Anda di halaman 1dari 54

PEMBUATAN PROTOTIPE PAPAN SELANCAR KOMPOSIT

MENGGUNAKAN METODE VACUUM BAGGING

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin

Disusun Oleh :
Nama : Farhan Lufti
No. Mahasiswa : 13525017
NIRM : 2013020557

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
PERNYATAAN KEASLIAN

Demi Allah saya akui karya ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali
nukilan dan ringkasan yang setiap satunya setelah saya jelaskan sumbernya jika
kemudian hari ternyata terbukti pengakuan saya ini tidak benar dan melanggar
peraturan yang dalam karya tulis dan hak kekayaan intelektual maka saya bersedia
ijazah saya yang telah saya terima untuk ditarik kembali oleh Universitas Islam
Indonesia

Yogyakarta, 20 september 2018

Farhan lufti
(13525017)
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

PEMBUATAN PROTOTIPE PAPAN SELANCAR KOMPOSIT


MENGGUNAKAN METODE VACUUM BAGGING

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :
Nama : Farhan Lufti
No. Mahasiswa : 13525017
NIRM : 2013020557

Yogyakarta, 20 September 2018

Pembimbing I, Pembimbing II,

Muhammad Ridlwan ST., M.T. Faisal Arif Nurgesang, ST., M.Sc.


LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

PEMBUATAN PROTOTIPE PAPAN SELANCAR KOMPOSIT


MENGGUNAKAN METODE VACUUM BAGGING

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :
Nama : Farhan Lufti
No. Mahasiswa : 13525017
NIRM : 2013020557

Tim Penguji

__________________
Ketua Tanggal :

__________________
Anggota I Tanggal :

__________________
Anggota II Tanggal :

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Dr.Eng. Risdiyono S.T., M.Eng


HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin

Saya persembahkan karya ini untuk

Wanita terbaik dan terindah, ibunda tercinta Hasmini

My inspiration, ayahku Abdul Rahim

Penyemangat dan pendukungku My Brother and My Sister

Dosen pembimbing Muhammad Ridlwan ST., M.T

Dosen pembimbing faisal arif nurgesang ST., M.Sc


Seluruh Dosen Teknik Mesim UII

Seluruh keluarga besar HMTM LEM FTI UII

Seluruh keluarga besar Universitas Islam Indonesia

v
HALAMAN MOTTO

“Sesungguhnya semua akan terasa mudah apabila kita bermunajat

kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

“Bila engkau tak tahan lelahnya belajar, maka engkau akan

menanggung perihnya kebodohan.”

(Imam Asy-Syafi’I Rahimahullah)

“Ilmu itu cahaya. Ia tidak akan jinak kecuali hanya kepada hati yang

bertaqwa dan khusyuk.”

(Imam malik bin Anas)

“Berbuat baiklah kepada orang lain semata-mata untuk mencari


ridho dan berkah Allah Subhanahu wa Ta’ala disitu engkau tidak
akan pernah merasakan yang namanya kekecewaan”

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahi Robbilalamin, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Tuhan semesta alam yang memliki segala kekuasaan di langit dan di bumi.
Yang telah memberikan nikmat dan kelancaran untuk menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini dengan baik dan benar. Dan tak lupa Shalawat dan salam penulis
curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Shallallaahu’Alaihi Wasallam
yang telah membawa kita dari jaman jahilliyah ke jaman terang benderang.
Laporan Tugas Akhir ini dibuat setelah penulis selesai melakukan
penelitian dalam rangka menjalankan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana Strata Satu (S-1) Jurusan Teknik Mesin. Selama pelaksanaannya penulis
banyak mendapatkan ilmu pengetahuan, bimbingan, koreksi, serta masukan dan
saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
dapat terselesaikannya laporan ini. Dengan demikian penulis mengucapkan
terimaksih kepada:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat rahmat dan karunianya yang
diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan semua proses pembuatan
skripsi ini.
2. Nabi Muhammad Shallallaahu’Alaihi Wasallam atas peninggalannya sebagai
suri tauladan yang sangat bermanfaat untuk penulis.
3. Kedua orangtua, Syahrudn dan Rosita, terimakasih banyak atas doa, dukungan
dan bimbingannya yang diberikan kepada penulis.
4. Bapak Dr.Eng. Risdiyono S.T., M.Eng. selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin FTI UII.
5. Bapak Muhammad Ridlwan S.T., M.T, selaku pembimbing Laporan Tugas
Akhir yang telah memberikan ilmu, motivasi, saran, serta bimbingan dalam
penyusunan laporan ini.

vii
6. Bapak Faisal Arif Nurgesang S.T., M.Sc, selaku pembimbing Laporan Tugas
Akhir yang telah memberikan ilmu, motivasi, saran, serta bimbingan dalam
penyusunan laporan ini.
7. Saudara dan saudariku tersayang Bobby dan Jasmine yang telah memberikan
doa dan dukungannya.
8. Teman dan sahabatku udin yang selalu menemani beberapa waktu terakhir
9. Para Sahabat terbaik selama kuliah yang selalu berbagi kebahagian, ilmu dan
juga pengalaman yang bermanfaat.
10. Semua teman-teman Jurusan Teknik Mesin Universitas Islam Indonesia
angakatan 2013 teman seperjuangan di kampus.
11. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin Univesitas Islam
Indonesia, yang selalu solid.

Yogyakarta, 20 September 2018

Farhan Lufti
(13525017)

viii
ABSTRAK

Material komposit adalah salah satu material yang banyak dimanfaatkan pada
saat ini. Hal ini dikarenakan komposit memiliki sifat yang ringan dan relative kuat.
Perkembangan material komposit saat ini berkembang pesat, terutama komposit
dengan matriks polimer yang dimanfaatkan sebagai material pengganti logam.
Dalam perkembangan penelitian yang ada saat ini, serat alam mulai dimanfaatkan
untuk penguat pada komposit sebagai pengganti serat sintetis seperti serat kaca.
Hal ini dikarenakan sifatnya yang ramah lingkungan dan banyak tersedia di alam
sehingga lebih ekonomis serta pemanfaatannya selama ini masih banyak yang
belum dioptimalkan. Dalam penelitian ini, bahan dasar yang digunakan dalam
pembuatan komposit adalah polimer sebagai matriks, serat alam yaitu serat
bambu yang berasal dari limbah produksi SAHABAT BAMBU, dan serat kaca
sebagai reinforcement. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
pengaruh penggunaan serat bambu dalam pembuatan prototipe papan selancar
komposit menggunakan metode vacuum bagging dapat meningkatkan kualitas dan
mengurangi biaya produksi melakukan pengujian densitas dan membandingkan
biaya produksi pada produk. Hasil yang didapatkan adalah nilai densitas pada
produk yang dikombinasikan dengan serat bambu sebesar 0.12 g/ cm³ dan produk
dengan serat kaca memiliki densitas sebesar 0.15 g/ cm³ dan untuk biaya produksi
produk yang menggunakan serat bambu memangkas RAB sebanyak 11.4%.
Kata Kunci : komposit, serat bambu, papan selancar

ix
ABSTRACT

Composite material is one of the materials that is widely used today. This is
because the composite has light and relatively strong properties. The development
of composite materials is currently growing rapidly, especially composites with
polymer matrices which are used as metal replacement materials. In the current
research development, natural fiber is being used for reinforcement in composites
as a substitute for synthetic fibers such as glass fibers. This is due to its
environmentally friendly nature and is widely available in nature so that it is more
economical and its utilization is still a lot that has not been optimized. In this study,
the basic material used in the manufacture of composites is a polymer as a matrix,
natural fibers namely bamboo fibers derived from SAHABAT BAMBU waste, and
glass fibers as reinforcement. This research was conducted to find out whether the
effect of using bamboo fiber in the manufacture of composite surfboard prototypes
using vacuum bagging method can improve the quality and reduce production
costs of conducting density testing and comparing production costs on the product.
The results obtained are the density values of the products combined with bamboo
fibers of 0.12 g / cm³ and products with glass fibers having a density of 0.15 g /
cm³ and for the production costs of products using bamboo fiber cut the budget
design costs by 11.4%.

Keywords: composite, bamboo fiber, surfboard

x
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i


Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing .............................................................. iii
Lembar Pengesahan Dosen Penguji ...................................................................... iv
Halaman Persembahan ........................................................................................... v
Halaman Motto ...................................................................................................... vi
Kata Pengantar ...................................................................................................... vii
Abstrak .................................................................................................................. ix
Daftar Isi ................................................................................................................ xi
Daftar Tabel ......................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xiv
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian atau Perancangan ........................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian atau Perancangan ...................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan .............................................................................. 3
Bab 2 Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 4
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................... 4
2.2 Dasar Teori 1 ........................................................................................... 6
2.2.1 Komposit .......................................................................................... 6
2.2.2 Komponen Komposit........................................................................ 7
2.2.3 Polimer ............................................................................................. 8
2.2.4 Unsaturated Polyester Resin (UPR) ................................................. 9
2.2.5 Katalis ............................................................................................... 9
2.2.6 Serat .................................................................................................. 9
2.2.7 Bambu ............................................................................................. 10
2.2.8 Serat Bambu ................................................................................... 12
2.2.9 Sahabat bambu................................................................................ 12
2.2.10 Serat Fiber ...................................................................................... 14

xi
2.2.11 Vaccum Bagging ............................................................................. 16
2.2.12 Papan selancar ................................................................................ 16
Bab 3 Metode Penelitian ...................................................................................... 25
3.1 Alur Penelitian ....................................................................................... 25
3.2 Peralatan dan Bahan ............................................................................... 26
3.2.1 Alat ................................................................................................. 26
3.2.2 Bahan .............................................................................................. 28
3.3 Perancangan produk ............................................................................... 30
3.4 Proses pembuatan produk ...................................................................... 31
Bab 4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................... 33
4.1 Hasil Perancangan dan Pembuatan ........................................................ 33
4.1.1 Hasil Pembuatan Produk ................................................................ 33
4.1.2 Perbandingan Metode ..................................................................... 34
4.1.3 Perbandingan Kantong Vakum....................................................... 36
4.1.4 Pengujian mengapung .................................................................... 37
4.1.5 pengujian densitas .......................................................................... 37
4.1.6 Pembahasan Biaya Per Produk ....................................................... 38
Bab 5 Penutup ....................................................................................................... 39
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 39
5.2 Saran atau Penelitian Selanjutnya .......................................................... 39
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 40

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.1 Kekuatan Tekan Komposit ................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 2.2.2 Spesifikasi UPR Yukalac 157® BTQN-EXError! Bookmark not
defined.
Tabel 2.3 Sifat mekanik bambu apus ................................................................. 11
Tabel 2.4 Sifat fisis bambu apus ........................................................................... 12
Tabel 2.5 Sifat-sifat serat gelas............................................................................. 15
Tabel 2.6 Sifat serat E-glass CSM ........................................................................ 15
Tabel 3.1 Alat ....................................................................................................... 26
Tabel 3.2 Bahan .................................................................................................... 28
Tabel 4.1 Perbandingan Metode ........................................................................... 34
Tabel 4.2 Perbandingan Kantong Vakum ............................................................ 36
Tabel 4.3 perbandingan biaya pembuatan produk ................................................ 38

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Vacuum Bagging .................................................................. 16


Gambar 2.2 Fish Board ........................................................................................ 17
Gambar 2.3 Egg Board ......................................................................................... 17
Gambar 2.4 Short Board ....................................................................................... 18
Gambar 2.5 Retro Single Fin ................................................................................ 18
Gambar 2.6 Malibu/Longboard ............................................................................ 19
Gambar 2.7 Funboard .......................................................................................... 19
Gambar 2.8 Guns Board ....................................................................................... 20
Gambar 2.9 Semi Guns Board .............................................................................. 20
Gambar 2.10 Mini Tanker/Mini Malibu Board .................................................... 21
Gambar 2.11 Bagian Nose .................................................................................... 21
Gambar 2.12 Bagian Deck .................................................................................... 22
Gambar 2.13 Bagian Bottom ................................................................................ 22
Gambar 2.14 Bagian Rail ..................................................................................... 23
Gambar 2.15 Bagian Fin ...................................................................................... 23
Gambar 2.16 Bagian Tail ..................................................................................... 23
Gambar 2.17 Bagian Stringer ............................................................................... 24
Gambar 2.18 Bagian Leash Cup ........................................................................... 24
Gambar 3.1 Serat kaca .......................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1 sandwich handlayup ......................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.2 sandwich vacuum bagging ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3 kantong plastik .................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4 seal lateks .......................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.5 pengujian mengpung ......................................................................... 37

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan aneka tumbuhan, salah
satunya adalah bambu. Tanaman ini dapat ditemui baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi yang umumnya bebas dari genangan air. Kelebihan tanaman ini
adalah pertumbuhannya relatif cepat dan telah banyak manfaat yang diperoleh.
Salah satu manfaatnya adalah sebagai serat penguat material komposit yang
termasuk kategori serat alam. Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, penelitian
mengenai komposit diarahkan kepada komposit serat alam sebagai alternatif untuk
menggantikan serat kaca. Serat-serat alam terus dieksplorasi untuk menemukan
jenis serat yang unggul pada tegangan tarik, memiliki ketangguhan tinggi, modulus
elastisitas maupun flexural modulusnya.
Beberapa metode dapat dilakukan untuk membuat produk komposit yaitu
hand layup, vacuum bagging, pressure bagging, spray up, filament winding,
compression moulding, injection moulding, dan continous pultrusion. Diantara
beberapa metode tersebut, yang paling mudah dan relatif murah adalah metode
hand layup. Namun menurut Porwato (2008), untuk membuat komposit yang
seratnnya acak dan hasil yang lebih rapi, metode vacuum bagging relatif lebih baik
apabila dibandingkan dengan metode hand layup karena metode Vacuum Bagging
dapat membuat matriks dan serat dapat menyatu dengan maksimal.
Di daerah Sleman, ada sebuah rumah produksi yang bernama Sahabat
Bambu. Tempat ini membuat seperti bangunan, perabotan dan produk kerajinan.
Dalam proses produksi, terdapat limbah sisa-sisa pengerjaan berupa serutan dan
sisa gerjaji dengan jumlah yang cukup banyak dan hanya di manfaatkan sebagai
bahan bakar.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai ekonomis limbah tersebut,
peneliti mencoba untuk membuat sebuah produk komposit menggunakan penguat
dari limbah bambu dengan metode vacuum bagging. Produk yang akan dibuat
adalah sebuah papan selancar namun masih dalam bentuk prototipe.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dibagian latar
belakang masalah, maka rumusan masalahnya yang muncul yaitu bagaimana
merancang pembuatan produk komposit serat bambu kombinasi serat kaca dengan
efektif, dan dapat diproduksi jumlah kecil dengan metode vacuum bagging.

1.3 Batasan Masalah


Dalam penyusunan tugas akhir ini diberikan batasan permasalahan untuk
mempermudah pembahasan agar tidak menyimpang dari permasalahan yang
diteliti, diantaranya:

1. Dimensi produk kurang dari 40 x 30 cm.


2. menghitung kekuatan produk.
3. Tidak membahas pembuatan cetakan.
4. Menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium Teknik Mesin UII.
5. Produk hanya membuat prototipe papan selancar.
6. Produk komposit berbahan serat bambu acak kombinasi serat kaca anyam
4 oz.

1.4 Tujuan Penelitian atau Perancangan


Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat produk papan selancar yang
memanfaatkan limbah serat bambu sebagai reinforcement pada laminasi prototipe
papan selancar menggunakan metode vacuum bagging

1.5 Manfaat Penelitian atau Perancangan


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Mampu mengembangkan metode dalam proses produksi produk komposit
serat bamboo.
2. Mampu memanfaatkan limbah yang ada di sekitar peneliti.
3. Memberikan wawasan baru pada UKM pembuatan komposit serat bambu.

2
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam Tugas akhir ini terdiri dari lima BAB, yaitu:
1. BAB 1. Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan itu sendiri.
2. BAB 2. Tinjauan pustaka yang berisi tentang kajian pustaka yang
menerangkan topik topik terdahulu mengenai penelitian ini serta dasar teori
yang akan dipakai pada penelitian ini.
3. BAB 3. Metodologi penelitian, berisi tentang alur penelitian yang akan
dikerjakan, alat dan bahan yang akan dipakai, metode pembuatan produk,
4. BAB 4. Hasil dan pembahasan, berisi mengenai proses pembuatan produk,
pembahasan proses pembuatan produk.
5. BAB 5. Penutup, berisi mengenai Kesimpulan penelitian serta saran yang
di dapat dari pelaksanaan penelitian ini.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber)
sebagai bahan pengisi dan bahan pengikat serat-serat tersebut yang disebut matrik.
Didalam komposit unsur utamanya adalah serat, sedangkan bahan pengikatnya
menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan mempunyai daya pengikat
yang tinggi. Pengunaan serat sendiri yang utama untuk menentukan karakteristik
bahan komposit, seperti : kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik yang
lainnya. Salah satu keuntungan material komposit adalah kemampuan material
tersebut untuk diarahkan sehingga kekuatannya dapat diatur hanya pada arah
tertentu yang kita kehendaki, hal ini dinamakan "tailoring properties" dan ini
adalah salah satu sifat istimewa komposit yaitu ringan, kuat, tidak terpengaruh
korosi, dan mampu bersaing dengan logam, dengan tidak kehilangan karakteristik
dan kekuatan mekanisnya. (S, Sari, Yudhyadi, Sinarep, & Topan, 2012)
Dalam pembuatan komposit, ada banyak alternative bahan serat yang dapat
digunakan. Salah satu bahan serat yang patut diperhitungkan dalam pembuatan
komposit adalah bambu. Bambu adalah tanaman termasuk Bamboidae, salah satu
anggota sub familia rumput, pertumbuhannya sangat cepat. Pada masa
pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam, atau 120 cm per
hari. Serat bambu tergolong serat alami bersama serat ijuk, serat batang pisang dll.
Serat bambu yang dikombinasikan dengan resin sebagai matriks akan dapat
menghasilkan komposit alternatif yang salah satunya berguna untuk aplikasi
material kapal. (Arma, 2011)
Untuk menguji kekuatan komposit berbahan serat bambu, perlu dilakukan
pengujian yang komprehensif. Kekuatan tekan komposit dapat diuji dengan
universal testing machine yang dilengkapi dengan aktuator tekan. Kecepatan
pembebanan regangan 0,5 mm/menit dengan univesal testing machine. Standar uji
tekan yang dipakai adalah ASTM C365/C 365M-05. Arah pembebanan adalah
tegak lurus permukaan kulit komposit (tekan flat). Kekuatan tekan komposit

4
sandwich arah flat rata-rata adalah 47,3 N/Cm2. Kekuatan tekan komposit
hanyalah ditentukan oleh gaya maksimal yang dapat ditahan oleh polyurethane
rigid foam saat aktuator ditekankan dipermukaan kulit komposit. Gaya tekan dari
actuator diteruskan ke polyurethane rigid foam oleh lapisan kulit komposit.
Kekuatan tekan komposit sangat tergantung pada kekuatan tekan polyurethane
rigid foam, semakin kuat styrofoamcore menahan beban tekan maka semakin
tinggi kekuatan tekan komposit. (Catur, A. D ,2014).
Tabel 2.1 Kekuatan Tekan Komposit
Jenis Kulit Kekuatan tekan edge komposit (N/cm²)
1F-0B 57,234
0F-1B 140,37
2F-0B 68,376
1F-1B 353,03
3F-0B 96,759
2F-1B 277,46
1F-2B 819,54
4F-0B 94,268
3F-1B 460,01
2F-2B 972,59

Keterangan:
F : fiber glass
B : Anyaman bambu
Data tersebut diatas dapat dijadikan acuan dalam pembuatan komposit
berbahan serat bambu yang efektif dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan komposit dapat diaplikasikan dalam banyak produk. Salah
satu produk yang membutuhkan komposit dalam pembuatannya adalah papan
selancar. Papan selancar adalah alat utama yang digunakan dalam olahraga
selancar. Olahraga ini adalah olahraga pemacu adrenaline yang memanfaatkan
kekuatan ombak untuk memacu pergerakan papan selancar yang dikendalikan oleh
peselancar. Layaknya rodeo yang menunggani banteng, olahraga ini menunggangi
ombak liar dengan menggunakan media papan, sehingga keseimbangan adalah

5
kunci utama dalam olahraga ini. Untuk mendapatkan keseimbangan dan gerak
yang efektif, selain membutuhkan kemampuan khusus dalam berselancar, kriteria
papan selancar berperan penting di dalamnya. Papan selancar yang bagus adalah
papan selancar yang mempunyai daya apung yang tepat diatas media ombak yang
ada. Untuk mendapatkan papan selancar yang sempurna tersebut, salah satu
metode dalam pembuatannya adalah menggunakan metode vacuum bagging.
Vacuum bagging adalah penyempurnaan dari proses hand lay-up yang
menggunakan konsep menciptakan vakum untuk menghilangkan udara yang
terperangkap dan kelebihan resin sehingga rongga yang dibuat akan dihilangkan
dari laminasi. Ini adalah teknik yang efektif, hemat biaya yang menggunakan
tekanan vakum untuk memberikan rasio serat terhadap resin yang dioptimalkan
dalam aspek kekuatan (M. Lakshmi Aparna, 2016).

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Komposit
Pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih bahan yang
digabung atau dicampur secara makroskopis menjadi suatu bahan yang berguna
(Jones, 1975). Komposit merupakan bahan gabungan secara makro, maka bahan
komposit dapat didefinisikan sebagai suatu material yang tergabung dari campuran
atau kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berada di
dalam bentuk atau komposisi material yang pada dasarnya tidak dapat dipsiahkan.
(Schwartz, 1984)
Bahan komposit secara umum terdiri dari penguat dan matriks. Sifat-sifat
komposit tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kekuatan serat sebagai salah satu
penyusun utama komposit, dengan kandungan serat yang tinggi maka kekuatan
tariknya juga akan tinggi, tetapi dengan kekuatan tarik yang tinggi belum tentu
sifat-sifat lain juga akan lebih baik. Oleh karena itu perbandingan jumlah resin dan
serat merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sifat - sifat material
komposit (Diharjo dan Triyono, 2003).
Tujuan pembuatan material komposit yaitu sebagai berikut :
1. Memperbaiki sifat mekanik atau sifat spesifik tertentu.

6
2. Mepermudah bentuk yang sulit pada manufaktur.
3. Keleluasaan dalam bentuk yang dapat mengehmat biaya.
4. Menjadikan bahan lebih ringan.

2.2.2 Komponen Komposit


Matriks Meskipun serat merupakan ciri khas komposit, pertama-tama kita
memperhatikan fungsi matriks. Secara ideal, matriks seharusnya mampu untuk:
1. Menginfiltrasi serat dan cepat membeku pada temperatur dan tekanan
yang wajar.
2. Membentuk suatu ikatan yang koheren, umumnya dalam bentuk ikatan
kimia di semua permukaan serat/matriks.
3. Menyelubungi serat yang biasanya sangat peka-takik, dan melindunginya
dari kerusakan antar-serat berupa abrasi dan melindungi serat terhadap
lingkungan.
4. Mentransfer tegangan kerja ke serat.
5. Memisahkan serat sehingga kegagalan serat-individu dibatasi dan tidak
merugikan integritas komponen secara keseluruhan.
6. Melepas ikatan dari serat individu dengan cara menyerap energi regangan,
apabila kebetulan terjadi perambatan retak dalam matriks yang mengenai
serat.
7. Tetap stabil secara fisika dan kimia setelah proses manufaktur.

Matriks pada umumnya terbuat dari bahan-bahan yang lunak dan liat. Polimer
(polimer) merupakan bahan yang umum yang digunakan, meskipun dalam
penggunaan yang memerlukan ketahanan temperatur yang tinggi. Beberapa
material logam dapat digunakan seperti aluminium, tembaga, magnesium, bahkan
titanium. Thermosetting polimer merupakan bahan polimer yang telah mengalami
reaksi kimia oleh aksi panas atau katalis, tidak dapat dicairkan maupun diproses
kembali, kekakuan tinggi, kestabilan suhu tinggi, kestabilan dimensi tinggi,
resistensi terhadap mulur dan deformasi di bawah pembebanan, ringan dan sifat
isolasi termal dan listrik yang tinggi. Polimer termoset ini salah satunya adalah
epoksi. Resin epoksi juga biasa digunakan untuk matriks penguat serat untuk

7
komponen dengan performa tinggi seperti yang dilakukan dengan serat modulus
tinggi.

2.2.3 Polimer
Polimer yaitu bahan dengan berat molekul (Mr) lebih besar dari 10.000.
keunggulan bahan polimer yaitu kemampuan cetaknya baik. Pada temperatur
rendah bahan dapat dicetak dengan penyuntikan, penekanan, ekstruksi, dan
seterusnya, produk ringan dan kuat, banyak polimer bersifat isolasi listrik, polimer
dapat bersifat konduktor. baik sekali ketahannya terhadap air dan zat kimia, produk
dengan sifat yang berbeda dapat dibuat tergantung cara, pembuatannya, umumnya
bahan polimer lebih murah harganya. Bahan polimer biasa digunakan sebagai
matrik pada komposit polimer. Adapun polimer yang sering dipakai antara lain :
• Thermoplastic
Thermoplastic adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali (recycle) dengan
menggunakan panas. Thermoplastic merupakan polimer yang akan menjadi keras
apabila didinginkan. Thermoplastic meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti
perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya,
yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Contoh dari thermoplastic yaitu
Polyamide (PI), Polysulfone (PS), Poluetheretherketone (PEEK), Polypropylene
(PP), Polyethylene (PE) dll.
• Thermoset
Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali
pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan
yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang
dan terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel,
seperti jenis-jenis melamin. Plastik jenis termoset tidak begitu menarik dalam
proses daur ulang karena selain sulit penanganannya juga volumenya jauh lebih
sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis plastik yang bersifat termoplastik. Contoh
dari thermoset yaitu epoksi, polyester, plenol, resin amino, resin furan dll.

8
2.2.4 Unsaturated Polyester Resin (UPR)
Jenis UPR populernya sering disebut polyester saja. UPR berupa resin cair
dengan viskositas yang relatif rendah, mengeras pada suhu kamar dengan
penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak
resin termoset lainnya. Salah satu resin yang termasuk jenis UPR adalah resin
Yukalac 157® BQTN-EX Series. Resin ini banyak dijual ditoko-toko kimia
sehingga memungkinkan untuk mudah didapat. Juga rasio harganya yang rendah
yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan bahan material komposit.
Tabel 2.2 Spesifikasi UPR Yukalac 157® BTQN-EX

2.2.5 Katalis
Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO) yaitu bahan kimia yang dikenal
dengan sebutan katalis. Katlis ini termasuk senyawa polimer dengan bentuk cair
berwarna bening. Fungsi dari katalis ini adalah mempercepat proses pengeringan
(curing) pada bahan matriks suatu komposit. Semakin banyak katalis yang
dicampurkan pada matriks akan mempercepat proses laju pengeringan, tetapi
akibat mencampurkan katalis terlalu banyak akan menyebabkan komposit menjadi
getas. Penggunaan katalisdi gunakan seseai dengan kebutuhan.

2.2.6 Serat
Kekuatan komposit terletak pada sifat seratnya. Daya rekat suatu serat
justru meningkat bila diameter kecil, misalnya kekuatan tariknya, juga

9
modulusnya. Serat seperti silika, alumina, aluminium silika, titania, zirkonia,
boron, boron karbida, silikon karbida, silikon nitrida, dipakai pada komposit
dengan media matriks berupa polimer, logam. Ada beberapa jenis serat yang
banyak digunakan yaitu serat karbon, serat gelas, serat aramid, paduan aluminium,
serat alam (rami, bambu dll.) Syarat-syarat serat sebagai penguat adalah memiliki
rasio panjang perdiameter yang tinggi, modulus elastisitas yang lebih tinggi
daripada matriks, ukuran yang kecil sehingga luas permukaan kontak lebih besar
dan mengurangi terjadinya cacat. Performa komposit ditentukan juga melalui
karakteristik geometrik seratnya seperti panjang serat, diameter, bentuk dan
orientasinya.

2.2.7 Bambu
Bambu merupakan tanaman yang mudah ditemukan di daerah tropis
terutama bambu yang memiliki genus Bambusa. Hal ini didasarkan pada survei
statistik oleh ilmuwan yang bernama Ucimura (1980) yang menyatakan 80%
bambu dunia berada di kawasan di Asia Selatan dan Asia Tenggara dan jenis
bambu dari genus Bambusa adalah yang paling banyak dan mudah ditemukan di
daerah tropis. Tanaman bambu sebagai salah satu tanaman yang jumlahnya
melimpah di Indonesia, merupakan salah satu tanaman yang seratnya dapat
digunakan sebagai bahan dasar material komposit. Bambu yang memiliki bentuk
batang yang terdiri dari serat-serat panjang dan beruas-ruas memungkinkan bambu
untuk dapat berdiri tegak.
Hal ini lah yang dapat membuat bambu merupakan suatu material yang kokoh, kuat
sekaligus ringan.
Ada beberapa jenis bambu yang banyak ditemukan di Indonesia seperti :
a. Bambusa vulgaris sharad
Yang termasuk jenis bamboo ini antara lain, bambu Kuning, bambu Tutul,
dan bambu Ampel. Sifat yang dimiliki di antaranya rumpun tidak rapat dan
tidak teratur, warna kulit kuning, hijau,hijau bertutul coklat, hijau bergaris
kuning atau kuning bergaris hijau, memiliki tinggi antara 10-20 m, diameter
7-13cm, dan tebal dinding 6-15 mm.

10
b. Gigantochloa Apus BI.Ex (Scult.F) Kurz
Di Indonesia banyak ditemukan bambu jenis ini yang biasa dikenal dengan
nama bambu Apus atau bambu tali. Bambu ini hidup di ketinggian sekitar
1000 m di atas permukaan laut. Batangnya dapat mencapai tinggi antara 8
– 11 m dengan panjang ruas 45 – 65 cm, berdiamater 5 – 8 cm dan tebal
dinding 13 – 15 mm.

Tabel 2.3 Sifat mekanik bambu apus (Richy, 2009)


Sifat Mekanik MPa
Kekuatan tarik 150
Yield Strength 53.53
Modulus elastisitas 9901.96
Kekuatan tekan 49.41
Kekuatan geser 3.872
Kekuatan tarik tegak lurus serat

Sifat fisis dan mekanik merupakan informasi penting guna memberi petunjuk
tentang cara pengerjaan maupun sifat barang yang dihasilkan. Hasil pengujian sifat
fisis dan mekanis bambu telah diberikan oleh Ginoga (1977) dalam taraf
pendahuluan dan dilakukan pada bambu apus (Gigantochloa apusKurz.). Beberapa
hal yang mempengaruhi sifat mekanis bambu adalah umur, posisi ketinggian,
diameter, tebal daging bambu, posisi beban (pada buku atau ruas), posisi radial dari
luas sampai ke bagian dalam dan kadar air bambu. Hasil pengujian sifat fisis
mekanik bambu apus terdapat pada tabel 2.2.
Bambu memiliki beberapa sifat antara jenis yang satu dengan jenis yang
lainnya. Adapun beberapa sifat bambu dapat dijelaskan seperti berikut ini:

a. Wettability
Dengan sifat ini bambu dapat berperan bila ada cairan menempel pada
dinding kerasnya sehingga permukaan menjadi basah dengan rata atau
sebagian atau terbentuk adhesi pada cairan tersebut.

11
b. Kandungan air
Kandungan air merupakan sifat fisik bambu yang penting karena
mempengaruhi sifat mekanik dari bamboo. Kandungan air pada batang
bambu sehabis dipotong adalah antara 50 – 99% sementara bamboo yang
telah kering sekitar 12 – 18 %.
c. Berat jenis
Berat jenis yang dimiliki bambu berkisar antara 600 – 900 kg/m³.
sedangkan berat jenis rata-rata bambu apus sekitar 820 km/m³.
Tabel 2.4 Sifat fisis bambu apus (Richy, 2009)
Kondisi Sifat Fisis
3
KA (%) ρ (gr/cm )
Biasa 19.11 0.69
Kering tanur 16.42 0.58

2.2.8 Serat Bambu


Serat bambu merupakan salah satu serat alam yang dapat dijadikan bahan
penguat komposit. Salah satu keunggulan serat alam yaitu elastis, kuat, bahan baku
melimpah, ramah lingkungan, dibandingkan dengan komposit polimer serat gelas.
Bambu adalah tanaman termasuk Bamboidae, salah satu anggota sub
familia rumput, pertumbuhannya sangat cepat. Pada masa pertumbuhan, bambu
tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam, atau 120 cm per hari. Serat bambu
tergolong serat alami bersama serat ijuk, serat batang pisang dll. Serat bambu yang
dikombinasikan dengan resin sebagai matriks akan dapat menghasilkan komposit
alternatif yang salah satunya berguna untuk aplikasi material kapal. (Arma, 2011)

2.2.9 Sahabat bambu


Sahabat Bambu memulai usaha pengawetan bambu karena melihat
kenyataan berlimpahnya sumberdaya bambu di Indonesia. Dari sekitar 1.250 jenis
bambu di dunia, 140 jenis atau 11% nya adalah spesies asli Indonesia. Orang
Indonesia sudah lama memanfaatkan bambu untuk bangunan rumah, perabotan,
alat pertanian, kerajinan, alat musik, dan makanan. Namun, bambu belum menjadi

12
prioritas pengembangan dan masih dilihat sebagai "bahan milik kaum miskin yang
cepat rusak". Sahabat Bambu hadir untuk mengangkat citra bambu dengan
menghasilkan produk berkualitas yang indah, kuat, dan tahan lama. Bambu yang
dipanen dengan benar dan diawetkan merupakan bahan yang kuat, fleksibel, dan
tahan lama, yang dapat dijadikan bahan alternatif pengganti kayu yang semakin
langka dan mahal.
Pendirian Sahabat Bambu tidak terlepas dari kejadian gempa bumi yang
melanda Yogyakarta pada Mei 2006. Dalam masa tanggap darurat dan rekonstruksi
Yogyakarta pasca gempa, banyak lembaga Nasional dan Internasional
menggunakan bambu untuk membuat rumah, sekolah, balai pertemuan
masyarakat, dan bangunan-bangunan lainnya. Penggunaan bambu secara besar-
besaran untuk membuat rumah darurat bagi korban gempa di Yogyakarta dan
sekitarnya membuat para penggagas Sahabat Bambu merasa prihatin. Karena
ketidaktahuan mengenai seluk-beluk bambu maka proyek bangunan bambu pasca
gempa hasilnya sangat menyedihkan karena baru beberapa bulan saja sudah rusak
dimakan kumbang bubuk. Selain mubazir, pemanfaatan bambu untuk membantu
korban gempa telah mendorong eksploitasi bambu, khususnya di Jawa Tengah dan
Yogyakarta, sehingga mengancam kelestarian bambu. Dalam sehari tidak kurang
dari 12.000 batang bambu apus, peting, dan wulung masuk ke gudang-gudang
untuk dipabrikasi menjadi potongan-potongan bahan membuat rumah. Jumlah
pohon yang ditebang tentunya jauh lebih besar dari angka itu mengingat
para supplier umumnya melakukan penebangan bambu dengan cara babat habis
rumpun, bukan pilih tebang.
Berdasarkan situasi tersebut tiga personil MAP-Indonesia, yaitu Jajang
Agus Sonjaya, T. Lukmanul Hakim, dan Benjamin Brown membangun sebuah
rencana proyek pengembangan bambu terintegrasi. Sebelumnya, ketiga penggagas
ini telah beberapa tahun menggeluti bambu untuk membangun pusat-pusat belajar
masyarakat pesisir, baik di Indonesia maupun luar negeri. Selain untuk pusat
belajar, bambu juga diperkenalkan sebagai bahan pengembangan matapencaharian
alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Rencana pengembangan bambu secara terintegrasi tersebut kemudian
mendapat dukungan dari UNIDO dengan mensponsori pembangunan fasilitas

13
pengawetan bambu di Cebongan. Fasilitas tersebut dibangun selama dua bulan,
yaitu Desember 2006 - Januari 2007. Dalam pejalanannya, banyak pihak yang
tertarik pada bambu awet, sehingga hal ini mendorong pihak-pihak yang terlibat
untuk mengelola bambu secara lebih profesional. Maka pada awal Februari 2007,
didirikanlah Sahabat Bambu.
Visi :Terciptanya bambu yang lestari dan bermanfaat secara berkelanjutan
Misi :Mengembangkan usaha bambu dengan manajemen hulu-hilir yang
berorientasi pada pelestarian dan pemanfaatan bambu secara berkelanjutan.
Kegiatan Usaha:

1. Pengawetan - Usaha pengawetan bambu dengan teknologi tepat guna,


efisien, dan ramah lingkungan.
2. Konstruksi - Pemanfaan bambu awetan sebagai bahan untuk bangunan,
perabotan dan produk kerajinan
3. Konservasi - Upaya pelestarian dan pemanfaatan bambu secara
berkelanjutan melalui kegiatan penelitian, pengembangan, pelatihan, dan
konsultasi.

2.2.10 Serat Fiber


Fungsi utama dari serat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit
GFRP, sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat
yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima
oleh matrik akan diteruskan ke serat, sehingga serat akan menahan beban sampai
beban maksimum. Oleh karena itu serat harus mempunyai tegangan tarik dan
modulus elastisitas yang lebih tinggi dari matrik penyusun komposit. Diameter dan
panjang serat juga mempunyai pengaruh terhadap kekuatan, diameter kecil akan
semakin baik, karena luas permukaan serat akan lebih besar untuk setiap berat yang
sama sehingga transfer tegangan dari matrik yang diterima oleh serat akan lebih
maksimal (Diharjo dan Triyono, 2000).
Bentuk serat utamanya adalah benang panjang atau pendek dan biasanya
dalam bentuk acak atau sudah dalam bentuk anyaman dari pabrik dengan variasi

14
berat. Serat dalam bentuk anyaman atau acak bertujuan untuk memberikan pilihan
agar kualitas komposit sesuai dengan keinginan dan fungsi dari material.
Bentuk serat utamanya adalah benang panjang atau pendek dan biasanya
dalam bentuk acak atau sudah dalam bentuk anyaman dari pabrik dengan variasi
berat. Serat dalam bentuk anyaman atau acak bertujuan untuk memberikan pilihan
agar kualitas komposit sesuai dengan keinginan dan fungsi dari material.
Serat gelas mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Pada penggunaannya, serat gelas disesuaikan dengan sifat atau karakteristik
yang dimilikinya. Serat gelas terbuat dari silica,alumina,lime,magnesia dan
lainlain. Keunggulan serat glass terletak pada ratio (perbandingan) harga dan
performance yaitu biaya produksi rendah, proses produksi sangat sederhana , Serat
gelas banyak digunakan di industri-industri otomotif seperti pada panelpanel body
kendaraan. Bahkan sepeda motor sekarang seluruh body terbuat dari komposit
yang berpenguat serat gelas. Komposit glass-epoxy dan glass-polyester
diaplikasikan juga pada lambung kapal dan bagian-bagian pesawat terbang.
Serat gelas terbagi menjadi 3 jenis yaitu serat E-glass, serat C-glass dan
serat S-glass (Istanto, 2006). Sifat-sifat serat gelas dapat dilihat pada tabel 2.4
sedangkan table 2.5 berisi karakteristik mekanik komposit dari beberapa serat
glass.
Tabel 2.5 Sifat-sifat serat gelas (Istanto, 2006)

Tabel 2.6 Sifat serat E-glass CSM (J.M. Barthelot, 1999)

15
2.2.11 Vaccum Bagging
Vacuum bagging menggunakan tekanan atmosfer sebagai penjepit untuk
menekan lapisan laminasi secara bersamaan dan tekanan yang sama rata. Laminasi
disegel di dalam sebuah kantong kedap udara. Ketika laminasi disegel tekanan
udara di dalam cetakan dan di luar penggunaan seal lateks dapat juga digunakan
sebagai refrensi dalam pembuatan komposit ini menggunakan metode vacuum
bagging, tetapi penggunaan plastik sebagai kantong lebih murah jika dilakukan
untuk pembuatan produk yang tidak massal cetakan sama dengan tekanan
atmosfer, sekitar 14,7 Psi. Kemudian pompa vakum dinyalakan tekanan di dalam
cetakan berkurang sementara tekanan di luar cetakan tetap pada 14,7 Psi.
Tekanan atmosfer menekan semua sisi cetakan secara bersamaan, bahkan
di atas permukaan cetakan. Perbedaan tekanan antara bagian dalam dan luar
cetakan menentukan gaya yang timbul pada saat menekan laminasi di dalam
cetakan. Secara teoritis, tekanan maksimum kepada laminasi apabila vakum
bekerja sempurna dan dapat menghilangkan udara di dalam cetakan semua sisi
cetakan bertekanan 14,7 Psi. Sehingga perbedaan tekanan yang terjadi pada dalam
cetakan sebesar 6-12,5 Psi. (Lihat gambar 2.1)

Gambar 2.1 Skema Vacuum Bagging

2.2.12 Papan selancar


Pada awalnya papan surfing terbuat dari kayu berbentuk seperti papan
setrika. Ujung depannya (nose) agak bundar setengah lingkaran,dan ekornya (tail)
rata. Seiring waktu, jenis papan surfing menjadi beragam. Untuk mempermudah
surfer saat bermain surfing, para surfer menyesuaikan papan mereka atas dasar
jenis ombak, berat badan, dan level kemampuan. Biasanya, papan surfing terbagi

16
atas ukuran feet dan inch. Berikut ini adaalah nama-nama beserta ukuran papan
surfing berdasarkan Surf Industry Manufacturers Association (SIMA):
1. Fish, untuk ombak kecil. Ukurannya 5-6 feet.

Gambar 2.2 Fish Board


2. Egg, untuk ombak kecil. Ukurannya 6-8 feet.

Gambar 2.3 Egg Board

17
3. Shortboard, untuk ombak kecil dan menengah. Ukurannya 5,10-6,6 inci.

Gambar 2.4 Short Board

4. Retro Single Fin, untuk ombak menengah. Ukurannya 6,8-7,2 inci.

Gambar 2.5 Retro Single Fin

18
5. Malibu/Longboard, untuk ombak menengah dan tenaganya kuat.
Ukurannya 9 feet.

Gambar 2.6 Malibu/Longboard


6. Funboard, untuk ombak kecil, menengah, dan tenaganya kuat. Ukurannya
6,6-7,6 inci.

Gambar 2.7 Funboard

19
7. Guns, untuk ombak besar dan tenaganya kuat. Ukurannya 7-12 feet.

Gambar 2.8 Guns Board


8. Semi Guns, untuk ombak menengah dan tenaganya kuat. Ukurannya 6,8-
7,2 inci.

Gambar 2.9 Semi Guns Board

20
9. Mini Tanker/Mini Malibu, untuk ombak menengah dan tenaganya kuat.
Ukurannya 7,6-8,2 inci.

Gambar 2.10 Mini Tanker/Mini Malibu Board

Bagian-bagian pada papan surfing:


1. Nose, bagian ujung depan dari papan surfing. Nose yang berbentuk
runcing seperti segitiga dan tipis dipakai para surfer pro atau yang sudah
mahir. Sedangkan yang agak bundar dan tumpul bagi surfer pemula.

Gambar 2.11 Bagian Nose

21
2. Deck, bagian atas dari papan surfing, tempat surfer berdiri.

Gambar 2.12 Bagian Deck


3. Bottom, bagian bawah dari papan surfing yang menghadap ke dalam air.

Gambar 2.13 Bagian Bottom

22
4. Rail, bagian pinggir papan surfing.

Gambar 2.14 Bagian Rail


5. Fin, sirip yang berfungsi mengatur laju dan gerak papan surfing. Sirip ini
dipasang di bagian belakang sisi bawah papan surfing.

Gambar 2.15 Bagian Fin


6. Tail, bagian belakang atau ekor papan surfing. Jenis tail beraneka ragam,
antara lain pin tail, thumbnail tail, swallow tail, diamond tail, dan wing
tail.

Gambar 2.16 Bagian Tail

23
7. Stringer, kayu yang menjadi lubang tengah dari papan surfing.

Gambar 2.17 Bagian Stringer


8. Leash Cup, lubang di bagian belakang papan surfing, yang berfungsi
untuk mengikat tali.

Gambar 2.18 Bagian Leash Cup

24
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Alur Penelitian


Agar mempermudah untuk melakukan penelitian maka dibuatlah diagram
alur penelitian seperti yang terdapat pada gambar flow chart seperti pada gambar
3.1 dibawah ini.
Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan core dari foam rigid skala 1:8

Pembuat produk komposit menggunakan metode vacuum bagging

Tidak

Apakah dapat membuat produk komposit perpaduan serat


bambu dan serat kaca dengan menggunakan metode vacuum
bagging?

Ya

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

25
3.2 Peralatan dan Bahan
Dalam proses perancangan dan pembuatan prototipe kopling fleksibel
membutuhkan beberapa peralatan dan bahan. Sepesifikasi pada masing-masing
peralatan dan bahan secara umum akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.

3.2.1 Alat
Tabel 3.1 Alat
No Nama Alat Keterangan
1 Kuas Digunakan untuk mengolesi resin pada
saat memproduksi produk komposit

2 Pompa vakum Digunakan untuk menghisap udara yang


ada pada kantong kedap udara pada saat
proses vacuum bagging

3 Tabung Vakum Tabung vakum pada metode ini sebagai


media penyimpan tekanan yang akan
menarik resin ke dalam cetakan. Pada
saat pompa vakum menyala, pompa
akan menghisap udara yang ada di dalam
tabung sampai udara yang ada didalam
tabung tidak tersisa sehingga tekanan
didalam vakum berubah menjadi
tekanan vakum.

26
4 Perekat dua sisi Perekat digunakan untuk menghambat
terjadinya kebocoran pada plastik LDPE

5 Selang Selang digunakan untuk


menghubungkan pompa dengan plastik
kedap udara

6 Plastik LDPE Plastik LDPE berfungsi untuk menutup


cetakan dan mencegah adanya udara
yang masuk didalam cetakan. Plastic
LDPE digunakan karena sifatnya yang
lentur. sehingga plastik dapat mencetak
pada celah kecil yang berada dibagian
cetakan.

27
3.2.2 Bahan
Tabel 3.2 Bahan
No Nama Alat Keterangan
1 Serat kaca Serat kaca yang digunakan pada
penelitian ini adalah serat jenis cloth 4 oz
yang digunakan sebagai bahan pengisi
komposit

2 Serat Bambu Serrat bambu yang digunakan pada


penelitian ini adalah jenis bambu apus
yang di dapat dari limbah produksi
bambu yang ada di jogja yaitu sahabat
bambu, limbah bambu telah di pilih
sesuai kriteria agar dapat di jadikan
bahan pengisi komposit.
3 Foam rigid Foam rigid yang di gunakan pada
penelitian ini adalah jenis polyuretne
karna foam tidak terbakar oleh resin

28
4 Resin Resin yang digunakan pada penelitian
ini adalah resin dengan kode 5HCP
digunakan sebagai matrik pada komposi

5 Katalis Katalis berguna untuk mengatur cepat


ataupun lama pengeringan cairan resin

29
3.3 Perancangan produk
Setelah alat dan bahan terkumpul, langkah selanjutnya adalah proses pembuatan
produk yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Pembuatan core dari foam rigid
Bentuk dari core foam rigid berupa papan selancar dengan skala 1:8 yang
di bentuk menggunakan cutter

Gambar 3.2 Material Foam Rigid


2. Perapihan pada core foam rigid
Proses perapihan tersebut untuk membentuk lekukan lekukan sehingga
mencapai bentuk yang sesuai dengan papan selancar dengan skala 1:8
dengan menggunakan amplas

Gambar 3.3 Proses Perapihan Foam Rigid

30
3. Penyiapan material komposit
 resin dan katalis
resin dan katalis nantinya akan di campurkan dan digunakan
sebagai matriks pada komponen komposit
 serat bambu yang telah di sortir
 serat kaca cloth
4. Pengecekan pada pompa vakum
Pengecekan pompa vakum dilakukan untuk mengetahui apakah pompa
dapat berfungsi dengan normal.
5. Pengecekan pada tabung vakum
Pengecekan tabung vakum dilakukan untuk mengetahui apakah lubang
hisap tabung tidak tersumbat oleh sisa-sisa material pada penggunaan
sebelumnya.
6. Penyiapan kantong plastik LDPE
Pelastik LDPE di bentuk lebih besar dari produk yang akan di buat, dan
dibuat kedap udara menggunakan perekat dua sisi

3.4 Proses pembuatan produk


1. Pemotongan serat
Pemotongan serat dilebihkan dari ukuran core agar sisi samping core dapat
tertutupi oleh serat .
2. Penyusunan serat di atas foam rigid
Tahap penyusunan :
1) meletakkan serat bambu acak pada kedua sisi core papan selancar
2) meletakkan serat kaca pada kedua sisi core papan selancar
Penyusunan serat bambu acak di letakkan di bawah serat kaca guna
menghindari perubahan tataan serat bambu acak.
3. Pencampuran resin dengan katalis
Pencampuran resin dengan katalis dengan perbandingan 100gr resin
menggunakan 1gr katalis, agar resin tidak terlalu cepat mengeras dan aduk

31
adonan resin dan katalis selama 2 menit agar adonan benar benar tercampur
merara
4. Pelapisan serat dengan resin
Pelapisan serat dengan resin yang telah pada seluruh core dan serat hingga
meresap keseluruh serat dan serat menenempel dengan core menggunakan
kuas.
5. Pelapisan material yang masih basah dengan kain strimming
Pelapisan material yang masih basah dengan kain strimming agar plastik
kedap udara memiliki ruang untuk mengakses setiap sisi dari produk dan
pemvakuman dapat bekerja dengan maksimal.
6. Pemasukkan material ke kantong plastik kedap udara
Pemasukkan material yang masih basah pada kantong plastik kedap udara
yang telah di siapkan
7. Pemvakuman udara
Pemvakuman udara yang ada di dalam kantong yang telah di buat kedap
hingga tidak ada udara yang tersisa
8. Pengaturan lama waktu penghisapan
selama 15 menit dan curing time selama 10 menit
9. Pengeluaran produk dari kantong plastik
Pengeluaran produk dari kantong plastik dengan cara membuka perekat
pada plastik LDPE.
10. Pelepasan kain strimming
Pelepasan kain strimming yang masih menempel pada produk agar kain
tidak menempel pada produk
11. Penghalusan produk
Penghalusan pada produk dengan menggunakan amplas halus guna
merapihkan permukaan produk dari resi berlebih.

32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perancangan dan Pembuatan


Pada pengujian ini, didapatkan hasil dari percobaan untuk membuat material
komposit serat bambu kombinasi serat kaca dalam metode ini diantaranya adalah
sebagai berikut:

4.1.1 Hasil Pembuatan Produk


Pada pembuatan produk prototipe komposit serat bambu kombinasi serat
kaca dengan menggunakan metode vacuum bagging ini, produk yang dijadikan
prototipe adalah papan selancar yang sebelumnya papan selancar hanya menggunakan
serat kaca sebagai material komposit laminasinya. Produk prototipe ini dibuat
menggunakan komposit yang menggunakan material serat bambu yang di
kombinasikan dengan serat kaca.

Gambar 4.1 Hasil Produk Komposit

33
Dilihat dari hasil produk masih ada tertinggal beberapa endapan udara yang
di sebabkan plastik LDPE tidak terlalu lentur sehingga tidak dapat menekan produk
komposit secara merata.

4.1.2 Perbandingan Metode


Pada sebuah proses produksi, dibutuhkan sebuah metode yang relevan dan
baik digunakan dalam proses produksi. Jika dilihat dari segi waktu pembuatannya,
metode sandwich vacuum bagging lebih menghemat waktu sampai dengan
beberapa menit dibandingkan dengan metode sandwich handlayup.

a) b)
Gambar 4.2 : a) sandwich handlayup
b) sandwich vacuum bagging
Tabel 4.1 Perbandingan Metode
Persiapan alat Proses Proses
Total
Metode dan bahan pelapisan resin Penghalusan
(menit)
(menit) (menit) (menit)
Sandwich
A 15 30 40 85
Handlayup
Sandwich
B Vacuum 20 15 20 55
Bagging
Pemilihan metode vacuum di pilih setelah melakukan percobaan pada fiber
sandwitch dan di dapatkan hasil sebagai berikut:
1) waktu yang dibutuhkan lebih singkat
2) hasil yang di dapatkan lebih baik di ukur dari waktu finishing yang
memakan waktu lebih singkat menandakan bahwa permukaan lebih
rata

34
35
4.1.3 Perbandingan Kantong Vakum
Pada pembuatan prototipe ini, dibutuhkan sebuah kantong yang relevan dan
baik digunakan dalam proses produksi. Jika dilihat dari segi keefektifan
penggunaan kantong vakum, penggunaan kantong plastik LDPE lebih efektif
dibandingkan dengan menggunakan lateks.

a) b)
Gambar 4.3 : a) Plastik LDPE
b) Lateks
Tabel 4.2 Perbandingan Kantong Vakum
Kantong Pemakaian Harga per-
Ukuran (cm) Harga (Rp)
Vakum (kali) pemakaian
A Plastik LDPE 50 x 130 30.000 2 15.000
B Lateks 54 x 54 50.000 10 5.000
Pemilihan plastik LDPE sebagai kantong penekan pada metode vacuum bagging
berdasarkan pada:
1) proses pembuatan seal lateks yang memakan waktu jika hanya membuat
produk yang kurang dari 5
2) biaya lebih yang harus di keluarkan untuk pembuatan seal lateks apabila
hanya digunakan 1 x penggunaan
3) akan lebih mudah menggunakan plastik LDPE dalam proses pembuatan
papan surfing yang berukuran 1:1 karna memiliki bahan plastik yang dapat
ditemukan di toko material

36
4.1.4 Pengujian mengapung
Pada pengujian ini produk hanya dilakukan pengujian menggunakan
genangan air dan apakah produk dapat mengapung selayaknya papan selancar dan
pada pengujian ini di dapatkan bahwa produk dapat mengapung. Produk dapat
mengapung karna densitas dari produk di bawah 1 g/ cm³

Gambar 4.4 pengujian mengpung

4.1.5 pengujian densitas


Pengukuran densitas Densitas atau massa jenis adalah jumlah suatu besaran
kerapatan massa benda yang dinyatakan dalam berat benda per satuan volume
benda. Cara menghitung densitas dengan rumus :
dimana;
Ƿ = massa jenis (g/cm³)
m = massa (g)
v = volume (cm³)
Ƿ = m/v
Densitas produk:
Papan selancar produksi ripcurl = 0.15 g/ cm³
Papan selancar prototipe = 0.12 g/ cm³
Sandwich komposit bambu = 0.22 g/ cm³
Sandwich fiber = 0.3 g/ cm³

37
4.1.6 Pembahasan Biaya Per Produk
Tabel 4.3 perbandingan biaya pembuatan produk
Harga Harga Harga
Material Harga Foam
Serat Serat Resin +
No Papan Polyurethane Total
Kaca Bambu Katalis
Surfing (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Serat Kaca 1.500.000 600.000 - 180.000 2.280.000
Kombinasi
Serat Kaca
2 1.500.000 300.000 40.000 180.000 2.020.000
dan Serat
Bambu

Di dapatkan bahwa penggunaan serat bambu pada pembuatan papan surfing pada
penggunaan serat bambu dapat memangkas RAB sebanyak 11.4%.

38
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang di atas kesimpulan yang tepat adalah
pembuatan produk komposit kombinasi serat bambu dan serat kaca dapat
dilakukan dengan menggunakan metode vacuum bagging, penggunaan serat
bambu dapat mengurangi biaya produksi hasil yang di dapat lebih baik apabila di
lihat dari segi densitasnya.

5.2 Saran atau Penelitian Selanjutnya

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang
memerlukan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan penelitian yang telah
dilakukan antara lain sebagai berikut :

1. Dapat membuat alat untuk menganyam serat bambu


2. Menggunakan plastik LDPE yang lebih lentur
3. Mencoba membuat produk dengan skala 1:8

39
DAFTAR PUSTAKA

Arma, L. H. (2011). Analisis Perilaku Mekanik Komposit Laminat Serat Bambu


Dengan Metode Makromekanik . (Hal. 1-12). Makassar: Hasil Penelitian
Fakultas Teknik.
Catur, A. D (2014). Sifat Mekanik Komposit Sandwich Berpenguat Serat Bambu-
Fiberglass Dengan Core Polyurethane Rigid Foam. Jurnal Rekayasa
Mesin, 51-57.
Nafisi, J. N. (2016). Proses Pembuatan Komposit Fiber Carbon Dengan Metode
Vacuum Infussion Process. Yogyakarta.
Porwanto, D. A. (2008). Karakterisasi Komposit Berpenguat Serat Bambu Dan
Serat Gelas Sebagai Alternatif Bahan Baku Industri. Jurusan Teknik Fisiska
FTI ITS Surabaya
Rahadiyanto, A (2018). Perbaikan Proses Pembuatan Produk Komposit Dengan
Metode Vacuum Bagging. Jurusan Teknik Mesin FTI UII Yogyakarta
S, E. D., Sari, N. H., Yudhyadi, I., Sinarep, & Topan. (2012). Pengaruh Panjang
Serat Dan Fraksi Volume Terhadap Kekuatan Impact Dan Bending
Material Komposit Polyester- Fiber Glass Dan Polyester-Pandan Wangi.
Composite, 1-13.
Setyanto, I (2006). Uji Daya Apung Bahan Polyurethane Dan Styrofoam The
Experiment Of Floating Ability Of Material Of Polyurethane And
Styrofoam. Jurnal Saintek Perikianan, 54-58.
Jones, P.M,(1975), Mechanics Of Composite Material,Institute Of Technology,
Soutem Methodist University, Mcc Graw Hill, Dallas.
Callister, Jr. William. D (2007) . Material Science And Engineering An
Introduction. United States Of Americaquebeecor Versailles.
Gibson. F. Ronald. 1994. Principle Of Composite Material Mechanics. Singapore.
Department Of Mechanical Engineerin Wayne State University Detroit.
Smith. William, F. (1986). Principle Of Materials Science And Engineering. New
York: University Of Central Florida.
Schwantz, M, M, (1984). Composite Material Handbook, Mc Graw Hill Inc, New
York.

40

Anda mungkin juga menyukai