TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
MUHAMMAD ALFASYIMI
NIM. 150702033
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Teknik Lingkungan
iii
ABSTRAK
Nama : Muhammad Alfasyimi
NIM : 150702133
Program Studi : Teknik Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi
Judul : Pengolahan Limbah Cair Organik Rumah Pemotongan
Ayam (RPA) dengan Metode Fitoremediasi dengan
Tumbuhan Kiambang ( Pistia Stratiotes L)
Tanggal Sidang : 7 Januari 2022
Tebal Skripsi : 70 Halaman
Pembimbing I : Teuku Muhammad Ashari, M.Sc
Pembimbing II : Ilham Zulfahmi, M.Si
Kata Kunci : Limbah Cair, Rumah Pemotongan Ayam, Fitoremediasi,
Pistia Stratiotes L.
Rumah Potong Ayam (RPA) merupakan industri pengolahan ayam hidup menjadi
bahan konsumsi yang siap olah. RPA dibedakan atas RPA skala kecil (tradisional)
maupun RPA skala besar (pabrik pengolahan ayam). RPA dapat menjadi salah
satu penyebab polusi pada lingkungan sekitar. Fitoremediasi dengan sistem
wetlands lahan basa buatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk pengolahan Limbah Cair Organik Rumah Pemotongan Ayam (RPA).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas tumbuhan Pistia Stratiotes L
dalam menurunkan kadar pencemar pada pengolahan Air Limbah Rumah
Pemotongan Ayam (RPA) dengan system wetlands lahan basa buatan. Perlakuan
terdiri dari 2 varias pada bak reaktor pertama jumlah variasi tanamnya 10 dan
pada bak kedua 20 tumbuhan. Dengan variasi waktu selama 5 hari (H5), 8 hari
(H8), dan 10 hari (H10). Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah tumbuhan dan
lama waktu tinggal berpengaruh terhadap penurunan kadar pencemar pada
Limbah Rumah Pemotongan Ayam (RPA). Penurunan kadar pencemar yang
paling efektif terjadi pada hari ke 10 pada bak reaktor yang ke 2 dengan jumlah 20
tumbuhan dengan persentase penurunan BOD sebesar 90.9%, COD sebesar
96.78%, dan TSS sebesar 96.27%. Sementara parameter pH mengalami kenaikan
selema 10 hari tersebut akan tetapi masih memenuhi baku mutu limah cair. Hasil
pengukuran juga menunjukkan bahwa efektifitas penurunan kadar pencemar
ditentukan oleh jumlah tumbuhan dan waktu tinggal semakin sedikit jumlah
tumbuhan dan singkatnya waktu tinggal maka semakin efektif dalam menurunkan
BOD, COD, dan TSS. Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyaknya
mikrorganisme pemecah bahan organik tidak sebanding dengan ketersediaan
oksigen di dalam limbah, sehingga menyebabkan mikrorganisme tidak mampu
memecah bahan organik dengan efektif.
Kata Kunci: Limbah Cair, Rumah Pemotongan Ayam, Fitoremediasi, Pistia
Stratiotes L.
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Pada penulisan Tugas Akhir ini, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semuanya yang telah membantu penulis selama menjalani perkuliahan,
khususnya kepada :
vi
1. Bapak Dr. Azhar Amsal, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
2. Bapak Budi Azhari, M.Pd., selaku Wakil Dekan III Bidang
Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
3. Ibu Dr. Eng. Nur Aida, M.Si., selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
ArRaniry.
4. Ibu Husnawati, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
ArRaniry.
5. Bapak Arief Rahman, M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing dan memberikan arahan selama perkuliahan
di Teknik Lingkungan.
6. Seluruh Dosen serta Staf Program Studi Teknik Lingkungan yang
telah memotivasi, mengajari, dan membantu penulis saat
menjalankan perkuliahan.
7. Fathul Hakim, S.T., Fera Hendra Isma, M.Mefan Juansah, S.T., Riza
Mardhatillah, S.T., Zahrul Ichsan, S.T, Farina, S.T, Candra Adinata,
S.T., Doni Ramadhan, yang telah membantu dan juga memberi
semangat yang besar bagi saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
8. Tidak lupa juga bagi Seluruh Teman-teman Teknik Lingkungan
khususnya Angkata 2015 yang juga memberi dukungan bagi saya
Akhir kata, penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu pada segala situasi dan kondisi selama penulis menjalankan tanggung
jawab sebagai mahasiswa, semoga Allah Swt membalas segala kebaikan dari
semuanya. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,
khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Teknik Lingkungan, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Penulis menyadari
bahwa penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik
vii
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, supaya penulisan Tugas
Akhir ini lebih baik lagi nantinya.
Muhammad Alfasyimi
viii
DAFTAR ISI
ix
3.5.5 Prosedur Penelitian...................................................................... 21
3.6 Metode Analisis ................................................................................... 21
3.6.1 Pengukuran Ph (SNI 06-6989.11-2004) ...................................... 21
3.6.2 Pengukuran BOD (SNI. 06.6989.72.2009) ................................. 22
3.6.3 Pengukuran COD (SNI. 06.6989.73.2009) ................................. 25
3.6.4 Pengukuran TSS (SNI. 06.6989.3.2004) ..................................... 27
3.7 Analisis Korelasi (Pearson Correlations) ............................................ 28
3.8 Pengolahan Data................................................................................... 29
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Baku Mutu Limbah Cair Rumah Potong Hewan (Ayam) ............. 6
Tabel 2.2 : Efektivitas Kinerja Media ............................................................. 10
Tabel 2.3 : Fungsi Tumbuhan Air Dalam Menjernihkan Limbah Cair ........... 10
Tabel 3.1 : Data Penelitian .............................................................................. 18
Tabeli3.2i: Contoh Uji dan Larutan Pereaksi Untuk Bermacam-Macam
Digestion Vessel............................................................................ 25
Tabeli4.1 : Hasil Pengujian Awal Parameter Limbah Cair Rumah
Pemotongan Ayam ........................................................................ 30
Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Setelah Pengolahan Menggunakan Metode
Fitoremediasi Dengan Tumbuhan Kiambang ............................... 30
Tabeli4.3 : Hasil Pengujian Parameter Limbah Cair Rumah Pemotongan
Ayam Sesudah Dilakukan Pengolahan Dengan Sistem Wetland .. 31
Tabel 4.4 : Persentase Hasil Pengujian Parameter Limbah Cair Rumah
Pemotongan Ayam Dengan Menggunakan Sistem Wetland......... 32
Tabeli4.5 : Korelasi Pearson (R) Antara Parameter BOD, COD, TSS Dan
Ph. Nilai R Untuk Korelasi Kuat (0,8114) Ditandai Arsir Biru. ... 35
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A ................................................................................................ 45
LAMPIRAN B ................................................................................................ 50
LAMPIRAN C ................................................................................................ 51
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah potong ayam (RPA) merupakan industri pengolah ayam hidup
menjadi bahan konsumsi yang siap olah. RPA dibedakan atas RPA skala kecil
(tradisional) maupun RPA skala besar (pabrik pengolahan ayam). RPA dapat
menjadi salah satu penyebab polusi pada lingkungan sekitar (Yordanov, 2010).
Tingginya kebutuhan terhadap daging ayam, memunculkan usaha-usaha
peternakan ayam potong dan usaha pemotongan ayam untuk mencukupi
kebutuhan masyarakat (Singgih dan Kariana, 2008). Tempat pemotongan ayam
menghasilkan limbah cair yang berasal dari darah ayam, pencucian ayam dan
peralatan produksi. Limbah cair mengandung TSS (Total Suspended Solid), BOD
(Biologycal Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), minyak dan
lemak yang tinggi, dengan komposisi berupa zat organik (Hasby, 2017)
1
2
6
7
organik yang mudah didegradasi dengan yang sulit didegradasi dapat diketahui
dengan membandingkan nilai BOD dan COD (Atima, 2015).
Konsentrasi pencemar dalam air limbah RPA harus diturunkan sampai
memenuhi baku mutunya sehingga tidak mencemari lingkungan Baku mutu air
limbah aktivitas RPA terdapat pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah (Lampiran
XLV). Pembuangan air limbah (Efluen) yang mengandung nutrient bahan organik
yang tinggi ke perairan dapat menimbulkan eutrofikasi dan mengancam ekosistem
aquatik (Laksono,2010)
air limbah terjadi dalam proses filtrasi, absorbsi oleh mikroorganisme dan
absorbsi polutan oleh tanah. Penurunan kandungan bahan organik pada sistem
SSF pengaruhi oleh faktor waktu tinggal dan transfer (Lestari, 2012).
Subkelas : Arecidae
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Pistia
Spesies : Pistia stratiotes L
2.6 Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah teknologi yang memanfaatkan tumbuhan sebagai
penyerap polutan untuk membersihkan wilayah yang tercemar. Fitoremediasi
berasal dari kata Phyto (Yunani/Greek)“phyton” yang berarti tumbuhan/tumbuhan
(plant), dan remedial (to remedy) yang berarti memperbaiki atau membersihkan
sesuatu. Jadi fitoremediasi (phytoremediation) merupakan sistem dimana
tumbuhan tertentu yang bekerja sama dengan mikroorganisme dalam media untuk
mengubah polutan menjadi kurang ataupun tidak beresiko, bahkan menjadi bahan
yang bermanfaat secara ekonomi. Fitoremediasi merupakan upaya penggunaan
tumbuhan serta bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah serta masalah-
masalah pencemaran lingkungan, baik secara ex-situ menggunakan kolam buatan
atau reaktor ataupun in-situ secara langsung di lapangan pada tanah ataupun
wilayah yang terkontaminasi limbah.
Mulai
Identifikasi Masalah
Tujuan Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Data Primer
Peta Lokasi
Uji COD, BOD, pH dan TSS
Literatur-literatur
Observasi lingkungan
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
16
17
3.5.2 Peralatan
NO Alat Jumlah
1 Ember plastik 3 Wadah Reaktor
2 Kran plastik 3 Kran (3/4)
3 Jerigen 4 jiregen dengan ukuran 5 Liter
3.5.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
a. Limbah cair organik yang berasal dari rumah potong ayam.
b. Kinerja reaktor hanya berdasarkan kajian terhadap penurunan parameter
BOD, COD, TSS dan pH.
3.5.4 Persiapan Tumbuhan
Tahapan aklimatisasi/pemeliharaan tumbuhan penelitian Tumbuhan yang
diambil dari tempat habitatnya yang berlokasi pada desa Limpok tepatnya pada
drainase di belakang fakultas teknik kimia unsyiah dilakukan pemeliharaan
terlebih dahulu dengan cara tumbuhan dimasukan kedalam wadah plastik yang
diisikan 50% atau sekitar 20 liter air limbah yang diperoleh dari tempat
pengambilan tumbuhan, aklimatisasi dilakukan untuk penyesuaian tumbuhan
untuk terhadap lingkungan barunya, aklimasi dilakukan selama 7 hari sebelum
dilakukan prosedur penelitian.
a b
Gambar 3.2. (a)Skema surface flow Wetland (b) Reaktor wetland
(Sumber: Peneliti, 2021)
21
c. Disekitar mulut botol DO yang telah ditutup tambahkan air bebas mineral
dan lakukan pengocokkan beberapa kali.
d. Diletakkan dalam lemari incubator 20°C ± 1°C botol A2 selama 5 hari.
e. DO meter yang sudah terkalibrasi digunakan untuk pengukuran oksigen
terlarut terhadap larutan botol A1. Pengukuran oksigen terlarut pada nol
hari harus dilakukan paling lama 30 menit setelah pengenceran. Hasil
pengukuran merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (A1).
f. Untuk botol A2 yang telah diinkubasi 5 hari ± 6 jam diulangi pengerjaan
seperti butir (e). Nilai yang diperoleh dari Hasil pengukuran merupakan
nilai oksigen terlarut 5 hari (A2).
g. Untuk penetapan blanko dengan menggunakan larutan pengencer tanpa
contoh uji dilakukan pengerjaan butir (a) sampai (f). Nilai oksigen terlarut
nol hara (B1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (B2) merupakan hasil
pengukuran yang diperoleh.
h. Untuk penetapan kontrol standar dengan menggunakan larutan glukosa-
asam glutamat dilakukan pengerjaan butir (a) sampai (f). Nilai oksigen
terlarut nol hara (C1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (C2) merupakan
hasil pengukuran yang diperoleh.
i. Terhadap beberapa macam pengenceran contoh uji dilakukan kembal
pengerjaan butir (a) sampai (f).
16. Perhitungan
Nilai BOD contoh uji dapat dihitung sebagai berikut:
( )
( ) ( )
BOD5 = (3.1)
Keterangan:
P =Perbandingan dari volume
VC =Volume suspensi mikroba dalam botol
VB =Volume suspensi mikroba (mL) dalam botol DO blanko
B2 =Kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi (5 hari) (mg/L)
B1 =Kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L)
25
g. Volume larutan FAS dicatat setelah langkah (a) sampai (f) dilakukan
terhadap air bebas organik blanko.
8. Perhitungan
Nilai COD contoh uji dapat dihitung sebagai berikut:
( )
COD mg/L = (3.2)
Keterangan:
COD = Nilai contoh uji (mg/L)
M =Molaritas larutan FAS
8000 =Berat miliequivalent oksigen x 1000 mL/L
A =Volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk blanko (mL)
B =Volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk contoh uji (mL)
Keterangan
rxy = (3.5)
( )( )
dimana rxy adalah koefesion korelasi, adalah jumlah data x dan adalah
jumlah data y.
29
a b c
30
31
Tabel 4.1. Hasil Pengujian awal parameter limbah cair rumah pemotongan ayam
Tabel 4.3. Hasil pengujian parameter limbah cair rumah pemotongan ayam
sesudah dilakukan pengolahan dengan sistem wetland
Jumlah BOD COD TSS
Hari pH
Tumbuhan (mg/L) (mg/L) (mg/L)
0 6,5 217 2.520 940
5 6,82 183 902,1 308
10 8 6,84 127,4 415.22 233
10 6,88 76,8 270,11 145
5 6,90 137 702.71 270
20 8 6,97 80,7 217.08 146
10 6,98 19,7 81.12 35
Keterangan: 1)Peraturan MENLH No. 5 Tahun 2014 Tentang baku mutu limbah cair Rumah
Pemotongan Hewan (Ayam).
33
Tabel 4.4. Persentase hasil pengujian parameter limbah cair rumah pemotongan
ayam dengan menggunakan sistem wetland
Jumlah
BOD COD TSS
Tumbuh Hari pH
(%) (%) (%)
an
5 6,82 15,6 64,2 67,23
BOD BOD
100
konsentrasi (Mg/L)
200 REAKTOR 1 90
Presentase (%)
180 80
160 REAKTOR 2 70
140 60
120 50
100 40
80 30
60 REAKTOR 1
40 20
10 REAKTOR 2
20
0 0
5 8 10 5 8 10
Waktu (Hari) Waktu (Hari)
Gambar 4.2. Grafik penurunan Parameter BOD Gambar 4.3. Grafik Presentase Penurun
Parameter BOD
Berdasarkan gambar 4.2 dan 4.3 nilai parameter BOD dapat diketahui
bahwa setelah pengolahan menggunakan metode fitoremediasi dengan tumbuhan
kiambang terjadi penurun pada parameter BOD pada limbah RPA. Nilai
parameter BOD sebelum pengolahan adalah 217 mg/l dan setelah pengolahan
turun sehingga 76,8 mg/l pada reaktor 1 dan 19,7 mg/l pada reaktor 2. Penurunan
34
nilai parameter BOD, hal ini disebabkan oleh tumbuhan yang menutupi
permukaan air limbah. Keberadaan tumbuhan tersebut menyerap zat organik yang
terdapat dalam air limbah. Jadi semakin banyak tumbuhan, maka nilai BOD
semakin kecil yang berarti semakin baik kualitas air limbah tersebut (Fachrurozi,
2010), hal ini juga sesuai dengan penelitian dari Sudiana Vurigga Sari, dkk (2020)
“Pengaplikasian Kiambang (Pistia stratiotes L) Dalam Menurunkan Kadar BOD,
COD dan TSS Pada Limbah Cair Laboratorium Di RSUD Besuki Kabupaten
Situbondo” sebesar 84,43 mg/l.
COD COD
konsentrasi (Mg/L)
1000 120
Presentase (%)
900 REAKTOR 1
800 100
700 REAKTOR 2
80
600
500 60 REAKTOR 1
400
300 40 REAKTOR 2
200 20
100
0 0
5 8 10 5 8 10
Waktu (Hari) Waktu (Hari)
Gambar 4.4.Grafik Penurunan Parameter COD Gambar 4.5. Grafik Presentase Penurunan
parameter COD
Berdasarkan gambar 4.4 dan 4.5 nilai parameter COD dapat diketahui
bahwa setelah pengolahan menggunakan metode fitoremediasi dengan tumbuhan
kiambang terjadi penurun pada parameter COD pada limbah RPA. Nilai
parameter COD sebelum pengolahan adalah 2.520 mg/l dan setelah pengolahan
turun sehingga 270,11mg/l pada reaktor 1 dan 81,12 mg/l pada reaktor 2.
Penurunan nilai parameter COD, hal ini disebabkan oleh keberadaan tumbuhan
didalam air limbah yang menyerap bahan- bahan organik pada air limbah,
tumbuhan tentu melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen sehingga
35
TSS TSS
120
350
konsentrasi (Mg/L)
Presentase (%)
REAKTOR 1
300 100
250 REAKTOR 2
80
200
60
150
100 40
REAKTOR 1
50 20
REAKTOR 2
0 0
5 8 10 5 8 10
Waktu (Hari) Waktu (Hari)
Gambar 4.6 Grafik penurunan parameter TSS Gambar 4.7 Grafik Presentase Parameter TSS
Berdasarkan gambar 4.6 dan 4.7 nilai parameter TSS dapat diketahui
bahwa setelah pengolahan menggunakan metode fitoremediasi dengan tumbuhan
kiambang terjadi penurun pada parameter TSS pada limbah RPA. Nilai parameter
TSS sebelum pengolahan adalah 940 mg/l dan setelah pengolahan turun sehingga
145 mg/l pada reaktor 1 dan 35 mg/l pada reaktor 2, hal ini disebabkan oleh
tanaan kiambang yang memiliki akar serabut yang dapat menjadi tempat
,enempelnya koloid yang melayang di air. Semakin banyak akar serabut yang
36
dimiliki, maka semakin banyak koloid yang menempel pada akar-akar tersebut
(Fachrurozi, 2010). Sedangkan pada reaktor 1 kadar TSS mengalami penurun
akan tetapi belum memenuhi baku mutu, hal ini dapat disebabkan oleh
terhalangnya sinar matahari masuk ke dalam air limbah yang sedang mengalami
pengolahan sehingga terhambatnya proses fotosintesis dan berkurangnya kadar
oksigen dalam air. (Sri Sumiyati, ST, MSi, dkk, 2015).
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui korelasi parameter COD BOD TSS dan
pH pada limbah cair Rumah Pemotongan Ayam diPasar Al-Mahirah Lamdingin
Adapun gambar korelasi parameter COD BOD TSS dan pH seperti yang
ditunjukkan gambar 4.8 :
350 200
300
250 150
200 R = -,807
TSS
BOD
150 100
100
50 R = -,828
50
0 0
6.80 6.90 7.00 6.80 6.90 7.00
pH pH
37
1000.00 350
300
800.00
250
600.00 R = -,742 200
COD
TSS
400.00 150 R = ,990
100
200.00 50
0.00 0
6.80 7.00 0 100 200
pH BOD
350
1000.00
R = ,948 300
800.00 250
600.00 200
TSS
COD
150 R = ,941
400.00
100
200.00 50
0.00 0
-200.00 0 100 200 0.00 500.00 1000.00
BOD COD
Gambar 4.8. Hasil Analisis Korelasi Pearson (a).pH dengan TSS , (b).pH dengan COD,
(c). pH dengan BOD, (d). BOD dengan TSS, (e). BOD dengan COD, (f).
COD dengan TSS.
Berdasarkan uji korelasi Pearson (r), pada Tabel 4.4. dapat disimpulkan
bahwa, hubungan korelasi yang terkuat antar parameter adalah antara BOD dan
TSS disusul BOD dan COD, COD dan TSS, pH dan BOD, p dan TSS , pH dan
COD. Hasil perhitungan korelasi mendukung argumentasi sebelumnya bahwa
meningkatnya nilai parameter fisiokimia kemungkinan disebabkan tumbuhan
yang menghasilkan partikel padatan biologis.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Efektivitas Tumbuhan Kiambang (Pistia Stratiotes L) Dalam
Menurunkan Kadar Limbah Rumah Pemotongan Ayam (RPA).
Limbah Cair RPA yang berasal dari pasar almahirah Lamdingin kota
Banda Aceh, telah dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu dengan sistem
Wetland berdasarkan perbedaan atau variasi dari jumlah tumbuhan. Pada
penelitian ini terdapat 2 variasi jumlah tumbuhan, pada bak 1 diisi dengan 10
tumbuhan, dan pada bak kedua sebanyak 20 tumbuhan. jenis tumbuhan yang
digunakan adalah tumbuhan kiambang atau Pistia stratiotes L.
terhadap penurunan kadar BOD, COD, dan TSS limbah cair tahu Di Dusun Klero
Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Pada variasi jumlah tumbuhan bak 1 dan bak 2. Penurunan nilai parameter
BOD, COD, dan TSS paling baik terjadi pada hari ke-10 dengan jumlah variasi
tumbuhan paling banyak, yaitu sejumlah 20 tumbuhan, berdasarkan tabel 4.2
bahwa nilai parameter BOD dapat menurunkan hingga 90,0%, dan COD sebesar
96,78%, dan TSS sebesar 96,27%. Efektivitas dari penurunan ini masing-masing
terjadi pada hari ke-10 seperti pada penelitian ayu arimbi (2017) dalam efektivitas
tumbuhan melati air dalam menurunkan kadar BOD, COD pada limbah cari
rumah pemotongan ayam dengan variasi waktu yaitu 3 hari, 6 hari, dan 9 hari.
Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Menyatakan bahwa
semakin lama waktu penanaman Melati Air semakin banyak pula kadar polutan
yang diturunkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan diatas maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
5.2 Saran
Adapun saran dan masukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan efektivitas
tumbuhan Pistia stratiotes L dengan lebih memperhatikan perawatan
tumbuhan agar dapat digunakan lebih lama dan kemampuannya tidak
menurun.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan tumbuhan Pistia
stratiotes L dengan jumlah tumbuhan yang lebih banyak dalam
meremediasi kadar yang ada pada limbah.
3. Untuk penelitian selanjutnya diperlukan pengolahan sebelum limbah cair
organik Rumah Pemotongan Ayam, seperti kombinasi antara filtasi aerob
dengan fitoremediasi dalam pengolahan limbah cair organik Rumah
Pemotongan Ayam.
40
DAFTAR PUSTAKA
Atima, Wa. (2015). Bod Dan Cod Sebagai Parameter Pencemaran Air Dan Baku
Mutu Air Limbah. Jurnal Biology Science & Education. Vol. 4 No. 1. Iain
Ambon.
Dea Ghiovani Raissa Dan Bieby Voijant Tangahu, (2017). Fitoremediasi Air
Yang Tercemar Limbah Laundry Dengan Menggunakan Kiambang (Pistia
Stratiotes). Jurnal Teknik Its Vol 6 No 2.Hal: 2337-3539.
41
42
Gregory, Peter. (2006). Plant Roots, Growth, Activity And Interaction With Soils.
Australia: Black Well.
Ita Ulfin, (2000). Deconsentrasi Logam Berat Timbal Dan Kadmium Dalam
Larutan Oleh Kiambang (Pistia Stratiotes L) Thesis, Universitas Airlangga.
Muhajir, M. S. (2013). Penurunan Limbah Cair Bod Dan Cod Pada Industri Tahu
Menggunakan Tumbuhan Cattail (Typha Angustifolia) Dengan Sistem
Constructed Wetland. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Semarang. Semarang
Musarofa, M. Dkk. (2018). Penurunan TSS, BOD, Esherichia Coli Pada Limbah
Tangki Septik Menggunakan Tumbuhan Cyperus Papyrus Pada Pengolahan
Constructed Wetland. Jurnal Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Adhi
Tama. Surabaya.
Nevya Rizki, Ir. Endro Sutrisno, Ms, Sri Sumiyati, St, Msi. (2015). Penurunan
Konsentrasi COD Dan TSS Pada Limbah Cair Tahu Dengan Teknologi
Kolam (Pond) Biofilm Menggunakan Media Biofilter Jaringan Ikan Dan
Bioball. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro
Peraturan Menteri, No. 05 Tahun (2014), Tentang Baku Mutu Limbah Cair
Rumah Potong Hewan, Lampiran Xlv
Wirawan, Wiweka Arif., Ruslan Wiro Sudarmo., Liliya Dewi Susanawati. (2014).
Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Tumbuhan Kiambang
(Pistia Stratiotes L.) Dengan Teknik Tanam Hidroponik Sistem Dft (Deep
Flow Technique). Jurnal Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Universitas
Brawijaya Malang.
.
LAMPIRAN A
Data Dokumentasi Penelitian
46
47
Waktu Penelitian
Jadwal
No
kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Novermber Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1 proposal
Observasi
2 awal
Pengambilan
3
sampel
Pengujian
4 laboratorium
Pengolahan
5
data hasil
Pelaporan
6
hasil
56
LAMPIRAN C
Hasil Uji Analisi Korelasi Person
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
Correlations tailed).
Ph TSS
Pearson Correlation 1 -.807
Correlations
Ph Sig. (2-tailed) .052
BOD COD
N 6 6
BOD Pearson Correlation 1 .948**
Pearson Correlation -.807 1
Sig. (2-tailed) .004
TSS Sig. (2-tailed) .052
N 6 6
N 6 6 **
COD Pearson Correlation .948 1
Correlations
Sig. (2-tailed) .004
Ph COD
N 6 6
Ph Pearson Correlation 1 -.742
Sig. (2-tailed) .091 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
N 6 6 tailed).
COD Pearson Correlation -.742 1
Sig. (2-tailed) .091 Correlations
N 6 6 COD TSS
COD Pearson Correlation 1 .941**
Correlations Sig. (2-tailed) .005
Ph BOD N 6 6
* **
Ph Pearson Correlation 1 -.828 TSS Pearson Correlation .941 1
Sig. (2-tailed) .042 Sig. (2-tailed) .005
N 6 6 N 6 6
*
BOD Pearson Correlation -.828 1
Sig. (2-tailed) .042 **. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
N 6 6
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
Correlations
BOD TSS
BOD Pearson Correlation 1 .990**
Sig. (2-tailed) .000
N 6 6
**
TSS Pearson Correlation .990 1
Sig. (2-tailed) .000
N 6 6
57
58
59
60
61
62
63