Anda di halaman 1dari 61

UJI PENERAPAN KOMBINASI IRIGASI TETES (DRIP

IRRIGATION) DAN PENUTUPAN MULSA PLASTIK DI


LAHAN PERTANAMAN CABAI DI DESA RAANAN LAMA
KABUPATEN MINAHASA SELATAN

SKRIPSI

FILIPO SENGKEY
17031106014

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2022

i
RINGKASAN

Filipo Sengkey 17031106014. Uji Kombinasi Sistem Irigasi Tetes Dan


Penutupan Mulsa Plastik Di Lahan Pertanaman Cabai Di Desa Raanan
Lama Kabupaten Minahasa Selatan. Dibawah bimbingan Ir. Leo H. Kalesaran,
M.Si dan Ir. Daniel P.M Ludong M.Sc.

Irigasi tetes merupakan salah satu cara pemberian air yang efektif karena air

langsung menuju ke daerah perakaran melalui permukaan tanah demi

terpenuhinya kebutuhan air tanaman, akan tetapi pengoprasian sistem irigasi tetes

yang tidak tepat akan memperlambat pertumbuhan tanaman. aplikasi mulsa

merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, menekan laju

evaporasi, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah serta

menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji prinsip

dasar irigasi tetes ( drip irrigation ) dan penutupan mulsa plastik pada lahan

tanaman cabai. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode experimental

dilahan terbuka. Perancangan dilakukan pada lokasi dengan luas 30 x 30 m

dengan lokasi yang dekat dengan sumber air. Perlakuan tekanan air untuk melihat

distribusi dan jumlah air yang mempengaruhi dampak kelembaban pada lahan

yang ditutupi mulsa. Penelitian ini dilakukan dengan 2 perlakuan dan 3 kali

ulangan pada lahan yang sama dengan tekanan yang berbeda .

Hasil penelitian ini menunjuakan perbedaan debit air dengan tekanan yang

berbeda dimana untuk tekanan 4 PSI menghasilkan debit air rata-rata 61,18

ml/menit sedangkan untuk tekanan 6 PSI menghasilkan debit air rata-rata 121,46

ml/menit, dan untuk tekanan 8 PSI menghasilkan debit air sebesar 181,8 ml/menit.

ii
SUMMARY

Filipo Sengkey 17031106014 . Combination Test of Drip Irrigation System


and Plastic Mulch Covering in Chili Planting Land in Raanan Lama Village,
South Minahasa Regency . Under the guidance of Ir. Leo H. Kalesaran , M.Si
and Ir. Daniel PM Ludong M.Sc.

Drip irrigation is an effective way of providing water because water goes

directly to the root area through the soil surface to meet the water needs of plants,

however, improper operation of a drip irrigation system will slow down plant

growth. Mulch application is an effort to suppress weed growth, reduce

evaporation rates, modify water balance, soil temperature and humidity and create

suitable conditions for plants so that plants can grow and develop properly. The

purpose of this study was to examine the basic principles of drip irrigation and

plastic mulch cover on chili fields. This research was conducted using

experimental methods in open land. The design is carried out in a location with an

area of 30 x 30 m with a location close to a water source. Water pressure

treatment to see the distribution and amount of water that affects the impact of

moisture on the land covered with mulch. This research was conducted with 2

treatments and 3 repetitions on the same land with different pressure The results

of this study show differences in water discharge with different pressures where

for a pressure of 4 PSI it produces an average water discharge of 61.18 ml/minute

while for a pressure of 6 PSI it produces an average water discharge of 121.46

ml/minute, and for a pressure of 8 PSI produces a water discharge of 181.8

ml/minute.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur patut dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Uji Kombinasi

Sistem Irigasi Tetes Dan Penutupan Mulsa Plastik Di Lahan Pertanaman

Cabai DI Desa Raanan Lama Kabupaten Minahasa Selatan”. Penulisan

skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi. Skripsi ini dapat terselesaikan

berkat adanya arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ellen Kumaat, M. Sc, DEA selaku Rektor Universitas Sam

Ratulangi Manado.

2. Ir. Dedie Tooy, M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sam Ratulangi Manado.

3. Seluruh Jajaran Pimpinan Fakultas: Dr.Ir. Johny S. Tasirin, MSc. (Wakil

Dekan 1), Dr. Caroline Pakasi, SP, MSi (Wakil Dekan 2) dan Ir. David

Rumambi, MS (Wakil Dekan 3).

4. Dr. Ir. Lady C.Ch. E. Lengkey, M.Si selaku Koordinator Program Studi

Teknik Pertanian yang sudah membantu dan memfasilitasi penulis selama

berkuliah di kampus.

5. Pembimbing skripsi: Ir. Leo H. Kalesaran, M.Si (ketua) dan Ir. Daniel P.M

Ludong M.Sc (anggota) yang telah mengarahkan, memberi saran, memberi

petunjuk dalam penyusunan skripsi ini serta mengajarkan banyak hal

bukan hanya tentang akademik tetapi juga nilai- nilai hidup

i
6. Komisi Penguji, sebagai ketua, Ir. David Rumambi, MS dan anggota, Ir.

Ruland Rantung, MSi, Ir. Rene Hosang, MSi.

7. Ir. Dedie Tooy, M.Si, Ph.D sebagai pembimbing akademik dari awal

masuk perkuliahan hingga saat ini.

8. Seluruh Dosen Jurusan Teknologi Pertanian yang telah berbagi ilmu

pengetahuan, dan berbagi nilai hidup selama penulis berkuliah di Fakultas

Pertanian Program Studi Teknik Pertanian.

9. Pemerintah yang membiayai perkuliahan selama 4 tahun melalui beasiswa

BIDIKMISI.

10. Kepada bapak Viktor Palapa S.Pd, bersama keluarga yang sudah

meminjamkan lahan untuk diadakannya penelitian.

11. Kedua orang tua tercinta yang menjadi penyemangat bagi penulis dan

selalu mendoakan, menasehati, mendukung serta membiayai penulis.

12. Oma-opa, om tante, serta keluarga besar penulis yang selalu memberikan

motivasi, dukungan serta mendoakan dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Kakak Rohani (Kak Henrys Datulalong) yang selalu setia mendoakan,

menasehati dan membantu penulis.

14. Josua Onibala, Bapak Victor Palapa S,Pd yang telah membantu penulis

dalam penelitian.

15. Segenap rekan pelayanan Student Led Movement (SLM) UNSRAT,

kakak-kakak staf SLM dan adik-adik rohani yang selalu mendoakan,

menyemangati, mendukung dan menolong penulis untuk bertumbuh dalam

pengenalan yang benar akan Kristus.

ii
16. Teman-teman dan sahabat Edwin Lolowang, Novianti Nari, Petrus

Tamangkoa, Dodisman Zega dan Trijulia Mika yang selalu membantu dan

memotivasi penulis.

17. Teman-teman Program Studi Teknik Pertanian angkatan 2017 yang telah

memberikan bantuan, dukungan serta semangat kepada penulis.

18. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama

penelitian dan perkuliahan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

namanya.

Manado, 2022

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................viii

I PENDAHULUAN ............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................3

1.3 Tujuan Peneltian .........................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................3

II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................4

2.1 Sistem Irigasi...............................................................................................4

2.1.1 Pengertian irigasi......................................................................................4

2.1.2 Jenis-Jenis Irigasi .....................................................................................5

2.1.3 Irigasi Tetes (drip irigation) ....................................................................6

2.2 Penggunaan Mulsa ......................................................................................8

2.2.1 Pengertian Mulsa

2.2.2

2.2.3 Fungsi Penutupan Mulsa ..........................................................................9

iv
2.3 Tanaman Cabai .........................................................................................10

2.3.1 Morfologi Tanaman Cabai ....................................................................11

2.4 Debit Air ..................................................................................................13

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ..................................................................15

III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................18

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ..................................................................18

3.2 Alat dan Bahan Penelitian........................................................................18

3.3 Metode Penelitian .....................................................................................19

3.4 Variabel Pengamatan ................................................................................21

3.5 Analisis Data Penelitian ............................................................................21

3.6 Diagram Alir Penelitian ...........................................................................22

3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................................23

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................24

4.1 Debit Air Pada Emitter.............................................................................25

4.1.1 Keseragaman debit air pada emitter (CU)..............................................27

4.1.2. Kebutuhan Air Tanaman Cabai.............................................................30

4.1.3. Produksi Tanaman Cabai .....................................................................33

V PENUTUP ........................................................................................................35

5.1. Kesimpulan ..............................................................................................35

5.2. Saran.........................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................37

v
LAMPIRAN ...........................................................................................................39

vi
DAFTAR TABEL

No. Hal.
Teks
1. Jadwal Kegiatan Penelitian…………………….........……………………. 21

2. Debit air rata-rata emitter pada lahan tanaman...........................……….… 22

3. Rata-pata perhitungan nilai keseragaman CU (Tekanan 4 PSI)…………... 24

4. Rata-rata perhitungan nilai keseragaman CU (Tekanan 6 PSI)…………... 25

5 Rata-rata perhitungan nilai keseragaman CU (Tekanan 8 PSI)….........….. 26

6. Konversi perhitungan debit air pada bedeng tanpa mulsa plastik................ 28

7 Konversi perhitungan debit air pada bedeng dengan mulsa plastik............. 28

8. Kebutuhan air tanaman cabai ………………………………......……....… 29

9. Jumlah tanaman/bulan ……………………………….............………....… 31

10. Bobot hasil panen ....................................................…........………........… 31

vii
DAFTAR GAMBAR

No. Hal.
Teks
1. Komponen irigasi tetes…………………….........…………………............ 7

2. Rancangan sistem irigasi tetes....…………………………...………....…. 17

3. Diagram alir proses penelitian…................................................................ 20

5. Layout jaringan irigasi tetes........................................................................22

4. Debit air rata-rata pada bedeng tanaman dengan tekanan berbeda............. 24

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Raanan Lama adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Motoling,

Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, Indonesia, dengan luas 12,00 km²

dan jumlah penduduk lebih dari 1.300 jiwa (BPS Minsel, 2020). Desa Raanan

Lama memiliki luas lahan pertanian yang cukup besar, dan sebagian besar

penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini menunjukan bahwa Desa Raanan

Lama memiliki potensi besar dibidang pertanian khususnya untuk tanaman cabai,

oleh karena itu sebagian besar petani mengandalkan aliran air sungai untuk

memenuhi kebutuhan pengairan lahan pertanian, tetapi banyak diantara petani

yang merasa pasokan pengairan kurang atau tidak teratur karena dipengaruhi

beberapa faktor antaranya yaitu, jumlah debit air di sungai, faktor letak pertanian

yang jauh dari sumber air, faktor alam dan juga memerlukan tenaga untuk

menyiram lahan pertanian secara manual.

Belakangan ini cabai merah menjadi salah satu komoditi yang diunggulkan di

Desa Raanan Lama dikarenakan lahan-lahan bekas persawahan yang sudah

beralih fungsi menjadi lahan tanam cabai sehingga kebanyakan petani

mengfokuskan usaha tani untuk membuat lahan pertanaman cabai, akan tetapi

belum optimalnya sistem pengairan di lahan cabai membuat petani kesulitan

untuk mengairi lahan tanam dan masih menggunakan sistem irigasi manual yang

memakan tenaga dan waktu dalam penyiraman.

Irigasi tetes merupakan salah satu cara pemberian air yang efektif karena air

langsung menuju ke daerah perakaran melalui permukaan tanah demi


terpenuhinya kebutuhan air tanaman, akan tetapi pengoprasian sistem irigasi tetes

yang tidak tepat akan memperlambat pertumbuhan tanaman. Untuk memiliki

tingkat kinerja yang baik, sistem irigasi membutuhkan rancangan sistem yang

tepat, dengan terbentuknya sistem irigasi tetes yang sesuai dengan rancangan,

dapat membuat sistem irigasi tetes memiliki nilai efesiensi lebih tinggi dan tingkat

keseragaman tetesannya lebih besar.

Mulsa berasal dari sisa-sisa tanaman atau dari bahan sintetis seperti plastik.

Menurut Setiawan (2015), aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan

pertumbuhan gulma, menekan laju evaporasi, memodifikasi keseimbangan air,

suhu dan kelembaban tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi

tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Menurut Kadarso (2008), penggunaan mulsa plastik untuk mengendalikan

suhu dan menjaga kelembapan tanah akan mengurangi serangan hama dan

penyakit. Penggunaan mulsa plastik warna hitam untuk lapisan bawah dan

warna perak untuk lapisan atas sangat diperlukan untuk penanaman cabai pada

musim hujan. Salah satu keuntungan menggunakan mulsa lapisan atas perak

adalah sinar ultraviolet ke permukaan bawah daun yang banyak dihuni oleh

hama aphid, thrips, tungau, ulat, dan cendawan. Penggunaan mulsa anorganik

dapat mempercepat tanaman yang dibudidayakan berproduksi, efisien dalam

penggunaan air, serta mengurangi erosi, hama dan penyakit (Noorhadi ; Sudadi,

2003).

Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian dengan judul “Uji Penerapan

Kombinasi Irigasi Tetes (Drip Irrigation) dan Penutupan Mulsa Plastik di Lahan

Pertanaman Cabai” perlu dilaksanakan untuk melihat seberapa besar tingkat

2
produktivitas tanaman cabai dengan dan tanpa menggunakan teknologi irigasi

tetes penutupan mulsa plastik di lahan pertanaman cabai Desa Raanan Lama.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana merancang dan menerapkan sistem irigasi tetes di lahan

pertanaman cabai Desa Raanan Lama.

1.3 Tujuan Peneltian

(1) Mengkaji prinsip oprasional irigasi tetes ( drip irrigation ) dan

penutupan mulsa plastik pada lahan tanaman cabai.

(2) Mengkaji aplikasi langkah-langkah sistem irigasi tetes

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi dan edukasi kepada petani mengenai rancangan teknik

pertanian yang modern dan efisien.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Irigasi

2.1.1 Pengertian irigasi


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang irigasi. Irigasi adalah usaha

penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian

yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi

pompa, dan irigasi tambak.

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang

merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari

penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan

pembuangannya.

Menurut Evana (2010), irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air

untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air

bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi rawa, ada juga pengertian menurut

Wirosoedarmo (1985), yaitu, irigasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan

usaha untuk mendapatkan air untuk sawah, ladang, perkebunan, perikanan atau

tambak dan sebagainya, yang intinya untuk keperluan usaha tani, semntara itu

menurut Mawardi dkk (2002), irigasi adalah usaha untuk memperoleh atau

memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk

memperoleh penunjangnya produksi pertanian, sedangkan Hansen dkk (1990),


menyatakan bahwa irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk keperluan

penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-tanaman.

2.1.2 Jenis-Jenis Irigasi

Menurut Absor (2018), jenis-jenis irigasi adalah sebagai berikut :

1. Irigasi Permukaan

Irigasi permukaan adalah sistem irigasi yang menyadap air langsung di

sungai melalui bangunan bending maupun melalui bangunan pengambilan

bebas (free intake). Kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui

saluran sampai ke lahan pertanian. Disini dikenal saluran primer, sekunder dan

tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah

gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.

2. Irigasi Pompa Air

Irigasi pompa air adalah irigasi dimana air diambil dari sumur dalam dan

dinaikkan melalui pompa air. Kemudian dialirkan dengan berbagai cara,

misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus

mengaliri sawah.

3. Irigasi Penyemprotan (Sprinkler Irrigation)

Irigasi ini adalah pemberian air dengan cara penyemprotan atau dengan

meniru hujan (springkling), air yang disemprotkan akan seperti kabut,

sehingga tanaman mendapatkan air dari atas, daun akan basah lebih dahulu,

kemudian menetes ke akar. Keuntungan sistem ini yaitu tidak ada aliran

permukaan.

4. Irigasi Lokal

5
Irigasi lokal melakukan kerja distribusi air menggunakan pipanisasi atau

pipa yang dipasang di suatu daerah tertentu sehingga air hanya akan mengalir

di area tersebut saja. Seperti halnya jenis irigasi permukaan, irigasi lokal

menggunakan prinsip gravitasi sehingga lahan yang lebih tinggi terlebih

dahulu mendapat air.

5. Irigasi Tradisional dengan Ember

Irigasi jenis ini dilakukan dengan tenaga manusia, yakni para petani yang

mengairi lahannya dengan menggunakan ember atau timba. Mereka

mengangkut air dari sumber air dengan ember atau timba kemudian

menyiramnya secara manual pada lahan pertanian yang mereka tanami.

Seperti yang bisa dibayangkan, jenis ini kurang efektif karena memakan

banyak tenaga serta menghabiskan waktu yang lama, namun demikian, jenis

yang demikian masih menjadi pilihan sebagian petani utamanya petani di

pedesaan yang tidak memiliki cukup modal untuk membeli pompa air atau alat

irigasi yang lebih efektif..

2.1.3 Irigasi Tetes (drip irigation)

Irigasi tetes merupakan cara pemberian air dengan cara meneteskan air

melalui pipa-pipa secara setempat di sekitar tanaman atau sepanjang larikan

tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah yang terbasahi, tetapi seluruh air yang

ditambahkan dapat diserap cepat pada keaadaan kelembaban tanah yang rendah.

Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang efisien, (Hakim, dkk,

2005).

Hal yang perlu diketahui dalam merancang irigasi tetes adalah sifat tanah,

jenis tanah, sumber air, jenis tanaman, dan keaadaan iklim. Sifat dan jenis tanah

6
yang diperhatikan adalah kedalaman tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah dan

kapasitas penyimpanan air (James, 1993).

Menurut Prastowo (2002), irigasi tetes dapat dibedakan menjadi 3 macam

yang berdasarkan jenis cucuran airnya, yaitu

1) Air merembes sepanjang pipa lateral (viaflow)

2) Air menetes atau memancar melalui alat aplikasi yang dipasang

pada pipa lateral, dan

3) Air menetes atau memancar melalui lubang-lubang pada pipa

penetes (emitter), pipa kecil (small tube, bubbler) dan penyemprot

kecil (micro sprinkler).

Sungai/Sumber Air

Pompa Alkon

Tangki air

Pengatur Tekanan

Pipa Pembagi

Filter

Pipa Utama

Pipa Lateral

Gambar 1. Komponen irigasi tetes

7
2.2 Penggunaan Mulsa

2.2.1 Pengertian Mulsa

Mulsa adalah penutup permukaan bedengan tanaman sehingga pemulsaan

dapat diartikan sebagai penutupan permukaan bedengan dengan bahan organik

atau lembaran plastik.

2.2.2 Jenis-Jenis Mulsa

Menurut Sakti (2017), mulsa memiliki beberapa jenis antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Mulsa sisa tanaman

Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang

jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman.

Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal

2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.

2. Mulsa Vertikal

Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah.

Tetapi mulsa vertikal adalah mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke

dalam tanah secara vertikal untuk mengisi retak-retak dan rengkah pada

penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering

mengalami rengkah di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol)

yang banyak dijumpai pada daerah beriklim kering.

3. Mulsa lembaran plastik

8
Pada sistem agribisnis yang intensif, dengan jenis tanaman bernilai

ekonomis tinggi, sering digunakan mulsa plastik untuk mengurangi

penguapan air dari tanah dan menekan hama dan penyakit serta gulma.

Lembaran plastik dibentangkan di atas permukaan tanah untuk melindungi

tanaman.

4. Mulsa batu

Di pegunungan batu-batu cukup banyak tersedia sehingga bisa dipakai

sebagai mulsa untuk tanaman pohon-pohonan. Permukaan tanah ditutup

dengan batu yang disusun rapat hingga tidak terlihat lagi

2.2.3 Fungsi Penutupan Mulsa

Mulsa merupakan jenis penutup tanah buatan yang banyak digunakan

untuk kegiatan budidaya tanaman, bertujuan untuk memperoleh perubahan

menguntungkan pada lingkungan tanah tertentu (Hillel, 1980), sedangkan menurut

Lim (2019), fungsi penutupan mulsa dijelaskan secara spesifik yaitu:

1) Menghemat air

2) Mencegah erosi

3) Menghambat pertumbuhan gulma

4) Menjaga keseimbangan suhu tanah dan lapisan udara di dekat

tanah sehingga tanah tidak menjadi terlalu panas

5) Menjaga sari-sari makanan dalam tanah terhadap pencucian dan

penghanyutan oleh air hujan

6) Menjaga kondisi tanah tetap remah dan tidak cepat padat

9
7) Mencegah penyakit tanaman yang timbul akibat percikan tanah

oleh air hujan

8) Menjadi sumber bunga tanah atau humus

9) Meningkatkan mutu hasil pada tanaman

10) Memperlancar kegiatan jasad renik tanah seperti cacing tanah

yang sangat membantu petani dalam penyuburan tanah.

2.2.4 Pemasangan Aplikasi Mulsa

2.3 Tanaman Cabai

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan

merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran

tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta

mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan

memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu

dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk

kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar (Kusmali, 2015).

Menurut Salkir (2020), klasifikasi tanamam cabai adalah sebagai berikut :

 Kingdom : Plantae

 Devisi : Spermatophta

 Subdivisi : Angiospermae

 Kelas : Dikotyledonae

 Ordo : Solanales

 Famili : Solanaceae

 Genus : Capsicum

10
 Spesies : Capsicum annum L

Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan

sarang serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Tanaman cabai

juga dapat tumbuh pada jenis tanah yang berbeda tetapi, tanaman cabai harus

mempunyai drainase yang baik. Tanaman cabai dapat beradaptasi dengan baik

pada cuaca panas, tetapi tidak dapat menghasilkan buah yang baik ketika suhu

tertinggi pada malam hari mencapai 24˚C. Pada umumnya, cabai dapat tumbuh

dengan baik pada suhu 20-30˚C. Jumlah air yang dibutuhkan tanaman cabai

merah selama pertumbuhan vegetatif adalah 250 ml tiap 2 hari pertanaman dan

meningkat menjadi 450 ml tiap 2 hari pada masa pembungaan dan pembuahan.

Dengan sistem irigasi tetes ini jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat

dikontrol dengan tepat sehingga tanaman cabai merah pun dapat tumbuh optimal

(Sumarna, 1998).

2.3.1 Morfologi Tanaman Cabai

Menurut Samadi (1997), secara morfologi organ-organ tanaman yang

penting pada tanaman cabai adalah sebagai berikut:

1) Batang

Batang cabai tumbuh tegak berwarna hijau tua dan berkayu. Pada

ketinggian batang tertentu akan membentuk percabangan seperti huruf “Y”.

Batangnya berbentuk silindris, berukuran diameter kecil dengan tajuk daun

lebar dan buah cabai yang lebat

2) Daun

11
Daun cabai berbentuk lonjong yang berukuran panjang 8-12 cm, lebar 3-

5 cm dan di bagian pangkal dan ujung daun meruncing. Pada permukaan

daun bagian atas berwarna hijaun tua, sedang dibagian bawah berwarna hijau

muda. Panjang tangkai daunnnya berkisar 2-4 cm yang melekat pada

percabangan, sedangkan tulang daunnya berbentuk menyirip

3) Akar

Akar tanaman cabai tumbuh menyebar dalam tanah terutama akar cabang

dan akar rambut. Bagian ujung akarnya hanya mampu menembus tanah

sampai kedalaman 25-30 cm. Oleh karena itu penggemburan tanah harus

dilakukan sampai kedalaman tersebut agar perkembangan akar lebih

sempurna.

4) Bunga

Bunga cabai termasuk berkelamin dua, karena pada satu bunga terdapat

kepala sari dan kepala putik. Bunga cabai tersusun dari tangkai bunga yang

berukuran panjang berkisar 1-2 cm, kelopak bunga, mahkota bunga dan alat

kelamin yang meliputi kepala sari dan kepala putik. Mahkota bunganya

berwarna putih dan akan mengalami rontok bila buah mulai terbentuk.

Jumlah mahkota bunga bervariasi antara 5-6 kelopak bunga. Kepala putik

berwarna kuning kehijauan dan tangkai kepala putiknya berwarna putih,

panjangnya berkisar 0,5 cm. Sedangkan kepala sari yang telah masak

berwarna biru sampai ungu. Tangkai sarinya berwarna putih, panjangnya 0,5

cm. Letak bunganya berada pada posisi menggantung, berukuran panjang

antara 1-1,5 cm, lebarnya berkisar 0,5 cm dan warna bunga tampak menarik.

5) Buah

12
Buah cabai merah biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun

dengan posisi buah menggantug. Berat cabai merah sangat bervariasi, yakni

berkisar 5-25 gram. Buah cabai yang masih muda berwarna hijau, berangsur-

angsur berubah menjadi merah menyala setelah buahnya tua.

2.3.2 Waktu dan Kebutuhan Air Tanaman Cabai

Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Kusmali,(2015).

1) Kebutuhan air tanaman cabai merah sangat beragam berdasarkan umur

tanaman yaitu 0,110 l/hari untuk umur 1 bulan, 0,422 l/hari untuk umur

2 bulan, 1,148 l/hari untuk umur 3 bulan dan 1,323 l/hari untuk umur 4

bulan.

2) Waktu oprasional untuk irigasi tetes untuk tanaman cabai yaitu 0,055

jam/hari untuk tanaman berumur 1 bulan, 0,211 jam/hari untuk umur 2

bulan, 0,574 jam/hari untuk umur 3 bulan dan 0,662 jam/hari untuk

tanaman yang berumur 4 bulan dengan debit rata-rata 1,988 l/jam.

2.4 Debit Air Dan Keseragaman

Untuk mendapatkan hasil yang dibutuhkan pada jaringan irigasi tetes perlu

adanya pengaturan sehingga dibutuhan kesetabilan kecepatan dan keseragaman

lubang emiter, luas penampang yang seragam, sehinggga dapat menghasilkan nilai

debit air yang tetap, dan seragam.

Tekanan pada pompa sangat mempengaruhi besaran debit air yang

dikeluarkan oleh emitter. Untuk memastikan tekanan pada pompa tetap diperlukan

pengukur tekanan pada sistem jaringan irigasi untuk memastikan jarum tekanan

dan rpm relatif tetap. Sehingga tumpahan performa dalam emiter relatif seragam,

13
atau baik.

Menghitung debit air yang dikeluarkan oleh emitter.

Untuk mengukur debit rata-rata emiter dapat dihitung dengan

persamaan (Prastowo,2002):

...................................................................................(1)

Dimana :
Q= debit

v = volume air

t = waktu

Desain yang tepat dari sistem irigasi harus mendapat keseragaman

pemberian air pada tanah, sehingga mampu memberi air yang tepat selama selang

waktu yang tepat.

Pengujian pengukuran keseragaaman pada irigasi tetes dilakukan dengan

menempatkan gelas ukur pada emitter irigasi tetes untuk mengukur debit air yang

dikeluarkan selama 1 menit pada masing-masing bedeng dengan pengujian 3 kali

ulangan dengan tekanan yang berbeda. Hasil data yang diperoleh dari pengukuran

volume air yang tertampung/memenuhi gelas ukur pada titik peletakan sampel

pada masing-masing lubang penetes selama 1 menit tersebut kemudian dirata-

ratakan.

Selanjutnya keseragaman irigasi tetes dihitung dengan menggunakan

persamaan, Coefficient of Uniformity. Keseragaman irigasi dihitung dengan

mengukur volume air pada wadah dari setiap penetes. keseragaman pemberian air

14
pada sistem irigasi tetes ditentukan berdasarkan variasi debit air yang dihasilkan

pada penetes dari emiter. Berdasarkan hasil analisis Coefficient of Uniformity

(CU) yang dilakukan.

Menghitung efisiensi keseragaman tetesan dengan persamaan :

CU

(coefficient uniformity) yang dinyatakan dengan:

𝐶𝑢 = 100 [1 − ] ...................................................................... (2)

Dimana:

Cu = koefisien keseragaman (%)

Xi = pengukuran air dalam pengamatan ke-I (I= 1,2,… n)(ml)

Xr = nilai rata- rata pengamatan (ml)

n = jumlah titik atau wadah pengamatan

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan pengujian untuk mengatahui:

1. Penelitian yang dilakukan oleh : Eri Gas. Ekaputra, Delvi Yanti, Deni

Saputra, Fadli Irsyad. Program Studi Teknik Pertanian Universitas Andalas

Padang, Indonesia. Dengan judul Rancang Bangun Sistem Irigasi Tetes Untuk

Budidaya Cabai (Capsicum Annum L.) Dalam Green House di Negari Biaro,

Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

`Hasil Penelitian ini yaitu; Sistem irigasi tetes memberikan kemudahan untuk

mengaliri tanaman dalam green house. Namun jika dilihat dari parameter

15
kelayakan, sistem irigasi tetes masih belum maksimal, karena hanya satu kriteria

yang memenuhi nilai standar yaitu nilai efisiensi penyaluran.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Joko Basuki; Ahmad Yunus; Edi

Purwanto. „P eranan Mulsa dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi

Cabai Melalui Modifikasi Kondisi Fisik di Dalam Tanah.’

Hasil yang didapatkan yaitu; Pemulsaan dapat meningkatkan pertumbuhan

tanaman. Akibat perlakuan itu terjadi penambahan tinggi cabai, begitu juga

pemulsaan dapat meningkatkan produksi buah cabai.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Muh Kusmali dengan judul ‘Aplikasi

Irigasi Tanaman Cabe Merah di Kabupaten Enrekang’

Hasil yang didaptkan yaitu; Kebutuhan air tanaman cabe merah sangat

beragam berdasarkan umur tanaman yaitu 0,110 l/hari untuk umur 1 bulan, 0,422

l/hari untuk umur 2 bulan, 1,148 l/hari untuk umur 3 bulan dan 1,323 l/hari untuk

umur 4 bulan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Idrus, Erie Maulana Sy;

dengan judul Desain Irigasi Tetes Bawah Permukaan Berdasarkan Konduktivitas

Hidraulik Tanah Untuk Tanaman Holtikultura.

Hasil yang didapatkan yaitu sistem irigasi tetes memberikan keuntungan

produktivitas tanaman.

5. Penelitian oleh Hendy Yanto, Ahmad Tusi, Sugeng Triyono. Dengan

judul ; Aplikasi Sistem Irigasi Tetes Pada Tanman Kembang Kol (Brassica

Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) dalam greenhouse..

16
Hasil yang didapatkan yaitu; Rancangan sistem irigasi tetes memanfaatkan

tekanan gravitasi dan tekanan pompa ini memiliki nilai keseragaman penyebaran

air irigasi dan meningkatnya produktivitas tanaman kembang kol.

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kebun cabai Desa Raanan Lama, Kecamatan

Motoling, Kabupaten Mihahasa Selatan, Sulawesi Utara. Penelitian ini

dilaksanakan dari bulan Mei-September 2021 penelitian ini dilakukan pada lokasi

bekas persawahan desa.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat
a. Pompa air tipe MUGEN WP 80 MT 3 inch

Type : WP 80 MT

Mesin : GX 200 – 4 tak

Tenaga : 5,5 HP

Kecepatan : 3600 rpm

Diameter buang dan hisap : 3 inch

Kapasitas tangki : 3,1 liter

Kapasitas oli : 0,6 liter

Sistem starting : recoil

b. Katup 5 buah

c. Pengukur tekanan

d. Water filter

e. Sambungan pipa

f. Keran air 5 buah

g. Pipa pvc ukuran 1½ inch


h. Selang drip ukuran 15 mikron x 4 cm 50 meter ( TOKO Asih Tani)

i. Mulsa plastik

j. Lem pipa

k. Gelas ukur

l. Penetes /emitter diameter 10 mm (TOKO Asih Tani)

3.2.2 Bahan

a. Tanaman cabai

b. Air Sungai

c. Bahan bakar (bensin)

3.2.3 Lahan Percobaan

Pada penelitian ini lahan yang digunakan yaitu lahan bekas persawahan

dengan tekstur tanah liat dengan panjang bedengan 10 meter dengan lebar 1 meter

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode experimental di lahan terbuka.

Perancangan dilakukan pada lokasi dengan luas 60 x 60 m dengan lokasi yang

dekat dengan sumber air

Perlakuan tekanan air untuk melihat distribusi dan jumlah air yang

mempengaruhi dampak kelembaban pada lahan yang ditutupi mulsa. Penelitian ini

dilakukan dengan 2 perlakuan dan 3 kali ulangan pada lahan yang sama dengan

tekanan yang berbeda.

19
1
1 2

10 m
m
2
5
40 cm
7

4 8
3
6 100 cm

10

Gambar 2. Rancangan sistem irigasi tetes

Keterangan :

1. Sumber air 6. Start connector

2. Pompa air 7. Pipa lateral/selang drip

3. Pengukur tekanan 8. Mulsa Plastik

4. Pipa utama 9. Emitter

5. Pipa pembagi 10. Bedeng

Panjang bedeng = 10 m
Lebar bedeng = 1,0 m

Jarak tanam = 0,4 m

Jarak tanam dari selang drip = 0,3 m

Jarak tanam dari saluran drainase = 0,2 m


Lebar saluran drainase = 0,5 m

20
3.4 Variabel Pengamatan

Hal-hal yang diamati antara lain :

1) Menghitung debit air yang dikeluarkan oleh emitter menggunkan

persamaan (1)

2) Menghitung efisiensi keseragaman tetesan (CU) menggunakan

persamaan (2)

3) Menghitung kebutuhan air tanaman cabai

4) Rancangan dan desain penerapan irigasi

5) Produktivitas tanaman cabai dengan dan tanpa penutupan mulsa plastik

6) Kekurangan dan kelebihan penerapan sistem irigasi tetes pada lahan

tanam cabai di Desa Raanan Lama

3.5 Analisis Data Penelitian

Data dan informasi yang didapat oleh peneliti disajikan dalam table-table

dan kurva menggunakan alat bantu Microsoft Excel, untuk menghitung rumus

empiris, yang kemudiaan selanjutnya diolah secara deskriptif.

21
3.6 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi/Survei Lapangan

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Rancangan Lokasi Penelitian

Persiapan Lahan, Alat dan Bahan

Penerapan Sistem Irigasi dan Mulsa

Pengambilan Data dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.Diagram alir proses penelitian

22
3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian

Bulan/Minggu

Jenis Kegiatan Agustus September Oktober November December

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
Pembelajaran
Studi/Survei
Lapangan
Identifikasi
Perumusan
Masalah
Penyusunan
Proposal

Ujian Proposal

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Operasi Irigasi Tetes

Pengaturan sistem irigasi ini yaitu, air irigasi ini diambil dari sungai, dimana

lebar sungai yaitu 1,5 m dengan tinggi permukaan air 15-30 cm. Air kemudian

dihisap menggunakan pompa, pada pompa tersambung selang penghisap yang

berfungsi untuk mendistribusikan air ke dalam pompa, sedangkan tinggi

permukaan sungai menuju pompa adalah 2 m dan dari pompa kemudian air

disalurkan pada pipa utama, pada pipa utama terpasang pengukur tekanan yang

berfungsi untuk mengatur tekanan air yang dialirkan pada jaringan irigasi menjadi

optimal. Jaringan pipa utama untuk menghubungkan pompa air dengan pipa

pembagi kemudian dari pipa pembagi air disalurkan pada 5 selang drip.

Sedangkan panjang selang drip pada 5 bedeng yang digunakan adalah 10 meter

pada lintasan selang drip itu dipasang 38 emitter. Pengujian yang dilakukan yaitu

dengan menggunakan emitter tancap sebanyak 10 buah/bedeng dengan

merangkaikan secara lateral pada setiap bedeng, satu selang drip ukuran ½ inch

dengan panjang 10 m.

Pada setiap titik sambungan digunkan sambungan pipa. Emiter

dipasangkan pada selang drip yang berfungsi untuk mendistribusikan air ke lahan

tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh debit air rata-rata yang

dihasilkan tiap emitter pada tekanan pompa yang berbeda. Penggunaan emitter

yang seragam akan mempengaruhi keseragaman air yang dikeluarkan oleh

emitter.

24
Peralatan utama yang mendukung sistem irigasi ini adalah, pompa alkon

yang berfungsi untuk mendistrbusikan air dari sungai, pengukur tekanan untuk

mengetahui besarnya debit air yang didistribusikan dan katup keran pada pipa

pembagi.

Pendistribusian air pada jaringan irigasi cukup optimal dikarenakan luas

penampang pada setiap emitter relatif seragam

4.2 Debit Air Pada Emitter

Debit air pada emitter di hitung pada setiap titik sampel (emiiter) dan hasil

pengukuran debit di sajikan pada tabel dibawah ini

Tabel 2. Debit air pada emitter

Debit air (l/j)


Tekanan pompa
(PSI)
Lahan dengan mulsa Lahan tanpa mulsa

4 3.639 3.692
6 7.281 7.292
8 10.923 10.898

Data pada tebel 2 di dapatkan pada 50 titik smpel, dimana untuk bedeng tanpa

mulsa dengan tekanan 4 PSI menghasikan debit rata-rata 3.639 l/jam, untuk

tekanan 6 PSI menghasilkan debit rata-rata 7,281 l/jam dan untuk tekanan 8 PSI

menghasikan debit rata-rata yaitu 10,923 l/jam, sedangkan pada bedeng yang

ditutupi oleh mulsa plastik dengan tekanan 4 PSI menghasilkan debit air rata-rata

yaitu 3.692 l/jam, untuk tekanan 6 PSI menghasilkan debit air rata-rata 7.292

l/jam dan untuk tekanan 8 PSI menghasilkan debit air rata-rata 10.898 l/jam

25
Debit air pada emiter mengalami peningkatan seiring dengan variasi di

naikannya tekanan pada pompa air. Gambar 4. menunjukan perbedaan debit air

rata-rata emiter disetiap bedeng tanaman,

200
180
160
140
Debit Air (ml)

120
100
80
60
40
20
0
4 6 8
Tekanan (PSI)

Gambar 4. Debit air rata-rata dengan tekanan pompa berbeda

Pada gambar 4 diketahui bahwa debit air rata-rata yang dikeluarkan oleh

emitter hampir seragam dimana tingkat deviasinya yang rendah pada angka 3,27

% dan tingkat keseragaman yang relatif ideal untuk irigasi tetes.

26
4.2.1 Keseragaman debit air pada emitter (CU)

Berikut ini merupakan hasil data yang diperoleh dari angka keseragaman

(CU).

Tabel 3. Rata-rata perhitungan nilai keseragaman CU tekanan 4 PSI

No Dengan Mulsa Plastik Tanpa Mulsa Plastik


Titik Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Kontrol
emitter (ml) (ml) (ml) (ml)
1. 60 58 62 59 60
2. 61 59 60 60 61
3. 61 60 63 60 61
4. 62 62 64 60 60
5. 63 60 59 59 61
6. 60 56 58 56 56
7. 56 60 61 67 55
8. 59 63 62 62 60
9. 61 66 65 65 63
10. 68 68 69 68 62
Rata- 61,1 61,2 62,3 60,7 59,9
rata 61,18
CU(%) 96,057%

pada Tabel 4, menunjukkan nilai hasil yang diperoleh pada pengujian

keseragaman irigasi tetes dengan tekanan 4 PSI yaitu dengan menghasilkan rata-

rata koefisien keseragaman irigasi CU tertinggi sebesar (96.057%),

27
Tabel 4. Rata-rata perhitungan nilai keseragaman CU Tekanan 6 PSI

No Dengan Mulsa Plastik Tanpa Mulsa Plastik


titik Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Kontrol
emiter (ml) (ml) (ml) (ml)
1 119 120 121 121 120
2 121 120 121 122 121
3 121 121 122 121 119
4 120 119 120 119 122
5 119 120 117 115 115
6 115 117 115 110 117
7 120 121 123 125 123
8 123 124 120 121 122
9 125 127 128 129 127
10 130 127 130 130 128
121.3 121.6 121.7 121.3 121.4
Rata-rata
121.46
CU(%) 97,388%

pada tabel 5. Menunjukan keseragaman dengan tekanan 6 PSI (Pound Per

Square Inch), menghasilkan rata-rata koefisien keseragaman irigasi CU tertinggi

sebesar (97,388%).

28
Tabel 5. Rata-rata perhitungan nilai keseragaman CU Tekanan 8 PSI

No Dengan Mulsa Plastik Tanpa Mulsa Plastik


titik Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Kontrol
emiter (ml) (ml) (ml) (ml)
1 180 180 181 180 181
2 183 180 180 181 182
3 180 182 182 181 180
4 183 181 180 179 183
5 180 179 178 176 176
6 176 181 180 172 184
7 180 183 183 185 182
8 182 185 180 186 181
9 183 186 184 185 186
10 186 185 186 192 189
181.3 182.2 181.4 181.7 182.4
Rata-rata
181.8
CU(%) 98,597%

Tingkat pengujian keseragaman pada tekanan 8 PSI menghasilkan rata-

rata koefisien keseragaman irigasi tetes CU sebesar (98,597%) Dapat diketahui

bahwa ketiga perhitungan irigasi tetes memiliki persentase coefficient of

uniformity (CU) mendekati 100%. Sistem irigasi tetes dapat dikatakan ideal dan

optimal apabila keseragaman distribusi tetesan mencapai atau mendekati 100%

sehingga setiap tanaman dapat menerima jumlah air yang sama atau merata untuk

pertumbuhannya. Berdasarkan kriteria ASAE (The Asean Society of Agricultural

Economists) nilai persentase coefficient of uniformity (CU) instalasi dari

pengujian sistem irigasi tetes dinilai memenuhi kriteria keseragaman irigasi tetes

sehingga dapat diterapkan untuk pengujian sistem kendali on/off irigasi.

29
Nilai variasi keseragaman jaringan irigasi tetes juga dapat dipengaruhi

oleh kinerja pada emitter dan cara pemasangan kemiringan/ketinggian yang

digunakan, apabila keluaran air pada lubang irigasi dari emitter terhambat, maka

dapat mempengaruhi besarnya keseragaman pancaran pada jaringan irigasi dan

juga untuk pemasangan/peletakan jaringan irigasi harus pada posisi yang sesuai

dengan titik peletakan sehingga tidak ada air yang keluar dari cup plastic

penampung volume air karena akan mempengaruhi besarnya volume keseragaman

pancaran pada jaringan irigasi yang di terapkan, besarnya nilai keseragaman emisi

penetes pada sistem banyak dipengaruhi oleh keseragaman produk dari emiter

(penetes), pemasangan emiter pada sistem, dan pemeliharaan emiter dalam hal ini

penyumbatan pada emiter harus dihindari.

4.2.2. Kebutuhan Air Tanaman Cabai

Kebutuhan air tanaman cabai pada berbagai tingkatan umur sangat bervariasi,

hal ini dipengaruhi oleh faktor evapotranspirasi yang berbeda-beda tiap tingkatan

umur tanaman yang umumnya semakin bertambah sejak priode tanam sampai

memasuki umur tiga bulan atau fase pembentukan bunga hingga pemasakan.

Puncaknya terjadi pada masa pembentukan buah hingga pemasakan buah. Selain

pengaruh besaran evapotranspirasi, kebutuhan air tanaman juga dipengaruhi oleh

penggunaan mulsa plastik dan tanpa mulsa plastik. Tabel-tabel dibawah ini

menunjukan perbedaan kebutuhan air tanaman berdasarkan tingkatan umur dan

perbedaan besarnya debit yang dikeluarkan oleh emitter dengan tekanan pompa

yang berbeda.

30
Tabel 6. Konversi perhitungan debit air pada bedeng tanpa mulsa plastik

Debit pada emitter


Kebutuhan Tanpa mulsa
Bedeng Tekanan
air (ml) Waktu operasi
(PSI) Debit/menit
(menit)
4 60.65 1.8
1 110 6 121.35 0.9
8 182.05 0.6
4 60.65 7.0
2 422 6 121.35 3.5
8 182.05 2.3
4 60.65 18.9
3 1148 6 121.35 9.5
8 182.05 6.3
4 60.65 21.8
4 1323 6 121.35 10.9
8 182.05 7.3

Tabel 7. Konversi perhitungan debit air pada bedeng dengan mulsa plastik

Debit pada emitter


Kebutuhan Dengan Mulsa
Bedeng Tekanan
air (ml) Waktu operasi
(PSI) Debit/menit
(menit)
4 61.53 1.8
1 110 6 121.53 0.9
8 181.63 0.6
4 61.53 6.9
2 422 6 121.53 3.5
8 181.63 2.3
4 61.53 18.7
3 1148 6 121.53 9.4
8 181.63 6.3
4 61.53 21.5
4 1323 6 121.53 10.9
8 181.63 7.3

31
Tabel dibawah ini menunjukan kebutuhan air tanaman cabai sesuai dengan

tingkatan umur menggunakan tekanan 4 PSI;

Tabel 8. Kebutuhan air tanaman cabai menggunakan perhitungan debit air 4 PSI

Umur Waktu
(ml) Q/menit Q/jam
(Bulan) penyiraman/hari
1 110 61.18 3.67 1,8 menit
2 422 61.18 3.67 6,9 menit
3 1.148 61.18 3.67 18,8 menit
4 1.323 61.18 3.67 21,62 menit
Muh Kusmali. (2015)

Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang luas, dapat tumbuh di

dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun, untuk dapat tumbuh dan

menghasilkan secara optimum, pada tanaman cabai adanya tindakan pengendalian

organisme pengganggu tumbuhan yang dapat menimbulkan kegagalan panen

dengan cara strategi pengendalian menggunakan pestisida dan modifikasi

lingkungan. Karena faktor lingkungan dan perencanaan awal tanam yang kurang

matang sehingga menimbulkan serangan hama dan berkembang biaknya bakteri

sehingga jumlah buah yang dihasilkan tidak maksimal.

Penggunaan mulsa plastik sangat mempengaruhi pertumbuahan tanaman

cabai, pada bedeng yang ditutupi oleh mulsa plastik pertumbuhan gulma relatif

lebih lambat dengan jumlah yang sedikit dibandingkan dengan bedeng yang tidak

menggunakan mulsa plastik dimana pertumbuhan gulma yang cepat dengan

jumlah yang banyak, penggunaan mulsa juga dapat menjaga kelembaban tanah

dimana uap air yang dihasilkan melalui penutupan mulsa dapat menjaga

kelembaban akar tanama dan penggunaan plastik mulsa juga dapat

mempertahankan struktur bedeng, pada tanaman penggunaan mulsa pada bedeng

32
tanaman dapat membantu tumbuh kembangnya tanaman cabai juga dapat

meningatkan jumlah cabang, jumlah bunga, jumlah buah, dan hasil panen pada

tanaman cabai dibandingkan dengan tanaman pada bedeng yang tidak ditutupi

oleh plastik mulsa.

Tabel 9. Jumlah tanaman/bulan

Dengan Mulsa Plastik Tanpa Mulsa Plastik


Bulan
Bedeng 3 Bedeng 4 Bedeng 5 Bedeng 1 Bedeng 2
1 38 38 38 38 38
2 38 38 38 36 38
3 31 33 34 22 30
4 27 30 33 17 25

Pada tabel 9 . Menunjukan perbedaan jumlah tanaman/bulan pada bedeng

yang ditutupi oleh mulsa plastik dan pada bedeng tanpa mulsa plastik. Dapat

dilihat bahwa penggunaan plastik mulsa dapat menjaga kesuburan tanaman cabai

sehingga tidak mudah terserang virus, bakteri dan penyakit pada tubuh tanaman.

4.2.3. Produksi Tanaman Cabai

Tabel 10, menunjukan berat hasil penelitian pada 3 lahan ulangan dengan

penggunaan plastik mulsa dan pada lahan perbandingan tanpa menggunakan

plastik mulsa.

33
Tabel 10. Berat hasil panen
Lahan dengan mulsa Lahan tanpa mulsa
Panen Massa (g) Massa (g) Massa (g) Massa (g) Massa (g)
1 200 300 400 150 300
2 350 550 800 400 550
3 700 700 1100 400 550
4 850 550 1000 250 450
5 450 500 900 150 250
Jumlah 2550 2600 4200 1350 2100
Rata-rata 3117 1950
Data pada tabel 10 menunjukan hasil pengamatan bobot hasil panen

tanaman cabai per bedeng dengan penggunaan mulsa dan tanpa mulsa plastik

memiliki perbedaan hasil panen yaitu jumlah keseluruhan hasil panen pada

bedeng yang tidak ditutupi oleh mulsa plastik adalah 1.35 kg, untuk bedeng 1 dan

bedeng 2 berjumlah 2.1 kg, sedangkan pada bedeng yang ditutupi oleh mulsa

plastik adalah; bedeng 3 berjumlah 2.55 kg, bedeng 4 berjumlah 2.6 kg dan

bedeng 5 berjumlah 4.2 kg.

Penggunaan plastik mulsa sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil

produksi dari tanaman cabai.

Penggunaan mulsa dapat mempertahankan kelembaban tanah dan

mempertahankan kesuburan tanah. Peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman

sejalan dengan peningkatan jumlah cabang yang terbentuk karena penggunaan

mulsa plastik hitam perak. Penggunaan mulsa dapat memperbaiki sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah yang akan mempermudah penyediaan unsur hara yang

dibutuhkan tanaman untuk pembentukan dan perkembangan bunga dan buah.

34
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Untuk penerapan irigasi tetes dengan skala besar menggunakan pompa

bertekanan sebaiknya dilakukan pada lahan yang besar dengan jumlah

tanaman yang lebih banyak, penerapan sistem irigasi tetes menggunkan

pompa bertekanan tidak ideal jika dioprasikan pada lahan yang minim.

2. Hasil penelitian ini menunjuakan perbedaan debit air dengan tekanan yang

berbeda dimana untuk tekanan 4 PSI menghasilkan debit air rata-rata 61,18

ml/menit sedangkan untuk tekanan 6 PSI menghasilkan debit air rata-rata

121,46 ml/ menit, dan untuk tekanan 8 PSI menghasilkan debit air sebesar

181,8 ml/menit.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan mulsa

berpengaruh pada variabel pengamatan tinggi tanaman, tingkat percabangan,

jumlah buah dan bobot buah tanaman cabai. Penggunaan mulsa dapat

mempertahankan kelembaban tanah dan mempertahankan kesuburan tanah

sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.

Peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman sejalan dengan peningkatan jumlah

cabang yang terbentuk karena penggunaan mulsa plastik hitam perak.

Penggunaan mulsa dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah

yang akan mempermudah penyediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman

untuk pembentukan dan perkembangan buah.

35
5.2. Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah:

1. Pemeliharaan dan perawatan pada setiap jaringan irigasi tetes sangat

diperlukan.

2. Perlunya ada perhatian lebih terhadap sitem penerapan dan pengoprasian

irigasi tetes pada lahan cabai.

3. Dibutuhkan perencanaan yang matang dalam persiapan penelitian mulai dari

penyemaian untuk menentukan bibit cabai yang akan digunakan, penentuan

pupuk, pestisida dan insektisida untuk membantu pertumbuhan tanaman.

36
DAFTAR PUSTAKA

Absor. M, 2018. (Jenis-jenis dan pengertian irigasi menurut para ahli)


https://www.pelajaran.co.id diakses pada tanggal 15 November 2020
Afrina Ningsih 2017. Makalah Pengantar Bisnis Budidaya Tanaman Cabai Rawit.
Universitas Merdeka Surabaya
Amaru K. 2014 Irigasi Tetes (Drip Irrigation) teksbook. Teknik Pertanian dan
Biosistem Universitas Padjadjaran 2014.

Anonymous 2018 Instalasi Irigasi Tetes atau Drip Irrigation Sederhana


https://belajartani.com di akses pada tanggal 1 November 2020

Anonymous 2015 (Manfaat Mulsa Plastik) https://www.mulsa99.com diakses


pada tanggal 1 November 2020

Anonymous 2017 ”Mengenal-Berbagai-Macam-Irigasi” https://www.pioneer.com


diakses pada tanggal 20 oktober 2020

Badan Pusat Statistik Minahasa Selatan. 2020. Luas Lahan Pertanian Desa Raanan
Lama Kecamatan Motoling Kabupaten Minahasa Selatan.
https://minselkab.bps.go.id diakses pada tanggal 16 November 2020

Dadang Ridwan 2013. “Model Jaringan Irigasi Tetes Berbasis Bahan Lokal
Untuk Pertanian Lahan Sempit” jurnal irigasi- vol8, No2, Oktober 2013.

Eri Gas Ekaputra,dkk. 2017, Rancang Bangun Sistem Irigasi Tetes Untuk
Budidaya Cabai (Capsicum Annum L.) Dalam Greenhouse Di Negri Biaro,
Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sulawesi Barat, Program
Studi Teknik Pertanian Universitas Andalas Padang.

Evana En Pe 2010. Pengertian Irigasi Blog Mahasiswa Universitas Brawijaya.


http://blog.ub.ac.id di akses pada tanggal 16 November 2020

Hansen, V. E, W.I. Orson and E.S. Glen 1992. Diterjemahkan oleh Tachyan dan
Soetjipto. Dasar-dasar dan praktek irigasi. Edisi 4. Erlangga. Jakarta.

Hansen, Hill and Ferguson. 1990. Journal of Information Systems, Spring 1990, p
82.

Hakim, Z.A Rais. M, dan Muhardi 2005. Prospek sumbangan intensifikasi padi
dalam usaha mempertahankan swasembada beras. Makalah Pertemuan
Nasional Pembangunan Lahan Pertanian : Cisarua Bogor
Hillel, D., 1980. Application of soil physics. Academic Press, New York.

Hendy Yanto, Ahmad Tusi, Sugeng Triyono. 2014 Aplikasi Sistem Irigasi Tetes
Pada Tanman Kembang Kol (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar.
Cauliflora DC) dalam greenhouse.

37
James, L. G. 1993. Principles of Farm Irrigation System Design. Washington
State University i Kupang.

Joko Basuki, dan Ahmad Yunus; Edi Purwanto. 2009 „Peranan Mulsa dalam
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Cabai Melalui Modifikasi
Kondisi Fisik di Dalam Tanah.’ Program Studi Tanaman Pangan dan
Holtikultura Politeknik Pertanian Neger
Kadarso. 2008. Kajian Penggunaan Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai
Merah Varietas Red Charm. Agros. 10(2) : 134-139.

Keller, J. And Bliesner, R.D. 1990. Springkler and Trickle Irrigation. New York.
Van Nostrand Reinhold

Lim Corp, 2019 Pengertian Mulsa, Fungsi, Jenis Beserta Mekanisme


Pemasangannya. www.medium.com/@limcorp8, diakses pada tanggal 16
November 2020.
Muammar Adi Prasetya, 2016. Dampak Aplikasi Teknologi Irigasi Tetes
Terhadap Efisiensi Pendapatan Usahatani Cabai di Lahan Pasang Surut
Desa Budi Mulya Kabupaten Bayuasin. Program Studi Agribisnis, Jurusan
Sosisal Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

Muhammad Idrus, Erie Maulana Sy.2014. Desain Irigasi Tetes Bawah


Permukaan Berdasarkan Konduktivitas Hidraulik Tanah Untuk Tanaman
Holtikultura. Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung.

Mawardi, Herman dan Memed 2002. Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk
Irigasi Teknis. Bandung :Alfabeta

Muh Kusmali. 2015 ‘Aplikasi Irigasi Tanaman Cabe Merah di Kabupaten


Enrekang’ Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makasar
Noorhadi dan Sudadi. 2003. Kajian Pemberian Air Dan Mulsa Terhadap Iklim
Mikro Pada Tanaman Cabai Di Tanah Entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan Fakultas Pertanian UNS Surakarta Vol 4 (1) (2003) : 41-49.

Prastowo. A, 2002. Teksbook Aplikasi Teknologi Irigasi Tetes. web.ipb.ac.id


Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020

Salkir 2020 “klasifikasitanamancabai” https://salkir.blogspot.com diakses pada


tanggal 20 oktober 2020

Sakti Zein 2017, Pengertian Mulsa, Fungsi, Jenis, dan Prosedur Pemasangannya.
www.awalilmu.com di akses pada tanggal 10 November 2020
Wirosoedarmo, 1985. Dasar-Dasar Irigasi Pertanian. Universitas Brawijaya
Malang.

38
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah Debit Air Di Setiap Emitter

a. Perhitungan Debit air dengan tekanan 4 PSI dalam waktu 1 menit

Q =

Tanpa Mulsa Plastik

Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q


59 0.059 0.017 3.54
60 0.06 0.017 3.6
60 0.06 0.017 3.6
60 0.06 0.017 3.6
59 0.059 0.017 3.54
56 0.056 0.017 3.36
67 0.067 0.017 4.02
62 0.062 0.017 3.72
65 0.065 0.017 3.9
68 0.068 0.017 4.08
Rata-rata 3.696

Tanpa Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
60 0.06 0.017 3.6
61 0.061 0.017 3.66
59 0.059 0.017 3.54
60 0.06 0.017 3.6
61 0.061 0.017 3.66
56 0.056 0.017 3.36
55 0.055 0.017 3.3
60 0.06 0.017 3.6
63 0.063 0.017 3.78
62 0.062 0.017 3.72
Rata-rata 3.582

39
Ulangan 1 Menggunakan Mulsa Plastik
Volume (ml) Volume (v) Waktu (j) Q
60 0.06 0.017 3.6
61 0.061 0.017 3.66
61 0.061 0.017 3.66
62 0.062 0.017 3.72
63 0.063 0.017 3.78
60 0.06 0.017 3.6
56 0.056 0.017 3.36
59 0.059 0.017 3.54
61 0.061 0.017 3.66
68 0.068 0.017 4.08
Rata-rata 3.666

Ulangan 2 Menggunakan Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
58 0.058 0.017 3.48
59 0.059 0.017 3.54
60 0.06 0.017 3.6
62 0.062 0.017 3.72
60 0.06 0.017 3.6
56 0.056 0.017 3.36
60 0.06 0.017 3.6
63 0.063 0.017 3.78
66 0.066 0.017 3.96
68 0.068 0.017 4.08
Rata-rata 3.672

Ulangan 3 Menggunakan Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
62 0.062 0.017 3.72
60 0.06 0.017 3.6
63 0.063 0.017 3.78
64 0.064 0.017 3.84
59 0.059 0.017 3.54
58 0.058 0.017 3.48
61 0.061 0.017 3.66
62 0.062 0.017 3.72
65 0.065 0.017 3.9
69 0.069 0.017 4.14
Rata-rata 3.738

40
Debit air selama 1 jam adalah

Q Bedeng 1 Tanpa Mulsa = 3.696 l/jam

Q Bedeng 2 Tanpa Mulsa = 3.582 l/jam

Q Ulangan 1 = 3.666 l/jam


Q Ulangan 2 = 3.672 l/jam

Q Ulangan 3 = 3.738 l/jam

b. Perhitungan Debit air dengan tekanan 6 PSI dalam waktu 1 menit

Q =

Bedeng 1 Tanpa Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
121 0.121 0.017 7.26
122 0.122 0.017 7.32
121 0.121 0.017 7.26
119 0.119 0.017 7.14
115 0.115 0.017 6.9
110 0.11 0.017 6.6
125 0.125 0.017 7.5
121 0.121 0.017 7.26
129 0.129 0.017 7.74
130 0.13 0.017 7.8
Rata-rata 7.278

Bedeng 2 Tanpa Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
120 0.12 0.017 7.2
121 0.121 0.017 7.26
119 0.119 0.017 7.14
122 0.122 0.017 7.32
115 0.115 0.017 6.9
117 0.117 0.017 7.02
123 0.123 0.017 7.38
122 0.122 0.017 7.32
127 0.127 0.017 7.62
128 0.128 0.017 7.68
Rata-rata 7.284

41
Ulangan 1 Menggunakan Mulsa Plastik
Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
119 0.119 0.017 7.14
121 0.121 0.017 7.26
121 0.121 0.017 7.26
120 0.12 0.017 7.2
119 0.119 0.017 7.14
115 0.115 0.017 6.9
120 0.12 0.017 7.2
123 0.123 0.017 7.38
125 0.125 0.017 7.5
130 0.13 0.017 7.8
Rata-rata 7.278

Ulangan 2 Menggunakan Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
120 0.12 0.017 7.2
120 0.12 0.017 7.2
121 0.121 0.017 7.26
119 0.119 0.017 7.14
120 0.12 0.017 7.2
117 0.117 0.017 7.02
121 0.121 0.017 7.26
124 0.124 0.017 7.44
127 0.127 0.017 7.62
127 0.127 0.017 7.62
Rata-rata 7.296

Ulangan 3 Menggunakan Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume (l) waktu (j) Q
121 0.121 0.017 7.26
121 0.121 0.017 7.26
122 0.122 0.017 7.32
120 0.12 0.017 7.2
117 0.117 0.017 7.02
115 0.115 0.017 6.9
123 0.123 0.017 7.38
120 0.12 0.017 7.2
128 0.128 0.017 7.68
130 0.13 0.017 7.8
Rata-rata 7.302

42
Debit air selama 1 jam adalah

Q Bedeng 1 Tanpa Mulsa = 7.278 l/jam

Q Bedeng 2 Tanpa Mulsa = 7.284 l/jam

Q Ulangan 1 = 7.278 l/jam


Q Ulangan 2 = 7.296 l/jam

Q Ulangan 3 = 7.302 l/jam

c. Perhitungan Debit air dengan tekanan 8 PSI dalam waktu 1 menit

Q =

Bedeng 1 Tanpa Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume(l) Waktu(t) Q
180 0.18 0.017 10.8
181 0.181 0.017 10.86
181 0.181 0.017 10.86
179 0.179 0.017 10.74
176 0.176 0.017 10.56
172 0.172 0.017 10.32
185 0.185 0.017 11.1
186 0.186 0.017 11.16
185 0.185 0.017 11.1
192 0.192 0.017 11.52
Rata-rata 10.902

Bedeng 2 Tanpa Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
181 0.181 0.017 10.86
182 0.182 0.017 10.92
180 0.18 0.017 10.8
183 0.183 0.017 10.98
176 0.176 0.017 10.56
184 0.184 0.017 11.04
182 0.182 0.017 10.92
181 0.181 0.017 10.86
186 0.186 0.017 11.16
189 0.189 0.017 11.34
Rata-rata 10.944

43
Ulangan 1 Menggunakan Mulsa Plastik
Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
180 0.18 0.017 10.8
183 0.183 0.017 10.98
180 0.18 0.017 10.8
183 0.183 0.017 10.98
180 0.18 0.017 10.8
176 0.176 0.017 10.56
180 0.18 0.017 10.8
182 0.182 0.017 10.92
183 0.183 0.017 10.98
186 0.186 0.017 11.16
Rata-rata 10.878

Ulangan 2 Menggunakan Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
180 0.18 0.017 10.8
180 0.18 0.017 10.8
182 0.182 0.017 10.92
181 0.181 0.017 10.86
179 0.179 0.017 10.74
181 0.181 0.017 10.86
183 0.183 0.017 10.98
185 0.185 0.017 11.1
186 0.186 0.017 11.16
185 0.185 0.017 11.1
Rata-rata 10.932

Ulangan 3 Menggunakan Mulsa Plastik


Volume (ml) Volume (l) Waktu (j) Q
181 0.181 0.017 10.86
180 0.18 0.017 10.8
182 0.182 0.017 10.92
180 0.18 0.017 10.8
178 0.178 0.017 10.68
180 0.18 0.017 10.8
183 0.183 0.017 10.98
180 0.18 0.017 10.8
184 0.184 0.017 11.04
186 0.186 0.017 11.16
Rata-rata 10.884

44
Debit air selama 1 jam adalah

Q Bedeng 1 Tanpa Mulsa = 10.902 l/jam

Q Bedeng 2 Tanpa Mulsa = 10.944 l/jam

Q Ulangan 1 = 10.878 l/jam


Q Ulangan 2 = 10.932 l/jam

Q Ulangan 3 = 10.884 l/jam

Lampiran 2. Koefisien Keseragaman CU


a) Keseragaman CU dengan tekanan 4 PSI

 Bedeng 1 Tanpa mulsa

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,046

𝐶𝑢 = 95,4%

 Bedeng 2 Tanpa mulsa

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,030

𝐶𝑢 = 97%

 Ulangan 1 menggunakan mulsa plastik

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,032]

45
𝐶𝑢 = 96.8%

 Ulangan 2 menggunakan mulsa plastik

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,046

𝐶𝑢 = 95,4%

 Ulangan 3 menggunakan mulsa plastik


𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,038

𝐶𝑢 = 96,2%

b) Keseragaman CU dengan tekanan 6 PSI

 Bedeng 1 Tanpa mulsa

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,034

𝐶𝑢 = 96,6%

 Bedeng 2 Tanpa mulsa

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

46
𝐶𝑢 = 100[1- 0,025

𝐶𝑢 = 97.5%

 Ulangan 1 menggunakan mulsa plastik

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,023

𝐶𝑢 = 97,7%
 Ulangan 2 menggunakan mulsa plastik

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,022

𝐶𝑢 = 97,8%
 Ulangan 3 menggunakan mulsa plastik
𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,027

𝐶𝑢 = 97,3%

c) Keseragaman CU dengan tekanan 8 PSI

 Bedeng 1 Tanpa mulsa

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,023

47
𝐶𝑢 = 97,7%

 Bedeng 2 Tanpa mulsa

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,014

𝐶𝑢 = 98,6%

 Ulangan 1 menggunakan mulsa plastik

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,012

𝐶𝑢 = 98.8%

 Ulangan 2 menggunakan mulsa plastik

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,011

𝐶𝑢 = 98,9%

 Ulangan 3 menggunakan mulsa plastik


𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100 [1 − ]

𝐶𝑢 = 100[1- 0,010

𝐶𝑢 = 99%

48
49

Anda mungkin juga menyukai