Anda di halaman 1dari 138

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PADA PEKERJAAN CONFINED SPACE ENTRY DI PT. MULTIMAS


NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH

DAMAYANTI NATALIA
NIM: 121000160

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA PEKERJAAN CONFINED SPACE ENTRY DI PT. MULTIMAS
NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

DAMAYANTI NATALIA
NIM: 121000160

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul


“MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA PEKERJAAN CONFINED SPACE ENTRY DI PT. MULTIMAS
NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG TAHUN 2016” ini beserta seluruh
isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2016


Yang membuat pernyataan,

Damayanti Natalia

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Confined Space Entry memiliki potensi bahaya yang sangat tinggi yang
dapat membahayakan keselamatan pekerja yang melakukan pekerjaan didalamnya
sehingga diperlukan upaya pencegahan untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penerapan manajemen risiko
K3 pada pekerjaan di confined space entry.
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan metode deskriptif.
Metode pengambilan data menggunakan data sekunder kemudian dianalisis secara
deskriptif. Populasi penelitian ini adalah semua orang yang terlibat dalam
pekerjaan confined space entry. Pengambilan sampel dengan cara total population
sampling.
Implementasi manajemen risiko PT. Multimas Nabati Asahan dalam
bentuk Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Di dalam dokumen tersebut berisi aktivitas
pekerjaan, bahaya, penilaian risiko serta pengendalian risiko.
Penerapan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada
pekerjaan confined space entry telah sesuai dengan klausul 4.3.1 OHSAS 18001.
Dalam identifikasi bahaya telah dibuat izin kerja, izin memasuki ruang terbatas
dan JSA sebagai upaya pencegahan kecelakaan dalam pekerjaan. Penilaian risiko
yang diterapkan telah menggunakan skala probability dan severity namun untuk
skala tingkat risiko tidak ada tersedia. Pengendalian risiko yang dilaksanakan
yaitu melakukan isolasi pada tangki, memasang blower dan membuka manhole
tangki, melakukan rotasi kerja, mengamankan tabung argon untuk pengelasan,
dan menggunakan APD berupa helm safety, cap las, sarung tangan, sepatu safety
dan safety body harness.
Disarankan pada departemen EHS untuk menyediakan seorang petugas
madya, melakukan pemeriksaan gas berkala, membuat matriks tingkat risiko dan
menyediakan dan mewajibkan pekerja menggunakan ear plug, masker, dan baju
las tahan api.

Kata kunci : Confined Space Entry, Manajemen Risiko, Identifikasi Bahaya,


Penilaian Risiko, Pengendalian Risiko

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Confined Space Entry has very high potential hazards that could harmful
the safety of workers who perform work in it so that the prevention effort to avoid
accidents. The purpose of this research is to determine how the application of risk
management occupational safety and health at work in confined space entry.
This research is survey research with descriptive method. The method of
collecting data is use secondary data then will analyzed descriptively. The
research population is everyone involved in the work of the confined space entry.
Sampling by total population sampling.
The implementation of risk management PT. Multimas Nabati Asahan in
the form Identification of Aspect and Impact Environment Occupational Health
and Safety. Inside the document contains work activities, hazards, risk assessment
and risk control.
Application of risk management safety and health at work of confined
space entry in accordance with clause 4.3.1 of OHSAS 18001. In hazard
identification has created a work permit, permission to enter the confined space
and the JSA as prevention of accidents at work. The risk assessment has been
applied using a scale of probability and severity, but to scale the level of risk was
not available there. Implemented risk control is to do the isolation on the tank,
install the blower and open the tank manhole, do job rotation, securing the tube
argon for welding, and use of PPE such as safety helmets, welding cap, gloves,
safety shoes and safety body harness.
Suggested to EHS department to provide a mid-level officers, conduct
periodic inspection of gas, making matrix level of risk and provide and require
workers to use ear plugs, gas masks, and gowns welding fireproof.

Keyword : Confined space entry, risk management, hazard identification, risk


assesment, risk control

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Tritunggal yang selalu memberikan kasih

dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan

Confined Space Entry di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung tahun

2016”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Sumatera Utara.

Dalam mengerjakan skripsi penulis banyak mendapat dukungan, arahan,

dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat berperan dalam penyelesaian skripsi

ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-

tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku kepala Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

arahan, saran dan kritik yang membangun dalam proses penyusunan skripsi.

4. Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan waktu, arahan, bimbingan kepada penulis mulai dari tahap

persiapan, penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Ir. Kalsum, M.Kes selaku penguji skripsi penulis, yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik pada sidang

skripsi.

6. Umi Salmah SKM., M.Kes selaku penguji skripsi penulis, yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik pada sidang

skripsi.

7. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku dosen Penasihat Akademik

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

8. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara khususnya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah

memberikan ilmu dan bimbingannya selama perkuliahan.

9. Bapak Ridwan Brandes selaku Head of Bussines Unit PT. Multimas Nabati

Asahan, bapak dr. Roganda Silaban sebagai HoD Departemen EHS, bapak

Daud Dasopang, ST sebagai Supervisor Departemen EHS, bapak Hariyanto

sebagai pembimbing lapangan penulis yang telah memberikan waktu untuk

berdiskusi dan arahan saat di lapangan sehingga skripsi ini bisa selesai

dengan baik.

10. Seluruh anggota departemen EHS PT. Multimas Nabati Asahan (Bapak

Sorimuda Sinaga, Bapak Suparman, Bapak Budiono Salam, Bapak Darwis

Hasibuan, Bapak Syahlan, Bapak Arifin) yang telah banyak membantu

penulis selama melakukan penelitian.

vi

Universitas Sumatera Utara


11. Terkhusus bagi orangtua penulis, Junior Sianturi dan Paima Napitupulu serta

adik-adik tersayang Andrey Cristofer dan Albert Irvan Tri Anggara yang

selalu memberikan doa, semangat dan dukungan baik moral maupun materi

selama penulis mengerjakan skripsi.

12. Karl Frizts Pasaribu, sosok yang memiliki banyak peran bagi penulis. Terima

kasih untuk selalu mengajarkan kesabaran dan arti berserah penuh pada

Tuhan. Beside my family, you are the one who mean a lot to me, Dear.

13. Teman-teman seperjuangan skripsi Nova, Priska, Hanna, Andy, Dolli dan

Joanita.

14. Teman-teman KTB Palmarum & Hananya (Ka Donna Purba, Pesta

Simanjuntak, Maria Perangin-Angin, Talenta Panggabean, Filla Tarigan, Afri

Simanjuntak, Yuli Sipayung, Ovilia Sinamo dan Aruni) terima kasih untuk

setiap doa, pengalaman hidup, dan firman yang selalu kita bagikan untuk

menguatkan penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

15. Adik Kelompok Doulos Of Christ (Clara Manullang, Satrina Pangaribuan,

Kezia Pakpahan, Rika Pakpahan dan Via Purba) terima kasih untuk doa dan

dukungan kalian ya adik-adik 

16. Sahabat dan sepupu terkasih Harmonika 70, Frisca Sianturi, Veronica Sirait

dan Ingrid Aritonang. See you on the Top, girls!

17. Teman-teman sepelayanan di Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan

Oikumene Mahasiswa Kristen FKM USU.

18. Keluarga Mulawari (Henny Afika, Ka Ita Sitepu, Rima Mustika, Widy

Siregar, Sri Rahayu, Ka Dhani, Fitri, Ratih Lestari, Jestrina Pakpahan, Dewi

vii

Universitas Sumatera Utara


Sianipar, Niwa, Dolli Malau) terima kasih untuk semangat, dukungan,

motivasi yang kalian berikan selama pengerjaan skripsi ini.

19. Dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu per satu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan masih

terdapat kekurangan-kekurangan yang tidak disadari karena keterbatasan penulis.

Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya, Tuhan Yesus memberkati.

Medan, Oktober 2016

Damayanti Natalia

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2 Permasalahan Penelitian .......................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja .......................................................... 9


2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................. 9
2.1.2 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .......................................... 10
2.1.3 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......................................... 11
2.2 Manajemen Risiko ................................................................................... 12
2.2.1 Definisi Manajemen Risiko ..................................................................... 12
2.2.2 Peraturan Tentang Manajemen Risiko ..................................................... 14
2.2.3 OHSAS 18001.......................................................................................... 15
2.2.4 Metode HIRARC ..................................................................................... 22
2.2.5 Prosedur Manajemen Risiko .................................................................... 23
2.2.5.1 Identifikasi Bahaya................................................................................... 23
2.2.5.2 Penilaian Risiko ....................................................................................... 26
2.2.5.3 Pengendalian Risiko ................................................................................. 31
2.2.5.4 Komunikasi dan Konsultasi ..................................................................... 33
2.2.5.5 Monitor dan Review ................................................................................. 34
2.3 ISO 9000 .................................................................................................. 34
2.4 ISO 14000 ................................................................................................ 36
2.5 Confined Space ........................................................................................ 37
2.5.1 Pengertian Confined Space ..................................................................... 38
2.5.2 Penggolongan Confined Space ................................................................ 39
2.5.3 Contoh Confined Space pada lokasi kerja ............................................... 40

ix

Universitas Sumatera Utara


2.5.4 Jenis Pekerjaan Confined Space .............................................................. 41
2.5.5 Bahaya pada Confined Space .................................................................. 41
2.5.6 Program memasuki Confined Space ....................................................... 42
2.6 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 44

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 45

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 45


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 45
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................ 45
3.3.1 Populasi .................................................................................................... 45
3.3.2 Sampel ...................................................................................................... 45
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 46
3.4.1 Data Primer .............................................................................................. 46
3.4.2 Data Sekunder .......................................................................................... 46
3.5 Definisi Operasional ................................................................................ 46
3.6 Metode Analisa Data ............................................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 48

4.1 Gambaran Umum PT. Multimas Nabati Asahan ..................................... 48


4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan...................................................................... 48
4.1.2 Visi, Misi dan Nilai-Nilai Inti PT. Multimas Nabati Asahan................... 49
4.1.3 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Multimas Nabati
Asahan ...................................................................................................... 50
4.1.4 Prinsip-Prinsip Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT. Multimas Nabati Asahan ................................................................... 51
4.1.5 Struktur Organisasi PT. Multimas Nabati Asahan ................................... 52
4.1.6 Struktur Organisasi Departemen Environtment Health and Safety
(EHS) PT. Multimas Nabati Asahan ........................................................ 52
4.1.7 Jumlah Jam Kerja PT. Multimas Nabati Asahan ..................................... 53
4.2 Jumlah dan Kategori Confined Space Entry ............................................ 53
4.3 Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Multimas
Nabati Asahan ......................................................................................... 55
4.3.1 Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan
Confined Space Entry ............................................................................... 63
4.4 Deskripsi Pekerjaan Confined Space Entry .............................................. 70
4.5 Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan kerja
Pada Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil di dalam
Confined Space Entry ............................................................................... 72
4.5.1 Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam
Coil di dalam Confined Space Entry ........................................................ 75
4.5.2 Penilaian Risiko Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil
di dalam Confined Space Entry ................................................................ 78
4.5.3 Pengendalian Risiko Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam
Coil di dalam Confined Space Entry ........................................................ 83

Universitas Sumatera Utara


BAB V PEMBAHASAN .................................................................................... 86

5.1 Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di


PT. Multimas Nabati Asahan ................................................................... 86
5.2 Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil di Confined Space
Entry ......................................................................................................... 87
5.3 Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam
Coil di dalam Confined Space Entry ........................................................ 88
5.4 Penilaian Risiko Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil
di dalam Confined Space Entry ................................................................ 93
5.5 Pengendalian Risiko Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil
di dalam Confined Space Entry ................................................................ 98

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 100

6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 100


6.2 Saran .......................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 102


DAFTAR LAMPIRAN

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Job Safety Analysis Worksheet .......................................................... 26

Tabel 2.2 Matriks untuk Perangkaian Risiko Secara Kualitatif (Australian

Standard 4360 Risk Management) ..................................................... 29

Tabel 4.1 Tingkat Keseringan Aktivitas Dalam Kondisi Normal ...................... 60

Tabel 4.2 Tingkat Aktivitas dalam Kondisi Abnormal ...................................... 60

Tabel 4.3 Skala Penyebaran Dampak Lingkungan............................................. 60

Tabel 4.4 Probabilitas Terjadinya Bahaya.......................................................... 61

Tabel 4.5 Severity Dampak Bahaya Terhadap Manusia ..................................... 62

Tabel 4.6 Form Job Safety Analysis (JSA) Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan

Pipa Steam Coil di tangki 3002 .......................................................... 77

Tabel 4.7 Form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya

dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja ................................. 80

Tabel 5.1 Matriks Tingkat Risiko....................................................................... 94

Tabel 5.2 Penilaian Risiko Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil 95

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko Mengacu pada Risk Management


Standard AS/NZS 4360 ................................................................ 13
Gambar 2.2 Konsep ALARP (Ramli, 2010) ................................................... 31
Gambar 2.3 Contoh Confined Space Entry di Tempat Kerja ........................... 41
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 44
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Multimas Nabati Asahan ....................... 52
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Departemen Enviroment Health and
Safety (EHS) PT. Multimas Nabati Asahan ................................. 52
Gambar 4.3 Confined Space Entry di PT. Multimas Nabati Asahan ............... 54
Gambar 4.4 Form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya
dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja ........................... 58
Gambar 4.5 Diagram Alir Pembuatan Job Safety Analysis (JSA) ................... 68
Gambar 4.6 Tanda Bahaya Pada Confined Space Entry .................................. 70
Gambar 4.7 Pemeriksaan Kandungan Gas dalam Confined Space Entry ........ 75

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................. 105


Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian ................................. 106
Lampiran 3. Foto Kegiatan Pekerjaan Confined Space Entry ......................... 107
Lampiran 4. Flowchart Proses Produksi PT. Multimas Nabati ....................... 111
Lampiran 5. Formulir Izin Kerja ..................................................................... 114
Lampiran 6. Formulir Izin Memasuki Ruang Terbatas.................................... 115
Lampiran 7. Formulir Job Safety Analysis (JSA) ............................................ 116
Lampiran 8. Formulir Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 .......................... 117

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari

AFTA : Asia Free Trade Area

ALARP : As Low As Reasonably Practicable

APD : Alat Pelindung Diri

APEC : Asia Pacific Economic Committee

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

CPKO : Crude Palm Kernel Oil

CPO : Crude Palm Oil

EHS : Environmental Health and Safety

HIRARC : Hazard Identification, Risk Assesment, Risk Control

ISO : International Organization for Standardization

JSA : Job Safety Analysis

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

LK3 : Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

LOTO : Lock Out Tag Out

OHSAS : Occupational Helath and Safety Assesment Series

OHSMS : Occupational Health and Safety Management System

PIC : Person In Commnd

PMA : Penanaman Modal Asing

PPE : Personal Protective Equipment

SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

xv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Damayanti Natalia

Tempat Lahir : Jakarta

Tanggal Lahir : 23 Desember 1994

Suku Bangsa : Batak

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Junior Sianturi

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Paima Napitupulu

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/ Tamat tahun : SD Negeri 05 Sumber Jaya


Kabupaten Bekasi / 2006

2. SMP/ Tamat tahun : SMP Negeri 5 Tambun Selatan


Kabupaten Bekasi/ 2009

3. SMA/ Tamat tahun : SMA Negeri 1 Tambun Selatan


Kabupaten Bekasi / 2012

4. Lama studi di FKM USU : 2012-2016

16
xvi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) telah menjadi

isu global yang berpengaruh terhadap perdagangan dan arus barang antar negara.

Isu keselamatan dan kesehatan kerja menjadi salah satu hambatan non tarif dalam

sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, hak asasi

manusia, pekerja anak dan pengupahan. Mengantisipasi hal ini, pemerintah telah

mencanangkan upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja misalnya

dengan mewajibkan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) (Ramli, 2010).

Di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 50 tahun 2012 diberlakukan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang dikenal dengan SMK3. Pada PP RI nomor 50 tahun 2012

pasal 9 ayat 3 mengatakan bahwa setiap pengusaha ataupun pengelola tempat

kerja diharuskan untuk menyusun rencana K3 dengan mempertimbangkan

identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Penyusunan

identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko merupakan bagian

dari manajemen risiko. Konsep manajemen risiko adalah mengelola risiko dengan

segala upaya baik bersifat teknik maupun administratif, agar risiko menjadi hilang

atau minimal sampai ke tingkat yang dapat diabaikan karena tidak lagi

membahayakan (Kurniawidjaja, 2010).

Universitas Sumatera Utara


2

Dalam dunia industri, pekerjaan memasuki wilayah ruang terbatas,

selanjutnya disebut dengan confined space, tidak bisa dihindari karena beberapa

alasan yang cukup penting terkait dengan keberlangsungan proses produksi.

Alasan-alasan tersebut adalah untuk melakukan pemeriksaan rutin, melaksanakan

perawatan (pembersihan ataupun pengecatan), melakukan perbaikan, dan operasi-

operasi sejenis lainnya. Selain itu, pekerja masuk ke dalam confined space juga

diperlukan saat melakukan tindakan penyelamatan terhadap rekan kerja yang

terperangkap di ruangan tersebut. Pekerjaan memasuki confined space lazimnya

bukan merupakan suatu pekerjaan rutin atau terjadwal. Beragam jenis industri,

seperti pertanian, perhutanan, perikanan, konstruksi, menufaktur, pertambangan

serta perminyakan memiliki cukup banyak lokasi di lingkungan kerjanya yang

dapat dikategorikan ke dalam confined space (Khair, 2012).

Confined space mengandung beberapa sumber bahaya baik yang berasal

dari bahan kimia yang mengandung racun dan mudah terbakar dalam bentuk gas,

uap, asap, debu dan sebagainya. Selain itu masih terdapat bahaya lain berupa

terjadinya oksigen defisiensi atau sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan, suhu

yang ekstrem, terjebak atau terliputi (engulfment) maupun risiko fisik lainnya

yang timbul seperti kebisingan, permukaan yang basah atau licin dan kejatuhan

benda keras yang terdapat di dalam ruang terbatas tersebut yang dapat

mengakibatkan kecelakaan kerja sampai dengan kematian tenaga kerja yang

bekerja di dalamnya (Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang

Terbatas, 2006).

Universitas Sumatera Utara


3

Pekerjaan confined space merupakan pekerjaan yang dapat menimbulkan

kecelakaan mulai dari nearmiss hingga fatality. Berdasarkan dokumentasi dari

beberapa kecelakaan terkait confined space, diketahui bahwa kematian sering kali

menjadi dampak bahaya. Korbannya bukan hanya pekerja yang bekerja langsung

pada confined space, seringkali tim penyelamat/rescue terutama yang non-

profesional, ikut menjadi korban. Risiko pada pekerjaan confined space memang

cukup tinggi dikarenakan tingginya nilai konsekuensi. Berdasarkan hasil dari

beberapa accident analysis, diketahui bahwa risiko juga ditingkatkan dari

kegagalan pekerja menyadari bahaya-bahaya yang ada di confined space (Khair,

2012).

OSHA mengestimasi bahwa ada sekitar 239.900 industri dengan 12 juta

pekerja yang memiliki confined space di area kerjanya. Dari jumlah tersebut,

sekitar 1,6 juta pekerja masuk dan melakukan pekerjaan di confined space setiap

tahunnya. Professor University of Michigan bernama Keyserling (2000), disitasi

oleh C. MacCarron (2006) menggambarkan bahwa terjadi 60-65 kematian terkait

confined space per tahunnya dan terdapat 6000 luka serius yang menyebabkan

hilangnya jam kerja pada pekerjaan tersebut.

Selama 5 periode tahun 2005-2009, ditemukan 481 kematian akibat

kecelakaan kerja pada confined space. Rata-rata 96,2 kematian per tahun atau 1,85

kematian per minggu. Hal itu berarti bisa dikatakan bahwa setiap 4 hari terjadi 1

kejadian kematian. Data ini tidak mencakup semua insiden yang mengakibatkan

cedera serius atau penyakit. Angka kejadian ini terjadi pada 28 negara yang

Universitas Sumatera Utara


4

melibatkan hampir setiap kelompok usia. Lebih dari 61% dari insiden (298 orang)

terjadi selama kegiatan konstruksi, perbaikan dan pembersihan (Bakhtiar, 2013).

Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan

negara-negara lain. Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Ketenagakerjaan, pada tahun 2014 terdapat 105.383 kasus kecelakaan

kerja dan pada tahun 2015 terdapat 105.182 kasus kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja terkait confined space juga terjadi di Indonesia, tetapi

belum ada data yang komperhensif. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi cukup

banyak kasus kecelakaan kerja terkait confined space yang mengakibatkan

pekerjanya mengalami luka serius atau bahkan kematian. Di Indonesia, hal

tersebut terjadi pada industri besar yang dipercaya cukup profesional di

bidangnya.

Beberapa contoh kasus kecelakan kerja terkait confined space di Indonesia

yang terjadi dalam tahun 2010-2011 di sektor industri minyak dan gas bumi.

Pertama, pada 31 Mei 2010, terjadi di sebuah industri migas hulu milik

pemerintah yang terletak di Sukamandi, Jawa Barat. Kecelakaan terjadi ketika

pekerja memasuki tangki yang berisi cairan pembersih sumur (completion fluid),

diduga kandungan gas nitrogen cukup tinggi, akibatnya 4 orang pekerja

meninggal dunia dan 1 pekerja berhasil diselamatkan. Kejadian kedua terjadi pada

tanggal 9 April 2011 di sebuah industri migas hulu yang terletak di Kabupaten

Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kecelakaan terjadi di sebuah tangki yang

di dalamnya terdapat konsentrasi oksigen yang sangat rendah. Kejadian tersebut

melibatkan 6 orang pekerja, 3 diantaranya meninggal dunia. Kecelakaan terkait

Universitas Sumatera Utara


5

confined space berikutnya terjadi di Cilacap, Jawa Tengah pada sebuah Refinery

Unit milik perusahaan migas pemerintah. Kecelakaan tersebut terjadi pada saat

pekerja melakukan pekerjaan di Tangki Oil Sludge Recovery, akibatnya terjadi

fatality pada 3 orang pekerja dan 4 pekerja lainnya kritis. Dari beberapa kejadian

kecelakaan kerja terkait confined space di atas, terlihat bahwa fatality atau bahkan

multiple fatality sering kali menjadi dampak dari kesalahan dalam mengenali dan

menangani bahaya saat bekerja di confined space (http://www.hse-info.com).

Untuk mengendalikan risiko-risiko yang berhubungan dengan pekerjaan

dalam confined space secara efektif, perlu diterapkan aturan serta program

pengendalian dan penilaian bahaya. Jika tidak bisa dibuat aman bagi pekerja

walaupun tindakan pencegahan telah diambil, maka pekerja tersebut tidak boleh

masuk ke dalam confined space hingga keadaan aman untuk dimasuki dengan

alat-alat tambahan. Data kecelakaan kerja terkait confined space diatas terjadi di

dunia industri yang sangat berhubungan dengan pekerja.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis di PT.

Multimas Nabati Asahan, perusahaan ini telah menerapkan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 yang diintegrasi dengan ISO

9000 dan ISO 14001. Dan dalam melakukan manajemen risiko menggunakan

metode HIRARC.

PT. Multimas Nabati Asahan adalah perusahaan yang bergerak dalam

industri agribisnis yang terdiri dari pengolahan minyak sawit kasar (Departemen

Refinery), unit pengolahan inti sawit (Palm Kernel Plant), dan unit pengolahan

kelapa sawit (Departemen Pabrik Kelapa Sawit) yang dikelola secara terpisah.

Universitas Sumatera Utara


6

Terdapat 16 departemen dan 64 Section yang terdiri dari ratusan confined space

yang memungkinkan pekerja untuk bekerja di dalamnya sewaktu diperlukan.

Pekerjaan yang dilakukan berupa pembersihan, penggantian produk, pengecatan

tangki atau perbaikan dan lainnya. Pekerjaan di confined space dilakukan hampir

setiap hari.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, sedang dilakukan pekerjaan

sandblasting di dalam tangki. Sandblasting adalah suatu proses pembersihan

permukaan dengan cara menembakkan partikel (pasir) ke suatu permukaan

material sehingga menimbulkan gesekan/ tumbukan yang dapat membuat suatu

permukaan menjadi bersih dan kasar. Pekerjaan ini dilakukan oleh lima orang

yang memiliki peran masing-masing, satu orang bertugas untuk melakukan

sandblasting di dalam tangki, 2 orang sebagai coding, dan 2 orang berada di

mesin pengatur sandblasting. Dalam melakukan sandblasting di dalam tangki,

hanya ada satu orang yang ahli dalam pekerjaan tersebut, pekerja ini melakukan

pekerjaan di dalam tangki over time/lebih dari 8 jam per hari. Waktu yang

berlebihan ini sangat beresiko terhadap kesehatan pekerja yang terus menerus

harus berada dalam tangki yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan,

kelelahan dan kurang konsentrasi. Disamping itu, pekerjaan lain yang

mengharuskan pekerjaan di confined space diantaranya pembersihan tangki,

pengecatan tangki, perbaikan tangki dan lainnya.

Dari pekerjaan ini dapat dinyatakan bahwa risiko pekerjaan confined space

memiliki risiko bahaya yang tinggi, untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti

Universitas Sumatera Utara


7

bagaimana penerapan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada

pekerjaan confined space di PT. Multimas Nabati Asahan.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana penerapan manajemen risiko

keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan confined space entry di PT.

Multimas Nabati Asahan tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui penerapan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja

pada pekerjaan confined space entry di PT. Multimas Nabati Asahan tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan identifikasi bahaya bahaya pada

pekerjaan di confined space entry.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan penilaian risiko pada pekerjaan di

confined space entry.

3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pengendalian risiko pada

pekerjaan di confined space entry.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Perusahaan

Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan berupa informasi dan masukan

tentang penerapan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan pada pekerjaan

Universitas Sumatera Utara


8

confined space entry PT. Multimas Nabati Asahan. Hasil dapat digunakan sebagai

bahan evaluasi dan pertimbangan dalam upaya peningkatan penerapan menajemen

risiko keselamatan dan kesehatan kerja terkait pekerjaan confined space agar lebih

baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan ilmu dan penerapannya berkaitan dengan

mesin, alat, bahan dan proses kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan

seluruh aset produksi agar terhindar dari kecelakaan kerja atau kerugian lainnya

(Budiono dkk, 2003).

Kesehatan kerja secara khusus meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja

melalui berbagai upaya peningkatan kesehatan, pencegahan gangguan kesehatan

atau penyakit yang mungkin dialami oleh tenaga kerja akibat pekerjaan/tempat

kerja (Budiono dkk, 2003).

Dalam Sucipto (2014) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha

dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari risiko kecelakaan

dan bahaya fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,

masyarakat dan lingkungan. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak selalu

membicarakan masalah keamanan fisik dari para pekerja, tetapi menyangkut

berbagai unsur dan pihak.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012,

dijelaskan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat K3

adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja.

Universitas Sumatera Utara


10

2.1.2 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Di Indonesia berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan K3 telah banyak diterbitkan baik dalam bentuk Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Surat edaran

antara lain:

1. Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. Undang-undang RI No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional

4. Undang-undang RI No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran

Jaminan Sosial

5. Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 2 tahun 1980 tentang Pemeriksaan

Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 1 tahun 1981 tentang Kewajiban

Melaporkan Penyakit Akibat Kerja

8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 3 tahun 1982 tentang Pelayanan

Kesehatan Kerja

9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 13 tahun 2011 tentang Nilai

Ambang Batas (NAB) Faktor Fisik dan Kimia dan berbagai peraturan

lainnya (Budiono dkk, 2003).

Universitas Sumatera Utara


11

2.1.3 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan

kehidupan global. Berbagai kesepakatan yang berdifat regional dan multilateral

seperti Asia Free Trade Area (AFTA) yang berlaku tahun 2003, Asia Pacific

Economic Committee (APEC) tahun 2005, World Trade Organization sekitar

tahun 2020, dan sebagainya mensyaratkan dunia usaha untuk melakukan berbagai

upaya dalam rangka mengantisipasi globalisasi.

Kompetisi dan tuntutan akan standar internasional menyebabkan masalah

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi isu global dan sangat penting.

Banyak negara semakin meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah K3 yang

dikaitkan dengan isu perlindungan tenaga kerja dan hak asasi manusia serta

kepedulian terhadap lingkungan hidup. Sehingga mau tidak mau industri yang

ingin produknya laku pasar harus memenuhi syarat K3. Oleh karena itu penerapan

K3 sebagai bagian dari operasi perusahaan merupakan syarat yang tidak dapat

diabaikan dalam proses produksi untuk dapat mencapai efisiensi dan produktivitas

yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing. Kebijakan penerapan K3

merupakan upaya dalam mengantisipasi hambatan teknis di era globalisasi dan

perdagangan.

Berkaitan dengan upaya penerapan K3, penggunaan alat pelindung diri

sebagai bagian dari pengendalian bahaya di tempat kerja merupakan syarat

penting yang harus mendapat perhatian. Khususnya standar keselamatan kerja alat

pelindung diri harus dikembangkan sebagai sarana untuk lebih menjamin

keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara


12

2.2 Manajemen Risiko

2.2.1 Definisi Manajemen Risiko

Manajemen risiko sangat luas dan dapat diaplikasi untuk berbagai

keperluan dan kegiatan. Konsep manajemen risiko juga telah dikembangkan oleh

berbagai lembaga atau institusi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Australia melalui Lembaga Standarisasi mengembangkan standar AS/NZS 4360

mengenai Manajemen Risiko. Standar ini bersifat genetik, sehingga dapat

digunakan dan diaplikasikan untuk berbagai jenis risiko atau bidang bisnis seperti

keuangan, operasi, dan K3 (Ramli, 2010).

Menurut AS/NZS 4360 (2004) manajemen risiko adalah culture, processes

and structures that are directed towards realising potential opportunities whilst

managing adverse effects – suatu budaya, proses dan struktur yang ditujukan ke

arah penyadaran terhadap peluang kemungkinan terjadinya efek lebih lanjut yang

merugikan.

Manajemen risiko K3 sering dimasukkan ke dalam risiko operasional

(operational risk) karena dianggap sebagai bagian dari kegiatan operasi

perusahaan. Pandangan lain menilai bahwa masalah K3 bersifat multidisiplin dan

menyangkut berbagai aspek – bukan hanya operasional – sehingga risiko yang

berkaitan dengan K3 dikelompokkan tersendiri dalam Manajemen Risiko K3

(Occupational Health and Safety Risk Management). Manajemen risiko sangat

erat hubungannya dengan K3. Timbulnya aspek K3 disebabkan karena adanya

risiko yang mengancam keselamatan pekerja, sarana dan lingkungan kerja

sehingga harus dikelola dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


13

Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko Mengacu pada Risk Management Standard

AS/NZS 4360

Salah satu sistem manajemen K3 yang berlaku global adalah OHSAS

18001. Di dalam konsep manajemen K3 ini, manajemen risiko merupakan elemen

inti yang disebutkan dalam klausul 4.3.1 (The organization shall establish and

maintain procedures for the ongoing identification of hazards, the assessment of

risks, and determine the control measure).

Menurut OHSAS 18001, manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk

mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat mengakibatkan

cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis perusahaan.

Karena itu dalam klausul 4.3.1 dalam sistem manajemen K3 adalah mengenai

Universitas Sumatera Utara


14

manajemen risiko. Menurut OHSAS 18001, manajemen risiko terbagi atas 3

bagian yaitu Hazard Identification, Risk Assessment dan Risk Control, biasanya

dikenal dengan istilah HIRARC.

Berdasarkan hasil evaluasi dan kajian HIRARC, perusahaan

mengembangkan sasaran K3, kebijakan K3 dan program kerja untuk mengelola

risiko tersebut. Dengan demikian pengembangan sistem manajemen K3 adalah

berbasis risiko (Risk Based Safety Management System).

2.2.2 Peraturan Tentang Manajemen Risiko

Untuk mendorong agar perusahaan menerapkan program K3 maka

pemerintah mengeluarkan Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang

keselamatan kerja, pada bab III pasal 3 mengenai syarat-syarat keselamatan kerja

menyatakan bahwa dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat

keselamatan kerja, antara lain :

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. memperoleh keserasian antara karyawan, alat, lingkungan, cara kerja dan

prosedur kerja

c. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamananpada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Bab V tentang pembinaan, pasal 9 poin 1d bahwa pengurus wajib

menunjukkan dan menjelaskan kepada karyawan tentang cara-cara dan sikap yang

aman dalam melaksanakan pekerjaan, serta poin 3 mengenai kewajiban

manajemen untuk melakukan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang

berlaku di tempat kerja.

Universitas Sumatera Utara


15

Undang-undang tersebut ditambah dengan peraturan pemerintah nomor 50

tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 7

poin 2 bahwa dalam menyusun kebijakan SMK3 pengusaha paling sedikit harus

melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang salah satunya meliputi identifikasi

potensi bahaya,penilaian dan pengendalian risiko.

2.2.3 OHSAS 18001

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) atau

occupational health and safety management system (OHSMS). OHSAS

(Occupational Health and Safety Assesment Series) 18001 adalah bagian dari

sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan

menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan mengelola

risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (OHSAS 18001, 2007).

Menurut OHSAS 18001 (2007), persyaratan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja (K3), agar organisasi mampu mengendalikan

risiko-risiko K3 dan meningkatkan kinerjanya. Secara spesifik persyaratan ini

tidak menyatakan kriteria kinerja, ataupun memberikan persyaratan secara

lengkap dalam merancang sistem manajemen. Persyaratan OHSAS 18001 dapat

digunakan bagi organisasi yang berniat untuk:

1. Membuat suatu sistem manajemen K3 untuk menghilangkan atau

meminimalkan risiko kepada personel dan pihak-pihak terkait lain yang

mungkin ditimbulkan oleh risiko K3 yang terkait dengan aktivitas kerja

organisasi;

Universitas Sumatera Utara


16

2. Menerapkan, memelihara dan secara berkelanjutan meningkatkan sistem

manajemen K3;

3. Menentukan persyaratan tersebut sesuai dengan kebijakan K3 yang

ditetapkan;

4. Memperlihatkan kesesuaian dengan standar OHSAS:

a. Menentukan sendiri ketentuan dan deklarasi kesesuaian, atau

b. Mendapat konfirmasi kesesuaiannya oleh pihak lain yang mempunyai

hubungan, misalnya pelanggan, atau

c. Mendapatkan persyaratan deklarasi sendiri oleh pihak luar, atau

d. Mendapatkan sertifikasi/registrasi SMK3 oleh organisasi eksternal.

Berdasarkan OHSAS 18001 (2007), adapun persyaratan-persyaratan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja/Occupational Health and

Safety Management System adalah :

1. Persyaratan Umum (Klausul 4.1)

Organisasi harus membuat, mendokumentasikan, memelihara dan

meningkatkan secara berkelanjutan sistem manajemen K3 sesuai dengan

persyaratan Standar OHSAS dan menetapkan bagaimana memenuhi

persyaratan-persyaratan ini.

2. Kebijakan K3 (Klausul 4.2)

Manajemen puncak harus mendefinisikan dan menyetujui kebijakan K3 dan

memastikan ruang lingkup SMK3.

Universitas Sumatera Utara


17

3. Perencanaan (Klausul 4.3)

a. Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan

pengendalian (klausul 4.3.1)

Organisai harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko, dan penetapan

pengendalian yang diperlukan.

b. Peraturan perundangan dan persyaratan lain (Klausul 4.3.2)

Organisasi harus membuat, menerangkan dan memelihara suatu prosedur

untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan perundangan dan

persyaratan K3 lain yang diaplikasikan untuk K3.

c. Tujuan dan program (Klausul 4.3.3)

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara tujuan dan

sasaran K3 yang terdokumentasi, pada setiap fungsi dan tingkat yang

relevan didalam organisaisi.

4. Penerapan dan Operasi (Klausul 4.4)

a. Sumberdaya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas dan wewenang

(klausul 4.4.1)

Manajemen puncak harus menjadi penanggung jawab tertinggi untuk

sistem manajemen K3.

b. Kompetensi, pelatihan dan kepedulian (Klausul 4.4.2)

Organisasi harus memastikan bahwa setiap orang dalam pengendaliannya

yang melakukan tugas-tugas yang mempunyai dampak pada K3 harus

Universitas Sumatera Utara


18

kompeten sesuai dengan tingkat pendidikan, pelatihan dan/atau

pengalaman, dan menyimpan catatan-catatannya.

c. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi (Klausul 4.4.3)

1. Komunikasi (klausul 4.4.3.1)

Sesuai dengan bahaya-bahaya K3 dan SMK3, organisasi harus

membuat, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk:

a. Komunikasi internal antar berbagai tingkatan dan fungsi

organisasi

b. Komunikasi dengan para kontraktor dan tamu lainnya ketempat

kerja

c. Menerima, mendokumentasikan dan merespon komunikasi yang

relevan dari pihak-pihak eksternal terkait.

2. Partisipasi dan konsultasi (Klausul 4.4.3.2)

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

untuk:

a. Partisipasi pekerja melalui:

b. Konsultasi dengan para kontraktor atas perubahan-perubahan

yang terjadi dan berdampak pada K3

d. Dokumentasi (klausul 4.4.4)

Dokumentasi SMK3 harus termasuk:

1. Kebijakan K3 dan sasaran-sasaran

2. Penjelasan ruang lingkup SMK3

Universitas Sumatera Utara


19

3. Penjelasan elemen-elemen inti sistem manajemen dan

interaksinya dan rujukannya ke dokumen-dokumen terkait.

4. Dokumen-dokumen, termasuk catatan-catatan, yang disyaratkan

oleh OHSAS ini

5. Dokumen-dokumen, termasuk catatan-catataan, yang ditetapkan

oleh organisasi yang dianggap penting untuk memastikan

perencanaan, operasi dan pengendalian proses yang

berhubungan dengan pengendalian risiko-risiko K3 efektif.

e. Pengendalian dokumen (klausul 4.4.5)

Dokumen-dokumen yang disyaratkan untuk SMK3 dan standar OHSAS

ini harus terkendali.

f. Pengendalian operasional (klausul 4.4.6)

Organisasi harus mengidentifikasi operasi-operasi dan kegiatan yang

berkaitan dengan bahaya yang teridentifikasi dimana kendali pengukuran

perlu dilakukan untuk mengendalikan risiko-risiko K3.

g. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat (klausul 4.4.7)

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur;

1. Mengidentifikasi potensi keadaan darurat

2. Menanggapi keadaan darurat.

5. Pemeriksaan (klausul 4.5)

a. Pemantauan dan pengukuran kinerja (klausul 4.5.1)

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

memantau dan mengukur kinerja K3 secara teratur.

Universitas Sumatera Utara


20

b. Evaluasi kesesuaian (4.5.2)

Konsisten dengan komitmen organisasi untuk kepatuhan, organisasi

harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk secara

periodik mengevaluasi kepatuhannya kepada peraturan perundangan

yang relevan.

c. Penyelidikan insiden, ketidak-sesuaian, tindakan perbaikan dan

pencegahan (klausul 4.5.3)

1. Penyelidikan insiden (klausul 4.5.3.1)

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

untuk mencatat, menyelidiki dan menganalisis insiden-insiden.

2. Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan

(klausul 4.5.3.2)

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

untuk menangani ketidaksesuaian yang aktual dan potensial dan

untuk melakukan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan.

d. Pengendalian catatan (Klausul 4.5.4)

Organisasi harus membuat dan memelihara catatan sesuai keperluan

untuk memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan SMK3 organisasi

dan Standar OHSAS ini serta hasil yang dicapai.

e. Audit internal (Klausul 4.5.5)

Organisasi harus membuat dan memelihara program dan prosedur untuk

pelaksanaan audit SMK3 secara berkala.

Universitas Sumatera Utara


21

6. Tinjauan manajemen (Klausul 4.6)

Manajemen puncak harus meninjau SMK3 organisasinya, secara

terencana,untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya secara

berkelanjutan.

Menurut Ramli (2010), SMK3 OHSAS 18001 disusun dengan pendekatan

untuk dapat dijalankan bersamaan dengan standar lainnya, khususnya manajemen

mutu (ISO 9000) dan lingkungan (ISO 14001). Elemen implementasi dari sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS 18001 adalah sebagai

berikut:

1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Menentukan Pengendaliannya.

3. Persyaratan Hukum dan lainnya.

4. Objektif K3 dan Program K3.

5. Sumberdaya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang.

6. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian.

7. Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi.

8. Pendokumentasian.

9. Pengendalian Dokumen.

10. Pengendalian Operasi.

11. Tanggap Darurat.

12. Pengukuran Kinerja dan Pemantauan.

13. Evaluasi Kesesuaian.

Universitas Sumatera Utara


22

14. Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Koreksi, dan Langkah

Pencegahan.

15. Pengendalian Rekaman.

16. Internal Audit.

17. Tinjauan Manajemen.

Sebagai suatu kesisteman, semua elemen tersebut harus saling terkait dan

berhubungan sehingga harus dijalankan secara terpadu agar kinerja K3 yang

diinginkan dapat tercapai (Ramli, 2010).

2.2.4 Metode HIRARC

Sesuai persyaratan OHSAS 18001, organisasi harus menetapkan prosedur

mengenai Identifikasi Bahaya (Hazard Identification), Penilaian Risiko (Risk

Assessment) dan menentukan Pengendaliannya (Risk Control) atau disingkat

HIRARC. Keseluruhan proses ini disebut juga manajemen risiko.

HIRARC merupakan elemen pokok dalam sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja yang berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan

pengendalian bahaya. Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di

seluruh aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang

mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja. Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan

untuk penyusunan objektif dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan

dalam program kerja.

Universitas Sumatera Utara


23

2.2.5 Prosedur Manajemen Risiko

2.2.5.1 Identifikasi Bahaya

Bahaya telah didefinisikan oleh berbagai ahli dalam bidang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja. Menurut Ramli (2010) bahaya adalah segala sesuatu

termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau

cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Karena hadirnya bahaya

maka diperlukan pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat

yang merugikan. Menurut Kurniawidjaja (2010) bahaya dapat didefinisikan

sebagai segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian, baik dalam bentuk

cedera atau gangguan kesehatan pada pekerja maupun kerusakan harta benda

antara lain berupa mesin, alat, properti, termasuk proses produksi dan lingkungan

serta terganggunya citra perusahaan.

Menurut Kurniawidjaja (2010) bahaya dikelompokkan menjadi:

1. Bahaya Tubuh Pekerja

Bahaya yang berasal dari tubuh pekerja, yaitu kapasitas kerja dan status

kesehatan pekerja.

2. Bahaya Perilaku Kesehatan

Bahaya yang terkait dengan perilaku pekerja. Contonya, kebiasaan

menggunakan telepon genggam saat memperbaiki mesin menyebabkan

tangan seorang mekanik tersayat gerinda.

3. Bahaya Lingkungan Kerja

Bahaya lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia dan biologik yang

berada di tempat kerja, berpotensi menimbulkan ganggungan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


24

a. Bahaya Fisik : Bahaya yang berpotensi menimbukan Penyakit Akibat

Kerja (PAK) seperti bahaya mekanik, bising, getar, suhu ekstrem panas,

suhu ekstrem dingin, cahaya, tekanan, radiasi pengion, radiasi bukan

pengion.

b. Bahaya Kimia : Bahaya yang bersumber dari bahan kimia, serti gas-gas

asphyxian, bahan mudah meledak dan terbakar, kadar O2 di udara, debu

kimia, bahan-bahan beracun.

c. Bahaya Biologi : Bahaya yang berpotensi menimbulkan penyakit infeksi

akibat kerja (PAK), dari jenis flu biasa sampai SARS bahkan HIV AIDS

bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam

golongan faktor biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus

(Hepatitis B/C, HIV AIDS), bakteri (tuberkulosis, leptospirosis), Jamur

(coccidyomicosis, Aktinomikosis), serta parasit (malaria).

4. Bahaya Ergonomi

Bahaya yang terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang

digunakan oleh pekerja termasuk work station.

5. Bahaya Pengorganisasian Pekerjaan dan Budaya Kerja

Bahaya yang terkait dengan beban kerja, stress kerja atau kondisi sosial di

lingkungan kerja. Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja

berlebih atau pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja

sampai jauh malam dan mengabaikan kehidupan sosial pekerja.

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan

manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk

Universitas Sumatera Utara


25

mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Dengan

mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada

dan melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terkena bahaya (Ramli,

2010).

Teknik yang digunakan dalam melakukan identifikasi bahaya ada berbagai

macam diantaranya daftar periksa dan audit atau inspeksi K3, Preliminary

Hazards Analysis (PHA), Fault Tree Analysis (FTA), What If Analysis (ETA),

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Hazards and Operability Study

(Hazops), Task Risk Analysis (TRA), Job Safety Analysis (JSA) (Ramli, 2010).

Dari beberapa teknik identifikasi bahaya diatas, salah satunya adalah Job

Safety Analysis (JSA). Teknik ini bermanfaat untuk mengidentifikasi fan

menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan seperti mengganti bola lampu,

memasang AC, melepas saringan, mengganti ban serep dan lainnya. Hal ini

sejalan dengan pendekatan sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi

atau tindakan tidak aman saat melakukan suatu aktivitas. Karena itu dengan

melakukan identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan

langkah pencegahan yang tepat dan efektif.

Pekerjaan yang perlu memerlukan kajian JSA adalah pekerjaan sebagai

berikut :

1. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka

kecelakaan yang tinggi.

2. Pekerjaan yang berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal misalnya

membersihkan kaca dengan gondola.

Universitas Sumatera Utara


26

3. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis

bahaya yang ada.

4. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat

kecelakaan atau cedera.

Kajian Job Safety Analysis (JSA) terdiri atas lima langkah sebagai berikut:

1. Pilih pekerjaan yang akan dianalisa.

2. Pecah pekerjaan menjadi langkah-langkah aktivitas.

3. Identifikasi potensi bahaya pada setiap langkah.

4. Tentukan langkah pengamanan untuk mengendalikan bahaya.

5. Komunikasikan kepada semua pihak berkepentingan.

Tabel 2.1 Job Safety Analysis Worksheet

Pekerjaan :
Langkah 1. :
Potensi Risk Matrix Pengendalian Tanggung
Konsekuensi Saran
Cedera S L RR yang ada Jawab

Sumber : Ramli, 2010


Catatan :
S = Severity (keparahan) ; L = Likelihood (kemungkinan) ; RR = Risk Rating (Tingkat
Risiko)

2.2.5.2 Penilaian Risiko

Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaian risiko

yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta skenario dampak yang

akan ditimbulkannya. Penilaian risiko digunakan sebagai langkah saringan untuk

menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan kejadian (likelihood) dan

keparahan yang dapat ditimbulkan (severity) (Ramli, 2010).

Universitas Sumatera Utara


27

1. Analisis Risiko

Analisis risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko

dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang

ditimbulkannya. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan peringkat risiko

sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap

perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan.

Hasil analisis risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria yang

telah ditetapkan atau standar dan norma yang berlaku untuk menentukan apakah

risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Jika risiko dinilai tidak dapat diterima,

harus dikelola atau ditangani dengan baik.

Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko baik

kualitatis, semi maupun kuantitatif. Ada beberapa pertimbangan dalam memilih

teknik analisis risiko yang tepat antara lain:

1. Teknik yang digunakan sesuai dengan kondisi dan kompleksitas fasilitas atau

instalasi serta jenis bahaya yang ada dalam operasi.

2. Teknik tersebut dapat membantu dalam menentukan pilihan cara

pengendalian risiko.

3. Teknik tersebut dapat membantu membedakan tingkat bahaya secara jelas

sehingga memudahkan dalam menentukan prioritas langkah pengendaliannya.

4. Cara penerapannya terstruktur dan konsisten sehingga proses manajemen

risiko dapat berjalan berkesinambungan.

Universitas Sumatera Utara


28

Dalam AS/ NZS 4360 (2004), tipe analisis risiko akan bergantung dari

situasi dan kondisinya. Tipe-tipe analisis risiko berdasarkan urutan kompleksitas

serta besaran biaya analisis (dari kecil hingga besar) adalah kualitatis, semi

kuantitatif, dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan

gambaran umum tentang level risiko. Setelah itu dapat dilakukan analisis semi

kuantitatif untuk lebih merinci level risiko yang ada. Berikut penjelasan mengenai

tipe-tipe analisis risiko:

1. Analisis Kualitatif

Pada tipe analisis ini digunakan bentuk kata sebagai skala deskriptif untuk

menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya, dapat

dikategorikan menjadi risiko rendah (low risk), risiko sedang (medium risk), risiko

tinggi (high risk). Metoda ini bersifat kasar, karena tidak jelas perbedaan antara

tingkat risiko rendah, medium atau tinggi. Hanya sekedar kata-kata sehingga

pembaca atau pihak terkait masih harus mereka-reka dan menafsirkan sendiri

menurut persepsinya masing-masing. Tipe analisis jenis ini menggunakan matriks

penilaian risiko sebagai alat bantu untuk menentukan nilai risiko yang ada.

Universitas Sumatera Utara


29

Tabel 2.2 Matriks untuk Perangkingan Risiko Secara Kualitatif (Australian

Standard 4360 Risk Management)

Konsekuensi Tidak
Minor Sedang Major Bencana
penting
(2) (3) (4) (5)
Probability (1)
Hampir pasti (A) S S H H H
Mungkin (B) M S S H H
Sedang (C) L M S H H
Tidak mungkin
L L M S H
(D)
Jarang (E) L L M S S
Sumber :

2. Analisis Semi Kuantitatif

Teknik semi kuantitatif lebih baik dalam mengungkapkan tingkat risiko

dibanding teknik kualitatif. Nilai risiko digambarkan dalam angka numerik.

Namun nilai ini tidak bersifat absolut. Misalnya risiko A bernilai 2 dan risiko B

bernilai 4. Dalam hal ini, bukan berarti risiko B secara absolut dua kali lipat dari

risiko A.

Pada tipe analisis ini, setiap skala kualitatif diberi nilai. Setiap nilai yang

diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi maupun probabilitas dari

risiko yang ada. Diperlukan kehati-hatian dalam melakukan analisis

semikuantitatif, karena nilai yang dibuat belum tentu mencerminkan kondisi

objektif dari sebuah risiko.

Universitas Sumatera Utara


30

3. Analisa Kuantitatif

Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian

atau konsekuensinya dengan data numerik dimana besarnya risiko tidak berupa

peringkat seperti pada metode semikuantitatif.

Besarnya risiko lebih dinyatakan dalam angka seperti 1, 2, 3, atau 4 yang

mana 2 mengandung arti risikonya dua kali lipat dari 1.

Teknik kuantitatif digunakan jika potensi risiko yang dapat terjadi sangat

besar sehingga perlu kajian yang lebih rinci. Misalnya untuk menentukan lokasi

pembangunan pembangkit tenaga nuklir memerlukan kajian yang sangat akurat

dan mendalalm untuk menggambarkan dampak radiasi yang dapat timbul jika

terjadi kecelakaan atau kebocoran pada reaktor.

2. Evaluasi Risiko

Evaluasi risiko adalah menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima

atau tidak dan menentukan prioritas risiko. Peringkat risiko dangat penting

sebagai alat menajemen dalam mengambil keputusan. Melalui peringkat risiko

manajemen dapat menentukan skala prioritas dalam penanganannya. Setelah

mengukur peringkat risiko dilakukan penentuan risiko yang dapat diterima.

Ada berbagai pendekatan dalam menentukan prioritas risiko antara lain

berdasarkan standar Australis 10014b yang menggunakan tiga ketegori risiko

yaitu:

1. Secara umum dapat diterima (generally acceptable)

2. Dapat ditolerir (tolerable)

3. Tidak dapat diterima (generally unacceptable)

Universitas Sumatera Utara


31

Dalam pembagian ini diperkenalkan konsep mengenai ALARP (As Low

As Reasonably Practicable) yang menekankan tentang “practicable” atau praktis

untuk dilaksanakan. Praktis untuk dilaksanakan artinya pengendalian risiko

tersebut dapat dikerjakan atau dilaksanakan dalam konteks biaya, manfaat,

interaksi dan operasionalnya.

Gambar 2.2 Konsep ALARP (Ramli, 2010)

2.2.5.3 Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam

keseluruhan manajemen risiko. Jika pada tahapan sebelumnya lebih banyak

bersifat konsep dan perencanaan, maka pada tahap ini seudah merupakan realisasi

dari upaya pengelolaan risiko dalam perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


32

Dalam Ramli (2010) OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian

risiko yang lebih spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan sebagai berikut:

1. Eliminasi

Eliminasi adalalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber

bahaya, misalnya lobang di jalan ditutup, ceceran minyak di lantai

dibersihkan, mesin yang bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena

sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan.

Karena itu, teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian

risiko.

2. Subtitusi

Subtitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat,

bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau

lebih rendah bahayanya. Teknik ini banyak digunakan, misalnya bahan

kimia berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain

yang lebih aman. Bahan kimia CFC untuk AC yang berbahaya bagi

lingkungan diganti dengan bahan lain yang lebih ramah terhadap

lingkungan.

3. Pengendalian Teknis (Engineering Control)

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada

di lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan

melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan

peralatan pengaman. Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki

secara teknis misalnya dengan memasang peredam suara sehingga tingkat

Universitas Sumatera Utara


33

kebisingan dapat ditekan. Pencemaran di ruang kerja dapat diatasi dengan

memasang sistem ventilasi yang baik. Bahaya pada mesin dapat dikurangi

dengan memasang pagar pengaman atau sistem interlock.

4. Pengendalian Administratif

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya

dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja

yang lebih aman, rotasi atau pemeriksaan kesehatan.

5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat

pelindung diri misalnya pelindung kepala sarung tangan, pelindung

pernafasan (respirator atau masker), pelindung jatuh, dan pelindung kaki.

Penggunaan APD merupakan pilihan terakhir karena alat pelindung diri

bukan untuk mencegah kecelakaan namun hanya sekadar mengurangi efek

atau keparahan kecelakaan.

2.2.5.4 Komunikasi dan Konsultasi

Hasil manajemen risiko harus dikomunikasikan dan diketahui oleh semua

pihak yang berkepentingan sehingga akan memberikan manfaat dan keuntungan

bagi semua. Manajemen harus memperoleh informasi yang jelas mengenai semua

risiko yang ada dibawah kendalinya. Demikian pula dengan para pekerja, perlu

diberi informasi yang jelas mengenai semua potensi bahaya yang ada di tempat

kerjanya sehingga mereka bisa melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan

aman. Pihak lainpun, seperti pemasok, kontraktor dan masyarakat sekitar aktivitas

perusahaan juga perlu mendapat informasi yang jelas tentang kegiatan perusahaan

Universitas Sumatera Utara


34

dan potensi bahaya yang dapat timbul dan akan membawa pengaruh terhadap

keselamatannya.

Dengan mengetahui dan memahami semua risiko yang ada di

lingkungannya, maka semua pihak akan dapat bertindak hati-hati. Upaya

pencegahan kecelakaan akan dapat dilakukan dengan efektif.

2.2.5.5 Monitor dan Review

Monitor atau pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu

dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-

perubahan tersebut kemudian perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Pada

prinsipnya monitor dan review atau telaah ulang dan selanjutnya dilakukan

perbaikan-perbaikan. Pada prinsipnya monitor dan review perlu dilakukan untuk

menjamin terlaksananya seluruh proses manajemen risiko dengan optimal (AS/

NZS 4360, 2004).

2.3 ISO 9000

Standar sistem mutu telah dirumuskan oleh lembaga-lembaga perumus

standar baik pada tingkat nasional maupun internasional. Standar sistem mutu

tersebut dirumuskan untuk digunakan di industri tertentu atau dapat pula dibuat

secara umum, yang dapat diterapkan untuk semua industri ataupun perusahaan

lainnya. ISO (International Organization for Standardization) melalui salah satu

panitia tekniknya menghasilkan suatu seri standar sistem mutu, yang dikenal

sebagai seri ISO 9000. Seri ISO 9000 diturunkan, melalui prinsip konsensus, dari

sejumlah standar nasional untuk memberikan pedoman pada industri bagaimana

membuat suatu sistem untuk mengelola mutu produk di pabrik. Tujuannya adalah

Universitas Sumatera Utara


35

untuk menyebarkan pengembangan standar ini ke seluruh dunia untuk

menyempurnakan efisiensi, produktivitas dan mutu (Hadiwiardjo, 2000).

ISO 9000 memberikan pedoman dan jalan untuk pemilihan dan

penggunaan sistem mutu yang sesuai, yaitu masing-masing ISO 9001, 9002 atau

9003. ISO 9001 digunakan bila kesesuaian dan persyaratan tertentu dijamin oleh

pemasok untuk seluruh alur proses mulai dari desain, produksi, instalasi, dan

pelayanan jasa. Model ini mencakup organisasi seperti misalnya, perusahaan

rekayasa dan konstruksi, dan pabrik-pabrik yang mendesain, mengembangkan,

memproduksi, memasang/menginstalasi produk, dan memberikan pelayanan

jasanya. ISO 9002 digunakan bila kesesuaian terhadap persyaratan yang

ditentukan dijamin selama produksi dan instalasi. Model ini khususnya cocok

untuk industri-industri proses (makanan, kimia,farmasi, dan lain-lain) dimana

persyaratan-persyaratan khusus untuk produk dinyatakan dalam desain dan

spesifikasi yang telah ada. ISO 9003 digunakan untuk situasi dimana kamampuan

pemasok hanya dijamin pada penilikan dan uji akhir. Model ini cocok untuk

bengkal-bengkel kecil, bagian di dalam suatu perusahaan, laboratorium, atau

distributor peralatan yang memeriksa dan menguji produk-produk yang

dipasoknya (Hadiwiardjo, 2000).

Sertifikasi atas ISO 9000 mempunyai arti bahwa sistem manajemen mutu

perusahaan telah dinilai dan hasilnya telah memenuhi persyaratan-persyaratan

yang sesuai dengan standar ISO 9000 yang dipilih (Hadiwiardjo, 2000). Biasanya

sertfikat dapat dikeluarkan oleh badan sertifikasi (pihak eksternal) dalam waktu 1

bulan, setelah lulus dalam penilaian audit. Setelah mendapat sertifikat, sistem

Universitas Sumatera Utara


36

mutu harus senantiasa dipelihara. Pemeliharaan ini mencakup surveillance audit

dan re-assessment (penilaian-ulang). Surveillance audit dilaksanakan oleh pihak

badan sertifikasi, biasanya 6 bulan sekali, untuk memastikan bahwa sistem mutu

yang diterapkan terus-menerus memenuhi persyaratan yang diperlukan. Jika tidak

memenuhi persyaratan, sertifikat bisa dicabut kembali. Dan, setiap 3 tahun sekali

dilakukan penilaian ulang (re-assessment) (Chatab, 1996).

2.4 ISO 14000

ISO 14000 adalah standar manajemen lingkungan pertama yang disepakati

di seluruh dunia, yang didasarkan pada standar BSI. Standar manajemen

lingkungan menentukan persyaratan untuk mengimplementasikan dan memelihara

sistem manajemen lingkungan yang juga dapat menunjukkan adanya penaatan

terhadap kebijakan lingkungan perusahaan dan peraturan yang relevan. Pada

praktiknya, hal itu berarti bahwa sebuah perusahaan harus mendokumentasikan

bukti adanya kesadaran terhadap peraturan, dan membangun suatu sistem

manajemen yang dapat menjamin ketaatan terhadap peraturan tersebut, dan

akhirnya menghasilkan bukti berjalannya sistem tersebut untuk kepentingan

pemeriksaan (Rothery, 2000).

Dalam menerapkan sistem manajemen lingkungan, langkah pertama

setelah mencapai komitmen manajemen adalah melakukan kaji awal lingkungan

dan menyusun suatu daftar peraturan dengan instrumen perundang-undangan

aktual yang relevan. Dengan menggunakan kaji awal lingkungan dan daftar

peraturan, perusahaan bisa menetapkan isu-isu relevan. Tugas berikutnya adalah

menspesifikasi isu-isu tersebut setepat mungkin, memproyeksikan batas-batas

Universitas Sumatera Utara


37

yang harus dijaga, serta mendesain dan mendokumentasikan

pengendalian/pengawasan. Dua unsur jaminan yang utama dalam standar adalah

jaminan terhadap perusahaan bahwa perusahaan mematuhi kebijakan lingkungan

yang dinyatakan, dan menunjukkan ketaatan tersebut kepada orang lain, yang

pada akhirnya biasanya dicapai melalui sertifikasi (Rothery, 2000).

ISO 14000 sangat berharga bagi perusahaan-perusahaan yang ingin

menggunakannya untuk meraih pasar, terutama di Eropa, Amerika Serikat dan

pasar-pasar „canggih‟ lainnya. ISO 14000 akan sangat relevan bagi mereka yang

menjual ke pasar pengadaan barang bagi masyarakat Uni Eropa, bagi mereka yang

memasarkan produk dan jasa yang didukung oleh akreditasi lingkungan. Karena

keterkairan yang sangat besar terhadap ISO 14000 di Eropa, Amerika Serikat, dan

Kanada, banyak perusahaan di Inggris telah mengantisipasinya dengan

menerapkan sistem BS 7750. Perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan

sistem ISO 9000 akan menemukan bahwa standar lingkungan baru lebih mudah

diterapkan ketimbang mereka yang belum menerapkan ISO 9000 (Rothery, 2000).

2.5 Confined Space

2.5.1 Pengertian Confined Space

Pekerjaan yang termasuk ke dalam istilah confined space adalah pekerjaan

yang dilakukan pada ruangan yang memiliki tiga karakteristik, yaitu:

1. Cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat

masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya.

2. Mempunyai akses keluar masuk yang terbatas.

Universitas Sumatera Utara


38

3. Tidak dirancang untuk tempat kerja berkelanjutan atau terus-menerus di

dalamnya (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja,

2006).

2.5.2 Jenis Confined Space

1. Pintu Keluar Masuk Pekerja yang Luasnya sangat Terbatas

Pintu atau jalan keluar masuk bagi pekerja pada ruang terbatas sangat sempit

atau terbatas, terutama dari segi ukuran atau lokasi. Pintu atau jalan keluar

masuk biasanya berukuran kecil, mungkin ukuran diameternya hanya sekitar

40 cm dan sulit untuk melakukan gerakan secara bebas bagi pekerja yang

melaluinya. Pintu kecil juga akan menyebabkan pekerja kesulitan untuk

membawa keluar atau masuk peralatan kerja, khususnya alat pelindung diri

seperti pemakaian respirator yang mutlak diperlukan di dalam ruang terbatas

dengan kondisi udara yang berbahaya, atau peralatan bantu lainnnya yang

diperlukan bagi tim penyelamat. Namun demikian, pada beberapa kasus pintu

akses dari atas pada ruang terbatas cukup luas, seperti ruang kapal,

excavation, dll. Akses melalui pintu atas pada ruang terbatas mungkin akan

memerlukan penggunaan tangga, hoist atau peralatan lainnya, tetapi sering

kali kondisi tersebut justru menyulitkan untuk penyelamatan diri pada saat

terjadi keadaan darurat.

2. Ventilasi Udara Alamiah Kurang Mencukupi

Udara dalam ruang terbatas mungkin tidak dapat bergerak ke dalam dan ke

luar ruangan terbatas (confined space) secara bebas, maka udara dalam ruang

akan sangat berbeda dibandingkan dengan udara di luar. Gas-gas yang

Universitas Sumatera Utara


39

mematikan mungkin berhenti di dalam, khususnya jika ruangan dipakai untuk

menyimpan atau digunakan untuk proses kimia atau bahan-bahan organik

yang mungkin mengalami penguraian. Di dalam ruang terbatas mungkin tidak

cukup oksigen yang diperlukan untuk bernafas, atau mungkin udaraa

mengandung banyak oksigen yang justru dapat meningkatkan kemungkinan

terjadinya kebakaran atau peledakan jika terdapat sumber penyalaan di dalam

ruang terbatas tersebut.

3. Ruang Terbatas Tidak dirancang untuk Pekerjaan yang Terus Menerus

Sebagian besar ruang terbatas tidak didesain untuk pekerja memasuki dan

bekerja di dalamnya secara rutin. Ruang terbatas biasanya didesain untuk

menyimpan suatu produk, memasukkan material-material dan proses, atau

untuk transportasi produk dan bahan-bahan lainnya. Namun demikian, pada

kenyataannya sering kali pekrja masuk ke dalamnya untuk melakukan

pekerjaan yang sulit dan membahayakan seperti : inspeksi, pemeliharaan,

perbaikan, pembersihan atau pekerjaan-pekerjaan lain sejenisnya. NIOSH

(2008) mengembangkan suatu klarifikasi ruang terbatas berdasarkan potensi

bahaya udara seperti : kadar oksigen di udara; karakteristik gas atau uap air

yang mudah terbakar; dan konsentrasi bahan-bahan beracun yang berada di

ruang terbatas, seperti pada tabel dibawah. Klarifikasi ruang terbatas tersebut

adalah Klas A, B dan C yang ditentukan oleh kehadiran suatu kondisi

berbahaya. Kegunaan klasifikasi ini adalah untuk menyediakan suatu

kerangka rekomendasi dalam rangka praktik kerja keselamatan dan prosedur

penyelamatan di ruang terbatas (Tarwaka, 2012).

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 2.3 Klasifikasi Ruang Terbatas (Confined Space) Menurut NIOSH:2008

Klas A Klas B Klas C


Karakteristik Bahaya langsung Berbahaya, tetapi Bahaya Potensial
terhadap tidak secara
kehidupan langsung
mengancam
kehidupan

Oksigen 16% atau kurang* 16,1% s/d 21,9 %* 19,5% s/d 21,4%
(122 mmHg) atau (122-147 mmHg) (148-163 mmHg)
>25% (190 atau 21,5% s/d
mmHg) 25% (163-190
mmHg)

Karakteristik 20% atau lebih 10% s/d 19% LFL 10% LFL atau
Flamibilitas dari Lower kurang
Flammability
Limit (LFL)

Toksisitas IDHL** Lebih besar dari Lebih kecil dari


batas kontaminasi batas
IDHL kontaminasi
IDHL
Keterangan :
* Berdasarkan total tekanan atmosphere permukaan laut (760 mmHg)
** Immediately Dangerous to Life or Health (IDHL)

2.5.3 Contoh Confined Space pada Lokasi Kerja

Contoh dari confined space di lokasi kerja adalah terowongan (tunnels),

sumur (wells), lubang untuk manusia (manholes), tangki (tanks), gudang makanan

hewan yang kedap udara (silo), parit bawah jalan raya (culverts), kubah (vaults),

tempat peluncuran peluru kendali (di bawah tanah),vat (sebuah vessel besar yang

terbuka untuk menahan atau menyimpan liquid), kontainer berbentuk corong

(hopper) dan kamar pendingin (cold storage) (Hadipoetro, 2014).

Universitas Sumatera Utara


41

Gambar 2.3 Contoh Confined Space Entry pada Tempat Kerja

2.5.4 Jenis Pekerjaan Confined Space

Menurut Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja

(2006), berbagai jenis pekerjaan yang menyebabkan pekerja memasuki ruang

terbatas adalah pemeliharaan (pencucian atau pembersihan), pemeriksaan,

pengelasan, pelapisan dan perlindungan karat, perbaikan, penyelamatan dan

memberikan pertolongan kepada pekerja yang cidera atau pingsan dari ruang

terbatas, dan jenis pekerjaan lainnya yang mengharuskan masuk ke dalam ruang

terbatas.

2.5.5 Bahaya pada Confined Space

Bahaya yang dapat terjadi dalam suatu ruang terbatas adalah kekurangan

oksigen serta kualitas udara yang buruk; bahaya kebakaran : kemungkinan adanya

ledakan karena liquid dan gas, bahaya karena bahan kimia; bahaya kecelakaan

seperti bagian peralatan yang bergerak, terbelit, tergelincir, atau jatuh; pergeseran

atau jatuhnya alat berat; radiasi, bahaya biologis dan lainnya (Hadipoetro, 2014).

Universitas Sumatera Utara


42

2.5.6 Program Memasuki Confined Space

Pada confined space jenis yang memerlukan ijin khusus (permit-required)

diperlukan sebuah program khusus. Menurut Direktorat Pengawasan Norma

Keselamatan Kesehatan Kerja (2006) program-program tersebut diantaranya:

1. Langkah-langkah khusus untuk mencegah masuknya pihak yang tidak

berwenang.

2. Identifikasi dan evaluasi bahya dalam ruang tersebut sebelum dimasuki oleh

pekerja.

3. Menentukan kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan.

4. Memberikan kesempatan kepada petugas utama yang berwenang atau kepada

perwakilan pekerja tersebut untuk ikut mengamati setiap pengawasan dan

pengujian ruang tersebut.

5. Melakukan isolasi pada ruang tersebut.

6. Melakukan pembersihan, pengisian gas inert, pembilasan atau pengaliran

udara ke dalam ruang tersebut jika diperlukan, untuk menghilangkan atau

mengendalikan udara berbahaya di dalamnya.

7. Menyediakan jalur untuk pejalan kaki, kendaraan atau penghalang lain yang

diperlukan untuk melindungi petugas utama dari bahaya dari luar.

8. Penyediaan peralatan, menjaga kondisi peralatan tersebut agar dapat bekerja

baik, dan memastikan bahwa pekerja menggunakan peralatan tersebut dengan

baik.

9. Peralatan tersebut seperti peralatan pengujian dan pemantauan, peralatan

pengaliran udara (ventilasi) yang harus mampu mempertahankan kondisi

Universitas Sumatera Utara


43

yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan, peralatan komunikasi,

alat pelindung diri, peralatan untuk penerangan tambahan diperlukan agar

pekerja dapat melihat dengan jelas dalam bekerja dan untuk keluar

secepatnya dari ruangan, dalam keadaan gawat darurat, peralatan lain seperti

tangga diperlukan agar petugas utama dapat keluar masuk ruang dengan

aman, peralatan untuk penyelamatan dan keadaan gawat darurat, serta

peralatan lain yang diperlukan untuk keluar masuk dengan aman dari ruang

tersebut.

10. Sedikitnya terdapat satu orang petugas madya wajib ada di luar ruangan

selama kegiatan yang telah diotorisasi tersebut berlangsung.

Universitas Sumatera Utara


44

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Manajemen Risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Confined

Space Entry di PT. Multimas Nabati Asahan

OHSAS 18001 Klausul 4.3.1

HIRARC (Hazard Identification, Risk

Assestment, Risk Control)

Confined Space Entry

Hazard Risk Assesment Risk Control

Identification (Penilaian Risiko) (Pengendalian

(Identifikasi Risiko)

Bahaya)

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian survei

dengan metode deskriptif yaitu digunakan untuk melihat gambaran fenomena

yang terjadi dalam populasi tertentu dan untuk membuat penilaian terhadap suatu

kondisi dan penyelenggaran suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya

digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut

(Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian confined space entry PT. Multimas

Nabati Asahan Kuala Tanjung. Waktu penelitian dilaksanakan pada Februari 2016

sampai dengan Agustus 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang yang terlibat dalam

pekerjaan di Confined Space Entry yang terdiri dari HSE Supervisor, Safety

Officer, Foreman, dan Pekerja.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dengan cara total population sampling. Total

population sampling atau sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, sering juga diartikan sampel

yang sudah maksimum, ditambah berapapun tidak akan merubah keterwakilan

45

Universitas Sumatera Utara


46

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2015). Sampel dalam

penelitian ini terdiri dari HSE Supervisor, Safety Officer, foreman dan pekerja.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan untuk melengkapi hasil penelitian ini

meliputi dokumen yang mencantum tentang HIRARC pekerjaan confined space

entry, profil perusahaan, Surat Izin Kerja Confined Space, Standard Operational

Procedure pekerjaan confined space entry, dan studi literatur mengenai confined

space.

3.5 Definisi Operasional

1. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya terpadu

untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat

mengakibatkan cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap

bisnis perusahaan.

2. Confined Space Entry adalah lokasi kerja yang mempunyai akses keluar

masuk yang terbatas, tidak dirancang untuk tempat kerja terus-menerus, dan

memiliki potensi gas atmosfir berbahaya

3. Identifikasi Bahaya adalah teknik komprehensif untuk mengetahui potensi

bahaya dari suatu alat, bahan, alat atau sistem.

4. Penilaian Risiko adalah menentukan besarnya suatu risiko dengan

mempertimbangakan kemungkinan dan besar akibat yang ditimbulkannya

Universitas Sumatera Utara


47

5. Pengendalian Risiko adalah realisasi dari upaya pengelolaan risiko dalam

perusahaan berupa eliminasi, subtitusi, pengendalian teknis, pengendalian

adaministratif dan penggunaan alat pelindung diri.

3.6 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk

menggambarkan sejelas-jelasnya tentang penerapan manajemen risiko K3 pada

pekerjaan confined space entry PT. Multimas Nabati Asahan.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Multimas Nabati Asahan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Multimas Nabati Asahan merupakan sebuah perusahaan Penanaman

Modal Asing (PMA) yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) diprakarsai

beberapa investor Singapura dan Indonesia. PT. Multimas Nabati Asahan

bergerak dalam industri minyak kelapa sawit dan merupakan bagian dari Wilmar

International, Ltd yang telah beroperasi sejak 9 September 1996. Pada awalnya

PT. Multimas Nabati Asahan hanya mendirikan satu plant (department) dengan

kapasitas 1500 ton per hari. Untuk mengantisipasi permintaan pasar yang terus

meningkat, pada tahun 1999 PT. Multimas Nabati Asahan mendirikan plant kedua

dengan kapasitas produksi 1000 ton per hari. PT. Multimas Nabati Asahan terdiri

dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS), unit pengolahan minyak sawit kasar (Refinery),

unit pengolahan inti kelapa sawit (Crude Palm Kernel Oil Plant), unit pengolahan

produk turunan minyak kelapa sawit dan Power Plant sebagai sumber energi

untuk kebutuhan sendiri dengan kapasitas 2 x 10 MW (Laporan Kegiatan Panitia

Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2015).

PT. Multimas Nabati Asahan memiliki luas lahan sebesar 143.892,39 m2

yang berlokasi di Jl. Access Road Dusun IV Tanjung Permai Desa Kuala Tanjung

Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara. Perusahaan

ini memiliki batas wilayah yaitu sebelah timur berbatasan dengan PT. Citra Mill,

sebelah barat dengan lahan pertamina, sebelah utara dengan selat malaka, dan

101
48
Universitas Sumatera Utara
49

sebelah selatan dengan Jalan Access Road Dusun IV Tanjung Permai (Laporan

Kegiatan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2015).

Persentase pemasaran hasil produksi PT. Multimas Nabati Asahan adalah

75% ekspor ke Eropa, China, Singapura, Korea, Vietnam, New Zealand, Timur

Tengah dan Saudi Arabia. Persentase pemasaran lokal sebesar 25% pemasaran

dalam negeri, produk yang dipasarkan berupa minyak goreng dengan merek

dagang Sania Royale, Fortune dan Sovia (Laporan Kegiatan Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2015).

4.1.2 Visi, Misi dan Nilai-Nilai Inti PT. Multimas Nabati Asahan

Berdasarkan profil PT. Multimas Nabati Asahan, adapun yang menjadi

visi PT. Multimas Nabati Asahan adalah perusahaan kelas dunia yang dinamis di

bisnis agrikultur dan industri terkait dengan pertumbuhan yang dinamis dengan

tetap mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di dunia melalui

kemitraan dan manajemen yang baik.

Misi PT. Multimas Nabati Asahan adalah menjadi mitra bisnis yang

unggul dan layak dipercaya bagi stakeholders.

Nilai-nilai inti PT. Multimas Nabati Asahan terdiri dari:

1. Profesionalisme yang didasari rasa memiliki.

2. Kerendahan hati yang didasari kesederhanaan.

3. Integritas yang didasari kejujuran.

4. Kerja keras yang didasari sinergi tim.

5. Kepemimpinan yang berwawasan global.

Universitas Sumatera Utara


50

4.1.3 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Multimas Nabati

Asahan

Dalam melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan, PT.

Multimas Nabarti Asahan memiliki kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja

yaitu Wilmar Group berkomitmen untuk menyediakan lingkungan kerja yang

aman bagi setiap karyawan dan mengupayakan pengamanan yang memadai untuk

melindungi karyawan dari kecelakaan atau cedera serta melindungi perusahaan

dan anak perusahaan dari kerugian atau kerusakan asset.

Wilmar Group memprakarsai penerapan, prosedur dan peraturan

keamanan lingkungan kerja. Manajemen bertanggung jawab untuk

meminimalisasi semua resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan

kerja bagi semua karyawan agar dapat bekerja dengan aman.

Tanggung jawab ini diemban oleh setiap karyawan dan semua harus

mengikuti peraturan dan prosedur keselamatan kerja Group Perusahaan Wilmar.

Kerja sama dari semua karyawan dalam program keselamatan kerja merupakan

kewajiban untuk pekerjaan dan sangat penting dalam mencegah kecelakaan kerja.

Wilmar Group tidak mentoleransi penyalahgunaan obat terlarang

narkotika psikotropika dan zat aditif lainnya dan merupakan kebijakan perusahaan

untuk menjaga lingkungan kerja bebas dari konsumsi alkohol dan penyalahgunaan

obat terlarang dan dampaknya.

Universitas Sumatera Utara


51

4.1.4 Prinsip-Prinsip Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT.

Multimas Nabati Asahan

Berdasarkan profil PT. Multimas Nabati Asahan, prinsip-prinsip

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja PT. Multimas Nabati Asahan terdiri

dari :

1. Semua kecelakaan dan cedera dapat dicegah.

2. Keterlibatan dari semua karyawan merupakan syarat dasar.

3. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan tanggung jawab manajemen dan

semua karyawan.

4. Semua dampak dari pekerjaan dapat dijaga.

5. Pelatihan karyawan untuk bekerja dengan aman merupakan syarat dasar.

6. Bekerja dengan aman adalah syarat dari perkerjaan.

7. Manajemen wajib melakukan audit.

8. Semua kekurangan harus segera diperbaiki.

9. Keselamatan kerja di dalam dan di luar tempat kerja sangat dijunjung tinggi.

10. Prosedur dan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja harus dilaksanakan

dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


52

4.1.5 Struktur Organisasi PT. Multimas Nabati Asahan

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Multimas Nabati Asahan

4.1.6 Struktur Organisasi Departemen Enviroment Health and Safety (EHS)


PT. Multimas Nabati Asahan

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Departemen Enviroment Health and Safety (EHS)

PT. Multimas Nabati Asahan

Universitas Sumatera Utara


53

4.1.7 Jam Kerja PT. Multimas Nabati Asahan

Jam Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan adalah 8 jam/shift untuk

operasional terbagi menjadi 3 shift dalam 7 hari kerja dalam seminggu yang terdiri

dari :

Shift I : Pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB

Shift II : Pukul 16.00 WIB – 24.00 WIB

Shift III : Pukul 24.00 WIB – 08.00 WIB

Pada jam kerja shift, waktu istirahat yang diberikan kepada bekerja selama

1 jam setelah bekerja selama 4 jam terus menerus. Selain jam kerja untuk

operasional, terdapat jam kerja untuk office (kantor) yang berlaku selama 6 hari

kerja yang terdiri dari :

Senin s/d Jumat : 08.00 WIB – 16.30 WIB

Sabtu : 08.00 WIB – 11.30 WIB

Pada jam kerja office (kantor) waktu istirahat bagi pekerja dimulai pada

pukul 12.00 WIB sampai dengan 13.30 WIB.

4.2 Jumlah dan Kategori Confined Space Entry

Di PT. Multimas Nabati Asahan terdapat peralatan-peralatan proses

produksi yang dapat dikategorikan ke dalam confined space. Confined space

adalah ruangan yang cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa

sehingga pekerja dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya, mempunyai

akses keluar masuk yang terbatas dan tidak dirancang untuk tempat kerja secara

berkelanjutan atau terus menerus di dalamnya. Ruangan yang dikategorikan

confined space adalah tangki timbun. Tangki timbun yang terdapat di PT.

Universitas Sumatera Utara


54

Multimas Nabati Asahan diantaranya berisi Crude Palm Oil (CPO), Crude Palm

Kernel Oil (CPKO), CPS (Crude Palm Stearine), RCNO (RBD Coconut Oil),

RKO (RBD Palm Kernel Oil), ROL (RBD Palm Olein), Air, Phospor, Nitrogen.

Jumlah seluruh confined space entry adalah 461 buah. Setiap tangki memiliki

kapasitas yang berbeda, berkisar dari 20 Ton sampai dengan 500 Ton.

3 5

Gambar 4.3 Confined Space Entry di PT. Multimas Nabati Asahan

Keterangan :
1. Tangki bleached oil di plant Refinery
2. Hopper Spent Earth di plant Refinery
3. Tangki timbun Crude Palm Oil (CPO) di Pump House Non Kawasan Berikat
4. Tangki timbun Crude Palm Oil (CPO) di Pump House Kawasan Berikat
5. Tangki timbun di Consumer Pack

Universitas Sumatera Utara


55

4.3 Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Multimas


Nabati Asahan

PT. Multimas Nabati Asahan telah mendapatkan sertifikasi Occupational

Health and Safety Assesment Series (OHSAS) 18001:2007 yang mewajibkan

organisasi harus menetapkan, mengimplementasi dan memelihara prosedur untuk

melakukan identifikasi bahaya dari kegiatan yang sedang berjalan, penilaian risiko

dan menetapkan pengendalian yang diperlukan.

Dalam melaksanakan manajemen risiko, PT. Multimas Nabati Asahan

menggunakan prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya

dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang tertuang dalam dokumen

QP/MNA-10-056. Seluruh kepala departemen bertanggung jawab dalam

implementasi prosedur pemantauan dan pengukuran Lingkungan, Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (LK3) yang dikoordinasikan dengan departemen administrasi

bagian Enviroment Health and Safety (EHS).

Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko

Kesehatan dan Keselamatan Kerja memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi aspek dampak LK3 dari aktivitas perusahaan, memberi jaminan

bahwa tingkat bahaya dan risiko yang terjadi untuk setiap jenis pekerjaan dapat

diketahui lebih dini dan untuk menentukan prioritas perbaikan yang berdasar pada

penilaian risiko yang paling tinggi, sebagai pertimbangan untuk menentukan

perencanaan pengelolaan program LK3.

Universitas Sumatera Utara


56

Berdasarkan dokumen QP/MNA-10-056 adapun prosedur dalam

melaksanakan Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan

Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah :

1. Wakil manajemen LK3 bertanggung jawab untuk memastikan bahwa

terdapat prosedur formal untuk memastikan “Identifikasi Aspek dan

Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan

Kerja” dilaksanakan dengan cara yang benar oleh seluruh kepala

departemen dan dibantu oleh EHS Officer.

2. Semua karyawan harus terbiasa dengan semua “Identifikasi Aspek dan

Dampak” yang ada, baru atau revisi secara terus menerus.

3. Setiap kepala departemen dibantu oleh EHS Officer bertanggung jawab

untuk melakukan proses Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan

Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja dibagiannya dan

didokumentasikan dalam form Aspek dan Dampak LK3 minimal satu kali

dalam setahun dan atau jika ada perubahan proses, bahan baku atau

peralatan.

4. Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko

Kesehatan dan Keselamatan Kerja meliputi seluruh operasional dengan

melihat atau mempertimbangkan: aktivitas, produk, bahaya, sumber

bahaya, dampak, kondisi normal, kondisi abnormal atau kondisi darurat.

5. Hasil identifikasi setiap bagian dikumpulkan kepada EHS Officer yang

selanjutnya akan dianalisa oleh Manajemen, Wakil Manajemen LK3,

Universitas Sumatera Utara


57

seluruh kepala bagian dan EHS Officer yang menghasilkan program kerja

perbaikan LK3.

6. Analisa aspek dampak LK3 dilakukan dengan mempertimbangan:

pengendalian yang ada saat ini, tingkat kemungkinan, tingkat keparahan,

pengendalian dampak risiko atau monitoring.

7. Perusahaan menetapkan skala prioritas. Wakil manajemen bersama

seluruh kepala bagian dan EHS Officer bertanggung jawab menganalisa

hasil identifikasi aspek dampak untuk menentukan skala prioritas. Jika

pengendalian saat ini dirasa tidak cukup maka kemudian ditentukan

program kerja atau program perbaikan di masing-masing departemen

sesuai dengan kebutuhan. Program perbaikan mencakup program yang

berhubungan dengan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Setiap

departemen juga dapat membuat perbaikan terkait dengan lingkungan,

kesehatan dan keselamatan kerja.

8. Program kerja dibuat untuk mengurangi risiko terjadinya bahaya terhadap

lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Program kerja mencakup

program, sasaran, target, aktivitas, Person In Command (PIC), batas

tanggal pelaksanaannya. Program kerja di dokumentasikan pada form

program perbaikan LK3.

Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko

Kesehatan dan Keselamatan Kerja kemudian didokumentasikan ke dalam form

Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


58

dan Keselamatan Kerja. Berikut merupakan contoh form Identifikasi Aspek dan

Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja :

Gambar 4.4 Form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan

Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Setiap kolom yang terdapat dalam form Identifikasi Aspek dan Dampak

Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja memiliki

keterangan yang harus diisi, berikut akan dijabarkan definisi dari setiap kolom

yang harus diisi.

1. Aktivitas merupakan kegiatan operasional

Universitas Sumatera Utara


59

2. Aspek lingkungan merupakan unsur kegiatan atau produk atau jasa organisasi

yang dapat berinteraksi dengan lingkungan.

3. Kondisi normal merupakan kondisi lingkungan yang tidak bisa dihindari

ketika aktivitas yang dilakukan sesuai dengan prosedur dan didukung oleh

peralatan yang memadai.

4. Kondisi abnormal merupakan kondisi lingkungan yang tidak biasa terjadi

akibat aktivitas yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur dan tidak

didukung dengan peralatan yang memadai.

5. Kondisi emergency merupakan kondisi lingkungan akibat kejadian yang

menimbulkan dampak yang tidak terkendali atau terjadi di luar kendali dan

berdampak fatal atau serius terhadap manusia dan lingkungan.

6. Dampak lingkungan merupakan setiap perubahan pada lingkungan baik yang

merugikan atau bermanfaat, yang keseluruhannya atapun sebagian

disebabkan oleh aspek lingkungan (manusia, flora, fauna) sumber daya alam.

7. Evaluasi peraturan merupakan peraturan terkait dengan aspek lingkungan dan

atau dampak lingkungan. Peraturan yang dimaksud meliputi peraturan

pemerintah, perundang-undangan, peraturan internasional, persyaratan

pelanggan, standar spesifikasi.

8. Frekuensi merupakan tingkat keseringan aktivitas dilakukan (kondisi normal)

atau tingkat keseringan aspek lingkungan muncul dari aktivitas dalam kondisi

abnormal.

Dalam mengisi bagian frekuensi ada ketentuan mengenai frekuensi serta

nilai yang diberikan dalam mengisi.

Universitas Sumatera Utara


60

a. Kondisi Normal

Tabel 4.1 Tingkat Keseringan Aktivitas dalam Kondisi Normal

Frekuensi aktivitas yang dilakukan Nilai


1 tahun 1
3 bulan – 1 tahun 2
1 bulan – 3 bulan 3
2 hari – 1 bulan 4
Harian 5
Sumber : dokumen QP/MNA-10-056

b. Kondisi Abnormal

Tabel 4.2 Tingkat Aktivitas dalam Kondisi Abnormal

Frekuensi Kejadian Nilai


Tidak pernah terjadi 1
1x dalam 1 tahun 2
2 – 3 kali dalam 1 tahun 3
4 – 5 kali dalam 1 tahun 4
>5 kali dalam 1 tahun 5
Sumber : dokumen QP/MNA-10-056

c. Skala penyebaran merupakan dampak lingkungan terhadap aktivitas yang

dilakukan

Tabel 4.3 Skala Penyebaran Dampak Lingkungan

Skala Penyebaran Nilai


Tidak mencemari 1
Mencemari di lingkungan area kerja masing-masing 2
Mencemari lingkungan di area kerja dan sekitar area
3
kerja
Mencemari lingkungan di seluruh area perusahaan 4
Mencemari lingkungan yang berdampak pada
5
masyarakat
Sumber : dokumen QP/MNA-10-056

Universitas Sumatera Utara


61

d. Jumlah merupakan hasil penjumlahan antara nilai evaluasi peraturan,

frekuensi dan skala penyebaran.

e. Prioritas merupakan penentuan aspek lingkungan apakah penting atau

tidak penting sebagai dasar penentuan pengendalian yang dilakukan (jika

ada peraturan : penting)

f. Hazard merupakan sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi

membahayakan dan merugikan manusia atau kondisi fisik atau mental

yang merugikan timbul dari dan atau diperburuk oleh aktivitas kerja dan

atau situasi kerja yang berhubungan.

g. Kondisi rutin merupakan aktivitas yang dilaksanakan secara berkala atau

terjadwal.

h. Kondisi non rutin merupakan aktivitas yang dilaksanakan tidak terprogram

atau insidentil

i. Risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa

berbahaya dan tingkat keparahan dari luka-luka yang terjadi dan atau

kondisi fisik atau mental yang merugikan timbuk dari dan atau diperburuk

oleh aktivitas kerja dan atau situasi yang berhubungan yang disebabkan

oleh kejadian atau exposure.

j. Probability merupakan tingkat kemungkinan terjadinya bahaya atau risiko

dari aktivitas yang dilakukan.

Tabel 4.4 Probabilitas Terjadinya Bahaya

Probabilitas Nilai
Tidak pernah terjadi 1
Terjadi sekali dalam setahun 2
Terjadi 2 – 3 kali dalam setahun 3

Universitas Sumatera Utara


62

Terjadi 4 – 5 kali dalam setahun 4


Terjadi lebih dari 5 kali dalam setahun 5
Sumber : dokumen QP/MNA-10-056

k. Severity merupakan keseriusan dampak bahaya terhadap manusia.

Tabel 4.5 Severity Dampak Bahaya Terhadap Manusia

Severity Nilai
Sakit ringan/ tidak kehilangan hari kerja 1
Sakit ringan/ kehilangan hari kerja 1 2
Rawat inap atau cidera berat 3
Akut kronis atau kehilangan fungsi tubuh 4
Meninggal dunia 5
Sumber : dokumen QP/MNA-10-056

l. Jumlah merupakan penjumlahan antara nilai dari evaluasi probability dan

severity.

m. Prioritas merupakan penentuan tingkat pengendalian terhadap bahaya dan

risiko dari setiap aktivitas. Untuk risk assesment terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja. Semua bahaya harus dikendalikan.

n. Peraturan terkait merupakan jenis peraturan yang terkait dengan aspek dan

dampak lingkungan dan bahaya dan risiko K3.

o. Pengendalian merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau

menghilangkan potensi dampak lingkungan dan potensi bahaya K3.

p. Monitoring merupakan bukti pencatatan terhadap tindakan pengendalian

yang diambil.

Selanjutnya form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya

dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang sudah diisi dari setiap

departemen, kemudian dikumpulkan dan diperiksa oleh EHS Officer.

Universitas Sumatera Utara


63

Penelitian ini akan membahas lebih lanjut mengenai penerapan

manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan confined space

entry di PT. Multimas Nabati Asahan.

4.3.1 Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

Pekerjaan Confined Space Entry

Pekerjaan confined space entry memiliki bahaya dalam setiap aktivitas

kerjanya, maka upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko yang mungkin

timbul akibat proses pekerjaan dilakukan melalui proses manajemen risiko.

Melalui manajemen risiko, bahaya yang mungkin timbul dapat di identifikasi,

dinilai dan dikendalikan. Setiap aktivitas pekerjaan termasuk pekerjaan dalam

confined space entry didokumentasikan dalam form Identifikasi Aspek dan

Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Sebelum melaksanakan pekerjaan dalam confined space entry, PT.

Multimas Nabati Asahan menggunakan sistem atau langkah-langkah yang

terstruktur, langkah-langkah tersebut yaitu :

1. Harus mendapatkan izin tertulis atau work permit dari departemen EHS. Izin

tertulis terdiri dari izin kerja dan izin memasuki ruang terbatas disertai dengan

pembuatan Job Safety Analysis (JSA) pada pekerjaan yang akan dilakukan

pada confined space entry. Izin kerja (work permit) di PT. Multimas Nabati

Asahan adalah suatu dokumen yang berisi tentang jenis kerja, kategori kerja,

lokasi kerja, pelaksana kerja, uraian pekerjaan yang akan dilakukan dan

inspeksi yang dilakukan oleh EHS Officer atau petugas lain yang

berkompeten bersama-sama dengan pengawas dari pelaksana kerja yang

Universitas Sumatera Utara


64

dituangkan dalam form F/MNA-EHS-10-005.1. Formulir izin kerja harus

disetujui oleh yang berwenang sebelum pekerjaan dalam ruang terbatas

dimulai.

2. Harus mendapatkan izin memasuki ruang terbatas yang tertuang dalam form

F/MNA-EHS-13-005.3. Izin memasuki ruang terbatas dibagi dalam 5 bagian

informasi:

1. Bagian 1 (Pemohon Izin)

Bagian ini berisi informasi tentang nama pemohon izin, nama

departemen, ruang terbatas yang akan dimasuki, jenis atau macam

pekerjaan dan nama kontraktor. Pemohon izin merupakan orang yang

bertanggung jawab dalam wilayah kerja yang akan dilakukan pekerjaan

dalam confined space entry.

2. Bagian 2 (Prosedur Keamanan di Area Kerja)

Bagian ini berisi tentang hal-hal yang harus diperhatikan pada saat

perbaikan. Dimana terdapat beberapa poin diantaranya :

1. Pastikan kebersihan tangki dan sistem pembuangan

2. Pastikan tangki terisolasi dari sumber-sumber bahaya

3. Seluruh sumber energi telah terkunci

4. Pasang tanda perbaikan di area kerja

5. Pengecekan dan pengamanan daerah di sekitar area kerja

6. Sumber radiasi telah dihilangkan

7. Ventilasi terpenuhi

8. Sediakan alat pernafasan

Universitas Sumatera Utara


65

9. Nama pengawas keamanan

10. Perlengkapan keamanan lainnya

3. Bagian 3 (Hasil Pengujian Gas Kelas 3 yang Diizinkan)

Bagian ini menjelaskan tentang hasil pengujian gas di dalam ruang

terbatas berupa kadar Oksigen antara 19,6%-20,9%; kadar Hydrocarbon;

kadar Gas Beracun CO dan H2S; temperatur; serta tanggal dan waktu

pengujian.

4. Bagian 4 (Perizinan dan Persetujuan)

Bagian ini menyatakan pemohon izin bahwa semua hasil pengujian telah

aman untuk dilaksanakan pekerjaan/dimasuki, masa berlaku izin kerja

ruang terbatas, nama pemohon izin, nama pemeriksa izin kerja ruang

terbatas yang disertai tanda tangan dan nama-nama pekerja yang

memasuki ruang terbatas.

5. Bagian 5 (Penyelesaian Pekerjaan)

Bagian ini menyatakan bahwa pelaksana kerja telah memastikan

pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan izin yang dikeluarkan,

areal kerja telah dibersihkan, dikembalikan dan dilakukan pengecekan

setelah pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan semuanya dalam kondisi

yang aman. Pemberi izin kerja memastikan bahwa semua pekerjaan telah

selesai dilaksanakan, seluruh perlengkapan safety dan seluruh proses

isolasi telah dikembalikan seperti semula. Pelaksana keja dan pemberi

izin kerja menyertai tanda tangan serta hari dan tanggal dalam bagian ini.

Universitas Sumatera Utara


66

3. Pada tahap persiapan, pastikan kebersihan tangki dan sistem pembuangan,

kunci power feed, matikan heating system jika diperlukan, keringkan jika

diperlukan, keluarkan uap jika diperlukan, tempelkan tanda “Pekerja Berada

dalam ruang Terbatas (Confined Space).

4. Pastikan tangki terisolasi dari sumber-sumber bahaya, tutup jalur pengisian

atau drain jika dibutuhkan, pastikan seluruh sumber energi telah terkunci dan

lakukan lock out tag out (LOTO) pada tangki yang akan dilakukan pekerjaan

di dalamnya.

5. Pasang tanda perbaikan di area kerja, pengecekan dan pengamanan daerah di

sekitar area kerja.

6. Sumber radiasi telah dihilangkan.

7. Ventilasi terpenuhi dengan mengarahkan udara ke bagian bawah ruang

terbatas dan keluarkan.

8. Periksa udara di dalam ruangan terbatas dengan batas Oksigen minimal

19,6% dan maksimal 20,9%; Hydrocarbon 0% LEL; Gas beracun CO dan

H2S; dan temperatur dengan batas <500 C.

9. Menggunakan alat pelindung diri yang dibutuhkan.

10. Menyediakan alat pernafasan.

11. Membuat Job Safety Analysis (JSA). Prosedur pembuatan JSA tertuang

dalam SOP/MNA-EHS-14-032 tentang standart operating procedure job

safety analysis. Job Safety Analysis yang selanjutnya dapat disebut JSA. JSA

merupakan suatu alat yang digunakan untuk penilaian risiko dengan cara

melakukan identifikasi dari setiap kegiatan atau tahapan proses kerja yang

Universitas Sumatera Utara


67

akan dilakukan atau sudah dilakukan, mengidentifikasi potensi bahaya LK3,

dan untuk menganalisa cara terbaik yang akan dilakukan untuk mengurangi

atau mengeliminasi bahaya yang mungkin timbul. Sebelum melakukan

pekerjaan, maka informasi mengenai aktivitas pekerjaan yang dibutuhkan

adalah waktu yang dibutuhkan dan frekuensi kerja, lokasi atau area kerja,

pihak yang terlibat atau terkena dampak, prosedur pekerjaan, mesin atau

peralatan yang digunakan, data bahan atau material dan MSDS (Material

Safety Data Sheet) yang digunakan dalam proses atau kegiatan kerja,

peraturan terkait dengan proses kerja, dan data pemantauan dan pengelolaan

lingkungan. Pembuatan JSA dilakukan dengan memperhatikan setiap urutan

pekerjaan, maka dilakukan identifikasi bahaya terhadap pertimbangan bahaya

fisik, pertimbangan bahaya kecelakaan, pertimbangan dari aspek manusia,

pertimbangan dari aspek lingkungan, pertimbangan dari segi teknis. Langkah-

langkah dalam melakukan analisa JSA yaitu menentukan pekerjaan yang akan

di analisis, menyiapkan form JSA sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan dari

tim pelaksana, membuat urutan pekerjaan secara sederhana dan berurutan,

maksimal 10 tahapan (buatkan urutan pekerjaan secara garis besar),

identifikasi bahaya-bahaya dalam setiap urutan pekerjaan. Bahaya yang

dimaksudkan adalah sesuatu yang dapat mengakibatkan kecelakaan atau

kerusakan pada manusia, properti dan berpengaruh terhadap lingkungan dan

produksi. Mengembangkan pengendalian untuk menghilangkan dan

mengurangi risiko untuk setiap bahaya yang ditimbulkan, melakukan

peninjauan secara menyeluruh oleh semua tim pelaksana, kemudian hasil JSA

Universitas Sumatera Utara


68

akan dituliskan secara menyeluruh dalam form JSA. Hasil dari JSA akan

dijadikan sebagai standar dalam kegiatan operasional yang akan dilakukan,

kemudian dituangkan dalam bentuk SOP atau instruksi kerja dan disahkan

oleh pimpinan unit, melakukan sosialisasi terhadap SOP atau instruksi kerja

tersebut kepada pekerja agar memahami tahapan dari proses produksi yang

akan dilakukan dan potensi bahaya dari setiap tahapan proses produksi

tersebut. Berikut adalah diagram alir pembuatan Job Safety Analysis:

Gambar 4.5 Diagram Alir Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)

Sumber : Prosedur Pembuatan Job Safety Analysis (JSA) (SOP/MNA-EHS-14-


032)

Universitas Sumatera Utara


69

Penjelasan diagram alir pembuatan Job Safety Analysis :

1. Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis, adapun pekerjaan yang

membutuhkan JSA adalah pekerjaan yang pernah atau berpotensi

menyebabkan kecelakaan kerja; pekerjaan baru; peralatan atau mesin baru;

perubahan tahapan proses produksi;pekerjaan yang berulang dan terus

menerus.

2. Siapkan form JSA sesuai dengan kebutuhan kesiapan tim pelaksana. EHS

Officer atau seksi patrol mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dan

menginformasikan kepada pelaksanan mengenai rencana kegiatan.

3. Membuat urutan pekerjaan secara sederhana berurutan, maksimal 10 tahapan

(buatkan urutan pekerjaan secara garis besar).

4. Identifikasi potensi bahaya dalam setiap urutan pekerjaaan. Bahaya yang

dimaksud adalah sesuatu yang dapat mengakibatkan kecelakaan atau

kerusakan pada manusia, properti dan berpengaruh terhadap lingkungan dan

produksi.

5. Pengendalian risiko merupakan upaya untuk menghilangkan dan mnegurangi

risiko dalam penyusunan JSA, maka dapat digunakan hirarki, yaitu eliminasi

sumber bahaya; subtitusi sumber bahaya; isolasi; engineering control;

adoption of safe practice; pengendalian administratif dan alat pelindung diri.

6. JSA harus ditinjau apabila analisis pekerjaan telah selesai, adanya identifikasi

bahaya-bahaya lebih lanjut, metode penilaian berubah dan melakukan

pekerjaan kembali.

7. Dokumentasi JSA di buat dalam form Job Safety Analysis.

Universitas Sumatera Utara


70

Pada confined space entry terdapat tanda yang menginformasikan tentang

keberadaan dan lokasi serta bahaya yang terdapat dalam ruang terbatas yang

memerlukan ijin khusus tersebut. Berikut adalah tanda bahaya yang terdapat di

tangki yang ada di PT. Multimas Nabati Asahan:

Gambar 4.6 Tanda Bahaya pada Confined Space Entry

4.4 Deskripsi Pekerjaan Confined Space Entry

Pada saat melakukan penelitian, pekerjaan confined space entry yang

sedang berlangsung adalah fabrikasi pemasangan pipa steam coil tangki 3002 di

Pump House Non KB (Kawasan Berikat). Tangki 3002 merupakan tangki timbun

yang berisi minyak CPO (Crude Palm Oil) dengan karakteristik tangki dengan

tinggi 19,5 meter dan diameter 18 meter. Tangki 3002 difabrikasi karena pipa

steam coil di dalam tangki sudah berkarat dan perlu diganti dengan pipa steam

Universitas Sumatera Utara


71

coil yang baru. Jumlah pipa steam coil yang akan diganti sebanyak 135 buah.

Sebelum dilakukan pekerjaan ini terlebih dilakukan pembersihan tangki timbun.

Pembersihan tangki timbun dilakukan dengan tujuan untuk memastikan

bahwa tangki timbun telah bersih, bebas dari unsur najis, barang haram dan layak

dipakai sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pembersihan tangki timbun tertuang

dalam SSOP/MNA-LOG-05-003. Pembersihan tangki timbun dilakukan minimal

satu kali dalam setahun sesuai dengan jadwal pembersihan tangki atau lebih cepat

apabila diperlukan yakni atas petunjuk dari pihak quality control untuk setiap

penggantian material atau produk yang akan disimpan. Saat akan membersihkan

tangki, pastikan bahwa tangki telah kosong dan semua valve telah tertutup dan

telah dilakukan Lock Out dan Tag Out (LOTO), pastikan ada izin kerja (work

permit) dari Environtment Health and Safety (EHS) Department untuk bekerja di

ruang terbatas. Saat memberi izin kerja dalam ruang terbatas, foreman terlebih

dahulu memeriksa kandungan gas (Oksigen, Hydrocarbon, CO, H 2S) dan

temperatur di dalam confined space. Lalu menyiapkan peralatan seperti : kunci

pas, sorongan air, drum kosong, ember, serbet, selang air.

Setelah itu buka semua manhole tangki yang akan dibersihkan, gunakan

blower untuk menetralkan kondisi udara dalam tangki, personil yang masuk di

dalam tangki memakai baju khusus dan hairnet, tidak dibenarkan memakai

perhiasan dan aksesori lainnya, tidak meludah di dalam tangki.

Setelah kondisi dipastikan aman, keluarkan dan tampung semua sisa

minyak yang masih terdapat dalam tangki dan masukkan ke dalam drum untuk

kemudian dipompakan ke jenis minyak yang sama, pastikan untuk menampung

Universitas Sumatera Utara


72

semua sisa minyak untuk menghindari losses oil dan pencemaran lingkungan.

Kemudian isi air ke dalam tangki sampai batas steam coil (steam coil) tenggelam

dan pastikan kondisi jalur sirkulasi udara dalam keadaan normal. Lalu panaskan

air dengan menggunakan steam sampai temperatur 90-1000 C selama 4 jam

sesuai dengan kondisi kotor atau bau tangki. Selama proses pemanasan air di

tangki, pastikan ada celah pada manhole bagian bawah tangki. Setelah itu,

keluarkan air dengan membuka valve drain dan pastikan mengalir ke fat trap, lalu

bilas tangki dengan air hingga bersih dan dikeringkan menggunakan serbet.

Pastikan tidak ada benda asing berupa kotoran atau serat-serat kain yang

tertinggal di dalam tangki. Kebersihan tangki kemudian diperiksa oleh shift leader

pump house dan personil laboratorium. Setelah dipastikan semua sudah bersih,

kemudian dilanjutkan untuk fabrikasi pemasangan pipa steam coil. Pekerjaan

pembersihan tangki timbun ini berlangsung selama dua hari.

Urutan pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil tangki 3002

dimulai dari mengangkat peralatan, memasang instalasi listrik, melakukan

fabrikasi, membongkar pasang pipa steam coil, dan finishing serta cleaning area

kerja. Pekerjaan ini dikerjakan oleh 7 orang pekerja kontraktor dari CV. Alam

Jaya Indah.

4.5 Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan kerja

pada Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil di dalam

Confined Space Entry

Pada saat penelitian ini dilaksanakan, pekerjaan dalam confined space

entry yang sedang berlangsung adalah fabrikasi pemasangan pipa steam coil.

Universitas Sumatera Utara


73

Sebelum melaksanakan pekerjaan, hal pertama yang dilakukan adalah membuat

izin kerja. Inspektor EHS berhak mengeluarkan izin kerja yang berlaku untuk satu

hari. Dalam izin kerja tersebut, inspektor EHS menuliskan jenis pekerjaan yang

akan dilakukan adalah kerja panas dan kerja pada ruang terbatas dengan kategori

kritikal. Kategori kritikal yaitu pekerjaan yang sangat berpotensi menimbulkan

kecelakaan dan atau pencemaran. Selanjutnya, dituliskan lokasi kerja yaitu di

Pump House Non KB (Kawasan Berikat), pelaksana kerja yaitu CV. Alam Jaya

Indah dengan deskripsi kerja fabrikasi pemasangan pipa steam coil tangki 3002

serta nama pemohon izin, pelaksana kerja dan pengawas kerja. Pekerjaan fabrikasi

pemasangan pipa steam coil ini dikerjakan oleh 7 orang pekerja. Kemudian

dilakukan inspeksi terhadap alat pelindung diri, penempatan peralatan atau

material kerja dan alat pemadam kebakaran. Setelah bagian dari izin kerja ditulis,

selanjutnya inspektor EHS menyatakan persetujuan izin dengan menandatangani

izin kerja yang disertai waktu pembuatan izin kerja.

Setelah membuat izin kerja selanjutnya adalah membuat ijin memasuki

ruang terbatas. Dalam izin memasuki ruang terbatas dituliskan nama pemohon

izin dari departemen Pump House Non KB (Kawasan Berikat), ruang terbatas

yang akan dimasuki, jenis pekerjaan yang akan dilakukan dan nama kontraktor

yang akan melakukan pekerjaan. Pada bagian prosedur keamanan di area kerja

terdapat 10 hal yang harus diperhatikan pada saat perbaikan oleh inspektor EHS

dan dipastikan semuanya telah terpenuhi. Hal-hal tersebut diantaranya :

1. Pastikan kebersihan tangki dan sistem pembuangan.

2. Pastikan tangki terisolasi dari sumber-sumber bahaya.

Universitas Sumatera Utara


74

3. Seluruh energi telah terkunci.

4. Pasang tanda perbaikan di area kerja.

5. Pengecekan dan pengamanan daerah di sekitar area kerja.

6. Sumber radiasi telah dihilangkan.

7. Ventilasi terpenuhi.

8. Sediakan alat pernafasan.

9. Nama pengawas keamanan.

10. Perlengkapan keamanan lainnya.

Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan kandungan gas dalam ruang

terbatas. Pemeriksaan gas dilakukan oleh inspektor EHS beserta pekerja sebelum

melaksanakan pekerjaan dalam tangki. Alat yang digunakan untuk melakukan

pemeriksaan gas adalah gas detector. Hasil dari pemeriksaan kandungan gas

tersebut kemudian dituliskan dalam izin memasuki ruang terbatas. Berdasarkan

hasil pengamatan penulis, sebelum pemeriksaan gas dalam tangki berlangsung

pekerja dapat dengan bebas memasuki tangki tanpa mendapat teguran atau sanksi

dari inspektor EHS maupun pengawas pekerjaan dan pemeriksaan gas hanya

dilakukan satu kali selama pekerjaan dalam confined space berlangsung.

Dalam pembuatan izin memasuki ruang terbatas, inspektor EHS

didampingi oleh pemohon izin dari departemen pump house Non KB (Kawasan

Berikat) yang kemudian ditanda tangani oleh pemohon izin dan pemberi izin. Izin

memasuki ruang terbatas ini hanya berlaku untuk 1 hari.

Universitas Sumatera Utara


75

4.5.1 Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa

Steam Coil di dalam Confined Space Entry

Sebelum memulai pekerjaan dalam confined space entry terlebih dahulu

dibuat izin kerja, izin memasuki ruang terbatas dan pembuatan JSA. Dalam izin

memasuki ruang terbatas terdapat data mengenai hasil pemeriksaan gas dalam

confined space. Gas yang diperiksa diantaranya kandungan Oksigen,

Hydrocarbon, Karbon Monoksida (CO), dan Hidrogen Sulfida (H2S). Kandungan

gas harus dipastikan aman bagi pekerja sebelum memulai pekerjaan. Pemeriksaan

gas dilakukan oleh inspektor EHS dan pekerja menggunakan alat gas detector.

Hasil pemeriksaan kandungan gas menunjukan kandungan oksigen sebesar 20,9;

Hydrocarbon sebesar 0% LEL; Gas CO sebesar 0 ppm; dan H2S sebesar 0 ppm.

Berikut adalah kegiatan pemeriksaan kandungan gas di dalam confined space

entry.

Gambar 4.7 Pemeriksaan Kandungan Gas dalam Confined Space Entry

Pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil dilakukan setelah

dilakukan pembersihan tangki. Pembersihan tangki dilakukan untuk

membersihkan tangki dari sisa-sisa minyak yang menempel di dinding tangki.

Universitas Sumatera Utara


76

Pekerjaan pembersihan tangki dilakukan selama tiga hari. Dalam pekerjaan

pembersihan tangki, bahaya yang ditimbulkan adalah kekurangan oksigen yang

memiliki risiko gangguan pernafasan terhadap pekerja dan terpapar kebisingan

akibat tangki diketuk yang memiliki risiko ketulian pada pekerja.

Identifikasi bahaya pada pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil

di confined space entry di PT. Multimas Nabati Asahan menggunakan metode Job

Safety Analysis (JSA). Pembuatan JSA dilakukan oleh Safety kontraktor,

kemudian ditinjau ulang oleh personil dari EHS Departement yang melakukan

safety patrol. Safety Kontraktor merupakan bagian dari pelaksana kerja yang telah

memiliki kompetensi untuk membuat Job Safety Analysis (JSA) karena sudah

mendapatkan training yang diberikan dari PT. Multimas Nabati Asahan. Berikut

adalah form JSA pada pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil tangki

3002.

Universitas Sumatera Utara


77
77

Tabel 4.6 Form Job Safety Analysis (JSA) Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil di tangki 3002

No. Urutan Pekerjaan Potensi Bahaya Pengendalian Risiko Keterangan

1. Mengangkat peralatan Tangan dan kaki Gunakan sarung tangan, Pekerja sudah menggunakan safety
terjepit, tertimpa sepatu safety APD sesuai dengan pekerjaan
2. Pelaksanaan Kerja
1. Instalasi listrik Tersengat listrik Pastikan listrik tersambung Pekerja sudah menggunakan safety
dengan baik dan benar, APD sesuai dengan pekerjaan
2. Fabrikasi Luka bakar, iritasi mata, gunakan APD sesuai Pekerja sudah menggunakan safety
gangguan pernafasan fungsi pekerjaannya, APD sesuai dengan pekerjaan
sarung tangan, sepatu
3. Bongkar pasang pipa Terjatuh safety, helm, masker, cap Pekerja sudah menggunakan safety
steam coil Terbentur las. APD sesuai dengan pekerjaan
Tertimpa Tabung argon terikat dan
terkurung di tempat yang
aman.

4. Finishing dan cleaning


area kerja
Sumber : Form Job Safety Analysis (JSA) PT. Multimas Nabati Asahan

Universitas Sumatera Utara


78

Identifikasi bahaya pada pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil

sebagai berikut :

1. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak

dengan gaya mekanik baik yang digerakan secara manual maupun dengan

penggerak. Bahaya mekanis terdapat dalam pekerjaan mengangkat

peralatan dan bongkar pasang pipa steam coil. Pekerjaan ini memiliki

potensi bahaya tangan dan atau kaki terjepit, terbentur dan tertimpa.

2. Bahaya Listrik

Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik.

Bahaya listrik terdapat dalam proses instalasi listrik yang memiliki potensi

bahaya tersengat listrik.

3. Bahaya proses fabrikasi

Dalam proses fabrikasi terdapat proses pemasangan pipa dan pengelasan

pipa. Dalam pekerjaan fabrikasi terdapat berbagai bahaya diantaranya :

a. Bahaya kimia yang berasal dari asap, partikel atau uap kimia yang

berasal dari proses pengelasan atau bahan yang sedang dikerjakan.

b. Bahaya panas dari api las atau benda yang dikerjakan.

4.5.2 Penilaian Risiko Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil di

dalam Confined Space Entry

Penilaian risiko dilakukan saat pembuatan identifikasi aspek dan dampak

LK3 dan aspek yang dinilai adalah probability dan severity. Penilaian risiko

Universitas Sumatera Utara


79

memberi makna untuk mengetahui besarnya risiko dari pekerjaan yang akan

dilakukan.

Tahapan pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil di tangki 3002,

telah dituliskan dalam form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan

Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Sama seperti menentukan

bahaya dari setiap aktivitas pekerjaan, penilaian risiko juga dilakukan serangkai

dengan penentuan bahaya seperti yang tertuang dalam form Identifikasi Aspek

dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan

Kerja. Penilaian risiko ini dilakukan oleh setiap kepala departemen dibantu

dengan EHS Officer dan didokumentasikan dalam form Identifikasi Aspek dan

Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja

minimal satu kali dalam setahun atau jika ada perubahan proses, bahan baku atau

peralatan. Berikut adalah bentuk penilaian yang tertuang dalam form Identifikasi

Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan

Keselamatan Kerja :

Universitas Sumatera Utara


80 80

Tabel 4.7 Form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

No. Aktivitas Kondisi Evaluasi Peraturan Terkait Pengendalian


Monitoring
Jum-
Hazard Rutin/ Resiko Prioritas
Proba- Seve- lah
non
bility rity
rutin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964
1. Membuka
tentang syarat kesehatan, kebersihan 1. Work
manhole
sertapenerangan di tempat kerja pasal 2 butir e permit
bagian atas
“mendapat suhu yang layak dan peredaran udara 2. Checklist
dan bawah
yang cukup”, sesuai PERMENAKERTRANS RI kondisi
2. Memasang
Kekurangan Gangguan No. PER. 08/MEN/VII/2010 tentang alat blower
Rutin 1 1 2 Penting blower
Oksigen pernafasan pelindung diri pasal 3 ayat 1 APD sebagaimana 3. Checklist
3. Prosedur
dimaksud dengan pasal 2 meliputi a. pelindung laporan
cleaning
kepala, b, pelindung mata dan muka, c. standar
storage tank
Pelindung telinga, d. Pelindung pernafasan pengguna
4. Memakai
beserta perlengkapannya, e.pelindung tangan an APD
Pembersihan masker
1 dan/atau f. Pelindung kaki
tangki
Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor KEP
51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor 1. Membuka
fisika di tempat kerja, sesuai manhole
1. Work
PERMENAKERTRANS RI No. PER. bagian atas
Terpapar permit
08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri dan bawah
kebisingan 2. Checklist
Rutin Tuli 1 4 5 Penting pasal 3 ayat 1 APD sebagaimana dimaksud 2. Prosedur
akibat tangki laporan
dengan pasal 2 meliputi a. pelindung kepala, b, cleaning
diketuk standar
pelindung mata dan muka, c. Pelindung telinga, storage tank
pengguna
d. Pelindung pernafasan beserta 3. Menggunakan
an APD
perlengkapannya, e.pelindung tangan dan/atau f. ear plug
Pelindung kaki
1. Baju oto 1. Work
2. Sepatu safety permit
Api las Rutin Luka bakar 5 1 6 Penting -
3. Sarung tangan 2. APD
Pengelasan/ 4. Cover shoes
2
Fabrikasi
1. Work
Cahaya api
Rutin Iritasi mata 4 2 6 Penting - 1. Cap las permit
las
2. APD

Universitas Sumatera Utara


81 81

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Peraturan
No. Aktivitas Pengendalian
Kondisi Evaluasi Terkait Monitoring
Jum-
Hazard Resiko Prioritas
Rutin/ lah
Proba- Seve-
non
bility rity
rutin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Work
Gangguan
2 Pengelasan/ Fabrikasi Asap Rutin 4 1 5 Penting - 1. Masker permit
Pernafasan
2. APD

1. Safety Belt 1. Work


Pekerjaan Ketinggian: Non Patah tulang,
3 Jatuh 4 1 5 Penting - 2. Safety Body permit
pemasangan pipa Rutin kematian
Harness 2. APD

Sumber : Form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT.
Multimas Nabati Asahan

Universitas Sumatera Utara


82

Tidak seluruh aktivitas pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil

dituangkan dalam form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya

dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja, aktivitas yang tidak tertulis dalam

form tersebut diantaranya aktivitas mengangkat peralatan dan instalasi listrik.

Penilaian risiko yang dituliskan dalam form Identifikasi Aspek dan Dampak

Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja hanya

memuat probability dan severity, sedangkan penentuan tingkat risiko tidak

dilakukan.

Dari hasil penilaian risiko yang dilakukan didapatkan hasil :

1. Aktivitas pembersihan tangki

a. Aktivitas pembersihan tangki memiliki bahaya kekurangan oksigen

dengan nilai probability 1 yang berarti tidak pernah terjadi dan nilai

severity 1 yang berarti menyebabkan sakit ringan atau kehilangan hari

kerja.

b. Aktivitas pembersihan tangki memiliki bahaya terpapar kebisingan akibat

tangki diketuk dengan nilai probability 1 yang berarti tidak pernah terjadi

dan nilai severity 4 yang berarti menyebabkan gangguan akut atau kronis

atau kehilangan fungi tubuh.

2. Aktivitas Pengelasan atau Fabrikasi

a. Aktivitas pengelasan atau fabriaksi memiliki bahaya api las dengan nilai

probability 5 yang berarti terjadi lebih dari 5 kali dalam setahun dan nilai

severity 1 yang berarti menyebabkan sakit ringan atau kehilangan hari

kerja.

Universitas Sumatera Utara


83

b. Aktivitas pengelasan atau fabrikasi memiliki bahaya cahaya api las dengan

nilai probability 4 yang berarti terjadi 4-5 kali dalam setahun dan nilai

severity 2 yang berarti menyebabkan sakit ringan atau kehilangan hari

kerja lebih dari sama dengan 1 hari.

c. Aktivitas pengelasan atau fabrikasi memiliki bahaya asap dengan nilai

probability 4 yang berarti terjadi 4-5 kali dalam setahun dan nilai severity

1 yang berarti menyebabkan sakit ringan atau tidak kehilangan hari kerja.

Selanjutnya dalam tahap penilaian risiko hanya akan dibahas setiap

aktivitas yang sudah tertulis dalam form Identifikasi Aspek dan Dampak

Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Dalam form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan

Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat kolom prioritas yang merupakan

penentuan tingkat pengendalian terhadap bahaya dan risiko dari setiap aktivitas,

jika ada peraturan maka dinyatakan penting.

4.5.3 Pengendalian Risiko Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam

Coil di dalam Confined Space Entry

Bentuk pengendalian risiko yang diterapkan dalam pekerjaan fabrikasi

pemasangan pipa steam coil adalah sebagai berikut :

1. Isolasi

Tangki yang akan dilakukan pekerjaan didalamnya, terlebih dahulu di isolasi

dari sumber-sumber bahaya dengan menutup jalur pengisian dan melakukan

Lock Out Tag Out (LOTO).

Universitas Sumatera Utara


84

2. Kekurangan Oksigen

Bentuk pengendalian risiko yang diterapkan terhadap bahaya kekurangan

Oksigen adalah membuka manhole tangki bagian atas dan bawah, memasang

blower untuk membantu sirkulasi udara, melaksanakan prosedur cleaning

storage tank, dan bagi pekerja menggunakan masker.

3. Kebisingan dalam tangki

Kebisingan dalam tangki dapat bersumber dari tangki yang diketuk. Bentuk

pengendalian yang diterapkan adalah menggunakan ear plug.

4. Aktivitas mengangkat peralatan pengendalian risiko yang dilakukan adalah

menggunakan sarung tangan dan sepatu safety.

5. Proses instalasi listrik pastikan listrik tersambung dengan baik dan benar,

gunakan APD sesuai fungsi pekerjaannya, sarung tangan, sepatu safety dan

helm safety.

6. Proses Pengelasan atau Fabrikasi

Proses pengelasan memiliki bahaya api las, cahaya api las dan asap.

Pengendalian yang diterapkan adalah menggunakan sepatu safety,

menggunakan sarung tangan, menggunakan cap las dan masker. Selain

penggunaan APD, pengendalian risiko pada proses fabrikasi adalah mengikat

dan mengurung tabung argon di tempat yang aman. Mengikat dan mengurung

tabung argon merupakan bentuk rekasaya teknik.

7. Pekerjaan ketinggian

Pemasangan pipa dibagian atas tangki mengharuskan pekerja melakukan

pekerjaan di ketinggian. Pekerjaan di ketinggian memiliki bahaya terjatuh dan

Universitas Sumatera Utara


85

pengendalian yang diterapkan adalah menggunakan safety belt dan safety

body harness.

8. Rotasi Kerja

Rotasi kerja dilakukan setiap 30 menit karena kondisi suhu dalam tangki yang

panas.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

PT. Multimas Nabati Asahan

Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan di PT.

Multimas Nabati Asahan menggunakan Identifikasi Aspek dan Dampak

Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan

dan Keselamatan Kerja telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1

yang menyatakan “Organisasi harus membuat, menerapkan dan memlihara

prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko, dan penetapan

pengendalian yang diperlukan.”

Dalam klausul 4.3.1 juga menyatakan bahwa prosedur identifikasi bahaya

dan penilaian risiko mencakup aktivitas rutin dan non rutin, aktivitas dari semua

individu yang memiliki akses ke tempat kerja termasuk kontraktor, perilaku

manusia, kemampuan dan faktor manusia lainnya, identifikasi semua bahaya yang

berasal dari luar tempat kerja yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan

dan keselamatan manusia yang berada di bawah perlindungan organisasi di dalam

tempat kerja, bahaya yang ditimbulkan di sekitar tempat kerja dari aktivitas yang

berkaitan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi dan setiap

aspek ini telah sesuai dan dipenuhi dalam Identifikasi Aspek dan Dampak

Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

86
101
Universitas Sumatera Utara
87

Di dalam form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya

dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja telah tertulis setiap aktivitas

pekerjaan, bahaya, penilaian risiko serta pengendalian risiko. Menurut Ramli

(2010) implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yang baik meliputi

identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yang merupakan bagian

dari manajemen risiko dan inilah yang menentukan arah penerapan K3 dalam

perusahaan.

Dasar penentuan skala probability dan severity yang terdapat dalam form

Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan

dan Keselamatan Kerja telah sesuai dengan teori Ramli (2010) dimana penentuan

skala dilakukan secara kualitatif.

5.2 Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

pada Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil di Confined

Space Entry

Pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil diawali dengan

pembuatan izin kerja. Izin kerja tersebut dikeluarkan oleh departemen Enviroment

Health and Safety (EHS). Pembuatan izin kerja telah sesuai dengan klausul 4.3.1

dan klausul 4.4.6 OHSAS 18001.

Selanjutnya adalah pembuatan izin memasuki ruang terbatas, karena

pekerjaan ini mengharuskan pekerja melakukan pekerjaan dalam confined space.

Pembuatan izin memasuki ruang terbatas telah sesuai dengan Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (2006) bagian 4.1 dan 4.2

tentang sistem perijinan yang menyatakan sebelum kegiatan dilangsungkan,

Universitas Sumatera Utara


88

pengurus wajib mendokumentasikan kelengkapan langkah-langkah pencegahan

seperti yang telah diatur dan ahli K3 yang dicantumkan dalam surat izin wajib

menandatangani izin tersebut untuk mensahkan kegiatan pekerjaan.

Pada tangki yang dikategorikan sebagai confined space terdapat tanda

bahaya yang bertuliskan “Berbahaya – Confined Space Entry – Masuk Harus

dengan izin EHS”. Hal ini tersebut telah seuai dengan Pedoman Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (2006) bagian 2.1.2 tentang persyaratan

keselamatan dan kesehatan kerja di ruang terbatas yang menyatakan pada ruang

terbatas pengurus wajib menginformasikan kepada pekerja dengan memasang

tanda bahaya atau peralatan lain yang efektif, mengenai keberadaan dan lokasi

serta bahaya yang terdapat dalam ruang terbatas yang memerlukan izin tersebut.

Berdasarkan pengamatan penulis, saat melakukan pekerjaan ini seluruh

pekerja berada di dalam tangki sehingga tidak ada pengawas atau tim penyelamat

yang berada di luar tangki yang bertugas jika keadaan darurat terjadi. Hal ini tidak

sesuai dengan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

(2006) bagian 3.2.6 yang menyatakan sedikitnya satu orang petugas madya wajib

ada diluar ruangan selama kegiatan yang telah diototrisasi tersebut berlangsung.

5.3 Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa

Steam Coil di dalam Confined Space Entry

Menurut Tarwaka (2014) identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang

dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi

sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin

timbul di tempat kerja. Langkah pertama untuk menghilangkan atau

Universitas Sumatera Utara


89

mengendalikan bahaya adalah dengan mengidentifikasi atau mengenali kehadiran

bahaya di tempat kerja.

Tahap awal pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil di confined

space entry adalah pembuatan izin kerja. Izin kerja yang diterapkan di PT.

Multimas Nabati Asahan merupakan suatu tools untuk mencegah kecelakaan

kerja. Hal ini sesuai dengan klausul 4.4.6 OHSAS 18001 tentang pengendalian

dikatakan bahwa organisasi harus mengidentifikasi operasi-operasi dan kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan bahaya-bahaya yang teridentifikasi dimana

kendali pengukuran perlu dilakukan untuk mengendalikan risiko-risiko K3.

Selaras dengan pendapat Hadipoetro (2014) yang menyatakan dalam suatu

perusahaan diperlukan adanya suatu sistem izin kerja, sebab personil pekerja

bukan yang selalu bekerja di tempat itu (terkadang dikerjakan oleh sub kontraktor

atau outsource) sehingga tidak memahami betul bahaya yang berkaitan dengan

pekerjaan atau proses di tempat tersebut. Izin kerja mengharuskan prosedur dan

persyaratan yang harus dipenuhi dalam pekerjaan.

Pada pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil terdapat berbagai

bahaya pada masing-masing proses kerja. Identifikasi bahaya yang dilakukan

untuk pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil dituliskan dalam Job

Safety Analysis (JSA). Penggunaan JSA dalam melakukan identifikasi bahaya

telah sesuai dengan teori Ramli (2010) yang menyatakan metode terbaik untuk

mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau mencari bahaya sebelum

bahaya tersebut dapat menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan.

Tindakan proaktif memiliki kelebihan yaitu bersifat preventif karena bahaya

Universitas Sumatera Utara


90

dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera, bersifat peningkatan

berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya

perbaikan, meningkatkan kepedulian semua pekerja setelah mengetahui dan

mengenal adanya bahaya disekitar tempat kerjanya, mencegah pemborosan yang

tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat menimbulkan kerugian. Salah satu

teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif adalah Job Safety Analysis (JSA).

Pemeriksaan kandungan gas di dalam tangki dilakukan 1 (satu) kali

sebelum dilaksanakan pekerjaan, sedangkan pekerjaan dalam tangki dikerjakan

selama lebih dari satu hari yang memungkinkan terjadinya perubahan kandungan

gas di dalam tangki. Seharusnya pemeriksaan kandungan gas di lakukan secara

berkala. Hal ini tidak sesuai dengan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja

di Ruang Terbatas (2006) bagian 2.2.2.5 yang menyatakan udara dalam ruangan

harus diuji secara berkala sesering mungkin untuk memastikan bahwa pengaturan

aliran udara dapat mencegah akumulasi udara yang berbahaya dalam ruangan.

Proses pekerjaan dalam confined space entry diawali dengan pembersihan

tangki. Pembersihan tangki timbun dilakukan dengan tujuan untuk memastikan

bahwa tangki timbun telah bersih, bebas dari unsur najis, barang haram dan layak

dipakai sesuai dengan kebutuhan. Aktivitas ini telah seuai dengan Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (2006) bagian 3.2.3.4 yang

menyatakan pembersihan, pengisian gas iner, pembilasan atau pengaliran udara ke

dalam ruang tersebut jika diperlukan, untuk menghilangkan atau mengendalikan

udara berbahaya di dalamnya.

Universitas Sumatera Utara


91

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya pada JSA dan form Identifikasi

Aspek dan Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, bahaya yang terdapat dalam aktivitas pembersihan tangki

adalah kekurangan oksigen yang berisiko terjadinya gangguan pernafasan pada

pekerja. Kekurangan oksigen dalam confined space disebabkan karena udara tidak

dapat bergerak ke dalam dan ke luar confined space secara bebas maka udara

dalam confined space akan sangat berbeda dibandingkan dengan udara di luar.

Hal ini termasuk dalam kategori penting sesuai dengan Tarwaka (2012) yang

menyatakan kadar oksigen pada ruang terbatas kurang dari 19,5% sebaiknya tidak

dimasuki tanpa menggunakan alat pelindung yang sesuai seperti Self Contained

Breathing Apparatus (SCBA). Apabila kadar oksigen turun sampai 16-17%, maka

akan meningkatkan volume pernafasan dan memacu denyut jantung. Kadar

oksigen antara 14-16% menurunkan koordinasi otot, cepat lelah dan respirasi

intermiten. Pada kadar oksigen 6% akan menyebabkan kehilangan kesadaran dan

kematian dalam beberapa menit, hal ini penting untuk dicegah. Berdasarkan

penelitian Arsyad (2012) menyatakan bahwa kekurangan oksigen meyebabkan

lemas dan berujung pada kematian. Selain kekurangan oksigen, bahaya yang

terdapat pada aktivitas pembersihan tangki adalah terpapar kebisingan saat tangki

di ketuk dan berisiko pekerja mengalami tuli, ini sesuai dengan pendapat Tarwaka

(2012) yang menyatakan intensitas kebisingan di dalam ruang terbatas dapat

diperkuat atau intensitasnya menjadi lebih tinggi karena akustik dan desain yang

sempit. Intensitas yang berlebihan tidak hanya merusak pendengaran, tetapi juga

Universitas Sumatera Utara


92

memengaruhi komunikasi, seperti menyebabkan tidak didengarnya tanda

peringatan atau panggilan bahaya.

Setelah proses pembersihan tangki selanjutnya adalah mengangkat

peralatan untuk memulai pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa steam coil.

Peralatan yang dimaksud diantaranya adalah gerinda, pipa, tabung argon,

peralatan las, blower dan trafo. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, ada berbagai

potensi bahaya yaitu tangan dan kaki terjepit, atau tertimpa peralatan. Berdasarkan

pengamatan penulis, bahaya terjepit ataupun tertimpa peralatan terjadi karena

peletakan alat mekanik yang tidak teratur dan berantakan. Seharusnya potensi

bahaya ini dapat diminalkan dengan menata alat mekanik dengan rapi dan pada

tempatnya sesuai dengan teori Osada (2011) dalam Bangun (2014) yang

menyatakan tentang program 5R (ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin) dimana

penerapan program 5R sebagai wujud kesadaran akan pentingnya keadaan

lingkungan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini belum sesuai dengan

keadaan di lapangan.

Selanjutnya adalah proses instalasi listrik, proses instalasi listrik memiliki

potensi bahaya tersengat listrik. Untuk dapat mencegah terjadinya sengatan listrik

pada pekerja, menurut Daryanto (2008) dalam Bangun (2014) menyatakan bahwa

dalam penggunaan alat-alat listrik harus mengerti petunjuk dalam penggunaan alat

tersebut, berhati-hati menggunakannya, hindari alat-alat menjadi basah dan

gunakan APD khusus seperti sarung tangan yang berbahan karet.

Tahap berikutnya adalah proses fabrikasi. Dalam proses fabrikasi terdapat

kegiatan pengelasan. Adapun bahaya yang ditimbulkan pertama adalah api las

Universitas Sumatera Utara


93

atau percikan bunga api dari proses pengelasan yang memiliki risiko luka bakar.

Ini sesuai dengan penelitian Bakhtiar (2013) yang menyatakan percikan bunga api

dapat menimbulkan bahaya kebakaran apabila terkena benda yang mudah terbakar

dan menimbulkan luka bakar apabila terkena kulit dari operator las. Bahaya

selanjutnya adalah cahaya api las yang berisiko iritasi mata ini juga sesuai dengan

penelitian Salawati (2015) yang menyatakan paparan cahaya api las dengan

intensitas tinggi tanpa menggunakan alat pelindung diri dapat merusak kornea

mata, kelelahan pada mata, penglihatan kabur, foto fobia, konjungtiva kemotik,

kekeruhan pada lensa, katarak dan mata terasa sakit. Bahaya terakhir dari proses

pengelasan adalah asap yang berisiko gangguan pernafasan.

Aktivitas bongkar pasang pipa steam coil memiliki potensi bahaya

terbentur dan tertimpa. Hal ini dapat terjadi karena saat proses pembongkaran pipa

steam coil yang terletak dibagian atas tangki akan dijatuhkan kebawah sehingga

sangat berisiko tertimpa pipa apabila ada pekerja yang berada dibawah tangki.

5.4 Penilaian Risiko Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam Coil di

dalam Confined Space Entry

Penilaian risiko tertulis dalam Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan

dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Multimas Nabati

Asahan. Dalam dokumen Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan dan

Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Multimas Nabati

Asahan terdapat kolom risiko yang berarti kombinasi dari kemungkinan terjadinya

peristiwa berbahaya dan tingkat keparahan dari luka-luka yang terjadi atau kondisi

fisik atau mental yang merugikan timbul dari dan/atau diperburuk oleh aktivitas

Universitas Sumatera Utara


94

kerja dan/atau situasi yang berhubungan yang disebabkan oleh kejadian atau

exposure.

Dalam penilaian risiko yang terdapat dalam form Identifikasi Aspek dan

Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

PT. Multimas Nabati Asahan telah menetapkan skala probability dan severity

tetapi tidak membuat matriks tingkat risiko. Hal ini tidak sesuai bila dibandingkan

dengan teori Ramli (2010), untuk menentukan tingkatan risiko perlu dilakukan

kombinasi antara kemungkinan terjadinya (probability) dan keparahan risiko

tersebut terjadi (severity).

Risiko yang pertama yang ditimbulkan adalah gangguan pernafasan akibat

kekurangan oksigen dengan nilai probability adalah 1 karena menurut Ramli

(2010) artinya adalah jarang sekali terjadi. Nilai severity adalah 1 menurut

Tarwaka (2014) artinya adalah kejadian hampir celaka yang tidak mengakibatkan

cidera atau tidak memerlukan perawatan kesehatan. Risiko ini dikategorikan

rendah. Menurut konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko rendah atau yang

berada dalam area hijau adalah pengurangan risiko tidak diperlukan lebih lanjut

karena sumber daya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan penurunan risiko

atau secara umum dapat diterima. Risiko gangguan pernafasan memiliki risiko

yang rendah karena telah dilakukan upaya pengendalian bahaya sebelum

melakukan pekerjaan di dalam tangki. Hal yang terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan kandungan gas dalam tangki, membuka manhole bagian atas dan

bawah, memasang blower dan menggunan masker.

Universitas Sumatera Utara


95

Risiko kedua yang ditimbulkan adalah tuli akibat terpapar kebisingan

akibat tangki diketuk dengan nilai probability adalah 1 karena menurut Ramli

(2010) artinya adalah jarang sekali terjadi. Nilai severity adalah 4 menurut

Tarwaka (2014) artinya adalah kecelakaan yang menyebabkan kematian tunggal.

Risiko ini dikategorikan tinggi. Menurut konsep ALARP dalam Ramli (2010)

risiko tinggi tidak dapat diterima sehingga harus dilakukan langkah pencegahan.

Upaya pengendalian perlu dilakukan untuk menurunkan risiko seperti mewajibkan

pekerja untuk menggunakan ear plug ketika bekerja, menyediakan alat

komunikasi Handy Talkie (HT) kepada pekerja yang berada di dalam tangki,

sehingga tidak perlu mengetuk tangki untuk melakukan komunikasi.

Risiko ketiga yang ditimbulkan adalah luka bakar akibat api las atau

percikan bunga api dengan nilai probability adalah 5 karena menurut Ramli

(2010) artinya adalah hampir pasti terjadi. Nilai severity adalah 1 menurut

Tarwaka (2014) artinya adalah kejadian hampir celaka yang tidak mengakibatkan

cidera atau tidak memerlukan perawatan kesehatan. Risiko ini dikategorikan

tinggi. Menurut konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi tidak dapat

diterima sehingga harus dilakukan langkah pencegahan.

Risiko keempat yang ditimbulkan adalah iritasi mata akibat cahaya api las

dengan nilai probability adalah 4 karena menurut Ramli (2010) artinya adalah

sering terjadi. Nilai severity adalah 2 menurut Tarwaka (2014) artinya adalah

kecelakaan yang menyebabkan cedera atau sakit ringan dan segera dapat bekerja

kembali atau tidak menyebabkan cacat tetap. Risiko ini dikategorikan tinggi.

Universitas Sumatera Utara


96

Menurut konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi tidak dapat diterima

sehingga harus dilakukan langkah pencegahan.

Risiko kelima yang ditimbulkan adalah gangguan pernafasan akibat asap

las dengan nilai probability adalah 4 karena menurut Ramli (2010) artinya adalah

sering terjadi. Nilai severity adalah 1 menurut Tarwaka (2014) artinya adalah

kejadian hampir celaka yang tidak mengakibatkan cidera atau tidak memerlukan

perawatan kesehatan. Risiko ini dikategorikan sedang. Menurut konsep ALARP

dalam Ramli (2010) risiko sedang dapat diterima hanya jika pengurangan risiko

lebih lanjut tidak memungkinkan.

Risiko keenam yang ditimbulkan adalah patah tulang dengan nilai

probability adalah 4 karena menurut Ramli (2010) artinya adalah sering terjadi.

Nilai severity adalah 1 menurut Tarwaka (2014) artinya adalah kejadian hampir

celaka yang tidak mengakibatkan cidera atau tidak memerlukan perawatan

kesehatan. Risiko ini dikategorikan sedang. Menurut konsep ALARP dalam

Ramli (2010) risiko sedang dapat diterima hanya jika pengurangan risiko lebih

lanjut tidak memungkinkan.

5.5 Pengendalian Risiko Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam

Coil di dalam Confined Space Entry

Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hirarki pengendalian.

Hirarki pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutasn dalam pencegahan dan

pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan

secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko terdiri dari eliminasi, substitusi,

rekayasa teknik, isolasi, pengendalian administrasi dan alat pelindung diri.

Universitas Sumatera Utara


97

Pengendalian yang diterapkan dalam pekerjaan fabrikasi pemasangan pipa

steam coil dalam tangki 3002 diantaranya :

1. Tangki yang akan dilakukan pekerjaan didalamnya, terlebih dahulu di isolasi

dari sumber-sumber bahaya dengan menutup jalur pengisian dan melakukan

Lock Out Tag Out (LOTO). Hal ini sesuai dengan Pedoman Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (2006) bagian 3.2.3.3 yang menyatakan

ruang terbatas harus dilakukan isolasi.

2. Membuka manhole bagian atas dan bawah, dan memasang blower sebagai

pengatur sirkulasi udara dalam ruang terbatas. Hal ini sesuai dengan penelitian

Bangun (2014) yang menyatakan penyalaan blower untuk mencegah

kecelakaan terjadi dan mengatur sirkulasi udara ruangan, membuang atau

mengeluarkan gas atau uap beracun yang muncul dari dalam tangki atau dari

proses pengelasan.

3. Pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi kebisingan yang dihasilkan dari

mesin blower, dari proses pengelasan dan akibat tangki diketuk adalah dengan

menggunakan ear plug. Tetapi penggunaan ear plug dalam ruang terbatas tidak

dilaksanakan sepenuhnya oleh pekerja. Menurut Bakhtiar (2015) kebisingan

yang dihasilkan di ruang terbatas dapat sangat merugikan karena refleksi dari

dinding. Tingkat kebisingan dari sumber di dalam ruang tertutup kecil bisa

sampai 10 kali lebih besar dari sumber yang sama di tempatkan di luar

ruangan.

4. Penggunaan APD dalam proses instalasi listrik dapat mencegah terjadinya

sengatan listrik pada pekerja. Terjadinya sengatan listrik pada pekerja, menurut

Universitas Sumatera Utara


98

Daryanto (2008) dalam Bangun (2014) menyatakan bahwa dalam penggunaan

alat-alat listrik harus mengerti petunjuk dalam penggunaan alat tersebut,

berhati-hati menggunakannya, hindari alat-alat menjadi basah dan gunakan

APD khusus seperti sarung tangan yang berbahan karet. Dalam penerapannya,

pekerja telah melaksanakan pengendalian tersebut saat melakukan proses

instalasi listrik.

5. Menggunakan APD berupa cap las, sepatu safety dan sarung tangan dalam

melakukan pekerjaan pengelasan di dalam tangki telah diterapkan oleh pekerja

saat melakukan pekerjaan dalam tangki. Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Salawati (2015) bahwa para pekerja yang dapat terkena sinar las

potong dengan menggunakan gas dan percikan sinar dari las yang memijar

harus menggunakan alat pelindung mata khusus yaitu kaca mata las. Dalam

pekerjaan pengelasan ini masih terdapat ketidaksesuaian yaitu pekerja tidak

menggunakan baju las tahan api dan masker seperti penelitian yang dilakukan

oleh Hadi dan Ade Sari (2014) yang menyatakan pada saat pengelasan APD

yang digunakan salah satunya adalah menggunakan baju las tahan api yang

berfungsi untuk menutupi seluruh tubuh dari percikan api dan juga sinar

ultraviolet dan infra merah serta penggunaan masker hidung yang berfungsi

untuk menghindari debu dan menghindari menghirup asap atau gas saat

pengelasan.

6. Dalam proses pengelasan tabung argon diikat dan dikurung di tempat yang

aman. Hal ini sesuai dengan penelitian Pertiwi dkk (2015) yang menyatakan

bahwa dalam proses pengelasan tabung gas harus diberikan tali pengaman. Hal

Universitas Sumatera Utara


99

ini penting dilakukan untuk menghindari semburan gas seperti yang dinyatakan

Jokosisworo (2012) bahwa tabung gas harus dilindungi terhadap benturan,

kejatuhan benda dan cuaca serta katup tabung harus selalu tertutup jika tidak

digunakan.

7. Pada pekerjaan di ketinggian dalam confined space, pekerja menggunakan

safety body harness. Hal ini sesuai dengan penelitian Hadi dan Ade Sari (2014)

yang menyatakan untuk melindungi pekerja di ketinggian dari bahaya jatuh

penggunaan safety belt diperlukan.

8. Pengaturan rotasi kerja dalam melaksanakan pekerjaan dalam tangki dilakukan

setiap 30 menit. Dalam rotasi kerja ini, pekerja yang sudah berada selama 30

menit di dalam tangki kemudian keluar dan bergantian dengan pekerja lain.

Rotasi ini dilakukan karena pekerja merasa suhu udara di dalam tangki sangat

panas. Hal ini sesuai dengan penelitian Hadi dan Ade Sari (2014) yang

menyatakan rotasi kerja atau istirahat dilakukan oleh pekerja pengelasan di

ruang tertutup apabila pekerja mengalami panas dalam ruang tertutup agar

terhindar dari bahaya dehidrasi atau pingsan.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian mengenai penerapan

manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan confined space

entry di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung didapatkan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dalam menerapkan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja, PT.

Multimas Nabati Asahan menggunakan dokumen “Identifikasi Aspek dan

Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan

Kerja”. Dalam dokumen ini tertulis identifikasi bahaya, penilaian risiko dan

pengendalian dari setiap aktivitas pekerjaan. Dokumen ini telah sesuai dengan

klausul 4.3.1 OHSAS 18001:2007.

2. Pelaksanaan pekerjaan dalam confined space entry diawali dengan pembuatan

izin kerja, pembuatan izin memasuki ruang terbatas, pembuatan JSA dan

pemeriksaan kandungan udara.

3. Identifikasi bahaya pada pekerjaan confined space entry diantaranya

kekurangan oksigen, kebisingan, cahaya las, percikan bunga api, asap las, jatuh

dari ketinggian.

4. Penilaian risiko pada pekerjaan confined space entry menggunakan skala

probablity dan severity, tetapi tidak terdapat skala untuk menentukan tingkatan

risiko.

100
101
Universitas Sumatera Utara
101

5. Pengendalian risiko pada pekerjaan confined space entry diantaranya

melakukan isolasi pada tangki, memasang blower dan membuka manhole

tangki, melakukan rotasi kerja, mengamankan tabung argon untuk pengelasan,

dan menggunakan APD berupa helm safety, cap las, sarung tangan, sepatu

safety dan safety body harness.

6.2 Saran

1. Menyediakan seorang petugas madya yang wajib ada diluar ruangan selama

pelaksanaan pekerjaan dalam ruang terbatas berlangsung, sesuai dengan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (2006) bagian

3.2.6.

2. Melakukan pemeriksaan gas secara berkala seuai dengan Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (2006) bagian 2.2.2.5.

3. Membuat matriks tingkat risiko dalam dokumen Identifikasi Aspek dan

Dampak Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan

Kerja sebagai pertimbangan dalam melakukan upaya pengendalian.

4. Menyediakan dan mewajibkan pekerja untuk menggunakan APD berupa ear

plug, masker dan baju las tahan api (jika pekerjaan pengelasan) dalam

melakukan pekerjaan dalam confined space entry.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Contoh-contoh Kecelakaan Kerja diakses 27 Februari 2016;


http://www.hse-info.com/2014/02/contoh-contoh-kecelakaan-kerja.html

AS/NZ Standard 2004., Risk Management (4360). Sydney: Australia/ New


Zealand Standards.

Arsyad, A., 2012. Gambaran Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan


Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Confined Space di PT. Bakrie
Construction Serang-Banten. Universitas Sebelas Maret

Bakhtiar, D. S., 2013. Risk Assesment Pada Pekerjaan Welding di Confined


Space. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Volume
2 Nomor 1. Universitas Airlangga. (Jurnal Elektronik) diakses 10 Juni
2016; http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-k3424ec92ddefull.pdf

Bangun, Y. P. dan Erwin D., 2014. Risk Assesment pada Pekerja Maintenance di
PT X. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Volume
3 Nomor 2. Universitas Airlangga. (Jurnal Elektronik) diakses 15 Juli
2016; http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-k37d4819dd09full.pdf

Budiono, S., Jusuf dan Pusparini, A. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Chatab, N. 1996. Panduan Penerapan dan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu


ISO 9000. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Departemen Hukum dan Perundang-Undangan. 1970. Undang-Undang Nomor 1


tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Jakarta. Departemen Hukum dan
Perundang Undangan.

Direktorat Norma Keselamatan Kesehatan Kerja. 2006. Pedoman Keselamatan


dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (Confined Space). Jakarta.
Direktorat Norma Keselamatan Kesehatan Kerja.

Hadi, B dan Ade Sari., 2014. Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada
Bengkel Umum Unit 1-4 dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.
Indonesia Power UPB Suralaya. Jurnal Teknik Industri Volume 2 Nomor
2. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Jurnal Elektronik) diakses 27 Juli
2016; http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jti/article/view/410/307

Hadipoetro, S., 2014. Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja. Jakarta :


Yayasan Patra Tarbiyyah Nusantara

102
101
Universitas Sumatera Utara
103

Hadiwiardjo B., Wibisono., 2000. Memasuki Pasar Internasional dengan ISO


9000 Sistem Manajemen Mutu. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Jokosisworo, S., 2007. Keselamatan Pengelasan. Kapal Volume 4 Nomor 1.


Universitas Dipenogoro (Jurnal Elektronik) diakses pada 1 Agustus 2016;
ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/download/2561/pdf.

Khair, T. D., 2012. Kajian Risiko Keselamatan pada Pekerjaan Confined Space
Entry di PT.X Jawa Barat tahun 2012, Skripsi. Universitas Indonesia.
(Online) diakses 15 Maret 2016;
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318060-S-Tizi%20Dzul%20Khair.pdf

Kurniawidjaja, L.M., 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI


Press.

MacCarron, C. 2006. Confined Space Fatalities. Thesis, Edith Cowan University.


(Jurnal online) diakses 16 Februari 2016;
http://ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1081&context=theses

OHSAS 18001., 2007. Occupational Health and Safety Management Systems-


Requirements. (Jurnal Online) diakses 5 Februari 2016;
http://mhconsulting-indonesia.com/file-download/Klausul-OHSAS-
18001.pdf

OSHA 3071. 2002. Job Hazard Analysis (Revised). USA: U.S Department of
Labor.

Pertiwi dkk., 2015. Implementasi Job Safety Analysis (JSA) dalam Upaya
Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (Studi Kasus : PT. Adi
Putro Wira Sejati). Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri
Volume 3 Nomor 2 Teknik Industri. Universitas Brawijaya (Jurnal
Elektronik) diakses pada 27 Juli 2016;
http://jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jrmsi/article/viewFile/209/23
9.

PT. Multimas Nabati Asahan., 2015. Laporan Kegiatan Panitia Pembian


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Triwulan IV Periode Oktober S/D
Desember 2015. Kabupaten Batubara

PT. Multimas Nabati Asahan., F/MNA-EHS-10-005.1 Formulir Izin Kerja.


Kabupaten Batubara.

PT. Multimas Nabati Asahan., F/MNA-EHS-13-005.3 Formulir Izin Memasuki


Ruang Terbatas. Kabupaten Batubara.

Universitas Sumatera Utara


104

PT. Multimas Nabati Asahan., QP/MNA-10-056 Identifikasi Aspek dan Dampak


Lingkungan dan Bahaya dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Kabupaten Batubara.

PT. Multimas Nabati Asahan., SSOP/MNA-LOG-05-003 Prosedur Pembersihan


Tangki Timbun. Kabupaten Batubara.

PT. Multimas Nabati Asahan., SOP/MNA-EHS-14-032 SOP Job Safety Analysis


(JSA). Kabupaten Batubara.

Ramli, S., 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS
Risk Assesment. Jakarta: Dian Rakyat.

_______., 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS


18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Rothery, B., 2000. ISO 9000 & ISO 14000 untuk Industri Jasa. Jakarta : Pustaka
Binaman Pressindo.

Salawati, L., 2015. Analisis Penggunaan Alat Pelindung Mata Pada Pekerja Las.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Volume 15 Nomor 3. Universitas Syiah
Kuala (Jurnal Elektronik) diakses pada 23 Juli 2016;
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/3661/3370

Sucipto, C. D., 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen


Publising.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and


Development). Bandung : Alfabeta cv.

Tarwaka. 2012. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan


di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press

_______. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi


K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press

Universitas Sumatera Utara


105

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


106

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


107

Lampiran 3. Foto Kegiatan Foto Kegiatan Pekerjaan Confined Space Entry

Gambar 1. Safety Talk dari Pengawas K3 sebelum melakukan pekerjaan di


dalam confined space entry

Gambar 2. Tangki 3002 yang akan dilakukan pekerjaan fabrikasi pemasangan


pipa steam coil

Universitas Sumatera Utara


108

Gambar 3. Persiapan mengangkat pipa steam coil ke dalam tangki 3002

Gambar 4. Kondisi didalam tangki 3002 saat proses memasukkan pipa steam
coil

Universitas Sumatera Utara


109

Gambar 5. Proses pengelasan pipa steam coil dalam tangki 3002

Gambar 6. Tabung Argon untuk proses pengelasan dalam tangki

Universitas Sumatera Utara


110

Gambar 7. Pemeriksaan LOTO (Lock Out Tag Out)

Gambar 8. LOTO (Lock Out Tag Out) Pada Tangki 3002

Universitas Sumatera Utara


111

Lampiran 4. Flowchart Proses Produksi PT. Multimas Nabati Asahan

Proses produksi PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung terdiri dari proses
pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil yang dilakukan oleh pabrik
kelapa sawit. Dan pengolahan minyak CPO dan CPKO menjadi minyak goreng
yang dilakukan oleh pabrik minyak goreng. Berikut ini proses produksi dari
masing-masing pabrik.

Buah
Penimbangan Sortasi Sterilization
Segar

Oil
COT Pressing Digester Thresher
Tank

Vacum Storage Distribusi


Dryer Tank 1 & 2 to Refinery

Gambar 1. Flowchart Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit PT.Multimas Nabati Asahan
Kuala Tanjung

CPO

Series of plate heat exchanger (PHE)

Degumming

Bleacher

Vacuum

Holding Tank

Pressure leaf filter

Cartridge filter

Universitas Sumatera Utara


112

Lanjutan Lampiran 4. Flowchart Proses Produksi PT. Multimas Nabati Asahan

Bleached Oil Tank

Plate Heat Exchanger Outlet

Dearator vacuum

Spiral Heat Exchanger

Shell & Tube Heat Exchanger

Cyclone
Vacum

Pre Stripper

Deodoriser

Heat Recovery System

Heat exchnger

Catridge Filter

Buffer Tank

Tank Farm/Fractionation

Refined Palm Oil


(RBDPO)

Universitas Sumatera Utara


113

Lanjutan Lampiran 4. Flowchart Proses Produksi PT. Multimas Nabati

Buffer Tank

Plate heat exchanger

Crystallizer

Olein Stearin

Intermediet Stearin
Tank Melting

Storage
Tank
Storage Cryatallizer
Tank

Membrane filter
press

Super Olein Palm Mid


Fraction

Gambar 2 Diagram Alir Pengolahan Minyak Goreng Dari Crude Palm Oil PT. Multimas
Nabati Asahan Kuala Tanjung

Universitas Sumatera Utara


114

Lampiran 5. Formulir Izin Kerja Pekerjaan Fabrikasi Pemasangan Pipa Steam


Coil

Universitas Sumatera Utara


115

Lampiran 6. Formulir Izin Memasuki Ruang Terbatas

Universitas Sumatera Utara


116

Lampiran 7. Formulir Job Safety Analysis (JSA)

Universitas Sumatera Utara


117

Lampiran 8. Formulir Identifikasi Aspek dan Dampak LK3

Universitas Sumatera Utara


118

Lanjutan Lampiran 8. Formulir Identifikasi Aspek dan Dampak LK3

Universitas Sumatera Utara


106

Universitas Sumatera Utara


106

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai