Pendahuluan
Polimer adalah molekul besar yang tersusun secara berulang dari molekul molekul kecil yang
saling berikatan. Polimer mempunyai massa molekul relatif sangat besar, yaitu sekitar 500
10.000 kali berat molekul unit ulangnya. Istilah polimer berasal dari bahasa yunani, polys =
banyak dan meros = bagian, yang berarti banyak bagian atau banyak monomer. Polimer
merupakan molekul besar (makromolekul) yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang
terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer, biasanya ekivalen dengan monomer,
yaitu bahan dasar polimer tersebut (Billmeyer,1971).
Pada umumnya, polimer merupakan senyawa kimia organik yang didasarkan pada karbon,
hidrogen, dan unsur bukan logam (O, N, dan Si). Polimer alam memiliki rantai karbon utama
berupa rantai karbon (C). Umumnya, polimer memiliki struktur molekul yang sangat besar.
Penggunaan polimer sebagai material, terus menunjukkan perkembangan yang sangat pesat,
plastik merupakan salah satu contohnya. Material plastik banyak digunakan karena memiliki
sifat unggul seperti ringan, transparan, tahan air, serta harganya yang relatif murah. Plastik yang
digunakan saat ini merupakan polimer sintetik, terbuat dari bahan kimia yang tidak dapat
terdegradasi oleh mikroorganisme di lingkungan. Ketidakmampuan mikroorganisme untuk
menguraikan material ini, menimbulkan masalah sampah. Sampah yang tidak ditangani dengan
baik akan menimbulkan masalah yang sangat serius. Polistiren merupakan salah satu jenis
polimer sintetik yang banyak digunakan sebagai bahan insulator listrik, pembungkus makanan,
styrofoam, dan mainan anak. Polistiren mengandung monomer stiren yang murah dan mudah
didapat akan tetapi polistiren sulit terdegradasi oleh mikroorganisme di alam. Oleh karena itu,
perlu dilakukan modifikasi terhadap polimer sintetik agar diperoleh polimer yang dapat
terdegradasi.
Istilah polimer lebih populer menunjuk kepada plastik, tetapi polimer sebenarnya terdiri dari
banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat dan kegunaan yang beragam. Bahan
polimer alami seperti shellac dan amber telah digunakan selama beberapa abad. Begitu juga
kertas yang dibuat dari selulosa, yaitu sebuah polisakarida yang terbentuk secara alami yang
ditemukan dalam tumbuhan. Biopolimer seperti protein dan asam nukleat juga memainkan
peranan penting dalam proses biokimia.
Pengembangan terhadap penemuan polimer alam ditujukan pada suatu aplikasi dalam kaitannya
untuk menggantikan peran polimer sintetis yang cenderung sulit untuk mengalami biodegradasi.
Hewan laut terutama yang termasuk ke dalam golongan crustacea seperti kepiting dan udang,
merupakan salah satu dari berbagai jenis organisme yang bermanfaat sebagai polimer alam.
Telah ditemukan bahwa kulit dari hewan jenis ini sebagian besar tersusun dari suatu jenis
polimer golongan polisakarida yang dikenal dengan nama kitin.
Panjang rantai polimer diukur dari jumlah unit ulang yang terdapat pada rantai, umumnya
dikenal sebagai derajat polimerisasi (DPn). Panjang rantai dari suatu polimer berbedabeda. Oleh
karena itu, berat molekul suatu polimer tidak dapat ditentukan secara pasti. Berat molekul
polimer biasanya diambil berdasarkan berat molekul rata-rata ( w M ) atau berat molekul ratarata
jumlah ( n M ). Berat molekul dari polimer yang biasa digunakan sebagai plastik, karet atau serat
berkisar antara 10.000 sampai 1.000.000 (Billmeyer,1971).
Polimer dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu polimer alam (seperti pati, selulosa, dan
sutra) dan polimer sintetik (seperti polietilena (PE), nilon, poli vinil klorida (PVC), polikarbonat
(PC), polistirena (PS), dan karet silicon). Bahan-bahan ini biasanya memiliki kepadatan rendah,
sedangkan karakteristik mekanik mereka umumnya berbeda dengan logam dan bahan keramik).
Berdasarkan sifatnya ketika dipanaskan, polimer dapat dibagi menjadi polimer termoplastik dan
termoset. Polimer termoplastik adalah polimer yang ketika dipanaskan akan mengalami
pelelehan dan dapat dibentuk sesuai pola yang diinginkan. Sedangkan, polimer termoset adalah
polimer yang tidak mengalami pelelehan ketika dipanaskan. Polimer termoset tidak dapat didaur
ulang sedangkan polimer termoplastik dapat didaur ulang.
Penggunaan polimer tergantung pada sifat-sifatnya, dan sifat-sifat tersebut ditentukan oleh
struktur serta massa molekulnya. Tiga faktor utama (dalam kaitannya dengan struktur) yang
menentukan sifat polimer adalah komposisi kimiawi, pola rantai, dan penjajaran rantai-rantai
polimer dalam produk akhir. Faktor-faktor ini antara lain menentukan titik lebur, kekuatan,
kelenturan, kelarutan, serta reaksi polimer terhadap panas, sedangkan massa molekul polimer
menentukan kelarutan polimer, ketercetakan dan kekentalan larutan (lelehan) polimer.
Struktur Polimer
Selulosa, merupakan komponen utama tumbuhan, suatu senyawa organik yang kemungkinan
sangat berlimpah di bumi. Bahan tumbuhan ini ditemukan di dalam dinding sel buah-buahan dan
sayuran, tidak dapat dicerna oleh manusia. Selulosa yang melewati sistem pencernaan makanan
tidak diubah, namun digunakan sebagai serat makanan yang diterima sistem pencerna makanan
manusia dengan baik. Panjang molekul selulosa berjarak dari beberapa ratus hingga beberapa
ribu unit glukosa, tergantung dari sumbernya. Selulosa merupakan polimer yang ditemukan di
dalam dinding sel tumbuhan seperti kayu, dahan, dan daun. Selulosa itulah yang menyebabkan
struktur-struktur kayu, dahan dan daun menjadi kuat. Dapatkah Anda menemukan bagian dari
struktur molekul selulosa yang diulang? Ingat bahwa bagian cincin dari molekul selulosa
semuanya identik. Ada satuan-satuan monomer yang bergabung membentuk polimer. Glukosa
adalah nama monomer yang ditemukan di dalam selulosa. Berdasarkan gambar 3, satuan glukosa
yang digambarkan dalam bentuk sederhana tanpa atom karbon dan hidrogen. Struktur lengkap
glukosa digambarkan sebagai berikut.
