TUGAS AKHIR
AGUNG RAMADHAN
2201191002
Oleh:
AGUNG RAMADHAN
2201191002
Menyetujui
Dr. Anis Masyruroh, ST., M.T Frebhika Sri Puji Pangesti, ST., M.Sc
NIDN. NIDN. 0423028403
Mengetahui,
ii
iii
Oleh:
AGUNG RAMADHAN
2201191002
NIDN. …………………….
Penguji I
NIDN. …………………….
Penguji II
NIDN. …………………….
Mengesahkan
Dekan Fakultas Teknik
iii
iv
Dengan ini menyatakan bahwa seluruh isi Tugas Akhir dengan Judul
Penurunan Beban Pencemar Limbah Cair Rumah Sakit
Menggunakan Rancangan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)
adalah benar-benar hasil karya sendiri dan saya tidak melakukan
pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku.
Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya berupa pencabutan tugas akhir dan gelar
sarjana, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya.
Agung Ramadhan
iv
30
BAB I
PENDAHULUAN
bersumber dari ruang periksa dan bedah, laboratorium kesehatan, ruang radiologi,
laundry, dapur dan toilet.
Hospital Waste Management saat ini menjadi perbincangan dunia
internasional, oleh karena itu Solid Hazardous Waste melaksanakan kegiatan High
Level Meeting on Environmental and Health South-East and East Asean Contries
di Bangkok pada tanggal 18 Oktober 2013. Hasil dari pertemuan tersebut akan
menindaklanjuti penanganan limbah domestik dan medis di rumah sakit
(Sukadewi et al., 2020).
Potensi dampak limbah cair rumah sakit terhadap kesehatan manusia sangat
besar sehingga rumah sakit yang menghasilkan limbah cair harus melakukan
pengolahan sesuai dengan standar yang ditetapkan (Permenkes, 2019). Pada
dasarnya limbah cair rumah sakit mengandung polutan yang tinggi antara lain
COD, BOD, nutrisi, TSS, TDS, klorida, coliform total, tinja dan mikroba
(Werkneh & Islam, 2023). Dari semua parameter tersebut membahayakan
ekosistem perairan jika nilainya melebihi baku mutu yang telah ditetapkan
pemerintah. Polutan BOD, COD, TSS pada limbah cari rumah sakit perlu
diperhatikan jika nilainya melebihi standar lingkungan hidup. Penyebab
kekeruhan pada badan air yakni karena banyak nya padatan tersuspensi sehingga
menurunkan laju fotosintesis fitoplanton dan tumbuhan air. Selain itu, kadar
oksigen dalam air menurun disebabkan oleh tingginya nilai BOD dan COD pada
badan air (Sukadewi et al., 2020). Salah satu cara menurunkan senyawa organik
dan padatan tersuspensi tersebut dapat menggunakan unit pengolahan biologis
yang memanfaatkan biofilm dimana mikroorganisme tumbuh dan berkembang
biak pada media dengan sistem fluidized attached growth (MBBR).
Salah satu alasan rumah sakit membangun IPAL yakni karena adanya
regulasi pemerintah untuk mewajibkan rumah sakit mengolah air limbahnya
sampai baku mutu yang ditetapkan, namun hal ini menjadi kendala karena
penggunaan teknologi yang cukup mahal (Sukadewi et al., 2020). Menurut Said
dalam Sukadewi et al., (2020) bahwa sampai saat ini rumah sakit tipe kecil atau
klinik tidak dilakukan proses pengolahan sehingga masih membuang limbah
cairnya ke parit.
32
Limbah cair rumah sakit dapat diolah dengan proses biologi dengan
menerapkan sistem aerobik dan anerobik. Sistem aerobik yang banyak diterapkan
yakni sistem lumpur aktif, sistem filtrasi membran dan bioreaktor lumpur aliran
atas. Meskipun sudah banyak diterapkan tentu saja sistem tersebut memiliki
kekurangan. Sistem lumpur aktif merupakan metode yang paling banyak
diterapkan untuk mengolah limbah cair industri, namun kekurangannya harus ada
proses pengembalian lumpur, sehingga akan menambah biaya operasional dan
biasanya hasil penyisihan bahan organic air limbah nya tidak optimal disebakan
kompleksitas penggunaan bahan kimia (Majid, 2019).
Sistem bioreactor membrane (MBR) pada prosesnya perlu dilakukan
pembersihan secara berkala sehingga menyebabkan pemborosan waktu,
sedangkan sistem lainnya tidak efisien dari segi biaya dan waktu. Dengan
demikian, sistem Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) menjadi pilihan sistem
inovatif dan hemat biaya dengan efisiensi penyisihan yang tinggi (Majid, 2019).
Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) merupakan sistem pengolahan limbah cair
secara biologis dimana bakteri berkembang sebagai biofilm yang melekat pada
media. Secara konvensional, MBBR dirancang berdasarkan luas permukaan
pembawa, operasi reactor dan karakteristik biofilm, seperti struktur dan komposisi
kumpulan mikroba (Mane et al., 2018).
Menurut Anisa et al., (2017) presentase penuruan kadar nitrogen pada air
limbah domestik sebanyak 80,9% sedangkan kadar amoniak sebesar 99,72% pada
limbah artifisial dengan konsentrasi COD 500 mg/L. Kinerja Moving Bed Biofilm
Reactor (MBBR) menunjukan bahwa removal COD dapat mencapai 97,73% dan
removal TSS mencapai 63,04%. reaktor dengan volume media K1 sebesar 60%
dapat menurunkan kandungan COD sampai di bawah baku mutu, sedangkan
untuk TSS kurang optimal (Ulfah, et. al, 2019). Pada proses pengolahan limbah
cair tahu menggunakan MBBR penurunan untuk BOD5 mencapai 85.48%, TSS
sebesar 91.01% dan Total N mencapai 83.2% (Laksana & Purnomo, 2021). Pada
penelitian kali ini bertujuan untuk merancang instalasi pengolahan air limbah
sederhana (prototype) menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dan
mengetahui efektifitas Moving Bed Biofilm Reactor untuk menurunkan beban
pencemar limbah cair sumah sakit.
33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah cair medis merupakan limbah cair yang mengandung zat beracun
seperti bahan-bahan kimia anorganik. Limbah cair yang dihasilkan mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia maupun biologi. Limbah cair rumah sakit
mengandung bermacam-macam mikroorganisme tegantung pada jenis rumah
36
sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang
ada. Limbah cair rumah sakit mengandung bahan-bahan organik dan anorganik,
yang tingkat kandungannya dapat ditentukan denga uji air kotor pada umumnya
seperti BOD5, COD, TSS, pH, mikrobiologik dan lain-lain.
a. Feses dan air kemih manusia yang berasal dari kloset atau peturasan di
dalam toilet atau kamar mandi.
b. Limbah cair yang berasal dari kegiatan laundry, kitchen sink, floor
drain dari ruagan-ruangan rumah sakit
Kelompok Contoh
Bidang Perawatan Rawat inap, rawat jalan, ruang operasi, ICU,
instalasi rehab medic dan instalasi rawat
khusus
Bidang penunjang Radiologi, instalasi CSSD dan binatu,
IPSRS, instalasi gizi, laboratorium, instalasi
sanitasi
Bagian umum Kantor dan cucian kendaraan
(Sumber : Fauziyah, 2012)
37
Air Limbah
Anorganik:
1. Kesadahan Air limbah dan air minum rumah tangga dan rembesan air
tanah
2. Klorida Air limbah dan air minum rumah tangga
3. Logam berat Air limbah indutri
4. Nitrogen Air limbah rumah tangga dan pertanian
5. pH Air limbah industri
6. Fosfor Air limbah rumah tangga dan industri serta limpasan air
hujan
7. Belerang Air limbah dan air minum rumah tangga serta limbah
industri
Bahan-bahan beracun:
- Gas-gas
1. Hidrogen sulfida Pembusukan limbah rumah tangga
2. Metan Pembusukan limbah rumah tangga
3. Oksigen Penyediaan air minum rumah tangga serta perembesan air
permukaan
Biologis:
1. Binatang Saluran terbuka dan bangunan pengolah
2. Tumbuh-tumbuhan Saluran terbuka dan bagunan pengolah
39
4. Bau
Bau pada air limbah merupakan hasil dari penguraian bahan-bahan organik
oleh organisme yang ada di dalamnya. Adanya bau pada air buangan
menunjukkan bahwa air dalam kondisi tercemar atau mengandung bahan polutan
berbahaya (Suyasa, 2015).
5. Padatan
Padatan dalam air buangan terdiri atas padatan terlarut (Total Dissolved
Solid/TDS) dan padatan ter suspensi (Total Suspended Solid/TSS). TSS pada air
limbah dapat berupa fitoplankton, bakteri, fungi maupun partikel anorganik
lainnya. Tingginya kandungan TSS pada perairan dapat menyebabkan kekeruhan.
Air yang keruh dapat mengurangi penetrasi cahaya matahari untuk masuk ke
dalam badan air sehingga proses fotosintesis dapat terganggu (Suyasa, 2015).
Karakteristik kimia air limbah ditentukan dengan adanya polutan dari bahan
bahan kimia (chemical). Chemical tersebut terdapat dalam bentuk terlarut dalam
bentuk ion-ion dan tersuspensi dalam bentuk senyawanya.
Sumber:
V media=
Beban BOD ( hari
kg
)
standar beban BOD
volume reaktor
Td =
debit limbah cair
Waktu tinggal yang dipersyaratkan pada bak aerob adalah 6-8 jam
(kemenkes, 2011).
Penduduk
Tidak
Kesehatan Rumah Sakit
optimal.
Efisiensi Efisiensi penurunan parameter
Pengolahan pada pengolahan limbah cair
Limbah Cair Hotel Hotel Aston dengan waktu
Menggunakan terbaik 7 hari dalam
Dhuhan,
2 Moving Bed 2021 Pengolahan biologis terlekat
et al
Biofilm Reactor MBBR dengan media Kaldnes
(MBBR) K3 sebesar 93,37% untuk
parameter BOD dan 89,74%
untuk parameter TSS
Penurunan Beban Efisiensi tertinggi yang terjadi
Pencemar Pada pada media kaldness untuk
Limbah Domestik parameter BOD₅ mencapai
Dengan 83,3%, kadar COD sebesar
Menggunakan 84,2% dan pada parameter
Moving Bed TSS mencapai 90%.
Al Kholif,
3 Biofilter Reaktor 2018 Sedangkan efisiensi tertinggi
et al
(MBBR) yang terjadi pada media batu
apaung untuk parameter BOD5
mencapai 75,6%, pada
parameter COD mencapai
70,8% dan TSS mencapai
87,5%.
4 Majid A Application of Lab- 2019 Parameter BOD dan COD
dan Scale MBBR to ditentukan pada HRT 3, 5, 8,
Mahna Treat Industrial dan 12 jam dengan rasio
Wastewater using pengisian 50%. Meskipun
K3 Carriers: HRT 12 jam memiliki efisiensi
Effects of HRT, penyisihan COD sebesar 86%,
High COD namun karena sedikit
Influent, and perbedaan 3% dan
Temperature mempersingkat proses
49
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Pengambilan sampel limbah cair yaitu pada IPAL Rumah Sakit tipe A, B
dan C di satu Rumah Sakit yang berlokasi di Kota Serang dan dua Rumah Sakit di
Kab. Pandeglang Provinsi Banten. Proses penelitian dan pengujian sampel
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Serang dan Laboratorium PT
Bio Pilar Utama.
9. Pipet Tetes
10. Drigen 5-10 liter
Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. 3 Sampel limbah cair rumah sakit sebanyak 20-25 liter
2. Lumpur Aktif
3. Media Kaldness tipe K3
4. Nutrisi Bakteri
setelah itu dilakukan titrasi kembali. Terjadi perubahan warna dari larutan
berwarna biru menjadi tidak berwarna. Volume titrasidicatat dan
perlakukan dilakukan secara duplo (Purnama, 2022).
3. Analisis TSS
Sampel limbah cair rumah sakit yang telah diambil, kemudian masing-
masing limbah dimasukkan kedalam beaker glass sebanyak 500 mL untuk
dihomogenkan menggunakan magnetik stirrer. Setelah air limbah
dihomogenkan, air limbah dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 10 mL
atau sampai tanda batas, kemudian dihidupkan alat spektrofotometer untuk
dicek TSS, dimasukkan blanko ke dalam spektrofotometer UV-Vis
kemudian dimasukkan sampelnya. Kemudian dicatat parameter TSS yang
muncul di layar spektrofotometer (Ridwan Harahap et al., 2020).
4. Analisis pH
Sampel limbah cair rumah sakit dianalisis menggunakan bahan-bahan
seperti larutan buffer pH 4, pH 7, pH 10 dan larutan CRM serta akuades dan
tisu halus. Selain bahan-bahan, alat untuk mengukur pH pada penelitian kali
ini adalah pH meter merk HACH HQ11d.
Cara kalibrasi pH meter yakni elektroda dibilas dengan air bebas
mineral, kemudian diusap dengan tisu halus agar pH meter kering.
Elektroda dicelupkan ke dalam larutan buffer 4 sampai pH meter
menunjukan pembacaan yang stabil. Catat angka yang ada pada tampilan
pH meter. Langkah tersebut diulangi menggunakan pH 7, pH 10 dan larutan
CRM (Purnama, 2022).
5. Analisis Suhu
Alat dalam menentukan menganalisis nilai suhu sampel limbah cair
rumah sakit dengan thermometer. Proses pengukuran suhu dengan
thermometer dicatat angka yang tertera, pengukuran tersebut dilakukan
secara duplo (Purnama, 2022).
6. Analisis Total Coliform
58
Temperatur panas
Analisis Suhu Thermometer atau dingin
Tingkat kekeruhan
Analisis TSS Spektrofotometri sampel
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Perancangan Alat
Pengumpulan Data
Wawancara, Standar
observasi Data Data Baku Mutu
langsung Primer Sekunder Limbah
dan Cair Rumah
dokumentasi Sakit
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada dasarnya alat yang dibuat dalam proses penelitian ini memiliki
lima unit bak (reaktor) yang memiliki fungsi yang berbeda dan dapat
mempengaruhi penurunan kualitas limbah cair rumah sakit, antara lain bak
pemisah minyak/lemak, bak ekualisasi, bak anoksik, bak aerasi dan bak
sedimentasi. Pada prinsipnya bak pemisah minyak berfungsi untuk
menghilangkan minyak/lemak, sehingga jika tidak ada unit bak ini akan
berpengaruh terhadap perkembangan bakteri. Menurut (Mukhlis dan Aidil, 2014)
jika tidak terdapat bak ini hasil pengolahan limbah cair tidak akan optimal.
minyak dan lemak termasuk senyawa organik yang relatif stabil dan sulit
diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat dirombak oleh senyawa asam yang
menghasilkan asam lemak dan gliserin. Pada keadaan basa, gliserin akan
dibebaskan dari asam lemak dan akan terbentuk garam basa. Berdasarkan hasil
62
peritungan volume bak pemisah lemak sebesar 0,002 m 3 dan waktu tinggal yang
direncanakan yaitu selama 2 jam.
Pada bak ekualisasi selain berfungsi untuk mengatur debit air limbah,
bak ini juga terjadi reaksi homogenitas antara kualitas dan kuantitas air limbah.
Sedangkan menurut (Rizky, 2017) bak ekualisasi berfungsi untuk menstabilkan
aliran air limbah yang selanjutnya akan diproses secara fisik – kimia dan
dilanjutkan dengan proses biologis. Berdasarkan perancangan alat sederhana,
didapatkan volume bak ekualisasi sebesar 0,007 dan waktu tinggalnya selama 7
jam. Bak ketiga yang direncanakan pada alat penelitian kali ini yaitu bak anoksik.
Bak ini memiliki volume 0,005 m3 dengan waktu tinggal selama 4,8 jam.
Selanjutnya direncanakan pula bak aerasi yang memiliki peranan penting dalam
proses pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR ini. Volume bak
aerasi direncanakan sebesar 0,007 dengan waktu tinggal didalam bak yaitu 7 jam.
Bak terakhir yang direncanakan adalah bak sedimentasi yang berfungsi untuk
mengendapkan lumpur didalam limbah cair setelah proses aerasi selama 7 jam.
Adapun volume bak sedimentasi pada perancangan alat ini sebesar 0,004 m 3 dan
waktu tinggal nya selama 4,5 jam. Dengan demikian total volume seluruh bak
pada perancangan alat ini yaitu sebesar 0,025 m 3 dengan total waktu tinggal
selama 25 jam.
Pada penelitian kali ini dilakukan analisis awal (inlet) karakteristk limbah
cair rumah sakit diantaranya limbah cair Rumah Sakit tipe A, B dan C. Analisis
ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi beban pencemar
limbah cair rumah sakit. Analisis karakterisitik limbah cair ini menguji parameter
utama yang dilakukan pada penelitian kali ini yaitu pH, TSS, BOD 5, COD,
Amoniak. Hasil analisis kandungan pencemar limbah cair rumah sakit pada
sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1
63
Hasil Pengujian
No Parameter Satuan
RS A RS B RS C
1 pH - 6,8 7,7 7,9
2 TSS Mg/Liter 74 111 127
3 BOD5 Mg/Liter 75,96 53,12 119,84
4 COD Mg/Liter 104,06 73,78 166,45
5 Amoniak Mg/Liter 48 64 58
Sumber : (Hasil Analisis, 2023)
9
8
7
Nilai pH (Mg/liter)
6
5
4
3
2
1
0
RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C Rata-rata
permukaan media sebagai tempat tinggal kemudian akan mengurai polutan air
limbah. Bakteri dapat hidup dalam air limbah dengan berbagai konsentrasi pH,
diantaranya bakteri asidofil yang dapat hidup dengan konsentrasi pH 6 – 8, bakteri
mesofil dengan konsentrasi pH 2-5 dan bakteri alkafil dapat hidup pada air limbah
yang konsentrasi pH nya 8,4 – 9,5.
140
120
Nilai TSS (Mg/liter)
100
80
60
40
20
0
RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C Rata-rata
Gambar 4.3 Diagram Konsentrasi TSS Sebelum dan Sesudah Pengolahan
Berdasarkan gambar 4.3 terlihat nilai konsentrasi TSS dari tiga sampel
limbah cair rumah sakit berada diatas nilai kadar maksimum menurut Permen
LHK No. P68 Tahun 2016 yaitu 30 mg/liter. Pada sampel RS A terlihat
konsentrasi TSS sebesar 74 mg/liter, sedangkan sampel limbah cair RS B lebih
66
besar hingga mencapai 111 mg/liter dan pada sampel limbah cair RS C pun sama
halnya bahkan dua kali lebih besar dengan kadar sebesar 127 mg/liter. Penyebab
tingginya TSS karena banyaknya kotoran dari berbagai aktivitas Rumah Sakit
misalnya laundry, toilet dan bekas cucian piring (Ningsih, 2011).
menghilangkan TSS yaitu dengan metode koagulasi flokulasi dan filtrasi. TSS
menyumbang kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis
dan visibiltas di perairan.
180
160
140
Nilai COD (Mg/liter)
120
100
80
60
40
20
0
RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C Rata-rata
Gambar 4.4 menyajikan konsentrasi COD influent dari tiga sampel limbah
cair rumah sakit relatif rendah dengan rata-rata konsentrasi sebesar 114,76
mg/liter. Pengujian kadar COD tersebut menggunakan metode reflux. Oksidasi
pada metode ini yaitu K2Cr2O7 dalam kondisi asam kuat yaitu H2SO4 yang
mendidih dan larutan Ag2SO4 sebagai katalisator. Hasil pengujian pada influent
limbah cair RS A mencapai 104,06 mg/liter, sedangkan pada limbah cair RS B
nilainya lebih rendah dibandingkan nilai influent limbah cair RS A yaitu 73,78
mg/liter dan hasil pengujian yang paling besar nilainya ada pada influent limbah
cair RS C mencapai angka 166,45 mg/liter. Konsentrasi COD pada influent
limbah cair RS B nilai nya dibawah baku mutu lingkungan hidup yaitu 100
mg/liter. Salah satu faktor rendahnya kadar COD limbah cair rumah sakit adalah
pemisahan air limbah dari aktivitas laundry. Hal ini sejalan dengan penjelasan
(Wicheisa et al., 2018) bahwa Kadar COD yang tinggi pada limbah cair dapat
68
disebabkan oleh adanya bahan – bahan kimia yang terdapat di dalam detergen
yang digunakan dalam proses pencucian. Secara umum komponen penyusun
detergen adalah surfaktan, pembersih (builders), pengisi (filler), dan bahan
tambahan (additives). Surfaktan memiliki peranan sebagai komponen utama
dalam detergen dan memiliki rantai kimia yang susah diuraikan oleh alam.
140
120
Nilai BOD5 (Mg/liter)
100
80
60
40
20
0
RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C Rata-rata
69
70
Nilai Amoniak (Mg/liter)
60
50
40
30
20
10
0
RS Kelas A RS Kelas B RS Kelas C Rata-rata
Pada gambar 4.6 diatas menunjukkan hasil uji parameter amoniak pada
influent limbah cair RS A yaitu sebesar 48 mg/liter, setelah dilakukan pengolahan
menggunakan MBBR dengan waktu tinggal 24 jam terjadi penurunan sebesar 33
mg/liter. Selanjutnya pada influent limbah cair RS B juga terjadi penurunan kadar
amoniak dari 64 mg/liter menjadi 46 mg/liter. Selain influent limbah cair RS A
dan RS B saja yang terjadi penurunan, begitu pula influent limbah cair RS C
mengalami penurunan nilai dari 58 mg/liter menjadi 48 mg/liter. Sehingga jika di
rata-ratakan dari ketiga influent limbah cair RS tersebut nilai nya sebesar 56,67
mg/liter.
Besarnya efisiensi dari parameter uji yang diamati yaitu nilai pH, TSS,
COD, BOD dan Amoniak dapat dilihat pada grafik
31 29
30 25
25
20
15
9
10
5
0
pH TSS COD BOD Amoniak
Parameter Uji
Untuk menghitung efektivitas dari semua parameter uji yang diamati yakni
pH, TSS, COD, BOD dan Amoniak dapat dihitung dengan rumus:
9+ 43+31+31+29
Efektivitas ( % )=
5
Efektivitas ( % )=28,2 %
1. Jika nilai Sig (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR
pada data influent dan effluent.
2. Jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan
MBBR pada data influent dan effluent.
Tabel 4.1 Hasil Uji Perbedaan Menggunakan Uji Paired Sample T-Test
on Mean Difference )
Lower Upper
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
46. https://jurnal.fmipa.unila.ac.id/analit/article/view/1236
Said, N. I., & Santoso, T. I. (2018). Penghilangan Polutan Organik Dan Padatan
Terrsuspensi Di Dalam Air Limbah Domestik Dengan Proses Moving Bed
Biofilm Reactor (Mbbr). Jurnal Air Indonesia, 8(1), 33–46.
https://doi.org/10.29122/jai.v8i1.2382
Sakit, L. R. (2011). Pengaruh Pembubuhan Tawas Dalam Menurunkan Tss Pada
Air Limbah Rumah Sakit. KESMAS - Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2),
79–86. https://doi.org/10.15294/kemas.v6i2.1756
Setyawan, Aditya, D. (2018). Statistika Kesehatan Analisis Bivariat Pada
Hipotesis Kesehatan.
Mukhlis & Aidil (2014). Rekayasa Bak Interceptor Dengan Sistem Top and
Bottom Untuk Pemisahan Minyak / Lemak Dalam Air Limbah Kegiatan
Katering. September.
Sudarman, R., Budiastuti, H., Djenar, N. S., Panggalo, E. S., & Nurhasyim, A.
(2020). Penyisihan Kadar Amoniak dalam Limbah Cair Industri Pupuk
Menggunakan Sequencing Batch Reactor. Fluida, 13(2), 65–72.
https://doi.org/10.35313/fluida.v13i2.2264
Sukadewi, N. M. T. E., Astuti, N. P. W., & Sumadewi, N. L. U. (2020).
Efektivitas Sistem Pengolahan Limbah Cair di Rumah Sakit Bali Med
Denpasar Tahun 2020. HIGIENE: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 6(2017),
113–120.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Sulistia, S., & Septisya, A. C. (2020). Analisis Kualitas Air Limbah Domestik
Perkantoran. Jurnal Rekayasa Lingkungan, 12(1), 41–57.
https://doi.org/10.29122/jrl.v12i1.3658
Suyasa, W. B. (2015). Pencemaran Air dan Pengolahan Air Limbah. Udayana
University Press, 153.
Tchobanoglous, G., L. Burton, F., & Stensel, D. H. (2014). Metcalf &Eddy :
Wastewater Engineering: Treatment and Reuse. In McGraw Hill Companies,
Inc. (Issue 7, p. 421).
Werkneh, A. A., & Islam, M. A. (2023). Post-treatment disinfection technologies
for sustainable removal of antibiotic residues and antimicrobial resistance
bacteria from hospital wastewater. Heliyon, 9(4), e15360.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e15360
Wicheisa, F. V., Hanani, Y., & Astorina, N. (2018). Penurunan Kadar Chemical
Oxygen Demand (COD) Pada Limbah Laundry Orens Tembalang Dengan
Berbagai Variasi Dosis Karbon Aktif Tempurung Kelapa. Jurnal Kesehatan
Masyarakat , 6(6), 2356–3346. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Wikaningrum, T., & Hakiki, R. (2020). Reduksi Energi Pengolahan Air Limbah
di Kawasan Industri Dengan Implementasi Teknologi Food Chain Reactor
(Studi Kasus : Kawasan Industri Jababeka Bekasi). Jurnal Serambi
78
LAMPIRAN – LAMPIRAN
80
81
Alat ini dirancang untuk dapat mengolah limbah cair rumah sakit
sebesar 25 liter/hari atau 0,025 m3/hari. Kapasitas desain yang diharapkan
adalah sebagai berikut:
= 0,00208 m3
2
V =π × r ×t
V
t= 2
π ×r
0,002 m3
t=
22
×(0,057 ¿¿ 2m)¿
7
0,002 m3
t=
22
× 0,0032 m2
7
0,002 m3
t= 2
0,0100 m
t=0,2 m
2. Reaktor Ekualisasi
- Waktu tinggal = 7 jam
- Debit air limbah = 0,025 m3/hari
- Konstruksi = Pipa PVC
- Diameter pipa = 4 inchi = 0,114 m
- Volume reactor yang diperlukan:
= (7/24) hari x 0,025 m3/hari
= 0,0072 m3
Diameter = 0,114 m
Jari-jari (r) = 0,057 m
22
π (phi) =
7
2
V =π × r ×t
83
V
t=
π × r2
3
0,0072 m
t=
22
×(0,057 ¿¿ 2) m¿
7
0,0072 m3
t=
0,0100 m2
t=0,71 m
3. Bak Anoxic
- Debit air limbah = 0,025 m3/hari
- Waktu tinggal = 5 jam
- BOD masuk = 300 mg/l
- Efisiensi = 50% (Said, 2002)
- BOD Keluar = 300 mg/l – (0,5 x 300 mg/l)
= 150 mg/l
- Untuk air limbah rumah sakit (domestic), ditetapkan beban BOD
yang digunakan = 2,5 kg BOD/m3.hari (Hartaja, 2018)
- Beban BOD di dalam air limbah:
= 0,025 m3/hari x 2500 g/m3 = 62,5 g/hari
= 0,0625 kg/hari
- Volume media yang diperlukan:
= (0,0625 kg/hari) / ( 2,5 kg/m3.hari) = 0,025 m3
- Volume media = 20% dari total volume reactor
- Volume reactor = (20/100) x 0,025 m3 = 0,005 m3
Diameter = 0,114 m
Jari-jari (r) = 0,057 cm
22
π (phi) =
7
2
V =π × r ×t
84
V
t=
π × r2
3
0,005 m
t=
22
×(0,057 ¿¿ 2) m¿
7
0,005 m3
t=
0,0100 m2
t=0,5 m
π ×r 2 ×t
td=
Q
0,0100× 0,5
td= × 24 jam=4,8 jam
0,025 m3
Diameter = 0,114
Jari-jari (r) = 0,057
22
π (phi) =
7
2
V =π × r ×t
V
t= 2
π ×r
0,0075 m3
t=
22
×(0,057 ¿¿ 2) m¿
7
0,0075 m3
t=
0,0100 cm2
t=0,75 m
2
π ×r ×t
td=
Q
0,0100× 0,75
td= 3
× 24 jam=7,2 jam
0,025 m
5. Bak Sedimentasi
- Debit air limbah = 25 liter/hari = 0,025 m3/hari
- BOD keluar = 15 mg/l
- Waktu tinggal = 4,6 jam
- Volume bak = 4,6/24 hari x 0,025 m3/hari = 0,0047 m3
Diameter = 0,114 m
Jari-jari (r) = 0,057 m
22
π (phi) =
7
2
V =π × r ×t
V
t=
π × r2
3
0,0047 m
t=
22
×(0,057 ¿¿ 2) m¿
7
3
0,0047 m
t=
0,0100 m2
t=0,47 m
0,0100× 0,47
td= × 24 jam=4,5 jam
0,025