SKRIPSI
OLEH
ASRINA TAN
NIM : 131000310
OLEH
ASRINA TAN
NIM : 131000310
TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri
dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko
atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak
Asrina Tan
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pabrik Kelapa Sawit Kebun Rambutan selama enam tahun terakhir telah
memperoleh dua sertifikat kecelakaan nihil dari Departemen Ketenagakerjaan
tetapi tetap saja ditemukan adanya kecelakaan pada pekerja dari tahun 2012-2016.
Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan menganalisis setiap bahaya yang
ada di lingkungan kerja. Salah satu metode untuk melakukan analisis bahaya
adalah Job Safety Analysis (JSA). Tehnik ini bermanfaat untuk mengidentifikasi
dan menganalisis bahaya dalam suatu pekerjaan (job).
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan hasil
identifikasi dan analisis bahaya pada suatu proses kerja dengan menggunakan
metode JSA (Job Safety Analysis) pada stasiun penerimaan Tandan Buah Segar
(TBS), stasiun thresher, dan stasiun water treatment di PT. Perkebunan Nusantara
III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahaya yang terdapat pada stasiun
penerimaan tandan buah segar adalah tertabrak truk, tertimpa TBS, terpapar
radiasi komputer, kelelahan mata, terkena listrik, kebakaran, mengalami low back
pain, tertusuk duri, gangguan pernapasan akibat debu, penyakit kulit, terpeleset,
terjepit lori dan tertimpa lori. Pada stasiun thresher adalah low back pain,
tergulung tali, terjepit, terpeleset, terpental tali, terjatuh dari ketinggian, terjatuh
ditangga dan bising. Pada stasiun water treatment adalah terpeleset, terhirup
bahan kimia, iritasi kulit, dan bising.
Peneliti menyarankan kepada pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara
III PKS Kebun Rambutan untuk terus meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja dengan melakukan upaya pengendalian bahaya sehingga dapat mencegah
kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada tahun-tahun berikutnya.
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Palm oil mill Kebun Rambutan for the past six years has secured two zero
accident certificates from Departemen Ketenagakerjaan but still finds accidents
to workers from 2012-2016. Prevention of accidents can be done by analyzing the
hazards that exist in the work environment. One method for performing hazard
analysis is Job Safety Analysis (JSA). This technique is useful for identifying and
analyzing hazards in a job.
This type of research is descriptive research that describes the results of
identification and hazard analysis on a work process by using JSA (Job Safety
Analysis) method at the receiving station of Fresh Fruit Bunches (TBS), thresher
station, and water treatment station at PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun
Rambutan Tebing Tinggi.
The results of this study indicate that the hazards in the receiving station
of fresh fruit bunches are hit by a truck, struck by TBS, exposed to computer
radiation, eyestrain, exposure to electricity, fire, low back pain, impaled thorns,
respiratory distress due to dust, skin diseases, , Pinched lorries and struck lorries.
At the thresher station is a low back pain, rolled up rope, pinched, slipped,
bounced, dropped from a height, fell on the stairs and noisy. At Water Treatment
Station is a slip, inhaled chemical irritation of skin, and noisy.
Researchers suggest to the management of PT. Perkebunan Nusantara III
PKS Kebun Rambutan to continuously improve Occupational Safety and Health
by doing hazard control effort so as to prevent accidents that can happen in the
following years.
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
TEBING TINGGI TAHUN 2017” yang merupakan salah satu syarat untuk
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
6. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku Dosen Penguji I yang selalu meluangkan
v
Universitas Sumatera Utara
7. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M. Kes selaku Dosen Penguji II yang selalu
9. Ir. Etty Sudaryati, MKM, PhD selaku Pembimbing Akademik yang telah
10. Kepada yang tercinta orang tua penulis Tanduan dan Mutiara Hutagalung,
saudara Elfiana Tan, Riswandi Tan, Yustina Tan, Rinaldi Tan, Nataniel Tan, dan
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini
Penulis
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN xi
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................... xii
vii
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 44
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Kecelakaan Kerja di PTPN III PKS Kebun Rambutan
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Program Identifikasi Bahaya yang sesuai untuk Menjangkau Potensi
Bahaya dalam Kegiatan Perusahaan ................................................... 35
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Selatan. Penulis merupakan anak dari pasangan Tanduan dan Mutiara Hutagalung.
Negeri 2 Plus Sipirok (2010-2013) dan penulis menempuh pendidikan tinggi pada
xii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
seperti industri makanan, industri tekstil, industri furnitur, industri pengolahan kelapa
sawit dan lain sebagainya. Perkembangan industri yang kian pesat juga berpengaruh
kesehatan dan keselamatan bagi pekerja bilamana aspek Keselamatan dan Kesehatan
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah
dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3 diharapkan
Potensi bahaya dan risiko di tempat kerja antara lain akibat sistem kerja atau
proses kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber dari keterbatasan
pekerjaannya sendiri, perilaku hidup tidak sehat, perilaku kerja tidak selamat/ aman,
pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak kondusif bagi keselamatan
1
Universitas Sumatera Utara
2
dan kesehatan kerja. Sebaliknya, pekerja yang terganggu kesehatannya baik karena
Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja yang mencakup empat
pekerjaan dan budaya kerja. Setiap komponen kerja dapat menjadi sumber atau
kesehatan dapat menjadi nyata dan menimbulkan cidera atau gangguan kesehatan
(Kurniawidjaja, 2010).
pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja
mengalami sakit akibat kerja. Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan pada tahun 2015 mencatat bahwa kasus kecelakaan kerja peserta
program Jaminan Kecelakaan Kerja tahun ini menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari
jumlah kasus di tahun 2014 yang mencapai 53.319 kasus, sementara tahun 2015
berjumlah 50.089 kasus. Namun pada awal tahun 2016 data Badan Penyelenggara
Indonesia masih tinggi, dimana hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja
terkhusus industri kelapa sawit masih tergolong tinggi dengan 37.845 jumlah kasus
kecelakaan kerja, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun (Mallapiang, 2014).
bahaya di tempat kerja yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
risiko, agar dapat mencegah dan menanggulangi kecelakaan agar tidak terjadi lagi di
2011).
Salah satu tehnik analisa bahaya yang sangat populer dan banyak digunakan
di lingkungan kerja adalah metode Job Safety Analysis (JSA). Tehnik ini bermanfaat
untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahaya dalam suatu pekerjaan (job) seperti
mengganti bola lampu, memasang AC, melepas saringan, mengganti ban serep dan
bahaya dengan metode job safety analysis (JSA) pada bagian produksi di PT. PP
Lonsum Indonesia Tbk. Hasilnya adalah pada stasiun sterilizer terlepasnya hook dari
cantolan pada lorry dan sambungan hook dengan kabel sling terjadi apabila
kurangnya perawatan pada cantolan hook maupun track lorry dalam keadaan sangat
berminyak dan kotor sehingga berat saat ditarik. Selain itu juga diakibatkan lorry
terlalu penuh sehingga menjadi lebih berat saat ditarik oleh winch, maka dibutuhkan
perawatan pada cantolan serta sambungan kabel sling dengan hook secara rutin, kabel
sling yang rusak atau putus disebabkan karena pemeliharaan yang kurang. Pada
stasiun threser, mesin threser pada saat beroperasi dapat menimbulkan kebisingan
menghindari penyakit akibat kerja. Pada stasiun kernel tingkat kebisingan stasiun
kernel melebihi nilai ambang batas yaitu melebihi atau < 85 dBA sehingga operator
kernel harus memakai earplug untuk menghindari penyakit dan kecelakaan akibat
analisis bahaya pekerjaan bagian paper machine berdasarkan metode job safety
analysis (JSA) dalam upaya pengendalian bahaya. Hasil penelitian terdapat tiga
pekerjaan pada bagian paper machine yang dinilai berbahaya yaitu penyambungan
kertas putus, pembersihan head box dan pembersihan drum dryer. Pada pekerjaan
lembaran kertas ke dalam gulungan pada mesin press, dryer, dan kalender. Risiko
terbesar pada pekerjaan pembersihan head box (confined space) terdapat pada
aktivitas pekerja masuk ke dalam head box melalui manhole serta aktivitas
pembersihan dinding bagian dalam dan evener roll. Pada pekerjaan pembersihan
drum dryer (confined space), risiko terbesar terdapat pada aktivitas pembersihan
kelapa sawit Torgamba PT. Perkebunan Nusantara III, Beberapa mesin / peralatan
dan stasiun yang memiliki potensi bahaya, yaitu: mesin sterilizer, mesin conveyor,
hoisting crane, mesin boiler, mesin thresher, power plant/turbin uap, stasiun
dalam pengolahan buah kelapa sawit menjadi inti dan CPO dengan menggunakan
banyak mesin dan peralatan di setiap stasiun yang memiliki potensi bahaya yang
besar bagi pekerja jika dalam penggunaan mesin dan peralatan tersebut tidak sesuai
dengan standar yang ada. Pada proses produksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT.
Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan dengan kapasitas 30 ton TBS/ jam, yang
melalui tahap (stasiun) yaitu : stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun
stasiun klarifikasi, stasiun pengolahan biji (kernel), stasiun boiler, stasiun water
treatment, stasiun kamar mesin, stasiun fat-fit. Dimana setiap stasiun memiliki
selama enam tahun terakhir telah memperoleh dua sertifikat kecelakaan nihil dari
Depnaker tetapi tetap saja ditemukan adanya kecelakaan pada pekerja diantaranya
pada tahun 2012 terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kaki kanan pekerja terluka
dan patah tulang karena tertimpa lori pada area loading ramp, pada tahun 2016
tangan kanan pekerja terluka akibat pecahan kaca pada saat pergantian kaca reben
menjadi transparan di area timbangan TBS, kening pekerja terluka akibat terantuk
besi pipa di efluen treatment, lengan kanan terluka akibat tali capstan putus, dan pada
Berdasarkan data kecelakaan dapat dilihat ada beberapa stasiun kerja yang
menjadi sumber kecelakaan yaitu stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS),
menganalisis bahaya dengan metode JSA (Job Safety Analysis) di stasiun kerja PT.
penelitian ini adalah bahaya apa saja yang terdapat di tiga stasiun kerja yaitu stasiun
penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun penebahan (threser), dan stasiun
water treatment di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tebing
(TBS), Stasiun Thresher (Penebahan), dan Stasiun Water Treatment di PTPN III PKS
(TBS), stasiun thresher (penebahan), dan stasiun water treatment di PTPN III
(TBS), stasiun thresher (penebahan), dan stasiun water treatment di PTPN III
Segar (TBS), stasiun thresher (penebahan), dan stasiun water treatment di PTPN
pada tiga stasiun kerja yaitu stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun
penebahan (threser), dan stasiun water treatment di PT. Perkebunan Nusantara III
potensi bahaya yang ditemukan pada tiga stasiun kerja yaitu stasiun penerimaan
Tandan Buah Segar (TBS), stasiun penebahan (threser), dan stasiun water
treatment di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.
3. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahaya
sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau
cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Menurut Suma‟mur (2014),
tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya
Menurut Healey dan Walker dalam Nazhrah (2015), bahaya kesehatan adalah
langsung atau dari waktu ke waktu. WHO (1999), telah mengidentifikasi langkah-
9
Universitas Sumatera Utara
10
Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berasal dari dalam tubuh
pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya seorang pekerja
yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan kabel listrik
sekelilingnya bila ia salah menyambung warna kabel listrik tertentu karena tindakan
Bahaya perilaku kesehatan yaitu bahaya yang terkait dengan perilaku kerja.
Contohnya adalah mode rambut panjang diruang mesin berputar telah mengakibatkan
seorang pekerja di tambang batubara tertarik dalam mesin dan hancur tubuhnya
Bahaya lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi, berpotensi
penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam golongan
a. Bahaya Mekanik
kecelakaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor mekanik di tempat kerja antara
lain adalah terbentur, tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir,
risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik tersebut adalah cidera seperti
luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan robek, sesak napas, jantung
berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke dalam tubuh (khususnya mata), bila
b. Bising
Bising adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat
pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi, dari
area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti di pasar
dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan alat, hingga
suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka yang bekerja di
pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian perawatan mesin,
keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi
dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body
pengemudi. Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan lengan,
contohnya adalah di pabrik atau bengkel otomotif, pekerja berisiko terpajan getar di
tangannya adalah mereka yang menggunakan alat tangan getar dan/ atau pneumatik
perkusi, seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan memukul pelat baja.
cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja, tekanan
panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan suhu ekstrem panas yang bersumber
dari peralatan maupun lokasi kerja tertentu. Contoh peralatan kerja yang dapat
mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat pembakaran (furnace), dapur atau
tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik (generator) atau mesin lainnya.
frostbite yang ditandai dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun telinga,
serta gejala hipotermia yaitu suhu dibawah 35ºC dan dapat mengancam jiwa. Pekerja
yang berisiko terpajan bahaya suhu ekstrem dingin adalah penyelam, pekerja di cold
storage, di ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam suhu ekstrem
f. Cahaya
Cahaya yang kurang dan terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau terus
menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka pendek
menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau kelelahan
mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat
menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada
usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga dapat
menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Semua pekerja berpotensi mengalami
insufisiensi cahaya dalam bekerja bila tidak memperhatikan kecukupan cahaya yang
memerlukan cahaya yang cukup dan ketelitian tinggi. Sedangkan pekerja berisiko
spektrumnya, dari yang ringan seperti bersih-bersin, kulit gatal, sampai yang berat
seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan
menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh pekerja yang
terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahkan kimia dapat merupakan suatu zat
kimia. Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun
bentuknya, yang paling sering digunakan dalam dunia kerja dan dunia usaha adalah
sebagai berikut :
organik yang banyak digunakan di industri antara lain adalah asam sulfat, asam
alkohol, alkali, dan ester. Penggunaan pelarut organik sangat luas hampir di semua
a) Melarutkan hidrokarbon lain seperti tar, lilin, minyak, dan bahan petrokimia
c) Membuat pupuk asam fosfat, pigment inorganik, serat tekstil buatan, bubur kertas
penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi pekerja
kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor biologi serta
pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV), bakteri
terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja
(work culture hazard). Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja
berlebih atau pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai
1. Bahaya Mekanis
Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika
baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin
gerinda, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain. Bahaya pada mesin yang bergerak
menekan, dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan
2. Bahaya Listrik
Bahaya listrik merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang
hubungan singkat arus pendek. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik,
baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan
energi listrik.
3. Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam sulfat, cuka air
c. Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah
4. Bahaya Fisik
b. Tekanan.
c. Getaran.
f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah.
5. Bahaya Biologi
seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkunga kerja atau berasal dari aktivitas
kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian,
Menurut Ramli (2010), bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari
berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi,
informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety
data sheet).
1. Kejadian Kecelakan
informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian dan
misalnya:
Lokasi Kejadian
Waktu Kejadian
Keparahan Kejadian
2. Kecenderungan Kejadian
atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam periode setahun ditemukan
banyak pekerja yang menderita penyakit pernafasan, terkena semburan bahan kimia,
atau jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi
pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam
hal ini terdapat dua masalah penting, yaitu kecelakaan adalah akibat langsung
pekerjaan atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma‟mur,
2014).
yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Apabila tempat kerja tidak
mengikuti aturan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditentukan maka
terjadilah kondisi yang tidak aman sebagai contoh, lantai yang licin sehingga dapat
menyebabkan jatuhnya seseorang, selang air yang melintang di jalan, dan lain-lain.
yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan
oleh:
yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil, dia melakukan kesalahan.
Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan peraturan-peraturannya serta
maka terjadi kecelakaan, misalnya tidak mau memakai alat keselamatan atau melepas
alat pengaman.
1. Jatuh
Orang-orang jatuh karena jalan yang menuju dan dari tempat kerja tidak baik,
atau tempat kerjanya itu sendiri tidak aman. Ada 5 kelompok pekerjaan berisiko
tinggi dimana jatuh merupakan akibat yang utama, yaitu: pekerjaan atap, pekerjaan
pekerjaan pembongkaran.
Orang dapat kejatuhan benda yang sedang diangkat, benda yang terguling,
atau yang terlepas dari kedudukannya, kejatuhan atau tertimpa oleh bahan-bahan saat
yang tidak aman dan bila tersentuh pada kabel-kabel listrik di atas kepala dan kabel-
Konstruksi peralatan ini berat dan tempat dimana bidang pandang operatornya
tidak baik, orang yang berjalan di lokasi pekerjaan dapat cidera atau meninggal
1. Kerusakan
2. Kekacauan Organisasi
5. Kematian
dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung
dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama
bagi kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah
selama tidak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya perbaikan alat-alat mesin
serta biaya atas kerusakan bahan-bahan. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu
yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya
menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang harus
kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat itu, dan lain-lain.
a) Terjatuh
a. Mesin
e) Mesin-mesin pertanian
f) Mesin-mesin pertambangan
c. Peralatan lain
a) Bejana bertekanan
c) Instalasi pendingin
(tangan)
g) Tangga
h) Perancah (= streger)
a) Bahan peledak
c) Benda-benda melayang
d) Radiasi
e. Lingkungan kerja
a) Di luar bagunan
b) Di dalam bangunan
c) Di bawah tanah
a) Hewan
b) Penyebab lain
g. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau data tidak
memadai.
a) Patah tulang
b) Dislokasi/ keseleo
e) Amputasi
f) Luka-luka lain
g) Luka di permukan
i) Luka bakar
l) Mati lemas
n) Pengaruh radiasi
p) Lain-lain
a) Kepala
b) Leher
c) Badan
d) Anggota atas
e) Anggota bawah
f) Banyak tempat
g) Kelainan umum
terjadinya kecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak terulang
kembali.
1. Mengidentifikasi bahaya
2. Menghilangkan bahaya
dapat dilakukan
bahaya dan desain tempat kerja. Sistem surveilans yang di kembangkan dengan data
yang baik dapat membantu perusahaan mengantisipasi cidera potensial, baik itu
kecelakaan atau tindak kekerasan. Cidera seharusnya tidak lagi dianggap akibat yang
dihasilkan dari berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Sebaliknya,
pengusaha harus menganggap mereka sebagai peristiwa. Biaya tinggi dalam hal biaya
pengobatan dan kehilangan produktivitas, biaya yang dibayar oleh pekerja, pengusaha
sekedar kepatuhan, bukan pencegahan proaktif. Selain itu, jumlah saat ini yang di
keluarkan oleh pemerintah pada pencegahan cidera kecil jika dibandingkan dengan
berupaya untuk memiliki program pencegahan cidera yang dirancang dengan baik di
bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/ perusahaan dan bagaimana
kerja).
1) Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka, dengan
suatu objek?
3) Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja dapat
memelintir?
apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi?
Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan risiko yang
sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk itu pekerja-
mereka.
Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko adalah
melakukan penilaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau lingkungan
1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi
kerja.
1
Fatal
30
Kecelakaa
n berat
300
Kecelakaan serius
3000
Kecelakaan ringan
30.000
Tindakan dan kondisi tidak aman
artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman,
akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300 kali kecelakaan
kecelakaan yang menjadi dasar piramida, maka peluang terjadinya kecelakaan dapat
b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja, manajemen dan pihak
terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat
lebih efektif.
mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang akan dilakukan
(Ramli, 2010).
untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Teknik
1. Metoda pasif
3. Metoda aktif
a. Teknik Pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara
langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlamat, karena langkah pencegahan diambil
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak
perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;
a) Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian
kecelakaan.
b) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk
terulang kembali.
c. Teknik Proaktif
mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang
merugikan.
atau cidera.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang
6. Analisa Moda Kegagalan dan Efek (Failure Mode and Effect Analysis-FMEA)
pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya yang tepat antara lain:
dikenal sebelumnya
Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi antara
lain:
1. Manusia
2. Peralatan
3. Proses
a. Manusia
b. Peralatan
Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut, dan
c. Material
Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil
produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan karakteristik
masing-masing.
d. Proses
Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat fisis
atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat
Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat
bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan kelelahan yang
Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya yang
ada tetapi dapat dibagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya dominan,
Lain-lain
What if, Hazard
identification,
Proses dll
Hazard and
Operability study,
Fault Tree Analysis,
What If, Preliminary
Manusia
Hazard Analysis
Job Safety
Analysis, Task
Risk Analysis
Sistem dan
Prosedur
Job Safety
Analysis, What
Peralatan/
If, dll
Teknis
Failure
Mode and
Effect
Analysis,
What If
yang ada sampai level detail dan kemudian menetukan signifikansinya (potensi) dan
yang ada.
Mesin
dan
peralatan
Sumber
tenaga
Proses Identifikasi
kerja dan
kerja bahaya
bahan
berbahaya
Lokasi
kerja
Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk
menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya disetiap
kecelakaan. Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktivitas
kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai
ditempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya
di tempat kerja sebagai langkah untuk mengendalikan risiko yang terjadi disuatu
lingkungan kerja.
Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan
1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain
Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat gambaran
yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan. Badan analisa
kerja yaitu dengan melakukan pengenalan terhadap bahaya, melakukan evaluasi dan
Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamaan kerja dan
kerja.
produktivitas.
efisien.
Teknologi keamanan sistem adalah suatu segmen yang dibentuk dengan baik
dan dikenal secara formal dari teknisi sistem modern. Sebagian besar dari
mempersiapkan sebuah daftar dari tipe-tipe kecelakaan yang terjadi untuk produk,
peralatan, sistem, atau daerah operasi yang diteliti. Setelah semua bahaya telah
pengawasan atau kontrol terhadap desain untuk mengetahui hubungan tiap bahaya
dengan tahapan suatu pekerjaan. Solusi yang biasa digunakan untuk mengontrol
dengan mendiskusikan metode kerja dengan mereka. Observasi dan diskusi ini
spesifik dan untuk mempersiapkan suatu daftar bahaya. Kontrol bahaya ini meliputi
dan lain-lain. Penurunan tingkat bahaya dan solusi-solusi yang digunakan seharusnya
pekerja dilibatkan dan diizinkan untuk memberi kontribusi maka semakin sukses dan
efektiflah JSA tersebut. Metode pelaksanaan yang efisien pada analisa keselamatan
kerja adalah melalui observasi langsung pada performa kerja. Dalam banyak hal
observasi langsung mungkin tidak praktis, seperti pada pekerjaan baru dan hal lain
yang jarang dikerjakan. Pada kondisi seperti ini JSA dapat dibuat melalui diskusi
Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job Safety
harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, hal
a. Frekuensi Kecelakaan
c. Kekerasan Potensi
d. Pekerjaan Baru
Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh ditunda
e. Mendekati Bahaya
Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA. Hal
ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah menjadi
kecelakaan.
pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari tahap awal
sampai akhir.
keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua potensi
bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi dapat
bahaya diantaranya :
Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan
dikerjakan secara aman, efektif dan efisien. Dalam mengendalikan bahaya, intervensi
yang paling efektif yang dapat kita lakukan adalah dengan menerapkan hirarki
yang benar atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam suatu pekerjaan tertentu
dengan sistematis.
yang ditujukan kepada pekerja dengan memberikan alat pelindung diri terhadap
Stasiun Penerimaan
Tandan Buah Segar
Analisis Bahaya
Stasiun Threser
(Job Safety Analysis) (Penebahan)
Instrumen
Stasiun Water
Treatment
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
METODE PENELITIAN
identifikasi dan analisis bahaya pada suatu proses kerja dengan menggunakan metode
JSA (Job Safety Analysis) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan Tebing
Tinggi.
thresher (penebahan), dan stasiun water treatment PT.Perkebunan Nusantara III PKS
Kebun Rambutan Tebing Tinggi. Pemilihan lokasi dikarenakan pada bagian tersebut
telah terjadi kecelakaan kerja lima tahun terakhir ini dari tahun 2012-2016, serta
Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2017.
Objek yang di teliti adalah beberapa stasiun yaitu stasiun penerimaan Tandan
Buah Segar (TBS), stasiun penebahan (threser), dan stasiun water treatment.
44
perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi
berupa :
b. Data proses kerja pada stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun
Kerja.
Instrumen yang digunakan adalah teknik JSA (Job Safety Analysis) yang di
aplikasikan pada stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun thresher
(penebahan), dan stasiun water treatment PTPN III PKS Kebun Rambutan Tebing
Tinggi.
1. Stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) merupakan titik awal proses
pengolahan yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu Tandan Buah Segar diangkut
menghilangkan zat-zat padat yang tidak larut dalam air (pasir, lumpur, tanah dan
lain-lain).
4. JSA (Job Safety Analysis) adalah suatu teknik yang digunakan untuk
menganalisa bahaya yang terdapat dalam setiap proses kerjadi Pabrik PTPN
Analisis data dilakukan untuk melihat bahaya-bahaya yang ada dengan cara
memilih pekerjaan (Job selection) dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai
prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu, menguraikan Pekerjaan (Job breakdown)
bentuk narasi yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
HASIL PENELITIAN
(perubahan), yakni pada tahun 1961 menjadi PPN Sumut IV, selanjutnya pada
tahun 1976 diubah menjadi salah satu unit Kebun di PT. Perkebunan V (Persero).
Pada bulan April 1996 terjadi penggabungan antara PTP III,PTP IV, dan PTP V
menjadi satu perusahaan yang bernama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
yang berkantor pusat di Jalan Sei Batang Hari Medan, dimana Kebun Rambutan
Pabrik kelapa sawit kebun rambutan terletak pada lokasi yang sangat
kota Medan serta berbatasan langsung dengan Kota Tebing Tinggi dengan
koordinat 99o4‟ s/d. 99o20‟ BT dan 3o20‟ s/d. 3o26‟ LU dengan luas pabrik sekitar
7.500 M2. PKS Kebun Rambutan berada di dalam 2 Kabupaten yaitu Kabupaten
Serdang Bedagai dan Kababupaten Batu Bara. PKS Kebun Rambutan dibangun
pada Tahun 1983 dengan kapasitas olah 30 ton/jam, dimana sumber bahan baku
TBS berasal dari kebun seinduk. PKS Kebun Rambutan merupakan salah satu
47
Pabrik dari 12 PKS yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III, yang terletak di
Provinsi Sumatera Utara, sekitar 80 km kearah Tenggara kota Medan. Pada bulan
Oktober tahun 2015 terjadi peleburan antara Kebun Rambutan dengan PKS
Sumber bahan baku TBS (Tandan Buah Segar) yang masuk ke PKS Kebun
Rambutan berasal dari kebun seinduk yang terdiri dari Kebun Rambutan, Kebun
Tanah Raja, Kebun Sei Putih, Kebun Sarang Giting, Kebun Silau Dunia, Kebun
kinerja prima dan melaksanakan tata-kelola bisnis terbaik. Untuk mencapai visi
tersebut, maka PT.Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan memiliki misi
antara lain :
secara optimal.
4. Berupaya menjadi perusahan terpilih yang memberi “imbal hasil” terbaik bagi
para investor.
komunitas.
1. Ketua
berkesinambungan.
masalah K3.
dan tindak lanjut pelaksaanan K3 dalam pencapaian tujuan dan sasaran K3.
f. Bila Ketua berhalangan bertugas dan tanggung jawab dilaksanakan oleh Wakil
Ketua.
2. Wakil Ketua
Bertanggung jawab kepada Ketua ruang lingkup tugas dan tanggung jawab :
ke Ketua P2K3.
(APD).
3. Sekretaris
Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang lingkup tugas dan tanggung jawab:
a. Menyusun agenda rapat dan jadwal pertemuan bulanan P2K3 dan segala
kinerja K3.
i. Bila Sekretaris berhalangan tugas dan tanggung jawab dilaksanakan oleh Wakil
Sekretaris.
3. Wakil Sekretaris
Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang lingkup tugas dan tanggung jawab
5. Bidang Kesehatan
Jawab :
lain :
dan ergonomi.
berkala.
b. Membuat laporan kepada ketua/ sekretaris bila ditemukan karyawan yang sakit
disebabkan penyakit akibat kerja dan meneruskan kepada Dinas Tenaga Kerja
dan Jamsostek.
c. Membuat laporan statistik kecelakaan kerja dan membuat laporan analisa data
6. Bidang Evaluasi
Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang Lingkup dan Tanggung Jawab :
dilaksanakan.
kecelakaan kerja.
b. Perempuan : 78 orang
Kerja
1. Menjamin mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu produk
yang berlaku nasional maupun internasional dan standar mutu perusahaan yang
3. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan atau
6. Menghormati hak-hak pekerja serta perilaku yang adil sesuai dengan peraturan
4.1.4 Data Kecelakaan Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun
Rambutan Tahun 2012-2016.
Tabel 4.1. Data Kecelakaan Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III PKS
Kebun Rambutan Tahun 2012-2016.
4.2 Identifikasi dan analisis Bahaya dengan Metode JSA (Job Safety
Analysis) di PT.Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan.
Pekerjaan yang dipilih menjadi objek penelitian berdasarkan data kecelakaan kerja
yang diperoleh dari perusahaan yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun
a. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS).
(TBS).
proses pengolahan yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : Tandan Buah Segar
1. Jembatan Timbang
dalam keadaan baik dan penunjukan tanpa beban berada pada posisi nol tepat,
setiap truk pengangkut produksi bahan baku dan barang jadi yang tiba maupun
dahulu buah yang akan disortasi dituang dilantai/ peralatan loading ramp
selanjutnya dipilih. Tangkai panjang, sampah, tandan kosong, buah busuk dan
3. Loading Ramp
ke dalam lori untuk memasukkan ke dalam perebusan. Dalam satu lori terdapat
2,5 ton TBS dan jumlah lori ada 8 buah yang dimasukkan ke dalam perebusan.
dilakukan mulai dari menarik keluar lorry dari sterilizer dengan menggunakan tali
profilin yang ditarik dengan capstand serta juga menggunakan transfer carriage
untuk memindahkan lorry dari jalur (track) sterilizer menuju tippler gate dan
3. Dua orang karyawan hoisting crane mengangkat lori buah masak dituang ke
menghilangkan zat-zat padat yang tidak larut dalam air (pasir, lumpur, tanah dan
lain-lain). Jumlah pekerja pada stasiun water treatment yaitu dua orang pekerja
1. Menjalankan pompa air dari raw water ke waduk dan dari waduk dipompa ke
water clarifier.
2. Memberi injeksi bahan kimia agar air bersih dan Ph air standar.
3. Air dari water clarifier tank dialirkan ke bak water basin untuk pengendapan
4. Dari bak water basin dipompa ke tower tank kemudian dialirkan untuk
a. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS).
Tabel 4.4. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Karyawan pada Stasiun Water
Treatment
PEMBAHASAN
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Job Safety Analysis
(JSA) pada stasiun penerimaan tandan buah segar dilakukan analisis bahaya didalam
prosedur kerja yang diteliti secara keseluruhan yaitu dimulai saat karyawan dan atau
dan penunjukan tanpa beban berada pada posisi nol tepat, pada saat melakukan
pemeriksaan karyawan dapat tertabrak truk yang masuk maupun keluar dan tertimpa
tandan buah segar dari atas truk yang membawa tandan buah segar, karena itu
karyawan harus memastikan tidak ada truk yang sembarangan keluar masuk pabrik.
sehingga lupa untuk melihat kemana arah kendaraannya bergerak (Rijanto, 2011).
Selanjutnya truk pembawa tandan buah segar masuk dan mulai dilakukan
penimbangan, karyawan akan mencatat seluruh angka timbangan dari layar komputer,
komputer harus diberi kaca anti radiasi. Berbagai radiasi seperti radiasi dari berbagai
bahan radioaktif, radiasi sinar dan radiasi gelombang mikro yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit pada pekerja (Sucipto, 2014). Setelah penimbangan, tandan buah
segar akan dibawa untuk disortasi oleh karyawan lainnya, untuk menghindari bahaya
66
seperti tertusuk duri, tertimpa tandan buah segar,terpapar sinar matahari secara
langsung, dan gangguan pernapasan akibat debu yang berasal dari truk maka
karyawan wajib menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu safety, sarung
tangan, helm, masker dan baju lengan panjang. Selanjutnya Karyawan akan
memasukkan tandan buah segar dengan membuka ramp ke dalam lori untuk
dikutip. Permukaan lantai yang licin dan tidak merata akan meningkatkan
kemungkinan terpeleset dan terjatuh karena terjadinya retakan tiba- tiba yang tidak
Karyawan yang berada di bawah pintu loading ramp pada saat mengutip
keselamatan dan kesehatan kerja yang berisi “awas tertimpa TBS” dengan maksud
supaya karyawan menyadari akan bahaya tertimpa tandan buah segar dan karyawan
(Penebahan)
kerja yang diteliti secara keseluruhan yaitu pada saat karyawan capstand menarik lori
diposisi hoisting crane dengan posisi cenderung membungkuk maka karyawan akan
tergulung tali profiling, terjepit, terpeleset karena lantai licin ber oli dan terpental tali
profiling yang putus maka diperlukan pemasangan rambu- rambu K3, penggunaan
APD lengkap dan karyawan bekerja sesuai prosedur kerja/instruksi kerja. Operator
memiliki potensi kecelakaan akibat terpeleset ataupun terjatuh akibat lantai disekitar
track lorry yang licin karena track dalam keadaan berminyak (Cipto, 2010).
rantai crane,lori yang diangkat dengan menggunakan hoisting crane harus seimbang
untuk mencegah putusnya rantai crane yang dapat membahayakan karyawan yaitu
tertimpa lori, dua karyawan lainnya bertugas untuk mengoperasikan hoisting crane
untuk tidak berada dibawah beban (Rijanto, 2011). Untuk menuju hoisting crane
mereka harus menaiki tangga yang terjal sehingga beresiko terpeleset dan terjatuh di
tangga, kemiringan tangga yang dianjurkan oleh keputusan menteri pekerjaan umum
adalah kurang dari 60 derajat. suara bising yang berasal dari mesin thresher dapat
berkelanjutan diatas 8 jam kerja per hari yaitu 12 jam. Berdasarkan hasil pengukuran
kebisingan pada stasiun threser adalah 75,4 dBA tidak melebihi NAB kebisingan
yaitu 85 dBA.
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Cipto (2010), bahaya yang ada di
stasiun threser adalah kebisingan tinggi yang berasal dari mesin threser sehingga
kerja, resiko kecelakaan karena terpeleset dan terjatuh selama proses penarikan kabel
sling oleh operator disebabkan lantai di sekitar track yang licin dan juga karena
operator menarik kabel sling dengan postur kerja yang salah dan dibutuhkan
perhatian dan pengawasan dari operator saat bekerja terutama waktu melakukan
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Andani (2015), bahaya yang ditemukan
pada stasiun thresher adalah kabel sling atau rantai crane putus pada saat buah yang
telah direbus di sterilizer diangkat dengan hoisting crane dan di tuang ke dalam
thresher melalui hooper, dan tertimpa lori saat pengisian tandan rebus ke drum
thresher.
5.3 Analisis Bahaya Aktivitas Kerja Karyawan pada Stasiun Water Treatment
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode JSA pada stasiun
Water Treatment, dilakukan analisis bahaya didalam prosedur kerja yang diteliti
secara keseluruhan yaitu karyawan terlebih dahulu menjalankan pompa air dari raw
water ke waduk dan dari waduk dipompa ke water clarifier. Dengan kondisi lantai
yang licin maka karyawan rentan terpeleset sehingga perlu membersihkan lantai,
karyawan akan memberi injeksi bahan kimia agar air bersih dan Ph air standar, untuk
menghindari bahaya terpapar bahan kimia maka karyawan harus menggunakan APD
lengkap seperti masker, baju lengan panjang, sepatu safety, dan helm. Air dari water
clarifier tank dialirkan ke bak water basin untuk pengendapan lumpur yang terbawa
dan dari bak water basin karyawan akan memompa ke tower tank kemudian dialirkan
untuk kebutuhan proses produksi. Pada stasiun water treatment ini ada dua orang
karyawan, bahaya yang dapat timbul dari pekerjaan tersebut yaitu terpeleset karena
lantai licin dan bising yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada pekerja
(Kurniawidjaja, 2010).
6.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian tentang analisis bahaya
karyawanan pada stasiun penerimaan tandan buah segar, stasiun thresher, dan stasiun
water treatment di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan adalah
sebagai berikut :
Data kecelakaan kerja yang diperoleh dari perusahaan didapat tiga stasiun
kerja yang lima tahun terakhir ini mengalami kecelakaan kerja yaitu stasiun
penerimaan tandan buah segar, stasiun threser dan stasiun water treatment sehingga
ketiga stasiun ini diperlukan analisis bahaya dengan metode Job Safety Analysis
(JSA).
timbangan dalam keadaan baik dan penunjukan tanpa beban berada pada posisi
nol tepat, bahaya yang dapat timbul yaitu karyawan dapat tertabrak truk yang
masuk, dan tertimpa tandan buah segar dari atas truk yang membawa tandan buah
segar.
yaitu karyawan terpapar radiasi komputer, terkena listrik, terbakar akibat instalasi
71
listrik yang rusak mengalami low back pain dan kelelahan mata akibat terlalu
ditimbulkan yaitu tertusuk duri, tertimpa tandan buah segar dari atas truk,
gangguan pernapasan akibat debu dari tandan buah segar dan truk yang masuk
maupun keluar dari loading ramp, dan penyakit kulit akibat terpapar sinar
4. Karyawan memasukkan tandan buah segar dengan membuka ramp ke dalam lori
kebakaran.
5. Pada saat karyawan mengutip brondolan yang jatuh ke lantai bahaya yang
ditimbulkan yaitu tertimpa tandan buah segar dari pintu loading ramp, terpeleset
karena lantai licin akibat brondolan, terjepit lori/ peralatan, dan tertimpa lori yang
anjlok.
mengalami penyakit low back pain (nyeri punggung bawah), tergulung tali,
terjepit. terpeleset karena lantai ber oli, terpental tali profiling yang putus.
3. Karyawan hoisting crane mengangkat lori buah masak dituang ke auto feeder,
dan menurunkan lori kosong ke rail track, bahaya yang ditimbulkan yaitu
terjatuh dari ketinggian, terjatuh pada saat menaiki tangga menuju hoisting
crane yang terjal, dan bising yang berasal dari mesin thresher.
1. Bahaya pada karyawan yang menjalankan pompa air dari raw water ke waduk
dan dari waduk dipompa ke water clarifier adalah terpeleset karena lantai
licin.
2. Pada saat karyawan memberi injeksi bahan kimia pada air, bahaya yang dapat
terjadi adalah bahan kimia dapat terhirup karyawan, dan apabila bahan kimia
3. Air dari water clarifier tank dialirkan ke bak water basin untuk pengendapan
lumpur yang terbawa, dari bak water basin dipompa ke tower tank kemudian
dialirkan untuk kebutuhan proses produksi. Bahaya yang dapat timbul dari
karyawanan tersebut yaitu terpeleset karena lantai licin dan bising yang dapat
6.2 SARAN
Adapun saran untuk PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan yaitu
sebagai berikut :
keselamatan kerja dengan menerapkan Job Safety Analysis (JSA) terutama pada
Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar, Stasiun Threser dan Stasiun Water
Treatment.
selama bekerja.
3. Pada stasiun penerimaan tandan buah segar, perlu pemasangan rambu- rambu K3
4. Pada stasiun threser (penebahan), perlu dilakukan membersihkan lantai yang licin
5. Pada stasiun water treatment, perlu pemasangan rambu- rambu keselamatan dan
Cipto, R. M., 2010. Analisis Potensi Bahaya dengan Menggunakan Metode Job
Safety Analysis (JSA) Pada Bagian Produksi Di PT. PP Lonsum Indonesia
Tbk. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
(https://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50439/7/.pdf, diakses
11 Juli 2017).
Galante, E., Bordalo, D., Nobrega M., 2014. Risk Assessment Methodology:
Quantitative Hazop. Journal of safety engineering. (https://www.
article.sapub.org/10.5923.journal.safety.20140302.01.html, diakses 30 Maret
2017).
Kurniawati, E., 2013. Analisis Potensi Kecelakaan Kerja Pada Departemen Produksi
Springbed dengan Metode Hazard Identfication and Risk Assessment (HIRA)
(Case Study: PT. Malindo Intitama Raya, Malang JawaTimur). Jurnal.
Universtas Brawijaya. (https://www.jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jr
msi/article/view/56, diakses 27 Februari 2017).
Mallapiang F., Samosir I. A., 2014. Analisis Potensi Bahaya dan Pengendaliannya
dengan Metode HIRAC. Al-Sihah : Public Health Science Journal. Volume VI.
Nomor 2. 350-362. (https://www.journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-
Sihah/article/view/1612, diakses 27 Februari 2017).
75
Nazhrah Siti W., 2015. Analisis Bahaya Pada Pekerja Bagian Workshop PT. X
Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. (https://www.repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/50439/7/.pdf, diakses 1 Februari 2017).
Nuzuliah N., 2014. Analisis Bahaya Pekerjaan Bagian Paper Machine Berdasarkan
Metode Job Safety analysis
(JSA).Jurnal.(https://www.journals.ums.ac.id/index.php/jiti/article/download/6
21/361, diakses 11 Juli 2017).
Ramli, S., 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management, Dian Rakyat. Jakarta.
Ramli, S., 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001,
Dian Rakyat. Jakarta.
Ridley, J., 2014. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi Ketiga, Erlangga.
Jakarta.
Sucipto, C., Dani., 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pustaka Baru
Yogyakarta.
Varun, K., Kartikeyan, A., 2014. Job Safety Analysis and Hazop for Fasteners
Industry. International Journal of Scientific Engineering and Technology
Research. ISSN 2319-8885 Vol. 03, Issue. 07. May 2014.
(https://www.ijsetr.com/uploads/234165IJSETR1100-218.pdf, diakses 30
Maret 2017).
Yuniar, Helda R.Z., 2013. Strategi Minimisasi Potensi Bahaya Berdasarkan Metode
Hazard and Operability (HAZOP) Di PT. Agronesia. Jurnal Online Institut
Tehnologi Nasional. Volume I. Nomor 1. 59-60. (https://www.e-
jurnal.com/2014/09/strategi-minimisasi-potensi-bahaya.html, diakses 30 Maret
2017).
Zulfiana, E., Musyafa, A., 2013. Analisis Bahaya dengan Metode Hazop dan
Manajemen Resiko pada Steam Turbine PLTU di Unit 5 Pembangkitan Listrik
Paiton (PT. YTL Jawa Timur). Junnal Tehnik Pomits Vol.2, No. 2 (2013)
ISSN: 2337-3539.
(https://www. download.portalgaruda.org/article.php?article=89060&val=41
8, diakses 27 Februari 2017).
Lampiran 2. Dokumentasi