Anda di halaman 1dari 66

i

PENGESAHAN AKADEMIK

PENURUNAN BEBAN PENCEMAR LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT


MENGGUNAKAN RANCANGAN MOVING BED BIOFILM REACTOR
(MBBR)

Oleh:

AGUNG RAMADHAN
2201191002

Telah Disetujui da Disahkan sebagai Tugas Akhir Program Studi Teknik


Lingkungan

Serang, September 2023

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Anis Masyruroh, ST.,M.T Frebhika Sri Puji Pangesti, ST.,M.Sc


NIDN. NIDN. 0423028403

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi


Teknik Lingkungan

Frebhika Sri Puji Pangesti, ST.,M.Sc Ade Ariesmayana, ST., M.Pd., M.T
NIDN. 0423028403 NIDN. 0421038503
ii

PENGESAHAN SIDANG

PENURUNAN BEBAN PENCEMAR LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT


MENGGUNAKAN RANCANGAN MOVING BED BIOFILM REACTOR
(MBBR)

Oleh:

AGUNG RAMADHAN
2201191002

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji


pada Hari Jumat Tanggal Dua Puluh Lima Bulan Agustus Dua Ribu Dua Puluh
Tiga dan Dinyatakan Lulus Memenuhi Syarat Diterima sebagai Tugas Akhir
Program Studi Teknik Lingkungan

Dewan Penguji: Tanda tangan


Ketua/Penguji:

………………………….
NIDN. …………………….

Penguji I

…………………………
NIDN. …………………….

Penguji II

…………………………
NIDN. …………………….

Mengesahkan
Dekan Fakultas Teknik

Frebhika Sri Puji Pangesti, S.T., M.Sc


NIDN. 0423028403
iii

PERNYATAAN

Nama : Agung Ramadhan


NIM : 2201191002

Dengan ini menyatakan bahwa seluruh isi Tugas Akhir dengan Judul
Penurunan Beban Pencemar Limbah Cair Rumah Sakit Menggunakan
Rancangan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) adalah benar-benar hasil
karya sendiri dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya berupa pencabutan tugas akhir dan gelar sarjana, apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya.

Serang, September 2023

Agung Ramadhan
iv

KATA PERSEMBAHAN

ALHAMDULILLAH…

Sabar adalah suatu ketentuan, daya positif yang mendorong jiwa untuk
menunaikan kewajiban, selain itu sabar adalah suatu kekuatan (Syekh Abdul
Qadir Jailani)

Saya berpikir dan berpikir selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Sembilan


puluh sembilan kali, kesimpulannya salah. Keseratus kali aku benar (Albert
Einstein)
Apresiasi setinggi-tingginya kepada kedua orang tua, saudara kandung, teman
seperjuangan dan semuanya. Jazakumullah Khairan Katsir atas penyampaian doa,
bantuan dan kerja samanya. Semoga Allah SWT yang membalasnya, Amiin.
v

ABSTRAK

Nama : Agung Ramadhan


NPM : 2201191002
Judul : Penurunan Beban Pencemar Limbah Cair Rumah Sakit
Menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)

Pembimbing I : Dr. Anis Masyruroh, S.T., M.T


Pembimbing II : Frebhika Sri Puji Pangesti, S.T., M.Sc
Jumlah : 103 Halaman, 14 Tabel, 14 Gambar dan 6 Lampiran

Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menghasilkan limbah


cair, padat dan limbah B3. Tingginya beban pencemar limbah cair rumah sakit di
Indonesia menyebabkan masalah bagi lingkungan dan makhluk hidup lainnya.
Untuk menurunkan beban pencemar limbah cair rumah sakit harus menggunakan
teknologi yang tepat. Teknologi yang tepat membutuhkan biaya tinggi (high cost)
dalam pembuatan dan pemeliharaan, hal ini salah satu faktor rumah sakit enggan
membuat IPAL yang sesuai standar. Pada penelitian ini bertujuan untuk
merancang IPAL sederhana menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)
dan mengetahui efisiensi penurunan pada limbah cair rumah sakit. Jumlah sampel
yang digunakan pada penelitian kali ini sebanyak 3 sampel. Bak IPAL terbuat dari
pipa PVC dengan jumlah sebanyak 5 bak yaitu bak pemisah minyak/lemak, bak
ekualisasi, bak anoksik, bak aerasi dan bak sedimentasi. Efisiensi penurunan
kualitas limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR yaitu pada konsentrasi pH
rata-rata sebesar 9%, TSS sebesar 43%, COD sebesar 31%, BOD 5 sebesar 29%
dan Amoniak sebesar 25%. Hasil uji perbedaan influent dan effluent limbah cair
rumah sakit menggunakan software SPSS terdapat nilai konsentrasi COD, BOD 5
dan Amoniak saja yang perbedaannya signifikan, sedangakan konsentrasi pH dan
TSS tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Kata kunci: MBBR, IPAL, Efisiensi, Konsentrasi, limbah cair
vi

ABSTRACT

Name : Agung Ramadhan


NPM : 2201191002
Title : Reducing Pollutant Loads in Hospital Liquid Waste
Using a Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)

Advicer I : Dr. Anis Masyruroh, S.T., M.T


Advicer II : Frebhika Sri Puji Pangesti, S.T., M.Sc
Total : 103 pages, 14 tables, 14 figures and 6 attachments
Hospitals are health care facilities that produce liquid, solid and B3 waste. The
high pollutant load of hospital wastewater in Indonesia causes problems for the
environment and other living things. To reduce the pollutant load of hospital
liquid waste, the right technology must be used. Appropriate technology requires
high costs (high cost) in manufacture and maintenance, this is one of the factors
that hospitals are reluctant to make WWTP according to standards. This study
aims to design a simple WWTP using a Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)
and determine the reduction efficiency of hospital wastewater. The number of
samples used in this study were 3 samples. WWTP tubs are made of PVC pipes
with a total of 5 tanks, namely oil/fat separator tanks, equalization tanks, anoxic
tanks, aeration tanks and sedimentation tanks. The efficiency of reducing the
quality of hospital wastewater using MBBR is at an average concentration of pH
of 9%, TSS of 43%, COD of 31%, BOD5 of 29% and Ammonia of 25%. The
results of the influent and effluent differences test in hospital wastewater using
SPSS software showed that only the concentrations of COD, BOD5 and Ammonia
were significantly different, while there were no significant differences in the
concentrations of pH and TSS.
Keywords: MBBR, WWTP, Efficiency, Concentration, liquid waste
vii

KATA PENGANTAR

Dengan ilmu dan rahmat dari Allah SWT sehingga Tugas Akhir dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Laporan ini bertujuan untuk memperoleh gelar
sarjana (S.T) pada Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Banten Jaya.
Penelitian atau Tugas Akhir ini berjudul “Penurunan Beban Pencemar Limbah
Cair Rumah Sakit Menggunakan Moving Bed Biofilm Reacktor (MBBR)”,
dapat diselesaikan dengan maksimal tanpa ada kendala apapun.
Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih banyak kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
rangka menyelesaikan laporan tugas akhir tahun 2023.
1. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Mohammad Syadeli Hanafi, M.Pd selaku Rektor
Universitas Banten Jaya
2. Ibu Frebhika Sri Puji Pangesti, ST., M.Sc, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Banten Jaya sekaligus Pembimbing Dua Tugas Akhir
3. Ibu Ade Ariesmayana, S.T, M.Pd., M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Lingkungan Universitas Banten Jaya serta Seluruh Civitas
Akademik UNBAJA
4. Ibu Dr. Anis Masyaruroh, S.T., M.T selaku Pembimbing Satu Tugas Akhir
5. Kedua Orang Tua tercinta serta keluarga yang selalu memanjatkan doa,
memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil.
6. Para Dosen, Staff dan Keluarga Besar Universita Banten Jaya
Penulis menyadari masih banyak kekurangan bahkan kesalahan dalam
menyusun laporan tugas akhir ini. Maka dari itu penulis memohon kepada semua
yang membaca laporan ini untuk memberi kritik dan saran yang bersifat
konstruktif.

Serang, September 2023


viii

Agung Ramadhan

DAFTAR ISI

PENGESAHAN AKADEMIK.......................................................................i
PENGESAHAN SIDANG..............................................................................ii
PERNYATAAN..............................................................................................iii
KATA PERSEMBAHAN...............................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................v
ABSTRACT.....................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi
DAFTAR SIMBOL/SINGKATAN...............................................................xii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Batasan Masalah......................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................5
1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................7
2.1 Rumah Sakit............................................................................................7
2.2 Limbah Cair.............................................................................................8
2.3 Limbah Cair Rumah Sakit.......................................................................9
2.4 Jenis Limbah Cair Rumah Sakit..............................................................9
2.5 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit.........................................................9
2.6 Komposisi Air Limbah............................................................................10
2.7 Karakteristik Limbah Cair.......................................................................10
2.7.1 Karakteristik Fisik...................................................................................12
2.7.2 Karakteristik Kimia.................................................................................13
2.7.3 Karakteristik Biologi...............................................................................14
2.8 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit....................................................14
2.9 Sistem Pengolahan Air Limbah...............................................................15
2.10 Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)....................................................15
ix

2.11 Unit Pengolahan Air Limbah..................................................................16


2.12 Menghitung Efisiensi Pengolahan...........................................................21
2.13 Kerangka Berpikir...................................................................................22
2.14 Penelitian Terdahulu...............................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN................................................................26
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................26
3.1.1 Lokasi Pengambilan dan Pengujian Sampel...........................................26
3.1.2 Waktu Penelitian.....................................................................................26
3.2 Teknik Pengambilan Sampel...................................................................27
3.3 Persiapan Alat dan Bahan.......................................................................28
3.4 Desain Alat Penelitian.............................................................................28
3.5 Analisis Karakteristik Awal....................................................................29
3.6 Tahap Pengoperasian Alat.......................................................................29
3.7 Tahap Pelaksanaan Penelitian.................................................................30
3.8 Metode Analisis Sampel..........................................................................31
3.9 Metode Penyajian dan Analisis Data......................................................31
3.10 Diagram Alir Penelitian..........................................................................32
BAB 4 HASIL DA PEMBAHASAN.............................................................32
4.1 Hasil Perhitungan Dimensi Rancangan MBBR......................................33
4.2 Analisis Awal Karakteristik Limbah Cair...............................................34
4.3 Pelaksanaan Penelitian............................................................................35
4.4 Hasil Penurunan Kualitas Limbah Cair...................................................35
4.4.1 Konsentrasi pH........................................................................................35
4.4.2 Konsentrasi TSS......................................................................................36
4.4.3 Konsentrasi COD....................................................................................38
4.4.4 Konsentrasi BOD5...................................................................................40
4.4.5 Konsentrasi Amoniak..............................................................................41
4.5 Uji Perbedaan..........................................................................................43
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................47
5.1 Kesimpulan..............................................................................................47
5.2 Saran........................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................49
LAMPIRAN
x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit.......................................................9


Tabel 2.2 Karakteristik Air Limbah......................................................................10
Tabel 2.3 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit..................................................14
Tabel 2.4 Luas Permukaan Spesifik Media Attached Growth..............................15
Tabel 2.5 Kriteria Desain Bar Screen....................................................................16
Tabel 2.6 Kriteria Desain Bak Ekualisasi..............................................................18
Tabel 2.7 State of The Art.....................................................................................22
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian..............................................................26
Tabel 3.2 Alat dan Bahan Penelitian.....................................................................27
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Rancangan IPAL......................................................32
Tabel 4.2 Hasil Analisis Karakteristik Awal.........................................................34
Tabel 4.3 Influent dan Effluent Limbah Cair........................................................42
Tabel 4.4 Hasil Uji Distribusi Normal..................................................................43
Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan...............................................................................44
xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komposisi Air Limbah......................................................................9


Gambar 2.1 Media Kaldness K1 dan K3...............................................................15
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran..........................................................................21
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian.......................................................................25
Gambar 3.2 Titik Pengambilan Sampel.................................................................26
Gambar 3.3 Sketsa Rancangan Alat Penelitian.....................................................27
Gambar 3.4 Desain Rancangan Alat Penelitian....................................................28
Gambar 3.5 Metode Analisis Sampel....................................................................30
Gambar 3.6 Diagram Alir Penelitian.....................................................................31
Gambar 4.1 Konsentrasi pH Sebelum dan Sesudah Pengolahan..........................35
Gambar 4.2 Konsentrasi TSS Sebelum dan Sesudah Pengolahan........................36
Gambar 4.3 Konsentrasi COD Sebelum dan Sesudah Pengolahan.......................38
Gambar 4.4 Konsentrasi BOD5 Sebelum dan Sesudah Pengolahan......................39
Gambar 4.5 Konsentrasi Amoniak Sebelum dan Sesudah Pengolahan................40
xii

DAFTAR SIMBOL/SINGKATAN

COD = Chemical Oxygen Demand


BOD = Biological Oxygen Demand
TSS = Total Suspended Solid
TDS = Total Dissolved Solid
IPAL = Instalasi Pengolahan Air Limbah
MBBR = Moving Bed Biofilm Reactor
ICU = Intensive Care Unit
CSSD = Central Sterile Supply Departement
IPSRS = Instalasi Pemeliharaan Saran Rumah Sakit
DO = Dissolved Oxgen
KG = Kilogram
SNI = Standar Nasional Indonesia
PVC = Polivinil Klorida
MG = Miligram
RS = Rumah Sakiy
SPSS = Statistical Programfor Social Science
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kenaikan jumlah penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh besarnya


kelahiran (birth), kematian (death), dan migrasi. Proyeksi jumlah penduduk
Indonesia memperlihatkan terjadinya kenaikan, dengan laju pertumbuhan
penduduk mencapai 1,13% sehingga pada tahun 2023 jumlah penduduk di
Indonesia mencapai 278.696,2 Jiwa (Badan Pusat Statisitik, 2021). Meningkatnya
jumlah penduduk di Indonesia mendorong pemerintah menyediakan air bersih
dengan jumlah lebih banyak untuk menunjang kehidupan manusia. Ketersediaan
air bersih berpengaruh pada kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Kondisi air
bersih yang buruk mengakibatkan penurunan kesehatan sehingga perlu dilakukan
pencegahan dan pengelolaan air bersih. Semakin menurunnya tingkat kesehatan
masyarakat, maka semakin banyak fasilitas kesehatan (rumah sakit) yang harus
disediakan pemerintah ataupun swasta.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan Kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Permenkes RI Nomor 4
Tahun 2018). Rumah sakit menghasilkan limbah cair yang berasal dari kegiatan
medis maupun non medis. Limbah infeksius merupakan jenis limbah cair yang
berasal dari kegiatan medis, diantaranya cairan infus, pemeriksaan pathogen dan
mikrobiologi di poliklinik dan ruang isolasi. Selain itu, limbah cair yang berasal
dari kegiatan non medis meliputi dari kegiatan kamar mandi, toilet, instalasi gizi
dan taman. Ada pula limbah cair yang mengandung bahan kimia berasal dari
kegiatan medis, laboratorium, sterilisasi dan riset (Azwari et al., 2023) .
Sedangkan menurut (Werkneh & Islam, 2023), limbah cair rumah sakit bersumber
dari ruang periksa dan bedah, laboratorium kesehatan, ruang radiologi, laundry,
dapur dan toilet.
Laporan Hasil Penilaian Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) yang telah dibuat oleh
2

Kementrian Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa rumah sakit yang diawasi


melalui PROPER berjumlah 42, hanya 33% berperingkat biru, sedangkan 64%
berperingkat merah dan sisanya 3% berperingkat hitam. Hospital Waste
Management saat ini menjadi perbincangan dunia internasional, oleh karena itu
Solid Hazardous Waste melaksanakan kegiatan High Level Meeting on
Environmental and Health South-East and East Asean Contries di Bangkok pada
tanggal 18 Oktober 2013. Hasil dari pertemuan tersebut akan menindaklanjuti
penanganan limbah domestik dan medis di rumah sakit (Sukadewi et al., 2020).
Potensi dampak limbah cair rumah sakit terhadap kesehatan manusia sangat
besar sehingga rumah sakit yang menghasilkan limbah cair harus melakukan
pengolahan sesuai dengan standar yang ditetapkan (Permenkes RI No. 7 Tahun
2019). Pada dasarnya limbah cair rumah sakit mengandung polutan yang tinggi
antara lain COD, BOD, nutrisi, TSS, TDS, klorida, coliform total, tinja dan
mikroba (Werkneh & Islam, 2023). Beberapa sumber menjelaskan bahwa kualitas
inlet limbah cair di Indonesia cukup tinggi, misalnya di Kota Serang dan
Pandeglang. Hasil analisis kualitas inlet limbah cair rumah sakit di tiga Rumah
Sakit Kelas A, B dan C yang berada di Kota Serang dan Pandeglang rata-rata
melebihi kadar maksimum Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P68 Tahun
2016. Hal ini menjadi dasar penelitian yang harus dicarikan solusinya sehingga
terjadi penurunan. Dari semua parameter tersebut dapat membahayakan ekosistem
perairan jika nilainya melebihi baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.
Polutan BOD, COD, TSS pada limbah cair Rumah Sakit perlu diperhatikan
jika nilainya melebihi standar lingkungan hidup. Penyebab kekeruhan pada badan
air yakni karena banyaknya padatan tersuspensi sehingga menurunkan laju
fotosintesis fitoplanton dan tumbuhan air. Selain itu, kadar oksigen dalam air
menurun disebabkan oleh tingginya nilai BOD dan COD pada badan air
(Sukadewi et al., 2020) . Salah satu cara menurunkan senyawa organik dan
padatan tersuspensi tersebut dapat menggunakan unit pengolahan biologis yang
memanfaatkan biofilm dimana mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak
pada media dengan sistem fluidized attached growth.
Salah satu alasan rumah sakit membangun IPAL yakni karena kepatuhan
terhadap regulasi yang dibuat oleh pemerintah sehingga mewajibkan rumah sakit
3

mengolah air limbahnya sampai kadar maksimum yang ditetapkan, namun hal ini
menjadi kendala karena penggunaan teknologi yang cukup mahal. Sampai saat ini
rumah sakit tipe kecil atau klinik tidak dilakukan proses pengolahan sehingga
masih membuang limbah cairnya ke parit (Sukadewi et al., 2020). Untuk
mengatasi hal ini perlu menggunakan teknologi pengolahan limbah cair rumah
sakit yang murah, mudah operasinya serta biaya terjangkau, khususnya untuk
rumah sakit tipe C atau dibawahnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat
kendala yang cukup besar yakni kurang tersedianya teknologi pengolahan yang
baik dan harganya murah. Masalah ini menjadi kendala yang cukup besar
terutama untuk rumah sakit kecil, yang mana pihak rumah sakit tidak/belum
mampu membangun unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sendiri.
Limbah cair rumah sakit dapat diolah dengan proses biologi dengan
menerapkan sistem aerobik dan anerobik. Sistem aerobik yang banyak diterapkan
yakni sistem lumpur aktif, sistem filtrasi membran dan bioreaktor lumpur aliran
atas. Meskipun sudah banyak diterapkan tentu saja sistem tersebut memiliki
kekurangan. Sistem lumpur aktif merupakan metode konvensional yang paling
banyak diterapkan untuk mengolah limbah cair industri, namun kekurangannya
harus ada proses pengembalian lumpur, sehingga akan menambah biaya
operasional dan biasanya hasil penyisihan bahan organik air limbah nya tidak
optimal disebakan kompleksitas penggunaan bahan kimia (Majid, 2019). Sistem
MBR (bioreactor membrane) pada prosesnya perlu dilakukan pembersihan secara
berkala sehingga menyebabkan pemborosan waktu, sedangkan sistem lainnya
kurang efisien dari aspek biaya dan waktu. Dengan demikian, Moving Bed Biofilm
Reactor (MBBR) menjadi pilihan sistem inovatif dan hemat biaya dengan
efisiensi penyisihan yang tinggi (Majid, 2019) . Moving Bed Biofilm Reactor
(MBBR) merupakan sistem pengolahan limbah cair secara biologis dimana
bakteri berkembang sebagai biofilm yang melekat pada media. Secara
konvensional, MBBR dirancang berdasarkan luas permukaan pembawa, operasi
reaktor dan karakteristik biofilm, seperti struktur dan komposisi kumpulan
mikroba (Mane et al., 2018) . Media yang diterapkan pada sistem ini yaitu media
kaldness K1 atau kaldness K3.
4

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Anisa et al., 2017) presentase
penuruan kadar nitrogen pada air limbah domestik sebanyak 80,9% sedangkan
kadar amoniak sebesar 99,72% pada limbah artifisial dengan konsentrasi COD
500 mg/L. Kinerja Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) menunjukan bahwa
removal COD dapat mencapai 97,73% dan removal TSS mencapai 63,04%.
reaktor dengan volume media K1 sebesar 60% dapat menurunkan kandungan
COD sampai di bawah baku mutu, sedangkan untuk TSS kurang optimal (Ulfah
Farahdiba et al., 2019). Pada proses pengolahan limbah cair tahu menggunakan
MBBR penurunan untuk BOD5 mencapai 85.48%, TSS sebesar 91.01% dan Total
N mencapai 83.2% (Laksana & Purnomo, 2021). Pada penelitian kali ini bertujuan
untuk mengetahui hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan
rancangan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dan mengetahui efisiensi
penurunan beban pencemar limbah cair rumah sakit menggunakan Moving Bed
Biofilm Reactor.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan
rancangan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)?
2. Bagaimana efisiensi penurunan beban pencemar limbah cair rumah sakit
menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR?

1.3 Batasan Masalah


Batasan pada penelitian ini adalah:
1. Mengetahui durasi optimum pada pengolahan limbah cair rumah sakit
menggunakan MBBR
2. Mengetahui pengaruh waktu tinggal dan dosis bakteri terhadap
penurunan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR
5

3. Mengetahui dosis atau batasan penggunaan bakteri atau lumpur aktif


yang efektif dalam pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan
rancangan MBBR

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan
rancangan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)
2. Mengetahui efisiensi penurunan beban pencemar limbah cair rumah
sakit menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).

1.5 Manfaat Penelitian


Sehubungan dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yaitu kepada:
1. Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memperluas pengetahuan
dan pengalaman dalam pengolahan limbah cair rumah sakit, serta dapat
digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dalam bidang
yang sejenis.
2. Instansi/Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau
informasi mengenai cara pengolahan limbah cair Rumah Sakit
menggunakan Moving Bed Biofilm Reaktor (MBBR) untuk menurunkan
beban pencemar limbah cair rumah sakit serta dapat mambantu
instansi/perusahaan dalam memberikan solusi perbaikan kualitas
lingkungan.
3. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengolahan limbah cair Rumah Sakit menggunakan Moving Bed
Biofilm Reaktor (MBBR) untuk menurunkan beban pencemar limbah
cair rumah sakit serta mengetahui efisiensi pengolahan limbah cair
rumah sakit menggunakan rancangan MBBR.
6

1.6 Sistematika Penulisan


Penulisan Tugas Akhir ini akan dibagi kedalam beberapa bagian,
diantaranya sebagai berikut:
1. BAB I. Pendahuluan
Menguraikan latar belakang permasalahan, data dan informasi yang
sesuai dan memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Selain itu
menjelaskan tujuan, batasan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
2. BAB II. Tinjauan Pustaka
Menjelaskan teori-teori pendukung yang sesuai dengan konteks
penelitian. Pada bab ini juga dijelaskan kerangka berfikir dan studi literatur
penelitian yang sejenis.
3. BAB III. Metode Penelitian
Membahas mengenai metodelogi penelitian yang berisi tentang
diagram alir penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan
data, metode analisis dan pengolahan data.
4. BAB IV. Hasil dan Pembahasan
Menjabarkan hasil penelitian serta dibahas secara jelas dan detail
menggunakan penjelasan deskriptif dan diagram batang.
5. BAB V. Kesimpulan dan Saran
Menyimpulkan dari semua pembahasan yang terdapat pada bab
sebelumnya serta memberikan saran-saran kepada peneliti atau pihak
yang berkaitan dengan penelitian tersebut
6. Daftar Pustaka
Berisi rujukan atau sitasi dari berbagai jurnal, buku dan peraturan
pemerintah
7. Lampiran-Lampiran
Berisi bukti administrasi, dokumentasi penelitian, peraturan
perundang-undangan, bukti perhitungan dan hasil uji laboratorium.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1128/2022 menyatakan bahwa Rumah Sakit merupakan
institusi pemerintah atau swasta yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Dalam memberikan pelayanan, rumah sakit harus
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien. Pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah pelayanan yang memiliki karakter aman, tepat waktu, efisien, efektif,
berorientasi pada pasien, adil dan terintegrasi. Pemenuhan mutu pelayanan di
rumah sakit dilakukan dengan dua cara yaitu peningkatan mutu secara internal dan
peningkatan mutu secara eksternal (Kepmenkes RI, 2022). Berdasarkan
(Kemenkes RI, 2019) bahwa rumah sakit terbagi menjadi dua jenis yaitu rumah
sakit khusus dan rumah sakit umum. Dari kedua jenis rumah sakit tersebut dapat
diklasifikasikan. Klasifikasi rumah sakit umum terdiri dari:
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit umum kelas A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1) huruf a merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
2. Rumah Sakit umum kelas B
Rumah Sakit umum kelas B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1) huruf b merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 200 (dua ratus) buah.
3. Rumah Sakit umum kelas C
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c merupakan Rumah
Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus)
buah.
4. Rumah Sakit umum kelas D
8

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d merupakan Rumah


Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 50 (lima puluh)
buah.
Sedangkan klasifikasi rumah sakit khusus terdiri dari:
1) Rumah Sakit khusus kelas A
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a merupakan Rumah Sakit
khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus)
buah
2) Rumah Sakit khusus kelas B
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b merupakan Rumah Sakit
khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 75 (tujuh puluh
lima) buah.
3) Rumah Sakit khusus kelas C
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c merupakan Rumah Sakit
khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 25 (dua puluh
lima) buah.

2.2 Limbah Cair


Limbah cair merupakan air buangan yang bersumber dari aktivitas manusia
sehari-hari yang berhubungan dengan pemakaian air. Air Limbah adalah sisa dari
suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair
(Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2018)
. Menurut Permenkes RI No. 7 Tahun 2019, air
buangan rumah sakit merupakan segala jenis air buangan termasuk tinja yang
bersumber dari kegiatan rumah sakit dan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. Limbah cair
merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar yang
terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang
dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber
industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan,
maupun air hujan. Ada tiga bagian sifat-sifat limbah cair yakni fisik, kimiawi dan
sifat biologis dengan dibedakan pula cara pengukurannya sesuai dengan kondisi
jenis dari sifat-sifat limbah cair tersebut (Suyasa, 2015).
9

2.3 Limbah Cair Rumah Sakit


Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domestik cair yakni
buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis
yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas
cucian luka, cucian darah dll; air limbah laboratorium; dan lainya. Air limbah
rumah sakit yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah cair
klinis umumnya mengadung senyawa pulutan organik yang cukup tinggi, dan
dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air
limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung
logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses
pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat mengganggu proses
pengolahannya (Said, 2018).

2.4 Jenis Limbah Cair Rumah Sakit

Menurut (Fauziyah, 2012) limbah cair rumah sakit dibagi menjadi dua jenis
terdiri dari:
1. Limbah Klinis (Medis)

Limbah klinis adalah limbah cair yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan gigi, veterinary, farmasi atau sejenis, pengobatan, penelitian atau
pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya
atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.

2. Limbah Non Klinis

Limbah cair non klinis terdiri dari dua bagian, diantaranya:

a. Feses dan air kemih manusia yang berasal dari kloset atau
peturasan di dalam toilet atau kamar mandi.
b. Limbah cair yang berasal dari kegiatan laundry, kitchen sink, floor
drain dari ruagan-ruangan rumah sakit
10

2.5 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit


Menurut (Fauziyah, 2012) sumber limbah cair rumah sakit terbagi kedalam
3 kelompok yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit

Kelompok Contoh
Bidang Perawatan Rawat inap, rawat jalan, ruang operasi, ICU,
instalasi rehab medic dan instalasi rawat
khusus
Bidang penunjang Radiologi, instalasi CSSD dan binatu,
IPSRS, instalasi gizi, laboratorium, instalasi
sanitasi
Bagian umum Kantor dan cucian kendaraan
Sumber: (Fauziyah, 2012)

2.6 Komposisi Air Limbah


Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi
yang bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Secara garis besar zat-zat yang
terdapat di dalam air limbah dapat dikelompokan seperti pada skema berikut ini.

Air Limbah

Air (90%) Padatan (10%)

Organik (70%) Anorganik (30%)

Protein Logam

Karbohidrat Garam

Lemak Bahan Butiran

Gambar 2.1 Komposisi Air Limbah

Sumber: (Tchobanoglous et al., 2014)


11

2.7 Karakteristik Limbah Cair


Limbah cair atau air limbah memiliki karakteristik yang dapat dibedakan
menjadi 3 bagian yaitu fisik, kimia dan biologi. Dari ketiga karakteristik air
limbah tersebut juga dilakukan cara pengukuran yang berbeda-beda.
(Tchobanoglous et al., 2014) memberikan gambaran lengkap terkait ketiga
karakteristik air limbah serta sumber utama air limbah dapat dilihat pada tabel 2.2
dibawah ini:

Tabel 2.2 Karakteristik Air Limbah

Karakteristik Air Limbah Sumber Air Limbah


1. Warna - Air buangan rumah tangga dan industri
serta bangkai benda organis
2. Bau - Pembusukan air limbah dan limbah industry
Fisika 3. Endapan - Penyediaan air minum, air limbah rumah
tangga dan industry, erosi tanah, aliran dan
air rembesan
4. Temperatur - Air limbah rumah tangga dan industri
1. Karbohidrat - Air limbah rumah tangga, perdagangan
serta limbah industry
2. Minyak, lemak - Air limbah rumah tangga dan industry
dan gemuk
3. Pestisida - Air limbah pertanian
4. Fenol - Air limbah industry
5. Protein - Air limbah rumah tangga
Kimia
6. Deterjen - Air limbah rumah tangga dan industry
7. Kesadahan - Air limbah dan air minum rumah tangga
dan rembesan air tanah
8. Klorida - Air limbah dan air minum rumah tangga
9. Logam berat - Air limbah indutri
10. Nitrogen - Air limbah rumah tangga dan pertanian
11. pH - Air limbah industry
Bahan-bahan
beracun:
- Gas-gas
1. Hidrogen - Pembusukan limbah rumah tangga
sulfida
2. Metan - Pembusukan limbah rumah tangga
3. Oksigen - Penyediaan air minum rumah tangga serta
perembesan air permukaan
12

1. Binatang - Saluran terbuka dan bangunan pengolah


2. Tumbuh- - Saluran terbuka dan bagunan pengolah
Biologis tumbuhan
3. Protista - Air limbah rumah tangga dan bangunan
pengolah
4. Virus - Air limbah rumah tangga
Sumber: (Tchobanoglous et al., 2014)

2.7.1 Karakteristik Fisik


Menurut (Suyasa, 2015) Karakter fisik air limbah ditentukan oleh polutan
yang masuk kedalam air limbah dan memberikan perubahan fisik pada air limbah
tersebut. Karakteristik fisik tersebut adalah suhu, kekeruhan, warna dan bau yang
disebabkan oleh adanya bahan tersuspesi dan terlarut didalamnya. Penentuan
derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang
mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat
sebagai efek estetika dan kejernihan serta bau dan warna dan juga temperatur.
Karakteristik terbagi kedalam beberapa parameter yakni (Suyasa, 2015):
1) Suhu
Badan air memiliki suhu, yang dipengaruhi oleh musim, lintang
(latitude), ketinggian dari permukaan air (altitude), waktu hujan dalam
sehari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran air serta kedalaman badan
air. Perubahan suhu berperan penting terhadap proses fisika, kimia dan
biologi badan air, yang juga berperan mengendalikan kondisi ekosistem
perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran tertentu yang paling baik bagi
pertumbuhannnya.
2) Kecerahan dan Kekeruhan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan
secara visual dengan menggunakan alat Secci Dish. Satuan dari kecerahan
adalah meter. Kecerahan dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu
pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi serta faktor ketelitian.
Kekeruhan dinyatakan dalam satuan Mg/L. Padatan tesuspensi
menyebabkan peningkatan kekeruhan, namun tidak semua padatan dapat
menyebabkan kekeruhan.
13

3) Warna
Warna pada air dapat dibedakan menjadi true color dan apparent color.
True color disebabkan karena adanya partikel koloid yang ada pada air
buangan, sedangkan apparent color dikarenakan adanya partikel tersuspensi
yang ada pada air limbah.
4) Bau
Bau pada air limbah merupakan hasil dari penguraian bahan-bahan
organik oleh organisme yang ada di dalamnya. Adanya bau pada air
buangan menunjukkan bahwa air dalam kondisi tercemar atau mengandung
bahan polutan berbahaya.
5) Padatan
Padatan dalam air buangan terdiri atas padatan terlarut (Total Dissolved
Solid/TDS) dan padatan ter suspensi (Total Suspended Solid). TSS pada air
limbah dapat berupa fitoplankton, bakteri, fungi maupun partikel anorganik
lainnya. Tingginya kandungan TSS pada perairan dapat menyebabkan
kekeruhan. Air yang keruh dapat mengurangi penetrasi cahaya matahari
untuk masuk ke dalam badan air sehingga proses fotosintesis dapat
terganggu.

2.7.2 Karakteristik Kimia


Menurut (Metcalf & Eddy, 2003) Karakteristik kimia air limbah
ditentukan dengan adanya polutan dari bahan bahan kimia (chemical).
Bahan kimia tersebut terdapat dalam bentuk terlarut dalam bentuk ion-ion
dan tersuspensi dalam bentuk senyawanya. Karakteristik kimia terdiri dari:

1) DO
DO (Dissolved Oxygen) merupakan Oksigen terlarut sangat dibutuhkan
oleh mikroorganisme yang ada dalam air buangan agar dapat mengurai
bahan-bahan organik. DO sangat tergantung pada suhu air limbah. Pada air
buangan, biasanya nilai DO sangat rendah. Untuk mengantisipasi hal ini,
biasanya disediakan alat (aerator) untuk mensuplai oksigen ke dalam air
limbah (Suyasa, 2015).
14

2) BOD
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan proses dekomposisi aerobik
terhadap bahan organik dari lautan, di bawah kondisi suhu tertentu
(umumya 20o C) dan waktu tertentu (umunya 5 hari). Hasil pengukuran
BOD dinyatakan dalam mg/l. Apabila hasil pengukuran menunjukkan angka
lebih dari 300 mg/l, BOD dikatakan kuat, sedangkan kurang dari 100 mg/l
disebut lemah. maximum BOD yang diperbolehkan 30 mg/l. Jika kebutuhan
biologi akan oksigen lebih besar dari 30 mg/l akan mengurangi
pertumbuhan mikroba tertentu yang berguna dalam proses dekomposisi zat
organik dalam limbah (Suyasa, 2015).

3) COD
COD (Chemical Oxygen Demand) menggambarkan jumlah total oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan kimiawi secara kimiawi,
baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi
secara biologi. Perairan yang memiliki kadar COD tinggi tidak ideal bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Kandungan COD pada perairan yang
tidak tecemar biasanya berkisar kurang dari 20 mg/liter. Sedangkan pada
perairan yang tercemar lebih dari 200 mg/liter dan pada limbah industri
dapat mencapai 60.000 mg/liter (Dewi & Buchori, 2016).

2.7.3 Karakteristik Biologi


Mikroorganisme yang biasa ditemui pada air buangan adalah bakteri,
protozoa dan virus. Keberadaan mikroorganisme ini juga dipengaruhi oleh
sumber air limbahnya. Kehadiran mikroorganisme ini sulit untuk di
identifikasi, sehingga salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
menggunakan organisme lain sebagai indikator selain pemeriksaan di
laboratorium (Eddy, 2003).
15

2.8 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit


Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam Air
Limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dan tanah dari suatu
Usaha dan/atau Kegiatan (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2022).
Berikut ini merupakan baku mutu limbah cair pada Rumah Sakit:

Tabel 2.3 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit

Parameter Satuan Kadar Maksimum


pH - 6-9
BOD5 mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform (MPN/100 ml) 3.000

Debit L/orang/hari 100

Sumber: (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016)

2.9 Sistem Pengolahan Air Limbah


Pengolahan air limbah secara biologis sebagai suatu proses yang melibatkan
mikroorganisme dalam air untuk melakukan transformasi senyawa kimia yang
terkandung dalam air menjadi bentuk senyawa lain. Mikroorganisme
mengonsumsi bahan organik membuat biomassa sel baru serta zat organik dan
memanfaatkan energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk metabolisme.
Bila dilihat dari tingkat perlakuan pengolahan air limbah maka sistem pengolahan
limbah cair menurut tingkatannya terbagi menjadi 4 bagian ; Pengolahan
Pendahuluan Primary Treatment System, Secondary Treatment System, Tertiary
Treatment System (Masyruroh A, 2022).
2.10 Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)
MBBR merupakan sistem pengolahan limbah cair secara biologis dimana
bakteri berkembang sebagai biofilm yang melekat pada media. Secara
16

konvensional, MBBR dirancang berdasarkan luas permukaan pembawa, operasi


reactor dan karakteristik biofilm, seperti struktur dan komposisi kumpulan
mikroba. Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) merupakan pengolahan biologis
kombinasi yang memanfaatkan dua bentuk biomassa, yaitu flok tersuspensi dan
terlekat (biofilm). Prinsip kerja MBBR didasari pada penggunaan media sebagai
tempat perkembang biakkan mikroorganisme (Mane et al., 2018) . Daftar luas
permukaan spesifik untuk tiga tipe media berbeda untuk MBBR, dapat dilihat
pada Tabel 2.4

Tabel 2.4 Luas Permukaan Spesifik untuk Media Attached Growth


Media MBBR Luas Permukaan Spesifik (m2/m3)
Kaldnes K-1 Media 500
Hydroxyl Media 400
Kaldness Flat Chip 1200
Sumber: (Tchobanoglous et al., 2014)

Media kaldness ini memiliki banyak jenisnya, namun yang sering dijumpai
dan digunakan untuk bahan penelitian dan pengolahan air limbah yaitu kaldness
K1 dan K3. Dengan harga yang murah media ini sangat efektif untuk menurunkan
pencemar limbah cair. Media kaldnes K1 dan K3 dapat dilihat pada gambar 2.2

Kaldness K1 Kaldness K3

Gambar 2.2 Media Kaldnes K1 dan K3

Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2023)

2.11 Unit Pengolahan Air Limbah

Pada umumnya unit pengolahan air limbah terdiri dari pengolahan fisika,
kimia dan biologi. Tergantung pada kebutuhan dan karakteristik air limbah.
17

Dibawah ini akan dijelaskan unit-unit pengolahan air limbah yang mengacu pada
pedoman teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter Anerob
Aerob (Kementrian Kesehatan RI, 2011):

1) Bak Screening
Screening merupakan salah satu unit pengolahan air limbah yang
ditempatkan di awal proses karena tujuannya untuk menyaring padatan,
misalnya plastik, daun, ranting dan benda padat lainnya. Tujuan
penyaringan benda tersebut ialah agar tidak terjadi penyumbatan pada
sistem perpipaan dan unit pengolahan lainnya. Screening terbuat dari besi
atau bahan lainnya yang dapat difungsikan sebagai penyaring. Ada dua jenis
screen diantaranya saringan halus (fine screen) dan saringan kasar (coarse
screen). Pada saringan kasar ada yang disebut bar screen yang terbuat dari
kerangka besi. Proses pemasangan bar screen ini biasanya dipasang miring
melintang. Kriteria desain bar screen dapat dilihat pada tabel 2.5

Tabel 2.5 Kriteria Desain Bar Screen


Kriteria Desain Kemampuan Penyisihan (%)
Kecepatan aliran melalui (m/det) 0,3-0,6
Ukuran bar (batang):
- Lebar (mm) 4-8
- Tebal (mm) 25-50
Jarak antar bar (batang) (mm) 25-75
Slope dengan horizontal (derajat) 45-60
Headloss yang dibolehkan (mm) 150
Maksimum head loss (mm) 800
Sumber : (Kementrian Kesehatan, 2011)

2) Bak Pemisah Minyak/Lemak

Pemisah lemak yaitu unit pengolahan air limbah yang berfungsi


untuk memisahkan minyak/lemak pada air limbah. Pada dasarnya minyak
18

dan lemak memiliki masa jenis yang lebih kecil dari pada air sehingga
lemak/minyak akan berada di permukaan air pada unit ini dan lemak dari
air. Waktu tinggal optimal dalam bak ini umumnya 0,5-2 jam
(Tchobanoglous et al., 2014). Minyak atau lemak merupakan penyumbang
polutan organik yang cukup besar. Oleh karena itu untuk air limbah yang
mengandung minyak atau lemak yang tinggi misalnya air limbah yang
berasal dari dapur atau kantin perlu dipisahkan terlebih dahulu agar beban
pengolahan di dalam unit IPAL berkurang. Kandungan minyak atau lemak
yang cukup tinggi di dalam air limbah dapat 55 menghambat transfer
oksigen di dalam bak aerasi yang dapat menyebabkan kinerja IPAL kurang
maksimal.
Untuk menghilangkan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan
menggunakan bak pemisah lemak sederhana secara gravitasi. Salah satu
contoh konstruksi bak pemisah lemak dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan
Gambar 3.7. Untuk merancang bak pemisak lemak sederhana, waktu tinggal
di dalam bak pemisak lemak umumnya berkisar antara 30 – 60 menit
(Kementrian Kesehatan RI, 2011).

3) Bak Ekualisasi
Untuk proses pengolahan air limbah rumah sakit atau layanan
kesehatan, jumlah air limbah maupun konsentrasi polutan organik sangat
berfluktuasi. Hal ini dapat menyebabkan proses pengolahan air limbah tidak
dapat berjalan dengan sempurna. Untuk mengatasi hal tersebut yang paling
mudah adalah dengan melengkapi unit bak ekualisasi.
Bak ekualisasi ini berfungsi untuk mengatur debit air limbah yang
akan diolah serta untuk menyeragamkan konsentrasi zat pencemarnya agar
homogen dan proses pengolahan air limbah dapat berjalan dengan stabil.
Selain itu dapat juga digunakan sebagai bak aerasi awal pada saat terjadi
beban yang besar secara tiba-tiba (shock load). Waktu tinggal di dalam bak
ekualisasi umumnya berkisar antara 6 – 10 jam (Kementrian Kesehatan RI,
2011). Untuk menghitung volume bak ekualisasi yang diperlukan dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
V = td x Q……………………………..………………. (2.1)
19

Keterangan:
V = Volume Bak (m3)
Td = Waktu Tinggal (Jam)
Q = Debit Air Limbah (m3/jam)

Untuk memenuhi standar terdapat kriteria desain bak ekualisasi dapat


dilihat pada tabel 2.6
Tabel 2.6 Kriteria Desain Bak Ekualisasi
Parameter Satuan Nilai

Kedalaman minimum Meter 1,5-2

Ambang batas M 1

Laju pompa udara M3/menit 0,01 – 0,015

Sumber: (Tchobanoglous et al., 2014)

4) Bak Anaerob
Bak anaerob merupakan unit pengolahan secara biologis yang
memanfaatkan bakteri tanpa bantuan udara. Salah satu kelebihan pada
proses anaerob yaitu lumpur biologis yang dihasilkan lebih sedikit
dibandingkan bak aerob, namun kelemahannya terkadang menimbulkan bau
akibat produksi gas hydrogen sulfida atau asam-asam organic
(Tchobanoglous et al., 2014) . Oleh karena itu untuk pengolahan air limbah
rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan unit reaktor biofilter anaerob
dibuat tertutup dan dilengkapi dengan pipa pengeluaran gas dan jika perlu
dilengkapi dengan filter penghilang bau (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Beban BOD yang terdapat di dalam air limbah didaparkan dengan


rumus sebagai berikut:
BOD = Debit (Q) x Kadar BOD Masuk……………………. (2.3)

Keterangan:
BOD = Beban BOD didalam air limbah (kg/hari)
20

Q = Debit air limbah (m3/hari)


BOD masuk = kadar BOD dalam air limbah yang masuk ke reactor
(g/m3)

Waktu tinggal (td) yang diperlukan didalam reactor dapat ditentukan


dengan rumus:
td = V/Q …………………………………………………(2.4)
Keterangan:
Td = Waktu tinggal (jam)
Q = Debit Air Limbah (m3/jam)
V = Volume reactor yang diperlukan (m3)

5) Bak Aerob
Bak aerob merupakan unit pengolahan secara biologis dengan
tambahan oksigen melalui injeksi udara dari aerator. Aerob dioperasikan
dengan beban pengolahan lebih rendah, oleh karena itu proses aerob selalu
diletakkan setelah proses anaerob. Waktu tinggal yang dipersyaratkan pada
bak aerob adalah 6-8 jam (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Kriteria perencanaan perhitungan media didasarkan pada besar
beban BOD maka rumus volume media yang diperlukan sebagai berikut:

V media=
Beban BOD ( hari
kg
) ……………………………………
standar beban BOD
(2.5)

Volume media aerob sebesar 20 – 50% volume reactor (Huda,2017).


Waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
volume reaktor
Td = …………………………………………..(2.6)
debit limbah cair

6) Bak Sedimentasi
21

Bak sedimentasi merupakan unit pengolahan air limbah yang


berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan padatan tersuspensi yang
ada didalam air limbah, agar air olahan IPAL menjadi jernih. waktu tingak
hidrolik di dalam bak pengendap akhir umumnya sekitar 2-4 jam.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari
biofilter anerob-aerob lebih sedikit dan lebih mudah mengendap, karena
ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air limpasan (over flow) dari bak
pengendap akhir relatif sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol
dan selanjutnya dilairkan ke bak khlorinasi. (Kementerian Kesehatan RI,
2011).

2.12 Menghitung Efisiensi Pengolahan

Mengetahui nilai efisiensi pengolahan air limbah setiap parameter beban


pencemar limbah cair dapat dihitung melalui pendekatan rumus efisiensi. Rumus
ini juga dapat dihitung untuk mengetahui efektivitas IPAL. Berikut disajikan
rumus efisiensi:

Co−C
E= × 100 %...................................................................................(2.7)
Co

Keterangan:

E = Efisiensi pengolahan air limbah (%)


Co = Konsentrasi influent (mg/l)
C = Konsentrasi Effluent (mg/l)

Sumber: (Metcalf & Eddy, 2003)

Hasil persentase penurunan IPAL yang didapatkan dikategorikan sebagai


berikut:

- Sangat efisien : x>80%


- Efisien : 60%<x≤80%
- Cukup efisien : 40%<x≤60%
- Kurang efisien : 20%<x≤40%
- Tidak efisien : x≤20%
22

Kategori persentase ini dapat dijadikan sebagai keputusan penelitian apakah


alat atau percobaan teresebut benar-benar efisien atau tidak. Berhasil tidaknya
suatu proses pengolahan dapat dilihat efisiensi pengolahan yakni dengan
membandingkan kualitas input dan kualitas output dari suatu unit pengolahan
(Susanti et al., 2020).

2.13 Kerangka Berpikir

Berikut ini merupakan kerangka berpikir pada penelitian yang akan


dilakukan.

Rumah Sakit

Menghasilkan Limbah

Limbah B3 Limbah Cair Limbah Padat

Limbah Cair Limbah Cair


Medis Non Medis

Pengolahan Air Limbah

Secara Fisika Secara Biologi Secara Kimia

Moving Bed Biofilm - pH


Reactor (MBBR) - TSS
- COD
- BOD
- Amoniak
23

: Parameter yang diteliti

Baku Mutu
Lingkungan

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

2.14 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan hasil penelusuran dari jurnal nasional dan internasional.
Tabel 2.7 State of the Art
No Penulis Judul Tahun Hasil Penelitian
Pengolahan Kinerja Moving Bed Biofilm
Limbah Domestik Reactor (MBBR) menunjukan
Rumah Makan bahwa removal COD dapat
Dengan Proses mencapai 97,73% dan removal
Ulfah, et Moving Bed TSS mencapai 63,04%. reaktor
1 2019
al. Biofilm Reactor dengan volume media K1
(MBBR) sebesar 60% dapat menurunkan
kandungan COD sampai di
bawah baku mutu, sedangkan
untuk TSS kurang optimal.
2 Dhuhan, Efisiensi 2021 Efisiensi penurunan parameter
et al Pengolahan pada pengolahan limbah cair
Limbah Cair Hotel Aston dengan waktu
Hotel terbaik 7 hari dalam Pengolahan
Menggunakan biologis terlekat MBBR dengan
Moving Bed media Kaldnes K3 sebesar
Biofilm Reactor 93,37% untuk parameter BOD
(MBBR) dan 89,74% untuk parameter
24

TSS
Penurunan Beban Efisiensi tertinggi yang terjadi
Pencemar Pada pada media kaldness untuk
Limbah Domestik parameter BOD5 mencapai
Dengan 83,3%, kadar COD sebesar
Menggunakan 84,2% dan pada parameter TSS
Al Kholif, Moving Bed mencapai 90%. Sedangkan
3 2018
et al Biofilter Reaktor efisiensi tertinggi yang terjadi
(MBBR) pada media batu apaung untuk
parameter BOD5 mencapai
75,6%, pada parameter COD
mencapai 70,8% dan TSS
mencapai 87,5%.
Application of Parameter BOD dan COD
Lab-Scale MBBR ditentukan pada HRT 3, 5, 8,
to Treat Industrial dan 12 jam dengan rasio
Wastewater using pengisian 50%. Meskipun HRT
Majid A
K3 Carriers: 12 jam memiliki efisiensi
4 dan 2019
Effects of HRT, penyisihan COD sebesar 86%,
Mahna
High COD namun karena sedikit perbedaan
Influent, and 3% dan mempersingkat proses
Temperature perawatan, HRT 8 jam dipilih
sebagai HRT optimum
5 Aljumrian Pengolahan Lindi 2015 MBBR optimum dalam
ai Menggunakan mengoksidasi zat organik pada
Moving Bed konsentrasi COD lindi 3500
Biofilm Reactor mg/L dengan besar efisiensi
(MBBR) Pada removal sebesar 95,15% dan
Proses Aerobik- removal ammonia sebesar
Anoksik 76,81% sedangkan pada
konsentrasi COD lindi 5000
mg/L removal nitrat sebesar
25

69,28%.
Pengolahan Lindi MBBR optimum dalam
Dengan Proses mengoksidasi zat organik dan
Aerobik-Anoksik nitrogen pada konsentrasi COD
Menggunakan lindi 2000 mg/L dengan
Moving Bed efisiensi removal COD
Biofilm Reactor mencapai 78,78% pada durasi
6 Rafika, H 2017
Untuk proses aerobik-anosik 36-9 jam
Menurunkan dan removal total nitrogen,
Konsentrasi amonium, dan nitrat sebesar
Organik Dan 35,24%, 61,04%, dan 28,79%
Nitrogen pada durasi proses aerobik-
anoksik 22,5- 22,5 jam.
Performance Studi penelitian menyoroti
evolution of kinerja berbagai jenis reactor
different MBBR MBBR. Teknik MBBR cocok
7 Mane et al media in 2018 untuk menghilangkan BOD
wastewater secara efisien dan memberikan
treatment efisiensi lebih dibandingkan
metode konvensional lainnya
Removal of Sistem MBBR dengan media
Organics From PU-Foam terbukti dapat
Hospital menurunkan senyawa COD
Wastewater By sebesar 60,5-77%, senyawa
8 Eri Iva R., Moving Bed 2020 NH4+-N sebesar 88-90%,
Biofilm Reactor senyawa ibuprofen sebesar 91%
(MBBR) With dan thrimethoprim sebesar 57%
Polyurethane
Foam Media
26

Application of Perubahan tajam pada


Lab-Scale MBBR kemiringan efisiensi penyisihan
to Treat COD pada kisaran suhu 20-25
Industrial derajat celcius karena tingginya
Wastewater using aktivitas mikroorganisme yang
9 Werkneh & Islam, 2019
K3 Carriers: menyebabkan peningkatan
Effects efisiensi penyisihan COD dari
of HRT, High 70% menjadi 90%.
COD Influent,
and Temperature
27

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Pengambilan dan Pengujian Sampel


Pengambilan sampel limbah cair yaitu pada IPAL Rumah Sakit tipe A, B
dan C di satu Rumah Sakit yang berlokasi di Kota Serang dan dua Rumah Sakit di
Kab. Pandeglang Provinsi Banten. Proses penelitian dan pengujian sampel
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Serang dan Laboratorium PT
Bio Pilar Utama.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


28

3.1.2 Waktu Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai
dengan Agustus 2023. Adapun rencana pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada
tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Bulan
No Kegiatan
Maret April Mei Juni Juli Agustus
Penyusunan Proposal
1
Penelitian
2 Studi Literatur
3 Perancangan Alat Penelitian
4 Penelitian
5 Pengolahan Data
6 Analisis Data
7 Sidang Akhir `

3.2 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik sampling merupakan suatu teknik pengambilan sampel dalam
penelitian. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian dapat dilakukan
dengan berbagai teknik sampling. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian menggunakan metode SNI-698959-2008 No. 8 Tentang Lokasi
dan Titik Pengambilan Contoh. Berikut disajikan gambar 3.2 mengenai titik
pengambilan sampel.

Limbah Cair Klinis

Titik Pengambilan sampel

Grease/Oil
Trap Sedimentasi Filtrasi

Influent Ekualisasi Biofilter Khlorinasi


Aerob-
Anaerob
29

Limbah Cair Non Klinis

Effluent

Gambar 3.2 Titik Pengambilan Sampel

3.3 Persiapan Alat dan Bahan


Langkah awal melakukan penelitian dilaboratorium perlu mempersiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan. Alat yang dibutuhkan untuk penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan Bahan-bahan
1) Aerator 3,5 liter/menit 1) 3 Sampel limbah cair
2) Pompa Submersible Filter mini rumah sakit sebanyak
3) Pipa PVC 20-25 liter
4) Accessories Pipa 2) Lumpur Aktif
5) pH meter 3) Media Kaldness tipe
6) Thermometer K3Nutrisi Bakteri
7) Spektrofotometer
8) Beaker Glass
9) Pipet Tetes
10) Drigen 5-10 liter

3.4 Desain Alat Penelitian


Dibawah ini merupakan gambar 3.2 mengenai sketsa desain alat penelitian
dan gambar 3.3 mengenai desain rancangan penelitian.
30

Gambar 3.3 Sketsa Desain Alat Penelitian


Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2023)

Gambar 3.4 Desain Rancangan Alat Penelitian


Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2023)

3.5 Analisis Karakteristik Awal


Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi senyawa
organik pada air limbah yang akan dijadikan sampel penelitian dan diolah
sehingga ketika penelitian dilakukan dapat memudahkan dalam penetuan variasi
konsentrasi yang digunakan. Parameter yang diuji dalam analisis awal ini adalah
parameter yang digunakan sebagai parameter utama selama dilakukannya
penelitian yaitu pH, TSS, COD, BOD dan Amoniak.

3.6 Tahap Pengoperasian Alat


Pada tahapan ini sampel limbah cair yang berasal dari Rumah Sakit dengan
kapasitas 25 liter/hari di pompakan kedalam bak pemisah lemak/minyak,
selanjutnya limbah cair mengalir secara kontinu hingga bak effluent bergantung
pada waktu tinggal yang telah ditetapkan. Didalam bak aerasi yang telah diisi oleh
media kaldness K3, limbah cair akan mengalami proses pengadukan karena
adanya proses aerasi yang merata dengan bantuan aerator, keberhasilan penurunan
limbah cair ini sebetulnya bergantung penetapan waktu tinggal di setiap bak,
terutama bak aerasi.
Didalam reaktor MBBR, mikroorganisme pendegradasi zat polutan limbah
cair akan terdapat pada dua tempat yakni bakteri akan tersuspensi didalam limbah
31

cair dan sebagian lagi melekat pada media Kaldness K3 sehingga akan
membentuk biofilm. Pada akhirnya pada reaktor MBBR tersebut akan terjadi dua
proses yaitu pengolahan biologis tersuspensi dan pengolahan biologis melekat.
Proses pengolahan akan dilakukan setelah dilakukan proses seeding dan
aklimatisasi. Proses ini bertujuan untuk mengembangbiakan bakteri. Proses ini
dilakukan pemberian nutrisi sebanyak 1 sendok selama 2 hari. Setelah proses
seeding dilakukan proses aklimatisasi selama satu hari untuk proses adaptasi
bakteri terhadap limbah cair. Jika kedua proses ini dilakukan, selanjutnya dapat
dilakukan proses pengolahan sesuai perencanaan instalasi pengolahan air limbah
sederhana yang telah dibuat.

3.7 Tahap Pelaksanaan Penelitian


Alat penelitian ini semuanya terbuat dari pipa PVC dilengkapi dengan
penutup pipa (dop). Reaktor aerasi dibuat dari pipa PVC dengan kapasitas 7,5 liter
dengan waktu tinggal 7,2 jam. Didalam bak aerasi ditambah media kaldnes K3
sebanyak 20-30% dari volume bak dengan bantuan aerator guna menyuplai
oksigen. Pada bak pemisah lemak/minyak memiliki kapasitas 2 liter/hari dengan
waktu tinggal 2 jam. Bak ini bertujuan untuk memisahkan partikel kasar dan
minyak. Bak ekualisasi bertujuan untuk meng-homogenkan antara kualitas dan
kuantitas air limbah. Volume bak ini yaitu 7 liter/hari dengan waktu tinggal 7 jam,
kemudian ditambahkan aerator.

Pada bak ketiga adalah bak anoksik. Bak ini digunakan untuk proses
perubahan nitrat menjadi nitrit atau bisa disebut proses denitrifikasi sehingga akan
menghasilkan gas nitrogen yang langsung keluar. Kapasitas bak anoxic yaitu
sebesar 5 liter/hari dengan retention time selama 5 jam. Pada bak sedimentasi
ditambah sambungan (increaser) dengan volume bak sebesar 4,6 liter/hari dan
waktu tinggal 4,5 jam. Lumpur yang sudah diendapkan selanjutnya dipompa
kedalam bak anoxic. Diagram alir perencanaan instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) sederhana sebagai berikut:
32

3.8 Metode Analisis Sampel


Parameter yang dianalisis pada penelitian kali ini yaitu semua parameter
yang ada di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun
2016. Berikut lima metode analisis sampel yang akan dilakukan:

Analisis pH Spektrofotometri Tingkat keasaman


sampel

Tingkat kekeruhan
Analisis TSS Spektrofotometri
sampel

Analisis COD SNI Kebutuhan


6989.2:2019 Oksigen Kimiawi

Analisis BOD SNI Tingkat kebutuhan


6989.79:2009 Oksigen Biokimia

Analisis SNI 06-6989- Tingkat Kebauan


Amoniak 30:2005 sampel

Gambar 3.6 Metode Analisis Sampel

3.9 Metode Penyajian dan Analisis Data


Analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan
MBBR untuk menurunkan beban pencemar limbah cair rumah sakit. Analisis
dibuat dalam bentuk tabel, grafik dan interpretasi dan dilakukan analisis data
menggunakan program SPSS (Statistical Package for The Social Science) for
windows dengan tingkat kepercayaan 95% dan Signifikansi = 0,05. Pengambilan
keputusan didasarkan pada angka signifikansi yaitu:

a. Dikatakan tidak signifikan apabila nilai signifikansi > 0,05 atau H0


diterima artinya kedua variable saling bebas
b. Dikatakan signifikan apabila nilai signifikansi < 0,05 atau H0 ditolak
artinya kedua variable tidak saling bebas
33

3.10 Diagram Alir Penelitian


Berikut akan disajikan gambar alir penelitian mengenai penurunan limbah
cair rumah sakit menggunakan rancangan moving bed biofilm reactor (MBBR).

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Wawancara, Standar
observasi Data Data Baku Mutu
langsung Primer Sekunder Limbah
dan Cair Rumah
dokumentasi Sakit

Perancangan Alat

Pengambilan Sampel Limbah Cair Rumah Sakit

Uji Laboratorium Kandungan Limbah Cair Rumah


Sakit Sebelum Dilakukan Pengolahan

Proses Pengolahan Limbah Cair Menggunakan


Teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)

Uji Laboratorium Kandungan Limbah Cair Rumah


Sakit Setelah Dilakukan Pengolahan

Analisis Data Pengujian Kandungan Limbah Cair

Selesai

Gambar 3.6 Diagram Alir Penelitian


34

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan Dimensi Rancangan MBBR


Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan rancangan alat sederhana untuk
memudahkan dalam pengambilan data penelitian. Perhitungan rancangan desain
alat dapat dilihat pada lampiran. Adapun hasil dari perhitungan rancangan alat
pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR dapat disajikan pada
tabel 4.1 mengenai dimensi dan waktu tinggal unit bak:

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Rancangan IPAL

No Unit Bak V (m3) r (m2) T (m) td (jam)


1 Bak Pemisah Lemak/Minyak 0,002 0,057 0,2 2
2 Bak Ekualisasi 0,007 0,057 0,71 7
3 Bak Anoksik 0,005 0,057 0,5 4,8
4 Bak Aerasi 0,007 0,057 0,75 7
5 Bak Sedimentasi 0,004 0,057 0,47 4,5
Jumlah 0,025 25
Sumber: (Hasil Perhitungan, 2023)

Pada dasarnya alat yang dibuat dalam proses penelitian ini memiliki lima
unit bak (reaktor) yang memiliki fungsi yang berbeda dan dapat mempengaruhi
penurunan kualitas limbah cair rumah sakit, antara lain bak pemisah
minyak/lemak, bak ekualisasi, bak anoksik, bak aerasi dan bak sedimentasi. Pada
prinsipnya bak pemisah minyak berfungsi untuk menghilangkan minyak/lemak,
sehingga jika tidak ada unit bak ini akan berpengaruh terhadap perkembangan
bakteri. Jika tidak terdapat bak ini hasil pengolahan limbah cair tidak akan
optimal. Minyak dan lemak termasuk senyawa organik yang relatif stabil dan sulit
diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat dirombak oleh senyawa asam yang
menghasilkan asam lemak dan gliserin. Pada keadaan basa, gliserin akan
dibebaskan dari asam lemak dan akan terbentuk garam basa. Berdasarkan hasil
35

peritungan volume bak pemisah lemak sebesar 0,002 m 3 dan waktu tinggal yang
direncanakan yaitu selama 2 jam.

Pada bak ekualisasi selain berfungsi untuk mengatur debit air limbah, bak
ini juga terjadi reaksi homogenitas antara kualitas dan kuantitas air limbah.
Sedangkan menurut (Anisa, 2017) bak ekualisasi berfungsi untuk menstabilkan
aliran air limbah yang selanjutnya akan diproses secara fisik – kimia dan
dilanjutkan dengan proses biologis. Berdasarkan perancangan alat sederhana,
didapatkan volume bak ekualisasi sebesar 0,007 dan waktu tinggalnya selama 7
jam. Bak ketiga yang direncanakan pada alat penelitian kali ini yaitu bak anoksik.
Bak ini memiliki volume 0,005 m 3 dengan waktu tinggal selama 4,8 jam.
Selanjutnya direncanakan pula bak aerasi yang memiliki peranan penting dalam
proses pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR ini. Volume bak
aerasi direncanakan sebesar 0,007 dengan waktu tinggal didalam bak yaitu 7 jam.
Bak terakhir yang direncanakan adalah bak sedimentasi yang berfungsi untuk
mengendapkan lumpur didalam limbah cair setelah proses aerasi selama 7 jam.
Adapun volume bak sedimentasi pada perancangan alat ini sebesar 0,004 m 3 dan
waktu tinggal nya selama 4,5 jam. Dengan demikian total volume seluruh bak
pada perancangan alat ini yaitu sebesar 0,025 m 3 dengan total waktu tinggal
selama 25 jam.

4.2 Analisis Awal Karakteristik Limbah Cair


Pada penelitian kali ini dilakukan analisis awal (inlet) karakteristk limbah
cair rumah sakit diantaranya limbah cair Rumah Sakit tipe A, B dan C. Analisis
ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi beban pencemar
limbah cair rumah sakit. Analisis karakterisitik limbah cair ini menguji parameter
utama yang dilakukan pada penelitian kali ini yaitu pH, TSS, BOD 5, COD,
Amoniak. Data ini akan dijadikan sebagai dasar penelitian dan perbandingan
dengan hasil pengolahan (effluent) limbah cair menggunakan Moving Bed Bioflm
Reactor (MBBR) dan baku mutu air limbah yang diatur oleh Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P68 Tahun 2016. Hasil analisis kandungan
pencemar limbah cair rumah sakit pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.2.
36

Tabel 4.2 Hasil Analisis Karakteristik Awal

Hasil Pengujian Kadar


No Parameter Satuan
RS A RS B RS C Maksimum
1 pH - 6,8 7,7 7,9 6-9
2 TSS Mg/Liter 74 111 127 30
3 BOD5 Mg/Liter 75,96 53,12 119,84 30
4 COD Mg/Liter 104,06 73,78 166,45 100
5 Amoniak Mg/Liter 48 64 58 10
Sumber: (Hasil Analisis, 2023)

4.3 Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian berlangsung selama ± 38 hari, sejak 17 Juni hingga
24 Juli 2023. Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) diletakkan diruangan tertutup
sehingga cuaca hujan atau panas tidak dapat mempengaruhi penelitian. Kapasitas
pengolahan sebesar 25 liter/hari, dengan menetapkan kapasitas bak aerasi/MBBR
sebesar 7 liter yang terdiri dari 70% limbah cair dan 30% bakteri. Durasi
pengolahan setiap percobaannya sama, mulai dari waktu aklimatisasi hingga pada
tahap pengolahan. Durasi proses aklimatisasi selama 1,5 hari dan pengolahan
selama 24 jam. Percobaan dilakukan secara bertahap mulai dari sampel limbah
cair Rumah Sakit kelas A, C dan dan terakhir Rumah Sakit Kelas B menggunakan
alat penelitian yang sudah dibuat. Dibawah ini gambar 4.4 mengenai alat
penelitian sederhana yang telah dibuat untuk mengetahui hasil pengolahan sampel
limbah cair rumah sakit A, B dan C menggunakan MBBR.

4.4 Hasil Penurunan Kualitas Limbah Cair

4.4.1 Konsentrasi pH
Selama penelitian dilakukan pengamatan konsentrasi pH influent dan pH
effluent. Berdasarkan hasil pengukuran pH yang sebelum masuk dan sesudah
masuk ke reaktor memiliki nilai pH netral (6-8). Hasil pengukuran pH limbah cair
37

rumah Kelas A, B dan C sebelum dan sesudah pengolahan dapat dilihat pada
gambar 4.1.

8.5
6.5
4.5
2.5
0.5
RS A RS B RS C Rata-rata
Nilai pH

Influ- 6.8 7.7 7.9 7.46666666


ent 666667

Efflu- 6.4 7 6.9 6.76666666


ent 666667

Efisien 0.05882352 0.09090909 0.12658227 0.09374999


si 94117646 09090909 8481013 99999999

Gambar 4.1 Konsentrasi pH Sebelum dan Sesudah Pengolahan


(Sumber: Hasil Penelitian, 2023)

Pada gambar 4.2 memperlihatkan bahwa pH limbah cair rumah sakit


tersebut memenuhi baku mutu limbah cair yang ditetapkan pada range 6-9.
Pengukuran pH dilakukan menggunakan metode spektrofotometri, sehingga hasil
pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR konsentarasi pH
mengalami penurunan rata-rata sebesar 9%. Penurunan konsentrasi pH disebabkan
oleh proses nitrifikasi didalam bak aerob. Nitrifikasi merupakan reaksi perubahan
ammonia menjadi nitrat oleh bakteri chemoautotrophic (Chen, 2013) . Menurut
(Said & Santoso, 2018) bakteri didalam air limbah akan dipengaruhi oleh
konsentrasi pH. Bakteri-bakteri tersebut melekat pada permukaan media sebagai
tempat tinggal kemudian akan mengurai polutan air limbah. Bakteri dapat hidup
dalam air limbah dengan berbagai konsentrasi pH, diantaranya bakteri asidofil
yang dapat hidup dengan konsentrasi pH 6 – 8, bakteri mesofil dengan konsentrasi
pH 2-5 dan bakteri alkafil dapat hidup pada air limbah yang konsentrasi pH nya
8,4 – 9,5.
38

4.4.2 Konsentrasi TSS


Konsentrasi TSS influent dan effluent serta efisiensi penurunan TSS
didalam reaktor MBBR dapat dilihat pada gambar 4.2

130
110
90
70
50
Nilai TSS (Mg/liter)

30
10
RS A RS B RS C Rata-rata
Influ- 74 111 127 104
ent
Efflu- 54 80 45 59.6666666
ent 666667
Efisien 0.27027027 0.27927927 0.64566929 0.42628205
si 027027 9279279 1338583 1282051

Gambar 4.2 Konsentrasi TSS Sebelum dan Sesudah Pengolahan


(Sumber: Hasil Penelitian, 2023)

Total Suspended Solid merupakan buangan dari padatan keseluruhan (total)


yang tidak akan tersaring oleh saringan yang memiliki ukuran partikel maksimum
µm atau ukurannya lebih besar dair partikel koloid. TSS memiliki kategori antara
lain jamur, bakteri, ganggang, sulfida, logam oksida, lumpur dan tanah liat. Cara
umum menghilangkan TSS yaitu dengan metode koagulasi flokulasi dan filtrasi.
TSS menyumbang kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibiltas di perairan (Rinawati et al., 2016).

Berdasarkan gambar 4.2 terlihat nilai konsentrasi TSS dari tiga sampel
limbah cair rumah sakit berada diatas nilai kadar maksimum menurut Permen
LHK No. P68 Tahun 2016 yaitu 30 mg/liter. Pada sampel RS A terlihat
konsentrasi TSS sebesar 74 mg/liter, sedangkan sampel limbah cair RS B lebih
besar hingga mencapai 111 mg/liter dan pada sampel limbah cair RS C pun sama
halnya bahkan dua kali lebih besar dengan kadar sebesar 127 mg/liter. Penyebab
39

tingginya TSS karena banyaknya kotoran dari berbagai aktivitas Rumah Sakit
misalnya laundry, toilet dan bekas cucian piring (Ningsih, 2011).

Konsentrasi TSS sesudah pengolahan (effluent) pada sampel limbah cair RS


A sebesar 54 mg/liter, dalam hal ini dapat dikatakan mengalami penurunan
sebesar 27%. Begitu pula dengan effluent dari sampel limbah cair RS mengalami
penurunan sebesar 28% dengan nilai konsentrasi sebesar 80 mg/liter. Bukan
hanya effluent limbah cair RS A dan RS B yang mengalami penurunan, effluent
limbah cair RS C pun mengalami penurunan yang amat signifikan dengan nilai
efisiensi mencapai 65% dari 127 mg/liter hingga 45 mg/liter. Meskipun sudah
mengalami penurunan yang cukup baik dengan efisiensi rata-rata sebesar 43%,
namun pada percobaan ini nilainya masih diatas kadar maksimum yang telah
diatur dalam Permen LHK RI No. P68 Tahun 2016 yaitu 30 mg/liter.

Penurunan TSS terjadi karena bertambahnya waktu saat sampling. Zat


organik dan anorganik seperti lumpur termasuk dalam kategori TSS yang
kemudian akan dikonsumsi oleh bakteri di dalam reaktor. Selain zat organik, flok-
flok yang berada didalam air akan diendapkan melalui bak pengendap, sehingga
terjadinya penyisihan TSS. Penyisihan TSS terjadi di dua tempat antara lain
reaktor dan bak pengendap, dimana zat organik akan dikonsumsi oleh bakteri di
bak aerasi sedangkan flok lumpur akan diendapkan dibak sedimentasi
(Said & Santoso, 2018)
. (Al Kholif, 2018)) menjelaskan, penyebab konsentrasi TSS masih
tinggi karena waktu tinggal dalam reaktor, dimana semakin lama waktu tinggal
limbah cair didalam reaktor maka TSS akan mengalami degradasi yang signifikan
oleh biofilm yang menempel pada media. Sehingga dari waktu tinggal yang
dihasilkan tersebut mengakibatkan efisiensi penurunan konsentrasi TSS semakin
tinggi. Selain itu, pada rancangan alat penelitian kali ini memang tidak dibuat bak
koagulasi flokulasi dan filtrasi sehingga menyebabkan masih tinggi nya
konsentrasi TSS. Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
(Rinawati et al., 2016) bahwa TSS memiliki kategori antara lain jamur, bakteri,
ganggang, sulfida, logam oksida, lumpur dan tanah liat. Cara umum
menghilangkan TSS yaitu dengan metode koagulasi flokulasi dan filtrasi. TSS
menyumbang kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis
dan visibiltas di perairan.
40

4.4.3 Konsentrasi COD


Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, berikut disajikan gambar
4.3 diagram nilai konsentrasi COD influent dan effluent tiga rumah sakit.

170
130
90
50
Nilai COD (Mg/liter)

10
RS A RS B RS C Rata-rata
Influ- 104.06 73.78 166.45 114.763333
ent 333333

Efflu- 73.6 36.72 126.87 79.0633333


ent 333333

Efisien 0.29271574 0.50230414 0.23778912 0.31107496


si 0918701 7465438 5863623 5871794

Gambar 4.3 Konsentrasi COD Sebelum dan Sesudah Pengolahan


(Sumber: Hasil Penelitian, 2023)
Gambar 4.3 menyajikan konsentrasi COD influent dari tiga sampel limbah
cair rumah sakit relatif rendah dengan rata-rata konsentrasi sebesar 114,76
mg/liter. Pengujian kadar COD tersebut menggunakan metode reflux. Oksidasi
pada metode ini yaitu K2Cr2O7 dalam kondisi asam kuat yaitu H 2SO4 yang
mendidih dan larutan Ag2SO4 sebagai katalisator. Hasil pengujian pada influent
limbah cair RS A mencapai 104,06 mg/liter, sedangkan pada limbah cair RS B
nilainya lebih rendah dibandingkan nilai influent limbah cair RS A yaitu 73,78
mg/liter dan hasil pengujian yang paling besar nilainya ada pada influent limbah
cair RS C mencapai angka 166,45 mg/liter. Konsentrasi COD pada influent
limbah cair RS B nilai nya dibawah baku mutu lingkungan hidup yaitu 100
mg/liter. Salah satu faktor rendahnya kadar COD limbah cair rumah sakit adalah
pemisahan air limbah dari aktivitas laundry. Hal ini sejalan dengan penjelasan
(Wicheisa et al., 2018) bahwa Kadar COD yang tinggi pada limbah cair dapat

disebabkan oleh adanya bahan – bahan kimia yang terdapat di dalam detergen
41

yang digunakan dalam proses pencucian. Secara umum komponen penyusun


detergen adalah surfaktan, pembersih (builders), pengisi (filler), dan bahan
tambahan (additives). Surfaktan memiliki peranan sebagai komponen utama
dalam detergen dan memiliki rantai kimia yang susah diuraikan oleh alam.

Dari pengolahan yang telah dilakukan terdapat efisiensi pengolahan yang


paling besar pada RS Kelas B yaitu 50% dengan rata-rata efisiensi sebesar 31%.
Namun berbeda halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
(Al Kholif, 2018)
COD mengalami penurunan yang signifikan, yaitu rata-rata 68%. Namun
hal ini sejalan dengan penelitian (Aniriani et al., 2022) bahwa Persentase limbah
cair domestik menggunakan MBBR dapat menurunkan COD hingga 45.81%.
Hasil pengujian effluent limbah cair Rumah Sakit A dan B sudah dibawah baku
mutu yakni 73,6 mg/liter dan 36,72 mg/liter dan effluent limbah cair RS C masih
diatas baku mutu lingkungan hidup yaitu 126,87 mg/liter.

4.4.4 Konsentrasi BOD5


Pengaruh media Kaldness K3 terhadap penurunan beban pencemar
konsentrasi BOD5 dapat dilihat setelah bak aerasi beroperasi. Dari hasil pengujian
influent dan effluent limbah cair RS A, B dan C mengalami penurunan meskipun
semua hasil pengujian belum dibawah baku mutu. Hasil penurunan BOD 5
dijelaskan pada gambar 4.5
42

130
90

Nilai BOD5 (Mg/liter)


50
10
RS A RS B RS C Rata-rata
Influ- 75.96 53.12 119.84 82.973333
ent 3333333

Efflu- 55.2 26.8 95.16 59.053333


ent 3333333

Efisie 0.2733017 0.4954819 0.2059412 0.2882853


nsi 37756714 27710843 55006676 92897316

Gambar 4.4 Konsentrasi BOD5 Sebelum dan Sesudah Pengolahan


(Sumber: Hasil Penelitian, 2023)
Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa influent limbah cair rumah sakit A, B
dan C nilai nya masih diatas baku mutu lingkungan hidup yang diatur dalam
permen LHK RI No. P68 Tahun 2016 yaitu sebesar 30 mg/liter. Berdasarkan hasil
pengujian nilai influent limbah cair Rumah Sakit tertinggi yaitu pada RS C dengan
mencapai 119,84 mg/liter dan paling rendah pada influent limbah cair RS B
sebesar 53,12 mg/liter. Sehingga rata-rata influent limbah cair tersebut sebesar
82,97 mg/liter. Tingginya hasil pengujian influent limbah cair semua RS tersebut
menyebabkan terjadinya pencemaran limbah cair, sehingga setelah dilakukan
percobaan menggunakan MBBR maka kadar BOD effluent limbah cair tersebut
mengalami penurunan. Rata-rata efisiensi penurunan pada kadar BOD mencapai
29%. Nilai efisiensi penurunan effluent paling tinggi yaitu pada RS B mencapai
50%, sehingga hasilnya dibawah baku mutu lingkungan hidup yakni sebesar 26,8
mg/liter. Tingginya nilai efisiensi penurunan kadar BOD 5 pada media kaldness
dikarenakan media kaldness memiliki pori yang cukup banyak sehingga
mikroorganisme pengurai limbah banyak yang menempel dan ditunjangi waktu
tinggal selama satu hari (Al Kholif, 2018).
43

4.4.5 Konsentrasi Amoniak


Penurunan konsentrasi amoniak pada limbah cair Rumah Sakit
menggunakan MBBR dapat dilihat pada gambar 4.6.

65
45
Nilai Amoniak (Mg/liter)

25
5
RS A RS B RS C Rata-rata

Influ- 48 64 58 56.666666
ent 6666667

Efflu- 33 46 48 42.333333
ent 3333333

Efisien 0.3125 0.28125 0.1724137 0.2529411


si 93103448 76470588

Gambar 4.5 Konsentrasi Amoniak Sebelum dan Sesudah Pengolahan


(Sumber: Hasil Penelitian, 2023)
Pada gambar 4.6 diatas menunjukkan hasil uji parameter amoniak pada
influent limbah cair RS A yaitu sebesar 48 mg/liter, setelah dilakukan pengolahan
menggunakan MBBR dengan waktu tinggal 24 jam terjadi penurunan sebesar 33
mg/liter. Selanjutnya pada influent limbah cair RS B juga terjadi penurunan kadar
amoniak dari 64 mg/liter menjadi 46 mg/liter. Selain influent limbah cair RS A
dan RS B saja yang terjadi penurunan, begitu pula influent limbah cair RS C
mengalami penurunan nilai dari 58 mg/liter menjadi 48 mg/liter. Sehingga jika di
rata-ratakan dari ketiga influent limbah cair RS tersebut nilai nya sebesar 56,67
mg/liter.

Efisiensi pengolahan menggunakan MBBR yang disajikan pada gambar


diatas menunjukkan rata-rata efisiensi penurunan konsentrasi amoniak sebesar
25%. Pada limbah cair RS A efisiensi penurunan paling tinggi yaitu sebesar 31%,
sedangkan efisiensi pengolahannya paling rendah yaitu pada sampel limbah cair
RS C dengan efisiensi penurunan sebesar 17%. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Aniriani et al., 2022) konsentrasi amoniak mengalami penurunan setelah
44

ditambahkan dengan MBBR dengan persentase penurunan sebesar 30,30%.


Sedangkan menurut penelitian (Wikaningrum & Hakiki, 2020) efisiensi pengolahan
air limbah domestik menggunakan MBBR dapat menurunkan konsentrasi amonia
hingga 46.4%. Meskipun hasil pengujian menunjukkan nilai konsentrasi
amoniaknya menurun, namun nilai tersebut masih diatas baku mutu lingkungan
hidup yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. P 68 tahun 2016 yaitu 10 mg/liter. Penurunan nilai konsentrasi amoniak ini
bergantung pada waktu tinggal di dalam reaktor, terutama didalam bak aerasi.
Menurut (Sudarman et al., 2020) Aerasi berpengaruh positif terhadap efisiensi
penyisihan kadar amoniak yaitu nilai efisiensi penyisihan kadar amoniak
menggunakan aerasi mampu dicapai lebih tinggi dibandingkan dengan
pengadukan. Pengaruh waktu tinggal di bak aerasi terhadap penurunan kadar
amoniak pun berbanding lurus dengan penelitian (Ningtias et al., 2018) bahwa
semakin lama waktu tinggal pengolahan air limbah, maka semakin meningkat
persentase penyisihan konsentrasi amonia yang diasumsikan/perkirakan
penyebabnya oleh waktu tinggal 20 jam pengolahan ini akan stabil dengan kondisi
limbah dan mikroorganisme yang mature.

4.5 Uji Perbedaan


Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi. Jenis analisis data pada analsisis bivariate ini menggunakan uji
paired t-test. Teknik Uji statistik ini merupakan Statistik Parametrik, sehingga
untuk tetap dapat menggunakannya Data harus Berdistribusi secara Normal
melalui Uji Normalitas Data (Setyawan & Aditya, 2018). Untuk mengetahui nilai
signifikansi pada uji paired sample t-test ini dibutuhkan data sebelum dan setelah
pengolahan menggunakan MBBR. Berikut disajikan tabel 4.3 mengenai data
influent dan effluent limbah cair.

Tabel 4.3 Influent dan Effluent Limbah Cair

RS A RS B RS C
No Parameter Satuan
Inf Eff Inf Eff Inf Eff
1 pH - 6,8 6,4 7,7 7 7,9 6,9
45

2 TSS Mg/liter 74 54 111 80 127 45


3 COD Mg/liter 104,06 73,6 73,78 36,72 166,45 126,87
4 BOD Mg/liter 75,96 55,2 53,12 26,8 119,84 95,16
5 Amoniak Mg/liter 48 33 64 46 58 48

Sumber: (Hasil Analisis, 2023)

Sebelum dilakukan uji paired sample t-test, data kualitas influent dan effluent
limbah cair harus berdistibusi normal. Untuk mengetahui data tersebut
berdistribusi normal dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk. Uji Normalitas
Shapiro-Wilk adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui sebaran data acak
suatu sampel kecil. Dalam dua seminar paper yang dilakukan Shapiro, Wilk tahun
1958 dan Shapiro, Wilk, Chen 1968 digunakan simulasi data yang tidak lebih dari
50 sampel. Sehingga disarankan untuk menggunakan uji Shapiro wilk untuk
sampel data kurang dari 50 sampel (N<50). Dalam pengujian, suatu data
dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi >0,05 (sig. >0,05)
(Suardi, 2019). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnova dan Shapiro Wilk

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kategori Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Influent ,321 3 . ,881 3 ,328
Pengolahan
Effluent ,328 3 . ,871 3 ,298

Hasil Influent ,268 3 . ,950 3 ,570


Pengolahan TSS
Effluent ,289 3 . ,927 3 ,478
TSS
Hasil Influent ,256 3 ,962 3 ,623
Pengolahan COD
Effluent ,215 3 . ,989 3 ,800
COD
46

Hasil Influent ,249 3 . ,968 3 ,656


Pengolahan BOD5
Effluent ,211 3 . ,991 3 ,814
BOD5
Hasil Influent ,232 3 ,980 3 ,726
Pengolahan Amoniak
Effluent ,340 3 . ,848 3 ,235
Amoniak
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: (Hasil Pengolahan Data SPSS, 2023)

Berdasarkan tabel diatas nilai signifikansi pada Uji Normalitas Shapiro Wilk
secara keseluruhan nilai signifikansi nya >0,05, dapat disimpulkan data tersebut
berdistribusi normal. Jika data telah berdistribusi normal, maka uji paired sample
t-test dapat dilakukan. Tujuan dari uji ini yaitu untuk mengetahui perbedaan
bermakna pada nilai influent dan effluent limbah cair Rumah Sakit Menggunakan
MBBR melalui pendekatan statistik. Berikut terdapat dua hal dasar dalam
pengambilan keputusan.

1. Jika nilai Sig (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR pada
data influent dan effluent.
2. Jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan
MBBR pada data influent dan effluent.

Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan

Paired Samples Test


Paired Differences T d Sig.
Mean Std. Std. 95% Confidence f (2-
Devi Error Interval of the taile
ation Mea Difference d)
n Lower Upper
Pa Influent ,70000 ,3000 ,1732 -,04524 1,44524 4,041 2 ,056
ir pH - 0 1
1 Effluent
pH
47

Pa Influent 44,333 33,08 19,09 -37,843 126,510 2,321 2 ,146


ir TSS - 33 071 916
1 Effluent
TSS
Pa Influent 35,700 4,709 2,719 24,0005 47,3994 13,129 2 ,006
ir COD - 00 65
1 Effluent
COD
Pa Influent 23,920 2,856 1,649 16,8231 31,0168 14,502 2 ,005
ir BOD - 00 85 40 9 1
1 Effluent
BOD
Pa Influent 14,333 4,041 2,333 4,29381 24,3728 6,143 2 ,025
ir Amoniak 33 45 33 6
1 -
Effluent
Amoniak

Sumber: (Hasil Pengolahan Data SPSS, 2023)

Berdasarkan hasil output BM SPSS Statistic 26, maka dapat diketahui


bahwa hanya nilai parameter COD, BOD dan amoniak saja yang terdapat
perbedaan signifikan antara influent dan effluent limbah cair rumah sakit. Hal ini
dapat dilihat dari nilai signifikansi hasil analisis uji bivariat yang berada pada nilai
<0,05. Analisis menggunakan paired sample t test dilakukan untuk menguji
apakah terdapat perbedaan yang bermakna pada konsentrasi pH influent dan
effluent. Adapun hasil yang didapatkan yaitu sebesar 0,056, sehinga nilai
signifikansi > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan antara konsentrasi pH pada influent dan effluent. Meskipun terdapat
perbedaan tidak bermakna, namun besaran angka atau nilai hasil pengolahan
menggunakan MBBR dibawah baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan No. P68 Tahun 2016. Sedangkan influent dan effluent parameter
TSS sama halnya dengan parameter pH. Hasil uji paired sample t-test
menggunakan SPSS nya menunjukan bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,146 >
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara penurunan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR pada data
influent dan effluent. Berbeda halnya dengan parameter pH dan TSS, pada
48

parameter COD, BOD dan Amoniak menunjukkan perbedaan yang signifikan


dengan nilai Sig. (2-tailed) < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian paired sampel t-
test nilai signifikansi influent dan effluent parameter COD yaitu 0,006, sedangkan
nilai signifikansi parameter BOD sebesar 0,005 dan nilai signifikansi parameter
Amoniak sebesar 0,025.
49

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang penurunan beban pencemar limbah cair rumah
sakit menggunakan rancangan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dapat
diambil kesimpulan:

1. Rancangan IPAL sederhana menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor


(MBBR) terdapat lima bak/reaktor yang memiliki fungsi berbeda. Lima bak
tersebut yaitu bak pemisah minyak/lemak, bak ekualisasi, bak anoksik, bak
aerasi dan bak sedimentasi.
2. Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) mampu menurunkan beban pencemar
Rumah Sakit yaitu pada parameter pH, TSS, COD, BOD5 dan Amoniak.
3. Parameter COD effluent di Rumah Sakit A dan Rumah Sakit B serta
parameter BOD effluent di Rumah Sakit B memenuhi baku mutu limbah
cair sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P68 Tahun 2016.
4. Efisiensi penurunan kualitas limbah cair rumah sakit Moving Bed Biofilm
Reactor (MBBR) yaitu pada parameter pH rata-rata 9%, Konsentrasi TSS
sebesar 43%, Konsentrasi COD sebesar 31%, Konsentrasi BOD 5 sebesar
29% dan Amoniak sebesar 25%.
5. Hasil uji perbedaan menggunakan aplikasi SPSS hanya terdapat tiga
parameter dengan nilai signifikansi <0,05 yaitu pada konsentrasi COD,
BOD5 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara influent dan
effluent limbah cair rumah sakit. Sedangkan dua konsentrasi limbah cair
rumah sakit yaitu pH dan TSS tidak terdapat perbedaan yang signifikan
karena nilai signifikansi >0,05.
50

5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis ingin memberikan saran
pada penulisan ini atau pada obyek penelitian yang mungkin dapat bermanfaat
sebagai bahan pertimbangan, antara lain:

3. Pada penulisan kali ini hanya mengetahui nilai efisiensi 5 parameter


beban pencemar limbah cair rumah sakit yakni pH, TSS, COD, BOD 5
dan Amoniak, namun seharusnya dilakukan pengujian semua parameter
limbah cair rumah sakit yang telah diatur dalam lampiran Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P68 tahun 2016
4. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dilakukan analisis hubungan
waktu tinggal, dosis bakteri terhadap penurunan kualitas limbah cair
menggunakan MBBR. Sehingga dapat diketahui waktu tinggal yang
efektif dalam pengolahan limbah cair menggunakan MBBR.
5. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil pengolahan sampel limbah cair
baik sebelum dan setelah diolah salah satunya adalah pengambilan dan
distribusi sampel ke laboratorium. Perlu diperhatikan saat pengambilan
sampel yang harus sesuai dengan SNI 6989-59-2008 tentang metode
pengambilan sampel air limbah. Selain itu lamanya distribusi sampel
limbah cair ke laboratorium mungkin bisa jadi faktor adanya
ketidaksesuain hasil pengolahan.
6. Agar hasil pengolahan lebih maksimal sebaiknya ditambahkan bak
filtrasi dan khlorinasi pada rancangan IPAL sederhana menggunakan
MBBR
51

DAFTAR PUSTAKA

Al Kholif, M. (2018). Penurunan Beban Pencemar Pada Limbah Domestik Dengan


Menggunakan Moving Bed Biofilter Reaktor (Mbbr). Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan,
4(1), 1–8. https://doi.org/10.29080/alard.v4i1.365

Aniriani, G. W., Putri, M. S. A., & Nengseh, T. (2022). Efektivitas Penambahan


Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) Terhadap Kualitas Air Limbah di Instalasi
Pengolahan Air Limbah Pondok Pesantren Mahasiswa Universitas Islam
Lamongan. Jurnal Ilmiah Sains, 22(1), 67.
https://doi.org/10.35799/jis.v22i1.35562
Anisa, A. & Herumurti, W. (2017). Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan
Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan Proses Aerobik-Anoksik untuk
Menurunkan Nitrogen. Jurnal Teknik ITS. 25166-56520-1-Pb. 6(2).
Azwari, F., Hadidjah, K., Benedicta, C. E., Wahyuni, R., D3, P. S., Lingkungan, P.,
Pertanian, P., & Samarinda, N. (2023). Analisis Parameter pH, BOD, TSS,
Minyak Dan Lemak Serta Total Coliform Pada Limbah Cair Rumah Sakit
Gerbang Sehat Long Bagun Mahakam Ulu. Jurnal Pengendalian Pencemaran
Lingkungan (JPPL), 5(1).
Badan Pusat Statistik. 2021. Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2020. Jakarta Pusat:
Badan Pusat Statistik.
Chen, W. F. (2013). The Civil Engineering Handbook Second Edition. New York:
CRC Press.
Dewi, Y. S., & Buchori, Y. (2016). Penurunan COD, TSS pada penyaringan air limbah
tahu menggunakan media kombinasi pasir kuarsa, karbon aktif, sekam padi dan
zeolit. Ilmiah Satya Negara Indonesia, 9(1), 74–80.
Eri Iva R., D. (2020). Removal of Organics From Hospital Wastewater By Moving
Bed Biofilm Reactor (MBBR) With Polyurethane Foam Media. Pollution
Research, 39(3), 525–530
Fauziyah, N. (2012). Sistem Pengolahan Limbah Cair Di Rumah Sakit Ortopedi
Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
Huda, R. (2017). Pengolahan Aerobik-Anoksik Menggunakan Moving Bed
Reactor Aerobik-Anoksik Menggunakan Moving Bed Reactor. 1–133.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Teknis Instalasi
Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob. 66–71.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan
52

Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. 3, 1–


80.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2022). Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022
Tentang Pengolahan Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Pertambangan Dengan Menggunakan Metode Lahan Basah Buatan. 5, 1–23.
https://jdih.menlhk.go.id/new/uploads/files/2022pmlhk005_menlhk_0411202
2102337.pdf
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2018). Permen LHK Nomor 93
Tahun 2018. Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan, 1–19.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2022). Standar Akreditasi Rumah Sakit
Berdasarkan KMK 1128. Keputusan Menteri Kesehatan, 1–342.
Laksana, D. G. A. S., & Purnomo, S. Y. (2021). Mikroorganisme Indigen Limbah
Cair Tahu Dengan Proses MBBR. Jurnal ENVIROUS, 1(2), 3–8.
Majid, A. (2019). Application of Lab-Scale MBBR to Treat Industrial Wastewater
using K3 Carriers: Effects of HRT, High COD Influent, and Temperature.
International Journal of Environmental Sciences & Natural Resources,
20(2). https://doi.org/10.19080/ijesnr.2019.20.556031
Mane, S., Kotwal, R., Mandave, S., Landge, N., Kedari, H., & Mane, P. S. (2018).
Performance evolution of different MBBR media in wastewater treatment.
International Research Journal of Engineering and Technology, 05(June),
209–212.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2016). Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor R:
P.68/Menlhk-Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia,
1–13.
Metcalf & Eddy (2003). Waste Water Engineering Treatment and Reuse. McGraw
Hill Companies.
Ningtias, B. C., Moersidik, S. S., Priadi, C. R., & Said, N. I. (2018). Pengolahan
Air Limbah Domestik Dengan Anoksik-Aerobik Moving Bed Biofilm
Reactor (Studi Kasus: Penyisihan Amonia Dan Karbon Dalam Air Limbah
Domestik). Jurnal Air Indonesia, 8(2), 177–188.
https://doi.org/10.29122/jai.v8i2.2377
Ningsih. (2011). Pengaruh Pembubuhan Tawas Dalam Menurunkan Tss Pada Air
Limbah Rumah Sakit. KESMAS - Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 79–
86. https://doi.org/10.15294/kemas.v6i2.1756
53

Purnama, A. R. dan V. (2022). Analysis of BOD ( Biological Oxygen Demand )


and COD ( Chemical Oxygen Demand ) In the Batang Masumai River Water
, Merangin Regency at the UPTD Laboratory of the Environmental Service
Analisis Kadar BOD ( Biological Oxygen Demand ) dan COD ( Chemical
Oxy. 7(2).
Rinawati, Hidayat, D., Suprianto, R., & Dewi, P. S. (2016). Penentuan Kandungan
Zat Padat (Total Dissolve Solid Dan Total Suspended Solid)Di Perairan
Teluk Lampung. Analit: Analytical and Environmental Chemistry, 1(1), 36–
46.
Said, N. I. (2018). Paket Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Yang
Murah Dan Efisien. Jurnal Air Indonesia, 2(1), 52–65.
https://doi.org/10.29122/jai.v2i1.2289
Susanti, A. R., Wardoyo, I. R. E., Ngadino, N., & Rokhmalia, F. (2020). Evaluasi
Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Puskesmas. Jurnal Kesehatan,
11(2), 204. https://doi.org/10.26630/jk.v11i2.2091
Suyasa, W. B. (2015). Pencemaran Air dan Pengolahan Air Limbah. Udayana
University Press, 153.
Said, N. I., & Santoso, T. I. (2018). Penghilangan Polutan Organik Dan Padatan
Terrsuspensi Di Dalam Air Limbah Domestik Dengan Proses Moving Bed
Biofilm Reactor (Mbbr). Jurnal Air Indonesia, 8(1), 33–46.
https://doi.org/10.29122/jai.v8i1.2382
Setyawan, Aditya, D. (2018). Statistika Kesehatan Analisis Bivariat Pada Hipotesis
Kesehatan.
Sudarman, R., Budiastuti, H., Djenar, N. S., Panggalo, E. S., & Nurhasyim, A. (2020).
Penyisihan Kadar Amoniak dalam Limbah Cair Industri Pupuk Menggunakan
Sequencing Batch Reactor. Fluida, 13(2), 65–72.
https://doi.org/10.35313/fluida.v13i2.2264
Tchobanoglous, G., L. Burton, F., & Stensel, D. H. (2014). Wastewater Engineering:
Treatment and Reuse. In McGraw Hill Companies, Inc. (Issue 7, p. 421).
Ulfah Farahdiba, A., Suryo Purnomo, Y., Nugraha Sakti, S., & Muhammad Firdaus
Kamal, dan. (2019). Pengolahan Limbah Domestik Rumah Makan Dengan
Proses Moving Bed Biofilm Reactor (Mbbr). Jukung Jurnal Teknik Lingkungan,
5(1), 65–74.
Werkneh, A. A., & Islam, M. A. (2023). Post-treatment disinfection technologies for
sustainable removal of antibiotic residues and antimicrobial resistance bacteria
from hospital wastewater. Heliyon, 9(4), e15360.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e15360
54

Wicheisa, F. V., Hanani, Y., & Astorina, N. (2018). Penurunan Kadar Chemical
Oxygen Demand (COD) Pada Limbah Laundry Orens Tembalang Dengan
Berbagai Variasi Dosis Karbon Aktif Tempurung Kelapa. Jurnal Kesehatan
Masyarakat , 6(6), 2356–3346.
Wikaningrum, T., & Hakiki, R. (2020). Reduksi Energi Pengolahan Air Limbah di
Kawasan Industri Dengan Implementasi Teknologi Food Chain Reactor (Studi
Kasus : Kawasan Industri Jababeka Bekasi). Jurnal Serambi Engineering, 5(3),
1146–1154. https://doi.org/10.32672/jse.v5i3.2078

Anda mungkin juga menyukai