Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DELUSI (AIR PENGENCER)TERHADAP

PEMISAHAN MINYAK, DAN NOS DI STASIUN SCREW PRESS DI PT.


PERKEBUNANA NUSANTARA III SEI MENGKEI

TUGAS AKHIR

FERNANDUS S
082409012

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI


DEPERTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2011
PENGARUH PENAMBAHAN AIR DELUSI (AIR PENGENCER) TERHADAP
PEMISAHAN MINYAK, DAN NOS DI STASIUN SCREW PRESS DI PT.
PERKEBUNANA NUSANTARA III SEI MENGKEI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh


gelar Ahli Madya

FERNANDUS S
082409012

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI


DEPERTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2011
PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PENAMBAHAN AIR DELUSI


( AIR PENGENCER ) TERHADAP
PEMISAHAN MINYAK DAN NOS DI
STASIUN SCREW PRESS DI PT.
NUSANTARA III SEI MENGKEI
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : FERNANDUS S
Nomor Induk Mahasiswa 082409012
Program Studi : D-3 KIMIA INDUSTRI
Depertemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM ( FMIPA )
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Diluluskan di
Medan, Juni 2011

Ketua Koordinator Program Studi


D-III Kimia Industri Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zaidar. M.Si Drs. Darwis Surbakti, MS


NIP : 195308171983031002 NIP : 19530707193031001

Diketahui/ Disetujui oleh


Depertemen Kimia FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan, MS


NIP : 195408301985032001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan Kasih KaruniaNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Karya Ilmiah ini dengan sebaik mungkin dan dengan waktu yang telah
ditentukan. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat akademik dalam
menyelesaikan studi program D3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) USU Medan.
Adapun judul karya ilmiah ini adalah “Pengaruh Penambahan Air Delusi ( Air
Pengencer ) Terhadap Pemisahan Minyak, Air dan Nos Di Stasiun Screw Press ”.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih atas segala
bimbingan dan fasilitas yang telah diberikan baik sebelum atau sesudah PKL
dilaksanakan, kepada:
1. Kedua orang tua penulis, L. Simanjuntak dan N. Situmeaang yang telah
memberikan motivasi, dukungan moril dan materil, serta dukungan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Bapak Drs. Darwis Surbakti, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis
menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Bapak Dr, Sutarman selaku Dekan FMIPA USU Medan.
4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS Sebagai Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.
5. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Sc selaku Koordinator Jurusan Kimia Industri FMIPA
USU yang telah banyak membimbing dan membantu kelancaran studi penulis.
6. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar M. Phil selaku Staff Dosen Kimia Industri Kimia
Industri yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan kepada penulis.
7. Bapak/ Ibu Staff pengajar khususnya program studi Kimia Industri FMIPA USU
yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan. .
8. Teman satu kelompok PKL: Riouliati harianja, Jumfitriani, yang telah banyak
membantu penulis selama PKL, yang selalu bersama dalam suka maupun duka
selama PKL, serta teman-teman seperjuangan Kimia Industri stambuk 2008.
9. Bapak D. Hutagaol selaku mandor laboratorium yang telah memberikan
bimbingan selama PKL dan Bapak T. silalahi yang selalu member nasehat
kepada penyusun, dan seluruh staf laboratorium PTP III PKS Sei Mengkei.
10. Seluruh Karyawan serta pimpinan PTPN III PKS Sei Mengkei yang telah
banyak membantu selama PKL.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih memiliki
kekurangan dalam materi dan cara penyajiannya dengan kata lain masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis
ucapkan trimakasih.

Medan, Juni 2010

Penulis
THE EFFECT OF ADDING WATER DELUSIONS (WATER DULUENT)
AGAINST THE SEPARATION OF OIL AND NOS IN COMPRESSION
STATION ( SCREW PRESS ) IN PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III SEI MENGKEI

ABSTRACT

The first separation of palm oil was happened in the pressing station. The
pressing station used the screw press which had a function to extract the oil from
mesocrap.
The increasing of effecienciy of oil separation was influenced by not water.
The suitable of amount and temperature of water will redce oil losses of
westepressing. The temperature of hot water was 80 – 90oC and the emount of water
depended on the capacity of pressing station.
If water that used was increaced will reduce the presentqtion of oil losses of
waste – pressing. It was not efficient for separation of oil because the amount of
water will increase which caused difficulties in further working. The standart of water
for standart working was 2,0 tone/hr with the oil losses 5,24 %.
INTI SARI

Pengutipan pertama terhadap minyak kelapa sawit berlangsung pada stasiun


pengempaan. Pada unit ini stasiun ini menggunakan kempa ulir yng berfungsi untuk
mengekstraksi minyak dari daging buah.
Peningkatan efesiensi pengutipan minyak sangat dipengaruhi oleh pemakaian
air pengencer ( air delusi ). Pennggunaan jumlah air pengencer yang sesuai akan
memperkecil kehilangan minyak yang terikut pada ampas presan. Suhu air pengencer
yang tepat untuk pengempaan berkisar 80 – 90oC dengan pemakaian jumlah air
pengencer yang tergantung pada kapasitas alat pengempaa.
Penggunaan air pengencer yang semakin besar akan memperkecil persentase
kehilangan minyak pada ampas pressan, tapi kali ini belum tentu efesien untuk
pengutipan minyak karena air dalam minyak akan tinggi yang dapat menimbulkan
kesulitan dalam pengolahan selanjutnya. Jumlah air pengencer yang sesuai menurut
standart pengolahan adalah 2,0 ton/jam dengan kehilangan minyak 5,24 %.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................................... iii
INTI SARI ....................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR dan GRAFIK .............................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Permasalahan ............................................................................................... 2
1.3. Tujua ............................................................................................................ 2
1.4. Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3
2.1. Kelapa Sawit ............................................................................................... 3
2.1.1 Pembentukan Minyak Dalam Buah ............................................................ 4
2.1.2 Pematangan Buah ....................................................................................... 5
2.1.3 Panen ........................................................................................................... 5
2.1.4 Fraksi TBS dan Mutu Panen ....................................................................... 6
2.2. Minyak Sawit .............................................................................................. 7
2.2.1 Komposisi Minyak Kelapa Sawit .............................................................. 8
2.2.2 Sifat Fisiko – Kimia .................................................................................... 9
2.2.3 Standart Mutu Minyak sawit ...................................................................... 10
2.3. Pengertian Air Pengencer ............................................................................ 12
2.4. Pengertian Stasiun Pengempa . .................................................................... 13
2.4.1 Ketel Pengaduk ........................................................................................... 13
2.4.2 Pengempaan ( Press ) .................................................................................. 14
2.4.3 Pemecahan Ampas Kempa ......................................................................... 14
2.4.4 Pemisahan Ampas Biji ................................................................................ 14
2.5. Proses Pengempaan .................................................................................... 15
2.5.1 Tujuan Pengempaan .................................................................................... 15
2.5.2 Jenis – Jenis Alat Pengempaan ................................................................... 15
2.5.2.1 Kempa Hidrolik ....................................................................................... 15
2.5.2.2 Kempa Ulir .............................................................................................. 16
2.6. Metode – Metode Ekstraksi Minyak....................................................................16
2.6.1 Ekstraksi Minyak Secara Mekanis.....................................................................17
2.6.2 Ekstraksi Sentrifugal..........................................................................................17
2.6.3 Ekstraksi Pelarut................................................................................................17
2.6.4 Rendering...........................................................................................................17
2.6.4.1 Wet – Rendering.............................................................................................18
2.6.4.2 Dry – Rendering..............................................................................................18
BAB 3 BAHAN DAN METODOLOGI PERCOBAAN......................................................19
3.1. Metodologi.........................................................................................................19
3.1.1 Peralatan............................................................................................................19
3.1.2 Bahan – Bahan...................................................................................................19
3.1.3 Prosedur kerja....................................................................................................20
BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN...................................................................................21
4.1. Pengolahan Data...................................................................................................21
4.1.1.Perhitungan..........................................................................................................23
4.2.Pembahasan..........................................................................................................26
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................28
5.1. Kesimpulan...........................................................................................................28
5.2. Saran......................................................................................................................29
Daftar Pustaka...........................................................................................................................30
GRAFIK dan GAMBAR

Grafik 1. Persentase kadar penambahan air delusi dan tanpa penambahan air delusi
terhadap pemisahan minyak......................................................................................31
Grafik 2. Persentase kadar penambahan air delusi dan tanpa air delusi terhadap pemi
sahan NOS..................................................................................................................32
Gambar 1. Diagram alir pengolahan kelapa sawit
Gambar 2. Screw Press
THE EFFECT OF ADDING WATER DELUSIONS (WATER DULUENT)
AGAINST THE SEPARATION OF OIL AND NOS IN COMPRESSION
STATION ( SCREW PRESS ) IN PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III SEI MENGKEI

ABSTRACT

The first separation of palm oil was happened in the pressing station. The
pressing station used the screw press which had a function to extract the oil from
mesocrap.
The increasing of effecienciy of oil separation was influenced by not water.
The suitable of amount and temperature of water will redce oil losses of
westepressing. The temperature of hot water was 80 – 90oC and the emount of water
depended on the capacity of pressing station.
If water that used was increaced will reduce the presentqtion of oil losses of
waste – pressing. It was not efficient for separation of oil because the amount of
water will increase which caused difficulties in further working. The standart of water
for standart working was 2,0 tone/hr with the oil losses 5,24 %.
INTI SARI

Pengutipan pertama terhadap minyak kelapa sawit berlangsung pada stasiun


pengempaan. Pada unit ini stasiun ini menggunakan kempa ulir yng berfungsi untuk
mengekstraksi minyak dari daging buah.
Peningkatan efesiensi pengutipan minyak sangat dipengaruhi oleh pemakaian
air pengencer ( air delusi ). Pennggunaan jumlah air pengencer yang sesuai akan
memperkecil kehilangan minyak yang terikut pada ampas presan. Suhu air pengencer
yang tepat untuk pengempaan berkisar 80 – 90oC dengan pemakaian jumlah air
pengencer yang tergantung pada kapasitas alat pengempaa.
Penggunaan air pengencer yang semakin besar akan memperkecil persentase
kehilangan minyak pada ampas pressan, tapi kali ini belum tentu efesien untuk
pengutipan minyak karena air dalam minyak akan tinggi yang dapat menimbulkan
kesulitan dalam pengolahan selanjutnya. Jumlah air pengencer yang sesuai menurut
standart pengolahan adalah 2,0 ton/jam dengan kehilangan minyak 5,24 %.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit ( Elaeis Quinensis Jacq ) diperkenalakn di Indonesia


oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Sewaktu itu ada empat batang
bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam yang kemudian
ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa
sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak
tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang
menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak perkebunan kelapa
sawit di Indonesia mulai berkembang.

Perkebunan kelapa sawit melalui pabrik kelapa sawit selain menghasilkan


minyak kelapa sawit mentah ( Crude Palm Oil ) dan minyak inti kelapa sawit ( Palm
Kernel Oil, PKO ) juga akan menghasilkan produk turunan lainnya yang dapat
dikembangkan menjadi produk setengah jadi seperti asam lemak ( Fatty Acid ),
alcohol ( Fatty Alkohol ), dan gliserin ( Glycerine ), serta berupa produk jadi seperti
sabun dan bahan – bahan komestika.

Pengolahan tandan buah segar ( TBS ) dipabrik kelapa sawit ( PKS ) dimaksud
untuk memperoleh minyak sawit atau cruide palm oil ( CPO ) dari daging buah dan
palm kernel oil ( KPO ).

Tandan mentah mengandung minyak dan asam lemak yang rendah dan tandan
yang lewat matang mengandung kadar asam lemak yang tinggi. Rendahnya
kandungan minyak pada buah mentah disebabkan belum semua asam lemak yang
terbentuk ( seperti asam palmitat, oleat dan lain – lain ) bereaksi dengan gliserol
membentuk lemak.

