Anda di halaman 1dari 62

i

PENURUNAN BEBAN PENCEMAR LIMBAH CAIR RUMAH


SAKIT MENGGUNAKAN RANCANGAN MOVING BED
BIOFILM REACTOR (MBBR)

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi Teknik Lingkungan

AGUNG RAMADHAN
2201191002

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANTEN JAYA
SERANG-BANTEN
2023
ii

PENURUNAN BEBAN PENCEMAR LIMBAH CAIR RUMAH


SAKIT MENGGUNAKAN RANCANGAN MOVING BED
BIOFILM REACTOR (MBBR)

Oleh:

AGUNG RAMADHAN
2201191002

Telah Disetujui da Disahkan sebagai Tugas Akhir Program Studi


Teknik Lingkungan

Serang, Agustus 2023

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Anis Masyruroh, ST., M.T Frebhika Sri Puji Pangesti, ST., M.Sc
NIDN. NIDN. 0423028403

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi


Teknik Lingkungan

Frebhika Sri Puji Pangesti, Ade Ariesmayana, ST., M.Pd., M.T


ST., M.Sc NIDN. 0421038503
NIDN. 0423028403

ii
iii

PENURUNAN BEBAN PENCEMAR LIMBAH CAIR RUMAH


SAKIT MENGGUNAKAN RANCANGAN MOVING BED
BIOFILM REACTOR (MBBR)

Oleh:

AGUNG RAMADHAN
2201191002

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji


pada Hari Jumat Tanggal Dua Puluh Lima Bulan Agustus Dua Ribu
Dua Puluh Tiga dan Dinyatakan Lulus Memenuhi Syarat Diterima
sebagai Tugas Akhir Program Studi Teknik Lingkungan

Dewan Penguji: Tanda tangan


Ketua/Penguji:

NIDN. …………………….

Penguji I

NIDN. …………………….

Penguji II

NIDN. …………………….

Mengesahkan
Dekan Fakultas Teknik

Frebhika Sri Puji Pangesti, S.T., M.Sc


NIDN. 0423028403
PERNYATAAN

iii
iv

Nama : Agung Ramadhan


NIM : 2201191002

Dengan ini menyatakan bahwa seluruh isi Tugas Akhir dengan Judul
Penurunan Beban Pencemar Limbah Cair Rumah Sakit
Menggunakan Rancangan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)
adalah benar-benar hasil karya sendiri dan saya tidak melakukan
pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya berupa pencabutan tugas akhir dan gelar
sarjana, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya.

Serang, Agustus 2023

Agung Ramadhan

iv
30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kenaikan jumlah penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh besarnya


kelahiran (birth), kematian (death), dan migrasi. Proyeksi jumlah penduduk
Indonesia memperlihatkan terjadinya kenaikan, dengan laju pertumbuhan
penduduk mencapai 1,13% sehingga pada tahun 2023 jumlah penduduk di
Indonesia mencapai 278.696,2 Jiwa (Badan Pusat Statisitik, 2020). Meningkatnya
jumlah penduduk di Indonesia mendorong pemerintah menyediakan air bersih
dengan jumlah lebih banyak untuk menunjang kehidupan manusia. Hal ini sejalan
dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa
pemenuhan air bersih bagi masyarakat merupakan salah satu tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah sebagai bagian dari pelayanan publik yang
harus dilakukan.
Ketersediaan air bersih berpengaruh pada kesejahteraan dan kesehatan
masyarakat. Kondisi air bersih yang buruk mengakibatkan penurunan kesehatan
sehingga perlu dilakukan pencegahan dan pengelolaan air bersih. Semakin
menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, maka semakin banyak fasilitas
kesehatan (rumah sakit) yang harus disediakan pemerintah ataupun swasta.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan Kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Permenkes RI Nomor 4
Tahun 2018). Rumah sakit menghasilkan limbah cair yang berasal dari kegiatan
medis maupun non medis. Limbah infeksius merupakan jenis limbah cair yang
berasal dari kegiatan medis, diantaranya cairan infus, pemeriksaan pathogen dan
mikrobiologi di poliklinik dan ruang isolasi. Selain itu, limbah cair yang berasal
dari kegiatan non medis meliputi dari kegiatan kamar mandi, toilet, instalasi gizi
dan taman. Ada pula limbah cair yang mengandung bahan kimia berasal dari
kegiatan medis, laboratorium, sterilisasi dan riset (Busyairi dalam Azwari et al.,
2023). Sedangkan menurut Werkneh & Islam (2023), limbah cair rumah sakit
31

bersumber dari ruang periksa dan bedah, laboratorium kesehatan, ruang radiologi,
laundry, dapur dan toilet.
Hospital Waste Management saat ini menjadi perbincangan dunia
internasional, oleh karena itu Solid Hazardous Waste melaksanakan kegiatan High
Level Meeting on Environmental and Health South-East and East Asean Contries
di Bangkok pada tanggal 18 Oktober 2013. Hasil dari pertemuan tersebut akan
menindaklanjuti penanganan limbah domestik dan medis di rumah sakit
(Sukadewi et al., 2020).
Potensi dampak limbah cair rumah sakit terhadap kesehatan manusia sangat
besar sehingga rumah sakit yang menghasilkan limbah cair harus melakukan
pengolahan sesuai dengan standar yang ditetapkan (Permenkes, 2019). Pada
dasarnya limbah cair rumah sakit mengandung polutan yang tinggi antara lain
COD, BOD, nutrisi, TSS, TDS, klorida, coliform total, tinja dan mikroba
(Werkneh & Islam, 2023). Dari semua parameter tersebut membahayakan
ekosistem perairan jika nilainya melebihi baku mutu yang telah ditetapkan
pemerintah. Polutan BOD, COD, TSS pada limbah cari rumah sakit perlu
diperhatikan jika nilainya melebihi standar lingkungan hidup. Penyebab
kekeruhan pada badan air yakni karena banyak nya padatan tersuspensi sehingga
menurunkan laju fotosintesis fitoplanton dan tumbuhan air. Selain itu, kadar
oksigen dalam air menurun disebabkan oleh tingginya nilai BOD dan COD pada
badan air (Sukadewi et al., 2020). Salah satu cara menurunkan senyawa organik
dan padatan tersuspensi tersebut dapat menggunakan unit pengolahan biologis
yang memanfaatkan biofilm dimana mikroorganisme tumbuh dan berkembang
biak pada media dengan sistem fluidized attached growth (MBBR).
Salah satu alasan rumah sakit membangun IPAL yakni karena adanya
regulasi pemerintah untuk mewajibkan rumah sakit mengolah air limbahnya
sampai baku mutu yang ditetapkan, namun hal ini menjadi kendala karena
penggunaan teknologi yang cukup mahal (Sukadewi et al., 2020). Menurut Said
dalam Sukadewi et al., (2020) bahwa sampai saat ini rumah sakit tipe kecil atau
klinik tidak dilakukan proses pengolahan sehingga masih membuang limbah
cairnya ke parit.
32

Limbah cair rumah sakit dapat diolah dengan proses biologi dengan
menerapkan sistem aerobik dan anerobik. Sistem aerobik yang banyak diterapkan
yakni sistem lumpur aktif, sistem filtrasi membran dan bioreaktor lumpur aliran
atas. Meskipun sudah banyak diterapkan tentu saja sistem tersebut memiliki
kekurangan. Sistem lumpur aktif merupakan metode yang paling banyak
diterapkan untuk mengolah limbah cair industri, namun kekurangannya harus ada
proses pengembalian lumpur, sehingga akan menambah biaya operasional dan
biasanya hasil penyisihan bahan organic air limbah nya tidak optimal disebakan
kompleksitas penggunaan bahan kimia (Majid, 2019).
Sistem bioreactor membrane (MBR) pada prosesnya perlu dilakukan
pembersihan secara berkala sehingga menyebabkan pemborosan waktu,
sedangkan sistem lainnya tidak efisien dari segi biaya dan waktu. Dengan
demikian, sistem Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) menjadi pilihan sistem
inovatif dan hemat biaya dengan efisiensi penyisihan yang tinggi (Majid, 2019).
Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) merupakan sistem pengolahan limbah cair
secara biologis dimana bakteri berkembang sebagai biofilm yang melekat pada
media. Secara konvensional, MBBR dirancang berdasarkan luas permukaan
pembawa, operasi reactor dan karakteristik biofilm, seperti struktur dan komposisi
kumpulan mikroba (Mane et al., 2018).
Menurut Anisa et al., (2017) presentase penuruan kadar nitrogen pada air
limbah domestik sebanyak 80,9% sedangkan kadar amoniak sebesar 99,72% pada
limbah artifisial dengan konsentrasi COD 500 mg/L. Kinerja Moving Bed Biofilm
Reactor (MBBR) menunjukan bahwa removal COD dapat mencapai 97,73% dan
removal TSS mencapai 63,04%. reaktor dengan volume media K1 sebesar 60%
dapat menurunkan kandungan COD sampai di bawah baku mutu, sedangkan
untuk TSS kurang optimal (Ulfah, et. al, 2019). Pada proses pengolahan limbah
cair tahu menggunakan MBBR penurunan untuk BOD5 mencapai 85.48%, TSS
sebesar 91.01% dan Total N mencapai 83.2% (Laksana & Purnomo, 2021). Pada
penelitian kali ini bertujuan untuk merancang instalasi pengolahan air limbah
sederhana (prototype) menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dan
mengetahui efektifitas Moving Bed Biofilm Reactor untuk menurunkan beban
pencemar limbah cair sumah sakit.
33

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana rancangan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sederhana
menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)?
2. Bagaimana efeketivitas kemampuan Moving Bed Biofilm Reactor
(MBBR) dalam menurunkan menurunkan beban pencemar limbah cair
rumah sakit?
1.3 Batasan Masalah
Batasan pada penelitian ini adalah:
1. Mengetahui durasi optimum pada pengolahan limbah cair rumah sakit
menggunakan Moving Bed Bioflm Reactor (MBBR)
2. Menghitung rincian anggaran biaya peracangan IPAL rumah sakit
menggunakan MBBR
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui rancangan rancangan instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) sederhana menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)
2. Mengetahui efektifitas kemampuan Moving Bed Biofilm Reactor
(MBBR) dalam menurunkan menurunkan beban pencemar limbah cair
rumah sakit
1.5 Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat,
antara lain:
1. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memperluas pengetahuan
dan pengalaman dalam pengolahan limbah cair rumah sakit, serta dapat
digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dalam bidang yang
sejenis.
2. Bagi Instansi/Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau
informasi mengenai cara pengelohan limbah cair Rumah Sakit
34

menggunakan Moving Bed Biofilm Reaktor (MBBR) untuk menurunkan


polutan limbah cair rumah sakit serta dapat mambantu instansi/perusahaan
dalam memberikan solusi perbaikan kualitas lingkungan.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengolahan limbah cair Rumah Sakit menggunakan Moving Bed Biofilm
Reaktor (MBBR) untuk menurunkan polutan limbah cair rumah sakit.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini akan dibagi kedalam beberapa bagian, yaitu:
1. BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas mengenai tinjauan pustaka yang berisi tentang pengertian air
limbah, karakteristik air limbah, sistem pengolahan air limbah dan lain-
lain.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Membahas mengenai metodelogi penelitian yang berisi tentang diagram
alir penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data,
metode analisis dan pengolahan data.
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi data
sampel air limbah dan hasil pengujian parameter.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat pernyataan singkat yang berisi tentang kesimpulan dari
hasil uji parameter dan saran-saran yang diberikan.
6. DAFTAR PUSTAKA
yaitu rujukan atau referensi yang digunakan peneliti dalam
menyelesaikan Tugas Akhir.
7. LAMPIRAN-LAMPIRAN
35

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Cair


Limbah cair merupakan air buangan yang bersumber dari aktivitas manusia
sehari-hari yang berhubungan dengan pemakaian air. Air Limbah adalah sisa dari
suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair (Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, 2018). Menurut Permenkes RI No. 7 Tahun 2019, air
buangan rumah sakit merupakan segala jenis air buangan termasuk tinja yang
bersumber dari kegiatan rumah sakit dan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan
pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi
yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan),
sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air
permukaan, maupun air hujan. Ada tiga bagian sifat-sifat limbah cair yakni fisik,
kimiawi dan sifat biologis dengan dibedakan pula cara pengukurannya sesuai
dengan kondisi jenis dari sifat-sifat limbah cair tersebut (Suyasa, 2015).

