Anda di halaman 1dari 111

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2017

Hubungan Shift Kerja dengan Stres


Kerja pada Karyawan bagian Operator
DCS Departement Produksi PT Toba
Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017

Sitorus, Cyntia Irayanti

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1690
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN
BAGIAN OPERATOR DCS DEPARTEMENT PRODUKSI
PT TOBA PULP LESTARI, TBK.
TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
CYNTIA IRAYANTI SITORUS
NIM : 131000185

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN
BAGIAN OPERATOR DCS DEPARTEMENT PRODUKSI
PT TOBA PULP LESTARI, TBK.
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
CYNTIA IRAYANTI SITORUS
NIM : 131000185

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN

SHIFT KERJA DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN

OPERATOR DCS DEPARTEMENT PRODUKSI PT TOBA PULP

LESTARI, TBK. TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil

karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Oktober 2017

Yang membuat pernyataan,

Cyntia Irayanti Sitorus

i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Shift kerja merupakan salah satu strategi yang dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan produktivitas secara maksimal dan efisien namun berpotensi
menyebabkan stres kerja pada karyawan. Penlitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan sthift kerja dengan stres kerja pada pekerja bagian operator DCS
departemen produksi PT Toba Pulp Lestari Tbk 2017.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan
rancangan studi cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 32 pekerja
dimana sampel merupakan total keseluruhan dari populasi. Stres kerja diukur
dengan menggunakan kuesioner HSE 2003. Untuk mengetahui hubungan shift
kerja dengan stres kerja dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi-square
dengan pilihan exact fisher.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari 32 pekerja, sebanyak 56,3%
mengalami stres dengan tingkat stres tinggi dan 43,8% mengalami stres dengan
tingkat stres sedang. Berdasarkan uji Chi-square dengan pilihan exact fisher,
didapat p value 0,000 (p<0,05) artinya terdapat hubungan shift kerja dengan stres
kerja pada pekerja operator DCS.
Sebaiknya perusahaan mengelola stres dengan pendekatan program
kesejahteraan yang meliputi fisik dan mental karyawan serta melakukan rotasi
pekerja agar pekerja yang berumur >47 tahun dan pekerja yang sudah >10 tahun
bekerja di operator DCS ditempatkan pada sistem general.

Kata Kunci : Shift Kerja, Stres Kerja, Karyawan Operator DCS

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Work shift was one of the company’s strategies to maximaze company’s


productivity and efficiency meanwhile, this strategy has potentially caused
employees work stress. This research aims to know the relationship of shifts with
work stress on DCS operator departement production PT Toba Pulp Lestari Tbk
2017.
The research was an analitic survey with cross sectional design. The
sample taken as many as 32 workers with the sample is the total of the population.
Work stress was measured using quesrionnaire on HSE 2003. To know relation
work shift with work stress by using Chi Square statistical test test with fisher
exact option.
The results from this study showed that of 32 workers, 53.1% had stres
with high stress level and 46.9 % had stress with moderate stress level. Based on
Chi Square test with exact fisher option, obtained p value 0.045 (p<0.05) means
there is a relationship between shift with stress on employees of DCS operator.
Better if company manage stres with welfare program approach which
include physical and mental and make workers rotation so the workers age >47
years and the workers >10 years work in operator DCS placed at generally
system.

Keywords: Work Shift, Work Stress, Employees of DCS operators

iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul: “Hubungan Shift

Kerja dengan Stres Kerja pada Karyawan bagian Operator DCS Departement

Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017”.

Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan penulisan ini banyak

mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan

arahan dari dosen pembimbing maka penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kelemahan serta kekurangan-kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan

masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan

dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

v
Universitas Sumatera Utara
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan

dukungan Bapak kepada penulis selama penulisan skripsi.

4. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M. Psi, sebagai Dosen Pembimbing II, terima

kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan

skripsi.

5. Ir. Kalsum, M. Kes, sebagai Dosen Penguji I, terima kasih atas bimbingan dan

dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.

6. Umi Salmah, SKM.,M.Kes, sebagai Dosen Penguji II, terima kasih atas

bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.

7. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si, selaku Dosen Penasehat Akademik selama

penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

8. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar dan staf pegawai di Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU.

9. Kepada kedua orang tua tercinta St. Arifin Sitorus dan Rosmeri Hutauruk,

yang selalu mendoakan, memotivasi, memberikan perhatian dan semangat

kepada penulis.

10. Kepada Christina Ika Hartini Sitorus SE, Hetty Ana Thasya Sitorus dan Erics

Boy Harapan Sitorus, yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, dan

motivasi kepada penulis.

11. Kepada Andreas Sinaga yang selama ini sudah berperan sebagai abang, teman

dan kekasih untuk penulis dan yang selalu memberikan bantuan, dukungan,

motivasi, perhatian serta doa kepada penulis.

12. Kepada keluarga kedua selama PBL di Desa Sennah, Suprayetno, Sugianti,

Nanda Pradana dan Faiz Ardiansyah serta Keluarga Nasir dan Yani yang

selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis.

vi
Universitas Sumatera Utara
13. Kepada Tua Flores Pasaribu, Tua Marni Ganda Hutauruk, Abang Rio

Simangunsong dan Kakak Theresia Pasaribu serta Daniel Pasaribu yang telah

memberikan semangat kepada penulis dan telah menjadi keluarga kedua

selama penulis menyelesaikan sekolah di Medan.

14. Kepada Sandi Napitupulu yang telah memberikan semangat dan dukungan

serta bantuan kepada penulis.

15. Kepada Hotlan Sitorus, Frans Pasaribu, Bapak Hutagaol, Rindu dan seluruh

pihak PT Toba Pulp Lestari, Tbk. yang sudah membantu penulis dalam

mempersiapkan skripsi ini.

16. Kepada sahabat terkasih Sara Zevo Tamba, SKM, Anthonius Simangunsong,

ST, Glenda Sitorus, Kino Sirait, Reinal Marpaung, Ifal Rifaldi, Eka Samosir,

Awi Nasution, Indah Nasution, Nurul Sitorus, Fitri Sitepu, SE, Jonathan

Doloksaribu, Bima Gultom, Amd, Leon Jonathan, Juniman Sagala, SKM,

Very Bastian SKM, Suci Rahmawandani, Findi Anwari Lubis, Irvan Japardi

Sinaga, Fahmi Ginting, Muda-mudi Porsea Sekitarnya (MMPS) Se-Kota

Medan, dan seluruh anak Futsal USU terkhusus kepada Headcoach, Abangda

Nugraha Alimurty yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada

penulis serta kepada Citra D. Napitupulu, SKM yang selalu membantu dan

mengajari serta memberi semangat dan dukungan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

vii
Universitas Sumatera Utara
Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala kesalahan dan

kekurangannya penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Medan, Oktober 2017


Penulis,

viii
Universitas Sumatera Utara
ix

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 6
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
1.5 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8

2.1 Shift Kerja ....................................................................................... 8


2.1.1 Pengertian Shift Kerja ........................................................... 8
2.1.2 Sistem Shift Kerja ................................................................. 9
2.1.3 Dampak Penerapan Shift Kerja ............................................. 10
2.2 Stres Kerja ....................................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Stres Kerja .......................................................... 12
2.2.2 Sumber Stres Kerja ............................................................... 14
2.2.3 Dampak Stres Kerja .............................................................. 17
2.2.4 Gejala-gejala Stres Kerja ...................................................... 19
2.2.5 Pencegahan dan Pengendalian .............................................. 21
2.3 Kerangka Konsep............................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 26

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 26


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 26
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................. 26
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 26

ix
Universitas Sumatera Utara
x

3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................... 26


3.3.1 Populasi ................................................................................. 26
3.3.2 Sampel ................................................................................... 27
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 27
3.4.1 Data Primer ........................................................................... 27
3.4.2 Data Sekunder ....................................................................... 28
3.5 Variabel dan Definisi Operasional .................................................. 28
3.5.1 Variabel ................................................................................ 28
3.5.2 Definisi Operasional ............................................................. 29
3.6 Metode Pengukuran ........................................................................ 29
3.7 Pengolahan Data ............................................................................. 32
3.8 Metode Analisis Data ..................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 34

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 34


4.1.1 Gambaran Umum PT Toba Pulp Lestari, Tbk ........................ 34
4.1.2 Visi dan Misi .......................................................................... 36
4.1.2.1 Visi ............................................................................ 36
4.1.2.2 Misi ........................................................................... 36
4.1.3 Uraian Proses Produksi ............................................................ 37
4.14 Standart Operasional Pekerja Operator DCS .......................... 40
4.2 Karakteristik Responden ................................................................. 41
4.2.1 Jumlah Pekerja Operator DCS Bagian Produksi PT Toba
Pulp Lestari Tbk. Tahun 2017 ............................................... 41
4.2.2 Umur Pekerja Operator DCS Bagian Produksi PT Toba
Pulp Lestari Tbk. Tahun 2017 ............................................... 42
4.2.3 Lama Kerja Pekerja Operator DCS Bagian Produksi PT
Toba Pulp Lestari Tbk. Tahun 2017 ...................................... 42
4.2.4 Shift Kerja Pekerja Operator DCS Bagian Produksi PT
Toba Pulp Lestari Tbk. Tahun 2017 ...................................... 43
4.3 Gambaran Stres Kerja ...................................................................... 45
4.4 Hasil Uji Bivariat ............................................................................. 47
4.5 Hubungan Karakteristik Responden dengan Stres Kerja ................. 52

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 54

5.1 Karakteristik Responden .................................................................. 54


5.1.1 Umur ........................................................................................ 54
5.1.2 Lama Kerja .............................................................................. 54
5.1.3 Shift Kerja ............................................................................... 55
5.2 Gambaran Stres Kerja ...................................................................... 56
5.3 Uji Bivariat ....................................................................................... 58
5.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Stres Kerja ................. 64
5.4.1 Hubungan Umur dengan Stres Kerja ...................................... 64
5.4.2 Hubungan Lama Kerja dengan Stres Kerja .............................. 65

x
Universitas Sumatera Utara
xi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 67

6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 67


6.2 Saran ................................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69


LAMPIRAN .................................................................................................... 71

xi
Universitas Sumatera Utara
xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Pekerja Bagian Operator DCS Departemen Produksi di


PT Toba Pulp Lestari .................................................................... 27
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Risiko Stres Akibat Kerja Berdasarkan Total
Skor Individu ................................................................................. 32
Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Operator DCS berdasarkan Bagian di
Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun
2017 ............................................................................................ .. 41

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Berdasarkan Umur pada Pekerja Operator


DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun
2017 ............................................................................................... 42

Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Berdasarkan Lama Kerja pada Pekerja


Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk.
Tahun 2017 ................................................................................... 42

Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja Operator
DCS Bagian Woodyard Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017 ............................................................... 43

Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja Operator
DCS Bagian Chemical Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017 ............................................................... 43

Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja Operator
DCS Bagian Fiberline Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017 ................................................................ 44

Tabel 4.7 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Seluruh Pekerja
Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk.
Tahun 2017 ..................................................................................... 44

Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS Bagian Woodyard Departemen Produksi PT Toba
Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ...................................................... 46

Tabel 4.9 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS Bagian Chemical Departemen Produksi PT Toba
Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ...................................................... 46

xii
Universitas Sumatera Utara
xiii

Tabel 4.10 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS Bagian Fiberline Departemen Produksi PT Toba
Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 .................................................... 46

Tabel 4.11 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Seluruh
Pekerja Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017 ............................................................. 47

Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS Bagian Woodyard Departemen
Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ....................... 48

Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS Bagian Chemical Departemen
Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ....................... 49

Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS Bagian Fiberline Departemen
Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ....................... 50

Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
Pada Seluruh Pekerja Operator DCS Departemen Produksi
PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ...................................... 51

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Karakteristik Responden dengan Tingkat


Stres Kerja pada Pekerja Operator DCS Departemen Produksi
PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017 ..................................... 53

xiii
Universitas Sumatera Utara
xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan antara Tuntutan Tugas sebagai Penyebab Stres,


Kapasitas Kerja, dan Akibatnya serta Manajemen
Pengendalian Stres ................................................................... 24

Gambar 2.2 Kerangka Konsep .................................................................... 25

xiv
Universitas Sumatera Utara
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian .................................................................... 71


Lampiran 2. Surat Balasan Izin Penelitian ...................................................... 72
Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian ............................................................... 73
Lampiran 4. Kuesioner ..................................................................................... 74
Lampiran 5. Master Data ................................................................................. 79
Lampiran 6. Output .......................................................................................... 80
Lampiran 7. Dokumentasi ................................................................................ 88

xv
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Cyntia Irayanti Sitorus, lahir pada tanggal 28 November

1995 di Porsea. Beragama Kristen Protestan, bertempat tinggal di Jalan Menteng

VII, gang Haji No.42, Medan Tenggara. Penulis merupakan anak kedua dari

empat bersaudara pasangan Ayahanda Arifin Sitorus dan Ibunda Rosmeri

Hutauruk.

Pendidikan formal penulis di mulai di Taman Kanak-Kanak Swasta

Bonapasogit Sejahtera pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2001, penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Swasta Bonapasogit Sejahtera pada

tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama Swasta Bonapasogit Sejahtera pada tahun 2007 dan

selesai pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Siantar Narumonda pada Tahun 2010 dan selesai pada

tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan S1 pada Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara dan selesai pada tahun 2017.

xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produktivitas perusahaan sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya

manusia yang ada dalam perusahaan. Sumber daya tersebut adalah karyawan yang

memiliki profesionalisme dan integritas. Profesionalisme tersebut salah satunya

dapat dikembangkan melalui intensitas shift kerja yang baik sehingga ke depannya

dapat meningkatkan produktivitas. Menurut Agus yang dikutip oleh Firmana

(2010), shift kerja yang tidak dapat diatur dengan baik akan mempengaruhi

kinerja karyawan ke dampak negatif yang salah satunya adalah berupa stres.

Shift kerja merupakan suatu sistem yang diterapkan perusahaan untuk

meningkatkan produksi secara maksimal dan kontinyu dengan bekerja selama 24

jam dalam sehari. Selain itu juga untuk mengoptimalkan daya kerja mesin-mesin

industri dan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan hgal ini akan berdampak

negatif pada karyawan sehingga menimbulkan kelelahan mental atau stres

(Winarsunu, 2008).

Adnan (2002) mengemukakan bahwa sistem shift kerja dapat berdampak

positif dan negatif. Dampak positifnya adalah memaksimalkan sumber daya yang

ada, memberikan lingkungan kerja yang sepi khususnya shift malam dan

memberikan waktu libur yang banyak. Sedangkan dampak negatifnya adalah

penurunan kinerja, keselamatan kerja dan masalah kesehatan. Tidak semua orang

1
Universitas Sumatera Utara
2

dapat menyesuaikan diri dengan sistem shift kerja karena membutuhkan banyak

sekali penyesuaian waktu, seperti waktu tidur, waktu makan dan waktu berkumpul

bersama keluarga.

Morgan dan King menyatakan stres adalah keadaaan yang bersifat

internal, yang disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi

sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (Umam, 2010). Stres

merupakan tanggapan seseorang terhadap perubahan dilingkungan yang dirasakan

mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam baik secara fisik maupun

mental.

Menurut Munandar (2006) yang mengutip pendapat Monk dan Tepas, shift

kerja merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Banyak

keluhan akibat kerja shift seperti gangguan tidur, selera makan menurun,

gangguan pencernaan, dan kelelahan selama atau setelah bekerja. Menurut

Christina yang dikutip oleh Firdaus (2005), telah lama diketahui bekerja dengan

sistem shift cenderung memudahkan untuk terjadinya stres kerja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Firmana (2011) pada karyawan

bagian operation PT Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat

menyatakan bahwa ada hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada

karyawan bagian operation dengan nilai value atau chi-square 5,329 dibandingkan

dengan nilai T tabel 3,841 pada df= 1 dan rasio prevalensi (RP) = 2,065 (CI 95%

= 1,093-3,89). Adapun perbedaan dengan yang dilakukan peneliti ialah pada

penelitian Firmana menggunakan variabel pengganggu yaitu umur, tingkat

pendidikan dan lama bekerja.

Universitas Sumatera Utara


3

Hasil penelitian yang dilakukan Prismayanti dkk (2010) pada perawat di

ruang rawat inap Rumah Sakit Umum daerah Dr. Soegiri Lamongan menyatakan

didapatkan hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan stres kerja pada

perawat rawat inap. Uji Spearman didapatkan p< 0,000 maka H1 diterima, artinya

terdapat hubungan shift kerja dengan stres kerja pada perawat rawat inap.

Perbedaan dengan yang dilakukan peniliti ialah Prismayanti dkk. Menggunakan

karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, dan lama kerja.

Hasil penelitian yang dilakukan Marchelia (2014) pada karyawan,

menyatakan terdapat perbedaan tingkat stres antara shift pagi, sore, dan malam

dengan nilai signifikan yaitu 0,000 (<0,05). Stres tertinggi berada pada shift

malam sebesar 71,25. Sedangkan tingkat stres terendah berada pada shift siang

sebesar 60,72. Rata-rata karyawan mengakami stres dalam kategori sedang

sebanyak 95 subjek dengan presentase 78,5%.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 23

September 2016 kepada salah satu karyawan bagian operator DCS department

produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. yang berlokasi di Desa Sosorladang,

Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Perusahaan

kertas ini menggunakan mesin-mesin untuk mengoperasikan pabrik yang

dikendalikan dari dalam ruangan oleh operator. Dimana mesin-mesin tersebut

digolongkan kedalam kelompok bagian. Adapun kelompok bagian yang dimaksud

yang terdapat pada department produksi ialah woodyard, chemical production,

dan fiberline. Dimana fiberline terbagi menjadi 4 yaitu Digister, Washing and

Universitas Sumatera Utara


4

Screaning, Bleaching, dan Pulp Machine. Sistem kerja shift, yang dibagi dalam

tiga shift yaitu: shift I (pagi) mulai jam 08.00-16.00, shift II (sore) mulai jam

16.00- 24.00, dan shift III (malam) mulai jam 24.00-08.00 dengan diselingi rehat

waktu sholat, makan, atau keperluan mendadak lainnya yang dimana harus

meninggalkan ruangan kerja. Semua operator dibagian produksi ini berjenis

kelamin laki-laki dan beban kerjanya sama (homogen). Usia para pekerja

bervariasi sama halnya dengan lama mereka bekerja disana. Sistem kerja shift

yang digunakan ialah sistem kerja shift rotasi.

Selanjutnya karyawan mengutarakan sulit menyesuaikan diri dengan

sistem shift yang dimana sistemnya ialah sistem rotasi, karena selalu

membutuhkan penyesuaian waktu, seperti waktu tidur, waktu makan dan waktu

berkumpul bersama keluarga secara berulang-ulang. Karyawan yang bekerja pada

perusahaan tersebut juga didapatkan banyak keluhan mengenai shift kerja sore dan

shift malam, seperti; 1) gangguan tidur; 2) gangguan pencernaan; 3) kelelahan; 4)

gangguan kehidupan sosial seperti sulit untuk menyesuaikan waktu dengan

keluarga dan mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungan tempat

tinggal mereka yang biasa dilakukan pada sore atau malam hari. Pekerja

mengatakan saat masuk pada shift malam, akan selalu kurang jam tidur

dikarenakan walaupun siang hari sangat memungkinkan untuk tidur, namun tidak

dapat menggantikan kurangnya tidur pada malam hari dikarenakan kebutuhan

tubuh yang tidak dapat diubah seluruhnya karena dorongan sepeti rasa lapar,

buang air kecil yang relatif lebih banyak pada siang hari, kebisingan, suhu dan

pencahayaan di siang hari serta segala kegiatan yang sudah seharusnya dilakukan

Universitas Sumatera Utara


5

pada siang hari. Pekerja juga menambahkan, kurang tidur tersebut juga

mengakibatkan alat pencernaan tidak berfungsi secara normal dan jumlah

makanan diambil relatif sedikit. Saat pekerja akan mulai shift malam, ada saja saat

dimana sebelum jam 12 malam (berangkat bekerja) ia akan tidur untuk menunggu

waktu berangkat bekerja, dan saat ia sudah tidur, akan sulit untuk bangun kembali

dan berangkat untuk bekerja. Lain halnya dengan shift pagi dan sore, mereka lebih

banyak mengeluh tentang tertinggalnya kegiatan sosialisasi dengan masyarakat

sekitar karena biasanya dilakukan pada saat siang hari sampai sore hari menjelang

malam hari. Namun, untuk shift sore, akan memakan waktu tidur mereka juga

yang biasanya sudah akan tidur pukul 10 malam dan akan menjadi dua jam

terakhir yang sangat menggelisahkan karena harus menahan ngantuk. Hal tersebut

memungkinkan terjadinya stres pada pekerja tersebut seiring berjalannya waktu.

Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-10 jam.

Sisanya (14-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan

masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain (Suma’mur, 2009).

Karyawan juga menjelaskan sebagai operator, mereka bertugas memantau

mesin-mesin yang ada pada bagian produksi, yang terdapat pada layar komputer.

Pekerjaan yang dilakukan mereka bisa dikategorikan dalam pekerjaan yang

monoton dan termasuk beban kerja tipe berat karena harus menguras pikiran dan

konsentrasi yang penuh serta harus dapat memberi tindakan cepat pada saat

menjalankan tugasnya. Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan

kebosanan. Umumnya kebosanan ditimbulkan oleh pelaksanaan dan kegiatan

yang tidak menarik, monoton dan berulang-ulang (Anoraga, 1998).

Universitas Sumatera Utara


6

Berdasarkan studi pendahuluan, peneliti tertarik ingin meneliti masalah ini

dengan judul hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian

operator DCS departement produksi di PT Toba Pulp Lestari, Tbk. tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah Apakah terdapat hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan

bagian perator DCS departement produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara shift

kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian operator DCS departement

produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan stres kerja pada karyawan bagian

operator DCS departement produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017.

2. Untuk mengetahui hubungan lama kerja dengan stres kerja pada karyawan

bagian operator DCS departement produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun

2017.

Universitas Sumatera Utara


7

1.4 Manfaat Peenelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak perusahaan PT Toba Pulp Lestari, Tbk

khususnya pada bagian operator DCS departement produksi.

2. Menambah pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian lapangan.

3. Menjadi masukan bagi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

1.5 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian operator

DCS departement produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017.

2. Ada hubungan umur dengan stres kerja pada karyawan bagian operator DCS

departement produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017.

3. Ada hubungan lama kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian operator

DCS departement produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Shift Kerja

2.1.1 Pengertian Shift Kerja

Shift adalah suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang untuk

memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan pekerjaan.

Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00). Ciri khas

tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Menurut Knauth,

pengertian tentang kerja shift sangat bervariasi, namun yang dikenal secara luas

adalah kerja shift yang sifatnya bergilir atau rotasi yaitu pekerja bekerja pada pagi

hari, sore hari dan malam hari secara bergiliran (Adnan, 2002).

Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan

jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang

biasa dilakukan.Sistem shift digunakan sebagai suatu cara yang paling mungkin

untuk memenuhi tuntutan semakin meningkatnya permintaan barang-barang

produksi. Sistem ini dipandang akan mampu meningkat produktivitas suatu

perusahaan yang mengggunakannya. Shift kerja pada dasarnya merupakan

merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan

sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam

(Prismayanti dkk, 2010).

8
Universitas Sumatera Utara
9

Menurut Bohle dan Tilley yang dikutip Juliyati dkk. (2014), kerja dengan

sistem shift kerja memberikan dampak terhadap karyawan yang dapat

mempengaruhi: kualitas hidup, kinerja, dan kelelahan. Shift kerja memiliki

dampak terhadap kualitas kehidupan dari individu atau karyawan yang bekerja

dengan sistem shift. Hal ini berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan

makan, kebiasaan tidur (circardian rhytms), stres, dan juga hubungan

interpersonal dalam kehidupan sosial individu. Dampak shift kerja pada karyawan

terlihat dari kinerja mereka selama melakukan pekerjaan.

2.1.2 Sistem Shift Kerja

Menurut Kroemer, Shift kerja yaitu hadir pada suatu tempat kerja yang

sama secara reguler pada waktu yang sama (shift tetap) atau dengan waktu yang

berbeda-beda (shift rotasi). Shift tetap yaitu karyawan yang bekerja secara tetap

pada shift tertentu (Winarsunu, 2008). Misalnya, karyawan yang bekerja pada shift

malam secara tetap. Menurut Aamodt yang dikutip oleh Marchelia (2014), shift

rotasi yaitu sistem kerja dimana karyawan bekerja secara shift yang berputar,

bekerja di pagi hari sementara waktu, kemudian bertukar pada shift siang, lalu

bekerja pada shift malam.

Grandjean menguraikan bahwa sistem kerja shift yang berlaku umum

biasanya terbagi atas 3 periode, masing-masing selama 8 jam, termasuk istirahat.

Pembagiannya adalah shift pagi, sore dan malam, yang menggunakan pembagian

dari jam 08.00–16.00, 16.00–24.00, dan 24.00– 08.00. Setiap shift mempunyai

beberapa kelebihan baik secara fisiologis maupun sosial. Pada masing-masing

shift, pekerja mempunyai satu kali kesempatan. Makan bersama-sama dengan

Universitas Sumatera Utara


10

keluarganya dan mempunyai kesempatan untuk tidur dengan baik khususnya bagi

shift pagi dan sore (Winarsunu, 2008).

Menurut Grandjean Ada 2 persyaratan yang harus diperhatikan dalam

pengaturan shift (shift rotation), yaitu (1) kehilangan tidur sedapat-dapatnya

dikurangi dan hal ini akan meminimalkan kelelahan dan (2) harus ada waktu yang

cukup bagi kehidupan keluarga dan kontak sosial. Perencanaan shift yang paling

baik yang sesuai dengan persyaratan di atas adalah shift kerja yang langsung

memberikan waktu istirahat atau libur selama 24 jam penuh setelah bekerja

malam (Winarsunu, 2008).

Perencanaan shift yang banyak digunakan adalah sistem 2-2-2- yang

dinamakan “metropolitan rota” dan sistem 2-2-3 yang disebut “continental rota”.

Keduanya adalah rotasi jangka pendek yang memenuhi persyaratan ergonomic.

Pada sistem 2-2-2, 2 hari shift malam diikuti dengan hari libur. Sedangkan pada

sistem 2-2-3, setelah 3 hari shift malam diikuti hari libur. Sistem 2-2-2 kurang

disenangi karena libur akhir minggu (hari sabtu/minggu) hanya dating sekali

dalam 8 minggu. Sedangkan pada sistem 2-2-3, libur akhir minggu terjadi setiap 4

minggu sekali (Winarsunu, 2008).

2.1.3 Dampak Penerapan Shift Kerja

Menurut Fish yang dikutip oleh Firdaus (2005) mengemukakan bahwa efek

shift kerja yang dapat dirasakan antara lain :

Universitas Sumatera Utara


11

1. Efek fisiologis

a. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan

dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur

selama kerja malam.

b. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan

mengantuk dan lelah.

c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

2. Efek psikososial

Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya

gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk

berinteraksi dengan teman, dan menggangu aktivitas kelompok dalam

masyarakat.

3. Efek kinerja Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh

efek fisiologis dan psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan

kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku

kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek terhadap kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini cenderung

terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap

keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5. Efek terhadap keselamatan kerja Survei pengaruh shift kerja terhadap

kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. al, melaporkan

bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja

Universitas Sumatera Utara


12

(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi

tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan

industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan

cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift

malam.

2.2 Stres Kerja

2.2.1 Pengertian Stres Kerja

Berbagai definisi tentang stres telah dikemukakan para ahli dengan

versinya masing-masing, walaupun sebenarnya antara defenisi yang satu dengan

defenisi yang lain mempunyai inti yang sama.

Cooper mendefinisikan Stres sebagai tanggapan atau proses internal atau

eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada

batas atau melebihi batas kemampuan subjek (Umam, 2010). Sedangkan menurut

Hager, stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak apabila

tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang

dirasakannya (Umam, 2010).

Levi dalam Tarwaka (2004) mendefinisikan stress sebagai berikut:

a. Dalam bahasa teknik. Stress dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagian-

bagian tubuh.

b. Dalam bahasa biologi dan kedokteran. Stress dapat diartikan sebagai proses

tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan

terhadap tubuh.

Universitas Sumatera Utara


13

c. Secara umum. Stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat
menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.

Heerdjan menguraikan bahwa stress dapat digambarkan sebagai suatu

kekuatan yang dihayati mendesak atau mencekam dan muncul dalam diri

seseorang sebagai akibat ia mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri

(Tarwaka, 2004).

Secara lebih tegas Manuaba memberikan definisi sebagai berikut: stress

adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar

maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam

dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada

dideritanya suatu penyakit. Dalam kaitanya dengan pekerjaan, semua dampak dari

stress tersebut akan menjurus kepada menurunnya performansi, efisiensi dan

produktivitas kerja yang bersangkutan (Tarwaka, 2004). Stres kerja dapat memicu

munculnya gangguan kesehatan pada pekerja seperti gangguan psikologis yang

berakibat pada menurunnya produktivitas tenaga kerja (Fitri, 2013).

Stres kerja juga didefinisikan sebagai respon baik secara fisik maupun

emosional yang berbahaya yang muncul atau terjadi ketika tuntutan pekerjaan

tidak sesuai dengan kapabilitas, sumber atau kebutuhan pekerja (Haqqoh, 2016).

Selye dalam Beehr, et.al. dalam Umam (2010), mendefenisikan stres kerja

sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa

reaksi fisiologi, psikologi, dan perilaku. Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai

stressor kerja.

Universitas Sumatera Utara


14

Selanjutnya Mendelson mendefinisikan stress akibat kerja secara lebih

sederhana, di mana stress merupakan suatu ketidakmampuan pekerja untuk

menghadapi tuntutan tugas dengan akibat suatu ketidaknyamanan dalam kerja

(Tarwaka, 2004).

2.2.2 Sumber Stres Kerja

Luthans dalam Umam (2010) menyebutkan bahwa penyebab stres

(stressor) terdiri atas empat hal utama, yaitu :

1. Extra organizational stressor

Yang terdiri atas perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan

ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, serta keadaan komunitas/tempat

tinggal.

2. Organizational stressor

Yang terdiri atas kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik

dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.

3. Group stressor

Yang terdiri atas kurangnya kiebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan

sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergroup.

4. Individual stressor

Yang terdiri atas terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi

individu, seperti pola kepribadian tipe A, kontrol personal, learned

helplessness, selfefficacy, dan daya tahan psikologi.

Kaitannya dengan tugas-tugas dan pekerjaan di tempat kerja, faktor yang

menjadi penyebab stress kemungkinan besar lebih spesifik. Clark dan Wantoro

Universitas Sumatera Utara


15

mengelompokkan penyebab stress (stressor) di tempat kerja menjadi tiga kategori

yaitu stressor fisik, psikofisik dan psikologis (Tarwaka, 2004). Selanjutnya

Cartwright et.al. dalam Tarwaka (2004) mencoba memilah-milah penyebab stress

akibat kerja menjadi 6 kelompok penyebab yaitu:

1) Faktor intrinsik pekerjaan.

Ada beberapa faktor intrinsik dalam pekerjaan di mana sangat potensial

menjadi penyebab terjadinya stress dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk

pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak

nyaman (bising, berdebu, bau, suhu panas dan lembab dan lain-lain), stasiun kerja

yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari

tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya,

pemakaian teknologi baru, pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan

baru dan lain-lain.

2) Faktor peran individu dalam organisasi kerja.

Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan

lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik.

Karasek et al dalam suatu penelitian tentang stress akibat kerja menemukan

bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah

dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai resiko

terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta

mempunyai kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain.

