STRUKTUR BETON 1
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Struktur Beton 1.
Dosen Pengampu
Disusun Oleh:
Kelas B
FAKULTAS TEKNIK
Flat plate kemungkinan memunculkan masalah dalam transfer geser di sekeliling kolom.
Dengan kata lain , ada bahaya dimana kolom akan menembus pelat. Oleh karena itu
seringkali perlu memperbesar dimensi kolom atau ketebalan pelat ataumenggunakan shear
head. Shear head terbuat dari baja I atau kanal yang ditempatkan dalam pelat melintasi
kolom. Meskipun prosedur ini tampak mahal, bekisting sederhana yang digunakan untuk flat
plate biasanya menghasilkan konstruksi yang ekonomis sehingga biaya ekstra untuk
shearhead tergantikan. Tetapi untuk beban yang berat atau bentang yang panjang diperlukan
beberapa jenis sistem lantai lain.
Flat slab (pelat slab) termasuk pelat beton dua-arah dengan kapital, drop panel, atau
keduanya. Pelat ini sangat sesuai untuk beban berat dan bentang panjang. Meskipun bekisting
lebih mahal dibandingkan untuk flat plate (pelat datar), flat slab akan memerlukan beton dan
tulangan yang lebih sedikit dibandingkan dengan flat plate untuk beban dan bentang yang
sama. Flat slab biasanya ekonomis untuk bangunan gedung, parkir dan pabrik, dan bangunan
sejenis dimana drop panel atau kepala kolom yang terbuka diizinkan.
Sistem perencanaan tulangan Pelat Beton pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1.Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (selanjutnya disebut : pelat satu
arah/ one way slab) 2.Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut
pelat dua arah/two way slab) Apabila Lx ≥ 0,4 Ly seperti gambar dibawah , pelat dianggap
sebagai menumpu pada balok B1,B2,B3,B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang
menumpu keempat sisinya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya. Dengan
demikian pelat tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah x dan arah y), tulangan pelat
dipasang pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen setiap arah yang
timbul.
Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar di atas pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat
menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul beban
pelat. Dengan demikian pelat dapat dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan
utama dipasang pada arah x dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
a) Konstruksi pelat satu arah.Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika
pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah
saja.Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2
tumpuan. Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L (lihat
gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L
tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak
berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus
tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi. (seperti terlihat pada
gambar di bawah). Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak
lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi
dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.Tepat pada lokasi
persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat binddraad. Fungsi tulangan
bagi, selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan
retak beton akibat susut dan perbedaan suhu beton.
a) Konstruksi pelat 2 arah.Pelat dengan tulangan pokok 2 arah ini akan dijumpai jika pelat
beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang 2 arah. Contoh pelat 2 arah
adalah pelat yang ditumpu oleh 4 sisi yang saling sejajar. Karena momen lentur bekerja pada
2 arah, yaitu searah dengan bentang (lx) dan bentang (ly), maka tulangan pokok juga
dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurus(bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan lagi.
Tetapi pada pelat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur 1 arah saja, sehingga untuk
daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan bagi, seperti terlihat pada gambar
dibawah. Bentang (ly) selalu dipilih > atau = (lx), tetapi momennya Mly selalu < atau = Mlx,
sehingga tulangan arah (lx) (momen yang besar ) dipasang di dekat tepi luar (urutan ke-1)
Simbol gambar di atas sama dengan simbol pada gambar penulangan 1 arah. Perlu ditegaskan
: untuk pelat 2 arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada tulangan pokok saja (baik arah lx
maupun arah ly) yang saling bersilangan, di daerah tumpuan ada tulangan pokok dan
tulangan bagi.
Pengertian pelat Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat
dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak
lurus pada apabila struktur tersebut.Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan
arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai
diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran
balok portal.
Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok) menjadi satu bagian
dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu sbb :
1) Terletak bebas
Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau antara pelat dan balok
tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut, lihat
gambar (1). Pelat yang ditumpu oleh tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas.
2) Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran
balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
3) Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok
cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
Contoh Soal:
Ada rumus untuk menentukan tebal plat minimum untuk plat 2 arah, tapi kalau harus menghitung
menggunakan rumus itu dulu justru memperlambat pekerjaan.
Biasanya sebagai structural engineer, kita sudah punya pengalaman dalam menentukan tebal
plat. Caranya ialah ambil saja tebal plat yang umum digunakan, seperti 120 mm, 150 mm, 200
mm, dst.
Dari situ kita periksa korelasinya dengan jumlah tulangan yang dihasilkan. Jika ternyata
menggunakan plat tipis memperoleh tulangan yang boros, maka sebaiknya menambah sedikit
tebal plat agar diperoleh hasil yang lebih optimal. Saran saya ambil tebal plat minimum 120 mm.
Pada contoh ini saya ambil ketebalan plat 120 mm, sehingga d (tinggi efektif) menjadi = 120
mm – 20 mm (cover) = 100 mm
Pembebanan plat lantai tergantung dari spesifikasi lantai dan peruntukan penggunaan lantai.
Lantai dengan finishing acian dan finishing granit berbeda beratnya. Lantai untuk ruangan
hunian atau ruangan meeting juga berbeda bebannya.
Sama hal dengan lainnya, untuk pembebanan yang bekerja pada lantai dibagi menjadi 2 yaitu
beban mati dan beban hidup seperti penjelasan berikut:
Beban mati / dead load yaitu berat sendiri lantai + berat spesi + finishing. Dengan
tebal 120 mm, maka diperoleh berat sendiri sebesar = 2,4 kg/mm^3 x 120 mm =
288 kg/m^2
Berat spesi + finishing biasanya diambil 100 ~ 125, ambil 125 kg/m^2
Maka total beban mati / dead load adalah 413 kg/m^2
Beban hidup / live load disesuaikan dengan fungsi ruangan. Pada kasus ini saya
gunakan beban 250 kg/m^2 untuk lantai ruang kantor.
Koefisien untuk plat 1 arah dan plat 2 arah adalah berbeda. Koefisien momen untuk plat 2 arah
ditentukan berdasarkan tabel Momen di dalam plat persegi yang menumpu pada keempat
tepinya akibat beban terbagi rata.
Pada kasus ini saya mengambil plat pada bentang tengah artinya menerus / terjepit elastis di
keempat sisinya. Dengan nilai K = 1.5 dan dicocokkan ke tabel II maka diperoleh nilai x =
Kesimpulan