Anda di halaman 1dari 27

EKSTRAKSI PROPOLIS MENGGUNAKAN

SUPERCRITICAL CO2

SEMINAR

BIMA SETYAPUTRA

NPM 1406604664

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JANUARI 2021

i
Universitas Indonesia
Diajukan sebagai salah satu syarat lulus mata kuliah Metodologi
Penelitian dan Seminar

Seminar ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Bima Setyaputra

NPM : 1406604664

Tanda Tangan :

Tanggal : 20 Februari 2021

iii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Bima Setyaputra
NPM : 1406604664
Program Studi : Teknik Kimia
Judul Skripsi :

EKSTRAKSI PROPOLIS MENGGUNAKAN SUPERCRITICAL CO2

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si.,M.Eng ( )

Ditetapkan di : Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia, Depok


Tanggal : 10 Februari 2021

iv
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat- Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Teknik, Jurusan Teknik Kimia pada Fakultas Teknik Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Sutrasno Kartohardjono, PhD, selaku dosen pembimbing yang


telah menyediakan waktu, tenaga,dan pikiran untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan skripsi ini;
2. Rekan penelitan, I. Purnawan, A. Febriasari, T.T. Yolandini, M.J.
Windriyo, E.F. Karamah dan S. Kartohardjono yang telah banyak
membantu dalam pembuatan skripsi ini.
3. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral; dan
4. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 22 Januari 2021

Penulis

v
Universitas Indonesia
ABSTRAK

Nama : Bima Setyaputra


Program Studi : Teknik Kimia
Judul :
EKSTRAKSI PROPOLIS MENGGUNAKAN SUPERCRITICAL CO2

Propolis adalah salah satu produk dari hasil produksi lebah yang akhir akhir
ini menjadi sangat popular baik dikalangan peneliti maupun konsumen di
Indonesia dan bahkan di dunia karena khasiat dari produk ini bagi kesehatan.
Dalam seminar ini digunakan teknik ekstraksi dengan menggunakan
Supercritical CO2. Proses ini memisahkan satu atau lebih komponen dari
komponen lainnya menggunakan supercritical CO2 sebagai senyawa
ekstraksi.
Studi yang dilakkukan terhadap ekstraksi propolis menggunakan supercritical
CO2 extraction (S-CO2) mampu menghasilkankan ekstrak propolis sebesar 14.4%
(Boy Arief Facri et al., 2019) sampai 41% (Chen C. R. et al., 2008).

Desain pabrik pengolahan propolis dalam studi ini didasarkan atas Google Patens
No. CN102429140B yang menghasilkan rata-rata ekstrak propolis 30% dengan
waktu ekstrak selama 4 Jam.

Kata kunci:
Air limbah batik, COD, BOD, Color, Membrane

vi
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL............................................................................ i
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iv
KATA PENGANTAR............................................................................. v
ABSTRAK............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR............................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................. 1


1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Material dan Metode ekstraksi ............................................... 7
1.2.1 Material dan Reagan...................................................... 7
3.6.2 Metode ektraksi teknik supercritical SC-CO2................ 30

BAB 2 PROPOSAL DESAIN PABRIK PROPOLIS……………… 9

2.1 Referensi Desain Pabrik ......................................................... 9


2.2 Batasan Desain Pabrik Propolis …........................................ 10
2.3 Biaya Investasi dan Operasional .............................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ……………………….................................... 17

vii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 List metode Ekstraksi Propolis................................................ 6


Tabel 1.2 List Stusi Ekstraksi Menggunakan S-CO2............................... 7

viii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Komposisi Propolis........................................................... 2


Gambar 1.2 Diagram Skematik Ekstraksi S-CO2................................. 8
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Supercritical CO2 Extraction........................ 11
Gambar 2.2 Layout Peralatan Supercritical CO2 Extraction.............. 11
Gambar 2.3 Gambar 3D Pabrik Ekstraksi CO2.................................. 12

ix
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Propolis adalah salah satu produk dari hasil produksi lebah yang akhir
akhir ini menjadi sangat popular baik dikalangan peneliti maupun konsumen di
Indonesia dan bahkan di dunia karena khasiat dari produk ini bagi kesehatan.
Propolis merupakan bahan resin yang dikumpulkan lebah dari eksudat tanaman
disekitarnya yang kemudian dicampur dengan air liur lebah dan lilin. Propolis
yang dihasilkan oleh lebah ini kemudian dikumpulkan untuk melindingi sarang
mereka. Selain untuk melindungi sarang mereka dari cuaca dingin maupun
hujan, propolis juga mampu untuk menjerat serangga atau hewan lain dan
digunakan juga untuk mencegah serangga tersebut membusuk. Itulah kenapa
Propolis juga disebut lem lebah. Kata Propolis sendiri dalam Bahasa Latin
berarti pintu gerbang kedalam kota.

