Anda di halaman 1dari 133

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA


PADA PEKERJA PENGISIAN TABUNG DEPOT LPG
PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR VII
MAKASSAR TAHUN 2017

PUTRI MAHARDIKA
K111 13 052

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Putri Mahardika
“FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA
PADA PEKERJA PENGISIAN TABUNG DI DEPOT LPG PT.
PERTAMINA (PERSERO) MOR VII MAKASSAR TAHUN 2017”
(xi + 84 Halaman + 15 Tabel + 12 Lampiran)

Kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan.


Data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan hampir setiap
tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh faktor kelelahan kerja. Posisi berdiri dan mengangkut yang
dilakukan pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR
VII secara terus-menerus dalam proses pekerjaan selama 8 jam membuat pekerja
cepat merasa lelah sehingga berdampak pada kelelahan kerjanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja,
indeks massa tubuh (IMT), beban kerja dan sikap kerja dengan kelelahan kerja
pada pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Makassar. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross
sectional study. Pengumpulan data dimulai tanggal 10 Juli sampai tanggal 15 Juli
2017 pada 30 pekerja sebagai sampel teknik pengambilan sampel dengan
exhaustive sampling. Teknik pengukuran kelelahan kerja menggunakan reaction
timer sedangkan untuk pengukuran beban kerja menggunakan Stopwatch dengan
mengukur denyut nadi pekerja. Analisis data secara univariat untuk
mendeskripsikan karakteristik responden dan analisis bivariate menggunakan uji
Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur p = 0.016
masa kera (p<0.035), beban kerja p = 0.025 (p <0.05), imt p = 0.004 (p<0.05) dan
sikap kerja p = 0.045 (p <0.05) dengan kelelahan kerja pada pekerja di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII Makassar tahun 2017.
Diharapkan para pekerja mengetahui jumlah asupan energi yang di
butuhkan perharinya dan lebih memperhatikan asupan gizi yang seimbang setiap
harinya agar tidak terjadi defisit energi yang dapat berdampak pada penurunan
efisiensi serta performa yang pada akhirnya bermuara pada kelelahan kerja. Pihak
manajemen perusahaan perlu mengadakan pelatihan kepada pekerja mengenai
sikap kerja yang ergonomis saat melakukan aktivitas kerja utamanya pada pekerja
yang mengangkat, menarik dan memindahkan barang karena memiliki beban
kerja yang lebih berat.
Kata Kunci : Kelelahan Kerja, Pekerja, Pengisian Tabung
Daftar Pustaka : 46

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi.Skripsi ini berjudul “Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pengisian Tabung
Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII Makassar Tahun 2017”
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Univesrsitas Hasanuddin.
Penyusunan skripsi ini bukanlah hasil kerja penulis semata. Segala usaha
dan potensi telah dilakukan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini dengan
segala keterbatasan. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang merupakan kotribusi
sangat berarti bagi penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda (Alm.) Nasrullah, S.sos, M.Si dan
ibunda Syamsiah atas kasih sayang, cinta, perhatian, pengorbanan, limpahan
materi dan doa dalam setiap akhir sujudnya yang tiada henti-hentinya
dipanjatkan untuk mengiringi langkah penulis demi kesehatan dan
keselamatan dalam menempuh jenjang pendidikan hingga penyelesaian
skripsi.
2. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada Ibu Dr.
dr. Syamsiar S Russeng, MS, selaku pembimbing I dan Bapak dr. M.
Furqaan Naiem, M.Sc.,Ph.D selaku pembimbing II yang telah membimbing
penulis dengan penuh ketabahan, memberikan arahan, motivasi, nasihat, serta
dukungan moril dalam bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Atjo Wahyu, SKM.,M.Kes, Bapak Dian Saputra Marzuki,
SKM.,M.Kes, dan Bapak Dian Sidik Arsyad, SKM., selaku dosen penguji

iii
yang telah memberikan saran, kritik dan arahan untuk menyempurnakan
penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr.drg. H. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
5. Bapak dr. M. Furqaan Naiem, M.Sc, Ph.D selaku Ketua Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Hasanuddin.
6. Bapak dan Ibu dosen FKM Unhas yang telah memberikan ilmu pengetahuan
yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis selama menempuh
pendidikan.
7. Bapak Rahman dan Ibu Fatmah selaku staff Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang telah menjalankan fungsinya dengan baik pada saat
pengurusan administratif.
8. Bapak Lontar selaku penanggung jawab bagian administrasi di Dpepot LPG
PT. Pertamina (Persero) Makassar yang telah membantu mengarahkan
pekerja selama melakukan penelitian.
9. Seluruh Pekerja pada pengisian tabung gas LPG yang telah bersedia
menjadi responden dan juga kerjasamanya dalam penelitian ini.
10. Seluruh teman-teman terdekat yang sudah bersedia meluangakn waktunya
untuk membantu dan megajariku dalam menyelesaikan skripsi.
11. Teman-teman seperjuangan di jurusan K3, terimakasih atas semangatnya buat
saya dalam menyelesaikan skripsi.
12. Teman-teman saya dari sekolah hingga sampai pada jenjang perguruan tinggi
yang tak hentinya memberikan masukan dan bantuan dalam penyusunan
skripsi.
13. Teman-teman angkatan 2013 (REMPONG). Kakanda senior dan junior
khususnya jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM Unhas atas
dukungan dan bantuannya selama menyelesaikan skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
segala dukungan dan bantuan selama ini.
15. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima

iv
saran maupun kritik yang sifatnya membangun untuk ke arah yang lebih baik
di masa akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua.
Makassar, Oktober 2017

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
RINGKASAN .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kelelahan Kerja ........................................ 11
B. Tinjauan Umum Tentang Umur ........................................................ 21
C. Tinjauan Umum Tentang Masa Kerja ............................................... 23
D. Tinjauan Umum Tentang Indeks Massa Tubuh ................................ 23
E. Tinjauan Umum Tentang Beban Kerja .............................................. 25
F. Tinjauan Umum Tentang Sikap Kerja ............................................... 28
G. Kerangka Teori ................................................................................. 30
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti............................................. 31
B. Kerangka Konsep .............................................................................. 35
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ....................................... 35
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 39
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penilitian .................................................................................. 41

vi
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 41
D. Pengumpulan Data ............................................................................. 42
E. Instrument Penelitian ......................................................................... 43
F. Pengolahan Data ................................................................................ 45
G. Analisis Data ..................................................................................... 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi................................................................... 49
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 49
C. Pembahasan ...................................................................................... 66
D. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 83
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 84
B. Saran .................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kategori IMT Untuk Indonesia ......................................................... 24


Tabel 2 Nadi Kerja Menurut Tingkat Beban Kerja (dalam denyut nadi
permenit) .......................................................................................... 28
Tabel 3 Distribusi Responden Terhadap Kelompok Umur pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar …
............................................................................................................ 51
Tabel 4 Perasaan Kelelahan Kerja pada Pengisian Tabung di Depot PT.
Pertamina (Persero) Makassar ............................................................ 52
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kelelahan Kerja pada
Pekerja Pengisian Tabung gas di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)
Makassar............................................................................................. 53
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kelelahan Kerja pada
Pekerja Pengisian Tabung gas di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)
Makassar............................................................................................. 54
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar
............................................................................................................ 54
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar
............................................................................................................ 55
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Masa Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar
............................................................................................................ 55
Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Masa Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar
............................................................................................................ 56
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh
(IMT) pada Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)
Makassar............................................................................................. 57

viii
Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja pada
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar
............................................................................................................ 57
Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja pada
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar
............................................................................................................ 58
Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Kerja pada
Pengisiaan Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar
............................................................................................................ 59
Tabel 15 Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Pengisian
Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII Kota
Makassar............................................................................................. 58
Tabel 16 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar .................................................................................... 60
Tabel 17 Hubungan Status Gizi (IMT) dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar .................................................................................... 63
Tabel 18 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar .................................................................................... 64
Tabel 19 Hubungan Sikap Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar .................................................................................... 65

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ............................................................................. 30


Gambar 2 Kerangka Konsep .......................................................................... 35

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Lembar Pengukuran Kelelahan Kerja

Lampiran 3 Lembar Pengukuran Beban Kerja

Lampiran 4 Lembar Survei Reba

Lampiran 5 Lembar Hasil Pemeriksaan Kelelahan

Lampiran 6 Lembar Hasil Pengukuran Beban Kerja

Lampiran 7 Lembar Pengukuran IMT

Lampiran 8 Lembar Pengukuran Sikap Kerja

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Dekan FKM Universitas Hasanuddin

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian dari BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 12 Biodata

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan manusia pada saat ini

telah membawa manusia pada era modernisasi. Teknologi yang semakin

canggih dan proses industrialisasi yang semakin pesat merupakan salah satu

aspek penilaian kemajuan suatu negara. Kemajuan teknologi telah

mengangkat standar dan kualitas hidup manusia secara lebih baik melalui

peningkatan produksi dan produktivitas kerja. Di sisi lain kemajuan teknologi

juga mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan yaitu berupa

terjadinya peningkatan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja dan

timbulnya berbagai macam penyakit akibat kerja. Mengatasi masalah-

masalah tersebut maka diperlukan kinerja sumber daya manusia (SDM) yang

tinggi (Tarwaka, 2008).

Undang-undang No. 13 tahun 2003, menegaskan bahwa setiap

pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja. Pelaksanaan keselamatan kerja dilakukan

salah satunya untuk mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat

kerja baik secara fisik, psikis, keracunan, infeksi dan penularan (Undang-

undang No. 1 Tahun 1970). Berdasarkan data dari Jamsostek, rata-rata

kecelakaan kerja mencapai lebih dari 100.000 kasus per tahun, dari 9 juta

orang pekerja formal yang menjadi anggota program Jamsostek dari total 100

juta orang pekerja di seluruh Indonesia. Artinya, terdapat 90 juta buruh


Indonesia yang tidak dilindungi kesehatan dan keselamatan kerjanya para

buruh tersebut bekerja di berbagai sektor informal (Umyati, 2010).

Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan

oleh sebuah perusahaan. Hal ini disebabkan karena keselamatan kerja

berkaitan erat dengan kelangsungan hidup pekerja. Begitu pentingnya faktor

keselamatan kerja sampai dituangkan dalam UU Ketenagakerjaan

No.13/tahun 2003, pasal 86 dan 87 pada bab Perlindungan, Pengupahan dan

Kesejahteraan. Pasal 87 ayat 1 berbunyi “Setiap perusahaan wajib

menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang

terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan” (Budiman and Husaini,

2016).

Kelelahan adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan

ketahanan dalam bekerja. Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda

dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efesiensi dan

penurunan kapasitas kerja serta kelelahan merupakan mekanisme

perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga

terjadi pemulihan (Umyati, 2010).

Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua

jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja.

Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah kesalahan kerja.

Menurunnya kinerja sama artinya dengan menurunnya produktivitas kerja.

Apabila tingkat produktivitas seorang tenaga kerja terganggu yang

disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis maka akibat yang

2
ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa penurunan

produktivitas perusahaan. Pada dasarnya produktivitas dipengaruhi oleh tiga

faktor yaitu beban kerja, kapasitas kerja, dan beban tambahan akibat

lingkungan kerja. Beban kerja biasanya berhubungan dengan beban fisik,

mental maupun sosial yang mempengaruhi tenaga kerja. Sedangkan kapasitas

kerja berkaitan dengan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan pada

waktu tertentu. Beban tambahan akibat lingkungan kerja meliputi faktor fisik,

kimia dan faktor pada tenaga kerja sendiri yang meliputi faktor biologi,

fisiologis dan psikologis (Muizuddin A, 2013)

Data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan

hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena

kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan kerja. Penelitian

tersebut menyatakan dari 58.115 sampel, 32.8% atau sekitar 18.828

sampel menderita kelelahan kerja (Organization, 2013).

World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan yang

dibuat sampai tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan lelah

yang berat dan berujung pada depresi akan menjadi penyakit pembunuh

nomor dua setelah penyakit jantung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

kementrian tenaga kerja Jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan

sekitar 16.000 pekerja di negara tersebut yang dipilih secara acak

menunjukkan bahwa 65% pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja

rutin, 28% mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh

stress berat dan merasa tersisihkan (WHO, 2003).

3
Pada survei di USA, kelelahan merupakan masalah yang besar.

Ditemukan sebanyak 24% dari seluruh orang dewasa yang datang ke

poliklinik menderita kelelahan kronik. Data yang hampir sama terlihat dalam

komunitas yang dilaksanakan oleh Kendel di Inggris yang menyebutkan

bahwa 25% wanita dan 20% pria selalu mengeluh lelah. Penelitian lain yang

mengevaluasi 100 orang penderita kelelahan menunjukkan bahwa 64% kasus

kelelahan disebabkan karena faktor psikis, 3% karena faktor fisik dan 33%

karena kedua faktor tersebut (Setyawati, 2007).

Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di

Indonesia melaporkan hingga tahun 2010, kecelakaan kerja karena kelelahan

masih didominasi bidang jasa kontruksi (31,9%), disusul sektor Industri

manufaktur (31,6%), transport (9,3%) , pertambangan (2,6%), kehutanan

(3,6%), dan lain-lain (20%) (Fadila, 2016). Lebih dari 65% pekerja di

indonesia datang ke poliklinik perusahaan dengan keluhan kelelahan kerja.

Faktor penyebab terjadinya kelelahan sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh

beban kerja, lingkungan kerja, problem fisik dan kondisi kesehatan juga dapat

dipengaruhi oleh faktor individu seperti, umur, status kesehatan, status gizi,

pola makan, jenis kelamin dan kondisi psikologi (Umyati, 2010).

Faktor individu seperti umur, masa kerja, beban kerja dan status gizi

juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja. Pada umur yang

lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi

dengan stabilitas emosi yang lebih baik dibanding tenaga kerja yang berumur

muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaan (Setyawati,

4
2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh (S Russeng and Wahyuni, 2014)

bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur, beban kerja dan lama kerja

dengan kelelahan kerja pada pekerja di unit produksi paving block CV.

Sumber Galian Kota Makassar.

Masa kerja merupakan lamanya pekerja tersebut bekerja di suatu

tempat. Semakin lama masa kerja yang dimiliki oleh pekerja, maka semakin

tinggi risiko gangguan kesehatan yang diterima oleh pekerja. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Pasira menunjukkan ada hubungan antara

masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik tahu di kecamatan

Mamajang kota Makassar tahun 2016. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa keseluruhan pekerja dengan masa kerja lama mengalami kelelahan,

yaitu sebanyak 18 orang. Pekerja dengan masa kerja baru juga mengalami

kelelahan sebanyak 12 orang pekerja (75,0%) (Pasira and Djajakusli, 2016)

Penelitian oleh Sitiara tentang hubungan asupan energi pekerja dan

waktu kerja dengan kelelahan kerja pada penjahit Sartika Express Kelurahan

Sidodadi kota Samarinda diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki

asupan energi sesuai dan tidak lelah sebanyak 3 orang (13%) dan responden

yang memiliki asupan energi sesuai dan lelah sebanyak 1 orang (4,3%).

Responden yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai dan tidak lelah

sebanyak 2 orang (8,7%) dan reponden yang memiliki asupan energi yang

tidak sesuai dan lelah sebanyak 17 orang (73,9%) (Fadila et al., 2016).

Dari hasil penelitian Pajow, tentang Hubungan Antara Beban Kerja

Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Di PT. Timur Laut Jaya Manado

5
menunjukkan Responden yang menyatakan beban kerja ringan namun

kelelahan kerja sedang ada 5 responden, dan kelelahan kerja berat ada 4

responden. Responden yang menyatakan beban kerja sedang namun kelelahan

kerja ringan ada 2 responden, kelelahan kerja sedang ada 15 responden,

kelelahan kerja berat ada 3 responden. Responden yang menyatakan beban

kerja berat namun kelelahan kerja ringan ada 2 responden, kelelahan kerja

sedang ada 1 responden. Hasil menunjukkan terdapat hubungan antara beban

kerja dengan kelelahan kerja (Pajow, 2016).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja

adalah ergonomi yaitu sikap kerja seorang pekerja saat melakukan pekerjaan.

