TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
Limbah cair perikanan merupakan salah satu jenis limbah yang mempunyai
dampak negatif cukup besar dari limbah cairnya terhadap kualitas air permukaan,
air tanah, kualitas udara dan kehidupan makhluk hidup. Salah satu cara untuk
mengurai senyawa organik yang ada pada limbah cair adalah pengolahan. Metode
pengolahan dengan menggunakan biofilter anaerob media bioball dan fitoremediasi
tanaman kayu apu. Waktu kontak dalam penelitian ini pada unit sedimentasi selama
24 jam, unit biofilter anaerob enam hari, dan fitoremediasi enam hari. Hasil akhir
dari ketiga unit pengolahan pada parameter pH, COD, TSS, dan Amonia secara
berurutan adalah 7,43, 105 mg/L, 36 mg/L, dan 0,18 mg/L. Hasil akhir yang
ditunjukkan telah sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.
iv
ABSTRACT
Fishery liquid waste is one type of waste that has a large negative impact on
the quality of surface water, ground water, air quality and the lives of living things.
The processing method using anaerobic biofilter bioball media and
phytoremediation of kayu apu. The contact time in this study was the sedimentation
unit for 24 hours, the anaerobic biofilter unit for six days, and the phytoremediation
unit for six days. The final results of the three processing units on the parameters of
pH, COD, TSS, and Ammonia respectively were 7.43, 105 mg/L, 36 mg/L, and
0.18 mg/L. The final results shown are in accordance with the established quality
standards.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T. atas segala rahmat-Nya dan atas izin-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Efektivitas Biofilter
Anaerob Media Bioball dan Fitoremediasi Tanaman Kayu Apu (Pistia stratiotes)
dalam Pengolahan Limbah Cair Perikanan”.
Penulisan tugas akhir ini merupakan syarat yang diperlukan agar dapat
menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana di jurusan Teknik Lingkungan Fakultas
Sains dan Teknologi. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan tugas akhir,
tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yaitu:
1. Bapak Dr. Azhar Amsal, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitar Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
2. Ibu Dr. Eng. Nur Aida, M.Si., selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan.
3. Ibu Husnawati Yahya, S.Si., M.Sc., selaku sekretaris Program Studi Teknik
Lingkungan.
4. Bapak M. Faisi Ikhwali, M.Eng., selaku dosen Penasehat Akademik Program
Studi Teknik Lingkungan.
5. Bapak Teuku Muhammad Ashari, S.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing I
Tugas Akhir
6. Ibu Vera Viena, M.T., selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir.
7. Ibu Syafrina Sari Lubis, M.Si., selaku dosen penguji I Sidang Munaqasyah.
8. Bapak Aulia Rohendi, S.T., M.Sc., selaku dosen penguji II Sidang
Munaqasyah
9. Ibu Firda Elvisa, S.Pd., dan Ibu Nurul Huda, S.Pd., selaku Staf Program Studi
Teknik Lingkungan yang telah membantu penulis dalam administrasi dan
segala keperluan lainnya.
vi
10. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Lingkungan yang telah memberikan ilmu
kepada penulis.
11. Orang tua penulis, Munir Ilyas dan Eka Savitri, yang selalu memberikan kasih
sayang, do’a, nasehat, dukungan serta kesabarannya setiap langkah hidup
penulis
12. Kedua orang adik penulis, Nadya Nur Fadhilah dan Muhammad Ichsanul
Musyaffa, terima kasih atas segala doa dan dukungan untuk penulis.
13. Keluarga besar penulis, terima kasih atas segala kasih sayang, doa, serta
dukungan untuk penulis.
14. Restu Rahmi, teman sedari SMA yang selalu menjadi pendengar yang baik,
memberikan dukungan penuh, serta mendo’akan untuk keberhasilan penulis.
15. Filza Annisa, Rauzatul Rahmah, dan Sarbani Putri, teman kuliah yang telah
banyak membantu, mendo’akan, serta mendukung penulis.
16. Teman-teman seperjuangan angkatan 2017 Program Studi Teknik Lingkungan
yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.
Harapan penulis, semoga tugas akhir ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca serta untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi dari tugas akhir ini agar lebih baik, karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan
dalam tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir mengenai “Efektivitas
Biofilter Anaerob Media Bioball dan Fitoremediasi Tanaman Kayu Apu (Pistia
stratiotes) dalam Pengolahan Limbah Cair Perikanan” ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR ............................................. i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR .............................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ........................ iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
viii
3.7.4 Parameter TSS ....................................................................... 26
3.7.5 Parameter Amonia ................................................................. 28
3.8 Efektivitas ........................................................................................ 28
3.9 Pengolahan Data dan Analsis Data .................................................. 28
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Media Bioball .............................................................................. 14
Gambar 2.2 Tanaman Kayu Apu .................................................................... 16
Gambar 3.1 Lokasi TPI Lampulo Banda Aceh ............................................... 20
Gambar 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 19
Gambar 3.3 Desain Rencana Penelitian .......................................................... 24
Gambar 4.1 Pengukuran Suhu ........................................................................ 29
Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji pH ..................................................................... 32
Gambar 4.3 Grafik Hasil Uji COD ................................................................. 33
Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji TSS ................................................................... 34
Gambar 4.5 Grafik Hasil Uji Amonia ............................................................. 35
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah ................................................................... 9
Tabel 2.2 Klasifikasi Tanaman Kayu Apu ...................................................... 16
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 17
Tabel 3.1 Spesifikasi Media Bioball ............................................................... 21
Tabel 3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 22
Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi Pendahuluan Limbah Cair ............................... 30
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Sampel .................................................................. 31
Tabel 4.3 Efektivitas Parameter pH, COD, TSS, dan Amonia ...................... 36
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 46
Lampiran 2 Perhitungan ................................................................................... 48
Lampiran 3 Hasil Uji Laboratorium Kesehatan ............................................... 54
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
juga dapat digunakan untuk air limbah yang memiliki nilai parameter BOD yang
cukup tinggi serta dapat menghilangkan padatan tersuspensi (TSS) dengan baik.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dilakukan pengujian dengan menggunakan
limbah budidaya tambak udang dan hasil pengujian COD sebesar 331,08 mg/L,
pengujian BOD sebesar 294 mg/L dan pH sebesar 8,39. Hasil pengujian tersebut
menunjukkan bahwa kandungan BOD, COD dan pH dari limbah budidaya tambak
udang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan pengujian
dengan menggunakan biofilter media bioball, didapatkan bahwa parameter COD
mengalami penurunan sebesar 71,81 mg/L dan parameter BOD menjadi sebesar 56
mg/L dengan waktu penelitian kurang lebih selama 15 hari (Bastom, 2016).
Penelitian lain yang menggunakan biofilter anaerob media bioball dengan
sampel limbah cair domestik melakukan pengujian awal dan hasil untuk parameter
COD dan BOD adalah 352 mg/L dan 282 mg/L dan mengalami penurunan dengan
waktu kontak selama 4 hari dan rasio resirkulasi 60%, yaitu 50 mg/L dan 30 mg/L
(Amri, 2015). Penelitian yang menggunakan limbah cair industri tapioka sebagai
sampel juga melakukan pengujian awal terhadap parameter COD dan TSS dengan
hasil yang melebihi batas baku mutu yaitu 9200 mg/L dan 6800 mg/L. Lalu
dilakukan pengujian dengan biofilter aerob-anaerob media bioball dan didapatkan
efisiensi penyisihan COD pada reaktor biofilter anaerob dengan waktu tinggal 72
jam sebesar 57,5%, pada waktu tinggal 48 jam efisiensi penyisihan COD mencapai
43,3% dan pada waktu tinggal 24 jam efisiensi penyisihan COD mencapai 42,5%,
efisiensi penyisihan TSS dengan waktu tinggal 72 jam sebesar 37,9%, dengan
waktu tinggal 48 jam sebesar 35,6% dan dengan waktu tinggal 24 jam sebesar
35,2% (Pasaribu, 2020).
Selain menggunakan biofilter anaerob, tanaman air juga dapat yang dapat
menurunkan parameter-parameter tinggi dengan menyerap gas berbahaya ataupun
kotoran dari sisa makanan ataupun metabolisme ikan. Tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi dampak atau pencemaran dari limbah di sebuah
wadah peneliharaan disebut dengan fitoremediasi (Nirmala, 2016). Oleh karena itu,
penelitian ini juga akan dikombinasikan dengan fitoremediasi. Fitoremediasi adalah
suatu proses yang menggunakan tanaman untuk mengolah banyak jenis limbah,
4
seperti logam berat yang meliputi Zn, Cu, emas, dan Pb juga industri seperti rumah
tangga, budidaya ikan, industri tahu, dan yang lainnya. Tanaman yang ingin
digunakan dapat disesuaikan dengan karakteristik ataupun jenis limbah yang ingin
diolah. Contoh tanaman-tanaman yang digunakan dalam fitoremediasi seperti kayu
apu, eceng gondok, kangkung, bambu air, melati air, kiambang, dan lainnya
(Rahadian, 2017).
Tanaman air yang dapat mengapung di permukaan air (floating plant) salah
satunya adalah tanaman kayu apu. Kayu apu adalah salah satu tumbuhan
fitoremediator yang memiliki kemampuan bisa menyerap limbah baik berupa
anorganik, organik atau logam berat (Audiyanti, 2019). Tanaman ini hidup melalui
akarnya karena tanaman ini hidup dari unsur hara yang ada di air limbah dan
menyerap udara (Nirmala, 2016). Tanaman kayu apu dipilih karena tanaman ini
mudah dibudidaya, juga dapat hidup pada lingkungan dengan air tergenang.
Pemanfaatan tanaman ini diharapkan dapat mendegradasi atau menurunkan nilai
kandungan limbah yang terdapat dalam limbah industri perikanan (Wirawan, 2018).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka akan dilakukan penelitian mengenai
efektivitas biofilter anaerob media bioball dan fitoremediasi menggunakan tanaman
kayu apu untuk mengolah limbah cair perikanan. Penelitian ini diharapkan mampu
mengolah limbah cair perikanan dengan metode tersebut.
2.2 Limbah
Limbah merupakan sisa suatu usaha dan kegiatan yang tidak baik untuk
lingkungan karena limbah tidak mempunyai nilai ekonomis. Limbah merupakan
6
7
bahan yang tak terpakai dari sumber aktivitas manusia atau juga proses alam.
Limbah yang berasal dari proses produksi suatu industri apabila langsung dibuang
ke lingkungan tanpa dilakukannya proses pengolahan terlebih dahulu, maka akan
dapat memberikan dampak negatif untuk lingkungan seperti eutrofikasi pada
perairan yang menyebabkan kematian biota perairan (Pinontoan, 2019).
Berdasarkan sifatnya, limbah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu limbah
padat, gas, dan cair. Limbah cair merupakan air yang mengandung bahan pencemar
atau polutan. Polutan ini yang menjadikan air tersebut bisa digunakan atau tidak.
Dalam air limbah, polutan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu substansi terlarut,
koloid yang dapat membentuk partikel kecil dan padatan tersuspensi (Hidayat,
2016).
Contoh limbah cair yaitu limbah cair domestik dan limbah cair industri.
Berdasarkan konsentrasinya, limbah cair dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
konsentrasi rendah, sedang dan tinggi. Konsentrasi tinggi pada limbah cair kadang
mendapatkan perlakuan seperti dikentalkan konsentrasinya, diolah, kemudian
didaur ulang atau dibuang sebagai limbah padat. Konsentrasi medium dapat diolah
pada lokasi sumber limbah, sedangkan konsentrasi rendah dapat langsung dibuang
ke lingkungan dengan syarat telah sesuai dengan baku mutu. Limbah cair industri
merupakan buangan dari proses produksi di industri dalam bentuk cairan yang
asalnya dari penggunaan air dalam proses produksinya atau pencucian serta
memiliki berbagai karakteristik tergantung pada jenis industri, proses dan bahan
bakunya (Suhartini, 2016).
Berdasarkan Hidayat (2016), terdapat beberapa upaya dalam mengurangi
bahaya limbah cair pada lingkungan sebelum dibuang. Untuk itu, diperlukan
pengetahuan mengenai karakteristik limbah sangat penting guna melakukan proses
pengolahan yang baik dan benar. Umumnya, limbah dibagi ke dalam tiga
karakteristik, yaitu:
a. Karakteristik fisik yang mencakup suhu, bau, warna dan turbiditas.
b. Karakteristik kimia yang mencakup BOD, COD, pH, dan lain-lain.
c. Karakteristik biologis yang mencakup berbagai macam organisme yang
terdapat pada limbah.
8
adanya nitrogen karena dari darah yang terdapat pada limbah industri (Fadzry,
2020).
Beberapa parameter yang digunakan dalam pengujian kualitas air limbah ini
adalah:
a. Derajat keasaman (pH)
Tingkat keasaman dan kebasaan perairan dapat dilihat dari nilai pH airnya.
Kondisi netral suatu perairan ditandai dengan nilai pH 7. Apabila pH kurang dari 7,
maka kondisi ini bersifat asam, sedangkan pH lebih dari 7 kondisi ini bersifat basa
(Pamungkas, 2016).
atau erosi tanah merupakan penyebab utama TSS berada di perairan (Jiyah, 2016).
