Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN PROSEDUR KERJA

GARIS BESAR

01 Elemen 4 SMKP: IMPLEMENTASI

02 Pengenalan Risiko Operasional

03 Pengelolaan Risiko Operasional

04 Pengembangan Prosedur Operasi/Kerja


L
3
P
Operasional

01
1. Elemen 4 SMKP

Lingkungan Kerja

02
Kesehatan Kerja

03
Keselamatan Operasi

04
Bahan Peledak dan Peledakan

05
Perancangan dan Rekayasa
06
PENGELOLAAN RISIKO

Sistem Pembelian
07
IMPLEMENTASI

Perusahaan Jasa
08
TEMPAT KERJA YANG PRODUKTIF SEHAT DAN AMAN

Keadaan Darurat
09

P3K
10
Kondisi ideal yang diharapkan oleh semua pihak pemangku kepentingan

Keselamatan di Luar Pekerjaan


11
L
3
P
2. Pengenalan Risiko Operasional

Risiko Operasional
P P
3
Risiko yang berhubungan dengan 3
L kegiatan operasional perusahaan, L
termasuk di dalamnya risiko yang
TEMPAT KERJA YANG SEHAT DAN AMAN
terkait dengan proses kerja serta

Keselamatan di Luar Pekerjaan


Bahan Peledak dan Peledakan
pengoperasian sarana dan prasana.

Perancangan dan Rekayasa


Keselamatan Operasi
Risiko timbul ketika terjadinya

Sistem Pembelian
Lingkungan Kerja

Keadaan Darurat
Perusahaan Jasa
Kesehatan Kerja
Operasional

peristiwa yang mengancam

P3K
kegiatan operasional

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11
PENGELOLAAN RISIKO
3. Pengelolaan Risiko Operasional

LAMPIRAN 1
KEPDIRJEN
185/37.4/DJB/2019
Pengelolaan Operasional
P P
3 3
L 1) Pendekatan Keselamatan L
berbasis perilaku Pekerja
TEMPAT KERJA YANG SEHAT DAN AMAN
2) Prosedur operasi / kerja

Keselamatan di Luar Pekerjaan


Bahan Peledak dan Peledakan

Perancangan dan Rekayasa


3) Ijin Kerja

Keselamatan Operasi

Sistem Pembelian
Lingkungan Kerja

Keadaan Darurat
Perusahaan Jasa
Kesehatan Kerja
Operasional

4) Alat Pelindung Diri

P3K
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11
PENGELOLAAN RISIKO
3. Pengelolaan Risiko Operasional

Pelaksanaan Pengelolaan Operasional

1. Dalam pengelolaan operasional, pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi


Kutipan khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
LAMPIRAN 1 mempertimbangkan pendekatan keselamatan berbasis perilaku Pekerja (behavior
KEPDIRJEN based safety);
185/37.4/DJB/2019
2. Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun, menetapkan, mensosialisasikan,
menerapkan, mendokumentasikan, dan mengevaluasi prosedur operasi/kerja.
Prosedur operasi/kerja tidak terbatas pada standard operating procedure,
analisis keselamatan pekerjaan (job safety analysis), instruksi kerja, dan buku
manual dengan mempertimbangkan hasil pemetaan behavior based safety;
3. Pengelolaan Risiko Operasional

Pelaksanaan Pengelolaan Operasional

1. Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Kutipan Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun, menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan,
LAMPIRAN 1 mendokumentasikan, dan mengevaluasi izin kerja khusus dengan mempertimbangkan
KEPDIRJEN hasil pemetaan behavior based safety; dan
185/37.4/DJB/2019
2. Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun, menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan,
mendokumentasikan, memelihara, dan mengevaluasi prosedur untuk pengelolaan alat
pelindung diri/ alat keselamatan, yang mencakup penilaian kebutuhan alat pelindung
diri dan alat keselamatan yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan bahaya yang timbul,
penentuan dan penyediaan alat pelindung diri dan alat keselamatan dengan jumlah
yang memadai secara cuma-cuma, pembuatan matriks alat pelindung diri untuk setiap
pekerjaan dan area khusus, evaluasi kepatuhan terhadap penggunaan dan perawatan
alat pelindung diri dan alat keselamatan, pelaksanaan pelatihan untuk Pekerja yang
terkait dengan fungsi, manfaat, penggunaan, dan perawatan alat pelindung diri dan alat
keselamatan.
4. Pengembangan Prosedur Kerja

PROSEDUR
PENYUSUNAN, PENETAPAN, PENERAPAN, PENDOKUMENTASIAN,
DAN EVALUASI PROSEDUR KERJA
4. Pengembangan Prosedur Kerja

TUJUAN
Untuk memastikan:
1. Semua pekerjaan dilengkapi dengan Prosedur Kerja dengan prioritas
utama untuk semua aktivitas kerja yang memiliki risiko kritis dan
terdapat syarat-sarat yang jika tidak dipatuhi dapat menyebabkan
munculnya konsekuensi hukum dan/atau terjadinya penyimpangan dari
nilai-nilai, kebijakan, tujuan dan target perusahaan.
2. Prosedur Kerja dibuat secara memadai dan efektif untuk mencapai
tujuannya.
3. Prosedur Kerja yang telah disusun disahkan, disosialisasikan,
diterapkan, didokumentasikan, dan dievaluasi.
4. Pengembangan Prosedur Kerja
CAKUPAN
Prosedur ini berlaku untuk semua unit bisnis PTVI termasuk kontraktor yang berada di bawah
tanggung jawabnya. Prosedur ini mencakup kewajiban penyusunan Prosedur Kerja untuk
menangani risiko yang berkaitan dengan:

1. lingkungan kerja;
2. kesehatan kerja;
3. operasi pertambangan
4. bahan peledak dan peledakan;
5. rekayasa dan perubahan
6. pembelian dan pengadaan barang;
7. kontraktor dan pengunjung ke tempat kerja;
8. keadaan darurat;
9. pertolongan pertama pada kecelakaan;
10. kegiatan umum di luar pekerjaan.
4. Pengembangan Prosedur Kerja

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB

Manajer HSE
1. Memastikan semua unit bisnis termasuk kontraktor telah memiliki daftar aktivitas
operasional yang memerlukan Prosedur Kerja.
2. Mengumpulkan data mengenai semua aktivitas operasional di PTVI yang
memerlukan prosedur dan menyediakan informasi mengenai persentase
pemenuhannya.
3. Membuat daftar induk Prosedur Kerja PTVI.
4. Menyediakan keahlian yang dibutuhkan dalam teknik penyusunan Prosedur Kerja.
4. Pengembangan Prosedur Kerja

Manajer Departemen / PJO


1. Memastikan Daftar Risiko dan Daftar Risiko Kritis telah dibuat
untuk departemen yang berada di bawah tanggung jawabnya.
2. Mengidentifikasi kebutuhan Prosedur Kerja
3. Menunjuk personel atau membentuk tim penyusun Prosedur Kerja
yang dibutuhkan.
4. Memastikan semua aktivitas yang terdaftar di dalam Daftar Risiko
Kritis telah dilengkapi dengan Prosedur Kerja;
5. Mengevaluasi Prosedur Kerja yang berlaku di area tanggung
jawabnya.
4. Pengembangan Prosedur Kerja

1. Ketentuan Umum
1. Semua aktivitas kerja yang memiliki risiko kritis terhadap keselamatan dan
kesehatan atau berpotensi terjadi kesalahan dan kelalaian yang dapat
menimbulkan permasalahan hukum harus dibuatkan pedoman
pelaksanaan yang dibakukan dalam bentuk Prosedur Kerja
2. Prosedur Kerja harus dibuat untuk aktivitas kerja yang jika terjadi
kesalahan dalam pelaksanaannya dapat menyebabkan penyimpangan
terhadap nilai-nilai, kebijakan, tujuan dan target perusahaan.
3. Prosedur Kerja harus disusun secara memadai, mudah dipahami dan
mudah diikuti untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
4. Prosedur Kerja yang telah disusun harus disahkan oleh pemegang otoritas
sesuai peraturan perundangan,
5. Prosedur Kerja harus dikomunikasikan dan dilatihkan kepada semua
personel yang terkait.
4. Pengembangan Prosedur Kerja
2. Identifikasi Kebutuhan Prosedur Kerja
1. Semua departemen dan kontraktor harus menggunakan Daftar Risiko Kritis dan Daftar Ketentuan
Peraturan Perundangan terbaru yang berlaku di area kerjanya sebagai dasar untuk menetapkan
prioritas dalam penyusunan Prosedur Kerja yang dibutuhkan.
2. Prosedur Kerja harus dikembangkan untuk aktivitas kerja berdasarkan pertimbangan di bawah ini.
a. Rawan terjadi kesalahan atau kelalaian yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan
dari nilai-nilai, kebijakan, tujuan, dan target perusahaan.
b. Terlalu banyak cara untuk mengerjakannya sehingga sering membingungkan dan
menghasilkan output yang tidak ajeg.
c. Berdasarkan hasil pemetaan behavior based safety diperlukan prosedur untuk
menumbuhkembangkan perilaku postif dan budaya keselamatan.
3. Prosedur Kerja dapat berupa Standar Operating Procedure (SOP), Job Safety Analysis (JSA), atau
Work Instruction (WI).
4. Setiap Prosedur Kerja harus merupakan bagian atau turunan dari prosedur atau kebijakan yang
secara hirarki dalam sistem dokumentasi berada di atasnya.
4. Pengembangan Prosedur Kerja

3. Identifikasi peran dan tanggung jawab dalam prosedur kerja


1. Prosedur Kerja harus menjelaskan peran dan tanggung jawab semua
pihak yang terkait dengan prosedur tersebut.
2. Penetapan peran dan tanggung jawab harus dikonsultasikan dan
dibahas dengan orang-orang yang bersangkutan.
4. Pengembangan Prosedur Kerja

4. Penyusunan dan Penetapan


1. Prosedur Kerja dikembangkan oleh tim yang memiliki kemampuan menulis prosedur.
2. Selama proses pengembangan prosedur, personel dari tim penyusun harus
berkonsultasi dengan orang yang memiliki pengalaman memadai tentang pekerjaan
yang sedang dikembangkan prosedurnya dan pihak-pihak lain yang secara langsung
akan terpengaruh oleh prosedur tersebut.
3. Semua Prosedur Kerja dibuat dengan menggunakan format dokumen yang telah
ditetapkan oleh PT Vale Indonesia sebagaimana tertuang di dalam dokumen PTP-
0001-PTVI Procedure Standardization dan EHS 11 Document Management.
4. Prosedur Kerja disusun dengan menggunakan bahasa Indonesia.
5. Dalam hal pengguna Prosedur Kerja terdapat pekerja asing maka prosedur harus
disusun dengan menggunakan dua versi bahasa yakni bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
4. Pengembangan Prosedur Kerja

4. Penyusunan dan Penetapan (lanjutan...)

6. Prosedur dalam kedua versi bahasa tersebut sebaiknya disusun dalam dua dokumen
yang terpisah.
7. Isi prosedur ditulis dengan bahasa yang sederhana, lugas, baik dan benar.
8. Foto, gambar dan bagan alur dapat digunakan di dalam Prosedur Kerja untuk
memperjelas isi prosedur.
9. Penggunaan foto atau gambar yang rawan terhadap pelanggaran hak cipta harus
dihindari.
10. Pembahasan draft akhir Prosedur Kerja baru atau yang direvisi harus dilakukan
sebelum Prosedur Kerja tersebut diajukan untuk pengesahan.
11. Prosedur Kerja disahkan oleh KTT dan Komite Keselamatan Pertambangan.
4. Pengembangan Prosedur Kerja

5. Sosialisasi dan Penerapan


1. Program dan materi sosialisasi atau pelatihan prosedur baru atau
yang direvisi harus disiapkan.
2. Prosedur dikomunikasikan atau dilatihkan kepada pihak-pihak
terkait.
3. Pengawas memastikan Prosedur Kerja yang baru atau yang direvisi
dipatuhi secara konsisten oleh pekerja yang berada di bawah
tanggung jawabnya.
4. Pengembangan Prosedur Kerja

6. Evaluasi Prosedur Kerja


1. Setiap Prosedur Kerja harus dijadwalkan untuk dievaluasi dan
ditinjau ulang secara berkala.
2. Jangka waktu antar evaluasi ke evaluasi berikutnya menyesuaikan
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh PT Vale Indonesia
3. Tanggal evaluasi berikutnya harus dicantumkan pada bagian meta
data setiap Prosedur Kerja.
4. Evaluasi harus dilakukan sesuai jadwal atau apabila terjadi
kecelakaan, perubahan peralatan, perubahan proses, dan/ atau
perubahan bahan.
4. Pengembangan Prosedur Kerja

7. Pendokumentasian Prosedur Kerja


1. Setiap Prosedur Kerja harus memiliki nomor identifikasi unik yang
diperlukan dalam sistem pengelolaan dokumen sebagaimana
diatur di dalam Prosedur Pengelolaan Dokumen PT Vale
Indonesia.
2. Pengawas maupun pekerja harus memastikan hanya
menggunakan Prosedur Kerja versi terbaru.
3. Sistem pendokumentasian harus dibuat sedemikian rupa agar
Prosedur Kerja mudah diakses pada saat diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai