HASIL PENELITIAN
OLEH :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
2021
LEMBAR PENGESAHAN HASIL PENELITIAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat anugerah dan perlindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Upaya Pematahan Dormansi Biji Andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dengan Perendaman Air Kelapa”
dimaksudkan untuk memenuhi gelar Sarjana Sains pada program studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan hasil penelitian
ini tidak dapat diselesaikan tanpa bimbingan, dukungan, bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini kepada
1. Ibu Dr.Vanda Julita Yahya, M.Si selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Riau.
2. Ibu Sujarwati,M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan
dukungan, perhatian dan waktunya dalam menyelesaikan proposal
penelitian ini.
3. Ibu Dr.Vanda Julita Yahya, M.Si selaku dosen pembimbing akademis,
Ibu Arini, M.Si selaku koordinator tugas akhir Bidang Fisiologi dan
Bioproses, dosen-dosen Biologi serta staf administrasi Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Riau.
4. Untuk kedua Orang tua Bapak Lamhot Pardosi, S.E dan Ibu Leynora
Boru Hasugian, Abang yang telah memberikan doa dan dukungan, serta
teman-teman seperjuangan honeybee 2017. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa membalas kebaikan dan dukungan yang diberikan oleh semua pihak
kepada penulis.
Pekanbaru, 16 November 2021
iii
3
ABSTRACT
iv
4
ABSTRAK
v
5
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................ii
ABSTRACT…........................................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
vi
3.2 Alat dan Bahan Penelitian....................................................................15
3.5.3.Perendaman Biji.......................................................................17
5.1. Kesimpulan…..........................................................................33
5.2 Saran........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................34
vii
7
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Persentase Biji Berlendir (%) Pada Biji Andaliman yang Diberi
Tabel 4.2 Persentase Biji Berjamur (%) Pada Biji Andaliman yang Diberi
Tabel 4.3 Persentase Biji Utuh (%) Pada Biji Andaliman yang Diberi Perlakuan
i
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
satu tumbuhan khas batak yang masuk kedalam Family Rutaceae yang banyak
dijumpai di daerah Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
dpl, dengan temperature 15-18◦C, dan dapat ditemukan secara liar (Lumbanraja
2017). Andaliman memiliki potensi sebagai salah satu tumbuhan obat karena
proliferasi dari sel- sel kanker (Meutia 2015). Buah andaliman juga dapat
digunakan untuk mengobati penyakit inflasi dan rematik dan mengobati sakit gigi
yang sangat rendah, yaitu hanya 14%. Pada umumnya penyebaran biji andaliman
dilakukan oleh burung, hal ini terbukti karena tidak ada ditemukan anakan
kecambah yang lama disebabkan oleh struktur kulit biji yang keras. Struktur ini
dapat menghalangi imbibisi air serta pertukaran gas dalam proses perkecambahan.
1
lingkungan yang mendukung serta usaha pemecahan dormansi (Tetuko et al.
Dormansi pada biji dapat disebabkan karena kulit biji yang keras dan keadaan
fisiologis embrio. Biji yang mengalami dormansi dapat diketahui melalui uji
perkecambahan. Bila volume biji tetap sama sebelum biji dikecambahkan, maka
dapat dikatakan biji tersebut mengalami dormansi. Adanya dormansi pada biji
dilakukan untuk
perlakuan dengan perendaman air, perlakuan dengan cahaya dan perlakuan kimia
(Mahendra 2021).
KNO3 0,6 g/L selama 24 jam (20%), disiram air hangat 60˚C dan dibiarkan dingin
giberelin 500 ppm selama 24 jam (11,25%) dan dibenam dalam abu panas (0%)
(Siregar 2010).
Air kelapa muda merupakan salah satu sumber zat pengatur tumbuh alami
dan akar (Fatimah 2008). Pada kelapa muda dengan kondisi endospermnya masih
2
seperti susu, kandungan sitokinin maupun auksin alami sangat tinggi. Seiring
dengan waktu bertambahnya umur kelapa, maka kandungan ZPT alaminya juga
akan berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kristina dan Fatimah (2010)
energi yang ada dibutuhkan untuk pembentukan daging buah. Berdasarkan hasil
dalam air kelapa muda adalah 273,62 mg/l dan zeatin 290,47 mg/l, sedangkan
dan auksin terjadi karena ZPT tersebut diproduksi dalam jaringan meristematik
adanya proses peningkatan daya berkecambah benih saga sebesar 100% pada
perendaman air kelapa dengan konsentrasi 50%. Mulyani et al. (2018) menyatakan
perendaman biji kopi dalam air kelapa konsentrasi 0, 5, 10, dan 15 ml/liter air
perkecambahan. Hal ini terbukti pada penelitian tentang pengaruh perendaman biji
pinang dengan air kelapa selama 6, 12, 18, 24, dan 30 jam. Hasil terbaik diperoleh
sebesar 98,6% dan waktu berkecambah sekitar 22,66 hari (Yoza et al. 2008).
3
sehingga biji dapat lebih mudah berkecambah. Giberelin berperan pada proses
pembentukan enzim α-amilase pada lapisan aleuron (Tetuko et al. 2005). Menurut
dengan perendaman dalam hormon alami seperti air kelapa. Pemberian hormon
organik yang tepat dapat meningkatkan daya kecambah biji, sedangkan lama
perendaman biji dalam air kelapa diketahui dapat melunakan lapisan luar biji.
terjadi. Semakin lama waktu untuk perendaman maka kulit biji semakin lunak
sehingga kulit biji mampu menyerap air dan oksigen. Imbisisi biji akan
berjalan lebih cepat. Sebaliknya jika biji tidak direndam, kulit biji tetap keras
sehingga proses perkecambahan akan menjadi lambat. Kulit biji yang keras bersifat
tidak permeable terhadap air dan gas. Berdasarkan hal tersebut sangat penting
andaliman dengan air kelapa yang tepat dalam meningkatkan daya kecambah biji
andaliman.
mengandung zat volatile, kulit biji yang keras, tidak semua biji memiliki embrio,
dan ukuran biji yang kecil dengan diameter 2-3 mm (Mahendra 2021). Maka dari
itu, digunakan air kelapa muda dengan konsentrasi dan lama perendaman yang
4
tepat untuk mematahkan dormansi biji andaliman (Z. acanthopodium). Rumusan
(Z.acanthopodium)?
2. Berapa konsentrasi dan lama perendaman air kelapa yang optimal untuk
(Z.acanthopodium).
2. Menentukan konsentrasi dan lama perendaman air kelapa yang optimal untuk
5
I. TINJAUAN PUSTAKA
Rutaceae yang menjadi simbol khas Batak yang banyak tumbuh secara liar.
pada ketinggian 1.500 mdpl dengan temperature 15-18 ˚ C, dengan habitat di hutan
dan di kaki gunung. Tumbuhan ini merupakan salah satu jenis rempah yang belum
akrab dikenal oleh masyarakat, karena keberadaannya yang langka dan harganya
yang mahal, sehingga membuat tumbuhan ini menjadi salah satu jenis rempah yang
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Zanthoxylum
Spesies : Zanthoxylum acanthopodium DC.
kultivar yaitu Siramping, Silokot, dan Sikoreng, tetapi tidak memiliki ciri dan
penyebutan nama lokal yang berbeda- beda pada setiap daerah seperti: andaliman
6
(Batak Toba), tuba (Batak Simalungun), itir-itir (Batak Karo) dan sinyar-nyar
bentuk, ukuran serta tipe duri yang melekat pada batang (Nurlaeni 2018).
dengan cabang yang rendah. Tingginya dapat mencapai 5m. Batang, cabang, serta
ranting memiliki duri (Batubara 2017). Salah satu ciri utama dari Rutaceae ini
majemuk, memiliki daun majemuk terbatas dalam anak payung, memiliki satu
perhiasan bunga satu lingkaran, kelopok yang tersusun atas lima daun kelopak
majemuk menyirip dengan panjang 5-20 cm dan lebar 3-15 cm. andaliman
memiliki kelamin ganda. Andaliman memiliki bentuk buah kotak sejati atau
a b c d
7
Buah andaliman terdiri dari dua bagian yaitu, dinding buah dan biji.
Dinding buah andaliman dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu epicarp,
mesocarp dan endocarp (Gambar 2.2). Lapisan paling luar, epicarp terdiri dari sel-
panjangnya 0,75-1,13 μ dan lebar (0.86 ± 0.25 μ). Lapisan tengah, mesocarp tidak
(3,31 ± 0,70 μ) dan lebar 2,30-4,6 μ (3,74 ± 0,82 μ). Lapisan ini mengandung
30 μ. Lapisan dalam dinding buah andaliman (endocarp) terdiri dari dua lapisan.
a b
Gambar 2.2. (a) Anatomi buah Z.amaratum) (b) Potongan melintang buah
dan biji Z.limonella: 1.Dinding buah, 2.Kelenjar minyak,
3.Mesocarp,4. Endocarp, 5.Parenkim, 6. Testa,7.Endosperm
(Barkatullah et al. 2014; Charoensup et al. 2016)
andaliman sebagai hiasan atau penambah cita rasa pedas pada makanan seperti sup
dan mie, sedangkan di India buah andaliman dimanfaatkan sebagai bumbu ikan.
Buah andaliman juga diekspor ke Amerika serikat dengan harga yang mahal.
8
perut. Andaliman juga memiliki kandungan terpenoid yang memiliki potensi
Hal ini menjadikan andaliman sebagai salah satu tumbuhan yang memiliki potensi
menjadi bahan baku dengan kandungan senyawa antioksidan atau antimikroba bagi
industry pangan dan industry farmasi (Hasanah 2020). Menurut Sitanggang (2019)
alkaloid, terpenoid, dan steroid, senyawa-senyawa aktif ini dapat diperoleh dengan
cara ektraksi.
daya perkecambah yang rendah serta umur kecambah yang lama disebabkan
karena andaliman memliki struktur kulit biji yang keras. Kulit biji andaliman
karena jika buah yang terlalu cepat dipanen maka endoperm tersebut belum cukup
berkembang, sehingga benih dominan kecil, ringan, kisut, kualitas buah kurang
bagus dan kemampuan hidup yang singkat. Biji keriput atau biji yang tidak
untuk melunakan kulit biji andaliman yang keras. Namun pada perlakuan ini
9
belum berhasil dalam mematahkan dormansinya. Hal ini disebabkan karena
struktur biji andaliman yang keras serta banyaknya biji andaliman yang tidak
Daya kecambah merupakan suatu tolak ukur pada biji untuk dapat
tanaman yang berbiji. Perkecambahan terdiri dari beberapa tahap yaitu: Tahap
pertama, terjadi proses penyerapan air oleh benih sehingga kulit biji akan menjadi
lunak dan akan terjadi hidrasi oleh protoplasma. Tahap kedua, dimulainya kegiatan
oleh sel-sel dan enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga,
terjadinya penguraian karbohidrat, protein dan lemak menjadi bentuk- bentuk yang
terjadinya asimilasi dari bahan-bahan yang sudah terurai dalam meristematik untuk
sel- sel baru. Tahap kelima, pertumbuhan dari kecambah melalui proses
kecambah biji akan memberikan informasi kepada biji untuk dapat tumbuh normal
menjadi tanaman yang berproduksi dalam keadaan biofisik serba optimal. Faktor
eksternal (cahaya, oksigen, air, suhu, serta media) dan faktor internal ( tingkat
kemasakan biji secara fisiologis, infeksi jamur, dan struktur kulit biji
(Mahendra2021).
1
2.3 Dormansi Biji
tumbuh atau biji tidak mampu berkecambah sekalipun berada dalam lingkungan
yang mendukung. Menurut Rumahorbo (2020) dormansi biji adalah cara tumbuhan
Hasbianto (2013) beberapa spesies memiliki dormansi sebagai strategi agar dapat
dengan endosperm atau jaringan-jaringan lain yang terdapat pada biji ). Upaya
Dormansi biji andaliman disebabkan oleh kulit biji yang keras. Biji andaliman
banyak yang tidak memiliki endosperm. Ketika dilakukan sortasi biji dengan cara
merendam biji didalam air, 70-90% biji banyak yang mengapung. Hal ini
menunjukan bahwa biji andaliman banyak yang tidak mempunyai endosperm dan
(Shofyani 2020).
mekanik, fisik, kimia, biologis maupun dengan penambahan zat yang dapat
sedangkan perendaman benih dalam air bersuhu tinggi dengan waktu serta lama
1
2.4 Skarifikasi Biji Dengan Perendaman Air Kelapa
Skarifikasi adalah suatu perlakuan awal pada bij yang bertujuan untuk
seragam. Skarifikasi merupakan pelukaan kulit biji agar kondisi benih yang
jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya. Kulit benih yang
permeable akan lebih memungkinkan air dan gas untuk menembus dapat masuk
ke dalam benih sehingga proses imbibisi dapat berlangsung. Benih yang sudah
membaik, karena air dan gas akan lebih mudah masuk kedalam benih yang
permeable. Proses metabolisme dalam biji dapat berlangsung jika air dapat masuk
2013).
Pematahan dormansi biji andaliman telah dilakukan oleh Siregar (2010) dengan
persentase perkecambahan sebesar 20%, perlakuan disiram dengan air hangat 60˚C
dan dibiarkan hingga dingin selama 24 jam memberikan persentase sebesar 15%,
1
Air kelapa merupakan salah satu ZPT alami yang sangat mudah ditemukan,
serta dapat membantu dalam proses perkecambahan biji. Menurut Nurahmi (2020)
air kelapa muda dapat menstimulir aktivitas perkecambahan dan pertumbuhan biji.
Air kelapa mengandung hormon auksin dan giberelin yang dapat menstimulir
aktivitas respirasi dan memperlancar metabolisme dalam biji. Air kelapa juga
rebosida, difenil urea auksin, serta giberelin, asam amino, dan mineral. Komponen
tersebut merupakan zat aktif yang sangat mempengaruhi zona embrionik. Masing-
masing kandungan hormon sitokinin, dan auksin, dalam air kelapa yaitu (5,8 mg/l),
perkecambahan. Hal ini terjadi karena pada konsentrasi 50% kandungan sitokinin
dalam air kelapa menyebabkan sel-sel embrio aktif membelah sehingga dapat
perkecambahan biji palem putri. Hal ini terjadi karena pada konsentrasi rendah
yaitu 25% jumlah zat pengatur tumbuh eksogen dan hormon endogen belum
memperkecil gradien konsentrasi antara bagian di dalam sel dan di luar sel. Hal ini
1
mampu melakukan pembelahan sel yang optimal pada perlakuan air kelapa
1
II. METODE PENELITIAN
sebagai media perkecambahan biji, gelas ukur, gelas beaker, baskom plastik,gelas
plastik, piring, stopwatch, spatula, alat tulis, handsprayer, kertas label, dan kamera
diambil dari buah segar yang diambil langsung dari Desa Parapat, Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara, air kelapa muda, kapas, larutan fungisida dan
akuades.
Lengkap Faktorial (RALF) dua faktor, yaitu faktor pertama konsentrasi air kelapa
(K) dan faktor kedua lama perendaman (L). Faktor pertama konsentrasi air kelapa
Faktor kedua lama perendaman (L), terdiri dari 5 taraf yaitu: L1 = biji
1
selama 18 jam, L4 = biji direndam selama 24 jam, L5 = biji direndam selama 30
jam. Pada penelitian RAL faktorial ini diperoleh 25 kombinasi dengan 5 ulangan
sehingga dibutuhkan 125 unit percobaan. Setiap unit percobaan berisi 5 biji yang
akan dikecambahkan, dengan total biji yang akan digunakan pada semua unit
yang digunakan diperoleh dari buah yang segar dan tua yang ditandai dengan
epikarp berwarna merah, kemudian buah dikeringkan selama 3 hari hingga biji
1
keluar dari epikarp. Setelah biji diperoleh, biji kemudian diseleksi dengan cara
dimasukan ke dalam air sebanyak 1 liter. Biji yang tenggelam merupakan biji yang
bagus dan digunakan dalam penelitian, sedangkan biji yang terapung menandakan
biji tersebut tidak bagus sehingga tidak digunakan dalam penelitian. Biji yang
bagus umumnya mempunyai warna yang hitam mengkilat, tidak pecah kulitnya,
Pembuatan larutan air kelapa dilakukan dengan cara mengukur air kelapa
dengan gelas ukur sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan (0%, 25%,
50%, 75%, 100%). Setelah itu, akuades ditambahkan kedalam gelas ukur dengan
masing- masing konsentrasi hingga mencapai 200 ml. Setelah larut, larutan air
kelapa dimasukan kedalam gelas plastik dan biji dimasukan kedalam gelas plastik
tersebut, lalu direndam sesuai perlakuan selama 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam dan
30 jam .
jarak antar biji ± 0,5 cm. Jumlah biji dalam wadah plastik adalah sebanyak 5 biji.
dengan air biasa menggunakan handsprayer mulai dari awal penanaman sampai
1
akhir waktu pengamatan, hingga kapas basah tetapi tidak sampai dalam kondisi
tergenang.
pada penelitian ini yaitu jumlah biji yang berkecambah, biji berlendir, biji
berjamur, dan biji utuh. Data ini digunakan untuk mengetahui persentase biji
berkecambah, biji berlendir, biji berjamur dan biji utuh dengan menggunakan
Pada akhir pengamatan (45 HST) biji dibelah untuk mengamati bagian dalam biji.
1
3.6. Analisis Data
berlendir dan biji utuh dibahas secara deskriptif. Data persentase biji berjamur, biji
versi17.
1
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan air kelapa konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75%, 100% dengan lama
selama 45 Hari Setelah Tanam (HST). Parameter yang diamati antara lain biji
ditemukan pada perlakuan perendaman biji dalam air kelapa konsentrasi 25%
dengan lama waktu perendaman 12 jam. Jumlah biji yang berkecambah hanya 1
biji terdapat pada ulangan ke 1 dari perlakuan ini. Biji berkecambah pada 16 HST
ditandai dengan munculnya radikula sepanjang 0,2 mm. Biji berkecambah dapat
Jumlah total biji yang dikecambahkan pada penelitian ini sebanyak 625
biji. Jumlah biji yang berkecambah sebanyak 1 biji sehingga dapat dikatakan biji
2
yang berkecambah hanya 0,16% dari total biji yang digunakan. Hasil ini
konsentrasi dan lama waktu perendaman belum berhasil mematahkan dormansi biji
andaliman. Menurut Siregar (2013) kulit biji andaliman tersusun oleh sklerenkim
yang padat. Hal ini mengakibatkan biji andaliman mempunyai struktur kulit biji
yang keras dan tebal sehingga dapat menghambat perkecambahan dalam proses
lignin. Semakin tebal dan keras kulit biji maka kandungan lignin yang terdapat
pada biji tersebut semakin banyak (Asbur dan Khairunnisyah 2018). Kandungan
lignin pada kulit biji juga ditemui pada tumbuhan lain antara lain kulit biji mindi
(Yulianti et al. 2015) dan kulit biji panggal buaya (Purwaning 2009). Kandungan
lignin pada kulit biji mindi yaitu sekitar 22,26- 26,57% (Yulianti et al. 2015).
Kandungan lignin pada kulit biji panggal buaya yaitu sekitar 72,23% dengan
kerapatan sel-sel penyusun kulit biji mencapai ± 2.000 sel mm-² (Purwaning 2009).
Tingginya kandungan lignin pada kulit biji serta kerapatan sel-sel membuat kulit
kulit biji yang keras. Beberapa perlakuan telah dilakukan Siregar (2010) untuk
masih rendah, yaitu KNO3 0,6 g/L selama 24 jam memberikan hasil persentase
perkecambahan sebesar 20%, disiram air hangat 60˚C dan dibiarkan dingin hingga
2
air 24 jam memberikan persentase sebesar 13,75%, tanpa perlakuan 12,50%,
Perlakuan perendaman biji pada konsentrasi air kelapa 0%, 25%, 50%, 75%,
100% dengan lama waktu perendaman 6, 12, 18, 24, dan 30 jam belum mampu
mampu memberikan waktu optimum pada biji untuk melakukan proses imbibisi.
kelapa mampu mematahkan dormansi biji yang keras. Hasil penelitian Yoza et al.
(2008) perendaman biji pinang dalam air kelapa mampu meningkatkan daya
penelitian Sujarwati et al. (2011) perendaman air kelapa dengan konsentrasi 75%
Peningkatan daya kecambah dengan perendaman air kelapa telah dilakukan juga
oleh Sudomo dan Swestiani (2018) pada biji jamblang dengan perendaman air
dengan konsentrasi dan lama waktu yang tepat mampu mematahkan dormansi pada
biji sehingga kulit biji menjadi lunak, air dan gas dapat masuk kedalam biji. Jika
larutan air kelapa dan jika konsentrasi air kelapa yang digunakan terlalu rendah
2
penelitian Sujarwati et al. (2011) yang mengatakan bahwa konsentrasi 100% air
kelapa muda merupakan larutan yang paling pekat sehingga akan memperkecil
gradien konsentrasi antara bagian di dalam sel dan di luar sel. Hal ini menyebabkan
Kondisi biji yang mengalami imbibisi air akan mengaktifkan enzim yang
berfungsi dalam merombak cadangan makanan. Enzim yang telah aktif akan masuk
fungsi utama pada biji untuk merombak makanan yang bersifat komplek menjadi
sederhana, larut dalam air dan ditransfer oleh membran dan dinding sel. Hasil
pemecahan cadangan makanan akan digunakan biji sebagai sumber energi dan
yang terdapat pada biji akan dirombak oleh dua jenis enzim yaitu α-amylase dan β-
amylase. Kandungan giberelin dalam air kelapa berperan dalam sintesis enzim α-
amylase. Kemudian giberelin yang diserap oleh biji ditranslokasi dari embrionik
aksis ke skuletum dan aleuron untuk memacu sintesis enzim α- amylase sehingga
Biji berlendir adalah kondisi dimana biji memiliki cairan kental berwarna
putih dan kuning kecoklatan yang terdapat hampir pada seluruh permukaan kulit
2
biji. Biji andaliman mulai berlendir pada pengamatan ke-12 HST sampai akhir
pengamatan (45 HST). Biji berlendir dapat dilihat pada Gamber 4.2
Berdasarkan hasil uji ANOVA perendaman biji dalam air kelapa tidak
berpengaruh nyata terhadap persentase biji berlendir (Lampiran 1 dan Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Persentase biji berlendir (%) pada biji andaliman yang diberi perlakuan
perendaman biji dalam air kelapa
Rata-Rata
Lama Waktu
Waktu Konsentrasi Perendaman
K0 K1 K2 K3 K4
L1 16 48 16 28 12 24
L2 2 4 24 24 2 11,2
L3 36 36 4 4 8 17,6
L4 24 24 28 8 28 22,4
L5 36 24 2 16 52 26
Rata-Rata
22,8 27,2 13,6 16 20,4
Keterangan : K = Konsentrasi Air Kelapa L= Waktu Perendaman.
Biji yang berlendir terdapat pada semua perlakuan dengan persentase sebesar
2- 52%. Persentase biji andaliman yang berlendir lebih dari 50%. Biji berlendir
mulai tumbuh pada pengamatan ke-13 HST dan setiap hari semakin bertambah
hingga pengamatan terakir ke-45 HST. Persentase biji berlendir tidak diakibatkan
2
oleh faktor perendaman air kelapa dan lama waktu perendaman serta kombinasi
keduanya. Biji yang berlendir terdapat pada bagian bawah kulit biji yang
dan terdapat juga pada permukaan atas biji. Lendirnya mulai berwarna putih,
kuning kecoklatan hingga coklat yang sedikit pekat. Salah satu faktor penyebab biji
berlendir pada penelitian ini karena kondisi lingkungaan yang lembab dan karena
pemberian senyawa kimia pada biji, seperti larutan fungisida. Setelah biji diberi
perlakuan dengan senyawa kimia, sebaiknya biji dicuci dengan air mengalir agar
senyawa fungisida tidak menempel pada biji dan masuk kedalam biji, sehingga
larutan H2SO4. Pada penelitian tersebut terdapat cairan kental berwarna coklat
kehitaman yang terdapat pada seluruh permukaan biji andaliman. Cairan kental
atau lendir ini disebabkan oleh pemberian larutan H2SO4 yang terlalu tinggi
terhidrolisis. Pemberian H2SO4 yang terlalu tinggi serta waktu perendaman yang
lama, dapat menyebabkan aktifitas enzim pada embrio menjadi terganggu sehingga
permukaan kulit biji yang dikecambahkan pada media. Pada penelitian ini terdapat
2
jamur berwarna merah dan putih. Belum diketahui jenis jamur yang menyerang
biji andaliman tersebut. Biji berjamur dapat dilihat pada Gambar 4.3
a b
Gambar 4.3. Kondisi biji andaliman yang berjamur (a: biji berhifa merah, b:biji
berhifa putih)
Pada penelitian ini jamur berhifa warna merah hanya berupa bercak-bercak
dan tidak menutupi seluruh permukaan biji, sedangkan jamur berhifa warna putih
ketika dipegang sedikit lembab dan hifanya lebih banyak dipermukaan kulit biji.
Biji yang terkontaminasi jamur hanya terdapat pada kulit bagian luar, ketika
direndam dengan larutan fungisida 0,5 g/L selama 10 menit. Upaya pencegahan
serangan patogen tersebut. Hasil analisis variansi persentase biji berjamur dapat
Tabel 4.2. Persentase biji berjamur (%) pada biji andaliman yang diberi perlakuan
perendaman biji dalam air kelapa
Rata-Rata Lama
Waktu
Waktu Konsentrasi Perendaman
K0 K1 K2 K3 K4
L1 56 32 56 36 6 37,2
2
L2 64 48 36 36 4 37,6
L3 44 48 36 32 28 37,6
L4 28 48 32 32 24 32,8
L5 56 68 32 32 24 42,4
Rata-Rata
49 48,8 38,4 33,6 17,2
Keterangan : K = Konsentrasi Air Kelapa L= Waktu Perendaman.
Berdasarkan hasil ANOVA pada Tabel 4.2 perendaman biji dalam air kelapa
68% dan biji berjamur mulai tumbuh pada pengamatan ke-15 HST dan setiap hari
Air kelapa merupakan salah satu zat pengatur tumbuh alami yang mudah
didapatkan. Air kelapa mengandung nutrisi seperti gula, gula alkohol, asam amino,
natrium, dan magnesium ( Mahendra 2021). Perendaman biji dalam air kelapa
membuat biji menjadi lembab. Nutrisi yang terdapat dalam air kelapa misalnya
gula, akan melekat pada kulit biji. Setelah perlakuan perendaman dalam air kelapa,
biji andaliman dikecambahkan pada media kapas yang lembab. Kondisi kulit biji
yang terlapisi gula dan diletakkan pada media kapas yang lembab menyebabkan
Hal ini sejalan dengan penelitian Sumbari (2020) pada pematahan dormansi
biji delima dengan perendaman air kelapa. Banyak biji yang mati akibat
berada pada lingkungan perkecambahan dan jamur yang sudah terbawa oleh biji.
2
Tingginya persentase biji berjamur disebabkan karena biji dalam kondisi lembab
dan bagian kulit biji mengandung gula dari perendaman dengan air kelapa.
menyebabkan biji menjadi lemah. Biji yang lemah disebabkan karena hilangnya
lignin yang terdapat pada kulit biji, sehingga memberikan celah serta enzim yang
terdapat pada biji menjadi terdenaturasi dan mematikan aktifasi katalis biji.
Keadaan biji yang lemah akan membuat biji semakin rentan terserang patogen
seperti jamur dan bakteri serta membuat persentase biji terserang patogen semakin
tinggi. Persentase biji berjamur pada penelitian ini sebesar 6,7-73,3% dan jamur
mulai tumbuh pada pengamatan ke 17-30 HST. Selain karena pemberian larutan
H2SO4, kondisi media yang lembab juga merupakan salah satu faktor penyebab biji
berjamur.
Biji utuh adalah kondisi biji tidak terserang patogen jamur dan tidak
berlendir yang ditandai dengan biji mengkilat dan berwarna hitam. Kondisi biji
masih sama mulai dari awal pengamatan hingga 45 HST. Biji utuh dapat dilihat
2
Adanya biji yang utuh menunjukan bahwa selama 45 hari pengamatan
perlakuan perendaman air kelapa dan lama waktu perendaman kurang efektif
dalam mematahkan dormansi. Uji anova persentase biji utuh dapat dilihat pada
Tabel 4.3. Persentase biji utuh (%) pada biji andaliman yang diberi perlakuan
perendaman biji dalam air kelapa
Rata-Rata
Lama
Waktu
Waktu Konsentrasi Perendaman
K0 K1 K2 K3 K4
L1 28 24 48 4 28 26,4
L2 16 32 4 44 24 24
L3 20 76 24 28 64 42,4
L4 52 28 44 2 48 34,8
L5 48 8 56 4 28 28,8
Rata-Rata
32,8 33,6 35,2 16,4 38,4
Keterangan : K = Konsentrasi Air Kelapa L= Waktu Perendaman.
Biji yang tetap dalam keadaan utuh disebabkan oleh kulit biji yang keras dan
mematahkan dormansi biji tersebut. Biji utuh terdapat pada seluruh perlakuan
dengan persentase sebesar 2-76%, yang artinya lebih dari 50% biji tetap dalam
keadaan utuh. Biji utuh atau biji dorman disebabkan karena struktur kulit biji yang
keras dan tebal sehingga tidak terpenuhi persyaratan untuk berkecambah seperti
perlakuan air kelapa, dapat dikatakan perlakuan tersebut kurang efektif dalam
mematahkan dormansi biji andaliman. Air kelapa muda yang digunakan sebagai
2
bahan alami yang ramah lingkungan untuk memecahkan permasalahan dormansi
biji andaliman belum optimal untuk melunakan kulit biji yang keras, sehingga air
dan gas tidak dapat masuk ke dalam biji. Oleh karena itu biji yang dikecambahkan
tetap dalam kondisi yang utuh, tidak terserang patogen jamur dan tidak berlendir.
Setelah pengamatan terakhir (45 HST) semua biji yang berjamur, berlendir
dan biji utuh dibelah untuk melihat kondisi morfologi dalam biji. Setelah dibelah
dari semua total biji yang ada sebanyak 575 biji, 339 (58%) biji tidak memiliki
endosperm dan 236 (41%) biji memiliki endosperm. Pengamatan morfologi dalam
a b c
Gambar 4.5. Pengamatan morfologi bagian dalam biji (a. endosperm
busuk, b. terdapat endosperm, c. biji yang kosong)
Pada pengamatan ini ketika biji dibelah terdapat beberapa macam kondisi
biji, yaitu biji dengan endosperm yang busuk, biji dengan memiliki endosperm
yang utuh, dan biji yang kosong (tidak memiliki endosperm). Biji busuk
merupakan biji dengan embrio yang sudah mati dan keadaan endospermnya sudah
tidak utuh, yang ditandai dengan endosperm berwarna putih berubah menjadi
berwarna sedikit kecoklatan. Biji yang kosong adalah biji yang tidak memiliki
endosperm dan embrio. Menurut Siregar (2020) penyebab biji kosong terjadi
3
karena embrio tidak memiliki kemampuan untuk mengumpulkan cadangan
makanan, terjadi aborsi pada embrio, serta embrio mati pada saat pembentukan.
Biji yang digunakan pada penelitian ini adalah biji yang berasal dari buah
yang matang secara fisiologis, ditandai dengan kulit buah berwarna merah. Semua
biji yang dikecambahkan diseleksi terlebih dahulu dengan cara merendam biji
dalam air. Biji dibedakan menjadi dua yaitu biji yang tenggelam dan biji yang
yang mengapung tidak digunakan. Pada penelitian ini, dari seluruh biji yang
diseleksi hanya 20% yang tenggelam. Biji yang tenggelam diasumsikan sebagai
biji yang lengkap dengan endosperm dan embrio. Hasil pengamatan di akhir
penelitian ternyata tidak semua biji andaliman yang tenggelam ini mempunyai
endoperm dan embrio. Biji yang tenggelam pada saat diseleksi tidak selalu
disebabkan oleh endosperm, tetapi karena kulit biji yang tebal sehingga membuat
Ukuran biji andaliman yang besar dan kecil juga tidak dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan ada atau tidaknya endosperm pada biji tersebut.
Biji yang berukuran besar ketika dibelah tidak memiliki endosperm, sedangkan biji
yang berukuran kecil ketika dibelah memiliki endosperm. Hal ini tidak sejalan
dengan pernyataan Sutopo (2012) bahwa biji yang memiliki ukuran yang besar dan
berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan biji
berukuran kecil.
Berdasarkan hasil penelitian ini, hanya 1 biji yang dapat berkecambah yaitu
3
25% dan lama waktu perendaman 12 jam. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perlakuan dengan perendaman air kelapa dan lama waktu yang diberikan
belum berhasil dalam mematahkan dormansi biji andaliman. Hal serupa juga
dan hanya 1 biji yang mampu berkecambah dari total 300 biji yang digunakan. Hal
menggunakan biji. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian upaya perbanyakan
andaliman secara vegetatif dengan metode cangkok, stek batang, stek daun,
3
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Perlakuan perendaman biji andaliman dalam air kelapa konsentrasi 0%, 25%,
50%, 75%, dan 100% dengan lama waktu perendaman 6, 12, 18, 24, dan 30
2. Hanya 1 biji yang mampu berkecambah yaitu pada perlakuan perendaman biji
5.2 Saran
3
DAFTAR PUSTAKA
3
Lumbanraja NR, dan Hartana A. 2017. Variasi Morfologi Andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) Di Sumatera Utara. Jurnal
Floribunda. 5(7):258-266.
Mahendra B. 2021. Pengaruh Lama Perendaman Biji Kopi Dalam Air Kelapa
Terhadap Perkecambahan Benih Kopi Robusta. Jurnal Of Science and
Enginering.(PJSE).1(1).
Meutia RY, Wardayanie AIN, Rienoviar, Mahardini T, dan Wirawan I. 2015.
Pengaruh suhu dan Waktu Maserasi Terhadap Komponen Volatil Yang
Terlibat Pada Ekstraksi Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.).
Jurnal Of Agro-Based Industry. 32(1):9-15.
Mulyani C, Syukri, dan Kurniawan R.2010. Respon Pertumbuhan Benih Kopi
(Coffea Sp) Terhadap Skarifikasi dan Perendaman Dalam Air Kelapa.
Jurnal Penelitian Agrosamudra. 5(1):53-62.
Nurahmi E, Hereri IA dan Afriansyah. 2010. Viabiltas Benih Pala (Myristica
fragrans Houtt). Jurnal Agrista. 14(1):51-55.
Nurhaliza Ayuni, Pridayadi RH, dan Sunarya Y. 2021. Pengaruh Berbagai Cara
Pemecahan Dormansi Benih Kopi Arabika (Coffea Arabica L.) Terhadap
Perkecambahan. Jurnal Of Agrotechnology and Crrop Science. 1(1):35-
43.
Nurhasanah I. 2020. Kualitas kimia Karamel Susu Sapi Yang Diberi Ekstrak
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Pada Konsentrasi Yang
Berbeda. [Skripsi]: Fakultas Pertanian dan Peternakan,Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.
Nurlaeni Y, dan Junaedi ID. 2018. Studi Ekologi Habitat, Teknik Perbanyakan dan
Pengoleksian Dalam Rangka Konservasi Ex-situ Andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.). Jurnal Bioma. 14(2):79-88.
Oknasari L, Fatonah S, dan Iriani D. 2012. Efektivitas Skarifikasi dan Konservasi
Air Kelapa Muda Terhadap Perkecambahan Biji Nyamplung.
Panggabean L, Nurhamidah, dan Handayani D. 2020. Profil Fitokimia dan Uji
Sitoksik Ekstrak Etanol Tumbuhan (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
Andaliman Menggunakan Metode BSLT. Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Kimia. 4(1):59-68.
Parhusip JNA, Jenie LSB, Rahayu PW, dan Yasni S. 2005. Pengaruh Ekstrak
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Permeabilitas
dan Hidrofobisitas Bacillus cereus. Jurnal Teknol dan Industri Pangan.
10(1):24-30.
Purwaning D.2009. Struktur Benih dan Dormansi Pada Benih Panggal Buaya
(Zanthoxylum rhersa (Roxb).D.C. JMHT.15(2):66-72.
Rumahorbo RSA, Duryat, dan Bintoro A. 2020. Pengaruh Pematahan Masa
Dormansi Melalui Perendaman Air Dengan Stratifikasi Suhu Terhadap
3
Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata). Jurnal Sylva Lestari.
8(1):77-84.
Saragih WE, Hagemur S, dan Nuhuyanan L.2020. Daya Kecambah Biji Lamtoro
(Leucaena lecocephala cv Tarramba) Dengan Perlakuan Perendaman Air
Pada Suhu dan Umur Simpan Yang Berbeda. Prosiding Seminar
Teknologi dan Agribisnis Peternakan VII-Webinar.
Shofyani E. 2020. Upaya Peningkatan Daya Kecambahan Biji Andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) Dengan Skarifikasi Kimia
Menggunakan Asam Sulfat (H2SO4). [Skripsi]: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Pekanbaru.
Simbolon IW, Kardhinata HE, Bangun KM, dan Simatupang S. 2018. Identifikasi
Karakter Morfologi Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) di
Beberapa Kabupaten di Smatera Utara. Jurnal Agroekoteknologi FP USU.
6(4):745-756.
Sinaga YOA, Agustina L, Putri P, dan Siregar MAL. 2015. Analisis Keragaman
Genetik Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Jurnal Online
Agroekoteknologi. 3(1):350-358.
Siregar LB. 2003. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Deskripisi dan
Perkecambahan di Sumatra Utara. Jurnal. 10(1):38-40.
Siregar LB. 2013. Perkecambahan dan Pematahan Dormansi Benih Andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.). Jurnal Agron Indonesia. 41(3):249-
254.
Siregar LB.2010. Upaya Perbanyakan Andaliman. Jurnal Visi.18(1):17-28
Siregar LB.2020. Peningkatan Perkecambahan Benih Andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC). Melalui Penetuan Umur Panen, Sortasi, dan
Pematahan Dormansi. [Tesis]: Fakultas Pertanian. Medan
Sudomo A dan Swestiani D.2018. Perkecambahan Benih Jamblang (Syzigium
cumini) pada Tiga Perlakuan Pra-Perkecambahan dan Media Tabur.
Jurnal Agroforestri Indonesia. 1(1):15-22.
Sujarwati, Fathonah S, Johani E, dan Herlina. 2011. Penggunaan Air Kelapa Untuk
Meningkatkan Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Putri (Veitchia
Merillii). Jurnal Sagu. 10(1):24-28.
Sumbari C, Thaib R, dan Anwar A. 2020. Upaya Pematahan Dormansi Benih
Delima (Punica granatum L.) Dengan Air Kelapa Muda. Menara Ilmu.
10(2):20-27.
Sutopo L. 1998. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Tampubolon A, Mardiansyah M, dan Arlita T. 2016. Perendaman Benih Saga
(Adenanthera pavonina L.) Dengan Berbagai Konsentrasi Air Kelapa
Untuk Meningkatkan Kualitas Kecambah. Jurnal Faperta UR. 3(1).
3
Wijaya HC, Hadiprodjo TI, dan Apriyanto A. 2001.Komponen Volatil dan
Karakteristik Komponen Kunci Aroma Buah Andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC.) Jurnal Teknol dan Industri Pangan. 10(2):117-125.
Yoza D, Rosmimi, dan Bustami. 2008. Perkecambahan Biji Pinang (Areca catechu
L.) Pada Beberapa Waktu Perendaman Air Kelapa Muda. Jurnal Sagu.
7(2):37-43.
Yulianti, Wijayanto N, Siregar ZI, Darma T IGT.2015.Morfologi, Anatomi dan
Kandungan Kimia Benih Mindi dari Berbagai Asal Benih.
3
LAMPIRAN
3
Lampiran 3. Hasil Uji ANOVA Biji Utuh