Anda di halaman 1dari 109

Hari/Tanggal :

Pukul :

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN


DISMENOREA PRIMER PADA MAHASISWI UNIVERSITAS
SRIWIJAYA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar (S1)


Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

OLEH
MIA SEPTRIANA
10011181520008

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S1)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA/KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Skripsi, Juni 2019
MIA SEPTRIANA

Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Dengan Kejadian Dismenorea


Primer Pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya

ABSTRAK

Dismenorea primer merupakan nyeri yang dirasakan ketika menstruasi dan lebih
sering terjadi pada remaja dan usia 20-an. Penyebab dismenorea yaitu karena
tingginya prostaglandin yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah akibat dari nikotin yang terkandung dalam paparan asap
rokok. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis adakah hubungan antara pajanan
asap rokok dengan kejadian dismenorea primer pada mahasiswi di Universitas
Sriwijaya. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Sebanyak 101
mahasiswi Universitas Sriwijaya dipilih berdasarkan teknik proporation sampling.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara paparan asap
rokok (p-value = 0,002), riwayat keluarga (p-value = 0,011), dan mengkonsumsi
makanan cepat saji (p-value = 0,020) dengan kejadian dismenorea primer pada
mahasiswi Universitas Sriwijaya. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara usia
menarche (p-value = 0,374), dan lama menstruasi (p-value = 0,673) dengan
kejadian dismenorea primer pada mahasiswi Universitass Sriwijaya. Dapat
disimpulkan bahwa hanya variabel yang paparan asap rokok, riyawat keluarga,
dan mengkonsumsi makanan cepat saji yang berhubungan dengan dismenorea
primer. Diharapkan mahasiswi menghindari asap rokok dengan cara
menggunakan masker dan menjaga jarak dengan sang perokok jika berada
disekitar anda, dan mengurangi konsumsi makanan cepat saji (fast food) serta
menerapkan pola hidup sehat seperti memakan - makanan yang bergizi.

Kata Kunci : Dismenorea Primer, Mahasiswi, Universitas Sriwijaya


Kepustakaan : 76 (2000 – 2017)

ii
SAFETY & HEALTH / ENVIRONMENTAL HEALTH
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
SRIWIJAYA UNIVERSITY

MIA SEPTRIANA

The Correlation Between Cigarette Exposure With Primary Dysmenorrhea


On Students At Sriwijaya University

ABSTRACT
Primary dysmenorrhoea is such severe pain that is felt during menstruation and
usually affect teens in their 20s. The most common cause of primary
dysmenorrhea is due to the high prostaglandin which can be caused by several
factors, one of which is the result of nicotine contained in exposure to cigarette
smoke. The purpose of this study was to analyze whether there was a correlation
between exposure to cigarette smoke and the incidence of primary dysmenorrhea
in female students at Sriwijaya University. This study used a cross sectional
design. A total of 101 female students of Sriwijaya University were selected based
on the proporation sampling technique. Bivariate analysis showed that there was a
correlation between exposure to cigarette smoke (p-value = 0.002), family history
(p-value = 0.011), and fast food consumption (p-value = 0.020) with the incidence
of primary dysmenorrhoea in female students Sriwijaya University. Whereas there
was no correlation between menarche age (p-value = 0.374), and menstrual period
(p-value = 0.673) with the incidence of primary dysmenorrhea in female students
of Sriwijaya University. It can be concluded that the variables of exposure to
cigarette smoke, family growth, and consuming fast food are related to primary
dysmenorrhoea. Students are expected to avoid cigarette smoke by using masks
and keep a distance from the smoker if they are around you, and reduce
consumption of fast food (fast food) and apply a healthy lifestyle such as eating -
nutritious food.

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal ini dengan judul “Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dengan
Kejadian Dismenorea Primer pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya” telah
disetujui untuk diseminarkan pada tanggal Maret 2019.

Indralaya, Maret 2019

Pembimbing :

1. Dwi Septiawati, S.KM., M.KM ( )


NIP. 198912102018032001

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini dengan judul “Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dengan
Kejadian Dismenorea Primer pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya” telah
diseminarkan dihadapan Panitia Seminar Proposal Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya pada Tanggal Februari 2019 dan dinyatakan sah untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.

Indralaya, Maret 2019

Pembimbing :
1. Dwi Septiawati, S.KM., M.KM ( )
NIP. 198912102018032001

Penguji :
1. H. Achmad Fickry Faisya, S.KM., M.Kes ( )
NIP. 196406211988031002

2. Inoy Trisnaini, S.KM., M.KL ( )


NIP. 198809302015042003

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mia Septriana

NIM : 10011181520008

Tempat, tanggal lahir : BandarLampung, 16 September 1997

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Pulau Sari VI No.134, Kec. Tanjung Senang,

Kel. Perumnas Way Kandis, Kota BandarLampung

No. Telepon : 081279535312

Email : miaseptriana@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD (2003 – 2009) : SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis Bandar


Lampung
2. SMP (2009 – 2012) : SMP Negeri 19 Bandar Lampung
3. SMA (2012 – 2015) : SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung
4. S1 (2015-2019) : Universitas Sriwijaya Fakultas Kesehatan
Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan
& Kesehatan Kerja/ Kesehatan Lingkungan

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Hubungan Paparan Asap Rokok dengan Kejadian
Dismenorea Primer pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya”. Selama proses
penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan
yang disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang
dimiliki.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
memberikan segala bentuk dukungan, bantuan, bimbingan, motivasi serta doanya,
sehingga memacu dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :
1. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan moral maupun
materi selama pengerjaan proposal skripsi ini.
2. Bapak Iwan Stia Budi, S.KM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya.
3. Ibu Dwi Septiawati, S.KM., M.KM selaku pembimbing yang telah
mendampingi, mengarahkan dan memberikan masukan yang bermanfaat
bagi penulis dalam menyelesaikan proses bimbingan.
4. Bapak H. Achmad Fickry Faisya, S.KM., M.Kes selaku penguji satu yang
telah memberikan banyak arahan serta masukan dalam menyelesaikan
skripsi.
5. Ibu Inoy Trisnaini, S.KM., M.KL selaku penguji dua yang telah
memberikan banyak arahan serta masukan dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap staf karyawan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya atas bantuan dan ilmu pengetahuan yang
telah diberikan kepada penulis.
7. Seluruh teman mahasiswi Universitas Sriwijaya yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian.
8. Ewaldo Haryoseno Heditianto yang selalu memberikan saran, waktu, dan
semangat serta membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

vii
9. Adelia Ambar Sari yang selalu memberikan dorongan semangat kepada
penulis dan menemani dalam masa perkuliahan ini.
10. Teman – teman tercinta (Irani, Nisa, Desta, Meta, Eka, Aya, Bunda,
Moudy) yang telah memberikan warna dalam masa perkuliahan ini, dan
selalu memberikan semangat serta bantuan kepada penulis sehingga dapat
mengelesaikan skripsi ini.
11. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran, dan kritik yang membangun sangatlah diharapkan guna
menyempurnakan skripsi ini.

Indralaya, Juni 2019

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
BAB I .................................................................................................................... 12
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Umum ................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 6
1.5.1 Lingkup Lokasi ................................................................................. 6
1.5.2 Lingkup Materi.................................................................................. 6
1.5.3 Lingkup Waktu.................................................................................. 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7
2.1 Dismenore ................................................................................................ 7
2.1.1 Definisi Dismenore ........................................................................... 7
2.1.1 Klasifikasi Dismenore ....................................................................... 7
2.1.3 Patofisiologi Dismenore .................................................................... 9
2.1.4 Gejala Dismenore ............................................................................ 10
2.1.5 Pengobatan Dismenore Primer ........................................................ 11
2.1.6 Alat Ukur Nyeri pada Dismenore Primer........................................ 11
2.2 Faktor Resiko Dismenore Primer ........................................................... 12
2.2.1 Paparan Asap Rokok ....................................................................... 12
2.2.2 Usia Menarche ................................................................................ 18

ix
2.2.3 Riwayat Keluarga ............................................................................ 21
2.2.4 Lama Menstruasi ............................................................................. 22
2.2.5 Siklus Menstruasi ............................................................................ 23
2.2.6 Mengkonsumsi Fast Food ............................................................... 23
2.2.6 Stress ............................................................................................... 24
2.2.7 Overweight ...................................................................................... 25
2.3 Penelitian Terkait ................................................................................... 25
2.4 Kerangka Teori ....................................................................................... 29
BAB III ................................................................................................................. 30
KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS .......... 30
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 30
3.2 Definisi Operasional ............................................................................... 31
3.3 Hipotesis ................................................................................................. 32
BAB IV ................................................................................................................. 33
METODELOGI PENELITIAN ............................................................................ 33
4.1 Desain Penelitian .................................................................................... 33
4.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 33
4.2.1 Populasi ........................................................................................... 33
4.2.3 Sampel ............................................................................................. 33
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel........................................................... 35
4.3 Jenis, Cara, dan Alat Pengumpulan Data ............................................... 36
4.3.1 Jenis Data ........................................................................................ 36
4.3.2 Cara Pengumpulan Data .................................................................. 36
4.3.3 Alat Pengumpulan Data .................................................................. 36
4.4 Pengelolaan Data .................................................................................... 37
4.5 Analisis dan Penyajian Data ................................................................... 37
4.5.1 Analisis Univariat............................................................................ 37
4.5.2 Analisis Bivariat .............................................................................. 38
4.6 Penyajian Data ........................................................................................ 38
BAB V................................................................................................................... 39
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 39
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ..................................................... 39

x
5.2 Analisis Univariat ................................................................................... 41
5.2.1 Dysmenorrhea Primer ..................................................................... 41
5.2.2 Paparan Asap Rokok ....................................................................... 45
5.2.3 Usia Menarche ................................................................................ 45
5.2.4 Lama Menstruasi ............................................................................. 46
5.2.5 Riwayat Keluarga ............................................................................ 47
5.2.6 Mengkonsumsi Fast Food ............................................................... 48
5.3 Hasil Analisis Bivariat ............................................................................ 48
5.3.1 Paparan Asap Rokok ....................................................................... 49
5.3.2 Usia Menarche ................................................................................ 50
5.3.3 Lama Menstruasi ............................................................................. 50
5.3.4 Riwayat keluarga ............................................................................. 51
5.3.5 Mengkonsumsi Fast Food ............................................................... 52
BAB VI ................................................................................................................. 54
PEMBAHASAN ................................................................................................... 54
6.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 54
6.2 Prevalensi Dysmenorrhea Primer ........................................................... 54
6.3 Hubungan antara Paparan Asap Rokok dengan Dysmenorrhea Primer . 57
6.4 Hubungan antara Usia Menarche dengan Dysmenorrhea Primer .......... 59
6.5 Hubungan Antara Lama Menstruasi dengan Kejadian Dysmenorrhea
Primer ................................................................................................................ 61
6.6 Hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dysmenorrhea
Primer ................................................................................................................ 63
6.7 Hubungan antara Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian
Dysmenorrhea Primer ........................................................................................ 64
BAB VII ............................................................................................................... 67
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 67
7.2 Kesimpulan ............................................................................................. 67
7.2 Saran ....................................................................................................... 68
7.2.1 Bagi Masyarakat.............................................................................. 68
7.2.2 Bagi Instansi Terkait ....................................................................... 68
7.2.3 Bagi Peneliti Lain ............................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69

xi
LAMPIRAN ......................................................................................................... 76

DAFTAR TABEL

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era modern saat ini, jumlah perokok di dunia mencapai lebih
dari 1,1 miliar orang, 800 juta diantaranya berada di negara berkembang.
Di kawasan ASEAN jumlah perokok sebanyak 122 juta, dan setengah dari
jumlah perokok tersebut tinggal di Indonesia yaitu sebanyak 65 juta orang.
Setiap tahunnya angka kematian diantaranya akibat penggunaan tembakau
di dunia mencapai 7 juta jiwa, 6 juta kematian diantaranya akibat
penggunaan tembakau langsung, dan 890.000 non perokok terbunuh akibat
terpapar asap rokok. Pada tahun 2014, di Indonesia frekuensi jumlah orang
yang terpapar asap rokok tertinggi terjadi di luar rumah yaitu sebanyak
60,1% dan didalam rumah sebanyak 57,3%. Tempat-tempat umum dengan
paparan asap rokok tertinggi terjadi di restaurant (85%), kendaraan umum
(70%), gedung pemerintahan (63%), di tempat kerja (51%) dan di fasilitas
kesehatan (18%) (The Asean Tobacco Control Atlas (SEACTA)2018).
Sebatang rokok yang terbakar akan menghasilkan asap yang berisi
lebih dari 4000 bahan kimia, dengan 40 jenis diantaranya bersifat
karsinogenik dan 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Kandungan
dalam rokok yang paling berbahaya adalah tar, nikotin dan karbon
monoksida (Crofton, 2002). Kandungan nikotin 1,8 - 3,3 kali lebih tinggi
dalam asap sampingan (Sharon et al., 2001). Asap rokok bisa dibagi
menjadi dua, yaitu asap utama dan asap samping. Asap utama adalah asap
rokok yang dihisap langsung oleh perokok, sedangkan asap samping
adalah asap rokok yang disebarkan ke udara bebas, sehingga dapat terhirup
oleh orang yang berada disekitarnya yang dikenal sebagai perokok pasif
(Sitopeo, 2000). Perokok pasif tiga kali beresiko terkena penyakit daripada
perokok aktif, ini disebabkan oleh kadar senyawa berbahaya di dalam
tubuh perokok pasif yang jumlahnya lebih besar, akibat racun yang dihirup
oleh perokok pasif tidak disaring. Asap sampingan yang dihirup oleh
perokok pasif adalah hasil dari pembakaran dengan suhu rendah, kondisi

1
ini membuat pembakaran menjadi kurang lengkap dan terlepas lebih
banyak bahan kimia (Syahdrajat, 2007).
Bahaya merokok bagi kesehatan diantaranya yaitu gangguan
kardiovaskular, paru-paru, otak, mulut dan tenggorokan, lambung, tulang,
gangguan reproduksi dan kesuburan (NHS, 2017). Gangguan yang
disebabkan oleh aktifitas merokok yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi wanita dimulai dari gangguan haid, early menopause (lebih
cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil, dan terjadi pula peningkatan
risiko munculnya kasus kehamilan di luar kandungan dan keguuguran,
kecacatan pada janin, dan dapat menyebabkan dismenore saat menstruasi.
Dampak terhadap kesehatan reproduksi tersebut tidak hanya dialami oleh
wanita dengan status perokok aktif tetapi juga dengan wanita yang terkena
paparan asap rokok (Megawati, 2006).
Salah satu kandungan dalam asap rokok adalah nikotin. Nikotin
merupakan vasokonstiktor yang dapat mengakibatkan berkurangnya
endometrium darah mengalir 30% sampai 40%. Vasokonstriksi pembuluh
darah menyebabkan iskemia yang dapat merangsang pengeluaran
prostaglandin F2-α, hal ini umum terjadi pada wanita dengan dismenore
primer (Bafil et al., 2016). Chen et al., (2000) juga membuktikan bahwa
nikotin pada wanita secara signifikan mengurangi efek dari darah
endometrium mengalir, dan meningkatkan pengeluaran prostaglandin F2-α
biasa terjadi pada wanita dengan dismenore.
Dismenorea merupakan salah satu gangguan menstruasi dengan
prevalensi terbesar dimana angka kejadian dismenore di dunia mencapai
90% (Holder, 2014). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa hampir 95% wanita mengalami dismenore (Calis,
2015). Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sekitar 54.89%
sedangkan sisanya adalah tipe sekunder. Banyaknya remaja putri yang
sering tdak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari
sekitar 14% disebabkan oleh dismenore (Utari, 2016).
Nyeri pada dismenore primer disebabkan karena tingginya kadar
prostaglandin. Setelah ovulasi, sebagai respon terhadap produksi

2
progesteron, asam lemak di dalam fosfolipid membram sel bertambah.
Asam arakidonat dilepaskan dan memulai kaskade prostaglandin dalam
uterus, prostaglandin F2-α akan menyebabkan hipertonus miometrium dan
vasokontriksi sehingga akan menimbulkan iskemia dan nyeri. Kadar
prostaglandin F2-α lebih tinggi selama dua hari pertama menstruasi pada
perempuan dengan dismenore primer (Gumanga dan Aryee, 2014).
Dismenore memiliki efek negatif baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Untuk jangka pendek dismenore dapat mempengaruhi
aktifitas sehari-hari khususnya bagi remaja akan sangat menggangu dalam
proses belajar mengajar, sulit berkonsentrasi, memiliki lebih banyak hari
libur (tidak masuk sekolah/kantor), konflik emosional, ketegangan dan
kecemasan. Wanita yang mengalami dismenore menjadi murung, mudah
marah, dan tidak dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Nyeri
dismenore juga berkontribusi terhadap sulit tidur dan rasa gelisah (Aziato
et al., 2014). Sedangkan untuk efek jangka panjang dismenore yang hebat
dapat memicu terjadinya kemandulan bahkan kematian (Proverawati dan
Misaroh, 2009).
Berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan meningkatnya
tingkat kejadian dismenore primer, antara lain : menarche usia dini,
riwayat keluarga dengan keluhan dismenore, terpapar asap rokok,
konsumsi fast food dan Lama menstruasi (Larasati & Alatas, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Bavil et al., (2016) di Fakultas Kedokteran
Universitas Sari di Iran bahwa didapatkan hasil yang signifikan dari
hubunngan antara paparan asap rokok dengan kejadian dismenore primer.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rifki, Y.S.,
et al (2016) di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas berdasarkan uji
statistik Chi-Square untuk menguji hubungan paparan asap rokok
lingkungan dengan kejadian dismenore primer diperoleh hasil nilai yang
signifikan bahwa ada hubungan paparan asap rokok dengan kejadian
dismenorea primer.
Penelitian yang dilakukan Martha (2009) pada wanita perokok
(aktif dan pasif) di Kota Surakarta, penelitian ini juga mengungkapkan

