Anda di halaman 1dari 115

SKRIPSI

FAKTOR YANG BEHUBUNGAN DENGAN TEKANAN


DARAH DI LINGKUNGAN KERJA PANAS PADA
PEKERJA DAPUR CATERING SERUNI PUSAT
BONTO DURI KOTA MAKASSAR
TAHUN 2018

SHABRINA FAUZIAH MUHAMMAD


K11114514

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
RINGKASAN

Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SHABRINA FAUZIAH MUHAMMAD


“FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH DI
LINGKUNGAN KERJA PANAS PADA PEKERJA DAPUR CATERING
SERUNI PUSAT BONTO DURI KOTA MAKASSAR TAHUN 2018”
(xvii + 72 Halaman + 23 Tabel + 2 Gambar + 9 Lampiran)

Salah satu tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan
kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat sehingga produktivitas meningkat. Suhu
yang nyaman untuk lingkungan kerja berkisar 20 oC hingga 27oC dan apabila melebihi akan
membuat pekerja merasa tidak nyaman. Tekanan panas merupakan gabungan dari iklim
kerja dengan panas metabolisme tubuh. Salah satu pekerja yang berisiko terkena tekanan
panas adalah mereka yang bekerja di dapur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor yang berhubungan dengan tekanan darah di lingkungan kerja panas pada pekerja
dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional
study. Jumlah populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh pekerja sebanyak 38 orang.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis data yang
dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian
menunjukkan hubungan antara tekanan panas (p=0,026), usia (p=0,031), lama kerja
(p=0,017), masa kerja (p=0,033), dan status gizi (p=0,03) dengan tekanan darah sistol
pekerja. Sedangkan hubungan antara tekanan panas (p=0,077), usia (p=0,646), lama kerja
(p=0,47), masa kerja (p=0,957), dan status gizi (p=0,632) dengan tekanan darah diastol
pekerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tekanan panas, usia, lama
kerja, masa kerja, dan status gizi dengan tekanan darah sistol serta tidak ada hubungan
antara tekanan panas, usia, lama kerja, masa kerja, dan status gizi dengan tekanan darah
diastol pekerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar. Adapun saran
yang dapat peneliti berikan kepada perusahaan khususnya pihak manajemen sebaiknya
memperbaiki ventilasi udara di dapur, merotasi pekerja usia tua, dan memfasilitasi
makanan yang bernutrisi.

Kata kunci : Tekanan Darah, Tekanan Panas, Dapur


Daftar pustaka : 51 (1970-2017)

v
SUMMARY

Hasanuddin University
Public Health Faculty
Occupational Health and Safety

SHABRINA FAUZIAH MUHAMMAD


“FACTORS THAT LEAD TO BLOOD PRESSURE AT HOT WORK
ENVIRONMENTAL OF CATERING SERUNI BONTO DURI MAKASSAR
CITY’S KITCHEN WORKERS IN 2018”
(xvii + 72 pages + 23 tables + 2 pictures + 9 appendix)

One of goals of Occupational Safety and Health is to create a safe and health
working environment so the producticity increases. The comfortable temperature for work
environment ranges from 20oC to 27oC. Heat stress is combination of work climate and
metabolism. This study aims to determine factors lead to blood preasure in hot work
environmental of Catering Seruni Bonto Duri Makassar City’s kitchen workers. The type
of this research is observational analysic with cross-sectional study approach. This
research against 38 kitchen workers as samples as taken with total sampling technic. Data
analysis performed is univariate and bivariate with chi-square test. The result showed the
correlation between heat stress (p=0,026), age (p=0,031), length of work (p=0,017), work
of period (p=0,033), and nutrient status (p=0,03) with sistole blood preasure of workers.
In the other side, the correlation between heat stress (p=0,077), age (p=0,646), length of
work (p=0,47), work of period (p=0,957), and nutrient status (p=0,632) with diastole
blood preasure of workers. The conclution of this research is there is correlation between
heat stress, age, length of work, work of period, and nutrient status with sistole blood
preasure and the other side there is no correlation between heat stress, age, length of work,
work of period, and nutrient status with diastole blood preasure of Catering Seruni Bonto
Duri Makassar City’s kitchen workers. This research is suggest to the management of
catering to fixed the air ventilation at the kitchen, rotating the older worker, and facilitate
nutrition foods for workers.

Keywords : Blood Pressure, Heat Stress, Kitchen


References : 51 (1970-2017)

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, syukur yang tak akan pernah terhingga penulis haturkan

kepada ALLAH SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi

dengan judul “Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di

Lingkungan Kerja Panas pada Pekerja Dapur Catering Seruni Pusat Bonto

Duri Kota Makassar Tahun 2018” dapat terselesaikan dengan baik. Teriring

salam serta sholawat kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan

sahabatnya yang telah membawa kita ke alam penuh dengan ilmu pengetahuan

seperti sekarang ini.

Proses penyusunan skripsi ini tentunya tidak luput dari peran orang-orang

tercinta, maka pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada orang tua saya tercinta,

Ayahanda Ilham Abba, Ibunda Leni Marliani serta Ibunda Nurfadhillah yang

jasa-jasanya tidak akan pernah bisa terbalaskan oleh apapun, kepada adik-adikku

tersayang Mu’tiah Azizah, Muhammad Khaulid Abdullah, Khaula Nurul

Qalbina, Muhammad Usama Abdullah, Ulfah Qistih Mahmuda, Dzakira

Qurrata A’yun serta Keluarga Besar yang tak henti-hentinya mendoakan penulis

hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati, penulis juga ingin menyampaikan terima

kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

vii
1. Bapak Muhammad Rahmat, S.KM, M.Kes selaku pembimbing akademik yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menempuh pendidikan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

2. Ibu Dr. dr. Masyita Muis, MS., selaku dosen pembimbing I dan Bapak dr. Muh.

Rum Rahim, M.Kes., selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, saran, dan selalu sabar menghadapi peneliti

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak dr. M. Furqaan Naiem M.Sc., Ph.D, selaku ketua Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi

dalam peyusunan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. drg. Zulkifli, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin, atas izin penelitian yang telah diberikan.

5. Dosen Penguji Bapak Dr. Atjo Wahyu, SKM., M.Kes., Bapak Dian Saputra

Marzuki, SKM., M.Kes., dan Bapak Indra Dwinata, SKM., MPH., yang telah

memberikan bimbingan, saran, arahan, serta motivasi sehingga penyusunan

skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Dr. Lalu Muhammad Saleh, S.KM, M.Kes yang telah memberikan

bimbingan, arahan, bantuan, motivasi dan inspirasi terkait perkuliahan, skripsi

maupun mengenai kehidupan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Mayarakat atas bekal ilmu

pengetahuan yang telah diberikan selama di bangku kuliah.

viii
8. Kak Fatma, Pak Rahmat dan Kak Nita yang telah membantu penulis dalam hal

administrasi selama kuliah hingga berkahirnya skripsi ini.

9. Kakak Rahma selaku bagian dari Manajemen Catering Seruni Pusat Bonto Duri

atas ijin penelitian, bantuan, bimbingan serta dukungan yang telah diberikan

kepada penulis selama penelitian.

10. Para pegawai dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri yang telah bersedia

dengan ikhlas membantu menjadi responden dalam penelitian ini. Semoga kita

semua diberikan Keselamatan dan Kesehatan dalam setiap aktivitas kita.

11. Sahabat-sahabatku Indah Andriani, Meli Amanda, dan Refa Adinna yang selalu

memberi saran, masukan, dan motivasi kepada penulis dari Sekolah Dasar

hingga saat ini walaupun jauh berbeda pulau. Semoga sehat dan sukses selalu.

12. Tria Fardela teman seperjuangan dalam dosen pembimbing dan penelitian,

terima kasih atas bantuan, saran, dan telah sama-sama berjuang untuk

menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

13. Keluarga Besar KM FKM Unhas yang telah membesarkan penulis semenjak

menjadi mahasiswa baru hingga menjadi sekarang ini, mengajarkan arti senior-

junior merupakan sebuah keluarga bukan senioritas semata, dan semoga

silaturahmi tidak putus hingga akhir hayat.

14. Keluarga besar Ikatan Senat Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) yang

telah memberikan penulis kesempatan untuk mengepakkan sayap ke ranah

Nasional, memiliki banyak saudara baru dari Sabang hingga Merauke, dan

kesadaran bahwa sebagai mahasiswa kesehatan merupakan sosok yang berhati

mulia.

ix
15. Maperwa FKM Unhas Periode 2014-2016, BEM FKM Unhas Periode 2016-

2017, dan Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Komisariat Kesehatan

Masyarakat Cabang Makassar Timur yang telah memberikan kesempatan untuk

menjadi bagian dan mengembangkan diri penulis sehingga penulis

mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan.

16. Teman-teman Keep Istiqomah Asti Hardianti Azis, Faradiba, Nur Qalbi

Ramlan, Sarina, dan Widia Astuti Nur yang telah menemani penulis sejak

memulai perkuliahan perdana sampai skripsi ini terselesaikan. Semoga sukses

dan selalu istiqomah.

17. Rekan-rekan seperjuangan teman PBL Posko Balang Baru, terima kasih atas

kerjasamanya serta menyebarkan kebahagiaan kepada penulis sehingga

kesedihan dan kejenuhan yang penulis rasakan hilang ketika PBL hingga

penyelesaian skripsi ini.

18. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik DSM Bantaeng Desa Bonto

Lojong, terima kasih atas kerjasamanya semasa KKN, menjadi keluarga baru

dan memberikan motivasi kepada penulis.

19. Rekan-rekan OHSS, teman sejurusan K3 dan Angkatan 2014 (Vampir)

senantiasa memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

20. Keluarga besar UKM Sepak Bola Unhas yang telah memberikan penulis

kesempatan untuk bergabung serta mengenal banyak baru dan mengajarkan

akan kepedulian serta kekeluargaan itu merupakan hak untuk setiap manusia.

21. Keluarga besar Wardah Beauty Agent Makassar yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk bergabung, mengembangkan softskill dalam

x
public speaking, beauty skills, create events, membangun jaringan,

profesionalitas, serta kekeluargaan yang sangat luar biasa.

22. Coffee Crime Cafe yang telah memberikan ruang, inspirasi, dan kenyamanan

dalam penyelesaian skripsi ini.

23. Teman-teman seperantauan Astiana dan Rhangga Buana yang telah menemani,

menghiasi, dan menghibur penulis selama kuliah di Makassar.

24. Semua pihak saudara, teman, rekan yang mungkin penulis tidak sebut namanya

satu persatu yang telah menyemangati, membantu, memotivasi, dan mengkritik

dalam menyelesaikan skripsi hingga hidup ini.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, segala puji bagi Allah dan

semoga Allah melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, Mei 2018

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
RINGKASAN ........................................................................................................ v
SUMMARY .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10
A. Tinjuan Umum tentang Tekanan Panas ..................................................... 10
B. Tinjauan Umum tentang Tekanan Darah ................................................... 16
C. Tinjauan Umum tentang Usia .................................................................... 21
D. Tinjauan Umum tentang Lama Kerja ......................................................... 22
E. Tinjauan Umum tentang Masa Kerja ......................................................... 22
F. Tinjauan Umum tentang Status Gizi .......................................................... 23
G. Kerangka Teori........................................................................................... 24
BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 25
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ......................................................... 25
B. Kerangka Konsep ....................................................................................... 26
C. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 27
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................................ 28
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 31
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 31
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 31
xii
D. Instrumen Penelitian................................................................................... 32
E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ....................................................... 35
F. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 37
G. Penyajian Data ........................................................................................... 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 39
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 39
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 40
C. Pembahasan ................................................................................................ 56
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 68
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 70
A. Kesimpulan ................................................................................................ 70
B. Saran........................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja Indeks Basah dan Bola
(ISBB) ......................................................................................................15
Tabel 2. Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Manusia ...............................................15
Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah ......................................................................17
Tabel 4. Indeks Masa Tubuh Orang Indonesia .....................................................24
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada Pekerja Dapur di
Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 ......................................41
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja pada Pekerja
Dapurdi Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 ........................42
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja Dapur
di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 ..................................42
Tabel 8. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pekerja Dapur di Catering Seruni
Pusat Bonto Duri Tahun 2018 Kerja .......................................................43
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Panas pada Pekerja Dapur di
Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 .......................................45
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Usia pada Pekerja Dapur di Catering
Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 ....................................................45
Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja pada Pekerja Dapur di
Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 .....................................46
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja Dapur di
Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 .....................................47
Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi pada Pekerja Dapur di
Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 .....................................47
Tabel 14. Hubungan antara Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Sistol pada
Pekerja Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 ........48
Tabel 15. Hubungan antara Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Diastol pada
Pekerja Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 .........49
Tabel 16. Hubungan antara Usia dengan Tekanan Darah Sistol pada Pekerja
Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 ......................50
xiv
Tabel 17. Hubungan antara Usia dengan Tekanan Darah Diastol pada Pekerja
Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 ......................51
Tabel 18. Hubungan antara Lama Kerja dengan Tekanan Darah Sistol pada
Pekerja Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 .........52
Tabel 19. Hubungan antara Lama Kerja dengan Tekanan Darah Diastol pada
Pekerja Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 .........53
Tabel 20. Hubungan antara Masa Kerja dengan Tekanan Darah Sistol pada
Pekerja Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 .........53
Tabel 21. Hubungan antara Masa Kerja dengan Tekanan Darah Diastol pada
Pekerja Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 .........54
Tabel 22. Hubungan antara Status Gizi dengan Tekanan Darah Sistol pada Pekerja
Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 ......................55
Tabel 23. Hubungan antara Status Gizi dengan Tekanan Darah Diasol pada
Pekerja Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 .........56

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Teoritis ................................................................................ 24
Gambar 2. Skema Kerangka Konsep Penelitian ................................................... 26

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian


Lampiran 2. Tabel Induk
Lampiran 3. Lembar Pengukuran Tekanan Panas di Dapur Catering Seruni Pusat
Bonto Duri Kota Makassar Tahun 2018
Lampiran 4. Tabel Hasil Analisis Univariat dan Bivariat
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Kampus Universitas Hasanuddin
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Makassar
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era revolusi industri sekarang ini sudah banyak perusahan atapun

industri hadir baik dalam skala kecil, menengah maupun besar.

Industrialisasi akan selalu sinergi dengan implementasi teknologi tinggi,

penggunaan bahan dan peralatan yang semakin rumit dan kompleks. Namun

hal tersebut tidak diikuti dengan persiapan sumber daya manusianya.

Kecelakaan, peledakan, pencemaran lingkungan, kebakaran, dan timbulnya

penyakit akibat kerja (PAK) merupakan kejadian yang biasa terjadi akibat

faktor keterbatasan manusia. Situasi tersebut akan mengakibatkan kerugian

jiwa dan material, baik bagi tenaga kerja, pengusaha, masyarakat luas dan

pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan tindakan perencanaan program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan tujuan untuk melindungi

tenaga kerja dan masyarakat di sekitar industri atau perusahaan dari cacat,

cedera, kecelakaan, maupun penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja menurut International Labour

Organization (ILO) adalah suatu usaha untuk meningkatkan derajat

kesehatan pekerja baik secara fisik, mental, dan sosial. Selain itu,

keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 372/MEN/XI/2009

tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Nasional adalah melindungi tenaga kerja dalam melaksanakan

1
2

pekerjaannya melalui usaha-usaha pengendalian segala bentuk potensi

bahaya yang terdapat di lingkungan kerja agar terciptanya kondisi

lingkungan tempat kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi

lancar sehingga dapat menekan risiko kerugian dan meningkatnya

produktivitas.

Pekerja yang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan optimal

didukung oleh kondisi lingkungan yang nyaman sehingga dapat

mempengaruhi tingkat produktivitas dan efisiensi kerja. Kondisi iklim kerja

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja. Iklim

kerja terdiri dua yaitu iklim kerja panas dan iklim kerja dingin. Apabila

kondisi iklim kerja terlalu panas atau dingin, maka akan memberikan

dampak terhadap kondisi kesehatan maupun psikologis tenaga kerja. Iklim

kerja panas lebih banyak menimbulkan masalah kesehatan dibandingkan

dengan iklim kerja dingin. Iklim kerja panas dapat menyebabkan tekanan

panas di lingkungan kerja.

Tekanan panas merupakan gabungan dari iklim kerja dengan panas

metabolisme tubuh. Tekanan panas dapat menyebabkan gangguan

kesehatan pekerja apabila dibiarkan begitu saja.Menurut Ministry of Labour

(2014), gangguan kesehatan terkait tekanan panas antara lain heat rash, heat

cramps, fainting, heat exhaustion, dan heat stroke. Hal tersebut menjadi

kecaman terhadap pekerja di lingkungan kerja panas (Wahyuni, 2015).

Pekerja yang berisiko terkena tekanan panas adalah mereka yang bekerja

sebagai pemadam kebakaran, pembuat roti, pekerja di dapur, pekerja


3

laundri, petani, pekerja kontruksi, pekerja tambang, pekerja di ruang boiler,

pekerja pabrik dan sejenisnya (HSE, 2013 dan NIOSH, 2017).

Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Occupational Safety

and Health Administration (OSHA) menyatakan bahwa Aldridge Electric

Inc. perusahan yang berkantor pusat di Illinois, Amerika tidak menerapkan

program untuk menanggulangi tekanan panas yang memadai di tempat kerja

sehingga membuat pekerja barunya meninggal dunia keesokan hari setelah

bekerja pada hari pertama (ISHN, 2013). Selain itu, di tahun yang sama

telah meninggal salah satu buruh kerja di perusahaan Cooper Tank &

Welding Corp, Brooklyn pada saat memilah puing-puing konstruksi pada

ban berjalan dan lingkungan kerja sangat tinggi sehingga pekerja tersebut

jatuh dan meninggal karena mengalami heat exhaustion (OSHA, 2013).

Sebanyak ribuan pekerja konstruksi migran di Qatar termasuk

pekerja proyek pembangunan fasilitas olahraga (Stadium) untuk World Cup

2022 terancam hidupnya akibat dari cuaca yang panas. Pada kampanye yang

dilakukan oleh Human Right Watch (HRW) menyatakan dengan kuat bahwa

setiap tahunnya ratusan pekerja meninggal, akan tetapi pihak Qatar menolak

untuk melakukan investigasi dan memberikan informasi yang cukup kepada

publik mengenai kematian tersebut dikarenakan pekerjaan yang dilakukan

pada iklim yang ekstrim (Conn, 2017).

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja

panas dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dan dapat berakibat fatal.

Lingkungan kerja yang nyaman bagi kebanyakan manusia untuk bekerja


4

memiliki temperatur sekitar 20oC sampai 27oC apabila melebihi dari suhu

tersebut maka akan membuat orang merasa tidak nyaman. Selama tubuh

dapat beradaptasi dengan panas maka tidak akan menimbulkan kerugian,

namun kondisi lingkungan yang temperaturnya sangat tinggi dapat

menggangu mekanisme adaptasi tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius

bahkan fatal (CCOHS dalam Sari, 2017). Tubuh secara otomatis

memberikan respon untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang

konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar

tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh apabila aktivitas dilakukan

pada lingkungan panas (Tarwaka dkk, 2004).

Iklim kerja panas dapat memicu beban tambahan pada sirkulasi

darah. Pada saat pekerja melakukan kegiatan fisik yang berat di lingkungan

kerja panas, maka darah harus membawa oksigen ke bagian tubuh yang

sedang bekerja. Di sisi lain, darah juga harus membawa panas dari dalam

tubuh ke permukaan kulit. Hal tersebut membuat jantung untuk bekerja

keras memompa darah ke seluruh tubuh, akibatnya frekuensi denyut nadi

dan tekanan darah meningkat (Santoso, 2004).

Menurut Vita (2006) tekanan darah adalah daya dorong yang

diupayakan oleh darah untuk melalui setiap unit dinding pembuluh darah.

Tekanan darah dapat berubah tergantung kondisi diantaranya kegiatan fisik,

stres, dan emosi. Apabila tekanan darah meningkat maka akan berisiko

terhadap penyakit jantung (Dewi, 2011).


5

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Shintyar

(2015) bahwa 24 dari 30 pekerja mengalami peningkatan tekanan darah

dengan suhu diatas 280 C, rata-rata tekanan darah sebelum bekerja sebesar

121/81 mmHg sedangkan besar tekanan darah setelah bekerja sebesar

133/89 mmHg. Hal ini menunjukkan ada hubungan tekanan panas dengan

peningkatan tekanan darah pada pekerja perpakiran kendaraan bermotor di

Basement Plaza Center Point Medan (p=0,001).

Tenaga kerja di PT. Aneka Boga Makmur mengalami perubahan

tekanan darah sistol sebelum dan setelah terpapar panas dengan nilai

probabilitas (p) 0,000 (p<0,05) selain itu tekanan darah diastol juga

mengalami perubahan sebelum dan setelah terpapar panas dengan nilai

probabilitas (p) 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan ada perubahan

besaran tekanan darah sistol dan diastol sebelum dan setelah terpapar panas

(Adiningsih, 2013). Penelitian yang sama dilakukan di Sulawesi Selatan

oleh Nurmagfira (2016) di Pabrik Tahu Kelurahan Bara-Baraya Kota

Makassar yang membuktikan bahwa ada hubungan sangat signifikan antara

tekanan panas dengan tekanan darah pada pekerja (p=0,0027).

Seperti yang diketahui, belum pernah dilakukan penelitian terkait

hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada pekerja di industri

pemberi pelayanan (hospitality) khususnya catering. Catering Seruni

merupakan salah satu industri pemberi layanan makanan yang mempunyai

nama di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan Akte

Notaris Catering Seruni berdiri sejak tanggal 18 Juni 2001 dengan memiliki
6

motto “We Serve You Every Moment With a Good Taste Food”. Perusahaan

ini juga mempunyai tiga konsep diantaranya mutu makanan, mutu

pelayanan, dan mutu harga. Mutu makanan yaitu higienis, cita rasa, dan

penampilan serta mutu pelayanan meliputi kesopanan, keramahan,

kerapihan, ketepatan dan mutu harga meliputi fleksibel, terjangkau, dan

bersahabat. Sekarang ini Catering Seruni berpusat di Bonto Duri

(Makassar) dan sudah memiliki 4 cabang yang tersebar di Bau Mangga

(Makassar), Tamalanrea (Makassar), Bone (Kabupaten Bone), dan Palopo

(Kabupaten Palopo). Industri boga ini memberikan pelayanan catering

untuk pesta-pesta baik modern maupun tradisional.

Berdasarkan hasil observasi, setiap hari Catering Seruni selalu

menerima pesanan sehingga memproduksi makanan terus menerus. Dalam

memproduksi makanan perusahan ini menggunakan alat memasak seperti

kompor dan oven dimana menghasilkan suhu yang panas sehingga membuat

kondisi lingkungan kerja panas. Proses pembuatan makanan ini

membutuhkan waktu berjam-jam dari mulai memproduksi sampai selesai

bekerja sehingga perkerja terpapar dengan panas terus menerus. Hal

tersebut dapat mengganggu kesehatan pekerja seperti hipertensi dan

gangguan kesehatan lainnya selain itu mengakibatkan produktivitas kerja

menurun.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada


7

pekerja dapur Catering Seruni Pusat Bonto Durui Kota Makassar Tahun

2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang

akan diteliti adalah “bagaimana hubungan usia, lama kerja, masa kerja, dan

status gizi dengan tekanan darah di lingkungan kerja panas pada pekerja

dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar tahun 2018?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki Tujuan Umum dan Tujuan Khusus dengan

uraian sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor

yang berhubungan dengan tekanan darah pada pekerja di dapur

Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada

pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar

tahun 2018.

b. Mengetahui hubungan usia dengan tekanan darah pada pekerja dapur

di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar tahun 2018.

c. Mengetahui hubungan lama kerja dengan tekanan darah pada

pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar

tahun 2018.
8

d. Mengetahui hubungan masa kerja dengan tekanan darah pada

pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar

tahun 2018.

e. Mengetahui hubungan status gizi dengan tekanan darah pada pekerja

dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar tahun

2018.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut

dan dapat dijadikan referensi atau bahan rujukan untuk peneliti

selanjutnya.

b. Manfaat Bagi Peneliti

Dapat memperdalam ilmu mengenai lingkungan kerja khususnya

pada faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada pekerja

sehingga dapat mengaplikasikan ilmu pencegahan terhadap kejadian

tersebut dalam bentuk program kepada perusahaan boga maupun

masyarakat secara umum.

c. Manfaat Bagi Masyarakat

Menjadi bahan informasi kepada masyarakat luas akan risiko

tekanan panas di tempat kerja.

d. Manfaat Bagi Perusahaan


9

Perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk

menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja

sehingga menekan terjadinya peningkatan tekanan darah pada pekerja

yang terpapar dengan panas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Umum tentang Tekanan Panas

1. Pengertian Tekanan Panas

Menurut Suma’mur (2009), iklim kerja merupakan kombinasi dari

suhu udara, kecepatan gerakan udara, kelembaban udara, dan suhu

radiasi. Iklim kerja terbagi menjadi dua yaitu iklim kerja panas dan

iklim kerja dingin.

Tekanan panas menurut Santoso (2004) adalah beban panas yang

diterima oleh tubuh manusia. Selain itu Siswanto (1987) menyatakan

tekanan panas merupakan kesatuan dari kelembaban, suhu udara,

kecepatan gerak angin dan panas metabolisme dari aktivitas seseorang

(Siswanto, 1987). Tekanan panas dapat terjadi pada saat tubuh sudah

tidak bisa mengendalikan suhu dalam tubuh (HSE, 2013).

2. Sumber Panas

Menurut Sugiyarto (2011) suhu panas yang terdapat di lingkungan

kerja berasal dari :

a. Panas Metabolisme

Di dalam tubuh manusia ada proses metabolisme yang

menghasilkan panas. Apabila aktivitas kerja seseorang meningkat

maka panas metabolisme meningkat. Tubuh otomatis mengatur suhu

sebesar 37oC dalam tubuh untuk menjaga kelangsungan hidup, jika

panas metabolisme melebihi batas harus dikeluarkan ke luar tubuh

10
11

untuk menyeimbangkan kondisi suhu tubuh dengan lingkungan

sekitar.

b. Panas dari Luar Tubuh

Lingkungan sekitar termasuk lingkungan kerja termasuk proses

produksi dan mesin merupakan penghasil panas diluar tubuh

manusia. Oleh karena itu beban panas bertambah yang disebabkan

panas dari lingkungan kerja (Suma’mur dan Soedirman, 2014).

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pertukaran Panas

Menurut Suma’mur (2009), faktor-faktor yang menyebabkan

adanya pertukaran panas lingkungan sekitar dengan tubuh antara lain:

a. Konduksi, adalah pertukaran benda-benda yang ada disekitar dengan

tubuh.

b. Konveksi, merupakan perpindahan panas dari badan ke lingkungan

melalui kontak udara dengan tubuh.

c. Radiasi, adalah kekuatan yang berasal dari gelombang

elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih panjang dari

cahaya matahari.

d. Evaporasi, merupakan penguapan dari keringat yang dikeluarkan

oleh tubuh melalui kulit apabila udara di luar tubuh tinggi dan ada

aliran udara sehingga terjadi panas keluar dari permukaan kulit dan

suhu badan bisa munurun.


12

4. Pengaruh Fisiologi Akibat Tekanan Panas

Menurut Pulat (1992) dengan adanya peningkatan suhu udara di

luar zona nyaman maka tubuh akan mengalami:

a. Meningkatnya denyut jantung.

b. Meningkatnya suhu kulit.

c. Vasodilatasi.

d. Suhu tubuh yang berubah sangat drastis dari rendah kemudian

tinggi.

Gangguan fisiologis yang sederhana dapat berubah menjadi

penyakit yang amat serius disebabkan paparan panas yang terus-

menerus sehingga menyebabkan penurunan berat badan (Grantham,

1992 dan Bernard, 1996).

Adapun gangguan kesehatan akibat dari paparan suhu

lingkungan panas yang melebihi ambang batas antara lain:

a. Dehidrasi

Tubuh kehilangan cairan yang berlebih disebabkan adanya

pertukaran cairan yang tidak cukup ataupun karena adanya

gangguan terhadap kesehatan.

b. Gangguan Performansi Kerja dan Perilaku

Terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian,

menurunnya prestasi kerja, penururan daya berfikir, dan lain-

lain.
13

c. Heat Cramps

Terjadinya kejang pada otot tubuh (kaki dan tangan)

diakibatkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang

dikeluarkan melalui keringat.

d. Heat Rash

Heat rash merupakan gejala awal yang ditimbulkan penyakit

akibat tekanan panas (heat stress) diantaranya dapat berupa

biang keringat, gatal kulit yang diakibatkan kulit yang terus

dalam kondisi basah.

e. Heat Syncope

Kondisi dimana aliran darah menuju otak tidak cukup

disebabkan sebagian besar aliran darah berada di bawah

permukaan kulit akibat dari paparan temperatur tinggi. Ciri-ciri

seseorang mengalami heat syncope adalah pening dan dapat

menyebabkan pingsan akibat berada pada lingkungan panas

yang terlalu lama (Telan, 2012).

f. Kelelahan

Kelelahan merupakan kelainan yang dialami oleh

kemampuan motorik dalam suasana panas sehingga respon

tubuh menjadi lambat, rendahnya kewaspadaan terhadap tugas

(Siswantiningsih, 2010).

5. Indikator Tekanan Panas

Menurut Suma’mur (2009) indikator tekanan panas terdiri dari:


14

a. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) adalah salah satu dari

indikator tekanan panas dan memiliki rumus sebagai berikut:

Indeks Suhu Bola Basah untuk di luar ruangan dengan panas

radiasi:

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suku kering

Indeks Suhu Bola Basah untuk pekerjaan di tanpa sinar matahari :

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

b. Suhu Efektif

Indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh

seseorang tanpa pakaian, kerja ringan dalam berbagai kombinasi

suhu, kelembaban, dan cepat gerak udara. Kelemahan suhu efektif

yaitu tidak dapat memperhitungkan panas radiasi dan panas

matahari.

6. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas)

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-7063-2004, Nilai

Ambang Batas (NAB) merupakan standar faktor bahaya di tempat kerja

sebagai pedoman pengendalian agar pekerja masih dapat

menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

kesehatan dalam pekerjaan sehari-sehari untuk waktu tidak melebihi 8

jam sehari atau 40 jam seminggu.


15

Tabel 1
Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja Indeks Bola Basah
(ISBB)
ISBB
Pengaturan waktu kerja setiap
Beban Kerja
jam
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50% - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5
Sumber: Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/20112011
Catatan:

a. Beban kerja ringan : membutuhkan kalori 0 – 200 kilo

kalori/jam.

b. Beban kerja sedang : membutuhkan kalori >200 –350

kilo kalori/jam.

c. Beban kerja berat : msembutuhkan kalori >350 – 500

kilo kalori/jam

Lingkungan kerja panas dapat memberikan dampak terhadap tingkat

kemampuan mental dan fisik manusia. Berikut efek panas terhadap tubuh

menurut Nyoman (2004) dalam Kurniawan (2010):

Tabel 2.
Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Manusia
Tingkat
No Efek Terhadap Tubuh
Temperatur (ºC)
1. ± 49ºC Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam,
tetapi jauh di atas kemampuan fisik dan mental
2. ± 30ºC Aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun
dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam
pekerjaan
3. ± 24ºC Kondisi optimum
4. ± 10ºC Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul
Sumber: Nyoman, 2004 dalam Kurniawan, 2010
16

B. Tinjauan Umum tentang Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah daya dorong yang diupayakan oleh darah

untuk melalui setiap unit dinding pembuluh darah. Secara umum siklus

jantung dalam memberikan tekanan adalah jantung menuju arteri,

kapiler, lalu ke vena, dan kemudian kembali menuju jantung. Siklus

jantung bervariasi dengan tekanan darah dalam sistem arteri, dimana

puncak sistol merupakan nilai tertinggi dan diastolik nilai terendah.

Selain itu ada juga yang disebut sebagai tekanan nadi yaitu perbedaan

tekanan antara nilai sistol dengan diastol (Vita, 2006).

Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat

tenaga kerja istrahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring. Tekanan

darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan

anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih

rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas

fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih

rendah ketika beristrahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,

paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam

hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara terus

menerus, maka orang tersebut dikatakan mengalami masalah darah

tinggi. Penderita darah tinggi sekurang-kurangnya mempunyai tiga

bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istrahat

(Kurniawan, 2010)
17

2. Klasifikasi Tekanan Darah

Berdasarkan Eight Joint National Committee (JNC 8) dalam Bell et

al, (2015) mengklasifikasikan tekanan darah tinggi untuk orang dewasa

dengan usia > 18 tahun sebagai berikut.

Tabel 3
Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Tahap I 140-159 90-99
Hipertensi Tahap II >160 >100
Sumber: JNC 8, 2014 dalam (Bell et al., 2015)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Vita (2006) perubahan pada tekanan darah normal itu

dipengaruhi oleh:

a. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi

tekanan darah. Semakin tinggi aktivitas fisik yang dilakukan maka

tekanan darah akan semakin meningkat.

b. Jenis Kelamin

Tekanan darah perempuan lebih meningkat setelah menopause,

pada saat sebelum menopause tekanan darah perempuan lebih

rendah 5-10 mmHg lebih rendah daripada laki-laki seusianya.

Biasanya wanita akan mengalami peningkatan hipertensi setelah

masa menopause. Pada masa menopause, terjadi penurunan sekresi

hormon estrogen. Salah satu fungsi estrogen adalah untuk


18

mempertahankan fleksibilitas pembuluh darah dan memodulasi

kerja hormon lain yang dapat berkontibusi meningkatkan tekanan

darah. Jadi seiring dengan penurunan estrogen, risiko peningkatan

darah pada wanita semakin meningkat. (Stefhany,2012).

c. Umur

Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan

peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan

bertambah usia sedangkan diastolik akan meningkat sampai umur 55

tahun kemudian menurun. semakin tua usia seseorang maka tekanan

sistoliknya semakin tinggi dan biasanya dihubungkan dengan

timbulnya arterisclerosis (Guyton dan Hall, 2009).

d. Stres

Kondisi pikiran juga mempengaruhi besar tingkatan tekanan

darah karena adanya hormon stres yaitu epinefrin (adrenalin) yang

dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, kecepatan

pernapasan dan mengubah proses tubuh lainnya.

e. Status Gizi

Apabila memiliki ukuran tubuh dengan nilai Indeks Masa

Tubuh (IMT) lebih dari 27,5 atau dalam kategori obesitas maka

memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah.

f. Faktor Eksternal

Selain faktor internal yang berasal dari diri sendiri ada juga

faktor yang mempengaruhi meningkat atau menurunnya tekanan


19

darah seseorang baik sistolik maupun diastolik. Faktor tersebut

berasal dari lingkungan khususnya lingkungan kerja seperti:

1) Masa Kerja

Menurut Budiono dkk (2013), semakin lama pekerja

bekerja maka semakin tinggi bahaya yang ditimbulkan oleh

lingkungan kerja tersebut.

2) Lama Kerja

Lingkungan kerja panas membuat anggota tubuh

membutuhkan usaha tambahan untuk mempertahankan

keseimbangan panas dalam tubuh. Apabila pekerja terpapar terus

menerus, maka akan mengakami risiko terjadinya gangguan

kesehatan (Dian dalam Sari, 2017).

3) Tekanan Panas

Lingkungan kerja yang panas akan membuat tubuh

melakukan penguapan dengan cara menghasilkan keringat yang

dipercepat dengan perluasan pembuluh darah yang disertai

peningkatan pada denyut nadi dan tekanan darah sehingga beban

jantung bertambah (Suma’mur, 2009).

4) Kebisingan

Menurut Suma’mur (2009) kebisingan merupakan suara

yang tidak dikehendaki maka dari itu kebisingan sering

menggangu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan

atas jenis dan kekerasan suatu kebisingan. Kebisingan


20

menyebabkan kelelahan, rasa ingin marah, kegugupan, tekanan

darah tinggi dan menambah stres (Soeripto, 2008).

4. Pengukuran Tekanan Darah

Alat untuk mengukur tekanan darah disebut sphygmomanometer.

Manometer yang berarti alat untuk mengukur tekanan cairan dan dalam

bahasa latin syhymos berarti pulsa atau denyut nadi, akan tetapi

masyarakat umum menyebutnya dengan tensimeter.

Menurut Purwitasari tahun 2012, ada 3 (tiga) tipe alat dalam

pengukuran tekanan darah diantaranya sebagai berikut:

a. Sphygmomanometer air raksa merupakan alat yang paling umum

digunakan dimana terdiri dari manset yang bisa digembungkan

dengan cara memompanya dengan pompa tangan yang terbentuk

bola kater dan dihubungkan dengan tabung panjang berisi air raksa.

Apabila dilakukan pemompaan maka air raksa akan bergerak ke

atas pada tabung dan hasil ukuran tekanan darah diperlihatkan

dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).

b. Sphygmomanometer aneroid, aneroid dalam bahasa latin berarti

tanpa cairan. Alat ini menyeimbangkan tekanan darah dengan

dalam kapsul metal tipis yang menyimpan udara di dalamnya dan

hasil dari pengukuran tekanan darah bisa dilihat pada meteran yang

melekat dengan karet pompa.

c. Sphygmomanometer elektronik merupakan alat terbaru dan lebih

mudah digunakan karena menggunakan peralatan di pompanya


21

yang berupa transduser dan mikrofon. Hasil pengukuran diperoleh

melalui sensornya kemudian dikonversikan oleh mikro prosesor

sehingga menjadi bacaan tekanan darah.

C. Tinjauan Umum tentang Usia

Usia merupakan lamanya individu terhitung mulai saat lahir sampai

saat beberapa tahun. Usia sering dijadikan variabel penelitian epidemiologi

(Pahri, 2015). Pada umumnya semakin tua usia, maka kemampuan fisik

serta kemampuan kerja menururun diakibatkan penurunan fungsi pada

organ-organ tubuh, sistem hormonal, sistem kardiovaskuler pada usia di atas

40 tahun. Selain itu, semakin sulit untuk beradaptasi sehingga mudah

merasa lelah (Suma’mur, 2009).

Menurut Guyton (2012), pada saat usia melebihi 40 tahun elatisitas

pembuluh darah berukurang sehingga dinding pembuluh darah menjadi

lebih keras dan tebal. Hal ini dapat mengganggu sirkulasi darah dalam

tubuh, ditambah lagi dengan adanya penyumbatan dinding pembuluh darah

yang kemudian menyebabkan seringnya tekanan darah mengalami

peningkatan. Peningkatan tekanan darah cenderung ditemukan pada usia >

40 tahun yang disebabkan oleh tekanan arterial mengalami peningkatan

selaras dengan bertambahnya usia, selain itu juga mengalai regurtasi aorta

dan adanya generatif (Bustan, 1997).

Seseorang yang berusia lanjut dan memiliki tekanan darah sekurang-

kurangnya tiga bacaan melebihi 140/90 mmHg ketika istirahat diasumsikan

mempunyai kondisi tekanan darah tinggi. Hipertensi atau penyakit darah


22

tinggi biasa disebut juga sebagai the silent disease karena penyakit ini tidak

bisa ketahui sebelum penderita melakukan pengukuran terhadap tekanan

darahnya.

D. Tinjauan Umum tentang Lama Kerja

Lama kerja merupakan lamanya tenaga kerja melakukan

pekerjaanya dalam satu hari. Berdasarkan Undang-undang No. 13 tahun

2003 waktu kerja seorang tenaga kerja selama sehari adalah 8 jam dan 40

jam dalam satu minggu berlaku untuk 5 hari kerja dan 2 hari libur. Apabila

pekerja melakukan perkerjaan selama 6 hari dan 1 hari libur dalam satu

minggu maka waktu kerjanya adalah 7 jam perhari atau total 40 perminggu.

E. Tinjauan Umum tentang Masa Kerja

Masa kerja adalah waktu yang dilalui oleh pekerja semenjak pertama

kali masuk hingga sekarang. Selain itu, masa kerja dapat diartikan sebagai

waktu yang lama dimana tenaga kerja masuk dalam suatu wilayah tempat

kerja sampai waktu tertentu. Semakin lama masa kerja seorang pekerja

maka semakin banyak pelajaran dan pengalaman yang didapat (Tarwaka,

2004).

Menurut Budiono (2003) dampak positif yang diperoleh pekerja

adalah semakin berpengalamannya seorang pekerja tersebut dalam

melakukan pekerjaannya sedangkan dampak negatifnya adalah pekerja

akan mudah mengalami gangguan kesehatan akibat keseringan terkena

bahaya paparan yang diterima oleh pekerja selama bekerja di lingkungan

kerja.
23

Seseorang yang bekerja pada lingkungan yang tidak mendukung,

maka suatu saat akan memberikan efek kronis maupun akut terhadap

perubahan metabolisme tubuh yang di mana akan mempengaruhi tekanan

darah (Erlani dalam Nurmaghfira, 2016).

F. Tinjauan Umum tentang Status Gizi

Menururt Habicht, dkk (1979) dan National Research Council (1989),

status gizi yaitu kondisi yang dihasilkan dari keseimbangan antara masuk

dan keluarnya makanan serta penggunaan zat gizi yang dikonsumsi tersebut

oleh tubuh manusia yang dinyatakan dalam variabel-variabel khusus

diantaranya adalah tinggi badan dan berat badan. Salah satu cara untuk

menentukan status gizi seseorang dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh

(IMT).

Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah satu cara untuk menilai status gizi

orang dewasa sehingga dapat mengetahui apakah kondisi gizi individu

tersebut tergolong dalam gizi lebih, gizi normal, atau gizi kurang. Adapun

pengukuran IMT sebagai berikut:

Berat Badan (Kg)


IMT = Tinggi Badan (m)x Tinggi Badan (m)

Setelah melakukan pengukuran IMT, maka pada akhirnya diambil

kesimpulan batas ambang IMT untuk masyarakat Indonesia menurut

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011) sebagai berikut.


24

Tabel 4
Indeks Masa Tubuh Orang Indonesia
Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus Kekurangan berat badan tingkat
17,0 – 18,4
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011

G. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teoritis


Kapasitas Kerja2 Beban Kerja2 Lingkungan Kerja2
1. Usia2 1. Fisik2 1. Fisik2
2. Jenis Kelamin2 2. Mental2 2. Kimia2
3. Ukuran Tubuh2 3. Biologi2
4. Status Kesehatan/Gizi2 4. Ergonomi2
5. Psikologi2

Faktor Individu1 Penyakit Akibat Kerja2 Faktor Eksternal1


1. Jenis Kelamin1 1. Tekanan Panas1
2. Umur1 Tekanan Darah1,2 2. Kebisingan1
3. Aktivitas Fisik1 3. Masa Kerja1
4. Stres1 4. Lama Kerja1
5. Status Gizi 1 Meningkat1,2 Tidak Meningkat1,2

Sumber : Vita (2006)1 dan Suma’mur (2009)2


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara

tekanan panas dengan peningkatan tekanan darah. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah antara lain yaitu

tekanan panas, usia, lama kerja, masa kerja, dan status gizi.

1. Tekanan Panas

Tekanan panas menurut Santoso (2004) adalah beban panas yang

diterima oleh tubuh manusia. Tekanan panas pada lingkungan kerja

merupakan kesatuan dari kelembaban, suhu udara, kecepatan gerak

angin dan panas metabolisme dari aktivitas seseorang (Siswanto, 1987).

2. Usia

Menurut Bustan (1997) kecenderungan peningkatan tekanan darah

biasanya terjadi pada usia > 40 tahun.

3. Lama Kerja

Semakin lama tenaga kerja terpapar oleh panas maka pekerja

tersebut akan mengalami gangguan kesehatan.

4. Masa Kerja

Semakin lama tenaga kerja bekerja di suatu tempat maka pekerja

tersebut memiliki risiko yang tinggi terkena gangguan kesehatan akibat

kerja.

25
26

5. Status Gizi

Status gizi pekerja dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badannya

(Sukmono, 2010). Apabila memiliki ukuran tubuh yang masuk dalam

kategori obesitas memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah

(Vita, 2006)

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

lahir kerangka konsep untuk melakukan penelitian ini, sebagai berikut.