Sikap kerja dapat membuat beban kerja suatu pekerjaan menjadi berkurang

sehingga meminimalisir risiko terjadinya kelelahan pada pekerja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinasih tentang pengaruh sikap

kerja angkat-angkut massa candy terhadap kelelahan kerja pada unit food 1

hard candy line PT. Konimex Sukoharjo menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja angkat-

angkut di unit Food 1 PT. Konimex Sukoharjo (Kinasih, 2010).

Depot LPG Makassar merupakan salah satu unit bisnis di Pertamina

yang memasarkan LPG dan produk-produk gas lainnya di sulawesi dan mulai

beroperasi pada tahun 1975 dengan luas area 8.800 M 2 yang berada di sekitar

kompleks pelabuhan Sukarno Hatta dimana lokasinya berdampingan dengan

TBBM Makassar dan Pabrik Terigu. Depot LPG Makassar dalam proses

produksinya tepatnya pada pekerja pengisian tabung 3 kg kurang menerapkan

6
kesehatan dan keselamatan kerja yang baik. Hal ini dapat terlihat dari cara

kerja dan pengorganisasian kerja yang kurang baik membuat pekerja rentan

mengalami kelelahan akibat kerja fisik yang berat.

Dari pengambilan data awal di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)

MOR VII Makassar melalui survei yang telah dilakukan,terdapat pekerja

memiliki umur yang bervariasi diantaranya berumur tua dengan masa kerja

lebih dari 5 tahun yang berisiko mengalami keluhan kelelahan kerja dengan

tingkat beban pekerjaannya yang berat, berdasarkan pengamatan langsung

pada pekerja pengisian tabung gas terdapat pekerja yang gemuk dan kurus

yang dapat mempengaruhi tingkat kelelahan pekerjanya, sehingga dapat

berpengaruh terhadap sikap kerja di kerenakan berat badan yang tidak

normal. Adapun keluhan kelelahan para pekerja merasakan perasaan berat

dikepala, merasakan lelah pada otot-otot tangan, merasa mengantuk dan

merasa lelah pada seluruh kaki akibat dari sikap kerja yang tidak ergonomis

pada pekerjaannya yang terus berdiri selama proses pekerjaan berlangsung,

kondisi ini diperkirakan karena kondisi kerja yang terus-menerus melakukan

pekerjaan yang berulang-ulang selama 8 jam.

Pekerja pada pengisian tabung LPG 3 kilogram PT. Pertamina

(Persero) Pelabuhan Makassar diperoleh jumlah pekerja sebanyak 30 pekerja

yang bekerja dari hari senin sampai dengan sabtu mulai pagi pukul 08.00

WITA sampai sore hari pukul 17.00 WITA dengan waktu istirahat sekitar 1

jam per hari yaitu pada pukul 12.00-13.00 Berdasarkan penjelasan diatas

maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan

7
dengan kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung gas 3kg Depot LPG

PT. Pertamina (Persero) MOR VII Pelabuhan Makassar 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

yang akan diteliti yaitu apakah ada hubungan umur,masa kerja,indeks massa

tubuh, beban kerja dan sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII

Makassar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor

yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung

di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan umur dengan kelelahan kerja pada pekerja

pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII

Makassar.

b. Mengetahui hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR

VII Makassar.

c. Mengetahui hubungan indeks massa kerja dengan kelelahan kerja

pada pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)

MOR VII Makassar.

8
d. Mengetahui hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR

VII Makassar.

e. Mengetahui hubungan sikap kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR

VII Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

informasi, bahan bacaan, sumber kajian ilmiah, yang dapat menambah

wawasan pengetahuan dan sebagai sarana bagi peneliti selanjutnya di

bidang kesehatan masyarakat, khususnya mengenai faktor-faktor

penyebab kelelahan kerja pada pekerja.

2. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang sangat berharga dan

menambah wawasan serta pengetahuan bagi peneliti dalam menerapkan

ilmu yang telah diperoleh selama proses perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar khususnya

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

9
3. Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media promosi atau

bahan masukan bagi masyarakat agar lebih waspada terhadap risiko

kelelahan yang berdampak pada kesehatan dan produktivitas.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kelelahan Kerja

1. Definisi Kelelahan

Kelelahan (fatigue) adalah suatu keluhan umum pada masyarakat

umum dan pada populasi pekerja. Pada pekerja, sekitar 20% memiliki

gejala kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat ditandai oleh menurunnya

performa kerja atau semua kondisi yang memengaruhi semua proses

organisme, termasuk beberapa faktor seperti perasaan kelelahan bekerja

(subjective feeling of fatigue), motivasi menurun, dan penurunan aktivitas

mental dan fisik (Setyowati et al 2014).

Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat

subyektif. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar

tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian

terjadilah pemulihan (Suma'mur, 2009).

Kelelahan kerja juga merupakan kriteria yang kompleks yang tidak

hanya menyangkut pada kelelahan fisiologis dan psikologis. Tetapi

dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, dan juga adanya

perasaan lelah, serta penurunan motivasi, selain itu juga terjadi penurunan

produktivitas kerja (Silastuti, 2007).

2. Jenis Kelelahan

Terdapat dua jenis kelelahan yaitu kelelahan otot dan kelelahan

umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau pereasaan nyeri

11
pada otot, sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya

kemauan untuk bekerja yang sebabnya adalah persyaratan atau psikis.

Sebab-sebab kelelahan umum adalah monotoni (pekerjaa yang sifatnya

monoton), intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-

sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta

penyakit-penyakit. Pengaruh ini seperti berkumpul di dalam tubuh

manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat meyebabkan

seseorang berhenti bekerja (Beraktivitas) sepertinya halnya kelelahan

fisiologis berakibatkan tidur. Kelelahan dapat diatasi dengan beristirahat.

Tetapi jika dipaksakan terus kelelahan akan bertambah dan sangat

mengganggu. Kelalahan sama halnya dengan keadaan lapar dan haus

sebagai suatu mekanisme untuk mendukung kehidupan. Istirahat sebagai

usaha pemulihan dapat dilakukan dengan berhenti kerja sewaktu-waktu

sebentar sampai dengan tidur malam hari (Suma'mur, 2009).

Menurut Hariyati (2011), jenis kelelahan kerja dapat dibedakan

berdasarkan:

a. Waktu terjadinya kelelahan, yaitu:

1) Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau

seluruh tubuh secara berlebihan

2) Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah

faktor yang berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi.

a. Penyebab terjadinya kelelahan

12
1) Faktor fisiologis, adalah akumulasi dari substansi toksin (asam

laktat) dalam darah

2) Faktor psikologis, adalah konflik yang mengakibatkan stress

yang berkepanjangan ditandai dengan menurunnya presatasi

kerja, rasa lelah da nada hubungan dengan faktor psikososial.

b. Proses dalam otot, terdiri dari:

1) Kelelahan otot, adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam

bekerja akibat kontraksi yang berulang

2) Kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebar yang

disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada

setiap aktivitas (Hariyati, 2011).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja

Penyebab kelelahan kerja secara garis besar disebabkan oleh beban

kerja baik berupa beban kerja faktor eksternal tugas (task) itu sendiri,

organisasi (waktu kerja, istirahat, kerja gilir, kerja malam dan lain-lain)

dan lingkungan kerja (fisik, kimia, biologi, ergonomis dan psikologis)

sedangkan beban kerja faktor internal yang berasal dari dalam tubuh itu

sendiri berupa faktor somatic (umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kondisi,

status gizi) dan faktor psikis (motivasi, kepuasaan kerja, keinginan dan

lain-lain) (S Russeng, 2011).

Menurut Suma’mur (2009), kelelahan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain:

13
a. Usia

Pada usia meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari

organ, sehingga dalam hal ini kemapuan organ akan menurun.

Dengan menurunnya kemampuan organ, maka hal ini akan

menyebabkan tenaga kerja akan semakin muda mengalami

kelelahan.

b. Jenis kelamin

Pada tenaga kerja wanita terjadi siklus setiap bulan di dalam

mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi turunnya

kondisi fisik mapun psikisnya, dan hal itu menyebabkan tingkat

kelelahan wanita lebih besar dari pada tingkat kelelahan tenaga

kerja laki-laki.

c. Penyakit

Penyakit akan menyebakan Hipo/hipertensi suatu organ,

akibatnya akan merangsang murkosa suatu jaringan sehingga

merangsang syaraf-syaraf tertentu. Dengan perangsangan yang

terjadi akan menyebabkan pusat syaraf otak akan terganggu atau

terpengaruh yang dapat menurunkan kondisi fisik seseorang.

d. Beban kerja

Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan

mempercepat kontaksi otot tubuh, sehingga hal ini dapat

mempercepat pula kelelahan seseorang (Suma'mur, 2009).

14
Menurut Hariyati (2011) kelelahan kerja disebabkan oleh beberapa

hal yaitu antara lain:

a. Pekerjaan yang berlebihan

Kekurangan sumber daya manusia yang kompeten dapat

mengakibatkan menumpuknya pekerjaan yang seharusnya dikerjakan

dengan jumlah yang lebih banyak.

b. Kekurangan waktu

Batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

terkadang tidak masuk akal. Pada saat karyawan hendak mendiskusikan

masalah tersebut dengan atasan, atasan seringkali memberikan tugas

baru untuk diselesaikan.

c. Konflik peranan

Konflik peranan biasanya terjadi antar karyawan dengan jenjang

posisi yang berbeda dan biasanya disebabkan oleh otoritas yang

dimiliki oleh peranan atau jabatan tertentu.

d. Ambigu perenan

Tidak jelasnya deskripsi tugas yang harus dikerjakan seringkali

membuat para karyawan mengerjakan suatu pekerjaan yang seharusnya

tidak dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau dilihat dari sisi keahlian

maupun posisi pekerjaan (Hariyati, 2011).

4. Gejala Kelelahan

Sebenarnya kelelahan dan kebosanan kerja sulit untuk diukur tetapi

dapat diketahui berdasarkan indikasi-indikasi tertentu. Indikasi tersebut

15
biasanya dikatakan sebagai gejala- gejala kelelahan kerja. Menurut Woro

Riyadina dalam Nugroho (2009) gejala-gejala kelelahan kerja diantaranya

adalah :

a. Gejala-gejala yang berakibat pada pekerjaan dan lingkungannya seperti

penurunan perhatian dan kesiagaan, penurunan dan hanbatan persepsi,

cara berpikir lambat, kegiatan fisik dan mental kurang efisien,

perbuatan-perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan lingkungan,

depresi, kurang tenaga dan kehilangan inisiatif.

b. Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala diatas ialah sakit

kepala, vertigo, gangguan fungsi paru-paru dan jantung, kehilangan

nafsu makan, gangguan pencernaan dan tidak dapat tidur (Nugroho,

2009).

Suatu daftar gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada

hubungannya dengan kelelahan kerja menurut Tarwaka, adalah:

10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan

1) Perasaan berat di kepala

2) Lelah seluruh badan

3) Berat di kaki

4) Menguap

5) Pikiran kacau

6) Mengantuk

7) Ada beban di mata

8) Gerakan cangung dan kaku

16
9) Berdiri tidak stabil

10) Ingin berbaring

10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi

11) Susah berfikir

12) Lelah untuk berbicara

13) Gugup

14) Tidak berkonsentrasi

15) Sulit memusatkan perhatian

16) Mudah lupa

17) Kepercayaan diri berkurang

18) Merasa cemas

19) Sulit mengontrol sikap

20) Tidak tekun dalam pekerjaan

10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi

21) Sakit di kepala

22) Kaku di bahu

23) Nyeri di panggung

24) Sesak nafas

25) Haus

26) Suara serak

27) Merasa pening

28) Spasme di kelopak mata

29) Tremor pada anggota badan

17
30) Merasa kurang sehatSakit di kepala

31) Kaku di bahu

32) Nyeri di panggung

33) Sesak nafas

34) Haus

35) Suara serak

36) Merasa pening

37) Spasme di kelopak mata

38) Tremor pada anggota badan

39) Merasa kurang sehat

Tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi

kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran serta proses

pemulihan. Orang yang lelah menunjukkan :

1) Penurunan perhatian

2) Perlambatan dan hambatan persepsi

3) Lambat dan sukar berfikir

4) Penurunan kemampuan atau dorongan untuk bekerja

5) Kurangnya efisiensi kegiatan fisik dan mental (Tarwaka, 2010).

5. Pengukuran Kelelahan

a. Kualitas dan Kuantitas Kerja

Kualitas dan kuantitas dari hasil kerja kadang kala digunakan

sebagai cara pengukuran kelelahan tidak langsung pada industri atau

pada tempat kerja. Kuantitas atau jumlah output dapat digambarkan

18
sebagai angka dari masing-masing unit proses. Waktu yang dihabiskan

masing-masing unit dan output yang dihasilkan menunjukkan angka

atau jumlah kinerja operasional per unit waktu (Tarwaka, 2014) .

b. Perasaan Kelelahan Subyektif

Metode pengukuran kelelahan secara subyektif atau The Subjective

Symptom (SST) pertama kali dikeluarkan oleh Industrial Fatigue

Research Committee of Japanese Association of Industrial Health

(IFRC Jepang) pada tahun 1976. The Subjective Symptom (SST)

merupakan pengukuran kelelahan berebntuk kuesioner yang berisi 30

pertanyaan mengenai gejala kelelahan kerja (Marif, 2015).

c. Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPKK)

KAUPKK (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja)

merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja sebagai

gejala subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak

menyenangkan. KAUPKK merupakan instrumen yang disusun oleh

Setyawati yang telah diuji kesasihan dan keandalannya. Keluhan-

keluhan yang dialami pekerja sehari-hari membuat mereka mengalami

kelelahan kronis.

a) Uji psiko-motor (psychomotor test)

Dapat dilakukan dengan cara melibatkan fungsi persepsi,

interpretasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital

reaction timer untuk mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah

jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu

19
saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi

dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau

goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan

petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.

b) Uji Mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan

yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam

menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman Tes merupakan salah

satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian,

dan konsentrasi.

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa

kelelahan biasanya terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh

karena beberapa faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana

kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pemakainya, stasiun kerja

yang tidak ergonomik, sikap paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat

yang tidak tepat. Sumber kelelahan dapat disimpulkan dari hasil pengujian

tersebut (Roshadi, 2014).

6. Penanggulangan Kelelahan Kerja

Menurut Fitrihana dalam Eraliesa (2009), kelelahan kerja dapat

ditanggulangi dengan :

a. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan.

b. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.

20
c. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan

beban kerja.

d. Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.

e. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau

perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi

dari

f. Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja

dan kehidupannya.

g. Disediakaan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksanakan

secara baik.

h. Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya.

i. Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja

beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di

malam hari, tenaga baru pindahan.

j. Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba dan obat berbahaya

(Eraliesa, 2009).

B. Tinjauan Umum Tentang Umur

Umur adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampa saat

beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat pematangan dan ketuaan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi

kepercayaan masyarakat yang lebih dewassa akan lebih percaya dari paada

orang belum cukup tinggi kedewasaannya (Rudianto, 2011).

Umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-

penyelidikan epedemiologi. Pada umumnya usia yang telah lanjut,

21
kemampuan fisiknya juga menurun. Proses menjadi tua akan disertai dengan

kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada fungsi-

fungsi tubuh, sistem kordiovaskuler dan hormonal. Dari umur dapat diketahui

ada bebarapa kapasistas fisik seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan

reaksi menurun sesudah usia 40 tahun. Makin tua usia, makin sulit bagi

seseorang untuk beradaptasi dan makin cepat menjadi lelah. Demikian pula

makin pendek waktu tidurnya dan makin sulit untuk tidur (Suma'mur, 2009).

Chaffin (1979) dan Guo et al. (1995) menyatakan bahwa pada

umumnya keluhan sistem muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur kerja,

yaitu 26-25 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun

dan tingkat keluhan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal

ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot

mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat. Sebagai

contoh, Betti’e et al (1989) telah melakukan studi tentang kekuatan statik otot

untuk pria dan wanita dengan usia antara 20 sampai dengan di atas 60 tahun.

Penelitian difokuskan untuk otot, lengan, punggung dan kaki. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur antara

20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan

bertambahnya umur. Pada saat umur mencapai 60 tahun, rerata kekuatan otot

menurun sampai 20%. Pada saat kekuatan otot mulai menurun inilah maka

risiko terjadinya keluhan otot meningkat (Tarwaka, 2010).

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan

20-an dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia. WHO menyatakan

22
batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas. Sedangkan di Indonesia 55 tahun

sudah dianggap sebagai batas lanjut usia. Dengan menanjaknya umur, maka

kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun secara perlahan-lahan tapi

pasti. Aktivitas hidup juga berkurang yang mengakibatkan semakin

bertambahnya ketidakmampuan tubuh dalam berbagai hal (Windyananti,

2010).

C. Tinjauan Umum Tentang Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali

pekerja masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung (Amalia, 2007).

Sedangkan menurut Sedarmayanti lama masa kerja adalah salah satu faktor

yang termasuk ke dalam komponen ilmu kesehatan kerja. Pekerjaan fisik

yang dilakukan secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama akan

berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh (sistem peredaran darah,

pencernaan, otot, syaraf, dan pernafasan). Dalam keadaan ini kelelahan terjadi

karena terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah dimana

produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan kegiatan otot (Sedarmayanti,

2009) .

D. Tinjauan Umum Tentang Indeks Massa Tubuh

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang

baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi merupakan

salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi

yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik,

begitu juga sebaliknya. Pada keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat

23
akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahanan tubuh

sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga mempercepat timbulnya

kelelahan. Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks

Massa Tubuh) (Windyananti, 2010).

Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling

sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi

seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks Massa

Tubuh, berat badan dihubungkan dengan tinggi badan). Adapun cara

mengukur indeks massa tubuh dengan cara membagi berat badan dalam

satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Gibson,

2005).

Berat Badan (Kg)


inggi Badan (m) inggi Badan (m)

Kategori Ambang batas Indeks Massa Tubuh untuk Indonesi dapat

dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 1
Kategori IMT untuk Indonesia (Asia)
Indeks Massa Tubuh (IMT (kg/m2)
Dibawah Normal > 18,50
Normal 18,50-24,99
Obesitas ≥ 25,00
Sumber : WHO, 2004 dalam Gibson, 2005
Status gizi yang baik dengan jumlah asupan kalori dalam jumlah dan

waktu yang tepat berpengaruh secara positif terhadap daya kerja pekerja.

Apabila asupan kalori tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhannya maka

24
tenaga kerja tersebut akan lebih cepat merasakan lelah dibandingkan dengan

tenaga kerja yang asupan kalorinya memadai. Asupan kalori yang cukup

kemudian digambarkan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang normal

pada nilai 18,5-25. Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang

dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain

mempunyai resiko penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas

kerja. Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh akan

digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Bila hal ini berlangsung lama, maka

simpanan zat gizi akan habis dan terjadi kemerosotan jaringan, dengan

meningkatnya defisiensi zat gizi maka muncul perubahan biokimia dan

rendahnya zat–zat gizi dalam darah, berupa rendahnya tingkat Hb, serum

vitamin A dan karoten. Terjadi peningkatan hasil metabolisme seperti asam

laktat dan piruvat pada kekurangan tiamin. Bila keadaan ini berlangsung

lama, akan mengakibatkan terjadinya perubahan fungsi tubuh dengan tanda-

tanda yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek dan lain-lain (Atiqoh,

2013).

E. Tinjauan Umum Tentang Beban Kerja

1. Pengertian Beban Kerja

Beban kerja adalah suatu perbedaan antara kapasitas atau

kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi

(Tarwaka, 2014). Beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus

diperhatikan bagi seorang tenaga kerja untuk mendapatkan keserasian dan

produktivitas kerja yang tinggi selain unsur beban tambahan akibat

25
lingkungan kerja dan kapasitas kerja. Pengertian beban kerja dapat dilihat

dari dua sudut pandang, yaitu secara subyektif dan secara obyektif. Beban

kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah

aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran yang

dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan,

tentang perasaan kelebihan jam kerja, ukuran dan tekanan pekerjaan dan

kepuasan kerja (Minarsih, 2011).

Beban kerja dapat berupa tuntutan tugas atau pekerjaan, organisasi

dan lingkungan kerja. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi daripada

tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan. Sebaliknya, jika

kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan pekerjaan maka akan

muncul kelelahan yang berlebih (Payuk, 2013).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Menurut Nurmianto dalam Utami (2012), faktor yang mempengaruhi

beban kerja, yaitu:

a. Baban yang diperkenankan

b. Jarak angkut dan intensitas pembebanan

c. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat

d. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja

e. Kondisi lingkungan kerja

f. Keterampilan bekerja

g. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja

h. Peralatan kerja beserta keamanannya.

26
Beban kerja dapat mengakibatkan kelelahan, hal ini dikarenakan

semakin banyak jumlah material yang diangkat dan dipindahkan serta

aktifitas yang berulang dalam sehari oleh seorang tenaga kerja, maka akan

lebih cepat mengurangi ketebalan dari intervertebral disc atau elemen yang

berada diantara segmen tulang belakang dan akan dapat meningkatkan

risiko rasa nyeri pada tulang belakang (Utami, 2012).

3. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja

Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode

untuk menilai cardiovascular strain. Salah satu peralatan yang dapat

digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah Telemetri dengan

menggunakan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG).

Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual

memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Penggunaan

nadi kerja untuk menilai beban kerja mempunyai beberapa keuntungan.

Selain mudah, cepat dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang

mahal serta hasilnya cukup reliable. Denyut nadi akan segera berubah

seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari

pembebanan mekanik, fisika, maupun kimia. Denyut nadi istirahat adalah

rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai; denyut nadi kerja adalah

rerata denyut nadi selama bekerja; nadi kerja adalah selisih antara denyut

nadi istirahat dan denyut nadi kerja. Berdasarkan hal tersebut maka denyut

nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indeks beban

kerja (Tarwaka, 2010)

27
Tabel 2
Nadi Kerja Menurut Tingkat Beban Kerja
(dalam denyut nadi permenit)
Kategori Beban Kerja Nadi Kerja (permenit)
Ringan 75-100
Sedang 100-125
Berat 125-150
Sangat Berat 150-175
Sangat Berat Sekali > 175
Sumber: Christensen. Encyclopedia of Occupational Health and Safety.ILO.
Geneva dalam Tarwaka, 2010.

F. Tinjauan Umum Tentang Sikap Kerja

Salah satu masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang sering

dialami oleh pekerja adalah masalah ergonomi khususnya dalam hal sikap

kerja. Penerapan ergonomi berprinsip bahwa semua aktivitas pekerjaan dapat

menyebabkan pekerja mengalami tekanan (stress) fisik dan mental. Ergonomi

mengupayakan agar tekanan ini masih dalam batas toleransi, hasil kinerja

memuaskan, dan kesehatan dan kesejahteraan pekerja dapat meningkat. Jika

tekanan yang dialami pekerja berlebihan, hal-hal yang tidak diinginkan dapat

terjadi, seperti kesalahan (error), kecelakaan, cedera, atau kenaikan beban

fisik dan mental. Cedera dan penyakit yang terkait ergonomi bervariasi, mulai

dari kelelahan mata, sakit kepala, sampai gangguan otot rangka

(Musculoskeletal disorders) (Payuk, 2013).

Ergonomi merupakan perpaduan dari berbagai lapangan ilmu seperti

antropologi, biometrika, fisiologi kerja, hygiene perusahaan dan kesehatan

kerja, perencanaan kerja, riset terpakai dan sibernatika (cybernetics) untuk

menciptakan sikap kerja yang baik. Namun kekhususan utamanya adalah

28
perencanaan tata kerja yang dilaksanakan dengan cara yang lebih baik dalam

metode kerja dan peralatan serta perlengkapannya.

Sikap kerja yang tidak ergonomis adalah sikap kerja yang

menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,

misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk,

kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat

gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula beban kerja sehingga menyebabkan

pekerja tersebut cepat merasa lelah. Sikap kerja tidak alamiah ini pada

umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja

tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Tarwaka, 2014).

Sikap kerja yang ergonomis dapat membuat beban kerja suatu

pekerjaan menjadi berkurang. Contoh paling sederhana adalah penggunaan

trolley untuk pengganti membawa atau memindahkan barang atau menjinjing

dua koper kecil sebagai pengganti satu koper yang besar. Beribu cara

sederhana dapat digunakan untuk mengurangi beban kerja, namun dengan

sikap kerja yang ergonomis upaya mengurangi beban kerja lebih jauh

didalami dan dikembangkan. Dengan evaluasi fisiologis, psikologi atau cara-

cara tak langsung, beban kerja diukur dan dianjurkan modefikasi yang sesuai

antara kapasitas fisik dan mental tenaga kerja dengan beban kerja yang

disebabkan oleh pekerjaan dan beban tambahan dari aneka faktor dalam

lingkungan (Suma'mur, 2014).

29
G. Kerangka Teori

A. Faktor Individu:
1. Umur
(Tarwaka, 2010)

B. Lingkungan Kerja:
1. Pencahayaan
2. Kebisingan
3. Iklim kerja
4. Getaran
C. Faktor Pekerjaan:
1. Waktu istirahat Kelelahan Kerja
2. Masa kerja
3. Shift Kerja
4. Beban Kerja
Sikap Kerja
(Tarwaka, 2010)

Indeks Massa Tubuh


(Kemenkes RI, 2013)

Sumber : Suma’mur (2009), Tarwaka (2004) dan Kepmenkes, 2013

Gambar 1. Kerangka Teori

30
BAB III

KERANGAKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan yang sering

dijumpai pada tenaga kerja. Kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi

kesehatan tenaga kerja dan menurunkan produktivitas. Kelelahan (fatique)

dapat memberi kontribusi terhadap kecelakaan kerja (Utami, 2012).

Buruh angkut kerja dengan menggunakan tubuhnya sebagai alat

angkut seperti memikul, menjinjing, ataupun memanggul. Pemindahan secara

manual tersebut dapat mengalami kelelahan otot ataupun keluhan subjektif

yang ada pada otot tenaga kerja apabila tidak menggunakan cara yang

kelelahan. Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan

yang optimun yang ada diantara individu yang satu dengan yang lainnya

(Tarwaka, 2010).

1. Kelelehan

Kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak hanya

menyangkut pada kelelahan fisiologis dan psikologis. Tetapi dominan

hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, dan juga adanya perasaan

lelah, serta penurunan motivasi, selain itu juga terjadi penurunan

produktivitas kerja (Silastuti, 2007). Ketika beban kerja melebihi kapasitas

yang dimiliki oleh tenaga kerja dan hal ini berlangsung terus menerus

maka akan menimbulkan kejadian kelelahan yang dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja dan meningkatnya angka

31
ketidakhadiran pekerja sehingga akan menyebabkan penurunan

produktivitas kerja (Suma'mur, 2009).

2. Umur

Semakin bertambahnya umur seseorang maka kelenturan otot-ototnya

semakin berkurang sehingga memudahkan terjadinya kekakuan pada otot

dan sendi dan sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi

pada tulang yaitu berupa kerusakan jaringan dan pengurangan cairan

sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang otot menjadi

berkurang.

3. Masa Kerja

Semakin lama maasa kerja seseorang juga sebanding dengan efiensi

dan produktivitas. Semakin lama bekerja di suatu tempat maka semakin

besar kemungkinan terpapar lingkungan kerja fisika, kimia, biologi, dan

sebagianya. Masa kerja biasanya dihitung dengan satuan tahun.

Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja. Semakin lama ia

bekerja, semakin besar pula kemungkinan untuk menderita penyakit yang

dapat ditimbulkan dari pekerjaannya tersebut. Semakin lama seseorang

bekerja di suatu tempat, semakin besar pula kemungkinan mereka terpapar

oleh faktor-faktor lingkungan di tempat kerja mereka. Pekerjaan baik fisik

maupun mental dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit

akibat kerja sehingga akan berakibat pada efisiensi dan produktivitas kerja

seorang tenaga kerja. Masa kerja seseorang menentukan efisiensi dan

32
produktivitasnya dan dapat menghindarkan dari kelelahan (Budiono,

2003).

4. Indeks Massa Tubuh

Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga

kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Pada keadaan

gizi buruk dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan

menurunkan efrisiensi serta ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit

penyakit dan mempercepat timbulnya kelelahan (Budiono, 2003).

Status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan

normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih

panjang. Berat badan yang kurang ideal baik itu kurang ataupun kelebihan

dapat menimbulkan kerugian. Masalah kekurangan atau kelebihan gizi

pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting,

karena selain mempunyai resiko penyakit tertentu, juga dapat

mempengaruhi produktivitas kerja.

5. Beban Kerja

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seseorang tenaga

kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja

dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau

kapasitas kerja yang bersangkutan. Dimana semakin berat beban kerja,

maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa

33
kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya. Jika

kemampuan pekerja lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul

perasaan bosan. Sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah

daripada tuntutan pekerjaan maka akan muncul kelelahan yang berlebih

(Tarwaka, 2008).

6. Sikap Kerja

Bekerja pada kondisi performa tidak ergonomis pasti tidak nyaman

dan cepat lelah, yang pada akhirnya produktivitas menurun. Saat ini masih

banyak orang sedang bekerja yang tidak memperhatikan performa kerja

atau sikap kerja atau posisi kerja, sehingga cepat melelahkan. Performa

kerja tidak ergonomis dapat menimbulkan kelelahan, nyeri dan gangguan

kesehatan lainnya (Polakitan, 2014). Dalam penelitian ini sikap kerja akan

diukur menggunakan lembar survei Repaid Entire Body Assessment

(REBA) dengan mengukur posisi tubuh tertentu seperti posisi kepala,

lengan, tangan dan kaki pada saat bekerja.

34
B. Kerangka Konsep Penelitian

Umur

Masa Kerja

KELELAHAN
Indeks Massa KERJA
Tubuh (IMT)

Beban Kerja

Sikap Kerja

Gambar 2. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Arah hubungan

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja yang diukur pada penelitian ini adalah presepsi

kelelahan yang dirasakan oleh responden (pekerja) dengan menggunakan

alat reaction timer pada saat sesudah bekerja sebanyak 20 kali

pemeriksaan sesuai dengan prosedur alat tersebut.

35
a. Mengalami kelelahan : bila kecepatan reaksi responden

>240 milidetik

b. Tidak mengalami kelelahan : bila kecepatan reaksi responden

≤240 milidetik

(Setyawati, 2007)

2. Umur

Variabel umur pad penelitian ini adalah lamanya pekerja hidup

(dalam satuan tahun) mulai sejak lahir sampai ulang tahun terakhir pada

saat penelitian berlangsung.

Kriteria Objektif:

a. Muda : Umur 35 tahun

b. Tua : Umur ≥ 35 tahun

(Tarwaka, 2010)

3. Masa Kerja

Masa kerja pada penelitian ini adalah masa pekerja mulai dari awal

melakukan pekerjaan di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII

Makassar di unit produksi sampai saat dilakukan penelitian yang

dinyatakan dalam tahun. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner.

Kriteria Objektif:

a. Lama : Bila responden telah bekerja selama ≥ 5 tahun

b. Baru : Bila responden telah bekerja selama < 5 tahun.

(Suma’mur, 2013).

36
4. Indeks Massa Tubuh

Status gizi pada penelitian ini adalah kondisi gizi normal atau

tidak normal pada pekerja yang diukur berdasarkan Indeks Massa

Tubuh (IMT). Pengukuran berat badan dengan menggunakan

timbangan dalam satuan kilogram (kg) dan pengukuran tinggi badan

menggunakan microtoice dalam satuan meter (m). IMT dapat dihitung

dengan rumus :

Berat Badan (Kg)


inggi Badan (m) inggi Badan (m)

Kriteria Objektif :

a. Dibawah Normal : < 18.50

b. Normal : 18,50 – 24,99

c. Obesitas : ≥ 25,00

(WHO,2004 dalam Gibson, 2005)

5. Beban Kerja

Beban kerja pada penelitian ini berupa penilaian responden tentang

tingkat beban fisik atau beban kerja yang diterima pekerja pada pengisian

tabung yang diperoleh dengan mengukur denyut nadi menggunakan

stopwatch dalam satuan denyut nadi per menit (denyut/menit). Adapun

cara menghitung denyut nadi kerja dengan menggunakan metode 10

denyut adalah sebagai berikut:

10 denyut
denyut nadi (denyut/menit) = aktu perhitungan x 60

37
Waktu perhitungan diambil dari denyut nadi pekerja pengisian tabung

30 menit sebelum pekerja pada pengisian tabung melakukan pekerjaan dan

30 menit sebelum pekerja selesai melakukan pekerjaan.

Kriteria Objektif:

a. Berat : 100 denyut/menit

b. Ringan : < 100 denyut/menit

(Tarwaka, 2010)

6. Sikap Kerja

Sikap kerja pada penelitian ini adalah posisi tubuh saat bekerja baik

berdiri dan duduk yang dipengaruhi oleh jangkauan tangan dengan produk.

Proses kerja pada pengisian tabung dimulai dengan pengambilan tabung

kosong dari mobil angkutan kemudian melakukan pengisian tabung gas

dengan posisi berdiri dan selanjutnya tabung gas tersebut didistribusikan.

Alat ukur yang digunakan adalah lembar survey REBA (Rapid Entire

Body Assessment).

Kriteria Objektif:

a. Ergonomis : Bila hasil kalkulasi penilaian REBA berada

pada level aksi 2, 3 dan 4

b. Tidak Ergonomis : Bila hasil kalkulasi lembar penilaian REBA

berada pada level aksi 0 dan 1.

(Tarwaka, 2010)

38
D. Hipotesisi Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja

Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII Pelabuhan

Makassar Tahun 2017.

b. Tidak ada hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII

Pelabuhan Makassar Tahun 2017.

c. Tidak ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kelelahan

Pekerja Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII

Pelabuhan Makassar Tahun 2017.

d. Tidak ada hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII

Pelabuhan Makassar Tahun 2017.

e. Tidak ada hubungan antara Sikap Kerja dengan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII

Pelabuhan Makassar Tahun 2017.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja

Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII Pelabuhan

Makassar Tahun 2017.

39
b. Ada hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII

Pelabuhan Makassar Tahun 2017.

c. Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kelelahan Pekerja

Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII Pelabuhan

Makassar Tahun 2017.

d. Ada hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII

Pelabuhan Makassar Tahun 2017.

e. Ada hubungan antara Sikap Kerja dengan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII

Pelabuhan Makassar Tahun 2017.

40
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

dengan metode observasional analitik, yaitu penelitian yang diarahkan untuk

menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Peneliti mencoba untuk mencari

hubungan variabel umur, masa kerja, indeks massa tubuh, beban kerja dan

sikap kerja dengan kelelahan kerja untuk menentukan ada tidaknya hubungan

antar variabel pada Pekerja Pengisian Tabung LPG PT. Pertamina (Persero)

MOR VII Pelabuhan Makassar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Depot Pengisian Tabung LPG PT.

Pertamina (Persero) MOR VII Pelabuhan Makassar pada 10 Juli sampai 15

Juli 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan wilayah yang ingin di teliti oleh

peneliti. Seperti menurut Sugiyono tahun 2011 menyatakan bahwa

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

pada penelitian ini yaitu semua pekerja pengisian tabung LPG PT.

Pertamina (Persero) MOR VII Pelabuhan Makassar sebanyak 30 orang.

41
2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Jumlah sampel yang akan diteliti

diambil dengan menggunakan metode exhaustive sampling yakni

berdasarkan populasi yang relatif kecil yaitu sebanyak 30 orang, maka

keseluruhan populasi dijadikan sampel pada penelitian ini (total sampel).

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

pengumpulan data secara primer dan data secara sekunder. Adapun

pengumpulan datanya adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

a. Data mengenai umur diperoleh dengan melakukan wawancara langsung

dengan responden menggunakan kuesioner.

b. Data mengenai kelelahan diambil melalui pengukuran langsung dengan

menggunakan reaction timer dan KAUPK2 sebagai pendukung

deskriptif pembahasan.

c. Data mengenai masa kerja diperoleh dengan melakukan wawancara

langsung dengan responden menggunakan kuesioner.

d. Data mengenai beban kerja diperoleh melalui pengukuran dengan

menghitung denyut nadi pada arteri radialis di pergelangan tangan.

Pengukuran dilaksanakan dengan mencatat secara manual dan memakai

stopwatch.

42
e. Data mengenai sikap kerja diperoleh dengan perhitungan posisi tubuh

tertentu seperti leher, punggung, kaki dan lengan dengan menggunakan

Repaid Entire Body Assessment (REBA).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh peneliti dengan mengambil data profil

Depot LPG PT. Prtamina (Persero) MOR VII Pelabuhan Makassar.

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang

digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya yaitu:

1. Reaction Timer

Reaction timer yaitu alat untuk mengukur kecepatan waktu reaksi

dengan rangsangan cahaya dengan satuan milidetik. Pengukuran dilakukan

pada saat responden telah menyelesaikan pekerjaannya. Teknik

pengukurannya:

a. Alat dihubungkan dengan sumber listrik

b. Alat dihidupkan dengan menekan tombol on atau off pada on (hidup)

c. Reset angka penampil sehingga menunjukkan angka “0,000” dengan

menekan tombol “nol”

d. Dipilih rangsangan cahaya dengan menekan tombol”cahaya”

e. Subjek yang akan diperiksa diminta menekan tombol subjek dan

diminta secepatnya menekan tombol setelah melihat cahaya dari

sumber rangsangan (lampu)

43
f. Untuk memberi rangsangan, pemeriksa menekan tombol “mulai”

g. Setelah diberi rangsangan subjek menekan tombol maka pada layar

kecil akan menunjukkan angka waktu reaksi dengan satuan

“milidetik”.

h. Pemeriksaan diulang 20 kali.

i. Data yang dianalisa (diambil rata-rata dari pengukuran ke-6 sampai

ke-15)

j. Catat keseluruhan hasil pada lembar observasi. Setelah selesai

pemeriksaan, alat dimatiakan dengan menekan tombol “on atau off”

pada off lepaskan alat dari sumber listrik.

2. Pengukuran Beban Kerja

Data mengenai beban kerja pekerja pengisian tabung diperoleh

dengan mengukur waktu denyut nadi pekerja menggunakan stopwatch.

Denyut nadi diukur pada saat 30 menit sebelum bekerja dan 30 menit

sebelum pekerja selesai bekerja. Dengan menghitung waktu nadi

berdenyut selama 10 kali dalam satuan denyut/menit. Cara pengukurannya

yaitu:

1) Lihat dan aturlah posisi jarum pada posisi “0”.

2) ekan tombol “on/off” untuk memulai perhitungan.

3) Hitung jumlah denyut nadi pekerja sampai berjumlah 10 denyut

4) ekan tombol “on/off” untuk menghentikan perhitungan.

5) Catat hsil waktu perhitungan jumlah nadi yang tertera pada stopwatch

dalaam lembar observasi.

44
6) ekan tombol “on/off” 2 kali untuk mereset keposisi a al untuk

memulai perhitungan baru.

3. Lembar penilaian Repaid Entire Body Assessment (REBA).

Proses kerja pada pengisian tabung dimulai dengan pengambilan

tabung kosong dari mobil angkutan kemudian melakukan pengisian tabung

gas dengan posisi berdiri dan selanjutnya tabung gas tersebut

didistribusikan. Untuk mengetahui sikap kerja yang timbul pada pekerja

pengisian tabung peneliti menggunakan lembar penilaian REBA.

Dalam penggunaan lembar penilaian REBA, mula-mula setelah

proses kerja direkam dan diambil gambar dengan menggunakan kamera

digital dan sikap kerja yang telah ditentukan kemudian diukur dengan

menggunakan busur derajat untuk mengetahui sudut dan menentukan besar

posisi leher, punggung, kaki dan lengan. Kemudian melakukan pengisian

skor pada form REBA.

4. Kamera Digital

5. Program Komputer (Program SPSS)

6. Alat tulis Menulis

F. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan

program SPSS (Statistic Package for Social Science) versi 22.0.

Pengolahan data ini dilakukan dalam beberapa tahap, diantaranya:

a. Editing

45
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir

atau kuesioner tersebut.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Entry Data

Pelaksanaan entry data dilakukan dengan terlebih dahulu membuat

program entry data pada program SPSS 22.0 sesuai dengan variabel

yang diteliti untuk mempermudah proses analisis hasil penelitian.

Selanjutnya data-data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner

dimasukkan (dientry) ke dalam komputer berdasarkan program entry

data yang telah dibuat sebelumnya.

d. Cleaning

Memeriksa kembali data yang ada di program komputer dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi untuk memastikan bahwa tidak ada

kesalahan dalam entry data.

e. Skoring

Setelah data diperbaiki dan dikoreksi kesalahan-kesalahannya pada

waktu pengisian, selanjutnya diberikan skor untuk setiap variabel

penelitian dengan tujuan memudahkan mengidentifikasi variabel

46
penelitian dan selanjutnya dilakukan kategori berdasarkan rata-rata nilai

tiap variabel.

2. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi

untuk membahas hasil penelitian.

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

masalah penelitian dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang

digunakan dalam penelitian ini, yakni dengan melihat gambaran distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel independen yaitu kelelahan

kerja, umur, jenis kelamin, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan variabel

dependen (kelelahan kerja) yang dikehendaki dari tabel distribusi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisis data dilakukan untuk mengetahui

hubungan kelelahan kerja, umur, jenis kelamin dan status gizi (IMT)

dengan kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung gas di Depot LPG

PT. Pertamina (Persero) MOR VII Pelabuhan Makassar Tahun 2017

menggunakan uji Chi Square dengan rumus sebagai berikut :

(O−E)²
X² = Ʃ E
Keterangan:

47
O = frekuensi hasil observasi

E = frekuensi yang diharapkan.

Nilai E = (total kolom x total baris)/total pengamatan

df = (b-1) (k-1)

Jika ada sel yang mempunyai nilai harapan < 5, maka digunakan

rumus Fisher Exact dimana uji ini juga reliable untuk jumlah sampel kecil

dengan rumus sebagai berikut:

P = (a+b)! (c+d)! (a+c)! (b+d)!

N! a! b! c! d!

Keterangan:

P = Nilai Fisher Exact

! = Faktorial

Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan

tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95%. Jika Pvalue> 0,05, hipotesis

penelitian ditolak. Sebaliknya, jika Pvalue ≤ 0,05, hipotesis penelitian

diterima.

48
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

PT Pertamina (Persero) merupakan perusahaan milik Negara yang

bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan

terbarukan meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan

niaga produk hasil minyak, gas dan petro kimia, dan bisnis perkapalan

terkait untuk pendistribusian produk perusahaan.

Depot LPG Makassar merupakan salah satu unit bisnis di

Pertamina yang memasarkan LPG dan produk-produk gas lainnya di

Depot LPG dan mulai beroperasi pada tahun 1975 dengan luas area 8.800

m2 berada di sekitar kompleks pelabuhan Sukarno Hatta dimana lokasi

Depot LPG Makassar berdampingan dengan TBBM Makassar dan Pabrik

Terigu.

Depot LPG Makassar dalam proses produksinya tepatnya pada

pekerja pengisian tabung 3 kg kurang menerapkan kesehatan dan

keselamatan kerja yang baik. Hal ini dapat terlihat dari cara kerja dan

pengorganisasian kerja yang kurang baik membuat pekerja rentan

mengalami kelelahan akibat kerja fisik yang berat.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)

Makassar. Pengumpulan data dimulai pada tanggal 10 Juli 2017 sampai

dengan 15 Juli 2017 terhadap 30 responden pekerja di Depot LPG PT.

49
Pertamina (Persero) sebagai sampel yang diambil dengan teknik

exhaustive sampling. Pengumpulan data dan informasi diperoleh dengan

menggunakan kuesioner terhadap responden untuk mengetahui data umur,

Indeks Massa Tubuh (IMT), masa kerja, sikap kerja. Kemudian

pemeriksaan denyut nadi untuk penentuan beban kerja, selanjutnya

dilakukan pengukuran kelelahan kerja menggunakan alat Reaction Timer

pada sampel sebanyak 30 pekerja di Depot LPG PT. Pertamina (Persero).

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakaan

program SPPS (crosstab) sesuai dengan tujuan penelitian dan di sertai

narasi sebagai penjelasan tabel. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

diperoleh jumlah responden dengan yang telah ditentukan yaitu 30

responden. Adapun hasil penelitian disajikan dalam tabel dan narasi.

1. Karakteristik Responden

Umur responden yang bekerja pada pengisian gas Depot LPG

PT. Pertamina (Persero) berkisar antara 20-68 tahun. Gambaran

responden berdasarkan umur adalah sebagai berikut

50
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur pada
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Responden
Kelompok Umur
n %
20 – 25 8 26,7
26 – 31 9 30,0
32 – 37 2 6,7
38 – 43 6 20,0
44 – 49 1 3,3
50 – 55 3 10,0
56 – 61 0 00,0
62 – 68 1 3,3
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden

terbanyak terdapat pada kelompok umur 26-31 tahun sebanyak 9

responden atau 30,0% sedangkan jumlah responden paling sedikit

terdapat pada kelompok umur 44-49 dan 62-68 tahun yaitu masing-

masing sebanyak 1 responden atau 3,3%.

2. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

Pengukuran kelelahan kerja juga dapat diukur dengan Kuesioner

Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). Kuesioner ini

digunakan untuk mengukur perasaan kelelahan subjektif tenaga kerja.

Adapun hasil pengukuran perasaan kelelahan subyektif setelah bekerja

adalah sebagai berikut:

51
Tabel 4
Perasaaan Kelelahan Kerja pada Pekerja Pengisian Tabung
di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Jumlah yang
No. Perasaan Kelelahan %
merasakan
1 Susah berpikir 3 20,0
2 Lelah saat berbicara 7 13,3
3 Gugup setelah bekerja 5 36,7
4 Susah berkonsentrasi 6 20,0
5 Sulit memusatkan perhatian 4 13,3
6 Sering lupa 11 36,7
7 Kurang percaya diri 5 16,7
8 Merasa cemas 7 23,3
9 Sulit mengontrol sikap 5 16,7
10 Merasa malas 3 10,0
11 Sakit kepala 11 36,7
12 Bahu terasa kaku 15 50,0
13 Nyeri punggung 15 50,0
14 Sesak nafas 5 16,7
15 Tenggorokan haus 23 76,7
16 Suara serak 4 13,3
17 Tubuh gemetar 8 26,7
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 responden diperoleh

persentase tertinggi kelelahan yang dialami oleh responden adalah

merasakan tenggorokan haus setelah bekerja, yaitu sebanyak 23

responden (76,7%) sedangkan persentase terendah kelelahan yang

dialami oleh responden adalah susah berfikir dan merasa malas setelah

bekerja, yaitu masing-masing sebanyak 3 responden (10,0%).

3. Analisis Univariat

Adapun hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel

dan narasi sebagai berikut:

52
a. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja pada penelitian ini adalah keadaan

menurunnya kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh

perasaan lelah yang dihasilkan dari pengukuran waktu reaksi pada

pekerja pengisian tabung di Depot LPG. Pengukuran kelelahan kerja

dilakukan menggunakan reaction timer type Lakassidaya 77.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan bahwa pada penelitian ini

kategori kelelahan kerja dibedakan menjadi dua kategori, yaitu

pekerja yang tidak mengalami kelelahan kerja apabila waktu reaksi

150 – 240 milidetik dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja

apabila waktu reaksi > 240 milidetik. Data responden mengenai

kelelahan kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kelelahan Kerja
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Variable N Min Max Mean

Kelelahan Kerja 30 185 486 288

Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 5 menunjukkan kelelahan kerja minimum responden

adalah 185 milidetik dan maximum kelelahan kerja responden

adalah 486 milidetik dengan nilai mean 288.

53
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kelelahan Kerja
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Kategori Kelelahan Kerja Jumlah
(milidetik) n %
Mengalami kelelahan kerja 18 60,0
Tidak mengalami kelelahan kerja 12 40,0
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 30 responden diperoleh

sebagian besar responden mengalami kelelahan kerja yaitu sebanyak

18 responden (60,0%), sedangkan pekerja yang tidak mengalami

kelelahan kerja yaitu sebanyak 12 responden (40,0%).

b. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur pada penelitian ini adalah lama seseorang atau pekerja

hidup yang dihitung mulai dari tanggal lahir hingga penelitian

berlangsung. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan bahwa pada

penelitian ini kategori umur dibagi menjadi dua kategori, yaitu umur

tua (≥ 35 tahun) dan umur muda (< 35 tahun). Data umur pekeja

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina
(Persero) MOR VII Kota Makassar

Variable N Min Max Median

Umur (Tahun) 30 20 68 29.50

Sumber: Data Primer 2017

54
Tabel 7 menunjukkan umur minimum responden adalah 20

tahun dan umur maximum responden adalah 68 tahun dengan nilai

median 29,50.

Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina
(Persero) MOR VII Kota Makassar
Umur Jumlah
n %
Tua
13 43,3
(Umur ≥ 35 tahun)
Muda
17 56,7
(Umur < 35 tahun)
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 30 responden diperoleh

sebanyak 13 responden (43,3%) termasuk kategori umur tua (≥ 35

tahun) sedangkan sebanyak 17 responden (56,7%) termasuk kategori

umur muda (< 35 tahun).

c. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja

Penyajian data berdasarkan distribusi responden menurut

masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Masa Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Variable N Min Max Mean

Masa Kerja (Tahun) 30 1 25 6.70

Sumber: Data Primer 2017

55
Tabel 9 menunjukkan masa kerja minimum responden adalah

1 tahun dan masa kerja maximumnya 25 tahun dengan nilai mean

6,70.

Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Masa Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Jumlah
Masa Kerja
n (%)
Lama 17 56,7
Baru 13 43,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Kategori masa kerja dalam penelitian ini Data pada tabel 10

menunjukkan bahwa dari 30 responden diketahui bahwa responden

yang sudah lama bekerja pada pengisian tabung di Depot LPG PT.

Pertamina (Persero) sebanyak 17 orang atau sebesar 56,7% dan yang

baru bekerja pada pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina

(Persero) sebanyak 13 orang orang atau sebesar 43,3%.

d. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Status gizi dalam penelitian ini adalah kondisi gizi normal

atau tidak normal pada pekerja pengisian tabung gas yang diukur

berdasarkan Indeks Massa Tubuh. Berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan bahwa pada penelitian ini kategori status gizi responden

terbagi dua, yaitu normal apabila IMT 18.50 – 24.99 dan tidak

normal apabila IMT < 18.50 atau > 24.99. Berdasarkan status gizi

diperoleh hasil sebagai berikut:

56
Tabel 11
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Status Gizi (IMT)
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina
(Persero) MOR VII Kota Makassar
Jumlah
Kategori Status Gizi (IMT)
n %
Normal
13 43,3
(IMT 18.5-24.9)
Tidak Normal
17 56,7
(IMT < 18.5 atau > 24.9)
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 30 responden diperoleh

sebagian besar responden memikili status gizi tidak normal (IMT <

18.5 atau > 24.9) yakni sebanyak 17 responden (56,7%) sedangkan

status gizi normal (IMT 18.5 - 24.9) sebanyak 13 responden

(43,3%).

e. Distribusi Responden Menurut Beban Kerja

Penyajian data berdasarkan distribusi responden menurut

beban kerja dapat dilihat pada tabel 12:

Tabel 12
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar

Variable N Min Max Mean

Beban Kerja 30 52 108 94,17

Sumber: Data Primer,2017

57
Tabel 12 menunjukkan beban kerja minimum responden

adalah 52 dan beban kerja maximumnya 108 dengan nilai mean

94,17.

Tabel 13
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Jumlah
Beban Kerja
N %
Ringan (<100 denyut/menit) 15 50,0
Berat (≥100 denyut/menit) 15 50,0
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Beban kerja responden dikelompokkan menjadi 2 kategori

yakni berat jika denyut nadi permenit sebanyak ≥ 100 denyut/menit

dan ringan jika denyut nadi < 100 denyut/menit. Data pada tabel 13

menunjukkan bahwa mayoritas responden termasuk dalam kategori

pekerja dengan beban kerja berat yaitu sebanyak 15 (50%) pekerja

begitupun dengan jumlah responden dengan beban kerja yang ringan

sebanyak 15 (50%) pekerja.

f. Distribusi Responden Menurut Sikap Kerja

Penyajian data berdasarkan distribusi responden menurut

sikap kerja dapat dilihat pada tabel 14:

58
Tabel 14
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Kerja pada
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina
(Persero) MOR VII Kota Makassar
Jumlah
Sikap Kerja
N %
Ergonomis 10 33,3
Tidak Ergonomis 20 66,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Sikap kerja responden dikelompokkan ke dalam dua kategori

yaitu ergonomis jika hasil kalkulasi lembar penilaian REBA berada

pada level aksi 0,1 dan 2 dan tidak ergonomis jika hasil kalkulasi

lembar penilaian REBA (Repaid Entire Body Assessment) berada

pada level aksi 3 dan 4. Tabel 10 menunjukkan jumlah responden

dengan sikap kerja tidak ergonomis jauh beda dengan jumlah

responden dengan sikap kerja ergonomis. Jumlah responden dengan

sikap kerja tidak ergonomis sebanyak 20 (66,7%) pekerja dan

jumlah responden dengan sikap kerja ergonomis sebanyak 10

(33,3%) pekerja.

4. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat merupakan uji statistik yang digunakan untuk

melihat hubungan antara variabel independen yaitu umur, masa kerja,

status gizi (IMT), beban kerja dan sikap kerja dengan variabel dependen

yaitu kelelahan kerja. Adapun hasil analisis ini kemudian disajikan

dalam bentuk crosstab sebagai berikut:

59
a. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

data mengenai hubungan umur dengan kelelahan kerja. Berikut

adalah hasil tabulasi silang antara umur dengan kelelahan kerja dapat

dilihat dalam tabel 15:

Tabel 15
Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Pengisian
Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Kelelahan Kerja
Tidak
Mengalami Jumlah Hasil Uji
Umur Mengalami
Kelelahan Statistik
Kelelahan
N % N % N %
Tua
11 84,6 2 15,4 13 100
(Umur ≥ 35 tahun)
p=
Muda
7 41,2 10 58,8 17 100 0,016
(Umur < 35 tahun)
Total 18 60,0 12 40,0 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 30 responden diperoleh

persentase yang mengalami kelelahan kerja pada pekerja pengisian

tabung gas Depot LPG lebih banyak pada kategori tua, yaitu

sebanyak 11 responden (84,6%) dibandingkan dengan kategori umur

muda, yaitu sebanyak 7 responden (41,2%) sedangkan persentase

yang tidak mengalami kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung

gas di Depot LPG lebih banyak pada kategori umur muda, yaitu

sebanyak 10 responden (58,8%) dibandingkan dengan kategori umur

tua, yaitu sebanyak 2 responden (15.4%).

60
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi-

square maka diperoleh nilai p = 0,016 ( p < 0,05 ) ini berarti Ho

ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ada

hubungan antara umur dengan terjadinya kelelahan kerja pada

pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)

Kota Makassar.

b. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka

diperoleh data mengenai hubungan masa kerja dengan kelelahan

kerja. Berikut adalah hasil tabulasi silang antara jenis masa kerja

dengan kelelahan kerja dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 16
Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Kelelahan Kerja
Tidak Hasil
Mengalami Jumlah
Masa Kerja Mengalami Uji
Kelelahan
Kelelahan Statistik
N % n % N %
Lama (≥5 tahun) 13 76,5 4 23,5 17 100
Baru (<5 tahun) 5 38,5 8 61,5 13 100 p = 0,035
Total 18 60,0 12 40,0 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa dari 30 responden

diperoleh persentase yang mengalami kelelahan kerja lebih banyak

yang bekerja dalam waktu yang lama yaitu sebanyak 13 responden

atau 76,5% dibandingkan dengan yang bekerja pada dalam jangka

61
waktu di bawah 5 tahun yaitu sebanyak 5 responden atau 38,5%.

Sedangkan responden yang tidak mengalami kelelahan kerja lebih

banyak yang bekerja dibawah 5 tahun pada yaitu sebanyak 8

responden atau 61,5% dibandingkan yang bekerja pada waktu yang

lama yaitu sebanyak 4 responden atau 23,5%.

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi-

square menunjukkan bahwa nilai (p = 0,035) karena p < 0,05 maka

Ho ditolak dan Ha diterima. Interpretasinya bahwa terdapat

hubungan antara masa kerja dengan terjadinya kelelahan kerja pada

pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)

Kota Makassar.

c. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka

diperoleh data mengenai hubungan status gizi (IMT) dengan

kelelahan kerja. Berikut adalah hasil tabulasi silang antara status gizi

(IMT) dengan kelelahan kerja dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

62
Tabel 17
Hubungan Status Gizi (IMT) dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Kelelahan Kerja
Tidak Jumlah
Status Gizi Mengalami Hasil Uji
Mengalami
kelelahan Statistik
Kelelahan
N % N % N %
Normal (IMT
4 30,8 9 69,2 13 100
18.50 – 24.99)
Tidak Normal p=
(IMT < 18.50 14 82,4 3 17,6 17 100 0,004
atau > 24.99)
Total 18 60,0 12 40,0 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 17 menunjukkan bahwa dari 30 responden diperoleh

persentase yang mengalami kelelahan kerja pada pekerja pengisian

tabung lebih banyak pada kategori status gizi (IMT) tidak normal,

yaitu sebanyak 14 responden (82,4%) dibandingkan dengan kategori

status gizi (IMT) normal, yaitu sebanyak 4 responden (30,2%)

sedangkan persentase yang tidak mengalami kelelahan kerja pada

pekerja pengisian tabung lebih banyak pada kategori status gizi

(IMT) normal, yaitu sebanyak 9 responden (69,2%) dibandingkan

dengan kategori status gizi (IMT) tidak normal, yaitu sebanyak 3

responden (17,6%).

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p=0.004 (p < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan

Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi

63
(IMT) dengan kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung di

Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Kota Makassar.

d. Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh data

mengenai hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja. Berikut

adalah hasil tabulasi silang antara beban kerja dengan kelelahan

kerja dapat dilihat dalam tabel 18:

Tabel 18
Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja
pada Pekerja Pengisian Tabung di Depot LPG
PT. Pertamina (Persero) MOR VII
Kota Makassar
Kelelahan Kerja
Tidak
Mengalami Jumlah Hasil Uji
Beban Kerja Mengalami
Kelalahan Statistik
Kelelahan
n % N % N %
Ringan (<100
6 40,0 9 60,0 16 100
denyut/menit)
Berat (≥100 p = 0,025
12 80,0 3 20,0 14 100
denyut/menit)
Total 18 60,0 12 40,0 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 18 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

mengalami kelelahan kerja pada pekerja dengan beban kerja berat

sebanyak 12 orang (80%) di banding pekerja dengan beban kerja

ringan sebanyak 6 orang (40%). Sedangkan mayoritas persentase

responden yang tidak mengalami kelelahan adalah pekerja dengan

beban kerja ringan sebanyak 3 pekerja (20%) dibanding pekerja

dengan beban kerja berat sebanyak 9 pekerja (60%).

64
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi-square

maka diperoleh nilai p = 0,025 ( p < 0,05 ) ini berarti Ho ditolak dan

Ha diterima, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan

antara beban kerja dengan terjadinya kelelahan kerja pada pada

pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)

Kota Makassar.

e. Hubungan Sikap Kerja dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

data mengenai hubungan sikap kerja dengan kelelahan kerja. Berikut

adalah hasil tabulasi silang antara sikap kerja dengan kelelahan kerja

dapat dilihat dalam tabel 19:

Tabel 19
Hubungan Sikap Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Pengisian Tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)
MOR VII Kota Makassar
Kelelahan Kerja
Tidak
Mengalami Jumlah Hasil Uji
Sikap Kerja mengalami
Kelelahan Statistik
Kelelahan
n % N % N %
Ergonomis 3 30,0 7 70,0 10 100
Tidak Ergonomis 15 75,0 5 25,0 20 100 p =0,045
Total 18 60 12 40 30 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 19 menunjukkan bahwa persentase responden yang

mengalami kelelahan lebih banyak pada pekerja dengan sikap kerja

berisiko sebanyak 15 pekerja (75,0%) dibanding dengan pekerja

dengan sikap kerja tidak berisiko sebanyak 3 pekerja (30,0%).

Sedangkan persentase responden yang tidak mengalami kelelahan

65
lebih sedikit pada pekerja dengan sikap kerja yang berisko yaitu

sebanyak 5 pekerja (25,0%) dibanding pekerja dengan sikap kerja

tidak berisiko sebanyak 7 pekerja (70,0%).

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji Fisher’s

Exact Test maka diperoleh nilai p = 0,045 ( p < 0,05 ) ini berarti Ho

ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ada

hubungan antara sikap kerja dengan terjadinya kelelahan kerja pada

pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertaia (Persero)

Makassar.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur,masa

kerja, indeks massa tubuh (IMT), beban kerja dan sikap kerja dengan

kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Petamina

(Persero) Makassar. Adapun pembahasan dari hasil analisis data variabel-

variabel penelitian dinarasikan sebagai berikut:

1. Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja adalah proses menurunnya efisiensi, performa

kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus

melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2006.)

Kelelahan kerja juga merupakan kriteria yang kompleks yang tidak

hanya menyangkut pada kelelahan fisiologis dan psikologis. Tetapi

dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, dan juga adanya

66
perasaan lelah, serta penurunan motivasi, selain itu juga terjadi

penurunan produktivitas kerja (Silastuti, 2006).

Kelelahan kerja merupakan suatu perasaan yang sifatnya

subyektif. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam

mendefinisikan kelelahan sehingga sulit untuk diukur. Pada penelitian

ini pengukuran kelelahan dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran

presepsi kelelahan dengan menggunakan alat ukur kelelahan yang

disebut reaction timer dan pengukuran perasaan kelelahan dengan

menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja

(KAUPK2).

Pengukuran kelelahan dengan menggunakan reaction timer pada

prinsip kerjanya dengan berdasarkan kecepatan waktu reaksi pada

pekerja pengisian tabung terhadap rangsangan cahaya yang menjadi

reaksi pada alat yang digunakan. Berdasarkan hasil pengukuran

perasaan kelelahan yang dialami oleh pekerja pada pengisian tabung di

Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar dengan wawancara

menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja

(KAUPK2) di peroleh hasil 20,0% pekerja merasa susah berpikir pada

saat dan setelah bekerja, 13,3% pekerja merasa enggan atau lelah saat

berbicara, 36,7% pekerja merasa gugup setelah bekerja.

Kemudian 20,0% pekerja merasa susah berkonsentrasi setelah

bekerja, 13,3% pekerja sulit memusatkan perhatian, 36,7% pekerja

sering merasa lupa, 16,7% pekerja merasa kurang percaya diri setelah

67
bekerja, 23,3% pekerja merasa cemas, 16,7% pekerja merasa sulit untuk

mengontrol sikap setelah bekerja, 10,0% pekerja merasa malas dalam

melakukan pekerjaannya, 36,7% pekerja merasa sakit kepala setelah

bekerja, 50,0% bahu pekerja terasa kaku setelah bekerja, 50,0% pekerja

merasa nyeri pada punggung setelah bekerja, 16,7% pekerja merasa

sesak napas pada saat dan setelah bekerja, 76,7% pekerja merasa haus

setelah melakukan pekerjaan, 13,3% pekerja merasa suaranya serak

setelah bekerja dan 26,7% pekerja pernah merasakan bagian tubuh

gemetaran tanpa disadari pada saat dan setelah bekerja.

Dari ke-17 gejala kelelahan diatas, gejala yang paling banyak

dirasakan oleh pekerja pada pengisian tabung yaitu pekerja merasa haus

setelah melakukan pekerjaan. Keluhan yang dirasakan oleh pekerja

tersebut menunjukkan gejala kelelahan yang dapat menyebabkan

terganggunya motivasi seorang petugas dalam melakukan pekerjaannya

sehingga dapat menganggu produktivitas.

Hasil pengukuran dengan menggunakan reaction timer untuk

mengetahui hasil kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja pada

pengisia tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar

diperoleh hasil bahwa dari 30 responden yang diukur sebanyak 18

responden (60%) mengalami kelelahan kerja dan 12 responden (40%)

tidak mengalami kelelahan kerja.

Hasil pengukuran kelelahan kerja menggunakan alat reaction

timer dan alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2) terdapat

68
perbedaan dimana berdasarkan hasil wawancara kuesioner dari 30

responden mengaku pernah mengalami tanda-tanda kelelahan

sedangkan berdasarkan hasil pengukuran dengan alat ukur reaction

timer diperoleh hanya 18 responden yang mengalami perasaan

kelelahan. Hal ini diakibatkan oleh pengukuran dengan menggunakan

kuesioner hanya bersifat subyektif mengenai apa yang dirasakan oleh

pekerja tersebut sedangkan pengukuran kelelahan fisik menggunakan

alat reaction timer, yaitu pendekatan yang dapat digunakan untuk

menguji ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Semakin lelah seseorang maka tingkat kecepatan, ketelitian dan

konsentrasi akan semakin rendah atau sebaliknya.

Dalam penelitian ini responden yang mengalami kelelahan lebih

banyak di bandingkan yang tidak lelah disebabkan oleh faktor umur,

masa kerja, indeks massa tubuh (IMT ) beban kerja dan sikap kerja.

Umur pekerja pada pekerja pengisian tabung dalam penelitian ini lebih

banyak yang memiliki umur tua dengan ketahanan fisik menurun

dibandingkan dengan yang memiliki umur muda dengan ketahanan

fisik baik, sehingga pekerja lebih cepat mengalami kelelahan. Hal ini

sejalan dengan teori menurut (Suma’mur, 1996) kemampuan seseorang

dalam melakukan tugasnya di pengaruhi oleh beberapa faktor salah

satuya umur. Umur seseorang akan mempengaruhi kondisi tubuh.

Orang yang berumur muda sanggup melakukan pekerjaan dengan

beban kerja yang berat dan sebaliknya jika seseorang berumur lanjut

69
maka kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan beban kerja yang

berat akan menurun. Pekerja yang telah berumur lanjut akan mersa

cepat lelah dan tidak bergerak dengan gesit ketika melakukan tugasnya

sehingga mempengaruhi kinerjanya.

2. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Umur

Umur pada penelitian ini adalah lama seseorang atau pekerja

hidup yang dihitung mulai dari tanggal lahir hingga penelitian

berlangsung. Umur seseorang merupakan salah satu faktor yang ikut

berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi

penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi dengan stabilitas

emosi yang lebih baik dibanding tenaga kerja yang berumur muda yang

dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaan (Setyawati, 1994).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 30 responden

yang berumur di atas 35 tahun, sebagian besar mengalami kelelahan

kerja yaitu sebanyak 11 orang atau 84,6% sedangkan hanya 2 orang

yang tidak mengalami kelelahan kerja. Responden yang mengalami

kelelahan kerja pada kategori umur tua sebanyak 11 orang atau 84.6%

sedangkan pada kategori umur muda sebanyak 7 orang atau 41,2%.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji chi-square

diperoleh nilai p=0.0016 (p<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan umur dengan kelelahan

kerja pada pekerja pengisian tabung gas di Depot LPG PT. Pertamina

(Persero) Makassar.

70
Dalam penelitian ini, terdapat hubungan antara umur dengan

kelelahan kerja dikarenakan pada orang yang dengan kategori tua telah

terjadi perubahan jaringan tubuh, dimana semakin tua umur seseorang

maka akan menyebabkan semakin berkurang kekuatan tubuh sehingga

akan lebih cepat mengalami kelelahan kerja. Usia seseorang akan

mempengaruhi kondisi dan kapasitas tubuh dalam melakukan

aktivitasnya. Seseorang yang berusia muda mampu melakukan pekerjaan

berat dan sebaliknya jika seseorang bertambah usianya maka kemapuan

melakukan pekerjaan berat akan menurun. Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Petter C (2013) dimana

pekerja dengan usia muda lebih mudah lelah dibanding usia tua pada

perawat wanita di Australia.

Meskipun sebagian besar responden yang mengalami kelelahan

kerja termasuk dalam kategori umur tua, namun terdapat 2 responden

yang termasuk kategori umur tua yang tidak mengalami kelelahan. Hal

ini dapat disebabkan karena pekerja memanfaatkan waktu istirahatnya

dengan baik. Selain itu pada kategori umur muda, terdapat 7 responden

yang mengalami kelelahan kerja. Berdasarkan hasil wawancara pekerja

tersebut memiliki pola tidur yang kurang baik. Hal ini dikarenakan

aktivitas lain setelah bekerja seperti pekerjaan tambahan, mengalami

gangguan tidur (insomnia) serta kebiasaan menghabiskan waktu hingga

larut malam setelah pulang bekerja.

71
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Malonda (2015) yang menunjukkan bahwa tingkat kelelahan lebih

tinggi terdapat pada kelompok umur ≥35 tahun sebanyak 27 responden

(46.2%). Hasil analisis statistic dengan uji fisher exact diperoleh p

=0.012 (p<0.05) sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara

umur dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian produksi PT.

Sari Usaha Mandiri Bitung.

Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Chesnal (2014) yang menunjukkan bahwa dari 48

responden dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil p =

0.807 (p > 0.05) ini berarti dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan

antara umur dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian

produksi PT. Putra Karangetang Popontelen Minahasa Selatan.

Perbedaan ini dapat terjadi karena hasil distribusi frekuensi umur pada

penelitian Chesnal (2014) hampir semua masuk dalam kategori umur

tua sehingga hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara

umur dengan kelelahan kerja.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa umur merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja seorang individu.

Faktor umur dapat mempengaruhi kapasitas kerja seseorang. Umur

seseorang berbanding langsung dengan kapasitas kerjanya. Hal ini

sebagai akibat dari bermacam-macam perubahan biologis sebagai

konsekuensi pertambahan umur.

72
3. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama

kali pekerja masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung (Amalia,

2007). Sedangkan menurut Sedarmayanti masa kerja adalah salah satu

faktor yang termasuk ke dalam komponen ilmu kesehatan kerja.

Masa kerja responden dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu

lama jika masa kerja ≥ 5 tahun dan baru jika masa kerja < 5 tahun. Dari

30 responden dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan masa

kerja lama yakni 17 orang atau sebesar 56,7% dan responden dengan

masa kerja baru yakni 13 orang atau sebesar 43,3%.

Berdasarkan hasil tabulasi masa kerja dengan kelelahan kerja

responden yang mengalami kelelahan kerja pada responden yang masa

kerjanya masa kerja lama (≥ 5 tahun) sebanyak 13 pekerja (76,5%)

dibanding dengan pekerja dengan masa kerja baru (< 5tahun) sebanyak

5 pekerja (38,5%). Hasil uji statistik dengan menggunakan dengan

menggunakan uji chi-square mengenai hubungan antara masa kerja

dengan kelelahan kerja diperoleh nilai (p = 0.035) karena nilai p < 0.05

maka terdapat hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja.

Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara masa kerja

dengan kelelahan kerja karena pekerjaan fisik yang dilakukan pada

pekerja pengisian tabung secara kontinyu dalam jangka waktu yang

lama akan berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh (sistem

peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf dan pernafasan) hal inilah

73
yang menyebabkan pekerja pada pengisian tabung mudah untuk

mengalami kelelahan.

Mesekipun sebagian besar pekerja pada pengisian tabung

mengalami kelelahan namun terdapat 4 pekerja dengan kategori masa

kerja lama yang tidak mengalami kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan 4

pekerja tersebut memiliki asupan energi yang baik. Terdapat 5

responden dengan masa kerja baru tapi mengalami kelelahan

dikarenakan kurangnya asupan energi yang konsumsi selama

melakukan aktivitas kerja dan kebiasaan tidak sarapan pagi sebelum

bekerja sehingga berpengaruh pada kinerjanya selama bekerja karena

tidak seimbangnya antara asupan energi yang dikonsumsi dengan

energi yang dikeluarkan. Selain asupan energi, responden yang

mengalami kelelahan, namun masih dalam kategori masa kerja baru

dapat disebabkan juga karena beban kerja yang tinggi dan sikap kerja

yang tidak ergonomis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Eraliesa (2009) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara masa kerja dengan kelelahan kerja, hasil tabulasi

silang menunjukkan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat pada

kelompok tenaga kerja yang memiliki masa kerja lama yaitu sebesar

53.8%. Hasil analisis statistik dengan uji-chisquare di peroleh p=0.002

(p<0.05).

74
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja

dengan kelelahan kerja pada pekerja bongkar muatan di Pelabuhan

Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mauludi (2010) mengenai faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Kelelahan pada Pekerja di Proses Kantong Semen PBD (Paper Bag

Devision) PT. Indocement Tunggal Prakarsa TBK Citeureup-Bogor

menunjukkan hasil dimana p = 0.880 (p>0,005). Hasil ini berarti tidak

ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa semakin lama masa

kerja seseorang maka semakin tinggi tingkat kelelahan. Hal ini

menunjukkan tingkat kelelahan lebih tinggi dialami dengan masa kerja

yang lebih lama oleh karena semakin lama ia bekerja maka perasaan

jenuh akibat pekerjaan yang monoton tersebut akan berpengaruh

terhadap tingkat kelelahan yang dialaminya.

4. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Indeks Massa Tubuh

Status gizi dapat digambarkan dengan perhitungan IMT (Indeks

Massa Tubuh) melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan

dimana pekerja pada pengisian tabung gas dengan keadaan gizi yang

baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik

sehingga tidak mudah mengalami kelelahan. Hasil distribusi responden

menurut status gizi dengan dua kategori yaitu normal (IMT antara 18.5

– 24.9) dan tidak normal (IMT < 18.5 atau > 24.9).

75
Status gizi menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan

kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan

memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu

juga sebaliknya. Pada keadaan gizi buruk dengan beban kerja berat

akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta ketahanan

tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit dan mempercepat timbulnya

kelelahan (Budiono, 2003).

Hasil tabulasi silang bahwa dari 30 pekerja pada pengisian

tabung diperoleh sebagian besar yang mengalami kelelahan kerja

memiliki status gizi tidak normal, yaitu sebanyak 17 responden

(56,7%) dibandingkan dengan kategori status gizi (IMT) normal

sebanyak 13 responden (43,3%). Berdasarkan analisis data dengan

menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa nilai diperoleh nilai

(p=0.004) karena nilai p < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima

sehingga ada hubungan status gizi (IMT) dengan kelelahan kerja pada

pekerja pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)

Makassar tahun 2017.

Dalam penelitian ini, terdapat hubungan antara status gizi (IMT)

dengan kelelahan kerja dikarenakan pada orang dengan status gizi

(IMT) pekerja kurang atau buruk dan berlebih (tidak normal), akan

berpengaruh langsung pada produktivitas, akibat daya tahan kerja

menurun dikarenakan intake zat-zat gizi pekerja tidak sesuai dengan

kecukupan dalam memenuhi kebutuhan kerja. Hal ini akan

76
menyebabkan tingkat kelelahan pada kategori IMT tidak normal lebih

besar daripada tingkat kelelahan pada kategori IMT normal.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Faiz (2014) pada operator SPBU dimana status gizi

pekerja tidak memiliki hubungan antara status gizi dengan kelelahan

kerja, karena pekerja operator SPBU bukan merupakan pekerja angkat

angkut yang cenderung lebih membutuhkan kemampuan fisik yang

lebih besar. Akan tetapi pekerja operator SPBU cenderung memiliki

tipe pekerjaan yang monoton dan dengan beban kerja ringan sehingga

masih bisa bekerja dengan maksimal dan terhindar dari terjadinya

kelelahan kerja terhadap kelelahan kerja

Meskipun sebagian besar pekerja pada pengisian tabung yang

mengalami kelelahan kerja termasuk dalam kategori status gizi tidak

normal, namun terdapat 3 responden dengan status gizi tidak normal yang

tidak mengalami kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan 3 responden tersebut

berada pada kategori umur muda. Semakin tua seseorang, maka akan

semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan

gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya. Namun ada 4 responden

yang status gizinya normal tetapi mengalami kelelahan kerja. Hal ini

disebabkan karena sikap kerja yang tidak ergonomis. Responden dengan

sikap kerja yang tidak ergonomis akan lebih cepat mengalami kelelahan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Perwitasari (2013) bahwa ada hubungan antara status gizi dengan

77
kejadian kelelahan pada perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie

dianalisis. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji statistik menggunakan

uji korelasi spearman dimana diperoleh nilai p = 0,001 α = 0,05 (p < α)

maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

status gizi dengan kelelahan yang dirasakan oleh perawat di RSUD dr.

Mohamad Soewandhie.

5. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Beban Kerja

Bekerja sebagai pekerja pada pengisian tabung tergolong

pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik dalam menjalankan

pekerjaannya. Beban kerja dalam penelitian ini yaitu tingkat beban

kerja yang diperoleh dengan mengukur denyut nadi pekerja dan

dinyatakan dalam satuan denyut/menit. Beban kerja dalam penelitian ini

terbagi menjadi 2 kategori yaitu kategori berat apabila diperoleh

perhitungan denyut nadi ≥ 100 denyut/menit dan kategori ringan

apabila diperoleh perhitungan denyut nadi < 100 denyut/menit.

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi diperoleh bahwa dari 30 pekerja,

terdapat 15 atau sebesar 50,0% petugas yang termasuk kategori beban

kerja berat dan responden dengan beban kerja ringan sebanyak 15 orang

atau sebesar 50,0%.

Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara beban kerja

dengan kelelahan kerja dikarenakan pembagian pekerjaan yang tidak

seimbang terhadap para pekerja. Beban kerja yang berlebihan akan

berdampak pada kemampuan pekerja dalam menyelesaikan

78
pekerjaannya. Hal ini terjadi pada pekerja pengisian tabung karena

aktivitas fisik yang tinggi dilakukan setiap hari dengan waktu kerja

selama 8 jam tanpa hari libur. Responden dengan beban kerja ringan

yang mengalami kelelahan dapat dipengaruhi oleh faktor umur dan

asupan energi. Umur tua akan mempengaruhi ketahanan fisik seseorang

dalam melakukan pekerjaan. Semakin tua umur seseorang maka

kemampuan fisiknya juga akan menurun ditambah lagi asupan energi

yang tidak memenuhi sehingga menambah risiko terjadinya kelelahan

kerja. Sebaliknya responden dengan beban kerja yang berat tapi tidak

mengalami kelelahan dapat dipengaruhi oleh faktor umur yang masih

muda sehingga memiliki ketahanan fisik yang masih baik serta faktor

asupan energi yang memenuhi sebelum melakukan aktivitas pekerjaan.

Beban kerja merupakan volume pekerja yang dibebankan

kepada tenaga kerja baik fisik maupun mental dan tanggung jawab.

Beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan

kerja (Suma’mur PK, 1996). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Irma (2014) yang meunjukkan bahwa dari 23

responden, kategori beban kerja berat terdapat 20 responden (87%)

yang mengalami kelelahan dan hanya 3 responden (13%) yang tidak

mengalami kelelahan. Hasil uji statistik dengan chi-square diperoleh

nilai p= 0.045 (p<0.05). hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan

antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di unit produksi

paving block CV. Sumber Galian. Hal ini terjadi karena sampel

79
penelitian yang diambil sama dengan sampel penelitian yang diambil

oleh Irma (2014) yaitu pekerja dengan aktivitas berat sehingga

mayoritas pekerja yang mengalami kelelahan adalah pekerja dengan

beban kerja berat.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa setiap beban kerja

harus sesuai dengan kemampuan fisik, kemampuan kongnitif, maupun

keterbatasan manusia yang menerima beban kerja tersebut. Berat

ringannya beban kerja yang diterima oleh seseorang tenaga kerja dapat

digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat

melakukan pekerjaannya dengan kemampuan yang dimiliki. Dimana

semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja

untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologi.

6. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Sikap Kerja

Sikap kerja yang salah merupakan penyebab terjadinya

kelelahan dan keluhan nyeri otot yang sering tidak disadari oleh

penderitanya. Terutama sikap kerja yang telah menjadi kebiasaan.

Kebiasaan seseorang seperti duduk, berdiri, membungkuk dapat

menyebabkan terjadinya kelelahan, ketegangan otot, dan akhirnya rasa

sakit selain itu tulang tidak jadi lurus, otot-otot, ruas serta ligamen pun

akan tertarik lebih keras (Widyastoeti, 2009).

Sikap kerja responden dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu

ergonomis jika hasil kalkulasi lembar penilaian REBA berada pada

level aksi 0,1 dan 2 dan tidak ergonomis jika hasil kalkulasi lembar

80
penilaian REBA berada pada level aksi 3 dan 4. Dari 30 responden

dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan sikap kerja ergonomis

yakni 20 orang atau sebesar 66,7% dan responden dengan sikap kerja

tidak ergonomis yakni 10 orang atau sebesar 33,3%.

Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara sikap kerja dengan

kelelahan kerja karena aktifitas fisik yang tinggi yang dilakukan pekerja

dalam melakukan pekerjaannya seperti mengangkat, menarik dan

mendorong barang dengan beban rata-rata antara 5 sampai 10 kg. aktivitas

tersebut dilakukan setiap hari tanpa hari libur dengan sikap kerja yang

tidak ergonomis akan menambah beban kerja sehingga mudah untuk

merasa lelah.

Terdapat responden dengan sikap kerja yang ergonomis akan

tetapi mengalami kelelahan kerja dikarenakan kurangnya asupan energi

yang konsumsi selama melakukan aktivitas kerja dan kebiasaan tidak

sarapan pagi sebelum bekerja sehingga berpengaruh pada kinerjanya

selama bekerja karna tidak seimbangnya antara asupan energi yang

dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan. Sebaliknya, responden

dengan sikap kerja yang tidak ergonomis tapi tidak mengalami kelelahan

dapat dipengaruhi oleh umur yang masih muda sehingga memiliki

ketahanan fisik yang baik dan asupan energi yang sesuai dengan

kebutuhan responden sehingga dapat melakukan aktivitas kerja dengan

baik.

81
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Polakitan dkk (2014) menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik Spearman

Rank diperoleh nilai p = 0,041 (< 0,05) dalam hal ini menunjukkan adanya

hubungan antara sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja tambang

batu Kelurahan Kinilow Satu Kota Tomohon. Hal ini terjadi karena

responden penelitian sama-sama memiliki pengetahuan yang masih kurang

mengenai sikap kerja yang ergonomis.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Umyati (2010) menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh

nilai p = 0,146 sehingga hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja penjahit sektor

usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang. Perbedaan

ini terjadi karena mayoritas responden masuk ke dalam kategori sikap

kerja ergonomis sehingga hasil uji statistik menunjukkan tidak ada

hubungan antara sikap kerja dengan kelelahan kerja.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa sikap kerja dalam

melakukan pekerjaan sangatlah penting untuk mendukung terciptanya

kinerja yang baik dan aman. Sikap kerja yang tidak ergonomis akan

menambah beban kerja seseorang sehingga dapat menimbulkan berbagai

risiko gangguan kesehatan seperti kelelahan akut, penyakit otot dan nyeri

pada bagian punggung bawah.

82
D. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini tidak semua faktor-faktor yang menyebabkan

kelelahan kerja diukur sehingga bisa saja ada kemungkinan variabel

yang tidak diteliti menjadi penyebab utama dari kelelahan yang dialami

oleh Pekerja pada pengisian tabung di Depot LPG PT. Pertamina

(Persero) Makassar Tahun 2017.

2. Pada penelitian ini kelemahannya karena alat ukur beban kerja yang

dipakai hanya sebatas pengukuran denyut nadi di pergelangan tangan

dan tidak menggunakan alat pasti yaitu Electro Cardio Graph (ECG).

83
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis variabel yang diteliti tentang

faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja pengisian

tabung di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) MOR VII Makassar Tahun

2017, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara umur dengan kelelahan pada pekerja pengisian

tabung gas di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar.

2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

pengisian tabung gas di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar.

3. Ada hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kelelahan kerja

pada pekerja pengisian tabung gas di Depot LPG PT. Pertamina (Persero)

Makassar.

4. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

pengisian tabung gas di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar.

5. Ada hubungan anntara sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

pengisian tabung gas di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengurangi kelelahan kerja pada pekerja pengisian tabung selama

bekerja dapat dilakukan dengan lebih diperhatikan waktu untuk istirahat

84
atau jeda saat merasakan indikasi kelelahan karena posisi kerja yang

berdiri secara terus menerus.

2. Pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kesehatan para pekerja

dengan mengadakan pemeriksaan berkala (6 bulan sekali) utamanya pada

pekerja yang bekerja di tempat yang lebih berisiko mengalami kelelahan

kerja.

3. Diharapkan para pekerja mengetahui jumlah asupan energi yang di

butuhkan perharinya dan lebih memperhatikan asupan gizi yang seimbang

setiap harinya agar tidak terjadi defisit energi yang dapat berdampak pada

penurunan efisiensi serta performa yang pada akhirnya bermuara pada

kelelahan kerja.

4. Memperhatikan kondisi lingkungan kerja, agar kinerja pekerja tetap

terjaga, seperti kondisi suhu, kelembaban.

5. Pihak manajemen perusahaan perlu mengadakan pelatihan kepada pekerja

mengenai sikap kerja yang ergonomis saat melakukan aktivitas kerja

utamanya pada pekerja yang mengangkat, menarik dan memindahkan

barang karena memiliki beban kerja yang lebih berat.

85
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, D. 2007. Tinjauan Tingkat Kelelahan Kerja pada Pekerja Unit Produksi
Industri Garment PT. INTI GRAMINDO PERSADA Tahun 2007.
Universitas Indonesia.

Atiqoh, J. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada


Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV Aneka Garment Gunungpati
Semarang. Diponegoro University.

Budiman, A. & Husaini, H. 2016. Hubungan Antara Umur dan Indeks Beban
Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja di PT Karias Tabing Kencana.

Budiono 2003. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Ergonomi (HIPERKES) dan


Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Chesnal, H. 2014. Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin Dan Status Gizi
Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi PT. Putra
Karangetang Popontolen Minahasa Selatan. Skripsi, Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Eraliesa, F. 2009. Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada


Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan
Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

Fadila, N., Wahyu, A. & Wahyuni, A. 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Kerja Petugas Cleaning Service Fakultas Universitas
Hasanuddin.
Faiz, Nurli. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
pada Pekerja Bagian Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta
Gibson, R. 2005. Principles Of Nutritional Assesment. Oxford University. New
York.

Hariyati, M. 2011. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada


Pekerja Linting Manual Di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta.
Universitas Sebelas Maret.
Irma, MR. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Unit
Produksi Paving Block Cv. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar. Jurnal. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Kemenkes RI 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.


Kinasih, D. N., Prasetyaningrum. A, dan Wardhani.F.D.N 2010. Karakteristik
Bioactive Edible Film Dari Komposit Alginat dan Lilin Lebah Sebagai
Bahan Pengemas Makanan Biodegradible.

Marif, A. 2015. Faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja
pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (epc3) di Proyek Bau
Urip PT. Rekayasa Industri Serang-Banten. UIN Syarif Hidayatullah.

Mauludi, Moch Noval. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan Kelelahan pada


Pekerja di Proses Produksi Kantong Semen PBD (Paper Bag Division) PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citereup Bogor Tahun 2010. Skripsi.
Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Minarsih, M. M. 2011. Konflik Kerja, Stres Kerja dan Cara Mengatasinya.


Dinamika Sains, 9.

Muizuddin A. 2013. Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan Produktivitas


Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Tenun Di PT. Alkatex Tegal

Molanda, AA (2015). hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada tenaga
kerja di bagian produksi PT. sari usaha mandiri bitung. [Skripsi Ilmiah].
Manado : Fakultas Kesehatan Masyarakat USRM.

Nugroho, D. W. 2009. Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Kelelahan


Kerja Pada Tenaga Kerja di PT. Antam Tbk. Ubpe Pongkor, Bogor, Jawa
Barat. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Organization, i. L. 2013. Keselamatan daan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja,


jakarta, international labour office.

Pajow, D. A. 2016. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada
Tenaga Kerja di PT. Timur Laut Jaya Manado. PHARMACON, 5.

Pasira, D. & Djajakusli, R. 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan


Kerja Pada Pekerja Pabrik Tahu Di Kecamatan Mamajang Kota Makassar
Tahun 2016.

Payuk, K. L. 2013. Hubungan Faktor Ergonomis dengan Beban Kerja Pada


Petani Padi Tradisional di Desa Congko Kecamatan Marioriwowo
Kabupaten Soppeng. . Universitas Hasanuddin

Roshadi, i. 2014. Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja


Karyawan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Rudianto, J. 2011. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Zat Besi
Selama Kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan.
S Russeng, S. 2011. Kelelahan Kerja Dan Kecelakaan Lalu Lintas. yogyakarta:
Ombak.

S Russeng, S. & Wahyuni, A. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan


Kerja pada Unit Produksi Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar.

Sedarmayanti 2009. Tata kerja dan Produktivitas kerja, Bandung, Mandar Maju.
Setyawati. 1994. Kelelahan Kerja Kronis : Kajian Terhadap Perasaan Kelelahan
Kerja, Penyusunan Alat Ukur serta Hubungannya dengan Waktu Reaksi
dan Produktivitas Kerja. Disertasi, Program Pascasarjana UGM,
Yogyakarta.

Setyawati, L. 2007. Kelelahan Kerja Kronis, Kajian Terhadap Perasaan Lelah


Kerja, Penyusunan Alat Serta Hubungannya dengan Waktu Reaksi dan
Produktivitas Kerja. Universitas Gajah Mada.

Setyawati, L. M. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja, Yogyakarta, Amara.

Setyowati, D. L., Shaluhiyah, Z. & Widjasena, B. 2014. Penyebab Kelelahan


Kerja pada Pekerja Mebel. Kesmas: National Public Health Journal, 8,
386-392.

Silastuti, A. 2007. Hubungan Antara Kelelahan dengan Produktivitas Tenaga


Kerja Di Bagian Penjahitan PT. Bengawan Solo Garmen Indonesia.
Universitas Negeri Semarang.
Suma’mur P.K,1996. Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV Gunung
Agung,Jakarta

Suma'mur, P. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta, Agung


Seto.

Suma'mur, P. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes),


Jakarta, CV. Sagung Seto.

Suma’mur, P. K. 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).


Jakarta, Sagung Seto.

Tarwaka 2008. Manajemen dan Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


di Tempat Kerja, Surakarta, Harapan Press.

Tarwaka 2010. Ergonomi Industri, Surakarta, Harapan Press.

Tarwaka 2014. Ergonomi Industri Surakarta Harapan Press.

Umyati. 2010. faktor faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada
pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah ketapang cipondoh
tangerang tahun 2010. universitas islam negeri syarif hidayatullah.
Utami, A. R. D. 2012. Hubungan Antara Beban Kerja Dan Intensitas Kebisingan
Dengan Kelelahan Pada Tenaga Kerja Pemeliharaan Jalan Cisalak
Kotabima Cv Serayu Indah Cilacap. Universitas Negeri Semarang.

WHO, W. H. O. 2003. Global goals for oral health 2020 [Online]. Available:
www.who.int.

Widyastoeti, R.D. 2009. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat
terhadap kelelahan musculoskeletal. (Online) Gema teknik Vol 2: 28-29
Diakses tanggal 27 Juni 2013

Windyananti, A. 2010. Hubungan antara kelelahan kerja dengan stress kerja pada
tenaga kerja di pengolahan kayu lapis Wreksa Rahayu, Boyolali.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2006. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik

Analisis Untuk Produktivitas Kerja. Surabaya : Guna Widya.


LAMPIRAN
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN
PADA PEKERJA PENGISIAN TABUNG DEPOT LPG
PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR VII
KOTA MAKASSAR TAHUN 2017

I. IDENTIFIKASI
No. Responden :

Tanggal/Bulan/Tahun :

II. KARAKTERISTIK RESPONDEN


Nama :
Umur : ………. ahun
Jenis Kelamin :

III. DATA ANTROPOMETRI


Berat Badan : ………. Kg
Tinggi Badan : ………. Cm

( )
( ) ( )

Status Gizi : Kurang/ Normal/ Gemuk/ Obesitas


IV. MASA KERJA

1. Apakah anda pernah kerja sebelumnya di tempat lain (jenis pekerjaan

yang sama) ?

a. Ya, di…..

b. Tidak (lanjut)

2. Berapa lama anda kerja di tempat tersebut ?... tahun…bulan…

3. Sejak kapan anda bekerja di tempat ini ?

V. KUESIONER ALAT UKUR PERASAAN KELELAHAN

KERJA (KAUPK2)

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda merasa susah berpikir 0. Ya
pada saat dan setelah bekerja? 1. Tidak
2 Apakah anda merasa enggan atau lelah 0. Ya
saat berbicara? 1. Tidak
3 Apakah anda merasa gugup setelah 0. Ya
bekerja? 1. Tidak
4 Apakah anda merasa susah 0. Ya
berkonsentrasi setelah bekerja? 1. Tidak
5 Apakah anda sulit memusatkan 0. Ya
perhatian? 1. Tidak
6 Apakah anda sering merasa lupa 0. Ya
dalam waktu dekat ini? 1. Tidak
7 Apakah anda merasa kurang percaya 0. Ya
diri setelah bekerja? 1. Tidak
8 Apakah anda merasa cemas? 0. Ya
1. Tidak
9 Apakah anda merasa sulit untuk 0. Ya
mengontrol sikap setelah bekerja? 1. Tidak
10 Apakah anda merasa malas dalam 0. Ya
melakukan pekerjaan anda? 1. Tidak
11 Apakah anda merasa sakit kepala 0. Ya
setelah bekerja? 1. Tidak
12 Apakah bahu anda terasa kaku setelah 0. Ya
bekerja? 1. Tidak
13 Apakah anda merasa nyeri pada 0. Ya
punggung setelah bekerja? 1. Tidak
14 Apakah napasanda terasa sesak pada 0. Ya
saat dan setelah bekerja? 1. Tidak
15 Apakah tenggorokan anda terasa haus 0. Ya
`setelah bekerja? 1. Tidak
16 Apakah suara anda terasa serak setelah 0. Ya
bekerja? 1. Tidak
17 Apakah anda pernah merasakan 0. Ya
bagian tubuh anda gemetaran tanpa 1. Tidak
disadari pada saat dan setelah bekerja?
Lampiran 2

PENGUKURAN KELELAHAN KERJA

Kelelahan kerja yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kelelahan

perasaan yang dirasakan oleh responden (pekerja) dengan menggunakan alat

Reaction timer.

Kriteria Kelelahan
No Nama Responden Kecepatan
Reaksi Mengalami Tidak
(milidetik) Mengalami
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Lampiran 3

PENGUKURAN BEBAN KERJA (DENYUT NADI)

Pengukuran Denyut Nadi


30 Menit 30 Menit Sebelum
Nama Rata-Rata Denyut
No. Sebelum Bekerja Selesai Bekerja Hasil
Responden Nadi (denyut/menit)
(Denyut Nadi (Denyut Nadi
Istirahat) Kerja)
Lampiran 4

LEMBAR SURVEI REBA


Lampiran 5

HASIL PEMERIKSAAN PENGUKURAN KELELAHAN KERJA


(REACTION TIMER) PADA PEKERJA PENGISIAN TABUNG DI DEPOT
LPG PT. PERTAMINA (PERSERO) KOTA MAKASSAR TAHUN 2017

No Nama Rata-Rata (Mili Detik) Keterangan


1 AML 300.5 Lelah
2 IRN 291.0 Lelah
3 PTR 261.3 Lelah
4 HMD 237.7 Tidak Lelah
5 DRST 403.5 Lelah
6 MRS 486.4 Lelah
7 ANS 250.2 Lelah
8 SMSL 423.7 Lelah
9 RHMN 214.3 Tidak Lelah
10 AFN 184.5 Tidak Lelah
11 IQBL 270.6 Lelah
12 ASHR 315.9 Lelah
13 RFNS 334.7 Lelah
14 NT 264.4 Lelah
15 RMT 423.8 Lelah
16 FND 186.2 Tidak Lelah
17 MTR 187.8 Tidak Lelah
18 JP 217.5 Tidak Lelah
19 RJM 390.9 Lelah
20 MRDN 211.7 Tidak Lelah
21 TSN 218.9 Tidak Lelah
22 IKN 289.3 Lelah
23 ADRN 220.9 Tidak Lelah
24 KMT 209.9 Tidak Lelah
25 SBR 333.0 Lelah
26 ALM 184.7 Tidak Lelah
27 ALF 250.3 Lelah
28 BNTR 417.5 Lelah
29 JFT 226.9 Tidak Lelah
30 ADM 434.7 Lelah
Lampiran 6

LEMBAR PENGUKURAN BEBAN KERJA PADA PEKERJA


PENGISIAN TABUNG DI DEPOT LPG PT. PERTAMINA (PERSERO)
MOR VII MAKASSAR TAHUN 2017

Pengukuran 10
Nadi Rata-Rata
Denyut Nadi
Nama Kerja Denyut Beban
No Waktu Waktu
Responden (Kerja- Nadi Kerja
Nadi Nadi
istirahat)
Istirahat Kerja
1 AML 84,98 117,87 32,98 101 Berat
2 IRN 83,91 119,52 35,61 101 Berat
3 PTR 57,03 111,11 54,08 84 Ringan
4 HMD 82,98 98,36 15,38 90 Ringan
5 DRST 98,36 118,57 20,21 108 Berat
6 MRS 83,56 116,50 32,94 100 Berat
7 ANS 84,74 93,75 9,01 89 Ringan
8 SMSL 83,68 117,41 33,73 100 Berat
9 RHMN 79,36 82,30 2,94 81 Ringan
10 AFN 84,50 101,01 16,51 92 Ringan
11 IQBL 98,03 117,64 19,61 107 Berat
12 ASHR 64,65 104,34 39,69 84 Ringan
13 RFNS 84,50 116,95 32,45 100 Berat
14 NT 83,91 118,11 34,2 101 Berat
15 RMT 68,57 116,50 47,93 93 Ringan
16 FND 10,34 93,02 82,68 52 Ringan
17 MTR 92,30 101,69 9,39 97 Ringan
18 JP 84,15 118,81 34,66 101 Berat
19 RJM 99,00 116,50 17,5 107 Berat
20 MRDN 89,41 83,91 5,5 86 Ringan
21 TSN 85,22 100,33 15,11 92 Ringan
22 IKN 96,93 113,20 16,27 105 Berat
23 ADRN 67,26 97,87 30,61 82 Ringan
24 KMT 83,56 116,50 32,94 100 Berat
25 SBR 96,93 109,09 12,16 103 Berat
26 ALM 74,07 109,48 35,41 92 Ringan
27 ALF 74,90 88,88 13,98 82 Ringan
28 BNTR 84,50 117,64 33,14 101 Berat
29 JFT 99,17 115,83 16,66 107 Berat
30 ADM 70,17 104,34 34,17 87 Ringan
Lampiran 7

LEMBAR PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PEKERJA


PENGISIAN TABUNG DI DEPOT LPG PT. PERTAMINA (PERSERO)
MOR VII MAKASSAR TAHUN 2017

No Nama BB Keterangan
1 AML 26.4 Tidak Normal
2 IRN 28.7 Tidak Normal
3 PTR 35.5 Tidak Normal
4 HMD 41.7 Tidak Normal
5 DRST 23.4 Normal
6 MRS 24.4 Normal
7 ANS 27.9 Tidak Normal
8 SMSL 17.2 Tidak Normal
9 RHMN 25.7 Tidak Normal
10 AFN 21.4 Normal
11 IQBL 16.3 Tidak Normal
12 ASHR 17.8 Tidak Normal
13 RFNS 17.9 Tidak Normal
14 NT 19.5 Normal
15 RMT 25.0 Tidak Normal
16 FND 21.5 Normal
17 MTR 27.2 Tidak Normal
18 JP 22.2 Normal
19 RJM 26.4 Tidak Normal
20 MRDN 21.4 Normal
21 TSN 19.9 Normal
22 IKN 26.5 Tidak Normal
23 ADRN 19.6 Normal
24 KMT 20.0 Normal
25 SBR 26.0 Tidak Normal
26 ALM 22.4 Normal
27 ALF 17.6 Tidak Normal
28 BNTR 14.4 Tidak Normal
29 JFT 18.9 Normal
30 ADM 18.7 Normal
Lampiran 8

LEMBAR PENGUKURAN SIKAP KERJA PADA PEKERJA


PENGISIAN TABUNG DI DEPOT LPG PT. PERTAMINA (PERSERO)
MOR VII MAKASSAR TAHUN 2017

No Nama Skor Level Aksi Keterangan


1 AML 3 1 Ergonomis
2 IRN 4 2 Tidak Ergonomis
3 PTR 4 2 Tidak Ergonomis
4 HMD 5 2 Tidak Ergonomis
5 DRST 2 1 Ergonomis
6 MRS 5 2 Tidak Ergonomis
7 ANS 7 2 Tidak Ergonomis
8 SMSL 9 3 Tidak Ergonomis
9 RHMN 1 0 Ergonomis
10 AFN 1 0 Ergonomis
11 IQBL 9 3 Tidak Ergonomis
12 ASHR 1 0 Tidak Ergonomis
13 RFNS 5 2 Tidak Ergonomis
14 NT 3 1 Ergonomis
15 RMT 5 2 Tidak Ergonomis
16 FND 1 0 Ergonomis
17 MTR 1 0 Tidak Ergonomis
18 JP 1 0 Ergonomis
19 RJM 8 3 Tidak Ergonomis
20 MRDN 3 1 Ergonomis
21 TSN 1 0 Ergonomis
22 IKN 9 3 Tidak Ergonomis
23 ADRN 5 2 Tidak Ergonomis
24 KMT 8 3 Tidak Ergonomis
25 SBR 2 1 Tidak Ergonomis
26 ALM 2 1 Ergonomis
27 ALF 4 2 Tidak Ergonomis
28 BNTR 5 2 Tidak Ergonomis
29 JFT 8 3 Tidak Ergonomis
30 ADM 1 0 Tidak Ergonomis
Perasaan Kelelahan KAUPK2

susah berfikir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 3 10.0 10.0 10.0

tidak 27 90.0 90.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

lelah berbicara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 7 23.3 23.3 23.3

tidak 23 76.7 76.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

merasa gugup

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 5 16.7 16.7 16.7

tidak 25 83.3 83.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

susah berkonsentrasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 6 20.0 20.0 20.0

tidak 24 80.0 80.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

sulit memusatkan perhatian

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 4 13.3 13.3 13.3


tidak 26 86.7 86.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

sering lupa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 11 36.7 36.7 36.7

tidak 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

kurang percaya diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 5 16.7 16.7 16.7

tidak 25 83.3 83.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

merasa cemas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 7 23.3 23.3 23.3

tidak 23 76.7 76.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

sulit mengontrol sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 5 16.7 16.7 16.7

tidak 25 83.3 83.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

malas bekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 3 10.0 10.0 10.0

tidak 27 90.0 90.0 100.0


malas bekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 3 10.0 10.0 10.0

tidak 27 90.0 90.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

sakit kepala

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 11 36.7 36.7 36.7

tidak 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

bahu kaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 15 50.0 50.0 50.0

tidak 15 50.0 50.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

nyeri punggung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 15 50.0 50.0 50.0

tidak 15 50.0 50.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

napas sesak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 5 16.7 16.7 16.7

tidak 25 83.3 83.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


Haus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 23 76.7 76.7 76.7

tidak 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

suara serak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 4 13.3 13.3 13.3

tidak 26 86.7 86.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Gemetaran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 8 26.7 26.7 26.7

tidak 22 73.3 73.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


Analisis Univariat

Statistics

Kelompok Masa Kelompok Beban


Kelelahan Kerja
Umur Responden Kerja Kerja

N Valid 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0

Mean 33.80 6.70 94.17 288.09

Median 29.50 5.00 98.50 0

Minimum 20 1 52 185

Maximum 68 25 108 486

Kategori Kelelahan Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid mengalami kelelahan 18 60.0 60.0 60.0

tidak mengalami kelelahan 12 40.0 40.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

kat_umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1.00 8 26.7 26.7 26.7
2.00 9 30.0 30.0 56.7
3.00 2 6.7 6.7 63.3
4.00 6 20.0 20.0 83.3
5.00 1 3.3 3.3 86.7
6.00 3 10.0 10.0 96.7
8.00 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

tua muda

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Muda 17 56.7 56.7 56.7

Tua 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


Kategori Indeks Massa Tubuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak normal 17 56.7 56.7 56.7

normal 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Kategori Beban Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid berat 15 50.0 50.0 50.0

ringan 15 50.0 50.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Kategori Sikap Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid berisiko 20 66.7 66.7 66.7

tidak berisiko 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


Analisis Bivariat

Kategori Umur* Kategori Kelelajan Kerja

tua muda * Kategori Kelelahan Kerja Crosstabulation

Kategori Kelelahan Kerja

mengalami tidak mengalami

kelelahan kelelahan Total

tua muda Muda Count 7 10 17

Expected Count 10.2 6.8 17.0

% within tua muda 41.2% 58.8% 100.0%

Tua Count 11 2 13

Expected Count 7.8 5.2 13.0

% within tua muda 84.6% 15.4% 100.0%

Total Count 18 12 30

Expected Count 18.0 12.0 30.0

% within tua muda 60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-

Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

a
Pearson Chi-Square 5.792 1 .016
b
Continuity Correction 4.123 1 .042

Likelihood Ratio 6.183 1 .013

Fisher's Exact Test .026 .019

Linear-by-Linear Association 5.599 1 .018

N of Valid Cases 30

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.

b. Computed only for a 2x2 table

Kategori Masa Kerja* Kategori Kelelahan Kerja


Kategori Masa Kerja * Kategori Kelelahan Kerja Crosstabulation

Kategori Kelelahan Kerja

mengalami tidak mengalami

kelelahan kelelahan Total

Kategori Masa Kerja lama Count 13 4 17

% within Kategori Masa Kerja 76.5% 23.5% 100.0%

baru Count 5 8 13

% within Kategori Masa Kerja 38.5% 61.5% 100.0%

Total Count 18 12 30

% within Kategori Masa Kerja 60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-

Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

a
Pearson Chi-Square 4.434 1 .035
b
Continuity Correction 2.992 1 .084

Likelihood Ratio 4.507 1 .034

Fisher's Exact Test .061 .042

Linear-by-Linear Association 4.287 1 .038

N of Valid Cases 30

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

a b
Value Asymp. Std. Error Approx. T Approx. Sig.

c
Interval by Interval Pearson's R .384 .170 2.204 .036
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .384 .170 2.204 .036

N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.


Symmetric Measures

a b
Value Asymp. Std. Error Approx. T Approx. Sig.

c
Interval by Interval Pearson's R .384 .170 2.204 .036
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .384 .170 2.204 .036

N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.


Kategori Indeks Massa Tubuh *Kategori Kelelahan Kerja

Kategori Indeks Massa Tubuh * Kategori Kelelahan Kerja Crosstabulation

Kategori Kelelahan Kerja

mengalami tidak mengalami

kelelahan kelelahan Total

Kategori Indeks Massa Tubuh tidak normal Count 14 3 17

% within Kategori Indeks Massa 82.4% 17.6% 100.0%

Tubuh

normal Count 4 9 13

% within Kategori Indeks Massa 30.8% 69.2% 100.0%

Tubuh

Total Count 18 12 30

% within Kategori Indeks Massa 60.0% 40.0% 100.0%

Tubuh

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-

Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

a
Pearson Chi-Square 8.167 1 .004
b
Continuity Correction 6.160 1 .013

Likelihood Ratio 8.488 1 .004

Fisher's Exact Test .008 .006

Linear-by-Linear Association 7.895 1 .005

N of Valid Cases 30

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

a b
Value Asymp. Std. Error Approx. T Approx. Sig.

c
Interval by Interval Pearson's R .522 .157 3.236 .003
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .522 .157 3.236 .003

N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.


Symmetric Measures

a b
Value Asymp. Std. Error Approx. T Approx. Sig.

c
Interval by Interval Pearson's R .522 .157 3.236 .003
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .522 .157 3.236 .003

N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.


Kategori Beban Kerja *Kategori Kelelahan Kerja

Kategori Beban Kerja * Kategori Kelelahan Kerja Crosstabulation

Kategori Kelelahan Kerja

mengalami tidak mengalami

kelelahan kelelahan Total

Kategori Beban Kerja berat Count 12 3 15

% within Kategori Beban Kerja 80.0% 20.0% 100.0%

ringan Count 6 9 15

% within Kategori Beban Kerja 40.0% 60.0% 100.0%

Total Count 18 12 30

% within Kategori Beban Kerja 60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-

Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

a
Pearson Chi-Square 5.000 1 .025
b
Continuity Correction 3.472 1 .062

Likelihood Ratio 5.178 1 .023

Fisher's Exact Test .060 .030

Linear-by-Linear Association 4.833 1 .028

N of Valid Cases 30

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.

b. Computed only for a 2x2 table


Kategori Sikap Kerja *Kategori Kelelahan Kerja

Kategori Sikap Kerja * Kategori Kelelahan Kerja Crosstabulation

Kategori Kelelahan Kerja

mengalami tidak mengalami

kelelahan kelelahan Total

Kategori Sikap Kerja berisiko Count 15 5 20

% within Kategori Sikap Kerja 75.0% 25.0% 100.0%

tidak berisiko Count 3 7 10

% within Kategori Sikap Kerja 30.0% 70.0% 100.0%

Total Count 18 12 30

% within Kategori Sikap Kerja 60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-

Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

a
Pearson Chi-Square 5.625 1 .018
b
Continuity Correction 3.906 1 .048

Likelihood Ratio 5.670 1 .017

Fisher's Exact Test .045 .024

Linear-by-Linear Association 5.437 1 .020

N of Valid Cases 30

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.

b. Computed only for a 2x2 table


Lampiran 8

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1.
Pengukuran Kelelahan Kerja (Reaction Timer)

Gambar 2.
Pengukuran Beban kerja
Menggunakan Alat Tensi Digital Omron
Gambar 3.
Wawancara Kuesioner

Gambar 4.
Proses Kerja Pengisian Tabung Gas
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Mahardika

Alamat : Jl. Abubakar Lambogo Lr. 15 No. 8 Kel.

Bara-Barayya Timur Kec. Makassar Kota Makassar

Tempat/Tgl Lahir : Palopo, 17 Agustus 1995

Agama : Islam

Suku : Bugis

Bangsa : Indonesia

Pendidikan Terakhir :

1. TK Aisyiah Palopo

2. SD Negeri 483 A. Pattiware Palopo

3. MTsN Model Palopo

4. SMA Negeri 3 Palopo

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat Tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai