Anda di halaman 1dari 28

Manajemen Krisis

Dosen : Asrawaty, M.Tr.Keb


TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini peserta didik mampu
melaksanakan pelayanan KB pada krisis kesehatan.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Menjelaskan pengertian dan tujuan KB pada krisis
kesehatan.
2. Melakukan Needs Assessment.
3. Menjelaskan pelayanan KB berkualitas
4. Merencanakan pelayanan KB berkualitas.
5. Mengidentifikasi kebutuhan Sumber Daya Manusia
(SDM)
6. Melaksanakan Komunikasi dan Konseling.
7. Melaksanakan pelayanan KB berkualitas.
8. Pembuatan Perencanaan Logistik Kontrasepsi
Apakah yang dimaksud dengan Pelayanan KB berkualitas?

pelayanan KB pada situasi krisis kesehatan adalah pelayanan yang dapat


memenuhi kebutuhan pasangan usia subur yang membutuhkan kontrasepsi
lanjutan, pemilihan metode kontrasepsi yang bisa dipilih, prosedur yang
aman, pelayanan yang berkesinambungan dan informasi.

Petugas kesehatan harus memberikan informasi yang akurat dan lengkap


kepada klien sehingga baik perempuan maupun laki-laki yang datang
dapat dengan suka rela melanjutkan atau memilih metode kontrasepsi
yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing

Metode KB
Penyedia pelayanan KB harus mampu menjelaskan karakteristik setiap
metode KB, cara penggunaan, efektivitas, keamanan dan efek samping.
Penyedia pelayanan KB harus tahu bagaimana metode tersebut
mempengaruhi penularan IMS dan HIV, kecocokan untuk klien yang
memiliki kebutuhan khusus (Seperti klien dengan AIDS dan ibu menyusui)
serta lama waktu antara penghentian metode KB dan kembalinya
kesuburan. Pastikan bahwa penyedia memiliki pengetahuan untuk semua
metode KB yang tersedia di tempatnya dan mampu menggunakan informasi
itu sesuai dengan tujuan reproduksi dari setiap klien.
Metode Kesuburan
Pemakaian metode kesuburan yang efektif mengharuskan perempuan
mengetahui cara mengidentifikasi waktu awal/mulai dan akhir masa subur
dalam siklus menstruasinya. Metode ini mencakup metode yang sesuai
pada gejala-gejala kesuburan, seperti mengukur suhu tubuh basal atau
sekresi serviks harian (Metode dua hari) atau metode yang didasarkan pada
kalender yang dicatat setiap hari dalam siklus menstruasi (Metode Hari
Standar). Pemakaian metode ini mengharuskan adanya kerjasama dari
pasangan. Metode kesuburan cocok, khususnya, untuk orang-orang yang
tidak ingin menggunakan metode-metode lain, karena alasan medis, alasan
keagamaan atau keyakinan pribadi. Penyedia layanan harus
memberitahukan kepada pasangan bahwa metode ini tidak melindungi
mereka dari IMS, termasuk infeksi HIV, dan karena efektivitasnya yang
rendah maka metode ini tidak cocok jika kehamilan merupakan suatu risiko
yang tak bisa diterima untuk kesehatan ibu.
Metode dengan Penghalang

Metode kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak


dengan cara mencegah sperma secara fisik agar tidak memasuki uterus.
Metode KB yang paling sering digunakan adalah kondom. Kondom
merupakan metode KB satu-satunya yang melindungi terhadap kehamilan
dan IMS.
Metode KB lain seperti spermisida dan diafragma mungkin diminta oleh
klien yang sudah biasa dengan metode ini. Spermisida merupakan salah
satu dari kontrasepsi yang paling tidak efektif ketika digunakan secara
tersendiri. Pemakaian spermisida dalam frekuensi tinggi dapat
meningkatkan kemungkinan tertular HIV pada klien-klien berisiko tinggi
seperti pekerja seks komersial.
KELUARGA BERENCANA
PADA KRISIS KESEHATAN

Keluarga Berencana adalah upaya yang dilakukan untuk


mengatur kelahiran anak, jarak serta usia ideal
melahirkan, hal ini tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Secara
eksplisit pada pasal 23 disebutkan bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib meningkatkan akses dan
kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan
kontrasepsi.

KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama (postponing),
menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan
medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (fecundity).
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS KESEHATAN

Pada PPAM dasar konsentasi KB pada krisis bencana sebagai pengatur jumlah
anak yang diinginkan, menghindari 32% dari semua kematian Ibu dan hampir
10% kematian anak, sekaligus menurunkan angka kemiskinan, kelaparan,
pemberdayaan perempuan, pendidikan, stabilitas ekonomi, terkait dengan risiko
kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan, infeksi menular
seksual (IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), aborsi tidak aman,
seks tanpa pelindung dan seks tidak aman merupakan faktor risiko kedua untuk
kecacatan dan kematian pada masyarakat miskin di dunia (Buku Pedoman
Lapangan antar-Lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana,
2010).
Data SDKI tahun 2017 peserta kontrasepsi modern 57,2% :
Berdasarkan data SDKI tahun 2012 sekitar
31,9% pasangan usia subur memilih suntik
dan 10,3% menggunakan pil sebagai
metode ber-KB. Ke dua metode KB ini
01 MOW 3.8 %, Vasektomi 0.2 %

sangat rentan terhadap putus pakai (drop


out) dengan angka putus pakai ber-KB
cukup tinggi yaitu 27% 02 IUD 4.7 %,

03 Pil 12.1 % Suntik 29.0 %,

04 Implant 4.7 %

05 Kondom 2.5 %.
Masyarakat yang mengungsi Koordinator sub klaster kesehatan
kemungkinan tidak membawa alat reproduksi melakukan manajemen
kontrasepsi atau tidak memiliki akses sistem suplai logistik alat dan obat
untuk mendapatkannya di tempat kontrasepsi untuk menghasilkan
pengungsian. Pada krisis kesehatan ketersediaan kondom, pil, dan suntik,
biasanya perempuan lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan
untuk menunda kehamilan. Oleh masyarakat pada krisis kesehatan
karena itu ketersediaan kontrasepsi yang terintegrasi dengan logistik
sangat penting untuk menghindari kesehatan reproduksi lain.
terjadinya putus pakai dan mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan.
Masalah mengenai KB pada kondisi krisis kesehatan mencakup:

1 2 3 4 5 6

Keberlanjutan metode KB Tekanan pada perempuan Kecemasan Ibu akan Perpisahan keluarga. Kurangnya akses
yang digunakan sebelum untuk melahirkan demi Kewenangan perempuan
terjadi kehamilan pada terhadap layanan KB
krisis terjadi. mengembalikan jumlah untuk mengontrol
situasi krisis kesehatan. menyebabkan
populasi. kesuburan mungkin
meningkatnya Kehamilan
terkikis oleh perubahan
Tidak Diinginkan (KTD)
sosial
dan kemungkinan aborsi
yang tidak aman.

Penilaian awal untuk memahami kebutuhan dan permintaan KB pada kondisi krisis kesehatan,
adalah:
 Memperoleh informasi mengenai kepercayaan, kebudayaan masyarakat dan sikap mereka
terhadap kontrasepsi
 Menilai kompetensi tenaga kesehatan
 Mengumpulkan informasi mengenai prevalensi kontrasepsi berdasarkan metode.
 Melakukan verifikasi ketersediaan dan kesinambungan alat dan obat kontrasepsi.
 Menentukan ketersediaan dan fungsi dari fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Indikator yang harus dikumpulkan di Indikator yang harus dikumpulkan di tingkat program :
tingkat fasilitas kesehatan :

1 2 1 2

Persentase klien
Contraceptive Prevalence Jumlah dan persentase
yang ditawari Rate (CPR). CPR adalah Jumlah titik layanan
penyedia layanan yang
konseling KB persentase klien KB yang memiliki
perempuan (atau secara benar
sebagai tambahan minimal persediaan menerapkan standar
pasangannya) yang
dari metode menggunakan suatu Pil KB, suntik KB, layanan KB.
kontrasepsi metode kontrasepsi dan Kondom
disuatu titik waktu tertentu
Kontrasepsi Darurat
Dua metode kontrasepsi darurat yang digunakan adalah:

Pil kontrasepsi darurat

Pil kontrasepsi darurat dapat IUD tembaga (Tidak tersedia pada


mencegah kehamilan yang tidak kondisi krisis kesehatan)
diinginkan jika digunakan dalam
jangka waktu lima hari (120 jam)
setelah seks tanpa pelindung.
Kontrasepsi darurat harus digunakan
sesegera mungkin setelah hubungan
seksual tanpa pelindung dilakukan.
Paling efektif ketika langsung
digunakan tetapi masih bisa efektif
ketika digunakan lima hari setelah
seks tanpa pelindung.
Sediaan Pil Kontrasepsi Darurat

ATURAN PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI DARURAT


•Levonorgestrel: 1.5 mg Levonorgestrel dalam dosis tunggal
(ini adalah sediaan yang direkomendasikan karena lebih efektif
dengan efek samping yang lebih sedikit); atau
•Kalau pilihan pertama tidak tersedia dapat menggunakan pil
KB yang ada di puskemas/klinik dengan menggunakan pil
kombinasi estrogen - progestogen (metode Yuzpe):
30 mikrogram
03 Etinil Estradiol ditambah 0.15 mg Levonorgestrel
4 tablet, diminum secepat mungkin, diikuti dengan dosis yang
sama 12 jam kemudian.

Sumber:
04buku Pedoman Kontrasepsi Darurat, Kementrian Kesehatan
KB Pasca Persalinan
Perempuan tersebut menyusui Masa nifas belum enam
secara penuh (bayi hanya minggu setelah persalinan
menerima ASI atau, sesekali,
sejumlah vitamin tambahan,
air, jus atau nutrien lain) atau Metode ini disebut metode
hampir secara penuh (lebih amenore laktasi. Efektivitasnya,
dari tiga perempat konsumsi sebagai metode yang sering
bayi adalah ASI). dipakai, adalah dua kehamilan
per100 perempuan pada enam
bulan pertama. Setelah persalinan.
Lakukan konseling kepada
perempuan yang menggunakan
Belum mengalami menstruasi metode ini untuk juga
lagi. menggunakan metode KB lain
ketika mereka mendekati bulan
keenam masa nifas atau ketika
salah satu dari kriteria diatas
berubah.
Klien dapat memulai metode-metode KB berikut pada kondisi krisis kesehatan ini dengan aman

Metode dengan penghalang: kondom dapat


01
digunakan segera setelah nifas

Metode progestogen saja (Pil, Suntik):


02 Dapat dimulai enam minggu setelah persalinan
untuk ibu menyusui dan segera setelah
melahirkan untuk ibu yang tidak menyusui..

03 Metode kombinasi (Pil dan Suntikan): dapat


dimulai enam bulan setelah persalinan untuk
ibu menyusui dan enam minggu setelah
melahirkan untuk ibu tidak menyusui.

04 Metode alami (Metode Hari Standar): dapat


dimulai ketika klien telah mengalami siklus
menstruasi teratur kembali.
KB untuk ODHA
Dorong pemakaian kondom untuk semua orang HIV positif dalam upaya
melindungi mereka dari IMS dan untuk mencegah penularan HIV kepada
pasangan seksualnya. Jika seorang perempuan HIV positif memerlukan
perlindungan terhadap kehamilan yang lebih efektif, ia dapat
menggunakan sebagian besar metode kontrasepsi lain selain kondom,
dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
 Jika seorang perempuan sedang mengkonsumsi Rifampicin untuk
pengobatan tuberkulosis, ia tidak boleh menggunakan pil KB karena
efektivitas kontrasepsi akan berkurang.
 Spermisida, baik secara tersendiri maupun dalam kombinasi, tidak
boleh digunakan untuk perempuan yang tertular HIV atau menderita
AIDS.
 Klien perempuan yang sedang menjalani ARV dan menggunakan
metode hormonal disarankan untuk menggunakan kondom juga
karena sejumlah obat ARV mengurangi efektivitas metode hormonal.
Bagaimanakah Merencanakan pelayanan KB berkualitas?
Untuk memastikan adanya integrasi KB ke dalam layanan-layanan yang lebih
komprehensif, para petugas Kespro, manajer program dan penyedia pelayanan KB
harus menerapkan petunjuk berikut ini:
 Pastikan bahwa informasi KB diberikan selama konseling, Asuhan Pasca Persalinan
dan Asuhan Pasca Keguguran,`sebelum prosedur dilakukan dan jika klien tertarik,
pilihan metode KB harus tersedia dalam konseling paska prosedur.
 Ketika seorang perempuan datang untuk memeriksa kehamilan, tanya apakah ia
menggunakan metode KB sebelum hamil dan apakah ia ingin melanjutkan metode
tersebut atau memulai metode KB yang baru lagi setelah melahirkan.
 Ketika seorang perempuan datang untuk mendapatkan layanan nifas, tanyakan
apakah ia menggunakan metode KB atau tidak, lalu lakukan konseling berdasarkan
kebutuhan.
 Layanan kontrasepsi untuk laki-laki masih terbatas pada kondom, tetapi mereka
juga dapat terlibat dalam pemilihan metode KB lain yang tersedia pada kondisi krisis
kesehatan bersama pasangan.
Bagaimanakah Menyiapkan Sumber Daya Manusia dalam Layanan KB?

1. Aturlah suatu sistem supervisi pelayanan KB dengan seorang Bidan


atau Dokter yang memiliki pengalaman manajemen.
2. Identifikasikan dan rekrut anggota masyarakat yang terdampak (Kader)
atau staf lokal dari masyarakat setempat yang memiliki keterampilan dan
pengalaman untuk memberikan layanan KB.
3. Pastikan adanya supervisi dan pelatihan petugas lapangan serta
memastikan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi. Masukkan hal-hal
berikut ke dalam pelatihan petugas lapangan, yaitu: cara mengenali
masalah-masalah medis yang harus dirujuk, keterampilan untuk
menindaklanjuti klien, cara menangani sikap dan keyakinan klien
terhadap KB.
Bagaimanakah Melakukan Komunikasi dan Konseling dalam Layanan KB?

Komunikasi dan Konseling merupakan bagian tak terpisahkan dari


pelayanan KB. Bahan-bahan Komunikasi dan Konseling yang
sesuai dan dapat diterima secara budaya akan membantu setiap
individu dan para pasangan dalam memilih penggunaan alat
kontrasepsi, harus mencakup keuntungan dan keterbatasan dari
tiap metode KB, penjelasan mengenai pemakaian yang benar dan
metode darurat seandainya terjadi kegagalan. Selain itu, bahan-
bahan bacaan dengan gambar dan contoh kontrasepsi untuk
diperlihatkan pada klien akan sangat membantu, khususnya
ditempat dimana tingkat melek huruf masih rendah.
Keterampilan Komunikasi dan Konseling

1. Sikap tidak menghakimi terhadap pemakai kontrasepsi dan non-


pemakai kontrasepsi, dengan menghormati pilihan mereka,
menjaga martabat, privasi dan kerahasiaan klien.
2. Menanggapi rumor dan kesalah pahaman dengan bijaksana
berdasarkan bukti.
3. Kepekaan terhadap kebutuhan kelompok-kelompok khusus
(Misalnya remaja, orang- orang cacat, ODHA (Orang Dengan HIV
AIDS))
4. Teknik-teknik komunikasi seperti dialog interaktif terbuka dengan
klien, mendorong klien untuk berbicara, mendengarkan secara aktif,
mengklarifikasi, meminta klien untuk mengungkapkan kembali
pemahaman mereka, memahami perasaan klien dan merangkum
diskusi.
5. Mendokumentasikan metode yang dipilih.
Kompetensi Teknik
Tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan
mengenai hal-hal berikut:
 Metode kontrasepsi termasuk cara penggunaan
metode secara benar, keuntungan, kerugian
metode serta efektivitas metode.
 Cara kerja, efek samping, penanganan efek
samping, komplikasi, serta tanda-tanda bahaya.
 Instruksi untuk penggunaan atau cara pemakaian
 Persyaratan medis dan interaksi obat.
 Keterampilan teknis terkait dengan pemberian
setiap metode KB, misalnya pencegahan infeksi,
pemasangan dan pelepasan alat KB dalam rahim
(IUD) atau susuk hormonal.
 Ketersediaan alat kontrasepsi.
 Dokumentasi dan pencatatan
 Rujukan berdasarkan pengambilan keputusan
klinis
Keterampilan Administratif

Keterampilan administratif mencakup penyimpanan


catatan, pengendalian inventaris, dan pengawasan
distributor berbasis masyarakat. Tekankan pada
keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas, mengapa keterampilan ini penting, dan
bagaimana serta kapan tugas tersebut harus
dikerjakan
Bagaimanakah Pelaksanaan Pelayanan KB berkualitas ?

Pra Pelayanan
Konseling (Perencanaan Keluarga)

Langkah awal dari pelayanan KB ini adalah memberikan pemahaman mengenai pilihan dalam metode
kontrasepsi berdasarkan tujuan reproduksi. Pemberian pemahaman dapat dilakukan melalui petugas lini
lapangan, metode Komunikasi dan Konseling lain guna mendapatkan pengetahuan yang cukup. Langkah
selanjutnya dapat dilakukan Komunikasi dan Konseling. Komunikasi dan Konseling dilakukan untuk memberikan
berbagai masukan dalam metode KB dan hal-hal yang dianggap perlu untuk diperhatikan.
 
Tindakan konseling ini disebut sebagai informed choice. Petugas kesehatan wajib menghormati keputusan
yang diambil calon akseptor KB.
 
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam
langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu
dilakukan secara berturut-turut karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Beberapa
klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu dibanding dengan langkah yang lainnya.
Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut.
SA: SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan.
T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.
U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin,
termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya.
J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang.
digunakan adalah Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK) yang merupakan lembar balik yang dapat
membantu petugas melakukan konseling sesuai standar dengan adanya tanda pengingat mengenai
keterampilan konseling yang perlu dilakukan dan informasi yang perlu diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan klien. ABPK mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan membantu mengambil keputusan.
Penapisan
Penapisan klien merupakan upaya untuk melakukan kajian tentang kondisi
kesehatan klien. Kondisi kesehatan akan disesuaikan dengan metode
kontrasepsi yang diinginkan. Tujuan utama penapisan klien adalah :
1. Ada atau tidak adanya kehamilan
2. Menentukan keadaan yang membutuhkan perhatian khusus misalnya
menyusui atau tidak menyusui pada penggunaan KB pasca persalinan
3. Menentukan masalah kesehatan yang membutuhkan pengamatan dan
pengelolaan lebih lanjut misalnya klien dengan HIV
TIDAK PENAPISAN KEHAMILAN YA
  1. Apakah anda mempunyai bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan apakah anda  
menyusui secara ekslusif dan belum mendapat haid?

  1. Apakah anda pantang senggama sejak haid terakhir atau bersalin?  


  1. Apakah anda baru melahirkan bayi kurang dari 4 minggu?  
  1. Apakah haid terakhir dimulai 7 hari terakhir (atau 12 hari terakhir bila klien ingin  
menggunakan AKDR)?
  1. Apakah anda mengalami keguguran dalam 7 hari terakhir (atau 12 hari terakhir bila klien  
ingin menggunakan AKDR)?
  1. Apakah anda menggunakan metode kontrasepsi secara tepat dan konsisten?  

 Bila klien menjawab “TIDAK” pada semua pertanyaan, maka kemungkinan kehamilan tidak dapat disingkirkan. Klien
harus menunggu sampai haid berikutnya atau menjalani tes kehamilan.
 Bila klien menjawab “YA” pada minimal salah satu pertanyaan dan klien tidak mempunyai gejala kehamilan, maka anda
dapat memberikan metode kontrasepsi pilihannya.
 Jika tidak tersedia tes kehamilan, klien dianjurkan memakai kontrasepsi barrier sampai haid berikutnya.
Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)

Informed consent merupakan persetujuan


tindakan medis yang menyatakan
kesediaan dan kesiapan klien untuk ber-
KB. Persetujuan tindakan medis secara
tertulis diberikan untuk pelayanan
kontrasepsi seperti suntik KB, AKDR,
implan, tubektomi dan vasektomi,
sedangkan untuk metode kontrasepsi pil
dan kondom dapat diberikan persetujuan
tindakan medis secara lisan.
 
Setiap pelayanan kontrasepsi harus
memperhatikan hak-hak reproduksi,
sehingga harus diawali dengan
komunikasi dan konseling yang lengkap,
jujur dan benar tentang metode
kontrasepsi.
TUGAS PELAYANAN KONTRASEPSI
Komunikasi dan
Konseling dalam
1. Suntikan Progestin
pelayanan KB pada 2. Suntikan Kombinasi
krisis kesehatan. 3. Pil Kombinasi
4. Pil Progestin
5. Kondom

Tugas harus memuat substansi Isi sebagai berikut Jangka waktu


pemakaian, batas usia pemakai, waktu pemberian, efektifitas,
kembalinya kesuburan, sediaan, cara kerja, indikasi, kontraindikasi,
penatalaksanaan, cara penyuntikan kontrasepsi, efek samping dan
penanganan, komplikasi dan penanganan, kriteria rujukan

Buatlah dalam bentuk


Kelas A makalah dan Poster atatu X-Banner
Kelas B Makalah dan video
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai