinya tinggi. Terhadap getaran horizontal keadaaan duduk

dan berdiri menunjukkan reaksi yang berlainan. Pada keadaan berdiri resonansi

terjadi pada getaran yang frekuensinya 2 Hz dan untuk getaran- getaran dengan

frekuensi yang lebih tinggi tidak terjadi resonansi yang berarti sehingga getaran

tidak dihantar secara baik.

2.2.2 Getaran tangan – lengan (Tool – Hand Vibration)

Alat manual yang pada waktu bekerjanya bergetar dan mengakibatkan

getaran mekanis pada tangan dan lengan banyak terdapat dan digunakan di

perusahaan. Selama pekerjaan dengan alat manual demikian sifatnya hanya sekali

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


atau kadang-kadang saja atau jarang, sedangkan getarannya tidak seberapa,

peralatan seperti itu boleh dikatakan tidak akan mendatangkan gangguan

kesehatan atau kecelakaan. Tetapi berbagai pekerjaan dalam industri manufaktur,

perkebunan, kehutanan, konstruksi, dan pertambangan, secara terus- menerus

menggunakan mesin atau peralatan bergetar. Dalam pertambangan, alat demikian

adalah tukul yang secara mekanis dipukul alat pengebor, yang di negara maju

telah diganti mesin. Di pabrik baja dan pengecoran logam, biasanya dipakai

gerinda mesin sehingga pekerjaan menggerinda dapat d ilakukan dengan mudah

dan cepat. Tungkul mekanis sering diganti dengan kempa, yang beroperasi secara

otomatis. Pada pekerjaan kehutanan dipakai gergaji mesin yang menimbulkan

getaran tangan- lengan kepada operatornya. Demikian pula dengan pengeras jalan

yang digunakan pada pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan jalan.

Dua gejala terutama ditemukan sehubungan dengan pengaruh getaran

mekanis kepada tangan- lengan tersebut sebagai berikut (Suma’mur, 2014):

a. Kelainan pada peredaran darah dan persarafan

b. Kerusakan pada persendian dan tulang.

Gejala kelainan peredaran darah dan persarafan sangat mirip dengan

fenomin Raynaud, yaitu keadaan pucat dan biru (cyanosis) yang terjadi berulang-

ulang pada tangan, dengan mulai tampak pada saat tenaga kerja berada pada

lingkungan kerja dengan suhu udara dingin, tanpa adanya secara klinis

penyumbatan pembuluh darah tepi serta kelainan gizi dan bila kelainan itu ada,

hanya terbatas pada kelainan kulit saja.

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir kelainan akibat getaran

tangan-lengan masih memungkinkan yang bersangkutan bekerja dengan mesin

atau alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal, kelainan yang disebabkan

getaran tangan- lengan keadaannya memburuk sekali, sehingga kapasitas kerja

sama sekali terganggu dan tenaga kerja harus berhenti dari pekerjaannya. Dari

sudut kecacatan akibat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding dengan

hilangnya perasaan tangan dan tangan yang tidak dapat digunakan seba gai

mestinya. Hal ini terutama benar bagi tenaga kerja yang bekerja dengan tangan

kanan dan memerlukan ketelitian terutama dengan menggunakan alat kecil yang

berputar. Otot-otot yang menjadi lemah biasanya jari kelingking, otot - otot

interossea (antar tulang) dan fleksor dari jari-jari.

Gejala - gejala hilang, manakala peredaran darah kembali normal. Hal ini

dapat dilakukan dengan pemanasan tangan dengan air hangat / panas, pemijitan,

meniupkan udara panas ke tangan dan menggerak- gerakkan atau menggerakkan

tangan secara berputar. Namun pemulihan sepenuhnya biasanya belum terjadi dan

gejala- gejala masih tetap ada, walaupun tenaga kerja tidak lagi mengalami getaran

pada tangan dan lengannya. Kelainan persendian dan tulang pada pekerja dengan

tukul pnematik dan alat-alat yang getarannya berfrekuensi rendah adalah

fenomena yang mekanismenya berlainan dari fenomena Raynaud. Sebab utama

kerusakan persendian atau tulang adalah akibat kekerasan kepada tulang rawan

yang dikarenakan oleh getaran. Gejala subyektifnya adalah rasa nyeri dan

keterbatasan gerak pada sendi-sendi. Kelainan klinis yang ditemukan mungkin

osteokondrosis dissekans, kerusakan kepada tulang radius dan persendian

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


karpometakarpal pertama, rangsangan otot beserta perkapuran (myositis

ossificans) pada muka depan humerus dan osteoartritis pada sendi bahu. Juga

terjadi dekalsifikasi (berkurangnya kadar kalsium tulang). Namun sendi bahu

jarang terganggu dibandingkan dengan sendi-sendi pergelangan tangan dan siku.

Parameter besarnya risiko bahaya getaran mekanis berfrekuensi rendah

adalah tenaga yang disalurkan kepada tangan dan terbesar adalah dari frekuensi 30

Hz. Maka terdapat kesulitan, oleh karena untuk pencegahan dan perlindungan

terhadap fenomin Raynaud disyaratkan peredam dengan frekuensi yang renda h,

sedangkan untuk mencegah efek buruk kepada persendian dan tulang dianjurkan

frekuensi yang lebih tinggi. Maka dari sudut energi getaran, dapat ditinggikan

frekuensi dengan dikurangi amplitudo. Tetapi peralatan sering memberikan suatu

amplitudo minimum, agar kualitas kerja dan hasil kerja tetap pada kondisi yang

sebaik-baiknya.

Nilai Ambang Batas getaran mekanis untuk pemaparan tangan- lengan

dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah 4 meter/detik²

atau 0.40 gravitasi g (SNI 16-7063-2004). Dalam hal intensitas getaran mekanis

tangan-lengan melebihi NAB- nya, dapat dilakukan upaya pengendalian dengan

mengurangi upaya pemaparan yang diatur menurut nilai percepatan getaran

mekanis pada tangan- lengan.

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.1 Pengendalian Waktu Pemaparan Menurut Nilai Percepatan
Getaran Mekanis tangan Lengan (Suma’mur, 2014).
Waktu pemaparan pe r hari Nilai percepatan Nilai Percepatan
kerja (jam) (meter/detik (g meter/detik2)
2)
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40

2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61

1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81

Kurang dari 1 jam 12 1,22

2.3 Sumber getaran

Di tempat kerja terdapat banyak peralatan kerja yang menghasilkan

getaran dan secara luas digunakan dalam proses industri seperti dalam perakitan

kapal, otomotif, industri logam, alat angkut (transportasi), baik getaran seluruh

tubuh (whole body vibraition) ataupun getaran lengan – tangan (hand arm

vibration ).

Berikut beberapa alat yang menghasilkan getaran:

Industry Type if Vibration Common vibration source


Agriculture Whole body Tractor opration

Boiler making Segmental Pneumatic tools

Construction Whole body/segmental Heavy equipment vehicles,


pneumaticdrills,
jackhammers

Diamond cutting Segmental


Vibration tools
Forest Whole body/segmental
Tractors operator chain saw
Furniture manufacture Segmental
Pneumatic chisel

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Iron & Steel

Lumber Segmental Vibration hand tool

Machine tools Segmental Chain saw

Mining Segmental Brating hand tolls

Riveting Whole body Vechile operators rock drills

Rubber Segmental Hand tools

Sheet metal Segmental Pneumatic stripping tools

Shipyard Segmental Stamping tools

Stone dressing Segmental Pneumatic hand tools

Textile Segmental Pneumatic hand tools

Transportation Segmental Sewing machine looms

Whole body Vechile operation

2.4 Alat ukur Getaran

Pengukuran getaran dilakukan pada rangka atau dudukan mesin yang

berhubungan langsung dengan tubuh operator. Pengukuran getaran dilakukan

searah sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z pada setiap titik pengukuran. Getaran

diukur dengan menggunakan alat vibration meter. Dengan pengukuran

menggunakan vibration meter maka akan mendapatkan hasil yang akan

dibandingkan dengan nilai ambang batas sesuai dengan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja nomor KEP.51/MEN/1999. Alat pengukur getaran ini pada

prinsipnya terdiri dari sebuah penangkap getaran (Vibration meter) yang

dihubungkan dengan sebuah attenuator kemudian melalui sebuah filter yang

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diteruskan ke amplifier, selanjutnya secara selektif dihubungka n dengan alat

pengukur amplitudo, kecepatan atau per cepatan dan seterusnya dihubungkan

dengan skala.

2.5 Cara mengukur getaran

Getaran diukur dengan menggunakan alat vibration meter. Dengan

pengukuran menggunakan vibration meter maka akan mendapatkan hasil yang

akan dibandingkan dengan nilai ambang batas sesuai dengan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja nomor 13 (PER 13/MEN/X/2011). Teknik ini dilakukan untuk

mengambil data-data mengenai tingkat paparan getaran pada pekerja parut kelapa.

Untuk langkah-langkah pengukurannya adalah :

1. Sebelum pengukuran

a. Menyiapkan alat ukur yang akan digunakan

2. Pengecekan alat ukur

a. Mengecek kondisi baterai (power)

b. Mengkalibrasi alat pengukur intensitas getaran

3. Pengukuran

a. Pasangkan rangkaian transducer pada chanel alat vibration meter sesuai

dengan jenis pengukuran HAV (Hand Arm Vibration)

b. Sambungkan kabel konektor sensor dngan unit vibration meter

c. Posisikan sensor pada lengan atau tangan

d. Pastikan kondisi baterai baik

e. Hidupkan alat dengan menekan tombol “Power/ On”

f. Tunggu beberapa menit

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


g. Letakkan tranducer untuk lengan ke titik yang akan diukur

h. Lakukan pengumpulan data pengukuran

i. Tekan tombol “Hold” untuk mendapatkandata hasil pengukuran

j. Catat hasil pengukuran pada form yang telah disediakan

k. Mematikan alat, teka tombol “Pause” dan “Start - Stop” bersamaan

sampai alat “OFF”

2.6 Efek getaran tangan - lengan

Efeknya lebih mudah dijelaskan daripada menguraikan patofisologis dari

gangguan getaran lengan tangan ini. Efek ini disebut dengan sindrom getaran

lengan tangan (Hand Arm Vibration Syndrome) yang terdiri dari:

a. Efek vaskuler : pemucatan pada epiodik buku jari yang bertamb ah parah pada

suhu dingin (fenomena raynauld)

b. Efek neurologic : buku jari ujung mengalami kesemuatan.

Efek bersifat progresif apabila ada pemajanan terhadapalat getar berlanjut dan

dapat menyebabkan kasus yang lebih parah. Alat-alat yang dipakai akan bergetar

dan getaran tersebut disalurkan pada tangan, getaran getaran dalam waktu singkat

tidak berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama dapat

menimbulkan kelainan pada tangan berupa :

a. Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kelainan ini mirip

dengan Phenomena Raynauld yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota

badan kedinginnan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi dan

kelainan gizi. Phenomena Raynauld ini terjadi pada frekuensi sekitar 30-40

Hz.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang. Pada kebanyakan tenaga

kerja, tingkat akhir dari penyakit masih memungkinkan mereka bekerja

dengan alat alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal, penyakit demikian

memburuk, sehingga kapasitas kerja.

c. Terganggu dan tenaga kerja harus menghentikan pekerjaannya. Dari sudut

cacat kerja, perasaan nyeri kurang penting jika dibandingkan dengan

hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Hal ini terutama berat bagi pekerjaan yang memerlukan ketelitian tangan

terutama pada saat menggunakan alat yang berputar. Otot otot menjadi lemah

biasanya, abductor kelingking, otot – otot interossea, dan fleksin dari jari -

jari (Suma’mur, 2014).

2.7 Pengendalian getaran

Menurut Iwan, 2013 setelah melakukan penilaian resiko dan

mengidentifikasi tenaga kerja yang terpapar resiko maka harus diputuskan

bagaimana cara yang paling efektif untuk mengurangi resiko akibat getaran di

tempat kerja tersebut. Secara hierarkis pengendalian resiko getaran di tempat kerja

meliputi :

1. Engineering Control

Pemasangan vibration damper untuk meredam getaran, peredam getaran

ini dapat berupa pegas atau bantalan peredam yang dapat dibuat dari karet, gabus

atau bahan lain yang dapat meredam getaran. Disain tempat kerja agar pekerja

tidak menerima beban berlebihan dari perlatan yang digunakan.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Administratif control

Pengaturan jadwal kerja atau pergantian shif kerja untuk mengurangi

pemaparan getaran pada pekerja

3. Subtitution

Penggantian metode kerja, misalnya dengan automasi atau mekanisasi

kerja. Dan penggantian alat yang sudah tua, yang memiliki vibrasi tinggi dengan

alat-alat yang tingkat getarannya rendah.

4. Maintenance

Melakukan pemeriksaan secara berkala tentang getaran yang terdapat pada

peralatan atau mesin dengan alat ukur getaran untuk mengetahui tingkat getaran

mesin.

5. Alat Pelindung Diri (APD)

Dalam memilih APD yang sesuai harus diperhatikan tipe getarannya,

untuk getaran menyeluruh sebaiknya menggunakan APD full body protection

yang terbuat dari bahan karet atau kulit, selain itu pakaian pelindung ini harus

juga bisa menjaga pekerja tetap hangat dan kering untuk mencegah terjadinya

pengembangan Vibration White Finger. Sedangkan untuk getaran setempat atau

Hand Arm Vibration sebaiknya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari

bahan karet atau kulit.

6. Pemeriksaan Kesehatan

Penyediaan pemeriksaan kesehatan pada semua pekerja sangat penting, hal

ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor kesehatan pekerja

yang mengakibatkan seorang pekerja mengalami resiko vibrasi.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.8 Mesin

Mesin adalah “suatu alat yang merubah energi listrik, air, udara, dan

yang lainnya menjadi energi kinetik/gerak”. Fungsi mesin adalah

mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu yang dapat

dimanfaatkan oleh manusia. Mesin memudahkan manusia untuk bekerja

tapi dari mesin juga menimbulkan masalah salah satunya adalah getaran

yang dihasilkan oleh mesin tersebut.

Pengaruh getaran tergantung pada karakteristik fisik dari posisi

gerakan dan lamanya kontak antara badan dengan permukaan yang

bergetar. Bila getaran mengalir di dalam tubuh manusia, makin tinggi

frekuensi getaran maka getaran yang diserap makin tinggi.

2.8.1 Mesin pemarut kelapa

Mesin pemarut kelapa adalah “mesin yang digunakan untuk memarut kelapa

secara otomatis”. Mekanismenya sangat mudah pekerja cukup dengan membelah

batok kelapa dibagi dua,kemudian bisa langsung memarutnya dengan memegang

batok kelapanya. Untuk lebih jelas, cara kerjanya adalah dengan memegang

belahan batok kelapa tersebut. Lalu ditempelkan ke dalam mata parut yag

berebentuk setengah bulat, dan dinyalakan listriknya. Kemudian kelapa

digerakkan mengikuti arah mata parut kelapa hingga kelapa terparut semua.

Mesin parut kelapa sering digunakan di pasar – pasar sebagai salah satu jenis jasa

pemarutan kelapa. Mesin parutan kelapa selain memudahkan dalam melakukan

pekerjaan, juga menghasilkan kebisingan dan getaran, dimana tangan akan

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terpapar oleh getaran yang dihasilkan mesin karena sering bersentuhan dengan

permukaan mesin yang bergetar.

2.9 Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS)

Hand Arm Vibration Syndrome adalah gangguan pembuluh darah dan saraf

pada jari yang disebabkan oleh getaran, ditransmisikan langsung ke tangan

(getaran segmental) oleh alat atau bagian dari suatu pekerjaan. Kondisi Hand Arm

Vibration Syndrome terutama ditandai dengan mati rasa, kesemutan dan memutih

(kehilangan warna normalnya) pada jari. Pada awalnya gejala mati rasa maupun

kesemutan terjadi secara intermiten kemudian disusul dengan

memutihnya/memucatnya warna pada jari. Pertama terjadi di ujung jari dan

akhirnya seluruh bagian jari. Gejala muncul secara tiba-tiba dan sering dipicu oleh

paparan dingin. Alat genggam yang bergetar tidak hanya mempengaruhi saraf dan

struktur vaskular dari tangan pekerja tetapi juga mempengaruhi saraf dan

mengartikulasikan struktur tulang pada daerah yang berdekatan (Wilhite, 2007).

Berdasarkan patofisiologi HAVS, gejala-gejala yang ditimbulkan terdiri dari:

1. Gejala vaskuler: pemucatan pada epiodik buku jari yang bertambah pada

suhu dingin (fenomena Raynauld) atau vibration white finger/VWF, yang

terjadi akibat adanya spasme pembuluh darah. Gejala-gejala khas

fenomena Raynauld adalah:

a. Awalnya jari-jari memutih dan menjadi dingin

b. Jari-jari tersebut kemudian berwarna kebiruan akibat berkurangnya

suplai oksigen

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Kemudian jari-jari memerah oleh karena terjadi vasodilatasi pembuluh

darah dan aliran darah kembali lancar.

Keadaan ini dapat menimbulkan kesemutan, kram, dan nyeri.

Perubahan warna tersebut tidak selalu dijumpai pada penderita. Namun

keluhan tidak nyaman, pucat dan jari dingin tetap muncul. Lamanya gejala

yang timbul dapat berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam.

Tingkat nyeri dan ketidaknyamanan bervariasi pada setiap orang.

2. Gejala sensorineural: rasa baal dan/atau kesemutan pada satu atau lebih

jari. Gejala mulai dari ringan dan hanya berefek pada ujung jari yang

sifatnya hilang timbul. Pada kasus yang berat, baal dapat mengenai

sepanjang seluruh jari. Keadaan in dapat mengganggu aktivitas pekerjaan

sehari- hari. Misal, penderita tidak dapat merasakan tekanan kancing,

memegang koin atau mur, dan sebagainya. Tidak selalu semua jari

bersamaan menjadi kasus ringan atau berat, terkadang ada bagian jari yang

gejalanya ringan, bagian jari lain berat.

Sangat sulit menegakkan diagnosis HAVS, terutama bila gejala

masih dini. Diagnosis dilakukan berdasarkan riwayat terpajannya tangan

atau lengan dengan alat-alat yang bergetar dan gejala-gejala vaskuler serta

sensorineural (Diana, 2012). Untuk memastikan diagnosis dan menetapkan

keparahan, diperlukan beberapa tes neurologi dan vaskuler. Cara

menentukan derajat penyakit ditingkat internasional dapat menggunakan

klasifikasi Stockholm. Klasifikasi ini membagi Hand Arm Vibration

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Syndrome berdasarkan perubahan vaskular pembuluh darah (aliran darah)

dan saraf (rasa sentuh, panas, dingin, dan sebagainya).

Tabel 2.2 Skala Klasifikasi Stockholm Untuk Ge jala Vaskular yang


Diinduksi Oleh Rasa Dingin Pada Jari Penderita HAVS
Stadium Derajat Gambaran

0 (tidak ada) Tidak ada serangan

1 Ringan Kadang-kadang hanya menyerang satu atau lebih


ujung jari

2 Sedang Kadang-kadang menyerang ujung dan tengah jari dan


jarang menyerang bagian proximal jari
3 Berat Sering sekali menyerang hampir semua jari

4 Sangat berat Gejala sama seperti stadium 3 ditambah dengan


perubahan degenerasi kulit pada ujung jari
Sumber: Department for Work and Pensions 2004

Stockholm juga mengklasifikasikan tingkat perubahan

sensorineural pada jari akibat sindrom getaran tangan lengan dengan

gejala- gejala seperti pada tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 Klasifikasi Stockholm Untuk Perubahan Sensorineural Pada Jari


Pada Pende rita HAVS
Stadim Gejala
0SN Terpapar getaran tetapi tidak ada gejala
1SN Baal intermitten, dengan atau tanpa kesemutan

2SN Baal intermitten atau menetap, terjadi penurunan persepsi sensoris

3SN Baal intermitten, atau menetap, terjadi penurunan diskriminasi


taktil dan/atau penurunan ketangkasan
Sumber: Department for Work and Pensions 2004

Cidera pada bagian tangan, pergelangan tangan dan siku dapat

disebabkan dari pekerjaan tangan yang intensif sehingga memungkinkan

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terjadinya postur janggal pada tangan dengan durasi yang lama,

pergerakan yang berulang atau repetitive dan tekanan dari peralatan atau

material kerja. Beberapa cidera yang dapat terjadi diantaranya:

1. Tendinitis yaitu peradangan (pembengkakan) atau iritasi pada tendon,

biasaya terjadi pada titik dimana otot melekat pada tulang. Keadaan

tersebut akan semakin berkembang ketika tendon terus menerus digunakan

untuk mengerjakan halhal yang tidak biasa seperti penekanan yang kuat

pada tangan, membengkokkkan pergelangan tangan selama bekerja, atau

menggerakkan pergelangan tangan secara berulang. Jika ketegangan otot

ini terus berlangsung kan mengakibatkan tendinitis.

2. CTS (Carpal Tunnel Syndrome) yaitu penekanan yang terjadi pada syaraf

tengah yang terletak pada pergelangan tangan yang dikelilingi jaringan dan

tulang. Penekanan tersebut disebabkan oleh pembengkakan dan iritasi dari

tendon dan lapisan penyelubung tendon. Biasanya ditandai dengan ge jala

seperti rasa sakit pada pergelangan tangan, perasaan tidak nyaman pada

jari-jari dan mati rasa atau kebas. CTS dapat mengakibtakan sulitnya

seseorang menggenggam sesuatu pada tangannya.

3. Trigger finger adalah tekan berulang pada jari-jari (pada saat

menggunakan alat kerja yang memiliki pelatuk) diman menekan tendon

secara terus menerus hingga ke jari-jari sehingga menimbulkan rasa sakit

dan tidak nyaman pada bagian jari-jari.

4. Epycondilitis merupakan rasa nyeri atau sakit pada bagian siku. Rasa sakit

ini berhubungan dengan perputaran ekstrim pada lengan bawah dan

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pembengakakan pada pergelangan tangan. Kondisi ini juga disebut tennis

elbow atau glfer’s elbow.

5. Hand Arm Vibartion Syndrome (HAVS) yaitu gangguan akibat penggunaan

alat bergetar. Mengunakan peralatan yang memiliki vibrasi secara terus

menerus dapat mengakibatkan timbulnya gejala-gejala antara lain jari- jari

pucat, dan mati rasa atau kebas.

Timbulnya sindrom hand-arm vibration dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti karakteristik dari pemaparan vibrasi, pelaksanaan kerja,

riwayat perseorangan dan kebiasaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

efek getaran pada tangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efek Getaran Pada


Tangan
Faktor fisik Faktor Biodinamika Faktor Individual

Akselarasi getaran Kekuatan menggenggam, Pengontrolan operator


bagaimana kuatnya terhadap alat
pekerja tersebut
menggenggam alat
bergetar tersebut

Frekuensi Getaran Area permukaan, lokasi dan Frekuensi kerja mesin


bagian dari tangan
yang kontak dengan
sumber getaran

Durasi terpapar setiap Kerasnya material kontak Keterampilan dan


hari dengan alat tangan produktifitas
bergetar tersebut,
contoh logam pada
grinding dan
chipping

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lamanya pekerja Posisi tangan dan lengan Kerentanan individual
terpapar getaran terhadap tubuh pada vibrasi

Melakukan perlindungan Riwayat luka pada jari dan Penyakit atau lesi
secara praktis tangan, terutama terutama pada
seperti waktu karena jari atau
istirahat atau membeku/dingin tangan
dengan alat
pelindung diri
(APD) seperti
sarung tangan dan
sepatu boot

Faktor yang mempengaruhi Hand Arm Vibration Syndrome

(HAVS)

1. Umur

Menurut Ronald E. Pakasi dikutip oleh Yusuf S. (2007) bahwa

pertambahan usia dapat memperbesar risiko terjadinya keluhan terutama yang

diakibatkan oleh paparan getaran dimana usia terjadinya penyakit ini berkisar

antara 26-60 tahun. Dengan bertambanya umur dapat dipastikan bahwa paparan

dengan alat kerja tangan makin lama pula karena penggunaan tiap hari pada waktu

kerja dan kemampuan elastisitas tulang, otot ataupun urat srmakin berkurang

sevagai peredam dari getran yang dirambatkan ketubuh.

2. Lama Kerja

Lama bekerja seseorang yaitu 8 jam perhari atau 40 jam satu minggunya.

Lama kerja menyebabkan paparan getaran pada tenaga kerja dapat meningkat.

Menurut Siswanto dalam Hidayat (2012), bahwa tingkat intensitas getaran yang

lebih tinggi serta waktu pemaparan lama akan terjadi kerusakan pada tulang dan

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sendi. Pemaparan yang lama terhadap getaran, terutama bila bersamaan dengan

faktor lain yang berbahaya seperti dingin, kebisingan, dan beban statis, dapat

mengakibatkan timbulnya penyakit akibat getaran

3. Masa Kerja

Masa kerja adalah “waktu atau lamanya pekerja melakukan

pekerjaan tersebut”. Sehingga dapat diketahui lamnya paparan bagi

pekerja akibat getaran lengan tangan. Ketika masa kerja lebih lama dalam

menggunakan alat getar maka paparan yang sampai ke tubuh makin

sering. Hal itu akan mempermudah pekerja terkena Hand Arm Vibration

Syndrome. Pekerja yang bekerja ≥ 4 tahun memiliki kerentanan untuk

terkena gangguan kesehatan dibandingkan yang < 4 tahun.

4. Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin memengaruhi

tingkat risiko keluhan otot. Hal ini dikarenakan kemampuan otot wanita lebih

rendah daripada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari

kekuatan otot pria sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita (Tarwaka, 2004). Wanita memeliki perbedaa n fisik dengan laki-

laki sehigga lebih rentan terkena efek paparan getaran.

2.9.1 Keluhan Hand Arm Vibration Syndrome akibat Getaran

Keluhan-keluhan yang timbul akibat getaran yang umumnya terjadi secara

berangsur- angsur dan spesifik adalah :

1. Rasa nyeri di tangan, yang biasanya timbul malam atau pagi hari.

Penderita sering terbangun karena rasa nyeri ini. Rasa nyeri merupakan

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mekanisme pertahanan tubuh, dapat timbul bila terdapat kerusakan

jaringan. Terdapat dua rasa nyeri yang utama yaitu: rasa nyeri cepat dan

rasa nyeri lambat. Rasa nyeri cepat bila sensasi nyerinya timbul sekitar 0.1

detik dan memberi rasa nyeri tajam, tertusuk, bersifat akut ataupun rasa

nyeri elektrik. Rasa nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau lebih

kemudian secara perlahan bertambah

2. Rasa kebas, baal/kesemutan adalah sensasi pada permukaan tubuh tertentu

yang tidak dipicu rangsangan dari luar. Sebenarnya parastesia adalah

sensasi rasa dingin atau panas di suatu bagian tubuh tertentu, atau sensasi

rasa dirambati sesuatu. Parastesia itu timbul bila terjadi iritasi pada

serabut saraf yang membawa sensasi kesemutan.

3. Kadang-kadang rasa nyeri dapat menjalar sampai lengan atas dan leher,

tetapi rasa kebal hanya terbatas pada distal pergelangan tangan saja.

4. Gerakan jari kurang terampil, misalnya ketika menyulam atau memungut

benda kecil.

5. Hilangnya daya sentuh dan kekuatan genggaman

6. Otot telapak tangannya mengecil dan makin lama semakin menciut (Lubis,

2001)

Menurut Secretary of State for Work and Pension (2004) gejala

sensorineural pada Hand Arm Vibration Syndrome adalah mati rasa pada jari,

kesemutan, rasa sakit dan nyeri otot tangan dan lengan, menurunnya sensitifitas

terhadap suhu dan menurunnya kemampuan dalam mengepal atau menggenggam.

Sedangkan menurut Weir, L. dan Lander, L. (2005) geja la yang muncul pada

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hand Arm Vibration Syndrome ditandai dengan gejala jari pucat, rasa sakit dan

pembengkakan pada jari dan lengan, parastesia atau kesemutan pada jari,

melemahnya fleksor jari atau otot intrinsik, hilangnya kontrol otot, menurunnya

sensitivitas terhadap panas dan dingin, perubahan warna kulit pada jari dan

kehilangan kemampuan manipulatif dan kordinasi jari. Menurut Weeks, at al.,

dikutip dari Charles R. Wilhite (2007) kondisi Hand Arm Vibration Syndrome

secara spesifik ditandai dengan keluhan mati rasa pada jari, kesemutan, nyeri,

kaku pada jari atau tangan dan hilangnya warna normal pada jari.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan apabila pekerja

mengalami keluhan kesemutan, sakit atau nyeri pada tangan atau lengan dan rasa

kaku pada tangan sudah dapat dikatakan mengalami Hand Arm Vibration

Syndrome.

2.9.2 Upaya Pengendalian Hand Arm Vibration Syndrome

Jika seorang pekerja terkena telah efek getaran yang merugikan maka

perlu dijauhkan dulu dari sumber getaran untuk mengurangi paparan selanjutnya.

Penderita HAVS memerlukan penanganan secara menyeluruh antara lain :

physiobalneotherapy (terapi olahraga, olahraga di dalam kolam, dan fisioterapi),

pemberian obat (vasodilator, stabilisasi otomik, calcium channel blockers,

pentoxyphylline) untuk memperbaiki sel darah merah, terapi bloking saraf, terapi

bedah untuk paralisa atau paresis nervus ulnaris. Meski semua terapi dilakukan,

tetapi untuk efek pemulihan membutuhkan waktu yang lama

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.10 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Paparan Getaran Hand Arm Vibration


Syndrome

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik dengan

desain penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

hubungan antara faktor – faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoadmojo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di pasar tradisional Tembung, Kecamatan Percut Sei

Tuan, dengan alasan belum pernah dilakukannya penelitian mengenai hubungan

paparan getaran dengan terjadinya Hand Arm Vibration Syndrome pada tenaga

kerja bagian parut kelapa.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksakan pada Juli 2017 sampai Februari 2018.

3.3.Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah sebanyak 25 orang pekerja parut kelapa yang

bekerja dari pagi hari hingga sore hari.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diperoleh menggunakan total populasi

sebanyak 25 orang pekerja parut kelapa.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Prime r

1. Data primer yaitu data hasil pengukuran getaran dengan menggunakan alat

vibration meter yang bertujuan untuk mengetahui besarnya paparan getaran

yang bersumber dari mesin parut kelapa dan dibantu oleh pihak Balai

HIPERKES

2. Dengan menggunakan kuesioner kepada pekerja parut kelapa untuk

memperoleh data mengenai keluhan Hand Arm Vibration Syndrome.

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

3.5.1 Variabel

Variabel yang digunakan terdiri dari dua variable yaitu :

1. Variabel independen berupa paparan getaran

2. Variabel dependen berupa Hand Arm Vibration Syndrome

3.5.2 Defenisi Ope rasional

1. Paparan getaran adalah gerakan teratur dari benda dengan arah bolak-

balik yang diterima oleh tangan pekerja parut kelapa yang terdapat di pasar

tradisional Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Hand Arm Vibration Syndrome adalah keluhan yang dirasakan pada

pekerja parut kelapa berupa keluhan nyeri, kaku dan kesemutan pada

tangan atau lengan.

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5 Metode Pengukuran

Mengukur getaran pada tangan atau lengan pekerja parut kelapa

dengan vibration meter yang dilakukan oleh pihak Balai HIPERKES.

Pengukuran ini dilakukan dari awal pemarutan kelapa hingga selesai.

Langkah – langkah menggunakan vibration meter yaitu :

l. Pasangkan rangkaian transducer pada chanel alat vibration meter sesuai

dengan jenis pengukuran HAV (Hand Arm Vibration)

m. Sambungkan kabel konektor sensor dngan unit vibration meter

n. Posisikan sensor pada lengan atau tangan

o. Pastikan kondisi baterai baik

p. Hidupkan alat dengan menekan tombol “Power/ On”

q. Tunggu beberapa menit

r. Letakkan tranducer untuk lengan ke titik yang akan diukur

s. Lakukan pengumpulan data pengukuran

t. Tekan tombol “Hold” untuk mendapatkandata hasil pengukuran

u. Catat hasil pengukuran pada form yang telah disediakan

v. Mematikan alat, teka tombol “Pause’ dan “Start - Stop” bersamaan sampai

alat “OFF”

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Cara ukur dan Skala
No Variabel Hasil Ukur
Alat Ukur Ukur
1. Getaran Pengukuran 0. Getaran ≤ NAB Ordinal
(Vibration 1. Getaran > NAB
Meter)
2. Hand Arm Kuesioner 0. Tidak ada Ordinal
Vibration keluhan
1. Ada keluhan
Syndrome (nyeri, kaku,
dan
kesemutan)

3. 6 Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data yang diperoleh dari penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan komputer serta alat bantu seperti lembar kuesioner dan alat

tulis. Tahap – tahap pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing

Adalah memeriksa kembali isisan data yang masuk. Kegiatan ini meliputi

pemeriksaan atas kelengkapan data yang diperoleh selama melakukan

penelitian.

b. Koding

Adalah upaya untuk memberikan kode pada data yang telah diperoleh untuk

mempernudah dalam menganalisis.

c. Entry Data

Adalah memasukan data yang diperoleh kedalam file komputer agar dapat

dianalisis lebih lanjut.

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Tabulating

Melakukan pengelompokan ke dalam tabel sehingga untuk memudahkan untuk

menganalisis.