3) Faktor hubungan kerja.

Universitas Sumatera Utara


16

Hubungan baik antara karyawan di tempat kerja adalah faktor yang

potensial sebagai penyebab terjadinya stress. Kecurigaan antara pekerja,

kurangnya komunikasi, ketidak nyamanan dalam melakukan pekerjaan

merupakan tanda-tanda adanya stress akibat kerja. Tuntutan tugas yang

mengharuskan seorang tenaga kerja berkerja dalam tempat terisolasi, sehingga

tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja lain (seperti; operator telepon, penjaga

mercu suar, dan lain-lain) juga merupakan pembangkit terjadinya stress.

4) Faktor pengembangan karier.

Perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan pengembangan karier

mempunyai dampak cukup penting sebagai penyebab terjadinya stress. Faktor

pengembangan karier yang dapat menjadi pemicu stress adalah a) ketidakpastian

pekerjaan seperti adanya reorganisasi perusahaan dan mutasi kerja dan lain-lain.

b) promosi berlebihan atau kurang: promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai

dengan kemampuan individu akan menyebabkan stress bagi yang bersangkutan

atau sebaliknya bahwa seseorang merasa tidak pernah dipromosikan sesuai

dengan kemampuannya juga menjadi penyebab stress.

5) Faktor struktur organisasi dan suasana kerja.

Penyebab stress yang berhubungan dengan struktur organisasi dan suasana

kerja biasanya berawal dari budaya organisasi dan model manajemen yang

dipergunakan. Beberapa faktor penyebabnya antara lain, kurangnya pendekatan

partisipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi dan

kebijaksanaan kantor. Selain itu seringkali pemilihan dan penempatan karyawan

pada posisi yang tidak tepat juga dapat menyebabkan stress.

Universitas Sumatera Utara


17

6) Faktor di luar pekerjaan.

Faktor kepribadian seseorang (ekstrovert atau introvert) sangat berpengaruh

terhadap stressor yang diterima. Konflik yang diterima oleh dua orang dapat

mengakibatkan reaksi yang berbeda satu sama lain. Perselisihan antar anggota

keluarga, lingkungan tetangga dan komunitas juga merupakan faktor penyebab

timbulnya stress yang kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan

kerja.

2.2.3 Dampak Stres Kerja

Rice mengungkapkan, pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan

diri karyawan maupun perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut

dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustasi, dan

sebagainya (Umam, 2010). Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya

berhubungan dengan aktivitas kerja, tetapi juga dapat meluas pada aktivitas lain di

luar pekerjaan. Misalnya tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang,

kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.

Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung

adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan

secara psikologi, dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan

teraliansi, hingga turnover (Greenberg dan Baron, 1uick dan Quick, Robbins

dalam Umam 2010).

Pengaruh stress di tempat kerja menurut Cooper et al dalam Tarwaka

(2004), reaksi stress di kelompokkan menjadi dua yaitu:

Universitas Sumatera Utara


18

1) Pengaruhnya terhadap individu seseorang

a) Reaksi emosional. Dalam keadaan stress tingkat emosi seseorang sangat tidak

stabil di mana sering kita lihat orang tersebut mudah marah, emosi yang tidak

terkontrol, curiga yang berlebihan, perasaan tidak aman dan lain-lain.

b) Reaksi perubahan kebiasaan. Dalam keadaan stress atau tertekan seseorang

dengan tanpa sadar mencari pelarian dari permasalahan yang diterima yang

terkadang mempengaruhi kebiasaan seseorang. Sebagai contoh perubahan

kebisaan untuk merokok, minum-minuman keras dan pengunaan obat-obat

terlarang.

c) Perubahan fisiologis. Dalam keadaan stress otot-otot kepala dan leher menjadi

tegang yang menyebabkan sakit kepala, susah tidur (insomnia), gangguan

fisiologis lainnya dapat berupa hipertensi, sakit ginjal, serangan jantung, maag,

menurunnya daya tahan tubuh dan lain-lain.

2) Pengaruhnya terhadap Organisasi.

Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang kurang baik.

Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk kerja, turnover, hubungan

kerja menjadi tegang dan rendahnya kualitas pekerjaan dan lain-lain. Apapun

bentuk reaksi tubuh terhadap stressor yang diterimanya akan menimbulkan

dampak negatif berupa stress yang dapat merugikan. Dan secara pasti bahwa

hampir semua orang telah mengalami stress dalam kehidupannya. Hal terpenting

adalah bagaimana kita dapat mengenali, mencegah, mengelola dan mengendalikan

stress agar kita tetap dapat berpenampilan dan berprestasi dengan baik dalam

setiap aktivitas yang kita lakukan.

Universitas Sumatera Utara


19

2.2.4 Gejala-gejala Stres Kerja

Terry Beehr dan John Newman dalam Rice mengkaji ulang beberapa kasus

stres pekerjaan dan menyimpiulkan tiga gejala dari stres pada individu (Umam,

2010).

a. Gejala Psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada penelitian

mengenai stres pekerjaan:

(1) Kecemasan, ketegangan, bingung, dan mudah tersinggung;

(2) Perasaan frustasi, rasa marah, dan dendam (kebencian);

(3) Sensitif dan hyperreactivity;

(4) Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi;

(5) Komunikasi yang tidak efektif;

(6) Perasaan terkucil dan terasing;

(7) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja;

(8) Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi;

(9) Kehilangan spontanitas dan kreativitas;

(10) Menurunnya rasa percaya diri.

b. Gejala Fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:

(1) Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami

penyakit kardiovaskular;

(2) Meningkatnya sekresi dari hormin stres (contoh: adrenalin dan nonadrenalin);

(3) Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung);

Universitas Sumatera Utara


20

(4) Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan;

(5) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang

kronis (chronic fatigue syndrome);

(6) Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada;

(7) Gangguan pada kulit;

(8) Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot;

(9) Gangguan tidur;

(10) Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena

kanker.

c. Gejala Perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:

(1) Menunda, menghindari pekeerjaan, dan absen dari pekerjaan;

(2) Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas;

(3) Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan;

(4) Perilaku sabotase dalam pekerjaan;

(5) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,

mengarah ke obesitas;

(6) Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan

diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi

dengan tanda-tanda depresi;

(7) Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir

dengan tidak hati-hati dan berjudi;

(8) Meningkatnya agresivitas, vandalism, dan kriminalitas;

Universitas Sumatera Utara


21

(9) Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman;

(10) Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

2.2.5 Pencegahan dan Pengendalian

Berbagai faktor penyebab terjadinya stress merupakan bagian terintegrasi

dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dihilangkan begitu saja. Faktor

penyebab terjadinya stress tersebut sangatlah komplek dan bervariasi serta sangat

sulit untuk diidentifikasi secara pasti apa yang menjadi penyebab stress

sesungguhnya. Sehingga sering kita temui bahwa seseorang yang terkena stress

biasanya tidak menyadari terhadap apa yang sedang dialaminya.

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam

Tarwaka 2004, memberikan rekomendasi tentang bagaimana cara untuk

mengurangi atau meminimalisasi stress akibat kerja sebagai berikut:

1) Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaiakan dengan kemampuan

atau kapasitas kerja pekerja yanag bersangkutan dengan menghindarkan

adanya beban berlebih maupun beban yang terlalau ringan.

2) Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung

jawab di luar pekerjaan.

3) Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,

mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan keahlian.

4) Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja yang

satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam

organisasi akan membuat situasi yang nyaman.

Universitas Sumatera Utara


22

5) Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan

kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi tugas

dapat dilakukan untuk meningkatkan karier dan pengembangan usaha.

Di lain pihak Elkin dan Rosch dalam Tarwaka 2004, juga memberikan

cara-cara untuk mengurangi stress akibat kerja secara lebih spesifik yaitu:

1. Redesain tugas-tugas pekerjaan

2. Redesain lingkungan kerja

3. Menerapkan waktu kerja yang fleksibel

4. Menerapkan manajemen partisipatoris

5. Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier

6. Menganalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan (goals)

7. Mendukung aktivitas sosial

8. Membangun tim kerja yang kompak

9. Menetapkan kebijakan ketenagakerjaan yang adil

Selain cara-cara tersebut di atas, tentunya masih banyak strategi lain yang

dapat dikembangkan untuk meminimalisasi terjadinya stress, khususnya stress

yang menyangkut pekerjaan. Namun demikian secara ringkas langkah-langkah

yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya stress adalah sebagai berikut;

1) Menghilangkan faktor penyebab stress, khususnya yang berasal dari tasks,

organisasi kerja dan lingkungan kerja.

2) Memposisikan pekerja pada posisi yang seharusnya (The right man on the

rightplace).

Universitas Sumatera Utara


23

3) Mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan kultur dan tradisi

masyarakat pekerjanya.

4) Menjamin perasaan aman setiap pekerja.

Selanjutnya untuk dapat lebih memahami hubungan antara tuntutan tugas

sebagai penyebab terjadinya stress (stressor), kapasitas kerja dan akibat yang

ditimbulkan (strain) dapat diilustrasikan seperti pada gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


24

Manajemen Pencegahan Stress:


Identifikasi dan penilaian faktor
potensial penyebab stress

Secara Fisik dan Mental: Performansi Kualitas Kerja


Sehat Baik ProduktivitasTinggi

YA

BAHAN & TEMPAT &


KAPASITAS KAPASITAS
ALAT KONDISI KESEIMBA
PRODUKSI KERJA
INDIVIDU FISIOLOGIS
NGAN
TUNTUTAN KAPASITAS
TUGAS KERJA
ORGANISASI LINGKUNGAN KAPASITAS KAPASITAS
KERJA KERJA PSIKOLOGIS BIOMEKANIK

TIDAK

Secara Fisik Performansi: Secara Mental

-Tensi otot menegang -Jumlah kerja minimum -Kejenuhan


-Tekanan darah meningkat -Kualitas kerja rendah -Kepenatan
-Denyut jantung meningkat -Kecelakaan meningkat -Kegelisahan
-Aktifitas syaraf meningkat
-Produktivitas rendah -Stress dan depresi

Manajemen Pengendalian Stress:

-Identifikasi dan penilaian faktor penyebab stress

-Redesain terhadap faktor-faktor tuntutan tugas sebagai penyebab stress

-Pemulihan: konsultasi, olahraga, relaksasi, berlibur dll.

Gambar 2.1 Hubungan antara Tuntutan Tugas sebagai Penyebab Stres,


Kapasitas Kerja dan Akibatnya serta Manajemen Pengendalian Stres

Universitas Sumatera Utara


25

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa stress akibat kerja dapat

terjadi kapan saja dalam lingkungan organisasi kerja dan dapat menimpa siapa

saja dengan berbagai resiko dari stress yang paling sederhana seperti kejenuhan

dan kepenatan sampai terjadinya gangguan kesehatan secara fisik dan mental.

Diharapkan dapat memberikan gambaran tentang apa yang dimaksud dengan

stress khususnya stress yang timbul akibat pekerjaan, penyebab stress yang ada di

tempat kerja dan bagaimana strategi pencegahan stress dalam upaya

meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja, meningkatkan produktivitas

perusahaan serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja (Tarwaka, 2004).

2.3 Kerangka Konsep

SHIFT KERJA STRES KERJA

Variabel Bebas Variabel Terikat

- Umur
- Lama Bekerja

Variabel Moderator

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan

rancangan studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada

hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian operator DCS di PT

Toba Pulp Lestari, Tbk tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Toba Pulp Lestari, Tbk bagian operator

DCS, departemen produksi yang terdiri dari woodyard, chemical production, dan

fiberline.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2016 sampai dengan

Juni 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pekerja pada bagian operator DCS,

departement produksi di PT Toba Pulp Lestari, Tbk yang berjumlah 32 orang.

26

Universitas Sumatera Utara


27

Yang dimana departemen produksi terdiri dari 3 bagian yaitu, woodyard, chemical

production, dan fiberline

Tabel 3.1. Jumlah Pekerja Bagian Operator DCS Departemen Produksi di


PT Toba Pulp Lestari

No Bagian Jumlah (orang)


1 Woodyard 8
2 Chemical production 8
3 Fiberline 16
Total 32

3.3.2 Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel, digunakan total populasi dari tenaga

kerja yang bekerja pada bagian operator DCS departemen produksi. Jadi sampel

pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari pekerja dengan menggunakan

kuesioner penilaian stres kerja yang diperoleh dari pengukuran stres Tarwaka

(2015). Pelaksanaan pengambilan data primer akan dilakukan langsung oleh

peneliti dengan bimbingan dari pihak manajemen di bagian operator DCS

departement produksi PT Toba Pulp Lestari. Peneliti yang akan membagikan

kuesioner, membimbing pengisian jawaban dan mengumpulkan kembali dari para

pekerja.

Universitas Sumatera Utara


28

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari PT Toba Pulp Lestari dan bagian operator

DCS depertament produksi, yang meliputi gambaran umum perusahaan, data

jumlah pekerja, dan data-data lain yang diperlukan untuk menunjang penelitian.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Variabel dapat

diklasifikasikan menjadi :

1. Variable Indenpendent (Variabel Bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variable dependent. Dalam penelitian ini yang menjadi variable

independent adalah shift kerja.

2. Variable Dependent (Variabel Terikat)

Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah stres kerja.

3. Variabel Moderator

Variabel-variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan langsung

antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel moderator adalah umur, dan lama bekerja.

Universitas Sumatera Utara


29

3.5.2 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam masalah penelitian, maka

variabel-variabel tersebut dibuatkan definisi operasionalnya dengan maksud

memberikan batasan pada variabel sehingga dapat diukur sesuai dengan parameter

yang dipakai.

1. Shift kerja adalah pola waktu kerja yang diterapkan oleh PT Toba Pulp Lestari,

Tbk kepada tenaga kerja bagian operator DCS. Shift Pagi: 08.00-16.00, shift

sore: 16.00-24.00, shift malam 24.00-08.00.

2. Stres kerja adalah respon yang timbul setelah bekerja dengan waktu kerja yang

telah ditetapkan, dilihat dari hasil penilitian stres terhadap aspek fisik,

emosional, perilaku dan psikososial.

3. Umur adalah lama waktu hidup yang dihitung sejak tanggal lahir tenaga kerja

sampai pada saat dilaksanakan penelitian yang dihitung dalam tahun.

4. Lama kerja adalah waktu tenaga kerja mulai bekerja di bagian operator DCS

departemen produksi PT Toba Pulp Lestari sampai saat dilaksanakan

penelitian yang dihitung dalam tahun.

3.6 Metode Pengukuran

1. Dari 32 orang pekerja akan dibagi dalam 3 kelompok shift kerja. Mereka

dibagi kedalam 4 Grup. Pembagian shift dilakukan dengan sistem 2-2-3,

dimana 2 hari pertama masuk pada shift pagi, 2 hari selanjutnya masuk pada

shift sore dan 3 hari terakhir masuk pada shift malam. Setelah itu akan masuk

pada hari libur/dayoff. Pengukuran akan dilakukan kepada masing-masing

Universitas Sumatera Utara


30

pekerja, yakni pada saat masuk shift pagi grup x, shift sore grup x dan shift

malam grup x. Penelitian akan dilakukan sesuai dengan shift kerja tiap gurp.

Dimana hari pertama akan diteliti pekerja pada shift pagi (8 orang) dan shift

sore (8 orang). Shift malam diteliti keesokan harinya saat setelah selesai

bekerja. Sisanya merupakan grup yang berjadwal dayoff (grup A) pada hari

pertama dan kedua penelitian, sehingga diteiti pada hari ketiga. Namun

peneliti membagi grup ini menjadi tiga bagian yaitu saat masuk pagi, yaitu

hari ketiga penelitian, saat masuk sore, hari ke empat penelitian dan saat

masuk malam hari kelima penelitian. Meminimaliskan perbedaan responden

antara shift maka dari itu peneliti mengambil kebijakan untuk meneliti grup A

secara terbagi, 2 pekerja saat shift pagi, 2 pekerja saat shift sore dan 4 pekerja

saat shift malam, tidak seperti grup lain (B,C,D) yang diteliti setiap grup satu

shift.

