Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KIMIA MATERIAL

MATERIAL POLIMER

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kimia Material


Dosen Pengampu: Irwan Nugraha, S. Si., M. Sc.

Disusun oleh :
Lia Anggraeni
15630035

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polimer mulai berkembang melalui proses modifikasi kimiawi dari
bahan polimer alami, dimana bahan rayon (di kenal juga sebagai sutera
buatan) merupakan contoh yang paling terkenal. Bahan rayon yang
tergolong sebagai bahan semi sintetik ini dibuat dari bahan dasar selulosa
yang dimodifikasi secara kimiawi dan hingga saat ini masih digunakan
pada produk-produk karpet, pakaian dan dapat pula diproses menjadi
lembaran yang tansparan. Salah satu bahan sintetik yang pertama kali
dikembangkan adalah Bakelite, yang ditemukan pada tahun 1909 oleh
kimiawan kelahiran Belgia Leo Baekeland (yang telah memperoleh
banyak sukses dengan penemuannya mengenai kertas foto sensitif
cahaya), dan dikenal komersial sebagai bakelit.
Sampai dekade 1920-an bakelit merupakan salah satu jenis dari
produk-produk konsumsi yang dipakai luas, dan penemuannya meraih
visibilitas yang paling mewah. Bakelite adalah bahan yang saat ini popular
dengan nama Phenol formaldehyde, dibuat dari phenol dan formaldehyde
yang menghasilkan bahan polimer dengan sifat-sifat keras, ringan, kuat,
tahan panas, dapat dicetak dan merupakan isolator listrik yang sangat baik,
dan karenanya bahan ini banyak dipakai dalam berbagai aplikasi di
industri listrik. Polimer terus mengalami perkembangan sepanjang tahun
1920-an dan 1930-an.
Sejak ditemukan hingga sekarang, kebutuhan akan polimer terus
meningkat. Berbagai jenis barang atau benda diubah agar lebih praktis dan
lebih mampu memenuhi kebutuhan manusia yang semakin beragam.
Tanpa disadari alat atau bahan yang digunakan sehari-hari oleh manusia
kini telah banyakan menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari polimer
alam dan polimer sintetik. Polimer tidak pernah lepas dalam kehidupan
kita dan telah menjadi bagian yang erat dan menjadi kebutuhan primer
bagi manusia. Perlengkapan rumah tangga, perlengkapan sekolah,
perangkat komputer, telepon, kabel, mainan anak-anak, pembungkus
makanan sampai klep jantung buatan, semuanya tidak lepas dari campur
tangan polimer.
Aplikasi dari material polimer terus megalami perkembangan.
Salah satu dari aplikasi terbaru material polimer adalah penggunaan
material polimer sebagai metode pemisahan dengan menggunakan polimer
tercetak molekul atau Molecularly Imprinted polymer (MIP). MIP pada
penelitian ini adalah suatu matriks polimer yang memiliki kemampuan
untuk mengikat molekul target secara reversible sehingga dapat digunakan
sebagai adsorben dalam proses pemisahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi, struktur, interaksi dan sifat-sifat material polimer?
2. Bagaimana klasifikasi dan manfaat material polimer?
3. Bagaimana aplikasi material polimer sebagai ekstraktan template
untuk penentuan kadar kafein?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi, struktur, interaksi dan sifat-sifat material polimer.
2. Mengetahui klasifikasi dan jenis-jenis material polimer.
4. Mengetahui aplikasi material polimer sebagai ekstraktan template
untuk penentuan kadar kafein?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Polimer


Polimer adalah suatu molekul besar yang tersusun aecara berulang
dari unit molekul atau monomer. Istiah polimer dan monomer berasal dari
Yunani, yaitu “poli” artinya banyak, “mono” berarti tunggal dan “meros”
yang artinya bagian. Bentuk polimer dilihat dari rantainya dibedakan
menjadi polimer rantai lurus, polimer rantai bercabang dan polimer
network atau rantai jaring (Rochmadi dan Permono, 2015)
Molekul polimer tersusun atas rangkaian dari unit-unit mer yang
berulang-ulang. Molekul yang hanya memiliki satu mer adalah monomer,
yang merupakan unit terkecil dari polimer. Molekul polimer adalah
makromolekul, berukuran besar yang memiliki ikatan kovalen internal.
Untuk kebanyakan polimer, molekul-molekul ini memiliki rantai yang
sangat panjang. Rangka utama dari polimer biasanya berupa serangkaian
atom karbon, sering kali berikatan tunggal (Stevens M. P, 1989).
Polimer dihubungkan dengan molekul besar suatu makro molekul
besar atau suatu makromolekul yang bergantung pada monomer dalam
preparasinya. Jika hanya ada beberapa unit monomer yang tergabung
bersama, maka akan terbentuk polimer dengan molekul rendah disebut
oligomer. Karena semua polimer sintesis dipreparasi melalui monomer-
monomer yang terikat bersama, maka beberapa unit kimia akan berulang
sendiri terus menerus. Unit demikian ditulis dengan tanda kurung (siku)
dan dianggap sebagai unit ulang (Stevens M. P, 1989).

2.2 Struktur Polimer


Struktur polimer sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
perilakunya secara umum. Secara umum, polimer dapat dikelompokkan
menjadi empat jenis berdasarkan struktur molekul, yaitu : polimer linear
(linear polymer), polimer bercabang (branched polymer), polimer berkait
(cross-linked polymer), dan polimer berjejaring (network polymer).
Polietilena adalah contoh dari jenis polimer dengan struktur rantai linear
dan bercabang. Struktur rantai tersebut menyebabkan polietilena
berperilaku termoplastik, yaitu dapat dibentuk menjadi suatu bentuk
tertentu dan dikembalikan ke bentuk semula. Struktur rantai molekul
berkait adalah struktur rantai yang khas dari karet yang memiliki daerah
elastis non-liniear yang sangat besar. Cross-link atau kaitan antar rantai
dalam hal berfungsi sebagai pengingat bentuk (shape memory) dari karet.
Bakelite salah satu contoh polimer yang memiliki struktur rantai molekul
berjejaring 3 dimensi yang kompleks. Struktur rantai ini sangat rigid
sehingga polimer dengan struktur rantai ini akan berperilaku termoset,
yaitu menjadi rigid secara permanen pada saat pertama kali didinginkan.
Secara umum, perilaku mekanik dari berbagai jenis polimer dapat
dijelaskan dari ikatan-ikatan atom dan struktur rantai atom (Saptono. R,
2008).

2.3 Ikatan-Ikatan Dalam Polimer


Ikatan-ikatan dalam polimer dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu ikatan primer dan ikatan sekunder. Ikatan primer dari
suatu polimer adalah ikatan kovalen, yaitu ikatan antar atom dengan cara
memakai elektron secara bersama-sama, sebagaimana diilustrasikan dalam
gambar. Ikatan-ikatan sekunder yang penting didalam polimer misalnya
adalah ikatan Van der Waals, ikatan hidrogen, dan ikatan ionik. Ikatan
primer kovalen termasuk ikatan antar atom yang sangat kuat, jauh lebih
kuat dibandingkan dengan ikatan-ikatan sekunder, 10 hingga 100 kalinya.
Kekuatan ikatan primer ganda antar atom karbon di etilen (C=C) misal
besarnya adalah 721 kJ/(g.mol) sedangkan ikatan antar atom karbon dan
hidroggen (C-H) adalah 436 kJ/(g.mol) (Saptono. R, 2008)

2.4 Sifat-Sifat Polimer


1. Sifat Fisis Polimer
Sifat fisis polimer seperti kelenturan, pelelhan, kekerasan, dan
sebagainya dipengaruhi oleh struktur molekul (konfigurasi) dan berat
molekul. Struktur suatu polimer mempunyai variasi berdasarkan
beberapa hal (Rochmadi dan Permono, 2015) :
a. Susunan polimer
b. Letak ikatan didalam rantai
c. Stereoisomer: isotaktik, sindiotaktik dan ataktik
d. Bentuk: kristal dan amorf

Berdasarkan susunan rantai ikatan, polimer dibedakan menjadi


polimer rantai lurus, rantai cabang, dan rantai jaring. Bentuk rantai ini
dapat berpengaruh terhadap sifat termal polimer, yaitu sifat
termoplastik dan termoset. Polimer dengan rantai lurus atau cabang
tanpa rantai jaring bersifat termoplastik; bila dipanaskan pada suhu
tertentu akan meleleh dan akan membeku kembali bila suhunya turun.
Sebaliknya, polimer rantai jaring bersifat termoset, dimana polimer
tetap terbentuk padat (tidak pernah meleleh), meskipun dipanaskan
sampai suhu tinggi. Secara umum, baik termoplastik maupun termoset
akan rusak terdegradasi bila dipanaskan pada suhu yang relatif tinggi.

2. Sifat Mekanik Polimer


1) Kekuatan (Strength)
Kekuatan merupakan salah satu sifat mekanik dari polimer. Ada
beberapa macam kekuatan dalam polimer, diantaranya yaitu
sebagai berikut:
a. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan untuk
mematahkan suatu sampel. Kekuatan tarik penting untuk
polymer yang akan ditarik, contohnya fiber, harus mempunyai
kekuatan tarik yang baik.
b. Compressive strength
Compressive strength adalah ketahanan terhadap tekanan.
Beton merupakan contoh material yang memiliki kekuatan
tekan yang bagus. Segala sesuatu yang harus menahan berat
dari bawah harus mempunyai kekuatan tekan yang bagus.
c. Flexural strength
Flexural strength adalah ketahanan pada bending (flexing).
Polimer mempunyai flexural strength jika dia kuat saat
dibengkokkan.
d. Impact strength
Flexural strength adalah ketahanan terhadap tegangan yang
datang secara tiba-tiba. Polimer mempunyai kekuatan impak
jika dia kuat saat dipukul dengan keras secara tiba-tiba seperti
dengan palu.
2) Elongation
Elongasi merupakan salah satu jenis deformasi. Deformasi
merupakan perubahan ukuran yang terjadi saat material di beri
gaya.% Elongasi adalah panjang polimer setelah di beri gaya (L)
dibagi dengan panjang sampel sebelum diberi gaya (Lo) kemudian
dikalikan 100
3) Modulus
Modulus diukur dengan menghitung tegangan dibagi dengan
elongasi. Satuan modulus sama dengan satuan kekuatan (N/cm2).
4) Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah pengukuran sebenarnya dari energi yang
dapat diserap olehsuatu material sebelum material tersebut patah.
(Afrianto, 2008)
3. Sifat Termal Polimer
Sifat khas bahan polimer sangat berubah oleh perubahan
temperature. Hal ini disebabkan apabila temperatur berubah,
pergerakan molekul karena temperature akan mengubah struktur
(terutama struktur yang berdimensi besar). Selanjutnya, Karena panas,
oksigen, dan air bersama-sama memancing reaksi kimia pada molekul,
terjadilah depolimerisasi, oksidasi, hidrolisa, dan seterusnya pada
temperature tinggi. Sifat termal polimer adalah (Arifianto. 2008):
1) Koefisien pemuaian termal
Koefisien pemuaian panjang pada film dan serat sering terjadi
penyusutan karena panas, karena apabila temperature itu naik, cara
pengumpulan molekul berubah oleh pergerakan termal dari
molekul.
2) Panas jenis
Panas jenis bahan polimer kira-kira 0,25-0,55 cal/g/oC yang lebih
besar dibandingkan dengan bahan logam, juga lebih besar
dibandingkan dengan keramik. Hal ini disebabkan karena panas
jenis adalah panas yang digunakan untuk pergerakan termal dari
molekul-molekul dalam struktur-strukturnya.
3) Koefisien hantaran termal
Koefisien hantaran termal adalah harga yang penting bagi bahan
polimer sehubungan dengan panas pencetakan dan penggunaan
produknya, mekanisme penghantaran panas pada bahan polimer
juga merupakan akibat dari propagasi panas dari pergerakan
molekul.
4) Titik tahan panas
Kalau temperature bahan polimer naik, maka pergerakan molekul
menjadi aktif ke titik transisi. Hal ini dapat menyebabkan modulus
elastic dan kekerasannya rendah. Sedangkan tegangan patahnya
lebih 10 kecil dan perpanjangannya lebih besar.

2.5 Klasifikasi Material Polimer


Berdasarkan sumbernya polimer dapat dibagi menjadi polimer alam dan
polimer sintetik.
1. Polimer alam
Polimer alam adalah polimer yang terjadi melalui proses alami.
Polimer alam adalah senyawa yang dihasilkan dari proses
metabolisme makhluk hidup. Contoh polimer alam anorganik
seperti taah liat, pasir, sol-gel, silika, siloksan. Sedangkan contoh
polimer organik alam adalah karet alam dan selulosa yang berasal
dari tumbuhan, wol dan sutera yang berasal dari hewan serta asbes
yang berasal dari mineral (Saptono. R, 2008).
2. Polimer Sintetik
Polimer sintetik adalah polimer yang dibaut melalui reaksi kimia
seperti fiber, nilon, poliester, polisterena dan polietilena. Perbedaan
utama dari polimer alam dan polimer sintetik adalah, mudah
tidaknya sebuah polimer di degradasi atau dirombak oleh mikroba.
Polimer sintetik sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Sifat-sifat
polimer sintetik sangat ditentukan oleh struktur polimernya seperti;
panjangnya rantai; gaya antar molekul; percabangan; dan ikatan
silang antar rantai polimer (Saptono. R, 2008).

Berdasarkan struktur rantainya, polimer dapat dibagi menjadi tiga jenis


struktur yaitu :
1. Polimer rantai lurus
Jika pengulangan kesatuan berulang itu lurus maka molekul-
molekul polimer seringkali digambarkan sebagai molekul rantai
atau rantai polimer. Polimer ini biasanya dapat larut dalam
beberapa pelarut, dan dalam keadaan padat pada temperatur
normal. Polimer ini terdapat sebagai elastomer, bahan yang
fleksibel (lentur) atau termoplastik seperti gelas). Contoh
polietilena, poli(vinil klorida) atau PVC, poli(metil metakrilat)
(juga dikenal sebagai PMMA, Lucite, Plexiglas, atau perspex),
poliakrilonitril (orlon atau creslan) dan nylon 66.
2. Polimer bercabang
Beberapa rantai lurus atau bercabang dapat bergabung melalui
sambung silang membentuk polimer sambug silang.
3. Polimer tiga dimensi atau polimer jaringan
Polimer yang terbentuk karena beberapa rantai polimer saling
berikatan satu sama lain pada rantai utamanya Jika sambungan
silang terjadi beberapa arah, maka terbentuk polimer sambung
silang tiga dimensi yang disebut polimer jaringan.
(Stevens M. P, 1989).

Berdasarkan sifat termal polimer dibagi menjadi dua yaitu :

1. Polimer termoplastik
Polimer ini memiliki sifat fleksibel, dapat melunak bila dipanaskan
dan kaku atau mengeras bila didinginkan. Contoh polietilena,
polipropilena, polivinil klorida, nilon, dan poliester.
1. Polimer termoset
Polimer jenis ini mempunyai berat molekul yang tinggi, tidak
melunak, dan sukar larut. Contoh polimetan sebagai bahan pengemas
dan melanin formaldehida.
(Stevens M. P, 1989).

Berdasarkan komposisinya polimer terdiri dari dua jenis yaitu :

1. Homopolimer
Polimer yang disusun oleh satu jenis monomer dan merupakan
polimer yang paling sederhana.
2. Heteropolimer
Polimer yang terbuat dari dua atau lebih monomer. Terdapat tiga
jenis kopolimer yaitu :
a. Kopolimer acak yaitu sejumlah kesatuan berulang yang berbeda
tersusun secara acak pada rantai polimer.
b. Kopolimer berselang-seling yaitu beberapa kesatuan yang
berbeda berselang-seling dalam rantai polimer.
c. Kopolimer cangkang/graf/tempel yaitu kelomopk satu macam
kesatuan berulang tercangkuk pada polimer tulang punggung
lurus yang mengandung hanya satu macam kesatuan berulang.
(Stevens M. P, 1989)
Berdasarkan fasenya, polimer terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Kristalin
Susunan antar rantai yang satu dengan rantai yang lain adalah teratur
dan mempunyai titik leleh.
2. Amorf
Susunan rantai yang satu dengan yang lain orientasinya acak dan
mempunyai temperatur tarnsisi gelas.
(Cowd. M. A, 2007)
Berdasarkan rekasi polimerisasi, polimer dibagi menjadi dua :
1. Polimerisasi Adisi
Polimerisasi ini melibatkan reaksi rantai dan dapat berupa radikal
bebas atau beberapa ion yang meghasilkan polimer memiliki atom
sama seperti monomer dalam gugus ulangnya. Polimer ini melibatkan
reaksi adisi dari monomer yang memiliki ikatan rangkap. Contoh
polimer ini yakni polietilena, polipropilena, dan polivinilklorida.
Adapun reaksi polimerisasi adisi yaitu :
a. Inisiasi
Pembentukan pusat aktif hasil peruraian inisiator. Peruraian
inisiator dapat dilakukan menggunakan panas, sinar UV, dan sinar
gamma.
b. Propagasi
Radikal bebasmonomer tersebut bereaksi dengan molekul
monomer lain, demikian seterusnya sehingga tumbuh membentuk
rantai yang lebih panjang. Tahapan reaksi ini disebut dengan
propagasi dan seterusnya hingga radikal polimer rantai panjang.
Reaksi ini berlangsung sangat cepat sehingga dinamakan reaksi
rantai.
c. Terminasi
Tahapan dimana berakhirnya reaksi polimerisasi. Dalam tahap ini
dilakukan penonaktifan dengan menggandengkan radikal atau
kombinasi dan disproposionasi yang melibatkan transfer suatu
atom dari satu ujung rantai ke ujung rantai lainnya.
(Rochmadi dan Permono, 2015)
2. Polimer kondensasi
Reaksi polimerisasi mempunyai ciri bahwa jumlah atom pada polimer
yang terbentuk lebih sedikit dari penjumlahan atom monomer. Ini
berarti terdapat atom-atom yang terlepas dari monomer yang kemudian
menjadi hasil samping dalam bentuk sederhana (Rochmadi dan
Permono, 2015)..

2.6 Manfaat Material Polimer


Polimer komersial, yaitu polimer yang di sintesis dengan biaya
murah dan diproduksi secara besar - besaran. Polimer komersial pada
prinsipnya terdiri dari 4 jenis polimer utama yaitu: Polietilena,
Polipropilena, Polivinil klorida, dan Polisterena. Polietilena dibagi menjadi
produk massa jenis rendah (< 0,94 g/cm3), dan produk massa jenis tinggi
(> 0,94 g/cm3). Perbedaan dalam massa jenis ini timbul dari strukturnya
yakni: polietilena massa jenis tinggi secara esensial merupakan polimer
linier dan polietilena massa jenis rendah bercabang. Plastik - plastik
komoditi mewakili sekitar 90% dari seluruh produksi termoplastik dan
sisanya terbagi diantara kopolimer stirena – butadiena, kopolimer
akrilonitril – butadiena – stirena (ABS), poliamida dan poliester. Contoh
plastik - plastik komoditi dan penggunaannya dapat dilihat pada tabel :

Tipe Akronim Kegunaan Utama


Poli etilena LDPE Lapisan penngemas, isolasi kawat dan kawat,
massa jenis barang mainan, botol fleksibel, perabotan, bahan
rendah pelapis
Polietilena HDPE Botol, drum, pipa saluran, lembaran film, isolasi
massa jenis kawat dan kabel.
tinggi
Polipropilena PP Bagian-bagian mobil, perkakas, tali, anyaman,
karpet, film
Polivinil PVC Bahan bangunan, pipa, bahan unuk lantai, isolasi
klorida kawat dan kabel, film dan lembaran
Polistirena PS Bahan Pengemas, isolasi busa, perkakas,
perabotan rumah, barang mainan
(Stevens M. P, 1989)

Polimer teknik, yaitu polimer yang memiliki sifat unggul tetapi


harganya mahal. Konsumsi plastik teknik kimia hingga akhir tahun 1980-
an mencapai kira - kira 1,5 x 109 kg/tahun di antaranya poliamida,
polikarbonat, asetal, poli(fenilena oksida) dan poliester mewakili sekitar
99% dari pemasaran. Yang tidak diperhatikan adalah bahan – bahan

berkualitas teknik dari kopolimer akrilonitril – butadiena – stirena,

berbagai polimer terfluorinasi dan sejumlah kopolimer serta bahan paduan


polimer yang meningkat jumlahnya. Ada banyak kesamaan dalam
terutama dalam bidang transportasi seperti (mobil, truk, pesawat udara),
konstruksi (perumahan, instalasi pipa ledeng, perangkat keras), barang -
barang listrik dan elektronik (mesin bisnis, komputer), mesin – mesin
industri dan barang - barang konsumsi. Selain polimer - polimer yang telah
diperlihatkan, kopolimer dan paduan polimer teristimewa yang
disesuaikan untuk memperbaiki sifat (mutu) semakin bertambah
jumlahnya. Pemasaran plastik - plastik teknik tumbuh dengan cepat
dengan proyeksi pemakaian yang meningkat hingga 10% pertahun.
Contoh polimer teknik, yaitu asetal, poliamida, poliamidaimida, polialirat,
polikarbonat, poliester, polietereterketon, polietermida, poliimida,
polifinila oksida, polifenil sulfida, dan polisulfon (Stevens M. P, 1989)
Polimer dengan tujuan khusus, yaitu polimer yang memiliki sifat
spesifik yang unggul dan dibuat untuk keperluan khusus. Contoh: alat-alat
kesehatan seperti termometer/timbangan.
2.7 Aplikasi Material Polimer Sebagai Ekstraktan Template Untuk
Penentuan Kadar Kafein
Polimer tercetak molekul atau molecularly imprinted Polymer
(MIP) adalah salah satu matriks polimer selektif yang memiliki
kemampuan untuk mengikat molekul target secara reversible sehingga
dapat digunakan sebagai adsorben dalam proses pemisahan. MIP
merupakan suatu polimer yang memiliki rongga atau pori akibat
pembuangan template, dimana rongga tersebut nantinya akan berfungsi
untuk mengenal molekul target dengan struktur dan sifat yang sama
dengan rongga tersebut. Menurut Krisch dalam jurnal Andrian Saputra dkk
(2013), bahwa sintesis MIP dilakukan berdasarkan prinsip polimerisasi
yang melibatkan monomer fungsional, crosslinker, inisiator, dan pelarut.
Kebutuhan akan MIP dipandang perlu, mengingat dapat digunakan dalam
berbagai analisis kimia khususnya bahan pangan dan bahan kesehatan.
Keuntungan utama MIP adalah mempunyai selektivitas yang tinggi untuk
tamplate yang digunakan dalam prosedur pencetakan, selain itu sintesis
MIP relatif lebih murah (Rahmadi dan Sunarto, 2017)
MIP disintesis dengan mencampurkan kafein yang digunakan
sebagai tamplate, methacrylic acid (MAA) sebagai monomer,
ethyleneglycol dimethacrylate (EDMA) sebagai crosslinker, benzoil
peroksida sebagai inisiator dan kloroform sebagai pelarut. Hasil yag
diperoleh diekstraksi soxhlet untuk menghilangkan tamplate dengan
pelarut metanol dan pelarut campuran (Rahmadi dan Sunarto, 2017).
Asam akrilat digunakan sebagai komonomer dengan akrilmida
dalam poliakrilamida anionik dan menghasilkan hidroksiakrilat yang
digunakan dalam formulasi industri coating. Dalam industri organik,
digunakan dalam pembuatan ester acrylic metil, resin kaca organik dan
perekat. Di industri tekstil, digunakan untuk memproduksi agen perawatan
kain atau agen perawatan kulit di industri kulit. Dalam industri pelapis, ia
dapat memproduksi lapisan dingin dan thermosetting. Hal ini juga dapat
digunakan dalam industri percetakan untuk memproduksi perekat dan agen
pengikat silang cetak https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/.
Glikol dimetakrilat adalah bahan kimia organik dan ester asam
metakrilat. Glikol metakrilat adalah resin reaktif yang digunakan sebagai
monomer fungsional dan zat penghubung silang dalam produksi polimer.
Melalui photopolymerisasi, ssenyawa ini adalah komponen hidrogel yang
digunakan untuk pembawa untuk rekayasa jaringan. Dengan demikian,
produk hidrogel dapat diterapkan pada pencegahan trombosis, formasi
adhesi post-operatif, dan sebagai pelapis biosensor
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/.
Hasil polimer yang diperoleh dikarakterisasi FTIR untuk
mengetahui gugus fungsi yang ada dalam MIP tersebut. Adapun
karakterisasi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy) untuk melihat
apakah polimer yang dihasilkan sudah sesuai yang diharapkan (Rahmadi
dan Sunarto, 2017).
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
polimer adalah suatu molekul besar yang tersusun aecara berulang dari
unit molekul atau monomer. Polimer diklasifikasikan kedalam enam
kelompok besar yaitu berdasrkan sumbernya, susunan rantai, jenis
monomer, sifat termal, dan reaksi polimerisasi. Manfaat polimer dibagi
dalam tiga kelompok yaitu polimer komersial, polimer teknik, dan polimer
khusus. Adapun aplikasi polimer yang saat ini sedang banyak
dikembangkan yaitu polimer tercetak molekul atau molecularly imprinted
Polymer (MIP) adalah salah satu matriks polimer selektif yang memiliki
kemampuan untuk mengikat molekul target secara reversible sehingga
dapat digunakan sebagai adsorben dalam proses pemisahan.

2. Saran
Lebih meningkatkan referensi bacaan agar pembahasan masalah
memperoleh informasi yang lengkap. Selain itu, dibahas pula mengenai
kekurangan dan kelebihan polimer tercetak molekul atau molecularly
imprinted Polymer (MIP).
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto. 2008. Analisis Karakteristik Termal pada Kabel Berisolasi dan


Berselubung PVC Tegangan Pengenal 300/500 Volt. Skripsi Sarjana.
Fakultas Teknik. Universitas Indonesia. Depok

Stevens, M P. 1989. Kimia Polimer. Jakarta : PT Pradnya Paramita

Cowd M. A. 1991. Kimia Polimer. Terjemahan Harry Firman. Bandung :


Penerbit ITB

Rochmadi dan Pernowo A. 2015. Mengenal Polimer dan Polimerisasi.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Saptono Rahmat. 2008. Pengetahuan Bahan. Departemen Metalurgi.


Universitas Indonesia. Diakses melalui http://lib-ui.ac.id/materikuliah/13-
kimia-umum

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Ethylene_dimethacrylate#sec
tion=Top

Anda mungkin juga menyukai