PUTRI MAHARDIKA
K111 13 052
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi.Skripsi ini berjudul “Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pengisian Tabung
Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII Makassar Tahun 2017”
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Univesrsitas Hasanuddin.
Penyusunan skripsi ini bukanlah hasil kerja penulis semata. Segala usaha
dan potensi telah dilakukan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini dengan
segala keterbatasan. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang merupakan kotribusi
sangat berarti bagi penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda (Alm.) Nasrullah, S.sos, M.Si dan
ibunda Syamsiah atas kasih sayang, cinta, perhatian, pengorbanan, limpahan
materi dan doa dalam setiap akhir sujudnya yang tiada henti-hentinya
dipanjatkan untuk mengiringi langkah penulis demi kesehatan dan
keselamatan dalam menempuh jenjang pendidikan hingga penyelesaian
skripsi.
2. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada Ibu Dr.
dr. Syamsiar S Russeng, MS, selaku pembimbing I dan Bapak dr. M.
Furqaan Naiem, M.Sc.,Ph.D selaku pembimbing II yang telah membimbing
penulis dengan penuh ketabahan, memberikan arahan, motivasi, nasihat, serta
dukungan moril dalam bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Atjo Wahyu, SKM.,M.Kes, Bapak Dian Saputra Marzuki,
SKM.,M.Kes, dan Bapak Dian Sidik Arsyad, SKM., selaku dosen penguji
iii
yang telah memberikan saran, kritik dan arahan untuk menyempurnakan
penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr.drg. H. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
5. Bapak dr. M. Furqaan Naiem, M.Sc, Ph.D selaku Ketua Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Hasanuddin.
6. Bapak dan Ibu dosen FKM Unhas yang telah memberikan ilmu pengetahuan
yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis selama menempuh
pendidikan.
7. Bapak Rahman dan Ibu Fatmah selaku staff Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang telah menjalankan fungsinya dengan baik pada saat
pengurusan administratif.
8. Bapak Lontar selaku penanggung jawab bagian administrasi di Dpepot LPG
PT. Pertamina (Persero) Makassar yang telah membantu mengarahkan
pekerja selama melakukan penelitian.
9. Seluruh Pekerja pada pengisian tabung gas LPG yang telah bersedia
menjadi responden dan juga kerjasamanya dalam penelitian ini.
10. Seluruh teman-teman terdekat yang sudah bersedia meluangakn waktunya
untuk membantu dan megajariku dalam menyelesaikan skripsi.
11. Teman-teman seperjuangan di jurusan K3, terimakasih atas semangatnya buat
saya dalam menyelesaikan skripsi.
12. Teman-teman saya dari sekolah hingga sampai pada jenjang perguruan tinggi
yang tak hentinya memberikan masukan dan bantuan dalam penyusunan
skripsi.
13. Teman-teman angkatan 2013 (REMPONG). Kakanda senior dan junior
khususnya jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM Unhas atas
dukungan dan bantuannya selama menyelesaikan skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
segala dukungan dan bantuan selama ini.
15. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima
iv
saran maupun kritik yang sifatnya membangun untuk ke arah yang lebih baik
di masa akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua.
Makassar, Oktober 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 41
D. Pengumpulan Data ............................................................................. 42
E. Instrument Penelitian ......................................................................... 43
F. Pengolahan Data ................................................................................ 45
G. Analisis Data ..................................................................................... 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi................................................................... 49
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 49
C. Pembahasan ...................................................................................... 66
D. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 83
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 84
B. Saran .................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja pada
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar
............................................................................................................ 57
Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja pada
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar
............................................................................................................ 58
Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Kerja pada
Pengisiaan Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar
............................................................................................................ 59
Tabel 15 Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Pengisian
Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII Kota
Makassar............................................................................................. 58
Tabel 16 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar .................................................................................... 60
Tabel 17 Hubungan Status Gizi (IMT) dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar .................................................................................... 63
Tabel 18 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar .................................................................................... 64
Tabel 19 Hubungan Sikap Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar .................................................................................... 65
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 12 Biodata
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
canggih dan proses industrialisasi yang semakin pesat merupakan salah satu
mengangkat standar dan kualitas hidup manusia secara lebih baik melalui
masalah tersebut maka diperlukan kinerja sumber daya manusia (SDM) yang
kerja baik secara fisik, psikis, keracunan, infeksi dan penularan (Undang-
kecelakaan kerja mencapai lebih dari 100.000 kasus per tahun, dari 9 juta
orang pekerja formal yang menjadi anggota program Jamsostek dari total 100
2016).
dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efesiensi dan
disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis maka akibat yang
2
ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa penurunan
faktor yaitu beban kerja, kapasitas kerja, dan beban tambahan akibat
waktu tertentu. Beban tambahan akibat lingkungan kerja meliputi faktor fisik,
kimia dan faktor pada tenaga kerja sendiri yang meliputi faktor biologi,
hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena
dibuat sampai tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan lelah
yang berat dan berujung pada depresi akan menjadi penyakit pembunuh
nomor dua setelah penyakit jantung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
3
Pada survei di USA, kelelahan merupakan masalah yang besar.
poliklinik menderita kelelahan kronik. Data yang hampir sama terlihat dalam
bahwa 25% wanita dan 20% pria selalu mengeluh lelah. Penelitian lain yang
kelelahan disebabkan karena faktor psikis, 3% karena faktor fisik dan 33%
(3,6%), dan lain-lain (20%) (Fadila, 2016). Lebih dari 65% pekerja di
beban kerja, lingkungan kerja, problem fisik dan kondisi kesehatan juga dapat
dipengaruhi oleh faktor individu seperti, umur, status kesehatan, status gizi,
Faktor individu seperti umur, masa kerja, beban kerja dan status gizi
juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja. Pada umur yang
lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi
dengan stabilitas emosi yang lebih baik dibanding tenaga kerja yang berumur
4
2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh (S Russeng and Wahyuni, 2014)
bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur, beban kerja dan lama kerja
dengan kelelahan kerja pada pekerja di unit produksi paving block CV.
tempat. Semakin lama masa kerja yang dimiliki oleh pekerja, maka semakin
masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik tahu di kecamatan
yaitu sebanyak 18 orang. Pekerja dengan masa kerja baru juga mengalami
waktu kerja dengan kelelahan kerja pada penjahit Sartika Express Kelurahan
asupan energi sesuai dan tidak lelah sebanyak 3 orang (13%) dan responden
yang memiliki asupan energi sesuai dan lelah sebanyak 1 orang (4,3%).
Responden yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai dan tidak lelah
sebanyak 2 orang (8,7%) dan reponden yang memiliki asupan energi yang
tidak sesuai dan lelah sebanyak 17 orang (73,9%) (Fadila et al., 2016).
Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Di PT. Timur Laut Jaya Manado
5
menunjukkan Responden yang menyatakan beban kerja ringan namun
kelelahan kerja sedang ada 5 responden, dan kelelahan kerja berat ada 4
kerja berat namun kelelahan kerja ringan ada 2 responden, kelelahan kerja
adalah ergonomi yaitu sikap kerja seorang pekerja saat melakukan pekerjaan.
Sikap kerja dapat membuat beban kerja suatu pekerjaan menjadi berkurang
kerja angkat-angkut massa candy terhadap kelelahan kerja pada unit food 1
hard candy line PT. Konimex Sukoharjo menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja angkat-
yang memasarkan LPG dan produk-produk gas lainnya di sulawesi dan mulai
beroperasi pada tahun 1975 dengan luas area 8.800 M 2 yang berada di sekitar
TBBM Makassar dan Pabrik Terigu. Depot LPG Makassar dalam proses
6
kesehatan dan keselamatan kerja yang baik. Hal ini dapat terlihat dari cara
kerja dan pengorganisasian kerja yang kurang baik membuat pekerja rentan
memiliki umur yang bervariasi diantaranya berumur tua dengan masa kerja
lebih dari 5 tahun yang berisiko mengalami keluhan kelelahan kerja dengan
pada pekerja pengisian tabung gas terdapat pekerja yang gemuk dan kurus
merasa lelah pada seluruh kaki akibat dari sikap kerja yang tidak ergonomis
yang bekerja dari hari senin sampai dengan sabtu mulai pagi pukul 08.00
WITA sampai sore hari pukul 17.00 WITA dengan waktu istirahat sekitar 1
jam per hari yaitu pada pukul 12.00-13.00 Berdasarkan penjelasan diatas
7
dengan kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung gas 3kg Depot LPG
B. Rumusan Masalah
yang akan diteliti yaitu apakah ada hubungan umur,masa kerja,indeks massa
tubuh, beban kerja dan sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
Makassar.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Makassar.
VII Makassar.
8
d. Mengetahui hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada
VII Makassar.
VII Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
9
3. Manfaat Bagi Masyarakat
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Kelelahan
umum dan pada populasi pekerja. Pada pekerja, sekitar 20% memiliki
perasaan lelah, serta penurunan motivasi, selain itu juga terjadi penurunan
2. Jenis Kelelahan
umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau pereasaan nyeri
11
pada otot, sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya
berdasarkan:
12
1) Faktor fisiologis, adalah akumulasi dari substansi toksin (asam
kerja baik berupa beban kerja faktor eksternal tugas (task) itu sendiri,
organisasi (waktu kerja, istirahat, kerja gilir, kerja malam dan lain-lain)
sedangkan beban kerja faktor internal yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri berupa faktor somatic (umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kondisi,
status gizi) dan faktor psikis (motivasi, kepuasaan kerja, keinginan dan
13
a. Usia
kelelahan.
b. Jenis kelamin
kerja laki-laki.
c. Penyakit
d. Beban kerja
14
Menurut Hariyati (2011) kelelahan kerja disebabkan oleh beberapa
b. Kekurangan waktu
c. Konflik peranan
d. Ambigu perenan
tidak dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau dilihat dari sisi keahlian
4. Gejala Kelelahan
15
biasanya dikatakan sebagai gejala- gejala kelelahan kerja. Menurut Woro
adalah :
2009).
3) Berat di kaki
4) Menguap
5) Pikiran kacau
6) Mengantuk
16
9) Berdiri tidak stabil
13) Gugup
25) Haus
17
30) Merasa kurang sehatSakit di kepala
34) Haus
kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran serta proses
1) Penurunan perhatian
5. Pengukuran Kelelahan
18
sebagai angka dari masing-masing unit proses. Waktu yang dihabiskan
kelelahan kronis.
19
saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi
b) Uji Mental
dan konsentrasi.
kelelahan biasanya terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh
karena beberapa faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana
yang tidak tepat. Sumber kelelahan dapat disimpulkan dari hasil pengujian
ditanggulangi dengan :
20
c. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan
beban kerja.
perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi
dari
f. Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja
dan kehidupannya.
secara baik.
beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di
(Eraliesa, 2009).
Umur adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampa saat
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi
kepercayaan masyarakat yang lebih dewassa akan lebih percaya dari paada
21
kemampuan fisiknya juga menurun. Proses menjadi tua akan disertai dengan
fungsi tubuh, sistem kordiovaskuler dan hormonal. Dari umur dapat diketahui
reaksi menurun sesudah usia 40 tahun. Makin tua usia, makin sulit bagi
seseorang untuk beradaptasi dan makin cepat menjadi lelah. Demikian pula
makin pendek waktu tidurnya dan makin sulit untuk tidur (Suma'mur, 2009).
yaitu 26-25 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun
dan tingkat keluhan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal
ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot
contoh, Betti’e et al (1989) telah melakukan studi tentang kekuatan statik otot
untuk pria dan wanita dengan usia antara 20 sampai dengan di atas 60 tahun.
Penelitian difokuskan untuk otot, lengan, punggung dan kaki. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur antara
bertambahnya umur. Pada saat umur mencapai 60 tahun, rerata kekuatan otot
menurun sampai 20%. Pada saat kekuatan otot mulai menurun inilah maka
22
batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas. Sedangkan di Indonesia 55 tahun
sudah dianggap sebagai batas lanjut usia. Dengan menanjaknya umur, maka
kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun secara perlahan-lahan tapi
2010).
Sedangkan menurut Sedarmayanti lama masa kerja adalah salah satu faktor
yang dilakukan secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama akan
pencernaan, otot, syaraf, dan pernafasan). Dalam keadaan ini kelelahan terjadi
karena terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah dimana
2009) .
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang
baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi merupakan
salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi
yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik,
begitu juga sebaliknya. Pada keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat
23
akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahanan tubuh
kelelahan. Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling
sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi
seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks Massa
mengukur indeks massa tubuh dengan cara membagi berat badan dalam
satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Gibson,
2005).
Tabel 1
Kategori IMT untuk Indonesia (Asia)
Indeks Massa Tubuh (IMT (kg/m2)
Dibawah Normal > 18,50
Normal 18,50-24,99
Obesitas ≥ 25,00
Sumber : WHO, 2004 dalam Gibson, 2005
Status gizi yang baik dengan jumlah asupan kalori dalam jumlah dan
waktu yang tepat berpengaruh secara positif terhadap daya kerja pekerja.
Apabila asupan kalori tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhannya maka
24
tenaga kerja tersebut akan lebih cepat merasakan lelah dibandingkan dengan
tenaga kerja yang asupan kalorinya memadai. Asupan kalori yang cukup
pada nilai 18,5-25. Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang
kerja. Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Bila hal ini berlangsung lama, maka
simpanan zat gizi akan habis dan terjadi kemerosotan jaringan, dengan
rendahnya zat–zat gizi dalam darah, berupa rendahnya tingkat Hb, serum
laktat dan piruvat pada kekurangan tiamin. Bila keadaan ini berlangsung
tanda yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek dan lain-lain (Atiqoh,
2013).
(Tarwaka, 2014). Beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus
25
lingkungan kerja dan kapasitas kerja. Pengertian beban kerja dapat dilihat
dari dua sudut pandang, yaitu secara subyektif dan secara obyektif. Beban
kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah
tentang perasaan kelebihan jam kerja, ukuran dan tekanan pekerjaan dan
f. Keterampilan bekerja
26
Beban kerja dapat mengakibatkan kelelahan, hal ini dikarenakan
aktifitas yang berulang dalam sehari oleh seorang tenaga kerja, maka akan
lebih cepat mengurangi ketebalan dari intervertebral disc atau elemen yang
Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual
Selain mudah, cepat dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang
mahal serta hasilnya cukup reliable. Denyut nadi akan segera berubah
rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai; denyut nadi kerja adalah
rerata denyut nadi selama bekerja; nadi kerja adalah selisih antara denyut
nadi istirahat dan denyut nadi kerja. Berdasarkan hal tersebut maka denyut
nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indeks beban
27
Tabel 2
Nadi Kerja Menurut Tingkat Beban Kerja
(dalam denyut nadi permenit)
Kategori Beban Kerja Nadi Kerja (permenit)
Ringan 75-100
Sedang 100-125
Berat 125-150
Sangat Berat 150-175
Sangat Berat Sekali > 175
Sumber: Christensen. Encyclopedia of Occupational Health and Safety.ILO.
Geneva dalam Tarwaka, 2010.
dialami oleh pekerja adalah masalah ergonomi khususnya dalam hal sikap
mengupayakan agar tekanan ini masih dalam batas toleransi, hasil kinerja
tekanan yang dialami pekerja berlebihan, hal-hal yang tidak diinginkan dapat
fisik dan mental. Cedera dan penyakit yang terkait ergonomi bervariasi, mulai
28
perencanaan tata kerja yang dilaksanakan dengan cara yang lebih baik dalam
kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat
gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula beban kerja sehingga menyebabkan
pekerja tersebut cepat merasa lelah. Sikap kerja tidak alamiah ini pada
umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
dua koper kecil sebagai pengganti satu koper yang besar. Beribu cara
sikap kerja yang ergonomis upaya mengurangi beban kerja lebih jauh
cara tak langsung, beban kerja diukur dan dianjurkan modefikasi yang sesuai
antara kapasitas fisik dan mental tenaga kerja dengan beban kerja yang
disebabkan oleh pekerjaan dan beban tambahan dari aneka faktor dalam
29
G. Kerangka Teori
A. Faktor Individu:
1. Umur
(Tarwaka, 2010)
B. Lingkungan Kerja:
1. Pencahayaan
2. Kebisingan
3. Iklim kerja
4. Getaran
C. Faktor Pekerjaan:
1. Waktu istirahat Kelelahan Kerja
2. Masa kerja
3. Shift Kerja
4. Beban Kerja
Sikap Kerja
(Tarwaka, 2010)
30
BAB III
KERANGAKA KONSEP
yang ada pada otot tenaga kerja apabila tidak menggunakan cara yang
yang optimun yang ada diantara individu yang satu dengan yang lainnya
(Tarwaka, 2010).
1. Kelelehan
yang dimiliki oleh tenaga kerja dan hal ini berlangsung terus menerus
31
ketidakhadiran pekerja sehingga akan menyebabkan penurunan
2. Umur
dan sendi dan sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi
berkurang.
3. Masa Kerja
akibat kerja sehingga akan berakibat pada efisiensi dan produktivitas kerja
32
produktivitasnya dan dapat menghindarkan dari kelelahan (Budiono,
2003).
kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Pada keadaan
gizi buruk dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan
panjang. Berat badan yang kurang ideal baik itu kurang ataupun kelebihan
5. Beban Kerja
kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja
maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa
33
kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya. Jika
(Tarwaka, 2008).
6. Sikap Kerja
dan cepat lelah, yang pada akhirnya produktivitas menurun. Saat ini masih
atau sikap kerja atau posisi kerja, sehingga cepat melelahkan. Performa
kesehatan lainnya (Polakitan, 2014). Dalam penelitian ini sikap kerja akan
34
B. Kerangka Konsep Penelitian
Umur
Masa Kerja
KELELAHAN
Indeks Massa KERJA
Tubuh (IMT)
Beban Kerja
Sikap Kerja
Keterangan:
: Variabel independen
: Variabel dependen
: Arah hubungan
1. Kelelahan Kerja
35
a. Mengalami kelelahan : bila kecepatan reaksi responden
>240 milidetik
≤240 milidetik
(Setyawati, 2007)
2. Umur
(dalam satuan tahun) mulai sejak lahir sampai ulang tahun terakhir pada
Kriteria Objektif:
(Tarwaka, 2010)
3. Masa Kerja
Masa kerja pada penelitian ini adalah masa pekerja mulai dari awal
Kriteria Objektif:
(Suma’mur, 2013).
36
4. Indeks Massa Tubuh
Status gizi pada penelitian ini adalah kondisi gizi normal atau
dengan rumus :
Kriteria Objektif :
c. Obesitas : ≥ 25,00
5. Beban Kerja
tingkat beban fisik atau beban kerja yang diterima pekerja pada pengisian
10 denyut
denyut nadi (denyut/menit) = aktu perhitungan x 60
37
Waktu perhitungan diambil dari denyut nadi pekerja pengisian tabung
Kriteria Objektif:
(Tarwaka, 2010)
6. Sikap Kerja
Sikap kerja pada penelitian ini adalah posisi tubuh saat bekerja baik
berdiri dan duduk yang dipengaruhi oleh jangkauan tangan dengan produk.
Alat ukur yang digunakan adalah lembar survey REBA (Rapid Entire
Body Assessment).
Kriteria Objektif:
(Tarwaka, 2010)
38
D. Hipotesisi Penelitian
a. Tidak ada hubungan antara Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
b. Tidak ada hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada
d. Tidak ada hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada
e. Tidak ada hubungan antara Sikap Kerja dengan Kelelahan Kerja pada
39
b. Ada hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
hubungan variabel umur, masa kerja, indeks massa tubuh, beban kerja dan
sikap kerja dengan kelelahan kerja untuk menentukan ada tidaknya hubungan
antar variabel pada Pekerja Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero)
Juli 2017.
1. Populasi
pada penelitian ini yaitu semua pekerja pengisian tabung LPG PT.
41
2. Sampel
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Jumlah sampel yang akan diteliti
1. Data Primer
deskriptif pembahasan.
stopwatch.
42
e. Data mengenai sikap kerja diperoleh dengan perhitungan posisi tubuh
2. Data Sekunder
E. Instrument Penelitian
1. Reaction Timer
pengukurannya:
43
f. Untuk memberi rangsangan, pemeriksa menekan tombol “mulai”
“milidetik”.
ke-15)
Denyut nadi diukur pada saat 30 menit sebelum bekerja dan 30 menit
yaitu:
5) Catat hsil waktu perhitungan jumlah nadi yang tertera pada stopwatch
44
6) ekan tombol “on/off” 2 kali untuk mereset keposisi a al untuk
digital dan sikap kerja yang telah ditentukan kemudian diukur dengan
4. Kamera Digital
1. Pengolahan Data
a. Editing
45
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus
b. Coding
c. Entry Data
program entry data pada program SPSS 22.0 sesuai dengan variabel
d. Cleaning
e. Skoring
46
penelitian dan selanjutnya dilakukan kategori berdasarkan rata-rata nilai
tiap variabel.
2. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
kerja, umur, jenis kelamin, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan variabel
2. Analisis Bivariat
hubungan kelelahan kerja, umur, jenis kelamin dan status gizi (IMT)
dengan kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung gas di Depot LPG
(O−E)²
X² = Ʃ E
Keterangan:
47
O = frekuensi hasil observasi
df = (b-1) (k-1)
Jika ada sel yang mempunyai nilai harapan < 5, maka digunakan
rumus Fisher Exact dimana uji ini juga reliable untuk jumlah sampel kecil
N! a! b! c! d!
Keterangan:
! = Faktorial
diterima.
48
BAB V
bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan
niaga produk hasil minyak, gas dan petro kimia, dan bisnis perkapalan
Depot LPG dan mulai beroperasi pada tahun 1975 dengan luas area 8.800
Terigu.
keselamatan kerja yang baik. Hal ini dapat terlihat dari cara kerja dan
B. Hasil Penelitian
49
Pertamina (Persero) sebagai sampel yang diambil dengan teknik
1. Karakteristik Responden
50
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur pada
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Responden
Kelompok Umur
n %
20 – 25 8 26,7
26 – 31 9 30,0
32 – 37 2 6,7
38 – 43 6 20,0
44 – 49 1 3,3
50 – 55 3 10,0
56 – 61 0 00,0
62 – 68 1 3,3
Sumber: Data Primer, 2017
terdapat pada kelompok umur 44-49 dan 62-68 tahun yaitu masing-
51
Tabel 4
Perasaaan Kelelahan Kerja pada Pekerja Pengisian Tabung
di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Jumlah yang
No. Perasaan Kelelahan %
merasakan
1 Susah berpikir 3 20,0
2 Lelah saat berbicara 7 13,3
3 Gugup setelah bekerja 5 36,7
4 Susah berkonsentrasi 6 20,0
5 Sulit memusatkan perhatian 4 13,3
6 Sering lupa 11 36,7
7 Kurang percaya diri 5 16,7
8 Merasa cemas 7 23,3
9 Sulit mengontrol sikap 5 16,7
10 Merasa malas 3 10,0
11 Sakit kepala 11 36,7
12 Bahu terasa kaku 15 50,0
13 Nyeri punggung 15 50,0
14 Sesak nafas 5 16,7
15 Tenggorokan haus 23 76,7
16 Suara serak 4 13,3
17 Tubuh gemetar 8 26,7
Sumber: Data Primer, 2017
dialami oleh responden adalah susah berfikir dan merasa malas setelah
3. Analisis Univariat
52
a. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kelelahan Kerja
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Variable N Min Max Mean
53
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kelelahan Kerja
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Kategori Kelelahan Kerja Jumlah
(milidetik) n %
Mengalami kelelahan kerja 18 60,0
Tidak mengalami kelelahan kerja 12 40,0
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
penelitian ini kategori umur dibagi menjadi dua kategori, yaitu umur
tua (≥ 35 tahun) dan umur muda (< 35 tahun). Data umur pekeja
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina
(Persero) MOR VII Kota Makassar
54
Tabel 7 menunjukkan umur minimum responden adalah 20
median 29,50.
Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina
(Persero) MOR VII Kota Makassar
Umur Jumlah
n %
Tua
13 43,3
(Umur ≥ 35 tahun)
Muda
17 56,7
(Umur < 35 tahun)
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Masa Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Variable N Min Max Mean
55
Tabel 9 menunjukkan masa kerja minimum responden adalah
6,70.
Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Masa Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Jumlah
Masa Kerja
n (%)
Lama 17 56,7
Baru 13 43,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
yang sudah lama bekerja pada pengisian tabung di Depot LPG PT.
atau tidak normal pada pekerja pengisian tabung gas yang diukur
terbagi dua, yaitu normal apabila IMT 18.50 – 24.99 dan tidak
normal apabila IMT < 18.50 atau > 24.99. Berdasarkan status gizi
56
Tabel 11
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Status Gizi (IMT)
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina
(Persero) MOR VII Kota Makassar
Jumlah
Kategori Status Gizi (IMT)
n %
Normal
13 43,3
(IMT 18.5-24.9)
Tidak Normal
17 56,7
(IMT < 18.5 atau > 24.9)
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
sebagian besar responden memikili status gizi tidak normal (IMT <
(43,3%).
Tabel 12
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
57
Tabel 12 menunjukkan beban kerja minimum responden
94,17.
Tabel 13
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Jumlah
Beban Kerja
N %
Ringan (<100 denyut/menit) 15 50,0
Berat (≥100 denyut/menit) 15 50,0
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
dan ringan jika denyut nadi < 100 denyut/menit. Data pada tabel 13
58
Tabel 14
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Kerja pada
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina
(Persero) MOR VII Kota Makassar
Jumlah
Sikap Kerja
N %
Ergonomis 10 33,3
Tidak Ergonomis 20 66,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
pada level aksi 0,1 dan 2 dan tidak ergonomis jika hasil kalkulasi
(33,3%) pekerja.
4. Analisis Bivariat
status gizi (IMT), beban kerja dan sikap kerja dengan variabel dependen
59
a. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja
adalah hasil tabulasi silang antara umur dengan kelelahan kerja dapat
Tabel 15
Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Pengisian
Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Kelelahan Kerja
Tidak
Mengalami Jumlah Hasil Uji
Umur Mengalami
Kelelahan Statistik
Kelelahan
N % N % N %
Tua
11 84,6 2 15,4 13 100
(Umur ≥ 35 tahun)
p=
Muda
7 41,2 10 58,8 17 100 0,016
(Umur < 35 tahun)
Total 18 60,0 12 40,0 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
tabung gas Depot LPG lebih banyak pada kategori tua, yaitu
gas di Depot LPG lebih banyak pada kategori umur muda, yaitu
60
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi-
Kota Makassar.
kerja. Berikut adalah hasil tabulasi silang antara jenis masa kerja
Tabel 16
Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Kelelahan Kerja
Tidak Hasil
Mengalami Jumlah
Masa Kerja Mengalami Uji
Kelelahan
Kelelahan Statistik
N % n % N %
Lama (≥5 tahun) 13 76,5 4 23,5 17 100
Baru (<5 tahun) 5 38,5 8 61,5 13 100 p = 0,035
Total 18 60,0 12 40,0 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
61
waktu di bawah 5 tahun yaitu sebanyak 5 responden atau 38,5%.
Kota Makassar.
kelelahan kerja. Berikut adalah hasil tabulasi silang antara status gizi
(IMT) dengan kelelahan kerja dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
62
Tabel 17
Hubungan Status Gizi (IMT) dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Kelelahan Kerja
Tidak Jumlah
Status Gizi Mengalami Hasil Uji
Mengalami
kelelahan Statistik
Kelelahan
N % N % N %
Normal (IMT
4 30,8 9 69,2 13 100
18.50 – 24.99)
Tidak Normal p=
(IMT < 18.50 14 82,4 3 17,6 17 100 0,004
atau > 24.99)
Total 18 60,0 12 40,0 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
tabung lebih banyak pada kategori status gizi (IMT) tidak normal,
responden (17,6%).
63
(IMT) dengan kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung di
Tabel 18
Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Kelelahan Kerja
Tidak
Mengalami Jumlah Hasil Uji
Beban Kerja Mengalami
Kelalahan Statistik
Kelelahan
n % N % N %
Ringan (<100
6 40,0 9 60,0 16 100
denyut/menit)
Berat (≥100 p = 0,025
12 80,0 3 20,0 14 100
denyut/menit)
Total 18 60,0 12 40,0 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
64
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi-square
maka diperoleh nilai p = 0,025 ( p < 0,05 ) ini berarti Ho ditolak dan
Kota Makassar.
adalah hasil tabulasi silang antara sikap kerja dengan kelelahan kerja
Tabel 19
Hubungan Sikap Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)
MOR VII Kota Makassar
Kelelahan Kerja
Tidak
Mengalami Jumlah Hasil Uji
Sikap Kerja mengalami
Kelelahan Statistik
Kelelahan
n % N % N %
Ergonomis 3 30,0 7 70,0 10 100
Tidak Ergonomis 15 75,0 5 25,0 20 100 p =0,045
Total 18 60 12 40 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
65
lebih sedikit pada pekerja dengan sikap kerja yang berisko yaitu
Exact Test maka diperoleh nilai p = 0,045 ( p < 0,05 ) ini berarti Ho
Makassar.
C. Pembahasan
kerja, indeks massa tubuh (IMT), beban kerja dan sikap kerja dengan
kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Petamina
1. Kelelahan Kerja
kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus
66
perasaan lelah, serta penurunan motivasi, selain itu juga terjadi
(KAUPK2).
saat dan setelah bekerja, 13,3% pekerja merasa enggan atau lelah saat
sering merasa lupa, 16,7% pekerja merasa kurang percaya diri setelah
67
bekerja, 23,3% pekerja merasa cemas, 16,7% pekerja merasa sulit untuk
bekerja, 50,0% bahu pekerja terasa kaku setelah bekerja, 50,0% pekerja
sesak napas pada saat dan setelah bekerja, 76,7% pekerja merasa haus
dirasakan oleh pekerja pada pengisian tabung yaitu pekerja merasa haus
68
perbedaan dimana berdasarkan hasil wawancara kuesioner dari 30
masa kerja, indeks massa tubuh (IMT ) beban kerja dan sikap kerja.
Umur pekerja pada pekerja pengisian tabung dalam penelitian ini lebih
fisik baik, sehingga pekerja lebih cepat mengalami kelelahan. Hal ini
beban kerja yang berat dan sebaliknya jika seseorang berumur lanjut
69
maka kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan beban kerja yang
berat akan menurun. Pekerja yang telah berumur lanjut akan mersa
cepat lelah dan tidak bergerak dengan gesit ketika melakukan tugasnya
berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi
emosi yang lebih baik dibanding tenaga kerja yang berumur muda yang
kelelahan kerja pada kategori umur tua sebanyak 11 orang atau 84.6%
kerja pada pekerja pengisian tabung gas di Depot LPG PT. Pertamina
(Persero) Makassar.
70
Dalam penelitian ini, terdapat hubungan antara umur dengan
kelelahan kerja dikarenakan pada orang yang dengan kategori tua telah
pekerja dengan usia muda lebih mudah lelah dibanding usia tua pada
yang termasuk kategori umur tua yang tidak mengalami kelelahan. Hal
dengan baik. Selain itu pada kategori umur muda, terdapat 7 responden
tersebut memiliki pola tidur yang kurang baik. Hal ini dikarenakan
71
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
umur dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian produksi PT.
0.807 (p > 0.05) ini berarti dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan
Perbedaan ini dapat terjadi karena hasil distribusi frekuensi umur pada
tua sehingga hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara
72
3. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Masa Kerja
lama jika masa kerja ≥ 5 tahun dan baru jika masa kerja < 5 tahun. Dari
kerja lama yakni 17 orang atau sebesar 56,7% dan responden dengan
dibanding dengan pekerja dengan masa kerja baru (< 5tahun) sebanyak
dengan kelelahan kerja diperoleh nilai (p = 0.035) karena nilai p < 0.05
73
yang menyebabkan pekerja pada pengisian tabung mudah untuk
mengalami kelelahan.
kerja lama yang tidak mengalami kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan 4
dapat disebabkan juga karena beban kerja yang tinggi dan sikap kerja
kelompok tenaga kerja yang memiliki masa kerja lama yaitu sebesar
(p<0.05).
74
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja
yang lebih lama oleh karena semakin lama ia bekerja maka perasaan
dimana pekerja pada pengisian tabung gas dengan keadaan gizi yang
baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik
menurut status gizi dengan dua kategori yaitu normal (IMT antara 18.5
– 24.9) dan tidak normal (IMT < 18.5 atau > 24.9).
75
Status gizi menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan
memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu
juga sebaliknya. Pada keadaan gizi buruk dengan beban kerja berat
sehingga ada hubungan status gizi (IMT) dengan kelelahan kerja pada
(IMT) pekerja kurang atau buruk dan berlebih (tidak normal), akan
76
menyebabkan tingkat kelelahan pada kategori IMT tidak normal lebih
dilakukan oleh Faiz (2014) pada operator SPBU dimana status gizi
tipe pekerjaan yang monoton dan dengan beban kerja ringan sehingga
normal, namun terdapat 3 responden dengan status gizi tidak normal yang
berada pada kategori umur muda. Semakin tua seseorang, maka akan
semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan
yang status gizinya normal tetapi mengalami kelelahan kerja. Hal ini
sikap kerja yang tidak ergonomis akan lebih cepat mengalami kelelahan.
77
kejadian kelelahan pada perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie
dianalisis. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji statistik menggunakan
status gizi dengan kelelahan yang dirasakan oleh perawat di RSUD dr.
Mohamad Soewandhie.
kerja berat dan responden dengan beban kerja ringan sebanyak 15 orang
78
pekerjaannya. Hal ini terjadi pada pekerja pengisian tabung karena
aktivitas fisik yang tinggi dilakukan setiap hari dengan waktu kerja
selama 8 jam tanpa hari libur. Responden dengan beban kerja ringan
kerja. Sebaliknya responden dengan beban kerja yang berat tapi tidak
muda sehingga memiliki ketahanan fisik yang masih baik serta faktor
kepada tenaga kerja baik fisik maupun mental dan tanggung jawab.
kerja (Suma’mur PK, 1996). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di unit produksi
paving block CV. Sumber Galian. Hal ini terjadi karena sampel
79
penelitian yang diambil sama dengan sampel penelitian yang diambil
ringannya beban kerja yang diterima oleh seseorang tenaga kerja dapat
semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja
kelelahan dan keluhan nyeri otot yang sering tidak disadari oleh
sakit selain itu tulang tidak jadi lurus, otot-otot, ruas serta ligamen pun
level aksi 0,1 dan 2 dan tidak ergonomis jika hasil kalkulasi lembar
80
penilaian REBA berada pada level aksi 3 dan 4. Dari 30 responden
yakni 20 orang atau sebesar 66,7% dan responden dengan sikap kerja
kelelahan kerja karena aktifitas fisik yang tinggi yang dilakukan pekerja
tersebut dilakukan setiap hari tanpa hari libur dengan sikap kerja yang
merasa lelah.
dengan sikap kerja yang tidak ergonomis tapi tidak mengalami kelelahan
ketahanan fisik yang baik dan asupan energi yang sesuai dengan
baik.
81
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Polakitan dkk (2014) menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik Spearman
Rank diperoleh nilai p = 0,041 (< 0,05) dalam hal ini menunjukkan adanya
hubungan antara sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja tambang
batu Kelurahan Kinilow Satu Kota Tomohon. Hal ini terjadi karena
oleh Umyati (2010) menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,146 sehingga hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja penjahit sektor
kinerja yang baik dan aman. Sikap kerja yang tidak ergonomis akan
risiko gangguan kesehatan seperti kelelahan akut, penyakit otot dan nyeri
82
D. Keterbatasan Penelitian
yang tidak diteliti menjadi penyebab utama dari kelelahan yang dialami
2. Pada penelitian ini kelemahannya karena alat ukur beban kerja yang
dan tidak menggunakan alat pasti yaitu Electro Cardio Graph (ECG).
83
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII Makassar Tahun
2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
3. Ada hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kelelahan kerja
pada pekerja pengisian tabung gas di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)
Makassar.
4. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
5. Ada hubungan anntara sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
B. Saran
84
atau jeda saat merasakan indikasi kelelahan karena posisi kerja yang
kerja.
setiap harinya agar tidak terjadi defisit energi yang dapat berdampak pada
kelelahan kerja.
85
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, D. 2007. Tinjauan Tingkat Kelelahan Kerja pada Pekerja Unit Produksi
Industri Garment PT. INTI GRAMINDO PERSADA Tahun 2007.
Universitas Indonesia.
Budiman, A. & Husaini, H. 2016. Hubungan Antara Umur dan Indeks Beban
Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja di PT Karias Tabing Kencana.
Chesnal, H. 2014. Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin Dan Status Gizi
Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi PT. Putra
Karangetang Popontolen Minahasa Selatan. Skripsi, Fakultas
Fadila, N., Wahyu, A. & Wahyuni, A. 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Kerja Petugas Cleaning Service Fakultas Universitas
Hasanuddin.
Faiz, Nurli. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
pada Pekerja Bagian Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta
Gibson, R. 2005. Principles Of Nutritional Assesment. Oxford University. New
York.
Marif, A. 2015. Faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja
pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (epc3) di Proyek Bau
Urip PT. Rekayasa Industri Serang-Banten. UIN Syarif Hidayatullah.
Molanda, AA (2015). hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada tenaga
kerja di bagian produksi PT. sari usaha mandiri bitung. [Skripsi Ilmiah].
Manado : Fakultas Kesehatan Masyarakat USRM.
Pajow, D. A. 2016. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada
Tenaga Kerja di PT. Timur Laut Jaya Manado. PHARMACON, 5.
Rudianto, J. 2011. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Zat Besi
Selama Kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan.
S Russeng, S. 2011. Kelelahan Kerja Dan Kecelakaan Lalu Lintas. yogyakarta:
Ombak.
Sedarmayanti 2009. Tata kerja dan Produktivitas kerja, Bandung, Mandar Maju.
Setyawati. 1994. Kelelahan Kerja Kronis : Kajian Terhadap Perasaan Kelelahan
Kerja, Penyusunan Alat Ukur serta Hubungannya dengan Waktu Reaksi
dan Produktivitas Kerja. Disertasi, Program Pascasarjana UGM,
Yogyakarta.
Umyati. 2010. faktor faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada
pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah ketapang cipondoh
tangerang tahun 2010. universitas islam negeri syarif hidayatullah.
Utami, A. R. D. 2012. Hubungan Antara Beban Kerja Dan Intensitas Kebisingan
Dengan Kelelahan Pada Tenaga Kerja Pemeliharaan Jalan Cisalak
Kotabima Cv Serayu Indah Cilacap. Universitas Negeri Semarang.
WHO, W. H. O. 2003. Global goals for oral health 2020 [Online]. Available:
www.who.int.
Widyastoeti, R.D. 2009. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat
terhadap kelelahan musculoskeletal. (Online) Gema teknik Vol 2: 28-29
Diakses tanggal 27 Juni 2013
Windyananti, A. 2010. Hubungan antara kelelahan kerja dengan stress kerja pada
tenaga kerja di pengolahan kayu lapis Wreksa Rahayu, Boyolali.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2006. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN
PADA PEKERJA PENGISIAN TABUNG DEPOT LPG
PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR VII
KOTA MAKASSAR TAHUN 2017
I. IDENTIFIKASI
No. Responden :
Tanggal/Bulan/Tahun :
( )
( ) ( )
yang sama) ?
a. Ya, di…..
b. Tidak (lanjut)
KERJA (KAUPK2)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda merasa susah berpikir 0. Ya
pada saat dan setelah bekerja? 1. Tidak
2 Apakah anda merasa enggan atau lelah 0. Ya
saat berbicara? 1. Tidak
3 Apakah anda merasa gugup setelah 0. Ya
bekerja? 1. Tidak
4 Apakah anda merasa susah 0. Ya
berkonsentrasi setelah bekerja? 1. Tidak
5 Apakah anda sulit memusatkan 0. Ya
perhatian? 1. Tidak
6 Apakah anda sering merasa lupa 0. Ya
dalam waktu dekat ini? 1. Tidak
7 Apakah anda merasa kurang percaya 0. Ya
diri setelah bekerja? 1. Tidak
8 Apakah anda merasa cemas? 0. Ya
1. Tidak
9 Apakah anda merasa sulit untuk 0. Ya
mengontrol sikap setelah bekerja? 1. Tidak
10 Apakah anda merasa malas dalam 0. Ya
melakukan pekerjaan anda? 1. Tidak
11 Apakah anda merasa sakit kepala 0. Ya
setelah bekerja? 1. Tidak
12 Apakah bahu anda terasa kaku setelah 0. Ya
bekerja? 1. Tidak
13 Apakah anda merasa nyeri pada 0. Ya
punggung setelah bekerja? 1. Tidak
14 Apakah napasanda terasa sesak pada 0. Ya
saat dan setelah bekerja? 1. Tidak
15 Apakah tenggorokan anda terasa haus 0. Ya
`setelah bekerja? 1. Tidak
16 Apakah suara anda terasa serak setelah 0. Ya
bekerja? 1. Tidak
17 Apakah anda pernah merasakan 0. Ya
bagian tubuh anda gemetaran tanpa 1. Tidak
disadari pada saat dan setelah bekerja?
Lampiran 2
Kelelahan kerja yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kelelahan
Reaction timer.
Kriteria Kelelahan
No Nama Responden Kecepatan
Reaksi Mengalami Tidak
(milidetik) Mengalami
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Lampiran 3
Pengukuran 10
Nadi Rata-Rata
Denyut Nadi
Nama Kerja Denyut Beban
No Waktu Waktu
Responden (Kerja- Nadi Kerja
Nadi Nadi
istirahat)
Istirahat Kerja
1 AML 84,98 117,87 32,98 101 Berat
2 IRN 83,91 119,52 35,61 101 Berat
3 PTR 57,03 111,11 54,08 84 Ringan
4 HMD 82,98 98,36 15,38 90 Ringan
5 DRST 98,36 118,57 20,21 108 Berat
6 MRS 83,56 116,50 32,94 100 Berat
7 ANS 84,74 93,75 9,01 89 Ringan
8 SMSL 83,68 117,41 33,73 100 Berat
9 RHMN 79,36 82,30 2,94 81 Ringan
10 AFN 84,50 101,01 16,51 92 Ringan
11 IQBL 98,03 117,64 19,61 107 Berat
12 ASHR 64,65 104,34 39,69 84 Ringan
13 RFNS 84,50 116,95 32,45 100 Berat
14 NT 83,91 118,11 34,2 101 Berat
15 RMT 68,57 116,50 47,93 93 Ringan
16 FND 10,34 93,02 82,68 52 Ringan
17 MTR 92,30 101,69 9,39 97 Ringan
18 JP 84,15 118,81 34,66 101 Berat
19 RJM 99,00 116,50 17,5 107 Berat
20 MRDN 89,41 83,91 5,5 86 Ringan
21 TSN 85,22 100,33 15,11 92 Ringan
22 IKN 96,93 113,20 16,27 105 Berat
23 ADRN 67,26 97,87 30,61 82 Ringan
24 KMT 83,56 116,50 32,94 100 Berat
25 SBR 96,93 109,09 12,16 103 Berat
26 ALM 74,07 109,48 35,41 92 Ringan
27 ALF 74,90 88,88 13,98 82 Ringan
28 BNTR 84,50 117,64 33,14 101 Berat
29 JFT 99,17 115,83 16,66 107 Berat
30 ADM 70,17 104,34 34,17 87 Ringan
Lampiran 7
No Nama BB Keterangan
1 AML 26.4 Tidak Normal
2 IRN 28.7 Tidak Normal
3 PTR 35.5 Tidak Normal
4 HMD 41.7 Tidak Normal
5 DRST 23.4 Normal
6 MRS 24.4 Normal
7 ANS 27.9 Tidak Normal
8 SMSL 17.2 Tidak Normal
9 RHMN 25.7 Tidak Normal
10 AFN 21.4 Normal
11 IQBL 16.3 Tidak Normal
12 ASHR 17.8 Tidak Normal
13 RFNS 17.9 Tidak Normal
14 NT 19.5 Normal
15 RMT 25.0 Tidak Normal
16 FND 21.5 Normal
17 MTR 27.2 Tidak Normal
18 JP 22.2 Normal
19 RJM 26.4 Tidak Normal
20 MRDN 21.4 Normal
21 TSN 19.9 Normal
22 IKN 26.5 Tidak Normal
23 ADRN 19.6 Normal
24 KMT 20.0 Normal
25 SBR 26.0 Tidak Normal
26 ALM 22.4 Normal
27 ALF 17.6 Tidak Normal
28 BNTR 14.4 Tidak Normal
29 JFT 18.9 Normal
30 ADM 18.7 Normal
Lampiran 8
susah berfikir
lelah berbicara
merasa gugup
susah berkonsentrasi
sering lupa
merasa cemas
malas bekerja
sakit kepala
bahu kaku
nyeri punggung
napas sesak
suara serak
Gemetaran
Statistics
N Valid 30 30 30 30
Missing 0 0 0 0
Minimum 20 1 52 185
kat_umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1.00 8 26.7 26.7 26.7
2.00 9 30.0 30.0 56.7
3.00 2 6.7 6.7 63.3
4.00 6 20.0 20.0 83.3
5.00 1 3.3 3.3 86.7
6.00 3 10.0 10.0 96.7
8.00 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
tua muda
Tua Count 11 2 13
Total Count 18 12 30
Chi-Square Tests
a
Pearson Chi-Square 5.792 1 .016
b
Continuity Correction 4.123 1 .042
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.
baru Count 5 8 13
Total Count 18 12 30
Chi-Square Tests
a
Pearson Chi-Square 4.434 1 .035
b
Continuity Correction 2.992 1 .084
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.
Symmetric Measures
a b
Value Asymp. Std. Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R .384 .170 2.204 .036
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .384 .170 2.204 .036
N of Valid Cases 30
a b
Value Asymp. Std. Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R .384 .170 2.204 .036
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .384 .170 2.204 .036
N of Valid Cases 30
Tubuh
normal Count 4 9 13
Tubuh
Total Count 18 12 30
Tubuh
Chi-Square Tests
a
Pearson Chi-Square 8.167 1 .004
b
Continuity Correction 6.160 1 .013
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.
Symmetric Measures
a b
Value Asymp. Std. Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R .522 .157 3.236 .003
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .522 .157 3.236 .003
N of Valid Cases 30
a b
Value Asymp. Std. Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R .522 .157 3.236 .003
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .522 .157 3.236 .003
N of Valid Cases 30
ringan Count 6 9 15
Total Count 18 12 30
Chi-Square Tests
a
Pearson Chi-Square 5.000 1 .025
b
Continuity Correction 3.472 1 .062
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.
Total Count 18 12 30
Chi-Square Tests
a
Pearson Chi-Square 5.625 1 .018
b
Continuity Correction 3.906 1 .048
N of Valid Cases 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1.
Pengukuran Kelelahan Kerja (Reaction Timer)
Gambar 2.
Pengukuran Beban kerja
Menggunakan Alat Tensi Digital Omron
Gambar 3.
Wawancara Kuesioner
Gambar 4.
Proses Kerja Pengisian Tabung Gas
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Suku : Bugis
Bangsa : Indonesia
Pendidikan Terakhir :
1. TK Aisyiah Palopo