2.2 Limbah Cair Rumah Sakit


Menurut Permenkes RI No. 7 Tahun 2019, air buangan rumah sakit
merupakan segala jenis air buangan termasuk tinja yang bersumber dari kegiatan
rumah sakit dan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

2.3 Jenis Limbah Cair Rumah Sakit

2.3.1 Limbah Cair Medis

Limbah cair medis merupakan limbah cair yang mengandung zat beracun
seperti bahan-bahan kimia anorganik. Limbah cair yang dihasilkan mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia maupun biologi. Limbah cair rumah sakit
mengandung bermacam-macam mikroorganisme tegantung pada jenis rumah
36

sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang
ada. Limbah cair rumah sakit mengandung bahan-bahan organik dan anorganik,
yang tingkat kandungannya dapat ditentukan denga uji air kotor pada umumnya
seperti BOD5, COD, TSS, pH, mikrobiologik dan lain-lain.

2.3.2 Limbah Cair Non Medis

Limbah cair non medis terdiri dari dua bagian, diantaranya:

a. Feses dan air kemih manusia yang berasal dari kloset atau peturasan di
dalam toilet atau kamar mandi.
b. Limbah cair yang berasal dari kegiatan laundry, kitchen sink, floor
drain dari ruagan-ruangan rumah sakit

2.4 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit


Menurut (Fauziyah, 2012) sumber limbah cair rumah sakit terbagi kedalam
3 kelompok yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit

Kelompok Contoh
Bidang Perawatan Rawat inap, rawat jalan, ruang operasi, ICU,
instalasi rehab medic dan instalasi rawat
khusus
Bidang penunjang Radiologi, instalasi CSSD dan binatu,
IPSRS, instalasi gizi, laboratorium, instalasi
sanitasi
Bagian umum Kantor dan cucian kendaraan
(Sumber : Fauziyah, 2012)
37

2.5 Komposisi Air Limbah


Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi
yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi, secara garis
besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dapat dikelompokan seperti pada
skema berikut ini.

Air Limbah

Air (99,9%) Bahan Padat (0,1%)

Organik (70%) Anorganik (30%)

Gambar 2.1 Komposisi Air Limbah


Sumber: (Tchobanoglous et al., 2014)

2.6 Karakteristik Limbah Cair


Limbah cair atau air limbah memiliki karakteristik yang dapat dibedakan
menjadi 3 bagian yaitu fisik, kimia dan biologi. Dari ketiga karakteristik air
limbah tersebut juga dilakukan cara pengukuran yang berbeda-beda.
Tchobanoglous et al., (2014) memberikan gambaran lengkap terkait ketiga
karakteristik air limbah serta sumber utama air limbah dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini:

Tabel 2.2 Karakteristik Air Limbah

Karakteristik Air Limbah Sumber Air Limbah


Fisik:
1. Warna Air buangan rumah tangga dan industri serta bangkai
benda organis
2. Bau Pembusukan air limbah dan limbah industri
3. Endapan Penyediaan air minum, air limbah rumah tangga dan
38

industry, erosi tanah, aliran dan air rembesan


4. Temperatur Air limbah rumah tangga dan industri
Kimia:
- Organik

1. Karbohidrat Air limbah rumah tangga, perdagangan serta limbah


industry
2. Minyak, lemak dan Air limbah rumah tangga dan industry
gemuk
3. Pestisida Air limbah pertanian
4. Fenol Air limbah industri
5. Protein Air limbah rumah tangga
6. Deterjen Air limbah rumah tangga dan industri

Anorganik:
1. Kesadahan Air limbah dan air minum rumah tangga dan rembesan air
tanah
2. Klorida Air limbah dan air minum rumah tangga
3. Logam berat Air limbah indutri
4. Nitrogen Air limbah rumah tangga dan pertanian
5. pH Air limbah industri

6. Fosfor Air limbah rumah tangga dan industri serta limpasan air
hujan
7. Belerang Air limbah dan air minum rumah tangga serta limbah
industri
Bahan-bahan beracun:
- Gas-gas
1. Hidrogen sulfida Pembusukan limbah rumah tangga
2. Metan Pembusukan limbah rumah tangga
3. Oksigen Penyediaan air minum rumah tangga serta perembesan air
permukaan
Biologis:
1. Binatang Saluran terbuka dan bangunan pengolah
2. Tumbuh-tumbuhan Saluran terbuka dan bagunan pengolah
39

3. Protista Air limbah rumah tangga dan bangunan pengolah


4. Virus Air limbah rumah tangga
(Sumber:(Tchobanoglous et al., 2014)

2.6.1 Karakteristik Fisik


Karakter fisik air limbah ditentukan oleh polutan yang masuk kedalam air
limbah dan memberikan perubahan fisik pada air limbah tersebut. Karakteristik
fisik tersebut adalah suhu, kekeruhan, warna dan bau yang disebabkan oleh
adanya bahan tersuspesi dan terlarut didalamnya. Penentuan derajat kekotoran air
limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun
sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat sebagai efek estetika dan
kejernihan serta bau dan warna dan juga temperatur. Karakteristik terbagi kedalam
beberapa parameter yakni:
1. Suhu
Badan air memiliki suhu, yang dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan air (altitude), waktu hujan dalam sehari, sirkulasi
udara, penutupan awan, aliran air serta kedalaman badan air. Perubahan suhu
berperan penting terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air, yang juga
berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki
kisaran tertentu yang paling baik bagi pertumbuhannnya (Suyasa, 2015).
2. Kecerahan dan Kekeruhan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan
secara visual dengan menggunakan alat Secci Dish. Satuan dari kecerahan adalah
meter. Kecerahan dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan
dan padatan tersuspensi serta faktor ketelitian. Kekeruhan dinyatakan dalam
satuan Mg/L. Padatan tesuspensi menyebabkan peningkatan kekeruhan, namun
tidak semua padatan dapat menyebabkan kekeruhan (Suyasa, 2015).
3. Warna
Warna pada air dapat dibedakan menjadi true color dan apparent color.
True color disebabkan karena adanya partikel koloid yang ada pada air buangan,
sedangkan apparent color dikarenakan adanya partikel tersuspensi yang ada pada
air limbah (Suyasa, 2015).
40

4. Bau
Bau pada air limbah merupakan hasil dari penguraian bahan-bahan organik
oleh organisme yang ada di dalamnya. Adanya bau pada air buangan
menunjukkan bahwa air dalam kondisi tercemar atau mengandung bahan polutan
berbahaya (Suyasa, 2015).
5. Padatan
Padatan dalam air buangan terdiri atas padatan terlarut (Total Dissolved
Solid/TDS) dan padatan ter suspensi (Total Suspended Solid/TSS). TSS pada air
limbah dapat berupa fitoplankton, bakteri, fungi maupun partikel anorganik
lainnya. Tingginya kandungan TSS pada perairan dapat menyebabkan kekeruhan.
Air yang keruh dapat mengurangi penetrasi cahaya matahari untuk masuk ke
dalam badan air sehingga proses fotosintesis dapat terganggu (Suyasa, 2015).

2.6.2 Karakteristik Kimia

Karakteristik kimia air limbah ditentukan dengan adanya polutan dari bahan
bahan kimia (chemical). Chemical tersebut terdapat dalam bentuk terlarut dalam
bentuk ion-ion dan tersuspensi dalam bentuk senyawanya.

1. Dissolved Oxygen (DO)


Oksigen terlarut sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme yang ada
dalam air buangan agar dapat mengurai bahan-bahan organik. DO
sangat tergantung pada suhu air limbah. Pada air buangan, biasanya nilai
DO sangat rendah. Untuk mengantisipasi hal ini, biasanya disediakan
alat (aerator) untuk mensuplai oksigen ke dalam air limbah.
2. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Biochemical oxygen demand adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan proses dekomposisi aerobik
terhadap bahan organik dari lautan, di bawah kondisi suhu tertentu
(umumya 20o C) dan waktu tertentu (umunya 5 hari). Hasil pengukuran
BOD dinyatakan dalam mg/l. Apabila hasil pengukuran menunjukkan
angka lebih dari 300 mg/l, BOD dikatakan kuat, sedangkan kurang dari
41

100 mg/l disebut lemah. maximum BOD yang diperbolehkan 30 mg/l.


Jika kebutuhan biologi akan oksigen lebih besar dari 30 mg/l akan
mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu yang berguna dalam proses
dekomposisi zat organik dalam limbah (Suyasa, 2015).
3. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan kimiawi secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi secara
biologi. Pengukuran COD didasarkan pada kenyataan bahwa hampir
semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air
dengan bantuan oksidator kuat (Kalium Dikromat/ K2 Cr2 O7 ) dalam
suasana asam. Perairan yang memiliki kadar COD tinggi tidak ideal bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Kandungan COD pada perairan
yang tidak tecemar biasanya berkisar kurang dari 20 mg/liter.
Sedangkan pada perairan yang tercemar lebih dari 200 mg/liter dan pada
limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/liter (Effendi dalam Dewi &
Buchori, 2016).

2.6.3 Karakteristik Biologi


Mikroorganisme yang biasa ditemui pada air buangan adalah bakteri,
protozoa dan virus. Keberadaan mikroorganisme ini juga dipengaruhi oleh sumber
air limbahnya. Limbah cair yang berasal dari kegiatan domestik mengandung
bakteri E. Coli. Kehadiran mikroorganisme ini sulit untuk di identifikasi, sehingga
salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan organisme lain
sebagai indikator selain pemeriksaan di laboratorium (Kholif M, 2020).

2.7 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit


Berikut ini merupakan baku mutu limbah cair pada Rumah Sakit sesuai
dengan peraturan (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016) tentang baku
mutu air limbah domestik.
42

Tabel 2.3 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit

Parameter Satuan Kadar Maksimum


Ph - 6-9
BOD5 mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform (MPN/100 ml) 3.000
Debit L/orang/hari 100

(Sumber: Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016)

2.8 Sistem Pengolahan Air Limbah


Pengolahan air limbah secara biologis sebagai suatu proses yang melibatkan
mikroorganisme dalam air untuk melakukan transformasi senyawa kimia yang
terkandung dalam air menjadi bentuk senyawa lain. Mikroorganisme
mengonsumsi bahan organik membuat biomassa sel baru serta zat organik dan
memanfaatkan energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk metabolisme
(Tchobanoglous et al., 2014).

2.9 Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)


Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) merupakan sistem pengolahan limbah
cair secara biologis dimana bakteri berkembang sebagai biofilm yang melekat
pada media. Secara konvensional, MBBR dirancang berdasarkan luas permukaan
pembawa, operasi reactor dan karakteristik biofilm, seperti struktur dan komposisi
kumpulan mikroba (Mane et al., 2018). Keutamaan MBBR adalah proses attached
growth (mikroorganisme melekat pada media), sehingga kapasitas pengolahan
adalah sebuah fungsi dari luas permukaan spesifik reaktor. Luas permukaan
spesifik media merefleksikan jumlah luas permukaan yang tersedia untuk
pertumbuhan biofilm per-unit volume media. Daftar luas permukaan spesifik
untuk tiga tipe media berbeda untuk MBBR, dapat dilihat pada Tabel 2.4
43

Tabel 2.4 Luas Permukaan Spesifik untuk Media Attached Growth


Media MBBR Luas Permukaan Spesifik (m2/m3)
Kaldnes K-1 Media 500
Hydroxyl Media 400
Kaldness Flat Chip 1200
Sumber: (Tchobanoglous et al., 2014)

Gambar 2.2 Media Kaldness K1 dan K3

Sumber:

2.10 Unit Pengolahan Air Limbah


2.10.1 Screening
Screening merupakan salah satu unit pengolahan air limbah yang
ditempatkan di awal proses karena tujuannya untuk menyaring padatan, misalnya
plastic, daun, ranting dan benda padat lainnya. Tujuan penyaringan benda tersebut
ialah agar tidak terjadi penyumbatan pada sistem perpipaan dan unit pengolahan
lainnya. Screening terbuat dari besi atau bahan lainnya yang dapat difungsikan
sebagai penyaring. Ada dua jenis screen diantaranya saringan halus (fine screen)
dan saringan kasar (coarse screen). Pada saringan kasar ada yang disebut bar
screen yang terbuat dari kerangka besi. Proses pemasangan bar screen ini
biasanya dipasang miring melintang. Kriteria desain bar screen dapat dilihat pada
tabel 2.5
44

Tabel 2.5 Kriteria Desain Bar Screen


Kriteria Desain Kemampuan Penyisihan (%)
Kecepatan aliran melalui (m/det) 0,3-0,6
Ukuran bar (batang):
- Lebar (mm) 4-8
- Tebal (mm) 25-50
Jarak antar bar (batang) (mm) 25-75
Slope dengan horizontal (derajat) 45-60
Headloss yang dibolehkan (mm) 150
Maksimum head loss (mm) 800
Sumber : Said, 2017

2.10.2 Grease Removal


Grease removal/ pemisah lemak yaitu unit pengolahan air limbah
yang berfungsi untuk memisahkan minyak/lemak pada air limbah. Pada
dasarnya minyak dan lemak memiliki masa jenis yang lebih kecil dari pada
air sehingga lemak/minyak akan berada di permukaan air. Pada unit ini
secara sederhana menerapkan sistem gravitasi utuk memisahkan
minyak/lemak dari air. Menurut Metcalf and eddy (2003), waktu tingal di
dalam bak pemisah lemak/minyak umumnya antara 0,5 – 2 jam.

2.10.3 Bak Ekualisasi


Bak ekualisasi merupakan bak yang memiliki fungsi menampung
dan mengumpulkan limbah cair serta mengatur debut air menuju IPAL.
Pengaturan debit air limbah dapat menggunakan pompa submersible.
Kriteria desain bak ekualisasi dapat dilihat pada tabel 2.6
Tabel 2.6 Kriteria Desain Bak Ekualisasi
Parameter Satuan Nilai
Kedalaman minimum Meter 1,5-2
Ambang batas M 1
Laju pompa udara M3/menit 0,01 – 0,015
45

Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

2.10.4 Bak Anaerob


Bak anaerob merupakan unit pengolahan secara biologis yang
memanfaatkan bakteri tanpa bantuan udara. Salah satu kelebihan pada
proses anaerob yaitu lumpur biologis yang dihasilkan lebih sedikit
dibandingkan bak aerob, namun kelemahannya terkadang menimbulka bau
akibat produksi gas hydrogen sulfida (H 2S) atau asam-asam organic
(Metcalf & Eddy, 2003).
Beban BOD yang terdapat di dalam air limbah didaparkan dengan
rumus sebagai berikut:
BOD = Debit (Q) x Kadar BOD Masuk
Keterangan:
BOD = Beban BOD didalam air limbah (kg/hari)
Q = Debit air limbah (m3/hari)
BOD masuk = kadar BOD dalam air limbah yang masuk ke
reactor (g/m3)
Waktu tinggal (td) yang diperlukan didalam reactor dapat
ditentukan dengan rumus:
td = V/Q
Keterangan:
Td = Waktu tinggal (jam)
Q = Debit Air Limbah (m3/jam)
V = Volume reactor yang diperlukan (m3)

2.10.5 Bak Aerob


Bak aerob merupakan unit pengolahan secara biologis dengan
tambahan oksigen melalui injeksi udara dari aerator. Aerob dioperasikan
dengan beban pengolahan lebih rendah, oleh karena itu proses aerob selalu
diletakkan setelah proses anaerob. Kriteria perencanaan perhitungan media
didasarkan pada besar beban BOD maka rumus volume media yang
diperlukan sebagai berikut:
46

V media=
Beban BOD ( hari
kg
)
standar beban BOD

Volume media aerob sebesar 20 – 50% volume reactor (Huda,


2017). Waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

volume reaktor
Td =
debit limbah cair

Waktu tinggal yang dipersyaratkan pada bak aerob adalah 6-8 jam
(kemenkes, 2011).

2.10.6 Bak Sedimentasi


Bak sedimentasi merupakan unit pengolahan air limbah yang
berfunsgi untuk memisahkan dan mengendapkan padatan tersuspensi yang
ada didalam air limbah, agar air olahan menjadi jernih (Kementerian
Kesehatan, 2011).
47

2.11 Kerangka Berpikir


Berikut ini merupakan kerangka berpikir pada penelitian yang akan
dilakukan.

Penduduk

Kebutuhan Air Bersih

Tidak
Kesehatan Rumah Sakit

Baku Mutu Lingkungan Limbah Cair

Teknologi Pengolahan Pencemaran

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian

2.12 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan hasil penelusuran dari jurnal nasional dan internasional.
Tabel 2.7 State of the Art
No Penulis Judul Tahun Hasil Penelitian
1 Ulfah, et Pengolahan 2019 Kinerja Moving Bed Biofilm
al., Limbah Domestik Reactor (MBBR) menunjukan
Rumah Makan bahwa removal COD dapat
Dengan Proses mencapai 97,73% dan removal
Moving Bed TSS mencapai 63,04%. reaktor
Biofilm Reactor dengan volume media K1
(MBBR) sebesar 60% dapat
menurunkan kandungan COD
sampai di bawah baku mutu,
sedangkan untuk TSS kurang
48

optimal.
Efisiensi Efisiensi penurunan parameter
Pengolahan pada pengolahan limbah cair
Limbah Cair Hotel Hotel Aston dengan waktu
Menggunakan terbaik 7 hari dalam
Dhuhan,
2 Moving Bed 2021 Pengolahan biologis terlekat
et al
Biofilm Reactor MBBR dengan media Kaldnes
(MBBR) K3 sebesar 93,37% untuk
parameter BOD dan 89,74%
untuk parameter TSS
Penurunan Beban Efisiensi tertinggi yang terjadi
Pencemar Pada pada media kaldness untuk
Limbah Domestik parameter BOD₅ mencapai
Dengan 83,3%, kadar COD sebesar
Menggunakan 84,2% dan pada parameter
Moving Bed TSS mencapai 90%.
Al Kholif,
3 Biofilter Reaktor 2018 Sedangkan efisiensi tertinggi
et al
(MBBR) yang terjadi pada media batu
apaung untuk parameter BOD5
mencapai 75,6%, pada
parameter COD mencapai
70,8% dan TSS mencapai
87,5%.
4 Majid A Application of Lab- 2019 Parameter BOD dan COD
dan Scale MBBR to ditentukan pada HRT 3, 5, 8,
Mahna Treat Industrial dan 12 jam dengan rasio
Wastewater using pengisian 50%. Meskipun
K3 Carriers: HRT 12 jam memiliki efisiensi
Effects of HRT, penyisihan COD sebesar 86%,
High COD namun karena sedikit
Influent, and perbedaan 3% dan
Temperature mempersingkat proses
49

perawatan, HRT 8 jam dipilih


sebagai HRT optimum
Pengolahan Lindi MBBR optimum dalam
Menggunakan mengoksidasi zat organik pada
Moving Bed konsentrasi COD lindi 3500
Biofilm Reactor mg/L dengan besar efisiensi
Aljumrian (MBBR) Pada removal sebesar 95,15% dan
5 2015
ai Proses Aerobik- removal ammonia sebesar
Anoksik 76,81% sedangkan pada
konsentrasi COD lindi 5000
mg/L removal nitrat sebesar
69,28%.
Pengolahan Lindi MBBR optimum dalam
Dengan Proses mengoksidasi zat organik dan
Aerobik-Anoksik nitrogen pada konsentrasi
Menggunakan COD lindi 2000 mg/L dengan
Moving Bed efisiensi removal COD
Biofilm Reactor mencapai 78,78% pada durasi
6 Rafika, H Untuk Menurunkan 2017 proses aerobik-anosik 36-9
Konsentrasi jam dan removal total
Organik Dan nitrogen, amonium, dan nitrat
Nitrogen sebesar 35,24%, 61,04%, dan
28,79% pada durasi proses
aerobik-anoksik 22,5- 22,5
jam.
Performance Studi penelitian menyoroti
evolution of kinerja berbagai jenis reactor
different MBBR MBBR. Teknik MBBR cocok
Mane et
7 media in 2018 untuk menghilangkan BOD
al.,
wastewater secara efisien dan memberikan
treatment efisiensi lebih dibandingkan
metode konvensional lainnya
50