Gambar 2. Skema Kerangka Konsep Penelitian

Tekanan Panas

Usia
Tekanan
Lama Kerja Darah

Masa Kerja

Status Gizi

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen
27

C. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penilitian ini sebagai berikut :

1. Hipotesis Null (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pada

pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar

tahun 2018.

b. Tidak ada hubungan antara usia dengan tekanan darah pekerja dapur

di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar tahun 2018.

c. Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan tekanan darah pada

pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar

tahun 2018.

d. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah pada

pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar

tahun 2018.

e. Tidak ada hubungan antara status gizi dengan tekanan darah pada

pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar

tahun 2018.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara tekanan darah dengan tekanan darah pada

pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar

tahun 2018.

b. Ada hubungan antara usia dengan tekanan darah pekerja dapur di

Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar tahun 2018.


28

c. Ada hubungan antara lama kerja dengan peningkatan tekanan darah

pada pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota

Makassar tahun 2018.

d. Ada hubungan antara masa kerja dengan peningkatan tekanan darah

pada pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota

Makassar tahun 2018.

e. Ada hubungan antara status gizi dengan tekanan darah pekerja dapur

di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar tahun 2018.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan kekuatan untuk memungkinkan darah

mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar di seluruh tubuh.

Pengukuran tekanan darah menggunakan General Care model Aneroid

Spyhgmomanometer 0-300 mmHg dengan satuan mmHg. Hasil

pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah terpapar

panas.

Kriteria Objektif :

Meningkat : apabila salah satu tekanan darah baik sistol

maupun diastol yang diukur setelah bekerja

mengalami peningkatan jika dibandingan dengan

sebelum bekerja.
29

Tidak meningkat : apabila salah satu tekanan darah baik sistol

maupun diastol yang diukur setelah bekerja tidak

mengalami peningkatan (turun atau tetap) jika

dibandingan dengan sebelum bekerja.

2. Tekanan Panas

Tekanan panas diukur menggunakan alat Heat Stress Meter Extech

Instrumetns A Flir Company HT30 dan dinyatakan dalam satuan derajat

celcius oC.

Kriteria Objektif :

Tidak memenuhi standar : apabila Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

atau WBGT > 29oC.

Memenuhi standar : apabila Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

atau WBGT <29oC.

3. Usia

Usia adalah lamanya responden hidup semenjak lahir ke dunia

hingga saat dilakukan penelitian ini dilakukan.

Kriteria Objektif :

Tua : usia pekerja > 40 tahun.

Muda : usia pekerja < 40 tahun.

(Bustan, 1997)
30

4. Lama Kerja

Lama kerja adalah lamanya pekerja melakukan pekerjaanya dalam

sehari dan dinyatakan dalam satuan jam.

Kriteria Objektif :

a. Tidak memenuhi standar : bekerja > 8 jam.

b. Memenuhi standar : bekerja < 8 jam.

(Undang-Undang No. 13 tahun 2013)

5. Masa Kerja

Masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya pekerja bekerja

di tempat kerja.

Kriteria Objektif :

Lama : apabila pekerja bekerja > 6 bulan.

Baru : apabila pekerja bekerja < 6 bulan.

6. Status Gizi

Status Gizi adalah kondisi gizi normal atau tidak normal pada

pekerja diukur berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dalam satuan

kilogram (kg) dan tinggi badan dalam satuan meter persegi (m2):

Kriteria Objektif :

Gemuk : apabila hasil pengukuran IMT pekerja >25,0.

Normal : apabila hasil pengukuran IMT pekerja 18,5 – 25,0.

Kurus : apabila hasil pengukuran IMT pekerja <18,5.

(Depkes RI, 2011)


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dan

penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional study yang

bertujuan untuk mempelajari hubungan antara variabel independen dan

dengan cara melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan

sekaligus pada waktu waktu yang sama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri

Kota Makassar pada bulan 20 Maret –2 April 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di dapur

Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar yaitu sebanyak 38

orang, berikut rinciannya:

a. Dapur I bagian memasak : 8 orang.

b. Dapur I bagian memotong : 11 orang.

c. Dapur II bagian memasak : 7 orang.

d. Dapur II bagian memotong : 12 orang.

2. Sampel

Besar sampel yang digunakan menggunakan teknik pengambilan

total sampling.

31
32

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan yang digunakan dalam

penelitian ini untuk memperoleh data antara lain:

1. Heat Stress Meter Extech Instrumetns A Flir Company HT30

Adapun langkah kerjanya yaitu:

a. Hidupkan Heat Stress Meter Extech Instrumetns A Flir Company

HT30 dengan menekan tombol ↀ/SET.

b. Geser ke bawah pelindung sensor pada batang antena sebelum

melakukan pengukuran.

c. Tekan NEXT untuk merubah satuan suhu ke Co.

d. Tahan tombol MODE/▲ selama lebih dari 1 detik sampai terlihat

keterangan IN pada monitor.

e. Tekan tombol MODE/▲ untuk merubah tampilan monitor ke

modeWet Bulp Globe Temperature(WBGT).

f. Lakukan pengukuran selama lima menit kemudian catat hasil

tekanan panas.

2. Stethoschope General Care Dual Head Economy

Stethoschope General Care Dual Head Economy digunakan untuk

mendengarkan denyut arteri pada lengan atas ketika melakukan tensi

darah.

3. General Care model Aneroid Spyhgmomanometer 0-300 mmHg

Adapun langkah kerja penggunaan General Care model Aneroid

Spyhgmomanometer 0-300 mmHg, yaitu:


33

a. Sebelum mengukur tekanan darah, pekerja dianjurkan untuk duduk

dengan posisi tegak.

b. Balut manset pada lengan atas dan pastikan manset tidak terisi udara.

Posisikan pipa manset tepat di atas denyutan arteri di lipat siku

(arteri brakialis).

c. Letakan bagian chestpiece membran stetoskop di bawah manset

tepat di atas denyutan arteri siku (arteri brakialis) kemudian pasang

eartips pada telinga.

d. Sebelum memompa pastikan katup pada balon tertutup dengan baik.

e. Pompa balon dan dengar denyut arteri pada stetoskop hingga manset

dapat menahan aliran darah dan denyut arteri sudah tidak terdengar

lagi dari eartips stetoskop.

f. Bukalan katup pada balon secara perlahan dengan memperhatikan

jarum dan skala yang ada pada gauge.

g. Bunyi denyut pertama kali yang didengar melalui stetoskop

merupakan tekanan darah sistol dan apabila bunyi denyut hilang

pada saat pertama kali merupakan tekanan darah diastol.

h. Catat hasil tekanan darah.

4. Timbangan Berat Badan (Bathroom Scale)

Adapun langkah kerja untuk mengukur berat badan dengan

menggunakan timbangan sebagai berikut:

a. Letakkan timbangan pada lantai.

b. Posisikan skala timbangan pada angka “nol”.


34

c. Pekerja yang ingin diukur berat badannya naik diatas timbangan

dengan melepaskan alas kaki.

d. Catat nilai berat badan.

5. Microtoise

Adapun langkah pengukuran tinggi badan menggunakan

microtoise sebagai berikut:

a. Rekatkan alat pengukur tinggi badan pada dinding dengan posisi

vertikal hingga skala menunjukkan angka + 200 cm.

b. Pekerja yang ingin diukur tinggi badannya dalam posisi berdiri tegak

tanpa alas kaki dengan posisi badan menempel pada dinding yang

telah direkatkan alat pengukur tinggi badan.

c. Letakkan penggaris siku pada ujung kepala tegak lurus dengan alat

ukur tinggi badan sampai menunjukkan nilai.

d. Catat nilai tinggi badan.

6. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner untuk menentukan

karakteristik pekerja.

7. Alat tulis

Alat tulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk

menulis jawaban dari responden selama penelitian.

8. Kamera

Kamera berfungsi untuk mengambil dokumentasi sebagai bukti

selama penelitian berlangsung.


35

E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian

ini antara lain:

1. Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti

selama melaksanakan penelitian. Adapun langkah-langkah

pengambilan data primer sebagai berikut:

a. Peneliti meminta izin kepada pihak manajemen Catering Seruni

Pusat Bonto Duri Kota Makassar untuk melakukan pengukuran

terhadap pekerja dapur.

b. Setelah mendapatkan izin dari pihak manajemen, peneliti menuju

lokasi kerja dan meminta kesediaan dari pekerja dapur untuk

dilakukan pengukuran terhadap tekanan darah sebelum dan sesudah

kerja, berat badan, tinggi badan, dan beberapa pertanyaan pada

kuesioner dalam bentuk wawancara.

c. Apabila pekerja setuju menjadi responden penelitian, maka hal

pertama dilakukan adalah meminta responden untuk melakukan

pengukuran berat badan dan tinggi badan terlebih dahulu.

d. Selanjutnya meminta reponden untuk duduk sehingga dapat

dilakukannya pengukuran tekanan darah yang sekaligus responden

dilontarkan pertanyaan yang ada pada kuesioner penelitian.


36

e. Setelah pengukuran tekanan darah sebelum bekerja selesai

dilakukan, kemudian peneliti memberitahu bahwa pada saat setelah

bekerja akan dilakukan pengukuran tekanan darah kembali.

f. Seiring dengan berjalannya waktu, pada saat proses pembuatan

makanan peneliti melakukan pengukuran tekanan panas pada area

kerja dengan menggunakan Heat Stress Meter Extech Instrumetns A

Flir Company HT30.

g. Selang waktu beberapa jam, pada saat pekerjaan hampir selesai,

peneliti mengingatkan kembali kepada pekerja dapur bahwa setelah

bekerja akan dilakukan pengukuran tekanan darah kembali.

h. Pada saat pekerjaan di dapur selesai, peneliti meminta kesediaannya

responden kembali untuk dilakukan pengukuran terhadap tekanan

darah setelah bekerja.

i. Sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah, responden diminta

untuk istirahat selama lima menit terlebih dahulu yang kemudian

baru bisa dilakukan pengukuran tekanan darah setelah bekerja.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber

seperti buku-buku, hasil penelitian dan jurnal yang terkait dengan

penelitian, serta data mengenai perusahaan yakni profil perusahaan dan

jumlah tenaga kerja.


37

F. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah pengumpulan data selesai maka selanjutnya data dipindahkan

ke komputer untuk dilakukan pengolahan dengan menggunakan program

Software Statictical Package for Social Science (SPPS). Adapun metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel untuk

menggambarkan secara tunggal variabel independen dan dependen

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis lanjutan yang digunakan demi menunjukkan hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen dalam bentuk

tabulasi silang. Analisa data menggunakan uji statistik Chi-Square,

apabila memenuhi syarat uji Chi-Square, dengan rumus:

2
(𝑂 − 𝐸)2
𝑥 =∑
𝐸

Keterangan:

O = frekuensi hasil observasi

E = frekuensi yang diharapkan.

Nilai E = (total kolom x total baris) / total pengamatan

df = (b-1)(k-1)

Jika terdapat sel yang memiliki nilai harapan sebesar < 5, maka

digunakan rumus Fisher Exact. Uji ini reliable terhapat jumlah sampel

yang tergolong kecil dengan rumus sebagai berikut:


38

(𝑎+𝑏)!(𝑐+𝑑)!(𝑎+𝑐)!(𝑏+𝑑)!
P= 𝑁!𝑎!𝑏!𝑐!𝑑!

Keterangan :

P = Nilai Fisher Exact

! = Faktorial

Keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan

(nilai α) sebesar 95%. Jika Pvalue > 0,05, maka hipotesis penelitian

ditolak. Sebaliknya, jika Pvalue < 0,05, maka hipotesis penelitian

diterima.

G. Penyajian Data

Data yang telah diteliti dan diolah sehingga diperoleh hasil akhir

akan disajikan dalam bentuk tabel silang dan narasi.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Catering Seruni merupakan salah satu industri pemberi layanan

makanan yang mempunyai nama di Kota Makassar Provinsi Sulawesi

Selatan. Berdasarkan Akte Notaris Catering Seruni berdiri sejak tanggal 18

Juni 2001 dengan memiliki motto “We Serve You Every Moment With a

Good Taste Food”. Perusahaan ini juga mempunyai tiga konsep diantaranya

mutu makanan, mutu pelayanan, dan mutu harga. Mutu makanan yaitu

higienis, cita rasa, dan penampilan serta mutu pelayanan meliputi

kesopanan, keramahan, kerapihan, ketepatan dan mutu harga meliputi

fleksibel, terjangkau, dan bersahabat. Sekarang ini Catering Seruni berpusat

di Bonto Duri (Makassar) dan sudah memiliki 4 cabang yang tersebar di

Bau Mangga (Makassar), Tamalanrea (Makassar), Bone (Kabupaten Bone),

dan Palopo (Kabupaten Palopo). Industri boga ini memberikan pelayanan

catering untuk pesta-pesta baik modern maupun tradisional.

Catering Seruni menerima pesanan dari konsumen baik yang sudah

menjadi pembeli tetap maupun bukan pembeli tetap di setiap harinya.

Catering Seruni Pusat berada di Jalan Bonto Duri Kota Makassar, di mana

memiliki dua buah dapur besar untuk memproduksi pesanan dari konsumen.

Dalam memproduksi makanan, Catering Seruni Pusat Bonto Duri

menggunakan alat atau mesin seperti 8 buah kompor di setiap dapur, satu

buah oven, dan satu buah alat untuk membakar makanan. Alat-alat tersebut

39
40

menghasilkan panas yang membuat suhu pada ruang kerja meningkat dan

akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan pekerja di tempat tersebut.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah yang telah dilakukan di Catering Seruni Pusat Bonto

Duri pada tanggal 20 Maret - 2 April 2018 terhadap 38 responden yang

merupakan tenaga kerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri sebagai

sampel yang diambil dengan Teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan

dengan metode wawancara langsung (tatap muka) menggunakan kuesioner

untuk mengetahui data responden diantaranya yaitu usia, lama kerja, masa

kerja, berat badan, tinggi badan, serta tekanan darah sebelum dan sesudah

bekerja. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan berat badan

analog sedangkan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice yang

kemudian diolah untuk menentukan besaran Indeks Masa Tubuh (IMT).

Tekanan darah para pekerja diukur dengan menggunakan General Care

model Aneroid Spyhgmomanometer 0-300 mmHg. Pengambilan besar

tekanan panas pada lingkungan kerja dengan menggunakan Heat Stress

Meter Extech Instrumetns A Flir Company HT30.

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan

program SPSS komputer dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi dan tabulasi silang (crosstab) sesuai dengan tujuan penelitian

yang telah ditentukan. Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel dan narasi seperti berikut.


41

1. Karakteristik Responden

a. Usia

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data usia tenaga kerja

di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri berkisar antara 18-79

tahun. Adapun gambaran responden berdasarkan usia adalah

sebagai berikut.

Tabel 5
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada Pekerja
Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Frekuensi Persen
Usia
(n) (%)
18-19 tahun 1 2,6
20-29 tahun 14 36,8
30-39 tahun 7 18,4
40-49 tahun 14 36,8
50-59 tahun 0 0
60-69 tahun 0 0
70-79 tahun 2 5,3
Total 38 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5, usia responden paling banyak berada

pada golongan 36-45 tahun yaitu sebanyak 13 responden (34,3%),

pekerja dengan jumlah paling sedikit berada pada golongan 46-55

tahun hanya 1 responden (2,6%) sedangkan tidak ada pekerja yang

memiliki usia 50-69 tahun.

b. Lama Kerja

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data lama kerja tenaga

kerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri berkisar antara 5-

13 jam. Adapun gambaran responden berdasarkan lama kerja

adalah sebagai berikut.


42

Tabel 6
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja pada
Pekerja Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri
Tahun 2018
Frekuensi Persen
Lama Kerja
(n) (%)
5-6 jam 6 15,8
7-8 jam 5 13,2
> 8 jam 27 71,1
Total 38 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 6, lama kerja responden paling banyak

berada pada golongan lebih dari 8 jam kerja yaitu sebanyak 27

responden (71,1%), sedangkan yang paling sedikit berada pada

golongan 7-8 jam kerja sebanyak 5 responden (15,8%).

c. Masa Kerja

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data masa kerja tenaga

kerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri berkisar antara 1

bulan hingga 11 tahun. Adapun gambaran responden berdasarkan

masa kerja adalah sebagai berikut.

Tabel 7
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja pada
Pekerja Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri
Tahun 2018
Frekuensi Persen
Masa Kerja
(n) (%)
< 1 tahun 18 47,4
1-10 tahun 18 47,4
> 10 tahun 2 5,3
Total 38 100,0
Sumber: Data Primer, 2018
43

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa terdapat jumlah

responden yang sama banyak antara responden pada kelompok

masa kerja kurang dari 1 tahun dan kelompok masa kerja 1-10

tahun dengan jumlah responden di setiap kelompoknya sebanyak

18 responden (47,4%). Sedangkan jumlah responden pada

kelompok masa kerja lebih dari 10 tahun merupakan yang paling

sedikit yaitu sebanyak 2 responden (5,3%).

d. Tekanan Darah

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah diperoleh data

tekanan darah tenaga kerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto

Duri sebagai berikut.

Tabel 8
Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pekerja Dapur di Catering
Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol Selisih Diastol Selisih
No.
(mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum
1 130 110 20 90 80 10
2 110 90 20 80 70 10
3 120 110 10 90 90 0
4 120 110 10 90 80 10
5 130 120 10 100 70 30
6 130 120 10 80 80 0
7 110 110 0 80 80 0
8 120 120 0 80 80 0
9 130 140 -10 100 110 -10
10 150 140 10 100 100 0
11 100 100 0 70 80 -10
12 160 150 10 100 100 0
13 150 140 10 90 80 10
14 120 110 10 80 80 0
15 120 110 10 90 80 10
44

16 120 110 10 80 80 0
17 130 120 10 90 80 10
18 110 100 10 80 70 10
19 100 90 10 80 70 10
20 110 110 0 70 70 0
21 110 110 0 80 70 10
22 90 100 -10 80 80 0
23 120 120 0 90 90 0
24 140 130 10 90 90 0
25 140 130 10 100 90 10
26 120 110 10 80 80 0
27 120 110 10 80 90 -10
28 110 120 -10 80 80 0
29 120 110 10 80 80 0
30 170 160 10 100 100 0
31 130 120 10 80 80 0
32 120 110 10 80 70 10
33 120 120 0 80 80 0
34 140 130 10 90 80 10
35 140 130 10 100 90 10
36 120 120 0 80 80 0
37 110 110 0 70 70 0
38 130 120 10 80 70 10
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 8 menujukkan bahwa responden paling

banyak mengalami peningkatan pada tekanan darah sistol dan pada

tekanan darah diastol sebanyak setengah dari jumlah responden

tidak mengalami perubahan sama sekali.

2. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel

yang diteliti dengan cara menganalisis setiap variabel secara deskriptif.

Adapun distribusi frekuensi responden meliputi usia, lama kerja, masa

kerja, status gizi, dan tekanan darah responden yang dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.


45

a. Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Panas

Adapun distribusi responden berdasarkan tekanan panas pada

pekerja di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018 sebagai

berikut.

Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Panas pada
Pekerja Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri
Tahun 2018
Frekuensi Persen
Tekanan Panas
(n) (%)
Tidak Memenuhi Standar 27 65,8
Memenuhi Standar 11 34,2
Total 38 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 9 dari 38 responden yang bekerja pada

lokasi kerja bertekanan panas tidak memenuhi syarat sebanyak 27

responden (65,8%) dan yang bekerja pada tempat kerja bertekanan

panas dengan menuhi standar sebanyak 11 responden (34,2%).

b. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Berikut ini merupakan hasil distribusi responden berdasarkan

usia pada pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun

2018.

Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Usia pada Pekerja Dapur
di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Frekuensi Persen
Usia
(n) (%)
Tua 16 42,1
Muda 22 57,9
Total 38 100,0
Sumber: Data Primer, 2018
46

Berdasarkan tabel 10 menunjukkan dari 38 responden, pekerja

yang memiliki usia tua 40 tahun atau lebih sebanyak 16 responden

(42,1%) dan pekerja yang berusia muda dibawah 40 tahun

sebanyak 22 responden (57,9%).

c. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja

Adapun distribusi responden berdasarkan lama kerja pada

pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018

sebagai berikut.

Tabel 11
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja pada Pekerja
Dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Frekuensi Persen
Lama Kerja
(n) (%)
Tidak Memenuhi Standar 27 71,1
Memenuhi Standar 11 28,9
Total 38 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 11 menunjukkan dari 38 responden

sebanyak 27 responden (71,1%) bekerja dengan lama kerja tidak

memenuhi standar atau di atas 8 jam kerja, sedangkan yang

memenuhi standar atau < 8 jam kerja sebanyak 11 responden

(28,9%).

d. Masa Kerja

Berikut ini hasil distribusi responden berdasarkan tekanan

panas pada pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri

Tahun 2018.
47

Tabel 12
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja
di Dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Frekuensi Persen
Masa Kerja
(n) (%)
Lama 23 60,5
Baru 15 39,5
Total 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa dari 38 responden,

jumlah pekerja yang memiliki masa kerja lama atau lebih dari 6

bulan sebanyak 23 responden (60,5%) dan yang memiliki masa

kerja baru atau < 6 bulan sebanyak 15 responden (39,5%).

e. Status Gizi

Adapun distribusi responden berdasarkan status gizi pada

pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018

sebagai berikut.

Tabel 13
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi pada Pekerja
di Dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Frekuensi Persen
Status Gizi
(n) (%)
Gemuk 21 55,3
Normal 12 31,6
Kurus 5 13,2
Total 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan hasil tabel 13 menunjukkan bahwa dari 38

responden terdiri dari 21 responden (55,3%) memiliki status gizi

gemuk, 12 responden (31,6%) memiliki status gizi normal, dan 5

responden (13,2%) memiliki status gizi kurus.


48

3. Analisis Bivariat

Tabel di bawah ini merupakan hasil tabulasi silang antara variabel-variabel

yang diteliti serta kemudian dilakukan analisis terhadap variabel independen

dan variabel independen.

a. Hubungan antara Tekanan Panas dengan Tekanan Darah di Dapur

Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan panas dengan

tekanan darah sistol terhadap responden dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 14
Hubungan antara Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Sistol pada
Pekerja di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Tekanan Darah Sistol
Hasil Uji
Tidak Total
Tekanan Panas Meningkat Statistik
Meningkat
n % n % n %
Tidak Memenuhi
21 80,8 5 19,2 26 100
Standar p=0,026
Memenuhi Standar 5 41,7 7 58,3 12 100
Total 26 12 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 14 menunjukkan dari 38 responden, terdapat 26

responden mengalami peningkatan tekanan darah sistol yang didominasi

oleh pekerja yang bekerja di tempat kerja bertekanan panas tidak

memenuhi standar sebanyak 21 responden (80,8%) sedangkan yang tidak

mengalami peningkatan tekanan darah sistol sebanyak 12 responden yang

didominasi oleh pekerja yang berkerja di tempat kerja berekanan panas

memenuhi standar sebanyak 7 responden (58,3%). Hasil analisis data

dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,026 (p<0,05)


49

sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara tekanan

panas dengan tekanan darah sistol pekerja di dapur Catering Seruni Pusat

Bonto Duri Kota Makassar.

Tabel 15
Hubungan antara Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Diastol pada
Pekerja di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Tekanan Darah Diastol
Hasil Uji
Tidak Total
Tekanan Panas Meningkat Statistik
Meningkat
n % n % n %
Tidak Memenuhi
13 50,0 13 50,0 26 100
Standar p=0,077
Memenuhi Standar 2 16,7 10 83,3 12 100
Total 15 23 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan dari 38 responden, terdapat 15

responden mengalami peningkatan tekanan darah diastol yang didominasi

oleh pekerja yang bekerja di tempat kerja bertekanan panas tidak

memenuhi standar sebanyak 13 responden (50,0%) dari total responden

26 orang sedangkan jumlah responden yang tidak mengalami peningkatan

tekanan darah diastol sebanyak 23 responden dan tetap didominasi oleh

pekerja yang berkerja di tempat kerja bertekanan panas tidak memenuhi

memenuhi standar sebanyak 13 responden (50,0%). Hasil analisis data

dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,077 (p>0,05)

sehingga dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan antara tekanan

panas dengan tekanan darah diastol pekerja di dapur Catering Seruni

Pusat Bonto Duri Kota Makassar.


50

b. Hubungan antara Usia dengan Tekanan Darah pekerja di Dapur Catering

Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara usia dengan tekanan darah

terhadap responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 16
Hubungan antara Usia dengan Tekanan Darah Sistol Pekerja
di Dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Tekanan Darah Sistol
Total Hasil Uji
Usia Meningkat Tidak Meningkat
Statistik
n % n % n %
Tua 14 87,5 2 12,5 16 100
p=0,031
Muda 12 54,5 10 45,4 22 100
Total 26 12 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 16 menunjukkan dari 38 responden, terdapat 26

responden mengalami peningkatan tekanan darah sistol yang didominasi

oleh pekerja berusia tua sebanyak 14 responden (87,5%) dari total

responden 16 orang sedangkan yang tidak mengalami peningkatan tekanan

darah sistol paling banyak dialami oleh responden berusia muda sebanyak

10 responden (45,4%) dari total responden sebanyak 22 orang. Hasil

analisis data dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,031

(p<0,05) sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara usia

dengan tekanan darah sistol pekerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto

Duri Kota Makassar.


51

Tabel 17
Hubungan antara Usia dengan Tekanan Darah Diastol pada Pekerja
di Dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Tekanan Darah Diastol
Total Hasil Uji
Usia Meningkat Tidak Meningkat
Statistik
n % n % n %
Tua 7 43,8 9 56,3 16 100
p=0,646
Muda 8 36,4 14 63,6 22 100
Total 15 23 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 17 menunjukkan dari 38 responden, terdapat15

responden mengalami peningkatan tekanan darah diastol yang didominasi

oleh pekerja berusia muda sebanyak 8 responden (36,4%) dari total

responden 22 orang sedangkan yang tidak mengalami peningkatan tekanan

darah diastole tetap paling banyak dialami oleh responden berusia muda

pula sebanyak 14 responden (63,6%) dari total responden sebanyak 22

orang. Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai p=0,646 (p>0,05) sehingga dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada

hubungan antara usia dengan tekanan darahdiasto pekerja di dapur

Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar.

c. Hubungan antara Lama Kerja dengan Tekanan Darah di Dapur Catering

Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara lama kerja dengan tekanan

darah terhadap responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


52

Tabel 18
Hubungan antara Lama Kerja dengan Tekanan Darah Sistol pada
Pekerja di Dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Tekanan Darah Sistol
Tidak Total Hasil Uji
Lama Kerja Meningkat
Meningkat Statistik
n % n % n %
Tidak Memenuhi
22 81,5 5 18,5 27 100
Standar p=0,017
Memenuhi Standar 4 36,4 7 63,6 11 100
Total 26 12 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 18 menunjukkan dari 38 responden, terdapat 26

responden mengalami peningkatan tekanan darah sistol yang didominasi

oleh pekerja dengan lama kerja tidak memenuhi standar sebanyak 22

responden (81,5%) dari total responden 27 orang sedangkan yang tidak

mengalami peningkatan tekanan darah sistol paling banyak dialami oleh

responden dengan lama kerja memenuhi standar sebanyak 7 responden

(63,6%) dari total responden sebanyak 11 orang. Hasil analisis data dengan

menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,017 (p<0,05) sehingga

dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara lama kerja dengan

tekanan darah sistol pekerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri

Kota Makassar.

Berdasarkan tabel 19 menunjukkan dari 38 responden, terdapat 15

responden mengalami peningkatan tekanan darah diastol yang didominasi

oleh pekerja dengan lama kerja tidak memenuhi standar sebanyak 12

responden (81,5%) dari total responden 27 orang sedangkan yang tidak

mengalami peningkatan tekanan darah diastol tetap paling banyak dialami

oleh responden dengan lama kerja tidak memenuhi standar sebanyak 15


53

responden (55,6%). Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi-

square diperoleh nilai p=0,470 (p>0,05) sehingga dapat diinterpretasikan

bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan tekanan darah diastol

pekerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar.

Tabel 19
Hubungan antara Lama Kerja dengan Tekanan Darah Diastol pada
Pekerja di Dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Tekanan Darah Diastol
Tidak Total Hasil Uji
Lama Kerja Meningkat
Meningkat Statistik
n % n % n %
Tidak Memenuhi
12 44,4 15 55,6 27 100
Standar p=0,470
Memenuhi Standar 3 27,3 8 72,7 11 100
Total 15 23 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

d. Hubungan antara Masa Kerja dengan Tekanan Darah di Dapur Catering

Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara masa kerja dengan tekanan

darah terhadap responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 20
Hubungan antara Masa Kerja dengan Tekanan Darah Sistol pada
Pekerja di Dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Tekanan Darah Sistol
Masa Total Hasil Uji
Meningkat Tidak Meningkat
Kerja Statistik
n % n % n %
Lama 19 82,6 4 17,4 23 100
p=0,033
Baru 7 46,7 8 53,3 15 100
Total 26 12 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 20 menunjukkan dari 38 responden, terdapat 26

responden mengalami peningkatan tekanan darah sistol yang didominasi

oleh pekerja dengan masa kerja lama sebanyak 19 responden (82,6%) dari
54

total responden 23 orang sedangkan yang tidak mengalami peningkatan

tekanan darah sistol paling banyak dialami oleh responden dengan lama

kerja memenuhi standar sebanyak 8 responden (53,3%) dari total

responden sebanyak 15 orang. Hasil analisis data dengan menggunakan uji

chi-square diperoleh nilai p=0,033 (p<0,05) sehingga dapat

diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan tekanan

darah sistol pekerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota

Makassar.

Tabel 21
Hubungan antara Masa Kerja dengan Tekanan Darah Diastol pada
Pekerja di Dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Tekanan Darah Diastol
Masa Total Hasil Uji
Meningkat Tidak Meningkat
Kerja Statistik
n % n % n %
Lama 9 39,1 14 60,9 23 100
p=0,957
Baru 6 40,0 9 60,0 15 100
Total 15 23 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 21 menunjukkan dari 38 responden, terdapat 15

responden mengalami peningkatan tekanan darah sistol yang didominasi

oleh pekerja dengan masa kerja lama sebanyak 9 responden (39,1%) dari

total responden 23 orang sedangkan yang tidak mengalami peningkatan

tekanan darah sistol tetap paling banyak dialami oleh responden dengan

lama kerja tidak memenuhi standar sebanyak 14 responden (60,9%). Hasil

analisis data dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,957

(p>0,05) sehingga dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan

antara masa kerja dengan tekanan darah diastol pekerja di dapur Catering

Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar.


55

e. Hubungan antara Status Gizi dengan Tekanan Darah di Dapur Catering

Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara status gizi dengan tekanan

darah terhadap responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 22
Hubungan antara Status Gizi dengan Tekanan Darah Sistol pada
Pekerja di Dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018
Tekanan Darah Sistol
Status Total Hasil Uji
Meningkat Tidak Meningkat
Gizi Statistik
n % n % n %
Gemuk 18 85,7 3 14,3 21 100
Normal 5 41,7 7 58,3 12 100 p=0,030
Kurus 3 60,0 2 40,0 5 100
Total 26 12 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 22 menunjukkan dari 38 responden, terdapat 26

responden mengalami peningkatan tekanan darah sistol yang didominasi

oleh pekerja dengan status gizi gemuk sebanyak 18 responden (85,7%)

dari total responden 21 orang sedangkan yang tidak mengalami

peningkatan tekanan darah sistolpaling banyak dialami oleh responden

dengan status gizi normal sebanyak 7 responden (58,3%) dari total

responden sebanyak 12 orang. Hasil analisis data dengan menggunakan uji

chi-square diperoleh nilai p=0,030 (p<0,05) sehingga dapat

diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan tekanan

darah sistol pekerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Kota

Makassar.
56

Tabel 23
Hubungan antara Status Gizi dengan Tekanan Darah Diastol pada
Pekerja di Dapur Catering Seruni Pusat Bonto DuriTahun 2018
Tekanan Darah Diastol
Status Total Hasil Uji
Meningkat Tidak Meningkat
Gizi Statistik
n % n % n %
Gemuk 9 42,9 12 57,1 21 100
Normal 5 41,7 7 58,3 12 100 p=0,632
Kurus 1 20,0 4 80,0 5 100
Total 15 23 38 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 23 menunjukkan dari 38 responden, terdapat 15

responden mengalami peningkatan tekanan darah diastol yang didominasi

oleh pekerja dengan status gizi gemuk sebanyak 9 responden (42,9%) dari

total responden 21 orang sedangkan yang tidak mengalami peningkatan

tekanan darah sistol tetap paling banyak dialami oleh responden dengan

status gizi gemuk sebanyak 12 responden (57,1%). Hasil analisis data

dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,632 (p>0,05)

sehingga dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan antara status

gizi dengan tekanan darah diastol pekerja di dapur Catering Seruni Pusat

Bonto Duri Kota Makassar.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tekanan panas

dengan tekanan darah pada pekerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto

Duri Kota Makassar. Adapun pembahasan dari hasil analisis data setiap

variabel penelitian sebagai berikut.


57

1. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah

Tekanan panas merupakan gabungan dari kelembaban udara, suhu

udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Sumber tekanan panas berasal

dari iklim, alat atau mesin produksi dan kerja otot manusia. Tekanan

panas dapat mempengaruhi kecepatan denyut jantung atau nadi, tekanan

darah, daya konsentrasi, dan ketahanan fisik. Perubahan yang terjadi

pada suhu lingkungan kerja baik terjadi peningkatan maupun penurunan

dapat mempengaruhi tekanan darah pekerja (Suma’mur, 2009).

Berdasarkan hasil univariat tekanan panas dari 38 responden

terdapat 27 responden yang bekerja di tempat kerja yang bertekanan

panas tidak memenuhi standar dan sebanyak 11 responden yang bekerja

pada tempat kerja bertekanan panas memenuhi standar. Kemudian pada

hasil univariat tekanan darah dari 38 responden yang mengalami

peningkatan tekanan darah sebanyak 24 responden dan yang tidak

mengalami peningkatan sebanyak 14 responden.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan panas dengan

tekanan darah sistol dari 38 responden yang mengalami peningkatan

tekanan darah pada pekerja lebih banyak pada pekerja yang bekerja di

tempat kerja yang memiliki besar tekanan panas tidak memuhi syarat

sebanyak 21 responden, sedangkan yang tidak mengalami peningkatan

tekanan darah lebih banyak dialami oleh pekerja yang bekerja di tempat

kerja dengan besar tekanan panas memenuhi syarat sebanyak 7

responden. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan panas


58

dengan tekanan darah diastol kejadian peningkatan tekanan darah

maupun tidak terjadi peningkatan tetap dialami oleh pekerja dengan

tempat kerja bertekanan panas tidak memenuhi standar yakni sebanyak

13 responden.

Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square terdapat

hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah sistol(p=0,026,

p<0,05) sedangkan tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan

tekanan darah diastol (p=0,077, p>0,05) pada pekerja di dapur Catering

Seruni Pusat Bonto Duri Kota Makassar Tahun 2018.

Berdasarkan hasil observasi, ventilasi pada tempat kerja kurang

memadai sehingga pertukaran udara juga kurang baik. Sebagian lokasi

keja memiliki jendela terbuka akan tetapi ada juga dapur yang minim

sekali akan jendela sehingga pada saat peroses pemasakan suhu tinggi

yang dihasilkan oleh alat produksi yakni kompor dan oven tidak

tersikulasi dengan baik, hal ini yang dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah pekerja. Di sisi lain, kejadian pada responden yang tidak

mengalami peningkatan tekanan darah dengan kategori tekanan panas

tidak memenuhi standar dan kejadian pada responden mengalami

peningkatan tekanan darah dengan kategori tekanan panas memenuhi

standar hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya adaptasi fisiologi

responden yang berbeda.

Hasil tersebut membuktikan bahwa tekanan panas yang tidak

memenuhi syarat atau melebih Nilai Ambang Batas (NAB)


59

mempengaruhi tekanan darah. Hal tersebut sesuai dengan teori yang

dinyatakan oleh Grandjean (1997) di mana efek fisiologis yang diterima

oleh tubuh akibat suhu lingkungan yang tinggi yaitu adanya peningkatan

terhadap denyut jantung, kelelahan, tekanan darah, aliran darah pada

kulit, produksi keringat yang berlebihan, suhu inti, serta adanya

penurunan terhadap aktivitas organ pencernaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sugiyarto (2011) yang menunjukkan ada korelasi yang kuat antara

tekanan panas dengan tekanan darah terhadap pekerja di Unit Weaving

PT. Dan Liris Sukoharjo Tahun 2011. Hasil penelitian lain yang

dilakukan oleh Musthofa (2013) menyatakan tidak ada perbedaan antara

tekanan panas dengan tekanan darah sistol dan diastol pada tenaga kerja

bagian produksi pengecoran logam di Koperasi Batur Jaya Ceper Klaten

Tahun 2012.

Dari pembahasan di atas, maka ada baiknya pihak manajemen untuk

memperbaiki ventilasi udara di dapur sehingga suhu panas ketika

memasak dapat tersikulasi dengan baik.

2. Hubungan Usia dengan Tekanan Darah

Usia merupakan lamanya seseorang hidup sejak lahir ke muka bumi

ini. Menurut Hartono (2004), usia merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi tekanan darah. Peningkatan tekanan darah

cenderung ditemukan pada usia > 40 tahun yang disebabkan oleh tekanan

arterial mengalami peningkatan selaras dengan bertambahnya usia,


60

selain itu juga mengalami regurtasi aorta dan adanya generatif (Bustan,

1997).

Berdasarkan hasil univariat menunjukkan dari 38 responden, pekerja

yang memiliki usia tua 40 tahun atau lebih sebanyak 16 responden dan

pekerja yang berusia muda dibawah 40 tahun sebanyak 22 responden.

Hasil tabulasi silang antara usia dengan tekanan darah sistol bahwa 27

dari 38 responden mengalami peningkatan tekanan darah. Peningkatan

darah terbanyak dialami oleh pekerja yang berusia tua sebanyak 15

responden, sedangkan yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah

sebanyak 10 responden dan didominasi oleh pekerja berusia muda

sebanyak 10 responden. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara usia

dengan tekanan darah diastol kejadian peningkatan maupun tidak terjadi

peningkatan tekanan darah diastol dominan dialami oleh pekerja dengan

usia muda.

Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square terdapat

hubungan antara usia dengan tekanan darah sistol (p=0,031, p<0,05)

sedangkan tidak ada hubungan antara usia dengan tekanan darah diastol

(p=0,646, p>0,05) pada pekerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto

Duri Kota Makassar Tahun 2018.

Berdasarkan hasil observasi, peningkatan tekanan darah yang

dialami oleh pekerja di dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri

dikarenakan sebagian besar pekerja usia tua bekerja di bagian yang

terpapar tekanan panas tidak memenuhi syarat atau melebih Nilai


61

Ambang Batas (NAB). Pekerja dengan usia tua lebih berpotensi

mengalami peningkatan tekanan darah diakibatkan keelastisitas

pembuluh darah yang semakin menurun. Apabila denyut jantung

meningkat maka darah akan dipompa ke seluruh tubuh, akan tetapi

karena tingkat kelenturan pembuluh darah menurun mengakibatkan

tekanan darah meningkat karena pembuluh darah tidak bisa melebar

dengan baik. Berdasarkan Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana

Penyakit Hipertensi bahwa biasanya penyakit tekanan darah tinggi

umumnya dialami pada manusia berusia lebih dari 40 tahun. Umumnya

sistolik akan meningkat sejalan dengan bertambah usia sedangkan

diastolik akan meningkat sampai umur 55 tahun kemudian menurun.

semakin tua usia seseorang maka tekanan sistoliknya semakin tinggi dan

biasanya dihubungkan dengan timbulnya arterisclerosis (Guyton dan

Hall, 2009). Selain itu, kejadian pada responden yang tidak mengalami

peningkatan tekanan darah dengan kategori usia tua dan kejadian pada

responden mengalami peningkatan tekanan darah dengan kategori usia

muda hal ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan aktivitas fisik yang

dilakukan sebelum melakukan pekerjaan. Aktivitas fisik dapat

mempengaruhi tekanan darah yakni semakin tinggi aktivitas fisik yang

dilakukan maka tekanan darah akan semakin meningkat (Vita, 2006).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Muchsin (2010) di mana terjadi hubungan yang sangat signifikan antara

usia dengan tekanan darah sistol pada pekerja di bagian Weaving (Tenun)
62

shift pagi “Agung Saputra Tex” Piyungan Bantul Yogyakarta dan salah

satu penelitian di Jepang oleh Sairenchi et al., (2005) bahwa usia

mempengaruhi tekanan darah sistol terutama pada kelompok usia 40-79

tahun. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Musthofa (2013)

menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan terhadap

tekanan darah diastol pada pekerja bagian produksi di Koperasi Batur

Jaya Klaten dengan rata-rata usia 41,9 tahun yang terpapar tekanan

panas.

Berdasarkan pembahasan di atas, sebaiknya pihak manajemen

merotasi tenaga kerja yang berusia tua di bagian dapur ke bagian lain

seperti bagian perlengkapan, agar terhindar dari paparan tekanan panas

yang dapat mempengaruhi fisiologi tubuh dan menyebabkan tingginya

tekanan darah.

3. Hubungan Lama Kerja dengan Tekanan Darah

Lama kerja merupakan lamanya pekerja melakukan pekerjaannya

dalam satu hari. Lingkungan kerja panas membuat anggota tubuh

membutuhkan usaha tambahan untuk mempertahankan keseimbangan

panas dalam tubuh. Apabila pekerja terpapar terus menerus, maka akan

mengakami risiko terjadinya gangguan kesehatan (Dian dalam Sari,

2017).

Hasil univariat menunjukkan dari 38 responden sebanyak 27

responden bekerja dengan lama kerja tidak memenuhi standar atau di atas

8 jam kerja, sedangkan yang memenuhi standar atau < 8 jam kerja
63

sebanyak 11 responden. Hasil tabulasi silang antara lama kerja dengan

tekanan darah sistol bahwa dari 38 responden sebanyak 26 responden

mengalami peningkatan tekanan darah yang didominasi oleh pekerja

dengan lama kerja tidak memenuhi standar sedangkan jumlah responden

yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah sistol lebih banyak

terjadi pada pekerja dengan lama kerja memenuhi standar. Hasil tabulasi

silang antara lama kerja dengan tekanan darah diastol baik kejadian

meningkat atau tidak meningkatnya tekanan darah diastol keduanya

paling banyak dialami oleh pekerja dengan lama kerja tidak memenuhi

standar.

Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square terdapat

hubungan antara lama kerja dengan tekanan darah sistol (p=0,017,

p<0,05) sedangkan tidak ada hubungan antara lama kerja dengan tekanan

darah diastol (p=0,470, p>0,05) pada pekerja di dapur Catering Seruni

Pusat Bonto Duri Kota Makassar Tahun 2018.

Berdasarkan hasil observasi, pekerja dapur di Catering Seruni Pusat

Bonto Duri rata-rata bekerja selama 9,14 jam dalam satu hari. Hal ini

sebabkan oleh pesanan yang diterima oleh pihak catering banyak

sehingga pekerja melakukan produksi makanan lebih banyak.

Peningkatan tekanan darah yang terjadi pekerja dikarenakan banyak

pekerja yang bekerja melebihi 8 jam kerja. Hal tersebut tidak sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa

dalam sehari seorang pekerja maksimal bekerja selama 8 jam kerja.


64

Pekerja yang bekerja melebihi jam kerja atau lama kerja tidak memenuhi

standar, maka pekerja tersebut terpapar dengan tekanan panas lebih lama

sehingga mengalami terjadinya peningkatan tekanan darah yang

kemudian akan menyebabkan hipertensi (tekanan darah tinggi). Selain

itu juga banyak pekerja yang tidak memaksimalkan waktu istirahat yang

diberikan oleh perusahaan sehingga hal ini dapat meningkatkan tekanan

darah responden.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Muchsin (2010) pada pekerja di bagian Weaving (Tenun) “Agung

Saputra Tex” Piyungan Bantul Yogyakarta di mana penelitian tersebut

membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara lama

kerja dengan tekanan darah sistol, akan tetapi tidak sejalan dengan hasil

penelitiannya yaitu ada hubungan yang signifikan antara lama kerja

dengan tekanan darah diastol pekerja.

Dari pembahasan di atas, sebaiknya pekerja menggunakan waktu

istirahat yang diberikan oleh perusahaan dengan maksimal agar tubuh

mengalami rileksasi dan tidak membuat jantung bekerja keras terus-

menerus akibat dari banyaknya akitivitas yang dilakukan pada saat

bekerja.

4. Hubungan Masa Kerja dengan Tekanan Darah

Masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya pekerja bekerja

semenjak pertama kali diterima di tempat kerja hingga penelitian ini

berlangsung. Berdasarkan data pekerja yang memiliki masa kerja lama


65

lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang memiliki masa kerja

baru. Hal tersebut dapat mempengaruhi pekerja baik secara positif

maupun negatif. Menurut Budiono (2003) dampak positif yang diperoleh

pekerja adalah semakin berpengalamannya seorang pekerja tersebut

dalam melakukan pekerjaannya sedangkan dampak negatifnya adalah

pekerja akan mudah mengalami gangguan kesehatan akibat keseringan

terkena bahaya paparan yang diterima oleh pekerja selama bekerja di

lingkungan kerja.

Responden dalam hal ini pekerja dapur hampir ¾ dari jumlah

responden memiliki masa kerja lama.Hasil tabulasi silang antara masa

kerja dengan tekanan darah sistol bahwa dari 38 responden sebanyak 26

responden mengalami peningkatan tekanan darah yang lebih banyak

terjadi pada kategori lama kerja lama sedangkan yang tidak mengalami

peningkatan tekanan darah lebih banyak terjadi pada pekerja dengan

masa kerja baru. Hasil tabulasi silang antara masa kerja dengan tekanan

darah diastol baik kejadian meningkat atau tidak meningkatnya tekanan

darah diastol keduanya paling banyak dialami oleh pekerja dengan masa

kerja lama.

Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square terdapat

hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah sistol (p=0,033,

p<0,05) sedangkan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tekanan

darah diastol (p=0,957, p>0,05) pada pekerja di dapur Catering Seruni

Pusat Bonto Duri Kota Makassar Tahun 2018.


66

Berdasarkan hasil observasi, pekerja dengan masa kerja lama dapat

dikatakan mengalami paparan bahaya risikodalam hal ini tekanan panas

yang tidak sesuai dengan standar atau Nilai Ambang Batas (NAB) >29 oC

di tempat kerja dalam waktu yang lama sehingga berisiko mengalami

peningkatan tekanan darah dan yang lebih parah lagi bisa mengalami

penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi). Selain itu, perbedaan

kemampuan dalam aklimatisasi diri juga dapat mempengaruhi proses

fisiologi tubuh sehingga meningkatnya maupun tidak meningkatnya

tekanan darah baik sistol dan diastol dapat terjadi didukung dengan faktor

lain usia, status gizi, hingga stres yang dialami oleh pekerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurmagfira (2016) pada pekerja pabrik tahu di Kelurahan Bara-Baraya

Timur Kecamatan Makassar Kota Makassar. Penelitian tersebut

membuktikan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan

tekanan darah pekerja di mana dari 68 responden diperoleh 78,6% yang

mengalami peningkatan tekanan darah dengan kategori masa kerja lama.

5. Hubungan Status Gizi dengan Tekanan Darah

Status Gizi adalah gambaran dari keseimbangan antara konsumsi

dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi oleh tubuh

(Supariasa, 2001). Dalam hal ini status gizi dilihat dari gemuk, normal

dan kurusnya pekerja yang diukur dengan menggunakan Indeks Masa

Tubuh (IMT) dalam satuan kilogram (kg) dan tinggi badan dalam satuan

meter (m).
67

Berdasarkan hasil univariat menunjukkan bahwa dari 38 responden

didominasi dengan pekerja berstatus gizi gemuk. Hasil tabulasi silang

antara status gizi dengan tekanan darah sistol dari 38 responden yang

mengalami peningkatan tekanan darah sistolsebanyak 26 responden

didominasi oleh pekerja dengan kategori berstatus gizi gemuk sedangkan

pada kejadian tidak meningkatnya tekanan darah sistol paling banyak

dialami oleh pekerja dengan status gizi normal. Hasil tabulasi silang

antara status gizi dengan tekanan darah diastol baik kejadian meningkat

atau tidak meningkatnya tekanan darah diastol keduanya paling banyak

dialami oleh pekerja dengan status gizi gemuk.

Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square terdapat

hubungan antara status gizi dengan tekanan darah sistol (p=0,030,

p<0,05) sedangkan tidak ada hubungan antara status gizi dengan tekanan

darah diastol (p=0,632, p>0,05) pada pekerja di dapur Catering Seruni

Pusat Bonto Duri Kota Makassar Tahun 2018.

Berdasarkan hasil observasi, pekerja yang mengalami peningkatan

tekanan darah didominansi dengan pekerja yang memiliki status gizi

gemuk dan bekerja pada tempat kerja yang terpapar dengan tekanan

panas tidak memenuhi syarat atau melewati Nilai Ambang Batas (NAB)

> 29o C. Menurut Hull (1986), orang yang mengalami kelebihan berat

badan (obesitas) berisiko mengalami hipertensi 2 hingga 6 kali lebih

tinggi dibanding dengan seseorang yang memiliki berat badan ideal.

Adanya peningkatan maupun tidak pada setiap kategori status gizi ini
68

dapat dipengaruhi beberapa hal seperti usia, aktivitas fisik yang

dilakukan diluar pekerjaan, lama kerja, aklimatisasi, serta tingkat stres

yang dialami pekerja sehingga responden dengan status gizi gemuk,

normal, dan kurus dapat mengalami peningkatan maupun tidak pada

tekanan darah baik sistol ataupun diastol.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Boledovičová et al., (2013) yang menyatakan adanya korelasi antara

tekanan darah dengan persentase lemak tubuh. Tubuh gemuk lebih

identik dengan tekanan darah sistol yang lebih tinggi dibanding dengan

tekanan darah diastol. Selain itu, jugaada penelitian yang dilakukan oleh

Nurmaghfira (2016) pada pekerja pabrik tahu di Kelurahan Bara-Baraya

Timur Kecamatan Makassar Kota Makassar. Penelitian tersebut

membuktikan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan

tekanan darah pekerja di mana dari 68 responden diperoleh 78,6% yang

mengalami peningkatan tekanan darah dengan kategori status gizi

gemuk.

Berdasarkan pembahasan di atas, sebaiknya pihak manajemen

mengkontrol asupan makan pekerja dengan cara memfasilitasi konsumsi

dengan gizi seimbang serta mengadakan olahraga bersama minimal satu

kali dalam seminggu demi terjaganya berat badan yang ideal.

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini tidak meneliti semua faktor yang

menyebabkan tekanan darah meningkat sehingga memungkinkan ada varibel


69

lain yang menjadi penyebab dari meningkatkan tekanan darah pekerja di

dapur Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis variabel yang diteliti tentang

hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada pekerja dapur Catering

Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah sistol

(p=0,026) dan tidak ada hubungan antara tekanan panas tekanan darah

diastol (p=0,077) pada pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto

Duri Tahun 2018.

2. Ada hubungan antara usia dengan tekanan darah sistol (p=0,031) dan

tidak ada hubungan antara usia dengan tekanan darah diastol (p=0,646)

pada pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri Tahun 2018.

3. Ada hubungan antara lama kerja dengan tekanan darah sistol (p=0,017)

dan tidak ada hubungan antara lama kerja dengan tekanan darah diastol

(p=0,470) pada pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri

Tahun 2018.

4. Ada hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah sistol (p=0,033)

dan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah diastol

(p=0,957) pada pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri

Tahun 2018.

70
71

5. Ada hubungan antara status gizi dengan tekanan darah sistol (p=0,03)

dan tidak ada hubungan antara status gizi dengan tekanan darah diastol

(p=0,632) pada pekerja dapur di Catering Seruni Pusat Bonto Duri

Tahun 2018.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peniliti berikan berdasarkan hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Pihak Manajemen Perusahaan

a. Merotasi tenaga kerja yang berusia tua di bagian dapur ke bagian

lain seperti bagian perlengkapan, agar terhindar dari paparan tekanan

panas yang dapat mempengaruhi fisiologi tubuh dan menyebabkan

tingginya tekanan darah.

b. Menjaga kebersihan dapur terutama pada lantai untuk selalu bersih

dan tidak licin baik dalam proses memasak maupun tidak.

c. Sebaiknya memperbaiki ventilasi udara di dapur sehingga suhu

panas ketika memasak dapat tersikulasi dengan baik.

d. Mengontrol asupan makan pekerja dengan cara memfasilitasi

konsumsi dengan gizi seimbang serta mengadakan olahraga bersama

minimal satu kali dalam seminggu demi terjaganya berat badan yang

ideal.

2. Pekerja

a. Menggunakan waktu istirahat yang diberikan oleh perusahaan

dengan maksimal agar tubuh mengalami rileksasi dan tidakmembuat


72

jantung bekerja keras terus-menerus akibat dari banyaknya akitivitas

yang dilakukan pada saat bekerja.

b. Menjaga kebersihan dapur terutama pada lantai untuk selalu bersih

dan tidak licin baik dalam proses memasak maupun tidak.


DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Ridhayani. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Heat Strain


Pada Tenaga Kerja yang Terpapar Panas di PT. Aneka Boga Makmur.
Surabaya: The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health
Vol.2, No. 2 Jul-Des 2013: 145-153.
Bell, K., Twiggs, J., & Olin, B. R. 2015. Hypertension: The Silent Killer: Updated
JNC-8 Guideline Recommendation, 1–8. https://doi.org/0178-0000-15-104-
H01-P
Boledovičová, M., et, al. 2013. Blood pressure relation to body composition and
age: analysis of a nurse-led investigation and consultation program.Medical
Science Monitor : International Medical Journal of Experimental and Clinical
R e se arch , 19 , 612 –617. ht t ps://do i .org/10.12659/MSM.883984
Budiono, A.M. Sugeng, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja. Semarang: Badan Penerbit UNDIP Edisi Kedua.
Conn, David. 2017. Thousands of Qatar World Cup Workers ‘Subjected to Life –
Threatening Heat’. The Guardian, Situs Online.
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R.& al, et. 2003. Seventh report of the
joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment
of high blood pressure. hypertension, 42(6), pp.1206-1252.
Depkes. 2011. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dewi, Dian Ika Pitaloka. 2011. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah
Pada Pekerja di Unit Fermentasi PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri
Kebakramat, Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP & PL,
2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi.Depkes RI.
Grandjean. 1997. Fitting The Task to The Human: A Textbook of Occupational
Ergonomics, 5th edn.London: Taylor & Francis.
Guyton, AC. Hall John E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Habicht, J P, et al., 1979. Antropometric Fied Methods, Criteria and Selection. In:
Jelliffe and Jelliffe (ea). New York: Nutrition and Growth.
Hendra. 2009. Tekanan Panas dan Metode Pengukurannya di Tempat Kerja.
Depok: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.Depok: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
HSE. 2013. Heat Stress In The Workplace – A Brief Guide. United Kingdom:
Health and Safety Executive.
ISHN. 2013. Worker Dies from Heat Stress His First Day on The Job – Company
Cited for Lack of Heat Stress Program. Artikel Online. Troy: Industrial
Safety & Hygiene News.
Kepmenaker RI 372/MEN/XI/2009. 2009. Tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional. Jakarta: Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
Kurniawan, A., 2010. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga KerjaSebelum dan
Sesudah Terpapar Tekanan Panasdi Industri Mebel CV.Gion &
RahayuKartasura, SukoharjoJawa Tengah. Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Ministry of Labour. 2014. Heat Stress. Ontario: OntarioMinistry of Labour.
Muchsin. 2010. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Tekanan Darah Pekerja
Wanita Terpapar Bising Shift Pagi di Bagian Weaving (Tenun) “Agung
Saputra Tex” Piyungan Bantul Yogyakarta. Yogyakarta: Kes Mas Vol. 4
No. 3, September 2010:144-239.
Murray, Paul. Scott S. Moody. 2017. The Danger of Heat Stress. Artikel Online.
Dallas: Occupational Health & Safety.
Musthofa, Teguh Amin. 2013. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah
Tenaga Kerja Pada Pengecoran Logam di Koperasi Batur Jaya Ceper
Klaten. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
National Research Council. 1989.Diet and Helath Implication for Reducing
Chronic Desease Risk. Washington DC: Academy Press.
NIOSH. 2017. Heat Stress. United States: Centers for Disease Control and
Prevention.
Nurmagfira. 2016. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Pekerja
Pabrik Tahu Kelurahan Bara-Baraya Makassar. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
OSHA. 2013. Inspection: 922211.015 - Cooper Tank & Welding Corp. United
States: United States Departement of Labor.
Pahri, Rifaldi. 2015. Hubunga Karakteristik Individu dengan Kapasitas Paru pada
Penyelam Tradisional di Pulau Lae-Lae Kota Makssar Tahun 2015.
Makassar: Universitas Hasanuddin.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011.
2011. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Purwitasari. 2012. Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah Pada Tenaga
Kerja Bagipuan Ground Handling Bandar Udara Sultan Hasanuddin
Makassar Tahun 2012. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Sairenchi, T., Iso, H., Irie, F., Fukasawa, N., Yamagishi, K., Kanashiki, M., Nose,
T. 2005. Age-Specific Relationship between Blood Pressure and the Risk of
Total and Cardiovascular Mortality in Japanese Men and Women.
Hypertension Research, 28, 901. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.1291/hypres.28.901
Santoso. 2004. Higiene Perusahaan Panas. Solo: Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Sari, Yenny Diviana. 2017. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah
pada Pekerja Pabrik di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong
Tahun 2017. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Shintyar, Aminta Rahma. 2015. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah
Pada Pekerja Perparkiran Kendaraan Bermotor di Basement Plaza Center
Point Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Siswantiningsih, K.A. 2010. Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah
Bekerja pada Iklim Kerja Panas di Unit Workshop PT. Indo Acidarama Tbk.
Kemiri, Kebak Kramat Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Siswanto. 1987. Tekanan Panas. Surabaya: Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Jawa Timur.
Soeripto, M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-7063-2004. 2004. Nilai Ambang Batas Iklim
Kerja (Panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi Sinar
Ultra Ungu di Tempat Kerja. Badan Standardisasi Nasional.
Stefhany, Emerita.2012. Hubungan Pola Makan, Gaya Hidup Dan Indeks Massa
Tubuh Dengan Hipertensi Pada Pra Lansia Di Posbindu Kelurahan Depok
Jaya Tahun 2012. Depok: Universitas Indonesia.
Sugiyarto, Agustin. 2011. Peningkatan Tekanan Darah Tenaga Kerja Akibat
Terpapar Tekanan Panas Melebihi Standar di Unit Weaving PT Dan Liris
Sukoharjo. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sukmono. 2010. Pengaruh Kebisingan Terhadap Tingkat Kelelahan Kerja di
Penggilingan Padi Desa Griyan Kelurahan Baturan Kecamatan Colomadu
Kab. Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta: Sagung Seto.
Suma’mur, P.K. Soedirman. 2014.Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes &
Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga
Supariasa, et al. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, pp:37-121.
Tarwaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.1, pp: 33-97.
Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja Revisi Edisi II. Harapan Press: Surakarta.
Telan, Albina Bare. 2012. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Perubahan Tekanan
Darah dan Denyut Nadi Pada Tenaga Kerja Industri Pandai Besi di Desa
Hadipolo Kecamatan Jekilp Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Tesis.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970. 1970. Tentang Keselamatan Kerja.
Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003. 2003. Ketenagakerjaan. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia.
Vita. 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Watson, R. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Wahyuni, Tri. 2015. Dehidrasi, Tekanan Panas, dan Kematian. Artikel Online.
Jakarta: CNN Indonesia.
Wignjosoebroto, S. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknis Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Wijaya.
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PADA


PEKERJA DI CATERING SERUNI KOTA MAKASSAR
TAHUN 2018

Tanggal Wawancara : / / 2018


Lokasi :
Petunjuk Pengisian Kuesioner : Isilah titik-titik pada kolom jawaban berdasarkan
pertanyaan dibawah ini. Apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti silahkan
bertanya kepada peneliti. Atas kejujuran dan kesediaannya menjadi sampel
penelitian diucapkan terimakasih.

Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :L/P
Umur : ………… tahun
Berat Badan : ……….... Kg
Tinggi Badan : ……….... Cm

Tekanan Darah
Sebelum Bekerja
Jam : ……......….... WITA
Tekanan Darah : ………......... / mmHg
Sesudah Bekerja
Jam : ……......….... WITA
Tekanan Darah : ………......... / mmHg

No Kuesioner Lama Kerja


1. Berapalama andabekerjadalam sehari?…….. jam

Apakah adawaktu untukberistirahatyangdiberikan oleh pemilik


2. catering tempat andabekerja ?
a. Ya
b. Tidak
3. Bilaya, berapalama andaistirahat ?……... jam

No Kuesioner Masa Kerja


1. Apakah Andapernah kerja sebelumyaditempat lain (jenis
pekerjaanyangsama)?
a.Ya, di..........
b.Tidak (lanjut ke no.3)
2. Berapalama andabekerjadi tempat tersebut?….. tahun …… bulan

3. Sejak kapan andabekerjadi tempat ini? …….


Lampiran 2. Tabel Induk

TABEL INDUK

Berat Tinggi Lama Masa


Jenis
No Nama Usia Badan Badan IMT Kerja Kerja
Kelamin
(Kg) (m) (jam) (bulan)
1 IRU P 40 68 1.55 28.3 9 1
2 TIA P 20 35 1.48 15.98 9 1
3 DAH P 47 60 1.45 28.54 6 52
4 HAMA P 21 48 1.51 21.05 11 12
5 INA P 45 83 1.63 31.24 8 88
6 IAD L 18 46 1.6 17.77 9 15
7 HATI P 20 54 1.48 24.42 11 7
8 SUR P 31 50 1.7 17.3 6 5
9 DRA P 31 50 1.49 22.52 8 6
10 ABA L 27 107 1.75 34.78 12 96
11 HSN P 42 71 1.52 30.73 10 120
12 MEG P 40 60 1.5 26.67 10 120
13 ASNI P 43 66 1.54 27.83 9 132
14 KIR P 45 57 1.43 27.82 9 36
15 IAL P 79 56 1.6 21.88 9 48
16 WSN P 22 65 1.52 28.1 9 48
17 BAS L 23 60 1.58 24.03 13 2
18 YUA P 41 56 1.48 25.57 7 36
19 SWI P 42 60 1.52 25.97 12 24
20 RIA P 44 56 1.62 21.34 8 72
21 EDR P 30 66 1.55 27.47 5 6
22 RHA P 28 42 1.54 17.71 9 6
23 RAO L 31 53 1.67 19 6 24
24 AHI L 23 80 1.65 29.38 13 60
25 VTO L 26 64 1.7 22.15 12 96
26 RIY L 35 79 1.6 31.05 10 6
27 AKE P 41 70 1.64 26.19 12 4
28 HNI P 33 65 1.53 27.77 9 5
29 SUR P 42 64 1.53 27.34 6 60
30 HSN P 70 35 1.39 18.06 9 132
31 MSI P 44 66 1.6 25.78 9 36
32 RDI L 25 60 1.5 26.67 9 4
33 DAN P 24 51 1.55 21.23 10 5
34 HAS L 26 60 1.67 21.51 10 6
35 PUR P 41 68 1.57 27.59 11 24
36 RAN L 30 60 1.6 23.44 6 4
37 SNI P 20 55 1.56 22.6 8 1
38 DOI L 26 70 1.6 27.34 10 7
Lampiran 3. Lembar Pengukuran Tekanan Panas di Dapur Catering Seruni
Pusat Bonto Duri Kota Makassar Tahun 2018

LEMBAR PENGUKURAN TEKANAN PANAS DI DAPUR CATERING


SERUNI PUSAT BONTO DURI KOTA MAKASSAR TAHUN 2018

Tekanan Panas Pekerja


Lokasi Keterangan
(Co) n %
Dapur I Titik 1 (31,2) 8 21 > NAB
Titik 2 (28,0) 11 29 < NAB
Dapur II Titik 1 (33,4) 7 18 > NAB
Titik 2 (29,6) 12 31 > NAB
Total 38 100
Lampiran 4. Tabel Hasil Analisis Univariat dan Bivariat

1. Analisis Univariat

Statistics

TEKANAN_
TEKANAN_ DARAH_DIAST MASA LAMA_ TEKANAN_
DARAH_SISTOL OL USIA IMT _KERJA KERJA PANAS

N Valid 38 38 38 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0 0 0 0

a. Tekanan Darah

TEKANAN_DARAH_SISTOL

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid meningkat 26 68.4 68.4 68.4

tidak meningkat 12 31.6 31.6 100.0

Total 38 100.0 100.0


TEKANAN_DARAH_DIASTOL

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid meningkat 15 39.5 39.5 39.5

tidak meningkat 23 60.5 60.5 100.0


Total 38 100.0 100.0

b. Tekanan Panas

TEKANAN_PANAS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak memenuhi standar 27 71.1 71.1 71.1

memenuhi standar 11 28.9 28.9 100.0

Total 38 100.0 100.0


c. Usia

USIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tua 16 42.1 42.1 42.1

muda 22 57.9 57.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

d. Lama Kerja

LAMA_KERJA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak memenuhi standar 27 71.1 71.1 71.1

memenuhi standar 11 28.9 28.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

e. Masa Kerja

MASA_KERJA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid lama 23 60.5 60.5 60.5

baru 15 39.5 39.5 100.0

Total 38 100.0 100.0

f. Status Gizi

STATUS_GIZI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid gemuk 21 55.3 55.3 55.3

normal 12 31.6 31.6 86.8

kurus 5 13.2 13.2 100.0

Total 38 100.0 100.0


2. Analisis Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

USIA * 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%


TEKANAN_DARAH_SISTOL
STATUS_GIZI * 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
TEKANAN_DARAH_SISTOL
MASA_KERJA * 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
TEKANAN_DARAH_SISTOL
LAMA_KERJA * 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
TEKANAN_DARAH_SISTOL
TEKANAN_PANAS * 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
TEKANAN_DARAH_SISTOL
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

USIA * 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%


TEKANAN_DARAH_DIASTO
L
STATUS_GIZI * 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
TEKANAN_DARAH_DIASTO
L
MASA_KERJA * 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
TEKANAN_DARAH_DIASTO
L
LAMA_KERJA * 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
TEKANAN_DARAH_DIASTO
L
a. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Sistol

Crosstab

TEKANAN_DARAH_SISTOL

meningkat tidak meningkat Total

TEKANAN tidak memenuhi Count 21 6 27


_PANAS standar % within TEKANAN_PANAS 77.8% 22.2% 100.0%

memenuhi Count 5 6 11
standar % within TEKANAN_PANAS 45.5% 54.5% 100.0%
Total Count 26 12 38

% within TEKANAN_PANAS 68.4% 31.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 3.779a 1 .052


Continuity Correctionb 2.431 1 .119
Likelihood Ratio 3.635 1 .057
Fisher's Exact Test .068 .061
Linear-by-Linear Association 3.680 1 .055
N of Valid Cases 38

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.47.
b. Computed only for a 2x2 table
b. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Diastol

Crosstab

TEKANAN_DARAH_DIASTOL

meningkat tidak meningkat Total

TEKANAN_ tidak Count 13 14 27


PANAS memenuhi % within TEKANAN_PANAS 48.1% 51.9% 100.0%
standar

memenuhi Count 2 9 11
standar % within TEKANAN_PANAS 18.2% 81.8% 100.0%
Total Count 15 23 38

% within TEKANAN_PANAS 39.5% 60.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.938a 1 .087


Continuity Correctionb 1.817 1 .178
Likelihood Ratio 3.158 1 .076
Fisher's Exact Test .145 .087
Linear-by-Linear Association 2.860 1 .091
N of Valid Cases 38

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.34.
b. Computed only for a 2x2 table

c. Hubungan Usia dengan Tekanan Darah Sistol

Crosstab

TEKANAN_DARAH_SISTOL

meningkat tidak meningkat Total

USIA tua Count 14 2 16

% within USIA 87.5% 12.5% 100.0%

muda Count 12 10 22

% within USIA 54.5% 45.5% 100.0%


Total Count 26 12 38

% within USIA 68.4% 31.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.656a 1 .031


Continuity Correctionb 3.256 1 .071
Likelihood Ratio 5.025 1 .025
Fisher's Exact Test .040 .033
Linear-by-Linear Association 4.533 1 .033
N of Valid Cases 38

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.05.
b. Computed only for a 2x2 table

d. Hubungan Usia dengan Tekanan Darah Diastol

Crosstab

TEKANAN_DARAH_DIASTOL

meningkat tidak meningkat Total

USIA tua Count 7 9 16

% within USIA 43.8% 56.3% 100.0%

muda Count 8 14 22

% within USIA 36.4% 63.6% 100.0%


Total Count 15 23 38

% within USIA 39.5% 60.5% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .212a 1 .646


Continuity Correctionb .015 1 .901
Likelihood Ratio .211 1 .646
Fisher's Exact Test .743 .449
Linear-by-Linear Association .206 1 .650
N of Valid Cases 38

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.32.
b. Computed only for a 2x2 table
e. Hubungan Lama Kerja dengan Tekanan Darah Sistol

Crosstab

TEKANAN_DARAH_SISTOL Total

meningkat tidak meningkat

LAMA_KERJA tidak memenuhi Count 22 5 27


standar % within LAMA_KERJA 81.5% 18.5% 100.0%

memenuhi Count 4 7 11
standar % within LAMA_KERJA 36.4% 63.6% 100.0%
Total Count 26 12 38

% within LAMA_KERJA 68.4% 31.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.363a 1 .007


Continuity Correctionb 5.423 1 .020
Likelihood Ratio 7.102 1 .008
Fisher's Exact Test .017 .011
Linear-by-Linear Association 7.170 1 .007
N of Valid Cases 38

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.47.
b. Computed only for a 2x2 table

f. Hubungan Lama Kerja dengan Tekanan Darah Diastol

Crosstab

TEKANAN_DARAH_DIASTOL Total
meningkat tidak meningkat

LAMA_KERJA tidak memenuhi Count 12 15 27


standar % within LAMA_KERJA 44.4% 55.6% 100.0%

memenuhi Count 3 8 11
standar % within LAMA_KERJA 27.3% 72.7% 100.0%
Total Count 15 23 38

% within LAMA_KERJA 39.5% 60.5% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .965a 1 .326


Continuity Correctionb .380 1 .538
Likelihood Ratio .995 1 .318
Fisher's Exact Test .470 .272
Linear-by-Linear Association .939 1 .332
N of Valid Cases 38

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.34.
b. Computed only for a 2x2 table

g. Hubungan Masa Kerja dengan Tekanan Darah Sistol

Crosstab

TEKANAN_DARAH_SISTOL

meningkat tidak meningkat Total

MASA_KERJA lama Count 19 4 23

% within MASA_KERJA 82.6% 17.4% 100.0%

baru Count 7 8 15

% within MASA_KERJA 46.7% 53.3% 100.0%


Total Count 26 12 38

% within MASA_KERJA 68.4% 31.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.428a 1 .020


Continuity Correctionb 3.892 1 .049
Likelihood Ratio 5.416 1 .020
Fisher's Exact Test .033 .025
Linear-by-Linear Association 5.285 1 .022
N of Valid Cases 38

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.74.
b. Computed only for a 2x2 table
h. Hubungan Masa Kerja dengan Tekanan Darah Diastol

Crosstab

TEKANAN_DARAH_DIASTOL

meningkat tidak meningkat Total

MASA_KERJA lama Count 9 14 23

% within MASA_KERJA 39.1% 60.9% 100.0%

baru Count 6 9 15

% within MASA_KERJA 40.0% 60.0% 100.0%


Total Count 15 23 38

% within MASA_KERJA 39.5% 60.5% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .003a 1 .957


Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .003 1 .957
Fisher's Exact Test 1.000 .610
Linear-by-Linear Association .003 1 .958
N of Valid Cases 38

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.92.
b. Computed only for a 2x2 table
i. Hubungan Status Gizi dengan Tekanan Darah Sistol

Crosstab

TEKANAN_DARAH_SISTOL

meningkat tidak meningkat Total

STATUS_GIZI gemuk Count 18 3 21

% within STATUS_GIZI 85.7% 14.3% 100.0%

normal Count 5 7 12

% within STATUS_GIZI 41.7% 58.3% 100.0%

kurus Count 3 2 5

% within STATUS_GIZI 60.0% 40.0% 100.0%


Total Count 26 12 38

% within STATUS_GIZI 68.4% 31.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 7.046a 2 .030


Likelihood Ratio 7.142 2 .028
Linear-by-Linear Association 3.842 1 .050
N of Valid Cases 38

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1.58.

j. Hubungan Status Gizi dengan Tekanan Darah Diastol

Crosstab

TEKANAN_DARAH_DIASTOL
meningkat tidak meningkat Total

STATUS_GIZI gemuk Count 9 12 21

% within STATUS_GIZI 42.9% 57.1% 100.0%

normal Count 5 7 12

% within STATUS_GIZI 41.7% 58.3% 100.0%

kurus Count 1 4 5

% within STATUS_GIZI 20.0% 80.0% 100.0%


Total Count 15 23 38

% within STATUS_GIZI 39.5% 60.5% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .918a 2 .632


Likelihood Ratio .996 2 .608
Linear-by-Linear Association .600 1 .439
N of Valid Cases 38

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1.97.
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Kampus Universitas Hasanuddin
Lampiran6. Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Makassar
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Pengukuran Gambar 2. Pengukuran


Tekanan Darah Berat Badan

Gambar 3. Pengukuran Gambar 4. Pengukuran


Tekanan Panas Tinggi Badan
Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Shabrina Fauziah Muhammad

Alamat : Jl. Cibanteng Raya No. 37 RT/RW 009/011, Kel.

Koja, Kec. Koja. Kab. Jakarta Utara, DKI Jakarta

14220

Tempat/tgl lahir : Sukabumi, 07 November 1996

Agama : Islam

Suku : Bugis - Sunda

Bangsa : Indonesia

Pendidikan Terakhir : 1. SD Negeri 01 Rawa Badak Utara Jakarta

2. SMP Negeri 30 Jakarta

3. SMA Negeri 13 Jakarta

Anda mungkin juga menyukai