3
bahwa adanya hasil yang signifikan dari hubungan paparan asap rokok
dengan kejadian dismenorea primer. Penelitian yang dilakukan oleh
Amini, R. (2010) mengenai pengaruh perokok pasif terhadap kejadian
dismenore primer di Kota Surakarta melaporkan bahwa terdapat hubungan
antara perokok pasif dengan kejadian dismenore primer. Mekanisme
biologis yang mempengaruhi kejadian dismenore primer ini diakibatkan
dari nikotin yang bersifat vasokontriktor sehingga mengakibatkan
berkurangnya aliran darah yang menuju endometrium (Chen, et al., 2000).
Perbedaan antara sekolah dengan kuliah akan menyebabkan
berubahnya gaya hidup. Pola makan amakn terganggu dan sering
mengonsumsi makan cepat saji karena dinilai praktis apalagi untuk yang
tidak tinggal bersama dengan orang tua (Anisa, 2015). Mahasiswi
Universitas Sriwijaya secara umum berusia belasan hingga awal 20an, dan
dismenore primer sering terjadi pada wanita usia remaja yaitu 15-25 tahun.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
faktor resiko terjadinya dismenorea primer ini dimana paparan asap rokok
di lingkungan sebagai salah satu yang belum pernah diteliti sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas diketahui efek yang dirasakan
wanita akibat dismenorea primer untuk jangka pendek dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari khususnya bagi remaja akan sangat
menggangu dalam proses belajar mengajar, sulit berkonsentrasi, konflik
emosional, ketegangan dan kecemasan. Sedangkan untuk efek jangka
panjang dismenore yang hebat dapat memicu terjadinya kemandulan.
Universitas Sriwijaya merupakan sebuah tempat dimana berlangsungnya
sebuah proses belajar-mengajar. Mahasiswi Universitas Sriwijaya secara
umum berusia belasan hingga awal 20an, dimana dismenore primer sering
terjadi pada usia 15-25tahun. Selain itu penelitian mengenai hubungan
paparan asap rokok dengan kejadian dismenorea primer pada mahasisiwi
di Universitas Sriwijaya belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan
permasalahan diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah

4
terdapat hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian dismenorea
primer pada mahasiswi di Universitas Sriwijaya.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.2 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adakah hubungan
antara pajanan asap rokok dengan kejadian dismenorea primer pada
mahasiswi di Universitas Sriwijaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis proporsi kejadian dismenorea primer pada mahasiswi di
Universitas Sriwijaya.
2. Menganalisis proporsi keterpajanan asap rokok pada mahasiswi di
Universitas Sriwijaya.
3. Menganalisis proporsi faktor lainnya (menarke usia dini, riwayat
keluarga dengan keluhan dismenorea, konsumsi fast food, dan lama
menstruasi) pada mahasiswi di Universitas Sriwijaya.
4. Menganalisis hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian
dismenorea primer pada mahasiswi di Universitas Sriwijaya.
5. Menganalisis hubungan antara menarke usia dini dengan kejadian
dismenorea primer pada mahasiswi di Universitas Sriwijaya.
6. Menganalisis hubungan antara riwayat keluarga dengan keluhan
dismenorea dengan kejadian dismenorea primer pada mahasiswi di
Universitas Sriwijaya.
7. Menganalisis hubungan antara konsumsi fast food dengan dismenorea
primer pada mahasiswi di Universitas Sriwijaya.
8. Menganalisis hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian
dismenorea primer pada mahasiswi di Universitas Sriwijaya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pengetahuan
terhadap masalah yang berkaitan dengan dismenorea primer.

5
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bacaan
bagi mahasiswa dan masukan bagi institusi pendidikan agar memanfaatkan
hasil penelitian ini sebagai bahan studi banding untuk perkembangan
selanjutnya bagi penelitian yang akan meneliti hal-hal yang belum
terungkap dalam penelitian ini.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


1.5.1 Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilakukan di wilayah Universitas Sriwijaya.
1.5.2 Lingkup Materi
Penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan antara
paparan asap rokok dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi di
Universitas Sriwijaya.
1.5.3 Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan april 2019.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dismenore
2.1.1 Definisi Dismenore
Dismenore adalah salah satu keluhan yang paling banyak dijumpai
pada wanita usia subur. Dismenore merupakan nyeri haid yang sedemikian
hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaan untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 2008).
Dismenore adalah salah satu gangguan menstruasi yang dialami oleh
perempuan (Lestari, 2013). Dismenore merupakan nyeri haid yang
dikarakteristikan sebagai nyeri singkat yang dirasakan sebelum atau
selama menstuasi. Nyeri haid ini berlangsung selama satu sampai beberapa
hari selama menstruasi (Reeder, 2013).
Menurut derajat keparahannya, dismenore dibagi menjadi 4
tingkatan, yaitu:
1. Derajat 0 : Tidak ada nyeri yang dirasakan dan aktivitas sehari-hari
tidak terganggu.
2. Derajat 1 : Nyeri yang dirasakan ringan dan memerlukan obat
penghilang rasa nyeri, namun aktifitas sehari-hari tidak terganggu.
3. Derajat 2 : Nyeri yang dirasakan sedang dan tertolong dengan obat
penghilang rasa nyeri, tetapi menggangu aktivitas sehari - hari.
4. Derajat 3 : Nyeri yang dirasakan sangat berat dan tidak berkurang
walaupun telah memakan obat dan tidak mampu beraktivitas. Kasus
ini harus segera diatasi dengan berobat ke dokter (Simanjuntak, 2008).

2.1.1 Klasifikasi Dismenore


Karim (2013) menyebutkan bahwa dismenore dapat menjadi dua
yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.
A. Dismenore Primer
Menurut Lestari (2013) dismenore primer adalah nyeri yang banyak
dialami oleh remaja tanpa kelainan pada alat genital. Dismenorea

7
primer terjadi beberapa waktu setelah menarche (pertama kali haid)
biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Rasa nyeri yang timbul dapat
dirasakan sebelum haid atau bersama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam dan bahkan sampai beberapa hari.
Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada
perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.
Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare dan iritabilitas (Prawirohardjo, 2008). Dismenore primer
biasanya muncul sekitar 6 -12 bulan setelah periode menstruasi
pertama (Hudson, 2007). Umumnya dimulai satu tahun setelah
menarche ketika ovulasi sudah terbangun pertama kali dan paling
banyak dialami antara usia 15 -25 tahun dan menurun setelah usia
tersebut (Nathan, 2005).
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya
disminore primer yaitu:
a. Prostaglandin
Prostaglandin produksi dari prostaglandin F2a(PGF2a)
menyebabkan peningkatan kontraksi uterus. Dan ditandai dengan
peningkatan tekanan intra uterus (>400mmHg). (Smith,2008)
b. Vasopressin
Keterlibatan vasopresin dalam patogenesis disminore primer
masih kontroversial. Peningkatan tingkat sirkulasi vasopressin
saat men struasi dilaporkan pada wanita dengan disminore primer
dapat meng hasilkan kontraksi rahim abnormal yang mengurangi
aliran darah uterus dan menyebabkan rahim hipoksi (Dawood,
Yusoff,2006)
c. Psikis
Beberapa literatur menyatakan bahwa faktor psikis memiliki
hubun gan dengan disminore primer. Namun hal ini jarang
ditemui. Tetapi, bagaimanapun juga faktor psikis secara
signifikan dapat memperberat atau membangkitkan disminore
(Howard,2000).

8
d. Hormon steroid ovarium
Tingkat estrogen yang tinggi beredar pada fase luteal dapat
menyebabkan produksi prostaglandin yang berlebihan. Penelitian
selanjutnya telah menetapkan bahwa kadar prostaglandin (PG)
pada uterus tergan tung pada tingkat progesteron. Bila kadar
progesteron tinggi maka uterus akan tahan terhadap rangsangan
PG. Bila kadar rendah maka akan meningkatkan produksi
prostaglandin dan menyebabkan disminore (Joseph,1997).

B. Dismenore Sekunder
Menurut Simanjuntak (2008), dismenore sekunder adalah bentuk nyeri
haid akibat penyakit tertentu yang berhubungan dengan alat
reproduksi wanita. Dismenore sekunder terjadi karena adanya masalah
penyakit fisik akibat endometritis, polip uteri, stenosis serviks atau
penyakit radang punggung (PID) (Bickley, 2009). Dismenore
sekunder merupakan nyeri haid yang disebabkan oleh kelainan
ginekologi. Pada umumnya terjadi pada wanita yang berusia lebih dari
25 tahun dan penyebabnya karena kelainan pelvis (Perry et al., 2011).
Penyebab disminore sekunder menurut Cynthia(2006), yaitu :
a. Endometriosis
b. Stenosis kanalis servikalis
c. Polip endometrium
d. Adenomiosis
e. Mioma uterus
f. Penggunaan AKDR

2.1.3 Patofisiologi Dismenore


Penelitian membuktikan bahwa dismenore primer disebabkan
karena adanya prostaglandin F2α, yang merupakan stimulan miometrium
poten dan vasokonstriktor pada endometrium. Kadar prostaglandin yang
meningkat selalu dijumpai pada wanita yang mengalami dismenore dan
berkaitan erat dengan derajat nyeri yang dirasakan. Peningkatan kadar

9
prostaglandin ini dapat mencapai 3 (tiga) kali, dimulai dari fase proliferatif
hingga fase luteal, bahkan makin bertambah ketika menstruasi.
Peningkatan kadar prostaglandin inilah yang menyebabkan
meningkatkan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan.
Penurunan aliran menstruasi dan terjadinya dismenore disebabkan juga
oleh hormon dihasilkan pituitari posterior yaitu vasopresin. Selain itu,
diperkirakan faktor psikis dan pola tidur turut berpengaruh dengan
timbulnya dismenore tetapi mekanisme terjadinya dan pengaruhnya
dengan dismenore belum jelas dan masih dipelajari (Karim, 2013).
Peningkatan kadar prostaglandin juga ditemui pada dismenore
sekunder, tetapi harus ditemui adanya kelainan patologis pada panggul
yang jelas untuk menegakkan diagnosa dismenore sekunder. Faktor yang
ditemukan dalam patogenesis dismenore sekunder adalah endometriosis,
pelvic inflammatory disease, kista dan tumor ovarium, adenomiosis,
fibroid, polip uteri, adanya kelainan kongenital, pemasangan intrauterine
device, transverse vaginal septum, pelvic congestion syndrome dan
allenmasters syndrome (Karim, 2013).

2.1.4 Gejala Dismenore


a. Dismenore primer
Nyeri yang dirasakan dimulai dari beberapa jam sebelum atau
bersamaan dengan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72
jam. Nyeri yang terjadi di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam,
dalam, kram, tumpul dan sakit. Sering kali terdapat sensasi penuh di
daerah pelvis atau sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam
dan area lumbosakralis. Beberapa wanita juga mengalami mual dan
muntah, sakit kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare, serta kelabilan
emosi selama menstruasi (Reeder, 2013). Sedangkan menurut Sari
(2012) ciri-ciri atau gejala dismenore primer seperti nyeri berupa kram
dan tegang pada perut bagian bawah, pegal pada mulit vagina, nyeri
pinggang, pegal-pegal pada paha, dan pada beberapa orang dapat
disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan diare.

10
b. Dismenore sekunder
Pada dismenore sekunder ciri-ciri atau gejala yang dirasakan
seperti darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan,
nyeri saat berhubungan seksual, nyeri perut bagian bawah yang
muncul di luar waktu haid, nyeri tekan pada panggul, ditemukan
adanya cairan yang keluar dari vagina, dan teraba adanya benjolan
pada rahim atau rongga panggul (Sari, 2012).

2.1.5 Pengobatan Dismenore Primer


Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan saat haid mulai dari hal sederhana, pemakaian obat-obatan,
hingga terapi hormonal dalam pengobatan dismenore primer. Beberapa hal
sederhana yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri saat menstruasi
yaitu kompres dengan botol hangat tepat pada bagian yang terasa kram
(bisa di perut atau pinggang bagian belakang), mandi air hangat, minum
minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi, dan menggosok-gosok
perut/pinggang yang sakit, dan ambil posisi menungging sehingga rahim
tergantung ke bawah (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Untuk pemakaian obat-obatan harus ada pengawasan dokter. Obat
untuk menghilangkan rasa nyeri dapat berupa analgetik (penghilang rasa
sakit) terutama yang mengandung asam mefenamat, ibuprofen, diclofenac
sodium atau naproxenen. Apabila penggunaan obat-obatan tidak berhasil
maka dapat dilakukan terapi hormonal. Pengobatan dengan terapi
hormonal ditujukkan untuk menekan ovulasi dan penggunaannya hanya
atas saran dokter (Proverawati dan Misaroh, 2009).

2.1.6 Alat Ukur Nyeri pada Dismenore Primer


Salah satu cara untuk mengukur tingkat nyeri dismenore primer
ialah dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Pada metode ini
responden diminta untuk menyatakan intensitas nyeri haid yang
dirasakannya pada skala antara angka 0 sampai 10 (Douglas, 2012).

11
Angka 0 berarti tidak ada keluhan nyeri yang dirasakan pada saat
menstruasi. Angka 1-3 menyatakan nyeri yang dirasakan tergolong ringan
(terasa kram pada perut bagian bawah tetapi masih dapat ditahan dan dapat
beraktivitas seperti biasa serta berkonsentrasi belajar). Angka 4-6 berarti
intensitas nyeri yang dirasakan tergolong sedang (terasa kram pada perut
bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, aktivitas
sehari-hari terganggu dan sulit berkonsentrasi saat belajar). Angka 7-9
menyatakan nyeri yang dirasakan tergolong hebat (terasa kram pada perut
bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, paha atau punggung, tidak
ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat melakukan aktivitas dan
tidak dapat berkonsentrasi). Angka 10 berarti nyeri sangat berat (terasa
kram yang sangat berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, kaki, punggung, tidak ada nasfu makan, mual, muntah, sakit
kepala, lemas, tidak dapat berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak
dapat beraktivitas, terkadang sampai pingsan. (Ningsih, 2011).

2.2 Faktor Resiko Dismenore Primer


2.2.1 Paparan Asap Rokok
Perokok pasif ialah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan
merokok namun terpaksa harus mengisap asap rokok yang dihembuskan
orang lain yang kebetulan ada didekatnya (Trisnowati H, 2016). Asap
rokok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asap utama (mainstream smoke)
atau asap yang dihisap oleh si perokok dan asap samping (sidesteam
smoke) yang merupakan asap yang terus menerus keluar dari ujung rokok.
Asap samping dari rokok memiliki pengaruh yang sangat besar bagi
kesehatan orang yang berada di lingkungan yang tercemar asap rokok,
karena dari sebatang rokok yang terbakar akan dihasilkan asap samping 2
kali lebih banyak dari pada asap utama dan asap samping 3 kali lebih
berbahaya daripada asap utama (Aina, 2005). Paparan asap rokok
didapatkan oleh perokok pasif melalui :
1. Perokok Aktif

12
Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung
menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri
sendiri maupun lingkungan sekitar (Bustan, 2007). Merokok diketahui
memiliki efek anti-esterogen, wanita yang merokok dapat
menyebabkan defisiensi estrogen. Efek ini mungkin menguntungkan
bagi wanita yang memiliki masalah kelebihan kadar estrogen. Namun
pada beberapa kondisi ginekologis dan obstetrik menunjukkan hasil
yang berbanding terbalik. Dan hal ini dianggap sebagai konsekuensi
stimulasi esterogenik (Baron, 1996).
Asap rokok yang dihirup oleh perokok aktif mengandung
komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari nitrogen dan
senyawa hidrokarbon, sedangkan komponen partikel beberapa
diantaranya terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol dan cadmium
(Karim, 2011). Namun terdapat tiga komponen toksik utama yang
terdapat dalam asap rokok, yaitu karbonmonoksida, nikotin, dan tar
(Aina, 2005).
Menurut Bustan (2007), berdasarkan jumlah rokok yang
dikonsumsi setiap hari, perokok aktif dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu :
1. Perokok ringan : Orang yang merokok kurang dari 10 batang
dalam satu hari.
2. Perokok sedang : Orang yang merokok 10 hingga 20 batang
dalam satu hari.
3. Perokok berat : Orang yang merokok lebih dari 20 batang
dalam satu hari.
2. Anggota keluarga yang perokok
Kebiasaan anggota keluarga merokok di dalam rumah
merupakan masalah yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut
Riskesdas tahun 2013 rerata proporsi perokok di Indonesia adalah
29,3 persen. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur
30-34 tahun sebesar 33,4 persen, umur 35-39 tahun sebesar 32,2
persen, sedangkan proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih
banyak dibandingkan perokok perempuan yaitu 47,5 persen banding

13
1,1 persen (Kemenkes RI, 2013). Dengan kebiasaan merokok anggota
keluarga di dalam rumah mengakibatkan anggota rumah yang lain
terpajan asap rokok.
3. Tetangga yang perokok
Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang saling
ketergantungan atau tidak bisa hidup sendiri. Dalam menjalani
interaksi sosial, seorang individu akan menyesuaikan diri dengan yang
lain atau sebaliknya, sehingga perilaku individu tidak lepas dari
lingkungan sosialnya. Karakter seseorang dapat dibentuk oleh
lingkungan keluarga, tetangga maupun teman bergaul (Sarafino dalam
Aula 2010: 38). Tetangga merupakan orang terdekat kita. Tetangga
yang tinggal berdampingan dengan kita sering berinteraksi dengan
kita secara langsung maupun tidak langsung. Memiliki tetangga
perokok aktif dapat berpengaruh terhadap perilaku merokok kita, dan
juga asap yang dihembuskan oleh perokok aktif akan terpajan
kedalam tubuh perokok pasif.
4. Teman dekat perokok
Aktifitas bersama teman memungkinkan terjadinya
pengadopsian perilaku antar teman. Menurut Santrock & John (2003)
selama satu minggu remaja laki-laki maupun perempuan
menghabiskan 2 kali lebih banyak dengan teman sebaya daripada
waktu bersama orangtuanya. Hal ini mengakibatkan apabila seorang
teman merupakan perokok maka teman yang lain akan meniru
perilaku merokok, dan otomatis tertapapar asap rokok, sehingga teman
dekat perokok merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh
dalam pajanan asap rokok yang diterima oleh perokok pasif.

A. Lama Paparan Asap Rokok


Lama paparan adalah waktu dimana seseorang terpapar asap
rokok. Perokok pasif dikategorikan sebagai bukan perokok yang
menghisap asap rokok para perokok paling tidak 15 menit dalam satu
hari selama satu minggu (Wang et al., 2009). Perokok pasif

14
menghirup 75% asap rokok yang berasal dari asap sampingan,
sedangkan perokok aktif hanya menghirup 25% asap rokok dalam
bentuk asap utama yang berasal dari ujung rokok yang terbakar
(Amini, 2010).

B. Kandungan Asap Rokok


Komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok maupun
yang bukan perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel
(15%). Satu batang rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan
kimia, 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker), dan 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan (Crofton,
2002). Di antara kandungan asap rokok termasuklah aceton (bahan
pembuat cat), naftalene (bahan kapur barus), arsen, tar (bahan
karsinogen penyebab kanker), methanol (bahan bakar roket), vinyl
chloride (bahan plastik PVC), phenol butane (bahan bakar korek api),
potassium nitrate (bahan baku pembuatan bom dan pupuk), polonium-
201 (bahan radioaktif), ammonia (bahan pencuci lantai) dan
sebagainya. Racun yang paling utama ialah tar, nikotin, dan karbon
monoksida (Jaya, 2009).
Zat-zat racun utama yang terdapat dalam rokok antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Nikotin
Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada
dosis tinggi bersifat racun. Komponen ini paling banyak terdapat di
dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar.
Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf, dan menyebabkan
tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan,
sehingga menyebabkan, kontraksi otot jantung seperti dipaksa,
denyut jantung bertambah, pemakaian oksigen bertambah, aliran
darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah,
kadar asam lemak bebas, kolesterol LDL dan meningkatkan

15
agregasi sel pembekuan darah. Nikotin memegang peran penting
dalam ketagihan merokok (Sitepoe, 2000).
Informasi toksikologi menurut Material Safety Data Sheet
(MSDS) nikotin dapat menimbulkan teratogenisitas pada embrio
atau janin sehingga menyebabkan kematian, janin terhambat, dan
perkembangan yang abnormalitas. Pada reproduksi memiliki efek
terhadap kesuburan, dan pada ibu mengalami postpartum, dan
untuk mutagenisitas terjadi penghambatan terhadap DNA.
2. Tar
Tar merupakan senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika
yang bersifat karsinogenik. Tar hanya dijumpai pada rokok yang
dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga diklasifikasikan
sebagai tar. Di dalam tar dijumpai zat-zat karsinogen seperti
polisiklik hidrokarbon aromatis yang dapat menyebabkan
terjadinya kanker paru-paru. Tar dapat merusak sel paru karena
dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan paru-paru
sehingga mengakibatkan terjadinya kanker (Sitepoe, 2000).
Terdapat juga N-nitrosamine di dalam rokok yang
berpotensi besar sebagai zat karsinogenik terhadap jaringan paru-
paru. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut
sebagai uap padat asap rokok, setelah dingin akan menjadi padat
dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,
saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan tar dalam tubuh
manusia bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara
kandungan tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Pada rokok yang
menggunakan filter pengendapan yang terjadi dapat mengalami
penurunan sebanyak 5-15 mg. Efek karsinogenik tetap bisa masuk
dalam paru-paru walaupun rokok diberi filter, yaitu hirupan pada
saat merokok dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok
yang dihisap banyak (Sitepoe, 2000).

16
3. Karbon Monoksida
Gas karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak
memiliki bau. Gas CO ini dihasilkan dari pembakaran yang tidak
sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Unsur ini bersifat
toksik dan mampu menggeser gas oksigen dari transport
hemoglobin. Gas karbon monoksida yang dihasilkan sebatang
rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan karbon monoksida yang
dihisap oleh perokok paling rendah sebanyak 400 ppm (parts per
million),dan ini sudah dapat meningkatkan kadar
karboksihemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Kadar normal
karboksihemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Seiring
berjalannya waktu, terjadinya polisitemia yang akan mempengaruhi
saraf pusat (Sitepoe, 2000).
Informasi toksikologi menurut Material Safety Data Sheet
(MSDS) karbon monoksida merupakan gas beracun yang menjadi
organ targetnya adalah darah, kondisi medis diperparah oleh
paparan dan merokok dapat meningkatkan efek racun, efek medis
seperti gangguan sistem darah, gangguan jantung atau
kardiovaskular, gangguan hormonal, gangguan pernapasan.

C. Bahaya Asap Rokok Bagi Kesehatan Reproduksi


Dalam 20 tahun terakhir banyak dari penelitian – penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa menghirup asap rokok
orang lain juga dapat sangat membahayakan kesehatan. Bayi yang
belum lahir berada dalam resiko, demikian juga anak-anak yang orang
tuanya merokok, dan juga orang dewasa yang bukan perokok. Jenis
penyakit dan kelainan yang timbul bagi perokok aktif dan perokok
pasif ternyata serupa, yaitu antara lain kanker, penyakit jantung dan
stoke, gangguan pernafasan seperti asma, dan gangguan terhadap
reproduksi dan kesuburan (Harun, 2009).

17
Merokok dapat merusak fungsi reproduksi baik pada
perempuan maupun laki-laki, adapun gangguan terhadap reproduksi
dan kesuburan adalah sebagai berikut :
1. Infertilasi
Perempuan yang merokok lebih dari 20 batang sigaret per hari
tiga kali lebih jarang menjadi hamil dalam satu tahun
dibandingkan mereka yang tidak merokok. Perempuan yang
merokok juga mempunyai risiko yang lebih besar untuk
kehamilan ektopik (suatu kondisi yang mengancam nyawa
dimana janin berkembang di dalam saluran telur, bukannya di
dalam rahim).
2. Gangguan haid
Dismenore primer (nyeri saat haid), haid tidak teratur, dan
amenorrhoea (hilangnya periode haid) lebih sering didapatkan
pada perempuan yang merokok.
3. Menopause
4. Perempuan yang merokok dan menggunakan kontrasepsi oral
memiliki risiko yang lebih besar untuk penyakit jantung dan
pembuluh darah.
5. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang merokok rata-rata berat
badannya 0,2 kg lebih ringan, ini bisa merupakan perbedaan
penting yang dapat mempengaruhi daya tahan hidup.
6. Laki-laki yang merokok menghasilkan rata-rata sekitar 24% lebih
sedikit sperma, dan mempunyai proporsi yang lebih tinggi pada
sperma yang menunjukkan kerusakan serius. Semakin banyak
juga bukti bahwa merokok adalah penyebab utama impotensi,
kemungkinan akibat kerusakan pembuluh darah kecil-kecil di
penis (Harun, 2009).

2.2.2 Usia Menarche


Menarche merupakan menstruasi pertama kali yang dialami wanita
biasanya terjadi dalam rentang usia 10 – 16 tahun atau pada masa awal

18
remaja di tengah masa pubertas dan sebelum memasuki masa reproduksi.
Menarche merupakan menstruasi pertama yang terjadi pada masa awal
remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi.
Seiring dengan perkembangan biologis maka pada usia tertentu seseorang
mencapai tahap kematangan organ-organ seks yang ditandai dengan
menstruasi pertama. Menarche merupakan suatu tanda yang penting bagi
seorang wanita yang menunjukkan adanya produksi hormon yang
disekresikan oleh hipotalamus dan kemudian diteruskan pada ovarium dan
uterus (Sukarni & Wahyu, 2013). Menarche merupakan suatu tanda awal
adanya perubahan lain seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan
rambut daerah pubid dan aksila, serta distribusi lemak pada daerah pinggul
(Proverawati dan Misaroh, 2009). Seiring dengan perkembangan biologis
pada umumnya, maka pada usia tertentu, seseorang mencapai tahap
kematangan organ-organ seks, yang ditandai dengan menstruasi pertama
(menarche).
Menurut Sophia, et al., (2013) bahwa usia ideal seorang wanita
mengalami menarche yaitu pada usia antara 13-14 tahun. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, rata-rata usia menarche
pada wanita usia 10 – 59 tahun di Indonesia adalah 13 tahun dengan
kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun. Gangguan – gangguan
yang dapat terjadi menurut Wiknjosastro dkk (2008) meliputi :
a. Menarche Dini
Pada menarche dini terjadi haid sebelum umur 10 tahun. Hormon
gonadotropin diproduksi sebelum anak berumur 8 tahun. Hormon
ini merangsang ovarium sehingga ciri-ciri kelamin sekunder,
menarche dan kemampuan reproduksi terdapat sebelum waktunya.
Umur menarche yang terlalu dini (≤ 12 tahun) dimana organ-organ
reproduksi belum berkembang secara maksimal dan masih terjadi
penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit pada
saat menstruasi. Hal ini dikarenakan organ reproduksi wanita
masih belum berfungsi secara maksimal (Ehrenthal, 2006). Usia
menarche dini atau biasanya ≤ 12 tahun menyebabkan masalah

19
pada remaja dan ketidaksiapan karena pematangan organ
reproduksi yang kemudian mengakibatkan dismenore. Kejadian
dismenore dikarenakan belum mencapai kematangan biologis
(Wulandari & Ungsianik, 2013). Usia menarche yang terlalu dini ≤
12 tahun memiliki efek jangka pendek yaitu terjadinya dismenore,
sedangkan untuk efek jangka panjang dapat memicu terjadinya
kanker serviks, kanker payudara dan mioma (Proverawati dan
Misaroh, 2009).

b. Menarche tarda
Menarche tarda adalah menarche yang baru datang setelah umur 14
tahun. Pubertas dianggap terlambat jika gejala-gejala pubertas baru
datang antara umur 14-16 tahun. Pubertas tarda dapat disebabkan
oleh faktor herediter, gangguan kesehatan, dan kekurangan gizi.

A. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Usia Menarche


Menurut Proverawati dan Misaroh (2009) ada beberapa aspek
yang mempengaruhi menarche, yaitu :
1. Pengaruh waktu terjadinya menarche
Menarche (menstruasi pertama) biasanya terjadi pada wanita sekitar
dua tahun setelah perkembangan payudara. Namun akhir-akhir ini
menarche terjadi pada usia yang lebih muda dan tergantung dari
pertumbuhan individu tersebut, diet dan tingkat kesehatannya.
2. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap waktu terjadinya menarche,
salah satunya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang
memiliki hubungan yang positive serta adanya dukungan dan tingkat
stres yang rendah dalam lingkungan keluarga dapat memperlambat
terjadinya menarche dini sedangkan anak yang tinggal ditengah
keluarga yang penuh konflik, dan ketidakhadiran seorang ayah ketika
ia masih kecil, serta adanya tindakan kekerasan seksual yang dialami
merupakan faktor terjadinya menarche dini.
3. Status sosial ekonomi

20
Menarche terlambat banyak terjadi pada kelompok keluarga yang
memiliki sosial ekonomi sedang sampai tinggi. Orang yang berasal
dari kelompok keluarga yang biasa mengalami menarche lebih dini.
Ini diakibatkan oleh asupan protein yang diserap setiap harinya,
semakin baik tingkat ekonomi keluarga maka asupan protein yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan.
4. Basal Metabolik Indek
BMI merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
menarche. Hasil penelitian yang dilakukan Proverawati dan Misaroh
(2009) menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menarche dini
mempunyai berat badan maksimum 46 kg, sedangkan yang
mengalami menarche terlambat terjadi pada kelompok yang memiliki
berat badan 37 kg, sekitar 4,5 kg lebih rendah dari berat badan ideal.

2.2.3 Riwayat Keluarga


Riwayat penyakit pada keluarga merupakan riwayat medis yang
dimiliki oleh anggota keluarga di masa lalu. Pada umumnya anggota
keluarga tersebut memiliki hubungan darah dan persamaan kondisi fisik
secara anatomis maupun fisiologis (Sophia, 2013; Pillitteri, 2003).
Riwayat keluarga (ibu atau saudara kandung) merupakan salah satu faktor
risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya dismenore.
Kondisi anatomi dan fisiologis seseorang pada umumnya hampir sama
dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Wanita yang memiliki riwayat
keluarga seperti ibu atau saudaraa kandung perempuan yang mengalami
dysmenorrhea cenderung 5,37 kali lebih berisiko dysmenorrhea primer
dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga (Zukri
et al,2009). Dismenore sebagian besar dialami oleh seseorang yang
mempunyai riwayat keluarga atau keturunan dismenore. Dua dari tiga
wanita yang menderita dismenore mempunyai riwayat dismenore pada
keluarganya (Novia dan Puspitasari, 2008).

21
2.2.4 Lama Menstruasi
Masa menstruasi pada wanita berperan sangat besar dalam
hidupnya karena sebagian besar masa hidup perempuan (usia 15-49 tahun)
berkaitan dengan masa menstruasi yang berlangsung selama 3-7 hari
dengan rata-rata selama 5 hari (Nita, 2008). Lama menstruasi yang dialami
wanita dapat disebabkan oleh faktor psikologis maupun fisiologis. Secara
psikologis biasanya berkaitan dengan tingkat emosional remaja putri yang
labil ketika baru menstruasi. Sementara secara fisiologis lebih kepada
kontraksi otot uterus yang berlebihan atau dapat dikatakan mereka sangat
sensitif terhadap hormon ini akibat endometrium dalam fase sekresi
memproduksi hormon prostaglandin. Prostaglandin terbentuk dari asam
lemak tidak jenuh yang disintesis oleh seluruh sel yang ada di dalam tubuh
(Anurogo, 2011). Semakin lama menstruasi terjadi, maka semakin sering
uterus berkontraksi, akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang
dikeluarkan. Akibat prostaglandin yang berlebihan maka timbul rasa nyeri
saat menstruasi (Pilliteri, 2003).
Stres yang dialami oleh remaja akan mempengaruhi
ketidakteraturan lama menstruasi. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan
oleh Muntari (2009), yang menyatakan bahwa stres yang dialami oleh
remaja putri bisa mengakibatkan gangguan menstruasi, salah satunya
gangguan lama menstruasi yang tidak teratur. Lama menstruasi merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya dismenore. Teratur atau tidaknya lama
menstruasi bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu
faktor stres atau aktifitas remaja yang berlebih sehingga mengakibatkan
stres yang bisa menjadikan lama menstruasi tidak menentu. Lama
menstruasi yang terlalu panjang bisa menandakan adanya suatu penyakit
pada diri remaja tersebut. Oleh karena itu perlu adanya deteksi lebih dini
untuk mengetahui penyakit yang terjadi pada remaja guna pencegahan
agar tidak semakin berkembang.

22
2.2.5 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah waktu yang terhitung sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Menurut
Hand (2010) umumnya siklus menstruasi normal yang terjadi pada wanita
yaitu terjadi setiap 28 hari dengan lama menstruasi 2-7 hari. Sedangkan
menurut Gould (2007) siklus menstruasi normal sekitar 21-35 hari.
Gangguan yang terjadi terhadap pola siklus menstruasi wanita yaitu
meliputi polimenore (< 20 hari), oligomenore (> 35 hari), dan amenore (>
3 bulan) (Sitoayu et al, 2016). Menurut Stright, 2001 siklus menstruasi
merupakan pola bulanan dari ovulasi dan menstruasi, dimana ovulasi adalh
proses pelepasan ovum yang matang dari ovarium dan menstruasi sendiri
merupakan proses peluruhan darah, lendir, dan sel-sel epitel dari uterus
secara periodik dengan rata-rata jumlah kehilangan darah yaitu sebesar 50
mL.
Siklus menstruasi dikontrol oleh sekelompok hormon, terutama
hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini dikeluarkan oleh
ovarium pada masa reproduksi dibawah kontrol dua hormon gonadotropin,
yaitu folliclestimulating hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH)
yang merupakan stimulasi dari hipotalamus (Hand, 2010). Dibawah
hormon-hormon tersebut maka terjadilah perubahan pada dinding
endometrium rahim selama siklus menstruasi. Perubahan pada dinding
endometrium selama siklus menstruasi dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
poliferasi (pre-ovulasi), fase sekretori (post-ovulasi), dan fase menstruasi
itu sendiri (Gibson, 2002) .

2.2.6 Mengkonsumsi Fast Food


Makanan cepat saji (fast food) dapat diartikan sebagai makanan
yang dapat disiapkan dan disajikan dengan cepat. Makanan cepat saji
ditandai dengan biaya rendah, porsi ukuran yang besar dan mengandung
tinggi kalori dan lemak (Alamsyah, 2009). Produk makanan cepat saji
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu produk yang berasal dari barat dan
lokal. Makanan cepat saji yang berasal dari barat sering juga disebut fast

23
food modern, dengan makanan yang disajikan pada umumnya berupa fried
chicken, hamburger, pizza, pasta, nugget, kentang goreng dan sejenisnya.
Makanan cepat saji lokal sering juga disebut dengan istilah makanan cepat
saji tradisional seperti warung tegal, restoran padang, warung sunda
(Gustimigo, 2015).
Mudahnya memperoleh makanan siap saji di pasaran memang
memudahkan tersedianya variasi pangan sesuai selera dan daya beli. Selain
itu, pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok bagi
mereka yang selalu sibuk (Sulistijani, 2002). Makanan cepat saji
mengandung tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat. Sering
mengkonsumsi makanan cepat saji dapat menyebabkan obesitas karena
kandungan dari makanan cepat saji tersebut (Virgianto dan Purwaningsih,
2006). Fast food memiliki karakteristik mengandung asam lemak jenuh
yang tinggi, terlalu banyak kandungan garam, dan terlalu banyak gula
yang dimurnikan (Myles, 2014). Kebiasaan makanan cepat saji atau fast
food dapat berpengaruh pada gaya hidup dan dapat membuat gangguan
ginekologi seperti dismenore dan haid tidak teratur (Nakata, 2009).
Menurut (Larasati & Alatas, 2016) makanan cepat saji memiliki
kandungan gizi yang tidak seimbang yaitu kalori tinggi, tinggi lemak,
tinggi gula, dan rendah serat. Kandungan asam lemak didalam makanan
cepat saji mengganggu metabolisme progesterone pada fase luteal dari
siklus menstruasi. Akibatnya terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang
akan menyebabkan rasa nyeri dismenore. Prostaglandin berfungsi
membantu rahim berkontraksi dan mengeluarkan lapisan rahim selama
periode menstruasi. Jadi, pada wanita yang mengalami nyeri haid atau
dismenore ada penumpukan prostaglandin dalam jumlah yang terlalu
banyak, sehingga menyebabkan terjadinya dismenore.

2.2.6 Stress
Menurut American Institute of Stress (2016), tidak ada definisi
yang pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang
berbeda terhadap stres yang sama. Menurut pendapat pakar yang lain, stres

24
merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dari manusia yang mencoba
untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal
(Sherwood, 2014). Kondisi stres dapat diselesaikan oleh berbagai
penyebab atau sumber stes yang disebut sebagai stresor. Stressor adalah
keadaan atau situasi objek atau individu yang dapat menimbulkan stres
(Priyoto, 2014).
Menurut Dadang Hawari (2010) reaksi terhadap stres termasuk
dalam reaksi emosi, contohnya marah-marah, cemas, kesal, mudah
tersinggung, menjadi pesimis. Kondisi ini dipicu oleh ketidakstabilan
hormon didalam tubuh penderita stres. Saat stres, tubuh akan
memproduksi hormon adrenal, estrogen, progesteron serta prostaglandin
yang berlebihan. Meningkatnya hormon estrogen, dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan kontralso uterus yang berlebih. Peningkatan
hormon adrenalin dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot rahim,
kondisi ini membuat kontraksi berlebihan sehingga akan menimbulkan
rasa nyeri.

2.2.7 Overweight
Status gizi yang lebih (overweight) berisiko terjadinya dismenorea
dikarenakan akibat kelebihan berat badan, sehingga meningkatkan kadar
prostaglandin dalam tubuh sehingga memicu terjadinya nyeri pada haid.
Selain itu, akibat dari overweight ini yaitu terdapat jaringan lemak yang
berlebihan yang mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah oleh jaringan
lemak pada organ reproduksi wanita, sehingga darah yang seharusnya
mengalir pada proses menstruasi terganggu dan mengakibatkan nyeri pada
saat menstruasi (Sofia, 2013).

2.3 Penelitian Terkait


Gambaran mengenai penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian ini dideskripsikan dalam tabel berikut :

25
Tabel 2.1 Penelitian Terkait
No Judul Variabel Desain Hasil
Penelitian
Penelitian Penelitian

1 Perbedaan Variabel Penelitian Dari 60 responden, didapatkan hasil


Kejadian Dependen: observasional 39 wanita mengalami dismenorea
Dismenorea analitik, primer, 17 diantaranya perokok
Dismenorea
Primer dengan pasif, 15 perokok aktif, dan 5 bukan
primer
antara pendekatan perokok. Sedangkan yang tidak
Wanita Variabel cross mengalami dismenorea primer
Perokok independen: sectional sebanyak 21 responden yang terdiri
(Aktif dan dari 5 perokok aktif, 3 perokok
Wanita
Pasif) pasif, dan 13 bukan perokok. Hasil
perokok
dengan perhitungan dengan metode chi
(aktif dan
Wanita square (X2) tabel 2x3 adalah 12,308
pasif) dan
bukan (p>0,05). Dari data tersebut
wanita
Perokok terdapat perbedaan angka kejadian
bukan
dismenorea primer antara wanita
perokok
perokok dengan wanita bukan
Martha T. B perokok. Dengan rasio prevalensi
adalah sebesar 2,28 yang berarti
2009
bahwa merokok merupakan faktor
resiko terjadinya dismenorea
primer.

2. Pengaruh Variabel Penelitian Hasil dari penelitian ini


Perokok Dependen: observasional menunjukkan prevalensi dismenore
Pasif analitik, primer yang lebih rendah (p kurang
Dismenorea
terhadap dengan dari 0.001) pada kelompok wanita
primer
Kejadian pendekatan tidak terpapar dibandingkan pada
Dismenorea Variabel kohor kelompok wanita yang terpapar.
Primer independen: retrospektif Pada kalangan wanita yang tidak

26
Perokok dan teknik terpapar asap rokok, 33,3%
pasif sampling diantaranya mengalami dismenore
Raisa
paparan primer, sedangkan pada kalangan
Amini
tetap. wanita yang terpapar asap rokok,
2010 91,7% diantaranya mengalami
dismenore primer. Hasil Kai
Kuadrat (X2) pada penelitian ini
ialah 43,556 (p.0.05). Diantara
siklus paparan asap tembakau
lingkungan, terdapat hubungan
dosis-respon yang positif dan
signifikan antara paparan asap
tembakau dan peningkatan kejadian
dismenore di dalam studi kohor ini.
Berdasarkan data ini, terdapat
perbedaan yang signifikan dalam
tingkat insiden dismenore primer
antara wanita yang merokok pasif
dan wanita yang tidak merokok.
Dengan rasio odds 23 yang berarti
bahwa wanita perokok pasif
memiliki risiko 23 kali lebih besar
untuk menderita dismenore primer
dibanding dengan wanita bukan
perokok.

3. Hubungan Variabel Survei Sebanyak 31 responden (32,6%)


Paparan Dependen: analitik terpapar asap rokok lingkungan,
Asap Rokok dengan dan 64 responden (67,4%) tidak
Dismenorea
Lingkungan rancang terpapar asap rokok lingkungan.
primer
dengan bangun Responden yang mengalami
Kejadian Variabel penelitian dismenorea primer pada kelompok

27
Dismenorea independen: cross terpapar asap rokok (87,1%) lebih
Primer sectional banyak dibandingkan dengan
Paparan
kelompok yang tidak terpapar asap
asap rokok
rokok lingkungan (64,1%). Secara
lingkungan
Rifki YS, statistik terdapat perbedaan yang
Ermawati, bermakna kejadian dismenorea
Irvan primer berdasarkan paparan asap
Medison rokok lingkungan (p < 0,05) yang
artinya terdapat hubungan
2016
bermakna antara paparan asap
rokok lingkungan dengan kejadian
dismenorea primer. Dengan rasio
odds 3,79 yang berarti bahwa
wanita yang terpapar asap rokok
memiliki risiko 4 kali lebih besar
untuk menderita dismenore primer
dibanding dengan wanita yang
tidak terpapar asap rokok.

28
2.4 Kerangka Teori

Host

1. Menarche pada usia ≤ 12 tahun


2. Riwayat keluarga dengan keluhan
dismenore
3. Overweight
4. Kebiasaan makan-makanan cepat saji
5. Lama menstruasi
6. Stress

DISMENOREA
PRIMER

Environmental Agent
Nikotin
Paparan Asap Tar
Rokok Co

Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Paparan Asap Rokok dengan


Kejadian Dismenorea Primer pada Mahasiswi di
Universitas Sriwijaya
(Sumber: Teori Jhon Gordon)

29
BAB III
KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep


Dalam penelitian ini dikembangkan kerangka konsep yang akan
mengarahkan penelitian. Dibawah ini adalah gambar kerangka konsep
penelitian ini.

1. Paparan asap rokok


(Second Hand Smoke)
2. Usia menarche terlalu
dini
3. Riwayat keluarga dengan
Dismenorea Primer
keluhan dismenore
primer
4. Lama menstruasi
5. Mengkonsumsi fast food

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Paparan Asap Rokok


dengan Kejadian Dismenorea Primer pada Mahasiswi di
Universitas Sriwijaya

30
3.2 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel dependen dan
independen yang diteliti adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Variabel Dependen
Dismenore Nyeri yang wawancara Kuesioner 1. Ya (NRS > 0) Ordinal
primer dirasakan ketika numeric rating 2. Tidak
haid scale (NRS) (NRS =0)
(Ningsih, 2011)
Variabel Independen
Paparan Masuknya atau wawancara Kuesioner 1. Terpapar tinggi Ordinal
asap rokok dimasukkannya (≥ 2)
asap rokok 2. Terpapar
kedalam tubuh rendah
dengan cara 1) (< 2)
merupakan
perokok aktif 2)
Anggota keluarga
perokok 3)
Tetangga perokok
4) Teman dekat
perokok

Usia Usia wanita wawancara Kuesioner 1. ≤ 12 tahun Ordinal


Menarche pertama kali 2. 13 -14 tahun
terlalu dini mengalami 3. > 14 tahun
menstruasi (Ehrenthal, 2006)
(≤ 12 tahun)

Riwayat riwayat medis wawancara Kuesioner 1. Ada Nominal


keluarga dengan keluhan 2. Tidak ada
dengan dismenore primer (Sophia, 2013;

31
keluhan yang dimiliki oleh Pilliteri, 2003).
dismenore anggota keluarga
primer di masa lalu (ibu
atau saudara
kandung)
Lama Durasi lama wawancara Kuesioner 1. 3 – 7 hari Ordinal
menstruasi menstruasi dalam 2. > 7 hari
satu siklus (Nita, 2008)
menstruasi

Mengkonsu Frekuensi wawancara Kuesioner 1. Sering Ordinal


msi fast mengonsumsi fast (≥ 3x/minggu)
food food dalam satu 2. Jarang
bulan terakhir (< 3x/minggu)
(Pramanik, 2014)

3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian dismenorea
primer pada mahasiswi di Universitas Sriwijaya.
2. Ada hubungan antara usia menarche dini dengan kejadian dismenorea
primer pada mahasiswi di Universitas Sriwijaya.
3. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan keluhan dismenore
primer dengan kejadian dismenorea primer pada mahasiswi di
Universitas Sriwijaya.
4. Ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenorea
primer pada mahasiswi di Universitas Sriwijaya.
5. Ada hubungan antara mengkonsumsi fast food dengan kejadian
dismenorea primer pada mahasiswi di Universitas Sriwijaya.

32
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terkait
akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Wibowo, 2014).
Rancangan ini digunakan karena pada penelitian ini ditujukan untuk
mencari hubungan antara variabel independen meliputi paparan asap
rokok, usia menarche dini, lama menstruasi, riwayat keluarga, dan
menkonsumsi fast food terhadap variabel dependen kejadian dismenore
primer dengan melakukan pengukuran sesaat atau periode yang sama
(Sastroasmoro, 2011).

4.2 Populasi dan Sampel


4.2.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian
(Notoadmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
mahasiswi yang ada di Universitas Sriwijaya.
4.2.3 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi atau objek yang akan
diteliti dan dapat mewakili seluruh populasi pada penelitian
(Notoadmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan kriteria-kriteria sampel meliputi :
A. Kriteria Inklusi
1. Usia 18-22 tahun
B. Kriteria Ekslusi
1. Memiliki riwayat kelainan ginekologik.
2. Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

33
C. Estimasi Besaran Sampel
Besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus
besar Lemeshow (1990), yakni sebagai berikut :

n
Z1 / 2 2 P1 P   Z1  P11 P1 P 21 P 22
P1  P 22

Keterangan :
n = Besar sampel minimum pada kasus cross sectional
Z1- α/2 = Nilai baku normal berdasarkan α yang ditentukan = 1,96
Z1-ß = Nilai baku normal berdasarkan ß yang ditentukan = 0,84
P1 = Proporsi efek pada kelompok dengan faktor risiko
P2 = Proporsi efek pada kelompok tanpa faktor risiko
P = (P1 + P2) / 2

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan dari Penelitian Terdahulu


No Variabel P1 P2 n Sumber

1. Usia Menarche 0,029 0,275 43 Sulistyorini.S dkk,


dini (2017) ; Hasrinta
dan Pajeriaty
(2014)

2. Riwayat keluarga 0,027 0,698 9 Sulistyorini.S dkk,


(2017) ; Atta. K et
al., (2016)

3. Paparan asap 0,02 0,258 43 Chen et al., (2000)


rokok ; Rifki YS, (2016)

4. Lama menstruasi 0,046 0,296 46 Sophia, et al.,


(2013) ;
Sulistyorini.S dkk,
(2017)

5. Mengkonsumsi 0,02 0,334 29 Setiani, I. (2011) ;


fast food Indahwati, A.N.
(2017)

34
Dari perhitungan besar sampel menggunakan rumus yang telah
disebutkan di atas, diperoleh nilai n yang terbesar yaitu 46 orang. Jumlah
sampel ini dikali dua karena menggunakan dua proporsi menjadi 92 orang,
untuk menghindari missing data maka ditambah 10% dari jumlah sampel
menjadi 101 orang.

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
proporation sampling, adalah cara pengambilan ampel yang
memperhatikan pertimbangan unsur – unsur atau kategori dalam populasi
penelitian (Sugiyono, 2003). Jumlah populasi minimal subjek penelitian
ini adalah 101 orang.
Berdasarkan teknik proporation sampling diperoleh jumlah sampel
sebanyak 101 orang dan pembagian sampel untuk masing-masing fakultas
dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2007).

𝑥
𝑛= 𝑥 𝑁1
𝑁
Keterangan :
n : Jumlah sampel yang diinginkan
N : Jumlah seluruh populasi yang ada
x : Jumlah populasi pada setiap strata
N1 : Jumlah sampel

Berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel dari masing-masing fakultas


adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Mahasiswi Strata-1 Pada Masing-Masing Fakultas

No FAKULTAS JUMLAH SAMPEL


1 Ekonomi 958 9

2 Hukum 565 5

3 Kedokteran 693 6

35
4 Teknik 660 6

5 Pertanian 1500 14

6 FKIP 1952 18

7 FISIP 1305 12

8 FMIPA 1688 15

9 Ilmu Komputer 523 5

10 Kesehatan Masyarakat 1153 11

TOTAL 10997 101

(sumber : www.unsri.ac.id)

4.3 Jenis, Cara, dan Alat Pengumpulan Data


4.3.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian atau data yang
bersumber atau berasal dari informan yang berkaitan dengan variabel
pelaksaaan program (Rukmana, 2013). Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner,
sumber data primer diantaranya meliputi usia menarche, riwayat keluarga
dengan keluhan dismenore primer, paparan asap rokok, lama menstruasi
dalam satu siklus, dan frekuensi dalam mengkonsumsi fast food.
4.3.2 Cara Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang akan dikumpulkan adalah data
primer. Data primer diperoleh langsung oleh peneliti melalui wawancara
yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Kuisioner
merupakan suatu cara pengumpulan data mengenai suatu masalah yang
umumnya banyak menyangkut banyak orang (Notoadmodjo, 2010).
Wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan dengan tanya
jawab langsung oleh peneliti dengan responden.
4.3.3 Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat atau instrumen
berupa pedoman wawancara dalam bentuk kuesioner. Pertanyaan yang

36
termasuk dalam kuesioner menggunakan literatur dari beberapa
kepustakaan dan dari penelitian terdahulu yang terkait.

4.4 Pengelolaan Data


Menurut Notoadmodjo (2010), semua data yang telah dikumpulkan
selanjutnya akan diolah menggunakan program komputer, tahap
pengelolahan data yakni :
a. Editing
Editing dimaksudkan untuk memeriksa kembali kuesioner terhadap
kelengkapan isi, kejelasan jawaban responden, relevansi jawaban
dengan pertanyaan, dan konsistensi pengisian setiap jawaban di
kuesioner.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka untuk mempermudah pada saat melakukan
analisis data.
c. Entry
Entry merupakan tahap memasukkan data yang telah di-coding
kedalam program komputer statistik untuk selanjutnya dianalisis.
d. Cleaning
Pada tahapan ini dilakukan kegiatan memeriksa kembali data yang
telah dimasukkan untuk menghindari kesalahann data sehingga data
siap diolah dan dianalisis.

4.5 Analisis dan Penyajian Data


4.5.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan pada masing-masing variabel yang
akan diteliti dengan tujuan untuk untuk melihat gambaran distribusi
keterpajanan asap rokok, kejadian dismenorea primer, usia menarche dini,
riwayat keluarga dengan keluhan dismenorea primer, lama menstruasi, dan
konsumsi fast food.

37
4.5.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen yang diteliti. Pada penelitian
ini dicari hubungan antara pajanan asap rokok sebagai variabel bebas
utama dan setelah dikontrol oleh variabel lain yang ikut diuji yaitu, usia
menarche, riwayat keluarga dengan keluhan dismenorea primer, lama
menstruasi, dan mengkonsumsi fast food dengan variabel terikat yaitu,
kejadian dismenorea primer. Uji statistik yang digunakan pada penelitian
ini adalah Uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% dan α = 0,05.
Keputusan yang didapatkan dari uji Chi-Square adalah :
1. Ho ditolak jika P value (sig) ≤ (0,05), artinya terdapat hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat.
2. Ho diterima jika P value (sig) ≥ (0,05), artinya tidak terdapat
hubungan antara variabel bebas dan terikat.
Hubungan statistik jika P value (sig) ≤ α (0,05), hasil interpretasi PR
adalah:
1. Jika PR >1, menunjukkan bahwa faktor pajanan meningkatkan/
memperbesar kejadian dismenore primer
2. Jika PR <1, menunjukkan bahwa faktor pajanan akan mengurangi
resiko kejadian dismenore primer
3. Jika PR = 1, tidak terdapat asosiasi antara faktor pajanan dengan
terjadinya dismenore primer
Dengan PR dapat memperkirakan tingkat kemungkinan resiko
masing-masing variabel yang diteliti terhadap kejadian dismenorea primer.
Nilai Prevalens Ratio adalah suatu nilai estimasi hubungan antara penyakit
dengan faktor resiko.

4.6 Penyajian Data


Pada penelitian ini data akan disajikan dalam bentuk tabel dan
disertai narasi sebagai interpretasi dari data yang disajikan.

38
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian


Gagasan untuk memiliki sebuah perguruan tinggi di Sumatera
Selatan telah ada sejak awal tahun 1950-an, gagasan terebut baru di
ungkapkan dalam suatu kesempatan perayaan hari Kemerdekaan Indonesia
tanggal 17 Agustus 1952. Setelah penyampaian ide tersebut dengan
diprakarsai oleh beberapa pemuka masyarakat, akhirnya terbentuklah
"Panitia Fakultet Sumatera Selatan". Menjelang akhir Agustus 1952,
dengan berbagai pertimbangan dan menemukan kesepakanan bahwa
ditetapkan yang pertama akan didirikan adalah fakultas ekonomi. Untuk
itu dibentuklah "Panitia Fakultet Ekonomi Sumatera Selatan" yang
dikelola oleh suatu yayasan yang didirikan pada tanggal 1 April 1953
dengan nama "Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti".
Pada tanggal 31 Oktober 1953 dalam suatu acara yang dihadiri
oleh Mr. Hadi, Sekretaris Jenderal Kementrian Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan (PPK), Drg. M. Isa (Gubernur Sumatera Selatan), Bambang
Utoyo (Panglima TT II Sriwijaya) dan Ali Gathmyr (Ketua DPRD
Sumatera Selatan) secara resmi dilakukan pembukaan Fakultas Ekonomi
di bawah Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti
Upaya melengkapi perguruan tinggi pada tanggal 1 November
1957, bertepatan dengan perayaan dies natalis IV Fakultas Ekonomi,
diresmikanlah Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat.
Pengembangan kemudian dilanjutkan dengan bantuan Penguasa Militer
Teritorial II Sriwijaya yang memberikan bantuan keuangan untuk
mendirikan gedung permanen Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti di
Bukit Besar (kini Kampus Unsri Bukit). Upacara peletakan batu
pertamanya dilakukan pada tanggal 31 Oktober 1957.
Upaya selanjutnya adalah penegerian perguruan tinggi yang sudah
ada tersebut. Dengan perjuangan gigih tokoh masyarakat Sumsel
diantaranya yaitu Kolonel Harun Sohar (Panglima selaku Ketua Paperda

39
TT II/ Sriwijaya) dan A. Bastari (Gubernur), hambatan yang masih ada
untuk berdirinya universitas negeri di Palembang dapat diatasi. Delegasi
yang dikirim ke Jakarta bulan Desember 1959 menemui Menteri PPK (Mr.
Moh yamin) berhasil memperoleh jaminan kesediaan pemerintah untuk
mengambil alih Perguruan tinggi Syakhyakirti menjadi suatu universitas
negeri. Dengan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1960 tanggal 29
Oktober 1960 (Lambaran Negara Tahun 1960 No. 135) akhirnya berdirilah
Universitas Sriwijaya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 3
November 1960 dalam upacara penandatanganan piagam pendirian oleh
Presiden Sukarno dengan disaksikan oleh Menteri PPK (Mr. Priyono) dan
beberapa Duta Besar negara sahabat. Sebagai Presiden Universitas yang
pertama diangkat Drg. M. Isa yang diangkat dengan Keputusan Presiden
No. 696/M tahun 1960 tanggal 29 Okober 1960.
Untuk memenuhi tuntutan perkembangan, Unsri kemudian
merencanakan penambahan kampus, di luar Bukit Besar yang sudah ada,
dengan membebaskan tanah seluas 712 hektar, di Indealaya, Kabupaten
Ogan Komering Ilir (Sekarang Ogan Ilir-OI), pada tahun 1982.
Pembangunan kampus baru ini dimulai pada tahun 1983 dengan bantuan
dana Asian Development Bank (ADB), yang secara fisik baru dimulai
pada tahun 1989 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 1993. Pada
tanggal 1 September 1993 Gubernur Sumatera Selatan H Ramli Hasan
Basri memberikan kuliah perdana sebagai menandai awal kegiatan
akademik di kampus baru yang terletak di Indralaya. Namun, untuk
pemanfaatan sepenuhnya fasilitas di Kampus Inderalaya ini baru dapat
dilakukan dengan adanya Keputusan Rektor pada bulan Januari 1995
dimana diberitahukan bahwa terhitung sejak tanggal 1 Februari 1995
semua kegiatan administrasi dan sebagian besar kegiatan akademik akan
diselenggarakan di Kampus Indralaya. Pada tanggal 6 maret 1997
merupakan peresmian Kampus Unsri Indralaya yang sesungguhnya yang
dilakukan oleh Presiden Soeharto.
Saat ini Universitas Sriwijaya memiliki sepuluh fakultas dengan
jumlah total mahasiswa Universitas Sriwijaya tahun 2018 sebanyak 38.741

40
mahasiswa. Fakultas yang terdapat didalam Universitas Sriwijaya adalah
sebagai berikut :
1. Fakultas Ekonomi
2. Fakultas Hukum
3. Fakultas Teknik
4. Fakultas Kedokteran
5. Fakultas Pertanian
6. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
8. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
9. Fakultas Ilmu Komputer, dan
10. Fakultas Kesehatan Masyarakat

5.2 Analisis Univariat


Dalam analisis ini data disajikan dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi dari variabel yang akan diteliti. Analisis univariat ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran dari variabel-variabel yang diteliti
meliputi dismenorea primer, paparan asap rokok, usia menarche, lama
menstruasi, riwayat keluarga dengan kejadian dismenore primer dan
mengkonsumsi makanan cepat saji. Total responden dalam penelitian ini
sebanyak 101 mahasiswi Universitas Sriwijaya.

5.2.1 Dysmenorrhea Primer


Dysmenorrhea primer dibagi menjadi dua kategori yaitu ya dan
tidak. Ya untuk responden yang mengalami dysmenorrhea primer dan
“tidak” untuk responden yang tidak mengalami dysmenorrhea primer.
Responden dikatakan mengalami dysmenorrhea primer apabila merasakan
nyeri haid selama 6 bulan terakhir. Distribusi frekuensi responden yang
mengalami dysmenorrhea primer dapat dilihat di tabel 5.1.

41
Tabel 5.1
Distribusi Kejadian Dysmenorrhea Primer pada Mahasiswi
Universitas Sriwijaya

Dysmenorrhea Primer n %
Ya 77 76,2
Tidak 24 23,8
Total 101 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi kejadian dissmenorea


primer pada mahasiswi Universitas Sriwijaya sebanyak 77 (76,2%)
mahasiswi yang mengalami dismenorea primer, dan sebanyak 24 (23,8%)
mahasiswi yang tidak mengalami dismenorea primer. Derajat keparahan
dysmenorrhea primer dibagi menjadi 4 kategori, yaitu derajat 0, derajat 1,
derajar 2, derajat 3. Derajat 0 tidak termasuk dismenorea primer, dan untuk
derajat 1 – derajat 3 merupakan dismenorea primer. Distribusi tingkat
keparahan dismenorea primer pada mahasiswi universitas sriwijaya dapat
dilihat dalam tabel 5.2.

Tabel 5.2
Distribusi Derajat Keparahan Dysmenorrhea Primer pada Mahasiswi
Universitas Sriwijaya

Derajat Dysmenorrhea n %
Derajat 0 24 23,8
Derajat 1 21 20,8
Derajat 2 37 36,6
Derajat 3 19 18,8
Total 101 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 distribusi frekuensi derajat dismenorea


primer yang dirasakan oleh mahasiswi universitas sriwijaya yang tertinggi
sebanyak 37 (36,6%) mahasiswi mengalami derajat sedang saat

42
menstruasi, dan yang terendah ada pada derajat 1 sebanyak 21 (20,8%)
mahasiswi.
Waktu munculnya rasa nyeri yang dirasakan cukup beragam ada
rasa nyeri yang timbul dibeberapa jam sebelum menstruasi, diawal
menstruasi, ditengah menstruasi dan ada yang mengalami rasa nyeri
selama menstruasi. Distribusi waktu munculnya rasa nyeri dapat dilihat
dalam tabel 5.3.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Waktu Munculnya Rasa Nyeri yang Dirasakan
Mahasiswi Universitas Sriwijaya

Waktu Munculnya Rasa Nyeri N %


Tidak Nyeri 24 23,8
Beberapa jam sebelum menstruasi 8 7,9
Diawal menstruasi 62 61,4
Ditengah menstruasi 2 2,0
Selama menstruasi 5 5,0
Total 101 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi waktu munculnya rasa


nyeri yang dirasakan oleh mahasiswi universitas sriwijaya yang tertinggi
dirasakan pada saat diawal menstruasi yaitu sebanyak 62 (61,4%)
mahasiswi, dan yang terendah terdapat pada saat ditengah menstruasi yaitu
sebanyak 2 (2,0%) mahasiswi.
Nyeri yang dirasakan bukan hanya nyeri bagian perut saja namun
ada keluhan lain seperti kekauan otot, sakit kepala, nyeri punggung, nyeri
pinggang, nyeri panggung, kram kaki, dll. Distribusi keluhan penyerta
selain nyeri perut bawah dapat dilihat dalam tabel 5.4.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Keluhan Lain yang Menyertai Saat Menstruasi
pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya

43
ya tidak

101 101 101 100


77 79 75
71
63
55 54
46 47
38
30 26
24 22
0 0 0 1

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa untuk keluhan lain yang


dirasakan selain dari nyeri dibawah perut saat menstruasi ynag tertinggi
dialami oleh responden adalah nyeri pinggang sebanyak 71 (70,3%)
mahasiswi, lalu lemas sebanyak 55 (54,5%), dan nyeri panggul sebanyak
54 (53,5%) mahasiswi.
Gambaran umum usia dari mahasiswi yang menjadi responden
dalam penelitian ini berkisaran 17 – 22 tahun. Distribusi usia responden
dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 5.5.

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Usia pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya

Usia (tahun) N %
17 1 1,0
18 10 9,9
19 15 14,9
20 25 24,8
21 40 39,6
22 10 9,9
Total 101 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 distribusi usia pada mahasiswi Universitas


Sriwijaya yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu dengan

44
frekuensi terbanyak terdapat pada usia 21 tahun sebanyak 40 (39,6%)
mahasiswi, lalu diikuti oleh mahasiswi dengan usia 20 tahun sebanyak 25
(924,8%) mahasiswi, dan usia 19 tahun sebanyak 15 (14,9%) mahasiswi.

5.2.2 Paparan Asap Rokok


Paparan asap rokok terbagi menjadi 2 kategori, yaitu terpapar
rendah, dan terpapar tinggi. Kuesioner dalam paparan asap rokok terdapat
4 kategori, yaitu status merokok, paparan asap rokok dirumah, teman
sebaya, dan tempat umum. Untuk kategori terpapar rendah mengalami ≤ 1
kategori diatas, dan untuk terpapar tinggi mengalami minimum 2 kategori
diatas. Distribusi responden berdasarkan kategori diatas dapat dilihat pada
tabel 5.6.

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Paparan Asap Rokok pada Mahasiswi
Universitas Sriwijaya

N %
Terpapar rendah 47 46,5
Terpapar tinggi 54 53,5
Total 101 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 distribusi frekuensi paparan asap rokok


terhadap mahasiswi Universitas Sriwijaya sebanyak 47 (46,5%) mahasiswi
yang terpapar asap rokok dengan frekuensi rendah, dan sebanyak 54
(53,5%) mahasiswi terpapar asap rokok dengan frekuensi yang tinggi.

5.2.3 Usia Menarche


Menarche merupakan menstruasi pertama kali yang dialami wanita
biasanya terjadi dalam rentang usia 10 – 16 tahun atau pada masa awal
remaja di tengah masa pubertas dan sebelum memasuki masa reproduksi.
Distribusi usia menarche dapat dilihat dalam tabel 5.8.

45
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Usia Menarche pada Mahasiswi Universitas
Sriwijaya

Usia Menarche N %
≤12 tahun 41 40,6
≥ 13 tahun 60 59,4
Total 101 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 terlihat bahwa responden yang mengalami


menstruasi pertama kali yang tertinggi pada usia ≥ 13 tahun dengan
persentase sebesar 59,4%.

5.2.4 Lama Menstruasi


Lama menstruasi merupakan waktu yang diperlukan responden
dalam siklus menstruasi (dari keluarnya darah hingga berhenti). Terdapat 2
kategori didalam variabel ini, yaitu 3-7 hari, dan > 7 hari. Distribusi lama
menstruasi yang dialami responden dapat dilihat dalam tabel 5.8.

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Lama Menstruasi pada Mahasiswi
Universitas Sriwijaya

n %
3 – 7 hari 90 89,1
>7 hari 11 10,9
Total 101 100,0

Berdasarkan tabel 5.8 distribusi rata-rata jumlah hari yang


dibutuhkan dalam satu siklus menstruasi pada mahasiswi Universitas
Sriwijaya sebanyak 90 (89,1%) mahasiswi membutuhkan waktu 3 – 7 hari,
dan sebanyak 11 mahasiswi (10,9%) mahasiswi membutuhkan waktu > 7
hari.

46
Gambaran siklus mentruasi yang dialami setiap bulannya oleh
sebagian mahasiswi universitas sriwijaya yang menjadi responden dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 5.9.

Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi pada Mahasiswi
Universitas Sriwijaya

N %
1 kali 97 96,0
2 kali 4 4,0
Total 101 100,0

Berdasarkan tabel 5.9 distribusi frekuensi siklus menstruasi


pada mahasiswi Universitas Sriwijaya sebanyak 97 (96,0%) mahasiswi
yang mengalami siklus menstruasi 1 kali dalam satu bulan, dan
sebanyak 4 (4,0%) mahasiswi yang mengalami siklus menstruasi 2 kali
dalam setiap bulannya.

5.2.5 Riwayat Keluarga


Riwayat keluarga dengan keluhan dysmenorrhea primer
merupakan riwayat keluhan dysmenorrhea primer yang dimiliki oleh
anggota keluarga (ibu kandung atau saudara kandung). Riwayat keluarga
ini memiliki 2 kategorik, yaitu ada dan tidak ada. Distribusi riwayat
keluarga dengan keluhan dysmenorrhea primer dapat dilihat dalam tabel
5.10.
Tabel 5.10
Distribusi Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenorea Primer
pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya

Riwayat Keluarga n %
Ada 57 56,4
Tidak Ada 44 43,6
Total 101 100,0

47
Berdasarkan tabel 5.10 distribusi frekuensi responden yang
memiliki riwayat keluarga dengan kejadian dismenorea primer pada
mahasiswi universitas sriwijaya adalah sebanyak 57 (56,4%)
mahasiswi, dan sebanyak 44 (43,6%) mahasiswi tidak memiliki
anggota keluarga dengan riwayat dismenorea primer.

5.2.6 Mengkonsumsi Fast Food


Mengkonsumsi makanan cepat saji adalah jumlah frekuensi
responden dalam mengkonsumsi makan cepat saji dalam waktu satu bulan
terakhir. Dalam kuesioner terdapat 15 jenis makanan cepat saji dan dapat
ditambahakan jika responden mengkonsumsi makanan cepat saji selain
yang terdapat didalam kuesioner.

Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji pada
Mahasiswi Universitas Sriwijaya

N %
Sering 53 52,5
Jarang 48 47,5
Total 101 100,0

Berdasarkan tabel 5.11 distribusi frekuensi mahasiswi


universitas sriwijaya yang mengkonsumsi makanan cepat saji dengan
frekuensi tinggi atau sering sebanyak 53 (52,5%) mahasiswi, dan
sebanyak 48 (47,5%) mahasiswi yang mengkonsumsi makanan cepat
saji dengan frekuensi rendah atau jarang.

5.3 Hasil Analisis Bivariat


Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Hubungan kemaknaan variabel
independen dan variabel dependen dapat diketahui dengan melakukan uji

48
Chi – Square. Berikut adalah hasil dari analisis bivariat dari setiap variabel
independen yang diteliti.

5.3.1 Paparan Asap Rokok


Hubungan antara paparan asap rokok dengan dysmenorrhea primer
pada responden dapat dilihat dalam tabel 5.13.

Tabel 5.13
Hasil Tabusilang antara Paparan Asap Rokok dengan Dysmenorrhea
Primer pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya

Kejadian Dismenore
Primer PR
Kategori p-value
Ya Tidak (95% Cl)
n % n %
Terpapar 29 61,7 18 38,3 0,001 0,694
rendah (0,544 –
Terpapar tinggi 48 88,9 6 11,1 0,886)

Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa pada responden yang


terpapar asap rokok dengan frekuensi tinggi dan mengalami kejadian
dysmenorrhea primer yaitu sebanyak 48 orang (88,9%) cenderung lebih
banyak dibandingkan yang terpapar asap rokok dengan frekuensi rendah
yaitu sebanyak 26 orang (61,7%). Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan
hasil bahwa terdapat hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian
dismenorea primer pada mahasiswi Universitas Sriwijaya (p-value= 0,001;
PR = 0,694.
Hasil perhitungan PR= 0,694 (Cl=95%; 0,544-0,886), yang artinya
bahwa variabel terpapar asap rokok merupakan faktor protektif, dimana
bahwa mahasiswi yang terpapar asap rokok dengan frekuensi tinggi
memiliki risiko sebesar 30% lebih tinggi untuk mengalami dismenorea
primer dibandingkan dengan mahasiswi yang terpapar asap rokok dengan
frekuensi rendah. Di populasi umum, peneliti yakin 95% bahwa orang
yang terpapar asap rokok dengan frekuensi tinggi berisiko mengalami

49
dismenorea primer antara 20% sampai 50% lebih tinggi dibandingkan
dengan responden yang terpapar asap rokok rendah.

5.3.2 Usia Menarche


Hubungan antara usia menarche dengan kejadian dysmenorrhea
primer pada responden dapat dilihat pada tabel 5.14.

Tabel 5.14
Hasil Tabusilang antara Usia Menarche dengan Dysmenorrhea
Primer pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya

Kejadian Dismenore
Primer PR
Kategori p-value
Ya Tidak (Cl 95%)
n % n %
≤ 12 tahun 32 41,6 9 37,5 0,724 1,041
≥ 13 tahun 45 58,4 15 62,5 (0,836 –
1,295)

Berdasarkan tabel 5.14 bahwa responden dengan usia menarche


terlalu dini dan mengalami kejadian dysmenorrhea primer cenderung lebih
sedikit dibandingkan dengan responden yang memiliki usia menarche
yang seharusnya. Dari hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p-
value sebesar 0,724 (p-value > 0,05); PR = 1,041. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
riwayat keluarga dengan kejadian dysmenorrhea primer.

5.3.3 Lama Menstruasi


Hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dysmenorrhea
primer pada responden dapat dilihat pada tabel 5.15.

Tabel 5.15

50
Hasil Tabusilang antara Lama Menstruasi dengan Dysmenorrhea
Primer pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya

Kejadian Dismenore
Primer PR
Kategori p-value
Ya Tidak (Cl 95%)
N % n %
2-7 hari 67 87,0 21 87,5 1,000 0,990
>7 hari 10 13,0 3 12,5 (0,719-1,363)

Berdasarkan tabel 5.15 bahwa responden dengan frekuensi 2 – 7


hari menstruasi dengan kejadian dysmenorrhea primer cenderung lebih
banyak dibandingkan dengan responden yang frekuensi lama
menstruasinya rata-rata selama > 7 hari. Dari hasil uji statistik Chi-Square
didapatkan nilai p-value sebesar 1,000 (p-value > 0,05); PR= 0,990. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara riwayat keluarga dengan kejadian dysmenorrhea primer.

5.3.4 Riwayat keluarga


Hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian dysmenorrhea
primer dengan kejadia dysmenorrhea primer pada responden dapat dilihat
pada tabel 5.16.

Tabel 5.16
Hasil Tabusilang antara Riwayat Keluarga dengan Dysmenorrhea
Primer pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya

Kejadian Dismenore
Primer PR
Kategori p-value
Ya Tidak (95% Cl)
n % N %
Tidak ada 31 40,3 17 70,8 0,009 0, 744
Ada 46 59,7 7 29,2 (0,589– 0,941)

51
Berdasarkan tabel 5.16 menunjukkan bahwa pada responden yang
memiliki riwayat keluarga dengan kejadian dismenorea primer dan
mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 46 orang (59,7%)
cenderung lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak
memiliki riwayat keluarga dengan kejadian dismenorea primer dan
mengalami dismenorea primer yaitu sebanyak 31 orang (40,3%). Hasil uji
statistik Chi-Square didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara
riwayat keluarga dengan kejadian dismenorea primer pada mahasiswi
Universitas Sriwijaya (p-value = 0,009; PR = 0,744).
Hasil perhitungan PR= 0,744 (Cl=95%; 0,589 – 0,941), maka dapat
disimpulkan bahwa mahasiswi yang memiliki riwayat keluarga dengan
kejadian dismenorea primer merupakan faktor protektif, yang artinya
bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga dengan kejadian dismenorea
primer memiliki risiko sebesar 30% lebih tinggi untuk mengalami
dismenorea primer dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak memiliki
riwayat keluarga dengan kejadian dismenorea primer. Di populasi umum,
peneliti yakin 95% bahwa responden yang memiliki riwayat keluarga
dengan kejadian dismenorea primer berisiko mengalami dismenorea
primer antara 10% sampai 50% lebih tinggi dibandingkan dengan
responden yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kejadian
dismenorea primer.

5.3.5 Mengkonsumsi Fast Food


Hubungan antara mengkonsumsi makanan cepat saji dengan
kejadian dysmenorrhea primer pada responden dapat dilihat pada tabel
5.17.
Tabel 5.17
Hasil Tabusilang antara Mengkonsumsi Fast Food dengan
Dysmenorrhea Primer pada Mahasiswi Universitas Sriwijaya

52
Kejadian Dismenore
Primer p- PR
Kategori
Ya Tidak value (95% Cl)
n % N %
Sering 45 58,4 8 33,3 0,032 0,782
Jarang 32 41,6 16 66,7 (0,589–0,988)

Berdasarkan tabel 5.17 menunjukkan bahwa responden yang


mengkonsumsi makanan cepat saji dengan frekuensi yang sering dan
mengalami kejadian dysmenorrhea primer yaitu sebanyak 45 (58,2%)
cenderung lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
mengkonsumsi makanan cepat saji dengan frekuensi yang jarang yaitu
sebanyak 32 (41,6%). Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan hasil
bahwa terdapat hubungan antara mengkonsumsi makanan cepat saji
dengan kejadian dismenorea primer pada mahasiswi Universitas Sriwijaya
(p-value= 0,032; PR = 0,782).
Hasil perhitungan PR= 0,782 (Cl=95%; 0,624-0,988), hal ini
menunjukkan bahwa variabel mengkonsumsi makanan cepat saji
merupakan faktor protektif, yang artinya mahasiswi yang mengkonsumsi
makanan cepat saji dengan frekuensi yang sering berisiko sebesar 30%
untuk mengalami dismenorea primer dibandingkan dengan mahasiswi
yang mengkonsumsi makanan cepat saji dengan frekuensi yang jarang. Di
populasi umum, peneliti yakin 95% bahwa responden yang mengkonsumsi
makanan cepat saji dengan frekuensi yang sering berisiko mengalami
dismenorea primer antara 10% sampai 40% lebih tinggi dibandingkan
dengan responden yang mengkonsumsi makanan cepat saji dengan
frekuensi yang jarang.

53
BAB VI
PEMBAHASAN

6.2 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu pada instrumen
penelitian. Pengambilan data untuk variabel paparan asap rokok peneliti
hanya menggunakan kuesioner National Adult Tobacco Survey
Questionnaire yang dimana hasilnya tidak terlalu kuat jika tidak
didampingi dengan pengambilan tes laboratorium. Tes laboratorium disini
yang dilakukan adalah untuk menguji kadar nikotin didalam darah, namun
keterbatasan lab yang berada di kota Palembang sehingga peneliti tidak
dapat melakukan tes tersebut sehingga hanya menggunakan alat ukur
berupa kuesioner.
Pengambilan data pada variabel mengkonsumsi makanan cepat
saji, peneliti hanya menggunakan food frequency questionnaire (FFQ)
yang memiliki keterbatasan dalam memperoleh informasi yang akurat.
Ketidakakuratan informasi yang didapat dikarenakan metode yang
digunakan hanya mengandalkan daya ingat dan perkiraan dari responden
sehingga hasil yang didapatkan lebih bersifat subjektif.

6.2 Prevalensi Dysmenorrhea Primer


Hasil yang didapatkan dari analisis univariat bahwa kejadian
dysmenorrhea primer pada mahasiswi Universitas Sriwijaya sebesar
76,2%. Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid yang sedemikian
hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaan untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 2008).
Dismenore sendiri dikarakteristikan sebagai nyeri singkat yang dirasakan
sebelum atau selama menstuasi. Nyeri haid ini berlangsung selama satu
sampai beberapa hari selama menstruasi (Reeder, 2013).
Dysmenorrhea primer merupakan salah satu gangguan menstruasi
yang berupa nyeri yang dirasakan saat menstruasi tanpa adanya kelainan
pada anatomi pelvic dan penyakit pelvic lainnya (Hudson, 2007). Peneliti

54
mengidentifikasi kelaian pada anatomi pelvic atau penyakit pelvic lainnya
dengan menanyakan kepada responden adakah diagnosa penyakit terkait
alat reproduksi dan mengenai tindakan operasi ginekologik. Jika
responden menjawab iya, maka responden akan dikeluarkan dari sampel
penelitian karena diduga responden mengalami dysmenorrhea sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada satupun responden yang ada
kelainan pada anatomi pelvicnya.
Dysmenorrhea primer yang dialami oleh responden mayoritas
berada pada derajat dua, yaitu sebesar 36,6%. Dysmenorrhea derajat dua
adalah dysmenorrhea yang dimana rasa nyeri yang dirasakan sedang dan
sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari (Simanjuntak, 2008). Responden
yang berada pada dysmenorrhea derajat tiga sebesar 18,8%, dysmenorrhea
derajat tiga merupakan nyeri yang dirasakan sangat berat dan tidak
berkurang walaupun telah memakan obat dan tidak mampu beraktivitas
(Simanjuntak, 2008). Responden yang mengalami dysmenorrhea derajat
satu sebesar 20,8%, dysmenorrhea derajat satu merupakan nyeri yang
dirasakan ringan dan memerlukan obat penghilang rasa nyeri, namun
aktifitas sehari-hari tidak terganggu (Simanjuntak, 2008).
Rasa nyeri yang dirasakan saat menstruasi mulai muncul beberapa
jam sebelum atau sesaat menstruasi dimulai (Hudson, 2007). Rasa nyeri
yang dirasakan oleh responden beragam dimulai dari beberapa jam
sebelum menstruasi (7,9%), diawal menstruasi atau pada hari pertama
(61,4%), ditengah menstruasi (2%), dan selama menstruasi (5%). Rasa
nyeri yang dirasakan saat menstruasi akan mulai menghilang dalam
beberapa jam hingga satu hari tetapi terkadang terjadi hingga 2 sampai 3
hari (Hudson, 2007).
Penelitian yang dilakukan diberbagai negara juga menunjukkan
prevalensi dysmenorrhea primer cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan
di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir 95% wanita mengalami
dismenore (Calis, 2015). Studi lain yang dilakukan oleh Silvana (2012)
bahwa angka kejadian dysmenorrhea primer yang dialami mahasiswi UI
sebesar 77,9%. Penelitian yang dilakukan oleh Zivanna et al (2017) pada

55
mahasiswi fakultas kedokteran Univeritas Udayana mendapatkan hasil
sebanyak 75% wanita yang mengalami dysmenorrhea primer. Prevalensi
mahasiswi yang mengalami dysmenorrhea primer di Universitas Sriwijaya
ini ternyata lebih banyak dari studi yang di lakukan oleh Anna (2005)
dalam Novia dan Puspitasari (2008) yang menyatakan bahwa kelainan
dysmenorrhea primer mencapai 60 – 70% wanita di Indonesia. Prevalensi
kejadian dysmenorrhea primer pada mahasiswi Universitas Sriwijaya
mendukung pendapat yang di ungkapkan oleh Titilayo et al (2009) bahwa
sebanyak 40% – 95% wanita yang mengalami menstruasi akan mengalami
gangguan menstruasi dan merasa tidak nyaman saat mentruasi.
Studi yang dilakukan oleh Cakir (2007) pada mahasiswi di Turki
menunjukkan hasil bahwa mahsiswi yang mengalami kejadian
dysmenorrhea sebesar 89,5% dan 10% diantaranya mengalami
dysmenorrhea dengan tingkat berat. Penelitian yang sama dilakukan oleh
Polat (2009) pada mahasiswi di Turki dan mendapatkan hasil sebesar 88%
mahasiswi di Turki mengalami dysmenorrhea primer dan sebanyak 45,3%
mengalami dysmenorrhea disetiap periode menstruasi. Menurut studi yang
dilakukan oleh Razzak (2010) pada remaja putri di Yordania menunjukkan
hal serupa yaitu sebanyak 87,4% remaja putri yang mengalami
dysmenorrhea primer dan sebanyak 46% mengalami dysmenorrhea tingkat
berat.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan saat haid dapat berupa mengkompres dengan botol hangat
tepat pada bagian yang terasa kram (bisa di perut atau pinggang bagian
belakang), mandi air hangat, minum minuman hangat yang mengandung
kalsium tinggi, dan menggosok-gosok perut/pinggang yang sakit, dan
ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah
(Proverawati dan Misaroh, 2009). Untuk pemakaian obat-obatan harus ada
pengawasan dokter. Obat untuk menghilangkan rasa nyeri dapat berupa
analgetik (penghilang rasa sakit) terutama yang mengandung asam
mefenamat, ibuprofen, diclofenac sodium atau naproxenen. Apabila
penggunaan obat-obatan tidak berhasil maka dapat dilakukan terapi

56
hormonal. Pengobatan dengan terapi hormonal ditujukkan untuk menekan
ovulasi dan penggunaannya hanya atas saran dokter (Proverawati dan
Misaroh, 2009).

6.3 Hubungan antara Paparan Asap Rokok dengan Dysmenorrhea


Primer
Dari hasil analisis bivariat antara paparan asap rokok dengan
dysmenorrhea primer didapatkan hasil bahwa responden dengan terpapar
asap rokok dengan frekuensi tinggi dan mengalami kejadian dysmenorrhea
primer yaitu sebanyak 48 orang (62,3%) cenderung lebih banyak
dibandingkan yang terpapar asap rokok dengan frekuensi rendah yaitu
sebanyak 29 orang (37,7%) dengan p-value yang didapat sebesar 0,001
yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara paparan asap
rokok dengan kejadian dysmenorrhea primer. Hal tersebut menunjukkan
sejalannya hipotesis pada penelitian ini dengan hasil yang didapatkan.
Rokok bukan hanya memiliki efek negatif bagi sang perokok itu
sendiri tetapi juga memiliki risiko yang lebih besar bagi orang sekitar yang
menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh sang perokok. Seorang
yang bukan perokok tetapi ikut menghirup asap rokok beserta zat-zat lain
yang terkandung didalamnya itu merupakan perokok pasif. Menurut
WHO, perokok pasif merupakan individu yang terpapar asap rokok
sekurang-kurangnya 15 menit dalam 2 hari selama 1 minggu (Jamaluddin,
2007).
Mekanisme yang mendasari efek dari perokok pasif maupun
perokok aktif dengan kejadian dysmenorrhea primer ini telah dijelaskan
dalam teori yang didapat sebelumnya yaitu adanya kebiasaan merokok
dapat menyebabkan dysmenorrhea primer. Kandungan didalam rokok
terdapat alkolid yang hadir dengan sangat signifikan, dimana nikotin
merupakan 90%-95% dari total alkolid. Nikotin merupakan vasokonstiktor
yang dapat mengakibatkan berkurangnya endometrium darah mengalir
30% sampai 40%. Vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan iskemia
yang dapat merangsang pengeluaran prostaglandin F2-α, hal ini umum

57
terjadi pada wanita dengan dysmenorrhea primer (Bafil et al., 2016).
Peningkatan pengeluaran prostaglandin berkorelasi baik dengan tingkat
rasa sakit yang ditimbulkan (Anton, 2009). Perpaduan antara tingkat
prostaglandin yang tinggi dengan peningkatan sensitivitas terhadap
miometruium intra uterin menyebabkan tekanan hingga 400 mmHg dan
miometrium berkontraksi hebat (Junizar et al,2001). Chen et al., (2000)
juga membuktikan bahwa nikotin pada wanita secara signifikan
mengurangi efek dari darah endometrium mengalir, dan meningkatkan
pengeluaran prostaglandin F2-α biasa terjadi pada wanita dengan
dysmenorrhea.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Amini et al (2011) pada wanita di 3 kecamatan kota Surakarta dan
menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
paparan asap rokok dengan kejadian dysmenorrhea primer, dengan
perbedaan yang signifikan dalam tingkat insiden pada wanita dengan
status perokok pasif yaitu sebanyak mengalami risiko 23 kali untuk
mengalami dysmenorrhea dibandingan dengan wanita yang bukan
perokok. Studi lain yang dilakukan oleh Chen et al (2000) pada 165 wanita
dan hasil menunjukkan bahwa wanita yang terpapar asap rokok
meningkatkan risiko dysmenorrhea primer dengan nilai OR = 2,4%, Cl =
0,9 hingga 6,1.
Penelitian yang dilakukan oleh Bavil et al., (2016) di Fakultas
Kedokteran Universitas Sari di Iran bahwa didapatkan hasil yang
signifikan dari hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian
dismenore primer. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Rifki, Y.S., et al (2016) di Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas berdasarkan uji statistik Chi-Square untuk menguji hubungan
paparan asap rokok lingkungan dengan kejadian dismenore primer
diperoleh hasil nilai yang signifikan bahwa ada hubungan paparan asap
rokok dengan kejadian dismenorea primer.
Penelitian yang dilakukan Martha (2009) pada wanita perokok
(aktif dan pasif) di Kota Surakarta, penelitian ini juga mengungkapkan

58
bahwa adanya hasil yang signifikan dari hubungan paparan asap rokok
dengan kejadian dismenorea primer. Penelitian yang dilakukan oleh
Angelina et al. (2018) pada remaja putri di Sekolah Menengah Atas
(SMA) mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara paparan asap
rokok dengan kejadian dismenore primer dengan nilai p-value sebesar
0,003. Mekanisme biologis yang mempengaruhi kejadian dismenore
primer ini diakibatkan dari nikotin yang bersifat vasokontriktor sehingga
mengakibatkan berkurangnya aliran darah yang menuju endometrium
(Chen, et al., 2000).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari asap rokok
bagi perokok pasif diantaranya yaitu untuk mengatasi asap rokok di dalam
rumah dapat berupa memberitahu anggota keluarga yang perokok untuk
merokok ditempat khusus, untuk menghindari asap rokok dilingkungan
dapat berupa menggunakan masker dan menjaga jarak dengan sang
perokok jika berada disekitar anda.

6.4 Hubungan antara Usia Menarche dengan Dysmenorrhea Primer


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebagaimana
yang terdapat di tabel 5.15 diketahui bahwa responden dalam penelitian ini
yang mengalami early menarche dan juga mengalami dysmenorrhea
primer sebanyak 32 orang (41,6%), dan untuk usia menarche > 12 tahun
(ideal) dan juga dysmenorrhea primer sebanyak 45 orang (58,4). Hasil ini
menunjukkan bahwa wanita dengan yang usia menarche >12 tahun (ideal)
lebih berisiko mengalami dysmenorrhea primer. Hasil dari uji statistik chi-
square antara variabel usia menarche dan variabel dysmenorrhea primer
menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan p-value 0,724. Hasil
tersebut tidak sesuai dengan hipotetsis awal mengenai hubungan usia
menarche dengan dysmenorrhea primer.
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi faktor penyebab
ketidakbermaknaan dalam hubungan usia menarche dan kejadian
dysmenorrhea primer ini, yaitu perkiraan responden akan usia mereka
untuk pertama kali menstruasi pada saat pengambilan data banyak

59
responden yang lupa kapan pertama kali ia menstruasi, untuk membantu
responden mengingat, peneliti menanyakan pada kelas berapa mereka
pertama kali menstruasi. Ketika responden mengingat kelas berapa mereka
pertama kali menstruasi maka kemungkinan ketika pembulatan usia yang
menjadi faktor penyebab, karena pembulatan usia bisa dilakukan
pembulatan ke atas atau kebawah.
Menarche merupakan menstruasi pertama kali yang dialami oleh
wanita biasanya terjadi dalam rentan usia 10-16 tahun atau pada masa awal
remaja di rengan masa pubertas dan sebelum memasuki masa reproduksi.
Usia ideal seorang wanita dalam mengalami menstruasi pertama kali
(menarche) adalah pada rentan usia antara 13-14 tahun (Sophia et asl,
2013). Namun, menarche juga dapat terjadi pada usia yang lebih awal. Hal
ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya yaitu adanya
riwayat keluarga dengan menarche dini, status gizi, dan status sosial
ekonomi.
Seiring dengan perkembangan biologis pada umumnya, maka pada
usia tertentu, seseorang mencapai tahap kematangan organ-organ seks
yang ditandai dengan menstruasi pertama atau menarche. Alat reproduksi
wanita harus berfungsi sebagaimana seharusnya. Namun, jika wanita
mengalami menarche pada usia yang lebih awal dari usia idealnya, maka
akan timbul rasa sakit ketika menstruasi. Hal ini disebabkan karena alat
reproduksi masih belum matang untuk mengalami perubahan dan juga
masih terjadi penyempitan pada leher rahim (Widjanarko, 2006 dalam
Novia dan Puspitasari, 2008). Usia menarche yang terlalu dini memiliki
efek jangka pendek yaitu terjadinya dysmenorrhea primer, sedangkan
untuk efek jangka panjang dapat memicu terjadinya kanker serviks, kanker
payudara dan mioma (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan
oleh Shinta et al (2014) yang dilakukan pada 128 siswi SMA Negeri 2
Medan yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara usia menarche dini
dengan kejadian dysmenorrhea primer dengan p-value 0,824. Penelitian
inipun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putrie (2014) di

60
SMP 2 Kartasura Sukoharjo dengan jumlah 69 responden yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan usia menarche dengan kejadian
dysmenorrhea primer dengan p-value 0,363. Penelitian Sunarsih et al
(2017) yang dilakukan pada 94 siswi SMP N 17 Surakarta didapatkan
hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia menarche
dengan dysmenorrhea primer.
Studi yang dilakukan oleh Cakir et al (2007) pada 480 mahsiswi di
Turki dan hasilnya tidak menemukan hubungan antara dysmenorrhea
primer dengan usia menarche, tetapi terdapat hubungan yang bermakna
antara usia menarche dengan tingkat keparahan dysmenorrhea secara
signifikan lebih tinggi pada subjek dengan nyeri tingkat sedang dengan p-
value 0,014. Penelitian yang dilakukan Zukri et al (2009) pada mahasiswi
kedokteran dan kedokteran gigi, Kelantan, Malaysia menemukan hasil
yang serupa yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara usia
menarche dengan kejadian dysmenorrhea primer dengan p-value 0,078.
Namun, setelah dilakukan analisis dengan menggunakan uji multiple
linear regression, ternyata ditemukan bahwa usia menarche < 11 tahun
memiliki hubungan yang signifikan dengan keparahan pada responden
yang mengalami dysmenorrhea primer dengan p-value 0,018.

6.5 Hubungan Antara Lama Menstruasi dengan Kejadian Dysmenorrhea


Primer
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebagaimana
yang terdapat di tabel 5.16 diketahui bahwa responden dengan lama
menstruasi (> 7 hari) dan juga mengalami dysmenorrhea primer sebanyak
10 orang (13,0%), dan untuk responden dengan lama menstruasi 2-7 hari
dan juga dysmenorrhea primer sebanyak 67 orang (87,0%). Hasil ini
menunjukkan bahwa wanita dengan lama menstruasi 2-7 hari (normal)
cenderung lebih berisiko mengalami dysmenorrhea primer. Hasil dari uji
statistik chi-square antara variabel lama menstruasi dengan variabel
dysmenorrhea primer menunjukkan hubungan yang tidak bermakna
dengan p-value 1,000 > 0,05, Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan tidak

61
ada hubungan antara lama mentruasi dengan kejadian dysmenorrhea
primer pada mahasiswi Universitas Sriwijaya.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang ada Pilliteri
(2003) mengutarakan bahwa semakin lama menstruasi terjadi, maka
semakin sering uterus berkontraksi, akibatnya semakin banyak pula
prostaglandin yang dikeluarkan, sehingga timbul rasa nyeri saat
menstruasi. Lama menstruasi dapat disebabkan oleh faktor psikologi
maupun faktor fisiologi. Faktor psikologi kaitan erat dengan tingkat
emosional remaja putri, Sementara secara fisiologis lebih kepada kontraksi
otot uterus yang berlebihan atau dapat dikatakan mereka sangat sensitif
terhadap hormon ini akibat endometrium dalam fase sekresi memproduksi
hormon prostaglandin. Prostaglandin terbentuk dari asam lemak tidak
jenuh yang disintesis oleh seluruh sel yang ada di dalam tubuh (Anurogo,
2011). Wanita yang mengalami menstruasi lebih lama dari menstruasi
normal akan mengalami nyeri ketika mentruasi. Hal ini dikarenakan
kontraksi otot uterus yang berlebih dalam fase sekresi sehingga produksi
hormon prostaglandin menjadi berlebih (Sirait, Hiswani, & Jemadi, 2014).
Faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya ketidakmaknaan
hubungan lama menstruasi dengan kejadian dysmenorrhea primer ini yaitu
karena hormon progesteron sudah diproduksi kembali meskipun dalam
jumlah yang sedikit. Nyeri menstruasi muncul sesaat sebelum menstruasi
dan rasa nyeri akan menghilang beberapa jam kemudian atau hingga satu
sampai tiga hari. Nyeri ini terjadi akibat adanya pengeluaran prostaglandin
yang berlebihan sehingga menyebabkan vasokonstriksi dan kontrasi pada
uterus sehingga menimbulkan rasa nyeri. Prostaglandin dilepaskan karena
adanya respon dari penurunan hormon progesteron yang terjadi saat
memasuki fase menstruasi (Harel,2002). Ketika hormon progesteron sudah
kembali diproduksi perlahan-lahan kadar progesteron pada fase menstruasi
dan fase poliferasi jumlahnya konstan sehingga meskipun lama menstruasi
yang dialami 3 hari atau > 7 hari maka respon yang diberikan tetap sama.
Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Shinta et al (2014) pada 128

62
siswi SMA N 2 Medan menunjukkan p-value 0,891 yang berarti tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan kejadian
dysmenorrhea primer. Studi yang dilakukan oleh Xiaoshu et al (2010)
yaitu perbandingan yang dilakukan antara wanita Australia dan Cina yang
mengalami dysmenorrhea primer antara usia 18 – 45 tahun menunjukkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan
intensitas nyeri pada saat menstruasi dengan p-value 0,932.

6.6 Hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dysmenorrhea


Primer
Hasil penelitian antara riwayat keluarga dengan kejadian
dysmenorrhea primer dapat terlihat bahwa responden yang memiliki
riwayat keluarga dengan kejadian dismenorea primer dan mengalami
kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 46 orang (59,7%) cenderung
lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat
keluarga dengan kejadian dismenorea primer dan mengalami dismenorea
primer yaitu sebanyak 31 orang (40,3%). Hasil penelitian ini dari uji
statistik chi-square antara riwayat keluarga dengan kejadian dysmenorrhea
primer mendapatkan p-value 0,009 < 0,05, sehingga dapat disimbulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan
kejadian dysmenorrhea primer pada mahasiswi Universitas Sriwijaya.
Hal ini sejalan dengan teori yang ada, bahwasanya riwayat
keluarga (ibu atau saudara perempuan kandung) merupakan salah satu
faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
dysmenorrhea. Pada umumnya anggota keluarga memiliki hubungan darah
dan persamaan kondisi fisik secara anatomis maupun fisiologis (Sophia,
2013; Pillitteri, 2003). Dysmenorrhea sebagian besar dialami oleh
seseorang yang mempunyai riwayat keluarga atau keturunan dengan
keluhan dysmenorrhea. Dua dari tiga wanita yang menderita dysmenorrhea
mempunyai riwayat dysmenorrhea pada keluarganya (Novia dan
Puspitasari, 2008).

63
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Zivanna (2017) yang
mengutarakan bahwa riwayat keluarga memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian dysmenorrhea primer. Penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Romy Wahyuny (2014) pada mahasiswi Universitas Pasir Pangaraian
Kabupaten Rokan Hulu tahun 2014 mendapatkan nilai p-value 0,001 <
0,05, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat
keluarga dengan kejadian dysmenorrhea primer.
Studi lain yang dilakukan oleh Shinta et al (2014) pada siswi SMA
N 2 Medan mendapatkan hasil p-value 0,001 < 0,05, yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian
dysmenorrhea primer. Riwayat dysmenorrhea primer yang terjadi pada
keluarga merupakan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Oleh karena itu,
hal ini berpengaruh terhadap kondisi kesehatan anggota keluarga itu
sendiri dan merupakan faktor risiko yang sangat mendukung terjadinya
suatu penyakit yang sama di lingkungan keluarga.

6.7 Hubungan antara Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji dengan


Kejadian Dysmenorrhea Primer
Berdasarkan hasil penelitian antara variabel mengkonsumsi
makanan cepat saji dengan kejadian dysmenorrhea primer diketahui bahwa
responden yang mengkonsumsi makanan cepat saji dengan frekuensi yang
sering dan mengalami kejadian dysmenorrhea primer yaitu sebesar 58,4%,
hal ini cenderung lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
mengkonsumsi makanan cepat saji dengan frekuensi yang jarang yaitu
sebesar 41,6%. Hasil dari uji statistik chi-square antara variabel
mengkonsumsi makanan cepat saji dengan variabel dysmenorrhea primer
menunjukkan hubungan yang bermakna dengan p-value 0,032 < 0,05. Hal
ini sejalan dengan teori-teori yang ada sebelumnya bahwa mengkonsumsi
makanan cepat saji meningkatkan risiko terjadinya dysmenorrhea primer.
Fast food memiliki karakteristik mengandung asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh omega-6 yang tinggi, kurangnya kandungan asam lemak
omega-3, terlalu banyak kandungan garam, dan terlalu banyak gula yang

64
dimurnikan (Myles, 2014). Hussein (2013) menjelaskan bahwa asupan
asam lemak n-6 dalam diet merupakan awal dari kaskade pelepasan
prostaglandin yang akan menyebakan dismenore.
Makanan cepat saji juga mengandung asam lemak trans yang
merupakan salah satu sumber radikal bebas (Messier, 2009). Salah satu
efek dari radikal bebas adalah kerusakan membran sel (Owusu-Apenten,
2004). Membran sel memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah
fosfolipid (Campbell dan Reece, 2008). Salah satu fungsi fosfolipid adalah
sebagai penyedia asam arakidonat yang akan disintesis menjadi
prostaglandin (Satyanarayana, 2014). Sehingga jika tubuh semakin banyak
mengonsumsi makanan cepat saji (fast food), maka akan semakin banyak
prostglandin dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya dismenore.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan
oleh Pramanik dan Dhar (2014) pada remaja (13-18 tahun) di Bengal
Barat, India Timur, didapatkan hasil responden dengan kebiasaan
mengonsumsi fast food mengalami dismenore sebanyak 45,45%
(mengonsumsi fast food 1-2 hari/minggu), 64,02% (mengonsumsi fast
food 3-4 hari/minggu), 74,63% (mengonsumsi fast food 5-6 hari/minggu),
83,08% (mengonsumsi fast food 7 hari/minggu), sedangkan responden
tanpa kebiasaan mengonsumsi fast food tidak mengalami dismenore
sebanyak 54,55% (mengonsumsi fast food 1-2 hari/minggu), 35,98%
(mengonsumsi fast food 3-4 hari/minggu), 25,37% (mengonsumsi fast
food 5-6 hari/minggu), 16,92% (mengonsumsi fast food 7 hari/minggu).
Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan
mengonsumsi fast food dengan dismenore, dengan nilai p < 0,001.
Studi yang dilakukan oleh Singh dkk. (2008) pada mahasiswi tahun
pertama dan kedua di India, didapatkan hasil responden dengan kebiasaan
konsumsi fast food mengalami dismenore sebanyak 63%, sedangkan
responden tanpa kebiasaan mengonsumsi fast food tidak mengalami
dismenore sebanyak 6%. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan
yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi fast food dengan
dismenore, dengan nilai p sebesar 0,89 (p > 0,05). 3. Pada penelitian yang

65
dilakukan oleh Vani dkk. (2013) pada remaja perempuan di Pondicherry,
India, didapatkan hasil responden dengan kebiasaan mengonsumsi fast
food mengalami dismenore sebanyak 71,4% (mengonsumsi fast food
0,05).
Sesuai dengan hasil penelitian yang didapat, disarankan kepada
para remaja perempuan untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji
(fast food) dan menerapkan pola hidup sehat seperti memakan - makanan
yang bergizi sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dismenore
primer.

66
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.2 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
pada 101 mahasiswi Universitas Sriwijaya adalah sebagai berikut :
1. Prevalensi kejadian dysmenorrhea primer di Universitas Sriwijaya
yaitu sebesar 76,2%.
2. Proporsi keterpajanan asap rokok terhadap mahasiswi Universitas
Sriwijaya dengan frekuensi tinggi sebanyak 53,5% dan keterpajanan
asap rokok dengan frekuensi rendah sebanyak 46,5%.
3. Proporsi usia menarche pada responden dengan usia ≤ 12 tahun
sebanyak 40,6%, dan untuk usia menarche ≥ 13 tahun sebanyak
59,4%.
4. Proporsi lama menstruasi yang dialami responden untuk 3-7 hari
sebanyak 89,1% dan untuk > 7 hari sebanyak 10,9%.
5. Proporsi responden yang memiliki riwayat keluarga dengan kejadian
dysmenorrhea primer sebesar 56,3% dan untuk responden yang tidak
memiliki riwayat keluarga dengan kejadian dysmenorrhea primer ini
sebesar 43,6%.
6. Proporsi responden dalam mengkonsumsi makanan cepat saji dalam
frekuensi yang sering sebanyak 52,5% dan responden dalam
mengkonsumsi makanan cepat saji dalam frekuensi yang rendah
sebanyak 47,5%.
7. Terdapat hubungan yang bermakna antara paparan asap rokok dengan
kejadian dysmenorrhea primer.
8. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dini
dengan kejadian dysmenorrhea primer.
9. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan
kejadian dysmenorrhea primer.
10. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama menstruasi
dengan kejadian dysmenorrhea primer.

67
11. Terdapat hubungan yang bermakna antara mengkonsumsi makanan
cepat saji dengan kejadian dysmenorrhea primer.

7.2 Saran
7.2.1 Bagi Masyarakat
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari asap rokok
diantaranya yaitu jika didalam rumah ada anggota keluarga yang merokok
sebaiknya memberitahu anggota keluarga yang perokok untuk merokok
ditempat khusus, atau sebaiknya menjauh agar tidak terpapar asap rokok.
Untuk menghindari asap rokok dilingkungan dapat berupa menggunakan
masker dan menjaga jarak dengan sang perokok jika berada disekitar anda.
Disarankan kepada para remaja perempuan untuk mengurangi
konsumsi makanan cepat saji (fast food) dan menerapkan pola hidup sehat
seperti memakan - makanan yang bergizi sehingga dapat menurunkan
risiko terjadinya dismenore primer.

7.2.2 Bagi Instansi Terkait


Sebagai bahan masukan bagi Universitas Sriwijaya agar
menerapkan kawasan tanpa asap rokok dalam lingkup Unsri.

7.2.3 Bagi Peneliti Lain


Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan instrumen penelitian
yang berbeda untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara variabel
paparan asap rokok dengan kejadian dysmenorrhea primer.

68
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Y. 2009. Antisipasi krisis global bisnis fast food ala Indonesia.
Jakarta: Elex Media Komputindo Kompas Gramedia. hlmn. 2-4.

Alatas, F., & Larasati, T. A. 2016. Dismenore primer dan faktor risiko dismenore
primer pada remaja. Majority, 5(3), 79-84.

Aina, N. 2011. Pengaruh Paparan Asap Rokok Terhadap Spermatogenesis dan


Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L) Galur Swiss [Skripsi].
UNS. Hlm. 1-2, 60-1

Aula, L. 2010. Stop Merokok (sekarang atau tidak sama sekali). Yogyakarta:
Gerailmu.

American Institute of Stress. 2016. What is stress?.[diunduh 8 Januari 2019].


Tersedia dari:www.stress.org.

Anurogo, D., & Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Aziato. 2014. The Experience of Dysmenorrhoea Among Ghanaian Senior High


and University Students: Pain Characteristics and Effects.

Bavil, Dina A., Dolatian, Mahrokh, Mahmoodi, Zohreh, Baghban, Alireza, A.


2016. Comparison of lifestyles of young women with and without primary
dysmenorrhea. Elecetronic Journal Physician. 8(3):2107-14.

Beddu et al. 2015. Hubungan Status Gizi dan Usia Menarche dengan Dismenore
Primer pada Remaja Putri. The Southeast Asian Journal of Midwifery
Volume 1 No 1: 16 – 21.

Bickley, & Lynn, S. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Batas Edisi 8. Jakarta : EGC

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka


Cipta. Jakarta.

Calis, & Anton, K. 2015. Dysmenorrhea. [diunduh 15 Desember 2018]. Tersedia


dari:http://emedicine.medscape.com/article/253812-overview.

69
Chen, C., Cho, S., Damokosh, A.I., Chen, A., Li, G., Wang, X., et al. 2000.
Prospective study of exposure to environmental tobbaco smoke and
dysmenorrhea. Environmental Health Perspectives. 108(11):1019-22.

Crofton, John, David S. 2002. Tembakau Ancaman Global. Jakarta: PT Elex


Media Komputindo

Douglas, C., Rebeiro, G., Crisp, J., dan Taylor, C. 2012. Potter & perry’s
Fundamental of nursing – australian version. Australia: Elsevier.
Ehrenthal, D., Hoffman, M., dan Hillard P.A. 2006. Menstrual disorder.
USA : ACP Press, Hlmn: 12.

Fishersci. 2008. Material Safety Data Sheet (I- Nicotine MSDS).

Fujiwara, T., Sato, N., Awaji, H., Sakamata, H., Nakata, R. 2009. Skipping
Breakfast Adversely Affects Menstrual Disorders in Young College
Students. Int J Food Sci Nutr: 60 (6): 23-31.

Gasinovations. Material Safety Data Sheet (Carbon Monoxide MSDS).

Gumanga S.K., Aryee K. 2012. Prevalence and severity of dysmenorrhea among


some adolescent girls in secondary school in Accra, Ghana. Postgraduate
Medical Journal of Ghana.1(1):1-8

Gustimigo., & Zelta, P. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku


konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa fakultas ekonomi dan bisinis
Universitas Lampung [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Harun, M. 2009. Tembakau Ancaman Global. Elex Media Komputindo

Hawari, D. 2010. manajemen stres, cemas dan depresi. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia : Jakarta

Holder, Andre. 2014. Dysmenorrhea in Emergency Medicine Clinical. [diunduh


15 Desember 2018]. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/795677clinical.

Hudson, S.A., McAnaw, J.J., & Johnson, B.J. 2007. The Changing Roles of
Pharmacisti Societ. Artilce, 1 (1), 22-34.

70
Hudson., Tori. 2007. Using Nutrition to Relieve Primary Dysmenorrhea
Alternative & Complementary Therapies. Mary Ann Liebert, Inc, 125 –
128.

Indahwati, A. N., Muftiana, E. Purwaningroomwan, D. L. 2017. Hubungan


Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Dengan Kejadian
Dismenore pada Remaja Putri Di SMPN 1 Ponorogo. Indonesian Journal
of Health Sciences, 1(2), pp. 7-13.

Jaya., Muhammad, 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Yogyakarta:


Riz’ma.

Karim, A. C., & Michael R, R. 2013. Dysmenorrhea. Medscape refference

Karim, D. 2011. Pengaruh Paparan Asap Rokok Elektrik terhadap Motilitas,


Jumlah Sperma dan Kadar Mda Tesis Mencit (Mus musculus L) [Tesis].
Medan: Universitas Sumatera Utara: 1,60-1

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes Ri

Lestari, D.S.M.N. 2013. Pengaruh Dismenore pada Remaja.

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Martha T.B. 2009. Perbedaan Kejadian DismenoreaPrimer antara Wanita


Perokok (aktif dan pasif) dengan Wanita Bukan Perokok. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret (skripsi tidak diterbitkan).

Megawati, Ginna. 2006. Remaja Merokok Karena Meniru. [Diakses pada 2


Desember 2018]

Muntari. 2009. Hubungan Stres pada Remaja Usia 16-18 Tahun dengan
Gangguan Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban.
[Karya Tulis Ilmiah]. Tuban: STIKES NU Tuban.

Myles, I. A . 2014. Fast food fever : reviewing the impacts of the western diet on
immunity. Nutrition journal. Dapat diakses dari: http://www.nutritionj.com
Diakses pada 26 Desember 2018.

Nathan, D. M., dan Delahanty, L. M. 2005. Menaklukkan Diabetes. Jakarta:


Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer.

71
Ningsih, R. 2011. Efektifitas paket pereda terhadap intensitas nyeri pada remaja
dengan dismenore di SMAN kecamatan curup. (Tesis). Depok : Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Nita. 2008. Remaja Putri Dan Siklus Haid. Di Unduh Tanggal 9 Desember 2018.
http://medicastore.com/artikel/249/index.ht.

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Novia, Ika & Nunik Puspitasari. 2008. Faktor Resiko yang Mempengaruhi
Kejadian Dysmenorrhea. The Indonesian Journal of Public Health, 4.96
104.

Perry, A.G., Potter, P.A., Stockert, P.A., Hall, A. 2011. Basic Nursing 7th Ed.
Canada: Mosby Elsevier.

Pillitteri A. 2003. Maternal and Child Health Nursing: Care of The Childbearing
Family. 4th ed. Lippincott. Philadelpia.

Pinel, J. P. J. 2009. Biopsikologi. Edisi. 7. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hlmn.


557- 565.

Pramanik, P. Dan Dhar,A. 2014. Impact of Fast Food on Menstrual Health of


School Going Adolescent Girls in West Bengal, Eastern India. Global
Journal of Biology, Argiculture, & Health Science. 3 (1): 61-66

Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.Profi Kesehatan 2008

Priyoto 2014. Konsep Manajemen Stress. Nuha Medika : Yogyakarta

Proverawati & Misaroh. 2009. Menarche menstrzuasi pertama penuh makna.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Putrie, Hamella Clarasarie Hubungan antara Tingkat Pengetahuan, Usia


Menarche, Lama Menstruasi dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian
Dismenore pada Siswi Di SMP N 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo

Reeder, S. J., Martin, Griffin, K. 2013. Keperawatan Maternitas: Kesehatan


Wanita, Bayi, dan Keluarga. Jakarta: EGC.

72
Rifki YS, Ermawati, Irvan, M. 2016. Hubungan Paparan Asap Rokok Lingkungan
dengan Kejadian Dismenorea Primer.
Santrock, John W.2003. Adolescence; Perkembangan Remaja. Edisi Keenam.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Sari, W., Indrawati, L., & Harjanto, B. D. 2012. Panduan Lengkap Kesehatan
Wanita. Jakarta: Penebar Swadaya Grup.

Sari, E. Rimandini, K. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Trans Info


Media.

Sastroasmoro, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta :


Sagung Seto.

Sharon, R.G., Natalie, M.M., Jian, C., Andrew, M.R., Marina, R.P., Jean-Pierre,
C., McIntosh, J.M., Michael, J.M., & Allan, C.C. 2001. Nicotinic agonists
stimulate acetylcholine release from mouse interpeduncular nucleus: a
function mediated by a different nAChR than dopamine release from
striatum. J of Neurochemistry; 77: 258-268.

Sherwood, Lauralee. 2014. Kelenjar endokrin perifer. Dalam: Fisiologi manusia


dari sel ke sistem. Edisi ke-7. Jakarta: EGC. hlmn 773-6.

Shinta, D., Sirait, Hiswani, & Jumadi. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMA Negeri 2 Medan Tahun
2014.

Simanjuntak, P. 2007. Gangguan Haid dan Siklusnya. In: Hanifa Wiknjosastro


(ed). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, pp : 203-34.

Simanjuntak, P. 2008. Gangguan Haid dan Siklusnya. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Sirait, Deby Shinta. 2014. Faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian


dismenore pada siswi SMAN 2 Medan Tahun 2014 [skripsi]. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : PT Grasindo.

73
Sophia F, Muda, S. Jemadi. 2013. Fakor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dismenore Pada Siswi SMK Negeri 10 Medan. Universitas Sumatera
Utara.

Southeast Asia Tobacco Control Alliance. The tobacco control atlas: ASEAN
region. 4rd ed. ASEAN: Southeast Asia Tobacco Control Alliance. 2018.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1, Bandung: Alfabeta.


Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sulistijani, DA. 2002. Sehat Dengan Menu Berserat. Trubus Agriwidya: Jakarta.
Syahdrajat T. 2007. Merokok dan Masalahnya. Dexa Media. Vol. 4 No.
20. Pp 184-187.

Suwarsih, Kunia Agustin, Anindhita Yudha Cahyaningtyas. 2017. Hubungan Usia


Menarche dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri di SMP N 17
Surakarta

Trisnowati, H. 2016. Paparan Asap Rokok Dalam Rumah dan Berat Bayi Lahir
Rendah (Studi Pada Rumah Sakit Di Wonosari, Yogyakarta). Universitas
Respati Yogyakarta.

Utari, N. 2016. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenore. Surakarta:


FIK Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Virgianto, G., dan Purwaningsih, E. 2006. Konsumsi Fast Food sebagai Faktor
Risiko Terjadinya Obesitas pada Remaja.

Wang, C. P., Ma, S. J., Xu, X. F., et al.2009. The Prevalence of Household
Second-hand Smoke Exposure and Its Correlated Factors in Six Countries
of China. http://www.pubmedcentral.nih.gov.

Wibowo, 2014. Manajemen Kinerja, Edisi keempat, Rajawali Pers, Jakarta.

Wulandari, S. & Ungsianik, T. 2013. Status Gizi, Aktivitas Fisik dan Usia
Menarch Remaja Putri. Jurnal keperawatan, 16(1): 55-59.

Yuniyanti, Bekti. 2014. Hubungan tingkat stres dengan tingkat dismenore pada
siswi kelas x dan xi smk bhakti karyakota magelang tahun 2014. Jurnal
Kebidanan. 7(3):2-3.

74
Zivanna A & Wihandani D,M. 2017. Hubungan Antara Obesitas dengan
Prevalensi Dismenorea Primer pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.

75
LAMPIRAN

76
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN


DISMENOREA PRIMER PADA MAHASISWI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Responden yth,
Saya yang bernama Mia Septriana adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya yang sedang mengadakan penelitian mengenai
kejadian dismenorea primer (nyeri haid). Penelitian ini merupakan salah satu
syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya.
Untuk keperluan tersebut dan agar tercapainya tujuan dari penelitian ini,
yaitu untuk menganalisis hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian
dismenorea primer. Saya selaku peneliti mengharapkan partisipasi saudari sebagai
responden dalam penelitian ini dan sebagai bukti shahih dalam penelitian.
Partisipasi saudari dalam penelitian ini bersifat suka rela. Apabila saudari
bersedia menjadi responden dalam penelitian saya, maka saudari dipersilahkan
menandatangani formulir dibawah ini. Apabila saudari tidak menginginkan
menjadi responden dalam penelitian saya, saudari berhak menolak dan tidak serta
dalam penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi Anda dalam penelitian ini.

77
PLEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Fakultas :
Semester :
Alamat :
Telp/Hp :

Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Hubungan


Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Dismenorea Primer pada Mahasiswi
Universitas Sriwijaya”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan
menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Inderalaya, 2019

( )

78
LEMBAR KUESIONER

Status Merokok
1. Apakah anda pernah merokok?
a. Ya
b. Tidak

2. Berapa umur anda ketika anda memulai untuk merokok?


.................................

3. Apakah saat ini anda merokok?


a. Setiap hari
b. Jarang
c. Tidak (lanjut No.6)

4. Rata – rata berapa batang yang anda habiskan dalam sehari?


........................... batang

5. Selama ini jika diakumulatifkan apakah anda pernah merokok sebanyak


100 batang?
100 batang = 5 bungkus
a. Ya
b. Tidak

6. Kapan terakhir anda merokok?


..................................

7. Berapa umur anda ketika anda terakhir kali merokok?


.................................

79
Paparan Asap Rokok
Dirumah
1. Apakah ditempat tinggal yang anda tempati (serumah) ada yang memiliki
kebiasaan merokok? (sekandung)
a. Ya
b. Tidak (lanjut pertanyaan tempat umum)

Jika Ya, isi tabel dibawah ini.


Orang Berapa banyak batang rokok yang dihisap
yang dalam sehari
Rentan
merokok
Umur
didalam <1 1 2 >2
rumah

2. Dalam satu minggu, berapa hari anda terpapar asap rokok seseorang yang
berada didekat anda ketika anda berada di dalam rumah?
...................... hari

3. Berapa rata-rata lamanya anda terpapar asap rokok dalam satu hari?
........................... menit
Tempat Umum
1. Selama 30 hari terakhir, apakah anda terpapar asap rokok ditempat umum
(kendaraan umum, cafe, restaurant, mall, kantin, dan lain-lain)?
a. Ya
b. Tidak (lanjut pertanyaan teman sebaya)

80
2. Dalam satu minggu, berapa hari anda terpapar asap rokok dari seseorang
yang merokok didekat anda? (kendaraan umum, kantin, restaurant, mall,
cafe, dll).
.................... hari

3. Berapa rata-rata lamanya anda terpapar asap rokok dalam satu hari?
........................... menit

Teman Sebaya
1. Apakah teman dekat anda ada yang memiliki kebiasaan merokok?
a. Ya
b. Tidak (lanjut pertanyaan dismenore)

2. Dalam satu minggu, berapa hari anda terpapar asap rokok teman anda?
.................... hari

3. Berapa rata-rata lamanya anda terpapar asap rokok dalam satu hari?
........................... menit

Kuesioner Dismenore Primer


Riwayat Menstruasi
1. Berapa usia anda saat pertama kali menstruasi?
......................... tahun

2. Berapa hari rata – rata anda mengalami menstruasi?


......................... hari

3. Berapa kali frekuensi anda mengalami menstruasi dalam satu bulan?


...................... / bulan

81
4. Apakah anda mengalami nyeri perut bawah saat menstruasi?
a. Ya
b. Tidak

5. Kapan nyeri perut bawah mulai dirasakan?


a. Beberapa jam sebelum menstruasi
b. Di awal menstruasi
c. Di tengah menstruasi
d. Di akhir menstruasi
e. Selama menstruasi

6. Berapa tingkat nyeri anda jika diukur menggunakan angka 0 – 10?


(lingkari salah satu angka yang sesuai)

7. Adakah keluhan lain yang menyertai nyeri perut bawah maupun kram
perut bawah? (beri tanda X pada kolom yang sesuai)

Keluhan Penyerta Ya Tidak

Kekakuan otot

Sakit kepala

Mual

Muntah

Lemas atau lemah

82
Nyeri punggung

Nyeri pinggang

Nyeri panggul

Nyeri paha bagian dalam

Lain - lain

Lain-lain, sebutkan :

8. Apakah anda pernah didiagnosis oleh dokter terkena penyakit pada alat
reproduksi?
a. Ya, sebutkan nama penyakitnya

b. Tidak

Riwayat Keluarga
1. Apakah ada anggota keluarga anda (ibu kandung atau saudara kandung)
yang mengalami nyeri saat menstruasi?
a. Ya, sebutkan

b. Tidak

2. Apakah rasa nyeri yang dirasakan rutin setiap siklus menstruasi?


a. Ya
b. Tidak

3. Apakah rasa nyeri yang dirasakan saat menstruasi hilang setelah menikah?
a. Ya
b. Tidak

83
Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
Berikan tanda ceklist (√) pada jawaban yang anda pilih
No Nama Makanan Berapa kali anda mengkonsumsi jenis
makanan fast food dalam satu bulan
terakhir?

Setiap hari Mingguan Bulanan


(≥1x/hr) (4-6x/mg) (<1-3x/mg)

1 Fried chiken

2 Hamburger

3 Pizza

4 Spaghetti

5 Sosis

6 Chicken nugget

7 Kentang goreng

8 Mie ayam

9 Gorengan

10 Mie pangsit

11 Donat

12 Bakso goreng/ bakar

13 Mie goreng

14 Mie instant

15 Siomay

16 Lain-lain

Lain-lain, sebutkan :

84
Penilaian :
Jawaban < 3 skor : 1
Jawaban 3-5 skor : 2
Jawaban > 5 skor : 3

85
86
SURAT IZIN PENELITIAN

87
OUTPUT HASIL PENELITIAN

Hasil Univariat

1. Output Dismenorea Primer

2. Output Derajat Dismenorea

3. Output Waktu Munculnya Nyeri

88
4. Output Paparan Asap Rokok

5. Output Usia Menarche

6. Output Riwayat Keluarga

7. Output Lama Menstruasi

89
8. Output Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji

90
Hasil Bivariat
1. Output Hubungan Paparan Asap Rokok dengan Dismenorea Primer

91
2. Output Usia Menarche dan Dismenorea Primer

92
3. Output Lama Menstruasi dengan Dismenorea Primer

93
4. Output Riwayat Keluarga dengan Dismenorea Primer

94
5. Output Makanan Cepat Saji dengan Dismenorea Primer

95
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Pengisian Kuesioner Gambar 2. Pengisian Kuesioner

Gambar 3. Pengisian Kuesioner Gambar 4. Pengisian Kuesioner

96
97

Anda mungkin juga menyukai