SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
By
SKRIPSI
Oleh
ii
Pernyataan Keaslian Skripsi
“Hubungan Sikap Kerja Duduk dan Masa Kerja dengan Keluhan Nyeri
Leher pada Pekerja Home Industri Friska Adfees Walet Deli Serdang”
beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kelimuan kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
iii
Abstrak
Sikap kerja yang tidak ergonomis, seperti posisi tubuh yang tidak alamiah, dapat
memicu timbulnya MSDs, khususnya pada leher. Pekerja pembersih sarang
burung walet melakukan pekerjaan dengan sikap duduk. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan sikap kerja dan masa kerja dengan keluhan nyeri
leher pada pekerja home industri friska adfees walet. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Jumlah
sampel sebanyak 30 pekerja. Teknik analisis data menggunakan uji pearson
product moment. Pengukuran sikap kerja menggunakan metode Rapid Entire
Body Assesment (REBA) dan keluhan nyeri leher menggunakan kuesioner Neck
Disability Index (NDI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap kerja pada
pekerja adalah 86,7% pekerja memiliki skor REBA dalam kategori sedang,
sementara 13,3% pekerja memiliki skor tinggi. Terdapat hubungan antara sikap
kerja dengan keluhan nyeri leher dengan nilai p = 0,040 < α = 0,05 Ho ditolak
dengan nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,378 yang berarti hubungan antar
variabel rendah dengan arah hubungan positif dan terdapat hubungan antara masa
kerja dengan keluhan nyeri leher dengan nilai p = 0,000 < α = 0,01 Ho ditolak
dengan nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,825 yang berarti hubungan antar
variabel sangat kuat dengan arah hubungan positif. Bagi pekerja home industri
friska adfees walet dapat memanfaatkan waktu istirahat untuk peregangan otot,
serta diharapkan pihak perusahaan dapat memberikan waktu untuk pekerja dalam
melakukan relaksasi sekitar 5-10 menit untuk memperlancar sirkulasi darah ke
seluruh tubuh.
Kata kunci: Sikap, masa, pekerja, leher, walet
iv
Abstract
v
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang
skripsi yang berjudul “Hubungan Sikap Kerja Duduk dan Masa Kerja dengan
Keluhan Nyeri Leher pada Pekerja Home Industri Friska Adfees Walet Deli
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik oleh karena
adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
1. Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Ketua Program Studi S1 Kesehatan
4. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K., selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya
5. Dr. Umi Salmah, S.K.M, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah
vi
6. apt. Dra. Lina Tarigan, M.S., selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia
Sumatera Utara.
9. Home Industri Friska Adfees Walet beserta seluruh pekerja yang telah
10. Bapak M Sofyan selaku Bapak kandung dan Ibu Lusi Julianti selaku Ibu
kandung serta Mhd. Fathur Rahman, Mhd. Fachri Alfaridzi, dan Mutiara
Chaira Nazifa selaku adik kandung penulis yang selalu memberikan cinta,
kasih sayang, doa, dukungan, perhatian yang tidak terbatas sehingga penulis
11. Sahabat terkasih penulis Faradila Hafiza, yang sudah menemani penulis
saya baik saat di kampus ataupun diluar kampus. terima kasih telah menjadi
pendengar yang baik sekaligus teman curhat, memberikan perhatian dan setia
disaat penulis ingin berbagi keluh kesah, serta mendoakan penulis selama
vii
12. Sahabat terkasih penulis Alfira Elyzanur, yang sudah menemani penulis
13. Sahabat terkasih penulis Sabila dan Nida yang sudah menemani penulis sejak
skripsi.
14. Ahmad Januar yang selalu memberi dukungan, semangat dan mendoakan
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah dengan
skripsi.
16. Terima kasih untuk diri sendiri, atas segala kerja keras dan semangatnya
sehingga tidak pernah menyerah dalam mengerjakan tugas akhir skripsi ini.
kekurangan oleh karena itu penulis akan selalu menerima segala masukan yang
ditujukan untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
Daftar Istilah xvi
Riwayat Hidup xvii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Tujuan khusus 8
Manfaat Penelitian 8
Tinjauan Pustaka 9
Industri Walet 9
Proses Kerja di Home Industri Friska Adfees walet 10
Ergonomi 12
Sikap Kerja 15
Masa Kerja 20
Nyeri Leher 21
Penilaian Sikap Kerja dengan Metode REBA 27
Landasan Teori 39
Kerangka Konsep 39
Hipotesis Penelitian 40
Metode Penelitian 41
Jenis Penelitian 41
Lokasi dan Waktu Penelitian 41
Lokasi 41
Waktu penelitian 41
Populasi dan Sampel 41
Populasi 41
ix
Sampel 42
Variabel dan Definisi Operasional 42
Variabel dependen 42
Variabel independen 42
Definisi operasional 42
Metode Pengumpulan Data 43
Data primer 43
Data sekunder 44
Metode Pengukuran 44
Keluhan nyeri leher 44
Masa kerja 45
Sikap kerja 45
Metode Analisis Data 48
Analisis univariat 48
Analisis bivariat 48
Hasil Penelitian 50
Sejarah Lokasi Penelitian 50
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 51
Proses Produksi di Home Industri Friska Adfees Walet 51
Analisis Univariat 53
Analisis Bivariat 73
Pembahasan 75
Karakteristik Pekerja Pembersih Sarang Burung Walet Home Industri
Friska Adfees Walet Deli Serdang 75
Sikap Kerja Duduk 75
Masa Kerja 79
Keluhan Nyeri Leher 81
Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Nyeri Leher 83
Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Nyeri Leher 86
Keterbatasan Penelitian 87
Daftar Pustaka 90
Lampiran 94
x
Daftar Tabel
No Judul Halaman
10 Skor Pegangan 36
11 Skor Tabel C 37
xi
20 Perhitungan Grand Score Berdasarkan Kombinasi Skor C 57
39 Distribusi Bekerja 70
xii
40 Distribusi Keluhan Sakit Kepala 70
xiii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Sikap duduk 17
3 Pergerakan leher 31
4 Pergerakan punggung 31
5 Pergerakan kaki 32
9 Kerangka teori 39
xiv
Daftar Lampiran
xv
Daftar Istilah
FK Fakultas Kedokteran
IASP International Association for the Study of Pain
IMT Indeks Masa Tubuh
MSDS Musculoskeletal Disorder’s
NDI Neck Disability Index
PSSIKPN Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan
REBA Rapid Entire Body Assesment
UNUD Universitas Udayana
WAD Whisplash Asociated Disorder
WHO World Health Organization
xvi
Riwayat Hidup
dilahirkan di Medan pada tanggal 23 Mei 2001. Penulis beragama Islam, anak
pertama dari empat bersaudara dari pasangan M Sofyan dan Lusi Julianti.
xvii
Pendahuluan
Latar Belakang
sudah menjadi kebutuhan pokok. Peralatan dan teknologi yang kurang sesuai
dengan kebutuhan para pekerja dan kurangnya pemahaman para pekerja mengenai
pentingnya sikap dan posisi tubuh yang benar dalam bekerja mengakibatkan
dan persarafan akibat paparan berulang berbagai faktor risiko di tempat kerja
(Occupational Health and Safety Council of Ontario, 2007). Faktor risiko yang
berpotensi menimbulkan MSDs, antara lain faktor individu; usia, jenis kelamin,
Indeks Massa Tubuh (IMT), masa kerja, lama kerja, dan kebiasaan merokok,
faktor yang berhubungan dengan pekerjaan fisik atau biomekanik; postur kerja
yang buruk, gaya, gerakan berulang, berdiri atau duduk terlalu lama, dan faktor
nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (musculoskeletal) seperti tendon,
pembuluh darah, sendi, tulang, saraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas
1
2
2010 dan sekitar 230.000 orang menderita gangguan tubuh bagian atas serta leher.
(Putri, 2017).
keluhan muskuloskeletal adalah sikap kerja (Grandjean & Kroemer, 2003). Sikap
alamiahnya seperti posisi tangan yang terlalu terangkat, posisi kepala yang terlalu
yang terlalu sering menggunakan kekuatan otot serta sikap kerja yang salah. Salah
satu keluhan muskuloskeletal yang sering dijumpai yaitu pada daerah leher, yang
merupakan bagian paling rentan dengan cedera. Keluhan atau nyeri yang timbul
terjadi karena ketegangan otot dan berada dalam posisi yang salah dengan jangka
Sikap kerja atau posisi ketika bekerja merupakan posisi yang dibentuk
oleh tubuh karena adanya interaksi dengan alat atau fasilitas yang digunakan saat
bekerja, maupun karena adanya kebiasaan dari seorang pekerja dalam melakukan
pekerjaannya (Siska & Teza, 2012). Posisi kerja yang kurang sesuai cenderung
karena posisi kerja yang tidak alamiah akibat karakteristik tuntutan tugas, alat
kerja dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
yang hanya dominan pada satu sisi, dan lain sebagainya dapat meningkatkan
beban fisik dan memperbesar resiko timbulnya MSDs (Siska & Teza, 2012).
masyarakat selama satu tahun besarnya 40% dan prevalensi ini lebih tinggi pada
wanita. Selama satu tahun, prevalensi nyeri muskuloskeletal di daerah leher pada
pekerja besarnya berkisar antara 60% - 70% dan wanita ternyata juga lebih tinggi
dibandingkan pria (Yunanto, 2019). Keluhan nyeri leher pada pekerja wanita
dibandingkan dengan pria, selain itu keluhan juga dapat dipicu karena pekerja
wanita lebih sering bekerja dalam posisi tubuh yang irregular dalam jangka waktu
Nyeri leher (neck pain) merupakan sensasi tidak nyaman di sekitar leher
yang sering dikeluhkan dan menjadi alasan pasien untuk datang berobat ke dokter.
Nyeri leher merupakan respon diluar kesadaran yang dilakukan oleh otot.
Otot berkontraksi sehingga menjadi keras, kaku dan nyeri. Rasa nyeri yang
dikeluhkan berupa pegal, panas sekitar leher dan jika berlangsung lama dapat
menjalar sampai ke lengan, tangan, kepala bagian belakang, serta punggung atas.
Hal ini nyeri otot leher dilihat dari frekuensi, durasi, letak nyeri otot leher yang
Nyeri leher merupakan keluhan yang sangat umum, dimana 70% populasi
pasti pernah mengalami nyeri leher. Hal ini membuat nyeri leher yang merupakan
yaitu saat otot sekitar leher mengalami ketegangan dan kejadian berulang dalam
jangka waktu yang lama (Haryatno & Kuntono 2016). Kontraksi berlebih
menyebabkan kelelahan leher, terutama otot di sekitar leher dan punggung, seperti
otot sternocleidomastoid yang berfungsi untuk memutar, serta otot trapezius pada
leher dan punggung, yang menyebabkan nyeri menjalar ke leher belakang (Kenwa
dkk, 2018).
nyeri leher pada pekerja meliputi: jumlah jam kerja per hari, postur tubuh yang
salah seperti posisi duduk statis pada satu posisi, bekerja dengan posisi tubuh
yang irregular, serta melakukan gerakan yang berulang. Oleh karena itu, upaya
dalam mengurangi keluhan dan nyeri leher yang timbul, perlu diperhatikan sikap
perkuliahan daring sebagian besar pada kategori beresiko tinggi (45,5%) dan tidak
berbeda jauh dengan sikap duduk pada kategori resiko sedang (32,7%). Keluhan
kategori berat (52,7%) dan tidak berbeda jauh dengan keluhan nyeri leher pada
sikap duduk terhadap kejadian nyeri leher pada mahasiswa PSSIKPN FK UNUD
dalam jangka waktu yang panjang. Apabila aktivitas tersebut dilakukan terus-
menerus akan mengakibatkan gangguan pada tubuh. Tekanan fisik pada suatu
Survei awal yang dilakukan pada bulan Februari 2023 di Home Industri
Adfees Friska walet. Lokasi Home Industri Adfees Friska Walet berada pada jalan
pertiwi, Desa Kolam, kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan hasil wawancara oleh
5 orang pekerja Home Industri terdapat 4 dari 5 pekerja yang telah di wawancarai
mengalami keluhan nyeri leher setelah mencabut bulu bulu sarang burung walet.
Pekerja melakukan proses pencabutan bulu bulu walet tersebut selama 8 jam
dengan waktu istirahat 1 jam/hari dimulai pukul 09.00 – 17.00 WIB. Dalam waktu
yang cukup lama pekerja sering mengalami keluhan pada bagian leher. pada home
industri walet sebanyak 2 pekerja duduk menggunakan kursi yang cukup tinggi
dengan kepala yang sedikit menunduk dan badan yang ditekuk, sebanyak 22
pekerja duduk menggunakan kursi yang cukup tinggi dengan posisi duduk sambil
menundukkan kepala dan dada yang bungkuk, 2 pekerja mengunakan kursi kecil
dengan posisi kaki yang ditekuk dan menundukkan kepala, sebanyak 4 pekerja
duduk menggunakan kursi yang cukup tinggi sambil membentuk walet kembali ke
6
cetakan dengan posisi kaki yang ditekuk dan sedikit menundukkan kepala. Posisi
sikap kerja dilakukan dengan posisi duduk sambil menunduk dengan kepala yang
terus menghadap kearah sarang burung walet yang hendak di pisahkan dengan
daging dan bulu dari burung walet. Pada penjelasan diatas dapat diketahui bahwa
dalam proses pekerjaan sarang burung walet para pekerja dituntut untuk terus
meundukkan kepala selama berjam-jam dengan kurun waktu jam istirahat yang
terbatas yang menyebabkan para pekerja sering mengalami keluhan nyeri pada
leher berupa pegal, kram dan sakit pada bagian tertentu di leher.
walet, tenaga kerja yang bekerja dengan berbagai jenis pekerjaan salah satunya
pekerja yang bekerja bagian produksi. Dibagian produksi sarang walet ada
Proses produksi sarang burung walet diawali dengan sarang burung yang
membersihkan permukaan sarang burung walet yang penuh dengan sarang yang
mengeras, kotoran dan batu kerikil, selama proses kerja ini posisi kerja yaitu
duduk diatas kursi yang cukup tinggi dengan kepala sedikit menunduk dan tubuh
walet menggunakan pinset yang runcing dan dilakukan sebanyak 2 kali hingga
bersih, selama proses kerja ini, posisi kerja yaitu duduk diatas kursi yang cukup
tinggi dengan kepala menunduk, tubuh yang membungkuk dan kaki yang kadang
7
maupun kotoran yang tertinggal dapat mengalir terbawa air, selama proses kerja
ini, posisi kerja yaitu duduk dengan kursi pendek dengan kepala menunduk, tubuh
dijepit dengan jepitan, selama proses kerja ini posisi kerja yaitu duduk diatas kursi
yang dengan kepala menunduk dan tubuh yang membungkuk dalam waktu yang
lama, kemudian sarang burung walet dipacking dan siap diekspor ke berbagai
penelitian dengan judul “Hubungan Sikap Kerja Duduk dan Masa Kerja dengan
Keluhan Nyeri Leher pada Pekerja Home Industri Friska Adfees Walet Deli
Serdang”.
Perumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan sikap kerja duduk dan masa
kerja dengan keluhan nyeri leher pada pekerja Home Industri Friska Adfees
Walet.
Tujuan Penelitian
mengetahui hubungan sikap kerja duduk dan masa kerja dengan keluhan nyeri
Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui sikap kerja duduk pekerja Home Industri Friska Adfees Walet.
3. Mengetahui keluhan nyeri leher pekerja Home Industri Friska Adfees Walet.
4. Mengetahui hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri leher pada
5. Mengetahui hubungan masa kerja dengan keluhan nyeri leher pada pekerja
Manfaat Penelitian
1. Bagi Home Industri Friska Adfees Walet Medan, sebagai masukan dan
sumber informasi untuk mengetahui kondisi sikap kerja dan keluhan nyeri
3. Bagi Pendidikan, sebagai bahan pustaka serta sebagai referensi untuk peneliti
selanjutnya yang berhubungan dengan sikap kerja dan durasi kerja dengan
Industri Walet
tropis yang memberikan manfaat besar, baik dari segi ekologi maupun ekonomi.
Dari segi ekonomi, burung walet memiliki nilai yang tinggi sebagai salah
tinggi yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu,
Terinspirasi oleh kesuksesan ini, mereka mulai membangun bangunan yang lebih
9
10
walet berkembang pesat, terutama di wilayah Johor, Selangor, dan Malaka, yang
Adapun proses kerja dalam kegiatan usaha sarang burung walet ini yaitu
sebagai berikut.
diawali dengan sarang burung walet yang baru diambil dan di antar oleh peternak
yang penuh dengan kotoran, proses ini dilakukan dengan cara mengikis kotoran-
kotoran yang ada pada sarang seperti kotoran burung, batu batu krikil dan juga
sarang burung yang mengeras. Pada proses kerja ini pekerja melakukan pekerjaan
nya dengan posisi duduk diatas kursi plastik yang cukup tinggi yang tidak
menerus, dengan kepala yang sedikit menunduk yang jarak antar kepala dengan
setelah tahap pengikisan sarang burung walet. Sarang yang telah dikikis dan
11
dipisahkan dari batu-batu kecil serta kotoran yang menempel pada sela-sela
Proses ini menggunakan pinset yang runcing dengan metode manual dan sangat
teliti. dalam pencabutan ini juga dilakukan beberapa proses, pertama pencabutan
bulu yang kasar, lalu bulu burung yang sedang dan juga bulu burung yang sangat
halus. Setiap bulu yang tercabut akan di masukkan ke dalam wadah yang sudah
berisi air sehingga bulu yang tercabut masuk kedalam air. sarang walet juga akan
melunak sebab terkena pinset yang sudah di celup kan kedalam wadah yang berisi
air. proses pencabutan ini dilakukan sebanyak 2 kali hingga sarang burung bersih
dari kotoran. Pada proses ini pekerja melakukan pekerjaan nya dengan posisi
duduk diatas kursi plastik yang cukup tinggi yang tidak mempunyai sandaran
kepala yang menunduk yang jarak antar kepala dengan objek sangat dekat dan
tubuh yang membungkuk dengan kaki yang ditekuk dan dilakukan secara
berulang.
pencabutan bulu pada sarang walet selanjutnya proses pencucian sarang walet,
proses ini dilakukan dengan cara menyemprotkan sarang walet dengan air
mengalir, penyemprotan ini menggunakan alat mini berupa pompa air elektrik
dilakukan proses pengecekan apakah sarang sudah bersih dari bulu-bulu burung
12
yang sangat halus jika masih ditemukan adanya bulu-bulu halus tersebut maka
dilakukan proses pencabutan kembali sampai sarang burung bersih. Pada proses
ini pekerja melakukan pekerjaan nya dengan posisi duduk diatas kursi plastik
yang pendek yang tidak mempunyai sandaran punggung sehingga kurang nyaman
digunakan secara terus-menerus, dengan kepala yang menunduk yang jarak antar
sarang burung walet dalam kondisi setengah kering. Setelah mencapai titik
penjepit. Proses cetakan ini memakan waktu yang cukup lama, kira-kira 1 malam,
untuk memastikan pembentukan sarang burung walet yang presisi dan berkualitas
agar sarang burung tercetak dengan sempurna, setelah proses pencetakan ini
dilakukan sarang burung walet tersebut di susun dan dikemas kedalam plastik dan
diekspor. Pada proses ini pekerja melakukan pekerjaan nya dengan posisi duduk
diatas kursi plastik cukup tinggi yang tidak mempunyai sandaran punggung
sedikit menunduk yang jarak antar kepala dengan objek cukup jauh dan tubuh
Ergonomi
bahasa Yunani. Dengan kata lain, Ergos berarti "kerja" dan nomos berarti
"aturan". Secara umum, perkembangannya memiliki arti aturan yang harus diikuti
manusia.Ilmu, yang ditujukan untuk proses dan produk yang sinergis penggunaan
alat atau mesin yang aman dan nyaman untuk digunakan dan dengan cara tertentu
Ergonomi tidak lagi terbatas pada satu disiplin ilmu saja, melainkan melibatkan
utama ergonomi adalah perencanaan proses kerja yang dapat dilaksanakan dengan
baik, melibatkan aspek metode dan peralatan kerja. Dengan demikian, ergonomi
bertujuan untuk menciptakan kondisi kerja yang efisien dan aman melalui
lingkungan kerja.
mencegah cidera dan penyakit akibat kerja, serta menurunkan beban kerja fisik
promosi dan kepuasan kerja. Dengan menciptakan kondisi kerja yang lebih baik
di tempat kerja. Koordinasi kerja yang tepat juga menjadi fokus untuk
berkelanjutan.
adalah agar cepat selesai dengan risiko kecelakaan lebih kecil, efisien terhap
waktu, risiko penyakit karena bekerja menjadi kecil dan lain. Selain itu, manfaat
Sikap Kerja
pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan oleh pekerja tersebut yang
hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan. Sikap kerja juga diartikan
sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas atau tidak puas terhadap
pekerjaannya. Pada saat bekerja sangat perlu diperhatikan dimana sikap kerja
harus dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama
(Merulalia, 2010).
Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam
proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran
atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon,
dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan
Menurut Budiono (2003) posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja
yang tidak ergonomis dalam kurun waktu yang lama bisa menyebabkan berbagai
4. Dalam jangka waktu yang lama, dapat terjadi perubahan bentuk tubuh. Selain
itu, interaksi tenaga kerja dengan posisi tubuhnya terhadap fasilitas kerja juga
Sikap kerja duduk. Tinggi duduk adalah menjadi salah satu bagian
penting didalam ukuran tubuh, Panjang lengan atas, Panjang lengan bawah dan
tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung serta jarak lekuk lutut dan telapak
kaki. Posisi duduk pada otot rangka (muskuloskletal) dan tulang belakang
terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar
terutama jika posisi duduk tidak tepat. Tekanan pada posisi duduk yang tidak
benar dapat meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, serta
bekerja dalam posisi berdiri, sehingga hal ini juga mengurangi beban otot statis
pada kaki. Meskipun demikian, tekanan terhadap tulang belakang akan meningkat
saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau berbaring. Jika diasumsikan
17
tekanan sebesar 100% pada posisi duduk yang tegang atau kaku (erect posture),
dapat menyebabkan tekanan hingga mencapai 190%. Posisi duduk dengan sikap
yang tegang memerlukan lebih banyak aktivitas otot atau saraf belakang
dibandingkan dengan posisi duduk yang condong ke depan. Oleh karena itu,
penting bagi posisi duduk pada otot rangka (muskuloskeletal) dan tulang
belakang, terutama pada bagian pinggang, untuk dapat ditopang oleh sandaran
kursi agar dapat menghindari rasa nyeri dan mengurangi kelelahan yang lebih
cepat terjadi.
khususnya pada bagian pinggang, harus didukung oleh sandaran kursi untuk
mencegah rasa nyeri dan kelelahan yang cepat terjadi. Saat berada dalam posisi
sebagai berikut.
18
Posisi duduk tegak. Posisi duduk tegak dengan sudut 90˚ tanpa sandaran
dapat menimbulkan beban pada area Lumbal. Hal ini disebabkan oleh upaya otot
untuk meluruskan tulang punggung dan daerah lumbal yang memikul berat badan
depan atau membungkuk dengan sudut 70˚ dapat menambah gaya pada discus
lumbalis, kurang lebih 90% lebih besar dibandingkan dengan posisi berdiri
membungkuk. Meskipun pada posisi ini beban kerja otot berkurang, tekanan yang
sudut 135˚ dianggap sebagai posisi yang paling nyaman. Hal ini karena posisi ini
mengikuti proporsi tubuh dan dapat mengurangi tekanan pada discus sekitar 25%.
Namun, kekurangan dari posisi setengah duduk atau menyandar ini adalah bahwa
target visual dapat menjadi terlalu jauh atau terlalu rendah. Oleh karena itu,
(2019) yaitu:
Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis
a. Timbulnya rasa sakit pada berbagai bagian tubuh sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan, seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang, dan
sebagainya.
d. Dalam jangka waktu yang lama, mungkin terjadi perubahan bentuk tubuh,
Sikap duduk yang benar melibatkan duduk dengan punggung lurus, bahu
semaksimal mungkin, tahan posisi tersebut selama beberapa detik, dan lepaskan
secara perlahan (sekitar 10 derajat). Posisi duduk seperti ini dianggap sebagai
yang terbaik. Selain itu, pastikan lutut setinggi atau sedikit lebih tinggi dari
Pastikan kedua kaki menyentuh tanah dan hindari duduk dengan posisi yang sama
20
selama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, pastikan siku dan lengan istirahat
Sikap kerja duduk yang kurang baik atau keliru akan menyebabkan
tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, bila
Masa Kerja
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja
di suatu tempat (Tarwaka, 2004). Menurut Suma’mur (2009) masa kerja adalah
jangka waktu orang yang sudah bekerja dari pertama mulai masuk hingga
sekarang masih kerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai sepenggal waktu yang
cukup lama dimana seseorang tenaga kerja masuk dalam satu wilayah tempat
dimiliki oleh tenaga kerja kurang dari 5 tahun sehingga pengalaman kerja yang
mengalami penurunan secara berangsur akibat dari kelelahan pekerja dan dapat
diperberat bila dalam melakukan fisik tidak melakukan variasi dalam bekerja.
Secara tidak langusng masa kerja menyebabkan kontraksi otot penguat dan
Nyeri Leher
Definisi nyeri leher. Nyeri leher merupakan salah satu dari dari gangguan
pada otot rangka. Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan pada bagian atas tulang
belakang. Hal ini merupakan tanda bahwa sendi, otot, atau bagian lain dari leher
terluka, tegang, atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satu penyebab
nyeri leher adalah gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh sikap kerja
yang janggal atau buruk pada suatu posisi kerja yang sama dan berulang dalam
yang tidak benar dan gerakan yang berulang), faktor individu (usia, indeks massa
fisik dan merokok) dan faktor psikososial (permasalahan pekerjaan, tingkat stres,
Ketika seseorang mengalami nyeri leher maka akan terasa sakit dan kaku
pada daerah leher yang apabila ditekan akan terasa perih dan keras. Sensasi nyeri
pada bagian leher akan terasa seperti terbakar. Nyeri pada 20 bagian otot – otot
leher dapat menimbulkan sakit kepala dan migrain. Selain berlokasi di bagian
leher, nyeri biasanya akan menjalar ke bahu, lengan dan tangan dengan keluahan
22
seperti rasa ditusuk jarum. Nyeri juga bisa menjalar ke kepala menyebabkan rasa
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP) nyeri
leher merupakan sakit yang dirasakan di daerah yang dibatasi oleh garis nuchal di
bagian superior dan dibagain inferiornya dibatasi oleh prosesus spinosus torakal
satu dan daerah lateral leher (Antoniyus, 2020). Nyeri leher umumnya dipicu oleh
posisi leher statis dalam waktu lama atau oleh gerakan, dan tekanan pada otot
leher (Motimath & Ahammed, 2017) yang menyebabkan adanya peregangan pada
otot dan ligament pada daerah leher yang terjadi dalam waktu yang lama
(Yunanto, 2019).
Menurut data dari The International Association for the Study of Pain
(IASP) nyeri leher lebih sering dilaporkan pada wanita dibandingkan dengan pria
sementara prevalensi mengikuti lintasan yang sama pada kedua jenis kelamin,
memuncak sekitar usia 50-54 tahun untuk wanita, usia 45-49 tahun untuk pria dan
menurun setelahnya. Salah satu studi menunjukkan bahwa, 20-65% wanita dan
15-40% pria dilaporkan pernah mengalami gejala-gejala nyeri tengkuk dan bahu
dalam hidupnya (Annisa, 2019). Nyeri leher merupakan salah satu gangguan
bulan yang dilaporkan berkisar antara 42- 67% pada dewasa muda.
tahunan melebihi 30%. Di Indonesia kejadian nyeri leher pada orang dewasa
sekitar 16,6% dengan sekitar dua pertiga orang akan mengalami nyeri leher pada
23
suatu waktu. Prevalensi nyeri leher pada remaja berkisar 15 hingga 30% dan akan
usia paruh baya, dengan angka kejadian wanita lebih banyak terkena dibanding
1. Nyeri leher akut, nyeri yang berlangsung kurang dari 3 sampai 6 bulan atau
2. Nyeri leher kronik, Setidaknya ada 2 jenis masalah nyeri kronis yaitu akibat
pembangkit nyeri yang tidak dapat diidentifikasi (misalnya cedera yang telah
3. Nyeri leher neuropatik, saraf tertentu terus mengirim pesan rasa sakit ke otak
batas tertentu dan mencapai puncaknya pada usia 25 tahun. Pada umur 50-60
sebesar 60%. Kemampuan kerja fisik seseorang yang berusia > 60 tahun tinggal
mencapai 50% dari umur orang yang berusia 25 tahun (Tarwaka, 2004).
dari pada lakilaki. Perempuan hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari
kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam hal tertentu perempuan
lebih cenderung teliti dari pada laki-laki. Menurut Tarwaka (2004) pekerja
perempuan mempunyai VO2 max 15-30% lebih rendah dari laki-laki. Kondisi
tersebut menyebabkan presentase lemak tubuh perempuan lebih tinggi dan kadar
kesegaran tubuh. Jika seseorang memiliki waktu istirahat yang cukup dalam
aktivitas sehari-harinya maka memiliki risiko yang kecil mengalami keluhan otot,
tubuh yang rendah memiliki 7,1% risiko terjadi keluhan otot, tingkat kesegaran
tubuh yang sedang 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi sebesar 0,8%.
Dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani yang rendah memilik risiko yang
tinggi terhadap terjadinya keluhan otot dan keluhan otot akan meningkat seiring
Postur kerja yang statis. Posisi leher dalam posisi setengah tertekuk untuk
waktu yang lama meningkatkan risiko mengembangkan nyeri leher. Otot leher
dan punggung atas diperlukan untuk memberikan stabilitas pada lengan, tangan,
dan jari yang 'bergerak', yang pada gilirannya menyebabkan ketegangan otot dan
Beban kerja. Para pekerja yang menerima setiap pekerjaan akan memiliki
beban kerja kerja fisik maupun beban kerja mental (Ratunuman, Yunike, &
Joseph, 2018). Menurut Tarwaka dalam Saleh (2018), saat otot menerima beban
kerja berlebihan secara berulang dalam waktu lama akan timbul keluhan
Menuruti teori Tarwaka tersebut dapat dinyatakan bahwa salah satu penyebab
munculnya keluhan nyeri pada leher adalah beban kerja (Panjaitan dkk, 2021).
Durasi kerja. Durasi kerja merupakan lama waktu yang dihabiskan oleh
pekerja untuk bekerja dengan postur janggal, membawa atau mendorong beban,
atau melakukan pekerjaan berulang tanpa istirahat. Durasi kerja dihitung dari total
waktu dalam satu hari dimana pekerja terpajan dengan faktor risiko ergonomi.
dilakukan dalam suatu periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan dilakukan secara
sebagai gerakan yang dilakukan secara berulang tanpa adanya variasi gerakan.
Masa kerja. Masa Kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada
suatu kantor, badan, dsb. Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya
tenaga kerja bekerja itu bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat dipengaruhi
oleh kinerja yang baik positif maupun negatif. Akan memberi pengaruh positif
pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin
26
negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja maka akan timbul kebiasaan
pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat
Postur tubuh yang ergonomi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan kenyamanan pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan
meningkatkan risiko mengembangkan nyeri leher sebesar 1,6 kali. Aspek lain
rasa sakit bagian belakang leher yang dialami di wilayah tulang cervicalis. Rasa
sakit yang dialami yakni nyeri otot leher, kaku, dan bisa disertai migrain atau sakit
kepala. Keluhan lain dapat terjadi seperti otot leher menjadi tegang dan rasa baal
pada lengan hingga jari-jari tangan. Rasa nyeri bisa menjalar ke area bahu, lengan,
hingga tangan dengan rasa sakit seperti terbakar dan ditusuk jarum. Apabila nyeri
menjalar ke area kepala bisa menimbulkan rasa sakit di bagian kepala baik satu
sisi maupun dua sisi. Gejala alarm ditandai dengan nyeri yang disertai sakit
27
diterbitkan dalam jurnal Applied Ergonomics pada tahun 2000. REBA merupakan
salah satu metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat
digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung,
REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan
pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (Hignett, Sue, &
McAtamney, 2000).
1. Metode ini merupakan cara cepat untuk mengevaluasi postur tubuh pada suatu
2. Identifikasi berbagai faktor risiko dalam pekerjaan, seperti gabungan efek otot
peralatan kerja, dan jenis pekerjaan yang bersifat statis atau berulang-ulang.
3. Dapat diterapkan pada postur tubuh yang stabil maupun tidak stabil.
5. Pengembangan fasilitas kerja dan metode kerja yang lebih baik dapat
sebuah penilaian tempat kerja ergonomi yang umum, termasuk akibat dari tata
score.
7. Penilaian ulang dengan menggunakan metode REBA untuk desain baru yang
diimplementasikan.
kategori, kategori A dan B. Kategori A terdiri dari tubuh, leher dan kaki,
sedangkan kategori B terdiri dari lengan atas dan bawah serta pergelangan untuk
postur tubuh lengkap dengan catatan tambahan yang dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam desain perbaikan. Setelah penilaian postur tubuh, yang
30
dilakukan kemudian adalah pemberian nilai pada beban atau tenaga yang
digunakan serta faktor terkait dengan kopling. Nilai untuk masing-masing postur
tubuh dapat diperoleh dari tabel penilaian yang telah ada. Total nilai pada kategori
A merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan nilai postur tubuh yang
terdapat pada tabel A dengan nilai beban atau tenaga. Sedang total nilai pada
kategori B merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan nilai postur tubuh
yang terdapat pada tabel B dengan nilai kopling untuk kedua tangan (Hignett dkk,
2000). Nilai REBA diperoleh dengan melihat nilai dari kategori A dan B pada
keputusan REBA.
1. Group A, terdiri atas leher (neck), punggung (trunk), dan kaki (legs).
2. Group B, terdiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm),
sikap kerja, beban dan aktivitas termasuk skor perubahan jika terjadi modifikasi
Group A. Terdiri atas leher (neck), punggung (trunk), dan kaki (legs).
Langkah 1, skor pada leher (Neck). Ketentuan gerakan dapat dilihat pada
gambar 3.
31
pada tabel 1.
Tabel 1
Tabel 2
Langkah 3, skor pada kaki (Legs). Ketentuan gerakan dapat dilihat pada
gambar 5.
Tabel 3
Langkah 4, skor postur group A. Skor yang diperoleh dari posisi leher,
badan, dan kaki akan menghasilkan skor grup A dengan menggunakan tabel skor
postur grup A.
Tabel 4
Tabel A
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Badan 1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Langkah 5, skor beban. Amati beban kerja, berikan skor sesuai kriteria
Tabel 5
1 Beban 5 kg s/d 10 kg
Group B. Terdiri dari lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.
34
Langkah 7, skor pada lengan atas. Lengan Atas (Upper Arms), dengan
Tabel 6
pada tabel 7.
Tabel 7
Skor Posisi
1 Posisi lengan bawah berada pada sudut +60˚ s/d 100˚
2 Posisi lengan bawah berada pada sudut 0˚ s/d 60˚ atau pada
sudut lebih dari 100˚
Table 8
Langkah 10, skor postur grup B. Skor yang diperoleh dari posisi lengan
atas, lengan bawah dan pergelangan tangan akan menghasilkan skor grup B
Tabel 9
Table B
Lengan Bawah 1 2
Pergelangan Tangan 1 2 3 1 2 3
Lengan atas 1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 4 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
table 10.
Table 10
Skor Posisi
+0 Pegangan container baik dan kekuatan pegangan berada
pada posisi tengah = pegangan bagus
+1 Pegangan tangan dapat terima, namun tidak ideal atau
pegangan optimum yang dapat diterima untuk menggunakan
bagian tubuh lainnya = pegangan sedang
+2 Pegangan ini mungkin dapat digunakan namun tidak diterima =
pegangan kuraang baik
+3 Pegangan ini terlalu dipaksakan, atau tidak ada pegangan atau
genggaman tangan, pegangan bahkan tidak dapat diterima
untuk menggunakan bagian tubuh lainnya = pegangan jelek
37
berikut.
Table 11
Tabel C
Skor A
Skor B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 10
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Langkah 13, skor aktivitas bekerja. Amati aktivitas bekerja, berikan skor
1. Tambahkan nilai +1 jika posisi 1 atau lebih dari bagian tubuh lebih lama dari
3. Tambahkan +1 jika terjadi aksi yang cepat dan menyebabkan perubahan besar
Tabel 12
apakah postur tersebut alamiah atau tidak alamiah. Postur alamiah yaitu jika
pergeseran atau penenkanan pada bagian tubuh. Postur tidak alamiah yaitu
didapatkan skor 2-15 berdasarkan perhitungan REBA, yaitu berarti posisi bagian
tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah atau terjadi pergeseran pada bagian
tubuh.
Assessment (REBA), yaitu memberikan skor risiko antara 1-15. Skor tertinggi
yaitu berarti level yang mengakibatkan risiko yang besar (bahaya) dalam bekerja
dan skor terendah yaitu berarti pekerjaan bebas dari bahaya ergonomi (Hutabarat,
2017).
39
Landasan Teori
Faktor Penyebab
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Kesegaran Jasmani
4. Postur kerja
5. Durasi kerja
6. Beban kerja
7. Frekuensi
8. Desain tempat kerja
9. Masa kerja
10. Stress psikologis
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori dari
(Lamprecht, 2021) dan (Tarwaka, 2004) yang membahas mengenai faktor yang
bahwa faktor penyebab keluhan nyeri leher ialah usia, jenis kelamin dan
kesegaran jasmani, postur kerja, durasi kerja, beban kerja, frekuensi, desain
Kerangka Konsep
Keluhan Nyeri
Leher
Masa Kerja
Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri leher pada
Ho : Tidak ada hubungan masa kerja dengan keluhan nyeri leher pada pekerja
Ha : Ada hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri leher pada
Ha : Ada hubungan masa kerja dengan keluhan nyeri leher pada pekerja Home
Jenis Penelitian
lemahnya hubungan) antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan
yang terjadi.
sampai selesai.
industri friska adfees walet yang berjumlah 30 orang, yaitu pada bagian proses
pembersihan dan pensortiran dengan postur duduk diatas kursi yang cukup tinggi
dengan postur duduk diatas kursi yang cukup tinggi dengan kepala yang
menunduk dan kaki yang ditekuk sebanyak 22 pekerja, pada proses pencucian
menggunakan kursi kecil dengan posisi kaki yang ditekuk dan menundukkan
kepala sebanyak 2 pekerja, dan pada proses pencetakan duduk menggunakan kursi
yang cukup tinggi sambil membentuk walet kembali ke cetakan dengan posisi
kaki yang sedikit ditekuk dan sedikit menundukkan kepala sebanyak 4 pekerja.
41
42
Sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah jumlah keluruhan populasi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen, Pada penelitian ini
dependen. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah sikap
pengukuran variabel yang akan diteliti berisi nama variabel, deskripsi variabel,
alat ukur, hasil ukur dan skala ukur yang digunakan. Definisi operasional pada
1. Sikap Kerja Duduk merupakan posisi tubuh selama melakukan aktivitas kerja
Berbagai kondisi dari stasiun kerja yang tidak ergonomis akan menimbulkan
sikap kerja yang tidak alamiah seperti jongkok, duduk membungkuk, dan
sebagainya.
2. Masa Kerja merupakan suatu kurun waktu atau lamanya seorang tenaga kerja
3. Keluhan nyeri leher (Neck Pain) merupakan nyeri yang dirasakan pada
bagian atas tulang belakang yang menimbulkan tanda bahwa sendi, otot dan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
Data primer. Adapun data yang diperlukan berupa sikap kerja dan
keluhan nyeri leher. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data
pada saat pekerja walet sedang bekerja menggunakan kamera handphone dengan
bulu burung walet dari sarangnya, mencuci sarang burung yang sudah bersih dari
bulu. Proses penelitian akan melihat sikap kerja para pekerja walet dengan posisi
duduk. Hasil observasi akan menjadi acuan dalam penilaian sikap kerja dengan
data mengenai keluhan nyeri leher. Dalam pengambilan data untuk menilai tingkat
keluhan nyeri leher. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuisioner Neck
digunakan sebagai alat ukur untuk menilai dampak dari nyeri leher pada aktivitas
fungsional seseorang dan untuk mengukur hasil dalam praktik klinis dan
penelitian. NDI memiliki delapan buah item pertanyaan yang menekankan pada
membaca, sakit kepala, konsentrasi, bekerja, tidur, dan rekreasi. Pengambilan data
dilakukan dengan wawancara pada saat bekerja menggunakan alat perekam suara
maupun alat tulis untuk mengetahui tingkat keluhan nyeri leher pada responden.
Data Sekunder. Data sekunder diperoleh dari data pihak pabrik adfees
friska walet terkait profil perusahaan, jam kerja serta data-data pendukung lainnya
yang berkaitan dengan keluhan nyeri leher yang diperoleh dari berbaai literature
Metode Pengukuran
indikator yang telah ditetapkan yaitu dengan metode Neck Disability Index untuk
mengukur tingkat kejadian keluhan nyeri leher. Metode survei keluhan nyeri leher
delapan buah item pertanyaan yang menekankan pada nyeri dan aktivitas sehari-
Melalui kuesioner NDI ini dapat diketahui tingkat keluhan nyeri leher.
45
Skoring dimulai dari skor 12 sampai skor 25. Terdapat 5 kategori keluhan nyeri
leher, yaitu :
a. Skor (0-4) = dengan tingkat risiko 0 kategori risiko sangat rendah maka tidak
ada keluhan atau nyeri pada otot leher atau tidak ada rasa sakit yang dirasakan
b. Skor (5-14) = dengan tingkat risiko 1 kategori risiko rendah maka adanya
sedikit keluhan atau nyeri pada leher atau tidak ada rasa sakit yang dirasakan
c. Skor (15-24) = dengan tingkat risiko 2 kategori risiko sedang maka cukup
merasakan adanya keluhan atau nyeri pada leher atau tidak ada rasa sakit
merasakan keluhan sakit atau nyeri pada leher atau tidak ada rasa sakit yang
e. Skor (>35) = dengan tingkat risiko 4 kategori risiko sangat tinggi maka
merasakan keluhan yang sangat sakit atau sangat nyeri pada leher atau tidak
ada rasa sakit yang dirasakan oleh pekerja selama melakukan pekerjaan. .
Sikap kerja. Variabel sikap kerja diukur dengan indikator yang telah
anggota tubuh bagian atas (lengan, lengan bawah, dan pergelangan tangan),
Aplikasi tersebut dapat membantu dalam memberikan sudut dari tubuh pekerja.
dalam aplikasi.
2. Membuat garis-garis bantu pada gambar pekerja dengan klik line pada menu
tools. Penarikan garis dilakukan pada bagian leher, badan, lengan atas dan
3. Penentuan sudut pada setiap titik dengan klik more shape kemudian visio
dengan bagian tubuh yang akan diukur, maka besar sudut akan otomatis
muncul
a. Skor 1 = dengan tingkat risiko 0 kategori risiko sangat rendah maka tidak
diperlukan tindakan.
diperlukan tindakan.
c. Skor 4-7 = dengan tingkat risiko 2 kategori risiko sedang, diperlukan tindakan
47
tindakan segera.
secepatnya.
klasifikasikan tingkat risiko sikap kerja berdasarkan standar kinerja skor akhir.
Tabel 13
Tabel 14
kerja duduk, masa kerja dan keluhan nyeri leher). hasil dari penelitian. Hasil dari
analisis berupa distribusi, frekuensi maupun persentase setiap variabel. Hal ini
moment dilakukan uji normalitas terlebih dahulu untuk melihat apakah data yang
normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji Saphiro Wilk dengan
dari 50, maka analisis Saphiro Wilk di anggap lebih akurat. Pengelolaan data dari
uji normalitas menggunakan program SPSS dengan uji Saphiro Wilk dengan
1. Nilai Sig. (p value) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Uji Korelasi pearson's product moment. Uji ini dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa kuat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
49
( ) ( ) ( )
√ ( ) ( ) ( )
Keterangan:
N-jumlah responden
X = variabel independen
Y = variabel dependen
1. Uji normalitas
3. Uji linearitas
Hasil Penelitian
Desa Kolam atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kampung Kolam
merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang yang memiliki luas wilayah 598 Ha. Desa Kolam
suku. Suku Batak, Jawa, Melayu, dan Karo merupakan penduduk yang mendiami
Jawa. Sebagian besar dari penduduk di desa kolam ini bermata pencaharian
sebagai petani, namun selain itu ada juga yang bekerja sebagai pedagang, buruh,
Sejarah awal mula terbentuknya home industri friska adfees dengan modal
dan jumlah produksi yang kecil. Seiring berkembangnya usaha sarang burung
walet ini, wilayah pemasaran dan jumlah produksi semakin meningkat hingga ke
luar negeri serta saat ini memiliki sebanyak 30 pekerja. Pekerja Home Industri
50
51
Home Industri Friska Adfees Walet ini bergerak dalam bidang usaha
ekspor sarang burung walet. Lokasi Home industri terletak di di jalan pertiwi,
Desa Kolam, Kabupaten Deli Serdang. Proses produksi di Home Industri, yaitu
proses pensortiran dan pembersihan sarang burung walet, proses pencabutan I dan
II sarang burung walet, proses pencucian sarang burung, proses pencetakan sarang
burung walet. Operasional Home Industri Friska Adfees Walet dimuai pukul
Proses produksi di Home Industri Friska Adfees Walet ini terdiri dari
proses pensortiran dan pembersihan sarang burung walet, proses pencabutan I dan
II sarang burung walet, proses pencucian sarang burung, proses pencetakan sarang
burung walet. Berikut proses produksi Home Industri Friska Adfees Walet.
dan batu yang terdapat pada sarang burung walet. Pensortiran dan pembersihan
dilakukan dengan postur duduk dengan kepala yang sedikit menunduk yang jarak
52
antar kepala dengan objek cukup jauh dan tubuh yang membungkuk dan kaki
sedikit ditekuk.
mencabut bulu-bulu dan batu yang menempel pada sarang burung walet dengan
cara manual dan teliti menggunakan pinset yang runcing. Pencabutan sarang
burung walet dilakukan dengan postur duduk dengan dengan kepala yang
menunduk yang jarak antar kepala dengan objek sangat dekat dan tubuh yang
menyemprotkan sarang burung walet menggunakan pompa air elektrik dengan air
menggunakan kipas angin. Pencucian sarang burung walet ini dilakukan dengan
53
postur duduk dengan kepala yang menunduk yang jarak antar kepala dengan objek
cukup jauh dan tubuh yang membungkuk dan kaki yang ditekuk.
walet ini dilakukan dengan postur duduk dengan kepala yang sedikit menunduk
yang jarak antar kepala dengan objek cukup jauh dan tubuh yang membungkuk
dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan kaki yang ditekuk.
Analisis Univariat
walet di Home Industri Friska Adfees Walet Kabupaten Deli Serdang adalah
sebagai berikut.
Tabel 15
Umur n %
≤ 30 Tahun 20 66,7
> 30 Tahun 10 33,3
Total 30 100
sarang burung walet ≤ 30 tahun berjumlah 20 (66,7%) pekerja dan umur > 30
Tabel 16
Masa Kerja n %
≤ 5 Tahun 26 86,7
> 5 Tahun 4 13,3
Total 30 100
masa kerja > 5 tahun berjumlah 4 (13,3%) pekerja. Masa kerja terendah pada
pembersih sarang burung walet yaitu 1 tahun dan masa kerja tertinggi yaitu 15
tahun.
55
Sikap kerja. Berikut adalah hasil dari penilaian sikap kerja pembersih
sarang burung walet dengan menggunakan metode Rapid Entire Boddy Assesment
(REBA).
Tabel 17
Besaran Sudut Sikap Kerja Pekerja saat Membersihkan Sarang Burung Walet
Hasil dari besaran sudut pada pekerja tersebut didapatkan sikap pada leher
membentuk sudut 22,6o diberi skor +2. Sikap pada trunk membentuk sudut 23,0o
56
diberi skor +3. Sedangkan untuk sikap kaki, kedua kaki menekuk membentuk
sudut 48,4o diberi skor +1. Besaran sudut pada lengan atas adalah 48,5o diberi skor
+3, pada lengan bawah membentuk sudut 82,6o diberi skor +1 dan pada bagian
atau berputar.
Table 18
Tabel A
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Badan 1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Hasil skor grup A adalah 2, karena beban pada saat pembersihan sarang
burung walet tidak ada atau < 5 kg, maka tidak terdapat penambahan skor.
Tabel 19
Table B
Lengan Bawah 1 2
Pergelangan Tangan 1 2 3 1 2 3
Lengan atas 1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 4 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
57
Tabel 20
Tabel C
Skor A
Skor B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 10
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
skor akhir dengan metode REBA, skor C ditambah dengan skor aktivitas yaitu +1,
rentang waktu singkat, yaitu diulang 4 kali per menit sehingga didapatkan skor
berisiko sedang dan memerlukan tindakan, serta menunjukkan bahwa sikap kerja
tidak ergonomis.
Gambar 17. Piktogram pekerja saat mencabut bulu sarang burung wallet
Tabel 21
Besaran Sudut Sikap Kerja Pekerja di bagian Pencabutan Bulu Sarang Burung
Walet
Hasil dari besaran sudut pada pekerja tersebut didapatkan sikap pada leher
membentuk sudut 20,7 o diberi skor +2. Sikap pada trunk membentuk sudut 19,2o
diberi skor +2. Sedangkan untuk sikap kaki, salah satu kaki menekuk membentuk
sudut 128,3 o diberi skor +2. Besaran sudut pada lengan atas adalah 29,2 o diberi
skor +2, pada lengan bawah membentuk sudut 66,9o diberi skor +1 dan pada
Tabel 22
Tabel A Leher
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Badan 1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Hasil skor grup A adalah 4 karena beban pada saat pembersihan sarang
burung walet tidak ada atau kurang dari 5 kg, maka tidak terdapat penambahan
skor.
Tabel 23
Table B
Lengan Bawah 1 2
Pergelangan Tangan 1 2 3 1 2 3
Lengan atas 1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 4 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Tabel 24
Tabel C
Skor A
Skor B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 10
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
skor akhir dengan metode REBA, skor C ditambah dengan skor aktivitas yaitu +1,
rentang waktu singkat, yaitu diulang 4 kali per menit sehingga didapatkan skor
berisiko sedang dan memerlukan tindakan, dan menunjukkan bahwa sikap kerja
tidak ergonomis.
Tabel 25
Besaran Sudut Sikap Kerja Pekerja di Bagian Pencucian Sarang Burung Walet
Hasil dari besaran sudut pada pekerja tersebut didapatkan sikap pada leher
membentuk sudut 37,7 o diberi skor +2. Sikap pada trunk membentuk sudut 35,3o
sudut 76,4 o diberi skor +2. Besaran sudut pada lengan atas adalah 65,1o diberi
pada lutut, pada lengan bawah membentuk sudut 121,6o diberi skor +1 dan pada
Tabel 26
Tabel A Leher
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Badan 1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Hasil skor grup A adalah 6 karena beban pada saat pembersihan sarang
burung walet tidak ada atau kurang dari 5 kg, maka tidak terdapat penambahan
skor.
Tabel 27
Table B
Lengan Bawah 1 2
Pergelangan Tangan 1 2 3 1 2 3
Lengan atas 1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 4 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Tabel 28
Tabel C
Skor A
Skor B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 10
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
skor akhir dengan metode REBA, skor C ditambah dengan skor aktivitas yaitu +1,
rentang waktu singkat, yaitu diulang 4 kali per menit sehingga didapatkan skor
berisiko sedang dan memerlukan tindakan, dan menunjukkan bahwa sikap kerja
tidak ergonomis.
Tabel 29
Besaran Sudut Sikap Kerja Pekerja di Bagian Pencetakan Sarang Burung Walet
Hasil dari besaran sudut pada pekerja tersebut didapatkan sikap pada leher
membentuk sudut 27,5o diberi skor +2. Sikap pada trunk membentuk sudut 35,3o
sudut 67,6o diberi skor +2. Besaran sudut pada lengan atas adalah 43,9o diberi skor
+3, pada lengan bawah membentuk sudut 77,2o diberi skor +1 dan pada bagian
Tabel 30
Tabel A Leher
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Badan 1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Hasil skor grup A adalah 6 karena beban pada saat pembersihan sarang
burung walet tidak ada atau kurang dari 5 kg, maka tidak terdapat penambahan
skor.
Tabel 31
Table B
Lengan Bawah 1 2
Pergelangan Tangan 1 2 3 1 2 3
Lengan atas 1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 4 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Tabel 32
Tabel C
Skor A
Skor B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 10
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
skor akhir dengan metode REBA, skor C ditambah dengan skor aktivitas yaitu +1,
rentang waktu singkat, yaitu diulang 4 kali per menit sehingga didapatkan skor
berisiko tinggi dan diperlukan tindakan segera, dan menunjukkan bahwa sikap
Skor penilaian REBA. Berikut adalah skor dari penilaian sikap kerja
Tabel 33
Tabel 34
terdapat pada 30 pembersih sarang burung walet (100%) serta kategori ergonomis
walet berdasarkan skor neck disability index (NDI) adalah sebagai berikut.
68
Tabel 35
Distribusi Skor Neck Disability Index pada Pembersih Sarang Burung Walet
walet yang memiliki skor NDI tinggi sebanyak 3 (10,0%), kategori sedang
Tabel 36
sedang sebanyak 13 pekerja kategori berat sebanyak 2 pekerja dan kategori sangat
Tabel 37
Tabel 38
Tabel 39
Distribusi Bekerja
walet mengalami keluhan pada saat bekerja dengan kategori ringan sebanyak 14
pekerja kategori sedang sebanyak 13 pekerja, dan kategori cukup hebat sebanyak
3 pekerja.
Keluhan sakit kepala. Berikut adalah tabel distribusi keluhan sakit kepala
pekerja.
Tabel 40
pekerja.
Tabel 41
Tabel 42
Tabel 43
walet mengalami keluhan saat aktivitas rekreasi dengan kategori ringan sebanyak
melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk kepala yang sedikit menunduk yang
jarak antar kepala dengan objek cukup jauh dan membentuk sudut pada leher
sebesar 22,6o karena mengalami pergerakan fleksi >20o dari posisi alami dan
dilakukan secara terus-menerus dalam waktu yang lama hal ini mengkondisikan
pekerja mengalami ketegangan berlebih pada otot leher, dan nyeri pada bagian
leher.
melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk kepala yang menunduk yang jarak
antar kepala dengan objek cukup jauh dan membentuk sudut pada leher sebesar
20,7o karena mengalami pergerakan fleksi >20 o dari posisi alami dan dilakukan
secara terus-menerus dalam waktu yang lama hal ini mengkondisikan pekerja
mengalami ketegangan berlebih pada otot leher, dan nyeri pada bagian leher.
73
melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk kepala yang menunduk yang jarak
antar kepala dengan objek cukup jauh dan membentuk sudut pada leher sebesar
37,7o karena mengalami pergerakan fleksi >20 o dari posisi alami dan dilakukan
secara terus-menerus dalam waktu yang lama hal ini mengkondisikan pekerja
mengalami ketegangan berlebih pada otot leher, dan nyeri pada bagian leher.
melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk kepala yang sedikit menunduk yang
jarak antar kepala dengan objek cukup jauh dan membentuk sudut pada leher
sebesar 27,5o karena mengalami pergerakan fleksi >20o dari posisi alami dan
dilakukan secara terus-menerus dalam waktu yang lama hal ini mengkondisikan
pekerja mengalami ketegangan berlebih pada otot leher, dan nyeri pada bagian
leher.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan sikap kerja dan masa
Tabel 45
berarti 0,040 < 0,05, sehingga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
sikap kerja dengan keluhan nyeri leher. Nilai pearson product moment yang
diperoleh yaitu 0,378 artinya derajat hubungan antar variabel yaitu rendah dengan
Tabel 44
berarti 0,000 < 0,01, sehingga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
masa kerja dengan keluhan nyeri leher. Nilai Pearson yang diperoleh yaitu 0,825
artinya derajat hubungan antar variabel yaitu sangat kuat dengan arah hubungan
positif.
Pembahasan
sarang burung walet dengan umur termuda yaitu 19 tahun dan umur tertua yaitu
41 tahun. Menurut (Tarwaka, 2015), umur memiliki hubungan yang sangat erat
dengan keluhan sistem otot, khususnya untuk otot leher dan bahu, beberapa ahli
lain bahkan mengatakan bahwa umur adalah penyebab utama keluhan otot.
Keluhan awal biasanya dirasakan saat umur 35 tahun, tingkat keluhan akan
bertambah seiring berjalannya usia. Hal ini terjadi karena ketika mencapai usia
pertengahan hidup, kekuatan dan daya tahan otot mulai menurun, sehingga
keluhan otot ialah sikap kerja tidak alamiah. Sikap kerja ini yang menyebabkan
yang terlalu menunduk ataupun terangkat. Apabila posisi tubuh jauh bergerak dari
posisi awal tubuh, maka risiko keluhan yang dirasakan oleh pekerja akan semakin
tinggi.
pembersih sarang burung walet dilakukan dengan sikap kerja duduk pada setiap
75
76
proses produksi. Sikap kerja yang terus-menerus dan berulang dilakukan selama
proses pekerja menyebabkan pekerja merasakan keluhan sakit pada bagian tubuh.
Saat proses pembersihan sarang burung walet didapati sudut pada leher
pembersih sarang burung sebesar 22,6o memiliki tambahan skor +2, pada proses
pencabutan sarang burung walet leher pekerja membentuk sudut 20,7 o memiliki
skor +2, pada saat proses pencucian memperoleh sudut 37,7 o diperoleh skor +2,
pada proses pencetakan leher pekerja membentuk sudut 27,5o diperoleh skor +2.
Pada bagian leher dengan skor REBA +2 Sudut yang diperoleh leher berarti posisi
leher tidak alamiah karena mengalami pergerakan fleksi >20 o dari posisi alami,
Posisi normal leher ialah lurus dan tidak miring atau memutar, posisi miring pada
leher tidak melebihi dari 20o sehingga tidak terjadinya penekanan pada discus
diberi skor +3, proses pencabutan sarang burung walet posisi badan pekerja
memperoleh sudut sebesar 19,2o dengan skor +2, proses pencucian posisi badan
pekerja memperoleh sudut 35,3o dengan skor +3, proses pencetakan posisi badan
pekerja membentuk sudut 35,3o dengan skor +3 yang berarti posisi badan
nyeri pada bagian punggung dan pinggang pekerja. Posisi normal dari tulang
belakang untuk bagian toraks adalah kiposis dan bagian lumbal adalah lordosis
serta tidak miring ke kanan ataupun ke kiri. Bagian punggung juga tidak boleh
sudut 48,5o memiliki skor +3 posisi lengan bawah saat menderes memperoleh
sudut sebesar 82,6o memiliki skor +1. Posisi lengan atas pekerja saat mencabut
bulu sarang burung walet membentuk sudut 29,2o dengan skor +2, posisi lengan
bawah saat mencabut bulu sarang burung walet membentuk sudut 66,9 o dengan
skor +1. Posisi lengan atas pekerja saat mencuci sarang burung walet membentuk
sudut sebesar 65,1o diberi skor +3, posisi lengan bawah saat mencuci sarang
burung walet diperoleh sudut 121,6o dan diberi skor +1. Posisi lengan atas pekerja
saat mencetak sarang burung walet membentuk sudut 43,9o diberi skor +3, posisi
lengan bawah saat mencetak sarang burung walet membentuk sudut 77,2 o. Ini
berarti posisi lengan tidak berada pada posisi alamiah tubuh sehingga
menyebabkan keluhan pada bagian tubuh tersebut. Normalnya posisi pada bahu
ialah tidak mengangkat dan posisi siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu
dalam keadaan lurus. Untuk tangan posisi normal berada dalam keadaan garis
sudut 48,4o diberi skor +1 yang merupakan posisi tubuh tidak alamiah. Posisi kaki
pekerja saat mencabut bulu sarang burung walet membentuk sudut 128,3 o diberi
skor +2, selanjutnya untuk posisi kaki saat mencuci sarang burung walet
memperoleh sudut sebesar 76,4o dan diberi skor +2. Dan untuk posisi saat
mencetak sarang burung walet membentuk sudut 67,6 o dan diberi skor +2. Kedua
membungkuk selama jam kerja yang panjang merupakan masalah pada sistem
seperti bagian pembersihan sarang burung walet, yaitu menggunakan kursi plastik
cukup tinggi tanpa ada sandaran kursi, kepala yang menunduk dengan jarak antar
kepala dan objek cukup jauh, badan yang membungkuk dan kaki yang ditekuk.
Pada bagian pencabutan sarang burung walet juga dilakukan dengan sikap duduk,
yaitu menggunakan kursi plastik cukup tinggi tanpa ada sandaran kursi, badan
yang membungkuk, kepala yang menunduk yang jarak antar kepala dengan objek
sangat dekat dan kaki yang ditekuk. Sikap duduk juga dialami pada bagian
pencucian sarang burung walet, yaitu dengan kursi plastik yang pendek tanpa
sandaran kursi, kepala yang sedikit menunduk yang jarak antar kepala dengan
objek cukup jauh, badan yang membungkuk, dan kaki yang dttekuk. Sikap duduk
juga dialami pada bagian pencetakan sarang burung walet, yaitu dengan kursi
plastik yang cukup tinggi tidak memiliki sandaran punggung sehingga kurang
yang jarak antar kepala dengan objek cukup jauh. Sikap kerja yang dialami
sarang burung walet tidak ergonomis karena pekerjaan dilakukan dengan posisi
leher yang tidak nyaman atau monoton, posisi tubuh duduk statis secara terus-
79
ketegangan berlebih pada otot leher, dan nyeri pada bagian leher.
ditemukan bahwa seluruh pekerja mengalami sikap kerja tidak ergonomis (100%).
Skor penilaian menggunakan metode REBA diperoleh skor 4-10. Skor terendah
yaitu pada proses pencabutan sarang burung walet dengan skor 4, sedangkan skor
tertinggi pada proses pencetakan sarang burung walet dengan skor 10. Sikap kerja
yang janggal menyebabkan stres mekanik pada ligamen, otot dan persendian
hingga menyebabkan rasa sakit pada otot skeletal. Sikap kerja yang janggal butuh
energi yang lebih pada beberapa bagian otot sehingga kerja jantung dan paru-paru
dengan postur yang janggal, semakin banyak juga energi yang dibutuhkan untuk
Penelitian oleh Antyesti dkk (2020) postur kerja duduk dengan sedikit
membungkuk dalam jangka waktu yang lama dan berulang akan menimbulkan
nyeri.
Masa Kerja
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di
suatu tempat mulai dari awal bekerja hingga penelitian dilakukan. Masa kerja
semakin bertambahnya masa kerja maka akan muncul kebiasaan pada tenaga kerja
Pada tabel 16 masa kerja pekerja pembersih sarang burung walet diukur
kemudian dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ≤ 5 tahun dan > 5 tahun. Dari
hasil penelitian berdasarkan tabel 16 pekerja pembersih sarang burung walet yang
masa kerja terpendek adalah 1 tahun dan masa kerja terlama adalah 15 tahun.
Dimana dari 30 sampel masa kerja pembersih sarang burung walet tertinggi
berada pada angka ≤ 5 tahun berjumlah 26 pekerja (86,7%) dan masa kerja > 5
tahun berjumlah 4 pekerja (13,3%). Pada proses pembersihan sarang burung walet
terdapat 2 pekerja, pekerja pertama bekerja selama 3 tahun dan pekerja kedua
bekerja selama 2 tahun. Proses pencabutan bulu sarang burung walet terdapat 22
pekerja bekerja selama 7 tahun, 1 pekerja bekerja selama 10 tahun, dan 1 pekerja
bekerja selama 1 tahun, dan pekerja kedua bekerja selama 15 tahun. Proses
mengatakan semakin lama masa kerja seseorang maka makin lama pula
keterpaparan terhadap waktu dan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja,
Masa kerja >5 tahun memiliki resiko mengalami nyeri leher lebih tinggi 4.444
berlangsung setiap hari dan tanpa melakukan relaksasi. Jika aktivitas tersebut
pekerjaan yang menggunakan kekuatan yang kerja yang besar. Hal ini merupakan
aktivitas kerja seseorang yang dilakukan dalam jangka waktu lama, jika aktivitas
Nyeri leher merupakan salah satu dari dari gangguan pada otot rangka.
Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan pada bagian atas tulang belakang. Hal ini
merupakan tanda bahwa sendi, otot, atau bagian lain dari leher terluka, tegang,
atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satu penyebab nyeri leher
adalah gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh sikap kerja yang janggal
atau buruk pada suatu posisi kerja yang sama dan berulang dalam waktu yang
lama.
Keluhan nyeri leher yang dialami pembersih sarang burung walet diukur
menggunakan kuisioner NDI memperoleh hasil pada tabel 35 yaitu bahwa pekerja
mengalami keluhan nyeri leher. pekerja mengalami keluhan nyeri leher paling
82
banyak yaitu pada kategori risiko rendah dengan jumlah 22 (73,3%) pekerja,
kategori risiko sedang dengan jumlah 5 (16,7%) pekerja dan kategori risiko tinggi
mengalami keluhan pada bagian tubuh seperti leher. pada proses pembersihan
sarang burung walet dilakukan dengan sikap duduk leher menunduk, badan
membungkuk dan kaki ditekuk, proses pencabutan sarang burung walet dilakukan
dengan sikap duduk dengan leher yang menunduk, badan membungkuk dan kaki
yang ditekuk, proses pencucian sarang burung walet dilakukan dengan sikap
duduk leher menunduk, badan membungkuk dan kaki ditekuk dan proses
pencetakan dilakukan dengan badan yang membungkuk, kepala dan leher sedikit
menunduk dan kaki yang ditekuk. Selama proses produksi, pekerjaan dilakukan
secara berulang-ulang dan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan leher
merasa nyeri nerupa pegal, panas sekitar leher dan apabila berlangsung lama dapat
menjalar sampai ke lengan, tangan, kepala bagian atas, serta punggung atas.
Penelitian yang dilakukan oleh Awal, Arief, & Utami (2016) mengenai
hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri leher menggunakan rapid
upper limb assessment (RULA) pada pekerja di pt tunas alfin tbk mendapatkan
hasil bahwa pekerja mengalami keluhan nyeri leher rendah sebanyak 7 pekerja
(31,4%) karena aktivitas kerja dilakukan dengan posisi kerja duduk dan dalam
Dari hasil uji statistik pada tabel 45 didapatkan nilai p = 0,040 < α = 0,05
sehingga secara statistik H0 ditolak dan menerima H1 berarti ada hubungan sikap
kerja dengan keluhan nyeri leher pada pekerja Home Industri Friska Adfees Walet
Deli Serdang dengan nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,378 yang berarti
diinterpretasikan bahwa kekuatan antar variabel pada tingkat rendah dengan arah
hubungan positif dikarenakan apabila individu bekerja dengan sikap tubuh yang
posisi postur kerja dengan keluhan nyeri leher pada 100 pekerja yang bekerja dari
rumah. Terdapat hubungan signifikan antara postur kerja dengan keluhan nyeri
leher dengan 𝑝 = 0,006 saat sebelum pandemi dan 𝑝 = 0,010 selama pandemi.
hubungan sikap duduk terhadap kejadian nyeri leher pada mahasiswa pssikpn
value 0,000 dan nilai r = 0,760 dengan korelasi kuat. Artinya terdapat hubungan
dengan kategori risiko rendah, 5 pekerja (16,7%) dengan kategori risiko sedang
dan 3 pekerja (10,0%) dengan kategori risiko rendah mengalami keluhan nyeri
leher. Penilaian skor NDI ini dilakukan pada saat pekerja sedang melakukan
84
Nyeri tengkuk atau neck pain adalah nyeri yang dirasakan pada bagian
belakang dari susunan tulang belakang yang paling atas atau cervical. Rasa nyeri
yang dirasakan dapat menjalar hingga ke daerah kepala dan bahu bahkan jari–jari
keluhan nyeri leher, pada umumnya tidak pernah terjadi secara langsung, tetapi
lebih merupakan suatu akumulasi dari yang ringan sampai berat secara terus
menerus dan dalam jangka waktu yang relatif lama (Wijayati, 2019).
aliran darah yang mengandung nutrisi dan oksigen ke otot sehingga dapat
kemampuan leher untuk melakukan aktivitas sesuai fungsinya yang dapat disebut
dialami oleh seluruh pekerja (100%). Seluruh pekerja mengalami keluhan nyeri
leher. Hasil dari penilaian sikap kerja menggunakan metode REBA mendukung
hasil dari penilaian gangguan nyeri leher, hal ini dapat dilihat pekerja pada proses
pencabutan sarang burung walet responden ke-26 pada gambar 20, didapatkan
sudut leher pekerja sebesar 20,7o memiliki skor +2 yang artinya posisi leher tidak
85
pembersih sarang burung walet membentuk sudut 19,2o memiliki skor +2 yang
posisi alaminya, sehingga menyebabkan keluhan sakit pada bagian tersebut. Posisi
lengan membentuk sudut sebesar 29,2o memiliki skor +2 yang artinya posisi
lengan tidak berada pada posisi alaminya, sehingga menyebabkan keluhan sakit
pada bagian tersebut. Selanjutnya posisi lengan bawah membentuk sudut sebesar
66,9o memilki skor +1, artinya posisi lengan tidak berada pada posisi alaminya,
tangan membentuk sudut 30,7o diberi skor +1 yang artinya pergelangan tangan
pada posisi menekuk, sehingga menyebabkan keluhan sakit pada bagian tersebut.
Selanjutnya pada posisi kaki kedua kaki ditekuk membentuk sudut 128,3 o diberi
skor +1, hal ini dapatmenyebabkan sakit pada bagian paha, lutut, betis, dan kaki.
Seluruh pekerja pembersih sarang burung walet mengalami sikap kerja yang
menjauhi sikap alaminya, maka sikap kerja pekerja pembersih sarang burung
walet di Home Industri Friska Adfees Walet termasuk sikap kerja tidak
ergonomis.
Menurut Tarwaka (2004) Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja
terangkat dan sebagainya. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya terjadi karena
86
karakteristik tuntutan tugas, fasilitas (alat) kerja dan stasiun kerja tidak sesuai
kecenderungan untuk mengalami beberapa keluhan salah satunya rasa nyeri pada
posisi kerja ini dapat menimbulkan keluhan-keluhan pada pekerja. Sekarang ini
banyak pekerjaan yang memaksa pekerja untuk bekerja dengan posisi bungkuk,
mendongak, dan lain sebagainya. Sikap kerja tersebut jika dilakukan dalam jangka
dalam jangka waktu yang panjang. Apabila aktivitas tersebut dilakukan terus-
menerus akan mengakibatkan gangguan pada tubuh. Tekanan fisik pada suatu
burung walet di Home Industri Friska Adfees Walet dengan masa kerja < 5 tahun
berjumlah 26 pekerja (86,7%) dan masa kerja > 5 tahun berjumlah 4 pekerja
87
(13,3%). Masa kerja terendah pada pekerja pembersih sarang burung walet yaitu 1
Dari hasil uji statistik pada tabel 44 didapatkan nilai p = 0,000 < α = 0,05
sehingga secara statistik H0 ditolak dan menerima H1 berarti ada hubungan masa
kerja dengan keluhan nyeri leher pada pekerja Home Industri Friska Adfees Walet
Deli Serdang dengan nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,825 yang berarti
diinterpretasikan bahwa kekuatan antar variabel pada tingkat sangat kuat dengan
arah hubungan positif dikarenakan semakin tinggi masa kerja maka keluhan nyeri
pembersih sarang burung walet melakukan pekerjaan yang statis, berulang dan
tentunya akan berisiko terhadap keluhan nyeri leher yang akan dirasakan pekerja.
Penelitian Yani, Fitri, Anniza, & Priyanka (2020) menyebutkan bahwa ada
hubungan antara masa kerja dan lama kerja dengan nyeri leher pada pembatik di
sentra batik giriloyo dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,003 dan
Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
pembersih sarang burung walet di Home Industri Friska Adfees Walet Kabupaten
1. Pekerja home industri friska adfees walet bekerja dengan sikap kerja duduk
dilakukan setiap hari atau 6 hari kerja dalam seminggu dengan jam kerja
2. Terdapat 26 pekerja dengan masa kerja ≤ 5 tahun dan 4 pekerja dengan masa
kerja > 5 tahun. Masa kerja tertinggi 15 tahun dan terendah 1 tahun.
leher yang paling banyak terjadi pada pekerja pembersih sarang burung walet
di Home Industri Frsika Adfees Walet adalah keluhan nyeri leher rendah.
4. Terdapat hubungan yang positif antara sikap kerja duduk dengan keluhan
nyeri leher pada pembersih sarang burung walet di Home Industri Friska
5. Terdapat hubungan yang positif antara masa kerja dengan keluhan nyeri leher
pada pembersih sarang burung walet di Home Industri Friska Adfees Walet
Saran
88
89
1. Pemilik home industri Friska Adfees Walet agar memberikan waktu untuk
2. Pekerja pembersih sarang burung walet pada saat bekerja diharapkan pekerja
duduk dengan sikap kerja yang alamiah seperti posisi leher tegak dan tidak
tidak membungkuk.
mengalami keluhan sakit pada bagian leher atau tubuh lainnya saat bekerja.
Daftar Pustaka
Antoniyus. (2020). Hubungan lama posisi duduk terhadap risiko kejadian nyeri
leher pada anggota club mobil morefine Malang. (Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang).
Antyesti, Dwi, A., Nugraha, M., Griadhi, I., & Saraswati, N. (2020). Hubungan
faktor resiko ergonomi saat bekerja dengan keluhan muskuloskeletal pada
pengrajin ukiran kayu di Gianyar. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia,
8(2).
Binder, A. (2008). Musculoskeletal disorders neck pain search date may 2007
musculoskeletal disorders neck pain. Clinical Evidence, 8(1103).
Bragatto, M., Bevilaqua, G., Regalo, S., Sousa, J., & Chaves, T, (2016).
Associations among temporomandibular disorders, chronic neck pain and
neck pain disability in computer office workers: a pilot study. Journal
Oral Rehabil, 43(3).
Cindyastari, D., Russeng, S., & Wahyuni, A. (2014). Hubungan intensitas getaran
dengan keluhan muskuloskletal disorders (msds) pada tenaga kerja unit
produksi paving block CV. Sumber Galian Makasar. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Condrowati, F. (2021). Hubungan antara posisi postur kerja dengan keluhan nyeri
leher pada pekerja di Indonesia di masa pandemi covid-19. Journal of
Health, Education and Literacy (J-Healt). Diakses dari https://ojs.
unsulbar.ac.id /index.php/j-healt/article/view/946/557.
Awal, G., Arief, L., & Utami, D. (2016). Hubungan sikap kerja duduk dengan
keluhan nyeri leher menggunakan rapid upper limb assessment di PT
Tunas Alfin Tbk.
Grandjean, E., & Kroemer, K. (2003). Fitting the task to the human: a textbook of
occupational ergonomics. Perancis: CRC Press.
90
91
Haryatno, P., & Kuntono, H. (2016). Pengaruh pemberian tens dan myofascial
release terhadap penurunan nyeri leher mekanik. Interest : Jurnal Ilmu
Kesehatan, 5(2), 182–88.
Hignett, Sue, & McAtamney, L. (2000). Rapid entire body assessment (REBA).
Applied Ergonomics, 31(2), 201–5.
Kenwa, K., Putra, I., & Purwata, T. (2018). Hubungan antara penggunaan telepon
pintar dengan kejadian nyeri leher pada dewasa muda usia 18-24 tahun.
Callosum Neurology, 1(3), 78-82.
Koesyanto, H. (2013). Masa kerja dan sikap kerja duduk terhadap nyeri
punggung. Jurnal Kesehatan Masyarakat 9(1), 9–14.
Panjaitan, D., Octaviariny, R., Bangun, S., Parinduri, A., & Ritonga, A. (2021).
Hubungan beban kerja dan masa kerja dengan keluhan nyeri leher pada
penjahit di lembaga latihan kerja Lubuk Pakam Tahun 2020. Jurnal
Kesmas Dan Gizi, 3(2), 144–48.
Parjoto. (2007). Pentingnya memahami sikap tubuh dalam kehidupan. IFI Graha
Jati Asih. Majalah Fisioterapi Indonesia, 7(11).
Prayoga, R., Widodo, A., & Fis, S. (2014). Penatalaksanaan fisioterapi pada
cervical syndrome EC spondylosis c3-6 di RSUD Dr. Moewardi.
(Disertasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Siska, M., & Teza, M. (2012). Analisa posisi kerja pada proses pencetakan batu
bata menggunakan metode NIOSH. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 11(1),
61–70.
Ulfiana, Saputra, I., & Suindrayasa, I. (2022). Hubungan sikap duduk terhadap
kejadian nyeri leher pada mahasiswa pssikpn selama pembelajaran daring.
Jurnal Keperawatan, 14(1), 213–26.
Wijayati, E. (2019). Risiko postur kerja terhadap keluhan subyektif nyeri leher
pada pekerja industri kerajinan kulit. Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan,
5(1), 56–64.
Yani, Fitri, Anniza, M., & Priyanka, K. (2020). Hubungan masa kerja dan lama
kerja dengan nyeri leher pada pembatik di Sentra Batik Giriloyo. Jurnal
Ergonomi Indonesia (The Indonesian Journal of Ergonomic), 6(1).
94
95
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Masa Kerja :
Tanggal Pengukuran :
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
1 Pembersihan
Sarang Burung
Walet
Besaran Sudut:
Leher: <20˚
Badan: 0˚-20˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
2 Pembersihan
Sarang Burung
Walet
Besaran Sudut:
Leher: <20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
102
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
Kaki: >60˚
3 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: <20˚
Badan: 20˚-60˚
Kaki: >60˚
4 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
Lengan bawah:
45˚-90˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
5 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
6 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
Lengan bawah:
45˚-90˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
7 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: <20˚
Badan: 20˚-60˚
Kaki: >60˚
8 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
5 Sedang
Badan: 0˚-20˚
Diperlukan Tindakan
Lengan atas: 20˚-
60˚
105
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
Lengan bawah:
45˚-90˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
9 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
10 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
Lengan bawah:
45˚-90˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
11 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: <20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
107
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
12 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
13 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
108
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
14 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
15 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 0˚-20˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
109
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
16 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
17 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 0˚-20˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
110
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
18 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 0˚-20˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
19 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: <20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
111
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
20 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
21 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >30˚-60˚
112
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
22 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 0˚-20˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
23 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
113
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
24 Pencabutan
Bulu Sarang
Burung Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
25 Pencucian
Sarang Burung
Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
114
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
26 Pencucian
Sarang Burung
Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 0˚-20˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >30˚-60˚
27 Pencetakan
Sarang Burung
Walet
Besaran Sudut:
Leher: <20˚
Badan: 0˚-20˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
115
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
28 Pencetakan
Sarang Burung
Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
29 Pencetakan
Sarang Burung
Walet
Besaran Sudut:
Leher: <20˚
Badan: 20˚-60˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
116
No. Skor
Resp Gambar Keterangan REBA Keterangan
30 Pencetakan
Sarang Burung
Walet
Besaran Sudut:
Leher: >20˚
Pergelangan
tangan: >15˚
Kaki: >60˚
117
23 28 7 5 TE 3 3 3 3 4 3 2 4 25
24 27 3 9 TE 2 2 1 2 2 2 1 2 14
25 33 1 5 TE 1 1 1 2 1 1 1 1 9
26 36 15 7 TE 4 4 4 3 3 2 3 2 25
27 30 1 6 TE 1 1 1 1 1 1 1 1 8
28 29 2 9 TE 2 2 1 2 2 2 1 2 14
29 21 1 5 TE 1 1 1 2 1 1 2 1 10
30 35 2 10 TE 2 1 2 2 3 2 3 1 16
119
Keterangan
No : Nomor Responden
TE : Tidak Ergonomis
TN : Tingkatan Nyeri
MA : Mengangkat
K : Konsentrasi
B : Bekerja
MB : Membaca
T : Tidur
R : Rekreasi
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19 1 3.3 3.3 3.3
20 2 6.7 6.7 10.0
21 2 6.7 6.7 16.7
22 1 3.3 3.3 20.0
23 1 3.3 3.3 23.3
24 2 6.7 6.7 30.0
27 1 3.3 3.3 33.3
28 5 16.7 16.7 50.0
29 2 6.7 6.7 56.7
30 3 10.0 10.0 66.7
33 3 10.0 10.0 76.7
35 3 10.0 10.0 86.7
36 2 6.7 6.7 93.3
38 1 3.3 3.3 96.7
41 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Kategori REBA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 26 86.7 86.7 86.7
Tinggi 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sikap Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Ergonomis 30 100.0 100.0 100.0
Tingkatan Nyeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merasakan nyeri ringan 12 40.0 40.0 40.0
Merasakan nyeri sedang 13 43.3 43.3 83.3
Merasakan nyeri berat 2 6.7 6.7 90.0
Merasakan nyeri sangat 3 10.0 10.0 100.0
berat
Total 30 100.0 100.0
122
Mengangkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merasakan nyeri ringan 15 50.0 50.0 50.0
Merasakan nyeri sedang 10 33.3 33.3 83.3
Merasakan nyeri berat 3 10.0 10.0 93.3
Merasakan nyeri sangat 2 6.7 6.7 100.0
berat
Total 30 100.0 100.0
Konsentrasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merasakan nyeri ringan 20 66.7 66.7 66.7
Merasakan nyeri sedang 7 23.3 23.3 90.0
Merasakan nyeri berat 2 6.7 6.7 96.7
Merasakan nyeri sangat 1 3.3 3.3 100.0
berat
Total 30 100.0 100.0
Bekerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merasakan nyeri ringan 14 46.7 46.7 46.7
Merasakan nyeri sedang 13 43.3 43.3 90.0
Merasakan nyeri berat 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Membaca
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merasakan nyeri ringan 11 36.7 36.7 36.7
Merasakan nyeri sedang 13 43.3 43.3 80.0
Merasakan nyeri berat 4 13.3 13.3 93.3
123
Sakit Kepala
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merasakan nyeri ringan 11 36.7 36.7 36.7
Merasakan nyeri sedang 15 50.0 50.0 86.7
Merasakan nyeri berat 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tidur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merasakan nyeri ringan 19 63.3 63.3 63.3
Merasakan nyeri sedang 7 23.3 23.3 86.7
Merasakan nyeri berat 3 10.0 10.0 96.7
Merasakan nyeri sangat 1 3.3 3.3 100.0
berat
Total 30 100.0 100.0
Rekreasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merasakan nyeri ringan 15 50.0 50.0 50.0
Merasakan nyeri sedang 11 36.7 36.7 86.7
Merasakan nyeri berat 2 6.7 6.7 93.3
Merasakan nyeri sangat 2 6.7 6.7 100.0
berat
Total 30 100.0 100.0
124
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Masa Kerja .517 30 .000 .404 30 .000
Keluhan Nyeri Leher .442 30 .000 .592 30 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Skor REBA .517 30 .000 .404 30 .000
Keluhan Nyeri Leher .442 30 .000 .592 30 .000
a. Lilliefors Significance Correction
125
Correlations
Keluhan Nyeri
Masa Kerja Leher
**
Masa Kerja Pearson Correlation 1 .825
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
**
Keluhan Nyeri Leher Pearson Correlation .825 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Keluhan Nyeri
Nilai Skor REBA Leher
*
Nilai Skor REBA Pearson Correlation 1 .378
Sig. (2-tailed) .040
N 30 30
*
Keluhan Nyeri Leher Pearson Correlation .378 1
Sig. (2-tailed) .040
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
126