Padatan ini dapat menutupi masuknya sinar matahari ke dalam perairan sehingga
menghambat mikroorganisme untuk proses fotosintesis dan kehidupannya jadi
terganggu (Dewa, 2016).
e. Amonia
Amonia merupakan salah satu parameter pencemaran air. Limbah amoniak
berasal dari sejumlah unit yang terdapat dalam plant urea yang dibuang ke tempat
penampungan dan pengolahan limbah. Bila nilai amonia melebihi baku mutu, dapat
mengganggu ekosistem perairan serta menjadi racun bagi makhluk hidup. Jika
11
g. Suhu
Suhu mempunyai peran penting dalam proses pengolahan limbah cair secara
biologis. Umumnya, aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh suhu optimum
pertumbuhan dan akan bekerja secara optimal apabila suhunya sesuai. Beberapa
senyawa dapat menunjukkan kerlarutan yang berbeda pada suhu yang berbeda.
Apabila semakin tinggi suhu, maka kelarutan bahan akan semakin baik. Terjadinya
ketidakseimbangan pemecahan bahan organik disebabkan oleh suhu rendah
sehingga bahan sulit terombak karena aktivitas enzim juga turun (Hidayat, 2016).
a. Aerob
Biofilter aerobik merupakan suatu unit pengolahan limbah menggunakan
mikroorganisme terlekat dan pada unit tersebut akan diberi kebutuhan oksigen
secara terus menerus (kontinyu). Media yang sudah dilapisi oleh biofilm atau sudah
ada mikroorganisme yang tumbuh, akan mendegradasi polutan organik dengan
kebutuhan oksigen yang ada pada air cukup seperti zat organik, fosfat dan polutan
organik lainya (Dewi, 2019).
b. Anaerob
Biofilter anaerob adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk mengurai
senyawa organik tanpa oksigen. Pengolahan ini termasuk ke pengolahan biologis
yang dianggap efektif karena dapat mendegradasi bahan organik yang tinggi.
Biofilter anaerob mampu mendegredasi COD pada limbah rumah potong hewan
sebesar 78,7%, pada limbah susu sebesar 82,1%. Dalam prosesnya,
mikroorganisme akan melekat pada media yang bertujuan untuk
mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut. Media yang digunakan dalam
pengolahan biofilter anaerob ini adalah media bioball (Fitri, 2016).
14
Apabila mikroorganisme yang mati terdapat dalam celah kecil pada bioball,
maka mikroorganisme tersebut akan tetap berada pada biofilter dan hal ini dapat
menambah beban organik sehingga kemampuan untuk mengurangi senyawa
organik secara optimal tidak dalam jangka waktu yang lama. Bioball dimasukkan
secara acak ke dalam reaktor sehingga dinamakan random packing. Media ini
15
relatif tahan terhadap penyumbatan dan memiliki fraksi rongga yang baik (Dewi,
2019).
2.6.2 Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah tumbuhan yang digunakan untuk menghilangkan,
menghancurkan, menstabilkan juga memindahkan bahan pencemar baik itu
senyawa organik maupun anorganik. Banyak jenis-jenis tanaman air dapat
digunakan sebagai fitoremediator berbagai limbah diperairan (Nirmala, 2016).
Fitoremediasi merupakan pembersihan senyawa organik yang ramah lingkungan
karena memanfaatkan sinar matahari sesuai dengan konsep yang menggunakan
alam dalam membersihkan lingkungan, serta sebagai teknologi remediasi yang bisa
menggunakan kemampuan yang melekat pada tumbuhan hidup. Di daerah tropis,
potensi teknologi tinggi karena kondisi iklim yang mendukung pertumbuhan
tanaman dan memancing aktivitas mikroba (Sukono, 2020).
Beberapa strategi fitoremediasi secara umum atau penelitian antara lain
berpotensi menyerap dan mentranspirasi air dari dalam tanah, potensi air tanah
diserap oleh akar dan potensi tumbuhan dalam menyerap polutan lalu diuraikan
melalui metabolism dalam jaringan tumbuhan. Kemampuan ini mendorong
biodegradasi oleh mikroba yang berkaitan dengan akar serta potensi tumbuhan
dalam mengurangi logam dalam jumlah besar dan ekonomis (Tampubolon, 2020).
Mekanisme dan efisiensi fitoremediasi bergantung pada jenis kontaminan,
ketersediaan hayati dan sifat tanah. Ada beberapa cara tanaman atau tumbuhan
untuk membersihkan lingkungan yang terkontaminasi. Penyerapan kontaminan
pada tanaman terjadi terutama melalui sistem akar karena mekanisme utama dalam
mencegah toksisitas ada pada akar. Sistem akar menyediakan luas permukaan yang
sangat besar yang menyerap dan mengakumulasi air dan nutrisi penting untuk
pertumbuhan bersama (Sukono, 2020).
atau anorganik dan logam berat. Tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai
fitoremidiator bagi limbah cair karena memiliki kemampuan dalam menurunkan
nilai parameter BOD, COD, dan warna yang terkandung dalam limbah cair. Kayu
apu (Pistia stratiotes) sebagai tumbuhan air karena memiliki potensi dalam
menurunkan kadar pencemar air limbah yang zat pencemarnya nilai tinggi. Secara
umum, kayu apu dapat ditemukan mengapung di perairan tenang atau kolam. Kayu
apu dikenal sebagai tumbuhan pelindung akuarium (Raissa, 2017). Tanaman kayu
apu dapat dilihat pada Gambar 2.2
Akar tanaman dari tanaman kayu apu adalah akar serabut, yang pada lapisan
atas perairan akan terjurai dan sangat mampu dalam menyerap bahan-bahan yang
terlarut pada bagian itu. Tanaman kayu kapu sama halnya dengan tumbuhan air
lainnya karena dapat berperan aktif menghasilkan oksigen pada sistem perairan.
Menurut Fitriana (2018), hal ini dapat terjadi karena adanya lubang-lubang saluran
udara yang terbentuk dari ruang antar sel yang dimiliki oleh tanaman air yang
berfungsi sebagai penyimpanan oksigen bebas.
Berdasarkan Haryanti (2016), terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari
tanaman kayu apu, yaitu:
Kelebihan:
a. Daya berkecambah tinggi
b. Pertumbuhan yang cepat
c. Tingkat absorpsi unsur hara dan air yang besar mudah ditemukan
d. Daya adaptasi yang tinggi terhadap iklim
Kelemahan:
a. Perubahan akar
b. Daya tahan terhadap limbah kurang baik
c. Adanya perubahan warna daun dari hijau ke kuning.
METODOLOGI PENELITIAN
19
20
Analisis Pembahasan,
Pengujian Selesai
Data Kesimpulan, dan
parameter limbah
Saran
(COD, BOD dst
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3.2 Alat dan Bahan
Alat atau
Tipe Kegunaan Spesifikasi
Bahan
Unit sedimentasi dan unit biofilter:
Tinggi 58 cm
Diameter atas 50 cm
Diameter bawah 48 cm
Volume 60 liter
Menampung dan
Drum Plastik
mengolah limbah
Unit fitoremediasi:
Tinggi 22 cm
Diameter atas 55 cm
Diameter bawah 42 cm
Volume 40 liter
Menyalurkan air
Pipa PVC PVC Panjang 50 cm
limbah
Tempat keluarnya
Keran Air Plastik -
air
Media
PVC Pengurai limbah Diameter 3 cm
bioball
Tanaman Tumbuhan Panjang 2-10 cm
Pengurai limbah
Kayu Apu air Lebar 5-14 cm
3.8 Efektivitas
Tingkat efektivitas parameter limbah cair perikanan setelah pengolahan, dapat
dihitung dengan menggunakan rumus efektivitas berikut.
38
30
Berdasarkan hasil uji pendahuluan, pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai
parameter pH, COD, BOD, TSS, dan Amonia melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan. Tingginya nilai COD dan BOD dapat membuktikan bahwa kandungan
yang ada di dalam air limbah banyak zat organik yang mengotori dan berpotensi
dalam mencemari lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini, kualitas dari limbah
perikanan dianggap sudah tercemar karena tingginya hasil pengujian. Oleh karena
itu, limbah cair perikanan harus dilakukan pengolahan untuk menurunkan nilai-
31
nilai parameter yang melebihi batas baku mutu agar tidak mencemari lingkungan
sekitarnya.
4.2.3 Parameter pH
Salah satu indikator baik dan buruknya suatu perairan adalah nilai pH. Nilai
pH yang stabil, akan membantu proses pengolahan biologis secara optimal. Jika
hasil pengujian pada parameter COD dan TSS juga mengalami kenaikan dan
penurunan yang tidak stabil maka salah satu penyebabnya adalah karena nilai pH
yang tidak optimal (Rosidin, 2018). Namun pada proses ini, nilai pH termasuk nilai
yang diperbolehkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
32
9
8
7
Nilai pH 6
5
4 7.93 7.36 7.56 7.64 7.46 7.43
6.95
3
2
1
0
1 3 5 7 9 11 13
Waktu (hari)
Set 3 = Unit Sedimentasi - Biofilter Anaerob - Fitoremediasi
Set 2 = Unit Sedimentasi - Biofilter Anaerob
Set 1 = Unit Sedimentasi
200
100
168 180
144 152
125 120
50 105
0
1 3 5 7 9 11 13
Waktu (hari)
350
300
1.5
1
1.55
0.5
0.59 0.48
0.2 0.3 0.23 0.18
0
1 3 5 7 9 11 13
Waktu (hari)
Set 3 = Unit Sedimentasi - Biofilter Anaerob - Fitoremediasi
Set 2 = Unit Sedimentasi - Biofilter Anaerob
Set 1 = Unit Sedimentasi
Sedimentasi juga mampu menurunkan nilai amonia. Dilihat pada hari pertama,
nilai amonia sudah mengalami penurunan. Namun pada hari ke-5, nilai amonia
terjadi peningkatan. Dalam proses biofilter anaerob, senyawa amonia akan menjadi
nitrit, kemudian nitrit akan diubah sebagian menjadi gas dinitrogen oksida dan
nitrat (nitrifikasi). Menurut Said (2017), hal ini menyebabkan oksigen tidak dapat
masuk ke dalam lapisan biofilm yang terbentuk pada bioball sehingga terjadi
perubahan bentuk dari nitrit menjadi nitrat lalu dilepaskan menjadi gas. Oleh karena
itu, terjadi peningkatan amonia.
36
4.3 Efektivitas
Nilai efektivitas parameter pH, BOD, COD, TSS, dan Amonia pada limbah
cair perikanan setelah dilakukan pengolahan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus efektivitas sebagai berikut:
kadar awal − kadar akhir
Efektivitas = x 100
kadar awal
Hasil perhitungan nilai efektivitas parameter pH, BOD, COD, TSS, dan
Amonia pada limbah cair perikanan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Data keseluruhan
dapat dilihat pada Lampiran I.
Efektivitas (%)
Unit Hari ke- COD TSS Amonia
pH
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
Sedimentasi 1 2% 41,2 % 7,7 % 80,3 %
3 14,1 % 37,1 % 71,6 % 93,3 %
Biofilter
5 9,1 % 49,6 % 72,7 % 48,3 %
Anaerob
7 6,7 % 46,8 % 71,9 % 84 %
9 5,6 % 56,2 % 82,7 % 90 %
Fitoremediasi 11 7,9 % 58,04 % 88,8 % 92,3 %
13 8,2 % 63,2 % 90 % 94 %
dan tanaman kayu apu berkisar antara 6,5-7 sehingga keduanya dapat hidup dengan
keadaan pH seperti itu (Nurfitriana, 2019). Dalam penurunan limbah cair juga
karena adanya kerjasama antara tumbuhan juga mikroorganisme. Karena,
mikroorganisme berperan dalam menguraikan bahan-bahan organik dan tumbuhan
juga berperan penting dalam mereduksi zat pencemar yang akan melakukan proses
fotosintesis sehingga menghasilkan oksigen untuk memicu kinerja dari tanaman
tersebut dalam menguraikan senyawa organik (Isighfari, 2018). Peningkatan
efektivitas pada TSS dapat disebabkan oleh massa partikel yang berat atau tinggi
dalam limbah cair akan mengendap pada unit pengolahan, sedangkan massa
partikel yang ringan akan diserap atau menempel pada bagian akar tanaman karena
tanaman kayu apu memiliki akar serabut yang dapat dijadikan tempat menempelnya
koloid pada air (Fachrurozi, 2019).
Penggunaan biofilter dengan media bioball sangat efisien pada penelitian ini
untuk menurunkan parameter pH, COD, TSS, dan Amonia. Media bioball memiliki
luas permukaan yang besar sehingga mikroorganisme akan berkembangbiak dan
menempel dalam jumlah yang besar. Keuntungan penggunaan bioball adalah dapat
menguraikan senyawa organik, memaksinalkan fungsi filter pada proses biologis,
ringan, namun proses aklimatisasi bioball dalam menghidupkan bakteri nitrifikasi
cukup memakan waktu. Lalu, penggunaan kayu apu pada proses fitoremediasi juga
telah mampu menurunkan parameter pH, COD, TSS, dan Amonia.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kualitas dari limbah cair perikanan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lampulo
melebihi baku mutu yang telah ditetapakan dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2016
Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
2. Efektivitas penggunaan biofilter anaerob media bioball dalam menurunkan nilai
parameter pH, COD, TSS, dan amonia berturut turut sebesar 14,1%, 49,6%,
72,7%, dan 93,3%.
3. Tingkat efektivitas ketiga unit (sedimentasi, biofilter, dan juga fitoremediasi)
dalam menurunkan nilai parameter Ph, COD, TSS, amonia secara berturut turut
mencapai 14,1%, 58,04%, 90%, dan 94%.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:
1. Menambahkan beberapa parameter lainnya dalam pengujian seperti minyak-
lemak dan klor bebas agar data yang dihasilkan lebih sesuai dengan parameter
yang tertera pada baku mutu.
2. Perlu dilakukan penelitian lain dengan menggunakan limbah yang berbeda agar
dapat membandingkan persentase efektivitas biofiler anaerob media bioball dan
fitoremediasi tanaman kayu apu antara limbah cair perikanan atau limbah
lainnya.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, R.A., Hartati, E., & Salafudin. (2017). Seeding dan Aklimatisasi pada
Proses Anaerob Two System Menggunakan Reaktor Fixed Bed. Jurnal
Teknik Lingkungan, 6 (1), 1-9
Andhika, B., Wahyuningsih, P. dan Fajri, R. (2020). Penentuan Nilai BOD dan
COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah di
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jurnal Kimia Sains dan
Terapan. 2(1): 14-22
Audiyanti, S., Hasan, Z., Hamdani, H., & Herawati, H. (2019). Efektivitas Eceng
Gondok (Eichhornia Crassipes) Dan Kayu Apu (Pistia Stratiotes) Sebagai
Agen Fitoremediasi Limbah Sungai Citarum. Jurnal Perikanan dan
Kelautan, 10 (1), 111-116.
Banin, M.M., Yahya, Y., Dan Nursyam, H. (2021). Pengolahan Limbah Cair
Industri Pembekuan Ikan Kaca Piring (Sillago Sihama) Menggunakan
Kombinasi Bakteri Acinetobacter Baumannii, Bacillus Megaterium,
Nitrococcus Sp. Dan Pseudomonas Putida Secara Aerob. Journal of
Tropical Agrifood. 3(1), 49-62
Daroini, T.A., Dan Arisandi, A. (2020). Analisis Bod (Biological Oxygen Demand)
di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu. Jurnal Juvenil. 1(4), 558-566
Dewa, R. P. (2016). Penanganan Baku Mutu Kualitas Air Limbah Produksi ATC
dari Rumput Laut Eucheuma Cottonii. Majalah Blam , 12 (2), 34-40.
Dewi, Y. S., dan Masitoh, M. (2019). Efektivitas Teknik Biofiltrasi Dengan Media
Bio-Ball Terhadap Penurunan Kadar Nitrogen Total. Jurnal Ilmiah Fakultas
Teknik LIMIT’S, 9(1), 45-53
39
40
Fadzry, N. dkk (2020). Analisis COD, BOD dan DO pada Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Balai Pengelolaan Infrastruktur Air Limbah dan Air Minum
Perkotaan Dinas PUP-ESDM Yogyakarta. IJCR: Indonesian Journal of
Chemical Reseacrh, 5(2), 80-89
Fitri, H.M., M. H. (2016). Penurunan Kadar COD, BOD, dan TSS pada Limbah
Cair Industri MSG (Monosodium Glutamat) dengan Biofilter Anaerob
Media Bioball. Jurnal Teknik Lingkungan, 5 (1), 1-10.
Habibi, F., dan Marwan, R. (2018). Pengaruh Limbah Terhadap Lingkungan Dan
Penyakit Yang Timbul Serta Penaggulangannya. Seminar dan Konferensi
Nasional IDEC, 1(1), 1-4
Hamuna, B., Tanjung, R. H., & Maury, H. (2018). Kajian kualitas air laut dan
indeks pencemaran berdasarkan parameter fisika-kimia di perairan Distrik
Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 35-43
Indrayani, L., dan Rahmah, N. (2018). Nilai Parameter Kadar Pencemar sebagai
Penentu Tingkat Efektivitas Tahapan Pengolahan Limbah Cair Industri
Batik. Jurnal Rekayasa Proses, 12 (1), 41-50
Irham, M., Abrar, F., & Kurnianda, V. (2017). Analisis BOD dan COD di perairan
estuaria Krueng Cut, Banda Aceh. DEPIK Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan,
Pesisir dan Perikanan, 6(3), 199-204.
Jiyah, Sudarsono, B., dan Sukmono, A. (2016). Studi Distribusi Total Suspended
Solid (TSS) di Perairan Pantai Kabupaten Demak Menggunakan Citra
Landsat. Jurnal Geodesi Undip, 6 (1), 41-47
41
Kurniawan, Y. (2016). Sistem Pengolahan Limbah Cair Pada IPAL PT. Tirta
Investama Pabrik Pandaan Pasuruan. Journal Knowledge Industrial
Engineering (JKIE). 3(2), 17-26
Martini, S., dkk. (2020). Pembuatan Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri.
Jurnal Distalasi, 5(2), 26-33
Mulyani, HRA., dan Sujarwanta, A. (2018). Lemak dan Minyak. Penerbit Lembaga
Penelitian UM Metro Press: Kota Metro
Nirmala, K., Sulistia, W., Hastuti, Y.P., & Nurussalam, W. (2016). Penentuan bobot
kayu apu Pistia stratiotes L. sebagai fitoremediator dalam pendederan ikan
gurami Oshpronemus goramy Lac. ukuran 3 cm. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 15 (2), 180-188
Nurhalisa, dkk. (2017). Analisis Kadar Cod Dan Bod Pada Air Sumur Akibat
Buangan Limbah Pabrik Tapioka Di Kec. Pallangga Kab. Gowa. Jurnal
Media Laboran. 7(2), 22-27
42
Pasaribu, H. M. (2020). Studi Penurunan COD dan TSS pada Limbah Cair Tapioka
dengan Menggunakan Biofilter Anaerob-aerob Media Bioball. Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Pramita, A. dkk. (2020). Penggunaan Media Bioball Dan Tanaman Kayu Apu
(Pistia Stratiotes) Sebagai Biofilter Aerobik Pada Pengolahan Limbah Cair
Rumahtangga. Journal of Research and Technology, 6(1), 131-136
Rahadian, R., Sutrisno, E., dan Sumiyati, S. (2017). Efesiensi Penurunan COD dan
TSS Dengan Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia
stratiotes l.) Studi Kasus: Limbah Laundry. Jurnal Teknik Lingkungan, 6
(3), 1-8.
Raissa, D.G., dan Tangahu, B. V. (2017). Fitoremediasi Air yang Tercemar Limbah
Laundry dengan Menggunakan Kayu apu (Pistia stratiotes). Jurnal Teknik
ITS, 6(2), 232-236
Ramadhan, A.F., dan Sutrisno, E. (2017). Efesiensi Penyisihan BOD dan Phospat
pada Air Limbah Pencucian Pakaian (Laundry) dengan Menggunakan
Fitoremediasi Tanaman Kayu Apu. Jurnal Teknik Lingkungan, 6 (3), 1-11
Roem, M., Laga, A., Listina, I., Rukmana, I., & Astriani, K. (2016). Studi Parameter
Oseanografi Fisik Perairan Pulau Derawan. Jurnal Harpodon Borneo, 9(2),
1-5
Royani, S. (2021). Kajian COD dan BOD dalam Air Di Lingkungan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Kaliori Kabupaten Banyumas. Jurnal
Sains Dan Teknologi Lingkungan. 13(1), 40-49
Santoso, A. D. (2018). Keragaan Nilai DO, BOD dan COD di Danau Bekas
Tambang Batubara Studi Kasus pada Danau Sangatta North PT. KPC di
Kalimatan Timur. Jurnal Teknologi Lingkungan, 19(1), 89-96.
Said, N.I. dan Sya’bani. M. R. (2017). Penghilangan Amonia Di Dalam Air Limbah
Domestik dengan Proses Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). JAI. 7(1),
44-65
43
Sinaga, L., Zulkarnaini, dan Hendrik. (2020). Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) Dalam Mendukung Usaha Kegiatan Nelayan Kecamatan Dumai Barat
Kota Dumai Provinsi Riau. Jurnal Sosial Ekonomi Pesisir. 1(4), 57-63
Utami, K.T. (2018). Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Studi
Kasus PT. Holcim Indonesia, Tbk. Narogong Plant. Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan , 15 (2), 127-
132.
DOKUMENTASI PENELITIAN
44
45
PERHITUNGAN
1. pH
Sedimentasi:
46
47
2. COD
Sedimentasi:
kadar awal − kadar akhir
Efektivitas = x 100
kadar awal
350 − 168
Efektivitas = x 100
350
Efektivitas = 41,2 %
Efektivitas = 49,6 %
3. TSS
Sedimentasi:
4. Amonia
Sedimentasi:
kadar awal − kadar akhir
Efektivitas = x 100
kadar awal
3 − 0,59
Efektivitas = x 100
3
Efektivitas = 80,3 %
Efektivitas = 92,3 %
LAMPIRAN III
HASIL UJI LABORATORIUM KESEHATAN
54
55
56
57
58
59