Beberapa produk dengan kandungan propolis telah dijual ke seluruh


dunia, khususnya jepang, seperti permen, coklat, shampoo, krim kulit, antiseptic
dan pasta gigi. Meskipun begitu penggunaan propolis untuk bahan makanan
masih sangat terbatas, karena karakteristik propolis yang bisa larut dalam
alcohol, dengan rasa tajam dan berbau (Mangiring 2017)

Komposisi propolis berbeda pada setiap daerah, negara ataupun kontinen,


hal ini karena spesies atau jenis tanaman yang digunakan oleh lebah berbeda.
Meskipun mempunyai komposisi yang berbeda beda, propolis mempunyai
manfaat yang mirip yaitu sebagai antibacterial, antifungal, antiviral, antiparasitic,
anti-inflamatory, antiproliferative dan antioksidan (Banskota et al, 2000;
Burdock, 1998)

Sebagai senyawa antibacterial propolis bisa dibagi dalam dua tahap.


Yang pertama adalah akibat langsung terhadap mikroorganisme, kedua akibat
tidak langsung dengan adanya stimulasi terhadap kekebalan sistem sehingga
meningkatkan aktivasi pertahanan alami terhadap mikro oragnisme (5). Analisa
terhadap mekanime kerja propolis juga menyimpulkan bahwa propolis

1
Universitas Indonesia
mempengaruhi permeabilitas membrane seluler mikroorganime dan produksi
adenosin trifosfat (ATP) serta menurunkan mobilitas bakteri (Bueno-Silva et.
Al., 2016).

Sebelumnya propolis dikenal sebagai obat tradisional dibeberapa negara


dan menjadi subyek penelitian studi farmasi dan kimia dalam 30 tahun terakhir
(Popova et al,. 2010). Sekarang ini, propolis telah digunakan secara luas baik
untuk kepentingan kosmetik dan kesehatan, menjadikan salah satu produk alami
yang paling banyak digunakan di sector tersebut. Banyak jurnal dan hasil
penelitian telah diterbitkan termasuk perbedaan dalam komposisi telah
diterbitkan (1)

Dengan wilayah geografi dan tipe botani yang berbeda, menhasilkan


propolis dengan kandungan atau komposisi yang berbeda beda pula. Lebih dari
200 senyawa telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari propolis (Marcucci,
1995). Diketahui juga bahwa komposisi dari propolis terdiri dari resin (45-55%),
lilin dan fatty acids (25-35%), minyak esensial (5%), pollen (5%) dan bahan
organic dan mineral lain (5%) (Krell, 1996) (Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Komposisi Propolis

Gambar 1. Diagram komposisi dari propolis

Meskipun propolis mengandung senyawa atau kandungan yang vital bagi


fungsi kesehatan, propolis tidak bisa dikonsumsi secara mentah karena
mengandung bahan lilin hampir 30% dari total bahan (Almutari et al., 2014).
2
Universitas Indonesia
Untuk mendapatkan propolis dengan konsentrasi tinggi bioaktif yang berfaedah,
harus dilakukan proses pemurnian dengan menggunakan cara ekstraksi yang
membantu menghilangkan kandungan yang tidak dibutuhkan sekaligus mampu
menjaga kandungan yang berfaedah. Senyawa yang bermanfaat yang paling
dibutuhkan dalam propolis adalah kandungan Flavonoids dan polyphenolic
(Pietta, 2000). Pelarut untuk proses ekstraksi biasanya menggunakan ethanol,
selain methanol, ethyl acetate dll.

Metode ekstraksi sering dihubungkan dengan kualitas produk. Teknik


ekstraksi yang bisa menghasilkan produk yang murni dan berkualitas tanpa
adanya residu dianggap sebagai metode yang baik (Manirazika et al., 2001).