Memanen TBS mentah sangat merugikan perusahan karena disamping


kandungan minyaknya masih rendah, TBS mentah merupakan salah satu factor yang
menyebabkan efesiensi pengutipan minyak rendah sehingga terjadinya kehilangan
minyak dalam pengolahan. Kematangan buah terhadap kehilangan minyak dapat
terjadi pada buahnya:

1. Air rebusan
2. Tandan kosong
3. Ampas kempa
4. Biji
5. Buah busu
6. Fraksi – fraksi Buah, dll

Penggunaan minyak kelapa sawit semakin berkembang sejalan dengan


meningkatnya kemajuan teknologi industri. Berdasarkan penggunaan untuk industri
minyak sawit di manfaatkan untuk industri pangan dan industri non pangan. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan minyak sawit tersebut akan diperluaskan sarana
industri pengolahan kelapa sawit yang mendukung produksi minyak sawit.

Untuk meningkatkan efesiensi pengutipan minyak pada suatu pengolahan maka


persentase kehilangan minyak harus ditekan sekecil mungkin. Pengempaan/
pengepresan sering menjadi tolak ukur penentuan indeks produktifitas pabrik. Pada
pengempaan/ pengepresan sering didapati minyak terikut pada ampas yang terlalu
tinggi.

Factor yang menyebabkan efesiensi pengutipan minyak kurang optimal pada


stasiun pengempaan ini adalah :
1. Tekanan kempa
2. Suhu
3. Jumlah air pengencer
4. Putaran kempa ulir
5. Tingkat kematangan buah
Dengan meningkatkan operasi factor – factor yang mempengaruhi pengutipaan
minyak tersebut maka persentase kehilangan minyak dalam ampas akan semakin
kecil.
Dari pembahasan diatas penulis tertarik untuk membahas tentang ” Pengaruh
Penambahan Air Dulusi/ Air Pengencer Terhadap Pemisahan Minyak, dan Nos di
Stasiun Screw Press”

1.2 Permasalahan

Proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO ( Cruide Palm Oil ) di PT.
Perkebunan Nusantara III Sei Mengkei Perdagangan mempunyai banyak tahapan
dalam proses pengolahan. Sebagai kendala yang dihadapi oleh perusahan adalah
adanya kehilangan minyak CPO pada saat proses pengepresan, saehingga minyak
yang dihasilkan tidak sesuai dengan kapasitas diharapkan oleh perusahan.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh air delusi terhadap pemisahan minyak, air dan
nos pada proses pengempaan.
2. Untuk mengetahui perbandingan antara minyak, air dan nos yang terikut pada
minyak yang dihasilkan pada screw press
3. Untuk mengetahui pemisahan minyak, air dan nos setelah penambahan air
dulusi atau sebelum penambahan air delusi

1.4 Manfaat

1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang proses pengolahan kelapa


sawit menjadi CPO ( Crude Palm Oil ).
2. Untuk menghasilkan produk akhir kelapa sawit menjadi CPO dengan
kandungan pengotor yang rendah
3. Penggunaan air delusi agar pemisahan minyak, air dan nos pada stasiun
pengempaan lebih efesiensi dan menghasilkan minyak yang lebih murni.
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2. 1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis

golongan plama yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit mempunyai beberapa

jenis atau varietas yang dikenal sebagai Dura ( D ), Tenera (T), dan pisifera ( P).

Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara memotong buahnya secara

memanjang/melintang. Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut

dengan ekstraksi minyak sekitar 17-18%. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang

tebal serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk memproduksi jenis Tenera.

Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura dan Pesifera, memiliki cangakang

tipis dengan cincin serat di sekeliling biji, ekstraksi minyak memiliki sekitar 22-25%.

Psifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan

sebagai tanaman komersial.

Tandan kelapa sawit baru dapat memproduksi setelah berumur sekitar 30

bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah segar

(TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat

mulai 3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon

sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS pertahun dengan berat 3-40 kg per tandan,

tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000-3.000 brondolan dengan

berat brondolan berkisar 10-20 g.


TBS diolah di pabrikkelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak

dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah

atau crude palm oil (CPO, MKS) dan inti (Kernel,IKS) harus diolah lebih lanjut untuk

dijadikan produk jadi lainnya. ( Iyung Pahan, 2006 )

2. 1. 1 Pembentukan minyak dalam buah

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit

yang terdapat pada daing buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada

kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat

fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari

setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak

sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang

terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah

memberondol normal.

Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang

mengandung asam lemak jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi

pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.

Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk

emulsi pada kantong – kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah,

maka buah dilapisi dengan malam yang tebal dan berkilat.


Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari

maka tanaman tersebut membentuk senyawa kimia yang disebut karotin. Setelah

penyerbukan kelihatan buah berwarna hitam kehijau-hijauan dan setelah terjadi

pembentukan minyak terjadi perubahan warna buah menjadi ungu kehijau-hijauan.

Minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol

dan asam lemak rantai panjang. Minyak jika dihidrolisisi menghasilkan 3 molekul

asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Adapun proses hidrolisis dari

trigliserida tersebut sebagai berikut:

H2C O C R1 CH2OH R1COOH

HC O C R2 H+
CHOH + R2COOH
O OH -

H2C O C R3 CH2OH R3COOH

trigliserida gliserol 3 mol asam lemak

Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, hal ini tergantung dari komposisi
asam lemak yang menyusunnya. Sebagai besar minyak nabati berbentuk cair karena
mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu asam oleat, linoleat, atau asam
linolenat dengan titik cair yang rendah. R1, R2, dan R3 adalah rantai hidrokarbon
dengan jumlah atom karbon 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai adalah
15 atau 17. Bila R1= R2 = R3, maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida
sederhana, sebaliknya bila berbeda disebut trigliserida campuran.
2. 1. 2 Pematangan buah

Dalam proses pematangan buah terjadi pembentukan komponen buah dan

setelah terjadi kejenuhan setiap unsur komponen maka mulailah terjadi fase

pematangan. Pada fase pematangan buah terjadi beberapa hal:

a. Perubahan karbohidrat menjadi gula, yang ditandai dengan rasa manis pada

inti sawit dan daging buah.

b. Perombakan hemiselulosa menjadi sakarida sederhana, ini dapat diliihat

bahwa ikatan antar serat kurang dengan tekstur lunak.

c. Perobahan warna buah dari hitam kehijau-hijauan berubah menjadi hijau

kekuning-kuningan kemudian berubah menjadi Orange/ merah jingga.

d. Fisik buah brubah yaitu malam yang berkilat berubah menjadi suram.

Setelah terjadi proses perombakan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan

gliserol, maka buah mulai lepas dari bulinya. Proses ini lebih cepat terjadi jika panas

terik matahari yang diikuti dengan hujan. ( P. M. Naibaho, 1996 )

2. 1. 3 Panen

Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal.

Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya.

Buah yang jatuh tersebut disebut membrodol.

Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong

tandan buah masak, memungut brondoloan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

pengumpulan hasil akhir (TPH) serta ke pabrik . Perlu memperhatikan beberapa


criteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan

rendemen minyak yang paling tinggi dengan kualitas minyak yang baik.

2. 1. 4 Fraksi TBS dan mutu panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat diperlukan

sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah

dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan

mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu

minyak yang akan diperoleh sangat di tentukan oleh faktor ini.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas

(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabilah pemanenan buah dilakukan dalam

keadaan matang maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persntase

tinggi ( lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah

belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga

rendah.

Berdasarkan hal tersebut diatas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS

yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,

termaksuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal lima fraksi TBS.

Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-

tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3.


Tabel 2.1. Beberapa tingkat fraksi TBS

Fraksi Jumlah Brondolan Tingkat Kematangan

00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah

0 1-1,25% buah luar membrondol Mentah

1 12,5-25% buah luar membrondol Kurang matang

2 25-50% buah luar membrondol Matang I

3 50-75% buah luar membrondol Matang II

4 75-100% buah luar membrondol Lewat matang I

5 Buah dalam juga membrondol, ada Lewat matang II

buah yang busuk

( Yan Fauzi dkk, 2007)

2. 2 Minyak Sawit

Minyak sawit adalah trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak.

Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk

golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena

kandungan karotenoida (terutama ß-karotena), berkonsentrsi sangat padat pada suhu

kamar (konsentrasi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya), dan

dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya

cukup enak.
2. 2. 1 Komposisi minyak kelapa sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah

yang dilapisi kulit tipis ; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak

kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap.

Rata-rata komposis minyak kelapa sawit dapat dilihat pada table 2.2. Bahan

yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.

Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit

Asam lemaak Minyak kelapa sawit Minyak inti sawit

(persen) (persen)

Asam kaprilat - 3–5

Asam kaproat - 3–7

Asan Laurat - 46 – 52

Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2

( S. Ketaren,1986)

Kandungan karoten dapat mencapai 100 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak

jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan

dipengaruhi oleh penanganan selama produksi.


2. 2. 2 Sifat Fisiko-Kimia

Sifat fisiko kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor,

klarutan , titik cair dan polimorphism, titik didih ( boiling point ), titik pelunakan,

slipping point, shot melting poin; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity

point ), titik asap, titik nyala dan titik api.

Beberapa sifat fisio-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada table 2.3

Tabel 2.3. Nilai sifat Fisio-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900-0,913

Indeks bias 1,4565-1,4585 1,495-1,415

Bilangan iod 48-56 14-20

Bilangan penyabunan 196-205 244-254

( S. Ketaren , 1986)

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisah setelah

proses pemucatan, karena asam-asam lamek dan gliserida tidak berwarna. Warna

orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang terlarut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga taejadi akibat adanya

asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas

minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betaionone.

Titik cair minyak sawit barada dalam kisaran suhu, karena minyak sawit

mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-
beda.Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan

dapat dilihat pada table 2.4.

Tabel 2.4. Sifat minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan

Sifat Minyak sawit kasar Minyak sawit murni

Titik cair: awal 21 – 24 29,4

Akhir 26 – 29 40,0

Bobot jenis 15oC 0,859 - 0,870 -

Indeks bias D 40oC 36,0 - 37,5 46 – 49

Bilangan penyabunan 224 - 249 196 – 206

Bilangan iod 14,5 - 19,0 46 – 52

Bilangan Riechert Meissl 5,2 - 6,5 -

Bilangan polenske 9,7 - 10,7 -

Bilangan Krichner 0,8 -1,2 -

Bilangan Bartya 33 -

( S. Ketaren, 1986 )

2. 2. 3 Standar Mutu Minyak Sawit

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak

yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang merupakan hal yang penting untuk

menentukan standar mutu yaitu: Kandungan air dan kotoran dalam minyak,

kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan

gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam

berat, dan bilangan penyabunan.


Mutu minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen

dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas

serendah mungkin ( kurang lebih 2 persen atau kurang ), bilangan peroksida di bawah

2, bebas dari warna merah dan kuning ( harus berwarna pucat ) tidak berwarna hijau,

jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkinatau bebas dari ion logam.

Standar mutu special prime bleach ( SPB ), dibandingkan dengan mutu

ordinary dapat dilihat dalam table 2.5.

Tabel 2.5. Standar Mutu SPB dan Ordinary

Kandungan SPB Ordinary

Asam lemak bebas (%) 1–2 3–5

Kadar air (%) 0,1 0,1

Kotoran (%) 0,002 0,01

Besi (ppm) 10 10

Tembaga (ppm) 0,5 0,5

Bilangan Iod 53 ± 1,5 45 - 56

Karotene (ppm) 500 500 - 700

Tokoferol (ppm) 800 400 - 600

( S. Ketaren, 1986 )
2.3 Pengertian Air Pengencer

Pada proses pemisahan minyak saawit pada pengempaan diperlukan air


pengencer dengan suhu berkisar antara 80 – 90oC yang berasal dari tangki air panas.
Pemberian air pengencer ini pada pengepressan bertujuan untuk ,mempermudah
pemisahan minyak dari ampas kempa. Disamping itu juga akan mempermudah
minyak keluar dari saringan kempa, sehingga pada pengepresan minyak yang terikut
pada ampas sekecil mungkin.

Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram bungkil dalam


pressan dari atas bagian tengah. Jumlah air pengencer yang diberikan tergantung pada
suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka jumlah air yang
diberikan semakin sedikit.

Pemberian air pengencer yang telalu banyak akan berakibat terhadap :


1. Kandungan air bungkil ( cake )
Kandungan air bungkil tinggi dapat menyebabkan proses :
a. Pemecahan bungkil yang lebih dalam pemecahan ampas kempa.
b. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin
menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efesiensi boiler.
2. Penurunan kapasitas kempa ulir akan bertambahnya kandungan air dan
kecepatan gerak bungkil.

Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan dari beberapa
kempa ulir yaitu 50 – 75 % terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut
misalnya rendamen minyak 20 % dengan kapasitas kempa ulir 10 ton TBS/ jam maka
air yang disemportkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1 – 1,65 M3.

Suhu air yang terdapat dalam tangki air panas tidak tercapai maka dilakukan
pemberian panas langsung kedalam kempa ulir. Cara ini tidak dibenarkan karena
terjadi kerusakan minyak yakni derajat pemucatan yang jelek. ( Naibaho,M.P )
2.4 Pengertian Stasiun Pengempaan

Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama mulainya pengambilan minyak dari


buah dengan cara melumatkan dan mengempa. Baik buruknya pengoperasian
peralatan mempengaruhi afesiensi pengutipan minyak.
Stasiun pengempaan terdiri dari :
1. Ketel adukan
2. Pengempaan ( press )
3. Pemecahan ampas kempa
4. Pemisah ampas biji dan ampas

2.4.1 Ketel Adukan

Ketel adukan adalah alat untuk melumatkan brondolan, sehingga daging buah
terpisah dari biji. Ketel pengaduk ini terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak
yang didalamnya dipasang pisau – pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan
pada poros dan degerakkan oloh motor listrik,5 tingakat pisau bagian atas digunakan
untuk mengaduk atau melumatkan, pisau bagian bawah disamping sebagai pengaduk
juga dipakai untuk mendorong masa keluar dari ketel adukan untuk memudahkan
proses pelumatan diperlukan panas dengan suhu 90 – 95 oC, yang diberikan dengan
cara menginjeksikan uap langsung atau pemanasan mentel. Jarak pisau dengan
dinding digester maksimum 15 mm.

Pelumatan dilakukan dengan cara :


 Buah masak atau brondolan dimasukkan kedalam ketel aduk, setelah ketel
adukan berjalan.
 Isian harus penuh, pintu digester harus tertutup
 Setelah pengadukan berjalan berkisar 15 menit, baru pintu dibuka
2.4.2 Pengempaan ( Press )

Pengempaan dipakai untuk memisahkan minyak kasar dari daging buah. Alat
ini terdiri dari sebuah selinder yaitu berlubang dan didalamnya terdapat 2 buah ulir
yang berputar berlawanan arah.

Tekanan kempa diatur oleh dua buah konus yang berada pada bagian ujung
pengempaan yang dapat digerakkan maju mundur. Untuk mempermudah pemisahan
dan pengaliran minyak dilakukan injeksi uap dengan penambahan air panas.

2.4.3 Pemecahan Ampas Kempa

Ampas kempa yang masih bercampur biji dan berbentuk gumpalan –


gumpalan dan dipeceh dan dibawa oleh alat pemecah kempa ini pada alat selanjutnya
untuk dipisahkan antara ampas dan biji.

2.4.4 Pemisahan Ampas Biji

Pemisahan ampas biji adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji serta
membersihkan biji dari sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari
kolom pemisah dan drum pemolis. Ampas dan biji dari pemecah ampas kempa masuk
kedalam kolom pemisah yang disebabkan oleh isapan alat pengisap. Ampas kering
terisap kedalam siklon ampas dan melalui pipa air masuk kedalam temapat bahan
baker, sedangkan biji yang berat jenisnya lebih besar jatuh kebawah dan dihantar olek
conveyer kedalam drum pemolis. Drum pemolis berputar dengan kecepatan seketira
32 rpm. Akaibatnya danya putaran ini terjadi gesekan yang menyebabkan serabut
lepas dari biji.
2.5 Proses Pengempaan

2.5.1 Tujuan Pengempaan

Adapun tujuan pengempaan tersebut adalah :


1. Untuk memeras minyak sebanyak mungkin sehingga kehilanagan minyak
pada ampas dapat ditekan sekecil mungkin
2. Untuk memisahkan serabut dari minyak
3. Untuk memudahkan pemisahan serabut dan biji pada proses pemisah
ampas dan biji

Hasil dari pengempaan adalah berupa minyak kasar kelapa sawit, yang
diperoleh sebelum masuk ketangki minyak kasar terlebih dahulu disaring dengan
saringan getar.

2.5.2 Jenis – jenis alat pengempa

Pada umumnya ekstraskis minyak kelapa sawit dilakukan dengan cara


mekanis yaitu dengan pengepresan atau pengempaan. Dengan pengempaan minyak
yang ada pada bubur buah kelapa sawit akan dibebas dari bubur buah dan terpisah
dari serat dan biji sawit.
Ada dua jenis alat pengempaan yang dikenal yaitu :

2.5.2.1 Kempa Hidrolik

Kempa hidrolik ini beberbentuk selinder tegak dengan dinding bagian dalam
disebut seicher. Supanya pengeluaran minyak pada saat pengepresan dapat dilakukan
maka seicher diberi lubang berporasi. Pada dasarnya dinding rangkap bagian bawah
dilengkapi dengan keluarnya minyak. Untuk memperoleh pengepresan yang
sempurna alat tersebut dilengakapi dengan piringan atau plat – plat baja yang
berbentuk bundar.
Kempa hidrolik pada pabrik minyak kelapa sawit diganti setahap demi setahap
karena kerjanya kurang efesien dibandingkan dengan kempa ulir dan juga kehilangan
minyak lebih besar yaitu sekitar 12%.

2.5.2.2 Kempa ulir

Kempa ulir lebih baik jika dibandingkan dengan kempa hidrolik karena
kehilangan minyak lebih kecil yaitu sekitar 7 %.
Adapun keuntungan – keuntungan lain dari pemakaian kempa ulir ini adalah :
a. Bekerja secara kontiniu
b. Kapasitas olahnya lebih tinggi
c. Pemakain tenaga pengawas sedikit

Kelemahan kempa ulir antara lain, kemungkinan biji – biji pecah sehingga
minyak dapat bercampur dengan inti.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam kempa ulir adalah :
1. Suhu air panas berkisar 80 – 90oC, dengan pemakaian 1,8 -2,5 m3/jam
2. Beban motor penggerak 25 HP berkisar 30 ampere
3. Keausan kempa ulir maksimal 5 ml atau jarak kempa ulir dengan selinder pres
maksimal 7 mm
4. Putaran kempa ulir maksimal 11 – 12 putaran/ menit
5. Pengaturan konis pada angka 9 – 11 pada jarum penunjuk
6. Tekanan hidrolik pada akumulator 60 kg/cm2

Faktor – factor yang mempengaruhi kehilangan minyak pada pengempaan


Adapun fsktor – factor yang mempengaruhi kehilangan minyak pada stasiun
pengempaan adalah sebagai berikut :

2.6 Metode – Metode Ekstraksi Minyak

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak diduga
mengandung minyak atau lemak. Ekstraksi minyak efesiensi dari daging buah adalah
tujuan pokok dari seluruh proses.
Inti juga penting tetapi nilanya hanya 10 – 15 % dari produk total. Jadi
lebih baik mengorbankan 10 % inti untuk memperoleh tambahan 2 % minyak sawit.
Ada beberapa cara untuk ekstraksi antara lain :
1. Ekstraksi minyak ( lemak ) secara mekanis atau cara pengepresan
2. Ekstraksi minyak secara sentrifugal
3. Ekstraksi minyak secara pelarut ( solven )
4. Rendering ( Pemanas )

2.6.1 Ekstraksi Minyak Secara Mekanis

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak


terutama untuk bahan yang berasal dari biji – bijian. Cara ini dilakukan dengan cara
pemisahan minyak dari bahan yang berkadar tinggi ( 30 – 70 % ). Tipe ini langsung
menerapkan tekanan pada masa buah dengan suatu pengempaan yang bekerja pada
lori pressan.

2.6.2 Ekstraksi Sentrifugal

Dahulu sering digunakan di pabrik dengan masukan kecil dengan buah yang
bercangkang tebal. Minyak yang hilang pada serat relative tinggi dibandingkan
dengan yang modern.

2.6.3 Ekstraksi Pelarut

Biasanya digunakan dalam industri minyak dari biji – bijian termasuk


ekstraksi minyak dari inti sawit. Dengan cara ini dapat diperoleh ampas yang bias
digunakan untuk ternak, tapi nilai pecan inti sawit rendah daripada biji – bijian.
Dalam metode ini ditambahakan air yang sesuai dengan pelarut kedalam tangki
pengadukan kemudian dipress dengan tekanan rendah pada kempa ulir atau
sentrifugal dan selanjutnya terjadi pemisahan minyak pada pelarut dan limbah. Pelarut
yang digunakan adalah hexane. Ekstraksi yang digunakan sangat efesien dan hanya
sedikit minyak tertinggal. Keuntungan potensial dengan system ini kehilangan minyak
selama pemerasan dan penjernihan hanya 1 – 1,5 % dari TBS atau 5 – 7 % dari buah.
2.6.4 Rendering

Rendering merupakan cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
mengandung minyak dengan kadar air yang tinggi. Menurut pengerjaannya rendering
dibagi dalam dua cara yaitu wet rendering dan dry rendering
.

2.6.4.1 Wet Rendering

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan air selama proses
barlangsung. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi
dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan dipanaskan perlahan – lahan
samapai suhu 50oC sambil diaduk dengan tekanan 40 – 60 Pound tekanan uap 40 – 60
psi, minyak yang akan diekstrasi naik ke atas dan kemudian akan dipisahkan,
peralatan yang digunakan adalah digester.

2.6.4.2 Dry Rendering

Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel terbuka dan dilengkapi dengan
pelindung panas serta alat – alatpengaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 110 –
115oC. Amapas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar
ketel. Minyak ataulemak yang akan dihasilkan akan dipisahkan dari ampas yang telah
mengendapkan dan pengembilan minyak dilakukan pada bagian atas ketel.
( Soehadjo, H, )
BAB III

BAHAN DAN METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Metodologi

Untuk mengetahui pengaruh air delusi ( air pengencer ) terhadap pemisahan


minyak, air dan nos pada stasiun screw press ( proses pengempaan ), maka dilakukan
analisa data dari proses pengolahan pada screw press. Pengambilan data dilakukan
dengan penambahan air dulusi dan tanpa penambahan air delusi untuk memisahkan
minyak, air dan nos.

3.1.1 Peralatan
1. Neraca Analitik
2. Labu Erlenmeyer 250 ml
3. Labu Ukur
4. Cawan
5. Labu Destilasi
6. Soklet
7. Kertas Saring
8. Diskator
9. Oven
10. Botol
11. Pdnjepit Tabung

3.1.2 Bahan – Bahan


1. CPO
2. N-Hexan
3. Aquadest
4. Kapas Bebas Minyak
5. Kertas wetman
3.1.3 Prosedur Kerja

1. Sampel diambil dari screw press dengan dua jenis yaitu CPO tanpa air
pengencer dan CPO dengan air pengencer, dengan menggunakan timba dan
dimasukkan dalam botol
2. Cawan kosong dibersihkan dan ditimbang dan dicatat hasilnya sebagai bruto,
kemudian dimasukkan sampel kedalam cawan yang dialasi dengan kertas
saring dan ditimbang dan ditimbang kemudian dicatat beratnya.
3. Kemudian dikeringkan dalam oven ± 3 jam pada suhu 105 – 110 oC, setelah
mencapai suhu tersebut didinginkan kedalam disikator kurang lebih 30 menit
dan ditimbang dan dicatat hasilnya
4. Kemudian dimasukkan kedalam kertas watman dan ditutup dengan kapas,
setelah itu dimasukkan kedalam soklet, dan labu aals yang telah diketehaui
beratnya dipasang pada soklet kemudian dimasukkan pelarut N-Hexan ± 250
ml
5. Diekstraksi ± 6 jam pada suhu 80oC, sampai minyak yang dalam sampel
berada dibawah labu alas.
6. Ekstraknya kemudian dipanaskan kembali untuk menghilangkan N-Hexan
yang ada dalam minyak ekstrak tersebut
7. Labu alas yang berisi minyak tersebut didinginkan dan ditimbang hasilnya
8. Dilakukan perlakuan yang sama pada sampel yang menggunakan air
pengencer dan tidak menggunakan air pengencer
9. Percobaan ini dilakukan dengan tiga kali percobaan
BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Data

Dari analisa yang dilakukan di laborotorium dengan menggunakan ekstraksi,


diman data ini didapat dari penambahan air delusi dan tanpa penambahan air delusi
terhadap pemisahan minyak, air dan nos. data yang didapat sebagai berikut :

Percobaan I
Mengunakan air Jumlah
No Variabel delusi Tanpa air delusi Air
(%) (%) (Ton)
1` Minyak 43,00 39,00 3,2
2 Air 19,00 12,00 3,2

3 NOS 38,00 49,00 3,2

Percobaan II
Mengunakan air Jumlah
No Variabel delusi Tanpa air delusi Air

(%) (%) (Ton)

1` Minyak 40,37 38,00 2,00


2 Air 36,20 30,00 2,00
3 NOS 23,43 42,70 2,00

Percobaan III
Mengunakan air Jumlah
No Variabel delusi Tanpa air delusi Air
(%) (%) (Ton)
1` Minyak 40,25 37,00 2,2
2 Air 40,25 14,00 2,2
3 NOS 19,40 49,00 2,3
Dari data hasil analisa di laboratorium yang didapatkan, maka dapat diketahui
hasil pemisahan minyak air dan nos dalam system penambahan air pengencer ( air
delusi ) dan tanpa penambahan air delusi dengan menggunakan perhitungan persen
berat ini :
Rumus

%(W/W) =

Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat diperoleh kadar kehilangan


minyak dalam ampas kempa.

Melalui data yang didapat maka dapat dihitung jumlah minyak, air dan nos
yang diperoleh dari hasil percobaan dengan asumsi bahwa perbandingan kadar
minyak, air dan nos adalah 40 : 40 : 20 dengan kapasitas olahan 30 ton / jam, dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :

% Minyak =

Untuk menghitung kadar air yang terdapat dalam minyak produksi, dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

% Air Minyak Produksi =

Untuk menghitunga persentase dari kehilangan minyak produksi ( NOS ) dihitung


dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

% NOS =

Atau
% NOS = % Minyak + % Air produksi – 100 %
4.1.1 Perhitungan

Untuk mengetahui berapa besar pengaruh jumlah air pengencer terhadap


pemisahan minyak, air dan nos maka dilakukan analisa regresi linear sebagai berikut:
Persamaan umum regresi linier yaitu :
Y = aX + b
Dimana koefesien a dan b dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

a=
dan

b=

dimana nilai :
X = kadar pemisahan minyak yang dihasilkan ( % )
Y = jumlah air pengencer ( Ton )

Untuk mencari nilai slope

a=


a=

a=

a=
a = 0,407
Penentuan intercept

b=


b=

b=

b=

b = - 14,34
Berdasarkan nilai a dan b maka persamaan regresi linier mengambarkan
adanya hubungan dengan air pengencer ( air delusi ) terhadap pemisahan minyak, air
dan nos adalah sebagai berikut :

Y = 0,407 X – 14,34

Dari persamaam linier berikut dapat kita cari pengaruh air delusi terhadap air
pengencer dimana X menggambarkan penambahan air delusi terhadap pemisahan
minyak dan nos dan Y adalah jumlah air yang digunakan dalam ton , dengan melihat
korelasi atara penambahan air delusi dan tanpa penambahan air delusi pada screw
press yaitu :

r=

maka diperoleh nilai r adalah :


r=

r=

r=
r = 0,96

Harga relative positif menyatakan adanya hubungan korelasi langsung antara


pengaruh penambahan air pengencer ( X ) terhadap pemisahan minyak, air dan nos
pada stasium pengempaan.
4.2 Pembahasan

Dari analisa data diperoleh hubungan antara penggunaan air pengencer dan
tanpa penggunaan air pengencer terhadap pemisahan minyak, air dan nos pada stasiun
screw press yang dinyatakan oleh persamaan regresi linier berikut :

Y = 0,407 X - 14,34
r = 0,964

Korelasi nyata antara X dan Y adalah sebesar 96,00% Persamaan diatas


menunjukkan bahwa penambahan air pengencer terhadap pemisahan minyak, air dan
nos ( X ) akan meningkatkan efesiensi pemisahan minyak, air dan nos. Dari hasil
perhitungan tersebut, kita dapat memberikan asumsi bahwa penambahan air
pengencer pada pemisahan minyak, air dan nos akan semakin baik. Dimana kadar nos
yang dihasilkan akan semakin sedikit dan mengurangi kehilangan minyak pada ampas
pressan.

Penggunaan air pengencer sebanyak mungkin menimbulkan kehilangan


minyak semakin kecil, dan efek pemisahan minyak,air dan nos akan semakin baik,
tapi disamping itu perlu diperhatikan efek yang timbulkannya. Hal ini menimbulkan
kesulitan pada proses selanjutnya karena waktu tinggal minyak di tangki pemisah
akan sedikit, dimana minyak dapat banyak terikut pada sludge.

Maka penggunaan air pengencer ( air delusi ) yang efesiensi menurut hasil
pengolahan dan analisa di laboratorium adalah pada 2,0 ton / jam. Karena menurut
hasil analisa pengunaan jumlah air pengencer sebanyak itu, kadar air dalam minyak
memenuhi standar perusahan dan tidak menimbulkan waktu retensi. Sedangkan pada
penggunaan air pengencer maksimal ( disesuaikan dengan kondisi dan penggunaan
peralatan yakni 3.0 ton / jam menunjukkan kadar kehilangan minyak pada ampas
dapat ditekan sekecil mungkin, tapi hasilnya kurang baik Karena pada penggunaan
sebanyak ini kadar air dalam minyak tinggi dan mengakibatkan terjadinya waktu
retensi.

Keberhasilan efesiensi pemisahan minyak pada stasiun pengempaan tidak


hanya di pengaruhi oleh penggunaan optimal dari air pengencer.
Factor – factor lain yang mempengaruhi keberhasilan pemisahan minyak, air dan nos
pada stasiun pengempaan ini adalah :

1. Efesiensi pengadukan pada digester harus optimal


2. Tekanan dan putaran dari alat kempa ulir tidak melebihi standart yang
ditetapkan.
3. Suhu air pengencer tidak melebihi dari yang ditentukan ( 80 – 90oC )
4. Kondisi peralatan pada pengempaan baik
5. Kondisi dari aliran air pengencer yang dialirkan pada alat pengempaan
dimana dengan cara ijeksi harus lancer dan tidak tersumbat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil analisa data yang diperolah dapat diperoleh pengaruh penambahan
air delusi terhadap pemisahan minyak, air dan nos. Dimana dengan
penambahan air delusi, maka efesiensi pemisahan minyak, air dan nos akan
semakin baik,ini dapat kita lihat dari hasil korelasi antara X dan Y.
Dimana persamaan regresi linier adalah
Y = 0,407 X – 14,34
Dan perbandingan antara penambahan air delusi dan tanpa penambahan air
delusi terhadap pemisahan minyak, air dan nos yaitu
r = 0,964
hasil ini membuktikan bahwa dengan penambahan air delusi, maka pemisahan
minyak air dan nos akan semakin baik, dimana air delusi yang digunakan
harus sesuai dengan standart yang telah ditentukan yaitu 2,0 ton/jam dengan
efesiensi pemisahan antara minyak, air dan nos adalah 40 : 40 : 20.

2. Perbandingan minyak, air dan nos setelah dilakukan analisa dilaboratorium


dengan menggunakan ekstraksi, didapat bahwa pada saat penambahan air
delusi minyak yang dihasilkan sebanding dengan air. Sedangkan nos yang
dihasilkan lebih rendah, maka dapat dikatakan memenuhi standart dari
perusahan bahwa perbandingan minyak, air dan nos adalah 40 : 40 : 20 dan
sebelum air pengencer ditambahkan didapat perbandingan minyak, air dan nos
yaitu 40 : 10 : 50, dimana nos yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan
dengan minyak, hal ini dikarenakan pada saat pressan serabut atau pengotor
yang terdapat pada buah terikut pada minyak. Sehingga nos yang dihasilakan
akan semakin lebih tinggi. Sehingga akan menyulitkan pemisahan minyak dan
nos pada stasium berikutnya

3. Dari hasil perhitungan antara kadar pemisahan minyak, air dan nos dengan air
pengencer dan tanpa air pengencer didapat, bahwa dengan penambahan air
pengencer maka efesiensi pemisahan minyak, air dan nos akan semakin baik.
Dimana kadar nos yang dihasilakan lebih rendah dari pada tanpa penambahan
air pengencer. Dari perhitungan juga didapat rasio atau perbandingan
pemisahan minyak, air dan nos sangat besar yaitu 96,00 %. Dari perbandingan
ini kita dapat simpulkan adanya pengaruh langsung terhadap pemisahan
minyak, air dan nos pada air pengencer atau air delusi.

5.2 Saran

1. Untuk meningkatkan pemisahan minyak dari buah kelapa sawit dengan kadar
air dan nos yang relative rendah maka pemakain air delusi ( air pengencer )
harus diperhatikan, sebaiknya dilakukan analisa lebih lanjut tentang pemakain
air pengencer pada saat pengepresan. Dan perlu diingat bahwa semakin
banyak kita memakai air delusi untuk pemisahan minyak, maka kadar air yang
didapat akan semakin tinggi, sehingga disarankan bahwa pengencer harus
dipertahankan sebesar 2,0 ton/jam

2. Efesiensi pemisahan minyak di pengaruhi oleh tingkat kematangan buah yang


diperoleh dari perebusan. Dan proses pengolahan ini perlu diperhatikan agar
kondisi peralatan tetap baik, dengan cara perawatan dan kebersihan peralatan.

3. Untuk menjaga keberhasilan pengutipan minyak atau pemishan minyak, air


dan nos perlu diperhatikan suhu air delusi yang digunakan, dimana suhu harus
dijaga konstan antara 80o – 90oC agar tidak terjadi sesuatu yagn tidak
diinginkan yang dapat memperlambat proses pengolahan.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Yan dkk. 2007. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah,

Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 21. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan

Pertama. Jakarta: UI-Press.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian

Kelapa Sawit.

Paham, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Managemen Agribisnis dari Hulu

hingga Hillir.Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya.

Soehadjo, H. Vedemecom Bidang Teknik dan Teknologi Kelapa Sawit. PTPN IV, Bah
Jambi Pematang Siantar.
Table 1: Daftar Nilai – Nilai Untuk Menentukan Persamaan Regresi Linear

X Y XY X2 Y2
43,00 3,2 137,6 1894 10,24

40,37 2,00 80,7 1629,7 4,00

40,27 2,2 88,59 1621,6 4,84


3,5
y = 0,407x - 14,3443
3
R² = 0,964
jumlah air yang digunakan

2,5
40,27
2
40,37
1,5

0,5

0
40 40,5 41 41,5 42 42,5 43 43,5
kadar minyak yang dihasilkan (%)

GRAFIK 1: KADAR MINYAK YANG DIHASILKAN (%)


VS JUMLAH AIR YANG DIGUNAKAN (TON)
GAMBAR 2 : SECREW PRESS
DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III SEI MENGKEI
PERDAGANAGAN

Anda mungkin juga menyukai