Removal of Sistem MBBR dengan media


Organics From PU-Foam terbukti dapat
Hospital menurunkan senyawa COD
Wastewater By sebesar 60,5-77%, senyawa
Eri Iva R.,
8 Moving Bed 2020 NH4+-N sebesar 88-90%,
Biofilm Reactor senyawa ibuprofen sebesar
( MBBR) With 91% dan thrimethoprim
Polyurethane Foam sebesar 57%
Media
Application of Lab- Perubahan tajam pada
Scale MBBR to kemiringan efisiensi
Treat penyisihan COD pada kisaran
Industrial suhu 20-25 derajat celcius
Wastewater using karena tingginya aktivitas
9 Majid K3 Carriers: 2019 mikroorganisme yang
Effects menyebabkan peningkatan
of HRT, High COD efisiensi penyisihan COD dari
Influent, and 70% menjadi 90%.
Temperature
51

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Pengambilan dan Pengujian Sampel

Pengambilan sampel limbah cair yaitu pada IPAL Rumah Sakit tipe A, B
dan C di satu Rumah Sakit yang berlokasi di Kota Serang dan dua Rumah Sakit di
Kab. Pandeglang Provinsi Banten. Proses penelitian dan pengujian sampel
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Serang dan Laboratorium PT
Bio Pilar Utama.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai


dengan Agustus 2023. Adapun rencana pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada
tabel 3.1.
52

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


N Bulan
Kegiatan
o Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Penyusunan Proposal Penelitian
2 Studi Literatur
3 Perancangan Alat Penelitian
4 Penelitian
5 Pengolahan Data
6 Analisis Data
7 Sidang Akhir `

3.2 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik sampling merupakan suatu teknik pengambilan sampel dalam
penelitian. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian dapat dilakukan
dengan berbagai teknik sampling. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling, karena pengambilan sampel
dilakukan melalui pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Titik pengambilan
seluruh sampel dapat dilihat pada gambar

3.3 Persiapan Alat dan Bahan


Langkah awal melakukan penelitian dilaboratorium perlu mempersiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan. Alat yang dibutuhkan untuk penelitian ini
diantaranya:
1. Aerator 3,5 liter/menit
2. Pompa Submersible Filter mini
3. Pipa PVC
4. Accessories Pipa
5. pH meter
6. Thermometer
7. Spektrofotometer
8. Beaker Glass
53

9. Pipet Tetes
10. Drigen 5-10 liter

Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. 3 Sampel limbah cair rumah sakit sebanyak 20-25 liter
2. Lumpur Aktif
3. Media Kaldness tipe K3
4. Nutrisi Bakteri

3.4 Rancangan Alat Penelitian

Dibawah ini merupakan gambar 3.1 mengenai sketsa rancangan alat


penelitian dan gambar 3.2 mengenai desain rancangan penelitian.

Gambar 3.1 Sketsa Rancangan Alat Penelitian


Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2023)
54

Gambar 3.2 Desain Rancangan Alat Penelitian


Sumber : (Dokumentasi Pribadi, 2023)

3.5 Analisis Karakteristik Awal


Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi senyawa
organik pada air limbah yang akan dijadikan sampel penelitian dan diolah
sehingga ketika penelitian dilakukan dapat memudahkan dalam penetuan variasi
konsentrasi yang digunakan. Parameter yang diuji dalam analisis awal ini adalah
parameter yang digunakan sebagai parameter utama selama dilakukannya
penelitian yaitu pH, TSS, COD, BOD dan Amoniak.

3.6 Tahap Pengoperasian Alat


Pada tahapan ini sampel limbah cair yang berasal dari Rumah Sakit dengan
kapasitas 25 liter/hari di pompakan kedalam bak pemisah lemak/minyak,
selanjutnya limbah cair mengalir secara kontinu hingga bak effluent bergantung
pada waktu tinggal yang telah ditetapkan. Didalam bak aerasi yang telah diisi oleh
media kaldness K3, limbah cair akan mengalami proses pengadukan karena
adanya proses aerasi yang merata dengan bantuan aerator, keberhasilan penurunan
limbah cair ini sebetulnya bergantung penetapan waktu tinggal di setiap bak,
terutama bak aerasi.
55

Didalam reaktor MBBR, mikroorganisme pendegradasi zat polutan limbah


cair akan terdapat pada dua tempat yakni bakteri akan tersuspensi didalam limbah
cair dan sebagian lagi melekat pada media Kaldness K3 sehingga akan
membentuk biofilm. Pada akhirnya pada reaktor MBBR tersebut akan terjadi dua
proses yaitu pengolahan biologis tersuspensi dan pengolahan biologis melekat.
Proses pengolahan akan dilakukan setelah dilakukan proses seeding dan
aklimatisasi. Proses ini bertujuan untuk mengembangbiakan bakteri. Proses ini
dilakukan pemberian nutrisi sebanyak 1 sendok selama 2 hari. Setelah proses
seeding dilakukan proses aklimatisasi selama satu hari untuk proses adaptasi
bakteri terhadap limbah cair. Jika kedua proses ini dilakukan, selanjutnya dapat
dilakukan proses pengolahan sesuai perencanaan instalasi pengolahan air limbah
sederhana yang telah dibuat.

3.7 Tahap Pelaksanaan Penelitian


3.7.1 Tahap Pembuatan Alat
Alat penelitian ini semuanya terbuat dari pipa PVC dilengkapi
dengan penutup pipa (dop). Reaktor aerasi dibuat dari pipa PVC dengan
kapasitas 7,5 liter dengan waktu tinggal 7,2 jam. Didalam bak aerasi
ditambah media kaldnes K3 sebanyak 20-30% dari volume bak dengan
bantuan aerator guna menyuplai oksigen. Pada bak pemisah lemak/minyak
memiliki kapasitas 2 liter/hari dengan waktu tinggal 2 jam. Bak ini
bertujuan untuk memisahkan partikel kasar dan minyak. Bak ekualisasi
bertujuan untuk meng-homogenkan antara kualitas dan kuantitas air
limbah. Volume bak ini yaitu 7 liter/hari dengan waktu tinggal 7 jam,
kemudian ditambahkan aerator. Pada bak ketiga adalah bak anoksik. Bak
ini digunakan untuk proses perubahan nitrat menjadi nitrit atau bisa
disebut proses denitrifikasi sehingga akan menghasilkan gas nitrogen yang
langsung keluar. Kapasitas bak anoxic yaitu sebesar 5 liter/hari dengan
retention time selama 5 jam. Pada bak sedimentasi ditambah sambungan
(increaser) dengan volume bak sebesar 4,6 liter/hari dan waktu tinggal 4,5
56

jam. Lumpur yang sudah diendapkan selanjutnya dipompa kedalam bak


anoxic.

3.8 Metode Analisis Sampel


Parameter yang dianalisis pada penelitian kali ini yaitu semua parameter
yang ada di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun
2016. Berikut metode enam analisis sampel yang akan dilakukan:

1. Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)


Metode analisis COD menggunakan SNI 6989.2:2019. Sampel limbah
cair rumah sakit diambil sebanyak 2,5 mL dan deret kerja dipipet dan
dimasukkan kedalam tabung testup. Ditambahkan 1,5 ml larutan digestion
dan 3,5 mL larutan pereaksi asam sulfat (H2SO4). Homogenkan larutan
kemudian panaskan menggunakan COD reactor pada suhu 150oC selama 2
jam. Sampel didinginkan setelah proses pemanasan selesai. Terakhir
dilakukan pengujian sampel menggunakan spektrofotometer (Purnama,
2022)

2. Analisis Biochemical Oxygen Demand (BOD)


Metode analisis BOD menggunakan SNI 6989.72:2009. Sebanyak 2
Botol winkler 100 mL untuk DO 0 dan 2 Botol winkler 100 ml untuk DO 5
disiapkan dan diberi label pada ABM (air bebas mineral/aquades), Blanko
(Aerasi), larutan Standar (GGA) dan Larutan Sampel air sungai. Setelah
itu semua larutan ditambahkan 4 ml polyseed menggunakan pipet ukur.
Untuk DO 5 diinkubasi dengan suhu 20°C ± 1°C selama 5 hari. Pada DO 0
dan DO5 setelah inkubasi kemudian ditambahkan 0,33 mL
MnSO4 dan 0,33 mL alkali iodida azida (pereaksi O 2) menggunakan
micro pipet dengan ujung pipet tepat diatas permukaan larutan.
Tunggu sampai larutan mengendap setelah itu tambahkan 1 mL H2SO4
pekat, tutup botol dan homogenkan hingga larut sempurna. Sampel
dituang kedalam gelas ukur 50 mL dan lakukan titrasi dengan botol
winkler dengan titran natrium tiosulfat (Na2S2O3) sampai terjadi perubahan
warna menjadi warna kuning muda lalu ditambahkan indikator amilum
57

setelah itu dilakukan titrasi kembali. Terjadi perubahan warna dari larutan
berwarna biru menjadi tidak berwarna. Volume titrasidicatat dan
perlakukan dilakukan secara duplo (Purnama, 2022).
3. Analisis TSS
Sampel limbah cair rumah sakit yang telah diambil, kemudian masing-
masing limbah dimasukkan kedalam beaker glass sebanyak 500 mL untuk
dihomogenkan menggunakan magnetik stirrer. Setelah air limbah
dihomogenkan, air limbah dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 10 mL
atau sampai tanda batas, kemudian dihidupkan alat spektrofotometer untuk
dicek TSS, dimasukkan blanko ke dalam spektrofotometer UV-Vis
kemudian dimasukkan sampelnya. Kemudian dicatat parameter TSS yang
muncul di layar spektrofotometer (Ridwan Harahap et al., 2020).

4. Analisis pH
Sampel limbah cair rumah sakit dianalisis menggunakan bahan-bahan
seperti larutan buffer pH 4, pH 7, pH 10 dan larutan CRM serta akuades dan
tisu halus. Selain bahan-bahan, alat untuk mengukur pH pada penelitian kali
ini adalah pH meter merk HACH HQ11d.
Cara kalibrasi pH meter yakni elektroda dibilas dengan air bebas
mineral, kemudian diusap dengan tisu halus agar pH meter kering.
Elektroda dicelupkan ke dalam larutan buffer 4 sampai pH meter
menunjukan pembacaan yang stabil. Catat angka yang ada pada tampilan
pH meter. Langkah tersebut diulangi menggunakan pH 7, pH 10 dan larutan
CRM (Purnama, 2022).
5. Analisis Suhu
Alat dalam menentukan menganalisis nilai suhu sampel limbah cair
rumah sakit dengan thermometer. Proses pengukuran suhu dengan
thermometer dicatat angka yang tertera, pengukuran tersebut dilakukan
secara duplo (Purnama, 2022).
6. Analisis Total Coliform
58

Pembuatan media agar lactose broth yaitu dengan dicampurkan 5


gram peptone from meat, 5 gram lactose monohydrate, dan 5 gram meat
extract lalu dilarutkan dengan 1 L akuades dan diaduk hingga homogen.
Sebanyak 10 mL media agar dimasukkan ke tabung reaksi lalu disimpan
tabung durham dengan posisi terbalik dan disterilkan dengan autoclave pada
suhu 121°C selama sekitar 150 menit. Setelah itu media didinginkan hingga
suhu ruang. Setiap tabung reaksi diisi dengan 10 mL, 1 mL, dan 0.1 mL
sampel dengan masing-masing volume sebanyak 5 kali ulangan. Setelah itu
diinkubasi pada suhu 30-35°C selama 24 jam lalu dihitung jumlah tabung
dengan gelembung yang terperangkap pada bagian tabung durham (Sulistia
& Septisya, 2020).

Analisis COD SNI Kebutuhan


6989.2:2019 Oksigen Kimiawi

Analisis BOD SNI Tingkat kebutuhan


6989.79:2009 Oksigen Biokimia

Analisis pH Spektrofotometri Tingkat keasaman


sampel

Temperatur panas
Analisis Suhu Thermometer atau dingin

Tingkat kekeruhan
Analisis TSS Spektrofotometri sampel

Analisis SNI 06-6989- Tingkat Kebauan


Amoniak 30:2005 sampel
59

Gambar 3.3 Metode Analisis Sampel

3.9 Metode Penyajian dan Analisis Data


Analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan
MBBR untuk menurunkan beban pencemar limbah cair rumah sakit. Analisis
dibuat dalam bentuk tabel, grafik dan interpretasi dan dilakukan analisis data
menggunakan program SPSS (Statistical Package for The Social Science) for
windows dengan tingkat kepercayaan 95% dan Signifikansi = 0,05. Pengambilan
keputusan didasarkan pada angka signifikansi yaitu:

a. Dikatakan tidak signifikan apabila nilai signifikansi > 0,05 atau H0


diterima artinya kedua variable saling bebas
b. Dikatakan signifikan apabila nilai signifikansi < 0,05 atau H0 ditolak
artinya kedua variable tidak saling bebas

3.10 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Perancangan Alat

Pengumpulan Data

Wawancara, Standar
observasi Data Data Baku Mutu
langsung Primer Sekunder Limbah
dan Cair Rumah
dokumentasi Sakit

Pengambilan Sampel Limbah Cair Rumah Sakit

Uji Laboratorium Kandungan Limbah Cair Rumah


Sakit Sebelum Dilakukan Pengolahan

Proses Pengolahan Limbah Cair Menggunakan


Teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)

Uji Laboratorium Kandungan Limbah Cair Rumah


Sakit Setelah Dilakukan Pengolahan
60
61

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan Dimensi Rancangan MBBR

Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan rancangan alat sederhana


untuk memudahkan dalam pengambilan data penelitian. Perhitungan rancangan
desain alat dapat dilihat pada lampiran. Adapun hasil dari perhitungan rancangan
alat pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR dapat disajikan
pada tabel 4.1 mengenai dimensi dan waktu tinggal unit bak:

No Unit Bak V (m3) r (m2) T (m) td (jam)


1 Bak Pemisah Lemak/Minyak 0,002 0,057 0,2 2
2 Bak Ekualisasi 0,007 0,057 0,71 7
3 Bak Anoxic 0,005 0,057 0,5 4,8
4 Bak Aerasi 0,007 0,057 0,75 7
5 Bak Sedimentasi 0,004 0,057 0,47 4,5
Jumlah 0,025 25
Sumber : (Hasil Perhitungan, 2023)

Pada dasarnya alat yang dibuat dalam proses penelitian ini memiliki
lima unit bak (reaktor) yang memiliki fungsi yang berbeda dan dapat
mempengaruhi penurunan kualitas limbah cair rumah sakit, antara lain bak
pemisah minyak/lemak, bak ekualisasi, bak anoksik, bak aerasi dan bak
sedimentasi. Pada prinsipnya bak pemisah minyak berfungsi untuk
menghilangkan minyak/lemak, sehingga jika tidak ada unit bak ini akan
berpengaruh terhadap perkembangan bakteri. Menurut (Mukhlis dan Aidil, 2014)
jika tidak terdapat bak ini hasil pengolahan limbah cair tidak akan optimal.
minyak dan lemak termasuk senyawa organik yang relatif stabil dan sulit
diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat dirombak oleh senyawa asam yang
menghasilkan asam lemak dan gliserin. Pada keadaan basa, gliserin akan
dibebaskan dari asam lemak dan akan terbentuk garam basa. Berdasarkan hasil
62

peritungan volume bak pemisah lemak sebesar 0,002 m 3 dan waktu tinggal yang
direncanakan yaitu selama 2 jam.

Pada bak ekualisasi selain berfungsi untuk mengatur debit air limbah,
bak ini juga terjadi reaksi homogenitas antara kualitas dan kuantitas air limbah.
Sedangkan menurut (Rizky, 2017) bak ekualisasi berfungsi untuk menstabilkan
aliran air limbah yang selanjutnya akan diproses secara fisik – kimia dan
dilanjutkan dengan proses biologis. Berdasarkan perancangan alat sederhana,
didapatkan volume bak ekualisasi sebesar 0,007 dan waktu tinggalnya selama 7
jam. Bak ketiga yang direncanakan pada alat penelitian kali ini yaitu bak anoksik.
Bak ini memiliki volume 0,005 m3 dengan waktu tinggal selama 4,8 jam.
Selanjutnya direncanakan pula bak aerasi yang memiliki peranan penting dalam
proses pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR ini. Volume bak
aerasi direncanakan sebesar 0,007 dengan waktu tinggal didalam bak yaitu 7 jam.
Bak terakhir yang direncanakan adalah bak sedimentasi yang berfungsi untuk
mengendapkan lumpur didalam limbah cair setelah proses aerasi selama 7 jam.
Adapun volume bak sedimentasi pada perancangan alat ini sebesar 0,004 m 3 dan
waktu tinggal nya selama 4,5 jam. Dengan demikian total volume seluruh bak
pada perancangan alat ini yaitu sebesar 0,025 m 3 dengan total waktu tinggal
selama 25 jam.

4.2 Analisis Awal Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit

Pada penelitian kali ini dilakukan analisis awal (inlet) karakteristk limbah
cair rumah sakit diantaranya limbah cair Rumah Sakit tipe A, B dan C. Analisis
ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi beban pencemar
limbah cair rumah sakit. Analisis karakterisitik limbah cair ini menguji parameter
utama yang dilakukan pada penelitian kali ini yaitu pH, TSS, BOD 5, COD,
Amoniak. Hasil analisis kandungan pencemar limbah cair rumah sakit pada
sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1
63

Tabel 4.1 Hasil Analisis Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit

Hasil Pengujian
No Parameter Satuan
RS A RS B RS C
1 pH - 6,8 7,7 7,9
2 TSS Mg/Liter 74 111 127
3 BOD5 Mg/Liter 75,96 53,12 119,84
4 COD Mg/Liter 104,06 73,78 166,45
5 Amoniak Mg/Liter 48 64 58
Sumber : (Hasil Analisis, 2023)

4.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama ± 38 hari, yang dimulai sejak 17


Juni 2023 hingga 24 Juli 2023. Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) diletakkan
diruangan tertutup sehingga cuaca hujan atau panas tidak dapat mempengaruhi
penelitian. Kapasitas pengolahan sebesar 25 liter/hari, dengan menetapkan
kapasitas bak aerasi/MBBR sebesar 7 liter yang terdiri dari 70% limbah cair dan
30% bakteri. Durasi pengolahan setiap percobaannya sama, mulai dari waktu
aklimatisasi hingga pada tahap pengolahan. Durasi proses aklimatisasi selama 1,5
hari dan pengolahan selama 24 jam. Percobaan dilakukan secara bertahap mulai
dari sampel limbah cair Rumah Sakit kelas A, C dan dan terakhir Rumah Sakit
Kelas B.

Gambar 4.1 Alat Penelitian


Sumber : (Hasil Rancangan, 2023)
64

4.3.1 Hasil Penurunan Konsentrasi pH dengan MBBR

Selama penelitian dilakukan pengamatan konsentrasi pH influent dan pH


effluent. Berdasarkan hasil pengukuran pH yang sebelum masuk dan sesudah
masuk ke reaktor memiliki nilai pH netral (6-8). Hasil pengukuran pH limbah cair
rumah Kelas A, B dan C sebelum dan sesudah pengolahan dapat dilihat pada
gambar 4.2.

9
8
7
Nilai pH (Mg/liter)

6
5
4
3
2
1
0
RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C Rata-rata

Gambar 4.2 Diagram Konsentrasi pH Sebelum dan Sesudah Pengolahan

(Sumber : Hasil Penelitian, 2023)

Pada gambar 4.2 memperlihatkan bahwa pH limbah cair rumah sakit


tersebut memenuhi baku mutu limbah cair yang ditetapkan pada range 6-9.
Pengukuran pH dilakukan menggunakan metode spektrofotometri, sehingga hasil
pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR konsentarasi pH
mengalami penurunan rata-rata sebesar 9%. Penurunan konsentrasi pH disebabkan
oleh proses nitrifikasi didalam bak aerob. Nitrifikasi merupakan reaksi perubahan
ammonia menjadi nitrat oleh bakteri chemoautotrophic (Chen, 2013). Menurut
Brooks dalam (Said & Santoso, 2018) bakteri didalam air limbah akan
dipengaruhi oleh konsentrasi pH. Bakteri-bakteri tersebut melekat pada
65

permukaan media sebagai tempat tinggal kemudian akan mengurai polutan air
limbah. Bakteri dapat hidup dalam air limbah dengan berbagai konsentrasi pH,
diantaranya bakteri asidofil yang dapat hidup dengan konsentrasi pH 6 – 8, bakteri
mesofil dengan konsentrasi pH 2-5 dan bakteri alkafil dapat hidup pada air limbah
yang konsentrasi pH nya 8,4 – 9,5.

4.3.2 Hasil Penurunan Konsentrasi TSS dengan MBBR

Konsentrasi TSS influent dan effluent serta efisiensi penurunan TSS


didalam reaktor MBBR dapat dilihat pada gambar 4.3

140
120
Nilai TSS (Mg/liter)

100
80
60
40
20
0
RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C Rata-rata
Gambar 4.3 Diagram Konsentrasi TSS Sebelum dan Sesudah Pengolahan

Total Suspended Solid merupakan buangan dari padatan keseluruhan (total)


yang tidak akan tersaring oleh saringan yang memiliki ukuran partikel maksimum
µm atau ukurannya lebih besar dair partikel koloid. TSS memiliki kategori antara
lain jamur, bakteri, ganggang, sulfida, logam oksida, lumpur dan tanah liat. Cara
umum menghilangkan TSS yaitu dengan metode koagulasi flokulasi dan filtrasi.
TSS menyumbang kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibiltas di perairan (Rinawati et al., 2016).

Berdasarkan gambar 4.3 terlihat nilai konsentrasi TSS dari tiga sampel
limbah cair rumah sakit berada diatas nilai kadar maksimum menurut Permen
LHK No. P68 Tahun 2016 yaitu 30 mg/liter. Pada sampel RS A terlihat
konsentrasi TSS sebesar 74 mg/liter, sedangkan sampel limbah cair RS B lebih
66

besar hingga mencapai 111 mg/liter dan pada sampel limbah cair RS C pun sama
halnya bahkan dua kali lebih besar dengan kadar sebesar 127 mg/liter. Penyebab
tingginya TSS karena banyaknya kotoran dari berbagai aktivitas Rumah Sakit
misalnya laundry, toilet dan bekas cucian piring (Ningsih, 2011).

Konsentrasi TSS sesudah pengolahan (effluent) pada sampel limbah cair RS


A sebesar 54 mg/liter, dalam hal ini dapat dikatakan mengalami penurunan
sebesar 27%. Begitu pula dengan effluent dari sampel limbah cair RS mengalami
penurunan sebesar 28% dengan nilai konsentrasi sebesar 80 mg/liter. Bukan
hanya effluent limbah cair RS A dan RS B yang mengalami penurunan, effluent
limbah cair RS C pun mengalami penurunan yang amat signifikan dengan nilai
efisiensi mencapai 65% dari 127 mg/liter hingga 45 mg/liter. Meskipun sudah
mengalami penurunan yang cukup baik dengan efisiensi rata-rata sebesar 43%,
namun pada percobaan ini nilainya masih diatas kadar maksimum yang telah
diatur dalam Permen LHK RI No. P68 Tahun 2016 yaitu 30 mg/liter.

Penurunan TSS terjadi karena bertambahnya waktu saat sampling. Zat


organik dan anorganik seperti lumpur termasuk dalam kategori TSS yang
kemudian akan dikonsumsi oleh bakteri di dalam reaktor. Selain zat organik, flok-
flok yang berada didalam air akan diendapkan melalui bak pengendap, sehingga
terjadinya penyisihan TSS. Penyisihan TSS terjadi di dua tempat antara lain
reaktor dan bak pengendap, dimana zat organik akan dikonsumsi oleh bakteri di
bak aerasi sedangkan flok lumpur akan diendapkan dibak sedimentasi (Said &
Santoso, 2018). Al Kholif (2018) menjelaskan, penyebab konsentrasi TSS masih
tinggi karena waktu tinggal dalam reaktor, dimana semakin lama waktu tinggal
limbah cair didalam reaktor maka TSS akan mengalami degradari yang signifikan
oleh biofilm yang menempel pada media. Sehingga dari waktu tinggal yang
dihasilkan tersebut mengakibatkan efisiensi penurunan konsentrasi TSS semakin
tinggi. Selain itu, pada rancangan alat penelitian kali ini memang tidak dibuat bak
koagulasi flokulasi dan filtrasi sehingga menyebabkan masih tinggi nya
konsentrasi TSS. Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
(Rinawati et al., 2016) bahwa TSS memiliki kategori antara lain jamur, bakteri,
ganggang, sulfida, logam oksida, lumpur dan tanah liat. Cara umum
67

menghilangkan TSS yaitu dengan metode koagulasi flokulasi dan filtrasi. TSS
menyumbang kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis
dan visibiltas di perairan.

4.3.3 Hasil Penurunan Konsentrasi COD dengan MBBR

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, berikut disajikan gambar


4.4 diagram nilai konsentrasi COD influent dan effluent tiga rumah sakit.

180
160
140
Nilai COD (Mg/liter)

120
100
80
60
40
20
0
RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C Rata-rata

Gambar 4.4 Diagram Konsentrasi COD Sebelum dan Sesudah Pengolahan

Gambar 4.4 menyajikan konsentrasi COD influent dari tiga sampel limbah
cair rumah sakit relatif rendah dengan rata-rata konsentrasi sebesar 114,76
mg/liter. Pengujian kadar COD tersebut menggunakan metode reflux. Oksidasi
pada metode ini yaitu K2Cr2O7 dalam kondisi asam kuat yaitu H2SO4 yang
mendidih dan larutan Ag2SO4 sebagai katalisator. Hasil pengujian pada influent
limbah cair RS A mencapai 104,06 mg/liter, sedangkan pada limbah cair RS B
nilainya lebih rendah dibandingkan nilai influent limbah cair RS A yaitu 73,78
mg/liter dan hasil pengujian yang paling besar nilainya ada pada influent limbah
cair RS C mencapai angka 166,45 mg/liter. Konsentrasi COD pada influent
limbah cair RS B nilai nya dibawah baku mutu lingkungan hidup yaitu 100
mg/liter. Salah satu faktor rendahnya kadar COD limbah cair rumah sakit adalah
pemisahan air limbah dari aktivitas laundry. Hal ini sejalan dengan penjelasan
(Wicheisa et al., 2018) bahwa Kadar COD yang tinggi pada limbah cair dapat
68

disebabkan oleh adanya bahan – bahan kimia yang terdapat di dalam detergen
yang digunakan dalam proses pencucian. Secara umum komponen penyusun
detergen adalah surfaktan, pembersih (builders), pengisi (filler), dan bahan
tambahan (additives). Surfaktan memiliki peranan sebagai komponen utama
dalam detergen dan memiliki rantai kimia yang susah diuraikan oleh alam.

Dari pengolahan yang telah dilakukan terdapat efisiensi pengolahan yang


paling besar pada RS Kelas B yaitu 50% dengan rata-rata efisiensi sebesar 31%.
Namun berbeda halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Al Kholif,
2018) COD mengalami penurunan yang signifikan, yaitu rata-rata 68%. Namun
hal ini sejalan dengan penelitian (Aniriani et al., 2022) bahwa Persentase limbah
cair domestik menggunakan MBBR dapat menurunkan COD hingga 45.81%.
Hasil pengujian effluent limbah cair Rumah Sakit A dan B sudah dibawah baku
mutu yakni 73,6 mg/liter dan 36,72 mg/liter dan effluent limbah cair RS C masih
diatas baku mutu lingkungan hidup yaitu 126,87 mg/liter.

4.3.4 Hasil Penurunan Konsentrasi BOD5 dengan MBBR

Pengaruh media Kaldness K3 terhadap penurunan beban pencemar


konsentrasi BOD5 dapat dilihat setelah bak aerasi beroperasi. Dari hasil pengujian
influent dan effluent limbah cair RS A, B dan C mengalami penurunan meskipun
semua hasil pengujian belum dibawah baku mutu. Hasil penurunan BOD 5
dijelaskan pada gambar 4.5

140
120
Nilai BOD5 (Mg/liter)

100
80
60
40
20
0
RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C Rata-rata
69

Gambar 4.5 Diagram Konsentrasi BOD5 Sebelum dan Sesudah Pengolahan

Gambar 4.5 memperlihatkan bahwa influent limbah cair rumah sakit A, B


dan C nilai nya masih diatas baku mutu lingkungan hidup yang diatur dalam
permen LHK RI No. P68 Tahun 2016 yaitu sebesar 30 mg/liter. Berdasarkan hasil
pengujian nilai influent limbah cair Rumah Sakit tertinggi yaitu pada RS C dengan
mencapai 119,84 mg/liter dan paling rendah pada influent limbah cair RS B
sebesar 53,12 mg/liter. Sehingga rata-rata influent limbah cair tersebut sebesar
82,97 mg/liter. Tingginya hasil pengujian influent limbah cair semua RS tersebut
menyebabkan terjadinya pencemaran limbah cair, sehingga setelah dilakukan
percobaan menggunakan MBBR maka kadar BOD effluent limbah cair tersebut
mengalami penurunan. Rata-rata efisiensi penurunan pada kadar BOD mencapai
29%. Nilai efisiensi penurunan effluent paling tinggi yaitu pada RS B mencapai
50%, sehingga hasilnya dibawah baku mutu lingkungan hidup yakni sebesar 26,8
mg/liter. Tingginya nilai efisiensi penurunan kadar BOD 5 pada media kaldness
dikarenakan media kaldness memiliki pori yang cukup banyak sehingga
mikroorganisme pengurai limbah banyak yang menempel dan ditunjangi waktu
tinggal selama satu hari (Al Kholif, 2018).

4.3.5 Hasil Penurunan Konsentrasi Amoniak dengan MBBR

Penurunan konsentrasi amoniak pada limbah cair Rumah Sakit


menggunakan MBBR dapat dilihat pada gambar 4.6

70
Nilai Amoniak (Mg/liter)

60
50
40
30
20
10
0
RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C Rata-rata

Gambar 4.6 Diagram Konsentrasi Amoniak Sebelum dan Sesudah Pengolahan


70

Pada gambar 4.6 diatas menunjukkan hasil uji parameter amoniak pada
influent limbah cair RS A yaitu sebesar 48 mg/liter, setelah dilakukan pengolahan
menggunakan MBBR dengan waktu tinggal 24 jam terjadi penurunan sebesar 33
mg/liter. Selanjutnya pada influent limbah cair RS B juga terjadi penurunan kadar
amoniak dari 64 mg/liter menjadi 46 mg/liter. Selain influent limbah cair RS A
dan RS B saja yang terjadi penurunan, begitu pula influent limbah cair RS C
mengalami penurunan nilai dari 58 mg/liter menjadi 48 mg/liter. Sehingga jika di
rata-ratakan dari ketiga influent limbah cair RS tersebut nilai nya sebesar 56,67
mg/liter.

Efisiensi pengolahan menggunakan MBBR yang disajikan pada gambar


diatas menunjukkan rata-rata efisiensi penurunan konsentrasi amoniak sebesar
25%. Pada limbah cair RS A efisiensi penurunan paling tinggi yaitu sebesar 31%,
sedangkan efisiensi pengolahannya paling rendah yaitu pada sampel limbah cair
RS C dengan efisiensi penurunan sebesar 17%. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Aniriani et al., 2022) konsentrasi amoniak mengalami penurunan setelah
ditambahkan dengan MBBR dengan persentase penurunan sebesar 30,30%.
Sedangkan menurut penelitian (Wikaningrum & Hakiki, 2020) efisiensi
pengolahan air limbah domestik menggunakan MBBR dapat menurunkan
konsentrasi amonia hingga 46.4%. Meskipun hasil pengujian menunjukkan nilai
konsentrasi amoniaknya menurun, namun nilai tersebut masih diatas baku mutu
lingkungan hidup yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. P 68 tahun 2016 yaitu 10 mg/liter.

Penurunan nilai konsentrasi amoniak ini bergantung pada waktu tinggal di


dalam reaktor, terutama didalam bak aerasi. Menurut (Sudarman et al., 2020)
Aerasi berpengaruh positif terhadap efisiensi penyisihan kadar amoniak yaitu nilai
efisiensi penyisihan kadar amoniak menggunakan aerasi mampu dicapai lebih
tinggi dibandingkan dengan pengadukan. Pengaruh waktu tinggal di bak aerasi
terhadap penurunan kadar amoniak pun berbanding lurus dengan penelitian
(Ningtias et al., 2018) bahwa semakin lama waktu tinggal pengolahan air limbah,
maka semakin meningkat persentase penyisihan konsentrasi amonia yang dapat
71

diasumsikan/perkirakan penyebabnya oleh waktu tinggal 20 jam pengolahan ini


akan stabil dengan kondisi limbah dan mikroorganisme yang mature.

Besarnya efisiensi dari parameter uji yang diamati yaitu nilai pH, TSS,
COD, BOD dan Amoniak dapat dilihat pada grafik

Efektivitas Parameter Uji


50
45 43
40
35
Nilai Efisiensi (%)

31 29
30 25
25
20
15
9
10
5
0
pH TSS COD BOD Amoniak
Parameter Uji

Gambar 4.7 Efektivitas MBBR terhadap Penurunan Beban Pencemar Limbah


Cair Rumah Sakit

Untuk menghitung efektivitas dari semua parameter uji yang diamati yakni
pH, TSS, COD, BOD dan Amoniak dapat dihitung dengan rumus:

9+ 43+31+31+29
Efektivitas ( % )=
5

Efektivitas ( % )=28,2 %

Jadi berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan didapatkan bahwa


penurunan limbah cair rumah sakit menggunakan moving bed biofilm reactor
sudah berhasil menurunkan polutan dan menetralisasi zat, sesuai standar baku
mutu air limbah. dengan demikian maka efektivitas dari seluruh parameter yang
diamati yaitu nilai pH, TSS, COD, BOD, Amoniak, dapat dihitung sebesar 28,2 %
72

4.4 Analisis Uji Statistik Bivariat Kualitas Limbah Cair

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan


atau berkorelasi. Jenis analisis data pada analsisis bivariate ini menggunakan uji
paired t-test. Teknik Uji statistik ini merupakan Statistik Parametrik, sehingga
untuk tetap dapat menggunakannya Data harus Berdistribusi secara Normal
melalui Uji Normalitas Data (Setyawan, Aditya, 2021). Tujuan dari analisis ini
yaitu untuk mengetahui perbedaan bermakna pada nilai influent dan effluent
limbah cair Rumah Sakit Menggunakan MBBR melalui pendekatan statistik.
Berikut terdapat dua hal dasar dalam pengambilan keputusan.

1. Jika nilai Sig (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR
pada data influent dan effluent.
2. Jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan
MBBR pada data influent dan effluent.

Tabel 4.1 Hasil Uji Perbedaan Menggunakan Uji Paired Sample T-Test

Paired Samples Test


Paired Differences T d Sig.

Mean Std. Std. 95% Confidence f (2-

Deviati Error Interval of the tailed

on Mean Difference )

Lower Upper

Pa Influent ,7000 ,30000 ,1732 -,04524 1,44524 4,041 2 ,056


ir pH - 0 1
1 Effluent
pH

Pa Influent 44,33 33,0807 19,09 -37,843 126,510 2,321 2 ,146


ir TSS - 333 1 916
1 Effluent
TSS

Pa Influent 35,70 4,70965 2,719 24,0005 47,3994 13,129 2 ,006


ir COD - 000
1 Effluent
COD
73

Pa Influent 23,92 2,85685 1,649 16,8231 31,0168 14,502 2 ,005


ir BOD - 000 40 9 1
1 Effluent
BOD

Pa Influent 14,33 4,04145 2,333 4,29381 24,3728 6,143 2 ,025


ir Amonia 333 33 6
1 k-
Effluent
Amonia
k

Berdasarkan hasil output BM SPSS Statistic 26, maka dapat diketahui


bahwa hanya nilai parameter COD, BOD dan amoniak saja yang terdapat
perbedaan signifikan antara influent dan effluent limbah cair rumah sakit. Hal ini
dapat dilihat dari nilai signifikansi hasil analisis uji bivariat yang berada pada nilai
<0,05. Analisis menggunakan paired sample t test dilakukan untuk menguji
apakah terdapat perbedaan yang bermakna pada konsentrasi pH influent dan
effluent. Adapun hasil yang didapatkan yaitu sebesar 0,056, sehinga nilai
signifikansi > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan antara konsentrasi pH pada influent dan effluent. Meskipun terdapat
perbedaan tidak bermakna, namun besaran angka atau nilai hasil pengolahan
menggunakan MBBR dibawah baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan No. P68 Tahun 2016. Sedangkan influent dan effluent parameter
TSS sama halnya dengan parameter pH. Hasil uji paired sample t-test
menggunakan SPSS nya menunjukan bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,146 >
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara penurunan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR pada data influent
dan effluent. Berbeda halnya dengan parameter pH dan TSS, pada parameter
COD, BOD dan Amoniak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai
Sig. (2-tailed) < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian paired sampel t-test nilai
signifikansi influent dan effluent parameter COD yaitu 0,006, sedangkan nilai
signifikansi parameter BOD sebesar 0,005 dan nilai signifikansi parameter
Amoniak sebesar 0,025.
74

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN


75

DAFTAR PUSTAKA

Al Kholif, M. (2018). Penurunan Beban Pencemar Pada Limbah Domestik


Dengan Menggunakan Moving Bed Biofilter Reaktor (Mbbr). Al-Ard: Jurnal
Teknik Lingkungan, 4(1), 1–8. https://doi.org/10.29080/alard.v4i1.365
Al Kholif M (2020). Pengolahan Air Limbah Domestik. Surabaya: Scopindo
Media Pustaka.
Aniriani, G. W., Putri, M. S. A., & Nengseh, T. (2022). Efektivitas Penambahan
Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) Terhadap Kualitas Air Limbah di
Instalasi Pengolahan Air Limbah Pondok Pesantren Mahasiswa Universitas
Islam Lamongan. Jurnal Ilmiah Sains, 22(1), 67.
https://doi.org/10.35799/jis.v22i1.35562
Anisa, A., Lingkungan, D. T., Teknik, F., Teknologi, I., & Nopember, S. (2017).
25166-56520-1-Pb. 6(2).
Azwari, F., Hadidjah, K., Benedicta, C. E., Wahyuni, R., D3, P. S., Lingkungan,
P., Pertanian, P., & Samarinda, N. (2023). Analisis Parameter pH, BOD,
TSS, Minyak Dan Lemak Serta Total Coliform Pada Limbah Cair Rumah
Sakit Gerbang Sehat Long Bagun Mahakam Ulu. Jurnal Pengendalian
Pencemaran Lingkungan (JPPL), 5(1).
Chen, W. F. (2013). The Civil Engineering Handbook Second Edition.
Dewi, Y. S., & Buchori, Y. (2016). Penurunan COD, TSS pada penyaringan air
limbah tahu menggunakan media kombinasi pasir kuarsa, karbon aktif,
sekam padi dan zeolit. Ilmiah Satya Negara Indonesia, 9(1), 74–80.
Eri Iva R., D. (2020). Removal of Organics From Hospital Wastewater By
Moving Bed Biofilm Reactor ( Mbbr ) With Polyurethane Foam Media.
Pollution Research, 39(3), 525–530.
http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?
aid=10682&iid=307&jid=4
Fauziyah, N. (2012). Sistem Pengolahan Limbah Cair Di Rumah Sakit Ortopedi
Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
Fitri, N. Y. (2019). Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit.
Skripsi. Jurusan Teknik Sipil. Universitas Riau.
Hartaja, D. R. K. (2018). Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit
Kapasitas 40 M3/Hari. Jurnal Rekayasa Lingkungan, 10(2), 99–113.
https://doi.org/10.29122/jrl.v10i2.2850
Huda, R. (2017). Pengolahan Aerobik-Anoksik Menggunakan Moving Bed
Reactor Aerobik-Anoksik Menggunakan Moving Bed Reactor. 1–133.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2018). Permen LHK Nomor 93
Tahun 2018. Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan, 1–19.
76

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 13(April), 15–38.
Laksana, D. G. A. S., & Purnomo, S. Y. (2021). Mikroorganisme Indigen Limbah
Cair Tahu Dengan Proses MBBR. Jurnal ENVIROUS, 1(2), 3–8.
Rizky. (2017). Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah ( Ipal ) Industri
Penyamakan Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah ( Ipal )
Industri Penyamakan.
Majid, A. (2019). Application of Lab-Scale MBBR to Treat Industrial Wastewater
using K3 Carriers: Effects of HRT, High COD Influent, and Temperature.
International Journal of Environmental Sciences & Natural Resources,
20(2). https://doi.org/10.19080/ijesnr.2019.20.556031
Mane, S., Kotwal, R., Mandave, S., Landge, N., Kedari, H., & Mane, P. S. (2018).
Performance evolution of different MBBR media in wastewater treatment.
International Research Journal of Engineering and Technology, 05(June),
209–212.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2016). Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor R:
P.68/Menlhk-Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia,
1–13.
Ningtias, B. C., Moersidik, S. S., Priadi, C. R., & Said, N. I. (2018). Pengolahan
Air Limbah Domestik Dengan Anoksik-Aerobik Moving Bed Biofilm
Reactor (Studi Kasus: Penyisihan Amonia Dan Karbon Dalam Air Limbah
Domestik). Jurnal Air Indonesia, 8(2), 177–188.
https://doi.org/10.29122/jai.v8i2.2377
Nugroho, A. K., & Soedjono, E. S. (2022). Optimasi Instalasi Pengolahan Air
Limbah Industri Pemerahan Sapi menggunakan Moving Bed Biofilm
Reactor. Jurnal Teknik ITS, 11(3).
https://doi.org/10.12962/j23373539.v11i3.92449
Purnama, A. R. dan V. (2022). Analysis of BOD ( Biological Oxygen Demand )
and COD ( Chemical Oxygen Demand ) In the Batang Masumai River Water
, Merangin Regency at the UPTD Laboratory of the Environmental Service
Analisis Kadar BOD ( Biological Oxygen Demand ) dan COD ( Chemical
Oxy. 7(2).
Ridwan Harahap, M., Dhea Amanda, L., & Hakim Matondang, A. (2020).
Analisis Kadar Cod (Chemical Oxygen Demand) Dan Tss (Total Suspended
Solid) Pada Limbah Cair Dengan Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis.
Amina, 2(2), 79–83.
Rinawati, Hidayat, D., Suprianto, R., & Dewi, P. S. (2016). Penentuan Kandungan
Zat Padat (Total Dissolve Solid Dan Total Suspended Solid)Di Perairan
Teluk Lampung. Analit: Analytical and Environmental Chemistry, 1(1), 36–
77

46. https://jurnal.fmipa.unila.ac.id/analit/article/view/1236
Said, N. I., & Santoso, T. I. (2018). Penghilangan Polutan Organik Dan Padatan
Terrsuspensi Di Dalam Air Limbah Domestik Dengan Proses Moving Bed
Biofilm Reactor (Mbbr). Jurnal Air Indonesia, 8(1), 33–46.
https://doi.org/10.29122/jai.v8i1.2382
Sakit, L. R. (2011). Pengaruh Pembubuhan Tawas Dalam Menurunkan Tss Pada
Air Limbah Rumah Sakit. KESMAS - Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2),
79–86. https://doi.org/10.15294/kemas.v6i2.1756
Setyawan, Aditya, D. (2018). Statistika Kesehatan Analisis Bivariat Pada
Hipotesis Kesehatan.
Mukhlis & Aidil (2014). Rekayasa Bak Interceptor Dengan Sistem Top and
Bottom Untuk Pemisahan Minyak / Lemak Dalam Air Limbah Kegiatan
Katering. September.
Sudarman, R., Budiastuti, H., Djenar, N. S., Panggalo, E. S., & Nurhasyim, A.
(2020). Penyisihan Kadar Amoniak dalam Limbah Cair Industri Pupuk
Menggunakan Sequencing Batch Reactor. Fluida, 13(2), 65–72.
https://doi.org/10.35313/fluida.v13i2.2264
Sukadewi, N. M. T. E., Astuti, N. P. W., & Sumadewi, N. L. U. (2020).
Efektivitas Sistem Pengolahan Limbah Cair di Rumah Sakit Bali Med
Denpasar Tahun 2020. HIGIENE: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 6(2017),
113–120.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Sulistia, S., & Septisya, A. C. (2020). Analisis Kualitas Air Limbah Domestik
Perkantoran. Jurnal Rekayasa Lingkungan, 12(1), 41–57.
https://doi.org/10.29122/jrl.v12i1.3658
Suyasa, W. B. (2015). Pencemaran Air dan Pengolahan Air Limbah. Udayana
University Press, 153.
Tchobanoglous, G., L. Burton, F., & Stensel, D. H. (2014). Metcalf &Eddy :
Wastewater Engineering: Treatment and Reuse. In McGraw Hill Companies,
Inc. (Issue 7, p. 421).
Werkneh, A. A., & Islam, M. A. (2023). Post-treatment disinfection technologies
for sustainable removal of antibiotic residues and antimicrobial resistance
bacteria from hospital wastewater. Heliyon, 9(4), e15360.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e15360
Wicheisa, F. V., Hanani, Y., & Astorina, N. (2018). Penurunan Kadar Chemical
Oxygen Demand (COD) Pada Limbah Laundry Orens Tembalang Dengan
Berbagai Variasi Dosis Karbon Aktif Tempurung Kelapa. Jurnal Kesehatan
Masyarakat , 6(6), 2356–3346. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Wikaningrum, T., & Hakiki, R. (2020). Reduksi Energi Pengolahan Air Limbah
di Kawasan Industri Dengan Implementasi Teknologi Food Chain Reactor
(Studi Kasus : Kawasan Industri Jababeka Bekasi). Jurnal Serambi
78

Engineering, 5(3), 1146–1154. https://doi.org/10.32672/jse.v5i3.2078


79

LAMPIRAN – LAMPIRAN
80
81

Perancangan Alat Penelitian


Kapasitas Desain

Alat ini dirancang untuk dapat mengolah limbah cair rumah sakit
sebesar 25 liter/hari atau 0,025 m3/hari. Kapasitas desain yang diharapkan
adalah sebagai berikut:

a. Kapasitas IPAL : 25 liter/hari


b. COD Inlet maks : 500 mg/l
c. BOD Inlet maks : 300 mg/l
d. Konsentrasi SS : 300 mg/l
e. Efisiensi Pengolahan : 90%
f. BOD Outlet : 30 mg/l
g. SS Outlet : 30 mg/l

Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah

Desain instalasi pengolahan air limbah sederhana ini dibuat terdiri


dari 5 bak/reactor yaitu bak pemisah minyak/lemak, bak ekualisasi, bak
anoxic, bak aerasi dan bak sedimentasi.

1. Bak Pemisak Minyak/Lemak

Bak pemisah lemak ini dirancang menggunakan tipe gravitasi


sederhana. Adapun kriteria perencanaannya sebagai berikut:

- Kapasitas Pengolahan = 25 liter/hari = 0,025 m3/hari


- Waktu tinggal = 2 jam = 120 menit
- Konstruksi = Pipa PVC
- Diameter pipa = 4 inchi = 11,4 cm

Volume reactor yang diperlukan:

= 2/24 hari x 0,025 m3/hari

= 0,00208 m3

Maka dimensi bak pemisah lemak/minyak adalah:


82

 Diameter = 11,4 cm = 0,114 m


 Jari-jari (r) = 5,7 cm = 0,057 m
22
 π (phi) =
7

2
V =π × r ×t

V
t= 2
π ×r

0,002 m3
t=
22
×(0,057 ¿¿ 2m)¿
7

0,002 m3
t=
22
× 0,0032 m2
7

0,002 m3
t= 2
0,0100 m

t=0,2 m

2. Reaktor Ekualisasi
- Waktu tinggal = 7 jam
- Debit air limbah = 0,025 m3/hari
- Konstruksi = Pipa PVC
- Diameter pipa = 4 inchi = 0,114 m
- Volume reactor yang diperlukan:
= (7/24) hari x 0,025 m3/hari
= 0,0072 m3

Maka ditetapkan dimensi bak ekualisasi adalah sebagai berikut:

 Diameter = 0,114 m
 Jari-jari (r) = 0,057 m
22
 π (phi) =
7

2
V =π × r ×t
83

V
t=
π × r2
3
0,0072 m
t=
22
×(0,057 ¿¿ 2) m¿
7

0,0072 m3
t=
0,0100 m2

t=0,71 m

3. Bak Anoxic
- Debit air limbah = 0,025 m3/hari
- Waktu tinggal = 5 jam
- BOD masuk = 300 mg/l
- Efisiensi = 50% (Said, 2002)
- BOD Keluar = 300 mg/l – (0,5 x 300 mg/l)
= 150 mg/l
- Untuk air limbah rumah sakit (domestic), ditetapkan beban BOD
yang digunakan = 2,5 kg BOD/m3.hari (Hartaja, 2018)
- Beban BOD di dalam air limbah:
= 0,025 m3/hari x 2500 g/m3 = 62,5 g/hari
= 0,0625 kg/hari
- Volume media yang diperlukan:
= (0,0625 kg/hari) / ( 2,5 kg/m3.hari) = 0,025 m3
- Volume media = 20% dari total volume reactor
- Volume reactor = (20/100) x 0,025 m3 = 0,005 m3

Maka ditetapkan dimensi bak ekualisasi adalah sebagai berikut:

 Diameter = 0,114 m
 Jari-jari (r) = 0,057 cm
22
 π (phi) =
7

2
V =π × r ×t
84

V
t=
π × r2
3
0,005 m
t=
22
×(0,057 ¿¿ 2) m¿
7

0,005 m3
t=
0,0100 m2

t=0,5 m

Cek waktu tinggal dalam bak anoxic:

π ×r 2 ×t
td=
Q

0,0100× 0,5
td= × 24 jam=4,8 jam
0,025 m3

- Tinggi ruang lumpur = 0,2 m


- Tinggi bed media mikroba = 0,2 m
- Tinggi air diatas bed media = 0,2 m
4. Bak Aerasi/MBBR
- Debit air limbah = 25 liter/hari = 0,025 m3/hari
- BOD masuk = 150 mg/l
- Efisiensi Pengolahan = 90%
- BOD Keluar = 150 mg/l – (0,9x 150 mg/l)
= 15 mg/l
- Untuk air limbah rumah sakit (domestic), ditetapkan beban BOD
yang digunakan = 2,5 kg BOD/m3.hari (Hartaja, 2018)
- Beban BOD di dalam air limbah:
= 0,025 m3/hari x 2500 g/m3 = 62,5 g/hari
= 0,0625 kg/hari
- Volume media yang diperlukan
= (0,0625 kg/hari) / ( 2,5 kg/cm3.hari) = 0,025 m3
- Volume media = 20 – 50% volume reactor (Huda, 2017)
- Volume media = 30% dari total volume reactor
85

- Volume reactor = (30/100) x 0,025 m3 = 0,0075 m3

Maka ditetapkan dimensi bak ekualisasi adalah sebagai berikut:

 Diameter = 0,114
 Jari-jari (r) = 0,057
22
 π (phi) =
7

2
V =π × r ×t

V
t= 2
π ×r

0,0075 m3
t=
22
×(0,057 ¿¿ 2) m¿
7

0,0075 m3
t=
0,0100 cm2

t=0,75 m

Cek waktu tinggal dalam bak aerasi:

2
π ×r ×t
td=
Q

0,0100× 0,75
td= 3
× 24 jam=7,2 jam
0,025 m

- Perhitungan Kebutuhan Udara


Kebutuhan oksigen di dalam reactor Aerasi sebanding dengan
jumlah Zat Organik (BOD) yang dihilangkan (Hartaja, 2018).
o Kebutuhan oksigen teoritis = Jumlah BOD yang dihilangkan
= 0,6 x 0,15 kg/hari = 0,09 kg/hari
o Faktor keamanan = ± 1,4 (Hartaja, 2018)
o Kebutuhan oksigen teoritis
= 1,4 + 0,09 kg/hari = 1,49 kg/hari
86

o Di asumsikan jumlah oksigen didalam udara 23,2% dan efisiensi


diffuser = 2,5%
o Kebutuhan udara aktual:
3 3
1,49 kg/hari m m
=219 =0,15
kg hari menit
1,1725 3 ×0,232 ×0,025
m

5. Bak Sedimentasi
- Debit air limbah = 25 liter/hari = 0,025 m3/hari
- BOD keluar = 15 mg/l
- Waktu tinggal = 4,6 jam
- Volume bak = 4,6/24 hari x 0,025 m3/hari = 0,0047 m3

Maka ditetapkan dimensi bak ekualisasi adalah sebagai berikut:

 Diameter = 0,114 m
 Jari-jari (r) = 0,057 m
22
 π (phi) =
7

2
V =π × r ×t

V
t=
π × r2
3
0,0047 m
t=
22
×(0,057 ¿¿ 2) m¿
7
3
0,0047 m
t=
0,0100 m2

t=0,47 m

Cek waktu tinggal dalam bak aerasi:


2
π ×r ×t
td=
Q
87

0,0100× 0,47
td= × 24 jam=4,5 jam
0,025

Anda mungkin juga menyukai