2. Variabel dependen (stres kerja) diukur dengan indikator yang telah ditetapkan

sesuai dengan metode self report measure untuk mengukur tingkat stres.

Metode self report measure menggunakan sejumlah pertanyaan yang

berhubungan dengan adanya perubahan fisiologis, psikologi dan perilaku.

Salah satunya adalah dengan menggunakan kuesioner dari HSE (2003) ini

dapat dilakukan dengan desain penilaian stres secara subjektif melalui

pengisian kuesioner dengan 5 skala likert dari 35 daftar pertanyaan, terdapat

23 pertanyaan dengan kalimat positif dan 12 pertanyaan dengan kalimat

negatif. Penempatan skor tergantung dari setiap pertanyaan yang diajukan.

Universitas Sumatera Utara


31

Dimana tentang jawaban skoring dimulai dari “Tidak Pernah” sampai

“Selalu”.

3. Selanjutnya setelah selesai melakukan pengisian kuesioner, maka langkah

berikutnya adalah menghitung jumlah skor pada masing-masing kolom dari

35 pertanyaan yang diajukan dan menjumlahkannya menjadi total skor ind

ividu.Terdapat 2 kategori penilaian skor dengan definisi sebagai berikut :

a. Pertanyaan yang bermakna positif yaitu pertanyaan yang terdapat

pada nomor 1, 2, 4, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 17, 19, 23, 24, 25, 26, 27,

28, 29, 30,31, 32, 33 dan 35 yang dimulai dari jawaban “tidak

pernah ” sampai “selalu” skornya adalah “1” sampai “5”.

b. Pertanyaan yang bermakna negatif yaitu pertanyaan yang terdapat

pada nomor 3, 5, 6, 9, 12, 14, 16, 18, 20, 21, 22, dan 34 yang

dimulai dari jawaban “tidak pernah” sampai “selalu” skornya

adalah “5” sampai “1”.

4. Berdasarkan desain penelitian stres dengan menggunakan 5 skala likert ini,

akan diperoleh skor individu terendah adalah sebesar 35 (tingkat risiko stres

sangat tinggi) dan skor individu tertinggi adalah 175 (tingkat stres rendah

atau tidak ada indikasi stres). Skor kuesioner mulai dari Tidak Pernah,

Jarang, Agak Sering, Sering, dan Selalu dijelaskan menggunakan nominal

atau menunjukkan frekuensi per minggu mulai dari 0 (nol) sampai dengan 7

untuk menjelaskan tingkat perbedaan dari skor tersebut. Tidak pernah(0

dalam seminggu), Jarang (1 – 2 kali dalam seminggu), Agak Sering (3 – 4

Universitas Sumatera Utara


32

kali dalam seminggu), Sering (5 – 6 kali dalam seminggu), dan Selalu (7 kali

dalam seminggu).

Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Risiko Stres Akibat Kerja Berdasarkan Total
Skor Individu

Total
Tingkat
Skor Kategori
Risiko Tindakan Perbaikan
Stres Stres
Stres
Individu
Belum diperlukan adanya kontrol untuk
140 – 175 0 Rendah
perbaikan.
Mungkin diperlukan kontrol terhadap gejala
105 – 139 1 Sedang
stres di kemudian hari.
Diperlukan kontrol terhadap stres di tempat
70 – 104 2 Tinggi
kerja segera.
Sangat Diperlukan kontrol terhadap stres secara
35 – 69 3
Tinggi menyeluruh sesegera mungkin.

3.7 Pengolahan Data

Untuk menghasilkan informasi yang benar, maka data yang telah diperoleh

akan diolah dengan melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan apakah sesuai

dengan apa yang diharapkan.

2. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan.

3. Tabulating

Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut, sifat-sifat yang

dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Cleaning

Universitas Sumatera Utara


33

Merupakan pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan.

3.8 Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran

umum dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variable yang digunakan dalam

penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensinya dalam

bentuk tabel.

2. Analisis bivariat, analisis yang dilakukan dengan menggunakan tabulasi

silang yang bertujuan untuk melihat hubungan variable bebas (independent)

dengan variable terikat (dependent) berdasarkan distribusi sel-sel yang ada.

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara shift kerja

dengan stres kerja pada karyawan bagian operator DCS adalah menggunakan

uji chi-square dengan pilihan exact fisher. Analisis dilakukan dengan

memanfaatkan software statistik.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum PT Toba Pulp Lestari,Tbk.

PT Toba Pulp Lestari, Tbk merupakan perusahaan PMA (Penanaman Modal

Asing) penghasil pulp yang terletak di Desa Sosor Ladang, Kecamatan

Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir dan berjarak 220 km dari ibukota Provinsi

Sumatera Utara dan 7 km dari Porsea. Pabrik ini merupakan salah satu industri

strategis penghasil devisa di antara 5.935 unit pabrik sejenis yang terdapat di

dunia dengan kapasitas produksi terpasang 210.459.000 ton pulp per tahun. Dari

jumlah tersebut di atas, 5.258 unit terdapat di Asia yang dioperasikan berdasarkan

surat keputusan bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi/Ketua BPPT dan

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.

SK/681/M/BPPT/XI/1986 dan No.KEP-43/MNKLH/11/1986 tertanggal 13

November 1986.

PT Toba Pulp Lestari, Tbk memproduksi pulp berbahan baku utama pohon

Eucalyptus dan sehubungan dengan perluasan areal yang terbatas, maka bahan

baku kayu campuran juga dimanfaatkan untuk proses produksi.

PT Toba Pulp Lestari, Tbk juga memiliki paradigma, yaitu :

1. Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.

26

Universitas Sumatera Utara


27

2. Pengolahan sumber daya alam yang berkelanjutan dan melakukan

manajemen hutan yang akan menjaga ekosistem alam melalui hutan tanaman

industri.

3. Mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat :

a. Mengutamakan putera daerah.

b. Melakukan kerja sama dan kemitraan bisnis dengan masyarakat lokal.

c. Menyisihkan dana kontribusi sosial untuk pembangunan masyarakat

sebesar 1% dari net sales (hasil penjualan bersih) per tahun.

d. Menerima lembaga independen untuk mengawasi paradigma baru

perseroan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Investasi/Ketua Badan Koordinasi

Penanaman Modal status perusahaan ini telah berubah dari Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) menjadi Pcnanaman Modal Asing (PMA). Saham

perusahaan ini telah dijual di Bursa Saham Jakarta dan Surabaya sejak 1992 dan

di New York Stock Exchange (NYSE).

Kegiatan pulp secara komersial dimulai pada tahun 1989, dimana produksi sekitar

70% diekspor ke mancanegara, sisanya untuk kebutuhan pasar domestik.

Kapasitas Produksi terpasang pabrik adalah 240.000 ton pulp per tahun. Dalam

upaya mendukung kegiatan produksi, PT Toba Pulp Lestari mendapat Izin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan kaya pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) yang

didasari Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 493/Kpts-II/ 1992 tanggal 01

Juni 1992 tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri kepada

Perusahaan, seluas 269.060 Ha.

Universitas Sumatera Utara


28

Konsensi hutan kayu tersebar pada beberapa sektor hutan yaitu, Aek Nauli,

Habinsaran, Aek Raja, Tele dan Padang Sidempuan yang termasuk dalam di

Sumatera Utara, Indonesia. Secara garis besar ruang lingkup PT Toba Pulp

Lestari, tbk dibagi menjadi tiga proses :

1. Produksi pulp.

2. Produksi bahan kimia yang digunakan pada proses produksi pulp di PT Toba

Pulp Lestari, tbk.

3. Produksi energi listrik yng akan digunakan pada setiap proses di pabrik (mill

site) PT Toba Pulp Lestari, tbk.

Areal konsesi PT Toba Pulp Lestari, Tbk terdiri dari 6 sektor yang masing-masing

sektor berada pada wilayah geografis yang terpisah. Area produksi di Pabrik PT

Toba Pulp Lestari terdiri atas 5 departemen yaitu:

1. Departemen Energy

2. Departemen Woodyard

3. Departemen Chemical

4. Departemen Fiberline

5. Departemen Mechanical & Engineering

4.1.2 Visi dan Misi

4.1.2.1 Visi

PT Toba Pulp Lestari “Menjadi pembuat pulp dari pohon Eucalyptus terbaik, dan

menjadi pemasok yang diminati oleh pelanggan dan pemilik bisnis”.

4.1.2.2 Misi

1. Generasi berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara


29

2. Produsen dengan biaya yang efektif.

3. Memaksimalkan keuntungan untuk para pemangku kepentingan dan

berkontribusi terhadap pembangunan sosial ekonomi dan komunikasi

Masyarakat.

4. Menciptakan nilai melalui teknologi modern, pengetahuan industri, dan

sumber daya manusia.

4.1.3 Uraian Proses Produksi

Dalam proses produksi melibatkan tiga departemen, yakni woodyard, chemical

dan fiberline. Adapun uraian proses produksinya adalah sebagai berikut.

1. Pemilihan Jenis Kayu

Eucalyptus merupakan jenis pohon yang mengandung selulosa dan saat ini

dimanfaatkan oleh PT Toba Pulp Lestari, Tbk untuk menghasilkan pulp.

2. Persiapan Kayu

Wood Preparation Unit adalah langkah awal dalam proses pembuatan pulp,

dimana meliputi proses penyediaan kayu. Gelondongan kayu ditumpukkan di

Wood Storage. Dari Wood Storage, gelondongan kayu disimpankan ke Wood

Room. Gelondongan kayu siap diolah disebut dengan Log. Kemudian log dikupas

kulitnya dan dibersihkan kotoran-kotorannya berupa pasir ataupun batu-batu

dengan alat yang berbentuk drum yang disebut dengan Debarking Drum. Drum

Barker yaitu suatu bejana silinder berukuran panjang 28,5 m dan berdiameter 5,5

m yang diputar dengan kecepatan rata-rata 5,8 rpm. Klasifikasi chip adalah

sebagai berikut :

a. Chip standar (Accept Chip)

Universitas Sumatera Utara


30

b. Panjang : 10 – 25 mm.

c. Lebar : 10 – 25 mm.

d. Tebal : 5 – 8 mm

3. Pembuburan Kayu (Pulping)

Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia serpihan

kayu yang dimasukkan ke dalam tabung bertekanan yang disebut dengan

Digester. Pemasakan dilakukan pada digester jenis Cooking Impact. Digester ini

terdiri dari Top Separator dan Screen Section yang bekerja dengan metode

coccurent (searah) dan terdapat juga zona washing yang dilakukan dengan

counter current, metode pemasukannya cendrung pada suhu yang lebih rendah

tetapi dengan pemasukkan yang cendrung lebih lama. Chip yang berasal dari Chip

Yard diumpankan ke dalam Chip Buffer yang terdapat pada ujung Belt Conveyor.

Campuran White Liquor dan Black Liquor yang diekstrak dari Transfer

Circulalion dan atau dari bagian Screen Digester dimasukkanke bagian atas

IMPBIN melalui Central Pipe. Sebelum chip bercampur dengan liquor,

temperatur chip terlebih dahulu dinaikkan sampai mencapai suhu 100o C dan

dengan penambahan liquor yang akan meingkatkan proses deaerasi chip.

4. Penyaringan dan Pencucian (Screening and Washing)

Screening dilakukan penyaringan bubur pulp untuk memisahkan bubur pulp dari

kotoran-kotoran yang tidak larut dalam air. Pulp yang tercuci membutuhkan dosis

zat pemutih yang lebih besar.

Universitas Sumatera Utara


31

5. Proses Pemutihan (Bleaching)

Merupakan lanjutan proses pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki

brightness (keputihan) atau kemurnian bubur pulp. Hal ini dilakukan dengan

menghilangkan dan melunturkan bahan pewarna yang tersisa pada bubur pulp.

Dalam hal terdapat 2 section yaitu section chlor alkali dan section chlorine

dioxide. Section chlor alkali yang pertama brine treatment dimana pada proses itu

bertujuan untuk mengurangi kotoran dalam air garam untuk menghasilkan air

garam murni. Kemudian masuk dalam proses chlor alkali cell electrolyzer dimana

proses ini bertujuan untuk menghasilkan NaOH 32% dengan menggunakan

membran cell electrolisa. Proses selanjutnya adalah clirine treatment dan hypo

plant. Dimana chlorine teratment bertujuan untuk mengeringkan gas klorin yang

mengandung air dengan menggunakan H2SO4. Proses selanjutnya ialah PSA unit

(oxygen and nitrogen plant) yang bertujuan untuk menghasilkan oksigen dan

nitrogen dari udara dengan proses adsorpsi setelah dari proses ini kemudian

dilanjutkan dengan proses sulfur dioxide plant dimana plant ini menghasilkan

larutan belerang dioksida dari belerang dan udara dipabrik melalui proses

pembakaran dan peyerapan. Section yang berikutnya ialah chlorine dioxideI

dimana pada section ini ada beberapa proses, yang pertama adalah proses chlorate

cell electrolyzer dimana proses ini bertujuan untuk menghasilkan larutan natrium

klorat dengan elektrolisis air garam dalam sell tanpa membran. Selanjutnya ialah

proses chlorine dioxide generator yang bertujuan untuk menghasilkan larutan

klorin dioksida yang akan digunakan untuk pemutihan di beaching plant dengan

mereaksikan larutan natrium klorat dengan larutan HCl. Lalu selanjutnya ialah

Universitas Sumatera Utara


32

HCl synthesis unit dimana proses ini bertujuan untuk menghasilkan 32% asam

klorida dengan menghasilkan klorin dan hidrogen melalui proses pembakaran.

Proses yang terakhir adalah chiller unit yang bertujuan untuk menghasilkan air

dingin dengan temperatur 8-12 erajat celcius yang akan digunakan untuk

pendinginan dan penyerapan.

6. Pembentukan Lembaran Pulp (Paper Making)

Pulp yang telah diputihkan selanjutnya dikirim ke unit pulp machine (MIC) yang

mengenai masalah penyediaan Pulp Sheet (lembaran) dengan proses kerja sebagai

berikut :

a. Screening, merupakan tahap penyaringan dan membentuk serat yang lebih

homogen tanpa ada pengotor yang halus maupu kasar.

b. Dewatering, merupakan tahap pengurangan kadar air yang terdiri dari dua

tahap yaitu DWI dan HDP.

c. Drying, merupakan tahap pengeringan lembaran pulp dengan menggunakan

steam atau uap panas.

Pulp Cutting dan Bale Handling merupakan tahap akhir proses pulp machine,

disini dilakukan pemotongan dan pengemasan.

4.1.4 Standart Operasional Pekerja Operator DCS

Operator DCS bagian produksi bertugas untuk mengatur dan menjalankan mesin-

mesin yang ada dibagian produksi. Dimana, para operator harus mampu

memantau jalannya mesin sehingga berjalan dengan baik. Tugas para operator

mulai dari menghidupkan dan mematikan mesin, memantau proses yang sedang

berlangsung, mengontrol proses kerja mesin secara berkesinambungan. Saat ada

Universitas Sumatera Utara


33

masalah dengan salah satu mesin, operator harus mampu mengambil tindakan

secara spontan untuk mengatasi hal tersebut. Seperti mematikan salah satu mesin

jika terjadi kebocoran, menghentikan proses suatu bagian agar tidak berakibat

fatal kepada mesin yang lain, atau membuka dan menutup salah satu pipa agar

tidak mengganggu kerja mesin yang lain. Tindakan ini harus dilakukan secara

cepat dan terstrukutur agar tidak terjadi masalah dengan mesin yang lain dan

mesin tetap beroperasi. Operator juga bertugas menghidupkan ataupun mematiakn

mesin jika sudah saatnya. Misalnya saat salah satu mesin sudah penuh dan sudah

mencapai angka yang diharuskan, maka operator akan mematikan mesin

sementara dan melakukan proses selanjutnya. Setelah selesai, mereka kembali lagi

menghidupkan mesin tersebut. Disini juga adanya hubungan kerjasama antara

sesama operator karena mesin-mesin yang saling berhubungan satu sama lain.

4.2 Karakteristik Responden

4.2.1 Jumlah Pekerja Operator DCS bagian Produksi PT Toba Pulp Lestari,
Tbk. Tahun 2017

Adapun jumlah Pekerja pada bagian produksi terdiri dari 32 orang pekerja yang
terbagi atas:
Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Opertaor DCS Berdasarkan Bagian di
Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017

No. Bagian Jumlah Pekerja (org)


1. Woodyard 8
2. Chemical 8
3. Fiberline 16
Total 32

Universitas Sumatera Utara


34

4.2.2 Umur Pekerja Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp


Lestari, Tbk. Tahun 2017

Untuk mengetahui gambaran umur pekerja operator DCS departemen produksi

PT Toba Pulp Lestari, Tbk tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Berdasarkan Umur pada Pekerja Operator DCS
Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017

No. Umur (Tahun) Frekuensi (org) Persentase (%)


1 <47 15 46.9
2 ≥47 17 53.1
Total 32 100.0

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 32 pekerja bagian

operator DCS yang menjadi responden penelitian, terdapat 15 pekerja bagian

operator (46,9%) berumur <47 tahun dan 17 pekerja bagian operator (53,1%)

berumur ≥47 tahun.

4.2.3 Lama Kerja Pekerja Operator DCS Departemen Produksi PT Toba


Pulp Lestari Tbk. Tahun 2017

Untuk mengetahui gambaran lama kerja pekerja operator DCS departemen

Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk .tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Berdasarkan Lama Kerja pada Pekerja


Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari,Tbk. Tahun
2017

No. Lama Kerja (Tahun) n %


1 <10 13 40.6
2 ≥10 19 59.4
Total 32 100.0

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 32 pekerja bagian

operator DCS yang menjadi responden penelitian, terdapat 13 pekerja bagian

Universitas Sumatera Utara


35

operator (40,6%) dengan lama kerja <10 tahun dan 19 pekerja bagian operator

(59,4%) dengan lama kerja ≥10 tahun.

4.2.4 Shift Kerja Pekerja Operator DCS Departemen Produksi PT Toba


Pulp Lestari Tbk. Tahun 2017

Untuk mengetahui gambaran shift kerja pekerja operator DCS departemen

produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk tahun 2017 tiap bagian, dapat dilihat pada

tabel-tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja Operator
DCS bagian Woodyard Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari, Tbk.
Tahun 2017

No. Shift Kerja n %


1 Pagi 2 25.0
2 Sore 2 25.0
3 Malam 4 50.0
Total 8 100.0

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 8 pekerja bagian

Woodyard departemen produksi yang menjadi responden penelitian, terdapat 2

pekerja (25,0%) bekerja pada shift pagi, 2 pekerja (25,0%) pada shift sore dan 4

pekerja (50,0%) pada shift malam.

Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja Operator
DCS bagian Chemical Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari,Tbk.
Tahun 2017

No. Shift Kerja n %


1 Pagi 4 50.0
2 Sore 2 25.0
3 Malam 2 25.0
Total 8 100.0

Universitas Sumatera Utara


36

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 8 pekerja bagian

Chemical departemen produksi yang menjadi responden penelitian, terdapat 4

pekerja (50,0%) bekerja pada shift pagi, 2 pekerja (25,0%) pada shift sore dan 2

pekerja (25,0%) pada shift malam.

Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Pekerja bagian
Fiberline Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari,Tbk. Tahun 2017

No. Shift Kerja n %


1 Pagi 4 25.0
2 Sore 8 50.0
3 Malam 4 25.0
Total 16 100.0

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 16 pekerja bagian

Fiberline departemen produksi yang menjadi responden penelitian, terdapat 4

pekerja (25,0%) bekerja pada shift pagi, 8 pekerja (50,0%) pada shift sore dan 4

pekerja (25,0%) pada shift malam.

Adapun gambaran shift kerja pekerja operator DCS departemen produksi PT Toba

Pulp Lestari, Tbk tahun 2017 secara keseluruhan, dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 4.7 Distribusi Pekerja Berdasarkan Shift Kerja pada Seluruh Pekerja
Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp Lestari,Tbk. Tahun
2017

No. Shift Kerja n %


1 Pagi 10 31.3
2 Sore 12 37.5
3 Malam 10 31.3
Total 32 100.0

Universitas Sumatera Utara


37

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 32 pekerja bagian

operator DCS departemen produksi yang menjadi responden penelitian, terdapat

10 pekerja (31,3%) bekerja pada shift pagi, 12 pekerja (37,5%) pada shift sore dan

10 pekerja (31,3%) pada shift malam.

4.3 Gambaran Stres Kerja

Pengukuran stres kerja dalam hal ini dilakukan dengan wawancara melalui

kuesioner yang diambil dari HSE dalam Tarwaka (2015). Penggolongan skor

dalam kuesioner tersebut mulai dari Tidak Pernah, Jarang, Agak Sering, Sering,

dan Selalu dan dijelaskan menggunakan nominal atau menunjukkan frekuensi per

minggu mulai dari 0 (nol) sampai dengan 7 untuk menjelaskan tingkat perbedaan

dari skor tersebut. Tidak pernah (0), Jarang (1 – 2 kali dalam seminggu), Agak

Sering (3 – 4 kali dalam seminggu), Sering (5 – 6 kali dalam seminggu), dan

Selalu (7 kali dalam seminggu). Dimana jumlah pertanyaan dalam kuesioner

tersebut ada 35 pertanyaan, dengan kategori skor yang diberikan berdasarkan

tingkatan stres, yaitu; Tingkat Stres Rendah (140 – 175), Tingkat Stres Sedang

(105 – 139), Tingkat Stres Tinggi (70 – 104), dan Tingkat Stres Sangat Tinggi (35

– 69).

Setelah dilakukan perhitungan skor kuesioner, tidak terdapat pekerja dengan

tingkatan stres rendah dan sangat tinggi. Sehingga penulis menghilangkan

kategori tingkat stres rendah dan sangat tinggi menjadi hanya dua kategori saja,

yaitu: Tingkat Stres Sedang dan Tingkat Stres Tinggi. Adapun hasil tersebut dapat

dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


38

Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS bagian Woodyard Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari,Tbk. Tahun 2017

No. Stres Kerja n %


1 Sedang 4 50.0
2 Tinggi 4 50.0
Total 8 100.0

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 8 pekerja operator

DCS bagian Woodyard yang menjadi responden penelitian, terdapat 4 pekerja

(50,0 %) yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang dan sebanyak 4

pekerja (50,0%) yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi.

Tabel 4.9 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS bagian Chemical Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari,Tbk. Tahun 2017

No. Stres Kerja n %


1 Sedang 4 50.0
2 Tinggi 4 50.0
Total 8 100.0

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 8 pekerja operator

DCS bagian Chemical yang menjadi responden penelitian, terdapat 4 pekerja

(50,0 %) yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang dan sebanyak 4

pekerja (50,0%) yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi.

Tabel 4.10 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada Pekerja
Operator DCS bagian Fiberline Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari,Tbk. Tahun 2017

No. Stres Kerja n %


1 Sedang 6 37.5
2 Tinggi 10 62.5
Total 16 100.0

Universitas Sumatera Utara


39

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 16 pekerja

operator DCS bagian Fiberline yang menjadi responden penelitian, terdapat 6

pekerja (37,5 %) yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang dan sebanyak

10 pekerja (62,5%) yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi.

Tabel 4.11 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Stres Kerja pada


Seluruh Pekerja Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari,Tbk. Tahun 2017

No. Stres Kerja n %


1 Sedang 14 43.8
2 Tinggi 18 56.3
Total 32 100.0

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 32 pekerja

operator DCS yang menjadi responden penelitian, terdapat 14 pekerja (43,8 %)

yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang dan sebanyak 18 pekerja

(56,3%) yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi.

4.4 Hasil Uji Bivariat

Selanjutnya dilakukan uji chi-square untuk melihat apakah ada hubungan shift

kerja dengan stres kerja pada karyawan operator DCS bagian produksi PT Toba

Pulp Lestari Tbk tahun 2017. Syarat menggunakan uji chi-square adalah harus

mempunyai baris x kolom (b x k) yaitu 2 x 3 dan nilai expected dari setiap cell

harus lebih dari 5. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, maka dilakukan dengan

uji exact fisher apabila tabel mempunyai baris x kolom (b x k) tetap 2 x 3. Dalam

hal ini penulis menggunakan uji exact fisher karena uji chi-square tidak

memenuhi syarat, dengan jenis tabel (b x k) adalah 2 x 3.

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS bagian Woodyard Departemen Produksi PT
Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017

Stres Sedang Stres Tinggi Jumlah Exact


Shift Kerja Sig. (2
n % n % N %
sided)
Shift Pagi 2 100.0 0 0.0 2 100.0
Shift Sore 2 100.0 0 0.0 2 100.0 (p) 0,029
Shift Malam 0 0.0 4 100.0 4 100.0
Total 4 50.0 4 50.0 8 100.0

Hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada karyawan operator DCS

departemen produksi bagian Woodyard PT Toba Pulp Lestari Tbk dapat dilihat

pada tabel di atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 2 karyawan

(25,0%) yang bekerja pada shift pagi terdapat pekerja yang mengalami stres

dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 2 pekerja (100,0%) dengan range skor

105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu

sebanyak 0 pekerja (0,0%) dengan range skor 70 – 104. Pada pekerja yang bekerja

pada shift sore berjumlah 2 pekerja (25,0%), didapat bahwa pekerja yang

mengalami stres dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 2 pekerja (100,0%) dengan

range skor 105 - 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres

tinggi yaitu sebanyak 0 pekerja (0,0 %) dengan range skor 70 – 104. Serta pada

pekerja yang bekerja pada shift malam berjumlah 4 pekerja (50,0%), didapat

bahwa pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 0

pekerja (0,0%) dengan range skor 105-139, dan pekerja yang mengalami stres

dengan tingkat stres tinggi dengan jumlah pekerja 4 (100,0%) dengan range skor

70-104.

Universitas Sumatera Utara


41

Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapat nilai value atau chi-square 8,000. Ini

tidak layak untuk diuji dengan chi-square. Oleh karena itu uji yang dipakai adalah

uji alternatifnya, yaitu uji exact fisher. Nilai significancy adalah 0,029 dimana

nilai p < 0,05.

Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS bagian Chemical Departemen Produksi PT
Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017

Stres Sedang Stres Tinggi Jumlah Exact


Shift Kerja Sig. (2
n % n % N %
sided)
Shift Pagi 4 100.0 0 0.0 4 100.0
Shift Sore 0 0.0 2 100.0 2 100.0 (p) 0,029
Shift Malam 0 0.0 2 100.0 2 100.0
Total 4 50.0 4 50.0 8 100.0

Hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada karyawan operator DCS

departemen produksi bagian Chemical PT Toba Pulp Lestari Tbk dapat dilihat

pada tabel di atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 4 karyawan

(50,0%) yang bekerja pada shift pagi terdapat pekerja yang mengalami stres

dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 4 pekerja (100,0%) dengan range skor

105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu

sebanyak 0 pekerja (0,0%) dengan range skor 70 – 104. Pada pekerja yang bekerja

pada shift sore berjumlah 2 pekerja (25,0%), didapat bahwa pekerja yang

mengalami stres dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 0 pekerja (0,0%) dengan

range skor 105 - 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres

tinggi yaitu sebanyak 2 pekerja (100,0 %) dengan range skor 70 – 104. Serta pada

pekerja yang bekerja pada shift malam berjumlah 2 pekerja (25,0%), didapat

bahwa pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 0

Universitas Sumatera Utara


42

pekerja (0,0%) dengan range skor 105-139, dan pekerja yang mengalami stres

dengan tingkat stres tinggi dengan jumlah pekerja 2 (100,0%) dengan range skor

70-104.

Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapat nilai value atau chi-square 8,000. Ini

tidak layak untuk diuji dengan chi-square. Oleh karena itu uji yang dipakai adalah

uji alternatifnya, yaitu uji exact fisher. Nilai significancy adalah 0,029 dimana

nilai p < 0,05.

Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada Pekerja Operator DCS bagian Fiberline Departemen Produksi PT
Toba Pulp Lestari, Tbk. Tahun 2017

Stres Sedang Stres Tinggi Jumlah Exact


Shift Kerja Sig. (2
n % n % N %
sided)
Shift Pagi 4 100.0 0 0.0 4 100.0
Shift Sore 1 12.5 7 87.5 8 100.0 (p) 0,022
Shift Malam 1 25.0 3 75.0 4 100.0
Total 6 37.5 10 62.5 16 100.0

Hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada karyawan operator DCS

departemen produksi bagian Fiberline PT Toba Pulp Lestari Tbk dapat dilihat

pada tabel di atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 4 karyawan

(25,0%) yang bekerja pada shift pagi terdapat pekerja yang mengalami stres

dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 4 pekerja (100,0%) dengan range skor

105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu

sebanyak 0 pekerja (0,0%) dengan range skor 70 – 104. Pada pekerja yang bekerja

pada shift sore berjumlah 8 pekerja (50,0%), didapat bahwa pekerja yang

mengalami stres dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 1 pekerja (12,5%) dengan

range skor 105 - 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres

Universitas Sumatera Utara


43

tinggi yaitu sebanyak 7 pekerja (87,5 %) dengan range skor 70 – 104. Serta pada

pekerja yang bekerja pada shift malam berjumlah 4 pekerja (25,0%), didapat

bahwa pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 1

pekerja (25,0%) dengan range skor 105-139, dan pekerja yang mengalami stres

dengan tingkat stres tinggi dengan jumlah pekerja 3 (75,0%) dengan range skor

70-104.

Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapat nilai value atau chi-square 9,067. Ini

tidak layak untuk diuji dengan chi-square. Oleh karena itu uji yang dipakai adalah

uji alternatifnya, yaitu uji exact fisher. Nilai significancy adalah 0,022 dimana

nilai p < 0,05.

Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Shift Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
pada seluruh Pekerja Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017

Stres Sedang Stres Tinggi Jumlah Exact


Shift Kerja Sig. (2
n % n % N %
sided)
Shift Pagi 10 100.0 0 0.0 10 100.0
Shift Sore 3 25.0 9 75.0 12 100.0 (p) 0,029
Shift Malam 1 10.0 9 90.0 10 100.0
Total 14 43.8 18 56.3 32 100.0

Hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada seluruh karyawan operator

DCS departemen produksi PT Toba Pulp Lestari Tbk dapat dilihat pada tabel di

atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 10 karyawan (31,3%) yang

bekerja pada shift pagi terdapat pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres

sedang yaitu sebanyak 10 pekerja (100,0%) dengan range skor 105 – 139, dan

pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 0 pekerja

(0,0%) dengan range skor 70 – 104. Pada pekerja yang bekerja pada shift sore

Universitas Sumatera Utara


44

berjumlah 12 pekerja (37,5%), didapat bahwa pekerja yang mengalami stres

dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 3 pekerja (25,0%) dengan range skor 105 -

139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak

9 pekerja (75,0 %) dengan range skor 70 – 104. Serta pada pekerja yang bekerja

pada shift malam berjumlah 10 pekerja (31,3%), didapat bahwa pekerja yang

mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 1 pekerja (10,0%)

dengan range skor 105-139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat

stres tinggi dengan jumlah pekerja 9 (90,0%) dengan range skor 70-104.

Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapat nilai value atau chi-square 19,200. Ini

tidak layak untuk diuji dengan chi-square. Oleh karena itu uji yang dipakai adalah

uji alternatifnya, yaitu uji exact fisher. Nilai significancy adalah 0,000 dimana

nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan shift kerja

dengan stres kerja pada karyawan operator DCS PT Toba Pulp Lestari Tbk.

4.5 Hubungan Karakteristik Responden dengan Stres Kerja

Untuk melihat jumlah pekerja yang mengalami stres kerja antara umur dan lama

kerja pekerja dilakukan tabulasi silang, yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Karakteristik Responden dengan Tingkat Stres


Kerja pada Pekerja Operator DCS Departemen Produksi PT Toba Pulp
Lestari, Tbk. Tahun 2017

Karakteristik Tingkat Stres Total Exact Sig.


Umum Tingkat Stres Tingkat (2 sided)

Universitas Sumatera Utara


45

Sedang Stres Tinggi


N % n % n %
Umur
< 47 Tahun 14 93.3 1 6.7 15 100.0 (p) 0,000
≥ 47 Tahun 0 0.0 17 100.0 17 100.0
Total 14 43.8 18 56.3 32 100.0
Lama Kerja
< 10 Tahun 13 100.0 0 0.0 13 100.0 (p) 0,000
≥ 10 Tahun 1 5.3 18 94.7 19 100.0
Total 14 43.8 18 56.3 32 100.0

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa karakteristik responden berdasarkan usia

didapat bahwa pada usia < 47 tahun lebih banyak pekerja yang mengalami stres

kerja dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 14 pekerja (93,3%). Berbeda

dengan pekerja yang berusia ≥ 47 tahun, seluruh pekerja mengalami stres kerja

dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 17 pekerja (100,0%). Nilai significancy

adalah 0,000 dimana nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada

hubungan umur dengan stres kerja pada karyawan operator DCS PT Toba Pulp

Lestari Tbk.

Pada karakteristik berdasarkan lama kerja didapat bahwa pekerja yang sudah

bekerja < 10 tahun seluruh pekerja mengalami stres dengan tingkat stres sedang

yaitu sebanyak 13 pekerja (100,0%). Pada pekerja yang sudah bekerja selama ≥

10 tahun lebih banyak yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu

sebanyak 18 pekerja (94,7%). Nilai significancy adalah 0,000 dimana nilai p <

0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan lama kerja dengan

stres kerja pada karyawan operator DCS PT Toba Pulp Lestari Tbk.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Umur

Berdasarkan umur pekerja operator DCS dapat dilihat bahwa dari 32 pekerja

bagian operator DCS yang berumur <47 tahun sebanyak 15 pekerja (46,9%) dan

yang berumur ≥47 tahun sebanyak 17 pekerja (53,1%). Hal ini menunjukan bahwa

masih lebih banyak pekerja yang berumur ≥47 tahun yang bekerja sebagai

operator DCS di PT Toba Pulp Lestari Tbk, ini dikarenakan jarangnya penerimaan

karyawan untuk ditempatkan di bagian operator DCS. Sehingga para pekerja

bagian operator DCS mayoritas pada umur ≥47 tahun.

Lama Kerja

Berdasarkan lama kerja pekerja operator DCS dapat dilihat bahwa dari 32 pekerja,

lebih banyak pekerja yang bekerja ≥10 tahun yaitu sebanyak 19 pekerja (59,4%),

dibandingkan dengan yang bekerja <10 tahun sebanyak 13 pekerja (40,6%). Hal

ini menunjukan bahwa pekerja operator DCS masih merupakan orang-orang lama

yang dimana mereka mempunyai pengalaman lebih dalam dibidang operator DCS

tersebut. Semakin tinggi lama kerja pekerja operator DCS, maka semakin terbiasa

dengan pekerjaan mereka dan semakin banyak juga pengalamannya, juga

kemampuan mereka akan melakukan pekerjaan tersebut semakin tinggi.

Shift Kerja

54
Universitas Sumatera Utara
55

Pekerja operator DCS departemen produksi terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian

woodyard, chemical dan fiberline. Adapun hasil penelitian mengenai shift kerja

setiap bagian adalah sebagai berikut.

Hasil penelitian terhadap 8 pekerja di bagian Woodyard didapat bahwa, operator

yang bekerja pada shift pagi berjumlah 2 pekerja (25,0%), operator yang bekerja

pada shift sore berjumlah 2 pekerja (25,0%) dan operator yang bekerja pada shift

malam berjumlah 4 pekerja (50,0%).

Hasil penelitian terhadap 8 pekerja di bagian Chemical didapat bahwa, operator

yang bekerja pada shift pagi berjumlah 4 pekerja (50,0%), operator yang bekerja

pada shift sore berjumlah 2 pekerja (25,0%) dan operator yang bekerja pada shift

malam berjumlah 2 pekerja (25,0%).

Hasil penelitian terhadap 16 pekerja di bagian Fiberline didapat bahwa, operator

yang bekerja pada shift pagi berjumlah 4 pekerja (25,0%), operator yang bekerja

pada shift sore berjumlah 8 pekerja (50,0%) dan operator yang bekerja pada shift

malam berjumlah 4 pekerja (25,0%).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap seluruh pekerja operator DCS depaartemen

produksi yang berjumlah 32 pekerja didapat bahwa, operator yang bekerja pada

shift pagi berjumlah 10 pekerja (31,3%), operator yang bekerja pada shift sore

berjumlah 10 pekerja (31,3%) dan operator yang bekerja pada shift malam

berjumlah 12 pekerja (37,5%). Hal ini didapat karena pada saat melakukan

penelitian, hari pertama terdapat 8 pekerja yang sedang masuk pada shift pagi dan

8 pekerja yang masuk pada shift sore serta 8 pekerja yang masuk pada shift

malam, namun pekerja pada shift malam diteliti saat setelah selesai bekerja, yaitu

Universitas Sumatera Utara


56

hari kedua penelitian. Berhubung pada saat itu grup A sedang dayoff maka

dilanjutkan saat hari ketiga penelitian, disini peneliti membagi grup A yang

berjumlah 8 orang menjadi tiga bagian, yaitu saat masuk pagi, yaitu hari ketiga

penelitian, saat masuk sore, hari ke empat penelitian dan saat masuk malam hari

kelima penelitian. Meminimaliskan perbedaan responden antara shift maka dari

itu peneliti mengambil kebijakan untuk meneliti grup A secara terbagi, 2 pekerja

saat shift pagi, 4 pekerja saat shift sore dan 2 pekerja saat shift malam, tidak

seperti grup lain (B,C,D) yang diteliti setiap grup satu shift.

Gambaran Stres Kerja

Dari 32 operator DCS bagian produksi yang diteliti, bahwa seluruh pekerja

mengalami stres kerja. Pengukuran stres kerja dalam hal ini dilakukan dengan

wawancara melalui kuesioner yang diambil dari HSE dalam Tarwaka (2015).

Penggolongan skor dalam kuesioner tersebut mulai dari Tidak Pernah, Jarang,

Agak Sering, Sering, dan Selalu dan dijelaskan menggunakan nominal atau

menunjukkan frekuensi per minggu mulai dari 0 (nol) sampai dengan 7 untuk

menjelaskan tingkat perbedaan dari skor tersebut. Tidak pernah (0), Jarang (1 – 2

kali dalam seminggu), Agak Sering (3 – 4 kali dalam seminggu), Sering (5 – 6

kali dalam seminggu), dan Selalu (7 kali dalam seminggu). Dimana jumlah

pertanyaan dalam kuesioner tersebut ada 35 pertanyaan, dengan kategori skor

yang diberikan berdasarkan tingkatan stres, yaitu; Tingkat Stres Rendah (140 –

175), Tingkat Stres Sedang (105 – 139), Tingkat Stres Tinggi (70 – 104), dan

Tingkat Stres Sangat Tinggi (35 – 69).

Universitas Sumatera Utara


57

Setelah dilakukan perhitungan skor kuesioner, didapatkan hasil bahwa 32 pekerja

mengalami stres dengan tingkat stres sedang dan tingkat stres tinggi. Dimana

sebanyak 15 pekerja (46,9%) yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang

dengan range skor 105-139 dan sebanyak 17 pekerja (53,1%) yang mengalami

stres dengan tingkat stres tinggi dengan range skor 70-104. Sehingga peneliti

hanya menggunakan dua kategori tingkat stres, yaitu stres sedang dan stres tinggi.

Adapun tiap bagian, dijelaskan sebagai berikut. Pada bagian Woodyard yang

mengalami stres dengan tingkat stres sedang sebanyak 4 pekerja (50,0%) dengan

range skor 105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres

tinggi yaitu sebanyak 4 pekerja (50,0%) dengan range skor 70 – 104. Pada bagian

Chemical yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang sebanyak 4 pekerja

(50,0%) dengan range skor 105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan

tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 4 pekerja (50,0%) dengan range skor 70 – 104.

Pada bagian Fiberline yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang sebanyak

6 pekerja (37,5%) dengan range skor 105 – 139, dan pekerja yang mengalami

stres dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 10 pekerja (62,5%) dengan range

skor 70 – 104.

Adapun bagian yang mengalami stres lebih tinggi adalah bagian Fiberline yang

dimana pada tingkat stres tinggi mencapai 62,5% yang merupakan jumlah persen

tertinggi dari keseluruhan bagian. Hal ini disebabkan penggabungan ruangan

Fiberline dengan opertaor lain. Tidak seperti Woodyard dan Chemical yang

mempunyai ruangan operator sendiri, Fiberline memiliki ruangan yang dihuni

oleh operator bagian Fiberline dan operator lain yang berjumlah 4 pekerja dan 1

Universitas Sumatera Utara


58

pekerja sebagai kepala operator sehingga total jumlah pekerja pada ruangan

tersebut sebanyak 9 orang. Hal ini menimbulkan kericuhan dan suara-suara

berlebihan dari pekerja lain di dalam ruang kerja yang menyebabkan konsentrasi

pekerja akan sering runyam dan tidak fokus dalam melaksanakan tugas. Hal ini

memicu terjadinya stres kerja pada pekerja. Juga ruangan tersebut sering

dipergunakan pekerja lain sebagai jalan alternatif menuju lapangan. Saat pekerja

lalu lalang dari ruangan tersebut menyebabkan pecahnya konsentrasi operator

yang ada didalam ruangan. Tidak menutup kemungkinan hal ini memicu stres

pada pekerja operator. Hal ini didukung oleh penelitian Sormin (2016)

menyatakan bahwa variabel suasana kerja mempunyai hubungan yang bermakna

dengan stres kerja yang memiliki nilai p = 0,0001 kurangnya pendekatan emosinal

dari mandor mengakibatkan timbulnya stres kerja.

Uji Bivariat

Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapat nilai value atau chi-square secara

keseluruhan 19,200. Ini tidak layak untuk diuji dengan chi-square. Oleh karena itu

uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji exact fisher. Nilai significancy

adalah bagian Woodyard 0,029, bagian Chemical 0,029, bagian Fiberline 0,022

dan secara keseluruhan 0,000 dimana seluruh nilai p < 0,05 maka dapat diambil

kesimpulan bahwa ada hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan

operator DCS PT Toba Pulp Lestari Tbk 2017.

Dimana pada shift pagi yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu

pada bagian Woodyard sebanyak 2 pekerja (100,0%), pada bagian Chemical

Universitas Sumatera Utara


59

sebanyak 4 pekerja (100,0%), pada bagian Fiberline 4 pekerja (100,0%) dan

secara keseluruhan sebanyak 10 pekerja (100,0%) dengan range skor 105 – 139,

dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu pada bagian

Woodyard sebanyak 0 pekerja (0,0%), pada bagian Chemical sebanyak 0 pekerja

(0,0%), pada bagian Fiberline 0 pekerja (0,0%) dan secara keseluruhan sebanyak

0 pekerja (0,0%) dengan range skor 70 – 104. Ini disebabkan karena pada saat

shift pagi, mereka mempunyai waktu istirahat yang cukup, serta pada saat shift

pagi pikiran masih fresh sehingga masih semangat dalam melakukan pekerjaan.

Masih dapat berkonsentrasi dengan baik serta masih jauh dari rasa jenuh.

Sehingga pada saat shift pagi seluruh pekerja masuk pada kategori stres tingkat

sedang dan tidak ada pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi.

Pada pekerja yang bekerja pada shift sore didapat bahwa pekerja yang mengalami

stres dengan tingkat sedang yaitu pada bagian Woodyard sebanyak 2 pekerja

(100,0%), pada bagian Chemical sebanyak 0 pekerja (0,0%), pada bagian

Fiberline 1 pekerja (12,5%) dan secara keseluruhan sebanyak 3 pekerja (25,0%)

dengan range skor 105 - 139, dan pekerja yang mengalami stres dengan tingkat

stres tinggi yaitu pada bagian Woodyard sebanyak 0 pekerja (0,0%), pada bagian

Chemical sebanyak 2 pekerja (100,0%), pada bagian Fiberline 7 pekerja (87,5%)

dan secara keseluruhan sebanyak 9 pekerja (75,0 %) dengan range skor 70 – 104.

Hal ini disebabkan, waktu akhir mereka saat masuk sore seperti pukul 10 malam

sampai 12 malam, akan sangat berat karena mereka harus menahan kantuk mereka

dan karena mereka juga sudah bekerja mulai dari pukul 4 sore. Selain jenuh,

mereka juga harus mengorbankan waktu tidur mereka. Pada saat 3-4 jam pertama

Universitas Sumatera Utara


60

masuk mereka masih bisa dikatakan fresh. Namun setelah itu, rasa jenuh, lelah,

bosan dan ngantuk akan menghampiri mereka. Kelebihannya, setelah itu mereka

mempunyai waktu istirahat dirumah dan waktu tidur yang cukup. Ini yang

menyebabkan sedikitnya perbedaan tingkat stres sedang dengan tingkat stres

tinggi pada shift ini.

Pada pekerja yang bekerja pada shift malam didapat bahwa pekerja yang

mengalami stres dengan tingkat stres sedang yaitu pada bagian Woodyard

sebanyak 0 pekerja (0,0%), pada bagian Chemical sebanyak 0 pekerja (0,0%),

pada bagian Fiberline 1 pekerja (25,0%) dan secara keseluruhan sebanyak 1

pekerja (10,0%) dengan range skor 105 – 139, dan pekerja yang mengalami stres

dengan tingkat stres tinggi yaitu pada bagian Woodyard sebanyak 4 pekerja

(100,0%), pada bagian Chemical sebanyak 2 pekerja (100,0%), pada bagian

Fiberline 3 pekerja (75,0%) dan secara keseluruhan sebanyak 9 pekerja (90,0%)

dengan range skor 70-104. Lain halnya dengan shift malam, pada shift malam

lebih banyak pekerja yang mengalami stres pada tingkat tinggi. Hal ini disebabkan

karena tidak dapat beristirahat secara cukup dikarenakan shift malam yang

merupakan waktu untuk tidur dan beristirahat namun harus menjalankan tugas dan

tanggungjawab yang bersifat monoton dan harus dilakukan dengan teliti sehingga

harus selalu fokus pada layar komputer. Dalam hal ini pekerja harus

mengorbankan waktu tidurnya dan harus selalu berkonsentrasi di jam-jam berat

yang memaksa mereka untuk tidur. Mereka harus terjaga sepanjang malam.

Walaupun karyawan shift malam dapat tidur pada siang hari, akan tetapi durasi

tidur pada siang hari biasanya lebih pendek dibandingkan malam hari (kira-kira 2-

Universitas Sumatera Utara


61

3 jam lebih pendek), dan tidur siang hari juga tidak mempunyai kualitas sebaik

tidur malam karena pengaruh adanya cahaya matahari, kebisingan dan lain-lain.

Kelelahan dan gangguan perut sering dikeluhkan para pekerja shift malam. Hal ini

menyebabkan pekerja pada shift ini lebih banyak merasakan stres pada tingkat

tinggi. Dan pada shift malam jugalah shift yang paling tinggi tingkat stresnya dari

shift pagi dan sore.

Hal-hal yang telah dijelaskan diatas disebabkan juga karena sulitnya

menyesuaikan diri dengan sistem shift karena sistem shift rotasi, karena selalu

membutuhkan penyesuaian waktu seperti, waktu tidur, waktu makan, dan waktu

berkumpul bersama keluarga secara berulang-ulang. Dari hasil penelitian juga

didapat tingkat perbedaan setiap shift. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Marchelia (2014) yang menyatakan terdapat perbedaan tingkat stres

antara shift pagi, sore dan malam pada karyawan. Penelitian ini juga didukung

penelitian Wahyu (2000) yang menyimpulkan bahwa shift kerja berpengaruh

terhadap tingkat stres tenaga kerja dan paling tinggi berada pada shift malam.

Juga didukung dengan penelittian yang dilakukan Nogawa dkk (2005), dalam

penelitian mereka terhadap 4.962 pekerja pabrik baja menemukan adanya

peningkatan stres kerja pada pekerja dengan shift dibandingkan dengan pekerja

tanpa shift.

Faktor yang mendorong untuk terjadinya stres kerja pada pekerja operator DCS

bagian produksi PT Toba Pulp Lestari Tbk disebabkan tuntutan tugas sebagai

operator yang dimana harus memantau mesin-mesin yang ada pada bagian

produksi yang terdapat pada layar komputer secara teliti dan harus dengan

Universitas Sumatera Utara


62

konsentrasi penuh. Pekerjaan mereka dapat dikategorikan pekerjaan yang

monoton namun termasuk beban kerja tipe berat karena termasuk menguras

pikiran dan konsentrasi yang penuh serta harus mampu memberikan tindakan

secara cepat pada saat menjalankan tugasnya. Dimana waktu untuk makan saja

pun mereka sebisa mungkin diiringi dengan bekerja, karena tuntutan tugas

pekerjaan mereka, dan akan ada saat dimana akan terjadi mesin yang berhenti,

mesin yang bocor atau lain sebagainya. Maka saat itu mereka harus segera

mengambil tindakan seperti halnya menghentikan salah satu mesin, atau menutup

dan membuka pipa mesin dan lain sebagainya dengan terstruktur tanpa

mengganggu mesin yang lain. Hal ini juga semakin berat karena bekerja dengan

sistem shift. Dengan beban kerja pekerja operator yang menguras konsentrasi

semakin berat dengan sistem kerja mereka yang menerapkan sistem shift. Dimana

seperti telah dijelaskan sebelumnya, sistem shift tersebut didapat menyebabkan

gangguan tidur, gangguan pencernaan, kelelahan, dan gangguan kehidupan sosial.

Sulitnya menyesuaikan diri dengan sistem shift yng dimana shift yang dianut

adalah sistem shift rotasi. Pekerja operator DCS bisa dikatakan hampir tidak

mempunyai waktu istirhat selama bekerja, hanya ada waktu-waktu singkat yang

didapat saat mesin berjalan baik, itupun hanya sekitar 5 menit saja. Setiap shift

mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Seperti halnya shift pagi,

walaupun pagi hari rasa jenuh masih minim, namun pada pagi hari tekanan dari

pimpinan yang selalu memberi pengawasan setiap melakukan pekerjaan,

melakukan pengecekan laporan, dan pekerjaan yang dilakukan sebelumnya,

semua permasalahan yag terjadi pada malam hari dilesesaikan keesokan paginya

Universitas Sumatera Utara


63

seperti mesin-mesin yang bermasalah. Tuntutan kerja yang diberikan dan

pengawasan yang dilakukan atasan memicu stres pada pekerja shift pagi. Hal ini

sejalan dengan penelitian Pangayuanti (2010) menyatakan bahwa sebagian besar

responden mengalami tingkat stres sedang yang disebabkan oleh faktor struktur

organisasi sebesar 84,2% seperti kebijakan kantor dan tuntutan kerja yang

diberikan atasan, berarti faktor struktur organisasi mempunyai hubungan dengan

stres kerja.

Monk dan Tepas dalam Munandar (2006) menyatakan bahwa shift kerja

merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Marchelia (2014)

mengatakan bahwa, karyawan yang bekerja dengan shift cenderung mengalami

stres. Namun, karyawan yang bekerja pada malam hari cenderung lebih stres

karena mengalami rasa lelah, mengantuk dan tidak konsentrasi dalam bekerja.

Berbeda dengan karyawan yang bekerja pada shift pagi yang lebih bersemangat

dan lebih fokus sehingga tingkat stres berkurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Firmana (2011),

diperoleh hasil bahwa adanya hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada

karyawan bagian operation PT Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa

Barat. Monk dan Tepas (Munandar, 2006) mengatakan shift kerja malam

merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Para pekerja shift

lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut daripada pekerja

pagi/siang dan dampak dari shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin

menyebabkan gangguan perut. Pengaruhnya adalah emosional dan biologikal,

Universitas Sumatera Utara


64

karena gangguan ritme circadian dari tidur/daur keadaan bangun (wake cycle),

pola suhu, dan ritme pengeluran adrenalin.

Hasil penelitian ini juga didukung penelitian yang dilakukan Prismayanti dkk

(2010) menyatakan didapatkan hubungan yang signifikan antara shift kerja

dengan stres kerja pada perawat rawat inap.

Hubungan Karakteristik Responden dengan Stres Kerja

Hubungan Umur dengan Stres Kerja

Dari hasil uji bivariat terhadap karakteristik responden berdasarkan umur didapat

nilai significancy adalah 0,000 dimana nilai p < 0,05 maka dapat diambil

kesimpulan bahwa ada hubungan umur dengan stres kerja pada karyawan operator

DCS PT Toba Pulp Lestari Tbk 2017.

Hasil penelitian yang didapat semua pekerja yang berumur ≥47 tahun berada pada

tingkat stres tinggi dengan jumlah pekerja 17 pekerja (100,0%), hal ini

dikarenakan semakin tinggi umur pekerja, maka mereka semakin mudah untuk

mengalami rasa jenuh dan stres. Para pekerja yang umurnya lebih dari 47 tahun

mengatakan semakin turun konsentrasi dalam bekerja apalagi jika shift sore

ataupun malam. Umur yang semakin tua memicu untuk mengalami stress dalam

bekerja. Lechman dalam Jumeidi (2007) mengemukakan bahwa umur merupakan

salah satu yang mempengaruhi produktivitas kerja. Dengan bertambahnya usia,

kecekatan, kekuatan fisik dan kesehatan akan ikut mengalami kemunduruan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitri (2013) yang menyatakan

bahwa umur adalah salah satu hal yang mempengaruhi stres kerja seseorang. Hal

Universitas Sumatera Utara


65

ini juga sejalan dengan peneitian yang dilakukan Ratih dan Suwandi (2013) yang

menunjukkan bahwa semakin lanjut usia seseorang, mengalami kecenderungan

stres kerja semakin besar.

Menurut Greenberg dalam Firdaus (2005) semakin tua seseorang maka semakin

mudah terserang stres, hal ini disebabkan beberapa hal. Pertama, semakin tua

seseorang maka semakin berkurangnya daya tahan tubuh terhadap tekanan dan

beban yang diterimanya seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh. Kedua,

pertambahan umur akan memunculkan pertambahan tanggung jawab dan harapan-

harapan, serta tuntutan yang muncul dari orang-orang disekitar akan melakukan

perubahan dalam kehidupan.

Hubungan Lama Kerja dengan Stres Kerja

Dari hasil uji bivariat terhadap karakteristik responden berdasarkan lama kerja

didapat nilai significancy adalah 0,000 dimana nilai p < 0,05 maka dapat diambil

kesimpulan bahwa “ada hubungan lama kerja dengan stres kerja pada karyawan

operator DCS PT Toba Pulp Lestari Tbk 2017”.

Hasil penelitian yang didapat lebih banyak pekerja dengan lama kerjanya ≥10

tahun berada pada tingkat stres tinggi dengan jumlah pekerja 18 pekerja (94,7%).

Hal ini disebabkan semakin lama mereka melakukan pekerjaannya, semakin

muncul rasa jenuh dan bosan terhadap pekerjaan tersebut. Pekerja operator merasa

semakin lama mereka bekerja, maka rasa jenuh, bosan dan stress semakin sering

dirasakan. Apalagi pekerjaan yang di kerjakan bersifat monoton yang memicu

kebosanan dua kali lebih tinggi dari pekerjaan yang bersifat tidak monoton.

Sehingga memicu pekerja tersebut menjadi stres. Hal ini sejalan dengan penelitian

Universitas Sumatera Utara


66

yang dilakukan Tarigan (2004) yang menyatakan masa kerja mempunyai

hubungan yang bermakna dengan terjadinya stres kerja. Hal ini juga sesuai

dengan analisis penelitian Siboro (2008) yang menyatakan bahwa semakin lama

masa kerja seseorang maka semakin stres didalam pekerjaannya. Hal ini dapat

terjadi karena pekerja yang sudah mempunyai masa kerja yang lama dapat

menimbulkan kebosanan dalam bekerja atau merasakan kerja yang monoton

dalam waktu yang lama.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis

terhadap sampel sebanyak 32 pekerja operator DCS bagian produksi, diperoleh

data sebagai berikut:

Pekerja yang mengalami stres dengan tingkat stres sedang berjumlah 14 orang

(43,8%), dan yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi berjumlah 18

orang (56,3%).

Ada hubungan antara shift kerja dengan stres kerja pada pekerja operator DCS

bagian produksi PT. Toba Pulp Lestari Tbk 2017 dengan nilai p value 0,000.

Ada hubungan antara umur dengan stres kerja pada pekerja operator DCS bagian

produksi PT. Toba Pulp Lestari Tbk 2017 dengan nilai p value 0,000.

Ada hubungan antara lama kerja dengan stres kerja pada pekerja operator DCS

bagian produksi PT. Toba Pulp Lestari Tbk 2017 dengan nilai p value 0,000.

Saran

Sebaiknya melakukan rotasi pekerja, dimana para pekerja yang berumur ≥ 47

tahun sebaiknya tidak ditempatkan lagi bekerja dengan sistem shift, melainkan

menjadi sistem general (08.00-17.00) yang sudah ada di perusahaan.

67
Universitas Sumatera Utara
68

Sebaiknya melakukan rotasi pekerja, dimana pekerja yang sudah bekerja ≥ 10

tahun ditempatkan dengan sistem general (08.00-17.00) yang sudah ada di

perusahaan.

Sebaiknya perusahaan mengelola stres dengan pendekatan program kesejahteraan

yang meliputi fisik dan mental karyawan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2002 .Hubungan antara Tipe Kepribadian dan Tipe Circadian


dengan Sikap terhadap Kerja Shift. Jurnal Organisasi dan Manajemen:59-
68.Vol.3.No.1.http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:80
16/9/pengarang:irma/offset /0/limit/15.pdf (diaskses 9 Desember 2016).
Anoraga, P. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Firdaus, H. 2005. Pengaruh Shift Kerja terhadap Kejadian Stres pada Tenaga
Kerja dibagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN 4 Kebun Pabatu Tebing
Tinggi 2005. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, Medan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/ 32151 (diakses 31
Juli 2017)
Firmana. 2011. Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Karyawan
Bagian Operation PT. Newmont Nusa Tenggara Di Kabupaten Sumba Barat.
KESMAS. Vol. 5. No. 1. Januari 2011: 1-67. Diakses pada 10 Desember
2016.http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/view/ 1086.
Fitri, Azizah Musliha. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stres Kerja pada Karyawan Bank (Studi pada Karyawan Bank
BMT). Universitas Diponegoro Semarang : JKM, 2 (1) : hal. 1 – 10.

Haqqoh, Arinil. 2016. Stres Kerja Karyawan dan Kemampuan Berpikir


Divergen. Universitas Muhammadiyah Malang : JIPI, 4 (1) : hal. 16 – 30.

Juliyati, R. Saam, dan Z. Nopriadi. 2014. Hubungan Shift Kerja dan


Kebisingan dengan Stres Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi Gilingan
PT. Riau Crumb Rubber Factory Pekanbaru. Dinamika Lingkungan
Indonesia, ISSN 2356-2226. Vol 1. No. 2. Juli 2014: 88-96. Diakses pada 10
Desember 2016.https://ejournal.unri.ac.id/index.php/ DL/article/download/
2302/2268

Marchelia. 2014. Stres Kerja ditinjau dari Shift Kerja pada Karyawan.
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. ISSN 2301-8267. Vol. 02. No. 01. Januari
2014:130-143.http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:8016/9/pen
garang:irma/offset/0/limit/15.pdf(Diakses Saturday, December 1, 2016, 1:28:26
PM)
Munandar, A.S., 2006. Psikologi Organisasi dan Industri. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Pangayuanti, D. 2010. Hubungan antara Faktor Eksternal & Faktor Internal
dengan Stres Kerja Pada Unit Kerja Teller Di PT. Bank BCA KCU Veteran
Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga Surabaya.

69

Universitas Sumatera Utara


70

Prismayanti, F.I. Alifin, dan Suratmi. 2010. Hubungan Shift Kerja dengan Stres
Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soegiri Lamongan. SURYA. Vol.03, No.VII, Des 2010:1-9. Diakses pada 10
Januari 2017.
Ratih,Y.F.E. dan Suwandi, T. 2013. Analisis Hubungan Antara Faktor
Individu dan Beban Kerja Fisik dengan Stres Kerja di Bagian Produksi di
PT. X Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,
Vol.2, No. 2 Jul-Des 2013: 97 – 105. Diakses pada 31 Juli 2017.
http://journal.unair.ac.id/
Siboro, T. S., 2008. Hubungan Kondisi Kerja dan Karakteristik Individual
Dengan Stres Kerja Pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Lubuk Pakam 2008. Tesis FKM-USU. Medan. Diakses pada 31 Juli 2017.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7041
Sormin, T. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pekerja
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT.PN VII Bekri Lampung Tengah.
Poltekkes Tanjungkarang : Jurnal Keperawatan, XII (1) : hal 46 – 51.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Suma’mur, P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Gunung
Agung. Jakarta.
Syam, R.J., (2007). Analisis Pengaturan Shift Kerja yang Tepat untuk
Menjaga Kestabilan Performansi Kerja Karyawan dengan Menggunakan
PsychoPhysiology Method. Yogyakarta. Tugas Akhir : FTI UII. Diakses tanggal
31 Juli 2017. https://www.scribd. com/doc/85340069/Tugas-Akhir-UII-F-ti-
industri-Analisis-Shift-Kerja-Un tuk-Performansi-Kerja-Menggunakan-Psycho-
Physiology-Method-Studi-Kasus-Di-BRI-Katamso-Yogyakarta
Tarigan, L., 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja
Perawat di Ruang Bedah RSU St. Elisabeth Medan. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Medan. (diakses pada 31 Juli
2017) http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33274
Tarwaka, S., Bakri, dan Sudiajeng, L., 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan Kerja
Dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Pers.
Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja Edisi II. Surakarta: Harapan Press.
Umam, K. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: Pustaka Setia
Winarsunu, T. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press

Universitas Sumatera Utara


71

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


72

Lampiran 2. Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


73

Universitas Sumatera Utara


79

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

KUESIONER

Saya Cyntia Irayanti Sitorus bermaksud meneliti tentang “HUBUNGAN

SHIFT KERJA DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN

OPERATOR DCS DI PT. TOBA PULP LESTARI TBK TAHUN 2017”.

Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara (USU) Medan. Pada penelitian ini peneliti akan bertanya

mengenai karakteristik pekerja, faktor intrinsik pekerjaan, faktor ekstrinsik

pekerjaan dan beberapa indikator perubahan akibat stres kerja. Wawancara akan

berlangsung selama 15-20 menit. Responden diharapkan menjawab setiap

pertanyaan sejujur-jujurnya. Setiap jawaban anda akan dijaga

kerahasiaannya dari siapapun dan tidak akan mempengaruhi penilaan

terhadap kinerja anda, kemudian kuesioner ini akan disimpan oleh peneliti.

Untuk itu mohon kesediannya kepada Bapak operator dcs PT. Toba Pulp Lestari

selaku responden untuk mengisi kuesioner ini.

Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju

untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Porsea ,.....................................2017

(...........................................) (...........................................)

Peneliti Responden

Universitas Sumatera Utara


80

Sedang masuk pada shift :

Operator DCS bagian :

Keterangan pengisian kuesioner

Skor kuesioner mulai dari Tidak Pernah, Jarang, Agak Sering, Sering, dan Selalu

dijelaskan menggunakan nominal atau menunjukkan frekuensi per minggu mulai

dari 0 (nol) sampai dengan 7 untuk menjelaskan tingkat perbedaan dari skor

tersebut.

Tidak pernah (0 dalam seminggu), Jarang (1 – 2 kali dalam seminggu), Agak

Sering (3 – 4 kali dalam seminggu), Sering (5 – 6 kali dalam seminggu), dan

Selalu (7 kali dalam seminggu).

Universitas Sumatera Utara


81

Nama:

Umur:

Lama Bekerja di Operator DCS Deprt. Produksi:

Skor
No. Daftar Pertanyaan Tidak Agak Seri
Jarang Selalu
Pernah Sering ng
Saya sangat jelas terhadap
1. apa yang saya harapkan di
tempat kerja.
Saya dapat memutuskan
2. pada saat saya mau
beristirahat.
Perbedaan antara group
3. kerja di tempat kerja sangat
sulit untuk dikombinasikan.
Saya tahu bagaimana cara
4. menyelesaikan pekerjaan
dengan baik.
Saya mendapatkan
5. perlakukan yang kurang
baik di tempat kerja.
Saya tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan
6.
berdasarkan deadline yang
telah ditetapkan.
Jika saya mendapatkan
kesulitan pekerjaan, maka
7.
rekan kerja saya akan
membantunya.
Saya diberikan umpan balik
8. yang positif pada pekerjaan
yang saya kerjakan.
Saya harus bekerja dengan
9.
sangat intensif.
Saya dapat mengontrol
10.
kecepatan irama kerja.
Saya sangat jelas terhadap
11. tugas dan tanggung jawab
pekerjaan saya.
Saya mengabaikan
beberapa tugas karena
12.
terlalu banyak pekerjaan
yang harus saya kerjakan.

Universitas Sumatera Utara


82

Saya dapat mengetahui


dengan jelas tentang apa
13. yang menjadi sasaran dan
tujuan perusahaan.

Terdapat friksi atau gesekan


14. di antara rekan kerja di
tempat kerja saya.
Saya mempunyai pilihan
untuk memutuskan
15.
bagaimana saya harus
bekerja.
Saya tidak dapat
16.
beristirahat secara cukup.
Saya memahami bagaimana
menyesuaikan pekerjaan ke
17.
dalam tujuan organisasi
kerja secara keseluruhan.
Saya mendapatkan tekanan
18. untuk bekerja dalam waktu
yang lama.
Saya mempunyai pilihan
19. untuk memutuskan apa
yang harus saya kerjakan.
Saya harus bekerja dengan
20.
sangat cepat.
Saya mendapatkan gertakan
21.
di tempat kerja.
Saya mendapatkan tekanan
22.
waktu yang tidak realistis.
Saya dapat menyampaikan
kepada manajer untuk
23. membantu saya dalam
penyelesaian masalah
pekerjaan.
Saya mendapatkan bantuan
dan dukungan dari rekan
24.
kerja tentang apa yang saya
perlukan.
Saya mendapat kemudahan
25. dalam pekerjaan yang saya
lakukan.
Saya mempunyai
kesempatan yang cukup
26.
untuk bertanya kepada
manajer tentang perubahan

Universitas Sumatera Utara


83

kerja.
Saya mendapatkan
perhatian yang baik di
27.
tempat kerja dari rekan
kerja.
Karyawan selalu dapat
28. berkonsultasi tentang setiap
adanya perubahan kerja.
Saya dapat berbicara
dengan manajer tentang
29.
segala sesuatu yang dapat
mengganggu pekerjaan.
Waktu kerja saya sangat
30.
fleksibel.
Rekan kerja saya selalu
mau mendengarkan keluhan
31.
saya tentang masalah
pekerjaan.
Jika terdapat perubahan
sistem kerja, saya dapat
mengetahui secara jelas
32.
tentang bagaimana
perubahan tersebut
dilakukan.
Saya mendapatkan
33. dukungan secara baik dari
rekan kerja dan manajer.
Hubungan antara individu
34. tidak berjalan dengan
semestinya di tempat kerja.
Jajaran manajer selalu
35. memperhatikan saya di
tempat kerja.
Jumlah Skor per Kolom =
TOTAL SKOR STRES INDIVIDU

...........................2017
Tanda tangan

(..................................)

Sumber : Tarwaka (2015)

Universitas Sumatera Utara


84

Lampiran 5. Master Data

NP UP LK SF SK UK LKK SFK SKK


AL 48 10 3 101 2 2 3 2
EG 47 10 3 100 2 2 3 2
JS 44 8 1 107 1 1 1 1
RS 40 8 1 105 1 1 1 1
SM 44 2 2 105 1 1 2 1
JB 46 7 2 108 1 1 2 1
DG 50 10 3 102 2 2 3 2
AS 48 11 3 100 2 2 3 2
TS 45 2 1 108 1 1 1 1
RE 46 9 1 109 1 1 1 1
HS 44 9 1 110 1 1 1 1
AM 40 8 1 122 1 1 1 1
WS 49 10 2 104 2 2 2 2
JFN 48 12 2 104 2 2 2 2
SS 49 10 3 103 2 2 3 2
SW 48 13 3 104 2 2 3 2
IS 49 14 2 101 2 2 2 2
PS 53 15 2 104 2 2 2 2
WI 44 15 2 104 1 2 2 2
AS 48 15 2 100 2 2 2 2
AMS 42 14 1 106 1 2 1 1
LWPS 37 4 1 105 1 1 1 1
HP 37 1 1 115 1 1 1 1
MM 36 3 1 108 1 1 1 1
PSS 49 15 2 100 2 2 2 2
SO 47 15 2 102 2 2 2 2
US 49 15 2 100 2 2 2 2
MMZ 46 9 2 111 1 1 2 1
DS 36 3 3 114 1 1 3 1
SU 51 15 3 102 2 2 3 2
BM 48 15 3 102 2 2 3 2
RS 52 15 3 103 2 2 3 2
SK = Stres Kerja
Keterangan: UK = Umur Kategori
NP = Nama Pekerja LKK = Lama Kerja Kategori
UP = Umur Pekerja SFK = Shift Kategori
LK = Lama Kerja SKK = Stres Kerja Kategori
SF = Shift

Universitas Sumatera Utara


74

Lampiran 6. Output

Frequency Table
UmurK

Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent e Percent
Valid < 47 Tahun 15 46.9 46.9 46.9
>= 47 Tahun 17 53.1 53.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

LamaKerjaK
Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent e Percent
Valid < 10 Tahun 13 40.6 40.6 40.6
>= 10 Tahun 19 59.4 59.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

ShiftK (Woodyard)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pagi 2 25,0 25,0 25,0
Sore 2 25,0 25,0 50,0
Malam 4 50,0 50,0 100,0
Total 8 100,0 100,0

ShiftK (Chemical)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pagi 4 50,0 50,0 50,0
Sore 2 25,0 25,0 75,0
Malam 2 25,0 25,0 100,0
Total 8 100,0 100,0

ShiftK (Fiberline)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pagi 4 25,0 25,0 25,0
Sore 8 50,0 50,0 75,0
Malam 4 25,0 25,0 100,0
Total 16 100,0 100,0

ShiftK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pagi 10 31.3 31.3 31.3
Sore 12 37.5 37.5 68.8

Universitas Sumatera Utara


75

Malam 10 31.3 31.3 100.0


Total 32 100.0 100.0

StresK (Woodyard)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 4 50,0 50,0 50,0
Tinggi 4 50,0 50,0 100,0
Total 8 100,0 100,0

StresK (Chemical)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 4 50,0 50,0 50,0
Tinggi 4 50,0 50,0 100,0
Total 8 100,0 100,0

StresK (Fiberline)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 6 37,5 37,5 37,5
tinggi 10 62,5 62,5 100,0
Total 16 100,0 100,0

StresK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 14 43.8 43.8 43.8
Tinggi 18 56.3 56.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


76

ShiftK * StresK Crosstabulation (Woodyard)

StresK2 Total
Sedang Tinggi Sedang
ShiftK Pagi Count 2 0 2
% within ShiftK 100,0% ,0% 100,0%
% within StresK2 50,0% ,0% 25,0%
% of Total 25,0% ,0% 25,0%
Sore Count 2 0 2
% within ShiftK 100,0% ,0% 100,0%
% within StresK2 50,0% ,0% 25,0%
% of Total 25,0% ,0% 25,0%
Malam Count 0 4 4
% within ShiftK ,0% 100,0% 100,0%
% within StresK2 ,0% 100,0% 50,0%
% of Total ,0% 50,0% 50,0%
Total Count 4 4 8
% within ShiftK 50,0% 50,0% 100,0%
% within StresK2 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Exact
Sig. (2- Exact Sig. Sig. (1- Point
Value df sided) (2-sided) sided) Probability
Pearson Chi-
8,000(a) 2 ,018 ,029
Square
Likelihood Ratio 11,090 2 ,004 ,029
Fisher's Exact
6,901 ,029
Test
Linear-by-Linear
5,727(b) 1 ,017 ,029 ,014 ,014
Association
N of Valid Cases
8

a 6 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
b The standardized statistic is 2,393.

Universitas Sumatera Utara


77

ShiftK * StresK Crosstabulation (Chemical)

StresK2 Total
Sedang Tinggi Sedang
ShiftK Pagi Count 4 0 4
% within ShiftK 100,0% ,0% 100,0%
% within StresK2 100,0% ,0% 50,0%
% of Total 50,0% ,0% 50,0%
Sore Count 0 2 2
% within ShiftK ,0% 100,0% 100,0%
% within StresK2 ,0% 50,0% 25,0%
% of Total ,0% 25,0% 25,0%
Malam Count 0 2 2
% within ShiftK ,0% 100,0% 100,0%
% within StresK2 ,0% 50,0% 25,0%
% of Total ,0% 25,0% 25,0%
Total Count 4 4 8
% within ShiftK 50,0% 50,0% 100,0%
% within StresK2 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Exact
Sig. (2- Exact Sig. (2- Sig. (1- Point
Value df sided) sided) sided) Probability
Pearson Chi-
8,000(a) 2 ,018 ,029
Square
Likelihood Ratio 11,090 2 ,004 ,029
Fisher's Exact
6,901 ,029
Test
Linear-by-Linear
5,727(b) 1 ,017 ,029 ,014 ,014
Association
N of Valid Cases
8

a 6 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
b The standardized statistic is 2,393.

Universitas Sumatera Utara


78

ShiftK * StresK Crosstabulation (Fiberline)

StresK2 Total
sedang tinggi sedang
ShiftK Pagi Count 4 0 4
% within ShiftK 100,0% ,0% 100,0%
% within StresK2 66,7% ,0% 25,0%
% of Total 25,0% ,0% 25,0%
Sore Count 1 7 8
% within ShiftK 12,5% 87,5% 100,0%
% within StresK2 16,7% 70,0% 50,0%
% of Total 6,3% 43,8% 50,0%
Malam Count 1 3 4
% within ShiftK 25,0% 75,0% 100,0%
% within StresK2 16,7% 30,0% 25,0%
% of Total 6,3% 18,8% 25,0%
Total Count 6 10 16
% within ShiftK 37,5% 62,5% 100,0%
% within StresK2 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 37,5% 62,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Exact
Sig. (2- Sig. (2- Exact Sig. Point
Value df sided) sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-
9,067(a) 2 ,011 ,022
Square
Likelihood Ratio 10,643 2 ,005 ,022
Fisher's Exact
8,191 ,022
Test
Linear-by-Linear
4,500(b) 1 ,034 ,071 ,035 ,032
Association
N of Valid Cases
16

a 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,50.
b The standardized statistic is 2,121.

Universitas Sumatera Utara


79

ShiftK * StresK Crosstabulation

StresK2 Total
Sedang Tinggi Sedang
ShiftK Pagi Count 10 0 10
% within ShiftK 100,0% ,0% 100,0%
% within StresK2 71,4% ,0% 31,3%
% of Total 31,3% ,0% 31,3%
Sore Count 3 9 12
% within ShiftK 25,0% 75,0% 100,0%
% within StresK2 21,4% 50,0% 37,5%
% of Total 9,4% 28,1% 37,5%
Malam Count 1 9 10
% within ShiftK 10,0% 90,0% 100,0%
% within StresK2 7,1% 50,0% 31,3%
% of Total 3,1% 28,1% 31,3%
Total Count 14 18 32
% within ShiftK 43,8% 56,3% 100,0%
% within StresK2 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-
19,200(a) 2 ,000 ,000
Square
Likelihood
23,862 2 ,000 ,000
Ratio
Fisher's Exact
20,054 ,000
Test
Linear-by-
Linear 15,943(b) 1 ,000 ,000 ,000 ,000
Association
N of Valid
Cases 32

a 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,38.
b The standardized statistic is 3,993.

Universitas Sumatera Utara


80

UmurK * StresK2 Crosstabulation

StresK2 Total
Sedang Tinggi Sedang
UmurK < 46 Tahun Count 12 2 14
Expected Count 6.6 7.4 14.0
% within UmurK 85.7% 14.3% 100.0%
% within StresK2 80.0% 11.8% 43.8%
% of Total 37.5% 6.3% 43.8%
>= 47 Tahun Count 3 15 18
Expected Count 8.4 9.6 18.0
% within UmurK 16.7% 83.3% 100.0%
% within StresK2 20.0% 88.2% 56.3%
% of Total 9.4% 46.9% 56.3%
Total Count 15 17 32
Expected Count 15.0 17.0 32.0
% within UmurK 46.9% 53.1% 100.0%
% within StresK2 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 46.9% 53.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Exact
Sig. (2- Sig. (2- Exact Sig. Point
Value df sided) sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-
15.077(b) 1 .000 .000 .000
Square
Continuity
12.431 1 .000
Correction(a)
Likelihood Ratio 16.533 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact
.000 .000
Test
Linear-by-Linear
Association 14.606(c) 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 32

a Computed only for a 2x2 table


b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.56.
c The standardized statistic is 3.822.

Universitas Sumatera Utara


81

LamaKerjaK * StresK2 Crosstabulation

StresK2 Total
Sedang Tinggi Sedang
LamaKerjaK < 10 Tahun Count 11 1 12
Expected Count 5.6 6.4 12.0
% within LamaKerjaK 91.7% 8.3% 100.0%
% within StresK2 73.3% 5.9% 37.5%
% of Total 34.4% 3.1% 37.5%
>= 10 Tahun Count 4 16 20
Expected Count 9.4 10.6 20.0
% within LamaKerjaK 20.0% 80.0% 100.0%
% within StresK2 26.7% 94.1% 62.5%
% of Total 12.5% 50.0% 62.5%
Total Count 15 17 32
Expected Count 15.0 17.0 32.0
% within LamaKerjaK 46.9% 53.1% 100.0%
% within StresK2 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 46.9% 53.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Exact Exact


Sig. (2- Sig. (2- Sig. (1- Point
Value df sided) sided) sided) Probability
Pearson Chi-
15.469(b) 1 .000 .000 .000
Square
Continuity
12.725 1 .000
Correction(a)
Likelihood Ratio 17.336 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact
.000 .000
Test
Linear-by-Linear
Association 14.985(c) 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 32

a Computed only for a 2x2 table


b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.63.
c The standardized statistic is 3.871.

Universitas Sumatera Utara


88

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi Penelitian

Gambar Lampiran 1. Ruang Operator DCS Fiber Line

Gambar Lampiran 2. Pekerja Operator DCS saat sedang bekerja

Universitas Sumatera Utara


89

Gambar Lampiran 3. Pengisian kuesioner oleh Operator DCS

Universitas Sumatera Utara


90

Gambar Lampiran 4. Woodyard

Universitas Sumatera Utara


91

Gambar Lampiran 5. Chemical

Universitas Sumatera Utara


92

Gambar Lampiran 6. Fiberline

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai