2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1690
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN
BAGIAN OPERATOR DCS DEPARTEMENT PRODUKSI
PT TOBA PULP LESTARI, TBK.
TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
CYNTIA IRAYANTI SITORUS
NIM : 131000185
OLEH
CYNTIA IRAYANTI SITORUS
NIM : 131000185
LESTARI, TBK. TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil
karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Shift kerja merupakan salah satu strategi yang dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan produktivitas secara maksimal dan efisien namun berpotensi
menyebabkan stres kerja pada karyawan. Penlitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan sthift kerja dengan stres kerja pada pekerja bagian operator DCS
departemen produksi PT Toba Pulp Lestari Tbk 2017.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan
rancangan studi cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 32 pekerja
dimana sampel merupakan total keseluruhan dari populasi. Stres kerja diukur
dengan menggunakan kuesioner HSE 2003. Untuk mengetahui hubungan shift
kerja dengan stres kerja dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi-square
dengan pilihan exact fisher.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari 32 pekerja, sebanyak 56,3%
mengalami stres dengan tingkat stres tinggi dan 43,8% mengalami stres dengan
tingkat stres sedang. Berdasarkan uji Chi-square dengan pilihan exact fisher,
didapat p value 0,000 (p<0,05) artinya terdapat hubungan shift kerja dengan stres
kerja pada pekerja operator DCS.
Sebaiknya perusahaan mengelola stres dengan pendekatan program
kesejahteraan yang meliputi fisik dan mental karyawan serta melakukan rotasi
pekerja agar pekerja yang berumur >47 tahun dan pekerja yang sudah >10 tahun
bekerja di operator DCS ditempatkan pada sistem general.
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk
Kerja dengan Stres Kerja pada Karyawan bagian Operator DCS Departement
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.
dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
Masyarakat.
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
v
Universitas Sumatera Utara
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan
4. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M. Psi, sebagai Dosen Pembimbing II, terima
kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan
skripsi.
5. Ir. Kalsum, M. Kes, sebagai Dosen Penguji I, terima kasih atas bimbingan dan
6. Umi Salmah, SKM.,M.Kes, sebagai Dosen Penguji II, terima kasih atas
8. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar dan staf pegawai di Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU.
9. Kepada kedua orang tua tercinta St. Arifin Sitorus dan Rosmeri Hutauruk,
kepada penulis.
10. Kepada Christina Ika Hartini Sitorus SE, Hetty Ana Thasya Sitorus dan Erics
Boy Harapan Sitorus, yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, dan
11. Kepada Andreas Sinaga yang selama ini sudah berperan sebagai abang, teman
dan kekasih untuk penulis dan yang selalu memberikan bantuan, dukungan,
12. Kepada keluarga kedua selama PBL di Desa Sennah, Suprayetno, Sugianti,
Nanda Pradana dan Faiz Ardiansyah serta Keluarga Nasir dan Yani yang
vi
Universitas Sumatera Utara
13. Kepada Tua Flores Pasaribu, Tua Marni Ganda Hutauruk, Abang Rio
Simangunsong dan Kakak Theresia Pasaribu serta Daniel Pasaribu yang telah
14. Kepada Sandi Napitupulu yang telah memberikan semangat dan dukungan
15. Kepada Hotlan Sitorus, Frans Pasaribu, Bapak Hutagaol, Rindu dan seluruh
pihak PT Toba Pulp Lestari, Tbk. yang sudah membantu penulis dalam
16. Kepada sahabat terkasih Sara Zevo Tamba, SKM, Anthonius Simangunsong,
ST, Glenda Sitorus, Kino Sirait, Reinal Marpaung, Ifal Rifaldi, Eka Samosir,
Awi Nasution, Indah Nasution, Nurul Sitorus, Fitri Sitepu, SE, Jonathan
Very Bastian SKM, Suci Rahmawandani, Findi Anwari Lubis, Irvan Japardi
Medan, dan seluruh anak Futsal USU terkhusus kepada Headcoach, Abangda
penulis serta kepada Citra D. Napitupulu, SKM yang selalu membantu dan
vii
Universitas Sumatera Utara
Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala kesalahan dan
viii
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... xvi
ix
Universitas Sumatera Utara
x
x
Universitas Sumatera Utara
xi
xi
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja Operator
DCS Bagian Woodyard Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017 ............................................................... 43
Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja Operator
DCS Bagian Chemical Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017 ............................................................... 43
Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja Operator
DCS Bagian Fiberline Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017 ................................................................ 44
Tabel 4.7 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Seluruh Pekerja
Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk.
Tahun 2017 ..................................................................................... 44
Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS Bagian Woodyard Departemen Produksi PT Toba
Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ...................................................... 46
Tabel 4.9 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS Bagian Chemical Departemen Produksi PT Toba
Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ...................................................... 46
xii
Universitas Sumatera Utara
xiii
Tabel 4.10 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS Bagian Fiberline Departemen Produksi PT Toba
Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 .................................................... 46
Tabel 4.11 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Seluruh
Pekerja Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017 ............................................................. 47
Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS Bagian Woodyard Departemen
Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ....................... 48
Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS Bagian Chemical Departemen
Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ....................... 49
Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS Bagian Fiberline Departemen
Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ....................... 50
Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
Pada Seluruh Pekerja Operator DCS Departemen Produksi
PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ...................................... 51
xiii
Universitas Sumatera Utara
xiv
DAFTAR GAMBAR
xiv
Universitas Sumatera Utara
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
VII, gang Haji No.42, Medan Tenggara. Penulis merupakan anak kedua dari
Hutauruk.
Bonapasogit Sejahtera pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2001, penulis
tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Swasta Bonapasogit Sejahtera pada tahun 2007 dan
Menengah Atas Negeri 1 Siantar Narumonda pada Tahun 2010 dan selesai pada
tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan S1 pada Program
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
manusia yang ada dalam perusahaan. Sumber daya tersebut adalah karyawan yang
dapat dikembangkan melalui intensitas shift kerja yang baik sehingga ke depannya
(2010), shift kerja yang tidak dapat diatur dengan baik akan mempengaruhi
kinerja karyawan ke dampak negatif yang salah satunya adalah berupa stres.
jam dalam sehari. Selain itu juga untuk mengoptimalkan daya kerja mesin-mesin
industri dan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan hgal ini akan berdampak
(Winarsunu, 2008).
positif dan negatif. Dampak positifnya adalah memaksimalkan sumber daya yang
ada, memberikan lingkungan kerja yang sepi khususnya shift malam dan
penurunan kinerja, keselamatan kerja dan masalah kesehatan. Tidak semua orang
1
Universitas Sumatera Utara
2
dapat menyesuaikan diri dengan sistem shift kerja karena membutuhkan banyak
sekali penyesuaian waktu, seperti waktu tidur, waktu makan dan waktu berkumpul
bersama keluarga.
internal, yang disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi
sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (Umam, 2010). Stres
mental.
Menurut Munandar (2006) yang mengutip pendapat Monk dan Tepas, shift
kerja merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Banyak
keluhan akibat kerja shift seperti gangguan tidur, selera makan menurun,
Christina yang dikutip oleh Firdaus (2005), telah lama diketahui bekerja dengan
menyatakan bahwa ada hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada
karyawan bagian operation dengan nilai value atau chi-square 5,329 dibandingkan
dengan nilai T tabel 3,841 pada df= 1 dan rasio prevalensi (RP) = 2,065 (CI 95%
ruang rawat inap Rumah Sakit Umum daerah Dr. Soegiri Lamongan menyatakan
didapatkan hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan stres kerja pada
perawat rawat inap. Uji Spearman didapatkan p< 0,000 maka H1 diterima, artinya
terdapat hubungan shift kerja dengan stres kerja pada perawat rawat inap.
menyatakan terdapat perbedaan tingkat stres antara shift pagi, sore, dan malam
dengan nilai signifikan yaitu 0,000 (<0,05). Stres tertinggi berada pada shift
malam sebesar 71,25. Sedangkan tingkat stres terendah berada pada shift siang
September 2016 kepada salah satu karyawan bagian operator DCS department
dan fiberline. Dimana fiberline terbagi menjadi 4 yaitu Digister, Washing and
Screaning, Bleaching, dan Pulp Machine. Sistem kerja shift, yang dibagi dalam
tiga shift yaitu: shift I (pagi) mulai jam 08.00-16.00, shift II (sore) mulai jam
16.00- 24.00, dan shift III (malam) mulai jam 24.00-08.00 dengan diselingi rehat
waktu sholat, makan, atau keperluan mendadak lainnya yang dimana harus
kelamin laki-laki dan beban kerjanya sama (homogen). Usia para pekerja
bervariasi sama halnya dengan lama mereka bekerja disana. Sistem kerja shift
sistem shift yang dimana sistemnya ialah sistem rotasi, karena selalu
membutuhkan penyesuaian waktu, seperti waktu tidur, waktu makan dan waktu
perusahaan tersebut juga didapatkan banyak keluhan mengenai shift kerja sore dan
tinggal mereka yang biasa dilakukan pada sore atau malam hari. Pekerja
mengatakan saat masuk pada shift malam, akan selalu kurang jam tidur
dikarenakan walaupun siang hari sangat memungkinkan untuk tidur, namun tidak
tubuh yang tidak dapat diubah seluruhnya karena dorongan sepeti rasa lapar,
buang air kecil yang relatif lebih banyak pada siang hari, kebisingan, suhu dan
pencahayaan di siang hari serta segala kegiatan yang sudah seharusnya dilakukan
pada siang hari. Pekerja juga menambahkan, kurang tidur tersebut juga
makanan diambil relatif sedikit. Saat pekerja akan mulai shift malam, ada saja saat
dimana sebelum jam 12 malam (berangkat bekerja) ia akan tidur untuk menunggu
waktu berangkat bekerja, dan saat ia sudah tidur, akan sulit untuk bangun kembali
dan berangkat untuk bekerja. Lain halnya dengan shift pagi dan sore, mereka lebih
sekitar karena biasanya dilakukan pada saat siang hari sampai sore hari menjelang
malam hari. Namun, untuk shift sore, akan memakan waktu tidur mereka juga
yang biasanya sudah akan tidur pukul 10 malam dan akan menjadi dua jam
terakhir yang sangat menggelisahkan karena harus menahan ngantuk. Hal tersebut
Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-10 jam.
mesin-mesin yang ada pada bagian produksi, yang terdapat pada layar komputer.
monoton dan termasuk beban kerja tipe berat karena harus menguras pikiran dan
konsentrasi yang penuh serta harus dapat memberi tindakan cepat pada saat
dengan judul hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian
operator DCS departement produksi di PT Toba Pulp Lestari, Tbk. tahun 2017.
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah Apakah terdapat hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara shift
kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian operator DCS departement
1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan stres kerja pada karyawan bagian
operator DCS departement produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017.
2. Untuk mengetahui hubungan lama kerja dengan stres kerja pada karyawan
bagian operator DCS departement produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun
2017.
1. Ada hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian operator
2. Ada hubungan umur dengan stres kerja pada karyawan bagian operator DCS
3. Ada hubungan lama kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian operator
TINJAUAN PUSTAKA
Shift adalah suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang untuk
Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan
dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00). Ciri khas
tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Menurut Knauth,
pengertian tentang kerja shift sangat bervariasi, namun yang dikenal secara luas
adalah kerja shift yang sifatnya bergilir atau rotasi yaitu pekerja bekerja pada pagi
hari, sore hari dan malam hari secara bergiliran (Adnan, 2002).
Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan
jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang
biasa dilakukan.Sistem shift digunakan sebagai suatu cara yang paling mungkin
merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan
sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam
8
Universitas Sumatera Utara
9
Menurut Bohle dan Tilley yang dikutip Juliyati dkk. (2014), kerja dengan
dampak terhadap kualitas kehidupan dari individu atau karyawan yang bekerja
dengan sistem shift. Hal ini berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan
interpersonal dalam kehidupan sosial individu. Dampak shift kerja pada karyawan
Menurut Kroemer, Shift kerja yaitu hadir pada suatu tempat kerja yang
sama secara reguler pada waktu yang sama (shift tetap) atau dengan waktu yang
berbeda-beda (shift rotasi). Shift tetap yaitu karyawan yang bekerja secara tetap
pada shift tertentu (Winarsunu, 2008). Misalnya, karyawan yang bekerja pada shift
malam secara tetap. Menurut Aamodt yang dikutip oleh Marchelia (2014), shift
rotasi yaitu sistem kerja dimana karyawan bekerja secara shift yang berputar,
bekerja di pagi hari sementara waktu, kemudian bertukar pada shift siang, lalu
Pembagiannya adalah shift pagi, sore dan malam, yang menggunakan pembagian
dari jam 08.00–16.00, 16.00–24.00, dan 24.00– 08.00. Setiap shift mempunyai
keluarganya dan mempunyai kesempatan untuk tidur dengan baik khususnya bagi
dikurangi dan hal ini akan meminimalkan kelelahan dan (2) harus ada waktu yang
cukup bagi kehidupan keluarga dan kontak sosial. Perencanaan shift yang paling
baik yang sesuai dengan persyaratan di atas adalah shift kerja yang langsung
memberikan waktu istirahat atau libur selama 24 jam penuh setelah bekerja
dinamakan “metropolitan rota” dan sistem 2-2-3 yang disebut “continental rota”.
Pada sistem 2-2-2, 2 hari shift malam diikuti dengan hari libur. Sedangkan pada
sistem 2-2-3, setelah 3 hari shift malam diikuti hari libur. Sistem 2-2-2 kurang
disenangi karena libur akhir minggu (hari sabtu/minggu) hanya dating sekali
dalam 8 minggu. Sedangkan pada sistem 2-2-3, libur akhir minggu terjadi setiap 4
Menurut Fish yang dikutip oleh Firdaus (2005) mengemukakan bahwa efek
1. Efek fisiologis
a. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
2. Efek psikososial
Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya
masyarakat.
3. Efek kinerja Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. al, melaporkan
bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi
industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan
cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift
malam.
eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada
batas atau melebihi batas kemampuan subjek (Umam, 2010). Sedangkan menurut
Hager, stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak apabila
tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang
a. Dalam bahasa teknik. Stress dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagian-
bagian tubuh.
b. Dalam bahasa biologi dan kedokteran. Stress dapat diartikan sebagai proses
terhadap tubuh.
c. Secara umum. Stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat
menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.
kekuatan yang dihayati mendesak atau mencekam dan muncul dalam diri
(Tarwaka, 2004).
adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar
maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam
dideritanya suatu penyakit. Dalam kaitanya dengan pekerjaan, semua dampak dari
produktivitas kerja yang bersangkutan (Tarwaka, 2004). Stres kerja dapat memicu
Stres kerja juga didefinisikan sebagai respon baik secara fisik maupun
emosional yang berbahaya yang muncul atau terjadi ketika tuntutan pekerjaan
tidak sesuai dengan kapabilitas, sumber atau kebutuhan pekerja (Haqqoh, 2016).
Selye dalam Beehr, et.al. dalam Umam (2010), mendefenisikan stres kerja
sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa
stressor kerja.
(Tarwaka, 2004).
tinggal.
2. Organizational stressor
3. Group stressor
4. Individual stressor
Yang terdiri atas terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi
menjadi penyebab stress kemungkinan besar lebih spesifik. Clark dan Wantoro
menjadi penyebab terjadinya stress dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk
pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak
nyaman (bising, berdebu, bau, suhu panas dan lembab dan lain-lain), stasiun kerja
yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari
tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya,
Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan
lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik.
bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah
terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta
mempunyai kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain.
tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja lain (seperti; operator telepon, penjaga
pekerjaan seperti adanya reorganisasi perusahaan dan mutasi kerja dan lain-lain.
b) promosi berlebihan atau kurang: promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai
kerja biasanya berawal dari budaya organisasi dan model manajemen yang
terhadap stressor yang diterima. Konflik yang diterima oleh dua orang dapat
mengakibatkan reaksi yang berbeda satu sama lain. Perselisihan antar anggota
timbulnya stress yang kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan
kerja.
dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustasi, dan
berhubungan dengan aktivitas kerja, tetapi juga dapat meluas pada aktivitas lain di
luar pekerjaan. Misalnya tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang,
teraliansi, hingga turnover (Greenberg dan Baron, 1uick dan Quick, Robbins
a) Reaksi emosional. Dalam keadaan stress tingkat emosi seseorang sangat tidak
stabil di mana sering kita lihat orang tersebut mudah marah, emosi yang tidak
dengan tanpa sadar mencari pelarian dari permasalahan yang diterima yang
terlarang.
c) Perubahan fisiologis. Dalam keadaan stress otot-otot kepala dan leher menjadi
fisiologis lainnya dapat berupa hipertensi, sakit ginjal, serangan jantung, maag,
Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang kurang baik.
Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk kerja, turnover, hubungan
kerja menjadi tegang dan rendahnya kualitas pekerjaan dan lain-lain. Apapun
dampak negatif berupa stress yang dapat merugikan. Dan secara pasti bahwa
hampir semua orang telah mengalami stress dalam kehidupannya. Hal terpenting
stress agar kita tetap dapat berpenampilan dan berprestasi dengan baik dalam
Terry Beehr dan John Newman dalam Rice mengkaji ulang beberapa kasus
stres pekerjaan dan menyimpiulkan tiga gejala dari stres pada individu (Umam,
2010).
a. Gejala Psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada penelitian
b. Gejala Fisiologis
penyakit kardiovaskular;
(2) Meningkatnya sekresi dari hormin stres (contoh: adrenalin dan nonadrenalin);
(5) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang
(8) Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot;
(10) Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena
kanker.
c. Gejala Perilaku
mengarah ke obesitas;
(6) Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan
dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dihilangkan begitu saja. Faktor
penyebab terjadinya stress tersebut sangatlah komplek dan bervariasi serta sangat
sulit untuk diidentifikasi secara pasti apa yang menjadi penyebab stress
sesungguhnya. Sehingga sering kita temui bahwa seseorang yang terkena stress
1) Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaiakan dengan kemampuan
2) Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung
4) Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja yang
satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam
Di lain pihak Elkin dan Rosch dalam Tarwaka 2004, juga memberikan
cara-cara untuk mengurangi stress akibat kerja secara lebih spesifik yaitu:
Selain cara-cara tersebut di atas, tentunya masih banyak strategi lain yang
yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya stress adalah sebagai berikut;
2) Memposisikan pekerja pada posisi yang seharusnya (The right man on the
rightplace).
masyarakat pekerjanya.
sebagai penyebab terjadinya stress (stressor), kapasitas kerja dan akibat yang
YA
TIDAK
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa stress akibat kerja dapat
terjadi kapan saja dalam lingkungan organisasi kerja dan dapat menimpa siapa
saja dengan berbagai resiko dari stress yang paling sederhana seperti kejenuhan
dan kepenatan sampai terjadinya gangguan kesehatan secara fisik dan mental.
stress khususnya stress yang timbul akibat pekerjaan, penyebab stress yang ada di
- Umur
- Lama Bekerja
Variabel Moderator
METODE PENELITIAN
rancangan studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian operator DCS di PT
DCS, departemen produksi yang terdiri dari woodyard, chemical production, dan
fiberline.
Juni 2017.
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pekerja pada bagian operator DCS,
26
Yang dimana departemen produksi terdiri dari 3 bagian yaitu, woodyard, chemical
3.3.2 Sampel
kerja yang bekerja pada bagian operator DCS departemen produksi. Jadi sampel
kuesioner penilaian stres kerja yang diperoleh dari pengukuran stres Tarwaka
pekerja.
Data sekunder diperoleh dari PT Toba Pulp Lestari dan bagian operator
jumlah pekerja, dan data-data lain yang diperlukan untuk menunjang penelitian.
3.5.1 Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
diklasifikasikan menjadi :
Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah stres kerja.
3. Variabel Moderator
memberikan batasan pada variabel sehingga dapat diukur sesuai dengan parameter
yang dipakai.
1. Shift kerja adalah pola waktu kerja yang diterapkan oleh PT Toba Pulp Lestari,
Tbk kepada tenaga kerja bagian operator DCS. Shift Pagi: 08.00-16.00, shift
2. Stres kerja adalah respon yang timbul setelah bekerja dengan waktu kerja yang
telah ditetapkan, dilihat dari hasil penilitian stres terhadap aspek fisik,
3. Umur adalah lama waktu hidup yang dihitung sejak tanggal lahir tenaga kerja
4. Lama kerja adalah waktu tenaga kerja mulai bekerja di bagian operator DCS
1. Dari 32 orang pekerja akan dibagi dalam 3 kelompok shift kerja. Mereka
dimana 2 hari pertama masuk pada shift pagi, 2 hari selanjutnya masuk pada
shift sore dan 3 hari terakhir masuk pada shift malam. Setelah itu akan masuk
pekerja, yakni pada saat masuk shift pagi grup x, shift sore grup x dan shift
malam grup x. Penelitian akan dilakukan sesuai dengan shift kerja tiap gurp.
Dimana hari pertama akan diteliti pekerja pada shift pagi (8 orang) dan shift
sore (8 orang). Shift malam diteliti keesokan harinya saat setelah selesai
bekerja. Sisanya merupakan grup yang berjadwal dayoff (grup A) pada hari
pertama dan kedua penelitian, sehingga diteiti pada hari ketiga. Namun
peneliti membagi grup ini menjadi tiga bagian yaitu saat masuk pagi, yaitu
hari ketiga penelitian, saat masuk sore, hari ke empat penelitian dan saat
antara shift maka dari itu peneliti mengambil kebijakan untuk meneliti grup A
secara terbagi, 2 pekerja saat shift pagi, 2 pekerja saat shift sore dan 4 pekerja
saat shift malam, tidak seperti grup lain (B,C,D) yang diteliti setiap grup satu
shift.
2. Variabel dependen (stres kerja) diukur dengan indikator yang telah ditetapkan
sesuai dengan metode self report measure untuk mengukur tingkat stres.
Salah satunya adalah dengan menggunakan kuesioner dari HSE (2003) ini
“Selalu”.
pada nomor 1, 2, 4, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 17, 19, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30,31, 32, 33 dan 35 yang dimulai dari jawaban “tidak
pada nomor 3, 5, 6, 9, 12, 14, 16, 18, 20, 21, 22, dan 34 yang
akan diperoleh skor individu terendah adalah sebesar 35 (tingkat risiko stres
sangat tinggi) dan skor individu tertinggi adalah 175 (tingkat stres rendah
atau tidak ada indikasi stres). Skor kuesioner mulai dari Tidak Pernah,
atau menunjukkan frekuensi per minggu mulai dari 0 (nol) sampai dengan 7
kali dalam seminggu), Sering (5 – 6 kali dalam seminggu), dan Selalu (7 kali
dalam seminggu).
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Risiko Stres Akibat Kerja Berdasarkan Total
Skor Individu
Total
Tingkat
Skor Kategori
Risiko Tindakan Perbaikan
Stres Stres
Stres
Individu
Belum diperlukan adanya kontrol untuk
140 – 175 0 Rendah
perbaikan.
Mungkin diperlukan kontrol terhadap gejala
105 – 139 1 Sedang
stres di kemudian hari.
Diperlukan kontrol terhadap stres di tempat
70 – 104 2 Tinggi
kerja segera.
Sangat Diperlukan kontrol terhadap stres secara
35 – 69 3
Tinggi menyeluruh sesegera mungkin.
Untuk menghasilkan informasi yang benar, maka data yang telah diperoleh
1. Editing
2. Coding
3. Tabulating
4. Cleaning
bentuk tabel.
Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara shift kerja
dengan stres kerja pada karyawan bagian operator DCS adalah menggunakan
HASIL PENELITIAN
Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir dan berjarak 220 km dari ibukota Provinsi
Sumatera Utara dan 7 km dari Porsea. Pabrik ini merupakan salah satu industri
strategis penghasil devisa di antara 5.935 unit pabrik sejenis yang terdapat di
dunia dengan kapasitas produksi terpasang 210.459.000 ton pulp per tahun. Dari
jumlah tersebut di atas, 5.258 unit terdapat di Asia yang dioperasikan berdasarkan
surat keputusan bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi/Ketua BPPT dan
November 1986.
PT Toba Pulp Lestari, Tbk memproduksi pulp berbahan baku utama pohon
Eucalyptus dan sehubungan dengan perluasan areal yang terbatas, maka bahan
26
manajemen hutan yang akan menjaga ekosistem alam melalui hutan tanaman
industri.
perseroan.
Penanaman Modal status perusahaan ini telah berubah dari Penanaman Modal
perusahaan ini telah dijual di Bursa Saham Jakarta dan Surabaya sejak 1992 dan
Kegiatan pulp secara komersial dimulai pada tahun 1989, dimana produksi sekitar
Kapasitas Produksi terpasang pabrik adalah 240.000 ton pulp per tahun. Dalam
upaya mendukung kegiatan produksi, PT Toba Pulp Lestari mendapat Izin Usaha
Juni 1992 tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri kepada
Konsensi hutan kayu tersebar pada beberapa sektor hutan yaitu, Aek Nauli,
Habinsaran, Aek Raja, Tele dan Padang Sidempuan yang termasuk dalam di
Sumatera Utara, Indonesia. Secara garis besar ruang lingkup PT Toba Pulp
1. Produksi pulp.
2. Produksi bahan kimia yang digunakan pada proses produksi pulp di PT Toba
3. Produksi energi listrik yng akan digunakan pada setiap proses di pabrik (mill
Areal konsesi PT Toba Pulp Lestari, Tbk terdiri dari 6 sektor yang masing-masing
sektor berada pada wilayah geografis yang terpisah. Area produksi di Pabrik PT
1. Departemen Energy
2. Departemen Woodyard
3. Departemen Chemical
4. Departemen Fiberline
4.1.2.1 Visi
PT Toba Pulp Lestari “Menjadi pembuat pulp dari pohon Eucalyptus terbaik, dan
4.1.2.2 Misi
1. Generasi berkelanjutan.
Masyarakat.
Eucalyptus merupakan jenis pohon yang mengandung selulosa dan saat ini
2. Persiapan Kayu
Wood Preparation Unit adalah langkah awal dalam proses pembuatan pulp,
Room. Gelondongan kayu siap diolah disebut dengan Log. Kemudian log dikupas
dengan alat yang berbentuk drum yang disebut dengan Debarking Drum. Drum
Barker yaitu suatu bejana silinder berukuran panjang 28,5 m dan berdiameter 5,5
m yang diputar dengan kecepatan rata-rata 5,8 rpm. Klasifikasi chip adalah
sebagai berikut :
b. Panjang : 10 – 25 mm.
c. Lebar : 10 – 25 mm.
d. Tebal : 5 – 8 mm
Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia serpihan
Digester. Pemasakan dilakukan pada digester jenis Cooking Impact. Digester ini
terdiri dari Top Separator dan Screen Section yang bekerja dengan metode
coccurent (searah) dan terdapat juga zona washing yang dilakukan dengan
counter current, metode pemasukannya cendrung pada suhu yang lebih rendah
tetapi dengan pemasukkan yang cendrung lebih lama. Chip yang berasal dari Chip
Yard diumpankan ke dalam Chip Buffer yang terdapat pada ujung Belt Conveyor.
Campuran White Liquor dan Black Liquor yang diekstrak dari Transfer
Circulalion dan atau dari bagian Screen Digester dimasukkanke bagian atas
temperatur chip terlebih dahulu dinaikkan sampai mencapai suhu 100o C dan
Screening dilakukan penyaringan bubur pulp untuk memisahkan bubur pulp dari
kotoran-kotoran yang tidak larut dalam air. Pulp yang tercuci membutuhkan dosis
brightness (keputihan) atau kemurnian bubur pulp. Hal ini dilakukan dengan
menghilangkan dan melunturkan bahan pewarna yang tersisa pada bubur pulp.
Dalam hal terdapat 2 section yaitu section chlor alkali dan section chlorine
dioxide. Section chlor alkali yang pertama brine treatment dimana pada proses itu
bertujuan untuk mengurangi kotoran dalam air garam untuk menghasilkan air
garam murni. Kemudian masuk dalam proses chlor alkali cell electrolyzer dimana
membran cell electrolisa. Proses selanjutnya adalah clirine treatment dan hypo
plant. Dimana chlorine teratment bertujuan untuk mengeringkan gas klorin yang
mengandung air dengan menggunakan H2SO4. Proses selanjutnya ialah PSA unit
(oxygen and nitrogen plant) yang bertujuan untuk menghasilkan oksigen dan
nitrogen dari udara dengan proses adsorpsi setelah dari proses ini kemudian
dilanjutkan dengan proses sulfur dioxide plant dimana plant ini menghasilkan
larutan belerang dioksida dari belerang dan udara dipabrik melalui proses
dimana pada section ini ada beberapa proses, yang pertama adalah proses chlorate
cell electrolyzer dimana proses ini bertujuan untuk menghasilkan larutan natrium
klorat dengan elektrolisis air garam dalam sell tanpa membran. Selanjutnya ialah
klorin dioksida yang akan digunakan untuk pemutihan di beaching plant dengan
mereaksikan larutan natrium klorat dengan larutan HCl. Lalu selanjutnya ialah
HCl synthesis unit dimana proses ini bertujuan untuk menghasilkan 32% asam
Proses yang terakhir adalah chiller unit yang bertujuan untuk menghasilkan air
dingin dengan temperatur 8-12 erajat celcius yang akan digunakan untuk
Pulp yang telah diputihkan selanjutnya dikirim ke unit pulp machine (MIC) yang
mengenai masalah penyediaan Pulp Sheet (lembaran) dengan proses kerja sebagai
berikut :
b. Dewatering, merupakan tahap pengurangan kadar air yang terdiri dari dua
Pulp Cutting dan Bale Handling merupakan tahap akhir proses pulp machine,
Operator DCS bagian produksi bertugas untuk mengatur dan menjalankan mesin-
mesin yang ada dibagian produksi. Dimana, para operator harus mampu
memantau jalannya mesin sehingga berjalan dengan baik. Tugas para operator
mulai dari menghidupkan dan mematikan mesin, memantau proses yang sedang
masalah dengan salah satu mesin, operator harus mampu mengambil tindakan
secara spontan untuk mengatasi hal tersebut. Seperti mematikan salah satu mesin
jika terjadi kebocoran, menghentikan proses suatu bagian agar tidak berakibat
fatal kepada mesin yang lain, atau membuka dan menutup salah satu pipa agar
tidak mengganggu kerja mesin yang lain. Tindakan ini harus dilakukan secara
cepat dan terstrukutur agar tidak terjadi masalah dengan mesin yang lain dan
mesin jika sudah saatnya. Misalnya saat salah satu mesin sudah penuh dan sudah
sementara dan melakukan proses selanjutnya. Setelah selesai, mereka kembali lagi
sesama operator karena mesin-mesin yang saling berhubungan satu sama lain.
4.2.1 Jumlah Pekerja Operator DCS bagian Produksi PT Toba Pulp Lestari,
Tbk. Tahun 2017
Adapun jumlah Pekerja pada bagian produksi terdiri dari 32 orang pekerja yang
terbagi atas:
Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Opertaor DCS Berdasarkan Bagian di
Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017
PT Toba Pulp Lestari, Tbk tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Berdasarkan Umur pada Pekerja Operator DCS
Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 32 pekerja bagian
operator (46,9%) berumur <47 tahun dan 17 pekerja bagian operator (53,1%)
Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk .tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 32 pekerja bagian
operator (40,6%) dengan lama kerja <10 tahun dan 19 pekerja bagian operator
produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk tahun 2017 tiap bagian, dapat dilihat pada
Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja Operator
DCS bagian Woodyard Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk.
Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 8 pekerja bagian
pekerja (25,0%) bekerja pada shift pagi, 2 pekerja (25,0%) pada shift sore dan 4
Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja Operator
DCS bagian Chemical Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari,Tbk.
Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 8 pekerja bagian
pekerja (50,0%) bekerja pada shift pagi, 2 pekerja (25,0%) pada shift sore dan 2
Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja bagian
Fiberline Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari,Tbk. Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 16 pekerja bagian
pekerja (25,0%) bekerja pada shift pagi, 8 pekerja (50,0%) pada shift sore dan 4
Adapun gambaran shift kerja pekerja operator DCS departemen produksi PT Toba
Pulp Lestari, Tbk tahun 2017 secara keseluruhan, dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.7 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Seluruh Pekerja
Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari,Tbk. Tahun
2017
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 32 pekerja bagian
10 pekerja (31,3%) bekerja pada shift pagi, 12 pekerja (37,5%) pada shift sore dan
Pengukuran stres kerja dalam hal ini dilakukan dengan wawancara melalui
kuesioner yang diambil dari HSE dalam Tarwaka (2015). Penggolongan skor
dalam kuesioner tersebut mulai dari Tidak Pernah, Jarang, Agak Sering, Sering,
dan Selalu dan dijelaskan menggunakan nominal atau menunjukkan frekuensi per
minggu mulai dari 0 (nol) sampai dengan 7 untuk menjelaskan tingkat perbedaan
dari skor tersebut. Tidak pernah (0), Jarang (1 – 2 kali dalam seminggu), Agak
tingkatan stres, yaitu; Tingkat Stres Rendah (140 – 175), Tingkat Stres Sedang
(105 – 139), Tingkat Stres Tinggi (70 – 104), dan Tingkat Stres Sangat Tinggi (35
– 69).
kategori tingkat stres rendah dan sangat tinggi menjadi hanya dua kategori saja,
yaitu: Tingkat Stres Sedang dan Tingkat Stres Tinggi. Adapun hasil tersebut dapat
Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS bagian Woodyard Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari,Tbk. Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 8 pekerja operator
(50,0 %) yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang dan sebanyak 4
Tabel 4.9 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS bagian Chemical Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari,Tbk. Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 8 pekerja operator
(50,0 %) yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang dan sebanyak 4
Tabel 4.10 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS bagian Fiberline Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari,Tbk. Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 16 pekerja
pekerja (37,5 %) yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang dan sebanyak
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 32 pekerja
yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang dan sebanyak 18 pekerja
Selanjutnya dilakukan uji chi-square untuk melihat apakah ada hubungan shift
kerja dengan stres kerja pada karyawan operator DCS bagian produksi PT Toba
Pulp Lestari Tbk tahun 2017. Syarat menggunakan uji chi-square adalah harus
mempunyai baris x kolom (b x k) yaitu 2 x 3 dan nilai expected dari setiap cell
harus lebih dari 5. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, maka dilakukan dengan
uji exact fisher apabila tabel mempunyai baris x kolom (b x k) tetap 2 x 3. Dalam
hal ini penulis menggunakan uji exact fisher karena uji chi-square tidak
Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS bagian Woodyard Departemen Produksi PT
Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017
Hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada karyawan operator DCS
departemen produksi bagian Woodyard PT Toba Pulp Lestari Tbk dapat dilihat
(25,0%) yang bekerja pada shift pagi terdapat pekerja yang mengalami stres
dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 2 pekerja (100,0%) dengan range skor
105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu
sebanyak 0 pekerja (0,0%) dengan range skor 70 – 104. Pada pekerja yang bekerja
pada shift sore berjumlah 2 pekerja (25,0%), didapat bahwa pekerja yang
mengalami stres dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 2 pekerja (100,0%) dengan
range skor 105 - 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres
tinggi yaitu sebanyak 0 pekerja (0,0 %) dengan range skor 70 – 104. Serta pada
pekerja yang bekerja pada shift malam berjumlah 4 pekerja (50,0%), didapat
bahwa pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 0
pekerja (0,0%) dengan range skor 105-139, dan pekerja yang mengalami stres
dengan tingkat stres tinggi dengan jumlah pekerja 4 (100,0%) dengan range skor
70-104.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapat nilai value atau chi-square 8,000. Ini
tidak layak untuk diuji dengan chi-square. Oleh karena itu uji yang dipakai adalah
uji alternatifnya, yaitu uji exact fisher. Nilai significancy adalah 0,029 dimana
Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS bagian Chemical Departemen Produksi PT
Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017
Hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada karyawan operator DCS
departemen produksi bagian Chemical PT Toba Pulp Lestari Tbk dapat dilihat
(50,0%) yang bekerja pada shift pagi terdapat pekerja yang mengalami stres
dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 4 pekerja (100,0%) dengan range skor
105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu
sebanyak 0 pekerja (0,0%) dengan range skor 70 – 104. Pada pekerja yang bekerja
pada shift sore berjumlah 2 pekerja (25,0%), didapat bahwa pekerja yang
mengalami stres dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 0 pekerja (0,0%) dengan
range skor 105 - 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres
tinggi yaitu sebanyak 2 pekerja (100,0 %) dengan range skor 70 – 104. Serta pada
pekerja yang bekerja pada shift malam berjumlah 2 pekerja (25,0%), didapat
bahwa pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 0
pekerja (0,0%) dengan range skor 105-139, dan pekerja yang mengalami stres
dengan tingkat stres tinggi dengan jumlah pekerja 2 (100,0%) dengan range skor
70-104.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapat nilai value atau chi-square 8,000. Ini
tidak layak untuk diuji dengan chi-square. Oleh karena itu uji yang dipakai adalah
uji alternatifnya, yaitu uji exact fisher. Nilai significancy adalah 0,029 dimana
Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS bagian Fiberline Departemen Produksi PT
Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017
Hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada karyawan operator DCS
departemen produksi bagian Fiberline PT Toba Pulp Lestari Tbk dapat dilihat
(25,0%) yang bekerja pada shift pagi terdapat pekerja yang mengalami stres
dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 4 pekerja (100,0%) dengan range skor
105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu
sebanyak 0 pekerja (0,0%) dengan range skor 70 – 104. Pada pekerja yang bekerja
pada shift sore berjumlah 8 pekerja (50,0%), didapat bahwa pekerja yang
mengalami stres dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 1 pekerja (12,5%) dengan
range skor 105 - 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres
tinggi yaitu sebanyak 7 pekerja (87,5 %) dengan range skor 70 – 104. Serta pada
pekerja yang bekerja pada shift malam berjumlah 4 pekerja (25,0%), didapat
bahwa pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 1
pekerja (25,0%) dengan range skor 105-139, dan pekerja yang mengalami stres
dengan tingkat stres tinggi dengan jumlah pekerja 3 (75,0%) dengan range skor
70-104.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapat nilai value atau chi-square 9,067. Ini
tidak layak untuk diuji dengan chi-square. Oleh karena itu uji yang dipakai adalah
uji alternatifnya, yaitu uji exact fisher. Nilai significancy adalah 0,022 dimana
Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada seluruh Pekerja Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017
Hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada seluruh karyawan operator
DCS departemen produksi PT Toba Pulp Lestari Tbk dapat dilihat pada tabel di
bekerja pada shift pagi terdapat pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres
sedang yaitu sebanyak 10 pekerja (100,0%) dengan range skor 105 – 139, dan
pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 0 pekerja
(0,0%) dengan range skor 70 – 104. Pada pekerja yang bekerja pada shift sore
dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 3 pekerja (25,0%) dengan range skor 105 -
139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak
9 pekerja (75,0 %) dengan range skor 70 – 104. Serta pada pekerja yang bekerja
pada shift malam berjumlah 10 pekerja (31,3%), didapat bahwa pekerja yang
mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 1 pekerja (10,0%)
dengan range skor 105-139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat
stres tinggi dengan jumlah pekerja 9 (90,0%) dengan range skor 70-104.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapat nilai value atau chi-square 19,200. Ini
tidak layak untuk diuji dengan chi-square. Oleh karena itu uji yang dipakai adalah
uji alternatifnya, yaitu uji exact fisher. Nilai significancy adalah 0,000 dimana
nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan shift kerja
dengan stres kerja pada karyawan operator DCS PT Toba Pulp Lestari Tbk.
Untuk melihat jumlah pekerja yang mengalami stres kerja antara umur dan lama
kerja pekerja dilakukan tabulasi silang, yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
didapat bahwa pada usia < 47 tahun lebih banyak pekerja yang mengalami stres
kerja dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 14 pekerja (93,3%). Berbeda
dengan pekerja yang berusia ≥ 47 tahun, seluruh pekerja mengalami stres kerja
dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 17 pekerja (100,0%). Nilai significancy
adalah 0,000 dimana nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada
hubungan umur dengan stres kerja pada karyawan operator DCS PT Toba Pulp
Lestari Tbk.
Pada karakteristik berdasarkan lama kerja didapat bahwa pekerja yang sudah
bekerja < 10 tahun seluruh pekerja mengalami stres dengan tingkat stres sedang
yaitu sebanyak 13 pekerja (100,0%). Pada pekerja yang sudah bekerja selama ≥
10 tahun lebih banyak yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu
sebanyak 18 pekerja (94,7%). Nilai significancy adalah 0,000 dimana nilai p <
0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan lama kerja dengan
stres kerja pada karyawan operator DCS PT Toba Pulp Lestari Tbk.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Umur
Berdasarkan umur pekerja operator DCS dapat dilihat bahwa dari 32 pekerja
bagian operator DCS yang berumur <47 tahun sebanyak 15 pekerja (46,9%) dan
yang berumur ≥47 tahun sebanyak 17 pekerja (53,1%). Hal ini menunjukan bahwa
masih lebih banyak pekerja yang berumur ≥47 tahun yang bekerja sebagai
operator DCS di PT Toba Pulp Lestari Tbk, ini dikarenakan jarangnya penerimaan
Lama Kerja
Berdasarkan lama kerja pekerja operator DCS dapat dilihat bahwa dari 32 pekerja,
lebih banyak pekerja yang bekerja ≥10 tahun yaitu sebanyak 19 pekerja (59,4%),
dibandingkan dengan yang bekerja <10 tahun sebanyak 13 pekerja (40,6%). Hal
ini menunjukan bahwa pekerja operator DCS masih merupakan orang-orang lama
yang dimana mereka mempunyai pengalaman lebih dalam dibidang operator DCS
tersebut. Semakin tinggi lama kerja pekerja operator DCS, maka semakin terbiasa
Shift Kerja
54
Universitas Sumatera Utara
55
Pekerja operator DCS departemen produksi terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian
woodyard, chemical dan fiberline. Adapun hasil penelitian mengenai shift kerja
yang bekerja pada shift pagi berjumlah 2 pekerja (25,0%), operator yang bekerja
pada shift sore berjumlah 2 pekerja (25,0%) dan operator yang bekerja pada shift
yang bekerja pada shift pagi berjumlah 4 pekerja (50,0%), operator yang bekerja
pada shift sore berjumlah 2 pekerja (25,0%) dan operator yang bekerja pada shift
yang bekerja pada shift pagi berjumlah 4 pekerja (25,0%), operator yang bekerja
pada shift sore berjumlah 8 pekerja (50,0%) dan operator yang bekerja pada shift
produksi yang berjumlah 32 pekerja didapat bahwa, operator yang bekerja pada
shift pagi berjumlah 10 pekerja (31,3%), operator yang bekerja pada shift sore
berjumlah 10 pekerja (31,3%) dan operator yang bekerja pada shift malam
berjumlah 12 pekerja (37,5%). Hal ini didapat karena pada saat melakukan
penelitian, hari pertama terdapat 8 pekerja yang sedang masuk pada shift pagi dan
8 pekerja yang masuk pada shift sore serta 8 pekerja yang masuk pada shift
malam, namun pekerja pada shift malam diteliti saat setelah selesai bekerja, yaitu
hari kedua penelitian. Berhubung pada saat itu grup A sedang dayoff maka
dilanjutkan saat hari ketiga penelitian, disini peneliti membagi grup A yang
berjumlah 8 orang menjadi tiga bagian, yaitu saat masuk pagi, yaitu hari ketiga
penelitian, saat masuk sore, hari ke empat penelitian dan saat masuk malam hari
itu peneliti mengambil kebijakan untuk meneliti grup A secara terbagi, 2 pekerja
saat shift pagi, 4 pekerja saat shift sore dan 2 pekerja saat shift malam, tidak
seperti grup lain (B,C,D) yang diteliti setiap grup satu shift.
Dari 32 operator DCS bagian produksi yang diteliti, bahwa seluruh pekerja
mengalami stres kerja. Pengukuran stres kerja dalam hal ini dilakukan dengan
wawancara melalui kuesioner yang diambil dari HSE dalam Tarwaka (2015).
Penggolongan skor dalam kuesioner tersebut mulai dari Tidak Pernah, Jarang,
Agak Sering, Sering, dan Selalu dan dijelaskan menggunakan nominal atau
menunjukkan frekuensi per minggu mulai dari 0 (nol) sampai dengan 7 untuk
menjelaskan tingkat perbedaan dari skor tersebut. Tidak pernah (0), Jarang (1 – 2
kali dalam seminggu), dan Selalu (7 kali dalam seminggu). Dimana jumlah
yang diberikan berdasarkan tingkatan stres, yaitu; Tingkat Stres Rendah (140 –
175), Tingkat Stres Sedang (105 – 139), Tingkat Stres Tinggi (70 – 104), dan
mengalami stres dengan tingkat stres sedang dan tingkat stres tinggi. Dimana
sebanyak 15 pekerja (46,9%) yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang
dengan range skor 105-139 dan sebanyak 17 pekerja (53,1%) yang mengalami
stres dengan tingkat stres tinggi dengan range skor 70-104. Sehingga peneliti
hanya menggunakan dua kategori tingkat stres, yaitu stres sedang dan stres tinggi.
Adapun tiap bagian, dijelaskan sebagai berikut. Pada bagian Woodyard yang
mengalami stres dengan tingkat stres sedang sebanyak 4 pekerja (50,0%) dengan
range skor 105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres
tinggi yaitu sebanyak 4 pekerja (50,0%) dengan range skor 70 – 104. Pada bagian
Chemical yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang sebanyak 4 pekerja
(50,0%) dengan range skor 105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan
tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 4 pekerja (50,0%) dengan range skor 70 – 104.
Pada bagian Fiberline yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang sebanyak
6 pekerja (37,5%) dengan range skor 105 – 139, dan pekerja yang mengalami
stres dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 10 pekerja (62,5%) dengan range
skor 70 – 104.
Adapun bagian yang mengalami stres lebih tinggi adalah bagian Fiberline yang
dimana pada tingkat stres tinggi mencapai 62,5% yang merupakan jumlah persen
Fiberline dengan opertaor lain. Tidak seperti Woodyard dan Chemical yang
oleh operator bagian Fiberline dan operator lain yang berjumlah 4 pekerja dan 1
pekerja sebagai kepala operator sehingga total jumlah pekerja pada ruangan
berlebihan dari pekerja lain di dalam ruang kerja yang menyebabkan konsentrasi
pekerja akan sering runyam dan tidak fokus dalam melaksanakan tugas. Hal ini
memicu terjadinya stres kerja pada pekerja. Juga ruangan tersebut sering
dipergunakan pekerja lain sebagai jalan alternatif menuju lapangan. Saat pekerja
yang ada didalam ruangan. Tidak menutup kemungkinan hal ini memicu stres
pada pekerja operator. Hal ini didukung oleh penelitian Sormin (2016)
dengan stres kerja yang memiliki nilai p = 0,0001 kurangnya pendekatan emosinal
Uji Bivariat
Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapat nilai value atau chi-square secara
keseluruhan 19,200. Ini tidak layak untuk diuji dengan chi-square. Oleh karena itu
uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji exact fisher. Nilai significancy
adalah bagian Woodyard 0,029, bagian Chemical 0,029, bagian Fiberline 0,022
dan secara keseluruhan 0,000 dimana seluruh nilai p < 0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa ada hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan
Dimana pada shift pagi yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu
secara keseluruhan sebanyak 10 pekerja (100,0%) dengan range skor 105 – 139,
dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu pada bagian
(0,0%), pada bagian Fiberline 0 pekerja (0,0%) dan secara keseluruhan sebanyak
0 pekerja (0,0%) dengan range skor 70 – 104. Ini disebabkan karena pada saat
shift pagi, mereka mempunyai waktu istirahat yang cukup, serta pada saat shift
pagi pikiran masih fresh sehingga masih semangat dalam melakukan pekerjaan.
Masih dapat berkonsentrasi dengan baik serta masih jauh dari rasa jenuh.
Sehingga pada saat shift pagi seluruh pekerja masuk pada kategori stres tingkat
sedang dan tidak ada pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi.
Pada pekerja yang bekerja pada shift sore didapat bahwa pekerja yang mengalami
stres dengan tingkat sedang yaitu pada bagian Woodyard sebanyak 2 pekerja
dengan range skor 105 - 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat
stres tinggi yaitu pada bagian Woodyard sebanyak 0 pekerja (0,0%), pada bagian
dan secara keseluruhan sebanyak 9 pekerja (75,0 %) dengan range skor 70 – 104.
Hal ini disebabkan, waktu akhir mereka saat masuk sore seperti pukul 10 malam
sampai 12 malam, akan sangat berat karena mereka harus menahan kantuk mereka
dan karena mereka juga sudah bekerja mulai dari pukul 4 sore. Selain jenuh,
mereka juga harus mengorbankan waktu tidur mereka. Pada saat 3-4 jam pertama
masuk mereka masih bisa dikatakan fresh. Namun setelah itu, rasa jenuh, lelah,
bosan dan ngantuk akan menghampiri mereka. Kelebihannya, setelah itu mereka
mempunyai waktu istirahat dirumah dan waktu tidur yang cukup. Ini yang
Pada pekerja yang bekerja pada shift malam didapat bahwa pekerja yang
mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu pada bagian Woodyard
pekerja (10,0%) dengan range skor 105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres
dengan tingkat stres tinggi yaitu pada bagian Woodyard sebanyak 4 pekerja
dengan range skor 70-104. Lain halnya dengan shift malam, pada shift malam
lebih banyak pekerja yang mengalami stres pada tingkat tinggi. Hal ini disebabkan
karena tidak dapat beristirahat secara cukup dikarenakan shift malam yang
merupakan waktu untuk tidur dan beristirahat namun harus menjalankan tugas dan
tanggungjawab yang bersifat monoton dan harus dilakukan dengan teliti sehingga
harus selalu fokus pada layar komputer. Dalam hal ini pekerja harus
yang memaksa mereka untuk tidur. Mereka harus terjaga sepanjang malam.
Walaupun karyawan shift malam dapat tidur pada siang hari, akan tetapi durasi
tidur pada siang hari biasanya lebih pendek dibandingkan malam hari (kira-kira 2-
3 jam lebih pendek), dan tidur siang hari juga tidak mempunyai kualitas sebaik
tidur malam karena pengaruh adanya cahaya matahari, kebisingan dan lain-lain.
Kelelahan dan gangguan perut sering dikeluhkan para pekerja shift malam. Hal ini
menyebabkan pekerja pada shift ini lebih banyak merasakan stres pada tingkat
tinggi. Dan pada shift malam jugalah shift yang paling tinggi tingkat stresnya dari
menyesuaikan diri dengan sistem shift karena sistem shift rotasi, karena selalu
membutuhkan penyesuaian waktu seperti, waktu tidur, waktu makan, dan waktu
didapat tingkat perbedaan setiap shift. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
antara shift pagi, sore dan malam pada karyawan. Penelitian ini juga didukung
terhadap tingkat stres tenaga kerja dan paling tinggi berada pada shift malam.
Juga didukung dengan penelittian yang dilakukan Nogawa dkk (2005), dalam
peningkatan stres kerja pada pekerja dengan shift dibandingkan dengan pekerja
tanpa shift.
Faktor yang mendorong untuk terjadinya stres kerja pada pekerja operator DCS
bagian produksi PT Toba Pulp Lestari Tbk disebabkan tuntutan tugas sebagai
operator yang dimana harus memantau mesin-mesin yang ada pada bagian
produksi yang terdapat pada layar komputer secara teliti dan harus dengan
monoton namun termasuk beban kerja tipe berat karena termasuk menguras
pikiran dan konsentrasi yang penuh serta harus mampu memberikan tindakan
secara cepat pada saat menjalankan tugasnya. Dimana waktu untuk makan saja
pun mereka sebisa mungkin diiringi dengan bekerja, karena tuntutan tugas
pekerjaan mereka, dan akan ada saat dimana akan terjadi mesin yang berhenti,
mesin yang bocor atau lain sebagainya. Maka saat itu mereka harus segera
mengambil tindakan seperti halnya menghentikan salah satu mesin, atau menutup
dan membuka pipa mesin dan lain sebagainya dengan terstruktur tanpa
mengganggu mesin yang lain. Hal ini juga semakin berat karena bekerja dengan
sistem shift. Dengan beban kerja pekerja operator yang menguras konsentrasi
semakin berat dengan sistem kerja mereka yang menerapkan sistem shift. Dimana
Sulitnya menyesuaikan diri dengan sistem shift yng dimana shift yang dianut
adalah sistem shift rotasi. Pekerja operator DCS bisa dikatakan hampir tidak
mempunyai waktu istirhat selama bekerja, hanya ada waktu-waktu singkat yang
didapat saat mesin berjalan baik, itupun hanya sekitar 5 menit saja. Setiap shift
walaupun pagi hari rasa jenuh masih minim, namun pada pagi hari tekanan dari
semua permasalahan yag terjadi pada malam hari dilesesaikan keesokan paginya
pengawasan yang dilakukan atasan memicu stres pada pekerja shift pagi. Hal ini
responden mengalami tingkat stres sedang yang disebabkan oleh faktor struktur
organisasi sebesar 84,2% seperti kebijakan kantor dan tuntutan kerja yang
stres kerja.
Monk dan Tepas dalam Munandar (2006) menyatakan bahwa shift kerja
merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Marchelia (2014)
stres. Namun, karyawan yang bekerja pada malam hari cenderung lebih stres
karena mengalami rasa lelah, mengantuk dan tidak konsentrasi dalam bekerja.
Berbeda dengan karyawan yang bekerja pada shift pagi yang lebih bersemangat
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Firmana (2011),
diperoleh hasil bahwa adanya hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada
Barat. Monk dan Tepas (Munandar, 2006) mengatakan shift kerja malam
merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Para pekerja shift
lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut daripada pekerja
pagi/siang dan dampak dari shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin
karena gangguan ritme circadian dari tidur/daur keadaan bangun (wake cycle),
Hasil penelitian ini juga didukung penelitian yang dilakukan Prismayanti dkk
Dari hasil uji bivariat terhadap karakteristik responden berdasarkan umur didapat
nilai significancy adalah 0,000 dimana nilai p < 0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa ada hubungan umur dengan stres kerja pada karyawan operator
Hasil penelitian yang didapat semua pekerja yang berumur ≥47 tahun berada pada
tingkat stres tinggi dengan jumlah pekerja 17 pekerja (100,0%), hal ini
dikarenakan semakin tinggi umur pekerja, maka mereka semakin mudah untuk
mengalami rasa jenuh dan stres. Para pekerja yang umurnya lebih dari 47 tahun
mengatakan semakin turun konsentrasi dalam bekerja apalagi jika shift sore
ataupun malam. Umur yang semakin tua memicu untuk mengalami stress dalam
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitri (2013) yang menyatakan
bahwa umur adalah salah satu hal yang mempengaruhi stres kerja seseorang. Hal
ini juga sejalan dengan peneitian yang dilakukan Ratih dan Suwandi (2013) yang
Menurut Greenberg dalam Firdaus (2005) semakin tua seseorang maka semakin
mudah terserang stres, hal ini disebabkan beberapa hal. Pertama, semakin tua
seseorang maka semakin berkurangnya daya tahan tubuh terhadap tekanan dan
beban yang diterimanya seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh. Kedua,
harapan, serta tuntutan yang muncul dari orang-orang disekitar akan melakukan
Dari hasil uji bivariat terhadap karakteristik responden berdasarkan lama kerja
didapat nilai significancy adalah 0,000 dimana nilai p < 0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa “ada hubungan lama kerja dengan stres kerja pada karyawan
Hasil penelitian yang didapat lebih banyak pekerja dengan lama kerjanya ≥10
tahun berada pada tingkat stres tinggi dengan jumlah pekerja 18 pekerja (94,7%).
muncul rasa jenuh dan bosan terhadap pekerjaan tersebut. Pekerja operator merasa
semakin lama mereka bekerja, maka rasa jenuh, bosan dan stress semakin sering
kebosanan dua kali lebih tinggi dari pekerjaan yang bersifat tidak monoton.
Sehingga memicu pekerja tersebut menjadi stres. Hal ini sejalan dengan penelitian
hubungan yang bermakna dengan terjadinya stres kerja. Hal ini juga sesuai
dengan analisis penelitian Siboro (2008) yang menyatakan bahwa semakin lama
masa kerja seseorang maka semakin stres didalam pekerjaannya. Hal ini dapat
terjadi karena pekerja yang sudah mempunyai masa kerja yang lama dapat
Kesimpulan
Pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang berjumlah 14 orang
(43,8%), dan yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi berjumlah 18
orang (56,3%).
Ada hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada pekerja operator DCS
bagian produksi PT. Toba Pulp Lestari Tbk 2017 dengan nilai p value 0,000.
Ada hubungan antara umur dengan stres kerja pada pekerja operator DCS bagian
produksi PT. Toba Pulp Lestari Tbk 2017 dengan nilai p value 0,000.
Ada hubungan antara lama kerja dengan stres kerja pada pekerja operator DCS
bagian produksi PT. Toba Pulp Lestari Tbk 2017 dengan nilai p value 0,000.
Saran
tahun sebaiknya tidak ditempatkan lagi bekerja dengan sistem shift, melainkan
67
Universitas Sumatera Utara
68
perusahaan.
Marchelia. 2014. Stres Kerja ditinjau dari Shift Kerja pada Karyawan.
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. ISSN 2301-8267. Vol. 02. No. 01. Januari
2014:130-143.http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:8016/9/pen
garang:irma/offset/0/limit/15.pdf(Diakses Saturday, December 1, 2016, 1:28:26
PM)
Munandar, A.S., 2006. Psikologi Organisasi dan Industri. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Pangayuanti, D. 2010. Hubungan antara Faktor Eksternal & Faktor Internal
dengan Stres Kerja Pada Unit Kerja Teller Di PT. Bank BCA KCU Veteran
Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga Surabaya.
69
Prismayanti, F.I. Alifin, dan Suratmi. 2010. Hubungan Shift Kerja dengan Stres
Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soegiri Lamongan. SURYA. Vol.03, No.VII, Des 2010:1-9. Diakses pada 10
Januari 2017.
Ratih,Y.F.E. dan Suwandi, T. 2013. Analisis Hubungan Antara Faktor
Individu dan Beban Kerja Fisik dengan Stres Kerja di Bagian Produksi di
PT. X Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,
Vol.2, No. 2 Jul-Des 2013: 97 – 105. Diakses pada 31 Juli 2017.
http://journal.unair.ac.id/
Siboro, T. S., 2008. Hubungan Kondisi Kerja dan Karakteristik Individual
Dengan Stres Kerja Pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Lubuk Pakam 2008. Tesis FKM-USU. Medan. Diakses pada 31 Juli 2017.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7041
Sormin, T. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pekerja
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT.PN VII Bekri Lampung Tengah.
Poltekkes Tanjungkarang : Jurnal Keperawatan, XII (1) : hal 46 – 51.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Suma’mur, P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Gunung
Agung. Jakarta.
Syam, R.J., (2007). Analisis Pengaturan Shift Kerja yang Tepat untuk
Menjaga Kestabilan Performansi Kerja Karyawan dengan Menggunakan
PsychoPhysiology Method. Yogyakarta. Tugas Akhir : FTI UII. Diakses tanggal
31 Juli 2017. https://www.scribd. com/doc/85340069/Tugas-Akhir-UII-F-ti-
industri-Analisis-Shift-Kerja-Un tuk-Performansi-Kerja-Menggunakan-Psycho-
Physiology-Method-Studi-Kasus-Di-BRI-Katamso-Yogyakarta
Tarigan, L., 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja
Perawat di Ruang Bedah RSU St. Elisabeth Medan. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Medan. (diakses pada 31 Juli
2017) http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33274
Tarwaka, S., Bakri, dan Sudiajeng, L., 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan Kerja
Dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Pers.
Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja Edisi II. Surakarta: Harapan Press.
Umam, K. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: Pustaka Setia
Winarsunu, T. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press
KUESIONER
Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sumatera Utara (USU) Medan. Pada penelitian ini peneliti akan bertanya
pekerjaan dan beberapa indikator perubahan akibat stres kerja. Wawancara akan
terhadap kinerja anda, kemudian kuesioner ini akan disimpan oleh peneliti.
Untuk itu mohon kesediannya kepada Bapak operator dcs PT. Toba Pulp Lestari
Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju
Porsea ,.....................................2017
(...........................................) (...........................................)
Peneliti Responden
Skor kuesioner mulai dari Tidak Pernah, Jarang, Agak Sering, Sering, dan Selalu
dari 0 (nol) sampai dengan 7 untuk menjelaskan tingkat perbedaan dari skor
tersebut.
Nama:
Umur:
Skor
No. Daftar Pertanyaan Tidak Agak Seri
Jarang Selalu
Pernah Sering ng
Saya sangat jelas terhadap
1. apa yang saya harapkan di
tempat kerja.
Saya dapat memutuskan
2. pada saat saya mau
beristirahat.
Perbedaan antara group
3. kerja di tempat kerja sangat
sulit untuk dikombinasikan.
Saya tahu bagaimana cara
4. menyelesaikan pekerjaan
dengan baik.
Saya mendapatkan
5. perlakukan yang kurang
baik di tempat kerja.
Saya tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan
6.
berdasarkan deadline yang
telah ditetapkan.
Jika saya mendapatkan
kesulitan pekerjaan, maka
7.
rekan kerja saya akan
membantunya.
Saya diberikan umpan balik
8. yang positif pada pekerjaan
yang saya kerjakan.
Saya harus bekerja dengan
9.
sangat intensif.
Saya dapat mengontrol
10.
kecepatan irama kerja.
Saya sangat jelas terhadap
11. tugas dan tanggung jawab
pekerjaan saya.
Saya mengabaikan
beberapa tugas karena
12.
terlalu banyak pekerjaan
yang harus saya kerjakan.
kerja.
Saya mendapatkan
perhatian yang baik di
27.
tempat kerja dari rekan
kerja.
Karyawan selalu dapat
28. berkonsultasi tentang setiap
adanya perubahan kerja.
Saya dapat berbicara
dengan manajer tentang
29.
segala sesuatu yang dapat
mengganggu pekerjaan.
Waktu kerja saya sangat
30.
fleksibel.
Rekan kerja saya selalu
mau mendengarkan keluhan
31.
saya tentang masalah
pekerjaan.
Jika terdapat perubahan
sistem kerja, saya dapat
mengetahui secara jelas
32.
tentang bagaimana
perubahan tersebut
dilakukan.
Saya mendapatkan
33. dukungan secara baik dari
rekan kerja dan manajer.
Hubungan antara individu
34. tidak berjalan dengan
semestinya di tempat kerja.
Jajaran manajer selalu
35. memperhatikan saya di
tempat kerja.
Jumlah Skor per Kolom =
TOTAL SKOR STRES INDIVIDU
...........................2017
Tanda tangan
(..................................)
Lampiran 6. Output
Frequency Table
UmurK
Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent e Percent
Valid < 47 Tahun 15 46.9 46.9 46.9
>= 47 Tahun 17 53.1 53.1 100.0
Total 32 100.0 100.0
LamaKerjaK
Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent e Percent
Valid < 10 Tahun 13 40.6 40.6 40.6
>= 10 Tahun 19 59.4 59.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
ShiftK (Woodyard)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pagi 2 25,0 25,0 25,0
Sore 2 25,0 25,0 50,0
Malam 4 50,0 50,0 100,0
Total 8 100,0 100,0
ShiftK (Chemical)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pagi 4 50,0 50,0 50,0
Sore 2 25,0 25,0 75,0
Malam 2 25,0 25,0 100,0
Total 8 100,0 100,0
ShiftK (Fiberline)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pagi 4 25,0 25,0 25,0
Sore 8 50,0 50,0 75,0
Malam 4 25,0 25,0 100,0
Total 16 100,0 100,0
ShiftK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pagi 10 31.3 31.3 31.3
Sore 12 37.5 37.5 68.8
StresK (Woodyard)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 4 50,0 50,0 50,0
Tinggi 4 50,0 50,0 100,0
Total 8 100,0 100,0
StresK (Chemical)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 4 50,0 50,0 50,0
Tinggi 4 50,0 50,0 100,0
Total 8 100,0 100,0
StresK (Fiberline)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 6 37,5 37,5 37,5
tinggi 10 62,5 62,5 100,0
Total 16 100,0 100,0
StresK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 14 43.8 43.8 43.8
Tinggi 18 56.3 56.3 100.0
Total 32 100.0 100.0
StresK2 Total
Sedang Tinggi Sedang
ShiftK Pagi Count 2 0 2
% within ShiftK 100,0% ,0% 100,0%
% within StresK2 50,0% ,0% 25,0%
% of Total 25,0% ,0% 25,0%
Sore Count 2 0 2
% within ShiftK 100,0% ,0% 100,0%
% within StresK2 50,0% ,0% 25,0%
% of Total 25,0% ,0% 25,0%
Malam Count 0 4 4
% within ShiftK ,0% 100,0% 100,0%
% within StresK2 ,0% 100,0% 50,0%
% of Total ,0% 50,0% 50,0%
Total Count 4 4 8
% within ShiftK 50,0% 50,0% 100,0%
% within StresK2 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Exact
Sig. (2- Exact Sig. Sig. (1- Point
Value df sided) (2-sided) sided) Probability
Pearson Chi-
8,000(a) 2 ,018 ,029
Square
Likelihood Ratio 11,090 2 ,004 ,029
Fisher's Exact
6,901 ,029
Test
Linear-by-Linear
5,727(b) 1 ,017 ,029 ,014 ,014
Association
N of Valid Cases
8
a 6 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
b The standardized statistic is 2,393.
StresK2 Total
Sedang Tinggi Sedang
ShiftK Pagi Count 4 0 4
% within ShiftK 100,0% ,0% 100,0%
% within StresK2 100,0% ,0% 50,0%
% of Total 50,0% ,0% 50,0%
Sore Count 0 2 2
% within ShiftK ,0% 100,0% 100,0%
% within StresK2 ,0% 50,0% 25,0%
% of Total ,0% 25,0% 25,0%
Malam Count 0 2 2
% within ShiftK ,0% 100,0% 100,0%
% within StresK2 ,0% 50,0% 25,0%
% of Total ,0% 25,0% 25,0%
Total Count 4 4 8
% within ShiftK 50,0% 50,0% 100,0%
% within StresK2 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Exact
Sig. (2- Exact Sig. (2- Sig. (1- Point
Value df sided) sided) sided) Probability
Pearson Chi-
8,000(a) 2 ,018 ,029
Square
Likelihood Ratio 11,090 2 ,004 ,029
Fisher's Exact
6,901 ,029
Test
Linear-by-Linear
5,727(b) 1 ,017 ,029 ,014 ,014
Association
N of Valid Cases
8
a 6 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
b The standardized statistic is 2,393.
StresK2 Total
sedang tinggi sedang
ShiftK Pagi Count 4 0 4
% within ShiftK 100,0% ,0% 100,0%
% within StresK2 66,7% ,0% 25,0%
% of Total 25,0% ,0% 25,0%
Sore Count 1 7 8
% within ShiftK 12,5% 87,5% 100,0%
% within StresK2 16,7% 70,0% 50,0%
% of Total 6,3% 43,8% 50,0%
Malam Count 1 3 4
% within ShiftK 25,0% 75,0% 100,0%
% within StresK2 16,7% 30,0% 25,0%
% of Total 6,3% 18,8% 25,0%
Total Count 6 10 16
% within ShiftK 37,5% 62,5% 100,0%
% within StresK2 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 37,5% 62,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Exact
Sig. (2- Sig. (2- Exact Sig. Point
Value df sided) sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-
9,067(a) 2 ,011 ,022
Square
Likelihood Ratio 10,643 2 ,005 ,022
Fisher's Exact
8,191 ,022
Test
Linear-by-Linear
4,500(b) 1 ,034 ,071 ,035 ,032
Association
N of Valid Cases
16
a 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,50.
b The standardized statistic is 2,121.
StresK2 Total
Sedang Tinggi Sedang
ShiftK Pagi Count 10 0 10
% within ShiftK 100,0% ,0% 100,0%
% within StresK2 71,4% ,0% 31,3%
% of Total 31,3% ,0% 31,3%
Sore Count 3 9 12
% within ShiftK 25,0% 75,0% 100,0%
% within StresK2 21,4% 50,0% 37,5%
% of Total 9,4% 28,1% 37,5%
Malam Count 1 9 10
% within ShiftK 10,0% 90,0% 100,0%
% within StresK2 7,1% 50,0% 31,3%
% of Total 3,1% 28,1% 31,3%
Total Count 14 18 32
% within ShiftK 43,8% 56,3% 100,0%
% within StresK2 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-
19,200(a) 2 ,000 ,000
Square
Likelihood
23,862 2 ,000 ,000
Ratio
Fisher's Exact
20,054 ,000
Test
Linear-by-
Linear 15,943(b) 1 ,000 ,000 ,000 ,000
Association
N of Valid
Cases 32
a 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,38.
b The standardized statistic is 3,993.
StresK2 Total
Sedang Tinggi Sedang
UmurK < 46 Tahun Count 12 2 14
Expected Count 6.6 7.4 14.0
% within UmurK 85.7% 14.3% 100.0%
% within StresK2 80.0% 11.8% 43.8%
% of Total 37.5% 6.3% 43.8%
>= 47 Tahun Count 3 15 18
Expected Count 8.4 9.6 18.0
% within UmurK 16.7% 83.3% 100.0%
% within StresK2 20.0% 88.2% 56.3%
% of Total 9.4% 46.9% 56.3%
Total Count 15 17 32
Expected Count 15.0 17.0 32.0
% within UmurK 46.9% 53.1% 100.0%
% within StresK2 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 46.9% 53.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Exact
Sig. (2- Sig. (2- Exact Sig. Point
Value df sided) sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-
15.077(b) 1 .000 .000 .000
Square
Continuity
12.431 1 .000
Correction(a)
Likelihood Ratio 16.533 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact
.000 .000
Test
Linear-by-Linear
Association 14.606(c) 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 32
StresK2 Total
Sedang Tinggi Sedang
LamaKerjaK < 10 Tahun Count 11 1 12
Expected Count 5.6 6.4 12.0
% within LamaKerjaK 91.7% 8.3% 100.0%
% within StresK2 73.3% 5.9% 37.5%
% of Total 34.4% 3.1% 37.5%
>= 10 Tahun Count 4 16 20
Expected Count 9.4 10.6 20.0
% within LamaKerjaK 20.0% 80.0% 100.0%
% within StresK2 26.7% 94.1% 62.5%
% of Total 12.5% 50.0% 62.5%
Total Count 15 17 32
Expected Count 15.0 17.0 32.0
% within LamaKerjaK 46.9% 53.1% 100.0%
% within StresK2 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 46.9% 53.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Dokumentasi Penelitian