Di Eropa, propolis biasanya diambil dari spesies lebah bernama Apis sp,
sebaliknya di Asia, Apis tidak menghasilkan propolis. Di Indonesia, spesies
lebah bernama Trigona sp, diketahui memproduksi lebih banyak propolis dengan
sedikit madu (Fatoni et al, 2008). Di Indonesia, Trigona sp. Banyak didapatkan
dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Lombok
(Hasan et al, 2014, Rasmussen and Cameron, 2010). Sebuah penelitian berhasil
menemukan komposisi bioactive dari Trigona sp, seperti Flavanoids (myretin,
pinobanksin, quercetin, kaempfenol, galangin, chrysin), phenolic acids (ferulic
acid, p-coumaric acid, caffeic acid, cinnamic acid) dan ester (caffeic acid phenyl)
(boy Arief Fachri et al, 2019)

Dengan mempertimbangkan efektifitas, produktifitas dan ketersedian


bahan baku, ethanol merupakan pilihan pertama bahan baku pelarut yang
digunakan dalam ekstraksi propolis. Pelarut lain seperti ethyl ether, methanol
dan chloroform kadang digunakan untuk ekstraksi beberapa jenis propolis (4).
Sebagai tambahan, glycerin dan propylene Glycol digunakan untuk ekstraksi
propolis untuk aplikasi produk kosmetik dan farmasi (5).

Saat ini ada 2 kategori Teknik ekstraksi propolis, yaitu teknik


konvensional dan Teknik menggunakan teknologi modern. Contoh penggunaan
teknologi modern dalan proses ekstraksi propolis adalah supercritical fluid
extraction (SFE), ultrasound-assisted extraction (UAE), microwave-assisted
extraction (MAE), pressurized liquid extraction (PLE), dan pressurized hot water
extraction (PHWE) yang dikembangkan untuk sebagai alternative dari sistem
3
Universitas Indonesia
konvensional. Sedangkan proses ekstraksi propolis konvensional yaitu solid-
liquid extraction yang mencakup aplikasi zat pelarut dan proses pencucian
termasuk didalamnya Soxhlet extraction (SE), penyaringan dan maceration
extraction (ME).

Metoda ekstraksi konvensional telah banyak dilakukan baik dalam


penelitian maupun proses produksi untuk mendapatkan senyawa bioaktif dari
propolis. Metode ini secara umum memerlukan solvent atau pelarut dalam
jumlah yang besar, memakan waktu dan rumit. Oleh karena itu, diperlukan
pengembangan teknik baru yang lebih bebas polusi, efisien dan menghasialkan
lebih banyak bahan bioaktif.

Machado et al (2016), telah melakukan perbandingan ekstraksi teknik


konvensional ethanolic extraction (EtOH) dengan teknik modern supercritical
CO2 extraction. Mereka mendapatkan konsentrasi kandungan Artepillin C dan p-
coumaric acid lebih tinggi dengan menggunakan supercritical CO 2. Teknik
ekstraksi supercritical CO2 secara umum menghasilkan konsentrasi senyawa
yang lebih tinggi yang berhubungan dengan senyawa antioxidant dan
antibacterial.

Microwaved-assisted extraction merupakan salah satu metode ekstraksi


modern yang mampu mengurangi secara signifikan dengan memungkinkan
energi atau panas didistribusikan dengan cepat baik di bahan padat maupun di
senyawa pelarut (Hamzah & Leo, 2015). Energi yang besar dalam bentuk panas,
digunakan dalam ekstraksi memakai metode microwave. Kadar air yang
terkandung dalam bahan padat akan menyerap energi dari microwave
menimbulkan kondisi internal yang sangat panas yang mempermudah
pengambilan senyawa bioaktif didalamnya dalam waktu yang singkat
(Destandau et al, 2013). Ekstraksi menggunakan metode MAE bisa diselesaikan
dalam waktu singkat dengan sedikit menurunkan kandungan pelarut apabila
dibandingkan dengan metode konvensional seperti maceration extraction
(Hmzah & Leo, 2015). Waktu yang dibutuhkan MAE hanya 2 x 10 detik
perlakukan penyinaran gelombang microwave ke sample propolis yang
menghasilkan hasil ekstrak 73% dibandingkan

4
Universitas Indonesia
Dipihak lain, ultrasonic extraction (UAE) diklaim sama cepatnya dengan
baik metoda MAE amupun SFE dalam ekstraksi popolis. Energi ultrasonik yang
ada dihasilakan mampu menghasilkan ekstrak bioktif secara cepat. Teknologi ini
mampu mengurangi waktu proses ekstraksi dan meningkatkan hasil ekstraksi.
Keuntungan pemakaian teknologi UAE adalah memberikan persentase yang
lebih tinggi untuk mendapatkan senyawa phenolic dibandingkan dengan MAE.
Dengan memakai ultrasonic menghasilkan 50% phenolic setelah 30 menit
periode ekstraksi, sedangkan dengan memakai teknik MAE menghasilkan 40%
phenolic setelah melakukan 2x 10 detik radiasi gelombang microwave. Metode
ini terbukti mengurangi waktu proses ekstraksi (Trusheva et al, 2007).

Pressurized liquid extraction (PLE), merupakan metoda yang saat ini


banyak dilakukan dalam melakukan separasi analisan bahan makanan termasuk
dalam proses ekstraksi propolis. Keunggulan metode ini adalah memerlukan
lebih sedikit senyawa pelarut, yang tentunya lebih ramah lingkungan.
Parameter-parameter seperti temperatur, tekanan, jenis pelarut, lama ekstraksi,
dan ukuran cell menjadi faktor-faktor yang menentukan keberhasilan proses
ekstrasi secara signifikan.

Selain PLE, teknik hot pressurized water (HPW) merupakan metode


ekstraksi modern yang juga pernah digunakan untuk proses ekstraksi dalam
beberapa penelitian. Teknik ini berdasarkan prinsip air mempunyai dielektrik
karateristik, termasuk juga mempunyai viskositas dan tekanan permukaan yang
mendekati pelarut organik. Penelitian yang dilakukan oleh Chen (Chen et al.,
2007), berhasil memisahkan tujuh flavonoids, caffeic acid phenetyl esterdan
empat senyawa phenolic acid yang didapatkan dengan teknik ekstraksi HPW.

Tabel 1.1 menunjukkkan beberapa metode ekstraksi menggunakan


teknologi modern yang dilakukan beberapa peneliti termasuk didalamnya lokasi
jenis propolis, jenis solvent, metode ektraksi, dan kondisi proses ekstraksi dan
hasilnya

Untuk mengatasi kekurangan dari metode ekstraksi konvensional dengan


ektraksi menggunakan pelarut, penggunaan supercritical CO2 (SC-CO2)
diusulkan dalam tulisan ini. Telah diketahui bahwa ekstraksi SC-CO 2 merupakan
salah satu teknik ekstraksi yang paling efisien. Pelarut sangat mudah dan cepat
5
Universitas Indonesia
dipisahkan dari produknya (del Valle, 2015; Machado et al., 2015; Reverchon
and De Marco, 2006; Subroto et al., 2017). Ekstraksi propolis menggunakan SC-
CO2 merupakan alternatif yang sangat menjanjikan untuk mendapatkan hasil
ekstrak dengan kualitas tinggi (De Melo et al., 2014; Knez et al., 2014; del Valle,
2015; Duba and Fiori, 2015).

Tabel 1.1 List metode ekstraksi dari propolis

Beberapa studi telah dilakukan dalam ekstraksi propolis menggunakan


supercritical carbon dioxide (SC-CO2) termasuk ekstraksi propolis dari
Indonesia dengan memanfaatkan propolis dari lebah madu Trigona sp, spesies

6
Universitas Indonesia
Trigona sapiens (Boy Arief Fachri et al., 2019). Hasil dari penelitian tersebut
bisa dilihat di Table 1.2

Table 1.2. List Studi Ekstraksi Propolis Mengunakan S-CO2

1.2 Material dan Metode Ekstraksi

1.2.1 Material dan Reagen

Bahan mentah yang diperlukan adalah propolis, dimana di Indonesia


spesies yang paling banyak dijumpai dan sudah diketahui menghasilkan madu
dan bioaktif adalah spesial jenis Trigona dalam hal ini Trigona sapiens. Selain
itu dibutuhkan dibutuhkan bahan utama sebagai reagen yaitu CO2 cair (99.5%),

7
Universitas Indonesia
Ethyl Acetate (99.9%), n-hexane (99.9%), Methanol (99%), air, acetic acid
(99.8%) dan silica gel untuk digunakan sebagai alat pemurnian lebih lanjut.

1.2.2 Metode ektraksi menggunakan teknik supercritical SC-CO2

Potongan-potongan propolis mentah dihancurkan menjadi partikel


dengan ukuran 2 mm menggunakan mesin grinder, kemudian diambil setelah
melalui ayakan 10 mesh sebelum digunakan. Gambar 1.2 menunjukkan proses
ekstraksi SC-CO2 yang digunakan oleh You et al., (2002). Propolis yang sudah
berbentuk bubuk kemudian dimasukkan kedalam kontainer ekstraktor dimana
ditempatkan glass wool didinding atas dan bawah dari tabung ekstraktor (8)
untuk mencegah partikel propolis terbawa arus. Sebagai cairan absorbent, 200
mL dari ethanol 95% dimasukkan kedalam absorber (11).

Dengan menggunakan pompa tekanan tinggi CO2 cair dipompa kedalam


ekstrator dengan flow rate konstant yaitu 10 mL/menit setelah dipanaskan.
Tekanan ekstraksi bervariasi dari 13.8 MPa sampai 27.6 MPa yang diatur dengan
menggunakan back pressure regulator (BPR) (9-1), sedangkan temperatur
ekstraksi diatur dari suhu 35oC sampai 60oC dengan menggunakan controller tipe
PI. Tekanan dalam absorber di atur ke 5 MPa, dan satu back presuure regulator
(9-2) digunakan untuk memisahkan CO2 dari bahan hasil ekstraksi yang diambil
pada temperatur ambien. Volume CO2 yang terpakai diukur dengan
menggunakan wet gas meter (13).

Gambar 1.2. Diagram skematik ekstraksi SC-CO2

8
Universitas Indonesia
BAB 2

PROPOSAL DESAIN PABRIK PENGOLAHAN PROPOLIS

2.1 Referensi Desain Pabrik

Berdasarkan studi terhadap ekstraksi propolis menggunakan supercritical CO2


extraction (S-CO2) mampu menghasilkankan ekstrak propolis sebesar 14.4%
(Boy Arief Facri et al., 2019) sampai 41% (Chen C. R. et al., 2008). Desain
pabrik pengolahan propolis dalam studi ini didasarkan atas Google Patens No.
CN102429140B yang menghasilkan rata-rata ekstrak propolis 30% dengan
waktu ekstrak selama 4 Jam.

Metode Google Patens No. CN102429140B terdiri dari langkah-langkah


berikut:

1. Dewaxing (yaitu menghilangkan lapisan lilin), penggilingan, pelletizing.


2. Memasukkan pelet propolis dalam ketel reaksi

9
Universitas Indonesia
3. Menyalakan peralatan supercritical CO2 dengan mengatur tekanan dan
suhu sehingga propolis bisa diekstraksi dengan CO2 dalam kondisi
supercritical dalam bentuk cair didalam tabung ekstraksi.
4. Menambahkan bubuk kakao kedalam propolis yang telah diekstraksi dan
dimurnikan dalam proporsi yang berbeda-beda. Kakao ditambahkan
untuk menambah mineral dan vitamin seperti B2, kalium, magnesium,
kalsium dan zat besi.
5. Propolis yang dihasilkan berbentuk kotak yang kemudian digiling dan
diaduk rata agar propolis menjadi berbentuk tepung.
6. Metode patent ini merupakan metode pemisahan fisik murni dan tidak
menggunakan zat pembawa seperti ethanol sehingga bahan aktif propolis
akan tetap sama.
7. Proses dengan metode ini akan menghasilkan ekstrak propolis 30% dari
propolis mentah dalam jangka pemrosesan 4 jam.

2.2 Batasan Desain Pabrik Ekstraksi Propolis

Desain Pabrik exktraksi propolis mempunyai batasan desain sebagai berikut:

1. Kapasitas Produksi ekstrak propolis: +/- 20 ton/tahun atau 56


kg/hari
2. Rate Ekstraksi propolis : 30% dari propolis mentah (Google Patent
No. CN102429140B)
3. Jangka waktu (production cycle) ekstraksi propolis: 4 jam
4. Maksimum production cycle propolis per hari: 6 kali (24 jam/4)

Untuk bisa memproduksi ekstrak propolis 56 kg per hari dengan kapasitas


ekstraksi 30% maka dibutuhkan sekitar 187 kg propolis mentah per hari. Maka
untuk sekali production cycle dibutuhkan 187/6 atau 32 kg propolis mentah.

Sesuai dengan metode diagram metode ekstraksi pada gambar 2 maka


dibutuhkan alat-alat atau mesin pengolahan untuk ekstraksi menggunakan
supercritical CO2 ekstraction yang dijabarkan dibawah ini merupakan bagian-
bagian penting dari proses produksi.

1. Ekstraktor CO2

10
Universitas Indonesia
2. Separator Tank
3. Distillation Column
4. Pompa CO2 Bertekanan Tinggi
5. Pompa Entrainer
6. Chiller
7. Heat Exchanger
8. Purifier System
9. Pressure Stabilizing System dari Ketel Ekstraksi
10. CO2 Storage Tank
11. Flow Meter
12. Temperature Gauge
13. Pressure Control (protection) system

Secara sederhana proses ekstraksi superficial CO2 extraction bisa dilihat pada
Gambar 2.1, adapun desain layout peralatan ekstraksi propolis bisa
digambarkan dalam Gambar 2.2 dan layout pabrik seperti pada gambar 2.3.

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Supercritical CO2 Extraction

11
Universitas Indonesia
Gambar 2.2. Layout Peralatan Superficial CO2 Extraction

Gambar 2.3 Layout 3D Pabrik Ekstraksi Propolis

12
Universitas Indonesia
Untuk bisa memproduksi ekstrak propolis dengan kapasitas 20 ton per tahun atau
56 kg per hari dibutuhkan spesifikasi peralatan sebagai berikut:

1. Ketel ekstraksi
Dimana propolis mentah ditempatkan. Dengan asumsi 1 kg propolis
mentah yang telah digiling mempunyai volume 1 liter maka dibutuhkan ketel
ektraksi dengan volume minimal 93.5 ltr dalam 1 kali production cycle hal ini
ukuran ditetapkan 100 L atau canister ukuran 50L x 2. Ketel yang dibutuhkan
juga mampu digunakan ditekanan sebesar 20 -36 Mpa yang merupakan
tekanan yang dibutuhkan untuk ekstraksi memakai metode superficial CO 2
extraction.

2. Ketel separator
Ukuran disesuaikan dengan ukuran ketel ekstraksi, dalam hal ini ukuran
Separator ditetapkan sebesar 20L x 2 yang mampu digunakan pada tekanan
maksimum 30 Mpa. Bahan-bahan yang efektif akan diendapkan di dasar
pemisah.

3. Pompa CO2 Bertekanan Tinggi


Dimana cairan CO2 dari tangki CO2 mengalir dan dipompa keluar ke
ekstraktor dengan tekanan sangat tinggi. Ekstraktor CO2 keseluruhan yang
lebih besar membutuhkan pompa tekanan daya yang lebih besar. Sesuai dengan
tekanan yang dibutuhkan untuk mendapat hasil optimum yaitu 20-36 Mpa,
maka dibutuhkan pompa dengan kapasitas 35 L/40Mpa yang diberi pengatur
tekanan. Sistem pendingin dipasang di inti pompa untuk melindungi panas
berlebih atau pembakaran kering.

4. Sistem Pendingin
Dilengkapi dengan kompresor untuk memenuhi untuk mencegah
sistem over-heating. Satu set mesin pendingin air dan tangki penyimpanan air
dipasang agar proses ekstraksi CO2 berjalan dengan sukses.

5. Heat Exchanger and Temperature Control System

13
Universitas Indonesia
Ekstraktor, pemisah, dan kolom distilasi dilengkapi dengan sistem
pemanas dan pendingin serta sistem kontrol suhu independen. Untuk kisaran
suhu sirkulasi air: suhu kamar - hingga 85 ℃; Kisaran suhu sirkulasi oli: suhu
kamar hingga 150 ℃; Untuk akurasi cairan CO2 adalah ± 1 ℃ menggunakan
pengukur suhu digital.

6. Pompa recycle CO2

Meskipun ekstraktor CO2 menggunakan sistem sirkulasi tertutup di


mana sistem ini akan dapat menghemat konsumsi energi; tetap saja, beberap
CO2 tertentu akan terbuang. Jadi pompa pemulihan CO2 ekstra dipasang ke
mesin ekstraksi untuk meningkatkan pemanfaatan CO2.

7. Pressure control (untuk proteksi sistem)

Pengukur tekanan penghubung elektrik dipasang di outlet pompa


bertekanan tinggi, yang bertugas mengatur tekanan kerja dengan melepaskan
tekanan dan membuat perlindungan otomatis jika terjadi tekanan berlebih;
Pressure control ini dipasang di pompa CO 2 bertekanan tinggi, ketel ekstraksi
CO2, ketel pemisah, dan kolom distilasi sesuai dengan tekanan kerja
maksimumnya untuk melepaskan tekanan dan membuat perlindungan otomatis
jika terjadi tekanan berlebih. Sistem katup tekanan balik di outlet ketel
ekstraksi memiliki katup tekanan penyeimbang dengan akurasi ± 0,1Mpa.

8. Mesin grinder

Proses ekstraksi ini menggunakan 2 buah mesin grinder, yang pertama


adalah mesin grinder untuk menghancurkan propolis mentah diumpan kedalam
ekstraktor, yang kedua merupakan mesin grinder stainless steel yang
digunakan setelah dihasilkan ekstrak propolis yang kemudian dicampur kokoa
yang kemudian diproses menjadi berbentuk bubuk.

9. Perpipaan

14
Universitas Indonesia
Yang termasuk disini adalah, wadah kontainer, valves, fitting, pipa, pipe
fitting dan pipa-pipa. Semua alat perpipaan dibuat dari bahan stainless steel.

Adapun perincian alat dan jumlah masing-masing item bisa dilihat di Table 2.1

LIST PERALATAN SUPERFICIAL CO2 EXTRACTION

No ALAT-ALAT UTAMA QTY REMARKS


Volume: 50Lx2, Maksimum working
1 Extraction Canister 2
Pressure 40 MPa
Volume: 20Lx1 dan 8Lx1, Maksimum
2 Separator 2
Working Pressure 30MPa
50L/Jam, 40MPa, Pump Head with
3 CO2 High-Pressure Pump 1
Colling system
0.25 - 4L/Jam, 50 Mpa (adjustable
4 Co-Solvent Pump 1
secara mekanik)
5 Water Chiller 1 Temperature range -5C - +5C
6 Heat Exchanger 1 Max Working Pressure 50MPa
7 CO2 Storage Tank 1 Max Working Pressure 16MPa
8 Flow Meter 1 Model : Metal Tube float (10 - 100L/H)
Temperature range: Room Temperature
9 Temperature Control 1
up to 75C
Luas Bangunan yang 5x5x4 Meter dengan tinggi minimum
10  
dibutuhkan 2.5 M
Protection terhadap kelebihan tekanan
dengan Pressure Safety Valves yang
11 Safety 1 Lot
dipasang terpisah di ekstraktor,
separator, evaporator, dan mixer
1
10 Harga Per Unit Rp. 1,400,000,000.
Unit 

2.3 Biaya Investasi dan Operasional

Biaya -biaya yang timbul dalam investasi dan operasional ini hanya dihitung
berdasarkan perkiraan biaya kapital dan biaya operasional bulanan tidak termasuk
biaya bahan mentah seperti propolis mentah, kokoa dll.

 
1. Tempat Usaha  

15
Universitas Indonesia
No Uraian Harga/Bulan
1 Sewa Tempat Rp 4,000,000

    Rp 4,000,000

2. Peralatan  

a. Peralatan kerja  
No Uraian Vol Satuan Harga/Sat Jumlah Rp.
1 CO2 Ext Machine 1 Unit Rp 1,400,000,000 Rp 1,400,000,000
Tabung gas CO2 12
2 kg 4 bh Rp 4,000,000 Rp 12,000,000
Peralatan Lain-Lain
3 (hoist,komputer dll) bh Rp 30,000,000 Rp 30,000,000
        Rp

Satua
3. DATA OPERASI Vol n
Kapasitas produksi/hari 56 Kg
Hari kerja perbulan 24 hari

Upah kerja/bulan 24 hari upah Upah /hari


1 Manajer 1 bln Rp 6,000,000 Rp 250,000
2 Tenaga harian 4 bln Rp 4,000,000 Rp 167,000

4. Biaya Operasi  

Kebutuhan bahan
a. baku  
Vol. Jumlah
No Uraian bahan Satuan Harga /sat Total Jumlah Total
1 Propolis Mentah 187 kg Rp Rp  

16
Universitas Indonesia
2 Kokoa 5 kg Rp Rp  
  Jumlah biaya bahan baku       Rp Rp

b. Pembantu  
Vol. Jumlah
No Uraian bahan Satuan Harga /sat Total Jumlah Total
4 Plastik 200 bh Rp Rp  
5 Kemasan karton 10 bh Rp Rp  
Jumlah biaya bahan
  pembantu       Rp Rp

Kebutuhan Opersional  
Vol. Jumlah
No Uraian bahan Satuan Harga /sat Total Jumlah Total

1 Listrik Rp Rp  Rp 5,000,000


2 Gas Tb Rp Rp  Rp 500,000
3 Biaya promosi 5 bh Rp Rp  
4 Biaya Transportasi Rp Rp  
Jumlah biaya
  operasional       Rp Rp 5,500,000

DAFTAR PUSTAKA

1. Banskota, A. H., Y. Tezuka, I. K. Adnyana, K. Midorikawa, K. Matsushige, D.


Message, A. A.G. Huertas, and S. Kadota, ‘‘Cytotoxic, Hepatoprotective and Free
Radical Scavenging Effects of Propolis from Brazil, Peru, the Netherlands and
China,’’ J. Ethnopharmacol., 72, 239 (2000).

2. Burdock, G. A., ‘‘Review of the Biological Properties and Toxicity of Bee


Propolis (Propolis),’’ Food Chem. Toxicol., 36, 347 (1998).

17
Universitas Indonesia
3. Popova, M.P., Graikou, K., Chinou, I., Bankova, V.S., 2010. GC-MS profiling of
diterpene 629 compounds in mediterranean propolis from Greece. J. Agric. Food
Chem. 58, 3167–3176.

4. Marcucci, M.C.; Rodriguez, J.; Ferreres, F.; Bankova, V.; Groto, R.; Popov, S.
Chemical Composition of Brazilian Propolis from Sao Paulo State. Zeitschrift für
Naturforsch. C 1998, 53, 117–119. [CrossRef]

5. Boy Arief Fachria,∗, Puspita Sarib, Sih Yuwantib, Erna Subroto “Experimental
study and modeling on supercriticalCO2extraction of Indonesian raw propolis
usingresponse surface method: Influence of pressure,temperature and CO2mass
flowrate on extraction yield” Elsevier 2019

6. Krell, R., 1996. VALUE-ADDED PRODUCTS FROM BEEKEEPING Table of


Contents by, Fao 583 Agriculture Services Bulletin.

7. Almutairi, S., Edrada-Ebel, R., Fearnley, J., Igoli, J.O., Alotaibi, W.,Clements,
C.J., Gray, A.I., Watson, D.G., 2014. Isolation ofditerpenes and flavonoids from a
new type of propolis from Saudi Arabia.
http://dx.doi.org/10.1016/j.phytol.2014.08.022.

8. Biscaia, D., Ferreira, S.R.S., 2009. Propolis extracts obtained by lowpressure


methods and supercritical fluid extraction. J.Supercrit. Fluids 51, 17–
23,http://dx.doi.org/10.1016/j.supflu.2009.07.011.

9. Chen, C.R., Lee, Y.N., Chang, C.M.J., Lee, M.R., Wei, I.C., 2007.Hot-pressurized
fluid extraction of flavonoids and phenolicacids from Brazilian propolis and their
cytotoxic assay invitro. J. Chinese Inst. Chem. Eng. 38, 191–196,
10. Chen, C.R., Lee, Y.N., Lee, M.R., Chang, C.M.J., 2009. Supercriticalfluids
extraction of cinnamic acid derivatives from Brazilianpropolis and the effect on
growth inhibition of colon cancercells. J. Taiwan Inst. Chem. Eng. 40, 130–135,

11. Cunha, I.B.S., Sawaya, A.C.H.F., Caetano, F.M., Shimizu, M.T.,Marcucci, M.C.,
Drezza, F.T., Povia, G.S., Carvalho, P.D.O., 2004.Factors that influence the yield
and composition of Brazilianpropolis Brazilianpropolis extracts. J. Braz. Chem.
Soc. 15, 964–970,

12. de Funari, C.S., de Oliveira Ferro, V., Mathor, M.B., 2007. Analysisof propolis
from Baccharis dracunculifolia DC (Compositae) andits effects on mouse
fibroblasts. J. Ethnopharmacol. 111,206–

13. Pietta, P. G. (2000). Flavonoids as antioxidants. Journal of Natural Products, 63(7), 1035-
1042.

14. Pietta, P. G., Gardana, C., & Pietta, A. M. (2002). Analytical methods for quality
control of propolis. Fitoterapia, 73, S7-S20

15. You, G.S., Lin, S.C., Chen, C.R., Tsai, W.C., Chang, C.J., 2002. Supercritical
carbon dioxide extraction enhances flavonoids in water-soluble propolis. J.
Chinese Inst. Chem. Eng. 33, 233–241.
18
Universitas Indonesia
16. Popova, M.; Giannopoulou, E.; Skalicka-Wo´zniak, K.; Graikou, K.; Widelski, J.;
Bankova, V.; Kalofonos, H.; Sivolapenko, G.; Gaweł-B˛eben, K.; Antosiewicz, B.;
et al. Characterization and biological evaluation of propolis from Poland.
Molecules 2017, 22, 1159. [CrossRef] [PubMed]

17. Patel, J.; Ketkar, S.; Patil, S.; Fearnley, J.; Mahadik, K.R.; Paradkar, A.R.
Potentiating antimicrobial ecacy of propolis through niosomal-based system for
administration. Integr. Med. Res. 2014, 4, 94–101. [CrossRef]

18. Farida, S.; Sahlan, M.; Rohmatin, E.; Adawiyah, R. The beneficial e
ect of Indonesian propolis wax from Tetragonula sp. as a therapy in limited vaginal
candidiasis patients. Saudi J. Biol. Sci. 2020, 27, 142–146.
19. Bueno-Silva, B.; Marsola, A.; Ikegaki, M.; Alencar, S.M.; Rosalen, P.L. The e
ect of seasons on Brazilian red propolis and its botanical source: Chemical
composition and antibacterial activity. Nat. Prod. Res. 2016, 31,1318–1324.
[CrossRef]

19
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai