Anda di halaman 1dari 50

MODUL 1

TATA SURYA

ILMU PENGETAHUAN BUMI


DAN ANTARIKSA/ A08171049

PENULIS
……………………………….

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TADULAKO
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
MODUL 1. TATA SURYA.....................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
KEGIATAN BELAJAR 1 MODEL TATA SURYA.............................................4
PENGANTAR.....................................................................................................4
A. MODEL GEOSENTRIS DAN HELIOSENTRIS..........................................5
B. HUKUM-HUKUM KEPLER.........................................................................9
C. HUKUM TITIUS BODE..............................................................................15
D. KESESUAIAN HUKUM NEWTON DENGAN HUKUM KEPLER.........16
LATIHAN..........................................................................................................20
RANGKUMAN.................................................................................................22
TES FORMATIF 1............................................................................................23
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT................................................................26
KEGIATAN BELAJAR 2 TEORI PEMBENTUKAN TATA SURYA DAN
PENGELOMPOKAN PLANET............................................................................28
PENGANTAR...................................................................................................28
TEORI PEMBENTUKAN TATA SURYA......................................................29
PENGELOMPOKKAN PLANET.....................................................................34
LATIHAN..........................................................................................................37
RANGKUMAN.................................................................................................39
TES FORMATIF 2............................................................................................40
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT................................................................43
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
GLOSARIUM........................................................................................................47

ii
MODUL 1. TATA SURYA

PENDAHULUAN
Dalam dunia sains sering dilakukan pemodelan untuk menjelaskan atau
menggambarkan suatu fenomena fisis dimana fenomena yang riilnya tidak
terjangkau oleh indra penglihatan karena dimensi fenomena tersebut sangat kecil
(mikroskopis) atau sangat besar. Dalam fisika atom kita pernah mengenal model
atom, dimana dimodelkan bahwa dalam struktur atom tersebut, inti atom dikitari
oleh elektron-elektron. Model ini dapat diterima sampai saat ini. Keberadaan
model ini sangat penting sebagai titik tolak untuk penyelidikan lebih lanjut. Jarang
sekali model yang diajukan langsung mapan, melainkan bisa gugur atau secara
bertahap mengalami penyempurnaan, yang disesuaikan dengan data-data empirik
yang diperoleh dari penyelidikan, maupun dengan hukum-hukum alam yang telah
diterima keberlakuannya. Jika model ini telah terbukti keabsahannya dan diterima
oleh khalayak maka dapat meningkat statusnya menjadi teori. Dari model itu pun
penyelidikan dapat dilanjutkan kearah penelusuran pembentukan fenomena
tersebut.
Fenomena seperti tata surya pun keadaan riilnya secara sistem tidak
terjangkau oleh indra kita karena dimansinya yang sangat besar, sehingga
penggunaan model untuk menggambarkan fenomena yang sesungguhnya cukup
membantu. Berbicara tentang model, yang terpenting bagi kita adalah memiliki
pengetahuan tentang bagaimana langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan
untuk mengajukan, menguji, dan menyempurnakan model tata surya, hingga
model tersebut menjadi lebih sempurna dan dapat menggambarkan fenomena
persis seperti keadaan sesungguhnya. Hal penting lainnya adalah anda dapat
mengetahui betapa teraturnya susunan dan pergerakan anggota tatasurya, sehinga
satu sama lain tidak berbenturan yang dapat menimbulkan bencana.
Dengan mengetahui itu semua tentu diharapkan kita dapat berperilaku seperti
ilmuwan dalam membangun dan menguji suatu teori, setiap kita dihadapkan pada
masalah hidup maka senantiasa kita harus berlandaskan pada hukum-hukum dan
norma-norma yang berlaku serta fakta-fakta yang kuat. Kita juga akan selalu
dapat menghormati pendapat orang lain. Hidup dengan teratur adalah sangat

1
penting. Ketidakteraturan hanya akan membawa bencana dan kerugian baik bagi
anda sendiri maupun bagi orang lain. Hiduplah seperti teratur dan patuhnya
anggota tatasurya terhadap hukum-hukum alam.
Secara umum Modul ini menjelaskan tentang model-model tata surya yang
telah menjadi pegangan pada zaman dulu dan saat ini, yaitu model geosentris dan
heliosentris, penyempurnaan model terkait dengan hukum-hukum fisika yang
terkait dan hasil penyelidikan/pengamatan fenomena alam berbantuan alat
modern, serta teori-teori tentang pembentukan tata surya. Pengetahuan
mengetahui susunan tata surya dan perilakuk gerak setiap anggota tata surya
sangat penting guna,
Sususan dan perilaku gerak setiap anggota tatasurya yang begitu teratur, tertib dan
taat pada hukum alam, memberikan cerminan kepada kita bahwa jika perilaku
hidup kita teratur, tertib dan taat hukum maka hidup kita tidak akan kacau dan
terhindar dari bencana.
Setelah mempelajari Modul ini, secara khusus Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan perbedaan model tata surya geosentris dan heliosentris
2. Menggunakan hukum-hukum fisika terkait untuk menganalisis perilaku gerak
benda-benda anggota tata surya dalam model heliosentris
3. Menjelaskan teori-teori pembentukan tata surya
4. Membedakan jenis-jenis pengelompokkan planet
Untuk membantu Anda mencapai tujuan tersebut, Modul ini
diorganisasikan menjadi dua Kegiatan Belajar (KB), yaitu :
KB 1 : Model Tata Surya, dan
KB 2 : Teori Pembentukan Tata Surya dan Pengelompokkan Planet
Untuk membantu Anda dalam mempelajari Modul ini, ada baiknya
diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami
secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari bahan
belajar ini
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata
yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut
dalam kamus yang Anda miliki

2
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan tukar
pikiran dengan mahasiswa lain atau dengan tutor Anda
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang
relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari
internet
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui
kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau teman
sejawat
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada
setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda
sudah memahami dengan benar kandungan bahan belajar ini.

Selamat belajar !

3
KEGIATAN BELAJAR 1
MODEL TATA SURYA

PENGANTAR
Pada umumnya bangsa Yunani dan orang-orang yang hidup pada abad
pertengahan memiliki pegangan yang kuat sebagai pandangan mereka tentang
alam semesta, yaitu teori geosentris (Bumi sebagai pusat). Menurut teori ini, Bumi
sebagai pusat alam semesta berada dalam keadaan diam dan planet-planet,
matahari, serta benda-benda langit lainnya bergerak mengitarinya. Sekarang teori
ini tidak dipakai lagi, karena telah gugur. Mungkin anda bertanya, mengapa teori
ini bisa gugur? Teori ini gugur karena gagal menjelaskan fenomena retrogresi
(gerak balik) periodik dari Planet-Planet yang teramati. Jika Bumi sebagai pusat
tatasurya, maka fenomena retrogresi ini mestinya tidak terjadi. Lantas teori apa
yang menggantikannya? Sebagai gantinya muncul teori heliosentris Copernicus.
Apa bedannya dengan teori geosentris? Dalam teori heliosentris, Matahari sebagai
pusat tata surya yang dikitari oleh planet-planet dan benda-benda antar Planet
lainnya seperti Komet, Asteroid, dan Meteoroid. Dengan teori baru ini kerumitan
yang dihadapi teori geosentris seperti fenomena retrogresi dapat dijelaskan. Akan
tetapi meskipun demikian, teori heliosentris Copernicus masih memiliki
kelemahan. Dari pengamatan ternyata jarak planet-planet terhadap matahari
selama planet-planet tersebut mengitari matahari selalu berubah, hal ini
menunjukkan bahwa lintasan edar planet-planet mengitari matahari bukanlah
berupa lingkaran sebagaimana dinyatakan oleh teori heliosentris. Kalau begitu apa
bentuk lintasan edar planet-planet mengitari matahari? Adalah Kepler yang
menyempurnakan teori heliosentris Copernicus, menurut Kepler lintasan orbit
Planet mengitari Matahari adalah berupa elips, dengan Matahari terletak pada
salah satu fokusnya. Dengan lintasan elips tersebut, maka jarak Planet ke Matahri
tidaklah tetap, demikian juga dengan kecepatan orbit planet dalam lintasannya
tidak konstan.
Mungkin di benak anda muncul pertanyaan, mengapa planet-planet harus
berputar mengitari Matahari? Menurut hukum gravitasi Newton, jika ada dua
benda bermasa satu sama lain terpisah pada jarak tertentu, maka kedua benda
tersebut akan saling tarik menarik dengan gaya tarik sebanding dengan hasil kali
4
massa kedua benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua
benda tersebut. Akibat tarikan ini maka benda yang massanya lebih kecil akan
tertarik ke benda yang massanya lebih besar. Sehingga Planet-Planet dan benda-
benda antar Planet lainnya akan jatuh tertarik oleh Matahari. Bagaimana agar
planet-planet tidak jatuh ke Matahari? Harus ada gaya lain yang menetralisir gaya
tarik Matahari, Planet-Planet harus berputar mengelilingi Matahari dengan laju
putaran tertentu agar tidak jatuh tertarik oleh Matahari. Seluruh Planet bergerak
mengitari Matahari (berevolusi) dalam arah yang sama, yaitu berlawanan arah
dengan arah putar jarum jam. Seluruh Planet selain berevolusi mengelilingi
matahari, juga berputar mengitari portosnya (sumbu putarnya) masing-masing
(berotasi). Arah rotasi planet-planet adalah berlawanan arah dengan arah putar
jarum jam, kecuali untuk planet Venus dan Uranus.
Planet-Planet berevolusi pada lintasan masing-masing dengan jarak yang
berbeda-beda terhadap Matahari. Pertanyaan yang muncul adalah adakah cara
sederhana untuk menentukan jarak rata-rata planet-planet ke Matahari? Metode
sederhana yang dapat memudahkan dalam mengingat atau menentukan jarak rata-
rata antara sebuah planet dengan Matahari dalam satuan astronimis adalah hukum
Titius Bode.

A. MODEL GEOSENTRIS DAN HELIOSENTRIS


Bagaimanakah susunan alam semesta menurut model geosentris? Pada
umumnya bangsa Yunani dan orang-orang yang hidup pada abad pertengahan
memiliki pegangan yang kuat sebagai pandangan mereka tentang alam semesta,
yaitu teori geosentris (Bumi sebagai pusat). Menurut teori ini, Bumi sebagai pusat
alam semesta berada dalam keadaan diam dan planet-planet, Matahari, serta
benda-benda langit lainnya bergerak mengitarinya. Gerak semu (apparent
motions) planet, bulan, dan matahari relatif terhadap bintang dan terhadap satu
sama lain dijelaskan secara lengkap dalam teori geosentris Hipparchus yang
dikembangkan sekitar tahun 140 sebelum masehi. Hipparchus adalah ahli
astronomi terbesar di masa Yunani Kuno (Ancient Greece). Selanjutnya teori
tersebut dikembangkan oleh Claudius Ptolemaeus (Ptolemy) sekitar tahun 150 T
M (Tarikh Masehi) dan disebut sebagai teori Ptolemaic (Tjasyono, 2003).

5
Bulan

Matahari
Bumi

Jupiter

Bintang
Bintang
Venus
Mercurius

Gambar 1.1. Model tata surya geosentris (Tjasyono, 2003)

Dalam teori Ptolemaic, Bumi berada pada pusat alam semesta (universe).
Bulan berputar mengelilingi Bumi dengan orbit yang paling dekat, sementara
bintang-bintang terletak dalam bulatan angkasa (celestial sphere) yang besar dan
berputar dalam orbit yang paling jauh. Di antara orbit Bulan dan Bintang-Bintang
terletak orbit Matahari. Planet-planet (dalam bahasa Yunani berarti pengembara)
yang memiliki gerak relatif terhadap Bintang digambarkan dengan nama-nama
kunonya. Planet-Planet ini bergerak mengelilingi Bumi pada masing-masing
orbitnya sendiri. Orbit Planet Venus dan Merkurius berada diantara orbit Bulan
dan Matahari, sedangkan orbit Plabet-Planet yang lain seperti Mars, Jupiter, dan
Saturnus terletak diantara orbit Matahari dan Bintang-Bintang, seperti

6
ditunjukkan pada Gambar 1.1. Teori geosentris bertahan cukup lama yaitu kira-
kira 14 abad lamanya. Mengapa teori ini kemudian gugur dan tidak digunakan
lagi saat ini ?
Kelemahan dari model geosentris ini adalah adanya kesulitan untuk
menjelaskan fenomena retrogresi (gerak balik) periodik dari planet-planet.
Lintasan semu planet sepanjang tahun relatif terhadap bintang-bintang adalah
berupa lengkungan (kurva) yang tidak rata. Malahan, adakalanya planet-planet
teramati seolah-olah bergerak mundur (berbalik) sebelum akhirnya bergerak maju
kembali selama periode orbitnya. Untuk menjelaskan gerak mundur semu ini
dalam kerangka teori geosentris, maka perlu menganggap bahwa planet-planet
bergerak dalam lintasan-lintasan sirkular kecil yang disebut episiklus (epicycles),
ketika planet-planet bergerak dalam orbit besarnya mengelilingi Bumi. Akan
tetapi, anggapan ini justru tidak sesuai dengan hasil pengamatan.
Sebenarnya seorang ahli astronomi Yunani yang bernama Aristarchus
(kira-kira tahun 310 – 230 SM) pernah menyatakan bahwa Matahari mungkin
berada pada pusat alam semesta, dan Bumi mergerak mengitarinya. Tetapi
kemudian ia menolak sendiri gagasannya tersebut. Konsep matahari sebagai pusat
tata surya (heliosentris) saat itu belum mendapat tempat dalam bidang astronomi.
Kapan gagasan heliosentris ini muncul kembali ? Gagasan tentang heliosentris ini
muncul kembali pada sekitar tahun 1543. Pada tahun itu terjadi revolusi ilmiah
besar-besaran yang dilakukan oleh Nicolaus Copernicus, seorang astronom
Polandia, yang dengan berani mengajukan penggantian model geosentris dengan
model heliosentris yang lebih sederhana. Bagaimana susunan alam semesta
menurut model heliosentris ini? Dalam model ini, selain oleh planet-planet,
Matahari juga dikitari oleh benda-benda antar planet lainnya seperti Komet,
Asteroid, dan Meteoroid. Sistem dengan Matahari sebagai pusat yang dikitari oleh
planet-planet dan benda-benda antar planet lain dinamakan Tata Surya (Tjasyono,
2006).
Dalam model heliosentris Copernicus, Matahari dianggap berada pada
pusat alam semesta, bintang-bintang terletak pada bulatan angkasa dan berputar
mengelilingi Matahari. Diantara Bintang-bintang dan Matahari terdapat planet-
planet termasuk Bumi yang berputar mengelilingi Matahari dalam masing-masing

7
orbitnya dengan lintasan orbit berbentuk lingkaran, seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.2. Gerak mundur semu dalam peredaran planet-planet yang sulit
dijelaskan oleh model geosentris, dapat dijelaskan dengan mudah dalam model
heliosentris, dengan menggunakan konsep gerak relatif antara Bumi dan planet-
planet lain yang bergerak disekitar Matahari dengan kecepatan sudut putar yang
berbeda-beda.

Mercurius

Mars
Matahari

Pluto

Saturnus
Jupiter

Neptunus
Venus
Bumi

Gambar 1.2. Model tata surya heliosentris (Tjasyono, 2006)

Apakah model tatasurya yang dipakai sekarang adalah murni gagasan


Copernicus? Ternyata bukan, karena model heliosentris Copernicus memiliki
kekurangan. Kekurangan model Copernicus terjadi pada dua hal, yakni pertama
adanya fakta bahwa Bintang-Bintang tidak berputar mengelilingi Matahari, dan
kedua lintasan orbit planet-planet bergerak mengelilingi Matahari bukan berupa

8
lingkaran (sirkular). Kesimpulan bahwa lintasan planet-planet bukan lingkaran
diambil karena berdasarkan pengamatan ternyata jarak suatu planet ke Matahari
selama periode revolusinya tidaklah tetap, melainkan berubah-ubah, kadang-
kadang menjauh kadang-kadang mendekat. Hal ini tidak akan terjadi jika lintasan
edar planet mengitari matahari berupa lingkaran (Tjasyono, 2006). Lantas apa
bentuk lintasan edar planet dan benda-benda langit lainnya saat mengelilingi
Matahari ?

B. HUKUM-HUKUM KEPLER
Kelemahan model Copernicus tentang orbit planet kemudian
disempurnakan oleh Johanes Kepler (1571-1630), dia adalah asisten dan penerus
dari ahli astronomi Tycho Brahe (Tjasyono, 2006). Kepler sangat tertarik dengan
gerak tak beraturan Planet Mars. Ia menghabiskan waktu dan energinya untuk
sampai pada kesimpulan bahwa orbit lingkaran seragam yang diusulkan oleh
Copernicus tidak sesuai dengan fakta-fakta hasil pengamatan. Karena Kepler juga
adalah seorang ahli matematika, maka ia melakukan analis matematis atas data-
data yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan teleskop
astronomi Brahe. Hasil analisis matematis yang dilakukan Kepler menghasilkan
suatu kesimpulan bahwa lintasan orbit Planet adalah berupa elips dan bukan
lingkaran. Apakah elips itu ? elips merupakan suatu bangun datar berbentuk
lonjong ditandai oleh sumbu mayor dan sumbu minor. Hasil-hasil pengamatan
dan analisis Kepler tentang gerak dan orbit planet menghasilkan tiga hukum
Kepler yang sangat terkenal dan hingga saat ini masih dipercaya keberlakuannya.
Hukum pertama Kepler yang disebut juga hukum elips yang
dipublikasikan pada sekitar tahun 1609, menyatakan bahwa semua Planet
bergerak dalam lintasan elips mengitari Matahari dengan Matahari berada di
salah satu titik fokus elips. Titik Fokus lainnya berada di ruang angkasa. Bentuk
orbit Planet menurut hukum pertama Kepler ditunjukkan pada Gambar 1.3
(Tjasyono, 2006).
Planet

Matahari b
a

Fokus 2 9
Fokus 1
Gambar 1.3. Bentuk orbit Planet menurut hukum prtama Kepler (Tjasyono, 2006)

Persamaan elips dari hukum pertama Kepler dirumuskan seperti nerikut :


(Tjasyono, 2006)

 x  ae  2  y 2 1
a2 b2
(1.1)

dimana e adalah eksentrisitas yang merupakan perbandingan antara jarak dua


fokus dengan diameter panjang elips. Nilai eksentrisitas menentukan bentuk elips
apakah makin lonjong atau makin mendekati bentuk lingkaran. Jika e = 0, maka
orbit planet akan berupa lingkaran. Eksentrisitas bumi, e bumi = 0,017, hampir
mendekati nol, jadi orbit bumi hampir mendekati lingkaran.
Apakah efek dari lintasan planet-planet mengelilingi matahari berbentuk
elips? Akibat lintasan orbit planet berbentuk elips, maka selama suatu planet
bergerak mengelilingi matahari menempuh satu putaran penuh yang disebut satu
tahun pleneter, jarak antara planet tersebut dengan Matahari akan selalu berubah-
ubah. Pada suatu waktu tertentu, setiap planet akan berada pada posisi paling
dekat dengan Matahari dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya. Titik pada
lintasan orbit planet yang menandai posisi paling dekat planet ke Matahari
disebut perihelium (peri = dekat, helios = matahari). Pada waktu tertentu, setiap
planet juga akan berada pada posisi paling jauh dari Matahari dibandingkan
waktu-waktu lainnya. Titik pada lintasan orbit Planet yang menandai posisi

10
paling jauh Planet ke Matahari disebut aphelium (ap = jauh, helios = Matahari).
Bumi berada di perihelium kira-kira pada tanggal 3 Januari, dan berada di
aphelium kira-kira pada tanggal 4 Juli setiap tahun. Di perihelium, jarak antara
Bumi dan Matahari adalah sekitar 91,5 juta mil (147 juta km) dan di aphelium
jarak Bumi dan Matahari adalah sekitar 94,5 juta mil (152 juta km). Dengan
demikian jarak rata-rata Bumi dari Matahari dalam keseluruhan orbitnya adalah
sekitar 93,0 juta mil (150 juta km) atau setara dengan 1 SA (satuan astronomi)
(Tjasyono, 2006).
Bagaimanakah arah revolusi planet mengitari Matahari? Seluruh Planet
bergerak mengitari Matahari (berevolusi) dalam arah yang sama, yaitu berlawanan
arah dengan arah putar jarum jam. Demikian juga dengan arah revolusi bulan
mengelilingi bumi. Seluruh Planet selain berevolusi mengelilingi matahari, juga
berputar mengitari portosnya (sumbu putarnya) masing-masing (berotasi). Apa
buktinya ? Salah satu bukti bahwa planet Bumi berotasi adalah terjadinya siang
dan malam di permukaan Bumi. Lalu bagaimana arah rotasi dari planet-planet?
Arah rotasi planet-planet juga dalam arah berlawanan dengan arah putar jarum
jam, kecuali untuk planet Venus dan Uranus. Para astronom menetapkan arah
putar berlawanan dengan arah putar jarum jam sebagai gerak langsung (direct),
sedangkan arah putar searah dengan arah putaran jarum jam disebut gerak balik
(retroge). Bulan mengitari Bumi juga dengan gerak langsung. Selain itu semua
orbit planet kecuali Merkurius dan Pluto terletak dalam bidang yang hampir sama.
Bidang orbit Bumi disebut Ekliptika (Tjasyono, 2006).
Hukum kedua Kepler yang disebut juga sebagai hukum kesamaan luas
yang dipublikasikan pada tahun 1609, menyatakan bahwa luas (S) yang disapu
oleh garis penghubung antara planet dan Matahari dalam selang waktu (t) yang
sama adalah sama (S1 = S2 = S3), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.4. Apa
makna hukum ini ? Hukum ini secara tidak langsung menyatakan bahwa
kecepatan orbit suatu Planet mengitari matahari tidaklah konstan (uniform)
melainkan berubah-ubah. Planet akan bergerak lebih cepat dalam orbitnya ketika
berada pada daerah yang dekat dengan matahari, dan akan bergerak lebih lambat
dalam orbitnya ketika berada pada daerah yang jauh dari matahari. Kecepatan

11
orbit Planet berbanding terbalik dengan jaraknya terhadap matahari. Dalam notasi
matematis , hukum ini dapat dirumuskan sebagai : (Tjasyono, 2006)
dS
C
dt
(1.2)

dengan C adalah konstanta. Persamaan ini dapat dibaca laju perubahan luas yang
disapu garis penghubung planet-Matahari terhadap waktu adalah tetap, S1 = S2 =
S3.

S1

perihelium S3 aphelium

S2

Gambar 1.4. Hukum Kepler ke 2 yang menggambarkan kecepatan planet


di sekitar Matahari, S1 = S2 = S3 (Tjasyono, 2006)

Hukum kesamaan luas ini terbentuk sebagai konsekuensi dari adanya kekekalan
momentum sudut dari planet-planet ketika berputar mengelilingi Matahari.
Apakah momentum sudut itu? Momentum sudut (L) merupakan suatu besaran
fisika terkait gerak rotasi yang didefinisikan sebagai perkalian antara momentum
linier dengan jarak radial suatu benda (r) dari sumbu putarnya; (Kanginan, 1999)

L  pr

(1.3)

12
Dimana momentum linier (p) adalah suatu besaran Fisika yang didefinisikan
sebagai perkalian antara massa (m) dengan kecepatan (v);

p  mv
(1.4)

Jadi, jika momentum sudut suatu planet yang mengitari matahari adalah kekal,
maka planet harus bergerak lebih cepat bila dekat dengan matahari, dan bergerak
lebih lambat jika berada jauh dari Matahari. Planet-planet yang berputar
mengelilingi Matahari memiliki momentum sudut yang tetap, karena tidak ada
gaya yang bekerja dalam arah geraknya. Gaya tarik matahari arahnya membentuk
sudut 90o terhadap arah gerak Planet. Sekali Planet bergerak mengelilingi
Matahari, maka planet tersebut akan terus berputar dengan momentum sudut yang
konstan, kecuali jika dikenakan gaya yang arahnya dalam arah gerak planet.
Sebagai contoh, satelit buatan seperti satelit Palapa yang diorbitkan dalam
atmosfir Bumi, akan bergerak mengelilingi Bumi dalam orbit eliptik dengan
momentum sudut mula-mula konstan. Akan tetapi akibat adanya gaya gesek dari
atmosfir bumi yang arahnya berlawanan dengan arah gerak satelit, maka
momentum sudut satelit lama kelamaan akan terus berkurang seiring berjalannya
waktu. Jadi adanya gaya gesekan udara dapat menyebabkan hukum kekekalan
momentum tidak berlaku, tetapi planet-planet bergerak di ruang hampa sehingga
gaya gesek dengan udara dapat diabaikan, sehingga hukum kekekalan momentum
sudutnya terjamin (Kanginan, 1999).
Waktu yang diperlukan oleh sebuah Planet untuk beredar satu kali
mengitari Matahari disebut periode revolusi. Untuk Bumi, periode revolusinya
didefinisikan sebagai satu tahun. Sedangkan waktu yang diperlukan oleh suatu
planet untuk berputar satu kali mengitari porosnya disebut periode rotasi. Untuk
Bumi, periode rotasinya didefinisikan sebagai satu hari. Periode revolusi suatu
planet berhubungan erat dengan orbitnya (jari-jari atau diameter orbit). Hubungan
antara periode revolusi suatu planet dengan jaraknya dari matahari, termaktub
dalam hukum ketiga Kepler. Bagaimana bunyi hukum ketiga Kepler ?

13
Hukum ketiga Kepler yang disebut juga sebagai hukum harmonik yang
dipublikasikan pada tahun 1618, menyatakan bahwa perbandingan kuadrat
periode revolusi (T2) terhadap pangkat tiga dari jarak rata-rata planet ke Matahari
(jari-jari elips = R3) adalah sama untuk semua planet. Secara matematika,
pernyataan tersebut dapat dirumuskan seperti berikut : (Tjasyono, 2006)
T2
C
R3
(1.5)
Disini C adalah suatu konstanta yang memiliki nilai yang sama untuk semua
Planet. Hukum ini secara eksplisit menyatakan hubungan antara periode revolusi
suatu Planet dengan jaraknya terhadap matahari. Makin jauh jarak Planet ke
matahari (makin besar diameter orbit Planet), makin lama periode revolusinya.
Planet yang memiliki diameter orbit paling kecil adalah Merkurius dan yang
paling besar adalah Pluto. Sehingga Merkurius memiliki periode revolusi paling
kecil, yaitu sekitar seperempat periode revolusi Bumi (0,25 tahun Bumi),
sedangkan Pluto memiliki periode revolusi paling besar yaitu sekitar 248 tahun
Bumi.
Apakah jarak suatu planet ke Matahari juga mempengaruhi periode rotasi
planet tersebut? Periode rotasi tidak ada hubungannya dengan jarak Planet ke
Matahari. Periode rotasi Planet Venus yang jaraknya ke Matahari lebih dekat
dibanding Planet Bumi, memiliki periode rotasi yang lebih besar dari periode
rotasi Bumi, yaitu sekitar 243 hari Bumi. Sedangkan Planet Jupiter yang jaraknya
lebih jauh dari Bumi, memiliki periode rotasi yang lebih kecil dari periode rotasi
Bumi, yaitu sekitar setengah hari Bumi.
Jika Bumi dijadikan sebagai acuan, dimana jarak antara Bumi dan
Matahari adalah sekitar 150 x 106 km yang disebut sebagai 1 SA, dan periode
revolusi Bumi adalah 1 tahun, maka konstanta C = 1, dan persamaan hukum
ketiga Kepler menjadi : (Tjasyono, 2006)

T2
1 , atau T 2  R3
R3
(1.6)

14
disini R adalah jarak rata-rata Planet ke Matahari dalam satuan SA dan T adalah
periode revolusi planet dalam satuan tahun.
Jarak rata-rata setiap Planet ke Matahari dan periode revolusinya
dirangkumkan dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Jarak rata-rata Planet-Matahari dan periode revolusinya

Planet Jarak rata-rata Planet ke Periode revolusi Planet


Matahari (SA)

Merkurius 0.39 88.0 hari

Venus 0.72 225.0 hari

Bumi 1.00 365.3 hari

Mars 1.52 687.0 hari

Jupiter 5.20 11.9 tahun

Saturnus 9.54 29.5 tahun

Uranus 19.19 84.0 tahun

Neptunus 30.07 164.0 tahun

Pluto 39.52 248.0 tahun

C. HUKUM TITIUS BODE


Adakah suatu aturan umum atau ketentuan yang dapat digunakan untuk
menentukan jarak planet-planet ke Matahari? Suatu metode sederhana yang dapat
memudahkan dalam mengingat atau menentukan jarak rata-rata antara sebuah
planet dengan Matahari dalam satuan astronimis, yaitu hukum Titius Bode.
Disebut demikian, karena metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann
Daniel Titius, seorang ahli Fisika dan Matematika berkebangsaan Jerman pada
sekitar tahun 1766. Sedangkan Johann Bode, seorang astronom Jerman adalah
pendukung kuat metode ini.
Bagaimana dapat menentukan jarak rata-rata antara suatu planet dengan
Matahari dengan hukum Titius Bode? Titius Bode menandai jarak antara planet
dan Matahari dengan angka-angka 0, 3, 6, 12, 24, ... dan seterusnya

15
(menggandakan angka setiap bilangan kecuali untuk nol). 0 untuk Merkurius, 3
untuk Venus, 6 untuk Bumi, dan seterusnya. Kemudian setiap bilangan ini
ditambah dengan 4, dan hasilnya dibagi dengan 10 (Tjasyono, 2006). Sebagai
contoh, untuk Planet Merkurius (Planet terdekat dengan Matahari) jaraknya dari
matahari (dalam SA) menurut hukum Titius Bode adalah :
(0 + 4) : 10 = 0,4 SA
sedangkan untuk planet Venus, jaraknya dari Matahari adalah :
(3 + 4) : 10 = 0,7 SA
Sekarang berapakah jarak planet Bumi ke Matahari? Tanda untuk planet Bumi
adalah 6, kemudian angka 6 ini ditambah dengan 4 dan hasil penjumlahan ini
dibagi dengan 10, sehingga jarak Bumi ke Matahari adalah :
(6 + 4) : 10 = 1 SA
dan seterusnya. Cukup mudah bukan ? Coba anda tentukan jarak rata-rata planet-
planet lainnya dari Matahari dengan menggunakan hukum Titius Bode ini.

D. KESESUAIAN HUKUM NEWTON DENGAN HUKUM KEPLER


Penemuan Teleskop pada tahun 1610 dan karya ilmiah besar Galileo (1564
– 1642) telah mempercepat perkembangan astronomi dan penetapan teori
heliosentris tata surya. Siapakah dia ? Galileo yang nama lengkapnya Galileo
Galilei adalah seorang ahli matematika, fisika dan astronomi Italia. Ia termasuk
salah satu ilmuwan besar sepanjang sejarah. Dari sekian banyak sumbangan
ilmiahnya, yang paling penting adalah dalam bidang mekanika. Ia
menyumbangkan ide dasar asli untuk formulasi kedua hukum pertama Newton,
dan ia menemukan pendekatan eksperimen modern dalam ilmu pengetahuan
(dikenal dengan sebutan metode ilmiah). Selain itu, gerak benda-benda,
khususnya planet-planet, juga merupakan bahan kajian utama Galileo. Konsep
gerak dan gayanya menghasilkan gerakan pendekatan baru secara keseluruhan
pada astronomi (Tjasyono, 2003).
Hasil-kasil kerja Copernicus, Kepler, dan Galileo dipadukan oleh Sir Isaac
Newton, seorang ahli Fisika dan Matematika berkebangsaan Inggris menghasilkan
suatu hukum gravitasi universal yang dipublikasikan dalam Principia pada tahun
1687. Bagaimana pernyataan hukum ini ? Hukum gravitasi Newton nenyatakan

16
bahwa gaya gravitasi (gaya tarik menarik) antara dua benda bermassa sebanding
dengan hasil kali massa kedua benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak antara kedua benda tersebut. Karya Newton ini memperlihatkan bahwa
hukum-hukum Kepler yang diturunkan secara empiris, sesuai dengan hukum-
hukum dasar tentang gerak. Secara matematis hukum gravitasi Newton dapat
dirumuskan sebagai berikut : (Tjasyono, 2003)

m1m2
F G
r2
(1.7)
dimana F adalah gaya tarik menarik Newton, m1 dan m2 adalah massa benda 1 dan
benda 2, r adalah jarak kedua benda yang diukur dari masing-masing pusat
massanya, dan G adalah konstanta universal yang besarnya 6,67 x 10-11 Nm2kg-2.
Hukum ini disebut pula hukum interaksi massa.
Apakah akibat dari adanya interaksi massa? Sebagai efek dari adanya gaya
gravitasi ini, maka setiap benda akan saling berinteraksi dengan satu sama lain
mengerahkan gaya gravitasi yang sama, dan benda yang massanya jauh lebih kecil
dapat tertarik ke benda yang lebih massanya jauh lebih besar. Apakah buktinya?
buah durian yang lepas dari tangkainya akan jatuh tertarik ke permukaan bumi
(tanah). Hal ini terjadi karena massa durian sangat jauh lebih kecil dibanding
dengan massa Bumi.
Matahari dan planet-planet juga saling tarik-mnarik satu sama lain, karena
masing-masing memiliki massa. Dan sudah pasti massa Matahari akan jauh lebih
besar dari massa planet-planet, karena memiliki ukuran volume yang jauh lebih
besar. Mestinya planet-planet jatuh tertarik ke Matahari bukan ? Tetapi mengapa
planet-planet termasuk Bumi kita tidak jatuh tertarik ke Matahari ? Atau Bulan
yang massanya jauh lebih kecil tidak jatuh tertarik ke Bumi ? Jawabannya adalah
karena planet-planet tidak diam melainkan bergerak mengitari Matahari dengan
kecepatan orbit tertentu. Demikian juga dengan Bulan bergerak menelilingi Bumi.
Sebagai efek dari pergerakan ini maka seolah-olah akan timbul suatu gaya
pengimbang yang menetralisir gaya tarik Matahari. Gaya pengimbang ini biasa
disebut sebagai gaya sentrifugal. Wujud nyata dari gaya ini adalah sama seperti

17
ketika kita sedang duduk di dalam mobil, kemudian mobil itu bergerak dalam
jalan menikung, maka seolah-olah kita tertarik ke arah yang berlawanan dengan
arah tikungan. Jika kecepatan mobil saat menikung cukup tinggi, maka seolah-
olah kita akan terlempar ke luar (Kanginan, 1999).
Besarnya gaya tarik menarik antara Matahari (bermassa M) dengan suatu
planet (bermassa mp) yang satu sama lain terpisah sejauh R, adalah : (Tjasyono,
2006)
Mm p
F1  G
R2
(1.8)
dan gaya sentrifugal akibat planet bergerak mengitari Matahari dengan kecepatan
linier v, adalah :
m pv 2
F2 
R
(1.9)
dalam hal ini lintasan orbit planet dianggap berupa lingkaran.
Karena gaya sentrifugal ini (F2) mengimbangi gaya tarik Matahari (F1), maka :
F1  F2

atau
Mm p m pv2
G 
R2 R
yang menghasilkan hubungan :
GM
v (1.10)
R

gaya tarik (F1) mengarah ke pusat orbit (Matahari), sehingga gaya ini disebut juga
gaya sentripetal.
Dari persamaan-persamaan di atas dapat diamati bahwa :
- Kecepatan linier orbit Planet berbanding terbalik dengan jaraknya dari
Matahari, ini berarti semakin dekat jarak suatu planet ke Matahari, maka gerak
planet akan semakin cepat, atau periodenya akan semakin kecil (sesuai dengan
hukum kedua Kepler)

18
- Jika planet diam tidak bergerak mengitari Matahari maka atau kecepatannya
(v) sama dengan nol, maka gaya sentrifugal (F2) juga sama dengan nol, dan
karena gaya tarik F1 tidak nol, maka planet akan jatuh tertarik ke Matahari.
Selanjutnya dengan menggabungkan konsep gerak melingkar dan hukum
ketiga Kepler, Newton dapat menentukan nilai konstantan C pada persamaan
hukum ketiga Kepler, dengan langkah analisis seperti berikut :
Seperti telah diungkapkan di atas, gaya sentripetal (besarnya sama dengan gaya
sentrifugal) yang dikerjakan Matahari terhadap planet adalah,
m pv 2
F
R
Tapi kecepatan linier v dapat dinyatakan dalam kecepatan sudut () melalui
hubungan v  R , dengan demikian persamaan di atas dapat dituliskan dalam
bentuk ;
F  m p 2 R

(1.11)
Dan karena kecepatan sudut () terkait dengan periode orbit planet (T) melalui

2
hubungan ;   , maka persamaan (1.11) dapat dituliskan seperti berikut :
T

m p 4 2 R
F  mp
T2
(1.12)
Dan kemudian dengan menggunakan perumusan hukum ketiga Kepler dan
persamaan hukum gravitasi Newton dapat dirumuskan persamaan untuk konstanta
pada hukum ketiga Kepler (C) seperti berikut :
T2 4 2
C 3

R GM

(1.13)

Marilah sekarang kita lihat contoh penerapan hukum ketiga Kepler !


Dua buah planet P dan Q mengorbit Matahari dengan perbandingan jarak planet P
dan planet Q ke Matahari adalah 4 : 9. Apabila periode revolusi planet P adalah 24
jam, tentukan periode revolusi planet Q!

19
Jawab
R 4
- R  9
P
Diketahui :
Q

- TP  24 jam
Periode Planet P dapat dihitung dengan persamaan hukum ketiga Kepler seperti
berikut ini :
TQ2 TP2

RQ3 RP2
3/ 2
R 
atau TQ  TP  Q 
 RP 
3/2
9
atau TQ  (24 hari )   81 hari
4

LATIHAN
Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan cermat.
1. Buktikan persamaan untuk konstanta pada hukum ketiga Kepler (C)
(persaman 1.13)!
Petunjuk ; mulai dari persamaan 1.12, kemudian gunakan persamaan hukum
ketiga Kepler, dan persamaan hukum gravitasi Newton.
2. Lengkapi tabel berikut ini dengan menggunakan hukum Titius Bode !

No Nama Planet dan Tanda Jarak Planet – Matahari


Urut Benda antar Planet Planet Menurut hukum Titius
Bode (SA)
1 Merkurius 0

2 Venus 3

3 Bumi 6

4 Mars .......

5 Asteroid 24

6 Jupiter .......

7 Saturnus 96

20
8 Uranus .......

9 Neptunus ........

10 Pluto ........

Rambu-Rambu Jawaban
1. Untuk dapat menjawab soal latihan no. 1, anda dapat memulai dengan
persamaan gaya sentripetal (pers. 1.12), kemudian menggunakan hukum
ketiga Kepler dan hukum Gravitasi Newton.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : Gaya sentripetal yang dialami
sebuah Planet yang mengitari Matahari (Persamaan 1.12) adalah
m p 4 2 R
F  mp
T2

Dari hukum ketiga Kepler diketahui bahwa ;


T2 R 1
C atau 2

R3 T CR 2

Sehingga persamaan (6.12) menjadi ;


m p 4 2
F
CR 2
Tapi sebenarnya gaya sentripetal ini merupakan gaya gravitasi Matahari-
Planet, yang besarnya adalah ;
Mm p
F G
R2
Maka dengan menyamakan persamaan gaya gravitasi ini dengan gaya
sentripetal, akan didapat hubungan :
m 4 2 mM
2
G
CR R2
Yang akan menghasilkan persamaan untuk konstanta pada hukum ketiga
Kepler (C) seperti berikut :

21
T2 4 2
C 
R3 GM

(1.13)

2. Untuk menentukan jarak antara setiap Planet dengan Matahari dengan hukum
Titius Bode, anda dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
Tanda Planet  4
Jarak  SA
10
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

No Nama Planet dan Tanda Jarak Planet – Matahari


Urut Benda antar Planet Planet Menurut hukum Titius
Bode (SA)
0.4
1 Merkurius 0

2 Venus 3 0.7

3 Bumi 6 1.0

1.6
4 Mars 12
2.8
5 Asteroid 24

6 Jupiter 48 5.2

10.0
7 Saturnus 96

8 Uranus 192 19.6

9 Neptunus 384 38.8

77.2
10 Pluto 768

RANGKUMAN
Teori geosentris tentang tata surya yang menempatkan Bumi sebagai pusat
alam semesta yang dikitari oleh planet-planet, matahari, serta benda-benda langit
lainnya telah menjadi pegangan kuat bangsa Yunani dalam rentang yang sangat
lama. Teori ini akhirnya gugur setelah terjadi revolusi ilmiah besar-besaran yang
dilakukan oleh Nicolaus Copernicus, yang dengan berani mengajukan
penggantian teoril geosentris dengan teori heliosentris. Dalam model ini, Matahari

22
ditempatkan sebagai pusat tata surya yang selain dikitari oleh Planet-Planet, juga
dikitari benda-benda antar Planet lainnya seperti Komet, Asteroid, dan Meteoroid.
Kelemahan model heliosentris Copernicus adalah anggapan bahwa lintasan orbit
Planet-Planet bergerak mengelilingi Matahari berupa lingkaran (sirkular).
Model heliosentris Copernicus ini kemudian disempurnakan oleh Kepler
melalui tiga hukum yang dipublikasikannya, yairu hukum pertama, kedua, dan
ketiga Kepler. Hukum pertama Kepler yang disebut juga hukum elips,
menyatakan bahwa semua Planet bergerak dalam lintasan elips mengitari
Matahari dengan Matahari berada di salah satu titik fokus elips. Hukum kedua
Kepler yang disebut juga sebagai hukum kesamaan luas, menyatakan bahwa luas
(S) yang disapu oleh garis penghubung antara Planet dan Matahari dalam selang
waktu (t) yang sama adalah sama. Dan Hukum ketiga Kepler yang disebut juga
sebagai hukum harmonik, menyatakan bahwa perbandingan kuadrat periode
revolusi (T2) terhadap pangkat tiga dari jarak rata-rata Planet ke Matahari (R 3)
adalah sama untuk semua Planet. Terdapat suatu metode sederhana yang dapat
digunakan atau menentukan jarak rata-rata antara sebuah Planet dengan Matahari
dalam satuan astronimis, yaitu hukum Titius Bode.
Terdapat kesesuaian antara hukum Kepler dan hukum Gravitasi Newton.
Planet-Planet dan benda-benda antar Planet lainnya harus berputar mengelilingi
Matahari dengan laju putaran tertentu agar tidak jatuh tertarik oleh Matahari.

TES FORMATIF 1
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling tepat, dengan cara
membubuhkan tanda silang (X) pada option yang disediakan.

1. Matahari sebagai pusat tata surya dan planet-planet serta benda-benda antar
planet bergerak mengitarinya dengan lintasan berbentuk elips, adalah
merupakan model tata surya ...........
A. Geosentris
B. Ptolemy
C. Heliosentris Copernicus
D. Heliosentris Copernicus yang disempurnakan Kepler

23
E. Heliosentris Aristarchus
2. Kelemahan model Heliosentris Copernicus adalah …….
A. Orbit planet berbentuk elips
B. Orbit Planet berbentuk lingkaran
C. Tidak bisa menerangkan adanya gerak balik (retroge) planet
D. Bumi sebagai pusat tata surya
E. Bintang-Bintang tidak beredar mengelilingi Matahari
3. Menurut hukum Titius Bode, jarak rata-rata Matahari dengan Planet Mars
yang merupakan Planet dengan urutan ke-4 dalam tata surya adalah .........
A. 1,6 SA
B. 4 SA
C. 0,4 SA
D. 16 SA
E. 8 SA
4. Tanda-tanda di bawah ini menunjukkan bahwa Bumi berevolusi dengan arah
berlawanan dengan arah putar jarum jam, kecuali .........
A. Matahari terbit di Timur dan terbenam di Barat
B. Pembagian tiga wilayah waktu, yaitu WIT, WITA, dan WIB
C. Wilayah timur negara Indonesia lebih awal siang dibanding wilayah barat
D. Pada pagi hari bayang-banyang badan kita mengarah ke arah barat dan
pada sore kari mengarah ke timur
E. Adanya siang dan malam

5. Yang dimaksud dengan posisi perihelium pada diagram orbit sebuah planet
berikut ini adalah ......... 2

3
A. 1
B. 2
C. 3 1 4
D. 4
E. 5

24

5
6. Menurut hukum Gravitasi Newton, Gaya tarik menarik antara dua benda
bermassa adalah sebanding dengan perkalian massa masing-masing benda dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak anatara kedua benda. Jika terjadi
interaksi gravitasi (tarik) antara Matahari dan Planet Venus, dimana massa
Matahari jauh lebih besar dari massa Venus, maka ......
A. Gaya tarik Matahari lebih besar dari gaya tarik Venus
B. Gaya tarik Venus lebih besar dari gaya tarik Matahari
C. Gaya tarik Matahari sama dengan gaya tarik Venus
D. Gaya tarik Matahari kadang-kadang lebih besar kadang-kadang lebih kecil
E. Interaksinya bukan tarik menarik melainkan tolak menolak
7. Planet yang berotasi dengan gerak retroge (gerak balik) adalah ........
A. Venus
B. Pluto
C. Uranus
D. Saturnus
E. Venus dan Uranus
8. Semakin dekat jarak suatu Planet ke Matahari, maka semakin cepat pula gerak
edarnya, dan semakin jauh jaraknya dari Matahari, maka gerak edarnya
semakin lambat, sehingga dalam waktu yang sama, luas bidang tempuhnya
akan sama besar. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum ........
A. Pertama Kepler
B. Kedua kepler
C. ketiga Kepler
D. Gravitasi Newton
E. Titius Bode
9. Kelajuan orbit sebuah planet dalam lintasan orbit elipsnya mengitari matahari
adalah .........

25
A. Konstan
B. Berubah bergantung pada ukuran Planet
C. Terkecil ketika berada di perihelium
D. Terbesar ketika di perihelium
E. Berubah, tapi tidak bergantung pada jaraknya dari Matahari
10. Menurut hukum ketiga Kepler, waktu yang diperlukan sebuah Planet untuk
mengitari Matahari satu kali pada orbitnya adalah ........
A. Sama untuk semua Planet
B. Bergantung pada jaraknya ke Matahari
C. Bergantung pada ukuran Planet
D. Bergantung pada massa Planet
E. Bergantung pada kecepatan gerak rotasinya
11. Periode Bumi mengelilingi Matahari adalah 1 tahun. Bila jari-jari lintasan
suatu Planet mengelilingi Matahari dua kali jari-jari lintasan Bumi
mengelilingi Matahari, maka Periode Planet tersebut adalah .......
A. 1,4 tahun B. 0,5 tahun C. 2 tahun
D. 2,8 tahun E. 5,6 tahun
12. Suatu Planet M memiliki massa a kali massa Bumi dan ukuran jari-jari b kali
jari-jari Bumi. Berat suatu benda di Planet M dibandingkan dengan beratnya
di Planet Bumi adalah .......
a
A. ab kali B. ab 2 kali C. kali
b2
a 1
D. kali E. kali
b ab

BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokkan hasil jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terdapat
pada bagian belakang Modul ini. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan belajar 1 pada Modul ini.

Rumus :

26
Jumlah Jawaban Anda yang Benar
Tingkat Penguasaan  x100%
Jumlah soal

Klasifikasi tingkat penguasaan materi :

Rentang tingkat penguasaan Kriteria

90 % - 100 % Baik Sekali

80 % - 89 % Baik

70 % - 79 % Cukup

 69 % Kurang

Jika anda mencapai tingkat penguasaan materi 80 % ke atas, maka anda dapat
meneruskan pada kegiatan belajar selanjutnya yaitu kegiatan belajar 2, Bagus !
Tetapi apabila tingkat penguasaan materi anda masih di bawah 80 %, anda harus
mengulang kembali kegiatan belajar 1, terutama pada bagian yang belum anda
kuasai.

27
KEGIATAN BELAJAR 2
TEORI PEMBENTUKAN TATA SURYA DAN
PENGELOMPOKAN PLANET

PENGANTAR
Setelah kita mendapatkan gambaran tentang model tata surya serta hukum-
hukum fisika yang berlaku di dalamnya, mungkin di benak anda muncul
pertanyaan, bagaimana alam semesta (tata surya) ini terjadi ? Terdapat beberapa
teori yang mencoba menerangkan terbentuknya tata surya. Beberapa diantaranya
yang cukup terkenal adalah Toeri Kabut atau Toeri Nebula, Teori Planetesimal,
Teori Bintang Kembar, dan Teori Proto Planet. Dari fakta-fakta pengamatan yang
menunjukkan bahwa Planet-Planet terletak hampir pada bidang datar di sekitar
Matahari, maka pembentukan anggota tata surya dalam hal ini Planet-Planet
diduga dari wujud yang sama dengan Matahari atau terbentuk dari Matahari.
Apa perbedaan dari teori-teori tersebut? Teori mana yang paling logis
untuk diterima? Menurut teori Nebula, mula-mula di jagat raya ini ada sebuah
Nebula yang baur dan hampir bulat. Nebula ini berotasi dengan lambat dan
turbulen. Karena pergerakan rotasinya sangat lambat, maka Nebula ini kemudian
menyusut. Menurut teori planetesimal, Matahari telah ada sebelum terbentuknya
tata surya sebagai salah satu Bintang yang banyak terdapat di langit. Pada suatu
saat, Matahari berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh dengan sebuah
Bintang lain. Karena adanya tarikan gravitasi Bintang tersebut, maka sebagian
bahan pada Matahari (mirip lidah api raksasa) tertarik ke arah Bintang itu. Ketika
Bintang yang berpapasan tersebut menjauh kembali, sebagian lidah api raksasa
tersebut jatuh kembali ke matahari dan sebagian lagi terhambur menjadi
gumpalan-gumpalan kecil atau Planetesimal. Sedangkan menurut teori bintang
kembar, dulunya Matahari diprediksi merupakan Bintang kembar. Kemudian
Bintang yang satu meledak menjadi kepingan-kepingan kecil, dan karena adanya
pengaruh gravitasi dari Bintang yang satunya lagi, maka kepingan-kepingan
tersebut bergerak mengitari Bintang tersebut dan menjadi Planet-Planet. Bintang
yang satu lagi yang dikelilingi kepingan-kepingan sekarang bernama Matahari.
Dan menurut teori proro plasma yang saat ini lebih populer, tata surya terbentuk

28
dari gumpalan awan gas dan debu sehingga teori ini dikenal juga sebagai teori
awan debu. Pemikiran ke arah itu didasari oleh fakta yang menunjukkan bahwa di
jagat raya banyak ditemukan gumpalan awan seperti itu.
Planet-planet anggota tata surya memiliki karakteristik yang beragam, baik
ukurannya, komposisi unsur penyusunnya, maupun posisi lintasan edar dan
periode revolusinya. Berdasarkan posisi, ukuran dan komposisi unsur
pembentuknya, planet-planet dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu ; Pertama,
Pengelompokkan planet atas dasar planet Bumi sebagai pembatas. Atas dasar
pengelompokkan ini, terdapat dua kelompok planet yaitu planet Inferior dan
planet Superior. Kedua, Pengelompokkan Planet atas dasar lintasan Asteroid
sebagai pembatas. Atas dasar pengelompokkan ini, terdapat dua kelompok Planet
yaitu kelompok planet Dalam (inner Planets) dan planet Luar (outer Planets).
Ketiga, Pengelompokkan planet atas dasar ukuran dan komposisi bahan
penyusunnya. Atas dasar pengelompokkan ini, terdapat dua kelompok planet yaitu
kelompok planet terrestrial dan planet Jovian. Planet terrestrial adalah planet-
planet yang ukuran dan komposisi bahan penyusunnya (batuan) mirip dengan
planet Bumi. Planet Jovian, disebut juga Planet Raksasa adalah planet-planet
yang ukurannya besar dan komposisi bahan penyusunnya mirip dengan planet
Jupiter, yaitu terdiri dari sebagian besar es dan gas hidrogen

TEORI PEMBENTUKAN TATA SURYA


Dari fakta-fakta yang menunjukkan bahwa Planet-Planet terletak hampir
pada bidang datar di sekitar Matahari, maka pembentukan anggota tata surya
dalam hal ini Planet-Planet diduga dari wujud yang sama dengan Matahari atau
terbentuk dari Matahari. Terdapat beberapa teori yang mencoba menerangkan
terbentuknya tata surya. Beberapa diantaranya yang cukup terkenal adalah Toeri
Kabut atau Teori Nebula, Teori Planetesimal, Teori Bintang Kembar, dan Teori
Proto Planet.

1. Teori Nebula atau Teori Kabut


Bagaimana tata surya terbentuk menurut teori Nebula? Nebula adalah
kabut yang terdiri dari gas (terutama gas helium dan hidrogen) dan partikel-

29
partikel angkasa lainnya. Pada tahun 1755 seorang pilosof Jerman bernama
Immanuel Kant mengajukan teori kabut ini. Pada tahun 1977, seorang ahli
matematika terkenal dari Prancis yang bernama Simon de Laplace mengusulkan
teori kabut yang hampir sama. Oleh karena itu, teori kabut dikenal juga dengan
teori Kant-Laplace (Kanginan, 1999).

a b

c d

Gambar 1.5. Skema proses pembentukan tata surya menurut teori Nebula
(http://en.wikipedia.org)

Menurut teori ini, mula-mula di jagat raya ini ada sebuah Nebula
yang baur dan hampir bulat. Nebula ini berotasi dengan lambat dan turbulen
(Gambar 1.5.a). Karena pergerakan rotasinya sangat lambat, maka Nebula mulai
menyusut. Sebagai hasil penyusutan dan rotasinya, terbentuklah sebuah cakram

30
Nebula yang ditengah-tengahnya datar (Gambar 1.5b). Proses penyusutan
tersebut terus berlanjut dan akhirnya Matahari terbentuk di pusat cakram. Cakram
berputar makin lama makin cepat, sehingga bagian-bagian tepi cakram terlepas
membentuk gelang-gelang bahan (Gambar 1.5c). Selanjutnya bahan dalam
gelang-gelang memadat menjadi planet-planet yang berevolusi dalam orbit hampir
melingkar mengitari Matahari (Gambar 1.5d).
Teori Nebula dipandang sukses dalam menjelaskan tata surya datar, yaitu
bidang orbit Planet-Planet mengitari Matahari hampir merupakan bidang datar.
Teori ini juga dipandang sukses dalam menjelaskan mengapa planet-planet
berevolusi dalam arah yang seragam.
Ide untuk menjelaskan bidang tata surya hampir datar didasarkan pada
hukum kekekalan momentum sudut. Contoh terkenal untuk memahami hal ini
adalah gerak rotasi seorang pemain sepatu es (sepatu luncur). Pemain es mula-
mula berotasi dengan merentangkan kedua lengannya, jika ketika sedang berotasi
kemudian pemain tersebut menarik kedua lengannya hingga terlipat, maka laju
rotasinya akan bertambah, karena momentum sudutnya tetap. Mirip dengan
peritiwa itu, ketika sebuah Nebula yang sedang berotasi perlahan-lahan ukurannya
menyusut, maka Nebula tersebut akan berotasi dengan kelajuan yang lebih cepat
dan akan runtuh ke bawah sepanjang poros putarnya dan membentuk suatu bidang
cakram datar, yang sering disebut tata surya datar. Seberapa lama teori dapat
bertahan dan menjadi pegangan orang-orang?
Seratus tahun kemudian, ahli Fisika terkenal berkebangsaan Inggris, James
Clerk Maxwell dan Sir James Jeans melakukan sanggahan terhadap teori ini
dengan cara menunjukkan bahwa massa bahan dalam gelang-gelang tidak cukup
untuk menghasilkan tarikan gravitasi sehingga memadat menjadi planet-planet.
Sanggahan lain terhadap teori Nebula juga datang dari astronom F. R. Moulton
dari Chicago pada penghujung abad 19. Ia menyatakan bahwa teori ini
bertentangan dengan kaidah fisika, yaitu yang seharusnya memiliki momentum
sudut paling besar adalah planet-planet, dan bukannya Matahari. Menurut teori
Nebula, Matahari memiliki momentum sudut paling besar karena memiliki massa
paling besar.

31
2. Teori Planetesimal
Bagaimana terbentuknya tata surya menurut teori Planetesimal? Teori ini
diajukan oleh ahli geologi berkebangsaan Amerika yang bernama T. C.
Chamberlein bersama rekannya ahli astromi yang bernama Moulton pada awal
abad ke 20. Planetesimal dapat diartikan sebagai planet kecil. Menurut teori ini,
Matahari telah ada sebelum terbentuknya tata surya sebagai salah satu Bintang
yang banyak terdapat di langit. Pada suatu saat, Matahari berpapasan pada jarak
yang tidak terlalu jauh dengan sebuah Bintang lain. Karena adanya tarikan
gravitasi Bintang tersebut, maka sebagian bahan pada Matahari (mirip lidah api
raksasa) tertarik ke arah Bintang itu. Ketika Bintang yang berpapasan tersebut
menjauh kembali, sebagian lidah api raksasa tersebut jatuh kembali ke matahari
dan sebagian lagi terhambur menjadi gumpalan-gumpalan kecil atau
Planetesimal. Planetesimal-Planetesimal tersebut kemudian melayang-layang di
angkasa sebagai benda-benda dingin dalam orbit mengitari Matahari. Akibat
adanya tumbukkan dan tarikan gravitasi, Planetesimal yang lebih besar menyapu
yang lebih kecil bergabung membentuk planet-planet (Kanginan, 1999).

Bintang

Lidah api

Matahari

Gambar 1.6. Matahari berpapasan dengan Bintang lain, sebagian materi


matahari tertarik oleh gravitasi bintang

Tetapi kemudian sanggahan terhadap teori ini datang dari beberapa ahli
astronomi. Menurut para astronom, kebanyakan bahan-bahan yang dihamburkan
32
dari Matahari berasal dari bagian dalam Matahari yang bersuhu sangat tinggi yaitu
dapat mencapai 1.000.000oC. Karena suhu yang sangat tinggi ini, maka gas-gas
yang dihamburkan dari Matahari akan terpencar ke seluruh ruang angkasa akibat
ledakan hebat, dan bukannya memadat menjadi planet-planet seperti yang
dinyatakan oleh teori Planetesimal.

3. Teori Bintang Kembar


Bagaimana terbentuknya tatasurya menurut teori ini? Teori Bintang
kembar hampir sama dengan teori Planetesimal. Teori ini diusulkan pada tahun
1930-an. Dulunya Matahari diprediksi merupakan Bintang kembar. Kemudian
Bintang yang satu meledak menjadi kepingan-kepingan kecil, dan karena adanya
pengaruh gravitasi dari Bintang yang satunya lagi, maka kepingan-kepingan
tersebut bergerak mengitari Bintang tersebut dan menjadi planet-planet. Bintang
yang satu lagi yang dikelilingi kepingan-kepingan sekarang bernama Matahari
(Kanginan, 1999).

4. Teori Proto Planet


Teori Proto Planet merupakan teori yang populer saat ini. Bagaimana
terbentuknya tatasurya menurut teori ini ? Proto adalah kata pada bahasa Yunani
yang berarti primitif. Teori ini pada awalnya dikemukakan oleh seorang astronom
Jerman yang bernama Carl Von Weizsaeker pada tahun 1940, yang kemudian
disempurnakan lagi oleh astronom lain, yaitu Gerard P. Kuiper pada tahun 1950,
Subrahmanyan Chandrasekhar, dan lain-lain (Kanginan, 1999).
Pada dasarnya teori ini menyatakan bahwa tata surya terbentuk dari
gumpalan awan gas dan debu sehingga teori ini dikenal juga sebagai teori awan
debu. Dasar pemikiran ke arah itu adalah adanya fakta yang menunjukkan bahwa
di jagat raya banyak ditemukan gumpalan awan seperti itu. Labih dari lima milyar
tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemampatan. Pada
proses pemampatan tersebut, partikel-partikel debu tertarik ke dalam menuju
pusat awan membentuk gumpalan bola dan mulai berotasi. Seperti pada ilustrasi
pemain sepatu es, begitu partikel-partikel debu yang berada di pingggir tertarik ke
dalam, maka laju rotasi gumpalan awan harus bertambah agar momentum sudut

33
gumpalan bernilai tetap. Karena rotasinya yang makin cepat, maka gumpalan
tersebut akan mulai memipih (mendatar) menyerupai bentuk cakram, yaitu tebal
di bagian tengah dan tipis di bagian tepi. Hukum ketiga Kepler menyatakan bahwa
di bagian tengah harus berotasi lebih cepat dari pada di bagian pinggir. Akibatnya
partikel-partikel yang berada di bagian tengah akan saling menekan dan
menimbulkan panas dan berpijar. Bagian tengah yang berpijar ini disebut Proto
Sun (Bakal Matahari), yang pada akhirnya menjadi Matahari.
Bagian tepi atau bagian yang lebih luar berotasi sangat cepat, sehingga
terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil.
Gumpalan kecil ini disebut Proto Plasma juga berotasi, dan akhirnya memadat
menjadi planet-Planet dan Satelit-Satelitnya.

Proto planet
Proto Sun

Gambar 1.7. Proto planet dan proto Sun (http://en.wikipedia.org)

PENGELOMPOKKAN PLANET
Berapa buah planet yang menjadi anggota tatasurya kita? Hingga saat ini
telah ditemukan sembilan buah planet sebagai anggota tata surya, yaitu
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
Untuk planet yang terakhir yaitu Pluto masih menjadi bahan perdebatan apakah
tergolong Planet atau bukan. Beberapa ahli astronomi mempercayai bahwa Pluto
merupakan sebuah satelit Neptunus yang terlepas. Sampai pada abad ke 17 baru
dikenal 6 Planet, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, dan Saturnus.

34
Uranus baru ditemukan sekitar tahun 1781, Neptunus pada tahun 1846, dan Pluto
pada tahun 1930 (Tjasyono, 2003).

Gambar 1.8. Bentuk tampilan Matahari dan Planet-Planet (http://en.wikipedia.org)

Apakah planet-planet memancarkan cahaya sendiri? Matahari


memancarkan sinar karena memiliki sumber cahaya sendiri. Oleh karena itu
Matahari tergolong Bintang. Planet-planet tidak memiliki sumber cahaya sendiri.
Planet-planet bersinar karena planet-planet memantulkan cahaya Matahari yang
diterimanya.
Planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus dapat dilihat dengan
mata telanjang tanpa bantuan teleskop. Karena itu kelima Planet ini telah
dipelajari oleh para astronom selama ribuan tahun. Tiga Planet lainnya ditemukan
setelah penemuan teleskop. Uranus ditemukan oleh Hershel pada malam hari
tanggal 13 Maret 1781. Neptunus ditemukan berdasarkan perhitungan John Couch
Adams dan Le Verrier, dan teramati pertama kali di langit pada tanggal 23
September 1846 oleh Johann G. Galle, asisten kepala observatorium Berlin. Pluto
ditemukan berdasarkan perhitungan ahli matematika yang bernama Parcival
Lowell, dan teramati pertama kali di langit oleh Clyde W. Tombaugh pada tanggal

35
13 Maret 1930. Parcival Lowell dan Clyde W. Tombaugh bekerja pada
observatorium Lowell, Arizona, Amerika Serikat (Kanginan, 1999).
Antara orbit planet Mars dan planet Jupiter terdapat sabuk (belt) Asteroid,
yaitu kumpulan ribuan planet-planet kecil dan pecahan-pecahan yang asal usulnya
hingga kini masih menjadi bahan perdebatan para ahli astronomi. Asteroid Ceres
ditemukan pertama kali pada sekitar tahun 1801 oleh seorang astronom Italia
bernama Piazzi. Benda tersebut hanya memiliki diameter sekitar 750 km,
sehingga terlalu kecil untuk disebut Planet. Dari pengamatan selanjutnya
menunjukkan bahwa ternyata Asteroid ini merupakan keluarga besar yang
jumlahnya 100.000 buah.
Bagaimana planet-planet dapat dikelompokkan ? Terdapat tiga cara untuk
pengelompokkan planet-planet, yaitu : (Kanginan, 1999)
Pertama, pengelompokkan planet atas dasar planet Bumi sebagai
pembatas. Atas dasar pengelompokkan ini, terdapat dua kelompok planet yaitu
planet Inferior dan planet Superior. Planet Inferior adalah planet-planet yang
orbitnya terletak di dalam orbit planet Bumi. Anggota kelompok planet Inferior
terdiri atas dua planet yaitu Merkurius dan Venus. Planet Superior adalah planet-
planet yang orbitnya terletak di luar orbit planet Bumi. Yang termasuk kelompok
planet Superior adalah planet Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan
Pluto.
Kedua, Pengelompokkan planet atas dasar lintasan Asteroid sebagai
pembatas. Atas dasar pengelompokkan ini, terdapat dua kelompok planet yaitu
kelompok planet Dalam (inner Planets) dan planet Luar (outer Planets). Planet
Dalam adalah planet-planet yang orbitnya terletak di sebelah dalam lintasan
Asteroid. Anggota kelompok planet ini terdiri dari planet Merkurius, Venus,
Bumi, dan Mars. Planet Luar adalah planet-planet yang orbitnya di sebelah luar
lintasan Asteroid. Yang tergolong planet ini adalah planet Jupiter, Saturnus,
Uranus, Neptunus dan Pluto.
Ketiga, Pengelompokkan planet atas dasar ukuran dan komposisi bahan
penyusunnya. Atas dasar pengelompokkan ini, terdapat dua kelompok Planet
yaitu kelompok planet Terrestrial dan planet Jovian. Planet Terrestrial adalah
planet-planet yang ukuran dan komposisi bahan penyusunnya (batuan) mirip

36
dengan planet Bumi. Yang termasuk kelompok planet ini adalah Merkurius,
Venus, dan Mars. Kelompok Planet ini kadang-kadang disebut juga kelompok
planet Kerdil, karena memang ukuran diameternya relatif jauh lebih kecil
dibanding dengan diameter planet Jupiter. Ciri-ciri utama dari planet Kerdil ini
adalah diameternya kecil, padat, dan kerapatan massanya tinggi, yaitu antara 4,2
hingga 5,5 gram/cm3. Planet kebumian disusun terutama (90 %) dari unsur-unsur
Besi, Oksigen, Silikon, dan Magnesium. Planet ini juga biasanya memiliki
angkasa yang tidak terlalu tebal, bahkan Merkurius tidak diselubungi angkasa.
Planet Jovian, disebut juga planet Raksasa adalah planet-planet yang ukurannya
besar dan komposisi bahan penyusunnya mirip dengan planet Jupiter, yaitu terdiri
dari sebagian besar es dan gas hidrogen. Yang tergolong planet ini adalah Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Ciri-ciri utama dari planet Raksasa ini adalah
diameternya besar, kurang padat, dan kerapatan massanya sangat rendah. Sebagai
contoh, Saturnus memiliki rapat massa antara 0,7 hingga 1,6 gram/cm 3. Angkasa
planet Raksasa biasanya sangat tebal dan terdiri atas senyawa yang mengandung
hidrogen.
Planet Pluto tidak mirip dengan Planet Bumi maupun dengan Planet Jupiter, dan
banyak astronom telah mengusulkan agar Pluto dikelompokkan sebagai sebuah
Asteroid (Planet kecil).

LATIHAN
Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan cermat.
1. Coba anda kelompokkan teori-teori mana yang menerangkan bahwa Matahari
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya anggota tata surya lain dan teori-
teori mana yang menerangkan nahwa Planet-Planet terbentuk dari serpihan
material Matahari atau material Bintang !
2. Bubuhkan tanda ceklist () pada kolom kelompok Planet yang anda anggap
tepat untuk setiap Planet !

Nama Planet Planet Planet Planet Planet Planet Planet


Inferior Superior Dalam Luar Terres Jovian
-trial
Merkurius

37
Nama Planet Planet Planet Planet Planet Planet Planet
Inferior Superior Dalam Luar Terres Jovian
-trial
Venus

Bumi

Mars

Jupiter

Saturnus

Uranus

Neptunus

Pluto

Rambu-Rambu Jawaban
1. Untuk menjawab soal nomor 1, anda harus mengacu pada teori-teori tentang
asal-usul tata sutya, yaitu teori Nebula, teori Planetesimal, teori Bintang
kembar, dan teori Proto Planet.
2. Untuk dapat menjawab soal latihan nomor 2, anda harus melihat tiga jenis
pengelompokan planet, yaitu pengelompokkan Planet berdasarkan Bumi
sebagai batas, asteroid sebagai batas serta ukuran dan unsur pembentuk
Planet. Berdasarkan cara-cara pengelompokkan seperti itu maka setiap planet
dapat dikelompokkan seperti pada tabel berikut ini :

Nama Planet Planet Planet Planet Planet Planet Planet


Inferior Superior Dalam Luar Terres Jovian
-trial
Merkurius   

Venus   

Bumi  

Mars   

38
Nama Planet Planet Planet Planet Planet Planet Planet
Inferior Superior Dalam Luar Terres Jovian
-trial
Jupiter   

Saturnus   

Uranus   

Neptunus   

Pluto   - -

RANGKUMAN
Terdapat beberapa teori yang mencoba menjelaskan asal-usul terbentuknya
tata surya. Beberapa diantaranya yang cukup terkenal adalah Toeri Kabut atau
Toeri Nebula, Teori Planetesimal, Teori Bintang Kembar, dan Teori Proto Planet.
Menurut teori Nebula tata surya terbentuk dari Bebula atau kabut yang terdiri
dari gas (terutama gas helium dan hidrogen) dan partikel-partikel angkasa lainnya
yang memadat akibat berotasi dengan cepat, sedangkan menurut teori
planetesimal, Matahari adalah sebuah bintang sedangkan planet-planet dan benda-
benda antar planet lainnya berasal dari material matahari yang tertarik dan
terpencar akibat gravitasi bintang lain. Sementara menurut teori Bintang kembar,
Matahari adalah satu satu dari Bintang kembar dan Planet-Planet serta benda-
benda antar Planet lainnya bersumber dari serpihan Bintang yang satu lagi yang
meledak. Dan menurut teori Proto Planet, Tata surya terbentuk dari gumpalan
awan gas dan debu yang memadat sehingga teori ini dikenal juga sebagai teori
awan debu.
Dari proses pembentukan tata surya tersebut, hingga saat ini telah
ditemukan sembilan buah Planet sebagai anggota tata surya, yaitu Merkurius,
Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Planet
Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus dapat dilihat dengan mata
telanjang tanpa bantuan teleskop. Antara orbit Planet Mars dan Planet Jupiter
terdapat sabuk (belt) Asteroid, yaitu kumpulan ribuan Planet-Planet kecil.
Terdapat tiga bentuk pengelompokkan Planet-Planet, yaitu : Pertama,
Pengelompokkan Planet atas dasar Planet Bumi sebagai pembatas. Atas dasar

39
pengelompokkan ini, terdapat dua kelompok Planet yaitu Planet Inferior dan
Planet Superior; Kedua, Pengelompokkan Planet atas dasar lintasan Asteroid
sebagai pembatas. Atas dasar pengelompokkan ini, terdapat dua kelompok Planet
yaitu kelompok Planet dalam (inner Planets) dan Planet luar (outer Planets); dan
Ketiga, Pengelompokkan Planet atas dasar ukuran dan komposisi bahan
penyusunnya. Atas dasar pengelompokkan ini, terdapat dua kelompok Planet
yaitu kelompok Planet terrestrial dan Planet Jovian.
Ciri-ciri utama dari Planet terrestrial atau planet kerdil adalah diameternya kecil,
padat, dan kerapatan massanya tinggi, yaitu antara 4,2 hingga 5,5 gram/cm 3.
Planet kebumian disusun terutama (90 %) dari unsur-unsur Besi, Oksigen,
Silikon, dan Magnesium. Planet ini juga biasanya memiliki angkasa yang tidak
terlalu tebal, bahkan Merkurius tidak diselubungi angkasa. Sedangkan Ciri-ciri
utama dari Planet Jovian atau planet raksasa adalah diameternya besar, kurang
padat, dan kerapatan massanya sangat rendah. Sebagai contoh, Saturnus memiliki
rapat massa antara 0,7 hingga 1,6 gram/cm 3. Angkasa Planet raksasa biasanya
sangat tebal dan terdiri atas senyawa yang mengandung hidrogen. Planet Pluto
tidak mirip dengan Planet Bumi maupun dengan Planet Jupiter, dan banyak
astronom telah mengusulkan agar Pluto dikelompokkan sebagai sebuah Asteroid
(Planet kecil).

TES FORMATIF 2
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling tepat, dengan cara
membubuhkan tanda silang (X) pada option yang disediakan.

1. Teori yang tidak menjelaskan tentang asal-usul pembentukan Tata Surya


adalah ...........
A. Teori Nebula
B. Teori Planetesimal
C. Teori Bintang Kembar
D. Teori Big Bang
E. Teori Protoplanet

40
2. Ketika Nebula (kabut) yang sedang berotasi ukurannya menyusut, maka
kecepatan rotasi Nebula akan ............
A. tetap
B. berkurang
C. bertambah besar
D. mula-mula berkurang kemudian bertambah besar
E. Mula-mula membesar kemudian berkurang
3. Teori asal-usul tata surya yang populer pada saat ini yang menganggap bahwa
tata surya terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu adalah .........
A. Teori Nebula
B. Teori Big Bang
C. Teori Bintang Kembar
D. Teori Protoplanet
E. Teori Planetesimal
4. Matahari yang massanya paling besar memiliki momentum sudut paling besar,
padahal seharusnya planet-planet lah yang memiliki momentum sudut paling
besar. Ini adalah sanggahan terhadap teori .........
A. Teori Planetesimal
B. Teori Nebula
C. Teori Protoplanet
D. Teori Bintang Kembar
E. Teori Big Bang
5. Karena suhu pada bagian dalam Matahari sangat tinggi, maka gas-gas yang
dihamburkan oleh Matahari akan terpencar ke seluruh angkasa dengan ledakan
hebat dan bukan memadat menjadi Planet-Planet. Ini adalah sanggahan
terhadap teori .........
A. Teori Planetesimal
B. Teori Nebula
C. Teori Protoplanet
D. Teori Bintang Kembar
E. Teori Big Bang
6. Planet-Planet tampak bersinar karena ...........

41
A. Mamancarkan cahaya
B. Menyerap cahaya
C. Memantulkan cahaya Matahari
D. Memantulkan cahaya Bulan
E. Memantulkan cahaya Bintang
7. Adanya kelompok planet dalam dan kelompok planet luar adalah karena
adanya pengelompokkan planet berdasarkan ........
A. Bumi sebagai pembatas
B. Jarak terhadap Matahari
C. Ukuran Planet
D. komposisi bahan penyususn Planet
E. Asteroid sebagai pembatas
8. Berikut ini yang tergolong Planet inferior adalah ........
A. Planet Venus
B. Planet Mars
C. Planet Bumi
D. Planet Jupiter
E. Planet Pluto
9. Berikut ini yang tergolong sebagai Planet Superior juga sebagai Planet Jovian
adalah ........
A. Planet Venus
B. Planet Mars
C. Planet Bumi
D. Planet Jupiter
E. Planet Pluto
10. Berikut ini yang tidak tergolong sebagai Planet Terrestrial maupun Planet
Jovian adalah ........
A. Planet Merkurius
B. Planet Mars
C. Planet Uranus
D. Planet Neptunus
E. Planet Pluto

42
11. Berikut ini adalah ciri-ciri Planet Jovian, kecuali ........
A. Ukuran volumnya sangat besar
B. Rapat massanya sangat tinggi
C. Unsur pembentuknya mirip dengan Matahari
D. memiliki angkasa yang sangat tebal
E. Kurang padat
12. Berikut adalah unsur-unsur utama pembentuk planet terrestrial, kecuali .......
A. Besi B. Silikon C. Hidrogen
D. Oksigen E. Magnesium

BALIKAN DAN TINDAK LANJUT


Cocokkan hasil jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 yang terdapat
pada bagian belakang BBM ini. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan belajar 2 pada BBM ini.

Rumus :

Jumlah Jawaban Anda yang Benar


Tingkat Penguasaan  x100%
Jumlah soal

Klasifikasi tingkat penguasaan materi :

Rentang tingkat penguasaan Kriteria

90 % - 100 % Baik Sekali

80 % - 89 % Baik

70 % - 79 % Cukup

 69 % Kurang

43
Jika anda mencapai tingkat penguasaan materi 80 % ke atas, maka anda dapat
meneruskan pada Modul selanjutnya, Bagus ! Tetapi apabila tingkat penguasaan
materi anda masih di bawah 80 %, anda harus mengulang kembali kegiatan
belajar 2, terutama pada bagian yang belum anda kuasai, senelum anda
mempelajari Modul berikutnya.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Kunci Jawaban Tes Formatif 1


1. D 5. E 9. D
2. B 6. C 10. B
3. A 7. E 11. D
4. E 8. B 12. C

Alasan :
1. Matahari sebagai pusat tata surya (model heliosentris) dikemukakan oleh
Copernicus, sedangkan lintasan edar revolusi planet-planet berbentuk elips
ditemukan oleh Kepler.
2. Menurut Copernicus lintasan orbit planet-planet mengitari Matahari berbentuk
lingkaran, padahal yang sebenarnya adalah berbentuk elips.
3. Tanda untuk planet Mars adalah 12, sehingga menurut hukum Titius Bode
jarak Mars dengan Matahari adalah (12 + 4) : 10 = 1,6 SA
4. Adanya siang dan malam bukan akibat revolusi Bumi mengelilingi Matahari
melainkan akibat gerak rotasi Bumi.
5. Posisi perihelium adalah posisi terdekat suatu planet ke Matahari dalam
lintasan edar yang berbentuk elips, jadi jelas pada posisi 5.
6. Menurut hukum gravitasi Newton antara Matahari dengan planet-planet terjadi
gaya tarik-menarik (interaksi massa) dengan gaya tarik menarik yang sama
besar. Sehingga gaya Matahari menarik Venus akan sama dengan Gaya Venus
menarik Matahari.
7. Gerak retrogresi adalah gerak rotasi planet yang searah dengan arah putar
jarum jam. Ada dua planet yang geraknya seperti ini yaitu Venus dan Uranus.

44
Planet-planet lainnya berotasi dalam arah berlawanan dengan arah putar jarum
jam.
dS
8.  C , merupakan ungkapan hukum kedua Kepler
dt
9. Persamaan untuk momentum sudut L = p.r, karena L tetap maka jika r
mengecil maka p membesar, dan karena p = m.v, maka jika p membesar maka
v juga membesar karena m tetap.
T2
10. Hukum ketiga Kepler  C , jadi waktu (T) yang dibutuhkan suatu planet
R3
untuk mengitari Matahari bergantung pada R yaitu jarak planet ke Matahari.
TB2 TP2 12 TP2
11. Menurut hukum ketiga Kepler  maka  atau
R B3 R P2 R B3  2 R B  3

TP2 8 R B3
 3 , sehingga TP  8  2,8 tahun
1 RB

Mm B MmM
12. Berat di planet Bumi, FB  G dan berat di planet M, FM  G
rB2 rM2

M (am B ) a Mm
FM  G  G 2 B , sehingga berat benda di planet M
 brB  2
b 2
rB

a
dibanding di planet Bumi adalah kali
b2
Kunci Jawaban Tes Formatif 2
1. D 5. A 9. D
2. C 6. C 10. E
3. D 7. E 11. B
4. B 8. A 12. C
Alasan :
1. Teori yang membahas tentang pembentukan planet meliputi teori Nebula, teori
Planetesimal, teori Bintang kembar, dan teori Protoplanet, sedangkan Teori
Big Bang bukan teori pembentukan planet.
2. L konstan, L = p.r = mvr, jadi jika r mengecil maka v membesar

45
3. Teori yang menganggap bahwa tatasurya terbentuk dari gumpalan awan gas
dan debu adalah teori Protoplanet.
4. Menurut teori Nebula Matahari memiliki momentum sudut paling besar
karena memiliki massa paling besar dibanding massa planet-planet, padahal
seharusnya yang memiliki momentum sudut paling besar adalah planet-planet
karena memiliki kecepatan linier paling besar karena berada di tepi cakram.
5. Menurut teori planetesimal Matahari telah ada sebelum planet-planet ada.
Matahari merupakan salah satu bintang dari sekian banyak bintang di langit.
Ketika Matahari berpapasan dengan salah satu bintang sebagian bahan
Matahari tertarik ke arah bintang itu akibat gaya tarik bintang. Material yang
tertarik itu berupa lidah api raksasa. Ketika bintang itu menjauh kembali
Material itu jatuh lagi ke Matahari dan sebagian lagi terhambur menjadi
gumpalan-gumpalan kecil.
6. planet tidak memancarkan cahaya sendiri, planet tampak bersinar karena
memantulkan cahaya matahari yang jatuh kepadanya.
7. Kelompok planet dalam dan planet luar adalah pengelompokkan planet
berdasarkan Asteroid sebagai pembatas
8. Planet inferior adalah kelompok planet yang orbit revolusinya berada di dalam
orbit revolusi Bumi, termasuk di dalamnya adalah planet Merkurius dan
Venus.
9. Planet Superior adalah kelompok planet yang orbit revolusinya berada di luar
orbit revolusi Bumi, termasuk di dalamnya adalah planet Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Planet Jovian adalah golongan planet
raksasa yang bahan penyusunnya mirip planet Jupiter yaitu berupa es dan gas
hidrogen, tercakup di dalamnya planet Jupiter, Saturnus, Uranus dan
Neptunus.
10. Planet terrestrial adalah golongan planet yang bahan penyusunnya mirip
planet Bumi, termasuk di dalamnya planet Merkurius, Venus dan Mars. Planet
Jovian adalah golongan planet raksasa yang bahan penyusunnya mirip planet
Jupiter yaitu berupa es dan gas hidrogen, tercakup di dalamnya planet Jupiter,
Saturnus, Uranus dan Neptunus.

46
11. Planet jovian, ukurannya besar, unsur pembentuknya berupa gas mirip
pembentuk Matahari, memiliki angkasa yang tebal, dan kerapan massanya
kecil.
12. Unsur pembentuk planet terrestrial adalah 90 % dari unsur besi, oksigen,
silikon, dan magnesium

DAFTAR PUSTAKA

Tjasyono, B., 2003, Geosains, ITB


Tjasyono, B., 2006, Ilmu Kebumian dan Entariksa, Rosdakarya, Bandung
Kanginan, M., 1999, Fisika SMU kelas 2, Erlangga, Jakarta
http://en.wikipedia.org

GLOSARIUM

Aphelium : Titik pada lintasan orbit Planet yang menandai posisi paling jauh
Planet ke Matahari
Direct atau Gerak Langsung : Arah putar berlawanan dengan arah putar jarum
jam
Ekliptika : Bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari
Eksentrisitas : Perbandingan antara jarak dua fokus dengan diameter panjang
elips
Gaya gravitasi : gaya tarik menarik antara dua benda bermassa sebanding dengan
hasil kali massa kedua benda dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara kedua benda tersebut
Geosentris : Model tatasurya yang dikembangkan oleh Claudius Ptolemaeus,
dimana Bumi sebagai pusat dan matahari serta planet-planet
bergerak mengelilingi Bumi
Heliosentris : Model tatasurya yang dikembangkan oleh Nicolaus Copernicus,
dimana Matahari sebagai pusat, dan planet-planet serta benda-
benda lainnya bergerak mengelilingi matahari.

47
Periode Revolusi : Waktu yang diperlukan oleh sebuah Planet untuk beredar satu
kali mengitari Matahari
Periode Rotasi : Waktu yang diperlukan oleh suatu Planet untuk berputar satu
kali mengitari porosnya
Perihelium : Titik pada lintasan orbit Planet yang menandai posisi paling dekat
Planet ke Matahari
Retroge atau Gerak Balik : Arah putar searah dengan arah putaran jarum jam
Revolusi : Gerak seluruh Planet mengitari Matahari dalam arah berlawanan
dengan arah putar jarum jam
Rotasi : Gerak Planet berputar mengitari portosnya (sumbu putarnya) dengan arah
berlawanan dengan arah putar jarum jam, kecuali untuk planet
Venus dan Uranus
Satuan astronomi : Jarak rata-rata Bumi dari Matahari dalam keseluruhan
orbitnya yaitu sekitar 93,0 juta mil (150 juta km)
Tata Surya : Sistem dengan Matahari sebagai pusat yang dikitari oleh Planet-
Planet dan benda-benda antar planet lain
Planet Inferior : Planet-Planet yang orbitnya terletak di dalam orbit Planet Bumi
Planet superior : Planet-Planet yang orbitnya terletak di luar orbit Planet Bumi
Planet dalam : Planet-Planet yang orbitnya terletak di sebelah dalam lintasan
Asteroid
Planet luar : Planet-Planet yang orbitnya di sebelah luar lintasan Asteroid
Planet terrestrial : Planet-Planet yang ukuran dan komposisi bahan penyusunnya
(batuan) mirip dengan Planet Bumi.
Planet Jovian : Disebut juga Planet Raksasa adalah Planet-Planet yang ukurannya
besar dan komposisi bahan penyusunnya mirip dengan Planet
Jupiter, yaitu terdiri dari sebagian besar es dan gas hidrogen

48

Anda mungkin juga menyukai