Metode KB
Penyedia pelayanan KB harus mampu menjelaskan karakteristik setiap
metode KB, cara penggunaan, efektivitas, keamanan dan efek samping.
Penyedia pelayanan KB harus tahu bagaimana metode tersebut
mempengaruhi penularan IMS dan HIV, kecocokan untuk klien yang
memiliki kebutuhan khusus (Seperti klien dengan AIDS dan ibu menyusui)
serta lama waktu antara penghentian metode KB dan kembalinya
kesuburan. Pastikan bahwa penyedia memiliki pengetahuan untuk semua
metode KB yang tersedia di tempatnya dan mampu menggunakan informasi
itu sesuai dengan tujuan reproduksi dari setiap klien.
Metode Kesuburan
Pemakaian metode kesuburan yang efektif mengharuskan perempuan
mengetahui cara mengidentifikasi waktu awal/mulai dan akhir masa subur
dalam siklus menstruasinya. Metode ini mencakup metode yang sesuai
pada gejala-gejala kesuburan, seperti mengukur suhu tubuh basal atau
sekresi serviks harian (Metode dua hari) atau metode yang didasarkan pada
kalender yang dicatat setiap hari dalam siklus menstruasi (Metode Hari
Standar). Pemakaian metode ini mengharuskan adanya kerjasama dari
pasangan. Metode kesuburan cocok, khususnya, untuk orang-orang yang
tidak ingin menggunakan metode-metode lain, karena alasan medis, alasan
keagamaan atau keyakinan pribadi. Penyedia layanan harus
memberitahukan kepada pasangan bahwa metode ini tidak melindungi
mereka dari IMS, termasuk infeksi HIV, dan karena efektivitasnya yang
rendah maka metode ini tidak cocok jika kehamilan merupakan suatu risiko
yang tak bisa diterima untuk kesehatan ibu.
Metode dengan Penghalang
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama (postponing),
menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan
medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (fecundity).
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS KESEHATAN
Pada PPAM dasar konsentasi KB pada krisis bencana sebagai pengatur jumlah
anak yang diinginkan, menghindari 32% dari semua kematian Ibu dan hampir
10% kematian anak, sekaligus menurunkan angka kemiskinan, kelaparan,
pemberdayaan perempuan, pendidikan, stabilitas ekonomi, terkait dengan risiko
kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan, infeksi menular
seksual (IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), aborsi tidak aman,
seks tanpa pelindung dan seks tidak aman merupakan faktor risiko kedua untuk
kecacatan dan kematian pada masyarakat miskin di dunia (Buku Pedoman
Lapangan antar-Lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana,
2010).
Data SDKI tahun 2017 peserta kontrasepsi modern 57,2% :
Berdasarkan data SDKI tahun 2012 sekitar
31,9% pasangan usia subur memilih suntik
dan 10,3% menggunakan pil sebagai
metode ber-KB. Ke dua metode KB ini
01 MOW 3.8 %, Vasektomi 0.2 %
04 Implant 4.7 %
05 Kondom 2.5 %.
Masyarakat yang mengungsi Koordinator sub klaster kesehatan
kemungkinan tidak membawa alat reproduksi melakukan manajemen
kontrasepsi atau tidak memiliki akses sistem suplai logistik alat dan obat
untuk mendapatkannya di tempat kontrasepsi untuk menghasilkan
pengungsian. Pada krisis kesehatan ketersediaan kondom, pil, dan suntik,
biasanya perempuan lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan
untuk menunda kehamilan. Oleh masyarakat pada krisis kesehatan
karena itu ketersediaan kontrasepsi yang terintegrasi dengan logistik
sangat penting untuk menghindari kesehatan reproduksi lain.
terjadinya putus pakai dan mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan.
Masalah mengenai KB pada kondisi krisis kesehatan mencakup:
1 2 3 4 5 6
Keberlanjutan metode KB Tekanan pada perempuan Kecemasan Ibu akan Perpisahan keluarga. Kurangnya akses
yang digunakan sebelum untuk melahirkan demi Kewenangan perempuan
terjadi kehamilan pada terhadap layanan KB
krisis terjadi. mengembalikan jumlah untuk mengontrol
situasi krisis kesehatan. menyebabkan
populasi. kesuburan mungkin
meningkatnya Kehamilan
terkikis oleh perubahan
Tidak Diinginkan (KTD)
sosial
dan kemungkinan aborsi
yang tidak aman.
Penilaian awal untuk memahami kebutuhan dan permintaan KB pada kondisi krisis kesehatan,
adalah:
Memperoleh informasi mengenai kepercayaan, kebudayaan masyarakat dan sikap mereka
terhadap kontrasepsi
Menilai kompetensi tenaga kesehatan
Mengumpulkan informasi mengenai prevalensi kontrasepsi berdasarkan metode.
Melakukan verifikasi ketersediaan dan kesinambungan alat dan obat kontrasepsi.
Menentukan ketersediaan dan fungsi dari fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Indikator yang harus dikumpulkan di Indikator yang harus dikumpulkan di tingkat program :
tingkat fasilitas kesehatan :
1 2 1 2
Persentase klien
Contraceptive Prevalence Jumlah dan persentase
yang ditawari Rate (CPR). CPR adalah Jumlah titik layanan
penyedia layanan yang
konseling KB persentase klien KB yang memiliki
perempuan (atau secara benar
sebagai tambahan minimal persediaan menerapkan standar
pasangannya) yang
dari metode menggunakan suatu Pil KB, suntik KB, layanan KB.
kontrasepsi metode kontrasepsi dan Kondom
disuatu titik waktu tertentu
Kontrasepsi Darurat
Dua metode kontrasepsi darurat yang digunakan adalah:
Sumber:
04buku Pedoman Kontrasepsi Darurat, Kementrian Kesehatan
KB Pasca Persalinan
Perempuan tersebut menyusui Masa nifas belum enam
secara penuh (bayi hanya minggu setelah persalinan
menerima ASI atau, sesekali,
sejumlah vitamin tambahan,
air, jus atau nutrien lain) atau Metode ini disebut metode
hampir secara penuh (lebih amenore laktasi. Efektivitasnya,
dari tiga perempat konsumsi sebagai metode yang sering
bayi adalah ASI). dipakai, adalah dua kehamilan
per100 perempuan pada enam
bulan pertama. Setelah persalinan.
Lakukan konseling kepada
perempuan yang menggunakan
Belum mengalami menstruasi metode ini untuk juga
lagi. menggunakan metode KB lain
ketika mereka mendekati bulan
keenam masa nifas atau ketika
salah satu dari kriteria diatas
berubah.
Klien dapat memulai metode-metode KB berikut pada kondisi krisis kesehatan ini dengan aman
Pra Pelayanan
Konseling (Perencanaan Keluarga)
Langkah awal dari pelayanan KB ini adalah memberikan pemahaman mengenai pilihan dalam metode
kontrasepsi berdasarkan tujuan reproduksi. Pemberian pemahaman dapat dilakukan melalui petugas lini
lapangan, metode Komunikasi dan Konseling lain guna mendapatkan pengetahuan yang cukup. Langkah
selanjutnya dapat dilakukan Komunikasi dan Konseling. Komunikasi dan Konseling dilakukan untuk memberikan
berbagai masukan dalam metode KB dan hal-hal yang dianggap perlu untuk diperhatikan.
Tindakan konseling ini disebut sebagai informed choice. Petugas kesehatan wajib menghormati keputusan
yang diambil calon akseptor KB.
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam
langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu
dilakukan secara berturut-turut karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Beberapa
klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu dibanding dengan langkah yang lainnya.
Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut.
SA: SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan.
T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.
U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin,
termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya.
J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang.
digunakan adalah Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK) yang merupakan lembar balik yang dapat
membantu petugas melakukan konseling sesuai standar dengan adanya tanda pengingat mengenai
keterampilan konseling yang perlu dilakukan dan informasi yang perlu diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan klien. ABPK mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan membantu mengambil keputusan.
Penapisan
Penapisan klien merupakan upaya untuk melakukan kajian tentang kondisi
kesehatan klien. Kondisi kesehatan akan disesuaikan dengan metode
kontrasepsi yang diinginkan. Tujuan utama penapisan klien adalah :
1. Ada atau tidak adanya kehamilan
2. Menentukan keadaan yang membutuhkan perhatian khusus misalnya
menyusui atau tidak menyusui pada penggunaan KB pasca persalinan
3. Menentukan masalah kesehatan yang membutuhkan pengamatan dan
pengelolaan lebih lanjut misalnya klien dengan HIV
TIDAK PENAPISAN KEHAMILAN YA
1. Apakah anda mempunyai bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan apakah anda
menyusui secara ekslusif dan belum mendapat haid?
Bila klien menjawab “TIDAK” pada semua pertanyaan, maka kemungkinan kehamilan tidak dapat disingkirkan. Klien
harus menunggu sampai haid berikutnya atau menjalani tes kehamilan.
Bila klien menjawab “YA” pada minimal salah satu pertanyaan dan klien tidak mempunyai gejala kehamilan, maka anda
dapat memberikan metode kontrasepsi pilihannya.
Jika tidak tersedia tes kehamilan, klien dianjurkan memakai kontrasepsi barrier sampai haid berikutnya.
Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)