SKRIPSI
FILIPO SENGKEY
17031106014
FAKULTAS PERTANIAN
MANADO
2022
i
RINGKASAN
Irigasi tetes merupakan salah satu cara pemberian air yang efektif karena air
terpenuhinya kebutuhan air tanaman, akan tetapi pengoprasian sistem irigasi tetes
menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji prinsip
dasar irigasi tetes ( drip irrigation ) dan penutupan mulsa plastik pada lahan
dengan lokasi yang dekat dengan sumber air. Perlakuan tekanan air untuk melihat
distribusi dan jumlah air yang mempengaruhi dampak kelembaban pada lahan
yang ditutupi mulsa. Penelitian ini dilakukan dengan 2 perlakuan dan 3 kali
Hasil penelitian ini menunjuakan perbedaan debit air dengan tekanan yang
berbeda dimana untuk tekanan 4 PSI menghasilkan debit air rata-rata 61,18
ml/menit sedangkan untuk tekanan 6 PSI menghasilkan debit air rata-rata 121,46
ml/menit, dan untuk tekanan 8 PSI menghasilkan debit air sebesar 181,8 ml/menit.
ii
SUMMARY
directly to the root area through the soil surface to meet the water needs of plants,
however, improper operation of a drip irrigation system will slow down plant
evaporation rates, modify water balance, soil temperature and humidity and create
suitable conditions for plants so that plants can grow and develop properly. The
purpose of this study was to examine the basic principles of drip irrigation and
plastic mulch cover on chili fields. This research was conducted using
experimental methods in open land. The design is carried out in a location with an
treatment to see the distribution and amount of water that affects the impact of
moisture on the land covered with mulch. This research was conducted with 2
treatments and 3 repetitions on the same land with different pressure The results
of this study show differences in water discharge with different pressures where
ml/minute.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Uji Kombinasi
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
berkat adanya arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
1. Prof. Dr. Ir. Ellen Kumaat, M. Sc, DEA selaku Rektor Universitas Sam
Ratulangi Manado.
2. Ir. Dedie Tooy, M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Dekan 1), Dr. Caroline Pakasi, SP, MSi (Wakil Dekan 2) dan Ir. David
4. Dr. Ir. Lady C.Ch. E. Lengkey, M.Si selaku Koordinator Program Studi
berkuliah di kampus.
5. Pembimbing skripsi: Ir. Leo H. Kalesaran, M.Si (ketua) dan Ir. Daniel P.M
i
6. Komisi Penguji, sebagai ketua, Ir. David Rumambi, MS dan anggota, Ir.
7. Ir. Dedie Tooy, M.Si, Ph.D sebagai pembimbing akademik dari awal
BIDIKMISI.
10. Kepada bapak Viktor Palapa S.Pd, bersama keluarga yang sudah
11. Kedua orang tua tercinta yang menjadi penyemangat bagi penulis dan
12. Oma-opa, om tante, serta keluarga besar penulis yang selalu memberikan
13. Kakak Rohani (Kak Henrys Datulalong) yang selalu setia mendoakan,
14. Josua Onibala, Bapak Victor Palapa S,Pd yang telah membantu penulis
dalam penelitian.
ii
16. Teman-teman dan sahabat Edwin Lolowang, Novianti Nari, Petrus
Tamangkoa, Dodisman Zega dan Trijulia Mika yang selalu membantu dan
memotivasi penulis.
17. Teman-teman Program Studi Teknik Pertanian angkatan 2017 yang telah
18. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama
penelitian dan perkuliahan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
namanya.
Manado, 2022
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
I PENDAHULUAN ............................................................................................1
2.2.2
iv
2.3 Tanaman Cabai .........................................................................................10
V PENUTUP ........................................................................................................35
5.2. Saran.........................................................................................................36
v
LAMPIRAN ...........................................................................................................39
vi
DAFTAR TABEL
No. Hal.
Teks
1. Jadwal Kegiatan Penelitian…………………….........……………………. 21
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
Teks
1. Komponen irigasi tetes…………………….........…………………............ 7
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, Indonesia, dengan luas 12,00 km²
dan jumlah penduduk lebih dari 1.300 jiwa (BPS Minsel, 2020). Desa Raanan
Lama memiliki luas lahan pertanian yang cukup besar, dan sebagian besar
penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini menunjukan bahwa Desa Raanan
Lama memiliki potensi besar dibidang pertanian khususnya untuk tanaman cabai,
oleh karena itu sebagian besar petani mengandalkan aliran air sungai untuk
yang merasa pasokan pengairan kurang atau tidak teratur karena dipengaruhi
beberapa faktor antaranya yaitu, jumlah debit air di sungai, faktor letak pertanian
yang jauh dari sumber air, faktor alam dan juga memerlukan tenaga untuk
Belakangan ini cabai merah menjadi salah satu komoditi yang diunggulkan di
mengfokuskan usaha tani untuk membuat lahan pertanaman cabai, akan tetapi
untuk mengairi lahan tanam dan masih menggunakan sistem irigasi manual yang
Irigasi tetes merupakan salah satu cara pemberian air yang efektif karena air
tingkat kinerja yang baik, sistem irigasi membutuhkan rancangan sistem yang
tepat, dengan terbentuknya sistem irigasi tetes yang sesuai dengan rancangan,
dapat membuat sistem irigasi tetes memiliki nilai efesiensi lebih tinggi dan tingkat
Mulsa berasal dari sisa-sisa tanaman atau dari bahan sintetis seperti plastik.
Menurut Setiawan (2015), aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan
suhu dan kelembaban tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi
suhu dan menjaga kelembapan tanah akan mengurangi serangan hama dan
penyakit. Penggunaan mulsa plastik warna hitam untuk lapisan bawah dan
warna perak untuk lapisan atas sangat diperlukan untuk penanaman cabai pada
musim hujan. Salah satu keuntungan menggunakan mulsa lapisan atas perak
adalah sinar ultraviolet ke permukaan bawah daun yang banyak dihuni oleh
hama aphid, thrips, tungau, ulat, dan cendawan. Penggunaan mulsa anorganik
penggunaan air, serta mengurangi erosi, hama dan penyakit (Noorhadi ; Sudadi,
2003).
Kombinasi Irigasi Tetes (Drip Irrigation) dan Penutupan Mulsa Plastik di Lahan
2
produktivitas tanaman cabai dengan dan tanpa menggunakan teknologi irigasi
tetes penutupan mulsa plastik di lahan pertanaman cabai Desa Raanan Lama.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang irigasi. Irigasi adalah usaha
yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi
merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
pembuangannya.
Menurut Evana (2010), irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi rawa, ada juga pengertian menurut
usaha untuk mendapatkan air untuk sawah, ladang, perkebunan, perikanan atau
tambak dan sebagainya, yang intinya untuk keperluan usaha tani, semntara itu
menurut Mawardi dkk (2002), irigasi adalah usaha untuk memperoleh atau
1. Irigasi Permukaan
bebas (free intake). Kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui
saluran sampai ke lahan pertanian. Disini dikenal saluran primer, sekunder dan
tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah
Irigasi pompa air adalah irigasi dimana air diambil dari sumur dalam dan
misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus
mengaliri sawah.
Irigasi ini adalah pemberian air dengan cara penyemprotan atau dengan
sehingga tanaman mendapatkan air dari atas, daun akan basah lebih dahulu,
kemudian menetes ke akar. Keuntungan sistem ini yaitu tidak ada aliran
permukaan.
4. Irigasi Lokal
5
Irigasi lokal melakukan kerja distribusi air menggunakan pipanisasi atau
pipa yang dipasang di suatu daerah tertentu sehingga air hanya akan mengalir
di area tersebut saja. Seperti halnya jenis irigasi permukaan, irigasi lokal
Irigasi jenis ini dilakukan dengan tenaga manusia, yakni para petani yang
mengangkut air dari sumber air dengan ember atau timba kemudian
Seperti yang bisa dibayangkan, jenis ini kurang efektif karena memakan
banyak tenaga serta menghabiskan waktu yang lama, namun demikian, jenis
pedesaan yang tidak memiliki cukup modal untuk membeli pompa air atau alat
Irigasi tetes merupakan cara pemberian air dengan cara meneteskan air
tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah yang terbasahi, tetapi seluruh air yang
ditambahkan dapat diserap cepat pada keaadaan kelembaban tanah yang rendah.
Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang efisien, (Hakim, dkk,
2005).
Hal yang perlu diketahui dalam merancang irigasi tetes adalah sifat tanah,
jenis tanah, sumber air, jenis tanaman, dan keaadaan iklim. Sifat dan jenis tanah
6
yang diperhatikan adalah kedalaman tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah dan
Sungai/Sumber Air
Pompa Alkon
Tangki air
Pengatur Tekanan
Pipa Pembagi
Filter
Pipa Utama
Pipa Lateral
7
2.2 Penggunaan Mulsa
Menurut Sakti (2017), mulsa memiliki beberapa jenis antara lain adalah
sebagai berikut :
Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang
2. Mulsa Vertikal
dalam tanah secara vertikal untuk mengisi retak-retak dan rengkah pada
8
Pada sistem agribisnis yang intensif, dengan jenis tanaman bernilai
penguapan air dari tanah dan menekan hama dan penyakit serta gulma.
tanaman.
4. Mulsa batu
1) Menghemat air
2) Mencegah erosi
9
7) Mencegah penyakit tanaman yang timbul akibat percikan tanah
dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dikotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
10
Spesies : Capsicum annum L
Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan
sarang serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Tanaman cabai
juga dapat tumbuh pada jenis tanah yang berbeda tetapi, tanaman cabai harus
mempunyai drainase yang baik. Tanaman cabai dapat beradaptasi dengan baik
pada cuaca panas, tetapi tidak dapat menghasilkan buah yang baik ketika suhu
tertinggi pada malam hari mencapai 24˚C. Pada umumnya, cabai dapat tumbuh
dengan baik pada suhu 20-30˚C. Jumlah air yang dibutuhkan tanaman cabai
merah selama pertumbuhan vegetatif adalah 250 ml tiap 2 hari pertanaman dan
meningkat menjadi 450 ml tiap 2 hari pada masa pembungaan dan pembuahan.
Dengan sistem irigasi tetes ini jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat
dikontrol dengan tepat sehingga tanaman cabai merah pun dapat tumbuh optimal
(Sumarna, 1998).
1) Batang
Batang cabai tumbuh tegak berwarna hijau tua dan berkayu. Pada
2) Daun
11
Daun cabai berbentuk lonjong yang berukuran panjang 8-12 cm, lebar 3-
daun bagian atas berwarna hijaun tua, sedang dibagian bawah berwarna hijau
3) Akar
Akar tanaman cabai tumbuh menyebar dalam tanah terutama akar cabang
dan akar rambut. Bagian ujung akarnya hanya mampu menembus tanah
sampai kedalaman 25-30 cm. Oleh karena itu penggemburan tanah harus
sempurna.
4) Bunga
Bunga cabai termasuk berkelamin dua, karena pada satu bunga terdapat
kepala sari dan kepala putik. Bunga cabai tersusun dari tangkai bunga yang
berukuran panjang berkisar 1-2 cm, kelopak bunga, mahkota bunga dan alat
kelamin yang meliputi kepala sari dan kepala putik. Mahkota bunganya
berwarna putih dan akan mengalami rontok bila buah mulai terbentuk.
Jumlah mahkota bunga bervariasi antara 5-6 kelopak bunga. Kepala putik
panjangnya berkisar 0,5 cm. Sedangkan kepala sari yang telah masak
berwarna biru sampai ungu. Tangkai sarinya berwarna putih, panjangnya 0,5
antara 1-1,5 cm, lebarnya berkisar 0,5 cm dan warna bunga tampak menarik.
5) Buah
12
Buah cabai merah biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun
dengan posisi buah menggantug. Berat cabai merah sangat bervariasi, yakni
berkisar 5-25 gram. Buah cabai yang masih muda berwarna hijau, berangsur-
tanaman yaitu 0,110 l/hari untuk umur 1 bulan, 0,422 l/hari untuk umur
2 bulan, 1,148 l/hari untuk umur 3 bulan dan 1,323 l/hari untuk umur 4
bulan.
2) Waktu oprasional untuk irigasi tetes untuk tanaman cabai yaitu 0,055
bulan, 0,574 jam/hari untuk umur 3 bulan dan 0,662 jam/hari untuk
Untuk mendapatkan hasil yang dibutuhkan pada jaringan irigasi tetes perlu
lubang emiter, luas penampang yang seragam, sehinggga dapat menghasilkan nilai
dikeluarkan oleh emitter. Untuk memastikan tekanan pada pompa tetap diperlukan
pengukur tekanan pada sistem jaringan irigasi untuk memastikan jarum tekanan
dan rpm relatif tetap. Sehingga tumpahan performa dalam emiter relatif seragam,
13
atau baik.
persamaan (Prastowo,2002):
...................................................................................(1)
Dimana :
Q= debit
v = volume air
t = waktu
pemberian air pada tanah, sehingga mampu memberi air yang tepat selama selang
menempatkan gelas ukur pada emitter irigasi tetes untuk mengukur debit air yang
ulangan dengan tekanan yang berbeda. Hasil data yang diperoleh dari pengukuran
volume air yang tertampung/memenuhi gelas ukur pada titik peletakan sampel
ratakan.
mengukur volume air pada wadah dari setiap penetes. keseragaman pemberian air
14
pada sistem irigasi tetes ditentukan berdasarkan variasi debit air yang dihasilkan
CU
Dimana:
1. Penelitian yang dilakukan oleh : Eri Gas. Ekaputra, Delvi Yanti, Deni
Padang, Indonesia. Dengan judul Rancang Bangun Sistem Irigasi Tetes Untuk
Budidaya Cabai (Capsicum Annum L.) Dalam Green House di Negari Biaro,
`Hasil Penelitian ini yaitu; Sistem irigasi tetes memberikan kemudahan untuk
mengaliri tanaman dalam green house. Namun jika dilihat dari parameter
15
kelayakan, sistem irigasi tetes masih belum maksimal, karena hanya satu kriteria
tanaman. Akibat perlakuan itu terjadi penambahan tinggi cabai, begitu juga
Hasil yang didaptkan yaitu; Kebutuhan air tanaman cabe merah sangat
beragam berdasarkan umur tanaman yaitu 0,110 l/hari untuk umur 1 bulan, 0,422
l/hari untuk umur 2 bulan, 1,148 l/hari untuk umur 3 bulan dan 1,323 l/hari untuk
umur 4 bulan.
produktivitas tanaman.
judul ; Aplikasi Sistem Irigasi Tetes Pada Tanman Kembang Kol (Brassica
16
Hasil yang didapatkan yaitu; Rancangan sistem irigasi tetes memanfaatkan
tekanan gravitasi dan tekanan pompa ini memiliki nilai keseragaman penyebaran
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dilaksanakan dari bulan Mei-September 2021 penelitian ini dilakukan pada lokasi
3.2.1 Alat
a. Pompa air tipe MUGEN WP 80 MT 3 inch
Type : WP 80 MT
Tenaga : 5,5 HP
b. Katup 5 buah
c. Pengukur tekanan
d. Water filter
e. Sambungan pipa
i. Mulsa plastik
j. Lem pipa
k. Gelas ukur
3.2.2 Bahan
a. Tanaman cabai
b. Air Sungai
Pada penelitian ini lahan yang digunakan yaitu lahan bekas persawahan
dengan tekstur tanah liat dengan panjang bedengan 10 meter dengan lebar 1 meter
Perlakuan tekanan air untuk melihat distribusi dan jumlah air yang
mempengaruhi dampak kelembaban pada lahan yang ditutupi mulsa. Penelitian ini
dilakukan dengan 2 perlakuan dan 3 kali ulangan pada lahan yang sama dengan
19
1
1 2
10 m
m
2
5
40 cm
7
4 8
3
6 100 cm
10
Keterangan :
Panjang bedeng = 10 m
Lebar bedeng = 1,0 m
20
3.4 Variabel Pengamatan
persamaan (1)
persamaan (2)
Data dan informasi yang didapat oleh peneliti disajikan dalam table-table
dan kurva menggunakan alat bantu Microsoft Excel, untuk menghitung rumus
21
3.6 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi/Survei Lapangan
Kesimpulan
22
3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan/Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
Pembelajaran
Studi/Survei
Lapangan
Identifikasi
Perumusan
Masalah
Penyusunan
Proposal
Ujian Proposal
23
BAB IV
Pengaturan sistem irigasi ini yaitu, air irigasi ini diambil dari sungai, dimana
lebar sungai yaitu 1,5 m dengan tinggi permukaan air 15-30 cm. Air kemudian
permukaan sungai menuju pompa adalah 2 m dan dari pompa kemudian air
disalurkan pada pipa utama, pada pipa utama terpasang pengukur tekanan yang
berfungsi untuk mengatur tekanan air yang dialirkan pada jaringan irigasi menjadi
optimal. Jaringan pipa utama untuk menghubungkan pompa air dengan pipa
pembagi kemudian dari pipa pembagi air disalurkan pada 5 selang drip.
Sedangkan panjang selang drip pada 5 bedeng yang digunakan adalah 10 meter
pada lintasan selang drip itu dipasang 38 emitter. Pengujian yang dilakukan yaitu
merangkaikan secara lateral pada setiap bedeng, satu selang drip ukuran ½ inch
dengan panjang 10 m.
dipasangkan pada selang drip yang berfungsi untuk mendistribusikan air ke lahan
tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh debit air rata-rata yang
dihasilkan tiap emitter pada tekanan pompa yang berbeda. Penggunaan emitter
emitter.
24
Peralatan utama yang mendukung sistem irigasi ini adalah, pompa alkon
yang berfungsi untuk mendistrbusikan air dari sungai, pengukur tekanan untuk
mengetahui besarnya debit air yang didistribusikan dan katup keran pada pipa
pembagi.
Debit air pada emitter di hitung pada setiap titik sampel (emiiter) dan hasil
4 3.639 3.692
6 7.281 7.292
8 10.923 10.898
Data pada tebel 2 di dapatkan pada 50 titik smpel, dimana untuk bedeng tanpa
mulsa dengan tekanan 4 PSI menghasikan debit rata-rata 3.639 l/jam, untuk
tekanan 6 PSI menghasilkan debit rata-rata 7,281 l/jam dan untuk tekanan 8 PSI
menghasikan debit rata-rata yaitu 10,923 l/jam, sedangkan pada bedeng yang
ditutupi oleh mulsa plastik dengan tekanan 4 PSI menghasilkan debit air rata-rata
yaitu 3.692 l/jam, untuk tekanan 6 PSI menghasilkan debit air rata-rata 7.292
l/jam dan untuk tekanan 8 PSI menghasilkan debit air rata-rata 10.898 l/jam
25
Debit air pada emiter mengalami peningkatan seiring dengan variasi di
naikannya tekanan pada pompa air. Gambar 4. menunjukan perbedaan debit air
200
180
160
140
Debit Air (ml)
120
100
80
60
40
20
0
4 6 8
Tekanan (PSI)
Pada gambar 4 diketahui bahwa debit air rata-rata yang dikeluarkan oleh
emitter hampir seragam dimana tingkat deviasinya yang rendah pada angka 3,27
26
4.2.1 Keseragaman debit air pada emitter (CU)
Berikut ini merupakan hasil data yang diperoleh dari angka keseragaman
(CU).
keseragaman irigasi tetes dengan tekanan 4 PSI yaitu dengan menghasilkan rata-
27
Tabel 4. Rata-rata perhitungan nilai keseragaman CU Tekanan 6 PSI
sebesar (97,388%).
28
Tabel 5. Rata-rata perhitungan nilai keseragaman CU Tekanan 8 PSI
uniformity (CU) mendekati 100%. Sistem irigasi tetes dapat dikatakan ideal dan
sehingga setiap tanaman dapat menerima jumlah air yang sama atau merata untuk
pengujian sistem irigasi tetes dinilai memenuhi kriteria keseragaman irigasi tetes
29
Nilai variasi keseragaman jaringan irigasi tetes juga dapat dipengaruhi
digunakan, apabila keluaran air pada lubang irigasi dari emitter terhambat, maka
juga untuk pemasangan/peletakan jaringan irigasi harus pada posisi yang sesuai
dengan titik peletakan sehingga tidak ada air yang keluar dari cup plastic
pancaran pada jaringan irigasi yang di terapkan, besarnya nilai keseragaman emisi
penetes pada sistem banyak dipengaruhi oleh keseragaman produk dari emiter
(penetes), pemasangan emiter pada sistem, dan pemeliharaan emiter dalam hal ini
Kebutuhan air tanaman cabai pada berbagai tingkatan umur sangat bervariasi,
hal ini dipengaruhi oleh faktor evapotranspirasi yang berbeda-beda tiap tingkatan
umur tanaman yang umumnya semakin bertambah sejak priode tanam sampai
memasuki umur tiga bulan atau fase pembentukan bunga hingga pemasakan.
Puncaknya terjadi pada masa pembentukan buah hingga pemasakan buah. Selain
penggunaan mulsa plastik dan tanpa mulsa plastik. Tabel-tabel dibawah ini
perbedaan besarnya debit yang dikeluarkan oleh emitter dengan tekanan pompa
yang berbeda.
30
Tabel 6. Konversi perhitungan debit air pada bedeng tanpa mulsa plastik
Tabel 7. Konversi perhitungan debit air pada bedeng dengan mulsa plastik
31
Tabel dibawah ini menunjukan kebutuhan air tanaman cabai sesuai dengan
Tabel 8. Kebutuhan air tanaman cabai menggunakan perhitungan debit air 4 PSI
Umur Waktu
(ml) Q/menit Q/jam
(Bulan) penyiraman/hari
1 110 61.18 3.67 1,8 menit
2 422 61.18 3.67 6,9 menit
3 1.148 61.18 3.67 18,8 menit
4 1.323 61.18 3.67 21,62 menit
Muh Kusmali. (2015)
dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun, untuk dapat tumbuh dan
lingkungan. Karena faktor lingkungan dan perencanaan awal tanam yang kurang
cabai, pada bedeng yang ditutupi oleh mulsa plastik pertumbuhan gulma relatif
lebih lambat dengan jumlah yang sedikit dibandingkan dengan bedeng yang tidak
jumlah yang banyak, penggunaan mulsa juga dapat menjaga kelembaban tanah
dimana uap air yang dihasilkan melalui penutupan mulsa dapat menjaga
32
tanaman dapat membantu tumbuh kembangnya tanaman cabai juga dapat
meningatkan jumlah cabang, jumlah bunga, jumlah buah, dan hasil panen pada
tanaman cabai dibandingkan dengan tanaman pada bedeng yang tidak ditutupi
yang ditutupi oleh mulsa plastik dan pada bedeng tanpa mulsa plastik. Dapat
dilihat bahwa penggunaan plastik mulsa dapat menjaga kesuburan tanaman cabai
sehingga tidak mudah terserang virus, bakteri dan penyakit pada tubuh tanaman.
Tabel 10, menunjukan berat hasil penelitian pada 3 lahan ulangan dengan
plastik mulsa.
33
Tabel 10. Berat hasil panen
Lahan dengan mulsa Lahan tanpa mulsa
Panen Massa (g) Massa (g) Massa (g) Massa (g) Massa (g)
1 200 300 400 150 300
2 350 550 800 400 550
3 700 700 1100 400 550
4 850 550 1000 250 450
5 450 500 900 150 250
Jumlah 2550 2600 4200 1350 2100
Rata-rata 3117 1950
Data pada tabel 10 menunjukan hasil pengamatan bobot hasil panen
tanaman cabai per bedeng dengan penggunaan mulsa dan tanpa mulsa plastik
memiliki perbedaan hasil panen yaitu jumlah keseluruhan hasil panen pada
bedeng yang tidak ditutupi oleh mulsa plastik adalah 1.35 kg, untuk bedeng 1 dan
bedeng 2 berjumlah 2.1 kg, sedangkan pada bedeng yang ditutupi oleh mulsa
plastik adalah; bedeng 3 berjumlah 2.55 kg, bedeng 4 berjumlah 2.6 kg dan
mulsa plastik hitam perak. Penggunaan mulsa dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah yang akan mempermudah penyediaan unsur hara yang
34
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
pompa bertekanan tidak ideal jika dioprasikan pada lahan yang minim.
2. Hasil penelitian ini menunjuakan perbedaan debit air dengan tekanan yang
berbeda dimana untuk tekanan 4 PSI menghasilkan debit air rata-rata 61,18
121,46 ml/ menit, dan untuk tekanan 8 PSI menghasilkan debit air sebesar
181,8 ml/menit.
jumlah buah dan bobot buah tanaman cabai. Penggunaan mulsa dapat
Penggunaan mulsa dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
35
5.2. Saran
diperlukan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Minahasa Selatan. 2020. Luas Lahan Pertanian Desa Raanan
Lama Kecamatan Motoling Kabupaten Minahasa Selatan.
https://minselkab.bps.go.id diakses pada tanggal 16 November 2020
Dadang Ridwan 2013. “Model Jaringan Irigasi Tetes Berbasis Bahan Lokal
Untuk Pertanian Lahan Sempit” jurnal irigasi- vol8, No2, Oktober 2013.
Eri Gas Ekaputra,dkk. 2017, Rancang Bangun Sistem Irigasi Tetes Untuk
Budidaya Cabai (Capsicum Annum L.) Dalam Greenhouse Di Negri Biaro,
Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sulawesi Barat, Program
Studi Teknik Pertanian Universitas Andalas Padang.
Hansen, V. E, W.I. Orson and E.S. Glen 1992. Diterjemahkan oleh Tachyan dan
Soetjipto. Dasar-dasar dan praktek irigasi. Edisi 4. Erlangga. Jakarta.
Hansen, Hill and Ferguson. 1990. Journal of Information Systems, Spring 1990, p
82.
Hakim, Z.A Rais. M, dan Muhardi 2005. Prospek sumbangan intensifikasi padi
dalam usaha mempertahankan swasembada beras. Makalah Pertemuan
Nasional Pembangunan Lahan Pertanian : Cisarua Bogor
Hillel, D., 1980. Application of soil physics. Academic Press, New York.
Hendy Yanto, Ahmad Tusi, Sugeng Triyono. 2014 Aplikasi Sistem Irigasi Tetes
Pada Tanman Kembang Kol (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar.
Cauliflora DC) dalam greenhouse.
37
James, L. G. 1993. Principles of Farm Irrigation System Design. Washington
State University i Kupang.
Joko Basuki, dan Ahmad Yunus; Edi Purwanto. 2009 „Peranan Mulsa dalam
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Cabai Melalui Modifikasi
Kondisi Fisik di Dalam Tanah.’ Program Studi Tanaman Pangan dan
Holtikultura Politeknik Pertanian Neger
Kadarso. 2008. Kajian Penggunaan Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai
Merah Varietas Red Charm. Agros. 10(2) : 134-139.
Keller, J. And Bliesner, R.D. 1990. Springkler and Trickle Irrigation. New York.
Van Nostrand Reinhold
Mawardi, Herman dan Memed 2002. Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk
Irigasi Teknis. Bandung :Alfabeta
Sakti Zein 2017, Pengertian Mulsa, Fungsi, Jenis, dan Prosedur Pemasangannya.
www.awalilmu.com di akses pada tanggal 10 November 2020
Wirosoedarmo, 1985. Dasar-Dasar Irigasi Pertanian. Universitas Brawijaya
Malang.
38
LAMPIRAN
Q =
39
Ulangan 1 Menggunakan Mulsa Plastik
Volume (ml) Volume (v) Waktu (j) Q
60 0.06 0.017 3.6
61 0.061 0.017 3.66
61 0.061 0.017 3.66
62 0.062 0.017 3.72
63 0.063 0.017 3.78
60 0.06 0.017 3.6
56 0.056 0.017 3.36
59 0.059 0.017 3.54
61 0.061 0.017 3.66
68 0.068 0.017 4.08
Rata-rata 3.666
40
Debit air selama 1 jam adalah
Q =
41
Ulangan 1 Menggunakan Mulsa Plastik
Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
119 0.119 0.017 7.14
121 0.121 0.017 7.26
121 0.121 0.017 7.26
120 0.12 0.017 7.2
119 0.119 0.017 7.14
115 0.115 0.017 6.9
120 0.12 0.017 7.2
123 0.123 0.017 7.38
125 0.125 0.017 7.5
130 0.13 0.017 7.8
Rata-rata 7.278
42
Debit air selama 1 jam adalah
Q =
43
Ulangan 1 Menggunakan Mulsa Plastik
Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
180 0.18 0.017 10.8
183 0.183 0.017 10.98
180 0.18 0.017 10.8
183 0.183 0.017 10.98
180 0.18 0.017 10.8
176 0.176 0.017 10.56
180 0.18 0.017 10.8
182 0.182 0.017 10.92
183 0.183 0.017 10.98
186 0.186 0.017 11.16
Rata-rata 10.878
44
Debit air selama 1 jam adalah
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,046
𝐶𝑢 = 95,4%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,030
𝐶𝑢 = 97%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,032]
45
𝐶𝑢 = 96.8%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,046
𝐶𝑢 = 95,4%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,038
𝐶𝑢 = 96,2%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,034
𝐶𝑢 = 96,6%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
46
𝐶𝑢 = 100[1- 0,025
𝐶𝑢 = 97.5%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,023
𝐶𝑢 = 97,7%
Ulangan 2 menggunakan mulsa plastik
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,022
𝐶𝑢 = 97,8%
Ulangan 3 menggunakan mulsa plastik
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,027
𝐶𝑢 = 97,3%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,023
47
𝐶𝑢 = 97,7%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,014
𝐶𝑢 = 98,6%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,012
𝐶𝑢 = 98.8%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,011
𝐶𝑢 = 98,9%
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]
𝐶𝑢 = 100[1- 0,010
𝐶𝑢 = 99%
48
49