Gambar struktur selulosa
Struktur polimer terdiri dari identitas monomer, rantai polimer, ukuran rantai, susunan monomer
dalam kopolimer, dan Stereokimia Polimera
Identitas polimer yang terdiri dari monomer-monomer adalah sifat utama dan yang penting dari
polimer. Tatanama polimer biasanya berdasarkan pada tipe monomer yang menyusun polimer.
Polimer yang terdiri dari hanya satu jenis monomer disebut homopolimer. Sedangkan polimer
yang terdiri dari campuran beberapa monomer disebut kopolimer. Molekul polimer yang
mengandung sub-unit yang dapat di ionisasi disebut sebagai polyelectrolyte. Polyelectrolyte
yang mengandung sub-unit yang fraksi ionisasinya rendah disebut ionomer. Jumlah yang sangat
besar dari struktur polimer menuntut adanya sistem tata nama yang masuk akal. Berikut ini
adalah aturan pemberian nama polimer vinil yang didasarkan atas nama monomer (nama sumber
atau umum), taktisitas dan isomer :
Untuk tata nama polimer non vinil seperti polimer kondensasi umumnya lebih rumit
darpada polimer vinil. Polimer polimer ini biasanya dinamai sesuai dengan monomer
mula-mula atau gugus fungsional dari unit ulangan.
Contoh : nylon, umumnya disebut nylon-6,6 (66 atau 6/6), lebih deskriptif disebut
poli(heksametilen adipamida) yang menunjukkan poliamidasi heksametilendiamin
(disebut juga 1,6-heksan diamin) dengan asam adipat. Lihat gambar berikut :
Mengikuti rekomendasi IUPAC, kopolimer (polimer yang diturunkan dari lebih satu
jenis monomer) dinamai dengan cara menggabungkan istilah konektif yang ditulis
miring antara nama nama monomer yang dimasukkan dalam kurung atau antara dua
atau lebih nama polimer. Istilah konektif menandai jenis kopolimer sebagaimana
enam kelas kopolimer yang ditunjukkan dalam tabel 3 berikut
Tabel 3. Berbagai jenis kopolimer
Chain Linearity
Bentuk paling sederhana dari molekul polimer adalah rantai lurus atau disebut juga
sebagai polimer linear yang terdiri dari satu rantai utama. Fleksibilitas dari rantai polimer
yang tidak bercabang di pengaruhi oleh persistence length (sifat dasar mekanis yang
mengukur kekakuan dari polimer panjang). Molekul polimer bercabang disusun dari
rantai utama dengan satu atau lebih cabang. Beberapa tipe khusus dari polimer bercabang
adalah star polymers, comb polymers, dan brush polymers. Jika polimer mengandung
rantai cabang yang komposisinya berbeda dengan rantai utama maka dia disebut grafted
polymer. Cross-link menunjukkan dimana titik percabangan dimulai.
Linear Polymer Polimer linear tersusun atas satu rantai panjang yang kontinu, tanpa
adanya percabangan dari rantai tersebut.
Branched Polymer Branched polymer terdiri atas satu rantai utama yang mempunyai
rantai molekul lebih kecil sebagai cabang. Sebuah struktur rantai bercabang cendrung
menurunkan tingkat kristanilitas ( cristanility ) dan kepadatan ( density ) polymer
tersebut. Susunan geometrik dari ikatan bukan merupakan penyebab bervariasinya stuktur
polymer. Branched polymer terbentuk ketika terdapat rantai cabang
yang menempel pada rantai utama. contoh sederhana dari branched polymer seperti
terlihat pada gambar dibawah. Terdapat berbagai jenis branched polymer yang dapat
terbentuk. Salah satunya yangdinamakan dengan starbranching. Star-branching terbentuk
ketika polimerisasi dimulai dengan single monomer dan mempunyai cabang radial
keluar. Polymer dengan tingkat kecabangan yang tinggi disebut dendrimers. Sering kali
pada molekul ini, tiap cabangnya mempunyai cabang lagi. Ini menyebabkan keseluruhan
molekulnya mempunyai bentuk spherical.
Cross-Linking Cross-linking dalam polymer terjadi ketika ikatan valensi primer terbentuk
antara moleku-molekul rantai polymer yang terpisah. Selain ikatan dimana monomer
membentuk rantai polymer, ikatan polymer yang lain terbentuk diantara polymer
tetangganya. Ikatan ini dapat terbentuk secara langsung diantara rantai tetangganya, atau
dua rantai dapat terikat menjadi rantai yang lain. Walupun tidak sekuat ikatan pada rantai,
cross-links mempunyai peran yang sangat penting pada polymer. Polymer mempunyai
ikatan cross-links yang banyak mempunyai “memory.” Ketika polymer diregangkan,
ikatan cross-links mencegah rantai untuk berpisah. Ikatan ini memperkuat, namun ketika
tegangan dihilangkan maka struktur akan kembali kebentuk semula dan objek pun
demikian.
Ukuran Rantai (Chain Size)
Sifat jenuh polimer sangat bergantung pada ukuran dari rantai polimer. Seperti kebanyakan
molekul, ukuran molekul polimer dapat digambarkan melalui berat molekul Pada polimer,
berat molekul dapat digambarkan oleh derajat polimerisasi,yaitu jumlah monomer yang
membentuk polimer. Untuk polimer sintetik, beratmolekul digambarkan dengan statistik
untuk menjelaskan distribusi berat molekulpada sampel. Hal ini karena hampir semua proses
industri memproduksi distribusiukuran rantai polimer. Contoh dari perhitungan statistic
adalah number averagemolecular weight dan weight average molecular weight. Perbandingan
dari kedua nilai tersebut disebut polydispersity index, biasanya digunakan untuk
menggambarkan “ketebalan” dari berat molekul. Ruang yang ditempati oleh molekul polimer
secara umum digambarkan oleh radius of gyration
Susunan Monomer dalam Kopolimer (Monomer Arrangement in Copolymers)
a. Alternating copolymersmonomer yang berbeda tersusun berurutan.
b. Random copolymersmonomer yang berbeda tersusun acak .
c. Block copolymersmonomer yang sama membentuk grup dan 2 grup yang berbeda tersusun
berurutan.
d. Graft CopolymersRantai-rantai cabang terdiri dari monomer yang berbeda dengan rantai
utama.
Stereokimia Polimera
Arhitecture, Polimer yang berbeda arsitekturnya mewakili isomer konstitusional dimana
hubungan dari atom-atomnya berbeda. Polimer semacam ini di dapat dari polimerisasi
monomer dari sifat kimia yang berbeda tetapi memiliki komposisi atom yang yang sama.
Rumus molekul dari unit monomer untuk semua tipe polimerC2H4O. Orientation ,
Perbedaan dimana atom dalam polimer dapat dihubungkan, muncul dari dua cara
penambahan dari monomer yang sama untuk pertumbuhan rantai polimer. Geometric
isomerism , Sebagai contoh, polimerisasi dari 1,3-diena mempunyai dua ikatan rangkap yang
berbeda yang dapat mengalami tiga isomergeometri. Tacticity, ada dua golongan susunan
geometris rantai yang perlu diperhatikan dalam mempelajari sifat dan struktur molekul
polimer yaitu :
1). Geometri yang timbul dari rotasi gugus terhadap ikatan tunggal atau disebut juga
perubahan konformasi
2). Susunan yang dapat berubah hanya dengan jalan pemutusan ikatan kimia, ini disebut
dengan konfigurasi. Perubahan konfigurasi rantai polimer akan menyebabkan perubahan
struktur kimia, dan karena itu menyebabkan perubahan sifat kimia dan sifat fisika dari bahan
polimer yang bersangkutan.
SIFAT SIFAT POLIMER SECARA TEORI
Berdasarkan sifat-sifatnya polimer dapat dibagi ke dalam tiga kelompok umum, yaitu elastomer,
serat, dan plastik. Ciri elastomer adalah kemampuannya untuk diregang di bawah tekanan
(direntangkan) dan dapat kembali pada bentuk awalnya bila tekanan dikurangi (elastis). Contoh
elastomer antara lain ialah karet (alam maupun sintetis) dan silikon.
Serat adalah polimer yang mempunyai sifat gaya regang yang tinggi di sepanjang sumbunya.
Serat merupakan polimer seperti benang yang dapat ditenun menjadi kain. Kapas, wool, dan
sutera adalah contoh-contoh dari serat alam. Beberapa serat sintetis seperti nilon, orlon, dan
dacron, mempunyai sifat tambahan yang menguntungkan yaitu gaya regangnya bertambah; lebih
ringan, penyerapan kelembaban rendah; tahan terhadap ngengat, jamur, kebusukan, dan
cendawan; serta tidak keriput.
Plastik mempunyai sifat di antara elastomer dan serat, yang mempunyai bermacam-macam sifat
pada suhu kamar. Contohnya ialah polistirena (PS) dan polipropilena (PP). Polistirena bersifat
kaku dan getas, sedangkan polipropilena bersifat sangat keras, tahan benturan, tahan sobek, dan
lentur dalam bentuk lembaran tipis.
Dari tiga kelompok tersebut polimer dapat digolongkan berdasarkan sifat kimia, fisika,
mekanika, dan termal. Berikut ini penggolongan polimer berdasarkan sifat kimia, fisika,
mekanika, dan termal.
1. Sifat Kimia
Gaya tarik menarik antara rantai polimer memainkan peranan yang besar terhadap sifat polimer.
Karena rantai polimer sangat panjang, gaya antar rantai menjadi berlipat ganda dibandingkan
tarik menarik antara molekul biasa. Gugus samping yang berbeda dapat mengakibatkan polimer
berikatan ion atau ikatan hidrogen pada rantai yang sama. Semakin kuat gaya akan berakibat
naiknya kuat tarik, titik leleh, dan tingkat kristalinitas.
Gaya intermolekuler pada polimer dapat dipengaruhi oleh dipol pada unit monomer. Polimer
yang mengandung gugus amida atau karbonil dapat membentuk ikatan hydrogen antara rantai
yang berdekatan. Atom hidrogen yang bermuatan positif pada gugus N-H akan tertarik kuat pada
oksigen yang bermuatan negative pada gugus C=O. ikatan hidrogen yang kuat ini akan berimbas
pada naiknya kuat tarik dan titik leleh, misalnya pada polimer yang mengandung uretan atau
urea. Polyester mempunyai ikatan dipol-dipol antara atom oksigen pada C=O dengan atom
hydrogen pada gugus C-H. ikatan dipol tidak sekuat pada ikatan hydrogen, jadi titik leleh
polyester lebih rendah, tetapi mempunyai fleksibilitas yang tinggi
2. Sifat Fisik
Kekuatan dan titik leleh naik dengan bertambah panjangnya rantai polimer.
2. Gaya antarmolekul
Jika gaya antar molekul pada rantai polimer besar maka polimer akan menjadi kuat dan sukar
meleleh.
yang bercabang banyak memiliki daya tegang rendah dan mudah meleleh.
Ikatan silang antar rantai polimer menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku dan membentuk
bahan yang keras. Jika ikatan silang semakin banyak maka polimer semakin kaku dan mudah
patah.
berstruktur tidak teratur memil;iki kristanilitas rendah dan bersifat amorf (tidak keras).
Sedangkan polimer dengan struktur teratur mempunyai kristanilita tinggi sehingga lebih kuat dan
lebih tahan terhadap bahaan-bahan kimia dan enzim.
3. Sifat Mekanik
Menurut Arifianto 2008, sifat mekanik polimer antara lain sebagai berikut :
1. Kekuatan (Strength) Kekuatan merupakan salah satu sifat mekanik dari polimer. Ada beberapa
macam kekuatan dalam polimer, diantaranya yaitu sebagai berikut:
2. Elongation
Elongasi merupakan salah satu jenis deformasi. Deformasi merupakan perubahan ukuran yang
terjadi saat material di beri gaya.% Elongasi adalah panjang polimer setelah di beri gaya (L)
dibagi dengan panjang sampel sebelum diberi gaya (Lo) kemudian dikalikan 100.
3. Modulus
Modulus diukur dengan menghitung tegangan dibagi dengan elongasi. Satuan modulus sama
dengan satuan kekuatan (N/cm2).
4. Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah pengukuran sebenarnya dari energi yang dapat diserap olehsuatu material
sebelum material tersebut patah.
Grafik elogation
Grafik Modulus
4.Sifat Termal Polimer
Sifat khas bahan polimer sangat berubah oleh perubahan temperature. Hal ini disebabkan apabila
temperatur berubah, pergerakan molekul karena temperature akan mengubah struktur (terutama
struktur yang berdimensi besar). Selanjutnya, Karena panas, oksigen, dan air bersama-sama
memancing reaksi kimia pada molekul, terjadilah depolimerisasi, oksidasi, hidrolisa, dan
seterusnya pada temperature tinggi.
Koefisien pemuaian termal Koefisien pemuaian panjang pada film dan serat sering
terjadi penyusutan karena panas, karena apabila temperature itu naik, cara
pengumpulan molekul berubah oleh pergerakan termal dari molekul.
Panas jenis Panas jenis bahan polimer kira-kira 0,25 - 0,55 cal/g/oC yang lebih besar
dibandingkan dengan bahan logam, juga lebih besar dibandingkan dengan keramik. Hal
ini disebabkan karena panas jenis adalah panas yang digunakan untuk pergerakan termal
dari molekul-molekul dalam struktur-strukturnya.
Koefisien hantaran termal Koefisien hantaran termal adalah harga yang penting bagi
bahan polimer sehubungan dengan panas pencetakan dan penggunaan produknya,
mekanisme penghantaran panas pada bahan polimer juga merupakan akibat dari
propagasi panas dari pergerakan molekul.
Titik tahan panas Kalau temperature bahan polimer naik, maka pergerakan molekul
menjadi aktif ke titik transisi. Hal ini dapat menyebabkan modulus elastic dan
kekerasannya rendah. Sedangkan tegangan patahnya lebih kecil dan perpanjangannya
lebih besar.
Sifat termal dapat dicontohkan dari polimer plastik. Plastik adalah salah satu bentuk
polimer yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa plastik memiliki
sifatsifat khusus, antara lain lebih mudah larut pada pelarut yang sesuai, pada suhu tinggi
akan lunak, tetapi akan mengeras kembali jika didinginkan dan struktur molekulnya
linier atau bercabang tanpa ikatan silang antar rantai.
Proses melunak dan mengeras ini dapat terjadi berulang kali. Sifat ini dijelaskan sebagai
sifat termoplastik. Bahan-bahan yang bersifat termoplastik mudah untuk diolah kembali
karena setiap kali dipanaskan, bahan-bahan tersebut dapat dituangkan ke dalam cetakan
yang berbeda untuk membuat produk plastik yang baru.
Polietilen (PE) dan polivinilklorida (PVC) merupakan contoh jenis polimer ini.
Sedangkan beberapa plastik lainnya mempunyai sifatsifat tidak dapat larut dalam pelarut
apapun, tidak meleleh jika dipanaskan, lebih tahan terhadap asam dan basa, jika
dipanaskan akan rusak dan tidak dapat kembali seperti semula dan struktur molekulnya
mempunyai ikatan silang antar rantai. Polimer seperti ini disusun secara permanen dalam
bentuk pertama kali mereka dicetak, disebut polimer termosetting.
Berdasarkan strukturnya
Berdasarkan struktur Berdasarkan struktur (bentuk susunan rantainya) dibagi atas 3 kelompok
yaitu:
Polimer Linier, yaitu polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu sama
lainnya membentuk rantai polimer yang panjang. Polimer ini biasanya dapat larut dalam
beberapa pelarut, dan dalam keadaan padat pada temperatur normal. Polimer ini terdapat
sebagai elastomer, bahan yang fleksibel (lentur) atau termoplastik seperti gelas). Contoh
polietilena, poli(vinil klorida) atau PVC, poli(metil metakrilat) (juga dikenal sebagai
PMMA, Lucite, Plexiglas, atau perspex), poliakrilonitril (orlon atau creslan) dan nylon
66.
yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang membentuk cabang pada rantai utama.
Polimer bercabang dapat divisualisasi sebagai polimer linear dengan percabangan pada struktur
dasar yang sama sebagai rantai utama. Struktur polimer bercabang diilustrasikan sebagai berikut
:
Berdasarkan Monomer
i. Homopolimer
-Homopolimer merupakan polimer yang terdiri dari satu macam monomer, dengan
struktur polimer. . . – A – A – A – A – A – A -. . . Salah satu contoh pembentukan
homopolimer dari polivinil klorida adalah sebagai berikut
ii. Kopolimer
-Kopolimer merupakan polimer yang tersusun dari dua macam atau lebih monomer.
Contoh: polimer SBS (polimer stirena-butadiena-stirena)
Jenis – jenis kopolimer :
Kopolimer acak, yaitu kopolimer yang mempunyai sejumlah satuan berulang yang
berbeda tersusun secara acak dalam rantai polimer. Strukturnya: . . . – A – B – A – A – B
– B – A – A -. . . .
Kopolimer bergantian, yaitu kopolimer yang mempunyai beberapa kesatuan ulang yang
berbeda berselang-seling adanya dalam rantai polimer. Strukturnya:. . . – A – B – A – B
–A–B–A–B–...
Kopolimer balok (blok), yaitu kopolimer yang mempunyai suatu kesatuan berulang
berselang-seling dengan kesatuan berulang lainnya dalam rantai polimer. Strukturnya: . .
. – A – A – A – A – B – B – B – B – A – A – A – A -. . .
Kopolimer tempel/grafit, yaitu kopolimer yang mempunyai satu macam kesatuan
berulang menempel pada polimer tulang punggung lurus yang mengandung hanya satu
macam kesatuan berulang dari satu jenis monomer. Strukturnya
sifat – sifat yang sudah ada pada polimer yang dapat kita analisis dan amati dalam penggunaan
nya dalam material teknik, polimer sendiri yang kita ketahui merupakan plastic, Polimer alami
termasuk bahan seperti sutra, lak, bitumen, karet, dan selulosa. Namun, sebagian besar polimer
atau plastik yang digunakan untuk desain teknik adalah sintetis dan seringkali mereka secara
khusus diformulasikan atau "dirancang" oleh ahli kimia atau insinyur kimia untuk melayani
tujuan tertentu. Insinyur lain (mekanik, sipil, listrik, dll.)
Biasanya merancang komponen teknik dari bahan yang tersedia atau, kadang-kadang, bekerja
langsung dengan ahli kimia atau insinyur kimia untuk mensintesis polimer dengan karakteristik
tertentu. Beberapa sifat yang berguna dari berbagai polimer teknik adalah rasio kekuatan atau
modulus terhadap berat (ringan tetapi relatif kaku dan kuat), ketangguhan, ketahanan, ketahanan
terhadap korosi, kurangnya konduktivitas (panas dan listrik), warna, transparansi, pemrosesan,
dan biaya rendah. Banyak sifat polimer yang berguna sebenarnya unik untuk polimer dan karena
struktur molekul rantai panjangnya.
Berdasarkan Klasifikasi nya polimer ternyata memiliki sifat – sifat yang terkandung di dalamnya
SIFAT – SIFAT ADVANCE POLIMER
Nilon atau poliyamida yang dibuat dari heksa metilen diamina dan asam adipat.
Pembuatan nilon diawali dengan pembuatan bahan baku yaitu asam adipatdan heksa metilena
diamina. Asam adipat dibuat dari fenol melalui pembentukan sikloheksanol dan sikloheksanon.
Sedangkan heksa metilena diamina dibuat dari asam adipat dengan melalui pembentukan amida
dan nitril. Setelah bahan baku diperoleh maka dilakukan pembuatan polimer yang didahului
dengan pembuatandaram nilon, polimerisasi dan penyetopan panjang rantai. Pada pembuatan
garamnilon asam adipat dan heksa metilena diamina dilarutkan dalam metanol secara terpisah
dan setelah dicampurkan akan terbentuk endapan heksametilena diamonium adipat (garam
nilon). Pada pemintalan nilon kehalusan filamen tidak bergantung pada diameter lubang spineret,
tetapi bergantung pada :
sifat polimer :
untuk mendapatkan derajat orientasi tinggi, filamen yang terbentuk ditarik dalam keadaan
dingin. Panjangnya kira-kira menjadi empat atau lima kali panjang semula.
Kekuatan memulurnya
Nilon mempunyai kekuatan dan mulur bergisar dari 8,8 gram/denier dan 18% sampai 4,3
gram/denier dan 45% kekuatan basahnya 80 – 90%.
Tahan tekukan dan gosokan nilon tinggi sekitar 4-5 kali dari tahan gosok woll.
Elastisitas
Selai muluenya tinggi (22%), nilon juga mempunya elastisitas tinggi pada penarikan 8% nilon
elastis 100% dan pada penarikan 16% nilon masih mempunyai elastisitas 91%.
Berat jenis
Nilon meleleh pada suhu 260 C dalam atmospher nitrogen dan diudara pada suhu 250 C.
Sifat kimia
Nilon tahan terhadap asam encer dalam HCL pekat mendidih dalam beberapa jam akan terurai
menjadi asam adipat dan heksa metilena diamonium hidroklorida. Nilon sangat tahan terhadapt
basa. Pelarut yang bisa melarutkan nilon di antaranya asam fomiat, kreson dan fenol`
Moisture regain
Pada kondisi standar (RH 65% dan suhu 21 C). Moinsture regain nilon 4,2 C.
Dalam Perkembanganya nylon juga digunakan sebagai bahan untuk 3D printing dimasa sekarang
Pemilihan nylon (polyamida) adalah adalah bahan yang populer di industri plastik, yang dikenal
karena ketangguhan dan fleksibilitasnya. Filamen nilon biasanya memerlukan suhu ekstruder
dekat 250 ºC, namun, beberapa merek memungkinkan pencetakan pada suhu serendah 220 ºC
karena komposisi kimianya. Banyak printer tidak menyertakan hotend yang dapat dengan aman
mencapai 250 ºC, sehingga versi suhu yang lebih rendah ini dapat berguna dan berpotensi
menyelamatkan Anda dari keharusan untuk memperbarui hotend Anda. Satu tantangan besar
dengan filamen Nylon adalah bahwa mereka higroskopis, yang berarti mereka siap menyerap
kelembaban dari lingkungan mereka. Mencetak Nilon setelah menyerap kelembaban akan
menyebabkan beberapa masalah kualitas cetak, sehingga penyimpanan filamen menjadi sangat
penting dan memerlukan perhatian khusus.
Polimer Kevlar
Tiga nilai dari Kevlar yang tersedia: (i) Kevlar, (ii) Kevlar 29, dan (iii) Kevlar 49. Biasanya,
Kevlar digunakan sebagai penguat dalam ban dan karet barang mekanik. 29 Kevlar aplikasi
industri adalah sebagai kabel, menggantikan asbes, pelapis rem, dan pelindung tubuh. 49 Kevlar
memiliki kekuatan yang lebih tinggi, dan digunakan dalam penguatan plastik untuk lambung
kapal, pesawat terbang, dan sepeda. Komponen degradasi sinar ultraviolet sinar matahari dan
terurai Kevlar, yang dikenal sebagai masalah degradasi UV, dan sehingga jarang digunakan di
luar ruangan tanpa perlindungan terhadap sinar matahari.
Ketika Kevlar berputar, serat yang dihasilkan memiliki kekuatan tarik dari sekitar 3 620 MPa,
dan kepadatan relatif dari 1,44. polimer yang berutang kekuatan yang tinggi terhadap obligasi
antar-rantai banyak. Obligasi ini antar-molekul hidrogen terbentuk antara kelompok karbonil dan
pusat NH. kekuatan tambahan berasal dari interaksi antara untai susun aromatik yang berdekatan.
Interaksi ini memiliki pengaruh lebih besar pada Kevlar daripada van der Waals interaksi dan
panjang rantai yang biasanya mempengaruhi sifat dari polimer sintetik lain dan serat seperti
Dyneema. Keberadaan garam dan kotoran lainnya tertentu, terutama kalsium, dapat mengganggu
interaksi untai dan hati-hati digunakan untuk menghindari dimasukkan ke dalam produksinya.
struktur Kevlar terdiri dari molekul relatif kaku yang cenderung membentuk sebagian besar
struktur seperti lembaran-planar mirip protein sutra.
sifat termal
Kevlar mempertahankan kekuatan dan ketahanan ke suhu cryogenic (-196 ° C), memang, sedikit
lebih kuat pada temperatur rendah. Pada temperatur yang lebih tinggi kekuatan tarik segera
berkurang sekitar 10-20%, dan setelah beberapa jam semakin mengurangi kekuatan lebih lanjut.
Misalnya pada 160 ° C sekitar pengurangan 10% dalam kekuatan terjadi setelah 500 jam. Pada
260 ° C 50% pengurangan kekuatan terjadi setelah 70 jam.
Urea – metanal adalah suatu poliamida yang terbentuk melalui polimerisasi kondensasi dari
monomer – monomer urea, CO(NH2)2 dan metanal (HCHO).
Berwarna putih
Kuat dan kaku
Penghambat (insulator) listrik dan panas yang baik
Tahan terhadap serangan kimia
Walalupun dipanaskan, polimer ini tidak melelh atau berubah bentuk Dengan pemanasan
yang tinggi, polimer ini dapat terurai
Penggunaan
Polimer urea – metanal adalah plastik termoset. Setelah mengeras, polimer urea – metanal tidak
dapat dilunakan atau dilelehkan kembali melalui pemanasan. Oleh karena itu, polimer ini biasa
digunakan sebagai:
Polimer Polivinil klorida
Proses produksi PVC yaitu dengan cara polimerisasi monomer vinil klorida (CH2=CHCl).
Karena 57 persen massnya merpakan kor, PVC ialah polimer yang menggunakan bahan baku
minyak bumi paling rendah di banding polimer yang lainnya. Pada umumnya proses produksi
yang digunakan yaitu polimerisasi suspensi. Dalam proses ini, monomer vinil klorida serta air
diintroduksi ke reaktor polimerisasi dan inisiator polimerisasi, bersama dengan bahan kimia
tambahan untuk menginisiasi reaksi. Secara terus menerus kandungan dalam wadah reaksi
dicampur untuk mempertahankan suspensi serta memastikan akan keseragaman ukuran partikel
resin PVC. Reaksinya yaitu eksometrik, serta memerlukan mekanisme pendinginan untuk
mempertahankan reaktor dalam temperatur yang diperlukan. Dikarenakan volume berkontraksi
selama reaksi (PVC lebih padat dibanding dengan monomer vinil klorida), air seccara terus
menerus ditambah ke campuran untuk mempertahankan suspensi.
`Pada saat reaksi telah selesai, hasilnya, cairan PVC perlu dipisahkan dari kelebihan
monomer vinil klorida yang akan digunakan lagi untuk reaksi selanjutnya. Kemudian cairan
PVC yang telah jadi akan disentrifugasi untuk memisahkan kelebihan air. Kemudian cairan
dikeringkan dengan udara panas serta dihasilkan butiran PVC. Dalam operasi normal pada PVC,
kelebihan monomer vinil klorida hanya sebesar kurang dari 1 PPM.
Proses produksi yang lainnya, seperti suspensi mikro serta polimerisasi emulsi, menghasilkan
PVC dengan butiran yang ukurannya lebih kecil, dengan sedikit perbedaan sifat serta
aplikasinya. Produk proses polimerisasi yaitu PVC murni. Biasanya sebelum PVC menjadi
sebuah produk akhir memerlukan konversi dengan menambahkan UV stabilizer, heat stabilizer,
plasticizer, pelumas, pengatur terminal, bahan penolong proses, bahan penahan api, pengisi,
bahan pengembang, biosida, dan pigmen pilihan.
Sifat polimer Polivinil klorida
Warna natural berwarna kekuningan tembus pandang, berkilau. Transparansi lebih baik
dari polietilena, lebih buruk dari polistiren, dengan jumlah aditif berbeda, terbagi menjadi lunak,
polivinil klorida keras, lunak lunak dan tangguh, terasa lengket, kekerasan keras lebih tinggi
daripada polietilen dengan densitas rendah. Dan lebih rendah dari polypropylene, pada infleksi
akan muncul fenomena whitening. Ini memiliki banyak karakteristik, misalnya: stabil;mudah
menjadi asam, korosi alkali; lebih toleran terhadap panas.
Polivinil klorida memiliki flame retardant (nilai tahan api 40 atau lebih), ketahanan kimia
tinggi (tahan terhadap asam hidroklorida, konsentrasi 90% asam sulfat, konsentrasi asam nitrat
60% dan konsentrasi 20% natrium hidroksida), kekuatan mekanik dan keuntungan dari isolasi
listrik yang baik.
PVC memiliki stabilitas yang buruk terhadap cahaya dan panas. Titik pelunakannya
adalah 80 ° C, dan dekomposisi dimulai pada 130 ° C. Pada kasus stabilizer non-pemanas, PVC
100 ° C mulai rusak, lebih dari 130 ° C mengalami dekomposisi lebih cepat. Dekomposisi panas
pelepasan gas hidrogen klorida, (gas hidrogen klorida adalah gas beracun) terhadap perubahan
warna, dari putih → kuning muda → merah → coklat → hitam. Sinar matahari di ultraviolet dan
oksigen akan menyebabkan foto oksidasi PVC, sehingga fleksibilitas PVC menurun, dan
akhirnya rapuh. Dari sini tidak sulit untuk mengerti mengapa beberapa plastik PVC untuk waktu
yang lama akan berubah menjadi kuning, alasan rapuh.
Dengan sifat fisik dan kimia yang stabil, tidak larut dalam air, alkohol, bensin, gas,
permeabilitas uap air rendah;pada suhu kamar dapat tahan terhadap konsentrasi asam
hidroklorida, 90% asam sulfat, asam nitrat 50-60% dan larutan soda kaustik 20%, yang memiliki
ketahanan tertentu terhadap korosi kimia; garam cukup stabil, namun bisa dilarutkan dalam eter,
keton, hidrokarbon alifatik terklorinasi dan hidrokarbon aromatik dan pelarut organik lainnya.
Resin polivinil klorida industri terutama adalah struktur amorf, tetapi juga mengandung
beberapa area kristalisasi (sekitar 5%), sehingga PVC tidak memiliki titik leleh yang jelas,
sekitar 80 ℃ atau lebih mulai melunakkan, suhu distorsi panas (beban 1.82MPa) 70-71 ° C,
mulai mengalir pada 150 ° C di bawah tekanan dan mulai perlahan melepaskan hidrogen klorida,
menyebabkan perubahan warna polivinil klorida (merah, coklat, dan bahkan hitam).
Berat molekul rata-rata PVC industri berada pada kisaran 4,8 sampai 48.000, dan jumlah
yang sesuai relatif terhadap massa molekul 2-195 juta. Dan sebagian besar resin industri adalah
berat molekul relatif 10-20 juta, jumlah massa molekul relatif dalam 4,55-6,4 juta. Polivinil
klorida kaku (tanpa plasticizer) memiliki kekuatan mekanik, ketahanan tahan dan ketahanan api
yang baik, dapat digunakan sendiri sebagai bahan struktural, yang digunakan dalam pipa
manufaktur kimia, piring dan produk injeksi. Polivinil klorida kaku dapat diperkuat dengan
bahan penguat.
Sifat PVC yang menarik membuatnya cocok untuk berbagai macam penggunaan. PVC tahan
secara biologi dan kimia, membuatnya menjadi plastik yang dipilih sebagai bahan pembuat pipa
pembuangan dalam rumah tangga dan pipa lainnya di mana korosi menjadi pembatas pipa
logam.
Dengan tambahan berbagai bahan anti tekanan dan stabilizer, PVC menjadi bahan yang populer
sebaga bingkai jendela dan pintu. Dengan penambahan plasticizer, PVC menjadi cukup elastis
untuk digunakan sebagai insulator kabel.
Polimer polistirena
Cara pembuatan
Secara laboratorium dapat dibuat melalui dehidrogenasi etil benzene, yaitu dengan
melewatkan etilena melalui cairan benzena dengantekanan yang cukup dan aluminiumklorida
sebagai katalisnya. Etil benzena didehidrogenasi menjadi stirena dengan melewatkannya melalui
katalis oksida aktif. Pada suhu sekitar 600 C stirena disuling dengan cara destilasi maka
0
Polistirena padat murni adalah sebuah plastik tak berwarna, keras dengan fleksibilitas yang
terbatas yang dapat dibentuk menjadi berbagai macam produk dengan detil yang bagus.
Penambahan karet pada saat polimerisasi dapat meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan kejut.
Polistirena jenis ini dikenal dengan nama High Impact Polystyrene (HIPS). Polistirena murni yang
transparan bisa dibuat menjadi beraneka warna melalui proses compounding.
Polistirena foam yang dihasilkan dari percampuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas-gas
tertentu seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah berupa
senyawa CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon oleh karnanya
saat ini tidak dipergunakan lagi, kini yang digunakan adalah blowing agent yang lebih ramah
lingkungan. Polistirena yang dibuat dari monomer stirena dilakukan melalui proses polimerisasi.
Polistirena foam yang dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan-
tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin yang ada
serta ikut menguapkan sisa-sisa blowing merupakan insulator-insulator yang baik. Sedangkan
monomer polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat tertentu atau khusus
dengan struktur yang tersusun dari beberapa butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot
ringan, dan terdapat di dalam ruang-ruang antar butiran yang berisi udara minuman-minuman
beralkohol atau bersifat asam juga meningkatkan laju migrasi.
Sifat polimer polistirena
Polistirena adalah kimia nonreactive dan karenanya, digunakan untuk membuat wadah
untuk bahan kimia lain, pelarut dan bahkan makanan.Transformasi ikatan karbon-karbon ganda
menjadi obligasi tunggal kurang reaktif dalam polistiren, adalah alasan utama untuk stabilitas
kimia.Polystyrene adalah fleksibel dan bisa dibuat menjadi moldable padatan kental padat atau
tebal. Hal ini terutama karena kekuatan Van der Waal's tarik-menarik, yang ada antara rantai
hidrokarbon panjang. Namun, bila panas diterapkan, rantai dapat meluncur satu sama lain.Properti
kelemahan antarmolekul bersama dengan kekuatan intramolekul, karena tulang punggung
hidrokarbon yang kuat, memungkinkan polistiren untuk menjadi fleksibel dan elastis. Polystyrene
dapat larut dalam pelarut yang mengandung aseton, seperti kebanyakan semprotan cat aerosol dan
perekatcyanoacrylate.
Polietilena dibuat dengan jalan polimerisasi gas etilen yang dapat diperoleh dengan
memberi hidrogen gas petrolium pada pemecahan minyak (nafta), gas alam atau
asetilena. Polietilen yang memiliki kerapatan rendah diproduksi melalui polimerisasi radikal
bebas pada suhu tinggi ( 200 C ) dan tekanan yang sangat tinggi yaitu 1000 atm. Sedangkan
polietilen dengan kerapatan tinggi diproduksi menggunakan katalis Ziegler-Natta Pada suhu
yang lebih rendah yaitu dibawah 100 C dan tekanan kurang dari 100 atm. Dibandingkan dengan
produk plastik lainya, polietilen lebih banyak diproduksi.
polietilen bersifat sangat inert. Polietilena adalah bahan termoplastik yang transparan, berwarna
putih mempunyai titik leleh bervariasi antara 1100C-1370C. Polimer ini tidak larut dalam pelarut
jenis apapun pada suhu kamar, tetapi dapat mengalami pengerusakan oleh hidrokarbon dan
karbon tetraklorida. Polietilen juga dapat dirusak oleh asam nitrat pekat, pengerusakan oleh asam
nitrat ini akan menyebabkan terjadinya proses pembakaran akibat kuatnya sifat oksidator dari
asam nitrat. Polietilen juga dapat mengalami kerusakan oleh sinar UV.
Sifat fisik polietilen kerapatan tinggi berbeda dengan polietilen kerapatan rendah. Polietilen
dengan kerapatan rendah memiliki sifat kenyal, tidak mudah sobek, dan tahan terhadap
kelembapan dan bahan kimia, sehingga banyak dipakai untuk pembungkus, dus, isolator listrik,
pelapis kabel dan sebagainya. Sedangkan polietilen dengan kerapatan tinggi memiliki daya
regang dan ketegangan yang solid, sehingga banyak digunakan untuk membuat pipa, tabung,
bejana dan benda lainya.
Teflon adalah bahan sintetik yang sangat kuat, umumnya berwama putih. Teflon tahan
terhadap panas sampai kira-kira 250°C.Di atas 250°C teflon mulai melunak, di dalam api akan
meleleh dan sulit menjadi arang. Berat jenisnya kira-kira 2,2 g/cm2ss. Teflon tidak tahan
terhadap larutan alkali hidroksida. Juga kurang tahan terhadap hidrokarbon yang mengandung
khlor. Teflon digunakan sebagai bahan penyekat, misalnya untuk kotak penyekat (stuffing box),
cincin geser (sifat geseran dapat diperbaiki dengan Bagian-Bagian alat dari teflon menambahkan
graft ke dalamnya). Digunakan juga untuk cincin 0 atau 0-ring, untuk gasket konsentrik dengan
diberi bahan lunak (sebab teflon tidak begitu elastis), alat-alat yang kecil, pipa, slang selubung
pipa. Teflon dapat dipintal menjadi benang dan kemudian ditempat. Temman dari teflon
merupakan bahan untuk filter yang sangat kuat.
Sifat mekanik
1. Tahan terhadap banyak bahan kimia, termasuk ozone, chlorine, acetic acid, ammonia,
sulfuric acid, dan hydrochloric acid. Satu –satunya bahan kimia yang bisa merusak
lapisan teflon adalah lelehan logam alkali.
2. Anti radiasi Ultra Violet dan tahan segala cuaca.
3. Anti lengket.
4. Mempunyai performa yang baik pada temperatur ekstrim, tahan pada temperatur -240°C
sampai pada 260 °C. Teflom memiliki titik leleh 342°C.
5. Bersifat hidrofobik (tidak suka air).
Teflon digunakan sebagai bahan penyekat, misalnya untuk kotak penyekat (stuffing box),
cincin geser (sifat geseran dapat diperbaiki dengan Bagian-Bagian alat dari teflon menambahkan
graft ke dalamnya). Digunakan juga untuk cincin 0 atau 0-ring, untuk gasket konsentrik dengan
diberi bahan lunak (sebab teflon tidak begitu elastis), alat-alat yang kecil, pipa, slang selubung
pipa. Teflon dapat dipintal menjadi benang dan kemudian ditempat. Temman dari teflon
merupakan bahan untuk filter yang sangat kuat.
Polimer polyphenyle sulfide (karbon)
Siklus Karbon dan Oksigen Di atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0.03%.
Sumber-sumber CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik,
pembakaran batubara, dan asap pabrik.Karbon dioksida (CO2)di udara dimanfaatkan oleh
tumbuhan untuk ber Fotosintesisdan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh
manusia dan hewan untuk ber Respirasi.Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang
lama akan membentuk batubara di dalam tanah.Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan
bakar yang juga menambah kadar C02 di udara.Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan
atmosfer berjalan secara tidak langsung.Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam
karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat.Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga
yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.Sebaliknya,
saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat.Jumlah
bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di air.
Sifat polimer polyphenyle sulfide
Sifat fisik
Fase : Padat
Sifat kimia
Karbon sangat tak reaktif pada suhu biasa. Apabila karbon bereaksi, tidak ada
kecenderungan dari atom-atom karbon untuk kehilangan elektron-elektron terluar dan
membentuk kation sederhana seperti C4+. Ion ini akan mempunyai rapatan-rapatan muatan
begitu tinggi sehingga eksistensinya tidaklah mungkin.
Karbon dibakar dalam udara yang terbatas jumlahnya menghasilkan karbon monoksida.
Asam karbonat, suatu asam diprotik yang khas, bereaksi dengan basa menghasilkan karbonat dan
bikarbonat antara lain sebagai berikut:
Kecenderungan atom karbon membentuk ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga
yang akan membentuk senyawa organik.
Karbon memiliki banyak kegunaan, termasuk sebagai dekorasi (berlian), cat, serta tinta
printer. Bentuk karbon lain, grafit, digunakan untuk cawan lebur suhu tinggi, sel kering, pensil,
dan sebagai pelumas. Vegetal karbon, bentuk amorf karbon, digunakan sebagai agen penyerap
gas dan agen pemutih. Senyawa karbon juga memiliki banyak kegunaan. Karbon dioksida
digunakan dalam minuman karbonatasi, dalam alat pemadam kebakaran, dan sebagai es kering.
Karbon monoksida digunakan sebagai agen reduksi dalam banyak proses metalurgi. Karbon
tetraklorida dan karbon disulfida adalah pelarut industri yang penting.
Polycarbonate ( PC )
Cara pembentukan polycarbonate
Polikarbonat disebut demikian karena plastik ini terdiri dari polimer dengan gugus
karbonat (-O-(C=O)-O-) dalam rantai molekuler yang panjang. Tipe polikarbonat yang paling
umum adalah bisfenol A (BPA). Polikarbonat adalah material yang tahan lama dan dapat
dilaminasi menjadi kaca anti peluru. Meski memiliki ketahanan yang tinggi terhadap benturan,
namun polikarbonat cukup mudah tergores sehingga dibutuhkan pelapisan keras (hard coating)
untuk membuat lensa kacamata dan eksterior otomotif menggunakan polikarbonat dan material
optis lainnya karena polikarbonat sangat bening dan memiliki kemampuan mentransmisikan
cahaya yang sangat baik dibandingkan dengan jenis kaca lainnya. Sifat polikarbonat mirip
dengan polimetil metakrilat (akrilik), namun polikarbonat lebih kuat dan dapat digunakan pada
suhu tinggi, meski lebih mahal.
Polikarbonat dapat dibuat dengan menggunakan bisfenol A dan fosgen (karbonil diklorida,
COCl2). Langkah awal dalam sintesis polikarbonat adalah dengan melakukan deprotonisasi
bisfenol A dengan natrium hidroksida sehingga terbentuk air. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Molekul oksigen pada bisfenol yang terdeprotonisasi bereaksi dengan fosgen melalui adisi
karbonil dan menghasilkan ion Cl-. Reaksinya adalah sebagai berikut:
(CH3)2-C-(C6H6)2-O2- + Cl-(C=O)-Cl ---> (CH3)2-C-(C6H6)2-(O-(C=O)-Cl)(O-) + Cl-
Lalu gugus kloroformat (O-(C=O)-Cl) yang terbentuk menempel pada gugus bisfenol yang
lainnya sehingga rantai panjang polikarbonat terbentuk dan meninggalkan ion Cl-.
Sifat fisik
1. Densitas : 1,2 -1,22 gr/cm
2. Index bias : 1,5843.
3. Titik leleh : 265-267 oC
4. Specific heat capacity : 1,2 – 1,3 kJ/kgoC
5. Thermal conductivity at 23oC : 0,19-0,22 W/(mK)
Sifat Mekanik
Polycarbonate memiliki sifat mekanik sebagai berkut :1. Keras dan KuatMaterial ini
sangat kuat. Bahan ini 250 kali lebih kuatdibandingkan kaca, dan 20 kali lebih
kuat dibandingkan akrilik.
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah penambahan katallis garamkarbonat yang berguna untuk
pembentuk NaCl. Pertama-tama garam karbonat(Na2CO3) sebagai katalis akan menyerang ion
Cl dari (4,4’dichlorophenyl)sulfone dan membentuk NaCl. Sementara itu, ion karbonat
membentuk H2CO3 yang pada akhirnya akan terurai menjadi CO2 dan H2O. GasCO2 dapat
dengan mudah keluar dari sistem, sementara itu H2O dapat dihilangkan dengan penambahan
toluen untuk membentuk sistem azeotrop toluen-air.Sehingga arah reaksi dapat dengan lancar
berjalan ke arah pemebentukan produk. Sementara itu, molekul di-phenol yang telah kehilangan
dua atom Hidrogennya dan molekul (4,4’-dichlorophenyl)sulfone yang telah kehilangan dua
atom klorinnya akan menjadi molekul yang tidak stabil dan reaktif. Kedua molekul ini akan
bergabung membentuk Mers/unit perulangan yang selanjutnya akan terpolimerisasi lebih lanjut.
Jiri Janata And Mira Josowicz (2002), Conducting Polymers In Electronic Chemical
Sensors.
Hua Bai and Gaoquan Shi (2006), Gas Sensors Based on Conducting Polymers.
Atkins, P. W. (1990), Physical Chemistry. 4th ed. New York: W.H. Freeman.
Department Of Chemical Engineering Brigham Young University (2006), Modeling And Data
Analysis Of Conductive Polymer Composite Sensors. Frank Zee and Jack Judy (1999), Mems
Chemical Gas Sensor Using A Polymer-Based Array, Published at Transducers ’99 - The 10th
International Conference on Solid-State ensors and Actuators on June 7-10, Sendai, Japan