2. Analisis Data

Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan salah satu langkah yang

penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari

penelitian masih mentah dan belum memberikan informasi. Data – data

tersebut dianalisis menggunakan program SPSS. Analisis ini mencakup :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal

variable independen dengan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

Entry Data, data yang telah diberikan kode tersebut kemudian dimasukkan

dalam program computer untuk selanjutnya akan diolah.

b. Analisis bivariat

Analisis data yang dilakukan dengan bantuan computer dengan

menggunakan uji Chi Square dengan α 5% artinya ada hubungan yang

bermakna antara variable independen dengan variable dependen. Jika p

value >0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variable

independen dengan variable dependen. Jika hasil uji statistik tidak

memenuhi syarat uji Chi-Square, maka yang digunakan adalah uji

alternative Exact Fisher.

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Diskripsi Lokasi penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Pasar Tradisional Tembung

Wilayah Tembung memiliki bebarapa pasar tradisional. Salah satunya

pasar yang berada di jalan Gambir pasar VIII Tembung. Pasar tradisional ini juga

sering disebut pasar Gambir karena terletak di jalan Gambir. Pasar ini berdiri

sejak tahun 1996. Awal mula berdirinya pasar tradisional ini ialah dikarenakan

banyaknya pedagang - pedagang yang berjualan dikaki jalan sehingga

menyebabkan kemacetan di badan jalan Gambir tersebut, karena jalan Gambir

termasuk jalan penghubung, sehingga salah seorang warga memutuskan untuk

memberikan sebahagian lahan nya kepada pedagang – pedagang di jalan Gambir

agar tidak berjualan dikaki jalan jalan Gambir. Sampai saat ini status pasar

tradisional Tembung atau biasa disebut pasar Gambir ini merupakan pasar milik

pribadi namun dalam naungan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang . Pasar

tradisional Tembung atau pasar Gambir ini memiliki 10 block dengan jumlah

pedagang 200 pedagang salah satunya ialah pedagang parut kelapa.

Pada penelitian ini saya mengambil sampel sebanayak 25 pekerja parut

kelapa di 25 tempat parut kelapa. Para pekerja parut kelapa bekerja dari pagi

hingga siang hari bahkan ada pula yang bekerja hingga sore hari. Waktu yang

dibutuhkan untuk memarut 1 buah kelapa lebih kurang 1 menit. Dalam sehari

pekerja parut kelapa bisa menghasilkan parutan kelapa sekitar 20 – 200 buah

kelapa.

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penelitian ini dilakukan selama 2 hari. Pengambilan data dilakuakn

melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi, serta pengukuran yang

dilakukan dengan menggunakan vibration meter oleh pihak Balai Hiperkes.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakterisitik Responden

a. Jenis Kelamin

Distribusi pekerja parut kelapa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Jenis Kelamin di


Pasar Tradisional Tembung

Jenis Kelamin Jumlah (pekerja) %


Perempuan 2 8
Laki – Laki 23 92

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel diatas, pekerja parut kelapa berjenis kelamin

perempuan yaitu berjumlah 2 orang pekerja (8 %), sedangkan pekerja laki

– laki yaitu berjumlah 23 orang pekeja (92 %).

b. Umur

Distribusi pekerja parut kelapa berdasarkan umur dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Umur di Pasar


Tradisional Tembung
Umur (Tahun) Jumlah (pekerja) %
≤26 13 52
>26 12 48

Jumlah 25 100

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan tabel diatas, pekerja parut kelapa paling banyak

berumur ≤26 tahun yaitu berjumlah 13 orang pekeja (52 %), sedangkan

pekerja yang berumur >26 tahun berjumlah 12 orang pekerja (48 %).

c. Masa Kerja

Distribusi pekerja parut kelapa berdasarkan masa kerja dapat

dilihat pada table berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Masa Kerja di


Pasar Tradisional Tembung

Masa Kerja (Tahun) Jumlah (pekerja) %


≤3 tahun 13 52
>3 tahun 12 48

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel diatas, pekerja parut kelapa paling banyak

bekerja selama ≤3 tahun yaitu berjumlah 13 orang pekeja (52 %),

sedangkan pekerja yang bekerja selama >3 tahun berjumlah 12 orang

pekerja (48 %).

d. Lama Ke rja

Distribusi pekerja parut kelapa berdasarkan lama kerja dapat dilihat pada table

berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Lama Kerja di


Pasar Tradisional Tembung
Lama Ke rja (Jam) Jumlah (pekerja) %
≤8 jam 12 48
>8 jam 13 52

Jumlah 25 100

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan tabel diatas, pekerja parut kelapa paling banyak bekerja selama

>8 jam berjumlah 13 orang pekerja (52 %), sedangkan pekerja yang bekerja

selama ≤8 jam yaitu berjumlah 12 orang pekeja (48 %),

e. Besar Paparan Getaran

Distribusi pekerja parut kelapa berdasarkan besar paparan getaran

yang diterima pekerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Besar Paparan


Getaran di Pasar Tradisional Te mbung

Besar Paparan Jumlah (pekerja) %


Getaran
(m/s²)
≤4m/s² 10 40
>4m/s² 15 60
Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel diatas, pekerja parut kelapa paling banyak terpapar

getaran >4 m/s² yaitu berjumlah 15 orang pekeja (60 %), sedangkan

pekerja yang terpapar getaran ≤4 m/s² berjumlah 10 orang pekerja (40

%).

f. Keluhan Hand Arm Vibration Syndrome

Distribusi keluhan Hand Arm Vibration Syndrome yang diterima pekerja

parut kelapa yang diperolah dari kuesioner dapat dilihat pada tabel berikut :

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.6 Distribusi Pekerja Parut Kelapa Berdasarkan Keluhan Hand Arm
Vibration Syndrome di Pasar Tradisional Te mbung

Keluhan Hand Arm Vibration Jumlah (pekerja) %


Syndrome

Tidak 7 28
Ya 18 72

Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel diatas, pekerja parut kelapa yang tidak

memiliki keluhan Hand Arm Vibration Syndrome sebanyak 7 orang

pekerja (28%), dan yang memiliki keluhan Hand Arm Vibration Syndrome

sebanyak 18 orang pekerja (72%)

Distribusi Frekuensi berdasarkan kuesioner indikator keluhan

Hand Arm Vibration Syndrome yang diterima oleh pekerja parut kelapa

yang diperoleh dari kuesioner dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Indikator Kekuhan Hand Arm Vibration Syndrome Terhadap Pekerja
Parut Kelapa Di Pasar Tradisional Tembung
JAWABAN
NO INDIKATOR
YA TIDAK
n % N %
1 Nyeri pada lengan / tangan 22 88 % 3 12%

2 Kesemutan pada jari 21 84% 4 16%


3 Ujung jari terasa kaku 18 72% 7 28%
4 Rasa tertusuk pada telapak tangan 11 44% 14 56%

5 Sulit untuk mengepal 11 44% 14 56%

6 Jari kurang dapat digerakkan 7 28% 18 72%

Berdasarkan tabel diatas diketahui sebagian besar responden mengalami

nyeri lengan sebanyak 22 orang (88%), kesemutan pada jari sebanyak 21 orang

(84%), ujung jari terasa kaku sebanyak 18 orang (72%), rasa tertusuk pada telapak

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tangan sebanyak 11 orang (44%), sulit untuk mengepal sebanyak 11 orang (44%),

dan jari kurang dapat digerakkan sebanyak 7 orang (28%).

g. Pendidikan

Semua responden (100%) yang bekerja sebagai parut kelapa di pasar

tradisional Tembung berasal dari tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA).

4.3 Analisis Bivariat

Berdasarkan data pengukuran getaran serta hasil kuesioner, dilakukan uji

statistik Exact Fisher untuk melihat apakah ada hubungan paparan getaran dengan

Hand Arm Vibration Syndrome pada pekerja parut kelapa di pasar tradisional

Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2017. Hubungan paparan getaran

dengan Hand Arm Vibration Syndrome tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Hubungan Paparan Getaran dengan Hand Arm Vibration


Syndrome Pada Pekerja di Pasar Tradisional Tembung
PaparanGetaran Keluhan Jumlah

Tidak % Ya %
Sig. (p)
≤4m/s² 5 20 5 20 2
>4m/s² 2 8 13 52 23 0,07
Jumlah 7 28 18 72 25

Berdasarkan tabel hasil uji statistik di atas dapat dilihat bahwa terdapat 18

orang (72%) pekerja parut kelapa yang mengalami keluhan Hand Arm Vibration

Syndrome diantarannya 13 orang (52%) pekerja parut kelapa terpapar getaran

>4m/s² dan 5 orang (20%) lainnya terpapar getaran ≤4m/s². Terdapat 7 orang

(28%) pekerja yang tidak mengalami keluhan Hand Arm Vibration Syndrome

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diantaranya 5 orang (20%) pekerja parut kelapa terpapar getaran ≤4m/s² dan 2

orang (8%) lainnya terpapar getaran >4m/s².

Hasil uji statistik dengan uji Exact Fisher antara paparan getaran dengan

Hand Arm Vibration Syndrome didapatkan hasil p = 0,07 dimana p >0,05 artinya

tidak ada hubungan yang signifikan antara paparan getaran denga Hand Arm

Vibration Syndrome pada pekerja parut kelapa di pasar tradisional Tembung,

Kecamatan Percut Sei Tuan.

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Karakteristik Responden

Data yang diperoleh dianalisis secara univariat untuk mengetahui seberapa

besar distribusi data atau gambaran secara keseluruhan terhadap responden yang

ada pada setiap variabel yang berhubungan dengan paparan getaran dengan

keluhan Hand Arm Vibration Syndrome. Adapun gambaran analisis tersebut

adalah karakteristik tenaga pekerja parut kelapa di pasar tradisional Tembung,

meliputi umur, masa kerja, lama kerja,dan jenis kelamin.

Berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerja

parut kelapa di pasar tradisional Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan berjenis

kelamin laki - laki berjumlah 23 orang pekerja (98%) dan pekerja yang berjenis

kelamin perempuan berjumlah 2 orang pekerja (2%). Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa jenis kelamin memengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal

ini dikarenakan kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Kekuatan otot

wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria sehingga daya tahan otot

pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Tarwaka, 2004). Wanita

memeliki perbedaan fisk dengan laki- laki sehigga lebih rentan terkena efek

paparan getaran.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa frekuensi umur pada

pekerja parut kelapa berumur ≤26 tahun yaitu berjumlah 13 orang pekeja (52 %),

sedangkan pekerja yang berumur >26 tahun berjumlah 12 orang pekerja (48 %).

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hal ini menunjukkan bahwa pekerja parut kelapa di pasar tradisional Tembung

masih berada dalam umur yang produktif untuk bekerja. Faktor umur di

kelompokkan berdasarkan hasil dari nilai mean pada kelompok umur tersebut.

Namun pada dasarnya, semakin bertambahnya umur seseorang maka akan

semakin menimbulkan penyakit akibat getaran. Menurut Ronald E. Pakasi dikutip

oleh Sardi (2007) bahwa pertambahan usia dapat memperbesar risiko terjadinya

keluhan terutama yang diakibatkan oleh paparan getaran dimana usia terjadinya

penyakit ini berkisar antara 26 - 60 tahun. Dengan bertambanya umur dapat

dipastikan bahwa semakin lama terpapar dengan alat yang bergetar dan

penggunaan tiap hari pada waktu kerja mengakibatkan kemampuan elastisitas

tulang, otot ataupun urat semakin berkurang sebagai peredam dari getaran yang

dirambatkan ketubuh.

Berdasarkan masa kerja dapat dilihat bahwa sebagian besar paling banyak

berada pada kategori bekerja selama paling banyak bekerja selama ≤3 tahun yaitu

berjumlah 13 orang pekerja (52 %), sedangkan pekerja yang bekerja selama >3

tahun berjumlah 12 orang pekerja (48 %). Berdasarkan waktu kerja dapat dilihat

bahwa sebagian besar pekerja yang bekerja sebagai parut kelapa di pasar

tradisional Tembung tidak sesuai ketentuan selama >8 jam yaitu berjumlah 13

orang pekeja (52 %), sedangkan pekerja yang bekerja selama ≤8 jam berjumlah

12 orang pekerja (48 %). Menurut Siswanto dalam Hidayat (2012), bahwa tingkat

intensitas getaran yang lebih tinggi serta waktu pemaparan lama akan terjadi

kerusakan pada tulang dan sendi. Pemaparan yang lama terhadap getaran,

terutama bila bersamaan dengan faktor lain yang berbahaya seperti dingin,

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kebisingan, dan beban statis, dapat mengakibatkan timbulnya penyakit akibat

getaran.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.13 Tahun

2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat

Kerja, dengan pemaparan getaran 4m/s² waktu yang diperbolehkan untuk bekerja

maksimal 8 jam. Apabila paparan getaran melebihi 4m/s², maka hal tersebut harus

sesuai dengan ketentuan Nilai Ambang Batas yang telah diatur.

5.1.2 Paparan Getaran

Paparan getaran pada masing- masing pekerja parut kelapa di pasar

tradisional Tembung sudah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). Nilai Ambang

Batas (NAB) adalah standar pedoman pengendalian agar tenaga kerja dapat

melakukan aktivitas tanpa menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam

pekerjaan sehari- hari untuk waktu yang tidak lebih dari 8 jam sehari dan 5 hari

kerja dalam seminggu atau 40 jam dalam seminggu dengan NAB getaran adalah

4m/s² (Suma’mur, 2013).

Berdasarkan data primer yang di peroleh melalui pengukuran dengan

menggunakan alat ukur vibration meter yang dilakukan oleh pihak Balai

HIPERKES, didapati 15 orang pekerja (60%) dengan hasil pengukuran >4m/s²

dan 10 orang pekerja (40%) dengan hasil pengukuran ≤4m/s² dimana pengukuran

tersebut dilakukan pada setiap lengan pekerja. Dengan kategori yang dibedakan

menjadi dua, yaitu getaran <4m/s² dan getaran ≥4m/s².

Pemaparan getaran yang terus menerus selalu diatas 4m/s² dapat

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan akibat getaran salah satunya Hand

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Arm Vibration Syndrome. Kondisi Hand arm vibration syndrome terutama

ditandai dengan mati rasa, kesemutan dan memutih (kehilangan warna normalnya)

pada jari.

5.1.3 Hand Arm Vibration Syndrome

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 25 orang pekerja

parut kelapa di pasar tradisional Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan dapat

diketahui pekerja parut kelapa yang tidak memiliki keluhan Hand Arm Vibration

Syndrome sebanyak 7 orang pekerja (28%), dan yang memiliki keluhan Hand Arm

Vibration Syndrome sebanyak 18 orang pekerja (72%) dengan indikator pekerja

mengalami nyeri lengan sebanyak 22 orang (88%), kesemutan pada jari sebanyak

21 orang (84%), ujung jari terasa kaku sebanyak 18 orang (72%), rasa tertusuk

pada telapak tangan sebanyak 11 orang (44%), sulit untuk mengepal sebanyak 11

orang (44%), dan jari kurang dapat digerakkan sebanyak 7 orang (28%).

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Paparan Getaran Dengan Hand Arm Vibration Syndrome

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan melalui uji Exact Fisher, di

peroleh nilai p = 0,07 dimana p = >0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang

signifikan antara paparan getaran denga Hand Arm Vibration Syndrome pada

pekerja parut kelapa di pasar tradisional Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

Hand Arm Vibration Syndrome adalah gangguan pembuluh darah dan

saraf pada jari yang disebabkan oleh getaran, ditransmisikan langsung ke tangan

atau lengan oleh alat dari suatu pekerjaan. Kondisi Hand Arm Vibration Syndrome

terutama ditandai dengan nyeri lengan, kesemutan pada jari dan pada jari terasa

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kaku. Pada awalnya gejala mati rasa maupun kesemutan terjadi secara intermiten

kemudian disusul dengan memutihnya/memucatnya warna pada jari serta kaku.

Pertama terjadi di ujung jari dan akhirnya seluruh bagian jari, tangan hingga

lengan. Gejala muncul secara tiba-tiba dan sering dipicu oleh paparan dingin. Alat

genggam yang bergetar tidak hanya mempengaruhi saraf dan struktur vaskular

dari tangan pekerja tetapi juga mempengaruhi saraf dan mengartikulasikan

struktur tulang pada daerah yang berdekatan (Wilhite, 2007). Berdasarkan

patofisiologi Hand Arm Vibration Syndrome, gejala-gejala yang ditimbulkan

terdiri dari:

1. Gejala vaskuler: pemucatan pada epiodik buku jari yang bertambah pada

suhu dingin (fenomena raynauld) atau vibration white finger/VWF, yang terjadi

akibat adanya spasme pembuluh darah. Gejala- gejala khas fenomena Raynauld

adalah:

a. Awalnya jari-jari memutih dan menjadi dingin

b. Jari-jari tersebut kemudian berwarna kebiruan akibat berkurangnya

suplai oksigen

c. Kemudian jari-jari memerah oleh karena terjadi vasodilatasi pembuluh

darah dan aliran darah kembali lancar.

Keadaan ini dapat menimbulkan kesemutan, kram, dan nyeri. Perubahan

warna tersebut tidak selalu dijumpai pada penderita. Namun keluhan tidak

nyaman, pucat dan jari dingin tetap muncul. Lamanya gejala yang timbul dapat

berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam. Tingkat nyeri dan

ketidaknyamanan bervariasi pada setiap orang.

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Gejala sensorineural: rasa baal dan/atau kesemutan pada satu atau lebih

jari. Gejala mulai dari ringan dan hanya berefek pada ujung jari yang sifatnya

hilang timbul. Pada kasus yang berat, baal dapat mengenai sepanjang seluruh jari.

Keadaan in dapat mengganggu aktivitas pekerjaan sehari- hari. Misal, penderita

tidak dapat merasakan tekanan kancing, memegang koin atau mur, dan

sebagainya. Tidak selalu semua jari bersamaan menjadi kasus ringan atau berat,

terkadang ada bagian jari yang gejalanya ringan, bagian jari lain berat.

Sangat sulit menegakkan diagnosis Hand Arm Vibration Syndrome, terutama bila

gejala masih dini. Diagnosis dilakukan berdasarkan riwayat terpajannya tangan

atau lengan dengan alat-alat yang bergetar dan gejala-gejala vaskuler serta

sensorineural (Diana, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 25 orang pekerja parut

kelapa terdapat 18 orang (72%) pekerja parut kelapa yang mengalami keluhan

Hand Arm Vibration Syndrome diantarannya 13 orang (52%) pekerja parut kelapa

terpapar getaran >4m/s² dan 5 orang (20%) lainnya terpapar getaran ≤4m/s².

Terdapat 7 orang (28%) pekerja yang tidak mengalami keluhan Hand Arm

Vibration Syndrome diantaranya 5 orang (20%) pekerja parut kelapa terpapar

getaran ≤4m/s² dan 2 orang (8%) lainnya terpapar getaran >4m/s².

Hal ini menunjukan bahwa getaran yang diterima pekerja parut kelapa tidak

berpotensi menyebabkan pekerja mengalami gangguan kesehatan atau Hand Arm

Vibration Syndrome. Dengan demikian intensitas paparan getaran tidak

mempunyai hubungan signifikan dengan Hand Arm Vibration Syndrome.

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap sampel

sebanyak 25 pekerja parut kelapa di pasar tradisional Tembung, Kecamatan Percut

Sei Tuan diperoleh data bahwa:

1. Berdasarkan jenis kelamin pada pekerja parut kelapa paling banyak

berjenis kelamin laki – laki yaitu berjumlah 23 orang pekeja (92 %),

sedangkan pekerja yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 2 orang

pekerja (8 %). Berdasarkan umur pada pekerja yaitu pada kategori ≤26

tahun sebanyak 13 orang pekerja (52%) dan berumur >26 tahun sebanyak

12 orang pekerja (48%). Berdasarkan masa kerja, kategori lebih banyak

tenaga kerja yang bekerja selama ≤3 tahun yaitu berjumlah 13 orang

pekeja (52 %), dan bekerja selama >3 tahun berjumlah 12 orang pekerja

(48 %). Berdasarkan lama kerja kategori lebih banyak yang bekerja selama

>8 jam yaitu berjumlah 13 orang pekeja (52%), dan yang bekerja selama

≤8 jam berjumlah 12 orang pekerja (48 %). Berdasarkan paparan getaran

yang diterima oleh pekerja parut kelapa paling banyak terpapar getaran >4

m/s² yaitu berjumlah 15 orang pekeja (60 %), dan pekerja yang terpapar

getaran ≤4 m/s² berjumlah 10 orang pekerja (40 %).

2. Paparan getaran yang dihasilkan dari pengukuran pada 25 pekerja parut

kelapa yang terdapat 15 pekerja yang terpapar getaran >4m/s².

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Hasil pengukuran Hand Arm Vibration Syndrome dengan kuesioner

mendapati bahwa pekerja yang mengalami keluhan Hand Arm Vibration

Syndrome sebanyak 18 orang pekerja (72%) dan 7 orang pekerja (28%)

tidak mengalami keluhan Hand Arm Vibration Syndrome.

4. Hasil Exact Fisher (p value = 0,07 > 0,05) diperoleh tidak adanya

hubungan antara paparan getaran dengan Hand Arm Vibration Syndrome

pada pekera parut kelapa di pasar tradisional Tembung, Kecama tan Percut

Sei Tuan.

6.2 Saran

Disarankan kepada pekerja parut kelapa dapat mengurangi waktu kerja dan

menggunakan alat pelindung getaran untuk mengurangi paparan getaran yang

diterima pekerja parut kelapa.

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Chandra, F. 2015. Hubungan Lama Paparan Getaran Tangan Dengan Keluhan


Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Cukur Rambut Di Kelurahan
Padang Bulan 1. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas
Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/51623. Diakses 28 April
2017

Departement for Work and Pensions. 2004. Hand Arm Vibration Syndrome.
Secretary of state Work and Pensions.

Handayani, F. 2014. Hubungan Antara Besar Dan Lama Paparan Vibrasi


Dengan Keluhan Subjektif Hand Arm Vibration Syndrome Pada
Pekerja. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammdiyah Semarang.
http://sasing.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtpuni
mus-gdl- fitrihanda-7676. Diakses 10 Mei 2017

Harrianto, R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja, Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Hidayat, S.M. 2012. Paparan Getaran Mesin Gerinda Dan Keluhan Subyektif
(Hand Arm Vibration Syndrome) Pada Tenaga Kerja Di Abadi Dental
Laboratorium Gigi Surabaya. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
https://media.neliti.com/media/publications/3822-ID-grinder-
vibration-exposure-and-subjective-complaints-hand-arm-vibration-
syndrome.pdf. Diakses 10 Mei 2017.

Mastha, F.A. 2015. Hubungan Getaran Lengan – Tangan Dengan Hand Arm
Vibrtion Syndrome Pada Pekerja Bagian Pemotonngan Dan
Penghalusan Pengrajin Gitar Di SUKOHARJO. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal). Vol 3 No 3
https://media.neliti.com/media/publications/18581-ID-hubungan-
getaran- lengan-tangan-degan-hand-arm- vibration-syndrome-pada-
pekerja-ba.pdf. Diakses 15 Juni 2017.

Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Pasaribu, A.D. 2016. Gambaran Getaran Mekanis Dan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Pemecah Batu Di Bagian Produksi CV Barokat Maqobul
Binjai Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/62550. Diakses 23
Februri 2017

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011


Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor
Kimia di Tempat Kerja.

Purnama, W.A. 2015. Hubungan Paparan Getaran Mekanis Dengan Kelelahan


Kerja Dan Gangguan Kesehatan Pada Tenaga Kerja Bagian
Produksi Pt. Putri Indah Pertiwi Desa Pule, Gedong, Pracimantoro,
Wonogiri. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/34306/4/BAB%201.pdf. Diakses 12 Januari
2017

Rinawati, S. 2013. Analisis Hubungan Paparan Getaran Mekanis Dan


Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja Pekerja Bagian Mesin Tenun Di
PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Skripsi, Universitas
Negeri Sebelas Maret.

Samara, D. Diagnosis Dan Penatalaksaan Hand Arm Vibration Syndroome Pada


Pekerja Pengguna Alat Yang Bergetar. Jurnal Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti. Vol.25 No.3
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2012/04/diana/pdf.
Diakses 5 November 2016

Suma’mur, P. K. 2014. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (HIPERKES)


Penerbit CV. Sagung Seto. Jakarta.

Tarwaka, Bakri S.H.A. dan Sudiajeng L. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan


Kesehatan Kerja Dan Produktivitas, Surakarta : UNIBA Press.

Weir, E. dan Lander, L. 2005. Hand Arm Vibration Syndrome.Canadian


Medical Association Journal

Wijaya, C. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta

Wilhite, C.R. 2007. Pneumatic Tool Hand Arm Vibration and Posture
Characterization Involving U.S Navy Shipboard Personnel. Thesis
University of South Florida.

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PAPARAN GETARAN DENGAN TERJADINYA HAND ARM
VIBRATION SYNDROME PADA PEKERJA PARUT
KELAPA DI PASAR TRADISIONAL TEMBUNG
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
TAHUN 2017
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui adanya hubungan paparan
getaran mesin parut kelapa dengan terjadinya Hand Arm Vibration Syndrome pada
pekerja parut kelapa. Kuesioner ini saya adopsi dari penelitian Handayani, 2014 dan
sudah dimodifikasi.
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Jawablah peratanyaan di bawah ini dengan benar
2. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda ceklis ( √ ) pada jawaban
yang di anggap benar.

IdentitasResponden

Nama :

JenisKelamin : *Pr / Lk
Usia :

Pendidikan :

No Hp :

*coret yang tidakperlu


Lama PaparandanMasaPaparan

1. Berapa lama Saudara bekerja sebagai pekerja parut kelapa ? ( tahun)

2. Berapa jam Saudara bekerja dalam sehari ? ( jam )

3. Apakah Saudara bekerja menggunakan alat pelindung diri ? Sebutkan!

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keluhan Hand Arm Vibration Syndrome Pada Pekerja Parut Kelapa

Apakah Saudara mengalami keluhan dibawah ini pada lengan atau tangan Saudara
setelah menggunakan parut kelapa ?

NO INDIKATOR JAWABAN
YA TIDAK
1 Nyeri pada lengan/tangan
2 Kesemutan pada jari
3 Ujung jari terasa kaku
4 Rasa tertusuk pada telapak tangan
5 Sulit untuk mengepal
6 Jari kurang dapat digerakkan

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5

76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Lampiran 6

Data Karakeristik Individu dan Keluhan Hand Arm Vibration Syndrome

No Jenis Usia Masa Lama Indikator Hasil


Kelamin (Tahun) Kerja Kerja Keluhan Getaran
(LK/PR) (Tahun) (Jam) HAVS
1 LK 38 tahun 1 tahun 8 jam 1,2,3,4,5,6 4,0 m/s²
2 LK 26 tahun 6 tahun 11 jam 1,2,3,4,5,6 4,2 m/s²
3 LK 20 tahun 2 tahun 10 jam 1,2,3 4,1 m/s²
4 LK 23 tahun 5 tahun 8 jam 1,2,3,4,5,6 4,3 m/s²
5 LK 38 tahun 15 tahun 8 jam 1 3,9m/s²
6 PR 35 tahun 10 tahun 8 jam 1,2,3,4,5 4,1 m/s²
7 LK 35 tahun 14 tahun 10 jam 1,2,3,4,5,6 4,2 m/s²
8 LK 22 tahun 1 tahun 8 jam 1,2,3,4,5 4,0 m/s²
9 LK 28 tahun 7 tahun 10 jam 1,2,3 4,1 m/s²
10 LK 24 tahun 1 tahun 10 jam 2 4,2m/s²
11 LK 22 tahun 3 tahun 10 jam 2 3,9m/s²
12 LK 25 tahun 4 tahun 10 jam 1,2,3,6 4,1 m/s²
13 LK 25 tahun 3 tahun 9 jam 1,2,3,5,6 4,0 m/s²
14 LK 23 tahun 3 tahun 9 jam 1,2,3 4,3 m/s²
15 LK 38 tahun 5 tahun 8 jam 1,2,3,4,5 4,2 m/s²
16 LK 22 tahun 2 tahun 8 jam 1,2,3,4 4,1 m/s²
17 LK 20 tahun 2 tahun 10 jam 1,2,3,4,5,6 4,2 m/s²
18 PR 29 tahun 7 tahun 9 jam 1,2,3,5 4,0 m/s²
19 LK 38 tahun 1 tahun 7 jam 1 4,0m/s²
20 LK 30 tahun 9 tahun 9 jam 1,2,3 4,1 m/s²
21 LK 32 tahun 7 tahun 8 jam 1,2,3,4,5 4,0 m/s²
22 LK 30 tahun 3 tahun 8 jam 1 4,1m/s²
23 LK 20 tahun 1 tahun 10 jam 2 4,0m/s²
24 LK 25 tahun 3 tahun 7 jam 1 4,0m/s²
25 LK 28 tahun 4 tahun 7 jam 1,2,3,4 4,1 m/s²

Keterangan Indikator Keluhan Hand Arm Vibration Syndrome :

1. Nyeri pada lengan tangan


2. Kesemutan pada jari
3. Ujung jari terasa kaku
4. Rasa tertusuk pada telapak tangan
5. Sulit untuk mengepal
6. Jari kurang dapat digerakkan

78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7

Output Hasil Univariat dan Bivariat

Master Data

No JK Umur MK LK Getaran HAVS


1 1 1 0 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1
3 1 0 0 1 1 1
4 1 0 1 1 1 1
5 1 1 1 1 0 0
6 0 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1
8 1 0 0 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1
10 1 0 0 1 1 0
11 1 0 0 1 0 0
12 1 0 1 1 1 1
13 1 0 0 1 1 1
14 1 0 0 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1
16 1 0 0 1 1 1
17 1 0 0 1 1 1
18 0 1 1 1 1 1
19 1 1 0 0 1 0
20 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1
22 1 1 0 1 1 0
23 1 0 0 1 1 0
24 1 0 0 0 1 0
25 1 1 1 0 1 1

79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan :

1. Nama

2. Jenis Kelamin : 0. Perempuan, 1. Laki - Laki

3. Usia : 0. <26 tahun, 1. ≥ 26 tahun

4. Masa Kerja : 0. <3 tahun, 1. ≥3 tahun

5. Lama Kerja : 0. <8 jam, 1. ≥8 jam

6. Getaran : 0. <4m/s², 1. ≥4m/s²

7. Hand Arm Vibration Syndrome : 0. Tidak, 1. Ya

80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 8

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PaparanGetaran * Keluhan 25 96.2% 1 3.8% 26 100.0%

PaparanGetaran * KeluhanCrosstabulation

Keluhan

tidak ya Total

PaparanGetaran <=4m/s2 Count 5 5 10

Expected Count 2.8 7.2 10.0

% within PaparanGetaran 50.0% 50.0% 100.0%

% within Keluhan 71.4% 27.8% 40.0%

% of Total 20.0% 20.0% 40.0%

>4m/s2 Count 2 13 15

Expected Count 4.2 10.8 15.0

% within PaparanGetaran 13.3% 86.7% 100.0%

% within Keluhan 28.6% 72.2% 60.0%

% of Total 8.0% 52.0% 60.0%

Total Count 7 18 25

Expected Count 7.0 18.0 25.0

% within PaparanGetaran 28.0% 72.0% 100.0%

% within Keluhan 100.0% 100.0% 100.0%

81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PaparanGetaran * KeluhanCrosstabulation

Keluhan

tidak ya Total

PaparanGetaran <=4m/s2 Count 5 5 10

Expected Count 2.8 7.2 10.0

% within PaparanGetaran 50.0% 50.0% 100.0%

% within Keluhan 71.4% 27.8% 40.0%

% of Total 20.0% 20.0% 40.0%

>4m/s2 Count 2 13 15

Expected Count 4.2 10.8 15.0

% within PaparanGetaran 13.3% 86.7% 100.0%

% within Keluhan 28.6% 72.2% 60.0%

% of Total 8.0% 52.0% 60.0%

Total Count 7 18 25

Expected Count 7.0 18.0 25.0

% within PaparanGetaran 28.0% 72.0% 100.0%

% within Keluhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 28.0% 72.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Exact Sig.
(1-
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- side
Value Df sided) sided) d)
a
Pearson Chi-Square 4.001 1 .045

2.389 1 .122

Continuity Correction b

Likelihood Ratio 4.004 1 .045

Fisher's Exact Test .075 .062

82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lama Kerja

Linear-by-Linear 3.841 1 .050


Association

N of Valid Cases 25

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.80.

b. Computed only for a 2x2 table

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <=26 13 50.0 52.0 52.0

>26 12 46.2 48.0 100.0

Total 25 96.2 100.0

Missing System 1 3.8

Total 26 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Perempuan 2 7.7 8.0 8.0

Laki–laki 23 88.5 92.0 100.0

Total 25 96.2 100.0

Missing System 1 3.8

Total 26 100.0

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <=8 12 46.2 48.0 48.0

>8 13 PaparanGetaran
50.0 52.0 100.0

Total 25 96.2 100.0

Missing System 1 3.8 Cumulative

Total 26 100.0 Per


cen
Frequency Percent Valid Percent t

Valid <=4m/s2 MasaKerja


10 38.5 40.0 40.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


>4m/s2 15 57.7 60.0 100.0
Valid <=3 13 50.0 52.0 52.0
Total 25 96.2 100.0

Missing >3 System 12 1 46.2 3.8 48.0 100.0

Total Total 25 26 96.2100.0 100.0

Missing System 1 3.8

Total 26 100.0

Keluhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 7 26.9 28.0 28.0

Ya 18 69.2 72.0 100.0

Total 25 96.2 100.0

Missing System 1 3.8

Total 26 100.0

Lampiran 9

84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar Pengukuran Getaran pada Pekerja Parut Kelapa di Pasar
Tradisional Tembung Kecamatan Percut Tuan

86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai