Anda di halaman 1dari 100

ANALISIS BAHAYA PADA STASIUN PENERIMAAN TANDAN BUAH

SEGAR (TBS), STASIUN THRESHER (PENEBAHAN), DAN


STASIUN WATER TREATMENT DI PTPN III PKS
KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI
TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
ASRINA TAN
NIM : 131000310

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS BAHAYA PADA STASIUN PENERIMAAN TANDAN BUAH
SEGAR (TBS), STASIUN THRESHER (PENEBAHAN), DAN
STASIUN WATER TREATMENT DI PTPN III PKS
KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
ASRINA TAN
NIM : 131000310

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ ANALISIS

BAHAYA PADA STASIUN PENERIMAAN TANDAN BUAH SEGAR

(TBS), STASIUN THRESHER (PENEBAHAN), DAN STASIUN WATER

TREATMENT DI PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI

TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri

dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak

lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2017

Yang membuat pernyataan

Asrina Tan

i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Pabrik Kelapa Sawit Kebun Rambutan selama enam tahun terakhir telah
memperoleh dua sertifikat kecelakaan nihil dari Departemen Ketenagakerjaan
tetapi tetap saja ditemukan adanya kecelakaan pada pekerja dari tahun 2012-2016.
Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan menganalisis setiap bahaya yang
ada di lingkungan kerja. Salah satu metode untuk melakukan analisis bahaya
adalah Job Safety Analysis (JSA). Tehnik ini bermanfaat untuk mengidentifikasi
dan menganalisis bahaya dalam suatu pekerjaan (job).
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan hasil
identifikasi dan analisis bahaya pada suatu proses kerja dengan menggunakan
metode JSA (Job Safety Analysis) pada stasiun penerimaan Tandan Buah Segar
(TBS), stasiun thresher, dan stasiun water treatment di PT. Perkebunan Nusantara
III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahaya yang terdapat pada stasiun
penerimaan tandan buah segar adalah tertabrak truk, tertimpa TBS, terpapar
radiasi komputer, kelelahan mata, terkena listrik, kebakaran, mengalami low back
pain, tertusuk duri, gangguan pernapasan akibat debu, penyakit kulit, terpeleset,
terjepit lori dan tertimpa lori. Pada stasiun thresher adalah low back pain,
tergulung tali, terjepit, terpeleset, terpental tali, terjatuh dari ketinggian, terjatuh
ditangga dan bising. Pada stasiun water treatment adalah terpeleset, terhirup
bahan kimia, iritasi kulit, dan bising.
Peneliti menyarankan kepada pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara
III PKS Kebun Rambutan untuk terus meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja dengan melakukan upaya pengendalian bahaya sehingga dapat mencegah
kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada tahun-tahun berikutnya.

Kata Kunci : Analisis Bahaya, Job Safety Analysis (JSA)

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Palm oil mill Kebun Rambutan for the past six years has secured two zero
accident certificates from Departemen Ketenagakerjaan but still finds accidents
to workers from 2012-2016. Prevention of accidents can be done by analyzing the
hazards that exist in the work environment. One method for performing hazard
analysis is Job Safety Analysis (JSA). This technique is useful for identifying and
analyzing hazards in a job.
This type of research is descriptive research that describes the results of
identification and hazard analysis on a work process by using JSA (Job Safety
Analysis) method at the receiving station of Fresh Fruit Bunches (TBS), thresher
station, and water treatment station at PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun
Rambutan Tebing Tinggi.
The results of this study indicate that the hazards in the receiving station
of fresh fruit bunches are hit by a truck, struck by TBS, exposed to computer
radiation, eyestrain, exposure to electricity, fire, low back pain, impaled thorns,
respiratory distress due to dust, skin diseases, , Pinched lorries and struck lorries.
At the thresher station is a low back pain, rolled up rope, pinched, slipped,
bounced, dropped from a height, fell on the stairs and noisy. At Water Treatment
Station is a slip, inhaled chemical irritation of skin, and noisy.
Researchers suggest to the management of PT. Perkebunan Nusantara III
PKS Kebun Rambutan to continuously improve Occupational Safety and Health
by doing hazard control effort so as to prevent accidents that can happen in the
following years.

Keywords : Hazard Analysis, Job Safety Analysis (JSA)

iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ANALISIS BAHAYA PADA STASIUN PENERIMAAN TANDAN

BUAH SEGAR (TBS), STASIUN THRESHER (PENEBAHAN), DAN

STASIUN WATER TREATMENT DI PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN

TEBING TINGGI TAHUN 2017” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Penulis menyampaikan terima

kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ir. Kalsum, M. Kes selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

saran, masukan dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

5. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM, M. Kes selaku Pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan saran, masukan, bahan, refrensi dan petunjuk

dalam penulisan Skripsi ini.

6. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku Dosen Penguji I yang selalu meluangkan

waktu serta memberikan masukan, motivasi dan bimbingan kepada penulis

dalam penulisan skripsi ini.

v
Universitas Sumatera Utara
7. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M. Kes selaku Dosen Penguji II yang selalu

meluangkan waktu serta memberikan masukan, motivasi dan bimbingan

kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi di Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Ir. Etty Sudaryati, MKM, PhD selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian.

10. Kepada yang tercinta orang tua penulis Tanduan dan Mutiara Hutagalung,

saudara Elfiana Tan, Riswandi Tan, Yustina Tan, Rinaldi Tan, Nataniel Tan, dan

keluarga besar yang selalu mengingatkan, memberi semangat dan motivasi

selama melakukan penelitian.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2017

Penulis

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN xi
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 9

2.1 Bahaya ..................................................................................................................... 9


2.1.1 Jenis Bahaya ............................................................................................... 10
2.1.2 Sumber Informasi Bahaya ........................................................................... 17
2.2 Kecelakaan Kerja .................................................................................................. 18
2.2.1 Penyebab Terjadinya Kecelakaan ............................................................... 19
2.2.2 Kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Kerja ........................................... 21
2.2.3 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja .......................................................... 21
2.2.4 Prinsip-prinsip Pencegahan Kecelakaan ..................................................... 25
2.3 Identifikasi Bahaya................................................................................................ 26
2.3.1 Tujuan Identifikasi Bahaya ......................................................................... 29
2.3.2 Tehnik Identifikasi bahaya .......................................................................... 31
2.3.3 Pemilihan Tehnik Identifikasi Bahaya ........................................................ 33
2.3.4 Proses Identifikasi Bahaya .......................................................................... 35
2.4 Job Safety Analysis (JSA) ..................................................................................... 36
2.4.1 Manfaat Job Safety Analysis (JSA) ............................................................. 37
2.4.2 Langkah Melakukan Job Safety Analysis (JSA)......................................... 39
2.5 Kerangka Konsep .................................................................................................. 43

vii
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 44

3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................................... 44


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 44
3.2.1 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 44
3.2.2 Waktu Penelitian ......................................................................................... 44
3.3 Objek Penelitian .................................................................................................... 44
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 45
3.4.1 Data Primer ................................................................................................. 45
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................................. 45
3.5 Instrumen Penelitian.............................................................................................. 45
3.6 Defenisi Operasional ............................................................................................. 46
3.7 Analisis Data ......................................................................................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................ 47

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ............................................................................... 47


4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan............................................................................ 48
4.1.2 Struktur Personalia Pengelola K3 ............................................................... 49
4.1.3 Kebijakan Perusahaan dalam Pelaksanaan K3............................................ 54
4.1.4 Data Kecelakaan Kerja................................................................................ 55
4.2 Identifikasi dan Analisis Bahaya dengan Metode JSA ......................................... 56
4.2.1 Memilih Pekerjaan Untuk Dianalisis (Select The Job) ............................... 56
4.2.2 Menguraikan Pekerjaan (Job Breakdown) .................................................. 56
4.2.3 Mengidentifikasi Bahaya (Hazard Identification) ...................................... 58
4.2.4 Pengendalian Bahaya (Hazard Control) ..................................................... 62

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................................... 66

5.1 Analisis Bahaya Aktifitas Kerja Petugas Pada Stasiun Penerimaan


Tandan Buah Segar (TBS) ........................................................................ 66
5.2 Analisis Bahaya Aktifitas Kerja Petugas Pada Stasiun Threser ........................... 67
5.3 Analisis Bahaya Aktifitas Kerja Petugas Pada Stasiun Water Treatment............. 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 71

6.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 71


6.2 Saran……... .......................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 75


LAMPIRAN

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Kecelakaan Kerja di PTPN III PKS Kebun Rambutan

Tahun 2012 – 2016 ............................................................................. 55

Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Aktifitas Kerja Petugas pada Stasiun


Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) ............................................. 59

Tabel 4.3 Identifikasi Bahaya Aktifitas Kerja Petugas pada Stasiun


Threser (Penebahan) .......................................................................... 60

Tabel 4.4 Identifikasi Bahaya Aktifitas Kerja Petugas pada Stasiun


Water Treatment ................................................................................. 61

Tabel 4.5 Pengendalian Bahaya pada Stasiun Penerimaan Tandan Buah


Segar (TBS) ........................................................................................ 62

Tabel 4.6 Pengendalian Bahaya pada Stasiun Threser (Penebahan) ................. 63

Tabel 4.7 Pengendalian Bahaya pada Stasiun Water Treatment ........................ 64

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rasio Kecelakaan Menurud Dupont ................................................... 29

Gambar 2.2 Program Identifikasi Bahaya yang sesuai untuk Menjangkau Potensi
Bahaya dalam Kegiatan Perusahaan ................................................... 35

Gambar 2.3 Proses Identifikasi Bahaya K3 ............................................................. 36

Gambar 2.4 Kerangka Konsep................................................................................. 43

Gambar 4.1 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kebun


Rambutan ............................................................................................ 49

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi 77

Lampiran 2. Lampiran Gambar 78

Lampiran 3. Surat Penelitian 83

Lampiran 4. Surat Balasan Penelitian 84

Lampiran 5. Surat selesai Penelitian 85

xi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Asrina Tan lahir pada 02 Januari 1996 di Hutapardomuan.

Berasal dari Desa Hutapardomuan Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli

Selatan. Penulis merupakan anak dari pasangan Tanduan dan Mutiara Hutagalung.

Penulis bersuku Tionghoa dan beragama Kristen Protestan.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 100440

Hutapardomuan (2001-2007), SMP Negeri 2 Sayur Matinggi (2007-2010), SMA

Negeri 2 Plus Sipirok (2010-2013) dan penulis menempuh pendidikan tinggi pada

program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (2013-2017).

xii
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Hal

tersebut terlihat dari semakin banyaknya industri-industri di berbagai sektor usaha

seperti industri makanan, industri tekstil, industri furnitur, industri pengolahan kelapa

sawit dan lain sebagainya. Perkembangan industri yang kian pesat juga berpengaruh

terhadap penurunan kualitas lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan dan keselamatan bagi pekerja bilamana aspek Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) diabaikan (Nazrah, 2015).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk

menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah

mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk

dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3 diharapkan

dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit

akibat melakukan pekerjaan (Zaenal, 2008).

Potensi bahaya dan risiko di tempat kerja antara lain akibat sistem kerja atau

proses kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber dari keterbatasan

pekerjaannya sendiri, perilaku hidup tidak sehat, perilaku kerja tidak selamat/ aman,

buruknya lingkungan kerja, kondisi pekerjaan yang tidak ergonomik,

pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak kondusif bagi keselamatan

1
Universitas Sumatera Utara
2

dan kesehatan kerja. Sebaliknya, pekerja yang terganggu kesehatannya baik karena

cidera, cacat, atau terserang penyakit dapat mengganggu kelancaran pekerjaan,

dengan demikian menurunkan produktifitasnya, lebih lanjut juga akan melemahkan

daya saingnya (Kurniawidjaja, 2010).

Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja yang mencakup empat

komponen kerja yaitu pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian

pekerjaan dan budaya kerja. Setiap komponen kerja dapat menjadi sumber atau

situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan pekerja. Kerugian

kesehatan dapat menjadi nyata dan menimbulkan cidera atau gangguan kesehatan

(Kurniawidjaja, 2010).

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013 satu

pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja

mengalami sakit akibat kerja. Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan pada tahun 2015 mencatat bahwa kasus kecelakaan kerja peserta

program Jaminan Kecelakaan Kerja tahun ini menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari

jumlah kasus di tahun 2014 yang mencapai 53.319 kasus, sementara tahun 2015

berjumlah 50.089 kasus. Namun pada awal tahun 2016 data Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mengatakan angka kecelakaan kerja di

Indonesia masih tinggi, dimana hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja

sebanyak 105.182 kasus.

Universitas Sumatera Utara


3

Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia

terkhusus industri kelapa sawit masih tergolong tinggi dengan 37.845 jumlah kasus

kecelakaan kerja, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun (Mallapiang, 2014).

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab

kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan

mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Metode analisis penyebab

kecelakaan harus betul-betul diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain

analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan

kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukannya identifikasi bahaya yang

terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan diperusahaan serta

mengakses (assessment) besarnya risiko bahaya (Suma‟mur, 2009).

Menurut Nazrah (2015), kegiatan analisis bahaya merupakan suatu kegiatan

yang bertujuan untuk mengenali dan mengidentifikasi serta mengenalisis potensi

bahaya di tempat kerja yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Kegiatan identifikasi bahaya memiliki tujuan untuk mengurangi dan meminimalisasi

risiko, agar dapat mencegah dan menanggulangi kecelakaan agar tidak terjadi lagi di

masa yang akan datang.

Pada kebanyakan operasi, bahaya-bahaya akan dikaitkan dengan mesin-mesin

dan peralatan-peralatan yaitu pusat kegiatan, perangkat penyaluran tenaga, sumber

energi berbahaya, area bukan tempat kerja di sekeliling mesin-mesin, pekerjaan

pelayanan dan pemeliharaan, serta pekerja-pekerja lain yang berdekatan (Rijanto,

2011).

Universitas Sumatera Utara


4

Salah satu tehnik analisa bahaya yang sangat populer dan banyak digunakan

di lingkungan kerja adalah metode Job Safety Analysis (JSA). Tehnik ini bermanfaat

untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahaya dalam suatu pekerjaan (job) seperti

mengganti bola lampu, memasang AC, melepas saringan, mengganti ban serep dan

lainnya. (Ramli, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cipto (2010), analisis potensi

bahaya dengan metode job safety analysis (JSA) pada bagian produksi di PT. PP

Lonsum Indonesia Tbk. Hasilnya adalah pada stasiun sterilizer terlepasnya hook dari

cantolan pada lorry dan sambungan hook dengan kabel sling terjadi apabila

kurangnya perawatan pada cantolan hook maupun track lorry dalam keadaan sangat

berminyak dan kotor sehingga berat saat ditarik. Selain itu juga diakibatkan lorry

terlalu penuh sehingga menjadi lebih berat saat ditarik oleh winch, maka dibutuhkan

perawatan pada cantolan serta sambungan kabel sling dengan hook secara rutin, kabel

sling yang rusak atau putus disebabkan karena pemeliharaan yang kurang. Pada

stasiun threser, mesin threser pada saat beroperasi dapat menimbulkan kebisingan

yang tinggi sehingga operator threser harus menggunakan earplug untuk

menghindari penyakit akibat kerja. Pada stasiun kernel tingkat kebisingan stasiun

kernel melebihi nilai ambang batas yaitu melebihi atau < 85 dBA sehingga operator

kernel harus memakai earplug untuk menghindari penyakit dan kecelakaan akibat

kerja yang mungkin terjadi.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Nuzuliah, dkk (2014),

analisis bahaya pekerjaan bagian paper machine berdasarkan metode job safety

Universitas Sumatera Utara


5

analysis (JSA) dalam upaya pengendalian bahaya. Hasil penelitian terdapat tiga

pekerjaan pada bagian paper machine yang dinilai berbahaya yaitu penyambungan

kertas putus, pembersihan head box dan pembersihan drum dryer. Pada pekerjaan

penyambungan kertas putus, risiko terbesar terdapat pada aktivitas memasukkan

lembaran kertas ke dalam gulungan pada mesin press, dryer, dan kalender. Risiko

terbesar pada pekerjaan pembersihan head box (confined space) terdapat pada

aktivitas pekerja masuk ke dalam head box melalui manhole serta aktivitas

pembersihan dinding bagian dalam dan evener roll. Pada pekerjaan pembersihan

drum dryer (confined space), risiko terbesar terdapat pada aktivitas pembersihan

patahan besi korosif dan pengurasan air kondensasi di dalam silinder.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Bangun (2013), di pabrik

kelapa sawit Torgamba PT. Perkebunan Nusantara III, Beberapa mesin / peralatan

dan stasiun yang memiliki potensi bahaya, yaitu: mesin sterilizer, mesin conveyor,

hoisting crane, mesin boiler, mesin thresher, power plant/turbin uap, stasiun

clarification, dan beberapa mesin/peralatan yang dikendalikan oleh operator.

Pabrik Kelapa Sawit Kebun Rambutan merupakan pabrik yang bergerak

dalam pengolahan buah kelapa sawit menjadi inti dan CPO dengan menggunakan

banyak mesin dan peralatan di setiap stasiun yang memiliki potensi bahaya yang

besar bagi pekerja jika dalam penggunaan mesin dan peralatan tersebut tidak sesuai

dengan standar yang ada. Pada proses produksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT.

Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan dengan kapasitas 30 ton TBS/ jam, yang

melalui tahap (stasiun) yaitu : stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun

Universitas Sumatera Utara


6

perebusan (sterilizer), stasiun penebahan, stasiun digester (pengadukan) dan press,

stasiun klarifikasi, stasiun pengolahan biji (kernel), stasiun boiler, stasiun water

treatment, stasiun kamar mesin, stasiun fat-fit. Dimana setiap stasiun memiliki

memiliki potensi bahaya yang berbeda.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, PKS Kebun Rambutan

selama enam tahun terakhir telah memperoleh dua sertifikat kecelakaan nihil dari

Depnaker tetapi tetap saja ditemukan adanya kecelakaan pada pekerja diantaranya

pada tahun 2012 terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kaki kanan pekerja terluka

dan patah tulang karena tertimpa lori pada area loading ramp, pada tahun 2016

tangan kanan pekerja terluka akibat pecahan kaca pada saat pergantian kaca reben

menjadi transparan di area timbangan TBS, kening pekerja terluka akibat terantuk

besi pipa di efluen treatment, lengan kanan terluka akibat tali capstan putus, dan pada

saat kebersihan pabrik tangan pekerja tersayat seng penutup elektromotor.

Berdasarkan data kecelakaan dapat dilihat ada beberapa stasiun kerja yang

menjadi sumber kecelakaan yaitu stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS),

stasiun thresher (penebahan),dan stasiun water treatment. Sehingga tertarik untuk

menganalisis bahaya dengan metode JSA (Job Safety Analysis) di stasiun kerja PT.

Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah bahaya apa saja yang terdapat di tiga stasiun kerja yaitu stasiun

penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun penebahan (threser), dan stasiun

Universitas Sumatera Utara


7

water treatment di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tebing

Tinggi tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis bahaya pada Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar

(TBS), Stasiun Thresher (Penebahan), dan Stasiun Water Treatment di PTPN III PKS

Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menguraikan pekerjaan pada stasiun penerimaan Tandan Buah Segar

(TBS), stasiun thresher (penebahan), dan stasiun water treatment di PTPN III

PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

2. Untuk mengidentifikasi bahaya pada stasiun penerimaan Tandan Buah Segar

(TBS), stasiun thresher (penebahan), dan stasiun water treatment di PTPN III

PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

3. Untuk menentukan pengendalian bahaya pada stasiun penerimaan Tandan Buah

Segar (TBS), stasiun thresher (penebahan), dan stasiun water treatment di PTPN

III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara


8

1. Sebagai bahan masukan bagi pekerja untuk mengenali potensi-potensi bahaya

pada tiga stasiun kerja yaitu stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun

penebahan (threser), dan stasiun water treatment di PT. Perkebunan Nusantara III

PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

2. Sebagai bahan masukan pada pihak perusahaan dalam menanggulangi potensi-

potensi bahaya yang ditemukan pada tiga stasiun kerja yaitu stasiun penerimaan

Tandan Buah Segar (TBS), stasiun penebahan (threser), dan stasiun water

treatment di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

3. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan

akademis, masyarakat, dan peneliti serta untuk keilmuan keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahaya

Menurut Ridley (2014), bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi

menyebabkan kerugian/kelukaan. Menurut Ramli (2010), bahaya adalah segala

sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau

cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Menurut Suma‟mur (2014),

bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat

mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor

tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya

tersebut sebagai bahaya nyata.

Menurut Healey dan Walker dalam Nazhrah (2015), bahaya kesehatan adalah

sesuatu yang dapat menghasilkan efek negatif terhadap kesehatan masyarakat,baik

langsung atau dari waktu ke waktu. WHO (1999), telah mengidentifikasi langkah-

langkah utama dalam penilaian bahaya kesehatan yaitu identifikasi bahaya,

karakterisasi resiko, penilaian paparan, dan estimasi risiko. Menyelesaikan penilaian

bahaya yang sukses membutuhkan bantuan orang terlatih dalam kesehatan

masyarakat yang berdedikasi untuk mencegah masalah kesehatan ditempat kerja.

9
Universitas Sumatera Utara
10

2.1.1 Jenis Bahaya

Menurut Kurniawidjaja (2010), bahaya kesehatan di tempat kerja dapat


berasal dari semua komponen kerja berupa :
1. Bahaya Tubuh Pekerja (Somatic Hazard)

Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berasal dari dalam tubuh

pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya seorang pekerja

yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan kabel listrik

warna-warni, bahaya somatiknya dapat membahayakan dirinya maupun orang lain di

sekelilingnya bila ia salah menyambung warna kabel listrik tertentu karena tindakan

ini berpotensi menimbulkan kebakaran dan ledakan.

2. Bahaya Perilaku Kesehatan (Behavioral Hazard)

Bahaya perilaku kesehatan yaitu bahaya yang terkait dengan perilaku kerja.

Contohnya adalah mode rambut panjang diruang mesin berputar telah mengakibatkan

seorang pekerja di tambang batubara tertarik dalam mesin dan hancur tubuhnya

karena tergiling mesin penggiling bongkahan batu (crusher).

3. Bahaya Lingkungan Kerja (Environmental Hazard)

Bahaya lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi, berpotensi

menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya atau intensitas pajanannya tinggi

melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja (efek kesehatannya masuk kedalam

penyakit akibat kerja).

Universitas Sumatera Utara


11

Faktor fisik berpotensi menimbulkan Penyakit Akibat Kerja (PAK), dari

penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam golongan

faktor fisik serta pekerja berisiko terpajan antara lain :

a. Bahaya Mekanik

Bahaya mekanik dapat menimbulkan risiko trauma atau terluka akibat

kecelakaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor mekanik di tempat kerja antara

lain adalah terbentur, tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir,

tertabrak, terbakar, terkena serpihan ledakan,tersiram, dan tertelan. Sementara itu,

risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik tersebut adalah cidera seperti

luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan robek, sesak napas, jantung

berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke dalam tubuh (khususnya mata), bila

cidera yang ditimbulkan berat dapat menimbulkan kematian.

b. Bising

Bising adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat

mengganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan

pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi, dari

area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti di pasar

dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan alat, hingga

suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka yang bekerja di

pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian perawatan mesin,

pekerja sektor kendaraan umum, pekerja di bengkel, dan lainnya.

Universitas Sumatera Utara


12

c. Getar dan Vibrasi

Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskuluskeletal,

keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi

dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body

vibration) seperti pemotong rumput yang membawa mesin dipunggungnya dan

pengemudi. Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan lengan,

contohnya adalah di pabrik atau bengkel otomotif, pekerja berisiko terpajan getar di

tangannya adalah mereka yang menggunakan alat tangan getar dan/ atau pneumatik

perkusi, seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan memukul pelat baja.

d. Suhu Ekstrem Panas

Tekanan panas yang melebihi kemampuan adaptasi, dapat menimbulkan heat

cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja, tekanan

panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan suhu ekstrem panas yang bersumber

dari peralatan maupun lokasi kerja tertentu. Contoh peralatan kerja yang dapat

mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat pembakaran (furnace), dapur atau

tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik (generator) atau mesin lainnya.

e. Suhu Ekstrem Dingin

Pajanan suhu ekstrem dingin di lingkungan kerja, dapat menimbulkan

frostbite yang ditandai dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun telinga,

serta gejala hipotermia yaitu suhu dibawah 35ºC dan dapat mengancam jiwa. Pekerja

yang berisiko terpajan bahaya suhu ekstrem dingin adalah penyelam, pekerja di cold

Universitas Sumatera Utara


13

storage, di ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam suhu ekstrem

dingin, pekerja konstruksi, dan lainnya.

f. Cahaya

Cahaya yang kurang dan terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau terus

menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka pendek

menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau kelelahan

mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat

menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada

usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga dapat

menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Semua pekerja berpotensi mengalami

insufisiensi cahaya dalam bekerja bila tidak memperhatikan kecukupan cahaya yang

dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu, terutama dalam melaksanakan pekerjaan yang

memerlukan cahaya yang cukup dan ketelitian tinggi. Sedangkan pekerja berisiko

terpajan silaunya cahaya contohnya pekerja yang menggunakan visual display

terminal seperti komputer dan televisi.

Faktor kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas

spektrumnya, dari yang ringan seperti bersih-bersin, kulit gatal, sampai yang berat

seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan

menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh pekerja yang

terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahkan kimia dapat merupakan suatu zat

toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa kimia toksik.

Universitas Sumatera Utara


14

Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan bahan

kimia. Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun

bentuknya, yang paling sering digunakan dalam dunia kerja dan dunia usaha adalah

sebagai berikut :

a. Solvent/ Pelarut Organik

Pelarut organik adalah kelompok senyawa hidrokarbon (HC), seperti

hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatik, atau hidrokarbon bersubtitusi. Pelarut

organik yang banyak digunakan di industri antara lain adalah asam sulfat, asam

fosfat, benzena, toluena, xylena, formaldehid, aseton, tetraklorokarbon, trikloretilen,

alkohol, alkali, dan ester. Penggunaan pelarut organik sangat luas hampir di semua

bidang kegiatan manusia, sebagai contoh antara lain digunakan untuk :

a) Melarutkan hidrokarbon lain seperti tar, lilin, minyak, dan bahan petrokimia

b) Memproduksi polimer dari monomer, misalnya monomer acrylamide

menghasilkan polimer acrylamide yang digunakan untuk penghancur pengendapan

dibidang waste dan water treatment

c) Membuat pupuk asam fosfat, pigment inorganik, serat tekstil buatan, bubur kertas

dari asam sulfat

d) Mengencerkan cat, tinta, perekat

e) Menghilangkan oli pada perlengkapan mesin

f) Mencuci pakaian cara kering (dry clean)

g) Sebagai bahan pemutih

h) Sebagai bahan pendukung dalam proses produksi di bidang farmasi

Universitas Sumatera Utara


15

Faktor biologi berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja, dari

penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi pekerja

kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor biologi serta

pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV), bakteri

(Tuberkulosis, Bruselosis, Leptospirosis), jamur (Coccidiomycosis, Aktinomikosis),

serta parasit (Hookworm, Malaria).

4. Bahaya ergonomik (ergonomic hazard) berupa faktor postur janggal, beban

berlebih, durasi panjang, frekuensi tinggi. Bahaya ergonomik yang dimaksud

terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja

termasuk work station.

5. Bahaya pengorganisasian pekerjaan (work organization hazard) dan budaya kerja

(work culture hazard). Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja

berlebih atau pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai

jauh malam dan mengabaikan kehidupan sosial pekerja.

Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Bahaya Mekanis

Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika

baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin

gerinda, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain. Bahaya pada mesin yang bergerak

mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit,

menekan, dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan

cidera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.

Universitas Sumatera Utara


16

2. Bahaya Listrik

Bahaya listrik merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang

dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan

hubungan singkat arus pendek. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik,

baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan

energi listrik.

3. Bahaya Kimiawi

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi oleh bahan-bahan

kimia antara lain :

a. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic).

b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam sulfat, cuka air

aki, dan lainnya.

c. Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah

terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak

tanah, premium, LPG, dan lainnya.

d. Polusi dan percemaran lingkungan seperti H2S.

4. Bahaya Fisik

Bahaya yang berasal dari faktor fisik antara lain :

a. Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran.

b. Tekanan.

c. Getaran.

Universitas Sumatera Utara


17

d. Suhu panas atau dingin.

e. Cahaya atau penerangan.

f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah.

5. Bahaya Biologi

Diberbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis

seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkunga kerja atau berasal dari aktivitas

kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian,

kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

2.1.2 Sumber Informasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari

berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi,

pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja,

informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety

data sheet).

1. Kejadian Kecelakan

Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui

informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian dan

kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa.

Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya

misalnya:

 Lokasi Kejadian

Universitas Sumatera Utara


18

 Peralatan atau Alat Kerja

 Pekerja yang Terlibat dalam Kecelakaan

 Data-Data Korban Berkaitan dengan Usia, Pengalaman, Pendidikan, Masa Kerja,

Kondisi Kesehatan, dan Kondisi Fisik serta Informasi Lainnya

 Waktu Kejadian

 Bagian Badan yang Cidera

 Keparahan Kejadian

2. Kecenderungan Kejadian

Identifikasi bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari kecenderungan

atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam periode setahun ditemukan

banyak pekerja yang menderita penyakit pernafasan, terkena semburan bahan kimia,

atau jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi

bahaya yang ada di tempat kerja (Ramli, 2010).

2.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja

pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi

dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam

hal ini terdapat dua masalah penting, yaitu kecelakaan adalah akibat langsung

pekerjaan atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma‟mur,

2014).

Universitas Sumatera Utara


19

2.2.1 Penyebab Terjadinya Kecelakaan

Menurut Djati (2001), penyebab kecelakaan dapat dibagi 2 :

1. Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition)

Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan

pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari Industrial Hygiene,

yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Apabila tempat kerja tidak

mengikuti aturan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditentukan maka

terjadilah kondisi yang tidak aman sebagai contoh, lantai yang licin sehingga dapat

menyebabkan jatuhnya seseorang, selang air yang melintang di jalan, dan lain-lain.

2. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Menurut penelitian hampir 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia

yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan

oleh:

a. Karena Tidak Tahu

Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan

aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada.

b. Karena Tidak Mampu/ Tidak Bisa

Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahaya-bahaya

yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil, dia melakukan kesalahan.

Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan peraturan-peraturannya serta

yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mampu melaksanakan

Universitas Sumatera Utara


20

maka terjadi kecelakaan, misalnya tidak mau memakai alat keselamatan atau melepas

alat pengaman.

Menurut Rijanto (2010), penyebab-penyebab yang paling sering

menyebabkan kematian dan cidera adalah :

1. Jatuh

Orang-orang jatuh karena jalan yang menuju dan dari tempat kerja tidak baik,

atau tempat kerjanya itu sendiri tidak aman. Ada 5 kelompok pekerjaan berisiko

tinggi dimana jatuh merupakan akibat yang utama, yaitu: pekerjaan atap, pekerjaan

pemasangan konstruksi baja, pekerjaan pemasangan rangka, pengecoran beton, dan

pekerjaan pembongkaran.

2. Benda-Benda Jatuh dan Roboh

Orang dapat kejatuhan benda yang sedang diangkat, benda yang terguling,

atau yang terlepas dari kedudukannya, kejatuhan atau tertimpa oleh bahan-bahan saat

penggalian, robohnya bangunan atau rangka.

3. Kecelakaan-Kecelakaan Akibat Listrik

Orang-orang menderita syok listrik dan terbakar bila menggunakan peralatan

yang tidak aman dan bila tersentuh pada kabel-kabel listrik di atas kepala dan kabel-

kabel yang ditanam.

4. Alat Berat yang Bergerak

Konstruksi peralatan ini berat dan tempat dimana bidang pandang operatornya

tidak baik, orang yang berjalan di lokasi pekerjaan dapat cidera atau meninggal

disebabkan kendaraan yang bergerak, terutama saat mundur.

Universitas Sumatera Utara


21

2.2.2 Kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Kerja

Menurut Suma‟mur (2014), kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian (K) :

1. Kerusakan

2. Kekacauan Organisasi

3. Keluhan dan Kesedihan

4. Kelainan dan Cacat

5. Kematian

Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang

dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung

dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama

bagi kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah

selama tidak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya perbaikan alat-alat mesin

serta biaya atas kerusakan bahan-bahan. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu

yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya

ini mencakup berhentinya proses produksi oleh karena pekerja-pekerja lainnya

menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang harus

diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita oleh karena

kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat itu, dan lain-lain.

2.2.3 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan

Internasional tahun 1962 dalam Suma‟mur (2014) adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan

Universitas Sumatera Utara


22

a) Terjatuh

b) Tertimpa Benda Jatuh

c) Tertumbuk atau Terkena Benda-Benda, Kecuali Benda Jatuh

d) Terjepit Oleh Benda

e) Gerakan-Gerakan Melebihi Kemampuan

f) Pengaruh Suhu Tinggi

g) Terkena Arus Listrik

h) Kontak dengan Bahan-Bahan Berbahaya atau Radiasi

i) Jenis-Jenis lain Termasuk Kecelakaan-Kecelakaan yang Data-Datanya tidak

Cukup atau Kecelakaan-Kecelakaan lain yang belum Masuk Klasifikasi tersebut.

2. Klasifikasi Menurut Penyebab

a. Mesin

a) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik

b) Mesin penyalur (= transmisi)

c) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam

d) Mesin-mesin pengolah kayu

e) Mesin-mesin pertanian

f) Mesin-mesin pertambangan

g) Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut

b. Alat angkut dan alat angkat

a) Mesin angkat dengan peralatannya

b) Alat angkutan dari atas rel

Universitas Sumatera Utara


23

c) Alat angkutan lain yang beroda terkecuali kereta api

d) Alat angkutan udara

e) Alat angkutan air

f) Alat-alat angkutan lain

c. Peralatan lain

a) Bejana bertekanan

b) Dapur pembakar dan pemanas

c) Instalasi pendingin

d) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi terkecuali alat-alat listrik

(tangan)

e) Alat-alat listrik (tangan)

f) Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik

g) Tangga

h) Perancah (= streger)

i) Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi

a) Bahan peledak

b) Debu, gas, cairan, dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak

c) Benda-benda melayang

d) Radiasi

e) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut

Universitas Sumatera Utara


24

e. Lingkungan kerja

a) Di luar bagunan

b) Di dalam bangunan

c) Di bawah tanah

f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut

a) Hewan

b) Penyebab lain

g. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau data tidak

memadai.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan

a) Patah tulang

b) Dislokasi/ keseleo

c) Regang otot/ urat

d) Memar dan luka dalam yang lain

e) Amputasi

f) Luka-luka lain

g) Luka di permukan

h) Gegar dan remuk

i) Luka bakar

j) Keracunan-keracunan mendadak (= akut)

k) Akibat cuaca, dan lain-lain

l) Mati lemas

Universitas Sumatera Utara


25

m)Pengaruh arus listrik

n) Pengaruh radiasi

o) Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya

p) Lain-lain

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh

a) Kepala

b) Leher

c) Badan

d) Anggota atas

e) Anggota bawah

f) Banyak tempat

g) Kelainan umum

h) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut

2.2.4 Prinsip-prinsip Pencegahan Kecelakaan

Menurud Ridley (2014), sasaran pencegahan kecelakaan adalah mencegah

terjadinya kecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak terulang

kembali.

Adapun prosedur pencegahan kecelakaan adalah :

1. Mengidentifikasi bahaya

2. Menghilangkan bahaya

3. Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak

dapat dilakukan

Universitas Sumatera Utara


26

4. Melakukan penilaian risiko residual

5. Mengendalikan risiko residual

Pencegahan cidera memiliki dua komponen utama: mengantisipasi potensi

bahaya dan desain tempat kerja. Sistem surveilans yang di kembangkan dengan data

yang baik dapat membantu perusahaan mengantisipasi cidera potensial, baik itu

kecelakaan atau tindak kekerasan. Cidera seharusnya tidak lagi dianggap akibat yang

dihasilkan dari berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Sebaliknya,

pengusaha harus menganggap mereka sebagai peristiwa. Biaya tinggi dalam hal biaya

pengobatan dan kehilangan produktivitas, biaya yang dibayar oleh pekerja, pengusaha

dan akhirnya konsumen. Namun, banyak perusahaan menganggap hal tersebut

sekedar kepatuhan, bukan pencegahan proaktif. Selain itu, jumlah saat ini yang di

keluarkan oleh pemerintah pada pencegahan cidera kecil jika dibandingkan dengan

uang yang dialokasikan untuk penyakit yang paling kronis.Tetapi pengusaha

berupaya untuk memiliki program pencegahan cidera yang dirancang dengan baik di

tempat kerja (Healey dan Walker, 2009).

2.3 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam suatu upaya sistematis

untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya

merupakan landasan manajemen risiko untuk menjawab pertanyaan apa potensi

bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/ perusahaan dan bagaimana

terjadinya (Ramli, 2010).

Universitas Sumatera Utara


27

Menurut Ridley (2014), ada beberapa cara untuk mengidentifikasi bahaya

antara lain sebagai berikut :

1. Inspeksi keselamatan kerja (melakukan survei keselamatan umum di tempat

kerja).

2. Mengadakan patroli keselamatan kerja (mengidentifikasi bahaya di sepanjang

rute patroli yang ditetapkan terlebih dahulu).

3. Mengambil sampel keselamatan kerja (melakukan pemeriksaan hanya untuk satu

jenis bahaya, kemudian mengulanginya untuk bahaya yang lainnya).

4. Mengaudit keselamatan kerja (membuat hitungan jumlah bahaya berbeda yang

ditemukan sebagai pembanding dengan audit yang serupa pada waktu

sebelumnya dan yang akan datang).

5. Melakukan survei kondisi lingkungan.

6. Membuat laporan kecelakaan.

7. Melaporkan kondisi yang hampir menimbulkan kecelakaan atau „nyaris celaka‟.

8. Meminta masukan dari para pekerja.

9. Melapor dari media pers dan asosiasi perdagangan.

Menurut Rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus yang

berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari bahaya-bahaya.

Untuk itu perlu dijawab beberapa pertanyaan tentang setiap langkahnya:

1) Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka, dengan

suatu objek?

2) Dapatkah pekerja terjepit pada, atau diantara objek?

Universitas Sumatera Utara


28

3) Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja dapat

terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?

4) Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau

memelintir?

5) Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan? Contohnya,

apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi?

Pengamatan terhadap pekerjaan harus diulang sesering mungkin sesuai dengan

kebutuhan sampai semua bahaya dan potensi kecelakaan teridentifikasi.

Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan risiko yang

sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk itu pekerja-

pekerja dapat membantu mengidentifikasi risiko-risiko berdasarkan pengalaman

mereka.

Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko adalah

melakukan penilaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau lingkungan

yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang mungkin dapat

digunakan untuk mengidentifikasi risiko antara lain :

1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi

kerja.

2. Laporan kecelakaan/ insiden dari area umum di lokasi kerja.

3. Laporan pengamatan kerja.

4. Peraturan kerja khusus di lokasi.

5. Kebutuhan alat pelindung diri.

Universitas Sumatera Utara


29

6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.

2.3.1 Tujuan Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program

pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Identifikasi bahaya memberikan

berbagai manfaat antara lain :

a. Mengurangi Peluang Kecelakaan

Identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan, dengan

melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan

dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat ditekan.

1
Fatal
30
Kecelakaa
n berat
300
Kecelakaan serius

3000
Kecelakaan ringan

30.000
Tindakan dan kondisi tidak aman

Gambar 2.1: Rasio Kecelakaan Menurut Dupont

Universitas Sumatera Utara


30

Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah 1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000 yang

artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman,

akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300 kali kecelakaan

serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan.

Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi penyebab

kecelakaan yang menjadi dasar piramida, maka peluang terjadinya kecelakaan dapat

diturunkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi seluruh sumber

bahaya di tempat kerja.

b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja, manajemen dan pihak

terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat

meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.

c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan

pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas

penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan

lebih efektif.

d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam

perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan demikian

mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang akan dilakukan

(Ramli, 2010).

Universitas Sumatera Utara


31

2.3.2 Teknik Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif

untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Teknik

identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas :

1. Metoda pasif

2. Metoda semiproaktif, dan

3. Metoda aktif

a. Teknik Pasif

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara

langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlamat, karena langkah pencegahan diambil

setelah kecelakaan terjadi.

b. Teknik Semi Proaktif

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak

perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;

a) Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian

kecelakaan.

b) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk

diambil sebagai pelajaran.

c) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun

menimpa pihak lain.

Universitas Sumatera Utara


32

Sejalan dengan hal ini, setiap sistem K3 mensyaratkan untuk melakukan

penyelidikan kecelakaan sebagai “lesson learning” agar kejadian serupa tidak

terulang kembali.

c. Teknik Proaktif

Metode terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau

mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang

merugikan.

Tindakan proaktif memiliki kelebihan:

1) Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan

atau cidera.

2) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena dengan

mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.

3) Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerja setelah mengetahui dan

mengenal bahaya di tempat kerja.

4) Mencegah pemborosan, karena bahaya dapat menimbulkan kerugian.

Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang

bersifat proaktif antara lain:

1. Daftar Periksa dan Audit atau Inspeksi K3

2. Hazops (Hazard and Operability Study)

3. Analisa Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis-JSA)

4. Analisa Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis-TRA)

5. Analisa Bahaya Awal (Preliminary Hazards Analysis-PHA)

Universitas Sumatera Utara


33

6. Analisa Moda Kegagalan dan Efek (Failure Mode and Effect Analysis-FMEA)

7. Analisa What If (What If Analysis-ETA)

8. Analisa Pohon Kegagalan (Fault Tree Analysis-FTA)

2.3.3 Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya

Teknik identifikasi bahaya yang digunakan harus sesuai, karena sangat

menentukan efektivitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa

pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya yang tepat antara lain:

1) Sistematis dan terstruktur

2) Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum pernah

dikenal sebelumnya

3) Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan

4) Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan

Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi antara

lain:

1. Manusia

2. Peralatan

3. Proses

4. Sistem dan Prosedur

Universitas Sumatera Utara


34

a. Manusia

Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada saat

melakukan aktivitasnya masing-masing.

b. Peralatan

Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut, dan

lainnya dapat menjadi sumber bahaya bagi manusia yang menggunakannya.

c. Material

Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil

produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan karakteristik

masing-masing.

d. Proses

Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat fisis

atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat

menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.

e. Sistem dan Prosedur

Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat

mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Contohnya seorang pekerja yang

bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan kelelahan yang

akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman, misalnya menurunnya

konsentrasi pada akhirnya mendorong terjadinya kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara


35

Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya yang

ada tetapi dapat dibagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya dominan,

dan unsur produksi yang merupakan objek penelitian.

Lain-lain
What if, Hazard
identification,
Proses dll
Hazard and
Operability study,
Fault Tree Analysis,
What If, Preliminary
Manusia
Hazard Analysis
Job Safety
Analysis, Task
Risk Analysis
Sistem dan
Prosedur
Job Safety
Analysis, What
Peralatan/
If, dll
Teknis
Failure
Mode and
Effect
Analysis,
What If

Gambar 2.2 Program Identifikasi Bahaya yang Sesuai Untuk Menjangkau


Potensi Bahaya dalam Kegiatan Perusahaan.

2.3.4 Proses Identifikasi Bahaya

Secara garis besar tahapan identifikasi bahaya adalah merinci bahaya-bahaya

yang ada sampai level detail dan kemudian menetukan signifikansinya (potensi) dan

penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan terhadap masalah-masalah

yang ada.

Universitas Sumatera Utara


36

Mesin
dan
peralatan

Sumber
tenaga
Proses Identifikasi
kerja dan
kerja bahaya
bahan
berbahaya

Lokasi
kerja

Gambar 2.3 Proses Identifikasi Bahaya K3.

Tahapan identifikasi bahaya diawali dengan menyusun daftar kejadian

kejadian yang tidak diharapkan yang mungkin menyebabkan terjadi kecelakaan

maupun gangguan kesehatan.

2.4 Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk

menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya disetiap

langkahnya sehingga bisa dikembangkan solusi untuk mencegah terjadinya

kecelakaan. Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktivitas

kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai

ditempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya

Universitas Sumatera Utara


37

di tempat kerja sebagai langkah untuk mengendalikan risiko yang terjadi disuatu

lingkungan kerja.

Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan

menemukan bahaya yang :

1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain

permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.

2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personil.

3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat gambaran

yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan. Badan analisa

keselamatan kerja membuat strategi yang terstruktur dalam mencegah kecelakaan

kerja yaitu dengan melakukan pengenalan terhadap bahaya, melakukan evaluasi dan

pengendalian risiko (Cipto, 2010).

2.4.1 Manfaat Job Safety Analysis (JSA)

Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamaan kerja dan

melindungi produktivitas pekerja. manfaatnya adalah :

1. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.

2. Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja.

3. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam metode

kerja.

4. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan meningkatkan

produktivitas.

Universitas Sumatera Utara


38

5. Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan, termasuk

petunjuk dan pelatihan tenaga kerja manusia.

6. Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja

efisien.

Teknologi keamanan sistem adalah suatu segmen yang dibentuk dengan baik

dan dikenal secara formal dari teknisi sistem modern. Sebagian besar dari

metodologinya dikembangkan untuk membantu mencegah terjadinya kecelakaan

dalam sistem-sistem yang disponsori atau dikontrol pemerintah Amerika Serikat.

Dianjurkan agar langkah pertama dalam identifikasi bahaya sistematis adalah

mempersiapkan sebuah daftar dari tipe-tipe kecelakaan yang terjadi untuk produk,

peralatan, sistem, atau daerah operasi yang diteliti. Setelah semua bahaya telah

diidentifikasikan dari masing-masing tahap pekerjaan, pada tahap berikutnya yaitu

mencari solusi pengembangan terhadap desain untuk pemisahan atau sebaliknya

pengawasan atau kontrol terhadap desain untuk mengetahui hubungan tiap bahaya

dengan tahapan suatu pekerjaan. Solusi yang biasa digunakan untuk mengontrol

bahaya adalah berikut :

1. Merubah lingkungan fisik pekerjaan.

2. Mengurangi frekuensi pekerjaan pada pekerjaan yang berbahaya.

3. Menggunakan pakaian pelindung/alat pelindung.

4. Melakukan prosedur kerja yang baik.

Analisa keselamatan kerja (JSA) biasanya dikembangkan dengan mengamati

pekerja-pekerja yang berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya dan atau

Universitas Sumatera Utara


39

dengan mendiskusikan metode kerja dengan mereka. Observasi dan diskusi ini

digunakan untuk mengidentifikasi langkah-langkah dasar dari sebuah pekerjaan yang

spesifik dan untuk mempersiapkan suatu daftar bahaya. Kontrol bahaya ini meliputi

pelaksanaan prosedur keamanan kerja, penghilangan sumber-sumber tenaga kerja dan

bahan-bahan yang berbahaya serta penggunaan pakaian dan perlengkapan pengaman

dan lain-lain. Penurunan tingkat bahaya dan solusi-solusi yang digunakan seharusnya

dibicarakan dengan para pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut. Semakin

pekerja dilibatkan dan diizinkan untuk memberi kontribusi maka semakin sukses dan

efektiflah JSA tersebut. Metode pelaksanaan yang efisien pada analisa keselamatan

kerja adalah melalui observasi langsung pada performa kerja. Dalam banyak hal

observasi langsung mungkin tidak praktis, seperti pada pekerjaan baru dan hal lain

yang jarang dikerjakan. Pada kondisi seperti ini JSA dapat dibuat melalui diskusi

dengan orang yang menggeluti pekerjaan tersebut (Cipto, 2010).

2.4.2 Langkah Melakukan Job Safety Analysis (JSA)

Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job Safety

Analysis (JSA) adalah sebagai berikut :

1. Memilih Pekerjaan (Job Selection)

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan

harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, hal

penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


40

a. Frekuensi Kecelakaan

Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas

utama dalam JSA.

b. Tingkat Cidera yang Menyebabkan Cacat

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.

c. Kekerasan Potensi

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun

mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

d. Pekerjaan Baru

Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh ditunda

hingga kecelakaan atau kejadian hampir celaka terjadi.

e. Mendekati Bahaya

Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA. Hal

ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah menjadi

kecelakaan.

2. Menguraikan Pekerjaan ( Job Breakdown)

Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan-tahapan

pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari tahap awal

sampai akhir.

Hindari keselahan-kesalahan yang sering terjadi seperti :

a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan

langkah yang tidak penting.

Universitas Sumatera Utara


41

b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkah-langkah

dasar tindak dapat dibedakan.

3. Mengidentifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam

keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua potensi

bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi dapat

ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan indentifikasi

bahaya diantaranya :

a. Apakah metode kerja dan sikap pekerja aman dalam bekerja?

b. Apakah lingkungan kerja membahayakan pekerja?

c. Apakah kapasitas beban pekerja terlalu besar?

d. Apakah pekerja berpotensi tertusuk, terpotong, tergelincir, tergilas,

terjepit,terpukul, tertanduk, terseruduk, dan lain sebagainya.

e. Apakah pekerja berpotensi terperangkap, tertanam, tertimbun dan potensi

membahayakan pekerja lainnya.

4. Pengendalian Bahaya (Hazard Control)

Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan

pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat

mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga pekerjaan dapat

dikerjakan secara aman, efektif dan efisien. Dalam mengendalikan bahaya, intervensi

yang paling efektif yang dapat kita lakukan adalah dengan menerapkan hirarki

kontrol. Tahapan hirarki control yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


42

1. Primary control : Mencakup pengendalian pertama dengan fokus intervensi pada

alat dan mesin dengan upaya rekayasa.

2. Secondary control : Mencakup pengendalian administrasi dengan cara membatasi

paparan terhadap risiko tertentu.

3. Tertiari control : Pengendalian yang dilakukan dengan mengajarkan praktek kerja

yang benar atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam suatu pekerjaan tertentu

dengan sistematis.

4. APD : Pengendalian yang menjadi pilihan terakhir dalam upaya penanggulangan

yang ditujukan kepada pekerja dengan memberikan alat pelindung diri terhadap

potensi bahaya tertentu.

Universitas Sumatera Utara


43

2.5 Kerangka Konsep

Stasiun Penerimaan
Tandan Buah Segar

Analisis Bahaya

Stasiun Threser
(Job Safety Analysis) (Penebahan)
Instrumen

Stasiun Water
Treatment
Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan hasil

identifikasi dan analisis bahaya pada suatu proses kerja dengan menggunakan metode

JSA (Job Safety Analysis) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan Tebing

Tinggi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun

thresher (penebahan), dan stasiun water treatment PT.Perkebunan Nusantara III PKS

Kebun Rambutan Tebing Tinggi. Pemilihan lokasi dikarenakan pada bagian tersebut

telah terjadi kecelakaan kerja lima tahun terakhir ini dari tahun 2012-2016, serta

adanya dukungan dari pihak perusahaan untuk penelitian ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2017.

3.3 Objek Penelitian

Objek yang di teliti adalah beberapa stasiun yaitu stasiun penerimaan Tandan

Buah Segar (TBS), stasiun penebahan (threser), dan stasiun water treatment.

44

Universitas Sumatera Utara


45

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari pengamatan (observasi) bahaya secara langsung

pada proses kerja.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumentasi proses kerja, serta dokumen

perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi

berupa :

a. Data kecelakaan kerja tahun 2012- 2016.

b. Data proses kerja pada stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun

thresher (penebahan), dan stasiun water treatment PT.Perkebunan Nusantara III

PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

c. Data kebijakan manajemen terhadap pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah teknik JSA (Job Safety Analysis) yang di

aplikasikan pada stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun thresher

(penebahan), dan stasiun water treatment PTPN III PKS Kebun Rambutan Tebing

Tinggi.

Universitas Sumatera Utara


46

3.6 Definisi Operasional

1. Stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) merupakan titik awal proses

pengolahan yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu Tandan Buah Segar diangkut

ke pabrik menggunakan truk masuk ke jembatan timbang untuk penimbangan

menggunakan sistem Komputer, lalu disortir di atas loading ramp.

2. Stasiun threser (penebahan) adalah stasiun pemisahan brondolan dengan janjangan

kosong. Setelah direbus,tandan buah dimasukkan kedalam alat penebah (thresher)

tujuannya untuk melepaskan brondolan dari janjangan.

3. Stasiun water Treatment adalah proses pemurnian/penjernihan air untuk

menghilangkan zat-zat padat yang tidak larut dalam air (pasir, lumpur, tanah dan

lain-lain).

4. JSA (Job Safety Analysis) adalah suatu teknik yang digunakan untuk

menganalisa bahaya yang terdapat dalam setiap proses kerjadi Pabrik PTPN

III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk melihat bahaya-bahaya yang ada dengan cara

memilih pekerjaan (Job selection) dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai

prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu, menguraikan Pekerjaan (Job breakdown)

berdasarkan tahapan-tahapan pekerjaannya, mengidentifikasi dan menganalisis

bahaya dan menentukan pengendalian, kemudian dideskripsikan dan disajikan dalam

bentuk narasi yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Pabrik kelapa sawit kebun rambutan berasal dari perkebunan milik

Maatskappy Hindia Belanda di bawah naungan NV. RCMA (Rubber Culture

Maatskappy Amsterdam) yang pada tahun 1958 dinasiolisasi oleh Pemerintah

Republik Indonesia menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara. Dalam

perkembangannya, perkebunan ini beberapa kali mengalami retrukturisasi

(perubahan), yakni pada tahun 1961 menjadi PPN Sumut IV, selanjutnya pada

tahun 1976 diubah menjadi salah satu unit Kebun di PT. Perkebunan V (Persero).

Pada bulan April 1996 terjadi penggabungan antara PTP III,PTP IV, dan PTP V

menjadi satu perusahaan yang bernama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

yang berkantor pusat di Jalan Sei Batang Hari Medan, dimana Kebun Rambutan

menjadi salah satu unit kebunnya.

Pabrik kelapa sawit kebun rambutan terletak pada lokasi yang sangat

strategis di Provinsi Sumatera Utara, yakni terletak ± 80 km di sebelah tenggara

kota Medan serta berbatasan langsung dengan Kota Tebing Tinggi dengan

koordinat 99o4‟ s/d. 99o20‟ BT dan 3o20‟ s/d. 3o26‟ LU dengan luas pabrik sekitar

7.500 M2. PKS Kebun Rambutan berada di dalam 2 Kabupaten yaitu Kabupaten

Serdang Bedagai dan Kababupaten Batu Bara. PKS Kebun Rambutan dibangun

pada Tahun 1983 dengan kapasitas olah 30 ton/jam, dimana sumber bahan baku

TBS berasal dari kebun seinduk. PKS Kebun Rambutan merupakan salah satu

47

Universitas Sumatera Utara


48

Pabrik dari 12 PKS yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III, yang terletak di

Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai,

Provinsi Sumatera Utara, sekitar 80 km kearah Tenggara kota Medan. Pada bulan

Oktober tahun 2015 terjadi peleburan antara Kebun Rambutan dengan PKS

Rambutan berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor: 308/SKPTS/55/2015.

Sumber bahan baku TBS (Tandan Buah Segar) yang masuk ke PKS Kebun

Rambutan berasal dari kebun seinduk yang terdiri dari Kebun Rambutan, Kebun

Tanah Raja, Kebun Sei Putih, Kebun Sarang Giting, Kebun Silau Dunia, Kebun

Gunung Monako, Kebun Gunung Pamela, Kebun Gunung Para.

4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan agri-bisnis kelas dunia dengan

kinerja prima dan melaksanakan tata-kelola bisnis terbaik. Untuk mencapai visi

tersebut, maka PT.Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan memiliki misi

antara lain :

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3. Memperlakukan karyawan sebagai asset strategis dan mengembangkannya

secara optimal.

4. Berupaya menjadi perusahan terpilih yang memberi “imbal hasil” terbaik bagi

para investor.

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk mitra bisnis.

6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam mengambangkan

komunitas.

Universitas Sumatera Utara


49

7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

4.1.2 Struktur Personalia Pengelola K3

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah suatu

badan yang dibentuk di suatu perusahaan untuk membantu melaksanakan dan

menangani usaha-usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang

keanggotaannya terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja.

Gambar 4.1 Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja Kebun


Rambutan.

Universitas Sumatera Utara


50

1. Ketua

Bertanggung jawab kepada Direktur Perencanaan dan Pengembangan

ruang lingkup tugas dan tanggung jawab :

a. Menjamin penerapan SMK3 di Kantor Direksi sesuai dengan Peraturan

Perundangan, standar dan persyaratan K3 yang berlaku secara konsisten dan

berkesinambungan.

b. Menetapkan personil yang bertanggung jawab dalam menangani masalah-

masalah K3.

c. Memimpin pertemuan bulanan dan sidang-sidang P2K3.

d. Memimpin rapat tinjauan ulang ( Menegement Review ) untuk penilaian kinerja

dan tindak lanjut pelaksaanan K3 dalam pencapaian tujuan dan sasaran K3.

e. Mengkomunikasikan kepada Pihak Ketiga yang terkait dengan kegiatan

perusahaan tentang persyaratan-persyaratan K3 yang harus dilaksanakan sesuai

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

f. Bila Ketua berhalangan bertugas dan tanggung jawab dilaksanakan oleh Wakil

Ketua.

2. Wakil Ketua

Bertanggung jawab kepada Ketua ruang lingkup tugas dan tanggung jawab :

a. Mengevaluasi dan mengkoreksi seluruh kegiatan SMK3 di Kantor Direksi

untuk diketahui oleh Ketua P2K3.

b. Memeriksa program kegiatan terkait Implementasi SMK3 sebelum dilaporkan

ke Ketua P2K3.

Universitas Sumatera Utara


51

c. Berkoordinasi dengan Asisten terkait tentang penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD).

3. Sekretaris

Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang lingkup tugas dan tanggung jawab:

a. Menyusun agenda rapat dan jadwal pertemuan bulanan P2K3 dan segala

sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan P2K3.

b. Menyampaikan undangan rapat dan bahan rapat kepada P2K3.

c. Membuat laporan bulanan P2K3 dan didistribusikan per-triwulan kepada asli

ke Disnaker Kotamadya, perbulan kepada Pengurus P2K3 (bidang-bidang)

bagian terkait sesuai kebutuhan.

d. Membuat saran dan rekomendasi kepada pimpinan dalam upaya peningkatan

kinerja K3.

e. Mendokumentasikan seluruh kegiatan Implementasi SMK3.

f. Mengidentifikasi, mensosialisasikan peraturan perundangan dan persyaratan

K3 dan berkoordinasi dengan instansi terkait.

g. Mengkoordinir pelaksanaan identifikasi sumber bahaya, inspeksi, dan

investigasi kecelakaan kerja.

h. Bertindak sebagai pelaksana harian dari tugas-tugas Ketua.

i. Bila Sekretaris berhalangan tugas dan tanggung jawab dilaksanakan oleh Wakil

Sekretaris.

3. Wakil Sekretaris

Bertanggung jawab kepada Sekretaris ruang lingkup tugas dan tanggung

jawab yaitu membantu pelaksanaan tugas-tugas harian Sekretaris P2K3.

Universitas Sumatera Utara


52

4. Bidang Penyuluhan / Pelatihan

Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang lingkup tugas dan tanggung jawab

a. Melaksanakan identifikasi kebutuhan pelatihan dalam pemenuhan standar

kompetensi personil khusus penanggung jawab K3 sesuai dengan peraturan

perundangan, standar dan persyaratan K3.

b. Membuat program sosialisasi K3 dan pelatihan/ penyuluhan baik OJT, In-

House dan External terkait peningkatan kompetensi di bidang K3.

c. Mensosialisasikan hal-hal yang terkait dalam pelaksanaan SMK3 dan

pelatihan/ penyuluhan baik OJT, In-House dan External terkait peningkatan

kompetensi di bidang K3.

d. Membuat laporan hasil sosialisasi dan penyuluhan/ pelatihan kepada Ketua

melalui Sekretaris serta mengikuti pertemuan bulanan P2K3.

5. Bidang Kesehatan

Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang Lingkup dan Tanggung

Jawab :

a. Membuat program pelayanan dan sosialisasi kesehatan kerja berkoordinasi

dengan bidang pelatihan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan antara

lain :

1. Pelayanan Kesehatan kepada tenaga kerja baik pemeriksaan kesehatan awal,

berkala dan khusus.

2. Sosialisasi di bidang keselamatan kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja

dan ergonomi.

Universitas Sumatera Utara


53

3. Pemantauan lingkungan kerja dan kesehatan tenaga kerja dilaksanakan secara

berkala.

4. Pemantauan terhadap gizi kerja atas pengadaan makanan di perusahaan.

b. Membuat laporan kepada ketua/ sekretaris bila ditemukan karyawan yang sakit

disebabkan penyakit akibat kerja dan meneruskan kepada Dinas Tenaga Kerja

dan Jamsostek.

c. Membuat laporan statistik kecelakaan kerja dan membuat laporan analisa data

pelayanan kesehatan dan penyakit.

d. Melaksanakan P3K dan pengadaan obat-obat P3K sesuai dengan Permen. No

15 Tahun 2008 tentang P3K di tempat kerja.

e. Mengikuti pertemuan bulanan dan menyampaikan laporan/ masukan Bidang

Kesehatan kepada Ketua melalui Sekretaris.

6. Bidang Evaluasi

Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang Lingkup dan Tanggung Jawab :

a. Mengevaluasi penerapan SMK3 sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku dalam rangka efektifitas dan peningkatan kinerja K3.

b. Mengikuti pertemuan bulanan dan menyampaikan laporan dan masukan

kepada Ketua/Wakil Ketua melalui Sekretaris, dari hasil Evaluasi yang

dilaksanakan.

c. Membuat rekomendasi tindakan perbaikan dan pencegahan atas kejadian

kecelakaan kerja.

d. Mengusulkan diadakan pembahasan dan tindak lanjut yang diperlukan dalam

peningkatan kinerja K3.

Universitas Sumatera Utara


54

Data Perusahaan Pada Bulan November 2016

1. Nama Perusahaan : PT. Perkebunan Nusantara –III Kebun Rambutan.

2. Alamat Perusahaan : Kecamatan Tebing Tinggi

3. Jumlah Tenaga Kerja :940 orang

a. Laki-laki : 862 orang

b. Perempuan : 78 orang

4.1.3 Kebijakan Perusahaan dalam Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja

Kebijakan Sistem Manajemen PT. Perkebunan Nusantara III Kebun

Rambutan berkomitmen untuk:

1. Menjamin mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu produk

yang berlaku nasional maupun internasional dan standar mutu perusahaan yang

ditetapkan untuk mencapai kepuasan pelanggan.

2. Mengelola perkebunan dan pabrik dengan meminimalkan dampak yang

merugikan pada lingkungan hidup.

3. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan atau

penyakit akibat hubungan kerja.

4. Memenuhi peraturan dan persyaratan yang terkait dengan mutu, aspek

lingkungan dan K3.

5. Melakukan peningkatan secara berkesinambungan melalui penerapan Sistem

manajemen mutu, lingkungan dan K3.

6. Menghormati hak-hak pekerja serta perilaku yang adil sesuai dengan peraturan

dan norma ketenagakerjaan.

Universitas Sumatera Utara


55

7. Turut berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

melibatkan para pemangku kepentingan yang terkait.

4.1.4 Data Kecelakaan Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun
Rambutan Tahun 2012-2016.

Tabel 4.1. Data Kecelakaan Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III PKS
Kebun Rambutan Tahun 2012-2016.

No Unit Tahun Kecelakaan


1 PKS Kebun Rambutan 2012 Kaki kanan pekerja terluka dan patah
tulang karena memperbaiki lori yang
anjlok tiba- tiba cantolan tali terlepas
dari dudukan seksi- seksi lori pada area
loading ramp.
2 PKS Kebun Rambutan 2013 Nihil
3 PKS Kebun Rambutan 2014 Nihil
4 PKS Kebun Rambutan 2015 Nihil
5 PKS Kebun Rambutan 2016 - Tangan kanan pekerja terluka
akibat pecahan kaca pada saat
pergantian kaca reben menjadi
transparan di timbangan TBS.
- Kening pekerja terantuk besi
pipa pada saat akan melakukan Kontrol
pekerjaan ke efluen treatment.
- Pada saat melakukan kebersihan
pabrik, dan membuang sampah
menggunakan angkong, tangan kanan
pekerja tersayat seng penutup elektro
motor.
- Pada saat mengoperasikan
capstand untuk menarik lori masuk ke
stasiun rebusan, tiba- tiba tali capstand
putus sehingga menciderai lengan
kanan pekerja.

Universitas Sumatera Utara


56

4.2 Identifikasi dan analisis Bahaya dengan Metode JSA (Job Safety
Analysis) di PT.Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan.

4.2.1. Memilih Pekerjaan untuk Dianalisis (Select The Job)

Pekerjaan yang dipilih menjadi objek penelitian berdasarkan data kecelakaan kerja

yang diperoleh dari perusahaan yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun

terakhir tahun 2012-2016 yaitu :

a. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS).

b. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser (Thresing Station).

c. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Water Treatment.

4.2.2 Menguraikan Pekerjaan (Job Breakdown)

a. Aktivitas Kerja Karyawan pada Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar

(TBS).

Stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) merupakan titik awal

proses pengolahan yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : Tandan Buah Segar

diangkut ke pabrik menggunakan truk masuk ke jembatan timbang untuk

penimbangan menggunakan sistem Komputer, lalu disortir di atas loading ramp.

1. Jembatan Timbang

Sebelum melaksanakan penimbangan maka karyawan dan atau asisten

pengolahan/ laboratorium berkewajiban untuk memastikan bahwa timbangan

dalam keadaan baik dan penunjukan tanpa beban berada pada posisi nol tepat,

setiap truk pengangkut produksi bahan baku dan barang jadi yang tiba maupun

yang akan berangkat terlebih dahulu ditimbang dijembatan timbang untuk

mengetahui beratnya. Seluruh angka timbangan dicatat oleh karyawan timbangan,

hasil penimbangan berupa berat bruto dikurang berat tarra.

Universitas Sumatera Utara


57

2. Sortasi Tandan Buah Segar (TBS)

Sortasi dilakukan untuk menentukan mutu tandan buah segar oleh

karyawan sortasi di pabrik bersama-sama dengan pemasok, dengan terlebih

dahulu buah yang akan disortasi dituang dilantai/ peralatan loading ramp

selanjutnya dipilih. Tangkai panjang, sampah, tandan kosong, buah busuk dan

buah sakit tidak boleh ada.

3. Loading Ramp

Karyawan akan memasukkan tandan buah segar dengan membuka ramp

ke dalam lori untuk memasukkan ke dalam perebusan. Dalam satu lori terdapat

2,5 ton TBS dan jumlah lori ada 8 buah yang dimasukkan ke dalam perebusan.

Karyawan lainnya kutip brondolan yang jatuh ke lantai.

b. Aktivitas Kerja Karyawan pada Stasiun Threser (Thresing Station).

Stasiun threser (penebahan) adalah stasiun pemisahan brondolan dengan

janjangan kosong. Setelah direbus,tandan buah dimasukkan kedalam alat penebah

(thresher) tujuannya untuk melepaskan brondolan dari janjangan. Proses kerja

dilakukan mulai dari menarik keluar lorry dari sterilizer dengan menggunakan tali

profilin yang ditarik dengan capstand serta juga menggunakan transfer carriage

untuk memindahkan lorry dari jalur (track) sterilizer menuju tippler gate dan

diteruskan ke threser. Aktivitas kerja Karyawan pada stasiun threser dapat

diuraikan ke dalam langkah-langkah pekerjaan sebagai berikut :

1. Satu orang karyawan capstand menarik lori diposisi hoisting crane.

2. Satu orang membuka gandengan dan memasang rantai crane.

Universitas Sumatera Utara


58

3. Dua orang karyawan hoisting crane mengangkat lori buah masak dituang ke

auto feeder, dan menurunkan lori kosong ke rail track.

c. Aktivitas Kerja karyawan pada Stasiun Water Treatment.

Stasiun water Treatment adalah proses pemurnian/ penjernihan air untuk

menghilangkan zat-zat padat yang tidak larut dalam air (pasir, lumpur, tanah dan

lain-lain). Jumlah pekerja pada stasiun water treatment yaitu dua orang pekerja

dengan tugas antara lain:

1. Menjalankan pompa air dari raw water ke waduk dan dari waduk dipompa ke

water clarifier.

2. Memberi injeksi bahan kimia agar air bersih dan Ph air standar.

3. Air dari water clarifier tank dialirkan ke bak water basin untuk pengendapan

lumpur yang terbawa.

4. Dari bak water basin dipompa ke tower tank kemudian dialirkan untuk

kebutuhan proses produksi.

4.2.3. Mengidentifikasi Bahaya (Hazard Identification)

a. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS).

Adapun identifikasi bahaya pada pekerjaan di stasiun penerimaan tandan

buah segar dapat dilihat pada Tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 4.2. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Karyawan Pada Stasiun


Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS).

No Urutan langkah- Kondisi Aktual Identifikasi bahaya


langkah
1 Karyawan dan atau Karyawan 1. Karyawan dapat tertabrak
asisten pengolahan/ memeriksa dan truk yang masuk.
laboratorium memastikan bahwa 2. Karyawan tertimpa tandan
memastikan bahwa timbangan dalam buah segar dari atas truk
timbangan dalam keadaan baik. yang membawa tandan
keadaan baik dan buah segar.
penunjukan tanpa
beban berada pada
posisi nol tepat.

2 Karyawan melakukan 1. Jarak karyawan 1. Karyawan terpapar radiasi


penimbangan tandan dengan komputer komputer.
buah segar terlalu dekat. 2. Terkena listrik
2. Posisi duduk 3. Terbakar akibat instalasi
karyawan listrik yang rusak.
timbangan yang 4. Karyawan mengalami low
terlalu lama dan back pain
posisi duduk yang 5. Kelelahan mata
selalu menghadap
komputer.
3 Karyawan melakukan Karyawan 1. Tertusuk duri
sortasi Tandan Buah menggunakan APD 2. Tertimpa tandan buah
Segar (TBS). lengkap. segar dari atas truk.
3. Gangguanpernapasan
akibat debu dari tandan
buah segar dan truk yang
masuk maupun keluar dari
loading ramp.
4. Penyakit kulit akibat
terpapar sinar matahari
secara langsung.
4 Karyawan memasukkan Karyawan Kebakaran
Tandan Buah Segar memasukkan tandan
dengan membuka ramp buah segar dengan
ke dalam lori untuk membuka ramp ke
memasukkan ke dalam dalam lori.
perebusan.

5 Karyawan mengutip Karyawan mengutip 1. Tertimpa TBS dari pintu


brondolan yang jatuh ke brondolan yang jatuh loading ramp.
lantai. ke lantai. 2. Terpeleset karena lantai
licin akibat brondolan.
3. Terjepit lori/ peralatan
4. Tertimpa lori yang anjlok.

Universitas Sumatera Utara


60

b. Aktivitas Kerja Karyawan Pada Stasiun Threser (Thresing Station).

Adapun identifikasi bahaya pada pekerjaan di stasiun threser (Threser

Station) dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.3. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Karyawan pada Stasiun


Threser (Penebahan).

No Urutan Langkah-langkah Kondisi Aktual Identifikasi Bahaya


pekerjaan
1 Satu orang karyawan Pada saat 1.Karyawan beresiko
capstand menarik lori mengoperasikan mengalami penyakit
diposisi hoisting crane. capstand, karyawan low back pain (nyeri
cenderung punggung bawah).
membungkuk. 2.Tergulung tali.
3.Terjepit.
4.Terpeleset karena
lantai ber oli.
5.Terpental tali
profiling yang putus.
2 Satu orang membuka Pekerja membuka Apabila rantai crane
gandengan dan memasang gandengan dan putus, pekerja akan
rantai crane. memasang rantai crane tertimpa lori.
memakai cantolan/
pengait besi.

3 Dua orang karyawan Dua orang karyawan 1.Terjatuh dari


hoisting crane mengangkat hoisting crane ketinggian.
lori buah masak dituang ke mengangkat lori buah 2.Terjatuh pada saat
auto feeder, dan masak dituang ke auto menaiki tangga
menurunkan lori kosong ke feeder, dan menurunkan menuju hoisting
rail track. lori kosong ke rail track. crane yang terjal.
menggunakan APD 3. Bising.
yang sesuai.

Universitas Sumatera Utara


61

c. Aktivitas Kerja Karyawan pada Stasiun Water Treatment.

Adapun identifikasi bahaya pada pekerjaan di stasiun water treatment

dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.4. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Karyawan pada Stasiun Water
Treatment

No Urutan Langkah-langkah Kondisi Aktual Identifikasi


pekerjaan Bahaya
1 Menjalankan pompa air dari Karyawan menjalankan Terpeleset karena
raw water ke waduk dan dari pompa air dari raw water lantai licin.
waduk dipompa ke water ke waduk dan dari waduk
clarifier. dipompa ke water
clarifier dengan
menggunakan APD
lengkap.

2 Memberi injeksi bahan kimia Karyawan memberi 1. Terhirup bahan


agar air bersih dan Ph air injeksi bahan kimia kimia.
standar. dengan menggunakan 2. Iritasi kulit
APD yang sesuai seperti karena terkena
sarung tangan, masker, bahan kimia.
topi safety, dan sepatu
safety.

3 Air dari water clarifier tank Karyawan memompa air 1. Karyawan


dialirkan ke bak water basin ke tower tank kemudian terpeleset karna
untuk pengendapan lumpur dialirkan ke turbin uap lantai licin.
yang terbawa, dari bak water untuk kebutuhan proses 2. Bising,yang dapat
basin dipompa ke tower tank produksi. menyebabkan
kemudian dialirkan untuk gangguan
kebutuhan proses produksi. pendengaran.

Universitas Sumatera Utara


62

4.2.4 Pengendalian Bahaya (Hazard Control)

Tabel 4.5 Pengendalian Bahaya Pada Stasiun Penerimaan Tandan Buah


Segar (TBS).

No Urutan langkah- Kondisi Aktual Identifikasi Pengendalian


langkah bahaya Bahaya
1 Karyawan dan Karyawan 1. Dalam 1. Pemasangan
atau asisten memeriksa dan pengecekan, rambu-
pengolahan/ memastikan karyawan dapat rambu K3.
laboratorium bahwa timbangan tertabrak truk
memastikan dalam keadaan yang masuk.
bahwa timbangan baik. 2. Karyawan 2. Pemasangan
dalam keadaan tertimpa tandan rambu-
baik dan buah segar dari rambu lalu
penunjukan tanpa atas truk yang lintas.
beban berada pada membawa
posisi nol tepat. tandan buah
segar.
2 Karyawan 1. Jarak 1. Karyawan 1. Pemasangan
melakukan karyawan terpapar radiasi kaca anti
penimbangan dengan komputer. radiasi
tandan buah segar komputer 2. Terkena listrik 2. Pemasangan
terlalu dekat. 3. Terbakar akibat rambu-
2. Posisi duduk instalasi listrik rambu.
karyawan yang rusak. peringatan
timbangan 4. Karyawan 3. Pemeliharaa
yang terlalu mengalami low n instalasi
lama dan back pain dan listrik.
posisi duduk kelelahan mata. 4. Pengaturan
yang selalu rotasi kerja
menghadap dan pekerja
komputer. mengistiraha
tkan mata
maksimal
setelah 30
menit
menghadap
komputer
terus-
menerus.
3 Karyawan Karyawan 1. Tertusuk duri 1. Menggunaka
melakukan sortasi menggunakan 2. Tertimpa tandan n APD
Tandan Buah APD lengkap. buah segar dari (sepatu
Segar (TBS). atas truk. safety).
3. Gangguanperna 2. Pemasangan
pasan akibat rambu-
debu dari rambu K3.
tandan buah 3. Menggunaka
segar dan truk n APD

Universitas Sumatera Utara


63

yang masuk (masker).


maupun keluar
dari loading
ramp.
4. Penyakit kulit 4. Menggunaka
akibat terpapar n APD (baju
sinar matahari lengan
secara panjang,saru
langsung. ng
tangan,helm,
sepatu
safety,maske
r).
4 Karyawan Karyawan Kebakaran 1. Pemasangan
memasukkan memasukkan rambu-
Tandan Buah tandan buah segar rambu
Segar dengan dengan membuka peringatan.
membuka ramp ke ramp ke dalam 2. Penempatan
dalam lori untuk lori. peralatan
memasukkan ke tanggap
dalam perebusan. darurat.

5 Karyawan Karyawan 1. Tertimpa tandan 1. Penggunaan


mengutip mengutip buah segar dari APD
brondolan yang brondolan yang pintu loading (helm,sarung
jatuh ke lantai. jatuh ke lantai. ramp. tangan).
2. Terpeleset 2. Pemasangan
karena lantai rambu-
licin akibat rambu.
brondolan. peringatan
3. Terjepit lori/ 3. Pemasangan
peralatan. rambu-
4. Tertimpa lori rambu
yang anjlok. peringatan.
4. Mengkondisi
kan Tempat
Kerja,
Penggunana
n
peralatan,car
a kerja,posisi
kerja dalam
kondisi
aman.

Universitas Sumatera Utara


64

Tabel 4.6 Pengendalian Bahaya Pada Stasiun Thresher (Penebahan)

No Urutan Kondisi Aktual Identifikasi Pengendalian


Langkah- Bahaya Bahaya
langkah
pekerjaan
1 Satu orang Pada saat 1. Karyawan 1. Pemasangan
karyawan mengoperasikan beresiko rambu- rambu
capstand menarik capstand, mengalami K3.
lori diposisi karyawan penyakit low
hoisting crane. cenderung back pain
membungkuk. (nyeri
punggung 2. Pemasangan
bawah) rambu- rambu
2. Tergulung K3.
tali profilin 3. Pemasangan
3. Terjepit rambu- rambu
4. Terpeleset K3.
karena lantai 4. Bekerja sesuai
ber oli prosedur
5. Terpental kerja/instruksi
tali profiling kerja.
yang putus.

2 Satu orang Pekerja membuka Apabila rantai 1. Pemasangan


membuka gandengan dan crane putus, rambu- rambu K3
gandengan dan memasang rantai pekerja akan
memasang rantai crane memakai tertimpa lori.
crane. cantolan/ pengait
besi.

3 Dua orang Dua orang 1. Terjatuh dari 1. Menggunakan


karyawan hoisting karyawan hoisting ketinggian. APD (helm).
crane mengangkat crane 2. Terjatuh 2. Pemasangan
lori buah masak mengangkat lori pada saat rambu- rambu
dituang ke auto buah masak menaiki K3.
feeder, dan dituang ke auto tangga
menurunkan lori feeder, dan menuju
kosong ke rail menurunkan lori hoisting
track. kosong ke rail crane yang
track. terjal.
menggunakan 3. Bising 3. Menggunakan
APD yang sesuai. APD (ear plug).

Universitas Sumatera Utara


65

Tabel 4.7 Pengendalian Bahaya Pada Stasiun Water Treatment

No Urutan Kondisi Aktual Identifikasi Pengendalian


Langkah- Bahaya Bahaya
langkah
pekerjaan
1 Menjalankan Karyawan Terpeleset Pemasangan rambu-
pompa air dari menjalankan karena lantai rambu K3
raw water ke pompa air dari licin
waduk dan dari raw water ke
waduk dipompa waduk dan dari
ke water waduk dipompa
clarifier. ke water clarifier
dengan
menggunakan
APD lengkap.

2 Memberi injeksi Karyawan 1. Terhirup Menggunakan APD


bahan kimia memberi injeksi bahan kimia. (helm, masker,
agar air bersih bahan kimia 2. Iritasi kulit sarung tangan, baju
dan Ph air dengan karena lengan panjang,
standar. menggunakan terkena bahan sepatu safety)
APD yang sesuai kimia.
seperti sarung
tangan, masker,
topi safety, dan
sepatu safety.

3 Air dari water Karyawan 1. Karyawan 1. Pemasangan


clarifier tank memompa air ke terpeleset rambu- rambu K3
dialirkan ke bak tower tank karna lantai 2. Menggunakan
water basin kemudian licin. APD (ear plag).
untuk dialirkan ke turbin 2. Bising, yang
pengendapan uap untuk dapat
lumpur yang kebutuhan proses menyebabka
terbawa, dari produksi. n ketulian
bak water basin
dipompa ke
tower tank
kemudian
dialirkan untuk
kebutuhan
proses produksi.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Bahaya Aktivitas Kerja Karyawan pada Stasiun Penerimaan

Tandan Buah Segar (TBS)

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Job Safety Analysis

(JSA) pada stasiun penerimaan tandan buah segar dilakukan analisis bahaya didalam

prosedur kerja yang diteliti secara keseluruhan yaitu dimulai saat karyawan dan atau

asisten pengolahan/ laboratorium memastikan bahwa timbangan dalam keadaan baik

dan penunjukan tanpa beban berada pada posisi nol tepat, pada saat melakukan

pemeriksaan karyawan dapat tertabrak truk yang masuk maupun keluar dan tertimpa

tandan buah segar dari atas truk yang membawa tandan buah segar, karena itu

karyawan harus memastikan tidak ada truk yang sembarangan keluar masuk pabrik.

Pada kebanyakan kasus karyawan begitu memperhatikan pada penanganan benda

sehingga lupa untuk melihat kemana arah kendaraannya bergerak (Rijanto, 2011).

Selanjutnya truk pembawa tandan buah segar masuk dan mulai dilakukan

penimbangan, karyawan akan mencatat seluruh angka timbangan dari layar komputer,

radiasi yang berasal dari komputer dapat membahayakan karyawan, sehingga

komputer harus diberi kaca anti radiasi. Berbagai radiasi seperti radiasi dari berbagai

bahan radioaktif, radiasi sinar dan radiasi gelombang mikro yang dapat menimbulkan

berbagai penyakit pada pekerja (Sucipto, 2014). Setelah penimbangan, tandan buah

segar akan dibawa untuk disortasi oleh karyawan lainnya, untuk menghindari bahaya

66

Universitas Sumatera Utara


67

seperti tertusuk duri, tertimpa tandan buah segar,terpapar sinar matahari secara

langsung, dan gangguan pernapasan akibat debu yang berasal dari truk maka

karyawan wajib menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu safety, sarung

tangan, helm, masker dan baju lengan panjang. Selanjutnya Karyawan akan

memasukkan tandan buah segar dengan membuka ramp ke dalam lori untuk

memasukkan ke dalam perebusan, sedangkan brondolan yang jatuh ke lantai akan

dikutip. Permukaan lantai yang licin dan tidak merata akan meningkatkan

kemungkinan terpeleset dan terjatuh karena terjadinya retakan tiba- tiba yang tidak

dapat diperkirakan (Tarwaka, 2010).

Karyawan yang berada di bawah pintu loading ramp pada saat mengutip

brondolan akan beresiko tertimpa TBS, sehingga dipasang rambu- rambu

keselamatan dan kesehatan kerja yang berisi “awas tertimpa TBS” dengan maksud

supaya karyawan menyadari akan bahaya tertimpa tandan buah segar dan karyawan

harus hati-hati dan tetap menggunakan APD lengkap.

5.2 Analisis Bahaya Aktivitas Kerja Karyawan pada Stasiun Threser

(Penebahan)

Pada stasiun Threser (Penebahan) dilakukan analisis bahaya, dalam prosedur

kerja yang diteliti secara keseluruhan yaitu pada saat karyawan capstand menarik lori

diposisi hoisting crane dengan posisi cenderung membungkuk maka karyawan akan

mengalami nyeri punggung bawah. Sedangkan untuk menghindari bahaya seperti

tergulung tali profiling, terjepit, terpeleset karena lantai licin ber oli dan terpental tali

profiling yang putus maka diperlukan pemasangan rambu- rambu K3, penggunaan

Universitas Sumatera Utara


68

APD lengkap dan karyawan bekerja sesuai prosedur kerja/instruksi kerja. Operator

memiliki potensi kecelakaan akibat terpeleset ataupun terjatuh akibat lantai disekitar

track lorry yang licin karena track dalam keadaan berminyak (Cipto, 2010).

Selanjutnya salah satu karyawan akan membuka gandengan dan memasang

rantai crane,lori yang diangkat dengan menggunakan hoisting crane harus seimbang

untuk mencegah putusnya rantai crane yang dapat membahayakan karyawan yaitu

tertimpa lori, dua karyawan lainnya bertugas untuk mengoperasikan hoisting crane

yang letaknya di atas, Pekerja yang membantu disekitarnya harus diinstruksikan

untuk tidak berada dibawah beban (Rijanto, 2011). Untuk menuju hoisting crane

mereka harus menaiki tangga yang terjal sehingga beresiko terpeleset dan terjatuh di

tangga, kemiringan tangga yang dianjurkan oleh keputusan menteri pekerjaan umum

adalah kurang dari 60 derajat. suara bising yang berasal dari mesin thresher dapat

mengakibatkan gangguan pendengaran pada karyawan yang bekerja secara

berkelanjutan diatas 8 jam kerja per hari yaitu 12 jam. Berdasarkan hasil pengukuran

kebisingan pada stasiun threser adalah 75,4 dBA tidak melebihi NAB kebisingan

yaitu 85 dBA.

Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Cipto (2010), bahaya yang ada di

stasiun threser adalah kebisingan tinggi yang berasal dari mesin threser sehingga

operator threser harus menggunakan earplug untuk menghindari penyakit akibat

kerja, resiko kecelakaan karena terpeleset dan terjatuh selama proses penarikan kabel

sling oleh operator disebabkan lantai di sekitar track yang licin dan juga karena

operator menarik kabel sling dengan postur kerja yang salah dan dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara


69

perhatian dan pengawasan dari operator saat bekerja terutama waktu melakukan

pengoperasian transfer carriage, tippler gate dan mesin threser.

Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Andani (2015), bahaya yang ditemukan

pada stasiun thresher adalah kabel sling atau rantai crane putus pada saat buah yang

telah direbus di sterilizer diangkat dengan hoisting crane dan di tuang ke dalam

thresher melalui hooper, dan tertimpa lori saat pengisian tandan rebus ke drum

thresher.

5.3 Analisis Bahaya Aktivitas Kerja Karyawan pada Stasiun Water Treatment

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode JSA pada stasiun

Water Treatment, dilakukan analisis bahaya didalam prosedur kerja yang diteliti

secara keseluruhan yaitu karyawan terlebih dahulu menjalankan pompa air dari raw

water ke waduk dan dari waduk dipompa ke water clarifier. Dengan kondisi lantai

yang licin maka karyawan rentan terpeleset sehingga perlu membersihkan lantai,

memasang rambu-rambu peringatan dan memakai APD saat bekerja. Selanjutnya

karyawan akan memberi injeksi bahan kimia agar air bersih dan Ph air standar, untuk

menghindari bahaya terpapar bahan kimia maka karyawan harus menggunakan APD

lengkap seperti masker, baju lengan panjang, sepatu safety, dan helm. Air dari water

clarifier tank dialirkan ke bak water basin untuk pengendapan lumpur yang terbawa

dan dari bak water basin karyawan akan memompa ke tower tank kemudian dialirkan

untuk kebutuhan proses produksi. Pada stasiun water treatment ini ada dua orang

karyawan, bahaya yang dapat timbul dari pekerjaan tersebut yaitu terpeleset karena

Universitas Sumatera Utara


70

lantai licin dan bising yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada pekerja

(Kurniawidjaja, 2010).

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian tentang analisis bahaya

karyawanan pada stasiun penerimaan tandan buah segar, stasiun thresher, dan stasiun

water treatment di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan adalah

sebagai berikut :

A. Data Kecelakaan Kerja

Data kecelakaan kerja yang diperoleh dari perusahaan didapat tiga stasiun

kerja yang lima tahun terakhir ini mengalami kecelakaan kerja yaitu stasiun

penerimaan tandan buah segar, stasiun threser dan stasiun water treatment sehingga

ketiga stasiun ini diperlukan analisis bahaya dengan metode Job Safety Analysis

(JSA).

B. Bahaya Karyawanan pada Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS)

1. Karyawan dan atau asisten pengolahan/ laboratorium memastikan bahwa

timbangan dalam keadaan baik dan penunjukan tanpa beban berada pada posisi

nol tepat, bahaya yang dapat timbul yaitu karyawan dapat tertabrak truk yang

masuk, dan tertimpa tandan buah segar dari atas truk yang membawa tandan buah

segar.

2. Karyawan melakukan penimbangan tandan buah segar, bahaya yang ditimbulkan

yaitu karyawan terpapar radiasi komputer, terkena listrik, terbakar akibat instalasi

71

Universitas Sumatera Utara


72

listrik yang rusak mengalami low back pain dan kelelahan mata akibat terlalu

lama dalam posisi yang sama dan selalu menghadap komputer.

3. Karyawan melakukan sortasi Tandan Buah Segar (TBS), bahaya yang

ditimbulkan yaitu tertusuk duri, tertimpa tandan buah segar dari atas truk,

gangguan pernapasan akibat debu dari tandan buah segar dan truk yang masuk

maupun keluar dari loading ramp, dan penyakit kulit akibat terpapar sinar

matahari secara langsung.

4. Karyawan memasukkan tandan buah segar dengan membuka ramp ke dalam lori

untuk memasukkan ke dalam perebusan bahaya yang ditimbulkan yaitu

kebakaran.

5. Pada saat karyawan mengutip brondolan yang jatuh ke lantai bahaya yang

ditimbulkan yaitu tertimpa tandan buah segar dari pintu loading ramp, terpeleset

karena lantai licin akibat brondolan, terjepit lori/ peralatan, dan tertimpa lori yang

anjlok.

C. Bahaya Karyawanan pada Stasiun Threser (Penebahan)

1. Karyawan capstand yang menarik lori keposisi hoisting crane beresiko

mengalami penyakit low back pain (nyeri punggung bawah), tergulung tali,

terjepit. terpeleset karena lantai ber oli, terpental tali profiling yang putus.

2. Bahaya pada karyawan yang membuka gandengan dan memasang rantai

crane adalah tertimpa lori apabila rantai crane putus.

3. Karyawan hoisting crane mengangkat lori buah masak dituang ke auto feeder,

dan menurunkan lori kosong ke rail track, bahaya yang ditimbulkan yaitu

Universitas Sumatera Utara


73

terjatuh dari ketinggian, terjatuh pada saat menaiki tangga menuju hoisting

crane yang terjal, dan bising yang berasal dari mesin thresher.

D. Bahaya Karyawanan pada Stasiun Water Treatment

1. Bahaya pada karyawan yang menjalankan pompa air dari raw water ke waduk

dan dari waduk dipompa ke water clarifier adalah terpeleset karena lantai

licin.

2. Pada saat karyawan memberi injeksi bahan kimia pada air, bahaya yang dapat

terjadi adalah bahan kimia dapat terhirup karyawan, dan apabila bahan kimia

terkena kulit maka akan menimbulkan iritasi kulit.

3. Air dari water clarifier tank dialirkan ke bak water basin untuk pengendapan

lumpur yang terbawa, dari bak water basin dipompa ke tower tank kemudian

dialirkan untuk kebutuhan proses produksi. Bahaya yang dapat timbul dari

karyawanan tersebut yaitu terpeleset karena lantai licin dan bising yang dapat

menyebabkan gangguan pendengaran pada karyawan.

6.2 SARAN

Adapun saran untuk PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan yaitu

sebagai berikut :

1. Perusahaan lebih meningkatkan peraturan serta kebijakan kesehatan dan

keselamatan kerja dengan menerapkan Job Safety Analysis (JSA) terutama pada

Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar, Stasiun Threser dan Stasiun Water

Treatment.

Universitas Sumatera Utara


74

2. Perusahaan memberikan sangsi tegas kepada karyawan yang melanggar peraturan

keselamatan kerja dan selalu memperingatkan karyawan untuk lebih berhati-hati

selama bekerja.

3. Pada stasiun penerimaan tandan buah segar, perlu pemasangan rambu- rambu K3

“Awas Tertabrak Truk” pada bagian penimbangan tandan buah segar.

4. Pada stasiun threser (penebahan), perlu dilakukan membersihkan lantai yang licin

dan memperhatikan penempatan rambu- rambu K3 “Awas Tangga Terjal” di

tangga supaya letaknya dibagian atas tangga supaya mudah terlihat.

5. Pada stasiun water treatment, perlu pemasangan rambu- rambu keselamatan dan

kesehatan kerja “ Pemakaian APD Lengkap”.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, R., 2014. 192.911 Peserta Jamsostek Alami Kecelakaan Kerja.


(http://ekbis.sindonews.com/read/836859/34/192-911-pesertajamsostek-
alami-kecelakaan-kerja-1392713047, diakses 27 Februari 2017).

Cipto, R. M., 2010. Analisis Potensi Bahaya dengan Menggunakan Metode Job
Safety Analysis (JSA) Pada Bagian Produksi Di PT. PP Lonsum Indonesia
Tbk. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
(https://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50439/7/.pdf, diakses
11 Juli 2017).

Galante, E., Bordalo, D., Nobrega M., 2014. Risk Assessment Methodology:
Quantitative Hazop. Journal of safety engineering. (https://www.
article.sapub.org/10.5923.journal.safety.20140302.01.html, diakses 30 Maret
2017).

Healey, B. J., Walker K. T., 2009. Introduction to Occupational Health in Public


Health Practice, Jossey-Bass. San Fransisco
Hijriani, J., 2015. Penerapan Manajemen Risiko Pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
PPPN IV Unit Usaha Pabatu Tahun 2015. Jurnal online Universitas Sumatera
Utara.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=438217&val=4110&title
=penerapanmanajemenrisikopadapabrikkelapasawit(pks)ptpnivunitusahapabatu
tahun 2015, diakses tanggal 25 Juli 2017).

Kurniawati, E., 2013. Analisis Potensi Kecelakaan Kerja Pada Departemen Produksi
Springbed dengan Metode Hazard Identfication and Risk Assessment (HIRA)
(Case Study: PT. Malindo Intitama Raya, Malang JawaTimur). Jurnal.
Universtas Brawijaya. (https://www.jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jr
msi/article/view/56, diakses 27 Februari 2017).

Mallapiang F., Samosir I. A., 2014. Analisis Potensi Bahaya dan Pengendaliannya
dengan Metode HIRAC. Al-Sihah : Public Health Science Journal. Volume VI.
Nomor 2. 350-362. (https://www.journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-
Sihah/article/view/1612, diakses 27 Februari 2017).

Moleong L. J., 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya.


Bandung.

75

Universitas Sumatera Utara


76

Nazhrah Siti W., 2015. Analisis Bahaya Pada Pekerja Bagian Workshop PT. X
Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. (https://www.repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/50439/7/.pdf, diakses 1 Februari 2017).

Nuzuliah N., 2014. Analisis Bahaya Pekerjaan Bagian Paper Machine Berdasarkan
Metode Job Safety analysis
(JSA).Jurnal.(https://www.journals.ums.ac.id/index.php/jiti/article/download/6
21/361, diakses 11 Juli 2017).

Ramli, S., 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management, Dian Rakyat. Jakarta.

Ramli, S., 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001,
Dian Rakyat. Jakarta.

Restuputri, D. P., Sari, R. P. D., 2015. Analisis Kecelakaan Kerja Dengan


Menggunakan Metode Hazard and Operability Study (HAZOP). Jurnal Ilmiah
Tehnik Industri, Vol. 14. No. 1, juni 2015.
(https://www.journals.ums.ac.id/index.php/jiti/article/download/621/361,
diakses 30 Maret 2017).

Ridley, J., 2014. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi Ketiga, Erlangga.
Jakarta.

Rijanto, B., 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri, Mitra Wacana


Media. Jakarta.

Sucipto, C., Dani., 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pustaka Baru
Yogyakarta.

Suma‟mur, P.K., 2014. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Edisi


delapan, PT GUNUNG AGUNG. Jakarta.

Sujarweni V. W., 2014. Metodologi Penelitian Lengkap,Praktis dan Mudah


Dipahami, Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Tarwaka., 2015. Ergonomi Industri: Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi


di Tempat Kerja. Edisi II Cetakan Ke-2, Harapan KSO ADHI WIKA.
Surakarta.

Varun, K., Kartikeyan, A., 2014. Job Safety Analysis and Hazop for Fasteners
Industry. International Journal of Scientific Engineering and Technology
Research. ISSN 2319-8885 Vol. 03, Issue. 07. May 2014.

Universitas Sumatera Utara


77

(https://www.ijsetr.com/uploads/234165IJSETR1100-218.pdf, diakses 30
Maret 2017).

Yuniar, Helda R.Z., 2013. Strategi Minimisasi Potensi Bahaya Berdasarkan Metode
Hazard and Operability (HAZOP) Di PT. Agronesia. Jurnal Online Institut
Tehnologi Nasional. Volume I. Nomor 1. 59-60. (https://www.e-
jurnal.com/2014/09/strategi-minimisasi-potensi-bahaya.html, diakses 30 Maret
2017).

Zulfiana, E., Musyafa, A., 2013. Analisis Bahaya dengan Metode Hazop dan
Manajemen Resiko pada Steam Turbine PLTU di Unit 5 Pembangkitan Listrik
Paiton (PT. YTL Jawa Timur). Junnal Tehnik Pomits Vol.2, No. 2 (2013)
ISSN: 2337-3539.
(https://www. download.portalgaruda.org/article.php?article=89060&val=41
8, diakses 27 Februari 2017).

Universitas Sumatera Utara


78

Lampiran 1. Lembar Observasi

No Urutan Langkah- Kondisi Aktual Identifikasi Pengendalian


langkah pekerjaan Bahaya Bahaya

Universitas Sumatera Utara


79

Lampiran 2. Dokumentasi

Gambar 1. Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar

Gambar 2. Penimbangan Tandan Buah Segar (TBS)

Universitas Sumatera Utara


80

Gambar 3. Sortasi Tandan Buah Segar

Gambar 4. Proses Pengisian TBS Kedalam Lori

Universitas Sumatera Utara


81

Gambar 5. Pengoperasian Capstand

Gambar 6. Pengoperasian Hoisting Crane

Universitas Sumatera Utara


82

Gambar 7. Injeksi Bahan Kimia Pada Air

Gambar 8. Petugas Menyalurkan Air Untuk Keperluan Produksi

Universitas Sumatera Utara


83

Gambar 9. Rambu- Rambu K3 Pada Loading Ramp

Gambar 10. Rambu- Rambu K3 Pada Stasiun Threser

Universitas Sumatera Utara


84

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


85

Lampiran 4. Surat Balasan Penelitian

Universitas Sumatera Utara


86

Lampiran 5. Surat Izin Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai