Anda di halaman 1dari 98

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

TERHADAP WORKPLACE INJURY PEKERJA BAGIAN


PRODUKSI PT. SOCFIN INDONESIA TANAH GAMBUS

SKRIPSI

Oleh :

DEVI SEPRIANI
NIM 0801162006

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
TERHADAP WORKPLACE INJURY PEKERJA BAGIAN
PRODUKSI PT. SOCFIN INDONESIA TANAH GAMBUS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT (SKM)

Oleh :

DEVI SEPRIANI
NIM 0801162006

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

ii
HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
TERHADAP WORKPLACE INJURY PEKERJA BAGIAN
PRODUKSI PT. SOCFIN INDONESIA TANAH GAMBUS

Devi Sepriani
0801162006

Abstrak
Workplace Injury sama dengan kecelakaan kerja, dimana penyebab
terjadinya dikarenakan pekerjaan atau keadaan lingkungan kerja disuatu
perusahaan yang tidak tertata. Pada umumnya, kecelakaan kerja dapat terjadi
karena dua faktor yaitu faktor mekanis dan lingkungan serta faktor manusia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan hubungan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) terhadap workplace injury pekerja bagian produksi PT.
Socfin Indonesia Tanah Gambus. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional, teknik pengambilan sampel
yang digunakan yaitu total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 83 orang.
Alat atau instrument yang digunakan yaitu kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan antara penggunaan APD dengan
workplace injury dengan diperoleh p value 0,003. Kesimpulan dari penelitian ini
terdapat adanya hubungan antara penggunaan APD dengan workplace injury.
Oleh karena itu, peneliti menyarankan bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan
pengawasan terkait penggunaan APD pada pekerja, dan disarankan pula bagi
pekerja untuk menggunakan APD selama bekerja demi menjaga keselamatan.
Kata Kunci : Workplace Injury, Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

iii
RELATIONSHIP OF THE USE OF PERSONAL PROTECTIVE
EQUIPMENT TO WORKPLACE INJURY WORKERS PRODUCTION
DEPARTMENT PT. SOCFIN INDONESIA TANAH GAMBUS

Devi Sepriani
0801162006

Abstract
Workplace Injury is the same as a work accident, where the cause is due
to work or the state of the work environment in an unorganized company. In
general, work accidents can occur due to two factors, namely mechanical and
environmental factors as well as human factors. The purpose of this study is to
find the relationship of the use of Personal Protective Equipment (PPE) to
workplace injury workers in the production department of PT. Socfin Indonesia
Tanah Gambus. The type of research used is quantitative research with cross
sectional design, sampling techniques used that is total sampling with the number
of samples as many as 83 people. The tool or instrument used is a questionnaire.
The results showed that there is a relationship between the use of PPE and
workplace injury with obtained p value 0.003. The conclusion of this study there
is a relationship between the use of PPE and workplace injury. Therefore,
researchers advise companies to further increase supervision regarding the use of
PPE in workers, and it is also recommended for workers to use PPE during work
in order to maintain safety.
Keywords: Workplace Injury, The Use of Personal Protective Equipment (PPE)

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Devi Sepriani

NIM : 0801162006

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Tempat/ Tgl Lahir : Medan/ 15 September 1998

Judul Skripsi : Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap


Workplace Injury Pekerja Bagian Produksi PT. Socfin
Indonesia Tanah Gambus

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Program Studi
Kesehatan Masyarakat FKM UIN Sumatera Utara Medan.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi
Kesehatan Masyarakat FKM UIN Sumatera Utara Medan.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Program Studi Kesehatan Masyarakat
FKM UIN Sumatera Utara Medan.

Medan, 07 Mei 2021

Devi Sepriani
NIM. 0801162006

v
HALAMAN PERSETUJUAN

vi
HALAMAN PENGESAHAN

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Devi Sepriani

NIM : 0801162006

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 15 September 1998

Alamat : Jalan A.R Hakim No. 169 A

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

No.Hp : 0895601986425

Email : Seprianidevii@gmail.com

IDENTITAS ORANGTUA

Ayah : Al-Azhar

Ibu : Sari

Alamat : Jalan A.R Hakim No. 169 A

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Ar-Rusyida Medan Tamat 2004


2. SD Al-Ittihadiyah Tamat 2010
3. SMP Negeri 6 Medan Tamat 2013
4. MAN 3 Medan Tamat 2016
5. Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN Sumatera Utara Medan
Tahun 2016 sampai sekarang.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat,
prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara. Tak lupa pula kita haturkan shalawat berangkaikan
salam kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita merupakan umatnya
yang mendapatkan syafaatnya dihari Kiamat. Aamiin aamiin yaa rabbal alamiin.

Telah selesainya penulisan skripsi ini yang berjudul “Hubungan


Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap Workplace Injury Pekerja Bagian
Produksi PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus” dengan segala keterbatasan
penulis dan tak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang terlibat dan
membantu penulis secara langsung ataupun tidak langsung, yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA selaku Rektor Universitas Islam


Negeri Sumatera Utara.
2. Bapak Prof Dr. Syafaruddin, M.Pd selaku dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
3. Ibu Susilawati, SKM, M.Kes selaku ketua Prodi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Tri Niswat Utami, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
saya ucapkan terima kasih banyak kepada Ibu karena telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya dan memberikan
banyak dukungan, masukan dan motivasi agar skripsi ini bisa selesai.
5. Bapak Dr. Watni Marpaung, MA selaku Dosen Pembimbing Integritas
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing saya .
6. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

ix
7. PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus karena telah memberikan izin
penelitian dan seluruh responden dalam penelitian ini karena telah
bersedia meluangkan waktu untuk mengisi lembar kuesioner .
8. Kepada yang tersayang dan terkasih, kedua orang tua saya Ayahanda
Al-Azhar dan Ibunda Sari, saya ucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya dan setulusnya karena telah memberikan dukungan,
semangat, dan doa yang tak putus-putusnya kepada penulis selama
proses penulisan dan penyusunan skripsi ini. Tak ada balasan yang
dapat saya berikan atas rasa sayang dan cinta kedua orang tua saya
selain doa yang tulus, semoga Allah selalu memberikan nikmat dan
karunia-Nya, aamiin.
9. Kepada saudara-saudara saya tercinta, Kakak Afni Mediarti S.Ak, dan
Adik-adik Amelia Putri dan Putri Zahara yang selalu memberikan
semangat dan doa terbaiknya kepada penulis.
10. Kepada keluarga besarku yang lain, Bunda dan keluarga, Uncu dan
keluarga serta yang lainnya terimakasih karena memberikan semangat
kepada saya selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Team Menuju Sukses dan Halal, Kak Feby Anggita Nasution, SKM,
Ratna Dewi, Mila Sari Wahyuni, Bebby Alfiera, Tania Ulfa, Nurul
Aini, Dirayati Annisa, dan Fany Khalafi Lubis, terimakasih atas
semangat, sharing and caring serta motivasi dan memberikan solusi
terbaiknya selama proses penulisan skripsi ini.
12. Teman-teman Ciwai K3, Haura Zhafira Tambunan, SKM, Singki
Nadia Sinaga, SKM, Sri Wahyuni, SKM dan Rina Khairuna, SKM,
terimakasih atas banyak hal karena telah menemani penulis selama
menjalani masa studi peminatan dan telah memberikan bantuan, solusi,
serta semangat kepada penulis.
13. Mas Fahmi Baiquni, S.Psi, MPH dan Bang Rizky Adinda Ridwan,
SKM terimakasih telah membantu dan memberikan saran terbaiknya
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

x
14. Teman-teman Goes to Sun, Fandi Ahmad, Nabila Firuzia, Imam
Ahmad, Widya Syahfitri, Rizna Hayati dan Mardiyah, terimakasih atas
semangat yang telah diberikan.
15. Teman-teman sedari masa SMA, Citra Nabila, Wahyudi Maherza,
Nanda Siska, dan Widya Nita, terimakasih atas semangat yang
diberikan.
16. Teman-teman seperjuangan di FKM terkhusus IKM A 2016 yang telah
memberikan banyak cerita indah dan menemani penulis di masa awal
perkuliahan hingga terpisah oleh peminatan.
17. Teman-teman seperjuangan di Peminatan K3, terimakasih telah
memberikan warna kepada penulis selama menjalani masa studi di
peminatan.
18. Kepada seluruh pihak lainnya yang terlibat dan membantu penulis
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwasannya masih banyak sekali kekurangan didalam


penelitian ini, penulis berharap para pembaca memberikan masukan dan saran
yang membangun demi penyempurnaan penulisan ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 07 Mei 2021

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ...................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
ABSTRACT ................................................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ v
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. vi
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
BAB 2 LANDASAN TEORITIS ............................................................... 8
2.1 Workplace Injury.................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Workplace Injury ....................................................... 8
2.1.2 Penyebab Terjadinya Workplace Injury....................................... 8
2.1.3 Klasifikasi Workplace Injury ....................................................... 11
2.2 Teori Perilaku ........................................................................................ 12
2.2.1 Pengertian Perilaku .................................................................... 12
2.2.2 Bentuk Perilaku .......................................................................... 13
2.2.3 Teori Lawrence Green ............................................................... 14

xii
2.3 Alat Pelindung Diri (APD) ................................................................... 15
2.3.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) ....................................... 15
2.3.2 Ketentuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) .................. 16
2.3.3 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) ...................................... 18
2.3.4 Jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan oleh
Pekerja Bagian Produksi ............................................................. 25
2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) .......................................................................................... 28
2.4 Kajian Integrasi Keislaman ................................................................... 28
2.4.1 Konsep Kecelakaan Kerja dalam Islam ...................................... 28
2.4.2 Konsep Alat Pelindung Diri (APD) dalam Islam......................... 30
2.4.3 Maqashid Syariah ......................................................................... 33
2.5 Kerangka Teori...................................................................................... 35
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................... 36
2.7 Hipotesa Penelitian................................................................................. 37
BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................. 38
3.1 Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 38
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 38
3.3.1 Populasi ........................................................................................ 38
3.3.2 Sampel.......................................................................................... 38
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ....................................................... 38
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 39
3.5 Definisi Operasional............................................................................... 39
3.6 Aspek Pengukuran ................................................................................. 40
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 41
3.8 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 43
3.8.1 Jenis Data ..................................................................................... 43
3.8.2 Alat atau Instrumen Penelitian ..................................................... 44
3.8.3 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 44
3.9 Analisis Data .......................................................................................... 44
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 46

xiii
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................ 46
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ......................................................... 46
4.1.2 Letak Geografis ........................................................................... 47
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ............................................................ 47
4.1.4 Struktur Organisasi PT Socfin Indonesia Tanah Gambus ........... 48
4.1.5 Proses Pengolahan Kelapa Sawit ................................................. 50
4.2 Karateristik Responden .......................................................................... 53
4.2.1 Usia .............................................................................................. 53
4.2.2 Pendidikan ................................................................................... 53
4.2.3 Masa Kerja ................................................................................... 54
4.3 Hasil Penelitian ...................................................................................... 54
4.3.1 Analisis Univariat ........................................................................ 54
4.3.2 Analisis Bivariat .......................................................................... 56
4.4 Pembahasan ............................................................................................ 57
4.4.1 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ..................................... 57
4.4.2 Workplace Injury ......................................................................... 58
4.4.3 Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan
Workplace Injury........................................................................ 59
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 65
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 65
5.2 Saran ....................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 67

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definiai Operasional ............................................................... 39


Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Penggunaan APD ..................................... 42
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................... 43
Tabel 4.1 Distribusi Respnden Berdasarkan Usia ................................... 53
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ...................... 53
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ...................... 54
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat
Pelindun Diri (APD) ............................................................... 54
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Workplace Injury ............ 55
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Workplace
Injury ....................................................................................... 55
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Penggunaan APD dengan Workplace
Injury ....................................................................................... 56

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pelindung Kepala .................................................................... 19


Gambar 2.2 Pelindung Mata dan Muka ...................................................... 19
Gambar 2.3 Penyumbat Telinga (Ear Plug) ............................................... 20
Gambar 2.4 Penutup Telinga (Ear Muff) .................................................... 21
Gambar 2.5 Pelindung Pernapasan ............................................................. 21
Gambar 2.6 Pelindung Tangan.................................................................... 22
Gambar 2.7 Pelindung Kaki ........................................................................ 23
Gambar 2.8 Pakaian Pelindung ................................................................... 23
Gambar 2.9 Alat Pelindung Jatuh Perorangan ............................................ 24
Gambar 2.10 Pelampung ............................................................................... 25
Gambar 2.11 Kerangka Teori........................................................................ 35
Gambar 2.12 Kerangka Konsep .................................................................... 36
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. SOCFINDO Tanah Gambus............. 49

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ............................................................ 70


Lampiran 2 Surat Menyurat Penelitian .................................................... 72
Lampiran 3 Hasil Analisis Data ............................................................... 75
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ....................................................... 81

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Keselamatan kerja merupakan hal utama dan hal penting yang perlu

diperhatikan oleh perusahaan ataupun pekerja. Keselamatan kerja adalah hal

utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, kecacatan, cidera dan kematian akibat

dari kecelakaan kerja. Dengan disediakannnya kondisi lingkungan kerja yang baik

oleh perusahaan, maka pekerja dapat melakukan pekerjaan nya dengan aman dan

selamat. Pekerja yang merasa aman dan selamat saat bekerja dapat mendorong

tercapainya hasil kerja yang lebih baik dan meningkatkan produktivitas pekerja

serta terhindar dari kejadian yang tidak di inginkan. Namun, hal ini dapat tercapai

secara maksimal apabila perusahaan dan pekerja mampu bekerja sama untuk

mencapainya.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kejadian yang tidak di

inginkan di tempat kerja atau terjadinya kecelakaan kerja, yaitu faktor manusia,

dan juga sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja atau disebut dengan

SMK3. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970

Pasal 3 yang berisi tentang keselamatan kerja yang dimana berisi tentang aturan

mengenai kewajiban bagi setiap tempat kerja untuk menerapkan SMK3 termasuk

pengimplementasian penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor

manusia, kondisi Alat Pelindung Diri (APD) dan kenyamanan. Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) yang tepat dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja

(Anggi, 2015).

1
2

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat yang penting untuk

digunakan dalam melakukan pekerjaan, baik pekerjaan dengan risiko kecelakaan

yang ringan ataupun risiko kecelakaan yang berat. Penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) bisa menjadi salah satu langkah awal untuk mecegah terjadinya

dampak yang parah akibat kecelakaan. Kecelakaan ditempat kerja sebenarnya bisa

diprediksi apakah akan terjadi atau tidak, dengan kata lain jika kita mengamati

serta peduli dengan lingkungan sekitar maka kita dapat mengidentifikasi risiko

kecelakaan apa yang mungkin terjadi serta bisa melakukan tindakan pencegahan

awal. Sebab kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh

dua hal, yaitu tindakan manusia yang tidak aman (unsafe action) dan lingkungan

ataupun kondisi ditempat kerja yang tidak aman (unsafe condition).

Kecelakaan disebut juga kejadian yang tidak terduga dan tidak

diharapkan, dikatakan tidak terduga karena dalam peristiwa itu tidak terdapat usur

kesengajaan. Kecelakaan dapat terjadi pada waktu melaksanakan pekerjaan.

Menurut pandangan Islam, kecelakaan kerja terjadi akibat perbuatan

manusia itu sendiri. Umat muslim diwajibkan untuk menjaga diri dan orang

disekitarnya dari hal yang akan membuat celaka, sehingga menyebebabkan

terjadinya cedera/kecelakaan. Seperti firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah

ayat 195 yang mengandung makna bahwasannya manusia haruslah berinvestasi di

jalan Allah, mencegah dirinya dari hal yang menyebabkan kecelakaan dan

senantiasa berbuat kebaikan termasuk didalamnya melakukan tindakan yang

selamat, senantiasa mengikuti aturan yang ada serta perbuatan lainnya yang bisa

menghindari manusia dari hal yang merugikan.


3

Kecelakaan kerja yang terjadi diperusahaan memberikan dampak

kerugian baik bagi perusahaanataupun bagi pekerjanya. Suatu perusahaan

dikatakan berhasil apabila dapat menekan angka kecekalaan kerja. Secara global

2,3 juta kematian setahun dapat disebabkan oleh cedera akibat kerja atau penyakit

yang berhubungan dengan pekerjaan, dan jutaan lainnya menderita cedera dan

penyakit terkait pekerjaan yang tidak fatal. Menurut perkiraan ILO (International

Labour Organization) setiap tahun lebih dari 2,3 juta kematian ditempat kerja

akibat dari cedera dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Lebih dari 350.000 kematian

disebabkan oleh kecelakaan fatal dan hampir 2 juta kematian yang disebabkan

oleh penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Selain itu, lebih dari 313 juta

pekerja yang terlibat dalam kecelakaan kerja non fatal yang menyebabkan luka

serius dan absen dari pekerjaan. ILO juga memperkirakan bahwa 160 juta kasus

non fatal penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahun (ILO,

2015)

Berdasarkan Riskesdas 2018, data terjadinya cedera di Indonesia

mengalami peningatan dari tahun 2013 yaitu sebanyak 9,2%. Bagian tubuh yang

terkena cedera lebih banyak pada anggota gerak bawah dengan jumlah 67,9%

dibandingkan bagian tubuh lainnya dan cedera tersebut menyebabkan bekas luka

yang permanen dan mengganggu kenyamanan individunya (Riskesdas, 2018).

Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja diakibatkan oleh banyak

hal serta saling berkaitan dan dapat menyebabkan kerugian berupa kecacatan,

penyakit akibat kerja (PAK) dan dapat menyebabkan kematian. Angka kecelakaan

kerja di Sumatera Utara menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

sebanyak 2.796 kasus, dimana diperkirakan terjadi sekitar 15 kasus setiap harinya
4

(Pekuwali, 2017). Kasus kecelakaan kerja dapat ditekan jumlahnya apabila adanya

kemauan dan kerjasama yang baik antar pihak yang terlibat.

Industri pabrik kelapa sawit (PKS) tersebar luas di Sumatera Utara, baik

milik Pemerintah ataupun Swasta. Sumatera Utara juga dikenal dengan salah satu

daerah terbesar penghasil kelapa sawit. PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus

merupakan bagian dari PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) yang bergerak dalam

perkebunan kelapa sawit. PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus yang berada di

desa Gambus Kec. Limapuluh Kabupaten Batubara ini dibangun pada tahun 1978.

PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus memiliki kapasitas pengolahan 25

ton/jam dan memiliki luas lahan kelapa sawit sebesar 3.373 ha. Pabrik kelapa

sawit ini mengolah minyak CPO (Crude Palm Oil) menjadi 3 jenis bahan jadi. PT.

Socfin Indonesia Tanah Gambus memiliki tanggung jawab terhadap ekonomi,

lingkungan dan sosial. Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Socfin

Indonesia Tanah Gambus adalah struktur organisasi fungsional, dimana

pembagian tugas yang dilakukan berdasarkan peran nya masing-masing. PT.

Socfin Indonesia Tanah Gambus ini membagi tenaga kerjanya menjadi 9 divisi

yang memiliki jumlah yang berbeda. Untuk divisi pabrik atau dibagian

pengolahan memiliki jumlah keseluruhan pekerja sebanyak 112 orang, yang

terdiri dari 83 orang karyawan, 25 orang pegawai dan 4 orang staff. Jam kerja

karyawan dibagian produksi terbagi menjadi dua shift, shift pagi dan shift

malam, yang masing-masing shift memiliki waktu istirahat sebanyak 1 jam atau

biasa disebut dengan wolon.

PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus sudah menyediakan Alat Pelindung

Diri (APD) bagi para pekerja nya. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan
5

para pekerja disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing stasiun, jadi

setiap stasiun memiliki kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) yang berbeda.

Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan dengan cara

wawancara terhadap 7 orang karyawan dibagian produksi atau pengolahan

didapatkan hasil bahwa perusahaan telah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD)

sesuai dengan kebutuhan para karyawan. Namun kenyataan nya masih banyak

karyawan yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap,

sebagian besar hanya menggunakan helm dan sarung tangan dibeberapa stasiun,

untuk Alat Pelindung Diri (APD) lainnya tidak digunakan dengan alasan

ketidaknyamanan. Adapun Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan pekerja

bagian produksi terdiri dari pelindung kepala (helm), pelindung mata dan muka,

pelindung telinga, sepatu safety, sarung tangan, masker, kacamata dan pakaian

pelindung.

Berdasarkan wawancara yang saya lakukan terhadap 7 orang karyawan,

mereka telah bekerja di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus selama 9 – 24 tahun,

dan selama itu pula mereka tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara

lengkap dikarenakan faktor ketidaknyamanan. Berdasarkan keterangan yang

peneliti peroleh, karyawan pernah mengalami kecelakaan kerja pada saat

melaksanakan pekerjaan, mulai dari terjatuh ditangga, terpleset, dan lain

sebagainya. Pekerja menganggap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) secara

lengkap hanya membuat mereka merasa terganggu/terhambat ketika melakukan

pekerjaan, padahal Alat Pelindung Diri (APD) merupakan poin penting dan utama

dalam melakukan pekerjaan apalagi pekerjaan yang memiliki risiko kecelakaan,

sebab jika menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap dan sesuai
6

standar yang sudah ditentukan maka risiko tersebut dapat dihindarkan.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan hal kecil yang harus

diperhatikan dan dilaksanakan demi keselamatan bersama.

Berdasarkan keterangan tersebutlah peneliti ingin meneliti ”Hubungan

Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap Workplace Injury pekerja bagian

produksi PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus”. Peneliti ingin membuktikan

apakah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ada hubungannya atau tidak

dengan kejadian workplace injury di perusahaan tersebut.

1. 2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap

workplace injury pekerja bagian produksi PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus?

1. 3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menemukan hubungan penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap

workplace injury pekerja bagian produksi PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden.

b. Mengidentifikasi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja

bagian produksi.

c. Membuktikan hubungan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

terhadap workplace injury pekerja bagian produksi.


7

1. 4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Perusahaan

Peneliti berharap penelitian ini nantinya dapat menjadi masukan

bagi perusahaan yaitu PT. Socfin Indonesia Tanah Gambu, sehingga bisa

mengoptimalkan, mengupayakan dan meningkatkan ketersediaan Alat

Pelindung Diri (APD) agar nantinya kecelakaan kerja dapat dihindarkan.

2. Manfaat Bagi Pekerja (Responden)

Melalui penelitian ini, diharapkan kesadaran dan kepedulian

pekerja lebih ditingkatkan lagi guna menghindari terjadinya hal-hal yang

tidak di inginkan dilingkungan kerja. Serta pekerja juga diharapkan dapat

mematuhi peraturan yang ada diperusahaan.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Adapun manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah dapat

menambah wawasan peneliti mengenai kejadian kecelakaan kerja disuatu

perusahaan serta dapat menerapkan secara langsung ilmu yang sudah

diperoleh diperkuliahan ke perusahaan tempat melakukan penelitian.


BAB 2

LANDASAN TEORITIS

2.1 Workplace Injury

2.1.1 Pengertian Workplace Injury

Workplace injury atau cedera ditempat kerja merupakan bagian dari

kecelakaan kerja. Workplace injury atau cedera ditempat kerja adalah suatu

kejadian patah, retak, dan lain sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan.

Cedera akibat pekerjaan, penyakit dan kematian di tempat kerja adalah masalah

yang penting. Bagian tubuh yang dapat terkena cedera dan sakit yaitu:

a. Kepala dan mata.

b. Leher.

c. Bahu, punggung.

d. Alat gerak atas (pergelangan tangan, lengan, jari tangan).

e. Alat gerak bawah (lutut, pergelangan kaki, kaki, jari kaki).

Tujuan dari diketahuinya cedera yang mengenai anggota tubuh adalah

untuk mengetahui dan menganalisis penyebab terjadinya cedera karena

kecelakaan kerja. Selain itu juga untuk membantu dalam mencegah terjadinya

cedera ditempat kerja (workplace injury).

2.1.2 Penyebab Terjadinya Workplace Injury

Penyebab terjadinya workplace injury atau cedera ditempat kerja sama

dengan penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat disebabkan

oleh pekerjaan atau keadaan lingkungan kerja disuatu perusahaan yang tidak

tertata. Penyebab atau potensi bahaya yang ada seringkali diabaikan oleh

8
9

perusahaan karena belum memberikan kerugian bagi perusahaan sampai

terjadinya kecelakaan barulah perusahaan menanganinya. Tanpa disadari perilaku

tidak aman pekerja juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan, walalupun

pekerja tersebut sudah mengetahui bahwa tindakan yang dilakukannya tidak

aman, namun tetap saja pekerja tersebut melakukannya. Dari data statistik

diperoleh bahwa sebesar 85% penyebab kecelakaan adalah karena faktor manusia

(Suma'mur, 2009).

Penyebab kecelakaan terbagi menjadi dua, yaitu faktor mekanis dan

lingkungan serta faktor manusia. Faktor mekanis dan lingkungan disuatu

perusahaan dapat dikelompokkan menurut pengolahan bahan, mesin penggerak

dan pengangkat, terjatuh dilantai dan tertimpa benda dari atas, dan lain

sebagainya. Adapun dari faktor manusia adalah tindakan tidak aman manusia

tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan (Suma'mur, 2014).

Menurut (Husnan dan Suad Ranunpandoyo H, 2002) penyebab kecelakaan

kerja lainnya dapat dikelompokkan menjadi :

a. Teknis

Terkait dengan masalah kekurangan pada peralatan yang digunakan,

mesin-mesin, bahan-bahan yang digunakan, buruknya lingkungan

kerja, dan pencahayaan serta kebisingan yang berlebih.

b. Manusia

Biasanya disebabkan oleh sikap individu seperti sikap yang ceroboh,

tidak hati-hati, bekerja dalam keadaan mengantuk, dan tidak mampu

melakukan pekerjaan dengan baik.


10

Pendapat lain dari (Panggabean, 2002) menyebutkan bahwa kecelakaan

kerja dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu :

a. Internal

Faktor internal mencakup karyawan itu sendiri. Seperti bertindak

secara sembrono, terlalu menganggap enteng dan cenderung lalai

dalam bekerja, dan malas menggunakan alat pelindung yang telah

disediakan oleh perusahaan.

b. Eksternal

Faktor eksternal berasal dari lingkungan. Seperti lantai licin,

pemeliharaan mesin yang tidak baik, tata letak ruang yang kurang

aman, dan adanya peralatan yang rusak dan dapat mempengaruhi

keselamatan pekerja.

Menurut (Sucipto, 2014) penyebab terjadinya kecelakaan kerja dibagi

menjadi empat faktor yaitu :

a. Peralatan kerja dan perlengkapan.

b. Tidak tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja.

c. Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat.

d. Kurangnya pengetahuan serta pengalaman pada pekerja.

Penyebab lainnya yaitu sikap yang tidak aman (unsafe action) dan kondisi

yang tidak aman (unsafe condition). Faktor sikap yang tidak aman (unsafe action)

dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti tidak seimbangnya fisik tenaga kerja

(cacat), kurangnya pendidikan dan pengetahuan, beban kerja yang berlebih,

bekerja secara berlebihan atau melebihi jam kerja yang ada. Sedangkan faktor
11

kondisi yang tidak aman (unsafe condition) disebabkan oleh berbagai hal yaitu

peralatan yang sudah tidak layak namun masih dipergunakan, pengamanan

ditempat kerja yang tidak sesuai standar, pencahayaan dan kebisingan yang

melebihi ketentuan, dan lain sebagainya.

2.1.3 Klasifikasi Workplace Injury

Workplace injury atau cedera ditempat kerja diklasifikasikan untuk

mengetahui tingkat keparahan cedera yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja

dan memudahkan perusahaan untuk pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan

kerja. Adapun pengelompokan jenis cedera dan keparahannya yang digunakan di

Queensland (salah satu Negara bagian di Australia), yaitu : (QueAu)

a. Cedera fatal (Fatality)

Cedera fatal adalah kematian yang disebabkan oleh cedera atau

penyakit akibat kerja.

b. Cedera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)

Cedera yang menyebabkan cacat permanen atau kehilangan hari kerja

selama satu hari atau lebih. Hari terjadinya kecelakaan kerja tersebut

tidak dihitung sebagai kehilangan hari kerja.

c. Cedera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Lost Time Day)

Cedera yang menyebabkan hilang waktu kerja adalah dimana

karyawan tidak bisa masuk kerja karena cedera, selain hari terjadinya

kecelakaan kerja. Dapat juga dikatakan sebagai hilang hari kerja

karena cedera yang kembali kambuh. Cedera fatal dihitung sebagai

kehilangan 220 hari kerja dimulai dari hari kejadian kecelakaan kerja

tersebut.
12

d. Cedera yang menyebabkan tidak mampu bekerja atau cedera dengan

kerja terbatas (Restricted Duty)

Cedera yang menyebabkan pekerja tersebut tidak mampu mengerjakan

pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain yang sudah

disesuaikan dengan keadaanya. Pekerjaan alterntif termasuk perubahan

lingkungan kerja atau jadwal kerja.

e. Cedera dirawat di Rumah Sakit (Medical Treatment Injury)

Cedera yang dimana penderitanya dapat pertolongan oleh dokter,

perawat dan tenaga medis lainnya yang memiliki kualifikasi untuk

memberikan pertolongan.

f. Cedera ringan (First Aid Injury)

Cedera yang dapat ditolong dengan pertolongan pertama pada

kecelakaan. Misalnya lecet akibat tergores sesuatu, mata kemasukan

debu dan lain sebagainya.

g. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cedera (Non Injury Incident)

Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan

kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebarakan,

peledakan dan lainnya.

2.2 Teori Perilaku

2.2.1. Pengertian Perilaku

Perilaku yang dimaksud disini terkait dengan kemauan seseorang untuk

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), sebab penggunaan APD merupakan

bagian dari perilaku. Perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu


13

aspek yang ada dilingkungan sekitarnya. Perilaku secara umum yaitu segala

perbuatan ataupun tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Perilaku juga

dapat diartikan sebagai suatu aksi ataupun reaksi suatu organisme terhadap

lingkungannya, hal ini berarti perilaku dapat terwujud karena ada sesuatu yang

diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dan

rangsangan tersebut akan menimbulkan perilaku yang tertentu (Manuntung,

2018).

Perilaku adalah kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan

gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan oleh seseorang seperti berpikir,

bekerja, dan lain sebagainya. Perilaku merupakan keseluruhan kegiatan akibat

belajar dari pengalaman sebelumnya dan dipelajari melalui proses penguatan dan

pengkondisian.

2.2.2. Bentuk Perilaku

Secara umum, bentuk perilaku terbagi menjadi 2 yaitu :

a. Perilaku Aktif (Respons Eksternal)

Perilaku aktif yaitu perilaku yang sifatnya terbuka, dapat diamati

langsung berupa tindakan yang nyata. Misalnya seseorang menganjurkan

orang lain untuk cepat berobat ketika sedang sakit.

b. Perilaku Pasif (Respons Internal)

Perilaku pasif yaitu perilaku yang sifatnya tertutup, terjadi dalam

diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung, perilaku ini hanya

sebatas sikap belum berupa tindakan yang nyata. Misalnya berpikir,

berangan-angan dan lainnya (Sunaryo, 2004) .


14

2.2.3. Teori Lawrence Green

Perilaku yang ditunjukkan setiap individu sangat beragam, terdapat begitu

banyak teori yang menjelaskan mengenai perilaku manusia dimana dalam teori

tersebut menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat terbentuk dan faktor

yang memengaruhinya. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa suatu perilaku

terbentuk karena adanya rangsangan atau biasa disebut stimulus, namun pada

kenyataannya stimulus yang diterima oleh organisme tidak selamanya mampu

menghasilkan perilaku, ada faktor lainnya yang ikut memengaruhi munculnya

perilaku, salah satunya yaitu adanya niat untuk berperilaku dari suatu individu.

Niat itupun tidak akan muncul tanpa adanya determinan yang memengaruhi

(Mahyarni, 2013).

Dalam teori Lawrence Green perilaku dianalisis dari tingkat kesehatan

manusia yang dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Adapun faktor yang

akan dibahas dalam penelitian ini yaitu faktor perilaku yang dibentuk oleh 3

faktor, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang yang meliputi

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.
15

2. Faktor Pendukung/Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pendukung/pemungkin yaitu faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi untuk terjadinya suatu perilaku yang berkaitan dengan

lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan.

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor penguat yaitu faktor yang mendorong untuk terjadinya suatu

perilaku. Faktor penguat ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan dan petugas yang lain yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Dalam penelitian ini perilaku berperan dalam aspek penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD). Dimana perilaku memengaruhi kebiasaan individu tersebut

apakah dia merasa perlu menggunakannya atau tidak ketika bekerja.

2.3 Alat Pelindung Diri (APD)

2.3.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD) yang

dimaksudkan dengan Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang

mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi

sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja. Alat Pelindung

Diri (APD) adalah kelengkapan wajib yang harus digunakan saat bekerja sesuai

dengan bahaya dan risiko kerja guna menjaga keselamatan pekerja dan orang lain

ditempat kerja tersebut (Redjeki, 2016).

Didalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia No. PER.08/MEN/VII/2010 disebutkan pula bahwa pengusaha wajib


16

menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerjanya, dimana Alat Pelindung

Diri (APD) tersebut haruslah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan

wajib diberikan secara cuma-cuma kepada pekerja. Dalam menyediakan Alat

Pelindung Diri (APD) prioritas pertama perusahaan adalah melindungi pekerja

secara keseluruhan, Alat Pelindung Diri (APD) yang tersedia harus sesuai dengan

bahaya yang ada di perusahaan, terbuat dari material yang tahan terhadap bahaya

dan nyaman untuk dipakai (Redjeki, 2016).

Tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah untuk

melindungi tubuh dari bahaya pekerjaan yang bisa menyebabkan penyakit akibat

kerja dan juga kecelakaan akibat kerja, sehingga penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) tidak hanya bermanfaat bagi pekerja itu sendiri tetapi juga memberikan

manfaat bagi orang disekelilingnya. Alat Pelindung Diri (APD) akan memberikan

perlindungan yang cukup bagi pekerja apabila Alat Pelindung Diri (APD) yang

disediakan sudah sesuai dan dipilih secara tepat dan juga selalu digunakan oleh

pekerja. Perusahaan wajib menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) dan pekerja

juga wajib untuk menggunakannya (Burtanto, 2015).

2.3.2 Ketentuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang akan digunakan oleh pekerja

haruslah dipilih dengan baik serta disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di

tempat kerja. Adapun ketentuan terkait Alat Pelindung Diri (APD) yang akan

digunakan pekerja yaitu :

a. Ketentuan Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut (Burtanto, 2015) pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

sering kali membuat para pekerja merasa tidak nyaman, merasa bahwa
17

gerak mereka jadi terbatasi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu

diperhatikan hal berikut dalam pemilihan Alat Pelindung Diri (APD) :

1. Harus memenuhi standar yang ada.

2. Tidak mudah rusak.

3. Tidak membatasi gerak pemakainya.

4. Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakainya.

5. Suku cadang yang mudah diperoleh.

6. Dapat dipakai secara fleksibel.

7. Dapat memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya bagi

pemakainya.

8. Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya karena

bentuk dan bahan dari Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan

tidak sesuai.

Alat Pelindung Diri (APD) dapat digunakan secara tepat apabila

disesuaikan dengan kondisi dan risiko bahaya yang ada ditempat kerja.

b. Ketentuan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Hal berikut ini perlu diperhatikan ketika menggunakan Alat Pelindung

Diri (APD) :

1. Memastikan Alat Pelindung Diri (APD) berfungsi dengan baik dan

benar.

2. Menyesuaikan Alat Pelindung Diri (APD) dengan ukuran tubuh

pemakainya.

3. Segera melaporkan apabila Alat Pelindung Diri (APD) yang

digunakan memberikan efek rasa sakit dan tidak nyaman.


18

4. Jika menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lebih dari 1 secara

bersamaan, pastikan bahwa tidak mengurangi keefektifan dari

masing-masing Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan.

5. Melaporkan kepada pihak yang bertanggung jawab apabila merasa

perlu pelatihan khusus terkait penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD).

Kewajiban menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ketika memasuki

tempat kerja yang memiliki risiko bahaya tidak hanya berlaku untuk pekerja,

tetapi untuk pihak manapun dan siapapun yang akan memasuki tempat kerja

tersebut (Burtanto, 2015).

2.3.3 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia No. PER.08/MEN/VII/2010 pasal 3 jenis-jenis Alat Pelindung Diri

(APD) terdiri dari :

a. Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari benturan, terkena benda tajam atau benda keras

yang meluncur dari atas, terjatuh, dan terantuk. Jenis alat pelindung

kepala terdiri dai helm pengaman (safety helmet), tudung kepala atau

topi, penutup atau pengaman rambut dan lain sebagainya.


19

Gambar 2.1 Pelindung Kepala

Sumber : Pusdiklat K3

b. Pelindung Mata dan Muka

Alat pelindung mata dan muka adalah alat yang berfungsi untuk

melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,

paparan partikel-partikel yang melayang-layang di udara, percikan

benda-benda kecil, panas atau uap panas, pancaran cahaya, benturan

atau pukulan benda keras dan benda tajam. Jenis alat pelindung mata

dan muka yaitu kacamata (spectacles), kacamata debu (goggeles),

tameng atau pelindung muka (face shied), masker selam, tameng muka

dan kacamata pengaman dalam satu kesatuan (full face masker).

Gambar 2.2 Pelindung Mata dan Muka

Sumber : Safetysign.co.id
20

c. Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga adalah alat yang berfungsi untuk pelindungi

telinga ataupun pendengaran dari paparan kebisingan yang berlebihan.

Jenis alat pelindung telinga yaitu penyumbat telinga (ear plug) dan

penutup telinga (ear muff).

- Penyumbat Telinga (ear plug)

Penyumbat telinga (ear plug) dapat terbuat dari kapas, plastik, karet

alami dan sintetik. Penyumbat telinga dapat dibedakan menjadi semi

insert-type ear plug yang hanya menyumbat telinga bagian luar saja

dan insert-type ear plug yang menutupi seluruh bagian saluran

telinga.

Gambar 2.3 Penyumbat Telinga (Ear Plug)

Sumber : Safetysign.co.id

- Penutup Telinga (ear muff)

Penutup telinga (ear muff) terdiri dari dua buah tutup telinga dan

sebuah headband. Penutup telinga berisi berupa cairan atau busa

yang berfungsi untuk menyerap suara dengan frekuensi yang tinggi.

Jika digunakan dalam waktu yang lama, maka efektivitas nya dapat

menurun karena bantalannya menjadi keras dan mengerut sebagai

akibat dari reaksi bantalan dengan minyak dan keringat yang


21

terdapat pada permukaan kulit. Peredaman kebisingan dengan tutup

telinga lebih besar daripada penyumbat telinga.

Gambar 2.4 Penutup Telinga (Ear Muff)

Sumber : Safetysign.co.id

d. Pelindung Pernapasan

Alat pelindung pernapasan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi

organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat atau

menyaring cemaran bahan kimia, mikroorganisme, partikel berupa

debu, kabut, uap, asap, gas dan lain sebagainya. Jenis alat pelindung

pernapasan yaitu masker, respirator, kanister, tangki selam dan

regulator dan lainnya.

Gambar 2.5 Pelindung Pernapasan

Sumber : Safetysign.co.id
22

e. Pelindung Tangan

Alat pelindung tangan atau sarung tangan adalah alat yang berfungsi

untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu

panas dan dingin, radiasi elektromagnetik, arus listrik, bahan kimia,

pukulan dan tergores, terinfeksi virus dan bakter dan lain sebagainya.

Jenis alat pelindung tangan yaitu sarung tangan yang terbuat dari

logam, kain berpelapis, kain kanvas, karet dan sarung tangan yang

tahan akan bahan kimia.

Gambar 2.6 Pelindung Tangan

Sumber : Pusdiklat K3

f. Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki adalah alat yang berfungsi untuk melindungi kaki

dari tertimpa atau terbentur dengan benda yang berat, tertusuk benda

tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang

ekstrim, tergelincir, dan terkena bahan kimia berbahaya. Jenis alat

pelindung kaki yaitu berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan

peleburan, pengecoran logam, industri, konstruksi bangunan, pekerjaan

dengan lingkungan tempat kerja yang basah ataupun licin dan lain

sebagainya.
23

Gambar 2.7 Pelindung Kaki

Sumber : Pusdiklat K3

g. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung memiliki fungsi untuk melindungi sebagaian

ataupun seluruh badan pekerja dari bahaya yang ada ditempat kerja,

meliputi temperatur yang panas dan dingin yang ekstrrim, pajanan api

ataupun benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan

logam panas, uap panas, tergores, benturan dengan mesin, peralatan dan

bahan, serta lainnya.

Gambar 2.8 Pakaian Pelindung

Sumber : Safetysign.co.id

h. Alat Pelindung Jatuh Perorangan

Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja

agar tidak masuk ketempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga

pekerja untuk berada pada posisi kerja yang di inginkan dalam keadaan
24

miring maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja

sehingga jatuh tidak membentur lantai dasar. Jenis alat pelindung jatuh

perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh (harnes), karabiner, tali

koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope

clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile

fall arrester) dan lainnya.

Gambar 2.9 Alat Pelindung Jatuh Perorangan

Sumber : Safetysign.co.id

i. Pelampung

Pelampung berfungsi untuk melindungi penggunanya agar terhindar

dari bahaya tenggelam atau dapat mengatur keterapungan(buoyancy)

pengguna agar dapat berada pada posisi tenggelam (negative buoyant)

atau melayang (neutral buoyant) didalam air. Jenis pelampung terdiri

dari jaketkeselamatan (life jacket), rompi keselamatan (life vest) dan

rompi pengatur keterapungan (buoyancy control device).


25

Gambar 2.10 Pelampung

Sumber : OHSS FKM UNHAS

2.3.4 Jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh Pekerja bagian

Produksi

Pekerja bagian produksi berfokus pada mengolah bahan baku

berupa tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit atau biasa

disebut CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Dimulai dari stasiun

timbangan dimana tandan buah segar ditimbang terlebih dahulu sebelum

mulai diolah, lalu ke tahapan penyortiran untuk mengetahui mana tandan

yang layak untuk diolah mana yang tidak lalu tandan buah segar tersebut

masuk kedalam stasiun perebusan setelah itu lanjut ke stasiun penebah lalu

stasiun pengempaan dimana lingkungan kerjanya bising dan licin setelah

itu stasiun pemurnian minyak lalu lanjut ke stasiun pengolahan biji lalu

stasiun ketel uap, dan berakhir di stasiun kamar mesin.

Setiap stasiun bagian produksi memiliki ketentuan penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) yang berbeda sesuai dengan yang dibutuhkan

oleh masing-masing stasiun. Adapun jenis-jenis Alat Pelindung Diri

(APD) yang secara umum digunakan oleh pekerja bagian

pengolahan/produksi sebagai berikut :


26

a. Helm (pelindung kepala)

Helm (pelindung kepala) digunakan untuk melindungi kepala dari

bahaya terbentur benda, kejatuhan benda, dan lain sebagainya. Adapun

jenis alat pelindung kepala antara lain topi pelindung yang biasa

digunakan oleh pekerja di perusahaan, tudung kepala dan penutup atau

pengaman rambut.

b. Sarung tangan

Pekerja bagian pengolahan berhadapan dengan panas, untuk melindungi

tangan dari panas yang ada maka pekerja bagian pengolahan harus

memakai sarung tangan yang tahan panas. Fungsi dari adanya sarung

tangan ini adalah untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari

panas selama bekerja.

c. Alat pelindung mata dan muka

Pekerja di pabrik PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus juga ada yang

dibagian pengelasan, jadi alat pelindung mata dan muka berfungsi

untuk melindungi mata dan muka dari kemungkinan potensi bahaya

yang ditimbulkan, seperti percikan api, cahaya dari pengelasan dan

lainnya.

d. Sepatu safety

Sepatu safety digunakan oleh pekerja bagian pengolahan untuk

melindungi mereka dari potensi bahaya yang ada ditempat kerja, sebab

lantai ditempat mereka bekerja terasa licin, sehingga jika sepatu yang

digunakan bukan sepatu safety dan tidak sesuai standar, maka dapat

terjadi hal yang tidak di inginkan dan menghambat pekerjaan. Selain itu
27

penggunaan sepatu safety juga diperlukan untuk melindungi kaki dan

jari-jari kaki dari tertimpa benda, tertusuk benda runcing, tergelincir,

terpleleset dan lainnya.

e. Kacamata

Kacamata atau pelindung mata diperlukan oleh pekerja bagian

pengolahan untuk melindungi mata mereka dari serpihan debu dan

lainnya.

f. Masker

Masker berfungsi untuk melindungi pekerja dari bau yang ditimbulkan

akibat dari proses pengolahan agar pernafasan pekerja tersebut tidak

menjadi sesak.

g. Pelindung telinga

Pelindung telinga digunakan oleh pekerja bagian pengolahan untuk

melindungi pendengaran mereka dari paparan kebisingan, terutama

pekerja dibagian kamar mesin yang selalu terpapar kebisingan yang

cukup tinggi.

h. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung memiliki fungsi untuk melindungi sebagaian

ataupun seluruh badan pekerja dari bahaya yang ada ditempat kerja,

meliputi temperatur yang panas dan dingin yang ekstrrim, pajanan api

ataupun benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan

logam panas, uap panas, tergores, benturan dengan mesin, peralatan dan

bahan, serta lainnya.


28

2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Adapun faktor yang mempengaruhi penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) pada pekerja yaitu usia, sifat pekerjaan, komunikasi, pengalaman kerja,

beban kerja, shift kerja, lingkungan kerja, persepsi, komunikasi dan manajemen

(Setyawati, 2008). Selain beberapa faktor tersebut, ada juga faktor lainnya yang

mempengaruhi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), yaitu :

a. Faktor lingkungan kerja.

b. Beban kerja yang dirasakan ketika bekerja.

c. Faktor individu seperti pendidikan, masa kerja, sikap, pengetahuan,

kenyamanan dan usia.

d. Pengawasan, dimana perusahaan mengawasi pekerjanya dalam

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

2.4 Kajian Integritas Keislaman

2.4.1 Konsep Kecelakaan Kerja dalam Islam

Islam memerintahkan umatnya untuk senantiasa menjaga keselamatan diri,

tidak mencelakakan diri sendiri ataupun orang lain. Dalam Islam ada istilah At-

tahlukah/Al-halakah/Halak yang memiliki makna sama yaitu kebinasaan atau

celaka. Allah memerintahkan umatnya untuk senantiasa berbuat ihsan (kebaikan)

dalam segala hal, yang dimaksud ihsan yaitu berbuat kebaikan dengan

menjauhkan diri dari kerusakan ataupun kecacatan. Allah menjanjikan umatnya

apabila berbuat ihsan dalam pekerjaannya maka Allah akan memberikan

pertolongan padanya, seperti firman Allah “Dan berbuat baiklah, sesungguhnya

Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”. Siapapun yang dicintai oleh
29

Allah, maka Allah akan memuliakannya, memberinya pertolongan serta tidak

meremehkannya.

Istilah At-tahlukah/Al-halakah/Halak dapat ditemukan dalam QS. Al-

Baqarah ayat 195, yang menjelaskan bahwasannya janganlah kita menjatuhkan

diri kedalam kebinasaan :

‫سنُ ٓو ۟ا ۛ إِنه ه‬
َ‫ٱَّلل‬ ِ ْ‫َةوأَح‬ ۟ ُ‫ٱَّلل َو ََل ت ُ ْلق‬
َ ‫وا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم إِلَى ٱلت ه ْهلُك‬ ِ ‫س ِبي ِل ه‬ ۟ ُ‫َوأَن ِفق‬
َ ‫وا فِى‬

ِ ْ‫ب ٱ ْل ُمح‬
ِِ َ‫سنِين‬ ُّ ‫يُ ِح‬
Artinya :

“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan

(diri sendiri) kedalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah.

Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”

Maksud ayat diatas adalah senantiasa kita sebagai manusia haruslah

berbuat baik kepada sesama, janganlah kita menjatuhkan diri kita ataupun orang

lain kedalam kebinasaan, seperti sengaja bertindak gegabah ataupun ceroboh dan

mengakibatkan diri kita terkena kecelakaan kerja yang dari perbuatan ceroboh kita

itu juga bisa membahayakan orang lain. Bersikap amanlah kita agar diri kita

sendiri dan orang lain dapat selamat.

Islam juga memerintahkan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan

menjaga diri sendiri dan orang lain dari bahaya guna menghindari hal-hal yang

akan merugikan. Seperti hadis dibawah ini :

“Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan

orang lain” (HR. Ibnu Majah dari Kitab Al-Ahkam 2340).

Maksud dari hadis diatas ialah setiap manusia haruslah memperhatikan

segala perbuatannya, jangan sampai perbuatannya tersebut membahayakan dirinya


30

dan orang lain, hal itu berlaku pula dalam pekerjaan, jika seorang pekerja tidak

memperhatikan keselamatannya ketika bekerja maka hanya akan membahayakan

dirinya dan juga orang lain.

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 286 menjelaskan bahwa manusia haruslah

bekerja sesuai dengan kemampuannya yang berbunyi :

‫سعَ َها‬ ً ‫َّللاُ نَ ْف‬


ْ ‫سا إِ هَل ُو‬ ‫ف ه‬ ُ ‫ََل يُك َِل‬
Artinya :

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya...”

Maksud dari potongan ayat diatas adalah Allah hanya akan membebani

seseorang yang sesuai dengan kemampuannya dimana janganlah kita sebagai

manusia melewati batas kemampuan kita dan melakukan segala sesuatu termasuk

pekerjaan dengan berlebihan, karena hal itu hanya akan memberikan dampak

kerugian bagi kita, hanya akan membuat kita mengalami hal yang tidak di

inginkan, seperti kecelakaan kerja.

2.4.2 Konsep Alat Pelindung Diri (APD) dalam Islam (Keselamatan Kerja)

Selain mengenai perbuatan yang menimbulkan kebinasaan atau celaka,

dalam Islam juga menjelaskan tentang perbuatan yang selamat seperti dalam

istilah Salamat/Sihhat atau sama dengan yang biasa kita kenal dengan istilah

Salam/Salim memiliki makna sama yaitu selamat dan damai. Dalam konteks ini

penggunaan alat pelindung diri mengarah pada perilaku selamat yang artinya

memberikan perlindungan kepada diri agar dapat terhindar dari hal-hal yang dapat

membahayakan diri sehingga menimbulkan celaka.


31

Kata Salam terdapat dalam QS. Yasin ayat 58

‫يم‬ ٍّ ‫س َٰلَ ٌم قَ ْو ًَل ِمن هر‬


ٍّ ‫ب هر ِح‬ َ
Artinya :

“(Kepada mereka dikatakan) : Salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan

yang Maha Penyayang”

Dari ayat tersebut dapat kita lihat bahwasannya keselamatan merupakan

hal yang penting dan kata Salam memiliki makna yang begitu dalam yaitu ad-do’a

yang berarti do’a keselamatan dari segala sesuatu yang membahayakan karena

merugikan ataupun menimbulkan kerusakan. Sesungguhnya Allah menyayangi

orang-orang yang senantiasa menjaga dirinya dari segala hal yang merugikan

ataupun membehayakan.

Kata Salam juga memiliki makna keselamatan dari segala malapetaka

yang ada didunia maupun diakhirat. Sesungguhnya segala sesuatu didalam

kehidupan telah diatur oleh Allah, dan apapun yang dilakukan oleh manusia

senantiasa diawasi oleh Allah SWT. Bekerjalah kita dengan jujur, bertanggung

jawab, dan bersikap profesional, senantiasa Allah menyukai orang-orang yang

berperilaku baik dan tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri ataupun orang

lain. Salah satunya berperilaku aman dalam bekerja, seperti menggunakan APD,

sebab dengan menggunakan APD kita bisa melindungi diri kita dari kerugian

yang ada dilingkungan kerja.

Dalam Islam kita juga diperintahkan untuk bekerja dengan mengutamakan

menjaga keselamatan, seperti firman Allah dalam QS. Ali-Imran ayat 174 yang

menjelaskan bahwa setiap manusia kembali ke jalan Allah dan meminta


32

pertolongan kepada Allah akan terhindar dari segala bencana dan mendapatkan

karunia dari Allah.

ُ‫َّللا‬
‫َّللا َۗو ه‬ ْ ‫سو ٌء َوات ه َبعُوا ِر‬
ِ ‫ض َوا ه‬ ُ ‫س ُه ْم‬
ْ ‫س‬ ْ َ‫َّللا َوف‬
َ ‫ض ٍّل لَ ْم َي ْم‬ ِ ‫فَا ْنقَلَبُوا ِب ِن ْع َم ٍّة ِمنَ ه‬

‫يم‬ ْ َ‫ذُو ف‬
ٍّ ‫ض ٍّل ع َِظ‬
Artinya :

“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari

Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan

Allah dan Allah mempunyai karunia yang besar”

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia mendapatkan keselamatan, tidak

tertimpa bencana sedikitpun juga dan mereka mendapatkan keridhaan Allah.

Semua bencana dan musibah merupakan rencana Allah dan hanya kepada-Nya lah

kita berlindung dan meminta pertolongan. Dan Allah telah menguatkan diri kita

dengan adanya perlindungan diri sehingga kita bisa terhindar dari kecelakaan dan

berbagai penyakit akibat kerja, oleh karena itulah ketika melakukan pekerjaan

sangat penting menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) agar kita bisa terhindar

dari risiko bahaya yang ada ditempat kerja. Hal ini sesuai dengan fungsi Alat

Pelindung Diri (APD) dalam maqashid syariah sebagai hifdzun an-nafs dan

hifdzun maal dimana hifdzun an-nafs adalah menjaga keselamatan dan keshatan

pekerja ditempat kerja, sedangkan hifdzun maal adalah menjaga keutuhan fasilitas

perusahaan yang berisiko rusak jika melakukan tindakan tidak aman.

Berdasarkan survey awal yang telah peneliti lakukan di PT. Socfin

Indonesia Tanah Gambus dapat dikatakan bahwa di perusahaan tersebut masih

banyak pekerja yang tidak menggunakan APD secara lengkap yang sesuai dengan

kebutuhan mereka dengan kata lain para pekerja di perusahaan tersebut hanya
33

menggunakan APD sekedarnya saja, padahal ada risiko bahaya yang akan

merugikan mereka nantinya. Dari hal ini bisa dilihat bahwasannya perusahaan

tersebut belum mengamalkan konsep keislaman terkait kesehatan dan keselamatan

pekerja secara keseluruhan, sebab masih banyak pekerja yang tidak patuh karena

merasa bahwa penggunaan APD secara lengkap hanya menghambat mereka

dalam melakukan pekerjaan dan membuta mereka merasa tidak nyaman.

Dalam ajaran Islam, konsep kesehatan dan keselamatan itu haruslah

diutamakan, hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan termasuk dalam hal

pekerjaan. Kita diwajibkan menjaga diri dan lingkungan kita dari kerusakan,

sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri ataupun

orang lain dan menghindari kita dari kebinasaan ataupun hal yang celaka.

Segala sesuatu hal yang kita lakukan termasuk pekerjaan haruslah

dilakukan dengan aman agar dapat melindungi diri kita dari risiko yang mungkin

dapat terjadi. Janganlah kita berbuat dzalim dan merugikan orang lain, senantiasa

berbuat baiklah pada diri sendiri dan juga orang lain. Perbuatan yang dilakukan

dengan sengaja dan menyebabkan orang lain celaka adalah suatu hal yang sangat

tidak baik dan menyebabkan banyak kerugian baik bagi diri sendiri ataupun orang

lain. Sehingga bisa disimpulkan bahwasannya konsep kesehatan dalam Islam

sama halnya dengan konsep Public Health pada umumnya.

2.4.3 Maqashid Syariah

Salah satu konsep penting yang menjadi pokok bahasan dalam Islam

adalah konsep Maqhasid Syariah. Adapun konsep Maqhasid Syariah adalah untuk

mewujudkan suatu kebaikan sekaligus untuk menghindarkan suatu keburukan


34

atau bisa dikatakan untuk menarik manfaat dan menolak mudarat. (Musolli,

2018).

Maqashid syariah terdiri dari dua kata yaitu maqhasid dan syariah. Kata

maqhasid merupakan bentuk jama’ dari kata maqshad yang berarti maksud dan

tujuan, sedangkan syariah mempunyai pengertian hukum-hukum Allah yang

ditetapkan untuk manusia agar dipedomani untuk mencapai kebahagiaan hidup

didunia maupun diakhirat. Dengan demikian, maqashid syariah berarti tujuan-

tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum (Jaya, 1996).

Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh keadaan sehat jasmani dan

rohani agar dapat melakukan pekerjaan dengan sempurna. Kesehatan kerja

merupakan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi oleh seluruh masyarakat. Suatu

kebutuhan yang harus terpenuhi dalam maqashid syariah disebut dengan

dharuriyat. Dharuriyat dimaknai sebagai kebutuhan yang tidak bisa dibiarkan

atau bisa dikatakan kebutuhan tersebut adalah suatu keharusan, dimana jika suatu

kebutuhan tersebut tidak dicapai maka akan mengancam kehidupan. (Sari, 2014).

Berbeda halnya dengan keselamatan kerja yang belum dapat dipastikan

sebelumnya, karena itu diperlukan adanya pencegahan guna mencapai

keselamatan kerja tersebut. Disinilah peran penting dan tanggung jawab dari suatu

perusahaan, yaitu menjamin keselamatan para pekerja dari jenis bahaya apapun

dan memberikan lingkungan kerja yang sesuai dengan standart operasional serta

para pekerja wajib mendapatkan jaminan terkait dengan keselamatan dirinya.

Berdasarkan hal ini, konsep kesehatan dan keselamatan kerja dalam

maqashid Syariah dapat dilihat dalam dua bentuk, pertama menjadikan

kemaslahatan hamba sebagai ‘illat (sebab terjadinya peristiwa) dan yang kedua
35

menjadikan kemaslahatan hamba sebagai hasil dan tujuan yaitu kemaslahatan

hamba hanya dapat tercapai setelah diterapkannya syariat (Al-qurán, sunnah ijma’

dan qiyas) secara menyeluruh dalam kehidupan. (Sari, 2014).

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kejadian workplace

injury dapat terjadi oleh banyak sebab dan saling berkaitan, dimana hal ini sesuai

dengan teori multiple causation yang menyatakan bahwa suatu kecelakaan dapat

terjadi dikarenakan berbagai macam sebab. Sebab-sebab tersebutlah yang perlu

diteliti, penyebab ini mewakili perbuatan manusia, kondisi atau situasi yang tidak

aman. Sehingga kerangka teori dapat digambarkan sebagai berikut :

Kurangnya
pendidikan atau
pengetahuan

Bekerja melebihi
jam kerja

Beban kerja yang


berlebih

Tidak seimbangnya
fisik tenaga kerja
(cacat)
Workplace Injury
Tidak
menggunakan APD

Pencahayaan/kebisi
ngan yang berlebih

Lingkungan kerja
yang tidak aman

Peralatan/mesin
yang sudah tidak
layak
36

Gambar 2.11 Kerangka Teori berdasarkan Multiple Causation Theory

Berdasarkan kerangka teori dapat dilihat bahwa penyebab terjadinya

workplace injury dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada disekitar kita yaitu

lingkungan kerja yang tidak aman, peralatan/mesin yang sudah tidak layak, tidak

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), kurangnya pendidikan atau

pengetahuan, bekerja melebihi jam kerja, beban kerja yang berlebih, tidak

seimbangnya fisik tenaga kerja (cacat) dan pencahayaan/kebisingan yang berlebih.

Dari beberapa faktor tersebut peneliti mengambil fokus terkait penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) dimana seperti yang terdapat pada pembahasan sebelumnya

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan poin utama dan hal yang mendasar

didalam dunia kerja yang perlu diperhatikan sedari mulai bekerja sampai dengan

selesai bekerja guna menjaga keselamatan diri dan orang lain.

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu variabel yang saling

mempengaruhi, dimana variabel bebas dalam penelitian adalah penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) dan variabel terikatnya adalah kejadian workplace injury.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Penggunaan APD Workplace Injury

Gambar 2.12 Kerangka Konsep

Dari kerangka konsep diatas, dapat disimpulkan bahwa peneliti ingin

melihat dan menganalisis apakah penggunaan Alat Pelindung Diri memiliki


37

pengaruh atau hubungan dengan kejadian workplace injury pada pekerja di PT.

Socfind Indonesia Tanah Gambus.

2.7 Hipotesa Penelitian

Ha : Ada hubungan antara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan

kejadian workplace injury pada pekerja bagian produksi di PT. Socfin Indonesia

Tanah Gambus.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3. 1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dimana variabel independent

dan variabel dependent diteliti pada waktu yang bersamaan untuk mengetahui

apakah ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian workplace injury

di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus.

3. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus yang

terletak di Desa Gambus, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara, Sumatera

Utara 21255. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2019 - April

2021.

3. 3 Populasi dan Sampel

3.3. 1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Socfin Indonesia

Tanah Gambus yang berjumlah sebanyak 83 orang karyawan dibagian produksi

atau pengolahan.

3.3. 2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu sampling jenuh atau total sampling

dimana seluruh populasi menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak 83 orang.

3.3. 3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

total sampling.

38
39

3. 4 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan dikaji yaitu

variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

a. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini yaitu penggunaan

APD (Alat Pelindung Diri) pada pekerja.

b. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini yaitu workplace

injury di perusahaan.

3. 5 Definisi Operasional

Tujuan ditulisnya definisi operasional ini adalah agar memudahkan para

pembaca dalam memahami istilah yang digunakan didalam penelitian ini. Adapun

definisi operasional dalam penelitian ini yaitu :

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Bebas
Penggunaan Suatu Kuesioner Menggunakan Ordinal
Alat peralatan Tidak
Pelindung pengaman Menggunakan
Diri (APD) yang harus
dipakai
pekerja ketika
melakukan
pekerjaan
nya.
Terikat
Workplace Suatu Kuesioner Pernah Ordinal
Injury kejadian Tidak pernah
kecelakaan
akibat kerja
yang
40

menyebabkan
pekerja
mengalami
cidera.
Keterangan :

- Menggunakan APD adalah mengunakan APD dari saat mulai bekerja

sampai dengan selesai bekerja, dimana APD yang digunakan sudah sesuai

SNI.

- Tidak menggunakan APD adalah tidak menggunakan APD dari saat mulai

bekerja sampai dengan selesai bekerja.

3. 6 Aspek Pengukuran

a. Variabel Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan skala Likert.

Responden akan menjawab beberapa pertanyaan dengan empat pilihan

jawaban, yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.

Untuk setiap pertanyaan positif, pemberian skor dilakukan sebagai

berikut :

1. Jawaban selalu diberi skor 4

2. Jawaban sering diberi skor 3

3. Jawaban kadang-kadang diberi skor 2

4. Jawaban tidak pernah diberi skor 1

Untuk setiap pertanyaan negative, pemberian skor dilakukan

sebagai berikut :

1. Jawaban tidak pernah diberi skor 4

2. Jawaban kadang-kadang diberi skor 3

3. Jawaban sering diberi skor 2


41

4. Jawaban selalu diberi skor 1

Hasil ukur pada variable ini dikategorikan menjadi 2, yaitu :

1. Menggunakan APD, jika jawaban responden memperoleh

skor ≥ 17,5.

2. Tidak menggunakan APD, jika jawaban responden

memperoleh skor < 17,5.

b. Variabel Workplace Injury

Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan skala

Guttman dengan dua kategori. Responden akan menjawab pertanyaan

dengan dua pilihan jawaban, jika menjawab “pernah” diberi skor 1 dan

jika menjawab “tidak pernah” diberi skor 0. Hasil ukur pada variable ini

dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

1. Pernah, apabila responden menjawab pernah mengalami

kecelakaan kerja.

2. Tidak pernah, apabila responden menjawab tidak pernah

mengalami kecelakaan kerja.

3. 7 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.7.1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana

ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Dalam hal ini yang

dimaksud alat ukur adalah instrumen penelitian yang digunakan. Suatu

instrumen penelitian harus dicek terlebih dahulu validitasnya, untuk

menentukan apakah instrumen tersebut dapat digunakan dalam penelitian

atau tidak (Hastono, 2016). Dalam penelitian ini, uji validitas kuesioner
42

dilakukan di PT. Eramas Coconut Industries dengan responden bagian

pengolahan sebanyak 20 orang. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid

apabila hasil rhitung> dari rtabel, dan sebaliknya jika hasil rhitung< dari rtabel

maka suatu kuesioner tersebut dapat dinyatakan tidak valid.

Table 3.2 Hasil Uji Validitas Penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD)

Pertanyaan r Hitung r Tabel Hasil

1 - 0.444 Tidak Valid

2 0,696 0,444 Valid

3 0,796 0,444 Valid

4 0,447 0,444 Valid

5 0,695 0,444 Valid

6 0,521 0,444 Valid

7 0,719 0,444 Valid

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji validitas

variable penggunaan APD diketahui dari 7 butir pertanyaan hanya 6 butir

yang memiliki nilai rhitung> dari rtabel dan dinyatakan valid. Sedangkan

pertanyaan pertama memiliki hasil yang tidak valid sebab tidak dapat

dihitung dikarenakan memiliki jawaban yang constant.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana

hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran lebih dari

satu kali terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua acara, yaitu repeated


43

measure (ukur ulang) dan one shot (diukur sekali saja). Pada penelitian

ini pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara one shot dimana

pengukurannya dilakukan hanya sekali dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pertanyaan lain. Pertanyaan tersebut dapat

digunakan apabila telah diuji validitas terlebih dahulu (Hastono, 2016).

Untuk mengetahui reliabilitas dapat dilakukan dengan cara uji

Crombach Alpha, dengan keputusan uji sebagai berikut :

1. Bila Crombach Alpha ≥ 0,6 artinya variable reliabel.

2. Bila Crombach Alpha ≤ 0,6 artinya variable tidak reliabel.

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas

Crombach r Tabel Hasil

Alpha

0,738 0,444 Reliabel

Berdasarkan hasil dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai

Crombach Alpa lebih besar daripada nilai rtabel sehingga dapat dinyatakan

bahwa pertanyaan tersebut reliabel.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

3.8. 1 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden.

Data primer didalam penelitian ini didapat melalui wawancara

dengan responden dan observasi.


44

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait.

Dimana data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari PT. Socfin

Indonesia Tanah Gambus yang berkaitan dengan perusahaan baik itu

jumlah pekerja ataupun data lain nya.

3.8. 2 Alat atau Instrumen Penelitian

Alat atau instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner yang

terdiri dari beberapa pertanyaan yang nantinya akan diberikan dan dijawab oleh

responden.

3.8. 3 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara bertanya terlebih

dahulu kepada responden apakah bersedia atau tidak, lalu responden diberikan

pertanyaan dari kuesioner yang nantinya akan mereka jawab dan peneliti

melakukan sedikit wawancara kepada responden terkait dengan hal yang akan

diteliti, setelah itu pengolahan dan analisis data dilakukan ketika data yang

diperlukan sudah terkumpul.

3.9 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisi univariat dan

analisis bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan/mendeskripsikan

karateristik dari masing-masing variabel yang diteliti, baik itu variabel

bebas ataupun variabel terikat (Hastono, 2016).


45

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengatahui apakah ada hubungan

antara kedua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat (Hastono, 2016). Untuk mengetahui hubungan kedua variabel itu

biasanya digunakan pengujian statsitik, adapun uji statistik yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu uji chi square.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

La Société Financière des Caoutchoucs Medan Society Anonyme atau

disingkat dengan Socfin Medan SA didirikan di Indonesia pada tahun 1909

oleh M. Bunge. Pada tahun 1911, aktivita perkebunan Socfin di Indonesia

pertama kali di Sungai Liput Provinsi Aceh dan dilanjut pada tahun 1923

penanaman pertama bibit karet di Tanah Besih. Pada Desember 1930

berdasarkan akta notaris Williem Leo No.45 tanggal 7 Desember 1930, nama

dan legalitas PT. Socfin Medan SA resmi digunakan, berdasarkan notaris

tersebut PT. Scofin Medan SA terletak di Medan dan mengelola perkebunan

di daerah Sumatera yang juga meliputi Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh

Timur.

Pada tahun 1965, perkebunan Indonesia dinasionalisasi. Selanjutnya,

pada tahun 1984 usaha patungan antara Perkebunan Sumatera Utara dan

Pemerintah Indonesia melahirkan Socfindo atau yang sekarang dikenal

dengan PT. Socfin Indonesia. Berkat kerjasama tersebut pada tahun 1984

perusahaan Socfindo termasuk kedalam tiga produsen teratas di Indonesia dan

pada tahun 2001 pemerintah menjual sebagian besar sahamnya kepada

Perkebunan Sumatera Utara.

SOCFINDO merupakan model pengelolaan perusahaan agroindustry

dalam negeri khususnya wilayah Sumatera Utara dan Aceh. Perkebunan telah

memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan taraf hidup

46
47

penduduk sekitar. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanah Gambus sendiri

dibangun oleh PT. Socfin Indonesia pada Tahun 1978 dan terletak di

Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanah Gambus adapun kantor pusat dari PT.

Socfin Indonesia terletak di Jalan K.L. Yos Sudarso No. 106, Medan 20115,

Sumatera Utara, Indonesia.

4.1.2 Letak Geografis

Kebun Tanah Gambus terletak di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten

Batubara, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kebun Tanah Gambus

memiliki luas keseluruhan 3.373,11 Ha dengan produksi buah rata-rata

tahunan 63.880,52 ton/Ha. Kebun Tanah Gambus memiliki Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) Tanah Gambus yang terletak di daerah yang sama. PKS Tanah

Gambus dibangun diatas tanah seluas 59.447, 4 m2. Kapasitas pabrik tersebut

bisa menghasilkan 23 ton/jam.

Jarak penghubung :

1. PKS Tanah Gambus ke Kota Lima Puluh berjarak 7 km.

2. PKS Tanah Gambus ke PKS Bangun Bandar berjarak 52 km.

3. PKS Tanah Gambus ke PKS Aek Loba berjarak 75 km.

4. PKS Tanah Gambus ke Kota Medan berjarak 115 km.

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan

PT. Socfin Indonesia memiliki visi “Menjadi perusahaan industry

perkebunan kelapa sawit dan karet kelas dunia yang efisien dalam produksi

dan memberikan keuntungan kepada para stakeholder. Adapun misi dari PT.

Socfin Indonesia yaitu :


48

1. Mengembangkan bisnis dan memberikan keuntungan bagi

pemegang saham.

2. Memberlakukan system manajemen yang mengacu pada standar

Internasional dan acuan yang berlaku di bisnisnya.

3. Menjalankan operasi dengan efisien dan hasil yang tertinggi (mutu

dan produktivitas) serta harga yang kompetitif.

4. Menjadi tempat kerja pilihan bagi karyawan, serta aman dan sehat.

5. Menggunakan sumber daya yang efisien dan menimalisasi limbah.

6. Membagi kesejahteraan bagi masyarakat dimana kami beroperasi.

4.1.4 Struktur Organisasi PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus

Struktur organisasi didalam suatu perusahaan sangatlah penting agar

memperlancar jalannya roda perusahaan, sehingga setiap pekerja bisa

memahami dan menjalankan tugasnya dengan baik. Adapun struktur

organisasi yang digunakan PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus adalah

Struktur Organisasi Garis dan Staff, dimana Pimpinan tertinggi dipegang

oleh Manager yang memiliki wewenang dan tanggung jawab atas segala

sesuatunya yang ada di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus. Struktur

organisasi PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :
Manager
49

Tekniker I POM

Tekniker I POM

Produksi Boiler Transport Operator Bengkel Bengkel Bengkel Bengkel Mandor Harian/
Motor Listrik Umum CC MKS
Rumah

Ekspedisi Operator Supir Mekanik Tukang Tukang Tukang Operator

Transport

Workshop Mandor
IKS
Kamar Water
Mesin Treatment
Operator

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) Tanah Gambus.
50

4.1.5 Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Adapun proses pengolahan kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia

Tanah Gambus terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

1. Jembatan Timbangan TBS (Tandan Buah Segar)

Pada tahapan yang pertama ini, Tandan Buah Segar (TBS) yang telah

dipanen kemudian diangkut menggunakan truk dari kebun afdeling menuju ke

Pabrik. Saat truk tiba dipabrik, truk tersebut menuju ke stasiun penimbangan

yang kemudian hasil timbangan tersebut dicatat secara manual maupun digital.

Truk pengangkut TBS sewaktu menaiki lantai jembatan timbang harus secara

perlahan-lahan guna menghindari guncangan pada alat penimbang.

2. Proses Sortasi TBS

Proses sortasi TBS dilakukan di lantai atau peron loading ramp. Sortasi

TBS merupakan proses pemilahan untuk mengetahui mutu dari tandan sawit

yang dipanen, sortasi ini dilakukan dengan kriteria panen yang terdiri dari

beberapa fraksi yaitu jika saat sortasi ditemukan adanya buah yang mentah,

busuk dan sakit maka akan dikenakan denda sesuai dengan afdeling tempat

panen TBS tersebut. Dari proses sortasi ini diketahui hasil dan kualitas produk

pabrik.

3. Loading Ramp

Setelah proses sortasi, TBS ditampung kedalam pintu-pintu loading

ramp yang kemudian TBS tersebut di isi kedalam lori hingga mencapai

kapasitas lori yaitu 2,5 ton TBS/lori agar kapasitas pengolahan terpenuhi.

Setelah pengisian kedalam lori, selanjutnya menuju ke tahapan sterillizer.


51

4. Sterillizer

Sterillizer merupakan bejana uap yang memiliki tekanan yang

digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam). Jenis steam yang

digunakan adalah saturated steam (uap basah) yang memiliki suhu 120-140⁰.

Pada proses ini TBS yang sudah masuk kedalam lori kemudian melalui

tahapan perebusan guna untuk memudahkan dalam proses pengolahan.

5. Stasiun Pemipilan (Thressher)

Setelah TBS melalui proses sterilizer atau perebusan, kemudian menuju

ke stasiun pemipilan, dimana pada stasiun ini TBS yang telah direbus melalui

proses pemisahan antara buah dengan tandannya. Buah yang terlepas dari

tandan kemudian ditampung oleh under thresher yang kemudian diproses di

stasiun pressan (stasiun kempa) sedangkan tandan yang sudah kosong

diteruskan oleh empty bunch conveyor yang kemudian diangkut oleh truk

untuk dijadikan pupuk tanaman di kebun.

6. Stasiun Kempa

Brondolan (biji) yang telah terlepas dari tandan nya kemudian masuk

kedalam digester, yang terdiri dari digester 1, 2 dan 3 (cadangan). Jika

digester sudah penuh lanjut diproses guna untuk mengambil atau memisahkan

minyak dari ampasnya.

7. Stasiun Pemurnian

Setelah melalui tahapan distasiun kempa, selanjutnya masuk kedalam

stasiun pemurnian, dimana pada stasiun ini minyak yang telah terpisah dari

ampasnya kemudian dialirkan menuju vibrating screen. Dalam vibrating

screen, minyak disaring menggunakan ayakan mesh untuk memisahkan


52

minyak dari sampah ataupun kotoran. Setelah itu, minyak diproses didalam

crude oil tank. Didalam crude oil tank minyak kembali melalui proses

pemisahan dari sisa-sisa padatan dan kotoran yang tidak tersaring

sebelumnya.

8. Stasiun Kernel

Pada stasiun ini, fiber dan nut hasil dari proses pengepressan

dipisahkan, yang kemudian fiber digunakan untuk bahan bakar boiler dan nut

lanjut ke tahapan selanjutnya. Selain itu pada stasiun ini terjadi juga proses

pemisahan antara cangkang dan inti sawit (kernel), cangkang tersebut dapat

digunakan sebagai bahan bakar boiler dan dapat juga diperjual belikan,

sedangkan inti sawit lanjut ke tahapan selanjutnya.

9. Stasiun Ketel Uap (Boiler)

Stasiun ketel uap atau biasa disebut dengan boiler merupakan stasiun

yang digunakan untuk mendidihkan air hingga menjadi uap. Boiler sebagai

penghasil uap di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dianggap sebagai jantung pabrik,

hal ini disebabkan karena uap yang dihasilkan oleh boiler merupakan sumber

energi untuk menggerakkan seluruh instalasi dan memenuhi kebutuhan proses

yang diperlukan oleh pabrik. Oleh sebab itu, kestabilan tekanan uap pada

boiler merupakan faktor yang sangat penting dan mutlak untuk keberhasilan

proses pengolahan.

10. Water Treatment

Water treatment memiliki tujuan untuk mensupply kebutuhan air untuk

boiler. Water treatment diperlukan pabrik karena air yang digunakan untuk

proses pengolahan dan air untuk boiler harus memenuhi standart. Pada proses
53

water treatment ini air diolah ataupun diproses untuk mengurangi dan

menghilangkan kotoran yang terdapat didalam air sehingga air tersebut dapat

memenuhi syarat mutu air.

4.2 Karakteristik Responden

4.2.1 Usia

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi %

35-40 8 9,6%

41-46 29 34,9%

47-52 34 41,0%

53-58 12 14,5%

Total 83 100%

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa distribusi responden yang

paling banyak pada usia 47-52 tahun yaitu sebanyak 34 orang (41,0%) dan

distribusi responden yang paling rendah pada usia 35-40 tahun yaitu sebanyak

8 orang (9,6%).

4.2.2 Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi %

SMP 8 9,6%

SMA 75 90,4%

Total 83 100%

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden dengan pendidikan

terakhir SMP sebanyak 8 orang (9,6%) sedangkan responden dengan


54

Pendidikan terakhir SMA sebanyak 75 orang (90,4%). Hal ini menunjukkan

bahwa mayoritas pendidikan yang terakhir ditempuh oleh responden adalah

SMA.

4.2.3 Masa Kerja

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja (Tahun) Frekuensi %

2-6 4 4,8%

7-11 10 12,0%

12-16 25 30,1%

17-21 24 28,9%

22-26 14 16,9%

27-31 4 4,8%

32-36 2 2,4%

Total 83 100%

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa distribusi terbanyak terdapat pada

masa kerja 12-16 tahun (30,1%) dan distribusi terendah terdapat pada masa

kerja 32-36 tahun (2,4%).

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Univariat

a. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat


Pelindung Diri (APD)
Penggunaan APD Frekuensi %
Meggunakan 33 39,8%
Tidak
50 60,2%
Menggunakan
Total 83 100%
55

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa lebih banyak pekerja yang tidak

menggunakan APD yaitu 50 orang (60,2%) dibandingkan dengan pekerja

yang menggunakan APD yaitu sebanyak 33 orang (39,8%).

b. Workplace Injury

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Workplace Injury

Workplace Injury Frekuensi %


Pernah 47 56,6%
Tidak Pernah 36 43,3%
Total 83 100%
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pekerja yang pernah mengalami

workplace injury sebanyak 47 orang (56,6%) sedangkan yang tidak pernah

mengalami workplace injury sebanyak 36 orang (43,3%).

c. Jenis Workplace Injury

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Workplace


Injury

Workplace Injury Pernah Tidak Pernah Total


N % N % F %
Terjatuh 7 8,4% 76 91,6% 83 100%
Terpleset 37 44,6% 46 55,4% 83 100%
Terjepit peralatan
0 100% 0 100% 0 100%
kerja
Tertimpa benda 0 100% 0 100% 0 100%
Terpapar bahan
berbahaya atau 2 2,4% 81 97,6% 83% 100%
radiasi
Terbentur (tergores,
1 1,2% 82 98,8% 83 100%
terpotong, tertusuk)
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa jenis workplace injury yang sering

dialami oleh pekerja yaitu terpleset dengan jumlah 37 orang (44,6%), disusul

dengan terjatuh sebanyak 7 orang (8,4%), terpapar bahan berbahaya atau

radiasi sebanyak 2 orang (2,4%) dan terbentur (tergores, terpotong, tertusuk)

sebanyak 1 orang (1,2%).


56

4.3.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variable bebas (penggunaan APD) dengan variable terikat (workplace

injury). Adapun hubungan antar variable tersebut dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

a. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan

Workplace Injury

Tabel 4.7
Tabulasi Silang Penggunaan APD dengan Workplace Injury
Workplace Injury Total
Penggunaan Pernah Tidak p OR (CI
APD Pernah value 95%)
N % N % F %
Menggunakan 7 21,2% 26 78,8% 33 100%
2,231
Tidak 0,003
40 80,0% 10 20,0% 50 100% (0,583-
Menggunakan
8,541)
Total 47 56,6% 36 43,4% 83 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang

menggunakan APD sebanyak 33 orang, 26 orang (78,8%) diantaranya

tidak pernah mengalami workplace injury dan 7 orang (21,2%) pernah

mengalami workplace injury. Sedangkan pekerja yang tidak menggunakan

APD sebanyak 50 orang, 10 orang (20,0%) diantaranya tidak pernah

mengalami workplace injury dan 40 orang (80,0%) diantaranya pernah

mengalami workplace injury. Berdasarkan dari hasil uji chi square

variable penggunaan APD dengan workplace injury didapatkan p value

sebesar 0,003 dan nilai odds ratio sebesar 2,231 (95% CI 0,583 – 8,541).
57

4.4 Pembahasan

4.4.1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) sangat dibutuhkan oleh para pekerja untuk

menjaga keselamatan dan keamanan dilingkungan kerja dari risiko bahaya

yang ada. Menurut (Soeripto, 2008) Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat

yang dipakai oleh para pekerja yang secara langsung berguna untuk

mencegah diri dari kecelakaan yang disebabkan oleh berbagai faktor yang ada

ataupun timbul dilingkungan kerja.

Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan juga berbeda tergantung pada

kegiatan ataupun aktivitas yang dilakukan dan jenis bahaya yang ada

dilingkungan kerja tersebut. Perusahaan juga perlu memberikan fasilitas

terkait Alat Pelindung Diri (APD) untuk pekerja, seperti memberikan

pelatihan tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), ataupun cara

memelihara dan menyimpan Alat Pelindung Diri (APD) agar tidak cepat

rusak. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) harus diperhatikan oleh pekerja,

sebab jika tidak, efek dari risiko yang ada dilingkungan kerja bisa

menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan yang bisa mengakibatkan

terjadinya hal yang tidak di inginkan.

Berdasarkan hasil penelitian pada variable penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) diketahui bahwa mayoritas pekerja tidak menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) ketika bekerja. Berbagai alasan digunakan oleh pekerja

agar bisa tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ketika bekerja. Hal

ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan pekerja


58

mengenai fungsi dari Alat Pelindung Diri (APD) itu sendiri, sehingga

menyebabkan mereka merasa melepas ataupun tidak menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) ketika bekerja adalah sesuatu yang wajar untuk

dilakukan, padahal perilaku tersebut bisa menyebabkan terjadinya hal yang

tidak di inginkan baik untuk diri sendiri ataupun orang lain.

4.4.2. Workplace Injury

Workplace injury bisa terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran dan

pengetahuan pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

Terjadinya workplace injury bisa menyebabkan kerugian pada pekerja itu

sendiri ataupun pekerja lainnya yang berada dilingkungan kerja yang sama.

Workplace Injury yang biasanya terjadi dilingkungan kerja yaitu

terjatuh, penanganan material secara manual, terpleset, serta kecelakaan

kendaraan bermotor dan lain sebagainya (Codemo, 2020). Ketika pekerja

mengalami workplace injury sebaiknya langsung melapor kepada atasan agar

mendapatkan pertolongan pertama sehingga tidak menyebabkan terjadinya

workplace injury yang parah. Perusahaan selaku pihak yang paling

bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan keselamatan pekerja

haruslah memberikan fasilitas yang sesuai, memberikan jaminan kesehatan

kepada pekerja dan mampu menciptakan lingkungan kerja yang aman dan

nyaman bagi para pekerja.

Berdasarkan hasil penelitian variable workplace injury menunjukkan

bahwa lebih banyak pekerja yang mengalami workplace injury daripada yang

tidak. Dilihat dari jenis workplace injury yang terjadi, para pekerja

kebanyakan mengalami kejadian terpleset, kemudian terjatuh, terpapar bahan


59

berbahaya atau radiasi dan terbentur (tergores, terpotong, tertutusuk). Hal ini

dapat terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari pekerjanya

sendiri ataupun lingkungan kerja yang tidak aman.

4.4.3. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan

Workplace Injury

Untuk melihat hubungan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

dengan workplace injury dilakukan uji chi square sehingga dapat diketahui

apakah antar kedua variable tersebut memiliki hubungan atau tidak.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh p value sebesar

0,003 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara Alat Pelindung Diri

(APD) dengan workplace injury dan nilai OR sebesar 2,231 yang berarti

bahwa pekerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) 2,231

kali lebih berisiko mengalami workplace injury disbanding pekerja yang

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian (Sulhinayatillah, 2017) yang berjudul “Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Karyawan bagian

Produksi di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, Palangisang Crumb

Rubber Factory, Bulukumba Sulawesi Selatan 2017”, menunjukkan bahwa

terdapat adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) dengan kecelakaan kerja karena diperoleh p value sebesar 0,000.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Rambe, 2019) yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Pemakaian Alat

Pelindung Diti (APD) dengan Kecelakaan Kerja di PT. Global Permai Abadi

Medan Timur Sumatera Utara”, menunjukkan bahwa terdapat adanya


60

hubungan yang bermakna antara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

dengan kecelakaan kerja karena diperoleh p value sebesar 0,001. Selain itu,

penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Riska

Muharani, Dameria, 2019) yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja di Bagian Produksi Pabrik Kelapa

Sawit Adolina PTPN IV Kabupaten Serdang Bedagai”, menunjukkan bahwa

terdapat adanya hubungan antara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

dengan kejadian kecelakaan kerja karena diperoleh p value sebesar 0,000.

Dari hasil tabulasi silang antara penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) dengan workplace injury ditemukan bahwa pekerja yang tidak

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) cenderung lebih besar mengalami

workplace injury. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), maka semakin rendah kemungkinan

terjadinya workplace injury.

Pada saat dilakukannya penelitian ini, banyak pekerja yang tidak

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan berbagai macam alasan dan

menganggap bahwa lingkungan tempat mereka bekerja sudah aman sehingga

tidak perlu memakai Alat Pelindung Diri (APD) selama melakukan

pekerjaan. Meskipun demikian, bukan berarti hal tersebut bisa dijadikan

pembenaran untuk tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama

bekerja.

Dalam penelitian ini, perilaku dan pengetahuan memiliki peran dalam

aspek Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), karena perilaku memengaruhi

kebiasaan individu tersebut, apakah merasa perlu menggunakan Alat


61

Pelindung Diri (APD) atau tidak. Semakin pekerja memiliki pengetahuan

yang minim mengenai penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) maka akan

semakin merasa malas untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ketika

bekerja, hal ini juga harus menjadi perhatian perusahaan agar memberikan

pelatihan dan memberikan pengetahuan bahwa pentingnya menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) selama melakukan pekerjaan.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap masih belum

dilakukan oleh pekerja dikarenakan berbagai macam alasan, seperti merasa

tidak nyaman, merasa bahwa penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

menghambat pergerakan mereka dalam melakukan pekerjaan, merasa

kegerahan dikarenakan lingkungan kerja yang cukup panas dan alasan

lainnya. Padahal pekerja yang melakukan hal ini beresiko terkena bahaya

yang ada dilingkungan kerja. Selain itu, pada stasiun kamar mesin, pekerja

cenderung tidak menggunakan pelindung telinga yang telah disediakan,

padahal stasiun kamar mesin memiliki intensitas kebisingan yang melebihi

NAB, hal ini bisa menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran jika di

biasakan dalam jangka waktu yang panjang.

Pada tabel usia juga dapat dilihat bahwa keseluruhan respoden masih

masuk ke dalam kategori kelompok usia produktif, dimana yang dikatakan ke

dalam kategori kelompok usia produktif adalah usia 15 – 64 tahun (Jembrana,

2020). Hal ini membuktikan bahwa workplace injury yang terjadi di tempat

kerja tidak di pengaruhi oleh ke-produktifan usia dari responden. Workplace

injury bisa terjadi pada siapa saja jika bekerja secara tidak aman.
62

Dalam ajaran agama Islam, sangat dianjurkan untuk kita agar tidak

melakukan hal yang bisa merugikan diri sendiri ataupun orang lain. Hal ini

sesuai dengan hadis berikut ini :

ْ‫ َل‬:ْ“- ‫سلَّ َْم‬


َ ‫علَيهْ َو‬ َّْ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ – ‫ّللا‬ ُ ‫قَا َْل َر‬: ‫ْ قَا َْل‬،‫اس‬
َّْ ‫سو ُْل‬ ٍ َّ‫عب‬
َ ْ‫عَنْ ابن‬

َْ ‫ض ََر َْر َو َْل ض َر‬


‫ار‬

Artinya :

“Dari Abdullah bin Abbas, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda :

Tidak boleh berbuat mudharat dan hal yang menimbulkan mudharat” (H.R

Ibnu Majah).

Makna dari hadis diatas adalah Islam sangat menganjurkan umatnya

untuk melakukan sesuatu yang tidak menimbulkan mudharat (kerugian) bagi

diri sendiri ataupun bagi orang lain, sehingga bisa lebih mengutamakan

keselamatan diri dan orang lain dalam melakukan berbagai kegiatan ataupun

pekerjaan. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bisa menjadi salah satu

hal yang dapat dilakukan oleh pekerja agar terhindar dari mudharat.

Selain itu, terdapat pekerja yang tidak menggunakan pelindung

kepala, pelindung telinga, masker/pelindung pernapasan ketika bekerja karena

merasa terganggu, ada juga pekerja yang tidak menggunakan sepatu yang

sesuai dengan standar yang seharusnya karena merasakan sakit pada kaki

ketika digunakan, padahal Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan oleh

perusahaan sudah sesuai dengan standar dan sudah sesuai dengan yang
63

mereka butuhkan. Hal ini bisa menyebabkan pekerja mengalami workplace

injury seperti terpleset, terjatuh, terpapar bahan berbahaya atau radiasi dan

terbentur (tergores, terpotong, tertutusuk).

Kondisi lingkungan kerja yang tidak aman juga menjadi pemicu

terjadinya workplace injury, hal ini sejalan dengan penggunaan sepatu safety

dimana sepatu ini di desain khusus sesuai dengan kebutuhan, yang jika tidak

digunakan maka bisa menyebabkan pekerja terjatuh ataupun terpleset karena

lingkungan kerja yang tidak aman (licin). Perusahaan harus lebih

memperhatikan keselamatan pekerjanya, jangan biarkan para pekerja

melakukan pekerjaan nya jika tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

sebagaimana mestinya, sebab pada saat melaksanakan penelitian masih ada

pekerja yang menggunakan sepatu yang tidak safety, hal ini akan berbahaya

baik bagi pekerja ataupun orang disekitarnya, namun hal ini dapat terwujud

jika adanya kerjasama yang baik antara perusahaan dengan pekerja, sehingga

hal-hal yang tidak di inginkan dapat diminimalisir.

Selain itu, perlu juga dilakukannya investigasi mendalam tentang

kejadian workplace injury yang terjadi sehingga dapat dianalisa dan dapat

diketahui akar dari penyebab terjadinya workplace injury tersebut, dan

selanjutnya dapat dilakukan dan ditentukan upaya pencegahan agar hal

tersebut tidak terjadi kembali. Seperti yang dikatakan sebelumnya, upaya

pencegahan bisa dilakukan secara maksimal jika adanya kerjasama yang baik

antara perusahaan dan pekerja. Selain itu, perusahaan juga bisa lebih

meningkatkan pelatihan terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) agar

tingkat pengetahuan dan kesadaran pekerja terkait penggunaan Alat


64

Pelindung Diri (APD) semakin meningkat dan lebih berhati-hati terhadap

potensi bahaya kecelakaan yang ada.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Hubungan Penggunaan Alat

Pelindung Diri terhadap Workplace Injury Pekerja bagian Produksi PT.

Socfin Indonesia Tanah Gambus, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat adanya hubungan antara penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) dengan workplace injury pada pekerja bagian produksi PT.

Socfin Indonesia Tanah Gambus.

2. Diketahui karakteristik responden sebagai berikut, responden

terbanyak pada karakteristik usia yaitu 47-52 tahun sebanyak 34

orang (41,0%). Responden terbanyak pada tingkat pendidikan

terakhir responden yaitu SMA sebanyak 75 orang (90,4%).

Responden terbanyak pada ke masa kerja responden yaitu selama 12-

16 tahun sebanyak 25 orang (30,1%).

3. Jenis workplace injury yang banyak dialami oleh responden yaitu,

terpleset sebanyak 37 orang (44,6%).

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu :

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan kepada perusahaan untuk lebih meningkatkan

pengawasan, sering memberikan pelatihan terkait Alat Pelindung Diri

(APD) kepada pekerja, dan lebih memperketat aturan dalam kewajiban

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama melakukan pekerjaan

65
66

dan selama berada dilingkungan kerja. Hal ini perlu dilakukan oleh

perusahaan dan para pekerja agar dapat meminimalisisr kejadian yang

tidak di inginkan.

2. Bagi Pekerja

Diharapkan kepada pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai

dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, salah satunya

dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama bekeja. Para

pekerja juga diharapkan untuk lebih meningkatkan pengetahuan

mereka mengenai pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

pada saat bekerja demi menjaga keselamatan bersama.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih

mendalam terkait faktor-faktor lainnya yang bisa menyebabkan

terjadinya workplace injury selain dari penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD).

4. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa mayoritas pekerja

mengalami jenis workplace injury terpleset, oleh karena itu peneliti

ingin memberikan saran bagi perusahaan untuk menyediakan APD

berupa sepatu safety bagi para pekerja agar terlindungi dari lingkungan

kerja dengan permukaan yang licin, dan bahaya lainnya yang tidak di

inginkan.
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Australia: Queensland Mines and Quarries Safety Performance and Health Report.

Anggi, V. (2015). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada Pekerja di Unit Kerja Produksi Pengecoran Logam.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Burtanto. (2015). Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk Industri.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Codemo, R. (2020). Workplace Injury : What to Do if You Are Injured on The Job.
https://www.legalzoom.com/articles/workplace-injury-what-to-do-if-you-are-
injured-on-the-job.

Hastono, S. P. (2016). Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Husnan dan Suad Ranunpandoyo H. (2002). Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE


UGM.

ILO. (2015). World Day for Safety and Health at Work. ILO.

Jaya, A. (1996). Konsep Maqashid Al-Syariah Menurut Al-syathibi. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Jembrana, S. S. (2020). Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Produktif dan Non


Produktif Tahun 2020 Data Sementara. Dinas Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Jembrana.

Mahyarni. (2013). Theory of Reasoned Action and Theory of Planned Behavior (Sebuah
Kajian Historis Tentang Perilaku). Jurnal EL-RIYASAH, 13-23.

Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Malang :


Wineka Media.

Musolli. (2018). Maqhasid Syariah : Kajian Teoritis dan Aplikatif Pada Isu-Isu
Kontemporer. At-Turas, Volume V, No.1, Januari-Juni 2018, 62.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Panggabean, M. S. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Pekuwali, D. (2017). Angka Kecelakaan Kerja Sumbagut. Medan: Medan Bisnis Daily.

Rambe, N. S. (2019). Hubungan Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)


dengan Kecelakaan Kerja di PT. Global Permai Abadi Medan Timur Sumatera
Utara. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.

67
68

Redjeki, S. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.

Riska Muharani, Dameria. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Kecelakaan Kerja pada Pekerja di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit Adolina
PTPN IV Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Kesehatan Global, 122-130.

Sari, R. M. (2014). Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Undang-


Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Perspektif Maqhasid
Syariah. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahin Malang.

Setyawati. (2008). Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan APD pada Lingkungan


Pekerjaan. Jurnal Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 87-98.

Soeripto, M. (2008). Hygiene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Sucipto. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Sulhinayatillah. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan


Kerja pada Karyawan bagian Produksi di PT. PP London Sumatra Indonesia
Tbk, Palangisang Crumb Rubber Factory, Bulukumba Sulawesi Selatan 2017.
Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Suma'mur. (2009). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji
Masagung.

Suma'mur. (2014). Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Bandung: Sagung Seto.

Suma'mur. (2014). Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Bandung:


Sagung Seto.

Suma'mur. (2014). Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Bandung:


Sagung Seto.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.


69

LAMPIRAN
70

Lampiran 1

Kuisioner Penelitian

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Workplace Injury


Pekerja Bagian Produksi PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus

Karakteristik Responden

Nama :

Usia :

Masa Kerja :

Pendidikan :

I. Workplace Injury
1. Apakah anda pernah mengalami kejadian workplace injury/cedera
di tempat kerja? (PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus)
a. Pernah
b. Tidak pernah
Tabel dibawah ini berisi jenis workplace injury/cedera ditempat
kerja.ْBerilahْtandaْ(√)ْpadaْworkplace injury/cedera yang pernah
anda alami, sekecil apapun yang pernah anda alami tetap
dianggap sebagai workplace injury/cedera.
NO Jenis Workplace Injury/Cedera PERNAH TIDAK
(1) PERNAH
(0)
1. Terjatuh
2. Terpleset
3. Terjepit peralatan kerja
4. Tertimpa benda dari atas
5. Terpapar bhan-bahan berbahaya atau radiasi
6. Terbentur (tergores, terpotong, tertusuk)
71

II. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


NO PERNYATAAN SELALU SERING KADANG- TIDAK
(4) (3) KADANG PERNAH
(2) (1)
1. Apakah perusahaan
memberikan APD yang
lengkap bagi
pekerjanya?
2. Apakah anda
menggunakan APD
yang lengkap ketika
bekerja?
3. Apakah anda pernah
ditegur karena tidak
menggunakan APD
ketika bekerja?
4. Apakah perusahaan
memberikan sanksi
kepada pekerja yang
tidak menggunakan
APD secara lengkap?
5. Apakah anda pernah
melepas APD ketika
bekerja?
6. Apakah anda merasa
tidak nyaman ketika
menggunakan APD
secara lengkap saat
bekerja?
7. Apakah anda pernah
bekerja menggunakan
APD yang sudah rusak?
72

Lampiran 2

SURAT MENYURAT PENELITIAN


73
74
75

Lampiran 3

HASIL ANALISIS DATA

1. Hasil Validitas dan Reliabilitas Variabel Penggunaan APD

Case Processing Summary


N %
Valid 20 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.738 7

Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
PerusahaanMemberikanAPDyangLengkap 4.00 .000 20
MenggunakanAPDYangLengkap 3.40 .754 20
PernahDiTegurTidakMenggunakanAPD 3.35 .745 20
PemberianSanksiTidakMenggunakanAPDLengkap 3.80 .523 20
PernahMelepasAPD 3.40 .598 20
MerasaTidakNyamanMenggunakanAPDLengkap 1.45 .510 20
PernahMenggunakanAPDYangRusak 1.40 .503 20

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted Variance if Total Alpha if
Item Deleted Correlation Item Deleted
PerusahaanMemberik
16.80 6.168 .000 .759
anAPDyangLengkap
MenggunakanAPDY
17.40 3.832 .599 .668
angLengkap
PernahDiTegurTidak
17.45 3.524 .747 .617
MenggunakanAPD
76

PemberianSanksiTida
kMenggunakanAPD 17.00 5.263 .263 .745
Lengkap
PernahMelepasAPD 17.40 4.253 .631 .661
MerasaTidakNyaman
MenggunakanAPDLe 19.35 5.292 .262 .745
ngkap
PernahMenggunakan
19.40 4.779 .517 .694
APDYangRusak

Scale Statistics
Mean Variance Std. N of
Deviation Items
20.80 6.168 2.484 7

2. Hasil Analisis Univariat

Usia
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
35-40 8 9.6 9.6 9.6
41-46 29 34.9 34.9 44.6
Valid 47-51 34 41.0 41.0 85.5
52-57 12 14.5 14.5 100.0
Total 83 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
SMP 8 9.6 9.6 9.6
Valid SMA/MA/SMK 75 90.4 90.4 100.0
Total 83 100.0 100.0

Masa_Kerja
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
2-6 4 4.8 4.8 4.8
7-11 10 12.0 12.0 16.9
Valid
12-16 25 30.1 30.1 47.0
17-21 24 28.9 28.9 75.9
76

22-26 14 16.9 16.9 92.8


27-31 4 4.8 4.8 97.6
32-36 2 2.4 2.4 100.0
Total 83 100.0 100.0

Penggunaan__APD
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
50 60.2 60.2 60.2
menggunakan
Valid
Menggunakan 33 39.8 39.8 100.0
Total 83 100.0 100.0

Workplace_Injury
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
36 43.4 43.4 43.4
Pernah
Valid
Pernah 47 56.6 56.6 100.0
Total 83 100.0 100.0

terjatuh
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak
76 91.6 91.6 91.6
pernah
Valid
pernah 7 8.4 8.4 100.0
Total 83 100.0 100.0

terpleset
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak
46 55.4 55.4 55.4
pernah
Valid
pernah 37 44.6 44.6 100.0
Total 83 100.0 100.0
78

terjepit_peralatan_kerja
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak
Valid 83 100.0 100.0 100.0
pernah

tertimpa_benda
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak
Valid 83 100.0 100.0 100.0
pernah

terpapar_bahan_berbahaya_atau_radiasi
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak
81 97.6 97.6 97.6
pernah
Valid
pernah 2 2.4 2.4 100.0
Total 83 100.0 100.0

terbentur_Tergores_terpotong_tertusuk
Frequency Percent Valid Cumulative Percent
Percent
tidak
82 98.8 98.8 98.8
pernah
Valid
pernah 1 1.2 1.2 100.0
Total 83 100.0 100.0

3. Hasil Analisis Bivariate

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Penggunaan__APD *
83 100.0% 0 0.0% 83 100.0%
Workplace_Injury
79

Penggunaan__APD * Workplace_Injury Crosstabulation


Workplace_Injur Total
y
Tidak Pernah
Pernah
Count 10 40 50
Tidak
% within 100.0
menggunakan 20.0% 80.0%
Penggunaan Penggunaan__APD %
__APD Count 26 7 33
Menggunakan % within 100.0
78.8% 21.2%
Penggunaan__APD %
Count 36 47 83
Total % within 100.0
43.4% 56.6%
Penggunaan__APD %

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-
9.884a 1 .002
Square
Continuity
8.538 1 .003
Correctionb
Likelihood Ratio 10.067 1 .002
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear
9.765 1 .002
Association
N of Valid Cases 83
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
16,92.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Penggunaan__APD 2.231 .583 8.541
(Tidak Menggunakan / Menggunakan)
For cohort Workplace_Injury = Tidak 1.821 .712 4.656
Pernah
For cohort Workplace_Injury = Pernah .816 .539 1.236
80

N of Valid Cases 83
81

Lampiran 4

DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai