KIMIA
TEKNIK
Bahan Polimer
14
Teknik Teknik Sipil Matrikulasi Tim Dosen Kimia Teknik
Abstract Kompetensi
Modul ini mengenai pengertian polimer, jenis Mahasiswa dapat mendeskripsikan tentang
dan sifat-sifat polimer, deformasi dan stabilitas dan bahan polimer untuk material teknik
polimer sipil
Umum
Polimer merupakan molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan
ulang ratusan bahkan ribuan molekul sederhana yang disebut monomer. Oleh
karena itu polimer mempunyai massa molekul relatif sangat besar. Polimer banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa disadari bahan - bahan yang kita
gunakan seperti pakaian, botol minum, map dan kantong plastik, kertas, ban, dan
lain-lain merupakan produk terbuat dari polimer (H & Arnata, 2015).
Pada umumnya, polimer merupakan senyawa kimia organik yang didasarkan pada
karbon, hidrogen, dan unsur bukan logam (O, N, dan Si). Polimer alam memiliki
rantai karbon utama berupa rantai karbon (C). Umumnya, polimer memiliki struktur
molekul yang sangat besar.
Polimer adalah molekul besar yang tersusun secara berulang dari molekul molekul
kecil yang saling berikatan. Polimer mempunyai massa molekul relatif sangat besar,
yaitu sekitar 500 - 10.000 kali berat molekul unit ulangnya. Istilah polimer berasal
dari bahasa yunani, polys = banyak dan meros = bagian, yang berarti banyak bagian
atau banyak monomer. Polimer merupakan molekul besar (makromolekul) yang
terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit
ulang pada polimer, biasanya ekivalen dengan monomer, yaitu bahan dasar polimer
tersebut (Billmeyer,1971).
Bahan-bahan polimer alam yang sejak dahulu telah dikenal dan dimanfaatkan
adalah kapas, wol, dan damar. Sementara itu, polimer sintetis mulai dikenal pada
tahun 1925. Setelah Staudinger mengemukakan hipotesisnya tentang makromolekul
dan mendapat hadiah Nobel pada tahun 1955, teknologi polimer mulai berkembang
pesat. Beberapa contoh polimer sintetis yang ada dalam kehidupan sehari-hari,
Istilah polimer lebih populer menunjuk kepada plastik, tetapi polimer sebenarnya
terdiri dari banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat dan kegunaan yang
beragam. Bahan polimer alami seperti shellac dan amber telah digunakan selama
beberapa abad. Begitu juga kertas yang dibuat dari selulosa, yaitu sebuah
polisakarida yang terbentuk secara alami yang ditemukan dalam tumbuhan.
Biopolimer seperti protein dan asam nukleat juga memainkan peranan penting dalam
proses biokimia.
Jenis-Jenis Polimer
Berdasarkan sumbernya, polimer dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Polimer alam yaitu polimer yang terdapat di alam (seperti pati, selulosa, dan
sutra)
Sumber: (Polimer)
2. Polimer sintetik yaitu polimer yang tidak terdapat di alam (seperti polietilena
(PE), nilon, poli vinil klorida (PVC), polikarbonat (PC), polistirena (PS), dan
karet silicon). Bahan-bahan ini biasanya memiliki kepadatan rendah,
sedangkan karakteristik mekanik mereka umumnya berbeda dengan logam
dan bahan keramik).
Sumber: (Polimer)
Kopolimer, yaitu polimer yang tersusun dari dua jenis atau lebih monomer.
Contoh: nilon 6,6 (heksametilendiamina + asam adipat), dakron (asam
tereftalat + etilena glikol), SBR (stirena + butadiena), dan ABS (akrilonitril +
butadiena + stirena).
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan. Hubungan tegangan-
regangan pada tarikan memberikan nilai yang cukup berubah tergantung pada laju
tegangan, temperatur, serta kelembaban. Nilai kekuatan tarik diperoleh melalui
persamaan (1),
……………………………………………………………..……….(1)
dengan σ adalah tensile strength , sedangkan F adalah gaya tarik dan A0 adalah luas
penampang awal.
Pada bahan termoplastik besaran nilai kekuatan tarik berubah dengan penyearahan
molekul rantai dalam bahan. Umumnya kekuatan tarik bahan polimer lebih rendah
daripada bahan lain, misalnya baja. Kekuatan tarik nilon 66 adalah 6,5-8,4 kgf/mm 2,
PVC adalah 3,5-6,3 kgf/mm2, dan resin polietilen memiliki kekuatan tarik antara 0,7-
8,4 kgf/mm2, sedangkan baja memiliki kuat tarik hingga 70 kgf/mm 2 . Gambar 2.2
menunjukkan kelakuan tarikan dari bahan polimer dalam bentuk kurva tegangan
regangan menurut karakteristiknya lunak atau keras, lemah atau kuat, dan getas
atau liat.
…………………………………………………(2)
dengan ε adalah daya elongasi, ∆l adalah perubahan panjang dan l 0 adalah panjang
mula-mula. Perbandingan antara tegangan/kuat tarik (σ) dan
regangan/perpanjangan (ε) disebut modulus Young (E), seperti yang terlihat pada
persamaan (3).
…………………………………………………..(3)
Modulus Young bahan polimer terletak di daerah 0,1-21×10 2 kgf/mm2 yang jauh lebih
rendah daripada baja sebesar 200 x10 2 kgf/mm2 . Deformasi oleh penarikan sampai
patah berbeda-beda tergantung pada jenis dan temperatur.
1. cara pemanasan
2. cara dopping.
Polyacetilen bentuk trans dibuat dengan kondisi temperatur yang berbeda. Katalis
Ti(O-n-C4H9)4-(C2H5)3Al.
Bila klorin ditambahkan pada film, ternyata tidak menghasilkan spektrum garis, tetapi
reaksi adisi klorin menghasilkan spektrum polyacetilen yang jelas. Sekarang
Trans polyacetilen mempunyai konduktifitas listrik yang lebih tinggi, karena trans
polyacetilen mempunyai dua degenerasi keadaan dasar. Untuk memperbesar
hantaran listrik polimer terkonjuasi dapat dilakukan dengan cara dopping. Cis dan
trans polyacetilen merupakan semikonduktor dengan konduktifitas relatif rendah.
Bahan polyacetilen dapat didoping untuk membentuk semikonduktor tipe p atau tipe
n. Pada doping tinggi tingkat efektivitas sama dengan bahan logam.
Sejak ditemukan pada tahun 1940, sampai saat ini berbagai desain telah
diaplikasikan, berbagai bentuk yang sebelumnya diproduksi dengan material alam
telah ditiru dan keunggulannya telah terlampaui. Di Indonesia sampai saat ini,
Teknologi bahan FRP sudah ikut andil dalam industri manufaktur.
Belakangan jenis limbah lain yang terbukti bisa untuk bahan konstruksi ialah limbah
pertambangan yang populer disebut tailling. Salah satunya limbah buangan PT FI
yang disalurkan melalui Sungai Aghawagon dan Sungai Otomona menuju Sungai
Akjwa, dan beristirahat di daerah pengendapan Akjwa (DPA). Limbah ini bagian tak
berguna dari proses pengolahan batuan bijih untuk diambil tembaga, emas, dan
peraknya. Ujudnya berupa pasir dan bebatuan kecil berwarna abu-abu keperakan.
Penelitian pemanfaatan tailling sebagai bahan konstruksi sudah dimulai pada 1997,
menyusul penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara PT FI dan LAPI ITB tahun
1996. Dari penelitian terbukti, limbah itu bisa dijadikan beton mortar (beton yang
tidak menggunakan batu kerikil sebagai salah satu bahannya). Namun, limbah
pertambangan Freeport ada kelemahannya. Di antaranya kandungan magnesium di
dalamnya. Kandungan ini membuat beton yang dihasilkan akan retak bila perekatnya
cuma semen. Tapi ini bukan masalah besar. Agar tidak retak, ramuan beton itu
ditambahi polimer khusus.
Polimer yang digunakan di sini adalah selulosa asetat yang dimodifikasi dengan
beberapa bahan supaya bisa mengantisipasi masalah keretakan awal. Jadi, polimer
ini akan memperkuat semen. Sebenarnya, tailling bisa diikat dengan semen, tapi
lama-lama akan retak karena tailling banyak mengandung magnesium. Jadi, dalam
hal ini bisa dikatakan semennya berfungsi sebagai matriks pengikat, sementara
polimernya sebagai komatriks pengikat. Selain mendongkrak kekuatan beton yang
dihasilkan, penambahan polimer juga untuk menetralisasi unsur berbahaya dalam
limbah itu.
Dalam ramuan beton, bahan terbanyak memang tailling. Untuk menghasilkan beton
1 m3 dibutuhkan 1.500 kg tailling, 500 kg semen, dan 10 kg polimer. Mengingat
kombinasi tiga bahan itu, beton itu dinamai copper tailling polymer modified concrete
Polimer Konduktif. (2019, Juni 14). Retrieved Mei 7, 2020, from Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Polimer_konduktif
H, B. A., & Arnata, I. W. (2015). Teknologi Polimer. In Modul Kuliah 1. Universitas Udayana.
Siddiq, N. A. (2015, Mei 13). Kupas Tuntas Polimer. Retrieved Mei 7, 2020, from Warung
Sains Teknologi: https://warstek.com/2015/05/13/polimer/